perancangan pondok pesantren di kabupaten bulukumba
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of perancangan pondok pesantren di kabupaten bulukumba
PERANCANGAN PONDOK PESANTREN DI KABUPATEN BULUKUMBA
DENGAN KONSEP ARSITEKTUR EKOLOGIS
DESIGN OF ISLAMIC BOARDING SCHOOLS IN BULUKUMBA DISTRICT
WITH THE CONCEPT OF ECOLOGICAL ARCHITECTURE
SKRIPSI
RISNAWATI NUR
105 83 110 4417
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2022
PERANCANGAN PONDOK PESANTREN DI KABUPATEN BULUKUMBA
DENGAN KONSEP ARSITEKTUR EKOLOGIS
DESIGN OF ISLAMIC BOARDING SCHOOLS IN BULUKUMBA DISTRICT
WITH THE CONCEPT OF ECOLOGICAL ARCHITECTURE
SKRIPSI
Di ajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik
Disusun dan diajukan oleh
RISNAWATI NUR
105 83 110 4417
PADA
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala. Yang telah
memberikan Rahmat, Hidayah dan Taufik-Nya kepada penulis, sehingga acuan
perancangan “Perancangan Pondok Pesantren Di Kabupaten Bulukumba
Dengan Konsep Arsitektur Ekologis” ini dapat terselesaikan, Sholawat selalu
tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Kepada keluarga dan para sahabatnya.
Penulis memahami bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan, hal
ini disebabkan karena penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari
kesalahan baik dari segi penulisan ataupun yang lainya. Dengan segala
kerendahan hati penulis meminta maaf, dengan kerendahan hati menerima
kritik maupun saran demi ke sempurnaan penulisan proposal tersebut.
Terwujudnya acuan perancangan ini tidak lepas dari partisipasi dan
bantuan dari berbagai pihak, terutama kepada kedua orang tua atas semua
dukungan dan doanya, serta pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Hj. Nurnawaty ,ST.,MT, IPM. Sebagai Dekan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Ketua Jurusan Teknik Arsitektur Ibu Citra Amalia Amal.,S.T., M.T dan Ibu
Sitti Fuadillah, S.T, M.T, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Arsitektur
Universitas Muhammadiyah Makassar.
ii
3. Bapak Dr. Ir. Aris Sakkar Dollah., M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak
Andi Yusri, S.T., M.T selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran serta sabar membimbing, memberi saran tentang acuan
perancangan ini.
4. Bapak Fitrawan Umar ST., MT., sebagai penasehat akademik yang dengan
ikhlas memberikan konsultasi akademik selama ini memberi motivasi, dan
arahan untuk menyelesaikan perkuliahan ini dengan baik.
5. Para penguji Bapak dan Ibu serta staf pegawai pada Fakultas Teknik atas
segala waktunya telah mendidik dan melayani penulis selama mengikuti proses
belajar mengajar di Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Ayahanda dan Ibunda yang tercinta dan seluruh keluarga tercinta. Penulis ini
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala limpahan kasih
sayang, doa dan pengorbanannya dalam menyelesaikan perkuliahan.
7. Sahabat-sahabatku dengan keakraban dan persaudaraannya banyak
membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga allah membalas
kebaikan mereka dengan setimpal. Amin, akhirnya penulis berharap bahwa apa
yang disajikan dalam tugas studio akhir ini dapat bermanfaat bagi kita.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 05 Januari 2022
Risnawati Nur
iii
ABSTRAK
Pondok pesantren merupakan sarana pendidikan yang bersifat keagamaan,
perkembangan pondok pesantren sangat pesat khususnya di Indonesia, perlunya
pondok pesantren yang memiliki fasilitas lengkap sehingga dapat memenuhi
kebutuhan para santri, baik dalam akademik maupun non akademik. Keberadaan
pondok pesantren di Kabupaten Bulukumba diperlukan untuk mewadahi remaja putri
dalam menuntut ilmu keagamaan Islam, pelaku dalam pondok pesantren terdiri dari santri,
pengajar, guru besar atau kyai dan pengelola. Pada Kabupaten Bulukumba sudah terdapat
beberapa pondok pesantren, namum beberapa di antaranya belum dapat memaksimalkan
fasilitas pemberdayaan dan kegiatan keorganisasian santri.
Pondok pesantren ini terletak pada Jl.Palimassang, Desa Padang Kecamatan
Gantarang. Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan yang merupakan kawasan pertanian,
sehingga penambahan fasilitas pemberdayaan berupa pertanian yang akan menjadi bagian
dari pesantren ini.
Pendekatan arsitektur pada kawasan pondok pesantren diharapkan dapat
menjadi penghubung bagi pengguna agar memiliki semangat berwawasan
lingkungan, sekaligus dapat menciptakan kesinambungan antara pengguna, kegiatan,
sistem, bangunan, dan lingkungan sekitarnya. Pada sistem pertanian aspek ekologis
sangat diutamakan mulai dari proses hulu hingga proses hilir, misalnya dalam hal
penggunaan bibit dan pupuk organik. Dengan penggunaan sistem pertanian, maka
kelestarian alam akan ikut terjaga.
Kata kunci : Pondok pesantren, arsitektur ekologis, pendidikan.
iv
ABSTRACT
Islamic boarding schools are educational facilities that are religious in nature,
the development of Islamic boarding schools is very rapid, especially in Indonesia,
the need for Islamic boarding schools that have complete facilities so that they can
meet the needs of students, both academic and non-academic. The existence of
Islamic boarding schools in Bulukumba Regency is needed to accommodate young
women in studying Islamic religious knowledge, actors in Islamic boarding schools
consist of students, teachers, professors or kyai and managers. In Bulukumba
Regency, there are already several Islamic boarding schools, but some of them have
not been able to maximize the empowerment facilities and organizational activities of
students.
This Islamic boarding school is located on Jl.Palimassang, Padang Village,
Gantarang District. Bulukumba Regency, South Sulawesi, which is an agricultural
area, so that the addition of empowerment facilities in the form of agriculture will be
part of this pesantren.
The architectural approach in the Islamic boarding school area is expected
to be a liaison for users to have an environmentally friendly spirit, while at the same
time creating continuity between users, activities, systems, buildings, and the
surrounding environment. In agricultural systems, ecological aspects are prioritized
starting from the upstream process to the downstream process, for example in terms
of the use of seeds and organic fertilizers. With the use of agricultural systems, the
preservation of nature will also be maintained.
Keywords: Islamic boarding school, ecological architecture, education.
v
DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
ABSTRAK .................................................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ix
BAB I ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 4
D. Metode Perancangan ........................................................................................ 4
E. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 4
BAB II ......................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 6
A. Pengertian Judul ............................................................................................... 6
B. Tinjauan Umum Pondok Pesantren ................................................................ 10
1. Pengertian Pesantren ................................................................................ 14
2. Fungsi Pesantren ...................................................................................... 16
vi
3. Kegiatan Dalam Pesantren ....................................................................... 17
4. Fasilitas di Dalam Pondok Pesantren ....................................................... 17
5. Tata Cara Pembelajaran Pondok Pesantren .............................................. 18
6. Karakteristik dan Fenomena Pesantren di Indonesia ............................... 19
7. Ciri Khas Pendidikan Pondok Pesantren.................................................. 20
8. Tujuan Pondok Pesantren ......................................................................... 21
C. Dinamika Pesantren ...................................................................................... 23
1. Dinamika Keilmuan dan Pendidikan ...................................................... 23
2. Pengaruh Dan Eksistensi Pesantren .................................................................. 24
D. Kriteria Penentuan Lokasi Pesantren ............................................................ 25
E. Konsep Aristektur Ekologis.......................................................................... 27
F. Studi Banding ............................................................................................... 30
1. Pondok pesantren modern samarinda ..................................................... 30
2. Pondok Pesantren Al-Furqan Ereng-Ereng Kabupaten Bantaeng .......... 31
3. Pondok Pesantren Modern Depok .......................................................... 32
4. Pondok Pesantren Langitan .................................................................... 34
G. Hadits Tentang Prinsip Pendidikan .............................................................. 37
BAB III ...................................................................................................................... 39
METODE PERANCANGAN .................................................................................. 39
A. Metode Pendekatan ....................................................................................... 39
B. Ide Perancangan ............................................................................................ 39
C. Pengumpulan Data ........................................................................................ 40
1. Data Primer ............................................................................................. 40
vii
2. Data Survei ............................................................................................. 40
3. Populasi dan Sampel ............................................................................... 41
4. Parameter ................................................................................................ 42
5. Studi Banding ......................................................................................... 42
6. Data Sekunder......................................................................................... 42
D. Analisis ......................................................................................................... 43
1. Analisi Lokasi ......................................................................................... 44
2. Analisis Fungsi ....................................................................................... 44
3. Analisis Pengguna dan Aktivitas ............................................................ 44
4. Analisis Kebutuhan Ruang ..................................................................... 45
5. Analisis Bentuk....................................................................................... 45
6. Analisis Struktur ..................................................................................... 46
7. Analisis Utilitas ...................................................................................... 46
E. Kerangka Pikir .............................................................................................. 48
BAB IV ...................................................................................................................... 49
KONSEP PERANCANGAN ............................................................................ 49
A. Konsep Tapak................................................................................................. 49
1.View ............................................................................................................ 49
2. Sirkulasi ..................................................................................................... 49
3. Matahari, angin dan kebisingan ................................................................. 50
B. Konsep Program Ruang ................................................................................... 52
C. Konsep Tata Massa Dan Tampilan Bentuk Bangunan ............................................... 53
viii
D. Konsep Kelengkapan Bangunan ..................................................................... 54
1. Lower Struktur ....................................................................................... 54
2. Sistem Utilitas........................................................................................ 56
BAB V ................................................................................................................... 58
PENUTUP ................................................................................................................. 58
A. Kesimpulan .................................................................................................... 58
B. Saran ............................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 59
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pondok Pesantren Samarinda ................................................................. 30
Gambar 2. Pondok Pesantren Al-Furqan Bantaeng ................................................. 31
Gambar 3. Asrama ................................................................................................... 32
Gambar 4. Interior Masjid ........................................................................................ 32
Gambar 5. Interior Sekolah ...................................................................................... 33
Gambar 6. Interior Kamar ........................................................................................ 33
Gambar 7. Kamar Pada Pesantren Langitan ............................................................. 34
Gambar 8. Mushollah ............................................................................................... 35
Gambar 9. Gedung Kelas Pesantren Langitan .......................................................... 35
Gambar 10. Poskester Pesantren Langitan ................................................................. 36
Gambar 11. Laboratorium Komputer ......................................................................... 36
Gambar 12. Tampak kawasan .................................................................................... 49
Gambar 13. Sirkulasi .................................................................................................. 50
Gambar 14.Orientasi Matahari ................................................................................... 51
Gambar 15. Angin ...................................................................................................... 51
Gambar 16. Kebisingan .............................................................................................. 52
Gambar 17. Program Ruang ....................................................................................... 52
Gambar 18.Tata Massa dan Tampilan Bangunan ...................................................... 53
x
Gambar 19. Sistem Struktur ....................................................................................... 54
Gambar 20. Air Bersih ............................................................................................... 56
Gambar 21. Jaringan Listrik ....................................................................................... 57
Gambar 22. Pemadam Kebakaran .............................................................................. 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pondok pesantren merupakan sarana pendidikan yang bersifat
keagamaan, perkembangan pondok pesantren sangat pesat khususnya di
Indonesia, perlunya pondok pesantren yang memiliki fasilitas lengkap
sehingga dapat memenuhi kebutuhan para santri, baik dalam akademik
maupun non akademik. Pondok pesantren dengan bentuk yang
mencerminkan identitasnya sebagai fasilitas pendidikan keagamaan Islam
serta memperhatikan potensi alam disekitar tanpa harus merusaknya
sebagai wujud syukur kepada sang pencipta serta memperhatikan aspek-
aspek lokalitas di suatu daerah (Leksatma 2017).
Dalam agama Islam pendidikan merupakan suatu hal yang sangat
penting kaitannya dalam mendidik seseorang menjadi manusia yang
beriman, bertaqwa, berakhlak. Konsep pendidikan Islam yang diajarkan
oleh Allah Subhanahu Wa ta’ala melalui Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam 1437 Hijriah. Terdapat berbagai macam sarana/lembaga
pendidikan yaitu sekolah, dan lembaga pendidikan yang khusus
mengajarkan mengenai syariat dan ilmu tentang Islam yakni salah satunya
adalah pondok pesantren.
Pondok atau asrama merupakan tempat yang sudah disediakan
untuk kegiatan bagi para santri/santriwati, sedangkan pesantren adalah
sarana yang sangat ideal sebagai tempat pembelajaran tentang agama
Islam dan pelajaran lainnya terutama Al- Qur'an di lingkungan perkotaan
2
seperti di Kota Bulukumba.
Prinsip arsitektur pada perancangan pondok pesantren di
Kabupaten Bulukumba menerapkan pendekatan arsitektur ekologis
sebagai pedoman perancangan. Gaya arsitektur yang ideal,
direpresentasikan dalam Al Quran sebagai tempat tinggal yang nyaman,
tenang, indah serta membuat penghuni betah dan bahagia berada
didalamnya. Tempat tinggal tersebut berada dalam lingkungan yang
harmonis dan seimbang dengan alam. Konsep arsitektur ekologis adalah
konsep berwawasan lingkungan, dimana memanfaatkan potensi alam
semaksimal mungkin. Konsep ekologis dapat membuat suasana yang
nyaman, tenang, dan indah sehingga santriwati dapat menghafal dan
belajar di lingkungan yang baik untuk mereka. Pesantren Islam di
Indonesia merupakan reaksi terhadap individu yang memiliki sikap
negatif terhadap salaf atau pesantren pengalaman hidup islami
konvensional dengan alasan pendidikannya berpusat pada informasi yang
ketat dan tidak signifikan dalam informasi sehari-hari (Adam 2020).
Program pendidikan yang diterapkan pada pondok pesantren
merupakan program pendidikan berstandar publik dengan tujuan tidak lagi
menggunakan kerangka pembelajaran konvensional.
Dilihat dari wawasan sekolah Islam inklusif di situs Dinas Agama,
jumlah pesantren di Sulawesi hanya 294. Di daerah Bulukumba sendiri
terdapat 11 pondok pesantren yang tinggal di dalam, namun sebenarnya
mereka memiliki permasalahan terkait fasilitas dan tempat latihan siswa.
Salah satunya adalah pondok pesantren Galung Beru, daerah lokal
3
Bulukumba, namun sebenarnya pesantren ini belum memiliki gedung aula
dan ruang organisasi santri serta mandeknya kegiatan pemberdayaan
pertanian pada pesantren. Saat ini, pondok pesantren yang berada di
Sulawesi Selatan, khususnya di wilayah Bulukumba, sebenarya
membutuhkan kantor sehingga menjadi kendala bagi siswa untuk
memanfaatkan kapasitas pesantren.
Berdasarkan dari masalah tersebut dalam latar belakang, dalam
perancangan ini nantinya pondok pesantren di Kabupaten Bulukumba akan
menjadi sarana fasilitas pendidikan yang secara khusus mendalam mendidik
dan mengajarkan akhlak dan budi pekerti yang dasarnya sesuai dengan
syariat agama Islam dan selain itu nantinya, bangunan ini akan menerapkan
konsep arsitektur ekologis, bangunan yang memperhatikan lingkungan dan
alam sekitar demi masa depan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka
rumusan masalah pada perancangan pondok pesantren Di Kabupaten
Bulukumba adalah:
1. Bagaimana menentukan pendekatan konsep perancangan pondok
pesantren di Kabupaten Bulukumba secara ekologis.
2. Bagaimana menentukan pendekatan desain pondok pesantren di
Kabupaten Bulukumba secara ekologis.
4
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini berdasarkan rumusan masalah
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pendekatan konsep perancangan pondok pesantren di
Kabupaten Bulukumba.
2. Mengaplikasikan pendekatan konsep melalui perancangan pondok
pesantren di Kabupaten Bulukumba secara ekologis.
D. Metode Perancangan
Metode perancangan ini menggambarkan rencana usaha untuk
tinggal di pondok pesantren. Strategi yang digunakan adalah teknik
pengumpulan informasi penting dan opsional, lalu informasi yang didapat
diuraikan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan berisi Latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan, metode perancangan dan sistematika penulisan.
BAB II :.Tinjauan pustaka berisi Pengertian judul, tinjauan umum
pondok pesantren, kriteria penulisan lokasi, konsep arsitektur ekologis, dan
studi banding.
BAB III :.Metode perancangan berisi tentang, metode pendekatan,
identifikasi masalah, tujuan perancangan, pengumpulan data, dan Analisis
yaitu: analisis tapak, analisis fungsi, analisis pengguna dan aktivitas,
analisis ruang, analisis bentuk bangunan, analisis struktur, analisis utilitas
dan kerangka pikir perancangan.
5
BAB IV : Konsep perancangan berisikan tentang konsep tapak, konsep
program ruang, konsep tata massa dan tampilan bentuk bangunan.
BAB V : Penutup, berisikan kesimpulan dan saran.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Judul
Perancangan adalah proses pemecahan masalah yang disertai
dengan pemikiran yang kreatif guna mencapai hasil yang maksimal.
Pesantren yang ditunjukkan dengan kepentingan dasarnya adalah tempat
membaca santri, sedangkan pondok adalah rumah sederhana atau rumah
yang terbuat dari bambu. Kata pondok kemungkinan besar berasal dari kata
fundak yang artinya penginapan. Di Jawa, termasuk Sunda atau Madura,
istilah pondok dan pesantren pada umumnya digunakan, sedangkan di Aceh
dikenal sebagai dayah dan rangkang atau menuasa, sedangkan di
Minangkabau disebut surau.
Pondok pesantren juga dapat dianggap sebagai lembaga
pertunjukan yang instruktif dan ketat, sebagian besar dengan cara yang
tidak kuno, di mana seorang kyai menunjukkan informasi ketat Islami
kepada santri yang bergantung pada kitab yang ditulis dalam bahasa Arab
oleh peneliti paruh baya, dan santri, biasanya tinggal di pondok (asrama).
Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya ruang
tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai
tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari
tempat asalnya.
7
Menurut Manfred dalam Ziemek (Safrizal, 2017) kata pesantren
berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran-an yang
berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri.
Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant (manusia baik)
dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat
berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.
Konsep atau teoritis, semua substansi mental inklusif yang
menyinggung klasifikasi atau kelas dari suatu elemen, kesempatan atau
hubungan. Istilah konsep berasal dari bahasa latin, yaitu sesuatu yang
dilakukan. Aristoteles dalam “The classical theory of concepts” yang
mengungkapkan bahwa konsep adalah penyusun utama dalam
penyimpanan informasi logis dan pemikiran manusia. Konsep adalah
musyawarah dari pemikiran atau gambaran mental, yang dikomunikasikan
dalam gambar kata. Konsep dikomunikasikan sebagai ciri informasi yang
dikembangkan dari berbagai hal.
Arti yang berbeda dari gagasan tersebut ditemukan oleh beberapa
spesialis. konsep diartikan sebagai penyiratan yang membahas berbagai
item yang memiliki atribut serupa. Konsep juga diartikan sebagai konsumsi
atribut sesuatu yang bekerja dengan korespondensi di antara orang-orang
dan memungkinkan orang untuk berpikir. Pengaturan teoritis lainnya adalah
sesuatu yang umum atau gambaran ilmiah teoritis dari suatu keadaan, item
atau peristiwa, otak, pemikiran atau gambaran psikologis. Konsep adalah
komponen rekomendasi sama seperti kata adalah komponen kalimat. Ide-
ide bersifat teoritis karena mereka menghilangkan kualifikasi dari segala
8
sesuatu dalam perluasan, memperlakukan seolah-olah mereka tidak dapat
dibedakan. Gagasan bersifat umum karena biasanya diterapkan serupa pada
setiap perluasan. Konsep adalah pengangkut kepentingan, yaitu, ide soliter
dapat dikomunikasikan dalam bahasa apa pun dan konsep biasanya
dikomunikasikan sebagai "hund" dalam bahasa Jerman, 'chien dalam
bahasa Prancis,' perro dalam bahasa Spanyol dalam bahasa apa pun dan
sebuah ide dapat dikomunikasikan sebagai 'Hund' dalam bahasa Jerman,
'chien' dalam bahasa Prancis, 'perro' dalam bahasa Spanyol. Methods for
Teaching (Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan belajar siswa TK-
SMA) (Jacobsen, (2009).
Ekologi berasal dari bahasa Yunani 'aikos' dan 'logos'. Oikos
menyiratkan keluarga atau metode hidup, dan logo menyiratkan sains atau
sifat logis. Ekologi diartikan sebagai penyelidikan hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dan iklim di sekitarnya, arsitektur berkelanjutan yang
ekologis dapat dibedakan dengan cara berikut:
1. Tidak menghabiskan bahan lebih cepat dari pada tumbuhnya
kembali bahan secara alami.
2. Menggunakan kekuatan terbarukan secara optimal.
3. Menghasilkan limbah yang dapat digunakan sebagai sumber
bahan yang sering dimanfaatkan.
Arsitektur ekologis mencerminkan kekhawatiran akan habitat biasa
dan aset normal yang terbatas. Ketika semua dikatakan selesai, arsitektur
ekologis dapat diartikan sebagai membangun iklim yang memakan lebih
sedikit dan memberikan kelimpahan yang lebih umum. Arsitektur tidak bisa
9
lepas dari demonstrasi pemusnahan iklim. Meskipun demikian, arsitektur
ekologis dapat digambarkan sebagai rekayasa yang perlu merusak iklim
sesedikit mungkin yang diharapkan. Untuk mencapai kondisi tersebut,
perencanaan ditangani dengan mempertimbangkan bagian lingkungan,
rantai material, dan massa pemanfaatan material bangunan. Pedoman dasar
arsitektur ekologis adalah untuk menciptakan kesesuaian antara manusia
dan habitat aslinya.
Arsitektur ekologis menekankan pada konsep ekosistem, yaitu
komponen lingkungan hidup harus dilihat secara terpadu sebagai
komponen yang berkaitan dan saling bergantung antara satu dengan yang
lainnya dalam suatu sistem. Cara ini dikenal dengan pendekatan ekosistem
atau pendekatan holistic dalam ekosistem terjadi peredaran, yaitu suatu
kondisi peralihan dari keadaan satu ke keadaan lainnya secara berulang-
ulang yang seakan-akan berbentuk suatu lingkaran namun demikian,
peredaran tersebut bersifat linier atau dengan kata lain tidak dapat diputar
secara terbalik. Ekosistem terdiri dari makhluk hidup (komunitas biotik)
dan lingkungan abiotik. Kedua unsur tersebut masing-masing memiliki
pengaruh antara satu dengan lainnya untuk memelihara kehidupan sehingga
terjadi suatu keseimbangan, keselarasan, dan keserasian alam di bumi.
Unsur-unsur pokok arsitektur ekologis, udara (angin), air, tanah
(bumi), dan api (energi) dianggap sebagai unsur awal hubungan timbal
balik antara bangunan gedung dan lingkungan. Arsitektur ekologis
memperhatikan siklus yang terjadi di alam dengan udara, air, tanah, dan
energi sebagai unsur utama yang perlu untuk diperhatikan.
10
Udara adalah kombinasi yang membosankan dan tidak berbau dari
berbagai gas (nitrogen, oksigen, hidrogen, dan sebagainya) yang dihirup
orang saat menghirup, udara memiliki hubungan yang nyaman dengan
keberadaan manusia. Jika kualitas udara tercemar maka akan mengganggu
sistem pernafasan dan sifat keberadaan manusia.
Air merupakan komponen yang menopang keberadaan manusia.
Air digunakan untuk membantu latihan sehari-hari dan olah raga yang
dilakukan oleh orang-orang, seperti minum, mandi, mencuci, dan lain-lain.
Meskipun demikian, air juga penting untuk kelangsungan hidup berbagai
makhluk di alam seperti tumbuhan dan makhluk. Tanah (earth) merupakan
penyebab dari semua sumber bahan mentah yang membantu ketahanan
setiap makhluk hidup.
Energi adalah komponen yang mewakili kekuatan yang
diperlakukan orang dalam menyelesaikan latihan mereka. Setiap tindakan
yang diselesaikan oleh orang membutuhkan energi, sama seperti orang
membutuhkan energi untuk membuat makanan dan peralatan.
B. Tinjauan Umum Pondok Pesantren
Sejarah pesantren di Indonesia memiliki tugas yang luar biasa, baik
untuk kemajuan Islam itu sendiri maupun untuk negara Indonesia pada
umumnya. Berdasarkan catatan yang ada, latihan sekolah yang ketat di
nusantara telah dimulai sejak tahun 1596. Latihan ketat ini kemudian
dikenal sebagai sekolah pengalaman hidup Islami. Islam di Indonesia, pada
abad ke-12, fokus studi di Aceh (Sekolahpengalaman hidup Islam disebut
Dayah di Aceh) dan Palembang (Sumatera) di Jawa dan di Bulukumba
11
(Sulawesi) telah menciptakan karya yang signifikan dan menarik banyak
siswa untuk direnungkan.
Sebagian besar, tinggal di pondok dimulai dengan seorang kyai di
suatu tempat, lalu datang seorang santri yang ingin mempertimbangkan
agama dengannya. Seiring dengan semakin banyaknya santri yang datang
sejak lama, muncul kegiatan untuk membangun gubuk atau penginapan di
dekat rumah kyai. Pada zaman dahulu kyai tidak mengatur bagaimana cara
merakit kabinnya, namun yang terjadi pada dirinya hanyalah cara melatih
informasi yang ketat sehingga sangat baik dapat dilihat dan dirasakan oleh
para santri. Para kyai sekitar pun tidak fokus pada titik-titik yang dimiliki
oleh para santri yang sebagian besar sangat lugas, semakin banyak jumlah
santri, semakin banyak gubuk/bangunan yang dibangun. Para santri pada
saat itu menganjurkan kehadiran sekolah-sekolah Islam inklusif ini,
sehingga mereka menjadi terkenal di mana-mana, misalnya di pondok-
pondok yang muncul pada masa Walisongo.
Keadaan pondok pada masa kolonial sangat berbeda dengan
keberadaan pondok masa kini. Hurgronje menggambarkan keadaan pondok
pada masa kolonial yaitu: “Pondok terdiri dari sebuah gedung berbentuk
persegi, biasanya dibangun dari bambu, tetapi di desa-desa yang agak
makmur tiangnya terdiri dari kayu dan batangnya juga terbuat dari kayu.
Tangga pondok dihubungkan ke sumur oleh sederet batu-batu titian,
sehingga santri yang kebanyakan tidak bersepatu itu dapat mencuci kakinya
sebelum naik ke pondoknya. Pondok yang sederhana hanya terdiri dari
ruangan yang besar yang didiami bersama. Terdapat juga pondok yang agak
12
sempurna di mana didapati sebuah gang (lorong) yang dihubungkan oleh
pintu-pintu. Di sebelah kiri kanan gang terdapat kamar kecil-kecil dengan
pintunya yang sempit, sehingga sewaktu memasuki kamar itu orang-orang
terpaksa harus membungkuk, cendelanya kecil-kecil dan memakai terali.
Perabot di dalamnya sangat sederhana. Di depan jendela yang kecil itu
terdapat tikar pandan atau rotan dan sebuah meja pendek dari bambu atau
dari kayu, di atasnya terletak beberapa buah kitab”.
Dalam sejarah pertumbuhannya, pondok pesantren telah mengalami
beberapa fase perkembangan, termasuk dibukanya pondok khusus
perempuan. Dengan perkembangan tersebut, terdapat pondok perempuan
dan pondok laki-laki. Sehingga pesantren yang tergolong besar dapat
menerima santri laki-laki dan santri perempuan, dengan memilahkan
pondok-pondok berdasarkan jenis kelamin dengan peraturan yang ketat.
(Thalib, 2020).
Dalam perkembangan modernisasi pendidikan Islam di Indonesia,
yang berkaitan erat dengan pertumbuhan gagasan modernisasi Islam di
kawasan ini, mempengaruhi dinamika keilmuan dilingkungan pesantren.
Bahkan sejumlah pesantren bergerak lebih maju lagi. Berkaitan dengan
gagasan tentang “kemandirian” santri telah menyelesaikan pendidikan
mereka di pesantren, beberapa pesantren memperkenalkan semacam
kegiatan atau latihan keterampilan dalam sistem pendidikan mereka.
Bentuk, sistem dan metode pesantren di Indonesia dapat dibagi kepada dua
periodisasi, Pertama Ampel (salaf) yang mencerminkan kesederhanaan
secara komprehensif. Kedua, Periode Gontor yang mencerminkan
13
kemodernan dalam sistem, metode dan fisik bangunan. Periodisasi ini tidak
menafikan adanya pesantren sebelum munculnya Ampel dan Gontor.
Sebelum Ampel muncul, telah berdiri pesantren yang dibina oleh Syaikh
Maulana Malik Ibrahim. Demikian juga halnya dengan Gontor, sebelumnya
telah ada yang justru menjadi cikal bakal Gontor- pesantren Tawalib,
Sumatera. Pembagian di atas didasarkan pada besarnya pengaruh kedua
aliran dalam sejarah kepesantrenan di Indonesia.
Beberapa reformasi dalam sistem pendidikan pesantren yang dilakukan
Gontor antara lain dapat disimpulkan pada beberapa hal. Di antaranya:
tidak bermazdhab, penerapan organisasi, sistem kepimimpinan sang Kyai
yang tdak mengenal sistem waris dan keturunan, memasukkan materi
umum dan bahasa Inggris, tidak mengenal bahasa daerah, penggunaan
bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dan percakapan, olah
raga dengan segala cabangnya dan lain-lain. Oleh karena itu Gontor
mempunayi empat prinsip, yaitu: berbudi tinggi, berbadan sehat,
berpikiran bebas dan berpengetahuan luas.
Langkah-langkah reformasi yang dilakukan Gontor pada gilirannya
melahirkan alumni-alumni yang dapat diandalkan, terbukti dengan
duduknya para alumni Gontor di berbagai bidang, baik di instansi
pemertintah maupun swasta. Bila mazdhab Ampel telah melahirkan para
ulama, pejuang kemerdekaan dan mereka yang memenuhi kebutuhan
lokal, maka Gontor telah memenuhi kebutuhan di segala sendi kehidupan di
negeri ini. Atas dasar itu pula penulis membagi sejarah sistem pendidikan
pesantren kepada dua pase, pase Ampel dan pase Gontor. (Herman, 2015)
14
1. Pengertian Pesantren
Dalam kamus besar bahasa indonesia pesantren diartikan sebagai
asrama, tempat santri, tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan
secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan islam, dimana para
santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-
kitab klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama
islam.
Pengertian pondok pesantren secara terminologis cukup banyak
dikemukakan para ahli. Beberapa ahli tersebut adalah :
a. Menurut Dhofier (2016) mengartikan bahwa pesantren merupakan
lembaga pembelajaran Islam kuno untuk memeriksa, memahami,
menghayati dan menerapkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya
akhlak non sekuler sebagai petunjuk perilaku sehari-hari.
b. Menurut (Nasir, 2016) mengartikan bahwa pondok pesantren
merupakan lembaga non sekuler yang memberikan pendidikan dan
pengajaran serta mengembangkan dan mengungkap data muslim non
sekuler.
c. Kumpulan Kompilasi Cabang Keimanan dalam buku gaya belajar
perguruan tauhid mencirikan bahwa perguruan tauhid yang luas adalah
pendidikan dan siswa sebagai gantinya dengan terjadi di masjid atau di
pekarangan rumah (gubuk) untuk mengunyah dan memberi nama bacaan
kursus yang ketat oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian, sebagian
besar madrasah terletak pada keberadaan kyai, santri, masjid, tempat ukur
15
(pondok) dan buku (kuning). Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI)
mendefinisikan madrasah sebagai lembaga tafaqquh fi al-dîn yang
menjalankan misi senantiasa dakwah Muhammad Sallallahu Alaihi
WAsallam sekaligus melestarikan ajaran Islam yang didukung Ahlu al-
sunnah Wa al-Jamã ′ ah „Alã T} arîqah al-Maz | ãhib al- „Arba” ah.
d. Mastuhu (2016) mengartikan bahwa pondok pesantren adalah
lembaga islam tradisional untuk memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran agama islam (tafaqquh fi al-din) dengan menekankan pentingnya
akhlak islam sebagai kehidupan baru dalam masyarakat sehari-hari.
Menurut Syafe’i maka tipe-tipe persantren di Indonesia dapat
digolongkan sebagai berikut.
1) Pesantren Tipe A, yaitu pesantren yang sangat tradisional.
Pesantren yang masih mempertahankan nilai-nilai tradisionalnya dalam arti
tidak mengalami transformasi yang berarti dalam sistem pendidikannya
atau tidak ada inovasi yang menonjol dalam corak pesantrennya dan jenis
pesantren inilah yang masih tetap eksis mempertahankan tradisi-tradisi
pesantren klasik dengan corak keislamannnya. Pesantren tipe ini biasanya
digunakan oleh kelompok-kelompok tarikat. Olek karenaitu, pesantrennya
disebut pesantren tarikat.
2) Pesantren Tipe B, yaitu pesantren yang mempuyai sarama fisik,
seperti, masjid, rumah kyai, pondok atau asrama yang disediakan bagi para
santri, utamanya adalah bagi santri yang datang dari daerah jauh, sekaligus
menjadi ruangan belajar. Pesantren ini biasanya adalah pesantren
tradisional yang sangat sederhana sekaligus merupakan ciri pesantren
16
tradisional.
3) Pesantren tipe C, atau pesantren salafi ditambah dengan lembaga
sekolah (madrasah, SMU atau kejuruan) yang merupakan karakteristik
pembaharuan dan modernisasi dalam pendidikan Islam di pesantren.
Meskipun demikian, pesantren tersebut tidak menghilangkan sistem
pembelajaran yang asli yaitu sistem sorogan, bandungan, dan wetonan yang
dilakukan oleh kyai atau ustadz.
4) Pesantren tipe D, yaitu pesantren modern,Pesantren ini terbuka
untuk umum, corak pesantren ini telah mengalami transformasi yang sangat
signifikan baik dalam sistem pendidikanmaupun unsur-unsur
kelembagaannya. Materi pelajaran dan sistem pembelajaran sudah
menggunakan sistem modern dan klasikal. Jenjang pendidikan yang
diselenggarakan mulai dari tingkat dasar (barangkali PAUD dan juga taman
kanak-kanak) ada di pesantren tersebut sampai pada perguruan tinggi.
(Syafe'i, 2017).
2. Fungsi Pesantren
Beberapa fungsi pesantren yang dipetik .
a. Ajaran islam mengajarkan bahwa bertukar informasi yang telah
(Tafaqquh Fi-I-din), informasi umum, bakat, ekspresi, dan nilai-nilai islam.
b. Institusi agama yang melakukan kontrol sosial
c. Lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial.
17
3. Kegiatan Dalam Pesantren
Kegiatan dalam pondok pesantren adalah kegiatan belajar mengajar
antara santri dengan ustadnya. Namun, banyak pula kegiatan ekstra
kurikuler dan kegiatan sehari hari yang terdapat dalam pondok pesantren
antara lain kegiatan ibadah, kegiatan olahraga dan kegiatan keseharian.
Secara umum santri di pondok pesantren mengikuti kegiatan belajar
mengajar (KBM). Di luar KBM, santri mengikuti berbagai kegiatan
amaliyah (praktek) yang berfungsi untuk meneguhkan keilmuan,
menyalurkan, dan memupuk minat bakat para santri. Diantara kegiatan itu
adalah kegiatan organisasi, kegiatan ini sama dengan organisasi OSIS di
sekolah umum, sebuah wadah latihan para santri untuk berorganisasi,
menjadi pemimpin, manajer serta mengembangkan kreativitas santri.
4. Fasilitas di dalam Pondok Pesantren
Sarana dan fasilitas pendidikan digunakan untuk mendukung dan
menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) serta
memudahkan para santri dalam mengikuti kegiatan-kegiatan lain yang
mengarah pada terwujudnya sasaran maupun tujuan institusi. Untuk itu
maka pondok pesantren memiliki berbagai sarana dan fasilitas seperti:
a. Asrama
b. Ruang Kelas
c. Masjid
d. Kantor
e. Perpustakaan Sains-Biologi Fasilitas penelitian dan
perlengkapannya
18
f. Kantin Pelajar
g. Aula
h. Tempat dan sarana olahraga
i. Perkantoran Fasilitas
j. Laboratorium komputer
k. Kamar mandi, WC dan air bersih.
5. Tata Cara Pembelajaran Pondok Pesantren
Tata cara pengajaran pada pondok pesantren sangat berkaitan
dengan pola pendidikan pada pondok pesantren seperti pondok pesantren
terdahulu. Pada pendidikan pondok pesantren di bagi dengan metode
umum.
a. Pembelajaran Umum
Semua pelajaran dapat digunakan dalam pengajaran dan persiapan
pembelajaran. Untuk lebih spesifiknya semua strategi yang dapat digunakan
dalam pembelajaran dan persiapan untuk semua mata pelajaran ini, ada
beberapa strategi, berhitung.
1) Menggunakan buku.
2) Belajar dengan (referensi)
3) Berdakwah
4) Berdiskusi atau berdebat.
b. Pelajaran Khusus
Menggunakan metode dengan belajar mata pelajaran khusus
1) Mengurai
2) Menggabung
19
3) Jalur induktif
6. Karakteristik dan Fenomena Pesantren di Indonesia
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki
karakteristik atau ciri khas, yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan
lainnya yang meliputi yaitu masjid, pondok, pengajaran kitab-kitab Islam
klasik, santri dan Kyai.
a. Masjid
Di dunia pesantren masjid dijadikan ajang atau sentral kegiatan
pendidikan Islam. Dalam konteks yang lebih jauh masjidlah yang menjadi
pesantren pertama, tempat berlangsungnya proses belajar-mengajar adalah
masjid dapat juga dikatakan masjid identik dengan pesantren. Masjid
memiliki fungsi ganda, selain tempat shalat dan ibadah lainnya juga tempat
pengajian terutama yang masih memakai metode sorogan dan wetonan
(bandongan).
b. Pondok / Asrama
Pembangunan sekolah swasta tauhid di lingkungan pesantran
merupakan komponen kesederhanaan yang menjadi ciri kesederhanaan
santri di lingkungan pesantran. Rumah kos dan asrama monoteisme ini
biasanya berjejer di semacam deretan warung di pasar yang sangat. ini bisa
dimanapun kesan kekacauan, kekacauan dan seterusnya. Namun, fasilitas
yang sangat sederhana ini tidak mengurangi semangat para sarjana untuk
belajar.
20
c. Santri / santriwati
Istilah santri/santriwati hanya terdapat di pesantren sebagai
pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan
yang dimiliki oleh seorang kyai/ustadzah yang memimpin sebuah
pesantren. Oleh karena itu santri/santriwati pada dasarnya berkaitan erat
dengan keberadaan kyai/ustadzah.
Ustaz adalah kata bahasa Indonesia yang bermakna pendidik. Kata
ini diserap dari bahasa Arab dari kata, pelafalan dan makna yang sama yaitu
guru atau pengajar.
7. Ciri khas Pendidikan Pondok Pesantren
Lembaga pendidikan pesantren memiliki ciri khas yang berbeda
dengan lembaga pendidikan lain. Secara umum kehidupan di dunia
pesantren akan tergambar dalam kegiatan para kyai dan santri melalui peran
dan fungsinya masing- masing, ciri-ciri tersebut antara lain:
a. Pondok pesantren didirikan oleh seorang kyai yang sudah
bertekad untuk mengabdikan dirinya kepada masyarakat untuk membina
secara khusus dalam pendidikan agama. Segala daya dan upaya yang ia
miliki digunakan untuk terwujudnya sebuah lembaga pondok pesantren.
Masyarakat yang hendak membantu diterima dengan senang hati, tetapi jika
tidak ada bantuan dari masyarakat, dia jalan terus.
b. Para kyai siap mengabdi kepada siswanya untuk memberikan
ilmunya tentang agamanya, karena santri tinggal di asrama yang
disediakan, sehingga tanggung jawab terkait dengan pesantren berakhir
pada kyai.
21
c. Para kyai senantiasa memberikan pembinaan penuh kepada santri
khususnya dalam bidang agama, tetapi juga dalam bidang politik, ekonomi
dan budaya sehingga diharapkan santri setelah meninggalkan pesantrennya
mampu menjadi motivator dan dinamisator dalam masyarakat.
d. Para siswa tinggal di asrama yang telah diberikan oleh kyai,
sehingga pengarahan dan komunikasi antara siswa dengan kyai menjadi
lancar dan sederhana untuk diawasi.
e. Para santri siap mengabdikan diri pada para kyai dan menimba
ilmu dari padanya.
f. Para siswa dipersiapkan untuk berkomitmen pada kyai dan
mengambil informasi darinya.
g. Budaya yang menonjol dari kehidupan pesantren adalah
senantiasa taat.
h. Strategi dan tata cara mengajar di pesantren secara umum adalah
melalui strategi wetonan, bandongan, sorogan.
8. Tujuan Pondok Pesantren
Adapun tujuan dibentuknya pondok pesantren adalah:
a. Mencetak ulama yang menguasai ilmu –ilmu agama dalam hal ini Allah
SWT berfirman dalam surat Attaubah ayat 122 :
Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke
medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
22
Dalam ayat di atas dijelaskan hendaknya ada pengawal umat yang
memberi peringatan dan pendidikan pada umatnya untuk berfikir, berprilaku
serta berkarya sesuai dengan ajaran Islam.
b. Mendidik muslim yang dapat melaksanakan syariat agama
Para santri yang telah menamatkan pelajarannya, walaupun tidak sampai ke
tingkat ulama, setidaknya mereka harus mempunyai kemampuan
melaksanakan syariat agama secara nyata dalam rangka mengisi, membina
dan mengembangkan suatu peradaban dalam perspektif Islami.
c. Mendidik agar objek memiliki ketranpilan dasar yang relevan
dengan terbentuknya masyarakat beragama.
Dengan demikian tujuan pesantren dapat dilihat dari dua segi,
yaitu:
1) Tujuan khusus, yaitu mempersiapkan para santri untuk
menjadi orang yang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai yang
bersangkutan serta mengamalkannnya dalam masyarakat.
2) Tujuan umum , yaitu membimbing anak didik untuk menjadi
manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya
menjadi muballigh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan
amalnya.
Sebagai lembaga penyiaran agama pesantren melakukan kegiatan
dakwah di kalangan masyarakat, dalam arti kata melakukan aktivitas
menumbuhkan kesadaran beragama untuk melaksanakan ajaran–ajaran
Islam secara konsekuen sebagai pemeluk agama Islam. Sebagai lembaga
sosial pesantren ikut terlibat dalam menangani masalah – masalah sosial
23
yang dihadapi masyarakat.
Menurut Zulhimmai jasa besar pesantren terhadap masyarakat
desa, yaitu:
a. Kegiatan tabligh kepada masyarakat yang dilakukan dalam
kompleks pesantren
b. Majelis Ta’lim atau pengajian yang bersifat pendidikan kepada
umum
c. Bimbingan hikmah berupa nasehat kyai kepada orang yang datang
untuk diberi amalan–amalan yang apa yang harus dilakukan untuk mencapai
suatu hajat, nasehat-nasehat agama dan sebagainya. (Zulhimmai, 2017).
C. Dinamika Pesantren
1. Dinamika Keilmuan dan Pendidikan
Pada awalnya berdirinya, pesantren merupakan media pembelajaran
yang sangat simple. Tidak ada klasifikasi kelas, tidak ada kurikulum, juga
tidak ada aturan yang baku di dalamnya. Sebagai media pembelajaran
keagamaan, tidak pernah ada kontrak atau permintaan santri kepada kiai
untuk mengkajikan sebuah kitab, apalagi mengatur secara terperinci materi-
materi yang hendak diajarkan. Semuanya bergantung pada kiai sebagai
poros sistem pembelajaran pesantren. Mulai dari jadwal, metode, bahkan
kitabyang hendak diajarkan, semua merupakan wewenang seorang kiyai
secara penuh.
24
Tidak seperti lembaga pendidikan lain yang melakukanperekrutan
siswa pada waktu-waktu tertentu, pesantren selalu membuka pintu lebar-
lebar untuk paa calon santri kapan pun juga. Tak hanya itu, pondok
pesantren juga tidak pernah menentukan batas usia untuk siswanya.
Siapapun dan dalam waktu kapanpun yang berkeinginan unuk memasuki
pesantren, maka kiyai akan selalu welcome saja.
Dua model pembelajaran yang terkenal pada awal mula berdirinya
pesantren adalah model sistem pembelajaran wetonan non klasikal dan
sistem sorogan. Sistem wetonan/bandongan adalah pengajian yang
dilakukan oleh seorang kiai yang diikuti oleh santrinya dengan tidak ada
batas umur atau ukuran tingkat kecerdasan. Sistem pembelajaran model ini,
kabarnya merupakan metode yang diambil dari pola pembelajaran ulama
Arab. Sebuah kebiasaan pengajian yang dilakukan di lingkungan Masjid al-
Haram. Dalam sistem ini, seorang kiai membacakan kitab, sementara para
santri masing-masing memegang kitab sendiri dengan mendengarkan
keterangan guru untuk mengesahi atau memaknai Kitab Kuning.
2. Pengaruh dan Eksistensi Pesantren
Pada abad ke-18, nama pesantren sebagai lembaga pendidikan
rakyat menjadi begitu berbobot, terutama berkenaan dengan perannya
dalam menyebarkan ajaran Islam. Pada masa itu berdirinya pesantren
senantiasa ditandai dengan “perang nilai” antara pesantren yang akan
berdiri dengan masyarakat sekitar, yang selalu dimenangkan oleh pihak
pesantren, sehingga pesantren diterima untuk hidup dimasyarakat dan
25
kemudian menjadi panutan. Bahkan kehadiran pesantren dengan santri
yang banyak dapat menghidupkan ekonomi masyarakat sehingga dapat
memakmurkan masyarakat sekitar.
Selain itu pesantren juga memiliki hubungan erat dengan pejabat
sekitar. Kiprah kiai dalam menumpas para perusuh mendapat perhatian
besar dari pejabat setempat hingga raja. Tak jarang para Raja mengirim
putra-putrinya untuk belajar pada kiai tertentu, dan sebagai bentuk
penghormatan, pesantren dibebaskan dari pajak tanah. Pada waktu itu kiai
terkenal dengan kesaktiannya, makanya seringkali para Raja mohon
bantuan manakala kerajaan menghadapi kekacauan. Hal ini seperti yang
dilakukan Pakubuwono yang meminta kiai Agung Muhammad Besari
untuk membantunya dalam usaha menghalau musuh. Terpengaruh dengan
adat hindu dimana posisi biksu mendapatkan kasta yang pertama, maka
begitu juga dalam kacamata masyarakat Jawa. Orang-orang ynag berada di
pesantren –baik kiyai maupun santri- mendapatkan tempat yang tinggi
dalam stratifikasi masyarakat. Bahkan tak jarang para Raja menikahkan
anak-anak mereka dengan para kiai tersohor, sehingga menggabungkan dua
strata tertinggi dimasyarakat sekaligus. (Mubin, 2020)
D. Kriteria Penentuan Lokasi Pesantren
1. Kesesuaian dengan pola pondok pesantren yang akan dibangun di
suatu tempat harus berubah menjadi bentuk edukatif yang masih terjangkau
atau sudah melampaui lingkungan sekitar rumah.
2. Tata guna pembangunan pesantren harus menyesuaikan dengan tata
tertib yang telah ditetapkan oleh pemerintah kota, teritorial dan negara
26
bagian, sehingga gedung sekolah yang berfungsi sebagai tempat pendidikan
tidak menyalahgunakan ketentuan yang ada sehingga yang dapat
menyebabkan masalah.
3. Kondisi fisik para pendatang, sebuah prasyarat yang tidak boleh
terlewatkan dan harus diperhatikan dalam perkembangan pesantren, adalah
kondisi fisik para pendatang yang akan dimanfaatkan sebagai area
perencanaan, antara lain:
a. Topografi Lahan
1) Permukaan lahan relatif cukup datar, tidak berbukit.
2) Kemiringan permukaan tanah maksimum 10°.
3) Tidak dibangun di tebing curam.
4) Permukaan tanah memungkinkan hidup vegetasi.
b. Bentuk Lahan
Bentuk lahan yang ideal untuk dijadikan lokasi pesantren adalah
lahan yang berbentuk persegi panjang atau bentuk lain yang mendekati
rasio ukuran panjang dan lebar yang ideal adalah 3:2 atau maksimum
perbandingan panjang dan lebar adalah 2:1.
c. Luas Lahan
Luas lahan ideal untuk pembangunan pesantren adalah sesuai
dengan pembakuan tipe pesantren dengan ditambah antisipasi rencana
pembangunan jika suatu saat pesantren memerlukan pengembangan. Luas
yang ada harus menyisihkan bagian luas lahan untuk ruang terbuka.
27
d. Sarana dan Prasarana
Keadaan sarana dan prasarana di sekitar lokasi pesantren sangat
menunjang dalam pembangunan pesantren, diantaranya adalah kemudahan
sumber air, kemudahan dalam penyambungan jalur listrik dan kemudahan
dalam drainase di sekitar lokasi pondok pesantren.
e. Pencapaian Lokasi
Lokasi pesantren yang dibangun harus mudah dan murah untuk
dicapai, baik dengan menggunakan kendaraan ataupun dengan berjalan
kaki, sehingga peserta didik tidak kesulitan dalam menjangkau sekolah.
Lingkungan untuk pondok pesantren harus jauh dari kebisingan sehingga
tidak mengganggu santri/santriwati untuk belajar.
E. Konsep Arsitektur Ekologis
Istilah ekologis pertama kali diperkenalkan oleh Emst Haeckel ahli dari
ilmu hewan sebagai ilmu interaksi dari segala jenis makhluk hidup dan
lingkungan. Arti kata ekologis dalam bahasa yunani yaitu “oikos” adalah
rumah tangga atau cara bertempat tinggal dan “logos” bersifat ilmu atau
ilmiah. Ekologis dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungan.
Adam (2020).
Beberapa prinsip bangunan ekologis yang antara lain seperti:
1. Penyesuaian terhadap lingkungan alam setempat.
2. Menghemat sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui
dengan menghemat penggunaan energi.
3. Memelihara sumber lingkungan (udara, tanah, air), memelihara dan
28
memperbaiki peredaran alam.
4. Mengurangi ketergantungan kepada sistem pusat energi (listrik, air)
dan limbah (air limbah dan sampah).
5. Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhannya sehari-
hari.
6. Memanfaatkan sumber daya alam sekitar alam perencanaan untuk
sistem bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan maupun
untuk utilitas bangunan (sumber energy, penyediaan air).
Menurut Adam ekologis arsitektur memiliki beberapa kriteria–
kriteria bangunan sehat dan ekologis seperti :
a. Membuat wilayah hijau antar wilayah struktur.
b. Pilih situs struktur yang masuk akal.
c. Memanfaatkan bahan bangunan buatan pribadi.
d. Memanfaatkan ventilasi biasa dalam struktur.
e. Pilih lapisan pembatas dan permukaan atap yang dapat mengurangi
kelembaban.
f. Jaminan bahwa struktur tersebut tidak menyebabkan masalah ekologi.
g. Memanfaatkan tenaga yang berkelanjutan.
h. Membuat bangunan bebas penghalang (dapat digunakan oleh
semua umur).
29
Dalam buku eko-arsitektur, terdapat dasar-dasar pemikiran yang
perlu diketahui, antara lain.
a) Holistik
b) Hemat energi.
c) Material ramah lingkungan.
Perancangan pondok pesantren di Kabupaten Bulukumba dikhususkan
pada penerapan ekologis arsitektur yang hemat energi. Penghematan energi
atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi jumlah energi.
Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi dapat dicapai
dengan penggunaan energi secara efisien dimana manfaat yang sama
diperoleh dengan menggunakan energi yang lebih sedikit, ataupun dengan
mengurangi konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi.
Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta
menggunakan nilai lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi. Adam
(2020).
30
F. Studi Banding
1. Pondok Pesantren Modern Samarinda
Gambar 1. Pondok Pesantren Samarinda
Lokasi terletak di jalan H.A.M. Rifadin Kota Samarinda Seberang,
yang merupakan lokasi yang sangat strategis karena merupakan daerah
yang tidak terlalu ramai sehingga sesuai dengan kriteria pondok pesantren
yang memiliki sifat damai dan tenang, jalan tersebut merupakan jalan akses
poros Kota Samarinda dan Kota Balikpapan, di sekitar lokasi tersebut juga
terdapat banyak rumah warga, stadion utama palaran dan pertanian daerah
tersebut juga sudah termasuk daerah rencana tata ruang wilayah (RTRW).
31
2. Pondok pesantren Al-furqan Ereng Ereng kabupaten Bantaeng
Gambar 2. pondok pesantren Al-Furqan Bantaeng
Pondok pesantren Ereng-ereng adalah sebuah desa yang terletak di
lereng Gunung Lompobattang dengan jarak kurang lebih 25 kilo meter dari
ibu kota Kabupaten Bantaeng. Pondok pesantren ini merupakan pondok
pesantren putri yang dimana terdapat dua di dalamnya yakni MTS dan MA,
yang berada di lereng gunung dengan curah hujan cukup tinggi. Pada
bagian depan pondok pesantren tersebut ini dijadikan salah satu tempat
parkir. Tanahnya yang subur menjadi salah satu sumber penghasilan
sebagian besar penduduk Ereng-ereng, hutan yang cukup lebat berubah
menjadi ladang ladang produktif, seperti kopi, cengkeh dan beberapa jenis
buah-buahan.
32
3. Pondok Pesantren Modern Depok
Lokasi memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan
suatu pondok pesantren, terutama dalam memenuhi kegiatan-kegiatan
penghuninya. Lokasi pondok pesantren berada tepat di Grand Depok City.
Gambar 3. Asrama
Salah tampak depan pondok pesantren depok, yang dimana terdapat
beberapa vegetasi dan lapangan olahraga yang ada di sekitar pondok
Gambar 4. Interior Masjid
Masjid ini sebagai tempat sholat dan belajar bersama ini tidaklah
selalu berbentuk khas seperti halnya didaerah-daerah tertentu, namun
seperti halnya tempat yang menyatu dengan pondok pesantren. Artinya
33
segala kegiatan dilaksanakan di tempat tersebut.
Gambar 5. Interior Sekolah
Ruang Kelas adalah suatu ruangan dalam bangunan sekolah, yang
berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan tatap muka dalam proses kegiatan
belajar mengajar (KBM). Mebeler dalam ruangan ini terdiri
dari meja siswa, kursi siswa, meja guru, dan papan tulis.
Gambar 6. Interior Kamar
Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk
anggota suatu kelompok, umumnya para santri dan terdapat beberapa
tempat tidur di dalamnya.
34
4. Pesantren Langitan
Pondok pesantren langitan adalah termasuk salah satu lembaga
pendidikan islam tertua di Indonesia. Berdirinya lembaga ini jauh sebelum
Indonesia merdeka yaitu tepatnya pada tahun 1852 Masehi, disusun
Mandungan Desa Widag Kecamatan Wida kabupaten Tuban jawa Timur.
Komplek pondok pesantren langitan terletak di samping Bengawan Solo
dan berada di atas areal tanah seluas kurang lebih 7 hektar serta pada
ketinggian kira-kira tujuh meter di atas permukaan laut. Adapun fasilitas
atau sarana yang telah disediakan oleh pondok pesantren langitan.
a. Tempat tinggal/asrama (20 asrama putra dan putri)
Gambar 7. Kamar pada pesantren Langitan
Pada bagian asrama santri tidak terdapat ruang privasi melainkan
hanya tempat tidur yang disatukan di sebuah ruangan dan ditempati lebih
dari 20 orang per ruangan.
35
b. Tempat ibadah
Mushola sebagai tempat shalat berjamaah para santri.
Gambar 8. Musholla
c. Ruang Kelas
Gedung ruang kelas ini terdapat dua lantai dan digunakan sebagai
tempat proses belajar mengajar antara santri dan ustadnya.
Gambar 9.Gedung kelas pesantren Langitan
36
d. Ruang perawatan (POSKESTER)
Gambar 10. Poskester pesantren langitan
Poskester adalah sesuatu yang sangat sering dipikirkan oleh
pengurus pesantren karena menyangkut kondisi kesehatan sehingga para
siswa akan merasa senang merenung jika sehat, jika siswa lemah, pengawas
langitan pesantren dapat mengatasinya sejak itu. mereka menderita
serangan jantung.
e. Gedung pelatihan
Gambar 11. Laboratorium Komputer
Pada pesantren langitan ini telah disiapkan gedung pelatihan yang
di dalamnya terdapat laboratorium komputer yang dapat digunakan oleh
para santri.
37
f. Gedung Perpustakaan
Perpustakaan merupakan gudangnya ilmu pengetahuan, oleh
karena itu sarana berupa perpustakaan wajib ada dalam lembaga pendidikan
apapun. Perpustakaan pesantren langitan dapat dimanfaatkan oleh para
santri untuk belajar atau mencari buku maupun kitab-kitab kuning yang
telah disediakan oleh pengelola pesantren.
g. Lapangan Olahraga
Lapangan olahraga ini dibuat untuk dipergunakan para santri
melakukan kegiatan olahraga.
G. Hadits Tentang Prinsip Pendidikan
Pelatihan pemikiran Islam adalah mendukung, membesarkan dan
mendidik yang sekaligus mengandung arti penting dalam mendidik,
sehingga persekolahan adalah memberikan arahan yang disadari oleh guru
tentang kemajuan psikologis atau fisik dan informasi yang mendalam
menuju pengembangan karakter utama. Sebagian dari standar fundamental
mengenai mencari informasi dan arahan dalam menyampaikan informasi
yang esensial bagi interaksi instruktif terdapat dalam hadits-hadits berikut
ini:
عز وجل ال يتعلوو إال ا يبتغ بو وجو للا هن تعلن علوا هو
ت يىم القياهتليصيب بو عرضا هن الدنيا لن يجد عرف الجن
“Barang siapa yang mempelajari suatu ilmu (belajar agama) yang
harusnya diharap adalah wajah allah, tetapi ia mempelajarinya
38
hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan
mendapatkan wangi surga di hari kiamat”
Dalam sunnah Abu Dawud bercantum dalam hadis nomor 3664,
dalam sunan ibnu Majah tercantum dalam hadis nomor 252, dan dalam
masnad Ahmad tercantum dalam II; 23, dan lain-lain, yang bersumber dari
Abu Hurairah.
العلواء أو ليواري بو السفهاء أو هن طلب العلن ليجاري بو
النار يصرف بو وجىه الناس إليو أدخلو للا
“Barang siapa menuntut ilmu untuk menyaingi para ulama, atau
untuk menyombongi orang-orang bodoh atau untuk memalingkan
pandangan orang- orang kepadanya, maka Allah memasukkan sedalam
neraka” Riwayat al-Tirmidzi.
Dalam pandangan Jalal al-Din al-suyuthi, hadis yang bersumber dari
periwayatan Ka’ab ibn Malik ini kualitasnya hasan namun, ada hadits lain
yang berbeda redaksi dengannya, seperti hadits dibawah ini:
هن أراد الدنيا فعليو بالعلن , وهن أراد الخرة فعليو بالعلن
Barang siapa yang menghendaki dunia, maka kewajibannya
menggunakan ilmu. Dan barang siapa menghendaki akhirat, maka
kewajibannya menggunakan ilmu”. (Mawai’zh al-Imam asy-Syafi’I, 1/20).
39
BAB III
METODE PERANCANGAN
A. Metode Pendekatan
Metode pendekatan pada bab tiga adalah perancangan sebagai acuan
dalam merencanakan premis program perancangan terkait dengan pertanyaan
rencana yang akan dilaksanakan, khususnya perancangan pondok pesantren di
Kabupaten Bulukumba dengan konsep arsitektur ekologis. Dengan strategi
pendekatan yang digunakan, maka perancangan pondok pesantren di
Bulukumba mewujudkan cita-cita dalam memenuhi kapasitas, kebutuhan dan
estetika tampilan pada umumnya, sehingga mampu mewujudkan keinginan
masyarakat. Inti dari pendekatan yang digunakan di pesantren
menggabungkan pendekatan ekologis, humanis, alamiah, dan syar’i.
B. Ide Perancangan
Pemilihan obyek perancangan pondok pesantren di Kabupaten
Bulukumba dengan konsep arsitektur ekologis ini, didasari dari wawasan
sekolah Islam inklusif di situs Dinas Agama, jumlah pesantren di Sulawesi
hanya 294 update. Di daerah Bulukumba sendiri terdapat 11 pondok pesantren
yang tinggal di dalam, namun sebenarnya mereka memiliki permasalahan
terkait perkantoran dan tempat latihan siswa. Salah satunya adalah pondok
pesantren Galung Beru, daerah lokal Bulukumba, namun sebenarnya pesantren
ini memiliki kantor pendukung untuk kegiatan hirarki santri, misalnya gedung
aula dan gedung organisasi. Saat ini, pondok pesantren inklusif di Sulawesi
Selatan, khususnya di wilayah Bulukumba, sebenarnya membutuhkan kantor
40
(Diana, 2016), sehingga menjadi kendala bagi siswa untuk memanfaatkan
kapasitas pesantren.
Dalam perancangan ini nantinya pondok pesantren di Kabupaten
Bulukumba akan menjadi sarana fasilitas pendidikan yang secara khusus
mendidik dan mengajarkan akhlak dan budi pekerti yang dasarnya sesuai
dengan syariat agama Islam dan selain itu nantinya, bangunan ini akan
menerapkan konsep arsitektur ekologis, bangunan yang memperhatikan
lingkungan dan alam sekitar demi masa depan.
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dalam rangka untuk melihat secara
langsung kondisi lapangan, selain itu juga dilakukan dengan memperhatikan
dokumentasi atau catatan yang mendukung penelitian. Dalam penyusunan
konsep perancangan pondok pesantren di Kabupaten Bulukumba, beberapa
strategi digunakan dalam pengumpulan data sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah mencoba mencari informasi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan perancangan, langkah ini memasukkan persepsi terkait objek
komparatif, melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait pada
perancangan dan subjek. Dalam deeply interview yang akan dilakukan,
cenderung ke Dinas Penyuluhan Bulukumba dan masyarakat Bulukumba.
2. Data Survei
Untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan area lokasi dan
kondisi objek di dalam lapangan melalui persepsi koordinat lokasi. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam melakukan survei:
41
a. Kondisi fisik dan eksisting lokasi, dihitung: bentuk lokasi, topografi,
hidrologi, klimatologi, lokasi, vegetasi, dan drainase
b. Kondisi lingkungan sekitar lokasi, kebisingan, sarana dan prasarana
terdekat, kondisi sosial masyarakat sekitar, dan akses jalan menuju lokasi.
3. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan seluruh jumlah dari subjek yang akan diteliti oleh
seorang peneliti. Misalnya 1000 orang dikatakan sebagai populasi karena
terkait dalam suatu penelitian. Kemudian pada pendapat lain mengatakan
bahwa secara harfiah pengertian populasi adalah seluruh variabel yang terkait
dengan topik pada penelitian. Sedangkan Sampel adalah bagian dari populasi
yang memiliki karakteristik mirip dengan populasi itu sendiri. Sampel disebut
juga contoh. Nilai hitungan yang diperoleh dari sampel inilah yang disebut
dengan statistik.
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah teknik
pengambilan sampel dari populasi. Sampel yang merupakan sebagian dari
populasi tersebut, kemudian diteliti dan hasil penelitian (kesimpulan)
kemudian dikenakan pada populasi (generalisasi). Teknik sampling bisa
dilakukan bila populasi bersifat homogen atau memiliki karakteristik yang
sama atau setidak-tidaknya hampir sama. Dan apabila keadaan populasi
bersifat heterogen, maka sampel yang dihasilkannya dapat bersifat tidak
representatif atau tidak dapat menggambarkan karakteristik populasi.
42
4. Parameter
Parameter merupakan ukuran seluruh populasi penelitian yang harus
diperkirakan. Parameter juga merupakan indikator dari suatu distribusi hasil
pengukuran. Keterangan informasi yang dapat menjelaskan batas-batas atau
bagian-bagian tertentu dari suatu sistem.
Suatu parameter didefinisikan, terukur dan konstan atau variabel
karakteristik, dimensi, properti, atau nilai dari sekumpulan data (populasi)
karena dianggap penting untuk memahami situasi (dalam memecahkan
masalah). Sebagai perbandingan parameter menetapkan batas eksternal situasi
tetapi tidak membantu dalam menilai, dan statistik adalah ukuran sampel dan
bukan dari populasi.
5. Studi Banding
Melakukan studi banding terhadap obyek-obyek yang berkaitan dengan
pondok pesantren, terkait dengan arsitektur ekologis. Dalam studi banding
yang dilakukan adalah mengamati dan menganalisis kelebihan dan kekurangan
dari objek studi banding. Kemudian hasil yang akan digunakan untuk bahan
acuan dan pemikiran dalam perancangan, sehingga hasil dari perancangan
akan lebih baik dari pada perancangan dalam pemikiran perbandingan.
6. Data Sekunder
Data sekunder adalah langkah untuk mencari informasi tentang hal-hal
atau faktor-faktor dalam kerangka catatan, referensi, tulisan dari buku, koran
harian, majalah, rencana, dokumentasi dari organisasi terkait RDTR, Bapenas,
BPS, dan sebagainya berkenaan dengan objek perencanaan.
43
a. Studi Literatur
Mencari data pendukung terkait dengan perancangan pondok
pesantren di Kabupaten Bulukumba dengan konsep arsitektur ekologi. Serta
menggali data melalui buku referensi dan web, untuk menggali informasi
yang berkaitan dengan objek, topik, konsep rencana, dan sebagainya.
b. Metode Dekumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal–hal atau
variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang:
1) Data pondok pesantren dan persyaratan pondok pesantren
2) Data lengkap tentang objek perancangan pondok pesantren
3) Data tentang tema dan konsep perancangan serta wawasan ke
Islaman yang terkait dengan bahasan tema dan objek.
D. Analisis
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
mudah dipelajari dan diuraikan. Dari pengertian tersebut, yang dimaksud
analisis dalam melaksanakan suatu perancangan dapat berupa suatu pegangan
untuk penyederhanaan semua data yang berkaitan dengan pertanyaan dan
topik rencana tersebut menjadi suatu bentuk pembicaraan dan pengetahuan
yang secara efektif dipahami melalui penjabaran pikiran yang dimiliki.
Dalam perancangan arsitektur, pengaturan strategi sangat penting.
Karena analisis merupakan sudut pandang yang harus mempertimbangkan
banyak hal sehubungan dengan penataan area lokasi yang dipilih. Pembahasan
analisis dalam bab ini dibagi menjadi tujuh bagian, yaitu analisis tapak,
44
analisis fungsi, analisis pengguna dan aktifitas, analisis ruang, analisis bentuk,
analisis struktur dan analisis utilitas. Adapun strategi yang digunakan untuk
menganalisis data adalah:
1. Analisis Lokasi
Analisis lokasi adalah analisis yang dilakukan pada kawasan yang dipilih
dan jangkauan cakupannya dengan maksud untuk mengetahui segala sesuatu
atau potensi yang ada di dalam kawasan tersebut. Pemeriksaan lokasi juga
berfungsi untuk menentukan poin yang menarik dan kekurangan dari potensi
yang ada di sekitar lokasi, sehingga memudahkan penanganan rencana di masa
mendatang.
2. Analisis Fungsi
Analisis fungsi dilakukan untuk menentukan ruang yang diperlukan
dalam perancangan pondok pesantren dengan mempertimbangkan pengguna
atau pelaku, aktivitas dan kegunaannya. Dalam perluasan, analisis fungsi
sangat berharga untuk menentukan besaran ruang yang diperlukan dan
organisasi atau hubungan antar ruang. Dengan kajian yang bermanfaat,
diyakini bahwa perancangan ini dapat memenuhi semua kebutuhan ruang
sesuai dengan kesepakatan pengguna dan aktivitas di dalamnya dengan
memperhatikan pedoman tata ruang dalam lingkup nasional dan universal.
3. Analisis Pengguna dan Aktivitas
Analisis aktivitas dan pengguna dilakukan untuk menentukan aktivitas
apa yang dilakukan oleh pengguna dalam perancangan pesantren. Analisis ini
dapat menjadi langkah awal untuk dapat menentukan jumlah ruang, ruang
yang dibutuhkan dan sirkulasi di dalam gedung sesuai dengan pekerjaan yang
45
telah dianalisis melalui investigasi pekerjaan dengan langkah-langkah yang
terjadi dalam hubungan ruang atau organisasi ruang.
4. Analisis Kebutuhan Ruang
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan prasyarat dan
standar jumlah ruangan yang dibutuhkan untuk rencana pondok pesantren.
Sehingga pengguna di dalamnya mendapat penghiburan sesuai dengan
pekerjaan dan format ruangan yang diimbangi dengan konsep perancangan,
yaitu arsitektur ekologis.
5. Analisis Bentuk dan Tampilan Bangunan
Analisis bentuk yaitu analisis yang dilakukan untuk memunculkan
bentuk dasar bangunan dan karakter bangunan yang serasi dan saling
mendukung.
a. Jenis Massa bangunan
Pada perancangan pondok pesantren ini menggunakan jenis massa
majemuk atau bermassa banyak, tiap massa bangunan dipisahkan sesuai fungsi
masing-masing. Kemudian pembuatan jalur pedestrian dan jalan untuk
menghubungkan dari bangunan satu ke bangunan yang lain dengan diberi
kanopi sebagai peneduh.
b. Bentuk dan Tampilan Bangunan
Pada bagian denah tiap bangunan menyusaikan dengan bentuk tapak
sehingga dapat memaksimalkan pemanfaatan ruang.
46
6. Analisis Struktur
Analisis ini sangat penting karena secara khusus berkaitan dengan
bangunan, lokasi, dan lingkungan sekitarnya. Dalam perluasannya,
pemeriksaan ini dapat menjadi kewajiban perencanaan terkait dengan
kekuatan dan umur bangunan di masa yang akan datang. Dipercaya dengan
adanya pemeriksaan ini, sebuah Rencana Pembangunan Pesantren di
Bulukumba aturan dengan konsep arsitektur ekologis dapat memiliki kriteria
bangunan yang tangguh dan tidak merugikan klien dan masyarakat sekitar.
Pemeriksaan dasar meliputi kerangka struktur bangunan dan bahan yang
digunakan.
7. Analisis Utilitas
Analisis ini merupakan analisis yang memberikan gambaran mengenai
sistem utilitas yang akan digunakan pada perancangan pondok pesantren di
Kabupaten Bulukumba. Analisis utilitas yaitu meliputi: analisis air bersih,
analisis limbah cair dan padat, analisis listrik, dan analisis kebakaran.
a. Analisis Air Bersih
Sistem air bersih yang akan digunakan adalah sistem air ditampung
ditangki bawah karena, dinilai lebih efisien, dengan cara kerja air bersih dari
sumur di tarik ke atas kemudian, mengunakan pompa air ke water toren atau
(penampungan air) yang berada di atas, lalu di distribusikan ke setiap lantai
mengunakan gaya grafitasi melalui setiap pipa-pipa pralon pada jaringan
utilitas air bersih.
47
b. Analisis Limbah Cair dan Padat
Sistem Limbah Cair dan Padat pada bangunan tidak langsung di buang
ke pembuangan limbah melainkan di filterisasi melalui pengendapan kotoran
di Septic Tank dan sumur resapan dan selanjutnya limbah cair di buang ke
pembuangan limbah.
c. Analisis Listrik
Sistem kelistrikan utama mengunakan listrik dari PLN yang tersedia di
sekitar site sehingga lebih praktis dikarenakan jaringan melintasi sebelah
selatan site, dan pengunaan genset pada saat listrik padam sebagai penganti
tenaga listrik utama sehingga aktifitas pondok pesantren dapat tetap berjalan.
d. Analisis Kebakaran
a) Apar adalah alat pemadaman yang bisa dibawa/dijinjing dan
digunakan atau dioperasikan oleh satu dan berdiri sendiri dengan keadaan
yang akan menggunakan apar supaya lebih baik dan agar lebih teliti dalam
menggunakannya.
b) Fire Hydrant Berupa kotak dengan selang didalamnya dengan
tegangan air yang tinggi untuk memadamkan api secara manual dan
ditempatkan di tiap lantai.
48
E. Kerangka Pikir
Latar Belakang Masalah
Pesantren di Kabupaten Bulukumba masih minim fasilitas
Rumusan Masalah
1.Bagaimana menentukan pendekatan konsep perancangan pondok pesantren di Kabupaten Bulukumba secara ekologis. 2. Bagaimana menentukan pendekatan desain pondok pesantren di Kabupaten Bulukumba secara ekologis.
Tujuan Penulisan
1. Menganalisis pendekatan konsep perancangan pondok pesantren di Kabupaten Bulukumba. 2. Mengaplikasikan pendekatan konsep melalui perancangan pondok pesantren di Kabupaten Bulukumba secara ekologis.
Judul
Perancangan Pondok Pesantren Di Bulukumba Dengan Konsep Arsiektur Ekologis
Tinjauan Pustaka
Tinjauan Umum dan Arsitektural Studi Literatur Studi Banding
Metode Perancangan
Analisis Data
Pengumpulan Data
Data Primer Data Sekunder
Analisis Lokasi, Tapak, Fungsi, Pengguna dan
Aktifitas
Analisis ruang, analisis bentuk, analisis struktur, analisis utilitas
Desain Fisik
Konsep Desain
Ide Rancangan Menerapkan pendekatan arsitektur
ekologis sebagai pedoman perancangan
49
BAB IV
KONSEP PERANCANGAN
A. Konsep Tapak
1. View
Ada beberapa elemen yang mendukung keindahan bangunan agar
pengguna dapat menikmatinya, namun salah satunya adalah posisi orientasi
bangunan agar dapat menarik pandangan yang baik.
Gambar 12 . Perspektif Kawasan
Ada beberapa bangunan di lokasi desain ini, dan view dari luar menghadap
ke jalan utama. Letak bangunan harus mengarah ke bagian tersebut agar
menghasilkan pemandangan yang dapat menarik perhatian.
2. Sirkulasi
Sirkulasi adalah pergerakan atau perputaran keluar masuk suatu hal. Akses
menuju gedung sangat berpengaruh bagi kenyamanan pengguna. Akses yang baik
sangat membantu dalam menjangkau gedung yang anda tuju. Untuk itu, saat
merancang sebuah bangunan, lokasi desain harus dekat dengan jalan raya agar
aksesnya tepat.
50
Gambar 13. Sirkulasi
Tiga titik akses yang terletak di timur dan selatan dipasang di tempat untuk
memperlancar sirkulasi kendaraan, yakni jalur masuk, jalur keluar dan
pedestrian.
3. Matahari, angin dan kebisingan
a. Matahari
Lokasi tapak merupakan daerah dengan iklim tropis. Arah site berada
di jalan utama yang menghadap ke timur. Seperti terlihat pada gambar di bawah
ini menunjukkan arah matahari dari timur ke barat, sehingga memiliki solusi
untuk mendapatkan ruang di dalam gedung mendapatkan sinar matahari dan
mengurangi penggunaan listrik, namun tidak menimbulkan radiasi yang akan
membawa ketidaknyamanan pada ruangan.
Untuk memanfaatkan sinar matahari untuk masuk ke dalam bangunan,
maka diperbanyak bukaan di bagian depan dan belakang bangunan untuk
mengurangi radiasi yang masuk ke dalam bangunan, maka diberi vegetasi dan
tanaman rambat di sekitar bangunan.
51
Gambar 14. Orientasi Matahari
b. Angin
Sebagian besar lokasi dipengaruhi oleh angin lokal. Hal ini
dikarenakan kondisi lokasi dan arah angin dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Kondisi ini terjadi dari siang hingga sore hari untuk meminimalkan kecepatan
angin lokal yang dapat mempengaruhi bangunan, dan angin bertiup dari barat dan
timur, jadi diletakkan pohon di sekitar untuk mengurangi angin kencang, agar
bangunan tetap terjaga.
Gambar 15. Arah Angin
52
c. Kebisingan
Kebisingan memiliki dampak yang signifikan terhadap kenyamanan
pengguna bangunan dan pengunjung. Vegetasi digunakan sebagai sumber
kebisingan untuk merancang bangunan untuk mengurangi kebisingan
Gambar 16. Kebisingan
B. Konsep Program Ruang
Zona pada lokasi pondok pesantren ini terdapat empat zona yaitu, zona public,
zona semi public, zona privat, dan zona servis.
Gambar 17. Program Ruang
53
1. Zona Publik
Zona publik terdiri dari taman, lapangan dan masjid.
2. Zona Semi Publik
Zona semi publik terdiri dari lab, ruang guru, aula dan ruang organisasi.
3. Zona Privat
Zona privat terdiri dari asrama, dan uks.
4. Zona Servis
Zona servis terdiri dari parkiran,kantin dan kebun sekolah.
C. Konsep Tata Massa Dan Tampilan Bentuk Bangunan
Tata massa dalam perancangan pondok pesantren ini melibatkan penggunaan
beberapa atau banyak massa. Pusat orientasi kawasan adalah asrama, yang
merupakan bangunan utama. Jalan pedestrian digunakan untuk menghubungkan
satu gedung dengan gedung lainnya.
Gambar 18. Tata Massa Dan Tampilan Bangunan
54
D. Konsep Kelengkapan Bangunan
1. Sistem Struktur
Sistem struktur bangunan asrama pesantren ini terbagi menjadi dua bagian
yaitu struktur bawah atau substruktur yang menggunakan pondasi footplate, dan
struktur intermediate atau menengah yang menggunakan kolom dan balok beton
bertulang serta pelat beton.
a. Lower Struktur
Pada perancangan gedung utama asrama pondok pesantren
menggunakan pondasi footplat dan sloof menggunakan beton bertulang.
Gambar 19. Rencana Pondasi
55
Gambar 20. Rencana Sloof
Perancangan gedung asrama pondok pesantren ini menggunakan
struktur beton bertulang.
Gambar 21. Rencana Kolom
56
Gambar 22. Rencana Balok
2. Sistem Utilitas
Sistem utilitas pondok pesantren di kabupaten Bulukumba meliputi air
bersih, air kotor, listrik dan sistem pemadam kebakaran.
b. Jaringan air bersih
Air bersih didapat dari air sumur dan PDAM, dan airnya dialirkan ke
dalam tangki yang letaknya lebih tinggi dari gedung, dan didistribusikan ke
masing-masing ruangan. Khususnya, air dari PDAM hanya digunakan jika air
sumurnya kering.
Gambar 23. Air Bersih
57
c. Jaringan Listrik
Penggunaan listrik utama di kawasan ini adalah menggunakan jaringan
listrik PLN, namun jika terjadi pemadaman listrik akan menggunakan listrik dari
mesin genset yang dipasang di bagian belakang kawasan.
Gambar 24. Jaringan Listrik
d. Pemadam kebakaran
Jika terjadi kebakaran, letakkan APAR di dinding koridor dekat pintu
agar mudah dijangkau, padamkan hidran secara manual, dan letakkan di setiap
lantai.
Gambar 25. Pemadam Kebakaran
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada akhir pembahasan ini, setelah melalui beberapa tahapan di atas, maka
dapat dikesimpulan sebagai berikut:
1. Pendekatan arsitektur pada kawasan pondok pesantren diharapkan dapat
menjadi penghubung bagi pengguna agar memiliki semangat berwawasan
lingkungan, sekaligus dapat menciptakan kesinambungan antara pengguna,
kegiatan, sistem, bangunan, dan lingkungan sekitarnya. Pada sistem pertanian
aspek ekologis sangat diutamakan mulai dari proses hulu hingga proses hilir,
misalnya dalam hal penggunaan bibit dan pupuk organik. Dengan penggunaan
sistem pertanian, maka kelestarian alam akan ikut terjaga.
2. Penerapan prinsip ekologis dalam pondok pesantren dapat dilihat dari
sistem pertanian. Konsep arsitektur ekologis akan diterapkan pada
perancangan pondok pesantren dengan tetap memperhatikan kebutuhan
bangunan dan keselarasannya dengan lingkungan sekitar. Penerapan konsep
arsitektur ekologis bertujuan untuk mewujudkan desain massa bangunan dan
tata area pesantren yang berwawasan lingkungan.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, perlu diperhatikan data-data yang
mungkin belum memenuhi persyaratan dalam perancangan dan penerapan
kriteria belum terpenuhi. Semoga konsep dan perancangan ini dapat dijadikan
acuan sebagai pengembangan oleh pemerintah setempat khususnya di
kabupaten Bulukumba.
59
DAFTAR PUSTAKA
Adam, M. (2020). Penerapan Konsep Arsitektur Ekologi Pada Pesantren Tahfizh Al- Qur'an Di Kota Kendari. 124-125.
Dhofier. (2016). Pondok Pesantren Tradisional. 23.
Herman. (2 juli 2015). Herman. Sejarah Pesantren di Indonesia, 152-153.
Ikhsan. (2016). Pesantren Ulul Albab Dengan Konsep Pendekatan Arsitektur Islam. 7-12.
Jacobsen, D. p. (2009). Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA, 128- 131.
Leksatma, D. E. (2018). Perencanaan Dan Perancangan Islami Putra Putri Mandiri Di Kecamatan Sekayu. 1-2.
Mubin, F. (2020). Fakhrul Mubin. Pondok Pesantren Dalam Ranah di Indonesia, 7-8.
Mastuhu. (2016). Pondok Pesantren Tradisional. 24.
Nasir. (2016). Pondok Pesantren Tradisional, 23.
Rahmat. (2020). Perancangan Pondok Pesantren Modern Di Kabupaten Maros, 1-2.
Rahmah. ( 28 Agustus 2019). Abidah. Desain pesantren muslimah menengah keatas dengan sistem struktur modular di gresik dengan penonjolan Arsitektur Berwawasan Lingkungan, 248.
Safrizal. (2017). Pondok Pesantren Modern Dengan Konsep Green Building. 12-21
Shellyn, J. (2007). Gedung Resepsi Pernikahan Paripurna Dengan Konsep Pendekatan Arsitektur Ekologis Di Yogyakarta. 22-25.
Satrio. (Juli 2018). Ryan. Penerapan Aristektur Ekologis Pada Perancangan Pesantren Agrobisnis, 171-173.
Sistem struktur dan konstruksi bangunan. (2016, 01 30).
Susan. (2016). Ilmu Hadits. 37-41.
Syafe'i, I. (8 Mei 2017). Imam syafe'i. Pondok Pesantren Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter, 92-93.
Thalib, E. J. (2020). Erwin Jusuf Thalib. Pesantren Al-huda ulama dan Jejak Sejarah Dakwah Ulama Hadramaut di Gorontalo, 832-833.
Zulhimmai. (2017). Zulhimmai. Dinamika perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia.