PERANCANGAN E-SCM PADA PT SUPERPOLY INDUSTRY
Transcript of PERANCANGAN E-SCM PADA PT SUPERPOLY INDUSTRY
PERANCANGAN E-SCM PADA PT SUPERPOLY INDUSTRY
Rudy
1
; Jackson
2
; Christina Desi
3
; Ishak Eko Hadi T.
4
1, 2, 3, 4
Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Nusantara,
Jln. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan/palmerah, Jakarta Barat 11480
ABSTRACT
Manufacturing companies always strives to improve performance, namely in production of goods in time, management
of material supply to prevent out of stock by exchanging informationwith suppliers, and on time delivery of goods to distributors
to meet customer satisfaction on manufactured products. The purpose of this study is to analyse the supply chain management
and to design the electronic supply chain management (e-SCM) on Superpoly Industry Company so it able to give accurate
and reliable information also support the better supply chain acitivity for the company. The used research methods are
preliminary steps (energize the organization, enterprise vision, supply chain value assessment, opportunity identification, and
strategy decision) for the analysis and for the design consist of supply chain management strategic, customer and service
management, manufacturing and supply chain planning, supplier relationship management, logistics resource management,
and architecting. The conclusion is the e-SCM application will make it easier for the distributor to order merchandise from
the company because information channel is open, which is website and information flow between supplier, company, and
distribution is getting better.
Keywords: supply chain management, electronic supply chain management, company
ABSTRAK
Perusahaan manufaktur selalu berupaya untuk meningkatkan kinerja, yaitu dalam melakukan produksi barang yang
tepat waktu, pengendalian persedian bahan baku untuk mencegah kehabisan bahan baku dengan saling bertukar informasi
kepada supplier, dan penyaluran produk ke distributor yang tepat waktu untuk dapat memuaskan pelanggan akan produk yang
dibuat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis supply chain management dan perancangan electronic supply chain
management (e-SCM) pada PT Superpoly Industry sehingga dapat memberikan informasi yang akurat dan terpercaya serta
mendukung kegiatan supply chain perusahaan yang lebih baik lagi. Metode penelitian yang diterapkan dalam analisis dan
perancangan e-SCM adalah preliminary steps (energize the organization, enterprise vision, supply chain value assessment,
opportunity identification, dan strategy decision) untuk analisis dan untuk perancangan terbagi atas supply chain management
strategic, customer and service management, manufacturing and supplychain planning, supplier relationship management,
logistics resource management dan architecting. Simpulan hasil analisis dan perancangan adalah bahwa melalui aplikasi
e-SCM ini memudahkan distributor untuk memesan barang ke perusahaan karena terbukanya satu channel informasi, yaitu
website dan aliran informasi semakin baik antara supplier, perusahaan, dan distributor.
Kata kunci: supply chain management, electronic supply chain management, perusahaan
PENDAHULUAN
Saat ini perusahaan manufaktur sedang berupaya
untuk meningkatkan kinerja, yaitu dalam melakukan produksi
barang yang tepat waktu, pengendalian persedian bahan
baku untuk mencegah kehabisan bahan baku dengan saling
bertukar informasi kepada supplier, dan penyaluran produk
ke distributor yang tepat waktu untuk dapat memuaskan
pelanggan akan produk yang dibuat. PT Superpoly Industry
adalah sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi
Superland springbed, busa, cushion, dan bantal, yang pada
saat ini telah melakukan kegiatan produksinya dengan
bantuan komputer dalam melakukan pencatatan pesanan
penjualan dari distributor, pendataan persediaan bahan
baku, pembuatan pesanan pembelian ke supplier, dan dalam
pembuatan laporan keuangan dalam perusahaan.
Dengan demikian, PT Superpoly Industry memerlukan
suatu sistem yang dapat menampilkan informasi yang akurat
bagi perusahaan. Karena ada beberapa masalah seperti tidak
ada warning (peringatan) bila bahan baku telah minimum,
diperlukan pengecekan secara manual oleh karyawan bagian
pabrik setiap harinya. Sistem yang dapat mengatasinya adalah
Electronic Supply Chain Management (e-SCM) dan dengan
penerapan e-SCM itulah kegiatan mulai dari produksi barang,
pengendalian persediaan bahan baku, penyaluran barang
serta peramalan ataupun inovasi terhadap suatu barang dalam
perusahaan yang dilakukan secara terkomputerisasi dan online. Hal itu karena e-SCM dapat digunakan perusahaan
untuk bekerja sama dengan supplier untuk saling bertukar
informasi mengenai bahan baku ataupun yang lainnya secara
on-line.
Ruang lingkup penelitian, yaitu (1) Membahas integrasi
antara pemesanan, pembelian bahan baku dari supplier,
penyimpanan barang, sampai pada pendistribusian barang ke
distributor dan pembuatan laporan pembelian serta penjualan;
dan (2) Tidak membahas sistem pembayaran dan product
development. Tujuan penelitian adalah (1) Melakukan analisis
terhadap sistem supply chain yang ada pada perusahaan; dan
(2) Melakukan perancangan aplikasi e-SCM yang dapat
menyajikan informasi akurat dan terpercaya serta mampu
mendukung kegiatan supply chain perusahaan yang lebih baik
lagi. Manfaat penelitian, yaitu (1) Bagi perusahaan adalah
untuk media saling bertukar informasi dan saling mengakses
informasi, baik antara perusahaan dengan supplier maupun 28 CommIT,Vol. 3 No. 1 Mei 2009, hlm. 27 - 33
antara perusahaan dengan distributor; dan (2) Meningkatkan
efisiensi pekerjaan karyawan dan pemenuhan kebutuhan
distributor dengan penggunaan teknologi informasi.
Sebuah supply chain terdiri dari keterlibatan setiap
mata rantai persediaan, baik itu secara langsung maupun tidak
langsung untuk memenuhi permintaan pelanggan (Chopra
dan Meindl, 2004: 4). Supply chain tidak hanya mencakup
manufaktur atau pabrik dan pemasok, tetapi juga melingkupi
kegiatan konstruksi, transportasi, pergudangan, penjualan
eceran hingga ke pelanggan itu sendiri. SCM merupakan
aplikasi software yang mengoptimisasi proses bisnis untuk
pembelian bahan baku hingga menghasilkan produk jadi
yang akan didistribusikan dengan adanya hubungan langsung
antara sistem informasi logistik organisasi yang terintegrasi
dengan supplier dan distributornya (Whitten, Bentley, dan
Dittman, 2004: 34).
Pengertian Electronic Supply Chain Management
(e-SCM) adalah filosofi manajemen strategis dan taktis yang
mencari ke jaringan kumpulan kapasitas produktif dan sumber
daya pada perpotongan sistem saluran (channel) supply
melalui aplikasi pada teknologi internet dalam mencari solusi
yang inovatif dan selaras pada kemampuan pemakaian saluran
(channel) untuk kreasi yang unik, sumber daya individualis
pada nilai konsumen (Ross, 2003: 18).
Ada 5 tahap yang harus dilakukan dalam melakukan
analisis supply chain management pada perusahaan
(Gambar 1) yang meliputi tahap berikut (Ross, 2003: 131-
138). Pertama, Energize the Organization. Mempersiapkan
organisasi untuk e-SCM merupakan hal yang penting sebelum
menentukan strategi bisnis. Kedua, Enterprise Vision. Tujuan
proses itu adalah untuk menentukan seberapa dalam tingkat
kesadaran para eksekutif akan pentingnya e-Business bagi
perusahaan. Ketiga, Supply Chain Value Assessment. Tujuan
tahap itu adalah untuk mengidentifikasi dan memberi
prioritas terhadap inisiatif e-Business yang harus dipilih yang
akan memberikan keuntungan terbesar bagi perusahaan dan
rekan bisnis. Keempat, Opportunity Identification. Langkah
pertama dalam tahap ini, yaitu memprioritaskan alternatif
e-Business. Kelima, Strategy Decision. Setelah pemetaan
peluang e-SCM selesai, eksekutif perusahaan dapat memulai
proses perencanaan.
Gambar 1 Strategy Steps (Sumber: Ross, 2003)
Dalam melakukan perancangan e-SCM, ada 5 tahap yang
harus dilakukan (Ross, 2003: 138-339). Pertama, Developing
e-SCM Strategy. Dalam mengembangkan strategi e-Supply
Chain Management, terdapat beberapa segmen atau tahapan
yang harus diperhatikan. Segmen tersebut, yaitu constructing
the business value proposition, defining the value portfolio,
structuring the scope of collaboration, ensuring effective
resource management, dan pursuing growth management.
Kedua, Customer and Service Management. Dibagi menjadi 3
fungsi, yaitu pemasaran (menciptakan merk suatu perusahaan,
mengidentifikasi customer, memilih produk dan layanan apa
yang akan ditawarkan, mendesain promosi, mengiklankan,
dan penentuan harga), penjualan (produk dan layanan), dan
layanan (customer support). Ketiga, Manufacture and Supply
Chain Planning. Gambaran geografi dari sistem manufaktur,
peralatan komputer yang tersedia untuk merespons
kebutuhan akan operasi manufaktur yang lebih efektif dan
efisien, termasuk di dalamnya untuk pengadaan barang.
Dibagi menjadi 3 bagian, yaitu manufacturing planning,
production and process management, dan plant maintenance.
Keempat, Supplier Relationship Managemant. Sesuai dengan
perkembangan sebuah industri, kebanyakan alasan gagalnya
perluasan pasar berbasis elektronik adalah supplier tidak
memahami konsep e-market itu sendiri. Oleh karena itu,
dibutuhkan perancangan supplier relationship management
yang dibagi menjadi 3 bagian, yaitu EBS backbone functions,
service functions, dan processing. Kelima, Logistics Resource
Managemant. Electronic Logistic Resource Mangement
(e-LRM) adalah proses pada manufaktur dan supplier yang
menggerakkan produk dan layanannya kepada customer
menggunakan internet. e-LRM memungkinkan proses
supply chain dapat membuat suatu keputusan yang tepat,
menyeimbangkan harga dan meningkatkan efisiensi logistik
dan hubungan kolaboratif yang efektif antara semua saluran
supply pertukaran dengan partner. Terdiri dari warehouse
dan transportation management. Keenam, Architecting.
Untuk arsitektur pada e-SCM, ada beberapa hal yang perlu
dituliskan untuk lebih memahami arsitektur seperti apa yang
akan digunakan pada aplikasi e-SCM, yaitu system hardware,
system software, spesifikasi database, dan network.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah sebagai berikut.
Pertama, metode analisis, digunakan preliminary steps yang
terdiri Energize the Organization, Entreprise Vision, Supply
Chain Value Assessment, Opportunity Identification, dan
Strategy Decision. Kedua, metode perancangan yang terdiri
dari Developing the e-SCM Strategy, Customer and Service
Management, Manufacturing and Supply Chain Planning,
Supplier Relationship Management, Logistics Resource
Management, dan Architecting.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Supply Chain Management
Preliminary Steps terdiri dari 5 tahap sebagai berikut.
Pertama, Energize the Organization. Berdasarkan struktur
oganisasi, PT Superpoly Industry merupakan perusahaan
yang mampu menerapkan e-SCM dan melaksanakan sistem
e-SCM secara mandiri. Untuk distributor, terdapat proses
pemesanan, dengan melihat infrastruktur dari distributor maka
distributor dinilai dapat menerapkan sistem e-SCM. Untuk
supplier, memiliki suatu bagian untuk menerima pesanan dari
PT Superpoly Industry sehingga dapat dikatakan supplier
juga dinilai sudah siap untuk menerapkan e-SCM. Kedua,
Enterprise Vision. Persaingan perdagangan saat ini sangat
kompetitif sehingga untuk dapat bertahan dalam persaingan
tersebut, PT Superpoly Industry perlu memusatkan perhatian
dalam peningkatan mutu produk, internal perusahaan, dan
pelayanan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perusahaan
bertekad memenuhi segala persyaratan dan harapan
pelanggan karena menyadari dan berupaya menerapkan
motto “Pelanggan adalah Raja”.
Ketiga, Supply Chain Value Assessment (SCVA).
Dalam SCVA dapat dibagi dalam 2 hal, yaitu Supply Chain
Planning (SCP) dan Supply Chain Execution (SCE). Dalam
SCP ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam
menganalisis supply chain management perusahaan. Tahap
tersebut adalah (1) Customer Order and Order Commitment.
Untuk waktu pengiriman springbed, pihak distributor dan
PT Superpoly Industry akan mengadakan suatu komitmen
pesanan (pengiriman produk yang telah selesai dibuat). Proses Perancangan E-SCM pada... (Rudy; dkk) 29
persetujuan itu dimulai saat bagian penjualan PT Superpoly
Industry memberikan waktu perkiraan pengirimannya
kepada pihak distributor dan bila disetujui oleh pihak
distributor maka perjanjian itu dianggap sah dan bagian
penjualan akan mencetak sales order dan memberikannya ke
pabrik untuk dibuat produknya sesuai dengan pesanan; (2)
Advanced Scheduling and Manufactures Modules. Jadwal
produksi pada PT Superpoly Industry disesuaikan dengan
adanya pesanan dari distributor ke bagian penjualan. Untuk
memproduksi sebuah springbed, kira-kira diperlukan waktu
60-90 menit per satu produk; (3) Demand Planning. Untuk
pembuatan springbed, tiap hari rata-rata pembuatannya
kurang lebih sekitar 50 set. Untuk bahan baku, biasanya
bagian gudang melakukan pengecekan dan pencatatan tiap
hari dan bila jumlah stok menipis maka bagian gudang akan
meminta bagian pembelian untuk melakukan pembelian
bahan baku ke supplier sesuai dengan bahan bakunya; (4)
Transportation Planning. Transportation planning dimulai
saat telah terjadi pemesanan suatu produk oleh distributor
atau konsumen, penjadwalan proses produksi, dan setelah
peramalan jumlah permintaan yang akan terjadi dilakukan
(rata-rata dari permintaan yang pernah terjadi sebelumnya).
Setelah tiga proses tersebut dilakukan maka hal berikutnya
yang harus dilakukan adalah mengirimkan purchase order
ke supplier. Setelah terjadi kesepakatan harga dan waktu
pengiriman maka supplier akan melakukan pengiriman
bahan baku sesuai dengan pesanan yang telah dilakukan oleh
perusahaan; (5) Distribution Planning. Distribution planning
dilakukan setelah adanya permintaan atau demand dan proses
produksi barang. Dengan adanya permintaan maka otomatis
akan dilakukan manufacturing planning (proses produksi
barang). Setelah proses manufacturing selesai maka produk
yang sudah jadi tersebut akan dikirimkan ke distributor atau
konsumen yang telah melakukan pemesanan terhadap produk
tersebut.
Dalam Supply Chain Execution (SCE), aktivitas yang
dilakukan oleh PT Superpoly Industry adalah (1) Order
Planning Process. Distributor melakukan pemesanan produk
ke bagian penjualan. Bagian penjualan akan melakukan
konfirmasi pesanan pada bagian produksi untuk memastikan
apakah kapasitas produksi yang masih ada dapat mencukupi
permintaan dari distributor; (2) Replenishment Process.
Berdasarkan pesanan yang masuk ke bagian penjualan,
bagian penjualan akan membuat sales order. Bagian produksi
akan membuat surat permintaan bahan baku ke bagian
gudang. Bagian gudang akan mengecek ketersediaan bahan
baku yang dibutuhkan dalam proses produksi, jika bahan
baku yang dibutuhkan tidak tersedia maka bagian gudang
akan membuat surat permintaan pembelian barang untuk
diberikan pada bagian pembelian; (3) Production Process.
Ada 3 tahap dalam production process, yaitu (a) Inventory
Availability dan Schedule Production. Setelah bahan baku
yang telah dipesan tiba, bagian pembelian akan melakukan
pengecekan kesesuaian bahan baku yang diterima dengan
purchased order. Setelah bahan baku tersebut sesuai, bahan
baku tersebut akan disalurkan pada bagian gudang kemudian
bagian gudang akan melakukan update stok; (b) Allocate
Inventory and Priority Order. Saat melakukan pengecekan,
bagian gudang juga akan memberikan prioritas bahan baku
mana yang paling dibutuhkan oleh bagian produksi sehingga
bahan baku tersebut dapat selalu tersedia jika suatu saat
bagian produksi mengeluarkan surat permintaan bahan baku;
(c) Production Scheduling. Setelah menerima bahan baku
maka bagian produksi akan memulai proses produksi sesuai
jadwal yang telah ditentukan; (4) Distribution Process. Ada
4 tahapan dalam Distribution Process, yaitu (a) Distribution
Scheduling. Setelah proses produksi selesai maka springbedspringbed yang sudah diproduksi akan disalurkan pada
bagian pengiriman. Bagian pengiriman akan membuat suatu
jadwal pengiriman spring bed tersebut; (b) Pick and Load.
Karyawan yang mendapat tugas untuk mengantar springbed
akan melakukan bongkar muat springbed berdasarkan
keterangan dari surat jalan; (c) Schedule Home Delivery.
Proses pengantaran springbed oleh karyawan harus sesuai
dengan alamat pengiriman yang sudah ditentukan di dalam
surat jalan. Setelah barang sampai maka karyawan yang
melakukan pengiriman barang akan meminta distributor
untuk memastikan kondisi dari springbed tersebut; (d)
Customer Service (Bagian Penjualan). Setelah springbed
telah sampai di tempat, distributor akan mentransfer sisa
pembayaran, kemudian bukti transfer tersebut akan dikirim
ke bagian penjualan. Bila ada pertanyaan mengenai masalah
springbed, maka bagian penjualan siap melayani komplain
tersebut.
Melalui analisis tersebut, dapat diketahui bahwa
permasalahan yang terjadi di perusahaan adalah (1)
Pencatatan bahan baku yang hampir tiap hari terus dilakukan
sehingga menimbulkan pembuangan waktu; (2) Kesepakatan
antara distributor dan bagian penjualan mengenai waktu
pengiriman produk yang memakan waktu yang cukup lama
karena bagian penjualan tidak mengetahui kapasitas produksi
yang ada di pabrik. Kurangnya integrasi antar bagian; dan
(3) Adanya kemungkinan kesalahan dalam pencatatan
pesanan, baik ketika perusahaan melakukan pemesanan ke
supplier maupun ketika distributor melakukan pemesanan ke
perusahaan karena perusahaan tidak melakukan konfirmasi
ulang kembali ke distributor.
Keempat, Opportunity Identification. Berdasarkan
hasil Supply Chain Value Assessment tersebut, alternatif yang
akan digunakan perusahaan difokuskan pada automation.
Dengan beberapa manfaat seperti resiko dan biaya dalam
skala medium, otomatisasi proses, ada keunggulan bersaing,
perspektif baru akan konsumen dan perubahan model bisnis
dalam skala kecil. Dengan manfaat-manfaat seperti di atas,
perubahan yang dilakukan tidak memiliki resiko yang besar
dalam implementasinya, tapi memiliki dampak positif yang
besar untuk perusahaan jika proses tersebut berjalan dalam
jangka waktu yang lama. Dampak positifnya adalah dengan
E-SCM memudahkan distributor luar kota, dalam proses
pemesanan karena mengingat perbedaan geografi yang cukup
jauh.
Kelima, Strategy Decision. Pada tahap akhir analisis
ini, akhirnya dapat diketahui berbagai hal yang menjadi
permasalahan dalam perusahaan dan keuntungan-keuntungan
dalam penerapan E-SCM sehingga solusi yang dapat diambil
adalah (1) Adanya sistem yang dapat memberikan warning,
apabila bahan baku telah menipis; (2) Membangun sebuah
sistem yang dapat menghubungkan diintegrasikan antara
bagian-bagian dalam perusahaan; dan (3) Aliran informasi
cepat dan tepat yang dapat menghubungkan antara perusahaan
dengan supplier dan perusahaan dengan distributor.
Rancangan Electronic Supply Chain
Management
Strategi dalam mengembangkan e-SCM terbagi
atas 4 tahap, yakni sebagai berikut. Pertama, Constructing
the Business Value Preposition. Dalam membangun suatu
bisnis penjualan yang baik untuk memperoleh distributor
dan dapat menguasai pangsa pasar, suatu perusahaan perlu
menjalin hubungan yang baik dengan distributor. e-SCM
yang dilakukan pada PT Superpoly Industry memilki dampak
perubahan seperti pada Tabel 1. Kedua, Defining the Value
Portfolio. Untuk mendukung business value proposition
secara efektif, ada beberapa pengembangan yang dilakukan
oleh perusahaan, yaitu Cost, Services, dan Quality. Ketiga,
Structuring the Scope of Collaboration. Proses yang
saat ini akan dikembangkan adalah dengan membuatkan
sistem persedian yang terkomputerisasi sehingga dapat
mempermudah dalam pengecekkan stock bahan baku dan
mengefektifkan waktu kerja karyawan. Ada 4 cara dalam
menentukan dimensi kolaborasi, yaitu Determining the
Collaborative Dimension, Collaborative Intensity, Technical
Level, dan Outsourcing.30 CommIT, Vol. 3 No. 1 Mei 2009, hlm. 27 - 33
Tabel 1 Changes in Products and Services
Marketing Function
Past Market
Values (sebelum
penggunaan
e-SCM)
e-SCM Market Values (setelah
penggunaan e-SCM)
Form Utility
Produk yang
diinginkan oleh
distributor sesuai
dengan kebijakan
dari perusahaan
Produk yang diinginkan oleh
distributor sesuai dengan
keinginan distributor dan
kapasitas produksi
Time Utility
Distributor perlu
menunggu untuk
mendapatkan
produk yang telah
dipesan.
menunggu kiriman
supplier.
Produk yang dipesan dapat
selesai tepat waktu sesuai
perjanjian antara perusahaan dan
distributor, karena bahan baku
terkendali.
Place Utility
Pemesanan produk
dilakukan saat ini
oleh distributor
adalah melalui
telepon dan fax.
Pemesanan produk oleh
distributor dapat menggunakan
teknologi internet.
Quality Utility
Kualitas produk
yang ditawarkan
sesuai dengan
standarisasi dari
perusahaan.
Kualitas produk yang ditawarkan
sesuai dengan standarisasi dari
perusahaan.
Price Utility
Harga telah
ditentukan untuk
masing-masing
produk.
Harga telah ditentukan untuk
masing-masing produk.
Services Utility
Perusahaan
memiliki layanan
purna jual sesuai
kebutuhan
distributor yang
hanya dapat diakses
melalui telepon
atau fax
Perusahaan memiliki layanan
purna jual sesuai kebutuhan
distributor dengan tambahan
channel berupa website
Information
Utility
Informasi terlalu
minimal, karena
fokus utama hanya
menjual.
Produk dan layanan kaya akan
informasi dan informasi dapat
diakses sesuai kebutuhan
distributor.
Keempat, Ensuring Effective Resource Management.
Dalam penerapan e-SCM, pada perusahaan diperlukan
sumber daya manusia yang cukup memahami ataupun
mengerti mengenai teknologi informasi dan sumber daya
manusia yang cukup mahir dibidang teknologi informasi serta
didukung pula oleh sumber daya fisik yang memadai. Kelima,
Persuing Growth Management. Level nilai pada supply chain
perusahaan adalah pada level revenue and profit driver supply
chain, di mana antara perusahaan dan distributor ataupun
perusahaan dengan supplier dapat saling sharing informasi
yang memungkinkan menciptakan keunggulan kompetitif
dan peningkatan keuntungan.
Untuk itu, menjaga hubungan dengan para distributor
PT Superpoly Industry merupakan suatu hal yang penting,
agar dapat meningkatkan loyalitas dan kepercayaan dari
distributor. Teknologi yang akan diterapkan kebeberapa
fungsi CRM adalah pemasaran, penjualan, dan layanan.
Pertama, CRM and Internet Sales. Aplikasi yang dijalankan
dalam PT Superpoly Industry memiliki beberapa fungsi, di
antaranya yaitu (1) Online Order Processing. Distributor
dapat memesan springbed secara online ke perusahaan,
karena melalui modul ini tersedia form pemesanan barang,
di mana pada form tersebut dapat dipilih jenis springbed
yang akan dibeli dan sesuai dengan kebutuhan distributor
tersebut; (2) Lead Capture. Pada sistem ini, perusahaan
juga memiliki suatu database yang dapat menyimpan setiap
pemesanan yang dilakukan oleh distributor; dan (3) Online
Order Catalog. Pada aplikasi yag dibuat ini, terdapat katalog
yang dapat memudahkan distributor dalam memesan produk.
Kedua, Sales Force Automation (SFA). Untuk penjualan,
kami menggunakan teknologi Sales Force Automation (SFA).
Teknologi ini digunakan dan dipertanggungjawabkan oleh
bagian penjualan dari PT Superpoly Industry. Fungsi-fungsi
dalam teknologi ini adalah (1) Contact ManagementI. PT
Superpoly Industry memiliki beberapa distributor, di mana
dengan fungsi ini bagian pemasaran perusahaan dapat melihat
siapa saja distributor yang dimiliki serta dapat meng-update
bila terjadi perubahan data dari distributor; dan (2) Activity
Management. Dengan penggunaan sistem ini, maka dapat
dimungkinkan untuk melakukan transaksi di perusahaan, baik
pembelian bahan baku oleh perusahaan maupun pemesanan
produk dari distributor. Ketiga, e-CRM Marketing. Untuk
menarik minat dari distributor, PT Superpoly Industry
menerapkan mass marketing. Mass marketing berguna
untuk menstandarisasi semua jenis springbed yang ada di PT
Superpoly Industry berdasarkan keinginan dan kebutuhan
dari distributor dan dengan harga yang sesuai dengan pasaran
sehingga langkah pemasaran ini digunakan untuk menarik
minat distributor. Keempat, Customer Service Management.
PT Superpoly Industry menerapkan teknologi CIC sebagai
communication center antara pihak customer service dengan
para distributor. Tujuannya adalah untuk dapat mendengar
setiap keluhan ataupun pengaduan yang dilakukan oleh
distributor dan membantunya dengan memeberikan
solusi sesuai masalah. Teknologi yang diterapkan dalam
CIC adalah ACD. Penggunaan teknologi ini disesuaikan
dengan yang dimiliki oleh PT Superpoly Industry karena
perusahaan tersebut memiliki toll-free sehingga pada sistem
akan dituliskan nomor toll-free dari perusahaan yang dapat
dihubungi.
Pada saat ini, keefektifan dan keefesiennan dalam
memproduksi suatu produk selalu menjadi suatu hal yang
diinginkan setiap perusahaan. Oleh sebab itu, suatu teknologi
informasi yang dibuat harus dapat seperti hal di atas dan
juga terdiri dari aplikasi-aplikasi berikut ini. Pertama,
Manufacturing Planning. Kemampuan untuk mengatur,
mengkomunikasikan, merencanakan dan menjadwalkan
secara efektif antara bagian-bagian perlu dilakukan untuk
mengeksekusi waktu produksi persediaan dan menyelesaikan
produk melalui Material Requirement Planning (MRP).
MRP sendiri dibagi atas 3 bagian, yaitu (1) Material
Requirement Planning (MRP). e-SCM yang akan diterapkan
ke PT Superpoly Industry nantinya memiliki kemampuan
untuk memberitahukan kepada bagian gudang bahwa bahan
baku sudah pada level yang menipis dan harus melakukan
pemesanan kembali ke supplier; (2) Capacity Requirement
Planning (CRP). Produksi yang dilakukan oleh PT Superpoly
Industry adalah just-in-time. Jadi, bila ada yang memesan,
maka akan dilakukan produksi sehingga e-SCM yang dibuat
dapat memperlihatkan produk mana yang dikerjakan terlebih
dahulu (priority), sesuai permintaan distributor; (3) Advanced
Production and Scheduling Systems. Penerapan e-SCM yang
telah dibuat ini dapat memperihatkan produk mana yang
menjadi prioritas produksi dan harus dikerjakan terlebih
dahulu, berdasarkan tanggal yang diminta oleh distributor
dibanding produk-produk lain sesuai dengan keinginan
distributor.
Kedua, Production and Process Management.
Sistem yang akan diterapkan ini dapat memperlihatkan
produk-produk apa saja yang dipesan oleh distributor
dan kapan produk-produk tersebut akan dikirim (sesuai
default perusahaan) ataupun produk-produk tersebut ingin
dikirimkan sesuai keinginan distributor, di mana hal itu harus
dapat dipenuhi oleh perusahaan serta dengan adanya sistem
tersebut dapat membuat bagian produksi menjadi memiliki
suatu deadline untuk dapat melakukan proses produksi
produk serta melakukan pengiriman produk tepat waktu ke
distributor. Ketiga, Plan Maintenance. Pada PT Superpoly Perancangan E-SCM pada... (Rudy; dkk) 31
Industry, dilakukan juga perawatan mesin yang dilakukan
secara berkala untuk meningkatkan kualitas produk yang
lebih baik, di mana penentuan tanggal untuk perawatan mesin
disesuaikan dengan kinerja mesin, yaitu pada hari-hari libur
pada saat pabrik tidak melakukan produksi.
Supplier Relationship Management terdiri dari
sebagai berikut. Pertama, EBS (Entreprise Business Systems)
Backbone Functions. Sistem e-SCM yang telah dibuat mampu
menyediakan informasi mengenai pembelian seperti database
pembelian, di mana hal itu dapat memandu perusahaan dalam
melakukan proses pembelian. Kedua, Procurement History.
Sistem e-SCM ini mampu untuk memberikan informasi
mengenai transaksi pembelian yang dilakukan perusahaan
ke supplier, bahan baku apa saja yang telah dibeli. Ketiga,
Performance Measurement. Melalui sejarah masa lalu supplier
yang pernah diajak perusahaan untuk kerja sama dapat
terlihat, apakah supplier selalu memegang komitmennya.
Keempat, Purchasing Planning. Bila persediaan bahan baku
telah memunculkan warning, maka perusahaan akan segera
melakukan pembelian bahan baku ke supplier. Kelima, EBS
(Entreprise Business Systems) Services Function. Sistem
e-SCM yang dibuat ini memiliki berbagai fungsi yang dapat
memudahkan perusahaan dalam melakukan pembelian bahan
baku ke supplier maupun menerima pesanan dari distributor.
Keenam, Processing. Aplikasi yang dapat digunakan pada
saat melakukan transaksi dengan penggunaan sistem e-SCM
ini adalah dengan penggunaan purchase order generation and
tracking. Hal itu terjadi setelah dilakukan pemilihan supplier
untuk bahan baku, perusahaan kemudian akan mengirimkan
PO yang berisi bahan baku apa yang akan dibeli ke supplier.
Logistics Resource Management merupakan sistem
e-SCM yang dibuat. Sistem ini memiliki fungsi logistik
yang memudahkan perusahaan dalam mengirimkan produk
yang telah dibuat ke distributor yang memesan serta
dalam menerima bahan baku yang dipesan ke supplier.
Logistics resource management terbagi atas (1) Warehouse
Management. PT Superpoly Industry merupakan perusahaan
yang just-in-time, di mana tidak ada stock produk digudang
dan perusahaan ini hanya menyimpan bahan baku untuk
produksi. Jadi, bila ada pesanan, maka PT Superpoly Industry
baru akan memproduksinya (make-to-order) sehingga
tidak terjadi penumpukan digudang dan menambah biaya
pemeliharaan; dan (2) Transportation Management. Untuk
pengiriman produk, pada sistem e-SCM ini dapat dilihat
status pengiriman produk ke distributor, apakah telah dikirim
dan pengiriman produk dilakukan oleh perusahaan.
Arsitektur yang dipergunakan dalam sistem e-SCM
ini adalah System Hardware, System Software, dan Spesifikasi
Database. Sedangkan hasil-hasil dari penelitian ini adalah
terdapat pada Gambar 1, 2, 3,
Gambar 1 Halaman Status Pemrosesan Produk (Marketing)
Gambar 2 Halaman Penjadwalan Produksi Produk (Produksi)32 CommIT, Vol. 3 No. 1 Mei 2009, hlm. 27 - 33
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan perancangan yang
dilakukan pada PT Superpoly Industry, dapat disimpulkan
berbagai hal, yaitu (1) Sistem e-SCM pada PT Superpoly
Industry merupakan suatu sistem khusus yang dapat
membantu perusahaan dalam menangani proses pengendalian
persediaan bahan baku, pembelian bahan baku ke supplier,
pemesanan produk oleh distributor serta dapat melihat
laporan penjualan produk dan pembelian bahan baku; (2)
Gambar 3 Halaman Status Permintaan Bahan Baku (Gudang)
Gambar 4 Halaman untuk Merubah Nama Supplier (Admin)
Dengan e-SCM ini, perusahaan memiliki satu channel lagi,
yaitu teknologi internet (website) untuk menerima pesanan
distributor maupun untuk melakukan pemesanan ke supplier.
Di samping itu perusahaan lebih mudah menjangkau
distributor-distributor yang berada di luar batas perusahaan,
dengan begitu perusahaan dapat menambah pangsa pasarnya;
dan (3) Dimungkinkan aliran informasi dan pertukaran
informasi yang lebih cepat dan real-time antara perusahaan
dengan distributor maupun perusahaan dengan supplier.
Dalam rangka pengembangan dan peningkatan Perancangan E-SCM pada... (Rudy; dkk) 33
e-SCM pada PT Superpoly Industry, terdapat beberapa saran
yaitu (1) PT Superpoly Industry sebaiknya juga melakukan
pengembangan terhadap system-sistem lain sehingga semua
sistem dapat saling berintegrasi dan menciptakan suatu
sistem ERP yang baik dan dapat menunjang kemajuan
perusahaan ke depannya untuk menjadi lebih baik; dan (2)
Mengembangkan fitur yang memungkinkan dapat melakukan
transaksi pembayaran secara online dan pengembangan
sistem keamanan pada website untuk ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Chopra, S., and Meindl, P. (2004). SCM strategy, planning, and
operation, 2
nd
ed., Prentice Hall.
Haag, C., and McCubbrey. (2005). Management information systems
for the information age, 5
th
ed., New York: McGraw-Hill.
Indrajit, R.E., dan Djokopranoto. (2002). Konsep manajemen
supply chain: Strategi mengelola manajemen rantai pasokan
bagi perusahaan modern di Indonesia, Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Kalakota, R., and Robinson, M. (1999). E-Business 2.0 roadmap for
success, Addison-Wesley.
O’Brien, J.A. (2003). Introduction to information system, 11
th
ed.,
McGraw-Hill.
Pujawan, I.N. (2005). Supply chain management, Guna Wydia.
Ross, D.F. (2003). Introduction to e-supply chain management, U.S:
St. Lucie Press.
Shneiderman, B., and Catherine, P. (2005). Designing the user
interface: Strategies for effective human-computer interaction,
4
th
ed., Addison-Wesley.
Whitten, B., and Dittman. (2004). Systems analysis and design
methods, 6
th
ed., McGraw-Hill.
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 21 Juni 2008
A-63
ANALISIS DAN PERANCANGAN e-SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
(STUDI KASUS: PT. PRIMA REZEKI PERTIWI)
Rudy, Agustinus, Adi Chandra, Zara Elisabeth Tanring
Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Nusantara
Jln. KH Syahdan No.9 Kemanggisan-Palmerah, Jakarta 11480; Telp: 021-5345830; Fax: 021-5300244
E-Mail: [email protected] , [email protected]
Abstraksi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis supply chain management yang ada di PT. Prima Rezeki
Pertiwi serta merancang aplikasi berbasis web untuk menerapkan E-Supply Chain Management. Metode yang
digunakan adalah metode analisis dan perancangan e-SCM. Metode analisis yang digunakan mencakup
preliminary steps (tahapan pendahuluan) dalam pengembangan e-SCM. Sedangkan metode perancangan
menggunakan pengembangan strategi e-SCM, perancangan customer service management, manufacturing and
supply chain planning, supplier relationship management, logisctic resource management serta arsitektur eSCM yang dibutuhkan. Hasil yang dicapai adalah rancangan suatu sistem e-SCM yang mampu meningkatkan
produktifitas perusahaan melalui otomatisasi informasi antara partner dalam supply chain, mengurangi biaya
operasional penyimpanan barang serta mengintegrasikan informasi diantara divisi dalam perusahaan. Dengan
menerapkan sistem e-SCM dalam PT. Prima Rezeki Pertiwi, diharapkanterjadi peningkatan produktifitas
dengan mengefektifkan proses supply chain yang berjalan dan mengefisiensikan biaya operasional yang
dikeluarkan.
Keywords: Informasi, e-Supply Chain Management, SCM, Aplikasi, WEB
1. PENDAHULUAN
Persaingan yang ada dan pertumbuhan
teknologi yang cepat, senantiasa menuntut
perusahaan untuk mengubah proses bisnis internal
yang sedang berjalan. Hadirnya teknologi informasi
yang perkembangannya berlangsung secara
berkesinambungan pada dekade terakhir ini telah
meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari proses
bisnis yang ada secara signifikan. Namun demikian,
seiring dengan perkembangan kebutuhan
perusahaan yang terus-menerus dan kompleks,
bisnis pun dituntut untuk mengadakan integrasi
sistem antar perusahaan. IOS (Interorganizational
System) pertama dikenalkan, diteruskan dengan
perkenalan EDI (Electronic Data Interchange).
Keterbatasan yang ada dari sistem sebelumnya
memicu pergerakan pertukaran data elektronik dan
integrasi sistem dilakukan melalui World Wide Web
(WWW). Tidak terkecuali proses integrasi sistem
antar-perusahaan dengan pemasok maupun
konsumennya yang diterapkan pada Supply Chain
Management.
Supply Chain Management merupakan salah
satu proses yang krusial dimana arus pertukaran
bahan baku, informasi serta keuangan antar
perusahaan terjadi. Konsep kerja sama ini
kemudian berkembang menjadi E-SCM dengan
menggunakan internet, intranet maupun extranet
sebagai media komunikasi secara online dan
realtime, memastikan bahan baku baik dari
pemasok maupun barang jadi ke konsumen selalu
tersedia sesuai kebutuhan.
PT. Prima Rezeki Pertiwi (PT PRP) adalah
salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
produksi batu bata. Seiring dengan perkembangan
perusahaan kearah yang lebih besar dan kompleks,
sistem pengelolaan informasi yang ada di
perusahaan menjadi salah satu penghambat
kelancaran kegiatan produksi internal. Pencatatan
data yang masih rawan kesalahan serta proses
bisnis perusahaan yang belum terintegrasi dapat
menimbulkan kesalahan dalam perkiraan bahan
baku yang diperlukan dalam produksi. Penimbunan
barang, biaya produksi tinggi serta mungkin bahan
baku kurang pada saat dibutuhkan. Keseluruhan
tersebut mengakibatkan kegiatan produksi yang
tidak efektif dan tidak efisiensi.
PT PRP membutuhkan sebuah solusi agar proses
antar bagian di dalam perusahaan dapat terintegasi,
transaksi dengan pemasok dan konsumen dapat
berjalan baik.
2. E-BUSINESS
E-Business adalah mengacu pada lingkungan
yang melebih luas dan mencakup pelayanan
customer, kolaborasi dengan mitra bisnis dan
transaksi elektronik internal dalam sebuah
organisasi (Anastasia,2004, p24). Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 21 Juni 2008
A-64
3. SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
Supply Chain Management adalah sebuah
proses dimana produk diciptakan dan disampaikan
kepada konsumen. Dari sudut struktural, sebuah
Supply Chain Management merujuk kepada
jaringan yang rumit dari hubungan dimana
organisasi mempertahankan dengan partner bisnis
untuk memperoleh bahan baku, produksi dan
menyampaikannya kepada konsumen
(Kalakota,2001, p274)
4. E-SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
E-Supply Chain Management adalah suatu
konsep manajemen dimana perusahaan berusaha
memanfaatkan teknologi internet untuk
mengintegrasikan seluruh mitra kerja perusahaan,
terutama yang berhubungan dengan sistem
pemasok bahan baku atau sumber daya yang
dibutuhkan dalam proses produksi (Indrajit dan
Djokopranoto, 2003, p169)
Dalam menentukan kesiapan perusahaan
dalam menerapkan e-SCM terdapat 5 tahap penting
yang harus dipenuhi, diantaranya (Ross; 2003,
p131):
• Energize the Organization
• Enterprise Vision
• Supply Chain Value Assessment
• Opportunity Identification
• Strategy Decision
Menurut Ross (2003, p138) dalam merancang
e-Supply Chain Management terdapat beberapa
segmen yang harus diperhatikan, segmen tersebut
adalah:
• Customer and Service Management
Dibagi menjadi 3 fungsi, yaitu: pemasaran
(menciptakan merk suatu perusahaan,
mengidentifikasi konsumen, memilih produk
dan layanan apa yang akan ditawarkan,
mendesain promosi, mengiklankan, dan
penentuan harga), penjualan (produk dan
layanan) dan layanan (customer support)
• Manufacturing and Supply Chain
Planning
Gambaran geografi dari sistem manufaktur,
peralatan komputer yang tersedia untuk
merespon kebutuhan akan operasi manufaktur
yang lebih efektif dan efisien, termasuk
didalamnya untuk pengadaan barang. Dibagi
menjadi 3 : manufacturing planning,
production and process management dan plant
maintenance.
• Supplier Relationship Management
Sesuai dengan perkembangan sebuah industri,
kebanyakan alasan gagalnya perluasan pasar
berbasis elektronik adalah pemasok tidak
memahami konsep e-market itu sendiri. Oleh
karena itu dibutuhkan perancangan supplier
relationship management yang dibagi menjadi
3 : EBS backbone functions, service functions
dan processing.
• Logistic Resource Management
Electronic logistic resource mangement (eLRM) adalah proses pada manufaktur, dan
supplier yang menggerakkan produk dan
layanannya kepada customer dengan
menggunakan internet. e-LRM memungkinkan
proses supply chain dapat membuat suatu
keputusan yang tepat, menyeimbangkan harga
dan meningkatkan efisiensi logistik dan
hubungan kolaboratif yang efektif antara
semua saluran supply pertukaran dengan
partner. Terdiri dari warehouse dan
transportation management.
• Architecting the e-SCM Environment
Untuk arsitektur pada e-SCM ada beberapa hal
yang perlu dituliskan untuk lebih memahami
arsitektur seperti apa yang akan digunakan
pada aplikasi e-SCM, yaitu : perangkat keras,
perangkat lunak, basis data dan jejaring.
5. KESIAPAN PERUSAHAAN DALAM
MENERAPKAN e-SCM
Proses supply chain management pada PT PRP
bergerak pada 3 pelaku, yaitu pemasok bahan baku,
perusahaan dan konsumen. Penerapan e-SCM
dalam perusahaan memerlukan penyesuaian di
dalam struktur organisasi yang ada. Dilihat dari
struktur organisasi terhadap penerapan e-SCM yang
akan dijalankan, PT PRP memiliki semua divisi
yang saling berhubungan serta jelas peran dan
tanggung jawabnya untuk setiap langkah dalam
proses bisnis supply chain, yaitu divisi marketing
dan administration, finance, PPIC, bahan baku,
pembelian, persediaan dan divisi pengiriman.
Nilai tambah yang akan dibawakan oleh PT
PRP untuk pencapaian visi perusahaan terdiri dari 3
poin utama, yaitu : kualitas barang yang bagus,
pengiriman barang yang tepat waktu serta fokus
pada hubungan dengan pelanggan.
Dalam penerapan proses supply chain, PT PRP
menemui beberapa masalah dalam proses bisnisnya
yang sedang berjalan :
1. Masih terjadi salah pencatatan pemesanan
dari konsumen.
2. Kesalahan dalam pencatatan transaksi
oleh pihak perusahaan, pemasok,
konsumen maupun transportir karena
sistem masih manual (paper-based) yang
diterapkan. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 21 Juni 2008
A-65
3. Tidak lancarnya arus informasi,
dikarenakan paper-work serta pemesanan
yang masih dilakukan via telepon maupun
fax
4. Penimbunan barang dikarenakan tidak
adanya manajemen untuk persediaan
bahan baku serta manajemen produksi
batu bata.
5. Kurangnya integrasi antar divisi yang ada
di perusahaan
Berdasarkan permasalahan diatas, E-Business
Initiatives yang akan dibangun berdasarkan
penilaian terhadap kondisi perusahaan dan rencana
supply chain yang dikembangkan, akan bergerak ke
arah evolutionary, dimana perusahaan cenderung
menekan ke arah otomatisasi proses yang berfokus
pada pertukaran informasi secara otomatis
(information automation). Adanya otomatisasi
aliran data yang terjadi antara semua pihak terkait
dalam supply chain, memungkinkan setiap
transaksi diproses oleh sistem dan dapat digunakan
oleh divisi yang terkait. Adanya otomatisasi juga
memungkinkan konsumen untuk melihat
pemesanan yang telah dilakukannya serta
konfirmasi pemesanan dapat dilakukan. Dari hasil
analisa diatas, PT PRP dapat menerapkan e-SCM
sebagai solusi permasalahan supply chain yang ada
di perusahaan dengan otomatisasi informasi melalui
e-Supply Chain Management.
6. PERANCANGAN e-SCM
6.1 Developing the e-SCM Strategy
a) Constructing the Business Value Proposition
Pelayanan yang akan diberikan oleh PT. Prima
Rezeki Pertiwi adalah pemesanan yang dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja (melalui
internet), menawarkan produk dengan kualitas
terbaik dan fokus pada kepuasan pelanggan.
Perbandingan kondisi saat ini dan menggunakan eSCM dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan perubahan layanan dengan
e-SCM
b) Defining the Value Portfolio
Untuk mendukung business value proposition
yang disebut diatas, beberapa pengembangan
proses yang terstruktur perlu dilakukan, antara lain
:
• Biaya (manajemen biaya), dimana dengan
adanya e-SCM perusahaan dapat menekan
pengeluaran dari peralatan kantor (kertas)
dan biaya penimbunan barang
• Layanan, konsumen dapat melakukan
pemesanan produk dengan lebih mudah
dan cepat melalui interne, konsumen juga
dapat memperoleh informasi mengenai
status pemesanannya secara online.
• Kualitas, perusahaan selalu menjaga
kualitas produk melalui pengendalian
kualitas bahan baku maupun pengendalian
terhadap proses produksi yang berjalan.
c) Structuring The Scope Of Collaboration
• Dimensi kolaborasi, dimensi vertikal
(membantu input dan output) yaitu
melibatkan supplier sebagai pemasok dan
transportasi untuk mendistribusi barang ke
konsumen. Dimensi horizontal
(meningkatkan portfolio perusahaan)
Fungsi
Pemasaran
Kondisi saat ini
(Belum
menggunakan eSCM)
Kondisi yang akan
berjalan
(Menggunakan eSCM)
Waktu Pemenuhan pesanan
tidak tepat waktu
karena bahan baku
untuk produksi tidak
tersedia.
Pemenuhan pesanan
customer tepat waktu
karena bahan baku
yang dibutuhkan
untuk produksi selalu
tersedia .
Tempat Konsumen hanya
dapat melakukan
pemesanan lewat
telepon dan fax.
Pemesanan dapat
dilakukan kapan saja,
lewat telpon dan fax
tetap dapat dilakukan
Kualitas Kualitas ditentukan
sesuai dengan standar
perusahaan.
Kualitas ditentukan
sesuai dengan standar
perusahaan dan
kepuasan konsumen.
Harga Harga ditentukan
oleh perusahaan.
Harga ditentukan oleh
perusahaan.
Layanan Pelayanan terbatas
dimana pelayanan
dalam pemesanan
dilakukan melalui
telepon dan fax
Pelayanan tambahan
dimana pelayanan
pemesanan dapat
dilakukan melalui
internet
Informasi Memberikan
informasi tentang
produk dan harga
produk
Memberikan
informasi mengenai
spesifikasi dan harga
produk secara
lengkap. Selain itu,
konsumen juga dapat
melihat informasi
status pemesanan. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008(SNATI 2008) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 21 Juni 2008
A-66
melibatkan transportir untuk mencapai
ketepatan waktu pengiriman.
• Intensitas Kolaborasi, intensitas kolaborasi
yang akan digunakan oleh PT. Prima
Rezeki Pertiwi yaitu bersifat information
sharing, karena masing-masing pihak
dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan. Misalnya: Pihak konsumen
dapat memberikan informasi mengenai apa
yang ingin dipesan kepada perusahaan.
Dari Pihak Perusahaan dapat menentukan
berapa banyak bahan baku yang
dibutuhkan untuk memproduksi pesanan
tersebut dan memesannya kepada
pemasok.
• Level Teknikal, pada penerapan e-SCM,
PT PRP memilih level teknikal “visibility”
dimana konsumen dan pemasok dapat
mengakses informasi melalui website
perusahaan.
• Outsourcing, PT PRP menggunakan jasa
pihak ketiga / outsourcing pada bagian
pengiriman barang / distribusi yang
selanjutnya akan disebut Transportir.
d) Ensuring Effective Resource Management
Memastikan seluruh bagian perusahaan
mengerti dan mendukung penerapan e-SCM,
penggunaan teknologi informasi dalam hal
pengolahan aset serta manajemen bahan baku,
perlengkapan serta peralatan yang dibutuhkan
dalam menjamin kelancaran proses.
e) Pursuing Growth Management
PT. PRP akan mengembangkan strategi e-SCM
yang berfokus pada supply chain value. Dengan
berfokus pada supply chain value maka perusahaan
dapat menciptakan keunggulan kompetitif jangka
panjang dan dapat mengembangkan strategi e-SCM
yang akan membawa pengurangan biaya dan
optimisasi sumber daya. Strategi ini juga akan
didukung dengan model “revenue and profit driver
supply chains”, sehingga perusahaan dapat
mengeksplorasi keuntungan yang didapatkan dari
kolaborasi dengan pemasok, yang memungkinkan
timbulnya peluang baru untuk keunggulan
kompetitif dan peningkatan keuntungan.
6.2 Customer and Service Management
a) CRM and Internet Sales
Beberapa fungsi yang tersedia:
• Online Order Processing, memungkinkan
konsumen untuk melakukan pemesanan
secara online melalui form yang ada di
aplikasi web
• Lead Capture, ada basisdata yang berisi
pencatatan pembelian konsumen yang
dapat digunakan oleh marketing untuk
melakukan follow up.
• Literature fulfillment, menyediakan brosur
atau katalog di web berisi keterangan
produk yang dapat diunduh.
b) Sales Force Automation
Sales Force Automation digunakan untuk
memproses transaksi secara otomatis.
Beberapa fungsi yang ada di SFA website
aplikasi e-SCM PT PRP:
• Contact Management, fungsi ini
memungkinkan perusahaan untuk melihat
data lengkap dari konsumen.
• Sales Process / Activity Management,
fungsi ini mendukung terjadinya transaksi
di dalam website perusahaan.
• Quotation Management, fungsi ini
berguna untuk menghasilkan data transaksi
dalam bentuk hard copy. Misalnya
pencetakan SO, laporan dan lain-lain.
• Knowledge Management, fungsi ini
digunakan oleh perusahaan untuk melihat
data transaksi yang sudah terjadi.
Misalnya, dapat melihat data pembelian
konsumen dalam periode tertentu.
c) e-CRM Marketing
PT PRP menerapkan marketing approach yang
berdasarkan pada mekanisme “personal
marketing” untuk mendukung terjadinya one
on one relationship antara perusahaan dengan
konsumen ataupun pemasok.
6.3 Manufacturing and Supply Chain Planning
a) Manufacturing Planning
Manufacturing planning dapat dipecah menjadi
3 fungsi yang saling terintegrasi :
• Material Requirement Planning
Pada PT PRP, pemesanan batu bata untuk
periode selanjutnya akan dilakukan 10 hari
sebelum tanggal pegiriman pesanan
dengan perincian maksimal 4 hari untuk
pemesanan, 3 hari produksi dan 3 hari
untuk pengiriman barang ke konsumen.
Setiap order yang masuk, PO akan
otomatis dibuat berisi jumlah bahan baku
yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan
tersebut sehingga metode persediaan Just
In Time dapat diterapkan. Untuk bahan
baku, tetap akan ada stok (safety stock)
yang disimpan oleh bagian gudang.
• Capacity Requirement Planning
Pemesanan dan jadwal produksi yang
dibuat dalam skala periode mingguan,
telah menyesuaikan jumlah produksi
dengan kapasitas produksi mesin per hari. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 21 Juni 2008
A-67
Dengan begitu, semua order dapat
dipenuhi dalam tenggat waktu yang
ditentukan.
b) Production and Process Management
PT PRP memiliki catatan berupa surat hasil
produksi yang mendeskripsikan realisasi
produksi, apakah sesuai dengan rencana
produksi yang telah ditentukan. Selain itu,
untuk ke bagian konsumen disediakan fungsi
yang memungkinkan konsumen untuk
melakukan penelusuran terhadap status
pesanan. Apakah pesanan diterima, ditolak,
menunggu konfirmasi, sedang proses produksi,
menunggu pembayaran atau menunggu
pengiriman
c) Plant Maintenance
PT PRP memiliki basisdata peralatant yang
digunakan untuk mencatat segala mesin yang
digunakan selama produksi berjalan. Hal yang
dicatat mencakup : nama mesin, kapasitas
produksi, tanggal terakhir perawatan serta
tanggal perawatan yang akan datang.
6.4 Supplier Relationship Management
Perusahaan membentuk beberapa fungsi yang
penting dalam kegiatan pembelian (bahan baku) ke
pemasok :
a) EBS Backbone Functions
• Procurement History, perusahaan dapat
melihat data transaksi pembelian yang
selama ini terjadi serta mendapatkan
informasi tentang jumlah pembelian, harga
pembelian serta status PO.
• Accounting, perusahaan dapat melihat
status pembayaran dari setiap transaksi
pembelian dari pemasok.
• Purchasing Planning, PO akan otomatis
dibuat apabila status surat permintaan
bahan baku telah diterima. PO yang telah
ditelah dibuat dapat diubah apabila
terdapat penyesuaian yang ingin dilakukan
• Performance Measurement, menyediakan
fungsi pembuatan laporan untuk semua
transaksi pembelian bulan berjalan.
b) e-SRM Services Functions
• Supplier Search, perusahaan dapat
mencari pemasok dari basisdata pemasok
yang ada. Daftar supplier telah
disegmentasi sesuai dengan bahan baku
yang di supply
• Product Search, perusahaan memiliki
basisdata bahan baku yang lengkap dengan
daftar pemasok yang menyediakannya.
c) e-SRM Processing
• Purchase Order Generation and Tracking,
setelah pemilihan pemasok dilakukan,
perusahaan kemudian membuat PO yang
kemudian dikirimkan secara internet ke
pemasok. Dari PO tersebut, pemasok
kemudian dapat mengubah status PO yang
dapat dilihat oleh perusahaan.
• Logistics, jasa logistik yang digunakan
oleh pemasok, perusahaan dapat juga
menelusuri status pengiriman barang dari
pemasok. Hal tersebut dilakukan melalui
kerjasama pemasok untuk senantiasa
memperbaharui status pengiriman barang
sehingga dapat dipantau oleh perusahaan.
6.5 Logistics Resource Management
Logistic Resouce Management melibatkan
perpindahan barang dan jasa diantara manufaktur,
distributor dan pemasok kepada konsumen dengan
memanfaatkan internet. e-LRM terdiri dari 3 area
utama :
a) Warehouse Management, setiap penerimaan
bahan baku yang dilakukan oleh gudang harus
disertakan dengan surat penerimaan bahan
baku yang dibuat oleh gudang untuk bagian
pembelian. Setiap pengeluaran bahan baku
untuk produksi juga harus disertakan dengan
surat penerimaan bahan baku dengan status
menunggu produksi. Setiap kali barang jadi
(batu bata) dikirimkan ke gudang untuk
disimpan, bagian produksi akan membuat surat
hasil produksi untuk dicek dan disetujui oleh
gudang. Untuk barang jadi yang akan
dikirimkan ke konsumen, pengeluaran barang
dari gudang harus disertai dengan surat jalan
dari bagian marketing.
b) Tranportation Management, transportasi
barang jadi ke konsumen dilakukan oleh
transportir (outsource) dan dimulai dengan
adanya surat jalan yang dibuat oleh bagian
marketing yang diserahkan ke transportir.
Setelah menerima surat jalan, transportir akan
mengambil barang di gudang. Sebelum
mengeluarkan barang jadi, maka bagian
gudang akan mencocokkan surat jalan yang
dibawa oleh transportir dengan data yang ada
di basisdata..
6.6 Architecting The e-SCM Environment
a) Hardware
Sistem akan digunakan dengan dukungan dari
komputer desktop dengan spesifikasi:
Processor Intel Pentium 4 1.7 GHz, RAM 256
MB serta printer. Sedangkan komputer server
akan didukung dengan komputer dengan Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 21 Juni 2008
A-68
spesifikasi : Processor Intel Pentium 4
2.4GHz, RAM 2GB. Untuk jaringan (LAN)
menggunakan Switch 24 port, NIC Card, dan
kabel UTP.
b) Software
Komputer client akan berjalan dengan OS
Windows XP Sp2 dan software pendukung
seperti browser (internet explorer, mozzila
firefox ataupun opera). Komputer server akan
menggunakan server linux redhat, berjalan
dengan webserver apache dan database mysql
server.
7. HASIL dan TAMPILAN APLIKASI
Aplikasi e-SCM PT PRP terdiri dari website
yang memberikan informasi mengenai PT PRP,
produk yang dijual, dan menu E-Supply Chain
Management, pada menu ini pemasok, konsumen,
transporti dan internal perusahaan dapat melakukan
pertukaran informasi /transaksi. Pihak konsumen
dapat melakukan pemesanan produk berdasarkan
waktu kebutuhan/pengiriman. Pihak internal
perusahaan dapat menentukan kebutuhan bahan
baku, jadwal produksi. Pihak pemasok dapat
mengetahui kebutuhan bahan baku berserta waktu
dibutuhkan. Pihak tranportir dapat mengetahui
pengiriman produk berdasarkan surat jalan yang
telah dibuat. Agar e-SCM ini dapat berjalan dengan
baik maka dibutuhkan komitmen antar pihak yang
terkair, dimana dengan system e-SCM ini, PT PRP
dapat menyampaikan produk ke konsumen sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan, konsumen
dapat mengetahui dengan dini waktu pengiriman
yang tersedia (berdasarkan kapasitas produksi).
Kelemahan dari sistem e-SCM ini adalah format
data yang ada sesuai dengan kondisi PT PRP,
sehingga pihak pemasok, konsumen, dan transporti
harus masuk ke dalam website PT PRP dalam
melakukan transaksi. Aliran informasi dari
konsumen-internal perusahaan-pemasok-transpotir
dapat berjalan dengan baik jika masing-masing
bagian menjalankan fungsi dan tugasnya dengan
baik.
Gambar 1 dan 2 adalah tampilan layar dari
aplikasi e-SCM PT PRP.
Gambar 1. Tampilan Layar Produk
Gambar 2. Tampilan Layar Purchase Order
8. KESIMPULAN
Proses supply chain management pada PT PRP
melibatkan 3 pihak eksternal yaitu supplier
(upstream), customer (downstream) serta
transportir (partner).
Permasalahan utama yang dihadapi PT PRP
terletak pada sistem input manual yang rawan
kesalahan, kurangnya integrasi antara bagian yang
ada dalam perusahaan serta penimbunan barang
karena tidak adanya manajemen dalam pembelian
bahan baku maupun produksi
Sistem E-Supply Chain Management yang
akan diterapkan pada PT PRP berfokus pada
otomatisasi informasi antara perusahaan, supplier,
konsumen serta transportir
Adanya E-Supply Chain Management dalam
perusahaan dimungkinkan peningkatan efektifitas
dan efisiensi dalam proses pembelian bahan baku,
pemenuhan pesanan customer serta proses
distribusi barang jadi.Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi2008 (SNATI 2008) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 21 Juni 2008
A-69
PUSTAKA
[1] Anastasia, Diana. (2004). Mengenal e-Business.
Andi, Yogyakarta.
[2] Chopra, Sunil. Meindl, Peter. (2004). SCM
Strategy, Planning, and Operation. 2
nd
Edition. Prentice Hall.
[3] Indrajit, Richardus Eko dan Djokopranoto.
(2003). Konsep Manajemen Supply Chain :
Strategi Mengelola Manajemen Rantai
Pasokan Bagi Perusahaan Modern di
Indonesia, PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta.
[4] Kalakota, Ravi and Marcia Robinson. (2001).
E-Business 2.0 Roadmap for Success, second
edition, Addison Welsey, Massachusetts, USA.
[5] Laudon, Kenneth C.; Laudon, Jane P. (2003).
Essentials of Management Information
Systems, Managing The Digital Firm. (5th ed.)
Prentice-Hall, New Jersey
[7] Pujawan, I Nyoman. (2005). Supply Chain
Management, Edisi Pertama. Guna Widya,
Surabaya
[8] Ross, David F. (2003). Introduction to e-Supply
Chain Management , St.lucie Press, USA.
[9] S.T. Miranda dan Widjaya.T.Amin. (2001).
Manajemen Logistik dan Supply Chain
Management. Harvarindo, Jakarta.
[10] Schroeder, Roger. R. (2000). Operation
Management : Contemporary Concepts and
Cases. McGraw-Hill Irwin, New York.