Peranan dan kompetensi salesman PR "Asia" dalam ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
Transcript of Peranan dan kompetensi salesman PR "Asia" dalam ...
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Kerangka Dasar Teori
2.1.1 Selling / Menjual
Selling adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari pembeli,
mempengaruhi, dan memberi petunjuk agar pembeli dapat menyesuaikan
kebutuhannya dengan produksi yang dit awarkan serta mengadakan perjanjian
mengenai harga yang menguntungkan bagi kedua belah pihak (Moekijat, 2000,
p.488).
Menurut Dr.Billy Kueek DBA mengatakan bahwa menjual adalah karier
dengan gaji besar dan sangat memuaskan yang membutuhkan komitmen tinngi
dan kecepatan kerja. Namun yang paling ditakuti dari keseluruhan siklus
penjualan adalah mencari prospek / prospecting. (2003, p.3)
The American Marketing Association, (Chicago, 1960) defines “selling”
as “the personal or impersonal process of assisting and / or persuading a
prospective customer to buy a commodity or a service or to act favorably upon an
idea that has commercial significance to the seller”.But selling really has a far
broader scope. We prefer to define selling as the art of persuading another person
to do something when you do not have, or do not care to exert, the direct power to
force the person to do it. Selling is persusion. (Russell Beach Buskirk, 1982, p.3)
Dalam bukunya yang berjudul “Marketing Data Analysis dengan
Microsoft Excel” Singgih Santoso menjabarkan konsep tentang pemasaran (p.2-3)
Konsep ini beranggapan bahwa masalahnya bukanlah produk tersebut murah atau
mahal, namun pada kemampuan perusahaan untuk secara agresif melakukan
promosi dan menjual produknya pada konsumen. Jadi konsep ini tidak
menekankan pada apa yang akan dijual, namun pada bagaimana cara menjual.
Oleh karena itu perusahaan yang menganut konsep ini beranggapan bahwa apapun
bisa dijual, sejauh diketahui bagaimana cara membujuk konsumen agar mau
membelinya. Kegiatan menjual buku-buku ensiklopedia, produk asuransi jiwa,
sales girl yang melakukan kegiatan “door to door” adalah contoh kegiatan
13
Universitas Kristen Petra
14
selling, dimana mungkin konsumen bahkan tidak pernah berpikir sebelumnya
tentang produk-produk tersebut.
Kelemahan utama konsep ini adalah menjual apa yang dapat dibuat, dan
bukannya membuat apa yang dapat dijual. Namun pada saat krismon seperti ini,
dimana banyak pabrik mengalami penumpukan barang di gudang dan daya beli
masyarakat menurun, maka banyak perusahaan melakukan kegiatan selling untuk
mendongkrak penjualan.
Selain itu, konsep ini mempunyai asumsi yang lemah, yaitu jika konsumen
kecewa karena terpaksa membeli, toh ia akan cepat lupa akan hal itu, dan besok
pun ia akan membeli lagi.
Sedangkan Peter Allen mengatakan bahwa “Bila Anda menciptakan atau
mengembangkan suatu produk atau jasa baru, anda akan perlu memastikan bahwa
anda dapat berhasil menjualnya. Menjual adalah bentuk yang tak terpisahkan dari
proses pembikinan (manufacturing). Semua perusahan kecil perlu berhasil
menjual produk mereka terlebih dahulu karena, berbeda dengan perusahaan besar,
mereka tidak mempunyai cukup sumber daya untuk melindungi kesalahan mereka
secara finansial. ( 1990, p.pendahuluan). Peter juga berpendapat bahwa
meluncurkan produk baru memang mahal; berapa mahal hal itu bergantung
kepada berapa banyak yang dapat perusahaan usahakan. Jelasnya perusahaan kecil
tidak dapat menghabiskan sebanyak perusahaan yang besar atau yamg sudah
mapan. Inilah sebabnya mengapa penting untuk mengetahui secara persis mana
“pasar anda” untuk produk tertentu ini. Terntu saja, keputusan pasar seperti ini
sama pentingnya untuk semua produk, tetapi ini lebih jelas terlihat dalam
hubungannya dengan produk baru. Ada beberapa langkah yang perlu untuk
diambil: (1990.p.23)
a) Putuskan mana pasar anda
b) Ketahui sifat pasar itu:
• siapa yang membeli
• kapan mereka membeli
• dalam jumlah berapa
• apa pilihan mereka untuk jenis produk anda
• dimana dan bagaimana mereka berharap untuk membelinya
Universitas Kristen Petra
15
c) Siapkan literatur penjualan; ini mungkin berupa:
• brosur
• foto ilustratif di dalam manual penjualan
• daftar harga
d) Putuskan tentang promosi anda
• kegiatan menjual pribadi
• periklanan
• lewat pos
• menjual atau perkenalan lewat telepon
2.1.2 Metode Penjualan
Peter Aleen (1990, p.58-67) menjelaskan bahwa semua perusahaan harus
mempertimbangkan cara terbaik untuk menjual produk mereka. Ini khususnya
penting untuk perusahaan kecil karena sumber dayanya yang terbatas, sehubungan
dengan keuangan dan tenaga kerja. Pada dasranya ada beberapa pilihan tentang
metode penjualan, antara lain:
1. Penjualan pribadi
Penjualan pribadi adalah cara yang paling langsung dan pribadi
untuk mencapai pelanggan. Kebanyakan perusahaan kecil memulai
“menjual” dengan cara ini ketika si pemilik pergi keluar dan menjual.
Kelebihan utama dari metode ini adalah merupakan cara yang langsung
dan pasti mendapatkan pesanan, komunikasi langsung dengan pelanggan
memungkinkan penelitian dan informasi diteruskan ke perusahaan.
Kelemahan utamanya adalah beban waktu yang besar pada
pengambilan keputusan tertinggi dalam perusahaan kecil. Penjualan lewat
telepon
Keterampilan menjual dapat diterapkan pada telpon dengan tiga cara,
antara lain:
Ø Untuk telepon yang masuk dengan pertanyaan, penyelidikan atau
urutan yang sudah disiapkan.
Ø Untuk telepon keluar kepada pelanggan regular, katakan dua hari
sebelum penyerahan regular da dalam area mereka, untuk membujuk
Universitas Kristen Petra
16
pesanan baru atau mengingatkan pelanggan untuk mengadakan
pesanan mereka yang regular.
Ø Untuk telepon keluar kepada pelanggan potensial guna
memperkenalkan dan menjual perusahaan anda dan produknya dalam
pengertian “cold call” (pembicaraan telepon dengan perusahaan yang
tidak pernah anda hubungi sebelumnya), atau mendapatkan pesanan
dari pelanggan lama atau semi regular.
2. Penjualan lewat pos
Adapun tujuan dan fungsi dari penjualan lewat pos antara lain:
a) Membantu gugus wiraniaga.Sebagian besar penjualan lewat pos
industrial dilakukan dengan cara gugus wiraniaga dalam ingatan,
dan menghasilkan pesanan adalah tujuan paling penting dalam
penjualan lewat pos. Penjualan jenis ini melakukannya dengan
menyuplai informasi produk yang akan mendorong calaon
pelanggan untuk meminta rincian lebih jauh atau mengundang
wiraniaga untuk mengunjungi mereka.
b) Mendapatkan pesanan. Banyak perusahaan menganadalkan
semata-mata penjualan lewat pos untuk mendapatkan pesanan,
sebagai contoh katalog pemesanan pos, klub buku dan credit card
house. Mereka membuat pos dalam jumlah besar dan
mengirimkannya kepada orang dalam jumlah besar, dengan
mandapatkan daftar mereka dari jajaran luas sumber, yang dapat
juga digunkan oleh perusahaan kecil:
• daftar pemilih
• buku petunjuk telepon
• buku petunjuk bisnis
• jurnal perdagangan
• daftar peserta pameran
• pembelian daftar spesifik dari organisasi penelitian.
c) Melanjutkan penyelidikan.Anda mungkin harus bertekun dengan
penyelidikan hingga pesanan akhirnya didapatkan:bila perlu buat
Universitas Kristen Petra
17
beberapa kiriman pos, yang masing-masing diarahkan pada aspek
yang agak berbeda dari produk atau bisnis anda, untuk menarik
perhatian.
d) Berkomunikasi dengan perdagangan distribusi. Cara untuk terus
memberikan informasi kepada distributor anda tentang produk
anda yang mutakhir dan rencana promosi.
e) Membuat produk anda dispesifikasikan. Kirimkan rincian kepada
dokter, insinyur, arsitek dan desainer serta “specifier” lain: ini
memerlukan kiriman pos berkualitas tinggi dengan literatur yang
sangat teknis.
f) Pembuatan sampel. Mengirimkan sampael gratis sering digunakan
untuk membuat pelanggan potebsial mencoba produk yang baru.
g) Meluncurkan produk baru. Penjualan lewat pos seriang
digunakan oleh perusahaan hubungan masyarakat dan orang lain
untuk mendapatkan publisitas, yang rinciannya dikirim kepada
media dan pelanggan yang terkemuka.
h) Publisitas umum. Berpindah ke gedung baru, meluncurkan produk
baru, menawarkan pelayanan baru, mengumumkan perusahaan
dalam manajemen-semua dilakukan secara efektif lewat penjualan
lewat pos.
3. Kombinasi dari ketiganya.
Peter Goodridge (1987, p.102-103) mengatakan bahwa “successful selling
does not depent on chance; it depends like any organized activity, on working out
a plan and following it through”. Berhubung tidak ada faktor yang pasti yang
dapat menentukan keberhasilan sebuah penjualan, serta aturan baku yang dapat
digunakan, namun perlu diingat bahwa pembeli merupakan individu yang perlu
diperlakukan secara istimewah. Oleh karena itu, menurut Peter Goodridge teknik
menjual terdiri dari beberapa tahap, antara lain:
1. Get the customer into the shop.
2. Welcome him.
3. Assess his mood.
Universitas Kristen Petra
18
4. Find out what goods he wants.
5. Display your goods.
6. Sell the merchandise.
7. Close the sale.
8. Wrap up the goods and record the sale.
Sedangkan menurut Peter Allen (1990, p.87), teknik menjual terdiri dari beberapa
tahap, antara lain:
1. Menyeleksi dan menyiapkan sampel anda.
2. Menyatukan sekumpulan selebaran atau informasi lain, lebih disukai dalam
bentuk manual penjualan.
3. Memutuskan mengenai harga dan membuatnya dalam beberapa bentuk
yang mudah diakses.
4. Memutuskan siapa yang akan menjual dan bagaimana.
5. Memutuskan kapan anda akan memerlukan janji temu dan bagaimana
mendapatkannya.
6. Menguraikan sasaran kunjungan anda-apa yang ingin anda capai.
Ketika anda pergi keluar untuk menjual, sasaran dasar anda adalah membujuk
pelanggan untuk membeli produk yang akan memuaskan mereka. Ingat, kepuasan
pelanggan sangat penting karena hal ini akan membantu anda menjual kepada
mereka lagi. Ada sejumlah langkah yang perlu diikuti dalam proses menjual,
antara lain:
• mengancangi dan memberi salam.
• mencari tahu apa minat pelanggan.
• menyajikan produk secara efektif.
• menetralkan keberatan.
• menutup penjualan.
• mengembangkan muhibah (goodwill) sesudah kunjungan.
Universitas Kristen Petra
19
2.1.2 Distribution / Distribusi
Distribusi dalam manajemen produksi memiliki pengertian sebagai fungsi fisik
untuk memindahkan barang- barang dari saut tempat ke tempat yang lain.
(Moekijat, 2000, p.136)
Peter Goodridge (1987, p.iv) memberikan pengertian distribusi adalah
sebagai berikut; “the job of distribution is to transfer the goods produced by
growers and manufacturers to consumers (which includes every one of us-we are
all consumers) and every distributive firm has a part to play”.
Peter Goodridge (1987, p.12-13) menjelaskan sejarah dari distribusi terdiri
dari beberapa tahap, antara lain:
1. Produksi langsung
Pada masa ini, orang memproduksi atau membuat suatu barang untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri / kebutuhan keluarganya sendiri, dimana
barang tersebut setelah selesai dibuat, langsung dikonsumsi.
Contoh: menangkap hewan untuk dimakan dagingnya dan kulitnya dugunakan
untuk pakaian, menangkap ikan untuk langsung dimakan, memetik buah-
buahan untuk langsung dimakan.
2. Produksi secara khusus.
Pada masa ini, orang sudah mulai menyadari bahwa adanya pembagian tugas
dalam kehidupan bersma lebih baik daripada orang bekerja atau melakukan
sesuatu hanya untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu, pada masa ini sudah mulai
dilakukan pembagian tugas, misalnya: pria bertugas menangkap hewan untuk
diambil dagingnya, wanita bertugas menanam sayur-sayuran, dan lain- lain.
Pada masa ini pula, orang sudah tidak lagi mensuplai makanan untuk menenuhi
kebutuhannya sendiri dan keluarganya, melainkan sudah mulai memsuplai
makanan untuk orang lain, dimana nantinya akan ditukar dengan barang lain
yang memang dibutuhkan oleh orang tersebut (sistem barter). Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa sistem barter merupakan awal dari sejarah distribusi:
kelebihan produksi barang di distribusikan kepada masyarakat untuk
memperoleh standar kehidupan yang lebih baik. Pada saat itu, tentu saja masih
dilakukan dalam lingkup daerah lokal.
3. Uang menggantikan sistem barter.
Universitas Kristen Petra
20
Pada masa ini, uang digunakan sebagai alat pembayaran untuk mendapatkan
barang-barang yang mereka perlukan, jadi tidak lagi barang ganti barang.
Seperti negara dan penduduknya yang selalu berkembang, begitu juga dengan
perindustrian. Pertumbuhan industri pada kota dan negara mengindikasikan
adanya pertumbuhan penduduk dimasa depan yang tidak dapat diprediksikan
jumlahnya. Semua orang akan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sehingga dalam perkembangannya, metode penjualan tradisional tidak
akan relevan lagi. Dengan improvisasi sistem transportasi saat ini, hal itu akan
sangat memungkinkan adanya perluasan perdagangan, dan inilah tanda
dimulainya era distribusi yang baru.
2.1.3 Peranan dan Pentingnya Distribusi
Peranan utama dari distribusi adalah untuk menjembatani jarak atau celah antara
produser dan konsumen. (Goodridge, 1987, p.13-14)
1. Jarak geografi
Contoh: Biji kopi tumbuh di Brazil --------- kopi dikonsumsi di Minchester
2. Jarak Waktu
Contoh: Strawberri dipetik pada hari Jumat----- Strawberri yang sama
dikonsumsi pada hari Minggu.
Pekembangan perindustrian dewasa ini, menuntut adanya sistem distribusi
yang lebih efisien dan efektif guna menunjang kualitas kehidupan masyarakat saat
ini. Dalam perkembangannya, sistem distribusi selalu berubah dan berkembang
sesuai dengan kemajuan industri yang ada. Adapun pola distribusi yang
tradisional adalah sebagai berikut: (Goodridge, 1987, p.27)
Produsen --------- grosir ----------- pengecer ------- konsumen akhir
Sedangkan pola distribusi yang baru adalah sebagai berikut:
Universitas Kristen Petra
21
Produsen ----------------pengecer ---------------- konsumen akhir
Distribusi tidak selalu dimulai pada produsen atau manufaktur yang memproduksi
barang-barang yang akan dibeli oleh konsumen akhir. Pada kenyataannya, industri
juga memerlukan produsen yang dapat memproduksi barang-barang
perlengkapan, komponen-komponan dasar, ataupun bahan mentah lainnya untuk
melakukan kegiatan produksi selanjutnya. Sebagai contoh, industri pertanian
memerlukan mesin traktor untuk mengolah tanah, bibit unggulan, pupuk dan
sebagainya untuk dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang berkualitas
tinggi.
2.1.4 Produk Kamuflase
Strategi kamuflase sebenarnya merupakan bagian dari strategi imitasi yang
dijalankan oleh follower; atau dengan kata lain strategi kamuflase adalah strategi
menyamarkan diri dengan lingkungan sekitarnya, sehingga tidak akan terlihat oleh
lawan. Seperti dikatakan oleh Theodore Levitt dalam artikelnya “Inovative
Imitation”, strategi imitasi produk barangkali bisa menjadi strategi yang lebih
menguntungkan daripada strategi inovasi. Selain membutuhkan biaya yang besar
dalam pengembangan produk, strategi inovasi juga membutuhkan kemampuan
dalam mengedukasi pasar. Akibatnya kebanyakan follower memilih untuk
menjalankan strategi imitasi. Strategi imitasi bukan sekedar membuat produk baru
yang sama, tetapi seringkali juga menjalankan strategi distribusi dan promosi yang
sama. Bahkan packing pun dibuat mirip.
Steven P Schnaars, dalam bukunya Managing Imitation Strategy
menggolongkan imitasi dalam beberapa tingkatan, yaitu:
1. Counterfeits ( Pembajakan )
Perusahaan yang menjalankan strategi imitasi ini benar–benar menjual produk
dengan merek dan desain produk yang benar–benar sama sehingga sering
disebut produk palsu. Imitasi semacam ini sudah tergolong kegiatan ilegal.
2. Knockoff ( Kloning )
Universitas Kristen Petra
22
Perusahaan yang menjalankan strategi imitasi model ini umumnya benar-benar
meniru produk yang sudah ada tetapi memiliki merek yang lain.
3. Design copy atau Trade dress
Strategi kamuflase masuk ke area ini, yang disebut sebagai Schnaars sebagai
kombinasi anatar strategi imitasi dan inovasi.
4. Creative adaptions
Menurut Schnaars jenis yang keempat ini merupakan yang terbaik dari semua
jenis imitasi yang ada, karena si peniru berupaya meniru produk yang ada,
kemudian mengembangkan atau mengadapatsinya kepada lingkungan yang
baru. Peniru inilah yang disebut dengan “inovative imitators”. Jadi seorang
kamuflator yang baik haruslah menjadikan strategi kamuflase sebagai intro
strategi yang tentunya bersifat jangka pendek.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan dengan
menjalankan strategi kemuflase, antara lain:
1. Produsen tidak perlu mengedukasi pasar, lantaran pasar sudah dibentuk oleh
pemimpin pasar.
2. Biaya investasi rendah karena tidak ada investasi di research & development.
Jadi sumber daya tidak perlu dibuang banyak.
3. Jika si konsumen tidak membeli, keuntungan yang paling mudah didapat adalah
awareness. Terutama jika produk tersebut mempergunakan merek yang mirip-
mirip. Karena, tidak hanya dalam soal packaging, stategi kamuflase pun bisa
diterapkan secara sengaja maupaun tidak sengaja pada merek.
Harapan - harapan yang ingin diperoleh perusahaan dengan menjalankan
strategi imitasi ini, antara lain:
1. Harapan agar si konsumen salah membeli produk.
Perusahaan yang menjalankan strategi kamuflase berharap si konsumen dapat
berbalik menyukai produk follower setelah salah membeli.
2. Harapan agar konsumen dapat melakukan perbandingan harga sebelum
melakukan pembelian.
Keuntungan jenis kedua ini diperoleh ketika konsumen akhirnya tersadar
sebelum melakukan pembelian. Packaging yang mirip bisa menciptakan
persepsi bahwa isinya sama dalam soal rasa dan kualitas.
Universitas Kristen Petra
23
Konsumen yang price sensitive kemudian akan memilih merek follower karena
umumnya follower menawarkan haga yang lebih rendah.
3. Harapan agar si konsumen berpikir bahwa produknya adalah turunan atau masi
satu “saudara” dengan merek lain.
Umumnya sebuah perusahaan memiliki warna korporat tertentu yang secara
konsisten diterapkan pada stiap merek dan merek turunannya. Persepsi si
konsumen akan kualitas merek market leader akan “tertular” pula pada merek
yang melakukan stategi kamuflase. Mereka pun kemudian membeli produk
yang “mengaku” saudara ini.
2.1.5 Kunci tidak terduga bagi seorang salesman yang handal
Dalam bukunya “ How to Close Every Sale “ Joe Girard ( 1989, p. 75 -77 )
menjelaskan bahwa salah satu kunci penting untuk menjadi seorang salesman
yang efektif adalah menjadi pendengar yang baik. Pada saat penetrasi penjualan,
yang seringkali kita bayangkan adalah salesman asyik berbicara sedangkan
prospeknya terus menerus mendengarkan. Sebenarnya seorang salesman yang
handal adalah juga seorang pendengar yang tekun. Karena kemampuan
mendengar juga sama pentingnya dengan kemampuan berbicara dalam bisnis
penjualan. Ada pepatah yang mengatakan bahwa, “ Tuhan memberi anda dua
telinga dan satu mulut, berarti Tuhan mau anda dua kali lebih banyak mendengar
daripada berbicara. “ Tetapi banyak sekali salesman yang berpendapat jika
sampai berhenti dalam berbicara berarti adanya kelemahan dalam penetrasi
penjualan mereka. Sebenarnya, jedah bicara pada saat yang tepat, atau diam
sesaat, malah merupakan teknik menjual yang hebat.
Sama sekali salah menganggap terus – menerus bicara merupakan
keharusan dalam penetrasi penjualan yang berhasil. Kita perlu memberi waktu
bagi prospek untuk berpikir dan memberinya waktu untuk mengeluarkan
pendapatnya. Lebih penting lagi, dengan mendengar kita bisa mengetahui apa
yang sebenarnya dibutuhkan dan diinginkan oleh prospek. Kita juga bisa
menangkap tanda – tanda beli cukup hanya mendengarkan prospeknya bicara
mengungkapkan keinginannya. Amat disayangkan bahwa di sekolah kita tidak
Universitas Kristen Petra
24
pernah diberi pelajaran bagaimana mendengar yang efektif. Karena itu
menyangkut keberhasilan menjual, seorang salesman top harus sama handalnya
baik dalam mendengar maupun berbicara.
Bahkan dalam bukunya ( Girard, 1989, p. 81-82 ), beliau mengatakan
bahwa tiap orang memilki ego diri. Apalagi orang dengan ego besar sangat
menyenangi pendengar yang taat, jadi salesman lebih efektif mengambil sikap
diam dan terus mendengarkan omongan mereka. Bukan hanya sekedar menjadi
pendengar yang baik, salesman juga harus mengambil buku catatan dan mencatat
semua yang ia dengar. Selain hal ini membuat pembeli merasa senang karena
salesman telah berhasil mengelus – elus ego mereka yang besar, tetapi salesman
juga sedang melakukan penggalian fakta dalam sesi pengumpulan informasi yang
tidak formal.
2.1.6 Menangani Penolakan
Joe Girard juga mengemukakan bahwa salah satu cara mengurangi
penolakan terhadap salesman adalah melakukan penetarasi penjualan yang
lengkap. Makin lengkap penetrasi seorang salesman, makin jelas pemahaman
prospek dan sebagai imbalannya dia akan makin mudah untuk melakukan
keputusan beli yang positif.
( 1989, p. 84-87 ). Cara lain untuk mengurangi penolakan adalah dengan
memahami ada beberapa macam penolakan yang diajukan dengan pola yang
teratur sehingga bisa diramalkan lebih dahulu. Dengan begitu, salesman sudah
bisa mempersiapkan diri lebih dahulu dengan menyusupkan aneka jawaban di
dalam penetrasi penjualan sehingga salesman bisa membahasnya sebelum sempat
diajukan oleh prospek. Beberapa contoh penolakan yang menyimpan minat
tersembunyi adalah sebagai berikut :
Penolakan : “ Saya tidak yakin kalau ini yang terbaik untuk tiap sen yang saya
keluarkan. “
Minat tersembunyi : “ Saya tentang anda untuk membuktikan bahwa produk anda
bisa menyediakan nilai istimewa untuk uang saya. “
Penolakan : “ Ukuran ini tampaknya tidak cocok untuk saya. “
Universitas Kristen Petra
25
Minat tersembunyi : “ Buktikan kepada saya bahwa ini memang ukuran yang pas
untuk saya. “
Penolakan : “ Saya tidak pernah mendengar nama perusahaan anda. “
Minat tersembunyi : “ Saya mau membeli dari anda, tetapi saya butuh
informasi lebih banyak untuk mengetahui bahwa
perusahaan anda memang bisa diandalkan dan
dipercaya. “
Penolakan : “ Saya sedang mengurangi biaya, jadi saya tidak berniat membeli
sesuatu yang baru dulu. “
Minat tersembunyi : “ Kecuali anda bisa meyakinkan saya bahwa produk anda
memang benar – benar produk yang saya butuhkan, saya
tidak bersedia membeli. ”
Penolakan : “ Saya akan keliling dulu melihat produk lainnya yang ditawarkan. “
Minat tersembunyi : “ Anda belum menjual apa – apa kepada saya, kecuali anda
bisa terus meyakinkan saya untuk membeli sekarang, atau
saya mencari yang lain. ”
2.1.7 Selling and Salesmanship
Menurut pendapat Milton B. Burstein, ( 1969, p.24-35 ) mengemukakan
ada emapt hal yang perlu diketahui oleh salesman dalam melakukan kegiatan
penjualan, yaitu :
1. Know Your Product
“ Know your product as thoroughly as you can, not only what it is, but also
what it can do. Be able to answer any reasonable question that might be put to
you in as much detail as will prove necessary in each case. “ ( p.24-25 )
Dengan mengetahui secara detil tentang produk yang akan dijual ( kemasan,
komposisi, feature, benefit ) maka salesman memiliki persiapan pengetahuan
untuk menjawab dan mengatasi segala hambatan yang diajukan oleh konsumen.
2. Know Your Customer
“ When the customer answers and tells what he is looking for, additional
questions can help catalogue the customer. At this point, the salesman can ask
Universitas Kristen Petra
26
what he had in mind with specific questions relative to price range, type of
merchandise, as advertised, ect. “ ( p.30-31 )
Dengan mengenal para konsumennya, maka seorang salesman dapat memperoleh
informasi tambahan yang berguna mengenai tanggapan tentang harga, produk,
maupun promosi dari barang yang dijual.
3. Know Your Competitor
“ In itself, a full knowledge of your competition is not as necessary as the
previous two aspects of knowledge. However, knowing your competition does
frequently serve a valuable purpose in the presentation and is really an extension
of your basic product knowledge. “
“ Knowledge of your competition’s product and price structure can give you
confidence and eliminate the fear of questions. “ ( p.31)
Mengetahui tentang produk pesaing, memang tidak terlalu mendasar seperti kedua
poin diatas, tetapi hal ini merupakan salah satu nilai tambah bagi seorang
salesman dalam menjawab berbagai macam pertanyaan di luar dugaan.
4. Know Your Company
“ When you have this knowledge of your company, use it as the need arises in
presentation. “ ( p.34-35)
Basic facts, that you should know are :
Ø History ( Sejarah perusahaan )
Ø Growth ( Perkembangan perusahaan )
Ø Principals ( Kebijaksanaan perusahaan )
Ø Stock Information ( Informasi persediaan barang )
Ø Financial Condition ( Kondisi keuangan perusahaan )
Ø Volume of Sales ( Volume penjualan produk )
Ø Manufacturing and/or service facilities ( Proses produksi dan fasilitas
pelayanan perusahaan )
Ø Advertising policies ( Kebijaksanaan promosi )
Ø Marketing Programs ( Program Pemasaran )
Ø Customer Relations ( Hubungan dengan Konsumen )
Ø Forms of Outlets ( Formulir penjualan toko )
Ø Personnel Policies ( Kebijaksanaan Personalia / SDM )
Universitas Kristen Petra
27
Ø Product Lines ( other than your product )
Di dalam bukunya, “ Salesman satu Menit “ Spenceer Johnson, M.D dan Larry
Wilson ( 1984, p. 45 ) mengemukakan bahwa waktu satu menit adalah waktu yang
sangat berharga serta penting bagi penentu keberhasilan seorang salesman. Ia juga
mengemukakan selama penjualan ; Sebuah Ikhtisar sebagai berikut :
1. Salesman meluangkan satu menit untuk menginga tkan diri sendiri tentang
tujuannya: membantu orang lain mendapatkan perasaan senang yang mereka
inginkan-atas apa yang mereka beli dan atas diri mereka sendiri.
2. Salesman mengingatkan diri sendiri tentang strateginya: membantu orang
lain itu melihat dan merasakan apa yang sudah mereka saksikan di dalam Gladi
Resik Satu Menit, yang selama berlangsungnya proses mereka menyesuaikan
dengan keinginan – keinginan pelanggan.
3. Salesman mengingat kembali hambatan – hambatan yang menghalangi orang
lain mendapatkan apa yang mereka inginkan : tiadanya kepercayaan, tiadanya
kebutuhan, tiadanya bantuan, tiadanya kebergegasan.
4. Salesman membantu mewujudkan kepercayaan melalui Penjualan Atas Tujuan,
melaksanakan apa yang mereka katakan, dan menguraikan tujuan serta proses
penjualan mereka, juga imbalan bagi konsumen.
5. Untuk menemukan kebutuhan – kebutuhan konsumen, salesman mengajukan
pertanyaan – pertanyaan ‘punya’ dan pertanyaan – pertanyaan ‘ingin’.
6. Salesman mendengarkan, kemudian meluangkan waktu satu menit untuk
membuat ringkasan tentang apa yang mereka dengar untuk menunjukkan
bahwa mereka mengerti.
7. Berdasarkan pada perasaan yang konsumen inginkan, salesman membantu
mereka mendapatkannya. Jika salesman tidak dapat membantu, maka salesman
dapat merekomendasikan orang lain yang dapat membantu.
8. Bila salesman dapat membantu, ceritakan tentang orang lain yang sudah mereka
bantu untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
9. Bila konsumen sudah melihat bahwa mereka dapat memperoleh apa yang m
Universitas Kristen Petra
28
mereka inginkan, maka salesman harus menunjukkan bagaimanan mereka
memperolehnya dengan resiko pribadi sekecil mungkin dan imbalan pribadi
sebesar mungkin.
10. Salesman meminta mereka untuk membeli.
Didalam buku “ Salesman Satu Menit “ ( Johnson, 1984 p.66 ), ada sebuah panduan
kecil tentang rencana kerja salesman satu menit, yaitu :
Ikhtisar singkat
“ RENCANA KERJA “
SALESMAN SATU MENIT
Cara Tercepat Mencapai Penjualan lebih Banyak dengan Sedikit Beban Mental
SALESMAN MULAI
dengan
TUJUAN SALESMAN
Salesman membantu orang lain merasakan apa yang mereka inginkan segera !
?
MENJUAL KEPADA ORANG LAIN
?
Sebelum Penjualan
• Pertama, salesman meliaht orang lain itu mendapatkan perasaan yang
MEREKA inginkan. Kemudian saya melihat diri saya mendapatkan apa yang
saya inginkan.
• Salesman mempelajari segi – segi keunggulan dan manfaat dari apa yang
mereka jual secara berulang dan menyeluruh.
• Salesman melihat manfaat dari apa yang mereka jual benar – benar membantu
orang lain itu mendapatkan perasaan yang mereka inginkan.
?
Selama Penjualan
• Salesman menjual dengan caranya sendiri dan orang lain sukai pada saat
membeli.
• Salesman mengajukan pertanyaan – pertanyaan ‘punya’ dan ‘ingin’,
• Masalahnya adalah perbedaan.
Universitas Kristen Petra
29
• Salesman mencatat dan membacakan apa yang mereka dengar.
• Secara jujur salesman mengaitkan jasa, barang, atau gagasan mereka
terhadap apa yang ingin dirasakan orang lain itu.
• Orang lain itu menutup penjualan bila ia melihat manfaat maksimum
dengan resiko pribadi minimum.
?
Sesudah Penjualan
• Salesman sering melanjutkan hubungan untuk memastikan pelanggannya
benar – benar senagn memiliki barang dari mereka.
• Jika timbul masalah, salesman membantu konsumen memecahkannya dan
dengan demikian semakin memeperteguh hubungan diantara keduannya.
• Bila konsumen senang atas apa yang mereka beli, salesman minta
rekomendasi aktif dari mereka.
2.1.8 Customer Mapping
Dalam artikelnya, Devi, Dean Of Falcuty Of Economic and Chairman,
Petra Business Forum Surabaya ( MIX 13 / 05-01 Maret 2005, p.25 ) mengatakan
bahwa banyaknya pemasar membuat kartu anggota disertai dengan iming- iming
bonus, hadiah, dan sebagainya merupakan cara jitu dalam mengidentifikasi
pelanggan. Dengan memiliki data pelangan maka pemasar dapat memahami profil
pelanggan, kapan mereka membeli, produk apa yang akan mereka beli, frekuensi
pembelian, dan kemudian mengintegrasikan data keuangan akan menghasilkan
angka laba kotor yang diberikan oleh pelanggan. Laba kotor pelanggan dihitung
dengan mengurangkan penjualan per pelanggan dengan harga pokok penjualan.
Ketidakstabilan harga pokok penjualan dalam menghitung laba kotor dapat
dieliminasi dengan menggunakan biaya standar dalam membuat produk..
Mengaitkan antar laba kotor per pelanggan dengan tingkat loyalitas pelanggan,
akan bermanfaat bagi pemasar dalam menentukan pola hubungan antara produk
dengan pelanggan atau disebut dengan Customer Mapping (CM).
Customer Mapping merupakan upaya pamasar dalam mengembangkan
strategi untuk membidik pelanggan berdasarkan kontribusi setiap pelamggan dan
Universitas Kristen Petra
30
perilaku mereka terhadap produk perusahaan. CM akan sulit dilakukan bagi
pemasar yang tidak memiliki data individual pelanggan, tetapi pemasar dapat
menggunakan data penjualan menurut wilayah, saluran distribusi, dan periode
waktu.. CM membedakan pelanggan ke dalam 4 tipe dasar kategori tingkat laba
kotor yang diberikan pelanggan kepada perusahaan dan tingkat loyalitas atau
banyak pelanggan melakukan repurchase produk perusahaan. Batasan laba kotor
untuk menetukan tinggi rendahnya laba kotor yang diberikan pelanggan kepada
perusahaan dihitung berdasar rata-rata tertimbang laba kotor, atau dihitung dengan
menjumlahkan semua laba kotor dibagi dengan jumlah pelanggan. Sedangkan
batasan loyalitas pelanggan dihitung dengan menjumlahkan semua frekuensi
pembelian yang dilakukan pelanggan dibagi dengan jumlah pelanggan. 4 tipe
pelanggan ditentukan berdasar kategori tinggi rendahnya laba kotor per pelanggan
dan banyak frekuensi pembelian yang dilakukan pelanggan. Spinner merupakan
tipe pelanggan yang menyumbang laba kotor yang rendah dan sedik it frekunsi
pembelian. Tipe Spinner banyak dijumpai pada pelanggan yang hanya membeli
produk pada saat diskon atau periode promosi. Non profit custumer adalah
pelanggan yang menyumbang laba kotor yang rendah tetapi banyak selaki
melakukan frekuensi pembelian. Non profit customer tidak mempermasalahkan
produk, tetapi mereka tidak mau membeli dengan harga yang wajar. At-risk
Customer merupak pelanggan dengan kategori menyumbang laba customer tidak
diragukan lagi, pemasar hendaknya meningkatkan keunuikan dan kegunaan
produk bagi mereka. Tipe yang sangat diharapkan pemasar yaitu Core Customer.
Core Customer adalah pelanggan yang menyumbang laba kotor tinggi disertai
dengan banyaknya frekuensi pembelian. Core Customer harus menempati porsi
terbesar dibanding tipe konsumen yang lain, agar perusahaan dapat bertahan.
Universitas Kristen Petra
31
2.2. Cuplikan / Klipping berita
Berikut penulis mencoba memberikan beberapa cuplikan atau klipping
berita yan terkait dengan studi kasus.
Universitas Kristen Petra
42
2.3. Pernyataan / Kutipan Pemimpin / Pengamat Bisnis dan Industri
Sukses produk di pasar ditentukan oleh distribusi. Itulah keyakinan Harun
Pramono, Sales and Marketing Manager OTC, PT Soho Industri Farmasi.
Lantaran kenyakinan tersebut, ia tidak pernah terjun langsung ke lapangan untuk
memantau kondisi yang sebenarnya. “Dengan langsung dating ke lapangan, paling
tidak saya tahu bagaimana coverage produk kami” tutur pemegang brand
Curcuma Plus dan Diapet ini. Lantas, bagaimana kiat supaya distribusi berjalan
optimal? menurut pecinta buku ini, paling tidak ada tiga hal yang menjadi kunci.
Pertama pelanggan yang menjadi sasaran produk, kedua coverage penyebaran
serta dukungan SDM yang profesional. “ketiganya harus berjalan baik dan
menjadi sistem yang sangat berkaitan. Kalau ini terwujud, level distribusi berjalan
optimal,”tandas lelaki humoris yang berobsesi menjadi wiraswasta di masa tuanya
kelak. (MIX 13 / 05 Februari-01 Maret 2005, p.47)
Diakui Hawe Wijono, General Sales & Marketing Manager PT Dua
Kelinci, kunci sukses memenangkan persaingan adalah kualitas produk, sistem
dan network (jaringan distribusi). “Dalam hal produk, produk yang kami hasilkan
adalah benar-benar produk yang berkualitas. Dan ini juga tidak terlepas dari
kualitas bahan pokok yang dipakai,” jelasnya lugas. Sementara Quality value
network diterjemahkan oleh Dua Kelinci dengan membangun jaringan distribusi
yang kuat. Agar jalinan Dua Kelinci dengan distributornya kuat, pihak manajemen
Dua Kelinci memposisikan distributor sebagai bagian dari perusahaan yang tidak
terpisahkan. “Meraka kami perhatikan. kami rangkul secara baik, sehingga dari
situ, yang timbul bukan hanya hubungan kerja, melainkan tumbuh sikap sense of
belonging,” kilahnya. (MIX 12 / 13 Januari-02 Februari 2005, p.18-19)
Pengamat menilai, persaingan merebut pangsa pasar di tanah air masih
cukup sehat. “Berbeda dengan di luar negri seperti di Amerika Serikat, persaingan
sudah benar-benar terbuka. Asalkan datanya valid, mereka akan menggunakan
kelemahan perusahaan kompetitor sebagai senjata untuk memukul. Media yang
digunakan pun tidak main-main, mereka berani,” kata pengamat pemasaran Steve
Sujatmiko. Bagi Steve, persaingan sehat juga tidak berarti tidak membunuh
kompetitor. “Hidup dan mati itu biasa. Asal saja semua mekanismenya diserahkan
kepada pasar, tidak bermain nakal. Misalnya dengan membeli semua barang
Universitas Kristen Petra
43
kompetitor kemudian digudangkan sekian lama di tempat yang memang bertujuan
untuk merusak kemudian dikeluarkan lagi dengan harga lebih murah sehingga
konsumen yang mencoba akan kecewa karena produknya sudah rusak. Inilah yang
disebut tidak sehat.” Tapi kalau strategi perang terbuka, katanya itu sah-sah saja.
(MIX 12 / 13 Januari-02 Februari 2005, p.22)
Fabian Galael, CEO PT Fastfood Indonesia Tbk., menyadari betul bahwa
awareness saja tidak cukup untuk menciptakan sebuah transaksi. “yang men-
tigger sebuah sales adalah brand image. Yang menciptakan intensive to purchase
adalah brand image. If your image is good, your price is suitable, people will start
to go to you. (MIX 12 / 13 Januari-02 Februari 2005, p.28)
Ade Hermawan, Supervisor Promotion PT Java Prima Abadi (JPA),
perusahaan yang mlempar merek Kopi Luwak, mengakui, strategi untuk tidak
terpengaruh pada strategi pemasaran yang tengah dijalankan kompetitornya
terbukti cukup efektif untuk tetap bertahan di pasaran. ketika kompetitor beriklan
gencar atau malah membanting harga, misalnya, tidak pernag ditanggapi dengan
rekatif. “Kami berusaha untuk tetap konsisten di jalur yang kami canangkan sejak
awal,” katanya. (MIX 12 / 13 Januari-02 Februari 2005, p.33)
Bagi pemasar yang jeli, channel asongan merupakan lahan garapan yang
luar biasa. Bahkan kekuatan pengasong ini, seperti dikemukakan pengamat
distribusi Yadi Budhisetiawan, amatlah besar. Sayangnya, sejauh ini banyak
pemasar yang masih menganggap remeh saluran distribusi yang satu ini.
Alasannya biasanya menyangkut kesanggupan para pengasong membawa barang
dagangannya. “Mereka menilai bahwa para pengasong hanya mampu membawa
10 item produk saja,” beber Budi. Sementara untuk produk rokok, pemilik rokok
bisa saja menyediakan alat bantu berjualan berupa kotak kayu berlogo yang bisa
dicangklong di pinggan atau ditaruh di pundak. Namun cara lain yang juga ampuh
dijalankan adalah dengan membentuk paguyuban. Wadah ini efektif untuk
menampung keluhan maupun aneka kebutuhan mereka dan sekaligus untuk
mempererat kemitraan. Bagi Yadi, melakukan program hadiah bagi pengasong
tidak masalah. Tapi sayangnya, program seperti ini kurang mengikat. Sebab,
peluang untuk memenangkannya amat kecil. Lain halnya dengan memberikan alat
bantu brjualan, yang tentunya sangat dibutuhkan oleh mereka. Sementara
Universitas Kristen Petra
44
keuntungannya, pemilik merek bisa menempel logo, merek dan tag line dan
atribut merek lainnya, pada alat bantu jualan tersebut. (MIX 12 / 13 Januari-02
Februari 2005, p.34-35 )
Prestasi Oky Gunawan, General Manager LTLN ( Low Tar Low Nico
tine ) Group PT Bentoel Prima sangat mudah dibaca. Oky tidak ragu-ragu
mengatakan rokoknya memang mirip rokok pesaing. Keberaniannya menjadi
pengikut diimbangi dengan mengembangkan diferensiasi. “Kalau rokok pesaing
lebih kuat di elemen adventure dan enjoyment,”jawabnya tangkas. Bagi Oky,
perlawanan dari pesaing membuktikan bahwa rokoknya memang telah berdampak
menggerogoti rokok pesaing. (SWA SEMBADA No.05/XX/4-17 Maret 2004,
p.27-28)
Menurut Godo Tjahjono, Direktur Associate—Strategic Planning &
Business development pada Sun Life Ansurance mengatakan bahwa, pemasar
yang handal tidak tergantung pada produk ayau industrinya. Menurutnya, bila
seorang pemasar menangani suatu produk yang stabil atau mereknya yang sudah
besar, prestasi kerjanya tidak terlalu keliatan. “Kemampuan kita di dunia
marketing baru bisa di lihat pada saat membangun sebuah brand dari awal hingga
menjadi eksis dan punya equity,”ujarnya. Ia melihat peluang ini bisa di dapatkan
di Sun Life ( SWA SEMBADA No.05/XX/4-17 Maret 2005, p.39 )
Menurut Roberth M. McMath, penulis buku “What Were They
Thingking? Marketing Lessons I’ve Learned From Over 80,000 New Product
Innovations and Idiocies”, suatu produk baru yang sukses selalu mempunyai tiga
karakter khas: ide yang orisinal, mempersiapkan dengan riset sebelumnya, dan
siap menghadapi pertarungan besar. ( MIX 04 / 21 April-11 Mei 2005 )
Menurut Ujang Sumarwan, PhD., dari program MMA-IPB, ada dua tipe
sukses penjualan; yakni sukses yang berlangsung terus menerus dalam baberapa
tahun; ada pula yang tiba-tiba melesat penjualannya tanpa terduga sebelumnya.
Hal ini, kata Ujang, dipengaruhi oleh usia produk dan cara mencapai sukses itu.
Memasarkan produk baru merupakan salah satu tantangan paling serius yang
dihadapi oleh marketer. Tak terkecuali perusahaan besar sekalipun. Pengamatan
terhadap merek-merek yang tahun lalu meroket juga menunjukkan bahwa hampir
semuanya merupakan kategori baru. Dengan kata lain, untuk kategorinya, mereka
Universitas Kristen Petra
45
adalah pioneer atau diposisikan sebagai merek pioneer. Beberapa fakta
menunjukkan bahwa kebanyakan pemain yang masuk ke pasar pertama kali
menikmati market share yang lebih tinggi dari pengikut ( me too ). Ini umum
terjadi di berbagai industri seperti consumer goods, industrial goods, dan farmasi.
Kenapa? Pertama, bila suatu produk jasa memberikan cukup kepuasan, konsumen
tidak suka mengambil resiko untuk beralih ke merek atau produk lain. Kedua,
pioneer itu biasanya menjadi prototype. Disini konsumen akan membandingkan
produk pendatang dengan pioneer. Ketiga, konsumen mempelajari dengan sangat
baik atribut follower. Dan yang terakhir, pioneer biasanya berusaha dan mampu
mengamankan posisi terbaiknya di pasar. Ujang juaga mengatakan bahwa, kunci
sukses sebuah merek atau produk ada empat, yaitu: Pertama, menjual produk
sesuai dengan kebutuhan konsumen. Kedua, menjual dengan harga menarik.
Artinya, harga beli harus sepadan dengan nilai tambah yang diterimanya, sehingga
konsumen merasa puas dengan harga tersebut; atau dengan kata lain: kualitas
tetap terjaga. Ketiga, melakukan komunikasi pemasaran yang bagus dengan
dukungan jaringan distribusi yang kuat. Keempat, yang melandasi seluruh
aktivitas sukses adalah inovasi produk. “Siklus hidup produk ditentukan oleh
inovasi -baik dari sisi teknologi maupun kualitas –produk itu.” kata Ujang.
Makanya, kecerdikan melakukan perubahan sesuai dengan kebutuhan pasar akan
menjadi kekuatan produk-produk yang laku di tengan masyarakat. (MIX 04 / 21
April-11 Mei 2005)
Pengamat pemasaran, Bambang Bhakti berpendapat bahwa pada akhirnya
strategi kamuflase bisa digunakan untuk merebut pasar. Tetapi setelah punya basis
konsumen, produk harus dikembangkan menjadi brand yang mandiri. Bambang
juga menambahkan, kalau mau berhasil, maka produk yang mengusung strategi
kamuflase harus mempunyai nilai tambah (value added). Sehubungan dengan itu,
“Sebenarnya kita punya pemikiran yang luar biasa dan tidak pernah diangkat ke
permukaan, yaitu Ki Hajar Dewantara,” ungkap Bambang. Tokoh nasional ini
pernah menulis konsep yang disebut 3N. Yang pertama adalah Niteni, artinya
mengamati orang lain atau mempelajari orang lain. Kedua Niroake, artinya
menirukan. Dan Ketiga, Nambahi, yang artinya memberi nilai tambah. Meski
demikian, bagi Bambang, stategi kamuflase tidak punya kebanggan. “Dia dapat
Universitas Kristen Petra
46
pasar, tetapi tidak punya kebanggan merek,” katanya. Tapi, pihak Wings mungkin
punya pandangan lain: apalah arti sebuah kebanggan, kalau penjualannya
memble? (Marketing No.11/IV?November 2004, p.35)
Martani Hursaeni pun setuju bahwa sebuah merek harus buru-buru keluar
dari aktivitas kamufalsenya. Baginya, perusahaan yang melakukan kamuflase
harus bisa membanguin pilar-pilarnya sendiri pula. “Kamuflase itu kan permainan
konteks, sedangakn konten yang baik pun harus dimiliki,” katanya. Hanya saja
Martani memang menganggan pesimis bhwa kamuflator memiliki kualitas yang
baik. “Felling saya yang ngikutin itu eggak pernah care sama kualitas.” Baginya
juga tidak ada cerita yang sukses dari kegiatan kamuflase. “Ini soalnya
menyangkut masalah loyality.,” lanjutnya. Yang lebih membuka peluang berhasil
bagi merek kamufalse adalah jika produknya merupakan produk yang generik.
“Jika produknya merupakan konsep yang generik seperti mie, maka itu bisa
bertahan lama,” kata Bambang Bhakti. (Marketing No.11/IV/November 2004)
Bambang juga menambahkan, Camoflage dalam bahasa Indonesia berarti
penyamaran, dan ada unsur mengelabui. Menurut saya, kamuflase itu selangkah
menuju imitasi. Bedanya, kalau imitasi itu ilegal, sedangkan kamuflase legal. Di
dunia pemasaran, fenomena ini sudah lazim digunakan. Cuma strategi ini hanya
bersifat short term, enggak bisa dipertahankan dalam jangka waktu yang lama,
karena pada akhirnya konsumen akan tahu (aslinya). Biasanya yang ditiru adalah
brand atau merek-merek yang sudah mapan, market leader yang image-nya
bagus. Dalam stategi short term, sampai orang ada experience, maka baru orang
akan menghindar. Sayangnya mereka yang melakukan kamufalse itu lupa bahwa
konsumen tidak bodoh. Pada akhirnya mereka akan tahu. Menurut Bamabng, ciri-
ciri dari Camuflage Marketing adalah apabila sebuah merek itu awalnya
dikesankan sama dengan brand mapan, tetapi cepat atau lambat konsumen akan
tahu. Oleh karena itu, kamuflase yang berhasil adalah kamuflase yang pertama
kali dilakukan oleh So Klin. Begitu So Klin sudah mendapatkan pasar, dia cepat
pula melakukan diferensiasi. Sebab kalau tidak, akan kalah dan terus turun.
(Marketing No.11/IV/November 2004, p. 32)
Universitas Kristen Petra
47
2.4. Artikel / Tajuk / Penulisan dalam majalah terkait
Berikut penulis menyajikan beberapa artikel / tajuk / penulisan yang
terkait dengan studi kasus yang dibuat: