SKRIPSI PERANAN SISTEM INFORMASI DIREKTORAT ...

100
SKRIPSI PERANAN SISTEM INFORMASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK (DJP) DALAM PENGELOLAAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PPH ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MAROS NOVIANTI 105 73 01913 10 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2014

Transcript of SKRIPSI PERANAN SISTEM INFORMASI DIREKTORAT ...

SKRIPSI

PERANAN SISTEM INFORMASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK(DJP) DALAM PENGELOLAAN SURAT PEMBERITAHUAN

TAHUNAN PPH ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MAROS

NOVIANTI105 73 01913 10

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR2014

iii

MOTTO

"Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah

dilaksanakan/diperbuatnya" (Ali Bin Abi Thalib).

“Keberhasilan adalah sebuah proses.Niatmu adalah awal keberhasilan.

Peluh keringatmu adalah penyedapnya.Tetesan air matamu adalah pewarnanya.

Doamu dan doa orang-orang disekitarmu adalah bara api yang mematangkannya.

Kegagalan di setiap langkahmu adalah pengawetnya.Akan dari itu, bersabarlah!

Allah selalu menyertai orang-orang yang penuh kesabaran dalam proses menuju keberhasilan.

Sesungguhnya kesabaran akan membuatmu mengerti bagaimana cara mensyukuri arti sebuah keberhasilan”.

”Hidup ini seperti puzzle yang besar, sahabatmu, semua orang yang terkasih,

setiap pengalaman baru, setiap tragedi, dan setiap kebahagiaan adalah satu di antara potongan-potongan itu.

Beberapa di antaranya dengan mudah terpasang,tetapi yang lain-lain harus didorong, diputar,

dan dibalik untuk membuatnya cocok.Pada akhirnya mereka semua pas,

dan bila begitu, gambaran hidupmu lengkap.Tetapi sampai waktu itu, sekurang-kurangnya sampai

kau menemukan satu potongan terakhir itu, kau masih memiliki satu hari baru untuk

hidup dan untuk kau nikmati.”

“Jangan Pernah Menyerah, karena Kita dilahirkan untuk Sukses”

iii

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan kepada

Ayah dan Ibu tercinta, untuk kesabaran, Cinta, KasihSayang, Perhatian, dan Doanya.

Kakak dan Adikku serta Abang yang slalu memberiku motivasi dan Doanya.

Teman-teman yang selalu Memberikan Semangat danDoanya,

Terimah Kasih atas Seegalanya.

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia,

petunjuk, rahmat, dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

ini dengan judul “Peranan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dalam

Pengelolaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi Pada

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Maros”. Adapun tujuan penulisan

Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satus syarat dalam memperoleh

kelulusan pada program sarjana Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada

kedua orang tua penulis, Ibunda dan Ayahanda yang tercinta, sanak saudara dan

semua keluarga besar ku terima kasih atas segala jerih payah, dorongan dan

doanya demi mencapai keberhasilan penulis dalam menempuh cita-cita. Dalam

penyusunan skripsi ini, berbagai cobaan maupun kesulitan, rintangan dan

hambatan yang penulis temui sejak dari awal pembuatan skripsi hingga menjelang

penyelesaiannya tetapi dapat teratasi berkat prinsip yang disadari penulis.

Demikian pula, kepada bapak Jamaluddin, M.SE., M.Si. selaku pembimbing I dan

bapak Abd. Salam HB, SE., M.Si., Ak selaku pembimbing II, yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal

hingga selesainya skripsi ini.

iii

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar.

2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, SE., MA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis.

3. Bapak Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

4. Serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali

penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi

penulis.

5. Pimpinan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Maros yang Telah Bersedia

Menirima penulis Untuk Melaksanakan Penelitian.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa

mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan

tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak

akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi

manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin..\

Billahi FiiSabililhaq, Fastabiqul Khaerat,

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Juni 2014

Penulis

iv

iii

vi

vii

ABSTRAK

NOVIANTI. 2014. Peranan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP)dalam Pengelolaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Maros. Dibimbing oleh Jamaluddin M.SE.,M.Si. dan Abd.Salam HB,SE.,M.Si.,Ak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui system informasi DJP dalam pengelolaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi dan bagaimana peranan sistem pelaporan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-SPT) . Data penelitian ini diperoleh melalui beberapa studi kepustakaan dan beberapa laporan tertulis dari KPP Pratama Maros yaitu dengan meminta data penerimaan pajak tahun 2013 dan jumlah Wajib Pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) secara manual dan elektronik, kemudian diproses dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa Sistem pelaporan SuratPemberitahuan secara elektronik (e-SPT) yang baru diterapkan pada tahun 2013, wajib pajak orang pribadi sebagian besar melaporkan SPT secara manual dibandingkan dengan secara online (E-SPT). Dari jumlah pelaporan SPT sebagian masyarakat masih melaporkan SPT secara manual. Total pelaporan SPT secara manual adalah 29.527 wajib pajak yang lebih besar dibanding menggunakan fasilitas e-SPT yang berjumlah 27 wajib pajak.

Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor Wajib Pajak belum menerapkan sistem pelaporan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-SPT) dikarenakan masih kurangnya sosialisasi dari KPP sehingga masih banyak Wajib Pajak belum mengetahuinya.

Kata Kunci: Sistem Informasi DJP, Surat Pemberitahuan Elektronik (e-SPT).

viii

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………… . i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………... iii

MOTTO ………………………………………….. .......................................... iv

KATA PENGANTAR………………………………………………………. v

ABSTRAK…………………………………………………………………… vii

DAFTAR ISI………………………………………………………………… viii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xi

DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Perpajakan Di Indonesia……………………………… 10

B. Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP)………………… 18

C. Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan………………………... 23

D. Pajak Penghasilan………...…………………………………………... 42

E. Penelitian Terdahulu………………………………………………….. 45

F. Rerangka Pikiran……………………………………………………… 46

ix

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ................................................................................... 49

B. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 49

C. Jenis dan Sumber data ......................................................................... 50

D. Metode Analisis ................................................................................... 51

BAB IV: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Instansi………………………………….. 52

B. Kedudukan KPP Pratama Maros…………………………………….. 54

C. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros………………. 57

D. Tugas Utama Tiap-tiap Seksi…………………………………………. 57

E. Struktur Organisasi KPP Maros………………………………………. 59

BAB V: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Reformasi Perpajakan (Tax Reform) dalam Praktik Penyampaian

Surat Pemberitahuan (SPT)…………………………………………… 61

B. Peranan Sistem Informasi DJP dalam pengelolaan SPT Tahunan PPh

Orang Pribadi…………………………………………………………. 64

C. Perbandingan Pelaporan E-SPT dan SPT…………………………….. 65

D. Peranan Sistem Informasi DJP terhadap Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Maros…………………………………………………. 74

BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan…………………………………………………………… 81

x

B. Saran………………………………………………………………….. 82

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 83

LAMPIRAN…………………………………………………………………… 85

RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………… 86

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Alur pengolahan SPT…………………………………………….. 29

Gambar 2.2: Alur pembetulan dan perubahan SPT sebelum dan Sesudah

Pemeriksaan……………………………………………………… 42

Gambar 2.4: Rerangka Pemikiran……………………………………………… 46

Gambar 4.1: Struktur Organisasi KPP Maros…………………………………... 60

Gambar 2.3: Flowchart Tata Cara Penerimaan dan Pengelolaan SPT

Tahunan…………………………………………………………… 67

xi

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2: Sanksi administrasi keterlambatan penyampaian SPT berdasarkan

jenisnya……………………………………………………………… 40

Tabel 5.1: Laporan pengolahan Data SPT Tahunan Orang Pribadi Tahun

2013…………………………………………………………………. 63

xii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara

dan bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tentram, dan tertib, serta menjamin

kedudukan hukum yang sama bagi warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan

dimaksud, pembangunan nasional yang dilaksanakan secara berkesinambungan

dan berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air memerlukan biaya besar yang

harus digali terutama dari sumber kemampuan sendiri.

Dalam rangka kemandirian, pemerintah berupaya meningkatkan penerimaan

negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan

pajak. Upaya tersebut dilakukan seiring dengan makin dominannya penerimaan

pajak dalam RAPBN maupun APBN Indonesia beberapa tahun terakhir.

Penerimaan dari sektor perpajakan merupakan penerimaan terpenting dalam

anggaran pendapatan dan belanja.

Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka

meningkatkan penerimaan pajak, antara lain dengan melakukan reformasi pajak

(tax reform). Tujuan utama dari reformasi pajak ialah untuk lebih menegakkan

kemandirian negara dalam membiayai pembangunan nasional dengan jalan lebih

mengarahkan segenap potensi dan kemampuan dari dalam negeri, khususnya

dengan cara meningkatkan penerimaaan negara melalui perpajakan dari berbagai

sumber di luar minyak bumi dan gas.

2

Dalam reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak telah

mengalami perubahan yang cukup signifikan yaitu official assesment system

menjadi self assesment system. Berbeda dengan official assesment system, dalam

self assesment system, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung,

menyetor dan melaporkan sendiri pajaknya.

Undang-undang pajak di Indonesia saat ini dalam melaksanakan

pemungutan pajak menganut sistem self assesment. Sistem pemungutan ini

mempunyai arti bahwa besarnya pajak yang terutang dipercayakan kepada Wajib

Pajak (WP) itu sendiri, dimana WP harus melaporkan secara teratur seluruh

jumlah pajak yang terutang dan jumlah pajak yang telah ditentukan dalam

peraturan perUndang-undangan perpajakan. Oleh sebab itu untuk mendukung

keberhasilan diterapkannya sistem self assesment salah satu hal mendasar yang

harus dilakukan adalah melaksanakan penegakan hukum (law enforcement)

perpajakan. Penegakan hukum dalam perpajakan mempunyai korelasi yang positif

dengan kesuksesan penerimaan pajak artinya, pelaksanaan penegakan hukum

pajak secara tegas dan konsisten akan mampu menciptakan kepatuhan yang lebih

baik dari wajib pajak dan akan bermuara pada peningkatan penerimaan dari sektor

pajak. Tindakan pemeriksaan ini dilakukan sebagai sarana penegakan hukum (law

enforcement) bagi Wajib Pajak (WP) atau Penanggung Pajak (PP) yang lalai

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, untuk memperkecil jumlah tunggakan

pajak yang terutang oleh Wajib Pajak, dan merupakan salah satu langkah penting

dalam mengamankan dan meningkatkan penerimaan Negara dari sektor pajak.

Jika hal tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan faktor-faktor

3

penghambat dalam pelaksanaan pemeriksaan dapat diatasi maka upaya

peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak tentunya akan tercapai.

Pajak merupakan masalah yang menyangkut kepentingan masyarakat dan

Negara. Setiap warga Negara dan anggota masyarakat, sudah selayaknya

mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan pajak. Melalui

reformasi perpajakan pada tahun 1983 sistem pemungutan pajak yang berlaku di

Indonesia telah di ubah dari system official assessment menjadi system self

assessment. Dalam sistem ini anggota masyarakat wajib pajak diberi kepercayaan

untuk dapat menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri

pajak yang terutang.

Seiring berkembangnya teknologi informasi, Direktorat Jendral Pajak (DJP)

melakukan modernisasi sistem administrasi perpajakan guna meningkatkan

kualitas pelayanan perpajakan sehingga dapat meningkatkan penerimaan negara.

Modernisasi perpajakan meliputi reformasi kebijakan, reformasi administrasi dan

reformasi pengawasan. Reformasi kebijakan terdiri dari amandemen undang-

undang antara lain UU No. 36 tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan, UU No.

16 tahun 2009 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), UU

No. 42 tahun 2009 mengenai PPN dan PPnBM. Reformasi administrasi

merupakan reformasi yang dilakukan berkaitan dengan organisasi, teknologi

informasi dan Sumber Daya Manusia (SDM), sedangkan reformasi pengawasan

terkait dengan adanya kode etik pegawai seirama dengan pelaksanaan good

governance dan equal treatment dapat berjalan dengan baik.

4

Untuk melakukan reformasi perpajakan tersebut maka system informasi

perpajakan sangatlah dibutuhkan. System informasi dalam administrasi

perpajakan di lingkungan Kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan

menggunakan perangkat lunak dan keras yang dihubungkan dalam suatu jaringan

lokal.

Agar target penerimaan pajak tercapai harus didukung oleh fasilitas-fasilitas

pajak dan kepatuhan wajib pajak dalam melakukan kewajibannnya. Salah satu

fasilitas pajak dalam rangka modernisasi administrasi perpajakan adalah e-SPT

yang merupakan aplikasi (software) yang disediakan oleh Direktorat Jendral Pajak

(DJP) untuk digunakan oleh wajib pajak guna memudahkan dalam penyampaian

Surat Pemberitahuan (SPT), baik itu SPT Masa maupun Tahunan. Penggunaan e-

SPT dimaksudkan agar semua proses kerja dan pelayanan perpajakan berjalan

dengan baik, lancar, akurat serta mempermudah wajib pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya sehingga kepatuhan wajib pajak diharapkan akan

meningkat.

Namun dalam praktiknya, persepsi kemudahan menjadi penentu suatu

sistem dapat diterima atau tidak, Wajib Pajak yang beranggapan bahwa e-SPT itu

mudah digunakan akan mendorong mereka untuk terus menggunakannya.

Kemudahan yang diberikan oleh e-SPT adalah penentu yang menyebabkan wajib

pajak senang dalam menggunakannya, begitu juga sebaliknya jika wajib pajak

telah merasakan ketidaknyamanan pada e-SPT tersebut, maka yang akan terjadi

adalah wajib pajak menjadi enggan menggunakannya.

5

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunana Pajak Penghasilan sebagai sarana

bagi wajib pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan

atau pembayaran pajaknya, harus diisi dengan benar, jelas dan lengkap. Oleh

karena itu buku petunjuk pengisian SPT Tahunan PPh harus benar, lengkap dan

jelas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sehubungan

dengan ditetapkannya Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 24/PJ/2008

tentang Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan dan

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang

Pribadi beserta petunjuk pengisiannya, perlu menetapakan Instruksi Direktur

Jenderal Pajak tentang penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak

Penghasilan.

Melaporkan semua kewajiban perpajakan melalui Surat Pemberitahuan

(SPT) adalah kewajiban bagi setiap Wajib Pajak terdaftar. Dalam ajaran material,

kewajiban ini timbul pada saat terutangnya pajak yaitu setelah berakhirnya masa

pajak untuk pajak yang terutang dalam suatu masa pajak atau setelah berakhirnya

tahun pajak untuk pajak yang terutang dalam satu tahun pajak. Semua kewajiban

perpajakan yang dilaporkan meliputi kewajiban menghitung, memperhitungkan,

dan membayar pajak yang terutang serta kewajiban memotong, memungut, dan

menyetor pajak yang terutang.

Salah satu contoh pelaksanaan dari sistem tersebut adalah penyampaian

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Maros. Kita mengetahui bahwa setiap awal tahun sampai bulan

batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, Direktur Jenderal

6

Pajak selalu disibukkan dengan pekerjaan rutin, yaitu Surat Pemberitahuan (SPT)

Tahunan yang harus disampaikan oleh Wajib Pajak melalui Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama dimana Wajib Pajak terdaftar. Surat Pemberitahuan (SPT)

Tahunan yang mempunyai arti penting untuk mengetahui sebarapa jauh tingkat

kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi satu kewajiban perpajakan tersebut.

Untuk memberikan kemudahan dan menjawab masalah Wajib Pajak yang

menjadi diadakanya Sosialisasi Tata Cara Penyampaian SPT Tahunan Orang

Pribadi melalui e-filing dan e-SPT PPh Pasal 21 oleh KPP Pratama Maros dengan

tujuan agar masyarakat Wajib Pajak mengetahui bahwa Direktorat Jenderal Pajak

(DJP) telah mempunyai sistem penyampaian SPT Tahunan melalui internet (e-

filing) dan SPT PPh Pasal 21 secara elektronik (e-SPT) yang dapat mengurangi

penggunaan kertas dalam pelaporannya.

Dalam sosialisasi tersebut tampak antusias peserta dalam mengikuti

pelatihan dari jumlah peserta yang hadir dan banyaknya pertanyaan dari Wajib

Pajak seputar materi yang disampaikan, hal ini memang dikarenakan bahwa

kewajiban pelaporan e-SPT PPh Pasal 21 sudah diberlakukan sejak 1 Januari 2014

dengan terbitnya Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-14/PJ/2013 dan

selain sudah mendekatinya batas waktu penyampaian SPT Tahunan Orang Pribadi

Tahun Pajak 2013 pada 31 Maret 2014 nanti, juga karena sistem pelaporan SPT

Tahunan melalui e-filing merupakan hal yang baru bagi Wajib Pajak.

Kegiatan sosialisasi penyampaian SPT secara e-filing akan terus diadakan

oleh KPP Pratama Maros dengan bekerjasama dengan KP2KP dan sampai

dengan batas waktu penyampaian SPT Tahunan Orang Pribadi, mulai

7

penyampaian materi e-filing atau dengan mengadakan Bimbingan Teknis

pengisian SPT Tahunan Orang Pribadi yang menggunakan Formulir 1770S dan

1770SS di beberapa instansi, BUMN/BUMD dan perusahaan Pemberi Kerja.

Namun demikian, bagi Wajib Pajak yang akan menyampaikan SPT Tahunan

secara manual tetap akan dilayani dan diterima melalui mekanisme dropbox, yang

sebelumnya tentu disarankan kepada Wajib Pajak untuk menyampaikan SPT

Tahunannya melalui http://efiling.pajak.go.id penyampaian SPT yang lebih

murah, mudah dan cepat.

Sehubungan dengan Penyampaian SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2013

(Wajib Pajak Orang Pribadi). Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak

(DJP) Sulawesi Selatan, menyelenggarakan “Pekan Panutan SPT Tahunan PPh

Tahun Pajak 2013”.

Tujuan diadakannya acara ini adalah untuk mendukung peningkatan

kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2013. Mereka diharapkan

bisa menjadi contoh bagi masyarakat, khususnya Wajib Pajak untuk

menyampaikan SPT Tahunan PPh-nya tepat waktu. Seperti diketahui, kesadaran

masyarakat khususnya Wajib Pajak yang terdaftar di Kanwil Direktorat Jenderal

Pajak (DJP) Sulawesi Selatan untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh masih

cukup rendah, terbukti dari tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh

Tahun Pajak 2012 yang hanya mencapai 54.99 % dengan jumlah SPT Tahunan

PPH Tahun Pajak 2012 yang masuk sebesar 455.695 Wajib Pajak. Sementara

jumlah Wajib Pajak yang wajib lapor SPT Tahunan di Kanwil DJP terdaftar

sebesar 828.726 Wajib Pajak.

8

Diharapkan dengan adanya Pekan Panutan SPT Tahunan PPh kali ini, dapat

mendorong seluruh Wajib Pajak untuk segera melaksanakan kewajiban

menyampaikan SPT Tahunan PPh-nya tepat waktu. “Semoga dengan adanya

pekan panutan ini, para Wajib Pajak Orang Pribadi yang belum sempat

menyampaikan SPT Tahunannya, tergugah untuk segera menyampaikan. Harapan

kami bisa lebih bagus dibanding tahun lalu.

Direktur Jenderal Pajak, Fuad Rahmany mengungkapkan bahwa kegiatan

Pekan Panutan yang dilaksanakan rutin setiap tahun oleh Direktorat Jenderal

Pajak (DJP) ini dinilai efektif meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak untuk

melaporkan SPT Tahunannya.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Maros sebagai instansi yang

melayani masyarakat khususnya masyarakat Wajib Pajak diharapkan dapat

menciptakan administrasi pelayanan yang tidak terlalu membebani Wajib Pajak

dan mudah dipahami. Atas dasar latar belakang tersebut, penulis mencoba

menelaah mengenai bagaimana “Peranan Sistem Informasi Direktorat

Jenderal Pajak dalam Pengelolaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

PPh Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Maros”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peranan sistem informasi DJP

dalam pengelolaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi?

9

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah uraikan di

atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui peranan system informasi DJP dalam pengelolaan Surat

Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi.

2. Untuk memberikan tambahan informasi bagi pihak yang membutuhkan,

terutama kepada Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan

(SPT).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya:

1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Maros

Membantu sosialisasi dalam menyampaikan dan melaporkan Surat

Pemberitahuan (SPT) Tahunan kepada masyarakat.

2. Bagi masyarakat

Agar masyarakat mengerti bagaimana cara menyampaikan dan melaporkan

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi di Kantor Pajak.

3. Bagi penulis

Penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan sebagai bekal

untuk menerapkan suatu keadaan secara teoritis maupun praktis, khususnya

yang berkenaan dengan Pengelolaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

PPh Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Maros.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Perpajakan Di Indonesia

1. Pengertian Pajak

Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

memberikan berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada

dasarnya definisi tersebut mempunyai tujuan yang sama. Untuk lebih jelasnya dan

untuk memahami pengertian tentang apa yang dimaksud dengan pajak, maka

dikemukakan beberapa definisi pajak sebagai berikut:

1. Undang – undang No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang

– Undang No.6 Tahun 1983 tentang Kententuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan (KUP) bahwa: “Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada

negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang – undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar – besarnya

kemakmuran rakyat”.

2. Menurut Prof. Dr. Mardiasmo (2011: 1) bahwa : “Pajak adalah iuran rakyat

kepada kas negara berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

3. Menurut Adriani dalam Sugeng Wahon (2012: 2) bahwa: “Pajak adalah iuran

kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib

membayarnya menurut peraturan – peraturan dengan tidak mendapat prestasi

10

11

kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya untuk membiayai

pengeluaran – pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara

menyelenggarakan pemerintahan.”

Definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur

sebagai berikut:

1. luran dan rakyat kepada negara

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. luran tersebut berupa uang

(bukan barang).

2. Berdasarkan Undang-Undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta

aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal (kontraprestasi) dan negara yang secara langsung dapat

ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat di tunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-

pengeIuaran yang bermanfaat bagi masyarakat luar.

2. Fungsi Pajak

Menurut Sugeng Wahono (2012: 3) ada 4 fungsi pajak, yaitu:

a) Fungsi Anggaran (Budgetair)

Yaitu sebagai sumber pendapatan Negara, pajak berfungsi untuk membiayai

pengeluaran – pengeluaran negara.

b) Fungsi Mengatur (Regulerend)

12

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan

pajak. Dengan fungsi ini pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai

tujuan.

c) Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan

kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat

dikendalikan.

d) Fungsi Redisrtibusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh Negara akan digunakan untuk membiayai

semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan

sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat.

3. Jenis – Jenis Pajak

Menurut Siti Resmi (2013: 7) jenis pajak dapat digolongkan menjadi 3

macam, yaitu menurut golongan, sifat dan lembaga pemungutnya:

a. Menurut Golongan

1) Pajak langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh

Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain

atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang bersangkutan.

2) Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi

jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan

terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.

13

b. Menurut Sifatnya

1) Pajak Subyektif, adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan

pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang meperhatikan keadaan

subjeknya.

2) Pajak objektif, adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya baik

berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan

timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi

subjek pajak (wajib Pajak) maupun tempat tinggal.

c. Menurut Lembaga Pemungutan

1) Pajak negara (pajak pusat), adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada umumnya.

2) Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah

tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

4. Tarif Pajak

Menurut Prof. Dr. Mardiasmo (2011: 9) ada 4 macam tarif pajak, yaitu:

a. Tarif sebanding/proporsional,yaitu tarif berupa persentase yang tetap,

terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak

yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

b. Tarif tetap, yaitu tarif berupa jumlah yang tetap terhadap jumlah yang

dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

c. Tarif progresif, yaitu tarif persentase yang digunakan semakin besar bila

jumlah yang dikenai pajak semakin besar

14

d. Tarif degresif, persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah

yang dikenai pajak semakin kecil.

5. Asas Pemungutan Pajak

Agar negara dapat mengenakan pajak kepada warganya atau kepada orang

pribadi atau badan lain yang bukan warganya, tetapi mempunyai keterkaitan

dengan Negara tersebut, tentu saja harus ada ketentuan-ketentuan yang

mengaturnya. Sebagai contoh di Indonesia, secara tegas dinyatakan dalam Pasal

23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa: ”segala pajak untuk keuangan

negara ditetapkan berdasarkan Undang-undang. Untuk dapat menyusun suatu

undang-undang perpajakan, diperlukan asas-asas atau dasa-dasar yang akan

dijadikan landasan oleh negara untuk mengenakan pajak”.

Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh Negara sebagai asas dalam

menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk pengenaan

pajak penghasilan. Menurut Trisni Suryarini dan Tarsis Tarmudji (2012: 3),

bahwa asas utama yang paling sering digunakan oleh negara sebagai landasan

untuk mengenakan pajak adalah:

a. Asas Domisili atau disebut juga asas kependudukan (domicile/residence

principle), berdasarkan asas ini negara akan mengenakan pajak atas suatu

penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila

untuk kepentingan perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan penduduk

(resident) atau berdomisili di negara itu atau apabila badan yang bersangkutan

berkependudukan di negara itu.

15

b. Asas Sumber, Negara yang menganut asa sumber akan mengenakan pajak

atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan

hanya apabila penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh diterima

oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan dari sumber-sumber yang

berada di Negara itu.

c. Asas kebangsaan atau asas nasionalitas atau disebut juga asas

kewarganegaraan (nationality/citizenship principle). Dalam asas ini yang

menjadi landasan pengenaan pajak adalah status kewarganegaraan dari orang

pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan.

6. Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan,

maka menurut Prof. Dr. Mardiasmo (2011: 2) pemungutan pajak harus memenuhi

syarat sebagai berikut:

a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan. Undang-Undang dan

pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang- undangan

diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan

dengan kemampuan masing – masing. Sedang adil dalam pelaksanaanya

yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan,

penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada

pertimbangan Pajak.

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang – undang (syarat yuridis)

16

Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini

memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik Negara

maupun warganya.

c. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi)

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun

perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian

masyarakat.

d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat financial)

Sesuai dengan budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan

sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan sederhana akan memudahkan dalam mendorong

masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah

dipenuhi oleh undang– undang perpajakan yang baru.

7. Sistem Perpajakan di Indonesia

Sistem perpajakan disuatu negara terdiri dari tiga unsur, yakni Tax Policy,

Tax Law dan Tax Administration. Sistem perpajakan dapat disebut sebagai

metode atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang oleh Wajib

Pajak dapat mengalir ke kas negara. Sejak perubahan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan pada tahun 1983 yang merupakan awal

dimulainya reformasi perpajakan Indonesia menggantikan peraturan perpajakan

yang dibuat oleh kolonial Belanda seperti ordonansi PPs 1925 dan ordonansi PPd

1944.

17

Sistem pemungutan pajak di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga menurut Siti

Resmi (2013: 11) yaitu:

1. Official Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk

menentukan sediri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini,

inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada

ditangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya

pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan

(peranan dominan ada pada aparatur perpajakan).

2. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam

menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini,

inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada

ditangan Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu

memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai

kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti penting membayar pajak. Oleh

karena itu, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk:

1) Menghitung sendiri pajak yang terutang;

2) Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang;

3) Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang;

4) Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang; dan

18

5) Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang.

Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak

banyak tergantung pada Wajib Pajak sendiri (peranan dominan ada pada Wajib

Pajak).

3. With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang

ditunjuk untuk menetukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukkan

pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan,

menyetor, dan mempertanggung jawabkan melalui sarana perpajakan yang

tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung

pada pihak ketiga yang ditunjuk.

B. Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP)

1. Konsep Sistem Informasi di Lingkungan DJP

Perkembangan Teknologi Informasi (TI) Ditjen Pajak dimulai awal 90-an,

yaitu dengan penerapan Network Processing Control System (NPCS) yang

berfungsi untuk mengawasi dan mengevaluasi pembayaran pajak. Pada awal

1994, mulai diperkenalkan Sistem Informasi Perpajakan untuk menggantikan

NPCS yang berfungsi sebagai sarana pengawasan SPT sekaligus untuk

mengawasi dan mengevaluasi pembayaran pajak, serta dapat juga berperan

sebagai sarana pendukung pengambilan keputusan.

19

Pada tahun 2002, DJP mengimplementasikan penggunaan SAPT di KPP

WP Besar dan hal tersebut masih terus digunakan sampai saat ini di KPP WP

Besar, untuk memudahkan pelayanan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak serta

meningkatkan produktivitas aparat. Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal

Pajak No. SE-15/PJ/2007 JO. SE-25/PJ/2008, tentang persiapan penerapan

Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan, Sistem informasi yang pertama kali

digunakan seirama dengan modernisasi perpajakan adalah Sistem Administrasi

Perpajakan Terpadu (SAPT) di kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib

Pajak Besar dan Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar. Selain itu, Ditjen

pajak juga menerapkan aplikasi baru meliputi:

a. Situs Internet Ditjen Pajak (http://www.pajak.go.id) yang memuat peraturan

perpajakan dan informasi perpajakan.

b. Pengembangan knowledge base di beberapa kanwil yang berisi petunjuk

praktis tentang beberapa permasalahan di bidang perpajakan yang dapat

dijadikan pedoman oleh fiskus dalam menjawab pertanyaan dari wajib pajak.

c. Situs Internet Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan sarana komunikasi

internal Ditjen Pajak dan sekaligus pintu masuk menuju program aplikasi PK-

PM dan MP3.

d. Program aplikasi PK-PM yang berfungsi untuk menyandingkan Faktur Pajak

Masukan PKP Pembeli dengan Faktur Pajak Keluaran PKP penjual.

e. Program aplikasi “kriteria seksi” sebagai sarana pemilihan pemeriksaan pajak

berdasarkan tingkat resiko.

20

f. Program Aplikasi Monitoring Pelaporan dan Pembayaran Pajak (MP3) yang

berfungsi untuk memonitor dan mengawasi penerimaan pajak secara online.

g. Program aplikasi e-registration, sistem pendaftaran wajib pajak memperoleh

NPWP secara online.

h. Program aplikasi e-filling, sistem menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak

secara online. Program aplikasi e-SPT yang merupakan sarana bagi wajib

untuk dapat menyampaikan SPT melalui media elektronik.

i. Sistem Informasi Geografis (SIG) yang telah dikembangkan menjadi suatu

“smart map” sehingga dapat memuat info rinci yang terkait dengan suatu

nomor objek pajak (NOP).

j. Program terbaru adalah pengembangan Sistem Informasi Direktorat Jenderal

Pajak (SIDJP) untuk menggantikan SIP. Sistem ini dikembangkan hanya pada

kantor yang telah menerapkan adminstrasi modern.

Berdasarkan tujuan dari Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan, terdapat

beberapa karakteristik antara lain:

1) Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. 6/PJ/2009, tentang tata

cara penyampaian surat pemberitahuan dalam bentuk elektronik. Maka

seluruh kegiatan sistem administrasi perpajakan harus menggunakan

administrasi yang berbasis teknologi, fasilitas tersebut antara lain Website,

Call Center, e-Filling, e-SPT, Online payment. Hal ini dilakukan untuk

memberi kemudahan dan kenyamanan pelayanan kepada Wajib Pajak.

2) Seluruh Wajib Pajak diwajibkan melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT)

secara elektronik (e-Filling) dengan diterbitkan peraturan Direktur Jenderal

21

Pajak Nomor KEP-05/PJ/2005 JO. KEP-47/PJ/2008 tentang tata cara

penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara Elektronik (e-Filling)

melalui perusahaan Applied Services Provider (ASP).

3) Seluruh Wajib Pajak diwajibkan melaporkan kewajiban perpajakannya

dengan menggunakan media komputer (e-SPT).

4) e-SPT merupakan salah satu bagian dari proses modernisasi system

administrasi perpajakan untuk memperoleh kemudahan dalam memenuhi

kewajiban Wajib Pajak sehingga pelaporan perpajakan lebih mudah

dilaksanakan.

5) Seluruh Wajib Pajak diwajibkan membayar setoran pajak. Pembayaran

setoran pajak melalui sistem pembayaran online dilakukan melalui PT. Pos

Indonesia (Persero) atau Bank Persepsi/Devisa persepsi online, maupun

menggunakan fasilitas alat transaksi yang disediakan oleh Bank

Persepsi/Devisa Persepsi Online.

System Adminintrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) menghasilkan data pembayaran

dan kewajiban perpajakan setiap Wajib Pajak secara dinamis. Kemudian

dikembangkan lagi menjadi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SI-DJP)

dengan menggunakan perangkat keras dan lunak yang dihubungkan dengan suatu

jaringan kerja di Kantor Pusat.

2. Pengertian Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP)

Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) didefinisikan sebagai suatu sistem informasi yang terpadu di dalam suatu jaringan kerja dengan menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras komputer sebagai pengolah data, hak dan kewajiban perpajakan menjadi informasi yang

22

bermanfaat untuk mengambil keputusan dalam rangka melaksanakan undang-undang perpajakan. Menurut Idrus dalam Rochmah (2008: 44).

Dalam pengembangan implementasi SIDJP terbagi menjadi beberapa sub

sistem, salah satu diantaranya adalah e-filling / e-SPT merupakan suatu layanan

yang disediakan oleh DJP agar wajib pajak dapat menyampaikan suatu

pemberitahuan SPT pajak beserta lampirannya dengan sistem online dan real time

melalui sebuah perusahaan penyedia jasa aplikasi (ASP) yaitu pajakku.com

dengan menggunakan jalur internet.

Dengan cara e-filling ini maka pelaporan pajak dapat dilakukan dengan

cepat, mudah dan aman. Setiap SPT pajak yang dikirimkan akan di encrypted

sehingga terjamin kerahasiaannya. Pihak pihak yang tidak berkepentinagan tidak

akan dapat mengetahui isi SPT pajak tersebut.

Tujuan utama layanan pelaporan pajak secara e-filling ini adalah:

1) Membantu para wajib pajak untuk menyediakan fasilitas pelaporan SPT

secara elektronik via internet kepada wajib pajak, sehingga wajib pajak

orang pribadi dapat melakukannya dari lokasi kantornya atau tempat

usahanya. Hal ini akan dapat membantu memangkas biaya dan waktu yang

dibutuhkan oleh wajib pajak untuk mempersiapkan, memproses, dan

melaporkan SPT ke kantor pajak secara benar dan tepat waktu.

2) Memberikan dorongan kepada Kantor Pelayanan Pajak dalam hal

percepatan penerimaan pelaporan SPT dan perampingan kegiatan

administrasi, pendataan juga akurasi data, distribusi dan pengarsipan

laporan SPT.

23

C. Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

Dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2007 pada Pasal 1 mengenai

ketentuan umum dan tata cara perpajakan antara lain meliputi:

1) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

2) Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan

baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang

meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan

usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,

firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,

organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang lainnya,

lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan

bentuk usaha tetap.

3) Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam

kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengekspor barang,

melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari

luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar

daerah pabean.

4) Pengusaha kena pajak adalah pengusaha sebagaimana dimaksud pada angka 3

yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa

24

Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang pajak

pertambahan nilai 1984 dan perubahannya.

5) Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak

sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai

tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan

kewajiban perpajakannya.

6) Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk

menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu

jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang ini.

7) Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib

Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

8) Bagian tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) tahun pajak.

9) Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam

masa pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

10) Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk

melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau

bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

11) Surat Pemberitahuan Masa adalah suatu surat pemberitahuan untuk suatu

masa pajak.

12) Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun

pajak atau bagian tahun pajak.

25

13) Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab

atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi

kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

1. Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Prof. Dr. Mardiasmo (2011: 31) “Surat Pemberitahuan (SPT)

adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan

dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau

harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan”.

Surat Pemberitahuan pada masa sebelum tax reform merupakan bentuk

kerjasama antara Wajib Pajak dengan Direktorat Jenderal Pajak sebagai sarana

yang penting untuk menetapkan besarnya jumlah pajak yang terutang.

Berdasarkan Ordonansi Pajak Pendapatan 1944, Wajib Pajak memberikan data-

data melalui Surat Pemberitahuan (SPT) dan barulah kemudian Kantor Pelayanan

Pajak akan menentukan besarnya pajak yang terutang dengan Surat Ketetapan

Pajak (SKP).

Reformasi yang terjadi di bidang perpajakan (tax reform) membawa

beberapa perubahan dan menyempurnakan beberapa ketentuan mengenai Surat

Pemberitahuan. Salah satu perubahan yang terjadi atas sistem penyampaian Surat

Pemberitahuan yaitu sistem penyampaian secara elektronik atau biasa disebut

dengan e-Filling yang disampaikan secara on-line yang real time melalui website

26

Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id ) atau Penyedia Jasa Aplikasi atau

Application Service Provider (ASP).

2. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)

Sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Perpajakan Pasal 3 ayat (1)

UU (No. 28 Tahun 2007), fungsi pelaporan pada Surat Pemberitahuan (SPT)

dapat dibedakan menurut yang melaporkannya, diantaranya:

1) Bagi Wajib Pajak, sebagai sarana Wajib Pajak untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya

terutang dan untuk melaporkan terkait beberapa kegiatan, diantaranya :

- Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri

dan/atau melalui pemotongan atau pemungut pihak lain dalam tahun

pajak atau bagian tahun pajak.

- Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau yang bukan objek

pajak.

- Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau

pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa

Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

- Harta dan kewajiban.

2) Bagi Pengusaha Kena Pajak, sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN dan PPnBM yang

sebenarnya terutang serta melaporkan tentang :

- Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran.

27

- Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan

atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

3) Bagi pemotong/pemungut pajak, sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan pajak yang telah dipotong atau dipungut dan

disetorkannya.

3. Jenis-jenis Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) dapat dibedakan berdasarkan jenisnya yaitu:

1) SPT Masa, yaitu Surat Pemberitahuan suatu masa pajak yang digunakan untuk

menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terhutang dalam jangka

waktu 1 bulan kalender atau paling lama 3 bulan kalender. Jenis pajak yang

dilaporkan melalui SPT masa adalah: PPh Pasal 21/26, PPh Pasal 22, PPh

Pasal 23/26, PPh Pasal 25, PPh Pasal 4(2), PPh Pasal 15, PPN, PPnBM.

2) SPT Tahunan, yaitu surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan

perhitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun

pajak. Jenis-jenis Surat Pemberitahuan Tahunan yang dilaporkan adalah :

a. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

b. SPT untuk Wajib Pajak yang berstatus sebagai pegawai

c. SPT untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai usahawan

d. SPT untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai pegawai

dengan jumlah penghasilan bruto setahun kurang dari Rp. 60.000.000,-

e. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan (1771)

f. SPT Tahunan PPh Pasal 21 (1721)

28

4. Pengisian dan Penyampaian SPT

Kewajiban melaporkan penghitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek

pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam surat pemberitahuan

tercantum dalam Pasal 3 ayat 1 (UU No. 28 Tahun 2007):

Setiap Wajib Pajak mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah. Dan menandatangani serta menyampaikannya ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Yang dimaksud dengan mengisi Surat Pemberitahuan adalah mengisi formulir

Surat Pemberitahuan, dalam bentuk kertas dan/atau dalam bentuk elektronik,

dengan benar, lengkap, dan jelas sesuai dengan petunjuk pengisian yang diberikan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Sementara itu, yang dimaksud dengan benar, lengkap, dan jelas dalam

mengisi Surat Pemberitahuan adalah:

a) Benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam

penerapan ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan, dalam

penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

b) Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan

objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat

Pemberitahuan.

c) Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dar objek pajak dan

unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan.

29

Alur pengolahan SPT sejak pengiriman hingga masuk Master File Wajib

Pajak (MFWP) yang dikirim secara langsung ataupun melalui elektronik, dapat

digambarkan pada diagram berikut:

Gambar 2.1 Alur pengolahan SPT

Pelaporan SPT dapat dilakukan secara langsung atau secara elektronik,

pelaporan SPT secara langsung dilakukan wajib pajak dengan mengirimkan SPT

dalam bentuk langsung ke KPP atau KP2KP, termasuk termasuk yang dikirim

melalui pos atau lainnya, sedangkan pelaporan SPT secara elektronik yaitu

melalui sistem e-Filling.

Surat Pemberitahuan (SPT) yang dilaporkan secara langsung akan diberi

tanda terima berupa print out komputern yang dijadikan dasar perhitungan

terlambat/tidaknya SPT, sedangkan SPT yang dilaporkan lewat e-Filling tetap

harus melaporkan induk SPT nya langsung pada KPP atau KP2KP dan akan diberi

tanda terima print out komputer. Petugas TPT meneliti kelengkapan SPT sesuai

ketentuan yang berlaku. SPT tidak lengkap ditolak dan dikembalikan. Khusus

30

untuk e-SPT, sebelum dilakukan penelitian kelengkapan dilakukan pengujian data

elektronis SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak baik dikirim secara langsung

atau melalui e-filing.

1. Penyampaian SPT secara langsung

Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan/ e‐SPT baik langsung melalui Pos/

Ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak, artinya SPT Tahunan yang telah kita

buat dapat disampaikan melalui TPT (Tempat Pelayanan Terpadu) yang ada di

KPP tempat WP terdaftar. Melalui Pos dengan Bukti Pengiriman Surat ke

KPP tempat WP terdaftar Penyampaian SPT melalui pos dimasukkan ke dalam

amplop tertutup yang telah ditempel Lembar Informasi yang berisi data

tentang:

1. Nama WP

2. NPWP

3. Tahun Pajak

4. Status SPT (Nihil/KB/LB)

5. Jenis SPT (Normal/Pembetulan)

6. Perubahan Data (ada/Tidak Ada)

7. No Telepon

8. Pernyataan

9. Tanda Tangan WP

- Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPT Tahunan yang

disampaikan langsung oleh Wajib Pajak dan SPT Tahunan yang disampaikan

melalui Pos/Ekspedisi. Untuk SPT Tahunan Wajib Pajak yang terdaftar pada

31

KPP lain yang diterima secara langsung harus ditolak sedangkan yang melalui

Pos/Ekspedisi diteruskan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak

terdaftar dengan Surat Pengantar. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu

mengecek kelengkapan SPT berdasarkan ketentuan.

- Untuk SPT Tahunan lengkap, dilanjutkan dengan merekam data SPT Tahunan

atau kelengkapannya, menerbitkan BPS/LPAD, menyampaikan langsung

atau mengirimkan BPS ke Wajib Pajak atau kuasanya, menggabungkan LPAD

dengan SPT Tahunan atau dokumen kelengkapannya.

- Untuk SPT Tahunan tidak lengkap yang diterima langsung harus ditolak

sedangkan yang melalui Pos/Ekspedisi diteruskan ke Wajib Pajak dengan

disertai Surat Penolakan SPT Tahunan.

- Untuk SPT Tahunan tidak lengkap diterima dibuatkan Surat Permintaan

Kelengkapan SPT Tahunan, yang disampaikan secara langsung atau

dikirimkan ke Wajib Pajak.

- Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneruskan konsep Surat Pengantar

Penerusan SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak lain, Surat Penolakan SPT

Tahunan, dan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan ke Kepala Seksi

Pelayanan, serta meneruskan SPT Tahunan beserta Register Harian

Penerimaan SPT Tahunan ke Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

- Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep surat yang

diterima. Proses atas surat yang telah ditandatangani dilanjutkan dengan

penatausahaan dokumen dan penyampaian dokumen oleh Pelaksana Seksi

32

Pelayanan melalui Subbagian Umum dengan Tata Cara Penyampaian

Dokumen di KPP.

- Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi merekam elemen‐elemen

SPT Tahunan dan membuat Transkrip Kutipan Elemen‐Elemen dari Laporan

Keuangan Wajib Pajak, mencetak Lembar Penelitian SPT Tahunan untuk SPT

Tahunan Unbalance serta menggabungkannya dengan SPT Tahunan yang

bersangkutan (selanjutnya diproses dengan Tata Cara Himbauan Perbaikan

Surat Pemberitahuan (SPT)), kemudian mengirim SPT Tahunan/Kelengkapan

Data Surat Pemberitahuan Tahunan yang sudah direkam ke Pelaksana Seksi

Pelayanan.

- Account Representative melakukan penelitian sesuai dengan ketentuan

dan memproses SPT yang terdapat kesalahan matematis dan/ atau

terlambat disampaikan/ dibayar berdasarkan data hasil perekaman SPT. Dalam

hal terdapat kesalahan matematis, Account Representative membuat Surat

Himbauan sedangkan dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian/

pembayaran SPT, Account Representative menerbitakan Surat Tagihan Pajak

(STP).

- Pelaksana Seksi Pelayanan meneruskan SPT Tahunan yang termasuk

Surat Pemberitahuan Tahunan Lebih Bayar untuk diproses dengan Tata

Cara Pemeriksaan.

2. Penyampain SPT secara e-filing

33

Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik

(e-SPT) melalui perusahaan penyedia jasa aplikasi (Application Service Provider)

yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak.

- Agar wajib pajak mendapatkan “Tanda-Terima” penyampaian SPT, yang

berarti pula sebagai penegasan bahwa DJP menyatakan telah menerima SPT

Tahunan yang disampaikan oleh wajib pajak via online melalui layanan e-

Filing. Caranya dengan mengklik tombol “Kirim”. Maka kemudian system

akan minta kepada wajib pajak untuk memasukkan “Kode Verifikasi” yang

sudah dikirim oleh system ke email, sesaat sebelumnya. Bukalah email

tersebut, kemudian masukkan “Kode Verifikasi” sesuai permintaan system.

Sesaat kemudian akan terjadi dua hal: pertama, system mengirim “Tanda-

Terima” penyampaian SPT Tahunan ke email wajib pajak, dan kedua, warna

tulisan “4.Kirim SPT” berubah dari merah menjadi hijau, pertanda SPT sudah

diterima secara online oleh DJP. Sampai dengan langkah ini kewajiban wajib

pajak menyampaikan SPT Tahunan sudah diselesaikan dengan baik, namun

ada baiknya, wajib pajak melakukan langkah pengarsipan SPT berupa cetak

hardcopy. Ada 2 (dua) dokumen yang perlu diarsipkan/ dicetak, yaitu “Lembar

SPT” (Induk beserta Lampiran-Lampirannya, jika ada), dan “Tanda-Terima”

Penyampaian SPT.

- Mencetak Hardcopy SPT dan Tanda-Terima Penyampaian SPT Tahunan.

Caranya dengan klik pada “Daftar/baris SPT e-Filing” yang diinginkan (jika

pada daftar terdapat lebih dari satu SPT), kemudian klik tombol “Cetak”.

Sesaat kemudian akan muncul 3 (tiga) pilihan (untuk case SPT Form 1770 S),

34

yaitu “SPT Induk”, “Lampiran I”, dan “Lampiran II”. Klik pada “SPT Induk”,

maka system akan menampilkan “Lembar SPT Induk yang telah terisi” dalam

format “pdf”. Selanjutnya Lembar SPT Induk tersebut bisa dicetak pada

printer, atau disimpan sebagai file pdf jika pada computer yang digunakan

telah tersedia aplikasi PDF Creator dan sejenisnya. Untuk mencetak “Lampiran

I SPT” (case: form 1770 S), bisa dimulai dengan langkah “Back / Go Back”,

kemudian jangan lupa, klik baris SPT e-filing yang akan dicetak sehingga baris

tersebut berubah dari warna putih/ biru menjadi warna kuning. Diteruskan

dengan klik pada tombol “Cetak”. Sesaat kemudian akan muncul jendela baru

dan klik pada opsi “Lampiran I”. Setelah itu system akan menampilkan lembar

“Lampiran I” untuk dicetak pada printer atau disimpan sebagai pdf seperti

langkah mencetak “SPT Induk” tersebut di atas. Untuk mencetak “Lampiran

II” bisa mengulang langkah sebagaimana ketika mencetak “Lampiran I”,

namun opsi yang dipilih adalah “Lampiran II”. Masih ada satu dokumen

penting yang perlu dicetak, yaitu “Tanda-Terima” Penyampaian SPT Tahunan.

Tanda terima ini (seperti diuraikan di atas) sudah dikirim oleh system ke email

wajib pajak setelah “Langkah ke-9” dilakukan. Dengan demikian, wajib pajak

bisa langsung membuka emailnya untuk menemukan dan mencetak Tanda

Terima.

- E-Filing melalui perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) Wajib Pajak dapat

menyampaikan Surat Pemberitahuan yang telah diisi dan dilengkapi sesuai

dengan ketentuan serta dibubuhi tanda tangan elektronik atau tanda tangan

digital secara elektronik ke DJP melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa

35

Aplikasi (ASP). Wajib Pajak yang telah menyampaikan Surat Pemberitahuan

secara elektronik (e-Filing), tidak diwajibkan menyampaikan induk SPT dan

SSP dalam bentuk kertas (hardcopy), sepanjang SSP tersebut telah

mendapatkan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan NTPN

tersebut telah dicantumkan dalam SPT dimaksud. Penyampaian Surat

Pemberitahuan secara elektronik dapat dilakukan selama 24 (dua puluh empat)

jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu. Surat Pemberitahuan yang disampaikan

secara elektronik pada akhir batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan

yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu.

- E-Filing gratis melalui situs DJP

Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dapat memanfaatkan fasilitas e-filing yang

disediakan oleh DJP secara gratis. E-SPT yang telah di entry sesuai ketentuan

dibubuhi tanda tangan eletronik atau tanda tangan digital dengan cara

memasukkan kode verifikasi yang didapat dari Direktorat Jenderal Pajak.

Terkait dokumen fisik lampiran SPT Tahunan sebagaimana berikut :

Fotokopi Formulir 1721 A1/A2 atau bukti potong PPh;

SSP Lembar ke-3 PPh Pasal 29;

Surat Kuasa Khusus;

Perhitungan PPh terutang bagi Wajib Pajak Kawin Pisah Harta dan/atau

Mempunyai NPWP Sendiri;

Fotokopi Bukti Pembayaran Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang

Sifatnya Wajib, tidak wajib disampaikan oleh Wajib Pajak ke KPP

tempat Wajib Pajak terdaftar apabila isinya sudah di entry secara benar

36

dan lengkap dalam e-SPT dan disampaikan secara e-Filing melalui situs

Direktorat Jenderal Pajak http://www. pajak.go.id.

- Data WP di input ke dalam Master File Wajib Pajak (MFWP).

5. Tempat dan Cara Pengambilan SPT

Wajib Pajak mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang

ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak (pada kantor-kantor Direktorat Jenderal

Pajak dan tempat-tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak yang

diperkirakan mudah terjangkau oleh Wajib Pajak) atau mengambil dengan cara

lain yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan (pasal 3 ayat 2 Undang-Undang tentang KUP).

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tanggal 28

Desember 2007 sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor

152/PMK.03/2012 diatur sebagai berikut:

1. Surat Pemberitahuan berbentuk formulir kertas (hardcopy) dapat diambil

secara langsung di tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Surat Pemberitahuan berbentuk e-SPT aplikasinya dapat:

a. diambil secara langsung oleh Wajib Pajak di Kantor Pelayanan pajak atau

Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan;

b. diunduh dari website Direktorat Jenderal Pajak.

6. Penandatanganan SPT

Mengenai kewajiaban Wajib Pajak menandatangani Surat Pemberitahuan,

selain tercantum dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang tentang KUP di atas juga

37

terdapat dalam Pasal 4 ayat (1) (UU No. 28 Tahun 2007) yang menyatakan

bahwa:”Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan

dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya.”

Bagi Wajib Pajak badan yang berhak menandatangani SPT tersebut adalah

pengurus atau direksi Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang tentang KUP. Meskipun

yang dimaksud dengan pengurus sebagaimana diuraikan dalam penjelasan Pasal

32 ayat (4) (UU No. 28 Tahun 2007) adalah “termasuk orang yang nyata-nyata

mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil

keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan perusahaan”. Misalnya berwenang

menandatangani kontrak dengan pihak ketiga, menandatangani cek, dan

sebagainya walaupun orang tersebut tidak tercantum namanya dalam susunan

pengurus yang tertera dalam akte pendirian maupun akte perubahan, dan termasuk

pula bagi komisaris dan pemegang saham mayoritas atau pengendali, namun

untuk menandatangani SPT seharusnya tetap orang yang namanya tercantum

dalam susunan pengurus yang tertera dalam akte pendirian maupuun akte

perubahan.

7. Cara Penyampaian SPT

Penyampaian SPT oleh Wajib Pajak dapat dilakukan :

a. Secara langsung dan diberikan tanda penerimaan surat;

b. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau

c. Dengan cara lain:

1) Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti

pengiriman surat; atau

38

2) E-Filing melalui ASP (Penyedia Jasa Aplikasi) dan diberikan Bukti

Penerimaan Elektronik.

E-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau Pemberitahuan

Perpanjangan SPT Tahunan yang dilakukan secara on-line yang real time

melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP),

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 stdd Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009.

8. Batas Waktu Pelaporan SPT

Berdasarkan batas waktu pelaporannya, Surat Pemberitahuan (SPT) dapat

dibedakan berdasarkan jenisnya, untuk SPT Masa atau Masa Pajak menjadi dasar

bagi Wajib Pajak untung menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang

terhutang dalam satu jangka waktu yaitu 1 bulan kalender atau paling lama 3

bulan kalender sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Perpajakan Pasal 1

huruf 7 dan 12. UU.KUP. Sedangkan untuk SPT Tahunan berdasarkan Pasal 1

huruf 8 dan 9. UU.KUP, dilaporkan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun kalender

atau bagian tahun pajak apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak

sama dengan tahun kalender.

Pada jenis SPT Tahunan, sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (3) Undang-

undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

(KUP) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16

Tahun 2009, waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

39

9. Perpanjangan Waktu Penyampaian SPT Tahunan

Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan ternyata tidak dapat

menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan

karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-masalah teknis penyusunan laporan

keuangan, atau sebab lainnya sehingga sulit untuk memenuhi batas waktu

penyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari batas waktu yang telah

ditentukan, Wajib Pajak dapat memperpanjang penyampaian SPT Tahunan Pajak

Penghasilan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau

dengan cara lain misalnya dengan pemberitahuan secara elektronik kepada

Direktur Jenderal Pajak. Pemberitahuan perpanjangan penyampaian SPT Tahunan

Pajak Penghasilan harus disertai dengan penghitungan sementara pajak yang

terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak sebagai bukti

pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang, dan disampaikan sebelum

batas waktu penyampaian berakhir.

10. Surat Teguran pada SPT

Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur

atau memperingatkan penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya, yang

diterbitkan 7 (tujuh) hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran utang pajak.

Apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan Wajib Pajak tidak melaporkan

SPT, maka akan mendapatkan surat teguran dengan batas waktu tertentu.

Walaupun Wajib Pajak dapat memenuhi batas waktu pada surat teguran, tetapi

batas waktu penyampaian SPT sudah melewati, maka sanksi keterlambatan

melaporkan SPT akan diberikan kepada Wajib Pajak.

40

Sesuai dengan UU nomor 28 tahun 2007, apabila wajib pajak terlambat

dalam menyampaikan/laporan Surat Pemberitahuan (SPT) dikenakan sanksi

administrasi, tabel berikut ini menggambarkan besarnya sanksi berdasarkan jenis

SPT nya :

Tabel 2.2Sanksi administrasi keterlambatan penyampaian SPT berdasarkan jenisnya

No. Jenis Surat Pemberitahuan (SPT) Sanki Administrasi1. SPT Masa PPN Rp. 500.000,-2. SPT Masa PPh dan Lainnya Rp. 100.000,-3. SPT SPT Tahunan Orang Pribadi Rp. 100.000,-4. SPT Tahunan PPh Badan Rp. 1.000.000,-Sumber: KUP Pasal 7 No. 28 Tahun 2007

11. Pembetulan dan Perubahan Surat Pemberitahuan (SPT)

Pembetulan SPT dapat dilakukan oleh Wajib Pajak dengan berbagai alasan,

seperti adanya data baru yang belum dilaporkan atau terdapat perubahan data,

seperti: return penjualan maupun return pembelian. SPT yang dapat dilakukan

pembetulan diantaranya:

1. Pembetulan SPT sebelum pemeriksaan

Surat Pemberitahuan (SPT) dapat dilakukan pembetulan sebelum dilakukan

pemeriksaan pajak oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP). Pembetulan SPT sebelum

pemeriksaan dapat terjadi pada: Selain SPT rugi dan selain SPT lebih bayar, SPT

rugi dan SPT lebih bayar, dan setelah SKP tahun sebelum. Dalam hal SPT

Pembetulan berstatus rugi atau lebih bayar, SPT tersebut harus disampaikan

paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan; Wajib Pajak dapat

melakukan pembetulan SPT Tahunan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah

41

menerima Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Keputusan (SK) Keberatan, SK

Pembetulan, Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyatakan

rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam

SPT yang akan dibetulkan, dengan syarat DJP belum melakukan tindakan

pemeriksaan.

2. Perubahan SPT sesudah dilakukan pemeriksaan

WP mengungkapkan ketidakbenaran SPT disertai SPT pembetulan dan

pelunasan pembayaran pajak yang sebenarnya terutang tetapi belum dilakukan

tindak penyidikan, sepanjang berkaitan dengan pasal 38 KUP atau pemeriksaan

masih dimungkinkan dalam hal sebelum ketetapan pajak atau sebelum disidik.

Apabila Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran

perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah

pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar

150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan

syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak, Wajib

Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri

tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan

sesuai keadaan yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan:

a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil;

b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih

besar.

42

Alur pembetulan dan perubahan SPT sebelum dan sesudah pemeriksaan

dapat digambarkan pada diagram berikut:

Gambar 2.2: Alur pembetulan dan perubahan SPT sebelum dan sesudahPemeriksaan

D. Pajak Penghasilan

1. Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau

perseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau

diperolehnya selama satu tahun pajak. Berdasarkan pengertian di atas, dapat

diketahui adanya ciri-ciri tertentu pajak penghasilan, yaitu :

a) Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh karena suatu hal dimana

tambahan kemampuan ekonomis tersebut dapat dipakai untuk konsumsi atau

menambah kekayaan.

b) Penghasilan yang terkena pajak adalah penghasilan yang diterima atau

diperoleh selama satu tahun pajak.

43

c) Penghasilan yang terkena pajak adalah penghasilan yang diperoleh seseorang

baik dari dalam negeri atau luar negeri serta penghasilan yang berasal dari

Indonesia yang diperoleh orang luar negeri.

2. Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi

Pada prinsipnya, orang pribadi yang menjadi subyek pajak dalam negeri

adalah orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia. Termasuk

dalam pengertian orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia adalah

mereka yang mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Apakah

seseorang mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia dipertimbangkan

menurut keadaan. Keberadaan seseorang pribadi di Indonesia diperhitungkan

apabila orang tersebut lebih dari 183 hari, tidak harus berturut-turut tetapi

ditentukan oleh jumlah hari orang tersebut berada di Indonesia dalam jangka

waktu dua belas bulan sejak kedatangannya di Indonesia.

3. Prinsip UU PPh Menentukan Orang Pribadi Sebagai Subjek Pajak Dalam

Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri

UU PPh menentukan bahwa setiap orang pribadi yang berdomisili di

Indonesia adalah Subjek Pajak orang pribadi dalam negeri (asas domisili bukan

asas kewarganegaraan). Orang pribadi yang tidak berdomisili di Indonesia bukan

Subjek Pajak, karena mereka tidak tunduk pada hukum pajak yang berlaku di

Indonesia. Mereka yang tidak berdomisili di Indonesia baru tunduk pada hukum

pajak Indonesia dan menjadi Subjek Pajak luar negeri, jika mereka memenuhi

salah satu syarat berikut :

44

1) Jika orang pribadi yang tidak berdomisili di Indonesia tersebut melakukan

kegiatan atau menjalankan usaha di Indonesia melalui Bentuk Usaha Tetap di

Indonesia, maka orang pribadi tersebut menjadi Subjek Pajak Orang Pribadi

Luar Negeri BUT, atau

2) Jika orang pribadi yang tidak berdomisili di Indonesia tersebut menerima atau

memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia tanpa melalui Bentuk

Usaha Tetap di Indonesia, maka orang pribadi tersebut menjadi Subjek Pajak

Orang Pribadi Luar Negeri selain BUT.

4. Kewajiban Pajak Subjektif Orang Pribadi

Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban

pajaknya melekat pada subjek pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban

perpajakan tersebut dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada subjek pajak

lainnya. Oleh karena itu, dalam rangka memberikan kepastian hukum, penentuan

saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif menjadi penting. Kewajiban

pajak subjektif untuk orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183

(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau

orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai

niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, dimulai sejak hari pertama orang

pribadi tersebut berada atau berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia dan

berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk

selamalamanya. Sedangkan kewajiban pajak subjektif bagi orang pribadi yang

bertempat tinggal di Indonesia dimulai pada saat ia lahir di Indonesia dan berakhir

pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

45

E. Penelitian Terdahulu

Andi Ristandi (2006), dengan judul penelitian ”Tinjauan Sistem Informasi

Perpajakan (SIP) Terhadap Pelayanan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

Makassar Selatan” menyatakan bahwa Sistem Informasi Perpajakan (SIP)

memang sangat berperan dalam menunjang kelancaran pelayanan administrasi

perpajakan bagi wajib pajak dan dapat dikatagorikan cepat dan tepat bila wajib

pajak membutuhkan informasi, karena dilengkapi dengan hardware dan software

dengan teknologi baru dengan pogram komputerisasi yang mendapat dukungan

dari operator yang telah melalui pendidikan dan kursus. Untuk memberikan

pelayanan prima mengenai Sistem Informasi Perpajakan memang mempunyai

peranan penting terutama di tempat pelayanan terpadu, untuk memberdayan

petugas dalam kinerja pada petugas pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) dan

pengurusan perpajakan wajib pajak mulai dari pendaftaran hingga pelaporan SPT

agar supaya wajib pajak merasa enggan untuk menyelesaikan urusan perpajakan

bahkan lebih bersemangat dan semakin patuh dalam melaksanakan kewajibannya.

Zulfikar (2013), melakukan penelitian dengan judul “Analisa Sistem

Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Secara Elektronik Dengan E-Spt PPh

Dan Dampaknya Terhadap Optimalisasi Pelaporan Pajak” untuk mengetahui

faktor-faktor Wajib Pajak belum menerapkan sistem pelaporan Surat

Pemberitahuan secara elektronik (e-SPT) dikarenakan masih kurangnya sosialisasi

dari KPP sehingga masih banyak Wajib Pajak belum mengetahuinya. Hal ini

dapat dilihat dari hasil perolehan jawaban responden yang menunjukkan bahwa

46

58.53% responden menjawab faktor utama yang menyebabkan Wajib Pajak belum

menggunakan e-SPT adalah Kurangnya Informasi (The Amount of Information).

Idea Ananggawiduta Purnawestri (2008), melakukan penelitian dengan

judul “Evaluasi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pph Orang

Pribadi” Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden menyatakan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan orang

pribadi pada KPP adalah tarif, Surat Pemberitahuan (SPT) dan personil (aparat).

Tarif pajak penghasilan orang pribadi yang diterapkan pemerintah dirasakan

terlalu tinggi sehingga membebani wajib pajak dalam membayar pajak. Formulir

SPT PPh OP yang dibuat pemerintah dinilai terlalu rumit dan tidak praktis

sehingga menyulitkan wajib pajak dalam melaporkan penghasilannya.

F. Rerangka Pemikiran

Pajak merupakan paksaan harus dibayar yang tidak mendapat imbalan atau

kontra prestasi, sehingga wajib pajak tidak alasan jika tidak mau membayar

kewajibannya sesuai besarnya atau yang terterah pada Surat Pembertahuan

Pembayaran Pajak Terhutang (SPPT).

Sistem Informasi Pajak adalah untuk memudahkan bagi wajib agar dapat

mengetahui berapa besar pajak yang harus dibayar dan kapan waktu pembayaran

serta dimana seharusnya dibayar, melalui akses komputer tentang pemberian

pembayaran pajak.

Adanya modernisasi perpajakan (e-system) akan berdampak pada

pertumbuhan dan penerimaan pajak dan adanya perbaikan citra aparat pajak.

47

Untuk itu, Ditjen pajak harus meningkatkan sosialisasi Sistem Informasi

Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) kepada wajib pajak oleh setiap KPP.

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan

perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban

perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Seorang

wajib pajak mendatangi kantor pelayanan pajak melakukan pembayaran sesuai

dengan SPT tahun pada kantor itu juga atau pada Bank yang ditunjuk oleh kantor

pajak. Pelayanan lebih cepat dan efektif dengan menggunakan Sistem Informasi

Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP), Sarana dan prasarana dalam meningkatkan

kegiatan harus ditunjang oleh sarana yang memadai untuk memperlancar dan

mempercepat pekerjaan agar dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan atau lebih cepat dari jadwal yang telah ditetapkan.

Program aplikasi e-SPT yang merupakan sarana bagi wajib untuk dapat

menyampaikan SPT melalui media elektronik. e-SPT merupakan salah satu

bagian dari proses modernisasi system administrasi perpajakan DJP untuk

memperoleh kemudahan dalam memenuhi kewajiban Wajib Pajak sehingga

pelaporan perpajakan lebih mudah dilaksanakan.

Pelayanan pajak akan meneliti dan menandatangani konsep surat yang

diterima. Proses atas surat yang telah ditandatangani dilanjutkan dengan

penatausahaan dokumen dan penyampaian dokumen oleh Pelaksana Seksi

Pelayanan melalui Subbagian Umum dengan Tata Cara Penyampaian Dokumen di

KPP.

48

PELAYANAN PAJAK

WAJIB PAJAK

PELAPORAN SPT SECARA

ELEKTRONIK (e-SPT)

Untuk lebih jelasnya rerangka pikir dapat diuraikan dalam bentuk skhema

sebagai berikut :

(Gambar 2.4): Rerangka Pemikiran

SISTEM INFORMASI DIREKTORAT

JENDERAL PAJAK (SIDJP)

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian merupakan hal yang mendasari pemilihan, pengolahan,

dan penafsiran suatu data dan keterangan yang berkaitan dengan apa yang

menjadi tujuan penelitian. Penelitian dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Maros Jl. Jenderal Sudirman km 8 Maros.

B. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dan akurat, maka penulis

menggunakan metode yaitu :

1) Studi Kepustakaan (Library Research)

Teknik Kepustakaan, yaitu bentuk pengambilan data dengan cara membaca

buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas.

2) Studi Lapangan

Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang

meliputi:

a) Metode Observasi atau Pengamatan

Pengamatan (Observasi), dilakukan untuk memperoleh informasi yang

berkaitan dengan kondisi nyata atau fakta dilapangan tentang tata

cara/prosedur saat Wajib Pajak melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT).

b) Wawancara (Interview)

49

50

Dalam penelitian ini akan digunakan teknik tanya jawab langsung dengan

petugas yang berkaitan dengan prosedur pengelolaan Surat Pemberitahuan

(SPT) oleh Wajib Pajak, baik itu Wajib Pajak yang telah menerapkan e-

SPT maupun yang masih melaporkan SPT secara manual.

c) Dokumentasi

Yaitu dengan cara mengumpulkan data sekunder yang telah

didokumentasi, data itu berupa data Wajib Pajak yang terdaftar di KPP

Pratama Maros, Jumlah Wajib Pajak yang menggunakan fasilitas e-SPT

dan dokumentasi lainnya yang dianggap berkaitan dengan penelitian.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data

merupakan data yang dihimpun sendiri dari responden langsung pada objek

penelitian yang dikumpulkan berupa laporan kinerja seksi Pengolahan Data dan

Informasi, laporan penerimaan pajak, serta data-data lain yang terkait dengan

penelitian.

2. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder,

yaitu data yang diperoleh merupakan data olahan dari instansi yang

bersangkutan dan data-data yang digunakan untuk mendukung hasil penelitian

berasal dari literatur, buku-buku, artikel, dan berbagai sumber lain yang

berhubungan dengan masalah penelitian.

51

D. Metode Analisis

Analisa terhadap data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan

dianalisis secara kualitatif. Analisis data kualitatif adalah metode analisis data

yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan

kebenarannya, kemudian dihubungkan dengan teori-teori yang diperoleh dari

pengamatan dan studi kepustakaan sehingga mencapai kejelasan mengenai

permasalahan yang dibahas.

Adapun analisa kualitatif ini menggunakan metode berfikir secara induktif,

yaitu cara berfikir yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian ditarik

kesimpulan yang sifatnya umum serta mengikuti tata tertib dalam penulisan

laporan penelitian ilmiah. Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan

disajikan dalam suatu laporan yang bersifat deskriptif analitis, yaitu dengan

menuturkan dan menggambarkan secara sistematis mengenai prosedur tatacara

pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik e-SPT sesuai dengan

rumusan permasalahan yang diteliti. Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu

kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini.

52

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak

Berdirinya kantor pelayanan pajak (KPP) di seluruh Indonesia didirikan atas

dasar hukum. Pada mulanya, KPP di seluruh Indonesia bernama Kantor Inspeksi

Pajak yang bertugas memungut pajak disekitar propinsi yang bersangkutan pada

tahun 1925. Untuk menampung penghasilan negara dalam bidang perpajakan,

maka pemerintah pada tahun 1953 mendirikan sebuah kantor yang bertugas

mengatur kekayaan negara di bidang perpajakan yang nama Inspective Van

Financjen.

Sejak kemerdekaan, nama tersebut masih dipakai beberapa tahun lamanya

tetapi nama tersebut dipandang tidak sesuai lagi di zaman kemerdekaan, maka

pada tahun 1959 diganti menjadi Kantor Jawatan Pajak dan setelah beberapa

tahun lamanya tugas-tugas yang ada semakin berat fungsinya bukan hanya

mengurus satu masalah saja, maka pada tahun 1963 nama tersebut diganti menjadi

Kantor Inspeksi Keuangan dan secara nasional menjadi Direktorat Jenderal Pajak,

sedang untuk daerah Tingkat I dengan nama Kantor Inspeksi Pajak.

Pada tahun 1989 nama Kantor Inspeksi Pajak diganti menjadi Kantor

Pelayanan Pajak sesuai dengan SK Menteri Keuangan RI No.

KEP/276/KMK.01/1989 tanggal 25 Maret 1989. Untuk mengawasi para Wajib

Pajak yang tersebar di kota-kota lain selain Sulawesi Selatan dan Sulawesi

Tenggara, maka dibangunlah Kantor Dinas Luar pada Daerah Tingkat I dan

daerah Tingkat II. Kantor yang ada di Gedung Keuangan Negara Ujung Pandang,

52

53

yaitu Kantor tersebut beralamatkan di Jl. Urip Sumoharjo Km.4 Makassar dengan

satu gedung dengan nama Gedung Keuangan Negara Ujung Pandang.

Proses pembangunan telah membuka potensi ekonomi yang ditandai dengan

meningkatnya jumlah orang berpendapatan tinggi, orang yang berpendidikan,

meningkatnya mobilitas manusia serta meningkatnya transaksi bisnis. Dinamika

perubahan itu tidak hanya membawa implikasi positif bagi terbukanya peluang

tersebut. Faktor- faktor tersebut antara lain:

1. Rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap system perpajakan

yang mengakibatkan tingginya upaya-upaya untuk melakukan penghindaran

pajak (tax evasion).

2. Wajib pajak semakin menuntut pelayanan perpajakan yang berkualitas dan

handal pada aspek sumber daya manusia maupun sumber daya administrasi

perpajakan lainnya. Tidak terpenuhnya tuntutan tersebut akan menyebabkan

semakin tingginya perilaku penghindaran pajak yang terjadi di masyarakat.

Menghadapi beban tersebut, solusi untuk melakukan “Reformasi Perpajakan”

adalah pilihan yang harus diambil. Untuk itu dalam tahun 2001 reformasi

perpajakan yang memiliki substansi reformasi kebijakan dan modernisasi

administrasi perpajakan digulirkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Melalui

strategi tersebut, system perpajakan nasional diharapkan akan semakin

memberikan kepastian hokum dan keadilan dengan sasaran akhir semakin

meningkatnya kepatuhan wajib pajak sekaligus mendorong pertumbuhan Negara

dari sektor pajak.

54

B. Kedudukan KPP Pratama Maros

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros berkedudukan di jalan Jenderal

Sudirman Km.28 Maros adalah salah satu unit vertical di bawah kantor wilayah

Direkrtorat Jenderal Pajak Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara, Kementrian

Keuangan Republik Indonesia.

Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros terdiri atas dua

kabupaten yaitu, Kabupaten Maros (14 Kecamatan) dan Kabupaten Pangkajene &

Kepulauan atau Pangkep (13 Kecamatan). Bagian Selatan Kabupaten Maros

berbatasan langsung dengan Kota Makassar, sementara pada Bagian Utara dengan

Kabupaten Barru. Dengan luas wilayah keseluruhan kedua kabupaten tersebut

yaitu 2.731,410 km2 dan jumlah penduduk keseluruhan mencapai 685.607 jiwa.

Kabupaten maros terletak di bagian barat Sulawesi Selatan antara 40º-45’-

50’ Lintang Selatan dan 109º-20’-129º-12’ Bujur Timur. Luas Wilayah kabupaten

Maros 1619,11 KM2 yang terdiri dari 14 ( empat belas) kecamatan yang

membawahi 103 Desa/kelurahan.

Kabupaten Maros merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan

ibukota propinsi Sulawesi Selatan, dalam hal ini adalah Kota Makassar dengan

jarak kedua kota tersebut berkisar 30 km dan sekaligus terintegrasi dalam

pengembangan Kawasan Metropolitan Mamminasata. Dalam kedudukannya,

Kabupaten Maros memegan peranan penting terhadap pembangunan Kota

Makassar karena sebagai daerah perlintasan yang sekaligus sebagai pintu gerbang

Kawasan Mamminasata bagian utara yang dengan sendirinya memberikan

peluang yang sangat besar terhadap pembangunan di Kabupaten Maros dengan

55

luas wilayah 1.619,12 km2 dan terbagi dalam 14 wilayah kecamatan. Kabupaten

Maros secara administrasi wilayah berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Bone

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kota Makassar

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Demikian pula sarana transportasi udara terbesar di kawasan timur Indonesia

berada di Kabupaten Maros sehingga Kabupaten ini menjadi tempat masuk dan

keluar dari dan ke Sulawesi Selatan. Tentu saja kondisi ini sangat menguntungkan

perekonomian Maros secara keseluruhan.

Kabupaten Maros terdiri atas 14 Kecamatan , yang dibagi lagi atas sejumlah

80 desa dan 23 Kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Turikale.

Kecamatan tersebut :

1. Turikale

2. Maros Baros

3. Lau

4. Bontoa

5. Mandai

6. Marusu

7. Tanralili

8. Moncongloe

9. Tompobulu

10. Bantimurung

56

11. Simbang

12. Cenrana

13. Camba

14. Mallawa

Kantor Pelayanan Pajak adalah pelaksana Direktorat Jenderal Pajak yang

berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah

Kantor Pelayanan Pajak, yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

operasional pelayanan perpajakan di bidang pajak penghasilan, pajak

pertambahan

nilai dan pajak penjualan atas barang mewah (PPN dan PPnBM) serta pajak tidak

langsung lainnya dalam daerah wewenangnya berdasarkan kebijakan teknis yang

diterapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Untuk menyelenggarakan tugas

tersebut di atas, KPP mempunyai fungsi:

1) Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,

penggalian potensi pajak, serta ekstensifikasi wajib pajak.

2) Penata usahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa dan Tahunan

serta berkas Wajib Pajak.

3) Penata usahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa serta

pemantauan penyusunan laporan pembayaran masa PPh, PPN, PPnBM, dan

Pajak Tidak Langsung.

4) Penata usahaan penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan dan restitusi

PPh, PPN, PPnBM, dan Pajak Tidak Langsung.

5) Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan.

57

6) Mengadministrasikan pengeluaran Surat Ketetapan Pajak (SKP).

C. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros

a) Visi

Menjadi Institusi pemerintah di daerah penghimpun pajak Negara yang terbaik

di wilayah Sulawesi.

b) Misi

Memberi pelayanan terbaik dengan memperhatikan kearifan lokal dalam

menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dan menerapkan UU

perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggara Negara demi

kemakmuran rakyat.

D. Tugas dan Tanggung Jawab Tiap-tiap Bagian yaitu:

a) Kepala Kantor

- Menetapkan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi

pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi

penerimaan tahun lalu.

- Menetapkan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka

intensifikasi perpajakan.

- Mengarahkan pengolahan data yang sumber datanya strategis dan

potensial dalam rangka intensifikasi perpajakan.

- Mengarahkan pembuatan risala perincian dasar pengenaan pemotongan

atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil

perhitungan ketetapan pajak.

58

- Menjamin pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan.

b) Sub. Bagian Umum

- Menatausahakan berkas data kepegawaian

- Menatausahakan berkas dan data keuangan dan kebendaharaan

- Menatausahakan berkas dan laporan kerumah tanggaan

- Menyiapkan sarana dan prasarana perkantoran.

c) Seksi Pelayanan

- Menatausahakan berkas dan kearsipan Wajib Pajak

- Melayani penerbitan NPWP dan pengukuhanpengusaha kena pajak (PKP)

- Menatausahakan penerbitan surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak.

d) Seksi pengolahan data dan informasi

- Bertanggung jawab atas jaringan teknologi informasi kantor

- Menatausahakan seluruh data dan informasi mengenai Wajib Pajak

- Menatausahakan data masukan dan keluaran.

e) Seksi Penagihan

- Menatausahakan berkas dan data piutang pajak

- Melakukan penagihan aktif

f) Seksi Ekstensifikasi perpajakan

- Melakukan penggalian data dan potensi perpajakan orang pribadi atau

badan yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak

- Menatausahakan berkas dan data penggalian potensi

- Melakukan pemutahiran data asset property Wajib Pajak.

g) Seksi Pengawasan dan konsultasi Perpajakan

59

- Melakukan pengawasan terhadap kepatuhan wajib pajak

- Melayani konsultasi perpajakan dari wajib pajak

- Melakukan penggalian data dan potensi dari wajib pajak.

h) Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

- Menatausahakan pelaksanaan pemeriksaan pajak

- Melaksanakan fungsi pemantauan terhadap pelaksanaan standart

operation procedures (SOP).

i) Kelompok Jabatan Fungsional

1. Melakukan pemeriksaan pajak yang meliputi:

- Pemeriksaan lengkap dalam rangka penagihan.

- Pemeriksaan sederhana dalam rangka penagihan.

2. Melakukan tanggapan PBB

- Pendataan PBB dan tanggapan objek/subjek pajak.

- Melaksanakan ekstensifikasi WP orang pribadi/ badan.

E. Struktur Organisasi KPP Maros

KPP Pratama Maros, memiliki struktur organisasi. Terlihat pada (gambar 4.1):

60

Gambar 4.1

Struktur Organisasi KPP Pratama Maros

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR WILAYAH DJP SULAWESI SELATAN, BARAT DAN TENGGARA

KEPALA KANTOR WILAYAH

KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAROS

MUHAMMAD SUKRI SUBKI,S.H,M.H

KepalaSub.Bagian Umum

LA ALIM,SE.MM

Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Dra. MAWEI ALTJEN

Kepala Seksi Penagihan

MUHAMMAD IRWAN,S.T

Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

ROSDIANA

Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1

MUHAMMAD NATSIR,S.H

Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2

Drs. YORDAN LUMBA

Kepala Seksi Pemeriksaan

Drs. ALBERT,M.Si

KELOMPOK FUNGSIONAL

PEMERIKSA PAJAK

60

61

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Reformasi Perpajakan (Tax Reform) dalam Praktik Penyampaian Surat

Pemberitahuan (SPT)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Maros, ditemukan berbagai terobosan yang terkait dengan aplikasi

Teknologi Informatika dalam kegiatan perpajakan. Terobosan penggunaan sarana

elektronik (e-System) ini tidak lain adalah sebagai bagian dari reformasi

perpajakan (tax reform), khususnya dibidang administrasi perpajakan, dengan

tujuan untuk memudahkan, meningkatkan serta mengoptimalkan pelayanan

kepada masyarakat sebagai Wajib Pajak.

Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar disegala aspek

perpajakan. Reformasi pajak dilakukan agar sistem perpajakan akan lebih efektif

dan efisien, sejalan dengan perkembangan globalisasi dan menuntut daya saing

tinggi dengan negara lain.

Reformasi perpajakan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

pada tahun 2002 sampai dengan akhir Februari 2009. Reformasi perpajakan

menitikberatkan pada tiga hal utama, yakni modernisasi administrasi perpajakan,

reformasi kebijakan, serta intensifikasi dan ekstensifikasi.

Hasil yang telah dicapai dari reformasi perpajakan memberikan banyak

manfaat bagi Wajib Pajak. Salah satunya adalah konsep one stop service, yaitu

pelayanan oleh petugas Account Representative. Manfaat lainnya yang tak kalah

bermanfaat adalah pemanfaatan teknologi informasi dalam layanan e-filing, e-

61

62

SPT, e-registration, dan pembentukan call center. Reformasi perpajakan ini

ditutup dengan Sunset Policy sebagai implementasi dari ekstensifikasi perpajakan.

Reformasi perpajakan yang telah berhasil dilalui dengan baik ini perlu terus

ditindaklanjuti.

Seperti diketahui, teknologi dan informasi sekarang berkembang

dengan sangat cepat. Sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah tidak

asing lagi dengan internet dan menjadikan internet sebagai kebutuhan tidak hanya

untuk mencari informasi tetapi juga untuk melakukan bisnisnya.

Di era teknologi modern ini, di mana manusia menginginkan segala

sesuatu serba mudah dan instan, Direktorat Jenderal Pajak dengan cerdas

menangkap keinginan wajib pajak dengan menciptakan inovasi baru dalam

pelaporan penghitungan pajak melalui teknologi internet. Dalam rangka

meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dan atau pengusaha kena pajak

untuk mendaftarkan diri dan atau melaporkan kegiatan usahanya melalui internet

yang terhubung langsung on-line dengan Direktorat Jenderal Pajak.

Dalam hal pelaporan surat pemberitahuan (SPT), secara umum yang

selama ini dilakukan adalah dengan menyampaikan langsung ke Kantor

Pelayanan Pajak (KPP), atau dikirim melalui pos tercatat. Namun sesuai pasal 6

ayat (2) Undang-Undang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan (UU KUP)

menyatakan bahwa SPT dapat disampaikan dengan cara lain.

Peningkatan dengan mengedepankan pelayanan ini terlihat dengan terus

dikembangkannya administrasi perpajakan modern melalui Teknologi Informasi

di berbagai aspek kegiatan seperti dalam hal penyampaian Surat Pemberitahuan

63

melalui media elektronik. Sehubungan dengan hal tersebut maka Direktur

Jenderal Pajak telah mengeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor

KEP-47/PJ./2008 dan KEP-06/PJ./2009 tentang Penyampaian Surat

Pemberitahuan secara elektronik (e-SPT) atau juga dikenal dengan e-Filing.

Berbeda dengan surat pemberitahuan manual, dengan E-SPT akan menjadi

lebih mudah dan cepat. Penyampaian surat pemberitahuan secara elektronik dapat

dilakukan selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Standar waktu yang

digunakan untuk menentukan saat diterimanya surat pemberitahuan secara

elektronik adalah waktu Indonesia bagian barat. Surat pemberitahuan secara

elektronik pada akhir batas waktu penyampaian surat pemberitahuan yang jatuh

pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu. Surat pemberitahuan dianggap

telah diterima dan tanggal penerimaan secara elektronik, sepanjang wajib pajak

telah memenuhi kewajiban menyampaikan induk SPT yang memuat tanda tangan

basah (bila ada).

Bagi Direktorat Jenderal Pajak, penggunaan aplikasi e-Filing juga

meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran. Anggaran pengadaan maupun

pemeliharaan berkas dapat dikurangi. Demikian pula anggaran untuk mencetak

formulir SPT Tahunan dapat diminimalkan. Dari sisi sumber daya manusia,

Direktorat Jenderal Pajak yang saat ini sedang kekurangan pegawai dapat

memaksimalkan pegawai yang ada untuk meningkatkan pelayanan lain,

melakukan penggalian potensi perpajakan dan melakukan penegakan hukum di

bidang perpajakan.

64

B. Peranan Sistem Informasi DJP dalam pengelolaan SPT Tahunan PPh

Orang Pribadi

Dalam pengembangan implementasi SIDJP terbagi menjadi beberapa sub

sistem, salah satu diantaranya adalah e-filling / e-SPT merupakan suatu layanan

yang disediakan oleh DJP agar wajib pajak dapat menyampaikan suatu

pemberitahuan SPT pajak beserta lampirannya dengan sistem online dan real time

melalui sebuah perusahaan penyedia jasa aplikasi (ASP) yaitu pajakku.com

dengan menggunakan jalur internet. Agar membantu para wajib pajak untuk

menyediakan fasilitas pelaporan SPT secara elektronik via internet kepada wajib

pajak, sehingga Wajib Pajak Orang Pribadi dapat melakukannya dari lokasi

kantornya atau tempat usahanya. Hal ini akan dapat membantu memangkas biaya

dan waktu yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak untuk mempersiapkan, memproses,

dan melaporkan SPT ke kantor pajak secara benar dan tepat waktu.

Elektronik SPT atau e-SPT adalah aplikasi yang dibuat oleh Direktorat

Jenderal Pajak (DJP) yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk kemudahan

menyampaikan SPT. Menurut DJP, Manfaat atau kelebihan yang dapat dirasakan

oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, antara lain:

1. Efesiensi waktu dan biaya

a) Pelaporan Surat Pemberitahuan dapat dilakukan secara cepat dan aman.

b) Penyampaian SPT memungkinkan dapat dilakukan kapan saja dan dimana

saja selama 24 jam (walaupun hari libur) secara online.

c) Pelaporan tidak perlu dilakukan dengan mendatangi dan mengikuti antrian

di Kantor Pelayanan Pajak.

65

d) Wajib Pajak dapat mengurangi biaya karena hanya mencetak Induk Surat

Pemberitahuan saja.

2. Mudah dan akurat

Aplikasi yang disediakan mudah dan akurat karena penjumlahan atau

penghitungan data Surat Pemberitahuan dilakukan secara otomatis dengan

menggunakan komputer.

3. Aman

Data laporan pajak akan diolah dengan menggunakan sertifikat (Digital

Certificate) yang didapatkan Wajib Pajak langsung dari Direktorat Jenderal Pajak

sehingga hanya dapat dibuka/dibaca oleh pihak yang berwenang (Wajib Pajak).

C. Perbandingan Pelaporan E-SPT dan SPT

Tabel. 5.1Laporan Pengolahan Data SPT Tahunan

Orang Pribadi Tahun 2013

UraianElektronik (E-SPT)

Manual (SPT)

1. Jumlah SPT 27 29.527

2. Status SPT: Nihil 27 29.346 Kurang Bayar - 181 Lebih Bayar - -

Sumber : Monitoring Seksi pelayanan KPP Pratama Maros

Dapat dijelaskan bahwa, SPT Nihil adalah SPT yang menunjukkan jumlah

pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau karena pajak tidak

terutang serta tidak ada kredit pajak. Sedangkan SPT kurang bayar adalah SPT

66

yang menunjukkan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah

kekurangan pembayaran pokok pajak dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

SPT lebih bayar adalah SPT yang menunjukkan adanya jumlah kelebihan

pembayaran pajak karena jumlah pokok pajak lebih besar dari pada pajak yang

terutang/ seharusnya tidak terutang.

Berdasarkan tabel 5.1 pada tahun 2013, wajib pajak orang pribadi sebagian

besar melaporkan SPT secara manual dibandingkan dengan secara online (E-

SPT). Dari jumlah pelaporan SPT sebagian masyarakat masih melaporkan SPT

secara manual. Total pelaporan SPT secara manual adalah 29.527 wajib pajak

yang lebih besar dibanding menggunakan fasilitas e-SPT yang berjumlah 27 wajib

pajak.

Dari penggunaan fasilitas E-SPT oleh wajib pajak orang pribadi dapat

disimpulkan bahwa pemerintah harus lebih dapat mensosialisasikan E-SPT lebih

lanjut guna peningkatan jumlah wajib pajak pribadi. Pemerintah juga perlu

memfasilitasi pendaftaran E-SPT jaringan via internet serta buku panduan khusus

agar dapat memudahkan wajib pajak untuk melaporkan dan menghitung.

67

Sumber : Direktorat Jenderal Pajak

68

Dari gambaran flowchart Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan SPT

Tahunanan tersebut dapat dijelaskan bahwa:

A. Petugas penerima SPT pada TPT/Pojok Pajak/ Mobil Pajak/ Drop Box

mempunyai tugas:

1) Menerima SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan yang disampaikan langsung

oleh Wajib Pajak dalam amplop tertutup yang di atasnya ditulis :- NPWP;-

Nama WP;- Tahun Pajak; -Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar);-

Nomor Telepon. KPP dapat menyediakan amplop jika Wajib Pajak

memintanya. Guna mempercepat pelayanan, pada TPT/Pojok Pajak/Mobil

Pajak/ Drop Box disediakan stempel/cap yang berisi informasi diatas untuk

dibubuhkan diamplop.

2) Menuliskan NPWP Wajib Pajak pada lembar “untuk Wajib Pajak”,

membubuhkan stempel KPP, tanggal penerimaan, nama, NIP dan tanda

tangan pada Tanda Terima sebagaimana pada Lampiran II.1.

3) Memberikan Tanda Terima (Bagian Untuk Wajib Pajak ) kepada Wajib Pajak,

dan menempelkan bagian lain (Bagian Untuk Ditempelkan pada Amplop ) pada

amplop SPT Wajib Pajak. Bagian arsip disimpan untuk diserahkan kepada

Kepala Seksi Pelayanan.

4) Memisahkan antara SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan Wajib Pajak yang

terdaftar pada KPP sendiri dengan Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP

lain, serta perstatus SPT (KB, N dan LB) dan perjenis Wajib Pajak (Orang

Pribadi dan Badan).

69

5) Membuat Berita Acara Serah Terima Berkas Penerimaan SPT melalui

TPT/ Pojok Pajak/ Mobil pajak/ Drop Box sebagaimana pada Lampiran

II.2.

6) Menyerahkan SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan yang diterima dan Berita

Acara Serah Terima Berkas Penerimaan SPT kepada Petugas Seksi

Pelayanan.

B. Pelaksana Seksi Pelayanan mempunyai tugas:

1) Menerimadan meneliti SPT dan Berita Acara Serah Terima SPT

Tahunan/ e -SPT Tahunan dari Petugas Penerima SPT, selanjutnya

meneruskan ke Kepala Seksi Pelayanan untuk ditandatangani.

2) Merekam Tanda Terima dan informasi Wajib Pajak pada amplop kedalam

aplikasi pengawasan Drop Box .

3) Mengelompokkan SPT Tahunan/ e-SPT Tahunan (termasuk SPT yang

diterima dari KPP lain) berdasarkan tempat Wajib Pajak terdaftar.

4) Dari hasil pengelompokan SPT pada angka 3, atas SPT Tahunan/ e-SPT

Tahunan Sendiri dibuatkan Daftar Nominatif Pengiriman SPT Wajib Pajak

Sendiri sebagaimana Lampiran II.12 untuk kemudian dilakukan penelitian

kelengkapan SPT.

5) Dari hasil penelitian kelengkapan SPT,

a) SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan yang dinyatakan lengkap, dicetak

Daftar Nominatif SPT Lengkap sebagaimana Lampiran II.8 dan

diteruskan ke Petugas TPT untuk dilakukan perekaman penerimaan

SPT; dan

70

b) SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan yang tidak lengkap, dibuatkan Lembar

Penelitian Ketidaklengkapan SPT Tahunan sebagaimana Lampiran

II.10.a atau Lampiran II.10. buntuk disatukan dengan masing-masing

SPT yang tidak lengkap selanjutnya diteruskan ke Account Representative

bersama dengan Daftar Nominatif SPT Tidak Lengkap sebagaimana

Lampiran II.9.

6) Dari hasil pengelompokan SPT pada angka 3, atas SPT Tahunan/ e -SPT

Tahunan yang tidakterdaftar di KPP sendiri dibuatkan/dicetak Daftar

Nominatif Pengiriman SPT Tahunan/ e- SPT Tahunan sebagaimana

Lampiran II.4 dan dibuatkan konsep SPT Tahunan/ e- SPT Tahunan

sebagaimana Lampiran II.5.

7) Meneruskan Daftar Nominatif Pengiriman SPT dan konsep Surat

Pengiriman Berkas SPT ke Kepala Seksi Pelayanan untuk diteliti dan

diparaf dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala KPP untuk disetujui dan

ditandatangani.

8) Menerima Surat Pengiriman dan Daftar Nominatif yang telah

ditandatangani oleh Kepala KPP.

9) Menatausahakan dan mengirimkan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan, Surat

Pengiriman dan Daftar Nominatif sesuai dengan SOP Tata Cara

Penyampaian Dokumen.

10) Menerima SPT Tahunan yang telah dilakukan perekaman penerimaan SPT

Tahunan/e-SPT Tahunan oleh Petugas TPT, untuk dilakukan pengemasan

71

SPT jika pengolahan SPT dilakukan diPusat Pengolahan Data dan

Dokumen Perpajakan (PPDDP).

11) Menerima SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan yang telah direkam dan Register

Harian dari Seksi PDI untuk selanjutnya diproses sesuai SOP Tata Cara

Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.

12) Dalam hal SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan yang diterima melalui

pos/ekspedisi tidak terdaftar di KPP sendiri akibat kesalahan pengiriman,

pelaksana Seksi Pelayanan meneruskan ke KPP Wajib Pajak terdaftar

sesuai SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen.

C. Petugas TPT mempunyai tugas:

1) Menerima SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap

dari Petugas Seksi Pelayanan.

2) Melakukan perekaman penerimaan SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan serta

loadinge –SPT Tahunan.

3) Mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) dan Bukti

Penerimaan Surat (BPS) sebagaimana Lampiran II.3 serta register harian.

4) Meneruskan SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan ke Seksi Pengolahan Data dan

Informasi (PDI) untuk dilakukan perekaman detil SPT atau meneruskan

SPT Tahunan/e-SPT Tahunan ke Petugas Seksi Pelayanan untuk dilakukan

pengemasan SPT jika pengolahan SPT dilakukan di PPDDP.

5) Menerima SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan dari KPP lain dan/atau dari

Pos/ekspedisi untuk selanjutnya diteruskan ke Pelaksana Seksi Pelayanan

untuk diteliti.

72

6) Menandai nomor dan tanggal Surat Pengiriman SPT dari KPP lain, serta

menandai setiap SPT yang terdapat pada Daftar Nominatif Pengiriman

SPT.

7) Atas Respon Surat Permintaan Kelengkapan SPT:

a) Menerima kelengkapan SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan dari Wajib

Pajak.

b) Meneliti kelengkapan SPT Tahunan/ e -SPT TahunandariWajibPajak.

c) Mencetak dan menandatangani LPAD/BPS kelengkapan SPT

Tahunan/ e-SPT Tahunan dan menyerahkan BPS kepada Wajib Pajak.

d) Meneruskan kelengkapan SPT ke Account Representative

8) Menerima SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap

oleh Account Representative Untuk dilakukan perekaman penerimaan SPT

Tahunan/ e -SPT Tahunan serta loading e -SPT Tahunan.

D. Account RepresentativeMempunyai tugas :

1) Menerima SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan dari Pelaksana Seksi Pelayanan

yang dinyatakan tidak lengkap. Mencetak konsep Surat Permintaan

Kelengkapan SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan yang terdapat di dalam

aplikasi pengawasan Drop Box , selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi

Pengawasan dan Konsultasi untuk diteliti dandi paraf dan selanjutnya

diteruskan kepada Kepala KPP untuk disetujui dan ditandatangani.

2) Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan yang telah

ditandatangani oleh Kepala KPP selanjutnya di proses sesuai SOP Tata

Cara Penyampaian Dokumen.

73

3) Menerima kelengkapan SPT dari Petugas TPT untuk digabungkan dengan

SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan.

4) SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap diteruskan

ke Petugas TPT untuk dilakukan perekaman penerimaan SPT Tahunan/ e -

SPT Tahunan serta loadinge –SPT Tahunan.

5) Dalam hal Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan

tidak dipenuhi dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat

Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan, Account

Representative Mencetak konsep Surat Pemberitahuan SPT Dianggap Tidak

Disampaikan selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi Pengawasan dan

Konsultasi untuk diteliti dan diparaf dan selanjutnya diteruskan kepada

Kepala KPP untuk disetujui dan ditandatangani.

6) Mencetak Daftar Nominatif SPT yang dianggap tidak disampaikan

sebagaimana Lampiran II.11 dan mengirimkan ke Seksi PDI bersama

berkas SPT yang dianggap tidak disampaikan.

7) Dalam hal terjadi kesalahan matematis dalam pengisian SPT,Account

RepresentativeMenerbitkan Surat Himbauan Pembetulan SPT sesuaidengan

SOP Tata Cara Penerbitan Surat Himbauan Pembetulan SPT.

8) Dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian SPT dan/atau keterlambatan

pembayaran pajak, Account Representative Menerbitkan Surat Tagihan Pajak

sesuai dengan SOP Tata Tagihan Pajak.

74

E. Petugas Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas :

1) Menerima SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan dari Petugas TPT yang telah

diberi LPAD/BPS.

2) Merekam SPT Tahunan ke dalam basis data perpajakan.

3) Meneruskan SPT Tahunan/ e -SPT Tahunan yang telah direkam/di-load ke

Seksi Pelayanan untuk selanjutnya diproses sesuai SOP Tata Cara

Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.

4) Mengadministrasikan Daftar Nominatif SPT yang dianggap tidak

disampaikan sebagaimana Lampiran II.11 dan melaksanakan SOP

Pembentukan Bank Data atas berkas SPT yang dianggap tidak

disampaikan.

D. Peranan Sistem Informasi DJP terhadap Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Maros

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil wawancara salah satu

pegawai di bagian Seksi Pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Maros, sehubungan dengan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara

elektronik e-SPT, yang penulis rangkum sebagai berikut:

Pertanyaan Jawaban

1. Sejak kapan

penggunaan fasilitas

E-SPT diterapkan di

Kantor Pelayanan

Kantor Pelayanan Pajak Maros baru menerapkan

system penyampaian surat pemberitahuan secara

elektronik (e-SPT) pada tahun 2013. Pada tahun

2013 tersebut KPP Pratama Maros telah

75

Pajak Pratama Maros? memperkenalkan program penyampaian Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (PPh)

melalui aplikasi elektronik yang dikenal dengan

nama e-Filing, melihat bahwa penggunaan e-

Filing memberikan keuntungan bagi semua pihak,

tidak hanya bagi wajib pajak dan otoritas

perpajakan saja, tapi juga ramah lingkungan (go

green). Dan Jumlah penerimaan pajak Tahun 2013

di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Maros

seluruhnya berjumlah Rp.309.786.126.960.

2. Apa manfaat dari

penggunaan aplikasi

pelaporan Surat

Pemberitahuan secara

elektronik (E-SPT)

yang dikembangkan

oleh DJP?

Dengan adanya perkembangan Teknologi dan

Informasi dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak,

sehubungan dengan peningkatan kualitas pelayanan

kepada Wajib Pajak mengenai pelaporan Surat

Pemberitahuan menggunakan media elektronik,

maka dapat memberikan manfaat bagi Kantor

Pelayanan Pajak antara lain :

a) Proses perekaman data dan pengarsipan

menjadi lebih mudah. Hal ini disebabkan

karena KPP hanya perlu melakukan merekam

Induk SPT saja.

b) Pemprosesan data perpajakan menjadi lebih

76

cepat dan akurat, karena tidak diperlukan

proses perekaman Surat Pemberitahuan (SPT)

beserta lampirannya di Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) karena Wajib Pajak telah

menyampaikan datanya secara elektronik.

c) Pengarsipan file Wajib Pajak akan lebih mudah

dan lebih cepat, karena yang diarsip hanya

Induk Surat Pemberitahuan (SPT) saja,

sedangkan lampiran-lampirannya sudah

tersimpan dalam database Direktorat Jenderal

Pajak.

Bagi wajib pajak, pelaporan dengan

menggunakan e-Filing memberikan keleluasaan

terkait waktu dan tempat. Wajib pajak dapat

menggunakan aplikasi e-Filing kapan saja, tidak

lagi terbatas pada hari dan jam kerja, karena e-

Filing dapat juga diakses pada hari libur dan

selepas jam kerja. Wajib pajak juga tak perlu lagi

mengantri dan menghabiskan waktunya yang

berharga di Kantor Pelayanan Pajak hanya untuk

menunggu tanda terima SPT Tahunan. Selain itu,

Wajib pajak tidak perlu menggunakan kertas dalam

menyusun SPT Tahunan PPh-nya apabila

77

menggunakan aplikasi ini. Bandingkan dengan

ketika wajib pajak melaporkan SPT Tahunan PPh-

nya secara manual. Untuk melaporkan SPT

Tahunan PPh Orang Pribadi yang paling sederhana,

1770 SS, wajib pajak paling tidak membutuhkan

dua lembar kertas. Formulir SPT Tahunan PPh

Badan 1771, wajib pajak membutuhkan paling

sedikit delapan lembar kertas.

Layanan melalui situs pajak, saat ini hanya

dapat dipergunakan Wajib Pajak Orang Pribadi

yang memenuhi kriteria untuk menyampaikan SPT

Tahunan menggunakan Formulir SPT Tahunan

1770S atau Formulir SPT Tahunan 1770SS dapat

menyampaikan SPT Tahunan secara e-Filing

melalui website Direktorat Jenderal Pajak

(www.pajak.go.id). Sedangkan Wajib Pajak yang

lain dapat memanfaatkan layanan e-Filing melalui

Penyedia Jasa Aplikasi. Sebelum melangkah

menuju situs e-Filing (efiling.pajak.go.id).

3. Kemudahan apa yang

Dimiliki dari aplikasi

sistem pelaporan Surat

E-SPT memiliki beberapa kemudahan, kemudahan

E-SPT adalah sebagai berikut:

a. Aplikasi E-SPT mudah dipelajari

78

Pemberitahuan secara

elektronik (E-SPT)?

b. Ada sistem perbaikan kesalahan hitung.

c. Cukup akses melalui Website.

d. Bisa dilakukan di mana saja selama ada

jaringan internet.

e. Tidak ada batas waktu karena dapat dilakukan

7x24 jam.

e-Filing juga memberikan kemudahan bagi

wajib pajak dalam mengisi SPT Tahunan PPh-nya.

Wajib pajak tidak perlu lagi bingung mengisi SPT

Tahunan PPh, karena wajib pajak akan dipandu

oleh aplikasi ini. Dia hanya perlu menjawab

pertanyaan yang muncul di layar komputer maupun

tablet yang dipakai. Jangan khawatir, bagi wajib

pajak yang terbiasa mengisi formulir, mereka juga

tetap dapat mempergunakannya.

4. Apa Syarat-syarat

yang harus dilakukan

dalam menggunakan

Surat Pemberitahuan

secara elektronik (E-

SPT)?

Untuk dapat menggunakan fasilitas E-SPT

pelanggan harus dapat memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut sesuai dengan surat keputusan

Direktorat Jenderal Pajak nomor: KEP-47/PJ/2008

adalah sebagai berikut:

a. Sudah terdaftar sebagai wajib pajak atau sudah

memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

b. Memiliki Personal Computer (PC) yang

79

memadai dan terkoneksi internet.

c. Dalam PC tersebut telah terinstal/

menggunakan Internet Explorer (IE) versi 5.5

atau yang lebih baru.

Adapun syarat-syarat bagi Wajib Pajak

dalam menikmati layanan E-SPT atau pengiriman

data/penyampaian SPT secara elektronik adalah

sebagai berikut:

a. Memiliki Elektronik Filing Identification

Number (eFIN) yang diperoleh dari KPP.

b. Memiliki aplikasi SPT dan submission data ke

ASP.

c. Digital certificate (DC) yang didapatkan

setelah melakukan registrasi E-SPT.

d. Tanda tangan elektrobik atau tanda tangan

digital adalah suatu informasi elektronik

yang di generate oleh sistem DJP.

5. Apa hubungan antara

E-Filing dengan E-

SPT?

E-Filing adalah fasilitas yang disediakan oleh

Direktorat Jenderal Pajak untuk memudahkan

Wajib pajak dalam melaporkan atau cara

menyampaikan Surat Pembitahuan Tahunan (SPT)

secara online. Ada dua kanal yang tersedia untuk

menggunakan e-Filing, yaitu: melalui Situs Pajak

80

(www.pajak.go.id) dan melalui Penyedia Jasa

Aplikasi.

Aplikasi e-SPT atau disebut dengan

Elektronik SPT adalah aplikasi yang dibuat oleh

Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan oleh

Wajib Pajak untuk kemudahan dalam

menyampaikan SPT. Layanan e-SPT adalah

implementasi dari PER-14/PJ/2013 yang mengatur

tentang Bentuk, Isi, Tatacara Pengisian dan

Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 serta

Bentuk Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal

21 dan/atau Pasal 26.

Dari hasil wawancara yang penulis peroleh dari salah satu pegawai di

bagian Seksi Pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Maros dapat

di ketahui bahwa penggunaan Surat Pemberitahuan secara E-SPT ternyata

memberikan kemudahan dan manfaat bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam

melaporkan Surat Pemberitahuan dengan cepat dan tepat. Selain itu, Wajib Pajak

tidak perlu bingung dalam mengisi SPT Tahunan secara online, karena Wajib

Pajak akan dipandu oleh aplikasi ini. Dia hanya perlu menjawab pertanyaan yang

muncul di layar komputer.

81

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

mengenai Peranan Sistem Penyampaian Surat Pemberitahuan secara Elektronik e-

SPT PPh Tahunan Orang Pribadi terhadap Optimalitas Pelaporan Pajak, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Maros baru menerapkan system

penyampaian surat pemberitahuan secara elektronik (e-SPT) pada tahun 2013.

2. Sistem pelaporan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-SPT) yang baru

diterapkan pada tahun 2013, bahwa wajib pajak orang pribadi sebagian besar

melaporkan SPT secara manual dibandingkan dengan secara online (E-SPT).

Dari jumlah pelaporan SPT sebagian masyarakat masih melaporkan SPT secara

manual. Total pelaporan SPT secara manual adalah 29.527 wajib pajak yang

lebih besar dibanding menggunakan fasilitas e-SPT yang berjumlah 27 wajib

pajak.

3. Faktor-faktor Wajib Pajak belum menerapkan sistem pelaporan Surat

Pemberitahuan secara elektronik (e-SPT) dikarenakan masih kurangnya

sosialisasi dari KPP sehingga masih banyak Wajib Pajak belum

mengetahuinya.

81

82

B. SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian, beberapa saran

yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut:

1. Masih perlu ditingkatkan sosialisasi secara meluas mengenai penerapan e-SPT

kepada Wajib Pajak oleh KPP, sehingga wajib pajak akan lebih memahami

standar devisiasi diterapkannya e-SPT, tujuan serta manfaat penerapan e-SPT

sehingga akan timbul kesadaran dan motivasi pada diri Wajib Pajak untuk

memanfaatkan fasilitas e-SPT sebagai sarana pelaporan pajak terutang.

2. Untuk meningkatkan pemanfaatan e-SPT oleh wajib pajak, Direktorat Jenderal

Pajak (DJP) harus mempromosikan manfaat-manfaat yang dapat diperoleh

melalui penerapan e-SPT. Dengan adanya pelayanan berbasis elektronik wajib

pajak akan dapat memenuhi kewajiban perpajakannya dengan lebih cepat,

lebih mudah dan lebih nyaman. Misalnya dengan mengirimkan surat atau

brosur kepada wajib pajak yang isinya menjelaskan keunggulan penerapan e-

system dibandingkan dengan cara konvensional. Hal ini tentu akan lebih

mudah jika antara DJP dan WP telah terjalin komunikasi melalui surat

elektonik.

3. Bagi Wajib Pajak yang belum memahami mengenai sistem penyampaian Surat

Pemberitahuan secara elektronik (e-SPT) sebaiknya dapat menghubungi AR

(Account Representatif) pada Kantor Pelayanan Pajak.

83

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2013. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta Selatan: Direktorat Jenderal Pajak.

Kementrian Keuangan, Direktorat Jenderal Pajak. 2012. Kumpulan Undang-Undang Perpajakan. Kanwil DJP SulSelBartra.

Kementerian Keuanagan Republik Indonesia. 2013. Pajak Penghasilan. Jakarta Selatan: Direktorat Jenderal Pajak.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2013. Temukan Cara Paling Mudah untuk Menyampaikan SPT Tahunan Anda. Jakarta Selatan: Direktorat Jenderal Pajak.

Mardiasmo, 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Resmi, Siti. 2013. Perpajakan. Teori dan kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Rosdiana, Haula dan Irianto. 2012. Pengantar Ilmu Pajak. Jakarta: PT. RajaGrafindo.

Suryarini, Trisni dan Tarmudji. 2012. Pajak Di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wahono, Suggeng. 2012. Mengurus Pajak Itu Mudah. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Andharta, Rory. 2011. Kajian Kelayakan Pengembangan Sistem Pengolahan Data Dan Dokumen Perpajakan Di Kantor Pengolahan Data Dan Dokumen Perpajakan (Kpddp) Makasar. Tesis. Diterbitkan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Program Magister Perencanaan Dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia. (http://www.google.co.id, tanggal akses 04 maret 2014).

Anggraini, Nia. 2008. Evaluasi atas PelaksanaanPemeriksaan Pajak Terhadap SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan. Skripsi. Jakarta: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Ilmu sosial/Akuntansi Unirversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. (http://www.google.co.id, tanggal akses 04 maret 2014)

Handoko, Priyo. 2008. Prosedur Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi Di KPP Pratama Semarang Tengah Satu. Kertas Karya. Diterbitkan. Semarang: Program Studi D3 Perpajakan Fakultas Ekonom Unirversitas Katolik Soegijapranata. (http://www.google.co.id, tanggal akses 12 februari 2014).

83

84

Novarina, Ayu Ika. 2005. Implementasi Electronic Filing System (E-Filing)Dalam Praktik Penyampaian Surat Pemberitahuan (Spt) Di Indonesia.Tesis. Diterbitkan. Semarang: Program Studi Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro. (http://www.google.co.id, tanggal akses 15 Maret 2014).

Ramadhan, Fajar. 2010. Pengaruh Manfaat dan Kemudahan E-SPT Terhadap Penggunaan Fasilitas E-SPT Oleh Wajib Pajak Pribadi. Jakarta: Jurusan Akuntansi/Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. (http://www.google.co.id, tanggal akses 15 Maret 2014).

Ristandi, Andi. 2006. Tinjauan Sistem Informasi Perpajakan (Sip) Terhadap Pelayanan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Makassar Selatan. Skripsi. Diterbitkan. Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar Stiem Bongaya Makassar. (http://www.google.co.id, tanggal akses 01 februari 2014).

Rochmah. 2010. Analisis Perbandingan Sebelum dan Sesudah Penggunaan Inranet Berdasarkan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) Terhadap Penerimaan Pajak. Skripsi. Diterbitkan. Jakarta: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. (http://www.google.co.id, tanggal akses 15 Maret 2014).

www.pajak.go.id

Zulfikar. 2013. Analisa Sistem Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Secara Elektronik Dengan E-spt PPH dan Dampaknya Terhadap Optimalisasi Pelaporan Pajak. Karya Tulis Ilmiah. Diterbitkan. Banda Aceh: Program Studi D-III Komputerisasi Akuntansi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Computer Stmik U’budiyah Indonesia. (http://www.google.co.id, tanggal akses 12 Februari 2014).

RIWAYAT HIDUP

NOVIANTI, lahir di Lambarese Luwu Timur pada

tanggal 07 November 1991 Anak ke 2 dari 4 bersaudara.

Mulai menempuh pendidikan formal di SD NEGERI 104

JALAJJA dan tamat pada tahun 2003 ,selanjutnya

melanjutkan pendidikan di SMP NEGERI 1 BONE PUTE

dan tamat pada tahun 2007, setelah itu melanjutkan pendidikan di SMA NEGERI

1 BURAU dan tamat pada tahun 2010, kemudian pada tahun 2010 melanjutkan

pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis.

Dalam skripsi ini peneliti mengambil judul “Peranan Sistem Informasi

Direktorat Jenderal Pajak dalam Pengelolaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

PPh Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Maros”.