“Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Di Tengah Kesenjangan Sosial”

36
Makalah Sosiologi “Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Di Tengah Kesenjangan Sosial” Di Susun Oleh : Nur Angraini (2013710080) Kelas B Universitas Muhammadiyah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Prodi Kesehatan Masyarakat

Transcript of “Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Di Tengah Kesenjangan Sosial”

Makalah Sosiologi

“Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan DiTengah Kesenjangan Sosial”

Di Susun Oleh :

Nur Angraini

(2013710080)

Kelas B

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Prodi Kesehatan Masyarakat

2013

2

Kata Pengantar

Bissmillahirrahmanirahim

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT

berkat ridho dan rahmat-Nya kepada saya sehingga dengan

kesabaran, kekuatan dan kemapuan saya dapat menyelesaikan

tugas makalah Sosiologi. Makalah ini disusun untuk memenuhi

salah satu tugas yang diberikan dalam Semester 1 pada mata

kuliah Sosiologi. Tema yang saya ambil dalam makalah ini

adalah “Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Ditengah Kesenjangan

Sosial”.

Terima kasih banyak kepada bapak Luqman Effendi,

S.Sos.M.Kes yang sudah memberikan pengajaran dan membimbing

saya sehingga terwujudnya makalah ini untuk menyelesaikan

tugas selama Semester 1.

Saya akui makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan

guna menjadikan pertimbangan saya untuk lebih baik lagi.

Semoga makalah ini bermanfaat untuk yang membaca.

Tanggerang,01 Januari

2014

i

Nur

Angraini

Daftar Isi

Kata

Pengantar ....................................................

..............................................................

... i

Daftar

Isi ..........................................................

..............................................................

....... ii

Bab I : Pendahuluan

ii

A. Latar

Belakang ................................................

.........................................................

. 1

B. Rumusan

Masalah .................................................

....................................................1

C. Tujuan

Penulisan ...............................................

....................................................... 2

D. Manfaat

Penulisan ...............................................

..................................................... 2

E. Pembatasan

Masalah .................................................

............................................... 2

F. Metode

Penulisan ...............................................

......................................................

2

Bab II : Pembahasan

iii

A. Terbentuknya Lapisan Pelayanan Kesehatan Terhadap

Masyarakat ............................................3

B. Pemecahan Masalah dalam Peningkatan Mutu Pelayanan

Kesehatan .............................................5

C. Siapa yang Berperan Dalam Peningkatan Mutu Pelayanan

Kesehatan..............................................11

D. Upaya yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan

Kesehatan..............................................12

Bab III : Penutup

A. Kesimpulan ...........................................19

B. Saran ................................................19

Daftar Pustaka ............................................20

iv

Bab I

Pendahuluan

A.Latar Belakang

Seberapa puaskah kita terhadap pelayanan kesehatan

di Indonesia? Mungkin beberapa orang berpendapat

pelayanan kesehatan di Indonesia masih sangat jauh dari

harapan dibandingkan negara-negara maju misalnya saja

seperti negara tetangga kita Singapura. Orang Indonesia

saja berlomba-lomba berobat ke luar negri karena kurang

mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang memuaskan

di negrinya sendiri, mungkin bagi mereka yang memiliki

materi yang berkecukupan itu hal yang sangat mudah, lalu

bagaimana nasib mereka yang tidak memiliki materi yang

cukup. Berobat dan mendapatkan pelayanan kesehatan di

negri sendiri saja sangat sulit apalagi ingin berobat

keluar negri itu hanya seperti mimpi.

Banyak sekali warga miskin yang tidak mendapatkan

pelayanan dengan cepat bahkan disaat kondisi sudah

kritispun rumah sakit tidak mau melayani apabila tidak

melakukan prosedur pembayaran uang muka terlebih dahulu.

1

Hal ini lah yang menyulitkan dan bertele-tele sehingga

dapat mengakibatkan nyawa seseorang tidak dapat tertolong

karena lambannya pelayanan. Selain itu, banyaknya biaya

pungutan dan waktu yang sangat lama, sehingga pelayanan

yang diberikan cenderung tidak efektif dan efisien.

Sungguh ironi dan sangat disayangkan hal ini masih

terjadi di negri kita ini. Apakah orang miskin tidak

boleh sakit?

B.Rumusan Masalah

1) Apa penyebab terjadinya kesenjangan sosial terhadap

pelayanan kesehatan ?

2) Bagaimana cara memecahkan masalah terhadap pelayanan

kesehatan?

3)Siapa yang berperan dalam peningkatan pelayanan

kesehatan masyarakat ?

4) Bagaimana cara meningkatan pelayanan kesehatan

terhadap masyarakat?

C.Tujuan Penulisan

Mengetahui bagaimana cara meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan di tengah kesenjangan sosial.

D.Manfaat Penulisan

2

Hasil dari penulisan makalah ini  diharapkan dapat

memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada

mahasiswa kesehatan masyarakat untuk menambah pengetahuan

dan wawasan mengenai isu kesehatan yang sedang dihadapi

oleh negara ini.

E.Pembatasan Masalah

Melihat dari latar belakang masalah serta memahami

pembahasannya maka penulis dapat memberikan batasan-

batasan pada :

1. Masalah kesenjangan sosial terhadap pelayanan

kesehatan

2. Orang-orang yang berperan dalam peningkatan

pelayanan kesehatan

F. Metode Penulisan

Dalam proses pembuatan makalah ini menggunakan

metode literature. Dimana saya melakukan proses pencarian

dan pengumpulan data sebagai sumber-sumber informasi.

Metode ini dipilih karena pada hakekatnya sesuai dengan

kegiatan penyusunan dan penulisan yang hendak dilakukan.

3

Bab II

Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan

Ditengah Kesenjangan Sosial

Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh

akses atas sumber daya di bidang kesehatan sesuai yang

tercantum dalam UU Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jadi,

mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak merupakan hak bagi

seluruh bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, segala jenis bentuk

kesenjangan sosial yang terjadi dimasyarakat harus

diminimalisir bahkan harus dihapuskan. Karena ketidaksetaraan

sosial dan ketidaksetaraan kesehatan terkait, dan keduanya

adalah produk organisasi sosial masyarakat.

Jika ketidaksetaraan sosial itu diminimalkan dan

ketidaksetaraan ditanggulangi dengan kebijakan yang

ditargetkan untuk mengurangi ketidaksetaraan, maka keseluruhan

masyarakat akan mendapatkan manfaatnya. Seperti dinyatakan

dalam Black Report: “ menghapuskan ketidaksetaraan sosial

4

dalam kesehatan menawarkan kesempatan terbesar untuk mencapai

seluruh perbaikan kesehatan nasional” (Townsend dan Davidson,

1988:200).

A. Terbentuknya Lapisan Pelayanan Kesehatan

Terhadap Masyarakat

Lapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau

masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara

hierarkis). Dilihat secara teoritis, semua manusia dapat

dianggap sederajat. Akan tetapi, sesuai dengan kenyataan hidup

kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian1. Pembedaan

atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian

sistem sosial setiap masyarakat. Ukuran atau kriteria yang

biasa dipakai untuk menggolongkan-golongkan anggota-anggota

masyarakat kedalam suatu lapisan adalah sebagai berikut.

1. Ukuran Kekayaan

Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk

dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat

1 Robin Williams Jr., American Society, (New York: A fred A Knopf. 1960), hlm. 88-89

5

dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil

pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta

bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja

barang-barang mahal dan seterusnya.

2. Ukuran Kekuasaan

Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai

wewenang terbesar menempati lapisan atasan.

3. Ukuran Kehormatan

Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-

ukuran kekayaan dan/atau kekuasaan. Orang yang paling

disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas.

Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat-

masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan

tua atau mereka yang pernah berjasa.

4. Ukuran Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat

yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran

tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-

akibat yang negatif karena ternyata bahwa bukan mutu ilmu

pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar

keserjanaanya. Sudah tentu hal yang demikian memacu

6

segala macam usaha untuk mendapat gelar, walau tidak

halal.

Ukuran-ukuran di atas tidaklah bersifat limitif karena

masih ada ukuran-ukuran lain yang dapat digunakan. Akan

tetapi, ukuran-ukuran diatas amat menentukan sebagai dasar

timbulnya sistem lapisan dalam masyarakat tertentu.

Hal-hal di atas inilah yang terbentuk di tengah

masyarakat sehingga mempengaruhi terbentuknya lapisan-lapisan

yang tanpa kita sadari berdampak pada pelayanan kesehatan

dinegri tercinta kita ini Indonesia.

B. Pemecahan Masalah dalam Peningkatan Mutu

Pelayanan Kesehatan

Pemecahan masalah mutu pelayanan kesehatan merupakan suatu

siklus yang berulang, yaitu kegiatan yang berlangsung terus-

menerus mengikuti suatu urutan yang berulang. Dalam penjaminan

mutu pelayanan kesehatan dibedakan menjadai masalah sederhana

dan masalah kompleks. Masalah sederhana adalah masalah-masalah

yang dapat diselesaikan oleh perorangan, sedangkan masalah

7

kompleks adalah masalah-masalah yang untuk mengatasinya

diperlukan kerjasama tim (team work).

Pemecahan masalah sederhana sesungguhnya tidak perlu

memerlukan prosedur yang panjang, misalnya pada petugas yang

lupa dengan kegiatan yang akan ia lakukan, maka yang demikian

itu cukup diingatkan saja. Sedangkan, Pemecahan masalah yang

kompleks memerlukan prosedur yang relatif panjang. Karena itu,

pemecahan masalah kompleks ini perlu memanfaatkan pendekatan

tim kerja dan harus didasarkan pada data dan fakta di

lapangan.

Pemecahan masalah yang dilaksanakan pada pelayanan

kesehatan dasar yang dikembangkan oleh HP-IV (Health Project

Four) di Provinsi Sumatera Barat dan beberapa provinsi lainnya

di Indonesia ini terdiri dari tigabelas langkah pemecahan

masalah mulai dari identifikasi masalah sampai dengan

melakukan monitoring dan evaluasi. Adapun langkah-langkah

tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.

8

Sumber : Pusdiklat Kesehatan Depkes RI, 1999

Gambar 1.1 Siklus 13 langkah pemecahan masalah mutu

pelayanan kesehatan

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah mutu dapat dilakukan dengan analisis

situasi (mengkaji keadaan) yang dapat dilakukan dengan

observasi atau wawancara menggunakan instrumen kepada

pasien, atau dengan mengkaji dokumen berupa catatan

dan/atau laporan yang ada.

2. Penentuan Prioritas Masalah

Untuk menentukan prioritas masalah pelayanan kesehatan,

banyak cara yang dapat digunakan, antara lain dengan

9

1. Identifikasi masalah2. Prioritas masalah3. Pernyataan masalah4. Pembentukan pemecahan masalah5. Diagram alur6. Penentuan penyebab masalah7. Pengumpulan data penyebab masalah8. Penyebab dominan9.Alternatif pemecahan masalah10. Penetapan pemecahan terpilih11. Rencana penerapan12. Penerapan pemecahan masalah13. Monev hasil

pengkajian menggunakan kriteria lebih dari satu (multiple

criteria utility assessment) yang biasa disingkat dengan

MCUA, metode matematik, Hanlon, Delphi, Delbeq, dan

sebagainya.

MCUA adalah suatu metode yang digunakan untuk membantu

tim pemecahan masalah dalam mengambil keputusan dari

beberapa alternatif yang ada.

Tahapan penentuan prioritas masalah dapat dilakukan

sebagai berikut :

a. Tim harus menetapkan beberapa masalah yang ada

berdasarkan analisis situasi.

b. Selanjutnya, tim menentukan kriteria untuk menyaring

masalah yang telah diidentifikasai.

c. Tim kemudian menentukan kepentingan relatif

( pembobotan) masing-masing kriteria yang terpilih.

d. Tahap berikutnya adalah menentukan skor masing-masing

alternatif masalah terhadap masing-masing kriteria yang

sudah ditentukan.

e. Skor tersebut selanjutnya dikalikan dengan bobot dan

hasilnya dijumlahkan sehingga diperoleh skor total

untuk masing-masing alternatif.

10

3. Perumusan Masalah

Agar tim pemecahan masalah dan staf lain yang terlibat

dalam proses pemecahan masalah memiliki pemahaman yang

sama tentang masalah, maka diperlukan perumusan masalah.

Perumusan masalah harus memenuhi kaidah sebagai berikut :

a. Terukur, oleh karena itu dinyatakan dalam bentuk

kuantitatif. Hindari perumusan masalah yang bersifat

umum.

b. Dinyatakan dalam bentuk operasional.

c. Memenuhi unsur minimal 3W, yaitu apa(what), di mana

(where), kapan (when), dan 1 H (how many).

d. Tidak menyalahkan seseorang, tidak mengungkapkan

penyebab masalahnya dan tidak pula menyebut pemecahan

yang diinginkan.

4. Pembentukan Tim Pemecahan Masalah

Tim pemecahan masalah dapat dibentuk dengan anggotanya

adalah orang-orang yang bekerja di area di mana masalah

ditemukan dengan maksud mereka mempunyai informasi

tentang masalah, dan dapat membantu penerapan pemecahan

masalah. Karena masalah yang akan dipecahkan adalah

masalah yang kompleks, maka diperlukan keterlibatan dan

11

kerjasama seluruh petugas yang terkait dengan masalah

tersebut.

5. Membuat Diagram Alur

Untuk mengkaji dan memahami di mana lokasi masalah yang

sesungguhnya, tim pemecahan masalah dapat memanfaatkan

diagram alur (flow chart). Diagram alur harus terkait

dengan masalah yang menjadi prioritas yang sudah

ditetapkan oleh tim di mana sesungguhnya masalah itu

terjadi.

Pembuatan diagram alur dapat menggunakan simbol-simbol

yang sudah berlaku umum dan yang sangat sering digunakan.

Kegiatan

Dokumen

Keputusan

Arah/ alur kegiatan

Awal/akhir kegiatan

12

Gambar 1.2 Simbol-simbol yang biasa digunakan dalam

membuat diagram alur.

6. Penentuan Penyebab Masalah

Untuk mencari akar-akar penyebab masalah dari

masalah yang sudah ditetapkan dan lokasi masalah yang

sudah diketahui, dapat digunakan teknik curah pendapat

dan diagram tulang ikan atau diagram sebab-akibat yang

disebut juga dengan diagram Ishikawa.

Langkah-langkah yang dilakukan meliputi:

1) Tulis masalah pada bagian kanan (effect) atau kepala

ikan.

2) Tentukan kategori untuk tulang-tulang cabang,

misalnya manusia, metode/proses, sarana/alat,

lingkungan, dan sebagainya sesuai dengan masalahnya.

3) Lakukan curah pendapat untuk setiap tulang cabang

untuk mengisi tulang-tulang sirip yang ada.

Hal yang perlu dicermati adalah sangat strategis untuk

mengetahui sebab-sebab suatu masalah pelayanan

kesehatan secara sistematis dan dilaksanakan oleh

beberapa orang (tim) pemecahan masalah

7. Pengumpulan Data tentang Penyebab Masalah

13

Langkah ketujuh ini boleh dibilang tahapan yang

menentukan keberhasilan proses suatu pelayanan, karena

penyebab maslah yang sudah disepakati oleh tim harus

didukung oleh data yang akurat. Artinya, penyebab masalah

yang ditetapkan betul-betul penyebab yang faktual.

8. Memilih Penyebab yang Paling Mungkin

Pada langkah ini, penyebab masalah yang paling

mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh

data. Apabila tahapan sebelumnya telah dilakukan dengan

baik, maka langkah ini akan mudah dilakukan, dan penyebab

masalah yang paling mungkin akan dapat ditentukan.

Penyebab yang paling mungkin harus didukung oleh data

yang akurat.

9. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah adalah penentuan

kegiatan-kegiatan sebagai solusi dari masalah yang ada.

Penentuan solusi ini terkait dengan langkah sebelumnya,

terutama langkah ketujuh (penyebab masalah). Apabila

pengumpulan data tentang penyebab masalah dilakukan

14

dengan baik, maka penentuan alternatif pemecahan masalah

akan lebih mudah dikerjakan.

10. Penetapan Pemecahan Masalah

Tidak jarang ditemukan bahwa dapat beberapa masalah

yang penyebabnya sudah jelas, dapat dengan mudah

ditentukan alternatif pemecahannya dan penetapan

pemecahan masalah dapat ditetapkan secara berurutan. Akan

tetapi, untuk masalah-masalah tertentu, misalnya masalah

yang menyangkut perilaku atau masalah kompleks lainnya,

tim perlu menganalisis pemecahan dengan menggunakan alat

bantu. Alat bantu MCUA yang sudah dikemukakan pada

langkah kedua (penentuan prioritas masalah) dapat

digunakan kembali untuk langkah ini.

11. Penyusunan Rencana Aksi

Dalam menyusun rencana aksi (plan of action)

pemecahan masalah, perlu memperhatikan faktor apa yang

akan mendukung dan faktor apa yang akan menghambat.

Bebarapa faktor negatif (penghambat) yang sering muncul,

misalnya penolakan terhadap perubahan, takut kehilangan

jabatan, kemalasan, kurangnya pengertian tentang masalah,

dan sebagainya. Beberapa faktor yang bersifat pendukung,

15

antara lain kepuasan memecahkan masalah, penghargaan

kepada siapa yang memecahkan masalah, penghargaan dari

pasien, dan sebagainya.

12. Aplikasi Pemecahan Masalah

Untuk aplikasi pemecahan masalah seharusnya merujuk pada

rencana aksi (plan of action, POA) yang sudah disusun. POA

tidak saja bisa digunakan oleh petugas terkait, tetapi

juga bisa dipakai atasan atau supervisor sebagai pedoman

untuk melakukan pemantauan dan penilaian kegiatan.

13. Pemantauan dan Penilaian hasil Kegiatan

Pemantauan sering disebut dengan monitoring, sedangkan

penilaian disebut dengan evaluasi, sehingga kedua kata

ini biasa disingkat menjadi menjadi “monev” (monitoring

dan evaluasi). Ada dua aspek penting yang diperhatikan

dalam monev, yaitu:

1. Apakah aplikasi pemecahan masalah yang sedang

dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik.

2. Menyangkut masalahnya sendiri, apakah masalahnya sudah

terpecahkan atau belum.

Monev adalah kegiatan akhir dari suatu siklus pemecahan

masalah, namun perbaikan-perbaikan dapat dilakukan sepanjang

16

kegiatan berlangsung. Tidak jarang terjadi ketika masalah

selesai dipecahkan kemudian timbul masalah lain. Oleh karena

itu, pemecahan masalah dapat dilakukan kembali sesuail langkah

yang sudah dikemukakan dan merupakan siklus yang berulang.

C. Siapa yang Berperan Dalam Peningkatan Mutu

Pelayanan Kesehatan

Semua yang bekerja di bidang kesehatan mulai dari dokter,

perawat, bidan, administrasi kesehatan, sampai pasien

mempunyai peran dalam peningkatan pelayanan kesehatan terhadap

masyarakat. Pada dasarnya tidak hanya yang bekerja di bidang

kesahatan saja yang berperan dalam peningkatan pelayanan

kesehatan, pemerintah juga memiliki peran dalam peningkatan

pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, Peran pemerintah daerah

dalam peningkatan pelayanan kesehatan dilihat dari instrumen

kebijakan yang dipakai pemerintah daerah adalah instrumen

wajib mengatur segala aturan untuk tata cara memberikan

pelayanan kesehatan yang sesuai dengan hukum dan aturan yang

berlaku sesuai dengan undang-undang.

Salah satu keharusan dalam memberikan pelayanan kesehatan

adalah terjaminnya mutu pelayanan sehingga pelanggan (pasien)

17

yang dilayani akan merasa puas dengan pelayan yang diberikan.

Oleh karena itu, petugas yang memberikan pelayanan harus

ramah, tanggap, handal, mempuyai kompetensi di bidangnya,

bekerja dalam tim dan mampu memecahkan masalah mutu pelayanan

dalam pekerjaannya berdasarkan data yang ada.

D. Upaya yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Mutu

Pelayanan Kesehatan

Ketika dihadapkan pada tantangan untuk memperbaiki mutu

layanan kesehatan, dilema tentang apa yang harus diubah dan

bagaimana cara melakukannya. Adanya jaminan mutu pelayanan

kesehatan dapat diartikan sebagai keseluruhan upaya yang

bertujuan untuk memberikan suatu layanan kesehatan yang

terbaik mutunya, yaitu layanan kesehatan yang sesuai dengan

standar layanan kesehatan yang disepakati. Pengertian

operasional jaminan mutu pelayanan kesehatan adalah upaya yang

sistematis dan berkesinambungan dalam memantau dan mengukur

mutu serta melakukan peningkatan mutu yang diperlukan agar

mutu layanan kesehatan senantiasa sesuai dengan standar

layanan kesehatan yang diperlukan agar mutu layanan kesehatan

18

senantiasa sesuai dengan standar layanan kesehatan yang

disepakati2.

Pentingnya Jaminan Mutu dalam Layanan Kesehatan

Ada beberapa faktor yang menjadi pendorong mengapa jaminan

mutu layanan kesehatan diterapkan dalam layanan kesehatan3.

Faktor-faktor tersebut, antara lain sebagai berikut.

Faktor Profesi

Etika profesi

Setiap profesi mempunyai etika profesi atau pernyataan

tentang perilaku profesi yang akan menjadi garis besar

atau pokok peraturan profesi. Kemudian ditetapkan tentang

batas-batas apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh

profesi.

Berkembangnya otonomi profesi dan pertanggung-gugatan

profesi

Dalam tahun-tahun terakhir ini, profesi layanan kesehatan

semakin bertanggung jawab terhadap kegiatan yang mereka

lakukan. Hal ini menunjukan komitmen yang taat-asas dan

2 L.D. Brown et al. Quality Assuranc of Health Care in Developing Countries, Quality AssuranceProject, Center for Human Service, Bethesda, Maryland, 1992, hlm 8.3 Christine C. Wright et al, Quality Assurence, An Introduction for Health Care Proffessional, Churchiil Livingstone Inc, 1992, hlm 33-37.

19

tanggung gugat terhadap layanan kesehatan, seperti halnya

tujuan utama dari jaminan mutu layanan kesehatan.

Hubungan antarprofesi

Suatu layanan kesehatan yang bermutu pada umumnya

memerlukan kerja sama antarprofesi. Dengan demikian, hal

ini berarti komunikasi antarprofesi harus efektif dan

efisien.

Masalah moral

Setiap orang yang bekerja dalam lingkungan layanan

kesehatan memiliki kewajiban moral untuk menerima tanggung

jawab guna menyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu

kepada setiap pasien tanpa pilih kasih. Dilema moral

mungkin hanya dialami oleh segelintiran orang yang

mendapat keuntungan dari layanan kesehatan yang sangat

mahal.

Faktor ekonomi

Perubahan demografi

Perubahan demografi yang terjadi akan memaksa

diterapkannya pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan.

Perubahan kependudukan menyebabkan pertambahan penduduk

20

sehingga semakin banyak orang yang harus dipelihara

kesehatannya.

Distribusi sumber daya

Dalam era otonomi, alokasi sumber daya kesehatan merupakan

salah satu simbol kewenangan dareah. Jaminan mutu layanan

kesehatan akan memberikan satu kenyataan objektif

pertanggunggugatan pemerintah (public accountability)

kepada masyarakat.

Faktor sosial/politik

Kesadaran masyarakat

Desakan masyarakat telah menimbulkan keharusan untuk

membuat layanan kesehatan semakin effisien. Masyarakat

umumnya mendapat informasi yang lebih baik tentang layanan

kesehatan dan hak mereka terhadap layanan kesehatan.

Keadaan itu akan semakin nyata dalam era demokrasi dan

otonomi. Jika mereka merasa layanan kesehatan yang

diberikan tidak memenuhi persyaratan mutu layanan

kesehatan, mereka akan mengeluh atau menulis di koran.

Masalah kesehatan memang sangat sensitif.

Jaminan mutu layanan kesehatan menjamin bahwa pendapat

pasien akan dipertimbangkan dan setiap tindakan atau

21

pengobatan yang akan dilaksanakan harus terlebih dahulu

dikonsultasikan dengan pasien. Konsultasi yang demikian

dapat dianggap sebagai hak moral pasien.

Harapan masyarakat

Berubahnya harapan masyarakat menjadi alasan lain mengapa

jaminan mutu layanan kesehatan harus diterapkan dalam

layanan kesehatan. Jumlah lembaga konsumen semakin banyak

dan akan menginformasikan hak individu atau kelompok.

Peraturan perundang-undangan

Undang-undang Kesehatan, yaitu Undang-Undang No. 23 tahun

1992, jelas menyebutkan tentang standar layanan kesehatan.

Banyak standar layanan kesehatan minimal yang telah

ditetapkan dan akan menjadi bagian dari jaminan mutu

layanan kesehatan.

Akreditas

Indonesia telah melakukan akreditas terhadap rumah sakit

umum. Sementara itu, akreditas untuk rumah sakit jiwa,

rumah sakit khusus, dan institusi layanan kesehatan

lainnya belum dilaksanakan, padahal akreditas itu akan

dapat mendorong pelaksanaan jaminan mutu layanan

kesehatan.

22

Tekanan internasional

Forum politik internasional juga mempunyai pengaruh

terhadap layanan kesehatan. Sebagai salah satu anggota

WHO, Indonesia telah bertekad untuk melaksanakan jaminan

mutu layanan kesehatan.

Dengan demikian, untuk meningkatkan mutu diperlukan langkah-

langkah yang tepat. Adapun langkah-langkah tersebut antara

lain:

Penentuan sebab terjadinya kesenjangan antara kenyataan

dengan standar layanan kesehatan.

Bagian ini merupakan bagian yang terpenting dalam siklus

jaminan mutu layanan kesehatan. Semua informasi yang

terkumpul akan digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan. Rencana akan dibuat untuk mengatasi kesenjangan

yang terjadi, yaitu, kesenjangan antara kenyataan

pelaksanaan layanan kesehatan yang dapat dicapai dengan

standar layanan kesehatan yang telah ditetapkan.

Penyusunan rencana kegiatan untuk mengatasi kesenjangan

yang terjadi.

Penyebab masalah terpilih menjadi tahap awal dari

penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan mutu layanan

23

kesehatan. Tujuan rencana tersebut adalah memenuhi standar

layanan kesehatan. Syarat-syarat rencana kegiatan terpilih

adalah sebagai berikut.

Realitas

Rencana kegiatan terpilih harus mampu dilaksanakan

dengan sumber daya yang ada dan dalam waktu yang layak.

Disetujui perorangan dan kelompok

Selain realitas, rencana kegiatan terpilih harus

mendapat persetujuan dari setiap perorangan dan atau

kelompok yang akan terpengaruh oleh perubahan yang telah

disepakati.

Disetujui oleh manajemen

Rencana kegiatan terpilih harus mendapat persetujuan

dari manajemen organisasi layanan kesehatan. Keanggotaan

kelompok juga harus disesuaikan dengan tujuan tersebut,

yaitu dengan menambah berbagai unsur berikut.

Wakil dari mereka yang akan terpengaruh oleh perubahan

yang akan disepakati.

Wakil manajemen organisasi layanan kesehatan yang

memiliki kewenangan untuk menyetujui dan memudahkan

pelaksanaan rencana kegiatan yang akan disusun.

24

Pada akhir langkah ini kelompok jaminan mutu layanan

kesehatan akan mempunyai daftar rencana kegiatan yang

dianggap layak dan sesuai untuk dilaksanakan berdasarkan

sumber daya yang tersedia. Dari daftar itu harus dipilih

salah satu yang paling tepat dan sesuai untuk dilaksanakan,

yaitu rencana kegiatan terpilih.

Pemilihan rencana kegiatan yang terbaik.

Pemilihan satu rencana kegiatandari suatu daftar rencana

kegiatan yang disusun, bukan pekerjaan yang mudah agar

rencana kegiatan terpilih dapat dilaksanakan seperti yang

direncanakan.

Pelaksanaan pemilihan rencana kegiatan ini tidak akan

mengalami banyak kesulitan apabila keanggotaan kelompok

jaminan mutu layanan kesehatan terdiri dari anggota-anggota

yang cukup handal dan berpengalaman.

Pelaksanaan rencana kegiatan terpilih.

Kemudian kelompok jaminan mutu layanan kesehatan harus

dapat mempersiapkan mereka yang terlibat dalam rencana

kegiatan tersebut. Seperti biasanya, membuat perubahan

adalah upaya yang sulit. Meskipun rencana kegiatan telah

disusun dengan cermat, di dalam pelaksanaan yang sebenarnya

25

terkadang dapat muncul kebingungan dan ketegangan. Untuk

menentukan keberhasilan suatu rencana kegiatan secara

resmi, penilaian kembali standar layanan kesehatan

merupakan suatu keharusan.

Penilaian atau pengukuran ulang standar layanan kesehatan.

Pengukuran ulang standar layanan kesehatan menggunakan

kriteria dan teknik pengukuran yang sama dengan penilaian

yang dilakukan sebelumnya. Begitu suatu kegiatan dianggap

selesai, suatu upaya pengukuran ulang standar layanan

kesehatan harus dilkukan untuk memastikan keuntungan atau

kerugian yang diakibatkannya.

Jika hasilnya tiadak memenuhi standar layanan kesehatan,

kelompok jaminan mutu layanan kesehatan harus memulai

rencana kegiatan lain dan melakukan pengukuran ulang untuk

mencari apakah telah terjadi peningkatan mutu layanan

kesehatan.

Ada juga standar layanan kesehatan yang selalu tercapai atau

terpenuhi secara konsisten. Jika demikian, kelompok jaminan

mutu layanan kesehatan dapat meningkatkan mutu layanan

kesehatan dengan cara mempertinggi tingkat kepatuhan atau

membuat persyaratan lain dari kriteria.

26

Sebaliknya barangkali kelompok itu justru berpendapat bahwa

telah tiba saatnya untuk membuat standar layanan kesehatan

baru atau memulai topik baru. Jika demikian, kita akan masuk

kembali ke dalam lingkaran mutu. Dalam hal ini kadang-kadang

beberapa langkah tidak diperlukan lagi sehingga langkah-

langkah jaminan mutu layanan kesehatan dapat diselesaikan

dengan lebih cepat.

27

Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

Kesenjangan sosial merupakan masalah yang memang sulit

untuk dihilangkan dalam kehidupan, termasuk dalam permasalahan

pelayanan kesehatan. Jika ketidaksetaraan sosial itu

diminimalkan dan ketidaksetaraan ditanggulangi dengan

kebijakan yang ditargetkan untuk mengurangi ketidaksetaraan,

maka keseluruhan masyarakat akan mendapatkan manfaatnya.

Adanya jaminan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan

sebagai keseluruhan upaya yang bertujuan untuk memberikan

suatu layanan kesehatan yang terbaik mutunya, yaitu layanan

kesehatan yang sesuai dengan standar layanan kesehatan yang

disepakati. Salah satu keharusan dalam memberikan pelayanan

kesehatan adalah terjaminnya mutu pelayanan sehingga pelanggan

28

(pasien) yang dilayani akan merasa puas dengan pelayan yang

diberikan.

B. Saran

Yang diperlukan adalah bagaimana cara memperkecil

kesenjangan sehingga lebih mendekati perasaan keadilan sosial.

Pemerintah harus membuat program yang dapat menjamin pelayanan

kesehatan yang memadai sehingga terwujud pelayanan kesehatan

yang dapat menjangkau seluruh kalangan, tidak membeda-bedakan

strata, tingakatan sosial dan lain sebagainya. Selain itu,

perlu adanya pemantauan apakah program yang direncanakan sudah

berjalan lancar atau tidak untuk mengevaluasi program yang

dilaksanakan.

Daftar Pustaka

Al-Assaf, A.F. 2009. Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Buku

Kedokteran EGC.

Bustami. 2011. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta :

Erlangga.29

Podungge, Robiyati. Peran Pemerintah Daerah Dalam PeningkatanKualiatas Pelayanan Bidang Kesehatan, (Online).(http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JIN/article/view/788/731. diakses pada tanggal 05 Januari 2014)

Pohan, Imbalo S.. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT

Rajagrafindo persada.

White, Kevin. 2011. Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit. Jakarta: Rajawali Pers.

Zaharani, Rini. 2012. Kesenjangan sosial, (Online).

( http://rzaharani.blogspot.com/2012/05/kesenjangan-sosial.html. diakses pada tanggal 05 Januari 2014)

30