Pelayanan Neonatus
Transcript of Pelayanan Neonatus
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan kesehatan untuk bayi baru lahir dan ank balita
merupakan salah satu program kesehatan anak yang bertujuan
untuk menjamin kelangsungan hidup , tumbuh kembang anak secara
optimal dan perlindungan khusus dari kekerasan dan diskriminasi.
Hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan anak Indonesia yang
sehat , cerdas ceria, berahlaq mulia dan terlindungi sebagai
modal dasar bagi pembangunan bangsa.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
menegaskan bahwa seorang anak berhak untuk hidup, tumbuh dan
berkembang secara optimal, terhindar dari kekerasan dan
diskriminasi. Selain itu, Undang Undang Perlindungan Anak juga
mengamanahkan bahwa pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang
tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak; Pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak
agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak
dalam kandungan.
Anak merupakan harapan masa depan . oleh karena itu mereka
perlu dipersiapkan agar kelak menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas,sehat dan cerdas. Program kesehatan anak merupakan
salah satu kegiatan dari penyelenggaraan perlindungan anak di
bidang kesehatan, yang dimulai sejak bayi berada di dalam
kandungan, masa bayi, balita, usia sekolah dan remaja. Program
tersebut bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup bayi baru
lahir , memelihara dan meningkatkan kesehatan anak sesuai tumbuh
kembangnya, dalam rangka meningkatkan kualitas hidup anak yang
akan menjadi sumber daya pembangunan bangsa di masa mendatang.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1.2.1 Apa pengertian dan tujuan dari pelayanan kesehatan
neonatus?
1.2.2 Bagaimana pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi
baru lahir ?
1.2.3 Bagaimana tatalaksana dari pemeriksaan awal yang
dilakukan pada bayi baru lahir?
1.2.4 Pemeriksaan lengkap seperti apa yang dilakukan dalam
beberapa jam kemudian setelah bayi baru lahir?
1.2.5 Bagaimana perawatan imediat yang diberikan untuk bayi
baru lahir?
1.2.6 Apa saja perawatan lanjutan yang dapat dilakukan untuk
bayi baru lahir?
1.2.7 Bagaimana cara pengkajian neonates awal ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diuraikan tujuan
penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Menjelaskan tentang pengertian dan tujuan dari
pelayanan kesehatan neonatus.
1.3.2 Mengetahui pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi
baru lahir.
1.3.3 Mengetahui beberapa cara tatalaksana dari pemeriksaan
awal yang dilakukan pada bayi baru lahir.
1.3.4 Mengetahui pemeriksaan lengkap yang dilakukan dalam
beberapa jam kemudian setelah bayi baru lahir.
1.3.5 Memaparkan tentang perawatan imediat yang diberikan
untuk bayi baru lahir.
1.3.6 Mengetahui tentang perawatan lanjutan yang dapat
dilakukan untuk bayi baru lahir.
1.3.7 Memaparkan cara pengkajian neonates awal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Tujuan Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan
sesuai standart yang di berikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali,selama periode 0 sampai
28 hari setelah lahir,baik di fasilitas maupun melalui kunjungan
rumah. Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai
standart yang di berikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi
sedikitnya 4 kali,selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan
setelah bayi lahir.
Tujuannya, resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam
pertama kehidupannya . sehingga jika bayi lahir di fasilitas
kesehatan sangat di anjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan tersebut selama 24 jam setelah kelahirannya.
2.2 Pemeriksaan Fisik
Bidan didorong untuk mengembangkan sistem pengakajian fisik
dan mempraktikan secara konsisten untuk mencegah terjadinya
kelalaian , urutan komponen pengakajian harus bergantung pada
perilaku dan kenyamanan bayi . Lakukan pemeriksaan fisik secara
menyeluruh dalam 12 jam pertama setelah bayi lahir. Pemeriksaan
dimulai dengan serangkaian pengukuran seperti:
1. Menimbang berat badan, rata-rata bayi baru lahir beratnya
adalah 3.5 kg
2. Mengukur panjang badan, rata-rata panjang bayi baru lahir
adalah 50 cm
3. Mengukur lingkar kepala.
Selanjutnya menilai kulit, kepala dan wajah, jantung dan
paru-paru, sistem saraf, perut dan alat kelamin bayi.
Kulit biasanya kemerahan, walaupun jari-jari tangan dan jari-jari
kaki nampak agak kebiruan karena sirkulasi darah yang kurang baik
dalam jam-jam pertama kehidupan bayi baru lahir.
3
Periksa adanya kelainan pada saraf-saraf dan menguji refleks
bayi. Refleks penting pada bayi baru lahir adalah refleks Moro,
refleks mencucur dan refleks menghisap:
a. Refleks Moro : bila bayi baru lahir dikejutkan, tangan dan
kakinya akan terentang ke depan tubuhnya seperti mencari
pegangan, dengan jari-jari terbuka.
b. Refleks Mencucur : bila salah satu sudut mulut bayi disentuh,
bayi akan memalingkan kepalanya ke sisi tersebut. Refleks
ini membantu bayi baru lahir untuk menemukan putting.
c. Refleks Manghisap : bila suatu benda diletakkan dalam mulut
bayi, maka bayi akan segara menghisapnya.
Pemeriksaan alat kelamin pada anak laki-laki salah satunya
untuk memastikan bahwa kedua buah pelirnya lengkap dalam kantong
buah zakar. Meskipun jarang dan tidak menimbulkan rasa nyeri pada
bayi baru lahir, buah pelir bisa terpelintir (torsio testis),
yang perlu diatasi dengan tindakan pembedehan darurat pada bayi
perempuan, bibir vaginanya mononjol.
2.3 Tatalaksana Pemeriksaan Awal
I. Membersihkan jalan nafas
1. Bersihkan darah/lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan
kering/ kassa
2. Periksa ulang pernafasan
3. Bayi akan segera menagis dalam waktu 30 detik pertama setelah
lahir.
II. Jika tidak dapat menangis spontan dilakukan :
1. Letakkkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
2. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher
bayi ekstensi.
3. Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan
jari tangan yang dibungkus kassa steril.
4. Tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x / gosok kulit bayi dengan
kain kering dan kasar.
4
III. Perawatan tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit
tali pusat. Caranya :
1. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
klorin 0,5% untuk membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya.
2. Bilas tangan dengan air matang /DTT
3. Keringkan tangan (bersarung tangan)
4. Letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan
hangat.
5. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat dengan
menggunakan benang DTT. Lakukan simpul kunci/ jepitkan Jika
menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung
tali pusat & lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci
dibagian TP pdsisi yang berlawanan, Lepaskan klem penjepit &
letakkan di dalam larutan klorin 0,5%.
IV. Mempertahankan suhu tubuh, Dengan cara :
1. Keringkan bayi secara seksama
2. Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih, kering 8 hangat
3. Tutup bagian kepala bayi
4. Anjurkan ibu untuk memeluk 8 menyusukan bayinya
5. Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
6. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
V. Pencegahan infeksi
1. Memberikan obat tetes mata/salep
2. Diberikan 1 jam pertama bayi lahir ryaitu ; eritromysin
0,5%/tetrasiklin 1%.
5
BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan
hal-hal dalam perawatannya.
- Cuci tangan sebelum 8 dan setelah kontak dengan bayi
- Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang blm
dimandikan
- Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di
DTT, jika menggunakan bola karet penghisap, pastikan dalam
keadaan bersih
- Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang
digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih
- Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan
benda2 lainnya akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih
(dekontaminasi setelah digunakan)
- Lanjutkan dengan Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama
kelahiran serta lakukan pemantauan.
2.4 Pemeriksaan Lengkap Beberapa Jam Kemudian
Semua bayi harus diperiksa lengkap beberapa jam kemudian,
setelah membiarkan bayi beberapa waktu untuk pulih karena
kelahiran. Bayi secara keseluruhan, bayi normal berbaring dengan
posisi fleksi (menekuk). la mungkin meregang atau menguap.
Warnanya merah muda. la menangis. Pernapas-annya teratur. la
memberikan respon terkejut yang normal, jika tiba-tiba diberi
sentakan (ia akan melemparkan tangannya ke arah depan luar
seperti hendak meraih seseorang). Ini disebut refleks Moro.
a. Pemeriksaan Kepala
• Ukurlah lingkar kepala. Ukuran kepala yang tidak normal
besarnya disebut hidrosefalus. Ukuran kepala yang terlalukecil
disebut mikrosefalus. Lingkar kepala rata-rata adalah33 cm.
• Rabalah fontanela anterior – seharusnya tidak
menonjol(membengkak).
• Lihatlah adanya celah bibir (seperti bibir kelinci) atau celah
palatum.
b. Pemeriksaan Punggung
Spina bifida merupakan kelainan tulang belakang pada bayi. Tidak
didapatkan tulang dan kadang-kadang tidak ada kulit yang menutupi
sumsum tulang belakang bayi.
6
c. Anus
Periksalah apakah anus terbuka dan mekonium dapat keluar. Ini
untuk meyakinkan tidak adanya anus imper-forata.
d. Anggota tubuh
Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
baru lahir selama satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian
besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan
sedikit bantuan/gangguan oleh karena itu penting diperhatikan
dalam memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga bayi tetap kering &
hangat, kotak antara kulit bayi dengan kulit
ibu sesegera mungkin.
2.5 Perawatan Imediat Pada Bayi Baru Lahir
Dengan memahami tentang perubahan fisiologis yang tejadi
pada bayi baru lahir, rasional terhadap perawatan dapat
dimungkinkan. Praktisi harus menghindari menggagalkan
keberhasilan upaya bayi baru lahir itu sendiri untuk beradaptasi
dengan kehidupan ekstrauterin.
Tujuan perawatan adalah mendukung transisi , mencegah
komplikasi potensial, mengidentifikasi abnormalitas , dan
melakukan intervensi bila perlu. Kondisi bayi dikaji dengan
segera melalui observasi warna, tonus, dan upaya pernapasan.
Meskipun pengisapan segera setelah kelahiran adalah praktik umum,
pembersihan sekresi sederhana dari wajah bayi sama efektifnya .
Keuntungan potensial dari pengisapan adalah mengurangi
aspirasi sekresi dan mengurangi kesempatan infeksi pada saluran
pernapasan. Namun kerugiannya meliputi aritmia jantung, spasme
laring, dan vasospasme arteri pulmonal. Pernapasan normalnya
mulai secara spontan. Bila tidak , penggosokan perlahan punggung
bayi terutama efektif dalam merangsang pernapasan bayi dengan
warna dan tonus baik.
Pengeringan bayi yang segera dan mempertahankan kontak kulit
dengan kulit dengan ibunya membantu termoregulasi . Riset
menunjukkan bahwa kontak kulit dipilih untuk mempertahankan
lingkungan termal netral bagi bayi baru lahir yang normal. Bayi
yang ditempatkan dalam kontak kulit dengan kulit dengan ibunya
mempunyai suhu rektal lebing tinggi 45 menit pertama setelah
lahir bila dibandingkan dengan mereka yang mengalami periode awal
dibawah alat penghangat .
7
Selimut basah harus diganti segera dengan selimut kering,
aliran udara harus dihilangkan dan kepala bayi harus tetap
ditutup. Permukaan apapun yang kontak dengan bayi harus yang
hangat.Bidan harus terus melakukan pengkajian dengan melakukan
penilaian APGAR, pemeriksaan fisik, dan penentuan gestasi.mereka
harus mengkaji setiap bayi dengan nilai APGAR , pada menit 1 dan
5 sampai 2 untuk setiap kategori berikut : warna, tonus otot,
upaya pernapasan, frekuensi jantung, dan kepekaan refleks, Nilai
APGAR menit 1 digunakan untuk membutuhkan kebutuhan resusitasi.
2.6 Perawatan Lanjutan Pada BBL
1. Status perilaku bayi
Perawatan lanjutan di Dasar kan pada pemahaman tentang
perubahan neurobehavioral yang terjadi pada bayi baru
lahir.Desmond ,rudolph dan phitakshraiwan (1966) adalah yang
pertama kali menggambarkan transisi neorobehavioral
neonatus.bayi baru lahir yang normal dan tidak disedasi mengalami
suatu periode reaktifitas segera setelah lahir yang berakhir
kira-kira 30 menit.mata bayi terbuka,dan ia sadar .frekuensi
jantung dan pernafasan sedikit meningkat.warna bayi
bervariasi .mungkin ada mukus,rales,dan renti.bayi mudah terkejut
dan mungkin mengalani remor transier.setelah fase awal
kreatifitas,bayi memasuki periode tidur dan responsif .
Fase kedua ini mungkin berakhir dari 20 menit sampai 2
jam.frekuensi jantung menurun,dan murmur sistolik sering
terdengar .fase ketiga yang berakhir dari 2-6 jam setelah
kelahiran ,dikarakteristikkan oleh kreatifitas.bayi sadar dan
responsif.riset terakhir dan albert(1996) menunjukkan sifat
kritis periode pertama reaktifitas.stimuli multiple berdampak
pada bayi sebelum dan sesudah kelahiran-stimulasi proprioseptif
dari gerakan maternal,stimulasi taktil selama kelahiran,dan
stimulasi lingkungan setelah kelahiran (udara dingin,sumbatan
tali pusat).
8
Dalam responnya bayi manusia mempunyai dorongan katekolamin
dan status peningkatan stimulasi.penulis menegaskan bahwa
kesadaran ini memainkan peran dalam membantu transisi pada
kehidupan ekstrauterindengan mengakibatkan perilaku khusus yang
perlu untuk bertahan hidup atau sintasan (survival).misalnya
stimulasi taktil terutama dikaitkan dengan produksi dan
katekolamin,yang pada gilirannya dikaitkan dengan awaitan
pernafasan.status bangun juga memudahkan pembelajaran awal yang
dilaitkan dengan makan .telah ditunjukkan bahwa bayi baru lahir
ditempatkan diantara payudara ibu selama fase pertama reaktifitas
akan melokalisasi puting tanpa bantuan.
2. Memulai menyusui
Memulai menyusui selama fase pertama reaktifitas
mengoptimalkan kesempatan keberhasilan. Selama tahap kedua
tidurtidak responsif ,upaya menyusui air susu ibu (ASI) mungkin
akan gagal ,yang akan menurunkan kepercayaan diri ibu.
Selanjutnya meyusui dini menurunkan resiko hipoglikemia neonatus
yang dapat terjadi selama nadir fisiologis gula darah 1 sampai
1,5 jam setelah lahir. Keterlambatan memulai menyusui dikaitkan
dengan peningkatan suplementasi dan periode pendek menyusui ASI
9hossain et al,1995)ibu yang mulai menyusui ASI dalam 2 jam
setelah lahir sangat mungkin untuk menyusui ASI ekslusif selama
11 minggu pertama kehidupan bayi. Ibu yang menyusui dalam jam
pertama setelah kelahiran menyusui ASI dipertimbangkan lebih lama
dari ibu yang menunda memulai menyusui ASI. Percobaan lain secara
konsisten melaporkan menyusui ASI lebih tinggi angkanya pada 13
bulan pada wanita yang diizikan untuk melakukan kontak ekstra
dini dengan bayi mereka.
Bayi yang normal lahir dengan reflek rooting dan menghisap
utuh, mereka mampu mengkoordinasi isapan dan menelan. Kuatnya
isapan diikuti dengan penghentiaan singkat untuk menelan, bayi
yang hrus belajar untuk menghisap cukup lama untuk merangsang
aliran susu dan proses ejeksi pada ibu, penolong kelahiran dapat
membantu ibu untuk memposisikan bayi nya dengan cara yang
meningkatakan upaya menyusui ASI. Penting untuk mengajarkan ibu
tentang reflek rooting.
9
Bila sudut mulut ditekan bayi akan memalingkan kepala kearah
tersebut dan membuka mulutnya lebar. Ketika atap rongga mulut
bayi bersentuhan dengan puting, bayi akan menghisap. Ketika bayi
telah mencakup seluruh areola dan puting, penting untuk tidak
menekan pipi karena ini dapat menyebabkan kembali reflek rooting
dan bayi akan kehilangan cakupan mulutnya terhadap puting.
Penting untuk mengajarkan ibu bahwa memerlukan waktu untuk
mempelajari menyusui yang tepat dan berhasil. Selain itu ibu
salah meninterpretasikan proses belajar normal sebagai masalah
menyusui ASI.
3. Ikatan orang tua – bayi (bounding attachement)
Periode pertama reaktivitas juga penting untuk perkembangan
hubungan orang tua – anak. Riset menunjukkan bahwa kontak ekstra
awal antara ibu dan bayi secara positif mempengaruhi hubungan
tersebut. Klaus dan Kennell adalah yang petama kali mempopulerkan
gagasan tentang periode sensitif segera setelah lahir. Mereka
menemukan bahwa ibu yang mempunyai kontak yang ekstra dengan bayi
mereka setelah lahir menunjukkan perilaku lebih afeksi dan
mengekspresikan perhatian lebih pada bayi mereka pada bulan
pertama.
Kontak awal ektra dikaitkan dengan perhatian lebih oleh ibu
selama pengkajian, pengkajian fisik terstandartrisasi pada tahun
pertama, dan ibu dengan dukungan sosial buruk yang mengalami
kontak awal dengan bayi mereka menunjukkan perilaku afeksi
meningkat. Kontak bayi dan ibu awal juga dikaitkan dengan
penurunan penganiayaan , pengabaian anak dan kegagalan untuk
bertumbuh. Sebaliknya banyak peneliti mencatat pelaku kurang
afeksi, perasaan tidak mampu dan kurang percaya diri pada ibu
yang mereka teliti mengalami kontak awal terbatas dengan bayi
mereka. Karenanya penting untuk memberi perawatan awal pada bayi
tanpa memisahkannya dari ibu , atau yang sering dikatakan untuk
melakukan rawat gabung agar perasaan kasih sayang timbul dan
semakin mempererat jalinan kasih antara ibu dengan bayinya ,
secara tidak langsung kita mengurangi angka kejadian depresi post
partum blues, atau perasaan ibu yang tidak percaya bahwa dia
sudah memiliki anak. Ketika dilakukan rawat gabung ibu juga bisa
belajar merawat bayinya dan terus menyusui bayinya sehingga ASI
EKSKLUSIF dapat terlaksana dengan baik sampai 6 bulan kedepan.
10
4. Tanda vital , berat badan Medikasi
Pengkajian terus menerus terhadap transisi fisiologis, pada
kehidupan ekstrauterin penting riset masih kurang mengenai
frekuensi normal untuk mengukur tanda vital, tindakkan pertama
dilakukan dalam 30 menit pertama sementara bayi masih diatas
abdomen ibu. Setelahnya tanda vital diukur pada sedikitnya setiap
30 menit sampai neonatus stabil selama 2 jam, bila setelah
stabil, mereka mengukur nya setiap 4 – 8 jam. Warna tonus otot
dan upaya penafasan bayi dikaji pada waktu yang sama, praktisi
harus mengukur berat badan kelahiran dengan akurat, memberi
medikasi bayi baru lahir dan melakukan pengkajian seksama
terhadap bayi.
Ketepatan waktu penting menyusui dan mendekatkan pada ibu
adalah prioritas pertama pada bayi sehat dan tidak boleh diganggu
demi kenyamanan pemberian perawatan. Berat badan bayi yang akurat
penting karena ini membantu untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan potensial,memberi perbandingan untuk pengkajian
selanjutnya terhadap bayi,dan membimbing pemberi perawatan dalam
menghitung dosis medikasi yang tepat untuk bayi baru lahir.
Penimbangan berat badan dapat ditunda sampai setelah pemberian
ASI pertama pada bayi cukup bulan normal yang tampak secara nyata
bergizi baik .
Bayi yang ada dibawah persentil kesepuluh untuk kelompok
cohor mereka diklasifikasikan kecil untuk usia gestasi . Bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram diklasifikasikan sebagai
berat badan rendah , dan bayi dengan berat badan kurang dari
1500 g dipertimbangkan berat badan sangat rendah. Bayi yang
berada diatas persentil ke 90 diklasifikasikan sebagai besar
untuk usia gestasi. Baik LGA dan SGA merupakan resiko untuk
masalah neonatus tertentu dan perlu pemantauan lebih ketat .
5. Pemberian Vitamin K
Sudah menjadi standar praktik untuk memberi vitamin k selama
2 jam pertama kehidupan bayi untuk mencegah penyakit hemoragik
bayi baru lahir .vitamin k adalah kofaktor dalam koagulasi dan
diproduksi oleh bakteri dalam usus .sampai kolonisasi usus
sempurna ,bayi berisiko mengalami perdarahan .karena terdapat
vitamin k dalam ASI.dari pada formula, bayi menyusu ASI lebih
mungkin terinfeksi .
11
6. Pemberian Profilaksis oftalmia neonatal
Pemberian agens untuk mencegah oftalmia neonatorum adalah
praktik standar, meskipun percobaan terkontrol masih kurang untuk
mendukung pengobatanprofilaktik pada observasi klinis dan
pengobatan yang di dasarkan pada simtomatologi.penetesan salep
eritromisin 0,5% sebanyak ½ inci pada setiap mata 1 sampai 2 jam
setelah kelahiran, adalah praktik paling umum karena ini efektif
untuk prngobatan baik klamidia dan gonore. Infeksi dapat juga
disebabkan oleh haemophilus influenzae, stophylococcus aureus,
esherichia coli, dan pseudomonas (Nsanze et al., 1996; Gao,
1993).
Penelitian yang mengevaluasi keefektifan profilaksis
menggunakan povidon iodin, nitrat perak 1% salep eritromisin, dan
salep tetrasiklin telah gagal memberi bukti bahwa salah satu
metode tertentu lebih baik dari yang lain ( chen, 1992; isenberg,
Apt, dan wood, 1995). Temuan menunjukkan bahwa penelitian lanjut
diperlikan mengenai epidemiologi oftalmia noenatus di berbagai
tempat geografis yang berbeda dan keefektifan agens yang berbeda
dalam mencegah infeksi. Profilaksis mata harus ditunda sampai
sampai setelah periode reaktivitas pertama ketika neonatus sadar
dan merasakan stimuli visual di sekitarnya.
7. Pemberian makanan
Bayi normal memiliki refleks mencucur dan refieks menghisap
yang aktif, dan dapat segera mulai makan setelah lahir. Jika bayi
tidak disusui oleh ibunya di ruang persalinan, pemberian makan
biasannya dimulai dalam 4 jam setelah kelahiran.
Meludah dan memuntahkan lendir adalah hal yang biasa terjadi
pada hari pertama. Bayi baru lahir akan berkernih sabanyak 6-8
kali sehari. Mereka juga buang air besar setiap hari. menangis
keras, keadaan kulitnya bagus dan mempunyai refleks menghisap
yang kuat. Semua ciri-ciri ini menandakan bahwa bayi mendapat
cukup ASI atau susu formula( jika ada indikasi untuk tidak
menyusui langsung kepada ibunya) . Penambahan berat badan akan
memperkuat hal tersebut.
12
2.7 Pengkajian Neonatus Awal
Pengkajian neonatus awal meliputi riwayat, pemeriksaan fisik,
dan pengkajian usia gestasi. Pemeriksaan normalnya ditunda selama
fase reaktifitas pertama karena mempengaruhi menyusu dan
kedekatan serta menyebabkan keletihan dan stres yang tidak perlu.
Bayi mungkin secara relatif tidak respon selama fase reaktifitas
kedua.karenanya pengkajian paling baik dilakukan pada fase ketiga
,ketika bayi tenang dan terbangun.
Penting untuk meninjau ulang cacatan medis ibu dan bayi dan
mewawancarai pemberi perawtan untuk mendapatkan riwayat yang
kompleks .kategori meliputi riwayat keluarga ibu dan
ayah ,riwayat obstetri yang lalu ,riwayat gestasi bayi,dan
pengkajian sosial serta komunitas ,riwayat persalinan dan
kelahiran dan riwayat neonatus.
1) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga harus didapat pada prenatal dan ditinjau
ulang pada saat pengkajian bayi baru lahir.
2) Riwayat obstetri terdahulu
Riwayat obstetri ibu masa lalu mengenai usia,jenis kelamin
dan jumlah saudara kandung harus ditinjau ulang .kumpulan
keluarga mempunyai dampak pada penyesuaian keluarga.riwayat
anomali kongenital,ikterik,atau mordibitas /mortalitas perinatal
lain harus dicatat karena beberapa kondisi meningkatkan resiko
bayi ini untuk juga mengalami komplikasi tersebut.
3) Riwayat gestasi bayi terkini
Golongan darah ibu ,Rh ,dan pemeriksaan antibodi harus
diidentifikasi untuk mengaji risiko penyakit hemolitik pada
bayi,riwayat ibu tentang penyakit dalam atau infeksi yang mungkin
telah mengganggu janin harus diidentifikasi.
4) Pengkajian lingkungan sosial
Lingkungan sosial dan kemampuan menjadi orangtua sangat
mempengaruhi kesehatan bayi baru lahir. Penting untuk memiliki
pemahaman tentang konteks keluarga ketika bayi bergabung pada
keluarga tersbut .usia,bahasa,dan tingkat pendidikan ibu dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk berkomunikasi secara efektif
dengan pemberi perawatannya.
13
Identifikasi tentang orang yang ia pertimbangkan sebagai
keluarga dan pendukungnya penting ketika mempertimbangkan
pengaruh budaya dan praktik melahirkan. Jumlah orang yang tinggal
dirumah,ukuran dan sifat hunian,dan hubungan orang terhadap ibu
harus ditinjau ulang,serta ketersediaan makanan,fasilitas
memasak,serta ketersediaan makanan,lemari
pendingin,pemanas,air,listrik,fasilitas kamar mandi,dan
transportasi. Pengkajian rumah dan komunitas harus juga
mengidentifikasi bahaya atau potensi bahaya seperti kekerasan
emosi,fisik,atau seksual. Adanya penyakit mental atau
penyalahgunaan zat dapat mempengaruhi adaptasi menjadi orang tua.
Idealnya, kunjungan rumah dilakukan untuk setiap keluarga selama
periode pascapartum.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan
sesuai standart yang di berikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali,selama periode 0 sampai
28 hari setelah lahir,baik di fasilitas maupun melalui kunjungan
rumah. Tujuannya, resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada
24 jam pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas
kesehatan sangat di anjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan tersebut selama 24 jam setelah kelahirannya. Adapun
beberapa pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan pada masa
neonatus yaitu pemeriksaan fisik bayi, pemeriksaan lengkap yang
dapat dilakukan beberapa jam kemudian, perawatan imediat untuk
bayi baru lahir, perawatan lanjutan untuk bayi baru lahir, dan
pengkajian neonatus awal.
3.2 Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini penulis berharap agar
pembaca dapat lebih mengetahui dan memahami tentang apa saja
pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan pada masa neonatus.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Wahidayat,iskandar .2007.Buku kuliah 1 ilmu kesehatan anak.bagian
ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran universitas
Indonesia ,Jakarta
2. Muslihatun,nur wafi.2010.asuhan neonatus bayi dan balita.
Yogyakarta
3. www.gizikia.depkes.go.id
4. Hidayat Alimul, A.Aziz.2008. Asuhan Neonatus Bayi dan Belita . Buku Praktikum Kebidanan.EGC. Jakarta