PENGOBATAN TRADISIONAL

21
PENGOBATAN TRADISIONAL “DUKUN PATAH TULANG” oleh: Rindha Mareta (101414453051)

Transcript of PENGOBATAN TRADISIONAL

PENGOBATAN TRADISIONAL “DUKUN PATAH TULANG”

oleh:Rindha Mareta (101414453051)

LATAR BELAKANG Menurut WHO (2000), pengobatan tradisional adalah jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental.

Lanjutan Pengobatan tradisional semakin menjamur di Indonesia. Salah satu pengobatan tradisonal yang menjadi trend adalah pengobatan tradisional untuk patah tulang. Banyak dukun patah tulang yang membuka praktek tanpa kita ketahui kompetensinya.

Meskipun memang ada beberapa tempat pengobatan tradisional yang dukun patah tulangnya telah mendapat pelatihan dan memang kompeten untuk menangani patah tulang ringan. Banyak sekali laporan kasus yang menyebutkan k

Lanjutan...Seorang ahli bedah orthopaedi dan staf bagian Orthopaedi dan Traumatologi FKUI-RSCM, membuat suatu penelitian yang hasilnya cukup mengejutkan, yaitu:“330 pasien yang berobat ke polikilinik Ortopedi RS pemerintah di 9 kota di Indonesia antara lain Banda Aceh, Medan, palembang, Jakarta, Karawang, Tangerang, Klaten, Malang, dan Pontianak. Dari seluruh pasien dengan kisaran usia antara 19 tahun sd 55 tahun dan kesemuanya laki-laki dan mendapatkan pelayanan oleh dukun patah dan sejenisnya sebelum datang ke poliklinik ortopedi. Dari semua pasien yang telah dinyatakan sembuh oleh dukun dan penderita ternyata semua penderita masih memiliki keluhan yang sangat bervariasi mulai dari nyeri, jalan pincang, anggota badan bengkok, gerakan sendi yang tidak optimal dan terjadi pemendekan ruas tulang yang signifikan. Dan terdapat korban yang mengalami lumpuh pada tangan kanannya setelah mendapat pelayanan ke dukun patah tulang.”

KASUS

Seorang laki-laki berumur 35 tahun mengalami patah tulang akibat kecelakaan lalu lintas, dia merasa kesakitan di paha sebelah kiri dan tidak bisa berjalan. Warga di sekitar lokasi kecelakaan menelpon RS terdekat untuk dilakukan penanganan lebih lanjut. Sesampainya di RS dikatakan bahwa pasien ini mengalami patah tulang paha kiri sehingga perlu dilakukan operasi. Keluarganya merasa keberatan biaya serta takut akan operasi, sehingga dibawa pulang dan dibawa ke sangkal putung atau dukun patah tulang untuk melakukan pengobatan tradisional.

KASUS7 bulan setelah pengobatan patah tulang, tetap tidak bisa berjalan, paha kaki kiri bengkok,  bengkak, memendek, sekaligus lututnya tidak bisa ditekuk, rasa nyeri juga tidak kunjung hilang. Dengan kondisi tersebut, Bapak ini merasa tidak nyaman sehingga keluarga memutuskan untuk memeriksakan ke RS Akademik UGM. Pada pemeriksaan didapatkan hasil ronsen tulang paha mengalami non union atau tidak menyambung sempurna dengan posisi bengkok, serta terjadi kaku sendi lutut (kontraktur genu) sehingga perlu dilakukan operasi untuk perbaikan kondisi tersebut.

Lanjutan...Dokter setempat mengatakan bahwa jika Bapak ini tidak juga memeriksakan ke RS mungkin ada dampak yang lebih besar yaitu kelumpuhan. Bapak ini tidak menuntut dukun patah tulang yang sudah mengobatinya, karena menganggap bahwa ini merupakan pilihannya. Padahal bisa saja ini kelalaian dukun patah tulang karena mungkin saja bapak ini mengalami patah tulang serius tetapi tidak segera merujuk ke RS terdekat.

Definisi patah tulang secara umum adalah terputusnya kontinutas tulang. Gejala yang umum muncul adalah rasa nyeri yang terlokalisir pada bagian yang patah dan nyeri ini akan semakin memberat apabila digerakkan, bengkak di sekitar bagian yang cedera, deformitas atau kelainan bentuk.

Patah tulang pada dewasa dan anak karena masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda yang akan berdampak pada penanganan patah tulang.

A.TINJAUAN SECARA MEDIS

PEMBAHASAN

Terdapat perbedaan penanganan kasus patah tulang antara dokter dengan dukun patah tulang terletak pada orientasi penangananan. Orientasi penanganan kasus patah tulang oleh pengobatan tradisional hanya mengusahakan bony union (penyambungan tulang) tanpa ada upaya untuk preservation and restoration of function (mengembalikan kepada fungsi seperti semula).

Lanjutan...

Ada tiga proses penyembuhan patah tulang yang tidak normal akibat tidak ditangani sama sekali atau ditangani oleh orang yang tidak kompeten:1. Malunion: patah tulang dapat sembuh sesuai waktu yang diperkirakan/normal namun posisinya tidak seperti awal/tidak sesuai posisi anatomis, sehingga menyebabkan kelainan bentuk tulang

2. Delayed union: patah tulang pada akhirnya akan sembuh namun membutuhkan waktu lebih lama daripada waktu penyembuhan normal

3. Pseudoarthrosis: patah tulang gagal sembuh/menyambung dan akan disertai pembentukan jaringan fibrosa atau false joint, artinya bagian yang patah tidak akan berfungsi dengan normal seperti sebelum sakit.

Lanjutan...

Sebagian besar pengobatan tradisional patah tulang mendasarkan cara pengobatannya pada pengalaman, trial and error, ditambah dengan sedikit pengetahuan akan proses penyembuhan tulang yang memang secara alami memiliki kemampuan untuk menyambung/sembuh. Memang ada beberapa dukun patah tulang/pengobatan tradisional yang mendapatkan pelatihan khusus untuk menangani patah tulang yang ringan, namun jumlahnya sangat sedikit.

Lanjutan...

B. TINJAUAN SECARA HUKUM KESEHATAN

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional Pasal 13, yaitu Pengobatan tradisional hanya dapat dilakukan apabila:1. tidak membahayakan jiwa atau melanggar susila

dan kaidah agama serta kepercayaan terhadap2. Tuhan Yang Maha Esa yang diakui di Indonesia;3. aman dan bermanfaat bagi kesehatan;4. tidak bertentangan dengan upaya peningkatan

derajat kesehatan masyarakat;5. tidak bertentangan dengan norma dan nilai

yang hidup dalam masyarakat.

Lanjutan... Saat ini masih sedikit dukun patah tulang yang mendaftarkan praktiknya ke dinas kesehatan setempat, padahal hal ini juga sudah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional. Setiap Warga Negara Indonesia yang bekerja sebagai pengobat tradisional harus memiliki SIPT/STPT (Surat Izin/Terdaftar Pengobat Tradisional) yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

Dinas kesehatan harus turut serta melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap dukun patah tulang sehingga mereka dapat melakukan praktik dengan baik, melalui suatu pelatihan yang memadai bukan berdasar trial and error.

Dinas Kesehatan setempat juga dapat melakukan sosialisasi kepada dukun patah tulang, jika pasien patah tulang serius dukun patah tulang tetap merujuk ke rumah sakit terdekat agar mendapatkan penanganan yang lebih baik. Sosialisasi ini sudah terdapat dalam pasal 22 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1076/Menkes/SK/VII/2003, Pengobat tradisional yang tidak mampu mengobati pasiennya atau pasien dalam keadaan gawatdarurat, harus merujuk pasiennya ke sarana pelayanan kesehatan terdekat.

Lanjutan...

Lanjutan... Kegiatan pengobatan tradisional yang memiliki potensi terjadinya tindak pidana kelalaian. Pertanggungjawaban pengobat tradisional atas tindak pidana kelalalaian yang menyebabkan luka berat atau matinya orang dapat digunakan KUHP, Undang-undang Kesehatan dan Undang-undang Perlindungan Konsumen.

C. TINJAUAN SECARA SOSIAL Faktor Ekonomi Tarif yang dikenakan kedokteran modern, khususnya buat masyarakat Indonesia, terasa sangat mencekik. Bahkan hal itu diperparah dengan ketentuan yang diterapkan sebagian rumah sakit yang belum apa-apa sudah mensyaratkan calon pasien menyerahkan sejumlah uang sebagai jaminan (inden). Sementara di sisi lain tidak dapat dipungkiri bahwa pilihan penyembuhan alternatif relatif jauh lebih murah dan terjangkau.

Faktor Keputus-asaan

Penderita berobat ke dokter tanpa perubahan berarti dan bahkan mulai merebaknya kasus-kasus ketidaksempurnan hasil pengobatan oleh dokter yang pada beberapa kasus disalahartikan sebagai tindakan malpraktek. Timbul keraguan pula akan hakikat pelayanan kedokteran yang cenderung hanya bertumpu pada regionalisasi, pemberian resep obat, instrumentasi, dan pembedahan tanpa memperhatikan faktor intrinsik. Meski sudah menghabiskan begitu banyak biaya, ternyata dalam realitasnya belum tentu kesembuhan bisa segera di dapat. Sementara kabar dari mulut ke mulut tanpa bukti statistik yang ilmiyah, didapat kabar bahwa ada jenis pengobatan alternatif yang 'konon' sangat manjur dan mujarab.

Pengobatan Tradisional Semakin Gencar Berpromosi

Melakukan promosi gencar. Kalau dulu hanya bermodalkan bisik-bisik tetangga, atau iklan liar di jalanan, sekarang mereka sudah merambah masuk ke media massa. Mereka berani bayar mahal untuk biaya iklan di koran dan majalah. Bahkan tidak sedikit yang masuk ke TV sambil mendemonstrasikan berbagai kemahirannya.

Faktor Ketersediaan Rumah Sakit

Di kota memang terdapat banyak rumah sakit, tetapi desa-desa yang jauh dari kota tentu tidak mendapatkan pelayanan dari rumah sakit. Jangankan rumah sakit, ke puskesmas terdekat pun kadang harus menempuh perjalanan yang cukup jauh. Indonesia masih termasuk negeri yang kekurangan banyak tenaga medis dan rumah sakit. Sehingga masyarakat sangat terbantu dengan adanya pengobatan tradisional yang berada disekitar lingkungan mereka walaupun tidak memiliki izin dari Dinas Kesehatan setempat.

KESIMPULAN Pengobatan tradisional terutama dukun patah tulang harus memiliki izin dan telah mengikuti pelatihan yang diakui oleh Dinas Kesehatan setempat.

Dukun patah tulang hanya dapat mengobati pasien patah tulang ringan. Jika pasien mengalami patah tulang serius, harus segera dirujuk ke pelayanan kesehatan terdekat.

Pasien dapat mempidanakan pengobatan tradisional jika dirugikan oleh seperti cacat atau kematian.

Masyarakat memilih pengobatan tradisional karena factor ekonomi, keputus-asaan, promosi yang sangat gencar dari berbagai media dan karena jauhnya pelayanan kesehatan.

 

TERIMA KASIH