Pemanfaatan Tumbuhan dalam Pengobatan Tradisional ...

11
Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 49-59 49 Pemanfaatan Tumbuhan dalam Pengobatan Tradisional Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Desa Ambawang Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya Fadilah 1 , Irwan Lovadi 1 , Riza Linda 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, email korespondensi: [email protected] Abstract The aim of this research was to find out the system of traditional medicine of the Kanayatn Dayak community in Ambawang Village, plant species and parts that were used as well as the form, method and use value of the plants. This research was carried out in May 2014 to January 2015 in Ambawang Village, Kubu Sub- District, Kubu Raya Regency The respondents were selected using the snowball method, whereas the information on the traditional medicine was obtained from interviews with the respondents. The date were analyzed using both qualitative and quantitative analysis. The qualitative analysis was conducted to find out the types of plants, parts that wre used, procedure, method and forms of use. The quantitative analysis used Frequency of Citation (FIC), Plant Part Value (PPV) and Interspecific Use Value (IUV). The research findings showed that the system of the traditional medicine of the Kanayatn Dayak community categorized ilness into two types, i.e. based on the causes, illnesses caused by non-supernatural elements and by supernatural elements. The non-supernatural illnesses were treated using medicinal herbs, massage and other physical treatments, while illnesses caused by supernatural elements were treated with a healing ritual. There were 45 types of plants used in traditional medicine namely 28 types for healing non-supernatural illnesses, and 17 species for healing supernatural illnesses. The parts of the plant used were the stem, fruit, leaf, flower, root, rhizome, tuber and sap. Both fresh and dried plants were used. The methods of use were by way of grinding, boiling, rubbing, attaching, burning and pounding and making it a component of the healing ritual. The highest FIC was 100%, the PPV of the plants used in the traditional medicine of the Kanayatn Dayak community was from 0.133 to 1, and the IUV was from 0.176 to 1. Keywords: Use, Plant, Treatment, Traditional, Kanayatn. PENDAHULUAN Hutan merupakan wilayah yang ditumbuhi oleh berbagai macam jenis tumbuhan secara alami, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia baik secara ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis, hutan berfungsi sebagai penyangga keseimbangan, perlindungan kehidupan, memelihara kesuburan tanah, proteksi daerah aliran sungai, pengendali erosi dan penyerap CO2. Hasil hutan secara ekonomis terbagi menjadi 2, yakni hasil berupa kayu dan hasil berupa non kayu. Hasil kayu dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, sedangkan hasil non kayu seperti herba dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat- obatan atau bahan pangan oleh masyarakat. Desa Ambawang adalah desa yang memiliki luas hutan mencapai 5,18 km 2 serta ekosistem lainnya seperti sawah, lahan dengan karakter tanah kering dan lahan basah (BPS Kabupaten Kuburaya, 2012). Keragaman jenis ekosistem tersebut berpotensi menyediakan beraneka ragam jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Delapan puluh persen penduduk Desa Ambawang adalah masyarakat suku Dayak Kanayatn. Sebagian besar memanfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti kebutuhan mendirikan bangunan, bahan pangan, ritual serta sebagai bahan baku ramuan obat maupun racun. Pengobatan tradisional masyarakat tidak terlepas dari kepercayaan bahwa yang memberikan kesembuhan adalah kekuatan ghaib (Gollin, 2001), seperti Masyarakat suku Dayak Kanayatn di Desa Ambawang yang meyakini hal demikian. Masyarakat setempat selain memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan obat maupun alat pengobatan, tumbuhan juga digunakan dalam ritual yang menyertai usaha pengobatan. Pengobatan tradisional dipertahankan karena dinilai lebih ekonomis dibandingkan dengan pengobatan modern.

Transcript of Pemanfaatan Tumbuhan dalam Pengobatan Tradisional ...

Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 49-59

49

Pemanfaatan Tumbuhan dalam Pengobatan Tradisional Masyarakat

Suku Dayak Kanayatn di Desa Ambawang Kecamatan Kubu

Kabupaten Kubu Raya

Fadilah1, Irwan Lovadi1, Riza Linda1 1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,

Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak,

email korespondensi: [email protected]

Abstract

The aim of this research was to find out the system of traditional medicine of the Kanayatn Dayak community

in Ambawang Village, plant species and parts that were used as well as the form, method and use value of

the plants. This research was carried out in May 2014 to January 2015 in Ambawang Village, Kubu Sub-

District, Kubu Raya Regency The respondents were selected using the snowball method, whereas the

information on the traditional medicine was obtained from interviews with the respondents. The date were

analyzed using both qualitative and quantitative analysis. The qualitative analysis was conducted to find out

the types of plants, parts that wre used, procedure, method and forms of use. The quantitative analysis used

Frequency of Citation (FIC), Plant Part Value (PPV) and Interspecific Use Value (IUV). The research

findings showed that the system of the traditional medicine of the Kanayatn Dayak community categorized

ilness into two types, i.e. based on the causes, illnesses caused by non-supernatural elements and by

supernatural elements. The non-supernatural illnesses were treated using medicinal herbs, massage and other

physical treatments, while illnesses caused by supernatural elements were treated with a healing ritual. There

were 45 types of plants used in traditional medicine namely 28 types for healing non-supernatural illnesses,

and 17 species for healing supernatural illnesses. The parts of the plant used were the stem, fruit, leaf, flower,

root, rhizome, tuber and sap. Both fresh and dried plants were used. The methods of use were by way of

grinding, boiling, rubbing, attaching, burning and pounding and making it a component of the healing ritual.

The highest FIC was 100%, the PPV of the plants used in the traditional medicine of the Kanayatn Dayak

community was from 0.133 to 1, and the IUV was from 0.176 to 1.

Keywords: Use, Plant, Treatment, Traditional, Kanayatn.

PENDAHULUAN

Hutan merupakan wilayah yang ditumbuhi oleh

berbagai macam jenis tumbuhan secara alami,

sehingga dapat memberikan manfaat bagi

kehidupan manusia baik secara ekologis maupun

ekonomis. Secara ekologis, hutan berfungsi

sebagai penyangga keseimbangan, perlindungan

kehidupan, memelihara kesuburan tanah, proteksi

daerah aliran sungai, pengendali erosi dan

penyerap CO2. Hasil hutan secara ekonomis terbagi

menjadi 2, yakni hasil berupa kayu dan hasil berupa

non kayu. Hasil kayu dapat dimanfaatkan sebagai

bahan bangunan, sedangkan hasil non kayu seperti

herba dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-

obatan atau bahan pangan oleh masyarakat.

Desa Ambawang adalah desa yang memiliki luas

hutan mencapai 5,18 km2 serta ekosistem lainnya

seperti sawah, lahan dengan karakter tanah kering

dan lahan basah (BPS Kabupaten Kuburaya, 2012).

Keragaman jenis ekosistem tersebut berpotensi

menyediakan beraneka ragam jenis tumbuhan yang

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

Delapan puluh persen penduduk Desa Ambawang

adalah masyarakat suku Dayak Kanayatn. Sebagian

besar memanfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya seperti kebutuhan

mendirikan bangunan, bahan pangan, ritual serta

sebagai bahan baku ramuan obat maupun racun.

Pengobatan tradisional masyarakat tidak terlepas

dari kepercayaan bahwa yang memberikan

kesembuhan adalah kekuatan ghaib (Gollin, 2001),

seperti Masyarakat suku Dayak Kanayatn di Desa

Ambawang yang meyakini hal demikian.

Masyarakat setempat selain memanfaatkan

tumbuhan sebagai bahan obat maupun alat

pengobatan, tumbuhan juga digunakan dalam ritual

yang menyertai usaha pengobatan. Pengobatan

tradisional dipertahankan karena dinilai lebih

ekonomis dibandingkan dengan pengobatan

modern.

Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 49-59

50

Pengobatan tradisional merupakan unsur penting

bagi masyarakat suku Dayak Kanayatn di Desa

Ambawang. Kesehatan merupakan kebutuhan

primer yang dapat dipertahankan dengan cara

menjaga kesehatan atau mengobati saat telah

terserang penyakit. Tumbuhan yang memiliki

khasiat jumlahnya berlimpah dilingkungan sekitar

masyarakat, tetapi jika tidak teridentifikasi jenis

tumbuhannya atau tidak terdokumentasinya bentuk

dan metode pemanfaatannya maka pengetahuan

mengenai pemanfaatan tumbuhan tersebut dapat

hilang.

Pemanfaatan tumbuhan dalam pengobatan

tradisional telah banyak dilakukan masyarakat di

Indonesia. Masyarakat Suku Dayak Seberuang

misalnya, telah memanfaatkan 60 jenis tumbuhan

(Takoy, dkk, 2013) dan masyarakat Sarampas yang

mendiami taman nasional Kerinci, Jambi

memanfaatkan 127 jenis tumbuhan sebagai bahan

pengobatan dan 32 jenis sebagai alat dan bahan

dalam pelaksanaan ritual (Hariyadi dan Ticktin,

2012).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sistem

pengobatan tradisional masyarakat suku Dayak

Kanayatn di Desa Ambawang Kecamatan Kubu

Kabupaten Kubu Raya, jenis tumbuhan dan bagian

apa saja yang digunakan serta bentuk, metode dan

nilai gunanya.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014

sampai dengan Januari 2015 di Desa Ambawang

Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya.

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura

Pontianak, Kalimantan Barat.

Desa Ambawang secara administrasi terletak di

Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya.

Memiliki luas wilayah 55 km2. Jarak desa

Ambawang ke ibukota kecamatan (Kubu) 22 km

melalui jalan darat dan 26 km melalui jalan air.

Desa Ambawang terbagi menjadi 4 dusun, 7 RW,

15 RT dengan jumlah penduduk 2.316 jiwa, yakni

1.198 laki-laki dan 1.118 perempuan.

Wilayah Desa Ambawang terbagi menjadi

beberapa jenis lahan yaitu 10,40 km2 dimanfaatkan

sebagai sawah, 32,53 km2 lahan dengan karakter

tanah kering, 1,98 km2 dimanfaatkan sebagai area

berdirinya bangunan-bangunan dan pekarangan,

5,18 km2 merupakan hutan hujan tropis berlereng

berstatus sebagai hutan negara, 4,91 km2 sisanya

merupakan lahan basah disekitar lereng dan lahan

basah ditepian sungai (Gambar 1)

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Data dikumpulkan dengan tiga tahapan yakni

kajian literatur/studi pustaka, survey dan

pengambilan data dilapangan serta analisis data.

Pengambilan data akan menghasilkan dua jenis

data yaitu data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh melalui metode wawancara

dengan penentuan responden menggunakan

metode snowball (Bernard, 2002). Dimulai dari

pimpinan masyarakat adat atau disebut kepala

suku, dalam hal ini kepala suku disebut sebagai

responden primer. Responden primer akan

merekomendasikan lebih dari satu orang responden

sekunder, dan yang dipilih menjadi responden

adalah yang paling disarankan. Penentuan

responden dilakukan bertahap hingga informasi

mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam ritual

pengobatan masyarakat suku Dayak Kanayatn

diperoleh.

Informasi yang dibutuhkan adalah mengenai

pemanfaatan tumbuhan sebagai alat maupun bahan

dalam pengobatan tradisional yang dilakukan oleh

masyarakat suku Dayak Kanayatn di Desa

Ambawang berikut bentuk dan metode

pemanfaatannya. Informasi lain yang dibutuhkan

adalah sistem kemasyarakatan dan kepercayaan

masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Desa

Ambawang. Data primer lainnya adalah spesimen

tumbuhan yang dimanfaatkan dalam pengobatan

tradisional masyarakat Suku Dayak Kanayatn

untuk diidentifikasi. Data sekunder diperoleh dari

literatur yang berkaitan dengan pemanfaatan

tumbuhan dalam pengobatan tradisional serta

sosial-budaya masyarakat suku Dayak Kanayatn.

Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 49-59

51

Analisis data meliputi pembuatan herbarium untk

identifikasi tumbuhan dan analisis kuantitatif untuk

mengetahui frekuensi pemanfaatan suatu jenis

tumbuhan (Andrade-Cetto, 2009), nilai guna

bagian tumbuhan yang digunakan serta nilai guna

spesifik dari bagian suatu tumbuhan (Gomez-

Beloz, 2002).

Frequency of citation (%) = (N/T) x 100% Keterangan. N= jumlah responden yang menyebutkan

suatu jenis tumbuhan. T= jumlah keseluruhan responden.

Nilai guna bagian suatu tumbuhan (PPV =

∑𝑹𝑼(Part plant) /RU) Keterangan. PPV= Plant part value (nilai guna bagian

suatu tumbuhan). RU = Reported use (laporan kegunaan

suatu jenis tumbuhan. ∑𝑅𝑈(Part plant) = Laporan kegunaan

bagian suatu tumbuhan.

Nilai guna spesifik bagian suatu tumbuhan (IUV

= SU(Plant part)/ RU(Plant part)) Keterangan. IUV= Interspecific use value (nilai guna

spesifik bagian suatu tumbuhan). SU = Specific reported

use (laporan kegunaan spesifik bagian suatu tumbuhan).

RU= Reported use (laporan kegunaan suatu jenis

tumbuhan)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengobatan tradisional masyarakat suku Dayak

Kanayatn di desa Ambawang terdiri dari

pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan serta

ritual. Sistem Pengobatan tradisional tersebut tidak

diatur khusus dalam sistem adat masyarakat

setempat (tidak diatur dalam hukum adat), karena

keahlian pengobatan tidak berdasarkan

kewenangan pemangku adat melainkan

berdasarkan usaha mempelajari dari generasi

sebelumnya dan penunjukan langsung secara

ghaib. Hal tersebut berbeda dengan sistem

pengobatan masyarakat Serampas di Jambi,

pengobatannya diatur oleh hukum adat karena para

pelaku pengobatan juga berperan dalam

pelaksanaan ritual masyarakat tersebut (Haryadi

dan Ticktin, 2012).

Masyarakat suku Dayak Kanayatn membagi sakit

menjadi dua kategori berdasarkan penyebabnya

yaitu sakit yang disebabkan oleh unsur non-ghaib

(manusia dan lingkungan/alam) dan sakit yang

disebabkan oleh unsur ghaib. Oleh karena itu, jenis

pengobatan disesuaikan dengan penyebab

penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh unsur

non-ghaib diobati dengan memanfaatkan tumbuhan

yang diyakini berkhasiat obat sebagai ramuan

maupun sebagai alat pengobatan sedangkan sakit

yang disebabkan oleh unsur ghaib diobati dengan

melakukan ritual khusus. Menurut Suryadarma

(2005) masyarakat tradisional menyembuhkan

penyakit secara totalitas antara tubuh dan jiwanya,

memanfaatkan beberapa jenis tumbuhan untuk

menghilangkan penyebab metafisik.

Metode pengobatan antara penyakit yang

disebabkan oleh unsur non-ghaib dengan penyakit

yang disebabkan oleh unsur ghaib berbeda. Jika

pada jenis penyakit yang disebabkan oleh unsur

non-ghaib bisa dilakukan sendiri atau dengan

bantuan dukun, maka untuk mengobati sakit yang

disebabkan oleh unsur ghaib harus dilakukan oleh

dukun karena yang dapat berkomunikasi dengan

unsur ghaib tersebut hanya para dukun, seperti

halnya masyarakat Dayak Benuaq di Kutai Barat

yang melakukan pengobatan dengan metode

rasional, irasional dan campuran antara rasional

dan irasional (Susiarti, 2005).

Keahlian pengobatan diperoleh dengan cara yang

berbeda-beda sesuai dengan jenis penyakitnya.

Keahlian mengobati penyakit yang disebabkan

oleh unsur non-ghaib dipelajari dari generasi

sebelumnya atau dalam bahasa masyarakat suku

Dayak Kanayatn di desa Ambawang disebut

nuntut, sedangkan keahlian mengobati penyakit

yang disebabkan unsur ghaib diperoleh

berdasarkan penunjukan secara ghaib pula

diantaranya melalui media mimpi (Tabel 1). Hal

serupa juga dijumpai pada pengobatan tradisional

masyarakat Serampas di Jambi yang

mengkategorikan obat menjadi obat rajo dan obat

ditawar dan dukun sesuai kategori jenis obat

tersebut (Haryadi dan Ticktin, 2012).

Table 1.Sistem pengobatan tradisional masyarakat

Suku Dayak Kanayatn di Desa Ambawang Penyebab Metode

pengobatan

Cara

memperoleh

keahlian

pengobatan

Unsur non-ghaib,

contohnya : - kondisi lingkungan

yang tidak

mendukung - penularan penyakit

dari manusia maupun

hewa - makanan/ minuman

yang tidak sehat

- kecelakaan

- Pengobatan

jasmani (contoh :

ramuan &

pijatan - Pengobatan

jasmani +

ritual

- Mempelajari

(nuntut) - Diwariskan

dari generasi

sebelumnya

Unsur ghaib, contohnya

:

- Gangguan makhluk

halus

- Perjanjian dengan

makhluk halus namun tidak memenuhinya.

Ritual

pengobatan

Penunjukan

secara ghaib.

Contoh : mimpi

Pemanfaatan tumbuhan meliputi pengetahuan

bagian tumbuhan yang digunakan, cara

memanfaatkan/pengolahan serta tata cara khusus.

Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 49-59

52

Bagian tumbuhan yang digunakan diantaranya

daun, batang, akar, bunga, buah/ biji dan getah.

Pemanfaatan bagian tumbuhan yang berbeda-beda membutuhkan cara pemanfaatan yang berbeda-beda

pula seperti direbus, ditumbuk maupun dibakar. Selain

cara pemanfaatan tersebut, diperlukan tatacara khusus

untuk beberapa jenis tumbuhan agar dapat berkhasiat

maupun meningkatkan khasiat. Tata cara khusus

tersebut meliputi proses pengambilan, cara pengolahan

dan dosis penggunaan (Tabel 2).

Tumbuhan yang dimanfaatkan dalam pengobatan

penyakit yang disebabkan oleh unsur non-ghaib

berjumlah 29 jenis yang termasuk dalam 20 famili.

Beberapa jenis tumbuhan yang dimanfaatkan

memiliki lebih dari satu khasiat pengobatan seperti

Ombo’ Dae (Struchium sparganophorum) yang

berkhasiat sebagai obat sakit gana, demam dan

nyeri haid; Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)

berkhasiat menjaga stamina dan obat demam; serta

Unang-unang (Goniothalamus tapis miq.) yang

berkhasiat sebagai obat sakit gigi dan sebagai anti

serangga. Hal serupa juga dilakukan oleh suku

Dayak Desah di kabupaten Sintang yang

memanfaatkan satu jenis tumbuhan untuk satu

penyakit atau satu tumbuhan untuk beberapa

penyakit (Eka, 2007).

Tabel 2. Tumbuhan yang dimanfaatkan dalam pengobatan penyakit yang disebabkan oleh unsur non-ghaib

oleh masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Desa Ambawang. Nama ilmiah Nama

lokal

Jenis penyakit /

manfaat

Bagian yang

dimanfaatkan

Cara pemanfaatan Tata cara

khusus

Achariaceae

Hydnocarpus sp. Gambir daun

- Perawatan pada masa nifas

- Mengobati luka

Daun - direbus, diminum airnya - daun dihaluskan, ditempel

kebagian yang luka

-

Alliaceae

Allium sativum L. Bawang

putih

Mengobati patah

tulang

Umbi lapis ditumbuk -

Annonaceae Annona muricata L. Nangka

belande

Mengobati luka

sunat

Duan Dihaluskan, diminum airnya -

Goniothalamus tapis miq. Unang-

unang

- meredakan sakit

gigi

- insectisida

- Kulit akar

- Batang

- Diserut, ditempelkan pada

gigi yang sakit

- Dikeringkan, dibakar

-

Apocynaceae

Alstonia sp. Pelaik - Mengobati

Jajak/mag - Meredakan sakit

gigi

- Mengobati bengkak akibat

gigitan serangga

- Kulit kayu

- Getah

- Getah

- Direbus

- Dioleskan

- Dioleskan

Araceae

Colocasia esculenta (L.) Schott Keladi Pelancar kelahiran Daun alat untuk minum -

Arcaceae

Cocos nucifera L. Kelapa Mengobati cacar Air buah Untuk mandi -

Areca catechu L. Pinang Mengobati jajak/

mag

Akar Direbus, diminum airnya Tidak

sampai mendidih

Asteraceae

Struchium sparganophorum (L.) Kuntze

Ombo’ dae/paya’

babi

- Mengobati gana/kanker

- Meredakan panas demam dan

Meredakan nyeri

haid

Daun dan

Batang

- Dihaluskan, ditempelkan kebagian yang sakit

- Direbus, diminum airnya

Dosis sesuai

gengga-

man pasien

Euphorbiaceae

Excoecaria

cochinchinensis Lour.

Balek adab Mengobati muntah

darah

Daun Direbus -

Euphorbia thymifolia L. Kara’-

kara’

Kontrasepsi Daun Direbus, airnya diminum -

Macaranga hypoleuca (Rchb.f. & Zoll.) Müll.Arg.

Mahang payak

Meredakan panas demam

Daun Direbus, diminum airnya -

Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 49-59

53

Tabel 2. Lanjutan

Nama ilmiah Nama

lokal

Jenis penyakit /

manfaat

Bagian yang

dimanfaatkan

Cara pemanfaatan Tata cara

khusus

Fabaceae

Archidendron pauciflorum (Benth.)I.C.Nielsen

Jengkol Mengobati jajak/ mag

Kulit batang Direbus, diminum airnya diambil hanya yang

mengha-

dap timur. Vigna sinensis (L.)Walp. Kacang

panjang

Melancarkan ASI Daun Dilembutkan (tidak hancur)

ditempelkan pada payudara

-

Bauhinia semibifida Roxb. Kambang belak

Mengobati pegal-pegal

Akar Direbus, airnya diminum -

Poaceae

Bambusa sp. Bambu Mengobati patah tulang

Tunas Dilumatkan, ditempel pada bagian yang cidera

Hanya lapisan

tunas

terdalam

Lamiaceae

Plectranthus scutellarioides (L.)

R.Br.

Ati-ati Kontrasepsi Daun Direbus

-

Callicarpa longifolia Lam. Tungkus

jubata

Kontrasepsi Daun Direbus, diminum airnya -

Lauraceae

Litsea garciae Vidal Engkala’/

male’

Meredakan panas

demam

Biji Dihaluskan, diseduh -

Malvaceae

Sida rhombifolia Penyapu

cina

- Mengobati

gana/kanker

Daun Dihaluskan, ditempelkan

kebagian yang sakit

-

Menispermacceae

Arcangelisia flava (L.) Merr.

Akar

kuning/

Marang kunyit

Demam Batang Irisan batang-dikeringkan-

diseduh

-

Fibraurea tinctoria Lour. Kabal siap Luka daun Diremas, ditempelkan ke bagian luka

-

Tinospora crispa (L.) Miers ex Hook. f. & Thoms.

Tengkuk biawak

Perawatan pasca melahirkan

Batang Irisan batang dikeringkan-direbus-diminum airnya

-

Myrtaceae

Psidium guajava Jambu tukal

Mengobati diare Buah muda Dimakan -

Musaceae

Musa paradisiaca L. Pisang Patanh tulang Tangkai daun Alat untuk pemapah bagian tulang yang patah

-

Onagraceae

Ludwigia hyssopifolia (G. Don) Exell

Bujang semalam

Sakit perut Akar Direbus -

Phyllanthaceae

Sauropus androgynus (L.) Merr.

Cangkok manis

Gusi bengkak Daun Dipanaskan, ditempelkan pada bagian yang bengkak

-

Piperaceae

Piper betle L. Sirih - Sakit mata/rabun

- Luka

daun - diseduh, air digunakan untuk mencuci mata

- dihaluskan, ditempelkan

bagian yang luka

-

Simaroubaceae

Eurycoma longifolia Pasak

bumi

- Menjaga stamina

- Demam

Akar Dikeringkan-direbus-

diminum airnya

-

Pemanfaatan tumbuhan dengan jenis sama namun

fungsinya berbeda, pada masyarakat Suku Dayak

Kanayatn di Desa Ambawang Goniothalamus sp.

Digunakan untuk mengobati sakit gigi dan

mencegah gigitan serangga sedangkan oleh

masyarakat Serampas di Jambi tumbuhan tersebut

dimanfaatkan untuk mengobati gigitan ular

(Haryadi & Ticktin, 2012). Hal tersebut

menunjukkan bahwa pengetahan pemanfaatan

tumbuhan untuk pengobatan berbeda-beda

berdasarkan pengalaman yang mereka miliki.

Pengetahuan masyarakat suku Dayak Kanayatn

mengenai tumbuhan berkhasiat obat diperoleh

secara turun temurun berdasarkan pengalaman.

Famili tumbuhan yang banyak digunakan adalah

Euphorbiaceae (3 jenis), Fabaceae (3 jenis) dan

Menispermaceae (3 jenis). Masyarakat suku Dayak

Kanayatn banyak menggunakan jenis-jenis

tumbuhan tersebut karena sebagian besar sudah

dibudidayakan, beberapa belum dibudidayakan

namun jumlahnya banyak di alam.

Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 49-59

54

Famili yang sedikit digunakan contohnya

Alliaceae, Araceae, dan Asteraceae masing-masing

1 jenis. Famili tersebut jenisnya tidak banyak

digunakan karena digunakan secara spesifik atau

pemanfaatannya hanya dilakukan oleh spesialis.

Contohnya tumbuhan dari famili Alliaceae yaitu

Allium sativum secara khusus dimanfaatkan dalam

pengobatan patah tulang; begitu juga dengan

tumbuhan dari famili Araceae yaitu Colocasia

esculenta yang secara khusus dimanfaatkan

sebagai pelancar kelahiran, sehingga jenis lain dari

famili yang sama tidak dimanfaatkan.

Masyarakat suku Dayak Kanayatn memanfaatkan

berbagai bagian tumbuhan seperti daun, batang,

akar/ rimpang/ umbi, buah, biji dan bunga. Bagian

tumbuhan yang lebih banyak dimanfaatkan oleh

masyarakat suku Dayak Kanayatn adalah bagian

daun. Daun lebih banyak dimanfaatkan, karena

dianggap cara pengolahannya lebih mudah dan

khasiatnya lebih besar dibandingkan bagian yang

lain serta cara tersebut bersifat lestari. Menurut

Abebe dan Ayehu (1993). Penggunaan bagian daun

tidak memerlukan pengambilan secara utuh

(pencabutan/ penebangan), sehingga tumbuhan

yang dimanfaatkan tetap bisa dilestarikan.

Penggunaan bagian tumbuhan lainnya seperti

bagian akar/ rhizome/ umbi dan batang akan

mempengaruhi secara ekologi, hal tersebut terjadi

karena memanfaatkan bagian tersebut

menggunakan cara pencabutan maupun

penebangan sehingga berpengaruh langsung

terhadap jumlah di alam.

Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat berbeda-

beda. Perbedaan pemanfaatan tersebut terjadi

karena bagian yang dimanfaatkan dianggap

memiliki timbunan metabolit yang berkhasiat

pengobatan. Masyarakat suku Dayak Kanayatn di

desa Ambawang mengetahui bahwa bagian tertentu

memiliki khasiat pengobatan berdasarkan

pengetahuan dan pengalaman yang diwariskan

secara turun temurun.

Tumbuhan yang dimanfaatkan untuk mengobati

penyakit (penyebab unsur non-ghaib) adalah Famili

Fabaceae (3 jenis), Menispermaceae (3 jenis),

Euphorbiaceae (3 jenis), Araceae, Malvaceae dan

Lauraceae (2 jenis) serta famili lainnya digunakan (1

jenis) (Gambar 2).

Pengobatan untuk jenis penyakit yang disebabkan

oleh unsur ghaib adalah dengan melakukan ritual

pengobatan. Ritual pengobatan dilakukan

berdasarkan hasil diagnosis dukun/pengobat

melihat adanya penyebab dari unsur ghaib seperti

energi-energi negatif diluar manusia maupun

lingkungan. Terdapat lima tingkatan ritual

pengobatan dari teringan ke yang terberat yaitu

nyamanta’, taman gantonk, belambaonk, babunsu

dan melenggank. Perbedaan tingkatan ritual

pengobatan ditandai dengan perbedaan tahapan

ritual, perangkat (alat) ritual, pelaksana ritual

(dukun) dan jenis tumbuhan yang digunakan.

Gambar 2. Famili Tumbuhan dan Jumlah Jenis

yang dimanfaatkan dalam Pengobatan

Penyakit (Penyebab Non-Ghaib) oleh

masyarakat Suku Dayak Kanayatn di

Desa Ambawang

Tingkatan ritual pengobatan ditentukan

berdasarkan besar-kecilnya pengaruh ghaib dan

melalui sebuah prosesi yang disebut beburas.

Dalam pelaksanaan ritual pengobatan jika pada

awal ritual ditentukan adalah tingkatan teringan

namun tidak dapat mengatasi pengaruh ghaibnya

maka akan meningkat ketingkat yang lebih berat,

contoh ritual yang dilaksanakan tingkat nyamanta’

tetapi tidak dapat mengatasi masalah pada pasien

maka ditingkatkan ritualnya ketingkat taman

gantonk dan ketingkat seterusnya. Hal tesebut tidak

berlaku kebalikan jika ritual yang dilakukan adalah

tingkat terberat, maka tidak dapat turun ke tingkat

yang lebih ringan.

Ritual pengobatan dilaksanakan dalam beberapa

tahapan, berbeda-beda sesuai dengan tingkatan

yang dilaksanakan. Secara umum tahapan ritual

adalah beburas, ngao, beunsai, beduduk, keledang,

bejampi, begesah, ngunjuk, kenange dan ngkore’

dukun.Tahapan-tahapan tersebut dilakukan secara

berurutan.

Pembeda tingkatan ritual dapat dilihat dari

tumbuhan yang menyusun perangkat ritual,

terutama pusat ritual yaitu Taman Gantonk,

Belambaonk, Babunsu, dan Pokok Taman. Semua

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Ach

aria

ceae

All

iace

aeA

po

cynac

eae

Ann

onac

eae

Ara

ceae

Are

cace

aeA

ster

acea

eE

uph

orb

iace

aeF

abac

eae

Poac

eae

Lam

iace

ae

Lau

race

aeM

alv

acea

eM

enis

per

mac

eae

Mu

sace

aeM

yrt

acea

eO

nag

race

aeP

hy

llan

thac

eae

Pip

erac

eae

Sim

aro

ubac

eae

Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 49-59

55

pusat ritual menggunakan kelapa (Cocos nucifera)

dan pinang (Areca catechu) pembedanya adalah

pada Taman Gantonk tidak menggunakan

tumbuhan inti, sedangkan Belambaonk

menggunakan Oe (Calamus pogonachantus),

Babunsu menggunakan Tarenk (Bambusa bambos,

dan Pokok Taman menggunakan Aur

(Dendrocalamus asper) sebagai tumbuhan inti

dalam pusat ritual (Tabel 3).

Tabel 3 Tumbuhan yang dimaanfaatkan sebagai Komponen Perangkat Ritual Pengobatan Masyarakat Suku

Dayak Kanayatn di Desa Ambawang No Perangkat

Ritual

Nama Lokal Nama Ilmiah Bagian yang dimanfaatkan

1. Pemabas - Pinang

- Renyuank

- Rambank

- Areca cathecu

- Cordyline fruticosa

- Scleria ciliaris

- Bunga muda (mayang) - Daun

- Batang dan daun

- Batang dan daun

2. Dupa - Kemenyan

- Kelapa

- Styrax benzoin Dryand.

- Cocos nucifera

- Getah

- Buah muda

3. Sesaji - Padi

- Padi pulut/Oe

- Kelapa

- Bemban

- Pisang lamponk - Nipah

- Bambu (tarenk)

- Kunyit

- Oryza sativa L.

- Oryza glutinosa Lour.

- Cocos nucifera

- Donax canniformis (G.Forst.)

K.Schum. - Musa Paradisiaca

- Nypa fruticans Wurmb

- Bambusa bambos (L.) Voss - Curcuma longa L.

- Gabah dan beras

- Gabah dan beras

- Buah muda, nektar bunga dan santan/sari

- Daun

- Buah - Daun

- Batang

- Rimpang

4. Pinang masak - sirih

- gambir daun - pinang

- tembakau

- Piper betle

- Hydnocarpus sp. - Areca cathecu

- Nicotiana tabacum L.

- daun

- daun - biji

- daun

5. Kutamara - kelapa - pinang

- kayu ara tali

- kayu ara simbaragong

- Cocos nucifera - Areca cathecu

- Ficus benjamina L.

- Platycerium bifurcatum

- daun muda - bunga muda (mayang)

- daun dan batang

- daun

6. Kolam

jambangan

- selasih - Ocimum tenuiflorum L. - Daun

7. Penyuci - langir

- kelapa

- Albizia saponaria

- Cocos nucifera

- Kulit

- Minyak

8. Taman

gantonk

- pinang - kelapa

- Areca cathecu - Cocos nucifera

- bunga muda (mayang) - daun muda

9. Belambaonk - rotan/ oe

- pinang - kelapa

- Calamus pogonacanthus Becc

- Areca cathecu - Cocos nucifera

- Batang

- bunga muda (mayang) - daun muda

10. Babunsu - tarenk

- pinang

- kelapa

- Bambusa bambos

- Arenga cathecu

- Cocos nucifera

- batang

- bunga muda (mayang)

- daun muda

11. Pokok taman - aur

- pinang - kelapa

- Dendrocalamus asper

- Arenga cathecu - Cocos nucifera

- batang

- bunga muda (mayang) - daun muda

Nilai guna tumbuhan dimanfaatkan dalam

pengobatan tradisional masyarakat suku Dayak

Kanayatn dilihat dari frekuensi penggunaan

(frequency of citation (FIC) (Andrade dan Cetto,

2009), nilai pemanfaatan bagian tumbuhan (plant

part value (PPV) dan nilai spesifik bagaian

tumbuhan yang dimanfaatkan (Interspesifik use

value (IUV) (Gomez dan Beloz, 2002). FIC

tertinggi untuk tumbuhan yang dimanfaatkan

dalam pengobatan tradisional masyarakat suku

Dayak Kanayatn adalah 100 %, yaitu pinang

(A.cathecu), Akar Kuning (Arcangelisia flava),

Kelapa (C.nucifera), Gambir Daun (Hydnocarps

sp.), Selasih (Ocimum tenuiflorum), Padi (Oryza

sativa), Pulut (Oryza glutinosa), Jambu Biji

(Psidium guajava), Rambank (Scleria cilliaris) dan

Kemenyan (Styrax benzoin), sedangkan nilai FIC

terendah adalah 23,5 % yaitu tumbuhan Musa

paradisiaca. dan Tinospora crispa (Tabel 4).

Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 49-59

56

Tabel 4. Nilai guna tumbuhan yang dimanfaatkan pada pengobatan tradisional masyarakat suku Dayak

Kanayatn.

No

Nama tumbuhan

FIC

(%)

RU

Bagian

Tumbuhan

∑𝑹𝑼

(Part

plant)

PPV

Pemanfaatan

SU

IUV

1. Albizia saponaria 76,4 13 Kulit buah 13 1 Perangkat ritual pengobatan 13 1

2. Alstonia sp. 88,2 15 Kulit kayu 10 0,666 Mengobati jajak/ maag 10 1

Getah 5 0,333 Meredakan sakit gigi 3 0,6 Mengobati bengkak akibat sengatan

serangga

2 0,4

3. Allium sativum L. 58,8 10 umbi 10 1 Mengobati patah tulang 10 1 4. Annona muricata L. 58,8 10 Daun 10 1 Mengobati luka sunat 10 1

5. Arcangelisia flava L. 100 17 Batang 17 1 Dmeredakan panas demam 17 1

6. Archidendron pauciflorum (Benth)

94,1 16 Kulit batang

16 1 Mengobati jajak/ maag 16 1

7. Areca cathecu 100 17 Bunga 10 0,588 Perangkat ritual pengobatan 10 1

Biji 6 0,352 Perangkat ritual pengobatan 6 1 Akar 1 0,058 Mengobati Jajak/maag 1 1

8. Bambusa bambos 76,4 13 Batang 13 1 Perangkat ritual pengobatan 13 1

9. Bambusa sp. 58,8 10 Tunas 10 1 Mengobati patah tulang 10 1 10. Bauhinia sembidifida

Roxb.

88,2 15 Daun 2 0,133 Meredakan panas demam 1 0,5

Mengobati pegal-pegal 1 0,5

Akar 13 0,866 Meredakan panas demam 7 0,538 Mengobati pegal-pegal 6 0,461

11. Calamus sp. 76,4 13 Batang 13 1 Perangkat ritual pengobatan 13 1

12. Callicarpa longifolia Lam.

58,8 10 Daun 10 1 kontrasepsi 10 1

13. Euphrbia thymifolia L. 52,9 9 Daun 9 1 Kontrasepsi 9 1

14. Cocos nucifera L. 100 17 Daun muda 7 0,411 Perangkat ritual pengobatan 7 1 Minyak 5 0,294 Perangkat ritual pengobatan 5 1

Air buah 5 0,294 Mengobati cacar 5 1

15. Colocasia esculenta (L).

Schott 17,6 3 Daun 3 1 Melancarkan ASI 3 1

16. Cordyline fruticosa

(L)A.Chev

88,2 15 Daun 15 1 Pemabas 15 1

17. Curcuma longa L. 58,8 10 Rimpang 10 1 Perangkat ritual pengobatan 10 1

18. Dendrocalamus asper 76,4 13 Batang 13 1 Perangkat ritual pengobatan 13 1

19. Donax canniformis (G.Forst)K.Schum

58,8 10 Daun 10 1 Perangkat ritual pengobatan 10 1

20. Eurycoma longifolia 58,8 10 Akar 10 1 Menjaga stamina 6 0,600

Meredakan panas demam 4 0,400 21. Excoecaria

chochinchinensis Lour.

41,1 7 Daun 7 1 Mengobati muntah darah 7 1

22. Fibraurea tinctoria Lour.

76,4 13 Daun 13 1 Mengobati luka 13 1

23. Ficus benjamina L. 88,2 15 Daun dan

batang

15 1 Perangkat ritual pengobatan 15 1

24. Goniothalamus tapis

Miq.

58,8 10 Kulit akar 3 0,300 Meredakan sakit gigi 3 1

Batang 7 0,700 insectisida 7 1

25. Hydnocarpus sp. 100 17 Daun 17 1 Perawatan masa nifas 3 0,176 Mengobati luka 8 0,470

Perangkat ritual pengobatan 6 0,352

26. Litsea garciae Vidal. 47,05

8 Biji 8 1 Meredakan panas demam 8 1

27. Ludwigia hyssopifolia

(G.Don) Exell

76,4 13 Akar 13 1 Mengobati sakit perut 13 1

28. Macaranga hypoleuca

(Rchb.f. & Zoll)

41,1 7 Daun 7 1 Meredakan panas demam 7 1

29. Musa Paradisiaca L. 23,5 4 Tangkai daun

4 1 Mengobati patah tulang 4 1

30. Nicotiana tabacum L. 76,4 13 Daun 13 1 Perangkat ritual pengobatan 13 1

31. Nypa fruticans Wurmb 76,4 13 Daun 13 1 Perangkat ritual pengobatan 13 1 32. Ocimum tenuiflorum L. 100 17 Daun 17 1 Perangkat ritual pengobatan 17 1

33. Oryza sativa L. 100 17 Gabah/biji 17 1 Perangkat ritual pengobatan 17 1

34. Oryza Glutinosa Lour. 100 17 Gabah/biji 17 1 Perangkat ritual pengobatan 17 1

35. Piper betle L. 94,1 16 Daun 16 1 Mengobati sakit mata/ rabun 9 0,562

Mengobati luka 7 0,411

36. Platycerium bifurcatum 58,8 10 Daun 10 1 Perangkat ritual pengobatan 10 1 37. Plectranthus

scutellarioides L.

41,1 7 Daun 7 1 Kontrasepsi 7 1

38. Psidium guajava 100 17 Buah muda 17 1 Mengobati diare 17 1 39. Sauropus androgynus

(L)Merr

76,4 13 Daun 13 1 Meredakan gusi bengkak 13 1

40. Scleria ciliaris Nees. 100 17 Daun 17 1 Perangkat ritual pengobatan 17 1

Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 49-59

57

Tabel 4. Lanjutan

No

Nama tumbuhan

FIC

(%)

RU

Bagian

Tumbuhan

∑𝑹𝑼

(Part

plant)

PPV

Pemanfaatan

SU

IUV

41. Sida rhombifolia 29,4 5 Daun 5 1 Mengobati gana/ kanker 5 1

42. Struchium

sparganophorum (L) Kuntze

76,4 13 Daun 13 1 Mengobati gana/ kanker 3 0,384

meredakan panas demam 7 0,769 Meredakan nyeri haid 3 0,384

43. Styrax benzoin Dryand 100 17 Resin 17 1 Perangkat ritual pengobatan 17 1 44. Tinospora crispa

(L)Miers ex Hook.f. &

Thoms

23,5 4 Batang 4 1 Perawatan pasca melahirkan 4 1

45. Vigna sinensis L. 29,4 5 Daun 5 1 Melancarkan ASI 5 1

Perbedaan frekuensi penyebutan ini dipengaruhi

oleh pengetahuan mengetahui tumbuhan yang

digunakan. Tumbuhan yang FIC nya mencapai

100% adalah jenis tumbuhan yang fungsinya

diketahui secara umum oleh masyarakat suku

Dayak Kanayatn di desa Ambawang, sedangkan

tumbuhan yang FIC nya rendah adalah jenis

tumbuhan yang pemanfaatannya bersifat khusus

atau hanya orang tertentu yang mengetahui

fungsinya seperti pengobatan patah tulang dan

dukun beranak.

Plant Part Value (PPV) bervariasi setiap

tumbuhan, karena bagian yang dianggap

bermanfaat berbeda-beda berdasarkan pengalaman

pemanfaatan masyarakat suku Dayak Kanayatn.

Tumbuhan yang dimanfaatkan dalam pengobatan

tradisional 76 % memiliki PPV 1. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar tumbuhan

hanya dimanfaatkan 1 bagian saja. Sebagian kecil

yakni 24 % sisanya dimanfaatkan lebih dari satu

bagian tumbuhan. Tumbuhan yang dimanfaatkan

lebih dari satu bagian contohnya Alstonia sp.

memiliki PPV 0,666 untuk bagian kulit batang dan

0,333 untuk bagian getah. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa bagian dari Alstonia sp. yang

digunakan adalah kulit batang dan getah. Dari dua

bagian yang digunakan tersebut yang lebih banyak

digunakan adalah bagian kulit batang karena

nilainya lebih besar dibandingkan nilai untuk

bagian getah.

Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan memiliki

kegunaan spesifik. Satu bagian bisa memiliki satu

fungsi dan bisa pula memiliki leih dari satu fungsi.

Contoh bagian tumbuhan yang memiliki satu

fungsi adalah bagian kulit batang Alstonia sp.

ditunjukkan dengan IUV 1, sedangkan bagian

tumbuhan yang memiliki lebih dari satu fungsi

adalah getah Alstonia sp. yakni dimanfaatkan untuk

mengobati sakit gigi dengan IUV 0,6 dan untuk

mengobati bengkak akibat gigitan serangga dengan

IUV 0,4. Berdasarkan IUV tersebut menunjukkan

bahwa bagian getah Alstonia sp. lebih sering

dimanfaatkan untuk mengobati sakit gigi

dibandingkan untuk mengobati bengkak akibat

gigitan serangga.

Masyarakat suku Dayak Kanyatn di desa

Ambawang memanfaatkan tumbuhan obat yang

tumbuh diberbagai macam tempat yaitu hutan,

sawah, ladang, tepi sungai, tepi jalan dan

pekarangan. Tempat-tempat tersebut merupakan

wilayah disekitar tempat tinggal masyarakat.

sebagian besar tumbuhan yang dimanfaatkan

berasal dari hutan yakni 44 % dari keseluruhan

tumbuhan yang dimanfaatkan. Terdapat tumbuhan

yang hanya ditemukan satu tempat seperti tepi

sungai atau ladang saja dan lainnya ada yang dapat

ditemukan di lebih dari satu tempat (Gambar 3).

Gambar 3. Habitat Tumbuhan yang dimanfaatkan

dalam Pengobatan Tradisional

Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di

Desa Ambawang

Masyarakat suku Dayak Kanayatn telah

membudidayakan beberapa jenis tumbuhan yang

dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional.

Tumbuhan yang telah dibudidayakan adalah jenis

tumbuhan yang mudah tumbuh diberbagai tempat

dan perawatannya juga mudah. Namun sebagian

besar tumbuhan yang dimanfaatkan masih liar

0246810121416

Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 49-59

58

(tidak dibudidayakan) yakni 56 % dari

keseluruhan tumbuhan yang dimanfaatkan

Tumbuhan yang tidak dibudidayakan adalah

tumbuhan yang tumbuh di hutan, tepi sungai dan

tepi jalan, sedangkan usaha pembudidayaan

dilakukan di ladang, pekarangan dan sawah

(Gambar 4).

Gambar 4. Proporsi Tumbuhan Budidaya/Non-

budidaya yang dimanfaatkan dalam

Pengobatan Tradisional Suku Dayak

Kanayatn di Desa Ambawang.

Tumbuhan yang dimanfaatkan dalam pengobatan

tradisional masyarakat suku Dayak Kanayatn di

desa Ambawang 44 % telah dibudidayakan dan 56

% belum dibudidayakan. Usaha budidaya

tumbuhan yang digunakan dalam pegobatan

tradisional dilakukan di pekarangan dan ladang.

Usaha budidaya umumnya dilakukan untuk jenis

tumbuhan yang memiliki fungsi lain (selain

pengobatan), contohnya Annona muricata,

O.sativa dan O.glutinosa yang dimanfaatkan

sebagai tanaman pangan; Bambusa sp. yang

dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan bahan

anyaman serta Curcuma longa yang dimanfaatkan

sebagai bahan pewarna. Beberapa tumbuhan tidak

dibudidayakan oleh masyarakat Suku Dayak

Kanayatn di Desa Ambawang sendiri, seperti

Allium sativum dan Nicotiana tabacum. Tumbuhan

tersebut merupakan tumbuhan budidaya yang telah

dibudidayakan secara masal sehingga dapar

diperoleh tempat-tempat penjualan.

Tumbuhan yang tidak dibudidayakan umumnya

adalah jenis tumbuhan yang sulit dibudidayakan,

mudah dijumpai di alam dan beberapa dianggap

sebagai gulma. Contohnya Donax canniformis

adalah tumbuhan yang mudah dijumpai di alam

sekaligus sulit dibudidayakan. Jenis tumbuhan

yang dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional

namun dianggap sebagai gulma contuhnya Sida

rhombifolia yang dapat dijumpai disawah/ladang

sebagai gulma. Sehingga masyarakat setempat

tidak merasa perlu membudidayakannya.

Penggunaan tumbuhan berkhasiat obat oleh suku

Dayak Kanayatn di desa Ambawang lebih sedikit

dibandingkan beberapa suku lain di Indonesia.

Suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur

misalnya memanfaatkan 60 jenis tumbuhan obat

(Susiarti, 2005) dan masyarakat Serampas

menggunakan 127 jenis tumbuhan obat (Haryadi

dan Ticktin, 2012).

Perbedaan pengetahuan mengenai pemanfaatan

tumbuhan dipengaruhi oleh persepsi masyarakat

suku Dayak Kanayatn mengenai pengobatan telah

mengalami pergeseran dari pengobatan tradisional

menjadi pengobatan modern. Pergeseran persepsi

tersebut menyebabkan tidak adanya usaha

terstruktur yang dilakukan untuk melestarikan

pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan

dalam pengobatan tradisional, sehingga

pengetahuan tersebut terkikis dari generasi ke

generasi. Usaha pelestarian yang dapat dilakukan

secara terstruktur contohnya pada suku Dayak

Benuaq dan masyarakat Serampas yang

menjadikan pengobatan tradisional (ritual) sebagai

salah satu objek wisata budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Abebe, D., dan A. Ayehu, 1993, Medicinal Plant and

Enigmatic Health Practices of Northern

Ethiopia, B.S.P.E. Addis Ababa, Ethiopia

Andrade-Cetto,A., 2009, ‘Etnhobotanical study of the

medicinal plants from Tlanchinol, Hidalgo,

Mexico’, Journal of Ethnopharmacology, vol.

122, hal 163-171

Badan Pusat Statistik, 2012, Kecamatan Kubu dalam

Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kubu

Raya, Kubu Raya

Bernard, H, 2002, Research Methods in Antropology:

Qualitative and Quantitative Method, edisi 3,

Almitra Press, Walnut Creek, California

Gollin, L.X.2001. The Taste and Smeel of Taban

Kenyah (Kenyah Medicine): An exploration of

chemosensory

Gomez-Beloz, A. 2002. Planlt Use Knowledge of the

Winikina Warao: The case for questionnaires in

ethnobotany. Economy Botany 56 : 231-241.

Hariyadi, B dan Ticktin, T, 2012,’Uras: Medicinal and

Ritual Plant of Sarampas, Jambi Indonesia’,

Ethnobotany Research & Applications, vol 10,

hal133149,

<www.ethnobotanyjournal.org/vol10/i1547-

3465-10-133.pdf>

Non

budidaya

56%

Budidaya

44%

Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 49-59

59

Eka, P., 2007, Etnobotani Tumbuhan Obat Suku Dayak

Desah di Kawasan Hutan Wisata Bukit Kelam

Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, Skripsi,

Universitas Tanjungpura, Pontianak

Takoy, DM, Linda, R & Lovadi, I, 2013, ‘Tumbuhan

Berkhasiat Obat Suku Dayak Seberuang di

Kawasan Hutan Desa Ensabang Kecamatan

Sepauk Kabupaten Sintang’, Protobiont, vol 2,

hal 122 – 128

Susiarti, S., 2005, Indigenous knowledge on the uses of

medicinal plants by Dayak Benuaq, West Kutai

East Kalimantan. Journal of Tropical

Ethnobiology 2 (1): 52-64.

Suryadarma, I.G.P., 2005, Konsepsi Kosmologi dalam

Pengobatan Usada Taru Permana. Journal of

Tropical Ethnobiology. Vol 2. No 1. Hal 65-87.