PENGEMBANGAN SERVICED OFFICE PADA KANTOR SEWA DI JAKARTA
Transcript of PENGEMBANGAN SERVICED OFFICE PADA KANTOR SEWA DI JAKARTA
Pengembangan Serviced Office Pada Kantor Sewa di Jakarta
Studi Kasus : Gedung Alamanda Tower dan Gedung Jakarta Design Center
Defi Reisna, Azrar Hadi dan Joko Adianto
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Jawa Barat
E-mail : [email protected]
Abstrak
Produk properti perkantoran berkembang seiring permintaan pasar terhadap tempat bekerja dengan fleksibilitas
tinggi, dikenal sebagai serviced office. Permintaan terhadap ruang kantor ini, berbeda dengan ruang kantor sewa
umumnya, ditinjau dari segi pengembangan real estate. Kantor sewa umumnya dimulai dari improvisasi
terhadap lahan dan menjadikan ruang sewa sebagai komoditi. Sementara serviced office dimulai dari
improvisasi terhadap ruang dan tidak hanya menjadikan ruang sebagai komoditi tetapi juga ruang beserta
fasilitas dan pelayanannya. Hal ini menjadikan pengembangan serviced office memerlukan beban biaya
tersendiri dalam penyediaan fasilitas dan instalasi jaringan pendukung ruang sewa dibandingkan penyediaan
ruang kantor sewa umumnya. Kondisi ini bertolak belakang dengan pasokan serviced office yang semakin
meningkat dan diprediksi terus berkembang.
Meninjau fenomena tersebut, penelitian ini berupaya menginvestigasi potensi pengembangan serviced office
dalam memberikan keuntungan yang lebih baik dibandingkan kantor sewa pada umumnya, dengan kondisi
permintaan pasar positif. Dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, melalui simulasi perhitungan nilai IRR
(Internal Rate of Return), disertai analisa tata ruang serviced office. Penelitian dilakukan terhadap 2 obyek
gedung perkantoran di Jakarta. Dari simulasi perhitungan diperoleh hasil pengembangan serviced office
memberikan keuntungan lebih baik dibandingan kantor sewa pada umumnya dalam tingkat huni 100%.
Kata Kunci :
serviced office, kantor sewa, pengembangan real estate
Development of Serviced Office in Rent Office Jakarta
Case Study : Alamanda Tower Building and Jakarta Design Center Building
Abstract
Office property product growing as market demand for high flexibility of working space, called as serviced
office. The demand of this office space different from office rent space generally, in real estate development.
Rent office generally begin from land improvement and rent space as main commodity. Meanwhile, serviced
office begin from space (interior) improvement and not only space as a commodity but also space with its
facilities and services. This condition cause development of serviced office require its own cost in providing
facilities and networking to support rent space, compare with rent office in general. It is opposite with condition
of serviced office supply, which is increasing, and predicted to continue to grow.
Based on the phenomenon, this research investigate potential development of serviced office in providing a
better profit than rent office in general, with positive market. To investigate, conducted a quantitative approach
by simulation of calculating the internal rate of return (IRR) and layout plan analysis. This research use two
office buildings in Jakarta. The conclusion of this research is serviced office provide better profit than rent
office generally in occupancy rate of 100%.
Keywords :
serviced office, rent office, real estate development
A. Pendahuluan
Pasokan gedung perkantoran di Jakarta terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun.
Colliers International mencatat seluruh wilayah Jakarta mencakup CBD (Central Business
District), luar CBD (Central Business District), dan TB. Simatupang, di akhir tahun 2013,
pasokan gedung perkantoran mencapai 7 juta m². Tingkat keterisiannya hingga kuartal
pertama tahun 2014 di kawasan CBD sekitar 96,5% dan di luar kawasan CBD menurun 1%
menjadi 94,6%.1 Pasokan gedung perkantoran tersebut dibedakan antara kantor sewa (lease)
dan jual (strata title), serta campuran antara lease dan strata title.
Menurut Manasseh dan Cunliffe,2 pada kantor sewa, yang disewakan adalah besaran atau
luasan tertentu dari gedung perkantoran dalam jangka waktu yang disepakati bersama.
Penyewa harus membayarkan biaya sewa dan service charge kepada pengelola yang biasanya
dihitung berdasarkan luas ruangan yang disewa dan dibayar per bulan. Sementara kantor
strata title, masih merujuk pada Manasseh dan Cunliffe, ruang bangunan gedung perkantoran
dapat dimiliki, namun pemiliknya harus tetap membayar service charge per bulan sebagai
biaya perawatan dan pemeliharaan gedung. Adapun bentuk kepemilikan campuran (lease dan
strata title) dimana dalam gedung perkantoran tersebut memiliki ruang yang disewakan dan
ada yang menjadi pemilikan perseorangan ataupun perusahaan. Motivasi beberapa
pengembang membuat 2 jenis skema gedung kantor ini adalah untuk penambahan recurring
income dan arus kas yang bisa berputar cepat.
Pemahaman skema penawaran gedung kantor tersebut, merujuk pada pemahaman real
property, menurut Wurtzebach dan Miles3 yakni “consists of physical land as well as
structures and other improvements that area permanently attached...refers to the legal rights,
interests and benefits in the ownership of real estate”.
Saat ini produk properti perkantoran mulai berkembang seiring permintaan pasar akan tempat
bekerja dengan fleksibilitas tinggi, dikenal dengan istilah serviced office. Jenis kantor ini
menyewakan ruang kantor berukuran lebih kecil kepada sub tenant dengan sarana
pendukungnya.4 Menurut Peltier,5serviced office merupakan ruang kerja dengan variasi
1Colliers International Market Report 1Q 2014. Hal 5-6 2Dikutip dalam penulisan ilmiah Marpaung, Beny Octofryana Yousca. Universitas Sumatera Utara.
http://www.repository.usu.ac.id . 2010 3Wurtzebach, Charles H & Miles, Mike E.. Modern Real Estate: Fifth Edition. John Wiley & Sons,Inc. 1995. Hal 7 4Perkantoran Premium Mendominasi Pasar. http://hildalaexander.com. Februari, 2011 5Peltier, Scott. Analysis of The Supply for The Serviced Office Space.Tesis untuk Master of Science in Real Estate
Development. Department of Urban Studies and Planning. Massachusetts Institute of Technology. September, 2001. Hal 5
ukuran, dapat digunakan secara langsung dengan jangka waktu sewa fleksibel, dilengkapi
pelayanan pendukung. Harvey6 mengemukakan, serviced office menawarkan ruang kantor
sewa yang telah didesain sesuai permintaan berkisar 20 – 50 unit. Perkembangan serviced
office merupakan bentuk perubahan yang terjadi dalam lingkungan dan tempat bekerja.
Sebagaimana dikemukakan Laing, Duffy, Jaunzens and Willis7 “The pattern of use within a
building over time is almost certain to change. Changes will be driven by many reasons, for
example from competitive pressures and customer requirements, new management
approaches, new technologies, changing fashions and changes in regulations. These have
direct consequences for the way offices are organised – for example encouraging changes in
work-styles between individual, shared group or team-based workspaces”.
Konsultan properti Knight Frank Indonesia,8 memprediksi pasokan serviced office di Jakarta
mengalami penambahan sekitar 10.980 m² hingga tahun 2013, terkonsentrasi di kawasan
pusat bisnis. Sementara di pasar konvensional, menurut Jones Lang LaSalle pasar
perkantoran di kawasan pusat bisnis mengalami peningkatan pesat selama 9 bulan pertama
tahun 2011, mencapai sekitar 340,000 m².9 Berdasarkan jumlah pasokan tersebut, sekitar 5%-
6% dari pasokan ruang kantor di kawasan pusat bisnis merupakan serviced office.10
Pengembangan serviced office ini pada umumnya adalah dengan mengembangkan 1 – 2
lantai dari gedung kantor.
Perumusan Masalah
Dari beberapa pernyataan di atas, bahwasanya telah terjadi perubahan permintaan terhadap
ruang kantor yang berbeda dari ruang kantor sewa pada umumnya yang memerlukan
pembiayaan; 1). tanah, 2). konstruksi, 3). Administrasi, 4). Operasional dan Pengelolaan.
Untuk memperoleh keuntungan yang besar dari sebuah kantor sewa umumnya, biasanya
salah satu strateginya dengan memperbesar ruang sewa sebagai komoditi. Tetapi pada
serviced office, penyewa tidak hanya memperoleh ruang sewa, tetapi ruang siap pakai beserta
kelengkapan fasilitas dan pelayanan. Dengan demikian, seperti dikatakan Peltier,11 Reed dan
6Harvey, Barry. Your Complete Guide to Serviced Officed. How to Ensure You Get The Perfect Office for Your Business.
Colston Office Centre. 2013. Hal 4 7Brittain, James., Jaunzens, Denice, dkk. Designing for Flexible Building Services in Office-Based Environment-
Understanding Client Needs.ABC Consulting, BRE dan CIBSE.1999. Hal 2 8 Bisnis Kantor Instan Tumbuh Subur.http://Kompas.com. Februari, 2012 9 Abe, Burhan. Jakarta Property Market 3Q 2011. Jakarta JIVE 10Tisnabudi, Irvan. Booming Demand in Indonesia for Serviced Offices. http://www.thejakartaglobe.com. September, 12.
2010 11Peltier, Scott. Op.cit. Hal 23 dan 28
Stewart,12 biaya konstruksi interior dan instalasi sistem jaringan telepon dan internet menjadi
beban biaya tersendiri yang harus dikeluarkan dalam pengembangan serviced office.
Oleh karenanya masalah yang dikedepankan dalam penelitian ini adalah mengapa serviced
office semakin meningkat pasokannya, padahal dalam pengembangannya
membutuhkan biaya yang lebih dibandingkan dengan kantor sewa pada umumnya.
Pertanyaan mendasar yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pengembangan serviced office berpotensi memberikan keuntungan lebih baik
dibandingkan kantor sewa konvensional apabila permintaannya terus meningkat di
pasar perkantoran?
2. Bagaimana pengembangan serviced office ditinjau dalam pengembangan real estate?
Apakah ada hubungannya antara tata ruang serviced office dengan perolehan
keuntungan?
Dalam dugaan awal yang diajukan, serviced office semakin meningkat pasokannya, padahal
dalam pengembangannya membutuhkan biaya yang lebih dibandingkan kantor sewa pada
umumnya, karena berpotensi memberikan keuntungan lebih baik dibandingkan kantor
konvensional, apabila permintaannya terus meningkat di pasar perkantoran. Hal ini
diinvestigasi dengan melakukan analisa kelayakan usaha dalam properti dan pemahaman
mengenai pengembangan real estate.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan menginvestigasi potensi pengembangan serviced office dalam
memberikan keuntungan lebih baik dibandingkan kantor sewa umumnya. Diharapkan dapat
mengungkap apabila permintaan serviced office terus meningkat dan pengembangan serviced
office memiliki potensi memberikan keuntungan, maka serviced office dapat menjadi properti
yang mampu bertahan lama di pasar perkantoran. Selain itu diharapkan pula dapat
memberikan gambaran mengenai penciptaan ruang sebagai bentuk properti yang mewadahi
kebutuhan permintaan ruang kantor saat ini
B. Tinjauan Teoritis
12Reed, Richard dan Stewart, Kay. The Increasing Importance of Serviced Offices as a Competing Land Use in Global
Cities. 9th
Annual Pacific Rim Real Estate Society (PRRES) Conference. 19th– 22nd
January 2003 – Brisbane, Australia.
Faculty of Architecture, Building and Planning, The University of Melbourne. School of Geography, Planning and
Architecture, The University of Queensland. Hal 11
Dalam tinjauan pengembangan real estate, menurut Shilling,13 real estate merupakan sebuah
komoditi berupa ruang buatan manusia, yang digunakan dalam untuk periode waktu yang
lama. Sementara, pengembangan properti menurut Wilkinson dan Reed,14 produk yang
merupakan pengubahan atau improvisasi peruntukkan lahan dan atau bangunan dalam proses
yang melibatkan lahan, pekerja, material dan keuangan.
Gedung kantor sebagai salah satu bentuk properti, didefinisikan sebagai properti komersial,
yang memiliki makna “property where the buying, selling, or leasing of goods or services
usually takes place. Examples include restaurants, retail stores, office buildings, and gas
stations”.15 Menurut Kohn dan Katz,16 bangunan kantor merupakan tipe bangunan yang
cukup kompleks karena berkaitan dengan konstruksi, lokasi, jenis kebutuhan bisnis dan aspek
desain menjadi penting dalam menentukan performa dari sebuah bangunan kantor. Kohn
Pederson Fox Association17 mengemukakan bahwa pertimbangan desain arsitektural dari
sebuah bangunan kantor yang ditujukan untuk investasi dapat menguntungkan pihak pemilik
dan pengguna. Satu hal paling mempengaruhi desain bangunan kantor adalah pasar real
estate.
Berdasarkan kajian literatur, pergeseran permintaan terhadap ruang kantor telah menciptakan
produk properti baru dari kantor sewa umumnya. Kantor sewa umumnya, pihak pengembang
berperan menciptakan ruang yang mewadahi aktivitas dan kepentingan bisnis, dari
improvisasi lahan. Pada serviced office, sebuah ruang kantor merupakan hasil improvisasi
ruang kantor sewa, yang ditawarkan kepada pasar, tidak hanya ruang sebagai komoditas
13Shilling, James D. Real Estate:Thirteen Edition. South Western-Thomson Learning.2002. Hal 7 14Wilkinson, Sara dan Reed, Richard. Property Development, fifth edition. Routledge. London and NewYork. September,
2007. Hal 2 15Building Contractors; Guide to Sales and Taxes Use. State of Connecticut. Department of Revenue Services. Maret. 2007.
Hal 10 16Kohn, Eugene dan Katz, Paul. Building Type Basics for Office Building. John Wiley & Sons, Inc. 2002. Hal 3 17Ibid. hal 12
Gambar 1. Real Estate sebagai sebuah komoditas
Sumber : Shilling (2000)
tetapi juga pelayanan dari ruang tersebut yang dapat mendukung aktivitas dan fleksibilitas
kepenggunaan.
Merujuk Reed dan Stewart (2003), pengembangan serviced office dapat dilakukan oleh pihak
yang menyewa ruang kantor konvensional atau memiliki sendiri ruang kantor sewa untuk
dikembangkan menjadi serviced office. Harvey (2012) mengemukakan pihak yang menyewa
ruang pada sebuah bangunan kantor komersial, akan mengkonversikan ruang sewa tersebut
menjadi unit-unit kantor sewa siap huni, ruang pertemuan dan pelayanan resepsionis bersama
serta ruang videoconference, untuk disewakan kembali.
Perbedaan antara kantor sewa umumnya dengan serviced office adalah dalam hal penyediaan
ruang. Dimana pada kantor sewa umumnya, terkait penyediaan ruang sewa saja. Sementara
pada serviced office, terkait penyediaan sekaligus pelayanan akomodasi dari ruang sewa.
Dengan kondisi yang demikian, dikemukakan Reed dan Stewart (2003), apabila suatu
bangunan kantor didesain dan dikonstruksikan menjadi serviced office¸ memerlukan biaya
konstruksi yang tinggi, namun berpotensi menghasilkan pendapatan yang tinggi. Menurut
Brittain, Jaunzens dan Davis (1999), sebuah pelayanan fleksibilitas bangunan memerlukan
biaya yang lebih untuk instalasi. Dengan biaya produksi yang tinggi, maka serviced office
ditawarkan dengan harga produk lebih tinggi dibandingkan kantor sewa konvensional.
Sebagaimana dikemukakan Sitorus dari Jones Lang LaSalle, pada dasarnya harga per m²
ruang sewa serviced office lebih tinggi dibandingkan harga sewa kantor konvensional. Pihak
pengembang memperoleh pemasukan terbesar dari sewa ruang dan pelayanan, karena harga
per m² serviced office lebih tinggi dibandingkan kantor sewa konvensional.
Sebagaimana dinyatakan oleh Flowers,18 dalam pengembalian dan investasi pengembangan
real estate akan dipengaruhi oleh waktu dan resiko. Heru,19 mengemukakan bahwa konsep
18Flowers, Matthew, S. Show Me the Money: A Study of Real Estate Development Returns. Master of Business
Administration. University of Florida. 2005
Gambar 2. Pendapatan Serviced Office
Sumber : Peltier (2001)
resiko tidak terlepas kaitannya dengan pengembalian. Wilkinson dan Reed20 menyatakan
adanya sinergi antara ekonomi, siklus bisnis dan pasar properti. Ketiga hal ini menciptakan
siklus penting dalam sebuah pengembangan properti. Oleh karenanya untuk mengetahui
apakah pengembangan serviced office berpotensi memberikan keuntungan lebih baik
dibandingkan kantor sewa umumnya, perlu diinvestigasi dari segi analisa kelayakan usaha.
C. Metode Penelitian
Dalam penelitian dilakukan pendekatan kuantitatif melalui simulasi perbandingan
perhitungan arus kas masuk dan arus kas keluar antara kantor sewa konvensional dengan
serviced office. Sementara dari segi pengembangan dan tata ruang serviced office, diuraikan
secara deskriptif kualitatif. Melalui pendekatan ini, peneliti melibatkan sudut pandangnya
berdasarkan pengetahuan dari kajian literatur, mengenai pengembangan dan pengelolaan
kantor sewa konvensional dan serviced office yang menjadi dasar dalam menggali informasi
pihak narasumber. Disertai pula analisa tata ruang kantor sewa konvensional dan serviced
office.
Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling. Fokus pemilihan obyek
penelitian adalah gedung kantor konvensional yang ditawarkan dengan skema sewa yang
menjadi center serviced office, yang dikembangkan sendiri oleh pihak pemilik gedung dan
oleh pihak lain atau provider yang menyewa kantor konvensional. Untuk itu dipilih 2 sampel
objek penelitian dengan lokasi pengembangan di 2 kawasan pusat bisnis di Jakarta. Sampel
pertama yakni Gedung Alamanda Tower di kawasan TB. Simatupang. Sementara sampel
kedua yakni Gedung Jakarta Design Center (JDC) di kawasan Gatot Subroto.
Pengumpulan data dibagi menjadi data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer
dilakukan melalui wawancara pihak pengelola gedung kantor konvensional dan serviced
office yang bersangkutan. Kebutuhan data terkait pengembangan, operasional dan pemasukan
kedua tipe kantor sewa tersebut. Sementara pengumpulan data sekunder, melalui tinjauan
literatur dengan fokus pada aspek investasi properti, pengembangan dan pengelolaan serta
jenis kepemilikan gedung kantor. Selain itu, pengumpulan data juga diperoleh dari penelitian
resmi, laporan perkembangan sektor properti dari pihak PT. Colliers International.
19Heru, S.A.S. Pengaruh Rasio Harga Laba, Rasio Pengembalian Modal, Rasio Aktivitas dan Rasio Leverage Terhadap
Return Saham Pada Perusahaan Industri Tekstil dan Garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Departemen
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Medan, 2009 20Wilkinson, Sara dan Reed, Richard. Op.cit
Analisa data dilakukan berdasarkan metode penilaian kelayakan usaha proyek, dengan
pendekatan metode IRR (internal rate of return). IRR ditinjau dari pihak pemilik gedung,
menurut Newman, dalam Nurizky (2009),21 IRR bagi pihak pemilik merupakan tingkat laba
yang diminta. Untuk menghitung IRR berkaitan erat dengan NPV (Net Present Value) dan
ketetapan suku bunga. Nilai IRR harus lebih tinggi dari minimum acceptable rate of return
atau minimum attractive rate of rerturn (MARR), yang merupakan laju pengembalian
minimum dari suatu investasi yang berani dilakukan oleh investor. Nilai IRR > MARR
menunjukkan bahwa investasi layak dijalankan. Penghitungan IRR menggunakan formula
excel, dengan rumus sebagai berikut;
IRR = NPV (rate; value 1; value 2, dst)
Keterangan:
Rate = tingkat suku bunga yang digunakan
Value = arus kas keluar dan masuk
Arus kas tahun ke 0 merupakan arus kas keluar diberi tanda (-), sementara tahun berikutnya
karena sudah mulai ada pemasukan, bernilai (+). Dalam perhitungan cash flow, diskenariokan
modal berasal dari pihak pemilik. Oleh karenanya tingkat suku bunga yang digunakan dalam
perhitungan IRR adalah suku bunga deposito.
Sementara menghitung NPV digunakan rumus sebagai berikut;
NPV = Rt
(1 + i)ͭ
Keterangan:
t = waktu arus kas
Rt = arus kas bersih (net cash flow) dalam waktu t
i = suku bunga yang digunakan
Langkah pertama yakni mengklasifikasi aliran kas masuk dan keluar berdasarkan hasil
pengumpulan data primer maupun sekunder. Data meliputi biaya investasi dan jangka waktu
investasi, biaya pengembangan gedung kantor sewa konvensional, meliputi biaya pembelian
lahan, perizinan dan perencanaan serta konstruksi bangunan. Sementara pada serviced office
21Nurizky Economic Analysis, oleh Donald. G. Newman. http://mazterchez.blogspot.com. 2009, Rate of Return. Diambil
dari sumber : Biaya Modal (Cost of Capital), oleh Agus Zainul Arifin dan Engineering
biaya pengembangan mencakup biaya penyewaan ruang dan konstruksi interior. Kemudian
analisa biaya operasional dan pemasukan yang diinput dari data pemasukan sewa unit, biaya
service charge, biaya pemeliharaan dan pengelolaan. Dalam pembuatan simulasi perhitungan,
dibuatkan 2 skenario waktu, yakni cash flow untuk 20 tahun dan 10 tahun. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat pengaruh jangka waktu dalam menentukan tingkat perolehan
keuntungan dengan kondisi seluruh unit sewa terisi 100%.
Sementara pendekatan kualitatif berupa penjelasan deskriptif hasil pengolahan data
kuantitatif yang digunakan untuk menjawab pertanyaan pertama. Dalam penjelasan ini,
dikaitkan dengan hasil analisa tata ruang serviced office, termasuk pembagian jumlah unit
sewa dan variasi ukuran serta kelengkapan fasilitas dan pelayanan ruang.
Hasil Penelitian
Studi Kasus 1
Gedung Alamanda Tower berlokasi di kawasan TB. Simatupang, Jakarta Selatan, merupakan
kantor dengan skema campuran sewa dan strata title. Total lantai sewa dan jual pada gedung
yakni 28 lantai, terdiri atas low zone dan high zone. Gedung kantor ini memiliki biaya
pengembangan yang tinggi, dikarenakan faktor desain dan konstruksi yang memang
direncanakan untuk mendukung gedung ini sebagai smart building. Pengadaan material dari
gedung ini dipilih yang memiliki ketahanan/usia ekonomis yang lama, sehingga akan
menghemat dalam hal pemeliharaan dan perbaikan gedung untuk waktu ke depannya.
Infrastruktur dan sistem utilitas bangunan didesain untuk menciptakan green environment.
Oleh karenanya Gedung Alamanda Tower ini termasuk salah satu bangunan yang
memperoleh sertifikasi dari Green Building Council Indonesia.
Pengembangan dan pengelolaan serviced office pada Gedung Alamanda Tower, dilakukan
pihak provider dengan menyewa lantai gedung, di awal pengembangan sekitar tahun 2013.
Ruang kantor konvensional pada lantai 25 yang merupakan area high zone dengan pembagian
6 unit sewa, dikembangkan menjadi serviced office dengan 33 unit ruang kerja sewa. Berikut
ini perubahan layout lantai sewa konvensional menjadi serviced office seluas + 1280m²;
Berdasarkan analisa yang dilakukan, serviced office pada Gedung Alamanda Tower
memberikan nilai IRR lebih besar lebih besar dari nilai IRR gedung kantor konvensional. Hal
ini menunjukkan bahwa serviced office memberikan keuntungan melalui tingkat
pengembalian investasi yang tinggi, hingga mencapai di atas 100%. Nilai IRR tersebut
diperoleh dengan kondisi baik unit sewa serviced office maupun produk pelayanan virtual
office mencapai 100%. Berikut ini hasil simulasi perhitungan
Gambar 3. Layout Alamanda Tower; low zone (kiri), high zone (kanan)
Sumber : www.skyscrapercity.com
Gambar 4. Layout dan Zoning Serviced Office
Sumber : olahan gambar dari http://.marqueeoffices.com
Dengan nilai IRR lebih tinggi, namun pengembangan serviced office hanya sekitar 4% dari
keseluruhan lantai sewa dan jual dari gedung kantor konvensional. meninjau dari hasil
simulasi perhitungan nilai IRR dan NPV, maka nilai IRR lebih tinggi, yang akan memberikan
keuntungan. Oleh karenanya dalam jangka waktu 10 tahun, serviced office sudah dapat
memberikan keuntungan. Namun semakin panjang jangka waktu, nilai IRR menjadi lebih
rendah. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi tingkat nilai IRR yakni adanya pengaruh
kondisi eksternal dan internal dari perusahaan, seperti salah satunya yakni kualitas SDM dan
teknologi yang digunakan.22 Maka pada serviced office, penurunan nilai IRR seiring semakin
lamanya jangka waktu, dapat dipicu oleh menurunnya kualitas dari infrastruktur pendukung
operasional serviced office. Oleh karenanya, perlu dilakukan pemeliharaan dan perbaikan
rutin secara khusus yang memerlukan pengeluaran biaya ekstra.
Sementara berdasarkan analisa tata ruang terkait dengan hasil analisa kuantitatif, kualitas
pelayanan ruang sewa dan penawaran tipikal luasan unit sewa yang bervariasi menjadi satu
produk utama yang dapat memberikan keuntungan lebih baik dibandingkan dengan kantor
sewa konvensional. Keuntungan yang demikian akan terus dapat diperoleh apabila
permintaan pasar terhadap unit sewa serviced office di Gedung Alamanda Tower terus
mencapai 100%. Berikut ini diagram bentuk pengembangan serviced office di Gedung
Alamanda Tower;
22Investai dan Penanaman Modal. Http://haris14.wordpress.com. 2011
No Tipe Properti Kantor Jangka waktu
investasi NPV IRR
1 Kantor Konvensional 20 tahun Rp1.068.560.320.735,02 22,44%
2 Serviced office (+virtual office) 20 tahun Rp118.096.356.928,61 140,92%
No Tipe Properti Kantor Jangka waktu
investasi NPV IRR
1 Kantor Konvensional 10 tahun Rp866.278.304.074,03 19,85%
2 Serviced office (+virtual office) 10 tahun Rp75.818.169.100,50 141,80%
Tabel 1. Perbandingan Simulasi Cash Flow
Studi Kasus 2
Gedung Jakarta Design Center (JDC) berlokasi di Kawasan Gatot Subroto, dengan skema
penawaran sewa, terdiri atas 8 lantai termasuk area ground floor (semi basement). JDC
Business Center sebagai serviced office pada Gedung Jakarta Design Center dikembangkan
tahun 2004 dan mulai beroperasi tahun 2005 dengan mengambil luasan 230m² dari lantai 6
Gedung Jakarta Design Center (JDC). Pengembangan serviced office yang dilakukan oleh
pihak pengelola gedung JDC. Dari luasan 230m² ruang seminar, diubah dan dikembangkan
menjadi serviced office. Ruang dibagi menjadi 14 unit ruang kerja sewa.
Gambar 5. Diagram Pengembangan Serviced Office Gedung Alamanda Tower
Gambar 5. Pengembangan Serviced Office
Sumber : Olahan data dari pihak pengelola gedung
Berdasarkan analisa yang dilakukan, serviced office pada Gedung Jakarta Design Center
(JDC) dapat memberikan nilai IRR sebesar 341,02% selama kurun waktu 10 tahun dan
menurun menjadi 340,09% dalam perhitungan cash flow dengan jangka waktu 20 tahun. Nilai
IRR tersebut diperoleh dengan kondisi baik unit sewa serviced office maupun produk
pelayanan virtual office mencapai 100%. Sementara nilai IRR dari kantor sewa konvensional
adalah sebesar 140,76% dalam perhitungan arus kas kurun waktu 10 tahun dan 139,55%
dalam kurun waktu 20 tahun. Dengan nilai IRR yang lebih tinggi dibandingkan kantor sewa
konvensional, maka pengembangan serviced office memberikan keuntungan lebih baik
dibandingkan kantor sewa konvensional, apabila tingkat permintaannya mencapai 100%.
No Tipe Properti Kantor Jangka waktu
investasi NPV IRR
1 Kantor Konvensional 20 tahun Rp423.713.069.984 139,55%
2 Serviced office (+virtual office) 20 tahun Rp60.202.954.002 340,09%
No Tipe Properti Kantor Jangka waktu
investasi NPV IRR
1 Kantor Konvensional 10 tahun Rp234.594.039.672 140,76%
2 Serviced office (+virtual office) 10 tahun Rp32.537.588.731 341,02%
Gambar 6. Layout Serviced Office
Sumber : Olahan data dari pihak pengelola gedung
Tabel 2. Perbandingan Simulasi Cash Flow
Berdasarkan simulasi perhitungan IRR dan NPV, bahwasanya serviced office memberikan
keuntungan lebih baik dibandingkan dengan kantor sewa konvensional, dimana tingkat
pengembaliannya mencapai 3 kali lipat lebih besar. Namun perlu diperhatikan pula bahwa
perubahan nilai IRR mengikuti waktu baik pada serviced office maupun kantor sewa
konvensional adalah sama. Ketika kurun waktu semakin lama yakni 20 tahun, maka nilai IRR
baik serviced office maupun kantor sewa konvensional menjadi lebih rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa serviced office yang dikembangkan oleh pihak pemilik gedung, akan
ikut menyusut ketika nilai gedung kantor sewa menyusut. Dengan kata lain, pengembangan
serviced office pada studi kasus ini bergantung pada usia fungsional dan ekonomis dari kantor
sewa yang menjadi lokasi pengembangan.
Sementara berdasarkan analisa tata ruang terkait dengan hasil analisa kuantitatif, terlihat dari
luasan pengembangan dan tata ruang serta pembagian unit sewa serviced office yang
dirancang seefisien mungkin. Dengan luasan pengembangan hanya mencapai 1% dari
keseluruhan lantai sewa, namun dapat diperoleh nilai IRR yang sangat tinggi. Luasan unit
sewanya pun dirancang untuk mewadahi kapasitas pengguna yang memang merupakan
pebisnis pemula yang tidak memiliki banyak karyawan atau bahkan hanya bekerja secara
individu, dengan luasan masing-masing unit 7m² dan 9m². Dengan luasan serviced office
yang demikian, maka pengembangan serviced office dilakukan seefisien mungkin, dengan
mengedepankan kualitas produk layanannya sehingga dapat diperoleh tingkat pengembalian
investasi yang tinggi. Berikut ini diagram bentuk pengembangan serviced office di Gedung
Jakarta Design Center (JDC);
Gambar 7. Diagram Pengembangan Serviced Office Gedung Jakarta Design Center
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sesuai
dengan dugaan awal yang diajukan, serviced office semakin meningkat pasokannya, padahal
dalam pengembangunannya membutuhkan biaya yang lebih dibandingkan dengan kantor
sewa pada umumnya, karena memberikan keuntungan lebih baik dibandingkan kantor
konvensional, dengan kondisi permintaan yang terus ada di pasar perkantoran. Tepatnya
dengan kondisi tingkat penyewaan mencapai 100%, serviced office dapat memberikan
keuntungan lebih baik dibandingkan dengan kantor sewa konvensional.
Dengan meninjau besarnya keuntungan yang diperoleh, pengembangan serviced office pada
ruang kantor sewa hanya sekitar 1% - 4% dari keseluruhan lantai sewa gedung kantor
konvensional. Terkait dengan aliran kas dalam periode waktu tertentu, tentunya dalam
perhitungan investasi akan diperhitungkan mengenai biaya pengembangan; konstruksi dan
penyediaan barang serta sumber daya manusia, juga pertimbangan usia ekonomis. Meskipun
serviced office memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan kantor sewa umumnya,
namun resiko terkait usia ekonomis yang pendek menjadi satu pertimbangan. Selain itu,
penemuan yang diperoleh juga menunjukkan adanya 2 pendekatan prioritas dalam
pengembangan serviced office terkait luasan pengembangan dan tata ruang, yakni menaikkan
tingkat huni/sewa dari ruang kantor konvensional dan meningkatkan arus kas melalui
pemasukan yang perputarannya lebih tinggi dibandingkan dengan kantor konvensional.
Saran
Dari penelitian yang terfokus pada komparasi antara kantor sewa konvensional dengan
serviced office, tentunya masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pembahasan
serviced office dengan memperluas cakupan pembahasan dan jumlah sampel. Penelitian
mengenai serviced office secara tersendiri perlu dilakukan, terkait dengan produk dan
pelayanannya, jenis dan lokasi pengembangannya serta tinjauan lebih jauh dari aspek ruang
arsitektural dan properti. Dengan demikian dapat meninjau lebih jauh pengembangan
serviced office dalam merespon permintaan pasar yang diprediksi terus meningkat dan
keberlangsungannya dalam pasar properti perkantoran.
Daftar Referensi
Brittain, James., Jaunzens, Denice, dkk. Designing for Flexible Building Services in Office-Based Environment-
Understanding Client Needs.ABC Consulting, BRE dan CIBSE.1999
Flowers, Matthew, S. Show Me the Money: A Study of Real Estate Development Returns. Master of Business
Administration. University of Florida. 2005
Harvey, Barry. Your Complete Guide to Serviced Officed. How to Ensure You Get The Perfect Office for Your
Business. Colston Office Centre. 2013
Heru, S.A.S. Pengaruh Rasio Harga Laba, Rasio Pengembalian Modal, Rasio Aktivitas dan Rasio Leverage
Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Tekstil dan Garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Medan, 2009
Kohn, Eugene dan Katz, Paul. Building Type Basics for Office Building. John Wiley & Sons, Inc. 2002
Peltier, Scott. Analysis of The Supply for The Serviced Office Space.Tesis untuk Master of Science in Real
Estate Development. Department of Urban Studies and Planning. Massachusetts Institute of Technology.
September, 2001
Reed, Richard dan Stewart, Kay. The Increasing Importance of Serviced Offices as a Competing Land Use in
Global Cities. 9th
Annual Pacific Rim Real Estate Society (PRRES) Conference. 19th– 22nd
January 2003 –
Brisbane, Australia. Faculty of Architecture, Building and Planning, The University of Melbourne. School of
Geography, Planning and Architecture, The University of Queensland
Shilling, James D. Real Estate:Thirteen Edition. South Western-Thomson Learning.2002
Wilkinson, Sara dan Reed, Richard. Property Development, fifth edition. Routledge. London and NewYork.
September, 2007
Wurtzebach, Charles H & Miles, Mike E.. Modern Real Estate: Fifth Edition. John Wiley & Sons,Inc. 1995
Building Contractors; Guide to Sales and Taxes Use. State of Connecticut. Department of Revenue Services.
Maret. 2007
Sumber Elektronik
Abe, Burhan. Jakarta Property Market 3Q 2011. Jakarta JIVE
Colliers International Market Report 1Q 2014
Perkantoran Premium Mendominasi Pasar. http://hildalaexander.com. Februari, 2011
Investasi dan Penanaman Modal. Http://haris14.wordpress.com. 2011
Nurizky Economic Analysis, oleh Donald. G. Newman. http://mazterchez.blogspot.com. 2009, Rate of Return.
Diambil dari sumber : Biaya Modal (Cost of Capital), oleh Agus Zainul Arifin dan Engineering
Tisnabudi, Irvan. Booming Demand in Indonesia for Serviced Offices. http://www.thejakartaglobe.com.
September, 12. 2010