PENGARUH UPACARA BENDERA TERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA-SISWI SMK FARMASI YAMASI MAKASSAR

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang terjadi di kalangan masyarakat seperti saat ini, telah menunjukan adanya penuruan budaya dan karakter bangsa. Hal ini terlihat dari pengaruh globalisasi dan gaya hidup sehar-hari, dimana rasa bangga akan merah putihpun semakin hari semakin berkurang di kalangan masyarakat, termasuk kalangan remaja dan pelajar. Perubahan zaman pengaruh teknologi membawa dampak yang begitu besar terhadap pola pikir generasi muda saat ini, khususnya para pelajar yang selalu ingin mencoba hal-hal yang baru dan berbau modern walaupun hal tersebut tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Menurunnya nilai-nilai budaya bangsa, berarti terjadinya pengikisan nilai-nilai yang terdapat dalam ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila, sehingga akan berdampak pada menurunnya sikap nasionalisme di kalangan masyarakat khususnya kalangan pelajar. Kondisi yang sangat memprihatinkan yaitu ketika upacara bendera yang dilangsungkan di sekolah- sekolah dan instansi-instansi pemerintahan 1

Transcript of PENGARUH UPACARA BENDERA TERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA-SISWI SMK FARMASI YAMASI MAKASSAR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena yang terjadi di kalangan masyarakat

seperti saat ini, telah menunjukan adanya penuruan

budaya dan karakter bangsa. Hal ini terlihat dari

pengaruh globalisasi dan gaya hidup sehar-hari,

dimana rasa bangga akan merah putihpun semakin hari

semakin berkurang di kalangan masyarakat, termasuk

kalangan remaja dan pelajar. Perubahan zaman

pengaruh teknologi membawa dampak yang begitu besar

terhadap pola pikir generasi muda saat ini,

khususnya para pelajar yang selalu ingin mencoba

hal-hal yang baru dan berbau modern walaupun hal

tersebut tidak sesuai dengan budaya Indonesia.

Menurunnya nilai-nilai budaya bangsa, berarti

terjadinya pengikisan nilai-nilai yang terdapat

dalam ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila,

sehingga akan berdampak pada menurunnya sikap

nasionalisme di kalangan masyarakat khususnya

kalangan pelajar.

Kondisi yang sangat memprihatinkan yaitu ketika

upacara bendera yang dilangsungkan di sekolah-

sekolah dan instansi-instansi pemerintahan

1

contohnya, kegiatan upacara bendera yang

dilaksanakan setiap hari senin hanya 45 menit saja

masih banyak siswa-siswi yang tidak serius, ngobrol

dengan santai, bercanda dengan temannya, tidak

khidmatnya menyanyikan lagu Indonesia Raya dan hanya

menganggap upacara berupa rutinitas saja.

Keadaan di atas tidak sesuai dengan apa yang

terkandung di dalam makna dari upacara bendera di

sekolah. Berdasarkan Direktorat Pembinaan Kesiswaan,

Dikdasmen Dikbud, 1998 upacara bendera adalah

“kegiatan pengibaran atau penurunan bendera

kebangsaan RI Sang Merah Putih, yang dilaksanakan

pada saat-saat tertentu atau saat yang telah

ditentukan, dihadiri oleh siswa, diselenggarakan

secara tertib dan khidmat, di sekolah”.

Upacara bendera hari senin merupakan bukti bahwa

negara kita selalu menghargai jasa-jasa pahlawan

yang sudah memperjuangkan kemerdekaan. Hal tersebut

sudah diamanatkan oleh proklamator kemerdekaan

negara Indonesia yaitu Ir. Soekarno pada pidato Hari

Pahlawan 10 November 1961, beliau berkata “bangsa

yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa-jasa

pahlawannya”. Pentingnya upacara bendera di sekolah

juga bertujuan untuk menanamkan dan membiasakan

pelajar untuk memiliki sikap nasionalisme. Dengan

menanamkan sikap nasionalisme diharapkan siswa

2

tumbuh menjadi manusia pembangun yakni generasi yang

mampu mengisi dan mempertahankan kemerdekaan bangsa

dan negaranya.

SMK Farmasi Yamasi Makassar merupakan sekolah

menengak kejuruan swasta dan memiliki akreditasi A

yang sudah bertaraf nasional. Siswa yang lulus di

sekolah ini bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah

sebagai asisten apoteker ataupun analis kesehatan.

Sekolah ini memiliki 22 mata pelajaran yang

konsisten setiap semester. Pada mata pelajaran

tersebut, terdapat praktik laboratorium yang

mengharuskan setiap siswa untuk membuat laporan dan

modul. Selain itu, beberapa guru dari mata pelajaran

seperti komputer, IPS, fisika yang sangat sering

memberikan tugas sekolah, serta jadwal pulang

sekolah yang terkadang terlalu lama bahkan sampai

pukul 17.30 WITA. Sekolah ini tidak begitu rutin

melaksanakan upacara bendera setiap hari senin

sebagaimana yang dilakukan di sekolah-sekolah

lainnya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul pengaruh upacara bendera terhadap sikap

nasionalisme siswa-siswi di SMK Farmasi Yamasi

Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

persepsi dan sikap nasionalisme siswa-siswi SMK

Farmasi Yamasi terhadap upacara bendera di sekolah.

3

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana presepi siswa-siswi SMK Farmasi Yamasi

Makassar terhadap pelaksanaan upacara bendera di

sekolah?

2. Bagaiamana sikap nasionalisme siswa-siswi di SMK

Farmasi Yamasi Makassar?

3. Bagaimana pengaruh upacara bendera terhadap siswa-

siswi di SMK Farmasi Yamasi Makassar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitan ini adalah untuk

mengetahui dan memperoleh data pendapat siswa-

siswi mengenai pengaruh upacara bendera

terhadap mempertahankan sikap nasionalisme

siswa-siswi di SMK Farmasi Yamasi Makassar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah

untuk mengungkapkan:

1. Bagaimana peresepi siswa-siswi SMK Farmasi

Yamasi Makassar terhadap pelaksanaan upacara

bendera di sekolah

2. Bagaimana sikap nasionalisme siswa-siswi di

SMK Farmasi Yamasi Makassar

4

3. Bagaimana pengaruh upacara bendera terhadap

siswa-siswi di SMK Farmasi Yamasi Makassar

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian yang penulis lakukan ada beberapa

manfaat yang akan dicapai oleh penulis baik itu

manfaat secara teoritis maupun secara praktis.

1.4.1 Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam

dunia pendidikan khususnya yang berkaitan

dengan sikap nasionalisme bangsa.

b. Dapat menjadi bahan referensi dan pertimbangan

bagi pihak-pihak terkait terutama Guru

Pendidikan Kewarganegaraan dalam memaksimalkan

pemberian pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

kepada siswa.

1.4.2 Secara Praktis

a. Siswa lebih mengerti dan paham mengenai

nasionalisme;

b. Siswa memahami peran Pendidikan Kewarganegaraan

dalam membangun nasionalisme;

c. Siswa mampu mengaplikasikan konsep nasionalisme

ke dalam kehidupan sehari-hari;

d. Guru dapat lebih mengembangkan metode pembelajaran terutama mengenai nasionalisme.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Upacara Bendera

2.1.1 Tujuan Pelaksanaan Upacara Bendera

Ada enam tujuan pelaksanaan upacara bendera

yaitu sebagai berikut : (1) membiasakan bersikap

tertib dan disiplin, (2) membiasakan

berpenampilan rapi, (3) meningkatkan kemampuan

memimpin, (4) membiasakan kesediaan dipimpin,

(5) membina kekompakan dan kerjasama, (6)

mempertebal rasa semangat kebangsaan. Kegiatan

upacara bendera dapat mencakup berbagai butir-

butir tujuan pendidikan yang hendak dicapai,

seperti sikap disiplin, kesegaran jasmani dan

rohani, keterampilan gerak, keterampilan

memimpin dan pengembangan sifat bersedia

dipimpin adalah merupakan hal-hal yang dapat

diperoleh melalui kegiatan upacara bendera.

(Kemendikbud dalam panduan pelaksanaan upacara

bendera di SMP, 2011:1).

2.2 Pengertian Nasionalisme

2.2.1 Pengertian Nasionalisme

2.2.1.1Menurut Smith (2012: 11)

6

Mengungkapkan bahwa “Nasionalisme adalah

suatu gerakan ideologis untuk mencapai dan

mempertahankan otonomi, kesatuan, dan

identitas bagi suatu populasi, yang

sejumlah anggotanya bertekad untuk

membentuk suatu ‘bangsa’ yang aktual atau

‘bangsa’ yang potensial”.

2.2.1.2Menurut Sumarmi (2006: 20)

Menyatakan bahwa “ Nasionalisme berasal

dari kata nasional (bahasa Belanda,

national) yang berarti paham atau ajaran

untuk mencintai bangsa dan negara sendiri

atau kesadaran keanggotaan dalam suatu

bangsa yang secara potensial

mempertahankan identitas, integritas,

kemakmuran dan kekuatan bersama-sama.”

2.2.2 Indikator Sikap Nasionalisme

Sikap nasionalisme merupakan sikap cinta akan

tanah air, menurut (Aman, 2011: 141) ada 6

indikator yang menunjukan sikap nasionalisme

yaitu sebagai berikut:

2.2.2.1 Cinta tanah air

Cinta tanah air atau patriotisme

merupakan modal yang penting dalam

membangun suatu Negara. Suatu negara yang

dihuni oleh orang-orang yang cinta tanah

7

air akan membawa kearah kemajuan.

Sebaliknya negara yang tidak didukung oleh

cinta tanah air dari penduduk tersebut maka

Negara tersebut menunggu kehancuran.

Pergerakan nasional yang tumbuh dan

berkembang pada masa kolonial, merupakan

wujud cinta tanah air yang puncaknya dengan

diproklamasikan kemerdekaan negara kesatuan

republik Indonesia. Wujud negara yang cinta

tanah air ialah melestarikan budaya bangsa

di era globalisasi dunia, meningkatkan etos

kerja, mempunyai disiplin dalam arti luas,

penghargaan terhadap pahlawan, peringatan

hari bersejarah, mempunyai semangat kerja

dan pengabdiaan terhadap negara.

2.2.2.2 Menghargai jasa-jasa pahlawan

Meneladani sikap kepahlawanan dan

patriotisme adalah bentuk nyata penghargaan

terhadap para pahlawan. Dalam kehidupan

sehari-hari, dapat melatih diri supaya

memiliki sifat-sifat kepahlawanan dan

semangat cinta bangsa dengan memulainya

menghargai para pahlawan bangsa dengan

mengingat jasa-jasa mereka. Selain itu,

mencontoh beberapa sikap mereka seperti

8

sikap rela berkorban, bersedia meminta dan

memaafkan.

2.2.2.3 Rela berkorban untuk kepentingan bangsa

dan negara

Realitas menunjukan bahwa Tuhan Yang

Maha Esa mengarahkan kepada bangsa

Indonesia pluraritas diberbagai hal seperti

suku, budaya, ras, agama, dan sebagainya.

Anugrah itu patut disyukuri dengan cara

menghargai kemajemukan tetap dipertahankan,

dipelihara, dan dikembangkan demi kemajuan

dan kejayaan bangsa (Soegito, 2005:95).

2.2.2.4 Mengutamakan persatuan dan kesatuan

Kata persatuan dan kesatuan berasal dari

kata “satu” yaitu sesuatu yang tidak

terpisah-pisah. Nilai persatuan Indonesia

mengandung usaha kearah bersatu dalam

kebulatan rakyat membina nasional dalam

Negara. Mengutamakan persatuan dan kesatuan

merupakan suatu proses terwujudnya

nasionalisme. Modal dasar persatuan suatu

warga negara Indonesia baik yang asli

maupun keturunan asing dari macam-macam

suku bangsa dapat menjalin kerjasama yang

erat dalam gotong royong dan kebersamaan.

9

2.2.2.5 Berjiwa pembaharu dan tidak kenal

menyerah

Kesadaran bernegara dari seseorang

ditentukan oleh kualitas mental sumber daya

manusia itu sendiri. Kualitas mental yang

diharapkan adalah manusia yang berkualitas

tersebut maka diperlukan manusia yang

berjiwa inovatif dan tidak kenal menyerah

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

usaha mempertahankan kelangsungan bangsa

dan tanah air, giat mempelajari sejarah

bangsa.

2.2.2.6 Memiliki sikap tenggang rasa sesama

manusia.

Tenggang rasa artinya dapat menghargai dan

menghormati perasaan orang lain, dengan

tenggang rasa manusia dapat merasakan atau

menjaga perasaan orang lain sehingga orang

lain tidak merasa tersinggung. Pelaksanaan

sikap tenggang rasa dapat diwujudkan dalam

kehidupan sehari-hari misalnya sebagai

berikut:

1) Menghormati hak-hak orang lain.

2) Kerelaan membantu teman yang mengalami

musibah.

10

3) Kesediaan menjenguk teman yang sedang

sakit.

4) Kemampuan mengendalikan sikap,

perbuatan, dan tutur kata yang dapat

menyinggung atau melukai perasaan orang

lain.

2.2.3 Unsur-unsur Nasionalisme

Sartono Kartodirdjo (1992:245) mengemukakan

bahwa unsur-unsur nasionalisme di Indonesia

dibagi dalam tiga kategori :

a. Unsur kognitif menunjukan adanya pengetahuan

atau pengertian akan suatu situasi/fenomena

tertentu dalam hal ini mengenai pengetahuan

akan situasi kolonial pada segala parposinya.

b. Unsur orientasi nilai/tujuan menunjukan

keadaan yang dianggap sebagai tujuan atau hal

yang berharga adalah memperoleh hidup yang

bebas dari kolonialisme.

c. Unsur afektif dari tindakan kelompok

menunjukan situasi dengan pengaruhnya yang

menyenangkan atau menyusahkan bagi pelaku-

pelakunya.

2.3 Pengertian Pelajar

Pelajar adalah orang yang belajar, murid (Kamus

Besar Bahasa Indonesia). Pelajar di sini merujuk

pada remaja yang berusia pelajar yang sedang

11

menenpuh pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas.

Masa remaja atau masa adolesen dapat dipandang sebagai

suatu masa di mana individu dalam proses

pertumbuhannya ( terutama fisik ) telah mencapai

kematangan. Periode ini menunjukan suatu masa

kehidupan, di mana kita sulit untuk memandang remaja

itu sebagai kanak-kanak, tapi tidak juga sebagai

orang dewasa. Mereka tidak dapat mereka belum

mencapai kematangan penuh dan tidak dapat dimasukkan

ke dalam kategori orang dewasa. Dengan kata lain

periode ini merupakan periode transisi atau

peralihan dari kehidupan masa kanak-kanak (childhood )

ke masa dewasa (adulthood ) ( Dadang S, 1995 : 1 ).

Menurut Gilmer perkembangan pelajar di bedakan

berdasarkan jenis kelaminnya. Untuk laki laki Gilmer

mengemukakan sebagai berikut :

1) Pre adolesen, yaitu antara usia 10 – 13 tahun

2) Masa adolesen awal, yaitu antara usia 13 – 17

tahun

3) Masa adolesen akhir, dari usia 18 – 21 tahun.

Laki- laki biasanya mencapai kematangan yang lebih

lambat dari gadis-gadis, sedangkan untuk wanita yang

biasanya perkembangannya lebih cepat pembagiannya

adalah :

1) Pre adolesen pada usia 10 dan 11 tahun

2) Masa adoloesen awal antara usia 12 – 16 tahun

12

3) Masa adolesen akhir antara usia 17 – 21 tahun

( Dadang S, 1995:3)

Menurut Sigmund Freud, masa remaja atau yang dia

sebut sebagai tingkat genital adalah penghubung

antara masa kanak-kanak dan dewasa. Ada 3 tahapan

dalam tingkat ini :

1) Tahap pra puber : ditandai dengan meningkatnya

kembali dorongan libido.

2) Tahap puber : ditandai dengan pertumbuhan fisik,

khususnya tanda-tanda seksual sekunder dan

kemampuan organik.

3) Tahap adaptasi : dimana pelajar yang bersangkutan

menyesuaikan diri terhadap dorongan-dorongan

seksual dan perubahan-perubahan fisik yang tiba-

tiba ( Wirawan, 2003 : 135).

13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian tentang di menggunakan metode

penelitian Deskriptif Kuantitatif. Penelitian

Deskriptif merupakan dasar bagi semua penelitian.

Penelitian Deskriptif dapat dilakukan secara

kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik

(Sulistyo- Basuki, 2006: 110). Sejalan dengan

pendapat Sugiyono (2011:14), yaitu metode penelitian

kuantitatif dapat diartikan sebagai metode

penellitian yang berdasarkan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau

sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada

umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk

menggambarkan sebuah fenomena atau fakta-fakta yang

berkaitan dengan pengaruh upacara bendera terhadap

rasa nasionalisme siswa-siswa SMK Farmasi Yamasi

Makassar di Makassar. Setelah mendapatkan informasi

atau data yang diperlukan, peneliti akan melakukan

14

analisis terhadap informasi tersebut yang kemudian

akan dilakukan tahap interpretasi terhadap informasi

atau fakta-fakta yang ditemukan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Farmasi Yamasi

Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukan

selama tujuh hari, dimulai dari tahapan merancang

penelitian, membuat kuesioner, mengumpulka data, dan

menyusun hasil penelitian dari tanggal 24-30

November 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Sulistyo-Basuki (2006 :182) mengemukakan

populasi adalah keseluruhan objek yang akan

diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah

data jumlah siswa-siswi di SMK Farmasi Yamasi

Makassar yaitu sebesar 417 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi

yang dianggap dapat mewakili dari populasi

tersebut. Sampel yang diambil melalui cara-cara

tertentu, jelas, dan lengkap (Hasan 2002: 58).

Untuk menentukan besarnya sampel menurut

15

Arikunto (2002: 112) apabila subjek kurang dari

100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya penelitian populasi. Jika

subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15

% atau 20-25 %. Berdasarkan jumlah populasi

siswa-siswi SMK Farmasi Yamasi Makassar,

sebanyak 417 orang, maka diambil sampel kelas X

3 sebanyak 20 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam setiap kegiatan penelitian selalu ada

kegiatan pengumpulan data. Metode pengumpulan data

dalam penelitian ini menurut Sulistyo-Basuki (2006:

147) meliputi:

3.4.1 Observasi nonpartisipan (pengamatan tidak

terkendali)

Pada metode ini peneliti hanya mengamati,

mencatat apa yang terjadi. Metode ini banyak

digunakan untuk mengkaji pola perilaku pemustaka

di perpustakaan.

3.4.2 Kuesioner

Kuesioner adalah pertanyaan terstruktur yang

diisi sendiri oleh responden atau diisi oleh

pewawancara yang membacakan pertanyaan dan

kemudian mencatat jawaban yang berikan

(Sulistyo-Basuki, 2006: 110). Pertanyaan yang

akan diberikan pada kuesioner ini adalah

16

pertanyaan menyangkut fakta dan pendapat

responden, sedangkan kuesioner yang digunakan

pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup,

dimana responden diminta menjawab pertanyaan dan

menjawab dengan memilih dari sejumlah

alternatif. Keuntungan bentuk tertutup ialah

mudah diselesaikan, mudah dianalisis, dan mampu

memberikan jangkauan jawaban.

3.4.3 Studi Literatur

Metode dengan mengumpulkan, mengidentifikasi

serta mengolah data tertulis berbentuk buku-buku

yang relevan, peraturan-peraturan, laporan

kegiatan serta data yang relevan bagi

penelitian.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto,

2002: 96).

3.5.1 Variabel Bebas (X)

Variabel bebas ini juga variabel pengaruh.

Sebab variabel ini menerangkan tentang hubungan

dengan fenomena yang diamati atau dikontrol.

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu:

Upacara Bendera

17

Upacara bendera merupakan bentuk pembelajaran

yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka untuk

menghargai jasa pahlawan yang telah gugur dan

untuk membiasakan siswa mencintai negara

Indonesia.

Indikator Upacara Bendera terdiri dari:

1. Pengibaran sang merah putih

2. Mengheningkan cipta

3. Pembacaan teks pembukaan Undang-Undang Dasar

1945

4. Pembacaan teks Pancasila

5. Amanat pembina upacara

6. Pembacaan Do’a

3.5.2 Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat ini disebut juga variabel

dependen artinya variabel terikat akan berubah

karakteristiknya tergantung pada perubahan yang

terjadi pada karakteristik variabel bebas.

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu: sikap

nasionalisme.

3.6 Validitas dan Releabilitas

Menurut Hasan (2006: 15) untuk memenuhi

kriteria sebuah penelitian yang dianggap sebagai

penelitian ilmiah, kecermatan pengukuran sangat

diperlukan. Ada dua syarat utama yang harus dipenuhi

18

oleh alat ukur untuk memperoleh suatu pengukuran

yang cermat, yaitu Validitas dan Releabilitas.

Validitas artinya alat ukur yang digunakan

dalam pengukuran, dapat digunakan untuk mengukur apa

yang hendak diukur ( Hasan, 2006 :15). Uji validitas

dimaksudkan untuk menguji ketepatan item-item dalam

kuesioner, apakah item-item yang ada mampu

menggambarkan dan menjelaskan variabel yang

diteliti. Jadi validitas adalah seberapa jauh alat

dapat mengukur hal atau subjek yang ingin diukur.

Validitas diusahakan dengan pikiran logis,

meminta pendapat orang yang ahli, menggunakan

kelompok yang telah diketahui sifatnya, kriteria

independen ( Nasution, 2000: 73). Item yang

digunakan dalam penelitian ini untuk selanjutnya

diuji reliabilitasnya.

Menurut Hasan (2006: 15) reliabilitas artinya

memiliki sifat dapat dipercaya, yaitu apabila alat

ukur digunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama

atau oleh peneliti lain tetap memberikan hasil yang

sama. Jadi reliabilitas adalah seberapa jauh

konsistensi alat ukur untuk dapat memberikan hasil

yang sama dalam mengukur hal dan subjek yang sama.

Reliabilitas mengandung 3 makna yaitu:

1.tidak berubah-ubah,

2.konsisten

19

3.dapat diandalkan

Reliabilitas diuji dengan cara:

a. tes-retes,

b. dua bentuk skala yang ekuvalen,

c. bagi-dua atau split-half. (Nasution, 2000: 73)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum SMK Farmasi Yamasi MakassarSekolah Menengah Kejuruan Yayasan Ma'bulo

Sibatang (SMK Yamasi). Saat ini memiliki dua

jurusan yang dapat dipilih, yaitu Farmasi dan

Analis Kesehatan. Sekolah ini telah didirikan

sejak 1985 dan terakreditasi "A".

4.1.1 Profil Responden

Profil responden diperlihatkan pada gambar

4.1. dari 20 responden yang terlibat dalam

penelitian ini, mayoritas responden berjenis

kelamin perempuan yaitu dengan jumlah sebanyak

sebelas responden atau dengan mendapatkan nilai

persentasi sebesar 55%. Sedangkan sisanya adalah

responden yang berjenis kelamin laki-lai yaitu

dengan jumlah sembilan responden atau nilai

persentasinya sebesar 45%

Gambar 4.1

20

Jumlah Sampel Siswa-siswi Perempuan

Laki-laki

4.2 Hasil Penelitian4.2.1 Analisis Data Hasil Pengisian Kuesioner

Sebagaimana dikemukakan dalam bab III sebelumnya, teknik yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu teknik kuesioner. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:1. Apakah adik rajin mengikuti upacara

bendera?

a. Selalu

b. Jarang

c. Tidak pernah

Tabel 4.2

Pilihan

Jawaban

Jumlah Persentase

(%)a 11 55%b 6 40%c 3 15%

Berdasarkan tabel 4.1 di atas maka dapat

diketahui bahwa sebagian besar (11 orang

atau 55%) selalu mengikuti upacara

bendera.

2. Menurut adik, apakah upacara bendera itu

bermanfaat?

21

Ya Tidak

Tabel 4.3

Pilihan

Jawaban

Jumlah Persentase

(%)Ya 15 75%

Tidak 5 25%Berdasarkan tabel 4.2 di atas maka dapat

diketahui bahwa sebagian besar (15 orang

atau 75%) mengatakan bahwa upacara bendera

itu bermanfaat.

3. Menurut adik, apakah upacara bendera itu

penting?

Ya Tidak

Tabel 4.4

Pilihan

Jawaban

Jumlah Persentase

(%)Ya 17 85%

Tidak 3 15%Berdasarkan tabel 4.3 di atas maka dapat

diketahui bahwa sebagian besar (17 orang

atau 85%) mengatakan bahwa upacara bendera

itu penting.

4. Apakah adik-adik berminat menjadi petugas

upacara bendera?

Ya Tidak

22

Tabel 4.5

Pilihan

Jawaban

Jumlah Persentase(

%)Ya 13 65%

Tidak 7 35%Berdasarkan tabel 4.1 di atas maka dapat diketahui bahwa sebagian besar (13 orang atau 65%)siswa-siswi berminat menjadi petugas upacara.

23

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada bab terakhir ini penulis akan memaparkan

kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis teliti

di SMK Farmasi Yamasi Makassar. Adapun tujuan dari

penelitian ini, peneliti memfokuskan Pengaruh Upacara

Bendera terhadap Sikap Nasionalisme dengan kesimpulan

berikut:

1. Peresepsi siswa-siswi terhadap pelaksanaan

upacara bendera di SMK Farmasi Yamasi Makassar

menunjukkan tanggapan yang baik. Hal ini terbukti

dengan sebagian besar siswa sangat antusias

mengikuti setiap kegiatan upacara bendera

dilakukan dengan khidmat dan disiplin.

2. Sikap nasionalisme siswa-siswi SMK Farmasi Yamasi

Makassar menunjukkan bahwa sebagian besar

memiliki sikap nasionalisme yang cukup tinggi,

salah satunya dengan menunjukkan sikap menjaga

dan melindungi negara, rela berkorban, Indonesia

bersatu, melestarika budaya Indonesia, cinta

tanah air, bangga berbangsa Indonesia, dan

menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

24

3. Hasil penelitian menujukkan bahwa pelaksanaan

upacara bendera berpengaruh besar terhadap sikap

nasionalisme siswa-siswi SMK Farmasi Yamasi

Makassar. Dalam kegiatan upacara bendera terdapat

karakter yang dapat dikembangkan, salah satunya

yaitu karakter nasionalisme, jadi sangatlah

penting bagi siswa untuk memerhatikan bagaimana

mengembangkan sikap nasionalisme yang baik sesuai

dengan nilai-nilai pancasila. Sikap nasionalisme

siswa-siswi di SMK Farmasi Yamasi Makassar

sebagian besar menunjukkan sikap yang cukup baik.

25

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis mencoba

memberi saran untuk kedepannya agar dapat

mengoptimalkan tujuan yang penulis teliti, adapun

saran yang penulis berikan sebagai berikut:

1. Sekolah lebih meningkatkan perhatiannya

perhatiannya dalam pengembangan sikap

nasionalisme siswa-siswi baik berupa dukungan

dalam kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler kegiatan

siswa.

2. Guru memberikan pemahaman mengenai nasionalisme

serta motivasi kepada siswa agar selalu

menerapkan nilai-nilai nasioalisme di dalam

lingkungan sekolah misalnya siswa aktif pada

saat kegiatan upacara bendera salah satunya

mejadi petugas upacara bendera.

3. Siswa sebagai generasi muda penerus bangsa,

harus mengamalkan nilai-nilai pancasila yang

dapat mewujudkan rasa nasionalisme yang tinggi,

ikut aktif berpartisipasi dalam kepengurusan

kegiatan upacara bendera karena upacara bendera

merupakan sarana pembelajaran untuk menanamkan

sikap nasionalisme.

26

DAFTAR PUSTAKA

Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Bhineka Cipta.

Dadang S. 1994. Psikologi Remaja : Dimensi-Dimensi Perkembangan.

Bandung : Mandar Maju.

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Meteologi Penelitian

Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indoesia.

Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.

Jakarta: Bumi Aksara.

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-

1900, Dari Emporium Sampai Imperium. Jakarta: Gramedia.

Nasution, S. 2000. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara

Smith, Anthony D. 2012. Nasionalisme Teori Ideologi Sejarah.

Jakarta: Erlangga.

Sudjana, Nana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:

Sinar Baru.

Sugianto, Mikael. 2007. 36 Jam Belajar Komputer SPSS 15. Jakarta:

Elex Media Komputindo.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

27

Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama

Widya Sastra dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Universitas Indonesia.

Sumarmi. 2006. Citra Pendidikan Kewarganegaraan. Klaten:

Sekawan.

Wirawan, Sarlito. 2003. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

LAMPIRAN

28