PENGARUH PROFITABILITAS DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPUTUSAN...

230
PENGARUH PROFITABILITAS DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Suatu Studi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ) SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Oleh Fanny Rosa Fandini 094020082 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2013

Transcript of PENGARUH PROFITABILITAS DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPUTUSAN...

PENGARUH PROFITABILITAS DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPUTUSAN INVESTASI,

KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI

VARIABEL MODERASI

(Suatu Studi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia )

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi

Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Fanny Rosa Fandini

094020082

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2013

PENGARUH PROFITABILITAS DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPUTUSAN INVESTASI,

KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI

VARIABEL MODERASI

(Suatu Studi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia)

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi

Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan

Bandung, April 2013

Mengetahui,

Pembimbing,

Dr. Atang Hermawan SE., Msi., Ak.

Pembimbing Pendamping,

Isye Siti Aisyah, SE., Msi

Dekan,

Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP

Ketua Program Studi,

Dr. H. Sasa S Suratman SE., MSc

MOTTO

“Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu ada Kemudahan,

maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan dan

hanya kepada tuhanmulah kamu berharap”

(Q.S Alam Nasyrah 94: 6-8)

“Kegagalan bukan berarti kehancuran, tetapi sebagai batu

loncatan menuju sukses’’ (phytagoras)

“Do Your Best Now and Leta God Do

The Rest’’

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan, dengan pengaruh

keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen sebagai variabel

moderasi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan asosiatif.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang diproksikan dengan

return on equity dan struktur kepemilikan yang diproksikan dengan kepemilikan

institusional, variabel moderasi dalam penelitian ini adalah keputusan investasi yang

diproksikan dengan price earning ratio, keputusan pendanaan yang diproksikan

dengan debt to equity ratio, kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend

payout ratio. Variabel dependen ini adalah nilai perusahaan dengan proksi dengan

price book. Adapun populasi dalam penelitian ini berjumlah 31 perusahaan. Sampel

penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel yang

diteliti sebanyak 5 perusahaan.

Analisis data mengunakan software pengolahan data statistik yaitu Eviews 6.

Hasil uji signifikan parsial (uji t) menunjukan bahwa terdapat pengaruh Profitabilitas

terhadap nilai perusahaan sedangkan tidak terdapat pengaruh struktur kepemilikan

terhadap nilai perusahaan. Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan

dengan keputusan investasi sebagai variabel moderasi, tidak terdapat pengaruh

struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan keputusan investasi sebagai

variabel moderasi. Tidak terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan

dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi, dan tidak terdapat pengaruh

struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai

variabel moderasi. Tidak terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan

dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi, dan tidak terdapat pengaruh

struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai

variabel moderasi.Secara simultan terdapat pengaruh profitabilitas dan struktur

kepemilikan terhadap nilai perusahaan terhadap nilai perusahaan, dan terdapat

pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan

keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen sebagai variabel

moderasi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata kunci : Return On Equity, kepemilikan institusional, Price earning Ratio, Debt

to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Price to Book Value.

KATA PENGANTAR

Assalammu’laikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan

terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan,

dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan

Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada Ayahanda Edi Sutisna dan Ibunda Oop Rohaeni selaku kedua

orang tua penulis. Penulis menghaturkan sembah sujud sebagai ucapan terima kasih

yang tentunya penulis belum mampu membalas pengorbanan Ayahanda dan Ibunda,

yang telah membesarkan, mendidik dan akan selalu memberikan doa restu, perhatian,

kasih sayang, serta dukungan yang tidak ternilai harganya demi kelancaran dan

keberhasilan penulis dalam segala hal. Serta kepada Yth. Bapak Dr. Atang Hermawan

SE.,Msi.,Ak. selaku dosen pembimbing dan Ibu Isye Siti Aisyah SE.,Msi. Selaku

dosen pembimbing pendamping penulis yang telah memberikan bimbingan, arahan,

saran,dan pemikirannya, serta bersedia meluangkan waktunya untuk membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Tidak lupa dalam kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis

menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Eddy Yusuf, Sp., M.Si., M.Kom. selaku Rektor Universitas

Pasundan Bandung.

2. Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Pasundan Bandung.

3. Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc. selaku Ketua Program studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.

4. Bapak Dadan Soekardan, SE., MSi. selaku Sekertaris Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.

5. Ibu Isye Siti Aisyah SE., Msi,. selaku dosen wali.

6. Bapak Kosim yang telah membantu dalam segala hal yang berhubungan

dengan surat menyurat selama proses penyusunan skripsi.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan yang

telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama proses

perkuliahan.

8. Kakakku Ardi Setiadi A.Md.. Terimakasih atas segala doa, kasih sayang,

support dan keceriaannya bagi penulis.

9. Seseorang yang teristimewa Mubarik Nursyidqi. Terima kasih untuk

semangat, kasih sayang, doa, dan motivasi yang diberikan dalam proses

penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi terselesaikan. Semoga sukses

dalam menggapai cita-cita mu kelak.

10. Sahabat-sahabat seperjuanganku Anita Trimulia, Reni, Mutdiyanti,

Noviandina, Citra Fitri Aryanti, Giani Kusnia, Devia Nursari putri terimakasih

atas dukungannya semoga tali silaturahmi kita selalu terjaga selamanya.

11. Kang Ridwan, kang Rah Adi dan Kang Somadi atas bantuan dan masukan-

masukan yang bermanfaat bagi penulis dalam menyusun skripsi ini.

12. Rekan-rekan Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) FE UNPAS periode

2011-2012 khususnya Ka Zaky, Ka Ihwan, Ka Akbar SE., Ka Bingky SE., Ka

Sammy SE., Ka Jovi dan Azka terimakasih atas semangatnya.

13. Teman-teman Akuntansi 2009, khususnya anak dosen wali Bu Isye

terimakasih atas suportnya

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk

semuanya.

Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif

bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Allah SWT membalas semua

amal dan kebaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini. Amin.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

Bandung, April 2013

Penulis

Fanny Rosa Fandini

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ………………………………………….………………….…... iv

DAFTAR TABEL ……………………………………………..………….….. xi

DAFTAR GAMBAR …………………………………………….………..….

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….

xiv

xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………..………………………………

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ………………………

1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………..

1.4 Kegunaan Penelitian …………………………………………..…...

1.4.1 Kegunaan Praktis ……….………...………………………

1.4.2 Kegunaan Teoritis ……….………………………………..

1

11

12

13

13

13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka ………………………..…………………….…….

2.1.1. Profitabilitas…………………..…………………….……….

2.1.1.1. Definisi Profitabilitas ….………..……………….

2.1.1.2. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas………...

15

15

15

16

2.1.1.3. Return On Equity ....………….…………………..

2.1.2. Struktur Kepemilikan …………….……………………….

2.1.2.1. Definisi Struktur Kepemilikan …………………..

2.1.2.2. Pengelompokan Struktur Kepemilikan Perusahaan

2.1.3. Keputusan Investasi ..……………………………..………

2.1.3.1. Definisi Keputusan Investasi ……………………

2.1.3.2. Price Earning Ratio ……………………………..

2.1.4 Keputusan Pendanaan ..……………………………..…….

2.1.4.1. Definisi Keputusan Pendanaan …………………..

2.1.4.2. Debt to Equity Ratio ……………………………..

2.1.5. Kebijakan Dividen…. ..……………………………..…….

2.1.5.1. Definisi Kebijakan Dividen ……………………...

2.1.5.2. Alternatif Kebijakan Dividen …………………….

2.1.5.3. Dividend Payout Ratio …………………………...

2.1.6. Nilai Perusahaan ………………………………………….

2.1.6.1. Definisi Nilai Perusahaan ……………………...

2.1.6.2. Harga Saham …………………………………...

2.1.6.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

2.1.6.4. Analisis Saham …….…………………………...

2.1.6.5. Price To Book Value …………………………...

2.2. Kerangka Pemikiran …………………………………………..….

2.2.1. Hubungan Profitabilitas dengan Nilai Perusahaan ……….

2.2.2. Hubungan Profitabilitas,Keputusan Investasi dengan Nilai

17

18

18

21

24

24

26

27

27

33

34

34

38

40

41

41

44

45

47

47

56

56

49

Perusahaan ………………………………………………..

2.2.3. Hubungan Profitabilitas,Keputusan Pendanaan dengan

Nilai Perusahaan ……………………………………….....

2.2.4. Hubungan Profitabilitas,Kebijakan Dividen dengan Nilai

Perusahaan ………………………………………………..

2.2.5. Hubungan Struktur Kepemilikan dengan Nilai Perusahaan

2.2.6. Hubungan Struktur Kepemilikan ,Keputusan Investasi

dengan Nilai Perusahaan ………………………………...

2.2.7. Hubungan Struktur Kepemilikan,Keputusan Pendanaan

dengan Nilai Perusahaan …………………………………

2.2.8. Hubungan Struktur Kepemilikan,Kebijakan Dividen

dengan Nilai Perusahaan …………………………………

2.2.9. Hubungan Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan dengan

Nilai Perusahaan ……………………………………….....

2.2.10.Hubungan Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan

terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Investasi,

Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen Sebagai

Variabel Moderasi ……………………………………….

2.3. Hipotesis ………….………………………..……………………..

57

57

58

59

60

61

62

63

63

66

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian yang digunakan ……………………………...

3.2. Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel ……...………

3.2.1. Definisi Variabel dan Pengukurannya……………………

67

68

68

3.2.2. Operasional Variabel ……………………………………..

3.3. Populasi dan Sampel …………………………………………….

3.3.1. Populasi ………….…………………………….…………

3.3.2. Sampel ………………………………………...…………

3.4. Teknik Pengumpulan Data ………………..…………………….

3.4.1. Sumber Data …...…………………………………………

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data ……………………………….

3.5. Metode Analisis yang digunakan ……..………………………...

3.6. Analisis Data dan Rancangan Uji Hipotesis …………………….

3.6.1. Analisis Data ……..………………………………………

3.6.2. Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ……………

3.6.2.1. Rancangan Analisis ………..……………………

3.6.2.2. Tes Statistik untuk Pengujian Hipotesis ………..

3.6.2.3. Penetapan Hipotesis …………………………….

3.6.2.4. Penetapan Tingkat Signifikansi …………………

3.6.2.5. Penarikan Kesimpulan …………………………..

75

76

77

77

80

80

80

81

82

82

84

84

95

97

99

100

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian ………………………………………………….

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan ……………………………

4.1.2. Gambaran Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan.

4.1.3. Gambaran Struktur Kepemilikan pada Perusahaan

Pertambangan ……………………………………………

4.1.4. Gambaran Keputusan Investasi pada Perusahaan

101

101

106

107

Pertambangan ……………………………………………

4.1.5. Gambaran Keputusan Pendanaan pada Perusahaan

Pertambangan……………………………………………..

4.1.6. Gambaran Kebijakan Dividen pada Perusahaan

Pertambangan……………………………………………..

4.1.7. Gambaran Nilai Perusahaan pada Perusahaan

Pertambangan………………………………………….....

4.2. Pembahasan ……………………………………………………..

4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ……………………………..

4.2.1.1. Analisis Profitabilitas Perusahaan Pertambangan

4.2.1.2. Analisis Struktur Kepemilikan Perusahaan

Pertambangan ………………….………………..

4.2.1.3. Analisis Keputusan Investasi Perusahaan

Pertambangan ………….…………....................

4.2.1.4. Analisis Keputusan Pendanaan Perusahaan

Pertambangan …..………...……………………..

4.2.1.5. Analisis Kebijakan Dividen Perusahaan

Pertambangan …………………………………...

4.2.1.6. Analisis Nilai Perusahaan Perusahaan

Pertambangan …………………………………...

4.2.2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan ……

4.2.3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

dengan Keputusan Investasi, keputusan Pendanaan dan

110

111

113

114

116

116

116

119

121

123

125

127

130

130

Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderasi …………..

4.2.3.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan Keputusan Investasi Sebagai

Variabel Moderasi ………….…………...............

4.2.3.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan Keputusan Pendanaan

Sebagai Variabel Moderasi ……………………...

4.2.3.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai

Variabel Moderasi …………………………........

4.2.4 Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai

Perusahaan ………………………………………………..

4.2.5 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan

Dengan Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan

Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi ………….

4.2.5.1. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan Keputusan Investasi Sebagai

Variabel Moderasi ………….…………...............

4.2.5.2 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan Keputusan Pendanaan

Sebagai Variabel Moderasi ……………………...

4.2.5.3. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai

133

133

138

144

149

153

153

159

Variabel Moderasi Pada Perusahaan

Pertambangan …………………………………...

4.2.6 Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan

Terhadap Nilai Perusahaan ……………………………….

4.2.7 Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan

Terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Investasi,

Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen Sebagai

Variabel moderasi ………………………………………..

164

170

174

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………………………...…………………………….

5.2. Saran ……………………………………………………………...

195

204

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...

LAMPIRAN- LAMPIRAN

205

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

1.1.

1.2.

1.3.

2.1.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Kapitalisasi Pasar ...

Perkembangan Indeks Sektoral di Bursa Efek Indonesia ……………...

Sektor Pertambangan …………………………………………………..

Peneliti Terdahulu ……………………………………………………..

2

7

9

49

3.1

3.2.

3.3.

3.4.

Operasionalisasi Variabel ………….…………………………………..

Hasil Purposive Sampling ……………………………………………..

Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI yang menjadi sampel

Interpretasi Koefisien Korelsi ……………………………………….....

75

79

79

94

4.1.

4.2.

4.3.

4.4.

4.5.

4.6.

4.7.

4.8.

4.9.

4.10.

4.11.

4.12.

Perkembangan Rasio Profitabilitas Tahun 2007- 2011 ………………..

Perkembangan Struktur kepemilikan Tahun 2007-2011 …..…………..

Perkembangan Rasio Keputusan Investasi Tahun 2007-2011 ………...

Perkembangan Rasio Keputusan Pendanaan Tahun 2007-2011 ……...

Perkembangan Rasio Kebijakan Dividen Tahun 2007-2011 …….......

Perkembangan Rasio Nilai Perusahaan Tahun 2007-2011 ……………

Tingkat Profitabilitas Tahun 2007- 2011 ………………………..........

Hasil Analisis Deskriptif Profitabilitas Tahun 2007-2011 …………….

Tingkat Struktur kepemilikan Tahun 2007-2011 …..…………………

Hasil Analisis Deskriptif Struktur kepemilikan Tahun 2007-2011…….

Tingkat Keputusan Investasi Tahun 2007-2011 ………........................

Hasil Analisis Deskriptif Keputusan Investasi Tahun 2007-2011……..

106

108

110

111

113

115

117

116

118

119

121

122

4.13.

4.14.

4.15.

4.16.

4.17.

4.18.

4.19.

4.20.

4.21.

4.22.

4.23.

4.24.

4.25.

4.26.

4.27.

4.28.

Tingkat Keputusan Pendanaan Tahun 2007-2011 …….........................

Hasil Analisis Deskriptif Keputusan Pendanaan Tahun 2007-2011…..

Tingkat Kebijakan Dividen Tahun 2007-2011 ……............................

Hasil Analisis Deskriptif Kebijakan Dividen Tahun 2007-2011……..

Tingkat Nilai Perusahaan Tahun 2007-2011 …………………………

Hasil Analisis Statistik Deskriptif Nilai Perusahaan Tahun 2007-2011

Regresi Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan …..…………………

Regresi Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan

Investasi sebagai variabel Moderasi …………………………………...

Regresi Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan

Pendanaan sebagai variabel Moderasi …………………………………

Regresi Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan kebijakan

dividen sebagai variabel Moderasi …………………………………….

Regresi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan ……….........

Regresi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Keputusan Investasi sebagai variabel Moderasi ……………………….

Regresi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Keputusan Pendanaan variabel Moderasi ……………………………...

Regresi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan

kebijakan dividen variabel Moderasi ………………………………….

Regresi Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai

Perusahaan …………………………..…………………………………

Hasil Uji F ……………………………………………………………..

123

124

125

126

127

129

130

134

139

144

149

154

159

165

170

173

4.29.

4.30.

4.31.

4.32.

4.33.

4.34.

4.35.

4.36.

4.37.

4.38.

4.39.

4.40

Regresi Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai

Perusahaan dengan Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan

Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi ……………………….

Hasil Uji F ……………………………………………………………..

Rekapitulasi Hasil Analisis Deskriptif ………………………………..

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai

Perusahaan …………………………………………………………….

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai

Perusahaan dengan Keputusan Investasi sebagai variabel moderasi…..

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai

Perusahaan dengan Keputusan Pendanaan sebagai variabel moderasi...

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai

Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai variabel moderasi.........

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai

Perusahaan ……………………………………………………………..

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai

Perusahaan dengan Keputusan Investasi sebagai variabel moderasi …..

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai

Perusahaan dengan Keputusan Pendanaan sebagai variabel moderasi ..

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai

Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai variabel moderasi ……

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas dan Struktur

Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan …………………………….

174

179

180

183

184

185

186

187

188

189

191

192

4.41.

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Pengaruh Profitabilitas dan Struktur

Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Investasi,

Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen sebagai Variabel

Moderasi ……………………………………………………………….

193

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran ………………………………………………… 65

3.1. Model Penelitian ……………………..……………………………... 82

4.1.

4.2.

4.3.

4.4.

4.5.

4.6.

Grafik Rasio Profitabilitas ….……..…………………………………

Grafik Struktur Kepemilikan ….……………...…………………….

Grafik Keputusan Investasi ……………...……….………………….

Grafik Keputusan Pendanaan ……………………….……………….

Grafik Kebijakan Dividen ………………..………………………...

Grafik Nilai Perusahaan ……………..………………………...........

117

119

122

124

126

128

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Membimbing Skripsi

Lampiran 2 Kartu Perkembangan Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Gambaran Data Profitabilitas, Struktur Kepemilikan, Keputusan

Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen dan Nilai

Perusahaan

Lampiran 3 Ikhtisar Keuangan Perusahaan Pertambangan Pada Tahun

2007-2011

Lampiran 4 Output Hasil Analisis Statistik Eviews6

Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sejalan dengan perkembangan perekonomian, banyak perusahaan dalam rangka

mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan modal.

Perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja

operasional perusahaan. Salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan

tambahan modal adalah dengan menawarkan kepemilikan perusahaan tersebut kepada

masyarakat/publik (go public).

Pasar modal telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat

bisnis. Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk dapat menyalurkan

dan menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan bagi

investor (Hasa Nurohim: 2008). Pasar modal di Indonesia,yaitu BEI dapat menjadi

media pertemuan antara investor dan industri. Di Indonesia perkembangan pasar

modal sudah semakin pesat hal tersebut tercermin dari peningkatan pertumbuhan

nilai kapitalisasi pasar dan peningkatan Indeks Harga Gabungan (IHSG) setiap

tahunnya.

Tabel 1.1 INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DAN

NILAI KAPITALISASI PASAR

Bursa Efek Indonesia

Periode

IHSG

perubahan jumlah saham

Nilai

Kapitalisasi

(Rp. M) tertinggi terendah Akhir

2007 2.810,96 1.678,04 2.745,83 940,31 1.128.173.554.108 1.988.326,20

2008 2.830,26 1.111,39 1.355,41 -1.390,42 1.374.411.626.346 1.076.490,53

2009 2,534.36 1,256.11 2,534.36 1,178.95 1,465,654,987,417 2,019,375.13

2010 3,756.97 2,475.57 3,703.51 1,169.16 1,894,828,442,341 3,247,096.78

2011 4,193.44 3,269.45 3,821.99 118.48 2,198,133,269,765 3,537,294.21

Sumber : Statistik Pasar Modal 2012, BAPEPAM-LK

Perkembangan tersebut menunjukkan betapa pentingnya pasar modal bagi

perusahaan sebagai sumber pendanaan eksternal. Jumlah kebutuhan dana perusahaan

cermin dari investasi yang akan dilakukan. Pada saat yang sama dimana investasi dan

pendanaan meningkat, IHSG sebagai acuan nilai pasar bergerak kearah yang sama.

IHSG pada tahun 2007 sebesar 2,745.83 menjadi 3,821.99 pada tahun 2011.

Demikian juga perkembangan nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia tahun 2007

sebesar Rp.1.988.326,20 milyar menjadi Rp.3,537,294.21 milyar pada tahun 2011.

Namun pada tahun 2008 , terjadi penurunan IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar

penurunan ini disebabkan adanya krisis global yang juga berdampak pada gejolak

pasar modal Indonesia.

Menurut Dirut BEI, Erry Firmansyah mengatakan bahwa akibat terimbas krisis

finansisal global, IHSG mengalami penurunan pada 3 bulan terakhir 2008 yang

diikiuti dengan penurunan nilai kapitalisasi pasar di BEI. Hal itu menyebabkan pada

akhir 2008 IHSG ditutup pada level atau turun sebesar 51,17%”. (www.inilah.com/

diakses pada 20 Desember 2012: 15.00 WIB)

Penurunan IHSG pada Mei 2010, Kepala Bapepam-LK Fuad Rahmany

menyatakan bahwa : IHSG turun enam persen, hampir sama dengan regional lain.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo juga menyatakan bahwa pemerintah saat ini

memang tengah mengantisipasi keadaan krisis ekonomi di Eropa dan imbasnya

kepada pasar modal.(www.okezone.com/ diakses pada 20 Desember 2012 : 13.50

WIB)

Robbert Ang (1997) dengan melakukan studi yang bertujuan meneliti dan

memprediksi pergerakan harga saham di masa yang akan datang didasarkan pada

prospek ekonomi, faktor eksternal dan internal perusahaan sehingga analisisnya

bersifat jangka panjang. Informasi utama yang diperlukan adalah kondisi dan prospek

perusahaan, sedang motif utamanya adalah dividen dan pertumbuhan. Studi ini

menyimpulkan bahwa dengan adanya nilai intrinsik suatu saham maka akan

membantu investor di dalam menentukan apakah suatu saham bersifat terlalu murah

(under valued), harga wajar (fairly price) atau terlalu mahal (over valued). (Sumarno

dan Gunistiyo: 2009)

Rata-rata imbal hasil (return) delapan saham milik Grup Bakrie yang tercatat di

Bursa Efek Indonesia mencapai 12,53% di awal 2013. Tingkat return saham Grup

Bakrie dalam kurun waktu empat tahun terakhir cenderung kecil, dengan rasio nilai

buku terhadap harga saham atau price to book value (PBV) di bawah satu,

mengindikasikan tingkat kepercayaan investor terhadap saham grup ini mengalami

penurunan. (www.iyaa.com/ diakses pada 10 Mei 2013 : 19.37 WIB)

Sumber : www.newsidx.com / data diolah 2012

Pergerakan price book value tahun 2012 pada perusahaan pertambangan terlihat

rendah. PBV ini merupakan rasio perbandingan nilai pasar suatu saham (Stock market

value) terhadap nilai bukunya sendiri sehingga dapat mengukur tingkat harga saham

overvalue atau undervalue. Semakin rendah nilai PBV suatu saham maka saham

tersebut dikategorikan undervalued, yang mana sangat baik untuk memutuskan

investasi jangka panjang. Nilai rendah PBV ini disebabkan oleh turunya harga saham,

sehingga harga saham berada di bawah nilai bukunya atau nilai sebenarnya.

Rendahnya PBV dapat mengindikasikan menurunnya kualitas dan kinerja

fundamental emiten.

Perusahaan bertujuan memperoleh laba dan meningkatkan nilai perusahaan yang

dapat dilakukan melalui peningkatan kemakmuran kepemilikan atau para pemegang

saham. Keberadaan para pemegang saham dan peranan manajemen sangatlah penting

dalam menentukan besar keuntungan yang akan diperoleh. Harga saham di pasar

modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan dan penawaran investor,

0

1

2

3

4

5

6

7

Price Book Value

PBV

sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan sebagai proksi nilai

perusahaan (Hasnawati, 2005).

Nilai perusahaan ditentukan oleh profitabilitas perusahaan. Profitabilitas

merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.

dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan

perusahaan. Laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan keputusan

investasi yang dilakukan perusahaan. Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang

sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan

oleh perusahaan (Subramanyam, 1996 dalam Rachmawati et al. 2007). Profitabilitas

yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan

merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat (Sujoko dan Soebintoro,

2007).

Meningkatkan nilai perusahaan dapat menarik nilai investor (khususnya capital

gain dan dividen) untuk menanamkan modalnya.dalam hal ini manajer harus

memutuskan apakah laba yang diperoleh selama satu periode akan dibagikan

seluruhnya atau hanya sebagian yang dibagikan sebagai dividen dan sisanya ditahan

perusahaan atau biasa disebut laba ditahan (retained earning). (Tendi Haruman,2008)

bahwa dividen dapat digunakan untuk mengurangi equity agency cost yang timbul

dari adanya perbedaan kepentingan di dalam perusahaan. Perbedaan kepentingan

yang dimaksud adalah perbedaan kepentingan antara manajer sebagai pengelola

perusahaan (agent) dengan pemegang saham sebagai pemilik (owners). Tidak jarang

pihak manajemen perusahaan mempunyai tujuan lain yang mungkin bertentangan

dengan tujuan utama perusahaan. Perbedaan kepentingan inilah yang menyebabkan

timbul konflik biasa disebut sebagai konflik keagenan (agency conflict). Perbedaan

tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya

pemegang saham tidak menyukai kepentingan dari manajer karena apa yang

dilakukan manajer tersebut akan menyebabkan akan menambah biaya bagi perusahan

sehingga penurunan keuntungan perusahaan dan dividen yang akan diterima

pemegang saham. Pengaruh dari konflik antara pemilik (owners) ini akan

menyebabkan penurunan nilai perusahaan, kerugian inilah merupakan agency cost

equity bagi perusahaan (Tendi Haruman 2008).

Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi

manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan

mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan

.Manajemen keuangan menyangkut penyelesaian atas keputusan penting yang

diambil perusahaan, antara lain keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan

kebijakan dividen. Suatu kombinasi yang optimal atas ketiganya akan

memaksimumkan nilai perusahaan yang selanjutnya akan meningkatkan kemakmuran

kekayaan pemegang saham. Investasi modal merupakan salah satu aspek utama

dalam keputusan investasi selain penentuan komposisi aktiva. Keputusan

pengalokasian modal ke dalam usulan investasi harus dievaluasi dan dihubungkan

dengan risiko dan hasil yang diharapkan (Hasnawati, 2005).

Krisis ekonomi di eropa terus berdampak pada pasar modal Indonesia , ini

ditunjukan dengan melemahnya IHSG dimana pelemahan tertinggi dipimpin oleh

sektor pertambangan sebesar 19,15 poin. IHSG Selasa (19/4/2011) melemah 14,30

poin atau setara 0,38 persen ke posisi 3.712,77. Seluruh sektor pun seluruhnya

terpantau lemah, di mana pelemahan tertinggi dipimpin dari sektor pertambangan

sebesar 19,15 poin, dan sektor perkebunan melemah 15,66 poin. Hanya sektor

infrastruktur saja yang tercatat menguat tipis 2,16 poin. (www.okezone.com /diakses

pada 1 januari 2013: 21.45 WIB).

Pertambangan adalah sektor yang mengalami penurunan yang sangat signifikan

dibandingkan dengan sektor lainnya dalam menghadapi krisis ekonomi di eropa.

Dalam keadaan seperti ini manjemen dituntut untuk mendapatkan laba dan

meningkatkan nilai perusahaan dengan cara menjalankan fungsi manajemen

keuangan dengan baik yang meliputi keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan

kebijakan dividen.

Tabel 1.2

Perkembangan Indeks Sektoral di Bursa Efek Indonesia

perubahan dari

tahun 2009

perubahan dari

bulan

sebelumnya

indeks harga

saham 30-12-11 30-03-12 30-04-12 +/- % +/- %

IHSG 3,821.99 4,121.55 4,159.28 337.29 8.82 37.73 0.92

Pertanian 2,146.04 2,428.19 2,426.03 280 13.05 -2.16 -0.09

ind. Dasar 408.27 437.37 438.49 30.22 7.4 1.12 0.26

Properti 229.25 278.59 299.82 70.56 30.78 21.23 7.62

Ind.Konsumsi 1,315.96 1,349.10 1,345.85 29.89 2.27 -3.24 -0.24

Keuangan 491.78 508.13 520.55 28.77 5.85 12.42 2.44

Infrastruktur 699.45 747.39 766.8 67.35 9.63 19.41 2.6

Pertambangan 2,532.38 2,760.39 2,631.92 99.54 3.93 -128.47 -4.65

Aneka Industri 1,311.15 1,329.13 1,345.29 34.14 2.6 16.15 1.22

Perdangangan 582.19 725.04 731.3 149.11 25.61 6.26 0.86

Manufaktur 992.47 1,025.20 1,029.11 36.65 3.69 3.91 0.38

Sumber : Statistik Pasar Modal 2012, BAPEPAM-LK

Pergerakan saham tambang, sepanjang 2012, mengalami penurunan kinerja

sebanyak 21,56 persen. Adanya kebijakan baru yang dikeluarkan Ditjen Minerba

Kementerian ESDM yang memangkas harga batu bara acuan 6,4 persen menjadi

USD105,61 per ton dibandingkan dengan sebelumnya USD112,87 per ton menjadi

awal tekanan yag terjadi pada saham sektor ini. Pada kuartal pertama produksi turun

akibat musim hujan sehingga harga menjadi mahal.

Sementara itu, selain batu bara, timah pun mengalami tantangan dari adanya

tambang ilegal dan moratorium ekspor. selain itu, mineral termasuk nikel

menghadapi peraturan menteri ESDM no 7/2012 yang melarang ekspor barang

mentah per Mei. Banyaknya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tersebut semakin

menekan sektor pertambangan sehingga membuat saham sektor ini mengalami

penurunan.(www.okezone.com / diakses pada 29 Desember 2012: 10.08 WIB)

Laba bersih yang diraih PT Timah pada triwulan ketiga tercatat Rp 370 miliiar ,

atau 57 persen lebih rendah ketimbang pendapatan perseroan tersebut pada triwulan

ketiga 2011 lalu yang mencapai Rp 860 miliar, dalam public expose yang digelar

untuk kali pertama dibawah manajemen baru sejak ditetapkan melalui RUPS.

(www.pmeindonesia.com/ diakses pada 29 Desember 2012: 11.30 WIB)

Aksi jual besar-besaran melanda saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Hari

ini, harga saham perusahaan tambang terbesar di Indonesia itu terjun 12,36% ke level

terendahnya Rp 780 per saham. Managing Partner Investa Sarana Mandiri Kiswoyo

Adi Joe memprediksi sampai akhir bulan Agustus ini, harga saham BUMI bisa

menembus ke level Rp 700. "Posisi laba per saham (EPS) BUMI -150 dengan price

earning ratio (P/E) sebesar -5.18," hitung Kiswoyo. Dari sisi kemampuan membidik

keuntungan, return on equity (ROE) BUMI menjadi -68%. “artinya perlu kinerja

yang sangat berat agar BUMI meraih untung atas ekspansinya.‟ Jelasnya. Debt equity

ratio (DER) BUMI juga mencapai 13 kali yang berarti utang BUMI sudah 13 kali

lipat dari modalnya sendiri. (www.investasi.kontasn.id / diakses pada 25 Desember

2012 : 17.26)

Tabel 1.3

Sektor Pertambangan

Nama Perusahaan PER EPS Target Resistance

INCO 19,2 kali USD 14 Rp.2975

TINS 10 kali Rp. 165 Rp.1740

ANTM 10 kali Rp.159 RP.1700

ITMG 8,45 kali Rp.4383 Rp.38500

BORN 7,57kali Rp.103 Rp.880

HRUM 10,53 kali Rp.627 RP.7100

ADRO 12,45 kali Rp.139 Rp.1790

BUMI 19 kali RP.96 Rp.2025

DKFT 6 kali RP.280 Rp.1880

KKGI 15 kali Rp.397 Rp.6550

(www.inilah.com / data diolah /diakses pada 25 Desember 2012 : 15.32 )

Dewan Komisaris dan Direksi Bumi Plc sedang mengkaji berbagai cara untuk

meningkatkan harga sahamnya sekaligus kepercayaan investor menyusul investigasi

dan tuduhan adanya penyimpangan dana di salah satu anak usahanya, yaitu PT Bumi

Resources Tbk (BUMI). Menurut Kepala Hubungan Masyarakat Bumi Plc Nick Von

Schirnding Memang ada beberapa masalah yang harus dihadapi, tapi struktur

kepemilikan tetap menjadi isu utama, ini merupakan hal yang harus kami selesaikan

dalam beberapa bulan kedepan sebelum memberikan stategi jangka panjang.

(www.detik.com / diakses pada 25 Desember 2012: 18.28)

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lihan Rini Puspo Wijaya,

Bandi, dan Anas Wibawa (2010) dengan judul pengaruh keputusan investasi,

keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur di BEI tahun 2006-2009 menyimpulkan bahwa keputusan

investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan.

Penelitian Muhammad ikbal, Sutrisno dan Ali Djamhuri (2011) dengan judul

Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan Insider Terhadap Nilai Perusahaan dengan

kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen sebagai varibel intervening pada perusahaan

manufaktur di BEI menyimpulkan bahwa profitabilitas terhadap kebijakan utang

perusahaan tidak signifikan tetapi kepemilikan insider terhadap kebijakan utang

perusahaan berpengaruh signifikan. Demikian profitabilitas dan kepemilikan insider

terhadap kebijakan dividen berpengaruh signifikan. Kemudian kebijakan utang

berpengaruh signifikan terhadap dividen. Profitabilitas dan kepemilikan insider

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sementara kebijakan utang dan

dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Untung Wahyudi dan Hartini (2006) melakukan penelitian dengan judul

implikasi struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan keputusan keuangan

sebagai variabel intervening pada perusahaan go public, kecuali perusahaan

perbankan dan lembaga keuangan lainnya serta perusahaan yang dimiliki oleh

Pemerintah Republik Indonesia di BEI tahun 2002 dengan tahun 2003 menyimpulkan

bahwa Strukur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap keputusan investasi,

struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan

keputusan keuangan, keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan,

tetapi keputusan investasi dan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan, struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai

perusahaanbaik secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui

hubungan variabel-variabel tersebut dengan mengambil judul : PENGARUH

PROFITABILITAS DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN DENGAN KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN

PENDANAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL

MODERASI” (Suatu Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia).

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penulis

mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan menjadi pokok pembahasan, yaitu :

1. Bagaimanakah profitabilitas, struktur kepemilikan, keputusan investasi,

keputusan pendanaan, kebijakan deviden dan nilai perusahaan.

2. Seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

3. Seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan

keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen sebagai variabel

moderasi .

4. Seberapa besar pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan.

5. Seberapa besar pengaruh stuktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan

keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen sebagai variabel

moderasi.

6. Seberapa besar pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan.

7. Seberapa besar pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan

dividen sebagai variabel moderasi.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui profitabilitas, struktur kepemilikan, keputusan investasi,

keputusan pendanaan, kebijakan dividen dan nilai perusahaan.

2. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

3. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan

keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen sebagai variabel

moderasi.

4. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan.

5. Untuk mengetahui pengaruh stuktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan

dengan keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen sebagai

variabel moderasi.

6. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap

nilai perusahaan.

7. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap

nilai perusahaan dengan keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan

dividen sebagai variabel moderasi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang

berarti bagi pengembangan kurikulum bagi mahasiswa akuntansi untuk

memperluas pengetahuan di bidang pasar modal, khususnya mengenai pengaruh

profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan

keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan deviden sebagai variabel

intervening pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1.4.2 Kegunaan Praktis

Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai

pihak, antara lain:

a. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan, serta

mnjadi kesempatan yang baik untuk mengaplikasikan teori-teori yang

diperoleh selama perkuliahan ke dalam masalah-masalah praktis khususnya

mengenai profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan

dengan keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen

sebagai variabel moderasi.

b. Bagi Investor

Penelitian ini berharap dapat digunakan sebagai bahan referensi atau

pertimbangan, khususnya bagi individual investor yang tertarik untuk

berinvestasi agar mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga

saham dan tepat dalam melakukan investasi.

c. Bagi peneliti selanjutnya dan pihak lainnya

Penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan, bahan referensi,

pertimbangan, rujukan maupun perbandingan dalam melakukan penelitian

selanjutnya yang terkait dengan topik yang sama atau berkaitan dengan

pembahasan topik ini

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Profitabilitas

2.1.1.1 Definisi Profitabilitas

Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. (Kasmir,2012 :114). Laba

merupakan ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang

dinyatakan dalam istilah keuangan. Laba ditugaskan untuk menyediakan baik

pengukuran perubahan kekayaan pemegang saham selama periode maupun

mengestimasi laba usaha sekarang, yaitu sampai sejauh mana perusahaan dapat

menutupi biaya operasi dan menghasilkan pengembalian kepada pemegang saham

sehingga laba dikatakan sebagai indikator profitabilitas perusahaan. Laba merupakan

satu-satunya faktor penentu perubahan nilai saham yang menunjukan prospek

perusahaan dimasa yang akan datang. (Subramayam, 2010:143).

Menurut Brigham dan Houston (2010:146) Definisi profitabilitas adalah

sebagai berikut :

“Profitabilitas adalah Sekelompok rasio yang menunujukan kombinasi dari

pengaruh likuiditas, manajemen asset dan utang pada hasil operasi”.

Sedangkan Irham Fahmi (2011:168) menyatakan profitabilitas sebagai berikut

:

“Profitabilitas mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang

ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan dengan penjualan maupun

investasi”.

Berdasarkan kedua definisi tersebut di atas menunjukan bahwa profitabilitas

merupakan perhitungan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari

keuntungan. Profitabilitas dimaksudkan untuk mengukur efisiensi pengguna aktiva

perusahaan (atau mungkin sekelompok aktiva perusahaan) mungkin juga efisiensi

ingin dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan. (Suad Husnan,2006).

Oleh karena itu, profitabilitas ini dapat memberikan ukuran tingkat efektifitas

manajemen suatu perusahaan.

2.1.1.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas

Manfaat rasio profitabilitas tidak terbatas hanya pada pemilik usaha atau

manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar perusahaan, terutama pihak – pihak yang

memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan.

Menurut Kasmir (2012:197) Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi

perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu:

a. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam

suatu periode tertentu.

b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

e. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri.

f. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal sendiri.

Sementara itu manfaat yang diperoleh adalah untuk :

a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode.

b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

e. Mengetahui besarnya produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri,

2.1.1.3 Return On Equity

Profitabilitas mengukur kemampuan untuk menghasilkan laba dengan

menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan seperti aktiva,modal atau

penjualan perusahaan. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki

perusahaan. Rasio ini penting bagi pihak pemegang saham untuk mengetahui

efektivitas dan efisiensi pengolahan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak

manajemen perusahaan. (I Made Sudana,2011:22).

Menurut Kasmir, 2012: 204 pengertian Return On Equity adalah sebagai

berikut :

“ ROE yaitu rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri secara keseluruhan menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri,

semakin tinggi rasio ini semakin baik”.

Rumus rasio profitabilitas melalui return on equity (ROE) atau hasil

pengembalian ekuitas.

(Kasmir,2012:204)

Rasio ini bisa dikatakan sebagai rasio yang paling penting dalam keuangan

perusahaan. ROE mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan

kepada para pemegang saham. Rasio ini menunjukan efisiensi modal sendiri.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik. (Kasmir,2012:204).

2.1.2 Struktur Kepemilikan

2.1.2.1 Definisi Struktur Kepemilikan

Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan, pemilik tidak mungkin

melaksanakan semua fungsi yang dibutuhkan dalam pengelolaan suatu perusahaan,

karena keterbatasan kemampuan, waktu , dan sebagainya. Dalam kondisi yang

demikian pemilik perlu manunjuk pihak lain (agen) yang profesional, untuk

melaksanakan tugas mengelola kegiatan yang lebih baik.

Menurut Sugiarto (2009: 59) struktur kepemilikan adalah :

“Struktur kepemilikan adalah struktur kepemilikan saham, yaitu

perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan

jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan kata lain struktur

kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan kepemilikan

manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan. Dalam menjalankan

kegiatannya suatu perusahaan diwakili oleh direksi (agents) yang ditunjuk

oleh pemegang saham (principals).”

Sedangkan menurut I Made Sudana (2011:11) menyatakan struktur kepemilikan

adalah :

“struktur kepemilikan merupakan pemisahan antara pemilik perusahaan dan

manajer perusahaan. Pemilik atau pemegang saham adalah pihak yang

menyertakan modal kedalam perusahaan, sedangkan manajer adalah pihak

yang ditunjuk pemilik dan diberi kewengangan mengambil keputusan dalam

mengelola perusahaan, dengan harapan manajer bertindak sesuai dengan

kepentingan pemilik”.

Manajer disewa oleh pemegang saham untuk menjalankan perusahaan, agar

perusahaan mencapai tujuan pemegang saham, yaitu memaksimumkan nilai

perusahaan (kemakmuran pemegang saham).( Mamduh M Hanafi,2008 ). Tujuan

manajer mungkin bertentangan dengan memaksimalisasi kekayaan pemegang saham.

Khususnya manajer mungkin lebih tertarik untuk memaksimalkan kekayaan mereka

sendiri dari pada kekayaan pemegang sahamnya.

Menurut Donaldson dalam (Mamduh M Hanafi ,2008) terdapat dua motivasi

dasar manajer yaitu Survival – Manajer berusaha menguasai sumber daya agar

perusahaan terhindar dari kebangkrutan. Independensi atau kecukupan diri – manajer

ingin mangambil keputusan yang bebas dari tekanan pihak luar, termasuk dari pasar

keuangan. Manajer tidak suka mengeluarkan saham, karena akan mengundang

campur tangan pihak luar. Sebaliknya manajer akan lebih suka menggunakan dana

yang dihasilkan secara internal.

Dengan dua motivasi tersebut, manajer cenderung mempunyai tujuan

memaksimumkan perusahaan. Tujuan kemakmuran perusahaan tidak selau konsisten

dengan tujuan memakimumkan kemakmuran pemegang saham. Pemegang saham

dapat melakukan sejumlah tindakan untuk memastikan bahwa manajer akan bertindak

konsisten dengan tujuan pemegang saham.

Tindakan pemegang saham terhadap manajer menurut Mamduh M Hanafi

(2008:11) adalah :

“Pemegang saham bisa membentuk dewan komisaris (board of directors)

untuk mengawasi perilaku manajer. Beberapa cara lain bias dilakukan, antara

lain :

1. Sistem penggajian yang dikaitkan dengan prestasi perusahaan dan dengan

opsi saham.

2. Pasar tenaga kerja akan mengontrol manajer.

3. Aktivitas pengambilalihan perusahaan akan mendisiplinkan manajer.

Manajer akan berusaha agar harga saham selalu tinggi”.

Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham

yang diterjemahkan sebagai memaksimumkan harga saham. Tetapi dalam

kenyataannya tidak jarang manajer memiliki tujuan yang lain yang mungkin

bertentangan dengan tujuan utama tersebut. Manajer diberi kekuasaan oleh pemilik

kekuasaan yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan dan hal ini menciptakan

konflik potensial atas kepentingan yang disebut teori agen (agency theory). (Brealey,

Myers, Marcus, 2007: 14).

1. Teori Keagenan

Pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan modern

mengakibatkan potensi konflik antara pemilik dan manajer. Secara khusus, tujuan

dari pihak manajemen dapat berbeda dari tujuan pemegang saham. Manajemen

bertindak untuk kepentingannya sendiri dari pada kepentingan pemegang sahamnya.

(Van Horne dan Wachowicz,2005:7)

Menurut Jensen dan Meckling dalam (Van Horne dan Wachowic:2005)

adalah yang pertama mengembangkan teori komprehensif mengenai perusahaan

dalam situasi agensi (agency). Mereka menunjukan bahwa para pemegang saham,

dapat meyakinkan diri mereka sendiri bahwa para manajer akan membuat keputusan

yang optimal hanya jika insentif yang tepat diberikan serta hanya jika para manajer

diawasi. Insentif dapat meliputi opsi saham, bonus, dan penghasilan tambaham

(“kenyamanan seperti mobil perusahaan dan kantor yang mahal) dan seluruh hal ini

harus secara langsung berhubungan dengan seberapa dekat keputusan manajemen

dengan kepentingn para pemegang saham. Pengawasan dilakukan dengan mengikat

para agen, secara sistematis mengkaji penghasilan tambahan pihak manajemen,

mengaudit laporan keuangan, dan membatasi keputusan pihak manajemen. Berbagai

aktivitas pengawasan ini sudah pasti melibatkan biaya, yang merupakan akibat tidak

terhindarkan dari pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Semakin

sedikit persentase kepemilikan para manajer semakin sedikit kecenderungan mereka

akan bertindak konsisten untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham

dan semakin besar kebutuhan pengawasan atas aktivitas manajemen bagi para

pemegang saham.

Manajer umumnya tidak memiliki pengetahuan yang lebih tentang pasar

saham dan tingkat bunga dimasa datang, tetapi mereka umumnya lebih mengetahui

kondisi dan prospek perusahaan. Jika seorang manajer mengetahui kondisi dan

prospek perusahaan lebih baik dari analisis atau investor maka muncul apa yang

disebut dengan Asymmetric information.

2. Teori Informasi Asymetrik

Asymetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi

lebih banyak dari pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki

informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor pasar modal.

Tingkat Asymetric information ini bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah.

Asymetric information memberikan efek yang nyata pada keputusan keuangan

maupun pasar finansial. (Lucas Setiadi Atmaja,2008 ).

2.1.2.2 Pengelompokan Struktur Kepemilikan Perusahaan

Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dapat mempengaruhi

keputusan dalam pencarian sumber dana maupun keputusan manajemen lainnya.

Kepemilikan institusional mempunyai arti penting untuk memonitor manajemen

dalam mengelola perusahaan. Kepemilikan institusional dapat disubtitusikan untuk

melaksanakan peranan mendisiplinkan utang dalam struktur modal.

Menurut Ituriaga dan Sanz (1998) dalam wahyudi dan Hartini (2006),

berdasarkan proporsi saham yang dimiliki, struktur kepemilikan dikelompokan

menjadi :

“a. Kepemilikan institusional

b. Kepemilikan manajerial.”

a. Kepemilikan Institusional

Struktur kepemilikan dalam hal ini adalah kepemilikan institusional dalam

peran monitoring management,kepemilikan institusional merupakan pihak yang

paling berpengaruh terhadap dalam pengambilan keputusan karena sifatnya sebagai

pemilik saham mayoritas, selain itu kepemilikan institusional merupakan pihak yang

memberi kontrol terhadap manajemen dalam kebijakan keuangan perusahaan.

Menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2007 : 388) kepemilikan institusional

adalah sebagai berikut :

”Kepemilikan Institusional adalah Beberapa saham dipegang langsung oleh

para investor individu tetapi proporsi yang besar dimiliki oleh lembaga

keuangan seperti reksadana, dana pensiun dan perusahaan asuransi”.

Kepemilikan institusional (Institutional Ownership) merupakan proprosi

pemegang saham yang dimiliki oleh pemilik institusional seperti perusahaan asuransi,

bank, perusahaan investasi dan kepemilikan lain kecuali anak perusahaan dan institusi

lain yang memiliki hubungan istimewa (perusahaan afiliasi dan perusahaan asosiasi).

Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5 % )

mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Semakin besar

kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan.

(Faizal,2004).

Pengukuran struktur kepemilikan institusional ini mengacu pada Ituriaga dan

Sanz (1998) dalam wahyudi dan Hartini (2006), adalah sebagai berikut :

“Struktur kepemilikan instutisional diukur sesuai dengan proporsi

kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan kepemilikan oleh

blockholder”.

Ituriaga dan Sanz (1998)

b. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial (Managerial Ownership) merupakan proporsi

pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan

keputusan perusahaan direktur dan komisaris. (Pujiati dan Widanar, 2009).

Keberadaan manajemen perusahaan mempunyai latar belakang yang berbeda, antara

lain pertama, pihak yang mewakili pemegang saham insitusional, kedua, tenaga-

tenaga profesional yang diangkat oleh pemegang saham dalam Rapat Umum

Pemegang Saham dan ketiga, pihak yang duduk dijajaran manajemen perusahaan

karena turut memiliki saham.

Adanya kepemilikna saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu

pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan.

Pengukuran struktur kepemilikan manajerial ini mengacu pada Ituriaga dan

Sanz (1998) dalam wahyudi dan Hartini (2006), adalah sebagai berikut :

“Struktur kepemilikan instutisional diukur sesuai dengan proporsi

kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik manajerial.”

Kepemilikan Institusional

Persentase Kepemilikan =

Instutisional Jumlah total saham

Kepemilikan Manajerial

Persentase Kepemilikan =

Manajerial Jumlah total saham

Ituriaga dan Sanz (1998)

2.1.3 Keputusan Investasi

2.1.3.1 Definisi Keputusan Investasi

Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Penanaman

modal dapat dilakukan pada aktiva riil ataupun aktiva finansial. Aktiva riil

merupakan aktiva yang bersifat fisik seperti gedung , tanah dan bangunan. Sedangkan

aktiva finansial berupa surat-surat berharga. Aktiva – aktiva yang dimiliki perusahaan

akan digunakan dalam operasinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan

perusahaan mengelola aktiva sangat menentukan kemampuan perusahaan

memperoleh laba yang diinginkan. Pengambilan keputusan yang keliru dalam

investasi aktiva tersebut berakibat terganggunya pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Halim (2003: 2) keputusan investasi adalah :

“keputusan investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini

dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang. investasi

pada asset finansial berupa deposito, sertifikat, saham, obligasi, opsi, dan

warrant”.

Tujuan investasi menurut irham fahmi (2012: 3) adalah sebagai berikut :

a. “Terciptanya keberlanjutan (contiunity) dalam investasi tersebut.

b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan

(profit actual).

c. Terciptanya kemakmuran bagi pemegang saham.

d. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa”.

2.1.3.2 Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio merupakan salah satu rasio yang banyak digunakan

dalam pengambilan keputusan investasi, karena rasio ini pada dasarnya memberikan

indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada

suatu periode tertentu.

Menurut Brigham dan Houston (2010:150) Price earning ratio adalah :

“ Price earning ratio menunjukan jumlah yang rela dibayarkan oleh investor

untuk setiap dolar laba yang dilaporkan.”

Sedangkan menurut I Made Sudana (2011:23) Price earning ratio adalah :

” Price Earning Ratio mengukur bagaimana investor menilai prospek

pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, dan tercermin pada

harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba

yang diperoleh perusahaan”.

Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Price earning

ratio adalah ratio yang menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah

tertentu untuk setiap rupiah laba perusahaan. Dalam penelitian ini akan menggunakan

Price Earning Ratio (PER) untuk mengetahui berapa besar peranan Price Earning

Ratio (PER) memoderasi hubungan profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap

nilai perusahaan.

Rumus yang digunakan untuk mengukur price earning ratio adalah sebagai

berikut :

(Brigham dan Houston,2010: 150)

2.1.4 Keputusan Pendanaan

2.1.4.1 Definisi Keputusan Pendanaan

Sumber dana dapat dibedakan menjadi sumber intern dan sumber ekstern.

Dana yang berasal dari intern adalah dana atau modal yang dibentuk atau

dihasilkan sendiri didalam perusahaan seperti laba ditahan (retained earning) dan

penyusutan (depreciation). Sumber dana extern sumber dana yang berasal dari luar

perusahaan, dana yang berasal dari sumber ekstern dari para kreditur dan pemilik,

peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan.

Menurut kasmir (2010:6) keputusan pendanaan adalah sebagai berikut:

“Keputusan pendanaan merupakan keputusan yang berkaitan dengan jumlah dana

yang disediakan perusahaan, baik yang bersifat utang atau modal sendiri”.

Sedangkan menurut Van Horne dan Warchowicz (2005:3), menyatakan

tentang keputusan pendanaan adalah sebagai berikut :

“Dalam keputusan pendanaan manajer berhubungan dengan perbaikan sisi kanan

neraca”.

Berdasarkan kedua definisi diatas menunjukan bahwa keputusan pendanaan

merupakan keputusan yang berkaitan dengan penentuan sumber dana yang

digunakan, penentuan perimbangan yang terbaik atau penentuan sumber optimal.

Fungsi pemenuhan dana atau fungsi pendanaan harus dilakukan secara efisien.

Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal antara lain (Martono & Agus

Harjito, 2001:5) :

1) Keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk

membiayai investasi.

2) Penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering

disebut struktur modal optimum.

Keputusan pendanaan ditinjau dari jangka waktunya dapat dibedakan

menajadi dua macam yaitu jangka panjang dan jangka pendek. Keputusan jangka

panjang akan membawa dampak pada struktur modal (capital struktur) perusahaan.

Struktur modal adalah perbandingan antara utang perusahaan dengan modal sendiri (I

Made Sudana, 2011:3).

Menurut Brigham dan Gapenski (2003) dalam Rodoni (2010:137) struktur

modal adalah adalah sebagai berikut :

“Struktur modal merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan

untuk pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, apakah menggunakan utang,

ekuitas atau dengan menerbitkan saham.”

Sedangkan menurut Weston dan Copeland (2008) Rodoni (2010:137)

mengatakan struktur modal adalah sebagai berikut :

“Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka

panjang, saham preferen dan modal pemegang saham”.

Berdasarkan kedua definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa struktur

modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan,

dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang

berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang

berasal dari dalam dan luar perusahaan.

Dalam perkembangannya, muncul beberapa teori tentang struktur modal, teori

struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap

nilai perusahaan, kalau keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan.

Dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan

hutang (atau sebaliknya) apakah harga saham akan berubah, apabila perusahaan tidak

merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya.

Menurut I Made Sudana (2011:144) terdapat beberapa pendekatan dalam teori

struktur modal yaitu:

1. Pendekatan Laba Bersih (NI)

Pendekatan laba bersih, pendekatan laba operasi bersih, dan pendekatan

tradisional pada mulanya dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1952.

Pendekatan laba bersih (NI) mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau

menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi (ke) yang konstan dan perusahaan

dapat meningkatkan jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang (kd) yang konstan

pula. Karena ke dan kd konstan maka semakin besar jumlah utang yang digunakan

perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang (ko) akan semakin kecil.

2. Pendekatan Laba Operasi Bersih (NOI)

Pendekatan laba operasi bersih (NOI) dengan mengasumsikan bahwa investor

memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan utang oleh perusahaan.

Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun

tingkat utang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama diasumsikan bahwa biaya

utang konstan seperti halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan utang

yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko

perusahaan. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal

sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya resiko perusahaan.

Konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan

keputusan struktur modal menjadi tidak penting.

3. Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional yang banyak dianut oleh para praktisi dan akademis.

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga satu leverage tertentu, risiko

perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik kd maupun ke relatif konstan.

Namun demikian setelah leverage atau rasio utang tertentu, biaya utang dan biaya

modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar

dan bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan utang

yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya

menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai

perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat penggunaan

utang yang semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan tradisional,

terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang

optimal tersebut terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal

yang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang minimum.

4. Pendekatan Modigliani-Miller (MM)

Selama ini teori struktur modal didasarkan atas perilaku investor dan

bukannya studi formal secara matematis. Franco Modigliani dan Merton Miller (MM)

memperkenalkan model teori ini secara matematis, scientific dan atas dasar penelitian

yang terus menerus.

Perlu diperhatikan bahwa MM memperkenalkan teori struktur modal dengan

beberapa asumsi sebagai berikut:

a. Risiko bisnis perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi laba sebelum bunga

dan pajak dan perusahaan yang memiliki risiko bisnis sama dikatakan berada

dalam kelas yang sama.

b. Semua investor dan investor potensial memiliki estimasi sama terhadap EBIT

perusahaan di masa datang; dengan demikian semua investor memiliki harapan

yang sama atau homogeneous expectations tentang laba perusahaan dan tingkat

risiko perusahaan.

c. Saham dan obligasi diperdagangkan dalam pasar modal yang sempurna atau

perfect capital market. Adapun kriteria pasar modal yang efisien adalah:

i. Informasi selalu tersedia bagi semua investor (symmetric information) dan

dapat diperoleh tanpa biaya;

ii. Tidak ada biaya transaksi dan investor bersikap rasional;

iii. Investor dapat melakukan diversifikasi investasi secara sempurna;

iv. Tidak ada pajak pendapatan perseorangan;

v. Investor baik individu maupun institusi dapat meminjam dengan tingkat

bunga yang sama seperti halnya perusahaan sebesar tingkat bunga bebas

risiko.

Pendekatan MM Tanpa Pajak

Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller

(teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak

mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk

membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2006:33) yaitu:

a. “Tidak terdapat agency cost.

b. Tidak ada pajak.

c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan

perusahaan.

d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai

prospek perusahaan di masa depan

e. Tidak ada biaya kebangkrutan.

f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh

penggunaan dari hutang.

g. Para investor adalah price-takers.

h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market

value).”

Trade-off Theory

Menurut trade-off teory yang diungkapkan dalam Myers (2008:24),

“Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana

penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan

keuangan (financial distress)”. Biaya kesulitan keuangan (Financial distress) adalah

biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan

(agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.

Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan

beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan

keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan

symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat

hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai

jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial

distress). Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam

kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam

penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang

tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio

hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Dalam

kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian.

Menurut Mamduh M Hanafi (2008:313) Terdapat teori lainnya dalam struktur

modal yakni Packing Order Theory dan Siganling .

1. Pecking Order Theory

Menurut Myers (2008:25), pecking order theory menyatakan bahwa

”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya

rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana

internal yang berlimpah”. Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur

modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi

(hierarki) dalam penggunaan dana. Menurut pecking order theory, terdapat skenario

urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :

a. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau

pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut

diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.

b. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali

mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya,

turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi,

saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.

c. Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan

jumlah pembayaran dividen yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya

perusahaan tersebut untung atau rugi.

d. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan

dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan

investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar

tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal.

Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan

tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan

oleh kebutuhan investasi.

2. Signaling

Ross (1977) mengembangkan model ini dimana struktur modal merupakan

signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Jika manajer mempunyai keyakinan

bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar harga saham meningkat, ia

ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Salah satu satu cara yang paling

sederhana adalah dengan mengatakan secara langsung „perusahaan kami mempunyai

prospek yang baik‟. Tentu saja investor tidak akan percaya begitu saja. Disamping

itu, manajer ingin memberikan signal lebih dipercaya (credible). Manajer bisa

menggunakan utang lebih banyak, sebagai signal yang lebih credinle.

Jika utang meningkat, maka kemungkinan bangkrut akan semakin meningkat.

Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka manajer akan „terhukum‟, misal

reputasi dia akan hancur dan tidak bias dipercaya menjadi manajer lagi. Karena itu,

perusahaan meningkatkan utang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin

dengan prospek perusahaan dimasa mendatang. Karena cukup yakin, maka manajer

perusahaan tersebut berani menggunakan utang yang lebih besar. Investor diharapkan

akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang

baik. Demikian utang merupakan signal positif.

2.1.4.2 Debt Equity Ratio

Rasio “hutang terhadap ekuitas” merupakan salah satu ukuran paling

mendasar dalam keuangan perusahaan. Tujuan dari rasio ini ini adalah untuk

mengukur bauran dana dalam neraca dan membuat perbandingan antara dana yang

diberikan oleh pemilik (ekuitas) dan dana yang dipinjam (hutang).(Ciaran

Walsh,2003:118).

Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim dalam Irham Fahmi (2011:128) debt

to equity ratio adalah sebagai berikut :

“ Debt to equity ratio adalah ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan

keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk

kreditor”.

Irham Fahmi (2011:128)

2.1.5 Kebijakan Dividen

2.1.5.1 Definisi Kebijakan Dividen

Dividen menurut Weston dan Copeland (2005) dalam Rodoni dan Ali (2010:

121) adalah

“Dividen adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas

yang diberikan kepada pemegang saham”.

Besarnya dividen yang ditentukan dalam rapat pemegang saham dan dinyatakan

dalam suatu jumlah persentase (%) tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas

nilai pasarnya.

Pada perseroan terbatas, pembagian keuntungan kepada pemilik dilakukan

melalui dividen. Dividen hanya dapat dibayarkan jika saldo laba ditahan positif. Jadi,

walaupun dalam tahun berjalan diperoleh laba, suatu perusahaan terbatas tidak boleh

membagikan dividen jika saldo laba ditahan pada akhir tahun masih negatif.

Disamping laba ditahan, dapat tidaknya dividen dibagikan juga tergantung pada

tersedia uang dalam kas dalam jumlah yang sama. Apabila laba ditahan dianggap

sebagai bagian laba yang ditanamkan kembali dalam perusahaan, maka ada

kemungkinan penanaman dilakukan dalam bentuk persediaan barang dagang, aktiva

tetap atau aktiva-aktiva bukan kas yang lain. Dengan demikian, ada kemungkinan

perusahaan mempunyai saldo kas kecil walaupun saldo laba ditahanya besar.

Menurut Rodoni dan Ali (2010:122) Tiga pembayaran dividen adalah sebagai

berikut :

1. Perusahaan membayar dividen kas regular (Reguler cash dividen)

- Perusahaan publik sering membayar triwulan.

- Kadang perusahaan akan memberikan dividen kas ekstra.

- Kasus ekstrem adalah liquiditing dividen.

2. Perusahaan yang sering membagikan dividen saham (Stock dividen).

- Tidak ada kas keluar dari perusahaan.

- Perusahaan menambah jumlah kas beredar

3. Beberapa perusahaan memberikan (Dividen in kind )

- Wrigley‟s Gum mengirimkan sekitar satu kotak permen karet.

- Dundee Crematioria menawarkan kepada pemegang saham

discount cremation.

Kebijakan perusahaan membagikan dividen kepada para investor adalah

kebijakan yang sangat penting.

Menurut Brigham dan Houston (2006:66) Keputusan kebijakan dividen

adalah :

“Keputusan tentang seberapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan

sebagai dividen daripada ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam

perusahaan”.

Sedangkan menurut Gitman (2009) kebijakan dividen adalah sebagai berikut :

“Kebijakan dividen adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam

membuat keputusan dividen”.

Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang

menjadi hak para pemegang saham (Husnan dan Pudjiastuti,2006:297). Pada

dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan

kembali.

Ada dua asumsi yang mendasari kebijakan dividen (Bodie,et al 2008) dalam

Rodoni dan Ali (2010:122) antara lain :

a. Kebijakan dividen pada perusahaan yang tidak sedang tumbuh (a llow

investment rate plan). Pada perusahaan-perusahaan yang termasuk

katagori ini mampu membayarkan dividen lebih tinggi pada awal periode,

tetapi pertumbuhan dividen pada tahun-tahun berikutnya rendah.

b. Kebijakan dividen pada perusahaan yang sedang tumbuh (a high

reinvestment rate plan). Perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh akan

memberikan dividen relatif rendah pada awalnya. Hal ini dkarenakan

adanya rencana reinvestasi dari sebagian laba yang diperoleh untuk

membiayai aktivitas ekspansi (reinvesment).

Menurut Weston dan Brigham (2005) dalam Rodoni dan Ali (2010:123)

beberapa Faktor yang mempengaruhi penetapan kebijakan dividen pada perusahaan

yaitu :

a. Peraturan hukum. Terdapat tiga hal yang ditekankan berkaitan dengan

pembayaran dividen yaitu :

- Peraturan mengenai laba bersih yaitu menentukan bahwa dividen

dapat dibayar dari laba dahulu dan laba sekarang.

- Peraturan mengenai tindakan yang merugikan pemodal. Peraturan

tersebut akan dilindungi para kreditur, caranya dengan melarang

pembayaran dividen dari dana modal yang berarti membagikan

investasinya bukan membagikan keuntungan.

- Peraturan mengenai hak mampu bayar (insolvency) yaitu

menentukan bahwa perusahaan tidak membayar dividen jika

tidak mampu (perusahaan bangkrut).

b. Posisi likuiditas, yaitu apabila laba yang ditahan telah diinvestasikan

dalam bentuk aktiva tetap, seperti mesin dan peralatan, bahan dan

persediaan dan barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang

tunai, maka hal tersebut dapat menunjukan posisi likuiditas perusahaan

yang rendah dan terdapat kemungkinan tidak mampu lagi membayarkan

dividen.

c. Perlunya membayar kembali pinjaman. Disini perusahaan perlu

menyisihkan laba sebelum jatuh tempo hutang, agar keuntungan

perusahaan pada saat jatuh temponya hutang dibebani dengan pembayaran

seluruh hutang.

d. Keterbatasan karena kontrak hutang. Dalam perjanjian hutang terdapat

larangan-larangan bagi debitur sehubungan dengan pembayaran dividen.

Hal ini dilakukan untuk melindungi pihak kreditur sehubungan dengan

dana yang dipinjamkan.

e. Tingkat perluasan perusahaan. Semakin cepat tingkat pertumbuhan

perusahaan semakin besar kebutuhan untuk membiayai pengembangan

harta perusahaan tersebut, dan semakin banyak yang dibutuhkan

dikemudian hari, semakin banyak pula keuntungan yang ditahan dan

bukan dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen (dividen

relative kecil),

f. Tingkat keuntungan. Hal ini menentukan perusahaan untuk membayar

dividen dan menggunakannya didalam perusahaan.

g. Stabilitas perusahaan. Perusahaan yang keuntungannya relatif stabil dapat

memperkirakan bagaimana keuntungan dimasa depan, sehingga

kemungkinan besar perusahaan akan membagikan keuntungannya dalam

persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang

keuntungannya berfluktuasi.

h. Kemampuan memasuki pasar modal. Perusahaan besar yang sudah

mempunyai profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang stabil akan

lebih mudah memasuki pasar modal atau memperoleh dana dari luar untuk

pembiayaan. Karena itu perusahaan yang sudah mantap akan mempunyai

tingkat dividen yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan kecil atau

masih baru.

i. kontrol. Kekhawatiran berkurangnya kekuasaan kelompok dominan dalam

mengendalikan perusahaan cenderung mendorong perusahan untuk

memperbesar laba ditahan demi keperluan ekspansinya, yang berarti akan

memperkecil pembayaran dividennya.

j. Kedudukan pajak pemegang saham. Pada umumnya para pemilik

perusahan yang memegang sebagian besar sahamnya tergolong kelompok

berpendapatan tinggi dan merupakan pembayar pajak yang tinggi,

sehingga menyebabkan perusahaan akan membayar dividen yang rendah.

k. Pajak atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar. Seringkali

perusahaan menahan kentungan hanya untuk menghindari tarif pajak yang

tinggi, maka dikeluarkan peraturan yang membebani pajak tambahan

terhadap keuntungan atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar.

l. Tingkat inflasi. Kecenderungan kenaikan harga termasuk harga aktiva

tetap menyebabkan akumulasi penyusutan tidak lagi mencukupi untuk

mengganti aktiva tetap. Oleh karena itu perusahaan memperbesar porsi

laba ditahan sehingga porsi untuk dividen menjadi berkurang.

2.1.5.2 Alternatif Kebijakan Dividen

Keputusan mengenai kebijakan dividen adalah keputusan yang

menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen yang dibayarkan. Ada

beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih sebagai kebijakan dividen

perusahaan. Kolb dalam Rodoni dan Ali (2010:129) menyebutkan lima pola berikut :

1. Stable and occasionally increasing dividends per share

Kebijakan ini menetapkan dividen saham yang tetap (stabil) selama tidak

ada peningkatan yang permanen dalam earning power kemampuan membayar

dividen. Manajemen menaikan dividen hanya jika ia yakin bahwa tingkat yang lebih

tinggi tersebut dapat dipertahankan secara definitive. Landasan berfikirnya adalah

psikologi pemegang saham, dimana pemegang saham akan merasa senang bila

dividen naik dan hal ini akan menaikan perdagangan saham. Sebaliknya, bila dividen

turun pemegang saham akan merasa kecewa dalam hal ini akan menyebabkan

perdagangan saham turun.

2. Stable dividen per share

Landasan pemikirannya adalah pasar mungkin akan memulai suatu saham

lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil dari pada kalau dividen

berfluktuasi. Cara ini paling superior untuk menjaga payout ratio yang stabil.

Perusahaan yang menilai cara ini akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap

dari tahu ketahun, karenanya cara ini disebut pula stable dollar amount pershare.

Pola ini paling banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.

3. Stable Payout Ratio

Dalam pola ini, jumlah dividen dihitung berdasarkan suatu persentase tetap

(constant) dari laba (earning). Bila laba berfluktuasi, maka jumlah dividen yang

dibayarkan ikut berfluktuasi.

4. Reguler Dividend Plus Extass

Dengan cara ini dividen regular diterapkan dalam jumlah yang manajemen

yakin mampu dipertahankan tanpa menghiraukan fluktuasi laba dan kebutuhan

investor modal. Bila tambahan kas tersedia, perusahaan memberikan dividen ekstra

(bonus) kepada pemegang saham. Cara ini memberikan fleksibilitas bagi perusahaan,

tetapi menimbulkan ketidakpastian bagi pemegang saham. Meskipun demikian, cara

ini kemungkinan pilihan terbaik bagi perusahaan menurut kondisi yang ada. Cara ini

mengakui kandungan informasi dividen sehingga diharapkan dengan pemberian

bonus (ekstra) dapat menarik minat pembeli akhirnya meningkatkan perdagangan

saham.

5. Fluktuating Dividends and Payout Ratio

Dalam metode ini, dividend an payout ratio berfluktuasi sesuai dengan

perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan setiap periode. Metode ini

nampaknya kurang popular bagi perusahaan go public, namun mungkin cocok bagi

perusahaan kecil atau perseroan tertutup.

Dalam perkembangannya, muncul beberapa teori tentang kebijakan dividen,

Terdapat tiga teori tentang kebijakan dividen yang menjelaskan pengaruh besar

kecilnya dividend payout ratio (DPR) terhadap harga saham. (I Made

Sudana,2011:167) adapun ketiga teori tersebut adalah sebagai berikut:

1. Teori Dividend Irrelevance

Teori ini dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merron Miller

(Modigliani-Miller/MM). Menurut teori dividend irrelevance, kebijakan dividen tidak

mempengaruhi harga pasar saham perusahaan atau nilai perusahaan. MM

berpendapat bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan

untk menghasilkan pendapatan dan resiko bisnis, sedangkan bagaimana membagi

arus pendapatan menjadi dividend an laba ditahan tidak mempengaruhi nilai

perusahaan.

Asumsi yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller adalah:

- Tidak ada pajak atas pendapatan perusahaan dan pendapatan pribadi.

- Tidak ada biaya emisi atau biaya transaksi saham.

- Leverage keuangan tidak mempengaruhi biaya modal.

- Investor dan manajer memiliki informasi yang sama tentang prospek

perusahaan.

- Pendistribusian pendapatan antara dividend an laba ditahan tidak

mempengaruhi biaya modal sendiri.

- Kebijakan penganggaran modal independen dengan kebijakan dividen.

2. Teori Bird in-the-Hand

Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan Jhon Litner. Berdasarkan

bird in-the-hand, kebijakan dividen berpengaruhh positif terhadap harga pasar saham.

Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, harga pasar

perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena

pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor.

3. Teori Tax Preference

Berdasarkan teori tax preference, kebijakan dividen mempunyai pengaruh

negatif terhadap harga pasar perusahaan. Artinya , semakin besar jumlah dividen

yang dibagikan oleh perusahaan, semakin rendah harga pasar perusahaan yang

bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak personal atas

pendapatan dividend an capital gain. Apabila tarif pajak lebih tinggi dari capital

gain, maka investor akan lebih senang jika laba yang diperoleh tetap ditahan di

perusahaan, untuk membiayai investasi yang dilakukan perusahaan. Dengan demikian

dimasa yang akan datang diharapkan terjadi peningkatan capital gain yang tarif

pajaknya lebih rendah. Apabila banyak investor yang memiliki pandangan demikian,

maka investor cenderung memilih saham-saham dengan dividen kecil dengan tujuan

menghindari pajak.

2.1.5.2 Dividend Payout Ratio.

Kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan besarnya dividend

payout ratio, yaitu besarnya persentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan

sebagai dividen kepada pemegang saham. (I Made Sudana 2011:167).

Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen

kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke

perusahaan (Hanafi, 2004:44)

Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan

mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang

tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran

dividen juga merupakan kebijakan dividen perusahaan. Menurut Alwi (2003:78),

semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan pendapatan

perusahaan.

Menurut Ciaran Walsh (2003: 152)dividen payout ratio adalah :

“ Dividend payout ratio memperlihatkan hubungan antara laba perusahaan

dan kas yang dibayarkan untuk dividen”.

(Ciaran Walsh,2003:152)

2.1.6 Nilai Perusahaan

2.1.6.1 Definisi Nilai Perusahaan

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan ini

digunakan sebagai pengukur keberhasilan perusahaan karena dengan meningkatnya

nilai perusahaan berarti meningkatnya kemakmuran pemilik perusahaan atau

pemegang saham. (Brigham,2010:7 ) memaksimalkan nilai pasar perusahaan sama

dengan memaksimalkan harga pasar saham.

Menurut (Suad Husnan,2006:6) Nilai perusahaan adalah sebagai berikut :

Dividend per Share

Dividend payout ratio =

Earning per Share

“Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli

apabila perusahaan tersebut dijual”.

Menurut Brigham dan Houston (2010: 7) Nilai Perusahaan didefinisikan

sebagai berikut:

“ Tujuan utama dari keputusan manajerial: dengan mempertimbangkan resiko

dan waktu yang terkait dengan perkiraan laba per saham untuk

memaksimalkan harga saham biasa perusahaan”.

Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai

perusahaan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan

harga saham. Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap

keberhasilan perusahaan mengelola perusahaan.

Menurut I Made Sudana (2011:8) Tujuan normatif suatu perusahaan yaitu

memaksimalkan nilai perusahaan atau kekayaan bagi pemegang saham, yang dalam

jangka pendek bagi perusahaan go public tercermin pada harga pasar saham

perusahaan yang bersangkutan di pasar modal. Memaksimalkan nilai perusahaan

dinilai lebih tepat sebagai tujuan karena :

a. Memaksimalkan nilai perusahaan berarti memaksimalkan nilai sekarang dari

semua keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham di masa yang

akan datang atau berorientasi jangka panjang.

b. Mempertimbangkan faktor resiko.

c. Memaksimalkan nilai perusahaan lebih menekankan pada arus kas dari pada

sekedar laba menurut pengertian akuntansi.

d. Memaksimalkan nilai perusahaan tidak mengabaikan tanggung jawab sosial.

Nilai perusahaan merupakan nilai sekarang dari arus pendapatan atau kas yang

diharapkan diterima pada masa yang akan datang. Secara matematik nilai perusahaan

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

= pendapatan atau arus kas yang diharapkan pada periode t

r = tingkat diskonto, yang merupakan besarnya tingkat

keuntungan minimum yang diisayaratkan dan dipengaruhi dan

dipengaruhi oleh besar kecilnya risiko.

N = jumlah periode.

Menurut J. Keown, Scott, dan Martin (2004), terdapat variabel-variabel

kuantitatif yang dapat digunakan untuk memperkirakan nilai suatu perusahaan, antara

lain:

a. Nilai buku

Nilai buku merupakan jumlah aktiva dari neraca dikurangi kewajiban yang ada

atau modal pemilik. Nilai buku tidak menghitung nilai pasar dari suatu

perusahaan secara keseluruhan karena perhitungan nilai buku berdasarkan pada

data historis dari aktiva perusahaan.

b. Nilai pasar perusahaan

Nilai pasar saham adalah suatu pendekatan untuk memperkirakan nilai bersih

dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas dan secara

luas diperdagangkan, maka pendekatan nilai dapat dibangun berdasarkan nilai

pasar. Pendekatan nilai merupakan suatu pendekatan yang paling sering

digunakan dalam menilai perusahaan besar, dan nilai ini dapat berubah dengan

cepat.

c. Nilai apprasial

Perusahaan yang berdasarkan appraiser independent akan mengijinkan

pengurangan terhadap goodwill apabila harga aktiva perusahaan meningkat.

Goodwill dihasilkan sewaktu nilai pembelian perusahaan melebihi nilai buku

aktivanya.

d. Nilai arus kas yang diharapkan

Nilai ini dipakai dalam penilaian merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus

kas yang telah ditentukan akan menjadi maksimum dan harus dibayar oleh

perusahaan yang ditargetkan (target firm), pembayaran awal kemudian dapat

dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger. Nilai sekarang

(present value) adalah arus kas bebas dimasa yang akan datang.

2.1.6.2 Harga Saham

Nilai perusahaan (memaksimalkan kemakmuran pemegang saham ) diukur

dari harga saham perusahaan. Harga saham perusahaan merupakan refleksi dari

keputusan keputusan investasi, pendanaan dan kebijakan dividen. (Harjito dan

Martono, 2001:12)

Menurut Brigham dan Houston (2010: 11 ) harga saham adalah sebagai

berikut :

“Saham berdasarkan informasi yang diperkirakan, tetapi memiliki

kemungkinan salah seperti yang dilihat oleh investor marginal”.

Sedangkan Harga saham menurut H.M Jogiyanto ( 2000:8 ), adalah sebagai

berikut :

“Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan

oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang

bersangkutan dipasar modal.”

Menurut Agus Sartono ( 2008:9 ), harga saham terbentuk dipasar modal dan

ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning per share,

rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat bunga

bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat

kepastian operasi perusahaan.

Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa harga saham akan

terbentuk dari adanya transaksi yang terjadi di pasar modal yang ditentukan oleh

permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh

beberapa faktor.

2.1.6.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga saham

Menurut Weston dan Brigham ( 2001:26 ), faktor-faktor yang mempengaruhi

harga saham adalah :

1. Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS)

Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas

saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan

perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong

investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham

perusahaan akan meningkat.

2. Tingkat Bunga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :

a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila

suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan

obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi

apbila tingkat bunga mengalami penurunan.

b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin

tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga

mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.

3. Jumlah Kas Dividen yang Diberikan

Kebijakan pembagian dividen dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan

dalam bentuk dividen dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai

salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian

dividen merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang

saham karena jumlah kas dividen yang besar adalah yang diinginkan oleh investor

sehingga harga saham naik.

4. Jumlah laba yang didapat perusahaan

Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai

profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor

tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham

perusahaan.

5. Tingkat Resiko dan Pengembalian

Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat

maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko

maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.

2.1.6.4 Analisis Saham

Perkiraan harga saham perusahaan dimasa yang akan datang dalam

penetuan keputusan investasi terdapat 2 (dua) macam analisis yaitu (Puji Astuti,

2002):

1. Analisis Teknikal

Analisis teknikal adalah menganalisis harga saham berdasarkan informasi yang

mencerminkan kondisi perdagangan, keadaan pasar, permintaan dan penawaran harga

dipasar saham, fluktuasi kurs, volume transaksi pada masa yang lalu. Harga saham

ditentukan oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran). Informasi yang

digunakan adalah kondisi perdagangan saham, fluktuasi kurs, volume transaksi

perdagangan yang terjadi di pasar modal.

2. Analisis Fundamental

Analisis fundamental adalah yang mencoba memperkirakan harga saham di masa

yang akan datang dengan mengestimasi nilai-nilai faktor fundamental yang

mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan mengharapkan hubungan-

hubungan variabel tersebut sehingga memperoleh taksiran harga saham.

2.1.6.5 Price book Value

Rasio ini mengaitkan total kapitalisasi pasar perusahaan dengan dana para

pemegang saham. Rasio ini membandingkan nilai pasar saham dengan investasi para

pemegang saham dalam perusahaan. (Ciaran Walsh,2003: 159).

Menurut Brigham (2010:151) rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai

bukunya memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan. Perusahaan

dipandang baik oleh investor artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman

serta terus mengalami pertumbuhan.

Price Book Value (PBV) = Harga pasar per saham

Nilai Buku per lembar saham

= Harga pasar per saham

Ekuitas biasa/ jumlah saham beredar

Price Book Value (PBV) = Harga pasar per saham

Nilai Buku per lembar saham

(Brigham dan Houston,2006:95)

Rasio ini mengukur penilaian pasar keuangan terhadap manajemen dan

organisasi perusahaan selagi going concern . nilai buku saham mencerminkan nilai

historis dari aktiva perusahaan. Perusahaan yang dikelola dengan baik dan beroperasi

secara efisien dapat memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dari pada nilai buku

asetnya. (I Made Sudana 2011: 24). price book value mengaitkan total kapitalisasi

pasar perusahaan dengan dana para pemegang saham. Rasio ini membandingkan nilai

di pasar saham dalam perusahaan. Rasio ini merupakan persepsi para investor tentang

kinerja perusahaan dilihat dari laba, kekuatan neraca, likuiditas, dan pertumbuhan.

(Ciaran Walsh, 2003:159).

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Penulis/

Tahun

Judul

Penelitian Hasil Penelitian

1. Lihan Rini,

Bandi dan

Anas (2010)

Pengaruh

Keputusan

Investasi,

Keputusan

Pendanaan, dan

Kebijakan Dividen

Terhadap Nilai

Perusahaan

Hasil penelitian menyimpulkan

bahwa keputusan investasi, keputusan

pendanaan, dan kebijakan dividen

berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

2. Muhammad

ikbal,

Sutrisno dan

Ali Djamhuri

(2011)

Pengaruh

Profitabilitas dan

Kepemilikan

Insider Terhadap

Nilai Perusahaan

dengan kebijakan

Utang dan

Kebijakan Dividen

sebagai varibel

intervening

Hasil penelitian menyimpulkan

1. Profitabilitas terhadap kebijakan

utang perusahaan tidak signifikan

tetapi kepemilikan insider

terhadap kebijakan utang

perusahaan berpengaruh

signifikan.

2. Profitabilitas dan kepemilikan

insider terhadap kebijakan

dividen berpengaruh signifikan.

Kemudian kebijakan utang

berpengaruh signifikan terhadap

dividen.

3. Profitabilitas dan kepemilikan

insider berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan

sementara kebijakan utang dan

dividen tidak berpengaruh

signifikan terhadap nilai

perusahaan.

3. Untung

Wahyudi dan

Hartini

(2006)

Implikasi Struktur

Kepemilikan

Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan

Keputusan

Keuangan Sebagai

Variabel

Intervening Pada

Perusahaan Go

Publik

Hasil penelitian menyimpulkan :

1. Strukur kepemilikan manajerial

berpengaruh terhadap keputusan

investasi dan keputusan pendanaan

tetapi tidak pada kebijakan dividen.

2.Struktur kepemilikan institusional

tidak berpengaruh terhadap

keputusan keuangan maupun nilai

perusahaan.

3. keputusan pendanaan berpengaruh

terhadap nilai peusahaan, tetapi

keputusan investasi dan kebijakan

dividen tidak berpengaruh terhadap

nilai perusahaan.

4. struktur kepemilikan manajerial

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan baik secara langsng

maupun melalui keputusan

pendanaan.

4. Tendi

Haruman

(2007)

Pengaruh

Keputusan

Keuangan dan

Kepemilikan

Institusional

Terhadap Nilai

Perusahaan

(Studi Kasus Pada

Perusahaan

Manufaktur Yang

Listing di BEJ)

Hasil penelitian menyimpulkan

bahwa pada persamaan keputusan

pendanaan (DER), keputusan

pendanaan tidak dipengaruhi oleh

investasi. Namun sebaliknya,

investasi dipengaruhi oleh keputusan

pendanaan. Keputusan pendanaan

(hutang) berpengaruh negatif

terhadap keputusan investasi.

Keputusan pendanaan pun

dipengaruhi oleh DPR. Namun

sebaliknya, DPR tidak dipengaruhi

oleh keputusan pendanaan. DPR

berpengaruh positif terhadap

keputusan pendanaan. Kepemilikan

institusional tidak mempengaruhi

keputusan pendanaan. Pada

persamaan investasi, seluruh variabel

independen yaitu keputusan

pendanaan, dividen dan kepemilikan

institusional memiliki pengaruh yang

negatif terhadap investasi. Sebalinya,

dalam persamaan kebijaan dividen

(DPR), baik DER, investasi maupun

kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap kebijakan

dividen (DPR).

5. Pancawati

Hardiningsih

Determinan Nilai

Perusahaan

Hasil penelitian menyimpulkan

kepemilikan manajerial, kebijakan

dividen tidak berpengaruh terhadap

nilai perusahaan. Kepemilikan

institusional signifikan berpengaruh

negatif terhadap nilai perusahaan,

sedangkan kebijakan leverage dan

kebijakan investasi signifikan

berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

6. Sri

Hasnawati

(2005)

Dampak Set

Peluang Investasi

terhadap Nilai

Perusahaan Publik

Di Bursa Efek

Indonesia

Hasil penelitian meyimpulkan

Keputusan Investasi berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan

7. Faizal

(2004)

Analisis Agency

cost. Struktur

Kepemilikan dan

mekanisme

corporate

governance

Hasil penelitian menyimpulkan :

1. Hubungan kepemilikan

manajerial dengan asset turnover

adalah positif dan dengan

operating expense adalah negatif

tidak berhasil didukung.

2. kepemilikan institusional belum

efektif sebagai alat untuk

memonitor manajemen dalam

meningkatkan nilai perusahaan

melalui peningkatan asset

turnover dan pengurangan beban

operasi

3. Ukuran dewan direksi

berhubungan positif dengan asset

turnover adalah positif dan

berhubungan negatif dengan

operating expense berhasil

didukung.

8. Sujoko dan

Soebintoro,

(2007)

Pengaruh Struktur

Kepemilikan

Saham, Leverage,

Faktor Intern Dan

Faktor

Ekstern Terhadap

Nilai Perusahaan

Hasil penelitian menyimpulkan :

1. Kepemilikan institusional

mempunyai pengaruh negatif dan

signifikan terhadap nilai

perusahaan.

2. Kepemilikan manajerial tidak

mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap nilai

perusahaan.

3. Tingkat suku bunga mempunyai

pengaruh negatif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan.

4. Keadaan pasar modal mempunyai

pengaruh positif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan.

5. Pertumbuhan pasar mempunyai

pengaruh positif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan.

6. Profitabilitas mempunyai

pengaruh positif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan.

7. Ukuran perusahaan mempunyai

pengaruh positif signifikan

terhadap nilai perusahaan.

8. Pangsa pasar relatif mempunyai

pengaruh positif signifikan

terhadap nilai perusahaan

9. Leverage mempunyai pengaruh

negatif dan signifikan terhadap

nilai perusahaan.

9. Diyah Pujiati

dan

Erman

Widanar

(2009)

Pengaruh Struktur

kepemilikan

terhadap Nilai

Perusahaan:

Keputusan

Keuangan Sebagai

variabel Intervening

Hasil penelitian menyimpulkan :

1. Kepemilikan manajerial

berpengaruh negatif signifikan

terhadap nilai perusahaan,

sedangkan kepemilikan

institusional tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

2. Kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh pada keputusan

investasi, pendanaan maupun

kebijakan dividen.

3. Semua keputusan keuangan baik

investasi, pendanaan maupun

kebijakan dividen berpengaruh

positif signifikan terhadap nilai

perusahaan.

4. Kepemilikan institusional tidak

berpengaruh signifikan terhadap

keputusan investasi dan pendanaan

tetapi berpengaruh signifikan

terhadap kebijakan dividen.

5. Kepemilikan institusional tidak

berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan.

6. Kepemilikan institusional

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan secara tidak langsung

melalui kebijakan dividen sebagai

variabel intervening.

10 Fanny Rosa

Fandini

(2013)

Pengaruh struktur

kepemilikan

terhadap nilai

perusahaan dengan

keputusan investasi,

keputusan

pendanaan dan

kebijakan dividen

sebagai variabel

moderasi

1. Profitabilitas bepengaruh terhadap

nilai perusahaan.

2. Profitabilitas berpengaruh

terhadap nilai perusahaan dengan

keputusan investasi sebagai

variabel moderasi.

3. Profitabilitas tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan dengan

keputusan pendanaan sebagai

variabel moderasi.

4. Profitabilitas tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan dengan

kebijakan dividen sebagai variabel

moderasi.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Hubungan Profitabilitas dengan Nilai Perusahaan

5. Struktur kepemilikan tidak

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

6. Struktur kepemilikan berpengaruh

terhadap nilai perusahaan dengan

keputusan investasi sebagai

variabel moderasi.

7. Struktur kepemilikan tidak

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan

pendanaan sebagai variabel

moderasi.

8. Struktur kepemilikan tidak

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan dengan kebijakan

dividen sebagai variabel moderasi

9. Profitabilitas dan struktur

kepemilikan berpengaruh terhadap

nilai perusahaan.

10. Profitabilitas dan struktur

kepemilikan berpengaruh terhadap

nilaii perusahaan dengan keputusan

investasi, keputusan pendanaan dan

kebijkan dividen sebagai variabel

moderasi.

Memaksimalisasi laba adalah memaksimalkan penghasilan perusahaan

setelah pajak. Dengan laba yang maksimal, maka tujuan mensejahterakan para

stakeholder akan mudah tercapai ,artinya semakin tinggi nilai perusahaan semakin

sejahtera stakeholders. (Kasmir, 2010: 8).

Return On Equity merupakan salah satu rasio profitabilitas yang merupakan

laba bersih bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas pemegang saham.

Pemegang saham pastinya ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi atas

modal yang mereka investasikan dan ROE menunjukan tingkat yang mereka peroleh.

Jika ROE tinggi, maka harga saham akan tinggi. (Brigham dan Houston,2010: 182).

ROE mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan

kepada pemegang saham. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan

bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat

perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal itu juga akan

memungkinkan perusahaan untuk berkembang. Menciptakan kondisi pasar yang

sesuai dan pada gilirannya akan memberikan laba yang besar. Semua hal tersebut

dapat menciptakan nilai yang tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas

kekayaan para pemiliknya. (Ciaran Walsh,2003:56).

2.2.2 Hubungan Profitabilitas, Keputusan Investasi dengan Nilai perusahaan

Keputusan investasi akan mempengaruhi pendapatan yang diharapkan

artinya berbeda alternatif investasi yang dipilih berbeda pendapatan yang diterima.

Keputusan investasi juga mempengaruhi risiko bisnis, yaitu variabilitas pendapatan

yang terjadi karena keputusan investasi. Besar kecilnya risiko dan pendapatan yang

diharapkan dari suatu perusahaan akan mempengaruhi nilai perusahaan yang

bersangkutan. (I Made Sudana,2011:8).

Menurut pecking order theory, kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan

investasi. Jika ada kesempatan investasi, maka perusahaan akan mencari dana internal

dan sebagai pilihan terakhir adalah menerbitkan saham. (Mamduh Hanafi, 2008:312)

Menurut signaling theory, pengeluaran investasi memberikan sinyal positif

mengenai pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat

meningkatkan harga saham yang digunakan sebagai indikator nilai

perusahaan.(Wahyudi dan Pawestri, 2006).

2.2.3 Hubungan Profitabilitas , Keputusan Pendanaan dengan Nilai

Perusahaan

Tanggung jawab utama kedua dalam manajemen keuangan adalah mengalang

dana yang dibutuhkan untuk investasi dan operasi adalah keputusan pendanaan.

Ketika suatu perusahaan perlu mendapatkan dana perusahaan itu bisa mengundang

investor untuk menanamkan uang kas sebagai ganti laba dimasa depan. ( Brealey,

Myers, dan Marcus, 2007:6).

Keputusan pendanaan mempengaruhi pendapatan yang diharapkan.

Keputusan pendanaan mempengaruhi risiko keuangan suatu perusahaan, yang

ditunjukan oleh variabilitas laba bersih perusahaan, karena laba bersih telah

memperhitungkan biaya yang timbul akibat keputusan pendanaan, yaitu biaya bunga.

(I Made Sudana,2011:9).

Menurut signaling theory (Ross, 1977) perusahaan yang meningkatkan utang

bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa

mendatang, maka harga saham akan meningkat. Investor diharapkan akan

menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.

Dengan demikian utang merupakan tandan atau signal positif. (Mamduh

Hanafi,2008:371).

2.2.4 Hubungan Profitabilitas, Kebijakan Dividen dengan Nilai Perusahaan

Kebijakan dividen mempengaruhi pendapatan yang diharapkan, karena

dividen merupakan bagian dari keputusan pendanaan, yaitu pendanaan internal

berupa laba ditahan. Semakin besar laba bersih yang dibayarkan sebagai dividen

semakin kecil laba ditahan, dan sebaliknya. Hal ini hal ini akan berdampak pada

penggunaan sumber dana eksternal seperti utang dan penerbitan saham baru.

Perusahaan yang dibelanjai dengan utang seluruhnya, atau kombinasi utang dengan

modal sendiri, akan menghasilkan laba bersih yang berbeda-beda. Hal ini

menunjukan bahwa keputusan pendanaan dan dividen mempengaruhi pendapatan

yang diharapkan.(I Made Sudana,2011:9).

Menurut teori signaling, ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada

pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham akan menurun jika ada

pengumuman penurunan dividen. Artinya dividen dipakai sebagai signal oleh

perusahaan. Jika perusahaan merasa bahwa prospek dimasa yang akan mendatang

baik, pendapatan, aliran kas diharapkan meningkat atau diperoleh pada tingkat

dimana dividen yang meningkat tersebut dibayarkan, maka perusahaan akan

meningkatkan dividen. Pasar akan merespons positif kenaikan dividen tersebut. Hal

ini sebaliknya terjadi. Jika perusahaan merasa prospek dimasa mendatang menurun,

perusahaan akan menurunkan pembayaran dividennya. Pasar akan merespons negatif

pengumuman tersebut. Menurut teori tersebut, dividen mempunyai kandungan

informasi, yaitu prospek perusahaan di masa mendatang. (Mamduh

Hanafi,2008:372).

2.2.5 Hubungan Struktur Kepemilikan dengan Nilai Perusahaan

Menurut cai et al. (2001) dalam Pancawati (2012) menemukan hubungan yang

berlawanan antara kinerja saham. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang

besar (lebih dari 5 %) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor

perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien

pemanfaatan aktiva perusahaan. Dengan demikian proporsi kepemilikan institusional

bertindak sebagai pencegahan yang dilakukan oleh manajemen. Nilai perusahaan

akan meningkat seiring dengan meningkatnya produktivitas perusahaan. Peningkatan

produktivitas dari perusahaan dapat dilihat dari kemampuan manajemen

menghasilkan profit tinggi sehingga menjadi sinyal positif bagi pasar dan akan

meningkatkan harga saham. Untuk menurunkan biaya keagenan timbul dalam

hubungan antara manajer dan pemilik, maka tingkat kepemilikan institusional

ditingkatkan, dengan harapan setiap keputusan manajemen akan selalu terkontrol dan

sesuai dengan keinginan pemilik. Dengan adanya peningkatan kepemilikan

institusional, maka akan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerjanya

sehingga akan berdampak positif terhadap nilai perusahaan.

2.2.6 Hubungan Struktur Kepemilikan, Keputusan Investasi dengan Nilai

Perusahaan

Pemegang saham institusional memiliki dorongan untuk melindungi

investasi mereka yang signifikan. (Friad and lang,1988; Mehran 1992). Keputusan

investasi sangat penting karena akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan

perusahaan dan merupakan inti dari seluruh analisis keuangan. (Gitma;2000 dan

Brealy & Myers;2000) dalam Tendi Haruman (2008).

Apabila dilihat dari teori sinyal, terjadinya pengeluaran untuk investasi oleh

perusahaan dimasa yang akan memberikan sinyal yang positif tentang pertumbuhan

perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham

yang merupakan indikator dari nilai perusahaan.

Keputusan investasi mencakup pengalokasian dana, baik dana yang berasal

dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi.

Gitman (2000) dan Brealy & Myers (2000) menyatakan bahwa keputusan investasi

sangat penting karena akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan

perusahaan dan merupakan inti dari seluruh analisis keuangan. Sedangkan menurut

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa keputusan investasi dapat berperan

sebagai mekanisme transmisi antara kepemilikan dan nilai perusahaan.

2.2.7 Hubungan Struktur Kepemilikan, Keputusan Pendanaan dengan Nilai

Perusahaan

Moh‟ et al (1998) dalam Tendi Haruman (2008), mengadakan studi mengenai

dampak struktur kepemilikan pada kebijakan hutang. Hasil penelitian menunjukan

bahwa struktur kepemilkan saham memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan

terhadap rasio hutang. Implikasi dari penelitian ini menunjukan bahwa investor

institusional secara efektif dapat melakukan monitoring terhadap manajemen

perusahaan sehingga memiliki kecenderungan untuk menurunkan tingkat hutang dan

meningkatnya kepemilikan manajerial dapat mengurangi peranan hutang dalam

mengurangi masalah keagenan.

Menambahkan hutang kedalam neraca, perusahaan secara umum dapat

meningkatkan profitabilitasnya, yang kemudian menaikan harga sahamnya, sehingga

meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi

pertumbuhan yang lebih besar. Hutang meningkatkan baik laba maupun risiko,

inilah tanggung jawab manajemen untuk mengelola keseimbangan yang tepat

diantara keduannya. (Ciaran Walsh,2003:123)

Masulis (1980) melakukan penelitian dalam kaitannya dengan relevansi

keputusan pendanaan, menemukan bahwa terdapat kenaikan abnormal returns sehari

sebelum dan sesudah pengumuman peningkatan proporsi hutang, sebaliknya terdapat

penurunan abnormal returns pada saat perusahaan mengumumkan penurunan proporsi

hutang. Masulis (1980) juga menemukan bahwa harga saham perusahaan naik apabila

diumumkan akan diterbitkan pinjaman yang digunakan untuk membeli kembali saham

perusahaan tersebut. dalam (Lihan, Bandi dan Anas ,2010).

2.2.8 Hubungan Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen dan Nilai

Perusahaan

Rozeff (1982) dalam Tendi Haruman (2008) menyatakan bahwa pembayaran

dividen adalah bagian dari monitoring. Perusahaan cenderung untuk membayar

dividen yang tinggi jika manajer memliki proporsi saham yang rendah. Rozeff

(1982) dan Easterbrook (1984) menyatakan bahwa pembayaran dividen pada

pemegang saham akan mengurangi sumber-sumber dana yang dikendalikan oleh

manajer, sehingga mengurangi kekuasaan manajer dan membuat pembayaran

dividen mirip dengan monitoring capital market yang terjadi jika perusahaan

memperoleh modal baru.

Kebijakan dividen ini merupakan corporate action yang penting yang harus

dilakukan perusahaan. Kebijakan tersebut berupa penentuan berapa banyak

keuntungan yang diperoleh pemegang saham. Keuntungan akan yang diperoleh

pemegang saham ini akan menentukan kesejahteraan pemegang saham yang

merupakan tujuan utama perusahaan. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada

pemegang saham, maka perusahaan akan dianggap semakin baik. Perusahaan

dianggap menguntungkan dan tentunya penilaian terhadap perusahaan semakin baik

pula, biasanya tercermin melalui peningkatan harga saham perusahaan. (Tendi

Haruman,2008)

2.2.9 Hubungan Profitabilitas, Struktur Kepemilikan dengan Nilai

Perusahaan

Tingkat profitabilitas perusahaan merupakan suatu indikator kesehatan atas

suatu perusahaan. Semakin tinggi profitabiltas akan menyebabkan ketertarikan pada

Fund Manajer untuk membeli saham tersebut. Semakin tinggi institusional investor

maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan mengurangi biaya

keagenan, ( Moh‟d et al 1998) dalam Slamet Haryono (2005)

Dengan adanya konsentrasi kepemilikan, maka para pemegang saham besar

seperti institusional investors akan dapat memonitor tim manajemen secara lebih

efektif dan dapat meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi takeover. Selain itu,

konsentrasi kepemilikan pada pihak luar perusahaan berpengaruh positif pada nilai

perusahaan. (Lins, 2002) dalam (Tendi Haruman,2008)

Nilai perusahaan dapat dikatakan baik apabila harga saham perusahaan tinggi,

harga saham perusahaan tinggi akan terjadi jika laba perusahaan pun tinggi, yang

nantinya akan menarik pihak investor untuk menyuntikan modalnya keperusahaan.

Randahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan bagi para pembuat

keputusan para pemakainya seperti invesor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan

akan berkurang. (Siallagan dan Machfoedz, 2006).

2.2.10 Hubungan Profitabilitas dan Struktur kepemilikan dengan Nilai

Perusahaan dengan Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan

Kebijakan sebagai variabel moderasi

Perusahaan sebagai entitas ekonomi lazimnya memiliki tujuan jangka

pendek dan jangka panjang, dalam jangka pendek perusahaan bertujuan memperoleh

laba secara maksimal dengan menggunakan sumber daya yang ada, sementara dalam

jangka panjang tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan.

(Muhamad, Sutrisno dan Ali, 2011)

Meningkatkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan

yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen.

Ketiga keputusan ini saling terkait, sehingga financial manager harus memutuskan

secara tepat dan hati-hati. Pihak manajemen harus berfokus pada penciptaan nilai

bagi para pemegang saham. Hal ini membuat pihak maanajemen harus menilai

berbagai investasi, pendanaan dan strategi manajemen aktiva alternatif berkaitan

dengan pengaruhnya atas nilai pemegang saham (harga saham). (Van Horne dan

Wachowicz,2005: 6).

Dalam situasi yang tidak pasti, pendapatan yang diharapkan dan risiko harus

dipertimbangkan pada setiap keputusan dibidang keuangan. Besar kecilnya risiko dan

pendapatan yang diharapkan dari suatu perusahaan akan mempengaruhi nilai

perusahaan yang besangkutan. Pada perusahaan yang sudah go public, nilai

perusahaan akan tercermin pada harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan. (I

Made Sudana,2011:9).

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

BAB III

Perusahaan

Tujuan Perusahaan

Meningkatkan nilai Mendapatkan Laba

Struktur Kepemilikan Profitabilitas

Keputusan

Investasi

Kebijakan

Dividen

Keputusan

Keuangan

Keputusan

Pendanaan

Nilai Perusahaan

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian yang di gunakan

Metode penelitian dirancang melalui langkah-langkah penelitian dari mulai

operasional variabel, penentuan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan

diakhiri dengan merancang analisis data dan pengujian hipotesis.

Menurut Sugiyono (2012:5) metode penelitian adalah :

“Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. Terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan

yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, kegunaan tertentu.”

Dalam melakukan penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode

penelitian survey, yaitu suatu pengamatan terhadap objek-objek tertentu secara lebih

spesifik untuk memperoleh data yang nantinya diperoleh, dianalisis, dan diproses

lebih lanjut berdasarkan teori-teori yang ada. Sedangkan pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dan asosiatif.

Menurut Sugiyono (2012:53) metode deskriptif adalah :

“Metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

mandiri, baik suatu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan antara variabel dengan variabel yang lain.”

Penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menguraikan

permasalahan yang berkaitan dengan pertanyaan terhadap variabel mandiri yaitu

mendeskripsikan profitabilitas, struktur kepemilikan, keputusan investasi, keputusan

pendanaan, kebijakan dividen dan nilai perusahaan.

Sedangkan penelitian asosiatif menurut Sugiyono (2012:55).

“Penelitian asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.”.

Penelitian asosiatif dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

profitabilitas dan strukur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan keputusan

investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

Dengan metode ini penulis bermaksud mengumpulkan data historis dan

mengamati secara seksama mengenai aspek-aspek tertentu yang berkaitan erat dengan

masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh data-data yang menunjang penyusunan

laporan penelitian. Data yang diperoleh tersebut kemudian diproses, dianalisis lebih

lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari sehingga memperoleh gambaran

mengenai objek tersebut dan dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang

diteliti.

3.2 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel

3.2.1 Definisi Variabel dan Pengukurannya

Menurut Sugiyono (2012:58) variabel penelitian adalah:

“Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya.”

Sesuai dengan judul skripsi ini yaitu” Pengaruh Profitabilitas dan Struktur

Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Investasi, Keputusan

Pendanaan dan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderasi”. Maka definisi dari

setiap variabel dan pengukurannya adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas / independent variable (X)

Variabel independen (variabel X) atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi dan merupakan faktor penyebab yang mempengaruhi variabel-varibel

lainnya. Bahkan variabel bebas ini yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependend (terikat). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen

yaitu :

Profitabilitas

Menurut Brigham dan Houston (2010:146) Definisi profitabilitas adalah sebagai

berikut :

“Profitabilitas adalah Sekelompok rasio yang menunujukan kombinasi dari

pengaruh likuiditas, manajemen asset dan utang pada hasil operasi”.

Profitabilitas mengukur kemampuan untuk menghasilkan laba dengan

menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan seperti aktiva,modal atau

penjualan perusahaan. Skala pengukuran profitabilitas dalam penelitian ini adalah

return on equity yang dijelaskan yaitu sebagai berikut :

Menurut Kasmir, 2012: 204 pengertian Return On Equity adalah sebagai berikut :

“ ROE yaitu rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri secara keseluruhan menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri,

semakin tinggi rasio ini semakin baik”.

(Kasmir,2012:204)

Struktur Kepemilikan

Menurut Sugiarto (2009: 59) struktur kepemilikan adalah :

“Struktur kepemilikan adalah struktur kepemilikan saham, yaitu

perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan

jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan kata lain struktur

kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan kepemilikan

manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan. Dalam menjalankan

kegiatannya suatu perusahaan diwakili oleh direksi (agents) yang ditunjuk

oleh pemegang saham (principals).”

Struktur kepemilikan merupakan pemisahan antara pemilik perusahaan dan

manajer perusahaan. Skala pengukuran struktur kepemilikan dalam penelitian ini

adalah kepemilikan institusional yang dijelaskan yaitu sebagai berikut :

Pengukuran struktur kepemilikan institusional ini mengacu pada Ituriaga dan

Sanz (1998) dalam wahyudi dan Hartini (2006), adalah sebagai berikut :

“Struktur kepemilikan instutisional diukur sesuai dengan proporsi

kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan kepemilikan oleh

blockholder”.

Ituriaga dan Sanz (1998)

Kepemilikan Institusional

Persentase Kepemilikan =

Instutisional Jumlah total saham

2. Variabel Moderasi / Moderat Variable (Z)

Variabel moderasi (variabel Z) adalah varibel yang secara teoritis dapat

mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen (Sugiyono,2012:60). Dalam penelitian ini

terdapat tiga variabel moderasi, yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan

kebijakan dividen dijelaskan sebagai berikut :

Keputusan Investasi

Menurut Martono dan Agus Harjito (2001: 3) keputusan investasi adalah :

“keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva yang akan dikelola

oleh perusahaan”.

keputusan investasi adalah suatu kebijakan atau keputusan yang diambil untuk

menanamkan modal pada satu atau lebih aset untuk mendapatkan keuntungan dimasa

yang akan datang. Skala pengukuran keputusan investasi dalam penelitian ini adalah

price earning ratio , merupakan salah satu rasio yang banyak digunakan dalam

pengambilan keputusan investasi, karena rasio ini pada dasarnya memberikan

indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada

suatu periode tertentu. yang dijelaskan yaitu sebagai berikut :

Menurut Brigham dan Houston (2010:150) Price earning ratio adalah :

“ Price earning ratio menunjukan jumlah yang rela dibayarkan oleh investor

untuk setiap dolar laba yang dilaporkan.”

Harga Per Saham

PER =

Laba per saham

(Brigham dan Houston,2010: 150)

Keputusan Pendanaan

Menurut kasmir (2010:6) keputusan pendanaan adalah sebagai berikut:

“Keputusan pendanaan merupakan keputusan yang berkaitan dengan jumlah

dana yang disediakan perusahaan, baik yang bersifat utang atau modal

sendiri”.

keputusan pendanaan merupakan keputusan yang berkaitan dengan penentuan

sumber dana yang digunakan, penentuan perimbangan yang terbaik atau penentuan

sumber optimal. Fungsi pemenuhan dana atau fungsi pendanaan harus dilakukan

secara efisien. Skala pengukuran keputusan pendanaan dalam penelitian ini adalah

debt to equity ratio yang dijelaskan yaitu sebagai berikut :

Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim dalam Irham Fahmi (2011:128) debt

to equity ratio adalah sebagai berikut :

“ Debt to equity ratio adalah ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan

keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk

kreditor”.

Irham Fahmi (2011:128)

Kebijakan Dividen

Menurut Brigham dan Houston (2006:66) Keputusan kebijakan dividen adalah :

“Keputusan tentang seberapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan

sebagai dividen dari pada ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam

perusahaan”.

Kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan besarnya dividend payout

ratio, yaitu besarnya persentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai

dividen kepada pemegang saham. (I Made Sudana 2011:167).

Menurut Ciaran Walsh (2003: 152) dividen payout ratio adalah :

“ dividend payout ratio memperlihatkan hubungan antara laba perusahaan dan

kas yang dibayarkan untuk dividen”.

(Ciaran Walsh,2003:152)

3. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel dependen (variabel Y) atau variabel terikat, yaitu suatu variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel Y (variabel dependen) adalah “Nilai Perusahaan (Price Book

Value)”.

Nilai Perusahaan

Menurut (Suad Husnan,2006:6) Nilai perusahaan adalah sebagai berikut :

“Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli

apabila perusahaan tersebut dijual”.

Menurut Brigham (2010:151) rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai

bukunya memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan. Perusahaan

dipandang baik oleh investor artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman

serta terus mengalami pertumbuhan.

(Brigham dan Houston,2010:151)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menjabarkan variabel penelitian ke

dalam konsep dimensi dan indikator. Disamping itu, tujuannya adalah untuk

memudahkan pengertian dan menghindari perbedaan persepsi dalam penelitian ini.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator

Profitabilitas (X1) Profitabilitas adalah Sekelompok

rasio yang menunujukan kombinasi

dari pengaruh likuiditas, manajemen

asset dan utang pada hasil operasi.

Brigham dan Houston (2010:146)

Return On Equity

Struktur

Kepemilikan (X2)

Struktur kepemilikan adalah

struktur kepemilikan saham, yaitu

perbandingan jumlah saham yang

dimiliki oleh orang dalam (insider)

dengan jumlah saham yang dimiliki

oleh investor. Atau dengan kata lain

struktur kepemilikan saham adalah

proporsi kepemilikan institusional

dan kepemilikan manajemen dalam

kepemilikan saham perusahaan.

Dalam menjalankan kegiatannya

suatu perusahaan diwakili oleh

direksi (agents) yang ditunjuk oleh

pemegang saham (principals).

Sugiarto (2009: 59)

Persentase

Kepemilikan

Institusional

Keputusan Investasi

(Z1)

keputusan investasi merupakan

keputusan terhadap aktiva yang

akan dikelola oleh perusahaan.

Martono dan Agus Harjito (2001: 3)

Price Earning

Ratio

Keputusan

Pendanaan

(Z2)

Keputusan pendanaan merupakan

keputusan yang berkaitan dengan

jumlah dana yang disediakan

perusahaan, baik yang bersifat utang

atau modal sendiri (Kasmir,2010:6)

Debt Equity

Ratio

Kebijakan Dividen

(Z3)

Keputusan tentang seberapa banyak

laba saat ini yang akan dibayarkan

sebagai dividen daripada ditahan

untuk diinvestasikan kembali dalam

perusahaan (Brigham dan Houston

,2006:66)

Dividend Payout

Ratio

Nilai Perusahaan

(Y)

Nilai perusahaan merupakan harga

yang bersedia dibayar oleh calon

pembeli apabila perusahaan tersebut

dijual (Suad Husnan,2006:6).

Price Book Value

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dan sampel dalam suatu penelitian perlu ditetapkan dengan tujuan

agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai yang

diharapkan.

Menurut Sugiyono (2012:115) populasi adalah :

“Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya.”

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public .populasi

sasaran adalah perusahaan pertambangan yang go public selama lima tahun periode

tahun 2007 sampai dengan 2011 dan memiliki ukuran populasi (population size)

berjumlah sebanyak 31 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.3.2 Sampel

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2012:116) adalah sebagai berikut :

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut”

Untuk menentukan besarnya sampel tersebut biasa dilakukan secara statistik

maupun berdasarkan estimasi penelitian. Selain itu perlu juga diperhatikan bahwa

sampel yang dipilih harus (representative) artinya segala karakteristik populasi

hendaknya tercermin dalam sampel yang dipilih. sampel yang akan digunakan dalam

penelitian, maka digunakan teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel

dalam skripsi ini adalah mengunakan nonprobability sampling yaitu dengan teknik

purposive sampling.

Menurut Sugiyono (2012:120), nonprobability sampling adalah sebagai

berikut :

“nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel”.

Sedangkan menurut Sugiyono (2012:122) purposive sampling adalah sebagai

berikut :

“purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu”.

Pemilihan sampel secara purposive sampling dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh sampel yang representatif berdasarkan kriteria yang ditentukan.

Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya kesalahan dalam

penentuan sampel penelitian, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap hasil

analisis. Sampel penelitian yang diambil adalah berdasarkan kriteria-kriteria berikut:

1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun

2007 sampai dengan 2011 secara berturut-turut.

2. Perusahaan Pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

menghasilkan keuntungan atau memperoleh laba pada tahun 2007 sampai

dengan 2011 secara berturut-turut.

3. Perusahaan Pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

Membagikan dividen selama 5 tahun berturut-turut yaitu tahun 2007-2011.

Tabel berikut ini menyajikan hasil seleksi sampel dengan menggunakan

metode purposive sampling:

Tabel 3.2

Hasil Purposive Sampling

Keterangan Jumlah

Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun

2007-2011

Pelanggaran Kriteria:

1. Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI setelah

tahun 2007.

2. Perusahaan mengalami kerugian selama periode tahun 2007-

2011

3. Perusahaan yang tidak membagikan dividen selama 5 tahun

berturut-turut yaitu tahun 2007-2011

31

(16)

(7)

(3)

Perusahaan yang terpilih menjadi sampel 5

Tabel 3.3

Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI yang menjadi sampel

No. Nama Perusahaan Alamat

1 PT. Bumi Resources Tbk Bakrie Tower 12th Fl Rasuna

Epicentrum Complex Jl. H.R.

Rasuna Said Jakarta 12940 –

Indonesia.

2 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk Jl. Letjen TB Simatupang No. 1,

Lingkar Selatan/Tanjung Barat,

Jakarta 12530, Indonesia.

3 PT. Vale Indonesia Tbk Bapindo Citibank Tower Lantai 22

Jl. Jend. Sudirman Kav. 54-55

Jakarta 12190, Indonesia.

4 PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam

(Persero) Tbk

Jl. Parigi No.1 Tanjung Enim,

Sumatra Selatan 31716,

Indonesia.

5 PT. Radiant Utama InterinscoTbk Jl. Kapten Tendean No.24.

Jakarta Selatan 12720, Jakarta

Indonesia.

Sumber : www.idx.co.id diolah kembali

3.4 Tenik Pengumpulan Data

3.4.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

data yang diperoleh secara tidak langsung dengan mempelajari literatur atau dokumen

yang berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan yang diteliti. Adapun

menurut Sugiyono (2012:402) yang dimaksud dengan data sekunder adalah :

“Sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.”

Data sekunder berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun

dalam arsip (data dokumen) yang dipublikasikan.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Pada tahap ini, penulis berusaha untuk memperoleh berbagai informasi

sebanyak-banyaknya untuk dijadikan sebagai dasar teori dan acuan untuk

mengolah data dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, dan mengkaji

literatur-literatur berupa buku-buku, jurnal, makalah, maupun penelitian-

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Riset Internet (Online Research)

Pengumpilan data berasal dari situs-situs terkait untuk memperoleh

tambahan literatur, jurnal, dan data lainnya.

Metode penelitian merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang sedang

diteliti sesuai dengan judul yang diambil. Maka model penelitian yang akan

digunakan oleh penulis dapat dilihat dari ilustrasi yang ada dibawah ini:

3.5 Model Penelitian

Model penelitian merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang sedang

diteliti. Model penelitian yang sesuai dengan judul penelitian ini, dapat digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 3.1

Model Penelitian

3.6 Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis

3.6.1 Analisis Data

Menurut Sugiyono (2012:206) yang dimaksud dengan analisis data adalah:

“kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam

analisis data adalah : mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis

responden, menyajikan data dari tiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.”

Analisis data yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Kebijakan Dividen

(Z3)

Keputusan

Pendanaan (Z2)

Nilai Perusahaan

(Y)

Keputusan Investasi

(Z1)

Struktur

Kepemilikan (X2)

Profitabilitas (X1)

1. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2012:206) yang dimaksud statistik deskriptif adalah :

“statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi.”

Dalam analisis ini akan dilakukan pembahasan mengenai profitabilitas,

struktur kepemilikan, keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan

dividen. Analisis deskriptif yang digunakan adalah nilai maksimum, nilai minimum

dan mean (rata-rata). Sedangkan untuk menentukan kategori penilaian setiap nilai

rata-rata (mean) perubahan pada variabel penelitian, maka dibuat tabel distribusi

frekuensi dengan langkah sebagai berikut:

a. Menentukan jumlah kriteria yaitu 4 kriteria

b. Menentukan selisih nilai maksimum dan minimum = (nilai mkas - nilai min)

c. Menentukan range (jarak interval kelas) =

d. Menentukan nilai rata-rata perubahan pada setiap variabel penelitian

e. Membuat tabel distribusi frekuensi nilai perubahan untuk setiap variabel

penelitian:

Tabel 3.4

Tabel Kriteria Penilaian

RENDAH Batas bawah (nilai min) (range) Batas atas 1

SEDANG (Batas atas 1) +0,01 (range) Batas atas 2

TINGGI (Batas atas 2) +0,01 (range) Batas atas 3

SANGAT TINGGI (Batas atas 3) +0,01 (range) Batas atas 4 (nilai maks)

Keterangan:

Batas atas 1 = Batas bawah (nilai min) + range

Batas atas 2 = (Batas atas 1 + 0,01) + range

Batas atas 3 = (Batas atas 2 + 0,01) + range

Batas atas 4 = (Batas atas 3 + 0,01) + range = Nilai Maksimum

Kriteria Peniliaian Profitabilitas

- Nilai tertinggi rasio Return On Equity (ROE) sebesar 84,6 dan nilai

terendah sebesar 1,89.

- Selisih dari nilai tertinggi (84,6) dan terendah (1,89) yang kemudian

dibagi 4 didapat hasil sebesar 1.158,775 yang digunakan sebagai nilai

range untuk setiap interval.

Tabel 3.5

Kriteria Penilaian Profitabilitas

Kriteria Interval

Rendah 1,89 – 22,5675

Sedang 22,5676- 43,2451

Tinggi 43,2452- 63,9227

Sangat Tinggi 63,9228 – 84,600

Kriteria Penilaian Struktur Kepemilikan

- Nilai tertinggi Kepemilikan institusional sebesar 35 dan nilai terendah

sebesar 15,58.

Range = = 20,6775

- Selisih dari nilai tertinggi (35) dan terendah (15,58) yang kemudian

dibagi 4 didapat hasil sebesar 4,855 yang digunakan sebagai nilai

range untuk setiap interval.

Tabel 3.6

Kriteria Penilaian Struktur Kepemilikan

Kriteria Interval

Rendah 15,58 – 20,435

Sedang 20,436- 25,291

Tinggi 25,292- 30,147

Sangat Tinggi 30,148 – 35,00

Kriteria Penilaian Keputusan Investasi

- Nilai tertinggi rasio Price Earning Ratio (PER) sebesar 42,26 dan nilai

terendah sebesar 4,34.

- Selisih dari nilai tertinggi (42,26) dan terendah (4,34) yang kemudian

dibagi 4 didapat hasil sebesar 9,48 yang digunakan sebagai nilai range

untuk setiap interval.

Tabel 3.7

Range = = 4,855

Range = = 9,48

Kriteria Penilaian Keputusan Investasi

Kriteria Interval

Rendah 4,34 – 13,82

Sedang 13,83 – 23,31

Tinggi 23,32- 32,8

Sangat Tinggi 32,9 – 42,26

Kriteria Keputusan Pendanaan

- Nilai tertinggi rasio Debt To Equity Ratio (DER) sebesar 5,26 dan nilai

terendah sebesar 0,21.

- Selisih dari nilai tertinggi (5,26) dan terendah (0,21) yang kemudian

dibagi 4 didapat hasil sebesar 1,2625 yang digunakan sebagai nilai

range untuk setiap interval.

Tabel 3.8

Kriteria Penilaian Keputusan Pendanaan

Kriteria Interval

Rendah 0,21 – 1,4725

Sedang 1,4726 – 2,7331

Tinggi 2,7332 – 3,9937

Sangat Tinggi 3,9938 – 5,26

Range = = 1,2605

Kriteria Penilaian Kebijakan Dividen

- Nilai tertinggi rasio Dividend Payout Ratio (DPR) sebesar 76,83 dan

nilai terendah sebesar 0,02.

- Selisih dari nilai tertinggi (76,83) dan terendah (0,02) yang kemudian

dibagi 4 didapat hasil sebesar 19,2025 yang digunakan sebagai nilai

range untuk setiap interval.

Tabel 3.9

Kriteria Penilaian Kebijakan Dividen

Kriteria Interval

Rendah 0,02 – 19,2225

Sedang 19,2226 – 38,4251

Tinggi 38,4252 – 57,6277

Sangat Tinggi 57,6278 – 76,83

Kriteria Penilaian Nilai Perusahaan

- Nilai tertinggi rasio Price Book Value (PBV) sebesar 11,02 dan nilai

terendah sebesar 0,67.

- Selisih dari nilai tertinggi (11,02) dan terendah (0,67) yang kemudian

dibagi 4 didapat hasil sebesar 19,2025 yang digunakan sebagai nilai

range untuk setiap interval.

Range = = 19,2025

Range = = 2,5875

Tabel 3.10

Kriteria Penilaian Nilai Perusahaan

Kriteria Interval

Rendah 0,67 – 3,2575

Sedang 3,2576 – 5,8451

Tinggi 5,8452 – 8,4327

Sangat Tinggi 8,4328 – 11,02

2. Analisis Asosiatif

Analisis asosiatif yaitu analisis yang digunakan untuk membahas data

kuantitatif dengan asumsi bahwa data berdistribusi normal dan pengaruh variabel

linear, yaitu dengan menganalisis :

1) Seberapa besar pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan di 5 perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.

2) Seberapa besar pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan

dividen sebagai variabel moderasi di 5 perusahaan pertambangan yang

terdaftar di BEI.

3.6.2 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.6.2.1 Rancangan Analisis

1. Regresi Data Panel

Regresi data panel merupakan teknik regresi yang menggabungkan data time

series dengan cross section. Keunggulan regresi data panel menurut Wibisono (2005)

antara lain :

1. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara ekspilisit

dengan mengizinkan variabel spesifik individu;

2. Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data panel

dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku lebih

kompleks.

3. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang berulang-

ulang (time series), sehingga metode data panel cocok digunakan sebagai

study of dynamic adjustment.

4. Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih

informatif, lebih variatif, dan kolinieritas (multiko) antara data semakin

berkurang, dan derajat kebebasan (degree of freedom/df) lebih tinggi sehingga

dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.

5. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang

kompleks.

6. Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin

ditimbulkan oleh agregasi data individu.

Dengan keunggulan tersebut maka implikasi pada tidak harus dilakukannya

pengujian asumsi klasik dalam model data panel (Verbeek, 2000; Gujarati, 2006;

Wibisono, 2005; Aulia; 2004, dalam Shochrul R, Ajija, dkk. 2011: 52).

2. Pemilihan Model Data Panel

Dalam analisa model data panel ada tiga macam pendekatan (metode) yang

terdiri dari Common Effect, Fixed Effect, dan Random Effect. Penjelasan masing-

masing metode tersebut adalah :

Common Effect

Teknik yang digunakan dalam metode Common Effect hanya dengan

mengkombinasikan data time series dan cross section. Dengan hanya

menggabungkan kedua jenis data tersebut maka dapat digunakan metode OLS untuk

mengestimasi model data panel. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi

individu maupun waktu, dan dapat diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan

sama dalam berbagai rentang waktu. Asumsi ini jelas sangat jauh dari realita

sebenarnya, karena karakteristik antar perusahaan baik dari segi kewilayahan jelas

sangat berbeda.

Fixed Effect

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Fixed

Effect. Metode dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya

perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap

antar perusahaan dan antar waktu, namun intersepnya berbeda antar perusahaan

namun sama antar waktu (time invariant). Namun metode ini membawa kelemahan

yaitu berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya

mengurangi efisiensi parameter.

Random Effect

Tenik yang digunakan dalam Metode Random Effect adalah dengan

menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin saja akan muncul pada

hubungan antar waktu dan antar kabupaten/kota.

3. UJi Pemilihan Model Dalam Pengolahan Data Panel

Dalam memilih model data panel yang akan digunakan, pertama dilakukan uji

Chow untuk menentukan apakah pengolahan data panel menggunakan metode

Common Effect atau Fixed Effect. Jika signifikan maka dilanjutkan uji Hausman

untuk memilih antara Fixed Effect dan Random Effect. Jika hasil uji Hausman

signifikan maka disimpulkan pengolahan dilakukan dengan metode Fixed Effect.

Namun uji Hausman yang tidak signifikan maka disimpulkan pengolahan dilakukan

dengan metode Random Effect.

1. Uji Chow

Disebut juga pengujian F statistik untuk memilih model data panel Common

Effect atau Fixed Effect. Hipotesis yang dibentuk :

H0 : Model Common Effect

H1 : Model Fixxed Effect

Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan menggunakan F

statistik yang dirumuskan Chow :

CHOW =

Dimana :

RRSS : Restricted Residual Sum Square (nilai Residual Sum Square

dengan metode Common Effect).

URSS : Unrestricted Residual Sum Square (nilai Residual Sum Square

metode Fixed Effect ).

N : Jumlah data cross-section

T : Jumlah data time- series

K : Jumlah variabel penjelas

Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik yaitu F N-1, NT- N – K. jika

nilai F statistik Chow lebih besar dari F tabel, maka cukup bukti untuk

menolak hipotesis nol dan metode Fixed Effect.

2. Uji Hausman

Uji Hausman adalah pengujian statistik yang menjadi dasar

pertimbangan ,memilikh model Fixed Effect atau Random Effect. Pengujian

ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Model Random Effect

H1 : Model Fixed Effect

a. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi digunakan untuk memprediksi seberapa jauh nilai variabel terikat

(y) bila variabel bebas (x) diubah.

Sugiyono (2012:270), menjelaskan bahwa:

“Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun satu kausal

variabel dengan satu variabel dependen”.

Menurut Sugiyono (2012:270) persamaan umum regresi linier sederhana

adalah sebagai berikut:

Y = a + x +

Keterangan :

Y = Nilai Perusahaan

= Konstanta, yaitu besarnya nilai X = 0

= Arah koefisien regresi, yang menyatakan perubahan nilai Y apabila terjadi

perubahan nilai X. Bila (+) maka arah garis akan naik, dan bila (-) maka nilai

garis akan turun.

X = Variabel yang mempengaruhi

= error term atau faktor penganggu

Jika koefisien positif, maka dapat diartikan bahwa antara variabel bebas dan

terikat terdapat korelasi positif atau searah. Dengan kata lain, peningkatan atau

penurunan variabel bebas diikuti dengan kenaikan atau penurunan variabel terikat.

Sedangkan jika negatif, maka menunjukan arah yang berlawanan antara variabel

bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain, setiap peningkatan variabel bebas

akan diikuti dengan penurunan variabel terikat atau sebaliknya.

b. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya

minimal 2. Adapun bentuk umum dari persamaan regresi linear berganda secara

sistematis adalah sebagai berikut:

Y= α + b1X1 + b2X2 + e

(Sugiyono,2012:277)

Keterangan :

Y = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksi.

α = Harga Y bila X = 0 (harga Konstan).

b1 danb2 = Koefisiensi regresi variabel independen.

x1 dan x2 = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

c. Analisis Regresi Moderasi (Moderate Regretion Analysis)

Analis moderat digunakan untuk menaksir nilai variabel Y berdasarkan nilai

variabel X dikalikan dengan variabel Z, serta taksiran perubahan variabel Y untuk

setiap satuan perubahan variabel X yang dikalikan dengan variabel Z. Moderate

Regression Analysis dinyatakan dalam bentuk regresi berganda dengan persamaan

mirip regresi polynominal yang menggambarkan pengaruh nonlinier yang dinyatakan

dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

Dimana :

Y = Nilai Perusahaan

= Konstanta regresi yaitu nilai Y jika X = 0

b1- b13 = koefisien regresi yaitu menyatakan perubahan nilai Y apabila terjadi

perubahan nilai X.

X, Z = interaksi antara Profitabilitas, Struktur Kepemilikan, Keputusan

Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan dividen.

= Erorr term, yaitu kesalahan penduga dalam penelitian.

Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regretion Analysis

(MRA) merupakan aplikasi khusus dimana persamaan regresinya mengandung unsur

interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) (Ghozali, 2006: 94). Variabel

perkalian antara profitabilitas dan struktur kepemilikan (X) dengan keputusan

investasi, keputusan pendanaan dan kebijkana dividen (Z) merupakan variabel

moderasi. Oleh karena mengambarkan pengaruh variabel (Z) terhadap hubungan

variabel (X) dan variabel (Y). setelah mendapatkan persamaan regresi dari tahap

analisis moderasi maka selanjutnya dilakukan pengujian korelasi dan koefisien

determinasi.

d. Analisis Korelasi

1. Analisis Korelasi Parsial

Analisis korelasi parsial ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan

anatara korelasi kedua variabel (independen dan dependen) dan ukuran yang

dipakai untuk menentukan derajat atau kekuatan hubungan korelasi tersebut.

Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien pearson

correlation product moment, untuk menguji hubingan asosiatif/hubungan bila

datanya berbentuk interval atau rasio (Sugiyono, 2012:216). Penentuan koefisien

korelasi dengan menggunakan metode analisis korelasi Pearson Product Moment

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2012:248)

Dimana :

r : koefisien korelasipearson

x : variabel independen

y : variabel dependen

n : banyak sampel

Koefisien korelasi (r) menunjukkan derajat korelasi antara variabel

independen (X) dan variabel dependen (Y). Nilai koefisien korelasi harus terdapat

dalam batas – batas -1 hingga +1 (-1 ≤ r≤ +1). Hasil perhitungan akan

memberikan tiga alternatif, yaitu:

a. Apabila nilai r mendekati positif (+) satu variabel berarti variabel X

mempunyai hubungan yang kuat dengan positif terhadap variabel Y.

b. Apabila nilai r mendekati negatif (-) berarti variabel X mempunyai

pengaruh yang kuat dan negatif terhadap perkembangan variabel Y.

c. Apabila nilai r mendekati nol (0) maka variabel X kurang mempengaruhi

perkembangan variabel Y, hal ini berarti bahwa bertambah atau

berkurangnya variabel X tidak mempengaruhi variabel Y.

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang

ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan berikut ini:

TABEL 3.4

INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI

Interval Korelasi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sed7ang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2012:250)

2. Analisis Korelasi Ganda

Analisis korelasi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa erat

hubungan antara seluruh variabel independen dengan variabel dependen. Korelasi

koefisien tersebut didapat dengan rumus sebagai berikut:

RY.X1.X2.X3.X4.X5 =

Sumber: Sugiyono (2012:256)

Dimana:

RY.X1.X2.X3.X4.X5 : Korelasi antara variabel X1, X2, X3, X4, dan X5 secara

bersama – sama dengan variabel Y

ryx1 : Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y

ryx2 : Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y

ryx3 : Korelasi Product Moment antara X3 dengan Y

ryx4 : Korelasi Product Moment antara X4 dengan Y

ryx5 : Korelasi Product Moment antara X5 dengan Y

rx1x2x3x4x5 : Korelasi Product Moment antara X1, X2, X3, X4, dan X5

3.6.3.4 Koefisien Determinasi

Sedangkan untuk melihat seberapa besar tingkat pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial digunakan koefisien

determinasi (Kd) dengan rumus menurut Sugiyono sebagai berikut :

Kd = r2 x 100%

Keterangan :

Kd : koefisien determinasi

r2 : koefisien korelasi yang dikuadratkan

3.6.2.2 Tes Statistik untuk Pengujian Hipotesis

A. Uji t atau Uji Parsial (t-test)

Uji ini untuk menguji kemaknaan koefisien regresi parsial masing-masing

variabel bebas. Pengujian ini dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung masing-

masing koefisien regresi dengan ttabel (nilai krisis) sesuai dengan tingkat signifikasi

yang digunakan. Maka uji signifikasi terhadap nilai r tersebut dilakukan dengan

menggunakan uji signifikan t dengan rumus statistik sebagai berikut :

(Sugiyono,2012:250)

Dimana :

t = Nilai uji t yang dihitung

r = Koefisien korelasi

r2 = koefisien determinasi

n = Jumlah anggota sampel

kriteria pengambilan keputusan:

a. Apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak

b. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel (rh > r tabel) maka Ha diterima

B. Analisis Moderate Regression Analysis (MRA)

Penelitian ini terdiri dari dua variabel independen, satu variabel dependen dan tiga

variabel moderasi. Karena itulah digunakan Moderate Regression Anlysis. Analisis

tersebut digunakan untuk melihat apakah variabel moderasi (Z) mempengaruhi

hubungan antara variabel X yaitu suatu variabel yang menentukan / menerangkan

variabel lainnya dan disebut dengan variabel bebas (independen variabel), terhadap Y

(variabel dependen/variabel terikat) yaitu : suatu variabel yang ditentukan atau

diterangkan oleh variabel lainnya dan variabel ini disebut dengan variabel tidak bebas

(dependen variabel). Hubungan ini selanjutnya dapat digunakan untuk mencari

pengaruh variabel X terhadap Y. kemudian melihat apakah variabel Z mempengaruhi

hubungan antara X terhadap Y.

C. Uji Simultan (F-test)

Uji F merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan yang bertujuan

untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen bersama-sama mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Maka korelasi ganda dapat

dihitung dengan rumus :

(Sugiyono,2012:257)

Keterangan :

R = Koefisien korelasi ganda

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah anggota sampel

Kriteria Pengambilan Keputusan

a. H0 ditolak jika F statistik < 0,05 atau Fhitung > Ftabel

b. H0 diterima jika F statistik > 0,05 atau Fhitung < Ftabel

3.6.2.3 Penetapan Hipotesis

Menurut Sugiyono (2012:224) bahwa :

“Hipotesis nol diberi notasi Ho dan Hipotesis alternatif diberi notasi Ha”.

Pengujian hipotesis digunakan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan positif antara variabel tersebut. Hipotesis tentang tidak adanya pengaruh

antara variabel X dengan variabel Y dan hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis

tentang adanya pengaruh variabel X dengan Y. pada umumnya, jika Ho ditolak maka

Ha diterima. Rancangan hipotesis yang digunakan yaitu :

A. Secara Parsial

H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai

perusahaan.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari struktur kepemilikan terhadap

nilai perusahaan.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari struktur kepemilikan nilai perusahaan.

H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel

moderasi.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan

dengan keputusan investasi sebagai variabel moderasi.

H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel

moderasi.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan

dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi.

H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai

perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan

dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel

moderasi.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel

moderasi.

.H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel

moderasi.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel

moderasi.

H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

B. Secara Simultan

H : β1, β2 = 0 : Tidak terdapat pengaruh profitabilitas dan

Stuktur Kepemilikan terhadap nilai perusahaan.

H : β1, β2 ≠ 0 : Terdapat pengaruh profitabilitas dan Stuktur

Kepemilikan terhadap nilai perusahaan.

H : β1, β2, β3, β4 β5,

β6, β7, β8 = 0 : Tidak terdapat pengaruh profitabilitas dan

Stuktur Kepemilikan terhadap nilai perusahaan

dengan keputusan investasi, keputusan

pendanaan dan kebijkajan dividen sebagai

variabel moderasi.

H : β1, β2, β3, β4 β5,

β6, β7, β8 = 0 : Terdapat pengaruh profitabilitas dan Stuktur

Kepemilikan sebagai variabel moderasi

terhadap nilai perusahaan dengan keputusan

investasi, keputusan pendanaan dan kebijkajan

dividen.

3.6.2.4 Penetapan Tingkat Signifikansi

Tingkat signifikansi (level of significant) yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebesar 95% ( =0,05), karena dinilai cukup ketat dalam menguji hubungan

variabel-variabel yang diuji atau menunjukan bahwa korelasi cukup nyata. Disamping

itu, tingkat signifikansi ini umumnya digunakan dalam penelitian-penelitian ilmu

sosial (Nazir,2003: 460). Tingkat signifikansi 0,05 artinya kemungkinan besar dari

hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas sebesar 95% atau toleransi

kesalahan sebesar 5%.

3.6.2.5 Penarikan Kesimpulan

Setelah melalui tahapan-tahapan penelitian dan pengujian di atas maka

peneliti akan melakukan analisis berdasarkan hasil pengolahan dan pengujian

tersebut. Analisis tersebut akan membahas pengaruh variabel independen dengan

variabel dependennya baik secara parsial maupun simultan. Dalam hal ini ditunjukan

dengan penolakan Ho atau penerimaan Ha. Kemudian dari analisis tersebut akan

ditarik kesimpulan dan saran-saran untuk peneliti selanjutnya.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam

penilitian ini adalah :

Hipotesis 1 : Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

Hipotesis 2 : : Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan

keputusan investasi sebagai variabel moderasi.

Hipotesis 3 : Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan

keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi.

Hipotesis 4 : Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan

kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

Hipotesis 5 : Terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan

dengan keputusan investasi sebagai variabel moderasi.

Hipotesis 6 : Terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan

dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi.

Hipotesis 7 : Terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan

dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi.

Hipotesis 8 : Terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan

dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

Hipotesis 9 : Terdapat pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap

nilai perusahaan.

Hipotesis 9 : Terdapat pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap

nilai perusahaan dengan keputusan investasi, keputusan

pendanaan dan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Penelitian dilakukan terhadap 5 perusahaan Pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia yang telah dipilih menggunakan metode purposive sampling

dengan berbagai kriteria yang telah ditentukan dan dijelaskan dalam bab III. Adapun

gambaran perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut :

1. PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk

PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk merupakan perusahaan Pertambangan da

pengolahan mineral terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada 5 Juli

1968 sebagai Perusahaan Milik Negara “PN Aneka Tambang”. Tujuh perusahaan

independen yang bergabung dalam membentuk Aneka Tambang terdiri dari PT Nikel

Indonesia, PN Tambang Bauksit Indonesia, PN logam Mulia, BPU Perusahaan-

perusahaan Tambang Umum Negara, Proyek Pertambangan Intan Martapura, PN

Tambang Emas Tjikotok, dan Proyek Emas Logam. Pada 21 Mei 1975 sesuai dengan

keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, status Aneka Tambang berubah

dari perusahaan milik Negara menjadi perusahaan terbatas, PT. Aneka Tambang

(Persero) Tbk. Setelah tiga puluh tahun beroperasi, perusahaan ini telah membuktikan

pencapaian yang signifikan. Dari tahun ke tahun perusahaan terus meningkatkan

kualitas dari berbagai aspek, dari operasi dan pengembangan keuangan, hal-hal yang

bersifat umum dan sumber daya manusia.

2. PT. BUMI Resources (Tbk)

PT Bumi Resources Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 26 Juni 1973

berdasarkan Akta No. 130 dan No. 103 tanggal 28 Nopember 1973, keduanya dibuat

dihadapan Djoko Soepadmo, S.H., notaris di Surabaya dan mendapat persetujuan dari

Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 12 Desember 1973 melalui

surat keputusan No. Y.A.5/433/12 dan didaftarkan di Buku Register Kepaniteraan

Pengadilan Negeri Surabaya dibawah No. 1822/1973, No. 1823/1973, No. 1824/1973

tanggal 27 Desember 1973, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik

Indonesia No. 1 tanggal 2 Januari 1974, Tambahan No. 7. Sesuai dengan Anggaran

Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi kegiatan eksplorasi

dan eksploitasi kandungan batubara (termasuk Pertambangan dan penjualan batubara)

dan eksplorasi minyak. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Gedung Wisma Bakrie

2 Lantai 7, Jalan H. R. Rasuna Said Kav. B-2, Jakarta 12920.

Pada tanggal 30 September 2005, Direksi Perusahaan menyetujui untuk

merubah mata uang pelaporan dari Rupiah (Rp) menjadi Dolar Amerika Serikat

(US$) untuk mencerminkan mata uang fungsional perusahaan. Perubahan tersebut

mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia pada tanggal 9

Nopember 2005. Berdasarkan surat Ketua Bapepam No. SI-117/SHM/MK.10/1990

tanggal 18 Juni 1990, atas nama Menteri Keuangan, Bapepam telah memberikan surat

pernyataan efektif atas penawaran saham perdana 10.000.000 saham perusahaan atas

nama dengan harga nominal Rp 1.000 per saham (setara dengan AS$ 0,54) kepada

masyarakat pada tanggal 25 Juni sampai 30 Juni 1990 dengan harga perdana Rp

4.500 (setara dengan AS$ 2,44) per saham. Saham tersebut telah dicatatkan pada

Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tanggal 30 Juli 1990.

3. PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO)

PT Vale Indonesia Tbk (Vale Indonesia) sebelumnya dikenal sebagai

PTInternational Nickel Indonesia Tbk (PTI), adalah sebuah perusahaan penanaman

modal asing (PMA) yang mendapatkan izin usaha dari pemerintah Indonesia untuk

melakukan eksplorasi, kegiatan penambangan, pengolahan dan produksi nikel. PT

International Nickel Indonesia Tbk. (“PT Inco” atau “Perseroan”) didirikan pada

tanggal 25 Juli 1968. Perseroan melakukan pemecahan satu saham menjadi sepuluh

yang disetujui oleh pemegang saham pada tanggal 17 Desember 2007 dan berlaku

efektif pada tanggal 15 Januari 2008, saat ini terdapat 9.936.338.720 lembar saham

yang beredar. Saham PT INCO pertama kali tercatat di Bursa Efek Indonesia pada

tanggal 16 Mei 1990.

4. PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam (Persero) Tbk

Sejarah Pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman

kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan terbuka

(open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di Tambang Air Laya.

Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan bawah tanah

(underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk kepentingan

komersial dimulai pada 1938. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial

Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut

perubahan status tambang menjadi Pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah RI

kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit

Asam (PN TABA). Pada 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi

Perseroan Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk,

yang selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan

industri batubara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan

Perum Tambang Batubara dengan Perseroan. Sesuai dengan program pengembangan

ketahanan energi nasional, pada 1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk

mengembangkan usaha briket batubara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan

mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode

“PTBA”.

5. PT. Radiant Utama Interinsco Tbk. (RUIS)

Didirikan pada tanggal 22 Agustus 1984, PT. Radiant Utama Interinsco

Tbk. (RUIS) telah memiliki pengalaman dalam industri Minyak dan Gas Indonesia

selama lebih dari 35 tahun dalam menyediakan jasa teknis penunjang untuk sektor

minyak dan gas dari hulu sampai hilir, serta industri terkait lainnya.Dalam

perjalanannya, RUIS membuktikan keunggulannya melalui komitmen untuk selalu

memberikan pelayanan yang terbaik. Hal ini dicapai melalui pengelolaan usahanya

secara bertanggung jawab, selalu mengutamakan pelanggan, dan terpercaya. Di

bidang Inspeksi dan Sertifikasi, RUIS memperoleh akreditasi sebagai badan Inspeksi

dan Sertifikasi resmi dari beberapa instansi berwenang seperti: Direktorat Jenderal

Minyak dan Gas Bumi; Direktorat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panas Bumi;

Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi; dan Departemen Tenaga Kerja

dan Transmigrasi.

Pada tahun 2006, saham Perseroan pertama kali ditawarkan kepada

masyarakat dan efektif tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 12 Juli 2006 dengan

jumlah saham yang tercatat sebanyak 770,000,000 lembar saham. Pada tahun 2008,

perusahaan memasuki bisnis hulu migas dengan mengakuisisi 100% kepemilikan

pada Radiant Bukit Barisan yan memiliki 51% kepemilikan atas blok migas South

West Bukit Barisan di Sumatera Barat. Pada tahun 2011, perusahaan telah

mengakuisisi aset berupa Mobile Offshore Production Unit (MOPU) dari Maleo

MOPU Producer Inc. senilai US$ 35 juta.

4.1.2 Gambaran Profitabilitas Pada Perusahaan Pertambangan

Profitabilitas merupakan variabel bebas (independen) pertama (X1) dalam

penelitian ini. Return On Equity (ROE) digunakan dalam penelitian ini untuk

mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri secara keseluruhan

menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri.

Dengan rumus sebagai berikut :

(Kasmir,2012:204)

Berikut ini adalah data profitabilitas dari perusahaan yang dijadikan sampel

selama tahun 2007-2011 :

Tabel 4.1

Hasil Perhitungan Profitabilitas

Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2007-2011

(dalam jutaan)

No Kode Tahun Earning After Tax Equity ROE ROE (%)

1 BUMI 2007 7,431,627 10,567,754 0.70 70.32

2008 4,070,016 12,762,016 0.32 31.89

2009 1,790,218 12,725,242 0.14 14.07

2010 2,797,815 14,544,969 0.19 19.24

2011 1,950,547 10,667,629 0.18 18.28

2 INCO 2007 11,048,826 13,059,707 0.85 84.60

2008 3,934,510 14,367,462 0.24 23.63

2009 1,601,920 14,864,276 0.11 10.78

2010 3,932,331 15,103,441 0.26 26.04

2011 3,026,563 16,042,824 0.26 25.57

3 PTBA 2007 760,207 2,799,118 0.27 27.16

2008 1,707,771 3,998,132 0.43 42.71

2009 2,727,734 5,701,372 0.48 47.84

2010 2,008,891 6,366,736 0.32 31.55

2011 3,085,862 8,165,002 0.38 37.79

4 ANTM 2007 5,132,460 8,763,579 0.59 58.57

2008 1,368,139 8,063,138 0.17 16.97

2009 604,307 8,148,939 0.07 7.42

2010 1,683,400 9,580,098 0.18 17.57

2011 1,924,739 10,772,044 0.18 17.87

5 RUIS 2007 35,960 180,136 0.20 19.96

2008 30,073 201,557 0.15 14.92

2009 18,616 211,030 0.09 8.82

2010 12,236 214,022 0.06 5.72

2011 4,009 211,863 0.02 1.89

Sumber : laporan keuangan dan Hasil Pengolahan Data, 2013

4.1.3 Gambaran Struktur Kepemilikan Pada Perusahaan Pertambangan

Struktur kepemilikan merupakan variabel bebas (independen) kedua (X2)

dalam penelitian ini. Kepemilikan institusional digunakan dalam penelitian ini diukur

sesuai dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan

kepemilikan oleh blockholder.

Dalam menghitung kepemilkan institusional tersebut digunakan rumus :

Ituriaga dan Sanz (1998)

Berikut ini adalah data struktur kepemilikan dari perusahaan yang dijadikan

sampel selama tahun 2007-2011 :

Tabel 4.2

Tabel 4.2

Hasil Perhitungan Struktur Kepemilikan

Perusahaan Petambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2007-2011

Struktur Kepemilikan

Perusahaan Petambangan yang terdaft

No Kode Tahun Total Saham

Total Saham

Institusional

Total saham non

Institusional

Nilai

Kepemilikan

Institusional

Nilai

Kepemilikan

Institusional

(%)

1 BUMI 2007 19,404,000,000 4,604,569,200 14,799,430,800 0.24 23.73

2008 19,404,000,000 4,604,569,200 14,799,430,800 0.24 23.73

2009 19,404,000,000 4,604,569,200 14,799,430,800 0.24 23.73

2010 20,773,400,000 6,061,678,120 14,711,721,880 0.29 29.18

2011 20,773,400,000 6,061,678,120 14,711,721,880 0.29 29.18

2 INCO 2007 9,936,338,720 2,058,809,383 7,877,529,337 0.21 20.72

2008 9,936,338,720 2,058,809,383 7,877,529,337 0.21 20.72

2009 9,936,338,720 2,058,809,383 7,877,529,337 0.21 20.72

2010 9,936,338,720 2,058,809,383 7,877,529,337 0.21 20.72

2011 9,936,338,720 2,010,121,323 7,926,217,397 0.20 20.23

3 PTBA 2007 2,304,131,849 805,985,321 1,498,146,528 0.35 34.98

2008 2,304,131,849 805,985,321 1,498,146,528 0.35 34.98

2009 2,304,131,849 805,985,321 1,498,146,528 0.35 34.98

2010 2,304,131,849 805,985,321 1,498,146,528 0.35 34.98

2011 2,304,131,849 805,985,321 1,498,146,528 0.35 34.98

4 ANTM 2007 9,538,459,749 3,338,460,912 6,199,998,837 0.35 35.00

2008 9,538,459,749 3,338,460,912 6,199,998,837 0.35 35.00

2009 9,538,459,749 3,338,460,912 6,199,998,837 0.35 35.00

2010 9,538,459,749 3,338,460,912 6,199,998,837 0.35 35.00

2011 9,538,459,749 3,338,460,912 6,199,998,837 0.35 35.00

5 RUIS 2007 770,000,000 119,966,000 650,034,000 0.16 15.58

2008 770,000,000 119,966,000 650,034,000 0.16 15.58

2009 770,000,000 119,966,000 650,034,000 0.16 15.58

2010 770,000,000 119,966,000 650,034,000 0.16 15.58

2011 770,000,000 119,966,000 650,034,000 0.16 15.58

ar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2007-2011

Laporan Keuangan dan Hasil Pengolahan

4.1.4 Gambaran Keputusan Investasi Pada Perusahaan Pertambangan

Keputusan Investasi merupakan variabel moderasi pertama (Z1) dalam

penelitian ini. Price Earning Ratio digunakan dalam penelitian ini menunjukan

jumlah yang rela dibayarkan oleh investor untuk setiap dolar laba yang dilaporkan.

Dalam menghitung rasio tersebut digunakan rumus :

(Brigham dan Houston,2010: 150)

Berikut ini adalah data keputusan investasi dari perusahaan yang dijadikan

sampel selama tahun 2007-2011 :

Tabel 4.3

Hasil Perhitungan Keputusan Investasi

Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2007-2011

(dalam rupiah penuh)

No Kode Tahun Harga per saham Laba per sham PER

1 BUMI 2007 6000 382.99 15.67

2008 910 209.75 4.34

2009 2425 92.26 26.28

2010 3025 134.68 22.46

2011 2175 93.91 23.16

2 INCO 2007 96250 10,663 9.03

2008 1930 395 4.88

2009 3650 187 19.48

2010 4875 481 10.14

2011 3200 367 8.72

3 PTBA 2007 12000 330 36.36

2008 6900 741 9.31

2009 17250 1184 14.57

2010 22950 872 26.32

2011 17350 1339.77 12.95

4 ANTM 2007 4475 538 8.32

2008 1090 143 7.62

2009 2200 63 34.73

2010 2450 176 13.88

2011 1620 201.74 8.03

5 RUIS 2007 450 47 9.57

2008 420 39 10.77

2009 183 24 7.57

2010 200 16 12.59

2011 220 5 42.26

Sumber : Laporan keuangan dan Hasil Pengolahan Data, 2013

4.1.5 Gambaran Keputusan Pendanaan Pada Perusahaan Pertambangan

Keputusan Pendanaan merupakan variabel moderasi kedua (Z2) dalam

penelitian ini. Debt Equity Ratio digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur

bauran dana dalam neraca dan membuat perbandingan antara dana yang diberikan

oleh pemilik (ekuitas) dan dana yang dipinjam (hutang).

Dalam menghitung rasio tersebut digunakan rumus :

Irham Fahmi (2011:128)

Berikut ini adalah data keputusan pendanaan dari perusahaan yang dijadikan

sampel selama tahun 2007-2011 :

Tabel 4.4

Hasil Perhitungan Keputusan Pendanaan

Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2007-2011

(dalam jutaan rupiah)

No Kode Tahun Total liabilities

Total

shareholders

equity DER

1 BUMI 2007 13,353,251 10,567,754 1.26

2008 40,695,177 12,762,016 3.19

2009 55,219,644 12,725,242 4.34

2010 58,987,907 14,544,969 4.06

2011 56,146,499 10,667,629 5.26

2 INCO 2007 4,715,792 13,059,707 0.36

2008 3,529,207 16,653,680 0.21

2009 4,292,924 14,864,276 0.29

2010 4,588,961 15,103,441 0.30

2011 5,914,086 16,042,824 0.37

3 PTBA 2007 1,116,799 2,799,118 0.40

2008 2,028,733 3,998,132 0.51

2009 2,292,740 5,701,372 0.40

2010 2,281,451 6,366,736 0.36

2011 3,342,102 8,165,002 0.41

4 ANTM 2007 3,273,118 8,763,579 0.37

2008 2,130,970 8,063,138 0.26

2009 1,748,127 8,148,939 0.21

2010 2,709,897 9,580,098 0.28

2011 4,429,192 10,772,044 0.41

5 RUIS 2007 232,479 180,136 1.29

2008 416,945 201,557 2.07

2009 352,437 211,017 1.67

2010 380,930 214,011 1.78

2011 774,059 211,863 3.65

Sumber : Laporan keuangan dan Hasil Pengolahan Data, 2013

4.1.6 Gambaran Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Pertambangan.

Kebijakan dividen merupakan variabel moderasi ketiga (Z3) dalam penelitian

ini. Dividend Payout Ratio digunakan dalam penelitian ini memperlihatkan hubungan

antara laba perusahaan dan kas yang dibayarkan untuk dividen.

Dalam menghitung rasio tersebut digunakan rumus :

Dividend Payout Ratio (DPR) = Dividend per Share

Earning per Share

(Ciaran Walsh,2003:152)

Berikut ini adalah data kebijakan dividen dari perusahaan yang dijadikan

sampel selama tahun 2007-2011 :

Tabel 4.5

Hasil Perhitungan Kebijakan Dividen

Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2007-2011

(dalam rupiah penuh)

No Kode Tahun

Dividend per

Share

Earning per

Share DPR

DPR

(%)

1 BUMI 2007 77.00 382.99 0.20 20.10

2008 50.60 209.75 0.14 13.89

2009 27.68 92.26 0.30 29.90

2010 41.78 134.68 0.31 31.02

2011 14.31 93.91 0.15 15.24

2 INCO 2007 209.00 10,663 0.02 2.00

2008 208.90 395 0.53 52.89

2009 104.56 187 0.65 64.63

2010 178.72 481 0.45 45.22

2011 214.40 367 0.58 58.42

3 PTBA 2007 105.39 330 0.32 31.94

2008 164.97 741 0.22 22.26

2009 533.40 1184 0.45 45.05

2010 532.12 872 0.60 60.00

2011 803.94 1339.77 0.60 60.03

4 ANTM 2007 215.23 538 0.40 40.01

2008 57.47 143 0.40 40.19

2009 25.38 63 0.40 40.29

2010 70.71 176 0.40 40.18

2011 90.99 201.74 0.45 45.10

5 RUIS 2007 12.00 47 0.26 25.53

2008 12.00 39 0.31 30.77

2009 12.00 24 0.50 50.00

2010 8.00 16 0.50 50.00

2011 4.00 5 0.77 76.83

Sumber : Laporan Keuangan dan Hasil Pengolahan Data, 2013

4.1.7 Gambaran Nilai Perusahaan (Price Book Value) Pada Perusahaan

Pertambangan

Nilai perusahaan merupakan variabel dependen (Y) dalam penelitian ini.

Nilai perusahaan pada penelitian ini dihitung menggunakan Price Book Value (PBV)

yang merupakan memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan.

Perusahaan dipandang baik oleh investor artinya perusahaan dengan laba dan arus kas

yang aman serta terus mengalami pertumbuhan.

Dalam menghitung rasio tersebut digunakan rumus :

Price Book Value (PBV) = Harga pasar per saham

Nilai Buku per saham

(Brigham dan Houston,2010:151)

Berikut ini adalah data nilai perusahaan dari perusahaan yang dijadikan

sampel selama tahun 2007-2011 :

Tabel 4.6

Hasil Perhitungan Nilai Perusahaan

Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2007-2011

(dalam rupiah penuh)

No Kode Tahun Closing Price Equity per Share PBV

1 BUMI 2007 6,000 545.00 11.01

2008 910 658.00 1.38

2009 2,425 656.00 3.70

2010 3,025 700.00 4.32

2011 2,175 513.52 4.24

2 INCO 2007 96,250 12604.00 7.64

2008 1,930 1672.00 1.15

2009 3,650 1739.00 2.10

2010 4,875 481.00 10.14

2011 3,200 1945.00 1.65

3 PTBA 2007 12,000 1215.00 9.88

2008 6,900 1735.00 3.98

2009 17,250 2474.00 6.97

2010 22,950 2763.00 8.31

2011 17,350 3544.00 4.90

4 ANTM 2007 4,475 4594.00 0.97

2008 1,090 845.00 1.29

2009 2,200 854.00 2.58

2010 2,450 1004.00 2.44

2011 1,620 1129.33 1.43

5 RUIS 2007 450 234.00 1.92

2008 420 262.00 1.60

2009 183 274.00 0.67

2010 200 278.00 0.72

2011 220 275.15 0.80

Sumber : Laporan Keuangan dan Hasil Pengolahan Data, 2013

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

4.2.1.1 Analisis Profitabilitas Pada Perusahaan Pertambangan

Profitabilitas pada penelitian ini diukur menggunakan Return On

Equity. Return On Equity (ROE) pada perusahaan Pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 4.7

Profitabilitas Perusahaan Pertambangan

Tahun 2007-2011

Perusahaan 2007 2008 2009 2010 2011

BUMI 70.32 31.89 24.06 20.17 18.28

INCO 84.60 23.63 10.78 26.04 18.87

PTBA 27.16 42.71 47.84 31.55 37.79

ANTM 58.57 16.97 7.42 17.57 17.87

RUIS 19.96 14.92 8.82 5.72 1.89

Selain itu Return On Equity pada perusahaan Pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011 dapat dilihat pada grafik

dibawah ini :

Grafik 4.1

Profitabilitas Perusahaan Pertambangan Tahun 2007-2011

Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean,

nilai minimum, nilai maximum, dan standar deviasi. Statistik deskriptif penelitian

terhadap 5 perusahaan selama 5 periode (2007-2011) dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.8

Hasil analisis statistik deskriptif Profitabilitas

Menggunakan Eviews6

Mean 27.41600

Median 20.17000

Maximum 84.60000

Minimum 1.890000

Std. Dev. 20.17352

Sum 685.4000

Sum Sq. Dev. 9767.300

Observations 25

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

2007 2008 2009 2010 2011

BUMI

INCO

PTBA

ANTM

RUIS

Dari hasil perhitungan Return On Equity tahun 2007-2011 terhadap 5 perusahaan

yang menjadi sampel penelitian, rata-rata nilai Return On Equity adalah 27,42%.

Nilai Return On Equity tertinggi terdapat pada PT Vale Indonesia (INCO) Tbk. pada

tahun 2007 sebesar 84,6%. Hal tersebut terjadi karena perusahaan secara efisien

menggunakan modal sendiri untuk mengasilkan laba. Dengan laba yang besar maka

tercermin bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja perusahaan yang baik,

sehingga menarik investor untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan karena

tingkat pengembalian yang ditawarkan perusahaan atas investasi bagi para pemegang

saham sehingga akan menyebabkan baiknya penilaian investor terhadap perusahaan

yang menyebabkan meningkatnya harga saham dan nilai perusahaan. Nilai terendah

terdapat pada PT. Radiant Utama Interinsco (RUIS) Tbk. sebesar 1,89% pada tahun

2011, hal tersebut terjadi karena perusahaan memiliki komposisi total hutang semakin

besar dibanding dengan modal sendiri yaitu total hutang sebesar Rp.

774,059,000,000. dan total modal sendiri sebesar Rp. 211,863,000,000. Sehingga

berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar dan sangat

memungkinkan menurunkan kinerja perusahaan karena tingkat ketergantungn dengan

pihak luar semakin tinggi. Oleh karena itu, pihak manajemen harus mengeluarkan

kebijakan mengenai beban yang harus dikeluarkan meliputi beban operasi, beban non

operasi, beban bunga, serta gaji dan upah agar laba usaha yang ditambah pendapatan

(beban) lain-lain dan ditambah manfaat (beban) pajak dapat menghasilkan laba bersih

(Martono:2007). Sedangkan standar deviasi Return on Equity pada penelitian ini

adalah sebesar 20.17%.

Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Return On Equity (ROE),

dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya:

1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

2. Nilai rata-rata rasio Return On Equity (ROE) adalah sebesar 27,42.

3. Nilai tertinggi rasio Return On Equity (ROE) sebesar 84,6 dan nilai terendah

sebesar 1,89.

4. Selisih dari nilai tertinggi (84,6) dan terendah (1,89) yang kemudian dibagi 4

didapat hasil sebesar 1.158,775 yang digunakan sebagai nilai range untuk

setiap interval.

Tabel 4.15

Kriteria Penilaian

Kriteria Interval

Rendah 1,89 – 22,5675

Sedang 22,5676- 43,2451

Tinggi 43,2452- 63,9227

Sangat Tinggi 63,9228 – 84,600

5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Return On Equity (ROE) sebesar 27,42%

menunjukkan bahwa tingkat rasio ROE perusahaan Pertambangan pada

tahun 2007 sampai dengan 2011 masuk pada kriteria “sedang”karena

berada pada interval 22,5676- 43,2451.

Range = = 20,6775

4.2.1.2 Analisis Struktur Kepemilikan Pada Perusahaan Pertambangan

Struktur kepemilikan pada penelitian ini diukur menggunakan kepemilikan

institusional. Kepemilikan institusional perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.9

Struktur Kepemilikan Perusahaan Pertambangan

Tahun 2007-2011

Perusahaan 2007 2008 2009 2010 2011

BUMI 23.73 23.73 23.73 29.18 29.18

INCO 20.72 20.72 20.72 20.72 20.23

PTBA 34.98 34.98 34.98 34.98 34.98

ANTM 35.00 35.00 35.00 35.00 35.00

RUIS 15.58 15.58 15.58 15.58 15.58

Kepemilikan institusional pada perusahaan pertambangan selama periode

2007-2011 dapat dilihat juga pada grafik dibawah ini :

Grafik 4.2

Struktur Kepemilikan Perusahaan Pertambangan

Tahun 2007-2011

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

2007 2008 2009 2010 2011

BUMI

INCO

PTBA

ANTM

RUIS

Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean,

nilai minimum, nilai maximum, dan standar deviasi. Statistik deskriptif penelitian

terhadap 5 perusahaan selama 5 periode (2005-2010) dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 4.10

Hasil analisis statistik deskriptif

Struktur Kepemilikan Menggunakan Eviews6

Mean 26.41840

Median 23.73000

Maximum 35.00000

Minimum 15.58000

Std. Dev. 7.977044

Sum 660.4600

Observations 25

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013

Dari hasil perhitungan kepemilikan institusional tahun 2007-2011

terhadap 5 perusahaan yang menjadi sampel penelitian, rata-rata nilai kepemilikan

institusional adalah sebesar 26.41%. Nilai tertinggi terdapat pada PT. Aneka

Tambang (Persero) Tbk. sebesar 35%. Semakin tinggi kepemilikan institusional

maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan. Adanya kepemilikan

institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap

kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu mengoptimalkan nilai

perusahaan. Nilai terendah terdapat pada PT. Radiant Utama Interinsco (RUIS) Tbk.

sebesar 15.58%. Semakin rendah kepemilikan institusional maka semakin rendah

kontrol eksternal terhadap perusahaan. rendahnya kepemilikan institusional akan

menurunkan pengawasan terhadap manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan

yaitu mengoptimalkan nilai perusahaan. Karena Tujuan manajer mungkin

bertentangan dengan memaksimalisasi kekayaan pemegang saham. Khususnya

manajer mungkin lebih tertarik untuk memaksimalkan kekayaan mereka sendiri dari

pada kekayaan pemegang sahamnya. (Mamduh M Hanafi:2008). Sedangkan standar

deviasi Kepemilikan institusional pada penelitian ini adalah sebesar 7,977044.

Untuk menentukan penilaian atas rata-rata Kepemilikan institusional , dapat

dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya:

1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

2. Nilai rata-rata Kepemilikan institusional adalah sebesar 26,41.

3. Nilai tertinggi Kepemilikan institusional sebesar 35 dan nilai terendah

sebesar 15,58.

4. Selisih dari nilai tertinggi (35) dan terendah (15,58) yang kemudian dibagi

4 didapat hasil sebesar 4,855 yang digunakan sebagai nilai range untuk

setiap interval.

Tabel 4.15

Kriteria Penilaian

Kriteria Interval

Rendah 15,58 – 20,435

Sedang 20,436- 25,291

Tinggi 25,292- 30,147

Sangat Tinggi 30,148 – 35,00

Range = = 4,855

5. Dilihat dari nilai rata-rata Kepemilikan institusional sebesar 26,41%

menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan institusional perusahaan

Pertambangan pada tahun 2007 sampai dengan 2011 masuk pada kriteria

“tinggi”karena berada pada interval 25,292- 30,147.

4.2.1.3 Analisis Keputusan Investasi Pada Perusahaan Pertambangan

Keputusan investasi pada penelitian ini diukur menggunakan Price Earning

Ratio. Nilai Price Earning Ratio pada perusahaan Pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.11

Keputusan Investasi Perusahaan Pertambangan

Tahun 2007-2011

Perusahaan 2007 2008 2009 2010 2011

BUMI 15.67 4.34 26.28 26.27 23.16

INCO 9.03 4.88 19.48 10.14 8.72

PTBA 36.36 9.31 14.57 26.32 12.95

ANTM 8.32 7.62 34.73 13.88 8.03

RUIS 9.57 10.77 7.57 12.59 42.26

Selain itu Price Earning Ratio pada perusahaan pertambangan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011 dapat dilihat pada grafik dibawah

ini :

Grafik 4.3

Keputusan Investasi Perusahaan Pertambangan

Tahun 2007-2011

Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean,

nilai minimum, nilai maximum, dan standar deviasi. Statistik deskriptif penelitian

terhadap 5 perusahaan selama 5 periode (2007-2011) dapat dilihat pada tabel dibawah

ini :

Tabel 4.12

Hasil analisis statistik deskriptif Keputusan Investasi

Menggunakan Eviews6

Mean 15.96040

Median 12.59000

Maximum 42.26000

Minimum 4.340000

Std. Dev. 10.35321

Sum 399.0100

Observations 25

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

2007 2008 2009 2010 2011

BUMI

INCO

PTBA

ANTM

RUIS

Dari hasil perhitungan Price Earning Ratio tahun 2007-2011 terhadap 5

perusahaan yang menjadi sampel penelitian, rata-rata nilai Price Earning Ratio

adalah 15,96040. Nilai Price Earning Ratio tertinggi terdapat pada PT. Radiant

Utama Interinsco (RUIS) Tbk. pada tahun 2011 sebesar 42,26. Hal ini disebabkan

Price Earning Ratio dipandang oleh para investor sebagai ukuran kekuatan

perusahaan untuk memperoleh laba dimasa yang akan datang. Perusahaan yang yang

mempunyai kesempatan tumbuh yang besar biasanya mempunyai Price Earning

Ratio yang tinggi, sebaliknya Price Earning Ratio akan rendah untuk perusahaan

yang berisiko (Munawir,2002). Nilai terendah terdapat pada PT. BUMI Resources

Tbk. sebesar 4,34 pada tahun 2008. Sedangkan standar deviasi Price Earning Ratio

pada penelitian ini adalah sebesar 10.35321.

Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Price Earning Ratio (PER) ,

dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya:

1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

2. Nilai rata-rata rasio Price Earning Ratio (PER)adalah sebesar 15,96040.

3. Nilai tertinggi rasio Price Earning Ratio (PER) sebesar 42,26 dan nilai

terendah sebesar 4,34.

4. Selisih dari nilai tertinggi (42,26) dan terendah (4,34) yang kemudian dibagi 4

didapat hasil sebesar 9,48 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap

interval.

Range = = 9,48

Tabel 4.15

Kriteria Penilaian

Kriteria Interval

Rendah 4,34 – 13,82

Sedang 13,83 – 23,31

Tinggi 23,32- 32,8

Sangat Tinggi 32,9 – 42,26

5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Price Earning Ratio (PER) sebesar

15,96040% menunjukkan bahwa tingkat PER perusahaan Pertambangan pada

tahun 2007 sampai dengan 2011 masuk pada kriteria “sedang”karena berada

pada interval 13,83 – 23,31.

4.2.1.4 Analisis Keputusan Pendanaan Pada Perusahaan Pertambangan

Keputusan pendanaan pada penelitian ini diukur menggunakan debt to equity

ratio. Debt to equity ratio perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.13

Keputusan Pendanaan Perusahaan Pertambangan

Tahun 2007-2011

Perusahaan 2007 2008 2009 2010 2011

BUMI 1.26 3.19 4.34 4.06 5.26

INCO 0.36 0.21 0.29 0.30 0.37

PTBA 0.40 0.51 0.40 0.36 0.41

ANTM 0.37 0.26 0.21 0.28 0.41

RUIS 1.29 2.07 1.67 1.78 3.65

Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan pertambangan selama periode

2007-2011 dapat dilihat juga pada grafik dibawah ini :

Grafik 4.4

Keputusan Pendanaan Perusahaan Pertambangan

Tahun 2007-2011

Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean,

nilai minimum, nilai maximum, dan standar deviasi. Statistik deskriptif penelitian

terhadap 5 perusahaan selama 5 periode (2007-2011) dapat dilihat pada tabel dibawah

ini :

Tabel 4.14

Hasil analisis statistik deskriptif Keputusan Pendanaan

Menggunakan Eviews6

Mean 1.348400

Median 0.410000

Maximum 5.260000

Minimum 0.210000

Std. Dev. 1.532731

Sum 33.71000

Observations 25

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013

Dari hasil perhitungan Debt To Equity Ratio tahun 2007-2011

terhadap 5 perusahaan yang menjadi sampel penelitian, rata-rata nilai Debt To Equity

Ratio adalah 1,3484. Nilai tertinggi terdapat pada PT.BUMI Resources Tbk. sebesar

5,26 pada tahun 2011. Debt to Equity Ratio mencerminan struktur finansial

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

2007 2008 2009 2010 2011

BUMI

INCO

PTBA

ANTM

RUIS

perusahaan. Semakin tinggi DER maka semakin rendah kepercayaan investor yang

menanamkan investasinya dalam bentuk saham. Nilai terendah terdapat pada PT.

Aneka Tambang (Persero) Tbk. sebesar 0,21 pada tahun 2009. Artinya, PT. Aneka

Tambang (Persero) Tbk. merupakan perusahaan pertambangan yang menggunakan

hutang paling sedikit sebagai sumber pendanaan pada tahun 2009. Sedangkan standar

deviasi Debt To Equity Ratio pada penelitian ini adalah sebesar 1,53273.

Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Debt To Equity Ratio (DER) ,

dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya:

1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

2. Nilai rata-rata rasio Debt To Equity Ratio (DER) adalah sebesar 1,3484.

3. Nilai tertinggi rasio Debt To Equity Ratio (DER) sebesar 5,26 dan nilai

terendah sebesar 0,21.

4. Selisih dari nilai tertinggi (5,26) dan terendah (0,21) yang kemudian dibagi 4

didapat hasil sebesar 1,2625 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap

interval.

Tabel 4.15

Kriteria Penilaian

Kriteria Interval

Rendah 0,21 – 1,4725

Sedang 1,4726 – 2,7331

Tinggi 2,7332 – 3,9937

Sangat Tinggi 3,9938 – 5,26

5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Debt To Equity Ratio (DER) sebesar 1,3484

menunjukkan bahwa tingkat DER perusahaan Pertambangan pada tahun 2007

Range = = 1,2605

sampai dengan 2011 masuk pada kriteria “rendah”karena berada pada

interval 0,21 – 1,4725.

4.2.1.5 Analisis Kebijakan Dividen pada Perusahaan Pertambangan

Kebijakan Dividen pada penelitian ini diukur menggunakan dividend payout

ratio. Dividend payout ratio perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.15

Kebijakan Dividen Perusahaan Pertambangan

Tahun 2007-2011

Perusahaan 2007 2008 2009 2010 2011

BUMI 20.10 13.89 29.90 31.02 15.24

INCO 2.00 52.89 64.63 45.22 58.42

PTBA 31.92 22.26 45.05 60.00 60.03

ANTM 40.01 40.19 40.29 40.18 45.10

RUIS 25.53 30.77 50.00 50.00 76.83

Adapun Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan Pertambangan selama

periode 2007-2011 dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 4.5

Kebijakan Dividen Perusahaan Pertambangan

Tahun 2007-2011

Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean,

nilai minimum, nilai maximum, dan standar deviasi. Statistik deskriptif penelitian

terhadap 5 perusahaan selama 5 periode (2007-2011) dapat dilihat pada tabel dibawah

ini :

Tabel 4.16

Hasil analisis statistik deskriptif Kebijakan Dividen

Menggunakan Eviews6

Mean 39.65960

Median 40.19000

Maximum 76.83000

Minimum 2.000000

Std. Dev. 17.72175

Sum 991.4900

Observations 25

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

2007 2008 2009 2010 2011

BUMI

INCO

PTBA

ANTM

RUIS

Dari hasil perhitungan Dividend Payout Ratio (DPR) tahun 2007-2011

terhadap 5 perusahaan yang menjadi sampel penelitian, rata-rata nilai Dividend

Payout Ratio adalah 39, 66%. Nilai tertinggi terdapat pada PT. Radiant Utama

Interinsco (RUIS) Tbk. sebesar 76,83% pada tahun 2011. Artinya, merupakan

perusahaan pertambangan yang paling banyak menggunakan laba yang diterima untuk

membayar dividen dibandingkan dengan menginvestasikannya kembali sebagai laba

ditahan. Nilai terendah terdapat pada PT Vale Indonesia Tbk. sebesar 2%. Artinya,

PT Vale Indonesia Tbk. merupakan perusahaan pertambangan yang paling sedikit

menggunakan laba yang diterima untuk membayar dividen. Sedangkan standar

deviasi Dividend Payout Ratio pada penelitian ini adalah sebesar 17,90%.

Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Dividend Payout

Ratio (DPR) , dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-

langkahnya:

1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

2. Nilai rata-rata rasio Dividend Payout Ratio (DPR)adalah sebesar 39,58.

3. Nilai tertinggi rasio Dividend Payout Ratio (DPR) sebesar 76,83 dan nilai

terendah sebesar 0,02.

4. Selisih dari nilai tertinggi (76,83) dan terendah (0,02) yang kemudian dibagi 4

didapat hasil sebesar 19,2025 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap

interval.

Range = = 19,2025

Tabel 4.15

Kriteria Penilaian

Kriteria Interval

Rendah 0,02 – 19,2225

Sedang 19,2226 – 38,4251

Tinggi 38,4252 – 57,6277

Sangat Tinggi 57,6278 – 76,83

5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Dividend Payout Ratio (DPR) sebesar 1,3484

menunjukkan bahwa tingkat DPR perusahaan Pertambangan pada tahun 2007

sampai dengan 2011 masuk pada kriteria “tinggi”karena berada pada interval

38,4252 – 57,6277.

4.2.1.6 Analisis Nilai Perusahaan pada perusahaan Pertambangan

Nilai perusahaan pada penelitian ini merupakan variabel dependen. Nilai

perusahaan dihitung menggunakan Price Book Value (PBV). Nilai PBV pada

perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahu 2007-2011

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.17

Nilai Perusahaan Perusahaan Pertambangan

Tahun 2007-2011

Perusahaan 2007 2008 2009 2010 2011

BUMI 11.02 1.38 3.70 4.32 4.24

INCO 7.64 1.15 2.10 10.14 1.65

PTBA 9.88 3.98 6.97 8.31 4.90

ANTM 0.97 1.29 2.58 2.44 1.43

RUIS 1.92 1.60 0.67 0.72 0.80

Adapun nilai perusahaan pada perusahaan pertambangan selama periode

2008-2010 dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 4.6

Nilai Perusahaan Perusahaan Pertambangan

Tahun 2007-2011

Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean,

nilai minimum, nilai maximum, dan standar deviasi. Statistik deskriptif penelitian

terhadap 5 perusahaan selama 5 periode (2007-2011) dapat dilihat pada tabel dibawah

ini :

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

2007 2008 2009 2010 2011

BUMI

INCO

PTBA

ANTM

RUIS

Tabel 4.18

Hasil analisis statistk deskriptif Nilai Perusahaan

Menggunakan Eviews6

Mean 3.831600

Median 2.440000

Maximum 11.02000

Minimum 0.670000

Std. Dev. 3.267805

Sum 95.79000

Observations 25

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013

Dari hasil perhitungan Price Book Value (PBV) tahun 2007-2011

terhadap 5 perusahaan yang menjadi sampel penelitian, rata-rata nilai Price Book

Value (PBV) adalah 3,8316.

Nilai tertinggi terdapat pada PT. BUMI Resources sebesar 11,02 pada tahun

2007. Semakin besar Price Book Value maka semakin besar nilai yang diberikan

pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah

perusahaan yang terus tumbuh dan cenderung mempunyai tingkat return yang lebih

besar. Nilai terendah terdapat pada PT Radian Utama Interinsco (RUIS) Tbk. sebesar

0,67 pada tahun 2009. Semakin kecil Price Book Value mencerminkan perusahaan

tersebut mengalami penurunan pertumbuhan dan cenderung mempunyai tingkat

return yang rendah. Sedangkan standar deviasi Price Book Value pada penelitian ini

adalah sebesar 3,267805.

Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Price Book Value (PBV) ,

dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya:

1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

2. Nilai rata-rata rasio Price Book Value (PBV) adalah sebesar 3,8316.

3. Nilai tertinggi rasio Price Book Value (PBV) sebesar 11,02 dan nilai terendah

sebesar 0,67.

4. Selisih dari nilai tertinggi (11,02) dan terendah (0,67) yang kemudian dibagi 4

didapat hasil sebesar 19,2025 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap

interval.

Tabel 4.15

Kriteria Penilaian

Kriteria Interval

Rendah 0,67 – 3,2575

Sedang 3,2576 – 5,8451

Tinggi 5,8452 – 8,4327

Sangat Tinggi 8,4328 – 11,02

5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Price Book Value (PBV) sebesar 3,8316

menunjukkan bahwa tingkat PBV perusahaan Pertambangan pada tahun 2007

sampai dengan 2011 masuk pada kriteria “sedang”karena berada pada

interval 3,2576 – 5,8451.

Range = = 2,5875

4.2.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan

1. Analisis Regresi Linier Sederhana

Model pertama yang akan diuji adalah pengaruh profitabilitas terhadap nilai

perusahaan tanpa variabel moderasi. Berdasarkan hasil pengolahan data

menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil uji Chow yang signifikan dan uji

Hausman juga signifikan sehingga diputuskan menggunakan model fixxed-effect.

Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan

tanpa variabel moderasi.

Tabel 4.19

Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

Tanpa Variabel Moderasi

Tanpa Moderasi

Independen

Variabel

Koefisien

Regressi Std. error thitung P R Square

(Constant) 1.870 0.815 2.294 0.033 0.621

ROE 5.661 2.375 2.384 0.028 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.19 di atas

maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:

Y = 1.870 + 5.661 X +

a. Konstanta sebesar 1,870 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel Return On

Equity maka Nilai Perusahaan adalah sebesar 1,870 dengan syarat variabel

lain yang ikut mempengaruhi Nilai Perusahaan dianggap konstan. Artinya,

Apabila Return On Equity tidak mengalami perubahan maka rata-rata Nilai

Perusahaan sebesar 1,870.

b. Koefisien regresi X sebesar 5,661 yang menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada variabel ROE,maka akan menaikan Nilai

Perusahaan sebesar 5,661 satuan dengan variabel lain dianggap konstan.

Namun sebaliknya, jika variabel ROE mengalami penurunan sebesar

5,661,maka Nilai Perusahaan juga diprediksi akan mengalami penurunan

sebesar 5,661.

2. Analisis Korelasi Pearson

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan

menggunakan computer Eviews6, r2

adalah 0,621 maka untuk mencari r adalah:

R =

R =

R = 0,788

Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien korelasi ini adalah 0,788. Hal

ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat antara variabel X1 (return on assets)

dengan variabel Y (Nilai Perusahaan).

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.19 di atas,

maka hasil didapat nilai Koefisien return on equity sebesar 5,661 yang mempunyai

arti bahwa terdapat hubungan positif antara return on equity dengan nilai perusahaan.

Nilai positif menunjukan bahwa terdapat hubungan searah, sehingga apabila terjadi

kenaikan return on equity maka akan diikuti oleh kenaikan nilai perusahaan. ROE

mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan kepada para

pemegang saham. Rasio ini menunjukan efisiensi modal sendiri. Semakin tinggi rasio

ini akan semakin baik. (Kasmir,2012:204).

3. Pengujian Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return On Equity (X) terhadap

Nilai Perusahaan (Y), maka digunakan analisis koefisien determinasi yang disajikan

pada tabel 4.19.

Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah

sebesar 0,621. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa besarnya pengaruh Return On

Equity (X) terhadap Nilai Perusahaan (Y) tanpa variabel moderasi adalah sebesar

62,1%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar 37,9% dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain yang tidak diteliti penulis.

4. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui

hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui

terdapat atau tidaknya hubungan antara return on equity dengan nilai perusahaan.

Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai

perusahaan.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi berpengaruh atau

tidak, maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan

(level of significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).

Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

Taraf signifikasi α =5%, dk= n-2-1 = 25-3 = 22, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:22)=

1.717. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 terlihat pada tabel 4.19.

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai thitung (2,384) lebih besar dari ttabel (1.717)

maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha,

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI. hasil ini sejalan

dengan hasil penelitian Sujoko dan Soebintoro (2007) yang menyatakan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

menurutnya temuan ini mendukung signaling theory, Battcharya (1979) yang

menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai earning yang semakin meningkat

merupakan signal bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang bagus dimasa

yang akan datang.

4.2.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Keputusan

Investasi, Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel

Moderasi

4.2.3.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Keputusan Investasi Sebagai Variabel Moderasi

1. Analisis Moderate Regression Analysis (MRA)

Model ketiga yang akan diuji adalah pengaruh profitabilitas terhadap nilai

perusahaan yang dimoderasi oleh keputusan investasi. Berdasarkan hasil pengolahan

data menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil uji Chow yang tidak signifikan

sehingga diputuskan menggunakan model common-effect. Berikut rangkuman hasil

pengujian pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan keputusan

investasi sebagai variabel moderasi.

Tabel 4.20

Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai perusahaan

Dengan Keputusan investasi Sebagai Variabel Moderasi.

Independen

Variabel

Koefisien

Regressi Std. error t-hitung P R Square

(Constant) 0.137 0.289 0.475 0.639 0.891

ROE 1.359 1.913 0.711 0.485

PER -0.022 0.018 -1.244 0.227

ROE*PER 0.817 0.198 4.151 0.000 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.21 di atas

maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:

Y = 0.137 + 1.359 X - 0.022 Z1 + 0.817 X1Z1 +

a. Konstanta sebesar 0,137 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel ROE

dan PER maka Nilai Perusahaan adalah sebesar 0,137 dengan syarat

variabel lain yang ikut mempengaruhi Nilai Perusahaan dianggap konstan.

Artinya, Apabila ROE dan PER tidak mengalami perubahan maka rata-

rata Nilai Perusahaan sebesar 0,137.

b. Koefisien regresi X1 sebesar 1,359 yang menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada variabel ROE,maka akan menaikan Nilai

Perusahaan sebesar 1,359 satuan dengan variabel lain dianggap konstan.

c. Koefisien regresi Z1 sebesar -0,022 yang menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada variabel PER, maka akan menurunkan Nilai

Perusahaan sebesar -0,022 satuan dengan catatan variabel lain dianggap

konstan.

d. Koefisien regresi X1Z1 0,817 yang menyatakan bahwa setiap penambahan

1 satuan pada variabel moderasi,maka akan menaikan Nilai Perusahaan

sebesar 0,817 satuaan dengan catatan variabel lain dianggap konstan.

Artinya setiap peningkatan 1 satuan Price Earning Ratio sebagai variabel

moderator pada perusahaan maka akan menaikan nilai perusahaan sebesar

0,817.

2. Analisis Korelasi Ganda

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.21 di atas,

maka hasil didapat nilai Koefisien regresi interaksi variabel profitabilitas (return

on equity) dengan Pendanaan (price earning ratio) sebesar 0,817. Angka tersebut

menunjukan Koefisien regresi interaksi variabel profitabilitas (return on equity)

dengan keputusan Investasi (Price Earning Ratio) bertanda positif. Nilai positif

menunjukan bahwa terdapat hubungan yang searah, menunjukkan bahwa

profitabilitas yang tinggi jika didukung dengan keputusan investasi yang tinggi

akan meningkatkan nilai perusahaan. Bringham dan Gapenski (1999) dalam

Muhamad, Sutrisno, dan Ali (2011) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat

pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil.

Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian

besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Menurut

signaling theory, pengeluaran investasi memberikan sinyal positif mengenai

pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan

harga saham yang digunakan sebagai indikator nilai perusahaan.

3. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return On Equity (X) terhadap

Nilai Perusahaan (Y) dengan Price Earning Ratio (Z) sebagai moderasi (moderator),

maka digunakan analisis koefisien determinasi yang disajikan pada tabel 4.21.

Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah

sebesar 0,891. Dalam hal ini dilihat bahwa besarnya pengaruh Return On Equity (X)

terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Price Earning Ratio (Z) sebagai moderator

adalah sebesar 89,1%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar 10,9% dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.

Dapat diketahui bahwa dengan dimoderasi Price Earning Ratio, Return On

Equity memberikan pengaruh sebesar 89,1% terhadap Nilai Perusahaan dengan arah

yang positif. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan masuknya Price Earning Ratio

sebagai variabel moderasi menaikan pengaruh Return On Equity terhadap nilai

perusahaan. Dengan melihat hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Price

earning Ratio memperkuat hubungan Return On Equity terhadap Nilai perusahaan

pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI.

4. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui

hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui

terdapat atau tidaknya hubungan antara return on equity dengan nilai perusahaan

dengan price earning ratio sebagai varibel moderasi (moderator). Adapun hipotesisnya

adalah sebagai berikut:

H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel

moderasi.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan

dengan keputusan investasi sebagai variabel moderasi.

Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi berpengaruh atau

tidak, maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan

(level of significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).

Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

Taraf signifikasi α =5%, dk= n-3-1 = 25-4 = 21, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:21)=

1.720. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 terlihat pada tabel 4.1.

Untuk menguji hipotesis diatas terlebih dahulu dicari nilai thitung untuk

interaksi variabel profitabilitas dengan keputusan investasi, dimana dari hasil

pengolahan seperti terlihat pada tabel 4.21 diperoleh nilai thitung untuk interaksi

variabel profitabilitas dengan keputusan investasi sebesar 4.151 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,000. Kemudian dari tabel untuk tingkat signifikansi ( ) 0.05

derajat bebas 21 pada pengujian dua sisi diperoleh nilai ttabel sebesar 1.720.

Karena nilai thitung interaksi variabel profitabilitas dengan investasi (4,151)

lebih besar dari ttabel (1.720), maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk

menolak Ho dan menerima Ha sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan keputusan investasi sebagi variabel

moderasi pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI. Penelitian ini

mendukung pecking order theory yang menjelaskan bahwa semakin tinggi

profitabilitas perusahaan, maka perusahaan akan lebih memilih untuk mendanai

perusahaan dengan menggunakan modal internal. Teori yang dikemukakan oleh

Modigliani dan Miller menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning

powers.

4.2.3.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Keputusan

Pendanaan Sebagai Variabel Moderasi

1. Analisis Moderate Regression Analysis (MRA)

Model keempat yang akan diuji adalah pengaruh profitabilitas terhadap nilai

perusahaan yang dimoderasi oleh keputusan pendanaan. Berdasarkan hasil

pengolahan data menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil uji Chow yang

signifikan dan uji Hausman tidak signifikan sehingga diputuskan menggunakan

model random-effect. Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh profitabilitas

terhadap nilai perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi.

Tabel 4.21

Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai perusahaan

Dengan Keputusan pendanaan Sebagai Variabel Moderasi.

Independen

Variabel

Koefisien

Regressi Std. error t-hitung P R Square

(Constant) 1.953 1.171 1.668 0.110 0.307

ROE 6.800 2.523 2.696 0.013

DER -0.268 0.584 -0.459 0.651

ROE*DER -0.166 1.681 -0.099 0.922 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.23 di atas

maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:

Y = 1.953 + 6.800 X1- 0.268 Z2- 0.166 X1Z2 +

a. Konstanta sebesar 1,953 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel ROE

dan DER maka Nilai Perusahaan adalah sebesar 1,953 dengan syarat

variabel lain yang ikut mempengaruhi Nilai Perusahaan dianggap konstan.

Artinya, Apabila ROE dan DER tidak mengalami perubahan maka rata-

rata Nilai Perusahaan sebesar 1,953.

b. Koefisien regresi X1 sebesar 6,800 yang menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada variabel ROE,maka akan menaikan Nilai

Perusahaan sebesar 6,800 satuan dengan variabel lain dianggap konstan.

c. Koefisien regresi Z2 sebesar -0,268 yang menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada variabel DER, maka akan menurunkan Nilai

Perusahaan sebesar -0,268 satuan dengan catatan variabel lain dianggap

konstan.

d. Koefisien regresi X1Z2 -0,166 yang menyatakan bahwa setiap penambahan

1 satuan pada variabel moderasi,maka akan menurunkan Nilai Perusahaan

sebesar -0,166 satuaan dengan catatan variabel lain dianggap konstan.

Artinya setiap peningkatan 1 satuan Debt to Equity Ratio sebagai variabel

moderator pada perusahaan maka akan menurunkan nilai perusahaan

sebesar -0,166.

2. Analisis Korelasi Ganda

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan

menggunakan r Eviews6, r2

adalah 0,307 maka untuk mencari r adalah:

R =

R =

R = 0,554

Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien korelasi ini adalah 0,554. , maka

dapat diketahui bahwa hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar 0,554 yang

mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang sedang antara return on equity

dengan dimoderasi oleh debt to equity ratio terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.22 di atas

maka hasil didapat nilai koefisien Koefisien regresi interaksi variabel profitabilitas

(return on equity) dengan Pendanaan (Debt to Equity Ratio) sebesar -0,166. Angka

tersebut menunjukan Koefisien regresi interaksi variabel profitabilitas (return on

equity) dengan keputusan Pendanaan (Debt to Equity Ratio) bertanda negatif. Nilai

negatif menunjukan bahwa terdapat hubungan berbanding terbalik, menunjukkan

bahwa profitabilitas yang tinggi jika didukung dengan keputusan pendanaan yang

tinggi akan menurunkan nilai perusahaan. Sebaliknya profitabilitas yang rendah jika

didukung dengan keputusan pendanaan yang rendah akan meningkatkan nilai

perusahaan. Dalam Trade-off Theory perusahaan-perusahaan yang profitabilitas

tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio

hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Nilai

perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat utang yang

semakin besar dalam teori pendekatan tradisional.

3. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return On Equity (X) terhadap

Nilai Perusahaan (Y) dengan Debt to Equity Ratio (Z) sebagai moderasi (moderator),

maka digunakan analisis koefisien determinasi yang disajikan pada tabel 4.22.

Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah

sebesar 0,307. Dalam hal ini dilihat bahwa besarnya pengaruh Return On Equity (X)

terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Debt to Equity Ratio (Z) sebagai moderator

adalah sebesar 30,7%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar 69,3% dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.

Dapat diketahui bahwa dengan dimoderasi Debt to Equity Ratio, ,

profitabilitas hanya memberikan pengaruh sebesar 30,7% terhadap nilai perusahaan

dengan arah yang negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan masuknya keputusan

pendanaan sebagai variabel moderasi justru menurunkan pengaruh profitabilitas

terhadap nilai perusahaan. Dengan melihat hasil tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa keputusan pendanaan memperlemah hubungan profitabilitas terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI.

4. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui

hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat

atau tidaknya hubungan antara return on equity dengan nilai perusahaan dengan Debt to

Equity Ratio sebagai varibel moderasi (moderator). Adapun hipotesisnya adalah sebagai

berikut:

H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel

moderasi.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan

dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi.

Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi berpengaruh atau tidak,

maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan (level of

significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).

Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

Taraf signifikasi α =5%, dk= n-3-1 = 25-4 = 21, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:21)=

1.720. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 terlihat pada tabel 4.22.

Untuk menguji hipotesis diatas terlebih dahulu dicari nilai thitung untuk

interaksi variabel profitabilitas dengan keputusan pendanaan, dimana dari hasil

pengolahan seperti terlihat pada tabel 4.3 diperoleh nilai thitung untuk interaksi variabel

profitabilitas dengan keputusan pendanaan sebesar 0,099 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,922. Kemudian dari tabel untuk tingkat signifikansi ( ) 0.05 derajat bebas

21 pada pengujian dua sisi diperoleh nilai ttabel sebesar 1.720.

Karena nilai thitung interaksi variabel profitabilitas dengan keputusan

pendanaan (0,099) lebih kecil dari ttabel (1.720), maka pada tingkat kekeliruan 5%

diputuskan untuk menerima Ho dan menolak Ha sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat pegaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan keputusan

pendanaan sebagai variabel moderasi pada perusahaan Pertambangan yang listing di

BEI. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Muhammad ikbal, Sutrisno dan Ali

Djamhuri (2011) yang menyatakan bahwa profitabilitas terhadap kebijakan utang dan

kebijakan utang terhadap nilai perusahan tidak berpengaruh signifikan menurutnya

temuan ini mendukung hipotesis pecking order theory (Myers dan Maijluf, 1984)

yang menjelaskan bahwa semakin tinggi profitability perusahaan, maka perusahaan

akan lebih memilih untuk mendanai perusahaan dengan mnggunakan modal internal.

4.2.3.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan

Dividen Sebagai Variabel Moderasi

1. Analisis Moderate Regression Analysis (MRA)

Model kelima yang akan diuji adalah pengaruh profitabilitas terhadap nilai

perusahaan yang dimoderasi oleh kebijakan dividen. Berdasarkan hasil pengolahan

data menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil uji Chow yang signifikan dan

uji Hausman tidak signifikan sehingga diputuskan menggunakan model random-

effect. Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh profitabilitas terhadap nilai

perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

Tabel 4.22

Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai perusahaan

Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi.

Independen

Variabel

Koefisien

Regressi Std. error t-hitung P R Square

(Constant) 1.125 1.827 0.616 0.545 0.377

ROE 9.720 2.643 3.677 0.001

DPR 3.291 3.093 1.064 0.299

ROE*DPR -18.06 8.924 -2.024 0.055 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.1 di atas

maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:

Y = 1.125 + 9.720 X1 + 3.291 Z3 - 18.06 X1Z3 +

a. Konstanta sebesar 1,125 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel ROE

dan DPR maka Nilai Perusahaan adalah sebesar 1,125 dengan syarat

variabel lain yang ikut mempengaruhi Nilai Perusahaan dianggap konstan.

Artinya, Apabila ROE dan DPR tidak mengalami perubahan maka rata-

rata Nilai Perusahaan sebesar 1,125.

b. Koefisien regresi X1 sebesar 9,720 yang menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada variabel ROE ,maka akan menaikan Nilai

Perusahaan sebesar 9,720 satuan dengan variabel lain dianggap konstan.

c. Koefisien regresi Z3 sebesar 3,291 yang menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada variabel DPR, maka akan menaikan Nilai

Perusahaan sebesar 3,291 satuan dengan catatan variabel lain dianggap

konstan.

d. Koefisien regresi X1Z3 -18,06 yang menyatakan bahwa setiap penambahan

1 satuan pada variabel moderasi,maka akan menurunkan Nilai Perusahaan

sebesar -18,06 satuaan dengan catatan variabel lain dianggap konstan.

Artinya setiap peningkatan 1 satuan Dividend Payout Ratio sebagai

variabel moderator pada perusahaan maka akan menurun nilai perusahaan

sebesar -18,06.

2. Analisis Korelasi Ganda

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan

menggunakan r Eviews6, r2

adalah 0,377 maka untuk mencari r adalah:

R =

R =

R = 0,614

Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien korelasi ini adalah 0,614. , maka

dapat diketahui bahwa hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar 0,614 yang

mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang kuat antara return on equity dengan

dimoderasi oleh dividend payout ratio terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.23 di atas

maka hasil didapat nilai koefisien Koefisien regresi interaksi variabel profitabilitas

(return on equity) dengan kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) sebesar -18,06.

Angka tersebut menunjukan Koefisien regresi interaksi variabel profitabilitas (return

on equity) dengan kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) bertanda negatif. Nilai

negatif menunjukan bahwa terdapat hubungan berbanding terbalik, menunjukkan

bahwa profitabilitas yang tinggi jika didukung dengan kebijakan dividen yang tinggi

akan menurunkan nilai perusahaan. Sebaliknya profitabilitas yang rendah jika

didukung dengan kebijakan dividen yang rendah akan meningkatkan nilai

perusahaan. Hasil ini mendukung teori tax preference yang menjelaskan bahwa

kebijakan dividen mempunyai pengaruh negatif terhadap harga pasar perusahaan

artinya semakin besar jumlah dividen yang dibagikan oleh perusahaan, semakin

rendah harga pasar perusahaan yang bersangkutan. Menurut Weston dan Brigham

(2005) dalam Rodoni dan Ali (2010:123) perusahaan besar yang sudah mempunyai

profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang stabil akan lebih mudah memasuki

pasar modal atau memperoleh dana dari luar untuk pembiayaan. Karena itu

perusahaan yang sudah mantap akan mempunyai tingkat dividen yang lebih tinggi

dibanding dengan perusahaan kecil atau masih baru.

3. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return On Equity (X) terhadap

Nilai Perusahaan (Y) dengan Dividend Payout Ratio (Z) sebagai moderasi

(moderator), maka digunakan analisis koefisien determinasi yang disajikan pada tabel

4.23.

Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah

sebesar 0,377. Dalam hal ini dilihat bahwa besarnya pengaruh Return On Equity (X)

terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Dividend Payout Ratio (Z) sebagai moderator

adalah sebesar 37,7%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar 62,3% dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain yang tidk diteliti oleh penulis.

Dapat diketahui bahwa dengan dimoderasi Dividend Payout Ratio, Return On

Equity memberikan pengaruh sebesar 37,7% terhadap Nilai Perusahaan dengan arah

yang negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan masuknya kebijakan dividen

sebagai variabel moderasi justru menurunkan pengaruh profitabilitas terhadap nilai

perusahaan. Dengan melihat hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan

dividen memperlemah hubungan profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan Pertambangan yang listing di BEI.

4. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui

hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat

atau tidaknya hubungan antara return on equity dengan nilai perusahaan dengan Dividend

Payout Ratio sebagai varibel moderasi (moderator). Adapun hipotesisnya adalah sebagai

berikut:

H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai

perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan

dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak,

maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan (level of

significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).

Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

Taraf signifikasi α =5%, dk= n-3-1 = 25-4 = 21, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:21)=

1.720. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 for windows terlihat pada tabel

4.23.

Untuk menguji hipotesis diatas terlebih dahulu dicari nilai thitung untuk

interaksi variabel profitabilitas dengan kebijakan dividen, dimana dari hasil

pengolahan seperti terlihat pada tabel 4.23 diperoleh nilai thitung untuk interaksi

variabel profitabilitas dengan keputusan investasi sebesar 2.024 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,055. Kemudian dari tabel untuk tingkat signifikansi ( ) 0.05

derajat bebas 21 pada pengujian dua sisi diperoleh nilai ttabel sebesar 1.720.

Karena nilai thitung interaksi variabel profitabilitas dengan kebijakan dividen

(2,024) lebih besar dari ttabel (1.720), maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan

untuk merima Ho dan menolak Ha sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai

variabel moderasi pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI. Penelitian ini

sejalan dengan temuan Dhaliwal et al. 2003 dalam Muhammad ikbal, Sutrisno dan

Ali Djamhuri (2011) yang menyatakan bahwa profitabilitas yang tinggi cenderung

akan mendistribusikan porsi laba yang lebih besar sebagai dividen. Bagi sebagian

investor, pembagian dividen yang tinggi diindikasikan sebagai ketidakmampuan

perusahaan dalam mengelola free cashflownya. Investor seperti ini akan beranggapan

negatif terhadap perusahaan (Tendi Haruman,2008).

4.2.4 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan

1. Analisis Regresi Linier Sederhana

Model kedua yang akan diuji adalah pengaruh kepemilikan institusional

terhadap nilai perusahaan tanpa variabel moderasi. Berdasarkan hasil pengolahan data

menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil uji Chow yang signifikan dan uji

Hausman tidak signifikan sehingga diputuskan menggunakan model random-effect.

Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai

perusahaan tanpa variabel moderasi.

Tabel 4.23

Hasil Pengolahan Regresi Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai

Perusahaan tanpa Variabel Moderasi

Tanpa Moderasi

Independen

Variabel

Koefisien

Regressi Std. error thitung P R Square

(Constant) 0.863 2.914 0.296 0.770 0.027

KI? 10.15 10.83 0.937 0.358 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.20 di atas

maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:

Y = 0.863 + 10.15 X +

b. Konstanta sebesar 0,863 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel

kepemilikan institusional maka Nilai Perusahaan adalah sebesar 0,863 dengan

syarat variabel lain yang ikut mempengaruhi Nilai Perusahaan dianggap

konstan. Artinya, Apabila kepemilikan institusional tidak mengalami

perubahan maka rata-rata Nilai Perusahaan sebesar 0,863.

c. Koefisien regresi X sebesar 10,15 yang menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada variabel kepemilikan institusional,maka akan

menaikan Nilai Perusahaan sebesar 10,15 satuan dengan variabel lain

dianggap konstan. Namun sebaliknya, jika variabel kepemilikan institusional

mengalami penurunan sebesar 10,15,maka Nilai Perusahaan juga diprediksi

akan mengalami penurunan sebesar 10,15.

2. Analisis Korelasi Pearson

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan

menggunakan computer Eviews6, r2

adalah 0,027 maka untuk mencari r adalah:

R =

R =

R = 0,164

Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien korelasi ini adalah 0,164. Hal

ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan sangat rendah antara variabel X1

(kepemilikan institusional) dengan variabel Y (Nilai Perusahaan).

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.20 di atas,

maka hasil didapat nilai Koefisien kepemilikan institusional sebesar 0,164 yang

mempunyai arti bahwa terdapat hubungan positif antara kepemilikan institusional

dengan nilai perusahaan. Nilai positif menunjukan bahwa terdapat hubungan searah,

sehingga apabila terjadi kenaikan kepemilikan institusional maka akan diikuti oleh

kenaikan nilai perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan nilai

perusahaan ini digunakan sebagai pengukur keberhasilan perusahaan karena dengan

meningkatnya nilai perusahaan berarti meningkatnya kemakmuran pemilik

perusahaan atau pemegang saham. (Brigham,2010:7 )

3. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan institusional (X)

terhadap Nilai Perusahaan (Y), maka digunakan analisis koefisien determinasi yang

disajikan pada tabel 4.20.

Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah

sebesar 0,027. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa besarnya pengaruh kepemilikan

institusional (X) terhadap Nilai Perusahaan (Y) tanpa variabel moderasi adalah

sebesar 2,7%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar 97,3% dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain yang tidak diteliti penulis.

4. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui

hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat

atau tidaknya hubungan antara kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan. Adapun

hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari struktur kepemilikan terhadap

nilai perusahaan.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari struktur kepemilikan nilai perusahaan.

Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak,

maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan (level of

significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).

Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

Taraf signifikasi α =5%, dk= n-2-1 = 25-3 = 22, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:22)=

1.717. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 for windows terlihat pada tabel

4.20.

Untuk menguji hipotesis diatas terlebih dahulu dicari nilai thitung untuk

koefisien regresi variabel Kepemilikan institusional (KI), dimana dari hasil

pengolahan seperti terlihat pada tabel 4.20 diperoleh nilai thitung untuk variabel

kepemilikan institusional sebesar 0,937 dengan nilai signifikansi sebesar 0,358.

Kemudian dari tabel t untuk tingkat signifikansi ( ) 0.05 derajat bebas 22 pada

pengujian dua sisi diperoleh nilai ttabel sebesar 1.717.

Karena nilai thitung (0,937) lebih kecil dari ttabel (1.717) maka pada tingkat

kekeliruan 5% diputuskan untuk menerima Ho dan menolak Ha, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI. Hasil ini sejalan

dengan hasil penelitian Untung Wahyudi dan Hartini (2006) yang menyatakan bahwa

struktur kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan tidak berpengaruh

signifikan.

4.2.5 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen

Sebagai Variabel Moderasi

4.2.5.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Keputusan Investasi Sebagai Variabel Moderasi

1. Analisis Moderate Regression Analysis (MRA)

Model keenam yang akan diuji adalah pengaruh kepemilikan institusional

terhadap nilai perusahaan yang dimoderasi oleh keputusan investasi. Berdasarkan

hasil pengolahan data menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil uji Chow yang

signifikan dan uji Hausman signifikan sehingga diputuskan menggunakan model

fixed-effect. Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh kepemilikan institusional

terhadap nilai perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel moderasi.

Tabel 4.24

Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai

perusahaan Dengan Keputusan investasi Sebagai Variabel Moderasi.

Independen

Variabel

Koefisien

Regressi Std. error t-hitung P R Square

(Constant) 10.08 17.51 0.576 0.572 0.808

KI -27.13 66.28 -0.409 0.687

PER -0.090 0.042 -2.122 0.049

KI*PER 0.475 0.168 2.818 0.011 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.24 di atas

maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:

Y= 10.08 – 27.13 X2 - 0.090 Z1 + 0.475 X2Z1 +

a. Konstanta sebesar 10,08 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel

kepemilikan institusional dan PER maka Nilai Perusahaan adalah sebesar

10,08 dengan syarat variabel lain yang ikut mempengaruhi Nilai

Perusahaan dianggap konstan. Artinya, Apabila kepemilikan institusional

dan PER tidak mengalami perubahan maka rata-rata Nilai Perusahaan

sebesar 10,08.

b. Koefisien regresi X2 sebesar -27,13 yang menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada variabel kepemilikan institusional,maka akan

menurunkan Nilai Perusahaan sebesar -27,13 satuan dengan variabel lain

dianggap konstan.

c. Koefisien regresi Z1 sebesar -0,090 yang menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada variabel PER, maka akan menurunkan Nilai

Perusahaan sebesar -0,090 satuan dengan catatan variabel lain dianggap

konstan.

d. Koefisien regresi X2Z1 0,475 yang menyatakan bahwa setiap penambahan

1 satuan pada variabel moderasi,maka akan menaikan Nilai Perusahaan

sebesar 0,475 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan.

Artinya setiap peningkatan 1 satuan Price Earning Ratio sebagai variabel

moderator pada perusahaan maka akan menaikan nilai perusahaan sebesar

0,475.

2. Analisis Korelasi Ganda

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan

menggunakan r Eviews6, r2

adalah 0,808 maka untuk mencari r adalah:

R =

R =

R = 0,898

Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien korelasi ini adalah 0,898. , maka

dapat diketahui bahwa hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar 0,898 yang

mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara kepemilikan

institusional dengan dimoderasi oleh price earning ratio terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.23 di atas

maka hasil didapat nilai koefisien Koefisien regresi interaksi variabel kepemilikan

institusional dengan keputusan investasi (price earning ratio) sebesar 0,475. Angka

tersebut menunjukan Koefisien regresi interaksi variabel kepemilikan institusional

dengan keputusan investasi (price earning ratio) bertanda positif. Nilai positif

menunjukan bahwa terdapat hubungan searah, sehingga menunjukkan bahwa

kepemilikan institusional yang tinggi dan keputusan investasi yang tinggi akan

meningkatkan nilai perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI.

Pemegang saham institusional memiliki dorongan untuk melindungi investasi

mereka yang signifikan. (Friad and lang,1988; Mehran 1992). Keputusan investasi

sangat penting karena akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan

perusahaan dan merupakan inti dari seluruh analisis keuangan. (Gitma;2000 dan

Brealy & Myers;2000) dalam Tendi Haruman (2008).

3. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan institusional (X)

terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Price Earning Ratio (Z) sebagai moderasi

(moderator), maka digunakan analisis koefisien determinasi yang disajikan pada tabel

4.23.

Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah

sebesar 0,808. Dalam hal ini dilihat bahwa besarnya pengaruh kepemilikan

institusional (X) terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Price Earning Ratio (Z)

sebagai moderator adalah sebesar 80,8%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar

19,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidk diteliti oleh penulis.

Dapat diketahui bahwa dengan dimoderasi Price Earning Ratio, kepemilikan

institusional memberikan pengaruh sebesar 80,8% terhadap Nilai Perusahaan dengan

arah yang positif.. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan masuknya keputusan

investasi sebagai variabel moderasi menaikan pengaruh kepemilkan institusional

terhadap nilai perusahaan. Dengan melihat hasil tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa keputusan investasi memperkuat hubungan kepemilikan institusional terhadap

nilai perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI.

4. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui

hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat

atau tidaknya hubungan antara kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan dengan

price earning ratio sebagai varibel moderasi (moderator). Adapun hipotesisnya adalah

sebagai berikut:

H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel

moderasi.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel

moderasi.

Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak,

maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan (level of

significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).

Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

Taraf signifikasi α =5%, dk= n-3-1 = 25-4 = 21, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:21)=

1.720. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 terlihat pada tabel 4.24.

Untuk menguji hipotesis diatas terlebih dahulu dicari nilai thitung untuk

interaksi variabel Kepemilikan Institusional dengan keputusan investasi, dimana dari

hasil pengolahan seperti terlihat pada tabel 4.24 diperoleh nilai thitung untuk interaksi

variabel Kepemilikan Institusional dengan keputusan investasi sebesar 2,818 dengan

nilai signifikansi sebesar 0,011. Kemudian dari tabel untuk tingkat signifikansi ( )

0.05 derajat bebas 21 pada pengujian dua sisi diperoleh nilai ttabel sebesar 1,323.

Karena nilai thitung interaksi variabel kepemilikan institusional dengan

investasi (2,808) lebih besar dari ttabel (1,720), maka pada tingkat kekeliruan 5%

diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh Struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan keputusan

investasi pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI. Hasil ini mendukung

teori sinyal, terjadinya pengeluaran untuk investasi oleh perusahaan dimasa yang

akan memberikan sinyal yang positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang

akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham yang merupakan indikator

dari nilai perusahaan.

4.2.5.2 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Keputusan Pendanaan Sebagai Variabel Moderasi

1. Analisis Moderate Regression Analysis

Model ketujuh yang akan diuji adalah pengaruh kepemilikan institusional

terhadap nilai perusahaan yang dimoderasi oleh keputusan pendanaan. Berdasarkan

hasil pengolahan data menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil uji Chow yang

signifikan dan uji Hausman tidak signifikan sehingga diputuskan menggunakan

model random-effect. Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh kepemilikan

institusional terhadap nilai perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel

moderasi.

Tabel 4.25

Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai

Perusahaan dengan Keputusan Pendanaan Sebagai Variabel Moderasi.

Independen

Variabel

Koefisien

Regressi Std. error t-hitung P R Square

(Constant) 2.784 5.412 0.514 0.612 0.156

KI 8.251 19.05 0.433 0.669

DER -1.094 1.848 -0.592 0.560

KI*DER 0.170 7.909 0.021 0.983 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.24 di atas

maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:

Y = 2.784+ 8.251 X2 – 1.094 Z2 + 0.170 X2Z2

a. Konstanta sebesar 2,784 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel

kepemilikan institusional dan DER maka Nilai Perusahaan adalah sebesar

2,784 dengan syarat variabel lain yang ikut mempengaruhi Nilai

Perusahaan dianggap konstan. Artinya, Apabila kepemilikan institusional

dan DER tidak mengalami perubahan maka rata-rata Nilai Perusahaan

sebesar 2,784.

b. Koefisien regresi X2 sebesar 8,251 yang menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada variabel kepemilikan institusional,maka akan

menaikan Nilai Perusahaan sebesar 8,251 satuan dengan variabel lain

dianggap konstan.

c. Koefisien regresi Z2 sebesar -1,094 yang menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada variabel DER, maka akan menurunkan Nilai

Perusahaan sebesar -1,094 satuan dengan catatan variabel lain dianggap

konstan.

d. Koefisien regresi X1Z2 0,170 yang menyatakan bahwa setiap penambahan

1 satuan pada variabel moderasi,maka akan menaikan Nilai Perusahaan

sebesar 0,170 satuaan dengan catatan variabel lain dianggap konstan.

Artinya setiap peningkatan 1 satuan Debt to Equity Ratio sebagai variabel

moderator pada perusahaan maka akan menaikan nilai perusahaan sebesar

0,170.

2. Analisis Korelasi Ganda

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan

menggunakan r Eviews6, r2

adalah 0,156 maka untuk mencari r adalah:

R =

R =

R = 0,394

Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien korelasi ini adalah 0,394. , maka

dapat diketahui bahwa hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar 0,394 yang

mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang sedang antara kepemilikan

institusional dengan dimoderasi oleh debt to equity ratio terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.24 di atas

maka hasil didapat nilai koefisien Koefisien regresi interaksi variabel kepemilikan

institusional dengan Pendanaan (Debt to Equity Ratio) sebesar 0,170. Angka tersebut

menunjukan Koefisien regresi interaksi variabel kepemilikan institusional dengan

keputusan Pendanaan (Debt to Equity Ratio) bertanda positif. Nilai positif

menunjukan bahwa terdapat hubungan searah, menunjukkan bahwa kepemilikan

institusional yang tinggi jika didukung dengan keputusan pendanaan yang tinggi akan

menaikan nilai perusahaan. Sebaliknya kepemilikan institusional yang rendah jika

didukung dengan keputusan pendanaan yang rendah akan menurunkan nilai

perusahaan. Hasil ini mendukung Trade of Theory yang menjelaskan bahwa struktur

modal perusahaan ditentukan dengan mempertimbangkan manfaat pengurangan pajak

ketika utang meningkat di satu sisi dan meningkatnya agency cost (biaya agensi),

perusahaan berupaya mempertahankan struktur modal yang ditargetkan dengan

tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.

3. Pengujian Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan institusional (X)

terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Debt to Equity Ratio (Z) sebagai moderasi

(moderator), maka digunakan analisis koefisien determinasi yang disajikan pada tabel

4.24.

Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah

sebesar 0,156. Dalam hal ini dilihat bahwa besarnya pengaruh kepemilikan

institusional (X) terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Debt to Equity Ratio (Z)

sebagai moderator adalah sebesar 15,6%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar

84,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.

Dapat diketahui bahwa dengan dimoderasi Debt to Equity Ratio, , kepemilikan

institusional hanya memberikan pengaruh sebesar 15,6% terhadap nilai perusahaan

dengan arah yang positif. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan masuknya keputusan

pendanaan sebagai variabel moderasi akan menaikan pengaruh kepemilikan

institusional terhadap nilai perusahaan. Dengan melihat hasil tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa keputusan pendanaan memperkuat hubungan kepemilikan

institusional terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang listing di

BEI.

4. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui

hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat

atau tidaknya hubungan antara kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan dengan

Debt to Equity Ratio sebagai varibel moderasi (moderator). Adapun hipotesisnya adalah

sebagai berikut:

.H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel

moderasi.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel

moderasi.

Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak,

maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan (level of

significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).

Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

Taraf signifikasi α =5%, dk= n-3-1 = 25-4 = 21, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:21)=

1.720. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 for windows terlihat pada tabel

4.24.

Untuk menguji hipotesis diatas terlebih dahulu dicari nilai thitung untuk

interaksi variabel Kepemilikan institusional dengan keputusan pendanaan, dimana

dari hasil pengolahan seperti terlihat pada tabel 4.24 diperoleh nilai thitung untuk

interaksi variabel Kepemilikan institusional dengan keputusan pendanaan sebesar

0,021 dengan nilai signifikansi sebesar 0,983. Kemudian dari tabel untuk tingkat

signifikansi ( ) 0.05 derajat bebas 21 pada pengujian dua sisi diperoleh nilai ttabel

sebesar 1,720.

Karena nilai thitung interaksi variabel Kepemilikan institusional dengan

keputusan pendanaan (0,021) lebih kecil dari ttabel (1.720), maka pada tingkat

kekeliruan 5% diputuskan untuk menerima Ho dan menolak Ha sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi pada perusahaan

Pertambangan yang listing di BEI. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Untung

Wahyudi dan Hartini (2006) yang menyatakan bahwa struktur kepemilikan

institusional terhadap keputusan keuangan (keputusan investasi, keputusan pendanaan

dan kebijakan dividen ) dan nilai perusahaan tidak berpengaruh signifikan.

4.2.5.3 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi

1. Analisis Moderate Regression Analysis

Model kedelapan akan akan diuji adalah pengaruh struktur kepemilikan

terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software eviews 6 diperoleh

hasil uji Chow yang signifikan dan uji Hausman tidak signifikan sehingga

diputuskan menggunakan model random-effect. Berikut rangkuman hasil

pengujian pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan

kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

Tabel 4.26

Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai

perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi.

Independen

Variabel

Koefisien

Regressi Std. error t-hitung P R Square

(Constant) 5.863 4.941 1.187 0.249 0.208

KI -1.318 20.62 -0.064 0.910

DPR -9.845 7.717 -1.276 0.216

KI*DPR 18.90 36.42 0.519 0.609 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.25 di atas

maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:

Y = 5.863 – 1.318 X2 – 9.845 Z3+ 18.90 X2Z3 +

a. Konstanta sebesar 5,863 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel

kepemilikan institusional dan DPR maka Nilai Perusahaan adalah sebesar

5,863 dengan syarat variabel lain yang ikut mempengaruhi Nilai

Perusahaan dianggap konstan. Artinya, Apabila kepemilikan institusional

dan DPR tidak mengalami perubahan maka rata-rata Nilai Perusahaan

sebesar 5,863.

b. Koefisien regresi X2 sebesar 1,318 yang menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada variabel kepemilikan institusional ,maka akan

menaikan Nilai Perusahaan sebesar 1,318 satuan dengan variabel lain

dianggap konstan.

c. Koefisien regresi X5 sebesar 9,845 yang menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada variabel DPR, maka akan menaikan Nilai

Perusahaan sebesar 9,845 satuan dengan catatan variabel lain dianggap

konstan.

d. Koefisien regresi X1X5 sebesar 18,90 yang menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada variabel moderasi,maka akan menaikan Nilai

Perusahaan sebesar 18,90 satuaan dengan catatan variabel lain dianggap

konstan. Artinya setiap peningkatan 1 satuan Dividend Payout Ratio

sebagai variabel moderator pada perusahaan maka akan menaikan nilai

perusahaan sebesar 18,90.

2. Analisis Korelasi Ganda

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan

menggunakan r Eviews6, r2

adalah 0,208 maka untuk mencari r adalah:

R =

R =

R = 0,456

Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien korelasi ini adalah 0,456. , maka

dapat diketahui bahwa hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar 0,456 yang

mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang sedang antara kepemilikan

institusional dengan dimoderasi oleh dividend payout ratio terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.25 di atas

maka hasil didapat nilai koefisien Koefisien regresi interaksi variabel kepemilikan

institusional dengan kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) sebesar 18,90.

Angka tersebut menunjukan Koefisien regresi interaksi variabel kepemilikan

institusional dengan kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) bertanda positif.

Nilai positif menunjukkan bahwa kepemilikan institusional yang tinggi jika

didukung dengan kebijakan dividen yang tinggi akan menaikan nilai perusahaan.

Sebaliknya kepemilikan institusional yang rendah jika didukung dengan kebijakan

dividen yang rendah akan menurunkan nilai perusahaan. Hasil ini mendukung teori

bird in the hand theory yang menjelaskan bahwa kebijakan dividen berpengaruhh

positif terhadap harga pasar saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan

semakin besar, harga pasar perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya.

Hal ini terjadi karena pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang

dihadapi investor. Rozeff (1982) dan Easterbrook (1984) dalam Tendi Haruman

(2008) menyatakan bahwa pembayaran dividen pada pemegang saham akan

mengurangi sumber-sumber dana yang dikendalikan oleh manajer, sehingga

mengurangi kekuasaan manajer dan membuat pembayaran dividen mirip dengan

monitoring capital market yang terjadi jika perusahaan memperoleh modal baru.

3. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan institusional (X)

terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Dividend Payout Ratio (Z) sebagai moderasi

(moderator), maka digunakan analisis koefisien determinasi yang disajikan pada tabel

4.25.

Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah

sebesar 0,208. Dalam hal ini dilihat bahwa besarnya pengaruh kepemilikan

institusional (X) terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Dividend Payout Ratio (Xm)

sebagai moderator adalah sebesar 20,8%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar

79,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.

Dapat diketahui bahwa dengan dimoderasi Dividend Payout Ratio kepemilikan

institusional memberikan pengaruh sebesar 20,8% terhadap Nilai Perusahaan dengan

arah yang positif. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan masuknya kebijakan dividen

sebagai variabel moderasi akan menaikan pengaruh kepemilikan institusional

terhadap nilai perusahaan. Dengan melihat hasil tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa kebijakan dividen memperkuat hubungan kepemilikan institusional terhadap

nilai perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI.

4. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui

hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat

atau tidaknya hubungan antara kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan dengan

Dividend Payout Ratio sebagai varibel moderasi (moderator). Adapun hipotesisnya adalah

sebagai berikut:

H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak,

maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan (level of

significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).

Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

Taraf signifikasi α =5%, dk= n-3-1 = 25-4 = 21, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:21)=

1.720. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 for windows terlihat pada tabel

4.25.

Untuk menguji hipotesis diatas terlebih dahulu dicari nilai thitung untuk

interaksi variabel kepemilikan institusional dengan kebijakan dividen, dimana dari

hasil pengolahan seperti terlihat pada tabel 4.25 diperoleh nilai thitung untuk interaksi

variabel kepemilikan institusional dengan keputusan investasi sebesar 0,519 dengan

nilai signifikansi sebesar 0,609 Kemudian dari tabel untuk tingkat signifikansi ( )

0.05 derajat bebas 21 pada pengujian dua sisi diperoleh nilai ttabel sebesar 1,720.

Karena nilai thitung interaksi variabel kepemilikan institusional dengan

kebijakan dividen (0,519) lebih kecil dari ttabel (1,720), maka pada tingkat kekeliruan

5% diputuskan untuk menerima Ho dan menolak Ha sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan

dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi pada perusahaan Pertambangan

yang listing di BEI. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Untung Wahyudi dan

Hartini (2006) yang menyatakan bahwa struktur kepemilikan institusional terhadap

keputusan keuangan (keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan

dividen ) dan nilai perusahaan tidak berpengaruh signifikan. menurutnya sejalan

dengan teori kebijakan dividen adalah yang dikemukakan oleh Moddigliani dan

Miller (191) yang berpendapat bahwa kebijakan dividen adalah tidak relevan yang

berarti bahwa tidak ada kebijakan dividen yang optimal, karena kebijakan dividen

tidak mempengaruhi nilai perusahaan maupun biaya modal.

4.2.6 Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai

Perusahaan

Model Sembilan yang akan diuji adalah pengaruh profitabilitas dan

kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan tanpa variabel moderasi.

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil

uji Chow yang signifikan dan uji Hausman tidak signifikan sehingga diputuskan

menggunakan model random-effect. Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh

profitabilitas dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan tanpa variabel

moderasi.

Tabel 4.27

Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Profitabilitas Struktur Kepemilikan

Terhadap Nilai Perusahaan

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.370735 1.806891 -0.205178 0.8393

ROE? 6.670713 2.166027 3.079699 0.0055

KI? 7.353024 8.617771 0.853240 0.4027 Random Effects

(Cross)

_BUMI--C 0.592024

_INCO--C -0.207967

_PTBA--C 1.268982

_ANTM--C -1.378274

_RUIS--C -0.274766

Dari perhitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan

regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = -0.370 + 6.670X1 + 7.353X2 +

Dari model regresi tersebut dapat dijelaskan:

1. Nilai koefisien konstanta -0,370 merupakan nilai intersep yang artinya bahwa

garis regresi memotong sumbu Y pada titik -0,370 dan juga merupakan

dependend taksiran pada saat X sama dengan 0.

2. Return On Equity sebesar 6,670 merupakan koefisien arah regresi linier yang

artinya bahwa setiap kenaikan Return On Equity sebesar 1 satuan sedangkan

variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan peningkatan

tingkat Price Book Value sebesar 6,670.

3. Kepemilikan Institusional sebesar 7,353 merupakan koefisien arah regresi

linier yang artinya bahwa setiap kenaikan kepemilikan institusional sebesar 1

satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti

dengan kenaikan tingkat Price Book Value sebesar 7,353.

2. Analisis Korelasi Ganda

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan

menggunakan Eviews6, maka hasilnya secara lengkap disajikan pada tabel :

R =

R =

R = 0,554

Berdasarkan perhitungan dapat dilihat bahwa tingkat hubungan atau korelasi

variabel Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional (X) secara

bersama-sama dengan variabel nilai perusahaan (Y) adalah sebesar 0,554 dengan

tingkat hubungan korelasi sedang terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional (X) secara bersama-sama

dengan variabel nilai perusahaan (Y). Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel

independend secara bersama-sama terhadap variabel dependen dapat dilihat pada

tabel 4.27.

Dari tabel diatas nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 0,938 yang artinya

bahwa Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional (X) memiliki

pengaruh sebesar 30,7% terhadap nilai perusahaan sedangkan sisanya 69,3%

dipengaruhi oleh variabel moderasi yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan,

kebijakan dividend dan faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis, faktor-faktor

tersebut seperti variabel kepemilikan manajerial, earning per share, tingkat bunga,

analisis teknikal.

4. Uji F

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh

yang disignifikan antara Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional

(X) dengan nilai perusahaan.

Untuk uji ini, penulis menggunakan Eviews6 dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.28

Hasil Uji F

Weighted Statistics

R-squared 0.307718 Mean dependent var 2.097193

Adjusted R-squared 0.244783 S.D. dependent var 2.448125

S.E. of regression 2.127499 Sum squared resid 99.57756

F-statistic 4.889471

Prob(F-statistic) 0.017503

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan eviews6 dengan nilai F hitung

sebesar 4,889 maka F hitung 4,889 > F tabel 4,300 dan tingkat signifikansinya

adalah 0,017 < 0,05 (α) atau dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh Profitabilitas

dan Struktur Kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Memaksimalisasi laba adalah

memaksimalkan penghasilan perusahaan setelah pajak. Dengan laba yang maksimal,

maka tujuan mensejahterakan para stakeholder akan mudah tercapai ,artinya semakin

tinggi nilai perusahaan semakin sejahtera stakeholders. (Kasmir, 2010: 8).

4.2.7 Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai

Perusahaan dengan keputusan Investasi, keputusan Pendanaan dan

Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Model sepuluh yang akan diuji adalah pengaruh profitabilitas dan

kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan tanpa variabel moderasi.

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil

uji Chow tidak signifikan sehingga diputuskan menggunakan model commom-effect.

Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh profitabilitas dan kepemilikan

institusional terhadap nilai perusahaan dengan variabel moderasi.

Tabel 4.29

Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Profitabilitas dan Struktur kepemilikan

terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan

dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.251213 0.665975 0.377211 0.7110

ROE? -1.048726 2.313988 -0.453212 0.6565

KI? 2.820814 3.527025 0.799772 0.4356

ROE?*PER? 1.159972 0.289707 4.003942 0.0010

ROE?*DER? -3.246026 2.647896 -1.225889 0.2380

ROE?*DPR? -7.387945 6.236249 -1.184678 0.2534

KI?*PER? -0.165345 0.249306 -0.663224 0.5166

KI?*DER? 0.246400 2.532243 0.097305 0.9237

KI?*DPR? 2.441145 8.967963 0.272207 0.7889

Dari perhitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan

regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = 0.251 -1.049X1 + 2.820 X2 +1.160 X1Z1 -3.246 X1Z2 -7.388 X1Z3 -0.165 X2Z1 +

0.246 X2Z2+ 2.441 X2Z3

Dari model regresi tersebut dapat dijelaskan:

1. Nilai koefisien konstanta 0,251 merupakan nilai intersep yang artinya

bahwa garis regresi memotong sumbu Y pada titik 0,251 dan juga

merupakan dependend taksiran pada saat X sama dengan 0.

2. Return On Equity sebesar -1,049 merupakan koefisien arah regresi linier

yang artinya bahwa setiap kenaikan Return On Equity sebesar 1 satuan

sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan

penurunan tingkat Price Book Value sebesar -1,049.

3. Kepemilikan Institusional sebesar 2,820 merupakan koefisien arah regresi

linier yang artinya bahwa setiap kenaikan kepemilikan institusional

sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan

diikuti dengan kenaikan tingkat Price Book Value sebesar 2,820.

4. Price Earning Ratio sebagai variabel moderasi dari Return On Equity

sebesar 1,160 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa

setiap kenaikan Price Earning Ratio variabel moderasi dari Return On

Equity sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan,

maka akan diikuti dengan kenaikan tingkat Price Book Value sebesar

1,160.

5. Debt to Equity Ratio sebagai variabel moderasi dari Return On Equity

sebesar -3,246 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa

setiap kenaikan Debt to Equity Ratio sebagai variabel moderasi dari

Return On Equity sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya dianggap

konstan, maka akan diikuti dengan penurunan tingkat Price Book Value

sebesar -3,246.

6. Dividend Payout Ratio sebagai variabel moderasi dari Return On Equity

sebesar -7,388 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya

bahwa setiap kenaikan Dividend Payout Ratio sebagai variabel moderasi

dari Return On Equity sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya

dianggap konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan tingkat Price Book

Value sebesar -7,388.

7. Price Earning Ratio sebagai variabel moderasi dari Kepemilikan

Institusional sebesar -0,165 merupakan koefisien arah regresi linier yang

artinya bahwa setiap kenaikan Price Earning Ratio variabel moderasi dari

Kepemilikan institusional sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya

dianggap konstan, maka akan diikuti dengan penurunan tingkat Price

Book Value sebesar -0.165.

8. Debt to Equity Ratio sebagai variabel moderasi dari Kepemilikan

Institusional sebesar 0,246 merupakan koefisien arah regresi linier yang

artinya bahwa setiap kenaikan Debt to Equity Ratio sebagai variabel

moderasi dari Kepemilikan Institusional sebesar 1 satuan sedangkan

variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan penurunan

tingkat Price Book Value sebesar 0,246.

9. Dividend Payout Ratio sebagai variabel moderasi dari Kepemilikan

Institusional sebesar 2,441 merupakan koefisien arah regresi linier yang

artinya bahwa setiap kenaikan Dividend Payout Ratio sebagai variabel

moderasi dari Return On Equity sebesar 1 satuan sedangkan variabel

lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan tingkat

Price Book Value sebesar 2,441.

2. Analisis Korelasi Ganda

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan

menggunakan computer Statistical Package for Eviews6, maka hasilnya secara

lengkap disajikan pada tabel :

R =

R =

R = 0,9686

Berdasarkan perhitungan dapat dilihat bahwa tingkat hubungan atau korelasi

variabel Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional (X) dengan

Price Earning Ratio (PER) (Z1), Debt to Equity Ratio (DER) (Z2) dan Dividend

Payout Ratio (DPR) (Z3) sebagai variabel moderasi secara bersama-sama dengan

variabel nilai perusahaan (Y) adalah sebesar 0,9686 dengan tingkat hubungan korelasi

sangat kuat terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011.

3. Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional (X) dengan Price

Earning Ratio (PER) (Z1), Debt to Equity Ratio (DER) (Z2) dan Dividend Payout

Ratio (DPR) (Z3) sebagai variabel moderasi secara bersama-sama dengan variabel

nilai perusahaan (Y). Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independend

dengan variabel moderate secara bersama-sama terhadap variabel dependen dapar

dilihat pada tabel

Dari tabel diatas nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 0,938 yang artinya

bahwa Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional (X) dengan Price

Earning Ratio (PER) (Z1), Debt to Equity Ratio (DER) (Z2) dan Dividend Payout

Ratio (DPR) (Z3) sebagai variabel moderasi memiliki pengaruh sebesar 93,8%

terhadap nilai perusahaan sedangkan sisanya 6,2% dipengaruhi oleh faktor lain.

faktor-faktor tersebut seperti variabel kepemilikan manajerial, earning per share,

tingkat bunga, analisis teknikal.

4. Uji F

Uji F merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan yang bertujuan

untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen bersama-sama mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh

yang disignifikan antara Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional

(X) dengan Price Earning Ratio (PER) (Z1), Debt to Equity Ratio (DER) (Z2) dan

Dividend Payout Ratio (DPR) (Z3) sebagai variabel moderasi dengan nilai

perusahaan.

Untuk uji ini, penulis menggunakan Eviews6 dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.30

Hasil Uji F

Weighted Statistics

R-squared 0.938211 Mean dependent var 5.502976

Adjusted R-squared 0.907317 S.D. dependent var 5.682944

S.E. of regression 1.514052 Sum squared resid 36.67768

F-statistic 30.36839

Prob(F-statistic) 0.000000

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan eviews6 dengan nilai F hitung

sebesar 30,36839 maka F hitung 30,36839 > F tabel 3,073186 dan tingkat

signifikansinya adalah 0,00000 < 0,05 (α) atau dapat diartikan bahwa terdapat

pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan

Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan Kebijkan Dividen sebagai variabel

moderasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikemukan oleh I Made

Sudana,2011:9 yang menyatakan bahwa Dalam situasi yang tidak pasti, pendapatan

yang diharapkan dan risiko harus dipertimbangkan pada setiap keputusan dibidang

keuangan. Besar kecilnya risiko dan pendapatan yang diharapkan dari suatu

perusahaan akan mempengaruhi nilai perusahaan yang besangkutan. Pada perusahaan

yang sudah go public, nilai perusahaan akan tercermin pada harga pasar saham

perusahaan yang bersangkutan.

Tabel 4.31

Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik Deskriptif

No. Variabel Hasil Keterangan

1 Profitabilitas Mean 27.41600

Median 20.17000

Maximum 84.60000

Minimum 1.890000

Std. Dev. 20.17352

Sum 685.4000

Observations 25

Rata-rata nilai Return On Equity

adalah sebesar 27,41%.

Nilai Return On Equity tertinggi

terdapat pada PT Vale Indonesia

(INCO) Tbk. pada tahun 2007

sebesar sebesar 84,6%.

Nilai terendah terdapat pada PT.

Radiant Utama Interinsco

(RUIS) Tbk. sebesar 1,89 %

pada tahun 2011.

Standar deviasi Return on

Equity pada penelitian ini

adalah sebesar sebesar 20,17%.

2 Struktur

kepemilikan Mean 26.41840

Median 23.73000

Maximum 35.00000

Rata-rata nilai kepemilikan

institusional adalah sebesar

26,41%.

Nilai tertinggi terdapat pada PT.

Aneka Tambang (Persero) Tbk.

Minimum 15.58000

Std. Dev. 7.977044

Sum 660.4600

Observations 25

sebesar 35%.

Nilai terendah terdapat pada PT.

Radiant Utama Interinsco

(RUIS) Tbk.sebesar 15,58%.

Standar deviasi Kepemilikan

institusional pada penelitian ini

adalah sebesar 7,977%.

3 Keputusan

Investasi

Mean 15.96040

Median 12.59000

Maximum 42.26000

Minimum 4.340000

Std. Dev. 10.35321

Sum 399.0100

Observations 25

Rata-rata nilai Price Earning

Ratio adalah 15,96040.

Nilai Price Earning Ratio

tertinggi terdapat pada PT.

Radiant Utama Interinsco

(RUIS) Tbk. pada tahun 2011

sebesar 42,26.

Nilai terendah terdapat pada PT.

BUMI Resources Tbk. sebesar

4,34 pada tahun 2008.

Standar deviasi Price Earning

Ratio pada penelitian ini adalah

sebesar 10,35251.

4 Keputusan

Pendanaan

Mean 1.348400

Median 0.410000

Maximum 5.260000

Minimum 0.210000

Std. Dev. 1.532731

Sum 33.71000

Observations 25

Rata-rata nilai Debt To Equity

Ratio adalah 1,3484.

Nilai tertinggi terdapat pada

PT.BUMI Resources Tbk.

sebesar 5,26 pada tahun 2011.

Nilai terendah terdapat pada PT.

Aneka Tambang (Persero) Tbk.

sebesar 0,21 pada tahun 2009.

standar deviasi Debt To Equity

Ratio pada penelitian ini adalah

sebesar 1,532731.

5 Kebijakan

Dividen

Mean 39.58040

Median 40.19000

Maximum 76.83000

Minimum 0.020000

Std. Dev. 17.90059

Sum 989.5100

Observations 25

Rata-rata nilai Dividend Payout

Ratio adalah 39.58%.

Nilai tertinggi terdapat pada PT.

Radiant Utama Interinsco

(RUIS) Tbk. sebesar 76,83%

pada tahun 2011.

Nilai terendah terdapat pada PT

Vale Indonesia (INCO) Tbk.

sebesar sebesar 2%.

standar deviasi Dividend Payout

Ratio pada penelitian ini adalah

sebesar17,90059.

6 Nilai

Perusahaan

Mean 3.831600

Median 2.440000

Maximum 11.02000

Minimum 0.670000

Std. Dev. 3.267805

Sum 95.79000

Observations 25

Rata-rata nilai Price Book Value

(PBV) adalah 3,8316.

Nilai tertinggi terdapat pada PT.

BUMI Resources sebesar 11,02

pada tahun 2007.

Nilai terendah terdapat pada PT

Radian Utama Interinsco

(RUIS) Tbk. sebesar 0,67 pada

tahun 2009.

Standar deviasi Price Book

Value pada penelitian ini adalah

sebesar 3,267805.

Tabel 4.32

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

No. Analisis Hasil Keterangan

1 Regresi Sederhana Y = 1.870 + 5.661 X

Artinya persamaan

regresi tersebut

menunjukan bahwa

setiap kenaikan Return

On Equity sebesar 1x

akan diikuti dengan

peningkatan tingkat

Price Book Value

sebesar 5,661 x.

2 Korelasi Parsial r = 0,788 Diketahui koefisien

korelasi sebesar 0,788

mempunyai arti bahwa

terdapat hubungan yang

kuat antara return on

equity dengan nilai

perusahaan.

3 Koefisien

Determinansi

KD = 62,1% Artinya bahwa pengaruh

Return On Equity

terhadap nilai

perusahaan sebesar

62,13% sedangkan

sisanya sebesar 37,9%

dipengaruhi oleh faktor

lain.

4 Uji T thitung > ttabel yaitu 2,384

> 1,717 dan tingkat

signifikansinya adalah

0,028 < 0,05

Ho ditolak dan Ha

diterima. Maka return

on equity berpengaruh

terhadap nilai

perusahaan

Tabel 4.33

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

dengan Keputusan Investasi sebagai variabel moderasi

No. Analisis Hasil Keterangan

1 Regresi berganda Y = 0.137 + 1.359 X -

0.022 X3 + 0.817 X1X3

Artinya persamaan

regresi ganda tersebut

menunjukan bahwa jika

return on equity dan

price earning ratio, = 0,

maka nilai perusahaan

adalah sebesar 0,137

2 Korelasi Berganda r = 0,943 Diketahui koefisien

korelasi sebesar 0,943

mempunyai arti bahwa

terdapat hubungan yang

sangat kuat antara return

on equity yang

dimoderasi oleh Price

earning ratio terhadap

nilai perusahaan.

3 Koefisien

Determinansi

KD = 89,1% Artinya bahwa pengaruh

Return On Equity yang

dimoderasi oleh price

earning ratio terhadap

nilai perusahaan sebesar

89,1% sedangkan

sisanya sebesar 10,9%

dipengaruhi oleh faktor

lain.

4 Uji T thitung > ttabel yaitu 4,151

> 1,720 dan tingkat

signifikansinya adalah

0,000 < 0,05

Ho ditolak dan Ha

diterima. Maka terdapat

pengaruh profitabilitas

terhadap nilai

perusahaan dengan

keputusan investasi

sebagai variabel

moderasi.

Tabel 4.34

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

dengan Keputusan Pendanaan sebagai variabel moderasi

No. Analisis Hasil Keterangan

1 Regresi berganda Y = 1.953 + 6.800 X1-

0.268 X4- 0.166 X1X4

Artinya persamaan

regresi ganda tersebut

menunjukan bahwa jika

return on equity dan

debt to equity ratio, = 0,

maka nilai perusahaan

adalah sebesar 1,953

2 Korelasi Berganda r = 0,554 Diketahui koefisien

korelasi sebesar 0,554

mempunyai arti bahwa

terdapat hubungan yang

sedang antara return on

equity yang dimoderasi

oleh debt to equity ratio

terhadap nilai

perusahaan.

3 Koefisien

Determinansi

KD = 30,7% Artinya bahwa pengaruh

Return On Equity yang

dimoderasi oleh debt to

equity ratio terhadap

nilai perusahaan sebesar

30,7% sedangkan

sisanya sebesar 69,3%

dipengaruhi oleh faktor

lain.

4 Uji T thitung < ttabel yaitu 0,099 <

1,720 dan tingkat

signifikansinya adalah

0,922 > 0,05

Ho diterima dan Ha

ditolak. Maka tidak

terdapat pengaruh

profitabilitas terhadap

nilai perusahaan dengan

keputusan pendanaan

sebagai variabel

moderasi.

Tabel 4.35

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

dengan Kebijakan Dividen sebagai variabel moderasi

No. Analisis Hasil Keterangan

1 Regresi berganda Y = 1.125 + 9.720 X1 +

3.291 X5 - 18.06 X1X5

Artinya persamaan

regresi ganda tersebut

menunjukan bahwa jika

return on equity dan

dividend payout ratio, =

0, maka nilai perusahaan

adalah sebesar 1,125

2 Korelasi Berganda r = 0,614 Diketahui koefisien

korelasi sebesar 0,614

mempunyai arti bahwa

terdapat hubungan yang

kuat antara return on

equity yang dimoderasi

oleh dividend pyout

ratio terhadap nilai

perusahaan.

3 Koefisien

Determinansi

KD = 37,7% Artinya bahwa pengaruh

Return On Equity yang

dimoderasi oleh

dividend payout ratio

terhadap nilai

perusahaan sebesar

37,7% sedangkan

sisanya sebesar 62,3%

dipengaruhi oleh faktor

lain.

4 Uji T thitung > ttabel yaitu 2,024 >

1,720 dan tingkat

signifikansinya adalah

Ho diterima dan Ha

ditolak. Maka tidak

terdapat pengaruh

profitabilitas terhadap

0,055 > 0,05 nilai perusahaan dengan

kebijakan dividen

sebagai variabel

moderasi.

Tabel 4.36

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur kepemilikan terhadap Nilai

Perusahaan

No. Analisis Hasil Keterangan

1 Regresi Sederhana Y = 0.863 + 10.15 X

Artinya persamaan

regresi tersebut

menunjukan bahwa

setiap kenaikan

kepemilikan

institusional sebesar 1x

akan diikuti dengan

peningkatan tingkat

Price Book Value

sebesar 10,51 x.

2 Korelasi Parsial r = 0,164 Diketahui koefisien

korelasi sebesar 0,164

mempunyai arti bahwa

terdapat hubungan yang

sangat rendah antara

kepemilikan

institusional dengan

nilai perusahaan.

3 Koefisien

Determinansi

KD = 0,027% Artinya bahwa pengaruh

kepemilikan

institusional terhadap

nilai perusahaan sebesar

2,7% sedangkan sisanya

sebesar 97,3%

dipengaruhi oleh faktor

lain.

4 Uji T thitung < ttabel yaitu 0,937

< 1,717 dan tingkat

signifikansinya adalah

0,358 > 0,05

Ho diterima dan Ha

ditolak. Maka tidak

terdapat pengaruh

struktur kepemilikan

terhadap nilai

perusahaan.

Tabel 4.37

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai

Perusahaan dengan Keputusan Investasi sebagai variabel moderasi

No. Analisis Hasil Keterangan

1 Regresi berganda Y= 10.08 – 27.13 X2 –

0.090 X3 + 0.475 X2X3

Artinya persamaan

regresi ganda tersebut

menunjukan bahwa jika

kepemilikan

institusional dan price

earning ratio, = 0, maka

nilai perusahaan adalah

sebesar 10,08.

2 Korelasi Berganda r = 0,898 Diketahui koefisien

korelasi sebesar 0,898

mempunyai arti bahwa

terdapat hubungan yang

sangat kuat antara

kepemilikan

institusional yang

dimoderasi oleh Price

earning ratio terhadap

nilai perusahaan.

3 Koefisien

Determinansi

KD = 80,8% Artinya bahwa pengaruh

kepemilikan institutional

yang dimoderasi oleh

price earning ratio

terhadap nilai

perusahaan sebesar

80,8% sedangkan

sisanya sebesar 19,2%

dipengaruhi oleh faktor

lain.

4 Uji T thitung > ttabel yaitu

2,808 > 1,720 dan

tingkat signifikansinya

adalah 0,011 < 0,05

Ho ditolak dan Ha

diterima. Maka terdapat

pengaruh struktur

kepemilikan terhadap

nilai perusahaan dengan

keputusan investasi

sebagai variabel

moderasi.

Tabel 4.38

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai

Perusahaan dengan Keputusan Pendanaan sebagai variabel moderasi

No. Analisis Hasil Keterangan

1 Regresi berganda Y = 2.784+ 8.251 X2 –

1.094 X4 + 0.170 X2X4

Artinya persamaan

regresi ganda tersebut

menunjukan bahwa jika

kepemilikan

institusional dan debt to

equity ratio, = 0, maka

nilai perusahaan adalah

sebesar 2,784.

2 Korelasi Berganda r = 0,394 Diketahui koefisien

korelasi sebesar 0,394

mempunyai arti bahwa

terdapat hubungan yang

rendah antara

kepemilikan

institusional yang

dimoderasi oleh debt to

equity ratio terhadap

nilai perusahaan.

3 Koefisien

Determinansi

KD = 15,6 % Artinya bahwa pengaruh

kepemilikan

institusional yang

dimoderasi oleh debt to

equity ratio terhadap

nilai perusahaan sebesar

15,6% sedangkan

sisanya sebesar 84,4%

dipengaruhi oleh faktor

lain.

4 Uji T thitung < t tabel yaitu

0,021 < 1,720 dan

tingkat signifikansinya

adalah 0,983 > 0,05

Ho diterima dan Ha

ditolak. Maka tidak

terdapat pengaruh

struktur kepemilikan

terhadap nilai

perusahaan dengan

keputusan pendanaan

sebagai variabel

moderasi.

Tabel 4.39

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai

Perusahaan dengan Kebijakan dividen sebagai variabel moderasi

No. Analisis Hasil Keterangan

1 Regresi berganda Y = 5.863 – 1.318 X2 –

9.845 X5+ 18.90 X2X5

Artinya persamaan

regresi ganda tersebut

menunjukan bahwa jika

kepemilikan

institusional dan

dividend payout ratio =

0, maka nilai perusahaan

adalah sebesar 5,863.

2 Korelasi Berganda r = 0,456 Diketahui koefisien

korelasi sebesar 0,456

mempunyai arti bahwa

terdapat hubungan yang

sedang antara

kepemilikan

institusional yang

dimoderasi oleh

dividend pyout ratio

terhadap nilai

perusahaan.

3 Koefisien

Determinansi

KD = 20,8% Artinya bahwa pengaruh

kepemilikan

institusional yang

dimoderasi oleh

dividend payout ratio

terhadap nilai

perusahaan sebesar

20,8% sedangkan

sisanya sebesar 79,2%

dipengaruhi oleh faktor

lain.

4 Uji T thitung < ttabel yaitu 0,519 <

1,720 dan tingkat

signifikansinya adalah

0,609 > 0,05

Ho diterima dan Ha

ditolak. Maka tidak

terdapat pengaruh

struktur kepemilikan

terhadap nilai

perusahaan dengan

kebijakan dividen

sebagai variabel

moderasi.

Tabel 4.40

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan

terhadap Nilai Perusahaan

1 Regresi Berganda Y = -0,370 + 6,670 X1 +

7,353 X2

Artinya persamaan

regresi ganda tersebut

menunjukan bahwa jika

return on equity dan

kepemilikan institusional

= 0, maka nilai

perusahaan adalah

sebesar -0,370

2 Korelasi Berganda r = 0,554 Diketahui koefisien

korelasi sebesar 0,554

mempunyai arti bahwa

terdapat hubungan yang

sedang antara return on

equity dan kepemilikan

institusional terhadap

nilai perusahaan.

3 Koefisien determinansi KD = 30,7% Artinya bahwa return on

equity dan kepemilikan

institusional memiliki

pengaruh sebesar 30,7 %

terhadap nilai perusahaan

sedangkan sisanya 69,3%

dipengaruhi oleh faktor

lain

4 Uji F F hitung 4,889 > F tabel

2,960 dan tingkat

Artinya bahwa terdapat

pengaruh profitabiltas

signifikansinya adalah

0,017 < 0,05 (α)

dan struktur kepemilikan

terhadap nilai

perusahaan.

Tabel 4.41

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan

terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Investasi, Keputusan

Pendanaan dan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderasi

1 Regresi Berganda Y = 0.251 -1.049X1 +

2.820 X2 +1.160 X1X3 -

3.246 X1X4 -7.388 X1X5 -

0.165 X2X3 + 0.246 X2X4

+ 2.441 X2X5

Artinya persamaan

regresi ganda tersebut

menunjukan bahwa jika

return on equity,

kepemilikan institusional,

price earning ratio, debt

to equity ratio dan

dividend payout ratio

sebagai varibel moederat

= 0, maka nilai

perusahaan adalah

sebesar 0,251

2 Korelasi Berganda r = 0,9686 Diketahui koefisien

korelasi sebesar 0,9686

mempunyai arti bahwa

terdapat hubungan yang

kuat antara return on

equity dan kepemilikan

institusional yang

dimoderasi oleh price

earning ratio, debt to

equity ratio dan dividend

payout ratio terhadap

nilai perusahaan.

3 Koefisien determinansi KD = 93,8% Artinya bahwa return on

equity dan kepemilikan

institusional memiliki

pengaruh sebesar 93,8 %

terhadap nilai perusahaan

sedangkan sisanya 6,2%

dipengaruhi oleh faktor

lain

4 Uji F F hitung 30,36839 > F

tabel 3,073186 dan

tingkat signifikansinya

adalah 0,00000 < 0,05

(α)

Artinya bahwa terdapat

pengaruh Profitabilitas

dan Struktur

Kepemilikan terhadap

Nilai Perusahaan dengan

Keputusan Investasi,

Keputusan Pendanaan

dan Kebijakan Dividen

sebagai Variabel

Moderasi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh

profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dan pengaruhnya

keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen sebagai variabel

moderasi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Maka pada bagian akhir dari penelitian ini, penulis menarik kesimpulan, sekaligus

mencoba memberikan saran-saran dengan harapan adanya perbaikan khususnya bagi

penelitian dan pihak lain yang berkepentingan dengan penyusunan skripsi ini.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka dapat diambil

kesimpulan diantaranya:

1. Profitabilitas, Struktur Kepemilikan, Keputusan Investasi, Keputusan

Pendanaan dan Kebijakan Dividen pada perusahaan pertambangan.

a. Kondisi Profitabilitas berada pada kriteria sedang yang memiliki nilai

rata-rata adalah 27,42% dengan nilai maksimum sebesar 84,6% dan nilai

terendah sebesar 1,89%.

b. Kondisi Struktur Kepemilikan berada pada kriteria tinggi yang memiliki

nilai rata-rata adalah 26.41% dengan nilai maksimum sebesar 35% dan

nilai terendah sebesar 15,58%.

c. Kondisi Keputusan Investasi berada pada kriteria sedang yang memiliki

nilai rata-rata adalah 15,96040 dengan nilai maksimum sebesar 42,26 dan

nilai terendah sebesar 4,34.

d. Kondisi Keputusan Pendanaan berada pada kriteria rendah yang memiliki

nilai rata-rata adalah 1,348440 dengan nilai maksimum sebesar 5,26 dan

nilai terendah sebesar 0,21.

e. Kondisi Kebijakan Dividen berada pada kriteria tinggi yang memiliki nilai

rata-rata adalah 39,66% dengan nilai maksimum sebesar 76,83% dan nilai

terendah sebesar 2%.

f. Kondisi Nilai Perusahaan berada pada kriteria sedang yang memiliki nilai

rata-rata adalah 3,8316 dengan nilai maksimum sebesar 11,02 dan nilai

terendah sebesar 0,67.

2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai perusahaan, diperoleh nilai thitung

sebesar 2,384 akan dibandingkan dengan ttabel atau t (0,05;22) yaitu sebesar 1,717,

dengan tingkat signifikansi = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan 95%.

Dimana thitung lebih besar dari ttabel maka Ho ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa Profitabilitas memiliki pengaruh terhadap Nilai

Perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011.

3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan

Investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen sebagai variabel

moderasi.

Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan

Investasi sebagai variabel moderasi diperoleh nilai dari thitung dari

Keputusan Investasi sebagai variabel moderasi yaitu sebesar 4,151

akan dibandingkan dengan ttabel atau t (0,05;21) yaitu sebesar 1,720

dengan tingkat signifikansi = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan

95%. Dimana thitung lebih besar dari ttabel maka Ho ditolak, sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh profitabilitas terhadap

Nilai Perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel

moderasi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011.

Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan

Pendanaan sebagai variabel moderasi, diperoleh nilai dari thitung dari

Keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi yaitu sebesar 0,099

akan dibandingkan dengan ttabel atau t (0,05;21) yaitu sebesar 1,720

dengan tingkat signifikansi = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan

95%. Dimana thitung lebih kecil dari ttabel maka Ho diterima, sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh terhadap Nilai

Perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi

pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2007 sampai dengan 2011.

Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan

Dividen sebagai variabel moderasi, diperoleh nilai dari thitung dari

Kebijakan Dividen sebagai variabel moderasi yaitu sebesar 2,024

dengan tingkat signifikansi = 0,055 akan dibandingkan dengan ttabel

atau t (0,05;21) yaitu sebesar 1,720 dengan tingkat signifikansi = 0,05

dan dengan tingkat kepercayaan 95%. Dimana probabilitas lebih besar

dari 0,05 maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat pengaruh profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan

kebijakan dividen sebagai variabel moderasi pada perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007

sampai dengan 2011.

4. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap nilai perusahaan, diperoleh nilai

thitung sebesar 0,937 akan dibandingkan dengan ttabel atau t (0,1;22) yaitu sebesar

1,717, dengan tingkat signifikansi = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan

95%. Dimana thitung lebih kecil dari ttabel maka Ho diterima, sehingga dapat

disimpulkan bahwa Struktur kepemilikan tidak terdapat pengaruh terhadap

Nilai Perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011.

5. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan

Investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen sebagai variabel

moderasi.

Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Keputusan Investasi sebagai variabel moderasi, diperoleh nilai dari

thitung dari Keputusan Investasi sebagai variabel moderasi yaitu sebesar

2,808 akan dibandingkan dengan ttabel atau t (0,05;21) yaitu sebesar 1,720

dengan tingkat signifikansi = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan

95%. Dimana thitung lebih besar dari ttabel maka Ho ditolak, sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh struktur kepemilikan

terhadap Nilai Perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel

moderasi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011.

Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi, diperoleh nilai dari

thitung dari Keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi yaitu

sebesar 0,021 akan dibandingkan dengan ttabel atau t (0,05;21) yaitu

sebesar 1,720 dengan tingkat signifikansi = 0,05 dan dengan tingkat

kepercayaan 95%. Dimana thitung lebih kecil dari ttabel maka Ho

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh

struktur kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan keputusan

pendanaan dan kebijakan dividensebagai variabel moderasi pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2007 sampai dengan 2011.

Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kebijakan dividen sebagai variabel moderasi, diperoleh nilai dari

thitung dari Kebijakan dividen sebagai variabel moderasi yaitu sebesar

0,519 akan dibandingkan dengan ttabel atau t (0,05;21) yaitu sebesar 1,720

dengan tingkat signifikansi = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan

95%. Dimana thitung lebih kecil dari ttabel maka Ho diterima, sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh struktur

kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan kebijakan dividen

sebagai variabel moderasi pada perusahaan pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011.

6. Pengaruh Profitabilitas dan Struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan

secara simultan adalah sebagai berikut:

Dengan melihat hasil perhitungan yang dilakukan, maka didapat nilai

koefisien korelasi sebesar r = 0,554. Hasil Korelasi tersebut menunjukan

bahwa ada hubungan yang sedang antara Profitabilitas dan Struktur

kepemilikan sebagai variabel independent terhadap nilai perusahaan

sebagai variabel dependent. Selain itu dapat ditarik kesimpulan

bahwa hasil uji hipotesis menggunakan uji F antara variabel

Profitabilitas dan Struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan, diperoleh

F hitung 4,889 > F tabel 4,300 dan tingkat signifikansinya adalah 0,017 <

0,05 dengan taraf α = 5%, maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh profitabilitas dan Struktur kepemilikan terhadap

Nilai Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2007 sampai dengan 2011.

7. Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan

dengan , Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan kebijakan Dividen

sebagai variabel moderasi secara simultan adalah sebagai berikut:

Dengan melihat hasil perhitungan yang dilakukan, maka didapat nilai

koefisien korelasi sebesar r = 0,9686. Hasil Korelasi tersebut menunjukan

bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara Profitabilitas dan Struktur

Kepemilikan sebagai variabel independent terhadap Nilai Perusahaan

sebagai variabel dependent dengan Keputusan Investasi, Keputusan

Pendanaan dan kebijakan Dividen sebagai variabel moderasi . Selain itu

dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil uji hipotesis menggunakan uji

F antara variabel Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan terhadap Nilai

Perusahaan dengan Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan kebijakan

Dividen sebagai variabel moderasi, diperoleh F hitung 30,36839 > F tabel

4,413873 dan tingkat signifikansinya adalah 0,000 < 0,05 dengan taraf α =

5%, maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan

Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan kebijakan Dividen sebagai

variabel moderasi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011.

5.2 Saran

Dari permasalahan yang timbul dari hasil analisis penelitian Pengaruh

Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan ,

Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan kebijakan Dividen sebagai variabel

moderasi, maka penulis memberikan beberapa saran masukan yang dianggap penting

bagi pihak yang memerlukan sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan, untuk profitabilitas, keputusan investasi, dan nilai

perusahaan sebaiknya perusahaan meningkatkan kinerja perusahaan itu sendiri

sehingga investor tertarik untuk menanamkan modalnya di perusahaan.

sedangkan untuk keputusan pendanaan dan struktur kepemilikan karena nilai

tinggi telah dicapai sehingga perusahaan untuk mempertahankan kinerjanya.

2. Bagi peneliti lain dan pengembangan penelitian yang akan datang :

Berdasarkan hasil bahwa keputusan pendanaan dan kebijakan dividen

tidak berpengaruh sebagai variabel moderasi dalam hubungan

profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan,

maka sebaiknya keputusan pendanaan dan kebijakan dividen dijadikan

sebagai variabel intervening.

Sebaiknya dapat memasukkan faktor lain diluar keputusan keuangan

dan rasio keuangan perusahaan. Nilai perusahaan tidak hanya

dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan, tetapi juga dipengaruhi

oleh faktor eksternal perusahaan yang mungkin berpengaruh terhadap

nilai perusahaan, seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi, kurs mata

uang, dan situasi sosial politik.

3. Keterbatasan dalam penelitian ini hanya terdapat 5 sampel perusahaan yg

diteliti akibatnya hasil penelitian kurang representative dan tidak dapat

digeneralisir, sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk

memperluas objek penelitian.

4. Karena hanya terdapat 5 sampel perusahaan yg diteliti, hasil penilaian untuk

rata-rata setiap variabel / faktor yg diteliti tidak dapat digeneralisir hanya

berlaku untuk 5 perusahaan yg diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rodoni dan Herni Ali . 2010. Manajemen Keuangan. Jakarta : Mitra Wacana

Media

Alwi, Iskandar. Z. 2003. Pasar Modal Teori dan Aplikasi, cetakan pertama. Jakarta:

Yayasan Pancur Siwah

Atmaja, Lukas Setia. 2008. Teori dan Praktek Manajemen Keuangan. Yogyakarta :

Penerbit ANDI

Brealey, Myers, dan Marcus. 2007. Dasar- Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta :

Erlangga

Diyah, Pujiati, Widanar, Erman 2009. “Pengaruh Struktur kepemilikan terhadap

Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan Sebagai variabel Intervening”.

Jurnal Ekonomi Bisnis dan Ventura, Vol. 12. No.1, hal 71-86.

Eugene F.Brigham, Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manjemen Keuangan.

Jakarta : Salemba Empat

______Eugene F.Brigham, Joel F. Houston. 2010. Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta

______ Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Pasar Modal. Bandung: Alfabeta.

Faizal, 2004. “Analisis Agency cost. Struktur Kepemilikan dan mekanisme corporate

governance” Jurnal Simposium Nasional Akuntansi VII. Ikatan Akuntansi

Indonesia.

Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan ke

IV, Semarang : Badan Penerbit UNDIP.

Gitman, Lawrence J. 2009. Pinciples Of Manajerial Finance. International Edition.

10thedition. Pearson Education. Boston.

Halim, Abdul. 2003.Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat

Hanafi, Mamduh M. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE

Hardiningsih, Pancawati, 2009 ”Determinan Nilai Perusahaan”. Jurnal Riset

Akuntansi Manajemen dan Ekonomi Vol.5, No.2, hal 231-250.

Haruman, Tendi. 2008. “Pengaruh Keputusan Keuangan dan Kepemilikan

Institusional terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan

Manufaktur yang Listing di BEJ)”. The first PPM National Conference on

Management Research. Sekolah Tinggi Manajemen PPM. Universitas

Widyatama Bandung.

Hasa Nurrohim. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol

Kepemilikan dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada Perusahaan

Manufaktur di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen. ISSN :1410-9018,

Vol 10(1)., 11-18 Januari 2008.

Hasnawati, Sri. 2005a. “Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Dividen

terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta”. Usahawan. No.

09/Th XXXIX. September 2005 : 33-41.

Husnan, S. dan Pudjiastuti, E. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi

kelima. Yogyakarta: AMP YKPN.

I Made Sudana. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktek.

Jakarta : Penerbit Erlangga

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ke-2. Yogyakarta:

BPFE

Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana

______Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Keown, Arthur J dkk. 2004. Manajemen Keuangan: Prinsip-prinsip dan Aplikasi.

Jakarta: Indeks

K.R Subramanyam dan John J, Wild. 2010. Analisis laporan Keuangan. edisi 10,

Jakarta: Salemba Empat.

Lukman Syamsudin. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada

Martono, dan Harjito, D.Agus. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan

Pertama, Yogyakarta: Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UI.

_______, Martono Harjito, D.Agus. 2004. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama,

Cetakan keempat, Yogyakarta: Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UI.

Muhammad ikbal, Sutrisno dan Ali Djamhuri, 2011. “Pengaruh Profitabilitas dan

Kepemilikan Insider Terhadap Nilai Perusahaan dengan kebijakan Utang dan

Kebijakan Dividen sebagai varibel intervening (Studi Kasus pada Perusahaan

Manufaktur yang Listing di BEI)”. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIV

Aceh.

Moch, Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Salemba Empat

Rachmawati et al. 2007. Pengaruh Asimetri Infomasi Terhadap Praktik Manajemen

Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 10. No. 1. P. 68-89.

Rini, Puspo Wijaya Lihan., Bandi., Wibawa Anas. 2010. “Pengaruh Keputusan

Investasi, Keputusan Pendanaan dan Kebiajakan Dividen Terhadap Nilai

Perusahaan” Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.

S. Munawir, 2002. “Akuntansi Keuangan Dan Manajemen”. Edisi Revisi. Yogyakarta

: BPFE.

Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFE.

Shochrul R, Ajija, dkk. 2011. Cara cerdas menguasai EVIEWS. Jakarta: Salemba

empat

Siallagan dan Mahfoedz. 2006. Mekanisme Government, Kualitas Laba dan Nilai

Perusahaan, Simposium Akuntansi IX, Padang, Agustus hal 1-23

Sugiarto. 2009. Stuktur Modal, Struktur Kepemilikan, permasalahan keagenan dan

informasi asimetri. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung,: Alfabeta

Sujoko dan Subiantoro .2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage,

Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empirik

Pada Perusahaan Manufaktur dan Non-Manufaktur di Bursa Efek Jakarta).

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 9, No.1, hal 41-48.

Tandelilin Eduardus, 2001. Analisis dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama.

Yogyakarta: BPFE

Van Horne, Wachowicz. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat

Wahyudi, Untung dan Pawestri, Hartini Prasetyaning. 2006. Implikasi Struktur

Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan

sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi 9.KAKPM 17.

Walsh, Ciaran. 2003. Key Management:Rasio-Rasio Manajemen Penting Penggerak

dan Pengendali Bisnis. Edisi Tiga, Penerjemah Shalahuddin Haikal, Jakarta :

Erlangga

Weston, J.F dan Copeland. 2008. Dasar–Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta :

Erlangga

Weston J.Fred. dan Eugene F. Brigham, 2001, Dasar-Dasar manajemen Keuangan,

Jakarta, Erlangga.

Weygandt, J., Kieso, D., & Kimmel, P, 2005, Accounting Principles. 7th ed, New

York, John Wiley & Sons, Co.

www.inilah.com / diakses pada tanggal 20 Desember 2012

www.okezone.com/ diakses pada 20 Desember 2012

www.pmeindonesia.com/ diakses pada 29 Desember 2012

www.investasi.kontasn.id / diakses pada 25 Desember

www.detik.com / diakses pada 25 Desember 2012