MODEL PENGAMBILAN MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK KEPUTUSAN ETIK
PENGARUH PROFITABILITAS DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPUTUSAN...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PENGARUH PROFITABILITAS DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPUTUSAN...
PENGARUH PROFITABILITAS DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPUTUSAN INVESTASI,
KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
(Suatu Studi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia )
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi
Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Fanny Rosa Fandini
094020082
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2013
PENGARUH PROFITABILITAS DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPUTUSAN INVESTASI,
KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
(Suatu Studi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia)
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi
Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan
Bandung, April 2013
Mengetahui,
Pembimbing,
Dr. Atang Hermawan SE., Msi., Ak.
Pembimbing Pendamping,
Isye Siti Aisyah, SE., Msi
Dekan,
Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP
Ketua Program Studi,
Dr. H. Sasa S Suratman SE., MSc
MOTTO
“Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu ada Kemudahan,
maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan dan
hanya kepada tuhanmulah kamu berharap”
(Q.S Alam Nasyrah 94: 6-8)
“Kegagalan bukan berarti kehancuran, tetapi sebagai batu
loncatan menuju sukses’’ (phytagoras)
“Do Your Best Now and Leta God Do
The Rest’’
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan, dengan pengaruh
keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen sebagai variabel
moderasi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan asosiatif.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang diproksikan dengan
return on equity dan struktur kepemilikan yang diproksikan dengan kepemilikan
institusional, variabel moderasi dalam penelitian ini adalah keputusan investasi yang
diproksikan dengan price earning ratio, keputusan pendanaan yang diproksikan
dengan debt to equity ratio, kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend
payout ratio. Variabel dependen ini adalah nilai perusahaan dengan proksi dengan
price book. Adapun populasi dalam penelitian ini berjumlah 31 perusahaan. Sampel
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel yang
diteliti sebanyak 5 perusahaan.
Analisis data mengunakan software pengolahan data statistik yaitu Eviews 6.
Hasil uji signifikan parsial (uji t) menunjukan bahwa terdapat pengaruh Profitabilitas
terhadap nilai perusahaan sedangkan tidak terdapat pengaruh struktur kepemilikan
terhadap nilai perusahaan. Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan
dengan keputusan investasi sebagai variabel moderasi, tidak terdapat pengaruh
struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan keputusan investasi sebagai
variabel moderasi. Tidak terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan
dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi, dan tidak terdapat pengaruh
struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai
variabel moderasi. Tidak terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan
dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi, dan tidak terdapat pengaruh
struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai
variabel moderasi.Secara simultan terdapat pengaruh profitabilitas dan struktur
kepemilikan terhadap nilai perusahaan terhadap nilai perusahaan, dan terdapat
pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan
keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen sebagai variabel
moderasi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kata kunci : Return On Equity, kepemilikan institusional, Price earning Ratio, Debt
to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Price to Book Value.
KATA PENGANTAR
Assalammu’laikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan
terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan,
dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada Ayahanda Edi Sutisna dan Ibunda Oop Rohaeni selaku kedua
orang tua penulis. Penulis menghaturkan sembah sujud sebagai ucapan terima kasih
yang tentunya penulis belum mampu membalas pengorbanan Ayahanda dan Ibunda,
yang telah membesarkan, mendidik dan akan selalu memberikan doa restu, perhatian,
kasih sayang, serta dukungan yang tidak ternilai harganya demi kelancaran dan
keberhasilan penulis dalam segala hal. Serta kepada Yth. Bapak Dr. Atang Hermawan
SE.,Msi.,Ak. selaku dosen pembimbing dan Ibu Isye Siti Aisyah SE.,Msi. Selaku
dosen pembimbing pendamping penulis yang telah memberikan bimbingan, arahan,
saran,dan pemikirannya, serta bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Tidak lupa dalam kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Eddy Yusuf, Sp., M.Si., M.Kom. selaku Rektor Universitas
Pasundan Bandung.
2. Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pasundan Bandung.
3. Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc. selaku Ketua Program studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
4. Bapak Dadan Soekardan, SE., MSi. selaku Sekertaris Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
5. Ibu Isye Siti Aisyah SE., Msi,. selaku dosen wali.
6. Bapak Kosim yang telah membantu dalam segala hal yang berhubungan
dengan surat menyurat selama proses penyusunan skripsi.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama proses
perkuliahan.
8. Kakakku Ardi Setiadi A.Md.. Terimakasih atas segala doa, kasih sayang,
support dan keceriaannya bagi penulis.
9. Seseorang yang teristimewa Mubarik Nursyidqi. Terima kasih untuk
semangat, kasih sayang, doa, dan motivasi yang diberikan dalam proses
penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi terselesaikan. Semoga sukses
dalam menggapai cita-cita mu kelak.
10. Sahabat-sahabat seperjuanganku Anita Trimulia, Reni, Mutdiyanti,
Noviandina, Citra Fitri Aryanti, Giani Kusnia, Devia Nursari putri terimakasih
atas dukungannya semoga tali silaturahmi kita selalu terjaga selamanya.
11. Kang Ridwan, kang Rah Adi dan Kang Somadi atas bantuan dan masukan-
masukan yang bermanfaat bagi penulis dalam menyusun skripsi ini.
12. Rekan-rekan Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) FE UNPAS periode
2011-2012 khususnya Ka Zaky, Ka Ihwan, Ka Akbar SE., Ka Bingky SE., Ka
Sammy SE., Ka Jovi dan Azka terimakasih atas semangatnya.
13. Teman-teman Akuntansi 2009, khususnya anak dosen wali Bu Isye
terimakasih atas suportnya
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk
semuanya.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif
bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Allah SWT membalas semua
amal dan kebaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini. Amin.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb.
Bandung, April 2013
Penulis
Fanny Rosa Fandini
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ………………………………………….………………….…... iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………..………….….. xi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………….………..….
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….
xiv
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………..………………………………
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ………………………
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………..
1.4 Kegunaan Penelitian …………………………………………..…...
1.4.1 Kegunaan Praktis ……….………...………………………
1.4.2 Kegunaan Teoritis ……….………………………………..
1
11
12
13
13
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka ………………………..…………………….…….
2.1.1. Profitabilitas…………………..…………………….……….
2.1.1.1. Definisi Profitabilitas ….………..……………….
2.1.1.2. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas………...
15
15
15
16
2.1.1.3. Return On Equity ....………….…………………..
2.1.2. Struktur Kepemilikan …………….……………………….
2.1.2.1. Definisi Struktur Kepemilikan …………………..
2.1.2.2. Pengelompokan Struktur Kepemilikan Perusahaan
2.1.3. Keputusan Investasi ..……………………………..………
2.1.3.1. Definisi Keputusan Investasi ……………………
2.1.3.2. Price Earning Ratio ……………………………..
2.1.4 Keputusan Pendanaan ..……………………………..…….
2.1.4.1. Definisi Keputusan Pendanaan …………………..
2.1.4.2. Debt to Equity Ratio ……………………………..
2.1.5. Kebijakan Dividen…. ..……………………………..…….
2.1.5.1. Definisi Kebijakan Dividen ……………………...
2.1.5.2. Alternatif Kebijakan Dividen …………………….
2.1.5.3. Dividend Payout Ratio …………………………...
2.1.6. Nilai Perusahaan ………………………………………….
2.1.6.1. Definisi Nilai Perusahaan ……………………...
2.1.6.2. Harga Saham …………………………………...
2.1.6.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
2.1.6.4. Analisis Saham …….…………………………...
2.1.6.5. Price To Book Value …………………………...
2.2. Kerangka Pemikiran …………………………………………..….
2.2.1. Hubungan Profitabilitas dengan Nilai Perusahaan ……….
2.2.2. Hubungan Profitabilitas,Keputusan Investasi dengan Nilai
17
18
18
21
24
24
26
27
27
33
34
34
38
40
41
41
44
45
47
47
56
56
49
Perusahaan ………………………………………………..
2.2.3. Hubungan Profitabilitas,Keputusan Pendanaan dengan
Nilai Perusahaan ……………………………………….....
2.2.4. Hubungan Profitabilitas,Kebijakan Dividen dengan Nilai
Perusahaan ………………………………………………..
2.2.5. Hubungan Struktur Kepemilikan dengan Nilai Perusahaan
2.2.6. Hubungan Struktur Kepemilikan ,Keputusan Investasi
dengan Nilai Perusahaan ………………………………...
2.2.7. Hubungan Struktur Kepemilikan,Keputusan Pendanaan
dengan Nilai Perusahaan …………………………………
2.2.8. Hubungan Struktur Kepemilikan,Kebijakan Dividen
dengan Nilai Perusahaan …………………………………
2.2.9. Hubungan Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan dengan
Nilai Perusahaan ……………………………………….....
2.2.10.Hubungan Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan
terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen Sebagai
Variabel Moderasi ……………………………………….
2.3. Hipotesis ………….………………………..……………………..
57
57
58
59
60
61
62
63
63
66
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian yang digunakan ……………………………...
3.2. Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel ……...………
3.2.1. Definisi Variabel dan Pengukurannya……………………
67
68
68
3.2.2. Operasional Variabel ……………………………………..
3.3. Populasi dan Sampel …………………………………………….
3.3.1. Populasi ………….…………………………….…………
3.3.2. Sampel ………………………………………...…………
3.4. Teknik Pengumpulan Data ………………..…………………….
3.4.1. Sumber Data …...…………………………………………
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data ……………………………….
3.5. Metode Analisis yang digunakan ……..………………………...
3.6. Analisis Data dan Rancangan Uji Hipotesis …………………….
3.6.1. Analisis Data ……..………………………………………
3.6.2. Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ……………
3.6.2.1. Rancangan Analisis ………..……………………
3.6.2.2. Tes Statistik untuk Pengujian Hipotesis ………..
3.6.2.3. Penetapan Hipotesis …………………………….
3.6.2.4. Penetapan Tingkat Signifikansi …………………
3.6.2.5. Penarikan Kesimpulan …………………………..
75
76
77
77
80
80
80
81
82
82
84
84
95
97
99
100
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ………………………………………………….
4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan ……………………………
4.1.2. Gambaran Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan.
4.1.3. Gambaran Struktur Kepemilikan pada Perusahaan
Pertambangan ……………………………………………
4.1.4. Gambaran Keputusan Investasi pada Perusahaan
101
101
106
107
Pertambangan ……………………………………………
4.1.5. Gambaran Keputusan Pendanaan pada Perusahaan
Pertambangan……………………………………………..
4.1.6. Gambaran Kebijakan Dividen pada Perusahaan
Pertambangan……………………………………………..
4.1.7. Gambaran Nilai Perusahaan pada Perusahaan
Pertambangan………………………………………….....
4.2. Pembahasan ……………………………………………………..
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ……………………………..
4.2.1.1. Analisis Profitabilitas Perusahaan Pertambangan
4.2.1.2. Analisis Struktur Kepemilikan Perusahaan
Pertambangan ………………….………………..
4.2.1.3. Analisis Keputusan Investasi Perusahaan
Pertambangan ………….…………....................
4.2.1.4. Analisis Keputusan Pendanaan Perusahaan
Pertambangan …..………...……………………..
4.2.1.5. Analisis Kebijakan Dividen Perusahaan
Pertambangan …………………………………...
4.2.1.6. Analisis Nilai Perusahaan Perusahaan
Pertambangan …………………………………...
4.2.2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan ……
4.2.3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
dengan Keputusan Investasi, keputusan Pendanaan dan
110
111
113
114
116
116
116
119
121
123
125
127
130
130
Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderasi …………..
4.2.3.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Keputusan Investasi Sebagai
Variabel Moderasi ………….…………...............
4.2.3.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Keputusan Pendanaan
Sebagai Variabel Moderasi ……………………...
4.2.3.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai
Variabel Moderasi …………………………........
4.2.4 Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai
Perusahaan ………………………………………………..
4.2.5 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan
Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi ………….
4.2.5.1. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Keputusan Investasi Sebagai
Variabel Moderasi ………….…………...............
4.2.5.2 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Keputusan Pendanaan
Sebagai Variabel Moderasi ……………………...
4.2.5.3. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai
133
133
138
144
149
153
153
159
Variabel Moderasi Pada Perusahaan
Pertambangan …………………………………...
4.2.6 Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan
Terhadap Nilai Perusahaan ……………………………….
4.2.7 Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan
Terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen Sebagai
Variabel moderasi ………………………………………..
164
170
174
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ………………………...…………………………….
5.2. Saran ……………………………………………………………...
195
204
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...
LAMPIRAN- LAMPIRAN
205
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
1.1.
1.2.
1.3.
2.1.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Kapitalisasi Pasar ...
Perkembangan Indeks Sektoral di Bursa Efek Indonesia ……………...
Sektor Pertambangan …………………………………………………..
Peneliti Terdahulu ……………………………………………………..
2
7
9
49
3.1
3.2.
3.3.
3.4.
Operasionalisasi Variabel ………….…………………………………..
Hasil Purposive Sampling ……………………………………………..
Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI yang menjadi sampel
Interpretasi Koefisien Korelsi ……………………………………….....
75
79
79
94
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
4.9.
4.10.
4.11.
4.12.
Perkembangan Rasio Profitabilitas Tahun 2007- 2011 ………………..
Perkembangan Struktur kepemilikan Tahun 2007-2011 …..…………..
Perkembangan Rasio Keputusan Investasi Tahun 2007-2011 ………...
Perkembangan Rasio Keputusan Pendanaan Tahun 2007-2011 ……...
Perkembangan Rasio Kebijakan Dividen Tahun 2007-2011 …….......
Perkembangan Rasio Nilai Perusahaan Tahun 2007-2011 ……………
Tingkat Profitabilitas Tahun 2007- 2011 ………………………..........
Hasil Analisis Deskriptif Profitabilitas Tahun 2007-2011 …………….
Tingkat Struktur kepemilikan Tahun 2007-2011 …..…………………
Hasil Analisis Deskriptif Struktur kepemilikan Tahun 2007-2011…….
Tingkat Keputusan Investasi Tahun 2007-2011 ………........................
Hasil Analisis Deskriptif Keputusan Investasi Tahun 2007-2011……..
106
108
110
111
113
115
117
116
118
119
121
122
4.13.
4.14.
4.15.
4.16.
4.17.
4.18.
4.19.
4.20.
4.21.
4.22.
4.23.
4.24.
4.25.
4.26.
4.27.
4.28.
Tingkat Keputusan Pendanaan Tahun 2007-2011 …….........................
Hasil Analisis Deskriptif Keputusan Pendanaan Tahun 2007-2011…..
Tingkat Kebijakan Dividen Tahun 2007-2011 ……............................
Hasil Analisis Deskriptif Kebijakan Dividen Tahun 2007-2011……..
Tingkat Nilai Perusahaan Tahun 2007-2011 …………………………
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Nilai Perusahaan Tahun 2007-2011
Regresi Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan …..…………………
Regresi Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan
Investasi sebagai variabel Moderasi …………………………………...
Regresi Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan
Pendanaan sebagai variabel Moderasi …………………………………
Regresi Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan kebijakan
dividen sebagai variabel Moderasi …………………………………….
Regresi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan ……….........
Regresi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Keputusan Investasi sebagai variabel Moderasi ……………………….
Regresi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Keputusan Pendanaan variabel Moderasi ……………………………...
Regresi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan
kebijakan dividen variabel Moderasi ………………………………….
Regresi Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai
Perusahaan …………………………..…………………………………
Hasil Uji F ……………………………………………………………..
123
124
125
126
127
129
130
134
139
144
149
154
159
165
170
173
4.29.
4.30.
4.31.
4.32.
4.33.
4.34.
4.35.
4.36.
4.37.
4.38.
4.39.
4.40
Regresi Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan
Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi ……………………….
Hasil Uji F ……………………………………………………………..
Rekapitulasi Hasil Analisis Deskriptif ………………………………..
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan …………………………………………………………….
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan dengan Keputusan Investasi sebagai variabel moderasi…..
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan dengan Keputusan Pendanaan sebagai variabel moderasi...
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai variabel moderasi.........
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai
Perusahaan ……………………………………………………………..
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai
Perusahaan dengan Keputusan Investasi sebagai variabel moderasi …..
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai
Perusahaan dengan Keputusan Pendanaan sebagai variabel moderasi ..
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai variabel moderasi ……
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas dan Struktur
Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan …………………………….
174
179
180
183
184
185
186
187
188
189
191
192
4.41.
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Pengaruh Profitabilitas dan Struktur
Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen sebagai Variabel
Moderasi ……………………………………………………………….
193
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
2.1. Kerangka Pemikiran ………………………………………………… 65
3.1. Model Penelitian ……………………..……………………………... 82
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
Grafik Rasio Profitabilitas ….……..…………………………………
Grafik Struktur Kepemilikan ….……………...…………………….
Grafik Keputusan Investasi ……………...……….………………….
Grafik Keputusan Pendanaan ……………………….……………….
Grafik Kebijakan Dividen ………………..………………………...
Grafik Nilai Perusahaan ……………..………………………...........
117
119
122
124
126
128
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Membimbing Skripsi
Lampiran 2 Kartu Perkembangan Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Gambaran Data Profitabilitas, Struktur Kepemilikan, Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen dan Nilai
Perusahaan
Lampiran 3 Ikhtisar Keuangan Perusahaan Pertambangan Pada Tahun
2007-2011
Lampiran 4 Output Hasil Analisis Statistik Eviews6
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, banyak perusahaan dalam rangka
mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan modal.
Perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja
operasional perusahaan. Salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan
tambahan modal adalah dengan menawarkan kepemilikan perusahaan tersebut kepada
masyarakat/publik (go public).
Pasar modal telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat
bisnis. Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk dapat menyalurkan
dan menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan bagi
investor (Hasa Nurohim: 2008). Pasar modal di Indonesia,yaitu BEI dapat menjadi
media pertemuan antara investor dan industri. Di Indonesia perkembangan pasar
modal sudah semakin pesat hal tersebut tercermin dari peningkatan pertumbuhan
nilai kapitalisasi pasar dan peningkatan Indeks Harga Gabungan (IHSG) setiap
tahunnya.
Tabel 1.1 INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DAN
NILAI KAPITALISASI PASAR
Bursa Efek Indonesia
Periode
IHSG
perubahan jumlah saham
Nilai
Kapitalisasi
(Rp. M) tertinggi terendah Akhir
2007 2.810,96 1.678,04 2.745,83 940,31 1.128.173.554.108 1.988.326,20
2008 2.830,26 1.111,39 1.355,41 -1.390,42 1.374.411.626.346 1.076.490,53
2009 2,534.36 1,256.11 2,534.36 1,178.95 1,465,654,987,417 2,019,375.13
2010 3,756.97 2,475.57 3,703.51 1,169.16 1,894,828,442,341 3,247,096.78
2011 4,193.44 3,269.45 3,821.99 118.48 2,198,133,269,765 3,537,294.21
Sumber : Statistik Pasar Modal 2012, BAPEPAM-LK
Perkembangan tersebut menunjukkan betapa pentingnya pasar modal bagi
perusahaan sebagai sumber pendanaan eksternal. Jumlah kebutuhan dana perusahaan
cermin dari investasi yang akan dilakukan. Pada saat yang sama dimana investasi dan
pendanaan meningkat, IHSG sebagai acuan nilai pasar bergerak kearah yang sama.
IHSG pada tahun 2007 sebesar 2,745.83 menjadi 3,821.99 pada tahun 2011.
Demikian juga perkembangan nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia tahun 2007
sebesar Rp.1.988.326,20 milyar menjadi Rp.3,537,294.21 milyar pada tahun 2011.
Namun pada tahun 2008 , terjadi penurunan IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar
penurunan ini disebabkan adanya krisis global yang juga berdampak pada gejolak
pasar modal Indonesia.
Menurut Dirut BEI, Erry Firmansyah mengatakan bahwa akibat terimbas krisis
finansisal global, IHSG mengalami penurunan pada 3 bulan terakhir 2008 yang
diikiuti dengan penurunan nilai kapitalisasi pasar di BEI. Hal itu menyebabkan pada
akhir 2008 IHSG ditutup pada level atau turun sebesar 51,17%”. (www.inilah.com/
diakses pada 20 Desember 2012: 15.00 WIB)
Penurunan IHSG pada Mei 2010, Kepala Bapepam-LK Fuad Rahmany
menyatakan bahwa : IHSG turun enam persen, hampir sama dengan regional lain.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo juga menyatakan bahwa pemerintah saat ini
memang tengah mengantisipasi keadaan krisis ekonomi di Eropa dan imbasnya
kepada pasar modal.(www.okezone.com/ diakses pada 20 Desember 2012 : 13.50
WIB)
Robbert Ang (1997) dengan melakukan studi yang bertujuan meneliti dan
memprediksi pergerakan harga saham di masa yang akan datang didasarkan pada
prospek ekonomi, faktor eksternal dan internal perusahaan sehingga analisisnya
bersifat jangka panjang. Informasi utama yang diperlukan adalah kondisi dan prospek
perusahaan, sedang motif utamanya adalah dividen dan pertumbuhan. Studi ini
menyimpulkan bahwa dengan adanya nilai intrinsik suatu saham maka akan
membantu investor di dalam menentukan apakah suatu saham bersifat terlalu murah
(under valued), harga wajar (fairly price) atau terlalu mahal (over valued). (Sumarno
dan Gunistiyo: 2009)
Rata-rata imbal hasil (return) delapan saham milik Grup Bakrie yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia mencapai 12,53% di awal 2013. Tingkat return saham Grup
Bakrie dalam kurun waktu empat tahun terakhir cenderung kecil, dengan rasio nilai
buku terhadap harga saham atau price to book value (PBV) di bawah satu,
mengindikasikan tingkat kepercayaan investor terhadap saham grup ini mengalami
penurunan. (www.iyaa.com/ diakses pada 10 Mei 2013 : 19.37 WIB)
Sumber : www.newsidx.com / data diolah 2012
Pergerakan price book value tahun 2012 pada perusahaan pertambangan terlihat
rendah. PBV ini merupakan rasio perbandingan nilai pasar suatu saham (Stock market
value) terhadap nilai bukunya sendiri sehingga dapat mengukur tingkat harga saham
overvalue atau undervalue. Semakin rendah nilai PBV suatu saham maka saham
tersebut dikategorikan undervalued, yang mana sangat baik untuk memutuskan
investasi jangka panjang. Nilai rendah PBV ini disebabkan oleh turunya harga saham,
sehingga harga saham berada di bawah nilai bukunya atau nilai sebenarnya.
Rendahnya PBV dapat mengindikasikan menurunnya kualitas dan kinerja
fundamental emiten.
Perusahaan bertujuan memperoleh laba dan meningkatkan nilai perusahaan yang
dapat dilakukan melalui peningkatan kemakmuran kepemilikan atau para pemegang
saham. Keberadaan para pemegang saham dan peranan manajemen sangatlah penting
dalam menentukan besar keuntungan yang akan diperoleh. Harga saham di pasar
modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan dan penawaran investor,
0
1
2
3
4
5
6
7
Price Book Value
PBV
sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan sebagai proksi nilai
perusahaan (Hasnawati, 2005).
Nilai perusahaan ditentukan oleh profitabilitas perusahaan. Profitabilitas
merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.
dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan
perusahaan. Laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan keputusan
investasi yang dilakukan perusahaan. Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang
sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan
oleh perusahaan (Subramanyam, 1996 dalam Rachmawati et al. 2007). Profitabilitas
yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan
merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat (Sujoko dan Soebintoro,
2007).
Meningkatkan nilai perusahaan dapat menarik nilai investor (khususnya capital
gain dan dividen) untuk menanamkan modalnya.dalam hal ini manajer harus
memutuskan apakah laba yang diperoleh selama satu periode akan dibagikan
seluruhnya atau hanya sebagian yang dibagikan sebagai dividen dan sisanya ditahan
perusahaan atau biasa disebut laba ditahan (retained earning). (Tendi Haruman,2008)
bahwa dividen dapat digunakan untuk mengurangi equity agency cost yang timbul
dari adanya perbedaan kepentingan di dalam perusahaan. Perbedaan kepentingan
yang dimaksud adalah perbedaan kepentingan antara manajer sebagai pengelola
perusahaan (agent) dengan pemegang saham sebagai pemilik (owners). Tidak jarang
pihak manajemen perusahaan mempunyai tujuan lain yang mungkin bertentangan
dengan tujuan utama perusahaan. Perbedaan kepentingan inilah yang menyebabkan
timbul konflik biasa disebut sebagai konflik keagenan (agency conflict). Perbedaan
tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya
pemegang saham tidak menyukai kepentingan dari manajer karena apa yang
dilakukan manajer tersebut akan menyebabkan akan menambah biaya bagi perusahan
sehingga penurunan keuntungan perusahaan dan dividen yang akan diterima
pemegang saham. Pengaruh dari konflik antara pemilik (owners) ini akan
menyebabkan penurunan nilai perusahaan, kerugian inilah merupakan agency cost
equity bagi perusahaan (Tendi Haruman 2008).
Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi
manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan
mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan
.Manajemen keuangan menyangkut penyelesaian atas keputusan penting yang
diambil perusahaan, antara lain keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan
kebijakan dividen. Suatu kombinasi yang optimal atas ketiganya akan
memaksimumkan nilai perusahaan yang selanjutnya akan meningkatkan kemakmuran
kekayaan pemegang saham. Investasi modal merupakan salah satu aspek utama
dalam keputusan investasi selain penentuan komposisi aktiva. Keputusan
pengalokasian modal ke dalam usulan investasi harus dievaluasi dan dihubungkan
dengan risiko dan hasil yang diharapkan (Hasnawati, 2005).
Krisis ekonomi di eropa terus berdampak pada pasar modal Indonesia , ini
ditunjukan dengan melemahnya IHSG dimana pelemahan tertinggi dipimpin oleh
sektor pertambangan sebesar 19,15 poin. IHSG Selasa (19/4/2011) melemah 14,30
poin atau setara 0,38 persen ke posisi 3.712,77. Seluruh sektor pun seluruhnya
terpantau lemah, di mana pelemahan tertinggi dipimpin dari sektor pertambangan
sebesar 19,15 poin, dan sektor perkebunan melemah 15,66 poin. Hanya sektor
infrastruktur saja yang tercatat menguat tipis 2,16 poin. (www.okezone.com /diakses
pada 1 januari 2013: 21.45 WIB).
Pertambangan adalah sektor yang mengalami penurunan yang sangat signifikan
dibandingkan dengan sektor lainnya dalam menghadapi krisis ekonomi di eropa.
Dalam keadaan seperti ini manjemen dituntut untuk mendapatkan laba dan
meningkatkan nilai perusahaan dengan cara menjalankan fungsi manajemen
keuangan dengan baik yang meliputi keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan
kebijakan dividen.
Tabel 1.2
Perkembangan Indeks Sektoral di Bursa Efek Indonesia
perubahan dari
tahun 2009
perubahan dari
bulan
sebelumnya
indeks harga
saham 30-12-11 30-03-12 30-04-12 +/- % +/- %
IHSG 3,821.99 4,121.55 4,159.28 337.29 8.82 37.73 0.92
Pertanian 2,146.04 2,428.19 2,426.03 280 13.05 -2.16 -0.09
ind. Dasar 408.27 437.37 438.49 30.22 7.4 1.12 0.26
Properti 229.25 278.59 299.82 70.56 30.78 21.23 7.62
Ind.Konsumsi 1,315.96 1,349.10 1,345.85 29.89 2.27 -3.24 -0.24
Keuangan 491.78 508.13 520.55 28.77 5.85 12.42 2.44
Infrastruktur 699.45 747.39 766.8 67.35 9.63 19.41 2.6
Pertambangan 2,532.38 2,760.39 2,631.92 99.54 3.93 -128.47 -4.65
Aneka Industri 1,311.15 1,329.13 1,345.29 34.14 2.6 16.15 1.22
Perdangangan 582.19 725.04 731.3 149.11 25.61 6.26 0.86
Manufaktur 992.47 1,025.20 1,029.11 36.65 3.69 3.91 0.38
Sumber : Statistik Pasar Modal 2012, BAPEPAM-LK
Pergerakan saham tambang, sepanjang 2012, mengalami penurunan kinerja
sebanyak 21,56 persen. Adanya kebijakan baru yang dikeluarkan Ditjen Minerba
Kementerian ESDM yang memangkas harga batu bara acuan 6,4 persen menjadi
USD105,61 per ton dibandingkan dengan sebelumnya USD112,87 per ton menjadi
awal tekanan yag terjadi pada saham sektor ini. Pada kuartal pertama produksi turun
akibat musim hujan sehingga harga menjadi mahal.
Sementara itu, selain batu bara, timah pun mengalami tantangan dari adanya
tambang ilegal dan moratorium ekspor. selain itu, mineral termasuk nikel
menghadapi peraturan menteri ESDM no 7/2012 yang melarang ekspor barang
mentah per Mei. Banyaknya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tersebut semakin
menekan sektor pertambangan sehingga membuat saham sektor ini mengalami
penurunan.(www.okezone.com / diakses pada 29 Desember 2012: 10.08 WIB)
Laba bersih yang diraih PT Timah pada triwulan ketiga tercatat Rp 370 miliiar ,
atau 57 persen lebih rendah ketimbang pendapatan perseroan tersebut pada triwulan
ketiga 2011 lalu yang mencapai Rp 860 miliar, dalam public expose yang digelar
untuk kali pertama dibawah manajemen baru sejak ditetapkan melalui RUPS.
(www.pmeindonesia.com/ diakses pada 29 Desember 2012: 11.30 WIB)
Aksi jual besar-besaran melanda saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Hari
ini, harga saham perusahaan tambang terbesar di Indonesia itu terjun 12,36% ke level
terendahnya Rp 780 per saham. Managing Partner Investa Sarana Mandiri Kiswoyo
Adi Joe memprediksi sampai akhir bulan Agustus ini, harga saham BUMI bisa
menembus ke level Rp 700. "Posisi laba per saham (EPS) BUMI -150 dengan price
earning ratio (P/E) sebesar -5.18," hitung Kiswoyo. Dari sisi kemampuan membidik
keuntungan, return on equity (ROE) BUMI menjadi -68%. “artinya perlu kinerja
yang sangat berat agar BUMI meraih untung atas ekspansinya.‟ Jelasnya. Debt equity
ratio (DER) BUMI juga mencapai 13 kali yang berarti utang BUMI sudah 13 kali
lipat dari modalnya sendiri. (www.investasi.kontasn.id / diakses pada 25 Desember
2012 : 17.26)
Tabel 1.3
Sektor Pertambangan
Nama Perusahaan PER EPS Target Resistance
INCO 19,2 kali USD 14 Rp.2975
TINS 10 kali Rp. 165 Rp.1740
ANTM 10 kali Rp.159 RP.1700
ITMG 8,45 kali Rp.4383 Rp.38500
BORN 7,57kali Rp.103 Rp.880
HRUM 10,53 kali Rp.627 RP.7100
ADRO 12,45 kali Rp.139 Rp.1790
BUMI 19 kali RP.96 Rp.2025
DKFT 6 kali RP.280 Rp.1880
KKGI 15 kali Rp.397 Rp.6550
(www.inilah.com / data diolah /diakses pada 25 Desember 2012 : 15.32 )
Dewan Komisaris dan Direksi Bumi Plc sedang mengkaji berbagai cara untuk
meningkatkan harga sahamnya sekaligus kepercayaan investor menyusul investigasi
dan tuduhan adanya penyimpangan dana di salah satu anak usahanya, yaitu PT Bumi
Resources Tbk (BUMI). Menurut Kepala Hubungan Masyarakat Bumi Plc Nick Von
Schirnding Memang ada beberapa masalah yang harus dihadapi, tapi struktur
kepemilikan tetap menjadi isu utama, ini merupakan hal yang harus kami selesaikan
dalam beberapa bulan kedepan sebelum memberikan stategi jangka panjang.
(www.detik.com / diakses pada 25 Desember 2012: 18.28)
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lihan Rini Puspo Wijaya,
Bandi, dan Anas Wibawa (2010) dengan judul pengaruh keputusan investasi,
keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur di BEI tahun 2006-2009 menyimpulkan bahwa keputusan
investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan.
Penelitian Muhammad ikbal, Sutrisno dan Ali Djamhuri (2011) dengan judul
Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan Insider Terhadap Nilai Perusahaan dengan
kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen sebagai varibel intervening pada perusahaan
manufaktur di BEI menyimpulkan bahwa profitabilitas terhadap kebijakan utang
perusahaan tidak signifikan tetapi kepemilikan insider terhadap kebijakan utang
perusahaan berpengaruh signifikan. Demikian profitabilitas dan kepemilikan insider
terhadap kebijakan dividen berpengaruh signifikan. Kemudian kebijakan utang
berpengaruh signifikan terhadap dividen. Profitabilitas dan kepemilikan insider
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sementara kebijakan utang dan
dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Untung Wahyudi dan Hartini (2006) melakukan penelitian dengan judul
implikasi struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan keputusan keuangan
sebagai variabel intervening pada perusahaan go public, kecuali perusahaan
perbankan dan lembaga keuangan lainnya serta perusahaan yang dimiliki oleh
Pemerintah Republik Indonesia di BEI tahun 2002 dengan tahun 2003 menyimpulkan
bahwa Strukur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap keputusan investasi,
struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan
keputusan keuangan, keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
tetapi keputusan investasi dan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai
perusahaanbaik secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui
hubungan variabel-variabel tersebut dengan mengambil judul : PENGARUH
PROFITABILITAS DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN
PENDANAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL
MODERASI” (Suatu Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia).
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penulis
mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan menjadi pokok pembahasan, yaitu :
1. Bagaimanakah profitabilitas, struktur kepemilikan, keputusan investasi,
keputusan pendanaan, kebijakan deviden dan nilai perusahaan.
2. Seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
3. Seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan
keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen sebagai variabel
moderasi .
4. Seberapa besar pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan.
5. Seberapa besar pengaruh stuktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan
keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen sebagai variabel
moderasi.
6. Seberapa besar pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan.
7. Seberapa besar pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan
dividen sebagai variabel moderasi.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui profitabilitas, struktur kepemilikan, keputusan investasi,
keputusan pendanaan, kebijakan dividen dan nilai perusahaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
3. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan
keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen sebagai variabel
moderasi.
4. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan.
5. Untuk mengetahui pengaruh stuktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan
dengan keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen sebagai
variabel moderasi.
6. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap
nilai perusahaan.
7. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap
nilai perusahaan dengan keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan
dividen sebagai variabel moderasi.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang
berarti bagi pengembangan kurikulum bagi mahasiswa akuntansi untuk
memperluas pengetahuan di bidang pasar modal, khususnya mengenai pengaruh
profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan
keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan deviden sebagai variabel
intervening pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1.4.2 Kegunaan Praktis
Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai
pihak, antara lain:
a. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan, serta
mnjadi kesempatan yang baik untuk mengaplikasikan teori-teori yang
diperoleh selama perkuliahan ke dalam masalah-masalah praktis khususnya
mengenai profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan
dengan keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen
sebagai variabel moderasi.
b. Bagi Investor
Penelitian ini berharap dapat digunakan sebagai bahan referensi atau
pertimbangan, khususnya bagi individual investor yang tertarik untuk
berinvestasi agar mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga
saham dan tepat dalam melakukan investasi.
c. Bagi peneliti selanjutnya dan pihak lainnya
Penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan, bahan referensi,
pertimbangan, rujukan maupun perbandingan dalam melakukan penelitian
selanjutnya yang terkait dengan topik yang sama atau berkaitan dengan
pembahasan topik ini
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Profitabilitas
2.1.1.1 Definisi Profitabilitas
Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. (Kasmir,2012 :114). Laba
merupakan ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang
dinyatakan dalam istilah keuangan. Laba ditugaskan untuk menyediakan baik
pengukuran perubahan kekayaan pemegang saham selama periode maupun
mengestimasi laba usaha sekarang, yaitu sampai sejauh mana perusahaan dapat
menutupi biaya operasi dan menghasilkan pengembalian kepada pemegang saham
sehingga laba dikatakan sebagai indikator profitabilitas perusahaan. Laba merupakan
satu-satunya faktor penentu perubahan nilai saham yang menunjukan prospek
perusahaan dimasa yang akan datang. (Subramayam, 2010:143).
Menurut Brigham dan Houston (2010:146) Definisi profitabilitas adalah
sebagai berikut :
“Profitabilitas adalah Sekelompok rasio yang menunujukan kombinasi dari
pengaruh likuiditas, manajemen asset dan utang pada hasil operasi”.
Sedangkan Irham Fahmi (2011:168) menyatakan profitabilitas sebagai berikut
:
“Profitabilitas mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang
ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan dengan penjualan maupun
investasi”.
Berdasarkan kedua definisi tersebut di atas menunjukan bahwa profitabilitas
merupakan perhitungan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Profitabilitas dimaksudkan untuk mengukur efisiensi pengguna aktiva
perusahaan (atau mungkin sekelompok aktiva perusahaan) mungkin juga efisiensi
ingin dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan. (Suad Husnan,2006).
Oleh karena itu, profitabilitas ini dapat memberikan ukuran tingkat efektifitas
manajemen suatu perusahaan.
2.1.1.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Manfaat rasio profitabilitas tidak terbatas hanya pada pemilik usaha atau
manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar perusahaan, terutama pihak – pihak yang
memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan.
Menurut Kasmir (2012:197) Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi
perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu:
a. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam
suatu periode tertentu.
b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
e. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
f. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal sendiri.
Sementara itu manfaat yang diperoleh adalah untuk :
a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode.
b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
e. Mengetahui besarnya produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri,
2.1.1.3 Return On Equity
Profitabilitas mengukur kemampuan untuk menghasilkan laba dengan
menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan seperti aktiva,modal atau
penjualan perusahaan. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini penting bagi pihak pemegang saham untuk mengetahui
efektivitas dan efisiensi pengolahan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan. (I Made Sudana,2011:22).
Menurut Kasmir, 2012: 204 pengertian Return On Equity adalah sebagai
berikut :
“ ROE yaitu rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri secara keseluruhan menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri,
semakin tinggi rasio ini semakin baik”.
Rumus rasio profitabilitas melalui return on equity (ROE) atau hasil
pengembalian ekuitas.
(Kasmir,2012:204)
Rasio ini bisa dikatakan sebagai rasio yang paling penting dalam keuangan
perusahaan. ROE mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan
kepada para pemegang saham. Rasio ini menunjukan efisiensi modal sendiri.
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik. (Kasmir,2012:204).
2.1.2 Struktur Kepemilikan
2.1.2.1 Definisi Struktur Kepemilikan
Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan, pemilik tidak mungkin
melaksanakan semua fungsi yang dibutuhkan dalam pengelolaan suatu perusahaan,
karena keterbatasan kemampuan, waktu , dan sebagainya. Dalam kondisi yang
demikian pemilik perlu manunjuk pihak lain (agen) yang profesional, untuk
melaksanakan tugas mengelola kegiatan yang lebih baik.
Menurut Sugiarto (2009: 59) struktur kepemilikan adalah :
“Struktur kepemilikan adalah struktur kepemilikan saham, yaitu
perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan
jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan kata lain struktur
kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan. Dalam menjalankan
kegiatannya suatu perusahaan diwakili oleh direksi (agents) yang ditunjuk
oleh pemegang saham (principals).”
Sedangkan menurut I Made Sudana (2011:11) menyatakan struktur kepemilikan
adalah :
“struktur kepemilikan merupakan pemisahan antara pemilik perusahaan dan
manajer perusahaan. Pemilik atau pemegang saham adalah pihak yang
menyertakan modal kedalam perusahaan, sedangkan manajer adalah pihak
yang ditunjuk pemilik dan diberi kewengangan mengambil keputusan dalam
mengelola perusahaan, dengan harapan manajer bertindak sesuai dengan
kepentingan pemilik”.
Manajer disewa oleh pemegang saham untuk menjalankan perusahaan, agar
perusahaan mencapai tujuan pemegang saham, yaitu memaksimumkan nilai
perusahaan (kemakmuran pemegang saham).( Mamduh M Hanafi,2008 ). Tujuan
manajer mungkin bertentangan dengan memaksimalisasi kekayaan pemegang saham.
Khususnya manajer mungkin lebih tertarik untuk memaksimalkan kekayaan mereka
sendiri dari pada kekayaan pemegang sahamnya.
Menurut Donaldson dalam (Mamduh M Hanafi ,2008) terdapat dua motivasi
dasar manajer yaitu Survival – Manajer berusaha menguasai sumber daya agar
perusahaan terhindar dari kebangkrutan. Independensi atau kecukupan diri – manajer
ingin mangambil keputusan yang bebas dari tekanan pihak luar, termasuk dari pasar
keuangan. Manajer tidak suka mengeluarkan saham, karena akan mengundang
campur tangan pihak luar. Sebaliknya manajer akan lebih suka menggunakan dana
yang dihasilkan secara internal.
Dengan dua motivasi tersebut, manajer cenderung mempunyai tujuan
memaksimumkan perusahaan. Tujuan kemakmuran perusahaan tidak selau konsisten
dengan tujuan memakimumkan kemakmuran pemegang saham. Pemegang saham
dapat melakukan sejumlah tindakan untuk memastikan bahwa manajer akan bertindak
konsisten dengan tujuan pemegang saham.
Tindakan pemegang saham terhadap manajer menurut Mamduh M Hanafi
(2008:11) adalah :
“Pemegang saham bisa membentuk dewan komisaris (board of directors)
untuk mengawasi perilaku manajer. Beberapa cara lain bias dilakukan, antara
lain :
1. Sistem penggajian yang dikaitkan dengan prestasi perusahaan dan dengan
opsi saham.
2. Pasar tenaga kerja akan mengontrol manajer.
3. Aktivitas pengambilalihan perusahaan akan mendisiplinkan manajer.
Manajer akan berusaha agar harga saham selalu tinggi”.
Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham
yang diterjemahkan sebagai memaksimumkan harga saham. Tetapi dalam
kenyataannya tidak jarang manajer memiliki tujuan yang lain yang mungkin
bertentangan dengan tujuan utama tersebut. Manajer diberi kekuasaan oleh pemilik
kekuasaan yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan dan hal ini menciptakan
konflik potensial atas kepentingan yang disebut teori agen (agency theory). (Brealey,
Myers, Marcus, 2007: 14).
1. Teori Keagenan
Pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan modern
mengakibatkan potensi konflik antara pemilik dan manajer. Secara khusus, tujuan
dari pihak manajemen dapat berbeda dari tujuan pemegang saham. Manajemen
bertindak untuk kepentingannya sendiri dari pada kepentingan pemegang sahamnya.
(Van Horne dan Wachowicz,2005:7)
Menurut Jensen dan Meckling dalam (Van Horne dan Wachowic:2005)
adalah yang pertama mengembangkan teori komprehensif mengenai perusahaan
dalam situasi agensi (agency). Mereka menunjukan bahwa para pemegang saham,
dapat meyakinkan diri mereka sendiri bahwa para manajer akan membuat keputusan
yang optimal hanya jika insentif yang tepat diberikan serta hanya jika para manajer
diawasi. Insentif dapat meliputi opsi saham, bonus, dan penghasilan tambaham
(“kenyamanan seperti mobil perusahaan dan kantor yang mahal) dan seluruh hal ini
harus secara langsung berhubungan dengan seberapa dekat keputusan manajemen
dengan kepentingn para pemegang saham. Pengawasan dilakukan dengan mengikat
para agen, secara sistematis mengkaji penghasilan tambahan pihak manajemen,
mengaudit laporan keuangan, dan membatasi keputusan pihak manajemen. Berbagai
aktivitas pengawasan ini sudah pasti melibatkan biaya, yang merupakan akibat tidak
terhindarkan dari pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Semakin
sedikit persentase kepemilikan para manajer semakin sedikit kecenderungan mereka
akan bertindak konsisten untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham
dan semakin besar kebutuhan pengawasan atas aktivitas manajemen bagi para
pemegang saham.
Manajer umumnya tidak memiliki pengetahuan yang lebih tentang pasar
saham dan tingkat bunga dimasa datang, tetapi mereka umumnya lebih mengetahui
kondisi dan prospek perusahaan. Jika seorang manajer mengetahui kondisi dan
prospek perusahaan lebih baik dari analisis atau investor maka muncul apa yang
disebut dengan Asymmetric information.
2. Teori Informasi Asymetrik
Asymetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi
lebih banyak dari pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki
informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor pasar modal.
Tingkat Asymetric information ini bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah.
Asymetric information memberikan efek yang nyata pada keputusan keuangan
maupun pasar finansial. (Lucas Setiadi Atmaja,2008 ).
2.1.2.2 Pengelompokan Struktur Kepemilikan Perusahaan
Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dapat mempengaruhi
keputusan dalam pencarian sumber dana maupun keputusan manajemen lainnya.
Kepemilikan institusional mempunyai arti penting untuk memonitor manajemen
dalam mengelola perusahaan. Kepemilikan institusional dapat disubtitusikan untuk
melaksanakan peranan mendisiplinkan utang dalam struktur modal.
Menurut Ituriaga dan Sanz (1998) dalam wahyudi dan Hartini (2006),
berdasarkan proporsi saham yang dimiliki, struktur kepemilikan dikelompokan
menjadi :
“a. Kepemilikan institusional
b. Kepemilikan manajerial.”
a. Kepemilikan Institusional
Struktur kepemilikan dalam hal ini adalah kepemilikan institusional dalam
peran monitoring management,kepemilikan institusional merupakan pihak yang
paling berpengaruh terhadap dalam pengambilan keputusan karena sifatnya sebagai
pemilik saham mayoritas, selain itu kepemilikan institusional merupakan pihak yang
memberi kontrol terhadap manajemen dalam kebijakan keuangan perusahaan.
Menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2007 : 388) kepemilikan institusional
adalah sebagai berikut :
”Kepemilikan Institusional adalah Beberapa saham dipegang langsung oleh
para investor individu tetapi proporsi yang besar dimiliki oleh lembaga
keuangan seperti reksadana, dana pensiun dan perusahaan asuransi”.
Kepemilikan institusional (Institutional Ownership) merupakan proprosi
pemegang saham yang dimiliki oleh pemilik institusional seperti perusahaan asuransi,
bank, perusahaan investasi dan kepemilikan lain kecuali anak perusahaan dan institusi
lain yang memiliki hubungan istimewa (perusahaan afiliasi dan perusahaan asosiasi).
Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5 % )
mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Semakin besar
kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan.
(Faizal,2004).
Pengukuran struktur kepemilikan institusional ini mengacu pada Ituriaga dan
Sanz (1998) dalam wahyudi dan Hartini (2006), adalah sebagai berikut :
“Struktur kepemilikan instutisional diukur sesuai dengan proporsi
kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan kepemilikan oleh
blockholder”.
Ituriaga dan Sanz (1998)
b. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial (Managerial Ownership) merupakan proporsi
pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan perusahaan direktur dan komisaris. (Pujiati dan Widanar, 2009).
Keberadaan manajemen perusahaan mempunyai latar belakang yang berbeda, antara
lain pertama, pihak yang mewakili pemegang saham insitusional, kedua, tenaga-
tenaga profesional yang diangkat oleh pemegang saham dalam Rapat Umum
Pemegang Saham dan ketiga, pihak yang duduk dijajaran manajemen perusahaan
karena turut memiliki saham.
Adanya kepemilikna saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu
pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan.
Pengukuran struktur kepemilikan manajerial ini mengacu pada Ituriaga dan
Sanz (1998) dalam wahyudi dan Hartini (2006), adalah sebagai berikut :
“Struktur kepemilikan instutisional diukur sesuai dengan proporsi
kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik manajerial.”
Kepemilikan Institusional
Persentase Kepemilikan =
Instutisional Jumlah total saham
Kepemilikan Manajerial
Persentase Kepemilikan =
Manajerial Jumlah total saham
Ituriaga dan Sanz (1998)
2.1.3 Keputusan Investasi
2.1.3.1 Definisi Keputusan Investasi
Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Penanaman
modal dapat dilakukan pada aktiva riil ataupun aktiva finansial. Aktiva riil
merupakan aktiva yang bersifat fisik seperti gedung , tanah dan bangunan. Sedangkan
aktiva finansial berupa surat-surat berharga. Aktiva – aktiva yang dimiliki perusahaan
akan digunakan dalam operasinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan
perusahaan mengelola aktiva sangat menentukan kemampuan perusahaan
memperoleh laba yang diinginkan. Pengambilan keputusan yang keliru dalam
investasi aktiva tersebut berakibat terganggunya pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Halim (2003: 2) keputusan investasi adalah :
“keputusan investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini
dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang. investasi
pada asset finansial berupa deposito, sertifikat, saham, obligasi, opsi, dan
warrant”.
Tujuan investasi menurut irham fahmi (2012: 3) adalah sebagai berikut :
a. “Terciptanya keberlanjutan (contiunity) dalam investasi tersebut.
b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan
(profit actual).
c. Terciptanya kemakmuran bagi pemegang saham.
d. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa”.
2.1.3.2 Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio merupakan salah satu rasio yang banyak digunakan
dalam pengambilan keputusan investasi, karena rasio ini pada dasarnya memberikan
indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada
suatu periode tertentu.
Menurut Brigham dan Houston (2010:150) Price earning ratio adalah :
“ Price earning ratio menunjukan jumlah yang rela dibayarkan oleh investor
untuk setiap dolar laba yang dilaporkan.”
Sedangkan menurut I Made Sudana (2011:23) Price earning ratio adalah :
” Price Earning Ratio mengukur bagaimana investor menilai prospek
pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, dan tercermin pada
harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba
yang diperoleh perusahaan”.
Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Price earning
ratio adalah ratio yang menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah
tertentu untuk setiap rupiah laba perusahaan. Dalam penelitian ini akan menggunakan
Price Earning Ratio (PER) untuk mengetahui berapa besar peranan Price Earning
Ratio (PER) memoderasi hubungan profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap
nilai perusahaan.
Rumus yang digunakan untuk mengukur price earning ratio adalah sebagai
berikut :
(Brigham dan Houston,2010: 150)
2.1.4 Keputusan Pendanaan
2.1.4.1 Definisi Keputusan Pendanaan
Sumber dana dapat dibedakan menjadi sumber intern dan sumber ekstern.
Dana yang berasal dari intern adalah dana atau modal yang dibentuk atau
dihasilkan sendiri didalam perusahaan seperti laba ditahan (retained earning) dan
penyusutan (depreciation). Sumber dana extern sumber dana yang berasal dari luar
perusahaan, dana yang berasal dari sumber ekstern dari para kreditur dan pemilik,
peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan.
Menurut kasmir (2010:6) keputusan pendanaan adalah sebagai berikut:
“Keputusan pendanaan merupakan keputusan yang berkaitan dengan jumlah dana
yang disediakan perusahaan, baik yang bersifat utang atau modal sendiri”.
Sedangkan menurut Van Horne dan Warchowicz (2005:3), menyatakan
tentang keputusan pendanaan adalah sebagai berikut :
“Dalam keputusan pendanaan manajer berhubungan dengan perbaikan sisi kanan
neraca”.
Berdasarkan kedua definisi diatas menunjukan bahwa keputusan pendanaan
merupakan keputusan yang berkaitan dengan penentuan sumber dana yang
digunakan, penentuan perimbangan yang terbaik atau penentuan sumber optimal.
Fungsi pemenuhan dana atau fungsi pendanaan harus dilakukan secara efisien.
Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal antara lain (Martono & Agus
Harjito, 2001:5) :
1) Keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk
membiayai investasi.
2) Penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering
disebut struktur modal optimum.
Keputusan pendanaan ditinjau dari jangka waktunya dapat dibedakan
menajadi dua macam yaitu jangka panjang dan jangka pendek. Keputusan jangka
panjang akan membawa dampak pada struktur modal (capital struktur) perusahaan.
Struktur modal adalah perbandingan antara utang perusahaan dengan modal sendiri (I
Made Sudana, 2011:3).
Menurut Brigham dan Gapenski (2003) dalam Rodoni (2010:137) struktur
modal adalah adalah sebagai berikut :
“Struktur modal merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan
untuk pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, apakah menggunakan utang,
ekuitas atau dengan menerbitkan saham.”
Sedangkan menurut Weston dan Copeland (2008) Rodoni (2010:137)
mengatakan struktur modal adalah sebagai berikut :
“Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka
panjang, saham preferen dan modal pemegang saham”.
Berdasarkan kedua definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa struktur
modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan,
dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang
berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang
berasal dari dalam dan luar perusahaan.
Dalam perkembangannya, muncul beberapa teori tentang struktur modal, teori
struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap
nilai perusahaan, kalau keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan.
Dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan
hutang (atau sebaliknya) apakah harga saham akan berubah, apabila perusahaan tidak
merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya.
Menurut I Made Sudana (2011:144) terdapat beberapa pendekatan dalam teori
struktur modal yaitu:
1. Pendekatan Laba Bersih (NI)
Pendekatan laba bersih, pendekatan laba operasi bersih, dan pendekatan
tradisional pada mulanya dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1952.
Pendekatan laba bersih (NI) mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau
menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi (ke) yang konstan dan perusahaan
dapat meningkatkan jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang (kd) yang konstan
pula. Karena ke dan kd konstan maka semakin besar jumlah utang yang digunakan
perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang (ko) akan semakin kecil.
2. Pendekatan Laba Operasi Bersih (NOI)
Pendekatan laba operasi bersih (NOI) dengan mengasumsikan bahwa investor
memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan utang oleh perusahaan.
Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun
tingkat utang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama diasumsikan bahwa biaya
utang konstan seperti halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan utang
yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko
perusahaan. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal
sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya resiko perusahaan.
Konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan
keputusan struktur modal menjadi tidak penting.
3. Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional yang banyak dianut oleh para praktisi dan akademis.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga satu leverage tertentu, risiko
perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik kd maupun ke relatif konstan.
Namun demikian setelah leverage atau rasio utang tertentu, biaya utang dan biaya
modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar
dan bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan utang
yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya
menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai
perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat penggunaan
utang yang semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan tradisional,
terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang
optimal tersebut terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal
yang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang minimum.
4. Pendekatan Modigliani-Miller (MM)
Selama ini teori struktur modal didasarkan atas perilaku investor dan
bukannya studi formal secara matematis. Franco Modigliani dan Merton Miller (MM)
memperkenalkan model teori ini secara matematis, scientific dan atas dasar penelitian
yang terus menerus.
Perlu diperhatikan bahwa MM memperkenalkan teori struktur modal dengan
beberapa asumsi sebagai berikut:
a. Risiko bisnis perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi laba sebelum bunga
dan pajak dan perusahaan yang memiliki risiko bisnis sama dikatakan berada
dalam kelas yang sama.
b. Semua investor dan investor potensial memiliki estimasi sama terhadap EBIT
perusahaan di masa datang; dengan demikian semua investor memiliki harapan
yang sama atau homogeneous expectations tentang laba perusahaan dan tingkat
risiko perusahaan.
c. Saham dan obligasi diperdagangkan dalam pasar modal yang sempurna atau
perfect capital market. Adapun kriteria pasar modal yang efisien adalah:
i. Informasi selalu tersedia bagi semua investor (symmetric information) dan
dapat diperoleh tanpa biaya;
ii. Tidak ada biaya transaksi dan investor bersikap rasional;
iii. Investor dapat melakukan diversifikasi investasi secara sempurna;
iv. Tidak ada pajak pendapatan perseorangan;
v. Investor baik individu maupun institusi dapat meminjam dengan tingkat
bunga yang sama seperti halnya perusahaan sebesar tingkat bunga bebas
risiko.
Pendekatan MM Tanpa Pajak
Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller
(teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk
membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2006:33) yaitu:
a. “Tidak terdapat agency cost.
b. Tidak ada pajak.
c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan
perusahaan.
d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai
prospek perusahaan di masa depan
e. Tidak ada biaya kebangkrutan.
f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh
penggunaan dari hutang.
g. Para investor adalah price-takers.
h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market
value).”
Trade-off Theory
Menurut trade-off teory yang diungkapkan dalam Myers (2008:24),
“Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana
penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan
keuangan (financial distress)”. Biaya kesulitan keuangan (Financial distress) adalah
biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan
(agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.
Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan
beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan
keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan
symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat
hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai
jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial
distress). Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam
kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam
penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang
tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio
hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Dalam
kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian.
Menurut Mamduh M Hanafi (2008:313) Terdapat teori lainnya dalam struktur
modal yakni Packing Order Theory dan Siganling .
1. Pecking Order Theory
Menurut Myers (2008:25), pecking order theory menyatakan bahwa
”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya
rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana
internal yang berlimpah”. Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur
modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi
(hierarki) dalam penggunaan dana. Menurut pecking order theory, terdapat skenario
urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :
a. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau
pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut
diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.
b. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali
mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya,
turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi,
saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.
c. Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan
jumlah pembayaran dividen yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya
perusahaan tersebut untung atau rugi.
d. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan
dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan
investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar
tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal.
Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan
tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan
oleh kebutuhan investasi.
2. Signaling
Ross (1977) mengembangkan model ini dimana struktur modal merupakan
signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Jika manajer mempunyai keyakinan
bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar harga saham meningkat, ia
ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Salah satu satu cara yang paling
sederhana adalah dengan mengatakan secara langsung „perusahaan kami mempunyai
prospek yang baik‟. Tentu saja investor tidak akan percaya begitu saja. Disamping
itu, manajer ingin memberikan signal lebih dipercaya (credible). Manajer bisa
menggunakan utang lebih banyak, sebagai signal yang lebih credinle.
Jika utang meningkat, maka kemungkinan bangkrut akan semakin meningkat.
Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka manajer akan „terhukum‟, misal
reputasi dia akan hancur dan tidak bias dipercaya menjadi manajer lagi. Karena itu,
perusahaan meningkatkan utang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin
dengan prospek perusahaan dimasa mendatang. Karena cukup yakin, maka manajer
perusahaan tersebut berani menggunakan utang yang lebih besar. Investor diharapkan
akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang
baik. Demikian utang merupakan signal positif.
2.1.4.2 Debt Equity Ratio
Rasio “hutang terhadap ekuitas” merupakan salah satu ukuran paling
mendasar dalam keuangan perusahaan. Tujuan dari rasio ini ini adalah untuk
mengukur bauran dana dalam neraca dan membuat perbandingan antara dana yang
diberikan oleh pemilik (ekuitas) dan dana yang dipinjam (hutang).(Ciaran
Walsh,2003:118).
Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim dalam Irham Fahmi (2011:128) debt
to equity ratio adalah sebagai berikut :
“ Debt to equity ratio adalah ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan
keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk
kreditor”.
Irham Fahmi (2011:128)
2.1.5 Kebijakan Dividen
2.1.5.1 Definisi Kebijakan Dividen
Dividen menurut Weston dan Copeland (2005) dalam Rodoni dan Ali (2010:
121) adalah
“Dividen adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas
yang diberikan kepada pemegang saham”.
Besarnya dividen yang ditentukan dalam rapat pemegang saham dan dinyatakan
dalam suatu jumlah persentase (%) tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas
nilai pasarnya.
Pada perseroan terbatas, pembagian keuntungan kepada pemilik dilakukan
melalui dividen. Dividen hanya dapat dibayarkan jika saldo laba ditahan positif. Jadi,
walaupun dalam tahun berjalan diperoleh laba, suatu perusahaan terbatas tidak boleh
membagikan dividen jika saldo laba ditahan pada akhir tahun masih negatif.
Disamping laba ditahan, dapat tidaknya dividen dibagikan juga tergantung pada
tersedia uang dalam kas dalam jumlah yang sama. Apabila laba ditahan dianggap
sebagai bagian laba yang ditanamkan kembali dalam perusahaan, maka ada
kemungkinan penanaman dilakukan dalam bentuk persediaan barang dagang, aktiva
tetap atau aktiva-aktiva bukan kas yang lain. Dengan demikian, ada kemungkinan
perusahaan mempunyai saldo kas kecil walaupun saldo laba ditahanya besar.
Menurut Rodoni dan Ali (2010:122) Tiga pembayaran dividen adalah sebagai
berikut :
1. Perusahaan membayar dividen kas regular (Reguler cash dividen)
- Perusahaan publik sering membayar triwulan.
- Kadang perusahaan akan memberikan dividen kas ekstra.
- Kasus ekstrem adalah liquiditing dividen.
2. Perusahaan yang sering membagikan dividen saham (Stock dividen).
- Tidak ada kas keluar dari perusahaan.
- Perusahaan menambah jumlah kas beredar
3. Beberapa perusahaan memberikan (Dividen in kind )
- Wrigley‟s Gum mengirimkan sekitar satu kotak permen karet.
- Dundee Crematioria menawarkan kepada pemegang saham
discount cremation.
Kebijakan perusahaan membagikan dividen kepada para investor adalah
kebijakan yang sangat penting.
Menurut Brigham dan Houston (2006:66) Keputusan kebijakan dividen
adalah :
“Keputusan tentang seberapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan
sebagai dividen daripada ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam
perusahaan”.
Sedangkan menurut Gitman (2009) kebijakan dividen adalah sebagai berikut :
“Kebijakan dividen adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam
membuat keputusan dividen”.
Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang
menjadi hak para pemegang saham (Husnan dan Pudjiastuti,2006:297). Pada
dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan
kembali.
Ada dua asumsi yang mendasari kebijakan dividen (Bodie,et al 2008) dalam
Rodoni dan Ali (2010:122) antara lain :
a. Kebijakan dividen pada perusahaan yang tidak sedang tumbuh (a llow
investment rate plan). Pada perusahaan-perusahaan yang termasuk
katagori ini mampu membayarkan dividen lebih tinggi pada awal periode,
tetapi pertumbuhan dividen pada tahun-tahun berikutnya rendah.
b. Kebijakan dividen pada perusahaan yang sedang tumbuh (a high
reinvestment rate plan). Perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh akan
memberikan dividen relatif rendah pada awalnya. Hal ini dkarenakan
adanya rencana reinvestasi dari sebagian laba yang diperoleh untuk
membiayai aktivitas ekspansi (reinvesment).
Menurut Weston dan Brigham (2005) dalam Rodoni dan Ali (2010:123)
beberapa Faktor yang mempengaruhi penetapan kebijakan dividen pada perusahaan
yaitu :
a. Peraturan hukum. Terdapat tiga hal yang ditekankan berkaitan dengan
pembayaran dividen yaitu :
- Peraturan mengenai laba bersih yaitu menentukan bahwa dividen
dapat dibayar dari laba dahulu dan laba sekarang.
- Peraturan mengenai tindakan yang merugikan pemodal. Peraturan
tersebut akan dilindungi para kreditur, caranya dengan melarang
pembayaran dividen dari dana modal yang berarti membagikan
investasinya bukan membagikan keuntungan.
- Peraturan mengenai hak mampu bayar (insolvency) yaitu
menentukan bahwa perusahaan tidak membayar dividen jika
tidak mampu (perusahaan bangkrut).
b. Posisi likuiditas, yaitu apabila laba yang ditahan telah diinvestasikan
dalam bentuk aktiva tetap, seperti mesin dan peralatan, bahan dan
persediaan dan barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang
tunai, maka hal tersebut dapat menunjukan posisi likuiditas perusahaan
yang rendah dan terdapat kemungkinan tidak mampu lagi membayarkan
dividen.
c. Perlunya membayar kembali pinjaman. Disini perusahaan perlu
menyisihkan laba sebelum jatuh tempo hutang, agar keuntungan
perusahaan pada saat jatuh temponya hutang dibebani dengan pembayaran
seluruh hutang.
d. Keterbatasan karena kontrak hutang. Dalam perjanjian hutang terdapat
larangan-larangan bagi debitur sehubungan dengan pembayaran dividen.
Hal ini dilakukan untuk melindungi pihak kreditur sehubungan dengan
dana yang dipinjamkan.
e. Tingkat perluasan perusahaan. Semakin cepat tingkat pertumbuhan
perusahaan semakin besar kebutuhan untuk membiayai pengembangan
harta perusahaan tersebut, dan semakin banyak yang dibutuhkan
dikemudian hari, semakin banyak pula keuntungan yang ditahan dan
bukan dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen (dividen
relative kecil),
f. Tingkat keuntungan. Hal ini menentukan perusahaan untuk membayar
dividen dan menggunakannya didalam perusahaan.
g. Stabilitas perusahaan. Perusahaan yang keuntungannya relatif stabil dapat
memperkirakan bagaimana keuntungan dimasa depan, sehingga
kemungkinan besar perusahaan akan membagikan keuntungannya dalam
persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang
keuntungannya berfluktuasi.
h. Kemampuan memasuki pasar modal. Perusahaan besar yang sudah
mempunyai profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang stabil akan
lebih mudah memasuki pasar modal atau memperoleh dana dari luar untuk
pembiayaan. Karena itu perusahaan yang sudah mantap akan mempunyai
tingkat dividen yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan kecil atau
masih baru.
i. kontrol. Kekhawatiran berkurangnya kekuasaan kelompok dominan dalam
mengendalikan perusahaan cenderung mendorong perusahan untuk
memperbesar laba ditahan demi keperluan ekspansinya, yang berarti akan
memperkecil pembayaran dividennya.
j. Kedudukan pajak pemegang saham. Pada umumnya para pemilik
perusahan yang memegang sebagian besar sahamnya tergolong kelompok
berpendapatan tinggi dan merupakan pembayar pajak yang tinggi,
sehingga menyebabkan perusahaan akan membayar dividen yang rendah.
k. Pajak atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar. Seringkali
perusahaan menahan kentungan hanya untuk menghindari tarif pajak yang
tinggi, maka dikeluarkan peraturan yang membebani pajak tambahan
terhadap keuntungan atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar.
l. Tingkat inflasi. Kecenderungan kenaikan harga termasuk harga aktiva
tetap menyebabkan akumulasi penyusutan tidak lagi mencukupi untuk
mengganti aktiva tetap. Oleh karena itu perusahaan memperbesar porsi
laba ditahan sehingga porsi untuk dividen menjadi berkurang.
2.1.5.2 Alternatif Kebijakan Dividen
Keputusan mengenai kebijakan dividen adalah keputusan yang
menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen yang dibayarkan. Ada
beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih sebagai kebijakan dividen
perusahaan. Kolb dalam Rodoni dan Ali (2010:129) menyebutkan lima pola berikut :
1. Stable and occasionally increasing dividends per share
Kebijakan ini menetapkan dividen saham yang tetap (stabil) selama tidak
ada peningkatan yang permanen dalam earning power kemampuan membayar
dividen. Manajemen menaikan dividen hanya jika ia yakin bahwa tingkat yang lebih
tinggi tersebut dapat dipertahankan secara definitive. Landasan berfikirnya adalah
psikologi pemegang saham, dimana pemegang saham akan merasa senang bila
dividen naik dan hal ini akan menaikan perdagangan saham. Sebaliknya, bila dividen
turun pemegang saham akan merasa kecewa dalam hal ini akan menyebabkan
perdagangan saham turun.
2. Stable dividen per share
Landasan pemikirannya adalah pasar mungkin akan memulai suatu saham
lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil dari pada kalau dividen
berfluktuasi. Cara ini paling superior untuk menjaga payout ratio yang stabil.
Perusahaan yang menilai cara ini akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap
dari tahu ketahun, karenanya cara ini disebut pula stable dollar amount pershare.
Pola ini paling banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
3. Stable Payout Ratio
Dalam pola ini, jumlah dividen dihitung berdasarkan suatu persentase tetap
(constant) dari laba (earning). Bila laba berfluktuasi, maka jumlah dividen yang
dibayarkan ikut berfluktuasi.
4. Reguler Dividend Plus Extass
Dengan cara ini dividen regular diterapkan dalam jumlah yang manajemen
yakin mampu dipertahankan tanpa menghiraukan fluktuasi laba dan kebutuhan
investor modal. Bila tambahan kas tersedia, perusahaan memberikan dividen ekstra
(bonus) kepada pemegang saham. Cara ini memberikan fleksibilitas bagi perusahaan,
tetapi menimbulkan ketidakpastian bagi pemegang saham. Meskipun demikian, cara
ini kemungkinan pilihan terbaik bagi perusahaan menurut kondisi yang ada. Cara ini
mengakui kandungan informasi dividen sehingga diharapkan dengan pemberian
bonus (ekstra) dapat menarik minat pembeli akhirnya meningkatkan perdagangan
saham.
5. Fluktuating Dividends and Payout Ratio
Dalam metode ini, dividend an payout ratio berfluktuasi sesuai dengan
perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan setiap periode. Metode ini
nampaknya kurang popular bagi perusahaan go public, namun mungkin cocok bagi
perusahaan kecil atau perseroan tertutup.
Dalam perkembangannya, muncul beberapa teori tentang kebijakan dividen,
Terdapat tiga teori tentang kebijakan dividen yang menjelaskan pengaruh besar
kecilnya dividend payout ratio (DPR) terhadap harga saham. (I Made
Sudana,2011:167) adapun ketiga teori tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teori Dividend Irrelevance
Teori ini dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merron Miller
(Modigliani-Miller/MM). Menurut teori dividend irrelevance, kebijakan dividen tidak
mempengaruhi harga pasar saham perusahaan atau nilai perusahaan. MM
berpendapat bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan
untk menghasilkan pendapatan dan resiko bisnis, sedangkan bagaimana membagi
arus pendapatan menjadi dividend an laba ditahan tidak mempengaruhi nilai
perusahaan.
Asumsi yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller adalah:
- Tidak ada pajak atas pendapatan perusahaan dan pendapatan pribadi.
- Tidak ada biaya emisi atau biaya transaksi saham.
- Leverage keuangan tidak mempengaruhi biaya modal.
- Investor dan manajer memiliki informasi yang sama tentang prospek
perusahaan.
- Pendistribusian pendapatan antara dividend an laba ditahan tidak
mempengaruhi biaya modal sendiri.
- Kebijakan penganggaran modal independen dengan kebijakan dividen.
2. Teori Bird in-the-Hand
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan Jhon Litner. Berdasarkan
bird in-the-hand, kebijakan dividen berpengaruhh positif terhadap harga pasar saham.
Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, harga pasar
perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena
pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor.
3. Teori Tax Preference
Berdasarkan teori tax preference, kebijakan dividen mempunyai pengaruh
negatif terhadap harga pasar perusahaan. Artinya , semakin besar jumlah dividen
yang dibagikan oleh perusahaan, semakin rendah harga pasar perusahaan yang
bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak personal atas
pendapatan dividend an capital gain. Apabila tarif pajak lebih tinggi dari capital
gain, maka investor akan lebih senang jika laba yang diperoleh tetap ditahan di
perusahaan, untuk membiayai investasi yang dilakukan perusahaan. Dengan demikian
dimasa yang akan datang diharapkan terjadi peningkatan capital gain yang tarif
pajaknya lebih rendah. Apabila banyak investor yang memiliki pandangan demikian,
maka investor cenderung memilih saham-saham dengan dividen kecil dengan tujuan
menghindari pajak.
2.1.5.2 Dividend Payout Ratio.
Kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan besarnya dividend
payout ratio, yaitu besarnya persentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan
sebagai dividen kepada pemegang saham. (I Made Sudana 2011:167).
Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen
kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke
perusahaan (Hanafi, 2004:44)
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan
mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang
tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran
dividen juga merupakan kebijakan dividen perusahaan. Menurut Alwi (2003:78),
semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan pendapatan
perusahaan.
Menurut Ciaran Walsh (2003: 152)dividen payout ratio adalah :
“ Dividend payout ratio memperlihatkan hubungan antara laba perusahaan
dan kas yang dibayarkan untuk dividen”.
(Ciaran Walsh,2003:152)
2.1.6 Nilai Perusahaan
2.1.6.1 Definisi Nilai Perusahaan
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan ini
digunakan sebagai pengukur keberhasilan perusahaan karena dengan meningkatnya
nilai perusahaan berarti meningkatnya kemakmuran pemilik perusahaan atau
pemegang saham. (Brigham,2010:7 ) memaksimalkan nilai pasar perusahaan sama
dengan memaksimalkan harga pasar saham.
Menurut (Suad Husnan,2006:6) Nilai perusahaan adalah sebagai berikut :
Dividend per Share
Dividend payout ratio =
Earning per Share
“Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli
apabila perusahaan tersebut dijual”.
Menurut Brigham dan Houston (2010: 7) Nilai Perusahaan didefinisikan
sebagai berikut:
“ Tujuan utama dari keputusan manajerial: dengan mempertimbangkan resiko
dan waktu yang terkait dengan perkiraan laba per saham untuk
memaksimalkan harga saham biasa perusahaan”.
Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai
perusahaan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan
harga saham. Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap
keberhasilan perusahaan mengelola perusahaan.
Menurut I Made Sudana (2011:8) Tujuan normatif suatu perusahaan yaitu
memaksimalkan nilai perusahaan atau kekayaan bagi pemegang saham, yang dalam
jangka pendek bagi perusahaan go public tercermin pada harga pasar saham
perusahaan yang bersangkutan di pasar modal. Memaksimalkan nilai perusahaan
dinilai lebih tepat sebagai tujuan karena :
a. Memaksimalkan nilai perusahaan berarti memaksimalkan nilai sekarang dari
semua keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham di masa yang
akan datang atau berorientasi jangka panjang.
b. Mempertimbangkan faktor resiko.
c. Memaksimalkan nilai perusahaan lebih menekankan pada arus kas dari pada
sekedar laba menurut pengertian akuntansi.
d. Memaksimalkan nilai perusahaan tidak mengabaikan tanggung jawab sosial.
Nilai perusahaan merupakan nilai sekarang dari arus pendapatan atau kas yang
diharapkan diterima pada masa yang akan datang. Secara matematik nilai perusahaan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
= pendapatan atau arus kas yang diharapkan pada periode t
r = tingkat diskonto, yang merupakan besarnya tingkat
keuntungan minimum yang diisayaratkan dan dipengaruhi dan
dipengaruhi oleh besar kecilnya risiko.
N = jumlah periode.
Menurut J. Keown, Scott, dan Martin (2004), terdapat variabel-variabel
kuantitatif yang dapat digunakan untuk memperkirakan nilai suatu perusahaan, antara
lain:
a. Nilai buku
Nilai buku merupakan jumlah aktiva dari neraca dikurangi kewajiban yang ada
atau modal pemilik. Nilai buku tidak menghitung nilai pasar dari suatu
perusahaan secara keseluruhan karena perhitungan nilai buku berdasarkan pada
data historis dari aktiva perusahaan.
b. Nilai pasar perusahaan
Nilai pasar saham adalah suatu pendekatan untuk memperkirakan nilai bersih
dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas dan secara
luas diperdagangkan, maka pendekatan nilai dapat dibangun berdasarkan nilai
pasar. Pendekatan nilai merupakan suatu pendekatan yang paling sering
digunakan dalam menilai perusahaan besar, dan nilai ini dapat berubah dengan
cepat.
c. Nilai apprasial
Perusahaan yang berdasarkan appraiser independent akan mengijinkan
pengurangan terhadap goodwill apabila harga aktiva perusahaan meningkat.
Goodwill dihasilkan sewaktu nilai pembelian perusahaan melebihi nilai buku
aktivanya.
d. Nilai arus kas yang diharapkan
Nilai ini dipakai dalam penilaian merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus
kas yang telah ditentukan akan menjadi maksimum dan harus dibayar oleh
perusahaan yang ditargetkan (target firm), pembayaran awal kemudian dapat
dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger. Nilai sekarang
(present value) adalah arus kas bebas dimasa yang akan datang.
2.1.6.2 Harga Saham
Nilai perusahaan (memaksimalkan kemakmuran pemegang saham ) diukur
dari harga saham perusahaan. Harga saham perusahaan merupakan refleksi dari
keputusan keputusan investasi, pendanaan dan kebijakan dividen. (Harjito dan
Martono, 2001:12)
Menurut Brigham dan Houston (2010: 11 ) harga saham adalah sebagai
berikut :
“Saham berdasarkan informasi yang diperkirakan, tetapi memiliki
kemungkinan salah seperti yang dilihat oleh investor marginal”.
Sedangkan Harga saham menurut H.M Jogiyanto ( 2000:8 ), adalah sebagai
berikut :
“Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan
oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan dipasar modal.”
Menurut Agus Sartono ( 2008:9 ), harga saham terbentuk dipasar modal dan
ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning per share,
rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat bunga
bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat
kepastian operasi perusahaan.
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa harga saham akan
terbentuk dari adanya transaksi yang terjadi di pasar modal yang ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh
beberapa faktor.
2.1.6.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga saham
Menurut Weston dan Brigham ( 2001:26 ), faktor-faktor yang mempengaruhi
harga saham adalah :
1. Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS)
Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas
saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan
perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong
investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham
perusahaan akan meningkat.
2. Tingkat Bunga
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :
a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila
suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan
obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi
apbila tingkat bunga mengalami penurunan.
b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin
tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga
mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.
3. Jumlah Kas Dividen yang Diberikan
Kebijakan pembagian dividen dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan
dalam bentuk dividen dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai
salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian
dividen merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang
saham karena jumlah kas dividen yang besar adalah yang diinginkan oleh investor
sehingga harga saham naik.
4. Jumlah laba yang didapat perusahaan
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai
profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor
tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham
perusahaan.
5. Tingkat Resiko dan Pengembalian
Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat
maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko
maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.
2.1.6.4 Analisis Saham
Perkiraan harga saham perusahaan dimasa yang akan datang dalam
penetuan keputusan investasi terdapat 2 (dua) macam analisis yaitu (Puji Astuti,
2002):
1. Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah menganalisis harga saham berdasarkan informasi yang
mencerminkan kondisi perdagangan, keadaan pasar, permintaan dan penawaran harga
dipasar saham, fluktuasi kurs, volume transaksi pada masa yang lalu. Harga saham
ditentukan oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran). Informasi yang
digunakan adalah kondisi perdagangan saham, fluktuasi kurs, volume transaksi
perdagangan yang terjadi di pasar modal.
2. Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah yang mencoba memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan mengestimasi nilai-nilai faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan mengharapkan hubungan-
hubungan variabel tersebut sehingga memperoleh taksiran harga saham.
2.1.6.5 Price book Value
Rasio ini mengaitkan total kapitalisasi pasar perusahaan dengan dana para
pemegang saham. Rasio ini membandingkan nilai pasar saham dengan investasi para
pemegang saham dalam perusahaan. (Ciaran Walsh,2003: 159).
Menurut Brigham (2010:151) rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai
bukunya memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan. Perusahaan
dipandang baik oleh investor artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman
serta terus mengalami pertumbuhan.
Price Book Value (PBV) = Harga pasar per saham
Nilai Buku per lembar saham
= Harga pasar per saham
Ekuitas biasa/ jumlah saham beredar
Price Book Value (PBV) = Harga pasar per saham
Nilai Buku per lembar saham
(Brigham dan Houston,2006:95)
Rasio ini mengukur penilaian pasar keuangan terhadap manajemen dan
organisasi perusahaan selagi going concern . nilai buku saham mencerminkan nilai
historis dari aktiva perusahaan. Perusahaan yang dikelola dengan baik dan beroperasi
secara efisien dapat memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dari pada nilai buku
asetnya. (I Made Sudana 2011: 24). price book value mengaitkan total kapitalisasi
pasar perusahaan dengan dana para pemegang saham. Rasio ini membandingkan nilai
di pasar saham dalam perusahaan. Rasio ini merupakan persepsi para investor tentang
kinerja perusahaan dilihat dari laba, kekuatan neraca, likuiditas, dan pertumbuhan.
(Ciaran Walsh, 2003:159).
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Penulis/
Tahun
Judul
Penelitian Hasil Penelitian
1. Lihan Rini,
Bandi dan
Anas (2010)
Pengaruh
Keputusan
Investasi,
Keputusan
Pendanaan, dan
Kebijakan Dividen
Terhadap Nilai
Perusahaan
Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa keputusan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan dividen
berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
2. Muhammad
ikbal,
Sutrisno dan
Ali Djamhuri
(2011)
Pengaruh
Profitabilitas dan
Kepemilikan
Insider Terhadap
Nilai Perusahaan
dengan kebijakan
Utang dan
Kebijakan Dividen
sebagai varibel
intervening
Hasil penelitian menyimpulkan
1. Profitabilitas terhadap kebijakan
utang perusahaan tidak signifikan
tetapi kepemilikan insider
terhadap kebijakan utang
perusahaan berpengaruh
signifikan.
2. Profitabilitas dan kepemilikan
insider terhadap kebijakan
dividen berpengaruh signifikan.
Kemudian kebijakan utang
berpengaruh signifikan terhadap
dividen.
3. Profitabilitas dan kepemilikan
insider berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan
sementara kebijakan utang dan
dividen tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
3. Untung
Wahyudi dan
Hartini
(2006)
Implikasi Struktur
Kepemilikan
Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan
Keputusan
Keuangan Sebagai
Variabel
Intervening Pada
Perusahaan Go
Publik
Hasil penelitian menyimpulkan :
1. Strukur kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap keputusan
investasi dan keputusan pendanaan
tetapi tidak pada kebijakan dividen.
2.Struktur kepemilikan institusional
tidak berpengaruh terhadap
keputusan keuangan maupun nilai
perusahaan.
3. keputusan pendanaan berpengaruh
terhadap nilai peusahaan, tetapi
keputusan investasi dan kebijakan
dividen tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
4. struktur kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan baik secara langsng
maupun melalui keputusan
pendanaan.
4. Tendi
Haruman
(2007)
Pengaruh
Keputusan
Keuangan dan
Kepemilikan
Institusional
Terhadap Nilai
Perusahaan
(Studi Kasus Pada
Perusahaan
Manufaktur Yang
Listing di BEJ)
Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa pada persamaan keputusan
pendanaan (DER), keputusan
pendanaan tidak dipengaruhi oleh
investasi. Namun sebaliknya,
investasi dipengaruhi oleh keputusan
pendanaan. Keputusan pendanaan
(hutang) berpengaruh negatif
terhadap keputusan investasi.
Keputusan pendanaan pun
dipengaruhi oleh DPR. Namun
sebaliknya, DPR tidak dipengaruhi
oleh keputusan pendanaan. DPR
berpengaruh positif terhadap
keputusan pendanaan. Kepemilikan
institusional tidak mempengaruhi
keputusan pendanaan. Pada
persamaan investasi, seluruh variabel
independen yaitu keputusan
pendanaan, dividen dan kepemilikan
institusional memiliki pengaruh yang
negatif terhadap investasi. Sebalinya,
dalam persamaan kebijaan dividen
(DPR), baik DER, investasi maupun
kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen (DPR).
5. Pancawati
Hardiningsih
Determinan Nilai
Perusahaan
Hasil penelitian menyimpulkan
kepemilikan manajerial, kebijakan
dividen tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Kepemilikan
institusional signifikan berpengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan,
sedangkan kebijakan leverage dan
kebijakan investasi signifikan
berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
6. Sri
Hasnawati
(2005)
Dampak Set
Peluang Investasi
terhadap Nilai
Perusahaan Publik
Di Bursa Efek
Indonesia
Hasil penelitian meyimpulkan
Keputusan Investasi berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan
7. Faizal
(2004)
Analisis Agency
cost. Struktur
Kepemilikan dan
mekanisme
corporate
governance
Hasil penelitian menyimpulkan :
1. Hubungan kepemilikan
manajerial dengan asset turnover
adalah positif dan dengan
operating expense adalah negatif
tidak berhasil didukung.
2. kepemilikan institusional belum
efektif sebagai alat untuk
memonitor manajemen dalam
meningkatkan nilai perusahaan
melalui peningkatan asset
turnover dan pengurangan beban
operasi
3. Ukuran dewan direksi
berhubungan positif dengan asset
turnover adalah positif dan
berhubungan negatif dengan
operating expense berhasil
didukung.
8. Sujoko dan
Soebintoro,
(2007)
Pengaruh Struktur
Kepemilikan
Saham, Leverage,
Faktor Intern Dan
Faktor
Ekstern Terhadap
Nilai Perusahaan
Hasil penelitian menyimpulkan :
1. Kepemilikan institusional
mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
2. Kepemilikan manajerial tidak
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
3. Tingkat suku bunga mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
4. Keadaan pasar modal mempunyai
pengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
5. Pertumbuhan pasar mempunyai
pengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
6. Profitabilitas mempunyai
pengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
7. Ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan.
8. Pangsa pasar relatif mempunyai
pengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan
9. Leverage mempunyai pengaruh
negatif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan.
9. Diyah Pujiati
dan
Erman
Widanar
(2009)
Pengaruh Struktur
kepemilikan
terhadap Nilai
Perusahaan:
Keputusan
Keuangan Sebagai
variabel Intervening
Hasil penelitian menyimpulkan :
1. Kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif signifikan
terhadap nilai perusahaan,
sedangkan kepemilikan
institusional tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
2. Kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh pada keputusan
investasi, pendanaan maupun
kebijakan dividen.
3. Semua keputusan keuangan baik
investasi, pendanaan maupun
kebijakan dividen berpengaruh
positif signifikan terhadap nilai
perusahaan.
4. Kepemilikan institusional tidak
berpengaruh signifikan terhadap
keputusan investasi dan pendanaan
tetapi berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan dividen.
5. Kepemilikan institusional tidak
berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan.
6. Kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan secara tidak langsung
melalui kebijakan dividen sebagai
variabel intervening.
10 Fanny Rosa
Fandini
(2013)
Pengaruh struktur
kepemilikan
terhadap nilai
perusahaan dengan
keputusan investasi,
keputusan
pendanaan dan
kebijakan dividen
sebagai variabel
moderasi
1. Profitabilitas bepengaruh terhadap
nilai perusahaan.
2. Profitabilitas berpengaruh
terhadap nilai perusahaan dengan
keputusan investasi sebagai
variabel moderasi.
3. Profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan dengan
keputusan pendanaan sebagai
variabel moderasi.
4. Profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan dengan
kebijakan dividen sebagai variabel
moderasi.
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Hubungan Profitabilitas dengan Nilai Perusahaan
5. Struktur kepemilikan tidak
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
6. Struktur kepemilikan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan dengan
keputusan investasi sebagai
variabel moderasi.
7. Struktur kepemilikan tidak
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan
pendanaan sebagai variabel
moderasi.
8. Struktur kepemilikan tidak
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan dengan kebijakan
dividen sebagai variabel moderasi
9. Profitabilitas dan struktur
kepemilikan berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
10. Profitabilitas dan struktur
kepemilikan berpengaruh terhadap
nilaii perusahaan dengan keputusan
investasi, keputusan pendanaan dan
kebijkan dividen sebagai variabel
moderasi.
Memaksimalisasi laba adalah memaksimalkan penghasilan perusahaan
setelah pajak. Dengan laba yang maksimal, maka tujuan mensejahterakan para
stakeholder akan mudah tercapai ,artinya semakin tinggi nilai perusahaan semakin
sejahtera stakeholders. (Kasmir, 2010: 8).
Return On Equity merupakan salah satu rasio profitabilitas yang merupakan
laba bersih bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas pemegang saham.
Pemegang saham pastinya ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi atas
modal yang mereka investasikan dan ROE menunjukan tingkat yang mereka peroleh.
Jika ROE tinggi, maka harga saham akan tinggi. (Brigham dan Houston,2010: 182).
ROE mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan
kepada pemegang saham. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan
bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat
perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal itu juga akan
memungkinkan perusahaan untuk berkembang. Menciptakan kondisi pasar yang
sesuai dan pada gilirannya akan memberikan laba yang besar. Semua hal tersebut
dapat menciptakan nilai yang tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas
kekayaan para pemiliknya. (Ciaran Walsh,2003:56).
2.2.2 Hubungan Profitabilitas, Keputusan Investasi dengan Nilai perusahaan
Keputusan investasi akan mempengaruhi pendapatan yang diharapkan
artinya berbeda alternatif investasi yang dipilih berbeda pendapatan yang diterima.
Keputusan investasi juga mempengaruhi risiko bisnis, yaitu variabilitas pendapatan
yang terjadi karena keputusan investasi. Besar kecilnya risiko dan pendapatan yang
diharapkan dari suatu perusahaan akan mempengaruhi nilai perusahaan yang
bersangkutan. (I Made Sudana,2011:8).
Menurut pecking order theory, kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan
investasi. Jika ada kesempatan investasi, maka perusahaan akan mencari dana internal
dan sebagai pilihan terakhir adalah menerbitkan saham. (Mamduh Hanafi, 2008:312)
Menurut signaling theory, pengeluaran investasi memberikan sinyal positif
mengenai pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat
meningkatkan harga saham yang digunakan sebagai indikator nilai
perusahaan.(Wahyudi dan Pawestri, 2006).
2.2.3 Hubungan Profitabilitas , Keputusan Pendanaan dengan Nilai
Perusahaan
Tanggung jawab utama kedua dalam manajemen keuangan adalah mengalang
dana yang dibutuhkan untuk investasi dan operasi adalah keputusan pendanaan.
Ketika suatu perusahaan perlu mendapatkan dana perusahaan itu bisa mengundang
investor untuk menanamkan uang kas sebagai ganti laba dimasa depan. ( Brealey,
Myers, dan Marcus, 2007:6).
Keputusan pendanaan mempengaruhi pendapatan yang diharapkan.
Keputusan pendanaan mempengaruhi risiko keuangan suatu perusahaan, yang
ditunjukan oleh variabilitas laba bersih perusahaan, karena laba bersih telah
memperhitungkan biaya yang timbul akibat keputusan pendanaan, yaitu biaya bunga.
(I Made Sudana,2011:9).
Menurut signaling theory (Ross, 1977) perusahaan yang meningkatkan utang
bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa
mendatang, maka harga saham akan meningkat. Investor diharapkan akan
menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.
Dengan demikian utang merupakan tandan atau signal positif. (Mamduh
Hanafi,2008:371).
2.2.4 Hubungan Profitabilitas, Kebijakan Dividen dengan Nilai Perusahaan
Kebijakan dividen mempengaruhi pendapatan yang diharapkan, karena
dividen merupakan bagian dari keputusan pendanaan, yaitu pendanaan internal
berupa laba ditahan. Semakin besar laba bersih yang dibayarkan sebagai dividen
semakin kecil laba ditahan, dan sebaliknya. Hal ini hal ini akan berdampak pada
penggunaan sumber dana eksternal seperti utang dan penerbitan saham baru.
Perusahaan yang dibelanjai dengan utang seluruhnya, atau kombinasi utang dengan
modal sendiri, akan menghasilkan laba bersih yang berbeda-beda. Hal ini
menunjukan bahwa keputusan pendanaan dan dividen mempengaruhi pendapatan
yang diharapkan.(I Made Sudana,2011:9).
Menurut teori signaling, ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada
pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham akan menurun jika ada
pengumuman penurunan dividen. Artinya dividen dipakai sebagai signal oleh
perusahaan. Jika perusahaan merasa bahwa prospek dimasa yang akan mendatang
baik, pendapatan, aliran kas diharapkan meningkat atau diperoleh pada tingkat
dimana dividen yang meningkat tersebut dibayarkan, maka perusahaan akan
meningkatkan dividen. Pasar akan merespons positif kenaikan dividen tersebut. Hal
ini sebaliknya terjadi. Jika perusahaan merasa prospek dimasa mendatang menurun,
perusahaan akan menurunkan pembayaran dividennya. Pasar akan merespons negatif
pengumuman tersebut. Menurut teori tersebut, dividen mempunyai kandungan
informasi, yaitu prospek perusahaan di masa mendatang. (Mamduh
Hanafi,2008:372).
2.2.5 Hubungan Struktur Kepemilikan dengan Nilai Perusahaan
Menurut cai et al. (2001) dalam Pancawati (2012) menemukan hubungan yang
berlawanan antara kinerja saham. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang
besar (lebih dari 5 %) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor
perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan. Dengan demikian proporsi kepemilikan institusional
bertindak sebagai pencegahan yang dilakukan oleh manajemen. Nilai perusahaan
akan meningkat seiring dengan meningkatnya produktivitas perusahaan. Peningkatan
produktivitas dari perusahaan dapat dilihat dari kemampuan manajemen
menghasilkan profit tinggi sehingga menjadi sinyal positif bagi pasar dan akan
meningkatkan harga saham. Untuk menurunkan biaya keagenan timbul dalam
hubungan antara manajer dan pemilik, maka tingkat kepemilikan institusional
ditingkatkan, dengan harapan setiap keputusan manajemen akan selalu terkontrol dan
sesuai dengan keinginan pemilik. Dengan adanya peningkatan kepemilikan
institusional, maka akan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerjanya
sehingga akan berdampak positif terhadap nilai perusahaan.
2.2.6 Hubungan Struktur Kepemilikan, Keputusan Investasi dengan Nilai
Perusahaan
Pemegang saham institusional memiliki dorongan untuk melindungi
investasi mereka yang signifikan. (Friad and lang,1988; Mehran 1992). Keputusan
investasi sangat penting karena akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan
perusahaan dan merupakan inti dari seluruh analisis keuangan. (Gitma;2000 dan
Brealy & Myers;2000) dalam Tendi Haruman (2008).
Apabila dilihat dari teori sinyal, terjadinya pengeluaran untuk investasi oleh
perusahaan dimasa yang akan memberikan sinyal yang positif tentang pertumbuhan
perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham
yang merupakan indikator dari nilai perusahaan.
Keputusan investasi mencakup pengalokasian dana, baik dana yang berasal
dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi.
Gitman (2000) dan Brealy & Myers (2000) menyatakan bahwa keputusan investasi
sangat penting karena akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan
perusahaan dan merupakan inti dari seluruh analisis keuangan. Sedangkan menurut
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa keputusan investasi dapat berperan
sebagai mekanisme transmisi antara kepemilikan dan nilai perusahaan.
2.2.7 Hubungan Struktur Kepemilikan, Keputusan Pendanaan dengan Nilai
Perusahaan
Moh‟ et al (1998) dalam Tendi Haruman (2008), mengadakan studi mengenai
dampak struktur kepemilikan pada kebijakan hutang. Hasil penelitian menunjukan
bahwa struktur kepemilkan saham memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap rasio hutang. Implikasi dari penelitian ini menunjukan bahwa investor
institusional secara efektif dapat melakukan monitoring terhadap manajemen
perusahaan sehingga memiliki kecenderungan untuk menurunkan tingkat hutang dan
meningkatnya kepemilikan manajerial dapat mengurangi peranan hutang dalam
mengurangi masalah keagenan.
Menambahkan hutang kedalam neraca, perusahaan secara umum dapat
meningkatkan profitabilitasnya, yang kemudian menaikan harga sahamnya, sehingga
meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi
pertumbuhan yang lebih besar. Hutang meningkatkan baik laba maupun risiko,
inilah tanggung jawab manajemen untuk mengelola keseimbangan yang tepat
diantara keduannya. (Ciaran Walsh,2003:123)
Masulis (1980) melakukan penelitian dalam kaitannya dengan relevansi
keputusan pendanaan, menemukan bahwa terdapat kenaikan abnormal returns sehari
sebelum dan sesudah pengumuman peningkatan proporsi hutang, sebaliknya terdapat
penurunan abnormal returns pada saat perusahaan mengumumkan penurunan proporsi
hutang. Masulis (1980) juga menemukan bahwa harga saham perusahaan naik apabila
diumumkan akan diterbitkan pinjaman yang digunakan untuk membeli kembali saham
perusahaan tersebut. dalam (Lihan, Bandi dan Anas ,2010).
2.2.8 Hubungan Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen dan Nilai
Perusahaan
Rozeff (1982) dalam Tendi Haruman (2008) menyatakan bahwa pembayaran
dividen adalah bagian dari monitoring. Perusahaan cenderung untuk membayar
dividen yang tinggi jika manajer memliki proporsi saham yang rendah. Rozeff
(1982) dan Easterbrook (1984) menyatakan bahwa pembayaran dividen pada
pemegang saham akan mengurangi sumber-sumber dana yang dikendalikan oleh
manajer, sehingga mengurangi kekuasaan manajer dan membuat pembayaran
dividen mirip dengan monitoring capital market yang terjadi jika perusahaan
memperoleh modal baru.
Kebijakan dividen ini merupakan corporate action yang penting yang harus
dilakukan perusahaan. Kebijakan tersebut berupa penentuan berapa banyak
keuntungan yang diperoleh pemegang saham. Keuntungan akan yang diperoleh
pemegang saham ini akan menentukan kesejahteraan pemegang saham yang
merupakan tujuan utama perusahaan. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham, maka perusahaan akan dianggap semakin baik. Perusahaan
dianggap menguntungkan dan tentunya penilaian terhadap perusahaan semakin baik
pula, biasanya tercermin melalui peningkatan harga saham perusahaan. (Tendi
Haruman,2008)
2.2.9 Hubungan Profitabilitas, Struktur Kepemilikan dengan Nilai
Perusahaan
Tingkat profitabilitas perusahaan merupakan suatu indikator kesehatan atas
suatu perusahaan. Semakin tinggi profitabiltas akan menyebabkan ketertarikan pada
Fund Manajer untuk membeli saham tersebut. Semakin tinggi institusional investor
maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan mengurangi biaya
keagenan, ( Moh‟d et al 1998) dalam Slamet Haryono (2005)
Dengan adanya konsentrasi kepemilikan, maka para pemegang saham besar
seperti institusional investors akan dapat memonitor tim manajemen secara lebih
efektif dan dapat meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi takeover. Selain itu,
konsentrasi kepemilikan pada pihak luar perusahaan berpengaruh positif pada nilai
perusahaan. (Lins, 2002) dalam (Tendi Haruman,2008)
Nilai perusahaan dapat dikatakan baik apabila harga saham perusahaan tinggi,
harga saham perusahaan tinggi akan terjadi jika laba perusahaan pun tinggi, yang
nantinya akan menarik pihak investor untuk menyuntikan modalnya keperusahaan.
Randahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan bagi para pembuat
keputusan para pemakainya seperti invesor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan
akan berkurang. (Siallagan dan Machfoedz, 2006).
2.2.10 Hubungan Profitabilitas dan Struktur kepemilikan dengan Nilai
Perusahaan dengan Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan
Kebijakan sebagai variabel moderasi
Perusahaan sebagai entitas ekonomi lazimnya memiliki tujuan jangka
pendek dan jangka panjang, dalam jangka pendek perusahaan bertujuan memperoleh
laba secara maksimal dengan menggunakan sumber daya yang ada, sementara dalam
jangka panjang tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan.
(Muhamad, Sutrisno dan Ali, 2011)
Meningkatkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan
yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen.
Ketiga keputusan ini saling terkait, sehingga financial manager harus memutuskan
secara tepat dan hati-hati. Pihak manajemen harus berfokus pada penciptaan nilai
bagi para pemegang saham. Hal ini membuat pihak maanajemen harus menilai
berbagai investasi, pendanaan dan strategi manajemen aktiva alternatif berkaitan
dengan pengaruhnya atas nilai pemegang saham (harga saham). (Van Horne dan
Wachowicz,2005: 6).
Dalam situasi yang tidak pasti, pendapatan yang diharapkan dan risiko harus
dipertimbangkan pada setiap keputusan dibidang keuangan. Besar kecilnya risiko dan
pendapatan yang diharapkan dari suatu perusahaan akan mempengaruhi nilai
perusahaan yang besangkutan. Pada perusahaan yang sudah go public, nilai
perusahaan akan tercermin pada harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan. (I
Made Sudana,2011:9).
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
BAB III
Perusahaan
Tujuan Perusahaan
Meningkatkan nilai Mendapatkan Laba
Struktur Kepemilikan Profitabilitas
Keputusan
Investasi
Kebijakan
Dividen
Keputusan
Keuangan
Keputusan
Pendanaan
Nilai Perusahaan
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian yang di gunakan
Metode penelitian dirancang melalui langkah-langkah penelitian dari mulai
operasional variabel, penentuan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan
diakhiri dengan merancang analisis data dan pengujian hipotesis.
Menurut Sugiyono (2012:5) metode penelitian adalah :
“Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan
yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, kegunaan tertentu.”
Dalam melakukan penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode
penelitian survey, yaitu suatu pengamatan terhadap objek-objek tertentu secara lebih
spesifik untuk memperoleh data yang nantinya diperoleh, dianalisis, dan diproses
lebih lanjut berdasarkan teori-teori yang ada. Sedangkan pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dan asosiatif.
Menurut Sugiyono (2012:53) metode deskriptif adalah :
“Metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik suatu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan antara variabel dengan variabel yang lain.”
Penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menguraikan
permasalahan yang berkaitan dengan pertanyaan terhadap variabel mandiri yaitu
mendeskripsikan profitabilitas, struktur kepemilikan, keputusan investasi, keputusan
pendanaan, kebijakan dividen dan nilai perusahaan.
Sedangkan penelitian asosiatif menurut Sugiyono (2012:55).
“Penelitian asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.”.
Penelitian asosiatif dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
profitabilitas dan strukur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan keputusan
investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
Dengan metode ini penulis bermaksud mengumpulkan data historis dan
mengamati secara seksama mengenai aspek-aspek tertentu yang berkaitan erat dengan
masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh data-data yang menunjang penyusunan
laporan penelitian. Data yang diperoleh tersebut kemudian diproses, dianalisis lebih
lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari sehingga memperoleh gambaran
mengenai objek tersebut dan dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang
diteliti.
3.2 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel
3.2.1 Definisi Variabel dan Pengukurannya
Menurut Sugiyono (2012:58) variabel penelitian adalah:
“Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya.”
Sesuai dengan judul skripsi ini yaitu” Pengaruh Profitabilitas dan Struktur
Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan dan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderasi”. Maka definisi dari
setiap variabel dan pengukurannya adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas / independent variable (X)
Variabel independen (variabel X) atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi dan merupakan faktor penyebab yang mempengaruhi variabel-varibel
lainnya. Bahkan variabel bebas ini yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependend (terikat). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen
yaitu :
Profitabilitas
Menurut Brigham dan Houston (2010:146) Definisi profitabilitas adalah sebagai
berikut :
“Profitabilitas adalah Sekelompok rasio yang menunujukan kombinasi dari
pengaruh likuiditas, manajemen asset dan utang pada hasil operasi”.
Profitabilitas mengukur kemampuan untuk menghasilkan laba dengan
menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan seperti aktiva,modal atau
penjualan perusahaan. Skala pengukuran profitabilitas dalam penelitian ini adalah
return on equity yang dijelaskan yaitu sebagai berikut :
Menurut Kasmir, 2012: 204 pengertian Return On Equity adalah sebagai berikut :
“ ROE yaitu rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri secara keseluruhan menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri,
semakin tinggi rasio ini semakin baik”.
(Kasmir,2012:204)
Struktur Kepemilikan
Menurut Sugiarto (2009: 59) struktur kepemilikan adalah :
“Struktur kepemilikan adalah struktur kepemilikan saham, yaitu
perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan
jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan kata lain struktur
kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan. Dalam menjalankan
kegiatannya suatu perusahaan diwakili oleh direksi (agents) yang ditunjuk
oleh pemegang saham (principals).”
Struktur kepemilikan merupakan pemisahan antara pemilik perusahaan dan
manajer perusahaan. Skala pengukuran struktur kepemilikan dalam penelitian ini
adalah kepemilikan institusional yang dijelaskan yaitu sebagai berikut :
Pengukuran struktur kepemilikan institusional ini mengacu pada Ituriaga dan
Sanz (1998) dalam wahyudi dan Hartini (2006), adalah sebagai berikut :
“Struktur kepemilikan instutisional diukur sesuai dengan proporsi
kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan kepemilikan oleh
blockholder”.
Ituriaga dan Sanz (1998)
Kepemilikan Institusional
Persentase Kepemilikan =
Instutisional Jumlah total saham
2. Variabel Moderasi / Moderat Variable (Z)
Variabel moderasi (variabel Z) adalah varibel yang secara teoritis dapat
mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen (Sugiyono,2012:60). Dalam penelitian ini
terdapat tiga variabel moderasi, yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan
kebijakan dividen dijelaskan sebagai berikut :
Keputusan Investasi
Menurut Martono dan Agus Harjito (2001: 3) keputusan investasi adalah :
“keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva yang akan dikelola
oleh perusahaan”.
keputusan investasi adalah suatu kebijakan atau keputusan yang diambil untuk
menanamkan modal pada satu atau lebih aset untuk mendapatkan keuntungan dimasa
yang akan datang. Skala pengukuran keputusan investasi dalam penelitian ini adalah
price earning ratio , merupakan salah satu rasio yang banyak digunakan dalam
pengambilan keputusan investasi, karena rasio ini pada dasarnya memberikan
indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada
suatu periode tertentu. yang dijelaskan yaitu sebagai berikut :
Menurut Brigham dan Houston (2010:150) Price earning ratio adalah :
“ Price earning ratio menunjukan jumlah yang rela dibayarkan oleh investor
untuk setiap dolar laba yang dilaporkan.”
Harga Per Saham
PER =
Laba per saham
(Brigham dan Houston,2010: 150)
Keputusan Pendanaan
Menurut kasmir (2010:6) keputusan pendanaan adalah sebagai berikut:
“Keputusan pendanaan merupakan keputusan yang berkaitan dengan jumlah
dana yang disediakan perusahaan, baik yang bersifat utang atau modal
sendiri”.
keputusan pendanaan merupakan keputusan yang berkaitan dengan penentuan
sumber dana yang digunakan, penentuan perimbangan yang terbaik atau penentuan
sumber optimal. Fungsi pemenuhan dana atau fungsi pendanaan harus dilakukan
secara efisien. Skala pengukuran keputusan pendanaan dalam penelitian ini adalah
debt to equity ratio yang dijelaskan yaitu sebagai berikut :
Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim dalam Irham Fahmi (2011:128) debt
to equity ratio adalah sebagai berikut :
“ Debt to equity ratio adalah ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan
keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk
kreditor”.
Irham Fahmi (2011:128)
Kebijakan Dividen
Menurut Brigham dan Houston (2006:66) Keputusan kebijakan dividen adalah :
“Keputusan tentang seberapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan
sebagai dividen dari pada ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam
perusahaan”.
Kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan besarnya dividend payout
ratio, yaitu besarnya persentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai
dividen kepada pemegang saham. (I Made Sudana 2011:167).
Menurut Ciaran Walsh (2003: 152) dividen payout ratio adalah :
“ dividend payout ratio memperlihatkan hubungan antara laba perusahaan dan
kas yang dibayarkan untuk dividen”.
(Ciaran Walsh,2003:152)
3. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel dependen (variabel Y) atau variabel terikat, yaitu suatu variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel Y (variabel dependen) adalah “Nilai Perusahaan (Price Book
Value)”.
Nilai Perusahaan
Menurut (Suad Husnan,2006:6) Nilai perusahaan adalah sebagai berikut :
“Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli
apabila perusahaan tersebut dijual”.
Menurut Brigham (2010:151) rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai
bukunya memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan. Perusahaan
dipandang baik oleh investor artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman
serta terus mengalami pertumbuhan.
(Brigham dan Houston,2010:151)
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menjabarkan variabel penelitian ke
dalam konsep dimensi dan indikator. Disamping itu, tujuannya adalah untuk
memudahkan pengertian dan menghindari perbedaan persepsi dalam penelitian ini.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator
Profitabilitas (X1) Profitabilitas adalah Sekelompok
rasio yang menunujukan kombinasi
dari pengaruh likuiditas, manajemen
asset dan utang pada hasil operasi.
Brigham dan Houston (2010:146)
Return On Equity
Struktur
Kepemilikan (X2)
Struktur kepemilikan adalah
struktur kepemilikan saham, yaitu
perbandingan jumlah saham yang
dimiliki oleh orang dalam (insider)
dengan jumlah saham yang dimiliki
oleh investor. Atau dengan kata lain
struktur kepemilikan saham adalah
proporsi kepemilikan institusional
dan kepemilikan manajemen dalam
kepemilikan saham perusahaan.
Dalam menjalankan kegiatannya
suatu perusahaan diwakili oleh
direksi (agents) yang ditunjuk oleh
pemegang saham (principals).
Sugiarto (2009: 59)
Persentase
Kepemilikan
Institusional
Keputusan Investasi
(Z1)
keputusan investasi merupakan
keputusan terhadap aktiva yang
akan dikelola oleh perusahaan.
Martono dan Agus Harjito (2001: 3)
Price Earning
Ratio
Keputusan
Pendanaan
(Z2)
Keputusan pendanaan merupakan
keputusan yang berkaitan dengan
jumlah dana yang disediakan
perusahaan, baik yang bersifat utang
atau modal sendiri (Kasmir,2010:6)
Debt Equity
Ratio
Kebijakan Dividen
(Z3)
Keputusan tentang seberapa banyak
laba saat ini yang akan dibayarkan
sebagai dividen daripada ditahan
untuk diinvestasikan kembali dalam
perusahaan (Brigham dan Houston
,2006:66)
Dividend Payout
Ratio
Nilai Perusahaan
(Y)
Nilai perusahaan merupakan harga
yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli apabila perusahaan tersebut
dijual (Suad Husnan,2006:6).
Price Book Value
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dan sampel dalam suatu penelitian perlu ditetapkan dengan tujuan
agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai yang
diharapkan.
Menurut Sugiyono (2012:115) populasi adalah :
“Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya.”
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public .populasi
sasaran adalah perusahaan pertambangan yang go public selama lima tahun periode
tahun 2007 sampai dengan 2011 dan memiliki ukuran populasi (population size)
berjumlah sebanyak 31 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.3.2 Sampel
Pengertian sampel menurut Sugiyono (2012:116) adalah sebagai berikut :
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”
Untuk menentukan besarnya sampel tersebut biasa dilakukan secara statistik
maupun berdasarkan estimasi penelitian. Selain itu perlu juga diperhatikan bahwa
sampel yang dipilih harus (representative) artinya segala karakteristik populasi
hendaknya tercermin dalam sampel yang dipilih. sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, maka digunakan teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel
dalam skripsi ini adalah mengunakan nonprobability sampling yaitu dengan teknik
purposive sampling.
Menurut Sugiyono (2012:120), nonprobability sampling adalah sebagai
berikut :
“nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel”.
Sedangkan menurut Sugiyono (2012:122) purposive sampling adalah sebagai
berikut :
“purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu”.
Pemilihan sampel secara purposive sampling dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh sampel yang representatif berdasarkan kriteria yang ditentukan.
Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya kesalahan dalam
penentuan sampel penelitian, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap hasil
analisis. Sampel penelitian yang diambil adalah berdasarkan kriteria-kriteria berikut:
1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun
2007 sampai dengan 2011 secara berturut-turut.
2. Perusahaan Pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
menghasilkan keuntungan atau memperoleh laba pada tahun 2007 sampai
dengan 2011 secara berturut-turut.
3. Perusahaan Pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
Membagikan dividen selama 5 tahun berturut-turut yaitu tahun 2007-2011.
Tabel berikut ini menyajikan hasil seleksi sampel dengan menggunakan
metode purposive sampling:
Tabel 3.2
Hasil Purposive Sampling
Keterangan Jumlah
Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun
2007-2011
Pelanggaran Kriteria:
1. Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI setelah
tahun 2007.
2. Perusahaan mengalami kerugian selama periode tahun 2007-
2011
3. Perusahaan yang tidak membagikan dividen selama 5 tahun
berturut-turut yaitu tahun 2007-2011
31
(16)
(7)
(3)
Perusahaan yang terpilih menjadi sampel 5
Tabel 3.3
Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI yang menjadi sampel
No. Nama Perusahaan Alamat
1 PT. Bumi Resources Tbk Bakrie Tower 12th Fl Rasuna
Epicentrum Complex Jl. H.R.
Rasuna Said Jakarta 12940 –
Indonesia.
2 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk Jl. Letjen TB Simatupang No. 1,
Lingkar Selatan/Tanjung Barat,
Jakarta 12530, Indonesia.
3 PT. Vale Indonesia Tbk Bapindo Citibank Tower Lantai 22
Jl. Jend. Sudirman Kav. 54-55
Jakarta 12190, Indonesia.
4 PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam
(Persero) Tbk
Jl. Parigi No.1 Tanjung Enim,
Sumatra Selatan 31716,
Indonesia.
5 PT. Radiant Utama InterinscoTbk Jl. Kapten Tendean No.24.
Jakarta Selatan 12720, Jakarta
Indonesia.
Sumber : www.idx.co.id diolah kembali
3.4 Tenik Pengumpulan Data
3.4.1 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang diperoleh secara tidak langsung dengan mempelajari literatur atau dokumen
yang berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan yang diteliti. Adapun
menurut Sugiyono (2012:402) yang dimaksud dengan data sekunder adalah :
“Sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.”
Data sekunder berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumen) yang dipublikasikan.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Pada tahap ini, penulis berusaha untuk memperoleh berbagai informasi
sebanyak-banyaknya untuk dijadikan sebagai dasar teori dan acuan untuk
mengolah data dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, dan mengkaji
literatur-literatur berupa buku-buku, jurnal, makalah, maupun penelitian-
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Riset Internet (Online Research)
Pengumpilan data berasal dari situs-situs terkait untuk memperoleh
tambahan literatur, jurnal, dan data lainnya.
Metode penelitian merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang sedang
diteliti sesuai dengan judul yang diambil. Maka model penelitian yang akan
digunakan oleh penulis dapat dilihat dari ilustrasi yang ada dibawah ini:
3.5 Model Penelitian
Model penelitian merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang sedang
diteliti. Model penelitian yang sesuai dengan judul penelitian ini, dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 3.1
Model Penelitian
3.6 Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis
3.6.1 Analisis Data
Menurut Sugiyono (2012:206) yang dimaksud dengan analisis data adalah:
“kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam
analisis data adalah : mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis
responden, menyajikan data dari tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.”
Analisis data yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Kebijakan Dividen
(Z3)
Keputusan
Pendanaan (Z2)
Nilai Perusahaan
(Y)
Keputusan Investasi
(Z1)
Struktur
Kepemilikan (X2)
Profitabilitas (X1)
1. Analisis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2012:206) yang dimaksud statistik deskriptif adalah :
“statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi.”
Dalam analisis ini akan dilakukan pembahasan mengenai profitabilitas,
struktur kepemilikan, keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan
dividen. Analisis deskriptif yang digunakan adalah nilai maksimum, nilai minimum
dan mean (rata-rata). Sedangkan untuk menentukan kategori penilaian setiap nilai
rata-rata (mean) perubahan pada variabel penelitian, maka dibuat tabel distribusi
frekuensi dengan langkah sebagai berikut:
a. Menentukan jumlah kriteria yaitu 4 kriteria
b. Menentukan selisih nilai maksimum dan minimum = (nilai mkas - nilai min)
c. Menentukan range (jarak interval kelas) =
d. Menentukan nilai rata-rata perubahan pada setiap variabel penelitian
e. Membuat tabel distribusi frekuensi nilai perubahan untuk setiap variabel
penelitian:
Tabel 3.4
Tabel Kriteria Penilaian
RENDAH Batas bawah (nilai min) (range) Batas atas 1
SEDANG (Batas atas 1) +0,01 (range) Batas atas 2
TINGGI (Batas atas 2) +0,01 (range) Batas atas 3
SANGAT TINGGI (Batas atas 3) +0,01 (range) Batas atas 4 (nilai maks)
Keterangan:
Batas atas 1 = Batas bawah (nilai min) + range
Batas atas 2 = (Batas atas 1 + 0,01) + range
Batas atas 3 = (Batas atas 2 + 0,01) + range
Batas atas 4 = (Batas atas 3 + 0,01) + range = Nilai Maksimum
Kriteria Peniliaian Profitabilitas
- Nilai tertinggi rasio Return On Equity (ROE) sebesar 84,6 dan nilai
terendah sebesar 1,89.
- Selisih dari nilai tertinggi (84,6) dan terendah (1,89) yang kemudian
dibagi 4 didapat hasil sebesar 1.158,775 yang digunakan sebagai nilai
range untuk setiap interval.
Tabel 3.5
Kriteria Penilaian Profitabilitas
Kriteria Interval
Rendah 1,89 – 22,5675
Sedang 22,5676- 43,2451
Tinggi 43,2452- 63,9227
Sangat Tinggi 63,9228 – 84,600
Kriteria Penilaian Struktur Kepemilikan
- Nilai tertinggi Kepemilikan institusional sebesar 35 dan nilai terendah
sebesar 15,58.
Range = = 20,6775
- Selisih dari nilai tertinggi (35) dan terendah (15,58) yang kemudian
dibagi 4 didapat hasil sebesar 4,855 yang digunakan sebagai nilai
range untuk setiap interval.
Tabel 3.6
Kriteria Penilaian Struktur Kepemilikan
Kriteria Interval
Rendah 15,58 – 20,435
Sedang 20,436- 25,291
Tinggi 25,292- 30,147
Sangat Tinggi 30,148 – 35,00
Kriteria Penilaian Keputusan Investasi
- Nilai tertinggi rasio Price Earning Ratio (PER) sebesar 42,26 dan nilai
terendah sebesar 4,34.
- Selisih dari nilai tertinggi (42,26) dan terendah (4,34) yang kemudian
dibagi 4 didapat hasil sebesar 9,48 yang digunakan sebagai nilai range
untuk setiap interval.
Tabel 3.7
Range = = 4,855
Range = = 9,48
Kriteria Penilaian Keputusan Investasi
Kriteria Interval
Rendah 4,34 – 13,82
Sedang 13,83 – 23,31
Tinggi 23,32- 32,8
Sangat Tinggi 32,9 – 42,26
Kriteria Keputusan Pendanaan
- Nilai tertinggi rasio Debt To Equity Ratio (DER) sebesar 5,26 dan nilai
terendah sebesar 0,21.
- Selisih dari nilai tertinggi (5,26) dan terendah (0,21) yang kemudian
dibagi 4 didapat hasil sebesar 1,2625 yang digunakan sebagai nilai
range untuk setiap interval.
Tabel 3.8
Kriteria Penilaian Keputusan Pendanaan
Kriteria Interval
Rendah 0,21 – 1,4725
Sedang 1,4726 – 2,7331
Tinggi 2,7332 – 3,9937
Sangat Tinggi 3,9938 – 5,26
Range = = 1,2605
Kriteria Penilaian Kebijakan Dividen
- Nilai tertinggi rasio Dividend Payout Ratio (DPR) sebesar 76,83 dan
nilai terendah sebesar 0,02.
- Selisih dari nilai tertinggi (76,83) dan terendah (0,02) yang kemudian
dibagi 4 didapat hasil sebesar 19,2025 yang digunakan sebagai nilai
range untuk setiap interval.
Tabel 3.9
Kriteria Penilaian Kebijakan Dividen
Kriteria Interval
Rendah 0,02 – 19,2225
Sedang 19,2226 – 38,4251
Tinggi 38,4252 – 57,6277
Sangat Tinggi 57,6278 – 76,83
Kriteria Penilaian Nilai Perusahaan
- Nilai tertinggi rasio Price Book Value (PBV) sebesar 11,02 dan nilai
terendah sebesar 0,67.
- Selisih dari nilai tertinggi (11,02) dan terendah (0,67) yang kemudian
dibagi 4 didapat hasil sebesar 19,2025 yang digunakan sebagai nilai
range untuk setiap interval.
Range = = 19,2025
Range = = 2,5875
Tabel 3.10
Kriteria Penilaian Nilai Perusahaan
Kriteria Interval
Rendah 0,67 – 3,2575
Sedang 3,2576 – 5,8451
Tinggi 5,8452 – 8,4327
Sangat Tinggi 8,4328 – 11,02
2. Analisis Asosiatif
Analisis asosiatif yaitu analisis yang digunakan untuk membahas data
kuantitatif dengan asumsi bahwa data berdistribusi normal dan pengaruh variabel
linear, yaitu dengan menganalisis :
1) Seberapa besar pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan di 5 perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.
2) Seberapa besar pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan
dividen sebagai variabel moderasi di 5 perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI.
3.6.2 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis
3.6.2.1 Rancangan Analisis
1. Regresi Data Panel
Regresi data panel merupakan teknik regresi yang menggabungkan data time
series dengan cross section. Keunggulan regresi data panel menurut Wibisono (2005)
antara lain :
1. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara ekspilisit
dengan mengizinkan variabel spesifik individu;
2. Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data panel
dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku lebih
kompleks.
3. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang berulang-
ulang (time series), sehingga metode data panel cocok digunakan sebagai
study of dynamic adjustment.
4. Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih
informatif, lebih variatif, dan kolinieritas (multiko) antara data semakin
berkurang, dan derajat kebebasan (degree of freedom/df) lebih tinggi sehingga
dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.
5. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang
kompleks.
6. Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin
ditimbulkan oleh agregasi data individu.
Dengan keunggulan tersebut maka implikasi pada tidak harus dilakukannya
pengujian asumsi klasik dalam model data panel (Verbeek, 2000; Gujarati, 2006;
Wibisono, 2005; Aulia; 2004, dalam Shochrul R, Ajija, dkk. 2011: 52).
2. Pemilihan Model Data Panel
Dalam analisa model data panel ada tiga macam pendekatan (metode) yang
terdiri dari Common Effect, Fixed Effect, dan Random Effect. Penjelasan masing-
masing metode tersebut adalah :
Common Effect
Teknik yang digunakan dalam metode Common Effect hanya dengan
mengkombinasikan data time series dan cross section. Dengan hanya
menggabungkan kedua jenis data tersebut maka dapat digunakan metode OLS untuk
mengestimasi model data panel. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi
individu maupun waktu, dan dapat diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan
sama dalam berbagai rentang waktu. Asumsi ini jelas sangat jauh dari realita
sebenarnya, karena karakteristik antar perusahaan baik dari segi kewilayahan jelas
sangat berbeda.
Fixed Effect
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Fixed
Effect. Metode dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya
perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap
antar perusahaan dan antar waktu, namun intersepnya berbeda antar perusahaan
namun sama antar waktu (time invariant). Namun metode ini membawa kelemahan
yaitu berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya
mengurangi efisiensi parameter.
Random Effect
Tenik yang digunakan dalam Metode Random Effect adalah dengan
menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin saja akan muncul pada
hubungan antar waktu dan antar kabupaten/kota.
3. UJi Pemilihan Model Dalam Pengolahan Data Panel
Dalam memilih model data panel yang akan digunakan, pertama dilakukan uji
Chow untuk menentukan apakah pengolahan data panel menggunakan metode
Common Effect atau Fixed Effect. Jika signifikan maka dilanjutkan uji Hausman
untuk memilih antara Fixed Effect dan Random Effect. Jika hasil uji Hausman
signifikan maka disimpulkan pengolahan dilakukan dengan metode Fixed Effect.
Namun uji Hausman yang tidak signifikan maka disimpulkan pengolahan dilakukan
dengan metode Random Effect.
1. Uji Chow
Disebut juga pengujian F statistik untuk memilih model data panel Common
Effect atau Fixed Effect. Hipotesis yang dibentuk :
H0 : Model Common Effect
H1 : Model Fixxed Effect
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan menggunakan F
statistik yang dirumuskan Chow :
CHOW =
Dimana :
RRSS : Restricted Residual Sum Square (nilai Residual Sum Square
dengan metode Common Effect).
URSS : Unrestricted Residual Sum Square (nilai Residual Sum Square
metode Fixed Effect ).
N : Jumlah data cross-section
T : Jumlah data time- series
K : Jumlah variabel penjelas
Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik yaitu F N-1, NT- N – K. jika
nilai F statistik Chow lebih besar dari F tabel, maka cukup bukti untuk
menolak hipotesis nol dan metode Fixed Effect.
2. Uji Hausman
Uji Hausman adalah pengujian statistik yang menjadi dasar
pertimbangan ,memilikh model Fixed Effect atau Random Effect. Pengujian
ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
a. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi digunakan untuk memprediksi seberapa jauh nilai variabel terikat
(y) bila variabel bebas (x) diubah.
Sugiyono (2012:270), menjelaskan bahwa:
“Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun satu kausal
variabel dengan satu variabel dependen”.
Menurut Sugiyono (2012:270) persamaan umum regresi linier sederhana
adalah sebagai berikut:
Y = a + x +
Keterangan :
Y = Nilai Perusahaan
= Konstanta, yaitu besarnya nilai X = 0
= Arah koefisien regresi, yang menyatakan perubahan nilai Y apabila terjadi
perubahan nilai X. Bila (+) maka arah garis akan naik, dan bila (-) maka nilai
garis akan turun.
X = Variabel yang mempengaruhi
= error term atau faktor penganggu
Jika koefisien positif, maka dapat diartikan bahwa antara variabel bebas dan
terikat terdapat korelasi positif atau searah. Dengan kata lain, peningkatan atau
penurunan variabel bebas diikuti dengan kenaikan atau penurunan variabel terikat.
Sedangkan jika negatif, maka menunjukan arah yang berlawanan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain, setiap peningkatan variabel bebas
akan diikuti dengan penurunan variabel terikat atau sebaliknya.
b. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya
minimal 2. Adapun bentuk umum dari persamaan regresi linear berganda secara
sistematis adalah sebagai berikut:
Y= α + b1X1 + b2X2 + e
(Sugiyono,2012:277)
Keterangan :
Y = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksi.
α = Harga Y bila X = 0 (harga Konstan).
b1 danb2 = Koefisiensi regresi variabel independen.
x1 dan x2 = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
c. Analisis Regresi Moderasi (Moderate Regretion Analysis)
Analis moderat digunakan untuk menaksir nilai variabel Y berdasarkan nilai
variabel X dikalikan dengan variabel Z, serta taksiran perubahan variabel Y untuk
setiap satuan perubahan variabel X yang dikalikan dengan variabel Z. Moderate
Regression Analysis dinyatakan dalam bentuk regresi berganda dengan persamaan
mirip regresi polynominal yang menggambarkan pengaruh nonlinier yang dinyatakan
dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
Dimana :
Y = Nilai Perusahaan
= Konstanta regresi yaitu nilai Y jika X = 0
b1- b13 = koefisien regresi yaitu menyatakan perubahan nilai Y apabila terjadi
perubahan nilai X.
X, Z = interaksi antara Profitabilitas, Struktur Kepemilikan, Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan dividen.
= Erorr term, yaitu kesalahan penduga dalam penelitian.
Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regretion Analysis
(MRA) merupakan aplikasi khusus dimana persamaan regresinya mengandung unsur
interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) (Ghozali, 2006: 94). Variabel
perkalian antara profitabilitas dan struktur kepemilikan (X) dengan keputusan
investasi, keputusan pendanaan dan kebijkana dividen (Z) merupakan variabel
moderasi. Oleh karena mengambarkan pengaruh variabel (Z) terhadap hubungan
variabel (X) dan variabel (Y). setelah mendapatkan persamaan regresi dari tahap
analisis moderasi maka selanjutnya dilakukan pengujian korelasi dan koefisien
determinasi.
d. Analisis Korelasi
1. Analisis Korelasi Parsial
Analisis korelasi parsial ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan
anatara korelasi kedua variabel (independen dan dependen) dan ukuran yang
dipakai untuk menentukan derajat atau kekuatan hubungan korelasi tersebut.
Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien pearson
correlation product moment, untuk menguji hubingan asosiatif/hubungan bila
datanya berbentuk interval atau rasio (Sugiyono, 2012:216). Penentuan koefisien
korelasi dengan menggunakan metode analisis korelasi Pearson Product Moment
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Sumber: Sugiyono (2012:248)
Dimana :
r : koefisien korelasipearson
x : variabel independen
y : variabel dependen
n : banyak sampel
Koefisien korelasi (r) menunjukkan derajat korelasi antara variabel
independen (X) dan variabel dependen (Y). Nilai koefisien korelasi harus terdapat
dalam batas – batas -1 hingga +1 (-1 ≤ r≤ +1). Hasil perhitungan akan
memberikan tiga alternatif, yaitu:
a. Apabila nilai r mendekati positif (+) satu variabel berarti variabel X
mempunyai hubungan yang kuat dengan positif terhadap variabel Y.
b. Apabila nilai r mendekati negatif (-) berarti variabel X mempunyai
pengaruh yang kuat dan negatif terhadap perkembangan variabel Y.
c. Apabila nilai r mendekati nol (0) maka variabel X kurang mempengaruhi
perkembangan variabel Y, hal ini berarti bahwa bertambah atau
berkurangnya variabel X tidak mempengaruhi variabel Y.
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan berikut ini:
TABEL 3.4
INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI
Interval Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sed7ang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2012:250)
2. Analisis Korelasi Ganda
Analisis korelasi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa erat
hubungan antara seluruh variabel independen dengan variabel dependen. Korelasi
koefisien tersebut didapat dengan rumus sebagai berikut:
RY.X1.X2.X3.X4.X5 =
Sumber: Sugiyono (2012:256)
Dimana:
RY.X1.X2.X3.X4.X5 : Korelasi antara variabel X1, X2, X3, X4, dan X5 secara
bersama – sama dengan variabel Y
ryx1 : Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y
ryx2 : Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y
ryx3 : Korelasi Product Moment antara X3 dengan Y
ryx4 : Korelasi Product Moment antara X4 dengan Y
ryx5 : Korelasi Product Moment antara X5 dengan Y
rx1x2x3x4x5 : Korelasi Product Moment antara X1, X2, X3, X4, dan X5
3.6.3.4 Koefisien Determinasi
Sedangkan untuk melihat seberapa besar tingkat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial digunakan koefisien
determinasi (Kd) dengan rumus menurut Sugiyono sebagai berikut :
Kd = r2 x 100%
Keterangan :
Kd : koefisien determinasi
r2 : koefisien korelasi yang dikuadratkan
3.6.2.2 Tes Statistik untuk Pengujian Hipotesis
A. Uji t atau Uji Parsial (t-test)
Uji ini untuk menguji kemaknaan koefisien regresi parsial masing-masing
variabel bebas. Pengujian ini dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung masing-
masing koefisien regresi dengan ttabel (nilai krisis) sesuai dengan tingkat signifikasi
yang digunakan. Maka uji signifikasi terhadap nilai r tersebut dilakukan dengan
menggunakan uji signifikan t dengan rumus statistik sebagai berikut :
(Sugiyono,2012:250)
Dimana :
t = Nilai uji t yang dihitung
r = Koefisien korelasi
r2 = koefisien determinasi
n = Jumlah anggota sampel
kriteria pengambilan keputusan:
a. Apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
b. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel (rh > r tabel) maka Ha diterima
B. Analisis Moderate Regression Analysis (MRA)
Penelitian ini terdiri dari dua variabel independen, satu variabel dependen dan tiga
variabel moderasi. Karena itulah digunakan Moderate Regression Anlysis. Analisis
tersebut digunakan untuk melihat apakah variabel moderasi (Z) mempengaruhi
hubungan antara variabel X yaitu suatu variabel yang menentukan / menerangkan
variabel lainnya dan disebut dengan variabel bebas (independen variabel), terhadap Y
(variabel dependen/variabel terikat) yaitu : suatu variabel yang ditentukan atau
diterangkan oleh variabel lainnya dan variabel ini disebut dengan variabel tidak bebas
(dependen variabel). Hubungan ini selanjutnya dapat digunakan untuk mencari
pengaruh variabel X terhadap Y. kemudian melihat apakah variabel Z mempengaruhi
hubungan antara X terhadap Y.
C. Uji Simultan (F-test)
Uji F merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan yang bertujuan
untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Maka korelasi ganda dapat
dihitung dengan rumus :
(Sugiyono,2012:257)
Keterangan :
R = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah anggota sampel
Kriteria Pengambilan Keputusan
a. H0 ditolak jika F statistik < 0,05 atau Fhitung > Ftabel
b. H0 diterima jika F statistik > 0,05 atau Fhitung < Ftabel
3.6.2.3 Penetapan Hipotesis
Menurut Sugiyono (2012:224) bahwa :
“Hipotesis nol diberi notasi Ho dan Hipotesis alternatif diberi notasi Ha”.
Pengujian hipotesis digunakan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan positif antara variabel tersebut. Hipotesis tentang tidak adanya pengaruh
antara variabel X dengan variabel Y dan hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis
tentang adanya pengaruh variabel X dengan Y. pada umumnya, jika Ho ditolak maka
Ha diterima. Rancangan hipotesis yang digunakan yaitu :
A. Secara Parsial
H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai
perusahaan.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari struktur kepemilikan terhadap
nilai perusahaan.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari struktur kepemilikan nilai perusahaan.
H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel
moderasi.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan
dengan keputusan investasi sebagai variabel moderasi.
H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel
moderasi.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan
dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi.
H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai
perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan
dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel
moderasi.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel
moderasi.
.H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel
moderasi.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel
moderasi.
H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
B. Secara Simultan
H : β1, β2 = 0 : Tidak terdapat pengaruh profitabilitas dan
Stuktur Kepemilikan terhadap nilai perusahaan.
H : β1, β2 ≠ 0 : Terdapat pengaruh profitabilitas dan Stuktur
Kepemilikan terhadap nilai perusahaan.
H : β1, β2, β3, β4 β5,
β6, β7, β8 = 0 : Tidak terdapat pengaruh profitabilitas dan
Stuktur Kepemilikan terhadap nilai perusahaan
dengan keputusan investasi, keputusan
pendanaan dan kebijkajan dividen sebagai
variabel moderasi.
H : β1, β2, β3, β4 β5,
β6, β7, β8 = 0 : Terdapat pengaruh profitabilitas dan Stuktur
Kepemilikan sebagai variabel moderasi
terhadap nilai perusahaan dengan keputusan
investasi, keputusan pendanaan dan kebijkajan
dividen.
3.6.2.4 Penetapan Tingkat Signifikansi
Tingkat signifikansi (level of significant) yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebesar 95% ( =0,05), karena dinilai cukup ketat dalam menguji hubungan
variabel-variabel yang diuji atau menunjukan bahwa korelasi cukup nyata. Disamping
itu, tingkat signifikansi ini umumnya digunakan dalam penelitian-penelitian ilmu
sosial (Nazir,2003: 460). Tingkat signifikansi 0,05 artinya kemungkinan besar dari
hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas sebesar 95% atau toleransi
kesalahan sebesar 5%.
3.6.2.5 Penarikan Kesimpulan
Setelah melalui tahapan-tahapan penelitian dan pengujian di atas maka
peneliti akan melakukan analisis berdasarkan hasil pengolahan dan pengujian
tersebut. Analisis tersebut akan membahas pengaruh variabel independen dengan
variabel dependennya baik secara parsial maupun simultan. Dalam hal ini ditunjukan
dengan penolakan Ho atau penerimaan Ha. Kemudian dari analisis tersebut akan
ditarik kesimpulan dan saran-saran untuk peneliti selanjutnya.
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penilitian ini adalah :
Hipotesis 1 : Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
Hipotesis 2 : : Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan
keputusan investasi sebagai variabel moderasi.
Hipotesis 3 : Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan
keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi.
Hipotesis 4 : Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan
kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
Hipotesis 5 : Terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan
dengan keputusan investasi sebagai variabel moderasi.
Hipotesis 6 : Terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan
dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi.
Hipotesis 7 : Terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan
dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi.
Hipotesis 8 : Terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan
dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
Hipotesis 9 : Terdapat pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap
nilai perusahaan.
Hipotesis 9 : Terdapat pengaruh profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap
nilai perusahaan dengan keputusan investasi, keputusan
pendanaan dan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
Penelitian dilakukan terhadap 5 perusahaan Pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia yang telah dipilih menggunakan metode purposive sampling
dengan berbagai kriteria yang telah ditentukan dan dijelaskan dalam bab III. Adapun
gambaran perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut :
1. PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk
PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk merupakan perusahaan Pertambangan da
pengolahan mineral terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada 5 Juli
1968 sebagai Perusahaan Milik Negara “PN Aneka Tambang”. Tujuh perusahaan
independen yang bergabung dalam membentuk Aneka Tambang terdiri dari PT Nikel
Indonesia, PN Tambang Bauksit Indonesia, PN logam Mulia, BPU Perusahaan-
perusahaan Tambang Umum Negara, Proyek Pertambangan Intan Martapura, PN
Tambang Emas Tjikotok, dan Proyek Emas Logam. Pada 21 Mei 1975 sesuai dengan
keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, status Aneka Tambang berubah
dari perusahaan milik Negara menjadi perusahaan terbatas, PT. Aneka Tambang
(Persero) Tbk. Setelah tiga puluh tahun beroperasi, perusahaan ini telah membuktikan
pencapaian yang signifikan. Dari tahun ke tahun perusahaan terus meningkatkan
kualitas dari berbagai aspek, dari operasi dan pengembangan keuangan, hal-hal yang
bersifat umum dan sumber daya manusia.
2. PT. BUMI Resources (Tbk)
PT Bumi Resources Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 26 Juni 1973
berdasarkan Akta No. 130 dan No. 103 tanggal 28 Nopember 1973, keduanya dibuat
dihadapan Djoko Soepadmo, S.H., notaris di Surabaya dan mendapat persetujuan dari
Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 12 Desember 1973 melalui
surat keputusan No. Y.A.5/433/12 dan didaftarkan di Buku Register Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Surabaya dibawah No. 1822/1973, No. 1823/1973, No. 1824/1973
tanggal 27 Desember 1973, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. 1 tanggal 2 Januari 1974, Tambahan No. 7. Sesuai dengan Anggaran
Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi kegiatan eksplorasi
dan eksploitasi kandungan batubara (termasuk Pertambangan dan penjualan batubara)
dan eksplorasi minyak. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Gedung Wisma Bakrie
2 Lantai 7, Jalan H. R. Rasuna Said Kav. B-2, Jakarta 12920.
Pada tanggal 30 September 2005, Direksi Perusahaan menyetujui untuk
merubah mata uang pelaporan dari Rupiah (Rp) menjadi Dolar Amerika Serikat
(US$) untuk mencerminkan mata uang fungsional perusahaan. Perubahan tersebut
mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia pada tanggal 9
Nopember 2005. Berdasarkan surat Ketua Bapepam No. SI-117/SHM/MK.10/1990
tanggal 18 Juni 1990, atas nama Menteri Keuangan, Bapepam telah memberikan surat
pernyataan efektif atas penawaran saham perdana 10.000.000 saham perusahaan atas
nama dengan harga nominal Rp 1.000 per saham (setara dengan AS$ 0,54) kepada
masyarakat pada tanggal 25 Juni sampai 30 Juni 1990 dengan harga perdana Rp
4.500 (setara dengan AS$ 2,44) per saham. Saham tersebut telah dicatatkan pada
Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tanggal 30 Juli 1990.
3. PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO)
PT Vale Indonesia Tbk (Vale Indonesia) sebelumnya dikenal sebagai
PTInternational Nickel Indonesia Tbk (PTI), adalah sebuah perusahaan penanaman
modal asing (PMA) yang mendapatkan izin usaha dari pemerintah Indonesia untuk
melakukan eksplorasi, kegiatan penambangan, pengolahan dan produksi nikel. PT
International Nickel Indonesia Tbk. (“PT Inco” atau “Perseroan”) didirikan pada
tanggal 25 Juli 1968. Perseroan melakukan pemecahan satu saham menjadi sepuluh
yang disetujui oleh pemegang saham pada tanggal 17 Desember 2007 dan berlaku
efektif pada tanggal 15 Januari 2008, saat ini terdapat 9.936.338.720 lembar saham
yang beredar. Saham PT INCO pertama kali tercatat di Bursa Efek Indonesia pada
tanggal 16 Mei 1990.
4. PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam (Persero) Tbk
Sejarah Pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman
kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan terbuka
(open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di Tambang Air Laya.
Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan bawah tanah
(underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk kepentingan
komersial dimulai pada 1938. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial
Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut
perubahan status tambang menjadi Pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah RI
kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit
Asam (PN TABA). Pada 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi
Perseroan Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk,
yang selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan
industri batubara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan
Perum Tambang Batubara dengan Perseroan. Sesuai dengan program pengembangan
ketahanan energi nasional, pada 1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk
mengembangkan usaha briket batubara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan
mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode
“PTBA”.
5. PT. Radiant Utama Interinsco Tbk. (RUIS)
Didirikan pada tanggal 22 Agustus 1984, PT. Radiant Utama Interinsco
Tbk. (RUIS) telah memiliki pengalaman dalam industri Minyak dan Gas Indonesia
selama lebih dari 35 tahun dalam menyediakan jasa teknis penunjang untuk sektor
minyak dan gas dari hulu sampai hilir, serta industri terkait lainnya.Dalam
perjalanannya, RUIS membuktikan keunggulannya melalui komitmen untuk selalu
memberikan pelayanan yang terbaik. Hal ini dicapai melalui pengelolaan usahanya
secara bertanggung jawab, selalu mengutamakan pelanggan, dan terpercaya. Di
bidang Inspeksi dan Sertifikasi, RUIS memperoleh akreditasi sebagai badan Inspeksi
dan Sertifikasi resmi dari beberapa instansi berwenang seperti: Direktorat Jenderal
Minyak dan Gas Bumi; Direktorat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panas Bumi;
Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi; dan Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi.
Pada tahun 2006, saham Perseroan pertama kali ditawarkan kepada
masyarakat dan efektif tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 12 Juli 2006 dengan
jumlah saham yang tercatat sebanyak 770,000,000 lembar saham. Pada tahun 2008,
perusahaan memasuki bisnis hulu migas dengan mengakuisisi 100% kepemilikan
pada Radiant Bukit Barisan yan memiliki 51% kepemilikan atas blok migas South
West Bukit Barisan di Sumatera Barat. Pada tahun 2011, perusahaan telah
mengakuisisi aset berupa Mobile Offshore Production Unit (MOPU) dari Maleo
MOPU Producer Inc. senilai US$ 35 juta.
4.1.2 Gambaran Profitabilitas Pada Perusahaan Pertambangan
Profitabilitas merupakan variabel bebas (independen) pertama (X1) dalam
penelitian ini. Return On Equity (ROE) digunakan dalam penelitian ini untuk
mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri secara keseluruhan
menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri.
Dengan rumus sebagai berikut :
(Kasmir,2012:204)
Berikut ini adalah data profitabilitas dari perusahaan yang dijadikan sampel
selama tahun 2007-2011 :
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Profitabilitas
Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2007-2011
(dalam jutaan)
No Kode Tahun Earning After Tax Equity ROE ROE (%)
1 BUMI 2007 7,431,627 10,567,754 0.70 70.32
2008 4,070,016 12,762,016 0.32 31.89
2009 1,790,218 12,725,242 0.14 14.07
2010 2,797,815 14,544,969 0.19 19.24
2011 1,950,547 10,667,629 0.18 18.28
2 INCO 2007 11,048,826 13,059,707 0.85 84.60
2008 3,934,510 14,367,462 0.24 23.63
2009 1,601,920 14,864,276 0.11 10.78
2010 3,932,331 15,103,441 0.26 26.04
2011 3,026,563 16,042,824 0.26 25.57
3 PTBA 2007 760,207 2,799,118 0.27 27.16
2008 1,707,771 3,998,132 0.43 42.71
2009 2,727,734 5,701,372 0.48 47.84
2010 2,008,891 6,366,736 0.32 31.55
2011 3,085,862 8,165,002 0.38 37.79
4 ANTM 2007 5,132,460 8,763,579 0.59 58.57
2008 1,368,139 8,063,138 0.17 16.97
2009 604,307 8,148,939 0.07 7.42
2010 1,683,400 9,580,098 0.18 17.57
2011 1,924,739 10,772,044 0.18 17.87
5 RUIS 2007 35,960 180,136 0.20 19.96
2008 30,073 201,557 0.15 14.92
2009 18,616 211,030 0.09 8.82
2010 12,236 214,022 0.06 5.72
2011 4,009 211,863 0.02 1.89
Sumber : laporan keuangan dan Hasil Pengolahan Data, 2013
4.1.3 Gambaran Struktur Kepemilikan Pada Perusahaan Pertambangan
Struktur kepemilikan merupakan variabel bebas (independen) kedua (X2)
dalam penelitian ini. Kepemilikan institusional digunakan dalam penelitian ini diukur
sesuai dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan
kepemilikan oleh blockholder.
Dalam menghitung kepemilkan institusional tersebut digunakan rumus :
Ituriaga dan Sanz (1998)
Berikut ini adalah data struktur kepemilikan dari perusahaan yang dijadikan
sampel selama tahun 2007-2011 :
Tabel 4.2
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Struktur Kepemilikan
Perusahaan Petambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2007-2011
Struktur Kepemilikan
Perusahaan Petambangan yang terdaft
No Kode Tahun Total Saham
Total Saham
Institusional
Total saham non
Institusional
Nilai
Kepemilikan
Institusional
Nilai
Kepemilikan
Institusional
(%)
1 BUMI 2007 19,404,000,000 4,604,569,200 14,799,430,800 0.24 23.73
2008 19,404,000,000 4,604,569,200 14,799,430,800 0.24 23.73
2009 19,404,000,000 4,604,569,200 14,799,430,800 0.24 23.73
2010 20,773,400,000 6,061,678,120 14,711,721,880 0.29 29.18
2011 20,773,400,000 6,061,678,120 14,711,721,880 0.29 29.18
2 INCO 2007 9,936,338,720 2,058,809,383 7,877,529,337 0.21 20.72
2008 9,936,338,720 2,058,809,383 7,877,529,337 0.21 20.72
2009 9,936,338,720 2,058,809,383 7,877,529,337 0.21 20.72
2010 9,936,338,720 2,058,809,383 7,877,529,337 0.21 20.72
2011 9,936,338,720 2,010,121,323 7,926,217,397 0.20 20.23
3 PTBA 2007 2,304,131,849 805,985,321 1,498,146,528 0.35 34.98
2008 2,304,131,849 805,985,321 1,498,146,528 0.35 34.98
2009 2,304,131,849 805,985,321 1,498,146,528 0.35 34.98
2010 2,304,131,849 805,985,321 1,498,146,528 0.35 34.98
2011 2,304,131,849 805,985,321 1,498,146,528 0.35 34.98
4 ANTM 2007 9,538,459,749 3,338,460,912 6,199,998,837 0.35 35.00
2008 9,538,459,749 3,338,460,912 6,199,998,837 0.35 35.00
2009 9,538,459,749 3,338,460,912 6,199,998,837 0.35 35.00
2010 9,538,459,749 3,338,460,912 6,199,998,837 0.35 35.00
2011 9,538,459,749 3,338,460,912 6,199,998,837 0.35 35.00
5 RUIS 2007 770,000,000 119,966,000 650,034,000 0.16 15.58
2008 770,000,000 119,966,000 650,034,000 0.16 15.58
2009 770,000,000 119,966,000 650,034,000 0.16 15.58
2010 770,000,000 119,966,000 650,034,000 0.16 15.58
2011 770,000,000 119,966,000 650,034,000 0.16 15.58
ar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2007-2011
Laporan Keuangan dan Hasil Pengolahan
4.1.4 Gambaran Keputusan Investasi Pada Perusahaan Pertambangan
Keputusan Investasi merupakan variabel moderasi pertama (Z1) dalam
penelitian ini. Price Earning Ratio digunakan dalam penelitian ini menunjukan
jumlah yang rela dibayarkan oleh investor untuk setiap dolar laba yang dilaporkan.
Dalam menghitung rasio tersebut digunakan rumus :
(Brigham dan Houston,2010: 150)
Berikut ini adalah data keputusan investasi dari perusahaan yang dijadikan
sampel selama tahun 2007-2011 :
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Keputusan Investasi
Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2007-2011
(dalam rupiah penuh)
No Kode Tahun Harga per saham Laba per sham PER
1 BUMI 2007 6000 382.99 15.67
2008 910 209.75 4.34
2009 2425 92.26 26.28
2010 3025 134.68 22.46
2011 2175 93.91 23.16
2 INCO 2007 96250 10,663 9.03
2008 1930 395 4.88
2009 3650 187 19.48
2010 4875 481 10.14
2011 3200 367 8.72
3 PTBA 2007 12000 330 36.36
2008 6900 741 9.31
2009 17250 1184 14.57
2010 22950 872 26.32
2011 17350 1339.77 12.95
4 ANTM 2007 4475 538 8.32
2008 1090 143 7.62
2009 2200 63 34.73
2010 2450 176 13.88
2011 1620 201.74 8.03
5 RUIS 2007 450 47 9.57
2008 420 39 10.77
2009 183 24 7.57
2010 200 16 12.59
2011 220 5 42.26
Sumber : Laporan keuangan dan Hasil Pengolahan Data, 2013
4.1.5 Gambaran Keputusan Pendanaan Pada Perusahaan Pertambangan
Keputusan Pendanaan merupakan variabel moderasi kedua (Z2) dalam
penelitian ini. Debt Equity Ratio digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur
bauran dana dalam neraca dan membuat perbandingan antara dana yang diberikan
oleh pemilik (ekuitas) dan dana yang dipinjam (hutang).
Dalam menghitung rasio tersebut digunakan rumus :
Irham Fahmi (2011:128)
Berikut ini adalah data keputusan pendanaan dari perusahaan yang dijadikan
sampel selama tahun 2007-2011 :
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Keputusan Pendanaan
Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2007-2011
(dalam jutaan rupiah)
No Kode Tahun Total liabilities
Total
shareholders
equity DER
1 BUMI 2007 13,353,251 10,567,754 1.26
2008 40,695,177 12,762,016 3.19
2009 55,219,644 12,725,242 4.34
2010 58,987,907 14,544,969 4.06
2011 56,146,499 10,667,629 5.26
2 INCO 2007 4,715,792 13,059,707 0.36
2008 3,529,207 16,653,680 0.21
2009 4,292,924 14,864,276 0.29
2010 4,588,961 15,103,441 0.30
2011 5,914,086 16,042,824 0.37
3 PTBA 2007 1,116,799 2,799,118 0.40
2008 2,028,733 3,998,132 0.51
2009 2,292,740 5,701,372 0.40
2010 2,281,451 6,366,736 0.36
2011 3,342,102 8,165,002 0.41
4 ANTM 2007 3,273,118 8,763,579 0.37
2008 2,130,970 8,063,138 0.26
2009 1,748,127 8,148,939 0.21
2010 2,709,897 9,580,098 0.28
2011 4,429,192 10,772,044 0.41
5 RUIS 2007 232,479 180,136 1.29
2008 416,945 201,557 2.07
2009 352,437 211,017 1.67
2010 380,930 214,011 1.78
2011 774,059 211,863 3.65
Sumber : Laporan keuangan dan Hasil Pengolahan Data, 2013
4.1.6 Gambaran Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Pertambangan.
Kebijakan dividen merupakan variabel moderasi ketiga (Z3) dalam penelitian
ini. Dividend Payout Ratio digunakan dalam penelitian ini memperlihatkan hubungan
antara laba perusahaan dan kas yang dibayarkan untuk dividen.
Dalam menghitung rasio tersebut digunakan rumus :
Dividend Payout Ratio (DPR) = Dividend per Share
Earning per Share
(Ciaran Walsh,2003:152)
Berikut ini adalah data kebijakan dividen dari perusahaan yang dijadikan
sampel selama tahun 2007-2011 :
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Kebijakan Dividen
Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2007-2011
(dalam rupiah penuh)
No Kode Tahun
Dividend per
Share
Earning per
Share DPR
DPR
(%)
1 BUMI 2007 77.00 382.99 0.20 20.10
2008 50.60 209.75 0.14 13.89
2009 27.68 92.26 0.30 29.90
2010 41.78 134.68 0.31 31.02
2011 14.31 93.91 0.15 15.24
2 INCO 2007 209.00 10,663 0.02 2.00
2008 208.90 395 0.53 52.89
2009 104.56 187 0.65 64.63
2010 178.72 481 0.45 45.22
2011 214.40 367 0.58 58.42
3 PTBA 2007 105.39 330 0.32 31.94
2008 164.97 741 0.22 22.26
2009 533.40 1184 0.45 45.05
2010 532.12 872 0.60 60.00
2011 803.94 1339.77 0.60 60.03
4 ANTM 2007 215.23 538 0.40 40.01
2008 57.47 143 0.40 40.19
2009 25.38 63 0.40 40.29
2010 70.71 176 0.40 40.18
2011 90.99 201.74 0.45 45.10
5 RUIS 2007 12.00 47 0.26 25.53
2008 12.00 39 0.31 30.77
2009 12.00 24 0.50 50.00
2010 8.00 16 0.50 50.00
2011 4.00 5 0.77 76.83
Sumber : Laporan Keuangan dan Hasil Pengolahan Data, 2013
4.1.7 Gambaran Nilai Perusahaan (Price Book Value) Pada Perusahaan
Pertambangan
Nilai perusahaan merupakan variabel dependen (Y) dalam penelitian ini.
Nilai perusahaan pada penelitian ini dihitung menggunakan Price Book Value (PBV)
yang merupakan memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan.
Perusahaan dipandang baik oleh investor artinya perusahaan dengan laba dan arus kas
yang aman serta terus mengalami pertumbuhan.
Dalam menghitung rasio tersebut digunakan rumus :
Price Book Value (PBV) = Harga pasar per saham
Nilai Buku per saham
(Brigham dan Houston,2010:151)
Berikut ini adalah data nilai perusahaan dari perusahaan yang dijadikan
sampel selama tahun 2007-2011 :
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Nilai Perusahaan
Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2007-2011
(dalam rupiah penuh)
No Kode Tahun Closing Price Equity per Share PBV
1 BUMI 2007 6,000 545.00 11.01
2008 910 658.00 1.38
2009 2,425 656.00 3.70
2010 3,025 700.00 4.32
2011 2,175 513.52 4.24
2 INCO 2007 96,250 12604.00 7.64
2008 1,930 1672.00 1.15
2009 3,650 1739.00 2.10
2010 4,875 481.00 10.14
2011 3,200 1945.00 1.65
3 PTBA 2007 12,000 1215.00 9.88
2008 6,900 1735.00 3.98
2009 17,250 2474.00 6.97
2010 22,950 2763.00 8.31
2011 17,350 3544.00 4.90
4 ANTM 2007 4,475 4594.00 0.97
2008 1,090 845.00 1.29
2009 2,200 854.00 2.58
2010 2,450 1004.00 2.44
2011 1,620 1129.33 1.43
5 RUIS 2007 450 234.00 1.92
2008 420 262.00 1.60
2009 183 274.00 0.67
2010 200 278.00 0.72
2011 220 275.15 0.80
Sumber : Laporan Keuangan dan Hasil Pengolahan Data, 2013
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
4.2.1.1 Analisis Profitabilitas Pada Perusahaan Pertambangan
Profitabilitas pada penelitian ini diukur menggunakan Return On
Equity. Return On Equity (ROE) pada perusahaan Pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.7
Profitabilitas Perusahaan Pertambangan
Tahun 2007-2011
Perusahaan 2007 2008 2009 2010 2011
BUMI 70.32 31.89 24.06 20.17 18.28
INCO 84.60 23.63 10.78 26.04 18.87
PTBA 27.16 42.71 47.84 31.55 37.79
ANTM 58.57 16.97 7.42 17.57 17.87
RUIS 19.96 14.92 8.82 5.72 1.89
Selain itu Return On Equity pada perusahaan Pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011 dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :
Grafik 4.1
Profitabilitas Perusahaan Pertambangan Tahun 2007-2011
Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean,
nilai minimum, nilai maximum, dan standar deviasi. Statistik deskriptif penelitian
terhadap 5 perusahaan selama 5 periode (2007-2011) dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.8
Hasil analisis statistik deskriptif Profitabilitas
Menggunakan Eviews6
Mean 27.41600
Median 20.17000
Maximum 84.60000
Minimum 1.890000
Std. Dev. 20.17352
Sum 685.4000
Sum Sq. Dev. 9767.300
Observations 25
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
2007 2008 2009 2010 2011
BUMI
INCO
PTBA
ANTM
RUIS
Dari hasil perhitungan Return On Equity tahun 2007-2011 terhadap 5 perusahaan
yang menjadi sampel penelitian, rata-rata nilai Return On Equity adalah 27,42%.
Nilai Return On Equity tertinggi terdapat pada PT Vale Indonesia (INCO) Tbk. pada
tahun 2007 sebesar 84,6%. Hal tersebut terjadi karena perusahaan secara efisien
menggunakan modal sendiri untuk mengasilkan laba. Dengan laba yang besar maka
tercermin bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja perusahaan yang baik,
sehingga menarik investor untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan karena
tingkat pengembalian yang ditawarkan perusahaan atas investasi bagi para pemegang
saham sehingga akan menyebabkan baiknya penilaian investor terhadap perusahaan
yang menyebabkan meningkatnya harga saham dan nilai perusahaan. Nilai terendah
terdapat pada PT. Radiant Utama Interinsco (RUIS) Tbk. sebesar 1,89% pada tahun
2011, hal tersebut terjadi karena perusahaan memiliki komposisi total hutang semakin
besar dibanding dengan modal sendiri yaitu total hutang sebesar Rp.
774,059,000,000. dan total modal sendiri sebesar Rp. 211,863,000,000. Sehingga
berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar dan sangat
memungkinkan menurunkan kinerja perusahaan karena tingkat ketergantungn dengan
pihak luar semakin tinggi. Oleh karena itu, pihak manajemen harus mengeluarkan
kebijakan mengenai beban yang harus dikeluarkan meliputi beban operasi, beban non
operasi, beban bunga, serta gaji dan upah agar laba usaha yang ditambah pendapatan
(beban) lain-lain dan ditambah manfaat (beban) pajak dapat menghasilkan laba bersih
(Martono:2007). Sedangkan standar deviasi Return on Equity pada penelitian ini
adalah sebesar 20.17%.
Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Return On Equity (ROE),
dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya:
1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
2. Nilai rata-rata rasio Return On Equity (ROE) adalah sebesar 27,42.
3. Nilai tertinggi rasio Return On Equity (ROE) sebesar 84,6 dan nilai terendah
sebesar 1,89.
4. Selisih dari nilai tertinggi (84,6) dan terendah (1,89) yang kemudian dibagi 4
didapat hasil sebesar 1.158,775 yang digunakan sebagai nilai range untuk
setiap interval.
Tabel 4.15
Kriteria Penilaian
Kriteria Interval
Rendah 1,89 – 22,5675
Sedang 22,5676- 43,2451
Tinggi 43,2452- 63,9227
Sangat Tinggi 63,9228 – 84,600
5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Return On Equity (ROE) sebesar 27,42%
menunjukkan bahwa tingkat rasio ROE perusahaan Pertambangan pada
tahun 2007 sampai dengan 2011 masuk pada kriteria “sedang”karena
berada pada interval 22,5676- 43,2451.
Range = = 20,6775
4.2.1.2 Analisis Struktur Kepemilikan Pada Perusahaan Pertambangan
Struktur kepemilikan pada penelitian ini diukur menggunakan kepemilikan
institusional. Kepemilikan institusional perusahaan pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.9
Struktur Kepemilikan Perusahaan Pertambangan
Tahun 2007-2011
Perusahaan 2007 2008 2009 2010 2011
BUMI 23.73 23.73 23.73 29.18 29.18
INCO 20.72 20.72 20.72 20.72 20.23
PTBA 34.98 34.98 34.98 34.98 34.98
ANTM 35.00 35.00 35.00 35.00 35.00
RUIS 15.58 15.58 15.58 15.58 15.58
Kepemilikan institusional pada perusahaan pertambangan selama periode
2007-2011 dapat dilihat juga pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.2
Struktur Kepemilikan Perusahaan Pertambangan
Tahun 2007-2011
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
2007 2008 2009 2010 2011
BUMI
INCO
PTBA
ANTM
RUIS
Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean,
nilai minimum, nilai maximum, dan standar deviasi. Statistik deskriptif penelitian
terhadap 5 perusahaan selama 5 periode (2005-2010) dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.10
Hasil analisis statistik deskriptif
Struktur Kepemilikan Menggunakan Eviews6
Mean 26.41840
Median 23.73000
Maximum 35.00000
Minimum 15.58000
Std. Dev. 7.977044
Sum 660.4600
Observations 25
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Dari hasil perhitungan kepemilikan institusional tahun 2007-2011
terhadap 5 perusahaan yang menjadi sampel penelitian, rata-rata nilai kepemilikan
institusional adalah sebesar 26.41%. Nilai tertinggi terdapat pada PT. Aneka
Tambang (Persero) Tbk. sebesar 35%. Semakin tinggi kepemilikan institusional
maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan. Adanya kepemilikan
institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap
kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu mengoptimalkan nilai
perusahaan. Nilai terendah terdapat pada PT. Radiant Utama Interinsco (RUIS) Tbk.
sebesar 15.58%. Semakin rendah kepemilikan institusional maka semakin rendah
kontrol eksternal terhadap perusahaan. rendahnya kepemilikan institusional akan
menurunkan pengawasan terhadap manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan
yaitu mengoptimalkan nilai perusahaan. Karena Tujuan manajer mungkin
bertentangan dengan memaksimalisasi kekayaan pemegang saham. Khususnya
manajer mungkin lebih tertarik untuk memaksimalkan kekayaan mereka sendiri dari
pada kekayaan pemegang sahamnya. (Mamduh M Hanafi:2008). Sedangkan standar
deviasi Kepemilikan institusional pada penelitian ini adalah sebesar 7,977044.
Untuk menentukan penilaian atas rata-rata Kepemilikan institusional , dapat
dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya:
1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
2. Nilai rata-rata Kepemilikan institusional adalah sebesar 26,41.
3. Nilai tertinggi Kepemilikan institusional sebesar 35 dan nilai terendah
sebesar 15,58.
4. Selisih dari nilai tertinggi (35) dan terendah (15,58) yang kemudian dibagi
4 didapat hasil sebesar 4,855 yang digunakan sebagai nilai range untuk
setiap interval.
Tabel 4.15
Kriteria Penilaian
Kriteria Interval
Rendah 15,58 – 20,435
Sedang 20,436- 25,291
Tinggi 25,292- 30,147
Sangat Tinggi 30,148 – 35,00
Range = = 4,855
5. Dilihat dari nilai rata-rata Kepemilikan institusional sebesar 26,41%
menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan institusional perusahaan
Pertambangan pada tahun 2007 sampai dengan 2011 masuk pada kriteria
“tinggi”karena berada pada interval 25,292- 30,147.
4.2.1.3 Analisis Keputusan Investasi Pada Perusahaan Pertambangan
Keputusan investasi pada penelitian ini diukur menggunakan Price Earning
Ratio. Nilai Price Earning Ratio pada perusahaan Pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.11
Keputusan Investasi Perusahaan Pertambangan
Tahun 2007-2011
Perusahaan 2007 2008 2009 2010 2011
BUMI 15.67 4.34 26.28 26.27 23.16
INCO 9.03 4.88 19.48 10.14 8.72
PTBA 36.36 9.31 14.57 26.32 12.95
ANTM 8.32 7.62 34.73 13.88 8.03
RUIS 9.57 10.77 7.57 12.59 42.26
Selain itu Price Earning Ratio pada perusahaan pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011 dapat dilihat pada grafik dibawah
ini :
Grafik 4.3
Keputusan Investasi Perusahaan Pertambangan
Tahun 2007-2011
Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean,
nilai minimum, nilai maximum, dan standar deviasi. Statistik deskriptif penelitian
terhadap 5 perusahaan selama 5 periode (2007-2011) dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 4.12
Hasil analisis statistik deskriptif Keputusan Investasi
Menggunakan Eviews6
Mean 15.96040
Median 12.59000
Maximum 42.26000
Minimum 4.340000
Std. Dev. 10.35321
Sum 399.0100
Observations 25
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
2007 2008 2009 2010 2011
BUMI
INCO
PTBA
ANTM
RUIS
Dari hasil perhitungan Price Earning Ratio tahun 2007-2011 terhadap 5
perusahaan yang menjadi sampel penelitian, rata-rata nilai Price Earning Ratio
adalah 15,96040. Nilai Price Earning Ratio tertinggi terdapat pada PT. Radiant
Utama Interinsco (RUIS) Tbk. pada tahun 2011 sebesar 42,26. Hal ini disebabkan
Price Earning Ratio dipandang oleh para investor sebagai ukuran kekuatan
perusahaan untuk memperoleh laba dimasa yang akan datang. Perusahaan yang yang
mempunyai kesempatan tumbuh yang besar biasanya mempunyai Price Earning
Ratio yang tinggi, sebaliknya Price Earning Ratio akan rendah untuk perusahaan
yang berisiko (Munawir,2002). Nilai terendah terdapat pada PT. BUMI Resources
Tbk. sebesar 4,34 pada tahun 2008. Sedangkan standar deviasi Price Earning Ratio
pada penelitian ini adalah sebesar 10.35321.
Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Price Earning Ratio (PER) ,
dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya:
1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
2. Nilai rata-rata rasio Price Earning Ratio (PER)adalah sebesar 15,96040.
3. Nilai tertinggi rasio Price Earning Ratio (PER) sebesar 42,26 dan nilai
terendah sebesar 4,34.
4. Selisih dari nilai tertinggi (42,26) dan terendah (4,34) yang kemudian dibagi 4
didapat hasil sebesar 9,48 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap
interval.
Range = = 9,48
Tabel 4.15
Kriteria Penilaian
Kriteria Interval
Rendah 4,34 – 13,82
Sedang 13,83 – 23,31
Tinggi 23,32- 32,8
Sangat Tinggi 32,9 – 42,26
5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Price Earning Ratio (PER) sebesar
15,96040% menunjukkan bahwa tingkat PER perusahaan Pertambangan pada
tahun 2007 sampai dengan 2011 masuk pada kriteria “sedang”karena berada
pada interval 13,83 – 23,31.
4.2.1.4 Analisis Keputusan Pendanaan Pada Perusahaan Pertambangan
Keputusan pendanaan pada penelitian ini diukur menggunakan debt to equity
ratio. Debt to equity ratio perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.13
Keputusan Pendanaan Perusahaan Pertambangan
Tahun 2007-2011
Perusahaan 2007 2008 2009 2010 2011
BUMI 1.26 3.19 4.34 4.06 5.26
INCO 0.36 0.21 0.29 0.30 0.37
PTBA 0.40 0.51 0.40 0.36 0.41
ANTM 0.37 0.26 0.21 0.28 0.41
RUIS 1.29 2.07 1.67 1.78 3.65
Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan pertambangan selama periode
2007-2011 dapat dilihat juga pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.4
Keputusan Pendanaan Perusahaan Pertambangan
Tahun 2007-2011
Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean,
nilai minimum, nilai maximum, dan standar deviasi. Statistik deskriptif penelitian
terhadap 5 perusahaan selama 5 periode (2007-2011) dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 4.14
Hasil analisis statistik deskriptif Keputusan Pendanaan
Menggunakan Eviews6
Mean 1.348400
Median 0.410000
Maximum 5.260000
Minimum 0.210000
Std. Dev. 1.532731
Sum 33.71000
Observations 25
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Dari hasil perhitungan Debt To Equity Ratio tahun 2007-2011
terhadap 5 perusahaan yang menjadi sampel penelitian, rata-rata nilai Debt To Equity
Ratio adalah 1,3484. Nilai tertinggi terdapat pada PT.BUMI Resources Tbk. sebesar
5,26 pada tahun 2011. Debt to Equity Ratio mencerminan struktur finansial
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
2007 2008 2009 2010 2011
BUMI
INCO
PTBA
ANTM
RUIS
perusahaan. Semakin tinggi DER maka semakin rendah kepercayaan investor yang
menanamkan investasinya dalam bentuk saham. Nilai terendah terdapat pada PT.
Aneka Tambang (Persero) Tbk. sebesar 0,21 pada tahun 2009. Artinya, PT. Aneka
Tambang (Persero) Tbk. merupakan perusahaan pertambangan yang menggunakan
hutang paling sedikit sebagai sumber pendanaan pada tahun 2009. Sedangkan standar
deviasi Debt To Equity Ratio pada penelitian ini adalah sebesar 1,53273.
Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Debt To Equity Ratio (DER) ,
dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya:
1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
2. Nilai rata-rata rasio Debt To Equity Ratio (DER) adalah sebesar 1,3484.
3. Nilai tertinggi rasio Debt To Equity Ratio (DER) sebesar 5,26 dan nilai
terendah sebesar 0,21.
4. Selisih dari nilai tertinggi (5,26) dan terendah (0,21) yang kemudian dibagi 4
didapat hasil sebesar 1,2625 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap
interval.
Tabel 4.15
Kriteria Penilaian
Kriteria Interval
Rendah 0,21 – 1,4725
Sedang 1,4726 – 2,7331
Tinggi 2,7332 – 3,9937
Sangat Tinggi 3,9938 – 5,26
5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Debt To Equity Ratio (DER) sebesar 1,3484
menunjukkan bahwa tingkat DER perusahaan Pertambangan pada tahun 2007
Range = = 1,2605
sampai dengan 2011 masuk pada kriteria “rendah”karena berada pada
interval 0,21 – 1,4725.
4.2.1.5 Analisis Kebijakan Dividen pada Perusahaan Pertambangan
Kebijakan Dividen pada penelitian ini diukur menggunakan dividend payout
ratio. Dividend payout ratio perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.15
Kebijakan Dividen Perusahaan Pertambangan
Tahun 2007-2011
Perusahaan 2007 2008 2009 2010 2011
BUMI 20.10 13.89 29.90 31.02 15.24
INCO 2.00 52.89 64.63 45.22 58.42
PTBA 31.92 22.26 45.05 60.00 60.03
ANTM 40.01 40.19 40.29 40.18 45.10
RUIS 25.53 30.77 50.00 50.00 76.83
Adapun Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan Pertambangan selama
periode 2007-2011 dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.5
Kebijakan Dividen Perusahaan Pertambangan
Tahun 2007-2011
Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean,
nilai minimum, nilai maximum, dan standar deviasi. Statistik deskriptif penelitian
terhadap 5 perusahaan selama 5 periode (2007-2011) dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 4.16
Hasil analisis statistik deskriptif Kebijakan Dividen
Menggunakan Eviews6
Mean 39.65960
Median 40.19000
Maximum 76.83000
Minimum 2.000000
Std. Dev. 17.72175
Sum 991.4900
Observations 25
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
2007 2008 2009 2010 2011
BUMI
INCO
PTBA
ANTM
RUIS
Dari hasil perhitungan Dividend Payout Ratio (DPR) tahun 2007-2011
terhadap 5 perusahaan yang menjadi sampel penelitian, rata-rata nilai Dividend
Payout Ratio adalah 39, 66%. Nilai tertinggi terdapat pada PT. Radiant Utama
Interinsco (RUIS) Tbk. sebesar 76,83% pada tahun 2011. Artinya, merupakan
perusahaan pertambangan yang paling banyak menggunakan laba yang diterima untuk
membayar dividen dibandingkan dengan menginvestasikannya kembali sebagai laba
ditahan. Nilai terendah terdapat pada PT Vale Indonesia Tbk. sebesar 2%. Artinya,
PT Vale Indonesia Tbk. merupakan perusahaan pertambangan yang paling sedikit
menggunakan laba yang diterima untuk membayar dividen. Sedangkan standar
deviasi Dividend Payout Ratio pada penelitian ini adalah sebesar 17,90%.
Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Dividend Payout
Ratio (DPR) , dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-
langkahnya:
1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
2. Nilai rata-rata rasio Dividend Payout Ratio (DPR)adalah sebesar 39,58.
3. Nilai tertinggi rasio Dividend Payout Ratio (DPR) sebesar 76,83 dan nilai
terendah sebesar 0,02.
4. Selisih dari nilai tertinggi (76,83) dan terendah (0,02) yang kemudian dibagi 4
didapat hasil sebesar 19,2025 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap
interval.
Range = = 19,2025
Tabel 4.15
Kriteria Penilaian
Kriteria Interval
Rendah 0,02 – 19,2225
Sedang 19,2226 – 38,4251
Tinggi 38,4252 – 57,6277
Sangat Tinggi 57,6278 – 76,83
5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Dividend Payout Ratio (DPR) sebesar 1,3484
menunjukkan bahwa tingkat DPR perusahaan Pertambangan pada tahun 2007
sampai dengan 2011 masuk pada kriteria “tinggi”karena berada pada interval
38,4252 – 57,6277.
4.2.1.6 Analisis Nilai Perusahaan pada perusahaan Pertambangan
Nilai perusahaan pada penelitian ini merupakan variabel dependen. Nilai
perusahaan dihitung menggunakan Price Book Value (PBV). Nilai PBV pada
perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahu 2007-2011
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.17
Nilai Perusahaan Perusahaan Pertambangan
Tahun 2007-2011
Perusahaan 2007 2008 2009 2010 2011
BUMI 11.02 1.38 3.70 4.32 4.24
INCO 7.64 1.15 2.10 10.14 1.65
PTBA 9.88 3.98 6.97 8.31 4.90
ANTM 0.97 1.29 2.58 2.44 1.43
RUIS 1.92 1.60 0.67 0.72 0.80
Adapun nilai perusahaan pada perusahaan pertambangan selama periode
2008-2010 dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.6
Nilai Perusahaan Perusahaan Pertambangan
Tahun 2007-2011
Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean,
nilai minimum, nilai maximum, dan standar deviasi. Statistik deskriptif penelitian
terhadap 5 perusahaan selama 5 periode (2007-2011) dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
2007 2008 2009 2010 2011
BUMI
INCO
PTBA
ANTM
RUIS
Tabel 4.18
Hasil analisis statistk deskriptif Nilai Perusahaan
Menggunakan Eviews6
Mean 3.831600
Median 2.440000
Maximum 11.02000
Minimum 0.670000
Std. Dev. 3.267805
Sum 95.79000
Observations 25
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Dari hasil perhitungan Price Book Value (PBV) tahun 2007-2011
terhadap 5 perusahaan yang menjadi sampel penelitian, rata-rata nilai Price Book
Value (PBV) adalah 3,8316.
Nilai tertinggi terdapat pada PT. BUMI Resources sebesar 11,02 pada tahun
2007. Semakin besar Price Book Value maka semakin besar nilai yang diberikan
pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah
perusahaan yang terus tumbuh dan cenderung mempunyai tingkat return yang lebih
besar. Nilai terendah terdapat pada PT Radian Utama Interinsco (RUIS) Tbk. sebesar
0,67 pada tahun 2009. Semakin kecil Price Book Value mencerminkan perusahaan
tersebut mengalami penurunan pertumbuhan dan cenderung mempunyai tingkat
return yang rendah. Sedangkan standar deviasi Price Book Value pada penelitian ini
adalah sebesar 3,267805.
Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Price Book Value (PBV) ,
dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya:
1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
2. Nilai rata-rata rasio Price Book Value (PBV) adalah sebesar 3,8316.
3. Nilai tertinggi rasio Price Book Value (PBV) sebesar 11,02 dan nilai terendah
sebesar 0,67.
4. Selisih dari nilai tertinggi (11,02) dan terendah (0,67) yang kemudian dibagi 4
didapat hasil sebesar 19,2025 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap
interval.
Tabel 4.15
Kriteria Penilaian
Kriteria Interval
Rendah 0,67 – 3,2575
Sedang 3,2576 – 5,8451
Tinggi 5,8452 – 8,4327
Sangat Tinggi 8,4328 – 11,02
5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Price Book Value (PBV) sebesar 3,8316
menunjukkan bahwa tingkat PBV perusahaan Pertambangan pada tahun 2007
sampai dengan 2011 masuk pada kriteria “sedang”karena berada pada
interval 3,2576 – 5,8451.
Range = = 2,5875
4.2.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
1. Analisis Regresi Linier Sederhana
Model pertama yang akan diuji adalah pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan tanpa variabel moderasi. Berdasarkan hasil pengolahan data
menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil uji Chow yang signifikan dan uji
Hausman juga signifikan sehingga diputuskan menggunakan model fixxed-effect.
Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan
tanpa variabel moderasi.
Tabel 4.19
Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Tanpa Variabel Moderasi
Tanpa Moderasi
Independen
Variabel
Koefisien
Regressi Std. error thitung P R Square
(Constant) 1.870 0.815 2.294 0.033 0.621
ROE 5.661 2.375 2.384 0.028 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.19 di atas
maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:
Y = 1.870 + 5.661 X +
a. Konstanta sebesar 1,870 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel Return On
Equity maka Nilai Perusahaan adalah sebesar 1,870 dengan syarat variabel
lain yang ikut mempengaruhi Nilai Perusahaan dianggap konstan. Artinya,
Apabila Return On Equity tidak mengalami perubahan maka rata-rata Nilai
Perusahaan sebesar 1,870.
b. Koefisien regresi X sebesar 5,661 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan pada variabel ROE,maka akan menaikan Nilai
Perusahaan sebesar 5,661 satuan dengan variabel lain dianggap konstan.
Namun sebaliknya, jika variabel ROE mengalami penurunan sebesar
5,661,maka Nilai Perusahaan juga diprediksi akan mengalami penurunan
sebesar 5,661.
2. Analisis Korelasi Pearson
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan computer Eviews6, r2
adalah 0,621 maka untuk mencari r adalah:
R =
R =
R = 0,788
Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien korelasi ini adalah 0,788. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat antara variabel X1 (return on assets)
dengan variabel Y (Nilai Perusahaan).
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.19 di atas,
maka hasil didapat nilai Koefisien return on equity sebesar 5,661 yang mempunyai
arti bahwa terdapat hubungan positif antara return on equity dengan nilai perusahaan.
Nilai positif menunjukan bahwa terdapat hubungan searah, sehingga apabila terjadi
kenaikan return on equity maka akan diikuti oleh kenaikan nilai perusahaan. ROE
mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan kepada para
pemegang saham. Rasio ini menunjukan efisiensi modal sendiri. Semakin tinggi rasio
ini akan semakin baik. (Kasmir,2012:204).
3. Pengujian Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return On Equity (X) terhadap
Nilai Perusahaan (Y), maka digunakan analisis koefisien determinasi yang disajikan
pada tabel 4.19.
Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah
sebesar 0,621. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa besarnya pengaruh Return On
Equity (X) terhadap Nilai Perusahaan (Y) tanpa variabel moderasi adalah sebesar
62,1%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar 37,9% dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain yang tidak diteliti penulis.
4. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui
hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
terdapat atau tidaknya hubungan antara return on equity dengan nilai perusahaan.
Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai
perusahaan.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi berpengaruh atau
tidak, maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan
(level of significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).
Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
Taraf signifikasi α =5%, dk= n-2-1 = 25-3 = 22, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:22)=
1.717. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 terlihat pada tabel 4.19.
Berdasarkan perhitungan di atas, nilai thitung (2,384) lebih besar dari ttabel (1.717)
maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha,
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI. hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian Sujoko dan Soebintoro (2007) yang menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
menurutnya temuan ini mendukung signaling theory, Battcharya (1979) yang
menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai earning yang semakin meningkat
merupakan signal bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang bagus dimasa
yang akan datang.
4.2.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel
Moderasi
4.2.3.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Keputusan Investasi Sebagai Variabel Moderasi
1. Analisis Moderate Regression Analysis (MRA)
Model ketiga yang akan diuji adalah pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan yang dimoderasi oleh keputusan investasi. Berdasarkan hasil pengolahan
data menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil uji Chow yang tidak signifikan
sehingga diputuskan menggunakan model common-effect. Berikut rangkuman hasil
pengujian pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan keputusan
investasi sebagai variabel moderasi.
Tabel 4.20
Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai perusahaan
Dengan Keputusan investasi Sebagai Variabel Moderasi.
Independen
Variabel
Koefisien
Regressi Std. error t-hitung P R Square
(Constant) 0.137 0.289 0.475 0.639 0.891
ROE 1.359 1.913 0.711 0.485
PER -0.022 0.018 -1.244 0.227
ROE*PER 0.817 0.198 4.151 0.000 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.21 di atas
maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:
Y = 0.137 + 1.359 X - 0.022 Z1 + 0.817 X1Z1 +
a. Konstanta sebesar 0,137 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel ROE
dan PER maka Nilai Perusahaan adalah sebesar 0,137 dengan syarat
variabel lain yang ikut mempengaruhi Nilai Perusahaan dianggap konstan.
Artinya, Apabila ROE dan PER tidak mengalami perubahan maka rata-
rata Nilai Perusahaan sebesar 0,137.
b. Koefisien regresi X1 sebesar 1,359 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan pada variabel ROE,maka akan menaikan Nilai
Perusahaan sebesar 1,359 satuan dengan variabel lain dianggap konstan.
c. Koefisien regresi Z1 sebesar -0,022 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan pada variabel PER, maka akan menurunkan Nilai
Perusahaan sebesar -0,022 satuan dengan catatan variabel lain dianggap
konstan.
d. Koefisien regresi X1Z1 0,817 yang menyatakan bahwa setiap penambahan
1 satuan pada variabel moderasi,maka akan menaikan Nilai Perusahaan
sebesar 0,817 satuaan dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
Artinya setiap peningkatan 1 satuan Price Earning Ratio sebagai variabel
moderator pada perusahaan maka akan menaikan nilai perusahaan sebesar
0,817.
2. Analisis Korelasi Ganda
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.21 di atas,
maka hasil didapat nilai Koefisien regresi interaksi variabel profitabilitas (return
on equity) dengan Pendanaan (price earning ratio) sebesar 0,817. Angka tersebut
menunjukan Koefisien regresi interaksi variabel profitabilitas (return on equity)
dengan keputusan Investasi (Price Earning Ratio) bertanda positif. Nilai positif
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang searah, menunjukkan bahwa
profitabilitas yang tinggi jika didukung dengan keputusan investasi yang tinggi
akan meningkatkan nilai perusahaan. Bringham dan Gapenski (1999) dalam
Muhamad, Sutrisno, dan Ali (2011) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil.
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian
besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Menurut
signaling theory, pengeluaran investasi memberikan sinyal positif mengenai
pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan
harga saham yang digunakan sebagai indikator nilai perusahaan.
3. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return On Equity (X) terhadap
Nilai Perusahaan (Y) dengan Price Earning Ratio (Z) sebagai moderasi (moderator),
maka digunakan analisis koefisien determinasi yang disajikan pada tabel 4.21.
Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah
sebesar 0,891. Dalam hal ini dilihat bahwa besarnya pengaruh Return On Equity (X)
terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Price Earning Ratio (Z) sebagai moderator
adalah sebesar 89,1%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar 10,9% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.
Dapat diketahui bahwa dengan dimoderasi Price Earning Ratio, Return On
Equity memberikan pengaruh sebesar 89,1% terhadap Nilai Perusahaan dengan arah
yang positif. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan masuknya Price Earning Ratio
sebagai variabel moderasi menaikan pengaruh Return On Equity terhadap nilai
perusahaan. Dengan melihat hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Price
earning Ratio memperkuat hubungan Return On Equity terhadap Nilai perusahaan
pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI.
4. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui
hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
terdapat atau tidaknya hubungan antara return on equity dengan nilai perusahaan
dengan price earning ratio sebagai varibel moderasi (moderator). Adapun hipotesisnya
adalah sebagai berikut:
H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel
moderasi.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan
dengan keputusan investasi sebagai variabel moderasi.
Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi berpengaruh atau
tidak, maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan
(level of significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).
Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
Taraf signifikasi α =5%, dk= n-3-1 = 25-4 = 21, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:21)=
1.720. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 terlihat pada tabel 4.1.
Untuk menguji hipotesis diatas terlebih dahulu dicari nilai thitung untuk
interaksi variabel profitabilitas dengan keputusan investasi, dimana dari hasil
pengolahan seperti terlihat pada tabel 4.21 diperoleh nilai thitung untuk interaksi
variabel profitabilitas dengan keputusan investasi sebesar 4.151 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000. Kemudian dari tabel untuk tingkat signifikansi ( ) 0.05
derajat bebas 21 pada pengujian dua sisi diperoleh nilai ttabel sebesar 1.720.
Karena nilai thitung interaksi variabel profitabilitas dengan investasi (4,151)
lebih besar dari ttabel (1.720), maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk
menolak Ho dan menerima Ha sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan keputusan investasi sebagi variabel
moderasi pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI. Penelitian ini
mendukung pecking order theory yang menjelaskan bahwa semakin tinggi
profitabilitas perusahaan, maka perusahaan akan lebih memilih untuk mendanai
perusahaan dengan menggunakan modal internal. Teori yang dikemukakan oleh
Modigliani dan Miller menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning
powers.
4.2.3.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Keputusan
Pendanaan Sebagai Variabel Moderasi
1. Analisis Moderate Regression Analysis (MRA)
Model keempat yang akan diuji adalah pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan yang dimoderasi oleh keputusan pendanaan. Berdasarkan hasil
pengolahan data menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil uji Chow yang
signifikan dan uji Hausman tidak signifikan sehingga diputuskan menggunakan
model random-effect. Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh profitabilitas
terhadap nilai perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi.
Tabel 4.21
Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai perusahaan
Dengan Keputusan pendanaan Sebagai Variabel Moderasi.
Independen
Variabel
Koefisien
Regressi Std. error t-hitung P R Square
(Constant) 1.953 1.171 1.668 0.110 0.307
ROE 6.800 2.523 2.696 0.013
DER -0.268 0.584 -0.459 0.651
ROE*DER -0.166 1.681 -0.099 0.922 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.23 di atas
maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:
Y = 1.953 + 6.800 X1- 0.268 Z2- 0.166 X1Z2 +
a. Konstanta sebesar 1,953 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel ROE
dan DER maka Nilai Perusahaan adalah sebesar 1,953 dengan syarat
variabel lain yang ikut mempengaruhi Nilai Perusahaan dianggap konstan.
Artinya, Apabila ROE dan DER tidak mengalami perubahan maka rata-
rata Nilai Perusahaan sebesar 1,953.
b. Koefisien regresi X1 sebesar 6,800 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan pada variabel ROE,maka akan menaikan Nilai
Perusahaan sebesar 6,800 satuan dengan variabel lain dianggap konstan.
c. Koefisien regresi Z2 sebesar -0,268 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan pada variabel DER, maka akan menurunkan Nilai
Perusahaan sebesar -0,268 satuan dengan catatan variabel lain dianggap
konstan.
d. Koefisien regresi X1Z2 -0,166 yang menyatakan bahwa setiap penambahan
1 satuan pada variabel moderasi,maka akan menurunkan Nilai Perusahaan
sebesar -0,166 satuaan dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
Artinya setiap peningkatan 1 satuan Debt to Equity Ratio sebagai variabel
moderator pada perusahaan maka akan menurunkan nilai perusahaan
sebesar -0,166.
2. Analisis Korelasi Ganda
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan r Eviews6, r2
adalah 0,307 maka untuk mencari r adalah:
R =
R =
R = 0,554
Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien korelasi ini adalah 0,554. , maka
dapat diketahui bahwa hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar 0,554 yang
mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang sedang antara return on equity
dengan dimoderasi oleh debt to equity ratio terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.22 di atas
maka hasil didapat nilai koefisien Koefisien regresi interaksi variabel profitabilitas
(return on equity) dengan Pendanaan (Debt to Equity Ratio) sebesar -0,166. Angka
tersebut menunjukan Koefisien regresi interaksi variabel profitabilitas (return on
equity) dengan keputusan Pendanaan (Debt to Equity Ratio) bertanda negatif. Nilai
negatif menunjukan bahwa terdapat hubungan berbanding terbalik, menunjukkan
bahwa profitabilitas yang tinggi jika didukung dengan keputusan pendanaan yang
tinggi akan menurunkan nilai perusahaan. Sebaliknya profitabilitas yang rendah jika
didukung dengan keputusan pendanaan yang rendah akan meningkatkan nilai
perusahaan. Dalam Trade-off Theory perusahaan-perusahaan yang profitabilitas
tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio
hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Nilai
perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat utang yang
semakin besar dalam teori pendekatan tradisional.
3. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return On Equity (X) terhadap
Nilai Perusahaan (Y) dengan Debt to Equity Ratio (Z) sebagai moderasi (moderator),
maka digunakan analisis koefisien determinasi yang disajikan pada tabel 4.22.
Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah
sebesar 0,307. Dalam hal ini dilihat bahwa besarnya pengaruh Return On Equity (X)
terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Debt to Equity Ratio (Z) sebagai moderator
adalah sebesar 30,7%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar 69,3% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.
Dapat diketahui bahwa dengan dimoderasi Debt to Equity Ratio, ,
profitabilitas hanya memberikan pengaruh sebesar 30,7% terhadap nilai perusahaan
dengan arah yang negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan masuknya keputusan
pendanaan sebagai variabel moderasi justru menurunkan pengaruh profitabilitas
terhadap nilai perusahaan. Dengan melihat hasil tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa keputusan pendanaan memperlemah hubungan profitabilitas terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI.
4. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui
hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat
atau tidaknya hubungan antara return on equity dengan nilai perusahaan dengan Debt to
Equity Ratio sebagai varibel moderasi (moderator). Adapun hipotesisnya adalah sebagai
berikut:
H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel
moderasi.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan
dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi.
Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi berpengaruh atau tidak,
maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan (level of
significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).
Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
Taraf signifikasi α =5%, dk= n-3-1 = 25-4 = 21, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:21)=
1.720. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 terlihat pada tabel 4.22.
Untuk menguji hipotesis diatas terlebih dahulu dicari nilai thitung untuk
interaksi variabel profitabilitas dengan keputusan pendanaan, dimana dari hasil
pengolahan seperti terlihat pada tabel 4.3 diperoleh nilai thitung untuk interaksi variabel
profitabilitas dengan keputusan pendanaan sebesar 0,099 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,922. Kemudian dari tabel untuk tingkat signifikansi ( ) 0.05 derajat bebas
21 pada pengujian dua sisi diperoleh nilai ttabel sebesar 1.720.
Karena nilai thitung interaksi variabel profitabilitas dengan keputusan
pendanaan (0,099) lebih kecil dari ttabel (1.720), maka pada tingkat kekeliruan 5%
diputuskan untuk menerima Ho dan menolak Ha sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat pegaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan keputusan
pendanaan sebagai variabel moderasi pada perusahaan Pertambangan yang listing di
BEI. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Muhammad ikbal, Sutrisno dan Ali
Djamhuri (2011) yang menyatakan bahwa profitabilitas terhadap kebijakan utang dan
kebijakan utang terhadap nilai perusahan tidak berpengaruh signifikan menurutnya
temuan ini mendukung hipotesis pecking order theory (Myers dan Maijluf, 1984)
yang menjelaskan bahwa semakin tinggi profitability perusahaan, maka perusahaan
akan lebih memilih untuk mendanai perusahaan dengan mnggunakan modal internal.
4.2.3.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan
Dividen Sebagai Variabel Moderasi
1. Analisis Moderate Regression Analysis (MRA)
Model kelima yang akan diuji adalah pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan yang dimoderasi oleh kebijakan dividen. Berdasarkan hasil pengolahan
data menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil uji Chow yang signifikan dan
uji Hausman tidak signifikan sehingga diputuskan menggunakan model random-
effect. Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
Tabel 4.22
Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai perusahaan
Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi.
Independen
Variabel
Koefisien
Regressi Std. error t-hitung P R Square
(Constant) 1.125 1.827 0.616 0.545 0.377
ROE 9.720 2.643 3.677 0.001
DPR 3.291 3.093 1.064 0.299
ROE*DPR -18.06 8.924 -2.024 0.055 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.1 di atas
maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:
Y = 1.125 + 9.720 X1 + 3.291 Z3 - 18.06 X1Z3 +
a. Konstanta sebesar 1,125 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel ROE
dan DPR maka Nilai Perusahaan adalah sebesar 1,125 dengan syarat
variabel lain yang ikut mempengaruhi Nilai Perusahaan dianggap konstan.
Artinya, Apabila ROE dan DPR tidak mengalami perubahan maka rata-
rata Nilai Perusahaan sebesar 1,125.
b. Koefisien regresi X1 sebesar 9,720 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan pada variabel ROE ,maka akan menaikan Nilai
Perusahaan sebesar 9,720 satuan dengan variabel lain dianggap konstan.
c. Koefisien regresi Z3 sebesar 3,291 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan pada variabel DPR, maka akan menaikan Nilai
Perusahaan sebesar 3,291 satuan dengan catatan variabel lain dianggap
konstan.
d. Koefisien regresi X1Z3 -18,06 yang menyatakan bahwa setiap penambahan
1 satuan pada variabel moderasi,maka akan menurunkan Nilai Perusahaan
sebesar -18,06 satuaan dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
Artinya setiap peningkatan 1 satuan Dividend Payout Ratio sebagai
variabel moderator pada perusahaan maka akan menurun nilai perusahaan
sebesar -18,06.
2. Analisis Korelasi Ganda
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan r Eviews6, r2
adalah 0,377 maka untuk mencari r adalah:
R =
R =
R = 0,614
Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien korelasi ini adalah 0,614. , maka
dapat diketahui bahwa hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar 0,614 yang
mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang kuat antara return on equity dengan
dimoderasi oleh dividend payout ratio terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.23 di atas
maka hasil didapat nilai koefisien Koefisien regresi interaksi variabel profitabilitas
(return on equity) dengan kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) sebesar -18,06.
Angka tersebut menunjukan Koefisien regresi interaksi variabel profitabilitas (return
on equity) dengan kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) bertanda negatif. Nilai
negatif menunjukan bahwa terdapat hubungan berbanding terbalik, menunjukkan
bahwa profitabilitas yang tinggi jika didukung dengan kebijakan dividen yang tinggi
akan menurunkan nilai perusahaan. Sebaliknya profitabilitas yang rendah jika
didukung dengan kebijakan dividen yang rendah akan meningkatkan nilai
perusahaan. Hasil ini mendukung teori tax preference yang menjelaskan bahwa
kebijakan dividen mempunyai pengaruh negatif terhadap harga pasar perusahaan
artinya semakin besar jumlah dividen yang dibagikan oleh perusahaan, semakin
rendah harga pasar perusahaan yang bersangkutan. Menurut Weston dan Brigham
(2005) dalam Rodoni dan Ali (2010:123) perusahaan besar yang sudah mempunyai
profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang stabil akan lebih mudah memasuki
pasar modal atau memperoleh dana dari luar untuk pembiayaan. Karena itu
perusahaan yang sudah mantap akan mempunyai tingkat dividen yang lebih tinggi
dibanding dengan perusahaan kecil atau masih baru.
3. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return On Equity (X) terhadap
Nilai Perusahaan (Y) dengan Dividend Payout Ratio (Z) sebagai moderasi
(moderator), maka digunakan analisis koefisien determinasi yang disajikan pada tabel
4.23.
Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah
sebesar 0,377. Dalam hal ini dilihat bahwa besarnya pengaruh Return On Equity (X)
terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Dividend Payout Ratio (Z) sebagai moderator
adalah sebesar 37,7%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar 62,3% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang tidk diteliti oleh penulis.
Dapat diketahui bahwa dengan dimoderasi Dividend Payout Ratio, Return On
Equity memberikan pengaruh sebesar 37,7% terhadap Nilai Perusahaan dengan arah
yang negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan masuknya kebijakan dividen
sebagai variabel moderasi justru menurunkan pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan. Dengan melihat hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan
dividen memperlemah hubungan profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan Pertambangan yang listing di BEI.
4. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui
hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat
atau tidaknya hubungan antara return on equity dengan nilai perusahaan dengan Dividend
Payout Ratio sebagai varibel moderasi (moderator). Adapun hipotesisnya adalah sebagai
berikut:
H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai
perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan
dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak,
maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan (level of
significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).
Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
Taraf signifikasi α =5%, dk= n-3-1 = 25-4 = 21, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:21)=
1.720. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 for windows terlihat pada tabel
4.23.
Untuk menguji hipotesis diatas terlebih dahulu dicari nilai thitung untuk
interaksi variabel profitabilitas dengan kebijakan dividen, dimana dari hasil
pengolahan seperti terlihat pada tabel 4.23 diperoleh nilai thitung untuk interaksi
variabel profitabilitas dengan keputusan investasi sebesar 2.024 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,055. Kemudian dari tabel untuk tingkat signifikansi ( ) 0.05
derajat bebas 21 pada pengujian dua sisi diperoleh nilai ttabel sebesar 1.720.
Karena nilai thitung interaksi variabel profitabilitas dengan kebijakan dividen
(2,024) lebih besar dari ttabel (1.720), maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan
untuk merima Ho dan menolak Ha sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai
variabel moderasi pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI. Penelitian ini
sejalan dengan temuan Dhaliwal et al. 2003 dalam Muhammad ikbal, Sutrisno dan
Ali Djamhuri (2011) yang menyatakan bahwa profitabilitas yang tinggi cenderung
akan mendistribusikan porsi laba yang lebih besar sebagai dividen. Bagi sebagian
investor, pembagian dividen yang tinggi diindikasikan sebagai ketidakmampuan
perusahaan dalam mengelola free cashflownya. Investor seperti ini akan beranggapan
negatif terhadap perusahaan (Tendi Haruman,2008).
4.2.4 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan
1. Analisis Regresi Linier Sederhana
Model kedua yang akan diuji adalah pengaruh kepemilikan institusional
terhadap nilai perusahaan tanpa variabel moderasi. Berdasarkan hasil pengolahan data
menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil uji Chow yang signifikan dan uji
Hausman tidak signifikan sehingga diputuskan menggunakan model random-effect.
Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan tanpa variabel moderasi.
Tabel 4.23
Hasil Pengolahan Regresi Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai
Perusahaan tanpa Variabel Moderasi
Tanpa Moderasi
Independen
Variabel
Koefisien
Regressi Std. error thitung P R Square
(Constant) 0.863 2.914 0.296 0.770 0.027
KI? 10.15 10.83 0.937 0.358 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.20 di atas
maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:
Y = 0.863 + 10.15 X +
b. Konstanta sebesar 0,863 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel
kepemilikan institusional maka Nilai Perusahaan adalah sebesar 0,863 dengan
syarat variabel lain yang ikut mempengaruhi Nilai Perusahaan dianggap
konstan. Artinya, Apabila kepemilikan institusional tidak mengalami
perubahan maka rata-rata Nilai Perusahaan sebesar 0,863.
c. Koefisien regresi X sebesar 10,15 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan pada variabel kepemilikan institusional,maka akan
menaikan Nilai Perusahaan sebesar 10,15 satuan dengan variabel lain
dianggap konstan. Namun sebaliknya, jika variabel kepemilikan institusional
mengalami penurunan sebesar 10,15,maka Nilai Perusahaan juga diprediksi
akan mengalami penurunan sebesar 10,15.
2. Analisis Korelasi Pearson
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan computer Eviews6, r2
adalah 0,027 maka untuk mencari r adalah:
R =
R =
R = 0,164
Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien korelasi ini adalah 0,164. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan sangat rendah antara variabel X1
(kepemilikan institusional) dengan variabel Y (Nilai Perusahaan).
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.20 di atas,
maka hasil didapat nilai Koefisien kepemilikan institusional sebesar 0,164 yang
mempunyai arti bahwa terdapat hubungan positif antara kepemilikan institusional
dengan nilai perusahaan. Nilai positif menunjukan bahwa terdapat hubungan searah,
sehingga apabila terjadi kenaikan kepemilikan institusional maka akan diikuti oleh
kenaikan nilai perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan nilai
perusahaan ini digunakan sebagai pengukur keberhasilan perusahaan karena dengan
meningkatnya nilai perusahaan berarti meningkatnya kemakmuran pemilik
perusahaan atau pemegang saham. (Brigham,2010:7 )
3. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan institusional (X)
terhadap Nilai Perusahaan (Y), maka digunakan analisis koefisien determinasi yang
disajikan pada tabel 4.20.
Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah
sebesar 0,027. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa besarnya pengaruh kepemilikan
institusional (X) terhadap Nilai Perusahaan (Y) tanpa variabel moderasi adalah
sebesar 2,7%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar 97,3% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang tidak diteliti penulis.
4. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui
hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat
atau tidaknya hubungan antara kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan. Adapun
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari struktur kepemilikan terhadap
nilai perusahaan.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari struktur kepemilikan nilai perusahaan.
Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak,
maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan (level of
significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).
Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
Taraf signifikasi α =5%, dk= n-2-1 = 25-3 = 22, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:22)=
1.717. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 for windows terlihat pada tabel
4.20.
Untuk menguji hipotesis diatas terlebih dahulu dicari nilai thitung untuk
koefisien regresi variabel Kepemilikan institusional (KI), dimana dari hasil
pengolahan seperti terlihat pada tabel 4.20 diperoleh nilai thitung untuk variabel
kepemilikan institusional sebesar 0,937 dengan nilai signifikansi sebesar 0,358.
Kemudian dari tabel t untuk tingkat signifikansi ( ) 0.05 derajat bebas 22 pada
pengujian dua sisi diperoleh nilai ttabel sebesar 1.717.
Karena nilai thitung (0,937) lebih kecil dari ttabel (1.717) maka pada tingkat
kekeliruan 5% diputuskan untuk menerima Ho dan menolak Ha, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI. Hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian Untung Wahyudi dan Hartini (2006) yang menyatakan bahwa
struktur kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan tidak berpengaruh
signifikan.
4.2.5 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen
Sebagai Variabel Moderasi
4.2.5.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Keputusan Investasi Sebagai Variabel Moderasi
1. Analisis Moderate Regression Analysis (MRA)
Model keenam yang akan diuji adalah pengaruh kepemilikan institusional
terhadap nilai perusahaan yang dimoderasi oleh keputusan investasi. Berdasarkan
hasil pengolahan data menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil uji Chow yang
signifikan dan uji Hausman signifikan sehingga diputuskan menggunakan model
fixed-effect. Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh kepemilikan institusional
terhadap nilai perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel moderasi.
Tabel 4.24
Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai
perusahaan Dengan Keputusan investasi Sebagai Variabel Moderasi.
Independen
Variabel
Koefisien
Regressi Std. error t-hitung P R Square
(Constant) 10.08 17.51 0.576 0.572 0.808
KI -27.13 66.28 -0.409 0.687
PER -0.090 0.042 -2.122 0.049
KI*PER 0.475 0.168 2.818 0.011 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.24 di atas
maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:
Y= 10.08 – 27.13 X2 - 0.090 Z1 + 0.475 X2Z1 +
a. Konstanta sebesar 10,08 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel
kepemilikan institusional dan PER maka Nilai Perusahaan adalah sebesar
10,08 dengan syarat variabel lain yang ikut mempengaruhi Nilai
Perusahaan dianggap konstan. Artinya, Apabila kepemilikan institusional
dan PER tidak mengalami perubahan maka rata-rata Nilai Perusahaan
sebesar 10,08.
b. Koefisien regresi X2 sebesar -27,13 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan pada variabel kepemilikan institusional,maka akan
menurunkan Nilai Perusahaan sebesar -27,13 satuan dengan variabel lain
dianggap konstan.
c. Koefisien regresi Z1 sebesar -0,090 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan pada variabel PER, maka akan menurunkan Nilai
Perusahaan sebesar -0,090 satuan dengan catatan variabel lain dianggap
konstan.
d. Koefisien regresi X2Z1 0,475 yang menyatakan bahwa setiap penambahan
1 satuan pada variabel moderasi,maka akan menaikan Nilai Perusahaan
sebesar 0,475 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
Artinya setiap peningkatan 1 satuan Price Earning Ratio sebagai variabel
moderator pada perusahaan maka akan menaikan nilai perusahaan sebesar
0,475.
2. Analisis Korelasi Ganda
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan r Eviews6, r2
adalah 0,808 maka untuk mencari r adalah:
R =
R =
R = 0,898
Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien korelasi ini adalah 0,898. , maka
dapat diketahui bahwa hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar 0,898 yang
mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara kepemilikan
institusional dengan dimoderasi oleh price earning ratio terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.23 di atas
maka hasil didapat nilai koefisien Koefisien regresi interaksi variabel kepemilikan
institusional dengan keputusan investasi (price earning ratio) sebesar 0,475. Angka
tersebut menunjukan Koefisien regresi interaksi variabel kepemilikan institusional
dengan keputusan investasi (price earning ratio) bertanda positif. Nilai positif
menunjukan bahwa terdapat hubungan searah, sehingga menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional yang tinggi dan keputusan investasi yang tinggi akan
meningkatkan nilai perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI.
Pemegang saham institusional memiliki dorongan untuk melindungi investasi
mereka yang signifikan. (Friad and lang,1988; Mehran 1992). Keputusan investasi
sangat penting karena akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan
perusahaan dan merupakan inti dari seluruh analisis keuangan. (Gitma;2000 dan
Brealy & Myers;2000) dalam Tendi Haruman (2008).
3. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan institusional (X)
terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Price Earning Ratio (Z) sebagai moderasi
(moderator), maka digunakan analisis koefisien determinasi yang disajikan pada tabel
4.23.
Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah
sebesar 0,808. Dalam hal ini dilihat bahwa besarnya pengaruh kepemilikan
institusional (X) terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Price Earning Ratio (Z)
sebagai moderator adalah sebesar 80,8%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar
19,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidk diteliti oleh penulis.
Dapat diketahui bahwa dengan dimoderasi Price Earning Ratio, kepemilikan
institusional memberikan pengaruh sebesar 80,8% terhadap Nilai Perusahaan dengan
arah yang positif.. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan masuknya keputusan
investasi sebagai variabel moderasi menaikan pengaruh kepemilkan institusional
terhadap nilai perusahaan. Dengan melihat hasil tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa keputusan investasi memperkuat hubungan kepemilikan institusional terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI.
4. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui
hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat
atau tidaknya hubungan antara kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan dengan
price earning ratio sebagai varibel moderasi (moderator). Adapun hipotesisnya adalah
sebagai berikut:
H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel
moderasi.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel
moderasi.
Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak,
maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan (level of
significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).
Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
Taraf signifikasi α =5%, dk= n-3-1 = 25-4 = 21, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:21)=
1.720. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 terlihat pada tabel 4.24.
Untuk menguji hipotesis diatas terlebih dahulu dicari nilai thitung untuk
interaksi variabel Kepemilikan Institusional dengan keputusan investasi, dimana dari
hasil pengolahan seperti terlihat pada tabel 4.24 diperoleh nilai thitung untuk interaksi
variabel Kepemilikan Institusional dengan keputusan investasi sebesar 2,818 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,011. Kemudian dari tabel untuk tingkat signifikansi ( )
0.05 derajat bebas 21 pada pengujian dua sisi diperoleh nilai ttabel sebesar 1,323.
Karena nilai thitung interaksi variabel kepemilikan institusional dengan
investasi (2,808) lebih besar dari ttabel (1,720), maka pada tingkat kekeliruan 5%
diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh Struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan keputusan
investasi pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI. Hasil ini mendukung
teori sinyal, terjadinya pengeluaran untuk investasi oleh perusahaan dimasa yang
akan memberikan sinyal yang positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang
akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham yang merupakan indikator
dari nilai perusahaan.
4.2.5.2 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Keputusan Pendanaan Sebagai Variabel Moderasi
1. Analisis Moderate Regression Analysis
Model ketujuh yang akan diuji adalah pengaruh kepemilikan institusional
terhadap nilai perusahaan yang dimoderasi oleh keputusan pendanaan. Berdasarkan
hasil pengolahan data menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil uji Chow yang
signifikan dan uji Hausman tidak signifikan sehingga diputuskan menggunakan
model random-effect. Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh kepemilikan
institusional terhadap nilai perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel
moderasi.
Tabel 4.25
Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Keputusan Pendanaan Sebagai Variabel Moderasi.
Independen
Variabel
Koefisien
Regressi Std. error t-hitung P R Square
(Constant) 2.784 5.412 0.514 0.612 0.156
KI 8.251 19.05 0.433 0.669
DER -1.094 1.848 -0.592 0.560
KI*DER 0.170 7.909 0.021 0.983 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.24 di atas
maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:
Y = 2.784+ 8.251 X2 – 1.094 Z2 + 0.170 X2Z2
a. Konstanta sebesar 2,784 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel
kepemilikan institusional dan DER maka Nilai Perusahaan adalah sebesar
2,784 dengan syarat variabel lain yang ikut mempengaruhi Nilai
Perusahaan dianggap konstan. Artinya, Apabila kepemilikan institusional
dan DER tidak mengalami perubahan maka rata-rata Nilai Perusahaan
sebesar 2,784.
b. Koefisien regresi X2 sebesar 8,251 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan pada variabel kepemilikan institusional,maka akan
menaikan Nilai Perusahaan sebesar 8,251 satuan dengan variabel lain
dianggap konstan.
c. Koefisien regresi Z2 sebesar -1,094 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan pada variabel DER, maka akan menurunkan Nilai
Perusahaan sebesar -1,094 satuan dengan catatan variabel lain dianggap
konstan.
d. Koefisien regresi X1Z2 0,170 yang menyatakan bahwa setiap penambahan
1 satuan pada variabel moderasi,maka akan menaikan Nilai Perusahaan
sebesar 0,170 satuaan dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
Artinya setiap peningkatan 1 satuan Debt to Equity Ratio sebagai variabel
moderator pada perusahaan maka akan menaikan nilai perusahaan sebesar
0,170.
2. Analisis Korelasi Ganda
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan r Eviews6, r2
adalah 0,156 maka untuk mencari r adalah:
R =
R =
R = 0,394
Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien korelasi ini adalah 0,394. , maka
dapat diketahui bahwa hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar 0,394 yang
mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang sedang antara kepemilikan
institusional dengan dimoderasi oleh debt to equity ratio terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.24 di atas
maka hasil didapat nilai koefisien Koefisien regresi interaksi variabel kepemilikan
institusional dengan Pendanaan (Debt to Equity Ratio) sebesar 0,170. Angka tersebut
menunjukan Koefisien regresi interaksi variabel kepemilikan institusional dengan
keputusan Pendanaan (Debt to Equity Ratio) bertanda positif. Nilai positif
menunjukan bahwa terdapat hubungan searah, menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional yang tinggi jika didukung dengan keputusan pendanaan yang tinggi akan
menaikan nilai perusahaan. Sebaliknya kepemilikan institusional yang rendah jika
didukung dengan keputusan pendanaan yang rendah akan menurunkan nilai
perusahaan. Hasil ini mendukung Trade of Theory yang menjelaskan bahwa struktur
modal perusahaan ditentukan dengan mempertimbangkan manfaat pengurangan pajak
ketika utang meningkat di satu sisi dan meningkatnya agency cost (biaya agensi),
perusahaan berupaya mempertahankan struktur modal yang ditargetkan dengan
tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.
3. Pengujian Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan institusional (X)
terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Debt to Equity Ratio (Z) sebagai moderasi
(moderator), maka digunakan analisis koefisien determinasi yang disajikan pada tabel
4.24.
Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah
sebesar 0,156. Dalam hal ini dilihat bahwa besarnya pengaruh kepemilikan
institusional (X) terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Debt to Equity Ratio (Z)
sebagai moderator adalah sebesar 15,6%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar
84,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.
Dapat diketahui bahwa dengan dimoderasi Debt to Equity Ratio, , kepemilikan
institusional hanya memberikan pengaruh sebesar 15,6% terhadap nilai perusahaan
dengan arah yang positif. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan masuknya keputusan
pendanaan sebagai variabel moderasi akan menaikan pengaruh kepemilikan
institusional terhadap nilai perusahaan. Dengan melihat hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa keputusan pendanaan memperkuat hubungan kepemilikan
institusional terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang listing di
BEI.
4. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui
hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat
atau tidaknya hubungan antara kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan dengan
Debt to Equity Ratio sebagai varibel moderasi (moderator). Adapun hipotesisnya adalah
sebagai berikut:
.H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel
moderasi.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel
moderasi.
Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak,
maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan (level of
significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).
Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
Taraf signifikasi α =5%, dk= n-3-1 = 25-4 = 21, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:21)=
1.720. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 for windows terlihat pada tabel
4.24.
Untuk menguji hipotesis diatas terlebih dahulu dicari nilai thitung untuk
interaksi variabel Kepemilikan institusional dengan keputusan pendanaan, dimana
dari hasil pengolahan seperti terlihat pada tabel 4.24 diperoleh nilai thitung untuk
interaksi variabel Kepemilikan institusional dengan keputusan pendanaan sebesar
0,021 dengan nilai signifikansi sebesar 0,983. Kemudian dari tabel untuk tingkat
signifikansi ( ) 0.05 derajat bebas 21 pada pengujian dua sisi diperoleh nilai ttabel
sebesar 1,720.
Karena nilai thitung interaksi variabel Kepemilikan institusional dengan
keputusan pendanaan (0,021) lebih kecil dari ttabel (1.720), maka pada tingkat
kekeliruan 5% diputuskan untuk menerima Ho dan menolak Ha sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi pada perusahaan
Pertambangan yang listing di BEI. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Untung
Wahyudi dan Hartini (2006) yang menyatakan bahwa struktur kepemilikan
institusional terhadap keputusan keuangan (keputusan investasi, keputusan pendanaan
dan kebijakan dividen ) dan nilai perusahaan tidak berpengaruh signifikan.
4.2.5.3 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi
1. Analisis Moderate Regression Analysis
Model kedelapan akan akan diuji adalah pengaruh struktur kepemilikan
terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software eviews 6 diperoleh
hasil uji Chow yang signifikan dan uji Hausman tidak signifikan sehingga
diputuskan menggunakan model random-effect. Berikut rangkuman hasil
pengujian pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan
kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
Tabel 4.26
Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai
perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi.
Independen
Variabel
Koefisien
Regressi Std. error t-hitung P R Square
(Constant) 5.863 4.941 1.187 0.249 0.208
KI -1.318 20.62 -0.064 0.910
DPR -9.845 7.717 -1.276 0.216
KI*DPR 18.90 36.42 0.519 0.609 Sumber : data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.25 di atas
maka dapat dibentuk persamaan regresi dengan model taksiran sebagai berikut:
Y = 5.863 – 1.318 X2 – 9.845 Z3+ 18.90 X2Z3 +
a. Konstanta sebesar 5,863 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel
kepemilikan institusional dan DPR maka Nilai Perusahaan adalah sebesar
5,863 dengan syarat variabel lain yang ikut mempengaruhi Nilai
Perusahaan dianggap konstan. Artinya, Apabila kepemilikan institusional
dan DPR tidak mengalami perubahan maka rata-rata Nilai Perusahaan
sebesar 5,863.
b. Koefisien regresi X2 sebesar 1,318 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan pada variabel kepemilikan institusional ,maka akan
menaikan Nilai Perusahaan sebesar 1,318 satuan dengan variabel lain
dianggap konstan.
c. Koefisien regresi X5 sebesar 9,845 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan pada variabel DPR, maka akan menaikan Nilai
Perusahaan sebesar 9,845 satuan dengan catatan variabel lain dianggap
konstan.
d. Koefisien regresi X1X5 sebesar 18,90 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan pada variabel moderasi,maka akan menaikan Nilai
Perusahaan sebesar 18,90 satuaan dengan catatan variabel lain dianggap
konstan. Artinya setiap peningkatan 1 satuan Dividend Payout Ratio
sebagai variabel moderator pada perusahaan maka akan menaikan nilai
perusahaan sebesar 18,90.
2. Analisis Korelasi Ganda
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan r Eviews6, r2
adalah 0,208 maka untuk mencari r adalah:
R =
R =
R = 0,456
Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien korelasi ini adalah 0,456. , maka
dapat diketahui bahwa hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar 0,456 yang
mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang sedang antara kepemilikan
institusional dengan dimoderasi oleh dividend payout ratio terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti dirangkum pada tabel 4.25 di atas
maka hasil didapat nilai koefisien Koefisien regresi interaksi variabel kepemilikan
institusional dengan kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) sebesar 18,90.
Angka tersebut menunjukan Koefisien regresi interaksi variabel kepemilikan
institusional dengan kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) bertanda positif.
Nilai positif menunjukkan bahwa kepemilikan institusional yang tinggi jika
didukung dengan kebijakan dividen yang tinggi akan menaikan nilai perusahaan.
Sebaliknya kepemilikan institusional yang rendah jika didukung dengan kebijakan
dividen yang rendah akan menurunkan nilai perusahaan. Hasil ini mendukung teori
bird in the hand theory yang menjelaskan bahwa kebijakan dividen berpengaruhh
positif terhadap harga pasar saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan
semakin besar, harga pasar perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya.
Hal ini terjadi karena pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang
dihadapi investor. Rozeff (1982) dan Easterbrook (1984) dalam Tendi Haruman
(2008) menyatakan bahwa pembayaran dividen pada pemegang saham akan
mengurangi sumber-sumber dana yang dikendalikan oleh manajer, sehingga
mengurangi kekuasaan manajer dan membuat pembayaran dividen mirip dengan
monitoring capital market yang terjadi jika perusahaan memperoleh modal baru.
3. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan institusional (X)
terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Dividend Payout Ratio (Z) sebagai moderasi
(moderator), maka digunakan analisis koefisien determinasi yang disajikan pada tabel
4.25.
Dari analisis koefisien determinasi diatas dapat dilihat angka R Square adalah
sebesar 0,208. Dalam hal ini dilihat bahwa besarnya pengaruh kepemilikan
institusional (X) terhadap Nilai Perusahaan (Y) dengan Dividend Payout Ratio (Xm)
sebagai moderator adalah sebesar 20,8%. Hal ini menunjukan bahwa sisanya sebesar
79,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.
Dapat diketahui bahwa dengan dimoderasi Dividend Payout Ratio kepemilikan
institusional memberikan pengaruh sebesar 20,8% terhadap Nilai Perusahaan dengan
arah yang positif. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan masuknya kebijakan dividen
sebagai variabel moderasi akan menaikan pengaruh kepemilikan institusional
terhadap nilai perusahaan. Dengan melihat hasil tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa kebijakan dividen memperkuat hubungan kepemilikan institusional terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang listing di BEI.
4. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui
hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat
atau tidaknya hubungan antara kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan dengan
Dividend Payout Ratio sebagai varibel moderasi (moderator). Adapun hipotesisnya adalah
sebagai berikut:
H : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
H : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh dari stuktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
Untuk menguji apakah variabel-variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak,
maka terlebih dahulu harus mencari nilai ttabel dengan kriteria interval keyakinan (level of
significant 95%, α=5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2-1).
Hasil dari uji hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
Taraf signifikasi α =5%, dk= n-3-1 = 25-4 = 21, maka diperoleh nilai dari ttabel (0,05:21)=
1.720. Thitung dicari menggunakan bantuan eviews6 for windows terlihat pada tabel
4.25.
Untuk menguji hipotesis diatas terlebih dahulu dicari nilai thitung untuk
interaksi variabel kepemilikan institusional dengan kebijakan dividen, dimana dari
hasil pengolahan seperti terlihat pada tabel 4.25 diperoleh nilai thitung untuk interaksi
variabel kepemilikan institusional dengan keputusan investasi sebesar 0,519 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,609 Kemudian dari tabel untuk tingkat signifikansi ( )
0.05 derajat bebas 21 pada pengujian dua sisi diperoleh nilai ttabel sebesar 1,720.
Karena nilai thitung interaksi variabel kepemilikan institusional dengan
kebijakan dividen (0,519) lebih kecil dari ttabel (1,720), maka pada tingkat kekeliruan
5% diputuskan untuk menerima Ho dan menolak Ha sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan
dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi pada perusahaan Pertambangan
yang listing di BEI. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Untung Wahyudi dan
Hartini (2006) yang menyatakan bahwa struktur kepemilikan institusional terhadap
keputusan keuangan (keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan
dividen ) dan nilai perusahaan tidak berpengaruh signifikan. menurutnya sejalan
dengan teori kebijakan dividen adalah yang dikemukakan oleh Moddigliani dan
Miller (191) yang berpendapat bahwa kebijakan dividen adalah tidak relevan yang
berarti bahwa tidak ada kebijakan dividen yang optimal, karena kebijakan dividen
tidak mempengaruhi nilai perusahaan maupun biaya modal.
4.2.6 Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai
Perusahaan
Model Sembilan yang akan diuji adalah pengaruh profitabilitas dan
kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan tanpa variabel moderasi.
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil
uji Chow yang signifikan dan uji Hausman tidak signifikan sehingga diputuskan
menggunakan model random-effect. Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh
profitabilitas dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan tanpa variabel
moderasi.
Tabel 4.27
Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Profitabilitas Struktur Kepemilikan
Terhadap Nilai Perusahaan
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.370735 1.806891 -0.205178 0.8393
ROE? 6.670713 2.166027 3.079699 0.0055
KI? 7.353024 8.617771 0.853240 0.4027 Random Effects
(Cross)
_BUMI--C 0.592024
_INCO--C -0.207967
_PTBA--C 1.268982
_ANTM--C -1.378274
_RUIS--C -0.274766
Dari perhitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan
regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = -0.370 + 6.670X1 + 7.353X2 +
Dari model regresi tersebut dapat dijelaskan:
1. Nilai koefisien konstanta -0,370 merupakan nilai intersep yang artinya bahwa
garis regresi memotong sumbu Y pada titik -0,370 dan juga merupakan
dependend taksiran pada saat X sama dengan 0.
2. Return On Equity sebesar 6,670 merupakan koefisien arah regresi linier yang
artinya bahwa setiap kenaikan Return On Equity sebesar 1 satuan sedangkan
variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan peningkatan
tingkat Price Book Value sebesar 6,670.
3. Kepemilikan Institusional sebesar 7,353 merupakan koefisien arah regresi
linier yang artinya bahwa setiap kenaikan kepemilikan institusional sebesar 1
satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti
dengan kenaikan tingkat Price Book Value sebesar 7,353.
2. Analisis Korelasi Ganda
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan Eviews6, maka hasilnya secara lengkap disajikan pada tabel :
R =
R =
R = 0,554
Berdasarkan perhitungan dapat dilihat bahwa tingkat hubungan atau korelasi
variabel Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional (X) secara
bersama-sama dengan variabel nilai perusahaan (Y) adalah sebesar 0,554 dengan
tingkat hubungan korelasi sedang terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional (X) secara bersama-sama
dengan variabel nilai perusahaan (Y). Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independend secara bersama-sama terhadap variabel dependen dapat dilihat pada
tabel 4.27.
Dari tabel diatas nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 0,938 yang artinya
bahwa Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional (X) memiliki
pengaruh sebesar 30,7% terhadap nilai perusahaan sedangkan sisanya 69,3%
dipengaruhi oleh variabel moderasi yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan,
kebijakan dividend dan faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis, faktor-faktor
tersebut seperti variabel kepemilikan manajerial, earning per share, tingkat bunga,
analisis teknikal.
4. Uji F
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh
yang disignifikan antara Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional
(X) dengan nilai perusahaan.
Untuk uji ini, penulis menggunakan Eviews6 dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.28
Hasil Uji F
Weighted Statistics
R-squared 0.307718 Mean dependent var 2.097193
Adjusted R-squared 0.244783 S.D. dependent var 2.448125
S.E. of regression 2.127499 Sum squared resid 99.57756
F-statistic 4.889471
Prob(F-statistic) 0.017503
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan eviews6 dengan nilai F hitung
sebesar 4,889 maka F hitung 4,889 > F tabel 4,300 dan tingkat signifikansinya
adalah 0,017 < 0,05 (α) atau dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh Profitabilitas
dan Struktur Kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Memaksimalisasi laba adalah
memaksimalkan penghasilan perusahaan setelah pajak. Dengan laba yang maksimal,
maka tujuan mensejahterakan para stakeholder akan mudah tercapai ,artinya semakin
tinggi nilai perusahaan semakin sejahtera stakeholders. (Kasmir, 2010: 8).
4.2.7 Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai
Perusahaan dengan keputusan Investasi, keputusan Pendanaan dan
Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Model sepuluh yang akan diuji adalah pengaruh profitabilitas dan
kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan tanpa variabel moderasi.
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software Eviews 6 diperoleh hasil
uji Chow tidak signifikan sehingga diputuskan menggunakan model commom-effect.
Berikut rangkuman hasil pengujian pengaruh profitabilitas dan kepemilikan
institusional terhadap nilai perusahaan dengan variabel moderasi.
Tabel 4.29
Hasil Pengolahan Regressi Pengaruh Profitabilitas dan Struktur kepemilikan
terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan
dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.251213 0.665975 0.377211 0.7110
ROE? -1.048726 2.313988 -0.453212 0.6565
KI? 2.820814 3.527025 0.799772 0.4356
ROE?*PER? 1.159972 0.289707 4.003942 0.0010
ROE?*DER? -3.246026 2.647896 -1.225889 0.2380
ROE?*DPR? -7.387945 6.236249 -1.184678 0.2534
KI?*PER? -0.165345 0.249306 -0.663224 0.5166
KI?*DER? 0.246400 2.532243 0.097305 0.9237
KI?*DPR? 2.441145 8.967963 0.272207 0.7889
Dari perhitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan
regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = 0.251 -1.049X1 + 2.820 X2 +1.160 X1Z1 -3.246 X1Z2 -7.388 X1Z3 -0.165 X2Z1 +
0.246 X2Z2+ 2.441 X2Z3
Dari model regresi tersebut dapat dijelaskan:
1. Nilai koefisien konstanta 0,251 merupakan nilai intersep yang artinya
bahwa garis regresi memotong sumbu Y pada titik 0,251 dan juga
merupakan dependend taksiran pada saat X sama dengan 0.
2. Return On Equity sebesar -1,049 merupakan koefisien arah regresi linier
yang artinya bahwa setiap kenaikan Return On Equity sebesar 1 satuan
sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan
penurunan tingkat Price Book Value sebesar -1,049.
3. Kepemilikan Institusional sebesar 2,820 merupakan koefisien arah regresi
linier yang artinya bahwa setiap kenaikan kepemilikan institusional
sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan
diikuti dengan kenaikan tingkat Price Book Value sebesar 2,820.
4. Price Earning Ratio sebagai variabel moderasi dari Return On Equity
sebesar 1,160 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa
setiap kenaikan Price Earning Ratio variabel moderasi dari Return On
Equity sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan,
maka akan diikuti dengan kenaikan tingkat Price Book Value sebesar
1,160.
5. Debt to Equity Ratio sebagai variabel moderasi dari Return On Equity
sebesar -3,246 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa
setiap kenaikan Debt to Equity Ratio sebagai variabel moderasi dari
Return On Equity sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya dianggap
konstan, maka akan diikuti dengan penurunan tingkat Price Book Value
sebesar -3,246.
6. Dividend Payout Ratio sebagai variabel moderasi dari Return On Equity
sebesar -7,388 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya
bahwa setiap kenaikan Dividend Payout Ratio sebagai variabel moderasi
dari Return On Equity sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya
dianggap konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan tingkat Price Book
Value sebesar -7,388.
7. Price Earning Ratio sebagai variabel moderasi dari Kepemilikan
Institusional sebesar -0,165 merupakan koefisien arah regresi linier yang
artinya bahwa setiap kenaikan Price Earning Ratio variabel moderasi dari
Kepemilikan institusional sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya
dianggap konstan, maka akan diikuti dengan penurunan tingkat Price
Book Value sebesar -0.165.
8. Debt to Equity Ratio sebagai variabel moderasi dari Kepemilikan
Institusional sebesar 0,246 merupakan koefisien arah regresi linier yang
artinya bahwa setiap kenaikan Debt to Equity Ratio sebagai variabel
moderasi dari Kepemilikan Institusional sebesar 1 satuan sedangkan
variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan penurunan
tingkat Price Book Value sebesar 0,246.
9. Dividend Payout Ratio sebagai variabel moderasi dari Kepemilikan
Institusional sebesar 2,441 merupakan koefisien arah regresi linier yang
artinya bahwa setiap kenaikan Dividend Payout Ratio sebagai variabel
moderasi dari Return On Equity sebesar 1 satuan sedangkan variabel
lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan tingkat
Price Book Value sebesar 2,441.
2. Analisis Korelasi Ganda
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan computer Statistical Package for Eviews6, maka hasilnya secara
lengkap disajikan pada tabel :
R =
R =
R = 0,9686
Berdasarkan perhitungan dapat dilihat bahwa tingkat hubungan atau korelasi
variabel Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional (X) dengan
Price Earning Ratio (PER) (Z1), Debt to Equity Ratio (DER) (Z2) dan Dividend
Payout Ratio (DPR) (Z3) sebagai variabel moderasi secara bersama-sama dengan
variabel nilai perusahaan (Y) adalah sebesar 0,9686 dengan tingkat hubungan korelasi
sangat kuat terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011.
3. Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional (X) dengan Price
Earning Ratio (PER) (Z1), Debt to Equity Ratio (DER) (Z2) dan Dividend Payout
Ratio (DPR) (Z3) sebagai variabel moderasi secara bersama-sama dengan variabel
nilai perusahaan (Y). Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independend
dengan variabel moderate secara bersama-sama terhadap variabel dependen dapar
dilihat pada tabel
Dari tabel diatas nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 0,938 yang artinya
bahwa Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional (X) dengan Price
Earning Ratio (PER) (Z1), Debt to Equity Ratio (DER) (Z2) dan Dividend Payout
Ratio (DPR) (Z3) sebagai variabel moderasi memiliki pengaruh sebesar 93,8%
terhadap nilai perusahaan sedangkan sisanya 6,2% dipengaruhi oleh faktor lain.
faktor-faktor tersebut seperti variabel kepemilikan manajerial, earning per share,
tingkat bunga, analisis teknikal.
4. Uji F
Uji F merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan yang bertujuan
untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh
yang disignifikan antara Return On Equity (ROE) (X) dan Kepemilikan Institusional
(X) dengan Price Earning Ratio (PER) (Z1), Debt to Equity Ratio (DER) (Z2) dan
Dividend Payout Ratio (DPR) (Z3) sebagai variabel moderasi dengan nilai
perusahaan.
Untuk uji ini, penulis menggunakan Eviews6 dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.30
Hasil Uji F
Weighted Statistics
R-squared 0.938211 Mean dependent var 5.502976
Adjusted R-squared 0.907317 S.D. dependent var 5.682944
S.E. of regression 1.514052 Sum squared resid 36.67768
F-statistic 30.36839
Prob(F-statistic) 0.000000
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan eviews6 dengan nilai F hitung
sebesar 30,36839 maka F hitung 30,36839 > F tabel 3,073186 dan tingkat
signifikansinya adalah 0,00000 < 0,05 (α) atau dapat diartikan bahwa terdapat
pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan
Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan Kebijkan Dividen sebagai variabel
moderasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikemukan oleh I Made
Sudana,2011:9 yang menyatakan bahwa Dalam situasi yang tidak pasti, pendapatan
yang diharapkan dan risiko harus dipertimbangkan pada setiap keputusan dibidang
keuangan. Besar kecilnya risiko dan pendapatan yang diharapkan dari suatu
perusahaan akan mempengaruhi nilai perusahaan yang besangkutan. Pada perusahaan
yang sudah go public, nilai perusahaan akan tercermin pada harga pasar saham
perusahaan yang bersangkutan.
Tabel 4.31
Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik Deskriptif
No. Variabel Hasil Keterangan
1 Profitabilitas Mean 27.41600
Median 20.17000
Maximum 84.60000
Minimum 1.890000
Std. Dev. 20.17352
Sum 685.4000
Observations 25
Rata-rata nilai Return On Equity
adalah sebesar 27,41%.
Nilai Return On Equity tertinggi
terdapat pada PT Vale Indonesia
(INCO) Tbk. pada tahun 2007
sebesar sebesar 84,6%.
Nilai terendah terdapat pada PT.
Radiant Utama Interinsco
(RUIS) Tbk. sebesar 1,89 %
pada tahun 2011.
Standar deviasi Return on
Equity pada penelitian ini
adalah sebesar sebesar 20,17%.
2 Struktur
kepemilikan Mean 26.41840
Median 23.73000
Maximum 35.00000
Rata-rata nilai kepemilikan
institusional adalah sebesar
26,41%.
Nilai tertinggi terdapat pada PT.
Aneka Tambang (Persero) Tbk.
Minimum 15.58000
Std. Dev. 7.977044
Sum 660.4600
Observations 25
sebesar 35%.
Nilai terendah terdapat pada PT.
Radiant Utama Interinsco
(RUIS) Tbk.sebesar 15,58%.
Standar deviasi Kepemilikan
institusional pada penelitian ini
adalah sebesar 7,977%.
3 Keputusan
Investasi
Mean 15.96040
Median 12.59000
Maximum 42.26000
Minimum 4.340000
Std. Dev. 10.35321
Sum 399.0100
Observations 25
Rata-rata nilai Price Earning
Ratio adalah 15,96040.
Nilai Price Earning Ratio
tertinggi terdapat pada PT.
Radiant Utama Interinsco
(RUIS) Tbk. pada tahun 2011
sebesar 42,26.
Nilai terendah terdapat pada PT.
BUMI Resources Tbk. sebesar
4,34 pada tahun 2008.
Standar deviasi Price Earning
Ratio pada penelitian ini adalah
sebesar 10,35251.
4 Keputusan
Pendanaan
Mean 1.348400
Median 0.410000
Maximum 5.260000
Minimum 0.210000
Std. Dev. 1.532731
Sum 33.71000
Observations 25
Rata-rata nilai Debt To Equity
Ratio adalah 1,3484.
Nilai tertinggi terdapat pada
PT.BUMI Resources Tbk.
sebesar 5,26 pada tahun 2011.
Nilai terendah terdapat pada PT.
Aneka Tambang (Persero) Tbk.
sebesar 0,21 pada tahun 2009.
standar deviasi Debt To Equity
Ratio pada penelitian ini adalah
sebesar 1,532731.
5 Kebijakan
Dividen
Mean 39.58040
Median 40.19000
Maximum 76.83000
Minimum 0.020000
Std. Dev. 17.90059
Sum 989.5100
Observations 25
Rata-rata nilai Dividend Payout
Ratio adalah 39.58%.
Nilai tertinggi terdapat pada PT.
Radiant Utama Interinsco
(RUIS) Tbk. sebesar 76,83%
pada tahun 2011.
Nilai terendah terdapat pada PT
Vale Indonesia (INCO) Tbk.
sebesar sebesar 2%.
standar deviasi Dividend Payout
Ratio pada penelitian ini adalah
sebesar17,90059.
6 Nilai
Perusahaan
Mean 3.831600
Median 2.440000
Maximum 11.02000
Minimum 0.670000
Std. Dev. 3.267805
Sum 95.79000
Observations 25
Rata-rata nilai Price Book Value
(PBV) adalah 3,8316.
Nilai tertinggi terdapat pada PT.
BUMI Resources sebesar 11,02
pada tahun 2007.
Nilai terendah terdapat pada PT
Radian Utama Interinsco
(RUIS) Tbk. sebesar 0,67 pada
tahun 2009.
Standar deviasi Price Book
Value pada penelitian ini adalah
sebesar 3,267805.
Tabel 4.32
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
No. Analisis Hasil Keterangan
1 Regresi Sederhana Y = 1.870 + 5.661 X
Artinya persamaan
regresi tersebut
menunjukan bahwa
setiap kenaikan Return
On Equity sebesar 1x
akan diikuti dengan
peningkatan tingkat
Price Book Value
sebesar 5,661 x.
2 Korelasi Parsial r = 0,788 Diketahui koefisien
korelasi sebesar 0,788
mempunyai arti bahwa
terdapat hubungan yang
kuat antara return on
equity dengan nilai
perusahaan.
3 Koefisien
Determinansi
KD = 62,1% Artinya bahwa pengaruh
Return On Equity
terhadap nilai
perusahaan sebesar
62,13% sedangkan
sisanya sebesar 37,9%
dipengaruhi oleh faktor
lain.
4 Uji T thitung > ttabel yaitu 2,384
> 1,717 dan tingkat
signifikansinya adalah
0,028 < 0,05
Ho ditolak dan Ha
diterima. Maka return
on equity berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan
Tabel 4.33
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
dengan Keputusan Investasi sebagai variabel moderasi
No. Analisis Hasil Keterangan
1 Regresi berganda Y = 0.137 + 1.359 X -
0.022 X3 + 0.817 X1X3
Artinya persamaan
regresi ganda tersebut
menunjukan bahwa jika
return on equity dan
price earning ratio, = 0,
maka nilai perusahaan
adalah sebesar 0,137
2 Korelasi Berganda r = 0,943 Diketahui koefisien
korelasi sebesar 0,943
mempunyai arti bahwa
terdapat hubungan yang
sangat kuat antara return
on equity yang
dimoderasi oleh Price
earning ratio terhadap
nilai perusahaan.
3 Koefisien
Determinansi
KD = 89,1% Artinya bahwa pengaruh
Return On Equity yang
dimoderasi oleh price
earning ratio terhadap
nilai perusahaan sebesar
89,1% sedangkan
sisanya sebesar 10,9%
dipengaruhi oleh faktor
lain.
4 Uji T thitung > ttabel yaitu 4,151
> 1,720 dan tingkat
signifikansinya adalah
0,000 < 0,05
Ho ditolak dan Ha
diterima. Maka terdapat
pengaruh profitabilitas
terhadap nilai
perusahaan dengan
keputusan investasi
sebagai variabel
moderasi.
Tabel 4.34
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
dengan Keputusan Pendanaan sebagai variabel moderasi
No. Analisis Hasil Keterangan
1 Regresi berganda Y = 1.953 + 6.800 X1-
0.268 X4- 0.166 X1X4
Artinya persamaan
regresi ganda tersebut
menunjukan bahwa jika
return on equity dan
debt to equity ratio, = 0,
maka nilai perusahaan
adalah sebesar 1,953
2 Korelasi Berganda r = 0,554 Diketahui koefisien
korelasi sebesar 0,554
mempunyai arti bahwa
terdapat hubungan yang
sedang antara return on
equity yang dimoderasi
oleh debt to equity ratio
terhadap nilai
perusahaan.
3 Koefisien
Determinansi
KD = 30,7% Artinya bahwa pengaruh
Return On Equity yang
dimoderasi oleh debt to
equity ratio terhadap
nilai perusahaan sebesar
30,7% sedangkan
sisanya sebesar 69,3%
dipengaruhi oleh faktor
lain.
4 Uji T thitung < ttabel yaitu 0,099 <
1,720 dan tingkat
signifikansinya adalah
0,922 > 0,05
Ho diterima dan Ha
ditolak. Maka tidak
terdapat pengaruh
profitabilitas terhadap
nilai perusahaan dengan
keputusan pendanaan
sebagai variabel
moderasi.
Tabel 4.35
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kebijakan Dividen sebagai variabel moderasi
No. Analisis Hasil Keterangan
1 Regresi berganda Y = 1.125 + 9.720 X1 +
3.291 X5 - 18.06 X1X5
Artinya persamaan
regresi ganda tersebut
menunjukan bahwa jika
return on equity dan
dividend payout ratio, =
0, maka nilai perusahaan
adalah sebesar 1,125
2 Korelasi Berganda r = 0,614 Diketahui koefisien
korelasi sebesar 0,614
mempunyai arti bahwa
terdapat hubungan yang
kuat antara return on
equity yang dimoderasi
oleh dividend pyout
ratio terhadap nilai
perusahaan.
3 Koefisien
Determinansi
KD = 37,7% Artinya bahwa pengaruh
Return On Equity yang
dimoderasi oleh
dividend payout ratio
terhadap nilai
perusahaan sebesar
37,7% sedangkan
sisanya sebesar 62,3%
dipengaruhi oleh faktor
lain.
4 Uji T thitung > ttabel yaitu 2,024 >
1,720 dan tingkat
signifikansinya adalah
Ho diterima dan Ha
ditolak. Maka tidak
terdapat pengaruh
profitabilitas terhadap
0,055 > 0,05 nilai perusahaan dengan
kebijakan dividen
sebagai variabel
moderasi.
Tabel 4.36
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur kepemilikan terhadap Nilai
Perusahaan
No. Analisis Hasil Keterangan
1 Regresi Sederhana Y = 0.863 + 10.15 X
Artinya persamaan
regresi tersebut
menunjukan bahwa
setiap kenaikan
kepemilikan
institusional sebesar 1x
akan diikuti dengan
peningkatan tingkat
Price Book Value
sebesar 10,51 x.
2 Korelasi Parsial r = 0,164 Diketahui koefisien
korelasi sebesar 0,164
mempunyai arti bahwa
terdapat hubungan yang
sangat rendah antara
kepemilikan
institusional dengan
nilai perusahaan.
3 Koefisien
Determinansi
KD = 0,027% Artinya bahwa pengaruh
kepemilikan
institusional terhadap
nilai perusahaan sebesar
2,7% sedangkan sisanya
sebesar 97,3%
dipengaruhi oleh faktor
lain.
4 Uji T thitung < ttabel yaitu 0,937
< 1,717 dan tingkat
signifikansinya adalah
0,358 > 0,05
Ho diterima dan Ha
ditolak. Maka tidak
terdapat pengaruh
struktur kepemilikan
terhadap nilai
perusahaan.
Tabel 4.37
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai
Perusahaan dengan Keputusan Investasi sebagai variabel moderasi
No. Analisis Hasil Keterangan
1 Regresi berganda Y= 10.08 – 27.13 X2 –
0.090 X3 + 0.475 X2X3
Artinya persamaan
regresi ganda tersebut
menunjukan bahwa jika
kepemilikan
institusional dan price
earning ratio, = 0, maka
nilai perusahaan adalah
sebesar 10,08.
2 Korelasi Berganda r = 0,898 Diketahui koefisien
korelasi sebesar 0,898
mempunyai arti bahwa
terdapat hubungan yang
sangat kuat antara
kepemilikan
institusional yang
dimoderasi oleh Price
earning ratio terhadap
nilai perusahaan.
3 Koefisien
Determinansi
KD = 80,8% Artinya bahwa pengaruh
kepemilikan institutional
yang dimoderasi oleh
price earning ratio
terhadap nilai
perusahaan sebesar
80,8% sedangkan
sisanya sebesar 19,2%
dipengaruhi oleh faktor
lain.
4 Uji T thitung > ttabel yaitu
2,808 > 1,720 dan
tingkat signifikansinya
adalah 0,011 < 0,05
Ho ditolak dan Ha
diterima. Maka terdapat
pengaruh struktur
kepemilikan terhadap
nilai perusahaan dengan
keputusan investasi
sebagai variabel
moderasi.
Tabel 4.38
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai
Perusahaan dengan Keputusan Pendanaan sebagai variabel moderasi
No. Analisis Hasil Keterangan
1 Regresi berganda Y = 2.784+ 8.251 X2 –
1.094 X4 + 0.170 X2X4
Artinya persamaan
regresi ganda tersebut
menunjukan bahwa jika
kepemilikan
institusional dan debt to
equity ratio, = 0, maka
nilai perusahaan adalah
sebesar 2,784.
2 Korelasi Berganda r = 0,394 Diketahui koefisien
korelasi sebesar 0,394
mempunyai arti bahwa
terdapat hubungan yang
rendah antara
kepemilikan
institusional yang
dimoderasi oleh debt to
equity ratio terhadap
nilai perusahaan.
3 Koefisien
Determinansi
KD = 15,6 % Artinya bahwa pengaruh
kepemilikan
institusional yang
dimoderasi oleh debt to
equity ratio terhadap
nilai perusahaan sebesar
15,6% sedangkan
sisanya sebesar 84,4%
dipengaruhi oleh faktor
lain.
4 Uji T thitung < t tabel yaitu
0,021 < 1,720 dan
tingkat signifikansinya
adalah 0,983 > 0,05
Ho diterima dan Ha
ditolak. Maka tidak
terdapat pengaruh
struktur kepemilikan
terhadap nilai
perusahaan dengan
keputusan pendanaan
sebagai variabel
moderasi.
Tabel 4.39
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kebijakan dividen sebagai variabel moderasi
No. Analisis Hasil Keterangan
1 Regresi berganda Y = 5.863 – 1.318 X2 –
9.845 X5+ 18.90 X2X5
Artinya persamaan
regresi ganda tersebut
menunjukan bahwa jika
kepemilikan
institusional dan
dividend payout ratio =
0, maka nilai perusahaan
adalah sebesar 5,863.
2 Korelasi Berganda r = 0,456 Diketahui koefisien
korelasi sebesar 0,456
mempunyai arti bahwa
terdapat hubungan yang
sedang antara
kepemilikan
institusional yang
dimoderasi oleh
dividend pyout ratio
terhadap nilai
perusahaan.
3 Koefisien
Determinansi
KD = 20,8% Artinya bahwa pengaruh
kepemilikan
institusional yang
dimoderasi oleh
dividend payout ratio
terhadap nilai
perusahaan sebesar
20,8% sedangkan
sisanya sebesar 79,2%
dipengaruhi oleh faktor
lain.
4 Uji T thitung < ttabel yaitu 0,519 <
1,720 dan tingkat
signifikansinya adalah
0,609 > 0,05
Ho diterima dan Ha
ditolak. Maka tidak
terdapat pengaruh
struktur kepemilikan
terhadap nilai
perusahaan dengan
kebijakan dividen
sebagai variabel
moderasi.
Tabel 4.40
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan
terhadap Nilai Perusahaan
1 Regresi Berganda Y = -0,370 + 6,670 X1 +
7,353 X2
Artinya persamaan
regresi ganda tersebut
menunjukan bahwa jika
return on equity dan
kepemilikan institusional
= 0, maka nilai
perusahaan adalah
sebesar -0,370
2 Korelasi Berganda r = 0,554 Diketahui koefisien
korelasi sebesar 0,554
mempunyai arti bahwa
terdapat hubungan yang
sedang antara return on
equity dan kepemilikan
institusional terhadap
nilai perusahaan.
3 Koefisien determinansi KD = 30,7% Artinya bahwa return on
equity dan kepemilikan
institusional memiliki
pengaruh sebesar 30,7 %
terhadap nilai perusahaan
sedangkan sisanya 69,3%
dipengaruhi oleh faktor
lain
4 Uji F F hitung 4,889 > F tabel
2,960 dan tingkat
Artinya bahwa terdapat
pengaruh profitabiltas
signifikansinya adalah
0,017 < 0,05 (α)
dan struktur kepemilikan
terhadap nilai
perusahaan.
Tabel 4.41
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan
terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan dan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderasi
1 Regresi Berganda Y = 0.251 -1.049X1 +
2.820 X2 +1.160 X1X3 -
3.246 X1X4 -7.388 X1X5 -
0.165 X2X3 + 0.246 X2X4
+ 2.441 X2X5
Artinya persamaan
regresi ganda tersebut
menunjukan bahwa jika
return on equity,
kepemilikan institusional,
price earning ratio, debt
to equity ratio dan
dividend payout ratio
sebagai varibel moederat
= 0, maka nilai
perusahaan adalah
sebesar 0,251
2 Korelasi Berganda r = 0,9686 Diketahui koefisien
korelasi sebesar 0,9686
mempunyai arti bahwa
terdapat hubungan yang
kuat antara return on
equity dan kepemilikan
institusional yang
dimoderasi oleh price
earning ratio, debt to
equity ratio dan dividend
payout ratio terhadap
nilai perusahaan.
3 Koefisien determinansi KD = 93,8% Artinya bahwa return on
equity dan kepemilikan
institusional memiliki
pengaruh sebesar 93,8 %
terhadap nilai perusahaan
sedangkan sisanya 6,2%
dipengaruhi oleh faktor
lain
4 Uji F F hitung 30,36839 > F
tabel 3,073186 dan
tingkat signifikansinya
adalah 0,00000 < 0,05
(α)
Artinya bahwa terdapat
pengaruh Profitabilitas
dan Struktur
Kepemilikan terhadap
Nilai Perusahaan dengan
Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan
dan Kebijakan Dividen
sebagai Variabel
Moderasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh
profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dan pengaruhnya
keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen sebagai variabel
moderasi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Maka pada bagian akhir dari penelitian ini, penulis menarik kesimpulan, sekaligus
mencoba memberikan saran-saran dengan harapan adanya perbaikan khususnya bagi
penelitian dan pihak lain yang berkepentingan dengan penyusunan skripsi ini.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka dapat diambil
kesimpulan diantaranya:
1. Profitabilitas, Struktur Kepemilikan, Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan dan Kebijakan Dividen pada perusahaan pertambangan.
a. Kondisi Profitabilitas berada pada kriteria sedang yang memiliki nilai
rata-rata adalah 27,42% dengan nilai maksimum sebesar 84,6% dan nilai
terendah sebesar 1,89%.
b. Kondisi Struktur Kepemilikan berada pada kriteria tinggi yang memiliki
nilai rata-rata adalah 26.41% dengan nilai maksimum sebesar 35% dan
nilai terendah sebesar 15,58%.
c. Kondisi Keputusan Investasi berada pada kriteria sedang yang memiliki
nilai rata-rata adalah 15,96040 dengan nilai maksimum sebesar 42,26 dan
nilai terendah sebesar 4,34.
d. Kondisi Keputusan Pendanaan berada pada kriteria rendah yang memiliki
nilai rata-rata adalah 1,348440 dengan nilai maksimum sebesar 5,26 dan
nilai terendah sebesar 0,21.
e. Kondisi Kebijakan Dividen berada pada kriteria tinggi yang memiliki nilai
rata-rata adalah 39,66% dengan nilai maksimum sebesar 76,83% dan nilai
terendah sebesar 2%.
f. Kondisi Nilai Perusahaan berada pada kriteria sedang yang memiliki nilai
rata-rata adalah 3,8316 dengan nilai maksimum sebesar 11,02 dan nilai
terendah sebesar 0,67.
2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai perusahaan, diperoleh nilai thitung
sebesar 2,384 akan dibandingkan dengan ttabel atau t (0,05;22) yaitu sebesar 1,717,
dengan tingkat signifikansi = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan 95%.
Dimana thitung lebih besar dari ttabel maka Ho ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Profitabilitas memiliki pengaruh terhadap Nilai
Perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011.
3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan
Investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen sebagai variabel
moderasi.
Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan
Investasi sebagai variabel moderasi diperoleh nilai dari thitung dari
Keputusan Investasi sebagai variabel moderasi yaitu sebesar 4,151
akan dibandingkan dengan ttabel atau t (0,05;21) yaitu sebesar 1,720
dengan tingkat signifikansi = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan
95%. Dimana thitung lebih besar dari ttabel maka Ho ditolak, sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh profitabilitas terhadap
Nilai Perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel
moderasi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011.
Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan
Pendanaan sebagai variabel moderasi, diperoleh nilai dari thitung dari
Keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi yaitu sebesar 0,099
akan dibandingkan dengan ttabel atau t (0,05;21) yaitu sebesar 1,720
dengan tingkat signifikansi = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan
95%. Dimana thitung lebih kecil dari ttabel maka Ho diterima, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh terhadap Nilai
Perusahaan dengan keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2007 sampai dengan 2011.
Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan
Dividen sebagai variabel moderasi, diperoleh nilai dari thitung dari
Kebijakan Dividen sebagai variabel moderasi yaitu sebesar 2,024
dengan tingkat signifikansi = 0,055 akan dibandingkan dengan ttabel
atau t (0,05;21) yaitu sebesar 1,720 dengan tingkat signifikansi = 0,05
dan dengan tingkat kepercayaan 95%. Dimana probabilitas lebih besar
dari 0,05 maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan
kebijakan dividen sebagai variabel moderasi pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007
sampai dengan 2011.
4. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap nilai perusahaan, diperoleh nilai
thitung sebesar 0,937 akan dibandingkan dengan ttabel atau t (0,1;22) yaitu sebesar
1,717, dengan tingkat signifikansi = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan
95%. Dimana thitung lebih kecil dari ttabel maka Ho diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Struktur kepemilikan tidak terdapat pengaruh terhadap
Nilai Perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011.
5. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan
Investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen sebagai variabel
moderasi.
Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Keputusan Investasi sebagai variabel moderasi, diperoleh nilai dari
thitung dari Keputusan Investasi sebagai variabel moderasi yaitu sebesar
2,808 akan dibandingkan dengan ttabel atau t (0,05;21) yaitu sebesar 1,720
dengan tingkat signifikansi = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan
95%. Dimana thitung lebih besar dari ttabel maka Ho ditolak, sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh struktur kepemilikan
terhadap Nilai Perusahaan dengan keputusan investasi sebagai variabel
moderasi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011.
Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi, diperoleh nilai dari
thitung dari Keputusan pendanaan sebagai variabel moderasi yaitu
sebesar 0,021 akan dibandingkan dengan ttabel atau t (0,05;21) yaitu
sebesar 1,720 dengan tingkat signifikansi = 0,05 dan dengan tingkat
kepercayaan 95%. Dimana thitung lebih kecil dari ttabel maka Ho
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
struktur kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan keputusan
pendanaan dan kebijakan dividensebagai variabel moderasi pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2007 sampai dengan 2011.
Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kebijakan dividen sebagai variabel moderasi, diperoleh nilai dari
thitung dari Kebijakan dividen sebagai variabel moderasi yaitu sebesar
0,519 akan dibandingkan dengan ttabel atau t (0,05;21) yaitu sebesar 1,720
dengan tingkat signifikansi = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan
95%. Dimana thitung lebih kecil dari ttabel maka Ho diterima, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh struktur
kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan kebijakan dividen
sebagai variabel moderasi pada perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011.
6. Pengaruh Profitabilitas dan Struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan
secara simultan adalah sebagai berikut:
Dengan melihat hasil perhitungan yang dilakukan, maka didapat nilai
koefisien korelasi sebesar r = 0,554. Hasil Korelasi tersebut menunjukan
bahwa ada hubungan yang sedang antara Profitabilitas dan Struktur
kepemilikan sebagai variabel independent terhadap nilai perusahaan
sebagai variabel dependent. Selain itu dapat ditarik kesimpulan
bahwa hasil uji hipotesis menggunakan uji F antara variabel
Profitabilitas dan Struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan, diperoleh
F hitung 4,889 > F tabel 4,300 dan tingkat signifikansinya adalah 0,017 <
0,05 dengan taraf α = 5%, maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh profitabilitas dan Struktur kepemilikan terhadap
Nilai Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2007 sampai dengan 2011.
7. Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan
dengan , Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan kebijakan Dividen
sebagai variabel moderasi secara simultan adalah sebagai berikut:
Dengan melihat hasil perhitungan yang dilakukan, maka didapat nilai
koefisien korelasi sebesar r = 0,9686. Hasil Korelasi tersebut menunjukan
bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara Profitabilitas dan Struktur
Kepemilikan sebagai variabel independent terhadap Nilai Perusahaan
sebagai variabel dependent dengan Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan dan kebijakan Dividen sebagai variabel moderasi . Selain itu
dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil uji hipotesis menggunakan uji
F antara variabel Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan terhadap Nilai
Perusahaan dengan Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan kebijakan
Dividen sebagai variabel moderasi, diperoleh F hitung 30,36839 > F tabel
4,413873 dan tingkat signifikansinya adalah 0,000 < 0,05 dengan taraf α =
5%, maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan
Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan kebijakan Dividen sebagai
variabel moderasi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011.
5.2 Saran
Dari permasalahan yang timbul dari hasil analisis penelitian Pengaruh
Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan ,
Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan kebijakan Dividen sebagai variabel
moderasi, maka penulis memberikan beberapa saran masukan yang dianggap penting
bagi pihak yang memerlukan sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan, untuk profitabilitas, keputusan investasi, dan nilai
perusahaan sebaiknya perusahaan meningkatkan kinerja perusahaan itu sendiri
sehingga investor tertarik untuk menanamkan modalnya di perusahaan.
sedangkan untuk keputusan pendanaan dan struktur kepemilikan karena nilai
tinggi telah dicapai sehingga perusahaan untuk mempertahankan kinerjanya.
2. Bagi peneliti lain dan pengembangan penelitian yang akan datang :
Berdasarkan hasil bahwa keputusan pendanaan dan kebijakan dividen
tidak berpengaruh sebagai variabel moderasi dalam hubungan
profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan,
maka sebaiknya keputusan pendanaan dan kebijakan dividen dijadikan
sebagai variabel intervening.
Sebaiknya dapat memasukkan faktor lain diluar keputusan keuangan
dan rasio keuangan perusahaan. Nilai perusahaan tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan, tetapi juga dipengaruhi
oleh faktor eksternal perusahaan yang mungkin berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi, kurs mata
uang, dan situasi sosial politik.
3. Keterbatasan dalam penelitian ini hanya terdapat 5 sampel perusahaan yg
diteliti akibatnya hasil penelitian kurang representative dan tidak dapat
digeneralisir, sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk
memperluas objek penelitian.
4. Karena hanya terdapat 5 sampel perusahaan yg diteliti, hasil penilaian untuk
rata-rata setiap variabel / faktor yg diteliti tidak dapat digeneralisir hanya
berlaku untuk 5 perusahaan yg diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rodoni dan Herni Ali . 2010. Manajemen Keuangan. Jakarta : Mitra Wacana
Media
Alwi, Iskandar. Z. 2003. Pasar Modal Teori dan Aplikasi, cetakan pertama. Jakarta:
Yayasan Pancur Siwah
Atmaja, Lukas Setia. 2008. Teori dan Praktek Manajemen Keuangan. Yogyakarta :
Penerbit ANDI
Brealey, Myers, dan Marcus. 2007. Dasar- Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta :
Erlangga
Diyah, Pujiati, Widanar, Erman 2009. “Pengaruh Struktur kepemilikan terhadap
Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan Sebagai variabel Intervening”.
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Ventura, Vol. 12. No.1, hal 71-86.
Eugene F.Brigham, Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manjemen Keuangan.
Jakarta : Salemba Empat
______Eugene F.Brigham, Joel F. Houston. 2010. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta
______ Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Pasar Modal. Bandung: Alfabeta.
Faizal, 2004. “Analisis Agency cost. Struktur Kepemilikan dan mekanisme corporate
governance” Jurnal Simposium Nasional Akuntansi VII. Ikatan Akuntansi
Indonesia.
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan ke
IV, Semarang : Badan Penerbit UNDIP.
Gitman, Lawrence J. 2009. Pinciples Of Manajerial Finance. International Edition.
10thedition. Pearson Education. Boston.
Halim, Abdul. 2003.Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat
Hanafi, Mamduh M. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE
Hardiningsih, Pancawati, 2009 ”Determinan Nilai Perusahaan”. Jurnal Riset
Akuntansi Manajemen dan Ekonomi Vol.5, No.2, hal 231-250.
Haruman, Tendi. 2008. “Pengaruh Keputusan Keuangan dan Kepemilikan
Institusional terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan
Manufaktur yang Listing di BEJ)”. The first PPM National Conference on
Management Research. Sekolah Tinggi Manajemen PPM. Universitas
Widyatama Bandung.
Hasa Nurrohim. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol
Kepemilikan dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada Perusahaan
Manufaktur di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen. ISSN :1410-9018,
Vol 10(1)., 11-18 Januari 2008.
Hasnawati, Sri. 2005a. “Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Dividen
terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta”. Usahawan. No.
09/Th XXXIX. September 2005 : 33-41.
Husnan, S. dan Pudjiastuti, E. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi
kelima. Yogyakarta: AMP YKPN.
I Made Sudana. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktek.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ke-2. Yogyakarta:
BPFE
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana
______Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Keown, Arthur J dkk. 2004. Manajemen Keuangan: Prinsip-prinsip dan Aplikasi.
Jakarta: Indeks
K.R Subramanyam dan John J, Wild. 2010. Analisis laporan Keuangan. edisi 10,
Jakarta: Salemba Empat.
Lukman Syamsudin. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Martono, dan Harjito, D.Agus. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan
Pertama, Yogyakarta: Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UI.
_______, Martono Harjito, D.Agus. 2004. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama,
Cetakan keempat, Yogyakarta: Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UI.
Muhammad ikbal, Sutrisno dan Ali Djamhuri, 2011. “Pengaruh Profitabilitas dan
Kepemilikan Insider Terhadap Nilai Perusahaan dengan kebijakan Utang dan
Kebijakan Dividen sebagai varibel intervening (Studi Kasus pada Perusahaan
Manufaktur yang Listing di BEI)”. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIV
Aceh.
Moch, Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Salemba Empat
Rachmawati et al. 2007. Pengaruh Asimetri Infomasi Terhadap Praktik Manajemen
Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 10. No. 1. P. 68-89.
Rini, Puspo Wijaya Lihan., Bandi., Wibawa Anas. 2010. “Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan dan Kebiajakan Dividen Terhadap Nilai
Perusahaan” Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.
S. Munawir, 2002. “Akuntansi Keuangan Dan Manajemen”. Edisi Revisi. Yogyakarta
: BPFE.
Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFE.
Shochrul R, Ajija, dkk. 2011. Cara cerdas menguasai EVIEWS. Jakarta: Salemba
empat
Siallagan dan Mahfoedz. 2006. Mekanisme Government, Kualitas Laba dan Nilai
Perusahaan, Simposium Akuntansi IX, Padang, Agustus hal 1-23
Sugiarto. 2009. Stuktur Modal, Struktur Kepemilikan, permasalahan keagenan dan
informasi asimetri. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung,: Alfabeta
Sujoko dan Subiantoro .2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage,
Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empirik
Pada Perusahaan Manufaktur dan Non-Manufaktur di Bursa Efek Jakarta).
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 9, No.1, hal 41-48.
Tandelilin Eduardus, 2001. Analisis dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE
Van Horne, Wachowicz. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat
Wahyudi, Untung dan Pawestri, Hartini Prasetyaning. 2006. Implikasi Struktur
Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan
sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi 9.KAKPM 17.
Walsh, Ciaran. 2003. Key Management:Rasio-Rasio Manajemen Penting Penggerak
dan Pengendali Bisnis. Edisi Tiga, Penerjemah Shalahuddin Haikal, Jakarta :
Erlangga
Weston, J.F dan Copeland. 2008. Dasar–Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta :
Erlangga
Weston J.Fred. dan Eugene F. Brigham, 2001, Dasar-Dasar manajemen Keuangan,
Jakarta, Erlangga.
Weygandt, J., Kieso, D., & Kimmel, P, 2005, Accounting Principles. 7th ed, New
York, John Wiley & Sons, Co.
www.inilah.com / diakses pada tanggal 20 Desember 2012
www.okezone.com/ diakses pada 20 Desember 2012
www.pmeindonesia.com/ diakses pada 29 Desember 2012
www.investasi.kontasn.id / diakses pada 25 Desember
www.detik.com / diakses pada 25 Desember 2012