pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap ...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
PADA KONSEP FUNGI (Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 115 Jakarta)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Izkar Sobhah
NIM. 1110016100027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2015
i
ABSTRAK
Izkar Sobhah. 1110016100027. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Fungi. Kuasi eksperimen di SMAN 115 Jakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa pada konsep Fungi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di SMAN 115 Jakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sampel penelitian berjumlah 35 orang untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan 31 orang untuk kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes untuk mengukur hasil belajar biologi siswa berupa soal-soal uraian. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata nilai posttest kelas eksperimen sebesar 73,56 dan kelas kontrol sebesar 65,07. Analisis data kedua kelas menggunakan uji-t, diperoleh hasil thitung sebesar 2,50 dan ttabel pada taraf signifikan β = 0,05 sebesar 1,99 sehingga thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa pada konsep fungi.
Kata kunci: model pembelajaran, pembelajaran berbasis masalah, hasil belajar.
ii
ABSTRACT
Izkar Sobhah. 1110016100027. The Influence of The Problem Based Learning Model to Improve The Outcome Of Studentβs Learning In Fungi Concept. A quasi experiment research in SMAN 115 Jakarta. BA Thesis, Biology Education Study Program, Department of Natural Science Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Learning, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
This research aimed is to know the influence of problem based learning model to improve the outcome of studentβs learning in fungi concept. This research was conducted on January 2015 at SMAN 115 Jakarta. This research used quasi experiment method. The sample was taken by using simple random sampling technique. The subject of this research were 35 students for experiment class by using problem based learning model and 31 students for the control class by using conventional learning model. Instrument was used in these research is essay test. Data of this research shows that the average of score posttest for experiment class is 73,56 and for control class is 65,07. The data analysis used t-test, obtained the value of t-count is equal to 2,50 while t-table on a significant level β = 0,05 is equal to 1,99 then t-count > t-table. So, problem based learning model to improve the outcome of studenβst learning in fungi concept.
Keyword: learning model, problem based learning model, learning outcome..
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat serta salam penulis sampaikan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengarahkan umatnya
kepada jalan kebenaran untuk menuju cahaya kemuliaan. Semoga Allah
mencurahkan salawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarga, para sahabat
dan para pengikutnya.
Skripsi yang berjudul βPengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Fungiβ disusun sebagai
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menghaturkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
mendukung dan membantu atas selesainya penulisan skripsi ini, diantaranya yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, Ketua Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd, dosen pembimbing I dan Ibu Yuke Mardiati,
M.Si., dosen pembimbing II yang telah menyempatkan waktu memberikan
arahan, bimbingan, masukan dan motivasi dalam penyusunan dan penulisan
skripsi.
5. Para dosen di jurusan pendidikan IPA yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis.
6. Bapak Zulhamsah, S.Pd., M.Si. Kepala SMAN 115 Jakarta yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
iv
7. Bapak Drs. Muhamad Anwari, M.Pd., Guru Biolgi kelas X SMAN 115 Jakarta
yang telah membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan kegiatan
penelitian.
8. Dewan Guru dan Staf SMAN 115 Jakarta, yang telah membantu penulis
dalam melaksanakan kegiatan penelitian.
9. Siswa kelas X MIA 1 dan X MIA 2 SMAN 115 Jakarta yang telah
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran selama penelitian.
10. Kepada orang tua dan adik serta seluruh keluarga yang selalu mendoβakan,
membimbing, dan memberikan kasih sayang sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
11. Teman-teman Prodi Biologi 2010 khususnya Mariam Nurfadilah, Birril
Azizah, Faiza El Jannati, Syifa Fauziah dan Dian Ratna Sari yang telah
memberikan semangat, saran-saran, motivasi, bantuan, dan kebersamaan
selama ini baik dalam keadaan suka maupun duka. Semoga kesuksesan selalu
bersama kita.
12. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun
tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan untuk
penulis dengan pahala yang berlipat ganda. Akhir kata teriring doβa semoga
laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dijadikan
refernsi bagi guru IPA maupun mahasiswa lainnya untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
Jakarta, Juni 2015
Penulis
Izkar Sobhah
v
DAFTAR ISI
halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .........................................................................................................i
ABSTRACT ........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................v
DAFTAR TABEL .............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................4
C. Pembatasan Masalah ...................................................................5
D. Perumusan Masalah .....................................................................5
E. Tujuan Penelitian .........................................................................5
F. Manfaat Penelitian .......................................................................5
BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis ........................................................................6
1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ................................6
a. Pengertian pembelajaran berbasis masalah .....................6
b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ................11
c. Langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah ...13
d. Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah ........................13
e. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis
Masalah ...........................................................................14
vi
2. Hasil Belajar ..........................................................................15
a. Belajar..............................................................................16
b. Hasil Belajar Biologi Siswa.............................................22
B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................ 24
C. Kerangka Berpikir ........................................................................... 25
D. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 28
B. Metode Penelitian ........................................................................... 28
C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 28
D. Variabel Penelitian .......................................................................... 29
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 29
F. Instrumen Penelitian ....................................................................... 30
G. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi .................................... 31
H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 35
I. Hipotesis Statistik ........................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.....................38 B. Hasil Belajar Siswa .....................................................................41
C. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa ...............................................................................44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................48
B. Saran ............................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................50
LAMPIRAN .......................................................................................................54
vii
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
2.1. Tahapan-tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah 13
3.1. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar 30
4.1. Hasil Observasi Terhadap Siswa 38
4.2. Analisis Hasil Belajar Siswa antara Kelas Kontrol dengan Kelas
Eksperimen 41
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
2.1. Proses Belajar Mengajar dan Unsur-unsurnya 20
2.2. Skema kerangka berpikir 27
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman 1. RPP Kelas Eksperimen 54
2. RPP Kelas Kontrol 68
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) 79
4. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar 105
5. Hasil Anates Uji Validasi 120
6. Rekapitulasi Analisi Butir Soal 127
7. Lembar Soal Tes Hasil Belajar 128
8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
131
9. Lembar Observasi Keterampilan Siswa 133
10. Data Pretest Kelas Eksperimen 138
11. Data Pretest Kelas Kontrol 140
12. Data Posttest Kelas Eksperimen 142
13. Data Posttest Kelas Kontrol 144
14. Rekapitulasi Hasil Posttest Per Indikator Kelas Eksperimen dan Kontrol146
15. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah 147
16. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Keterampilan Siswa 148
17. Perhitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi 150
18. Uji Normalitas 158
19. Uji Homogenitas 162
20. Uji Hipotesis 164
21. Daftar Nilai Siswa Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013/2014 168
22. Hasil Wawancara 171
23. Uji Referensi 173
24. Surat Keterangan Penelitian 181
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hasil belajar merupakan faktor yang penting dalam pendidikan, karena
hasil belajar yang dicapai siswa merupakan alat untuk mengukur sejauh mana
siswa berhasil menguasai materi yang diajarkan oleh guru. Keberhasilan proses
dan hasil belajar dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor internal, faktor
eksternal dan pendekatan belajar.1 Faktor internal atau faktor dari dalam siswa,
yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa mempanguruhi hasil
belajarnya. Siswa yang memiliki kondisi sehat secara jasmani dan rohani dapat
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajar yang
didapatkan diharapkan juga dapat maksimal. Faktor eksternal atau faktor dari luar
siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa juga dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Siswa yang memiliki lingkungan keluarga maupun masyarakat yang
baik akan mampu berkonsentrasi dalam belajarnya. Faktor yang ketiga yaitu
pendekatan belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Strategi, metode
maupun model yang tepat dapat diterapkan dalam proses pembelajaran agar
materi yang diajarkan dapat tersampaikan sesuai dengan harapan.
Metode dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru semakin
berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Metode dan model
pembelajaran memiliki peranan yang cukup besar dalam kegiatan pembelajaran.
Kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa, akan ditentukan oleh penggunaan
metode atau model yang digunakan. Penerapan metode dan model yang efektif di
kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa sangat dibutuhkan pada pelajaran
IPA khususnya pada bidang biologi. Dalam hal ini penerapan strategi
pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan tinggi
rendahnya hasil belajar siswa.
1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung, PT Remaja
RosdaKarya, 2010) cet-15, h. 129.
2
Rendahnya hasil belajar biologi siswa disebabkan oleh ketidaktepatan
penggunaan strategi atau model pembelajaran yang digunakan guru dikelas. Hal
ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan guru biologi di SMA Negeri 115
Jakarta. Model dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru sudah baik,
tidak hanya metode ceramah yang dipakai tetapi metode pembelajaran yang lain
yaitu metode diskusi, demonstrasi dan tanya jawab.2 Meskipun demikian, dalam
pelaksanaannya metode tersebut kurang dikemas secara baik dan kurang
bervariasi, sehingga siswa merasa bosan dan kurang tertarik mengikuti pelajaran.
Akibatnya materi pelajaran kurang dapat dipahami siswa, sehingga hasil belajar
yang diperoleh siswa masih kurang memenuhi atau belum mencapai KKM yang
ditetapkan.
Hasil ketuntasan belajar biologi siswa pada materi fungi (jamur) pada pada
tahun ajaran 2013/2014 yaitu 32,41%.3 Hal tersebut menunjukkan bahwa metode
dan model yang digunakan oleh guru kurang efektif untuk memberdayakan siswa
untuk belajar. Guru selalu mendominasi kelas dengan alasan agar materi yang
diajarkan segera selesai. Siswa kurang diberi kesempatan untuk berhubungan
dengan lingkungan alam sekitar, menelaah dan berpendapat suatu konsep yang
ada. Akibatnya suasana kelas selama pembelajaran cenderung pasif, aktivitas
siswa rendah dan kurang kondusif. Pembelajaran tersebut hanya menekankan
pada pemberian konsep semata, sehingga siswa tidak mampu memahami materi
pelajaran secara penuh.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru diharapakan dapat
mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan
dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Karena guru merupakan salah satu
komponen yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru merupakan
ujung tombak dari peningkatan mutu pendidikan. Oleh sebab itu, guru dituntut
untuk memilih model maupun metode yang tepat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu
pembelajaran berbasis masalah (PBM).
2 Lampiran 22, h. 171. 3 Lampiran 21, h. 168.
3
Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus dan respon merupakan hubungan dua arah antara belajar dan
lingkungan.4 Lingkungan menyajikan masalah, masalah tersebut merupakan
masukan kepada siswa untuk belajar, kemudian siswa menerima masukan tersebut
dengan berpikir untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian
siswa melakukan proses pembelajaran secara langsung. Pengalaman belajar yang
diperoleh dari lingkungan akan menjadi pedoman bagi siswa sebagai tujuan
belajar. Dengan demikian siswa dituntut untuk mampu memecahkan masalah
biologi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada penemuan suatu
masalah.
Pembelajaran berbasis masalah dirancang berdasarkan masalah riil
kehidupan yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari, kemampuan memecahkan masalah, dan keterampilan menerapkan
konsep, sehingga dapat melatih berpikir tingkat tinggi.5 Pembelajaran berbasis
masalah dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa untuk memecahkan
suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah-masalah tersebut, sekaligus
memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Jadi melalui PBM siswa
dapat berperan aktif untuk memecahkaan masalah yang dihadapinya.
Pembelajaran berbasis masalah didesain dengan menghubungkan siswa
dengan masalah-masalah yang nyata yang berhubungan dengan materi pelajaran
sehingga siswa mengapa siswa mempelajari materi tersebut. Kemudian dari hal
tersebut siswa dapat mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber maupun berdiskusi dengan teman untuk dapat mencarikan solusi dari
permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian, melalui PBM dapat
meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan
4Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan
Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 4, h. 91.
5I Wayan Wijaya, I Wayan Lasmawan, I Wayan Suastra, β Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Minat Siswa Terhadap Pelajaran IPAβ, e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar, Vol. 5, 2015, h. 3.
4
melalui PBM siswa belajar bagaimana menggunakan konsep dan proses interaksi
untuk menilai apa yang diketahui, mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dan
mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Masalah yang terdapat dalam PBM merupakan masalah nyata yang
terjaadi di kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa mampu menggunakan
penalarannya tersebut dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Diantara materi-materi biologi yang
dapat dijadikan suatu bahan permasalahan dalam penelitian ini yaitu pada konsep
fungi, dimana pada konsep fungi didalamnya membahas tentang fenomena-
fenomena yang ada dikehidupan sehari-hari, misalnya yaitu fenomena jamur liar,
pemanfaatan jamur dalam industri makanan maupun obat-obatan.
Berdasarkan uraian di atas, penggunaan model pembelajaran yang
melibatkan siswa mempunyai peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar
biologi. Dipilihnya model pembelajaran berdasarkan masalah dalam penelitian ini
karena model pembelajaran ini pada dasarnya lebih mendorong siswa untuk aktif
dalam memperoleh sendiri pengetahuan. Dengan banyaknya aktifitas yang
dilakukan oleh siswa, diharapkan dapat menimbulkan antusias siswa dalam
belajar. Dengan demikian diharapakan dapat meningkatkan pemahaman konsep
biologi yang dapat mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul βPengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Fungiβ
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka maslah yang dapat diidentifikasikan yaitu hasil belajar yang diperoleh siswa
belum mencapai KKM yang ditetapkan sehingga memerlukan perbaikan dalam
hal strategi pembelajaran yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah.
5
C. Pembatasan Masalah
Untuk mengoptimalkan hasil penelitian, maka dibuat batasan masalah
yaitu Hasil belajar yang diukur yaitu aspek kognitif meliputi jenjang, C2, C3, C4
dan C5. Untuk mengukur hasil belajar maka model pembelajaran yang diterapkan
dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran berbasis masalah. Konsep
penelitain yang diberikan selama penelitian adalah konsep fungi pada kelas X.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: βApakah model
pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada
konsep fungi?β
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran
biologi pada konsep fungi.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada seluruh
pihak yang terkait langsung, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi guru bidang studi khususnya biologi, akan dapat membantu dalam
mengembangkan keterampilan generik siswa melalui model pembelajaran
berbasis masalah.
2. Bagi siswa, diharapkan melalui penelitian ini, siswa dapat belajar lebih mudah
dan terlibat aktif dalam pembelajaran dan tertarik dengan mata pelajaran
biologi khususnya dan mata pelajaran lain umumnya.
3. Bagi peneliti, dapat membantu dalam mengembangkan model pembelajaran
yang sudah ada menjadi model pembelajaran yang lebih bervariatif dan
berkualitas bagi kemajuan pendidikan.
6
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai deskripsi masing-masing teori
dari beberapa variabel yang diteliti berdasarkan referensi untuk menunjang
peneliti dalam menyusun kerangka berpikir dan mengajukan hipotesis. Selain itu,
subbab ini juga digunakan untuk mengarahkan peneliti pada fokus penelitian,
sehingga dapat menghindari meluasnya bahasan penelitian.
1. Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
βPembelajaran berbasis masalah adalah salah satu pendekatan
pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa
yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk didalamnya bagaimana
belajar.β1 Belajar merupakan sebuah proses yang mengakibatkan perubahan
tingkah laku disertai dengan pengalaman. Belajar bukan hanya proses menghafal
berbagai fakta, tetapi suatu proses interaksi yang terjadi antara individu dengan
lingkungannya. Proses belajar tidak hanya terjadi pada aspek kognitif saja, tetapi
juga aspek afektif dan psikomotorik melalui pemahaman akan permasalahan yang
terjadi.
Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus dan respon merupakan hubungan dua arah antara belajar dan
lingkungan.2 Lingkungan menyajikan masalah, masalah tersebut merupakan
masukan kepada siswa untuk belajar, kemudian siswa menerima masukan tersebut
dengan berpikir untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian
1Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), Cet. 6, h. 241. 2Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan
Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 4, h. 91.
7
siswa melakukan proses pembelajaran secara langsung. Pengalaman belajar yang
diperoleh dari lingkungan akan menjadi pedoman bagi siswa sebagai tujuan
belajar.
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model atau metode
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah
autentik.3 Permasalahan autentik yaitu permasalahan yang nyata. Melalui
permasalahan tersebut siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh
kembangkan keterampilan berpikir yang lebih tinggi, inkuiri, kemandirian dan
rasa percaya diri peserta didik. Jadi, melalui permasalahan autentik dapat
membantu siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata yang ada di
kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran berbasis masalah mulai dikembangkan sekitar tahun 1970.
Banyak ahli yang melakukan penelitian tentang pembelajaran berbasis masalah.
Salah satu ahlinya yaitu Prof. Howard Barrows. Barrows dan Kelson
mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah seperti dikutip Amir sebagai
berikut. Pembelajaran berdasarkan masalah adalah kurikulum dan proses
pembelajaran.4 Dalam kurikulum tersebut dirancang masalah-masalah yang
menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat siswa mahir
dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki
kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan
pendekatan-pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau
menghadapi tantangan yang akan diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-
hari.
βProblem based learning is a student centered classroom which gives
students the chance to discover knowledge in a meaningful and applicable wayβ5
pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa
3Ibid., h. 92. 4M.Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 21.
5Adnan Noor Liza, Wan Karomiah, Wan Abdullah dan Awang Yunita, βWould Problem-Based Learning Affect Studentsβ Generic Competencies?β, African Journal of Education and Technology, Vol. 1, No. 3 2011, h. 2.
8
diamana dapat merubah siswa untuk membetuk pengetahuannya sendiri sehingga
lebih memahami dan dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. Hal tesebut juga
diungkapkan oleh literatur lainnya yang mengungkapkan bahwa pembelajaran
berbasis masalah adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk terlibat secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.6 Proses
pembelajaran berbasis masalah akan membentuk pengetahuan siswa secara
mandiri. Hal tersebut menyebabkan siswa sebagai pusat dalam mencari
pengetahuan. Siswa secara mandiri menemukan sendiri konsep yang dipelajari
dan mengkonfirmasinya dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
Dengan begitu, siswa akan lebih memahami konsep tersebut dan akan berdampak
pada hasil belajar yang akan dicapainya.
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pembelajaran yang
didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan
autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari
permasalahan yang nyata.7 Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa diarahkan
untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dibahas dalam kegiatan
pembelajaran. Untuk dapat menemukan solusi dalam permasalahan tersebut,
siswa dituntut untuk mencari data dan informasi yang dibutuhkan dari berbagai
sumber. Sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan solusi permasalahan
atau dapat memecahkan permasalahan yang sedang dibahas secara kritis dan
sistematis serta mampu mengambil kesimpulan berdasarkan pemahaman siswa.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang membantu siswa untuk menemukan masalah dari suatu
peristiwa yang nyata, mengumpulkan informasi melalui strategi yang telah
ditentukan sendiri untuk mengmabil satu keputusan pemecahan masalahnya yang
kemudian akan dipresentasikan dalam bentuk unjuk kerja.8 Hal tersebut juga
6Indarti,β Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Pelajaran IPA
Materi Zat Aditif Makanan dan Kaitannya dengan Kesehatan Di Kelas VIII SMP Negeri 2 Malangβ, PENSA E-jurnal, 2011, h. 53.
7 Trianto, op. cit., h. 90. 8Muchamad Afcariono, βPenerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Siswa Pada Mata Pelajaran Biologiβ, Jurnal Pendidikan Inovatif, Vol. 3, No.2 2010, h. 65.
9
sejalan dengan pendapat ahli lainnya yang menyatakan bahwa pembelajaran
berbasis masalah yaitu proses pembelajaran yang diawali dengan permasalahan.
Tipe permasalahannya yaitu bergantung dari hal-hal yang spesifik.9 Permasalahan
tersebut biasanya berasal dari kehidupan nyata. Penyajian masalah merupakan hal
yang sangat penting dalam pembelajaran berbasis masalah karena dapat
menentukan jalannya proses pembelajaran. Dengan pembelajaran berbasis
masalah siswa lebih termotivasi dan bekerja keras untuk belajar.
Pembelajaran berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal
pembelajarannya berdasarkan masalah dalam kehidupan, kemudian dari masalah
ini siswa akan dirangsang untuk mempelajari masalah tersebut berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya (prior
knowledge).10 Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dapat
membantu siswa dalam memhami konsep yang baru. Siswa akan menemukan
informasi baru dan mengkonfirmasinya dengan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya sehingga akan menguatkan konsep yang dipelajari. Dengan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa sebelumnya, maka akan
terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang dalam pembelajarannya lebih mengutamakan kegiatan siswa
(student centered) daripada kegiatan guru.11 Siswa dalam kelompok secara aktif
merumuskan masalah, mengidentifikasi masalah, mempelajari dan mencari
informasi sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari
pemecahan masalah. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Pada
pembelajaran berbasis masalah, siswa merupakan pusat pembelajaran, sedangkan
guru bertindak sebagai pembimbing. Siswa membentuk kelompok-kelompok
untuk memecahkan permasalahan menggunakan pengetahuan dan pengalaman
9Erik De Graff, Anette Kolmos, βCharacteristics of Problem-Based Learning*β,
International Journal Enginering, Vol. 19, No. 5, Agustus 2010, h. 658. 10Taufik, βImplementasi Pembelajaran Problem Based Learning Di Program Studi
Pendidikan Biologi PMIPA Universitas Jambiβ, Jurnal Bidik, Vol. 1, No. 1, Desember 2012, h. 18.
11 Amir, op. cit., h. 12.
10
yang dimiliki sebelumnya. Tujuan akhir dari pembelajaran ini yaitu siswa dapat
memberikan solusi dari pemecahan masalah. Pemberian solusi tersebut akan
membentuk pengetahuan yang baru bagi siswa.
Pembelajaran berbasis masalah yaitu pembelajaran dengan menghadapkan
siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai landasan dalam belajar
dengan kata lain siswa belajar dari permasalahan-permasalahan.12 Dalam
pembelajaran berbasis masalah siswa secara berkelompok (sekitar lima hingga
delapan orang) akan berusaha untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Untuk mendapatkan solusi, siswa secara aktif mencari informasi yang dibutuhkan
dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh dari bahan bacaan (literatur),
narasumber, dan lain sebagainya.
Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa akan menggunkan
bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir
kritis.13 Hal tersebut didukung oleh literatur lain menyebutkan bahwa tujuan yang
ingin dicapai oleh pembelajaran berbasis masalah adalah kemampuan siswa untuk
berpikir kritis, analisis, sistematis, dan logis. Kemampuan tersebut diperlukan
untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi dalam rangka
menumbuhkan sikap ilmiah.14 Kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan siswa
untuk menganalisis dan merefleksikan hasil berpikirnya. Tentu diperlukan adanya
suatu observasi yang jelas serta aktivitas eksplorasi, dan inkuiri agar terkumpul
informasi yang akurat yang membuatnya mudah melihat ada atau tidak ada suatu
keteraturan ataupun sesuatu yang mencolok. Singkatnya, siswa yang berpikir
kritis akan selalu peka terhadap informasi atau situasi yang sedang dihadapinya,
dan cenderung bereaksi terhadap situasi atau informasi itu.
Hakikat masalah dalam model pembelajaran berbasis masalah adalah gap
atau kesenjangan antara kenyataan yang terjadi dengan kondisi yang diharapkan.15
Kesenjangan tersebut bisa terlihat dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan atau
12Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Komseptual
Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. 2, h. 91. 13 Trianto, op. cit., h. 92. 14 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 7, h. 216. 15 Ibid.
11
kecemasan. Oleh sebab itu, pemilihan materi yang akan digunakan tidak hanya
bersumber dari buku, melainkan juga dapat bersumeber dari peristiwa-peristiwa
tertentu yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran berbasis
masalah adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk memcahkan suatu
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut. Pembelajaran berbasis
masalah memfokuskan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
mendorong siswa agar lebih kreatif dalam memecahkan permasalahan-
permasalahan yang dihadapinya. Permasalahan-permasalahan ini tentunya yang
berkaitan dengan materi yang diajarkan dengan kehidupan keseharian siswa.
Selain itu, seorang guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk
memecahkan masalah dalam pelaksanaan penerapan pembelajaran berdasarkan
masalah tersebut.
b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa karakter yang
membedakannya dengan model pembelajaran lainnya yaitu pengajuan pertanyaan
atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik.16
Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar
pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi
bermakna bagi siswa. Keterkaitan antar disiplin yaitu masalah yang akan
diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa
meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. Penyelidikan autentik yaitu
kegiatan untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan
hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi,
melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan
kesimpulan. Karakteristik keempat yaitu menghasilkan produk dan
memamerkannya. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video maupun
program komputer. Karakteristik yang terakhir yaitu adanya kolaborasi.
16 Trianto, op. cit., h. 93-94.
12
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu
dengan yang lainnya, secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Literatur lainnya juga mengungkapkan bahwa belajar berbasis masalah
memiiki beberapa karateristik, yaitu belajar dimulai dengan suatu permasalahan,
mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan, menggunakan
kelompok kecil, menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah
dipelajarinya.17 Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia
nyata siswa. Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan bukan di
sekitar disiplin ilmu. Menggunakan kelompok kecil, dalam kelompok tersebut
siswa diberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan
secara langsung proses belajar. Setelah itu, siswa diminta untuk
mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan
kinerja.
Model pembelajaran berbasis masalah memiliki sejumlah karateristik yang
membedakannya dengan model pembelajaran yang lainnya yaitu pembelajaran
bersifat student centered, pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil,
guru berperan sebagai fasilitator dan moderator, masalah menjadi fokus dan
merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan problem solving,
informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning).18
Keterampilan problem solving merupakan proses pemecahan masalah dengan
mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya ke dalam suatu situasi
yang baru atau belum dikenal. Dengan problem solving maka siswa akan
memperoleh pengetahuan baru sehingga siswa memperoleh pembelajaran
seutuhnya.
17 Wena, op. cit., h. 91-92 18 Ni Made Suci, βPenerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undikshaβ, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 2, No.1, April 2010, h. 77.
13
c. Langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus
dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Dalam pembelajaran
berdasarkan, ada lima tahapan yang harus dilaksanakan. Adapaun tahapan-
tahapan dalam pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat pada Tabel 2.1. 19
Tabel 2.1. Tahapan-tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahapan Aktivitas guru 1. Memberikan orientasi
tentang permasalahan kepada siswa
Guru membantu siswa untuk membentuk kelompok belajar. Guru membahas tujuan pembelajaran, menjelaskan bahan yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih
2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti (belajar)
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3. Membantu investigasi/ membimbing penyelidikan individual atau kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu siswa untuk berbagi tugas dengan temannya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan
d. Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran
berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar
berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan siswa dalam pengalaman nyata
19 Rusman., op. cit., h.243.
14
atau simulasi dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.20 Kemampuan
berpikir yang dikembangkan yaitu kemampuan berpikir kritis. Kemampaun ini
merupakan berpikir yang beralasan, bertanggung jawab dan terampil berpikir
yang fokus dalam pengambilan keputusan yang dapat dipercaya. Keterampilan
intelektual merupakan integrasi antara pengetahuan yang dimiliki dan
performance kerja pada saat pembelajaran. Berbagi peran orang dewasa yaitu,
melalui pembelajaran berbasis masalah siswa akan terampil memecahkan masalah
yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Siswa dapat mempresentasikan gagasannya melalui pendekatan
pebelajaran berbasis masalah. Selain itu, siswa dapat melatih untuk merefleksikan
persepsinya, mengargumentasikan dan mengkomunikasikan ke pihak lain
sehingga guru pun memahami proses berpikir siswa sehingga guru dapat
membimbing serta mengintervensikan ide baru berupa konsep dan prinsip.21
Pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan kemampuan siswa, sehingga
interaksi siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa menjadi terkondisi dan
terkendali.
e. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran
yang mempunyai banyak kelebihan dan kelemahan. kelebihan model
pembelajaran ini adalah sebagai berikut: pemecahan masalah dalam pembelajaran
berbasis masalah cukup bagus untuk memahami isi pelajaran; pemecahan masalah
berlangsung selama proses pembelajaran menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan kepada siswa; dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran;
membantu proses transfer siswa untuk memahami masalah-masalah dalam
kehidupan sehari-hari; membantu siswa mengembagkan pengetahuannya dan
membantu siswa untuk bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri;
membantu siswa untuk memahami hakikat belajar sebagai cara berfikir bukan
hanya sekedar mengerti pembelajaran oleh guru berdasarkan buku teks;
20 Trianto, op. cit., h. 96. 21 Rusman., op. cit., h. 245.
15
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan disukai siswa;
memungkinkan aplikasi dalam dunia nyata; dan merangsang siswa untuk belajar
secara terus menerus.22
Pendapat lain juga menjabarkan keunggulan dari pembelajaran berbasis
masalah, yaitu pembelajaran berbasis masalah dapat menantang kemampuan
untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. Pembelajaran berbasis masalah
dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. Pembelajaran berbasis masalah
dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan untuk menyesuaikan dengan pengetahuan yang
baru, serta mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-
hari. Pembelajaran berbasis masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk
secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah
berakhir.
Pembelajaran berbasis masalah juga memiliki kelemahan, yaitu kurangnya
minat siswa untuk memecahkan masalah yang sulit, pembelajaran ini memerlukan
persiapan yang lama, butuh pemahaman konsep yang lebih. 23 Saat siswa tidak
memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka siswa merasa malas untuk mencoba.
Selain itu, keberhasilan pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. Kelemahan yang ketiga yaitu, tanpa
pemahaman tentang masalah yang disajikan dalam pembelajaran, maka siswa
tidak mengerti apa yang sedang dipelajari.
2. Hasil Belajar
Dalam penelitian ini hasil belajar menjadi variabel terikat yang akan
diukur pencapaiannya setelah menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah yang telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya. Bahasan yang dijelaskan
yaitu teori-teori tentang belajar dan hasil belajar.
22Bekti Wulandari dan Herman Dwi Surjono, βPengaruh Problem-Based Learning
Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC Di SMKβ, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, No. 2, Juni 2013, h. 182.
23Ibid., h. 221.
16
a. Belajar
1) Pengertian belajar
Gagne seperti yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono, menyatakan
bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi
perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan
kemampuannya.24 Perubahan perilaku muncul atau berubah karena adanya respon
terhadap suatu situasi. Misalnya, dalam konsep fungi, dijelaskan ciri-ciri jamur
beracun dan jamur jamur yang dapat dikonsumsi. Sebelum konsep tersebut
dijelaskan, siswa tidak tahu cara membedakan jamur tersebut. Namun setelah
mempelajari konsep tersebut siswa sudah dapat membedakan jamur beracun
dengan jamur yang dapat dikonsumsi sehingga dapat berhati-hati agar tidak terjadi
keracunan jamur.
Belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan.25 Ini menunjukkan bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan
sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik saat siswa berada
di sekolah maupun di lingkungan sosial lain khususnya saat bersama keluarganya.
Bruner mengemukakan bahwa di dalam proses belajar penting adanya
partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan
kemampuan. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses belajar,
yaitu perlu lingkungan yang mendukung siswa untuk melakukan eksplorasi, serta
menemukan penemuan-penemuan baru yang belum dikenal.26 Setiap lingkungan
memiliki bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan, dan hambatan yang
dihayati oleh siswa berbeda-beda, disesuaikan dengan usianya.
Belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
24Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.
10. 25Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 87. 26 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempngaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 2.
17
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.27 Hasil
pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan yang menetap pada tingkah
laku merupakan faktor yang penting dalam belajar. Pengalaman dan latihan dapat
mengakibatkan perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati berupa gejala
mental, maupun yang tidak dapat diamati berupa proses mental. Belajar dapat
terjadi akibat interaksi secara terus menerus antara peserta didik dan
lingkungannya, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya)
berubah dari waktu sebelum mengalami situasi itu ke waktu sesudah mengalami
situasi tadi.28 Perubahan dalam belajar dapat berupa suatu penemuan informasi
atau penguasaan suatu keterampilan yang telah ada, penambahan dari informasi
atau pengetahuan atau keterampilan yang telah ada, dan menghilangkan sifat atau
prilaku tertentu yang tidak dikehendaki.
Perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan
gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.29
Misalnya, tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil,
perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti
belajar. Demikian pula, perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam
keadaan mabuk, perubahan tersebut tidak termasuk perubahan dalam pengertian
belajar.
Belajar merupakan proses yang terjadi dengan adanya perubahan atau
penambahan informasi maupun keterampilan yang telah dimiliki. Unsur yang
penting dalam belajar meliputi perubahan-perubahan dalam diri individu seperti
perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman dan relatif menetap
pada diri individu tersebut. Belajar merupakan proses yang berkesinambungan
sehingga memerlukan waktu agar tujuan dari belajar tersebut dapat tercapai.
27Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), h. 13. 28 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),
h. 84. 29 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 90.
18
Belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat
dukungan dari fungsi ranah psikomotor. Fungsi psikomotor dalam hal ini
meliputi: mendengar, melihat, mengucapkan.30 Belajar yang dimaksud merupakan
koordinasi dari beberapa fungsi yang ada dalam diri manusia seperti pada ranah
kognitif, psikomotor dan afektif, sehingga fungsi-fungsi tersebut saling
berkoordinasi dan bekerja sama dalam melakukan proses belajar dalam diri
seseorang. Berdasarkan beberapa pengertian belajar tersebut, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman, latihan,
dan interaksi dengan lingkungan secara berkelanjutan.
2) Prinsip-prinsip Belajar
Dalam proses pembelajaran perlu adanya perhatian tentang prinsip-prinsip
pembelajaran untuk proses pembelajaran dan pengembangan yang lebih optimal.
Prinsip-prinsip pembelajarn dibangun oleh teori psikologi dan hasil-hasil
penelitian dalam kegiatan pembelajaran. Atwi yang mengadaptasi pemikiran
Fillbeck dalam Siregar menjelaskan prinsip-prinsip pembelajaran yaitu adanya
respons baik dari guru dan siswa. Ketika siswa belajar, harus diminta responnya
agar tidak hanya duduk diam. Ketika siswa benar, harus diberi umpan balik
positif. Kemudian, perlunya menyatakan tujuan pembelajaran sebelum
pembelajaran dimulai agar siswa dapat belajar lebih baik. Pemberian isi pelajaran
yang berguna bagi siswa di luar ruangan kelas dan pemberian tes pengetahuan
untuk memunculkan sikap baru setelah pembelajaran. Pemberian kegiatan
pembelajaran di kelas yang mirip kondisinya dengan di luar kelas. Sehingga
pembelajaran membutuhkan media pembelajaran seperti gambar, video, rekaman,
dan lain sebagainya. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan mana yang
positif dan negatif dalam satu pemecahan masalah. Menarik perhatian siswa untuk
mempelajari isi pembelajaran. Guru harus memahami bagaimana siswa
mengalami proses belajar dengan kegiatan-kegiatan kecil diertai latihan dan
umpan balik. Kegiatan-kegiatan kecil untuk mempelajari satu materi kompleks
yang dapat diwujudkan dalam satu model dan metode pembelajaran. Tujuan
pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk hasil belajar yang operasional.
30 Ibid., h. 92.
19
Urutan pembelajaran harus dimulai dari materi yang sederhana ke materi
kompleks. Pentingnya penguasaan siswa terhadap materi prasayarat sebelum
menuju materi selanjutnya. Memungkinkan siswa untuk belajar menggunakan
sumber, cara, dan waktu selain yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Perubahan yang terjadi akibat kegiatan belajar adalah hasil yang dicapai dari
suatu proses belajar. Hasil belajar tersebut diperoleh dengan adanya pengaruh-
pengaruh dari dalam individu maupun dari luar individu. Proses belajar yang
terjadi secara psikis pada individu hanya dapat disimpulkan dari hasilnya,
misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan
atau pembaharuan dalam tingkah laku dan/atau kecakapannya. Berhasil tidaknya
belajar dapat tergantung kepada bermacam-macam faktor yaitu faktor dalam diri
dan faktor dari luar individu.31 Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri
(faktor individu), yaitu kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan/inteligensi,
latihan dan ulangan, motivasi, dan sifat pribadi seseorang. Faktor yang berasal
dari luar individu (faktor sosial), yaitu keadaan keluarga, guru dan cara
mengajarnya, alat-alat pelajaran, motivasi sosial, lingkungan, dan kesempatan
yang tersedia.
Belajar terjadi akibat adanya unsur-unsur lain yang terlibat langsung di
dalamnya. Masukan mentah (raw input) merupakan bahan pengalaman tertentu
yang dimiliki seseorang sebagai bekal dalam proses belajar mengajar (learning
teaching process). Proses tersebut diharapkan dapat berubah menjadi keluaran
(output) dengan perubahan-perubahan yang diinginkan atau kualifikasi tertentu.
Di dalam proses belajar mengajar tersebut ikut berpengaruh beberapa masukan,
yaitu dari faktor lingkungan (environmental input) dan faktor instrumental
(instrumental input) yang sengaja dirancang dan dimanipulasi guna menunjang
31 Purwanto, op. cit., h. 102-105.
20
tercapainya hasil belajar mengajar yang dikehendaki32 Adapaun faktor yang
mempengaruhi proses belajar mengajar dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Proses belajar mengajar dan unsur-unsurnya
Belajar adalah suatu proses yang kompleks. Karena itu, suksesnya belajar
tergantung pada banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi belajar terbagi
menjadi faktor internal dan eksternal.33 Faktor internal yaitu faktor jasmaniah
(kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, kesiapan), dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal
yaitu faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang
kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah),
dan faktor masyarakat (keadaan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terbagi menjadi faktor internal
(aspek fisiologis dan aspek psikologis), faktor eksternal (lingkungan sosial dan
nonsosial), dan faktor pendekatan belajar dapat diuraikan sebagai berikut: 34
32 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., .h. 175-176. 33 Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 2010), h. 103. 34 Muhibbin Syah, h. 130-136.
21
a) Aspek Fisiologis
Faktor fisiologis yang dimaksud bersifat jasmiah seperti kondisi tonus atau
tegangan otot dan organ-organ khusus seperti indera pendengar dan indera
penglihat. Kemungkinan timbulnya masalah pada kondisi jasmani tersebut
perlu diatasi dengan langkah bijaksana guru dan pihak terkait untuk
mempertahankan self-esteem dan self confidence siswa. Kemerosotan self-
esteem dan self confidence seorang siswa akan menimbulkan frustasi yang
cepat atau lambat mengakibatkan siswa tersebut menjadi underachiever atau
mungkin gagal, walaupun kapasitas kognitifnya normal atau lebih tinggi dari
pada siswa yang lain.
b) Aspek Psikologis
Faktor psikologis (bersifat rohaniah) yang umumnya dipandang lebih esensial
di antaranya tingkat kecerdasan atau inteligensi, sikap, bakat, minat, dan
motivasi.
c) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial dapat mencakup guru, tenaga kependidikan (kepala
sekolah dan wakil-wakilnya), teman sekelas siswa, masyarakat, tetangga,
teman sepermainan di sekitar lingkungan tempat tinggal, orang tua, dan
keluarga siswa.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah
orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Dampak negatif yang dipengaruhi
oleh faktor orang tua dan keluarga dapat menimbulkan dampak tidak mau
belajar bahkan siswa cenderung berperilaku menyimpang yang berat seperti
antisosial.
d) Lingkungan Non-sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan
cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut
dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
22
e) Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar
materi tertentu.
Faktor-faktor yang disebutkan di atas dapat menyebabkan munculnya
siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan underachievers
(berprestasi rendah) atau gagal sama sekali.35 Karena itu, seorang guru harus
kompeten dan profesional dalam mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha
mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar siswa.
b. Hasil Belajar Biologi Siswa
Hasil belajar sendiri adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.36
Benyamin Bloom, mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan
ranah psikomotorik. Ketiga tingkatan itu dikenal dengan istilah Bloomβs Taxonomy
(Taksonomi Bloom). Kemampuan hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga
kategori, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu βhasilβ dan βbelajarβ. Pengertian hasil (product) menunjuk
pada suatu perolehan akibat suatu aktivitas atau proses yang telah dilakukan. Hasil
produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah
bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finishing goods). Begitu pula dalam
kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya
dibanding sebelumnya, perubahan yang terjadi tersebut dapa dikatakan hasil
belajar.37 Dapat dikatakan juga bahwa hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
35 Ibid., h. 129-130. 36 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2010), h. 22. 37 Purwanto, op. cit., h. 44.
23
Pada penelitian ini, penulis hanya akan mengungkapkan hasil belajar pada
ranah kognitif saja. Hasil belajar pada aspek kognitif merupakan suatu
kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan
masalah. Hasil belajar pada aspek kognitif dibagi kedalam enam jenjang, yaitu
ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun aspek
kognitif secara lengkapnya diuraikan sebagai berikut:
1) Pengetahuan/ingatan β knowledge
Pengetahuan di sini mengandung pengetahuan faktual disamping pengetahuan
hafalan untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam
undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota, dan sebagainya. Tipe
hasil belajar pengetahuan adalah tingkat kognitif paling rendah.
2) Pemahaman β comprehension
Pemahaman lebih tinggi daripada pengetahuan. Pemahaman dapat dibagi
menjadi tiga kategori. Tingkat yang paling rendah adalah pemahamam
terjemahan, baik terjemahan alih bahasa, mengartikan simbol, dan istilah-
istilah lainnya. Kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya. Ketiga adalah
pemahaman ekstrapolasi yaitu dapat melihat apayang ada dibalik tulisan,
memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya
3) Penerapan β application
Penerapan adalah kemampuan untuk membuat abstraksi yang berupa prinsip,
aturan, atau metode menjadi situasi baru atau situasi konkret.
4) Analisis β analysis
Analisis merupakan kemampuan kompleks yang memanfaatkan ketiga
kemampuan sebelumnya. Analisis adalah usaha untuk menguraikan informasi
yang reintegrasi menjadi komponen-komponen yang jelas susunannya.
5) Sintesis β synthesis
Sintesis adalah kemampuan menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian ke
dalam bentuk yang padu dan menyeluruh. Kemampuan sintesis dapat
diklasifiasikan menjadi tiga kemampuan yaitu, kemampuan menemukan
hubungan yang menarik, kemampuan menyusun rencana atau langkahlangkah
24
dalam pemecahan masalah, dan kemampuan menyimpulkan sejumlah besar
gejala, data, dan hasil observasi menjadi terarah.
6) Evaluasi β evaluation
Kemampuan evaluasi adalah kemampuan untuk memberikan keputusan
tentang nilai sesuatu yang dapat dilihat dari tujuan, gagasan, cara bekerja,
pemecahan masalah, dan metode yang digunakan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan judul βPengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Fungiβ dijelaskan
sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Kathleen Gould, William Sadera
dan Scot McNary dengan judul penelitian βComparing Changes in Content
Knowledge Between Online Problem Based Learning and Traditional Instruction
in Undergraduate Health Professional Studentsβ. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan pembelajaran berbasis masalah merupakan cara yang efektif untuk
meningkatkan pengetahuan siswa di depertemen kesehatan. pembelajaran berbasis
masalah merupakan penghubung antara teori pengetahuan dengan
pengalikasian/praktek yang sebenarnya.38
Orhan AkΔ±noΔlu and Ruhan ΓzkardeΕ Tandogan dalam penelitiannya yang
berjudul βThe Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on
Studentsβ Academic Achievement, Attitude and Concept Learningβ
menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah berpengaruh positif
terhadap prestasi akademik siswa dan sikap dalam pembelajaran IPA. Model
pembelajaran berbasis masalah juga berpengaruh terhadap pembelajaran konsep
yaitu dapat menuurunkan tingkat miskonsepsi siswa.39
38 Kathleen Gould, William Sadera dan Scot McNary, βComparing Changes in Content
Knowledge Between Online Problem Based Learning and Traditional Instruction in Undergraduate Health Professional Studentsβ, MERLOT Journal of Online Learning and Teaching, Vol. 11, No. 1, 2015, h. 74.
39Orhan AkΔ±noΔlu and Ruhan ΓzkardeΕ TandoΔan, βThe Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Studentsβ Academic Achievement, Attitude and Concept Learningβ, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol .3, 2011, h. 71.
25
Penelitian selanjutnya oleh Steven Withcombe dengan judul penelitian
βThe Influence of Pedagogy on Problem-based Learning StudentsβPerceptions of
Knowledgeβ, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis
masalah ini memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih aktif dalam
meningkatkan kemampuan berfikirnya untuk memecahkan suatu masalah. Selain
itu siswa juga dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri dari informasi-
informasi yang didapat dalam memecahkan masalah.40
Johari Surif, Nor Hasniza Ibrahim dan Mahani Mokhtar, dalam
penelitiannya dengan judul βImplementation of Problem Based Learning in
Higher Education Institutions and Its Impact on Studentsβ Learningβ hasil dari
penelitian tersebut adalah siswa dapat memcahkan masalah yang disajikan melalui
arahan dari guru, diskusi kelompok dan belajar mandiri. Pembelajaran berbasis
masalah juga berpengaruh terhadap motivasi siswa, keterampilan komunikasi,
kolaborasi dan belajar mandiri.41
Achuonye Keziah A. dalam penelitiannya yang berjudul βA Comparative
Study of Problem-Based and Lecture Based Learning in Secondary School
Studentsβs Motivation to Learn Scienceβ menyimpulkan bahwa siswa yang
menerapkan pembelajaran berbasis masalah lebih termotivasi dalam belajar
biologi dibandingkan dengan pembelajaran biasa.42
C. Kerangka Berpikir
Masalah pembelajaran biologi yang terjadi disekolah adalah permasalahan
metode pengajaran yang digunakan oleh guru. Pola pengajaran biolgi yang sering
diterapkan disekolah adalah kebanyakan menggunakan metode konvensional.
Metode konvensional menjadikan siswa sebagai objek dan guru sebagai subjek
40 Steven Withcombe, βThe Influence of Pedagogy on Problem-based Learning Studentsβ
Perceptions of Knowledgeβ, International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education (IJCDSE), Vol. 2, 2011. h. 519.
41 Johari Surif, Nor Hasniza Ibrahim dan Mahani Mokhtar, βImplementation of Problem Based Learning in Higher Education Institutions and Its Impact on Studentsβ Learningβ, The 4th International Research Symposium on Problem-Based Learning (IRSPBL), 2013, h. 66.
42 Achuonye Keziah A., βA Comparative Study of Problem-Based and Lecture Based Learning in Secondary School Studentsβs Motivation to Learn Scienceβ, International Journal of Science and Technology Education Research, Vol. 1, No. 6, November 2010, h. 130.
26
pembelajaran. Pola pengajaran yang kurang sesuai tersebut menyebabkan banyak
siswa yang menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan.
Akibatnya tingkat pemahaman siswa rendah, siswa kurang mampu
mengintegrasikan keterkaitan antar konsep yang satu dengan yang lainnya,
lemahnya ingatan siswa, rendahnya respon siswa terhadap penyampaian guru dan
lain sebagainya. Beban belajar tersebut menyebabkan hasil belajar biologi siswa
menjadi rendah, oleh karena itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat
mengkonstruk pengetahuan siswa itu sendiri. Salah satu model tersebut adalah
model pembelajaran konstruktivisme.
Salah satu model konstruktivisme yang memberikan pengaruh pada
tingkat kognitif siswa model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM). Dalam
penerapannya, model PBM memiliki lima langkah pokok yang harus dilaksanakan
secara runtut. Kelima langkah tersebut adalah orientasi terhadap masalah;
mengorganisasikan siswa untuk meneliti (belajar); membantu investigasi/
membimbing penyelidikan individual atau kelompok; mengembangkan dan
menyajikan hasil karya; menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
Dalam model pembelajaran berdasarkan masalah, fokus pembelajaran ada
pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep
yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan
masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak hanya harus memahami konsep yang
relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh
pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode
ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir.
Model pembelajaran berbasis masalah sangat cocok jika diterapkan dalam
proses pembelajaran biologi khusunya pada konsep fungi karena pada konsep ini
didalamnya membahas tentang fenomena-fenomena yang ada dikehidupan sehari-
hari, misalnya yaitu fenomena jamur liar, pemanfaatan jamur dalam industri
makanan maupun obat-obatan. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan
suatu pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang
27
membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan
penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata
Dalam penelitian ini peneliti berharap model pembelajaran berdasarkan
masalah ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga siswa mengalami
pembelajaran yang lebih bermakna sehingga siswa gemar belajar biologi. Adapun
skema kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Skema kerangka berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir maka hipotesis
penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh signifikan
terhadap hasil belajar siswa pada konsep Fungi.
Rendahnya hasil belajar
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah
Siswa melakukan penyelidikan dan penelitian
orientasi terhadap permasalahan
Siswa mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu investigasi/ membimbing penyelidikan individual atau kelompok siswa
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Hasil belajar siswa meningkat
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015
selama bulan Januari 2015 di SMA Negeri 115 Jakarta, Jl. Rorotan X Cilincing,
Jakarta Utara.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuasi eksperimen (eksperimen semu). Desain penelitian yang digunakan adalah
pretest-posttest control group design. Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari
dua kelompok, yaitu kelompok yang diberikan perlakuan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah yang disebut sebagai kelas eksperimen. Sedangkan
sebagai pembanding diambil satu kelompok yang disebut sebagai kelompok
kontrol. Sebelum perlakuan, masing-masing kelompok diberikan tes awal
(pretest), hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap materi
yang akan diajarkan. Setelah perlakuan selesai dilaksanakan, siswa kembali
diberikan tes (posttest).
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.1 Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 115 Jakarta. Sedangkan populasi terjangkau
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA SMA Negeri 115 Jakarta.
Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti.2 Sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X sebanyak dua kelas dari populasi yang
dipilih secara simple random sampling. Simple random sampling yaitu teknik
untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan dengan cara melakukan
1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 14, h. 173.
2 Ibid., h. 174
29
undian terhadap populasi.3 Peneliti diberikan dua kelompok sebagai sampel,
kemudian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipilih secara undian.
Maka diperoleh kelas X MIA 1 sebanayak 35 orang sebagai kelas eksperimen dan
kelas X MIA 2 sebanyak 31 orang sebagai kelas kontrol.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas (independent
variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah, sedangkan variabel
terikat yaitu hasil belajar siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data diperlukan dalam suatu penelitian sebagai hasil akhir suatu
penelitian. Untuk memperoleh data tersebut diperlukan teknik atau cara
pengumpulan data. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data digunakan
teknik pengumpulan data yang berupa teknik tes dan non tes.
1. Tes
Tes merupakan cara mengumpulkan data untuk mengukur kemampuan
objek yang diteliti.4 Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes uraian atau
esai. Tes esai adalah salah satu bentuk tes tertulis, terdiri dari item-item
pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut
jawaban siswa melalui uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir
siswa.5 Pemberian tes dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pretest dan posttest.
Tes yang sama diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
2. Observasi
Observasi merupakan metode atau cara menganalisis dengan melakukan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku atau mengamati individu atau
3S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 126. 4 Arikunto, op. cit., h. 266. 5 Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),
Cet. 6, h. 94.
30
kelompok secara langsung.6 Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung dan mengamati
keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah. Observer (pengamat)
menggunanakan lembar observasi untuk memperoleh data.
F. Instrumen Penelitian
1. Tes Hasil Belajar
Tes ini digunakan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa. Instrumen yang digunakan berupa
yaitu tes esai sebanyak 12 soal yang mengukur aspek kognitif pemahaman (C2),
penerapan (C3), analisis (C4) dan evaluasi (C5). Tes disusun berdasarkan
indikator yang disesuaikan dengan kurikulum. Sebelum divalidasi tes terdiri dari
20 soal. Kisi-kisi tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kisi-kisi tes hasil belajar siswa
No Indikator Ranah kognitif Jumlah soal yang valid C2 C3 C4 C5
1 Menjelaskan karakteristik fungi berdasarkan tampilannya 2, 4 1* 1
2 Menganalisis produk, kasus dan penyakit yang berkaiatan dengan fungi
5* 6* 2
3 Menganalisis peranan fungi dalam ekosistem 10, 11*, 1
4 Mengkalsifikasikan fungi berdasarkan ciri yang dimiliki
3*, 12*, 14
15* 3
5
Menghitung perbesaran lensa yang tepat dalam melakukan pengamatan objek menggunkan mikroskop
9*, 19* 20 2
6 Menyimpulkan ciri-ciri fungi berdasarkan hasil pengamatan 7*, 8,
18 1
7 Menyimpulkan peranan fungi berdasarkan penjelasan dari suatu fenomena
16*, 17* 13 2
6Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), h. 149.
31
Skala yang digunakan pada instrumen tes uraian adalah beskala 0 s/d 4.
Soal-soal yang digunakan dalam pretest dan posttet merupakan soal yang sama.
Hal ini dimaksudkan agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas intrumen
terhadap perubahan hasil belajar yang terjadi. Intrumen tes diuji cobakan terlebih
dahulu sebelum digunakan kepada siswa pada jenjang yang lebih tinggi untuk
mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi berfungsi sebagai pedoman agar observer cermat
mengenai aspek keterampilan yang perlu diobservasi, dan sebaga alat perekam
data mengenai kerja dari aspek keterampilan siswa yang dinilai. Lembar observasi
yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati kegiatan belajar
siswa. Penilaian dalam lembar observasi ini menggunakan rating scale dengan 4
skala (1-2-3-4). Selain itu, lembar observasi juga digunakan untuk mengamati
ketercapaian proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah.
Observer hanya memberikan tanda checklist pada lembar observasi.
G. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi
Soal tes diuji coba terlebih dahulu untuk mengetahui apakah soal tersebut
memenuhi persyaratan untuk mengukur hasil belajar. Jika soal telah memenuhi
persyaratan, maka instrumen dapat digunakan dalam penelitian. Instrumen yang
dinyatakan layak untuk dijadikan instrumen dalam pengumpulan data dapat
dihitung dengan menggunakan teknik analisis instrumen menggunakan aplikasi
AnatesV4.7 Dari hasil uji coba tes dipilih butir soal yang memenuhi validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
1. Uji Validitas Instrumen Tes
Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau
kesahihan suatu alat ukur.8 Hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi
7Karno To dan Yudi Wibisono Aplikasi AnatesV4. (http://www.anates.com) 8Suharsimi Arikunto (1), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), Cet. 2, h. 80.
32
pada obyek yang diteliti. Cara menghitung validitas suatu dapat menggunakan
korelasi product moment 9.
ππ₯π¦ =πβππ β (βπ)(βπ)
οΏ½{πβπ2 β (βπ)2}{πβπ2 β (βπ)2}
Keterangan :
ππ₯π¦ = Koefisien antara variabel X dan Y π = Banyaknya siswa π = Skor item π = Skor total ππ = Hasil perkalian skor item dan skor total π2 = Hasil kuadrat dari skor item π2 = Hasil kuadrat dari skor total
(βπ)2 = Hasil kuadrat dari total jumlah skor item (βπ)2 = Hasil kuadrat dari total jumlah skor total βXY = Total jumlah hasil perkalian skor item dan skor total
Valid atau tidaknya butir soal dapat diketahui dengan membandingkan rxy
dengan r tabel product moment pada taraf nyata = 0,05. Jika rxy sama atau lebih
besar dari r tabel maka butir soal tersebut dinayatakan valid. Koefisien korelasi
diinterpretasikan pada tabel kriteria uji validitas. 10 Hasil uji validitas tes pada
penelitian ini menggunakan software AnatesV4 diperoleh soal valid sebanyak 12
butir soal dari 20 butir soal yang diuji cobakan yaitu nomor 1, 3, 5, 6, 7, 9, 11, 12,
15, 16, 17 dan 19. Hasil uji validitas instrumen selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 5.
2. Uji Validitas Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterampilan siswa pada
proses praktikum/eksperimen. Uji validitas untuk lembar observasi menggunakan
validitas isi oleh dosen.
3. Reliabilitas Instrumen
Reliabel adalah konsistensi alat pengumpul data/instrumen dalam
mengukur apa saja yang diukur. Reliabel juga merupakan ketepatan atau ketelitian
9Ibid., h. 87. 10Arikunto (1), op. cit., h. 89.
33
suatu alat evaluasi.11 Instrumen yang reliabel maksudnya instrumen yang jika
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama. Reliabilitas memberikan suatu konsistensi yaitu semakin relaibel
suatu tes maka mempunyai hasil yang sama dan bisa dipakai di suatu tempat
sekolah ketika dilaksanakan tes kembali.12 Pengujian reliabilitas instrumen yang
berbentuk tes esai dapat menggunakan rumus Alfa Cronbach13.
π11 = οΏ½ ππβ1
οΏ½ οΏ½1 β βππ2
ππ‘2οΏ½ dengan varians π2 =
βπ2β(βπ)2
ππ
Keterangan :
r11 = Reliabilitas yang dicari βππ2 = Jumlah varians skor tiap item ππ‘2 = Varians soal π = Jumlah butir soal atau item yang valid π = Skor tiap item π = Jumlah siswa
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan bantuan software Anates.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh reliabilitas tes sebesar 0,73 dengan
kriteria tinggi. Adapun kriteria uji realibilitas dapat dilihat pada tabel kategori
kriteria uji realibilitas.
4. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks.14 Soal
yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang
terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena
11Purwanto, op. cit., h. 139. 12Sukardi, op. cit., h. 43. 13Arikunto (1), op. cit., h. 122-123. 14Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 2, h. 134.
34
diluar jangkauannya. Untuk mengukur tingkat kesukaran tes dalam penelitian ini,
digunakan rumus sebagai berikut:15
π =π΅π½π
Keterangan : P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Tingkat kesukaran soal dihitung dengan menggunakan bantuan software
AnatesV4. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh soal dengan kriteria sangat
sukar berjumlah 6 soal yaitu nomor 4, 8, 13, 14, 18 dan 20. Soal dengan kriteria
sukar berjumlah 5 soal yaitu nomor 2, 11, 12, 17 dan 19. Soal dengan kriteria
sedang berjumlah 8 yaitu nomor 1, 3, 6, 7, 9, 10, 15 dan 16. Soal dengan kriteria
mudah berjumlah 1 soal yaitu soal nomor 5.
5. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (menguasai materi) dengan siswa yang kurang pandai
(kurang/tidak menguasai materi).16 Soal yang dapat dijawab benar oleh siswa
pandai maupun siswa kurang pandai, maka soal itu tidak baik karena tidak
memiliki daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik pandai maupun
kurang tidak dapat menjawab dengan benar. Soal tersebut tidak baik juga karena
tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab
benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.
Daya pembeda untuk setiap soal dapat diketahui dengan cara mengurangi
banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar dengan
Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar. Maka
untuk mengetahui daya pembeda setiap soal digunakan rumus sebagai berikut17:
π· =π΅π΄π½π΄β π΅π΅π½π΅
15 Ibid., h. 135. 16Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: LP UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2010), h. 104. 17Ibid.
35
Keterangan : D = Daya pembeda BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar JA = Banyaknya peserta kelompok atas BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
Pengujian daya pembeda dalam penelitian ini menggunakan bantuan
software Anates V4. Dari hasil perhitungan diperoleh daya beda sebesar 1,33 dan
termasuk kategori baik sekali.
H. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh melalui instrument penelitian kemudian diolah dan
dianalisis dengan maksud agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan peneliti dan
menguji hipotesis. Pada penelitian ini data yang diperoleh dari instrumen tes hasil
belajar diolah dan dianalisis menggunakan statistik yaitu dengan uji-t.
Pengujian prasyarat analisis data dilakukan sebelum melakukan uji
hipotesis. Pengujian prasyarat analisis data yang dilakukan yaitu uji normalitas
dan homogenitas. Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah data
yang diperoleh terdistribusi normal dan mempunyai ragam yang homogen atau
tidak.
1. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas yang digunakan adalah
uji Liliefors.18 Untuk mengetahui sampel berdistribusi normal atau tidak, maka
diperlukan perhitungan menggunakan rumus liliefors (Lhitung). Kemudian
membandingnkan nilai Lo (Lhitung) dengan Lt (Ltabel). Sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal apabila Lhitung lebih kecil dari Ltabel.
Sedangkan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal apabila
Lhitung lebih besar dari Ltabel.
18Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2010), Cet. 1, h. 466.
36
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan setelah melakukan uji normalitas,. Uji
homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua keadaan atau
populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas dua varians
atau uji Fisher.19 Untuk mengetahui data homogen atau tidak, maka diperlukan
perhitungan menggunakan rumus fisher (Fhitung). Kemudian membandingnkan
nilai Fh (Lhitung) dengan Ft (Ltabel). Data memiliki varians yang homogen apabila
Fh lebih kecil dari Ft. Sedangkan data tidak memiliki varians homogen apabila Fh
lebih besar dari Ft.
2. Uji Hipotesis
Data yang dinyatakan berdistribusi normal dan homogen, maka untuk
menguji data yang diperoleh digunakan rumus uji-t. 20 Adapun rumus uji-t yaitu
sebagai berikut:
π‘ = οΏ½Μ οΏ½1βοΏ½Μ οΏ½2
ποΏ½ 1π1+ 1π2
dimana π = οΏ½(π1β1)π12+(π2β1)π22
(π1+ π2β2)
Keterangan:
οΏ½Μ οΏ½1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah
οΏ½Μ οΏ½2 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan dengan pembelajaran konvensional
n1 = Jumlah sampel pada kelompok eksperimen n2 = Jumlah sampel pada kelompok kontrol S1
2 = Varians kelompok eksperimen S2
2 = Varains kelompok kontrol
Nilai yang didapatkan melalui uji-t yaitu thitung akan dibandingkan dengan
ttabel. Adapun kriteria pengujian yaitu Ho ditolak jika t hitung < t tabel, sedangkan
Ho diterima apabila t hitung > t tabel.
19 Ibid., h. 249. 20Ibid.., h. 239.
37
3. Teknik Analisis Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung dan digunakan untuk mengamati ketercapaian
pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah. Tahapan anilisis lembar
observasi yaitu menjumlahkan indikator yang teramati, kemudian menghitung
presentase pencapain indikator.
I. Hipotesis Statistik
Setelah dilakukan pengujian persyaratan, maka dilakukan dengan uji
hipotesis yang menggunakan uji-t. Uji hipotesis ini digunakan untuk
menyelesaikan adanya pengaruh hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional. Adapun hipotesis statistik yang
diujikan pada penelitian ini adalah:
Ho : Β΅a = Β΅b
Ha : Β΅a > Β΅b
Ho : model pembelajaran berbasis masalah tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep fungi
Ha : penggunaan model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh signifikan terhadap hasil beljar siswa pada konsep fungi
Β΅a : Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pendekatan pembelajaran berbasis masalah.
Β΅b : Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini disajikan temuan-temuan yang terjadi pada saat pelaksanaan
proses pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis masalah, analisis hasil
belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol serta pengaruh
penggunaan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa.
Dalam penelitian ini yang dikaji adalah konsep fungi.
A. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada kelas eksperimen
dan kontrol dapat diamati melalui observasi aktivitas siswa. Adapun hasil
observasi terhadap siswa dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Hasil observasi terhadap siswa
No Indikasi Pencapaian (%) Kontrol Eksperimen
1 Menjawab pertanyaan guru dengan benar dan lengkap sesuai pedoman jawaban yang dimiliki guru
64,52 85,71
2 Membagi tugas belajar yang berkaitan dengan masalah dan menjalankannya dengan tertib dan teratur
61,29 57,14
3 Melakukan pengamatan dengan benar sesuai dengan instruksi guru 70,97 91,43
4 Menyajikan laporan hasil penyelidikan dengan presentasi di kelas dengan bahasa yang baik dan benar
61,29 65,71
5 Menyimpulkan hasil pembelajaran berdasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompoknya maupun semua kelompok dengan kata-katanya sendiri
48,39 80,00
Rata-rata 61,29 75,99
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa pencapaian aktivitas belajar siswa
yang tertinggi pada saat melakukan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan
dengan benar sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh guru. Persentase
pencapaiannya sebesar 70,97%. Kegiatan praktikum pada kelas kontrol memang
39
belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga ketika diadakan kegiatan
pengamatan siswa secara antusias mengikuti kegiatan tersebut. Melalui
pengamatan siswa dapat menggunakan informasi yang dimiliki dan keterampilan
untuk membangun pengetahuannya sendiri.1 Kegiatan pengamatan merupakan
salah satu kegiatan yang diminati banyak siswa. Hal tersebut terbukti dengan
pencapaian tertinggi pada kelas kontrol ini.
Pengamatan juga merupakan pencapaian aktivitas siswa yang tertinggi
pada kelas eksperimen, persentase pencapaiannya mecapai 91,43%. siswa
menggunakan informasi dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk
menyelidiki masalah saat membangun pengetahuan kemudian diintegrasikan
dengan pengetahuan yang baru. Kegiatan pengamatan pada kelas eksperimen
melibatkan siswa secara aktif. Keterlibatan siswa secara aktif merupakan bagian
penting dari pembelajaran berbasis masalah.2 Siswa yang terlibat secara aktif
dalam menjawab pertanyaan disebabkan karena siswa tertaik dengan
permasalahan yang diungkapkan oleh guru sehingga termotivasi untuk membuat
hipotesis dari permasalahan tersebut. Jika siswa sudah termotivasi untuk belajar
maka dapat menjadikan pembelajaran bermakna sehingga mampu meningkatkan
hasil belajar.
Pencapaian aktivitas terendah pada kelas kontrol yaitu pada kegiatan
menyimpulkan. Pada tahapan ini siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
berdasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompoknya maupun
semua kelompok dengan kata-katanya sendiri. Persentase pencapaiannya yaitu
48,39%. Hal tersebut dapat terjadi karena pada pembelajaran konvensional siswa
bukan sebagai pusat pembelajar sehingga semua informasi diperoleh dari guru.
Penyampaian bahan pelajaran oleh guru menjadi faktor utama dalam proses
belajar sehingga siswa tidak dituntut aktif dalam memeproleh pengetahuan dari
sumber informasi lainnya. Hal tersebut berakibat pada kesimpulan yang
1Coral Pepper, Problem Based Learning in Science, Issues in Educational Research, Vol.
19, No. 2, 2011, h, 129. 2Erik De Graff, Anette Kolmos, βCharacteristics of Problem-Based Learning*β,
International Journal Enginering, Vol. 19, No. 5, Agustus 2010, h. 658.
40
disampaikan siswa hanya pada sebatas informasi dari guru yang tidak
diintegrasikan dengan informasi yang diperolehnya.
Pencapaian aktivitas terendah pada kelas eksperimen yaitu pada kegiatan
pembagian tugas belajar yang berkaitan dengan masalah dan menjalankannya
dengan tertib dan teratur. Persentase pencapaiannya hanya mencapai 57,14%.
Pada kegiatan ini, siswa secara berkelompok melakukan penyelidikan dan diskusi
terhadap masalah, dan mendapat bimbingan dari guru dalam proses pemecahan
masalah. Pada tahap mengembangkan dan menyajikan hasi karya, tiap perwakilan
kelompok mempersentasikan hasilnya di depan kelas. Pada tahap mengevaluasi
proses pemecahan masalah, siswa membandingkan hasil pemecahan masalah
kelompoknya dengan pemecahan masalah yang diinformasikan guru, serta
membuat kesimpulan dari pemecahan masalah tersebut. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa masing-masing anggota kelompok yang berasal dari kelas
ekperimen lebih banyak memberikan rangkuman secara jelas dan dapat
dimengerti dengan teman-teman yang lain selain itu tidak terdapat dominasi satu
orang dalam diskusi, akan tetapi semua kedua siswa saling memberikan kontribusi
dalam diskusi. Berbeda dengan kelas kontrol, anggota pada kelompok di kelas ini
tidak memberikan rangkuman secara jelas dan tidak lengkap dan terdapat
dominasi satu orang saja dalam menyampaikan rangkuman.
Aktivitas siswa pada kelas eksperimen jauh lebih meningkat dibandingkan
kelas kontrol. Hal tersebut dapat terlihat dari rata-rata hasil observasi aktivitas
siswa. Persentase aktivitas siswa pada kelas eksperimen yaitu 75,99%, sedankan
pada kelas kontrol sebesar 61,29%. Peningkatan tersebut disebabkan oleh model
pembelajaran pada kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran berbasis
masalah yang membuat siswa sebagai pusat pembelajar. Siswa yang aktif untuk
mencari informasi pelajaran dengan cara diskusi maupun melalui media. Siswa
didalam kelompoknya aktif mengerjakan tugas yang telah dibagikan dalam
kelompok. Jadi siswa fokus mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya
kemudian diinformasikan atau dibagikan kepada temen sekolompoknya. Hal
tesebut berbeda dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran
konvensional. Guru merupakan pusat pembelajar. Siswa hanya menerima apa
41
yang disampaikan guru, sehingga siswa kurang aktif dalam memberikan
konstribusimya selama pembelajaran berlangsung. Meskipun pada kelas kontrol
diadakan diskusi kelompok, namun hanya beberapa siswa saja dalam kelompok
yang mengerjakan tugas tersebut. Hal ini dikarenakan, tidak adanya pembagian
tugas yang jelas. Sehingga siswa menyerahkan tugas tersebut pada temannya yang
dianggap lebih rajin. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang
diajar dengan pembelajaran berbasis masalah lebih aktif dibandingkan siswa yang
diajar dengan pembelajaran konvensional.
B. Hasil Belajar Siswa
Kedua kelompok diberikan posttes untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran yang digunakan. Analisis hasil belajar kedua kelas dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
KD Indikator No. soal Konsep Ranah
Kognitif Tingkat
kesukaran
Pencapaian (%) Kelas
kontrol Kelas
eksperimen Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan fungi berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran fungi dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Menjelaskan karakteristik fungi berdasarkan tampilannya
1 Karakteristik fungi C3 Sedang 58,06 69,52
Menganalisis produk, kasus dan penyakit yang berkaiatan dengan fungi
3 Manfaat fungi C3 Mudah 97,58 92,14
4 Manfaat fungi C4 Sedang 46,77 47,86
Menganalisis peranan fungi dalam ekosistem
7 Peranan fungi C4 Sukar 57,26 65,00
Mengkalsifikasikan fungi berdasarkan ciri yang dimiliki
2 Klasifikasi fungi C3 Sedang 90,32 97,86
8 Klasifikasi fungi C3 Sukar 52,42 64,29
9 Ciri-ciri fungi C5 Sedang 55,65 63,57
Menghitung perbesaran lensa yang tepat dalam melakukan pengamatan objek menggunkan mikroskop
6
Skala perbesaran pada mikroskop
C2 Sedang 82,26 90,71
12
Skala perbesaran pada mikroskop
C2 Sangat sukar 54,84 47,14
Tabel 4.2 Analisis hasil belajar siswa antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen
42
Berdasarkan tabel 4.2. diketahui bahwa pencapain hasil belajar tertinggi
pada kelas kontrol yaitu ranah kognitif C3 pada konsep pemanfaatan fungi untuk
bahan konsumsi dengan persentase sebesar 97,58%. Pencapain ini disebabkan
oleh siswa dapat mengaplikasikan jenis fungi beracun dengan fungi yang dapat
dikonsumsi manusia berdasarkan gambar. Begitu pula dengan pencapaian hasil
belajar kelas eksperimen tertinngi yaitu pada ranah kognitif C3 dengan persentase
sebesar 97, 86%. Siswa lebih aktif melakukan pengamatan dan merasa teratrik
untuk memcahkan masalah mealui gambar yang disajikan guru. Rasa tertarik
merupakan pertanda bahwa siswa memiliki minat untuk memecahkan masalah.
Minat menyebabkan siswa aktif melakukan sesuatu yang menarik baginya. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Wijaya, dkk, yang
mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki minat belajar IPA tinggi, hasil
belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran
berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.3 Siswa yang memiliki minat terhadap pelajaran akan melakukan
kegiatan yang dipilihnya sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk
suatu kebiasaan dalam diri siswa termasuk dalam kegiatan belajar. Dengan
demikian, minat juga berkaitan dengan aspek kognitif atau pengetahuan.
Pengetahuan dapat dikembangkan oleh siswa jiga siswa tersebut memiliki minat.
Pencapain hasil belajar terendah pada kelas kontrol yaitu ranah kognitif C4
dengan persentase sebesar 46,77%. Ranah kognitif C4 merupakan kemampuan
untuk menganalisis. Pembelajaran konvensional pada kelas kontrol tidak
3I Wayan Wijaya, I Wayan Lasmawan, I Wayan Suastra, β Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Minat Siswa Terhadap Pelajaran IPAβ, e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar, Vol.5, 2015, h. 8.
Menyimpulkan ciri-ciri fungi berdasarkan hasil pengamatan
5 Ciri-ciri fungi C4 Sedang 66,13 94,29
Menyimpulkan peranan fungi berdasarkan penjelasan dari suatu fenomena
10 Manfaat fungi C2 Sedang 61,29 72,14
11 Peranan fungi C2 Sukar 62,10 77,14
43
mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuan menganalisis. Sedangkan
pencapaian hasil belajar pada kelas eksperimen lebih besar. Hal tersebut
disebabkan oleh pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk mampu
menganalisis masalah sehingga memperoleh pemecahan masalah.
Pencapaian hasil belajar terendah yang diperoleh kelas eksperimen yaitu
pada ranah kognitif C2 dengan persentase sebesar 47,14%. Hal ini dikarenakan
pada saat proses pembelajaran siswa lebih terfokus pada pemecahan masalah
mengenai kasus-kasus pada fungi. Pada kegiatan praktikum yang menuntut siswa
untut mampu menghitung perbesaran skala, siswa kurang tertarik dalam
perhitungan matematiknya. Sedangkan pada kelas kontrol pencapaian hasil
belajarnya lebih tinggi dengan persentase sebesar 54,84%. Hal tersebut dapat
terjadi karena pada kelas kontrol tidak disajikan kasus-kasus untuk memecahkan
masalah, sehingga siswa tertarik untuk melakukan perhitungan matematisnya.
Pencapaian hasil belajar ranah kognitif C5 pada kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol. Persentase pencapaian kelas eksperimen yaitu
63,57% sedangkan kelas kontrol sebesar 55,65%. Ranah kognitif C5 merupakan
kemampuan untuk mengevalusai atau memberikan suatu kesimpulan.
Menyimpulkan merupakan tahapan yang sulit karena itu dibutuhkan tahapan-
tahapan sistematis. Pada pembelajaran kelas eksperimen menggunakan
pembelajaran berbasis masalah, yang mengajarkan secara sistematis dalam
memecahkan masalah dari merumuskan masalah, membuat hipotesis,
menganalisis masalah sampai pada tahap pemecahan masalah. Seperti yang
dikatakan Tan yang dikutip Rusman bahwa pembelajaran berbasis masalah
merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir
siswa betul-betul dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang
sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.4 Dalam
kelompoknya, siswa dapat bekerja sam dengan teman sekelompoknya untuk
mencari informasi mengenai masalah yang disajikan. Siswa dapat mendiskusikan
4Rusman, Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru
(Bandung: Raja Grafindo Persada, 2011) cet. Ke. 4 h. 229
44
dan bertukar pendapat sehingga menemukan solusi yang tepat. Dengan demikian,
dalam kelompoknya siswa dapat bertukar informasi sehingga memperkaya
pengetahuannya yang juga akan berdampak pada hasil belajar siswa tersebut.
Pencapaian hasil belajar kelas eksperimen memperoleh persentase rata-
rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memberikan pengaruh terhadap
hasil belajar siswa khususnya pada konsep fungi.
C. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil
Belajar Siswa
Pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar dapat
dibuktikan melalui uji hipotesis dengan uji-t. Berdasarkan hasil uji-t, diperoleh
hasil thitung sebesar 2,50 dengan taraf signifikan Ξ± = 0,05 dan jumlah siswa 35
pada kedua eksperimen dan 31 siswa pada kelas kontrol, didapat ttabel sebesar
1,99. Dengan demikian thitung (2,50) > ttabel (1,99) , maka H0 ditolak. Artiya
dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini memperlihatkan adanya pengaruh
model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar biologi siswa dalam
pembelajaran fungi.
Pengaruh pembelajaran berbasis masalah selama proses pembelajaran
sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh observer. Secara keseluruhan
pembelajaran PBM yang dibawa ke kelas membuat siswa lebih tertarik kepada
pelajaran dan dapat menuntun siswa untuk menggali informasi sendiri tanpa
menunggu penjelasan dari guru terlebih dahulu. Selain itu, siswa lebih mudah
memahami materi pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan persentase kelas
eksperimen yang menerapkan PBM lebih baik daripada kelas yang menerapkan
pembelajaran konvensioanl (Tabel 4.1), dalam hal ketepatan menjawab tiap soal.
Pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
juga dapat dibuktikan oleh penguasaan konsep siswa. Penguasaan konsep siswa
pada ranah kognitif C3, C4 dan C5 pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol. Persentase tertinggi pada kelas eksperimen terdapat
45
pada ranah C3 yaitu sebesar 97,86%. Sedangkan persentase terendah yaitu pada
ranah C2 sebesar 47,14%. Hal ini dikarenakan pada saat proses pembelajaran
siswa lebih terfokus pada pemecahan masalah mengenai kasus-kasus pada fungi.
meskipun, ranah C2 pada kelas eksperimen merupakan pencapaian terendah,
namun hal tersebut berbeda dengan kelas kontrol. Pada ranah C2 ini kelas kontrol
lebih unggul dibandingkan eksperimen.
Pembelajaran yang diterapkan pada kelas kontrol berupa pembelajaran
langsung. Pembelajaran ini cenderung teacher centered, artinya dalam proses
pembelajaran guru yang berperan paling dominan. Penerapan model pembelajaran
konvensional, guru menyajikan informasi tahap demi tahap sedangkan siswa
hanya memperhatikan dan menerima apa yang telah disampaikan oleh guru. Guru
memberi informasi kepada siswa tentang apa yang harus pelajari atau baca
sehingga mengakibatkan pikiran siswa yang tidak berkembang dengan baik
karena siswa tidak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi pengetahuannya.
Hasil dari pembelajaran yang demikian mengakibatkan siswa hanya terbatas
mengingat konsep-konsep dari materi pelajaran yang disampaikan oleh guru tetapi
siswa tidak memahami untuk apa konsep tersebut dipelajari.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan serangakain proses
pembelajaran yang memberikan pengalaman yang menyenangkan, tidak tegang
seperti saat pembelajaran konvesional dengan presentasi dan diskusi. Bahkan
siswa menjadi lebih fokus dan termotivasi untuk terus mencari tahu. Seperti yang
diungkapkan Kathleen Gould dkk, PBM merupakan cara yang efektif dalam
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dibandingkan pembelajaran
tradisional. 5 Motivasi merupakan salah satu penyebab meningkatnya hasil
belajar. Siswa yang sudah memiliki motivasi, maka siswa tersebut secara sukarela
dan sesuai kehendaknya akan melakukan kegiatan yang disukasinya. Siswa yang
sudah termotivasi untuk mengikuti pelajaran akan sungguh-sungguh dan senang
5Kathleen Gould, William Sadera dan Scot McNary, βComparing Changes in Content
Knowledge Between Online Problem Based Learning and Traditional Instruction in Undergraduate Health Professional Studentsβ, MERLOT Journal of Online Learning and Teaching, Vol. 11, No. 1, 2015, h. 83.
46
hati dalam mengikuti pelajaran sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang
maksimal.
Pembelajaran berbasis masalah selain mempengaruhi hasil belajar juga
dapat mempengaruhi sikap dan pembelajaran konsep. Orhan AkΔ±noΔlu and Ruhan
ΓzkardeΕ menungkapkan bahwa pembelajaran aktif berbasis masalah berpengaruh
terhadap prestasi akademik, perubahan sikap dan pembelajaran konsep.6
Keaktifan siswa dalam belajar membuat siswa mendapatkan pengetahuan secara
bermakna dan tidak membosankan. Agar aktifitas-aktifitas tersebut dapat berjalan
dengan baik, maka siswa dirangsang untuk berpikir dan dihadapkan pada suatu
masalah, seperti memberikan pertanyaan konseptual di awal pembelajaran untuk
menggali pengetahuan awal siswa yang berkaitan dengan permasalahan yang
dihadapi. Siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah akan mahir
dalam pengetahuannya, lebih fleksibel dan memperdalam konsep yang akan
membentuk pembelajaran sepanjang hayat.
Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil dan menerapkan pengetahuan yang diamati siswa
sebagai sesuatu yang relevan dengan masalah yang diberikan atau tugas belajar.7
Dalam kelompok, pembelajaran berbasis masalah ini memberikan kesempatan
pada siswa untuk lebih aktif dalam meningkatkan kemampuan berfikirnya untuk
memecahkan suatu masalah. Selain itu siswa juga dapat mengkonstruk
pengetahuannya sendiri dari informasi-informasi yang didapat dalam
memecahkan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah guru telah menciptakan pembelajaran yang
aktif dan komunikatif, dimana siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya.
Artinya siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran serta berkontribusi
membangun pengetahuannya. Savery dan Duffy mengungkapkan bahwa model
PBM menciptakan suasana yang memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa
6Orhan AkΔ±noΔlu and Ruhan ΓzkardeΕ TandoΔan, βThe Effects of Problem-Based Active
Learning in Science Education on Studentsβ Academic Achievement, Attitude and Concept Learningβ, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol .3, 2011, h. 78.
7Steven Withcombe, βThe Influence of Pedagogy on Problem-based Learning Studentsβ Perceptions of Knowledgeβ, International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education (IJCDSE), Vol. 2, 2011. h. 519.
47
untuk mengkonstruk pengetahuannya dan bekerja sama dalam menyelesaikan
masalah.8 Sehingga dalam pembelajaran siswa dapat bertukar pikiran dengan
bebas tanpa rasa malu pada teman sekelasnya. Siswa dapat saling berinteraksi
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mengajukan gagasan-gagasan atau
mengungkapkan kritikan yang membangun secara bebas dan terbuka. Hal ini
memungkinkan siswa untuk lebih mudah menerima dan memahami materi
pembelajaran serta mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu,
model pembelajaran berbasis masalah dapat mempengaruhi hasil belajar biologi
siswa pada konsep fungi.
Berdasarkan hasil penelitian, penerapan pembelajaran berbasis masalah
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga dapat menjadi salah
satu pilihan model pembelajaran dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
berbasis masalah dirancang untuk dapat mengaktifkan siswa, memotivasi dan
menumbuhkan minat siswa dalam memahami pelajaran sehingga penguasaan
konsep akan semakin meningkat.
8Semra Sungur dan Ceren Tekkaya,β Effects of Problem-Based Learning and Traditional
Instruction on Self-Regulated Learningβ, The Journal of Educational Research, Vol. 99, No. 5, 2011, h. 308.
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Model pembelajaran berbasis masalah memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil
posttest yang dilakukan pada siswa SMA Negeri 115 Jakarta. Rata-rata hasil
belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran berbasis
masalah mencapai nilai 73,56 dibanding dengn kelas kontrol yang hanya
mencapai 65,07. Selain itu, hasil observasi terhadap siswa menunjukkan hasil
yang baik selama kegiatan pembelajaran. Berpengaruhnya pembelajaran berbasis
masalah pada hasil belajar dikarenakan melalui PBM dapat merangsang keaktifan
siswa dan kemampuan kinestetis siswa secara bersamaan. Selain itu penyajian
masalah dalam PBM dikemas secara menarik sehingga menimbulkan minat siswa.
Permasalahan-permasalahan yang disajikan berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari sehingga dapat menimbulkan minat siswa Siswa yang memiliki minat
terhadap pelajaran akan melakukan kegiatan yang dipilihnya sendiri dan
menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri siswa
termasuk dalam kegiatan belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah maka hasil belajar siswa lebih baik daripada yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
1. Pemilihan waktu yang tepat saat penelitian merupakan hal yang sangat penting,
karena berdampak pada hasil penelitian yang diteliti. Hendaknya peneliti
berdiskusi terlebih dahulu dengan pihak sekolah tentang waktu penelitian yang
tepat agar proses pembelajaran tidak terganggu.
49
2. Guru hendaknya membiasakan siswa mengikuti proses pembelajaran dengan
model-model pembelajaran yang inovatif, sehingga siswa dapat membiasakan
diri untuk belajar mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya
3. Diharapkan dengan adanya penelitian ini memotivasi rekan-rekan untuk
mengadakan penelitian lanjutan baik pada model pembelajaran berbasis
masalah yang lebih berariasi ataupun pada konsep yang berbeda agar penelitian
bisa lebih baik lagi.
50
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I. Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Afcariono, Muchamad. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan Inovatif, Vol. 3, No. 2, 2010.
AkΔ±noΔlu, Orhan and TandoΔan ,Ruhan ΓzkardeΕ. The Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Studentsβ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol. 3. 2011.
Amir, M. Taufiq. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Prenada Media Group. 2010.
Arifin, Zaenal dan Sumbawati, Meini Sondang. Perbedaan Hasil Belajar Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPMB) Metode Planted Question dan Learning Starts With A Question Pada Mata Pelajaran Teknik Elektronika Dasar Kelas X TAV Di SMKN 2 Surabaya, Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Vol. 4, No. 1, 2015.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2011.
Etherington, Matthew B. βInvestigative Primary Science: A Problem-based Learning Approachβ. Australian Journal of Teacher Education, Vol. 36, No. 9, 2011.
Gould, Kathleen, Sadera, William dan McNary, Scot. Comparing Changes in Content Knowledge Between Online Problem Based Learning and Traditional Instruction in Undergraduate Health Professional Students. MERLOT Journal of Online Learning and Teaching, Vol. 11, No. 1, 2015.
Graff, Erik De dan Kolmos, Anette. Characteristics of Problem-Based Learning*. International Journal Enginering, Vol. 19, No. 5, 2010.
Hande, Syamala, Mohammed C. A. dan Komattil, R Acquisition of Knowledge Generic Skills and Attitudes Through Problem-Based Learning: Student Perspectives of a Hybrid Curriculum. Journal of Taibah University Medical Sciences, 2014.
51
Hung, Woei, Jonassen, David H., dan Liu, Rude. Problem Based Learning chapter 38. Paper presented at the 2012 AERA Annual Meeting, April 8β12, San Francisco, CA.
Indarti. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Pelajaran IPA Materi Zat Aditif Makanan dan Kaitannya dengan Kesehatan Di Kelas VIII SMP Negeri 2 Malang. PENSA E-jurnal, 2011.
Jimmy, Strobel, & Barneveld, Van. When is PBL More Effective? A Meta-synthesis of Meta-analyses Comparing PBL to Conventional Classrooms. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, Vol. 3, No. 1, 2010.
Keziah, Achuonye. A Comparative Study of Problem-based and Lecturebased Learning in Secondary School Studentsβ Motivation to Learn Science. International Journal of Science and Technology Education Research, Vol. 1, No. 6, November 2010.
Klegeris, Andis dan Hurren, Heather. Problem-Based Learning In A Large Classroom Setting: Methodology, Student Perception and Problem Solving Skills. Proceedings of EDULEARN 11 Conference. 4-6 July 2011, Barcelona, Spain.
Mahendra, Kd., Sumantri, Md., dan Margunayasa, I Gd. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar IPA. e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, Vol. 2,
Muhson, Ali. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan, Vo. 39, No.2, 2010.
Pepper, Coral. Problem Based Learning in Science. Issues in Educational Research. Vol. 19, No. 2, 2011.
Poikela, Esa dan Poikela, Sari. Competence and Problem Based Learning: Experience, Learning and Future. Rovaniemi: Rovaniemi University of Applied Sciences Publications, 2012.
Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Pernada, 2010.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group, 2010.
Setiawan, I Gusti Agung N. Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X-2 SMA
52
Laboratorium Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 2, No. 1, 2010.
Simone, Christina De. βProblem-Based Learning in Teacher Education: Trajectories of Changeβ. International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 4, No. 12, 2014.
Skinner, Vicki J., Braunack-Mayer, Annette dan Winning, Tracey A. The Purpose and Value for Students of PBL Groups for Learning. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning (IJPBL), Vol. 9, 2015.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempngaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
Suci, Ni Made. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 2, No.1, April 2010.
Sungur, Semra dan Tekkaya, Ceren. Effects of Problem-Based Learning and Traditional Instruction on Self-Regulated Learning. The Journal of Educational Research, Vol. 99, No. 5, 2011.
Surif, Johari, Nor Hasniza Ibrahim dan Mahani Mokhtar. βImplementation of Problem Based Learning in Higher Education Institutions and Its Impact on Studentsβ Learningβ. The 4th International Research Symposium on Problem-Based Learning (IRSPBL), 2013.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2010.
Taufik. Implementasi Pembelajaran Problem Based Learning Di Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA Universitas Jambi. Jurnal Bidik, Vol. 1, No. 1, 2012.
Thonthowi, Ahmad. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa. 2010.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, 2010.
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
53
Withcombe, Steven. The Influence of Pedagogy on Problem-based Learning Studentsβ Perceptions of Knowledge. International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education (IJCDSE), Vol. 2, 2011.
Widiada, I.P. G., Candiasa, Made dan Natajaya, Nyoman. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kecerdasan Logis Matematis pada Siswa Kelas X Akomodasi Perhotelan SMK PGRI Payangan. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, 2013.
Wijaya, I Wayan, Lasmawan, I Wayan, Suastra, I Wayan. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Minat Siswa Terhadap Pelajaran IPA. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar, Vol. 5, 2015
54
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Kelas Eksperimen Satuan Pendidikan : SMA Negeri 115 Jakarta Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : X/II Materi Pembelajaran : Fungi Pertemuan : 1 Alokasi Waktu : 4 JP x 45 menit A. Kompetensi inti: KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman
hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup. 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung
jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan fungi berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. Indikator: 3.6.1 Menjelaskan karakteristik fungi berdasarkan tampilannya. 3.6.2 Mengkalsifikasikan fungi berdasarkan ciri yang dimiliki. 3.6.3 Menghitung perbesaran lensa yang tepat dalam melakukan pengamatan
objek menggunkan mikroskop. 3.6.4 Menyimpulkan ciri-ciri fungi berdasarkan hasil pengamatan.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran fungi dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis. Indikator: 4.6.1 Melakukan presentasi hasil pengamatan fungi secara makroskopis dan
mikroskopis
55
4.6.2 Membuat laporan hasil pengamatan tentang fungi C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mendeskripsikan ciri-ciri umum, struktur tubuh dan cara reproduksi fungi.
2. Siswa dapat mengelompokkan fungi berdasarkan ciri-ciri yang diamati . 3. Siswa dapat menyimpulkan ciri-ciri dan cara reproduksi fungi Zygomycota,
Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota berdasarkan hasil pengamatan secara teliti dan sistematis.
D. Materi Pembelajaran Ciri-ciri fungi
1) Bersifat eukariotik; 2) bersifat heterotrof; 3) multiseluler dan uniseluler; 4) dinding sel terbuat dari zat kitin; 5) tidak memiliki akar dan daun sejati; 6) hidup pada kondisi lingkungan yang lembab; 7) tersusun atas hifa yang akan membentuk anyaman (miselium); 8) terdapat dua macam hifa yaitu hifa bersekat (bersepta) dan hifa yang tidak
bersekat (asepta) Cara hidup
1) Saproba/ pengurai 2) Parasit 3) Simbiosis dengan organisme lain (liken, mikoriza)
Reproduksi 1) Secara aseksual dilakukan dengan membentuk tunas, fragmentasi miselium
atau membentuk spora 2) Secara seksual dengan cara konjugasi untuk membentuk spora seksual
Klasifikasi 1) Zygomycota 2) Ascomycota 3) Basidiomycota 4) Deuteromycota
Klasifikasi jamur terutama didasarkan pada ciri-ciri spora seksual dan tubuh buah selama tahap-tahap seksual dalam daur hidupnya. Jamur yang diketahui tingkat seksualnya disebut jamur perfecti (sempurna). Jamur yang belum diketahui tingkat seksualnya disebut imperfecti. Selama belum diketahui tingkat kesempurnaan alat reproduksinya maka digolongkan pada fungi imperfecti atau Deuteromycota.
E. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model : Pembelajaran berbasis masalah 2. Metode : Praktikum, diskusi
56
F. Kegiatan Pembelajaran
No Tahap Aktivitas Alokasi
waktu Guru Siswa
1 Kegiatan awal
β’ Motivasi: Guru menampilkan gambar jamur, lalu meminta siswa untuk memperhatikan gambar berikut!
Guru bertanya kepada siswa βGambar apakah ini?β
β’ Apersepsi: Guru memberikan pertanyaan kepada siswa: - Apakah yang
dimaksud dengan fungi? Termasuk hewan atau tumbuhankan fungi itu!
β’ Guru menyampaikan
inti tujuan pembelajaran
β’ Guru membagi siswa menjadi 5-6 kelompok dan meminta siswa untuk duduk berkelompok
β’ Siswa memperhatikan gambar fungi
(Mengamati) β’ Siswa memberikan
jawabaan dari pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan: Roti buluk/ roti yang sudah berjamur
β’ Siswa memberikan
jawabaan dari pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan:
- Fungi adalah organisme eukariotik, uniseluler dan multiseluler yang heterotrof dan memiliki dinding sel yang terbuat dari zat kitin. Oleh karena itu fungi bukanlah tumbuhan atau hewan.
β’ Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran hari ini
β’ Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing
15 menit
2 Kegiatan inti a.Orientasi
siswa terhadap masalah
β’ Guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang berkaiatan dengan ciri-ciri/ karakteristik fungi
β’ Siswa menyimak dan menjawab pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan:
10 menit
57
divisi Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota 1.Mengapa fungi
semula dimasukkan ke dalam kingdom tumbuhan, tetapi kemudian dipisahkan menjadi kingdom fungi!
2.Pernahkah kalian menemukan roti yang sudah tidak layak untuk dimakan (roti buluk). Biasanya roti-roti tersebut tidak layak dimakan karena pada permukaan roti tersebut terdapat suatu organisme yang disebut sebaai fungi/jamur. roti yang sudah
1.Fungi adalah
organisme yang menyerupai tanaman, tetapi mempunyai beberapa perbedaan sebagai berikut: o Tidak mempunyai
klorofil o Mempunyai
dinding sel dengan komposisi berbeda
o Berkembang biak dengan spora
o Tidak mempunyai batang/cabang, akar, atau daun
o Tidak mempunyai sistem vaskular (sistem pengangkut) seperti pada tanaman
o Bersifat multiseluler tetapi tidak memiliki pembagian fungsi masing-masing bagian seperti pada tanaman
2.Fungi ditemukan pada roti yang sudah kadaluarsa (buluk). Hifa yang dihasilkan fungi menyebar diseluruh permukaan makanan, menembus, dan menyerap nutrisi. Dalam fase aseksual, sporangium-sporangium bulat berwarna hitam berkembang pada ujung hifa. Dalam
58
berjamur tidak layak dikonsumsi karena kandungan didalam roti tersebut sudah terkontaminasi dengan organisme lainnya. Roti yang layak dikonsumsi hanya bertahan satu minggu, jika lebih dari itu, roti akan mulai dihinggapai jamur. Bagaimana fungi/jamur dapat hidup pada roti. Jika fungi pada roti berbahaya bagi kesehatan, bagaimanakah fungi yang terdapat pada tempe dan oncom.
sporangium, ratusan spora haploid berkembang dan tersebar melalui udara. Spora yang kebetulan jatuh pada makanan yang lembab akan berkecambah, tumbuh menjadi fungi yang baru. Fungi pada roti buluk merugikan, sedangkan fungi pada oncom dan tempe menguntungkan, karena fungi pada oncom dan tempe dapat meningkatkan nilai gizi. Hal itu juga terlihat dari jenis fungi pada roti berbeda dengan fungi pada tempe dan oncom.
b. Mengoraganisasikan siswa untuk belajar
β’ Guru memberikan pertanyaan βbagaimana cara membuktikan bahwa roti yang sudah kadaluarsa ditandai dengan tumbuhnya suatu organisme yaitu fungi?β
β’ Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS 1) pada setiap kelompok dan memberikan penjelasan singkat tentang pembelajaran hari ini
β’ Siwa menjawab pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan: praktikum pengamatan fungi pada roti kadaluarsa
β’ Siswa menerima
LKS yang diberikan guru dan mendengarkan penjelasan singkat dari guru dan mengajukan pertanyaan apabila ada yang belum dimengerti (Menanya)
c. Membimbing penyelidikan individual atau kelompok
β’ Siswa diminta untuk membaca panduan praktikum pengamatan fungi divisi Zygomycota,
β’ Siswa membaca panduan praktikum
55 menit
59
Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota serta bahan diskusi pada LKS
β’ Guru membimbing siswa dalam melaksanakan praktikum dan melakukan penilaian terhadap kinerja siswa
β’ Siswa melaksanakan
praktikum identifikasi dan pengamatan fungi secara mikroskopis maupun makroskopis divisi Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota. Untuk pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop cahaya. (Mengumpulkan data/ eksporasi/ praktikum)
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
β’ Guru meminta siswa mengisi tabel pengamatan sesuai dengan hasil yang diperoleh, secara jujur pada Lembar Kerja Siswa
β’ Guru meminta siswa mengembangkan temuan hasil praktikum dengan kelompok
β’ Guru meminta siswa untuk mendiskusikan LKS yang sudah diberikan dan memecahkan soal yang ada
β’ Guru meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk melaporkan hasil diskusi
β’ Siswa mengisi tabel pengamatan sesuai dengan hasil yang diperoleh
β’ Siswa mengembangkan temuan hasil praktikum dengan kelompok
β’ Siswa mendiskusikan bahan diskusi dengan teman sekelompoknya (Mengasosiasi)
β’ Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas
(Mengkomunikasikan)
45 menit
60
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
β’ Guru meminta setiap kelompok untuk memberikan pertanyaan, tambahan atau sanggahan
β’ Guru menambahkan jawaban yang diberikan oleh tiap kelompok dan menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa
β’ Guru dan siswa membahas hasil temuan yang diperoleh dari eksperimen sampai pada penyepakatan atau kesimpulan
β’ Guru meminta siswa untuk menyimpulkan pelajaran hari ini
β’ Siswa dari tiap kelompok memberikan pertanyaan, tambahan atau sanggahan
β’ Menyimak penyempurnaan jawaban dari guru
β’ Guru dan siswa
membahas hasil temuan yang diperoleh dari eksperimen sampai pada penyepakatan atau kesimpulan
β’ Siswa memyimpulkan materi yang sudah diplajari hari ini
20 menit
3 Kegiatan akhir
β’ Guru meminta siswa untuk mencari informasi tentang berbagai fungi yang edibel/bisa dimakan dan jamur yang toksik/beracun
β’ Siswa mencatat tugas yang diberikan guru
15 menit
G. Alat, Bahan dan Sumber Pembelajaran 1. Alat/Bahan : Tempe, oncom, roti, jamur merang, jamur kuping, jamur kayu/liar,
air, jarum atau pinset, mikroskop, pipet, kaca objek dan penutupnya, LKS 1.
2. Sumber : Irnaningtyas. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013.
Sri Pujiyanto. Menjelajah Dunia Biologi 1. Jakarta: Platinum, 2013
H. Penilaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
Observasi guru Lembar observasi kinerja selama praktikum (terlampir) Tes Tertulis Posttest (terlampir)
61
Mengetahui, Guru Bidang Studi Biologi Drs. Muhamad Anwari, M.Pd NIP. 1966072 199412 1 002
Jakarta,16 Januari 2015 Peneliti
Izkar Sobhah NIM.1110016100027
62
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 115 Jakarta Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : X/II Materi Pembelajaran : Fungi Pertemuan : 2 Alokasi Waktu : 4 JP x 45 menit A. Kompetensi inti: KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman
hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup. 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung
jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan fungi berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. Indikator: 3.6.5 Menganalisis produk, kasus dan penyakit yang berkaiatan dengan fungi. 3.6.6 Menganalisis peranan fungi dalam ekosistem 3.6.7 Menyimpulkan peranan fungi berdasarkan penjelasan dari suatu fenomena
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran fungi dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis. Indikator: 4.6.3 Membuat laporan tertulis peran fungi dalam kehidupan
63
C. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mengelompokkan berbagai fungi yang dapat dimakan dan yang
beracun 2. Siswa dapat menganalisis berbagai kasus, kondisi dan produk yang berhubungan
dengan fungi 3. Siswa dapat menyimpulkan berbagai peranan fungi dalam kehidupan
D. Materi Pembelajaran Fungi dapat bersimbiosis dengan organisme lainnya membentuk
1. Liken, simbiosis fungi dengan alga. 2. Mikoriza, simbiosis antara fungi dengan akar tumbuhan.
Fungi memiliki peranan dalam kehidupan diantaranya yaitu: 1. Peran ekologis, fungi menguraikan sisa-sisa organisme mati menjadi bahan
organik yang berguna sebagai nutrisi tumbuhan 2. Peran ekonomis, beberapa jenis fungi (jamur tiram, jamur merang, jamur
kuping) dapat diakan tubuh buahnya. Jamur-jamur tersebut dapat dimakan manusia karena tidak berbahaya dan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Selain jamur tersebut, ada beberapa fungi yang dimanfaatkan untuk mengolah bahan pangan , misalnya Rhizopus stolonifer untuk membuat tempe, Neurosopra sitophila untuk membuat oncom, Saccharomyces cerevisisae untuk membuat tapai dan roti.
3. Peran medis, Penicillium yang dapat menghasilkan antibiotik penisilin. 4. Pengembangan Iptek, fungi dimanfaatkan dalam program reboisasi, terutama
fungi yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan membentuk mikoriza. Selain memilki peranan yang menguntungkan, fungi juga memiliki peranan
yang merugikan diantaranya yaitu: 1. Pada manusia, Aspergillus nidulans, Aspergillus niger. Keduanya
menyebabkan penyakit pada telinga (otomikosis). Aspergillus flavus, menghasilkan racun alfatoksin yang menyebabkan kanker pada manusia. Epidermophyton floocosum, penyebab penyakit kaki atlet pada manusia.
2. Pada hewan, Aspergillus fumigatus, menyebabkan penyakit paru-paru burung (aspergilosis).
3. Pada tanaman, Phytophthora infestan, penyakit pada kentang. Helminthosporium oryzae, hidup parasit sehingga dapat merusak kecambah daun buah serta menimbukan noda-noda berwarna hitam pada daun inangnya.
E. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model : Pembelajaran berbasis masalah 2. Metode : Diskusi
F. Kegiatan Pembelajaran
No Tahap Aktivitas Alokasi
waktu Guru Siswa
1 Kegiatan awal
β’ Motivasi: Guru menampilkan gambar jamur, lalu meminta siswa untuk memperhatikan gambar
β’ Siswa memperhatikan gambar fungi
(Mengamati)
15 menit
64
berikut!
Guru bertanya kepada siswa βApakah jamur tersebut dapat dikonsumsi oleh manusia?β
β’ Apersepsi:
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa: β Sebutkan klasifikasi
fungi beserta contoh spesiesnya
β’ Guru menyampaikan inti
tujuan pembelajaran
β’ Guru meminta siswa
untuk duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing
β’ Siswa memberikan
jawabaan dari pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan: Tidak. Karena jamur tersebut memiliki ciri-ciri seperti jamur yang beracun
β’ Siswa menjawab pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan:
- Zygomycota, contoh, Rhizopus oryzae
- Ascomycota, contoh, Saccharomyces cerevisiae
- Basidiomycota, contoh, Volvariella volvaceae
- Deuteromycota, contoh, Epidermophyton floocosum
β’ Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran hari ini
β’ Siswa duduk dalam kelompoknya
Kegiatan inti
a.Orientasi siswa terhadap masalah
β’ Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai:
β Di Indonesia, kasus keracunan jamur cukup sering terjadi. Tingkat keparahannyapun bermacam-macam. Ada yang membuat
β’ Siswa menyimak dan menjawab pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan: β Ciri-ciri jamur
beracun: memiliki warna yang agak mencolok misalnya merah darah, hitam, cokelat, hijau tua,
15 menit
65
pemakannya sekedar berhalusinasi, tetapi adapula yang bersifat mematikan. Jamur Psilocybe dipercaya akan membuat efek halusinogenik atau menyebabkan halusinasi. Akan tetapi, tak sedikit juga jamur yang memiliki zat beracun, diantaranya jamur Amanita, Lepoita Collybia dn Boletus. Untuk pencegahan dan pengobatan akibat keracunan jamur dapat dilakukan dengan mengetahui ciri, kandungan senyawa racun, serta efek toksik yang ditimbulkan. Jadi bagaimanakah cara Anda membedakan jamur yang bearcun dengan jamur yang dapat dikonsumsi?
- Memberikan kasus mengenai produk yang berhubungan dengan fungi dan kasus penyakit dan keracunan yang dihubungkan dengan aktivitas fungi yang terdapat pada LKS 2
biru tua dan sejenisnya; jamur beracun tumbuh pada tempat yang kotor (misalnya tempat pembuangan sampah dan pada kotoran hewan), serta memiliki bau busuk karena mengandung senyawa sulfida atau sianida sehingga jarang dihinggapi serangga atau binatang kecil lainnya
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
β’ Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS 2) pada setiap kelompok
β’ Siswa menerima LKS yang diberikan guru dan mengajukan pertanyaan apabila ada hal yang belum
15 menit
66
β’ Siswa diminta
memperhatikan gambar yang terdapat di LKS
β’ Guru mengajukan pertanyaan - Diantara gambar
tersebut, jamur manakah yang dapat dikonsumsi oleh manusia?
dimengerti (Menanya)
β’ Siswa memperhatikan gambar yang terdapat di LKS
β’ Siswa menjawab pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan: - Jamur merang,
jamur kancing, jamur kuping
c. Membimbing
penyelidikan individual atau kelompok
β’ Siswa diminta untuk mendiskusikan bebarapa kasus yang terdapat pada LKS
β’ Guru membimbing siswa dalam melaksanakan diskusi dan melakukan observasi aktivitas siswa
β’ Siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya
β’ Siswa melaksanakan
diskusi untuk memcahkan masalah yang terdapat pada LKS (Mengumpulkan data/ eksporasi/)
50 menit
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
β’ Guru meminta siswa untuk mencatat hasil diskusinya
β’ Guru meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk memaparkan hasil diskusinya
β’ Siswa mencatat hasil diskusinya (Mengasosiasi)
β’ Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas (Mengkomunikasikan)
50 menit
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
β’ Guru meminta setiap kelompok untuk memberikan pertanyaan, tambahan atau sanggahan
β’ Guru menambahkan jawaban yang diberikan oleh tiap kelompok dan menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa
β’ Guru bersama dengan siswa membahas hasil temuan yang diperoleh
β’ Siswa memberikan pertanyaan, tambahan atau sanggahan
β’ Siswa menyimak
penyempurnaan jawaban dari guru
β’ Guru dan siswa
membahas hasil temuan yang
20 menit
67
dari hasil diskusi sampai pada penyepakatan atau kesimpulan
β’ Guru meminta siswa untuk menyimpulkan pelajaran hari ini
diperoleh dari diskusi sampai pada penyepakatan atau kesimpulan
β’ Siswa memyimpulkan materi yang sudah diplajari hari ini
3 Kegiatan akhir
β’ Guru memberikan pemantapan (kesimpulan ) dari apa yang telah dipelajari
β’ Siswa mendengarkan penjelasan guru
15 menit
G. Alat, Bahan dan Sumber Pembelajaran
1. Alat dan Bahan : Laptop, LCD, LKS 2 2. Sumber: Irnaningtyas. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013.
Sri Pujiyanto. Menjelajah Dunia Biologi 1. Jakarta: Platinum, 2013
H. Penilaian Teknik Bentuk Instrumen
Observasi guru Lembar observasi kegiatan diskusi (terlampir) Tes Tertulis Postest (terlampir)
Mengetahui, Guru Bidang Studi Biologi Drs. Muhamad Anwari, M.Pd NIP. 1966072 199412 1 002
Jakarta, 23 Januari 2015 Peneliti
Izkar Sobhah NIM.1110016100027
68
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Kelas Kontrol Satuan Pendidikan : SMA Negeri 115 Jakarta Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : X/II Materi Pembelajaran : Fungi Pertemuan : 1 Alokasi Waktu : 4 JP x 45 menit A. Kompetensi inti: KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman
hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup. 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung
jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan fungi berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. Indikator: 3.6.1 Menjelaskan karakteristik fungi berdasarkan tampilannya. 3.6.2 Mengkalsifikasikan fungi berdasarkan ciri yang dimiliki. 3.6.3 Menghitung perbesaran lensa yang tepat dalam melakukan pengamatan
objek menggunkan mikroskop. 3.6.4 Menyimpulkan ciri-ciri fungi berdasarkan hasil pengamatan.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran fungi dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis. Indikator: 4.6.1 Melakukan presentasi hasil pengamatan fungi secara makroskopis dan
mikroskopis.
69
4.6.2 Membuat laporan hasil pengamatan tentang fungi. C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mendeskripsikan ciri-ciri umum, struktur tubuh dan cara reproduksi fungi.
2. Siswa dapat mengelompokkan fungi berdasarkan ciri-ciri yang diamati . 3. Siswa dapat menyimpulkan ciri-ciri dan cara reproduksi fungi Zygomycota,
Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota berdasarkan hasil pengamatan secara teliti dan sistematis.
4. Siswa dapat memunculkan keterampilan generik sains dalam proses pembelajaran.
D. Materi Pembelajaran Ciri-ciri fungi
1) Bersifat eukariotik; 2) bersifat heterotrof; 3) multiseluler dan uniseluler; 4) dinding sel terbuat dari zat kitin; 5) tidak memiliki akar dan daun sejati; 6) hidup pada kondisi lingkungan yang lembab; 7) tersusun atas hifa yang akan membentuk anyaman (miselium); 8) terdapat dua macam hifa yaitu hifa bersekat (bersepta) dan hifa yang tidak
bersekat (asepta) Cara hidup
1) Saproba/ pengurai 2) Parasit 3) Simbiosis dengan organisme lain (liken, mikoriza)
Reproduksi 1) Secara aseksual dilakukan dengan membentuk tunas, fragmentasi miselium
atau membentuk spora 2) Secara seksual dengan cara konjugasi untuk membentuk spora seksual
Klasifikasi 1) Zygomycota 2) Ascomycota 3) Basidiomycota 4) Deuteromycota
Klasifikasi jamur terutama didasarkan pada ciri-ciri spora seksual dan tubuh buah selama tahap-tahap seksual dalam daur hidupnya. Jamur yang diketahui tingkat seksualnya disebut jamur perfecti (sempurna). Jamur yang belum diketahui tingkat seksualnya disebut imperfecti. Selama belum diketahui tingkat kesempurnaan alat reproduksinya maka digolongkan pada fungi imperfecti atau Deuteromycota.
E. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model : Pembelajaran konvensional (Pembelajaran langsung) 2. Metode : Diskusi
70
F. Kegiatan Pembelajaran
No Tahap Aktivitas Alokasi
waktu Guru Siswa
1 Kegiatan awal
β’ Motivasi: Guru menampilkan gambar jamur, lalu meminta siswa untuk memperhatikan gambar berikut!
Guru bertanya kepada siswa βGambar apakah ini?β
β’ Apersepsi: Guru memberikan pertanyaan kepada siswa: - Apakah yang
dimaksud dengan fungi? Termasuk hewan atau tumbuhankan fungi itu!
β’ Guru menyampaikan inti
tujuan pembelajaran β’ Guru membagi siswa
menjadi 6-7 kelompok dan meminta siswa untuk duduk berkelompok
β’ Siswa memperhatikan gambar fungi
β’ Siswa memberikan
jawabaan dari pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan: Roti buluk/ roti yang sudah berjamur
β’ Siswa memberikan
jawabaan dari pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan:
- Fungi adalah organisme eukariotik, uniseluler dan multiseluler yang heterotrof dan memiliki dinding sel yang terbuat dari zat kitin. Oleh karena itu fungi bukanlah tumbuhan atau hewan.
β’ Siswa mendengarkan
tujuan pembelajaran hari ini
β’ Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing
20 menit
2 Kegiatan Inti
Mengamati β’ Guru meminta siswa
untuk mengamati
Mengamati β’ Siswa mengamati
berbagai jenis jamur
10 menit
71
berbagai jenis jamur yang dibawa siswa
β’ Guru meminta siswa untuk membaca literatur tentang syarat hidup jamur dari berbagai sumber
yang dibawa
β’ Siswa membaca literatur tentang syarat hidup jamur dari berbagai sumber
Menanya β’ Guru memotivasi siswa
untuk membuat pertanyaan tentang berbagai macam fungi
Menanya β’ Siswa membuat
pertanyaan tentang: - Bagaimana
pengelompokan fungi
- Apa ciri-ciri dan karakteristik jamur yang membedakannya dengan organisme lain
- Apa syarat hidup jamur
10 menit
Mengumpulkan Data (Eksperimen/ Eksplorasi) β’ Guru memberikan
penjelasan cara kerja dalam eksperimen
β’ Guru meminta siswa untuk menyiapkan alat dan bahan percobaan
β’ Guru meminta siswa
untuk mengamati morfologi fungi mikroskopis dari berbagai bahan (roti, oncom, dan tempe), jamur cendawan, menggambar hasil pengematan, menandai nama-nama bagian-bagiannya
β’ Guru meminta siswa melakukan pengamatan morfologi mikroskopis dan makroskopis
β’ Guru meminta siswa melakukan pengamatan
Mengumpulkan Data (Eksperimen/ Eksplorasi) β’ Siswa mendengarkan
penjelasan cara kerja dalam eksperimen
β’ Siswa menyiapkan alat dan bahan percobaan yang telah disiapkan oleh guru
β’ Siswa dalam kelompok mengamati morfologi fungi mikroskopis dari berbagai bahan (roti, oncom, dan tempe), jamur cendawan, menggambar hasil pengematan, menandai nama-nama bagian-bagiannya
β’ Siswa melakukan pengamatan morfologi mikroskopis dan makroskopis
β’ Melakukan pengamatan tubuh
55 menit
72
tubuh buah jamur makroskopis (cendawan)
buah jamur makroskopis (cendawan)
Mengasosiasikan β’ Guru meminta siswa
mengisi tabel pengamatan sesuai dengan hasil yang diperoleh secara jujur pada Lembar Kerja Siswa
β’ Guru meminta siswa mengembangkan temuan hasil eksperimen dengan kelompok
β’ Guru meminta siswa membuat laporan hasil pengamatan mikroskopis dan makroskopis jamur secara tertulis sesuai kaidah penulisan yang berlaku atau presentasi
Mengasosiasikan β’ Siswa mengisi tabel
pengamatan sesuai dengan hasil yang diperoleh secara jujur pada Lembar Kerja Siswa
β’ Siswa mengembangkan temuan hasil eksperimen dengan kelompok
β’ Siswa membuat laporan hasil pengamatan mikroskopis dan makroskopis jamur secara tertulis sesuai kaidah penulisan yang berlaku atau presentasi
35 menit
Mengkomunikasikan β’ Guru meminta siswa
mempresentasikan dan mengumpulkan laporan hasil pengamatan mikroskopis dan makroskopis fungi secara tertulis sesuai kaidah penulisan yang berlaku
β’ Guru dan siswa membahas hasil temuan yang diperoleh dari eksperimen sampai pada penyepakatan atau kesimpulan
β’ Guru meminta salah satu peserta didik menyimpulkan ke depan secara bergantian
Mengkomunikasikan β’ Siswa
mempresentasikan dan mengumpulkan laporan hasil pengamatan mikroskopis dan makroskopis fungi secara tertulis sesuai kaidah penulisan yang berlaku
β’ Siswa dan guru membahas hasil temuan yang diperoleh dari eksperimen sampai pada penyepakatan atau kesimpulan
β’ Salah satu peserta didik menyimpulkan ke depan secara bergantian tentang:
35 menit
73
tentang: Ciri umum jamur Klasifikasi jamur
dan contoh dari masing-masing kelas jamur
β’ Guru memberikan penguatan berupa penjelasan sebagai penyempurnaan kesimpulan yang dihasilkan siswa
Ciri umum jamur Klasifikasi jamur
dan contoh dari masing-masing kelas jamur
β’ Siswa mendengarkan
penguatan dari guru berupa penjelasan sebagai penyempurnaan kesimpulan yang dihasilkan siswa
3 Kegiatan akhir
β’ Guru meminta siswa untuk mencari informasi tentang berbagai fungi yang edibel/bisa dimakan dan jamur yang toksik/beracun
β’ Siswa mencatat tugas yang diberikan guru
15 menit
G. Alat, Bahan dan Sumber Pembelajaran
1. Alat/Bahan : Tempe, oncom, roti, jamur merang, jamur kuping, jamur kancing, jamur kayu/liar, kancing, jamur kayu/liar, air, jarum atau pinset, mikroskop, pipet, kaca objek, dan penutupnya LKS 1
2. Sumber : Irnaningtyas. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga,2013. Sri Pujiyanto. Menjelajah Dunia Biologi 1. Jakarta: Platinum, 2013
H. Penilaian Teknik Bentuk Instrumen
Observasi guru Lembar observasi kinerja selama praktikum (terlampir) Tes Tertulis Postest (terlampir)
Mengetahui, Guru Bidang Studi Biologi Drs. Muhamad Anwari, M.Pd NIP. 1966072 199412 1 002
Jakarta, 15 Januari 2015 Peneliti
Izkar Sobhah NIM.1110016100027
74
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 115 Jakarta Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : X/II Materi Pembelajaran : Fungi Pertemuan : 2 Alokasi Waktu : 4 JP x 45 menit A. Kompetensi inti: KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman
hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup. 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung
jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan fungi berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. Indikator:
3.6.5 Menganalisis produk, kasus dan penyakit yang berkaiatan dengan fungi. 3.6.6 Menganalisis peranan fungi dalam ekosistem 3.6.7 Menyimpulkan peranan fungi berdasarkan penjelasan dari suatu
fenomena 4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran fungi dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis. Indikator:
4.6.3 Membuat laporan tertulis peran fungi dalam kehidupan
75
C. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mengelompokkan berbagai fungi yang dapat dimakan dan yang
beracun 2. Siswa dapat menganalisis berbagai kasus, kondisi dan produk yang berhubungan
dengan fungi 3. Siswa dapat menyimpulkan berbagai peranan fungi dalam kehidupan
D. Materi Pembelajaran Fungi dapat bersimbiosis dengan organisme lainnya membentuk
1. Liken, simbiosis fungi dengan alga. 2. Mikoriza, simbiosis antara fungi dengan akar tumbuhan.
Fungi memiliki peranan dalam kehidupan diantaranya yaitu: 1. Peran ekologis, fungi menguraikan sisa-sisa organisme mati menjadi bahan
organik yang berguna sebagai nutrisi tumbuhan 2. Peran ekonomis, beberapa jenis fungi (jamur tiram, jamur merang, jamur
kuping) dapat diakan tubuh buahnya. Jamur-jamur tersebut dapat dimakan manusia karena tidak berbahaya dan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Selain jamur tersebut, ada beberapa fungi yang dimanfaatkan untuk mengolah bahan pangan , misalnya Rhizopus stolonifer untuk membuat tempe, Neurosopra sitophila untuk membuat oncom, Saccharomyces cerevisisae untuk membuat tapai dan roti.
3. Peran medis, Penicillium yang dapat menghasilkan antibiotik penisilin. 4. Pengembangan Iptek, fungi dimanfaatkan dalam program reboisasi, terutama
fungi yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan membentuk mikoriza. Selain memilki peranan yang menguntungkan, fungi juga memiliki peranan
yang merugikan diantaranya yaitu: 1. Pada manusia, Aspergillus nidulans, Aspergillus niger. Keduanya
menyebabkan penyakit pada telinga (otomikosis). Aspergillus flavus, menghasilkan racun alfatoksin yang menyebabkan kanker pada manusia. Epidermophyton floocosum, penyebab penyakit kaki atlet pada manusia.
2. Pada hewan, Aspergillus fumigatus, menyebabkan penyakit paru-paru burung (aspergilosis).
3. Pada tanaman, Phytophthora infestan, penyakit pada kentang. Helminthosporium oryzae, hidup parasit sehingga dapat merusak kecambah daun buah serta menimbukan noda-noda berwarna hitam pada daun inangnya.
E. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model : Pembelajaran konvensional (Pembelajaran langsung) 2. Metode : Diskusi
F. Kegiatan Pembelajaran
No Tahap Aktivitas Alokasi
waktu Guru Siswa
1 Kegiatan awal
β’ Motivasi: Guru menampilkan gambar jamur, lalu
β’ Siswa memperhatikan gambar fungi
20 menit
76
meminta siswa untuk memperhatikan gambar berikut!
Guru bertanya kepada siswa βApakah jamur tersebut dapat dikonsumsi oleh manusia?β
β’ Apersepsi:
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa: β Sebutkan klasifikasi
fungi beserta contoh spesiesnya
β’ Guru menyampaikan inti
tujuan pembelajaran β’ Meminta siswa untuk
duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing
(Mengamati)
β’ Siswa memberikan
jawabaan dari pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan: Tidak. Karena jamur tersebut memiliki ciri-ciri seperti jamur yang beracun
β’ Siswa menjawab pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan:
- Zygomycota, contoh, Rhizopus oryzae
- Ascomycota, contoh, Saccharomyces cerevisiae
- Basidiomycota, contoh, Volvariella volvaceae
- Deuteromycota, contoh, Epidermophyton floocosum
β’ Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran hari ini
β’ Siswa duduk dalam kelompoknya
2 Kegiatan Inti
Mengamati β’ Guru meminta siswa
mengamati berbagai jenis jamur yang dapat dikonsumsi
β’ Guru meinta siswa membaca literatur tentang peran fungi dalam kehidupan dari
Mengamati β’ Siswa mengamati
berbagai jenis jamur yang dapat dikonsumsi
β’ Siswa membaca literatur tentang peran fungi dalam kehidupan dari berbagai sumber
10 menit
77
berbagai sumber
Menanya β’ Guru memotivasi siswa
untuk membuat pertanyaan tentang peranan jamur dalam kelangsungan hidup di bumi
Menanya β’ Siswa membuat
pertanyaan tentang: β Apa peranan jamur
dalam kelangsungan hidup di bumi?
10 menit
Mengumpulkan Data (Eksperimen/ Eksplorasi) β’ Guru membagikan LKS
yang berisi bahan diskusi kepada tiap kelompok
β’ Guru meminta siswa untuk mendiskusikan permasalahan yang terdapat pada LKS
β’ Guru meminta siswa untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai jamur yang edibel/bisa dimakan dan jamur yang toksik/beracun dan peranan yang lain dari setiap anggota dari kelompok
Mengumpulkan Data (Eksperimen/ Eksplorasi) β’ Siswa menerima LKS
yanng diberikan guru
β’ Siswa mendiskusikan permasalahan yang terdapat pada LKS
β’ Siswa dalam kelompok mengumpulkan informasi tentang berbagai jamur yang edibel/bisa dimakan dan jamur yang toksik/beracun dan peranan yang lain
55 menit
Mengkomunikasikan β’ Guru meminta siswa
untuk membahas hasil temuan yang diperoleh dari diskusi sampai pada penyepakatan atau kesimpulan
β’ Guru meminta siswa melaporkan peran jamur dalam kehidupan, dan memecahkan masalah apabila keberadaan jamur dalam suatu ekosistem terganggu
β’ Guru memberikan
penguatan berupa penjelasan sebagai
Mengkomunikasikan β’ Siswa
mempresentasikan hasil temuan yang diperoleh dari diskusi sampai pada penyepakatan atau kesimpulan
β’ Siswa siswa melaporkan peran jamur dalam kehidupan, dan memecahkan masalah apabila keberadaan jamur dalam suatu ekosistem terganggu
β’ Siswa mendengarkan penguatan dari guru berupa penjelasan
35 menit
78
penyempurnaan jawaban siswa
sebagai penyempurnaan kesimpulan yang dihasilkan siswa
Mengasosiasi - Guru meminta siswa
untuk menyimpulkan peran penting jamur dalam kelangsungann hidup di bumi
Mengasosiasi - Siswa menyimpulkan
peran penting jamur dalam kelangsungann hidup di bumi
35 menit
3 Kegiatan akhir
β’ Guru meminta siswa mengumpulkan laporan peranan fungi dalam kehidupan
β’ Siswa mengumpulkan laporan peranan fungi dalam kehidupan
15 menit
G. Alat, Bahan dan Sumber Pembelajaran
1. Alat dan Bahan : Laptop, LCD, LKS 2 2. Sumber: Irnaningtyas. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013.
Sri Pujiyanto. Menjelajah Dunia Biologi 1. Jakarta: Platinum, 2013 H. Penilaian
Teknik Bentuk Instrumen Observasi Lembar observasi kegiatan diskusi (terlampir) Tes Tertulis Pretest dan Postest (terlampir)
Mengetahui, Guru Bidang Studi Biologi Drs. Muhamad Anwari, M.Pd NIP. 1966072 199412 1 002
Jakarta, 22 Januari 2015 Peneliti Izkar Sobhah NIM.1110016100027
79
Lampiran 3
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 1
(KELAS EKSPERIMEN) Kelompok : Kelas :
Anggota :
Kegiatan 1
Hari/tanggal :
Tujuan: 1. Mengamati struktur tubuh berbagai jenis fungi mikroskopis dan makroskopis di lingkungan sekitar
2. Mengidentifikasi ciri-ciri fungi divisi Zygomycota dan Ascomycota 3. Mengelompokkan fungi berdasarkan ciri-ciri yang diamati
Permasalahan:
Pernahkah Anda menemukan roti yang sudah tidak layak untuk dimakan atau roti buluk. Biasanya roti-roti tersebut tidak layak dimakan karena pada permukaan roti tersebut terdapat suatu organisme yang disebut sebagai fungi. Roti buluk biasanya dimanfaatkan sebagai pakan ikan maupun bebek, tetapi di sebuah kecamatan di Cirebon, warganya mulai mengkonsumsi roti buluk. Berdasarkan sebuah artikel tempo online, sebagian warga di Kecamatan Kapetakan, Cirebon mulai mengkonsumsi roti buluk, selain nasi aking. Mereka memilih roti buluk karena sudah tidak mampu lagi membeli beras yang harganya semakin mahal. Harga satu kilogram roti buluk terhitung murah yaitu Rp.5000. penjualan roti buluk pun meningkat sejak harga beras terus naik.
Selain itu, berita online lainnya juga menyebutkan bahwa di Bekasi, ada sebuah usaha rumahan yang digerebek pihak berwajib karena mengolah roti dan kue kadaluarsa. Tentu saja, roti dan kue hasil daur ulang itu dijual dengan harga relatif murah sehingga terjangkau oleh masyarakat kelas bawah. Roti hasil produksi ulang dihargai hanya Rp. 500. Bandingkan dengan roti sejenis yang diolah secara higenis yang harganya mencapai Rp. 2000. Roti buluk itu menjadi makanan pengganti makanan pokok karena harga beras tak terjangkau lagi.
Meskipun demikian, roti yang sudah berjamur tidak layak dikonsumsi karena kandungan didalam roti tersebut sudah terkontaminasi dengan organisme lainnya seperti jamur dan bakteri. Roti yang layak dikonsumsi hanya bertahan satu minggu, jika lebih dari itu, roti akan mulai dihinggapai jamur. Bagaimana fungi/jamur dapat hidup pada roti. Jika fungi pada roti berbahaya bagi kesehatan, bagaimanakah fungi yang terdapat pada tempe dan oncom.
80
Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah:
Kemukakan hal-hal yang berkaitan dengan fungi pada roti, tempe dan oncom
Mengumpulkan informasi dasar
Bagaimana fungi/jamur dapat hidup pada roti. Jika fungi pada roti berbahaya bagi kesehatan, bagaimanakah fungi yang terdapat pada tempe dan oncom?
Melakukan klarifikasi lanjut
Melakukan pengamatan untuk mendapatkan data Alat: Mikroskop Lup/kaca pembesar Kaca objek dan kaca penutup (cover glass) Silet yang tajam dan jarum pentul Pipet tetes
Bahan: Air Roti yang berjamur Tempe mentah Oncom mentah
Langkah kerja: 1. Teteskanlah sedikit air pada kaca objek 2. Ambilah sedikit fungi/jamur tempe dengan menggunakan jarum pentul,
letakkan di atas kaca objek, kemudian tutup dengan kaca penutup. 3. Amatilah di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah, kemudian perbesaran
kuat. Perhatikanlah bagian-bagian hifa, stolon, sporangiofor dan sporangiumnya.
4. Gambarlah hasil pengamatan Anda dan beri keterangan bagian-bagiannya pada tabel di bawah ini. Bandingkanlah dengan gambar dari referensi yang Anda dapatkan.
5. Sesuai dengan langkah 1-4, lakukanlah pengamatan pada jamur roti dan oncom mentah, kemudian catatlah hasilnya pada Tabel 1 berikut ini
81
Tabel 1 Hasil pengamatan fungi dengan menggunakan mikroskop
No Nama Fungi Hasil Pengamatan
1 β¦β¦β¦β¦β¦. Divisi: β¦β¦β¦β¦β¦. Perbesaran: β¦β¦β¦β¦β¦.
Struktur tubuh
Keterangan:
Gambar berdasarkan referensi Sumber:
Keterangan:
2 β¦β¦β¦β¦β¦. Divisi: β¦β¦β¦β¦β¦. Perbesaran: β¦β¦β¦β¦β¦.
Struktur tubuh Keterangan:
Gambar berdasarkan referensi Sumber:
Keterangan:
3 β¦β¦β¦β¦β¦. Divisi: β¦β¦β¦β¦β¦. Perbesaran:
Struktur tubuh Keterangan:
Gambar berdasarkan referensi Sumber:
Keterangan:
82
1. Apakah struktur hifa pada fungi tempe, roti, dan oncom memiliki kesamaan? Adakah perbedaan di antara ketiga fungi tersebut, dimanakah letak perbedaannya!
Jawaban:
2. Bagaimanakah cara fungi untuk mendapatkan nutrisi? Jawaban:
3. Reproduksi aseksual Rhizopus dilakukan dengan cara sporangiospora, sedangkan reproduksi aseksual pada Aspergilus dengan cara membentuk konidia. Jelaskanlah perbedaan antara sporangiospora dan konidia! Jawaban:
4. Jika Anda menginginkan pengamatan objek dengan perbesran 400X, berapakah perbesaran yang digunakan pada lensa objektif dan lensa okuler! Jawaban:
Menarik kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil pengamatan yaitu:
83
Kegiatan 2
Tujuan: 1. Mengamati struktur tubuh berbagai jenis fungi mikroskopis dan makroskopis di lingkungan sekitar
2. Mengidentifikasi ciri-ciri fungi divisi Basidiomycota
Permasalahan:
Pernahkah Anda menemukan jamur yang tumbuh di sekitar pekarangan rumah? Jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, maupun tumpukan jerami. Namun, jamur akan segera mati saat musim kemarau. Jamur dapat diidentifikasi secara langsung karena memiliki tubuh buah berbentuk seperti payung. Jamur merupakan sebutan untuk salah satu divisi dari kingdom fungi yaitu divisi basidiomycota. Mengapa jamur dikelompokkan ke dalam kingdom fungi?
Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah:
Kemukakan hal-hal yang berkaitan dengan fungi divisi Basidiomycota
Mengumpulkan informasi dasar
Mengapa jamur dikelompokkan ke dalam kingdom fungi?
melakukan klarifikasi lanjut
Melakukan pengamatan untuk mendapatkan data Alat: Mikroskop Lup/kaca pembesar Kaca objek dan kaca penutup (cover glass) Silet yang tajam dan jarum pentul Pipet tetes
Bahan: Air Jamur kuping Jamur merang Jamur kayu/jamur liar
Langkah kerja:
1. Amatilah struktur tubuh jamur (makroskopis) menggunakan lup 2. Gambarkanlah hasil pengamatan Anda dan beri keterangan bagian-bagiannya
pada Tabel 2 berikut ini.
84
Tabel 2 Hasil pengamatan fungi tanpa menggunakan mikroskop
No Nama Fungi Hasil pengamatan Keterangan
1
2
3
4
1. Apakah struktur hifa pada fungi tempe sama dengan jamur kuping, dimanakah letak perbedaanya! Jawaban:
85
2. Dari hasil pengamatan fungi, apakah ditemukan adanya akar, batang, dan daun? Bandingkan perbedaan dan persamaan fungi dari hasil pengamatan Anda dengan tumbuhan. Tuliskan alasan mengapa fungi dipisahkan dari dunia tumbuhan pada klasifikasi lima kingdom! Jawaban:
3. Liken atau lumut kerak merupakan hubungan simbiosis antara fungi dengan alga. Liken sudah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan. Dalam bidang industri, liken dimanfaatkan sebagai bahan obat pada industri farmasi dan industri parfum. Selain itu, liken juga dapat menjadi indikator pencemaran, karena liken ini dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tercemar. Liken mendapat julukan sebagai vegetasi perintis, mengapa liken dikatakan sebagai organisme perintis? Bagaimanakah proses simbiosis yang terjadi pada liken. Jawaban:
Menarik kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil pengamatan yaitu:
86
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 2
(KELAS EKSPERIMEN) Kelompok : Kelas :
Anggota : Hari/tanggal :
Tujuan: 1. Menganalisis berbagai fungi yang dapat dimakan dan yang beracun 2. Menganalisis berbagai kasus, kondisi dan produk yang berhubungan
dengan fungi 3. Menyimpulkan berbagai peranan fungi dalam kehidupan
1. Agaricus sp
2. Amanita sp
3. Auricularia sp
4. Boletus
5. Volvariella sp
6. Coprinus
7. Lentinula edodes
8. Pleurotus ostreatus
9. Lepiota
Tentukanlah jamur mana saja yang dapat dikonsumsi dan jamur manakah yang beracun!
87
Kasus 1 Tujuan: Mampu memecahkan masalah dan memberikan solusi
Permasalahan Kasus keracunan jamur cukup sering terjadi di Indonesia. Tingkat ancamannyapun
bermacam-macam. Ada yang membuat pemakannya sekedar berhalusinasi, tetapi adapula yang bersifat mematikan. Jamur Psilocybe dipercaya akan membuat efek halusinogenik atau menyebabkan halusinasi. Akan tetapi, tak sedikit juga jamur yang memiliki racun berbahaya. Senyawa mematikan pada jamur beracun ada beberapa macam, diantaranya yaitu kholin. Kholin dikenal sebagai senyawa racun yang paling berbahaya dan paling mematikan. Jenis jamur yang memiliki senyawa ini diantaranya jamur Amanita, Lepoita Collybia dan Boletus. Korban akan menderita pusing kepala yang diseratai dengan gejala muntah-muntah apabila yang tertelan adalah jamur beracun. Jika pada tahapan ini korban dengan cepat ditangani, serangan racun mungkin saja masih dapat ditangani. Akan tetapi, jika korbannya sendiri tidak menyadari telah mengkonsumsi jamur beracun, dan penanganan setelah teracuni terlambat, maka dapat berakibat pada kematian. (Kompas, 5 April 2006)
Berdasarkan artikel di atas, benarkah semua jamur bersifat racun? Lalu bagaimanakah Anda membedakan jamur yang beracun dengan jamur yang dapat dikonsumsi?
Penyelesaian
Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah
Kemukakan fakta-fakta yang berkaitan dengan jamur yang bersifat racun!
Mengumpulkan informasi dasar
Mengapa tidak semua jamur dapat dikonsumsi oleh manusia?
Membuat inferensi Berikanlah penjelasan ciri-ciri seseorang yang mengalami keracunan setelah mengkonsumsi jamur liar!
Melakukan klarifikasi lanjut
Bagaimanacara membedakan jamur yang beracun dengan jamur yang dapat dikonsumsi!
88
Menarik kesimpulan Buatlah mind map yang berkaitan dengan: - Ciri-ciri keracunan jamur liar - jamur yang dapat dikonsumi - cara membedakan jamur beracun dengan yang dapat
dikonsumsi
89
Kasus 2
Tujuan: Mampu memecahkan masalah dan memberikan solusi Permasalahan
Perhatikan gambar berikut!
Istilah fungisida sudah tidak asing lagi dalam pertanian. Fungisida adalah pestisida yang digunakan untuk mengontrol atau memberantas fungi yang dianggap sebagai wabah atau penyakit. Dalam pengendalian hama tanaman, penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir. Namun, kenyataannya para petanibanyak yang mennunakan pestisida secara berlebihan dengan alasan agar tanamannya terhindar dari serangan hama. Mengapa penggunaan fungisida/pestisida pada tanaman harus diperhatikan?
Penyelesaian
Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah
Kemukakan fakta-fakta yang berkaitan dengan fungisida!
Mengumpulkan informasi dasar
Mengapa petani harus memperhatikan penggunaan fungisida/pestisida pada tanaman?
Membuat inferensi Berikanlah penjelasan mengenai penggunaan pestisida yang berlebihan berdampak buruk bagi kesehatan dan manusia!
Melakukan klarifikasi lanjut
Bagaimana cara penggunaan pestisida yang benar agar tanaman yang dihasilkan layak untuk dikonsumsi!
90
Menarik kesimpulan Buatlah mind map yang berkaitan dengan: - faktor-faktoryang menyebabkan penggunaan pestisida
dibatasi - dampak penggunaan pestisida - cara penggunaan pestisida yang baik
91
Kasus 3
Tujuan: Mampu memecahkan masalah dan memberikan solusi Permasalahan
Perhatikan gambar berikut!
Hampir dapat dipastikan sebagian besar masyarakat Indonesia sudah kenal dan pernah makan tempe. Sangatlah wajar jika tempe menjadi makanan tradisional khas dan asli Indonesia. Saat ini tempe telah menjadi makanan konsumsi diseluruh dunia seperti halnya tofu yang berasal dari Cina. Bahan baku pembuatan tempe adalah dari kacang kedelai. Organisme yang berperan dalam fermentasi tempe salah
satunya adalah Rhizopus oryzae. Tempe mengandung nutrisi tinggi baik protein, mineral, vitamin salah satunya vitamin B12 dan asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids). Ada mitos yang mengatakan, bahwa kedelai yang diproses, nilai gizinya akan turun. Ternyata, menurut Nurfi Afriansyah, M.Sc. Ahli Gizi & Peneliti Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan Litbangkes Kemenkes, gizi yang terkandung dalam kedelai setelah pengolahan (menjadi tempe), kadarnya bisa tetap atau sedikit berkurang. Tapi, khasiat dan nilai gizi akan semakin meningkat. (http://www.femina.co.id) Menurut pendapat Anda, mengapa Rhizopus oryzae dikatakan dapat meningkatkan nilai gizi kacang kedelai?
Penyelesaian Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah
Kemukakan fakta-fakta yang berkaitan dengan fungi tempe!
Mengumpulkan informasi dasar
Mengapa Rhizopus oryzae dikatakan dapat meningkatkan nilai gizi kacang kedelai?
Membuat inferensi Berikanlah penjelasan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tempe memiliki kualaitas yang baik!
92
Melakukan klarifikasi lanjut
Bagaimana proses kerja dari fungi tempe!
Menarik kesimpulan Buatlah mind map yang berkaitan dengan: - faktor-faktoryang menyebabkan tempe berkualitas baik - fungsi fungi tempe - proses kerja fungi tempe (Rhyzopus oryzae)
93
Kasus 4
Tujuan: Mampu memecahkan masalah dan memberikan solusi Permasalahan
Perhatikan gambar berikut!
Tape atau uli (bahasa Betawi) adalah sejenis makanan yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi). Tape bisa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan hasilnya dinamakan tape singkong . Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh fungi Saccharomyces cerivisiae.
Mengapa singkong (bahan dasar tape) yang memiliki struktur keras setelah difermentasi strukturnya menjadi lembut dan memiliki rasa yang manis?
Penyelesaian Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah
Kemukakan fakta berkaitan dengan fungi tape!
Mengumpulkan informasi dasar
Mengapa singkong (bahan dasar tape) yang memiliki struktur keras setelah difermentasi strukturnya menjadi lembut dan memiliki rasa yang manis?
Membuat inferensi Berikanlah penjelasan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan proses fermentasi pada tape menghasilkan kualitas yang baik!
Melakukan klarifikasi lanjut
Bagaimana proses fermentasi yang terjadi dalam pembuatan tape!
94
Menarik kesimpulan
Buatlah mind map yang berkaitan dengan: - faktor-faktoryang menyebabkan proses fermentasi pada tape
menghasilkan kualitas yang baik - fungsi fungi tape - proses fermentasi pembuatan tape
95
Kasus 5
Tujuan: Mampu memecahkan masalah dan memberikan solusi Permasalahan
Fungi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Fungi bersama bakteri berperan sebagai pengurai (dekomposer). Fungi menguraikan zat-zat organiseme yang mati kemudian akan diuraikan dan dirombak sehingga dapat dimanfaatkan lagi. Hasil dari perombakan tersebut akan digunakan tumbuhan sebagai nutrisi. Menurut pendapat Anda, apakah yang akan terjadi jika keberadaan fungi dihilangkan dalam ekosistem?
Penyelesaian Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah
Kemukakan fakta berkaitan dengan dekomposer!
Mengumpulkan informasi dasar
Apakah yang akan terjadi jika keberadaan fungi dihilangkan dalam ekosistem?
Membuat inferensi Berikanlah penjelasan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan keberadaan fungi dibutuhkan dalam ekosistem!
Melakukan klarifikasi lanjut
Bagaimana usaha Anda untuk melestarikan ekosistem di sekitar Anda?
96
Menarik kesimpulan
Buatlah mind map yang berkaitan dengan: - faktor-faktoryang menyebabkan fungi dibutuhkan dalam
ekosistem - fungsi fungi dalam ekosistem - upaya melestarikan ekosistem
97
Kasus 6 Tujuan: Mampu memecahkan masalah dan memberikan solusi
Permasalahan Perhatikan gambar berikut!
Liken atau lumut kerak merupakan hubungan simbiosis antara fungi dengan organisme lainnya. Liken sudah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan. Dalam bidang industri, liken dimanfaatkan sebagai bahan obat pada industri farmasi dan industri parfum. Selain itu, liken juga dapat menjadi indikator pencemaran, karena liken ini dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tercemar. Liken mendapat julukan sebagai vegetasi perintis, mengapa liken dikatakan sebagai organisme perintis?
Penyelesaian Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah
Kemukakan fakta-fakta yang berkaitan dengan liken!
Mengumpulkan informasi dasar
Mengapa liken dikatakan sebagai organisme perintis?
Membuat inferensi Berikanlah penjelasan manfaat dari keberadaan liken dalam ekosistem!
Melakukan klarifikasi lanjut
Bagaimanakah proses simbiosis yang terjadi pada liken.
Menarik kesimpulan
Buatlah mind map yang berkaitan dengan: - manfaat liken - peranan liken dalam ekosistem - bentuk simbiosis liken
98
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 1
(KELAS KONTROL) Kelompok : Kelas :
Anggota :
Hari/tanggal :
Tujuan: 1. Mengamati struktur tubuh berbagai jenis fungi mikroskopis dan makroskopis di lingkungan sekitar
2. Mengidentifikasi ciri-ciri fungi divisi Zygomycota, Ascomycota dan Basidiomycota
3. Mengelompokkan fungi berdasarkan ciri-ciri yang diamati
Kegiatan 1
Alat: Mikroskop Lup/kaca pembesar Kaca objek dan kaca penutup (cover glass) Silet yang tajam dan jarum pentul Pipet tetes
Bahan: Air Roti yang berjamur Tempe mentah Oncom mentah
Langkah kerja:
6. Teteskanlah sedikit air pada kaca objek 7. Ambilah sedikit fungi/jamur tempe dengan menggunakan jarum pentul,
letakkan di atas kaca objek, kemudian tutup dengan kaca penutup. 8. Amatilah di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah, kemudian perbesaran
kuat. Perhatikanlah bagian-bagian hifa, stolon, sporangiofor dan sporangiumnya.
9. Gambarlah hasil pengamatan Anda dan beri keterangan bagian-bagiannya pada tabel di bawah ini. Bandingkanlah dengan gambar dari referensi yang Anda dapatkan.
10. Sesuai dengan langkah 1-4, lakukanlah pengamatan pada jamur roti, tongkol jagung rebus yang berjamur dan oncom mentah, kemudian catatlah hasilnya pada tabel berikut ini.
99
Tabel 1 Hasil pengamatan fungi dengan menggunakan mikroskop
No Nama Fungi Hasil Pengamatan
1 β¦β¦β¦β¦β¦. Divisi: β¦β¦β¦β¦β¦. Perbesaran: β¦β¦β¦β¦β¦.
Struktur tubuh
Keterangan:
Gambar berdasarkan referensi Sumber:
Keterangan:
2 β¦β¦β¦β¦β¦. Divisi: β¦β¦β¦β¦β¦. Perbesaran: β¦β¦β¦β¦β¦.
Struktur tubuh Keterangan:
Gambar berdasarkan referensi Sumber:
Keterangan:
3 β¦β¦β¦β¦β¦. Divisi: β¦β¦β¦β¦β¦. Perbesaran:
Struktur tubuh Keterangan:
100
Gambar berdasarkan referensi Sumber:
Keterangan:
Diskusi 5. Apakah struktur hifa pada fungi tempe, roti, dan oncom memiliki kesamaan?
Adakah perbedaan di antara ketiga fungi tersebut, dimanakah letak perbedaannya! Jawaban:
6. Diantara fungi pada tempe, roti dan oncom, yang manakah termasuk fungi
Zygomycota? Jawaban:
7. Diantara fungi pada tempe, roti dan oncom, yang manakah termasuk fungi
Ascomycota? Jawaban:
8. Bagaimanakah cara fungi untuk mendapatkan nutrisi?
Jawaban:
9. Jika Anda menginginkan pengamatan objek dengan perbesran 400X, berapakah
perbesaran yang digunakan pada lensa objektif dan lensa okuler! Jawaban:
Kesimpulan
Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan memberikan kesimpulan
Kesimpulan:
101
Kegiatan 2
Alat: Mikroskop Lup/kaca pembesar Kaca objek dan kaca penutup (cover glass) Silet yang tajam dan jarum pentul Pipet tetes
Bahan: Air Jamur kuping Jamur merang Jamur kayu/jamur liar
Langkah kerja:
3. Amatilah struktur tubuh jamur (makroskopis) menggunakan lup 4. Gambarkanlah hasil pengamatan Anda dan beri keterangan bagian-bagiannya
pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Hasil pengamatan fungi tanpa menggunakan mikroskop
No Nama Fungi Hasil pengamatan Keterangan
1
2
3
102
No Nama Fungi Hasil pengamatan Keterangan
4
Diskusi
4. Apakah struktur hifa pada fungi tempe sama dengan jamur kuping, dimanakah letak perbedaanya! Jawaban:
5. Dari hasil pengamatan fungi, apakah ditemukan adanya akar, batang, dan daun?
Bandingkan perbedaan dan persamaan fungi dari hasil pengamatan Anda dengan tumbuhan. Tuliskan alasan mengapa fungi dipisahkan dari dunia tumbuhan pada klasifikasi lima kingdom! Jawaban:
Kesimpulan
Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan memberikan kesimpulan
Kesimpulan:
103
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 2
(KELAS KONTROL) Kelompok : Kelas :
Anggota :
Hari/tanggal :
Tujuan: 1. Menganalisis berbagai fungi yang dapat dimakan dan yang beracun 4. Menganalisis berbagai kasus, kondisi dan produk yang berhubungan
dengan fungi 5. Menyimpulkan berbagai peranan fungi dalam kehidupan
10. Agaricus sp
11. Amanita sp
12. Auricularia sp
13. Boletus
14. Volvariella sp
15. Coprinus
16. Lentinula edodes
17. Pleurotus ostreatus
18. Lepiota
Tentukanlah jamur mana saja yang dapat dikonsumsi dan jamur manakah yang beracun!
104
Diskusi
1. a. Jelaskanlah ciri-ciri jamur beracun! b. Sebutkan contoh spesies jamur beracun dan jamur yang dapat dikonsumsi! Jawaban:
2. Sebutkan fungi yang berperan dalam pembuatan tape dan jelaskan fungsinya! Jawaban:
3. Mengapa Rhizopus oryzae digunakan dalam fermentasi pembuatan tempe? Jawaban:
4. Apa yang akan terjadi jika fungi dihilangkan dari ekosistem? Jawaban:
5. Menurut pendapat Anda bagaimanakan dampak positif dan negatif dari pengggunaan fungisida terhadap ekosistem! Jawaban:
6. Jelaskan bentuk simbiosis antara fungi dengan alga?
Jawaban:
Kesimpulan Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan memberikan kesimpulan Kesimpulan:
105
Lampiran 4
KISI-KISI INSTRUMEN
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 115 Jakarta Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : X/II Materi Pembelajaran : Fungi Alokasi Waktu : 2 JP x 45 menit Bentuk Soal : esai Jumlah Soal : 20 soal
Kompetensi Inti: KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI-2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
106
Kompetensi Dasar dan Indikator: 3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan fungi berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti
dan sistematis. Indikator: 3.6.1 Menjelaskan karakteristik fungi berdasarkan tampilannya 3.6.2 Menganalisis produk, kasus dan penyakit yang berkaiatan dengan fungi 3.6.3 Menganalisis peranan fungi dalam ekosistem 3.6.4 Mengkalsifikasikan fungi berdasarkan ciri yang dimiliki 3.6.5 Menghitung perbesaran lensa yang tepat dalam melakukan pengamatan objek menggunkan mikroskop. 3.6.6 Menyimpulkan ciri-ciri fungi berdasarkan hasil pengamatan 3.6.7 Menyimpulkan peranan fungi berdsarkan penjelasan dari suatu fenomena
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran fungi dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Indikator: 4.6.1 Melakukan presentasi hasil pengamatan fungi secara makroskopis dan mikroskopis. 4.6.2 Membuat laporan hasil pengamatan tentang fungi.
No Indikator
Soal Butir Soal Kunci Jawaban Kriteria Penilaian dan
Pemberian Skor Ranah
Kognitif 1 Menentukan
divisi fungi berdasarkan ciri-cirinya
Perhatikan gambar berikut a. 5 dan 6 b. 1 dan 2 c. 3 dan 4
β’ Ketiga jawaban benar dan lengkap: skor 3
β’ Hanya dua jawaban benar dan lengkap atau ketiga jawaban benar tetapi tidak lengkap:
C3
107
Berdasarkan gambar di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini!
a. Nomor berapakah fungi yang tergolong divisi Basidiomycota?
b. Nomor berapakah fungi yang tergolong divisi Zygomycota?
c. Nomor berapakah fungi yang tergolong divisi Ascomycota?
skor 2 β’ Hanya satu jawaban
benar dan lengkap atau kedua jawaban benar tetapi tidak lengkap: skor 1
β’ Tidak ada jawaban yang benar: skor 0
2 Mengidentifikasi struktur tubuh fungi
Berikut ini adalah struktur mikroskopis dari fungi, berilah keterangan pada gambar tersebut.
a : sporangiospora b : sporangium c : kolumela d : sporangiopor e : batang semu f : akar semu/rhizoid
β’ Enam poin atau lima poin dijawab dengan benar: skor 3
β’ hanya empat poin atau tiga poin dijawab dengan benar: skor 2
β’ hanya dua poin atau satu poin dijawab dengan benar: skor 1
C2
108
β’ tidak ada jawaban benar: skor 0
3 Mengklasifikasikan fungi berdasarkan ciri-ciri yang diamati
No Ciri-ciri Jenis Fungi A B C D
1 Hifa bersekat + - + + 2 Hifa tidak bersekat - + - - 3 Spora dibentuk di dalam
askus - - - +
4 Spora dibentuk di dalam basidium + - - -
5 Spora dibentuk di dalam sporangium (kotak spora) - + - -
Berdasarkan tabel tersebut, Fungi A termasuk dalam divisi? Fungi B termasuk dalam divisi? Fungi C termasuk dalam divisi? Fungi D termasuk dalam divisi?
Fungi A: Basidiomycota Fungi B: Zygomycota Fungi C: Deuteromycota Fungi D: Ascomycota
β’ Semua jawaban benar: skor 4
β’ Tiga jawaban benar: skor 3
β’ Dua jawaban benar: skor 2
β’ Satu jawaban benar: skor 1 Tidak menjawab/semua jawaban salah: skor 0
C3
4 Membedakan cara reproduksi fungi
Reproduksi aseksual Rhizopus dilakukan dengan cara sporangiospora, sedangkan reproduksi aseksual pada Aspergilus dengan cara membentuk konidia. Jelaskanlah perbedaan antara sporangiospora dan konidia!
1. Sporangiospora merupakan spora aseksual yang dihasilkan oleh fungi divisi Zygomycota sedangakan
2. Konidiospora adalah spora aseksual yang dihasilkan fungi divisi Basiadiomycota, Ascomycota dan
β’ Kedua poin jawaban (1 dan 2) dijawab benar dan lengkap: skor 4
β’ Hanya satu poin (poin 1 atau 2) yang dijawab
C2
109
Deuteromycota.
benar dan lengkap: skor 3
β’ Kedua poin dijawab tapi tidak lengkap: skor 2
β’ Hanya satu poin yang dijawab dan tidak lengkap: skor 1
β’ Jawaban tidak benar dan tidak lengkap: skor 0
5 Membedakan ciri-ciri fungi yang beracun dan yang dapat dikonsumsi berdasarkan pengamatan
Perhatikan gambar berikut!
(A)
(B)
(C) D)
1) Kelompok fungi yang beracun yaitu: B, E, F
2) Kelompok fungi yang dapat dikonsumsi yaitu: A, C, D
β’ Kedua poin dijawab benar dan lengkap: skor 4
β’ Kedua poin dijawab benar dan tidak lengkap (setiap poinnya hanya dijawab dua): skor 3
β’ Hanya satu poin saja yang dijawab benar dan lengkap: skor 2
β’ Hanya satu poin saja yang dijawab benar dan lengkap (hanya dijawab dua): skor 1
β’ Tidak ada jawaban yang benar: skor 0
C3
110
(E)
(F)
Berdasarkan gambar di atas, kelompokkanlah fungi yang beracun dengan fungi yang dapat dikonsumsi manusia!
6 Menganalisisperanan fungi dalam industri makanan
Saccharomyces cerevicae merupakan fungi yang digunakan dalam pembuatan tape dan roti. Mengapa fungi tersebut digunakan dalam pembuatan tape dan roti? Bagaimana rumusan reaksi kimia yang terjadi pada poses tersebut? πΆ6π»12π6 β 2πΆ2π»5ππ» + 2πΆπ2
Saccharomyces cereviciae digunakan dalam pembuatan tape dan roti karena dapat memfermentasikan gula menjadi alkohol dan karbon dioksida. Rekasi kimia
β’ Bila jawaban dan rumusan rekasi kimia tepat: skor 4
β’ Bila jawaban kurang tepat dan rumusan rekasi kimia tepat: skor 3
β’ Bila jawaban tepat dan rumusan rekasi kimia kurang sempurna: skor 2
β’ Bila jawaban tidak tepat dan rumusan rekasi kimia kurang sempurna: skor 1
β’ Bila tidak ada jawaban: skor 0
C4
111
7 Menyimpulkan ciri-ciri fungi dalam bentuk gambar
Nama Basidiomycota berasal dari kata basidium, yaitu suatu tahapan diploid dalam daur hidup Basidiomycota yang berbentuk seperti payung. Struktur tubuh basidiomycota memiliki bagian-bagian berupa tudung, lamella dan miselium. Berdasarkan pernyataan tersebut, gambarkanlah struktur tubuh Basidiomycota dan berilah keterangannya (maks.6 bagian)!
β’ Jawaban berupa gambar
jelas dan keterangan yang diberikan lengkap benar: skor 4
β’ Jawaban berupa gambar jelas dan keterangan yang diberikan tidak lengkap : skor 3
β’ Jawaban berupa gambar kurang jelas dan keterangan yang diberikan lengkap: skor 2
β’ Jawaban berupa gambar kurang jelas dan keterangan yang diberikan tidak lengkap namun benar: skor 1
β’ Jawaban berupa gambar tidak jelas dan keterangan yang diberikan tidak lengkap dan tidak benar: skor 0
C4
8 Menyimpulkan cara reproduksi fungi dalam bentuk gambar
Roti yang sudah lama/kadaluarsa pada permukaannya banyak terdapat bagian-bagian yang menghitam. Bagian tersebut telah ditumbuhi oleh Rhizopus solonifer. Fungi tersebut termasuk divisi Zygomicota. Hifa yang dihsilkan menyebar di seluruh permukaan makanan, menembus, dan
β’ Jawaban berupa gambar jelas dan keterangan yang diberikan lengkap benar: skor 4
β’ Jawaban berupa gambar jelas dan keterangan
C4
112
menyerap nutrisi. Dalam fase aseksual, sporangium-sporangium bulat berwarna hitam berkembang pada ujung hifa. Di dalam sporangium, ratusan spora haploid berkembang dan tersebar melalui udara. Spora yang kebetulan jatuh pada makanan yang lembab akan berkecambah, tumbuh menjadi fungi yang baru. Berdasarkan deskripsi tersebut maka gambarkanlah daur hidup fungi divisi Zygomicota.
yang diberikan tidak lengkap: skor 3
β’ Jawaban berupa gambar kurang jelas dan keterangan yang diberikan lengkap: skor 2
β’ Jawaban berupa gambar kurang jelas dan keterangan yang diberikan tidak lengkap namun benar: skor 1
β’ Jawaban berupa gambar tidak jelas dan keterangan yang diberikan tidak lengkap dan tidak benar: skor 0
9 Menghitung skala besaran pada mikroskop
Sekelompok siswa sedang melakukan pengamatan fungi dengan menggunakan mikroskop cahaya. Gambar berikut adalah bagaian dari mikroskop tersebut. Tentukan perbesaran dari mikrosokop sesuai dengan tabel yang tertera di bawah ini.
1. Perbesaran mikroskop 5 x 10 = 50 kali
2. Perbesaran mikroskop 10 x 40 = 400 kali
β’ Dua poin (poin 1 dan 2) benar dengan perhitungan matematik: skor 4
β’ Dua poin benar, satu poin dengan perhitungan matematik dan poin yang lain tanpa perhitungan matematik: skor 3
β’ Dua poin benar tanpa perhitungan matematik: skor 2
C2
113
No Gambar A Gambar B Perbesaran mikroskop
1
5X
10X
β¦
2
10X
40X
β¦
β’ Satu poin tanpa perhitungan matematik: skor 1
β’ Tidak ada jawaban yang benar: skor 0
10 Menjelaskan dampak penggunaan fungisida terhadap lingkungan
Istilah fungisida sudah tidak asing lagi dala pertanian. Fungisida adalah pestisida yang digunakan untuk mengontrol atau memberantas fungi yang dianggap sebagai wabah atau penyakit. Menurut pendapat anda bagaimanakan dampak positif dan negatif dari penggunaan fungisida terhadap ekosistem!
Dampak positif Penyemprotan fungisida dapat melindungi tanaman pertanian dari serangan cendawan (parasit) dan mencegah biji (benih) menjadi busuk di dalam tanah Dampak negatif Fungisida mengandung metal merkuri yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
β’ Bila jawaban tepat dan berhubungan: skor 4
β’ Bila jawaban tepat namun tidak berhubungan: skor 3
β’ Bila jawaban salah namun masih berhubungan: skor 2
β’ Bila jawaban salah tidak berhubungan: skor 1
β’ Tidak ada jawaban: skor 0
C2
114
11 Menganalisis peranan fungi dalam ekosistem
Tiap hari ribuan pohon mati di hutan. Akan tetapi, mengapa hutan tidak penuh dengan sisa tubuh pohon? Apa peranan fungi dalam hal tersebut? Jelaskan cara fungi melakukan peranannya itu.
Fungi berperan dalam menguraikan sisa-sisa makhuk hidup yang sudah mati dekomposer). Fungi menjadi penghubung peredaran zat dari konsumen ke produsen sehingga zat yang telah diambil oleh konsumen dari produsen akan kembali lagi ke produsen. Dengan peristiwa pembusukan ini, zat-zat yang dulu menjadi bagian dari tumbuhan dan hewan diuraikan dan dirombak. Hasilnya digunakan oleh tumbuhan untuk membuat makanan.
β’ Bila jawaban tepat dan berhubungan: skor 4
β’ Bila jawaban tepat namun tidak berhubungan: skor 3
β’ Bila jawaban salah namun masih berhubungan: skor 2
β’ Bila jawaban salah tidak berhubungan: skor 1
β’ Bila tidak ada jawaban: skor 0
C4
12 Menjelaskan dasar pengelompokkan kingdom fungi
Fungi merupakan klasifikasi tersendiri dalam klasifikasi lima kingdom, terpisah dari kingdom tumbuhan. Fungi sempat dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda. Fungi bukan autotroph seperti tumbuhana, melainkan organisme heterotrof sehingga lebih dekat dengan hewan. Usaha menyatukan fungi dengan hewan pada golongan yang sama juga gagal, karena fungi mencerna makanannya di luar tubuh (eksternal), tidak sperti hewan yang mencerna secara internal. Selain itu, sel fungi memiliki dinding sel yang tersusun dari zat kitin, tidak seperti sel hewan. Berdasarkan keterangan di atas, berilah penjelasan Jelaskan mengapa fungi dipisahkan dari kingdom
Fungi sebenarnya merupakan organisme yang menyerupai tanaman, tetapi mempunyai beberapa perbedaan sebagai berikut: 1. Tidak mempunyai klorofil 2. Mempunyai dinding sel dengan
komposisi berbeda 3. Berkembang biak dengan spora 4. Tidak mempunyai batang/ cabang,
akar, atau daun 5. Tidak mempunyai sistem vaskular
seperti tanaman 6. Bersifat multiseluler tetapi tidak
mempunyai pembagian fungsi masingmasing bagian seperti pada
β’ Keenam atau kelima alasan yang disebutkan tepat: skor 4
β’ Hanya empat atau ketiga alasan yang tepat: skor 3
β’ Hanya dua alasan yang tepat: skor 2
β’ Hanya satu alasan yang tepat: skor 1
β’ Tidak ada jawaban yang tepat: skor 0
C3
115
tumbuhan dan hewan. Berilah alasannya! (maks.6) tanaman
13 Menyimpulkan berbagai fungi yang dapat dimakan dan yang beracun
Dari sekian banyaknya jenis jamur beracun, jamur Amanita phalloides merupakan spesies jamur beracun paling berbahaya karena dapat menyebabkan kematian apabila dikonsumsi oleh masyarakat. Jamur ini mengandung amanitin (amatoksin) dan phalloidin (falotoksin) sebagai senyawa-senyawa kimia berbahaya yang dapat menimbulkan efek toksik bagi kesehatan. Secara morfologi, jamur Amanita phalloides termasuk organisme heterotrof karena tidak mempunyai pigmen hijau daun (khlorofil) untuk melakukan proses fotosintesis. Tubuh buah seperti payung dengan tudung berwarna merah, coklat muda, coklat tua sampai kuning dengan bintik-bintik putih. Untuk pencegahan dan pengobatan akibat keracunan jamur Amanita phalloides dapat dilakukan dengan mengetahui ciri, kandungan senyawa racun, serta efek toksik yang ditimbulkan. Berdasarkan pernyataan di atas buatlah kesimpulan mengenai perbedaan jamur beracun dengan jamur yang dapat dikonsumsi.
Umumnya jenis jamur beracun mempunyai ciri-ciri seperti berikut: β memiliki warna yang agak mencolok
misalnya merah darah, hitam, cokelat, hijau tua, biru tua dan sejenisnya (perkecualian untuk jamur kuping dengan payung berwarna coklat yang dapat dimakan)
β memiliki cincin atau cawan pada tangkainya dengan bentuk seperti payung putih kekuningan, misalnya jenis Amanita muscaria (perkecualian untuk jamur merang, walaupun memiliki cincin namun tetap bisa dimakan)
β jamur beracun tumbuh pada tempat yang kotor (misalnya tempat pembuangan sampah dan pada kotoran hewan), serta memiliki bau busuk karena mengandung senyawa sulfida atau sianida sehingga jarang dihinggapi serangga atau binatang kecil lainnya
β jika jenis jamur ini dilekatkan pada benda yang terbuat dari perak asli maka pada permukaan benda tersebut
β’ Apabila menyebutkan empat ciri-ciri dengan benar dan lengkap: skor 4
β’ Apabila menyebutkan tiga ciri-ciri dengan benar dan lengkap: skor 3
β’ Apabila menyebutkan dua ciri-ciri dengan benar dan lengkap: skor 2
β’ Apabila hanya menyebutkan satu ciri-ciri dengan benar dan lengkap : skor 1
β’ Apabila tidak ada jawaban: skor 0
C5
116
akan timbul warna hitam (karena sulfida) atau kebiruan (karena sianida)
14 Menentukan bentuk hubungan yang terjadi antara fungi dengan organisme lainnya (liken dan mikoriza)
Lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dan ganggang/alga. Lumut kerak hidup sebagai epifit pada pepohonan. Lumut ini juga tumbuh di atas tanah, terutama daerah tundra di sekitar Kutub Utara. Selain itu, lumut kerak dapat hidup di segala ketinggian di atas batu cadas, di tepi pantai, sampai di gunung-gunung yang tinggi. Liken mendapat julukan sebagai vegetasi perintis, mengapa liken dikatakan sebagai organisme perintis? Bagaimanakah proses simbiosis yang terjadi pada liken.
Lumut kerak dapat berperan dalam pembentukan tanah dan menghancurkan batu-batuan yang cadas sehingga lumut jenis ini disebut juga sebagai tumbuhan perintis. Liken merupakan simbiosis mutualisme antara Alga dengan Fungi. Dalam simbiosis ini, Fungi memperoleh bahan organik dari Alga dan sebaliknya Alga memperoleh air dan mineral dari fungi. Hifa berperan mempertahankan kele- mbapan lingkungan yang dibutuhkan Alga untuk mensintesis karbohidrat.
β’ Jika jawaban tepat dan alasan tepat: skor 4
β’ Jika jawaban lengkap dan alasan kurang tepat: skor 3
β’ Jika jawaban tidak lengkap dan alasan kurang tepat: skor 2
β’ Jika jawaban tidak lengkap: skor 1
β’ Jika jawaban tidak lengkap dan alasan tidak tepat: skor 0
C3
15 Mennyimpulkan persamaan dan perbedaan divisi fungi
Berdasarkan kegiatan praktikum mengamati fungi divisi Ascomycota dan Zygomycota, buatlah kesimpulan mengenai ciri-ciri atau karakteristik dari fungi pada divisi tersebut? Apakah terdapat perbedaan antara fungi divisi Ascomycota dan Zygomycota, jika ada berilah alasannya!
Ciri-ciri fungi fungi divisi Ascomycota dan Zygomycota yaitu; Bersifat eukariotik; bersifat heterotrof; uniseluler; dinding sel terbuat dari zat kitin; tidak memiliki akar dan daun sejati; hidup pada kondisi lingkung- an yang lembab; tersusun atas hifa yang membentuk anyaman (miselium) Perbedaannya. Reproduksi seksual pada Zygomycota berupa zigospora sedangkan pada Ascomycota berupa askospora. Reproduksi aseksual pada Zygomycota berupa sporangiospora sedangkan pada Ascomycota berupa konidiaspora.
β’ Jika jawaban lengkap dan alasan tepat: skor 4
β’ Jika jawaban lengkap dan alasan kurang tepat: skor 3
β’ Jika jawaban tidak lengkap dan alasan kurang tepat: skor 2
β’ Jika jawaban tidak lengkap: skor 1
β’ Jika jawaban tidak lengkap dan alasan tidak tepat: skor 0
C5
117
16 Menyimpulkan peranan fungi berupa produk yang dihasilkan dengan bantuan fungi
Tempe merupakan makanan yang diolah dengan menggunakan fungi Rhizopus oryzae. Bahan baku pembuatan tempe adalah kacang kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan gizi pada tempe lebih baik dibandingkan dengan kedelai. Rhizopus oryzae akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare. Berdasarkan pernyataan di atas, buatlah kesimpulannya!
Rhizopus oryzae digunakan dalam proses fermentasi tempe. Fungi ini dapat meningkatkan nilai gizi kacang kedelai karena dapat mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.
β’ Jika jawaban tepat dan sempurna: skor 4
β’ Jika jawaban tepat dan kurang sempurna: skor 3
β’ Jika jawaban kurang tepat dan kurang sempurna: Skor 2
β’ Jika jawaban tidak tepat dan kurang sempurna: Skor 1
β’ Jika jawaban salah atau tidak ada jawaban: skor 0
C2
17
Menyimpulkan peranan fungi dalam menjaga ekosistem
Fungi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Fungi bersama bakteri berperan sebagai pengurai (dekomposer). Fungi menguraikan zat-zat organisme yang mati kemudian akan diuraikan dan dirombak sehingga dapat dimanfaatkan lagi. Hasil dari perombakan tersebut akan digunakan tumbuhan sebagai nutrisi. Tanpa keberadaan fungi maka kehidupan akan terganggu. Jika fungi terganngu maka dalam ekosistem akan terjadi ketidakseimbangan. Misalnya ketika fungi di hilangkan, maka organisme apa yang akan melapukkan sampah, kayu, batu, yang menjamin kesuburan tanah di hutan, pantai, sungai dan lain-lainnya dalam jangka waktu lama mungkin bumi jadi padang pasir tanpa mahluk hidup.
Fungi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan yaitu sebagai pengurai (dekomposer). Tanpa keberadaan fungi maka kehidupan akan terganggu. Jika fungi terganngu maka dalam ekosistem akan terjadi ketidakseimbangan.
β’ Jika jawaban lengkap dan alasan tepat: skor 4
β’ Jika jawaban lengkap dan alasan kurang tepat: skor 3
β’ Jika jawaban tidak lengkap dan alasan kurang tepat: skor 2
β’ Jika jawaban tidak lengkap: skor 1
β’ Jika jawaban tidak lengkap dan alasan tidak tepat: skor 0
C2
118
Buatlah kesimpulan berdasarkan permasalahan di atas!
18 Menjelaskan struktur tubuh fungi dalam bentuk gambar
Sekelompok siswa sedang melakukan pengamatan fungi dengan menggunakan mikroskop cahaya. Dari hasil pengamatan ditemukan fungi dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. mempunyai inti sel b. mempunyai hifa yang tampak seperti
serabut kapas c. hifa bercabang d. hifa bersekat e. spora berbentuk seperti urat saraf
berloreng-loreng Berdasarkan ciri-ciri di atas buatlah gambar tentang fungi tersebut!
β’ Jika jawaban tepat dan sempurna: skor 4
β’ Jika jawaban tepat dan kurang sempurna: skor 3
β’ Jika jawaban kurang tepat dan kurang sempurna: Skor 2
β’ Jika jawaban tidak tepat dan kurang sempurna: skor 1
β’ Jika jawaban salah atau tidak ada jawaban: skor 0
C4
19 Memperkirakan skala besaran pada mikroskop
Sekelompok siswa sedang melakukan pengamatan fungi dengan menggunakan mikroskop cahaya. Dalam melakukan pengamatan, siswa menggunakan lensa okuler dan lensa objektif. Terdapat 2 macam lensa okuler yang berukuran 5X, 10X. Sedangkan lensa objektif memiliki ukuran 4X, 10X, 40X dan 400X. Jika siswa tersebut melakukan pengamatan objek dengan perbesaran 400X, maka berapakah perbesaran yang digunakan pada lensa objektif dan lensa okuler?
Lensa okuler x lensa objektif 10X 40X
β’ Dua poin dijawab benar dan lengkap: skor 4
β’ Dua poin dijawab benar: skor 3
β’ Satu poin dijawab benar dan lengkap: skor 2
β’ Satu poin dijawab benar: Skor 1
β’ Tidak ada jawaban yang benar: skor 0
C2
119
20 Menghitung skala sebenarnya berdasarkan skala besaran pada mikroskop
Sekelompok siswa sedang melakukan pengamatan fungi Rhizopus oryzae dengan menggunakan mikroskop cahaya. Diketahui banyaknya sel dalam preparat yaitu 5 sel. Diameter lapangan pandang adalah 2 mm. diamati dengan lensa obyektif 10X. Berapakah perkiraan panjang satu sel Rhizopus oryzae?
Diketahui: Diameter lapangan pandang:2mm Banayaknya sel: 5 sel Lensa obyektif: 10X Ditanya: panjng satu sel? Dijawab 2 mm/5 sel = 0,4 mm 0,2 mm x 1000 = 400 mikron Jadi perkiraan panjang satu sel Rhizopus oryzae adalah 400 mikron.
β’ Perhitungan matematik lengkap sesuai urutan (Diketahui, ditanya, dijawab dan kesimpulan): skor 4
β’ Perhitungan matematik lengkap sesuai urutan (Diketahui, ditanya, dijawab): skor 3
β’ Perhitungan matematik sesuai urutan (Diketahui, ditanya) atau (Diketahui, dijawab): skor 2
β’ Perhitungan matematik sesuai urutan (dijawab): skor 1
β’ Tidak ada jawaban: skor 0
C3
120
Lampiran 5
Hasil Anates Uji Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 35 Butir Soal= 20 Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran 1 1 50.00 Sedang 2 2 29.63 Sukar 3 3 43.06 Sedang 4 4 13.89 Sangat Sukar 5 5 72.22 Mudah 6 6 43.06 Sedang 7 7 37.50 Sedang 8 8 9.72 Sangat Sukar 9 9 44.44 Sedang 10 10 63.89 Sedang 11 11 23.61 Sukar 12 12 20.83 Sukar 13 13 12.50 Sangat Sukar 14 14 2.78 Sangat Sukar 15 15 31.94 Sedang 16 16 37.50 Sedang 17 17 29.17 Sukar 18 18 12.50 Sangat Sukar 19 19 19.44 Sukar 20 20 11.11 Sangat Sukar
121
RELIABILITAS TES ================ Rata2= 23.43 Simpang Baku= 10.67 KorelasiXY= 0.57 Reliabilitas Tes= 0.73 Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR
No.Urut No.Subyek Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total 1 1 M. Eko Pratomo 18 15 33 2 2 Indhira 26 8 34 3 3 Defi Andriani 19 9 28 4 4 Kristanto 12 11 23 5 5 Sita Sarah 13 10 23 6 6 Rina Septieni 14 9 23 7 7 Putri Sugiarti 32 14 46 8 8 Syahrul Ambiya 17 15 32 9 9 Rizal Ibrahim 22 7 29 10 10 Abiem Meirizky 14 3 17 11 11 Cicih Silvia 9 5 14 12 12 Dwi Chairunnisa 9 0 9 13 13 Rebecca Angelina 15 4 19 14 14 Nurbaiti 6 6 12 15 15 Bayu Seno 4 4 8 16 16 Farhan P. 4 5 9 17 17 Dwi Nur A. 10 5 15 18 18 Dara Ramadanti 15 10 25 19 19 Giovina Fajar 13 8 21 20 20 Luhur Pambudi 12 6 18 21 21 Irma Nuraini 0 8 8 22 22 Laela Fazriah 20 8 28 23 23 R. Roro Alifiah 21 10 31 24 24 Nia Prameswari 13 3 16 25 25 Zahuro 12 9 21 26 26 Santharia Mar... 25 13 38 27 27 Yogi Hermawan 18 13 31 28 28 Ramdhan Permana 6 4 10 29 29 Anita Putri 6 3 9 30 30 Ariya Bimo 22 13 35 31 31 Bayu Seno 23 15 38 32 32 Dina Novianti 16 17 33 33 33 Maulana Magribi 19 9 28 34 34 Rizal Ibrahim 28 15 43 35 35 Siti Sarah 2 11 13
122
KELOMPOK UNGGUL & ASOR ====================== Kelompok Unggul Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR 1 2 3 4 5
No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 1 7 Putri Sugiarti 46 2 0 4 2 4 2 34 Rizal Ibrahim 43 2 2 4 1 4 3 26 Santharia Mar... 38 3 0 3 0 4 4 31 Bayu Seno 38 3 1 2 0 4 5 30 Ariya Bimo 35 2 1 4 2 4 6 2 Indhira 34 2 0 2 0 3 7 1 M. Eko Pratomo 33 2 1 2 2 4 8 32 Dina Novianti 33 3 0 2 0 3 9 8 Syahrul Ambiya 32 2 3 2 0 4 Rata2 Skor 2.33 0.89 2.78 0.78 3.78 Simpang Baku 0.50 1.05 0.97 0.97 0.44 6 7 8 9 10 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 6 7 8 9 10 1 7 Putri Sugiarti 46 4 4 0 4 3 2 34 Rizal Ibrahim 43 2 2 0 4 4 3 26 Santharia Mar... 38 4 4 0 4 3 4 31 Bayu Seno 38 4 4 1 2 4 5 30 Ariya Bimo 35 0 0 0 4 2 6 2 Indhira 34 4 4 1 4 2 7 1 M. Eko Pratomo 33 2 2 1 4 2 8 32 Dina Novianti 33 4 4 1 0 4 9 8 Syahrul Ambiya 32 2 0 0 2 3 Rata2 Skor 2.89 2.67 0.44 3.11 3.00 Simpang Baku 1.45 1.73 0.53 1.45 0.87 11 12 13 14 15 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 11 12 13 14 15 1 7 Putri Sugiarti 46 4 2 3 0 2 2 34 Rizal Ibrahim 43 2 2 1 0 4 3 26 Santharia Mar... 38 1 1 0 0 1 4 31 Bayu Seno 38 0 0 0 0 2 5 30 Ariya Bimo 35 1 2 1 0 2 6 2 Indhira 34 4 1 0 0 2 7 1 M. Eko Pratomo 33 1 3 1 2 2 8 32 Dina Novianti 33 1 0 0 0 1 9 8 Syahrul Ambiya 32 1 2 2 0 3 Rata2 Skor 1.67 1.44 0.89 0.22 2.11 Simpang Baku 1.41 1.01 1.05 0.67 0.93 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 16 17 18 19 20 1 7 Putri Sugiarti 46 1 4 1 1 1 2 34 Rizal Ibrahim 43 4 1 0 4 0 3 26 Santharia Mar... 38 4 4 1 1 0 4 31 Bayu Seno 38 4 3 1 3 0 5 30 Ariya Bimo 35 4 2 0 2 2
123
6 2 Indhira 34 0 4 0 1 0 7 1 M. Eko Pratomo 33 0 0 2 0 0 8 32 Dina Novianti 33 4 0 2 2 2 9 8 Syahrul Ambiya 32 3 1 0 0 2 Rata2 Skor 2.67 2.11 0.78 1.56 0.78 Simpang Baku 1.80 1.69 0.83 1.33 0.97 Kelompok Asor Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR 1 2 3 4 5 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 1 11 Cicih Silvia 14 2 0 1 1 2 2 35 Siti Sarah 13 2 2 0 2 0 3 14 Nurbaiti 12 0 0 2 0 2 4 28 Ramdhan Permana 10 0 0 0 0 4 5 12 Dwi Chairunnisa 9 0 0 3 0 3 6 16 Farhan P. 9 0 3 0 0 3 7 29 Anita Putri 9 2 1 0 0 1 8 15 Bayu Seno 8 0 0 0 0 3 9 21 Irma Nuraini 8 0 2 0 0 0 Rata2 Skor 0.67 0.89 0.67 0.33 2.00 Simpang Baku 1.00 1.17 1.12 0.71 1.41 6 7 8 9 10 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 6 7 8 9 10 1 11 Cicih Silvia 14 0 0 1 2 2 2 35 Siti Sarah 13 2 0 0 0 2 3 14 Nurbaiti 12 2 2 0 0 3 4 28 Ramdhan Permana 10 0 0 0 0 2 5 12 Dwi Chairunnisa 9 0 0 0 2 0 6 16 Farhan P. 9 0 0 0 0 2 7 29 Anita Putri 9 1 1 0 0 1 8 15 Bayu Seno 8 0 0 0 0 3 9 21 Irma Nuraini 8 0 0 2 0 4 Rata2 Skor 0.56 0.33 0.33 0.44 2.11 Simpang Baku 0.88 0.71 0.71 0.88 1.17 11 12 13 14 15 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 11 12 13 14 15 1 11 Cicih Silvia 14 0 0 0 0 1 2 35 Siti Sarah 13 0 1 0 0 0 3 14 Nurbaiti 12 0 0 0 0 0 4 28 Ramdhan Permana 10 1 1 0 0 1 5 12 Dwi Chairunnisa 9 0 0 1 0 0 6 16 Farhan P. 9 1 0 0 0 0 7 29 Anita Putri 9 0 0 0 0 1 8 15 Bayu Seno 8 0 0 0 0 1 9 21 Irma Nuraini 8 0 0 0 0 0 Rata2 Skor 0.22 0.22 0.11 0.00 0.44 Simpang Baku 0.44 0.44 0.33 0.00 0.53
124
16 17 18 19 20 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 16 17 18 19 20 1 11 Cicih Silvia 14 0 1 1 0 0 2 35 Siti Sarah 13 2 0 0 0 0 3 14 Nurbaiti 12 1 0 0 0 0 4 28 Ramdhan Permana 10 0 0 0 0 1 5 12 Dwi Chairunnisa 9 0 0 0 0 0 6 16 Farhan P. 9 0 0 0 0 0 7 29 Anita Putri 9 0 1 0 0 0 8 15 Bayu Seno 8 0 0 1 0 0 9 21 Irma Nuraini 8 0 0 0 0 0 Rata2 Skor 0.33 0.22 0.22 0.00 0.11 Simpang Baku 0.71 0.44 0.44 0.00 0.33
DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek= 35 Klp atas/bawah(n)= 9 Butir Soal= 20 Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR
No No Btr Asli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab t DP(%) 1 1 2.33 0.67 1.67 0.50 1.00 0.37 4.47 55.56 2 2 0.89 0.89 0.00 1.05 1.17 0.52 0.00 0.00 3 3 2.78 0.67 2.11 0.97 1.12 0.49 4.28 52.78 4 4 0.78 0.33 0.44 0.97 0.71 0.40 1.11 11.11 5 5 3.78 2.00 1.78 0.44 1.41 0.49 3.60 44.44 6 6 2.89 0.56 2.33 1.45 0.88 0.57 4.12 58.33 7 7 2.67 0.33 2.33 1.73 0.71 0.62 3.74 58.33 8 8 0.44 0.33 0.11 0.53 0.71 0.29 0.38 2.78 9 9 3.11 0.44 2.67 1.45 0.88 0.57 4.71 66.67 10 10 3.00 2.11 0.89 0.87 1.17 0.48 1.84 22.22 11 11 1.67 0.22 1.44 1.41 0.44 0.49 2.93 36.11 12 12 1.44 0.22 1.22 1.01 0.44 0.37 3.32 30.56 13 13 0.89 0.11 0.78 1.05 0.33 0.37 2.11 19.44 14 14 0.22 0.00 0.22 0.67 0.00 0.22 1.00 5.56 15 15 2.11 0.44 1.67 0.93 0.53 0.36 4.69 41.67 16 16 2.67 0.33 2.33 1.80 0.71 0.65 3.61 58.33 17 17 2.11 0.22 1.89 1.69 0.44 0.58 3.24 47.22 18 18 0.78 0.22 0.56 0.83 0.44 0.31 1.77 13.89 19 19 1.56 0.00 1.56 1.33 0.00 0.44 3.50 38.89 20 20 0.78 0.11 0.67 0.97 0.33 0.34 1.95 16.67
125
TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 35 Butir Soal= 20 Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran 1 1 50.00 Sedang 2 2 29.63 Sukar 3 3 43.06 Sedang 4 4 13.89 Sangat Sukar 5 5 72.22 Mudah 6 6 43.06 Sedang 7 7 37.50 Sedang 8 8 9.72 Sangat Sukar 9 9 44.44 Sedang 10 10 63.89 Sedang 11 11 23.61 Sukar 12 12 20.83 Sukar 13 13 12.50 Sangat Sukar 14 14 2.78 Sangat Sukar 15 15 31.94 Sedang 16 16 37.50 Sedang 17 17 29.17 Sukar 18 18 12.50 Sangat Sukar 19 19 19.44 Sukar 20 20 11.11 Sangat Sukar KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL ================================= Jumlah Subyek= 35 Butir Soal= 20 Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi 1 1 0.616 Sangat Signifikan 2 2 0.050 - 3 3 0.655 Sangat Signifikan 4 4 0.243 - 5 5 0.534 Signifikan 6 6 0.634 Sangat Signifikan 7 7 0.623 Sangat Signifikan 8 8 0.041 - 9 9 0.595 Sangat Signifikan 10 10 0.303 - 11 11 0.640 Sangat Signifikan 12 12 0.637 Sangat Signifikan 13 13 0.400 - 14 14 0.153 - 15 15 0.653 Sangat Signifikan 16 16 0.588 Sangat Signifikan 17 17 0.606 Sangat Signifikan 18 18 0.162 - 19 19 0.635 Sangat Signifikan 20 20 0.342 -
126
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut: df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01 10 0,576 0,708 60 0,250 0,325 15 0,482 0,606 70 0,233 0,302 20 0,423 0,549 80 0,217 0,283 25 0,381 0,496 90 0,205 0,267 30 0,349 0,449 100 0,195 0,254 40 0,304 0,393 125 0,174 0,228 50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208 Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung. REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 23.43 Simpang Baku= 10.67 KorelasiXY= 0.57 Reliabilitas Tes= 0.73 Butir Soal= 20 Jumlah Subyek= 35 Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR
No No Btr Asli T DP(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi 1 1 4.47 55.56 Sedang 0.616 Sangat Signifikan 2 2 0.00 0.00 Sukar 0.050 - 3 3 4.28 52.78 Sedang 0.655 Sangat Signifikan 4 4 1.11 11.11 Sangat Sukar 0.243 - 5 5 3.60 44.44 Mudah 0.534 Signifikan 6 6 4.12 58.33 Sedang 0.634 Sangat Signifikan 7 7 3.74 58.33 Sedang 0.623 Sangat Signifikan 8 8 0.38 2.78 Sangat Sukar 0.041 - 9 9 4.71 66.67 Sedang 0.595 Sangat Signifikan 10 10 1.84 22.22 Sedang 0.303 - 11 11 2.93 36.11 Sukar 0.640 Sangat Signifikan 12 12 3.32 30.56 Sukar 0.637 Sangat Signifikan 13 13 2.11 19.44 Sangat Sukar 0.400 - 14 14 1.00 5.56 Sangat Sukar 0.153 - 15 15 4.69 41.67 Sedang 0.653 Sangat Signifikan 16 16 3.61 58.33 Sedang 0.588 Sangat Signifikan 17 17 3.24 47.22 Sukar 0.606 Sangat Signifikan 18 18 1.77 13.89 Sangat Sukar 0.162 - 19 19 3.50 38.89 Sukar 0.635 Sangat Signifikan 20 20 1.95 16.67 Sangat Sukar 0.342 -
127
Lampiran 6 Rekapitulasi Analisis Butir Soal
Reliabilitas Tes: 0.73
No Soal
Tingkat kesukaran Daya beda Validitas Keputusan
Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori 1 0.50 Sedang 0.55 Sangat baik 0.62 Valid Digunakan
2 0.29 Sukar 0 Kurang baik 0.05 Tidak valid
Tidak digunakan
3 0.43 Sedang 0.53 Sangat baik 0.66 Valid Digunakan
4 0.14 Sangat sukar
0.11 Kurang baik 0.24 Tidak valid
Tidak digunakan
5 0.72 Mudah 0.44 Sangat baik 0.53 Valid Digunakan 6 0.43 Sedang 0.58 Sangat baik 0.63 Valid Digunakan 7 0.38 Sedang 0.58 Sangat baik 0.62 Valid Digunakan
8 0.09 Sangat sukar
0.03 Kurang baik 0.04 Tidak valid
Tidak digunakan
9 0.44 Sedang 0.67 Sangat baik 0.59 Valid Digunakan
10 0.64 Sedang 0.22 Cukup 0.30 Tidak valid
Tidak digunakan
11 0.24 Sukar 0.36 Baik 0.64 Valid Digunakan 12 0.21 Sukar 0.30 Baik 0.64 Valid Digunakan
13 0.12 Sangat sukar
0.19 Kurang baik 0.40 Tidak valid
Tidak digunakan
14 0.02 Sangat sukar
0.06 Kurang baik 0.15 Tidak valid
Tidak digunakan
15 0.32 Sedang 0.42 Sangat baik 0.65 Valid Digunakan 16 0.37 Sedang 0.58 Sangat baik 0.59 Valid Digunakan 17 0.29 Sukar 0.47 Sangat baik 0.60 Valid Digunakan
18 0.12 Sangat sukar
0.14 Kurang baik 0.16 Tidak valid
Tidak digunakan
19 0.19 Sukar 0.39 Baik 0.64 Valid Digunakan
20 0.11 Sangat sukar
0.17 Kurang baik 0.34 Tidak valid
Tidak digunakan
128
Lampiran 7 LEMBAR SOAL
Nama :β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. Kelas :β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.. Petunjuk : jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan tepat! 1. Perhatikan gambar berikut
Berdasarkan gambar di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini! a. Nomor berapakah fungi yang tergolong divisi Basidiomycota? b. Nomor berapakah fungi yang tergolong divisi Zygomycota? c. Nomor berapakah fungi yang tergolong divisi Ascomycota?
2. Perhatikan tabel di bawah ini!
No Ciri-ciri Jenis Fungi
A B C D 1 Hifa bersekat + - + + 2 Hifa tidak bersekat - + - - 3 Spora dibentuk di dalam askus - - - + 4 Spora dibentuk di dalam basidium + - - - 5 Spora dibentuk di dalam sporangium (kotak spora) - + - -
Berdasarkan tabel tersebut, Fungi A termasuk dalam divisi? Fungi B termasuk dalam divisi? Fungi C termasuk dalam divisi? Fungi D termasuk dalam divisi?
129
3. Perhatikan gambar berikut!
(A)
(B)
(C)
D)
(E)
(F) Berdasarkan gambar di atas, kelompokkanlah fungi yang beracun dengan fungi yang dapat dikonsumsi manusia!
4. Saccharomyces cerevicae merupakan fungi yang digunakan dalam pembuatan tape dan roti. Mengapa fungi tersebut digunakan dalam pembuatan tape dan roti? Bagaimana rumusan reaksi kimia yang terjadi pada poses tersebut?
5. Nama Basidiomycota berasal dari kata basidium, yaitu suatu tahapan diploid dalam
daur hidup Basidiomycota yang berbentuk seperti payung. Struktur tubuh basidiomycota memiliki bagian-bagian berupa tudung, lamella dan miselium. Berdasarkan pernyataan tersebut, gambarkanlah struktur tubuh Basidiomycota dan berilah keterangannya (maks.6 bagian)!
6. Sekelompok siswa sedang melakukan pengamatan fungi dengan menggunakan mikroskop cahaya. Gambar berikut adalah bagaian dari mikroskop tersebut. Tentukan perbesaran dari mikrosokop sesuai dengan tabel yang tertera di bawah ini.
No Gambar A Gambar B Perbesaran mikroskop
1
5X
10X
β¦
2
10X
40X
β¦
130
7. Tiap hari ribuan pohon mati di hutan. Akan tetapi, mengapa hutan tidak penuh dengan sisa tubuh pohon? Apa peranan fungi dalam hal tersebut? Jelaskan cara fungi melakukan peranannya itu.
8. Fungi merupakan klasifikasi tersendiri dalam klasifikasi lima kingdom, terpisah dari kingdom tumbuhan. Fungi sempat dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda. Fungi bukan autotroph seperti tumbuhana, melainkan organisme heterotrof sehingga lebih dekat dengan hewan. Usaha menyatukan fungi dengan hewan pada golongan yang sama juga gagal, karena fungi mencerna makanannya di luar tubuh (eksternal), tidak sperti hewan yang mencerna secara internal. Selain itu, sel fungi memiliki dinding sel yang tersusun dari zat kitin, tidak seperti sel hewan. Berdasarkan keterangan di atas, berilah penjelasan Jelaskan mengapa fungi dipisahkan dari kingdom tumbuhan dan hewan. Berilah alasannya! (maks.6)
9. Berdasarkan kegiatan praktikum mengamati fungi divisi Ascomycota dan Zygomycota, buatlah kesimpulan mengenai ciri-ciri atau karakteristik dari fungi pada divisi tersebut? Apakah terdapat perbedaan antara fungi divisi Ascomycota dan Zygomycota, jika ada berilah alasannya!
10. Tempe merupakan makanan yang diolah dengan menggunakan fungi Rhizopus
oryzae. Bahan baku pembuatan tempe adalah kacang kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan gizi pada tempe lebih baik dibandingkan dengan kedelai. Rhizopus oryzae akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare. Berdasarkan pernyataan di atas, buatlah kesimpulannya!
11. Fungi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Fungi bersama bakteri berperan sebagai pengurai (dekomposer). Fungi menguraikan zat-zat organisme yang mati kemudian akan diuraikan dan dirombak sehingga dapat dimanfaatkan lagi. Hasil dari perombakan tersebut akan digunakan tumbuhan sebagai nutrisi. Tanpa keberadaan fungi maka kehidupan akan terganggu. Jika fungi terganngu maka dalam ekosistem akan terjadi ketidakseimbangan. Misalnya ketika fungi di hilangkan, maka organisme apa yang akan melapukkan sampah, kayu, batu, yang menjamin kesuburan tanah di hutan, pantai, sungai dan lain-lainnya, dan dalam jangka waktu lama mungkin bumi jadi padang pasir tanpa mahluk hidup. Buatlah kesimpulan berdasarkan permasalahan di atas!
12. Sekelompok siswa sedang melakukan pengamatan fungi dengan menggunakan mikroskop cahaya. Dalam melakukan pengamatan, siswa menggunakan lensa okuler dan lensa objektif. Terdapat 2 macam lensa okuler yang berukuran 5X, 10X. Sedangkan lensa objektif memiliki ukuran 4X, 10X, 40X dan 400X. Jika siswa tersebut melakukan pengamatan objek dengan perbesaran 400X, maka berapakah perbesaran yang digunakan pada lensa objektif dan lensa okuler?
131
Lampiran 8
Lembar Observasi
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Pertemuan: 1 Petunjuk pengisian: Berilah tanda ceklis (β) pada kolom sesuai dengan pengamatan Anda terhadap keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah tehadap siswa.
Tahap pembelajaran Aspek yang diamati Keteangan
<50% β₯50% I. Orientasi siswa
terhadap masalah 1. Siswa memahami tujuan pembelajaran 2. Siswa menunjukkan minat dan motivasi terhadap
masalah yang disajikan
β
β II. Mengorganisasikan
siswa untuk belajar 1. Siswa duduk secara berkelompok 2. Siswa membatasi dan membagi tugas belajar
yang berkaitan dengan masalah tersebut
β
β
III. Membimbing penyelidikan individu atau kelompok
1. Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber sebagai persiapan pemecahan masalah
2. Melakukan penyelidikan sebagai upaya pemecahan masalah
3. Saling bertukar informasi untuk memecahkan masalah dengan teman sekelompoknya
4. Mengikuti instruksi yang diberikan di lembar kerja siswa dalam pemecahan masalahnya
β
β
β
β
IV. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
1. Menyajikan laporan hasil penyelidikan dengan diskusi di kelas
2. Secara aktif melibatkan dirinya dalam kegiatan diskusi
β
β
V. Mengevaluasi dan proses pemecahan masalah
1. Membandingkan hasil kerja pemecahan masalahnya dengan pemecahan masalah yang diinformasikan guru atau pemecahan masalah yang dilakukan kelompok lain
2. Menyimpulkan hasil pembelajaran berdasarkan pada hasil penyelidikan yang dilakukan oleh semua kelompok
β
β
Keterangan: <50% = jumlah siswa melakukannya kurang dari setengah jumlah yang diharapkan β₯50% = jumlah siswa melakukannya lebih dari setengah jumlah yang diharapkan Jakarta, 16 Januari 2015
Observer
(Drs. M. Anwari) NIP. 196607211994121002
132
Lembar Observasi
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Pertemuan: 2 Petunjuk pengisian: Berilah tanda ceklis (β) pada kolom sesuai dengan pengamatan Anda terhadap keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah tehadap siswa.
Tahap pembelajaran Aspek yang diamati Keteangan
<50% β₯50% I. Orientasi siswa
terhadap masalah 1. Siswa memahami tujuan pembelajaran 2. Siswa menunjukkan minat dan motivasi terhadap
masalah yang disajikan
β β
II. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
1. Siswa duduk secara berkelompok 2. Siswa membatasi dan membagi tugas belajar
yang berkaitan dengan masalah tersebut
β β
III. Membimbing penyelidikan individu atau kelompok
1. Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber sebagai persiapan pemecahan masalah
2. Melakukan penyelidikan sebagai upaya pemecahan masalah
3. Saling bertukar informasi untuk memecahkan masalah dengan teman sekelompoknya
4. Mengikuti instruksi yang diberikan di lembar kerja siswa dalam pemecahan masalahnya
β
β
β
β
IV. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
1. Menyajikan laporan hasil penyelidikan dengan diskusi di kelas
2. Secara aktif melibatkan dirinya dalam kegiatan diskusi
β
β
V. Mengevaluasi dan proses pemecahan masalah
1. Membandingkan hasil kerja pemecahan masalahnya dengan pemecahan masalah yang diinformasikan guru atau pemecahan masalah yang dilakukan kelompok lain
2. Menyimpulkan hasil pembelajaran berdasarkan pada hasil penyelidikan yang dilakukan oleh semua kelompok
β
β
Keterangan: <50% = jumlah siswa melakukannya kurang dari setengah jumlah yang diharapkan β₯50% = jumlah siswa melakukannya lebih dari setengah jumlah yang diharapkan Jakarta, 23 Januari 2015
Observer
(Drs. M. Anwari) NIP. 196607211994121002
133
Lampiran 9
Lembar Observasi Keterampilan Siswa
Kelas Eksperimen
No Objek yang diobservasi Kelompok 1 2 3 4 5 6
I Kegiatan Awal 1. Kelengkapan membawa alat dan bahan
praktikum 4 3 4 3 4 3
2. Kemampuan mengimplementasikan panduan penelitian 3 2 3 3 3 3
II Kegiatan Inti A. Menggunakan alat dan bahan 1. Keterampilan menggunakan alat
dan bahan praktikum 2 3 4 4 3 4
B. Keteampilan mengamati, kesadaran skala dan pemodelan
1. Keterampilan dalam mengamati objek 3 3 4 4 2 3
2. Keterampilan dalam menggunakan mikroskop dalam pengamatan 3 3 4 4 2 3
3. Keterampilan dalam membuat preparat objek 3 3 4 4 3 3
4. Keterampilan memperoleh data praktikum 4 2 3 3 2 3
5. Kemampuan menyelesaikan draft laporan praktikum 3 3 3 3 3 2
6. Keterampilan mempersentasikan hasil praktikum 3 3 4 2 2 2
III Kegiatan akhir 1. Kepedulian untuk mengembalikan alat
dan bahan yang telah digunakan 4 3 3 4 4 3
Observer
(Drs. M. Anwari) NIP. 196607211994121002
Keterangan: Untuk nilai hasil observasi isilah dengan angka: 1, 2, 3 dan 4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kriteria penilaian Rubrik Observasi Keterampilan.
134
Kelas Kontrol
No Objek yang diobservasi Kelompok 1 2 3 4 5 6
I Kegiatan Awal 1. Kelengkapan membawa alat dan bahan
praktikum 3 4 4 3 3 4
2. Kemampuan mengimplementasikan panduan penelitian 3 3 2 2 2 3
II Kegiatan Inti A. Menggunakan alat dan bahan 1. Keterampilan menggunakan alat
dan bahan praktikum 3 4 3 4 3 3
B. Keteampilan mengamati, kesadaran skala dan pemodelan
1. Keterampilan dalam mengamati objek 2 2 3 3 2 2
2. Keterampilan dalam menggunakan mikroskop dalam pengamatan 3 2 2 4 2 3
3. Keterampilan dalam membuat preparat objek 4 3 2 2 3 3
4. Keterampilan memperoleh data praktikum 4 3 3 2 2 2
5. Kemampuan menyelesaikan draft laporan praktikum 2 3 3 2 4 2
6. Keterampilan mempersentasikan hasil praktikum 3 2 2 3 3 2
III Kegiatan akhir 1. Kepedulian untuk mengembalikan alat
dan bahan yang telah digunakan 3 3 4 4 4 4
Observer
(Drs. M. Anwari) NIP. 196607211994121002
Keterangan: Untuk nilai hasil observasi isilah dengan angka: 1, 2, 3 dan 4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kriteria penilaian Rubrik Observasi Keterampilan.
135
Rubrik Penilaian Lembar Observasi Kegiatan Praktikum
No Objek yang diobservasi Kriteria Penilaian I Kegiatan Awal
1. Kelengkapan membawa alat dan bahan praktikum
4: siswa membawa seluruh perlengkapan alat dan bahan dengan benar dan lengkap.
3: siswa membawa seluruh perlengkapan alat dan bahan dengan benar tetapi tidak lengkap.
2: siswa hanya membawa sebagian perlengkapan alat dan bahan dengan benar.
1: siswa hanya membawa sebagian alat saja atau bahan saja.
2. Kemampuan mengimplementasikan panduan penelitian
4: bekerja hampir tidak melihat panduan, cepat (di atas rata-rata kelas), benar, tanpa bertanya pada pembimbing.
3: bekerja tanpa melihat panduan, agak cepat (sedikit di atas rata-rata), benar, bertanya pada pembimbing 0-3 kali.
2: bekerja melihat panduan, kecepatan rata-rata, salah persepsi 0-2 kali, bertanya pada pembimbing 0-4 kali.
1: bekerja melihat panduan, kecepatan di bawah rata-rata, salah persepsi 0->4kali, bertanya pada pembimbing 0->4 kali.
II Kegiatan Inti A. Menggunakan alat dan
bahan
1. Keterampilan menggunakan alat dan bahan praktikum
4: penggunaan alat dan bahan cepat (di atas rata-rata kelas), benar, tanpa bertanya pada pembimbing.
3: penggunaan alat dan bahan agak cepat (sedikit di atas rata-rata), benar, bertanya pada pembimbing 0-3 kali.
2: penggunaan alat dan bahan rata-rata, salah persepsi 0-2 kali, bertanya pada pembimbing 0-4 kali.
1: penggunaan alat dan bahan lambat, salah persepsi 0->4kali, bertanya pada pembimbing 0->4 kali.
B. Keteampilan mengamati, kesadaran skala dan pemodelan
1. Keterampilan dalam mengamati objek
4: siswa mengamati struktur tubuh dan hifa fungi mikroskopis maupun makroskopis (mengamati objek menggunakan 2 indera) dengan cepat, benar, tanpa bertanya pada pembimbing.
3: siswa mengamati struktur tubuh dan hifa fungi mikroskopis maupun makroskopis (mengamati objek menggunakan 2 indera) agak cepat, benar, bertanya pada pembimbing 0-3 kali.
136
2: siswa mengamati struktur tubuh dan hifa fungi mikroskopis maupun makroskopis (Mengamati objek menggunakan 1 indera) agak cepat, benar, bertanya pada pembimbing 0-3 kali.
1: siswa mengamati struktur tubuh dan hifa fungi mikroskopis maupun makroskopis (Mengamati objek menggunakan 1 indera) secara rata-rata, salah persepsi 0-2 kali, bertanya pada pembimbing 0-4 kali.
2. Keterampilan dalam menggunakan mikroskop dalam pengamatan
4: siswa mengatur perbesaran pada mikroskop dengan cepat, benar, tanpa bertanya pada pembimbing.
3: siswa mengatur perbesaran pada mikroskop agak cepat, benar, bertanya pada pembimbing 0-3 kali.
2: siswa mengatur perbesaran pada mikroskop rata-rata, salah persepsi 0-2 kali, bertanya pada pembimbing 0-4 kali.
1: siswa mengatur perbesaran pada mikroskop lambat, salah persepsi 0->4kali, bertanya pada pembimbing 0->4 kali.
3. Keterampilan dalam membuat preparat objek
4: siswa membuat objek (preparat fungi) dengan cepat benar, tanpa bertanya pada pembimbing.
3: siswa membuat objek (preparat fungi) agak cepat, benar, bertanya pada pembimbing 0-3 kali.
2: siswa membuat objek (preparat fungi) rata-rata, salah persepsi 0-2 kali, bertanya pada pembimbing 0-4 kali.
1: siswa membuat objek (preparat fungi) secara lambat, salah persepsi 0->4kali, bertanya pada pembimbing 0->4 kali.
4. Keterampilan memperoleh data praktikum
4: perolehan data cepat, lengkap benar, tanpa bertanya pada pembimbing.
3: perolehan data agak cepat/rata-rata, lengkap benar, tanpa bertanya pada pembimbing.
2: perolehan data kecepatannya rata-rata, lengkap/kurang, benar, bertanya pada pembimbing 0-2 kali.
1: perolehan data kecepatannya rata-rata, kurang lengkap, ada yang salah, bertanya pada pembimbing 0->2 kali.
5. Kemampuan menyelesaikan draft laporan praktikum
4: selesai dengan cepat, lengkap benar, tanpa bertanya pada pembimbing.
3: selesai dengan agak cepat/rata-rata, lengkap benar, tanpa bertanya pada pembimbing.
2: selesai dengan kecepatan rata-rata, lengkap/kurang, benar, bertanya pada pembimbing 0-2 kali.
1: selesai dengan lambat, kurang lengkap, ada yang salah, bertanya pada pembimbing 0-4 kali.
137
6. Keterampilan mempersentasikan hasil praktikum
4: presentasi dilakukan dengan benar, jelas, lancar, menarik.
3: presentasi dilakukan dengan kesalahan 0-2 kali, jelas, lancar.
2: presentasi dilakukan dengan kesalahan 0-4 kali, agak kurang jelas, lancar.
1: presentasi dilakukan dengan kesalahan 0->4 kali, kurang jelas, kurang lancar.
III Kegiatan akhir 1. Kepedulian untuk
mengembalikan alat dan bahan yang telah digunakan
4: mengembalikan alat dan bahan dengan cepat, lengkap benar, tanpa bertanya pada pembimbing.
3: mengembalikan alat dan bahan agak cepat/rata-rata, lengkap benar, tanpa bertanya pada pembimbing.
2: mengembalikan alat dan bahan secara rata-rata lengkap/kurang, benar, bertanya pada pembimbing 0-2 kali.
1: mengembalikan alat dan bahan dengan lambat, kurang lengkap, ada yang salah, bertanya pada pembimbing 0-4 kali.
138
Lampiran 10
Data Pretest Kelas Eksperimen
No Kode Siswa Skor Butir Soal Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 AWD 3 4 3 0 0 4 2 0 1 1 1 2 21 45 2 AAN 3 4 4 0 2 0 1 1 1 0 1 2 19 40 3 ATS 2 2 4 0 2 1 0 0 0 1 0 0 12 26 4 AHN 2 4 3 0 2 3 4 0 2 0 1 2 23 49 5 AAT 2 2 4 0 0 1 0 0 0 2 0 2 13 28 6 ANV 2 4 4 0 1 4 0 0 1 2 0 0 18 38 7 DTC 3 4 4 2 2 4 2 1 0 2 2 4 30 64 8 DWU 3 4 4 0 2 0 1 0 0 0 0 0 14 30 9 DWA 2 4 4 0 2 0 0 1 0 1 1 0 15 32 10 EMY 2 3 4 2 2 4 1 0 0 1 1 0 20 43 11 FAS 2 4 4 0 0 2 0 0 1 0 0 0 13 28 12 FGA 2 0 4 0 0 0 0 1 0 1 0 0 8 17 13 FRH 3 4 4 2 1 4 0 1 0 0 0 0 19 40 14 HLL 3 3 4 2 2 4 2 1 0 0 0 0 21 45 15 HPS 2 0 4 2 0 4 0 1 1 0 1 4 19 40 16 IMS 3 2 4 0 0 0 1 0 1 0 1 0 12 26 17 JQS 2 4 4 0 2 0 1 0 0 0 0 0 13 28 18 MIB 2 0 4 0 2 0 1 1 1 0 1 0 12 26 19 NPT 2 0 3 2 2 2 0 0 1 1 0 4 17 36 20 NIS 2 0 4 1 2 0 1 1 0 1 0 0 12 26 21 ORA 1 2 4 2 2 1 2 1 0 0 1 2 18 38 22 PRA 1 4 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 10 21 23 RSS 2 1 4 2 0 0 1 1 1 1 1 0 14 30
139
No Kode Siswa Skor Butir Soal Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 24 RSI 2 4 4 0 1 0 1 0 0 0 0 0 12 26 25 RIK 2 0 4 1 2 4 1 0 0 1 0 2 17 36 26 RAT 2 4 4 1 2 0 1 1 1 0 1 0 17 36 27 RMA 2 4 4 1 2 2 0 1 1 1 0 0 18 38 28 RMY 2 4 4 1 2 2 2 0 0 0 2 0 19 40 29 SLN 2 4 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 9 19 30 SPD 1 2 4 0 2 1 0 0 0 0 1 0 11 23 31 SNK 2 4 4 1 2 0 2 1 0 1 2 0 19 40 32 SNA 1 0 4 0 2 1 0 1 0 0 1 0 10 21 33 SAD 2 0 4 0 1 2 0 1 0 0 0 0 10 21 34 UQI 2 4 3 1 0 1 1 0 2 1 1 2 18 38 35 WWS 2 3 4 0 2 0 1 1 0 0 0 0 13 28
Jumlah 73 92 132 24 46 51 29 19 15 19 20 26 546 1161.70 Rata-rata 2.09 2.63 3.77 0.69 1.31 1.46 0.83 0.54 0.43 0.54 0.57 0.74 15.60 33.19
Ketercapaian (%) 69.5 65.7 94.3 17.1 32.9 36.4 20.7 13.6 10.7 13.6 14.3 18.6
140
Lampiran 11
Data Pretest Kelas Kontrol
No Kode siswa Skor Butir Soal Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 AAZ 2 4 3 0 1 0 0 0 0 0 0 2 12 26 2 APA 2 1 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 7 15 3 AAW 2 2 3 0 0 0 2 0 1 0 0 0 10 21 4 APW 1 2 2 0 0 2 1 1 0 0 0 0 9 19 5 AJT 2 4 4 3 1 2 2 0 0 0 0 2 20 43 6 ADY 2 0 4 2 0 2 2 0 0 0 0 0 12 26 7 AOI 2 1 2 3 0 0 1 0 1 0 0 0 10 21 8 AOA 2 1 2 3 0 0 2 1 1 1 0 0 13 28 9 AAF 2 3 3 1 0 2 3 1 2 3 3 2 25 53 10 AHZ 2 0 3 0 2 2 0 0 1 3 3 2 18 38 11 DPI 2 3 4 0 2 0 1 1 0 0 0 0 13 28 12 DRU 2 4 4 0 2 2 0 1 0 2 0 2 19 40 13 EBA 2 4 0 0 0 2 0 0 2 0 2 0 12 26 14 EDY 2 4 3 0 1 2 1 1 2 2 0 2 20 43 15 FMF 2 4 4 2 0 0 1 0 1 0 1 0 15 32 16 FAO 1 4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 6 13 17 FAN 1 4 4 4 2 2 0 0 0 0 0 2 19 40 18 MPN 2 4 3 2 0 2 1 1 0 0 0 2 17 36 19 MND 2 2 2 2 0 2 1 0 0 1 2 2 16 34 20 MBI 1 0 3 2 1 0 1 0 0 0 0 0 8 17 21 MRR 1 4 2 0 2 0 0 0 0 0 1 0 10 21 22 NAM 2 2 3 2 1 2 0 2 0 0 1 2 17 36 23 NYT 2 4 4 0 1 2 0 1 2 0 1 2 19 40
141
No Kode Siswa
Skor Butir Soal Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 24 NIZ 3 3 2 0 2 2 1 0 4 3 0 2 22 47 25 ORT 2 2 3 0 2 0 0 0 2 1 2 0 14 30 26 RCG 2 4 3 0 0 0 1 0 0 0 1 0 11 23 27 SFS 2 4 4 1 3 2 2 2 1 1 0 2 24 51 28 SIS 2 2 4 2 1 2 1 0 0 2 1 0 17 36 29 TDY 2 3 4 2 0 2 0 0 0 1 0 0 14 30 30 TRN 2 4 4 4 2 0 2 4 2 0 0 4 28 60 31 YNA 2 4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 2 16 34
Jumlah 58 87 92 41 27 34 26 16 22 20 18 32 473 1006.38 Rata-rata 1.87 2.81 2.97 1.32 0.87 1.10 0.84 0.52 0.71 0.65 0.58 1.03 15.26 32.46
Ketercapaian (%) 62.4 70.2 74.2 33.1 21.8 27.4 21.0 12.9 17.7 16.1 14.5 25.8
142
Lampiran 12
Data Posttest Kelas Eksperimen
No Kode Siswa Skor Butir Soal Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 AWD 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 45 96 2 AAN 1 3 4 2 4 4 2 2 1 4 4 0 31 66 3 ATS 0 1 4 0 2 0 2 2 1 2 4 0 18 38 4 AHN 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 44 94 5 AAT 3 4 4 2 4 4 4 2 4 2 1 0 34 72 6 ANV 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 44 94 7 DTC 3 4 4 2 4 4 3 3 4 0 2 4 37 79 8 DWU 3 4 4 2 4 4 2 2 4 3 4 0 36 77 9 DWA 1 4 4 0 4 4 3 3 2 4 2 4 35 74 10 EMY 1 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 41 87 11 FAS 3 4 4 2 4 4 4 3 1 4 4 4 41 87 12 FGA 0 2 2 0 2 4 0 3 1 0 0 0 14 30 13 FRH 3 4 4 3 4 4 4 3 4 0 4 2 39 83 14 HLL 3 4 4 4 5 4 3 3 2 3 3 4 42 89 15 HPS 0 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 39 83 16 IMS 3 4 4 2 4 4 4 4 2 3 3 4 41 87 17 JQS 3 4 4 2 4 4 3 3 2 4 4 4 41 87 18 MIB 1 4 4 2 4 2 2 2 2 3 3 4 33 70 19 NPT 3 4 4 0 4 4 4 3 3 3 4 4 40 85 20 NIS 3 4 4 2 3 3 4 3 2 4 4 0 36 77 21 ORA 1 3 4 1 4 4 3 2 3 2 4 4 35 74 22 PRA 1 4 4 2 3 4 3 3 4 3 4 4 39 83 23 RSS 1 4 4 2 4 4 3 3 2 3 2 0 32 68
143
No Kode Siswa Skor Butir Soal Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 24 RSI 3 4 4 0 4 2 2 2 2 4 3 0 30 64 25 RIK 3 4 4 4 3 4 2 3 2 3 3 0 35 74 26 RAT 3 4 4 0 4 4 0 2 2 2 2 0 27 57 27 RMA 1 4 4 2 4 4 2 3 2 4 3 4 37 79 28 RMY 1 4 4 2 4 4 3 3 4 3 4 0 36 77 29 SLN 0 4 4 1 4 4 3 1 2 4 4 0 31 66 30 SPD 3 4 4 3 4 4 2 2 4 4 4 0 38 81 31 SNK 3 2 4 2 4 4 3 2 2 3 4 0 33 70 32 SNA 1 4 4 2 3 0 1 1 2 3 3 0 24 51 33 SAD 3 4 4 1 4 4 2 3 1 3 3 0 32 68 34 UQI 3 4 4 0 4 4 1 2 4 0 0 0 26 55 35 WWS 3 2 3 2 3 4 0 2 1 2 2 0 24 51
Jumlah 73 129 136 67 132 127 91 90 89 101 108 66 1209 2574.47 Rata-rata 2.09 3.69 3.89 1.91 3.77 3.63 2.60 2.57 2.54 2.89 3.09 1.89 34.54 73.56
Ketercapaian (%) 69.5 92.1 97.1 47.9 94.3 90.7 65 64.3 63.6 72.1 77.1 47.1
144
Lampiran 13
Data Posttest Kelas Kontrol
No Kode siswa Skor Butir Soal Jumlah Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 AAZ 1 4 4 1 2 2 2 1 2 3 2 0 24 51 2 APA 2 4 4 3 2 4 2 3 2 2 1 2 31 66 3 AAW 1 4 4 2 4 4 0 2 3 3 2 4 33 70 4 APW 1 4 4 1 2 4 2 2 2 0 0 2 24 51 5 AJT 2 4 4 2 3 4 2 2 1 3 3 4 34 72 6 ADY 3 4 3 3 3 4 2 3 2 1 2 2 32 68 7 AOI 1 4 4 0 0 4 1 0 3 3 4 0 24 51 8 AOA 1 4 4 0 0 4 2 0 3 3 4 0 25 53 9 AAF 0 3 4 2 4 4 4 2 4 3 4 4 38 81 10 AHZ 3 4 4 2 3 4 2 2 4 4 3 4 39 83 11 DPI 2 4 3 2 3 2 1 2 1 1 1 3 25 53 12 DRU 3 4 4 2 3 2 3 3 2 1 2 4 33 70 13 EBA 2 3 3 0 2 0 1 1 2 4 2 0 20 43 14 EDY 1 4 4 3 3 4 3 2 3 2 4 0 33 70 15 FMF 3 4 4 2 3 2 1 2 1 2 2 3 29 62 16 FAO 1 4 4 2 3 4 3 2 2 1 1 1 28 60 17 FAN 3 4 4 2 3 2 3 2 1 3 3 3 33 70 18 MPN 2 3 2 2 2 4 4 2 2 2 3 4 32 68 19 MND 3 4 1 2 2 4 1 2 1 4 4 0 28 60 20 MBI 1 4 3 3 2 4 3 2 2 1 1 0 26 55 21 MRR 1 4 4 2 2 4 2 2 2 0 1 2 26 55 22 NAM 2 4 4 2 3 2 1 3 1 3 4 0 29 62 23 NYT 1 4 4 0 4 4 1 2 2 4 2 0 28 60
145
No Kode Siswa Skor Butir Soal Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 24 NIZ 1 4 3 2 4 4 2 2 2 2 2 4 32 68 25 ORT 1 4 4 3 2 4 2 2 2 3 1 2 30 64 26 RCG 2 4 3 2 2 4 4 1 2 2 1 2 29 62 27 SFS 2 4 4 3 3 4 4 4 2 2 2 4 38 81 28 SIS 1 4 4 2 2 4 3 3 3 2 4 2 34 72 29 TDY 3 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 43 91 30 TRN 2 4 4 3 3 2 4 4 4 4 2 4 40 85 31 YNA 2 4 3 0 4 0 2 2 2 4 4 1 28 60
Jumlah 54 121 112 58 82 102 71 65 69 74 75 65 948 2017.02 Rata-rata 1.74 3.90 3.61 1.87 2.65 3.29 2.29 2.10 2.23 2.39 2.42 2.10 30.81 65.07
Ketercapaian (%) 58.1 97.6 90.3 46.8 66.1 82.3 57.3 52.4 55.6 69.7 60.5 52.4
146
Lampiran 14
Perhitungan Hasil Posttest Per Indikator Kelas Eksperimen dan Kontrol
KD Indikator No. soal Konsep Ranah
Kognitif
Pencapaian (%) Kelas
kontrol Kelas
eksperimen Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan fungi berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran fungi dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Menjelaskan karakteristik fungi berdasarkan tampilannya
1 Karakteeristik fungi C3 58,06 69,52
Menganalisis produk, kasus dan penyakit yang berkaiatan dengan fungi
3 Manfaat fungi C3 97,58 92,14
4 Manfaat fungi C4 46,77 47,86
Menganalisis peranan fungi dalam ekosistem
7 Peranan fungi C4 57,26 65,00
Mengkalsifikasikan fungi berdasarkan ciri yang dimiliki
2 Klasifikasi fungi C3 90,32 97,86
8 Klasifikasi fungi C3 52,42 64,29
9 Ciri-ciri fungi C5 55,65 63,57 Menghitung perbesaran lensa yang tepat dalam melakukan pengamatan objek menggunkan mikroskop
6
Skala perbesaran pada mikroskop
C2 82,26 90,71
12
Skala perbesaran pada mikroskop
C2 54,84 47,14
Menyimpulkan ciri-ciri fungi berdasarkan hasil pengamatan
5 Ciri-ciri fungi C4 66,13 94,29
Menyimpulkan peranan fungi berdasarkan penjelasan dari suatu fenomena
10 Manfaat fungi C2 61,29 72,14
11 Peranan fungi C2 62,10 77,14
Keterangan:
β₯ ποΏ½ : nilai perolehan siswa per butir soal lebih besar dari rata-rata nilai
perolehan siswa per butir soal
Soal yang digunakan adalah soal yang valid yang diujikan pada saat
pretest dan posttest.
147
Lampiran 15
Rekapitulasi Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap Indikator Pertemuan
Jumlah indikator <50%
Jumlah indikator β₯50% 1 2
<50% β₯50% <50% β₯50% I 1 β β
1 3 2 β β
II 1 β β 1 3
2 β β III 1 β β
2 6 2 β β 3 β β 4 β β
IV 1 β β 2 2
2 β β V 1 β β
1 3 2 β β
Jumlah 3 9 4 8 7 17 Jumlah total indikator 12 12 24
Persentase 33.33% 75% 33.33% 66.67% 29.12% 70.83% Keterangan: <50% = belum tercapai β₯50% = sudah tercapai
148
Lampiran 16
Rekapitulasi Data Lembar Observasi Keterampilan Siswa
Kelas Eksperimen
No Objek yang diobservasi Kelompok 1 2 3 4 5 6
I Kegiatan Awal 1. Kelengkapan membawa alat dan bahan
praktikum 4 3 4 3 4 3
2. Kemampuan mengimplementasikan panduan penelitian 3 2 3 3 3 3
II Kegiatan Inti A. Menggunakan alat dan bahan 1. Keterampilan menggunakan alat
dan bahan praktikum 2 3 4 4 3 4
B. Keteampilan mengamati, kesadaran skala dan pemodelan
1. Keterampilan dalam mengamati objek 3 3 4 4 2 3
2. Keterampilan dalam menggunakan mikroskop dalam pengamatan 3 3 4 4 2 3
3. Keterampilan dalam membuat preparat objek 3 3 4 4 3 3
4. Keterampilan memperoleh data praktikum 4 2 3 3 2 3
5. Kemampuan menyelesaikan draft laporan praktikum 3 3 3 3 3 2
6. Keterampilan mempersentasikan hasil praktikum 3 3 4 2 2 2
III Kegiatan akhir 1. Kepedulian untuk mengembalikan alat
dan bahan yang telah digunakan 4 3 3 4 4 3
Jumlah 31 28 34 34 29 29 Persentase (%) 77.5 70 85 85 72.5 72.5 Rata-rata (%) 77.08
149
Kelas Kontrol
No Objek yang diobservasi Kelompok 1 2 3 4 5 6
I Kegiatan Awal 1. Kelengkapan membawa alat dan bahan
praktikum 3 4 4 3 3 4
2. Kemampuan mengimplementasikan panduan penelitian 3 3 2 2 2 3
II Kegiatan Inti A. Menggunakan alat dan bahan 1. Keterampilan menggunakan alat
dan bahan praktikum 3 4 3 4 3 3
B. Keteampilan mengamati, kesadaran skala dan pemodelan
1. Keterampilan dalam mengamati objek 2 2 3 3 2 2
2. Keterampilan dalam menggunakan mikroskop dalam pengamatan 3 2 2 4 2 3
3. Keterampilan dalam membuat preparat objek 4 3 2 2 3 3
4. Keterampilan memperoleh data praktikum 4 3 3 2 2 2
5. Kemampuan menyelesaikan draft laporan praktikum 2 3 3 2 4 2
6. Keterampilan mempersentasikan hasil praktikum 3 2 2 3 3 2
III Kegiatan akhir 1. Kepedulian untuk mengembalikan alat
dan bahan yang telah digunakan 3 3 4 4 4 4
Jumlah 30 29 28 33 28 28 Persentase (%) 75 72.5 70 82.5 70 70 Rata-rata (%) 73.33
150
Lampiran 17
Penghitungan Mean, Median, Modus Dan Standar Deviasi
a. Data Pretest Kelas Eksperimen
1. Banyaknya data (n) = 35
2. Data pretest siswa kelas eksperimen
17 19 21 21 21 23 26
26 26 26 26 28 28 28
28 30 30 32 36 36 36
38 38 38 38 40 40 40
40 40 43 45 45 49 64
3. Nilai terbsesar = 64
4. Nilai terkecil = 17
5. Rentang data (R) = nilai terbesar β nilai terkecil
= 64 β 17
= 47
6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 35
= 1 + 3.3 (1.54)
= 1 + 5.09 = 6.09 (dibulatkan 6)
7. Panjang interval kelas (l) = π π = 47
6= 7.8 (dibulatkan 8)
8. Tabel distribusi frekuensi
Interval kelas f x fx x2
Batas nyata fkb fka Bawah Atas
17-24 6 21.5 129 462.25 16.5 24.5 35 6 25-32 12 28.5 342 812.25 24.5 32.5 29 18 33-40 12 36.5 438 1332.25 32.5 40.5 17 30 41-48 3 44.5 133.5 1980.25 40.5 48.5 5 33 49-56 1 52.5 52.5 2756.25 48.5 56.5 2 34 57-64 1 60.5 60.5 3660.25 56.5 64.5 1 35
total 35 (N)
1155.5 (βFX)
Keterangan:
f : Frekuensi yang mengandung median x : Titik tengah fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik
tengah x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah
151
fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung median
9. Perhitungan nilai Mean
Mx = βfxN
Mx = 1161.7035
= 33.19
10. Perhitungan nilai Median
Mdn = π + οΏ½12πβfkb
πποΏ½ π₯ π
Mdn = 24.5 + οΏ½17.5β1712
οΏ½ π₯ 8
= 24.5 + 0,33
= 24.83
11. Perhitungan nilai Modus
Mo = π + οΏ½ ππππ+ππ
οΏ½ π₯ π
Mo = 32.5 + οΏ½ 1212+18
οΏ½ π₯ 8
Mo = 32.5 + 4.8
Mo = 37.30
12. Perhitungan nilai standar deviasi
SD = οΏ½β(π₯βοΏ½Μ οΏ½)2
πβ1
SD = οΏ½3351.8834
SD = β98.5847
SD = 9.93
13. Varians (S2)
S2 = SD2
= 9.932
= 98.5847
152
b. Data Pretest Kelas Kontrol
1. Banyaknya data (n) = 31
2. Data pretest siswa kelas eksperimen
13 15 17 19 21 21 21
23 26 26 26 28 28 30
30 32 34 34 36 36 36
38 40 40 40 43 43 47
51 53 60
3. Nilai terbsesar = 60
4. Nilai terkecil = 13
5. Rentang data (R) = nilai terbesar β nilai terkecil
= 60 β 13
= 47
6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 31
= 1 + 3.3 (1.49)
= 1 + 4.92 = 5.92 (dibulatkan 6)
7. Panjang interval kelas (l) = π π = 47
6= 7.8 (dibulatkan 8)
8. Tabel distribusi frekuensi
Interval kelas f x fx x2
Batas nyata fkb fka Bawah Atas
13-20 4 16.5 66 272.25 12.5 20.5 31 4 21-28 9 24.5 220.5 600.25 20.5 28.5 27 13 29-36 8 33.5 260 1056.25 28.5 36.5 18 21 37-44 6 40.5 243 1640.25 36.5 44.5 10 27 45-52 2 48.5 97 2352.25 44.5 52.5 4 29 53-60 2 56.5 113 3192.25 52.5 60.5 2 31
total 31 (N)
999.5 (βFX)
Keterangan:
f : Frekuensi yang mengandung median x : Titik tengah fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik
tengah x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung median
153
9. Perhitungan nilai Mean
Mx = βfxN
Mx = 1006.431
= 32.46
10. Perhitungan nilai Median
Mdn = π + οΏ½12πβfkb
πποΏ½ π₯ π
Mdn = 28.5 + οΏ½15.5β108
οΏ½ π₯ 8
= 28.5 + 5.5
= 34
11. Perhitungan nilai Modus
Mo = π + οΏ½ ππππ+ππ
οΏ½ π₯ π
Mo = 33.5 + οΏ½ 88+13
οΏ½ π₯ 8
Mo = 33.5 + 3.05
Mo = 36.55
12. Perhitungan nilai standar deviasi
SD = οΏ½β(π₯βοΏ½Μ οΏ½)2
πβ1
SD = οΏ½3965.3030
SD = β132.17667
SD = 11.49
13. Varians (S2)
S2 = SD2
= 11.492
= 132.18
154
c. Data Posttest Kelas Eksperimen
1. Banyaknya data (n) = 35
2. Data pretest siswa kelas eksperimen
30 38 51 51 55 57 64
66 66 68 68 70 70 72
72 74 74 76 76 76 79
79 81 83 83 83 85 87
87 87 87 93 93 93 96
3. Nilai terbsesar = 96
4. Nilai terkecil = 30
5. Rentang data (R) = nilai terbesar β nilai terkecil
= 96 β 30
= 66
6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 35
= 1 + 3.3 (1.54)
= 1 + 5.09 = 6.09 (dibulatkan 6)
7. Panjang interval kelas (l) = π π = 66
6= 11
8. Tabel distribusi frekuensi
Interval kelas f x fx x2
Batas nyata fkb fka Bawah Atas
30-40 2 35 70 1225 30.5 40.5 35 2 41-51 2 46 92 2116 40.5 51.5 33 4 52-62 2 57 114 3249 51.5 62.5 31 6 63-73 9 68 612 4624 62.5 73.5 29 15 74-84 11 79 869 6241 73.5 84.5 20 26 85-95 8 90 720 8100 84.5 95.5 9 34
96-106 1 101 101 10201 95.5 106.5 1 35
total 35 (N)
2578 (βFX)
Keterangan:
f : Frekuensi yang mengandung median x : Titik tengah fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik
tengah x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median
155
fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung median
9. Perhitungan nilai Mean
Mx = βfxN
Mx = 257835
= 73.56
10. Perhitungan nilai Median
Mdn = π + οΏ½12πβfkb
πποΏ½ π₯ π
Mdn = 73.5 + οΏ½17.5β209
οΏ½ π₯ 11
= 73.5 -3.1
= 70.4
11. Perhitungan nilai Modus
Mo = π + οΏ½ ππππ+ππ
οΏ½ π₯ π
Mo = 73.5 + οΏ½ 1111+15
οΏ½ π₯ 11
Mo = 73.5 + 4.65
Mo = 78.15
12. Perhitungan nilai standar deviasi
SD = οΏ½β(π₯βοΏ½Μ οΏ½)2
πβ1
SD = οΏ½7889.334
SD = β232.0302
SD = 15.23
13. Varians (S2)
S2 = SD2
= 15.232
= 232.0302
156
d. Data Posttest Kelas Kontrol
1. Banyaknya data (n) = 31
2. Data pretest siswa kelas eksperimen
43 51 51 51 53 53 55
55 60 60 60 60 62 62
62 64 66 68 68 68 70
70 70 70 72 72 81 81
83 85 91
3. Nilai terbsesar = 91
4. Nilai terkecil = 43
5. Rentang data (R) = nilai terbesar β nilai terkecil
= 91 β 43
= 48
6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 31
= 1 + 3.3 (1.49)
= 1 + 4.92 = 5.92 (dibulatkan 6)
7. Panjang interval kelas (l) = π π = 48
6= 8
8. Tabel distribusi frekuensi
Interval kelas f x fx x2
Batas nyata fkb fka Bawah Atas
43-50 1 46.5 46.5 2162.25 42.5 50.5 31 1 51-58 7 54.5 381.5 2970.25 50.5 585 30 8 59-66 9 62.5 562.5 3906.25 58.5 66.5 23 17 67-74 9 70.5 634.5 4970.25 66.5 74.5 14 26 75-82 2 78.5 157 6162.25 74.5 82.5 5 28 83-90 2 86.5 173 7482.25 82.5 90.5 3 30 91-98 1 94.5 94.5 8930.25 90.5 98.5 1 31
total 31 (N)
2017.02 (βFX)
Keterangan:
f : Frekuensi yang mengandung median x : Titik tengah fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik
tengah x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median
157
fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung median
9. Perhitungan nilai Mean
Mx = βfxN
Mx = 2017.0231
= 65.07
10. Perhitungan nilai Median
Mdn = π + οΏ½12πβfkb
πποΏ½ π₯ π
Mdn = 58.5 + οΏ½15.5β149
οΏ½ π₯ 8
= 58.5 + 1.33
= 59.83
11. Perhitungan nilai Modus
Mo = π + οΏ½ ππππ+ππ
οΏ½ π₯ π
Mo = 66.5 + οΏ½ 99+17
οΏ½ π₯ 8
Mo = 66.5 + 2.77
Mo = 69.27
12. Perhitungan nilai standar deviasi
SD = οΏ½β(π₯βοΏ½Μ οΏ½)2
πβ1
SD = οΏ½3882.0730
SD = β129.4023
SD = 11.38
13. Varians (S2)
S2 = SD2
= 11.38
= 129.40
158
Lampiran 18
Uji Normalitas
1. Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen
No Xi Xi-ποΏ½ Zi Luas Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi β S(Zi)| 1 17 -16.11 -1.63 0.4474 0.053 0.029 0.024 2 19 -13.98 -1.41 0.4207 0.079 0.057 0.022 3 21 -11.85 -1.20 0.3849 0.115 0.143 0.028 4 21 -11.85 -1.20 0.3849 0.115 0.143 0.028 5 21 -11.85 -1.20 0.3849 0.115 0.143 0.028 6 23 -9.73 -0.99 0.3365 0.164 0.171 0.008 7 26 -7.60 -0.77 0.2794 0.221 0.314 0.094 8 26 -7.60 -0.77 0.2794 0.221 0.314 0.094 9 26 -7.60 -0.77 0.2794 0.221 0.314 0.094 10 26 -7.60 -0.77 0.2794 0.221 0.314 0.094 11 26 -7.60 -0.77 0.2794 0.221 0.314 0.094 12 28 -5.47 -0.56 0.2088 0.291 0.429 0.137 13 28 -5.47 -0.56 0.2088 0.291 0.429 0.137 14 28 -5.47 -0.56 0.2088 0.291 0.429 0.137 15 28 -5.47 -0.56 0.2088 0.291 0.429 0.137 16 30 -3.34 -0.34 0.1331 0.367 0.486 0.119 17 30 -3.34 -0.34 0.1331 0.367 0.486 0.119 18 32 -1.22 -0.13 0.0478 0.452 0.543 0.091 19 36 3.04 0.30 0.1179 0.618 0.600 0.018 20 36 3.04 0.30 0.1179 0.618 0.600 0.018 21 36 3.04 0.30 0.1179 0.618 0.600 0.018 22 38 5.17 0.51 0.1950 0.695 0.714 0.019 23 38 5.17 0.51 0.1950 0.695 0.714 0.019 24 38 5.17 0.51 0.1950 0.695 0.714 0.019 25 38 5.17 0.51 0.1950 0.695 0.714 0.019 26 40 7.30 0.73 0.2642 0.764 0.857 0.093 27 40 7.30 0.73 0.2642 0.764 0.857 0.093 28 40 7.30 0.73 0.2642 0.764 0.857 0.093 29 40 7.30 0.73 0.2642 0.764 0.857 0.093 30 40 7.30 0.73 0.2642 0.764 0.857 0.093 31 43 9.42 0.94 0.3264 0.826 0.886 0.059 32 45 11.55 1.16 0.3749 0.875 0.943 0.068 33 45 11.55 1.16 0.3749 0.875 0.943 0.068 34 49 15.81 1.59 0.4429 0.943 0.971 0.029 35 64 30.70 3.09 0.4990 0.999 1.000 0.001
Angka Lo Hitung terbesar = 0.137 Angka Lo tabel = 0.1498 Dengan demikian data berdistribusi normal karena Lo Hitung tertinggi lebih kecil daripada Lo tabel
159
2. Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol
No Xi Xi-ποΏ½ Zi Luas Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi β S(Zi)| 1 13 -19.70 -1.71 0.4564 0.044 0.032 0.011 2 15 -17.57 -1.53 0.4357 0.064 0.065 0.000 3 17 -15.44 -1.34 0.4099 0.090 0.097 0.007 4 19 -13.32 -1.16 0.3749 0.125 0.129 0.004 5 21 -11.19 -0.97 0.3340 0.166 0.226 0.060 6 21 -11.19 -0.97 0.3340 0.166 0.226 0.060 7 21 -11.19 -0.97 0.3340 0.166 0.226 0.060 8 23 -9.06 -0.79 0.2823 0.218 0.258 0.040 9 26 -6.93 -0.60 0.2257 0.274 0.355 0.081 10 26 -6.93 -0.60 0.2257 0.274 0.355 0.081 11 26 -6.93 -0.60 0.2257 0.274 0.355 0.081 12 28 -4.80 -0.42 0.1591 0.341 0.419 0.078 13 28 -4.80 -0.42 0.1591 0.341 0.419 0.078 14 30 -2.68 -0.23 0.0910 0.409 0.484 0.075 15 30 -2.68 -0.23 0.0910 0.409 0.484 0.075 16 32 -0.55 -0.05 0.0160 0.484 0.516 0.032 17 34 1.58 0.14 0.0517 0.552 0.581 0.029 18 34 1.58 0.14 0.0517 0.552 0.581 0.029 19 36 3.71 0.32 0.1255 0.626 0.677 0.052 20 36 3.71 0.32 0.1255 0.626 0.677 0.052 21 36 3.71 0.32 0.1255 0.626 0.677 0.052 22 38 5.83 0.51 0.1915 0.692 0.710 0.018 23 40 7.96 0.69 0.2549 0.755 0.806 0.052 24 40 7.96 0.69 0.2549 0.755 0.806 0.052 25 40 7.96 0.69 0.2549 0.755 0.806 0.052 26 43 10.09 0.88 0.3078 0.808 0.871 0.063 27 43 10.09 0.88 0.3078 0.808 0.871 0.063 28 47 14.34 1.25 0.3925 0.893 0.903 0.011 29 51 18.60 1.62 0.4463 0.946 0.935 0.011 30 53 20.73 1.80 0.4641 0.964 0.968 0.004 31 60 27.11 2.36 0.4906 0.991 1.000 0.009
Angka Lo Hitung terbesar = 0.081 Angka Lo tabel = 0.159 Dengan demikian data berdistribusi normal karena Lo Hitung tertinggi lebih kecil daripada Lo tabel
160
3. Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen
No Xi Xi-ποΏ½ Zi Luas Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi β S(Zi)| 1 30 -43.71 -2.87 0.4979 0.002 0.029 0.026 2 38 -35.20 -2.31 0.4896 0.010 0.057 0.047 3 51 -22.43 -1.47 0.4292 0.071 0.114 0.043 4 51 -22.43 -1.47 0.4292 0.071 0.114 0.043 5 55 -18.18 -1.19 0.383 0.117 0.143 0.026 6 57 -16.05 -1.05 0.3531 0.147 0.171 0.025 7 64 -9.67 -0.63 0.2357 0.264 0.200 0.064 8 66 -7.54 -0.49 0.1879 0.312 0.257 0.055 9 66 -7.54 -0.49 0.1879 0.312 0.257 0.055 10 68 -5.41 -0.36 0.1368 0.363 0.314 0.049 11 68 -5.41 -0.36 0.1368 0.363 0.314 0.049 12 70 -3.28 -0.22 0.0832 0.417 0.371 0.045 13 70 -3.28 -0.22 0.0832 0.417 0.371 0.045 14 72 -1.16 -0.08 0.0279 0.472 0.429 0.044 15 72 -1.16 -0.08 0.0279 0.472 0.429 0.044 16 74 0.97 0.06 0.0239 0.524 0.486 0.038 17 74 0.97 0.06 0.0239 0.524 0.486 0.038 18 77 3.10 0.20 0.0793 0.579 0.571 0.008 19 77 3.10 0.20 0.0793 0.579 0.571 0.008 20 77 3.10 0.20 0.0793 0.579 0.571 0.008 21 79 5.23 0.34 0.1331 0.633 0.629 0.005 22 79 5.23 0.34 0.1331 0.633 0.629 0.005 23 81 7.36 0.48 0.1844 0.684 0.657 0.027 24 83 9.48 0.62 0.2324 0.732 0.743 0.010 25 83 9.48 0.62 0.2324 0.732 0.743 0.010 26 83 9.48 0.62 0.2324 0.732 0.743 0.010 27 85 11.61 0.76 0.2764 0.776 0.771 0.005 28 87 13.74 0.90 0.3159 0.816 0.886 0.070 29 87 13.74 0.90 0.3159 0.816 0.886 0.070 30 87 13.74 0.90 0.3159 0.816 0.886 0.070 31 87 13.74 0.90 0.3159 0.816 0.886 0.070 32 89 15.87 1.04 0.3508 0.851 0.914 0.063 33 94 20.12 1.32 0.4066 0.907 0.971 0.065 34 94 20.12 1.32 0.4066 0.907 0.971 0.065 35 96 22.25 1.46 0.4279 0.928 1.000 0.072
Angka Lo Hitung terbesar = 0.072 Angka Lo tabel = 0.1498 Dengan demikian data berdistribusi normal karena Lo Hitung tertinggi lebih kecil daripada Lo tabel
161
4. Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol
No Xi Xi-ποΏ½ Zi Luas Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi β S(Zi)| 1 43 -22.51 -1.98 0.4756 0.02 0.032 0.008 2 51 -14.00 -1.23 0.3907 0.11 0.129 0.020 3 51 -14.00 -1.23 0.3907 0.11 0.129 0.020 4 51 -14.00 -1.23 0.3907 0.11 0.129 0.020 5 53 -11.87 -1.04 0.3508 0.15 0.194 0.044 6 53 -11.87 -1.04 0.3508 0.15 0.194 0.044 7 55 -9.75 -0.86 0.3023 0.20 0.258 0.060 8 55 -9.75 -0.86 0.3023 0.20 0.258 0.060 9 60 -5.49 -0.48 0.1844 0.32 0.387 0.071 10 60 -5.49 -0.48 0.1844 0.32 0.387 0.071 11 60 -5.49 -0.48 0.1844 0.32 0.387 0.071 12 60 -5.49 -0.48 0.1844 0.32 0.387 0.071 13 62 -3.36 -0.30 0.1141 0.39 0.484 0.098 14 62 -3.36 -0.30 0.1141 0.39 0.484 0.098 15 62 -3.36 -0.30 0.1141 0.39 0.484 0.098 16 64 -1.24 -0.11 0.0398 0.46 0.516 0.056 17 66 0.89 0.08 0.0279 0.53 0.548 0.020 18 68 3.02 0.27 0.1026 0.60 0.645 0.043 19 68 3.02 0.27 0.1026 0.60 0.645 0.043 20 68 3.02 0.27 0.1026 0.60 0.645 0.043 21 70 5.15 0.45 0.1736 0.67 0.774 0.101 22 70 5.15 0.45 0.1736 0.67 0.774 0.101 23 70 5.15 0.45 0.1736 0.67 0.774 0.101 24 70 5.15 0.45 0.1736 0.67 0.774 0.101 25 72 7.28 0.64 0.2357 0.74 0.839 0.103 26 72 7.28 0.64 0.2357 0.74 0.839 0.103 27 81 15.79 1.39 0.4162 0.92 0.903 0.013 28 81 15.79 1.39 0.4162 0.92 0.903 0.013 29 83 17.91 1.57 0.4418 0.94 0.935 0.006 30 85 20.04 1.76 0.4608 0.96 0.968 0.007 31 91 26.42 2.32 0.4898 0.99 1.000 0.010
Angka Lo Hitung terbesar = 0.103 Angka Lo tabel = 0.159 Dengan demikian data berdistribusi normal karena Lo Hitung tertinggi lebih kecil daripada Lo tabel
162
Lampiran 19
Uji Homogenitas
1. Uji homogenitas pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kelas eksperimen Kelas kontrol
N 35 31 ποΏ½ 33.19 32.46
Varian 98.58 132.18 Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher. Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:
F = π12
π22 =
πππππππ π‘πππππ πππππππππ π‘πππππππ
Langkah-langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut: a. Hipotesis
Ho : data memiliki varians yang homogen Ha : data memiliki varians yang tidak homogen
b. Kriteria pengujian 1) Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, yang berarti kedua kelas memiliki
varians yang homogen 2) Jika Fhitung > Ftabel maka Ho diterima, yang berarti kedua kelas memiliki
varians yang tidak homogen c. Menentukan db (derajat kebebasan) pembilang (varians terbesar) dan penyebut
(varians terkecil) db pembilang = db1 = n-1
= 31-1= 30 db penyebut = db2 = n-1
= 35-1 = 34 d. Menentukan Fhitung
F = π12
π22 =
132.1898.58
= 1.34
e. Menentukan Ftabel
db pembilang dan penyebut (30, 34) pada taraf signifikansi πΌ= 0,05 tidak terdapat pada tabel distribusi F maka db pembilang dan penyebut dibulatkan menjadi (30, 30), didapat F tabel sebsesar 1,80 sehingga didapat Fhitung < Ftabel (1.34 < 1.80), maka Ho diterima, ini berarti pretest kedua kelas memiliki varians yang homogen.
163
2. Uji homogenitas posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kelas eksperimen Kelas kontrol
N 35 31 ποΏ½ 73.56 65.07
Varian 232.01 129.40 Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher. Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:
F = π12
π22 =
πππππππ π‘πππππ πππππππππ π‘πππππππ
Langkah-langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut: a. Hipotesis
Ho : data memiliki varians yang homogen Ha : data memiliki varians yang tidak homogen
b. Kriteria pengujian 1) Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, yang berarti kedua kelas memiliki
varians yang homogen 2) Jika Fhitung > Ftabel maka Ho diterima, yang berarti kedua kelas memiliki
varians yang tidak homogen c. Menentukan db (derajat kebebasan) pembilang (varians terbesar) dan penyebut
(varians terkecil) db pembilang = db1 = n-1
= 35-1= 34 db penyebut = db2 = n-1
= 31-1 = 30 d. Menentukan Fhitung
F = π12
π22 =
232.01129.40
= 1.79
e. Menentukan Ftabel Ftabel = F 0.05 (db1, db2) = F 0.05 (34, 30)
= 1.82
Fhitung < Ftabel (1.79 < 1.82) maka Ho diterima, ini berarti posttest kedua kelas memiliki varians yang homogen.
164
Lampiran 20
Uji Hipotesis
1. Uji Hipotesis Data Pretest
Hipotesis statistik yang diajukan adalah: Ho : Β΅a = Β΅b Ha : Β΅a > Β΅b
Kriteria pengujian untuk uji t adalah sebagai berikut: 1. Terima Ho jika thitung < ttabel 2. Tolak Ho jika thitung > ttabel
Rumus uji-t
π‘ = π₯π₯βπ₯π¦
ποΏ½1ππ₯+ 1ππ¦
dimana π = οΏ½(ππ₯β1)ππ₯2+(πβ1)ππ¦2
(ππ₯+ ππ¦β2)
Keterangan:
xx = Rata-rata keterampilan generik siswa yang diajar model pembelajaran berbasis masalah
xy = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan dengan pembelajaran konvensional
nx = Jumlah sampel pada kelompok eksperimen ny = Jumlah sampel pada kelompok kontrol sx
2 = Varians kelompok eksperimen sy
2 = Varains kelompok kontrol
Langkah pengujian:
1. Menentukan nilai dari π
π = οΏ½(ππ₯ β 1)ππ₯2 + (π β 1)ππ¦2
οΏ½ππ₯ + ππ¦ β 2οΏ½
π = οΏ½(35 β 1)98.58 + (31 β 1)132.18
(35 + 31 β 2)
π = οΏ½3351.72 + 3965.4
64
π = οΏ½7317.12
64
π = β114.33 π = 10,69
165
2. Menentukan nilai thitung
π‘ = π₯π₯ β π₯π¦
ποΏ½ 1ππ₯
+ 1ππ¦
π‘ = 33.19 β 32.46
10.69οΏ½ 135 + 1
31
π‘ = 0.73
10.69οΏ½ 661085
π‘ = 0.73
10.69β0.06
π‘ = 0.73
10.69 (0.25)
π‘ = 0.732.64
π‘ = 0.28
3. Menentukan nilai ttabel dk = n1 + n2 β 2 = 35 + 31 β 2 = 64 ttabel = (β, db)
= (0.05, 64) = 1.99
thitung < ttabel (0.28 < 1.99) maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
166
2. Uji Hipotesis Data Posttest
Hipotesis statistik yang diajukan adalah:
Ho : Β΅a = Β΅b
Ha : Β΅a > Β΅b
Kriteria pengujian untuk uji t adalah sebagai berikut:
1. Terima Ho jika thitung < ttabel 2. Tolak Ho jika thitung > ttabel
Rumus uji-t
π‘ = π₯π₯βπ₯π¦
ποΏ½1ππ₯+ 1ππ¦
dimana π = οΏ½(ππ₯β1)ππ₯2+(πβ1)ππ¦2
(ππ₯+ ππ¦β2)
Keterangan:
xx = Rata-rata keterampilan generik siswa yang diajar model pembelajaran berbasis masalah
xy = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan dengan pembelajaran konvensional
nx = Jumlah sampel pada kelompok eksperimen ny = Jumlah sampel pada kelompok kontrol sx
2 = Varians kelompok eksperimen sy
2 = Varains kelompok kontrol
Langkah pengujian: 1. Menentukan nilai dari π
π = οΏ½(ππ₯ β 1)ππ₯2 + (π β 1)ππ¦2
οΏ½ππ₯ + ππ¦ β 2οΏ½
π = οΏ½(35 β 1)232.02 + (31 β 1)129.40
(35 + 31 β 2)
π = οΏ½7888.34 + 3882
64
π = οΏ½11770.34
64
π = β183.91 π = 13.56
167
2. Menentukan nilai thitung
π‘ = π₯π₯ β π₯π¦
ποΏ½ 1ππ₯
+ 1ππ¦
π‘ = 73.56 β 65.07
13.56οΏ½ 135 + 1
31
π‘ = 8.49
13.56οΏ½ 661085
π‘ = 8.49
13.56β0.06
π‘ = 8.49
13.56 (0.25)
π‘ = 8.493.39
π‘ = 2.50
3. Menentukan nilai ttabel dk = n1 + n2 β 2 = 35 + 31 β 2 = 64 ttabel = (β, db)
= (0.05, 64) = 1.99
thitung > ttabel (2.50 > 1.99) maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pada kelas eksperimen.
168
Lampiran 21
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTADINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) NEGERI 115 JAKARTAJL. ROROTAN X CILINCING JAKARTA UTARA TELP/FAX 021-44850555
MATA PELAJARAN : BIOLOGI Wali Kelas : Drs. M. ANWARIKELAS : X.IPA1 Semester : Ganjil
T-1 T-2 T-3 T-4 T-5 T-6 T-7
1 03733 AGUNG DWI CAHYO L 55.4 55 80 85 56 66.3 2.00 C Tdk Tnts2 03739 ALIF YUDHA SYAHPUTRA L 82.1 80 79 90 80 75 81.0 3.00 B Tuntas3 03741 ALMA AGNESYA RUKMANA P 32.1 36 83 90 80 67 64.7 2.00 C Tdk Tnts4 03742 ALVIN MARGANTI MANAEK PUTRA L 75 59 80 95 70 75 75.7 2.66 B- Tuntas5 03748 ANDRIAN YUDHISTIRA L 67.8 39.3 70 55 68 50 58.4 1.33 D+ Tdk Tnts6 03749 ANGGIT TIVANA P 62.5 30.4 83 65 80 53 62.3 1.66 D+ Tdk Tnts7 03763 CHANDRA GUMELAR L 67.9 34 80 85 85 75 71.2 2.33 C+ Tdk Tnts8 03766 CITRA OKTAVIA ANGGRAENY P 89.3 80.3 84 90 55 79 79.6 3.00 B Tuntas9 03772 DHINDA NOVIA PRATIWI P 83.9 60.7 80 95 85 75 79.9 3.00 B Tuntas10 03786 DWI SETIYAWATI P 73.2 46.4 88 65 71 68.7 2.00 C Tdk Tnts11 03793 FADWA ISMI MAULID L 75 25 75 85 75 75 68.3 2.00 C Tdk Tnts12 03795 FARISZ WILDAN GAMAL RAMADHAN L 53.8 39.2 82 70 70 56 61.8 1.66 D+ Tdk Tnts13 03797 FAUZAN ADITYA WAHYUDI L 71.4 48.2 83 90 85 79 76.1 2.66 B- Tuntas14 03810 HABIB MUHAMMAD FAHDY L 66 18 71 65 60 59 56.5 1.33 D+ Tdk Tnts15 03815 IDAM HAFID L 60.7 52 71 80 80 75 69.8 2.33 C+ Tdk Tnts16 03817 IKA FAJRIATI P 58.9 27 60 70 75 67 59.7 1.66 D+ Tdk Tnts17 03832 KURNIA AGNOVTY P 73.2 29 81 85 70 63 66.9 2.00 C Tdk Tnts18 03835 LIA SARI P 71.4 41 81 80 60 79 68.7 2.00 C Tdk Tnts19 03836 LITA RATNA APRILIA P 66 52 71 70 70 56 64.2 2.00 C Tdk Tnts20 03839 LULU NADHIFAH P 67.9 30 82 75 80 83 69.7 2.33 C+ Tdk Tnts21 03847 MUHAMAD ISFAN MAULANA L 64.3 64.3 60 75 75 75 68.9 2.00 C Tdk Tnts22 03849 MUHAMMAD IBRAHIM HUSEIN L 50 46 52 60 70 56 55.7 1.33 D+ Tdk Tnts23 03856 NABILA GITA ZAHRAH P 62.5 63 72 70 70 59 66.1 2.00 C Tdk Tnts24 03857 NADYA YULIANA P 85.3 52 70 85 75 75 73.7 2.33 C+ Tdk Tnts25 03859 NASYITHOH SHOFI NAQIYAH P 64.3 48 55 65 60 67 59.9 1.66 D+ Tdk Tnts26 03866 NOVIA AMALIA P 73.2 42 75 70 70 75 67.5 2.00 C Tdk Tnts27 03870 NURKOMALA DEWI P 62.5 80 83 85 65 71 74.4 2.66 B- Tuntas28 03879 PUTRI DEWI LARISA P 76.8 64 65 65 55 65.2 2.00 C Tdk Tnts29 03880 PUTRI SARI NILAM CAHAYA P 78.6 69.6 73 65 70 67 70.5 2.33 C+ Tdk Tnts30 03887 RANA FEBRI ANDRIYANI P 67.9 48 70 75 80 71 68.7 2.00 C Tdk Tnts31 03888 RANI INDRA TRIANINGSIH P 78.6 73 83 75 85 71 77.6 2.66 B- Tuntas32 03896 RIKA YANTI P 83.9 55 84 82 80 87 78.7 2.66 B- Tuntas33 03900 RIZKI RAMADHAN L 64 29 68 54 60 49 54.0 1.00 D Tdk Tnts34 03906 SEMUEL DESMON L 53 86 47 75 75 67 67.2 2.00 C Tdk Tnts35 03918 TRI HANDAYANI P 64.3 71.4 82 83 70 71 73.6 2.33 C+ Tdk Tnts36 03919 UMMI NUR AZIZAH P 62.5 78.6 85 75 87 77.6 2.66 B- Tuntas
ket: Jakarta, Desember 2013T-1: Ruang lingkup biologi Guru Mata PelajaranT-2: Keanekaragaman hayatiT-3: VirusT-4: Archaebacteria dan EubacteriaT-5: Protista DRS.M.ANWARI. M.Pd.T-6: Jamur NIP. 196607211994121002
KetPredikat
TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014
NilaiNo NIS Nama L/PNilai
Rata-2
169
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTADINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) NEGERI 115 JAKARTAJL. ROROTAN X CILINCING JAKARTA UTARA TELP/FAX 021-44850555
MATA PELAJARAN : BIOLOGI Wali Kelas : Drs. M. ANWARIKELAS : X.IPA-2 Semester : Ganjil
T-1 T-2 T-3 T-4 T-5 T-6 T-7
1 03727 ABDAL MAULANA L 64.3 28.5 82 80 45 63 60.5 1.66 D+ Tdk Tnts2 03732 AGATHA NURPRIMA SYAPUTRI P 69.6 33.8 80 75 64.6 2.00 C Tdk Tnts3 03738 ALIF RAHMAN PRAKASA L 83.9 78.5 80 80 83 71 79.4 3.00 B Tuntas4 03740 ALIVIA RACHMAWATI P 69.6 60 82 75 70 75 71.9 2.33 C+ Tdk Tnts5 03744 ANANTA PATUT DWI PRIATMAJA L 82.1 48 82 70 73 63 69.7 2.33 C+ Tdk Tnts6 03754 APRIYANI P 57.1 48.1 100 96 63 72.8 2.33 C+ Tdk Tnts7 03760 AZMI SUKMAWATI P 75 37.5 82 60 86 63 67.3 2.00 C Tdk Tnts8 03768 DARA AYU DWIYANI P 28.6 64.2 82 70 70 67 63.6 1.66 D+ Tdk Tnts9 03773 DIAN ANGGREINI P 78.6 58.8 82 85 90 79 78.9 2.66 B- Tuntas10 03778 DINI NUR FITRI P 78.6 53.5 80 75 86 71 74.0 2.33 C+ Tdk Tnts11 03779 DININGRUM P 83.9 60.6 80 86 77.6 2.66 B- Tuntas12 03780 DITA PUSPA WULANSARI P 80.4 51 82 80 93 75 76.9 2.66 B- Tuntas13 03785 DWI PUSPITASARI P 55.4 16 80 60 86 75 62.1 1.66 D+ Tdk Tnts14 03796 FARIZAL ANAM L 83.9 50 75 83 63 71.0 2.33 C+ Tdk Tnts15 03805 FITRIA SEPTIANI P 66 23.1 81 60 80 67 62.9 1.66 D+ Tdk Tnts16 03809 GUSTAMA PRAYOGI PUTRA L 55.4 37.5 82 80 73 71 66.5 2.00 C Tdk Tnts17 03813 I DEWA MADE SMARAJAYA L 85.7 46.3 81 75 86 75 74.8 2.66 B- Tuntas18 03814 IBNU PRAYUDHA BAYU AJI L 78.6 67.7 83 80 80 75 77.4 2.66 B- Tuntas19 03820 IMRON ROSYADI L 83.9 51.7 81 70 80 75 73.6 2.33 C+ Tdk Tnts20 03827 ISNA AGUSELFIA WILDAYANTI P 71.4 44.6 83 75 83 75 72.0 2.33 C+ Tdk Tnts21 03828 KALVIN DERISMAN M. L 85.7 75 82 85 90 83 83.5 3.00 B Tuntas22 03834 LIA APRIYANTI IKRARI P 85.7 69.6 86 75 90 79 80.9 3.00 B Tuntas23 03851 MUHAMMAD IMAM AZIZ L 55.4 25 90 80 49 59.9 1.66 D+ Tdk Tnts24 03863 NITA NURLATIFAH P 16 19.6 80 60 73 67 52.6 1.00 D Tdk Tnts25 03867 NUR RAHMAWATI P 62.5 55.2 82 80 70 67 69.5 2.33 C+ Tdk Tnts26 03868 NURAZIZAH P 82.1 69.6 85 86 75 79.5 3.00 B Tuntas27 03871 NURUL AULIA P 76.8 64.2 83 85 90 83 80.3 3.00 B Tuntas28 03882 PUTY NURUSYSYIFA P 75 64.2 80 65 80 67 71.9 2.33 C+ Tdk Tnts29 03884 RAFLI FERDIYANTO L 83.9 30.2 82 70 84 67 69.5 2.33 C+ Tdk Tnts30 03891 RAYI KRISTIANTI L 59 67.7 80 73 67 69.3 2.33 C+ Tdk Tnts31 03907 SIFA FAUZIAH P 71.4 26.7 83 65 90 63 66.5 2.00 C Tdk Tnts32 03910 SITI FATIMAH P 62.5 41 80 96 71 70.1 2.33 C+ Tdk Tnts33 03912 SITI HARUM DYAH NOPRITA ROSA P 80.4 73.1 83 95 86 71 81.6 3.00 B Tuntas34 03921 WAHYU DANDYAWAN L 80.4 32.1 81 85 86 75 73.3 2.33 C+ Tdk Tnts35 03924 WIJI TRI SAYEKTI P 85.7 69.6 83 75 96 59 78.1 2.66 B- Tuntas36 03930 YUFIRA RAHMAWAN P 71.4 57.1 80 63 93 63 71.3 2.33 C+ Tdk Tnts
ket: Jakarta, Desember 2013T-1: Ruang lingkup biologi Guru Mata PelajaranT-2: Keanekaragaman hayati
T-3: Virus
T-4: Archaebacteria dan Eubacteria
T-5: Protista DRS.M.ANWARI.M.Pd.T-6: Jamur NIP. 196607211994121002
Nilai Ket
TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014
PredikatNo NIS Nama L/P Rata-2
170
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTADINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) NEGERI 115 JAKARTAJL. ROROTAN X CILINCING JAKARTA UTARA TELP/FAX 021-44850555
MATA PELAJARAN : BIOLOGI Wali Kelas : Drs. M. ANWARIKELAS : X.IPA-3 Semester : Ganjil
T-1 T-2 T-3 T-4 T-5 T-6 T-7
1 03729 ADE ALMA INDRAWITA P 81.3 37.5 82 80 50 63 65.6 2.00 C Tdk Tnts2 03743 AMELIA EVIANTI PUTRI P 79.2 52 82 85 95 87 80.0 3.00 B Tuntas3 03750 ANGGITAMA KRISNA SANJAYA L 79.2 29 80 70 63 64.2 2.00 C Tdk Tnts4 03752 ANISSA SEKAR PUTRI UTAMI P 79.2 68 83 75 75 63 73.9 2.33 C+ Tdk Tnts5 03764 CICIH RATIH HANI P 83.3 34 80 75 70 63 67.6 2.00 C Tdk Tnts6 03770 DEDEN RIPKI ROMADHON L 79.2 69.6 82 70 30 66.2 2.00 C Tdk Tnts7 03776 DIANA SUKMAWATI P 79.2 36 84 95 80 71 74.2 2.66 B- Tuntas8 03787 DYAS SYAFIRRA JASMINE P 79.2 45 80 80 75 87 74.4 2.66 B- Tuntas9 03790 ESTER RONAULI SIHOTANG P 68.8 43 82 65 65 67 65.1 2.00 C Tdk Tnts10 03800 FIRDA RAZAK P 72.9 29 82 80 40 67 61.8 1.66 D+ Tdk Tnts11 03801 FIRLI RAHMAWATI P 75 54 82 75 70 71 71.2 2.33 C+ Tdk Tnts12 03802 FIRMAN L 77.1 36 82 90 60 67 68.7 2.00 C Tdk Tnts13 03803 FITRI ANNE P 83.3 59 80 85 85 78.5 2.66 B- Tuntas14 03804 FITRIA MISFANNY P 87.5 67.9 82 70 60 63 71.7 2.33 C+ Tdk Tnts15 03806 FRISKA ROSMAIDA P 79.2 45 80 80 75 71 71.7 2.33 C+ Tdk Tnts16 03811 HARI SENO EKO NURSAPUTRO L 70.8 50 82 95 75 67 73.3 2.33 C+ Tdk Tnts17 03812 HARMIDA P 29 95 70 67 65.3 2.00 C Tdk Tnts18 03819 IMANUEL FRENTINO L 72.9 57 80 85 75 71 73.5 2.33 C+ Tdk Tnts19 03821 INDAH DWI LESTARI L 70.8 27 80 80 75 67 66.6 2.00 C Tdk Tnts20 03830 KEMAL IHZA ALAMSYAH L 87.5 29 80 70 70 79 69.3 2.33 C+ Tdk Tnts21 03840 LUTHFI AZIZAH P 85.4 67.9 83 80 70 83 78.2 2.66 B- Tuntas22 03852 MUHAMMAD RIDHO FADHILLA L 81.3 48 80 65 65 79 69.7 2.33 C+ Tdk Tnts23 03854 MUHAMMAD RIZKY ALFAJRI L 79.2 36 80 70 70 79 69.0 2.00 C Tdk Tnts24 03855 MUHAMMAD SYAHRUL RAMA L 77.1 29 95 80 67 69.6 2.33 C+ Tdk Tnts25 03860 NAVAL JULIAN PRATAMA L 79.2 66 80 85 80 63 75.5 2.66 B- Tuntas26 03862 NISRINA NUR HUDA P 85.4 46.4 82 80 65 79 73.0 2.33 C+ Tdk Tnts27 03864 NOOR ALISA APRILIANI P 79.2 45 82 70 85 72.2 2.33 C+ Tdk Tnts28 03874 NURUL SOYATUN NIDA P 75 32 84 75 65 67 66.3 2.00 C Tdk Tnts29 03876 PANGERAN SADDAM HUSAIN L 79.2 23 80 55 67 60.8 1.66 D+ Tdk Tnts30 03877 PRILIA SULYANI P 83.3 82 82 70 70 75 77.1 2.66 B- Tuntas31 03893 REZA APRIANI P 89.6 46 80 80 75 63 72.3 2.33 C+ Tdk Tnts32 03913 SITI UMU QULSUM P 85.4 62.5 81 70 90 67 76.0 2.66 B- Tuntas33 03917 SYILFI SUKMA RUMAISHA P 81.3 69.6 82 80 60 74.6 2.66 B- Tuntas34 03923 WIDIYASTUTI P 85.4 57 80 75 70 67 72.4 2.33 C+ Tdk Tnts35 03929 YOHANES KEVIN GERALDO L 85.4 10.7 80 50 45 63 55.7 1.33 D+ Tdk Tnts36 03934 ZAQIA AZANDRA P 64.6 10.7 80 60 75 59 58.2 1.33 D+ Tdk Tnts
ket: Jakarta, Desember 2013T-1: Ruang lingkup biologi Guru Mata PelajaranT-2: Keanekaragaman hayati
T-3: Virus
T-4: Archaebacteria dan Eubacteria
T-5: Protista DRS.M.ANWARI.M.Pd.T-6: Jamur NIP. 196607211994121002
Predikat Ket
TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014
NilaiNo NIS Nama L/P Rata-2
171
Lampiran 22
Hasil Wawancara Guru Biologi Mengenai Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah
Sumber : Bapak Drs. Muhamad Anwari, M.Pd.
Hari/tanggal : 25 September 2015
Temapat : Ruang guru SMAN 115 Jakarta
A. Pedoman Wawancara
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mengajar biologi?
2. Kegiatan pembelajaran bagaimana yang biasa Bapak/Ibu lakukan dalam
mengajarkan materi biologi?
3. Apa kesulitan yang Bapak/Ibu alami selama melakukan pembelajaran biologi?
4. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pembelajaran fungi?
5. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang nilai siswa dalam pelajaran biologi?
6. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan pembelajaran biologi dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah?
7. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pembelajaran berbasis masalah?
8. Apakah terdapat kendala dalam menerapkan model/metode pembelajaran
berbasis masalah?
9. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang keterampilan generik sains?
10. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang keterampilan generik sains?
11. Apakah Bapak/Ibu pernah mengukur keterampilan generik sains siswa pada
pembelajaran biologi?
12. Apakah Bapak/Ibu mempunyai keinginan untuk merencanakan dan
pembelajaran berbasis masalah untuk materi biologi yang lain?
172
B. Hasil Wawancara 1. Saya sudah mulai mengajar dari tahun 1990, jadi saya sudah mengajar sekitar 25
tahun. 2. Saya mengajar seperti biasa, apalagi kurikulum 2013 yang membuat siswa aktif
dalam kegiatan belajar. Saya biasa menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan beberapa kali demonstrasi.
3. Setiap pekerjaan pasti ada suka dukanya. Dalam hal mengajar kesulitannya yaitu siswa yang tidak aktif dan tidak mau berkonstribusi selama pembelajaran. Pembelajaran biologi yang memiliki banyak materi sehingga siswa cenderung lebih suka mencatat dibandingkan ikut aktif dalam kegiatan diskusi.
4. Pembelajaran fungi/jamur memiliki banyak kata-kata ilmiah, jadi siswa agak sulit untuk memhaminya. Selain itu, pada materi fungi sulit untuk menjelaskan proses reproduksinya.
5. Nilai biologi siswa masih dalam kategori sedang, karena banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM. KKM untuk mate pelajaran biologi di SMAN 115 Jakarta adalah 75.
6. Belum, saya biasanya menggunakan model ceramah dan beberapa kali model pembelajaran jigsaw.
7. Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang memberikan masalah pada siswa, kemudian siswa akan memecahkan masalah tersebut. Pembelajaran berbasis masalah sangat bagus karena siswa akan menjadi aktif dan melatih siswa untuk kreatif dalam kegiatan belajar.
8. Menurut saya, model pembelajaran berbasis masalah bisa diterapkan untuk siswa disekolah ini, asalkan sebelum memulai pelajaran harus dipersiapkan secara matang.
9. Saya tidak tahu tentang keterampilan generik sains. 10. Yang namanya keterampilan harus dikembangkan sekolah karena dengan
keterampilan tersebut siswa akan dibekali untuk meneuskan ke jenjang yang lebih atau terjun ke dunia pekerjaan.
11. Saya belum pernah mengukur keterampilan generik sains. 12. Saya akan mencoba untuk menerapkan pembelajaran berbasis masalah, karena
pembelajaran tersebut sangat bagus untuk melatih siswa dan membuat pembelajar yang aktif.