pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap ...

196
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP FUNGI (Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 115 Jakarta) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Izkar Sobhah NIM. 1110016100027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Transcript of pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap ...

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PADA KONSEP FUNGI (Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 115 Jakarta)

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Izkar Sobhah

NIM. 1110016100027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015

i

ABSTRAK

Izkar Sobhah. 1110016100027. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Fungi. Kuasi eksperimen di SMAN 115 Jakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa pada konsep Fungi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di SMAN 115 Jakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sampel penelitian berjumlah 35 orang untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan 31 orang untuk kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes untuk mengukur hasil belajar biologi siswa berupa soal-soal uraian. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata nilai posttest kelas eksperimen sebesar 73,56 dan kelas kontrol sebesar 65,07. Analisis data kedua kelas menggunakan uji-t, diperoleh hasil thitung sebesar 2,50 dan ttabel pada taraf signifikan ∝ = 0,05 sebesar 1,99 sehingga thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa pada konsep fungi.

Kata kunci: model pembelajaran, pembelajaran berbasis masalah, hasil belajar.

ii

ABSTRACT

Izkar Sobhah. 1110016100027. The Influence of The Problem Based Learning Model to Improve The Outcome Of Student’s Learning In Fungi Concept. A quasi experiment research in SMAN 115 Jakarta. BA Thesis, Biology Education Study Program, Department of Natural Science Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Learning, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

This research aimed is to know the influence of problem based learning model to improve the outcome of student’s learning in fungi concept. This research was conducted on January 2015 at SMAN 115 Jakarta. This research used quasi experiment method. The sample was taken by using simple random sampling technique. The subject of this research were 35 students for experiment class by using problem based learning model and 31 students for the control class by using conventional learning model. Instrument was used in these research is essay test. Data of this research shows that the average of score posttest for experiment class is 73,56 and for control class is 65,07. The data analysis used t-test, obtained the value of t-count is equal to 2,50 while t-table on a significant level ∝ = 0,05 is equal to 1,99 then t-count > t-table. So, problem based learning model to improve the outcome of studen’st learning in fungi concept.

Keyword: learning model, problem based learning model, learning outcome..

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat serta salam penulis sampaikan

kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengarahkan umatnya

kepada jalan kebenaran untuk menuju cahaya kemuliaan. Semoga Allah

mencurahkan salawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarga, para sahabat

dan para pengikutnya.

Skripsi yang berjudul β€œPengaruh Model Pembelajaran Berbasis

Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Fungi” disusun sebagai

syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menghaturkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

mendukung dan membantu atas selesainya penulisan skripsi ini, diantaranya yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, Ketua Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan IPA

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd, dosen pembimbing I dan Ibu Yuke Mardiati,

M.Si., dosen pembimbing II yang telah menyempatkan waktu memberikan

arahan, bimbingan, masukan dan motivasi dalam penyusunan dan penulisan

skripsi.

5. Para dosen di jurusan pendidikan IPA yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis.

6. Bapak Zulhamsah, S.Pd., M.Si. Kepala SMAN 115 Jakarta yang telah

memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

iv

7. Bapak Drs. Muhamad Anwari, M.Pd., Guru Biolgi kelas X SMAN 115 Jakarta

yang telah membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan kegiatan

penelitian.

8. Dewan Guru dan Staf SMAN 115 Jakarta, yang telah membantu penulis

dalam melaksanakan kegiatan penelitian.

9. Siswa kelas X MIA 1 dan X MIA 2 SMAN 115 Jakarta yang telah

berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran selama penelitian.

10. Kepada orang tua dan adik serta seluruh keluarga yang selalu mendo’akan,

membimbing, dan memberikan kasih sayang sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

11. Teman-teman Prodi Biologi 2010 khususnya Mariam Nurfadilah, Birril

Azizah, Faiza El Jannati, Syifa Fauziah dan Dian Ratna Sari yang telah

memberikan semangat, saran-saran, motivasi, bantuan, dan kebersamaan

selama ini baik dalam keadaan suka maupun duka. Semoga kesuksesan selalu

bersama kita.

12. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun

tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan untuk

penulis dengan pahala yang berlipat ganda. Akhir kata teriring do’a semoga

laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dijadikan

refernsi bagi guru IPA maupun mahasiswa lainnya untuk melakukan penelitian

selanjutnya.

Jakarta, Juni 2015

Penulis

Izkar Sobhah

v

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK .........................................................................................................i

ABSTRACT ........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................v

DAFTAR TABEL .............................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................4

C. Pembatasan Masalah ...................................................................5

D. Perumusan Masalah .....................................................................5

E. Tujuan Penelitian .........................................................................5

F. Manfaat Penelitian .......................................................................5

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis ........................................................................6

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ................................6

a. Pengertian pembelajaran berbasis masalah .....................6

b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ................11

c. Langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah ...13

d. Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah ........................13

e. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis

Masalah ...........................................................................14

vi

2. Hasil Belajar ..........................................................................15

a. Belajar..............................................................................16

b. Hasil Belajar Biologi Siswa.............................................22

B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................ 24

C. Kerangka Berpikir ........................................................................... 25

D. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 28

B. Metode Penelitian ........................................................................... 28

C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 28

D. Variabel Penelitian .......................................................................... 29

E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 29

F. Instrumen Penelitian ....................................................................... 30

G. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi .................................... 31

H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 35

I. Hipotesis Statistik ........................................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.....................38 B. Hasil Belajar Siswa .....................................................................41

C. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa ...............................................................................44

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................48

B. Saran ............................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................50

LAMPIRAN .......................................................................................................54

vii

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

2.1. Tahapan-tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah 13

3.1. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar 30

4.1. Hasil Observasi Terhadap Siswa 38

4.2. Analisis Hasil Belajar Siswa antara Kelas Kontrol dengan Kelas

Eksperimen 41

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

2.1. Proses Belajar Mengajar dan Unsur-unsurnya 20

2.2. Skema kerangka berpikir 27

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman 1. RPP Kelas Eksperimen 54

2. RPP Kelas Kontrol 68

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) 79

4. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar 105

5. Hasil Anates Uji Validasi 120

6. Rekapitulasi Analisi Butir Soal 127

7. Lembar Soal Tes Hasil Belajar 128

8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

131

9. Lembar Observasi Keterampilan Siswa 133

10. Data Pretest Kelas Eksperimen 138

11. Data Pretest Kelas Kontrol 140

12. Data Posttest Kelas Eksperimen 142

13. Data Posttest Kelas Kontrol 144

14. Rekapitulasi Hasil Posttest Per Indikator Kelas Eksperimen dan Kontrol146

15. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran

Berbasis Masalah 147

16. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Keterampilan Siswa 148

17. Perhitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi 150

18. Uji Normalitas 158

19. Uji Homogenitas 162

20. Uji Hipotesis 164

21. Daftar Nilai Siswa Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013/2014 168

22. Hasil Wawancara 171

23. Uji Referensi 173

24. Surat Keterangan Penelitian 181

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hasil belajar merupakan faktor yang penting dalam pendidikan, karena

hasil belajar yang dicapai siswa merupakan alat untuk mengukur sejauh mana

siswa berhasil menguasai materi yang diajarkan oleh guru. Keberhasilan proses

dan hasil belajar dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor internal, faktor

eksternal dan pendekatan belajar.1 Faktor internal atau faktor dari dalam siswa,

yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa mempanguruhi hasil

belajarnya. Siswa yang memiliki kondisi sehat secara jasmani dan rohani dapat

mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajar yang

didapatkan diharapkan juga dapat maksimal. Faktor eksternal atau faktor dari luar

siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa juga dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa. Siswa yang memiliki lingkungan keluarga maupun masyarakat yang

baik akan mampu berkonsentrasi dalam belajarnya. Faktor yang ketiga yaitu

pendekatan belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Strategi, metode

maupun model yang tepat dapat diterapkan dalam proses pembelajaran agar

materi yang diajarkan dapat tersampaikan sesuai dengan harapan.

Metode dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru semakin

berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Metode dan model

pembelajaran memiliki peranan yang cukup besar dalam kegiatan pembelajaran.

Kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa, akan ditentukan oleh penggunaan

metode atau model yang digunakan. Penerapan metode dan model yang efektif di

kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa sangat dibutuhkan pada pelajaran

IPA khususnya pada bidang biologi. Dalam hal ini penerapan strategi

pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan tinggi

rendahnya hasil belajar siswa.

1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung, PT Remaja

RosdaKarya, 2010) cet-15, h. 129.

2

Rendahnya hasil belajar biologi siswa disebabkan oleh ketidaktepatan

penggunaan strategi atau model pembelajaran yang digunakan guru dikelas. Hal

ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan guru biologi di SMA Negeri 115

Jakarta. Model dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru sudah baik,

tidak hanya metode ceramah yang dipakai tetapi metode pembelajaran yang lain

yaitu metode diskusi, demonstrasi dan tanya jawab.2 Meskipun demikian, dalam

pelaksanaannya metode tersebut kurang dikemas secara baik dan kurang

bervariasi, sehingga siswa merasa bosan dan kurang tertarik mengikuti pelajaran.

Akibatnya materi pelajaran kurang dapat dipahami siswa, sehingga hasil belajar

yang diperoleh siswa masih kurang memenuhi atau belum mencapai KKM yang

ditetapkan.

Hasil ketuntasan belajar biologi siswa pada materi fungi (jamur) pada pada

tahun ajaran 2013/2014 yaitu 32,41%.3 Hal tersebut menunjukkan bahwa metode

dan model yang digunakan oleh guru kurang efektif untuk memberdayakan siswa

untuk belajar. Guru selalu mendominasi kelas dengan alasan agar materi yang

diajarkan segera selesai. Siswa kurang diberi kesempatan untuk berhubungan

dengan lingkungan alam sekitar, menelaah dan berpendapat suatu konsep yang

ada. Akibatnya suasana kelas selama pembelajaran cenderung pasif, aktivitas

siswa rendah dan kurang kondusif. Pembelajaran tersebut hanya menekankan

pada pemberian konsep semata, sehingga siswa tidak mampu memahami materi

pelajaran secara penuh.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru diharapakan dapat

mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan

dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Karena guru merupakan salah satu

komponen yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru merupakan

ujung tombak dari peningkatan mutu pendidikan. Oleh sebab itu, guru dituntut

untuk memilih model maupun metode yang tepat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu

pembelajaran berbasis masalah (PBM).

2 Lampiran 22, h. 171. 3 Lampiran 21, h. 168.

3

Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon.

Stimulus dan respon merupakan hubungan dua arah antara belajar dan

lingkungan.4 Lingkungan menyajikan masalah, masalah tersebut merupakan

masukan kepada siswa untuk belajar, kemudian siswa menerima masukan tersebut

dengan berpikir untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian

siswa melakukan proses pembelajaran secara langsung. Pengalaman belajar yang

diperoleh dari lingkungan akan menjadi pedoman bagi siswa sebagai tujuan

belajar. Dengan demikian siswa dituntut untuk mampu memecahkan masalah

biologi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada penemuan suatu

masalah.

Pembelajaran berbasis masalah dirancang berdasarkan masalah riil

kehidupan yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang

dipelajari, kemampuan memecahkan masalah, dan keterampilan menerapkan

konsep, sehingga dapat melatih berpikir tingkat tinggi.5 Pembelajaran berbasis

masalah dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa untuk memecahkan

suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa mempelajari

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah-masalah tersebut, sekaligus

memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Jadi melalui PBM siswa

dapat berperan aktif untuk memecahkaan masalah yang dihadapinya.

Pembelajaran berbasis masalah didesain dengan menghubungkan siswa

dengan masalah-masalah yang nyata yang berhubungan dengan materi pelajaran

sehingga siswa mengapa siswa mempelajari materi tersebut. Kemudian dari hal

tersebut siswa dapat mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi dari berbagai

sumber maupun berdiskusi dengan teman untuk dapat mencarikan solusi dari

permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian, melalui PBM dapat

meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan

4Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan

Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 4, h. 91.

5I Wayan Wijaya, I Wayan Lasmawan, I Wayan Suastra, β€œ Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Minat Siswa Terhadap Pelajaran IPA”, e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar, Vol. 5, 2015, h. 3.

4

melalui PBM siswa belajar bagaimana menggunakan konsep dan proses interaksi

untuk menilai apa yang diketahui, mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dan

mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang telah dikumpulkan.

Masalah yang terdapat dalam PBM merupakan masalah nyata yang

terjaadi di kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa mampu menggunakan

penalarannya tersebut dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang

dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Diantara materi-materi biologi yang

dapat dijadikan suatu bahan permasalahan dalam penelitian ini yaitu pada konsep

fungi, dimana pada konsep fungi didalamnya membahas tentang fenomena-

fenomena yang ada dikehidupan sehari-hari, misalnya yaitu fenomena jamur liar,

pemanfaatan jamur dalam industri makanan maupun obat-obatan.

Berdasarkan uraian di atas, penggunaan model pembelajaran yang

melibatkan siswa mempunyai peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar

biologi. Dipilihnya model pembelajaran berdasarkan masalah dalam penelitian ini

karena model pembelajaran ini pada dasarnya lebih mendorong siswa untuk aktif

dalam memperoleh sendiri pengetahuan. Dengan banyaknya aktifitas yang

dilakukan oleh siswa, diharapkan dapat menimbulkan antusias siswa dalam

belajar. Dengan demikian diharapakan dapat meningkatkan pemahaman konsep

biologi yang dapat mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul β€œPengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan

Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Fungi”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka maslah yang dapat diidentifikasikan yaitu hasil belajar yang diperoleh siswa

belum mencapai KKM yang ditetapkan sehingga memerlukan perbaikan dalam

hal strategi pembelajaran yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran

berbasis masalah.

5

C. Pembatasan Masalah

Untuk mengoptimalkan hasil penelitian, maka dibuat batasan masalah

yaitu Hasil belajar yang diukur yaitu aspek kognitif meliputi jenjang, C2, C3, C4

dan C5. Untuk mengukur hasil belajar maka model pembelajaran yang diterapkan

dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran berbasis masalah. Konsep

penelitain yang diberikan selama penelitian adalah konsep fungi pada kelas X.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: β€œApakah model

pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada

konsep fungi?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran

biologi pada konsep fungi.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada seluruh

pihak yang terkait langsung, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru bidang studi khususnya biologi, akan dapat membantu dalam

mengembangkan keterampilan generik siswa melalui model pembelajaran

berbasis masalah.

2. Bagi siswa, diharapkan melalui penelitian ini, siswa dapat belajar lebih mudah

dan terlibat aktif dalam pembelajaran dan tertarik dengan mata pelajaran

biologi khususnya dan mata pelajaran lain umumnya.

3. Bagi peneliti, dapat membantu dalam mengembangkan model pembelajaran

yang sudah ada menjadi model pembelajaran yang lebih bervariatif dan

berkualitas bagi kemajuan pendidikan.

6

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai deskripsi masing-masing teori

dari beberapa variabel yang diteliti berdasarkan referensi untuk menunjang

peneliti dalam menyusun kerangka berpikir dan mengajukan hipotesis. Selain itu,

subbab ini juga digunakan untuk mengarahkan peneliti pada fokus penelitian,

sehingga dapat menghindari meluasnya bahasan penelitian.

1. Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

β€œPembelajaran berbasis masalah adalah salah satu pendekatan

pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa

yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk didalamnya bagaimana

belajar.”1 Belajar merupakan sebuah proses yang mengakibatkan perubahan

tingkah laku disertai dengan pengalaman. Belajar bukan hanya proses menghafal

berbagai fakta, tetapi suatu proses interaksi yang terjadi antara individu dengan

lingkungannya. Proses belajar tidak hanya terjadi pada aspek kognitif saja, tetapi

juga aspek afektif dan psikomotorik melalui pemahaman akan permasalahan yang

terjadi.

Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon.

Stimulus dan respon merupakan hubungan dua arah antara belajar dan

lingkungan.2 Lingkungan menyajikan masalah, masalah tersebut merupakan

masukan kepada siswa untuk belajar, kemudian siswa menerima masukan tersebut

dengan berpikir untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian

1Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2013), Cet. 6, h. 241. 2Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan

Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 4, h. 91.

7

siswa melakukan proses pembelajaran secara langsung. Pengalaman belajar yang

diperoleh dari lingkungan akan menjadi pedoman bagi siswa sebagai tujuan

belajar.

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model atau metode

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah

autentik.3 Permasalahan autentik yaitu permasalahan yang nyata. Melalui

permasalahan tersebut siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh

kembangkan keterampilan berpikir yang lebih tinggi, inkuiri, kemandirian dan

rasa percaya diri peserta didik. Jadi, melalui permasalahan autentik dapat

membantu siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata yang ada di

kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran berbasis masalah mulai dikembangkan sekitar tahun 1970.

Banyak ahli yang melakukan penelitian tentang pembelajaran berbasis masalah.

Salah satu ahlinya yaitu Prof. Howard Barrows. Barrows dan Kelson

mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah seperti dikutip Amir sebagai

berikut. Pembelajaran berdasarkan masalah adalah kurikulum dan proses

pembelajaran.4 Dalam kurikulum tersebut dirancang masalah-masalah yang

menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat siswa mahir

dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki

kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan

pendekatan-pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau

menghadapi tantangan yang akan diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-

hari.

β€œProblem based learning is a student centered classroom which gives

students the chance to discover knowledge in a meaningful and applicable way”5

pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa

3Ibid., h. 92. 4M.Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana

Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 21.

5Adnan Noor Liza, Wan Karomiah, Wan Abdullah dan Awang Yunita, β€œWould Problem-Based Learning Affect Students’ Generic Competencies?”, African Journal of Education and Technology, Vol. 1, No. 3 2011, h. 2.

8

diamana dapat merubah siswa untuk membetuk pengetahuannya sendiri sehingga

lebih memahami dan dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. Hal tesebut juga

diungkapkan oleh literatur lainnya yang mengungkapkan bahwa pembelajaran

berbasis masalah adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk terlibat secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.6 Proses

pembelajaran berbasis masalah akan membentuk pengetahuan siswa secara

mandiri. Hal tersebut menyebabkan siswa sebagai pusat dalam mencari

pengetahuan. Siswa secara mandiri menemukan sendiri konsep yang dipelajari

dan mengkonfirmasinya dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Dengan begitu, siswa akan lebih memahami konsep tersebut dan akan berdampak

pada hasil belajar yang akan dicapainya.

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pembelajaran yang

didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan

autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari

permasalahan yang nyata.7 Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa diarahkan

untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dibahas dalam kegiatan

pembelajaran. Untuk dapat menemukan solusi dalam permasalahan tersebut,

siswa dituntut untuk mencari data dan informasi yang dibutuhkan dari berbagai

sumber. Sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan solusi permasalahan

atau dapat memecahkan permasalahan yang sedang dibahas secara kritis dan

sistematis serta mampu mengambil kesimpulan berdasarkan pemahaman siswa.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan dalam

pembelajaran yang membantu siswa untuk menemukan masalah dari suatu

peristiwa yang nyata, mengumpulkan informasi melalui strategi yang telah

ditentukan sendiri untuk mengmabil satu keputusan pemecahan masalahnya yang

kemudian akan dipresentasikan dalam bentuk unjuk kerja.8 Hal tersebut juga

6Indarti,” Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Pelajaran IPA

Materi Zat Aditif Makanan dan Kaitannya dengan Kesehatan Di Kelas VIII SMP Negeri 2 Malang”, PENSA E-jurnal, 2011, h. 53.

7 Trianto, op. cit., h. 90. 8Muchamad Afcariono, β€œPenerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi”, Jurnal Pendidikan Inovatif, Vol. 3, No.2 2010, h. 65.

9

sejalan dengan pendapat ahli lainnya yang menyatakan bahwa pembelajaran

berbasis masalah yaitu proses pembelajaran yang diawali dengan permasalahan.

Tipe permasalahannya yaitu bergantung dari hal-hal yang spesifik.9 Permasalahan

tersebut biasanya berasal dari kehidupan nyata. Penyajian masalah merupakan hal

yang sangat penting dalam pembelajaran berbasis masalah karena dapat

menentukan jalannya proses pembelajaran. Dengan pembelajaran berbasis

masalah siswa lebih termotivasi dan bekerja keras untuk belajar.

Pembelajaran berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal

pembelajarannya berdasarkan masalah dalam kehidupan, kemudian dari masalah

ini siswa akan dirangsang untuk mempelajari masalah tersebut berdasarkan

pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya (prior

knowledge).10 Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dapat

membantu siswa dalam memhami konsep yang baru. Siswa akan menemukan

informasi baru dan mengkonfirmasinya dengan pengetahuan yang telah dimiliki

sebelumnya sehingga akan menguatkan konsep yang dipelajari. Dengan

pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa sebelumnya, maka akan

terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan

pembelajaran yang dalam pembelajarannya lebih mengutamakan kegiatan siswa

(student centered) daripada kegiatan guru.11 Siswa dalam kelompok secara aktif

merumuskan masalah, mengidentifikasi masalah, mempelajari dan mencari

informasi sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari

pemecahan masalah. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Pada

pembelajaran berbasis masalah, siswa merupakan pusat pembelajaran, sedangkan

guru bertindak sebagai pembimbing. Siswa membentuk kelompok-kelompok

untuk memecahkan permasalahan menggunakan pengetahuan dan pengalaman

9Erik De Graff, Anette Kolmos, β€œCharacteristics of Problem-Based Learning*”,

International Journal Enginering, Vol. 19, No. 5, Agustus 2010, h. 658. 10Taufik, β€œImplementasi Pembelajaran Problem Based Learning Di Program Studi

Pendidikan Biologi PMIPA Universitas Jambi”, Jurnal Bidik, Vol. 1, No. 1, Desember 2012, h. 18.

11 Amir, op. cit., h. 12.

10

yang dimiliki sebelumnya. Tujuan akhir dari pembelajaran ini yaitu siswa dapat

memberikan solusi dari pemecahan masalah. Pemberian solusi tersebut akan

membentuk pengetahuan yang baru bagi siswa.

Pembelajaran berbasis masalah yaitu pembelajaran dengan menghadapkan

siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai landasan dalam belajar

dengan kata lain siswa belajar dari permasalahan-permasalahan.12 Dalam

pembelajaran berbasis masalah siswa secara berkelompok (sekitar lima hingga

delapan orang) akan berusaha untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.

Untuk mendapatkan solusi, siswa secara aktif mencari informasi yang dibutuhkan

dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh dari bahan bacaan (literatur),

narasumber, dan lain sebagainya.

Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa akan menggunkan

bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir

kritis.13 Hal tersebut didukung oleh literatur lain menyebutkan bahwa tujuan yang

ingin dicapai oleh pembelajaran berbasis masalah adalah kemampuan siswa untuk

berpikir kritis, analisis, sistematis, dan logis. Kemampuan tersebut diperlukan

untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi dalam rangka

menumbuhkan sikap ilmiah.14 Kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan siswa

untuk menganalisis dan merefleksikan hasil berpikirnya. Tentu diperlukan adanya

suatu observasi yang jelas serta aktivitas eksplorasi, dan inkuiri agar terkumpul

informasi yang akurat yang membuatnya mudah melihat ada atau tidak ada suatu

keteraturan ataupun sesuatu yang mencolok. Singkatnya, siswa yang berpikir

kritis akan selalu peka terhadap informasi atau situasi yang sedang dihadapinya,

dan cenderung bereaksi terhadap situasi atau informasi itu.

Hakikat masalah dalam model pembelajaran berbasis masalah adalah gap

atau kesenjangan antara kenyataan yang terjadi dengan kondisi yang diharapkan.15

Kesenjangan tersebut bisa terlihat dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan atau

12Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Komseptual

Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. 2, h. 91. 13 Trianto, op. cit., h. 92. 14 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 7, h. 216. 15 Ibid.

11

kecemasan. Oleh sebab itu, pemilihan materi yang akan digunakan tidak hanya

bersumber dari buku, melainkan juga dapat bersumeber dari peristiwa-peristiwa

tertentu yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran berbasis

masalah adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk memcahkan suatu

masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut. Pembelajaran berbasis

masalah memfokuskan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan

mendorong siswa agar lebih kreatif dalam memecahkan permasalahan-

permasalahan yang dihadapinya. Permasalahan-permasalahan ini tentunya yang

berkaitan dengan materi yang diajarkan dengan kehidupan keseharian siswa.

Selain itu, seorang guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk

memecahkan masalah dalam pelaksanaan penerapan pembelajaran berdasarkan

masalah tersebut.

b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa karakter yang

membedakannya dengan model pembelajaran lainnya yaitu pengajuan pertanyaan

atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik.16

Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar

pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi

bermakna bagi siswa. Keterkaitan antar disiplin yaitu masalah yang akan

diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa

meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. Penyelidikan autentik yaitu

kegiatan untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan

hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi,

melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan

kesimpulan. Karakteristik keempat yaitu menghasilkan produk dan

memamerkannya. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video maupun

program komputer. Karakteristik yang terakhir yaitu adanya kolaborasi.

16 Trianto, op. cit., h. 93-94.

12

Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu

dengan yang lainnya, secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

Literatur lainnya juga mengungkapkan bahwa belajar berbasis masalah

memiiki beberapa karateristik, yaitu belajar dimulai dengan suatu permasalahan,

mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan, menggunakan

kelompok kecil, menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah

dipelajarinya.17 Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia

nyata siswa. Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan bukan di

sekitar disiplin ilmu. Menggunakan kelompok kecil, dalam kelompok tersebut

siswa diberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan

secara langsung proses belajar. Setelah itu, siswa diminta untuk

mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan

kinerja.

Model pembelajaran berbasis masalah memiliki sejumlah karateristik yang

membedakannya dengan model pembelajaran yang lainnya yaitu pembelajaran

bersifat student centered, pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil,

guru berperan sebagai fasilitator dan moderator, masalah menjadi fokus dan

merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan problem solving,

informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning).18

Keterampilan problem solving merupakan proses pemecahan masalah dengan

mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya ke dalam suatu situasi

yang baru atau belum dikenal. Dengan problem solving maka siswa akan

memperoleh pengetahuan baru sehingga siswa memperoleh pembelajaran

seutuhnya.

17 Wena, op. cit., h. 91-92 18 Ni Made Suci, β€œPenerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan

Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha”, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 2, No.1, April 2010, h. 77.

13

c. Langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus

dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Dalam pembelajaran

berdasarkan, ada lima tahapan yang harus dilaksanakan. Adapaun tahapan-

tahapan dalam pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat pada Tabel 2.1. 19

Tabel 2.1. Tahapan-tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahapan Aktivitas guru 1. Memberikan orientasi

tentang permasalahan kepada siswa

Guru membantu siswa untuk membentuk kelompok belajar. Guru membahas tujuan pembelajaran, menjelaskan bahan yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih

2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti (belajar)

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

3. Membantu investigasi/ membimbing penyelidikan individual atau kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu siswa untuk berbagi tugas dengan temannya

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan

d. Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru

memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran

berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan

kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar

berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan siswa dalam pengalaman nyata

19 Rusman., op. cit., h.243.

14

atau simulasi dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.20 Kemampuan

berpikir yang dikembangkan yaitu kemampuan berpikir kritis. Kemampaun ini

merupakan berpikir yang beralasan, bertanggung jawab dan terampil berpikir

yang fokus dalam pengambilan keputusan yang dapat dipercaya. Keterampilan

intelektual merupakan integrasi antara pengetahuan yang dimiliki dan

performance kerja pada saat pembelajaran. Berbagi peran orang dewasa yaitu,

melalui pembelajaran berbasis masalah siswa akan terampil memecahkan masalah

yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Siswa dapat mempresentasikan gagasannya melalui pendekatan

pebelajaran berbasis masalah. Selain itu, siswa dapat melatih untuk merefleksikan

persepsinya, mengargumentasikan dan mengkomunikasikan ke pihak lain

sehingga guru pun memahami proses berpikir siswa sehingga guru dapat

membimbing serta mengintervensikan ide baru berupa konsep dan prinsip.21

Pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan kemampuan siswa, sehingga

interaksi siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa menjadi terkondisi dan

terkendali.

e. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran

yang mempunyai banyak kelebihan dan kelemahan. kelebihan model

pembelajaran ini adalah sebagai berikut: pemecahan masalah dalam pembelajaran

berbasis masalah cukup bagus untuk memahami isi pelajaran; pemecahan masalah

berlangsung selama proses pembelajaran menantang kemampuan siswa serta

memberikan kepuasan kepada siswa; dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran;

membantu proses transfer siswa untuk memahami masalah-masalah dalam

kehidupan sehari-hari; membantu siswa mengembagkan pengetahuannya dan

membantu siswa untuk bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri;

membantu siswa untuk memahami hakikat belajar sebagai cara berfikir bukan

hanya sekedar mengerti pembelajaran oleh guru berdasarkan buku teks;

20 Trianto, op. cit., h. 96. 21 Rusman., op. cit., h. 245.

15

menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan disukai siswa;

memungkinkan aplikasi dalam dunia nyata; dan merangsang siswa untuk belajar

secara terus menerus.22

Pendapat lain juga menjabarkan keunggulan dari pembelajaran berbasis

masalah, yaitu pembelajaran berbasis masalah dapat menantang kemampuan

untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. Pembelajaran berbasis masalah

dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. Pembelajaran berbasis masalah

dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan

mengembangkan kemampuan untuk menyesuaikan dengan pengetahuan yang

baru, serta mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-

hari. Pembelajaran berbasis masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk

secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah

berakhir.

Pembelajaran berbasis masalah juga memiliki kelemahan, yaitu kurangnya

minat siswa untuk memecahkan masalah yang sulit, pembelajaran ini memerlukan

persiapan yang lama, butuh pemahaman konsep yang lebih. 23 Saat siswa tidak

memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang

dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka siswa merasa malas untuk mencoba.

Selain itu, keberhasilan pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. Kelemahan yang ketiga yaitu, tanpa

pemahaman tentang masalah yang disajikan dalam pembelajaran, maka siswa

tidak mengerti apa yang sedang dipelajari.

2. Hasil Belajar

Dalam penelitian ini hasil belajar menjadi variabel terikat yang akan

diukur pencapaiannya setelah menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah yang telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya. Bahasan yang dijelaskan

yaitu teori-teori tentang belajar dan hasil belajar.

22Bekti Wulandari dan Herman Dwi Surjono, β€œPengaruh Problem-Based Learning

Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC Di SMK”, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, No. 2, Juni 2013, h. 182.

23Ibid., h. 221.

16

a. Belajar

1) Pengertian belajar

Gagne seperti yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono, menyatakan

bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi

perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan

kemampuannya.24 Perubahan perilaku muncul atau berubah karena adanya respon

terhadap suatu situasi. Misalnya, dalam konsep fungi, dijelaskan ciri-ciri jamur

beracun dan jamur jamur yang dapat dikonsumsi. Sebelum konsep tersebut

dijelaskan, siswa tidak tahu cara membedakan jamur tersebut. Namun setelah

mempelajari konsep tersebut siswa sudah dapat membedakan jamur beracun

dengan jamur yang dapat dikonsumsi sehingga dapat berhati-hati agar tidak terjadi

keracunan jamur.

Belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur

yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan.25 Ini menunjukkan bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan

sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik saat siswa berada

di sekolah maupun di lingkungan sosial lain khususnya saat bersama keluarganya.

Bruner mengemukakan bahwa di dalam proses belajar penting adanya

partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan

kemampuan. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses belajar,

yaitu perlu lingkungan yang mendukung siswa untuk melakukan eksplorasi, serta

menemukan penemuan-penemuan baru yang belum dikenal.26 Setiap lingkungan

memiliki bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan, dan hambatan yang

dihayati oleh siswa berbeda-beda, disesuaikan dengan usianya.

Belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

24Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.

10. 25Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 87. 26 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempngaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), h. 2.

17

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.27 Hasil

pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan yang menetap pada tingkah

laku merupakan faktor yang penting dalam belajar. Pengalaman dan latihan dapat

mengakibatkan perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati berupa gejala

mental, maupun yang tidak dapat diamati berupa proses mental. Belajar dapat

terjadi akibat interaksi secara terus menerus antara peserta didik dan

lingkungannya, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya)

berubah dari waktu sebelum mengalami situasi itu ke waktu sesudah mengalami

situasi tadi.28 Perubahan dalam belajar dapat berupa suatu penemuan informasi

atau penguasaan suatu keterampilan yang telah ada, penambahan dari informasi

atau pengetahuan atau keterampilan yang telah ada, dan menghilangkan sifat atau

prilaku tertentu yang tidak dikehendaki.

Perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan

gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.29

Misalnya, tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil,

perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti

belajar. Demikian pula, perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam

keadaan mabuk, perubahan tersebut tidak termasuk perubahan dalam pengertian

belajar.

Belajar merupakan proses yang terjadi dengan adanya perubahan atau

penambahan informasi maupun keterampilan yang telah dimiliki. Unsur yang

penting dalam belajar meliputi perubahan-perubahan dalam diri individu seperti

perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman dan relatif menetap

pada diri individu tersebut. Belajar merupakan proses yang berkesinambungan

sehingga memerlukan waktu agar tujuan dari belajar tersebut dapat tercapai.

27Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), h. 13. 28 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),

h. 84. 29 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 90.

18

Belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat

dukungan dari fungsi ranah psikomotor. Fungsi psikomotor dalam hal ini

meliputi: mendengar, melihat, mengucapkan.30 Belajar yang dimaksud merupakan

koordinasi dari beberapa fungsi yang ada dalam diri manusia seperti pada ranah

kognitif, psikomotor dan afektif, sehingga fungsi-fungsi tersebut saling

berkoordinasi dan bekerja sama dalam melakukan proses belajar dalam diri

seseorang. Berdasarkan beberapa pengertian belajar tersebut, dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman, latihan,

dan interaksi dengan lingkungan secara berkelanjutan.

2) Prinsip-prinsip Belajar

Dalam proses pembelajaran perlu adanya perhatian tentang prinsip-prinsip

pembelajaran untuk proses pembelajaran dan pengembangan yang lebih optimal.

Prinsip-prinsip pembelajarn dibangun oleh teori psikologi dan hasil-hasil

penelitian dalam kegiatan pembelajaran. Atwi yang mengadaptasi pemikiran

Fillbeck dalam Siregar menjelaskan prinsip-prinsip pembelajaran yaitu adanya

respons baik dari guru dan siswa. Ketika siswa belajar, harus diminta responnya

agar tidak hanya duduk diam. Ketika siswa benar, harus diberi umpan balik

positif. Kemudian, perlunya menyatakan tujuan pembelajaran sebelum

pembelajaran dimulai agar siswa dapat belajar lebih baik. Pemberian isi pelajaran

yang berguna bagi siswa di luar ruangan kelas dan pemberian tes pengetahuan

untuk memunculkan sikap baru setelah pembelajaran. Pemberian kegiatan

pembelajaran di kelas yang mirip kondisinya dengan di luar kelas. Sehingga

pembelajaran membutuhkan media pembelajaran seperti gambar, video, rekaman,

dan lain sebagainya. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan mana yang

positif dan negatif dalam satu pemecahan masalah. Menarik perhatian siswa untuk

mempelajari isi pembelajaran. Guru harus memahami bagaimana siswa

mengalami proses belajar dengan kegiatan-kegiatan kecil diertai latihan dan

umpan balik. Kegiatan-kegiatan kecil untuk mempelajari satu materi kompleks

yang dapat diwujudkan dalam satu model dan metode pembelajaran. Tujuan

pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk hasil belajar yang operasional.

30 Ibid., h. 92.

19

Urutan pembelajaran harus dimulai dari materi yang sederhana ke materi

kompleks. Pentingnya penguasaan siswa terhadap materi prasayarat sebelum

menuju materi selanjutnya. Memungkinkan siswa untuk belajar menggunakan

sumber, cara, dan waktu selain yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Perubahan yang terjadi akibat kegiatan belajar adalah hasil yang dicapai dari

suatu proses belajar. Hasil belajar tersebut diperoleh dengan adanya pengaruh-

pengaruh dari dalam individu maupun dari luar individu. Proses belajar yang

terjadi secara psikis pada individu hanya dapat disimpulkan dari hasilnya,

misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan

atau pembaharuan dalam tingkah laku dan/atau kecakapannya. Berhasil tidaknya

belajar dapat tergantung kepada bermacam-macam faktor yaitu faktor dalam diri

dan faktor dari luar individu.31 Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri

(faktor individu), yaitu kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan/inteligensi,

latihan dan ulangan, motivasi, dan sifat pribadi seseorang. Faktor yang berasal

dari luar individu (faktor sosial), yaitu keadaan keluarga, guru dan cara

mengajarnya, alat-alat pelajaran, motivasi sosial, lingkungan, dan kesempatan

yang tersedia.

Belajar terjadi akibat adanya unsur-unsur lain yang terlibat langsung di

dalamnya. Masukan mentah (raw input) merupakan bahan pengalaman tertentu

yang dimiliki seseorang sebagai bekal dalam proses belajar mengajar (learning

teaching process). Proses tersebut diharapkan dapat berubah menjadi keluaran

(output) dengan perubahan-perubahan yang diinginkan atau kualifikasi tertentu.

Di dalam proses belajar mengajar tersebut ikut berpengaruh beberapa masukan,

yaitu dari faktor lingkungan (environmental input) dan faktor instrumental

(instrumental input) yang sengaja dirancang dan dimanipulasi guna menunjang

31 Purwanto, op. cit., h. 102-105.

20

tercapainya hasil belajar mengajar yang dikehendaki32 Adapaun faktor yang

mempengaruhi proses belajar mengajar dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Proses belajar mengajar dan unsur-unsurnya

Belajar adalah suatu proses yang kompleks. Karena itu, suksesnya belajar

tergantung pada banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi belajar terbagi

menjadi faktor internal dan eksternal.33 Faktor internal yaitu faktor jasmaniah

(kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan, kesiapan), dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal

yaitu faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,

suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang

kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan

siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,

standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah),

dan faktor masyarakat (keadaan siswa dalam masyarakat, mass media, teman

bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terbagi menjadi faktor internal

(aspek fisiologis dan aspek psikologis), faktor eksternal (lingkungan sosial dan

nonsosial), dan faktor pendekatan belajar dapat diuraikan sebagai berikut: 34

32 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., .h. 175-176. 33 Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 2010), h. 103. 34 Muhibbin Syah, h. 130-136.

21

a) Aspek Fisiologis

Faktor fisiologis yang dimaksud bersifat jasmiah seperti kondisi tonus atau

tegangan otot dan organ-organ khusus seperti indera pendengar dan indera

penglihat. Kemungkinan timbulnya masalah pada kondisi jasmani tersebut

perlu diatasi dengan langkah bijaksana guru dan pihak terkait untuk

mempertahankan self-esteem dan self confidence siswa. Kemerosotan self-

esteem dan self confidence seorang siswa akan menimbulkan frustasi yang

cepat atau lambat mengakibatkan siswa tersebut menjadi underachiever atau

mungkin gagal, walaupun kapasitas kognitifnya normal atau lebih tinggi dari

pada siswa yang lain.

b) Aspek Psikologis

Faktor psikologis (bersifat rohaniah) yang umumnya dipandang lebih esensial

di antaranya tingkat kecerdasan atau inteligensi, sikap, bakat, minat, dan

motivasi.

c) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial dapat mencakup guru, tenaga kependidikan (kepala

sekolah dan wakil-wakilnya), teman sekelas siswa, masyarakat, tetangga,

teman sepermainan di sekitar lingkungan tempat tinggal, orang tua, dan

keluarga siswa.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah

orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Dampak negatif yang dipengaruhi

oleh faktor orang tua dan keluarga dapat menimbulkan dampak tidak mau

belajar bahkan siswa cenderung berperilaku menyimpang yang berat seperti

antisosial.

d) Lingkungan Non-sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan

letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan

cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut

dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

22

e) Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang

digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar

materi tertentu.

Faktor-faktor yang disebutkan di atas dapat menyebabkan munculnya

siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan underachievers

(berprestasi rendah) atau gagal sama sekali.35 Karena itu, seorang guru harus

kompeten dan profesional dalam mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan

munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha

mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar siswa.

b. Hasil Belajar Biologi Siswa

Hasil belajar sendiri adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.36

Benyamin Bloom, mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan

ranah psikomotorik. Ketiga tingkatan itu dikenal dengan istilah Bloom’s Taxonomy

(Taksonomi Bloom). Kemampuan hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga

kategori, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu β€œhasil” dan β€œbelajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk

pada suatu perolehan akibat suatu aktivitas atau proses yang telah dilakukan. Hasil

produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah

bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finishing goods). Begitu pula dalam

kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya

dibanding sebelumnya, perubahan yang terjadi tersebut dapa dikatakan hasil

belajar.37 Dapat dikatakan juga bahwa hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

35 Ibid., h. 129-130. 36 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2010), h. 22. 37 Purwanto, op. cit., h. 44.

23

Pada penelitian ini, penulis hanya akan mengungkapkan hasil belajar pada

ranah kognitif saja. Hasil belajar pada aspek kognitif merupakan suatu

kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan

masalah. Hasil belajar pada aspek kognitif dibagi kedalam enam jenjang, yaitu

ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun aspek

kognitif secara lengkapnya diuraikan sebagai berikut:

1) Pengetahuan/ingatan – knowledge

Pengetahuan di sini mengandung pengetahuan faktual disamping pengetahuan

hafalan untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam

undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota, dan sebagainya. Tipe

hasil belajar pengetahuan adalah tingkat kognitif paling rendah.

2) Pemahaman – comprehension

Pemahaman lebih tinggi daripada pengetahuan. Pemahaman dapat dibagi

menjadi tiga kategori. Tingkat yang paling rendah adalah pemahamam

terjemahan, baik terjemahan alih bahasa, mengartikan simbol, dan istilah-

istilah lainnya. Kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan

bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya. Ketiga adalah

pemahaman ekstrapolasi yaitu dapat melihat apayang ada dibalik tulisan,

memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya

3) Penerapan – application

Penerapan adalah kemampuan untuk membuat abstraksi yang berupa prinsip,

aturan, atau metode menjadi situasi baru atau situasi konkret.

4) Analisis – analysis

Analisis merupakan kemampuan kompleks yang memanfaatkan ketiga

kemampuan sebelumnya. Analisis adalah usaha untuk menguraikan informasi

yang reintegrasi menjadi komponen-komponen yang jelas susunannya.

5) Sintesis – synthesis

Sintesis adalah kemampuan menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian ke

dalam bentuk yang padu dan menyeluruh. Kemampuan sintesis dapat

diklasifiasikan menjadi tiga kemampuan yaitu, kemampuan menemukan

hubungan yang menarik, kemampuan menyusun rencana atau langkahlangkah

24

dalam pemecahan masalah, dan kemampuan menyimpulkan sejumlah besar

gejala, data, dan hasil observasi menjadi terarah.

6) Evaluasi – evaluation

Kemampuan evaluasi adalah kemampuan untuk memberikan keputusan

tentang nilai sesuatu yang dapat dilihat dari tujuan, gagasan, cara bekerja,

pemecahan masalah, dan metode yang digunakan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan judul β€œPengaruh Model Pembelajaran

Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Fungi” dijelaskan

sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Kathleen Gould, William Sadera

dan Scot McNary dengan judul penelitian β€œComparing Changes in Content

Knowledge Between Online Problem Based Learning and Traditional Instruction

in Undergraduate Health Professional Students”. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan pembelajaran berbasis masalah merupakan cara yang efektif untuk

meningkatkan pengetahuan siswa di depertemen kesehatan. pembelajaran berbasis

masalah merupakan penghubung antara teori pengetahuan dengan

pengalikasian/praktek yang sebenarnya.38

Orhan AkΔ±noğlu and Ruhan Γ–zkardeş Tandogan dalam penelitiannya yang

berjudul β€œThe Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on

Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning”

menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah berpengaruh positif

terhadap prestasi akademik siswa dan sikap dalam pembelajaran IPA. Model

pembelajaran berbasis masalah juga berpengaruh terhadap pembelajaran konsep

yaitu dapat menuurunkan tingkat miskonsepsi siswa.39

38 Kathleen Gould, William Sadera dan Scot McNary, β€œComparing Changes in Content

Knowledge Between Online Problem Based Learning and Traditional Instruction in Undergraduate Health Professional Students”, MERLOT Journal of Online Learning and Teaching, Vol. 11, No. 1, 2015, h. 74.

39Orhan AkΔ±noğlu and Ruhan Γ–zkardeş Tandoğan, β€œThe Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning”, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol .3, 2011, h. 71.

25

Penelitian selanjutnya oleh Steven Withcombe dengan judul penelitian

β€œThe Influence of Pedagogy on Problem-based Learning Students’Perceptions of

Knowledge”, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis

masalah ini memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih aktif dalam

meningkatkan kemampuan berfikirnya untuk memecahkan suatu masalah. Selain

itu siswa juga dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri dari informasi-

informasi yang didapat dalam memecahkan masalah.40

Johari Surif, Nor Hasniza Ibrahim dan Mahani Mokhtar, dalam

penelitiannya dengan judul β€œImplementation of Problem Based Learning in

Higher Education Institutions and Its Impact on Students’ Learning” hasil dari

penelitian tersebut adalah siswa dapat memcahkan masalah yang disajikan melalui

arahan dari guru, diskusi kelompok dan belajar mandiri. Pembelajaran berbasis

masalah juga berpengaruh terhadap motivasi siswa, keterampilan komunikasi,

kolaborasi dan belajar mandiri.41

Achuonye Keziah A. dalam penelitiannya yang berjudul β€œA Comparative

Study of Problem-Based and Lecture Based Learning in Secondary School

Students’s Motivation to Learn Science” menyimpulkan bahwa siswa yang

menerapkan pembelajaran berbasis masalah lebih termotivasi dalam belajar

biologi dibandingkan dengan pembelajaran biasa.42

C. Kerangka Berpikir

Masalah pembelajaran biologi yang terjadi disekolah adalah permasalahan

metode pengajaran yang digunakan oleh guru. Pola pengajaran biolgi yang sering

diterapkan disekolah adalah kebanyakan menggunakan metode konvensional.

Metode konvensional menjadikan siswa sebagai objek dan guru sebagai subjek

40 Steven Withcombe, β€œThe Influence of Pedagogy on Problem-based Learning Students’

Perceptions of Knowledge”, International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education (IJCDSE), Vol. 2, 2011. h. 519.

41 Johari Surif, Nor Hasniza Ibrahim dan Mahani Mokhtar, β€œImplementation of Problem Based Learning in Higher Education Institutions and Its Impact on Students’ Learning”, The 4th International Research Symposium on Problem-Based Learning (IRSPBL), 2013, h. 66.

42 Achuonye Keziah A., β€œA Comparative Study of Problem-Based and Lecture Based Learning in Secondary School Students’s Motivation to Learn Science”, International Journal of Science and Technology Education Research, Vol. 1, No. 6, November 2010, h. 130.

26

pembelajaran. Pola pengajaran yang kurang sesuai tersebut menyebabkan banyak

siswa yang menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan.

Akibatnya tingkat pemahaman siswa rendah, siswa kurang mampu

mengintegrasikan keterkaitan antar konsep yang satu dengan yang lainnya,

lemahnya ingatan siswa, rendahnya respon siswa terhadap penyampaian guru dan

lain sebagainya. Beban belajar tersebut menyebabkan hasil belajar biologi siswa

menjadi rendah, oleh karena itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat

mengkonstruk pengetahuan siswa itu sendiri. Salah satu model tersebut adalah

model pembelajaran konstruktivisme.

Salah satu model konstruktivisme yang memberikan pengaruh pada

tingkat kognitif siswa model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM). Dalam

penerapannya, model PBM memiliki lima langkah pokok yang harus dilaksanakan

secara runtut. Kelima langkah tersebut adalah orientasi terhadap masalah;

mengorganisasikan siswa untuk meneliti (belajar); membantu investigasi/

membimbing penyelidikan individual atau kelompok; mengembangkan dan

menyajikan hasil karya; menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah.

Dalam model pembelajaran berdasarkan masalah, fokus pembelajaran ada

pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep

yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan

masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak hanya harus memahami konsep yang

relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh

pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode

ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir.

Model pembelajaran berbasis masalah sangat cocok jika diterapkan dalam

proses pembelajaran biologi khusunya pada konsep fungi karena pada konsep ini

didalamnya membahas tentang fenomena-fenomena yang ada dikehidupan sehari-

hari, misalnya yaitu fenomena jamur liar, pemanfaatan jamur dalam industri

makanan maupun obat-obatan. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan

suatu pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

27

membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan

penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata

Dalam penelitian ini peneliti berharap model pembelajaran berdasarkan

masalah ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga siswa mengalami

pembelajaran yang lebih bermakna sehingga siswa gemar belajar biologi. Adapun

skema kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Skema kerangka berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir maka hipotesis

penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh signifikan

terhadap hasil belajar siswa pada konsep Fungi.

Rendahnya hasil belajar

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah

Siswa melakukan penyelidikan dan penelitian

orientasi terhadap permasalahan

Siswa mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu investigasi/ membimbing penyelidikan individual atau kelompok siswa

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Hasil belajar siswa meningkat

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015

selama bulan Januari 2015 di SMA Negeri 115 Jakarta, Jl. Rorotan X Cilincing,

Jakarta Utara.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kuasi eksperimen (eksperimen semu). Desain penelitian yang digunakan adalah

pretest-posttest control group design. Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari

dua kelompok, yaitu kelompok yang diberikan perlakuan menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah yang disebut sebagai kelas eksperimen. Sedangkan

sebagai pembanding diambil satu kelompok yang disebut sebagai kelompok

kontrol. Sebelum perlakuan, masing-masing kelompok diberikan tes awal

(pretest), hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap materi

yang akan diajarkan. Setelah perlakuan selesai dilaksanakan, siswa kembali

diberikan tes (posttest).

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.1 Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 115 Jakarta. Sedangkan populasi terjangkau

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA SMA Negeri 115 Jakarta.

Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti.2 Sampel yang diambil

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X sebanyak dua kelas dari populasi yang

dipilih secara simple random sampling. Simple random sampling yaitu teknik

untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan dengan cara melakukan

1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 14, h. 173.

2 Ibid., h. 174

29

undian terhadap populasi.3 Peneliti diberikan dua kelompok sebagai sampel,

kemudian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipilih secara undian.

Maka diperoleh kelas X MIA 1 sebanayak 35 orang sebagai kelas eksperimen dan

kelas X MIA 2 sebanyak 31 orang sebagai kelas kontrol.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas (independent

variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah, sedangkan variabel

terikat yaitu hasil belajar siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data diperlukan dalam suatu penelitian sebagai hasil akhir suatu

penelitian. Untuk memperoleh data tersebut diperlukan teknik atau cara

pengumpulan data. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data digunakan

teknik pengumpulan data yang berupa teknik tes dan non tes.

1. Tes

Tes merupakan cara mengumpulkan data untuk mengukur kemampuan

objek yang diteliti.4 Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes uraian atau

esai. Tes esai adalah salah satu bentuk tes tertulis, terdiri dari item-item

pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut

jawaban siswa melalui uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir

siswa.5 Pemberian tes dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pretest dan posttest.

Tes yang sama diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2. Observasi

Observasi merupakan metode atau cara menganalisis dengan melakukan

pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku atau mengamati individu atau

3S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 126. 4 Arikunto, op. cit., h. 266. 5 Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),

Cet. 6, h. 94.

30

kelompok secara langsung.6 Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung dan mengamati

keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah. Observer (pengamat)

menggunanakan lembar observasi untuk memperoleh data.

F. Instrumen Penelitian

1. Tes Hasil Belajar

Tes ini digunakan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa. Instrumen yang digunakan berupa

yaitu tes esai sebanyak 12 soal yang mengukur aspek kognitif pemahaman (C2),

penerapan (C3), analisis (C4) dan evaluasi (C5). Tes disusun berdasarkan

indikator yang disesuaikan dengan kurikulum. Sebelum divalidasi tes terdiri dari

20 soal. Kisi-kisi tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kisi-kisi tes hasil belajar siswa

No Indikator Ranah kognitif Jumlah soal yang valid C2 C3 C4 C5

1 Menjelaskan karakteristik fungi berdasarkan tampilannya 2, 4 1* 1

2 Menganalisis produk, kasus dan penyakit yang berkaiatan dengan fungi

5* 6* 2

3 Menganalisis peranan fungi dalam ekosistem 10, 11*, 1

4 Mengkalsifikasikan fungi berdasarkan ciri yang dimiliki

3*, 12*, 14

15* 3

5

Menghitung perbesaran lensa yang tepat dalam melakukan pengamatan objek menggunkan mikroskop

9*, 19* 20 2

6 Menyimpulkan ciri-ciri fungi berdasarkan hasil pengamatan 7*, 8,

18 1

7 Menyimpulkan peranan fungi berdasarkan penjelasan dari suatu fenomena

16*, 17* 13 2

6Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2012), h. 149.

31

Skala yang digunakan pada instrumen tes uraian adalah beskala 0 s/d 4.

Soal-soal yang digunakan dalam pretest dan posttet merupakan soal yang sama.

Hal ini dimaksudkan agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas intrumen

terhadap perubahan hasil belajar yang terjadi. Intrumen tes diuji cobakan terlebih

dahulu sebelum digunakan kepada siswa pada jenjang yang lebih tinggi untuk

mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi berfungsi sebagai pedoman agar observer cermat

mengenai aspek keterampilan yang perlu diobservasi, dan sebaga alat perekam

data mengenai kerja dari aspek keterampilan siswa yang dinilai. Lembar observasi

yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati kegiatan belajar

siswa. Penilaian dalam lembar observasi ini menggunakan rating scale dengan 4

skala (1-2-3-4). Selain itu, lembar observasi juga digunakan untuk mengamati

ketercapaian proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah.

Observer hanya memberikan tanda checklist pada lembar observasi.

G. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi

Soal tes diuji coba terlebih dahulu untuk mengetahui apakah soal tersebut

memenuhi persyaratan untuk mengukur hasil belajar. Jika soal telah memenuhi

persyaratan, maka instrumen dapat digunakan dalam penelitian. Instrumen yang

dinyatakan layak untuk dijadikan instrumen dalam pengumpulan data dapat

dihitung dengan menggunakan teknik analisis instrumen menggunakan aplikasi

AnatesV4.7 Dari hasil uji coba tes dipilih butir soal yang memenuhi validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

1. Uji Validitas Instrumen Tes

Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau

kesahihan suatu alat ukur.8 Hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat

kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi

7Karno To dan Yudi Wibisono Aplikasi AnatesV4. (http://www.anates.com) 8Suharsimi Arikunto (1), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,

2013), Cet. 2, h. 80.

32

pada obyek yang diteliti. Cara menghitung validitas suatu dapat menggunakan

korelasi product moment 9.

π‘Ÿπ‘₯𝑦 =π‘βˆ‘π‘‹π‘Œ βˆ’ (βˆ‘π‘‹)(βˆ‘π‘Œ)

οΏ½{π‘βˆ‘π‘‹2 βˆ’ (βˆ‘π‘‹)2}{π‘βˆ‘π‘Œ2 βˆ’ (βˆ‘π‘Œ)2}

Keterangan :

π‘Ÿπ‘₯𝑦 = Koefisien antara variabel X dan Y 𝑁 = Banyaknya siswa 𝑋 = Skor item π‘Œ = Skor total π‘‹π‘Œ = Hasil perkalian skor item dan skor total 𝑋2 = Hasil kuadrat dari skor item π‘Œ2 = Hasil kuadrat dari skor total

(βˆ‘π‘‹)2 = Hasil kuadrat dari total jumlah skor item (βˆ‘π‘Œ)2 = Hasil kuadrat dari total jumlah skor total βˆ‘XY = Total jumlah hasil perkalian skor item dan skor total

Valid atau tidaknya butir soal dapat diketahui dengan membandingkan rxy

dengan r tabel product moment pada taraf nyata = 0,05. Jika rxy sama atau lebih

besar dari r tabel maka butir soal tersebut dinayatakan valid. Koefisien korelasi

diinterpretasikan pada tabel kriteria uji validitas. 10 Hasil uji validitas tes pada

penelitian ini menggunakan software AnatesV4 diperoleh soal valid sebanyak 12

butir soal dari 20 butir soal yang diuji cobakan yaitu nomor 1, 3, 5, 6, 7, 9, 11, 12,

15, 16, 17 dan 19. Hasil uji validitas instrumen selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 5.

2. Uji Validitas Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterampilan siswa pada

proses praktikum/eksperimen. Uji validitas untuk lembar observasi menggunakan

validitas isi oleh dosen.

3. Reliabilitas Instrumen

Reliabel adalah konsistensi alat pengumpul data/instrumen dalam

mengukur apa saja yang diukur. Reliabel juga merupakan ketepatan atau ketelitian

9Ibid., h. 87. 10Arikunto (1), op. cit., h. 89.

33

suatu alat evaluasi.11 Instrumen yang reliabel maksudnya instrumen yang jika

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan

data yang sama. Reliabilitas memberikan suatu konsistensi yaitu semakin relaibel

suatu tes maka mempunyai hasil yang sama dan bisa dipakai di suatu tempat

sekolah ketika dilaksanakan tes kembali.12 Pengujian reliabilitas instrumen yang

berbentuk tes esai dapat menggunakan rumus Alfa Cronbach13.

π‘Ÿ11 = οΏ½ π‘›π‘›βˆ’1

οΏ½ οΏ½1 βˆ’ βˆ‘πœŽπ‘–2

πœŽπ‘‘2οΏ½ dengan varians 𝜎2 =

βˆ‘π‘‹2βˆ’(βˆ‘π‘‹)2

𝑁𝑁

Keterangan :

r11 = Reliabilitas yang dicari βˆ‘πœŽπ‘–2 = Jumlah varians skor tiap item πœŽπ‘‘2 = Varians soal 𝑛 = Jumlah butir soal atau item yang valid 𝑋 = Skor tiap item 𝑁 = Jumlah siswa

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan bantuan software Anates.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh reliabilitas tes sebesar 0,73 dengan

kriteria tinggi. Adapun kriteria uji realibilitas dapat dilihat pada tabel kategori

kriteria uji realibilitas.

4. Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal

pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks.14 Soal

yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang

terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha

memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa

menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena

11Purwanto, op. cit., h. 139. 12Sukardi, op. cit., h. 43. 13Arikunto (1), op. cit., h. 122-123. 14Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 2, h. 134.

34

diluar jangkauannya. Untuk mengukur tingkat kesukaran tes dalam penelitian ini,

digunakan rumus sebagai berikut:15

𝑃 =𝐡𝐽𝑠

Keterangan : P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tingkat kesukaran soal dihitung dengan menggunakan bantuan software

AnatesV4. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh soal dengan kriteria sangat

sukar berjumlah 6 soal yaitu nomor 4, 8, 13, 14, 18 dan 20. Soal dengan kriteria

sukar berjumlah 5 soal yaitu nomor 2, 11, 12, 17 dan 19. Soal dengan kriteria

sedang berjumlah 8 yaitu nomor 1, 3, 6, 7, 9, 10, 15 dan 16. Soal dengan kriteria

mudah berjumlah 1 soal yaitu soal nomor 5.

5. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (menguasai materi) dengan siswa yang kurang pandai

(kurang/tidak menguasai materi).16 Soal yang dapat dijawab benar oleh siswa

pandai maupun siswa kurang pandai, maka soal itu tidak baik karena tidak

memiliki daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik pandai maupun

kurang tidak dapat menjawab dengan benar. Soal tersebut tidak baik juga karena

tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab

benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.

Daya pembeda untuk setiap soal dapat diketahui dengan cara mengurangi

banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar dengan

Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar. Maka

untuk mengetahui daya pembeda setiap soal digunakan rumus sebagai berikut17:

𝐷 =π΅π΄π½π΄βˆ’ 𝐡𝐡𝐽𝐡

15 Ibid., h. 135. 16Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA

Berbasis Kompetensi, (Jakarta: LP UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2010), h. 104. 17Ibid.

35

Keterangan : D = Daya pembeda BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar JA = Banyaknya peserta kelompok atas BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu

dengan benar JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

Pengujian daya pembeda dalam penelitian ini menggunakan bantuan

software Anates V4. Dari hasil perhitungan diperoleh daya beda sebesar 1,33 dan

termasuk kategori baik sekali.

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh melalui instrument penelitian kemudian diolah dan

dianalisis dengan maksud agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan peneliti dan

menguji hipotesis. Pada penelitian ini data yang diperoleh dari instrumen tes hasil

belajar diolah dan dianalisis menggunakan statistik yaitu dengan uji-t.

Pengujian prasyarat analisis data dilakukan sebelum melakukan uji

hipotesis. Pengujian prasyarat analisis data yang dilakukan yaitu uji normalitas

dan homogenitas. Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah data

yang diperoleh terdistribusi normal dan mempunyai ragam yang homogen atau

tidak.

1. Uji Prasyarat Analisis Data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas yang digunakan adalah

uji Liliefors.18 Untuk mengetahui sampel berdistribusi normal atau tidak, maka

diperlukan perhitungan menggunakan rumus liliefors (Lhitung). Kemudian

membandingnkan nilai Lo (Lhitung) dengan Lt (Ltabel). Sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal apabila Lhitung lebih kecil dari Ltabel.

Sedangkan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal apabila

Lhitung lebih besar dari Ltabel.

18Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2010), Cet. 1, h. 466.

36

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan setelah melakukan uji normalitas,. Uji

homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua keadaan atau

populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas dua varians

atau uji Fisher.19 Untuk mengetahui data homogen atau tidak, maka diperlukan

perhitungan menggunakan rumus fisher (Fhitung). Kemudian membandingnkan

nilai Fh (Lhitung) dengan Ft (Ltabel). Data memiliki varians yang homogen apabila

Fh lebih kecil dari Ft. Sedangkan data tidak memiliki varians homogen apabila Fh

lebih besar dari Ft.

2. Uji Hipotesis

Data yang dinyatakan berdistribusi normal dan homogen, maka untuk

menguji data yang diperoleh digunakan rumus uji-t. 20 Adapun rumus uji-t yaitu

sebagai berikut:

𝑑 = οΏ½Μ…οΏ½1βˆ’οΏ½Μ…οΏ½2

𝑆� 1𝑛1+ 1𝑛2

dimana 𝑆 = οΏ½(𝑛1βˆ’1)𝑆12+(𝑛2βˆ’1)𝑆22

(𝑛1+ 𝑛2βˆ’2)

Keterangan:

οΏ½Μ…οΏ½1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah

οΏ½Μ…οΏ½2 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan dengan pembelajaran konvensional

n1 = Jumlah sampel pada kelompok eksperimen n2 = Jumlah sampel pada kelompok kontrol S1

2 = Varians kelompok eksperimen S2

2 = Varains kelompok kontrol

Nilai yang didapatkan melalui uji-t yaitu thitung akan dibandingkan dengan

ttabel. Adapun kriteria pengujian yaitu Ho ditolak jika t hitung < t tabel, sedangkan

Ho diterima apabila t hitung > t tabel.

19 Ibid., h. 249. 20Ibid.., h. 239.

37

3. Teknik Analisis Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat

proses pembelajaran berlangsung dan digunakan untuk mengamati ketercapaian

pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah. Tahapan anilisis lembar

observasi yaitu menjumlahkan indikator yang teramati, kemudian menghitung

presentase pencapain indikator.

I. Hipotesis Statistik

Setelah dilakukan pengujian persyaratan, maka dilakukan dengan uji

hipotesis yang menggunakan uji-t. Uji hipotesis ini digunakan untuk

menyelesaikan adanya pengaruh hasil belajar siswa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional. Adapun hipotesis statistik yang

diujikan pada penelitian ini adalah:

Ho : Β΅a = Β΅b

Ha : Β΅a > Β΅b

Ho : model pembelajaran berbasis masalah tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep fungi

Ha : penggunaan model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh signifikan terhadap hasil beljar siswa pada konsep fungi

Β΅a : Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pendekatan pembelajaran berbasis masalah.

Β΅b : Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan temuan-temuan yang terjadi pada saat pelaksanaan

proses pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis masalah, analisis hasil

belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol serta pengaruh

penggunaan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa.

Dalam penelitian ini yang dikaji adalah konsep fungi.

A. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada kelas eksperimen

dan kontrol dapat diamati melalui observasi aktivitas siswa. Adapun hasil

observasi terhadap siswa dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Hasil observasi terhadap siswa

No Indikasi Pencapaian (%) Kontrol Eksperimen

1 Menjawab pertanyaan guru dengan benar dan lengkap sesuai pedoman jawaban yang dimiliki guru

64,52 85,71

2 Membagi tugas belajar yang berkaitan dengan masalah dan menjalankannya dengan tertib dan teratur

61,29 57,14

3 Melakukan pengamatan dengan benar sesuai dengan instruksi guru 70,97 91,43

4 Menyajikan laporan hasil penyelidikan dengan presentasi di kelas dengan bahasa yang baik dan benar

61,29 65,71

5 Menyimpulkan hasil pembelajaran berdasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompoknya maupun semua kelompok dengan kata-katanya sendiri

48,39 80,00

Rata-rata 61,29 75,99

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa pencapaian aktivitas belajar siswa

yang tertinggi pada saat melakukan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan

dengan benar sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh guru. Persentase

pencapaiannya sebesar 70,97%. Kegiatan praktikum pada kelas kontrol memang

39

belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga ketika diadakan kegiatan

pengamatan siswa secara antusias mengikuti kegiatan tersebut. Melalui

pengamatan siswa dapat menggunakan informasi yang dimiliki dan keterampilan

untuk membangun pengetahuannya sendiri.1 Kegiatan pengamatan merupakan

salah satu kegiatan yang diminati banyak siswa. Hal tersebut terbukti dengan

pencapaian tertinggi pada kelas kontrol ini.

Pengamatan juga merupakan pencapaian aktivitas siswa yang tertinggi

pada kelas eksperimen, persentase pencapaiannya mecapai 91,43%. siswa

menggunakan informasi dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk

menyelidiki masalah saat membangun pengetahuan kemudian diintegrasikan

dengan pengetahuan yang baru. Kegiatan pengamatan pada kelas eksperimen

melibatkan siswa secara aktif. Keterlibatan siswa secara aktif merupakan bagian

penting dari pembelajaran berbasis masalah.2 Siswa yang terlibat secara aktif

dalam menjawab pertanyaan disebabkan karena siswa tertaik dengan

permasalahan yang diungkapkan oleh guru sehingga termotivasi untuk membuat

hipotesis dari permasalahan tersebut. Jika siswa sudah termotivasi untuk belajar

maka dapat menjadikan pembelajaran bermakna sehingga mampu meningkatkan

hasil belajar.

Pencapaian aktivitas terendah pada kelas kontrol yaitu pada kegiatan

menyimpulkan. Pada tahapan ini siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

berdasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompoknya maupun

semua kelompok dengan kata-katanya sendiri. Persentase pencapaiannya yaitu

48,39%. Hal tersebut dapat terjadi karena pada pembelajaran konvensional siswa

bukan sebagai pusat pembelajar sehingga semua informasi diperoleh dari guru.

Penyampaian bahan pelajaran oleh guru menjadi faktor utama dalam proses

belajar sehingga siswa tidak dituntut aktif dalam memeproleh pengetahuan dari

sumber informasi lainnya. Hal tersebut berakibat pada kesimpulan yang

1Coral Pepper, Problem Based Learning in Science, Issues in Educational Research, Vol.

19, No. 2, 2011, h, 129. 2Erik De Graff, Anette Kolmos, β€œCharacteristics of Problem-Based Learning*”,

International Journal Enginering, Vol. 19, No. 5, Agustus 2010, h. 658.

40

disampaikan siswa hanya pada sebatas informasi dari guru yang tidak

diintegrasikan dengan informasi yang diperolehnya.

Pencapaian aktivitas terendah pada kelas eksperimen yaitu pada kegiatan

pembagian tugas belajar yang berkaitan dengan masalah dan menjalankannya

dengan tertib dan teratur. Persentase pencapaiannya hanya mencapai 57,14%.

Pada kegiatan ini, siswa secara berkelompok melakukan penyelidikan dan diskusi

terhadap masalah, dan mendapat bimbingan dari guru dalam proses pemecahan

masalah. Pada tahap mengembangkan dan menyajikan hasi karya, tiap perwakilan

kelompok mempersentasikan hasilnya di depan kelas. Pada tahap mengevaluasi

proses pemecahan masalah, siswa membandingkan hasil pemecahan masalah

kelompoknya dengan pemecahan masalah yang diinformasikan guru, serta

membuat kesimpulan dari pemecahan masalah tersebut. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa masing-masing anggota kelompok yang berasal dari kelas

ekperimen lebih banyak memberikan rangkuman secara jelas dan dapat

dimengerti dengan teman-teman yang lain selain itu tidak terdapat dominasi satu

orang dalam diskusi, akan tetapi semua kedua siswa saling memberikan kontribusi

dalam diskusi. Berbeda dengan kelas kontrol, anggota pada kelompok di kelas ini

tidak memberikan rangkuman secara jelas dan tidak lengkap dan terdapat

dominasi satu orang saja dalam menyampaikan rangkuman.

Aktivitas siswa pada kelas eksperimen jauh lebih meningkat dibandingkan

kelas kontrol. Hal tersebut dapat terlihat dari rata-rata hasil observasi aktivitas

siswa. Persentase aktivitas siswa pada kelas eksperimen yaitu 75,99%, sedankan

pada kelas kontrol sebesar 61,29%. Peningkatan tersebut disebabkan oleh model

pembelajaran pada kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran berbasis

masalah yang membuat siswa sebagai pusat pembelajar. Siswa yang aktif untuk

mencari informasi pelajaran dengan cara diskusi maupun melalui media. Siswa

didalam kelompoknya aktif mengerjakan tugas yang telah dibagikan dalam

kelompok. Jadi siswa fokus mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya

kemudian diinformasikan atau dibagikan kepada temen sekolompoknya. Hal

tesebut berbeda dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran

konvensional. Guru merupakan pusat pembelajar. Siswa hanya menerima apa

41

yang disampaikan guru, sehingga siswa kurang aktif dalam memberikan

konstribusimya selama pembelajaran berlangsung. Meskipun pada kelas kontrol

diadakan diskusi kelompok, namun hanya beberapa siswa saja dalam kelompok

yang mengerjakan tugas tersebut. Hal ini dikarenakan, tidak adanya pembagian

tugas yang jelas. Sehingga siswa menyerahkan tugas tersebut pada temannya yang

dianggap lebih rajin. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang

diajar dengan pembelajaran berbasis masalah lebih aktif dibandingkan siswa yang

diajar dengan pembelajaran konvensional.

B. Hasil Belajar Siswa

Kedua kelompok diberikan posttes untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran yang digunakan. Analisis hasil belajar kedua kelas dapat dilihat

pada Tabel 4.2.

KD Indikator No. soal Konsep Ranah

Kognitif Tingkat

kesukaran

Pencapaian (%) Kelas

kontrol Kelas

eksperimen Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan fungi berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran fungi dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

Menjelaskan karakteristik fungi berdasarkan tampilannya

1 Karakteristik fungi C3 Sedang 58,06 69,52

Menganalisis produk, kasus dan penyakit yang berkaiatan dengan fungi

3 Manfaat fungi C3 Mudah 97,58 92,14

4 Manfaat fungi C4 Sedang 46,77 47,86

Menganalisis peranan fungi dalam ekosistem

7 Peranan fungi C4 Sukar 57,26 65,00

Mengkalsifikasikan fungi berdasarkan ciri yang dimiliki

2 Klasifikasi fungi C3 Sedang 90,32 97,86

8 Klasifikasi fungi C3 Sukar 52,42 64,29

9 Ciri-ciri fungi C5 Sedang 55,65 63,57

Menghitung perbesaran lensa yang tepat dalam melakukan pengamatan objek menggunkan mikroskop

6

Skala perbesaran pada mikroskop

C2 Sedang 82,26 90,71

12

Skala perbesaran pada mikroskop

C2 Sangat sukar 54,84 47,14

Tabel 4.2 Analisis hasil belajar siswa antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen

42

Berdasarkan tabel 4.2. diketahui bahwa pencapain hasil belajar tertinggi

pada kelas kontrol yaitu ranah kognitif C3 pada konsep pemanfaatan fungi untuk

bahan konsumsi dengan persentase sebesar 97,58%. Pencapain ini disebabkan

oleh siswa dapat mengaplikasikan jenis fungi beracun dengan fungi yang dapat

dikonsumsi manusia berdasarkan gambar. Begitu pula dengan pencapaian hasil

belajar kelas eksperimen tertinngi yaitu pada ranah kognitif C3 dengan persentase

sebesar 97, 86%. Siswa lebih aktif melakukan pengamatan dan merasa teratrik

untuk memcahkan masalah mealui gambar yang disajikan guru. Rasa tertarik

merupakan pertanda bahwa siswa memiliki minat untuk memecahkan masalah.

Minat menyebabkan siswa aktif melakukan sesuatu yang menarik baginya. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Wijaya, dkk, yang

mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki minat belajar IPA tinggi, hasil

belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran

berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional.3 Siswa yang memiliki minat terhadap pelajaran akan melakukan

kegiatan yang dipilihnya sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk

suatu kebiasaan dalam diri siswa termasuk dalam kegiatan belajar. Dengan

demikian, minat juga berkaitan dengan aspek kognitif atau pengetahuan.

Pengetahuan dapat dikembangkan oleh siswa jiga siswa tersebut memiliki minat.

Pencapain hasil belajar terendah pada kelas kontrol yaitu ranah kognitif C4

dengan persentase sebesar 46,77%. Ranah kognitif C4 merupakan kemampuan

untuk menganalisis. Pembelajaran konvensional pada kelas kontrol tidak

3I Wayan Wijaya, I Wayan Lasmawan, I Wayan Suastra, β€œ Pengaruh Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Minat Siswa Terhadap Pelajaran IPA”, e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar, Vol.5, 2015, h. 8.

Menyimpulkan ciri-ciri fungi berdasarkan hasil pengamatan

5 Ciri-ciri fungi C4 Sedang 66,13 94,29

Menyimpulkan peranan fungi berdasarkan penjelasan dari suatu fenomena

10 Manfaat fungi C2 Sedang 61,29 72,14

11 Peranan fungi C2 Sukar 62,10 77,14

43

mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuan menganalisis. Sedangkan

pencapaian hasil belajar pada kelas eksperimen lebih besar. Hal tersebut

disebabkan oleh pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk mampu

menganalisis masalah sehingga memperoleh pemecahan masalah.

Pencapaian hasil belajar terendah yang diperoleh kelas eksperimen yaitu

pada ranah kognitif C2 dengan persentase sebesar 47,14%. Hal ini dikarenakan

pada saat proses pembelajaran siswa lebih terfokus pada pemecahan masalah

mengenai kasus-kasus pada fungi. Pada kegiatan praktikum yang menuntut siswa

untut mampu menghitung perbesaran skala, siswa kurang tertarik dalam

perhitungan matematiknya. Sedangkan pada kelas kontrol pencapaian hasil

belajarnya lebih tinggi dengan persentase sebesar 54,84%. Hal tersebut dapat

terjadi karena pada kelas kontrol tidak disajikan kasus-kasus untuk memecahkan

masalah, sehingga siswa tertarik untuk melakukan perhitungan matematisnya.

Pencapaian hasil belajar ranah kognitif C5 pada kelas eksperimen lebih

tinggi dibandingkan kelas kontrol. Persentase pencapaian kelas eksperimen yaitu

63,57% sedangkan kelas kontrol sebesar 55,65%. Ranah kognitif C5 merupakan

kemampuan untuk mengevalusai atau memberikan suatu kesimpulan.

Menyimpulkan merupakan tahapan yang sulit karena itu dibutuhkan tahapan-

tahapan sistematis. Pada pembelajaran kelas eksperimen menggunakan

pembelajaran berbasis masalah, yang mengajarkan secara sistematis dalam

memecahkan masalah dari merumuskan masalah, membuat hipotesis,

menganalisis masalah sampai pada tahap pemecahan masalah. Seperti yang

dikatakan Tan yang dikutip Rusman bahwa pembelajaran berbasis masalah

merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir

siswa betul-betul dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang

sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan

mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.4 Dalam

kelompoknya, siswa dapat bekerja sam dengan teman sekelompoknya untuk

mencari informasi mengenai masalah yang disajikan. Siswa dapat mendiskusikan

4Rusman, Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru

(Bandung: Raja Grafindo Persada, 2011) cet. Ke. 4 h. 229

44

dan bertukar pendapat sehingga menemukan solusi yang tepat. Dengan demikian,

dalam kelompoknya siswa dapat bertukar informasi sehingga memperkaya

pengetahuannya yang juga akan berdampak pada hasil belajar siswa tersebut.

Pencapaian hasil belajar kelas eksperimen memperoleh persentase rata-

rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memberikan pengaruh terhadap

hasil belajar siswa khususnya pada konsep fungi.

C. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil

Belajar Siswa

Pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar dapat

dibuktikan melalui uji hipotesis dengan uji-t. Berdasarkan hasil uji-t, diperoleh

hasil thitung sebesar 2,50 dengan taraf signifikan Ξ± = 0,05 dan jumlah siswa 35

pada kedua eksperimen dan 31 siswa pada kelas kontrol, didapat ttabel sebesar

1,99. Dengan demikian thitung (2,50) > ttabel (1,99) , maka H0 ditolak. Artiya

dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini memperlihatkan adanya pengaruh

model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar biologi siswa dalam

pembelajaran fungi.

Pengaruh pembelajaran berbasis masalah selama proses pembelajaran

sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh observer. Secara keseluruhan

pembelajaran PBM yang dibawa ke kelas membuat siswa lebih tertarik kepada

pelajaran dan dapat menuntun siswa untuk menggali informasi sendiri tanpa

menunggu penjelasan dari guru terlebih dahulu. Selain itu, siswa lebih mudah

memahami materi pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan persentase kelas

eksperimen yang menerapkan PBM lebih baik daripada kelas yang menerapkan

pembelajaran konvensioanl (Tabel 4.1), dalam hal ketepatan menjawab tiap soal.

Pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

juga dapat dibuktikan oleh penguasaan konsep siswa. Penguasaan konsep siswa

pada ranah kognitif C3, C4 dan C5 pada kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol. Persentase tertinggi pada kelas eksperimen terdapat

45

pada ranah C3 yaitu sebesar 97,86%. Sedangkan persentase terendah yaitu pada

ranah C2 sebesar 47,14%. Hal ini dikarenakan pada saat proses pembelajaran

siswa lebih terfokus pada pemecahan masalah mengenai kasus-kasus pada fungi.

meskipun, ranah C2 pada kelas eksperimen merupakan pencapaian terendah,

namun hal tersebut berbeda dengan kelas kontrol. Pada ranah C2 ini kelas kontrol

lebih unggul dibandingkan eksperimen.

Pembelajaran yang diterapkan pada kelas kontrol berupa pembelajaran

langsung. Pembelajaran ini cenderung teacher centered, artinya dalam proses

pembelajaran guru yang berperan paling dominan. Penerapan model pembelajaran

konvensional, guru menyajikan informasi tahap demi tahap sedangkan siswa

hanya memperhatikan dan menerima apa yang telah disampaikan oleh guru. Guru

memberi informasi kepada siswa tentang apa yang harus pelajari atau baca

sehingga mengakibatkan pikiran siswa yang tidak berkembang dengan baik

karena siswa tidak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi pengetahuannya.

Hasil dari pembelajaran yang demikian mengakibatkan siswa hanya terbatas

mengingat konsep-konsep dari materi pelajaran yang disampaikan oleh guru tetapi

siswa tidak memahami untuk apa konsep tersebut dipelajari.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan serangakain proses

pembelajaran yang memberikan pengalaman yang menyenangkan, tidak tegang

seperti saat pembelajaran konvesional dengan presentasi dan diskusi. Bahkan

siswa menjadi lebih fokus dan termotivasi untuk terus mencari tahu. Seperti yang

diungkapkan Kathleen Gould dkk, PBM merupakan cara yang efektif dalam

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dibandingkan pembelajaran

tradisional. 5 Motivasi merupakan salah satu penyebab meningkatnya hasil

belajar. Siswa yang sudah memiliki motivasi, maka siswa tersebut secara sukarela

dan sesuai kehendaknya akan melakukan kegiatan yang disukasinya. Siswa yang

sudah termotivasi untuk mengikuti pelajaran akan sungguh-sungguh dan senang

5Kathleen Gould, William Sadera dan Scot McNary, β€œComparing Changes in Content

Knowledge Between Online Problem Based Learning and Traditional Instruction in Undergraduate Health Professional Students”, MERLOT Journal of Online Learning and Teaching, Vol. 11, No. 1, 2015, h. 83.

46

hati dalam mengikuti pelajaran sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang

maksimal.

Pembelajaran berbasis masalah selain mempengaruhi hasil belajar juga

dapat mempengaruhi sikap dan pembelajaran konsep. Orhan Akınoğlu and Ruhan

Γ–zkardeş menungkapkan bahwa pembelajaran aktif berbasis masalah berpengaruh

terhadap prestasi akademik, perubahan sikap dan pembelajaran konsep.6

Keaktifan siswa dalam belajar membuat siswa mendapatkan pengetahuan secara

bermakna dan tidak membosankan. Agar aktifitas-aktifitas tersebut dapat berjalan

dengan baik, maka siswa dirangsang untuk berpikir dan dihadapkan pada suatu

masalah, seperti memberikan pertanyaan konseptual di awal pembelajaran untuk

menggali pengetahuan awal siswa yang berkaitan dengan permasalahan yang

dihadapi. Siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah akan mahir

dalam pengetahuannya, lebih fleksibel dan memperdalam konsep yang akan

membentuk pembelajaran sepanjang hayat.

Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil dan menerapkan pengetahuan yang diamati siswa

sebagai sesuatu yang relevan dengan masalah yang diberikan atau tugas belajar.7

Dalam kelompok, pembelajaran berbasis masalah ini memberikan kesempatan

pada siswa untuk lebih aktif dalam meningkatkan kemampuan berfikirnya untuk

memecahkan suatu masalah. Selain itu siswa juga dapat mengkonstruk

pengetahuannya sendiri dari informasi-informasi yang didapat dalam

memecahkan masalah.

Pembelajaran berbasis masalah guru telah menciptakan pembelajaran yang

aktif dan komunikatif, dimana siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya.

Artinya siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran serta berkontribusi

membangun pengetahuannya. Savery dan Duffy mengungkapkan bahwa model

PBM menciptakan suasana yang memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa

6Orhan AkΔ±noğlu and Ruhan Γ–zkardeş Tandoğan, β€œThe Effects of Problem-Based Active

Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning”, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol .3, 2011, h. 78.

7Steven Withcombe, β€œThe Influence of Pedagogy on Problem-based Learning Students’ Perceptions of Knowledge”, International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education (IJCDSE), Vol. 2, 2011. h. 519.

47

untuk mengkonstruk pengetahuannya dan bekerja sama dalam menyelesaikan

masalah.8 Sehingga dalam pembelajaran siswa dapat bertukar pikiran dengan

bebas tanpa rasa malu pada teman sekelasnya. Siswa dapat saling berinteraksi

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mengajukan gagasan-gagasan atau

mengungkapkan kritikan yang membangun secara bebas dan terbuka. Hal ini

memungkinkan siswa untuk lebih mudah menerima dan memahami materi

pembelajaran serta mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu,

model pembelajaran berbasis masalah dapat mempengaruhi hasil belajar biologi

siswa pada konsep fungi.

Berdasarkan hasil penelitian, penerapan pembelajaran berbasis masalah

terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga dapat menjadi salah

satu pilihan model pembelajaran dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

berbasis masalah dirancang untuk dapat mengaktifkan siswa, memotivasi dan

menumbuhkan minat siswa dalam memahami pelajaran sehingga penguasaan

konsep akan semakin meningkat.

8Semra Sungur dan Ceren Tekkaya,” Effects of Problem-Based Learning and Traditional

Instruction on Self-Regulated Learning”, The Journal of Educational Research, Vol. 99, No. 5, 2011, h. 308.

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Model pembelajaran berbasis masalah memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil

posttest yang dilakukan pada siswa SMA Negeri 115 Jakarta. Rata-rata hasil

belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran berbasis

masalah mencapai nilai 73,56 dibanding dengn kelas kontrol yang hanya

mencapai 65,07. Selain itu, hasil observasi terhadap siswa menunjukkan hasil

yang baik selama kegiatan pembelajaran. Berpengaruhnya pembelajaran berbasis

masalah pada hasil belajar dikarenakan melalui PBM dapat merangsang keaktifan

siswa dan kemampuan kinestetis siswa secara bersamaan. Selain itu penyajian

masalah dalam PBM dikemas secara menarik sehingga menimbulkan minat siswa.

Permasalahan-permasalahan yang disajikan berkaitan dengan kehidupan sehari-

hari sehingga dapat menimbulkan minat siswa Siswa yang memiliki minat

terhadap pelajaran akan melakukan kegiatan yang dipilihnya sendiri dan

menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri siswa

termasuk dalam kegiatan belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah maka hasil belajar siswa lebih baik daripada yang menggunakan

pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh, maka peneliti

memberikan saran sebagai berikut:

1. Pemilihan waktu yang tepat saat penelitian merupakan hal yang sangat penting,

karena berdampak pada hasil penelitian yang diteliti. Hendaknya peneliti

berdiskusi terlebih dahulu dengan pihak sekolah tentang waktu penelitian yang

tepat agar proses pembelajaran tidak terganggu.

49

2. Guru hendaknya membiasakan siswa mengikuti proses pembelajaran dengan

model-model pembelajaran yang inovatif, sehingga siswa dapat membiasakan

diri untuk belajar mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya

3. Diharapkan dengan adanya penelitian ini memotivasi rekan-rekan untuk

mengadakan penelitian lanjutan baik pada model pembelajaran berbasis

masalah yang lebih berariasi ataupun pada konsep yang berbeda agar penelitian

bisa lebih baik lagi.

50

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.

Afcariono, Muchamad. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan Inovatif, Vol. 3, No. 2, 2010.

AkΔ±noğlu, Orhan and Tandoğan ,Ruhan Γ–zkardeş. The Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol. 3. 2011.

Amir, M. Taufiq. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Prenada Media Group. 2010.

Arifin, Zaenal dan Sumbawati, Meini Sondang. Perbedaan Hasil Belajar Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPMB) Metode Planted Question dan Learning Starts With A Question Pada Mata Pelajaran Teknik Elektronika Dasar Kelas X TAV Di SMKN 2 Surabaya, Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Vol. 4, No. 1, 2015.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2011.

Etherington, Matthew B. β€œInvestigative Primary Science: A Problem-based Learning Approach”. Australian Journal of Teacher Education, Vol. 36, No. 9, 2011.

Gould, Kathleen, Sadera, William dan McNary, Scot. Comparing Changes in Content Knowledge Between Online Problem Based Learning and Traditional Instruction in Undergraduate Health Professional Students. MERLOT Journal of Online Learning and Teaching, Vol. 11, No. 1, 2015.

Graff, Erik De dan Kolmos, Anette. Characteristics of Problem-Based Learning*. International Journal Enginering, Vol. 19, No. 5, 2010.

Hande, Syamala, Mohammed C. A. dan Komattil, R Acquisition of Knowledge Generic Skills and Attitudes Through Problem-Based Learning: Student Perspectives of a Hybrid Curriculum. Journal of Taibah University Medical Sciences, 2014.

51

Hung, Woei, Jonassen, David H., dan Liu, Rude. Problem Based Learning chapter 38. Paper presented at the 2012 AERA Annual Meeting, April 8–12, San Francisco, CA.

Indarti. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Pelajaran IPA Materi Zat Aditif Makanan dan Kaitannya dengan Kesehatan Di Kelas VIII SMP Negeri 2 Malang. PENSA E-jurnal, 2011.

Jimmy, Strobel, & Barneveld, Van. When is PBL More Effective? A Meta-synthesis of Meta-analyses Comparing PBL to Conventional Classrooms. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, Vol. 3, No. 1, 2010.

Keziah, Achuonye. A Comparative Study of Problem-based and Lecturebased Learning in Secondary School Students’ Motivation to Learn Science. International Journal of Science and Technology Education Research, Vol. 1, No. 6, November 2010.

Klegeris, Andis dan Hurren, Heather. Problem-Based Learning In A Large Classroom Setting: Methodology, Student Perception and Problem Solving Skills. Proceedings of EDULEARN 11 Conference. 4-6 July 2011, Barcelona, Spain.

Mahendra, Kd., Sumantri, Md., dan Margunayasa, I Gd. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar IPA. e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, Vol. 2,

Muhson, Ali. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan, Vo. 39, No.2, 2010.

Pepper, Coral. Problem Based Learning in Science. Issues in Educational Research. Vol. 19, No. 2, 2011.

Poikela, Esa dan Poikela, Sari. Competence and Problem Based Learning: Experience, Learning and Future. Rovaniemi: Rovaniemi University of Applied Sciences Publications, 2012.

Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Pernada, 2010.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group, 2010.

Setiawan, I Gusti Agung N. Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X-2 SMA

52

Laboratorium Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 2, No. 1, 2010.

Simone, Christina De. β€œProblem-Based Learning in Teacher Education: Trajectories of Change”. International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 4, No. 12, 2014.

Skinner, Vicki J., Braunack-Mayer, Annette dan Winning, Tracey A. The Purpose and Value for Students of PBL Groups for Learning. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning (IJPBL), Vol. 9, 2015.

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempngaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

Suci, Ni Made. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 2, No.1, April 2010.

Sungur, Semra dan Tekkaya, Ceren. Effects of Problem-Based Learning and Traditional Instruction on Self-Regulated Learning. The Journal of Educational Research, Vol. 99, No. 5, 2011.

Surif, Johari, Nor Hasniza Ibrahim dan Mahani Mokhtar. β€œImplementation of Problem Based Learning in Higher Education Institutions and Its Impact on Students’ Learning”. The 4th International Research Symposium on Problem-Based Learning (IRSPBL), 2013.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2010.

Taufik. Implementasi Pembelajaran Problem Based Learning Di Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA Universitas Jambi. Jurnal Bidik, Vol. 1, No. 1, 2012.

Thonthowi, Ahmad. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa. 2010.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, 2010.

Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

53

Withcombe, Steven. The Influence of Pedagogy on Problem-based Learning Students’ Perceptions of Knowledge. International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education (IJCDSE), Vol. 2, 2011.

Widiada, I.P. G., Candiasa, Made dan Natajaya, Nyoman. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kecerdasan Logis Matematis pada Siswa Kelas X Akomodasi Perhotelan SMK PGRI Payangan. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, 2013.

Wijaya, I Wayan, Lasmawan, I Wayan, Suastra, I Wayan. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Minat Siswa Terhadap Pelajaran IPA. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar, Vol. 5, 2015

LAMPIRAN-LAMPIRAN

54

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Kelas Eksperimen Satuan Pendidikan : SMA Negeri 115 Jakarta Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : X/II Materi Pembelajaran : Fungi Pertemuan : 1 Alokasi Waktu : 4 JP x 45 menit A. Kompetensi inti: KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli

(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI-4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman

hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup. 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung

jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan fungi berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. Indikator: 3.6.1 Menjelaskan karakteristik fungi berdasarkan tampilannya. 3.6.2 Mengkalsifikasikan fungi berdasarkan ciri yang dimiliki. 3.6.3 Menghitung perbesaran lensa yang tepat dalam melakukan pengamatan

objek menggunkan mikroskop. 3.6.4 Menyimpulkan ciri-ciri fungi berdasarkan hasil pengamatan.

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran fungi dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis. Indikator: 4.6.1 Melakukan presentasi hasil pengamatan fungi secara makroskopis dan

mikroskopis

55

4.6.2 Membuat laporan hasil pengamatan tentang fungi C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat mendeskripsikan ciri-ciri umum, struktur tubuh dan cara reproduksi fungi.

2. Siswa dapat mengelompokkan fungi berdasarkan ciri-ciri yang diamati . 3. Siswa dapat menyimpulkan ciri-ciri dan cara reproduksi fungi Zygomycota,

Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota berdasarkan hasil pengamatan secara teliti dan sistematis.

D. Materi Pembelajaran Ciri-ciri fungi

1) Bersifat eukariotik; 2) bersifat heterotrof; 3) multiseluler dan uniseluler; 4) dinding sel terbuat dari zat kitin; 5) tidak memiliki akar dan daun sejati; 6) hidup pada kondisi lingkungan yang lembab; 7) tersusun atas hifa yang akan membentuk anyaman (miselium); 8) terdapat dua macam hifa yaitu hifa bersekat (bersepta) dan hifa yang tidak

bersekat (asepta) Cara hidup

1) Saproba/ pengurai 2) Parasit 3) Simbiosis dengan organisme lain (liken, mikoriza)

Reproduksi 1) Secara aseksual dilakukan dengan membentuk tunas, fragmentasi miselium

atau membentuk spora 2) Secara seksual dengan cara konjugasi untuk membentuk spora seksual

Klasifikasi 1) Zygomycota 2) Ascomycota 3) Basidiomycota 4) Deuteromycota

Klasifikasi jamur terutama didasarkan pada ciri-ciri spora seksual dan tubuh buah selama tahap-tahap seksual dalam daur hidupnya. Jamur yang diketahui tingkat seksualnya disebut jamur perfecti (sempurna). Jamur yang belum diketahui tingkat seksualnya disebut imperfecti. Selama belum diketahui tingkat kesempurnaan alat reproduksinya maka digolongkan pada fungi imperfecti atau Deuteromycota.

E. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model : Pembelajaran berbasis masalah 2. Metode : Praktikum, diskusi

56

F. Kegiatan Pembelajaran

No Tahap Aktivitas Alokasi

waktu Guru Siswa

1 Kegiatan awal

β€’ Motivasi: Guru menampilkan gambar jamur, lalu meminta siswa untuk memperhatikan gambar berikut!

Guru bertanya kepada siswa β€œGambar apakah ini?”

β€’ Apersepsi: Guru memberikan pertanyaan kepada siswa: - Apakah yang

dimaksud dengan fungi? Termasuk hewan atau tumbuhankan fungi itu!

β€’ Guru menyampaikan

inti tujuan pembelajaran

β€’ Guru membagi siswa menjadi 5-6 kelompok dan meminta siswa untuk duduk berkelompok

β€’ Siswa memperhatikan gambar fungi

(Mengamati) β€’ Siswa memberikan

jawabaan dari pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan: Roti buluk/ roti yang sudah berjamur

β€’ Siswa memberikan

jawabaan dari pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan:

- Fungi adalah organisme eukariotik, uniseluler dan multiseluler yang heterotrof dan memiliki dinding sel yang terbuat dari zat kitin. Oleh karena itu fungi bukanlah tumbuhan atau hewan.

β€’ Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran hari ini

β€’ Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing

15 menit

2 Kegiatan inti a.Orientasi

siswa terhadap masalah

β€’ Guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang berkaiatan dengan ciri-ciri/ karakteristik fungi

β€’ Siswa menyimak dan menjawab pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan:

10 menit

57

divisi Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota 1.Mengapa fungi

semula dimasukkan ke dalam kingdom tumbuhan, tetapi kemudian dipisahkan menjadi kingdom fungi!

2.Pernahkah kalian menemukan roti yang sudah tidak layak untuk dimakan (roti buluk). Biasanya roti-roti tersebut tidak layak dimakan karena pada permukaan roti tersebut terdapat suatu organisme yang disebut sebaai fungi/jamur. roti yang sudah

1.Fungi adalah

organisme yang menyerupai tanaman, tetapi mempunyai beberapa perbedaan sebagai berikut: o Tidak mempunyai

klorofil o Mempunyai

dinding sel dengan komposisi berbeda

o Berkembang biak dengan spora

o Tidak mempunyai batang/cabang, akar, atau daun

o Tidak mempunyai sistem vaskular (sistem pengangkut) seperti pada tanaman

o Bersifat multiseluler tetapi tidak memiliki pembagian fungsi masing-masing bagian seperti pada tanaman

2.Fungi ditemukan pada roti yang sudah kadaluarsa (buluk). Hifa yang dihasilkan fungi menyebar diseluruh permukaan makanan, menembus, dan menyerap nutrisi. Dalam fase aseksual, sporangium-sporangium bulat berwarna hitam berkembang pada ujung hifa. Dalam

58

berjamur tidak layak dikonsumsi karena kandungan didalam roti tersebut sudah terkontaminasi dengan organisme lainnya. Roti yang layak dikonsumsi hanya bertahan satu minggu, jika lebih dari itu, roti akan mulai dihinggapai jamur. Bagaimana fungi/jamur dapat hidup pada roti. Jika fungi pada roti berbahaya bagi kesehatan, bagaimanakah fungi yang terdapat pada tempe dan oncom.

sporangium, ratusan spora haploid berkembang dan tersebar melalui udara. Spora yang kebetulan jatuh pada makanan yang lembab akan berkecambah, tumbuh menjadi fungi yang baru. Fungi pada roti buluk merugikan, sedangkan fungi pada oncom dan tempe menguntungkan, karena fungi pada oncom dan tempe dapat meningkatkan nilai gizi. Hal itu juga terlihat dari jenis fungi pada roti berbeda dengan fungi pada tempe dan oncom.

b. Mengoraganisasikan siswa untuk belajar

β€’ Guru memberikan pertanyaan β€œbagaimana cara membuktikan bahwa roti yang sudah kadaluarsa ditandai dengan tumbuhnya suatu organisme yaitu fungi?”

β€’ Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS 1) pada setiap kelompok dan memberikan penjelasan singkat tentang pembelajaran hari ini

β€’ Siwa menjawab pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan: praktikum pengamatan fungi pada roti kadaluarsa

β€’ Siswa menerima

LKS yang diberikan guru dan mendengarkan penjelasan singkat dari guru dan mengajukan pertanyaan apabila ada yang belum dimengerti (Menanya)

c. Membimbing penyelidikan individual atau kelompok

β€’ Siswa diminta untuk membaca panduan praktikum pengamatan fungi divisi Zygomycota,

β€’ Siswa membaca panduan praktikum

55 menit

59

Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota serta bahan diskusi pada LKS

β€’ Guru membimbing siswa dalam melaksanakan praktikum dan melakukan penilaian terhadap kinerja siswa

β€’ Siswa melaksanakan

praktikum identifikasi dan pengamatan fungi secara mikroskopis maupun makroskopis divisi Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota. Untuk pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop cahaya. (Mengumpulkan data/ eksporasi/ praktikum)

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

β€’ Guru meminta siswa mengisi tabel pengamatan sesuai dengan hasil yang diperoleh, secara jujur pada Lembar Kerja Siswa

β€’ Guru meminta siswa mengembangkan temuan hasil praktikum dengan kelompok

β€’ Guru meminta siswa untuk mendiskusikan LKS yang sudah diberikan dan memecahkan soal yang ada

β€’ Guru meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk melaporkan hasil diskusi

β€’ Siswa mengisi tabel pengamatan sesuai dengan hasil yang diperoleh

β€’ Siswa mengembangkan temuan hasil praktikum dengan kelompok

β€’ Siswa mendiskusikan bahan diskusi dengan teman sekelompoknya (Mengasosiasi)

β€’ Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas

(Mengkomunikasikan)

45 menit

60

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

β€’ Guru meminta setiap kelompok untuk memberikan pertanyaan, tambahan atau sanggahan

β€’ Guru menambahkan jawaban yang diberikan oleh tiap kelompok dan menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa

β€’ Guru dan siswa membahas hasil temuan yang diperoleh dari eksperimen sampai pada penyepakatan atau kesimpulan

β€’ Guru meminta siswa untuk menyimpulkan pelajaran hari ini

β€’ Siswa dari tiap kelompok memberikan pertanyaan, tambahan atau sanggahan

β€’ Menyimak penyempurnaan jawaban dari guru

β€’ Guru dan siswa

membahas hasil temuan yang diperoleh dari eksperimen sampai pada penyepakatan atau kesimpulan

β€’ Siswa memyimpulkan materi yang sudah diplajari hari ini

20 menit

3 Kegiatan akhir

β€’ Guru meminta siswa untuk mencari informasi tentang berbagai fungi yang edibel/bisa dimakan dan jamur yang toksik/beracun

β€’ Siswa mencatat tugas yang diberikan guru

15 menit

G. Alat, Bahan dan Sumber Pembelajaran 1. Alat/Bahan : Tempe, oncom, roti, jamur merang, jamur kuping, jamur kayu/liar,

air, jarum atau pinset, mikroskop, pipet, kaca objek dan penutupnya, LKS 1.

2. Sumber : Irnaningtyas. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013.

Sri Pujiyanto. Menjelajah Dunia Biologi 1. Jakarta: Platinum, 2013

H. Penilaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen

Observasi guru Lembar observasi kinerja selama praktikum (terlampir) Tes Tertulis Posttest (terlampir)

61

Mengetahui, Guru Bidang Studi Biologi Drs. Muhamad Anwari, M.Pd NIP. 1966072 199412 1 002

Jakarta,16 Januari 2015 Peneliti

Izkar Sobhah NIM.1110016100027

62

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 115 Jakarta Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : X/II Materi Pembelajaran : Fungi Pertemuan : 2 Alokasi Waktu : 4 JP x 45 menit A. Kompetensi inti: KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli

(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI-4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman

hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup. 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung

jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan fungi berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. Indikator: 3.6.5 Menganalisis produk, kasus dan penyakit yang berkaiatan dengan fungi. 3.6.6 Menganalisis peranan fungi dalam ekosistem 3.6.7 Menyimpulkan peranan fungi berdasarkan penjelasan dari suatu fenomena

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran fungi dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis. Indikator: 4.6.3 Membuat laporan tertulis peran fungi dalam kehidupan

63

C. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mengelompokkan berbagai fungi yang dapat dimakan dan yang

beracun 2. Siswa dapat menganalisis berbagai kasus, kondisi dan produk yang berhubungan

dengan fungi 3. Siswa dapat menyimpulkan berbagai peranan fungi dalam kehidupan

D. Materi Pembelajaran Fungi dapat bersimbiosis dengan organisme lainnya membentuk

1. Liken, simbiosis fungi dengan alga. 2. Mikoriza, simbiosis antara fungi dengan akar tumbuhan.

Fungi memiliki peranan dalam kehidupan diantaranya yaitu: 1. Peran ekologis, fungi menguraikan sisa-sisa organisme mati menjadi bahan

organik yang berguna sebagai nutrisi tumbuhan 2. Peran ekonomis, beberapa jenis fungi (jamur tiram, jamur merang, jamur

kuping) dapat diakan tubuh buahnya. Jamur-jamur tersebut dapat dimakan manusia karena tidak berbahaya dan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Selain jamur tersebut, ada beberapa fungi yang dimanfaatkan untuk mengolah bahan pangan , misalnya Rhizopus stolonifer untuk membuat tempe, Neurosopra sitophila untuk membuat oncom, Saccharomyces cerevisisae untuk membuat tapai dan roti.

3. Peran medis, Penicillium yang dapat menghasilkan antibiotik penisilin. 4. Pengembangan Iptek, fungi dimanfaatkan dalam program reboisasi, terutama

fungi yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan membentuk mikoriza. Selain memilki peranan yang menguntungkan, fungi juga memiliki peranan

yang merugikan diantaranya yaitu: 1. Pada manusia, Aspergillus nidulans, Aspergillus niger. Keduanya

menyebabkan penyakit pada telinga (otomikosis). Aspergillus flavus, menghasilkan racun alfatoksin yang menyebabkan kanker pada manusia. Epidermophyton floocosum, penyebab penyakit kaki atlet pada manusia.

2. Pada hewan, Aspergillus fumigatus, menyebabkan penyakit paru-paru burung (aspergilosis).

3. Pada tanaman, Phytophthora infestan, penyakit pada kentang. Helminthosporium oryzae, hidup parasit sehingga dapat merusak kecambah daun buah serta menimbukan noda-noda berwarna hitam pada daun inangnya.

E. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model : Pembelajaran berbasis masalah 2. Metode : Diskusi

F. Kegiatan Pembelajaran

No Tahap Aktivitas Alokasi

waktu Guru Siswa

1 Kegiatan awal

β€’ Motivasi: Guru menampilkan gambar jamur, lalu meminta siswa untuk memperhatikan gambar

β€’ Siswa memperhatikan gambar fungi

(Mengamati)

15 menit

64

berikut!

Guru bertanya kepada siswa β€œApakah jamur tersebut dapat dikonsumsi oleh manusia?”

β€’ Apersepsi:

Guru memberikan pertanyaan kepada siswa: βˆ’ Sebutkan klasifikasi

fungi beserta contoh spesiesnya

β€’ Guru menyampaikan inti

tujuan pembelajaran

β€’ Guru meminta siswa

untuk duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing

β€’ Siswa memberikan

jawabaan dari pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan: Tidak. Karena jamur tersebut memiliki ciri-ciri seperti jamur yang beracun

β€’ Siswa menjawab pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan:

- Zygomycota, contoh, Rhizopus oryzae

- Ascomycota, contoh, Saccharomyces cerevisiae

- Basidiomycota, contoh, Volvariella volvaceae

- Deuteromycota, contoh, Epidermophyton floocosum

β€’ Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran hari ini

β€’ Siswa duduk dalam kelompoknya

Kegiatan inti

a.Orientasi siswa terhadap masalah

β€’ Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai:

βˆ’ Di Indonesia, kasus keracunan jamur cukup sering terjadi. Tingkat keparahannyapun bermacam-macam. Ada yang membuat

β€’ Siswa menyimak dan menjawab pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan: βˆ’ Ciri-ciri jamur

beracun: memiliki warna yang agak mencolok misalnya merah darah, hitam, cokelat, hijau tua,

15 menit

65

pemakannya sekedar berhalusinasi, tetapi adapula yang bersifat mematikan. Jamur Psilocybe dipercaya akan membuat efek halusinogenik atau menyebabkan halusinasi. Akan tetapi, tak sedikit juga jamur yang memiliki zat beracun, diantaranya jamur Amanita, Lepoita Collybia dn Boletus. Untuk pencegahan dan pengobatan akibat keracunan jamur dapat dilakukan dengan mengetahui ciri, kandungan senyawa racun, serta efek toksik yang ditimbulkan. Jadi bagaimanakah cara Anda membedakan jamur yang bearcun dengan jamur yang dapat dikonsumsi?

- Memberikan kasus mengenai produk yang berhubungan dengan fungi dan kasus penyakit dan keracunan yang dihubungkan dengan aktivitas fungi yang terdapat pada LKS 2

biru tua dan sejenisnya; jamur beracun tumbuh pada tempat yang kotor (misalnya tempat pembuangan sampah dan pada kotoran hewan), serta memiliki bau busuk karena mengandung senyawa sulfida atau sianida sehingga jarang dihinggapi serangga atau binatang kecil lainnya

b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

β€’ Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS 2) pada setiap kelompok

β€’ Siswa menerima LKS yang diberikan guru dan mengajukan pertanyaan apabila ada hal yang belum

15 menit

66

β€’ Siswa diminta

memperhatikan gambar yang terdapat di LKS

β€’ Guru mengajukan pertanyaan - Diantara gambar

tersebut, jamur manakah yang dapat dikonsumsi oleh manusia?

dimengerti (Menanya)

β€’ Siswa memperhatikan gambar yang terdapat di LKS

β€’ Siswa menjawab pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan: - Jamur merang,

jamur kancing, jamur kuping

c. Membimbing

penyelidikan individual atau kelompok

β€’ Siswa diminta untuk mendiskusikan bebarapa kasus yang terdapat pada LKS

β€’ Guru membimbing siswa dalam melaksanakan diskusi dan melakukan observasi aktivitas siswa

β€’ Siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya

β€’ Siswa melaksanakan

diskusi untuk memcahkan masalah yang terdapat pada LKS (Mengumpulkan data/ eksporasi/)

50 menit

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

β€’ Guru meminta siswa untuk mencatat hasil diskusinya

β€’ Guru meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk memaparkan hasil diskusinya

β€’ Siswa mencatat hasil diskusinya (Mengasosiasi)

β€’ Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas (Mengkomunikasikan)

50 menit

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

β€’ Guru meminta setiap kelompok untuk memberikan pertanyaan, tambahan atau sanggahan

β€’ Guru menambahkan jawaban yang diberikan oleh tiap kelompok dan menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa

β€’ Guru bersama dengan siswa membahas hasil temuan yang diperoleh

β€’ Siswa memberikan pertanyaan, tambahan atau sanggahan

β€’ Siswa menyimak

penyempurnaan jawaban dari guru

β€’ Guru dan siswa

membahas hasil temuan yang

20 menit

67

dari hasil diskusi sampai pada penyepakatan atau kesimpulan

β€’ Guru meminta siswa untuk menyimpulkan pelajaran hari ini

diperoleh dari diskusi sampai pada penyepakatan atau kesimpulan

β€’ Siswa memyimpulkan materi yang sudah diplajari hari ini

3 Kegiatan akhir

β€’ Guru memberikan pemantapan (kesimpulan ) dari apa yang telah dipelajari

β€’ Siswa mendengarkan penjelasan guru

15 menit

G. Alat, Bahan dan Sumber Pembelajaran

1. Alat dan Bahan : Laptop, LCD, LKS 2 2. Sumber: Irnaningtyas. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013.

Sri Pujiyanto. Menjelajah Dunia Biologi 1. Jakarta: Platinum, 2013

H. Penilaian Teknik Bentuk Instrumen

Observasi guru Lembar observasi kegiatan diskusi (terlampir) Tes Tertulis Postest (terlampir)

Mengetahui, Guru Bidang Studi Biologi Drs. Muhamad Anwari, M.Pd NIP. 1966072 199412 1 002

Jakarta, 23 Januari 2015 Peneliti

Izkar Sobhah NIM.1110016100027

68

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Kelas Kontrol Satuan Pendidikan : SMA Negeri 115 Jakarta Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : X/II Materi Pembelajaran : Fungi Pertemuan : 1 Alokasi Waktu : 4 JP x 45 menit A. Kompetensi inti: KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli

(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI-4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman

hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup. 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung

jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan fungi berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. Indikator: 3.6.1 Menjelaskan karakteristik fungi berdasarkan tampilannya. 3.6.2 Mengkalsifikasikan fungi berdasarkan ciri yang dimiliki. 3.6.3 Menghitung perbesaran lensa yang tepat dalam melakukan pengamatan

objek menggunkan mikroskop. 3.6.4 Menyimpulkan ciri-ciri fungi berdasarkan hasil pengamatan.

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran fungi dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis. Indikator: 4.6.1 Melakukan presentasi hasil pengamatan fungi secara makroskopis dan

mikroskopis.

69

4.6.2 Membuat laporan hasil pengamatan tentang fungi. C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat mendeskripsikan ciri-ciri umum, struktur tubuh dan cara reproduksi fungi.

2. Siswa dapat mengelompokkan fungi berdasarkan ciri-ciri yang diamati . 3. Siswa dapat menyimpulkan ciri-ciri dan cara reproduksi fungi Zygomycota,

Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota berdasarkan hasil pengamatan secara teliti dan sistematis.

4. Siswa dapat memunculkan keterampilan generik sains dalam proses pembelajaran.

D. Materi Pembelajaran Ciri-ciri fungi

1) Bersifat eukariotik; 2) bersifat heterotrof; 3) multiseluler dan uniseluler; 4) dinding sel terbuat dari zat kitin; 5) tidak memiliki akar dan daun sejati; 6) hidup pada kondisi lingkungan yang lembab; 7) tersusun atas hifa yang akan membentuk anyaman (miselium); 8) terdapat dua macam hifa yaitu hifa bersekat (bersepta) dan hifa yang tidak

bersekat (asepta) Cara hidup

1) Saproba/ pengurai 2) Parasit 3) Simbiosis dengan organisme lain (liken, mikoriza)

Reproduksi 1) Secara aseksual dilakukan dengan membentuk tunas, fragmentasi miselium

atau membentuk spora 2) Secara seksual dengan cara konjugasi untuk membentuk spora seksual

Klasifikasi 1) Zygomycota 2) Ascomycota 3) Basidiomycota 4) Deuteromycota

Klasifikasi jamur terutama didasarkan pada ciri-ciri spora seksual dan tubuh buah selama tahap-tahap seksual dalam daur hidupnya. Jamur yang diketahui tingkat seksualnya disebut jamur perfecti (sempurna). Jamur yang belum diketahui tingkat seksualnya disebut imperfecti. Selama belum diketahui tingkat kesempurnaan alat reproduksinya maka digolongkan pada fungi imperfecti atau Deuteromycota.

E. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model : Pembelajaran konvensional (Pembelajaran langsung) 2. Metode : Diskusi

70

F. Kegiatan Pembelajaran

No Tahap Aktivitas Alokasi

waktu Guru Siswa

1 Kegiatan awal

β€’ Motivasi: Guru menampilkan gambar jamur, lalu meminta siswa untuk memperhatikan gambar berikut!

Guru bertanya kepada siswa β€œGambar apakah ini?”

β€’ Apersepsi: Guru memberikan pertanyaan kepada siswa: - Apakah yang

dimaksud dengan fungi? Termasuk hewan atau tumbuhankan fungi itu!

β€’ Guru menyampaikan inti

tujuan pembelajaran β€’ Guru membagi siswa

menjadi 6-7 kelompok dan meminta siswa untuk duduk berkelompok

β€’ Siswa memperhatikan gambar fungi

β€’ Siswa memberikan

jawabaan dari pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan: Roti buluk/ roti yang sudah berjamur

β€’ Siswa memberikan

jawabaan dari pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan:

- Fungi adalah organisme eukariotik, uniseluler dan multiseluler yang heterotrof dan memiliki dinding sel yang terbuat dari zat kitin. Oleh karena itu fungi bukanlah tumbuhan atau hewan.

β€’ Siswa mendengarkan

tujuan pembelajaran hari ini

β€’ Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing

20 menit

2 Kegiatan Inti

Mengamati β€’ Guru meminta siswa

untuk mengamati

Mengamati β€’ Siswa mengamati

berbagai jenis jamur

10 menit

71

berbagai jenis jamur yang dibawa siswa

β€’ Guru meminta siswa untuk membaca literatur tentang syarat hidup jamur dari berbagai sumber

yang dibawa

β€’ Siswa membaca literatur tentang syarat hidup jamur dari berbagai sumber

Menanya β€’ Guru memotivasi siswa

untuk membuat pertanyaan tentang berbagai macam fungi

Menanya β€’ Siswa membuat

pertanyaan tentang: - Bagaimana

pengelompokan fungi

- Apa ciri-ciri dan karakteristik jamur yang membedakannya dengan organisme lain

- Apa syarat hidup jamur

10 menit

Mengumpulkan Data (Eksperimen/ Eksplorasi) β€’ Guru memberikan

penjelasan cara kerja dalam eksperimen

β€’ Guru meminta siswa untuk menyiapkan alat dan bahan percobaan

β€’ Guru meminta siswa

untuk mengamati morfologi fungi mikroskopis dari berbagai bahan (roti, oncom, dan tempe), jamur cendawan, menggambar hasil pengematan, menandai nama-nama bagian-bagiannya

β€’ Guru meminta siswa melakukan pengamatan morfologi mikroskopis dan makroskopis

β€’ Guru meminta siswa melakukan pengamatan

Mengumpulkan Data (Eksperimen/ Eksplorasi) β€’ Siswa mendengarkan

penjelasan cara kerja dalam eksperimen

β€’ Siswa menyiapkan alat dan bahan percobaan yang telah disiapkan oleh guru

β€’ Siswa dalam kelompok mengamati morfologi fungi mikroskopis dari berbagai bahan (roti, oncom, dan tempe), jamur cendawan, menggambar hasil pengematan, menandai nama-nama bagian-bagiannya

β€’ Siswa melakukan pengamatan morfologi mikroskopis dan makroskopis

β€’ Melakukan pengamatan tubuh

55 menit

72

tubuh buah jamur makroskopis (cendawan)

buah jamur makroskopis (cendawan)

Mengasosiasikan β€’ Guru meminta siswa

mengisi tabel pengamatan sesuai dengan hasil yang diperoleh secara jujur pada Lembar Kerja Siswa

β€’ Guru meminta siswa mengembangkan temuan hasil eksperimen dengan kelompok

β€’ Guru meminta siswa membuat laporan hasil pengamatan mikroskopis dan makroskopis jamur secara tertulis sesuai kaidah penulisan yang berlaku atau presentasi

Mengasosiasikan β€’ Siswa mengisi tabel

pengamatan sesuai dengan hasil yang diperoleh secara jujur pada Lembar Kerja Siswa

β€’ Siswa mengembangkan temuan hasil eksperimen dengan kelompok

β€’ Siswa membuat laporan hasil pengamatan mikroskopis dan makroskopis jamur secara tertulis sesuai kaidah penulisan yang berlaku atau presentasi

35 menit

Mengkomunikasikan β€’ Guru meminta siswa

mempresentasikan dan mengumpulkan laporan hasil pengamatan mikroskopis dan makroskopis fungi secara tertulis sesuai kaidah penulisan yang berlaku

β€’ Guru dan siswa membahas hasil temuan yang diperoleh dari eksperimen sampai pada penyepakatan atau kesimpulan

β€’ Guru meminta salah satu peserta didik menyimpulkan ke depan secara bergantian

Mengkomunikasikan β€’ Siswa

mempresentasikan dan mengumpulkan laporan hasil pengamatan mikroskopis dan makroskopis fungi secara tertulis sesuai kaidah penulisan yang berlaku

β€’ Siswa dan guru membahas hasil temuan yang diperoleh dari eksperimen sampai pada penyepakatan atau kesimpulan

β€’ Salah satu peserta didik menyimpulkan ke depan secara bergantian tentang:

35 menit

73

tentang: Ciri umum jamur Klasifikasi jamur

dan contoh dari masing-masing kelas jamur

β€’ Guru memberikan penguatan berupa penjelasan sebagai penyempurnaan kesimpulan yang dihasilkan siswa

Ciri umum jamur Klasifikasi jamur

dan contoh dari masing-masing kelas jamur

β€’ Siswa mendengarkan

penguatan dari guru berupa penjelasan sebagai penyempurnaan kesimpulan yang dihasilkan siswa

3 Kegiatan akhir

β€’ Guru meminta siswa untuk mencari informasi tentang berbagai fungi yang edibel/bisa dimakan dan jamur yang toksik/beracun

β€’ Siswa mencatat tugas yang diberikan guru

15 menit

G. Alat, Bahan dan Sumber Pembelajaran

1. Alat/Bahan : Tempe, oncom, roti, jamur merang, jamur kuping, jamur kancing, jamur kayu/liar, kancing, jamur kayu/liar, air, jarum atau pinset, mikroskop, pipet, kaca objek, dan penutupnya LKS 1

2. Sumber : Irnaningtyas. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga,2013. Sri Pujiyanto. Menjelajah Dunia Biologi 1. Jakarta: Platinum, 2013

H. Penilaian Teknik Bentuk Instrumen

Observasi guru Lembar observasi kinerja selama praktikum (terlampir) Tes Tertulis Postest (terlampir)

Mengetahui, Guru Bidang Studi Biologi Drs. Muhamad Anwari, M.Pd NIP. 1966072 199412 1 002

Jakarta, 15 Januari 2015 Peneliti

Izkar Sobhah NIM.1110016100027

74

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 115 Jakarta Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : X/II Materi Pembelajaran : Fungi Pertemuan : 2 Alokasi Waktu : 4 JP x 45 menit A. Kompetensi inti: KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli

(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI-4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman

hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup. 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung

jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan fungi berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. Indikator:

3.6.5 Menganalisis produk, kasus dan penyakit yang berkaiatan dengan fungi. 3.6.6 Menganalisis peranan fungi dalam ekosistem 3.6.7 Menyimpulkan peranan fungi berdasarkan penjelasan dari suatu

fenomena 4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran fungi dalam kehidupan dan

lingkungan dalam bentuk laporan tertulis. Indikator:

4.6.3 Membuat laporan tertulis peran fungi dalam kehidupan

75

C. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mengelompokkan berbagai fungi yang dapat dimakan dan yang

beracun 2. Siswa dapat menganalisis berbagai kasus, kondisi dan produk yang berhubungan

dengan fungi 3. Siswa dapat menyimpulkan berbagai peranan fungi dalam kehidupan

D. Materi Pembelajaran Fungi dapat bersimbiosis dengan organisme lainnya membentuk

1. Liken, simbiosis fungi dengan alga. 2. Mikoriza, simbiosis antara fungi dengan akar tumbuhan.

Fungi memiliki peranan dalam kehidupan diantaranya yaitu: 1. Peran ekologis, fungi menguraikan sisa-sisa organisme mati menjadi bahan

organik yang berguna sebagai nutrisi tumbuhan 2. Peran ekonomis, beberapa jenis fungi (jamur tiram, jamur merang, jamur

kuping) dapat diakan tubuh buahnya. Jamur-jamur tersebut dapat dimakan manusia karena tidak berbahaya dan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Selain jamur tersebut, ada beberapa fungi yang dimanfaatkan untuk mengolah bahan pangan , misalnya Rhizopus stolonifer untuk membuat tempe, Neurosopra sitophila untuk membuat oncom, Saccharomyces cerevisisae untuk membuat tapai dan roti.

3. Peran medis, Penicillium yang dapat menghasilkan antibiotik penisilin. 4. Pengembangan Iptek, fungi dimanfaatkan dalam program reboisasi, terutama

fungi yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan membentuk mikoriza. Selain memilki peranan yang menguntungkan, fungi juga memiliki peranan

yang merugikan diantaranya yaitu: 1. Pada manusia, Aspergillus nidulans, Aspergillus niger. Keduanya

menyebabkan penyakit pada telinga (otomikosis). Aspergillus flavus, menghasilkan racun alfatoksin yang menyebabkan kanker pada manusia. Epidermophyton floocosum, penyebab penyakit kaki atlet pada manusia.

2. Pada hewan, Aspergillus fumigatus, menyebabkan penyakit paru-paru burung (aspergilosis).

3. Pada tanaman, Phytophthora infestan, penyakit pada kentang. Helminthosporium oryzae, hidup parasit sehingga dapat merusak kecambah daun buah serta menimbukan noda-noda berwarna hitam pada daun inangnya.

E. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model : Pembelajaran konvensional (Pembelajaran langsung) 2. Metode : Diskusi

F. Kegiatan Pembelajaran

No Tahap Aktivitas Alokasi

waktu Guru Siswa

1 Kegiatan awal

β€’ Motivasi: Guru menampilkan gambar jamur, lalu

β€’ Siswa memperhatikan gambar fungi

20 menit

76

meminta siswa untuk memperhatikan gambar berikut!

Guru bertanya kepada siswa β€œApakah jamur tersebut dapat dikonsumsi oleh manusia?”

β€’ Apersepsi:

Guru memberikan pertanyaan kepada siswa: βˆ’ Sebutkan klasifikasi

fungi beserta contoh spesiesnya

β€’ Guru menyampaikan inti

tujuan pembelajaran β€’ Meminta siswa untuk

duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing

(Mengamati)

β€’ Siswa memberikan

jawabaan dari pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan: Tidak. Karena jamur tersebut memiliki ciri-ciri seperti jamur yang beracun

β€’ Siswa menjawab pertanyaan guru Jawaban yang diharapkan:

- Zygomycota, contoh, Rhizopus oryzae

- Ascomycota, contoh, Saccharomyces cerevisiae

- Basidiomycota, contoh, Volvariella volvaceae

- Deuteromycota, contoh, Epidermophyton floocosum

β€’ Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran hari ini

β€’ Siswa duduk dalam kelompoknya

2 Kegiatan Inti

Mengamati β€’ Guru meminta siswa

mengamati berbagai jenis jamur yang dapat dikonsumsi

β€’ Guru meinta siswa membaca literatur tentang peran fungi dalam kehidupan dari

Mengamati β€’ Siswa mengamati

berbagai jenis jamur yang dapat dikonsumsi

β€’ Siswa membaca literatur tentang peran fungi dalam kehidupan dari berbagai sumber

10 menit

77

berbagai sumber

Menanya β€’ Guru memotivasi siswa

untuk membuat pertanyaan tentang peranan jamur dalam kelangsungan hidup di bumi

Menanya β€’ Siswa membuat

pertanyaan tentang: βˆ’ Apa peranan jamur

dalam kelangsungan hidup di bumi?

10 menit

Mengumpulkan Data (Eksperimen/ Eksplorasi) β€’ Guru membagikan LKS

yang berisi bahan diskusi kepada tiap kelompok

β€’ Guru meminta siswa untuk mendiskusikan permasalahan yang terdapat pada LKS

β€’ Guru meminta siswa untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai jamur yang edibel/bisa dimakan dan jamur yang toksik/beracun dan peranan yang lain dari setiap anggota dari kelompok

Mengumpulkan Data (Eksperimen/ Eksplorasi) β€’ Siswa menerima LKS

yanng diberikan guru

β€’ Siswa mendiskusikan permasalahan yang terdapat pada LKS

β€’ Siswa dalam kelompok mengumpulkan informasi tentang berbagai jamur yang edibel/bisa dimakan dan jamur yang toksik/beracun dan peranan yang lain

55 menit

Mengkomunikasikan β€’ Guru meminta siswa

untuk membahas hasil temuan yang diperoleh dari diskusi sampai pada penyepakatan atau kesimpulan

β€’ Guru meminta siswa melaporkan peran jamur dalam kehidupan, dan memecahkan masalah apabila keberadaan jamur dalam suatu ekosistem terganggu

β€’ Guru memberikan

penguatan berupa penjelasan sebagai

Mengkomunikasikan β€’ Siswa

mempresentasikan hasil temuan yang diperoleh dari diskusi sampai pada penyepakatan atau kesimpulan

β€’ Siswa siswa melaporkan peran jamur dalam kehidupan, dan memecahkan masalah apabila keberadaan jamur dalam suatu ekosistem terganggu

β€’ Siswa mendengarkan penguatan dari guru berupa penjelasan

35 menit

78

penyempurnaan jawaban siswa

sebagai penyempurnaan kesimpulan yang dihasilkan siswa

Mengasosiasi - Guru meminta siswa

untuk menyimpulkan peran penting jamur dalam kelangsungann hidup di bumi

Mengasosiasi - Siswa menyimpulkan

peran penting jamur dalam kelangsungann hidup di bumi

35 menit

3 Kegiatan akhir

β€’ Guru meminta siswa mengumpulkan laporan peranan fungi dalam kehidupan

β€’ Siswa mengumpulkan laporan peranan fungi dalam kehidupan

15 menit

G. Alat, Bahan dan Sumber Pembelajaran

1. Alat dan Bahan : Laptop, LCD, LKS 2 2. Sumber: Irnaningtyas. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013.

Sri Pujiyanto. Menjelajah Dunia Biologi 1. Jakarta: Platinum, 2013 H. Penilaian

Teknik Bentuk Instrumen Observasi Lembar observasi kegiatan diskusi (terlampir) Tes Tertulis Pretest dan Postest (terlampir)

Mengetahui, Guru Bidang Studi Biologi Drs. Muhamad Anwari, M.Pd NIP. 1966072 199412 1 002

Jakarta, 22 Januari 2015 Peneliti Izkar Sobhah NIM.1110016100027

79

Lampiran 3

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 1

(KELAS EKSPERIMEN) Kelompok : Kelas :

Anggota :

Kegiatan 1

Hari/tanggal :

Tujuan: 1. Mengamati struktur tubuh berbagai jenis fungi mikroskopis dan makroskopis di lingkungan sekitar

2. Mengidentifikasi ciri-ciri fungi divisi Zygomycota dan Ascomycota 3. Mengelompokkan fungi berdasarkan ciri-ciri yang diamati

Permasalahan:

Pernahkah Anda menemukan roti yang sudah tidak layak untuk dimakan atau roti buluk. Biasanya roti-roti tersebut tidak layak dimakan karena pada permukaan roti tersebut terdapat suatu organisme yang disebut sebagai fungi. Roti buluk biasanya dimanfaatkan sebagai pakan ikan maupun bebek, tetapi di sebuah kecamatan di Cirebon, warganya mulai mengkonsumsi roti buluk. Berdasarkan sebuah artikel tempo online, sebagian warga di Kecamatan Kapetakan, Cirebon mulai mengkonsumsi roti buluk, selain nasi aking. Mereka memilih roti buluk karena sudah tidak mampu lagi membeli beras yang harganya semakin mahal. Harga satu kilogram roti buluk terhitung murah yaitu Rp.5000. penjualan roti buluk pun meningkat sejak harga beras terus naik.

Selain itu, berita online lainnya juga menyebutkan bahwa di Bekasi, ada sebuah usaha rumahan yang digerebek pihak berwajib karena mengolah roti dan kue kadaluarsa. Tentu saja, roti dan kue hasil daur ulang itu dijual dengan harga relatif murah sehingga terjangkau oleh masyarakat kelas bawah. Roti hasil produksi ulang dihargai hanya Rp. 500. Bandingkan dengan roti sejenis yang diolah secara higenis yang harganya mencapai Rp. 2000. Roti buluk itu menjadi makanan pengganti makanan pokok karena harga beras tak terjangkau lagi.

Meskipun demikian, roti yang sudah berjamur tidak layak dikonsumsi karena kandungan didalam roti tersebut sudah terkontaminasi dengan organisme lainnya seperti jamur dan bakteri. Roti yang layak dikonsumsi hanya bertahan satu minggu, jika lebih dari itu, roti akan mulai dihinggapai jamur. Bagaimana fungi/jamur dapat hidup pada roti. Jika fungi pada roti berbahaya bagi kesehatan, bagaimanakah fungi yang terdapat pada tempe dan oncom.

80

Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah:

Kemukakan hal-hal yang berkaitan dengan fungi pada roti, tempe dan oncom

Mengumpulkan informasi dasar

Bagaimana fungi/jamur dapat hidup pada roti. Jika fungi pada roti berbahaya bagi kesehatan, bagaimanakah fungi yang terdapat pada tempe dan oncom?

Melakukan klarifikasi lanjut

Melakukan pengamatan untuk mendapatkan data Alat: Mikroskop Lup/kaca pembesar Kaca objek dan kaca penutup (cover glass) Silet yang tajam dan jarum pentul Pipet tetes

Bahan: Air Roti yang berjamur Tempe mentah Oncom mentah

Langkah kerja: 1. Teteskanlah sedikit air pada kaca objek 2. Ambilah sedikit fungi/jamur tempe dengan menggunakan jarum pentul,

letakkan di atas kaca objek, kemudian tutup dengan kaca penutup. 3. Amatilah di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah, kemudian perbesaran

kuat. Perhatikanlah bagian-bagian hifa, stolon, sporangiofor dan sporangiumnya.

4. Gambarlah hasil pengamatan Anda dan beri keterangan bagian-bagiannya pada tabel di bawah ini. Bandingkanlah dengan gambar dari referensi yang Anda dapatkan.

5. Sesuai dengan langkah 1-4, lakukanlah pengamatan pada jamur roti dan oncom mentah, kemudian catatlah hasilnya pada Tabel 1 berikut ini

81

Tabel 1 Hasil pengamatan fungi dengan menggunakan mikroskop

No Nama Fungi Hasil Pengamatan

1 ……………. Divisi: ……………. Perbesaran: …………….

Struktur tubuh

Keterangan:

Gambar berdasarkan referensi Sumber:

Keterangan:

2 ……………. Divisi: ……………. Perbesaran: …………….

Struktur tubuh Keterangan:

Gambar berdasarkan referensi Sumber:

Keterangan:

3 ……………. Divisi: ……………. Perbesaran:

Struktur tubuh Keterangan:

Gambar berdasarkan referensi Sumber:

Keterangan:

82

1. Apakah struktur hifa pada fungi tempe, roti, dan oncom memiliki kesamaan? Adakah perbedaan di antara ketiga fungi tersebut, dimanakah letak perbedaannya!

Jawaban:

2. Bagaimanakah cara fungi untuk mendapatkan nutrisi? Jawaban:

3. Reproduksi aseksual Rhizopus dilakukan dengan cara sporangiospora, sedangkan reproduksi aseksual pada Aspergilus dengan cara membentuk konidia. Jelaskanlah perbedaan antara sporangiospora dan konidia! Jawaban:

4. Jika Anda menginginkan pengamatan objek dengan perbesran 400X, berapakah perbesaran yang digunakan pada lensa objektif dan lensa okuler! Jawaban:

Menarik kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil pengamatan yaitu:

83

Kegiatan 2

Tujuan: 1. Mengamati struktur tubuh berbagai jenis fungi mikroskopis dan makroskopis di lingkungan sekitar

2. Mengidentifikasi ciri-ciri fungi divisi Basidiomycota

Permasalahan:

Pernahkah Anda menemukan jamur yang tumbuh di sekitar pekarangan rumah? Jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, maupun tumpukan jerami. Namun, jamur akan segera mati saat musim kemarau. Jamur dapat diidentifikasi secara langsung karena memiliki tubuh buah berbentuk seperti payung. Jamur merupakan sebutan untuk salah satu divisi dari kingdom fungi yaitu divisi basidiomycota. Mengapa jamur dikelompokkan ke dalam kingdom fungi?

Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah:

Kemukakan hal-hal yang berkaitan dengan fungi divisi Basidiomycota

Mengumpulkan informasi dasar

Mengapa jamur dikelompokkan ke dalam kingdom fungi?

melakukan klarifikasi lanjut

Melakukan pengamatan untuk mendapatkan data Alat: Mikroskop Lup/kaca pembesar Kaca objek dan kaca penutup (cover glass) Silet yang tajam dan jarum pentul Pipet tetes

Bahan: Air Jamur kuping Jamur merang Jamur kayu/jamur liar

Langkah kerja:

1. Amatilah struktur tubuh jamur (makroskopis) menggunakan lup 2. Gambarkanlah hasil pengamatan Anda dan beri keterangan bagian-bagiannya

pada Tabel 2 berikut ini.

84

Tabel 2 Hasil pengamatan fungi tanpa menggunakan mikroskop

No Nama Fungi Hasil pengamatan Keterangan

1

2

3

4

1. Apakah struktur hifa pada fungi tempe sama dengan jamur kuping, dimanakah letak perbedaanya! Jawaban:

85

2. Dari hasil pengamatan fungi, apakah ditemukan adanya akar, batang, dan daun? Bandingkan perbedaan dan persamaan fungi dari hasil pengamatan Anda dengan tumbuhan. Tuliskan alasan mengapa fungi dipisahkan dari dunia tumbuhan pada klasifikasi lima kingdom! Jawaban:

3. Liken atau lumut kerak merupakan hubungan simbiosis antara fungi dengan alga. Liken sudah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan. Dalam bidang industri, liken dimanfaatkan sebagai bahan obat pada industri farmasi dan industri parfum. Selain itu, liken juga dapat menjadi indikator pencemaran, karena liken ini dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tercemar. Liken mendapat julukan sebagai vegetasi perintis, mengapa liken dikatakan sebagai organisme perintis? Bagaimanakah proses simbiosis yang terjadi pada liken. Jawaban:

Menarik kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil pengamatan yaitu:

87

Kasus 1 Tujuan: Mampu memecahkan masalah dan memberikan solusi

Permasalahan Kasus keracunan jamur cukup sering terjadi di Indonesia. Tingkat ancamannyapun

bermacam-macam. Ada yang membuat pemakannya sekedar berhalusinasi, tetapi adapula yang bersifat mematikan. Jamur Psilocybe dipercaya akan membuat efek halusinogenik atau menyebabkan halusinasi. Akan tetapi, tak sedikit juga jamur yang memiliki racun berbahaya. Senyawa mematikan pada jamur beracun ada beberapa macam, diantaranya yaitu kholin. Kholin dikenal sebagai senyawa racun yang paling berbahaya dan paling mematikan. Jenis jamur yang memiliki senyawa ini diantaranya jamur Amanita, Lepoita Collybia dan Boletus. Korban akan menderita pusing kepala yang diseratai dengan gejala muntah-muntah apabila yang tertelan adalah jamur beracun. Jika pada tahapan ini korban dengan cepat ditangani, serangan racun mungkin saja masih dapat ditangani. Akan tetapi, jika korbannya sendiri tidak menyadari telah mengkonsumsi jamur beracun, dan penanganan setelah teracuni terlambat, maka dapat berakibat pada kematian. (Kompas, 5 April 2006)

Berdasarkan artikel di atas, benarkah semua jamur bersifat racun? Lalu bagaimanakah Anda membedakan jamur yang beracun dengan jamur yang dapat dikonsumsi?

Penyelesaian

Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah

Kemukakan fakta-fakta yang berkaitan dengan jamur yang bersifat racun!

Mengumpulkan informasi dasar

Mengapa tidak semua jamur dapat dikonsumsi oleh manusia?

Membuat inferensi Berikanlah penjelasan ciri-ciri seseorang yang mengalami keracunan setelah mengkonsumsi jamur liar!

Melakukan klarifikasi lanjut

Bagaimanacara membedakan jamur yang beracun dengan jamur yang dapat dikonsumsi!

88

Menarik kesimpulan Buatlah mind map yang berkaitan dengan: - Ciri-ciri keracunan jamur liar - jamur yang dapat dikonsumi - cara membedakan jamur beracun dengan yang dapat

dikonsumsi

89

Kasus 2

Tujuan: Mampu memecahkan masalah dan memberikan solusi Permasalahan

Perhatikan gambar berikut!

Istilah fungisida sudah tidak asing lagi dalam pertanian. Fungisida adalah pestisida yang digunakan untuk mengontrol atau memberantas fungi yang dianggap sebagai wabah atau penyakit. Dalam pengendalian hama tanaman, penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir. Namun, kenyataannya para petanibanyak yang mennunakan pestisida secara berlebihan dengan alasan agar tanamannya terhindar dari serangan hama. Mengapa penggunaan fungisida/pestisida pada tanaman harus diperhatikan?

Penyelesaian

Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah

Kemukakan fakta-fakta yang berkaitan dengan fungisida!

Mengumpulkan informasi dasar

Mengapa petani harus memperhatikan penggunaan fungisida/pestisida pada tanaman?

Membuat inferensi Berikanlah penjelasan mengenai penggunaan pestisida yang berlebihan berdampak buruk bagi kesehatan dan manusia!

Melakukan klarifikasi lanjut

Bagaimana cara penggunaan pestisida yang benar agar tanaman yang dihasilkan layak untuk dikonsumsi!

90

Menarik kesimpulan Buatlah mind map yang berkaitan dengan: - faktor-faktoryang menyebabkan penggunaan pestisida

dibatasi - dampak penggunaan pestisida - cara penggunaan pestisida yang baik

91

Kasus 3

Tujuan: Mampu memecahkan masalah dan memberikan solusi Permasalahan

Perhatikan gambar berikut!

Hampir dapat dipastikan sebagian besar masyarakat Indonesia sudah kenal dan pernah makan tempe. Sangatlah wajar jika tempe menjadi makanan tradisional khas dan asli Indonesia. Saat ini tempe telah menjadi makanan konsumsi diseluruh dunia seperti halnya tofu yang berasal dari Cina. Bahan baku pembuatan tempe adalah dari kacang kedelai. Organisme yang berperan dalam fermentasi tempe salah

satunya adalah Rhizopus oryzae. Tempe mengandung nutrisi tinggi baik protein, mineral, vitamin salah satunya vitamin B12 dan asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids). Ada mitos yang mengatakan, bahwa kedelai yang diproses, nilai gizinya akan turun. Ternyata, menurut Nurfi Afriansyah, M.Sc. Ahli Gizi & Peneliti Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan Litbangkes Kemenkes, gizi yang terkandung dalam kedelai setelah pengolahan (menjadi tempe), kadarnya bisa tetap atau sedikit berkurang. Tapi, khasiat dan nilai gizi akan semakin meningkat. (http://www.femina.co.id) Menurut pendapat Anda, mengapa Rhizopus oryzae dikatakan dapat meningkatkan nilai gizi kacang kedelai?

Penyelesaian Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah

Kemukakan fakta-fakta yang berkaitan dengan fungi tempe!

Mengumpulkan informasi dasar

Mengapa Rhizopus oryzae dikatakan dapat meningkatkan nilai gizi kacang kedelai?

Membuat inferensi Berikanlah penjelasan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tempe memiliki kualaitas yang baik!

92

Melakukan klarifikasi lanjut

Bagaimana proses kerja dari fungi tempe!

Menarik kesimpulan Buatlah mind map yang berkaitan dengan: - faktor-faktoryang menyebabkan tempe berkualitas baik - fungsi fungi tempe - proses kerja fungi tempe (Rhyzopus oryzae)

93

Kasus 4

Tujuan: Mampu memecahkan masalah dan memberikan solusi Permasalahan

Perhatikan gambar berikut!

Tape atau uli (bahasa Betawi) adalah sejenis makanan yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi). Tape bisa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan hasilnya dinamakan tape singkong . Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh fungi Saccharomyces cerivisiae.

Mengapa singkong (bahan dasar tape) yang memiliki struktur keras setelah difermentasi strukturnya menjadi lembut dan memiliki rasa yang manis?

Penyelesaian Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah

Kemukakan fakta berkaitan dengan fungi tape!

Mengumpulkan informasi dasar

Mengapa singkong (bahan dasar tape) yang memiliki struktur keras setelah difermentasi strukturnya menjadi lembut dan memiliki rasa yang manis?

Membuat inferensi Berikanlah penjelasan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan proses fermentasi pada tape menghasilkan kualitas yang baik!

Melakukan klarifikasi lanjut

Bagaimana proses fermentasi yang terjadi dalam pembuatan tape!

94

Menarik kesimpulan

Buatlah mind map yang berkaitan dengan: - faktor-faktoryang menyebabkan proses fermentasi pada tape

menghasilkan kualitas yang baik - fungsi fungi tape - proses fermentasi pembuatan tape

95

Kasus 5

Tujuan: Mampu memecahkan masalah dan memberikan solusi Permasalahan

Fungi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Fungi bersama bakteri berperan sebagai pengurai (dekomposer). Fungi menguraikan zat-zat organiseme yang mati kemudian akan diuraikan dan dirombak sehingga dapat dimanfaatkan lagi. Hasil dari perombakan tersebut akan digunakan tumbuhan sebagai nutrisi. Menurut pendapat Anda, apakah yang akan terjadi jika keberadaan fungi dihilangkan dalam ekosistem?

Penyelesaian Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah

Kemukakan fakta berkaitan dengan dekomposer!

Mengumpulkan informasi dasar

Apakah yang akan terjadi jika keberadaan fungi dihilangkan dalam ekosistem?

Membuat inferensi Berikanlah penjelasan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan keberadaan fungi dibutuhkan dalam ekosistem!

Melakukan klarifikasi lanjut

Bagaimana usaha Anda untuk melestarikan ekosistem di sekitar Anda?

96

Menarik kesimpulan

Buatlah mind map yang berkaitan dengan: - faktor-faktoryang menyebabkan fungi dibutuhkan dalam

ekosistem - fungsi fungi dalam ekosistem - upaya melestarikan ekosistem

97

Kasus 6 Tujuan: Mampu memecahkan masalah dan memberikan solusi

Permasalahan Perhatikan gambar berikut!

Liken atau lumut kerak merupakan hubungan simbiosis antara fungi dengan organisme lainnya. Liken sudah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan. Dalam bidang industri, liken dimanfaatkan sebagai bahan obat pada industri farmasi dan industri parfum. Selain itu, liken juga dapat menjadi indikator pencemaran, karena liken ini dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tercemar. Liken mendapat julukan sebagai vegetasi perintis, mengapa liken dikatakan sebagai organisme perintis?

Penyelesaian Melakukan klarifikasi dasar terhadap masalah

Kemukakan fakta-fakta yang berkaitan dengan liken!

Mengumpulkan informasi dasar

Mengapa liken dikatakan sebagai organisme perintis?

Membuat inferensi Berikanlah penjelasan manfaat dari keberadaan liken dalam ekosistem!

Melakukan klarifikasi lanjut

Bagaimanakah proses simbiosis yang terjadi pada liken.

Menarik kesimpulan

Buatlah mind map yang berkaitan dengan: - manfaat liken - peranan liken dalam ekosistem - bentuk simbiosis liken

98

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 1

(KELAS KONTROL) Kelompok : Kelas :

Anggota :

Hari/tanggal :

Tujuan: 1. Mengamati struktur tubuh berbagai jenis fungi mikroskopis dan makroskopis di lingkungan sekitar

2. Mengidentifikasi ciri-ciri fungi divisi Zygomycota, Ascomycota dan Basidiomycota

3. Mengelompokkan fungi berdasarkan ciri-ciri yang diamati

Kegiatan 1

Alat: Mikroskop Lup/kaca pembesar Kaca objek dan kaca penutup (cover glass) Silet yang tajam dan jarum pentul Pipet tetes

Bahan: Air Roti yang berjamur Tempe mentah Oncom mentah

Langkah kerja:

6. Teteskanlah sedikit air pada kaca objek 7. Ambilah sedikit fungi/jamur tempe dengan menggunakan jarum pentul,

letakkan di atas kaca objek, kemudian tutup dengan kaca penutup. 8. Amatilah di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah, kemudian perbesaran

kuat. Perhatikanlah bagian-bagian hifa, stolon, sporangiofor dan sporangiumnya.

9. Gambarlah hasil pengamatan Anda dan beri keterangan bagian-bagiannya pada tabel di bawah ini. Bandingkanlah dengan gambar dari referensi yang Anda dapatkan.

10. Sesuai dengan langkah 1-4, lakukanlah pengamatan pada jamur roti, tongkol jagung rebus yang berjamur dan oncom mentah, kemudian catatlah hasilnya pada tabel berikut ini.

99

Tabel 1 Hasil pengamatan fungi dengan menggunakan mikroskop

No Nama Fungi Hasil Pengamatan

1 ……………. Divisi: ……………. Perbesaran: …………….

Struktur tubuh

Keterangan:

Gambar berdasarkan referensi Sumber:

Keterangan:

2 ……………. Divisi: ……………. Perbesaran: …………….

Struktur tubuh Keterangan:

Gambar berdasarkan referensi Sumber:

Keterangan:

3 ……………. Divisi: ……………. Perbesaran:

Struktur tubuh Keterangan:

100

Gambar berdasarkan referensi Sumber:

Keterangan:

Diskusi 5. Apakah struktur hifa pada fungi tempe, roti, dan oncom memiliki kesamaan?

Adakah perbedaan di antara ketiga fungi tersebut, dimanakah letak perbedaannya! Jawaban:

6. Diantara fungi pada tempe, roti dan oncom, yang manakah termasuk fungi

Zygomycota? Jawaban:

7. Diantara fungi pada tempe, roti dan oncom, yang manakah termasuk fungi

Ascomycota? Jawaban:

8. Bagaimanakah cara fungi untuk mendapatkan nutrisi?

Jawaban:

9. Jika Anda menginginkan pengamatan objek dengan perbesran 400X, berapakah

perbesaran yang digunakan pada lensa objektif dan lensa okuler! Jawaban:

Kesimpulan

Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan memberikan kesimpulan

Kesimpulan:

101

Kegiatan 2

Alat: Mikroskop Lup/kaca pembesar Kaca objek dan kaca penutup (cover glass) Silet yang tajam dan jarum pentul Pipet tetes

Bahan: Air Jamur kuping Jamur merang Jamur kayu/jamur liar

Langkah kerja:

3. Amatilah struktur tubuh jamur (makroskopis) menggunakan lup 4. Gambarkanlah hasil pengamatan Anda dan beri keterangan bagian-bagiannya

pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2 Hasil pengamatan fungi tanpa menggunakan mikroskop

No Nama Fungi Hasil pengamatan Keterangan

1

2

3

102

No Nama Fungi Hasil pengamatan Keterangan

4

Diskusi

4. Apakah struktur hifa pada fungi tempe sama dengan jamur kuping, dimanakah letak perbedaanya! Jawaban:

5. Dari hasil pengamatan fungi, apakah ditemukan adanya akar, batang, dan daun?

Bandingkan perbedaan dan persamaan fungi dari hasil pengamatan Anda dengan tumbuhan. Tuliskan alasan mengapa fungi dipisahkan dari dunia tumbuhan pada klasifikasi lima kingdom! Jawaban:

Kesimpulan

Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan memberikan kesimpulan

Kesimpulan:

104

Diskusi

1. a. Jelaskanlah ciri-ciri jamur beracun! b. Sebutkan contoh spesies jamur beracun dan jamur yang dapat dikonsumsi! Jawaban:

2. Sebutkan fungi yang berperan dalam pembuatan tape dan jelaskan fungsinya! Jawaban:

3. Mengapa Rhizopus oryzae digunakan dalam fermentasi pembuatan tempe? Jawaban:

4. Apa yang akan terjadi jika fungi dihilangkan dari ekosistem? Jawaban:

5. Menurut pendapat Anda bagaimanakan dampak positif dan negatif dari pengggunaan fungisida terhadap ekosistem! Jawaban:

6. Jelaskan bentuk simbiosis antara fungi dengan alga?

Jawaban:

Kesimpulan Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan memberikan kesimpulan Kesimpulan:

105

Lampiran 4

KISI-KISI INSTRUMEN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 115 Jakarta Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : X/II Materi Pembelajaran : Fungi Alokasi Waktu : 2 JP x 45 menit Bentuk Soal : esai Jumlah Soal : 20 soal

Kompetensi Inti: KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI-2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,

responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI-3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

106

Kompetensi Dasar dan Indikator: 3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan fungi berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti

dan sistematis. Indikator: 3.6.1 Menjelaskan karakteristik fungi berdasarkan tampilannya 3.6.2 Menganalisis produk, kasus dan penyakit yang berkaiatan dengan fungi 3.6.3 Menganalisis peranan fungi dalam ekosistem 3.6.4 Mengkalsifikasikan fungi berdasarkan ciri yang dimiliki 3.6.5 Menghitung perbesaran lensa yang tepat dalam melakukan pengamatan objek menggunkan mikroskop. 3.6.6 Menyimpulkan ciri-ciri fungi berdasarkan hasil pengamatan 3.6.7 Menyimpulkan peranan fungi berdsarkan penjelasan dari suatu fenomena

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran fungi dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

Indikator: 4.6.1 Melakukan presentasi hasil pengamatan fungi secara makroskopis dan mikroskopis. 4.6.2 Membuat laporan hasil pengamatan tentang fungi.

No Indikator

Soal Butir Soal Kunci Jawaban Kriteria Penilaian dan

Pemberian Skor Ranah

Kognitif 1 Menentukan

divisi fungi berdasarkan ciri-cirinya

Perhatikan gambar berikut a. 5 dan 6 b. 1 dan 2 c. 3 dan 4

β€’ Ketiga jawaban benar dan lengkap: skor 3

β€’ Hanya dua jawaban benar dan lengkap atau ketiga jawaban benar tetapi tidak lengkap:

C3

107

Berdasarkan gambar di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini!

a. Nomor berapakah fungi yang tergolong divisi Basidiomycota?

b. Nomor berapakah fungi yang tergolong divisi Zygomycota?

c. Nomor berapakah fungi yang tergolong divisi Ascomycota?

skor 2 β€’ Hanya satu jawaban

benar dan lengkap atau kedua jawaban benar tetapi tidak lengkap: skor 1

β€’ Tidak ada jawaban yang benar: skor 0

2 Mengidentifikasi struktur tubuh fungi

Berikut ini adalah struktur mikroskopis dari fungi, berilah keterangan pada gambar tersebut.

a : sporangiospora b : sporangium c : kolumela d : sporangiopor e : batang semu f : akar semu/rhizoid

β€’ Enam poin atau lima poin dijawab dengan benar: skor 3

β€’ hanya empat poin atau tiga poin dijawab dengan benar: skor 2

β€’ hanya dua poin atau satu poin dijawab dengan benar: skor 1

C2

108

β€’ tidak ada jawaban benar: skor 0

3 Mengklasifikasikan fungi berdasarkan ciri-ciri yang diamati

No Ciri-ciri Jenis Fungi A B C D

1 Hifa bersekat + - + + 2 Hifa tidak bersekat - + - - 3 Spora dibentuk di dalam

askus - - - +

4 Spora dibentuk di dalam basidium + - - -

5 Spora dibentuk di dalam sporangium (kotak spora) - + - -

Berdasarkan tabel tersebut, Fungi A termasuk dalam divisi? Fungi B termasuk dalam divisi? Fungi C termasuk dalam divisi? Fungi D termasuk dalam divisi?

Fungi A: Basidiomycota Fungi B: Zygomycota Fungi C: Deuteromycota Fungi D: Ascomycota

β€’ Semua jawaban benar: skor 4

β€’ Tiga jawaban benar: skor 3

β€’ Dua jawaban benar: skor 2

β€’ Satu jawaban benar: skor 1 Tidak menjawab/semua jawaban salah: skor 0

C3

4 Membedakan cara reproduksi fungi

Reproduksi aseksual Rhizopus dilakukan dengan cara sporangiospora, sedangkan reproduksi aseksual pada Aspergilus dengan cara membentuk konidia. Jelaskanlah perbedaan antara sporangiospora dan konidia!

1. Sporangiospora merupakan spora aseksual yang dihasilkan oleh fungi divisi Zygomycota sedangakan

2. Konidiospora adalah spora aseksual yang dihasilkan fungi divisi Basiadiomycota, Ascomycota dan

β€’ Kedua poin jawaban (1 dan 2) dijawab benar dan lengkap: skor 4

β€’ Hanya satu poin (poin 1 atau 2) yang dijawab

C2

109

Deuteromycota.

benar dan lengkap: skor 3

β€’ Kedua poin dijawab tapi tidak lengkap: skor 2

β€’ Hanya satu poin yang dijawab dan tidak lengkap: skor 1

β€’ Jawaban tidak benar dan tidak lengkap: skor 0

5 Membedakan ciri-ciri fungi yang beracun dan yang dapat dikonsumsi berdasarkan pengamatan

Perhatikan gambar berikut!

(A)

(B)

(C) D)

1) Kelompok fungi yang beracun yaitu: B, E, F

2) Kelompok fungi yang dapat dikonsumsi yaitu: A, C, D

β€’ Kedua poin dijawab benar dan lengkap: skor 4

β€’ Kedua poin dijawab benar dan tidak lengkap (setiap poinnya hanya dijawab dua): skor 3

β€’ Hanya satu poin saja yang dijawab benar dan lengkap: skor 2

β€’ Hanya satu poin saja yang dijawab benar dan lengkap (hanya dijawab dua): skor 1

β€’ Tidak ada jawaban yang benar: skor 0

C3

110

(E)

(F)

Berdasarkan gambar di atas, kelompokkanlah fungi yang beracun dengan fungi yang dapat dikonsumsi manusia!

6 Menganalisisperanan fungi dalam industri makanan

Saccharomyces cerevicae merupakan fungi yang digunakan dalam pembuatan tape dan roti. Mengapa fungi tersebut digunakan dalam pembuatan tape dan roti? Bagaimana rumusan reaksi kimia yang terjadi pada poses tersebut? 𝐢6𝐻12𝑂6 β†’ 2𝐢2𝐻5𝑂𝐻 + 2𝐢𝑂2

Saccharomyces cereviciae digunakan dalam pembuatan tape dan roti karena dapat memfermentasikan gula menjadi alkohol dan karbon dioksida. Rekasi kimia

β€’ Bila jawaban dan rumusan rekasi kimia tepat: skor 4

β€’ Bila jawaban kurang tepat dan rumusan rekasi kimia tepat: skor 3

β€’ Bila jawaban tepat dan rumusan rekasi kimia kurang sempurna: skor 2

β€’ Bila jawaban tidak tepat dan rumusan rekasi kimia kurang sempurna: skor 1

β€’ Bila tidak ada jawaban: skor 0

C4

111

7 Menyimpulkan ciri-ciri fungi dalam bentuk gambar

Nama Basidiomycota berasal dari kata basidium, yaitu suatu tahapan diploid dalam daur hidup Basidiomycota yang berbentuk seperti payung. Struktur tubuh basidiomycota memiliki bagian-bagian berupa tudung, lamella dan miselium. Berdasarkan pernyataan tersebut, gambarkanlah struktur tubuh Basidiomycota dan berilah keterangannya (maks.6 bagian)!

β€’ Jawaban berupa gambar

jelas dan keterangan yang diberikan lengkap benar: skor 4

β€’ Jawaban berupa gambar jelas dan keterangan yang diberikan tidak lengkap : skor 3

β€’ Jawaban berupa gambar kurang jelas dan keterangan yang diberikan lengkap: skor 2

β€’ Jawaban berupa gambar kurang jelas dan keterangan yang diberikan tidak lengkap namun benar: skor 1

β€’ Jawaban berupa gambar tidak jelas dan keterangan yang diberikan tidak lengkap dan tidak benar: skor 0

C4

8 Menyimpulkan cara reproduksi fungi dalam bentuk gambar

Roti yang sudah lama/kadaluarsa pada permukaannya banyak terdapat bagian-bagian yang menghitam. Bagian tersebut telah ditumbuhi oleh Rhizopus solonifer. Fungi tersebut termasuk divisi Zygomicota. Hifa yang dihsilkan menyebar di seluruh permukaan makanan, menembus, dan

β€’ Jawaban berupa gambar jelas dan keterangan yang diberikan lengkap benar: skor 4

β€’ Jawaban berupa gambar jelas dan keterangan

C4

112

menyerap nutrisi. Dalam fase aseksual, sporangium-sporangium bulat berwarna hitam berkembang pada ujung hifa. Di dalam sporangium, ratusan spora haploid berkembang dan tersebar melalui udara. Spora yang kebetulan jatuh pada makanan yang lembab akan berkecambah, tumbuh menjadi fungi yang baru. Berdasarkan deskripsi tersebut maka gambarkanlah daur hidup fungi divisi Zygomicota.

yang diberikan tidak lengkap: skor 3

β€’ Jawaban berupa gambar kurang jelas dan keterangan yang diberikan lengkap: skor 2

β€’ Jawaban berupa gambar kurang jelas dan keterangan yang diberikan tidak lengkap namun benar: skor 1

β€’ Jawaban berupa gambar tidak jelas dan keterangan yang diberikan tidak lengkap dan tidak benar: skor 0

9 Menghitung skala besaran pada mikroskop

Sekelompok siswa sedang melakukan pengamatan fungi dengan menggunakan mikroskop cahaya. Gambar berikut adalah bagaian dari mikroskop tersebut. Tentukan perbesaran dari mikrosokop sesuai dengan tabel yang tertera di bawah ini.

1. Perbesaran mikroskop 5 x 10 = 50 kali

2. Perbesaran mikroskop 10 x 40 = 400 kali

β€’ Dua poin (poin 1 dan 2) benar dengan perhitungan matematik: skor 4

β€’ Dua poin benar, satu poin dengan perhitungan matematik dan poin yang lain tanpa perhitungan matematik: skor 3

β€’ Dua poin benar tanpa perhitungan matematik: skor 2

C2

113

No Gambar A Gambar B Perbesaran mikroskop

1

5X

10X

…

2

10X

40X

…

β€’ Satu poin tanpa perhitungan matematik: skor 1

β€’ Tidak ada jawaban yang benar: skor 0

10 Menjelaskan dampak penggunaan fungisida terhadap lingkungan

Istilah fungisida sudah tidak asing lagi dala pertanian. Fungisida adalah pestisida yang digunakan untuk mengontrol atau memberantas fungi yang dianggap sebagai wabah atau penyakit. Menurut pendapat anda bagaimanakan dampak positif dan negatif dari penggunaan fungisida terhadap ekosistem!

Dampak positif Penyemprotan fungisida dapat melindungi tanaman pertanian dari serangan cendawan (parasit) dan mencegah biji (benih) menjadi busuk di dalam tanah Dampak negatif Fungisida mengandung metal merkuri yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

β€’ Bila jawaban tepat dan berhubungan: skor 4

β€’ Bila jawaban tepat namun tidak berhubungan: skor 3

β€’ Bila jawaban salah namun masih berhubungan: skor 2

β€’ Bila jawaban salah tidak berhubungan: skor 1

β€’ Tidak ada jawaban: skor 0

C2

114

11 Menganalisis peranan fungi dalam ekosistem

Tiap hari ribuan pohon mati di hutan. Akan tetapi, mengapa hutan tidak penuh dengan sisa tubuh pohon? Apa peranan fungi dalam hal tersebut? Jelaskan cara fungi melakukan peranannya itu.

Fungi berperan dalam menguraikan sisa-sisa makhuk hidup yang sudah mati dekomposer). Fungi menjadi penghubung peredaran zat dari konsumen ke produsen sehingga zat yang telah diambil oleh konsumen dari produsen akan kembali lagi ke produsen. Dengan peristiwa pembusukan ini, zat-zat yang dulu menjadi bagian dari tumbuhan dan hewan diuraikan dan dirombak. Hasilnya digunakan oleh tumbuhan untuk membuat makanan.

β€’ Bila jawaban tepat dan berhubungan: skor 4

β€’ Bila jawaban tepat namun tidak berhubungan: skor 3

β€’ Bila jawaban salah namun masih berhubungan: skor 2

β€’ Bila jawaban salah tidak berhubungan: skor 1

β€’ Bila tidak ada jawaban: skor 0

C4

12 Menjelaskan dasar pengelompokkan kingdom fungi

Fungi merupakan klasifikasi tersendiri dalam klasifikasi lima kingdom, terpisah dari kingdom tumbuhan. Fungi sempat dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda. Fungi bukan autotroph seperti tumbuhana, melainkan organisme heterotrof sehingga lebih dekat dengan hewan. Usaha menyatukan fungi dengan hewan pada golongan yang sama juga gagal, karena fungi mencerna makanannya di luar tubuh (eksternal), tidak sperti hewan yang mencerna secara internal. Selain itu, sel fungi memiliki dinding sel yang tersusun dari zat kitin, tidak seperti sel hewan. Berdasarkan keterangan di atas, berilah penjelasan Jelaskan mengapa fungi dipisahkan dari kingdom

Fungi sebenarnya merupakan organisme yang menyerupai tanaman, tetapi mempunyai beberapa perbedaan sebagai berikut: 1. Tidak mempunyai klorofil 2. Mempunyai dinding sel dengan

komposisi berbeda 3. Berkembang biak dengan spora 4. Tidak mempunyai batang/ cabang,

akar, atau daun 5. Tidak mempunyai sistem vaskular

seperti tanaman 6. Bersifat multiseluler tetapi tidak

mempunyai pembagian fungsi masingmasing bagian seperti pada

β€’ Keenam atau kelima alasan yang disebutkan tepat: skor 4

β€’ Hanya empat atau ketiga alasan yang tepat: skor 3

β€’ Hanya dua alasan yang tepat: skor 2

β€’ Hanya satu alasan yang tepat: skor 1

β€’ Tidak ada jawaban yang tepat: skor 0

C3

115

tumbuhan dan hewan. Berilah alasannya! (maks.6) tanaman

13 Menyimpulkan berbagai fungi yang dapat dimakan dan yang beracun

Dari sekian banyaknya jenis jamur beracun, jamur Amanita phalloides merupakan spesies jamur beracun paling berbahaya karena dapat menyebabkan kematian apabila dikonsumsi oleh masyarakat. Jamur ini mengandung amanitin (amatoksin) dan phalloidin (falotoksin) sebagai senyawa-senyawa kimia berbahaya yang dapat menimbulkan efek toksik bagi kesehatan. Secara morfologi, jamur Amanita phalloides termasuk organisme heterotrof karena tidak mempunyai pigmen hijau daun (khlorofil) untuk melakukan proses fotosintesis. Tubuh buah seperti payung dengan tudung berwarna merah, coklat muda, coklat tua sampai kuning dengan bintik-bintik putih. Untuk pencegahan dan pengobatan akibat keracunan jamur Amanita phalloides dapat dilakukan dengan mengetahui ciri, kandungan senyawa racun, serta efek toksik yang ditimbulkan. Berdasarkan pernyataan di atas buatlah kesimpulan mengenai perbedaan jamur beracun dengan jamur yang dapat dikonsumsi.

Umumnya jenis jamur beracun mempunyai ciri-ciri seperti berikut: βˆ’ memiliki warna yang agak mencolok

misalnya merah darah, hitam, cokelat, hijau tua, biru tua dan sejenisnya (perkecualian untuk jamur kuping dengan payung berwarna coklat yang dapat dimakan)

βˆ’ memiliki cincin atau cawan pada tangkainya dengan bentuk seperti payung putih kekuningan, misalnya jenis Amanita muscaria (perkecualian untuk jamur merang, walaupun memiliki cincin namun tetap bisa dimakan)

βˆ’ jamur beracun tumbuh pada tempat yang kotor (misalnya tempat pembuangan sampah dan pada kotoran hewan), serta memiliki bau busuk karena mengandung senyawa sulfida atau sianida sehingga jarang dihinggapi serangga atau binatang kecil lainnya

βˆ’ jika jenis jamur ini dilekatkan pada benda yang terbuat dari perak asli maka pada permukaan benda tersebut

β€’ Apabila menyebutkan empat ciri-ciri dengan benar dan lengkap: skor 4

β€’ Apabila menyebutkan tiga ciri-ciri dengan benar dan lengkap: skor 3

β€’ Apabila menyebutkan dua ciri-ciri dengan benar dan lengkap: skor 2

β€’ Apabila hanya menyebutkan satu ciri-ciri dengan benar dan lengkap : skor 1

β€’ Apabila tidak ada jawaban: skor 0

C5

116

akan timbul warna hitam (karena sulfida) atau kebiruan (karena sianida)

14 Menentukan bentuk hubungan yang terjadi antara fungi dengan organisme lainnya (liken dan mikoriza)

Lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dan ganggang/alga. Lumut kerak hidup sebagai epifit pada pepohonan. Lumut ini juga tumbuh di atas tanah, terutama daerah tundra di sekitar Kutub Utara. Selain itu, lumut kerak dapat hidup di segala ketinggian di atas batu cadas, di tepi pantai, sampai di gunung-gunung yang tinggi. Liken mendapat julukan sebagai vegetasi perintis, mengapa liken dikatakan sebagai organisme perintis? Bagaimanakah proses simbiosis yang terjadi pada liken.

Lumut kerak dapat berperan dalam pembentukan tanah dan menghancurkan batu-batuan yang cadas sehingga lumut jenis ini disebut juga sebagai tumbuhan perintis. Liken merupakan simbiosis mutualisme antara Alga dengan Fungi. Dalam simbiosis ini, Fungi memperoleh bahan organik dari Alga dan sebaliknya Alga memperoleh air dan mineral dari fungi. Hifa berperan mempertahankan kele- mbapan lingkungan yang dibutuhkan Alga untuk mensintesis karbohidrat.

β€’ Jika jawaban tepat dan alasan tepat: skor 4

β€’ Jika jawaban lengkap dan alasan kurang tepat: skor 3

β€’ Jika jawaban tidak lengkap dan alasan kurang tepat: skor 2

β€’ Jika jawaban tidak lengkap: skor 1

β€’ Jika jawaban tidak lengkap dan alasan tidak tepat: skor 0

C3

15 Mennyimpulkan persamaan dan perbedaan divisi fungi

Berdasarkan kegiatan praktikum mengamati fungi divisi Ascomycota dan Zygomycota, buatlah kesimpulan mengenai ciri-ciri atau karakteristik dari fungi pada divisi tersebut? Apakah terdapat perbedaan antara fungi divisi Ascomycota dan Zygomycota, jika ada berilah alasannya!

Ciri-ciri fungi fungi divisi Ascomycota dan Zygomycota yaitu; Bersifat eukariotik; bersifat heterotrof; uniseluler; dinding sel terbuat dari zat kitin; tidak memiliki akar dan daun sejati; hidup pada kondisi lingkung- an yang lembab; tersusun atas hifa yang membentuk anyaman (miselium) Perbedaannya. Reproduksi seksual pada Zygomycota berupa zigospora sedangkan pada Ascomycota berupa askospora. Reproduksi aseksual pada Zygomycota berupa sporangiospora sedangkan pada Ascomycota berupa konidiaspora.

β€’ Jika jawaban lengkap dan alasan tepat: skor 4

β€’ Jika jawaban lengkap dan alasan kurang tepat: skor 3

β€’ Jika jawaban tidak lengkap dan alasan kurang tepat: skor 2

β€’ Jika jawaban tidak lengkap: skor 1

β€’ Jika jawaban tidak lengkap dan alasan tidak tepat: skor 0

C5

117

16 Menyimpulkan peranan fungi berupa produk yang dihasilkan dengan bantuan fungi

Tempe merupakan makanan yang diolah dengan menggunakan fungi Rhizopus oryzae. Bahan baku pembuatan tempe adalah kacang kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan gizi pada tempe lebih baik dibandingkan dengan kedelai. Rhizopus oryzae akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare. Berdasarkan pernyataan di atas, buatlah kesimpulannya!

Rhizopus oryzae digunakan dalam proses fermentasi tempe. Fungi ini dapat meningkatkan nilai gizi kacang kedelai karena dapat mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.

β€’ Jika jawaban tepat dan sempurna: skor 4

β€’ Jika jawaban tepat dan kurang sempurna: skor 3

β€’ Jika jawaban kurang tepat dan kurang sempurna: Skor 2

β€’ Jika jawaban tidak tepat dan kurang sempurna: Skor 1

β€’ Jika jawaban salah atau tidak ada jawaban: skor 0

C2

17

Menyimpulkan peranan fungi dalam menjaga ekosistem

Fungi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Fungi bersama bakteri berperan sebagai pengurai (dekomposer). Fungi menguraikan zat-zat organisme yang mati kemudian akan diuraikan dan dirombak sehingga dapat dimanfaatkan lagi. Hasil dari perombakan tersebut akan digunakan tumbuhan sebagai nutrisi. Tanpa keberadaan fungi maka kehidupan akan terganggu. Jika fungi terganngu maka dalam ekosistem akan terjadi ketidakseimbangan. Misalnya ketika fungi di hilangkan, maka organisme apa yang akan melapukkan sampah, kayu, batu, yang menjamin kesuburan tanah di hutan, pantai, sungai dan lain-lainnya dalam jangka waktu lama mungkin bumi jadi padang pasir tanpa mahluk hidup.

Fungi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan yaitu sebagai pengurai (dekomposer). Tanpa keberadaan fungi maka kehidupan akan terganggu. Jika fungi terganngu maka dalam ekosistem akan terjadi ketidakseimbangan.

β€’ Jika jawaban lengkap dan alasan tepat: skor 4

β€’ Jika jawaban lengkap dan alasan kurang tepat: skor 3

β€’ Jika jawaban tidak lengkap dan alasan kurang tepat: skor 2

β€’ Jika jawaban tidak lengkap: skor 1

β€’ Jika jawaban tidak lengkap dan alasan tidak tepat: skor 0

C2

118

Buatlah kesimpulan berdasarkan permasalahan di atas!

18 Menjelaskan struktur tubuh fungi dalam bentuk gambar

Sekelompok siswa sedang melakukan pengamatan fungi dengan menggunakan mikroskop cahaya. Dari hasil pengamatan ditemukan fungi dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. mempunyai inti sel b. mempunyai hifa yang tampak seperti

serabut kapas c. hifa bercabang d. hifa bersekat e. spora berbentuk seperti urat saraf

berloreng-loreng Berdasarkan ciri-ciri di atas buatlah gambar tentang fungi tersebut!

β€’ Jika jawaban tepat dan sempurna: skor 4

β€’ Jika jawaban tepat dan kurang sempurna: skor 3

β€’ Jika jawaban kurang tepat dan kurang sempurna: Skor 2

β€’ Jika jawaban tidak tepat dan kurang sempurna: skor 1

β€’ Jika jawaban salah atau tidak ada jawaban: skor 0

C4

19 Memperkirakan skala besaran pada mikroskop

Sekelompok siswa sedang melakukan pengamatan fungi dengan menggunakan mikroskop cahaya. Dalam melakukan pengamatan, siswa menggunakan lensa okuler dan lensa objektif. Terdapat 2 macam lensa okuler yang berukuran 5X, 10X. Sedangkan lensa objektif memiliki ukuran 4X, 10X, 40X dan 400X. Jika siswa tersebut melakukan pengamatan objek dengan perbesaran 400X, maka berapakah perbesaran yang digunakan pada lensa objektif dan lensa okuler?

Lensa okuler x lensa objektif 10X 40X

β€’ Dua poin dijawab benar dan lengkap: skor 4

β€’ Dua poin dijawab benar: skor 3

β€’ Satu poin dijawab benar dan lengkap: skor 2

β€’ Satu poin dijawab benar: Skor 1

β€’ Tidak ada jawaban yang benar: skor 0

C2

119

20 Menghitung skala sebenarnya berdasarkan skala besaran pada mikroskop

Sekelompok siswa sedang melakukan pengamatan fungi Rhizopus oryzae dengan menggunakan mikroskop cahaya. Diketahui banyaknya sel dalam preparat yaitu 5 sel. Diameter lapangan pandang adalah 2 mm. diamati dengan lensa obyektif 10X. Berapakah perkiraan panjang satu sel Rhizopus oryzae?

Diketahui: Diameter lapangan pandang:2mm Banayaknya sel: 5 sel Lensa obyektif: 10X Ditanya: panjng satu sel? Dijawab 2 mm/5 sel = 0,4 mm 0,2 mm x 1000 = 400 mikron Jadi perkiraan panjang satu sel Rhizopus oryzae adalah 400 mikron.

β€’ Perhitungan matematik lengkap sesuai urutan (Diketahui, ditanya, dijawab dan kesimpulan): skor 4

β€’ Perhitungan matematik lengkap sesuai urutan (Diketahui, ditanya, dijawab): skor 3

β€’ Perhitungan matematik sesuai urutan (Diketahui, ditanya) atau (Diketahui, dijawab): skor 2

β€’ Perhitungan matematik sesuai urutan (dijawab): skor 1

β€’ Tidak ada jawaban: skor 0

C3

120

Lampiran 5

Hasil Anates Uji Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 35 Butir Soal= 20 Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran 1 1 50.00 Sedang 2 2 29.63 Sukar 3 3 43.06 Sedang 4 4 13.89 Sangat Sukar 5 5 72.22 Mudah 6 6 43.06 Sedang 7 7 37.50 Sedang 8 8 9.72 Sangat Sukar 9 9 44.44 Sedang 10 10 63.89 Sedang 11 11 23.61 Sukar 12 12 20.83 Sukar 13 13 12.50 Sangat Sukar 14 14 2.78 Sangat Sukar 15 15 31.94 Sedang 16 16 37.50 Sedang 17 17 29.17 Sukar 18 18 12.50 Sangat Sukar 19 19 19.44 Sukar 20 20 11.11 Sangat Sukar

121

RELIABILITAS TES ================ Rata2= 23.43 Simpang Baku= 10.67 KorelasiXY= 0.57 Reliabilitas Tes= 0.73 Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR

No.Urut No.Subyek Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total 1 1 M. Eko Pratomo 18 15 33 2 2 Indhira 26 8 34 3 3 Defi Andriani 19 9 28 4 4 Kristanto 12 11 23 5 5 Sita Sarah 13 10 23 6 6 Rina Septieni 14 9 23 7 7 Putri Sugiarti 32 14 46 8 8 Syahrul Ambiya 17 15 32 9 9 Rizal Ibrahim 22 7 29 10 10 Abiem Meirizky 14 3 17 11 11 Cicih Silvia 9 5 14 12 12 Dwi Chairunnisa 9 0 9 13 13 Rebecca Angelina 15 4 19 14 14 Nurbaiti 6 6 12 15 15 Bayu Seno 4 4 8 16 16 Farhan P. 4 5 9 17 17 Dwi Nur A. 10 5 15 18 18 Dara Ramadanti 15 10 25 19 19 Giovina Fajar 13 8 21 20 20 Luhur Pambudi 12 6 18 21 21 Irma Nuraini 0 8 8 22 22 Laela Fazriah 20 8 28 23 23 R. Roro Alifiah 21 10 31 24 24 Nia Prameswari 13 3 16 25 25 Zahuro 12 9 21 26 26 Santharia Mar... 25 13 38 27 27 Yogi Hermawan 18 13 31 28 28 Ramdhan Permana 6 4 10 29 29 Anita Putri 6 3 9 30 30 Ariya Bimo 22 13 35 31 31 Bayu Seno 23 15 38 32 32 Dina Novianti 16 17 33 33 33 Maulana Magribi 19 9 28 34 34 Rizal Ibrahim 28 15 43 35 35 Siti Sarah 2 11 13

122

KELOMPOK UNGGUL & ASOR ====================== Kelompok Unggul Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR 1 2 3 4 5

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 1 7 Putri Sugiarti 46 2 0 4 2 4 2 34 Rizal Ibrahim 43 2 2 4 1 4 3 26 Santharia Mar... 38 3 0 3 0 4 4 31 Bayu Seno 38 3 1 2 0 4 5 30 Ariya Bimo 35 2 1 4 2 4 6 2 Indhira 34 2 0 2 0 3 7 1 M. Eko Pratomo 33 2 1 2 2 4 8 32 Dina Novianti 33 3 0 2 0 3 9 8 Syahrul Ambiya 32 2 3 2 0 4 Rata2 Skor 2.33 0.89 2.78 0.78 3.78 Simpang Baku 0.50 1.05 0.97 0.97 0.44 6 7 8 9 10 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 6 7 8 9 10 1 7 Putri Sugiarti 46 4 4 0 4 3 2 34 Rizal Ibrahim 43 2 2 0 4 4 3 26 Santharia Mar... 38 4 4 0 4 3 4 31 Bayu Seno 38 4 4 1 2 4 5 30 Ariya Bimo 35 0 0 0 4 2 6 2 Indhira 34 4 4 1 4 2 7 1 M. Eko Pratomo 33 2 2 1 4 2 8 32 Dina Novianti 33 4 4 1 0 4 9 8 Syahrul Ambiya 32 2 0 0 2 3 Rata2 Skor 2.89 2.67 0.44 3.11 3.00 Simpang Baku 1.45 1.73 0.53 1.45 0.87 11 12 13 14 15 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 11 12 13 14 15 1 7 Putri Sugiarti 46 4 2 3 0 2 2 34 Rizal Ibrahim 43 2 2 1 0 4 3 26 Santharia Mar... 38 1 1 0 0 1 4 31 Bayu Seno 38 0 0 0 0 2 5 30 Ariya Bimo 35 1 2 1 0 2 6 2 Indhira 34 4 1 0 0 2 7 1 M. Eko Pratomo 33 1 3 1 2 2 8 32 Dina Novianti 33 1 0 0 0 1 9 8 Syahrul Ambiya 32 1 2 2 0 3 Rata2 Skor 1.67 1.44 0.89 0.22 2.11 Simpang Baku 1.41 1.01 1.05 0.67 0.93 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 16 17 18 19 20 1 7 Putri Sugiarti 46 1 4 1 1 1 2 34 Rizal Ibrahim 43 4 1 0 4 0 3 26 Santharia Mar... 38 4 4 1 1 0 4 31 Bayu Seno 38 4 3 1 3 0 5 30 Ariya Bimo 35 4 2 0 2 2

123

6 2 Indhira 34 0 4 0 1 0 7 1 M. Eko Pratomo 33 0 0 2 0 0 8 32 Dina Novianti 33 4 0 2 2 2 9 8 Syahrul Ambiya 32 3 1 0 0 2 Rata2 Skor 2.67 2.11 0.78 1.56 0.78 Simpang Baku 1.80 1.69 0.83 1.33 0.97 Kelompok Asor Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR 1 2 3 4 5 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 1 11 Cicih Silvia 14 2 0 1 1 2 2 35 Siti Sarah 13 2 2 0 2 0 3 14 Nurbaiti 12 0 0 2 0 2 4 28 Ramdhan Permana 10 0 0 0 0 4 5 12 Dwi Chairunnisa 9 0 0 3 0 3 6 16 Farhan P. 9 0 3 0 0 3 7 29 Anita Putri 9 2 1 0 0 1 8 15 Bayu Seno 8 0 0 0 0 3 9 21 Irma Nuraini 8 0 2 0 0 0 Rata2 Skor 0.67 0.89 0.67 0.33 2.00 Simpang Baku 1.00 1.17 1.12 0.71 1.41 6 7 8 9 10 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 6 7 8 9 10 1 11 Cicih Silvia 14 0 0 1 2 2 2 35 Siti Sarah 13 2 0 0 0 2 3 14 Nurbaiti 12 2 2 0 0 3 4 28 Ramdhan Permana 10 0 0 0 0 2 5 12 Dwi Chairunnisa 9 0 0 0 2 0 6 16 Farhan P. 9 0 0 0 0 2 7 29 Anita Putri 9 1 1 0 0 1 8 15 Bayu Seno 8 0 0 0 0 3 9 21 Irma Nuraini 8 0 0 2 0 4 Rata2 Skor 0.56 0.33 0.33 0.44 2.11 Simpang Baku 0.88 0.71 0.71 0.88 1.17 11 12 13 14 15 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 11 12 13 14 15 1 11 Cicih Silvia 14 0 0 0 0 1 2 35 Siti Sarah 13 0 1 0 0 0 3 14 Nurbaiti 12 0 0 0 0 0 4 28 Ramdhan Permana 10 1 1 0 0 1 5 12 Dwi Chairunnisa 9 0 0 1 0 0 6 16 Farhan P. 9 1 0 0 0 0 7 29 Anita Putri 9 0 0 0 0 1 8 15 Bayu Seno 8 0 0 0 0 1 9 21 Irma Nuraini 8 0 0 0 0 0 Rata2 Skor 0.22 0.22 0.11 0.00 0.44 Simpang Baku 0.44 0.44 0.33 0.00 0.53

124

16 17 18 19 20 No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 16 17 18 19 20 1 11 Cicih Silvia 14 0 1 1 0 0 2 35 Siti Sarah 13 2 0 0 0 0 3 14 Nurbaiti 12 1 0 0 0 0 4 28 Ramdhan Permana 10 0 0 0 0 1 5 12 Dwi Chairunnisa 9 0 0 0 0 0 6 16 Farhan P. 9 0 0 0 0 0 7 29 Anita Putri 9 0 1 0 0 0 8 15 Bayu Seno 8 0 0 1 0 0 9 21 Irma Nuraini 8 0 0 0 0 0 Rata2 Skor 0.33 0.22 0.22 0.00 0.11 Simpang Baku 0.71 0.44 0.44 0.00 0.33

DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek= 35 Klp atas/bawah(n)= 9 Butir Soal= 20 Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR

No No Btr Asli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab t DP(%) 1 1 2.33 0.67 1.67 0.50 1.00 0.37 4.47 55.56 2 2 0.89 0.89 0.00 1.05 1.17 0.52 0.00 0.00 3 3 2.78 0.67 2.11 0.97 1.12 0.49 4.28 52.78 4 4 0.78 0.33 0.44 0.97 0.71 0.40 1.11 11.11 5 5 3.78 2.00 1.78 0.44 1.41 0.49 3.60 44.44 6 6 2.89 0.56 2.33 1.45 0.88 0.57 4.12 58.33 7 7 2.67 0.33 2.33 1.73 0.71 0.62 3.74 58.33 8 8 0.44 0.33 0.11 0.53 0.71 0.29 0.38 2.78 9 9 3.11 0.44 2.67 1.45 0.88 0.57 4.71 66.67 10 10 3.00 2.11 0.89 0.87 1.17 0.48 1.84 22.22 11 11 1.67 0.22 1.44 1.41 0.44 0.49 2.93 36.11 12 12 1.44 0.22 1.22 1.01 0.44 0.37 3.32 30.56 13 13 0.89 0.11 0.78 1.05 0.33 0.37 2.11 19.44 14 14 0.22 0.00 0.22 0.67 0.00 0.22 1.00 5.56 15 15 2.11 0.44 1.67 0.93 0.53 0.36 4.69 41.67 16 16 2.67 0.33 2.33 1.80 0.71 0.65 3.61 58.33 17 17 2.11 0.22 1.89 1.69 0.44 0.58 3.24 47.22 18 18 0.78 0.22 0.56 0.83 0.44 0.31 1.77 13.89 19 19 1.56 0.00 1.56 1.33 0.00 0.44 3.50 38.89 20 20 0.78 0.11 0.67 0.97 0.33 0.34 1.95 16.67

125

TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek= 35 Butir Soal= 20 Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran 1 1 50.00 Sedang 2 2 29.63 Sukar 3 3 43.06 Sedang 4 4 13.89 Sangat Sukar 5 5 72.22 Mudah 6 6 43.06 Sedang 7 7 37.50 Sedang 8 8 9.72 Sangat Sukar 9 9 44.44 Sedang 10 10 63.89 Sedang 11 11 23.61 Sukar 12 12 20.83 Sukar 13 13 12.50 Sangat Sukar 14 14 2.78 Sangat Sukar 15 15 31.94 Sedang 16 16 37.50 Sedang 17 17 29.17 Sukar 18 18 12.50 Sangat Sukar 19 19 19.44 Sukar 20 20 11.11 Sangat Sukar KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL ================================= Jumlah Subyek= 35 Butir Soal= 20 Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi 1 1 0.616 Sangat Signifikan 2 2 0.050 - 3 3 0.655 Sangat Signifikan 4 4 0.243 - 5 5 0.534 Signifikan 6 6 0.634 Sangat Signifikan 7 7 0.623 Sangat Signifikan 8 8 0.041 - 9 9 0.595 Sangat Signifikan 10 10 0.303 - 11 11 0.640 Sangat Signifikan 12 12 0.637 Sangat Signifikan 13 13 0.400 - 14 14 0.153 - 15 15 0.653 Sangat Signifikan 16 16 0.588 Sangat Signifikan 17 17 0.606 Sangat Signifikan 18 18 0.162 - 19 19 0.635 Sangat Signifikan 20 20 0.342 -

126

Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut: df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01 10 0,576 0,708 60 0,250 0,325 15 0,482 0,606 70 0,233 0,302 20 0,423 0,549 80 0,217 0,283 25 0,381 0,496 90 0,205 0,267 30 0,349 0,449 100 0,195 0,254 40 0,304 0,393 125 0,174 0,228 50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208 Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung. REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 23.43 Simpang Baku= 10.67 KorelasiXY= 0.57 Reliabilitas Tes= 0.73 Butir Soal= 20 Jumlah Subyek= 35 Nama berkas: E:\REVISI SKRIPSI\VALIDASI INSTRUMEN ESAI.AUR

No No Btr Asli T DP(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi 1 1 4.47 55.56 Sedang 0.616 Sangat Signifikan 2 2 0.00 0.00 Sukar 0.050 - 3 3 4.28 52.78 Sedang 0.655 Sangat Signifikan 4 4 1.11 11.11 Sangat Sukar 0.243 - 5 5 3.60 44.44 Mudah 0.534 Signifikan 6 6 4.12 58.33 Sedang 0.634 Sangat Signifikan 7 7 3.74 58.33 Sedang 0.623 Sangat Signifikan 8 8 0.38 2.78 Sangat Sukar 0.041 - 9 9 4.71 66.67 Sedang 0.595 Sangat Signifikan 10 10 1.84 22.22 Sedang 0.303 - 11 11 2.93 36.11 Sukar 0.640 Sangat Signifikan 12 12 3.32 30.56 Sukar 0.637 Sangat Signifikan 13 13 2.11 19.44 Sangat Sukar 0.400 - 14 14 1.00 5.56 Sangat Sukar 0.153 - 15 15 4.69 41.67 Sedang 0.653 Sangat Signifikan 16 16 3.61 58.33 Sedang 0.588 Sangat Signifikan 17 17 3.24 47.22 Sukar 0.606 Sangat Signifikan 18 18 1.77 13.89 Sangat Sukar 0.162 - 19 19 3.50 38.89 Sukar 0.635 Sangat Signifikan 20 20 1.95 16.67 Sangat Sukar 0.342 -

127

Lampiran 6 Rekapitulasi Analisis Butir Soal

Reliabilitas Tes: 0.73

No Soal

Tingkat kesukaran Daya beda Validitas Keputusan

Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori 1 0.50 Sedang 0.55 Sangat baik 0.62 Valid Digunakan

2 0.29 Sukar 0 Kurang baik 0.05 Tidak valid

Tidak digunakan

3 0.43 Sedang 0.53 Sangat baik 0.66 Valid Digunakan

4 0.14 Sangat sukar

0.11 Kurang baik 0.24 Tidak valid

Tidak digunakan

5 0.72 Mudah 0.44 Sangat baik 0.53 Valid Digunakan 6 0.43 Sedang 0.58 Sangat baik 0.63 Valid Digunakan 7 0.38 Sedang 0.58 Sangat baik 0.62 Valid Digunakan

8 0.09 Sangat sukar

0.03 Kurang baik 0.04 Tidak valid

Tidak digunakan

9 0.44 Sedang 0.67 Sangat baik 0.59 Valid Digunakan

10 0.64 Sedang 0.22 Cukup 0.30 Tidak valid

Tidak digunakan

11 0.24 Sukar 0.36 Baik 0.64 Valid Digunakan 12 0.21 Sukar 0.30 Baik 0.64 Valid Digunakan

13 0.12 Sangat sukar

0.19 Kurang baik 0.40 Tidak valid

Tidak digunakan

14 0.02 Sangat sukar

0.06 Kurang baik 0.15 Tidak valid

Tidak digunakan

15 0.32 Sedang 0.42 Sangat baik 0.65 Valid Digunakan 16 0.37 Sedang 0.58 Sangat baik 0.59 Valid Digunakan 17 0.29 Sukar 0.47 Sangat baik 0.60 Valid Digunakan

18 0.12 Sangat sukar

0.14 Kurang baik 0.16 Tidak valid

Tidak digunakan

19 0.19 Sukar 0.39 Baik 0.64 Valid Digunakan

20 0.11 Sangat sukar

0.17 Kurang baik 0.34 Tidak valid

Tidak digunakan

128

Lampiran 7 LEMBAR SOAL

Nama :………………………………………………………….. Kelas :………………………………………………………….. Petunjuk : jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan tepat! 1. Perhatikan gambar berikut

Berdasarkan gambar di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini! a. Nomor berapakah fungi yang tergolong divisi Basidiomycota? b. Nomor berapakah fungi yang tergolong divisi Zygomycota? c. Nomor berapakah fungi yang tergolong divisi Ascomycota?

2. Perhatikan tabel di bawah ini!

No Ciri-ciri Jenis Fungi

A B C D 1 Hifa bersekat + - + + 2 Hifa tidak bersekat - + - - 3 Spora dibentuk di dalam askus - - - + 4 Spora dibentuk di dalam basidium + - - - 5 Spora dibentuk di dalam sporangium (kotak spora) - + - -

Berdasarkan tabel tersebut, Fungi A termasuk dalam divisi? Fungi B termasuk dalam divisi? Fungi C termasuk dalam divisi? Fungi D termasuk dalam divisi?

129

3. Perhatikan gambar berikut!

(A)

(B)

(C)

D)

(E)

(F) Berdasarkan gambar di atas, kelompokkanlah fungi yang beracun dengan fungi yang dapat dikonsumsi manusia!

4. Saccharomyces cerevicae merupakan fungi yang digunakan dalam pembuatan tape dan roti. Mengapa fungi tersebut digunakan dalam pembuatan tape dan roti? Bagaimana rumusan reaksi kimia yang terjadi pada poses tersebut?

5. Nama Basidiomycota berasal dari kata basidium, yaitu suatu tahapan diploid dalam

daur hidup Basidiomycota yang berbentuk seperti payung. Struktur tubuh basidiomycota memiliki bagian-bagian berupa tudung, lamella dan miselium. Berdasarkan pernyataan tersebut, gambarkanlah struktur tubuh Basidiomycota dan berilah keterangannya (maks.6 bagian)!

6. Sekelompok siswa sedang melakukan pengamatan fungi dengan menggunakan mikroskop cahaya. Gambar berikut adalah bagaian dari mikroskop tersebut. Tentukan perbesaran dari mikrosokop sesuai dengan tabel yang tertera di bawah ini.

No Gambar A Gambar B Perbesaran mikroskop

1

5X

10X

…

2

10X

40X

…

130

7. Tiap hari ribuan pohon mati di hutan. Akan tetapi, mengapa hutan tidak penuh dengan sisa tubuh pohon? Apa peranan fungi dalam hal tersebut? Jelaskan cara fungi melakukan peranannya itu.

8. Fungi merupakan klasifikasi tersendiri dalam klasifikasi lima kingdom, terpisah dari kingdom tumbuhan. Fungi sempat dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda. Fungi bukan autotroph seperti tumbuhana, melainkan organisme heterotrof sehingga lebih dekat dengan hewan. Usaha menyatukan fungi dengan hewan pada golongan yang sama juga gagal, karena fungi mencerna makanannya di luar tubuh (eksternal), tidak sperti hewan yang mencerna secara internal. Selain itu, sel fungi memiliki dinding sel yang tersusun dari zat kitin, tidak seperti sel hewan. Berdasarkan keterangan di atas, berilah penjelasan Jelaskan mengapa fungi dipisahkan dari kingdom tumbuhan dan hewan. Berilah alasannya! (maks.6)

9. Berdasarkan kegiatan praktikum mengamati fungi divisi Ascomycota dan Zygomycota, buatlah kesimpulan mengenai ciri-ciri atau karakteristik dari fungi pada divisi tersebut? Apakah terdapat perbedaan antara fungi divisi Ascomycota dan Zygomycota, jika ada berilah alasannya!

10. Tempe merupakan makanan yang diolah dengan menggunakan fungi Rhizopus

oryzae. Bahan baku pembuatan tempe adalah kacang kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan gizi pada tempe lebih baik dibandingkan dengan kedelai. Rhizopus oryzae akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare. Berdasarkan pernyataan di atas, buatlah kesimpulannya!

11. Fungi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Fungi bersama bakteri berperan sebagai pengurai (dekomposer). Fungi menguraikan zat-zat organisme yang mati kemudian akan diuraikan dan dirombak sehingga dapat dimanfaatkan lagi. Hasil dari perombakan tersebut akan digunakan tumbuhan sebagai nutrisi. Tanpa keberadaan fungi maka kehidupan akan terganggu. Jika fungi terganngu maka dalam ekosistem akan terjadi ketidakseimbangan. Misalnya ketika fungi di hilangkan, maka organisme apa yang akan melapukkan sampah, kayu, batu, yang menjamin kesuburan tanah di hutan, pantai, sungai dan lain-lainnya, dan dalam jangka waktu lama mungkin bumi jadi padang pasir tanpa mahluk hidup. Buatlah kesimpulan berdasarkan permasalahan di atas!

12. Sekelompok siswa sedang melakukan pengamatan fungi dengan menggunakan mikroskop cahaya. Dalam melakukan pengamatan, siswa menggunakan lensa okuler dan lensa objektif. Terdapat 2 macam lensa okuler yang berukuran 5X, 10X. Sedangkan lensa objektif memiliki ukuran 4X, 10X, 40X dan 400X. Jika siswa tersebut melakukan pengamatan objek dengan perbesaran 400X, maka berapakah perbesaran yang digunakan pada lensa objektif dan lensa okuler?

131

Lampiran 8

Lembar Observasi

Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Pertemuan: 1 Petunjuk pengisian: Berilah tanda ceklis (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan Anda terhadap keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah tehadap siswa.

Tahap pembelajaran Aspek yang diamati Keteangan

<50% β‰₯50% I. Orientasi siswa

terhadap masalah 1. Siswa memahami tujuan pembelajaran 2. Siswa menunjukkan minat dan motivasi terhadap

masalah yang disajikan

√

√ II. Mengorganisasikan

siswa untuk belajar 1. Siswa duduk secara berkelompok 2. Siswa membatasi dan membagi tugas belajar

yang berkaitan dengan masalah tersebut

√

√

III. Membimbing penyelidikan individu atau kelompok

1. Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber sebagai persiapan pemecahan masalah

2. Melakukan penyelidikan sebagai upaya pemecahan masalah

3. Saling bertukar informasi untuk memecahkan masalah dengan teman sekelompoknya

4. Mengikuti instruksi yang diberikan di lembar kerja siswa dalam pemecahan masalahnya

√

√

√

√

IV. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

1. Menyajikan laporan hasil penyelidikan dengan diskusi di kelas

2. Secara aktif melibatkan dirinya dalam kegiatan diskusi

√

√

V. Mengevaluasi dan proses pemecahan masalah

1. Membandingkan hasil kerja pemecahan masalahnya dengan pemecahan masalah yang diinformasikan guru atau pemecahan masalah yang dilakukan kelompok lain

2. Menyimpulkan hasil pembelajaran berdasarkan pada hasil penyelidikan yang dilakukan oleh semua kelompok

√

√

Keterangan: <50% = jumlah siswa melakukannya kurang dari setengah jumlah yang diharapkan β‰₯50% = jumlah siswa melakukannya lebih dari setengah jumlah yang diharapkan Jakarta, 16 Januari 2015

Observer

(Drs. M. Anwari) NIP. 196607211994121002

132

Lembar Observasi

Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Pertemuan: 2 Petunjuk pengisian: Berilah tanda ceklis (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan Anda terhadap keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah tehadap siswa.

Tahap pembelajaran Aspek yang diamati Keteangan

<50% β‰₯50% I. Orientasi siswa

terhadap masalah 1. Siswa memahami tujuan pembelajaran 2. Siswa menunjukkan minat dan motivasi terhadap

masalah yang disajikan

√ √

II. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

1. Siswa duduk secara berkelompok 2. Siswa membatasi dan membagi tugas belajar

yang berkaitan dengan masalah tersebut

√ √

III. Membimbing penyelidikan individu atau kelompok

1. Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber sebagai persiapan pemecahan masalah

2. Melakukan penyelidikan sebagai upaya pemecahan masalah

3. Saling bertukar informasi untuk memecahkan masalah dengan teman sekelompoknya

4. Mengikuti instruksi yang diberikan di lembar kerja siswa dalam pemecahan masalahnya

√

√

√

√

IV. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

1. Menyajikan laporan hasil penyelidikan dengan diskusi di kelas

2. Secara aktif melibatkan dirinya dalam kegiatan diskusi

√

√

V. Mengevaluasi dan proses pemecahan masalah

1. Membandingkan hasil kerja pemecahan masalahnya dengan pemecahan masalah yang diinformasikan guru atau pemecahan masalah yang dilakukan kelompok lain

2. Menyimpulkan hasil pembelajaran berdasarkan pada hasil penyelidikan yang dilakukan oleh semua kelompok

√

√

Keterangan: <50% = jumlah siswa melakukannya kurang dari setengah jumlah yang diharapkan β‰₯50% = jumlah siswa melakukannya lebih dari setengah jumlah yang diharapkan Jakarta, 23 Januari 2015

Observer

(Drs. M. Anwari) NIP. 196607211994121002

133

Lampiran 9

Lembar Observasi Keterampilan Siswa

Kelas Eksperimen

No Objek yang diobservasi Kelompok 1 2 3 4 5 6

I Kegiatan Awal 1. Kelengkapan membawa alat dan bahan

praktikum 4 3 4 3 4 3

2. Kemampuan mengimplementasikan panduan penelitian 3 2 3 3 3 3

II Kegiatan Inti A. Menggunakan alat dan bahan 1. Keterampilan menggunakan alat

dan bahan praktikum 2 3 4 4 3 4

B. Keteampilan mengamati, kesadaran skala dan pemodelan

1. Keterampilan dalam mengamati objek 3 3 4 4 2 3

2. Keterampilan dalam menggunakan mikroskop dalam pengamatan 3 3 4 4 2 3

3. Keterampilan dalam membuat preparat objek 3 3 4 4 3 3

4. Keterampilan memperoleh data praktikum 4 2 3 3 2 3

5. Kemampuan menyelesaikan draft laporan praktikum 3 3 3 3 3 2

6. Keterampilan mempersentasikan hasil praktikum 3 3 4 2 2 2

III Kegiatan akhir 1. Kepedulian untuk mengembalikan alat

dan bahan yang telah digunakan 4 3 3 4 4 3

Observer

(Drs. M. Anwari) NIP. 196607211994121002

Keterangan: Untuk nilai hasil observasi isilah dengan angka: 1, 2, 3 dan 4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kriteria penilaian Rubrik Observasi Keterampilan.

134

Kelas Kontrol

No Objek yang diobservasi Kelompok 1 2 3 4 5 6

I Kegiatan Awal 1. Kelengkapan membawa alat dan bahan

praktikum 3 4 4 3 3 4

2. Kemampuan mengimplementasikan panduan penelitian 3 3 2 2 2 3

II Kegiatan Inti A. Menggunakan alat dan bahan 1. Keterampilan menggunakan alat

dan bahan praktikum 3 4 3 4 3 3

B. Keteampilan mengamati, kesadaran skala dan pemodelan

1. Keterampilan dalam mengamati objek 2 2 3 3 2 2

2. Keterampilan dalam menggunakan mikroskop dalam pengamatan 3 2 2 4 2 3

3. Keterampilan dalam membuat preparat objek 4 3 2 2 3 3

4. Keterampilan memperoleh data praktikum 4 3 3 2 2 2

5. Kemampuan menyelesaikan draft laporan praktikum 2 3 3 2 4 2

6. Keterampilan mempersentasikan hasil praktikum 3 2 2 3 3 2

III Kegiatan akhir 1. Kepedulian untuk mengembalikan alat

dan bahan yang telah digunakan 3 3 4 4 4 4

Observer

(Drs. M. Anwari) NIP. 196607211994121002

Keterangan: Untuk nilai hasil observasi isilah dengan angka: 1, 2, 3 dan 4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kriteria penilaian Rubrik Observasi Keterampilan.

135

Rubrik Penilaian Lembar Observasi Kegiatan Praktikum

No Objek yang diobservasi Kriteria Penilaian I Kegiatan Awal

1. Kelengkapan membawa alat dan bahan praktikum

4: siswa membawa seluruh perlengkapan alat dan bahan dengan benar dan lengkap.

3: siswa membawa seluruh perlengkapan alat dan bahan dengan benar tetapi tidak lengkap.

2: siswa hanya membawa sebagian perlengkapan alat dan bahan dengan benar.

1: siswa hanya membawa sebagian alat saja atau bahan saja.

2. Kemampuan mengimplementasikan panduan penelitian

4: bekerja hampir tidak melihat panduan, cepat (di atas rata-rata kelas), benar, tanpa bertanya pada pembimbing.

3: bekerja tanpa melihat panduan, agak cepat (sedikit di atas rata-rata), benar, bertanya pada pembimbing 0-3 kali.

2: bekerja melihat panduan, kecepatan rata-rata, salah persepsi 0-2 kali, bertanya pada pembimbing 0-4 kali.

1: bekerja melihat panduan, kecepatan di bawah rata-rata, salah persepsi 0->4kali, bertanya pada pembimbing 0->4 kali.

II Kegiatan Inti A. Menggunakan alat dan

bahan

1. Keterampilan menggunakan alat dan bahan praktikum

4: penggunaan alat dan bahan cepat (di atas rata-rata kelas), benar, tanpa bertanya pada pembimbing.

3: penggunaan alat dan bahan agak cepat (sedikit di atas rata-rata), benar, bertanya pada pembimbing 0-3 kali.

2: penggunaan alat dan bahan rata-rata, salah persepsi 0-2 kali, bertanya pada pembimbing 0-4 kali.

1: penggunaan alat dan bahan lambat, salah persepsi 0->4kali, bertanya pada pembimbing 0->4 kali.

B. Keteampilan mengamati, kesadaran skala dan pemodelan

1. Keterampilan dalam mengamati objek

4: siswa mengamati struktur tubuh dan hifa fungi mikroskopis maupun makroskopis (mengamati objek menggunakan 2 indera) dengan cepat, benar, tanpa bertanya pada pembimbing.

3: siswa mengamati struktur tubuh dan hifa fungi mikroskopis maupun makroskopis (mengamati objek menggunakan 2 indera) agak cepat, benar, bertanya pada pembimbing 0-3 kali.

136

2: siswa mengamati struktur tubuh dan hifa fungi mikroskopis maupun makroskopis (Mengamati objek menggunakan 1 indera) agak cepat, benar, bertanya pada pembimbing 0-3 kali.

1: siswa mengamati struktur tubuh dan hifa fungi mikroskopis maupun makroskopis (Mengamati objek menggunakan 1 indera) secara rata-rata, salah persepsi 0-2 kali, bertanya pada pembimbing 0-4 kali.

2. Keterampilan dalam menggunakan mikroskop dalam pengamatan

4: siswa mengatur perbesaran pada mikroskop dengan cepat, benar, tanpa bertanya pada pembimbing.

3: siswa mengatur perbesaran pada mikroskop agak cepat, benar, bertanya pada pembimbing 0-3 kali.

2: siswa mengatur perbesaran pada mikroskop rata-rata, salah persepsi 0-2 kali, bertanya pada pembimbing 0-4 kali.

1: siswa mengatur perbesaran pada mikroskop lambat, salah persepsi 0->4kali, bertanya pada pembimbing 0->4 kali.

3. Keterampilan dalam membuat preparat objek

4: siswa membuat objek (preparat fungi) dengan cepat benar, tanpa bertanya pada pembimbing.

3: siswa membuat objek (preparat fungi) agak cepat, benar, bertanya pada pembimbing 0-3 kali.

2: siswa membuat objek (preparat fungi) rata-rata, salah persepsi 0-2 kali, bertanya pada pembimbing 0-4 kali.

1: siswa membuat objek (preparat fungi) secara lambat, salah persepsi 0->4kali, bertanya pada pembimbing 0->4 kali.

4. Keterampilan memperoleh data praktikum

4: perolehan data cepat, lengkap benar, tanpa bertanya pada pembimbing.

3: perolehan data agak cepat/rata-rata, lengkap benar, tanpa bertanya pada pembimbing.

2: perolehan data kecepatannya rata-rata, lengkap/kurang, benar, bertanya pada pembimbing 0-2 kali.

1: perolehan data kecepatannya rata-rata, kurang lengkap, ada yang salah, bertanya pada pembimbing 0->2 kali.

5. Kemampuan menyelesaikan draft laporan praktikum

4: selesai dengan cepat, lengkap benar, tanpa bertanya pada pembimbing.

3: selesai dengan agak cepat/rata-rata, lengkap benar, tanpa bertanya pada pembimbing.

2: selesai dengan kecepatan rata-rata, lengkap/kurang, benar, bertanya pada pembimbing 0-2 kali.

1: selesai dengan lambat, kurang lengkap, ada yang salah, bertanya pada pembimbing 0-4 kali.

137

6. Keterampilan mempersentasikan hasil praktikum

4: presentasi dilakukan dengan benar, jelas, lancar, menarik.

3: presentasi dilakukan dengan kesalahan 0-2 kali, jelas, lancar.

2: presentasi dilakukan dengan kesalahan 0-4 kali, agak kurang jelas, lancar.

1: presentasi dilakukan dengan kesalahan 0->4 kali, kurang jelas, kurang lancar.

III Kegiatan akhir 1. Kepedulian untuk

mengembalikan alat dan bahan yang telah digunakan

4: mengembalikan alat dan bahan dengan cepat, lengkap benar, tanpa bertanya pada pembimbing.

3: mengembalikan alat dan bahan agak cepat/rata-rata, lengkap benar, tanpa bertanya pada pembimbing.

2: mengembalikan alat dan bahan secara rata-rata lengkap/kurang, benar, bertanya pada pembimbing 0-2 kali.

1: mengembalikan alat dan bahan dengan lambat, kurang lengkap, ada yang salah, bertanya pada pembimbing 0-4 kali.

138

Lampiran 10

Data Pretest Kelas Eksperimen

No Kode Siswa Skor Butir Soal Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 AWD 3 4 3 0 0 4 2 0 1 1 1 2 21 45 2 AAN 3 4 4 0 2 0 1 1 1 0 1 2 19 40 3 ATS 2 2 4 0 2 1 0 0 0 1 0 0 12 26 4 AHN 2 4 3 0 2 3 4 0 2 0 1 2 23 49 5 AAT 2 2 4 0 0 1 0 0 0 2 0 2 13 28 6 ANV 2 4 4 0 1 4 0 0 1 2 0 0 18 38 7 DTC 3 4 4 2 2 4 2 1 0 2 2 4 30 64 8 DWU 3 4 4 0 2 0 1 0 0 0 0 0 14 30 9 DWA 2 4 4 0 2 0 0 1 0 1 1 0 15 32 10 EMY 2 3 4 2 2 4 1 0 0 1 1 0 20 43 11 FAS 2 4 4 0 0 2 0 0 1 0 0 0 13 28 12 FGA 2 0 4 0 0 0 0 1 0 1 0 0 8 17 13 FRH 3 4 4 2 1 4 0 1 0 0 0 0 19 40 14 HLL 3 3 4 2 2 4 2 1 0 0 0 0 21 45 15 HPS 2 0 4 2 0 4 0 1 1 0 1 4 19 40 16 IMS 3 2 4 0 0 0 1 0 1 0 1 0 12 26 17 JQS 2 4 4 0 2 0 1 0 0 0 0 0 13 28 18 MIB 2 0 4 0 2 0 1 1 1 0 1 0 12 26 19 NPT 2 0 3 2 2 2 0 0 1 1 0 4 17 36 20 NIS 2 0 4 1 2 0 1 1 0 1 0 0 12 26 21 ORA 1 2 4 2 2 1 2 1 0 0 1 2 18 38 22 PRA 1 4 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 10 21 23 RSS 2 1 4 2 0 0 1 1 1 1 1 0 14 30

139

No Kode Siswa Skor Butir Soal Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 24 RSI 2 4 4 0 1 0 1 0 0 0 0 0 12 26 25 RIK 2 0 4 1 2 4 1 0 0 1 0 2 17 36 26 RAT 2 4 4 1 2 0 1 1 1 0 1 0 17 36 27 RMA 2 4 4 1 2 2 0 1 1 1 0 0 18 38 28 RMY 2 4 4 1 2 2 2 0 0 0 2 0 19 40 29 SLN 2 4 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 9 19 30 SPD 1 2 4 0 2 1 0 0 0 0 1 0 11 23 31 SNK 2 4 4 1 2 0 2 1 0 1 2 0 19 40 32 SNA 1 0 4 0 2 1 0 1 0 0 1 0 10 21 33 SAD 2 0 4 0 1 2 0 1 0 0 0 0 10 21 34 UQI 2 4 3 1 0 1 1 0 2 1 1 2 18 38 35 WWS 2 3 4 0 2 0 1 1 0 0 0 0 13 28

Jumlah 73 92 132 24 46 51 29 19 15 19 20 26 546 1161.70 Rata-rata 2.09 2.63 3.77 0.69 1.31 1.46 0.83 0.54 0.43 0.54 0.57 0.74 15.60 33.19

Ketercapaian (%) 69.5 65.7 94.3 17.1 32.9 36.4 20.7 13.6 10.7 13.6 14.3 18.6

140

Lampiran 11

Data Pretest Kelas Kontrol

No Kode siswa Skor Butir Soal Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 AAZ 2 4 3 0 1 0 0 0 0 0 0 2 12 26 2 APA 2 1 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 7 15 3 AAW 2 2 3 0 0 0 2 0 1 0 0 0 10 21 4 APW 1 2 2 0 0 2 1 1 0 0 0 0 9 19 5 AJT 2 4 4 3 1 2 2 0 0 0 0 2 20 43 6 ADY 2 0 4 2 0 2 2 0 0 0 0 0 12 26 7 AOI 2 1 2 3 0 0 1 0 1 0 0 0 10 21 8 AOA 2 1 2 3 0 0 2 1 1 1 0 0 13 28 9 AAF 2 3 3 1 0 2 3 1 2 3 3 2 25 53 10 AHZ 2 0 3 0 2 2 0 0 1 3 3 2 18 38 11 DPI 2 3 4 0 2 0 1 1 0 0 0 0 13 28 12 DRU 2 4 4 0 2 2 0 1 0 2 0 2 19 40 13 EBA 2 4 0 0 0 2 0 0 2 0 2 0 12 26 14 EDY 2 4 3 0 1 2 1 1 2 2 0 2 20 43 15 FMF 2 4 4 2 0 0 1 0 1 0 1 0 15 32 16 FAO 1 4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 6 13 17 FAN 1 4 4 4 2 2 0 0 0 0 0 2 19 40 18 MPN 2 4 3 2 0 2 1 1 0 0 0 2 17 36 19 MND 2 2 2 2 0 2 1 0 0 1 2 2 16 34 20 MBI 1 0 3 2 1 0 1 0 0 0 0 0 8 17 21 MRR 1 4 2 0 2 0 0 0 0 0 1 0 10 21 22 NAM 2 2 3 2 1 2 0 2 0 0 1 2 17 36 23 NYT 2 4 4 0 1 2 0 1 2 0 1 2 19 40

141

No Kode Siswa

Skor Butir Soal Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 24 NIZ 3 3 2 0 2 2 1 0 4 3 0 2 22 47 25 ORT 2 2 3 0 2 0 0 0 2 1 2 0 14 30 26 RCG 2 4 3 0 0 0 1 0 0 0 1 0 11 23 27 SFS 2 4 4 1 3 2 2 2 1 1 0 2 24 51 28 SIS 2 2 4 2 1 2 1 0 0 2 1 0 17 36 29 TDY 2 3 4 2 0 2 0 0 0 1 0 0 14 30 30 TRN 2 4 4 4 2 0 2 4 2 0 0 4 28 60 31 YNA 2 4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 2 16 34

Jumlah 58 87 92 41 27 34 26 16 22 20 18 32 473 1006.38 Rata-rata 1.87 2.81 2.97 1.32 0.87 1.10 0.84 0.52 0.71 0.65 0.58 1.03 15.26 32.46

Ketercapaian (%) 62.4 70.2 74.2 33.1 21.8 27.4 21.0 12.9 17.7 16.1 14.5 25.8

142

Lampiran 12

Data Posttest Kelas Eksperimen

No Kode Siswa Skor Butir Soal Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 AWD 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 45 96 2 AAN 1 3 4 2 4 4 2 2 1 4 4 0 31 66 3 ATS 0 1 4 0 2 0 2 2 1 2 4 0 18 38 4 AHN 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 44 94 5 AAT 3 4 4 2 4 4 4 2 4 2 1 0 34 72 6 ANV 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 44 94 7 DTC 3 4 4 2 4 4 3 3 4 0 2 4 37 79 8 DWU 3 4 4 2 4 4 2 2 4 3 4 0 36 77 9 DWA 1 4 4 0 4 4 3 3 2 4 2 4 35 74 10 EMY 1 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 41 87 11 FAS 3 4 4 2 4 4 4 3 1 4 4 4 41 87 12 FGA 0 2 2 0 2 4 0 3 1 0 0 0 14 30 13 FRH 3 4 4 3 4 4 4 3 4 0 4 2 39 83 14 HLL 3 4 4 4 5 4 3 3 2 3 3 4 42 89 15 HPS 0 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 39 83 16 IMS 3 4 4 2 4 4 4 4 2 3 3 4 41 87 17 JQS 3 4 4 2 4 4 3 3 2 4 4 4 41 87 18 MIB 1 4 4 2 4 2 2 2 2 3 3 4 33 70 19 NPT 3 4 4 0 4 4 4 3 3 3 4 4 40 85 20 NIS 3 4 4 2 3 3 4 3 2 4 4 0 36 77 21 ORA 1 3 4 1 4 4 3 2 3 2 4 4 35 74 22 PRA 1 4 4 2 3 4 3 3 4 3 4 4 39 83 23 RSS 1 4 4 2 4 4 3 3 2 3 2 0 32 68

143

No Kode Siswa Skor Butir Soal Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 24 RSI 3 4 4 0 4 2 2 2 2 4 3 0 30 64 25 RIK 3 4 4 4 3 4 2 3 2 3 3 0 35 74 26 RAT 3 4 4 0 4 4 0 2 2 2 2 0 27 57 27 RMA 1 4 4 2 4 4 2 3 2 4 3 4 37 79 28 RMY 1 4 4 2 4 4 3 3 4 3 4 0 36 77 29 SLN 0 4 4 1 4 4 3 1 2 4 4 0 31 66 30 SPD 3 4 4 3 4 4 2 2 4 4 4 0 38 81 31 SNK 3 2 4 2 4 4 3 2 2 3 4 0 33 70 32 SNA 1 4 4 2 3 0 1 1 2 3 3 0 24 51 33 SAD 3 4 4 1 4 4 2 3 1 3 3 0 32 68 34 UQI 3 4 4 0 4 4 1 2 4 0 0 0 26 55 35 WWS 3 2 3 2 3 4 0 2 1 2 2 0 24 51

Jumlah 73 129 136 67 132 127 91 90 89 101 108 66 1209 2574.47 Rata-rata 2.09 3.69 3.89 1.91 3.77 3.63 2.60 2.57 2.54 2.89 3.09 1.89 34.54 73.56

Ketercapaian (%) 69.5 92.1 97.1 47.9 94.3 90.7 65 64.3 63.6 72.1 77.1 47.1

144

Lampiran 13

Data Posttest Kelas Kontrol

No Kode siswa Skor Butir Soal Jumlah Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 AAZ 1 4 4 1 2 2 2 1 2 3 2 0 24 51 2 APA 2 4 4 3 2 4 2 3 2 2 1 2 31 66 3 AAW 1 4 4 2 4 4 0 2 3 3 2 4 33 70 4 APW 1 4 4 1 2 4 2 2 2 0 0 2 24 51 5 AJT 2 4 4 2 3 4 2 2 1 3 3 4 34 72 6 ADY 3 4 3 3 3 4 2 3 2 1 2 2 32 68 7 AOI 1 4 4 0 0 4 1 0 3 3 4 0 24 51 8 AOA 1 4 4 0 0 4 2 0 3 3 4 0 25 53 9 AAF 0 3 4 2 4 4 4 2 4 3 4 4 38 81 10 AHZ 3 4 4 2 3 4 2 2 4 4 3 4 39 83 11 DPI 2 4 3 2 3 2 1 2 1 1 1 3 25 53 12 DRU 3 4 4 2 3 2 3 3 2 1 2 4 33 70 13 EBA 2 3 3 0 2 0 1 1 2 4 2 0 20 43 14 EDY 1 4 4 3 3 4 3 2 3 2 4 0 33 70 15 FMF 3 4 4 2 3 2 1 2 1 2 2 3 29 62 16 FAO 1 4 4 2 3 4 3 2 2 1 1 1 28 60 17 FAN 3 4 4 2 3 2 3 2 1 3 3 3 33 70 18 MPN 2 3 2 2 2 4 4 2 2 2 3 4 32 68 19 MND 3 4 1 2 2 4 1 2 1 4 4 0 28 60 20 MBI 1 4 3 3 2 4 3 2 2 1 1 0 26 55 21 MRR 1 4 4 2 2 4 2 2 2 0 1 2 26 55 22 NAM 2 4 4 2 3 2 1 3 1 3 4 0 29 62 23 NYT 1 4 4 0 4 4 1 2 2 4 2 0 28 60

145

No Kode Siswa Skor Butir Soal Skor Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 24 NIZ 1 4 3 2 4 4 2 2 2 2 2 4 32 68 25 ORT 1 4 4 3 2 4 2 2 2 3 1 2 30 64 26 RCG 2 4 3 2 2 4 4 1 2 2 1 2 29 62 27 SFS 2 4 4 3 3 4 4 4 2 2 2 4 38 81 28 SIS 1 4 4 2 2 4 3 3 3 2 4 2 34 72 29 TDY 3 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 43 91 30 TRN 2 4 4 3 3 2 4 4 4 4 2 4 40 85 31 YNA 2 4 3 0 4 0 2 2 2 4 4 1 28 60

Jumlah 54 121 112 58 82 102 71 65 69 74 75 65 948 2017.02 Rata-rata 1.74 3.90 3.61 1.87 2.65 3.29 2.29 2.10 2.23 2.39 2.42 2.10 30.81 65.07

Ketercapaian (%) 58.1 97.6 90.3 46.8 66.1 82.3 57.3 52.4 55.6 69.7 60.5 52.4

146

Lampiran 14

Perhitungan Hasil Posttest Per Indikator Kelas Eksperimen dan Kontrol

KD Indikator No. soal Konsep Ranah

Kognitif

Pencapaian (%) Kelas

kontrol Kelas

eksperimen Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan fungi berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran fungi dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

Menjelaskan karakteristik fungi berdasarkan tampilannya

1 Karakteeristik fungi C3 58,06 69,52

Menganalisis produk, kasus dan penyakit yang berkaiatan dengan fungi

3 Manfaat fungi C3 97,58 92,14

4 Manfaat fungi C4 46,77 47,86

Menganalisis peranan fungi dalam ekosistem

7 Peranan fungi C4 57,26 65,00

Mengkalsifikasikan fungi berdasarkan ciri yang dimiliki

2 Klasifikasi fungi C3 90,32 97,86

8 Klasifikasi fungi C3 52,42 64,29

9 Ciri-ciri fungi C5 55,65 63,57 Menghitung perbesaran lensa yang tepat dalam melakukan pengamatan objek menggunkan mikroskop

6

Skala perbesaran pada mikroskop

C2 82,26 90,71

12

Skala perbesaran pada mikroskop

C2 54,84 47,14

Menyimpulkan ciri-ciri fungi berdasarkan hasil pengamatan

5 Ciri-ciri fungi C4 66,13 94,29

Menyimpulkan peranan fungi berdasarkan penjelasan dari suatu fenomena

10 Manfaat fungi C2 61,29 72,14

11 Peranan fungi C2 62,10 77,14

Keterangan:

β‰₯ 𝑋� : nilai perolehan siswa per butir soal lebih besar dari rata-rata nilai

perolehan siswa per butir soal

Soal yang digunakan adalah soal yang valid yang diujikan pada saat

pretest dan posttest.

147

Lampiran 15

Rekapitulasi Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap Indikator Pertemuan

Jumlah indikator <50%

Jumlah indikator β‰₯50% 1 2

<50% β‰₯50% <50% β‰₯50% I 1 √ √

1 3 2 √ √

II 1 √ √ 1 3

2 √ √ III 1 √ √

2 6 2 √ √ 3 √ √ 4 √ √

IV 1 √ √ 2 2

2 √ √ V 1 √ √

1 3 2 √ √

Jumlah 3 9 4 8 7 17 Jumlah total indikator 12 12 24

Persentase 33.33% 75% 33.33% 66.67% 29.12% 70.83% Keterangan: <50% = belum tercapai β‰₯50% = sudah tercapai

148

Lampiran 16

Rekapitulasi Data Lembar Observasi Keterampilan Siswa

Kelas Eksperimen

No Objek yang diobservasi Kelompok 1 2 3 4 5 6

I Kegiatan Awal 1. Kelengkapan membawa alat dan bahan

praktikum 4 3 4 3 4 3

2. Kemampuan mengimplementasikan panduan penelitian 3 2 3 3 3 3

II Kegiatan Inti A. Menggunakan alat dan bahan 1. Keterampilan menggunakan alat

dan bahan praktikum 2 3 4 4 3 4

B. Keteampilan mengamati, kesadaran skala dan pemodelan

1. Keterampilan dalam mengamati objek 3 3 4 4 2 3

2. Keterampilan dalam menggunakan mikroskop dalam pengamatan 3 3 4 4 2 3

3. Keterampilan dalam membuat preparat objek 3 3 4 4 3 3

4. Keterampilan memperoleh data praktikum 4 2 3 3 2 3

5. Kemampuan menyelesaikan draft laporan praktikum 3 3 3 3 3 2

6. Keterampilan mempersentasikan hasil praktikum 3 3 4 2 2 2

III Kegiatan akhir 1. Kepedulian untuk mengembalikan alat

dan bahan yang telah digunakan 4 3 3 4 4 3

Jumlah 31 28 34 34 29 29 Persentase (%) 77.5 70 85 85 72.5 72.5 Rata-rata (%) 77.08

149

Kelas Kontrol

No Objek yang diobservasi Kelompok 1 2 3 4 5 6

I Kegiatan Awal 1. Kelengkapan membawa alat dan bahan

praktikum 3 4 4 3 3 4

2. Kemampuan mengimplementasikan panduan penelitian 3 3 2 2 2 3

II Kegiatan Inti A. Menggunakan alat dan bahan 1. Keterampilan menggunakan alat

dan bahan praktikum 3 4 3 4 3 3

B. Keteampilan mengamati, kesadaran skala dan pemodelan

1. Keterampilan dalam mengamati objek 2 2 3 3 2 2

2. Keterampilan dalam menggunakan mikroskop dalam pengamatan 3 2 2 4 2 3

3. Keterampilan dalam membuat preparat objek 4 3 2 2 3 3

4. Keterampilan memperoleh data praktikum 4 3 3 2 2 2

5. Kemampuan menyelesaikan draft laporan praktikum 2 3 3 2 4 2

6. Keterampilan mempersentasikan hasil praktikum 3 2 2 3 3 2

III Kegiatan akhir 1. Kepedulian untuk mengembalikan alat

dan bahan yang telah digunakan 3 3 4 4 4 4

Jumlah 30 29 28 33 28 28 Persentase (%) 75 72.5 70 82.5 70 70 Rata-rata (%) 73.33

150

Lampiran 17

Penghitungan Mean, Median, Modus Dan Standar Deviasi

a. Data Pretest Kelas Eksperimen

1. Banyaknya data (n) = 35

2. Data pretest siswa kelas eksperimen

17 19 21 21 21 23 26

26 26 26 26 28 28 28

28 30 30 32 36 36 36

38 38 38 38 40 40 40

40 40 43 45 45 49 64

3. Nilai terbsesar = 64

4. Nilai terkecil = 17

5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil

= 64 – 17

= 47

6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3.3 log n

= 1 + 3.3 log 35

= 1 + 3.3 (1.54)

= 1 + 5.09 = 6.09 (dibulatkan 6)

7. Panjang interval kelas (l) = π‘…π‘˜ = 47

6= 7.8 (dibulatkan 8)

8. Tabel distribusi frekuensi

Interval kelas f x fx x2

Batas nyata fkb fka Bawah Atas

17-24 6 21.5 129 462.25 16.5 24.5 35 6 25-32 12 28.5 342 812.25 24.5 32.5 29 18 33-40 12 36.5 438 1332.25 32.5 40.5 17 30 41-48 3 44.5 133.5 1980.25 40.5 48.5 5 33 49-56 1 52.5 52.5 2756.25 48.5 56.5 2 34 57-64 1 60.5 60.5 3660.25 56.5 64.5 1 35

total 35 (N)

1155.5 (βˆ‘FX)

Keterangan:

f : Frekuensi yang mengandung median x : Titik tengah fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik

tengah x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah

151

fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung median

9. Perhitungan nilai Mean

Mx = βˆ‘fxN

Mx = 1161.7035

= 33.19

10. Perhitungan nilai Median

Mdn = 𝑙 + οΏ½12π‘βˆ’fkb

𝑓𝑖� π‘₯ 𝑖

Mdn = 24.5 + οΏ½17.5βˆ’1712

οΏ½ π‘₯ 8

= 24.5 + 0,33

= 24.83

11. Perhitungan nilai Modus

Mo = 𝑙 + οΏ½ π‘“π‘Žπ‘“π‘Ž+𝑓𝑏

οΏ½ π‘₯ 𝑖

Mo = 32.5 + οΏ½ 1212+18

οΏ½ π‘₯ 8

Mo = 32.5 + 4.8

Mo = 37.30

12. Perhitungan nilai standar deviasi

SD = οΏ½βˆ‘(π‘₯βˆ’οΏ½Μ…οΏ½)2

π‘›βˆ’1

SD = οΏ½3351.8834

SD = √98.5847

SD = 9.93

13. Varians (S2)

S2 = SD2

= 9.932

= 98.5847

152

b. Data Pretest Kelas Kontrol

1. Banyaknya data (n) = 31

2. Data pretest siswa kelas eksperimen

13 15 17 19 21 21 21

23 26 26 26 28 28 30

30 32 34 34 36 36 36

38 40 40 40 43 43 47

51 53 60

3. Nilai terbsesar = 60

4. Nilai terkecil = 13

5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil

= 60 – 13

= 47

6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3.3 log n

= 1 + 3.3 log 31

= 1 + 3.3 (1.49)

= 1 + 4.92 = 5.92 (dibulatkan 6)

7. Panjang interval kelas (l) = π‘…π‘˜ = 47

6= 7.8 (dibulatkan 8)

8. Tabel distribusi frekuensi

Interval kelas f x fx x2

Batas nyata fkb fka Bawah Atas

13-20 4 16.5 66 272.25 12.5 20.5 31 4 21-28 9 24.5 220.5 600.25 20.5 28.5 27 13 29-36 8 33.5 260 1056.25 28.5 36.5 18 21 37-44 6 40.5 243 1640.25 36.5 44.5 10 27 45-52 2 48.5 97 2352.25 44.5 52.5 4 29 53-60 2 56.5 113 3192.25 52.5 60.5 2 31

total 31 (N)

999.5 (βˆ‘FX)

Keterangan:

f : Frekuensi yang mengandung median x : Titik tengah fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik

tengah x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung median

153

9. Perhitungan nilai Mean

Mx = βˆ‘fxN

Mx = 1006.431

= 32.46

10. Perhitungan nilai Median

Mdn = 𝑙 + οΏ½12π‘βˆ’fkb

𝑓𝑖� π‘₯ 𝑖

Mdn = 28.5 + οΏ½15.5βˆ’108

οΏ½ π‘₯ 8

= 28.5 + 5.5

= 34

11. Perhitungan nilai Modus

Mo = 𝑙 + οΏ½ π‘“π‘Žπ‘“π‘Ž+𝑓𝑏

οΏ½ π‘₯ 𝑖

Mo = 33.5 + οΏ½ 88+13

οΏ½ π‘₯ 8

Mo = 33.5 + 3.05

Mo = 36.55

12. Perhitungan nilai standar deviasi

SD = οΏ½βˆ‘(π‘₯βˆ’οΏ½Μ…οΏ½)2

π‘›βˆ’1

SD = οΏ½3965.3030

SD = √132.17667

SD = 11.49

13. Varians (S2)

S2 = SD2

= 11.492

= 132.18

154

c. Data Posttest Kelas Eksperimen

1. Banyaknya data (n) = 35

2. Data pretest siswa kelas eksperimen

30 38 51 51 55 57 64

66 66 68 68 70 70 72

72 74 74 76 76 76 79

79 81 83 83 83 85 87

87 87 87 93 93 93 96

3. Nilai terbsesar = 96

4. Nilai terkecil = 30

5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil

= 96 – 30

= 66

6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3.3 log n

= 1 + 3.3 log 35

= 1 + 3.3 (1.54)

= 1 + 5.09 = 6.09 (dibulatkan 6)

7. Panjang interval kelas (l) = π‘…π‘˜ = 66

6= 11

8. Tabel distribusi frekuensi

Interval kelas f x fx x2

Batas nyata fkb fka Bawah Atas

30-40 2 35 70 1225 30.5 40.5 35 2 41-51 2 46 92 2116 40.5 51.5 33 4 52-62 2 57 114 3249 51.5 62.5 31 6 63-73 9 68 612 4624 62.5 73.5 29 15 74-84 11 79 869 6241 73.5 84.5 20 26 85-95 8 90 720 8100 84.5 95.5 9 34

96-106 1 101 101 10201 95.5 106.5 1 35

total 35 (N)

2578 (βˆ‘FX)

Keterangan:

f : Frekuensi yang mengandung median x : Titik tengah fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik

tengah x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median

155

fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung median

9. Perhitungan nilai Mean

Mx = βˆ‘fxN

Mx = 257835

= 73.56

10. Perhitungan nilai Median

Mdn = 𝑙 + οΏ½12π‘βˆ’fkb

𝑓𝑖� π‘₯ 𝑖

Mdn = 73.5 + οΏ½17.5βˆ’209

οΏ½ π‘₯ 11

= 73.5 -3.1

= 70.4

11. Perhitungan nilai Modus

Mo = 𝑙 + οΏ½ π‘“π‘Žπ‘“π‘Ž+𝑓𝑏

οΏ½ π‘₯ 𝑖

Mo = 73.5 + οΏ½ 1111+15

οΏ½ π‘₯ 11

Mo = 73.5 + 4.65

Mo = 78.15

12. Perhitungan nilai standar deviasi

SD = οΏ½βˆ‘(π‘₯βˆ’οΏ½Μ…οΏ½)2

π‘›βˆ’1

SD = οΏ½7889.334

SD = √232.0302

SD = 15.23

13. Varians (S2)

S2 = SD2

= 15.232

= 232.0302

156

d. Data Posttest Kelas Kontrol

1. Banyaknya data (n) = 31

2. Data pretest siswa kelas eksperimen

43 51 51 51 53 53 55

55 60 60 60 60 62 62

62 64 66 68 68 68 70

70 70 70 72 72 81 81

83 85 91

3. Nilai terbsesar = 91

4. Nilai terkecil = 43

5. Rentang data (R) = nilai terbesar – nilai terkecil

= 91 – 43

= 48

6. Jumlah interval kelas (k) = 1 + 3.3 log n

= 1 + 3.3 log 31

= 1 + 3.3 (1.49)

= 1 + 4.92 = 5.92 (dibulatkan 6)

7. Panjang interval kelas (l) = π‘…π‘˜ = 48

6= 8

8. Tabel distribusi frekuensi

Interval kelas f x fx x2

Batas nyata fkb fka Bawah Atas

43-50 1 46.5 46.5 2162.25 42.5 50.5 31 1 51-58 7 54.5 381.5 2970.25 50.5 585 30 8 59-66 9 62.5 562.5 3906.25 58.5 66.5 23 17 67-74 9 70.5 634.5 4970.25 66.5 74.5 14 26 75-82 2 78.5 157 6162.25 74.5 82.5 5 28 83-90 2 86.5 173 7482.25 82.5 90.5 3 30 91-98 1 94.5 94.5 8930.25 90.5 98.5 1 31

total 31 (N)

2017.02 (βˆ‘FX)

Keterangan:

f : Frekuensi yang mengandung median x : Titik tengah fx : Hasil perkalian antara frekuensi dari masing-masing interval dengan titik

tengah x2 : Hasil dari pengkuadratan titik tengah fka : Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung median

157

fkb : Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung median

9. Perhitungan nilai Mean

Mx = βˆ‘fxN

Mx = 2017.0231

= 65.07

10. Perhitungan nilai Median

Mdn = 𝑙 + οΏ½12π‘βˆ’fkb

𝑓𝑖� π‘₯ 𝑖

Mdn = 58.5 + οΏ½15.5βˆ’149

οΏ½ π‘₯ 8

= 58.5 + 1.33

= 59.83

11. Perhitungan nilai Modus

Mo = 𝑙 + οΏ½ π‘“π‘Žπ‘“π‘Ž+𝑓𝑏

οΏ½ π‘₯ 𝑖

Mo = 66.5 + οΏ½ 99+17

οΏ½ π‘₯ 8

Mo = 66.5 + 2.77

Mo = 69.27

12. Perhitungan nilai standar deviasi

SD = οΏ½βˆ‘(π‘₯βˆ’οΏ½Μ…οΏ½)2

π‘›βˆ’1

SD = οΏ½3882.0730

SD = √129.4023

SD = 11.38

13. Varians (S2)

S2 = SD2

= 11.38

= 129.40

158

Lampiran 18

Uji Normalitas

1. Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen

No Xi Xi-𝑋� Zi Luas Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi βˆ’ S(Zi)| 1 17 -16.11 -1.63 0.4474 0.053 0.029 0.024 2 19 -13.98 -1.41 0.4207 0.079 0.057 0.022 3 21 -11.85 -1.20 0.3849 0.115 0.143 0.028 4 21 -11.85 -1.20 0.3849 0.115 0.143 0.028 5 21 -11.85 -1.20 0.3849 0.115 0.143 0.028 6 23 -9.73 -0.99 0.3365 0.164 0.171 0.008 7 26 -7.60 -0.77 0.2794 0.221 0.314 0.094 8 26 -7.60 -0.77 0.2794 0.221 0.314 0.094 9 26 -7.60 -0.77 0.2794 0.221 0.314 0.094 10 26 -7.60 -0.77 0.2794 0.221 0.314 0.094 11 26 -7.60 -0.77 0.2794 0.221 0.314 0.094 12 28 -5.47 -0.56 0.2088 0.291 0.429 0.137 13 28 -5.47 -0.56 0.2088 0.291 0.429 0.137 14 28 -5.47 -0.56 0.2088 0.291 0.429 0.137 15 28 -5.47 -0.56 0.2088 0.291 0.429 0.137 16 30 -3.34 -0.34 0.1331 0.367 0.486 0.119 17 30 -3.34 -0.34 0.1331 0.367 0.486 0.119 18 32 -1.22 -0.13 0.0478 0.452 0.543 0.091 19 36 3.04 0.30 0.1179 0.618 0.600 0.018 20 36 3.04 0.30 0.1179 0.618 0.600 0.018 21 36 3.04 0.30 0.1179 0.618 0.600 0.018 22 38 5.17 0.51 0.1950 0.695 0.714 0.019 23 38 5.17 0.51 0.1950 0.695 0.714 0.019 24 38 5.17 0.51 0.1950 0.695 0.714 0.019 25 38 5.17 0.51 0.1950 0.695 0.714 0.019 26 40 7.30 0.73 0.2642 0.764 0.857 0.093 27 40 7.30 0.73 0.2642 0.764 0.857 0.093 28 40 7.30 0.73 0.2642 0.764 0.857 0.093 29 40 7.30 0.73 0.2642 0.764 0.857 0.093 30 40 7.30 0.73 0.2642 0.764 0.857 0.093 31 43 9.42 0.94 0.3264 0.826 0.886 0.059 32 45 11.55 1.16 0.3749 0.875 0.943 0.068 33 45 11.55 1.16 0.3749 0.875 0.943 0.068 34 49 15.81 1.59 0.4429 0.943 0.971 0.029 35 64 30.70 3.09 0.4990 0.999 1.000 0.001

Angka Lo Hitung terbesar = 0.137 Angka Lo tabel = 0.1498 Dengan demikian data berdistribusi normal karena Lo Hitung tertinggi lebih kecil daripada Lo tabel

159

2. Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol

No Xi Xi-𝑋� Zi Luas Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi βˆ’ S(Zi)| 1 13 -19.70 -1.71 0.4564 0.044 0.032 0.011 2 15 -17.57 -1.53 0.4357 0.064 0.065 0.000 3 17 -15.44 -1.34 0.4099 0.090 0.097 0.007 4 19 -13.32 -1.16 0.3749 0.125 0.129 0.004 5 21 -11.19 -0.97 0.3340 0.166 0.226 0.060 6 21 -11.19 -0.97 0.3340 0.166 0.226 0.060 7 21 -11.19 -0.97 0.3340 0.166 0.226 0.060 8 23 -9.06 -0.79 0.2823 0.218 0.258 0.040 9 26 -6.93 -0.60 0.2257 0.274 0.355 0.081 10 26 -6.93 -0.60 0.2257 0.274 0.355 0.081 11 26 -6.93 -0.60 0.2257 0.274 0.355 0.081 12 28 -4.80 -0.42 0.1591 0.341 0.419 0.078 13 28 -4.80 -0.42 0.1591 0.341 0.419 0.078 14 30 -2.68 -0.23 0.0910 0.409 0.484 0.075 15 30 -2.68 -0.23 0.0910 0.409 0.484 0.075 16 32 -0.55 -0.05 0.0160 0.484 0.516 0.032 17 34 1.58 0.14 0.0517 0.552 0.581 0.029 18 34 1.58 0.14 0.0517 0.552 0.581 0.029 19 36 3.71 0.32 0.1255 0.626 0.677 0.052 20 36 3.71 0.32 0.1255 0.626 0.677 0.052 21 36 3.71 0.32 0.1255 0.626 0.677 0.052 22 38 5.83 0.51 0.1915 0.692 0.710 0.018 23 40 7.96 0.69 0.2549 0.755 0.806 0.052 24 40 7.96 0.69 0.2549 0.755 0.806 0.052 25 40 7.96 0.69 0.2549 0.755 0.806 0.052 26 43 10.09 0.88 0.3078 0.808 0.871 0.063 27 43 10.09 0.88 0.3078 0.808 0.871 0.063 28 47 14.34 1.25 0.3925 0.893 0.903 0.011 29 51 18.60 1.62 0.4463 0.946 0.935 0.011 30 53 20.73 1.80 0.4641 0.964 0.968 0.004 31 60 27.11 2.36 0.4906 0.991 1.000 0.009

Angka Lo Hitung terbesar = 0.081 Angka Lo tabel = 0.159 Dengan demikian data berdistribusi normal karena Lo Hitung tertinggi lebih kecil daripada Lo tabel

160

3. Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen

No Xi Xi-𝑋� Zi Luas Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi βˆ’ S(Zi)| 1 30 -43.71 -2.87 0.4979 0.002 0.029 0.026 2 38 -35.20 -2.31 0.4896 0.010 0.057 0.047 3 51 -22.43 -1.47 0.4292 0.071 0.114 0.043 4 51 -22.43 -1.47 0.4292 0.071 0.114 0.043 5 55 -18.18 -1.19 0.383 0.117 0.143 0.026 6 57 -16.05 -1.05 0.3531 0.147 0.171 0.025 7 64 -9.67 -0.63 0.2357 0.264 0.200 0.064 8 66 -7.54 -0.49 0.1879 0.312 0.257 0.055 9 66 -7.54 -0.49 0.1879 0.312 0.257 0.055 10 68 -5.41 -0.36 0.1368 0.363 0.314 0.049 11 68 -5.41 -0.36 0.1368 0.363 0.314 0.049 12 70 -3.28 -0.22 0.0832 0.417 0.371 0.045 13 70 -3.28 -0.22 0.0832 0.417 0.371 0.045 14 72 -1.16 -0.08 0.0279 0.472 0.429 0.044 15 72 -1.16 -0.08 0.0279 0.472 0.429 0.044 16 74 0.97 0.06 0.0239 0.524 0.486 0.038 17 74 0.97 0.06 0.0239 0.524 0.486 0.038 18 77 3.10 0.20 0.0793 0.579 0.571 0.008 19 77 3.10 0.20 0.0793 0.579 0.571 0.008 20 77 3.10 0.20 0.0793 0.579 0.571 0.008 21 79 5.23 0.34 0.1331 0.633 0.629 0.005 22 79 5.23 0.34 0.1331 0.633 0.629 0.005 23 81 7.36 0.48 0.1844 0.684 0.657 0.027 24 83 9.48 0.62 0.2324 0.732 0.743 0.010 25 83 9.48 0.62 0.2324 0.732 0.743 0.010 26 83 9.48 0.62 0.2324 0.732 0.743 0.010 27 85 11.61 0.76 0.2764 0.776 0.771 0.005 28 87 13.74 0.90 0.3159 0.816 0.886 0.070 29 87 13.74 0.90 0.3159 0.816 0.886 0.070 30 87 13.74 0.90 0.3159 0.816 0.886 0.070 31 87 13.74 0.90 0.3159 0.816 0.886 0.070 32 89 15.87 1.04 0.3508 0.851 0.914 0.063 33 94 20.12 1.32 0.4066 0.907 0.971 0.065 34 94 20.12 1.32 0.4066 0.907 0.971 0.065 35 96 22.25 1.46 0.4279 0.928 1.000 0.072

Angka Lo Hitung terbesar = 0.072 Angka Lo tabel = 0.1498 Dengan demikian data berdistribusi normal karena Lo Hitung tertinggi lebih kecil daripada Lo tabel

161

4. Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol

No Xi Xi-𝑋� Zi Luas Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi βˆ’ S(Zi)| 1 43 -22.51 -1.98 0.4756 0.02 0.032 0.008 2 51 -14.00 -1.23 0.3907 0.11 0.129 0.020 3 51 -14.00 -1.23 0.3907 0.11 0.129 0.020 4 51 -14.00 -1.23 0.3907 0.11 0.129 0.020 5 53 -11.87 -1.04 0.3508 0.15 0.194 0.044 6 53 -11.87 -1.04 0.3508 0.15 0.194 0.044 7 55 -9.75 -0.86 0.3023 0.20 0.258 0.060 8 55 -9.75 -0.86 0.3023 0.20 0.258 0.060 9 60 -5.49 -0.48 0.1844 0.32 0.387 0.071 10 60 -5.49 -0.48 0.1844 0.32 0.387 0.071 11 60 -5.49 -0.48 0.1844 0.32 0.387 0.071 12 60 -5.49 -0.48 0.1844 0.32 0.387 0.071 13 62 -3.36 -0.30 0.1141 0.39 0.484 0.098 14 62 -3.36 -0.30 0.1141 0.39 0.484 0.098 15 62 -3.36 -0.30 0.1141 0.39 0.484 0.098 16 64 -1.24 -0.11 0.0398 0.46 0.516 0.056 17 66 0.89 0.08 0.0279 0.53 0.548 0.020 18 68 3.02 0.27 0.1026 0.60 0.645 0.043 19 68 3.02 0.27 0.1026 0.60 0.645 0.043 20 68 3.02 0.27 0.1026 0.60 0.645 0.043 21 70 5.15 0.45 0.1736 0.67 0.774 0.101 22 70 5.15 0.45 0.1736 0.67 0.774 0.101 23 70 5.15 0.45 0.1736 0.67 0.774 0.101 24 70 5.15 0.45 0.1736 0.67 0.774 0.101 25 72 7.28 0.64 0.2357 0.74 0.839 0.103 26 72 7.28 0.64 0.2357 0.74 0.839 0.103 27 81 15.79 1.39 0.4162 0.92 0.903 0.013 28 81 15.79 1.39 0.4162 0.92 0.903 0.013 29 83 17.91 1.57 0.4418 0.94 0.935 0.006 30 85 20.04 1.76 0.4608 0.96 0.968 0.007 31 91 26.42 2.32 0.4898 0.99 1.000 0.010

Angka Lo Hitung terbesar = 0.103 Angka Lo tabel = 0.159 Dengan demikian data berdistribusi normal karena Lo Hitung tertinggi lebih kecil daripada Lo tabel

162

Lampiran 19

Uji Homogenitas

1. Uji homogenitas pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol

Kelas eksperimen Kelas kontrol

N 35 31 𝑋� 33.19 32.46

Varian 98.58 132.18 Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher. Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:

F = 𝑆12

𝑆22 =

π‘‰π‘Žπ‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘›π‘  π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘ π‘Žπ‘Ÿπ‘‰π‘Žπ‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘›π‘  π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘˜π‘’π‘π‘–π‘™

Langkah-langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut: a. Hipotesis

Ho : data memiliki varians yang homogen Ha : data memiliki varians yang tidak homogen

b. Kriteria pengujian 1) Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, yang berarti kedua kelas memiliki

varians yang homogen 2) Jika Fhitung > Ftabel maka Ho diterima, yang berarti kedua kelas memiliki

varians yang tidak homogen c. Menentukan db (derajat kebebasan) pembilang (varians terbesar) dan penyebut

(varians terkecil) db pembilang = db1 = n-1

= 31-1= 30 db penyebut = db2 = n-1

= 35-1 = 34 d. Menentukan Fhitung

F = 𝑆12

𝑆22 =

132.1898.58

= 1.34

e. Menentukan Ftabel

db pembilang dan penyebut (30, 34) pada taraf signifikansi 𝛼= 0,05 tidak terdapat pada tabel distribusi F maka db pembilang dan penyebut dibulatkan menjadi (30, 30), didapat F tabel sebsesar 1,80 sehingga didapat Fhitung < Ftabel (1.34 < 1.80), maka Ho diterima, ini berarti pretest kedua kelas memiliki varians yang homogen.

163

2. Uji homogenitas posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

Kelas eksperimen Kelas kontrol

N 35 31 𝑋� 73.56 65.07

Varian 232.01 129.40 Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher. Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:

F = 𝑆12

𝑆22 =

π‘‰π‘Žπ‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘›π‘  π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘ π‘Žπ‘Ÿπ‘‰π‘Žπ‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘›π‘  π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘˜π‘’π‘π‘–π‘™

Langkah-langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut: a. Hipotesis

Ho : data memiliki varians yang homogen Ha : data memiliki varians yang tidak homogen

b. Kriteria pengujian 1) Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, yang berarti kedua kelas memiliki

varians yang homogen 2) Jika Fhitung > Ftabel maka Ho diterima, yang berarti kedua kelas memiliki

varians yang tidak homogen c. Menentukan db (derajat kebebasan) pembilang (varians terbesar) dan penyebut

(varians terkecil) db pembilang = db1 = n-1

= 35-1= 34 db penyebut = db2 = n-1

= 31-1 = 30 d. Menentukan Fhitung

F = 𝑆12

𝑆22 =

232.01129.40

= 1.79

e. Menentukan Ftabel Ftabel = F 0.05 (db1, db2) = F 0.05 (34, 30)

= 1.82

Fhitung < Ftabel (1.79 < 1.82) maka Ho diterima, ini berarti posttest kedua kelas memiliki varians yang homogen.

164

Lampiran 20

Uji Hipotesis

1. Uji Hipotesis Data Pretest

Hipotesis statistik yang diajukan adalah: Ho : Β΅a = Β΅b Ha : Β΅a > Β΅b

Kriteria pengujian untuk uji t adalah sebagai berikut: 1. Terima Ho jika thitung < ttabel 2. Tolak Ho jika thitung > ttabel

Rumus uji-t

𝑑 = π‘₯π‘₯βˆ’π‘₯𝑦

𝑆�1𝑛π‘₯+ 1𝑛𝑦

dimana 𝑆 = οΏ½(𝑛π‘₯βˆ’1)𝑆π‘₯2+(π‘›βˆ’1)𝑆𝑦2

(𝑛π‘₯+ π‘›π‘¦βˆ’2)

Keterangan:

xx = Rata-rata keterampilan generik siswa yang diajar model pembelajaran berbasis masalah

xy = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan dengan pembelajaran konvensional

nx = Jumlah sampel pada kelompok eksperimen ny = Jumlah sampel pada kelompok kontrol sx

2 = Varians kelompok eksperimen sy

2 = Varains kelompok kontrol

Langkah pengujian:

1. Menentukan nilai dari 𝑆

𝑆 = οΏ½(𝑛π‘₯ βˆ’ 1)𝑆π‘₯2 + (𝑛 βˆ’ 1)𝑆𝑦2

�𝑛π‘₯ + 𝑛𝑦 βˆ’ 2οΏ½

𝑆 = οΏ½(35 βˆ’ 1)98.58 + (31 βˆ’ 1)132.18

(35 + 31 βˆ’ 2)

𝑆 = οΏ½3351.72 + 3965.4

64

𝑆 = οΏ½7317.12

64

𝑆 = √114.33 𝑆 = 10,69

165

2. Menentukan nilai thitung

𝑑 = π‘₯π‘₯ βˆ’ π‘₯𝑦

𝑆� 1𝑛π‘₯

+ 1𝑛𝑦

𝑑 = 33.19 βˆ’ 32.46

10.69οΏ½ 135 + 1

31

𝑑 = 0.73

10.69οΏ½ 661085

𝑑 = 0.73

10.69√0.06

𝑑 = 0.73

10.69 (0.25)

𝑑 = 0.732.64

𝑑 = 0.28

3. Menentukan nilai ttabel dk = n1 + n2 – 2 = 35 + 31 – 2 = 64 ttabel = (∝, db)

= (0.05, 64) = 1.99

thitung < ttabel (0.28 < 1.99) maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

166

2. Uji Hipotesis Data Posttest

Hipotesis statistik yang diajukan adalah:

Ho : Β΅a = Β΅b

Ha : Β΅a > Β΅b

Kriteria pengujian untuk uji t adalah sebagai berikut:

1. Terima Ho jika thitung < ttabel 2. Tolak Ho jika thitung > ttabel

Rumus uji-t

𝑑 = π‘₯π‘₯βˆ’π‘₯𝑦

𝑆�1𝑛π‘₯+ 1𝑛𝑦

dimana 𝑆 = οΏ½(𝑛π‘₯βˆ’1)𝑆π‘₯2+(π‘›βˆ’1)𝑆𝑦2

(𝑛π‘₯+ π‘›π‘¦βˆ’2)

Keterangan:

xx = Rata-rata keterampilan generik siswa yang diajar model pembelajaran berbasis masalah

xy = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan dengan pembelajaran konvensional

nx = Jumlah sampel pada kelompok eksperimen ny = Jumlah sampel pada kelompok kontrol sx

2 = Varians kelompok eksperimen sy

2 = Varains kelompok kontrol

Langkah pengujian: 1. Menentukan nilai dari 𝑆

𝑆 = οΏ½(𝑛π‘₯ βˆ’ 1)𝑆π‘₯2 + (𝑛 βˆ’ 1)𝑆𝑦2

�𝑛π‘₯ + 𝑛𝑦 βˆ’ 2οΏ½

𝑆 = οΏ½(35 βˆ’ 1)232.02 + (31 βˆ’ 1)129.40

(35 + 31 βˆ’ 2)

𝑆 = οΏ½7888.34 + 3882

64

𝑆 = οΏ½11770.34

64

𝑆 = √183.91 𝑆 = 13.56

167

2. Menentukan nilai thitung

𝑑 = π‘₯π‘₯ βˆ’ π‘₯𝑦

𝑆� 1𝑛π‘₯

+ 1𝑛𝑦

𝑑 = 73.56 βˆ’ 65.07

13.56οΏ½ 135 + 1

31

𝑑 = 8.49

13.56οΏ½ 661085

𝑑 = 8.49

13.56√0.06

𝑑 = 8.49

13.56 (0.25)

𝑑 = 8.493.39

𝑑 = 2.50

3. Menentukan nilai ttabel dk = n1 + n2 – 2 = 35 + 31 – 2 = 64 ttabel = (∝, db)

= (0.05, 64) = 1.99

thitung > ttabel (2.50 > 1.99) maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pada kelas eksperimen.

168

Lampiran 21

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTADINAS PENDIDIKAN

SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) NEGERI 115 JAKARTAJL. ROROTAN X CILINCING JAKARTA UTARA TELP/FAX 021-44850555

MATA PELAJARAN : BIOLOGI Wali Kelas : Drs. M. ANWARIKELAS : X.IPA1 Semester : Ganjil

T-1 T-2 T-3 T-4 T-5 T-6 T-7

1 03733 AGUNG DWI CAHYO L 55.4 55 80 85 56 66.3 2.00 C Tdk Tnts2 03739 ALIF YUDHA SYAHPUTRA L 82.1 80 79 90 80 75 81.0 3.00 B Tuntas3 03741 ALMA AGNESYA RUKMANA P 32.1 36 83 90 80 67 64.7 2.00 C Tdk Tnts4 03742 ALVIN MARGANTI MANAEK PUTRA L 75 59 80 95 70 75 75.7 2.66 B- Tuntas5 03748 ANDRIAN YUDHISTIRA L 67.8 39.3 70 55 68 50 58.4 1.33 D+ Tdk Tnts6 03749 ANGGIT TIVANA P 62.5 30.4 83 65 80 53 62.3 1.66 D+ Tdk Tnts7 03763 CHANDRA GUMELAR L 67.9 34 80 85 85 75 71.2 2.33 C+ Tdk Tnts8 03766 CITRA OKTAVIA ANGGRAENY P 89.3 80.3 84 90 55 79 79.6 3.00 B Tuntas9 03772 DHINDA NOVIA PRATIWI P 83.9 60.7 80 95 85 75 79.9 3.00 B Tuntas10 03786 DWI SETIYAWATI P 73.2 46.4 88 65 71 68.7 2.00 C Tdk Tnts11 03793 FADWA ISMI MAULID L 75 25 75 85 75 75 68.3 2.00 C Tdk Tnts12 03795 FARISZ WILDAN GAMAL RAMADHAN L 53.8 39.2 82 70 70 56 61.8 1.66 D+ Tdk Tnts13 03797 FAUZAN ADITYA WAHYUDI L 71.4 48.2 83 90 85 79 76.1 2.66 B- Tuntas14 03810 HABIB MUHAMMAD FAHDY L 66 18 71 65 60 59 56.5 1.33 D+ Tdk Tnts15 03815 IDAM HAFID L 60.7 52 71 80 80 75 69.8 2.33 C+ Tdk Tnts16 03817 IKA FAJRIATI P 58.9 27 60 70 75 67 59.7 1.66 D+ Tdk Tnts17 03832 KURNIA AGNOVTY P 73.2 29 81 85 70 63 66.9 2.00 C Tdk Tnts18 03835 LIA SARI P 71.4 41 81 80 60 79 68.7 2.00 C Tdk Tnts19 03836 LITA RATNA APRILIA P 66 52 71 70 70 56 64.2 2.00 C Tdk Tnts20 03839 LULU NADHIFAH P 67.9 30 82 75 80 83 69.7 2.33 C+ Tdk Tnts21 03847 MUHAMAD ISFAN MAULANA L 64.3 64.3 60 75 75 75 68.9 2.00 C Tdk Tnts22 03849 MUHAMMAD IBRAHIM HUSEIN L 50 46 52 60 70 56 55.7 1.33 D+ Tdk Tnts23 03856 NABILA GITA ZAHRAH P 62.5 63 72 70 70 59 66.1 2.00 C Tdk Tnts24 03857 NADYA YULIANA P 85.3 52 70 85 75 75 73.7 2.33 C+ Tdk Tnts25 03859 NASYITHOH SHOFI NAQIYAH P 64.3 48 55 65 60 67 59.9 1.66 D+ Tdk Tnts26 03866 NOVIA AMALIA P 73.2 42 75 70 70 75 67.5 2.00 C Tdk Tnts27 03870 NURKOMALA DEWI P 62.5 80 83 85 65 71 74.4 2.66 B- Tuntas28 03879 PUTRI DEWI LARISA P 76.8 64 65 65 55 65.2 2.00 C Tdk Tnts29 03880 PUTRI SARI NILAM CAHAYA P 78.6 69.6 73 65 70 67 70.5 2.33 C+ Tdk Tnts30 03887 RANA FEBRI ANDRIYANI P 67.9 48 70 75 80 71 68.7 2.00 C Tdk Tnts31 03888 RANI INDRA TRIANINGSIH P 78.6 73 83 75 85 71 77.6 2.66 B- Tuntas32 03896 RIKA YANTI P 83.9 55 84 82 80 87 78.7 2.66 B- Tuntas33 03900 RIZKI RAMADHAN L 64 29 68 54 60 49 54.0 1.00 D Tdk Tnts34 03906 SEMUEL DESMON L 53 86 47 75 75 67 67.2 2.00 C Tdk Tnts35 03918 TRI HANDAYANI P 64.3 71.4 82 83 70 71 73.6 2.33 C+ Tdk Tnts36 03919 UMMI NUR AZIZAH P 62.5 78.6 85 75 87 77.6 2.66 B- Tuntas

ket: Jakarta, Desember 2013T-1: Ruang lingkup biologi Guru Mata PelajaranT-2: Keanekaragaman hayatiT-3: VirusT-4: Archaebacteria dan EubacteriaT-5: Protista DRS.M.ANWARI. M.Pd.T-6: Jamur NIP. 196607211994121002

KetPredikat

TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014

NilaiNo NIS Nama L/PNilai

Rata-2

169

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTADINAS PENDIDIKAN

SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) NEGERI 115 JAKARTAJL. ROROTAN X CILINCING JAKARTA UTARA TELP/FAX 021-44850555

MATA PELAJARAN : BIOLOGI Wali Kelas : Drs. M. ANWARIKELAS : X.IPA-2 Semester : Ganjil

T-1 T-2 T-3 T-4 T-5 T-6 T-7

1 03727 ABDAL MAULANA L 64.3 28.5 82 80 45 63 60.5 1.66 D+ Tdk Tnts2 03732 AGATHA NURPRIMA SYAPUTRI P 69.6 33.8 80 75 64.6 2.00 C Tdk Tnts3 03738 ALIF RAHMAN PRAKASA L 83.9 78.5 80 80 83 71 79.4 3.00 B Tuntas4 03740 ALIVIA RACHMAWATI P 69.6 60 82 75 70 75 71.9 2.33 C+ Tdk Tnts5 03744 ANANTA PATUT DWI PRIATMAJA L 82.1 48 82 70 73 63 69.7 2.33 C+ Tdk Tnts6 03754 APRIYANI P 57.1 48.1 100 96 63 72.8 2.33 C+ Tdk Tnts7 03760 AZMI SUKMAWATI P 75 37.5 82 60 86 63 67.3 2.00 C Tdk Tnts8 03768 DARA AYU DWIYANI P 28.6 64.2 82 70 70 67 63.6 1.66 D+ Tdk Tnts9 03773 DIAN ANGGREINI P 78.6 58.8 82 85 90 79 78.9 2.66 B- Tuntas10 03778 DINI NUR FITRI P 78.6 53.5 80 75 86 71 74.0 2.33 C+ Tdk Tnts11 03779 DININGRUM P 83.9 60.6 80 86 77.6 2.66 B- Tuntas12 03780 DITA PUSPA WULANSARI P 80.4 51 82 80 93 75 76.9 2.66 B- Tuntas13 03785 DWI PUSPITASARI P 55.4 16 80 60 86 75 62.1 1.66 D+ Tdk Tnts14 03796 FARIZAL ANAM L 83.9 50 75 83 63 71.0 2.33 C+ Tdk Tnts15 03805 FITRIA SEPTIANI P 66 23.1 81 60 80 67 62.9 1.66 D+ Tdk Tnts16 03809 GUSTAMA PRAYOGI PUTRA L 55.4 37.5 82 80 73 71 66.5 2.00 C Tdk Tnts17 03813 I DEWA MADE SMARAJAYA L 85.7 46.3 81 75 86 75 74.8 2.66 B- Tuntas18 03814 IBNU PRAYUDHA BAYU AJI L 78.6 67.7 83 80 80 75 77.4 2.66 B- Tuntas19 03820 IMRON ROSYADI L 83.9 51.7 81 70 80 75 73.6 2.33 C+ Tdk Tnts20 03827 ISNA AGUSELFIA WILDAYANTI P 71.4 44.6 83 75 83 75 72.0 2.33 C+ Tdk Tnts21 03828 KALVIN DERISMAN M. L 85.7 75 82 85 90 83 83.5 3.00 B Tuntas22 03834 LIA APRIYANTI IKRARI P 85.7 69.6 86 75 90 79 80.9 3.00 B Tuntas23 03851 MUHAMMAD IMAM AZIZ L 55.4 25 90 80 49 59.9 1.66 D+ Tdk Tnts24 03863 NITA NURLATIFAH P 16 19.6 80 60 73 67 52.6 1.00 D Tdk Tnts25 03867 NUR RAHMAWATI P 62.5 55.2 82 80 70 67 69.5 2.33 C+ Tdk Tnts26 03868 NURAZIZAH P 82.1 69.6 85 86 75 79.5 3.00 B Tuntas27 03871 NURUL AULIA P 76.8 64.2 83 85 90 83 80.3 3.00 B Tuntas28 03882 PUTY NURUSYSYIFA P 75 64.2 80 65 80 67 71.9 2.33 C+ Tdk Tnts29 03884 RAFLI FERDIYANTO L 83.9 30.2 82 70 84 67 69.5 2.33 C+ Tdk Tnts30 03891 RAYI KRISTIANTI L 59 67.7 80 73 67 69.3 2.33 C+ Tdk Tnts31 03907 SIFA FAUZIAH P 71.4 26.7 83 65 90 63 66.5 2.00 C Tdk Tnts32 03910 SITI FATIMAH P 62.5 41 80 96 71 70.1 2.33 C+ Tdk Tnts33 03912 SITI HARUM DYAH NOPRITA ROSA P 80.4 73.1 83 95 86 71 81.6 3.00 B Tuntas34 03921 WAHYU DANDYAWAN L 80.4 32.1 81 85 86 75 73.3 2.33 C+ Tdk Tnts35 03924 WIJI TRI SAYEKTI P 85.7 69.6 83 75 96 59 78.1 2.66 B- Tuntas36 03930 YUFIRA RAHMAWAN P 71.4 57.1 80 63 93 63 71.3 2.33 C+ Tdk Tnts

ket: Jakarta, Desember 2013T-1: Ruang lingkup biologi Guru Mata PelajaranT-2: Keanekaragaman hayati

T-3: Virus

T-4: Archaebacteria dan Eubacteria

T-5: Protista DRS.M.ANWARI.M.Pd.T-6: Jamur NIP. 196607211994121002

Nilai Ket

TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014

PredikatNo NIS Nama L/P Rata-2

170

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTADINAS PENDIDIKAN

SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) NEGERI 115 JAKARTAJL. ROROTAN X CILINCING JAKARTA UTARA TELP/FAX 021-44850555

MATA PELAJARAN : BIOLOGI Wali Kelas : Drs. M. ANWARIKELAS : X.IPA-3 Semester : Ganjil

T-1 T-2 T-3 T-4 T-5 T-6 T-7

1 03729 ADE ALMA INDRAWITA P 81.3 37.5 82 80 50 63 65.6 2.00 C Tdk Tnts2 03743 AMELIA EVIANTI PUTRI P 79.2 52 82 85 95 87 80.0 3.00 B Tuntas3 03750 ANGGITAMA KRISNA SANJAYA L 79.2 29 80 70 63 64.2 2.00 C Tdk Tnts4 03752 ANISSA SEKAR PUTRI UTAMI P 79.2 68 83 75 75 63 73.9 2.33 C+ Tdk Tnts5 03764 CICIH RATIH HANI P 83.3 34 80 75 70 63 67.6 2.00 C Tdk Tnts6 03770 DEDEN RIPKI ROMADHON L 79.2 69.6 82 70 30 66.2 2.00 C Tdk Tnts7 03776 DIANA SUKMAWATI P 79.2 36 84 95 80 71 74.2 2.66 B- Tuntas8 03787 DYAS SYAFIRRA JASMINE P 79.2 45 80 80 75 87 74.4 2.66 B- Tuntas9 03790 ESTER RONAULI SIHOTANG P 68.8 43 82 65 65 67 65.1 2.00 C Tdk Tnts10 03800 FIRDA RAZAK P 72.9 29 82 80 40 67 61.8 1.66 D+ Tdk Tnts11 03801 FIRLI RAHMAWATI P 75 54 82 75 70 71 71.2 2.33 C+ Tdk Tnts12 03802 FIRMAN L 77.1 36 82 90 60 67 68.7 2.00 C Tdk Tnts13 03803 FITRI ANNE P 83.3 59 80 85 85 78.5 2.66 B- Tuntas14 03804 FITRIA MISFANNY P 87.5 67.9 82 70 60 63 71.7 2.33 C+ Tdk Tnts15 03806 FRISKA ROSMAIDA P 79.2 45 80 80 75 71 71.7 2.33 C+ Tdk Tnts16 03811 HARI SENO EKO NURSAPUTRO L 70.8 50 82 95 75 67 73.3 2.33 C+ Tdk Tnts17 03812 HARMIDA P 29 95 70 67 65.3 2.00 C Tdk Tnts18 03819 IMANUEL FRENTINO L 72.9 57 80 85 75 71 73.5 2.33 C+ Tdk Tnts19 03821 INDAH DWI LESTARI L 70.8 27 80 80 75 67 66.6 2.00 C Tdk Tnts20 03830 KEMAL IHZA ALAMSYAH L 87.5 29 80 70 70 79 69.3 2.33 C+ Tdk Tnts21 03840 LUTHFI AZIZAH P 85.4 67.9 83 80 70 83 78.2 2.66 B- Tuntas22 03852 MUHAMMAD RIDHO FADHILLA L 81.3 48 80 65 65 79 69.7 2.33 C+ Tdk Tnts23 03854 MUHAMMAD RIZKY ALFAJRI L 79.2 36 80 70 70 79 69.0 2.00 C Tdk Tnts24 03855 MUHAMMAD SYAHRUL RAMA L 77.1 29 95 80 67 69.6 2.33 C+ Tdk Tnts25 03860 NAVAL JULIAN PRATAMA L 79.2 66 80 85 80 63 75.5 2.66 B- Tuntas26 03862 NISRINA NUR HUDA P 85.4 46.4 82 80 65 79 73.0 2.33 C+ Tdk Tnts27 03864 NOOR ALISA APRILIANI P 79.2 45 82 70 85 72.2 2.33 C+ Tdk Tnts28 03874 NURUL SOYATUN NIDA P 75 32 84 75 65 67 66.3 2.00 C Tdk Tnts29 03876 PANGERAN SADDAM HUSAIN L 79.2 23 80 55 67 60.8 1.66 D+ Tdk Tnts30 03877 PRILIA SULYANI P 83.3 82 82 70 70 75 77.1 2.66 B- Tuntas31 03893 REZA APRIANI P 89.6 46 80 80 75 63 72.3 2.33 C+ Tdk Tnts32 03913 SITI UMU QULSUM P 85.4 62.5 81 70 90 67 76.0 2.66 B- Tuntas33 03917 SYILFI SUKMA RUMAISHA P 81.3 69.6 82 80 60 74.6 2.66 B- Tuntas34 03923 WIDIYASTUTI P 85.4 57 80 75 70 67 72.4 2.33 C+ Tdk Tnts35 03929 YOHANES KEVIN GERALDO L 85.4 10.7 80 50 45 63 55.7 1.33 D+ Tdk Tnts36 03934 ZAQIA AZANDRA P 64.6 10.7 80 60 75 59 58.2 1.33 D+ Tdk Tnts

ket: Jakarta, Desember 2013T-1: Ruang lingkup biologi Guru Mata PelajaranT-2: Keanekaragaman hayati

T-3: Virus

T-4: Archaebacteria dan Eubacteria

T-5: Protista DRS.M.ANWARI.M.Pd.T-6: Jamur NIP. 196607211994121002

Predikat Ket

TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014

NilaiNo NIS Nama L/P Rata-2

171

Lampiran 22

Hasil Wawancara Guru Biologi Mengenai Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah

Sumber : Bapak Drs. Muhamad Anwari, M.Pd.

Hari/tanggal : 25 September 2015

Temapat : Ruang guru SMAN 115 Jakarta

A. Pedoman Wawancara

1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mengajar biologi?

2. Kegiatan pembelajaran bagaimana yang biasa Bapak/Ibu lakukan dalam

mengajarkan materi biologi?

3. Apa kesulitan yang Bapak/Ibu alami selama melakukan pembelajaran biologi?

4. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pembelajaran fungi?

5. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang nilai siswa dalam pelajaran biologi?

6. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan pembelajaran biologi dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah?

7. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pembelajaran berbasis masalah?

8. Apakah terdapat kendala dalam menerapkan model/metode pembelajaran

berbasis masalah?

9. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang keterampilan generik sains?

10. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang keterampilan generik sains?

11. Apakah Bapak/Ibu pernah mengukur keterampilan generik sains siswa pada

pembelajaran biologi?

12. Apakah Bapak/Ibu mempunyai keinginan untuk merencanakan dan

pembelajaran berbasis masalah untuk materi biologi yang lain?

172

B. Hasil Wawancara 1. Saya sudah mulai mengajar dari tahun 1990, jadi saya sudah mengajar sekitar 25

tahun. 2. Saya mengajar seperti biasa, apalagi kurikulum 2013 yang membuat siswa aktif

dalam kegiatan belajar. Saya biasa menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan beberapa kali demonstrasi.

3. Setiap pekerjaan pasti ada suka dukanya. Dalam hal mengajar kesulitannya yaitu siswa yang tidak aktif dan tidak mau berkonstribusi selama pembelajaran. Pembelajaran biologi yang memiliki banyak materi sehingga siswa cenderung lebih suka mencatat dibandingkan ikut aktif dalam kegiatan diskusi.

4. Pembelajaran fungi/jamur memiliki banyak kata-kata ilmiah, jadi siswa agak sulit untuk memhaminya. Selain itu, pada materi fungi sulit untuk menjelaskan proses reproduksinya.

5. Nilai biologi siswa masih dalam kategori sedang, karena banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM. KKM untuk mate pelajaran biologi di SMAN 115 Jakarta adalah 75.

6. Belum, saya biasanya menggunakan model ceramah dan beberapa kali model pembelajaran jigsaw.

7. Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang memberikan masalah pada siswa, kemudian siswa akan memecahkan masalah tersebut. Pembelajaran berbasis masalah sangat bagus karena siswa akan menjadi aktif dan melatih siswa untuk kreatif dalam kegiatan belajar.

8. Menurut saya, model pembelajaran berbasis masalah bisa diterapkan untuk siswa disekolah ini, asalkan sebelum memulai pelajaran harus dipersiapkan secara matang.

9. Saya tidak tahu tentang keterampilan generik sains. 10. Yang namanya keterampilan harus dikembangkan sekolah karena dengan

keterampilan tersebut siswa akan dibekali untuk meneuskan ke jenjang yang lebih atau terjun ke dunia pekerjaan.

11. Saya belum pernah mengukur keterampilan generik sains. 12. Saya akan mencoba untuk menerapkan pembelajaran berbasis masalah, karena

pembelajaran tersebut sangat bagus untuk melatih siswa dan membuat pembelajar yang aktif.