pengaruh bahan bakar pertalite dengan
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of pengaruh bahan bakar pertalite dengan
i
PENGARUH BAHAN BAKAR PERTALITE DENGAN
CAMPURAN KAPUR BARUS TERHADAP KONSUMSI
BAHAN BAKAR PADA MOBIL TOYOTA AVANZA VVT-i
TAHUN 2010
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
jenjang Program Diploma Tiga
Disusun oleh:
Nama : Ageng Gigih Pangestu
NIM : 17021002
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2020
vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Kegagalan adalah kesempatan untuk memulai kembali.
2. Kesalan dan membuat orang belajar dan menjadi lebih baik.
3. Jawaban sebuah keberhasilan adalah terus belajar dan tanpa putus asa.
4. Ilmu adalah harta yang tak akan pernah habis.
5. Apabila kita rela pada sesuatu yang mengecewakan hati kita, maka
percayalah ALLAH SWT menggantikan kekecewaan ini dengan sesuatu
yang tidak terjangka.
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah karya ini di persembahkan kepada :
1. Ibunda dan Ayahanda atas kasih sayang, dukungan, dan do’a beliau berdua.
2. Bapak dan ibu dosen DIII Teknik Mesin yang telah membimbing selama
melaksanakan studi kuliah di Politeknik Harapan Bersama Tegal.
3. Dosen pembimbing yang telah membantu dalam pembuatan laporan.
4. Saudara ˗ saudara yang selalu dekat di hati.
vii
ABSTRAK
PENGARUH BAHAN BAKAR PERTALITE DENGAN CAMPURAN KAPUR BARUS TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA
MOBIL TOYOTA AVANZA VVT-i TAHUN 2010
Disusun oleh :
AGENG GIGIH PANGESTU NIM : 17021002
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan bakar pertalite
dengan campuran kapur barus terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Toyota Avanza VVT̠ i tahun 2010. Data yang diamati pada penelitian ini adalah perbandingan konsumsi bahan bakar yang dihasilkan oleh mesin Toyota Avanza VVT ˗i tahun 2010. Pada penelitian ini, penulis lebih memilih untuk menggunakan metode penelitian dengan metode eksperimen. Hasil penelitian dari bahan bakar pertalite yaitu pada putaran mesin 1000 rpm didapatkan konsumsi bahan bakar sebesar 0,55 liter/jam, pada putaran mesin 1500 rpm didapatkan konsumsi bahan bakar sebesar 0,71 liter/jam, pada putaran mesin 2000 rpm didapatkan konsumsi bahan bakar sebesar 0,98 liter/jam, dan pada putaran mesin 2500 rpm didapatkan konsumsi bahan bakar sebesar 1,27 liter/jam. Hasil penelitian dari bahan bakar pertalite dengan camputan kapur barus yaitu, pada putaran mesin 1000 rpm didapatkan konsumsi bahan bakar sebesar 0,52 liter/jam, pada putaran mesin 1500 rpm didapatkan konsumsi bahan bakar sebesar 0,68 liter/jam, pada putaran mesin 2000 rpm didapatkan konsumsi bahan bakar sebesar 0,94 liter/jam, dan pada putaran mesin 2500 rpm didapatkan konsumsi bahan bakar sebesar 1,1 liter/jam. Dari penelitian ini didapatkan hasil yang menunjukan terjadinya penurunan konsumsi bahan bakar menggunakan campuran bahan bakar pertalite dengan kapur barus. Penurunan konsumsi bahan bakar tertinggi pada putaran mesin 2500 rpm sebesar 13,385%, dan penurunan konsumsi bahan bakar terendah pada putaran mesin 2000 rpm sebesar 4,081%.
Kata kunci : Campuran bahan bakar, Kapur barus, Konsumsi bahan bakar.
viii
ABSTRACT THE EFFECT OF PERTALITE FUEL WITH CAMPHOR MIXTURE O N
FUEL CONSUMPTION IN TOYOTA AVANZA VVT-I CAR IN 2010
Created by :
AGENG GIGIH PANGESTU NIM : 17021002
This research aims to know the effect of pertalite fuel with camphor
mixture on fuel consumption in Toyota Avanza VVT-i Car in 2010. The data observed in this research is the comparison of fuel consumption produced by the 2010 Toyota Avanza VVT̠i engine. In this research, the authors prefer to use research methods with experimental methods. The result of pertalite fuel is at 1000 rpm engine speed is obtained fuel consumption of 0.55 liters / hour, at 1500 rpm engine speed is obtained fuel consumption of 0,71 liter / hour, at 2000 rpm engine speed is obtained fuel consumption of 0,98 liter / hour, and at 2500 rpm engine speed is obtained fuel consumption of 1,27 liter / hour. The result of pertalite fuel with camphor mixture is at 1000 rpm engine speed is obtained fuel consumption of 0.52 liters / hour, at 1500 rpm engine speed is obtained fuel consumption of 0,68 liter / hour, at 2000 rpm engine speed is obtained fuel consumption of 0,94 liter / hour, and at 2500 rpm engine speed is obtained fuel consumption of 1,1 liter / hour. From this research, The result showed the reduction in fuel consumption using a mixture of pertalite fuel with camphor. The highest reduction in fuel consumption is at 2500 rpm engine speed of 13,385%, and the lowest reduction in fuel consumption is at 2000 rpm engine speed of 4,081%.
Keywords : Fuel Mixture, Camphor, Fuel Consumption.
ix
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah
dan inayah-Nya hingga terselesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “PENGARUH
BAHAN BAKAR PERTALITE DENGAN CAMPURAN KAPUR BARUS
TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOBIL TOYOTA AVANZA VVT˗i
TAHUN 2010”.
Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan kelulusan pada program Studi
Teknik Mesin Diploma III Politeknik Harapan Bersama Tegal. Dalam penyusunan
Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Moch. Chambali, B.Eng., M.Kom selaku Direktur Politeknik
Harapan Bersama Tegal.
2. Bapak Drs. Agus Suprihadi, M.T selaku Ketua Program Studi DIII Teknik
Mesin Politeknik Harapan Bersama Tegal.
3. Bapak Amin Nur Akhmadi, M.T selaku dosen pembimbing I laporan Tugas
Akhir dan Bapak M. Taufik Qurohman, M.Pd. selaku pembimbing II
laporan Tugas Akhir.
4. Dan semua pihak yang telah mendukung, membantu serta mendoakan
sehingga Tugas Akhir ini dapat selesai dengan baik.
Penulis menyadari apa yang ada dalam laporan ini baik proses maupun
hasilnya masih jauh dari sempurna, untuk itu mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca sangat berguna bagi penulis demi kesempurnaan laporan ini.
Demikian yang bisa penulis sampaikan. Terimakasih atas segala dukungan.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tegal, Mei 2020
Ageng Gigih Pangestu
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................. vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
1.6 Sistematika Penulisan . ..................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 6
2.1. Mesin Bensin ................................................................................... 6
2.2. Prinsip Kerja Mesin Bensin ............................................................. 6
2.2.1. Langkah Hisap ..................................................................... 7
2.2.2. Langkah Kompresi . ............................................................ 8
2.2.3. Langkah Usaha .................................................................... 8
2.2.4. Langkah Buang. ................................................................... 8
xi
2.3. Mesin EFI ........................................................................................ 9
2.3.1. Pengertian sistem EFI ............................................................ 9
2.3.2. Prinsip Sistem Kontrol EFI ................................................... 9
2.4. Mesin VVT-I (Variable Valve Timing - Intelligent) ........................ 12
2.4.1. Pengertian Sistem VVT-I ...................................................... 12
2.4.2. Prinsip Kerja Sistem VVT-i .................................................. 12
2.4.3. Komponen Sistem VVT-I ...................................................... 13
2.5. Bahan Bakar..................................................................................... 14
2.7.1. Premium ................................................................................ 14
2.7.2. Pertalite .................................................................................. 15
2.7.3. Pertamax ................................................................................ 15
2.7.4. Pertamax turbo ....................................................................... 16
2.6. Kapur Barus ..................................................................................... 17
2.7. Proses Pembakaran ............................................................................. 18
2.8. Konsumsi Bahan Bakar ................................................................... 19
2.9. Volume Tabung ............................................................................... 20
2.10. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 20
BAB III METODELOGI PENELITIAN ..................................................... 24
3.1. Diagram Alur Penelitian .................................................................. 24
3.2. Alat Dan Bahan Penelitian............................................................... 25
1.2.1 Alat Penelitian. .................................................................... 25
1.2.2 Bahan Penelitian .................................................................. 28
3.3. Metode pengumpulan Data .............................................................. 30
3.4. Variabel Penelitian........................................................................... 31
3.5. Proses Pengambilan Data ................................................................ 32
3.6. Metode Analisa Data ....................................................................... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 39
4.1. Data Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar ................................ 39
4.2. Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar ............................................... 41
4.2.1. Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Pertalite....................... 41
4.2.2. Perhitungan Campuran Bahan Bakar dengan Kapur Barus... 43
xii
4.3. Perhitungan Presentase Konsumsi Bahan Bakar ............................. 46
4.4. Analisa Hasil Penelitian Konsumsi Bahan Bakar ............................ 48
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 49
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 49
5.2. Saran ................................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 50
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Pembakaran Mesin Bensin ......................................................... 6
Gambar 2.2. Mesin Motor Bensin 4 Langkah ................................................. 7
Gambar 2.3. Sistem Kontrol EFI...................................................................... 10
Gambar 2.4. Mesin Kondisi Dingin ................................................................. 11
Gambar 2.5. Mesin Akselerasi ......................................................................... 11
Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian.............................................................. 24
Gambar 3.2. Pipet Ukur ................................................................................... 25
Gambar 3.3. Stopwatch ................................................................................... 26
Gambar 3.4. Gelas Ukur .................................................................................. 26
Gambar 3.5. Timbangan Digital ..................................................................... 27
Gambar 3.6. Scanner ....................................................................................... 28
Gambar 3.7. Engine Stand .............................................................................. 29
Gambar 3.8. Bahan Bakar Pertalite ................................................................. 30
Gambar 3.9. Kapur Barus................................................................................. 30
Gambar 3.10. Bahan Bakar Pertalite . .............................................................. 32
Gambar 3.11. Kapur Barus .............................................................................. 33
Gambar 3.12. Menimbang Kapur Barus .......................................................... 33
Gambar 3.13. Memasang Selang Pipet ........................................................... 34
Gambar 3.14. Pengisian Bahan Bakar Pada Pipet Ukur ................................. 34
Gambar 3.15. Pengecekan Temperatur Mesin ................................................ 35
Gambar 3.16. Pengaturan Putaran mesin 1000 rpm ......................................... 36
Gambar 3.17. Pengaturan Putaran mesin 1500 rpm. ........................................ 36
Gambar 3.18. Pengaturan Putaran Mesin 2000 rpm ........................................ 37
Gambar 3.19. Pengaturan Putaran Mesin 2500 rpm ....................................... 37
Gambar 3.20. Stopwacth ................................................................................. 38
Gambar 4.1. Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar ................................... 46
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Data Teknis Scanner Hanatech ...................................................... 27
Tabel 3.2. Data Teknis Toyota Avanza VVT-i tahun 2010 ............................. 29
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Pertalite ......................... 40
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Campuran ..................... 40
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar dalam Liter/Jam ............ 45
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Tabel 4.1 Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Pertalite ..... 52
Lampiran B Tabel 4.2 Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Campuran .. 53
Lampiran C Tabel 4.3 Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar dalam L/Jam 54
Lampiran D. Grafik Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar ....................... 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemajuan teknologi pada Industri Otomotif (kendaraan bermotor) ini sudah
memasuki tahap penggunaan bahan bakar alternatif, dimana bahan bakar tersebut
harus ekonomis, emisi yang dihasilkan aman bagi lingkungan dan memiliki nilai
oktan yang tinggi. Dengan adanya dampak negatif yang ditimbulkan oleh
pemakainan bensin yang mengandung timbal (TEL) terhadap lingkungan, maka
penggunaan bensin dengan TEL sebagai bahan bakar motor bensin juga perlu
dicarikan alternatif bahan bakar lain yang lebih aman (Pitrajaya, 2008).
Dengan semakin menipisnya cadangan bahan bakar minyak (BBM) yang
merupakan bahan bakar fosil yang menurut sifatnya termasuk bahan bakar tak-
terbaharukan. penggunaan bahan bakar alternatif menjadi sangat penting dan tidak
dapat dihindarkan lagi jika tidak ingin menjadi krisis energi yang serius. Salah
satu bahan bakar alternatif yang di maksudkan disini adalah penambahan
naphthalene (kapur barus) pada bahan bakar pertalite, hal ini bisa mendapatkan
konsumsi bahan bakar yang irit dan performa mesin yang optimal (Arimbawa,
dkk., 2019).
Pertalite adalah bahan bakar minyak terbaru dari Pertamina dengan RON
90. Pertalite dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses
pengolahannya di kilang minyak. Pertalite diluncurkan tanggal 24 Juli 2015
sebagai varian baru bagi konsumen yang menginginkan BBM dengan kualitas di
2
atas Premium, tetapi dengan harga yang lebih murah dari pada Pertamax (PT.
Pertamina Indonesia, 2015).
Kapur barus adalah hidrokarbon kristlalin aromatik berbentuk padatan
berwarna putih dengan rumus molekul C10H8 dan berbentuk dua cincin benzena
yang bersatu. Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap walau dalam bentuk
padatan. Uap yang dihasilkan bersifat mudah terbakar. Naphthalene memiliki
kemiripan sifat yang memungkinkan menjadi aditif pertalite untuk meningkatkan
angka oktan. Sifat-sifat tersebut antara lain: sifat pembakaran baik, mudah
menguap sehingga tidak meninggalkan getah padat pada bagian-bagian mesin
(Ginting, 2017).
Mengingat semakin meningkatnya penggunaan bahan bakar minyak tersebut
maka perlu usaha-usaha untuk megendalikan dan mengurangi penggunaan bahan
bakar minyak yang semakin meningkat. Oleh karena itu maka peneliti mengambil
judul “Pengaruh Bahan Bakar Pertalite dengan Campuran Kapur Barus Terhadap
Konsumsi Bahan Bakar pada Mobil Toyota Avanza VVT-i Tahun 2010” sebagai
Tugas Akhir.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah Bagaimana Pengaruh Bahan Bakar Pertalite dengan
Campuran Kapur Barus Terhadap Konsumsi Bahan Bakar.
3
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka batasan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Mesin yang digunakan adalah Toyota Avanza VVT-i tahun 2010 dengan
kapasitas mesin 1300cc.
2. Volume bahan bakar yang digunakan adalah 12,343 ml.
3. Campuran yang digunakan adalah 1 gram kapur barus untuk 1 liter
pertalite.
4. Pengujian dilakukan pada putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm, 2000
rpm, dan 2500 rpm.
5. Pengujian dilakukan pada temperatur mesin 93˚C dan temperatur ruang
30˚C
6. Rumus yang digunakan untuk menghitung volume tabung yaitu :
V = � x r2 x t
7. Coolant yang digunakan adalah Xtrakool
8. Oli yang digunakan adalah oli pertamina Mesran SAE 20W-50.
9. Busi yang digunakan adalah busi standar Denso K20PR-011 dengan
celah busi 0,8 mm tanpa pembebanan mesin.
1.4. Tujuan
Adapun tujuan dari uraian diatas yaitu mengetahui pengaruh bahan bakar
pertalite dengan campuran kapur barus terhadap konsumsi bahan bakar pada
4
variasi putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm dengan
menggunakan campuran 1 gram kapur barus untuk 1 liter pertalite.
1.5. Manfaat
1. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan biaya penggunaan
bahan bakar yang lebih hemat.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menghemat penggunaan minyak bumi
dengan penggunaan bahan bakar alternatif yang tepat.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Laporan Tugas Akhir Pengaruh Bahan Bakar Pertalite
dengan Campuran Kapur Barus Terhadap Konsumsi Bahan Bakar adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan dan manfaat Pengaruh Bahan Bakar Pertalite dengan
Campuran Kapur Barus Terhadap Konsumsi Bahan Bakar.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan tentang pengertian dan rumus konsumsi bahan
bakar, definisi mesin bensin, prinsip kerja motor bensin 4 langkah,
definisi mesin EFI, prinsip system kontrol EFI, jenis – jenis bahan
bakar, definisi kapur barus dan, reaksi kimia pembakaran.
5
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang diagram alur penelitian, alat dan bahan yang
digunakan, metode pengumpulan data, variable penelitian, proses
pengambilan data, dan metode analisa data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang data hasil pengujian, perhitungan konsumsi
bahan bakar, dan analisa hasil penelitian konsumsi bahan bakar.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang
telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisi tentang daftar buku yang berkaitan dengan
penelitian.
LAMPIRAN
Lampiran berisi informasi tambahan yang mendukung kelengkapan
laporan, seperti data perhitungan, tabel perhitungan data, surat
kesediaan membimbing, tanda terima penyerahan laporan,
dokumentasi hasil penelitian, table hasil penelitian, table hasil
pengujian, dan lain̠lain.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Motor Bensin
Motor bensin merupakan mesin pembangkit tenaga yang mengubah bahan
bakar bensin menjadi tenaga panas dan akhirnya menjadi tenaga mekanik. Mesin
bensin bekerja memanfaatkan energi dari hasil gas panas hasil proses pembakaran,
dimana proses pembakaran berlangsung di dalam silinder mesin itu sendiri
sehingga gas pembakaran sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja menjadi tenaga
atau energi panas (Samsiana S. dan Sikki M.I., 2014).
Gambar 2.1 Pembakaran Mesin Bensin (Samsiana S. dan Sikki M.I., 2014).
2.2. Prinsip Kerja Motor Bensin
Motor bensin adalah motor yang setiap siklus kerjanya diselesaikan dalam
empat kali gerak bolak balik langkah piston atau dua kali putaran poros engkol
(crank shaft). Langkah piston adalah gerak piston tertinggi/teratas disebut titik
7
mati atas (TMA) sampai yang terendah/terbawah disebut titik mati bawah (TMB).
Sedangkan siklus kerja adalah rangkaian proses yang dilakukan oleh gerak bolak-
balik translasi piston yang membentuk rangkaian siklus tertutup. Proses siklus
motor bensin dilakukan oleh gerak piston dalam silinder tertutup, yang bekerja
sesuai dengan pengaturan gerak katup atau mekanisme katup pada katup isap dan
katup buang (Samsiana S. dan Sikki M.I., 2014).
Gambar 2.2 Mesin Motor Bensin 4 Langkah (Samsiana S. dan Sikki M.I., 2014).
Prinsip kerja motor bensin ada 4 langkah sebagai berikut :
2.2.1. Langkah Hisap
Di dalam langkah ini piston bergerak dari titik mati atas (TMA) menuju titik
mati bawah (TMB). Katup hisap dibuka dan katup buang ditutup, sehingga
tekanan di dalam silinder menjadi tekanan rendah atau vacuum selanjutnya
campuran udara dan bahan bakar terisap masuk melalui katup isap untuk mengisi
ruang silinder.
8
2.2.2. Langkah Kompresi
Dalam langkah ini piston bergerak dari titk mati bawah (TMB) menuju titik
mati atas (TMA). Katup isap dan katup buang ditutup. Pada proses ini campuran
bahan bakar dan udara ditekan atau kompresi, akibatnya tekanan dan
temperaturnya naik sehingga akan memudahkan proses pembakaran.
2.2.3. Langkah Usaha
Dalam langkah ini piston bergerak dari titik mati atas (TMA) menuju titik
mati bawah (TMB). Katup isap dan katup buang masih ditutup. Sesaat piston
menjelang titik mati atas busi pijar menyalakan percikan api seketika campuran
bahan bakar dan udara terbakar secara cepat berupa ledakan. Dengan terjadinya
ledakan meghasilkan tekanan sangat tinggi untuk mendorong piston ke bawah,
sebagai tenaga atau usaha yang dihasilkan mesin.
2.2.4. Langkah Buang
Dalam langkah ini piston bergerak dari titik mati bawah (TMB) menuju titik
mati atas (TMA). Katup isap ditutup dan katup buang dibuka. Pada
langkah/proses ini gas-gas bekas pembakaran didorongan torak (piston) ke atas
sampai TMA selanjutnya dibuang melewati katup buang. Dalam satu siklus kerja
motor, poros engkol berputar dua kali putaran atau empat kali gerak bolak-balik
torak.
9
2.3. Mesin EFI (Electronic Fuel Injection)
2.3.1. Pengertian Sistem EFI
EFI adalah sebuah sistem penyemprotan bahan bakar yang dalam kerjanya
dikontrol secara elektronik agar didapatkan nilai campuran udara dan bahan bakar
selalu sesuai dengan kebutuhan motor bakar, maka proses pembakaran yang
terjadi diruang bakar akan terjadi secara sempurna sehingga didapatkan daya
motor yang optimal serta didapatkan gas buang yang ramah lingkungan. Proses
pemberian bahan bakar dari ECU (Electronic Control Unit) ke injector yang
didasarkan pada signal-signal dari sensor-sensor antara lain sensor air flow meter,
manifold absolute pressure, sensor putaran mesin, water temperature sensor,
throttle position sensor dan lain-lain (Ruswid, 2008).
EFI dipakai oleh merk Toyota, sedangkan merk lain mempunyai nama yang
berbeda, yakni ; PGMFI/ Honda (Programed Fuel Injection), EPI/ Suzuki
(Electronic Petrol Injection), EGI/ Mazda (Electronic Gasoline Injection),
Jetronik (Bosch), Multec/ General Motor (Multi Technology) dan lain-lain akan
tetapi prinsip dari semua sistem tersebut adalah sama.
2.3.2. Prinsip Sistem Kontrol EFI
Sistem yang digunakan pada electronic fuel injection terbagi atas
sensorsensor dan actuator. Sensor-sensor merupakan informan atau pemberi
informasi tentang kondisi-kondisi yang berkaitan dengan penentuan jumlah bahan
bakar yang harus diinjeksikan. Pemberian informasi dapat berupa sinyal analog
ataupun digital. Sensor-sensor yang mengirim informasi dalam bentuk analog
seperti misalnya TPS (Throttle Position Sensor dan mass air flow). Sedangkan
10
actuator merupakan bagian/komponen yang akan diperintah oleh ECU dan
perintah dapat berupa analog ataupun digital. Pemberian perintah berupa analog
diberikan pada pompa bensin elektrik dan lampu engine kontrol. Sedangkan
pemberian perintah berupa sinyal digital diberikan pada injector, coil pengapian,
katup pernapasan tangki, pengatur idle, pemanas sensor lamda dan steker
diagnosa Prinsip System Kontrol EFI terlihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Sistem control EFI (Ruswid, 2008)
1. Saat Mesin dalam Kondisi Dingin System EFI
Sedangkan pada system EFI suplay bahan bakar saat mesin dalam kondisi
dingin akan ditentukan atau diatur oleh ECU (Electronic Control Unit) yang
didasarkan pada informasi dari kondisi suhu kerja mesin dan besarnya tekanan
udara pada intake manifold. Dari informasi atau data-data tersebut ECU akan
memerintahkan injector untuk menyemprotkan bahan bakar lebih banyak. Saat
mesin dalam kondisi dingin Sytem EFI terlihat pada Gambar 2.4.
11
Gambar 2.4. Saat mesin kondisi dingin (Ruswid, 2008)
2. Saat Mesin Akselerasi EFI
Sedangkan pada system EFI suplay bahan bakar saat mesin diakselerasi
akan diatur oleh ECU berdasar informasi dari besarnya atau banyaknya aliran
udara yang mengalir ke intake manifold yang terukur oleh air flow meter.
Kemudian dari data tersebut ECU akan memerintahkan injector menambah bahan
bakar yang diinjeksikan. Saat mesin akselerasi System EFI terlihat pada Gambar
2.5.
Gambar 2.5. Saat mesin akselerasi (Ruswid, 2008)
12
2.4. Mesin VVT-i (Variable Valve Timing - Intelligent)
2.4.1. Pengertian Sistem VVT-i (Variable Valve Timing – Intelligent)
Sistem teknologi VVT-i (Variable Valve Timing – Intelligent) merupakan
serangkaian peranti untuk mengontrol penggerak camshaft yang diperkenalkan
pada tahun 1996. Pada teknologi VVT-i ini bagian yang divariasikan adalah
timing (waktu buka tutup) intake valve dengan mengubah atau menggeser posisi
intake camshaft terhadap puli camshaft drive. Fluida yang digunakan sebagai
aktuator untuk menggeser posisi camshaft adalah oli mesin yang diberikan
tekanan (Sitorus, 2009).
Jadi disini maksudnya puli pada intake camshaft adalah fleksibel, camshaft
bisa diputar maju atau mundur yang berguna untuk menyesuaikan waktu bukaan
katup dengan kondisi mesin sehingga bisa didapat torsi optimal di setiap tingkat
kecepatan, sekaligus menghemat bahan bakar dan mengurangi emisi gas buang.
2.4.2. Prinsip Kerja Sistem VVT-i (Variable Valve Timing – Intelligent)
Waktu bukaan camshaft biasa bervariasi pada rentang 60o. Misalnya, pada
saat start dimana kondisi mesin dingin dan mesin stasioner tanpa beban, timing
dimundurkan 30o. Cara ini akan menghilangkan overlap yaitu peristiwa
membukanya katup masuk dan buang secara bersamaan di akhir langkah
pembuangan karena katup masuk baru akan membuka beberapa saat setelah katup
buang menutup penuh. Logikanya, pada kondisi ini mesin tak perlu bekerja ekstra.
Dengan tertutupnya katup buang, tak ada bahan bakar yang terbuang saat terhisap
ke ruang bakar. Konsumsi bahan bakar menjadi hemat dan mesin menjadi lebih
ramah lingkungan. Sedangkan saat ada beban, timing akan maju 30o. Derajat
13
overlaping akan meningkat. Tujuannya untuk membantu mendorong gas buang
serta memanaskan campuran bahan bakar dan udara yang masuk.
2.4.3. Komponen Sistem VVT-i (Variable Valve Timing – Intelligent)
1. ECU (Electronic Control Unit)
Electronic Control Unit (ECU) merupakan perangkat yang bertugas
menerima masukan dari sensor yang kemudian dikalkulasi untuk mencari kondisi
optimum dan memberi perintah ke aktuator untuk melakukan fungsinya. Misalkan
memerintahkan injector menyemprotkan bahan bakar atau memerintahkan
ignition coil untuk melepaskan listrik tegangan tinggi ke busi sehingga akan
timbul bunga api. Jadi, aktuator berfungsi sebagai peralatan ECU sehingga mesin
bekerja dalam kondisi optimalnya. Guna mengetahui berapa bahan bakar yang
harus disemprot dan berapa derajat sebelum titik mati atas busi harus dinyalakan,
ECU dilengkapi dengan database yang lazim dikenal dengan engine mapping.
ECU selalu membandingkan hasil masukan sensor dengan engine mapping guna
mengetahui apa yang harus diperintahkan kepada actuator (Sitorus, 2009).
2. CPS (Camshaft Position Sensor)
Camshaft Position Sensor (CPS) berguna untuk mengetahui kedudukan
camshaft. Jika ada perubahan beban mesin atau perubahan putaran mesin yang
semuanya diolah oleh ECU dan dihitung untuk mendapatkan sebesar mungkin
efisiensi volumetrik, dari perhitungan ECU ini didapatlah kedudukan camshaft
yang harus diubah. ECU ini akan memerintahkan module VVT-i untuk merubah
kedudukan camshaft. Setelah Module VVT-i menerima perintah dari ECU untuk
mengubah kedudukan camshaft, maka module VVT-i akan mengirimkan signal ke
14
OCV (Oil Control Valve) untuk mengatur tekanan oli yang akan diteruskan ke
sprocket. Dengan adanya perubahan tekanan oli yang dilakukan oleh OCV ini
yang sampai ke sprocket, maka sprocket akan berubah posisinya. Karena sprocket
itu menjadi satu sama camshaft, maka camshaft akan berubah posisinya sesuai
yang diinginkan oleh ECU. Kedudukan camshaft yang baru ini dideteksi oleh
CPS dan signalnya dikirimkan ke ECU sebagai update posisi / kedudukan
camshaft dan kedudukan camshaft ini akan menentukan timing dari valve, begitu
seterusnya.
3. Camshaft Timing Oil Control Valve
Mengendalikan posisi spool valve berdasarkan sinyal yang dikirim ECU
hingga mengalokasikan tekanan oli ke VVT-i Controller untuk sisi maju dan sisi
mundur. Ketika mesin berhenti, Camshaft Timing Oil Control Valve berada dalam
sisi mundur.
4. Crankshaft Position Sensor
Sensor ini memberitahu ECU kecepatan putaran mesin dengan tepat. Pada
sistem penyemprotan bahan bakar, sensor ini juga memberitahu ECU waktu yang
tepat untuk menyemprotkan bahan bakar yang kemudian diteruskan ke injector
bahan bakar.
2.5. Bahan Bakar
2.5.1. Premium
Premium adalah senyawa organik yang dibutuhkan dalam suatu pembakaran
dengan tujuan untuk mendapatkan energi atau tenaga. Bahan bakar premium
15
sering digunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor. Premium
merupakan campuran komplek senyawa-senyawa hidrokarbon yang memiliki titik
didih sekitar 40˚C sampai 180˚C. Bahan bakar ini sering disebut juga dengan
gasoline atau petrol. Penggunaan premium dalam mesin berkompresi tinggi akan
menyebabkan mesin mengalami knocking atau ngelitik sehingga premium di
dalam mesin kendaraan akan terbakar dan meledak tidak sesuai dengan gerakan
piston. Premium memiliki research octane number (RON) sebesar 88 (PT.
Pertamina Indonesia, 2012).
2.5.2. Pertalite
Pertalite adalah bahan bakar minyak dari pertamina dengan RON 90.
Pertalite dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses pengolahannya di
kilang minyak. pertalite memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
premium. Selain itu, RON 90 membuat pembakaran pada mesin kendaraan
dengan teknologi terkini lebih baik dibandingkan dengan premium yang memiliki
RON 88. Sehingga sesuai digunakan untuk kendaraan roda dua, hingga kendaraan
multi purpose vehicle ukuran menengah (PT. Pertamina Indonesia, 2015).
2.5.3. Pertamax
Pertamax merupakan bahan bakar ramah lingkungan (unleaded) beroktan
tinggi hasil penyempurnaan produk Pertamina sebelumnya. Formula barunya
yang terbuat dari bahan baku berkualitas tinggi memastikan mesin kendaraan
bermotor bekerja dengan baik, lebih bertenaga, “knock free”, rendah emisi, dan
memungkinkan untuk menghemat pemakaian bahan bakar. Pertamax ditujukan
16
untuk kendaraan yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi
dan tanpa timbal (unleaded), (PT. Pertamina Indonesia, 2012).
Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi di atas
tahun 1990 terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic
21 fuel injection dan catalyticconverter. Pertamax memiliki nilai oktan 92 dengan
stabilitas oksidasi yang tinggi dan kandungan olefin ,aromatic dan benzene pada
level yang rendah sehingga menghasilkan pembakaran yang sempurna pada
mesin. Dilengkapi dengan adiktif generasi 5 dengan sifat detergency yang
memastikan injector bahan bakar, karburator, inlet valve dan ruang bakar tetap
bersih untuk menjaga kinerja mesin tetap optimal. Pertamax sudah tidak
menggunakan campuran timbal dan metal lainnya yang sering digunakan pada
bahan bakar lain untuk meningkatkan nilai oktan sehingga pertamax merupakan
bahan bakar yang sangat bersahabat dengan lingkungan sekitar.
2.5.4. Pertamax Turbo
Merupakan bahan bakar untuk kendaraan bermesin bensin yang
dikembangkan bersama antara Pertamina dan Lamborghini yang dirancang untuk
memenuhi persyaratan mesin berteknologi tinggi. Pertamax Turbo pertama kali
diluncurkan di Belgia sebagai bahan bakar resmi pada Lamborghini Supertrofeo
European Series pada 29 Juli 2016 (PT. Pertamina Indonesia, 2016).
Pertamax turbo dikembangkan dengan formula yang disebut Ignition Boost
Formula (IBF) dengan angka oktan 98, dan kadar sulfur rendah sehingga tidak
merusak kualitas udara di sekitar kita. Saat ini, Pertamax Turbo menuju standard
Euro IV.
17
Kelebihan dan manfaat Pertamax Turbo terhadap mesin :
a. Meningkatkan drivability kendaraan sehingga lincah bermanuver.
b. Akselerasi mesin menjadi lebih bagus karena torsi yang dihasilkan lebih
tinggi.
c. Meningkatkan kecepatan maksimal (top speed) kendaraan.
d. Peningkatan tenaga mesin kendaraan.
e. Menyempurnakan pembakaran bahan bakar pada mesin.
2.6. Kapur Barus
Kapur barus adalah hidrokarbon kristlalin aromatik berbentuk padatan
berwarna putih dengan rumus molekul C10H8 dan berbentuk dua cincin benzena
yang bersatu. Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap walau dalam bentuk
padatan. Uap yang dihasilkan bersifat mudah terbakar. Kapur barus memiliki
kemiripan sifat yang memungkinkan menjadi aditif pertalite untuk meningkatkan
angka oktan. Sifat-sifat tersebut antara lain: sifat pembakaran baik, mudah
menguap sehingga tidak meninggalkan getah padat pada bagian-bagian mesin
(Ginting, 2017).
Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan baku kapur barus adalah
naphthalene. Naphthalene digunakan sebagai reaksi intermediet dari berbagai
reaksi kimia industri, seperti reaksi sulfonasi, polimerisasi, dan neutralisasi.
18
Naphthalene adalah hidrokarbon kristalin aromatik berbentuk padatan
berwarna putih dengan rumus molekul C10H8 dan berbentuk dua cincin benzena
yang bersatu. Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap walau dalam bentuk
padatan. Uap yang dihasilkan bersifat mudah terbakar. Naphthalene paling
banyak dihasilkan dari destilasi tar batu bara, dan sedikit dari sisa fraksionasi
minyak bumi.
2.7. Proses Pembakaran
Pembakaran pada motor bakar torak adalah proses reaksi kimia antara bahan
bakar dan oksigen yang terjadi dalam ruang bakar, yang menghasilkan energi
kalor. Oksigen ini diperoleh dari campuran bahan bakar dengan udara yang masuk
ke dalam mesin. Komposisi dari udara tersebut sebagian besar mengandung
Oksigen dan Nitrogen serta sebagian kecil dari udara tersebut mengandung gas
yang lain (Wahjudi, 2017).
Pada pembakaran sempurna setelah penyalaan dimulai, api menjalar dari
busi dan menyebar ke seluruh arah dalam waktu yang sebanding dengan 20
derajat sudut engkol atau lebih untuk membakar campuran sampai mencapai
tekanan maksimum. Kecepatan api umumnya kurang dari 10 – 30 m/ detik. Panas
pembakaran dari TMA diubah dalam bentuk kerja dengan efisiensi yang tinggi.
Bila Proses pembakaran dimulai dari awal sebelum TMA (menjauhi TMA),
tekanan hasil pembakaran meningkat, sehingga gaya dorong piston meningkat
(kerja piston menuju gas pada ruang bakar). Jika proses sudut penyalaan
dimundurkan mendekati TMA, maka tekanan hasil pembakaran maksimum lebih
19
rendah, bila dibandingkan tekanan hasil pembakaran maksimum, bila sudut
penyalaan dimulai normal. Hal ini dikarenakan, pada saat sudut penyalaan terlalu
dekat dengan TMA, pada saat busi memercikkan bunga api dan api mulai
merambat, gerakan piston sudah melewati TMA sehingga volume ruang bakar
mulai membesar. Sehingga walaupun terjadi kenaikan tekanan hasil pembakaran,
sebagian telah diubah menjadi perubahan volume ruang bakar. Efek yang terjadi
adalah kecilnya kerja ekspansi yang diterima oleh piston ( Machmud, dkk., 2013).
2.8. Konsumsi Bahan Bakar
Konsumsi bahan bakar adalah pengurangan bahan bakar suatu kendaraan
pada saat mensin kendaraan hidup atau dinyaakan, dalam pengujian mesin
konsumsi bahan bakar (Q) diartikan sebagai jumlah bahan bakar yang
dipergunakan oleh kendaraan dalam rentan waktu. Konsumsi bahan bakar
spesifik dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini :
Q �V
t
Dimana = V = Volume bahan bakar awal (ml)
t = Waktu (detik)
Q = Debit (ml/detik)
Contoh : � � 12,343 �
80,73 ��� = 0,152 ml/dtk
Satuan liter/jam : � � 12,343:1000
80,73:3600�
0,012343
0,022425 � 0,55 L/Jam
Semakin kecil nilai konsumsi bahan bakar spesifik maka dapat
dikatakan bahwa motor bakar tersebut semakin hemat dalam pemakaian bahan
20
bakar. Nilai konsumsi bahan bakar spesifik ini pada setiap motor bakar akan
berbeda – beda, hal ini dipengaruhi karena besar kecilnya harga efisiensi panas.
Apabila kendaraan dihidupkan, namun kendaraan tersebut tidak digunakan
untuk berjalan maka pemakaian bahan bakar dapat ditentukan dengan
menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan bahan
bakar 1 milimeter, baik dalam detik per mililiter atau mililiter per detik
(Arismunandar dan Wiranto, 1988).
2.9. Rumus Volume Tabung
Tabung adalah bangun ruang tiga dimensi yang memiliki alas dan tutup
berupa lingkaran yang sama dan sejajar serta memiliki selimut berupa persegi
panjang yang mengelilingi kedua lingkaran tersebut. (https://saintif.com/rumus-
volumetabung/) diakses pada tanggal 27 Juli 2020 pukul 19.00 WIB.
Rumus Volume Tabung adalah V = � x r2 x t, dimana V adalah Volume
Tabung, � adalah konstanta perbandingan keliling lingkaran dengan diameternya,
r2 adalah jari-jari tabung dan t adalah tinggi tabung.
2.10. Tinjauan pustaka
Menurut A.Wildana, T.Priangkoso, dan SM. B. Respati (2017) Analisis
Konsumsi Bahan Bakar Sepeda Motor Dengan Bahan Bakar Premium Dan
Pertamax Menggunakan Dinamometer Chasis, Penelitian ini menggunakan sepeda
motor Honda Supra X 125, Suzuki Shogun 125 dan Yamaha Jupiter MX 135
dengan menggunakan dynamo meterchasis. Penelitian dilakukan pada gigi-1, 2 ,3
21
,4 pada kecepatan 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50 km/jam. Dari hasil
pengujian konsumsi bahan bakar pada tiga sepeda motor dengan dua jenis bahan
bakar yang berbeda yaitu premium dan pertamax menunjukkan bahwa
penggunaan pertamax lebih hemat dibandingkan premium. Urutan dari yang
paling hemat adalah Honda Supra X 125, Yamaha Jupiter MX 135, Suzuki
Shogun 125. Hasil konsumsi bahan bakar premium dengan pertamax pada Honda
Supra X 125 gigi-1 10,01%, gigi-2 10,50%, gigi-3 8,21%, gigi-4 8,51%. Suzuki
Shogun 125 pada gigi-1 9,86%, gigi-2 8,98%, gigi-3 9,16%, gigi-4 8,19%.
Yamaha Jupiter MX135 pada gigi-1 8,73%, gigi-2 9,05%, gigi-3 7,29%, gigi-4
7,43%.
Menurut I.K. Suka Arimbawa, I.N. Pasek Nugraha, dan K. Rihendra Dantes
(2019) Analisis Pengaruh Campuran Bahan Bakar Pertalite Dengan Naphthalene
Terhadap Konsumsi Bahan Bakar, Torsi Dan Daya Pada Sepeda Motor 4 Langkah
menggunakan metode penelitian dengan metode eksperimen. Hasil dari penelitian
ini yaitu, bahan bakar pertalite murni didapatkan konsumsi bahan bakar sebesar
0,576 kg/jam, torsi 7,11 N.m, dan daya 6,45 Hp. Data rata-rata dari campuran
bahan bakar 1 liter pertalite dengan 5 gram Naphthalene didapatkan konsumsi
bahan bakar 0,352 kg/jam, torsi 7,56 N.m, daya 6,77 Hp. Bahan bakar 1 liter
pertalite dengan 10 gram Naphthalene didapatkan konsumsi bahan bakar 0.342
kg/jam, torsi 7,86 N.m, dan daya 6,97 Hp. Dari penelitian ini didapatkan hasil,
Campuran bahan bakar 1 liter pertalite dengan 10 gram Naphthalene terbaik untuk
22
konsumsi bahan bakar, torsi dan daya dibandingkan bahan bakar pertalite murni
dan campuran 1 liter pertalite dengan 5 gram Naphthalene.
Menurut Seta Samsiana dan Muhammad Ilyas Sikki, 2014 Meneliti tentang
Analisi Pengaruh Bentuk Permukaan Piston Model Kantur Radius Dan
Gelombang Sinus Terhadap Kinerja Motor Bensin Secara garis besar motor
bensin tersusun oleh beberapa komponen utama meliputi : blok silinder (cylinder
block), kepala silinder (cylinder head), poros engkol (crank shaft), torak (piston),
batang piston (connecting rod), roda penerus (fly wheel), poros cam (cam shaft)
dan mekanik katup (valve mechanic).
Menurut Tinus Ginting, 2017 Analisa Pengaruh Campuran Premium
Dengan Kapur Barus (Napthalen) Terhadap Emisi Gas Buang Pada Mesin Supra
X 125 Cc, metode yang digunakan metode penelitian Eksperimen dengan variasi
campuran bahan bakar premium dengan kapur barus (napthalen) adalah premium
1000 gr : 20 gr kapur barus (napthalen), premium 1000 gr : 40 gr kapur barus
(napthalen), premium 1000 gr : 60 gr kapur barus (napthalen). Dengan variasi
putaran mesin 1000, 2000 dan 3000 rpm. Dengan melakukan pengujian langsung
mengunakan alat yang telah disediakan yaitu gas analyzer. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah variasi campuran bahan bakar premium dengan kapur barus
(napthalen) mempunyai perbedaan kandungan emisi CO dan HC campuran
premium dengan kapur barus (1000 gr : 20 gr) pada putaran 1000 rpm hasil CO =
2,43%, HC = 90,6 ppm. pada putaran 2000 rpm hasil CO = 1,96%, HC = 87,3
ppm. Pada putaran 3000 rpm hasil CO = 1,73%, HC = 83,3 ppm. Pada campuran
(1000 gr : 40 gr). Pada putaran 1000 rpm hasil CO =2,53%, HC = 100,6 ppm.
23
Pada putaran 2000 rpm hasil CO = 2,23%, HC = 97,3 ppm. Pada putaran 3000
rpm hasil CO = 1,96%, HC = 90,6 ppm. Pada campuran (1000 gr : 60 gr) pada
putaran 1000 rpm hasil CO = 3,26%, HC = 115 ppm. Pada putaran 2000 rpm hasil
CO = 3,3%, HC = 106,6 ppm. Pada putaran 3000 rpm hasil CO = 3,1%, HC = 100
ppm.
Menurut Tulus Burhanuddin Sitorus, 2009 Meneliti tentang Tinjauan Teoritis
Performa Mesin Berteknologi VVT-i adalah teknologi pembakaran pengaturan
katup. Perbedaan mendasar dimiliki oleh sistem VVT-i adalah asupan cam rotasi
tidak perlu sama persis dengan rotasi mesin. Pada mobil tanpa sistem VVT-i,
intake cam hanya membuat satu pola pembukaan katup mesin tidak bisa
memaksimalkan tenaga mesin saat dibutuhkan dan tenaga yang besar tidak bisa
meminimalkan bahan bakar yang digunakan saat daya yang dibutuhkan tidak
besar. Sementara di dalam mobil dengan mesin VVT-i Teknologi, ketika
pengemudi membutuhkan kekuatan yang lebih besar, mekanisme katup akan
diatur demikian torsi mesin dapat ditingkatkan. Sebaliknya, saat itu hanya
membutuhkan tenaga mesin sedikit, Mekanisme katup akan diatur sehingga bahan
bakar yang digunakan jauh lebih sedikit dan tentu saja hasilnya pembersih gas
buang.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alur Penelitian
Gambar 3.1 Diagram alur penelitian.
Hasil dan Penelitian
Persiapan Alat dan Bahan
Kesimpulan dan Saran
Mulai
Selesai
Studi Pustaka
Pengujian Perengaruh Bahan Bakar Pertalite
Dengan Campuran Kapur Barus Terhadap Konsumsi Bahan Bakar
25
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Pada pengujian konsumsi bahan bakar alat uji yang digunakan adalah :
1. Pipet Ukur
Pipet ukur digunakan untuk mengukur banyaknya konsumsi bahan bakar
terlihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Pipet ukur.
Pipet diatas mempunyai ketelitian dibawah ini :
Ketelitian Pipet : 1 ml
Jarak Tiap Strip : 2 mm :0,2 cm
Diameter Tabung : 8,5 cm jadi jari-jari : 4,252 cm
Jadi Ketelitian Pipet +Tabung = π x r2 x t + Volume Pipet
= 3,14 x 4,252 x 0,2 + 1
= 12,343 ml (tiap strip)
26
2. Stopwatch
Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu
konsumsi bahan bakar untuk menghabiskan 1 ml pada pipet saat pengujian
konsumsi bahan bakar pada Engine Stand terlihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Stopwatch.
3. Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume bahan bakar pertalite yang
akan dicampur dengan kapur barus terlihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Gelas ukur.
27
4. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang kapur barus yang akan di
dicampurkan ke bahan bakar terlihat pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Timbangan Digital.
5. Scanner
Scanner yang di gunakan adalah merek Hanatech, data teknis scanner Hanatech
terlihat pada Table 3.1.
Tabel 3.1 Data teknis Scanner Hanatech Item Spesificasion
A. Hardware - CPU : 16bit, 33MHz - RAM : 1 Mbyte ( SRAM ) - Program Cartridge Memory :128Mbytes Flash Memory - Display : 320 x 240 Monochrome Graphic LCD with Back Light - Key Pad : 20 membrane keys, embossing lype - Serial Port : USB and RS232 - Printer : general PC Printer - Power : DC 8-18v, 800mA or hig her
28
B. Environmental specification
- Indoor use only - Operating temperature : Max 50˚C/122˚F - Maximum relative humidity : 80% (up to 31˚C/88˚F) and 50% (40˚C/104˚F or higher) - Instaliation overvoilage calegories : CAT II - Maximum measurable voilage : DC 30V Max - Polution degree 2 - Max Alitude : Up to 2000m
C. Mechanical Dimensions
- Length : 222mm / 9” - Width : 187mm / 7.5 ” - Heiht : 51mm / 2” - Weight : 950g / 2.1 ib (head unit only) - Body Color : Dark Grey - Safety Boot Color : Blue
Untuk lebih jelas Scanner merek Hanatech terlihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Scanner.
3.2.2 Bahan
Bahan yang diperlukan adalah :
1. Engine Stand
Engine stand menggunakan mesin mobil Toyota Avanza VVT-i tahun 2010
dengan spesifikasi terlihat pada Tabel 3.2.
29
Tabel 3.2 Data teknis Toyota Avanza VVT-i tahun 2010 (PT. Toyota Astra Motor).
Data Mesin Spesifikasi
Type Mesin 4 Silinder segaris
Mekanisme Katup 16-Valve DOHC
Volume Silinder 1.297 cc
Daya Maksimum 63 kw pada 6000 rpm
Torsi Maksimum 117 Nm pada 3200 rpm
Untuk lebih jelas Engine Stand Toyota Avanza terlihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Engine Stand.
2. Pertalite
Pertalite adalah bahan bakar yang akan di bandingkan dan di campurkan
dengan kapur barus terlihat pada Gambar 3.8.
30
Gambar 3.8 Bahan bakar pertalite.
3. Kapur Barus
Kapur barus digunakan untuk pencampuran bahan bakar pertalite terlihat
pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 Kapur barus.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :
1. Metode Literatur
31
Pada metode ini penulis melakukan pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan data-data dari internet, baik buku refrensi maupun jurnal-jurnal
yang relevan terkait dengan topik penelitian yang di bahas.
2. Metode Interview
Pada metode ini penulis melakukan pengumpulan data yang digunakan
untuk mendapatkan keterangan atau pendirian responden melalui Tanya jawab
langsung atau berhadapan muka kepada dosen pembimbing.
3. Metode Eksperimen
Pada metode ini penulis melakukan pengumpulan data dengan cara
melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu
yang dipelajari.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan pada pengujian konsumsi bahan bakar,
yaitu :
1. Variabel Bebas
Variable bebas penelitian yaitu penggunaan bahan bakar Pertalite dan
Pertalite dengan campuran kapur barus sebanyak 1 gram untuk 1 liter bahan bakar
dengan variasi putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah konsumsi bahan bakar.
3. Variabel Kontrol
32
Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu temperatur mesin 93˚C,
temperatur ruangan 30˚C, oli mesin menggunakan oli pertamina mesran SAE
20W-50, dan menggunakan tipe busi standar Denso K20PR-011 dengan celah
busi 0,8 mm.
3.5 Proses Pengambilan Data
Proses pengambilan data pengaruh bahan bakar pertalite dengan campuran
kapur barus terhadap konsumsi bahan menggunakan perbandingan 1 gram kapur
barus untuk 1 liter bahan bakar. Pengujian dilakukan dengan variasi putaran mesin
1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm pada mesin Toyota Avanza VVT-i
Tahun 2010. Adapun langkah – langkah dalam proses penelitian sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan.
Bahan yang digunakan di penelitian ini berupa pertalite terlihat pada
Gambar 3.10.
Gambar 3.10 Bahan bakar pertalite.
33
Kapur barus sebagai bahan campuran kebahan bakar terlihat pada
Gambar 3.11.
Gambar 3.11 Kapur barus.
Haluskan kapur barus dan timbang kapur barus seberat 1 gram
menggunakan alat timbangan digital terlihat pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12 Menimbangan kapur barus.
34
2. Memasang selang pada pipet ukur ke tangki bahan bakar mesin terlihat
pada Gambar 3.13.
Gamabar 3.13 Memasang selang pipet.
3. Memasukan bahan bakar pertalite ke pipet ukur terlihat pada
Gambar 3.14.
Gambar 3.14 Pengisian bahan bakar pada pipet ukur.
35
4. Pasang Scanner ke mesin dan nyalakan mesin, tunggu hingga mencapai
temperatur kerja mesin 98°C dan memulai pengujian setelah temperature
mesin turun mencapai 93°C terlihat pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15 Pengecekan temperatur mesin.
5. Atur putaran mesin sesuai dengan urutan pengujian dimulai dari putaran
mesin 1000 rpm terlihat pada gambar 3.16, putaran mesin 1500 rpm terlihat
pada Gambar 3.17, putaran mesin 2000 rpm terlihat pada Gambar 3.18, dan
puratan mesin 2500 rpm terlihat pada Gambar 3.19.
37
Gambar 3.18 Pengaturan putaran mesin 2000 rpm.
Gambar 3.19 Pengaturan putaran mesin 2500 rpm.
6. Selanjutnya melakukan pengujian konsumsi bahan bakar dengan melihat
pemakaian bahan bakar pada pipet ukur sebanyak 1ml untuk mengetahui
seberapa lama waktu yang dibutuhkan pada stopwatch terlihat pada
Gambar 3.20.
38
Gambar 3.20 Stopwatch.
7. Matikan mesin tunggu ±10 menit hingga temperature mesin turun kembali.
8. Langkah selanjutnya melakukan pengujian dengan cara yang sama untuk
tiap putaran mesin dilakukan 3 kali pengujian.
3.6 Metode Analisis Data
Data hasil pengujian pengaruh bahan bakar pertalite dengan campuran kapur
barus terhadap konsumsi bahan menggunakan variasi putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm,
2000 rpm, dan 2500 rpm pada mesin Toyota Avanza VVT-i Tahun 2010 dianalisis dalam
bentuk tabel dan grafik menggunakan Software Microsoft Word dan Microsoft Excel.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang data yang disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik pengujian konsumsi bahan bakar menggunakan bahan bakar pertalite
dengan campuran kapur barus dengan variasi putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm,
2000 rpm, dan 2500 rpm pada mesin Toyota Avanza VVT-i Tahun 2010.
4.1. Data Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar
Data hasil pengujian pengaruh bahan bakar pertalite dengan campuran kapur
barus terhadap konsumsi bahan bakar pada variasi putaran mesin 1000 rpm, 1500
rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm, temperatur mesin 93°C, temperatur ruangan 30°C
oli mesin menggunakan oli pertamina mesran SAE 20W-50, dan menggunakan
tipe busi standar Denso K20PR-011 dengan celah busi 0,8 mm tanpa pembebanan
mesin, akan dibandingkan hasilnya untuk mengetahui peningkatan atau penurunan
konsumsi bahan bakar. Tabel 4.1 menunjukan hasil pengujian konsumsi bahan
bakar menggunakan pertalite, sedangkan Tabel 4.2 menunjukan hasil pengujian
konsumsi bahan bakar pertalite dengan campuran kapur barus.
40
Tabel 4.1 Hasil pengujian konsumsi bahan bakar pertalite dengan variasi putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm.
No. Putaran Mesin (Rpm)
Bahan Bakar
Waktu Pemakaian
(detik)
Rata-rata Waktu Pemakaian
(detik)
Volume Bahan Bakar (ml)
1. 1000
Pertalite
1. 79,03 80,73
12,343 2. 81,94 12,343 3. 81,24 12,343
2. 1500 1. 61,13
62,07 12,343
2. 62,44 12,343 3. 62,64 12,343
3. 2000 1. 44,84
44,92 12,343
2. 45,21 12,343 3. 44,73 12,343
4. 2500 1. 35,12
34,82 12,343
2. 35,04 12,343 3. 34,30 12,343
Tabel 4.2 Hasil pengujian konsumsi bahan bakar pertalite dengan campuran kapur barus dengan variasi putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm.
No. Putaran
Mesin (Rpm) Bahan Bakar
Waktu Pemakaian
(detik)
Rata-rata Waktu Pemakaian
(detik)
Volume Bahan Bakar (ml)
1. 1000 Pertalite dengan K
apur Barus
1. 85,43 84,21
12,343 2. 84,13 12,343 3. 83,08 12,343
2. 1500 1. 64,22
64,52 12,343
2. 64,09 12,343 3. 65,28 12,343
3. 2000 1. 47,63
46,85 12,343
2. 46,99 12,343 3. 45,93 12,343
4. 2500 1. 40,25
40,39 12,343
2. 40,61 12,343 3. 40,33 12,343
41
4.2. Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar.
4.2.1. Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Pertalite.
Perhitungan konsumsi bahan bakar pertalite dengan menggunakan variasi
putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm sebagai berikut :
1. Perhitungan konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 1000 rpm.
Volume bahan bakar yang digunakan sebesar 12,343 ml, sedangkan waktu
yang dibutuhkan selama 80,73 detik, sehingga konsumsi bahan bakarnya sebesar :
Q =
Q =
Q = 0,152 ml/det
Untuk pemakaian konsumsi bahan bakar dalam liter/jam sebagai berikut.
Q =
Q =
Q =
Q = 0,55 L/Jam
2. Perhitungan konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 1500 rpm.
Volume bahan bakar yang digunakan sebesar 12,343 ml, sedangkan waktu
yang dibutuhkan selama 62,07 detik, sehingga konsumsi bahan bakarnya sebesar :
Q =
Q =
Q = 0,198 ml/det
Untuk pemakaian konsumsi bahan bakar dalam liter/jam sebagai berikut.
V t
12,343 80,73
V/1000 t /3600
12,343/1000 80,73 /3600
0,012343 0,022425
V t
12,343 62,07
42
Q =
Q =
Q =
Q = 0,71 L/Jam
3. Perhitungan konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 2000 rpm.
Volume bahan bakar yang digunakan sebesar 12,343 ml, sedangkan waktu
yang dibutuhkan selama 44,92 detik, sehingga konsumsi bahan bakarnya sebesar :
Q =
Q =
Q = 0,274 ml/det
Untuk pemakaian konsumsi bahan bakar dalam liter/jam sebagai berikut.
Q =
Q =
Q =
Q = 0,98 L/Jam
4. Perhitungan konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 2500 rpm.
Volume bahan bakar yang digunakan sebesar 12,343 ml, sedangkan waktu
yang dibutuhkan selama 34,82 detik, sehingga konsumsi bahan bakarnya sebesar :
Q =
Q =
Q = 0,354 ml/det
V/1000 t /3600
12,343/1000 62,07 /3600
0,012343 0,017242
V t
12,343 44,92
V/1000 t /3600
12,343/1000 44,92 /3600
0,012343 0,012478
V t
12,343 34,82
43
Untuk pemakaian konsumsi bahan bakar dalam liter/jam sebagai berikut.
Q =
Q =
Q =
Q = 1,27L/Jam
4.2.2. Perhitungan Campuran Konsumsi Bahan Bakar dengan Kapur Barus
Perhitungan konsumsi campuran bahan bakar pertalite dan kapur barus
dengan menggunakan variasi putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, dan
2500 rpm sebagai berikut :
1. Perhitungan konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 1000 rpm.
Volume bahan bakar yang digunakan sebesar 12,343 ml, sedangkan waktu
yang dibutuhkan selama 84,21 detik, sehingga konsumsi bahan bakarnya sebesar :
Q =
Q =
Q = 0,146 ml/det
Untuk pemakaian konsumsi bahan bakar dalam liter/jam sebagai berikut.
Q =
Q =
Q =
Q = 0,52 L/Jam
V/1000 t /3600
12,343/1000 34,82 /3600
0,012343 0,009672
V t
12,343/1000 84,21 /3600
V/1000 t /3600
12,343 84,21
0,012343 0,023392
44
2. Perhitungan konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 1500 rpm.
Volume bahan bakar yang digunakan sebesar 12,343 ml, sedangkan waktu
yang dibutuhkan selama 64,52 detik, sehingga konsumsi bahan bakarnya sebesar :
Q =
Q =
Q = 0,191 ml/det
Untuk pemakaian konsumsi bahan bakar dalam liter/jam sebagai berikut.
Q =
Q =
Q =
Q = 0,68 L/Jam
3. Perhitungan konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 2000 rpm.
Volume bahan bakar yang digunakan sebesar 12,343 ml, sedangkan waktu
yang dibutuhkan selama 46,85 detik, sehingga konsumsi bahan bakarnya sebesar :
Q =
Q =
Q = 0,263 ml/det
Untuk pemakaian konsumsi bahan bakar dalam liter/jam sebagai berikut.
Q =
Q =
Q =
Q = 0,94 L/Jam
V t
12,343 64,52
12,343/1000 64,52 /3600
V/1000 t /3600
0,012343 0,017922
V t
12,343 46,85
V/1000 t /3600
12,343/1000 46,85 /3600 0,012343 0,013014
45
4. Perhitungan konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 2500 rpm.
Volume bahan bakar yang digunakan sebesar 12,343 ml, sedangkan waktu
yang dibutuhkan selama 40,39 detik, sehingga konsumsi bahan bakarnya sebesar :
Q =
Q =
Q = 0,305 ml/det
Untuk pemakaian konsumsi bahan bakar dalam liter/jam sebagai berikut.
Q =
Q =
Q =
Q = 1,10
Data hasil perhitungan konsumsi bahan bakar pertalite dengan campuran
kapur barus pada variasi putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500
rpm dalam satuan liter/jam terlihat pada Tabel 4.3, Sedangkan Gambar 4.1
menunjukan hasil pengujian konsumsi bahan bakar dalam satuan liter/jam
menggunakan bahan bakar pertalite dibanding dengan campuran kapur barus pada
variasi Putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm.
Tabel 4.3 Hasil pengujian konsumsi bahan bakar dalam liter/jam.
No. Putaran Mesin (Rpm)
Temperatur Mesin (°C)
Temperatur Ruangan (°C)
Konsumsi Bahan Bakar Pertalite (L/Jam)
Pertalite dengan Kapur Barus (L/Jam)
1. 1000 93 30 0,55 0,52
2. 1500 93 30 0,71 0,68
3. 2000 93 30 0,98 0,94
4. 2500 93 30 1,27 1,1
V t
12,343 40,39
V/1000 t /3600
12,343/1000 40,39 /3600 0,012343 0,011219
46
Gambar 4.1 Hasil pengujian konsumsi bahan bakar dengan variasi putaran mesin.
4.3. Perhitungan Prosentase Konsumsi bahan Bakar
Perhitungan Presentase konsumsi bahan bakar pada variasi putaran mesin
1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm sebagai berikut :
1. Perhitungan Prosentase konsumsi bahan bakar pada variasi putaran mesin
1000 rpm.
Waktu yang dibutuhkan untuk bahan bakar pertalite selama 0,45 detik
sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk bahan bakar pertalite dengan campuran
kapur barus selama 0,43 detik, sehingga presentasenya sebesar :
Pertalite – Pertalite dengan Campuran Kapur Barus Pertalite
0,55 – 0,52 0,55
2. Perhitungan Prosentase konsumsi bahan bakar pada variasi putaran mesin
1500 rpm.
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1000 1500 2000 2500
Kon
sum
si (
L/Ja
m)
Putaran Mesin (Rpm)
Pertalite (L/Jam)
Pertalite denganKapur barus (L/Jam)
X 100
X 100 = 5,454%
47
Waktu yang dibutuhkan untuk bahan bakar pertalite selama 0,59 detik
sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk bahan bakar pertalite dengan campuran
kapur barus selama 0,56 detik, sehingga presentasenya sebesar :
Pertalite – Pertalite dengan Campuran Kapur Barus Pertalite
0,71 – 0,68 0,71
3. Perhitungan Prosentase konsumsi bahan bakar pada variasi putaran mesin
2000 rpm.
Waktu yang dibutuhkan untuk bahan bakar pertalite selama 0,81 detik
sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk bahan bakar pertalite dengan campuran
kapur barus selama 0,78 detik, sehingga presentasenya sebesar :
Pertalite – Pertalite dengan Campuran Kapur Barus Pertalite
0,98 – 0,94 0,98
4. Perhitungan Prosentase konsumsi bahan bakar pada variasi putaran mesin
2500 rpm.
Waktu yang dibutuhkan untuk bahan bakar pertalite selama 1,05 detik
sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk bahan bakar pertalite dengan campuran
kapur barus selama 0,9 detik, sehingga presentasenya sebesar :
Pertalite – Pertalite dengan Campuran Kapur Barus Pertalite
1,27 – 1,1 1,27
X 100
X 100 = 4,225%
X 100
X 100 = 4,081%
X 100
X 100 = 13,385%
48
4.4. Analisis Hasil Penelitian Konsumsi Bahan Bakar
Hasil penelitian pengaruh bahan bakar pertalite dengan campuran kapur barus
terhadap konsumsi bahan bakar pada variasi putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm,
2000 rpm, dan 2500 rpm, menunjukan terjadinya penurunan konsumsi bahan
bakar menggunakan campuran pertalite dengan kapur barus. Penurunan tertinggi
pada putaran mesin 2500 rpm sebesar 13,385%, dan penurunan konsumsi bahan
bakar terendah pada putaran mesin 2000 rpm sebesar 4,081%.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil pengujian pengaruh bahan bakar pertalite dengan campuran kapur
barus terhadap konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm,
2000 rpm, dan 2500 rpm, tanpa beban pada mesin sebagai berikut :
1. Terjadi penurunan konsumsi bahan bakar tertinggi pada pemakaian bahan
bakar pertalite dengan kapur barus pada putaran mesin 2500 rpm sebesar
13,385%.
2. Terjadi penurunan konsumsi bahan bakar terendah pada campuran bahan
bakar pertalite dengan kapur barus pada putaran mesin 2000 rpm sebesar
4,081%.
Dengan demikian penggunaan campuran bahan bakar pertalite dengan kapur
barus menunjukan konsumsi bahan bakar lebih rendah dibandingkan penggunaan
bahan bakar pertalite.
5.2. Saran
1. Gunakan bahan bakar sesuai standar mesin yang digunakan.
Penelitian ini masih bisa dikembangkan dengan menambah atau mengurangi
prosentasi kapur barus untuk menghasilkan konsumsi bahan bakar yang ideal.
50
DAFTAR PUSTAKA
Arimbawa I.K.S., Nugraha I.N.P., dan Dantes K.R., 2019. Analisis Pengaruh
Campuran Bahan Bakar Pertalite Dengan Naphthalene Terhadap Konsumsi
Bahan Bakar, Torsi Dan Daya Pada Sepeda Motor 4 Langkah. Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
Arismunandar dan Wiranto, 1988. Penggerak Mula Motor Bakar Torak.
Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung.
Ginting Tinus, 2017. Analisa Pengaruh Campuran Premium Dengan Kapur
Barus (Naphthalene) Terhadap Emisi Gas Buang Pada Mesin Supra X 125
Cc. Akademi Teknologi Industri Imanuel Medan.
https://saintif.com/rumus-volumetabung/ diakses pada tanggal 27 Juli 2020 pukul
19.00 WIB.
Machmud, Syahril, U.B., Surono dan L., Sitorus, 2013. Pengaruh Variasi Unjuk
Derajat Pengapian Terhadap Kerja Mesin. Jurnal Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta.
Pitrajaya, 2008. Penggunaan Bahan Bakar Bentol. www.acehforum.or.id. Diakses
Terakhir Tanggal 28 Januari 2019.
PT. Pertamina Indonesia, 2012. Pengertian Dan Keunggulan Bahan Bakar
Premium. Jakarta Indonesia.
PT. Pertamina Indonesia, 2012. Pengertian Dan Keunggulan Bahan Bakar
Pertamax. Jakarta Indonesia.
51
PT. Pertamina Indonesia, 2015. Pengertian Dan Keunggulan Bahan Bakar
Pertalite. Jakarta Indonesia
PT. Pertamina Indonesia, 2016. Pengertian Dan Keunggulan Bahan Bakar
Pertamax Turbo. Jakarta Indonesia.
Ruswid, 2008. Modul 4 Electronic Fuel Injection EFI.
Samsiana S. dan Muhammad I.S., 2014. Analisis Pengaruh Bentuk Permukaan
Piston Model Kontur Radius Gelombang Sinus Terhadap Kinerja Motor
Bensin. Bekasi : Teknik Mesin, Universitas Islam 45 Bekasi
Sitorus T.B., 2009. Tinjauan Teoritis Performansi Mesin Berteknologi VVT-i.
Medan : Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara.
Wahjudi S., 2017. Analisa Pencampuran Bahan Bakar Premium – Pertamax
Terhadap Kinerja Mesin Konvesional. Malang : Teknik Mesin, Politeknik
Negeri Malang.
Wildana A., Priangkoso T., dan Respati SM.B., 2017. Analisis Konsumsi Bahan
Bakar Sepeda Motor Dengan Bahan Bakar Premium Dan Pertamax
Menggunakan Dinamometer Chasis. Universitas Wahid Hasyim Semarang.
52
Lampiran A Tabel 4.1 Hasil pengujian konsumsi bahan bakar pertalite pada variasi putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm dalam ml/detik.
No. Putaran Mesin (Rpm)
Temperatur Mesin
Temperatur Ruang
Busi Bahan Bakar
Waktu Pemakaian
(detik)
Rata-rata waktu pemakaian
(detik)
Volume Bahan Bakar
1. 1000
93°C 30°C
Standar D
enso K20P
R-011
Pertalite
1. 79,03
80,73
12,343
2. 81,94 12,343
3. 81,24 12,343
2. 1500
1. 61,13
62,07
12,343
2. 62,44 12,343
3. 62,64 12,343
3. 2000
1. 44,84
44,92
12,343
2. 45,21 12,343
3. 44,73 12,343
4. 2500
1. 35,12
33,82
12,343
2. 35,04 12,343
3. 34,30 12,343
53
Lampiran B Tabel 4.2 Hasil pengujian konsumsi bahan bakar pertalite dengan campuran kapur barus pada variasi putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm dalam ml/detik.
No. Putaran Mesin (Rpm)
Temperatur Mesin
Temperatur Ruang
Busi Bahan Bakar
Waktu Pemakaian
(detik)
Rata-rata waktu pemakaian
(detik)
Volume Bahan Bakar
1. 1000
93°C 30°C
Standar D
enso K20P
R-011
Pertalite dengan C
ampuran K
apur Barus
1. 85,43
84,21
12,343
2. 84,13 12,343
3. 83,08 12,343
2. 1500
1. 64,22
64,52
12,343
2. 64,09 12,343
3. 65,28 12,343
3. 2000
1. 47,63
46,85
12,343
2. 46,99 12,343
3. 45,93 12,343
4. 2500
1. 40,25
40,39
12,343
2. 40,61 12,343
3. 40,33 12,343
54
Lampiran C Tabel 4.3 Hasil pengujian konsumsi bahan bakar pertalite dengan campuran kapur barus pada variasi putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm dalam liter/jam.
No. Putaran Mesin (Rpm)
Temperatur Mesin
Temperatur Ruang
Busi
Konsumsi Bahan Bakar Volume Bahan
Bakar Pertalite Pertalite dengan Campuran Kapur Barus
1. 1000 93°C 30°C Standar D
enso K20P
R-011
0,55 0,52 12,343
2. 1500 93°C 30°C 0,71 0,68 12,343
3. 2000 93°C 30°C 0,98 0,94 12,343
4. 2500 93°C 30°C 1,27 1,1 12,343
55
Lampiran D. Grafik hasil pengujian konsumsi bahan bakar pertalite dengan campuran kapur barus pada variasi putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm.
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1000 1500 2000 2500
Kon
sum
si (
L/Ja
m)
Putaran Mesin (Rpm)
Pertalite (L/Jam)
Pertalite dengan Kapur barus (L/Jam)