pendidikan Lingkungan Hidup dalam PAK

40
KONSEP PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI SISWA SD (Romauly Siska Simandjuntak, S.Th, M.Pd.K) 1. HAKIKAT PENDIDIKAN 1.1 Pengertian Pendidikan Pendidikan berasal dari dua kata latin yaitu educates dengan istilah jabarannya educare dan educere. Kata pertama memberi arti merawat, melengkapi, memberi gizi agar sehat dan kuat. Sedangkan kata yang kedua berarti membimbing keluar dari, …”. Berdasarkan pengertian ini dapat diartikan bahwa pendiidkan merupakan suatu usaha secara sengaja untuk memperlengkapi seseorang atau sekelompok orang guna membimbingnya keluar dari satu tahap ke tahap hidup berikutnya (Sidjabat, 1996:15) 1 Sementara itu menurut John Dewey, pendidikan merupakan suatu proses pendekatan cerdas dan emosional terhadap alam 1 B.S Sidjabat dalam J Simanjuntak., Filsafat Pendidikan Kristen., (Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2013),h. 66

Transcript of pendidikan Lingkungan Hidup dalam PAK

KONSEP PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENDIDIKAN AGAMA

KRISTEN BAGI SISWA SD

(Romauly Siska Simandjuntak, S.Th, M.Pd.K)

1. HAKIKAT PENDIDIKAN

1.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan berasal dari dua kata latin yaitu educates

dengan istilah jabarannya educare dan educere. Kata pertama

memberi arti merawat, melengkapi, memberi gizi agar sehat

dan kuat. Sedangkan kata yang kedua berarti membimbing

keluar dari, …”. Berdasarkan pengertian ini dapat diartikan

bahwa pendiidkan merupakan suatu usaha secara sengaja untuk

memperlengkapi seseorang atau sekelompok orang guna

membimbingnya keluar dari satu tahap ke tahap hidup

berikutnya (Sidjabat, 1996:15)1

Sementara itu menurut John Dewey, pendidikan merupakan

suatu proses pendekatan cerdas dan emosional terhadap alam

1 B.S Sidjabat dalam J Simanjuntak., Filsafat Pendidikan Kristen., (Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2013),h. 66

dan sesama manusia (Robert R Boehlke, 2005:6212). Sedangkan

Montessori berpendapat bahwa pendidikan memperkenalkan cara

dan jalan kepada peserta didik untuk membina dirinya sendiri

(B.S Sidjabat, 1996:49)3

George R Knight melengkapi definisi pendidikan dalam

istilah pengetahuan, dimana pengetahuan ialah proses dari

pendidikan di sekolah yang tidak terbatas pada konteks

institusi. Pengetahuan ini bersifat kekal dan terjadi pada

setiap waktu dan tempat4.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan merupaka

usaha yang dilakukan secara sadar oleh pihak tertentu dalam

suatu komunitas (orangtua dalam keluarga, guru dalam

sekolah, setiap warga dalam masyarakat dan pemerintah dalam

Negara) untuk membimbing dan mengarahkan seseorang pada

suatu hal yang bermanfaat dan memberi pengetahuan.

1.2 Pengertian Pendidikan Agama Kristen

2 . Robert Boehlkie., Sejarah Pemikiran dan Praktek PAK jilid I., (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2005),h.6213 . B.S Sidjabat dalam J Simanjuntak., Filsafat Pendidikan Kristen., h. 674 . ibid

Pada abad pertama kekristenan ada beberapa ahli yang

memberikan konsep tentang pendidikan agama Kristen. Seperti

Agustinus (345-340) mengemukakan bahwa Pendidikan Agama

Kristen ialah pendidikan yang mengajak orang untuk dapat

mengenal dan melihat siapa Allah. Dalam hal ini pendidikan

yang diajarkan berpusat pada Allah terutama dalam hal

penciptaan langit dan bumi. Sementara itu menurut Marthin

Luther (1483-1548) PAK adalah pendidikan yang melibatkan

warga jemaat untuk belajar tertib dan teratur agar semakin

menyadari dosa mereka dan menikmati kemerdekaan dalam

Kristus5.

Dalam perkembangan selanjutnya menurut Campbell Wyckoff

(1957) PAK adalah pendidikan yang menyadarkan setiap orang

akan kasih Allah didalam Yesus Kristus,agar mereka menyadari

keberadaan diri mereka dan bertumbuh sebagai anak Allah

dalam persektuan Kristen. Dalam Konferensi Kajian PAK di

Sukabumi pada tahun 1955, Homrighaussen mengemukakan bahwa

5 . Robert R Bohlke., Sejarah Perkembangan Pemikiran dan Praktek PAK dari Yohanes Amos Comenius sampai Perkembangan PAK di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000),h. 530

PAK ialah suatu proses yang akan membawa setiap orang baik

tua maupun muda untuk masuk kedalam persekutuan yang hidup

dengan, oleh dan didalam Tuhan sehingga terhisab dalam

persekutuan yang memuliakan namaNya di segala waktu dan

tempat6

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama

Kristen adalah usaha secara sadar yang dilakukan oleh pihak

gereja untuk memperkenalkan Tuhan Allah didalam Yesus

Kristus dan Roh Kudus, agar generasi muda maupun tua

mengimani persekutuan dengan Dia yang membawa keselamatan

dan memuliakan nama Tuhan didalam kehidupannya.

1.3 Dasar Pendidikan Agama Kristen

Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang

berpusat kepada Allah. Pendidikan adalah sarana yang dipakai

oleh Roh Kudus untuk membawa para murid kepada persekutuan

dengan Allah didalam Yesus Kristus dengan demikian setiap

6 EG Homrighaussen dan Enklaar., Pendidikan Agama Kristen., (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2002).,h.31

orang dapat dimampukan untuk hidup taat dan memenuhi maksud

Allah didalam hidupnya7.

Pendidikan dan pengajaran telah dimulai sejak Allah

menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1). Peristiwa

penciptaan ini merupakan salah satu dasar pendidikan bahwa

dari Allah sendiri berpusat segala sesuatu termasuk

pengetahuan. Allah ditempatkan sebagai satu-satunya pusat

kehidupan manusia sehingga pendidikan ini dilaksanakan untuk

memeperkenalkan sosok Allah. Selanjutnya mandat untuk

mendidik ini di firmankan Allah kepada Abraham(Kejadian

18:9). Abraham harus terus mengajarkan kepada keturunannya

tentang Allah yang mahakuasa dengan demikian mereka akan

tetap hidup pada jalan yang sudah ditunjukkan oleh Allah

dengan kebenaran dan keadilan8.

7 . Paul A Kienel, Gibbs Ollie et all (ed)., Philosophy of Christian School Education., (Colorado : ACSI Publisher, 1982),p.137

8 . Louis Berkoff, Cornelius van Till., Foundation of Christian Education (Terjemahan)., (Jakarta : Momentum, 2010),h. 47

Dalam kehidupan orang Israel setelah Abraham,

pendidikan dan pengajaran juga menjadi ciri khas mereka.

Sebagaimana yang tertulis dalam Ulangan 6:4-9. Dalam tradisi

orang Israel “Shema” atau perintah Tuhan yang wajib

dijalankan, karena hanya dengan pedoman itu umat tidak

keluar dari pemeliharaan dan perlindungan Tuhan. Yang

seutuhnya tersimpul dalam sebutan “Taurat”. Ulangan 6:4-9

sering disebut sebagai syema, suatu panggilan bagi Israel

untuk mendengar firman Tuhan, “dengarlah..”. “Apa yang

kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau

perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang

kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk

di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila

engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga

engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan

haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau

menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu

gerbangmu.”(Ulangan 6:6-9)9

9 Nainggolan, John M., Menjadi Guru Agama Kristen,(Bandung:Generasi Info Media, 2007), h. 34

Melalui Syema Israel diajar untuk memilih persekutuan

yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama. Seluruh

aspek kehidupan Israel didasari oleh hubungan cintanya

dengan Tuhan. Di dalam cinta ini terkandung komitmen dan

kesetiaan yang menyeluruh dan total. Syema ini, pertama,

harus tertanam dalam hati orang Israel (ayat 6); kedua,

harus tertanam dalam hati anak-anak Israel (ayat 7);

ketiga, harus menjadi bagian hidup sehari-hari mereka (ayat

7); keempat, harus menjadi identitas pribadi mereka (ayat

8); dan kelima, menjadi identitas keluarga serta masyarakat

Israel (ayat 9). Tidak ada satu bagian pun dalam kehidupan

orang Israel yang terlepas dari relasi mereka yang penuh

kasih kepada Tuhan

Sementara itu dalam Perjanjian Baru Pendidikan dan

Pengajaran mendapat tempat yang sentral lewat kehadiran

Yesus sebagai guru yang agung. Sosok Guru yang mengajar

dengan metode yang sangat menarik tetapi lebih dari itu

Yesus hadir sebagai sosok guru yang lebih dulu melakukan apa

yang diajarkan. Umat Kristen adalah umat Perjanjian Baru.

Dengan latar belakang Perjanjian Lama mereka hidup dalam

kemurnian perintah Tuhan Yesus. Pada saat Yesus mau

meninggalkan murid-muridNya kembali ke sorga, Ia pesankan

dengan jelas perintah ini: “Dan ajarlah merela melakukan

segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Matius

28:20)10.

Inti dari ajaran Tuhan Yesus adalah Hukum Kasih. Ini

adalah rangkuman ringkas dari Taurat dan kitab Nabi-nabi;

1. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan

segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.

2. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius

22:37,39)

2. PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

2.1 Pendidikan Agama Kristen di Sekolah

10 Khoe Yao Tung., Filsafat Pendidikan Kristen (Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2013),h. 268

PAK di sekolah merupakan salah satu bentuk PAK disamping

katekisasi sidi, sekolah minggu, Pembinaan Warga Gereja

(PWG), dsb sehingga seharusnya PAK di sekolah merupakan

tanggungjawab gereja. Di Indonesia, pendidikan agama dilihat

sebagai bagian integral yang hakiki bagi pembangunan bangsa,

dan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Akibatnya sering

terjadi bahwa gereja tidak terlalu berperan aktif dalam

penyelenggaran PAK di sekolah-sekolah terutama sekolah

negeri dan swasta non Kristen. Keberadaan PAK di sekolah

umumnya masih rawan dengan masalah penanggungjawab,

pengadaan tenaga pengajar, kurikulum dan proses belajar-

mengajar.

PAK di sekolah diselenggarakan dengan dasar hukum UUD

1945 bab XI pasal 29 ayat 2, UU no 4 thn 1950 jo No 12 thn

1954 bab IX ayat 1, Kep Bersama Menteri Agama dan menteri

P&K thn 1953, instruksi no 51/1967, Kep Bersama Menag dan

Mendikbud thn 1985 dan GBHN 1983 serta 1993. PAK di Sekolah

ini diselenggarakan pada setiap jenjang pendidikan mulai

dari Taman Kanak-kanak hingga pendidikan tinggi baik di

sekolah umum maupun kejuruan sebagai salah satu mata

pelajaran wajib dan mendasar11. PAK merupakan bagian yang

integral dari pendidikan nasional yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa, berbudi

pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh,

kreatif, menghargai jasa para pahlawan dan berorientasi pada

masa depan12.

Dengan kata lain, Pendidikan diarahkan untuk meningkatkan

kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan

manusia serta masyarakat Indonesia yang bertaqwa kepada

Tuhan dan memiliki kualitas sehingga mampu membangun dirinya

dan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan bangsa. Akan

tetapi apakah tujuan penyelenggaraan PAK di sekolah hanya

untuk memenuhi tujuan pendidikan nasional? tidak hanya

sampai disitu,bagaimanapun bentuknya PAK harus merupakan11 . G Soegasiman B.A., “Pelaksanaan dan Persoalan-persoalan Pendidikan Agama Kristen di Sekolah-Sekolah”dalam Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia , Strategi Pendidikan Kristen di Indonesia (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1989),h. 14912. Ketetapan MPR RI Maret 1993 (Surabaya : Bina Pustaka Utama),h. 149

upaya untuk menolong anak didik untuk mengimani Allah

didalam Yesus Kristus. PAK adalah bagian dari injil yang

senantiasa mengubah, memotivasi dan memanusiakan manusia.

Dengan kesadaran penuh bahwa Allah didalam Yesus Kristus dan

sang Roh sendiri yang akan terus bertindak sebagai guru

Agung, pendidik, yang mendorong proses PAK. Melalui program

PAK inilah Allah yang telah mengajar dan akan terus

senantiasa mengajar agar manusia dapat menikmati hidup

sejahtera13

Mengenai hakekat dan tujuan PAK dalam seminar PAK di

Jakarta pada tanggal 22-25 Februari 1988 yang

diselenggarakan oleh PGI dan kerjasama dengan MPPK, PERSETIA

dan BK PTKI digariskan sebagai berikut :

PAK sebagai tugas panggilan gereja adalah usahauntuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuanpeserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudusdapat memahami dan menghayati kasih Allahdidalam Yesus Kristus yang dinyatakannya dalam

13 JT Posumah-Santosa., “Peranan Pendidikan dalam Pembagunan Nasional sebagai Imperative Allah dan Suatu Dimensi Syalom” dalam Exodus, Fakultas Teologi UKI Tomohon no 4 Thn III, Oktober 1994)hh. 66-67

kehidupan sehari-hari terhadap sesama danlingkungan hidupnya14

Selaras dengan sasaran pendidikan maka PAK bukan hanya

mengarah pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan tetapi

juga pada perilaku kepribadian dan kematangan dalam diri

siswa. Sasaran akhir dalam PAK adalah seorang pribadi yang

memiliki integritas diri, mampu menggunakan imannya dalamm

menjawab tantangan hidup dan mampu menolong sesama dan

lingkungannya dengan berbagai kehidupan sejahtera yang

dikaruniakan Allah kepada manusia. Dengan kata lain,

pendidikan dimaksudkan untuk memampukan manusia mengambil

bagian secara aktif, kreatif dan kritis dalam

pembangunanmasa depan yang lebih baik dari masa lampau.

Menurut Goldman kebutuhan naradidik menjadi titik awal dan

tujuan akhir dari PAK dengan motivasi untuk mencapai

kebutuhan manusia untuk hidup sejahtera dengan

mempertimbangkan keberadaan alam ciptaan Tuhan15.

14 . ibid15 R. Goldman., Readiness for Religion : a Basis for Development Religious Education, (New York:Seabury, 1976),p.65

Kalau demikian PAK disekolah janganlah diselenggarakan

atas kepentingan politik baik oleh Negara maupun gereja

tetapi harus bertolak pada kepentingan manusia (naradidik

pada khususnya, dan seluruh umat manusia pada umumnya). Bila

pada akhirnya ada muatan politis, muatan itu akan berupa

syalom (damai sejahtera) yang merupakan jalan menuju damai

sejahtera. Sebab untuk hidup sejahtera, manusia membutuhkan

hubungan yang serasi dengan Tuhan dan sesamanya yang

tercipta bila ada pengenalan dan hidup takut akan Tuhan.

Melalui pengajaranlah pengenalan takut akan Tuhan di

wariskan secara turun temurun dan dikembangkan rasa hormat

kepadaNya. Dengan sederhana dan singkat tujuan itu

dikalimatkan oleh Groome sebagai berikut : ‘the purpose of

Christian Religious Education is to enable people to live as Christians to live lives

of Christians faith..”16

2.2 Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar

16 Th Groome., Christian Religious Education (San Fransisco: Harper & Row, 1980), p.17

Agama memiliki peran dan fungsi yang amat penting

dalam kehidupan umat manusia. Sekurang-kurangnya agama

berfungsi sebagai pemberi identitas dan menjadi penuntun

moral. Karena itu agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, bermartabat,

tetapi juga menuntun kepada sikap dan perilaku adil, damai

dan peduli. Menyadari peran agama amat penting bagi

kehidupan umat manusia maka pendidikan agama serta

internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap

pribadi ditempuh melalui pendidikan agama baik pendidikan di

lingkungan keluarga, sekolah maupun komunitas agamawi

masing-masing. Sekolah dengan demikian bukan satu-satunya

konteks di mana pendidikan agama terjadi, dan karena itu

tidak semua hal harus disajikan di sekolah agar tidak

terjadi pengulangan dari pokok-pokok yang sama dalam konteks

lainnya.

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi

manusia seutuhnya khususnya dimensi spritual, sehingga

membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.

Dengan demikian peserta didik dapat menghargai kehidupan dan

menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran,keadilan,

perdamaian, dan kasih. Peningkatan potensi spritual mencakup

pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan,

serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan

individual maupun kolektif/kemasyarakatan. Peningkatan

potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan untuk

optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang

aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai

makhluk Tuhan.

Penerapan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di

bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK), sangat tepat dalam

rangka menerapkan pendekatan dalam PAK yang memungkinkan

tercapainya internalisasi nilai-nilai Kristiani dalam

kehidupan peserta didik pada jenjang Pendidikan Dasar dan

Menengah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar disajikan

dengan cara menyesuaikan tingkat perkembangan intelektual,

emosional, dan moral anak didik karenanya memberikan ruang

kepada keunikan masing-masing individu.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan

Agama Kristen lebih merupakan penuntun dalam membimbing

peserta didik dalam upaya pencarian dan perjumpaan dengan

Tuhan yang Maha Pengasih dalam Yesus Kristus. Dengan

demikian peserta didik dapat merespons kasih Tuhan dengan

cara mengasihi Tuhan melalui kasihnya kepada sesama dan

pemeliharaan atas alam ciptaan Tuhan yang diekspresikan

dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik belajar mengenal

dan bersekutu dengan Tuhan Allah secara akrab karena

sesungguhnya Tuhan Allah selalu ada dan berkarya dalam hidup

mereka sebagai sahabat.

Hakikat Pendidikan Agama Kristen (PAK) (seperti yang

tercantum dalam hasil Lokakarya Strategi PAK di Indonesia

tahun 1999) adalah: usaha yang dilakukan secara terencana

dan kontinu dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta

didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan

menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang

dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan

lingkungan hidupnya. Dengan demikian, setiap orang yang

terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki

tanggungjawab untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah

dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bersama.

Pada dasarnya PAK dimaksudkan untuk menyampaikan kabar

baik (euangelion = injil), tentang Allah yang mahakasih baik

sebagai pencipta, pemelihara, penyelamat dan pembaharu

manusia dan seluruh ciptaanNya, maupun nilai-nilai Kristiani

yang pokok sebagai penuntun kehidupan moral dan etis. Dengan

demikian, pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar PAK pada Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu kepada

pokok kepercayaan Kristiani yang mendasar tentang Allah dan

karyaNya, serta nilai-nilai Kristiani yang patut diwujudkan

dalam kehidupan keseharian peserta didik.

Berdasarkan pemahaman tersebut, maka rumusan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAK di sekolah dibatasi

hanya pada aspek yang secara substansial mampu mendorong

terjadinya transformasi dalam kehidupan peserta didik,

sehingga mereka dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai

Kristiani dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat

perkembangannya.

Fokus Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berpusat

pada pengalaman konkrit peserta didik (life centered). Artinya,

pembahasan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

didasarkan pada pengalaman konkrit peserta didik mulai dari

lingkungan paling dekat: keluarga (orang tua), tetangga,

teman bermain, sekolah, komunitas iman dan masyarakat secara

luas dan lingkungan alamnya. Iman dan nilai-nilai Kristiani

berfungsi sebagai cahaya yang menerangi tiap sudut kehidupan

manusia

Terkait dengan hal-hal tersebut, perlu disusun

Kompetensi Mata Pelajaran ( KMP) PAK yang harus dikuasai

oleh lulusan SD. KMP ini selanjutnya dijadikan dasar

penyusunan Standar Kompetensi ( SK ) dan Kompetensi Dasar

( KD ) pelajaran PAK di sekolah tersebut.

Mata pelajaran PAK di SD bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Mengenal dan mengimani Allah yang maha pengasih yangmenciptakan manusia, alam semesta dan isinya, memeliharaciptaanNya, dan menyelamatkan dalam Yesus Kristus.

2. Merespons kasih Allah dengan bersyukur baik melaluiibadah yang benar, maupun melalui penerapan nilai kasih,menghormati dan menyayangi orang tua, teman sepermainan,dan sesama dalam lingkungan konkritnya.

3. Memampukan peserta didik merespons dengan benar kasihAllah dalam kehidupan sehari-hari melalui ketaatan kepadaguru, dan menunaikan ibadah Kristiani yang benar.

4. Bertanggungjawab memelihara lingkungannya.

5. Penghayatan iman yang bertanggungjawab dalamkonteks masyarakat yang majemuk khususnya menghargaiperbedaan suku dan agama.

Mata pelajaran PAK di SD meliputi aspek-aspek sebagaiberikut:

1. Allah dan karya-karyaNya sebagai Pencipta, pemelihara,

penyelamat dalam Yesus Kristus, serta pembaharu melalui

Roh Kudus.

2. Nilai-nilai Kristiani: khususnya yang relevan dengan

kehidupan anak: a) kebiasaan mensyukuri kasih Tuhan

melalui keluarga, b)mentaati orang tua, menyayangi

sesama dalam lingkungan permainannya c)beribadah

sebagai ungkapan syukur atas kebesaran Tuhan yang maha

Pengasih, d) menghargai perbedaan dan hidup rukun, dan

e) tanggungjawab memelihara lingkungan17

3 EKOLOGI DAN LINGKUNGAN HIDUP

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara

organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal

dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi

diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar

17 Daniel Nuhamara., Pembimbing Pendidikan Agama Kristen,

(Jakarta: Ditjen Bimas Kristen Protestan dan Universitas

Terbuka, 1992)hh.1-21

makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan

lingkungannya. Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih

relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Ekologi

adalah ilmu mengenai hubungan timbal balik antara makhluk

hidup dan (kondisi) alam sekitarnya (lingkungannya)18.

Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-

tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi,

komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan

merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan). Akan

tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap

cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk

hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan

hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di

dalam tempat hidupnya atau lingkungannya.

Para ahli ekologi mempelajari hal berikut :

18 . http//Wikipedia-indonesia.org (di unggah pada tanggal 12 April 2014)

1. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang

satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam lingkungannya

dan faktor-faktor yang menyebabkannya.

2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda

dalam faktor-faktor yang menyebabkannya.

3. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies)

makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan

lingkungannya19.

Pada titik ini pula, dunia pendidikan dituntut mampu

mengembangkan perspektif yang relevan. Pertama, dunia

pendidikan harus membangun pengertian bahwa kerusakan

ekologi merupakan dampak buruk dari ulah manusia

memperebutkan sumber-sumber daya. Kedua, dunia pendidikan

memahami kerusakan ekologi sebagai realitas buruk yang

meminta tumbal pengorbanan manusia. Dua hal ini penting

dimengerti oleh dunia pendidikan sebagai saling hubungan

antara manusia dan lingkungan.

19 http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi diunggah pada 10 Maret 2014

Sampai saat ini telah berkembang tiga teori etika

lingkungan yaitu: antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme.

Antroposentrisme adalah etika lingkungan hidup yang memandang

manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Hanya

manusia dan kepentingannyalah yang mempunyai nilai. Manusia

sebagai penguasa alam yang boleh melakukan apa saja. Segala

sesuatu yang ada di alam semesta hanya akan mendapat nilai

dan perhatian sejauh mendukung dan demi kepentingan manusia,

sehingga alam beserta seluruh isinya hanya dipandang sebagi

objek, sumber daya, alat atau sarana bagi pemenuhan

kepentingan, kebutuhan dan tujuan manusia. Dalam pandangan

antroposentris ini alam dikonstruksikan tidak mempunyai nilai

pada dirinya sendiri. Etika antroposentrisme ini sering

dituding sebagai penyebab krisis ekologi karena dari etika

ini lahir sikap dan perilaku eksploitatif yang tidak peduli

sama sekali terhadap keberlanjutan alam. Sebagai akibat

berciri instrumentalitik dan egoistis.

Biosentrisme adalah etika lingkungan yang memandang setiap

kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga

pada dirinya sendiri sehingga makhluk hidup selain manusia

yang ada di alam ini, perlu diperlakukan secara moral,

terlepas dari apakah ia bernilai bagi manusia atau tidak.

Sebagai konsekuensinya, alam semesta adalah suatu komunitas

moral, dimana setiap kehidupan dalam alam semesta ini, baik

manusia maupun bukan manusia sama-sama mempunyai nilai

moral20.

Dengan demikian etika tidak lagi hanya diberlakukaan

sebatas pada komunitas manusia, tetapi juga berlaku bagi

seluruh komunitas biotik manusia dan makhluk hidup lainnya.

Setiap makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan pada

dasarnya mempunyai hak hidup, demikian pula sistem

kehidupan. Implikasinya, agar antroposentrisme berubah

menjadi biosentrisme maka segala sesuatu yang bersifat

20 . DR. Peter C Aman (ed)., Iman yang merangkul Bumi., (Jakarta : Penerbit Obor, 2013), h.23-28

hirarkis harus dihindari dengan cara menyatu dengan dan

bukan berada di atas organisme lain21.

Memahami lingkungan hidup adalah bagian dari kesadaran

ekologi.. Menurut Soemarwoto, Lingkungan hidup adalah ruang

yang ditempati oleh suatu mahluk hidup bersama dengan benda

hidup (biotic) dan benda tidak hidup (abiotic) yang ada

didalamnya22. Sementara itu dalam UU no 32 tahun 2009

tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

mendefinisikan lingkungan hidup sebagai “ kesatuan ruang

dengans semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup,

termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu

sendiri kelangsungan perikehidupan manusia dan kesejahteraan

manusia serta mahluk hidup lain23

4 MANUSIA DALAM KAITANNYA DENGAN LINGKUNGAN HIDUP

21 geografi.blogspot.com/2011/01/etika-lingkungan-hidp-html (di unggah pada tanggal 21 Maret 2014)22 . Otto Soemarwoto, Ekologi ,Lingkungan hidup dan Pembangunan, (Jakarta : Penerbit Jembatan, 2004),h.51-5223 . Muh aris Marfai, Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal., (Yogyakarta : UGM Press, 20120,h.5

Salah seorang ahli ilmu lingkungan, yaitu Otto Soemarwoto

mengemukakan bahwa dalam bahasa Inggris istilah lingkungan

adalah environment. Selanjutnya dikatakan, lingkungan atau

lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada pada

setiap makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada

kehidupannya. Contoh, pada hewan seperti kucing, segala

sesuatu di sekeliling kucing dan berpengaruh pada

keberlangsungan hidup kucing tersebut maka itulah lingkungan

hidupnya. Demikian pula pada suatu jenis tumbuhan tertentu,

misalnya pohon mangga atau padi di sawah, segala sesuatu

yang mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan tanaman

tersebut itulah lingkungan hidupnya.

Menurut Undang-Undang Rl Nomor 4 Tahun 1982 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,

termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lainnya24

4.1 Manusia dan Dunia

Manusia sangat erat hubungannya dengan lingkungan

karena manusia hidup dalam suatu sistem yang saling

berkaitan dan berpengaruh terhadap hidupnya. Dalam

kehidupannya manusia sangat berkaitan dengan segala sesuatu

yang ada di sekitarnya dan berpengaruh pada keberlangsungan

hidupnya dengan demikianlah itulah lingkungan hidup manusia.

Jadi ada semacam keterkaitam secara antara manusia dan

lingkungan hidupnya karena setiap saat manusia berinteraksi

dengan lingkungan hidupnya. Pada akhirnya muncul suatu

disiplin ilmu yang dikenal dengan ekologi. Ekologi adalah

suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara

mahluk hidup dan lingkungannya.

Alam sekitar tempat hidup manusia adalah suatu realitas

yang diberikan Tuhan Allah kepada manusia untuk dikuasai,24 geografi.blogspot.com/2011/01/pengertian-lingkungan-hidup-menurut.html, diunggah pada 17 April 2014

diusahakan dan dipelihara, .“ Allah memberkati mereka lalu

berfirman kepada mereka ‘beranakcuculah dan penuhilah

bumi……” (Kejadian 1:28). Itulah sebabnya, Allah mengangkat

manusia menjadi ‘raja’ atas sekalian alam sebagai wakilNya

dalam kuasaNya terhadap dunia dan semua ciptaan.

Manusia bertugas untuk menguasai alam, dalam bentuk

tanggungjawab untuk mengusahakan dan memelihara serta

mengembangkan alam. Sehingga dalam hal ini manusia bertugas

untuk melanjutkan karya ciptaan Allah (Latin : Creatio

continua). Tujuan dari karya lanjutan ini adalah agar supaya

dunia menjadi semakin baik seperti halnya yang telah

difirmankan oleh Tuhan pada waktu penciptaan (Kej

1:4,10,12,18,25,31)25

Rasa cinta lingkungan hidup adalah suatu tanggungjawab

moral dalam diri manusia yang menghasilkan usaha secara

sadar menjaga hubungan timbal balik dengan lingkungan hidup

yang ada disekitarnya. Hal ini akan nampak dalam usaha untuk

25 RM Brotosudarmo., PAK untuk Perguruan Tinggi., (Yogyakarta : Yayasan ANDI,2008)h.96

menjaga kelestarian lingkungan hidup dan tidak melakukan

eksploitasi/mengambil secara berlebihan hasil-hasil dari

lingkungan hidup tanpa memperhatikan kelangsungannya secara

terus menerus.

5 PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PAK

Masalah lingkungan hidup akhir-akhir ini semakin marak

dibicarakan, terkait dengan kerusakan (atau bahkan

perusakan) alam yang terus menerus terjadi dan ancaman

pemanasan global yang menakutkan bagi banyak orang. Hal ini

semakin nampak ketika hampir seluruh daerah di Indonesia

mengalami bencana alam yang membawa begitu banyak kerugian

baik secara moril maupun material.

Selain ilmuwan, kaum agamawan juga diharapkan ikut

berpartisipasi dalam mengendalikan proses perusakan alam

oleh manusia, agar kelestariannya dapat dijaga. Maka

refleksi teologis terhadap alam atau lingkungan hidup

menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan saat ini. Sejalan

dengan itu, Pendidikan Agama merupakan salah satu cara

strategis untuk melaksanakan pembelajaran ekologis yang

berdasar pada keyakinan agama. Pendidikan Agama Kristen pada

khususnya mempunyai peranan penting untuk mendekati secara

langsung para siswa dalam rangka memberikan suatu pemahaman

tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam semesta.

Kita akan mulai suatu pemahaman iman Kristen tentang

tanggungjawab manusia yang diberikan oleh Allah. Seringkali

teologi kurang memperhatikan alam, karena yang dipentingkan

adalah aspek vertikal (hubungan manusia dengan Tuhan) dan

horizontal (hubungan manusia dengan sesama). Hal ini juga

tercermin dalam hukum kasih: kasihilah Tuhan, Allahmu, dan

kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Maka

perhatian terhadap alam menjadi kurang optimal. Sikap iman

kristiani terhadap alam semesta berubah dari waktu ke waktu.

Pada masa pramodern, manusia hidup dekat dengan alam. Hal

ini tercermin antara lain dalam spiritualitas model

Benedictan. Contoh spiritualitas yang dekat dengan alam

ditunjukkan oleh Fransiskus Asisi (1181-1226). Namun sesudah

abad-abad gelap (dark ages) atau abad pertengahan,

berkembanglah sekolah katedral dan universitas yang

mengembangkan ilmu pengetahuan; alam dipelajari secara

ilmiah. Dengan adanya pembaruan politik dan sosial pada abad

18, manusia makin merasa berkuasa dan dapat menentukan arah

hidup dan dunia ini. Ditambah dengan perkembangan yang

dibawa ilmuwan, teknologis, dan insinyur pada abad 19, alam

semakin dipandang sebagai obyek yang dipelajari dan

dimanfaatkan26.

Manusia dengan lingkungan hidup atau alam sebenarnya

saling membutuhkan dan saling bergantung karena merupakan

sesama ciptaan. Belajar dari teologi penciptaan, suatu

teologi yang eco-sentris menuntut kita untuk menilai ulang

beberapa praanggapan dasar dari antropologi teologis. Suatu

pemahaman hierarkis atas gagasan Imago Dei/Citra Allah, yang26 Berry, Thomas. “An Ecologically Sensitive Spirituality.” In Dreyer, Elizabethand Mark S. Burrows (eds.). Minding the Spirit: The Study of Christian Spirituality. (Baltimore: John Hopkins University Press, 2005), p. 245

menjadikan manusia berada tanpa batas di atas semua ciptaan

lainnya, mestilah diganti dengan pemahaman yang lebih

relasional. Manusia diciptakan dengan maksud bersekutu

dengan Allah dan dengan makhluk hidup dan makhluk mati

lainnya. Meneladani hidup Yesus, kita melihat suatu gaya

hidup yang dicirikan oleh kesederhanaan, kerendahan hati,

dan keterbukaan pada alam.27

Seperti pendapat dari Hendrikus Berkhof yang dikutip oleh

R. P. Borrong, juga menekankan aspek kebebasan dan tanggung

jawab manusia sebagai isi Imago Dei. Manusia diciptakan untuk

menjawab kasih Allah sebagai esensinya. Manusia diciptakan

sebagai ‘respondable being’, hidup dalam relasi, dan dalam

relasi itulah manusia secara mendasar sungguh-sungguh

menjadi manusia. Hakikat manusia adalah bahwa ia diciptakan

dalam relasi. Ia diciptakan untuk menerima dan memberi

kasih. Karena manusia terpanggil dalam relasi dengan Allah,

maka ia harus sadar juga bahwa alam, sebagai suatu

27 Wesley Granberg, Menebus Ciptaan, (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1997) h 86.

keberadaan yang hidup, adalah sahabat atau teman manusia.

Karena itu, manusia dapat berelasi dan berbagi dengan alam.

Manusia dapat mengambil sesuatu dari alam bagi dirinya,

tetapi dengan kasih yang ia pakai menjawab kasih Allah, ia

juga terpanggil untuk menguasai alam, menata dan memerintah,

mengusahakan dan mentransformasikan dengan teknologi dan

kebudayaannya.28

Pendidikan lingkungan hidup di arahkan pada suatu usaha

untuk mengarahkan pendidikan pada suatu tanggungjawab

menjaga kelestarian alam semesta. Pendidikan yang bertujuan

untuk menghasilkan peserta didik yang dapat menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi tetapi juga sadar akan

tanggungjawab kelestarian alam yang sejalan dengan proses

mengusahakan sumber daya alam untuk kepentingan ilmu

pengetahuan. Dengan demikian pendidikan akan mengarahkan

setiap siswa secara sadar akan menempatkan kelestarian

sebagai bagian yang penting dalam kehidupannya. Siswa akan

28 Robert P Borrong, Etika Bumi Baru, (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2009) h 224.

termotivasi untuk menjaga lingkungan alam sama seperti ia

termotivasi untuk mendapat ilmu pengetahuan dan teknologi.

5.1 Dasar Alkitabiah tentang Lingkungan Hidup

Dasar teologis yang dapat dipakai untuk mengembangkan

spiritualitas cinta lingkungan adalah ajaran tentang

“pernyataan umum,” yaitu Allah menyatakan diri dan kehendak-

Nya melalui alam semesta ciptaan-Nya. Kemudian manusia mesti

menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhan Sang Pencipta, dan

mendengar panggilan-Nya untuk hidup di tengah dunia.

Kesadaran akan Sang Pencipta dan ciptaan dapat membawa

manusia pada kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari

ciptaan, bagian dari alam semesta. Manusia tidak terpisah

dari alam semesta. Apa yang terjadi pada alam sangat

mempengaruhi manusia pula.

Kejadian 1 dan 2 berupa kisah penciptaan dunia. Dimulai

dari penciptaan terang; cakrawala; laut dan daratan;

matahari, bulan dan bintang; ikan dan burung; binatang

darat; sampai terakhir manusia – laki-laki dan perempuan.

Kejadian 1:28 merupakan Firman Tuhan kepada manusia:

“Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan

taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan

burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap

di bumi29.” Kata “berkuasa” di sini seringkali

disalahartikan sebagai kebebasan untuk mengeksploitasi alam.

Padahal tidak demikian. Kata yang diterjemahkan ”berkuasa”

sebenarnya berkonotasi ”pengusahaan” atau ”pengelolaan” atau

seperti gembala yang berkuasa demi kepentingan

gembalaannya30.

Kalau demikian ada kesalahan penafsiran daripada manusia

dengan perkataan Allah ‘berkuasa dan taklukan’. Didalam kata

berkuasa dan menaklukan sebenarnya mengandung makna

memelihara dan melestarikan sehingga keberadaan alam semesta

tetap terjaga sebagai salah satu unsure yang dapat menunjang

kehidupan manusia. 29 . Alkitab., LAI, 200930. Celia Deane-Drummond,. Teologi dan Ekologi.(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), h. 19.

Dari contoh tersebut jelaslah bahwa membaca dan

menafsirkan kembali Alkitab merupakan hal yang semestinya

dilakukan. Jangan sampai Alkitab dipakai sebagai dasar untuk

merusak alam semesta atau lingkungan hidup. Jangan sampai

tugas mengusahakan bumi berubah menjadi izin untuk

menggunakan alam demi kerakusan manusia. Ayat-ayat lain yang

dapat dipakai sebagai dasar adalah tradisi Sabat (istirahat

sehari setelah bekerja enam hari) dan tahun yobel (tahun ke

50 merupakan tahun istirahat bagi tanah). Kedua tradisi ini

mengingatkan manusia untuk memberikan istirahat kepada

tubuhnya dan tubuh alam semesta. Untuk memperbaiki kesalahan

penafsiran ini maka pendidikan agama Kristen berperan aktif

untuk mengarahkan cara berpikir siswa sejak usia muda agar

mampu bertanggungjawab terhadap keberlangsungan alam semesta

Sebenarnya dalam kurikulum Pendidikan Agama Kristen sudah

ada topik-topik lingkungan hidup, baik untuk SD, SMP, maupun

SMA. Secara khusus dan panjang lebar topik lingkungan hidup

dibahas pada kelas 7 dari Kurikulum 2004. Sementara itu

untuk kurikulum SD, materi tentang mengasihi alam ciptaan

Tuhan dimulai dari kelas 1. Namun pertanyaannya adalah

apakah pemahaman itu sebatas pengetahuan kognitif, ataukah

sudah terinternalisasi dalam seluruh kehidupan siswa –

menjadi sesuatu yang sudah mendarah daging. Bukankah lebih

baik kalau pemahaman tentang cinta lingkungan hidup yang

dimulai sejak usia 6 tahun (kelas 1 SD) dilanjutkan lagi

untuk diajarkan pada kelas 4, 5 atau 6 seraya memberikan

contoh nyata tentang pentingnya mengasihi alam sebagai

bagian dari mengasihi Tuhan .

Peneliti berasumsi bahwa sesuatu yang diajarkan secara

terus menerus dan berulang-ulang akan mampu memberikan

pemahaman yang penuh bagi peserta didik. Materi tentang

mengasihi alam ciptaan Tuhan,dapat diajarkan melalui

beberapa metode tidak hanya dalam bentuk ceramah atau dialog

tetapi setiap siswa dapat diajak untuk bisa turun langsung

ke lapangan dalam bentuk model pembelajaran kontekstual.

Kebiasaan memisahkan pengetahuan dari praktek atau

kognitisi dari afeksi seringkali menjadi penyebab mengapa

orang tahu tapi belum tentu mau melakukannya. Padahal tujuan

utama dari pembelajaran adalah memampukan siswa untuk dapat

mengaplikasikan pengetahuannya dalam tindakan nyata lewat

pengajaran yang berulang-ulang. Seharusnya PAK tidak hanya

mengajarkan konsep hakekat Tuhan, manusia, dosa dsb. tapi

bagaimana hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, alam dsb. 

Dengan demikian PAK langsung terkait dengan pengalaman para

siswa.  PAK tidak mengasingkan, melainkan mendekatkan, siswa

dengan dunia sehari-hari sekarang dan masa depan (dengan

belajar dari masa lalu).

Pemahaman yang benar tentang hakekat alam semesta yang

sama kedudukannya dengan manusia harus dimulai sejak usia

dini (Pendidikan Dasar) sehingga dalam pelajaran lanjutan di

sekolah menengah dalam materi yang sama tentang lingkungan

hidup, para peserta didik akan semakin memahami

tanggungjawabnya sebagai manusia dalam memelihara lingkungan

hidup. Diharapkan bahwa para siswa akan semakin mampu

menyatakan pemahamannya itu dalam tindakan nyata sehingga ia

tumbuh menjadi pribadi yang mencintai lingkungan. Siswa yang

mampu menjaga kebersihan lingkungan bukan sebagai suatu

kewajiban agar dilihat orang atau diberi penilaian oleh guru

tetapi lebih kepada kesadaran penuh bahwa alam semesta ini

adalah juga bagian dari ciptaan Tuhan. Memelihara lingkungan

hidup adalah juga bagian dari mengasihi Tuhan.

Memang dalam beberapa pelajaran lain baik PKN, IPS maupun

IPA dijelaskan panjang lebar tentang peranan manusia

terhadap lingkungan hidup. Namun alangkah baiknya jika PAK

mengambil peranan sentral untuk membangun kesadaran itu. PAK

menjadi dasar bagi siswa untuk lebih memahami tentang

tanggungjawab memelihara alam semesta karena firman Tuhan

dalam alkitab telah terlebih dahulu menuliskan tentang itu.

Pengajaran PAK tentang lingkungan hidup lebih akan

menyentuh kehidupan siswa karena dapat diajarkan dengan

beberapa metode yang mampu menarik perhatian siswa. PAK akan

bekerja sama dengan Mata Pelajaran yang lain untuk membentuk

karakter siswa terutama kepeduliannya terhadap alam. Kalau

sejak dini mereka diajarkan secara terus menerus dan

berulang tentunya mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa

yang peduli terhadap lingkungan. Kepedulian ini pun juga

akan mereka teruskan kepada orang lain, baik lewat perkataan

(membagi pemahaman) bahkan lewat tindakan nyata yang

mencerminkan sikap peduli lingkungan hidup.

Seorang siswa yang memahami tanggungjawabnya terhadap

alam akan secara sukarela membersihkan lingkungan sekolah,

membuang sampah pada tempatnya dan memelihara kelestarian

lingkungan sekolah tanpa harus diperintah atau diawasi oleh

gurunya. Dalam hal inilah penilaian sikap akan menjadi

perhatian guru ketika siswa mampu mempraktekkan apa yang

diperolehnya lewat pengajaran didalam kelas.