Pendidikan Ilmu Sejarah

23
Pendidikan Ilmu Sejarah MISI --------------------------------------... 1.Membentuk tenaga kependidikan dan non kependidikan profesional dan atau akademik yang dengan berbagai fleksibilitas yang diarahkan untuk membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berkepribadian, menguasai teknologi dan keilmuan sosial di bidang pendidikan sejarah, ilmu sejarah, dan sosiologi, berbudaya kerja sinergis, demokratis, dan responsif terhadap setiap peluang dan perubahan sosial yang kian mengglobal 2. Menumbuhkembangkan sikap dan kemampuan tenaga kependidikan dan non kependidikan, profesional dar atau akademik untuk mengembangkan ilmu dan teknologi sosial melalui kegiatan penelitian demi kepentingan pendidikan dan pengajaran dan untu, kepentingan pengembangan di bidang pendidlkan sejarah. ilmu sejarah dan pendidikan sosiologi 3.Meningkatkan kemauan dan kemampuan tenaga kependidikan dan non kependidikan, profesional dan atau akademik, untuk mengamalkan dan mengabdikan ilmu pengetahuan dan keterampilan bagi kehidupan masyarakat dalam bidang kependidikan dan pengajaran, serta di bidang-bidang kehidupan sosial secara umum Ilmu Sejarah Misi Berdasarkan visi tersebut, misi Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS dirumuskan sebagai berikut: Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang mampu mendorong kemandirian yang memadai serta profesional di bidang kajian Sejarah Kebudayaan. Menyelenggarakan peneltian di bidang Sejarah Kebudayaan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan masyarkat. Menyelenggrakan kegiatan pengabdian pada masyrakat yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat Tujuan Untuk melaksanakan misinya itu Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UNS

Transcript of Pendidikan Ilmu Sejarah

Pendidikan Ilmu Sejarah 

MISI 

--------------------------------------... 

1.Membentuk tenaga kependidikan dan non kependidikan profesional dan atau akademik yang dengan berbagai fleksibilitas yang diarahkan untuk membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berkepribadian, menguasai teknologi dan keilmuan sosial di bidang pendidikan sejarah, ilmu sejarah, dan sosiologi, berbudaya kerja sinergis, demokratis, dan responsif terhadap setiap peluang dan perubahan sosial yang kian mengglobal 2. Menumbuhkembangkan sikap dan kemampuan tenaga kependidikan dan non kependidikan, profesional dar atau akademik untuk mengembangkan ilmu dan teknologi sosial melalui kegiatan penelitian demi kepentingan pendidikan dan pengajaran dan untu, kepentingan pengembangan di bidang pendidlkan sejarah. ilmu sejarah dan pendidikan sosiologi 

3.Meningkatkan kemauan dan kemampuan tenaga kependidikan dan non kependidikan, profesional dan atau akademik, untuk mengamalkan dan mengabdikan ilmu pengetahuan dan keterampilan bagi kehidupan masyarakatdalam bidang kependidikan dan pengajaran, serta di bidang-bidang kehidupan sosial secara umum 

Ilmu Sejarah Misi 

Berdasarkan visi tersebut, misi Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS dirumuskan sebagai berikut: 

Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang mampu mendorong kemandirian yang memadai serta profesional di bidang kajian Sejarah Kebudayaan. Menyelenggarakan peneltian di bidang Sejarah Kebudayaan yang bermanfaatbagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan masyarkat. Menyelenggrakan kegiatan pengabdian pada masyrakat yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat Tujuan Untuk melaksanakan misinya itu Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UNS

menetapkan tujuan pengembangan sebagai berikut : 

Menghasilkan lulusan yang bertaqwa kepada Allah yang Maha Esa, berbudaya dan mempunyai kemampuan akademi dan profesional yang memadai di bidang spesifikasi Sejarah Kebudayaan. Menghasilkan produk-produk penelitian yang bertumpu dan sekaligus berdampak pada pengembangan pengetahuan yang berwawasan kebudayaan, serta berorientasi pada kepentingan masyarakat luas. Menjadi pusat kajian sejarah kebudayaan dan konsultan dalam bidang pembuatan atau perumusan kebjakan pembangunan

Mengapa (Ilmu) Sejarah dan (Pendidikan) Sejarah Menghuni (Dua) Fakultas yang Berbeda?OPINI | 25 July 2012 | 19:44  Dibaca: 1109     Komentar: 1     1

Setelah tiga tahun menyandang gelar mahasiswa sejarah, baru kali itu saya hadiri seminar bertemakan sejarah. Dua tahun berturut-turut, pada 2002 dan 2003, saya hadiri—dan tentu sajadapatkan sertifikat bertuliskan nama saya—dua seminar selenggaraan Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada 2002, saya menyimak dan memperhatikan“Seminar Otonomi Daerah dan Sejarah Lokal” di Universitas Sebelas Maret Surakarta (Mengapa singkatannya UNS ya? Mengapa tidak Unsemars atau USMS?). Kami pun pergi malam hari naik kereta ekonomi, turun di Solo Balapan. Kota yang mengilhami Takashi Shiraishi menulis An Age in Motion; Popular Radicalism in Java 1912-1926. Saya pun membawa serta terjemahan buku Shiraishi terbitan Grafiti Press itu, namun hanya untuk membaca lembar persembahan yang bertuliskan: untuk saya. Jujur saya hadir, hanya karena duduk sebagai salah satu pengurus Himpunan Mahasiswa Sejarah Universitas Padjadjaran. Namun apa yang menggugah benak saya adalah nama Sebelas Maret. Apakah terkaitdengan Surat Perintah Sebelas Maret (akronimnya Supersemar)? Waktu berdirinya UNS pun bersamaan dengan 11 tahun keluarnya Supersemar. Namun itu soal lain, sebagaimana banyak sejarawan meragukan ‘kepahlawanan’ Gadjah Mada, sehingga memunculkan

kabar burung Universitas Gadjah Mada hendak berganti nama. Setahun kemudian, giliran saya mengunjungi ‘saudara dekat’ di ujung sana. Menumpang Damri lalu angkot, dari Jatinangor saya pergi menuju Ledeng untuk menghadiri “Seminar Sejarah Lokal dalam Perspektif Nasional; Sebuah Upaya Mengembangkan Pembelajaran Sejarah di Era Otonomi Daerah Menuju Persatuan dan Kesatuan Bangsa” di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

obor.or.id

Kini sepuluh tahun kemudian, saya kembali mengingat bahwa sayapernah belajar Sejarah dari para guru Sejarah dan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) yang pernah menjadi mahasiswa/ i Pendidikan Sejarah sebuah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dari empat guru Sejarah, ketiga guru Sejarah dan PSPB saya adalah perempuan. Bahkan semasa SMA saya belajarSejarah dari kedua guru perempuan, lebih-lebih pada Kelas III saya masuk Jurusan Bahasa yang guru lelakinya hanya mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Matematika. Oleh karena, sebagian besar guru sejarah lulusan Pendidikan Sejarah FP IPS,wajarlah saya pahami bahwa Sejarah itu Ilmu Sosial. Apa yang paling saya ingat adalah, pertanyaan yang guru Sejarah tujukanhanya seputar kapan, di mana, siapa, dan apa; jarang sekali atau sama sekali tidak bertanya mengapa dan bagaimana peristiwa sejarah tersebut dapat terjadi, serta berusaha mencari pola ‘persamaan dan pengulangan’. Bahkan pernah ulangan yang saya kerjakan hanya pada kertas setengah lembar, ya disobek dari atas ke bawah. Saya pun ingat lelucon salah seorang dosen. Pada suatu siang yang panas di kelas yang sunyisenyap, guru bertanya kepada murid yang malas, sering tertidur, dan sering bolos. Guru: “(setengah berteriak sambil mengarahkan telunjuk ) Siapa pendiri Kerajaan Majapahit?” Murid: “(sambil takut dan gemetar) Bukan saya bu!”

Jenuh menyusun skripsi, setahun jelang kelulusan, saya mulai mengajar Sejarah bersama-sama ilmu-ilmu sosial lainnya sepertiSosiologi dan Antropologi, serta Bahasa Inggris di Sanggar Kegiatan Belajar/ Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (SKB/ PKBM) Sumedang. Selama empat tahun saya menjabat sebagai Tutor, pulang-pergi Jatinangor-Tanjungsari, hanya untuk semakin menegaskan pendapat sewaktu saya SMA dahulu bahwa Sejarah itu Ilmu Sosial. Saya menyandang status tenaga honorerselama empat tahun di tempat tersebut, sambil berharap diangkat menjadi CPNS meskipun itu mustahil karena saya bukan dari Jurusan Pendidikan Sejarah dan tentu saja tidak miliki ijazah Akta IV.

Lalu apakah hanya karena para guru Sejarah pada sekolah negeri—sebagian besar—merupakan alumni Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), maka begitu saja Sejarah menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial? Apakah hanya karena sedikit sekali guru sejarah pada sekolah negeri—setelah menenteng Ijazah Akta IV—merupakan alumni Jurusan IlmuSejarah Fakultas Sastra (kini Fakultas Ilmu Budaya), sehingga Sejarah begitu saja menjadi Ilmu Sosial? Saya pun membayangkanmasa depan para guru madrasah lulusan Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora sebuah Institut Agama Islam Negeri (IAIN, kini Universitas Islam Negeri [UIN]), apakah mereka hanya bisa mengajar di madrasah (ibtida’iyah, tsanawiyah, dan ‘aliyah)? Pertanyaan ketiga saya kemukakan karena selama tiga tahun saya mengajar Sejarah pada Jurusan Pendidikan Sejarah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Islam di Garut.

Sejak dua tahun lampau, saya mulai mengulik arsip berbahasa Belanda. Situs tempat saya bekerja pernah menayangkan Kelas Digital untuk membantu para guru Sejarah menyusun rencana ajar. Saya pun berkesempatan mengunjungi sekolah-sekolah negeri untuk membantu para guru Sejarah mengajar. Mendekatkan para murid dan guru dengan sumber-sumber sejarah, terutama sumber primer: arsip. Biasanya sekitar 2 jam, kami sajikan salah satu film dokumenter, lalu kami adakan tanya-jawab dengan guru Sejarah bersangkutan sebagai moderator. Saya pun berkesempatan menjadi Pemandu Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa. Para pengunjung begitu beragam: murid TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, bahkan masyarakat umum. Lepas dari

silang sengketa dan silang pendapat yang beredar, kami biarkansumber sejarah itu sendiri menjelaskan dan sesedikit mungkin kami menjelaskan.

Bagi Kuntowijoyo, pendekatan estetis dan etis layak ditujukan kepada murid tingkat dasar dan menengah. Perihal pelajaran moral inilah yang kerap membuat Mata Pelajaran Sejarah begitu berat terbebani interpretasi dan ditunggangi kepentingan penguasa. Padahal sejatinya pendekatan kritis harus mendampingi kedua pendekatan tadi. Sebenarnya, perihal ‘beda rumah beda tempat’ juga terjadi pada Jurusan Geografi. (Ilmu) Geografi menghuni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F MIPA), sedangkan (Pendidikan) Geografi menghuni FP IPS. Pada perguruan tinggi keguruan dan kependidikan semisal IKIP dahulu, (Pendidikan) Sejarah dan (Pendidikan) Geografi menghuni fakultas yang sama; FP IPS. Beberapa pekan lalu, sayadapatkan pernyataan yang memecah dikotomi ‘kedua’ sejarah itu.Itu terjadi sewaktu mahasiswa/ i Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS Universitas Negeri Jakarta (UNJ, dulu IKIP Jakarta) berkunjung bersama ke Diorama. Mereka menyatakan bahwa skripsiyang mereka ajukan tidak melulu menekankan aspek pedagogis pengajaran Sejarah di ruang kelas, namun boleh mengkaji peristiwa sejarah layaknya mahasiswa/ i Ilmu Sejarah. Saya punteringat salah seorang pengunjung yang berbincang dengan saya seraya menanyakan beberapa hal tentang bakal skripsinya. Saya bertemu dengan dia di Museum Kota Tua sewaktu Hari Museum Nasional. Dengan bangganya, dia nyatakan sudah membaca Nusa Jawa Silang Budaya-nya Denys Lombard untuk menunjang skripsinya kelak. Padahal dia baru mahasiswa tingkat dua! Dia pun berjanji menggunakan arsip sebagai sumber skripsinya. Pembaruan bagi para mahasiswa/ i Sejarah yang kelak menjadi guru Sejarah ini kiranya merupakan tanggapan sangat baik atas karya Immanuel Wallerstein: Lintas Batas Ilmu Sosial. Kelak mereka menjadi guru yang sejarawan dan sejarawan yang guru.

Salah satu kejadiannya bermula di Bandung pada dasawarsa 1950-an. Pada 20 Oktober 1954, Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) melalui Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan No. 35472 tertanggal 1 September  1954 berdiri untuk–sebagaimana ucap Mohammad Yamin–mempercepat penambahan jumlah guru di Jawa Barat. Uniknya, Sejarah Budaya merupakan salah satu dari delapan jurusan atau balai yang menghuni PTPG.

Tiga tahun kemudian tepatnya pada 11 September 1957, Unpad berdiri berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1957 tertanggal 18 September 1957. Fakultas Sastra (Fasa) berdiri pada 12 Agustus 1960 bersamaan dengan Fakultas Ilmu Sosial danIlmu Politik (FISIP). Ilmu Sejarah merupakan salah satu dari empat jurusan yang menghuni Fasa. Empat bulan kemudian, Himpunan Mahasiswa Sejarah (Himse) Unpad pun berdiri, tepatnyapada 4 Desember 1960. Pada 25 November 1958, PTPG berubah menjadi FKIP, dan menjadi salah satu fakultas dari Unpad. Pada1 Mei 1963, berdirilah IKIP Bandung, gabungan FKIP A dan B dari Unpad serta Institut Pendidikan Guru (IPG). Fakultas Keguruan Ilmu Sosial yang menaungi Pendidikan Sejarah, merupakan salah satu dari lima fakultas IKIP Bandung. Kini Jurusan/ Program Studi Pendidikan Sejarah menghuni FP IPS, salah satu dari delapan jurusan. Himpunan Mahasiswa Sejarah (Himas) UPI dan Asosiasi Sarjana Pendidikan Sejarah Indonesia (Aspensi) juga ikut meramaikan peran para guru sejarah.

Kembali pada kedua seminar yang pernah saya hadiri. Tema Sejarah Lokal menjadi tema utama. Kiranya para guru Sejarah baik pada periode Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum Berbasis Kompetensi, maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); harus akui bahwa muatan lokal merupakan media pembelajaran sejarah yang lebih dahulu memadai. Jadi walaupun http://www.upi.edu/profil/fakultas/fakultas-pendidikan-ilmu-pengetahuan-sosial masih menyatakan bahwa “Disiplin sejarah dikelompokkan sebagai salah satu disiplin ilmu sosial, meninggalkan tradisi lama yang memasukkannya sebagai bagian dari humaniora….” bukanlah suatu hal yang merisaukan. Keberpisahan keduanya lebih karena kebetulan sejarah yang pada mulanya ingin mencetak guru sebanyak-banyaknya sesegera mungkin dan sejarawan murni yang hanya mengkaji peristiwa sejarah. Bila keduanya fokus dan memanfaatkan satu sama lain, maka para peminat dan pelaku sejarah dapat menyetujui pendapat Harry J. Benda: “Standing on the shoulders of the giants.” Kiranya generasi muda sejarah profesional ini dapat ambil keuntungan dari jejak-jejak para pendahulunya melalui tulisan yang mereka torehkan. Bersatulah wahai guru sejarawan/ wati!

INFO JURUSAN SEJARAHMenurut politikus dan penulis Edmund Burke, pentingnya mempelajari sejarah adalah karena kenyataan bahwa “Mereka yang tidak mengetahui sejarah akan

cenderung mengulangnya”. Dideskripsikan sebagai ilmu mengenai peristiwa sejarahperilaku dan kepercayaan masa lalu manusia yang seringkali menjadi landasan kondisi masyarakat saat ini. Dengan mempelajari ilmu sejarah, mahasiswa akan menerima topik perkuliahan mulai dari peradaban Jaman kuno seperti Yunani, Mesir dan Roma, sampai dengan yang lebih baru seperti perang dunia, perang dingin dan pergerakan Suffragette, serta mengenai dampak dari peristiwa-peristiwa tersebut dalam membentuk dunia saat ini.APAKAH JURUSAN INI TEPAT UNTUK SAYA?Jika Anda memiliki minat mengenai sejarah dan memiliki daya analisa yang kuat, maka ilmu sejarah adalah jurusan yang tepat bagi Anda. Dengan hobi membaca dan menganalisa sesuatu, Anda cenderung memiliki kemampuan analisa yang tajam untukmengevaluasi sumber-sumber informasi primer dan sekunder, beserta dampak yang ditimbulkan peristiwa-peristiwa sejarah penting yang terjadi.Umumnya jurusan humaniora memiliki masa kuliah yang lebih sedikit dibandingkan jurusan program sarjana lainnya, namun bukan berarti ilmu sejarah adalah subjekyang mudah. Selain diharuskan membuat karya tulis ilmiah dan menghadiri ujian, Anda juga diwajibkan untuk menghafal tanggal-tanggal penting dalam sejarah dan membaca beragam literatur sejarah.PROSPEK KERJASebagai hasil dari kemampuan analisa yang didapat selama masa kuliah, banyak pilihan jenis pekerjaan yang tersedia bagi mereka yang lulus dengan memuaskan dari jurusan ilmu sejarah ini. Sebagian besar lulusan cenderung mengambil program pasca sarjana atau mengikuti pelatihan khusus yang memungkinkan mereka untuk mengejar karir di bidang jurnalisme, pendidikan dan hukum, serta bidang-bidang lainnya.Seringkali tanpa pelatihan lebih lanjut, banyak lulusan yang memiliki pengalaman kerja dari ekstra kurikuler selama kuliah, mendapatkan pekerjaan dalam waktu beberapa bulan di bidang PR, Sumber Daya Manusia, Pemasaran, dan administrasi. Dengan gaji rata-rata £19,909 per tahun bagi mahasiswa di Inggris, ilmu sejarah bukan hanya jurusan yang menarik, namun juga menyediakan pilihan pekerjaan yang fleksibel di dunia kerja. Namun tentu saja jumlah gaji yang diterima bergantung pada tempat Anda bekerja nantinya.PROSES PERKULIAHANDi Inggris, syarat bagi mahasiswa yang ingin mengambil program sarjana adalah nilai nilai A atau yang setara, sedangkan bagi program Pascasarjana diwajibkan untuk memiliki nilai 2:1 BA (hons). Namun beberapa universitas menerima mahasiswa yang memiliki nilai memuaskan pada subjek lainnya, seperti bahasa Inggris, literatur Inggris dan bahkan Hukum atau Ekonomi.Masing-masing universitas memiliki persyaratan nilai masuk yang berbeda-beda, namun semuanya mewajibkan calon mahasiswa yang berbahasa ibu bukan bahasa Inggris untuk memiliki nilai minimal 6.0 dalam ujian IELTS. Beberapa

universitas yang ternama tidak menerima calon mahasiswa dengan nilai kurang dari 6.5.Ilmu sejarah adalah tentang analisa, jadi sebagian besar tugas akan berbentuk esai atau ujian tertulis daripada dalam bentuk praktek. Lama waktu perkuliahan jurusan ilmu sejarah minimal membutuhkan 3 tahun, walau sebagian universitas menawarkan mahasiswanya kesempatan untuk kuliah di luar negri selama satu tahundengan skema Erasmus. Hal ini menguntungkan bagi mereka yang ingin memiliki spesialisasi pada ilmu sejarah asing/luar negri. Sedangkan, untuk perkuliahan di Skotlandia membutuhkan waktu minimal 4 tahun.MENENTUKAN TEMPAT KULIAHTerlepas dari jurusan yang Anda pilih, lokasi dari universitas adalah hal yang penting sebagai bahan pertimbangan. Saat Anda memilih jurusan ilmu sejarah, lokasi menjadi hal yang berpengaruh lebih besar lagi, karena sejarah dari wilayah lokal biasanya akan menjadi mata kuliah spesialisasi dari universitas tersebut. Sebelum melakukan pendaftaran, pertimbangkan terlebih dahulu jaman sejarah mana yang paling menarik bagi Anda, lalu pilih universitas yang mampu menawarkan pengalaman perkuliahan yang lebih mendalam mengenai jaman tersebut. Jika Anda tertarik pada sejarah abad menengah Inggris, maka akan tepat jika Anda memilih universitas York dan Nottingham, sedangkan Newcastle dan Durham lebih tepat untuk mempelajari sejarah zaman pendudukan bangsa Roma.Selain kepastian akan beragamnya jenis pekerjaan yang menanti, penting juga bagi Anda untuk melihat apakah universitas yang Anda pilih menyediakan kesempatan untuk berkoneksi dan bertemu dengan perusahaan yang potensial. Walausepertinya ganjil bagi Anda untuk memikirkan kehidupan setelah lulus bahkan sebelum Anda memutuskan di mana akan berkuliah, penting bagi Anda untuk memperluas kesempatan Anda untuk bekerja selama Anda berkuliah. Jangan lupa untuk selalu mendatangi jasa karir kampus untuk melihat apakah ada penawaran pekerjaan paruh waktu atau skema shadowing industri bagi mahasiswa program sarjana.Banyak ragam universitas dapat dipilih untuk mempelajari ilmu sejarah dan penawaran modul mata kuliah spesialisasi yang beragam pula. Sebelum mendaftar pastikan terlebih dahulu syarat pendaftaran yang dibutuhkan oleh universitas dan apakah Anda sanggup membiayai perkuliahan tersebut. Jika Anda kesulitan dalam pembiayaan, maka pengajuan untuk beasiswa dapat Anda pertimbangkan.

Masuk Jurusan Sejarah, Ada Apa? Mau Jadi Apa?By Sejarawan Muda on 25 Mei 2011

“Lulusan sejarah kerjanya jadi apa ya, Kak?”

Itulah satu pertanyaan yang selalu saya terima ketika ngobrol dengan adik-adik kelas saya di madrasah aliyah atau ketika ada acara bedah kampus. Juga beberapa kawandi jejaring sosial. Mungkin ini pertanyaan yang lazim ditanyakan ke jurusan manapun. Jika yang ditanya adalahjurusan kedokteran, kedokteran gigi, manajemen, akuntansi, atau psikologi jawabannya akan sangat memuaskan. Barangkali ini hanya sekadar pertanyaan basa-basi saja. Tapi jika ditanyakan kepada jurusan sejarah, saya bisa pastikan ini pertanyaan serius dan si penanya pasti mengerutkan keningnya, ini tanda-tandaskeptis. Tidak menutup kemungkinan ini pertanyaan beratjuga untuk jurusan-jurusan “non-favorit” lainnya. Jadi,lewat tulisan sederhana ini saya mencoba memberikan sedikit perspektif atau gambaran kepada adik-adik SMA yang mau melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.Terutama yang berminat masuk jurusan Ilmu Sejarah. Tulisan ini saya sarikan dari pengalaman pribadi dan pengamatan selama ini. Saya coba berangkat dari hal yang paling umum dulu, ya…

 

Passion, Rencana Studi dan Rencana Pasca Kampus

Pertanyaan terkait prospek kerja hanya sebagian saja dari pertanyaan-pertanyaan terkait studi di jenjang perguruan tinggi. Apa saja yang dipelajari saat kuliah?Biaya kuliah dan biaya hidup jika keluar kota. Juga beberapa hal lain yang kadang bagi adik-adik SMA bisa membuat galau. Bahkan ada juga yang curhat kepada saya tentang apa jurusan yang cocok buat si adik. Wah, beratjuga, pikir saya dulu. Hehe…

Memang saya pun mengakui bahwa masa-masa menjelang kelulusan dan masuk perguruan tinggi adalah saat yang krisis. Tiba-tiba saja kita dihadapkan pada suatu pilihan. Juga kita berhadapan dengan keinginan orang

tua. Bukan masalah benar jika orang tua memberi kebebasan pilihan kepada kita. Jika ternyata orang tua memiliki keinginan sendiri dan terkadang tidak sejalan dengan yang kita pikirkan, susah juga jadinya. Karena itulah, saya pikir di awal sekali adik-adik perlu mengetahui passion dan cita-citanya. Kenali kekurangan dan kelebihan diri pribadi itulah yang perlu dipikirkandi awal. Dari sanalah kemudian kita menentukan pilihan dan rencana-rencana ke depan.

Jadi ketahui di mana passion adik-adik dan susun rencana jangka pendek dan panjang. Ya, semua itu di mulai dari SMA. Syukur sekali bagi yang telah bersiap sejak awal sekolah, tetapi tidak ada kata terlambat untuk itu. Rencana jangka pendek penting untuk mengembangkan dan melatih passion kita sebagai persiapan. Rencana jangka panjang adalah target-target dan segala upaya yang kita susun untuk meraih apa yang kita cita-citakan. Masuk dalam rencana jangka panjang itu adalah rencana studi kita pasca SMA/MA dan juga rencana-rencana pasca studi di perguruan tinggi. Hal-hal inilah yang perlu kita rancang sejak jauh-jauh hari. Saya pribadi merasakan betul pentingnya ancang-ancang ini. Dan semua itu berkembang seiring waktu dan kondisi yang berubah-ubah. Berkembang bukan berarti berubah-ubah passion, bukan berarti tidak konsisten. Kita mesti konsisten tetapi juga peka terhadap perubahan dan jadi pribadi yang fleksibel.

Soal rencana-rencana itu, saya pikir perlu adik-adik pikirkan baik-baik dan dikomunikasikan dengan orang tuadengan baik pula. Tidak ada jalan lain untuk menengahi cita-cita kita dan orang tua yang berseberangan selain berkomunikasi yang baik. Saya punya pengalaman soal ini. Saya pribadi bercita-cita untuk kuliah di Universitas Indonesia sejak masih bersekolah di tingkatSMP. Gara-garanya adalah sebuah film apik garapan

sutradara Riri Riza, GIE. Saya patri kuat-kuat cita-cita itu. Ketika SMA saya kemudian memantapkan diri untuk memilih studi sejarah di UI nanti. Mengapa saya pilih studi sejarah? Tidak ada alasan yang terlalu khusus, saya suka sejarah. Saya merasa cocok dengan studi ini karena passion saya di bidang literasi (baca-tulis). Sejarah membuat saya tekun membaca dan memberi inspirasi menulis. Sejak itulah saya kembangkan passionitu dengan masuk ekskul jurnalistik. Saya juga mulai mengembangkan minat pada desain dan fotografi sebagai penunjang. Inilah pentingnya rencana jangka panjang yang saya maksud. Ketika kawan-kawan masih bingung dan galau, saya sudah mantap dan tidak perlu repot-repot coba sana-coba sini. Itu karena saya sudah tetapkan pilihan dan merencanakan bagaimana caranya saya sampai pada tujuan saya.

Saat menginjak kelas tiga dan di ambang ujian-ujian kelulusan dan pilihan kampus, saya mengutarakan cita-cita saya untuk kuliah program studi sejarah UI. Ternyata orang tua tidak serta merta setuju. Beliau berdua ternyata menginginkan saya jadi guru dan kuliah saja di kota tetangga yang dekat dan banyak kawan. Sayamerasa dihadapkan pada pilihan yang sulit kala itu. Sempat juga saya ngotot dengan keinginan saya dan ternyata malah tidak membawa hasil yang baik.

Lalu, Saya ubah pendekatan saya. Saya coba memahami lebih jauh cita-cita kedua orang tua saya. Lalu dengan baik-baik saya utarakan rencana-rencana yang sejak lamasaya pikirkan, bahwa saya merasa kemampuan dan passion saya adalah di bidang literasi. Saya utarakan pula bahwa ilmu sejarah memberikan ilmu dan dasar-dasar yangbagus untuk passion saya itu. Mengapa tidak ambil kampus di kota tetangga saja? Saya jawab, enak memang kuliah di kota tetangga, dekat dan banyak teman di sana. Tetapi saya ingin keluar dari zona nyaman dan

menjadi lebih dari sekadar pribadi saya yang sekarang dengan merantau ke kota yang jauh. Saya ingin menimba pengalaman yang lebih banyak daripada sekadar merasa santai karena dikelilingi kawan-kawan dekat. Biasa, heroisme anak muda, hehe… tetapi syukur sekali, akhirnya orang tua mau memahami hal itu dan merestui pilihan saya.

Itulah sekelumit pengalaman saya dulu. Intinya, kenali diri pribadi lebih dalam dan ketahui passion adik-adik.Mantapkan pilihan, buat rencana-rencana langkah ke depan, dan komunikasikan dengan baik kepada orang tua. Jangan sampai adik-adik merasa salah ambil pilihan saatmemasuki dunia kampus. Juga tak kalah penting adalah mendisiplinkan diri dan buat target. Banyak-banyak puladiskusi kepada senior-senior yang telah mengenyam duniakampus atau bahkan yang sudah masuk dunia kerja. Gali pengalaman-pengalaman mereka soal dunia kampus, lingkungannya, dan juga dunia pasca kampus. Dari diskusi itu adik-adik bisa mendapat gambaran bagi cita-cita dan rencana-rencana adik-adik. Dan hal itu lebih kongkret daripada mendengarkan ocehan motivator di televisi.

 

Ada Apa di Kampus dan Program Studi Sejarah?

Nah, di atas itu sedikit tips dari pengalaman saya dahulu. Sekarang saya coba bahas hal yang lebih khusus lagi, untuk adik-adik yang suka sejarah dan berencana untuk mengambil studi sejarah di perguruan tinggi. Pertanyaan yang sering dilontarkan kapada saya adalah tentang seperti apa studi sejarah di perguruan tinggi dan apa saja yang dipelajari.

Persepsi umum yang berkembang, sejarah selalu identik dengan hafalan tahun-tahun dan peristiwa yang begitu

banyaknya. Juga kisah-kisah bertele-tele yang membuat ngantuk. Saya harus akui anggapan-anggapan itu ada benarnya, tetapi juga tidak sepenuhnya begitu. Secara mendasar pola belajar-mengajar di sekolah dan perguruantinggi memiliki perbedaan. Mau seperti apapun kurikulumnya, di jenjang sekolah pembelajaran cenderungberjalan satu arah. Guru seakan seperti seorang penceramah. Sementara di perguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk jadi lebih aktif. Metode “ceramah” memang masih ada, tetapi lebih fleksibel dengan diskusidan persentasi yang cukup intens. Inilah yang pertama harus diketahui, cara belajar yang berbeda.

Di perkuliahan mahasiswa menerima materi, diskusi, dan presentasi. Sementara di luar perkulihan mahasiswa tertuntut untuk mengembangkan kemampuan literasinya. Literasi secara sederhana adalah kemampuan untuk mencari dan membaca informasi lalu mengkritisinya dan kemudian menuliskannya atau menggunakan informasi itu untuk menunjang dirinya. Jadi, berbeda dengan jenjang sekolah yang lebih banyak “menyuapi”, di jenjang perguruan tinggi ini adik-adik akan dituntut untuk belajar lebih mandiri lagi. Dalam proses ini pada intinya kita mengasah dan mengembangkan daya nalar kitasecara ilmiah. Itulah gambaran singkat tentang dunia akademis di kampus secara umum dan secara khusus di program studi sejarah. Gambaran ini saya sarikan dari pengalaman di UI, tetapi saya pikir secara umum kampus-kampus lain juga tidak begitu berbeda jauh.

Lalu apa saja yang dipelajari di progaram studi sejarah? Hehe… tentu saja belajar sejarah. Tetapi bukanpelajaran sejarah sebagaimana yang biasa adik-adik akrabi di SMA/MA. Beda jenjang tentu saja beda yang dipelajari. Secara umum ilmu sejarah di perguruan tinggi sifatnya lebih mendalam dan lebih luas lagi. Pengetahuan sejarah yang diperoleh di SMA/MA adalah

pijakannya. Nah, bagaimana bisa materi sejarah SMA/MA itu ditulis? Atau bagaimana sejarawan menuliskan sejarah? Itulah yang akan adik-adik pelajari di perguruan tinggi. Adik-adik akan pertama kali akan mempelajari metodologi riset sejarah, dasar-dasar filsafat sejarah, dan praktik penelitian dan pencarian sumber sejarah. Selanjutnya adik-adik akan mempelajari sejarah secara tematik sehingga memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. Misalnya saja di UI ada materi tentang sejarah pemikiran Islam, sejarah perjuangan, sejarah kesenian, sejarah maritim, sejarah diplomasi, sejarah budaya dan masyarakat, sejarah ekonomi, sejarahsosial media, sejarah kawasan, dll. Juga beberapa materi penunjang lain yang berguna untuk pengayaan pengetahuan yang sifatnya pilihan. Gambarannya, adik-adik akan menelisik sejarah Indonesia dan dunia dari kacamata politik, budaya, ekonomi, sosial, seni dan lain-lain. Di beberapa perguruan tinggi di daerah juga terdapat materi tentang sejarah lokal sebagai pengetahuan yang wajib bagi mahasiswanya. Tentu saja, kalau bukan putra daerah sendiri yang mempelajari sejarah daerahnya, siapa lagi? Selain itu, mahasiswa program studi Ilmu Sejarah juga akan dibekali dengan pengetahuan bahasa Belanda. Mengapa? Karena untuk kepentingan penelitian biasanya mahasiswa atau penelitisejarah akan berhadapan dengan arsip-arsip. Kebanyakan arsip-arsip itu peninggalan zaman penjajahan Belanda dulu dan tentu saja berbahasa Belanda.

Itulah gambaran tentang apa yang akan adik-adik temui ketika nanti berstatus sebagai mahasiswa di program studi sejarah di perguruan tinggi. Semua materi itu secara umum dipelajari di perguruan tinggi mana pun. Tetapi kemudian sering pula saya mendapat pertanyaan, perguruan tinggi mana yang memiliki program studi sejarah yang terbaik? Saya tidak memiliki wewenang ilmiah dan otoritas untuk menjawab pertanyaan ini.

Secara subjektif pun saya tidak terlalu menggubris predikat-predikat itu. Meski saya mahasiswa UI, secara jujur, saya tidak terlalu peduli dengan peng-kasta-an perguruan tinggi yang biasanya diocehkan oleh pengelola-pengelola lembaga bimbingan belajar. Begini, tiap-tiap perguruan tinggi memiliki kekhasan dalam kajian sejarahnya. Di UI kajian sejarahnya condong kepada kajian sejarah politik. Sepengetahuan saya, UGM Yogyakarta condong pada sejarah sosial-budaya dan sejarah lokal. Atau Universitas Diponegoro Semarang yang condong pada kajian sejarah maritim. Atau Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo yang fokus pada kajian sejarah budaya etnis. Perguruan tinggi di daerahyang memiliki program studi sejarah biasanya fokus padakajian sejarah kedaerahan, misalnya di Universitas Sumatra Utara dengan kajian sejarah daerah sumatra atauUniversitas Hasanudin Makassar dengan kajian sejarah Sulawesi (correct me if I wrong, ya… hehe). Lebih jauh tentang kekhasan kajian itu bisa dikonsultasikan dengankawan-kawan di masing-masing  perguruan tinggi. Dengan perkembangan media sosial sekarang tentu hal itu bukan hal yang sulit.

Sebagai catatan, apa yang saya paparkan di atas adalah tentang program studi ILMU SEJARAH atau kawan-kawan biasanya menyebutnya SEJARAH MURNI. Bukan program studiPENDIDIKAN SEJARAH. Karena kedua program studi ini sama-sama mempelajari sejarah tetapi berbeda. Program studi Pendidikan Sejarah secara lebih khusus lagi adalah medan pendidikan calon-calon guru sejarah. Setahu saya kawan-kawan dari program studi Pendidikan Sejarah ketika lulus telah memiliki akta mengajar yang menjadi syarat untuk menjadi pengajar di sekolah-sekolah. Jadi beda ya, adik-adik. Karena saya berkecimpung di program studi Ilmu Sejarah saya tidak bisa bicara banyak tentang program studi Pendidikan Sejarah. Kampus-kampus yang terdapat program studi

Pendidikan Sejarah di antaranya adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Negeri Malang (UM), atau Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

 

Prospek Kerja Lulusan Program Studi Sejarah?

Sampailah saya pada pembicaraan yang paling berat. Satupertanyaan yang pasti ditanyakan oleh adik-adik kepada saya. Prospek kerja lulusan sejarah. Berat karena secara pribadi saya tidak akan menjawab dengan kepastian. Berat juga karena harus pula menjelaskan lebih dahulu beberapa hal yang terkait langsung dan tidak langsung dengan mahasiswa program studi sejarah umumnya. Tetapi saya rasa hal ini harus pula saya sampaikan agar bisa dijadikan sebagai pertimbangan dan persiapan bagi adik-adik. Persiapan mental terutama. Dibagian sebelumnya, saya menyampaikan bahwa jangan sampai adik-adik salah pilih.

Harus diakui bahwa peminat studi sejarah itu sedikit. Di antara yang sedikit itu ada yang memang sedari awal memiliki komitmen terhadap keilmuan sejarah. Ada juga, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada mereka, yang masuk sejarah sebatas sebagai batu loncatan ke dunia kerja. Dan ada pula, juga tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada mereka, yang “terpaksa” masuk program studisejarah karena gagal memasuki program studi pilihan utamanya. Yang perlu dicatat juga, adalah mereka yang awalnya “tak sengaja” atau “terpaksa” masuk program studi sejarah lalu malah menemukan “sesuatu” yang membuat mereka beruntung atau kemudian mendedikasikan dirinya untuk keilmuan sejarah. Seringkali faktor utamayang jadi penyebab sepinya peminat studi sejarah adalahmasalah prospek kerja.

Kalau melihat keadaan Indonesia sekarang ini, alasan itu menjadi terasa sangat wajar memang. Kita ini hidup di negara berkembang yang sebagian masyarakatnya masih menjadikan pertimbangan ekonomis sebagai satu hal penting dalam aspek hidupnya. Termasuk dalam menentukanpilihan studi di perguruan tingggi. Biasanya mereka memilih bidang-bidang studi yang memberikan prospek cerah dari segi finansial di masa depan atau setidaknyabisa gampang mencari kerja. Itu kenyataannya, harus dimafhumi dan tak perlu disesali. Itulah sebabnya pula bidang-bidang studi ekonomi, psikologi, teknik, kesehatan, dan beberapa ilmu terapan laris manis. Sementara rumpun ilmu-ilmu murni, terutama bidang sosial dan sastra atau budaya sepi peminat. Kita mafhumi, lulusan kedokteran bisa jadi dokter. Lulusan psikologi bisa jadi pegawai bidang SDM di perusahaan. Lulusan farmasi bisa jadi apoteker atau buka apotek sendiri. Lulusan keperawatan bisa jadi perawat. Tapi coba lulusan sejarah, apakah harus jadi sejarawan juga?Atau coba pikirkan lagi, lulusan ilmu politik lalu harus jadi politikus? atau lulusan sastra Indonesia lantas jadi sastrawan? Tentu tidak.

Prospek kerja lulusan sejarah atau bisa pekerjaan yang bisa dilakukan dengan bekal ilmu sejarah sebenarnya tidaklah sesedikit yang disangkakan. Kalau dipikirkan linear memang terlihat sedikit sekali. Biasanya di buku-buku panduan ujian masuk perguruan tinggi disebut peluang kerja jurusan sejarah tidak jauh-jauh dari bidang akademisi (dosen, guru) dan bidang penelitian (periset di lembaga-lembaga penelitian atau perusahaan). Tapi coba cermati sejenak, prospek itu jadi sedikit karena kita berpikir linear. Artinya kita hanya memandang lulusan sejarah nantinya kerja juga di bidang yang langsung berkaitan dengan ilmu yang dipelajari. Padahal tidak sepenuhnya demikian. Saya pribadi membedakan prospek kerja menjadi dua. Pertama,

pekerjaan yang menerapkan secara langsung bidang ilmu kita. Kedua, pekerjaan yang tidak secara langsung menerapkan bidang ilmu kita.

Soal pilihan pertama saya rasa sudah jelas. Biasanya memang orang-orang dengan dedikasi dan komitmen kuat untuk mengembangkan keilmuan memilih jalur ini. Pilihankedua adalah alternatif, dan itulah mengapa saya sebenarnya tidak sutuju dengan anggapan bahwa prospek kerja lulusan sejarah sangat terbatas. Sama sekali tidak. Dan terbukti di laman web program studi sejarah beberapa perguruan tinggi mencantumkan prospek kerja yang lebih dari pada sekadar pilihan pertama.

Tetang pilihan kedua, prospek lebih terbuka lagi. Wartawan, bidang permuseuman, kearsipan dan dokumentasi, perpustakaan, bidang penerbitan (penulis profesional, editor, wirausaha penerbitan), pariwisata (pemandu, fotografer, penyedia jasa wisata) adalah beberapa yang bisa adik-adik pertimbangkan. Bidang-bidang tersebut memang tidak langsung terkait dengan ilmu sejarah, tetapi dengan dasar-dasar ilmu sejarah kita bisa melakukannya. Dasar-dasar metode sejarah misalnya bisa kita aplikasikan di bidang jurnalistik. Sejarah mengajari kita untuk kritis, teliti, tekun, danterampil dalam literasi (kepenulisan), potensi-potensi itulah yang menjadi modal lulusan sejarah memasuki dunia kerja. Termasuk juga jadi wartawan itu.

Kita bisa berkaca dari beberapa tokoh yang berasal darilulusan sejarah. Kuntowijoyo misalnya. Di antara sejarawan-sejarawan Indonesia beliau mungkin adalah yang paling luas dikenal. Tidak hanya sebagai sejarawantetapi juga sastrawan. Selain sebagai ilmuan yang berdedikasi dengan terbitan karya ilmiahnya yang diakuisecara luas, beliau juga dikenal sebagai penulis novel dan cerpen  yang baik.Metodologi Sejarah, Pengantar Ilmu

Sejarah, dan Penjelasan Sejarah adalah beberapa karya ilmiahnya yang hingga kini menjadi salah satu rujukan akademisi-akademisi sejarah. Karya sastranya yang masyur di antranya adalah novel Khotbah Di Atas Bukit, Wasripindan Satinah, Mantra Penjinak Ular, dan kumpulan cerpen yang baru-baru ini di terbitkan Pelajaran Pertama Bagi Calon Politisi.

Patut pula dikedepankan nama JJ Rizal dan Bonnie Triyana yang sukses di bidang penerbitan. JJ Rizal kitakenal sebagai empunya penerbit Komunitas Bambu yang secara intens menerbitkan buku-buku sejarah. Sedangkan Bonnie Triyana kita kenal sebagai pemimpin majalah sejarah yang belakangan ini naik daun dan mendapat banyak apresiasi positif, Historia. Masih butuh contoh lagi? Ada nama Asep Kambali yang mendedikasikan dirinyamengembangkan pariwisata sejarah di Jakarta dengan Komunitas Historia Indonesianya. KHI perlahan tapi pasti berhasil mendekatkan sejarah kepada publik luas lintas usia lewat kegiatan pariwisata edukatifnya. Mereka-mereka adalah kalangan sejarawan generasi muda yang secara kreatif menjadikan sejarah tidak hanya sebatas hafalan angka-angka tahun. Dan mereka sukses berbekal ilmu sejarah yang dipelajarinya semasa kuliah.

Akhirnya, kita kembali lagi pada satu hal yang mendasar, passion. Bermula dari passion dan niat itulahkita kemudian mengembangkan diri kita untuk melangkah ke depan. Karena itulah di awal saya memulai pembicaraan dari soal passion. Saat kemudian kita masukke dunia kampus, itulah medan kita untuk mengembangkan passion itu berbekal ilmu sejarah. Saya yakin, dengan usaha-usaha itu adik-adiklah yang nantinya akan menjadibukti bahwa lulusan sejarah tak Cuma jadi sejarawan. Bahwa lulusan sejarah bisa berkarya dan sukses di mana pun!

Itulah sekelumit pengalaman dan amatan saya selama ini yang bisa saya bagi kepada adik-adik semua yang berminat pada studi sejarah. Semoga bisa menjadi gambaran dan bahan pertimbangan, juga persiapan, bagi kalian semua. Mohon maaf jikalau tidak terlalu sistemastis dan pembicaraan sering meloncat-loncat. Atau mungkin terlalu berpanjang lebar juga, hehe… Yang penting Semangat Selalu!

Cara Menghitung Passing Grade SBMPTN danSNMPTNBeberapa Perguruan Tinggi Negeri tidak menggunakan sistem passing grade dalampenerimaan mahasiswa barunya. Pada penerimaan mahasiswa baru pada umumnyaberdasarkan hasil ujian saringan yang memenuhi syarat di Perguruan Tinggitersebut. Di setiap PTN syarat penerimaan mahasiswa barunya berbeda-beda, tidakada yang sama. Karena disetiap PTN memiliki ketentuan tersendiri. Namun masihada beberapa yang salah akan memahami apa itu passing grade untuk tiap-tiapjurusan dalan PTN.

Passing Grade SBMPTN

Adapun beberapa kesalahannya adalah:

# Pada dasarnya, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) manapun tidak akan memberikanbocoran tentang passing grade kepada pihak-pihak tertentu. So, passing gradeyang kita ketahui ini adalah buatan bimbel yang sengaja dibuat untuk acuankelulusan atau kemampuan dalam menjawab soal.

# Passing Grade adalah sesuatu yang sifatnya Dinamis. Artinya, setiap periodeSNMPTN/ SBMPTN memiliki standar tersendiri untuk jurusan-jurusan tertentusetiap tahunnya.

#Sejatinya passing grade bukanlah standart kelulusan dalam SNMPTN / SBMPTN,tapi keketatan karena SNMPTN / SBMPTN bertujuan untuk menyeleksi yang baik dariyang terbaik, bukan menilainya.

Tapi untuk menghilangkan rasa penasaran adek-adek semua, ada cara untukmenghitung passing grade dalam menjawab soal-soal SBMPTN tahun lalu atau TryOut untuk menghadapi SBMPTN.

Contonya anda mengerjakan Soal SBMPTN tahun lalu, dan kemudian cocokkan jawabandengan kunci jawaban yang tersedia.

Kemudian hitung passing grade anda dengan rumus berikut:

Passing Grade = (B x 4) - ( S x 1) x 100

                                      JS x 4

Keterangan:

B = Jumlah jawaban benar

S = Jumlah jawaban salah

justify;"> JS = Jumlah soal

Passing Grade Paijo

Contohnya: Hari pertama (materi dasar), Paijo menjawab 25 Soal SBMPTN denganbenar dan 25 soal dengan salah, dan 25 soal tidak dijawabnya.

Cara menghitungnya:

(25x4) - (25x1) x 100 = 25

          75 x 4

Jadi passing grade Paijo pada hari pertama adalah 25%

Hari kedua ( Kejuruan), Paijo menjawab 20 soal SBMPTN dengan benar, 10 soalsalah, dan 45 soal tidak dijawab olehnya.

Cara menhitungnnya:

(20 x 4) - (10 x 1)x 100 = 23.3

            75 x 4

Jadi passing grade hari kedua adalah 23.3%

Passing grade Paijo adalah rata-rata dari jumlah passing grade hari pertama danhari keduanya.

Passing Grade : PG Hari1 + PS Hari 2

                                     2

Jadi Passing Grade Paijo keseluruhan adalah ( 25% + 23.3% ) / 2 = 24.15%

Perhitungan passing grade juga bisa dilakukan dengan cara menggabngkan haripertama dan hari kedua:

Passing Grade =  ( (B1 + B2)x 4) - ( (S1 + S2) x 1) x 100

                                             ( JS1 + JS2) x 4)

Keterangan:

B1 : Jumlah jawaban Benar di SBMPTN hari Pertama

B2 : Jumlah jawaban Benar di SBMPTN hari Kedua

S1 : Jumlah jawaban Salah di SBMPTN hari Pertama

S2 : Jumlah jawaban Salah di SBMPTN hari Kedua

JS1 : Jumlah soal di SBMPTN hari Pertama

JS2 : Jumlah soal di SBMPTN hari Kedua

Itulah sedikit tips cara menghitung Passing Grade dari kemampuan dan kematangananda menjawab soal-soal di SBMPTN atau soal-soal SNMPTN yang lalu. Hitunglahpassing grade anda dengan benar, semoga bermanfaat dan sukses menghadapi SBMPTNtahun ini.