Pendekatan Filasat dalam Pendidikan dan Pandangan Esensialisme

17
PENDEKATAN FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN DAN PANDANGAN ESENSIALISME DALAM PENDIDIKAN Disusun Oleh: KELOMPOK 3 1.KHOTIBUL UMAM 2. IRNADA ALANATI 3. SITI FATIMATUS ZAHRO’

Transcript of Pendekatan Filasat dalam Pendidikan dan Pandangan Esensialisme

PENDEKATAN FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN DAN PANDANGAN

ESENSIALISME DALAM PENDIDIKAN

Disusun Oleh:KELOMPOK 31.KHOTIBUL UMAM2.IRNADA ALANATI3.SITI FATIMATUS ZAHRO’

Pendidikan dalam Analisis FilsafatPengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Lodge, yaitu bahwa: “life is education, and education is life”, akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh pendidikan baginya.

Analisa filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya. Pendekatan (approach) yang digunakan antara lain: Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif, berarti memikirkan, mempertimbangkan, juga membeyangkan dan menggambarkan.

Pendekatan normatif, artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia.

Pendekatan analisa konsep, artinya pengertian atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu objek. Setiap orang mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda mengenai yang sama, tergantung pada perhatian, keahlian dan kecendrungan masing-masing. 

Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang actual (scientific analysis of current life) penedekatan ii sasarannya adalah masalah-masalah kependidikan yang actual, yang menjadi problem masa kini, dengan menggunakan metode ilmiah dapat di diskripsikan dan kemudian di pahami permasalan-permasalahan yang hidup dan berkembang dalam masayrakat dan dalam proses pendidikan serta aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.

Filsafat Pendidikan dalam studinya menggunakan metode: a) metode rasionalistik, b) metode empirik, c) metode intuisi, d) metode reflektif, e) metode historis, dan f) metode analisis sintetis serta hermeneutika.

Rasionalistik, suatu paham yang mengedepankan rasio.  Sehingga paham ini dalam menganalisis fenomena (alam) berpegang pada kemampuan akal pikiran belaka. Adapun langkah-langkah berpikir rasionalitik sbb: 1). Tidak menerima begitu saja atas sesuatu yang belum diakui kebenarannya; 2). Menganalisis dan mengklasifikasi secara teliti; 3). Diawali sasaran yang paling sederhana dan mudah menuju yang kompleks; 4). Tiap masalah dibuat uraian yang sempurna dan dilakukan pengkajian kembali secara umum. Lankah-langkah tersebut dapat dipahmi bahwa untuk mengambil suatu kesimpulan memerlukan analisis secara teliti dan seksama, dan pengkajian ulang sehingga kecil kemungkinan terjadi bias.

Rasionalistik

Metode ini dalam menganalisis fenomena-fenomena yang ada berdasarkan pengalaman, observasi dan penelitian/ eksperimen. Pengalaman menjadi sesuatu yang utama, baik yang dihasilkan melalui observasi, penelitian atau ekperimen. Rasio menjadi pendukungnya dari pengalaman. Metode ini dikedepankan dalam dunia ilmu pengetahuan yang dapat diuji kembali kebenerannya di lain waktu

Empirik

Intuisi memiliki kadar lebih tinggi dibanding intelek. Namun intuisi ini sulit untuk dibuktikann secara empirik, sulit pula diukur. Sehingga sering disingkirkan sebagai metode berpikir khususnya di dunia ilmu pengetahuan.

Intuisi

Reflektif: suatu cara berfikir yang dimulai dari adanya problem-problem yang dihadapkan kepadanya untuk dipecahkan. Problem-problem yang ada menjadi titik berangkat pemikirannya, tanpa adanya problem-problem aktifitas refleksi pun sulit dilakukan. Berdasar problem-problem yang dihadapi akan melahirkan hasil pemecahannya. Perjalanan roda pendidikan selalu dihadapkan problem-problem yang terus meneruak muncul karena pendidikan suatu yang terus berkembang. Dan problem yang besar tidak lain adalah kenyataan.

Reflektif

Hermeneutik suatu alat atau metode pengkajian untuk mendapatkan pemahaman pengetahuan atau kebenaran.Metode-metode tersebut tidak selalu pas/relevan dan dapat digunakan disetiap obyek kajian. Untuk itu penggunaan metode harus mempertimbangkan relevansi bahan yang menjadi obyek pengkajian, penemuan atau pengembangan pendidikan, sehingga akan menghasilkan kesimpulan yang benar dan tidak bias.

Hermaneutik

Pengertian EsensialismeEsensialisme merupakan aliran filsafat yang lebih merupakan perpaduan ide filsafat idealism-objektif disatu sisi dan realism objektif disisi lainnya. Oleh karean itu wajar jika ada yang mengatakan Plato sebagai peletak asas-asas filosof aliran ini, sedangkan Aristoteles dan Democritos sebagai peletak dasar-dasarnya. Namun demikian kemunculan aliran ini di dasari oleh filsafat idealism Plato dan realisme Aristoteles, bukan berarti aliran ini lebur kedalam paham esensialisme. Sebagai aliran filsafat, Esensialisme telah lahir sejak zaman Renaissance, bahkan sejak zaman Plato dan Aristoteles.

1. Desiderius Erasmus, humanis Belanda yang hidup pada akhir abad 15

2. Johan Amos Comenius (1592-1670).

3. John Locke (1632-1704.4. Johann Henrich Pestalozzi

(1746-1827.5. Johann Friederich Frobel (1782-

1852.6. Johann Friederich Herbert

(1776-1841.7. William T. Harris (1835-1909).

TOKOH-TOKOH MENYEBARLUASKAN ESENSIALISME

Mengenai BelajarBelajar adalah proses penyesuaian diri indivividu dengan lingkungan dalam pola stimulus dan respon. Dalam hal ini tugas guru adalah sebagai agen untuk memperkuat pembentukan kebiasaan dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan tersebut. Berdasarkan konsep ini para esensialis sangat yakin bahwa belajar mesti didasarkan pada disiplin dan kerja keras yang ketat. Hal disebabkan proses belajar akan berlangsung baik dengan adanya dedikasi yang tinggi untuk meraih tujuan yang lebih jauh.

Pandangan Esensialisme Dan Penerapannya Di Bidang Pendidikan Antara Lain:

Mengenai KurikulumKurikulum dalam pandangan esensialisme adalah kurikulum yang kaya, bertingkat, sistematis yang didasarkan pada satu kesatuan pengetahuan yang tidak terjabarkan lagi, pada sikap yang berlaku pada suatu kebudayaan demokratis.Kurikulum pada dasarnya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak, yang utama adalah kajian-kajian tentang segala hal yang esensial yang meliputi metode ilmiah dunia, lingkungan manusia, budaya dan alamiah serta apresiasi terhadap seni.

Mengenai Peserta didikPeserta didik adalah mahluk rasional dalam penguasaan fakta dan keterampilan-keterampilan pokok yang siap siaga melakukan latihan-latihan intelektif. Peserta didik disini merupakan objek dari pendidikan sifatnya menerima apa yang diajar oleh pendidik, sebab peserta didik dianggap belum mampu mengidentifikasikan dirinya..

Mengenai PendidikPeranan Pendidik kuat dalam mempengaruhi dan mengewasi kegiatan-kegiatan peserta didik dalam proses belajar . Pendidik berperan sebagai mediator antara dunia masyarakat atau orang dewasa dengan dunia anak. Maka pendidik harus disiapkan agar  mampu melaksanakan perannya sebagai pengarah proses belajar. Adapun secara moral guru haruslah orang berakhlak baik yang dapat dipercaya, sebab pendidik merupakan contoh dalam pengawalan nilai-nilai. Dengan demikian inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada peserta didik

Terima KasihWassalamu’alaikum Wr.Wb