PENCIPTAAN LAKON PARASHURAMA - Jurnal | ISI Surakarta

17
Vol. XVIII No. 2, Desember 2021 95 Aan Bagus Saputro dan Jaka Rianto: Penciptaan Lakon Parashurama Pengantar Loyalitas atau kesetiaan berarti suatu komitmen yang tidak bisa dirusak dengan mudah. Kesetiaan memang sebuah kata yang mudah untuk diucapkan tetapi untuk menepatinya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kesetiaan tidak akan berubah seiring perubahan keadaan, setiap situasi datang silih berganti untuk menguji kesetiaan. Sebagaimana pengertian loyalitas oleh Husni dkk (2018) yang menyatakannya sebagai berikut. Loyalitas berasal dari kata loyal yang berarti setia. Loyalitas pada dasarnya merupakan kesetiaan, pengabdian, dan kepercayaan yang diberikan atau ditunjukan kepada seseorang atau lembaga yang didalamnya terdapat rasa cinta dan tanggung jawab untuk berusaha memberikan pelayanan dan perilaku terbaik. Kesetiaan muncul berdasarkan atas situasi emosinal kejiwaan manusia dalam memvisualkan sudut pandang dan kepercayaan PENCIPTAAN LAKON PARASHURAMA Aan Bagus Saputro Mahasiswa Program Studi Pedalangan Jurusan Pedalangan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta Jaka Rianto Staf Pengajar Program Studi Pedalangan Jurusan Pedalangan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta Abstract The presentation of Parashurama, universally, tells about the loyalty, dharma of life and toler- ance possessed by the figure of Rama Bargawa. The message conveyed in this Lakon Parashurama is about the great respect for the country and parents. Parashurama’s creation uses the form of pakeliran padat with the methods of observation, interviews and data analysis. The results show that Parashurama’s work is able to provide a presentation with complex prob- lems in life, namely loyalty. Parashurama’s inner conflict between the two choices is solved by holding on to the dharma that must be held in life. Keywords: Parashurama, loyalty, dharma, pakeliran padat. diri. Tidak banyak yang menemukan sisi-sisi setia yang ada dalam diri manusia, akan tetapi penyerahan diri atau prinsip kesetiaan ini hadir ketika menemukan kondisi yang tepat antara satu pihak dengan lawannya. Seperti penuturan Budiyono bahwasanya kesetiaan adalah sifat orang yang berpendirian teguh, tepat dengan perjanjian atau keputusan hasil musyawarah bersama, taat pada orang tua, keluarga, suku dan bangsa, serta tidak mudah terbujuk oleh orang lain termasuk termakan bujuk rayuan mengenai harta (2007:30). Telaah yang dilakukan berdasarkan idiom kesetiaan, ditemukan bahwa sejatinya bentuk kesetiaan ini juga tercabang menjadi beberapa aspek di antaranya aspek setia terhadap aturan, setia terhadap janji, dan setia kepada negara. Semuanya hadir dalam konsep tataran tertentu sesuai dengan emosional diri manusianya. Terkadang manusia memiliki sikap acuh, egois, masa bodoh dan simpati, keseluruhanya sangat mempengaruhi tingkat kesetiaan yang ada dalam diri manusia. Tidak jarang pula ditemui rasa setia seseorang itu berubah hanya karena

Transcript of PENCIPTAAN LAKON PARASHURAMA - Jurnal | ISI Surakarta

Vol. XVIII No. 2, Desember 2021 95

Aan Bagus Saputro dan Jaka Rianto: Penciptaan Lakon Parashurama

Pengantar

Loyalitas atau kesetiaan berarti suatukomitmen yang tidak bisa dirusak denganmudah. Kesetiaan memang sebuah kata yangmudah untuk diucapkan tetapi untukmenepatinya tidak semudah membalikkantelapak tangan. Kesetiaan tidak akan berubahseiring perubahan keadaan, setiap situasidatang silih berganti untuk menguji kesetiaan.Sebagaimana pengertian loyalitas oleh Husni dkk(2018) yang menyatakannya sebagai berikut.

Loyalitas berasal dari kata loyal yangberarti setia. Loyali tas pada dasarnyamerupakan kesetiaan, pengabdian, dankepercayaan yang diberikan atau ditunjukankepada seseorang atau lembaga yangdidalamnya terdapat rasa cinta dan tanggungjawab untuk berusaha memberikan pelayanandan perilaku terbaik.

Kesetiaan muncul berdasarkan atassituasi emosinal kejiwaan manusia dalammemvisualkan sudut pandang dan kepercayaan

PENCIPTAAN LAKON PARASHURAMA

Aan Bagus SaputroMahasiswa Program Studi Pedalangan Jurusan Pedalangan

Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta

Jaka RiantoStaf Pengajar Program Studi Pedalangan Jurusan Pedalangan

Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta

Abstract

The presentation of Parashurama, universally, tells about the loyalty, dharma of life and toler-ance possessed by the figure of Rama Bargawa. The message conveyed in this LakonParashurama is about the great respect for the country and parents. Parashurama’s creationuses the form of pakeliran padat with the methods of observation, interviews and data analysis.The results show that Parashurama’s work is able to provide a presentation with complex prob-lems in life, namely loyalty. Parashurama’s inner conflict between the two choices is solved byholding on to the dharma that must be held in life.

Keywords: Parashurama, loyalty, dharma, pakeliran padat.

diri. Tidak banyak yang menemukan sisi-sisisetia yang ada dalam diri manusia, akan tetapipenyerahan diri atau prinsip kesetiaan ini hadirketika menemukan kondisi yang tepat antarasatu pihak dengan lawannya. Seperti penuturanBudiyono bahwasanya kesetiaan adalah sifatorang yang berpendirian teguh, tepat denganperjanjian atau keputusan hasil musyawarahbersama, taat pada orang tua, keluarga, sukudan bangsa, serta tidak mudah terbujuk olehorang lain termasuk termakan bujuk rayuanmengenai harta (2007:30).

Telaah yang dilakukan berdasarkan idiomkesetiaan, ditemukan bahwa sejatinya bentukkesetiaan ini juga tercabang menjadi beberapaaspek di antaranya aspek setia terhadap aturan,setia terhadap janji, dan setia kepada negara.Semuanya hadir dalam konsep tataran tertentusesuai dengan emosional diri manusianya.Terkadang manusia memiliki sikap acuh, egois,masa bodoh dan simpati, keseluruhanya sangatmempengaruhi tingkat kesetiaan yang adadalam diri manusia. Tidak jarang pula ditemuirasa setia seseorang itu berubah hanya karena

Vol. XVIII No. 2, Desember 202196

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

satu kondisi tertentu. Semisal adalah rasa acuh,egois dan masa bodoh, idiom atau aspektersebut menimbulkan penurunan prosentaserasa setia manusia. Kasus keegoisan itu jugaterkadang mampu memecah belah keterikatanemosional serta rasa setia setiap orang.

Sikap-sikap tersebut juga mempengaruhikepribadian manusia, salah satunya adalahsistem berpikir manusia itu sendiri. Nilai-nilaikesetian bisa diartikan pula sebagai tumbuhanjiwa yang berevolusi menjadi satu tindakanberwujud cinta kasih, solidaritas, dan interpretasiatas segala ide dan perenungan jiwa.

Melalui kesetiaan ini hubungan dengansetiap manusia menjadi selaras pada satu titikkoordinat rasa, yang mengakibatkanterbentuknya satu keharmonisan atas dasartanggung jawab dan empati. Penjabaran di atasdapat diruncingkan lebih spesifik lagi terkaitcabang kesetiaan yang pada akhirnya mengakarmenjadi pedoman hidup atau pegangan untukdisalurkan dengan kehidupan yang ada sepertihalnya kesetiaan terhadap suatu negara,kesetiaan terhadap keluarga, dan kesetiaanterhadap lingkungan sekitar. Akan tetapi,kesetiaan yang menjadi pedoman tersebutterkadang juga memunculkan rasakebimbangan. Pada satu kasus kebimbanganitu muncul ketika dua tanggung jawabbertentangan lalu mau tidak mau, bersedia atautidak, keputusan harus diambil sesuai keteguhanhati. Berawal dari titik kebimbangan itulahselanjutnya muncul konklusi sebagai syaratpenyelesian akan satu kasus tertentu.

Berangkat dari latar belakang tersebutkemudian menghadirkan ide untuk merangkumkebimbangan atas kesetiaan itu menjadi suatukarya baru yang dikemas secara kompleksdalam bentuk pertunjukan wayang kulit purwadengan konsep pakeliran padat. Adapun tokohyang dijadikan embrio pengupasan kasus adalahtokoh Rama Bargawa. Karya ini bertajukParashurama, yang juga menjadi nama lain dariRama Bargawa.

Rama Bargawa ini sangat erat kaitannyadengan unsur kesetiaan, mulai dari rasa setianyaterhadap keluarga, orang tua sampai dengankesetiannya terhadap negara. Akan tetapi, sikap

kesetiaannya tersebut kemudian berbenturandengan kenyataan yang ada ketika mengetahuikonflik yang lahir dari buah perilaku kepala negarayang memimpin pemerintahan atas RamaBargawa. Kebimbangan terhadap pilihantersebut menjadi awal kerisauan hati RamaBargawa, memilih setia terhadap peraturan akantetapi harus merelakan kasih sayang, atau teguhdengan rasa cinta tetapi hancur dalampengabdian. Pada akhirnya studi kasus lakonini diharapkan mampu menjadi bahanperenungan batin manusia agar beranimengambil keputusan di tengah kemelut angan-angan yang tidak menentu.

Sajian Parashurama digarap dalam konseppakeliran padat. Pemilihan konsep ini dilandasioleh keinginan untuk menggarap sebuahpakeliran yang langsung tertuju kepada intipermasalahan. Selain itu, konsep pakeliranpadat juga memberikan kebebasan secarapenuh terhadap kreatif itas yang ingindiungkapkan di dalam pakeliran (Sudarko,2003:42). Konsep nuksma dan mungguh turutdigunakan dalam sajian ini. Konsep nuksma danmungguh mengedepankan ketepatan rasa baiksecara bentuk maupun isi dari sajian (Sunardi,2003:158-164). Konsep ini dijadikan acuanuntuk mengeskplorasi sebuah sajian yang tidakrowa secara kemasan, akan tetapi mengenasecara hayatan.

Beberapa metode dilakukan untuk karyaini. Tahap-tahap dilakukan dengan observasi,pengumpulan data, dan penentuan narasumberserta instrumen yang digunakan, serta teknikdan penyajian hasil analisis.

Adapun data yang dikumpulkan beruparekaman audio-video visual, di antaranya lakonRama Bargawa sajian Sigit Ariyanto, ditambahdengan pakeliran Purbo Asmoro dalam lakonBanjaran Rama Bargawa, serta ditambahkanpula pakeliran Manteb Soedarsono dengan lakonGeger Ayodya. Rekaman audio-visual tersebutdijadikan literatur komparasi guna mendapatkandata yang tepat agar dalam penciptaan karyaseni Parashurama ini tidak memiliki kesamaandengan literatur tersebut. Adapun sumbertertulis, yaitu Balungan Lakon “Pustaka RajaPurwa”, Silsilah Wayang Purwa Mawa Carita, dan

Vol. XVIII No. 2, Desember 2021 97

Aan Bagus Saputro dan Jaka Rianto: Penciptaan Lakon Parashurama

Ensiklopedi Wayang Indonesia. Selanjutnyauntuk mendapatkan informasi dari sumber lisan,penulis melakukan wawancara kepada beberapanarasumber guna menadapatkan informasi yangvalid dan akurat, serta memiliki pandangan akanalur cerita termasuk sanggit yang ada dalampakeliran Parashurama ini. Teknik pengumpulandata untuk menyusun karya ini dilakukan dalamtiga tahap, yaitu orientasi, observasi danwawancara.

Observasi dilakukan untuk memastikanagar data yang didapatkan penulis semakin jelasdan akurat. Tidak lupa dalam penyajiannyamenggunakan instrumen gamelan berlarasslendro dan beberapa tambahan alat musikseperti kecapi, saxophone, chimes, dan sulinggambus untuk mendukung jalannya sajian karyaParashurama ini sendiri.

Setelah melakukan analisa dari data-datayang didapatkan, langkah selanjutnya adalahmembuat rancangan cerita, kerangka ceritaatau balungan lakon yang kemudian dieksplorlagi menjadi satu bentuk naskah pakeliran padatdengan lakon Parashurama.

Pembahasan

Berdasarkan pemaparan dalam latarbelakang di atas, seseorang dalam menjalanikehidupan selalu dihadapkan pada pilihan-pilihanhidup yang sulit. Untuk menentukan sebuahpilihan hidup, biasanya manusia meraih dengankesetiaan. Akan tetapi untuk menghadapipersoalan yang besar kadang-kadang tidakcukup dengan itu. Contohnya ketika seseorangharus memilih kebenaran yang tumbuh karenakeyakinan hati akan tetapi harus berbenturandengan kepentingan keluarga, negara danbangsa. Satu-satunya jalan maka is hendaknyamemiliki ketegasan sikap dan komitmen pribadiyang kuat agar selalu berorientasi padakebenaran dan kemanusiaan.

Sikap tersebut diinterpretasikan dalamsudut pandang kesetiaan. Kesetiaan yangdimaksud adalah kesetiaan kepada kebajikandan kebenaran. Sikap setia kepada seorangpemimpin dan negara yang tidak terbalaskandengan sesuatu yang bijak tetapi justru

menimbulkan sebuah konfl ik yangberkepanjangan. Pada akhirnya, tidak adakesetiaan yang harus diperjuangkan kecualikesetiaan kepada hatinya sendiri. Sikapkesetiaan inilah yang digunakan sebagaigagasan pokok dalam menggarap pakeliranpadat dengan lakon Parashurama. Secaraharfiah, nama Parashurama bermakna RamaBargawa yang bersenjata kapak, dan kapakitu digambarkan untuk menegakkan keadilandan kebenaran.

Sanggit CeritaSetelah meninjau sumber yang ada,

merenungkan, dan melakukan pertimbangan,kemudian disusun kembali lakon Parashuramayang sesuai dengan tema dan kebutuhansajian. Adapun rincian sanggit sajian ini secaragaris besar adalah seperti berikut.

Bermula dari sang Jagal Pati yang dulunyaadalah algojo di Negara Maespati yangmempunyai niat membalaskan dendam kepadaPrabu Heriwadi karena keluarganya telah difitnahhingga hancur berantakan dan akanmenegakkan keadilan di Negara Maespati.Terjadilah pertempuran antara sang Jagal Patidengan para prajurit Maespati, karena tidakkuasa menandingi kekuatan Jagal Pati, paraprajurit Maespati kalah. Jamadagni majudimedan pertempuran untuk melawan JagalPati. Jamadagni merebut kapak Jagal Pati danJagal Pati terbunuh oleh Jamadagni dengansenjata kapak itu sendiri.

Jamadagni diangkat menjadi algojo diNegara Maespati dan berubah nama menjadiRama Bargawa dan Rama Parasu. Dilanjutkandengan adegan Dewi Renuka yang dipaksa olehPrabu Heriwadi untuk melayani nafsu bejatnya.Akan tetapi, Renuka menolak melayani PrabuHeriwadi, sakit hati yang dirasakan Heriwadimendorongnya untuk memanfaatkan kancinggelung Renuka sebagai alasan memfitnahRenuka itu sendiri. Patih Citrayatna menasehatiPrabu Heriwadi karena takut perbuatan rajanyaakan diketahui oleh rakyat Maespati, lalu PrabuHeriwadi memerintahkan kepada PatihCitrayatna untuk mengembalikan kancing gelungmilik Renuka yang tertinggal, maka berangkatlahPatih Citrayatna menemui Renuka.

Vol. XVIII No. 2, Desember 202198

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

Dilanjutkan dengan adegan PertapanJatisrana, Resi Risanggeni dan Rama Bargawakedatangan Prabu Heriwadi yang bertujuanmemberi hukuman kepada Dewi Renuka karenatelah berselingkuh dengan Patih Citrayatna.Prabu Heriwadi mengatakan kepada ResiRisanggeni bahwa setiap 2 atau 3 hari sekali,Patih Citrayatna diam-diam menemui Renuka,itu adalah siasat atau fitnah Prabu Heriwadikepada Dewi Renuka dan Patih Citrayatna untukmenghilangkan semua bukti. Setelah kepergianPrabu Heriwadi, Rama Bargawa berpamitanuntuk mencari bukti perselingkuhan ibunyadengan Patih Citrarata.

Rama Bargawa mengetahui PatihCitrayatna bertemu dan mengembalikan kancinggelung milik Renuka, dan Rama Bargawamenghajar Patih Citrayatna karena merasaibunya benar-benar berselingkuh dengan PatihCitrayatna. Dengan rasa amarah Rama Bargawamenanyakan kepada ibunya apakah telahsel ingkuh dengan Citrayatna. Untukmenghilangkan semua bukti, dari kejauhanPrabu Heriwadi melepaskan panah kepadaRenuka agar Renuka segera tewas dan tidakbuka mulut kepada Rama Bargawa. Panah yangdilepaskan Prabu Heriwadi mengenai punggungDewi Renuka, dengan sisa-sisa kekuatan yangdimiliki dan menahan rasa sakit, Dewi Renukamengatakan kepada Rama Bargawa bahwasebenarnya yang telah memaksa dirinya adalahPrabu Heriwadi bukan Patih Citrayatna.

Rama Bargawa kaget dan histeris karenaibunya telah tewas karena anak panah yangmengenai punggung ibunya. Resi Risanggeniyang tahu kematian istrinya segera menemuiDewi Renuka dan Bargawa. Resi Risanggenimengatakan kepada Bargawa untuk menerimasemua kejadian ini dan membujuknya supayatidak gegabah dalam melakukan sesuatu. Rasabersalah karena tidak bisa menjaga ibunya,dengan rasa marah Bargawa mencari PrabuHeriwadi karena semua ini akibat perbuatan rajaMaespati. Setelah berhasil menangkap danmenghajar Prabu Heriwadi, tanpa pikir panjangRama Bargawa mengarahkan leher PrabuHeriwadi tepat di kapak Parasu miliknya hinggaPrabu Heriwadi tewas tertancap di kapak

tersebut. Setelah mengadili Prabu Heriwadi,Rama Bargawa bersumpah akan meneruskanperjuangan Jagal Pati untuk menegakankeadilan, dan menegakan kebenaran untukmenebus kematian ibunya. Rama Bargawamengatakan tidak akan menginjakkan kaki diNegara Maespati lagi dan memilih pergi ke hutanuntuk menenangkan diri. Selama RamaBargawa menenangkan diri dan hidup secarabebas di hutan, sampai lah ke masakepemimpinan Prabu Arjunasasrabahu.

Di Negara Maespati Prabu Arjunasasradihadapkan prajurit Maespati. Suatu ketika selirsang raja menginginkan binatang hutan untukmenambah peliharaan di dalam taman kerajaan,Prabu Arjunasasrabahu memberi perintahkepada prajurit Maespati agar pergi ke hutanuntuk memburu hewan yang diinginkan selirnya,sekaligus jika bertemu dengan Rama Bargawadiharapkan untuk membunuhnya demimembalaskan dendam kematian kakeknya yaituPrabu Heriwadi. Prajurit Maespati segeraberangkat ke hutan, sesampainya di hutan paraprajurit menebangi pohon-pohon besar hinggamembuat hewan-hewan kalang kabut.

Rama Bargawa merasakan kejanggalanakan situasi hutan, dan segera pergi untukmenyelidiki. Di tengah hutan Rama Bargawabertemu dengan prajurit Maespati, terjadilahperdebatan yang berujung pada perkelahian.Para prajurit Maespati yang tak kuasamenandingi kekuatan Rama Bargawa pun kalah,Prabu Arjunasasrabahu maju untuk menghadapiRama Bargawa yang tidak bisa dikalahkan olehpara prajuritnya. Rama Bargawa mengingatkankepada Arjunasasrabahu bahwa kematiankakeknya dulu karena kesalahanya sendiri,namun Arjunasasrabahu tidak menghiraukanperkataan Bargawa dan malah menantangRama Bargawa untuk menandinginya.

Terjadilah peperangan diantara keduanya.Kesaktian Rama Bargawa yang membuatArjunasasrabahu terdesak, sampai padaakhirnya kapak Rama Bargawa merenggutnyawa Arjunasasrabahu dengan kematian yangsangat tragis. Dinasti Arjunasasrabahu punah,dan Kerajaan Maespati yang besar itupunakhirnya runtuh.

Vol. XVIII No. 2, Desember 2021 99

Aan Bagus Saputro dan Jaka Rianto: Penciptaan Lakon Parashurama

Tahap PenggarapanA. Eksplorasi

Eksplorasi adalah kegiatan untuk mengolahdata yang sudah berhasil dikumpulkan. Padatataran ini pemisahan dan pemilihan data itudilakukan, mana yang menjadi rangkaian karya,mana yang harus dikembangkan lagi, semuanyadisaring guna mendapatkan satu bentuk hasilbaru. Selain itu, pada pengembangannya karyaini juga membuat terobosan baru untukmemberikan mutu kualitas dalam karya.Dikarenakan konsep yang digunakan adalahkonsep padat, maka akan sangat berpengaruhsekali terhadap durasi waktu, garap sabet,kompleksitas lakon dan esensi naskahnya.

Termasuk juga untuk melahirkan suasana-suasana dalam pakeliran perlu adanya musikpengiring atau disebut dengan karawitanpakeliran. Pada sajian ini bentuk karawitanpakelirannya tidak hanya mengacu pada tradisikonvensional melainkan ada eksplorasi yangditerapkan. Seperti halnya memasukaninstrumen diatonis (kecapi, saxophone, suling,chimes) untuk memberikan dukungan suasanadalam pakeliran.

B. Penyusunan NaskahProses penyusunan naskah dari lakon

Parashurama ini merupakan langkah untukmenuangkan ide dari berbagai sumber datayang didapat, sedangkan bentukpenuangannya, yaitu dengan membuatbalungan lakon. Tahap penyusunan naskah inipenyaji atau penulis tidak serta merta menulisnaskah secara pribadi begitu saja, melainkandalam prosesnya juga berdasarkan bimbinganJaka Rianto, S.Kar., M.Hum.

Usai perumusan kerangka atau balunganlakon, kemudian diperlebar lagi menjadi bentuknaskah komplit mulai dari awal adegan hinggatanceb kayon. Penulisan naskah komplittersebut juga mempertimbangkan bentukbahasa, sanggit lakon, bentuk sabet, danbeberapa hal yang berhubungan dengankonteks alur lakon Parashurama. Setelah lahirnaskah, kemudian dilanjutkan dengan proses-proses penciptaan melalui serangkaian latihan.Selain itu, hal ini menjadi acuan untuk penataan

iringan sebagai bentuk pembangun danpembentuk suasana.

C. Penyusunan Karawitan PakeliranPenyusunan Karawitan Pakeliran ini

berpengaruh dalam penciptaan karyaParashurama, selain menjadi pendukungsuasana, perihal ini menjadi sesuatu yang jugasangat inti. Berlandaskan konsep pakeliranpadat, maka pemilihan dan penataangendhingnya ditimbang agar tidak melebihi porsinaskah dan sajian, artinya setiap iringan ataugendhing tersebut diharapkan mampumendukung suasana yang sedang berlangsungdalam pakeliran.

Penyusun menyadari jika dalam penataankarawitan pakeliran ini bukan masalah yangringan, mengingat perlu adanya bantuan daripakar terkait untuk mendapatkan hasil yangmaksimal. Oleh karenanya, dalam proses yangditempuh, pengkarya memberikan kesempatankepada para pendukung untuk ikut andil dalampenataan iringan pakeliran, dan menunjukkepada Sri Eko Widodo, S.Sn., M.Sn., sebagaipenanggungjawab iringan. Selain itu, penataaniringan ini juga memerlukan pertimbangan daripembimbing untuk mendapatkan legitimisi dankeseragaman dalam berfikir.

Penyusunan karawitan pakeliran lakonParashurama ini menggunakan repertoargendhing yang sudah ada termasukmenggunakan instrumen gamelan berlarasslendro dengan tambahan instrumen sepertisexophone, kecapi dan chimes. Penambahaninstrumen tersebut diharapkan mampumenghadirkan nada-nada diatonis yangberkolaborasi dengan pentatonis (gamelan larasslendro). Hal tersebut di lakukan untukmemberikan kesan baru, suasana baru danbentuk baru yang diharapkan sesuai denganadegan dalam pakeliran lakon Parashurama ini.

D. Pemilihan Boneka wayangPenciptaan karya ini bertajuk Parashurama

dengan esensinya tentang kisah Rama Bargawadan konflik kesetiannya baik terhadap negaramaupun orang tua. Adapun tokoh yangberkonflik dengan dirinya, diantaranya Renuka,Heriwadi, Arjunasasra, dan lain-lain.

Vol. XVIII No. 2, Desember 2021100

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

Gambar 1. Tokoh Rama Bargawa, koleksi Ki DruWedha

(Foto: Aan Bagus Saputro, 2021).

Penyaji menggunakan tokoh RamaBargawa ini karena dini lai pas untukmenggambarkan watak Bargawa yangberpendirian teguh dan tegas dalam melakukansesuatu di dalam lakon Parashurama ini.

Gambar 2. Tokoh Heriwadi, koleksi KiMuhammad Pamungkas Prasetyo Bayu Aji (Foto:

Aan Bagus Saputro, 2021).

Tokoh antagonis dalam cerita ini adalahPrabu Heriwadi, pemilihan boneka wayang inikarena dari wandanya tampak licik dan angkuh,dibuktikan dengan bentuk matanya yangkedelen.

Gambar 3. Tokoh Renuka, koleksi Ki MuhammadPamungkas Prasetyo Bayu Aji (Foto: Aan Bagus

Saputro, 2021).

Secara visual, tokoh di atas tampakmemakai selendang, sunggingan wajahberwarna hitam dengan rambut gelung. Haltersebut merupakan penggambaran sebagaiwanita yang sudah umur atau wanita yangmenjadi istri pendita, maka dari itu dipilihlahwayang tersebut menjadi tokoh Renuka.

Vol. XVIII No. 2, Desember 2021 101

Aan Bagus Saputro dan Jaka Rianto: Penciptaan Lakon Parashurama

Gambar 4. Tokoh Arjunasasrabahu, koleksi KiMuhammad Pamungkas Prasetyo Bayu Aji (Foto:

Aan Bagus Saputro, 2021).

Tokoh Prabu Arjunasasrabahu yangdigunakan di dalam lakon Parashurama ini tidakmenggunakan Prabu Rama Wijaya wandajangkah, namun menggunakan Prabu Ramawanda banyakan atau rapek, karena menurutpengkarya latar tempat tampilnya tokohArjunasasrabahu bukan di dalam kerajaan,tetapi berada di hutan sehingga tidak memakaipraban.

Gambar 5. Kancing Gelung, koleksi Ki Sujar KrisnaWidianto

(Foto: Aan Bagus Saputro, 2021).

Boneka wayang berbentuk kancing gelungini difungsikan untuk memfitnah Renuka.Digambarkan secara realis mengingatpenggambaran kancing gelung ini sangatberfungsi sebagai implementasi alat pengadudomba yang nyata.

Deskripsi SajianBagian Pathet Nem

Dalang ndhodhog kothak, kayon hakekatberada di depan dua kayon, iringan introMawurahan slendro pathet nem, kayon hakekatdicabut, keluar Jagal Pati membawa kapak,kayon kiri diambil lalu dibuang ke gawang kirilalu tancep, kayon sebelah kanan diambil tancepdi depan Jagal Pati, iringan sirep menjadigantungan Jagal, dilanjutkan monolog:

JAGAL PATI : He Prabu Heriwadi, sawangenaku Jagal Pati, kang bakal malesukum pakartimu kang senengnjarak ngrusak pagering rahayu.Ora suwe maneh, kelakon matidening aku!!!

Iringan udhar, Jagal Pati dientas ke kananiringan menjadi Srepeg Resah slendro pathetnem. Tampil ampyak dari kanan dientas kegawang kiri. Jagal Pati tampil dari gawang kiribertemu dengan ampyak. Jagal Pati menyerangprajurit iringan menjadi Srepeg Risi Resah slendropathet nem. Tampil prajurit dari gawang kananberperang melawan Jagal Pati, prajurit kalahdientas ke gawang kanan. Tampil Prabu Heriwadidari gawang kanan iringan menjadi SrepegHeriwadi laras slendro pathet nem lalu dientaske gawang kiri, kemudian bertemu dengan JagalPati lalu tancep berhadapan, iringan suwukmenjadi Sampak Antal slendro pathet nem,sirep, dilanjutkan ginem:HERIWADI : He Jagal Pati, aja kok bacut-

bacutake tumindakmu! Kowekuwi Jeksa, kang njejejgakeadeging ukum, nangingyogene tumindakmu mingersaka hukuming negara!

JAGAL PATI : Heriwadi, manis tembungmukaya wong kang utamadhewe ing Mahespati. Noleha

Vol. XVIII No. 2, Desember 2021102

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

githokmu, negara iki bubrah,negara iki meh rubuh kabehsaka pakartimu kang ora bisatinulad, kepara kaluwargakudhewe nganti kalepetandosamu!

HERIWADI : Buktine apa?JAGAL PATI : Kowe sing mbergonjak

bojoku! Ayo ngakua !!!HERIWADI : Aku ora nglakoni!JAGAL PATI : Iblis kowe!

Iringan udhar menjadi Sampak AntalNgelik, Heriwadi perang melawan Jagal Pati.Iringan seseg menjadi Srepeg Jamadagni larasslendro pathet nem, datang Bargawa. Jagal Patiberperang melawan Bargawa. Iringan sirep, laluginem:

JAGAL PATI : Jamadagni aja melu-meluurusanku !!!

JAMADAGNI : Kowe tumindak ngawu gawar!JAGAL PATI : Keparat!!!

Iringan udhar, Jagal Pati berperang denganJamadagni. Jagal Pati kalah mengambil kapakiringan menjadi Sampak Jamadagni laras slendropathet nem. Jagal Pati kembali berperangmelawan Jamadagni, setelah Jamadagnimerebut kapak iringan seseg, Jagal Patiterbunuh oleh Jamadagni iringan menjadiSampak Antaga laras slendro pathet nem,kemudian Jamadagni dientas ke gawang kanan.Tampil Heriwadi dari gawang kanan bertemudengan Jamadagni, iringan menjadi AyakManunggal laras slendro pathet nem. Ayaksuwuk, Lagon Wetah pathet nem Jogja.

HERIWADI : Oh Jamadagni, aku ngaturakepanuwun dene semonolelabuhanmu marang aku.

JAMADAGNI : Aku ora mbelani kowe,nanging aku nylametakekawibawan Mahespati. Pacenlelakon iki tuwuh sakapakartimu dhewe, umpamakowe ora njarak ngrusakpager ayu, kiraku ora bakaldadi pengamuking Jagal Pati.

HERIWADI : Iya aku njaluk pangapuraJamadagni.

JAMADAGNI :Aja njaluk pangapura marangaku, nanging njalukapangapura marang Gusti kangmurbengrat lan awakmudhewe, sabanjure ugemanajanjimu aja nganti mbalenipakarti kang padha.

Iringan menjadi Srepeg Lebur Candhalalaras slendro pathet nem, setelah gong keduairingan sirep, dilanjutkan ginem:HERIWADI : Oh bocah bagus, nadyan

sugal tandukmu nanging alusbebudenmu. Lamunmangkono wiwit dina iki akuewang-ewangana njejegakehukum ing Mahespati. DakWisudha minangka JaksaSinganegara, sanjata Parasuduweke Jagalpati anggonengaman, lan lambang jejegingadil, jejuluka Rama Parashuya Rama Bargawa!

Iringan udhar, Bargawa mbeksa sambilmembawa kapak. Setelah mbeksa, iringanmenjadi Srepeg ngelik slendro pathet nem,seseg, lalu suwuk tamban nggandul tampilRenuka dari gawang kanan dengan kayonhakekat, iringan menjadi Gandrungan KomposisiManis Esem Slendro pathet nem denganinstrumen tambahan seperti kecapi, suling,chimes, dan saxophone. Tampil Heriwadimembesar dari gawang kiri iringan menjadiPalaran Ro slendro pathet nem. Heriwadi ulap-ulap, tebah jaja lalu berjalan mengikuti alunangendhing. Iringan suwuk, dilanjutkan ginem:

HERIWADI : I lhadalah, sasireping dahurukang anempuh Mahespati,jroning aku nedya kundur ingkedhaton, lha kok kedadakkepethuk klawan wanodyaayu, yen ora kleru isih klebuwarisku dhewe, kowe rakRenuka ta?

RENUKA : Kasinggihan Sinuwun, kulagarwanipun Resi Risanggeni ingJatisrana. Sungkem kulakunjuk.

Vol. XVIII No. 2, Desember 2021 103

Aan Bagus Saputro dan Jaka Rianto: Penciptaan Lakon Parashurama

HERIWADI : Wis dak tampa agawebungahing atiku, wong ayu.Ora ta, kaya wis suwe orasapejagong, nyawangpamulunira ibarat kembangkok sajak layu. Lamun akubisa ngarani, jroning uripmuiki kaya ora antukpemareming rasa.

RENUKA : Liripun kadospundi Sinuwun?HERIWADI : Ya ngene lo tegese Renuka,

anggonku weruh klawanuripmu sagarwa kuwi oramung wangenan sasi, tahunnanging wus puluhan warsa.Tur meneh aku wus kadukapal klawan pakartine YayiBegawan Risanggeni kanggentur tapane, rahina ratrimung nengenake ingpanembah, wekasan ana babkang sipate lahir mbokmenawa rada kalepyan. Iyata?

RENUKA : Kula mboten saget matur, turta malih menika wadiningkulawarga.

HERIWADI : Hla rak apa! Aja ndadak koktutup-tutupi nyatane aku wisbisa nggerba wong ayu.Upama ana kang cicir sakaadhiku siji kae, mbok aku taksing njangkepi. Bares wae,aku banget sengsemnyawang kowe Renuka!

RENUKA : Sinuwun, bab menika mbotenprayogi. Mendah surakingkang samya uninga, menawimangertosi lelampahanmenika, jer kula sampunwinengku Garwa.

HERIWADI : Kabeh kui mung kari primpenesing pada nyimpen. Orakurang dalan!

RENUKA : Kula mboten saget nglampahisinuwun, menawi dipunlajengaken mindhakngucemaken asma padukalumembaripun PrajaMahespati. Jer celak nyanadoh nyana menawi kinintening Mahespati menika

sampun wantah ngasorakendrajating wanodya, katitikpakarti paduka yekti mbotensaget tinulad dening paradasih, kula nyuwun pamitsinuwun..

HERIWADI : He kosik, kosik Renuka.

Renuka dientas ke gawang kanan diikutiPrabu Heriwadi, iringan menjadi Srepeg SemuNgliling Slendro nem. Renuka pergi lalu dikejaroleh Herywadi, Renuka memukul Prabu Heriwadiiringan menjadi Komposisi Sampak Lagu SemuNgliling dengan tambahan instrumen sepertikecapi, chimes, dan saxophone. Renukamenolak ajakan Prabu Heriwadi untuk melayaninafsunya, Kancing Gelung Renuka udhar karenadiambil oleh Prabu Heriwadi. Renuka dientas kegawang kanan iringan menjadi srepeg larasslendro pathet nem, iringan sirep, lalu ginem:

HERIWADI : I lhadalah, dalan rupak lumuhkedhisikan. Iya, Renuka atikubacut tatu nyawang caramunampik marang Herywadi.Sawangen, kancing gelung ikikang dadi jalaran. Heh PatihCitrayatna!

Iringan udhar, Prabu Heriwadi tancep digawang kanan gedebog atas, iringan suwuk,dilanjutkan ada-ada srambahan slendro pathetnem, tampil Citrayatna dari gawang kiri,menyembah lalu tancep di gawang kiri gedebogbawah, selesai ada-ada dilanjutkan ginem:CITRAYATNA : Wonten timbalan ingkang

adhawuh Sinuwun, amiji kulapun Citrayatna.

HERIWADI : Weeruh kowe, sapa kangkatemben mungkur iki mau?

CITRAYATNA : Kados Dewi Renuka,garwanipun BegawanRisanggeni.

HERIWADI : Hahaha, bener. Aku munggumun klawan Renuka,ingatase wus ginarwa deningyayi Resi Risanggeni, nangingteka-teka kok banjur sorohjiwa raga. Hm.. aku kudu piyePatih?

Vol. XVIII No. 2, Desember 2021104

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

CITRAYATNA : Sinuwun, saking pangintenkula badhe mboten saemenawi panjang dinudud, jerlekasipun renuka mangkebadhe ngucemaken asmapaduka.

HERIWADI : Kaya bener aturmu patih,malah iki mau Kancing gelungkang dianggo dening Renukandelalah keri ana kene.Lamun jenengingsun pribadikang mrepegi unggyane, yektibakal gawe wirange wongJatisrana. Mula kang sakakuwi, tulung kancing gelung ikibalekna nyang Renuka. Ajadina iki, nanging 3 dina manehsaka kalungguhan iki, karebenkahanane dadi lerem ya tih.

CITRAYATNA : Ngestokaken dhawuhsinuwun.

Iringan srepeg laras slendro pathet nem,Citrayatna menyembah, menerima kancinggelung. Citrayatna dientas ke gawang kanan,Heriwadi pindah ke gawang kiri, tampil membesarkarawitan seseg lalu suwuk, Heriwadi tertawa:

HERIWADI : Hahahahaha, hahahaha,hahahaha !!!

Iringan sampak slendro pathet nem,Heriwadi dientas ke gawang kanan. Suasanakayon, suwuk nggandul. Pathetan koor SinomRakit oleh wiraswara, tampil Risanggeni darigawang kanan, bayangan membesar lalu tancepdi gawang kanan gedebog atas posisi tangansemedi, selesai pathetan koor karawitan menjadiLadrang Sinom Rakit laras slendro pathet nem. Tampil Heriwadi dari gawang kiri, sembah karnalalu tancep di gawang kiri gedebog atas, iringansirep, menjadi Ayak Anjang Mas slendro pathetnem, ginem:

RISANGGENI : Hyang Sukmana mangadiluwih mugya ngayomanajagat sakal ir. Mangke tamangke Kaka PrabuHerywadi, njanur gunungkadingaren, jengandika rawuh

ing pertapan Jatisrana mriki.Pambage kula mugi kunjuk.

HERIWADI : Iya yayi panemban, pambagewus sun tampa, ora liwattaklimku muga tumanduk ingkaluwarga Jatisrana sagotrah.Diagung pangaksamamulamun tekaku ing kene yektiagawe kagyating penggalihesiadhi.

RISANGGENI : Nuwun inggih Kaka Prabu,menawi keni winedhar ingakathah, menapa menggahdarunanipun?

HERIWADI : Aku dak takon, tumrapingsiadhi, watake pandhita lanratu ngenani bab pranatanukum kuwi kepriye?

RISANGGENI : Sama beda, dana dhendha.HERIWADI : Lire?RISANGGENI : Adil nglampahaken rodhaning

paprintahan, nadyan tiyangsanes menawi kagunganlelabuhan mring negari pantespinaringan nugraha, kosokwangsulipun nandyan maksihkadang nak sanak, menawi tadamel kalepatan kedahkapidana satraju lan gengingtumindakipun.

Ada-ada slendro pathet nem jugag,Heriwadi ngelus dhadha.

HERIWADI : Jumbuh klawan angen-angenku, Yayi, mesthine ikidadi barang wadi nanginggandheng jenengsira maksihkaprenah adhi, mula gelemora gelem kudu dak jarwani.

RISANGGENI : Bab menapa menika KakaPrabu?

HERIWADI : Renuka tumindak seddhengastralungiyan klawan PatihMahespati, si Citrayatna. Akuweruh kanthi mripatingsundhewe!

Iringan Komposisi Tembang MegatruhKeblat Papat slendro pathet nem, denganinstrumen tambahan kecapi, chimes, dan suling.

Vol. XVIII No. 2, Desember 2021 105

Aan Bagus Saputro dan Jaka Rianto: Penciptaan Lakon Parashurama

Risanggeni dicabut lalu ngelus dhadha,membesar kemudian tancep membelakangiHeriwadi. Tampil bayangan Renuka ditutupkayon hakekat dari dalam tubuh Risanggeni,lalu dientas ke gawang kanan, iringan sirepdilanjutkan ginem:

RISANGGENI : Re..renuka!HERIWADI : Kosik, sarehna atimu. Aja

percaya tembung jarene,mundhak sisip nggonmunandukake kawicaksanan.Nanging aku wis kaduk apallageyane Citrayatna, anggonetumeka ana unggyane yayiRenuka, mbarengi lan dinasukra kasih nedheng-nedhenge siadhi mangunsamadi. Mula kang saka kuwi,sukra kasih sesuk iki dakjaluklerena sedina wae anggonmuyoga brata, goleka sisik melikbakal ana tekan Citrayatna ingpapan patenggane si Renuka.

RISANGGENI : Inggih, Kaka Prabu. Maturnuwun sanget.

HERIWADI : Tak kira siadhi ora bakaltumpang suh anggonenandukake pakarti ya yayi,wis aku njaluk pamit.

Selesai ginem iringan udhar menjadiSrepeg Sembah Gusti slendro pathet nem.Heriwadi dan Risanggeni dicabut lalu berjalanbersamaan ke gawang kiri, Heriwadi di entaske gawang kiri karawitan suwuk, tampil Bargawadari gawang kanan, tancep di gawang kanangedebog atas, dilanjutkan ada-ada Tluturslendro pathet nem (cengkok Ki Joko PurwoPandoyo), selesai ada-ada iringan menjadiSrepeg Tlutur laras slendro pathet nem, sirepkemudian ginem:

RISANGGENI : Putraningsun ngger,Jamadagni.

BARGAWA : Ana Dawuhmu apa RamaPanemban?

RISANGGENI : Ana pakabaran kangndadekake kagyating atiku,sapungkure wakmu PrabuHeriwadi iki mau.

BARGAWA : Wa, sajak ana bab kangwigati, ana kabar apa?

RISANGGENI : Bargawa, gandeng koweminangka jaksa kangnjejegake lakuning ukum ingMahespati , aku bakalnakyenake, ukumanapa kang pantes tumrapingwong badrek jinah tumindaksedheng !!!

BARGAWA : Sing lanang dipateni, singwadon dikisas nyawane.Sapa kawula Mahespati kangtumindak kaya mangkono?

RISANGGENI : Renuka, Ibumu dhewe.

Iringan Sampak Tlutur slendro pathetnem, Bargawa dicabut kemudian tancep digawang kanan, iringan suwuk, ginem:

BARGAWA : Sapa sing kanda?RISANGGENI : Anut pangandikaning kakang

Heriwadi, kabare sedhengklawan patih Mahespati ,Citrayatna.

BARGAWA : Aku ora kepengin grusa-grusu. Kabeh sing dadi buktinyatane.

RISANGGENI : Lamun mangkono aku titiplelakon iki. Kepriye wusananeaku manut klawankawicaksananmu.

BARGAWA : Ya, aku njaluk pamit.

Iringan sampak slendro nem seseg,Bargawa menyembah dientas ke gawang kiri,Risanggeni dientas ke gawang kiri. Suasanakayon iringan singget menjadi Komposisi SambatSebut slendro pathet nem. Renuka keluar daridalam kayon dientas perlahan ke gawangkanan, tampil kembali dari gawang kiri kemudiantancep di gawang kanan di depan kayon,dilanjutkan janturan:

Wanci madya ratri dhasare Sukra kasihwinanci. Pertapan Jatisrana kawistingal samunmung swaraning canthuka ing balumbangmangungkung ambal-ambalan. Wau ta sangRenuka, nedheng lelumban ing gisiking lamunan,maksih geter kanang jantung gawang-gawanglelampahanira sang Heriwadi. Kagyat sothahing

Vol. XVIII No. 2, Desember 2021106

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

tyas, dupi mulat praptaning Patih Citrayatna,kinira utusaning sang yama arsa anjabel yitma.

Selesai janturan iringan menjadi LancaranKebo Giro Tlutur laras slendro pathet nem,datang Citrayatna dari gawang kiri, kayondientas ke gawang kiri, Citrayatna tancep digawang kiri gedebog atas, iringan seseg, sirep,ginem:

RENUKA : Dalu panglong wancinipunpaduka ingkang rawuh,kanjeng patih. Bekti kula katur.

CITRAYATNA : Iya Renuka, s ing gedhepangapuramu anggonku tekalumantar lawang butulan. Awitdak ongak koriningpacrabakan menep, sajakekakang begawan lagyalelangen ing pasemeden. Awitdina iki aku diutus klawanSinuwun Prabu Heriwadi,supaya ngaturake kang cicirwingi, kancing gelung ikitampanana Renuka.

Sesesai ginem, i ringan menjadiGantungan Kancing Gelung laras slendro pathetnem, dilanjutkan pocapan:

Tan kadya kang lagya wawanpangandikan, kang amping-amping witgendhayakan, siyaga sang Bargawa mulatpraptaning Patih Citrayatnya kang kapetangandupara. Anyandhak kanang Parasu, denbabitake tumama angga, ludira mancursumembur akasa!!!

Tampil Bargawa menebas Citrayatna,iringan menjadi Sampak Cegatan slendro pathetnem. Iringan sirep, dilanjutkan ginem:

RENUKA : Jamadagni kowe geneya ???

Iringan udhar, Bargawa membopongRenuka kemudian dientas ke gawang kiri. TampilBargawa dan Renuka dari gawang kanan,kemudian tancep berhadapan, iringan menjadiGantungan Jinem slendro pathet nem denganinstrumen tambahan kecapi dan suling, laluginem:

RENUKA : Jamadagni kowe geneya!BARGAWA : Kanjeng Ibu, Iblis sing lagi wae

dakpateni iki mau sapamu!RENUKA : Bargawa kowe kuwi geneya!

Apa kowe lali genah kuwi PatihCitrayatna, punggawaMahespati.

BARGAWA : Wengi sepi wancine, kowewong loro pada andonpanyawang, tur ta metulawang butulan. Cetha yenkowe tumindak selingkuh!Bener.. bener apa kangdikandhakake Prabu Herywadikae jebule.

RENUKA : Bargawa, kowe kuwi gunemanapa! Kowe kuwi jaksapanenggak jejeging ukum,kudune ora kena mbabi wutatumindakmu, njejegake adilnanging uga kudu nrajuboboting perkara, oranyawang samubarang kanthimripat sesisih.

BARGAWA : Banjur kowe klawan Citrayatnaduwe perkara apa?

RENUKA : Tekane Patih Citrayatna,mung arep mbalekakekancing gelung kang tumiba,awit aku keplayu nedyapinaksa ngladeni nepsunewong kutharaja, rahayunejagad isih mayungi aku banyuraku bisa uwal saka regemane.

Disaat ginem, keluar bayangan Herywadimemanah, iringan menjadi Srepeg TembangTlutur slendro nem, panah terlepas mengenaiRenuka iringan menjadi Genjlengan slendro nem.Bargawa menoleh kemudian teriak, iringanmenjadi sampak tlutur slendro pathet nem.

BARGAWA : Ibu!!!

Iringan Sampak Tlutur slendro pathetnem, sirep iringan menjadi Gantungan Sirepslendro nem, kemudian ginem:

BARGAWA : Sapa? Sapa wonge kang wustumindak culika kuwi!

RENUKA : HerywadiBARGAWA : Iblis tenan !!!

Vol. XVIII No. 2, Desember 2021 107

Aan Bagus Saputro dan Jaka Rianto: Penciptaan Lakon Parashurama

Gantungan udhar menjadi SampakSengguk slendro pathet nem. Setelah satugongan tampil Risanggeni dari gawang kanan,iringan menjadi Sirepan Sampak Sengguk slendropathet nem, Risanggeni tancep di depanBargawa, kemudian ginem:

RISANGGENI : Oh, kok dadi ngene lelakonengger, Bargawa. Dak ruktine,dak ruktine dhewe layonegarwaku kang ndak tresnaniiki.

Kayon menutup iringan udhar tampilRisangeni membopong Renuka dari dalamkayon lalu di entas ke gawang kanan, kemudiantampil Bargawa memegang Parasu. Iringansirep, ginem:

BARGAWA : Wa.. Herywadi, lagi wingi akukok pasrahi mranata lakuningukum, mateni wong-wongkang tumindak nistha kanthigaman Parasu iki, nanginggeneya dina iki kok dadigaman iki kok unuske ingdhadhaku. Parat! Tampananapidanaku Herywadi!

Bargawa marah menjadi SampakSengguk slendro pathet nem, kemudian iringanmenjadi Sampak Tlutur slendro pathet nem.Iringan sirep, tampil Bargawa bertemu Herywadi,ginem:

HERIWADI : Oh wong bagus Bargawa.BARGAWA : Ucapmu manis nanging

ngemu wisa, balekakenyawane Sibu!

Bargawa menendang Heriwadi iringanudhar. Bargawa menghajar Heriwadi dua kelir,kelir yang ketiga Bargawa memegang kepalaHeriwadi dan meletakan kapak di gawang kanan.Bargawa kembali menghajar Heriwadi, yangterakhir Bargawa mengarahkan leher Heriwadike bagian kapak dan menancap di gawangkanan iringan menjadi Srepeg Sudamala slendropathet nem. Heriwadi kemudian dibuang kegawang kiri, iringan berubah menjadi Sampak

Tlutur slendro pathet nem, Bargawa tancep digawang kiri gedebog bawah, iringan suwuk tampilRisanggeni dari gawang kanan kemudian tancepditengah kelir, iringan menjadi Srepeg Resepislendro pathet sanga dengan tambahaninstrumen saxophone, iringan sirep, ginem:

RISANGGENI : Cukup, cukup Bargawa. Yenngene dadine ateges kowemung nedya ndederkacintrakan. Lelakon iki cukupsinandhang ibumu wae.

BARGAWA : Bapa Risanggeni. Aja kabehtumindake wong liya kok ukurklawan pribadimu. Kowe arepmanembah nggayuh kasucenkana gayuhen, nangingnyatane donga wae durungbisa nyirep angkara murka.Buktine isih ana punggawapraja kang gelem tumindaknistha, jare wong utamananging kautaman mungdinggo aling-aling bosokingatine! Aku wis gemang, akuwegah percaya karo sapawae! Lelakone jagal patitumeka dina iki kena dadipangilon, lamun Herywadipancen pantes diukum kisas!

RISANGGENI : Iya, nanging kabeh kuducinupet, jer Prabu Herywadiwus ngemasi.

BARGAWA : Durung cukup!!!

Iringan menjadi Gantungan PundhakBonang slendro pathet nem, sirep, ginem :

BARGAWA : Seksenana dina iki aku bakalnandukake sumpah. akunedya urip nglembarapepayung angkasa, mlipirsaka gebyaring kadonyankang kebak apus-apus iki.Midana sapa wae kangtumindak ora adil, sababnyatane ing jagad iki ramekebegan dening manungsa,nanging babar pisan ora anarasa kamanungsan!

Vol. XVIII No. 2, Desember 2021108

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

Bagian Pathet SangaBargawa di entas ke gawang kiri iringan

menjadi Srepeg Antep slendro pathet sanga,Risanggeni bayangan membesar lalumenghilang. Bargawa digambarkan emosisendiri, Bargawa membuang kapak iringanmenjadi Srepeg Resepi slendro pathet sanga.Bargawa mengambil kapak kemudian dientaske gawang kiri. Tampil bayangan kayonmembesar di gawang kiri, Bargawa masuk kedalam bayangan kayon ir ingan menjadiLancaran Pocapan slendro pathet sanga. Sirep,pocapan:

Keplas playuning carita, lumajar hanggungginancar. Sasedaning Prabu Herywadi, tampukpaprentahan Mahespati lumintir Sang HarjunaSasrabahu. Mangkana kang nedheng lelironsihlan garwanta Dewi Citrawati.

Selesai pocapan tampil Arjunasasramenggandeng Citrawati, iringan menjadi RomanNginanthi slendro pathet sanga. Gambaranadegan roman Arjunasasra memeluk Citrawatilalu iringan menjadi bentuk ketawang, sirep,ginem:

HARJUNASASRA: Yayi Citrawati sesotyamaniking jejantungku.Yagene maksih tidha-tidha,batinmu sajak katarungkuemeng. Apa ta kang dadyasanggarunggi wong manis ?

CITRAWATI : Sinuwun, mugi diagungpangaksama paduka. Jibegingmanah kula mulat tamanSriwedari ingkang sampunsaklangkung amboseni.Mendah baya mimbuhikaendahanipun, menawikarengga lan sato wanakinarya isen-isening tamansari.

HARJUNASASRA: Dudu barang kang abottumraping narendraMahespati.

Arjunasasra bayangan membesarkemudian diikuti oleh Citrawati dan dientas kegawang kanan, dilanjutkan Ada-ada Klatenan

laras slendro pathet sanga. Arjunasasra tancepdi gawang kanan gedebog atas.

Iringan ompak gender, dilanjutkan ginem:

HARJUNASASRA: He, Patih Surata, dak jaluksowanira.

Iringan menjadi srepeg slendro pathetsanga, Surata tampi l dari gawang kiri ,menyembah kemudian tancep digawang kiri,gedebog bawah, iringan sirep, ginem:

SURATA : Wonten timbalan amijisowanipun Patih Surata,Sinuwun.

HARJUNASASRA:Dina iki Kanjeng RatuPrameswari anduwenipamothah, isen-isening wanakinarya rengganing tamansari. Kiraku iki dudu bab kangabot. Ora ketang colok lintangsambung obor, budhalna prawadyabala lampahpagrogolan.

SURATA : Sendika ngestokaken dhawuh.

Buka celuk dalang Ada-ada Pangkurkemudian dilanjutkan Palaran oleh wiraswara.

Iringan Palaran Pangkur, Arjunasasradientas ke gawang kanan. Patih Surata dientaske gawang kiri, tampil Kartonadi kemudiantancep di gawang kiri, disusul prajurit Mahespatitancep dibelakang Kartonadi. Tampil Surata darigawang kanan, kemudian ngawe lalu tancep digawang kanan gedebog atas. Kartonadi danprajurit Mahespati menyembah lalu dientas kegawang kiri. Patih Surata dibedhol menghadapke kanan lalu ngawe wadya iringan menjadiBudhalan Wangen laras slendro pathet sanga.Tampil ampyak dari gawang kanan, dientas kegawang kiri bersamaan dengan Surata. TampilSurata dari gawang kanan kemudian tancep digawang kiri, iringan seseg tampil ampyak dandientas ke gawang kiri, kemudian tampil PatihKertonadi menaiki kuda iringan menjadi LadrangHastakuswalan laras slendro pathet sanga,selesai naik kuda iringan menjadi bentukLancaran Babat laras slendro pathet sanga.

Vol. XVIII No. 2, Desember 2021 109

Aan Bagus Saputro dan Jaka Rianto: Penciptaan Lakon Parashurama

Dilanjutkan adegan prajurit pagrogolan, tampilhewan-hewan iringan menjadi Sampak Kidanganslendro pathet sanga, iringan seseg menjadiGantungan Alas slendro pathet sanga. TampilBargawa bertapa iringan menjadi KebyaranLaras Slendro Pathet Manyura, ditumpangi ada-ada megatruh koor wiraswara, iringan menjadigilakan, sirep, janturan:

Bagian Pathet ManyuraKang milaur ambisu sajroning wanadri.

Sang Jamadagni ya sang Parashu Rama. Jejegadeg-adege kaya tugu waja, sarwi angastapusaka parashu, patrap siyaga njenggureng lirsardula kang angindhik mangsane. Parandenesejatine, pan iku dadya srana tapane sangJaksa Singanagara. Kaya den reridhu subratane,miyarsa geger sajroning wana, sakala jugarkang ayoga brata, mrepegi pok pucukingkarameyan.

Selesai janturan iringan menjadi SampakNrunjang slendro manyura. Iringan sesegmenjadi Srepeg Jangkah laras slendro pathetmanyura. Bargawa bertemu dengan patihKertonadi. Iringan suwuk, dilanjutkan ada-adajugag slendro pathet manyura, lalu ginem:

BARGAWA : Alas sing maune ayemkedadak dadi rame, iki malahana punggawa praja ngusungisato wana. Kowe kuwi wongendi?

KARTONAD : I lhadalah, bosah-basehsandhanganmu, cihna lamunkowe wong edan kekalang.Heh sumingkira aja ngalang-alangi lakuku. Aku diutusSinuwun ing Mahespati ,ngupadi buron wana.

BARGAWA : Kandhaa marang ratugustimu, apa paedahe antukpemarem nanging ancik-ancikkasangsayaning satowana.

KARTONADI : Aja mejang kowe!BARGAWA : Aku kandha kanthi cara becik,

yen kowe isih nampik tegesekowe kudu nampa pidanaku.

Ir ingan Sampak Duwung slendromanyura, perang Bargawa lan punggawaMahespati. Punggawa kalah iringan seseg.Tampil Surata dari gawang kanan dientas kegawang kanan, dikejar Bargawa dari gawangkiri ke gawang kanan. Tampil Arjunasasra darigawang kanan, tancep digawang kanan, tampilSurata dari gawang kiri, karawitan suwuk, ada-ada manyura jugag slendro pathet manyura,ginem:

HARJUNASASRA:Patih Surata, keplayu lonjongmimis ana apa?

SURATA : Katiwasan Sinuwun, sajroningsami lampah pagrogolan,kedadak lampahingwadyabala cinegat deningtiyang lamong ngawu gawar,para prajurit samya kasoran.

HARJUNASASRA:Kaya ngapa manungsane!

Sampak Slendro Pathet Manyura ,Bargawa mendatangi Arjunasasra, iringansuwuk, Ada-ada Greget Saut Dhandanggulalaras slendro pathet manyura, lalu ginem:

HARJUNASASRA:Wong mbambung watakmukepaung hambegmugumendhung. Apa dosaneprajurit Mahespati !!!

BARGAWA : Wa.. Wong Mahespati ,nglakoni dosa gedhe nangingora krasa, kaya watakembahmu biyen. Ngrusakalam, mateni makhluk kangtanpa dosa kuwi kalebutumindak nalingsir, yen kewankok pateni banjur isen-iseningndonya bakal jonjing,mahanani bancana lan gawekapitunaning kawula.

HARJUNASASRA:Nyandhak leluhurku, kowesapa?

BARGAWA : Aku Jamadagni, ya ParashuRama. Mandhega anggonmusrakah dhakah-dhakah. Alamiki kudu rineksa aja dirusakkanthi watekmu kangngethawa kuwi!!!

Vol. XVIII No. 2, Desember 2021110

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

HARJUNASASRA: Kowe Jamadagni, Jaksa SingaNegara kang nyedani kanjengeyang biyen.

BARGAWA : Aku ora mateni mbahmunanging nyirep angkaramurkane.

HARJUNASASRA: Jajilaknat kowe, aku kangbakal sabelapati!

BARGAWA : Dijak becik isih mbeguguk,gamanku kang bakalngrampungi!!!

Iringan Mangsah Yuda laras slendropathet manyura, perang Harjunasasra, Bargawakalah menjadi sampak slendro manyura,Harjunasasra mati menjadi sampak Gawangslendro manyura. Karawitan menjadi GantunganLunem slendro manyura, narasi, dilanjutkanginem:

Raga lungse wus lalu lelangen ingkarameyan, netranira andhik lir sekar ngatirahmurup asorot rekta. Angrungkebi bener nut lanlaksitaningtyas, kekalang marga keli alunprandene tan larut.

BARGAWA : Aku Parashu Rama, lumantargaman kang dak gegem iki,bakal tinancep jejeggegaraning adi l. Supayamanungsa pada weruh lanidheping kamanungsan.

Selesai ginem, iringan menjadi NgudiMulya laras slendro pathet manyura, dua kayondigerakan bersamaan dan tancep bersamaandengan habisnya iringan.

Penutup

Lakon berjudul Parashuramamengisahkan perjalanan hidup Rama Bargawayang ada dalam kebimbangan di antara duapilihan, konflik yang timbul adalah tentang ujiankesetiaan. Rama Bargawa merupakan satutokoh yang harus berani mengambil keputusandi antara dua pilihan. Pada dasarnya pilihan itutidak ada yang benar atau salah, hanya sajaketepatan pilihan itu menjadi dasar kuat untukmenangguhkan hidupnya. Sikap bela negaraatau setia terhadap negara adalah sesuatu yang

wajib, akan tetapi kasih sayang kepada orangtua juga merupakan hal yang sangat wajib.Disinilah ketegaran dan keteguhan hati RamaBargawa diuji. Berada di tengah kebijakan ratuyang simpang siur menjadikannya kalut dalammenentukan langkah, pada akhirnya pilihan ituakan muncul ketika terdesak oleh keadaan,meskipun pilihan itu salah atau benar makasudah tidak dipertimbangkan lagi.

Memilih itu memang sesuatu yang berat,tetapi seseorang diharuskan untuk memilih.Dengan sedikit mengesampingkan rasa egoisitasdalam diri manusia kelak mampu mematahkanpertanyaan-pertanyaan dalam sebuah pilihantersebut. Bahwasanya hidup adalah misteriyang selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan.Kesetiaan terhadap sesuatu, baik orang lain ataukeluarga menjadi hal yang mendalam, karenaitu semua tidak ubahnya seperti dharma.Kewajiban dalam hidup, keharusan dalammelangkah, dan kepentingan dalam suatumasalah.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Lestyono, Getnu. 2014. “Sanggit danGarap Lakon Banjaran Rama BargawaSajian Pakeliran Sigit Ariyanto dan PurboAsmoro.” Skripsi S-1 Program StudiPedalangan ISI Surakarta.

Darsomartono, S. 1978. Sulukan Ringgit PurwoWacucal Cengkok Mangkunegaran.Surakarta: Yayasan PDMN Surakarta.

Harghana, SW. Bondhan. 1998. SeratRamayana Reroncening BalunganPakem Cariyos Ringgit Purwo.Surakarta: CV. Cendrawasih.

Husni, Said Musnadi dan Faisal. 2018. JurnalMagister Manajemen Fakultas Ekonomidan Bisnis Unsyiah Volume 2 “PengaruhLingkungan Kerja dan MotivasiTerhadap Kepuasan Kerja SertaDampaknya Terhadap Loyalitas KerjaPegawai Rutan di Provinsi Aceh (StudiKasus Pada Rutan Klas IIB BandaAceh dan Rutan Klas II B Jantho).Aceh: Fakultas Ekonomi dan Bisnis,Universitas Syiah Kuala.

Vol. XVIII No. 2, Desember 2021 111

Aan Bagus Saputro dan Jaka Rianto: Penciptaan Lakon Parashurama

Padmosoekotjo, S. 1984. Silsilah Wayang PurwaMawa Carita Jilid 1. Surabaya: Cv. CitraJaya.

Senawangi. 1999. Ensiklopedi Wayang Indone-sia Jilid 1. Jakarta: Sekretariat NasionalPewayangan Indonesia.

Sudarko. 2003. Pakeliran Padat: Pembentukandan Penyebaran. Surakarta: CitraEtnika Surakarta.

Sunardi. 2013. Nuksma dan Mungguh: KonsepDasar Estetika Pertunjukan Wayang.Surakarta: ISI Press.

Suryasaputra, Ki. 1983. Serat PustakarajaPurwa Jilid X. Koleksi PerpustakaanProdi Pedalangan ISI Surakarta, No.791.5 Ser.

Sutrisno. Teks- Verklaring Sulukan Pedalangan.Naskah ketikan, tidak diterbitkan.

NARASUMBER

Bambang Suwarno. (70 thn), kreator wayang,dalang profesional, dan Dosen PurnaTugas pengajar Prodi Pedalangan ISISurakarta. Jln. Sungai Musi No. 34,Kelurahan Sangkrah, Kec. PasarKliwon, Surakarta.

Manteb Soedarsono. (72 thn), Empu ParipurnaProdi Pedalangan ISI Surakarta, dalangprofesional. Dsn. Doplang, Desa.Sekiteran, Kec. Karangpandan, Kab.Karanganyar.

Sunarno Duto Dipraja. (63 thn), gurupedalangan di PADHASUKA, mantanpengajar Prodi Pedalangan SMKN 8Surakarta. Kel. Semanggi, Kec. PasarKliwon, Surakarta.

Purbo Asmoro. (59 thn), dalang profesional dandosen aktif Prodi Pedalangan ISISurakarta. Gebang, Kadipiro, Kec.Banjarsari, Surakarta.

DISKOGRAFI

Ariyanto, Sigid. 2019. Wayang Kulit Ki SigidAryanto Lakon Rama Bargawa Full.Dalam rangka Festival Dalang MudaIndonesia tahun 2008 bertempat diTaman Budaya Yogjakarta.

https://www.youtube.com/watch?v=0zr6Ijfrg-I, diakses 18 September 2020.

Ariyanto, Sigid. 2018. Ki Sigid Ariyanto LakonBanjaran Rama Bargawa. Doc.Honocaroko pada tahun 2008diselenggarakan di Taman Mini Indo-nesia Indah, Kota Jakarta Timur, DKIJakarta.

h t t p s : / / w w w . y o u t u b e . c o m /watch?v=_fhmc2j3spU, diakses 25September 2020.

Asmoro, Purbo. 2018. Banjaran Rama Bargawa.Dalam rangka acara bersih Desa.Bakaran Weta, Kec. Juwana, Kab. Patipada tahun 2013. https://w w w . y o u t u b e . c o m /watch?v=Sg94IjpKJXM, diakses 20September 2020.

Soedarsono, Manteb. 2020. Ki MantebSoedarsono Lakon Geger Ayodya. Doc.Honocoroko 1994.

h t t p s : / / w w w . y o u t u b e . c o m /watch?v=tbjmJquJ0V4, diakses 26September 2020.