Pembiakan Tanaman Vegetatif dengan Cara Stek

24
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBIAKAN TANAMAN ACARA 2 PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA STEK (CUTTAGE) TRIA PITOYO 131510501162 GOLONGAN D / KELOMPOK 4

Transcript of Pembiakan Tanaman Vegetatif dengan Cara Stek

LAPORAN PRAKTIKUMPEMBIAKAN TANAMAN

ACARA 2

PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA STEK (CUTTAGE)

TRIA PITOYO131510501162

GOLONGAN D / KELOMPOK 4

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER

2014BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman merupakan bahan pokok untuk melakukan

kegiatan dalam bidang pertanian. Bidang pertanian

sendiri cukup luas yaitu mencakup perikanan, kehutanan,

perkebunan, dan peternakan sehingga negara Indonesia

disebut sebagai negara maritim karena memang mayoritas

masyarakat Indonesia bekerja di bidang pertanian.

Sedangkan dalam arti yang sempit pertanian adalah

kegiatan bercocok tanam, membudidayakan, dan merawat

tanaman dengan tujuan memperoleh keuntungan komersial

dari produk tanaman tersebut. Jadi pertanian hanyalah

kegiatan seputar tanaman dan hubungannya dengan hal-hal

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar

biasa macamnya salah satunya dalam kerajaan tumbuhan.

Sebagai contoh adalah buah-buahan seperti buah mangga.

Buah mangga memiliki banyak varietas yang mana terdapat

kelebihan dan kekurangan di setiap macamnya. Permintaan

pasar akan varietas unggulan dengan rasa, tekstur,

aroma buah yang diminta tidak sebanding dengan keadaan

lapang yang tidak mampu menghasilkan buah sebanyak yang

diminta. Melakukan intensifikasi lahan cukup menguras

biaya input lebih dari tanaman mangga yang biasa,

akhirnya sampai pada tangan konsumen dengan harga yang

tinggi. Mengetahui harga mangga yang tinggi para

konsumen akan merubah pikirannya untuk tidak

menkonsumsi mangga jenis ini, dan dampaknya akan

merugikan bagi para pedagang, tengkulak, dan juga

petani akan menerima harga jual yang sangat murah dan

tidak mendapat keuntungan.

Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan cara

pembiakan tanaman. Cara pembiakan tanaman dibagi

menjadi dua yaitu secara generatif dan secara

vegetatif. Pembiakan tanaman secara generatif dilakukan

oleh tanaman itu sendiri, peran petani hanya memberikan

hormon agar tumbuhan cepat berbunga agar segera

mengalami fase generatif namun hal ini lebih mahal dan

akan menambah input berlebih. Cara yang lain adalah

pembiakan tanaman secara vegetatif yaitu dengan

mengambil bagian dari tanaman unggul atau pilihan untuk

dibiakkan. Agar didapatkan bibit yang unggul ada

berbagai macam salah satunya adalah dengan cara stek

atau cutting. Prinsip kerja dari stek ini sendiri adalah

menumbuhkan potongan tanaman sehingga dihasilkan bibit

yang sama peris seperti induknya. Pembiakan vegetatif

dengan cara stek lebih praktis dan dapat menghasilkan

banyak bibit dengan biaya yang murah.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan mempelajari cara-cara penyetekan.

2. Mengetahui pengaruh komposisi media tanam terhadap

keberhasilan pembentukan sistem perakaran pada stek

batang.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Prastowo dkk. (2006), setek (cutting atau

stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau

potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru.

Keuntungan bibit dari setek yaitu tanaman buah-buahan

tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan

induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna

dan rasanya, tanaman asal setek ini bisa ditanam pada

tempat yang permukaan air tanahnya dangkal, karena

tanaman asal setek tidak mempunyai akar tunggang,

perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan cara

perbanyakan yang praktis dan mudah dilakukan, setek

dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak

memerlukan teknik khusus seperti pada cara cangkok dan

okulasi. Sedangkan kerugian bibit dari setek yaitu

perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat

terjadi angin kencang tanaman menjadi mudah roboh,

apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak

tahan kekeringan.

Purnomosidhi dkk. (2007) menjelaskan bahwa

perbanyakan dengan cara stek adalah perbanyakan tanaman

dengan menumbuhkan potongan/bagian tanaman seperti

akar, batang atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru.

Stek pucuk umum dilakukan untuk perbanyakan tanaman

buah-buahan. Secara garis besar, langkah-langkah

perbanyakan stek pucuk adalah sebagai berikut: memilih

pohon induk yang dikehendaki sebagai sumber pengambilan

stek, memilih disesuaikan dengan sifat yang

dikehendaki, menurut tujuan pertanaman, memilih cabang

dari pohon induk yang sesuai dengan persyaratan untuk

bahan stek, memotong cabang yang terpilih dengan arah

potong serong atau miring, memangkas daun sehingga

tersisa sepasang daun, memotong daun yang tersisa

sehingga tertinggal 1/3 – 1/2 bagian, merendam pangkal

stek dengan zat perangsang (misalnya Rootone F) untuk

merangsang pertumbuhan akar stek, menanam stek dalam

polibag yang telah diisi dengan media, menempatkan

polibag dalam naungan, menyiram dengan air secukupnya

dan teratur.

Perbanyakan tanaman dengan stek merupakan cara

pembiakan tanaman dengan sederhana, cepat dan tidak

memerlukan teknik tertentu(khusus). Bagi penangkar

tanaman hias, pembiakan dengan cara stek ini mempunyai

arti yang sangat penting, sebab dengan material (bahan

tanaman) yang sangat sedikit dapat dihasilkan jumlah

bibit yang benyak. Di samping itu, bibit tanaman akan

seragam dalam ukuran tinggi, umur dan ketahanan

terhadap penyakit (Rukmana, 1995).

Menurut Baletri (2012), ada dua utama sumber bahan

tanam untuk restorasi: stek (batang, rimpang atau

tunas) yang diperoleh penipisan berdiri mapan, dan

benih. Penanaman stek memiliki kelebihan tertentu atas

unggulan menabur untuk program skala besar. Stek dapat

diambil secara teoritis sepanjang tahun dari saham

alami, sementara benih yang tersedia dalam waktu yang

relatif singkat dan untuk beberapa spesies tidak selalu

kecukupan pasokan benih. Selain itu, tanaman regenerasi

dari stek klon genetik dari saham induknya, sehingga

mereka dapat kembali diperkenalkan dengan aslinya

habitat asli tanpa mengubah integritas genetik dari

populasi. Meskipun berpotensi efisien, sistem ini

dibatasi dalam praktek oleh ketidakmampuan stek

beberapa spesies untuk mengembangkan terstruktur dengan

baik sistem akar cepat setelah tanam.

Sumber bahan stek yang terbaik dijumpai pada tunas

akar karena hormon auksin terdapat pada ujung akar

sehingga mempercepat terjadinya proses pembentukan akar

dan tunas.Konsentrasi auksin yang baik dijumpai pada

konsentrasi auksin 0,50 ppm dan 0,75 ppm. Penambahan

konsentrasi auksin yang tepat dapat berpengaruh

terhadap setimbangnya hormon pada stek yang dapat

tmempercepat terbentuknya tunas. Kombinasi perlakuan

terbaik adalah sumber bahan stek tunas akar dan

konsentrasi auksin 0,50 ppm (Halimursyadah, dkk.,

2014).

Zinga (2013) menjelaskan bahwa pengaruh agroklimat

zona diuji pada kelimpahan whitefly (asumsi Poisson

distribusi), kehadiran hama arthropoda, kejadian

penyakit dan distribusi tanaman tergantung pada skor

keparahan (dengan asumsi distribusi binomial),

menggunakan Model Generalized Linear dengan kemungkinan

uji rasio (uji Chi-square). Tes perbandingan

berpasangan digununakan berdasarkan Chi-squared untuk

membandingkan kejadian global hama dan penyakit, dan

persentase tanaman gejala terinfeksi dengan memotong

antara zona agroklimat. Pengujian perbedaan antara zona

agroklimat di proporsi sampel yang terinfeksi oleh

ACMV, berdasarkan EACMV-UG dan oleh kedua virus.. Arti

penting dari perbedaan antara keparahan ditentukan

menggunakan non-parametrik.

Jenis bahan stek dari jaringan tanaman yang masih

muda lebih mudah terbentuk akar daripada bahan stek

dari jaringan yang sudah tua. Fenomena ini sering

terjadi pada stek tanaman hutan, termasuk pada jenis

surian (T. sinensis) ini. Pembuatan stek surian dari

bahan stek batang tanaman sudah tua (>5tahun) sulit

tumbuh akar, sedangkan dengan menggunakan bahan stek

dari batang bibit yang masih muda (umur 3 bulan) mudah

terbentuk akar. Penurunan kemampuan berakar pada

jaringan tanaman tua kemungkinan karena berkurangnya

kandungan senyawa fenol yang berfungsi sebagai kofaktor

auksin, selain itu pada jaringan tua telah terbentuk

jaringan schlerenchym yang sering menghambat inisiasi

akar adventif. Bahan stek pada umur muda memiliki

juvenilitas tinggi serta kandungan auksin dan sitokinin

yang tinggi pula sehingga pertumbuhan akar pada stek

batang bibit akan mudah terbentuk.

Akar merambat di antara struktur batang stek shea.

Stek set dengan petioles dipertahankan adalah yang

terbaik untuk perakaran. Mengairi sekali pada stek

dalam struktur, terutama di bin merambat mencatat

rooting tinggi. Zat tumbuhan seperti gula dan jumlah

fenol gratis memainkan peran yang sangat penting dalam

perakaran stek batang. Tingkat infeksi rendah ketika

stek dengan petioles sisa yang diairi sekali sehari.

The Seradix Hormon meningkatkan kinerja perakaran

batang stek shea. Ketika petioles dipertahankan pada

stek, tingkat gula larut dan tidak larut dan fenol yang

tinggi. Hal ini juga diamati untuk mengairi sekali,

yang memberikan tingkat yang lebih tinggi (Yeboah,

2011).

Pergerakan auksin pada tanaman bergerak secara

polar dari ujung tajuk menuju akar, sebaliknya

pergerakan sitokinin dari ujung akar ke ujung tajuk.

Pola translokasi hormon tersebut dapat menyebabkan

adanya perbedaan kandungan hormon pada batang bibit,

sehingga diduga akan mempengaruhi pertumbuhan akar

apabila bahan stek diambil dari bagian pangkal bibit,

tengah dan ujung. Sebagian hasil fotosintat juga

ditranslokasi ke bagian batang sehingga dapat

bermanfaat dalam pembentukan kallus pada stek batang.

Diduga ada kaitan yang erat antara posisi bagian batang

bibit dengan kemapuan pembentukan akar stek. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa stek yang berasal dari

bagian pangkal bibit memiliki jumlah dan panjang akar

paling besar. Terdapat korelasi yang sangat erat antara

posisi bagian pangkal, tengah dan ujung batang bibit

dengan jumlah akar primer dan sekunder (Hidayat, 2010).

Sebuah analisis yang lebih rinci metabolisme

auksin selama induksi akar dan inisiasi akar remaja dan

bahan matang akan bermanfaat untuk pemahaman yang lebih

baik dari proses pematangan. Osterc dan Stampar (2011)

mengatakan bahwa 3 tanaman induk yang berbeda usia

fisiologisnya: pohon 40 tahun (fase dewasa), tanaman

diperbanyak dengan stek (fase semi-matang) dan pada

tanaman vitro (fase juvenile), digunakan untuk memotong

daun panen. Akibatnya, metabolisme eksogen bisa

memeriksa diterapkan auksin, juga dibandingkan dengan

endogen satu demi eksogen aplikasi IBA,

yang jarang dilakukan.

Pertumbuhan akar baru pada stek dipengaruhi oleh

ketersediaan hormon auksin pada bahan stek. Pada

tanaman auksin banyak terbentuk pada tunas baru.

Terdapat konsentrasi IAA yang lebih tinggi pada kuncup

yang sedang tumbuh dibandingkan pada kuncup yang tidak

sedang tumbuh. Pemberian auksin dalam konsentrasi yang

sangar rendah akan memacu pemanjangan akar bahkan

pertumbuhan akar utuh dan pada konsentrasi yang lebih

tinggi pemanjangan hampir selalu terhambat. Pada

pengamatan seluruh parameter menunjukkan pertumbuhan

stek pucuk jauh lebih baik dibandingkan dengan stek

batang pada setiap konsentrasi ZPT yang diberikan.

Kondisi ini menunjukkan bahwa tidak adanya interaksi

yang terjadi antara bahan stek dengan konsentrasi ZPT

yang diberikan (Supriyanto dan Prakasa, 2011).

Pada perbanyakan secara vegetatif dengan stek,

pemberian ZPT dimaksudkan untuk merangsang dan memacu

terjadinya pembentukan akar stek. Sehingga perakaran

stek akan lebih baik dan lebih banyak. Air kelapa telah

lama dikenal sebagai salah satu sumber ZPT terutama

sitokinin, auksin dan giberelin. Sehingga cukup

berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai salah satu sumber

ZPT alami yang ramah lingkungan, murah dan mudah

didapat. Pertumbuhan serta perkembangan akar dan tajuk

dari stek lada (cabang orthotop) dapat ditingkatkan

degan perendaman stek selama 8 jam dalam 25% air kelapa

muda, dan untuk stek lada perlu (dari cabang

plagiotrop) direndam dalam 25-50 % air kelapa selama 12

jam.

Pada perbanyakan secara vegetatif, pemberian ZPT

pada stek dimaksudkan untuk merangsang dan memacu

pembentukan akar stek, sehingga akar stek menjadi lebih

cepat terbentuk dan lebih banyak. Perendaman stek dalam

25% air kelapa selama 8 jam mampu meningkatkan jumlah

akar per bibit stek lada sebesar 16,4% dibandingkan

kontrol, dengan demikian, semakin banyak jumlah akar

per bibit stek lada sebesar 16,4% dibandingkan kontrol.

Dengan demikian, semakin banyak jumlah akar bibit stek

lada yang terbentuk, maka kemungkinan akar bibit untuk

dapat diinfeksi oleh CMA akan semakin besar/banyak, dan

ini berarti meningkatkan persentase infeksi akar oleh

CMA. Kemudian, semakin cepat inisiasi akar terjadi maka

kemungkinan CMA untuk menginfeksi akar bibit stek lada

juga akan semakin cepat. Selanjutnya persentase dan

intensitas pada akar bibit ini akan terus meningkat

dengan meningkatnya pertumbuhan bibit stek lada bersama

waktu/umur bibit (Aguzen, 2009).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pembiakan Tanaman Pembiakan Vegetatif

dengan Cara Stek (Cuttage) dilaksanakan pada tanggal 26

September 2014 bertempat di Fakultas Pertanian

Universitas Jember pukul 13.00 WIB.

3.2 Bahan dan ALat

3.2.1 Bahan

1. Tanaman yang akan di stek

2. Media pasir steril

3. Kompos

4. Tanah

3.2.2 Alat

1. Gelas air mineral

2. Pisau tajam (cutter) baru

3. Botol semprot (hand sprayer)

4. Kantong kresek

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Stek Batang

1. Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang

diperlukan.

2. Mencampur media tanam pasir : kompos : tanah

perbandingan 1 : 1 : 1.

3. Memasukkan media tanam ke dalam gelas mineral dengan

volume 2/3 bagian dari dasar gelas mineral.

4. Memilih bahan stek dengan perlakuan pemotongan

bagian batang yang agak muda dengan kemiringan 45o

dan 180o ukuran + 10 cm.

5. Menjaga kelembaban tanah dengan melakukan penyiraman

menggunakan hand sprayer.

3.3.2 Stek Daun

1. Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang

diperlukan.

2. Membuat perlakuan media tanam menjadi beberapa

komposisi sebagai berikut:

a. Mencampur Pasir : Kompos : Tanah perbandingan 1 :

1 : 1

b. Mencampur Kompos : Tanah perbandingan 1 : 1

3. Memasukkan media tanam ke dalam gelas mineral dengan

volume 2/3 bagian dari dasar gelas mineral.

4. Memilih bahan stek dengan memotong bagian daun

dengan kemiringan 180o.

5. Menjaga kelembaban tanah dengan melakukan penyiraman

menggunakan hand sprayer.

DAFTAR PUSTAKA

Aguzaen, H. 2009. Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada(Piper Nisrum L.) Terhadap Pemberian Air Kelapa danBerbagai Jenis CMA. AgronobiS, 1(1): 36-47.

Balestri, E., F. Vallerini, A. Castelli, dan C.Lardicci. 2012. Application of Plant GrowthRegulators, A Simple Technique for Improving TheEstablishment Success of Plant Cuttings inCoastal Dune Restoration. Estuarine, Coastal and ShelfScience, 99: 74-84.

Halimursyadah, Hasanuddin, dan Nurfdillah. 2014.Perbanyakan Vegetatif Nanas (Annanas comusus L.Merr) dari Sumber Stek Berbeda dan KonsentrasiAuksin. AgrIBA, 2: 99-106.

Hidayat, Y. 2010. Pertumbuhan Akar Primer, Skunder, danTersier Stek Batang Bibit Surian. Wana MuktiForestry Research, 10(2): 1-8.

Osterc, G., dan F. Stampar. 2011. Difference inEndo/Eogenous Auxsin Profile in Cuttings ofDifferent Physiological Ages. Plant Physiology, 168:2088-2092.

Prastowo, N. H., J. M. Roshetko, G. E. S. Maurung, E.Nugraha, J. M. Tukan, F. Harum. 2006. TeknikPembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor:World Agroforestry Centre (ICRAF) dan WinrockInternasional.

Purnomosidhi, P., Suparman, J. M. Roshetko, danMulawarman. 2007. Perbanyakan dan Budidaya TanamanBuah-Buahan: Durian, Mangga, Jeruk, Melinjo, dan Sawo.Bogor: ICRAF.

Rukmana, R. 1995. Bugenfil. Yogyakarta: Kasinus.

Supriyanto dan K. E. Prakasa. 2011. Pengaruh ZatPengatur Tumbuh Rootane-F terhadap PertumbuhanStek Duabanga mollucana. Blume. Silvikultur Tropika,3(1): 59-65.

Yeboah, J., S.T. Lowor., F.M. Amoah., dan F. Owusu-Ansah. 2011. Propagating Structures And SomeFactors That Affect The Rooting Performance OfShea (Vitellaria paradoxa gaertn) Stem Cuttings.Agriculture and Biology Journal Of North America, 2(2): 258-269.

Zinga, I., F. Chiroleu, J. Legg, P. Lefeuvre, E. K.Komba, S. Semballa, S. P. Yandia, N. B.Mandakombo, B. reynaud, dan J. M. Lett. 2013.Epidemiological Assessment of Cassava MosaicDisease in Central African Republic Reveals theImportance of Mixed Viral Infection and PoorHealth of Plant Cuttings. Crop Protection, 44: 6-12.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Stek (Cuttage)

Bahan

TanamPerlakuan

Ulangan/

Kelompok

Parameter Pengamatan

Jumlah akarPanjang akar

(cm)

Batang

Dipotong

1800

1 Kalus 02 0 03 Kalus 04 0 05 Kalus 06 0 0

Dipotong

450

1 Kalus 02 0 03 Kalus 04 Kalus 05 0 06 0 0

DaunMedia

pasir:

kompos:

tanah

(1:1:1)

1 41 3,12 9 1,33 5 0,44 20 1,15 28 1,56 0 0

Media

kompos:

tanah

1 26 1,52 20 1,53 15 0,834 38 1,9

(2:1)5 38 1,36 20 1,3

4.2 Pembahasan

Menurut Prastowo dkk. (2006), setek (cutting atau

stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau

potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru.

Keuntungan bibit dari setek yaitu tanaman buah-buahan

tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan

induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna

dan rasanya, tanaman asal. Sumber bahan stek yang

terbaik dijumpai pada tunas akar karena hormon auksin

terdapat pada ujung akar sehingga mempercepat

terjadinya proses pembentukan akar dan

tunas.Konsentrasi auksin yang baik dijumpai pada

konsentrasi auksin 0,50 ppm dan 0,75 ppm

(Halimursyadah, dkk., 2014).

Teknik perbanyakan dari pembiakan vegetatif dengan

cara stek ini menggunakan bagian tanaman seperti

batang, cabang, daun, umbi, dan akar. Stek

batang/cabang merupakan teknik stek atau perbanyakan

tanaman menggunakan batang atau cabang dari tanaman

yang akan diperbanyak. Stek daun, umbi, atau akar

prinsipnya sama dengan stek batang atau cabang hanya

bagian yang digunakan menyesuakan dengan nama steknya

misalnya stek daun berarti stek menggunakan daun dari

tanaman tersebut. Stek yang banyak digunakan adalah

stek batan atau cabang dan stek daun, karena bagian

tanaman ini akan lebih mudah tumbuh dengan cara

pembanyakan vegetatif stek. Stek akar dan umbi jarang

digunakan karena tidak memiliki percabangan dan

perbanyakan seperti pada batang dan daun.

Praktikum perbanyakan vegetatif dengan cara stek

menggunakan tanaman melati dan tanaman lidah mertua.

Pada tanaman melati digunakan batangnya dan pada

tanaman lidah mertua digunakan daunnya. Masing-masing

tanaman dibuat dua perlakuan yaitu dipotong lurus

(1800) dan dipotong miring (450), untuk tanaman melati

diberi perlakuan komposisi media tanah : kompos : pasir

sebesar 1 : 1 : 1 sedangkan tanaman lidah mertua diberi

2 perlakuan media tanam yaitu komposisi tanah :

kompos : pasir sebesar 1 : 1 : 1 dan komposisi media

tanah : kompos sebesar 1 : 2. Tujuan dari pemotongan

dengan sudut 450 dan lurus 1800 untuk membuktikan teori

bahwa permukaan potongan yang semakin luas akan

ditumbuhi banyak akar, pada praktikum ini pemotongan

dengan sudut 450 memiliki bidang permukaan yang lebih

luas dari pada ermukaan dengan sudut 1800. Masing-

masing perlakuan dibuat 6 ulangan oleh kelompok 1

sampai 6.

Berdasarkan hasil pengamatan seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 4.1 terlihat pada tanaman melati

yangbagian batangnya digunakan untuk stek tidak tumbuh

akar sama sekali namun pada perlakuan dipotong 1800

tumbuh 3 kalus pada ulangan ke-1, 3, dan ke-5 sedangkan

pada perlakuan 450 tumbuh 3 kalus pada ulangan ke-1, 3,

dan ke-4. Tumbuhya kalus menandakan bahwa stek yang

dilakukan berhasil namun jangka waktu pengamatan kurang

lama, sedangkan untuk tanaman yang tidak berhasil

mungkin karena saat penanaman kurang benar dan saat

perawatan tidak dilakukan dengan baik. Pada tanaman

lidah mertua, semua perlakuan tumbuh akar kecuali pada

perlakuan media tanah, kompos, dan pasir ulangan ke-6.

Jumlah akar terbanyak dan akar terpanjang terdapat pada

media tanah, kompos, dan pasir ulangan 1 yaitu sebanyak

41 akar dengan panjang 3,1 cm sedangkan untuk tanaman

lain memiliki panjang akar kurang dari 2 cm dan jumlah

akar kurang dari 39.

Perlakuan terbaik pada daun lidah mertua adalah

pada media tanah, kompos, dan pasir karena hasil

menunjukkan jumlah akar terbanyak dan akar terpanjang

namun untuk rata-rata terbaik adalah tanaman lidah

mertua dengan perlakuan tanah dan kompos saja, terlihat

pada Tabel 4.1 semua ulangan ditumbuhi akar dengan

jumlah yang relatif banyak dan psnjsng akar yang hampir

sama. Hal ini dikarenakan media tanam tanah : kompos :

pasir dengan perbandingan (1 : 1 : 1) memilki cukup

porous, sehingga dapat memicu pertumbihan akar dan

tunas. Diduga media tanam tanah : kompos : pasir dengan

perbandingan (1 : 1 : 1) juga memilki kandungan EC yang

besar sehingga memudahkan ion-ion untuk bergerak dan

larut didalam larutan. Ion-ion yang mudah bergerak akan

membuat ketersediaan ion-ion tadi cukup bahkan tinggi

untuk tanaman, sehingga tanaman mudah untuk menyerap

ion (Prastowo, dkk., 2006).

Hidayat (2010) menjelaskan bagian pangkal batang

biit menghasilkan jumlah akar lebih banyak dibandingkan

dengan bagian tengah dan ujung. Hal ini dapat dikaitkan

dengan luas permukaan yang menyebabkan terjadinya

perbedaan jumlah perakaran. Batang bagian pangkal yang

lebih besar dibanding bagian tengah dan ujung memiliki

diameter yang lebih besar pula. Penggunaan sudut pada

praktikum kali ini membuat perbedaan banyak akar yang

akan diperoleh karena pada dasarnya tanaman dengan luas

bagian permukaan yang akan ditanam semakin luas maka

akan menghasilkan akar yang lebih banyak sehingga akan

mendukung pertumbuan tanaman. Tanaman akan tumbuh baik

apabila terdapat akar yang banyak dan kokoh. Diameter

yang lebih besar membuat luas permukaan menjadi besar

pula. Luas permukaan yang telah menjadi besar akan

membuat jumlah akar yang terdapat pada luas permukaan

yang besar menjadi banyak. Jumlah akar akan menentukan

jumlah hara yang terserap oleh tanaman begitu pula

tanaman hasil stek. Sudah kita tahu semua akar

merupakan media atau alat untuk tanaman mengmbil hara

dalam tanah, jika semakin banyak akar yang dihasilkan

oleh tanaman yang distek, maka akan semakin besar

keberhasilan tanaman stek tersebut untuk tumbuh.

Proses terbentuknya akar dari tanaman yang distek

dimulai dari kambium batang yang dihilangkan, sedangkan

kambium memiliki peran untuk membentuk pembulluh-

pembuluh tapis (floem) sekunder ke arah luar dan

membentuk pembuluh kayu (xilem) sekunder ke arah dalam.

Pembuangan lapisan kambium ini membuat zat-zat makanan

dan segala sesuatu yang berasal dari daun hasil

fotosintesis seharunya mengalir kebawah menuju akar

namun disini akar sudah tidak ada sehingga zat-zat

makanan tersebut akan membendung dibagian potongan

sehingga di bagian tersebut kulit dan batang dalam akan

mengembung atau membengkak (membentuk kalus). Pada

bagian yang mengembung ini sebenarnya terjadi

penumpukan auksin serta karbohidrat, dengan media

tanah, auksin dan karbohidrat tersebut akan menstimulur

timbulnya akar pada batang di atas potongan.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Setek (cutting atau stuk) atau potongan adalah

menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga

menjadi tanaman baru.

2. Teknik perbanyakan dari pembiakan vegetatif dengan

cara stek bermacam-macam yaitu menggunakan bagian

tanaman seperti batang, cabang, daun, umbi, dan

akar.

3. Perlakuan terbaik adalah media tanah, kompos, dan

pasir (1:1:1) karena media ini memiliki cukup pori

tanah.

4. Pembentukan akar stek karena hilangnya kambium dan

hasil fotosintesis membentuk kalus dan akar.

5.2 Saran

Praktikum ini sudah berjalan dengan baik dan

materi yang disampaikan oleh asisten praktikum sudah

cukup jelas. Sebaiknya praktikan melakukan praktikum

ini sesuai prosedur dan lebih tertib lagi guna

memperoleh data yang akurat, selain itu juga dapat

mempercepat waktu praktikum sehingga pelaksanaan

praktikum dapat lebih efisien.