Panduan Pendampingan Subsektor Kriya - Amazon AWS

64
Panduan Pendampingan Subsektor Kriya Edisi Pertama | Tahun 2021 Direktorat Kuliner, Kriya, Desain dan Fesyen Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Transcript of Panduan Pendampingan Subsektor Kriya - Amazon AWS

Panduan Pendampingan Subsektor Kriya

Edisi Pertama | Tahun 2021

Direktorat Kuliner, Kriya, Desain dan Fesyen Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk KreatifKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

2 3

2021 KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/ BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Direktorat Kuliner, Kriya, Desain dan Fesyen Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk KreatifKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

2021 KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/ BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Direktorat Kuliner, Kriya, Desain dan Fesyen Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk KreatifKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

PENASEHAT

Sandiaga Salahudin UnoAngela Tanoesoedibjo PENANGGUNG JAWAB

Yuke Sri Rahayu PENANGGUNG JAWAB TEKNIS

Romi Astuti

PENYUSUN

Romi AstutiBenedictus PermadiDiah Isna NopiantikaAprina MurwantiFauzy Prasetya Kamal

PENGELOLA ADMINISTRASI

Rimma SukmawatiAnggrita IndreswariFeby Rahmadani

PENGELOLA ASET VISUAL

Dewi MurtiAdi Prasetyo Nugroho

SUMBER FOTO

Aldy RiyadhyRian TanjungHayuning SumbadraDani Effendi Ferdi PerwiranataM Reza FauziFauzy Prasetya KamalNuri FatimahDokumentasi BEKRAFDokumentasi Kementerian PerdaganganDokumentasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

PENGARAH

Muhammad Neil El Himam

PENINJAU

Prof. Imam Buchori ZainuddinGati WibawaningsihJoshua Puji Mulia Simandjuntak

KOORDINATOR

Benedictus Permadi

EDITOR

Aprina MurwantiFauzy Prasetya Kamal Enarldo T. GirardiTika Yulia Purwaningrum

PEMERIKSA BAHASA

Yulia WahyuningsihDedy Jaries AprinicoRenjana Widyakirana

PENGELOLA DOKUMENTASI DAN ARSIP

Aniesha Goeslina HawaningrumMahfuzhoh Siti Nuraini

ISBN | e-ISBN

Kontributor Diskusi Kelompok Terpumpun dan Uji Petik

Kontributor Narasumber Diskusi Terpumpun• Prof. Imam Buchori Zainuddin (Profesor Emeritus, Institut Teknologi Bandung)• Prof. Dr. S.P. Gustami, S.U. (Promotor Doktor Kriya, Institut Seni Indonesia)• Euis Saedah, Ketua Dewan Serat Indonesia• Joshua Puji Mulia Simandjuntak, Staf Ahli Menteri Kemenparekraf Bidang Inovasi dan Kreativitas• Ichwan Joesoef (Kepala ITPC Osaka, Kementerian Perdagangan)• Miriam Veronica Ni Nyoman (Praktisi Kriya)• Asmudjo Djono Irianto (Dosen ITB, Kurator Kriya dan Seni)• Aling Nur Naluri (Praktisi Kriya, Pemilik Usaha UMKM Kriya Salam Rancage)

Kontributor Peserta Diskusi Terpumpun• Dr. I Wayan Sudana, S. Pd., M. Sn., Kajur Pendidikan Seni Rupa, Universitas Gorontalo • Dr. Cut Kamaril Wardani, Cita Tenun Indonesia• Ir. Titik Purwati Widowati, MP, Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik• Zamilia, S.Sn, M.Si., Koorprodi Kriya Seni IKJ• Harnandito Paramadharma, S.Ds. Kepala Seksi Pemasaran, Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta• Zakiah Pawitan, Dosen Kriya UPI• Yufie Kartaatmadja, Dosen ISBI Bandung, Ketua Bidang pengembangan Indonesia Fashion Chamber• Viandhira Athia, Arts Programme Manager, British Council • Ardi Hariyadi, Kurator Museum Tekstil• Krisdewanto S, Lead Coach PPEI, Kementerian Perdagangan• Niniek Indhiyanti, Peneliti Budaya Kreatif Foundation• Fitorio Leksono, Sekjen ADPII• M. Tommy Utama, CEO Retota• Abie Abdillah, Studio Hiji• Rengkuh Banyu Mahandaru, Footloose Initiative• Ratna Paramita, Dosen Binus Northumbria • Nidiya Kusmaya, Mycotech• Kornelis Ndapakamang, Sumba Natural Dye• Reny Martani, Allegra• Zanny Zapata Chandra, BEDO, HIPMI• Henny Dinan, Rumah Tenun Baku Peduli • Eugenio Hendro, Praktisi Desain Produk, • Dhonny Yudho Kusuma, Kementerian Perdagangan

Penanggap Uji Petik• Cut Kamaril Wardani, Cita Tenun Indonesia• Koestriastuti, Cita Tenun Indonesia• Safira Damayanti, Moselo App Indonesia• Aurelia L., Krealogi• Wini Fitriana, Krealogi • Frida Elizabeth, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi UKM Provinsi DKI Jakarta• Mega Puspita, Studio Dapur• Shari Semesta, IMAJI Studio• Santi Alaysius, Fredhelligh• Viandira Athia, British Council• Asy Syams Elya Ahmad, S.Pd, M.Ds, Universitas Negeri Surabaya• Dra. Mudjiati, M.Pd., Universitas Negeri Jakarta• Zamilia S.Sn, M.Si., Institut Kesenian Jakarta• Zakiah Pawitan, Universitas Pendidikan Indonesia• Farid Surawan, Kepala Seksi Ekonomi Kreatif, Disbudpar Kabupaten Lebak• Bima Sakti, Kepala Seksi Pengembangan Ekonomi Kreatif, Dinas Pariwisata, Kabupaten Tangerang Selatan• Ahmad Jailani, Dinaspora Kabupaten Tangerang• Fitorio Leksono, ADPII• Iman Setiobudy, Praktisi dan Pendamping• Harry Maulana, Praktisi dan Pendamping• Ratna Dewi Paramita, Binus Internasional• Aloysius Baskoro Junianto, Podomoro University• Rani Aryani Widjono, S.Ds., M.Ds., Galeri DKV Universitas Multimedia Nusantara• Dini Amelia, Podomoro University• Paramita Soedarji, Podomoro University• Danny Putra, Praktisi• Imam Rismahayadin, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lebak• Sarjiman, Dinas Tangerang• Radiv Annaba, Asosiasi Desa Kreatif Indonesia (ADKI)

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Kriya Indonesia merupakan kebanggaan bangsa, selain kekayaan ragam dan mengandung kearifan lokal. Sejak 2015 kriya tercatat sebagai salah satu dari tiga subsektor penyumbang PDB ekonomi kreatif terbesar di Indonesia, berkontribusi lebih dari 14% untuk PDB ekraf (2018-2019). Kriya juga lekat dengan dunia pariwisata dan menyerap banyak tenaga kerja. Meskipun pandemi berdampak atas ditundanya 70% ekspor kriya Indonesia pada tahun 2020, namun pandemi tidak menyurutkan pelaku ekraf, termasuk pelaku kriya untuk terus mengembangkan kapasitasnya dalam berkreasi. Berdasarkan riset Kemenparekraf tahun 2020, selama pandemi, 75% pelaku ekraf termasuk pekriya memilih untuk menambah pengetahuan dari ilmu baru.

Kemenparekraf/Baparekraf terus berkomitmen mendukung pengembangan rantai ekonomi kreatif kriya melalui berbagai langkah strategis. Pendampingan kriya merupakan upaya yang dilaksanakan agar pekriya dapat menghasilkan produk unggul serta mampu berdikari. Ekosistem kriya yang sehat dan maju dapat menciptakan lapangan pekerjaan serta menghasilkan nilai

Sambutan Sandiaga Salahudin UnoMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Sandiaga Salahudin Uno Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

tambah bagi perekonomian masyarakat. Potensi kriya sebagai aset kreatif di Indonesia perlu dikembangkan melalui proses kreasi yang baik dan strategis dengan menjaga kearifan lokal serta menerapkan prinsip-prinsip yang adil dan berkelanjutan. Pendampingan kreasi kriya adalah salah satu kunci penting dalam mencapai kriya Indonesia yang berdaya saing global.

Semangat Gerak Cepat (Gercep), Gerak Bersama-sama (Geber), dan Garap Semua Potensi Lapangan Pekerjaan Yang Ada (Gaspol) menjadi semangat yang perlu kita bangkitkan bersama untuk memajukan ekraf Indonesia. Inovasi dan adaptasi subsektor kriya dalam menghadapi disrupsi digital juga menjadi salah satu perhatian penting dalam pendampingan. Melalui pemetaan potensi, penguatan kapasitas manusia dan kepekaan membaca dinamika ekonomi digital, pendampingan dapat memberikan dampak yang signifikan untuk meningkatkan kontribusi kriya dalam ekonomi kreatif. Proses pendampingan perlu memenuhi syarat protokol Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan dan Keberlanjutan Lingkungan (K4).

Akhir kata, semoga buku panduan pendampingan subsektor kriya yang disusun bersama berbagai pemangku kepentingan ini dapat membantu kita untuk memahami konteks pendampingan dalam memajukan kreasi kriya Indonesia. Semoga buku ini juga turut berkontribusi dalam memantik kreativitas, meningkatkan apresiasi terhadap kriya, serta memperbaiki kualitas dan kesejahteraan masyarakat sehingga dapat membantu pemulihan perekonomian Indonesia.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Sambutan Muhammad Neil El HimamDeputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Subsektor kriya adalah salah satu titik fokus penguatan ekonomi kreatif dan ekonomi digital sebagaimana telah dicantumkan pada narasi RPJMN 2020-2024. Perlu kita soroti bahwa fokus ini diperlukan karena ekonomi kreatif berpotensi mendorong kreativitas dan inovasi dalam mencapai pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu cara peningkatan nilai tambah ekonomi kreatif ini adalah melalui proses pendampingan terencana, dan Kemenparekraf/Baparekraf dalam hal ini Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif berkomitmen untuk dapat mendukung kegiatan pendampingan subsektor kriya secara nyata.

Terdapat lebih dari 8,2 juta usaha kreatif yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di dalamnya subsektor kriya yang mempunyai kebutuhan pengembangan kapasitas yang bersifat khusus. Pedoman pendampingan ini kami susun untuk menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul dari pelaksanaan pendampingan untuk pengembangan kapasitas pekriya Indonesia. Dimulai dari tahap identifikasi potensi dan Muhammad Neil El Himam

Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif

masalah, perencanaan hingga pelaksanaan pendampingan hingga serah terima, setiap tahap mempunyai kebutuhan pendampingan spesifik. Kebutuhan ini perlu dipenuhi melalui pedoman praktik baik pendampingan kriya agar semua pemangku kepentingan dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai pengembangan yang berkelanjutan

Manfaat ekonomi, sosial dan budaya yang berasal dari ekonomi kreatif perlu didukung dengan penciptaan lingkungan yang kondusif untuk pengembangan ekonomi kreatif, dan perkembangan teknologi untuk pembangunan konektivitas digital mempunyai potensi dalam menciptakan lingkungan kondusif ini. Pedoman ini dirancang dengan merespon potensi perkembangan digital dan mengikutsertakannya sebagai aspek integral untuk mengoptimalkan dampak dan luaran pendampingan. Kemudahan yang dapat diberikan oleh konektivitas digital ini turut mendukung misi agar peserta pendampingan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk pengembangan berkelanjutan. Besar harapan kami, agar pedoman pendampingan subsektor kriya ini dapat membantu semua pemangku kepentingan kriya untuk bersama-sama menjawab tantangan yang dihadapi oleh kriya di Indonesia. Semoga upaya penyebaran ilmu yang diemban oleh pedoman ini dapat mendukung terciptanya pengetahuan baru untuk menyuburkan lahan kreatifitas kriya dan berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi kreatif Indonesia. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Daftar Isi

Hal. 26 Subsektor Kriya

Hal. 26 Kategori Kriya

Hal. 27 Ekosistem Kriya

Hal. 30 Fungsi Kriya

Hal. 76 Pelaksanaan Pendampingan

Hal. 80 Perencanaan Unjuk Karya

Hal. 84 Refleksi dan Monitoring-Evaluasi Akhir

Hal. 86 Mengukur Kesuksesan Pendampingan

Hal. 87 Dokumen Rekomendasi Pasca Pendampingan

Hal. 88 Pembuatan Laporan yang Baik

Hal. 88 Tindak Lanjut/ Rencana Aksi Pasca Pendampingan

Halaman 21

Bab I. Tentang Kriya

Hal. 15

Pengantar

Halaman 75

Bab IV. Proses Pendampingan Halaman 83

Bab V. Pasca Pendampingan

Halaman 52–53

Skema dan Diagram Alur Pendampingan Kriya

Halaman 92

Sorotan Praktik Baik Pendampingan Kriya

Halaman 33

Bab II. Prinsip Pendampingan Kriya

Halaman 57

Bab III. Pra Pendampingan

Hal. 58 Riset Pendampingan

Hal. 59 Pelaksanaan Riset Awal Pendampingan

Hal. 62 Survei Pendampingan

Hal. 67 Paparan GagasanHal. 104 Referensi dan Bacaan Lanjutan

Hal. 106 Glosarium

Hal. 110 Lampiran Formulir dan Regulasi Standar

Hal. 34 Konsep Dasar Pendampingan

Hal. 36 Fokus Pendampingan

Hal. 38 Etika Pendampingan

Hal. 38 Berbagi Peran dalam Program Pendampingan

Hal. 39 Kriteria Penyelenggara, Pendamping dan Penerima Pendampingan

Hal. 41 Kriteria Pendamping

Hal. 44 Kategori Pendampingan

Hal. 46 Jenis dan Karakteristik Pendampingan

Hal. 51 Apresiasi & Platform PendampinganHal. 28–29

Skema Ekosistem Kriya

15Pengantar

Meskipun kriya menjadi salah satu unggulan produk kreatif Indonesia dan termasuk sebagai penyumbang PDB kreatif terbesar, Indonesia belum menjadi sepuluh besar pengekspor kriya di dunia4. Indonesia belum bisa mengalahkan negara pengekspor besar seperti Tiongkok maupun negara dengan subsektor kriya yang masih berkembang seperti Turki, Saudi Arabia, Pakistan dan Brasil. Penguasaan pasar domestik dan ekspor akan semakin menantang dengan adanya disrupsi ekonomi digital yang menggeser pasar dan pekerjaan, menuntut percepatan, membutuhkan peningkatan kebutuhan infrastruktur, serta menyorot ketidaksesuaian antara pendidikan, pasar kerja - dan soft skill yang diperlukan dalam subsektor kriya.

Tanpa pendampingan yang kuat, kriya Indonesia dikhawatirkan tereksklusi dari lingkaran kemajuan ekonomi, sosial dan budaya. Posisi Indonesia saat ini sudah tidak menjadi negara berkembang dan telah berada di peringkat ketiga dunia sebagai negara yang memiliki nilai ekraf tertinggi terhadap PDB. Potensi demografi yang besar, sumber daya kriya yang mumpuni, pasar domestik yang luas dan peluang ekspor kriya belum dimaksimalkan. Indonesia baru menyumbang 2,5% dari total nilai ekspor kriya global5. Diperlukan rencana strategis untuk memicu akselerasi atau percepatan pengembangan kriya. Pendekatan yang dilakukan pemerintah harus dapat merespon tren ekonomi kreatif yang muncul, bergerak cepat, dan berkelanjutan, cakap menangkap proyeksi masa depan. Penerapan peluang ini akan ditentukan oleh kombinasi untuk menyeimbangkan keberlanjutan antara permintaan, kebijakan, pendanaan, pengembangan keterampilan, dan prioritas agenda digital6.

Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka, Kementerian Perindustrian pada 2021 menginformasikan bahwa subsektor kriya menyerap tenaga kerja sebesar 1,32 juta orang. Besarnya serapan ini masih kontras dengan minimnya pengelolaan terhadap human capital kriya, dan terbatasnya sumber daya pendukung. Hal ini membuat potensi nilai kreatif dan inovasi untuk pengembangan kriya menjadi terhambat. Luasnya keterkaitan kriya dengan masyarakat membuat kriya dan pelakunya menjadi target program berbagai pemangku kepentingan (stakeholder), baik pihak pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun pihak swasta seperti asosiasi, perusahaan serta investor. Berbagai bentuk dan metode pendampingan seperti mentoring, coaching, inkubasi, residensi, dan pelatihan telah menjadi program rutin maupun program tentatif pemangku kepentingan di tingkat lokal, nasional, maupun internasional selama lebih dari 4 (empat) dasawarsa di Indonesia sejak tahun 1970an.7

Subsektor kriya merupakan salah satu dari tiga besar penyumbang PDB Ekonomi Kreatif Indonesia. Ekonomi kreatif menyumbangkan 1300 triliun rupiah pada PDB Nasional tahun 2021 dan 15% berasal dari subsektor kriya1. Kemenperin mencatat nilai ekspor subsektor kriya sebesar 5,8 milyar dolar Amerika Serikat selama Januari hingga Agustus 20212 dan mengalami kenaikan 24,87% dari tahun sebelumnya3. Kontribusi yang signifikan ini dapat semakin ditumbuhkan nilainya dengan meningkatkan rantai kreatif, melakukan optimalisasi pengembangan kriya dan melaksanakan pendampingan yang tepat.

1. Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 12 Agustus 2021.2. Rilisan Media Menteri Perindustrian, September 20213. Informasi HIMKI (Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia) tahun 20214. Creative Economy Outlook: Trends in International Trade in Creative Industries (2018), United Nations Conference on Trade and Development.5. Ditjen IKMA, Kementerian Perindustrian, 13 Oktober 20216. UNCTAD, 20187. Diskusi Terpumpun Penyusunan NSPK SubSektor Kriya, 26 Oktober 2020

Pengantar16 17

Setiap program pendampingan kriya memiliki ciri khas yang berbeda, dengan luaran dan indikator target hasil yang sangat beragam. Target luaran pendampingan kriya menyesuaikan visi dan misi maupun tugas pokok dan fungsi penyelenggara. Meskipun memiliki target luaran yang berbeda-beda, arah pengembangan kriya yang dilakukan melalui program pendampingan hampir selalu terkait dengan peningkatan nilai kreatif ekonomi8 yaitu rantai nilai kreasi, produksi, distribusi, konsumsi dan konservasi. Pendampingan yang tepat guna akan membantu kemandirian dan kesejahteraan pelaku kriya dalam jangka pendek, menengah dan panjang.

Skema Model Rantai Nilai Kreatif

(diadaptasi dari Stylised Value Chain Model, Buku laporan Mapping the Creative Value Chain: A study on the economy of culture in the digital age, European Commission tahun 2017).

Buku panduan pendampingan kriya dipersiapkan selama dua tahun (2020 - 2021) diawali dengan riset literatur yang berfokus pada subsektor kriya, diikuti dengan riset kualitatif melalui dua Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) atau Focus Group Discussion (FGD). Naskah kemudian disampaikan pada kegiatan uji petik dengan mengundang pendamping kriya lintas generasi, pemangku kepentingan dari subsektor kriya serta perwakilan dinas provinsi di Indonesia. Panduan ini disusun untuk menetapkan garis besar pendampingan, membuat sistem pendampingan kriya lebih efektif, tepat sasaran, dan tepat guna dalam merespon kondisi global atas percepatan dan disrupsi ekonomi digital. Penetapan Buku Panduan Pendampingan dalam subsektor kriya akan mendukung pengembangan kriya untuk beradaptasi dengan kemajuan ekonomi kreatif pada skala lokal, nasional dan global.

8. Diskusi Terpumpun Penyusunan NSPK SubSektor Kriya, 26 Oktober 2020 dan 10 November 2020 9. Diskusi Terpumpun Penyusunan NSPK SubSektor Kriya, Bogor, 26 Oktober 202010. Diskusi Terpumpun Penyusunan NSPK SubSektor Kriya, Bogor, 26 Oktober 202011. Creative Economy Outlook: Trends in International Trade in Creative Industries (2018), United Nations Conference on Trade and Development.

Skema Model Rantai Nilai Kreatif

Barang dan Jasa Tambahan

Kreasi Produksi/Publikasi

Diseminasi /Perdagangan

Pameran (Unjuk Karya)/Perjamuan / Transmisi

KonsumenFungsi Inti

Fungsi-fungsiPendukung

Preservasi / Konservasi / Pengarsipan

Edukasi / Pelatihan / Pendampingan

Manajemen / Regulasi

Dasar Hukum

Penyusunan Panduan Pendampingan subsektor Kriya ini dilandasi oleh:1. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 96 tahun 2019 tentang Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif3. Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 6 tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi

Kreatif

Gambaran Umum Pengguna Buku

Program pendampingan kriya umumnya memiliki multi pengguna (multi user). Pengguna utama adalah pekriya maupun pelaku bidang kriya yang akan mendapatkan pendampingan, pengguna kedua adalah penyelenggara yang ingin mencapai target pendampingan. Terdapat banyak kisah sukses program pendampingan kriya di lapangan, namun ditemui juga berbagai kendala yang umumnya disebabkan oleh ketidaksesuaian (mismatch) antara pendamping, program dan target pendampingan9. Buku panduan pendampingan subsektor kriya ini disusun untuk meminimalisasi masalah, mengantisipasi kendala, serta mendukung tata kelola dan substansi pendampingan yang berkualitas dalam proses alih pengetahuan di lapangan.

Kegiatan pendampingan harus memiliki struktur yang jelas dan memiliki Indikator Kinerja Utama (IKU) atau Key Performance Indicator (KPI) yang terukur. Struktur dan IKU pendampingan wajib diinformasikan kepada pendamping. Sebagian maupun seluruh poin IKU kemudian disepakati oleh pendamping, dan ditanggapi dalam bentuk gagasan, materi, jenis dan platform pendampingan yang didiskusikan oleh pendamping dan penyelenggara. Keterlibatan perwakilan atau calon penerima pendampingan kadang diperlukan untuk memastikan bahwa program pendampingan sesuai dengan kebutuhan calon penerima pendampingan. Program pendampingan umumnya dilaksanakan dengan bantuan pihak ketiga, menempatkan pendamping sebagai tenaga ahli yang bersifat independen dengan predikat konsultan, tenaga ahli, narasumber, pelatih (coach atau trainer), pembimbing, mentor, maupun tutor10.

Perubahan sosial dan teknologi global yang terus berlangsung secara cepat mempengaruhi cakupan, potensi dan serapan industri kreatif, mengakibatkan meningkatnya peleburan antara industri dan kriya, lintas sektor, alat dan kanal serta pasar dan kebutuhan ekonomi kreatif. Interaksi gagasan, produk layanan, media dan internet akan semakin rumit dan disruptif11. Buku panduan pendampingan diperlukan untuk menjadi referensi koridor program pendampingan dan garis besar cikal bakal standar pendampingan.

Tujuan Buku Panduan

1. Memperkuat rantai kreatif subsektor kriya di Indonesia melalui panduan pendampingan yang strategis dan efektif

2. Menyediakan rujukan tata kelola pendampingan kriya yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan

3. Memberikan gambaran kondisi kriya sebagai rujukan pelaku, penerima dan pengelola pendampingan kriya

4. Menetapkan garis besar panduan pendampingan yang dapat mengoptimalkan pengembangan rantai nilai ekonomi kreatif kriya

Pengantar18 19

IsiIsi ditulis secara singkat dan jelas agar mudah diikuti dalam proses persiapan pendampingan, pelaksanaan pendampingan dan pasca pendampingan.

Praktik Baik PendampinganBuku ini menyajikan praktik baik pendampingan dalam berbagai contoh kasus/studi yang telah dilaksanakan oleh Kementerian, Lembaga maupun organisasi swasta. Cermati bagian ini untuk mendapatkan referensi praktik pendampingan di lapangan dan mempelajari aspek pendampingan yang telah dilaksanakan.

Cakupan :Cakupan memuat komponen atau isi materi

Gugus Kerja Pendampingan :

Ikhtisar :Ikhtisar memuat inti ringkas maupun catatan penting dari pendampingan

Bagian bertanda kuningBagian bertanda kuning merupakan bentuk adaptasi teknologi digital untuk pendampingan, menyorot alternatif penggunaan

teknologi digital dan pemanfaatan akses daring dalam pendampingan.

5. Menyiapkan norma, standar, panduan dan kriteria pendampingan kriya yang mampu merespon perubahan dan percepatan ekonomi kreatif termasuk dalam menghadapi ekonomi digital

6. Menyediakan pilihan alur dan metode pendampingan kriya serta referensi praktik baik atau good practice, bagi penyelenggara, pekriya, pendamping dan pemangku kepentingan.

Manfaat Buku Panduan

Manfaat buku panduan pendampingan kriya meliputi:1. Mengoptimalkan penyelenggaraan kegiatan pendampingan kriya agar strategis,

tepat sasaran dan tepat guna2. Wujud apresiasi terhadap pekriya Indonesia serta pendamping kriya yang

melaksanakan tugas di lapangan3. Meningkatkan rantai nilai kreatif, termasuk rantai ekonomi, sosial dan budaya

yang secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan kesejahteraan pekriya dan pelaku usaha kriya di lapangan

4. Kemudahan pengelolaan, monitoring dan evaluasi pendampingan bagi penyelenggara pendampingan kriya

5. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program pendampingan kriya

Cara Membaca Buku Ini

Setiap bab dalam buku panduan ini dilengkapi dengan tiga bagian: cakupan, ikhtisar dan isi. Gugus kerja pendampingan menunjukkan kode kelompok tugas, langkah atau pekerjaan yang harus dilakukan oleh pendamping. Mulailah dengan melihat cakupan buku, mengamati ikhtisar, kemudian lanjutkan proses membaca dengan mencermati bagian isi. Buku ini memiliki bagian bertanda kuning untuk menyorot alternatif penggunaan teknologi digital dan pemanfaatan akses daring dalam pendampingan. Buku ini juga dilengkapi lampiran yang berisi formulir atau borang, daftar periksa, sistematika laporan serta daftar standar yang terkait dengan subsektor kriya seperti SNI (Standar Nasional Indonesia) dan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia).

20 21Bab I

Tentang Kriya

Bab ini juga akan dilengkapi pembahasan penerapan teknologi digital sebagai metode tepat-guna dan penyertaannya sebagai aspek inti pendampingan

Cakupan : Kriya — Kategori Kriya — Fungsi Kriya — Ekosistem Kriya

Ikhtisar :Pendampingan kriya memerlukan pengetahuan dasar tentang kriya, kategori, fungsi dan ekosistem kriya. Pemahaman yang

baik tentang kriya akan membuat pendampingan lebih kontekstual dan strategis

22 23Bab I. Tentang Kriya

"Apa itu kriya?"

Kriya merupakan suatu karya atau proses kekaryaan yang dikerjakan dengan keterampilan tangan yang tinggi, umumnya memiliki fungsi pakai, mengandung nilai artistik, dan kerap mencerminkan lingkungan budaya dan geografis tempat karya kriya tersebut diciptakan.

Istilah kriya berasal dari kata: "Craft", dipahami juga bahwa "Kria" atau "Kriya" atau "Kr" dari bahasa Sansekerta yg berarti "kerja", "Karya" artinya produk. "Kr" dalam bahasa Sansekerta yang berarti ‘mengerjakan’. Akar kata "Kr" tersebut kemudian menjadi ‘karya, kriya dan kerja’ memiliki arti khusus mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau obyek yang bernilai seni.1 Dalam kamus Bahasa Kawi-Indonesia, kriya diartikan sebagai ‘pekerjaan’ atau ‘perbuatan’.2 Kriya dapat merefleksikan nilai-nilai estetika, etika dan logika baik dalam proses, teknik pembuatan, bentuk karya dan penggunaannya.3 Istilah kriya juga dapat digunakan sebagai istilah yang menjelaskan suatu keahlian dalam mengerjakan sesuatu dengan kemampuan terampil, dibuat dengan sangat artistik secara visual dan seringkali memiliki fungsi praktis (bernilai guna).4

Secara hakikat, kriya hampir selalu terkait erat dengan kearifan lokal di daerah tempat pekriya bekerja. Definisi kearifan lokal (local wisdom) ini secara umum dapat diartikan sebagai gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik dan terpelihara oleh masyarakat setempat (Taalami, 2010: 26).5 Seringkali produk kriya merupakan salah satu perwujudan dari kearifan lokal sebuah daerah atau komunitas, baik secara wujud, fungsi maupun proses.

"Apa beda kriya dan kerajinan?"

Selain kata "kriya", dikenal juga istilah "kerajinan" namun telah disepakati dalam berbagai kesempatan diskusi bahwa penggunaan kriya dan kerajinan dalam konteks ekonomi kreatif dapat digunakan secara bergantian dan memiliki fungsi yang sama untuk menyebut karya yang dihasilkan dengan keterampilan tangan. Seiring dengan beralihnya penggunaan istilah kerajinan menjadi kriya, serta fokus beberapa jurusan atau program studi dari jurusan desain dan/atau seni menjadi program studi kriya pada berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Fungsi penggunaan kata kriya dalam pendampingan selaras dengan penggunaan kata kriya dalam tataran Perguruan Tinggi.

Kriya dalam bahasa Inggris dipadankan secara umum dengan kata "craft" dan secara spesifik dengan kata "handicraft", kadang disebut juga dengan "artisanal products".

1. Timbul Haryono (2002). Terminologi dan Perwujudan Seni Kriya Masa Lalu dan Masa Kini sebuah Pendekatan Historis-Arkeologi. Makalah. Yogyakarta: ISI Yogyakarta.2. Wojowasito (1977). Kamus Kawi - Indonesia, penerbit CV Pengarang, Bandung3. Rispu (2012). ‘Seni Kriya, antara Tekhnik dan Ekspresi’, CORAK Jurnal Seni Kriya, Vol. 1 No.1, Mei-Oktober 2012 (pp 91-100). 4. Ahmad Bahrudin (2011). ‘Kriya Seni, Kelahiran dan Eksistensinya’ dalam Ekspresi Seni, Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni,

Institut Seni Indonesia, Padang Panjang, (hal 1-15).5. Taalami, Laode. Dkk. 2010. Kearifan Lokal dalam Kebudayaan Suku Bangsa di Sulawesi Tenggara. Kendari: Kebudayaan dan Pariwisata Sultra.

"Apa definisi kriya secara global?"

Definisi Kriya dari UNESCO dan International Trade Centre (ITC) :"Products that are produced by artisans, either completely by hand or with the help of hand-tools or even mechanical means, as long as the direct manual contribution of the artisan remains the most substantial component of the finished product… The special nature of artisanal products derive "Products that are produced by artisans, either completely by hand or with the help of hand-tools or even mechanical means, as long as the direct manual contribution of the artisan remains the most substantial component of the finished product… The special nature of artisanal products derives from their distinctive features, which can be utilitarian, aesthetic, artistic, creative, culturally attached, decorative, functional, traditional, religiously and socially symbolic and significant".

UNESCO dan International Trade Centre (ITC), Final report of the International Symposium on Crafts and the International Market: Trade and Customs Codification, 1997.

"Produk yang dihasilkan oleh pekriya, baik sepenuhnya dengan tangan atau dengan bantuan perkakas tangan atau bahkan [bantuan] alat mekanis, selama kontribusi manual langsung dari pekriya tetap menjadi komponen paling substansial dari produk jadi. Sifat khusus dari produk kriya berasal dari ciri khasnya, yang dapat bersifat utilitarian, estetis, artistik, kreatif, melekat secara budaya, dekoratif, fungsional, tradisional, simbolis dan signifikan secara agama dan sosial."

UNESCO dan International Trade Centre (ITC), Laporan akhir the International Symposium on Crafts and the International Market: Trade and Customs Codification, 1997. Kutipan diterjemahkan oleh tim penyusun Buku Panduan Pendampingan Kriya.

24 25Bab I. Tentang Kriya

"Bagaimana definisi kriya secara spesifik dari World Craft Council?"

"Handicrafts are defined as products that are produced either completely by hand or with the help of tools. Mechanical and/or digital tools may be used as long as the direct manual contribution of the maker remains the most substantial component of the finished product. Handicrafts are made from raw materials that are ecological sourced and /or recycled and can be commercially reproduced without infringing on the integrity of the work, such products can be utilitarian, aesthetic, artistic, creative, culturally expressive, decorative, functional, traditional, religiously and socially symbolic and significant"

World Craft Council, 2021, adapted from the definition for crafts/artisan products at the UNESCO and International Trade Centre (ITC), Final report of the International Symposium on Crafts and the International Market: Trade and Customs Codification, Manila, Philippines, October 1997

"Kriya didefinisikan sebagai produk yang diproduksi dengan menggunakan tangan secara keseluruhan atau dengan bantuan alat. Alat mekanis dan/atau digital dapat digunakan selama kontribusi manual langsung dari pembuatnya tetap merupakan komponen paling substansial dari produk jadi. Kriya dibuat dari bahan baku yang diambil secara ramah lingkungan dan/atau didaur ulang serta dapat direproduksi secara komersial tanpa melanggar integritas ciptaan, produk tersebut dapat bersifat utilitarian, estetis, artistik, kreatif, ekspresif budaya, dekoratif, fungsional, tradisional, mengandung nilai religi dan simbolis serta signifikan secara sosial"

World Craft Council, 2021, diadaptasi dari definisi crafts/artisan products dalam UNESCO and International Trade Centre (ITC), Laporan akhir the International Symposium on Crafts and the International Market: Trade and Customs Codification, Manila, Philippines, October 1997] Kutipan diterjemahkan oleh tim penyusun buku panduan Pendampingan Kriya.

Organisasi kriya internasional World Craft Council (WCC), mengadaptasi pengertian istilah kriya dengan lebih spesifik, memilih menggunakan kata "handicraft", menambahkan aspek keberlanjutan, etika produksi dan integritas. WCC berfokus menjaga nilai dan mendistribusikan definisi tersebut hingga kini (2021).

Buku panduan pendampingan ini merujuk pada definisi kriya secara internasional dari UNESCO dan World Craft Council.

26 27Bab I. Tentang Kriya

Subsektor kriya kaya akan ragam, bahan dan proses. Penyelenggara dan pendamping perlu mengetahui kategori kriya sebelum menentukan jenis pendampingan atau program yang akan dilakukan. Terdapat tujuh tipe kriya dengan kekhasannya masing-masing. Tabel kategori kriya merupakan adaptasi dari paparan Prof. Imam Buchori yang telah didiskusikan dalam dua kali Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) tahun 2020 dan kegiatan Uji Petik tahun 2021.

Subsektor Kriya

Tabel 1.1. Kategori Kriya Tabel 1.2. Jenis bahan/medium kriya

"Apa saja jenis kategori kriya?"

Kriya Seni

Kriya Sakral

Kriya Adiluhung

Kriya Berbasis Kerajinan Tangan

Kriya Utilitas

Kriya Fesyen (Embodied Craft)

Produk Berbasis Kriya

• Refleksi, ekspresi dan interpretasi estetis terhadap materi/medium• Dibuat sangat terbatas• Nilai estetis bersifat subjektif

• Tujuan pembuatan terkait ritual agama/ kepercayaan• Mengandung simbol atau nilai sakral• Inovasi dapat dilakukan jika sakral bertransformasi menjadi profan

• Orientasi pada adat istiadat, etika dan estetika• Mengandalkan kepakaran (mastery)• Memiliki kualitas kecakapan kerja (workmanship)• Mengandung nilai pusaka

• Orientasi pada keterampilan (craftmanship) dan ketangkasan tangan (dexterity)

• Mengandalkan kepakaran (mastery)• Memiliki kualitas kecakapan kerja (workmanship)

• Orientasi pada keunikan fitur kriya• Mengandalkan aspek fungsionalitas• Menjadi salah satu komoditas yang mengalami persaingan pasar seiring

dengan kebutuhan dan perubahan selera pasar

• Mengandalkan keindahan dari keintiman kriya, keterampilan tangan (craftmanship)

• Kelahirannya dipicu oleh perubahan gaya hidup• Umumnya menampilkan fitur etno-design

• Mengandalkan inovasi desain• Mengutamakan aspek pengguna (user)• Mencari peluang untuk menciptakan konsumen dan menjaga konsumsi• Umumnya melakukan repetisi produk dengan perencanaan strategis atas

pemasaran, produksi dan distribusi

"Apa saja bahan baku atau medium kreasi kriya?"

Tekstil

Serat Alam

Keramik

Kayu

Metal

Batu

Material lainnya

• Tekstil katun, linen, sutra, dan tekstil lain-lain

• Bambu, akar wangi, pandan, rotan, dan lain-lain

• Lempung, gerabah, tembikar, terakota, porselen

• Semua medium kayu, termasuk kertas dan lacquer

• Perak, emas, perunggu, besi, tembaga, nikel, pewter

• Batu, batu mulia, batu permata

• Sumber alam lainnya: kulit, cangkang, tanduk, tulang dan lain-lain• Material komposit: serat aklirik, polikarbonat, dan lain-lain• Material daur ulang

*Tabel daftar medium atau bahan baku kriya yang ditemui dalam pendampingan ini diadaptasi dari World Craft Council.

Ekosistem Kriya

Ekosistem kriya di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dengan kriya di negara maju. Kesenjangan fasilitas, pengetahuan, akses dan geografis membuat banyak pekriya tidak memiliki akses langsung pada pembeli maupun pada penyalur bahan baku. Hal ini menyebabkan munculnya profesi pengepul maupun profesi perantara lainnya dalam ekosistem kriya di Indonesia. Populasi usia produktif dengan penggunaan gawai yang dominan menyebabkan tingginya pemakaian media sosial di Indonesia sehingga selain menyorot tokoh kriya dan menjadi kanal warta dan aktivis, kondisi ini juga memunculkan kehadiran influencer dalam ekosistem kriya.

"Seperti apa ekosistem kriya?"

Ekosistem kriya saat ini bersifat organik dan seringkali berjalan tidak linier. Diagram ini menggambarkan kelompok-kelompok ekosistem kriya yang saling terhubung antara satu kelompok rantai nilai kreatif satu dengan lainnya. Rantai tersebut adalah rantai kreasi, produksi, distribusi, konservasi konsumsi, investasi dan regulasi.

Pendamping perlu memahami karakteristik ekosistem kriya yang unik jika dibandingkan dengan subsektor kreatif lainnya. Pemahaman atas ekosistem kriya akan memudahkan pendamping dalam mengobservasi rantai-rantai ekonomi kreatif yang memerlukan perhatian lebih besar dalam pendampingan.

28 29Bab I. Tentang Kriya

Konservator

Rantai pasokdan produksi

Promosi dan pemasaran

BudayaBudaya

Budaya

Teknologi

Teknologi

Teknologi

Riset danpengembangan

PemasokBahan Baku

Distributor Bahan Baku

PekerjaPendukung

Pengepul

KuratorKriya

Desainer

PekriyaAntropolog

Peneliti

Akademisi

Aktivis

Regulator

Perantara Pengepul

ResellerWholesalers

Peritel Buyer

Donor

Pewarta

PelakuPasar

Konservasi

Regulasi

Produksi Investasi

Konsumsi

Distribusi

Kreasi

Pemodal

Influencer

Skema Ekosistem Kriya

30 31Bab I. Tentang Kriya

Fungsi Kriya

Pemahaman fungsi kriya juga merupakan pengetahuan yang diperlukan dalam pendampingan. Karya kriya yang bervariasi di seluruh Indonesia memiliki fungsi asli yang berbeda-beda. Program pendampingan dapat mempertahankan fungsi yang ada atau menambahkan fungsi baru dari kriya yang dikembangkan sesuai kebutuhan penerima pendampingan, kapasitas narasumber dan target capaian (Indikator Kinerja Utama) yang ditetapkan penyelenggara.

"Apa saja fungsi kriya?"

Tabel 1.3. Fungsi Kriya

Fungsi Seni, Estetis dan Hias

Fungsi Praktis/ Pakai/Guna

Dalam konteks ekonomi kreatif maupun industri kreatif, kriya selalu mengandung nilai keindahan yang muncul dalam berbagai wujud, baik sebagai:

• fungsi seni atau ekspresi pekriya, maupun • fungsi hias atau dekoratif • nilai simbolis maupun filosofis yang tersembunyi,

tidak muncul secara dominan.

• Dalam sejarahnya, kriya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, mulai dari kebutuhan ritual, kebutuhan aktivitas budaya istana atau keraton, hingga dipakai untuk memenuhi kebutuhan benda sehari-hari.

• Karya kriya memiliki muatan fungsional, sehingga dapat dirancang, dibuat dan dipasarkan sebagai benda atau produk yang mempunyai kegunaan untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan yang dapat dipenuhi produk kriya ini beragam, mulai dari penerangan, wadah penyimpanan, piranti makan minum, tempat duduk dan tempat tidur, hingga fungsi guna lain yang tak terbatas pada pemenuhan fungsi umum.

32 33

Prinsip Pendampingan Kriya

Bab II

Bab ini juga akan dilengkapi pembahasan penerapan teknologi digital sebagai metode tepat-guna dan penyertaannya sebagai aspek inti pendampingan

Cakupan :Prinsip Pendampingan — Kriteria Pendampingan -

Kesesuaian Arah Pendampingan - Jenis Pendampingan

Ikhtisar :Pengetahuan terhadap pola kerja komunitas dalam skala

kecil dan besar merupakan aspek penting, Tidak semua kriya merupakan kriya yang berfokus pada komoditas. Banyak praktik

kriya yang menjadi bagian dari kehidupan bermasyarakat dan terkait dengan budaya setempat. Bab ini akan membahas

prinsip, etika, fokus, jenis, kriteria, tantangan, apresiasi dan platform dalam pendampingan, termasuk penggunaan platform

digital dalam pendampingan.

Menggabungkan prinsip community development (pengembangan komunitas) dan co-creation (berkreasi

bersama), pendekatan pendampingan dalam kriya dilakukan dengan berpusat pada kapasitas manusia (human-centered)

dan mempertimbangkan aspek-aspek keberlanjutan dan pemberdayaan (empowering)

Bab II. Prinsip Pendampingan Kriya34 35

Pendampingan adalah proses peningkatan produktivitas, kualitas dan daya saing melalui proses bimbingan, konsultasi dan advokasi yang dilakukan oleh Lembaga Pendamping dan atau Tenaga Pendamping Perorangan.1 Pendampingan berfokus pada pengembangan kapasitas (capacity building) yang didefinisikan oleh Persatuan Bangsa Bangsa (PBB/ United Nations) sebagai proses pengembangan dan penguatan keterampilan, naluri, kemampuan, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan organisasi dan komunitas untuk bertahan, beradaptasi, dan berkembang di dunia yang cepat berubah.2

Pendampingan subsektor kriya dalam panduan ini berfokus pada pendampingan kreasi yang dideskripsikan sebagai berikut:

"Proses pengembangan rantai nilai kreatif melalui penguatan kreativitas, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan sumber daya yang dibutuhkan subsektor kriya demi meningkatkan kualitas kreasi, produksi, daya saing dan kolaborasi untuk berdaya, bertahan, beradaptasi, berkembang menjadi unggul dan bersinergi menghadapi perubahan dunia"3

Pendampingan berasal dari kata "damping" yang berarti "dekat, karib atau rapat"4 untuk menunjukkan sifat proses pendampingan yang mendekatkan pendamping dengan penerima pendampingan. Program pendampingan kreasi kriya telah diprakarsai sejak tahun 1974 melalui kemitraan antara LP3ES dan Jurusan Desain ITB dengan melibatkan 60 perajin dari Tegalwangi Cirebon selama 6 bulan, berkreasi bersama (co-creation) dengan menerapkan model pendampingan komprehensif, memberikan wawasan desain yang bersifat partisipatoris.5 Istilah pendampingan mulai marak di tahun 90an dalam konteks program sosial. Istilah ini kemudian lebih sering dipakai oleh Kementerian dan Lembaga Pemerintah maupun swasta untuk menggantikan istilah "pembinaan" dalam program-program pengembangan. Penggunaan istilah pendampingan menempatkan pendampingan dan penerima pendampingan sebagai mitra yang aktif, dekat dan setara dalam mencapai tujuan bersama.

Prinsip Pendampingan Kreasi Subsektor Kriya adalah: terbuka; mendukung; kreatif; kolaboratif, berjenjang; sesuai kebutuhan; mendorong keberlanjutan dan kemandirian.6

Terbuka: Pendampingan dapat diselenggarakan oleh semua pihak yang memiliki perhatian terhadap subsektor kriya.

Mendukung: Pendampingan bersifat mendukung subsektor kriya, bukan merupakan fasilitasi penuh dan tidak menggantikan peran dan tanggung jawab pihak yang didampingi dalam subsektor kriya.

Kreatif: Pendampingan dilandasi oleh kreativitas untuk mendorong peningkatan rantai nilai ekonomi kreatif subsektor kriya.

Kolaboratif: Penyelenggara, pendamping dan penerima pendampingan berkolaborasi mensukseskan proses kreasi untuk mencapai tujuan bersama dalam subsektor kriya.

Berjenjang: Pendampingan dilakukan berjenjang sesuai lingkup kewenangan penyelenggara.

Sesuai Kebutuhan: Pendampingan dirancang dan dilaksanakan sesuai kebutuhan calon dan /atau penerima pendampingan dengan mempertimbangkan bidang, kondisi geografis, demografis, karakteristik ekonomi, sosial dan budaya, potensi pasar, serta rencana dan strategi penyelenggara maupun pemangku kewenangan wilayah pendampingan.

Mendorong keberlanjutan dan kemandirian: Pendampingan bertujuan untuk mendorong keberlanjutan ekosistem kriya baik secara sosial, ekonomi, budaya maupun lingkungan. Pendampingan juga dilaksanakan untuk membangun semangat kemandirian dan mengurangi ketergantungan terhadap bantuan atau dukungan.

6. Prinsip pendampingan ini telah melalui penyelarasan dan pendalaman dengan rujukan Permendesa No 18 tahun 2019 tentang Pedoman Umum Pendampingan Masyarakat Desa dan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemen-KUKM) Republik Indonesia Nomor 04 tahun 2018 tentang Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendamping Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

1. Diadaptasi dari Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemen-KUKM) Republik Indonesia Nomor 04 tahun 2018 tentang Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendamping Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2. Capacity-building is defined as the process of developing and strengthening the skills, instincts, abilities, processes and resources that organizations and communities need to survive, adapt, and thrive in a fast-changing world (United Nations, https://www.un.org/en/academic-impact/capacity-building, 2021)3. Dirumuskan melalui studi literatur pendampingan, masukan dan diskusi dalam seri Diskusi Terpumpun Subsektor Kriya tahun 2020, Uji Petik tahun 2021 dan hasil umpan balik peserta.4. Kamus Besar Bahasa Indonesia 5. Catatan Tinjauan Prof. Imam Buchori (2021)

Konsep Dasar Pendampingan

Bab II. Prinsip Pendampingan Kriya36 37

Fokus Pendampingan

Fokus pendampingan subsektor kriya adalah kreasi (creation), kreasi dijelaskan sebagai tindakan mewujudkan, memproduksi dan membuat.7 Kreasi lebih dari sekedar produksi atau proses pembuatan. Kreasi mengandung nilai intelektual, kreativitas, dan keterampilan dalam mewujudkan konsep menjadi sesuatu yang memiliki nilai. Dalam subsektor kriya, nilai yang dihasilkan kreasi dapat berupa nilai estetik, nilai ekonomi, nilai sosial maupun nilai budaya yang akan meningkatkan rantai nilai ekonomi kreatif subsektor kriya.

Konsep pendampingan kreasi dalam subsektor kriya mengangkat konsep pengembangan kreasi menuju proses co-creation. Co-creation atau kreasi bersama merupakan sebuah proses kreasi meta-level yang saling memberdayakan, secara operasional melandaskan potensi bersama untuk menghasilkan wawasan dan inovasi.8 Co-creation dilaksanakan untuk menjadi embrio dalam mencapai budaya value-making (penciptaan nilai) dan inovasi dalam subsektor kriya.

Model pengembangan kreativitas yang diangkat dalam pendampingan kreasi subsektor kriya dalam panduan ini tidak hanya terpaku dalam tiga tahap pemikiran desain secara umum yang meliputi pemahaman (empati dan definisi), eksplorasi (penelusuran ide dan pembuatan purwarupa) dan perwujudan (uji/ unjuk karya dan implementasi) namun juga meliputi aspek ‘intangible’ (tidak berwujud) yang akan mendorong meningkatnya kreativitas dalam proses pendampingan. Aspek intangible9 yang perlu diperhatikan dalam pendampingan subsektor kriya, yaitu:

1. Relasi yang baik: Suasana kreatif yang kondusif dibangun melalui hubungan yang baik antara pendamping, penerima pendampingan dan penyelenggara.

2. Inkuiri apresiatif (appreciative inquiry): Pendamping mendengar secara empatis dan seksama sehingga dapat memberikan pertanyaan dan respon yang apresiatif untuk meningkatkan rasa percaya diri penerima pendampingan dan membangun semangat kreasi bersama.

3. Saling berdaya untuk mencapai tujuan bersama (mutual empowerment): Pendamping, penyelenggara dan penerima pendampingan saling mendukung untuk membangun daya dan semangat mewujudkan tujuan bersama pendampingan.

4. Busur energi (energy arc): Energi yang dimaksud di sini adalah perasaan ketika seseorang merasa nyaman untuk menjadi dirinya sendiri bersama orang lain dan mempercayai proses yang dijalani. Kreasi bersama membutuhkan banyak energi yang dapat dibangun oleh penyelenggara dan pendamping. Pendamping dan penyelenggara bersama-sama menjaga busur energi dalam pendampingan melalui strategi perancangan pengalaman bagi penerima pendampingan. Pengaturan waktu, tempat, dan informasi merupakan hal yang dapat dilakukan untuk menjaga suasana, aktivitas interaksi dalam pendampingan. Bangun momentum sepanjang program untuk meraih terobosan kreasi.10

5. Alur dan fleksibilitas pendampingan: Alur pendampingan yang jelas, mudah diikuti dan nyaman bagi penerima pendampingan merupakan faktor yang akan mendorong dan mendukung proses kreasi. Apabila memungkinkan, fleksibilitas kegiatan atau program dapat dipertimbangkan tanpa mengurangi kualitas program pendampingan agar penerima pendampingan dapat menyelaraskan kegiatan sehari-harinya dengan kegiatan pendampingan.

Idealnya, penyelenggara memberikan informasi secara jelas dan tepat mengenai tugas dan fungsi yang dimiliki, indikator kinerja utama yang harus dicapai dan hasil observasi tentang calon penerima pendampingan. Penyelenggara mencari calon pendamping yang sesuai dengan target dan kebutuhan, untuk diskusi terkait program pendampingan. Penyelenggara juga dapat mengajak calon penerima pendampingan untuk turut serta menyampaikan kebutuhan pendampingan dan mengusulkan profil pendamping yang dapat memenuhi kebutuhan. Idealnya, pendamping terpilih memiliki kompetensi yang dibutuhkan, serta berminat pada bidang maupun jenis kriya yang akan didampingi, sehingga terjadi kreasi bersama yang berkualitas dan bersifat mutual. Diskusi berjalan tiga arah dengan didahului observasi dan informasi yang memadai. Selanjutnya, target-target dalam pendampingan disepakati bersama untuk menjawab kebutuhan penerima pendampingan dan mencapai indikator kinerja utama yang dimiliki oleh penyelenggara. Program pendampingan kreasi yang baik adalah adalah yang memiliki komitmen, keterlibatan (engagement) dan kejelasan (clarity) dengan penerima pendampingan.

7. "Creation is the act of coming into being, producing, making", (Bryan R. Rill and Matti. M. Hamalainen, The Art of Co-creation: A Guidebook for Practitioners, 2018 halaman 22)8. Bryan R. Rill and Matti. M. Hamalainen, The Art of Co-creation: A Guidebook for Practitioner (2018)9. Diadaptasi dan disarikan dari Bryan R. Rill and Matti. M. Hamalaine (2018), The Art of Co-creation: A Guidebook for Practitioners, Palgrave MacMillan; Skippington, P. (2016). Harnessing the bohemian : Artists as innovation partners in rural and remote communities, ANU Press; Mason,S., McNulty, J. and Aubel, J (2001), Participation for Empowerment: A Manual for Development Agents. CARE.10. "Build Momentum Throughout the Program to Reach Breakthroughs" Bryan R. Rill and Matti. M. Hamalainen, The Art of Co-creation: A Guidebook for Practitioners (2018, 142)

Penyelenggara

Informasi

Diskusi

Pendamping

Kompetensi (sikap, wawasan, keterampilan) Jejaring, Reputasi, Rekam Jejak

dan Persona

PenerimaPendampingan

Kebutuhan Kapasitas

Kesepakatan Target/IKU Pendampingan

Obse

rvas

iIn

form

asi

Disk

usi

Tugasdan

Fungsi

IndikatorKinerja

Utama (IKU)

Observasi

Informasi

Diskusi

Gagasan Materi Jenis dan Platform

Pendampingan

Bab II. Prinsip Pendampingan Kriya38 39

Pendampingan dijalankan dengan mengimplementasi etika pendampingan untuk menjaga hubungan baik, kerja sama, suasana dan target pencapaian bersama dalam pendampingan. Etika pendampingan subsektor kriya disusun berdasarkan penelusuran literatur dan hasil diskusi terpumpun bersama pendamping, penerima pendampingan, pemangku kepentingan dan perwakilan pemerintah pusat dan daerah dalam diskusi terpumpun yang dilaksanakan pada tahun 2020 serta uji petik naskah pada tahun 2021.

"Apa saja etika pendampingan?"

1. Tidak menyinggung suku, ras, agama dan kepercayaan serta tidak mengandung unsur perundungan

2. Menjunjung tinggi nilai kreativitas dan menghormati hak kekayaan intelektual pendamping maupun penerima pendampingan

3. Program pendampingan dilakukan dengan dasar rasa percaya, apresiasi dan saling hormat menghormati antara pendamping dan penyelenggara dan penerima pendampingan.

4. Saling memperhatikan kebutuhan dan target capaian, mengedepankan komunikasi, integritas dan kerja sama.

5. Apabila terjadi sesuatu yang kurang berkenan dalam proses pendampingan akan diselesaikan dengan musyawarah untuk mufakat dan dengan itikad baik oleh ketiga belah pihak dan pemangku kepentingan terkait. Beragamnya jenis kriya membuat proses pendampingan berbeda dengan pendampingan UMKM secara umum. Dalam rangka mendorong meningkatnya rantai nilai kreatif, perlu diperhatikan kesesuaian jenis kriya, tujuan pendampingan dan pendamping.

"Bagaimana Pemerintah, Lembaga Swasta dan Institusi dapat berperan dalam Pendampingan Subsektor Kriya?"

1. PemerintahPemerintah pusat mengatur regulasi dan strategi, menginisiasi dan mengelola program pendampingan yang bersifat nasional dan/atau internasional, mengumpulkan database nasional, memetakan kebutuhan dan informasi secara umum, menyiapkan stimulus dan apresiasi, serta menyusun direktori terkait subsektor kriya untuk keperluan pendampingan.

Pemerintah daerah mengumpulkan data, informasi dan kebutuhan, mengumpulkan daftar ekosistem kriya di wilayah kewenangannya untuk disampaikan kepada pusat, menginisiasi dan menyelenggarakan pendampingan secara mandiri maupun secara kolaboratif dengan pemerintah pusat, lembaga swasta dan institusi pendidikan, mempertemukan pelaku subsektor kriya dengan pihak yang relevan untuk pengembangan, menyiapkan stimulus dan apresiasi di wilayah kewenangannya, serta menjamin suasana kondusif untuk ekosistem kriya di wilayah kewenangannya melalui regulasi daerah yang mengarusutamakan ekonomi kreatif.

2. Perusahaan melaksanakan pendukungan program pendampingan melalui Corporate SocialResponsibility (CSR) fasilitasi program, sumber daya maupun aspek pendukung lainnya. Perusahaan juga dapat membantu pendampingan melalui kerja sama untuk membeli, memesan hasil pendampingan.

3. Lembaga Pendidikan Tinggi dapat berperan mengintegrasi dengan program penelitian danpengabdian kepada masyarakat, kurikulum merdeka, program pemagangan dan melakukan pendukungan melalui sumber daya. Sekolah vokasi dapat membantu mendukung melalui penyediaan tempat atau fasilitas teknis pendampingan dan sumber daya manusia dalam pendampingan, sekolah umum dapat berpartisipasi melalui keterlibatan guru mata pelajaran seni budaya dan kewirausahaan dalam program pendampingan.

4. Lembaga Swadaya Masyarakat dapat menjaga semangat aktivisme dalam kriya, menginisiasidan mengelola program pendampingan secara mandiri maupun menjadi pendukung sumber daya, berperan sebagai kolaborator maupun pemberi umpan balik yang kritis dan konstruktif untuk program pendampingan yang dilaksanakan pihak pemerintah atau pihak lainnya.

5. Media berperan besar dalam mengarusutamakan kriya, menyorot success story pendampingansubsektor kriya, membangun citra untuk memicu semangat nasional dalam memajukan subsektor kriya Indonesia melalui penyelenggaraan pendampingan yang berkualitas.

Kriteria Penyelenggara, pendamping dan penerima pendampingan

Pendampingan dapat diselenggarakan oleh Kementerian dan Lembaga, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Sekolah Vokasi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Masyarakat, Organisasi Nonprofit dan Organisasi Not-for-Profit, Perkumpulan, Asosiasi, Perusahaan maupun perorangan yang memenuhi kriteria berikut:

• Memiliki niat baik dan komitmen untuk mengembangkan atau berkontribusi pada masyarakat, terutama melalui subsektor kriya

• Memiliki sumber daya manusia yang berintegritas, bertanggung jawab dan profesional untuk memimpin, mengelola, melaksanakan serta melakukan monitoring dan evaluasi pendampingan

• Memiliki sumber pendanaan atau akses dana dan fasilitas yang memadai untuk mengakomodasi peserta pendampingan dengan layak dan mengapresiasi pendamping sesuai dengan tingkat pengalaman dan kepakarannya

• Berpikiran terbuka, menghormati keberagaman, menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) serta menghargai Kekayaan Intelektual pendamping dan peserta pendampingan

• Adaptif dan dapat bekerjasama dengan baik• Memiliki izin atau persetujuan tertulis untuk menyelenggarakan pendampingan dari lingkungan dan

pemangku kepentingan yang terkait dengan teritorial pendampingan (misalnya Dinas setempat, pengelola desa, Lurah, Camat, ketua RT atau RW, Karang Taruna, Tokoh Masyarakat, Kelompok/Komunitas Desa, Badan Otoritas dan lain-lain)

1. Diadaptasi dari Bryan R. Rill and Matti. M. Hamalainen, The Art of Co-creation: A Guidebook for Practitioners (2018)2. Lampiran Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tanggal 17 Januari 2012

Bab II. Prinsip Pendampingan Kriya40 41

Pendampingan subsektor kriya dalam buku ini difokuskan pada pendampingan kreasi, sehingga peserta atau penerima pendampingan merupakan: pekriya, pelaku usaha kriya, pekerja pendukung kriya atau pekerja profesional terkait ekosistem kriya yang membutuhkan peningkatan kapasitas, wawasan, pengetahuan, sikap maupun keterampilan kreasi kriya. Penerima pendampingan wajib bertanggung jawab dan berkomitmen penuh dalam menjalankan program pendampingan. Kriteria umum penerima pendampingan antara lain:

• Bertanggung jawab dan memiliki itikad baik untuk berkembang• Berpikiran positif, aktif dan memiliki inisiatif • Memiliki semangat dan daya juang yang tinggi• Berpikiran terbuka dan adaptif terhadap hal maupun pendekatan baru• Dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik• Berkomitmen untuk melaksanakan dan menyelesaikan program pendampingan dengan sebaik-baiknya• Bersedia menjaga etika dan tata tertib yang disepakati dalam pendampingan

Penerima pendampingan dapat ditunjuk langsung, diseleksi dengan undangan terbatas, diundang dan dipilih melalui panggilan terbuka serta dapat merupakan bagian dari kerja sama antara penyelenggara dengan pihak ketiga. Proses seleksi penerima pendampingan sebaiknya sudah melibatkan pendamping agar lebih tepat sasaran dan efisien.

Dalam merencanakan program pendampingan kriya, penentuan tim, organisasi pendamping maupun personil perorangan pendamping adalah proses yang sangat penting. Selain memastikan profil pengalaman dan latar belakang pendidikan sesuai dengan karakter pekriya dan kebutuhan capaian pendampingan, jejaring profesional yang sesuai, kepekaan dan rasa empati yang tinggi, serta komunikasi yang baik juga perlu menjadi pertimbangan. Pendamping berperan sebagai ‘creative leader’ (pemimpin kreatif) dalam program pendampingan kreasi, dan secara umum seorang creative leader11:

• Memiliki energi yang baik (good energy)• Memiliki kapasitas untuk hadir dan fokus (presence)• Memiliki empati (empathic)• Terpercaya • Memiliki kerendahhatian dan bersikap rendah hati (humility and humble)• Apresiatif

Pendamping perlu memenuhi kualifikasi umum yang tercantum dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)12 yaitu:

• Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.• Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik dalam menyelesaikan tugasnya.• Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung

perdamaian dunia.• Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap

masyarakat dan lingkungannya• Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama, serta

pendapat/temuan original orang lain.• Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan

kepentingan bangsa serta masyarakat luas.

Faktor pengalaman dan latar pendidikan yang sesuai akan memungkinkan pekriya mendapatkan pengetahuan baru yang tepat guna. Jejaring profesional yang luas dari pendamping akan mampu menghubungkan hasil pendampingan dengan kebutuhan dunia nyata. Keahlian komunikasi akan melancarkan proses penyampaian materi, dan rasa empati serta kepekaan yang tinggi dapat meminimalisasi resiko konflik pendampingan. Kriteria pendamping dapat dilihat pada tabel berikut.

"Apa saja Kriteria Pendamping?"

Latar belakang Pendidikan atauPengetahuan Praktik

Keterampilan

Pengalaman13

Sikap14

Bidang yang sesuai dengan fokus pendampingan kriya serta memiliki pengetahuan jejaring yang dapat turut mengembangkan subsektor kriya.

Contoh: Kriya, desain produk, desain fesyen, seni rupa, desain grafis, antropologi, sejarah, pengembangan bisnis, development study, dan bidang lain yang sesuai.

Pengembangan konsep, pengembangan desain dan produk, pengembangan kapasitas (capacity building)

Pengalaman praktik kreasi dan atau pengelolaan dan atau pemasaran dan atau monitoring dan evaluasi bidang kriya atau bidang terkait kriya.

Pengalaman mentoring, pelatihan, mengajar, lokakarya, atau pengalaman lainnya terkait berbagi ilmu, pengetahuan dan keterampilan dapat mendukung pekerjaan pendampingan

Reputasi yang baik, rekam jejak berkualitas dan terpercaya

Detil level pengalaman mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dijelaskan pada tabel 2.2.

• Komunikatif dan persuasif• Cermat, antisipatif dan kritis• Mampu bekerjasama dengan baik• Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan dan

agama serta pendapat/temuan orisinal orang lain• Empatik, memiliki kepekaan sosial dan kepedulian tinggi,• Disiplin dan bertanggungjawab• Memiliki pola pikir menyeluruh untuk kepentingan bersama (eco-mindset)• Menjunjung tinggi penegakan hukum• Memiliki semangat untuk mendahulukan

kepentingan bangsa dan masyarakat luas.

Tabel 2.1. Kriteria Pendamping

13. Diadaptasi dari dan ASEAN Reference Qualification Framework, serta Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional dan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia nomor 115 tahun 2019 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia kategori Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi Golongan Pokok Aktivitas Hiburan, Kesenian dan Kreativitas Bidang Seni Rupa.

14. Diadaptasi dari Bryan R. Rill and Matti. M. Hamalainen, The Art of Co-creation: A Guidebook for Practitioners (2018), Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemen-KUKM) Republik Indonesia Nomor 04 tahun 2018 tentang Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendamping Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia nomor 115 tahun 2019 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia kategori Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi Golongan Pokok Aktivitas Hiburan, Kesenian dan Kreativitas Bidang Seni Rupa.11. Diadaptasi dari Bryan R. Rill and Matti. M. Hamalainen, The Art of Co-creation: A Guidebook for Practitioners (2018)

12. Lampiran Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tanggal 17 Januari 2012

Bab II. Prinsip Pendampingan Kriya42 43

TingkatAnalis

Tingkat Ahli(level 7)

Tingkat Ahli(level 8)

Mampu beradaptasi, memformulasikan

penyelesaian masalah secara prosedural,

bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas

pencapaian hasil kerja organisasi.

Mampu menghasilkan riset yang menghasilkan karya

inovatif dan teruji. Bertanggung jawab atas

pekerjaan sendiri dan dapat memimpin sumberdaya yang

dikelola. Mampu memecahkan masalah melalui pendekatan

inter atau multidisipliner.

Mampu mengevaluasi untuk menghasilkan langkah-langkah

pengembangan strategis. Bertanggung jawab atas

pekerjaan sendiri dan sumberdaya yang dikelola. Mengambil

keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab

penuh atas semua aspek yang berada di bawah tanggung jawab bidang keahliannya. Memecahkan permasalahan melalui pendekatan

monodisipliner.

Lulusan Sarjana atau Sarjana Terapan setara dengan minimal 3 tahun

pengalaman profesional

Lulusan Magister atau pendidikan spesialis setara dengan minimal 7

tahun pengalaman profesional.Lulusan sarjana dengan tambahan sertifikat profesional atau lulusan pendidikan profesi, setara dengan

minimal 5 tahun pengalaman profesional

Penyesuaian Deskripsi Kompetensi KKNI untuk Bidang Kriya

Mengaplikasikan bidang keahlian kriya dan memanfaatkan ilmu, pengetahuan, teknologi, dan/atau seni pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi.

Menguasai konsep teoritis bidang kriya secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.

Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok.

Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi

Mampu merencanakan dan mengelola sumber daya di bawah tanggung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif kerjanya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni untuk menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategis organisasi.

Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam bidang kriya melalui pendekatan monodisipliner.

Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua aspek yang berada di bawah tanggung jawab bidang keahliannya.

Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya atau praktik profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.

Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau multidisipliner.

Tabel 2.2. Level Kompetensi Tabel 2.2. Level Kompetensi

Diagram Level KompetensiTabel Level Kompetensi

Level Kompetensi KKNI

Level 6Tingkat Analis

setara dengan jenjang 5 ASEAN Reference Qualification Framework

Level 7Tingkat Ahli

setara dengan jenjang 6 ASEAN Reference Qualification Framework

Level 8Tingkat Ahli

setara dengan jenjang 7 ASEAN Reference Qualification Framework

Pendidikan dan/ atau Pengalaman Profesional

Lulusan Sarjana atau Sarjana TerapanSetara dengan minimal 3 tahun pengalaman profesional

Lulusan sarjana dengan tambahan sertifikat profesional atau lulusan pendidikan profesi, Setara dengan minimal 5 tahun pengalaman profesional

Lulusan Magister atau pendidikan spesialis Setara dengan minimal 7 tahun pengalaman profesional

Beragamnya jenis kriya membuat proses pendampingan berbeda dengan pendampingan UMKM secara umum, perlu diperhatikan kesesuaian antara jenis kriya, tujuan pendampingan dan pendamping.

Rekrutmen pendamping dapat dilakukan oleh penyelenggara melalui berbagai alternatif:

• Seleksi Terbuka (Open Call)• Seleksi Tertutup • Penunjukan Langsung• Hasil Kesepakatan Kerja Sama antara Penyelenggara dengan Mitra yang disepakati bersama

(misalnya Kerja Sama penyelenggara dengan Mitra Perguruan Tinggi, LSM, Asosiasi)

Bab II. Prinsip Pendampingan Kriya44 45

Pendamping

Pendamping yang sesuai untuk kriya kategori ini adalah antropolog, maupun desainer atau pekriya yang memiliki wawasan antropologi, untuk menjaga pemanfaatan tradisi tidak merusak nilai kultural yang dikandung.

Pendamping yang sesuai untuk Kriya Adiluhung adalah adalah antropolog/ maupun desainer atau pekriya yang memiliki wawasan antropologi.

Pendampingan dari kurator, perupa atau pekriya ahli.

Desainer, pekriya, ahli pemasaran.

Desainer, pekriya, ahli pemasaran.

Desainer, khususnya desainer fesyen yang memahami dinamika gaya hidup dan psikografis.

Pekriya yang telah menekuni bidang fesyen, pengarah gaya serta pendamping yang dapat membantu pemasaran. produksi maupun ekspor merupakan pendamping yang sesuai untuk kriya kategori ini.

Pendamping yang sesuai untuk produk berbasis-kriya atau (craft-based product) ini adalah desainer, pekriya, serta pakar pemasaran, produksi maupun pakar ekspor.

"Pendampingan mana yang lebih sesuai untuk jenis kriya yang akan saya dampingi?"

Kategori

Kriya sakral memiliki tujuan untuk memenuhi ritual keagamaan maupun kepercayaan.

Kriya Adiluhung merupakan kriya yang berorientasi pada adat istiadat, serta bertumpu pada etika dan estetika.

Kriya seni berfokus pada refleksi dan ekspresi pekriya.

Kriya berbasis kerajinan tangan, biasa disebut kerajinan, merupakan kriya yang berorientasi pada keterampilan tangan (craftsmanship) dan ketangkasan kerja (dexterity). Kriya ini biasa disebut juga sebagai kriya usaha rakyat.

Kriya utilitas atau biasa disebut sebagai kriya pakai, berorientasi pada keunikan fitur kriya seperti ragam hias, teknik-teknik khas, maupun medium yang istimewa.

Kriya fesyen mengandalkan keindahan yang lahir dari keintiman proses kriya, mengelaborasi keindahan yang terjadi sebagai dampak keterampilan tangan (craftsmanship).

Produk berbasis kriya atau (craft-based product). Kategori ini sebenarnya merupakan produk yang menerapkan prinsip-prinsip praktik kriya. Produk berbasis kriya berupaya mencari peluang untuk menciptakan konsumen dan menjaga pola konsumsi agar produk dapat terus bersaing di pasar.

Karakteristik

Umumnya mengandung simbol atau nilai sakral sehingga inovasi hanya diperkenan apabila kesakralan telah diterima atau menjelma sebagai sesuatu yang profan.

Kriya ini mengandalkan kepakaran pekriya, memiliki kualitas kecakapan kerja atau workmanship yang sangat tinggi.

Nilai estetis yang kerap bersifat subjektif.

Kriya ini memiliki kualitas kecakapan kerja atau (workmanship) yang tinggi dumumnya berorientasi pada industri rakyat dan kerap menyangga perekonomian pelaku maupun lingkungan masyarakat di sekitarnya. Benda-benda kriya yang memiliki nilai guna praktis, bersifat universal, dibuat dengan sistem kerajinan (industrious) dan keterampilan teknik tangan (craftmanship), namun masih dipengaruhi oleh adat-istiadat setempat.

Kriya Utilitas mengandalkan aspek fungsionalitas atau aspek kegunaan. Hasil kriya utilitas/ kerap disejajarkan sebagai produk pakai, mengalami persaingan pasar seiring dengan bergesernya kebutuhan/ dan perubahan selera pasar.

Umumnya, elaborasi keindahan hadir dalam bentuk etno-design sebagai bentuk transformasi fitur aspek etnik dan tradisi kriya.

Mengandalkan inovasi desain, mengedepankan sudut pandang pengguna atau user dalam proses kreasi. Produk yang menerapkan kriya ini umumnya melakukan repetisi produksi dengan strategi pemasaran dan distribusi, serta memperhatikan tren dan peluang kebutuhan-kebutuhan.

Arah Pendampingan

Pengembangan yang bersifat melestarikan dan memanfaatkan potensi nilai dan makna dari kriya sakral.

Pemanfaatan tradisi untuk pengembangan kriya agar tidak mengganggu nilai kultural yang dimiliki Kriya Adiluhung. Sorotan apresiasi yang besar, mempertimbangkan nilai-nilai pelestarian, serta bersifat mempromosikan keunggulan Kriya Adiluhung.

Akses untuk melakukan pendalaman eksplorasi karya seperti residensi, maupun kesempatan pendampingan untuk mencapai akses eksposur karya kreatif seperti pameran maupun expo.

Peningkatan kualitas fungsi, tampilan, citra, akses pemasaran, eksperimen purwarupa, serta pengembangan produk yang dapat berkontribusi menyangga perekonomian pekriya dan masyarakat yang terlibat.

Pendampingan untuk menunjang pengembangan desain dan ekspansi pasar.

Pendampingan untuk arahan artistik, peningkatan kualitas, pemahaman dinamika gaya hidup dan psikografis, tren serta pengembangan akses pasar.

Pendampingan desain, peningkatan kualitas dengan konsultasi berkala yang dapat menjaga kelangsungan produksi kriya, pengembangan pemasaran dan ekspor.

Tabel ini merupakan adaptasi dari paparan Prof. Imam Buchori dalam Diskusi Terpumpun tahun 2020

Tabel 2.3 Jenis Kriya dan Kesesuaian Pendampingan

Bab II. Prinsip Pendampingan Kriya46 47

Durasi yang sering terjadi di lapangan

1 - 30 hari

1 - 7 hari

1 - 30 hari

2 - 14 hari

3 - 30 hari

Durasi yang sering terjadi di lapangan

2 - 7 hari

7 - 12 hari

30 - 180 hari

10 - 180 hari

"Apa saja jenis pendampingan?"

Tabel 2.4 Jenis Pendampingan dan Karakteristiknya

Pendampingan memiliki jenis dan karakteristik yang berbeda-beda. Pendamping dan penyelenggara perlu mencermati jenis dan karakteristik pendampingan yang mana yang sesuai dengan kebutuhan, sumber daya dan anggaran yang tersedia.

Jenis Pendampingan

Pelatihan (training)

Bimbingan Teknis

Tutorial (tutoring)

Coaching

Mentoring

Karakteristik

Memiliki kurikulum dan jadwal yang telah ditentukan, pelatihan bersifat umum dan tidak mengerucut pada masalah khusus yang dihadapi pekriya.

Memiliki target capaian teknis yang telah ditentukan, pelatihan bersifat khusus untuk mengasah keahlian atau keterampilan tertentu.

Bantuan intens atau bimbingan belajar berupa instruksi dan diskusi dari tutor kepada peserta tutorial (tutee) secara langsung dengan tahapan mendetail agar tutee dapat mencapai kemampuan tertentu yang telah ditargetkan. Tutorial bersifat detail dan spesifik.

Coaching merupakan proses fasilitasi pengarahan, pembimbingan, pengajaran, serta konsultasi untuk membantu peserta (coachee) untuk mencapai tujuan yang spesifik dalam jangka menengah atau panjang.

Mentoring merupakan proses transmisi alih pengetahuan, kapital sosial maupun dukungan psikososial yang terkait dengan pengembangan profesional antara mentor yang dianggap lebih berpengalaman, kepada peserta mentoring (mentee).

Mentor dan mentee biasanya bertemu secara berkelanjutan dengan hubungan yang bersifat informal. Idealnya, mentor merupakan role model bagi mentee dan memberikan arahan yang menyentuh multi aspek dalam pengembangan mentee.

Durasi program secara umum(total)

Singkat:5-7 hari

Menengah:4-12 minggu

Panjang:3-6 bulan

7 – 14 hari

1 – 3 bulan

3 – 12 bulan

3 – 12 bulan

Jenis Pendampingan

Klinik konsultasi

Supervisi/pembimbingan (Supervising)

Magang (Internship)

Kolaborasi (collaborating/ collaboration)

Karakteristik

Pola pendampingan dalam bentuk klinik konsultasi (biasanya klinik konsultasi desain, klinik konsultasi kemasan, klinik konsultasi pemasaran, dan lain-lain) merupakan pola pendampingan yang telah berjalan di Indonesia sejak era 70an

Bersandar pada sesi konsultasi berkala, fasilitator atau ‘dokter’ pada klinik konsultasi akan melakukan ‘diagnosa’ masalah, memeriksa masalah yang dihadapi peserta konsultasi atau ‘pasien’ dan menyiapkan solusi untuk masalah tersebut. Solusi dapat berupa rekomendasi maupun bantuan langsung, disertai penjelasan yang melatari penyelesaian masalah.

Metode pendampingan supervisi serupa dengan pola pembimbingan tugas akhir di perguruan tinggi. Sebuah proyek pengembangan kriya akan dikelola oleh penerima pendampingan, namun dalam prosesnya, sepanjang proyek, pendamping akan berfungsi sebagai pembimbing yang memberikan saran, arahan, pertanyaan, maupun pernyataan kritis yang akan membantu membentuk pola pikir, menambah wawasan, membangun kemandirian dan meningkatkan keterampilan peserta pendampingan.

Peserta pendampingan akan melakukan proses pemagangan pada studio atau tempat kerja pendamping, untuk mendapatkan esensi pengalaman yang relevan dan dekat dengan praktik kriya yang dilakukan oleh pendamping. Proses magang dapat dilaksanakan dalam kurun waktu yang panjang, dan bisa dimulai dengan mengikuti gaya, teknik maupun fitur khas pendamping untuk mengetahui proses dan cara berpikir. Di masa lampau, proses pemagangan juga dinamakan dengan "nyantrik", sebuah istilah pemagangan pada empu.

Model kolaborasi adalah sebuah pendekatan pendampingan yang menempatkan penerima pendampingan dan pendamping untuk bekerjasama dan menghasilkan ciptaan bersama.

Model pendampingan ini kerap muncul pada kategori kriya fesyen. Desainer membuat koleksi bersama dengan pekriya dan ditampilkan pada fashion show sebagai bentuk kolaborasi pendampingan.

Durasi program secara umum(total)

2 minggu - 3 bulan

Singkat: 7-14

Sedang: 1-3 bulan

Panjang:6- 12 bulan

30 hari - 1 tahun

1 - 10 bulan

Bab II. Prinsip Pendampingan Kriya48 49

Durasi yang sering terjadi di lapangan

14 - 180 hari

7 hari - 180 hari

7 hari - 30 hari

Fleksibel, sesuai program

Durasi program secara umum(total)

Singkat: 2 minggu

Sedang:1-3 bulan

Panjang: 6-12 bulan

Singkat: 14 hari

Sedang:1 - 3 bulan

Panjang: 6-10 bulan

Singkat: 5-7 hari

Sedang: 14-30 hari

Panjang: 2-3 bulan

Sesuai kebutuhan

Karakteristik

Model residensi sangat populer di tingkat internasional, namun belum terlalu dikenal di Indonesia. Pada proses residensi, pendamping tinggal di lokasi penerima pendampingan selama beberapa waktu, untuk kemudian berpartisipasi menjadi bagian dari lingkungan penerima pendampingan.

Model pendampingan ini menghasilkan kreasi yang relevan dengan konteks penerima pendampingan. Pendamping dan penerima pendampingan berpeluang untuk mengelaborasi gagasan kreasi kriya secara lebih mendalam, serta memproduksi kreasi kriya yang dapat langsung dipertanggungjawabkan pada masyarakat di lokasi pendampingan sertapemangku kepentingan terkait.

Inkubasi dalam konteks pendampingan kriya adalah pendekatan yang secara khusus bertujuan untuk menumbuhkan, merawat dan mengembangkan penerima pendampingan melalui dukungan yang sistematis sejak awal pertumbuhan, dengan mengkombinasikan berbagai proses dan metode yang sesuai dengan dunia kriya profesional. Inkubasi bertujuan untuk merawat pengembangan kriya di tahap awal, hingga melahirkan sesuatu yang baru, bisa berupa produk, prototip atau unit usaha kriya yang baru.

Pelatihan untuk pekriya yang akan melatih pekriya lainnya, sehingga tidak hanya berupa substansi, tapi juga meliputi pelatihan kemampuan komunikasi, pengajaran, public speaking, kepemimpinan serta kemampuan lain yang terkait dengan proses alih pengetahuan.

Pendamping dimungkinkan untuk mengembangkan metode baru maupun metode gabungan dari metode yang sudah ada untuk menjawab kebutuhan pendampingan.

Apabila memungkinkan, sebaiknya proses transmisi pengetahuan dalam pendampingan dilakukan dengan metode active learning (pembelajaran aktif) dan berbasis project (project-based) sehingga memiliki daya keberlanjutan yang lebih baik. Beberapa model pembelajaran yang dapat dipilih maupun digabungkan dalam pendampingan dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel merupakan contoh, model pembelajaran yang sesuai untuk pendampingan dapat ditelusuri secara mandiri dan tidak terbatas dalam tabel

Jenis Pendampingan

Residensi (Residency)/ Live-in

Inkubasi

Training of Trainer (ToT)

Pendekatan alternatif lainnya

Ceramah

Demonstrasi

Simulasi

Bermain peran (Role-playing)

Diskusi

Problem Terbuka (Open-Ended Problem)

Kooperatif (Cooperative learning)

Kontekstual (Contextual learning)

Tabel 2.4 Jenis Pendampingan dan Karakteristiknya Tabel 2.5 Model pembelajaran

Pembelajaran satu arah berupa paparan deskriptif dan persuasif dari pendamping kepada peserta pendampingan

Metode pengajaran menggunakan peragaan (demo) sehingga memperlihatkan cara kerja

Memperkenalkan pengetahuan, wawasan, teknik, suasana dan cara kerja dari dunia nyata ke dalam ruang pendampingan semirip mungkin sehingga peserta merasa dalam kondisi yang nyata

Menggunakan metode bermain peran untuk mengkreasi peristiwa, membuat peserta menjiwai konten pendampingan dan turut merasakan berada dalam posisi peran yang berbeda. Melalui permainan kesadaran dan akselerasi kreativitas/kompetensi dapat dipicu

Menghadapkan peserta pada permasalahan dan mendengar pendapat orang lain, agar dapat secara kritis memecahkan permasalahan, menjawab pertanyaan, dan berlatih membuat keputusan

Pembelajaran dengan penyajian masalah dengan berbagai cara/solusi yang fleksibel dan multi jawaban untuk melatih ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis dan keterbukaan

Peserta pendampingan dibagi dalam kelompok kecil, saling bergantung dan bekerjasama, berfokus untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Terdapat beberapa sub jenis pembelajaran kooperatif yang bisa ditelusuri lebih lanjut

Mengaitkan topik pembelajaran melalui pelibatan peserta dengan sesuatu yang sudah mereka pahami atau alami sebelumnya

Bab II. Prinsip Pendampingan Kriya50 51

Pendampingan dapat bersifat monodisiplin (satu bidang) namun sangat dianjurkan untuk multidisiplin, silang disiplin, interdisiplin maupun transdisiplin untuk memperkaya kualitas pengalaman pendampingan dan mendorong kreativitas.

Apresiasi pendampingan dapat dilakukan secara seremonial maupun non-seremonial, berikut contoh apresiasi pendampingan

Pendampingan dapat dilakukan secara fisik (pendampingan langsung di lapangan) namun juga dapat dilakukan secara hibrida dan maya (daring). Berikut alternatif platform yang dapat dipakai:

Keputusan penggunaan platform dalam pendampingan disepakati antara penyelenggara, pendamping dan penerima pendampingan. Kesepakatan sebaiknya menyesuaikan kapasitas dan aksesibilitas, mempertimbangkan keterjangkauan informasi, komunikasi maupun lokasi.

Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi dalam pendampingan antara lain kendala kurang lengkapnya fasilitas, kurangnya dukungan pemangku kepentingan terkait, serta minimnya interaksi pendamping dengan peserta. Penyebab dari kemunculan tantangan ini adalah ketidaksesuaian informasi dan realitas dan ketidaksesuaian target dengan kapasitas. Pastikan penyelenggaraan program dilaksanakan dengan perencanaan yang cermat dan melalui proses survei yang matang. Penjelasan persiapan pendampingan dicantumkan pada bab III panduan ini.

Monodisiplin

Interdisiplin(Inter-disciplinary)

Transdisiplin(Trans-disciplinary)

Multidisiplin(Multidisciplinary)

Silang disiplin(Cross-disciplinary)

Non-seremonial

Peliputan dalam publikasi media, film dokumenter, iklan.

Honorary mention atau penyebutan secara terhormat dalam acara atau publikasi

Kesempatan pendampingan lanjutan di dalam dan luar negeri

Dukungan pendanaan untuk modal melalui skema hibah, seed funding dan lain-lain.

Dukungan non-pendanaan melalui fasilitasi desain, kemasan, gerai, pameran, pertemuan bisnis.

Tatap muka di lokasi pendamping atau lokasi penerima pendampingan, atau di area asli praktik kriya pihak ke-tiga, atau di lokasi lainnya yang bukan merupakan area kriya.

Penggabungan tatap muka dan tatap maya, biasanya proses tatap muka dilakukan di awal dan di akhir program.

Tatap maya dapat dilaksanakan melalui platform yang mudah diakses seperti: WhatsApp, Zoom, Google Meet maupun platform berbasis komunitas seperti Discord.

Pendampingan sepenuhnya dilakukan melalui platform daring dengan memanfaatkan aplikasi video panggilan seperti Zoom dan Google Meet, aplikasi percakapan seperti WhatsApp dan Telegram, aplikasi audio seperti Club House, maupun platform daring berbasis komunitas, misalnya Discord.

Seremonial

Festival, pameran, kesempatan unjuk karya lanjutan

Acara kompetisi dan penghargaan

Kesempatan presentasi karya terbuka, business matching

Fisik (on-site)

Hibrida

Maya (daring/online)

Tabel 2.6 Apresiasi dan platform pendampingan

Bab II. Prinsip Pendampingan Kriya52 53

KelayakanPendamping danPesertaPendampingan Luaran

PraPendampingan

PemenuhanKriteriaPenyelenggara

PemenuhanKriteria

Pendampingan

Observasi PelaksanaanPendampingan

ProduksiLuaran

Gugus Kerja Pendampingan

Skema Alur Pendampingan

Unjuk Karya

Monitoring Evaluasi & Refleksi

Rencana Pasca Pendampingan

Dokumen Pertanggungjawaban

Usulan FokusPendampingan

PemenuhanKriteriaPendamping

PemenuhanKriteria PesertaPendamping

PendampinganPascaPendampingan

Penyelenggaradan PemangkuKepentingan

Dokumen

Rekomendasi

Prototype

HKI

Dokumentasi

TitikPeriksa

2

TitikPeriksa

3

TitikPeriksa

4

TitikPeriksa

5

TitikPeriksa

1

Pilihan Luaran:

Skema Alur Pendampingan Kriya dalam 7 langkah

Bab II. Prinsip Pendampingan Kriya54 55

terpenuhi?

terpenuhi? terpenuhi?

terpenuhi?

terpenuhi?terpenuhi?

Proses Pendampingan

dimulai

Periksa Kriteria Penyelenggara

Periksa dan cermati Kriteria Pendamping

Hal. 41–43

Periksa dan cermatiPaparan Gagasan

PendampinganHal. 67–73

Periksa Kriteria Pendamping

Tahap Observasi dan Studi

Pendahuluan

Tahap Pembuatan Usulan

Fokus Pendampingan

Periksa dan cermatiRiset Pendampingan

(Observasi dan Pengumpulan

Informasi)Hal. 58–66

Periksa dan cermatiTentang Pelaksanaan

PendampinganHal. 76–80

Periksa dan cermati Refleksi, Monitoring

dan Evaluasi Akhir Hal. 84

Periksa dan cermatiTentang Pelaksanaan

PendampinganHal. 76–80

Periksa dan cermati Tindak Lanjut Pasca

Pendampingan Hal. 86

Periksa dan cermati Pembuatan Laporan dengan Kualitas Baik

Hal. 87–88

Periksa dan cermati Unjuk Karya

Hal. 80

Proses Pendampingan

Selesai

Diagram Alur Pendampingan

Periksa dan cermatiFokus Pendampingan

Hal. 36–39

Periksa dan cermati Hal. 44–49

Tahap Pelaksanaan Pendampingan

Tahap Monitoring Evaluasi

Tahap Pembuatan Rencana Pasca Pendampingan

Tahap Pembuatan Dokumen

Pertanggungjawaban

Tahap ProduksiLuaran

Tahap Unjuk Karya

PeriksaKriteria Peserta Pendampingan

terpenuhi?

terpenuhi?

terpenuhi?

terpenuhi?

terpenuhi?

Diagram Alur Pendampingan

56 57

Pra Pendampingan

Bab III

Cakupan:Riset Pendampingan (Observasi dan Pengumpulan Informasi) -

Penyusunan usulan fokus pendampingan - Penyertaan teknologi digital sebagai aspek penting pendampingan

Ikhtisar: Sebelum pelaksanaan pendampingan, diperlukan pengumpulan data dan informasi yang memadai sebagai dasar perancangan

kegiatan pendampingan. Bab ini akan membahas praktik observasi dan pengumpulan data yang baik, serta cara

mengolah data tersebut untuk menyusun proposal pendampingan yang tepat guna.

Bab ini juga akan dilengkapi pembahasan penerapan teknologi digital sebagai metode tepat-guna dan penyertaannya sebagai aspek inti pendampingan

Bab III. Pra Pendampingan 58 59

Pengumpulan informasi dan fakta perlu dilakukan untuk membangun membangun dasar perencanaan yang baik. Kumpulan observasi, informasi dan fakta yang cukup akan diperlukan untuk pembuatan keputusan yang berdasarkan fakta relevan.

Riset Pendampingan (Observasi dan Pengumpulan Informasi)

Kegiatan Observasi dan Pengumpulan Informasi yang baik, setidaknya perlu memiliki 2 bagian, yaitu: Riset Awal dan Survei

Penyertaan Teknologi Digital Teknologi digital dapat diintegrasikan dalam seluruh proses komunikasi terkait proses observasi dan pengumpulan informasi.

Riset Awal dilakukan sebelum melaksanakan survei lapangan, informasi yang bersifat strategis maupun praktis perlu dihimpun sebagai bagian penting dari riset awal terhadap kelompok pekriya yang dituju. Informasi strategis meliputi karakter, potensi dan masalah yang dialami kelompok pekriya, sedangkan informasi praktis meliputi lokasi, waktu berkegiatan dan informasi pendukung lainnya. Kedua jenis informasi ini dapat kita peroleh secara primer atau langsung (melalui telepon, SMS, aplikasi WhatsApp, surel), maupun secara sekunder melalui pihak lain yang berkomunikasi dengan kelompok pekriya (membaca artikel berita, laporan kegiatan pemerintah setempat, maupun katalog dan dokumentasi terkait kegiatan pekriya).

Penyertaan Teknologi Digital

Selain menggunakan mesin pencari daring seperti Google Search, pencarian dapat juga diperdalam dengan akses ke portal berita dan jurnal ilmiah.

Namun, untuk mendapat gambaran yang aktual dan bersifat informal, pengumpulan informasi dapat dilakukan melalui akun sosial media yang digunakan lingkup pekriya, seperti Instagram, Facebook, YouTube maupun TikTok

Dapat menggunakan aplikasi panggilan video, suara dan teks seperti Zoom, Google Meet dan WhatsApp.

Fitur rekaman dapat digunakan sebagai data pendukung komunikasi, dengan seizin semua peserta.

Dapat menggunakan piranti lunak kolaboratif untuk penyuntingan bersama seperti Google Docs, Google drive, Google Sheets, Dropbox dan sejenisnya

"Apa saja yang perlu dikerjakan dalam riset awal ini?*

Tipe Pekerjaan

Mengumpulkan data literatur

Mengumpulkan informasi terkait kearifan lokal lokasi pendampingan

Berkomunikasi dengan pemangku kepentingan dalam ekosistem pekriya tertuju

Berdiskusi, melakukan konsolidasi data dan menyiapkan perencanaan praktis

Uraian

Memilih berbagai sumber data, antara lain dari:

• Data statistik BPS (Badan Pusat Statistik)• Situs Kementerian• Situs Pemerintah Daerah• Artikel berita (cetak dan daring) • Artikel ilmiah terkait• Paparan / laporan pendampingan

terdahulu atau terkait

Melakukan riset kualitatif mengenai kearifan lokal, antara lain dari:

• Wawancara dengan penduduk lokal atau asli daerah pendampingan

• Meriset artikel akademik mengenai budaya daerah pendampingan

• Meriset cerita rakyat, lagu daerah, kuliner khas maupun kekhasan lokal lainnya yang relevan dari daerah pendampingan

Melakukan perkenalan, diskusi/wawancara singkat dan pengaturan jadwal dengan pihak: • Pemerintah setempat• Tenaga penghubung• Pelaku kriya dan tokoh masyarakat

Melakukan diskusi mengenai:

• Konsolidasi data pekerjaan 1 dan 2 • Persiapan perangkat data untuk kunjungan • Pembuatan kerangka acuan wawancara• Pembuatan jadwal dan periode kunjungan

Tabel 3.1 Alur Pekerjaan Riset Awal

Bab III. Pra Pendampingan 60 61

Pelaksanaan riset awal yang tuntas sangatlah penting, karena setiap kelompok pekriya mempunyai motivasi dan hambatan yang bersifat spesifik sehingga memerlukan respon spesifik yang perlu diketahui sejak dini. Informasi dari riset awal yang terkumpul ini kemudian perlu dipilah dan diolah untuk menyusun strategi pendekatan, jadwal serta seperangkat pertanyaan untuk proses survei lapangan. Jumlah, kedalaman dan jenis perangkat data yang dihasilkan dari proses pilah-olah ini dapat disesuaikan dengan ketersediaan informasi dan kondisi khas kelompok pekriya tertuju.

"Apa saja pekerjaan yang tercakup pada proses pilah-olah data riset awal?"

Penyertaan teknologi digital

Pembagian pekerjaan pilah data ini dapat digunakan sebagai acuan dasar dalam membuat folder-folder daring secara mandiri maupun kolaboratif untuk mengumpulkan bahan dokumentasi per topik

(contoh: 1 folder untuk dokumen mengenai pelaku kriya, 1 folder untuk dokumen mengenai pemasaran, dan seterusnya)

Pada tahap pekerjaan olah data, dapat digunakan referensi format borang pada halaman 116. Untuk memudahkan koordinasi dengan tim, tabel ini juga efektif apabila dibuat dan diunggah menggunakan aplikasi kolaboratif seperti Google Sheets atau Google Docs.

Pilah Data

Pelaku kriya

Produk kriya

Sumber daya manusia

Sumber daya alam

Budaya

Pemasaran

Sarana & Prasarana

Program pengembangan

Regulasi

Olah Data

Data daftar pelaku usaha kriya daerah tujuan yang dapat dikunjungi dan ditemui.

Jenis produk kriya yang dihasilkan.

Potensi, keahlian, keterampilan masyarakat terkait kriya.

Potensi SDA (Sumber Daya Alam) lokal sebagai bahan baku utama penunjang kegiatan kriya.

Potensi budaya setempat sebagai acuan narasi akar produk kriya.

Jaringan yang sudah ada, seperti kegiatan pameran, pedagang besar atau pengepul pembeli produk kriya, pemesan dengan sistem komisi, pasar tradisional distribusi produk kriya.

Informasi mengenai lahan perkebunan/pertanian sumber bahan baku, fasilitas pengolahan bahan baku terkait, sanggar/sekolah tempat belajar keterampilan kriya, pelabuhan/jalan tol sebagai akses perdagangan, dan berbagai sarana dan prasarana pendukung ekosistem kriya lainnya.

Riset, pengembangan serta pendampingan yang pernah dilakukan terkait kegiatan kriya.

Regulasi dan program pemerintah setempat terkait kegiatan kriya (PERDA, PERGUB, dsb.)

Tabel 3.2 Pilah Olah Data Riset Awal

Hasil pilah-olah data ini diperlukan sebagai dasar perencanaan pengamatan di lapangan, pembuatan Perencanaan Pra survei, seperti membuat perangkat survei untuk memudahkan identifikasi potensi dan pemetaan masalah. Perangkat survei ini untuk mengumpulkan informasi yang kemudian akan diolah menjadi pemetaan potensi dan masalah, kemudian dikemas menjadi paparan gagasan pengembangan.

"Apa saja perencanaan pra survei yang perlu disiapkan?"

Penyertaan Teknologi Digital

Pendekatan pra survei dapat dilakukan secara informal dengan mengikuti akun sosial media pekriya maupun unit usaha pekriya, memberikan apresiasi dan menyapa pekriya.

Berkas-berkas terkait perencanaan pra survei ini akan mudah diakses oleh seluruh anggota tim apabila disimpan menggunakan aplikasi kerja kolaboratif (Google Docs, Dropbox) .

Demi keamanan data, akses tersebut, termasuk data kontak dapat diberi enkripsi atau dibagi sesuai keperluan kerja anggota tim. Misalnya, untuk tim penulis dan penyunting, harus memiliki akses penyuntingan. Sementara untuk anggota tim lain dapat diberi akses viewing ataupun editing.

Perangkat Survei

Strategi pendekatan

Tenaga penghubung

Kerangka acuan (TOR)

Rencana perjalanan

Dokumen terkait

Uraian

Komponen yang disiapkan dalam pra survei:• Perkenalan • Informasi bentuk dan

jadwal kegiatan pendampingan • Target luaran pendampingan • Dampak yang diharapkan

• Petugas atau tim dari dinas terkait • Pelaku utama kegiatan kriya

(seperti ketua kelompok pekriya) • Tokoh masyarakat setempat

(seperti kepala desa) • Pendamping terdahulu yang pernah

mendampingi pekriya dan memiliki hubungan baik

• Tokoh asosiasi atau tokoh aktivis yang memberikan advokasi atau bantuan pada pekriya

• Latar Belakang Pendampingan• Daftar informasi yang perlu digali/

daftar pertanyaan wawancara• Informasi atau topik acuan diskusi

• Pertimbangan tanggal dan hari terbaik yang tidak mengganggu kegiatan esensial maupun ibadah pekriya

• Jadwal perjalanan (kontak individu atau kelompok yang ditemui, tempat dan waktu pertemuan)

• Rute perjalanan yang efisien serta sarana transportasi yang diperlukan (kendaraan sesuai medan yang akan ditempuh)

• Tiket atau akses masuk yang diperlukan• Waktu istirahat makan dan ibadah

• Surat pengantar atau izin survei• Rencana atau arahan dokumentasi survei

(foto, audio, video)• Daftar presensi atau borang visitasi

yang perlu ditandatangani pendamping dan pekriya (jika diperlukan)

• Data riset yang perlu divalidasi (dapat berupa cek list dan buku catatan)

Tabel 3.3 Perencanaan Pra survei

Bab III. Pra Pendampingan 62 63

"Kemanakah kita melakukan survei?"

Penyertaan Teknologi Digital

Bila tidak memungkinkan untuk berkunjung langsung untuk bertatap muka, semua kegiatan survei ini dapat dilakukan secara daring dengan melakukan beberapa penyesuaian.

Penyesuaian ini antara lain:• Diskusi pendahuluan melalui

SMS atau aplikasi percakapan (chatting application) seperti WhatsApp.

• Pengiriman foto dan video yang relevan sebelum berdiskusi langsung melalui panggilan video.

Sebagai pendukung penajaman diskusi, narasumber yang mempunyai pengalaman pendampingan di daerah tertuju dapat diundang untuk hadir secara daring.

Jika diperlukan benda fisik seperti contoh bahan baku atau contoh produk, maka dapat dilakukan pengiriman sampel fisik yang dibutuhkan sebelum berdiskusi secara daring.

Apabila tidak berkesempatan untuk melakukan survei langsung ke situs terkait, dapat dilakukan pendalaman atau perluasan cakupan riset awal melalui penelusuran daring.(Lihat tahap riset awal)

Tujuan Survei

Pemerintah setempat

Pemangku kepentingan dan pelaku kriya setempat

Kunjungan ke sumber bahan baku

Kunjungan ke situs terkait

Urgensi / Uraian Berkoordinasi antar instansi pemerintah supaya kegiatan pendampingan dapat dilakukan dengan lancar dan tepat guna sesuai kebutuhan pemangku kepentingan kriya

Mendapatkan informasi dan gambaran nyata dari kebutuhan serta masalah yang dialami oleh pelaku kriya. Gambaran ini termasuk:• Kondisi kehidupan• Kondisi kerja, serta • Proses yang diperlukan dalam membuat

produk kriya

Informasi kebutuhan dan masalah ini sangat penting agar perencanaan kegiatan pendampingan dapat dilakukan secara strategis, lancar dan tepat guna sesuai kebutuhan pemangku kepentingan kriya

• Bertujuan mendapatkan informasi dan gambaran nyata dari proses hulu pembuatan produk kriya.

• Ketersediaan bahan baku berkualitas baik dan stabil merupakan pondasi dari penciptaan, produksi dan pengembangan produk kriya.

• Gambaran kondisi hulu ini penting agar identifikasi masalah dalam perencanaan kegiatan pendampingan dapat dilakukan secara tepat sasaran

Situs terkait yang dimaksud adalah situs yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan penciptaan, pengembangan dan produksi produk kriya baik di hulu maupun di hilir.

Contoh situs hulu:• Situs budaya seperti keraton dan museum. • Situs pendidikan, khususnya pendidikan vokasi

dan informal seperti SMK kriya, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar masyarakat)

Contoh situs hilir:• Pasar tradisional• Pameran perdagangan lokal• Toko cenderamata• Festival setempat.

Tujuan utama survei pendampingan adalah mengumpulkan data primer untuk menemukan relevansi konteks data sekunder dengan kebutuhan pendampingan, serta melakukan validasi atas asumsi yang terbentuk dari riset awal. Pelaksanaan survei akan mengacu pada riset awal, kegiatan survei lapangan seperti observasi dan wawancara dapat ditujukan kepada pemangku kepentingan yang terlibat dalam ekosistem kriya setempat. Selain itu, kegiatan kunjungan dalam proses survei juga dapat dilakukan di situs budaya maupun situs kontekstual lainnya untuk mendapatkan cerminan kondisi ekosistem kriya tertuju.

Tabel 3.4 Tujuan survei

Bab III. Pra Pendampingan 64 65

Hari 2

Pertemuan pelaku kriya 2

Pertemuan pelaku kriya 3

Hari 4

Pertemuan internal tim (tinjauan perjalanan)

"Seperti apa contoh rencana survei?"

Penyertaan Teknologi Digital Diskusi dan penyajian mengenai penjadwalan ini dapat dilakukan dengan platform kerja kolaboratif seperti Google Sheets, Microsoft Teams, dan sebagainya. Gunakan juga aplikasi kalender interaktif yang berisi pengingat dan agenda, seperti Google Calendar, atau aplikasi kalender kolaboratif untuk pekerjaan pendampingan bersama tim, misalnya aplikasi TimeTree.

Hari 1

Pertemuan dengan pemerintah setempat

Pertemuan pelaku kriya 1

Hari 3

Kunjungan ke situs terkait

Kunjungan ke sumber bahan baku

"Lalu, bagaimana cara menggunakan hasil pilah data untuk keperluan menyusun bahan survei?"

Penyertaan Teknologi Digital Berkas-berkas terkait perangkat survei ini akan mudah diakses oleh seluruh anggota tim bila disimpan menggunakan aplikasi kerja kolaboratif (misalnya: Google Docs, Dropbox) Selain itu, untuk memudahkan pendataan dan pelaporan, semua bentuk kuesioner dapat juga menggunakan aplikasi pembuat formulir atau kuesioner seperti Google Form, Survei Monkey, Type Form.

Kebutuhan informasi dari pemerintah setempat

Validasi dan penambahan data pemetaan pelaku kriya

Kebiasaan, adat istiadat terkait kriya.

Pameran, pasar dan festival setempat

SDA, pemasok bahan baku

Pengalaman, dampak saran terhadap pendampingan terdahulu

Dampak dan konsep regulasi terkait

Kebutuhan informasi dari sumber bahan baku

Profil usaha pengolahan bahan baku, pemetaan

Potensi, keahlian, keterampilan pekerja

Sumber bahan baku, proses pengolahan

Hubungan budaya dengan terjadinya kegiatan kriya

Saluran pemasaran dan distribusi bahan baku

Akses ke SDA, bahan baku, Sarana akses pengolah ke pasar

Proses, alat, pengolahan

Perangkat Survei

Pelaku kriya

Produk kriya

Sumber daya manusia

Sumber daya alam

Budaya

Pemasaran

Sarana & Prasarana

Program pengembangan

Regulasi

Dokumentasi visual

Kebutuhan informasi dari pelaku kriya

Profil kegiatan, pemetaan

Jenis produk, kualitas, kapasitas produksi, harga

Potensi, keahlian, keterampilan pekerja

Sumber bahan baku, proses pengolahan

Hubungan budaya dengan terjadinya kegiatan kriya

Sistem pasar, profil pedagang besar

Akses ke SDA, bahan baku dan pasar

Pengalaman, dampak saran terhadap pendampingan terdahulu

Dampak regulasi terkait

Produk, Proses Produksi dan persona pekriya

Kebutuhan informasi dari Situs Terkait

Profil kegiatan dan usaha perdagangan kriya

Hubungan budaya dengan terjadinya kegiatan kriya

Saluran pemasaran dan distribusi produk kriya

Sarana akses pasar Lokasi dan kondisi pasar

Kegiatan ekonomi. artefak budaya, Lansekap alam kultur

Tabel 3.5 Rencana survei Tabel 3.6 Penyusunan pilah data bahan survei

Bab III. Pra Pendampingan 66 67

Penyertaan Teknologi Digital

Bila tidak memungkinkan bertemu langsung, sesi curah ide kolaboratif ini dapat dilakukan melalui sesi panggilan video.

Selain itu dapat juga memanfaatkan platform kerja kolaboratif seperti Miro, Google Jamboard, dan sejenisnya.

Sesi curah ide dapat dilakukan setelah atau secara paralel dengan pemetaan masalah dan potensi dengan menggunakan kerangka kerja di atas. Fungsi utama proses curah ide adalah mendapatkan kesimpulan awal, sehingga dapat diolah menjadi arah rancangan intervensi desain yang merespon hasil observasi. Hasil dari pemetaan dan sesi curah ide ini akan digunakan untuk menyusun paparan gagasan pengembangan pendampingan kriya untuk diusulkan pada penyelenggara, pemberi tugas maupun pemangku kepentingan terkait.

Contoh Kerangka Kerja Sederhana Pertemuan Tinjauan Perjalanan

Metode Curah Ide

Pemetaan hubungan (Relational Mapping)

Pemetaan alur perjalanan (Journey Mapping)

Uraian

Digunakan untuk melihat hubungan antar peristiwa terkait kriya.

Berguna untuk menemukan pola dan cara kerja dan proses terkait kriya.

Visualisasi dari urutan proses yang dialami oleh pemangku kepentingan kriya.

Berguna untuk mengungkap potensi dan masalah yang muncul dalam proses.

Di hari terakhir survei, perlu dilakukan Pertemuan Tinjauan Perjalanan untuk kembali memilah dan mengolah data terkumpul serta melengkapinya dengan sesi curah ide. Pemrosesan awal ini juga sangat penting untuk mengenali hubungan antara masalah, potensi serta respon berupa curahan ide awal untuk dijadikan dasar pengembangan strategi pendampingan kontekstual.

Proses pilah olah untuk memetakan hubungan dan konteks antara masalah dan potensi ini dapat dituangkan dalam Kerangka Kerja Sederhana seperti pemetaan hubungan dan pemetaan alur perjalanan kegiatan terkait kriya. Berikut ini adalah penjabaran kerangka kerja sederhana yang dimaksud.

Pada tahap penyusunan paparan gagasan ini, semua hasil dari tahap Riset Pendampingan (Observasi dan Pengumpulan Informasi) akan diolah untuk membangun dasar perencanaan dan kontekstualisasi substansi kegiatan pendampingan. Analisa yang baik diperlukan dalam proses perencanaan, sehingga pendamping mampu mengidentifikasi langkah pendampingan yang relevan, dengan beberapa pilihan fokus intervensi:

• Intervensi pengembangan produk atau desain• Intervensi proses produksi• Intervensi pemasaran/ promosi • Intervensi model pendidikan

Paparan Gagasan Pendampingan

Paparan Gagasan Pendampingan yang baikperlu memiliki 5 bagian penting ini:

• Identifikasi Potensi• Identifikasi Masalah• Urgensi dan Pertanyaan Penting• Target Luaran dan Dampak Terbaik• Manajemen Proyek

Penyertaan Teknologi Digital Teknologi digital dapat diintegrasikan dalam kelima bagian ini terkait dengan proses pengumpulan, pengolahan dan presentasi data hingga proses pelaksanaan gagasan pendampingan.

Tabel 3.7 Kerangka kerja sederhana

Bab III. Pra Pendampingan 68 69

Penyertaan Teknologi Digital

Pekerjaan seperti pengolahan dan analisa data yang bersifat kerja tim dapat dilakukan menggunakan platform kolaboratif seperti Google Docs, Microsoft Teams, dan sebagainya

Penyertaan Teknologi Digital

Pekerjaan seperti pengolahan dan analisa data yang bersifat kerja tim dapat dilakukan menggunakan platform kolaboratif seperti Google Docs, Microsoft Teams, dan sebagainya

Identifikasi masalah adalah lanjutan langkah yang penting untuk melengkapi identifikasi potensi sebagai pondasi paparan gagasan pendampingan. Secara fundamental, masalah-masalah yang terdapat pada komunitas pekriya di berbagai daerah merupakan masalah kompleks yang saling berkaitan. Biasa disebut sebagai "wicked problems", masalah kompleks yang berkaitan ini antara lain meliputi kerusakan lingkungan dan menipisnya sumber daya alam hingga, kesenjangan sosial, ekonomi hingga pergeseran nilai budaya. Tidak memungkinkan jika satu program pendampingan dirancang dan dijalankan untuk menyelesaikan seluruh masalah kompleks yang terjadi di sebuah daerah. Maka perlu dibuat sebuah rancangan prioritas/ hirarki tentang fokus masalah yang akan direspon pada pendampingan tersebut, agar dapat manfaat yang optimal.

"Apa saja contoh masalah pekriya yang dapat menjadi fokus pendampingan?"

Fokus Masalah

Sumber daya manusia

Keluaran produk

Rantai pasokan

Pasar

Kerangka Acuan Uraian

• Regenerasi• Cara kerja yang belum efisien • Keahlian yang belum menjadi pengetahuan

• Kerapian pekerjaan• Konsistensi pekerjaan• Kecepatan pekerjaan

• Akses dan budidaya bahan baku berkualitas

• Akses dan metode pengolahan bahan baku yang baik

• Akses pasar • Harga pasaran produk eksisting

Identifikasi potensi kelompok pekriya tertuju perlu dilakukan guna menyusun paparan gagasan pendampingan yang tepat guna. Setiap kelompok pekriya mempunyai potensi unik kontekstual yang dipengaruhi oleh faktor kekhasan daerah tersebut. Pendekatan penyusunan gagasan pendampingan yang baik perlu menekankan pada optimalisasi potensi, sarana, keterampilan, bahan baku, serta narasi yang tersedia pada ekosistem kelompok pekriya tertuju. Hal ini perlu dilakukan agar dampak yang dihasilkan dari program pendampingan ini tidak berpotensi menimbulkan ketergantungan baru. Berikut ini adalah penjabaran beberapa potensi beserta kerangka acuan untuk mengurai informasi potensi dari data yang dikumpulkan pada tahap observasi.

"Potensi apa saja yang perlu dikenali?"

Fokus Potensi

Sumber daya manusia

Sumber daya alam /Bahan baku

Narasi Budaya

Pasar

Kerangka Acuan Uraian

Keterampilan pokok pekriya setempat

Pengolahan bahan baku yang sudah dilakukan dan yang memiliki potensi pengembangan. Metode pengolahan yang lebih baik

Penulisan dan pengolahan perspektif budaya sebagai bahan narasi pengenalan produk

Pengenalan potensi pasar baru dan cara menembus pasar tersebut dengan produk kriya

Tabel 3.8 Identifikasi potensi Tabel 3.9 Identifikasi masalah

Bab III. Pra Pendampingan 70 71

Praktik Manajemen Proyek yang baik diperlukan untuk memastikan pendampingan berjalan lancar. Secara mendasar, praktik manajemen baik menjabarkan lingkup pekerjaan dengan jelas, menetapkan IKU, lini masa dan periode waktu proyek. Substansi, hasil dan luaran pendampingan juga perlu didefinisikan beserta strategi peralihan pasca-pendampingannya. Substansi dan strategi ini diperlukan untuk memastikan agar misi pendampingan dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.

"Apa yang perlu ditetapkan dan dituliskan dalam praktik manajemen proyek yang baik?"

Penyertaan Teknologi Digital

Pekerjaan seperti pengolahan dan analisa data yang bersifat kerja tim dapat dilakukan menggunakan platform kolaboratif seperti Google Docs, Microsoft Teams, dan sebagainya

Pengaturan jadwal dan kalender dapat dilakukan dengan aplikasi kalender interaktif dan kolaboratif seperti Google Calendar maupun TimeTree untuk menghindari jadwal yang tumpang tindih.

Evaluasi dan pengelolaan umpan balik dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien dengan aplikasi digital seperti Google Form, TypeForm, Survei Monkey.

Fitur survei cepat atau formulir umpan balik (feedback form) pasca rapat daring melalui aplikasi Zoom dan CISCO Webex juga tersedia sebelum peserta meninggalkan ruang rapat.

Kedua jenis pekerjaan ini dapat menyertakan teknologi digital untuk perencanaan pendampingan secara daring.

Proses peralihan dapat dilakukan dengan lebih mudah melalui serah terima folder daring yang berisi dokumen-dokumen, termasuk dokumen rekomendasi yang diperlukan oleh penyelenggara maupun pekriya untuk menjaga keberlanjutan hasil pendampingan

Serah terima dapat dilakukan secara daring maupun hibrida. Penyiaran langsung secara daring (Live Streaming) seremoni serah terima melalui YouTube, Facebook, Instagram, Zoom juga dapat membantu proses pengarsipan digital dan meningkatkan apresiasi terhadap program dan produk pendampingan.

Proses pengumpulan berkas dan dokumentasi visual menggunakan Google Drive, One Drive, Dropbox, dan sejenisnya.

Jenis Pekerjaan

Indeks Keberhasilan Utama (IKU)

Lini masa dan periode waktu proyek

Definisi hasil dan luaran

Evaluasi dan umpan balik penerima pendampingan

Lingkup pekerjaan

Strategi peralihan pasca pendampingan

Dokumentasi dan pengarsipan administrasi

Uraian

IKU perlu ditetapkan sejak perencanaan awal dan digunakan untuk mengukur kesuksesan program pada evaluasi akhir.

Diperlukan untuk memonitor dan memastikan proyek selesai dalam kurun waktu yang sesuai.

Hasil dan luaran yang diharapkan perlu ditetapkan di awal sehingga dievaluasi di akhir pendampingan.

Penerima pendampingan memiliki hak untuk turut melakukan evaluasi. Perancangan, pengelolaan evaluasi serta penyusunan umpan balik harus meliputi komponen:• Manfaat bagi peserta• Perbedaan sebelum dan

sesudah pendampingan• Kritik, saran dan masukan

Perlu ditetapkan untuk memastikan fokus pendampingan konsisten dan sesuai.

Diperlukan untuk mendukung tumbuh kembang pekriya pasca pendampingan. Mengacu ke strategi jangka panjang pen-dampingan kriya, tahapan ini dapat berupa:• Serah terima kelanjutan pendampingan

ke pihak lain disertai laporan• Rekomendasi aksi lanjutan yang diserahkan

kepada penyelenggara dan pekriya

Penting untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas pekerjaan, juga sebagai referensi perancangan pekerjaan pendampingan di masa depan.

Penggunaan metode daring dalam pendampingan dapat memperluas akses, dampak dan jangka waktu pendampingan, seperti:

• Perekaman dan penyajian materi pendampingan secara terencana dan terstruktur dapat diubah menjadi materi pembelajaran daring yang bersifat asinkron dan serba mandiri (self-paced).

• Materi pendampingan yang tersedia dan dapat terakses secara daring dapat menjadi dokumentasi dan referensi penting untuk iterasi pendampingan berikutnya maupun perancangan pendampingan lain. Selain itu, materi ini juga dapat didistribusikan pada kelompok lain yang relevan dan membutuhkan.

Perancangan pendampingan daring

Tabel 3.10 Praktik Manajemen

Bab III. Pra Pendampingan 72 73

Penyertaan Teknologi Digital

Pekerjaan seperti pengolahan dan analisa data yang bersifat kerja tim dapat dilakukan menggunakan platform kolaboratif seperti Google Docs, Microsoft Teams, dan sebagainya.

Jangka waktu dan cakupan dapat diperluas melalui perencanaan dan strukturisasi pendampingan untuk mendukung pembelajaran yang bersifat asinkron dan serba mandiri (self-paced).

Pembelajaran serba mandiri ini dapat dilakukan melalui penyajian rekaman materi pembelajaran yang dapat terakses secara daring dalam jangka waktu yang tidak mengikat. Ini dapat dimungkinkan dengan penggunaan situs dan kanal video di internet seperti Youtube, maupun dikumpulkan secara terprogram menggunakan platform pembelajaran online seperti Ruang Guru, Udemy, maupun platform pembelajaran daring lainnya.

Identifikasi karakter dan kondisi pekriya ini dapat dilakukan melalui internet salah satunya dengan memantau kehadiran digital pekriya di kanal berita maupun di kanal sosial media seperti Instagram atau Facebook.

Pertanyaan Penting adalah seperangkat pertanyaan yang perlu diajukan guna memetakan analisis potensi dan masalah hingga menjadi konsep pengembangan dengan definisi rencana kerja yang jelas. Pembuatan rencana kerja ini perlu menekankan pada pengembangan kriya yang bersifat berkelanjutan, dan dapat dicapai dengan menyusun seperangkat pertanyaan penting untuk menetapkan pendekatan yang diambil pada pendampingan.

"Apa saja contoh seperangkat pertanyaan penting ini ?"

Pertanyaan

Siapa klien utama?

Tujuan realistis : Apakah jangka pendek, menengah atau panjang?

Cakupan pendampingan : Meluas atau mendalam?

Pendekatan yang diambil : Melengkapi atau membina ?

Uraian

Penentuan klien utama akan memetakan perencanaan pendampingan dalam aspek identifikasi kebutuhan, penetapan IKU (Indeks Keberhasilan Utama) dan aspek cakupan lingkup pendampingan.

Jangka waktu ini perlu direncanakan untuk memastikan IKU pendampingan dapat tercapai secara efektif dan sesuai.

Jangka waktu pendampingan, wilayah dan jumlah peserta pendampingan. Cakupan meluas sesuai untuk peserta banyak dengan waktu singkat, dan cakupan mendalam lebih sesuai untuk peserta terbatas dengan jangka waktu yang lebih panjang.

Karakter dan kondisi pekriya yang berbeda memerlukan pendekatan pendampingan yang berbeda. Contohnya, jika usaha pekriya sudah berjalan, maka pendampingan dapat bersifat sebagai pelengkap, sedangkan apabila pekriya masih rintisan, pendekatan pembinaan akan lebih sesuai.

Penyertaan Teknologi Digital

Riset mengenai dampak terbaik kegiatan pendampingan sejenis dapat dilakukan melalui internet, baik melalui penelusuran sekunder maupun melalui korespondensi secara daring dengan narasumber yang relevan.

Referensi dan riset dapat mengacu ke laporan proyek dari lembaga pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Contoh kata kunci yang dapat membantu pencarian secara daring adalah: project report, lessons learned, impact report, cost benefit ratio, dan sebagainya

Dampak Terbaik Pendampingan diperlukan dalam pendampingan sebagai penajaman dari pertanyaan penting yang diajukan. Selain itu, bagian dampak terbaik pendampingan ini juga penting untuk menajamkan pola kerja dan IKU pendampingan.

Target Dampak Terbaik

Keberlanjutan ekosistem sumber daya alam terkait kegiatan kriya

Keberlanjutan regenerasi sumber daya manusia pekriya.

Potensi berdikari komunitas kriya

Uraian

Kegiatan pekriya biasanya bergantung pada SDA sekitar sebagai bahan baku utama, sehingga menjadi faktor utama yang perlu dilestarikan.

Dapat berupa strategi peralihan untuk mengubah keahlian pekriya menjadi bentuk pengetahuan yang dapat dikaji dan disebarluaskan.

Berdikari dapat dicapai dari berbagai aspek, yaitu perolehan bahan baku, proses produksi, pemasaran dan penghidupan yang layak.

"Apa saja contoh dampak terbaik pendampingan?"

Tabel 3.11 Pertanyaan penting Tabel 3.12 Dampak terbaik pendampingan

74 75

Proses Pendampingan

Cakupan: Pelaksanaan Pendampingan — Luaran Pendampingan —

Monitoring dan Evaluasi Berjalan — Unjuk Karya Pendampingan

Ikhtisar:Pada pelaksanaan pendampingan, diperlukan acuan praktik baik (good practice) untuk memastikan perencanaan yang dibuat di tahap pra-pendampingan dapat terlaksana dan terselesaikan

dengan baik. Bab ini akan membahas praktik baik pendampingan berikut langkah-langkah yang dapat dilaksanakan hingga tahap

unjuk karya pendampingan, monitoring dan evaluasi.

Bab ini juga akan dilengkapi pembahasan penerapan teknologi digital sebagai metode tepat-guna dan penyertaannya sebagai aspek inti pendampingan

Bab IV

Bab IV. Proses Pendampingan76 77

Luaran Pendampingan yang dihasilkan melalui penerapan intervensi pendampingan berfungsi sebagai langkah transformatif, pembuktian konsep (proof of concept) untuk menggali serta memicu penciptaan narasi, objek, dokumentasi visual menuju pembentukan pengetahuan baru. Hasil luaran ini akan berguna untuk membangun konteks dan ruang diskusi bagi para pemangku kepentingan kriya. Pelaksanaan pendampingan dapat mengkonfirmasi asumsi yang terbentuk pada riset awal untuk mendapatkan tanggapan dari pemangku kepentingan yang terlibat.

Rancangan intervensi pendampingan dapat berupa bermacam kegiatan, baik yang berorientasi pada pengembangan purwarupa dan penciptaan produk kriya baru seperti eksperimen kreatif kolaboratif maupun yang bersifat menciptakan dan menggali pengetahuan kriya baru, seperti lokakarya dan diskusi, ataupun dokumentasi visual dan tulisan. Pilihan jenis intervensi bergantung pada karakter potensi dan masalah yang ada pada kelompok pekriya tertuju.

Uraian mengenai penerapan intervensi pendampingan disampaikan melalui beberapa model kerja . Perlu diperhatikan bahwa pada pendampingan, wawasan, keahlian pendamping diperlukan agar dapat menentukan dan merumuskan model intervensi yang kontekstual untuk program pendampingannya.

"Apa saja contoh alternatif intervensi pendampingan?"

Penyertaan Teknologi Digital

Penggunaan metode daring maupun hibrida dalam eksperimen kreatif kolaboratif dapat dilakukan dengan beberapa cara. Misalnya, menggunakan panggilan video sebagai media komunikasi dan peraga dalam proses eksperimen.

Alat, bahan dan media terkait eksperimen dapat dikirimkan. Metode perekaman proses pendampingan dapat memperluas akses, dampak dan jangka waktu pendampingan.

Proses pengumpulan berkas dan dokumentasi visual dapat menggunakan aplikasi berbagi berkas seperti Google Drive, One Drive, Dropbox, dan sejenisnya.

Proses lokakarya dan diskusi substantif pendampingan dapat dilakukan menggunakan piranti lunak panggilan video seperti Zoom, Google Meet, CISCO Webex, dan sebagainya. Fitur perekaman panggilan video dapat digunakan sebagai alat dokumentasi yang terintegrasi

Fitur survei cepat atau formulir umpan balik (feedback form) pasca rapat daring melalui aplikasi Zoom dan CISCO Webex juga dapat disediakan untuk diisi sebelum peserta meninggalkan ruang rapat.

Jenis Intervensi Pendampingan

Eksperimen kreatif kolaboratif

Lokakarya

Dokumentasi Visual dan Tulisan

Diskusi, dengan fokus:• Identifikasi Potensi Masalah• Strategi Penyelarasan lini masa • Evaluasi hasil dan luaran terkini

Cara dan Fungsi

Sebagai moda intervensi desain

Metode penyelidikan berbasis praktik dalam konteks kerja kriya

Peta peluang mengatasi masalah nyata di lapangan melalui keterlibatan proses, bahan dan praktik kriya

Fokus ke penggunaan dan eksplorasi potensi yang ada, tidak menciptakan ketergantungan baru

Penerapan teknologi tepat guna

Pembuatan purwarupa/prototype

Meninjau, melakukan validasi, dan merevisi temuan

Memperdalam pemahaman, dan menginformasikan kesimpulan dari studi lapangan

Membuat prioritas dan hirarki respon masalah

Dokumentasi visual sebagai moda rekam jejak

Dokumentasi tulisan proses dan perjalanan sebagai media dan bahan narasi

Dokumentasi tulisan dan visual sebagai media pengarsipan

Validasi asumsi potensi dan masalah (antara rencana dan praktik lapangan)

Pembuatan instrumen pengukur hasil dan luaran

Definisi target hasil dan luaran

Tabel 4.1. Jenis Intervensi Pendampingan

Pelaksanaan Pendampingan adalah tahap penting dan nyata untuk pemangku kepentingan. Tahap pelaksanaan akan direspon langsung oleh pemangku kepentingan, serta dimonitor dan dievaluasi kinerjanya oleh penyelenggara. Pola pikir yang sebaiknya ditanamkan dalam menjalani pelaksanaan pendampingan adalah memperlakukan tahap ini sebagai sebuah lahan riset subur untuk menggali pengetahuan baru yang bermanfaat bagi peserta maupun pemangku kepentingan. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, hal ini akan dikaji dalam tahap monitoring dan evaluasi. Pelajaran yang dapat dipetik dari proses pelaksanaan akan menjadi pengetahuan baru yang berharga untuk meningkatkan mutu pendampingan berikutnya.

Tentang Pelaksanaan Pendampingan

Pelaksanaan pendampingan akan terdiri dari 3 bagian:

• Penerapan Intervensi Pendampingan• Unjuk Karya• Monitoring Evaluasi

Penyertaan Teknologi Digital Teknologi digital dapat diintegrasikan dalam ketiga proses pelaksanaan pendampingan dengan cara pendekatan yang berbeda-beda. Masing-masing cara yang sesuai akan dibahas dengan lebih detail dalam bab ini.

Bab IV. Proses Pendampingan78 79

Pasca intervensi pendampingan, perlu dilakukan evaluasi berjalan (on going evaluation) meliputi kinerja rencana dan praktik eksperimen lapangan. Berikut ini poin-poin yang perlu dibahas dan diperjelas saat proses monitoring dan evaluasi sebelum berlanjut ke tahap unjuk karya.

"Apa saja yang perlu dievaluasi pasca intervensi pendampingan?"

Tabel 4.2 Poin Evaluasi Berjalan

Penyertaan Teknologi Digital

Proses diskusi evaluasi berjalan dapat dilakukan secara daring menggunakan piranti lunak panggilan video seperti Zoom, Google Meet dan CISCO Webex.

Sedangkan, pengumpulan berkas dan dokumentasi visual dapat menggunakan aplikasi berbagi berkas seperti Google Drive, One Drive, Dropbox, dan sejenisnya.

Jenis Intervensi Pendampingan

Poin Evaluasi Berjalan

Perbandingan capaian nyata dengan target di awal

Penyesuaian target akhir waktu proyek

Mengulas tingkat pencapaian IKU

Penambahan catatan pengamatan

Unjuk Karya adalah tahap uji publik, berupa penyajian hasil pendampingan kepada masyarakat dan pemangku kepentingan kriya. Bentuk unjuk karya akan tergantung pada pilihan format dan substansi pendampingan kriya. Melanjutkan pembahasan pada tabel 4.1, apabila pendampingan berupa pengembangan produk kriya baru yang berorientasi pasar, maka unjuk karya yang sesuai adalah pameran produk. Namun, perlu diperhatikan bahwa fokus dan sifat pameran produk kriya baru juga bervariasi. Ada pameran dengan fokus tentang produk dan pasar, seperti pameran dagang (trade show), maupun pameran dengan fokus produksi pengetahuan baru. Agar dampak tahap unjuk karya menjadi optimal, perlu diterapkan strategi yang baik agar pengetahuan baru yang dihasilkan dari pendampingan dapat tersampaikan ke semua pemangku kepentingan. Penyampaian informasi ini sangat penting karena potensi, jejaring baru yang muncul sebagai dampak dari unjuk karya perlu dikenali, ditelusuri dan juga dibina hubungannya sebagai mitra masa depan. Selain itu, unjuk karya juga berpotensi menjadi moda publikasi efektif untuk diseminasi dengan menjaring opini publik sebagai instrumen pengukur kinerja pendampingan.

Bab IV. Proses Pendampingan80 814.3. Tabel Perencanaan Unjuk Karya

Jenis Pekerjaan

Pameran terfokus pada pasar dan produk

Pameran untuk produksi pengetahuan baru

Jenis Pekerjaan

Pengarsipan, Artikel, laporan dan dokumentasi visual

Pendaftaran HKI

Pembuatan instrumen evaluasi

Komunikasi dan Publikasi

Uraian Kelengkapan dan Pekerjaan

Kelengkapan informasi tulisan, seperti : • Narasi konsep produk hasil pendampingan • Narasi konsep pendampingan dan presentasi pameran• Informasi teknis produk (ukuran dan bahan)• Informasi narahubung• Informasi daftar harga (price list)• Informasi program promosi

Kelengkapan foto, seperti :• Foto produk tunggal• Foto suasana pemakaian• Foto kontekstual seputar narasi produk• Foto dokumentasi proses pendampingan

Kelengkapan desain komunikasi visual pendukung pameran, seperti: • Desain katalog berisi kelengkapan informasi dan foto • Desain poster pameran cetak• Desain poster undangan pameran digital

Kelengkapan desain pameran, seperti: • Tata letak pameran• Desain atau pemilihan perabot peraga pameran• Tata cahaya pameran

Kelengkapan informasi dan teks : • Narasi penjelasan pengetahuan baru hasil pendampingan • Narasi penjelasan konsep pendampingan dan presentasi pameran• Narasi proses pendampingan

Kelengkapan foto: • Foto hasil pendampingan • Foto kontekstual seputar narasi pendampingan• Foto dokumentasi proses pendampingan

Kelengkapan desain komunikasi visual pendukung pameran:• Desain buku/buklet/katalog pameran berisi narasi dan foto • Desain poster pameran cetak• Desain poster undangan pameran digital

Kelengkapan desain pameran:• Tata letak pameran• Desain atau pemilihan perabot peraga pameran. • Tata cahaya pameran

Daftar undangan pemangku kepentingan

Uraian Kelengkapan dan Pekerjaan

Kelengkapan informasi dan teks : • Narasi penjelasan pengetahuan baru hasil pendampingan • Narasi penjelasan konsep pendampingan dan presentasi pameran• Narasi proses pendampingan

Kelengkapan foto: • Foto hasil pendampingan • Foto kontekstual seputar narasi pendampingan• Foto dokumentasi proses pendampingan

Kelengkapan desain komunikasi visual pendukung pameran• Desain buku pameran berisi narasi dan foto • Desain poster pameran cetak• Desain poster undangan pameran digital

Kelengkapan desain komunikasi visual• Desain buku berisi kelengkapan informasi dan foto • Desain poster pameran cetak• Desain poster undangan pameran digital Kelengkapan dokumen: • Uraian penjelasan pengetahuan baru / penciptaan hasil pendampingan • Identitas pencipta • Formulir permohonan pendaftaran HKI

• Penerapan instrumen evaluasi • Penerapan instrumen jaring opini, masukan dan respon publik

• Komunikasi dengan pemangku kepentingan terkait • Menetapkan jejaring baru terkait akses distribusi• Membuat daftar undangan untuk pemangku kepentingan

"Apa saja contoh perencanaan pemilihan format Unjuk Karya?"

Penyertaan Teknologi Digital Pendaftaran HKI juga dapat dilakukan secara daring mengikuti kaidah dan prosedur yang sesuai.

Penerapan instrumen evaluasi serta proses komunikasi dan publikasi dapat dilakukan secara daring menggunakan berbagai platform berbasis internet.

Penyertaan Teknologi Digital Teknologi digital dapat diintegrasikan dalam setiap tahap proses perencanaan pendampingan.

Proses unjuk karya, baik itu pameran maupun laporan dokumentasi visual dapat dilakukan secara daring melalui platform digital melalui website atau microsite khusus, maupun media sosial. Penggunaan aplikasi

dan teknologi pendukung seperti AR, VR, XR maupun penyampaian pameran dalam format metaverse diterapkan jika memungkinkan.

82 83

Pasca Pendampingan

Cakupan:Refleksi dan Monitoring Evaluasi Akhir -

Pengukuran Kesuksesan Pendampingan - Pembuatan Laporan yang Baik -

Tindak lanjut Pasca Pendampingan

Bab ini akan dilengkapi pembahasan adaptasi digital pada proses pasca pendampingan dan

penyertaannya sebagai aspek inti pendampingan.

Bab V

Bab V. Pasca Pendampingan 84 85

Tahap ini perlu dilakukan pasca pelaksanaan Unjuk Karya untuk mengukur dampak serta mencermati temuan dari prosesnya. Mengacu ke Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional 1 Tahun 2017, definisi monitoring/ pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. Sedangkan definisi evaluasi adalah penilaian yang sistematis dan objektif atas desain, implementasi dan hasil dari intervensi yang sedang berlangsung atau yang telah selesai.

Dalam konteks pendampingan kriya, pekerjaan pemantauan perlu dilakukan melalui pengamatan proses, serta jalannya interaksi antar pemangku kepentingan pada berbagai tahap pendampingan. Evaluasi perlu dilakukan untuk mengukur relevansi perencanaan serta kinerja proses pendampingan yang dilakukan. Opini publik yang dijaring pada saat unjuk karya perlu diolah serta dijadikan catatan untuk perencanaan pendampingan yang lebih baik di masa depan.

Berikut adalah tabel penjelasan umum mengenai monitoring dan evaluasi yang disertai tabel penjabaran pekerjaan dan fokus luaran pada tahap monitoring dan evaluasi akhir.

Berikut adalah tabel penjelasan umum mengenai monitoring dan evaluasi yang disertai tabel penjabaran pekerjaan dan fokus luaran pada tahap monitoring dan evaluasi akhir.

Tabel 5.1. Penjelasan Umum Mengenai Monitoring dan Evaluasi

Sumber data serta informasi untuk monitoring

Sifat Monitoring yang Dilakukan

Pendekatan terhadap Monitoring

Tujuan Evaluasi

Metode dokumentasi data dan informasi dari berbagai laporan kegiatan serta data dan dokumentasi survei

Pemeriksaan (audit) monitoring dilakukan untuk melihat sejauh mana sumber daya dan pelayanan sampai pada kelompok sasaran.

Sintesis riset dan praktek: pendekatan monitoring yang menerapkan kompilasi, perbandingan, dan pengujian secara sistematis terhadap hasil-hasil dari implementasi kebijakan publik di masa lampau.

• Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan/program: melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan/program.

• Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan/program: melalui evaluasi dapat diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.

• Mengukur tingkat luaran: mengukur volume dan kualitas luaran atau output dari suatu kebijakan/program

• Mengukur dampak/outcome suatu kebijakan/program: evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif

• Mengetahui tindakan penyimpangan: penyimpangan-penyimpangan dapat diketahui, dengan cara membandingkan tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.

• Sebagai masukan (input) suatu kebijakan/program yang akan datang: untuk memberikan masukan bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.

Refleksi, Monitoring dan Evaluasi Akhir

Bab V. Pasca Pendampingan 86 87

Pengukuran Kesuksesan Pendampingan perlu dilakukan melalui beberapa jenis evaluasi, salah satunya adalah Evaluasi Pengukuran Kinerja. Evaluasi jenis ini dilakukan dengan membandingkan realisasi pendampingan dengan target yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan pra pendampingan. Untuk melengkapi pengukuran kinerja ini, evaluasi dapat juga dilakukan dengan mengindahkan metode komprehensif dengan meninjau relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak dan potensi keberlanjutan kebijakan/program/kegiatan.

Pemilihan indikator pengukuran kesuksesan pendampingan dapat dilakukan dengan memakai acuan sesuai kriteria SMART yaitu:

S = Specific (Spesifik), indikator harus jelas dan fokus sehingga tidak berpotensi menimbulkan perbedaan penafsiran.

M = Measurable (Terukur), artinya indikator dapat diukur dengan skala penilaian tertentu (kuantitas atau kualitas). Untuk jenis data dalam bentuk kualitas dapat dikuantitatifkan dengan persentase atau nominal. Terukur juga berarti dapat dibandingkan dengan data lain dan jelas mendefinisikan pengukuran.

A = Achievable (Dapat dicapai) artinya indikator dapat dicapai dengan biaya yang masuk akal dan dengan metode yang sesuai, serta berada di dalam rentang kendali dan kemampuan unit kerja dalam mencapai target kinerja yang ditetapkan.

R = Result-Oriented/Relevant (Berdasarkan hasil dan Relevan) artinya indikator mengukur kinerja pendampingan dengan penekanan terhadap hasil dan juga mengukur relevansi dengan kondisi kebutuhan pemangku kepentingan di lapangan.

T = Time-Bound (dibatasi waktu), artinya indikator berfungsi memperhitungkan rentang waktu pencapaian. Indikator ini dapat digunakan dengan membandingkan kinerja dengan masa-masa sebelumnya dan dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu.

Dokumen Rekomendasi Pasca Pendampingan perlu dibuat sebagai dasar merencana langkah lanjutan yang perlu diambil untuk melanjutkan dan mengembangkan pendampingan, maupun menanggapi tantangan yang belum tuntas terjawab pada program pendampingan. Tantangan yang dihadapi pekriya mungkin mempunyai kompleksitas masalah yang belum tentu terjawab dalam satu program pendampingan. Dokumen rekomendasi perlu dibuat sebagai wujud tindakan menuju keberlanjutan misi pendampingan. Adapun, dalam membuat rekomendasi rencana lanjutan yang baik perlu menyertakan hal-hal berikut:

Identifikasi tujuan serta kebutuhan pendampingan lanjutanPenjabaran kebutuhan dan tujuannya sebagai dasar rekomendasi perlu dibuat bersumber pada proses refleksi, monitoring, evaluasi dan juga pengukuran kesuksesan pendampingan. Kebutuhan pekriya yang ingin dikembangkan atau belum terjawab dalam pendampingan, dapat muncul sebagai ide abstrak, dan ini perlu diurai menjadi poin-poin yang terstruktur dan definitif. Sedangkan, tujuan dari kebutuhan- kebutuhan tersebut perlu dirumuskan agar dapat tercapai melalui kegiatan yang direkomendasikan

Identifikasi pihak atau peran lain yang akan diperlukanDalam melanjutkan misi yang belum terjawab pada saat pendampingan, rekomendasi juga perlu mengidentifikasi pihak atau peran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan rekomendasi. Informasi soal peran ini akan turut membentuk arah dan sifat pendampingan lanjutan, dan akan mempermudah perencanaan untuk mencari pendamping yang sesuai.

Penyertaan Teknologi Digital

Penyertaan Teknologi DigitalProses pengumpulan berkas dan dokumentasi visual dapat menggunakan aplikasi berbagi berkas seperti Google Drive, One Drive, Dropbox, dan sejenisnya.

Proses diskusi substantif monev dan refleksi pendampingan dapat dilakukan menggunakan piranti lunak panggilan video seperti Zoom, Google Meet, CISCO Webex, dan sebagainya. Fitur perekaman panggilan video dapat digunakan sebagai alat dokumentasi yang terintegrasi.

Pihak/peran yang dibutuhkan

Penyertaan Teknologi Digital

Proses pengumpulan berkas

dan dokumentasi visual dapat

menggunakan aplikasi berbagi

berkas seperti Google Drive, One

Drive, Dropbox, dan sejenisnya.

Proses diskusi substantif monev

dan refleksi pendampingan dapat

dilakukan menggunakan piranti

lunak panggilan video seperti

Zoom, Google Meet, CISCO Webex,

dan sebagainya. Fitur perekaman

panggilan video dapat digunakan

sebagai alat dokumentasi yang

terintegrasi

Topik Pekerjaan / Bahasan

Mengolah data instrumen evaluasi dan catatan pendampingan

Penyusunan Strategi Pasca Pendampingan

Kontekstualisasi Hasil Luaran

Poin Tujuan

Pekriya perlu dibekali kapasitas

untuk meluaskan pasar ke

konsumen kota melalui internet

Penjabaran

• Rangkuman kegiatan • Pelajaran yang dapat dipetik • Rasio biaya dan manfaat

• Menentukan mitra masa depan• Penyusunan strategi pasca pendampingan

• Evaluasi hasil dan luaran • Pembuatan catatan khusus

Poin Kebutuhan

Pekriya perlu dikenalkan pada konsep

dan metode pemasaran berbasis internet

Pekriya membutuhkan pelatihan teknis

penggunaan fasilitas pasar daring (e-commerce)

Pekriya membutuhkan pelatihan fotografi produk

untuk pemasaran daring

Tabel 5.3 Substansi Dokumen Rekomendasi Tabel 5.2. Refleksi, Monitoring dan Evaluasi Akhir

Contoh:

Ide abstrak rekomendasi: Pekriya membutuhkan bantuan untuk memperluas pemasarannya

Bab V. Pasca Pendampingan 88 89

Pembuatan laporan dengan kualitas baik wajib dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban setelah tahap monitoring, evaluasi dan refleksi akhir selesai. Laporan merupakan bentuk pertanggungjawaban dan serah terima pekerjaan pendampingan yang akan mencakup semua proses, kinerja, catatan pengamatan, hasil evaluasi, serta opini publik yang terjaring. Kumpulan informasi dari berbagai tahapan ini perlu diolah dan dirangkum menjadi laporan yang padat dan informatif sehingga informasi yang disajikan lebih mudah dicerna oleh pembaca.

Inti isi laporan pertanggungjawaban ini antara lain adalah rangkuman kegiatan, pelajaran yang dapat dipetik, serta perhitungan rasio biaya dan manfaat yang diperoleh. Selain itu, dokumentasi visual terkait jalannya pendampingan perlu juga dilengkapi dengan dokumentasi visual dan sampel fisik dari produk hasil pendampingan. Berikut tabel 5.4. adalah contoh penjabaran pekerjaan pelaporan yang perlu dilakukan.

pendamping dapat berupa rekomendasi atau upaya untuk mempertemukan dengan mitra yang mempunyai kepentingan sejalan dengan kebutuhan ini, seperti jenama rintisan yang mempunyai ketertarikan dalam menjual dan mengembangkan produk kriya sebagai bagian dari lini bisnis.

2. Penentuan Mitra Pasca Pendampingan Penentuan mitra penting dilakukan untuk menguatkan potensi keberlanjutan pengembangan produk maupun bisnis kriya. Mitra dapat berasal dari luar maupun dalam area pendampingan, dan berasal dari berbagai bidang maupun latar belakang sesuai kebutuhan. Contoh kasus: Jika pendampingan dilakukan melalui kunjungan langsung, maka mitra setempat diperlukan untuk mendukung kelanjutan rencana pendampingan. Penentuan mitra setempat ini juga bermanfaat untuk pembentukan ekosistem kriya lokal. Selain itu, mitra yang mempunyai kekhususan profesi juga dapat dipilih untuk mendukung kebutuhan pekriya yang spesifik, seperti dukungan pemasaran, dukungan jasa desain, fotografi dan sebagainya.

3. Penyusunan Strategi Peralihan Pasca Pendampingan Penyusunan strategi peralihan diperlukan untuk memastikan peralihan proses kerja dalam mencapai misi pendampingan berjalan lancar. Peralihan ini penting karena saat rangkaian pendampingan usai, banyak perubahan yang dapat terjadi seperti berkurang atau ketidaktersediaan akses ke sesi diskusi, informasi, dan fasilitas. Strategi peralihan ini perlu disusun dan disampaikan agar pekriya dan pemangku kepentingan terkait dapat dengan lancar meneruskan pekerjaannya dengan cara dan pihak yang tepat. Berbeda dengan strategi tumbuh yang bersifat membesarkan, menumbuhkan dan berfokus pada lepas landas penerima pendampingan, strategi peralihan berfokus pada proses transisi dan serah terima pasca pendampingan. Proses serah terima dalam peralihan sebaiknya dilengkapi laporan dari kedua belah pihak atau setidaknya dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima Pendampingan. Contoh kasus: Setelah program pendampingan selesai, penerima pendampingan kerap tidak dapat lagi secara intens berkonsultasi dengan pendamping. Salah satu strategi peralihan agar semangat dan wawasan terus terjaga adalah dengan melakukan follow-up baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui penyelenggara setelah 1, 3 atau 6 bulan pasca pendampingan. Sebelum menyelesaikan pendampingan, pendamping juga dapat menyiapkan sumber belajar/pengetahuan lanjutan yang mudah diakses, menyampaikan rekomendasi dan/atau membuka akses bagi penyelenggara dan penerima pendampingan untuk terhubung dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat di kampus atau LSM lokal yang diharapkan dapat melancarkan proses transisi melalui program-program atau fasilitas yang dimiliki.

Tabel 5.4 Pelaporan

Penyertaan Teknologi Digital

Penyertaan Teknologi Digital

Proses pengumpulan berkas

dan dokumentasi visual dapat

menggunakan aplikasi berbagi

berkas seperti Google Drive, One

Drive, Dropbox, dan sejenisnya.

Proses diskusi substantif monev

dan refleksi pendampingan dapat

dilakukan menggunakan piranti

lunak panggilan video seperti

Zoom, Google Meet, CISCO Webex,

dan sebagainya. Fitur perekaman

panggilan video dapat digunakan

sebagai alat dokumentasi yang

terintegrasi

Pekerjaan Pelaporan

Penulisan Laporan

Pertanggungjawaban

Dokumentasi Visual dan Narasi

Sampel Produk Pendampingan

Penjabaran

• Rangkuman kegiatan (executive summary)

• Capaian dan manfaat

• Evaluasi

• Rasio biaya dan keberhasilan*

• (Cost Benefit*)

Dalam wujud katalog pameran, buklet, poster

maupun buku program

Penyerahan satu perangkat sampel/artefak/

bukti hasil pendampingan untuk penyelenggara

pendampingan dan peserta.

Tindak Lanjut Pasca Pendampingan adalah langkah akhir dari rangkaian kegiatan pendampingan kriya. Tindak lanjut ini merupakan bentuk tanggung jawab dalam mengupayakan keberlanjutan dampak dan luaran pendampingan. Contoh-contoh tindak lanjut pasca pendampingan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Strategi Tumbuh Pasca Pendampingan Penyusunan strategi tumbuh diperlukan untuk mengupayakan agar kapasitas pekriya dapat terus bertumbuh sesuai pendampingan. Pertumbuhan kapasitas kriya ini merupakan inti dari berbagai rangkaian pendampingan dan penting untuk diupayakan keberlanjutannya. Strategi tumbuh ini dapat berupa konsep besar pencapaian misi pendampingan yang menaungi pemilihan mitra pasca pendampingan dengan strategi peralihan. Contoh kasus: Usai pendampingan pekriya masih memerlukan pengembangan kompetensi dalam pemasaran untuk menjalankan praktik bisnis yang baik, maka strategi tumbuh yang disampaikan oleh

90 91

Sorotan Praktik Baik Pendampingan Kriya92 93

Program pendampingan kriya di Indonesia telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari kementerian, dewan kerajinan nasional dan daerah, LSM serta lembaga swasta lainnya. Berikut ini adalah beberapa contoh sorotan praktik baik pendampingan terkait kriya yang ada atau pernah dilakukan. Perlu diperjelas juga bahwa daftar di bawah ini adalah daftar contoh yang belum mencakup semua kegiatan pendampingan yang pernah dan sedang dilakukan di Indonesia.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Aksi Selaras Sinergi (Inkubasi Kriya) Program ini bertujuan untuk menyelaraskan dan mensinergikan seluruh komponen pelaku kreatif, pemerintah, akademisi, pengusaha, dan media untuk mempercepat (akselerasi) pertumbuhan ekonomi kreatif di wilayah destinasi super prioritas dan prioritas.

Jenis pendampingan:Variatif, program dilaksanakan sesuai dengan konteks kebutuhan pendampingan. Sejauh ini sudah dilakukan dalam format inkubasi, kolaborasi dan tutorial.

Ciri program dan keunggulan:• Program bersifat adaptif dalam merespon kebutuhan dan aspirasi peserta

pendampingan, turut mendukung keberlanjutan program. • Program dihubungkan langsung dengan konteks destinasi pariwisata prioritas

dan super prioritas untuk memberi arah pengembangan.• Program dirancang untuk dilakukan secara fokus dan berlanjut di ke lima

destinasi super prioritas, sehingga dapat memungkinkan

Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI)Program ini mempunyai misi pengembangan ekonomi kreatif melalui peningkatan kapasitas dan pameran kepada para pelaku ekonomi kreatif pada berbagai subsektor termasuk kriya dan diselenggarakan di 16 daerah di Indonesia.

Jenis pendampingan: Menggabungkan beberapa jenis pendampingan termasuk mentoring, coaching serta fasilitas pameran.

Ciri program dan keunggulan:• Program bersifat ekstensif menyasar pekriya dari banyak daerah.• Rangkaian program dari seleksi, pembekalan pengetahuan hingga kegiatan promosi

dapat memberikan pengalaman komprehensif kepada peserta pendampingan

Pendampingan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Inkubasi Kriya di Jogja, Bajo, dan AKI Bali

Sorotan Praktik Baik Pendampingan Kriya94 95

Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF)

IKKON (Inovatif dan Kreatif Melalui Kolaborasi Nusantara)Program unggulan untuk percepatan ekonomi kreatif dengan konsep "live-in designer" untuk berkolaborasi antara profesional di bidang kreatif, pekriya, dan pemangku kepentingan di daerah.

Jenis pendampingan : Residensi dilaksanakan melalui periode residensi selama 2 minggu, dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 6 bulan.

Ciri program dan keunggulan:• Jangka waktu yang panjang memungkinkan proses iterasi dan refleksi, sehingga

pendamping dapat pendampingan dengan lebih matang, kontekstual dan aplikatif • Usaha intervensi pendampingan dilakukan secara komprehensif dari berbagai

aspek profesi kreatif. • Solusi dan pengambilan keputusan mengenai substansi pendampingan menjadi

lebih kaya karena unsur pendekatan multidisipliner dari latar belakang pendamping yang beragam.

Pendampingan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), IKKON (Inovatif dan Kreatif Melalui Kolaborasi Nusantara) Banyuwangi, Jawa Timur

Sorotan Praktik Baik Pendampingan Kriya96 97

Kementerian Perindustrian dan Bali Creative Industry Center (BCIC)

Design Lab BCIC Merupakan program pengembangan IKM di sentra berbasis pasar melalui penciptaan desain produk baru. Program dilakukan dengan memberikan inkubasi kepada IKM terkait dengan proses bisnis berbasis pasar. Peserta program mendapatkan pendampingan manajemen usaha di tahun ke-1 dan pendampingan desain dan pengembangan produk dan purwarupa di tahun ke-2.

Jenis pendampingan : Menggabungkan beberapa jenis pendampingan termasuk mentoring dan coaching

Ciri program dan keunggulan:• Peserta mendapatkan manfaat pengajaran materi tentang manajemen usaha,

pendampingan desain termasuk pengembangan purwarupa. • Peserta salah satu mitra binaan Kementerian Perindustrian Indonesia, sehingga mendapat

akses kesempatan mengikuti program lanjutan lainnya dari jaringan Kemenperin.

IFCA (Indonesian Fashion and Craft Award)Merupakan kompetisi desain berskala nasional yang bertujuan melahirkan desainer muda yang memiliki visi keberlanjutan dalam bidang kriya dan fesyen. Dalam rangkaian program ini terdapat komponen coaching dan pendampingan.

Jenis pendampingan: Menggabungkan beberapa jenis pendampingan termasuk mentoring, coaching serta fasilitas pameran.

Ciri program dan keunggulan:• Peserta mendapatkan manfaat pengajaran materi tentang pengembangan bisnis selama 2 bulan

pada tahun pertama dan mentoring intensif dari para profesional selama 1 tahun pada tahun kedua.• Peserta salah satu mitra binaan Kementerian Perindustrian Indonesia, sehingga mendapat akses

kesempatan mengikuti program lanjutan lainnya dari jaringan Kemenperin.

Pendampingan Kementerian Perindustrian IFCA (Indonesian Fashion and Craft Award)

Sorotan Praktik Baik Pendampingan Kriya98 99

Kementerian Perdagangan

DDS (Designers Dispatch Program)Program kolaborasi desainer dan pelaku usaha dalam menciptakan produk berbasis desain untuk pasar ekspor.

Jenis pendampingan: Kolaborasi, dilaksanakan melalui 3 kunjungan langsung dalam kurun waktu 3 - 6 bulan.

Ciri program dan keunggulan:• Konsisten, telah berjalan selama 8 tahun dengan 400 lebih peserta pendampingan• Penciptaan koleksi desain produk baru hingga purwarupa. • Pemberian UKM akses langsung ke kesempatan pasar ekspor melalui pameran Trade Expo Indonesia • Struktur program yang baku dan bersifat panggilan terbuka memudahkan akses pendaftaran

bagi pendamping dan peserta • Penyertaan hasil DDS pada ajang kompetisi nasional (Good Design Indonesia) dan

Internasional (Good Design Award Japan) Klinik Desain IDDC Fasilitas layanan konsultasi bebas biaya untuk merespon kebutuhan pelaku usaha berorientasi ekspor untuk meningkatkan daya saing produk melalui nilai tambah desain.

Jenis pendampingan: Klinik konsultasi, dilaksanakan secara rutin terjadwal di gedung IDDC, Jakarta Barat. Dilaksanakan juga tambahan kunjungan ke daerah selama beberapa kali dalam 1 tahun.

Ciri program dan keunggulan:• Fasilitas bersifat rutin, terjadwal dan terbuka untuk umum. • Tema konsultasi beragam, dari konsultasi desain produk dan konsultasi desain kemasan. • Struktur program yang baku dan bersifat panggilan terbuka memudahkan akses pendaftaran

bagi pendamping dan peserta.

Pendampingan Kementerian Perdagangan, DDS (Designers Dispatch Program) Melati Mekar Mandiri

Pendampingan Kementerian Perdagangan, DDS (Designers Dispatch Program) Ozero shoes

Pendampingan Kementerian Perdagangan, Klinik desain IDDC

Sorotan Praktik Baik Pendampingan Kriya100 101

Lembaga Swasta Nasional

Rumah Tenun Baku Peduli Pusat komunitas tenun yang bergerak atas swadaya masyarakat ini sangat berkomitmen untuk menjaga budaya tenun dan memberdayakan komunitas penenun melalui berbagai kegiatan budaya, sosial dan ekonomi, dan pariwisata yang etis dan berkelanjutan. Rumah Tenun Baku Peduli memiliki pembangunan kapasitas (capacity building) secara holistik melalui kegiatan penelitian, ruang museum tenun yang menyimpan sejarah dan karya, diskusi komunitas, pelatihan, dan akses pasar yang menjunjung tinggi perdagangan yang adil (fair trade).

Jenis pendampingan: Inkubasi, pelatihan, mentoring, magang

Ciri program dan keunggulan:• Pendampingan yang holistik dan multidisiplin.• Pendalaman studi tenun, tidak hanya menjadikan tenun sebagai objek pendampingan.• Menjunjung tinggi adat dan tradisi, mengangkat kearifan lokal, Inklusif, membela hak asasi manusia,

mendukung keberlanjutan dan perdagangan yang adil (fair trade).

Lembaga Swasta Internasional

British Council Digital Craft Toolkit Digital Craft Toolkit bertujuan membantu memperluas peluang pembelajaran bisnis kriya melalui platform daring. Materi pembelajaran mencakup penetapan tujuan bisnis, perencanaan bisnis, pembuatan konsep desain, pengembangan produk, penjualan dan pemasaran, serta manajemen anggaran.

Jenis pendampingan: Training of Trainers (ToT)

Ciri program dan keunggulan:• Pendampingan yang dibuat untuk bersifat inklusif, materi pendampingan tersedia secara daring

dan bebas diakses oleh siapapun • Metode pembelajaran yang jelas, terstruktur dan dirancang untuk pembelajaran serba mandiri

Pendampingan Lembaga Swasta Internasional, British Council Digital Craft Toolkit di Manggarai Barat, 2021

Sorotan Praktik Baik Pendampingan Kriya102 103

Pendampingan Lembaga Swasta Internasional, British Council Digital Craft Toolkit di Manggarai Barat, 2021

Referensi dan Bacaan Lanjutan 104 105

ASEAN (2014), ASEAN Qualifications Reference Frameworks, https://asean.org/wp-content/uploads/2017/03/ED-02-ASEAN-Qualifications-Reference-Framework-January-2016.pdf, diakses 1 Juli 2021.

Asian Development Bank (ADB). (2010). The Informal Sector and Informal Employment in Indonesia. Manila: ADB. 2010, Chapter 2 p.7.

Asmujo (2000). ‘Dilema Pendidikan Kriya’ dalam Refleksi Seni Rupa Indonesia: Dulu, Kini dan Esok. Penyunting Biranul Anas, dkk. Jakarta: Balai Pustaka.

Bahrudin, A. (2011). ‘Kriya Seni, Kelahiran dan Eksistensinya’ dalam Ekspresi Seni, Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni, Institut Seni Indonesia, Padang Panjang, (hal 1-15).

Buchori, I. (2010). Wacana Desain. Editor: RR Dhian Damajani & Dwinita Larasati, Penerbit ITB, Bandung.

Buchori, I.(2018) "What Did You Teach My Students?!" Interview by Victoria Gerrard. Victor Papanek : The Politics of Design, 2018, Vitra Design Museum, Victor J. Papanek Foundation, University of Applied Arts Vienna.

Gellert, Paul K. (2015) ‘Optimism and Education: The New Ideology of Development in Indonesia’, Journal of Contemporary Asia, 45:3, 371-393, DOI: 10.1080/00472336.2014.978352.

Gustami, SP. (1992). Filosofi Seni Kriya Tradisional Indonesia dalam Seni: Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Seni. II/01-Januari.Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.

Gustami, SP, 2008, Nukilan Seni Ornamen Indonesia, Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa, Yogyakarta.

Haryono,T. (2002). ‘Terminologi dan Perwujudan Seni Kriya Masa Lalu dan Masa Kini sebuah Pendekatan Historis-Arkeologi’. Makalah. Yogyakarta: ISI Yogyakarta.

Haryono. Timbul, 2001, Logam dan Peradaban Manusia, Philosophy Press, Yogyakarta.

Indrayani, F.K. (2014) ‘Efektifitas Program Keluarga Harapan di Desa Sugihwaras Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun’. Vol. 1 1-12., http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/publika/article/view/8901/bacaartikel.

Kaplinsky, R. (2000) ‘Globalisation and Unequalisation: What Can Be Learned from Value Chain Analysis?’, Journal of Development Studies, 37:2, 117-146, DOI: 10.1080/713600071.

Kementerian Desa (2019), Permendesa No 18 tahun 2019 tentang ‘Pedoman Umum Pendampingan Masyarakat Desa’.

Kementerian Ketenagakerjaan (2019), Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia nomor 115 tahun 2019 tentang ‘Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia kategori Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi Golongan Pokok Aktivitas Hiburan, Kesenian dan Kreativitas Bidang Seni Rupa’.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemen-KUKM), 2018, Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemen-KUKM) Republik Indonesia Nomor 04 tahun 2018 tentang ‘Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendamping Usaha Mikro, Kecil dan Menengah’.

Kementerian Pariwisata Republik Indonesia (2017). ‘Salinan Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Nomor 8 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Menteri di Lingkungan Kementerian Pariwisata’, Kementerian Pariwisata RI, Jakarta.

Krisnanto, S., Setyawan, I. & Kasiyan (2009). Seni Kriya dan Kearifan Lokal dalam Lintasan Ruang dan Waktu: Tanda Mata untuk Prof. Drs. SP Gustami, SU., Penerbit B.I.D. ISI Yogyakarta.

Lienda Loebis & Hubert Schmitz (2005) Java furniture makers: ‘Globalisation winners or losers?’, Development in Practice, 15:3-4, 514-521, DOI: 10.1080/09614520500075979.

Mason,S., McNulty, J. and Aubel, J (2001), Participation for Empowerment: A Manual for Development Agents, CARE.

McDonough, William (2002). Cradle to Cradle : Remaking the Way We Make Things. North Point Press, New York.

Nasdian, F. T. (2014). Pengembangan Masyarakat. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Oxfam (2017). ‘Briefing Paper : Towards a More Equal Indonesia’, https://www.oxfam.org/en/research/towards-more-equal-indonesia, diakses 2 November 2020.

Presiden Republik Indonesia (2012), Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tanggal 17 Januari 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.

Raharjo, T. (2011). Seni Kriya & Kerajinan. Editor: Otok Herum Marwoto, Perpustakaan Nasional RI Katalog dalam Terbitan (KDT),

Rill, B.R. and Hamalaine, M. M. (2018), The Art of Co-creation: A Guidebook for Practitioners, Palgrave MacMillan, London.

Skippington, P. (2016). Harnessing the bohemian : Artists as innovation partners in rural and remote communities, ANU Press, Canberra.

Rispu (2012). ‘Seni Kriya, antara Tekhnik dan Ekspresi’, CORAK Jurnal Seni Kriya, Vol. 1 No.1, Mei-Oktober 2012 (pp 91-100).

Smeru Research Institute, Athia Yumna, et al (2015), Estimating the Impact on Growth and Unemployment in Indonesia. http://smeru.or.id/en/content/estimating-impact-inequality-growth-and-unemployment-indonesia.

Soedarso, Sp. (1990). Tinjauan Seni. Yogyakarta: Saku Dayar Sarana.,Sosial, I. D. B. S. K. B. (2010). Modul pendamping keserasian sosial. Kementerian Sosial RI, Ditjen Bantuan dan Jaminan Sosial, Direktorat Bantuan Sosial Korban Bencana Sosial. Retrieved from https://books.Google.co.id/books?id=7aqmMwEACAAJ.

SP. Gustami (1973). Perkembangan Mutakhir Seni Kriya di Yogyakarta, STSRI "ASRI", Yogyakarta.

Sunarya, Yan Yan (2017). Kriya dalam Konstelasi Kemanfaatan dan Kemajuan Semangat Zaman, Draft Bagian Buku Peringatan 70 Tahun Pendidikan Seni Rupa, Desain, dan Kriya, 1947 - 2017, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, Oktober 2017.

Sunarya, I. K. (2015). Pendidikan Kriya: Antara Tanggung Jawab Kenyataan dan Harapan di Masa Datang Program Studi Pendidikan Kriya FBS. UNY Dies UNY ke-52. 2015. Bahasa, Sastra, Seni dan Pengajarannya; Catatan Reflektif. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.

United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD).(2018), Creative Economy Outlook: Trends in International Trade in Creative Industries.

United Nations (2021), Academic Impact, ‘Capacity Building’https://www.un.org/en/academic-impact/capacity-building, diakses 2 Oktober 2021.

UNESCO (2005). Designers Meet Artisans : A Practical Guide, Craft Revival Trust/ Artesanías de Colombia S.A. / UNESCO, New Delhi : Craft Revival Trust ; Bogota, Colombia : Artesanías de Colombia S.A. ; Paris: UNESCO.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2019 TENTANG EKONOMI KREATIF. Utomo, A.M. (2013), Materi Teori Produk Kekriyaan dalam Pelatihan Guru Seni.

SMA-SMK Provinsi Bali, http://blog.isi-dps.ac.id/mulyadiutomo/, diakses 10 November 2020.

Taalami, Laode. Dkk. 2010. Kearifan Lokal dalam Kebudayaan Suku Bangsa di Sulawesi Tenggara. Kendari: Kebudayaan dan Pariwisata Sultra. Wojowasito (1977). Kamus Kawi - Indonesia, penerbit CV Pengarang, Bandung.

Xiaofang Zhan, Stuart Walker, Ricardo Hernandez-Pardo & Martyn Evans (2017). ‘Craft and Sustainability: Potential for Design Intervention in Crafts in the Yangtze River Delta, China’, The Design Journal, 20:sup1, S291.

Zuhdi, B.M. (2016), Salinan Salindia Seni Kriya pada akun Docplayer Hartanti Yuwono. https://docplayer.info/38242660-Seni-kriya-oleh-b-muria-zuhdi.html, diakses 2 November 2020. Zuhdi, B.M. (2003). Perkembangan Konsep Kria, Imaji, jurnal Seni dan Pendidikan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, vol 1 no 1.

Glosarium106 107

Awareness

Biennale

Business Matching

Care

Co-creation

Coach / Trainer

Coaching

Coiling

Cruelty-free

Cura

Database

Design thinking

Ekonomi Kreatif / Creative Economy

Empu

Feasibility

For Profit

Good Practice

Human Capital

Kepedulian, kesadaran.

Perhelatan yang bersifat rutin dua tahun sekali (bi=2) untuk bidang seni murni, seni terapan atau arsitektur yang menawarkan paradigma baru dalam bidang tersebut.

Kegiatan pencocokan/perjodohan khusus yang menghubungkan pelaku bisnis, konsumen bisnis dan pemangku kepentingan terkait dengan minat bisnis yang sama. Kegiatan ini umumnya spesifik untuk target peserta tertentu, sehingga terbuka kesempatan eksklusif bagi kedua belah pihak untuk memulai kontak bisnis yang diharapkan dapat berkembang lebih lanjut.

Peduli

Proses meta-level yang membawa nilai dan dampak tidak hanya untuk tim desain, tapi juga berpengaruh ke proses apapun yang melibatkan kreativitas kolektif yang saling memberdayakan untuk mencapai tujuan bersama.

Pelatih (coach) yang mendukung pembelajar atau klien dalam mencapai tujuan pribadi atau profesional tertentu dengan memberikan pelatihan, bimbingan dan strategi secara terarah.

Suatu bentuk pengembangan kompetensi dengan menempatkan pihak (individu/kelompok) yang berpengalaman, yang disebut pelatih (coach) untuk mendukung pembelajar atau klien dalam mencapai tujuan pribadi atau profesional tertentu dengan memberikan pelatihan, bimbingan dan strategi secara terarah.

Salah satu teknik yang biasa dipakai dalam pembuatan tembikar klasik dengan menggulung tanah, lempung atau material lunak lainnya hingga membentuk gulungan atau silinder lentur panjang, kemudian satu kumparan ditempatkan di atas kumparan yang lain untuk membentuk objek yang diinginkan.

Bebas kejahatan, biasanya merujuk pada produk yang tidak melibatkan penyiksaan atau pembunuhan makhluk hidup dalam rantai produksinya.

Kepedulian, atensi, perhatian.

Basis data, kumpulan informasi yang disimpan secara sistematis sehingga dapat diperiksa untuk memperoleh informasi.

Proses untuk memecahkan masalah secara kreatif, desain memiliki inti yang berpusat pada manusia, mendorong organisasi untuk fokus pada orang-orang yang mereka siapkan, mengarah pada produk, layanan, dan proses internal yang lebih baik.

Sebuah konsep yang berkembang dan dibangun melalui interaksi antara kreativitas manusia, ide-ide dan kekayaan intelektual, pengetahuan dan teknologi. Ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi berbasis pengetahuan yang menjadi dasar ‘industri kreatif’.

Gelar kehormatan yang dimuliakan, dalam orang konteks kriya adalah yang sangat ahli berkarya (misalnya: ahli membuat keris);

Kelayakan

Kegiatan, program atau usaha yang dilaksanakan dengan orientasi untuk mendapatkan keuntungan

Praktik baik (contoh praktik baik)

Aset dan kualitas manusia yang tidak berwujud secara fisik, diklasifikasikan memiliki nilai ekonomi ditinjau dari pengalaman dan keterampilan bekerja, meliputi kualitas pendidikan, pelatihan, kecerdasan, keterampilan, kesehatan, dan hal lainnya yang terkait integritas dan etika dan etos kerja (contoh: loyalitas, kejujuran dan ketepatan waktu)

Indeks Keberhasilan Utama (IKU) / Key Performance Indicator (KPI)

Inkubasi

Interdependent

Mentoring

Mismatch

Multi User

Non-governmental Organization

Outer Dependent

Pakaryan

Particle Board

Pinching

Plywood

Problem-solving

Residensi

Social Entrepreneurship

Soft Skill

Indikator utama kemajuan dalam menuju capaian yang ditargetkan. Digunakan untuk memfokuskan peningkatan strategi dan cara kerja dengan menciptakan dasar analitis untuk pengambilan keputusan dan membantu memprioritaskan urutan pekerjaan.

Proses dukungan dan pembinaan yang dapat mempercepat keberhasilan pengembangan perusahaan pemula dengan menyediakan berbagai sumber daya dan layanan yang diperlukan kepada para pengusaha hingga melahirkan sebuah produk baru atau unit usaha baru.

Dua atau lebih pihak atau hal yang saling terhubung dan membutuhkan

Proses pengalihan pengetahuan dengan mendukung, memberikan saran dan membimbing melalui proses ilmu, semangat dan pengalaman.

Tidak sesuai ketika digunakan, dipasangkan atau dipertemukan

Berbagai pengguna jasa atau produk

Organisasi nirlaba (tidak berorientasi pada profit) yang umumnya memiliki dasar kepentingan sosial dan/atau lingkungan, secara hukum maupun praktik tidak terikat atau tidak berada di bawah organ-organ negara, bergerak secara independen tanpa adanya campur tangan pemerintah pusat maupun daerah. Di Indonesia dikenal juga dengan istilah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Aspek ketergantungan yang bersifat eksternal

Pekerjaan yang berhubungan dengan seni atau kerajinan tangan

Bahan yang dibuat dalam lembaran atau panel kaku dari serpihan kayu dan resin yang dipadatkan, sering kali dilapisi agar kuat, dan digunakan pada furnitur, bangunan yang tidak membutuhkan kekuatan jangka panjang.

Teknik yang digunakan dalam membentuk tanah liat dengan menggunakan jemari. Tanah liat dibentuk menjadi bola, lalu bagian tengah ditekan menggunakan ibu jari dan bagian luar ditahan dengan jari-jari lainnya. Gumpalan tanah liat lalu dipijat memutar dengan ibu jari hingga membentuk cekungan dengan dibantu jemari lain.

Suatu jenis papan kayu tipis yang terdiri dari dua atau lebih lapisan kayu. Tersusun dengan alur kayu bersilangan dan direkatkan dengan diberi tekanan.

Kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan memutuskan dalam menghadapi masalah rumit sekalipun

Kegiatan yang memberi pelaku praktisi seni/ kriya/ desain/ arsitektur/ sastra/ fotografi/ film kesempatan untuk tinggal dan bekerja di luar lingkungan yang biasa mereka alami, memberi praktisi waktu untuk merefleksi, meneliti, dan/atau menghasilkan karya. Selama residensi, praktisi dapat menjelajahi lokasi baru, budaya yang berbeda, dan bereksperimen dengan medium maupun pendekatan yang berbeda

Pendekatan kewirausahaan yang dilakukan oleh individu, kelompok, perusahaan rintisan atau pengusaha dengan mengembangkan, mendanai, dan mengimplementasikan solusi untuk masalah sosial, budaya, atau lingkungan. Konsep ini dapat diterapkan ke berbagai organisasi, yang bervariasi dalam ukuran, tujuan, dan prinsip.

Kecakapan hidup, keterampilan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain dan mengelola diri sendiri, berkaitan dengan keterampilan emosional, komunikasi, negosiasi, pemecahan masalah serta keterampilan spiritual, etika dan moral.

Glosarium108 109

Stakeholder/ Pemangku Kepentingan

Standard Operating Procedure (SOP)

Teak Block

Triennale

Undagi

Upcycle

Whistleblower

Workmanship

Wicked Problems

Pihak individu, kelompok, ataupun komunitas tertentu yang mempunyai kepentingan dalam kegiatan sehingga dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan atau keputusan.

Pedoman yang disusun sebagai sistem untuk memudahkan, merapikan, dan menertibkan pekerjaan. SOP hadir dalam bentuk dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk membantu menyelesaikan pekerjaan sehingga memperoleh hasil kerja yang efektif dan sesuai target.

Lembaran kayu yang dibuat dari lapisan kayu jati yang direkatkan dan ditekan.

Perhelatan yang bersifat rutin tiga tahun sekali (tri=3) untuk bidang seni murni, seni terapan atau arsitektur yang menawarkan paradigma baru dalam bidang tersebut

Sebutan untuk arsitek tradisional (khususnya Bali) yang ahli dalam rancang bangun namun juga diwajibkan untuk mempelajari seni dan budaya, adat dan agama.

Proses daur ulang mengubah sebuah barang itu menjadi barang dengan lemanfaatan baru tanpa menghilangkan bentuk asli barang

Saksi pelapor, pemberi laporan atau kesaksian kepada aparat terkait

Kemahiran, kecakapan, keahlian

Masalah yang sulit, sangat rumit atau hampir tidak mungkin diselesaikan karena perangkat penyelesaian yang saling berbelit, berlapis-lapis, tidak lengkap, berubah, dan kontradiktif dan kerap sulit ditelusuri.

Lampiran110 111

Daftar Formulir Formulir 1. Daftar Pekerjaan Riset Awal

Referensi Formulir Siap Pakai

1. Riset Awal

2. Pilah Olah

3. Pra-survei

4. Kelengkapan Survei

5. Formulir Survei

6. Format Paparan Ide Gagasan Pengembangan

7. Rekomendasi

8. Pelaporan Pendampingan

Isi

Daftar pekerjaan untuk riset awal

Pekerjaan pilah olah data awal

Perencanaan pra survei

Tujuan dan penjadwalan survei

Informasi yang perlu disampaikan dan pertanyaan survei penting

Linimasa Proyek Pendampingan

Perangkat pertanyaan penting

Pemetaan Pemangku Kepentingan dan Penerima Manfaat

Format Rekomendasi

Format Pelaporan

Bab Rujukan

Observasi dan mengumpulkan informasi (langkah 1)

Membuat usulan fokus pendampingan (langkah 2)

Dokumen Rekomendasi Pasca Pendampingan

Pembuatan Laporan yang Baik

(isian)

(isian)

(isian)

(isian)

Persiapan perangkat data untuk kunjungan

Pembuatan kerangka acuan kerja (KAK) wawancara

Pembuatan jadwal dan periode kunjungan

(isian)

Berdiskusi, melakukan konsolidasi data dan menyiapkan perencanaan praktis

Ada 8 kelompok penganyam pandan aktif 6 kelompok bertempat dalam radius 20 km

(isian)

(isian)

(isian)

Pemerintah setempat

Pelaku kriya

Tokoh Masyarakat

(isian)

Berkomunikasi dengan pemangku kepentingan dalam ekosistem pekriya tertuju

Catatan poin penting

Produksi pandan sebanyak 1 ton / bulan70% produksi pandan dikirim ke luar daerah

(isian)

(isian)

(isian)

Sumber

BPS

(isian)

(isian)

(isian)

List Pekerjaan

Mengumpulkan data literatur

Lampiran112 113

Formulir 2. Pekerjaan Pilah Olah Data Awal Formulir 3. Perencanaan Pra Survei

Catatan poin penting

Produksi pandan sebanyak 1 ton / bulan70% produksi pandan dikirim ke luar daerah

(isian)

(isian)

(isian)

(isian)

(isian)

(isian)

(isian)

(isian)

Uraian

Data daftar pelaku usaha kriya daerah tujuan yang dapat dikunjungi dan ditemui

Jenis produk kriya yang dihasilkan

Potensi, keahlian, keterampilan masyarakat terkait kriya

Potensi SDA (Sumber Daya Alam) lokal sebagai bahan baku utama penunjang kegiatan kriya

Potensi budaya setempat sebagai acuan narasi akar produk kriya

Jaringan yang sudah ada, seperti kegiatan pameran, pedagang besar atau pengepul pembeli produk kriya, pemesan dengan sistem komisi, pasar tradisional distribusi produk kriya

Informasi mengenai lahan perkebunan/pertanian sumber bahan baku, fasilitas pengolahan bahan baku terkait, sanggar/sekolah tempat belajar keterampilan kriya, pelabuhan/jalan tol sebagai akses perdagangan, dan berbagai sarana dan prasarana pendukung ekosistem kriya lainnya.

Riset, pengembangan serta pendampingan yang pernah dilakukan terkait kegiatan kriya.

Regulasi dan program pemerintah setempat terkait kegiatan kriya (PERDA, PERGUB, dsb)

Data

Pelaku kriya

Produk kriya

Sumber daya manusia

Sumber daya alam

Budaya

Pemasaran

Sarana & Prasarana

Program pengembangan

Regulasi

Uraian (coret yang tidak perlu)

Perkenalan diri singkat

Maksud dan tujuan kedatangan

Informasi bentuk dan jadwal kegiatan pendampingan

Target luaran pendampingan

Dampak yang diharapkan

Perangkat Survei

Mengumpulkan data literatur

Petugas atau tim dari dinas terkait

Pelaku utama kegiatan kriya (seperti ketua kelompok pekriya)

Tokoh masyarakat setempat (seperti kepala desa)

Pendamping terdahulu yang pernah mendampingi pekriya dan memiliki hubungan baik

Tokoh asosiasi atau tokoh aktivis yang memberikan advokasi atau bantuan pada pekriya

Mencari Tenaga penghubung

Pertimbangan tanggal dan hari terbaik

Kontak individu atau kelompok yang ditemui, tempat dan waktu pertemuan)

Rute perjalanan yang efisien serta sarana transportasi yang diperlukan (kendaraan sesuai medan yang akan ditempuh)

Tiket atau akses masuk yang diperlukan

Jadwal perjalanan harian termasuk waktu istirahat makan dan ibadah

Rencana perjalanan

Surat pengantar atau izin survei

Rencana atau arahan dokumentasi survei (foto, audio, video)

Daftar presensi atau borang visitasi yang perlu ditandatangani pendamping dan pekriya (jika diperlukan)

Data riset yang perlu divalidasi (dapat berupa cek list dan buku catatan)

Dokumen terkait

Latar Belakang Pendampingan

Daftar informasi yang perlu digali/ daftar pertanyaan wawancara

Informasi atau topik acuan diskusi

Membuat Kerangka Acuan Kerja (TOR)

Lampiran114 115

Hari 1

(isian)Contoh: Berangkat ke tujuan survey

(isian)Contoh: Pertemuan dengan pemerintah setempat

Hari 3

(isian)Contoh: Pertemuan pelaku kriya 3

(isian)Contoh: Kunjungan ke sumber bahan baku

Hari 2

(isian)Contoh: Pertemuan pelaku kriya 1

(isian)Contoh: Pertemuan pelaku kriya 2

Hari 4

(isian)Contoh: Kunjungan ke situs terkait

(isian)Contoh: Pertemuan internal tim (tinjauan perjalanan)

Hari 5

(isian)Contoh: Survey selesai

Formulir 4. Tujuan Survei dan Jadwal Survei Formulir 5. Pengumpulan Data (tulisan miring merupakan contoh isian)

Tujuan Survei (tulisan miring merupakan contoh isian)

Contoh Jadwal Survey

Catatan SurveiUrgensi / Uraian

Berkoordinasi antar instansi pemerintah.

Mendapatkan informasi dan gambaran nyata dari kebutuhan serta masalah yang dialami oleh pelaku kriya

Bertujuan mendapatkan informasi dan gambaran nyata dari proses hulu pembuatan produk kriya.

Situs terkait yang dimaksud adalah situs yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan penciptaan, pengembangan dan produksi produk kriya baik di hulu maupun di hilir.

Tujuan Survei

Pemerintah Setempat

Pemangku kepentingan dan pelaku kriya setempat

Kunjungan ke Sumber Bahan Baku

Kunjungan ke Situs Terkait

Wawancara: Hari / Tanggal:

Tema / Subyek Wawancara:

(isian) Contoh: Pelaku kriya aktif setempat

Uraian / Catatan Penting:

(isian) Contoh: Mengenali potensi pelaku kriya setempat dan mengatur waktu untuk kunjungan survei

Pertanyaan penting untuk ditanyakan:

Apa saja produk unggulan kriya setempat?

Ada berapa yang aktif bekerja?

Lokasi tempat pekriya bekerja

(dan seterusnya)

Informasi Penting Untuk Disampaikan

Perkenalan dan penyampaian maksud kunjungan

Penyampaian Informasi bentuk dan jadwal kegiatan pendampingan

Penyampaian target luaran pendampingan

Penyampaian dampak yang diharapkan

Diskusi dan wawancara untuk menjaring aspirasi

Waktu

Pagi

Siang

Lampiran116 117

Minggu 1 Minggu 3Minggu 2 Minggu 4 dst.

Formulir 6. Dasar Paparan Gagasan Pengembangan

Referensi / Contoh Penyusunan Poin dan Pertanyaan Penting Untuk Penyusunan Gagasan Pendampingan (tulisan miring merupakan contoh isian)

Referensi / Contoh Linimasa Proyek Pendampingan (tulisan miring merupakan contoh isian)

Tahap

Observasi dan Pengumpulan Informasi

Definisi Proyek dan Perencanaan

Pelaksanaan Pendampingan

Refleksi, Monitoring dan Evaluasi

Penyelesaian Pendampingan

Sumber daya yang tersedia /Available Resources (7)

Jumlah pekriya berusia muda banyakSumber bahan baku yang berkelanjutandan seterusnya

Penerima Manfaat Langsung

Pekriya Manggarai Barat Pembeli produk kriya dan seterusnya

Alasan/ Sebab/ Why (1)

Hanya 1,06% UKM di Nusa Tenggara Timur merupakan usaha kreatif dari total 86.928 UKM (2020).dan seterusnya

Penerima Manfaat Tidak Langsung

Pemda setempat Warga setempat dan seterusnya

Pertanyaan Terbuka/ Open Questions (6)

Bagaimana cara agar desain tidak ditiru? dan seterusnya

Kendala/ Constraints (8)

Akses jalan ke sentra kriya sulitdan seterusnya

Pemangku Kepentingan Langsung

Industri PariwisataDesainerPekriya dan seterusnya

Tugas Proyek/Project Task (3)

Membangun produk ekonomi kreatif berbasis potensi anyaman pandan Manggarai Baratdan seterusnya

Pemangku Kepentingan Tidak Langsung

Penggiat KriyaMedia dan seterusnya

Manfaat – tingkat operasional, jangka menengah / Benefit – operational level, medium term (4)

Menyediakan koleksi desain baru untuk pekriyadan seterusnya

Tujuan – Tingkat strategis, jangka panjang / What for – Strategic level, long term (2)

Memberi peluang pekriya Manggarai Barat untuk mencari penghidupan dari praktik kriyanyadan seterusnya

Jenis – Tingkat proyek, jangka pendek/ What – Project level, short term (5)

Akun sosial media aktifdan seterusnya

Tujuan

Riset Awal

Survei

Identifikasi Potensi

Identifikasi Masalah / Tantangan

Pembuatan Usulan Fokus Pendampingan

Uraian Pekerjaan (Manajemen Proyek)

Penjadwalan Pekerjaan (Manajemen Proyek)

Pelaksanaan pendampingan

Status proyek dan pemantauan

Pemantauan IKU

Unjuk Karya

Refleksi, monitoring dan evaluasi

Pengukuran kesuksesan pendampingan

Pembuatan Rekomendasi Pasca Pendampingan

Pembuatan Laporan

Penyusunan Strategi Tumbuh Pasca Pendampingan

Penentuan Mitra Pasca Pendampingan

Penyusunan Strategi Peralihan Pasca Pendampingan

Lampiran118 119

Formulir 7. Rekomendasi Formulir 8. Format Pelaporan

Rekomendasi secara umum: Pekriya membutuhkan bantuan untuk memperluas pemasarannya

Sampul

Daftar Isi

Rangkuman

Pendahuluan Latar Belakang Potensi dan Tantangan Profil Penerima Pendampingan Gambaran Umum Pendampingan Hasil yang Diharapkan

Perencanaan Pendampingan Kreasi Profil Pendamping dan Kesesuaian Pendampingan Materi dan Metode Jadwal Target Capaian dan Luaran

Pelaksanaan dan Proses Pendampingan Kreasi Realisasi Pendampingan Tempat dan Waktu Kegiatan Materi dan Metode/ Penyesuaian Materi dan Metode Proses Pendampingan Penyampaian Materi Proses Kreasi Bersama: Sketsa, Konsultasi, Diskusi Proses Pemilihan Kerya/ Solusi Ketercapaian Target

Hasil Pendampingan Karya atau Protoype Unjuk Karya Hasil Lainnya

Dampak Pendampingan Kreasi Peningkatan Pengetahuan dan Wawasan Peningkatan Keterampilan Perubahan Sikap Dampak Lainnya

Kesimpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut

Referensi

Lampiran Hasil Survei Lapandan Hasil Observasi atau Hasil Pra Tes/ Pasca Tes Dokumentasi Pendampingan CV Pendamping Surat/ Dokumen Terkait

Catatan Lapangan

Lampiran Lainnya*

Rekomendasi secara umum: Pekriya membutuhkan bantuan untuk memperluas pemasarannya

Pihak/peran yang dibutuhkan

Tenaga ahli bidang kriya dengan pengalaman pemasaran berbasis daring

Tenaga ahli fotografi/ pendamping fotografi

Pihak/peran yang dibutuhkan

Contoh Form Terisi (tulisan miring merupakan contoh isian)

Contoh Sistematika Laporan Pendampingan *)format dan sistematika laporan dapat disesuaikan dengan kebutuhan/ keperluan

Poin Kebutuhan

Pekriya perlu dikenalkan pada konsep dan metode pemasaran berbasis internet

Pekriya membutuhkan pelatihan teknis penggunaan fasilitas pasar daring (e-commerce)

Pekriya membutuhkan pelatihan fotografi produk untuk pemasaran daring

Poin Kebutuhan

Poin Tujuan

Pekriya perlu dibekali kapasitas untuk meluaskan pasar ke konsumen kota melalui internet

Poin Tujuan

Lampiran120 121

Sangat BaikKurang BaikCukup

Pengalaman pendampingan secara keseluruhan

Ada misi dan tujuan yang jelas dan pantas dalam pengembangan kapasitas praktik kriya

Terciptanya iklim kerja yang menyediakan dukungan profesional yang dibutuhkan

Pendamping mendengarkan dan memahami kebutuhan peserta pendampingan

Pendamping menerjemahkan kebutuhan peserta menjadi materi pendampingan

Pendamping menyampaikan informasi terkait proses dan hasil luaran pendampingan secara jelas

Keahlian pendamping sudah sesuai dengan kebutuhan saya

Peserta memahami kebutuhan untuk melanjutkan misi pendampingan

Kebutuhan saya terpenuhi melalui program pendampingan

Peserta mendapat jaringan profesional baru

Kurang BaikCukup Sangat Baik

Misi dan tujuan program pendampingan tersampaikan dalam undangan atau pengumuman

Saya memahami kebutuhan saya dalam mengikuti pendampingan

Saya memahami keahlian pendamping

Formulir 9. Pra Test dan Pasca Test

Jaring Opini Pra Pendampingan

Jaring Opini Pasca Pendampingan

Kriteria Evaluasi

Kinerja Program

Kinerja Pendamping

Manfaat untuk peserta

Kriteria Evaluasi

Pemahaman tentang pendampingan

Lampiran122 123

Regulasi Standar terkait Subsektor Kriya

SKKNI dan KKNISKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek Pengetahuan (knowledge), Keterampilan dan/atau Keahlian (skills) serta Sikap Kerja (attitude) yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. KKNI dan SKKNI terkait Kriya antara lain:

• KKNI II Kriya Kreatif Kulit dan Imitasi• KKNI II Kriya Kreatif Batik dan Tekstil• KKNI II Kriya Kayu dan Rotan• KKNI II Kriya Kreatif Logam dan Perhiasan• KKNI II Kriya Kreatif Keramik• SKKNI 2008 - 038 Jasa Keterampilan Hantaran• SKKNI 2015 - 377 Bordir• SKKNI 2015 - 459 Tenun• SKKNI 2016 - 087 Bambu, Rotan, Kayu, bukan Mebeller• SKKNI 2016 - 141 Bambu, Rotan dan Sejenisnya Industri Pengolahan Rotan• SKKNI 2018 - 104 Batik

Standar Nasional Indonesia (SNI)Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara Nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai Panitia Teknis) dan ditetapkan oleh BSN (Badan Standardisasi Nasional). SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO (World Trade Organization) Code of good practice. SNI yang terkait kriya antara lain:

• SNI 8304:2016/Amd.1:2019, Batik kombinasi – Kain – Ciri, syarat mutu dan metode uji• SNI 8302:2016/Amd.1:2019, Batik tulis – Kain – Ciri, syarat mutu dan metode uji• SNI 8303:2016/Amd.1:2019, Batik cap – Kain – Ciri, syarat mutu dan metode uji• SNI 8304:2016, Batik kombinasi – Kain – Ciri, syarat mutu dan metode uji• SNI 8303:2016, Batik cap – Kain – Ciri, syarat mutu dan metode uji• SNI 8302:2016, Batik tulis – Kain – Ciri, syarat mutu dan metode uji• SNI 0239:2014, Batik - Pengertian dan istilah• SNI 08-3540-1994, Batik• SNI 08-0513-1989, Cara uji batik tulis, halus, sedang dan kasar• SNI 08-0453-1989, Ciri kain batik tulis• SNI 08-0247-1989, Definisi dan penggolongan pola batik• SNI 08-0246-1989, Definisi procede batik• SNI 08-0240-1989, Definisi isen batik• SNI 08-4341-1996, Kerajinan tenun lurik kapas atau rayon• SNI 08-6116-1999, Kerajinan tenun ikat kapas (kain berat)• SNI 08-6115-1999, Kerajinan tenun ikat sutera• SNI 08-4628-1998, Tekstil kerajinan jumputan mori voalisima• SNI 08-4626-1998, Tekstil kerajinan tritik dan sasirangan mori prima• SNI 12-4364-1996, Barang kerajinan dari kayu pasak bumi• SNI 08-4342-1996, Kerajinan tenun ikat kapas atau rayon• SNI 08-3809-1995, Definisi dan istilah tekstil kerajinan tenun lurik• SNI 08-2939-1992, Tekstil kerajinan tenun, Cara uji identifikasi• SNI 08-1826-1990, Penggolongan tekstil kerajinan tenun• SNI 12-1830-1990, Pandan mentah (grey) sebagai bahan baku kerajinan• SNI 12-0606-1989, Agel untuk kerajinan• SNI 12-2324-2002, Tikar rotan polos• SNI 12-0677-2002, Lampit rotan• SNI 12-1523-1989, Agel sebagai bahan baku bagor• SNI 12-0606-1989, Agel untuk kerajinan

124 125

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik IndonesiaJl. Medan Merdeka Barat No.17, RT.2/RW.3, Gambir, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110, Indonesia

kemenparekraf.go.id

Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk KreatifKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif