deskripsi pendampingan orang tua - PLAGIAT MERUPAKAN ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of deskripsi pendampingan orang tua - PLAGIAT MERUPAKAN ...
DESKRIPSI PENDAMPINGAN ORANG TUA
DALAM BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
SISWA-SISWI KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Deslita Anzelina Br Tarigan
NIM: 091124027
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan dengan hati yang tulus dan bahagia Kepada:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberi semangat, pendampingan
dan sahabatku yang setia dalam penulisan skripsi ini.
Bapakku (K Tarigan), Mamakku (T Br Bangun),
Yang telah memberikan dukungan moral, spritual dan finansial
Abangku (P Tarigan), Adikku (D Br Tarigan dan P Br Tarigan), Edaku (S Br
Bangun), Keponakanku, Sahabatku dan Seluruh Keluargaku
telah memberi dukungan semangat untukku
serta
SD Kanisius Wirobrajan, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Non Scholae, sed Vitae Dicimus
(Belajar bukan untuk sekolah, tetapi untuk hidup)
“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti BapaMu
adalah murah hati”.
(Lukas 6:36)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “DESKRIPSI PENDAMPINGAN ORANG TUA
DALAM BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI
KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA”. Penulis
memilih judul ini dilatarbelakangi dari kesan adanya orang tua menyerahkan
sepenuhnya pendidikan kepada sekolah tanpa mau terlibat dalam mendampingi
anak dalam belajar Pendidikan Agama Katolik. Oleh karena itu, skripsi ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendampingan orang tua dalam belajar
Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan
Yogyakarta dan mengetahui faktor apa saja yang orang tua mendukung dan
kurang mendukung dalam belajar Pendidikan Agama Katolik.
Pendampingan adalah usaha untuk membantu dan menolong seseorang
untuk dapat mengembangkan dirinya secara jelas memiliki tujuan untuk
membantu mereka mendapatkan pengetahuan, informasi, kecakapan perbuatan,
perilaku hidup, sehingga dapat membangun kebersamaan dengan orang lain dan
dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat, bangsa dan dunia. Belajar PAK ialah
suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, sikap
dan keterampilan untuk mengembangkan imannya secara terencana dan
berkesinambungan. Pendampingan orang tua dalam PAK berarti membantu anak
mengembangkan imannya dalam sikap dan tingkah laku kehidupan sehari-hari
anak.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, mau menggambarkan
permasalahan yang ada yakni pendampingan orang tua dalam belajar PAK siswa-
siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta. Penelitian ini bersifat
populatif artinya seluruh anggota populasi menjadi responden. Instrumen yang
digunakan ialah kuisoner, wawancara dan studi dokumen. Dari hasil uji validitas
taraf signifikansi 5 % seluruh soal valid sebanyak 35 item. Sedangkan dari hasil
uji reliabilitas diperoleh koefisien 0,901, yang berarti reliabilitas instrumen tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata pendampingan orang
tua dalam belajar pendidikan agama katolik siswa-siswi kelas IV SD Kanisius
Wirobrajan adalah 110.77. Hal ini berarti pendampingan orang tua dalam kriteria
baik. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara menunjukkan jika orang tua
tidak mendampingi anak dalam belajar pendidikan agama katolik anak merasa
kurang mendapatkan perhatian, motivasi dan kasih sayang. Faktor yang orang tua
mendukung anaknya dalam belajar PAK karena orang tua menyadari peranannya
sebagai pendidik pertama dan utama. Faktor orang tua kurang mendukung
anaknya karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga kurangnya
waktu untuk mendampingi anak dalam belajar PAK dan orang tua mempunyai
pemahaman yang terbatas mengenai PAK karena pelajaran PAK semakin lama
semakin sulit. Maka orang tua perlu mempertahankan peran pendampingan orang
tua dalam belajar anak melalui suatu proses pendampingan secara terus menerus
dengan sarana-saran pendukung belajar pendidikan agama katolik, kegiatan-
kegiatan pendukung untuk mengembangkan iman anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This thesis is entitled "DESCRIPTION OF PARENTAL
ASSISTANCE IN LEARNING CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION
(CRE) THE STUDENTS GRADE IV, KANISIUS ELEMENTARY
SCHOOL, WIROBRAJAN, YOGYAKARTA". The researcher has chosen
this title with the background of an impression that the students’ parents seem do
not get involved in assisting their children as they study the CRE and give that
responsibility away only to the school. Therefore, this paper aims to find out how
to assist parents to accompany their children in learning the CRE in the fourth
grade, at the Kanisius, Wirobrajan, Yogyakarta and also to find out some factors
that may influence parental support and the lack of it in learningthe CRE.
Mentoring is an attempt to assist and help a person to develop. It clearly
has a goal to help a person gain some knowledge, information, skills, attitudes,
and so on, and that will help the person to live mutually with others and therefore
can adapt more easily to the society, nation and world. Learning CRE is a mental
activity that takes place in an active interaction with the environment, which
results in changes in knowledge, attitudes and skills to develop faith which is
done in an integrated and sustainable plan. Assisting parents in helping children to
develop their faith as they are learning the CRE means that they can actually live
out that faith in daily practices and life through their attitudes and behaviors. This
research is a quantitative descriptive research, that would like to describe the
existing problems in assisting parents as they struggle to assist their children while
they are learning the CRE in grade IV, at Kanisius Elementary
School,Wirobrajan, Yogyakarta. This study is a populative study that means all
members of the population were the respondents. The instruments that were used
were questionnaires, interviews and document research. Validity of the test results
has the significant of 5 % the questioners are valid for 35 items. While the
reliability of the test results in 0.901, which means that there is a high reliability
of the instrument.
The results show that the average score of parental assistance as their
children are learning the CRE in grade IV at Kanisius Elementary
School,Wirobrajan, is 110.77. This means that parents’ assistance for their
children is good. The results of the study indicate if the parents do not assist their
children as they are learning the CRE, the children gain less attention, motivation
and affection. The factors that influence parents to support their children in
learning CRE are that the parents realize their role as the first and foremost
educator for their own children. The factors that do not support the parents to
assist their children are: the parents are too busy working and the lack of
understanding of the CRE especially now as they feel that the CRE is much more
difficult than before. The parents still need to maintain their mentoring role as
they accompany their children to learnv, however they themselves need an on-
going formation on the CRE so that they are able to accompany their children to
develop their faith as they are learning CRE.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,
karena kasih dan karunia yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul DESKRIPSI PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM
BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS IV
SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA.
Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan serta dorongan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Rm. Drs. FX. Heryatno W.W., S.J., M.Ed., selaku Kaprodi IPPAK Universitas
Sanata Dharma yang memberikan dukungan dalam seluruh proses
penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak FX. Dapiyanta, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing utama yang
selalu mendampingi, membimbing dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Rm. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku dosen penguji II yang telah berkenan
mendampingi, memberikan semangat, memeriksa dan menguji skripsi ini.
4. Bapak Drs.L.Bambang Hendarto,Y. M.Hum., selaku dosen penguji III yang
telah berkenan mendampingi dan menguji skripsi ini.
5. Segenap staf dosen dan seluruh staf karyawan prodi IPPAK Universitas
Sanata Dharma yang secara tidak langsung selalu memberikan dorongan
kepada penulis.
6. Keluarga tercinta: Bapak, Mamak, Abang, ke dua adikku, keponakanku dan
seluruh keluarga besarku yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan
bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .. ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
MOTTO. ................................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIANKARYA ................................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xviii
DAFTAR GRAFIK................................................................................................ xix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xx
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Indentifikasi Masalah ..................................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 9
E. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 9
F. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 10
G. Metode Penulisan .......................................................................................... 11
H. Sistematika Penulisan .................................................................................... 11
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 14
A. Orang tua dan tugasnya ................................................................................... 14
1. Pengertian Orang tua ............................................................................... 14
2. Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak usia SD ..................... 16
B. Pendampingan Anak ..................................................................................... 19
1. Arti Pendampingan pada Umumnya ......................................................... 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2. Peran Orang Tua dalam Pendampingan Anak .......................................... 21
a. Mewujudkan Cinta Kasih ................................................................ 21
b. Memberi Teladan ............................................................................. 22
c. Memotivasi Anak Belajar ................................................................. 23
d. Pendidikan Utama dan Pertama ......................................................... 24
3. Konsekuensi Peran Orang Tua ................................................................ 25
a. Orang Tua perlu Sadar akan Peran Utamanya ................................... 25
b. Pengetahuan Cara Mendampingi ..................................................... 26
C. Belajar PAK oleh siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan .................... 28
1. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar................................................. 29
a. Perkembangan Kognitif ................................................................... 29
b. Perkembangan Emosi ...................................................................... 30
c. Perkembangan Moral ....................................................................... 31
d. Perkembangan Sosial ....................................................................... 32
e. Perkembangan Iman ........................................................................ 33
2. Pokok-pokok PAK Sekolah Dasar ............................................................ 35
a. Pengertian PAK SD secara Umum .................................................. 35
b. Pengertian PAK SD Kelas IV .......................................................... 36
1) Konsili Vatikan “Deklarasi tentang Pendidikan Kristen” ........ 37
a) Pendidikan Hak Semua Orang ....................................... 37
b) Tujuan Pendidikan ........................................................ 37
2) Kurikulum Berbasis Kompetensi PAK SD ............................. 38
a) Hakikat atau pengertian PAK ........................................ 38
b) Fungsi PAK .................................................................. 39
c) Tujuan PAK .................................................................. 39
d) Ruang Lingkup PAK ..................................................... 40
3. Belajar PAK ............................................................................................. 41
a. Pengertian Belajar ........................................................................... 41
b. Pengertian Belajar PAK .................................................................. 43
c. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi dan mendukung
Belajar PAK Siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan ........... 45
1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar PAK .................... 45
a) Faktor Eksternal ............................................................ 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
b) Faktor Internal .............................................................. 45
2) Faktor Pendukung Belajar PAK ............................................. 46
a) Suasana keluarga harus mendorong untuk belajar
di rumah........................................................................ 47
b) Sarana pendukung belajar anak ..................................... 47
D. Peran Pendampingan Orang tua terhadap Belajar PAK siswa-siswi
Kelas IV SD Kanisus Wirobrajan .................................................................. 48
1. Orang Tua Menjadi Teladan ..................................................................... 48
2. Orang Tua sebagai Fasilitator ................................................................... 49
3. Orang Tua Mengikuti Perkembangan Anak .............................................. 49
4. Orang Tua Menjadi Saksi Iman ................................................................ 50
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 52
A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 52
B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 52
C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 53
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 53
1. Variabel Penelitian ................................................................................. 53
2. Definisi Konseptual Variabel ................................................................... 53
3. Definisi Operasional Variabel .................................................................. 54
4. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 54
5. Instrumen Penelitian ................................................................................. 54
a. Kisi-Kisi Instrumen ........................................................................ 56
b. Pengembangan Instrumen ............................................................... 57
a) Uji Coba Terpakai .................................................................... 57
b) Uji Validitas Instrumen ........................................................... 58
c) Uji Reliabilitas Instrumen ......................................................... 59
E. Teknik Analisis Data .................................................................................... 61
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 64
A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 64
1. Deskripsi Data Pendampingan Orang tua ................................................. 64
a. Deskripsi Aspek Menemani ............................................................... 66
b. Deskripsi Aspek Fasilitas ................................................................. 68
c. Deskripsi Aspek Informasi ................................................................ 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
d. Deskripsi Aspek Peringatan ............................................................... 72
e. Deskripsi Aspek Teladan .................................................................. 73
2. Hasil Wawancara dengan Orang Tua ........................................................ 76
3. Rangkuman Keseluruhan Hasil Wawancara ............................................. 82
1. Aspek Menemani............................................................................... 82
2. Aspek Fasilitas .................................................................................. 82
3. Aspek Informasi ................................................................................ 83
4. Aspek Peringatan............................................................................... 83
5. Aspek Teladan ................................................................................... 83
4. Hasil Temuan Khusus Studi Dokumen ................................................... 84
B. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................................... 90
C. Refleksi Kateketis .......................................................................................... 99
1. Pengertian Katekese ................................................................................. 99
2. Tujuan Katekese ...................................................................................... 100
3. Katekese sebagai Pendidikan Iman ........................................................... 102
4. Proses Perkembangan Iman dalam Katekese ............................................ 103
5. Fasilitator Katekese .................................................................................. 104
6. Aspek Kateketis Pendampingan Orang Tua dalam belajar PAK Siswa-
siswi Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan ................................................... 107
D. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 110
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 112
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 112
B. Saran .............................................................................................................. 115
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 117
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... 119
Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................................... (1)
Lampiran 2: Surat Permohonan Izin Penelitian Kepada Orang tua .......................... (2)
Lampiran 3: Lembar Kuesioner Penelitian ............................................................. (3)
Lampiran 4: Hasil Analisis Validitas ...................................................................... (10)
Lampiran 5: Hasil Reliabilitas ............................................................................... (11)
Lampiran 6: Tabel r Product Moment Pada Sig. 0,05 (Two Tail) ............................ (14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan dalam
Alkitab Deuterokanonika, Lembaga Biblika Indosesia, 2008.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
GE : Gravissium Educations, Pernyataan Konsili Vatikan II tentang
Pendidikan Kristen pada tanggal 28 Oktober 1965.
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II
kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini pada tanggal 16 Oktober 1979.
FC : Familiaris Consortio, Amanat Apostolik Paus Yohanes Paulus II
tentang Keluarga Kristiani Dalam Dunia Modern pada tanggal 16
November 1993.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonic), diundangkan oleh
Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 25 Januari 1983.
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
Ay : Ayat
Bdk : Bandingkan
Dkk : Dan kawan-kawan
Gbr : Gambar
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
KV II : Konsili Vatikan II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Kan : Kanon
KS : Kitab Suci
No : Nomor
PR : Pekerjaan Rumah
PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia
PAK : Pendidikan Agama Katolik
PPL : Program Pengalaman Lapangan
Th : Tahun
TV : Televisi
SD : Sekolah Dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Skor Alternatif Jawaban Variabel Pengaruh
Pendampingan Orang tua dalam Belajar PAK 55
Tabel 2 : Kisi-kisi Instrumen Kuosioner 56
Tabel 3 : Kisi-kisi Instrumen Wawancara 56
Tabel 4 : Panduan Studi Dokumen 57
Tabel 5 : Rumus Manual Korelasi Product Moment 59
Tabel 6 : Rumus Manual Reliabilitas 60
Tabel 7 : Reability Statistics 60
Tabel 8 : Rumus Penentuan Kriteria 63
Tabel 9 : Kriteria Interval 63
Tabel 10 : Rangkuman Statistik Deskripsi Nilai Keseluruhan
Pendampingan Orang tua 64
Tabel 11 : Kriteria Data Keseluruhan Pendampingan Orang tua 65
Tabel 12 : Rangkuman Statistik Aspek Menemani 66
Tabel 13 : Kriteria Aspek Menemani 67
Tabel 14 : Rangkuman Statistik Aspek Fasilitas 68
Tabel 15 : Kriteria Aspek Fasilitas 69
Tabel 16 : Rangkuman Statistik Aspek Informasi 70
Tabel 17 : Kriteria Aspek Informasi 70
Tabel 18 : Rangkuman Statistik Aspek Peringatan 72
Tabel 19 : Kriteria Aspek Peringatan 72
Tabel 20 : Rangkuman Statistik Aspek Teladan 74
Tabel 21 : Kriteria Aspek Teladan 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1 : Frekuensi Keseluruhan Pendampingan Orang tua 65
Grafik 2 : Frekuensi Aspek Menemani 67
Grafik 3 : Frekuensi Aspek Fasilitas 69
Grafik 4 : Frekuensi Aspek Informasi 71
Grafik 5 : Frekuensi Aspek Peringatan 73
Grafik 6 : Frekuensi Aspek Teladan 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Foto Keluarga 84
Gambar 2 : Buku Pendukung Untuk Belajar PAK 84
Gambar 3 : Buku Nyanyian/Madah Bakti 85
Gambar 4 : Majalah Jamrud PAK 86
Gambar 5 : Kitab Suci 86
Gambar 6 : Buku Catatan PAK 86
Gambar 7 : Buku Latihan PAK 87
Gambar 8 : Ruang Belajar Anak 87
Gambar 9 : Jadwal Belajar Anak 88
Gambar 10 : Ruang Doa 88
Gambar 11 : Kreativitas Anak Dalam Menggembangkan
Imannya Dalam Sekolah Minggu 89
Gambar 12 : Boneka Bunda Maria 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari pasti
mempunyai hubungan dengan peristiwa yang lain, bahwa dapat dikatakan
perbuatan yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung ada campur tangan
dari orang lain. Tanpa adanya suatu kemauan, manusia tidak dapat melakukan
suatu perbuatan. Perbuatan manusia akan menimbulkan akibat yang berbeda-beda
sesuai dengan pengaruhnya. Lingkungan keluarga atau orang tua berpengaruh
pada pertumbuhan jasmani dan rohani anak. Pendidikan di sekolah merupakan
lanjutan dan bantuan terhadap pendidikan di rumah. Orang tua tetap bertanggung
jawab atas anak-anaknya. Anak adalah anugerah yang sangat besar bagi orang tua,
orang tua rela membanting tulang demi anak-anaknya. Orang tua rela melakukan
apapun untuk anaknya baik dalam pendidikan, kesehatan, ataupun kebutuhan
pokok sehari-hari anak dan keluarga. Guru hanya menerima sebagian dari
tanggung jawab orang tua yang telah diserahkan kepadanya. Dengan demikian
betapa pentingnya pendampingan orang tua dalam belajar anak yang menjadi
tanggung jawab orang tua.
Keluarga diartikan sebagai “sanak saudara, kaum kerabat, orang seisi
rumah”. Jadi, keluarga adalah siapa saja yang tinggal di dalam lingkungan rumah
tangga (Adimiwarta, 1988: 413). Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam
masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan dan rumah adalah tempat
kita menghabiskan waktu kita dalam hidup sehari-hari, karena rumah adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
tempat berhimpunnya sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga, setiap anggota
keluarga memiliki fungsi dan peranannya masing-masing dan antara satu dengan
yang lainnya saling melengkapi. Rumah juga menjadi tempat pertama anak
memperoleh ilmu dan sekaligus tempat yang paling tepat untuk membentuk
kepribadian anak.
Pendidikan anak tidak hanya dilaksanakan di lingkungan sekolah saja,
melainkan di mana saja anak itu berada. Lingkungan pendidikan sering disebut
dengan tri pusat pendidikan. Istilah tri pusat pendidikan adalah istilah yang
digunakan oleh tokoh pendidikan Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara yang
menggambarkan lembaga atau lingkungan pendidikan yang ada di sekitar
manusia, yang mempengaruhi perilaku siswa-siswi. Ki Hajar Dewantara
membedakannya menjadi tiga dengan sebutan yakni: pendidikan keluarga,
pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat. Ketiga pendidikan ini tidak dapat
dipisahkan satu sama lain karena mempunyai kesatuan yang erat. Orang tua
memegang peranan penting dalam membentuk tumbuh kembang diri dan perilaku
anak karena orang tua dapat mengajarkan pendidikan baik yang bersifat formal
maupun non formal sebagai bekal hidup di masa depan. Apabila pendidikan orang
tua baik dalam keluarga maka pendidikan selanjutnya kemungkinan besar berhasil
dengan baik pula. Oleh sebab itu keberadaan orang tua penuh perhatian sering
menjadi kunci menuju pendidikan yang baik bagi anak-anaknya
(http://id.wikipedia.org/wiki/dasar-pendidikan).
Orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya seperti Kristus menjadi
teladan bagi umat Kristiani. Tanggung jawab pendidikan anak, pertama-tama yang
paling utama dipegang oleh orang tua. Dalam agama Kristiani, Kristuslah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menjadi teladan yang paling hakiki. Kristus menjadi teladan karena kemuliaan dan
keberhasilanNya dalam mewujudkan keselamatan manusia. Kristus juga
mengakui bahwa manusia adalah anak-anak-Nya yang mempunyai relasi pribadi
yang dekat, dengan harapan agar manusia dapat menyatu dengan Kristus sendiri.
Begitu juga hubungan antara orang tua dan anak. Orang tua sebagai teladan anak
dapat membangun relasi dekat dengan anak, maka hubungan anak dengan orang
tua menjadi satu kesatuan.
Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK kan 1136) dikatakan bahwa, orang
tua mempunyai kewajiban berat dan hak primer untuk sekuat tenaga
mengusahakan pendidikan anak, baik fisik, sosial, dan kultural, maupun moral
dan relegius. Dalam Gravissimum Educationis (GE) art 3 dijelaskan bahwa
bahwa orang tua sebagai penyalur kehidupan dari Allah mempunyai kewajiban
untuk mendidik anak. Gereja memberi perhatian besar terhadap masalah
pendidikan anak ini sebab pendidikan merupakan persoalan serius. Orang tua
tidak bisa lepas tangan atau lari dari tanggung jawabnya sebagai pendidik pertama
dan utama yang hampir tak tergantikan bila tidak ada walaupun dengan alasan
apapun.
Dalam mendidik anak orang tua mempunyai dua alasan kodrati yang jelas
yaitu, pertama bahwa orang tua mempunyai hak atas anaknya. Orang tua adalah
sumber kehidupan anak, orang tua bersama Tuhan menciptakan manusia baru.
Kelahiran anak bukan hanya peristiwa jasmaniah saja, tetapi merupakan buah
cinta yang terindah sehingga orang tua memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Dan ketika anak beranjak dewasa anak diharapkan untuk dapat memutuskan
sendiri hal-hal yang menyangkut pribadinya dan orang tua hanya memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dorongan dan nasihatsaja. Kedua anak berhak atas pendidikan. Sebagai manusia
yang mempunyai derajat dan martabat yang sama, anak mempunyai hak untuk
mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tua. Bagi anak, pendidikan
merupakan suatu kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi, karena pendidikan yang
baik dari orang tua dapat membantu anak membangun dasar yang kuat untuk
kehidupan yang akan datang. Maka orang tua perlu bertanggung jawab penuh atas
pendidikan ini.
Hubungan antara orang tua dan sekolah perlu dibina dan dikembangkan
demi perkembangan anak. Kegiatan yang terjadi di sekolah perlu
dikomunikasikan kepada orang tua sehingga orang tua dapat menindaklanjuti dan
mendukung usaha sekolah. Orang tua mempunyai kesulitan dalam mendampingi
anak-anak di rumah, mendampingi anak mengerjakan pekerjaan rumah (PR).
Dalam komunikasi dengan sekolah, orang tua dapat menanyakan tingkah laku
anak di sekolah dan menanyakan apakah si anak mengerjakan PR.
Pelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan wujud dari
usaha Gereja untuk membimbing iman siswa agar mereka mampu mengenal
dirinya dan mengenal lingkungannya sesuai dengan ajaran iman Kristiani. Bagi
anak-anak yang yang masih duduk di Sekolah Dasar ini sebagai persiapan menjadi
dewasa dalam imannya.
Mudji Soetrisno dalam (Ismartono, 1998: 104) menyatakan bahwa
pelajaran agama sebaiknya dikaitkan atau dihubungkan dengan kehidupan sehari-
hari karena sesungguhnya penanaman nilai itu tempatnya bukan hanya
pengetahuan sehari-hari di rumah dan di segala macam tempat. Ia juga
menegaskan bahwa pengetahuan agama diperoleh di sekolah belum tentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dilakukan dalam lingkungan masyarakat maupun keluarga. Pengetahuan agama
bukan hanya hafalan saja, mengetahui saja. Pelajaran agama pertama-tama
diperoleh di tengah keluarga, tidak dalam kata-kata tetapi dalam bentuk
perbuatan. Oleh karena itu pendidikan agama sangatlah penting, di mana setiap
orang tua harus meluangkan waktunya agar waktu yang diberikan kepada anak-
anak menjadi bermakna.
Setiadi dalam (Ismartono, 1998: 131) menyatakan bahwa pendidikan iman
yang diterima anak sekedar pengetahuan di sekolah, kemudian orang tua kurang
memberi teladan dan kesempatan dialog, maka mereka akan terombang-ambing
karena tidak punya pegangan ketika menghadapi banyaknya kegiatan yang
bersifat negatif. Dengan kata lain, jika bimbingan yang diterima anak dalam
lingkungan keluarga tidak baik maka kelak hal itu dapat menjadi bekas pada
kehidupan anak pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Di lingkungan
keluarga kadang anak kurang mendapat dukungan bagi kemajuan pendidikan dan
terdapat beberapa hal yang menjadi kesulitan dalam membantu pelajaran agama
Katolik. Kesulitan yang dialami orang tua pada umumnya ialah keterbatasan
pendidikan orang tua yang mengakibatkan kurang mempunyai pengetahuan dan
pemahaman tentang Pendidikan Agama Katolik, keterbatasan orang tua ini, juga
dapat mempengaruhi pendidikan anak.
Berdasarkan hasil wawancara dari 8 orang siswa dan observasi pada saat
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah Dasar Kanisius Wirobrajan
Yogyakarta yang selama semester gasal tahun pelajaran 2011-2012, penulis
melihat kenyataan banyak siswa-siswa tidak mengerjakan PR. Kenyataan ini
digambarkan sebagai berikut: siswa-siswi kelas IV termasuk siswa-siswi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dapat dikatakan nakal, mereka tidak menganggap pelajaran agama penting. Hal ini
dapat dilihat dari respon ketika guru menyuruh anak mengumpulkan tugas atau
PR, anak banyak alasan: misalnya: tidak mengerti dengan PR, tidak tahu kalau
ada PR, tidak punya buku, dan lain-lainl. Hal ini terjadi karena anak-anak merasa
pelajaran agama kurang penting, belajar jika ada ulangan saja, belajar sambil
menonton TV dan kebanyakan anak lebih banyak untuk menonton daripada
belajar, sulit untuk mengatur waktu belajar dan sebagainya.
Ada juga orang tua yang sungguh memperhatikan perkembangan anak,
dalam kesibukan bagaimanapun selalu berusaha supaya ada waktu untuk
berkumpul bersama anak dan mendampingi anak dalam belajar. Ada keluarga lain
yang sama sekali tidak menghiraukan anak-anak apakah sudah belajar atau tidak,
bagi mereka kebersamaan tidak penting dalam keluarga, pokoknya masing-masing
sibuk dengan urusan sendiri, mau belajar atau tidak pokoknya masing-masing
mengatur sendiri.
Di sini dapat dikatakan bahwa orang tua kurang merasa bertanggung
jawab atas pendidikan anak-anak, khususnya dalam belajar bagi anak-anak. Tugas
orang tua mengontrol sejauh mana anak-anak terlibat di sekolah, orang tua juga
harus tahu sejauh mana pemahaman anak-anak tentang materi yang diberikan oleh
guru, dan orang tua harus mendampingi anak dalam belajar. Dalam keluarga
orang tua mempunyai kewajiban dan hak secara penuh atas diri anak, orang tua
hendak menanyakan pada anak pelajaran yang diberikan oleh guru, dan apa yang
telah dipahami oleh anak tentang pelajaran Pendidikan Agama Katolik, dan jika
anak masih ragu dan belum begitu memahami, maka tugas orang tua adalah
memberi penjelasan atau menjelaskan kembali kepada anak-anak melalui bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
yang dimengerti oleh anak dapat juga memberi contoh konkret yang dialami oleh
anak atau contoh dalam keluarga, supaya anak lebih memahami tentang pelajaran
agama Katolik. Dalam pelajaran agama katolik tidak cukup anak hanya tahu dan
mengahfalkan saja tetapi bagaimana anak-anak dapat menghayati dan menghidupi
imannya dalam kehidupan sehari-hari.
Perhatian orang tua terhadap anak tercermin dari adanya komunikasi yang
sehat, yaitu komunikasi dua arah antara anak dan orang tua demi terpenuhinya
kebutuhan sang anak yang dari waktu ke waktu semakin banyak dan beraneka
ragam. Sarana-sarana yang dipakai oleh orang tua dalam mendampingi anak-
anaknya, tentu saja antara orang tua yang satu dengan orang tua yang lain
berbeda. Sarana yang dapat dipakai antara lain peristiwa penting dalam kehidupan
anak-anak misalnya, merayakan ulang tahun, membeli perlengkapan sekolah dan
buku-buku yang mendukung perkembangan anak sesuai dengan keinginannya,
piknik bersama, memberi penghargaan atas prestasi belajar anak. Orang tua harus
kreatif supaya tidak menimbulkan kejenuhan dan kebosanan dalam diri anak-anak
dalam belajar. Sarana ini dapat membantu anak-anak lebih semangat dan
termotivasi dalam hidup sehari-hari. Anak lebih suka dengan hal-hal yang praktis
dan konkret yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Namun sayangnya masih
banyak anak yang tidak terbiasa mengerjakan PR di rumah dan hanya menyontek
teman di sekolah, karena orang tua kurang memberi perhatian dan semangat
kepada anak. Maka dalam kehidupan sehari-hari, kesannya masih ada orang tua
yang acuh tak acuh dalam memberi perhatian kepada perkembangan anak dan
perkembangan iman anak, mereka melempar tugas kepada sekolah dan
perkembangan iman anak kepada Gereja dan orang tua beranggapan bahwa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
penting kebutuhan material anak telah terpenuhi, soal pendidikan anak selanjutnya
tanggung jawab sekolah.
Berdasarkan hal tersebut, penulis mengambil judul “DESKRIPSI
PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS IV SD KANISIUS
WIROBRAJAN YOGYAKARTA”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini
diindetifikasikan sebagai berikut:
1. Orang tua kurang menyadari akan perlunya pendampingan terhadap
pendidikan anak-anaknya khususnya Pendidikan Agama Katolik.
2. Kesibukan orang tua dalam bekerja mengakibatkan kurangnya pendampingan
dan bimbingan kepada anak sehingga anak kurang bersemangat dan terdorong
untuk aktif belajar.
3. Orang tua mempunyai keterbatasan pengetahuan terhadap dunia pendidikan
sehingga kurang memahami pelajaran agama Katolik.
4. Permasalahan dari anak, anak-anak kurang merasa penting Pendidikan
Agama Katolik, sehingga anak kurang mengikuti pelajaran dengan baik.
5. Faktor utama penyebab pendampingan orang tua dalam belajar Pendidikan
Agama Katolik.
6. Kurangnya perhatian orang tua dalam mendampingi anak-anak dalam belajar
Pendidikan Agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
7. Pendampingan orang tua dalam belajar Pendidikan Agama Katolik.
C. PEMBATASAN MASALAH
Karena luasnya masalah dan keterbatasan penulis dalam penelitian ini
dibatasi pada pendampingan orang tua dalam belajar Pendidikan Agama Katolik
siswa-siswi kelas IV di SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta.
D. RUMUSAN PERMASALAHAN
Berdasarkan batasan masalah tersebut, permasalahan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana pendampingan orang tua dalam belajar Pendidikan Agama
Katolik siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan?
2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan kurang mendukung orang tua
dalam pendampingan belajar Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas IV
SD Kanisius Wirobrajan?
E. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam
penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pendampingan orang tua dalam rangka belajar
Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Memahami faktor-faktor yang mendukung dan kurang mendukung orang tua
dalam pendampingan belajar Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas IV
SD Kanisius Wirobrajan.
F. MANFAAT PENULISAN/PENELITIAN
1. Manfaat Praktis
Dari hasil penilitian yang dilakukan oleh penulis, diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Secara akademis, dari hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi
pengetahuan dan pengembangan ilmu yang berkaitan dengan pendampingan
orang tua nantinya akan menjadi dampak positif terhadap belajar Pendidikan
Agama Katolik anak.
b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi guru. Guru dapat
menjalin relasi dengan orang tua atau wali siswa dengan baik. Dengan
menjalin relasi dengan sebaik mungkin, guru dapat mengetahui sejauh mana
perkembangan anak di rumah. Guru juga dapat memotivasi orang tua untuk
terlibat aktif demi perkembangan anak-anaknya.
c. Bagi orang tua: Orang tua adalah pendidik utama dan pertama dalam
keluarga. Pendampingan orang tua sangat dibutuhkan oleh siswa-siswi dalam
menyelesaikan pendidikan mereka dan mencapai prestasi yang memuaskan.
Orang tua juga mendapatkan pemahaman yang cukup sebagai pendamping
dalam perkembangan belajar anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut, di antaranya:
a. Sebagai sumbangan pustaka ilmiah, khususnya dalam bidang pendidikan dan
pendampingan.
b. Sebagai bahan referensi dalam penulisan ilmiah untuk bidang pendidikan dan
pendampingan.
B. METODE PENULISAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif berdasarkan survei.
Penelitian ini bersifat ingin mengetahui, menganalisis dan menggambarkan
bagaimana pendampingan orang tua dalam belajar Pendidikan Agama Katolik
siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta dengan menggunakan
kuesioner berskala tertutup sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian
ini juga akan didukung oleh teknik wawancara dan studi dokumen, kemudian
didukung oleh studi pustaka.
C. SISTEMATIKA PENULISAN
Judul skripsi yang dipilih penulis adalah “Deskripsi Pendampingan Orang
tua dalam Belajar Pendidikan Agama Katolik Siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius
Wirobrajan Yogaykarta”, Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
penulisan ini, penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan
sebagai berikut;
Bab I: Berisi pendahuluan yang menguraikan latar belakang, rumusan
permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika
penulisan.
BAB II: Berisi tinjauan teoritis dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian pertama,
akan membahas mengenai orang tua dan tugasnya, pengertian orang tua, tanggung
jawab orang tua dalam pendidikan anak usia sekolah dasar. Kedua, akan
membahas mengenai pendampingan anak, arti pendampingan pada umumnya,
peranan orang tua dalam pendampingan anak, konsukensi peran orang tua. Ketiga,
akan membahas mengenai belajar Pendidikan Agama Katolik oleh siswa-siswi
kelas IV SD Kanisius Wirobrajan, perkembangan anak usia SD, pokok-pokok
PAK SD, kurikulum berbasis kompetensi PAK SD, belajar PAK, belajar dan
faktor-faktor yang mempengaruhi dan mendukung belajar PAK. Lalu pada bagian
ke empat akan ditarik kesimpulan mengenai, peran pendampingan orang tua
terhadap belajar PAK dari tiga pokok bahasan sebelumnya.
BAB III: Berisi metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, tempat dan
waktu penelitian, populasi dan sample penelitian, teknik dan instrumen
pengumpulan data yang meliputi aspek/variabel penelitian, definisi konseptual
variabel, definisi operasional variabel, sumber pengumpulan data, instrumen
penelitian, kisi-kisi instrumen, instrumen siap uji, panduan wawancara. Akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dibahas juga mengenai teknik pengolahan data yang meliputi uji coba terpakai, uji
validitas instrumen, uji reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data.
BAB IV: Menyajikan hasil dan pembahasan penelitian yang meliputi hasil
penelitian berdasarkan kuesioner, wawancara dan temuan khusus melalui studi
dokumen, pembahasan hasil penelitian, refleksi kateketis dan keterbatasan
penelitian.
BAB V: Penulis akan menyampaikan kesimpulan dan saran yang membangun
bagi berbagai pihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. ORANG TUA DAN TUGASNYA
1. Pengertian Orang tua
Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu
keluarga atau rumah tangga, yang dalam kehidupan sehari-hari disebut ayah dan
ibu. Mereka inilah yang terutama dan utama memegang dalam kelangsungan
suatu rumah tangga atau keluarga. Sedangkan anak berada dalam tanggung jawab
dan pengawasan dalam keluarga. Menurut pengertian umum orang tua adalah
seorang pria dan wanita yang melangsungkan perkembangan dan terkait janji
perkawinan yang sah dan memiliki anak. Orang tua tidak dapat dilepaskan dari
lingkungan keluarga, karena antara orang tua dan keluarga sangat erat kaitannya.
Dalam kesehariannya orang tua biasa disebut dengan kata bapak dan ibu.
Kitab Hukum Kanonik menguraikan:
Orang tua Kristiani adalah pasangan yang memiliki sebuah perjanjian
perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang dibaptis untuk
membentuk kebersamaan seluruh hidup yang mengarahkan pada
kesejahteraan suami-istri, kelahiran dan pendidikan anak, dimana
perjanjian diangkat oleh Kristus Tuhan menjadi sakramen. Kebersamaan
hidup bersama yang terbuka pada kelahiran anak membawa laki-laki dan
perempuan itu menjadi orang tua, yaitu orang tua kristiani (Kan. 1055).
Dalam uraian di atas orang tua Kristiani merupakan orang tua yang
memiliki sebuah perjanjian perkawinan. Orang yang sudah menerima sakramen
perkawinan secara Katolik tidak dapat dipisahkan oleh manusia kecuali maut yang
memisahkan. Dengan janji perkawinan yang telah diterima oleh suami maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
istri mereka diharapkan menyalurkan anugerah cinta kasih Tuhan, mempunyai
relasi yang erat dengan Allah dan menciptakan suasana kerukanan dalam
keluarga dengan suasana yang akrab dan mesra, membangun keluarga yang
bahagia, mendidik anak-anaknya menurut ajaran Injil. Dengan kebersamaan dan
kesejahteraan orang tua Kristiani Allah menghendaki orang tua berperan dan
utama dalam pendidikan anak.
Gereja Katolik mengenal Sakramen Perkawinan sebagai salah satu dari
ketujuah Sakramen. Hal ini menunjukkan bahwa perkawinan adalah suatu hal
yang luhur. Dengan adanya sakramen pernikahan secara lahiriah ada tanda yang
menyatakan bahwa Allah hadir dalam kehidupan perkawinan dan Allah menjadi
saksi cinta kasih sang suami dan istri (bdk Mal 2:14). Perkawinan dijadikan
sakramen karena kitab suci sendiri mengisyaratkan seperti menjunjung tinggi
perkawinan. Bahkan Paulus menegaskan supaya suami-istri saling mencintai
seperti Kristus mencintai umat-Nya (jemaat atau Gereja-Nya - Lih Ef 5:21-33).
Adapun janji perkawinan yaitu: Saya berjanji setia dalam untung dan malang, dan
saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup, saya bersedia menjadi
suami bagi istri dan bapak anak-anak dan begitu dengan perempuan bersedia
menjadi istri bagi suami dan menjadi ibu yang baik bagi anak-anak. Demikianlah
janji perkawinan demi Allah dan Injil suci ini. Janji perkawinan yang telah di
ucapkan dihadapan Allah Bapa, Romo dan Saksi diharapkan kedua belah pihak
menepati janji yang telah di ucapkan (http://id.wikipedia.org/wiki/sakramen-
perkawinan).
Menurut dokumen Familiaris Consortio art 40, keluarga adalah
persekutuan pendidikan yang utama tetapi bukan eksklusif satu-satunya. Semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
pelaksanaan pendidikan itu sangat perlu, meskipun masing-masing memegang
peranannya selaras dengan tugas masing-masing.
Menurut (Adimiwarta, 1988: 413), keluarga diartikan sebagai “sanak
saudara, kaum kerabat, orang se isi rumah”. Jadi, keluarga adalah siapa saja yang
tinggal di dalam lingkungan rumah tangga. Keluarga merupakan lingkungan
terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan dan rumah
adalah tempat kita menghabiskan waktu dalam hidup sehari-hari, karena rumah
adalah tempat berhimpunnya sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga, setiap
anggota keluarga memiliki fungsi dan peranannya masing-masing dan antara satu
dengan yang lainnya saling melengkapi. Rumah juga menjadi tempat pertama
anak memperoleh ilmu dan sekaligus tempat yang paling tepat untuk membentuk
kepribadian anak.
2. Tanggung jawab Orang tua dalam Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar
Anak adalah seseorang yang masih sangat membutuhkan peran
pendampingan dan pengarahan dari orang tua/orang dewasa. Maka, orang tualah
yang sangat diharapkan oleh anak untuk memberi pendampingan dan pengarahan.
Dengan demikian dalam orang tua tidak boleh sembarangan dalam memberikan
pengarahan dan pendidikan kepada anak, karena apa yang diberikan orang tua
menjadi dasar utama oleh anak dalam mengembangkan dirinya kelak.
Menurut Familiaris Consortio art 14, anak adalah anugerah yang
berharga. Menurut rencana Allah, perkawinan merupakan landasan keluarga
sebagai persekutuan yang lebih luas, sebab lembaga perkawinan dan cinta kasih
suami-istri itu memang terarahkan pada kelahiran dan pendidikan anak-anak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
merupakan mahkota dari lembaga itu. Pada hakikatnya cinta kasih merupakan
sebuah hadiah dan cinta kasih suami-istri.
Alkitab membicarakan bagaimana orang tua harus mendidik, mengajar dan
memelihara anaknya. Menurut pandangan orang Kristiani anak merupakan buah
kasih Allah kepada orang tua maka orang tua hendaknya mensyukuri atas
anugerah terindah Allah kepada orang tua. Terkadang orang tua untuk
mendapatkan anak bersusah payah mencarinya, menanti dengan penuh kesabaran
dan berdoa (Bdk Mzm 123: 3; Sam 1: 27; Kej 33: 5). Dengan demikian anak yang
diberikan itu haruslah diterima dengan penuh kasih sayang. Bagi orang tua
mengasihi anak-anaknya merupakan suatu hal yang wajib karena anak merupakan
manusia yang wajib disayangi orang tuanya. Hal ini tampak dalam Mzm 103: 13
“Seperti Bapa sayang kepada anak-anakNya, demikian Tuhan sayang kepada
orang-orang yang takut akan Dia”. Dan Tit 2: 4 “Dan dengan demikian mendidik
perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya”.
Selain itu orang tua berkewajiban untuk menerima dan mengasihi anak-
anaknya dan perlulah mendidik atau mengajar anak-anaknya karena ini tugas
pokok orang tua. Untuk mencapai hal tersebut orang tua perlulah mendidik
anaknya dengan kesabaran, penuh pengertian dan di mana perlu ketegasan atau
kekerasan. “Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau
menginginkan kematiannya” (Ams 19: 18). Di sini Amsal ingin menekankan
bahwa ada kalanya orang tua juga perlu bertindak keras dan juga betul-betul
mengenal anak. Dengan pendidikan yang baik maka anak akan membahagiakan
orang tua. Ams 29: 17 mengatakan: “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan
ketentraman kepadamu dan mendatangkan suka cita kepadamu”. Ams 22: 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
mengatakan: “Didiklah orang muda menuntut jalan yang patuh baginya, maka
pada masa tuanya ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Di sini jelas
Amsal mau menekankan agar orang muda atau anak-anak didiknya sesuai dengan
ajaran yang benar.
Demikianlah dasar-dasar tanggung jawab orang tua dalam pendidikan
anak yang mencakup sikap iman, ketaatan kepada ajaran Tuhan, tingkah laku atau
hubungan dengan Allah. Itulah tugas yang harus dilaksanakan oleh orang tua,
sebab Allah sendiri menghukum orang tua yang tidak mau mendidik anak-
anaknya, I Sam 3: 13 mengatakan: “ Sebab telah kuberitahukan kepadanya bahwa
Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah
diketahuinya, yakni bahwa anak-anknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak
memarahi mereka”.
Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK kan 1136) dikatakan bahwa Orang
tua mempunyai kewajiban berat dan hak primer untuk sekuat tenaga
mengusahakan pendidikan anak, baik fisik, sosial, dan kultural, maupun moral
dan religius. Dalam Gravissimum Educationis (GE) art 3, dijelaskan bahwa orang
tua sebagai penyalur kehidupan dari Allah mempunyai kewajiban untuk mendidik
anak. Gereja memberi perhatian besar terhadap masalah pendidikan anak ini sebab
pendidikan merupakan persoalan serius. Orang tua tidak bisa lepas tangan atau
lari dari tanggung jawabnya sebagai pendidik pertama dan utama yang hampir tak
tergantikan bila tidak ada walaupun dengan alasan apapun.
Dalam mendidik anak orang tua mempunyai dua alasan kodrati yang
jelas: pertama, bahwa orang tua mempunyai hak atas anaknya. Orang tua adalah
sumber kehidupan anak, orang tua bersama Tuhan menciptkan manusia baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Kelahiran anak bukan hanya persitiwa jasmaniah saja, tetapi merupakan buah
cinta yang terindah sehingga orang tua memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Dan ketika anak beranjak dewasa anak diharapkan untuk dapat memutuskan
sendiri hal-hal yang menyangkut pribadinya dan orang tua hanya memberi
dorongan dan nasihatsaja. Kedua, anak berhak atas pendidikan. Sebagai manusia
yang mempunyai derajat dan martabat yang sama, anak mempunyai hak untuk
mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tua. Baik
anak, pendidikan merupakan suatu kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi, karena
pendidikan yang baik dari orang tua dapat membantu anak membangun dasar
yang kuat untuk kehidupan yang akan datang. Maka orang tua perlu bertanggung
jawab penuh atas pendidikan ini.
Mengingat tugas pendidikan orang tua kepada anak-anaknya dirasakan
cukup berat maka Gereja dan negara berusaha membantu lewat pendidikan di
sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian orang tua dapat memilih
kebebasannya untuk menyekolahkannya di lingkungan pendidikan yang ada. Di
sini bukan berarti tugas pendidikan orang tua lepas begitu saja, namun Gereja dan
negara hanya membantu menyelenggarakan pendidikan di sekolah ataupun di luar
sekolah.
B. PENDAMPINGAN ANAK
1. Arti Pendampingan pada Umumnya
Menurut Mangunwijaya (1986: 21-22), pendampingan secara umum
merupakan usaha yang dilakukan oleh pendamping terhadap orang tertentu atau
kelompok tertentu yang mengalami suatu masalah. Kegiatan pendampingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bertitik tolak dari sebuah keyakinan bahwa permasalahan yang dihadapi dapat
teratasi dan orang yang didampingi mempunyai potensi untuk bertumbuh dan
berkembang menjadi pribadi baik.
Menurut Mangunwijaya (1986: 26), pendampingan pada hakikatnya
bertujuan untuk membantu dan menolong seseorang untuk dapat mengembangkan
dirinya secara jelas memiliki tujuan untuk membantu mereka mendapatkan
pengetahuan, informasi, kecakapan perbuatan, perilaku hidup, sehingga dapat
membangun kebersamaan dengan orang lain dan dapat menyesuaikan diri dalam
masyarakat, bangsa dan dunia .
Dalam kegiatan pendampingan setiap pendamping harus menghargai
setiap pribadi yang didampingi dan tidak menggangap mereka sebagai orang yang
tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa. Kahadiran pendamping sebisa mungkin
membantu setiap individu yang didampingi untuk menemukan kembali harga diri,
kemampuan atau potensi yang ada dalam dirinya, sehingga orang yang
didampingi akan mencapai keutuhan hidupnya demi suatu perkembangan.
Menurut Milton Mayoret (1993: 17) memberikan arti pendampingan
adalah “menolong sang lain bertumbuh”. Berdasarkan arti tersebut pendampingan
adalah suatu usaha untuk membantu orang lain agar dapat tumbuh dan
mengembangkan dirinya seturut cara dan situasi kekhasan mereka.
Dengan demikian kata pendampingan mengandung arti adanya
keterlibatan antara kedua belah pihak, baik yang mendampingi maupun yang
didampingi. Kegiatan pendampingan selalu bertolak dari sebuah pendapat dasar
bahwa persoalan yang dihadapi dapat diatasi karena pribadi yang didampingi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
mempunyai kemampuan untuk dapat bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi
yang utuh.
2. Peranan Orang Tua dalam Pendampingan Anak
a. Mewujudkan Cinta Kasih
Keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, mereka inilah yang
bertanggung jawab atas pendidikan anak. Maka semua pihak ini harus menjalin
kerja sama yang baik dalam mendidik dan mendampingi anak untuk bertumbuh
dan berkembang. Familiaris Consortio art 37 mengatakan keluarga merupakan
lingkungan pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan diri setiap
anak. Keluarga adalah sekolah pertama dan mendasar untuk hidup bermasyarakat
sebagai persekutuan cinta kasih, keluarga menemukan pembenahan diri sebagai
hukum yang membimbingnya dan mempertumbuhkannya. Menjadi orang tua
berarti harus siap menjadi pendidik, dan siap mempunyai pengetahuan tentang
mendidik anak sehingga terwudnya cinta kasih dalam keluarga.
Peranan dasar yang ditunjukkan orang tua yaitu mewujudkan cinta kasih.
Penghargaan dan kasih sayang orang tua terhadap anak besar perannya dalam
membina jiwa anak-anak untuk belajar lebih banyak dan berkelakuan dengan
baik. Gravisimum Educationis art 3 mengatakan bahwa orang tua wajib
menciptakan lingkungan keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan
kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan
pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Orang tua harus menunjukkan
bahwa mereka mencintai anak-anaknya. Orang tua yang penuh cinta kasih akan
mudah ditiru oleh anak untuk dilakukan dalam kehidupan anak. Dalam rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tangga yan rukun, anak-anak pun lebih tentram belajar. “Rumah haruslah menjadi
tempat yang paling menarik kepada anak-anak”. Oleh sebab itu orang tua harus
menciptakan suasana rumah yang penuh kasih yakni suasana rumah yang
harmonis, rukun, saling melindungi, sehingga suasana keakraban serta kehangatan
terasa antara orang tua dengan anak. Seorang anak yang selalu mendapat cinta
kasih secara cukup dari orang tua, tentu anak tersebut akan berkembang ke arah
lebih baik dengan demikian anak dapat mewujudkan cinta kasih kepada sesama di
mana pun mereka berada.
b. Memberi Teladan
Majalah Mawas Diri (1982: 28-32) menyatakan bahwa orang tua dapat
menjadi orang yang dapat memberi ganjaran yang efektif, maka orang tua perlu
memberi teladan kepada anak-anaknnya. Perlakuan orang tua hendaknya tidak
terlalu jauh dari apa yang diharapkan dari anak.
Sarumpaet (1980: 103) menyatakan bahwa orang tua harus menjadi contoh
yang baik bagi anak-anknya. Segala perbuatan dan tingkah laku orang tua pun
turut ditiru anak, karena seorang anak tidak akan menanyakan terlebih dahulu
kepada orang tuanya, apakah ia diizinkan untuk meniru atau tidak sesuatu
perbuatan atau tingkah laku. Anak menganggap segala sesuatu yang dilakukan
orang tuanya adalah baik untuk ditiru dan diterapkan dalam hidup. Maka orang
tua merupakan teladan untuk anak-anaknya. Orang tua jangan memberi sikap
yang malas kepada anak-anak, sekali anak mengetahui bahwa orang tuanya
pemalas, maka anak-anak pun mengambil kesempatan. Orang tua yang rajin,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menamkan bibit yang rajin dalam jiwa anak-anaknya, karena orang tua adalah
teladan yang patut dicontoh maka orang tua harus memberi contoh yang baik.
Orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya seperti Kristus menjadi
teladan bagi umat Kristiani. Tanggung jawab pendidikan anak, pertama-tama yang
paling utama dipegang oleh orang tua. Dalam agama Kristiani, Kristuslah yang
menjadi teladan yang paling hakiki. Kristus menjadi teladan karena kemuliaan dan
keberhasilannya dalam mewujudkan keselamatan manusia. Kristus juga mengakui
bahwa manusia adalah anak-anak-Nya yang mempunyai relasi pribadi yang dekat,
dengan harapan agar manusia dapat menyatu dengan Kristus sendiri. Begitu juga
hubungan antara orang tua dan anak. Orang tua sebagai teladan anak dapat
membangun relasi dekat dengan anak, maka hubungan anak dengan orang tua
menjadi satu kesatuan.
c. Memotivasi Anak Belajar
Nasution (1985: 88) mengatakan bahwa orang tua yang bijaksana harus
memiliki kemampuan untuk membangkitkan kemauan belajar anak dengan tujuan
agar anak mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar di rumah maupun di
sekolah. Maka ia memaparkan sebagai berikut: melengkapi bahan atau alat-alat
keperluan anak dalam penyelengaraan pendidikannya, misalnya: menyediakan
buku-buku sekolah bagi anak-anak mereka (selain menyediakan buku bacaan,
buku hitungan, buku tulis dan buku-buku lain, serta kelengakapan alat tulis lainya
(pulpen, pensil, penggaris, dan sebagainya). Orang tua juga harus mengontrol
serta memberikan kesempatan belajar anak dengan tujuan agar anak tahu
kewajibannya sebagai seorang pelajar. Dalam menciptakan suasana yang tenang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
saat anak belajar, maka pada waktu jam anak belajar orang tua menunjukkan
peranannya dengan menciptakan suasana rumah yang tenang: misalnya tidak
menyalakan radio atau televisi pada saat anak belajar. Keterlibatan orang tua
dalam mengingatkan anak belajar, anak merasa sangat senang diperhatikan dan
didampingi pada saat belajar. Orang tua juga harus menciptakan suasana yang
tenang, nyaman, santai dan penuh cinta kasih dalam keluarga. Dengan terciptanya
suasana seperti ini maka anak merasa sangat nyaman berada di tengah-tengah
keluarganya. Teladan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya merupakan
pembentukan karakter anak sejak dini.
d. Pendidik Utama dan Pertama
Keluarga adalah tempat pertumbuhan dan perkembangan anak. Maka
orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama. Dalam dokumen
Gravissimum Educationis, khususnya dalam artikel 3 digaris bawahi pentingya
peranan dan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama
dalam keluarga yang dapat menciptakan dan hidup dalam nilai-nilai Kristiani pada
diri anak-anaknya. Orang tua telah menerima tugas dan tanggung jawab dari
Tuhan menjaga dan memelihara serta mendidik anak-anak sesuai dengan jalan
Tuhan. Oleh karena itu orang tua wajib menciptakan keluarga yang selalu dijiwai
oleh semangat cinta kasih terhadap Allah dan manusia. Situasi keluarga yang
didasari oleh semangat bakti pada Allah dan kasih sayang pada sesama menjadi
pendukung keperibadian dan pendidikan sosial bagi anak-anak.
Iman Katolik (1996: 56) menyatakan tugas orang tua adalah
memperhatikan agar melalui semua acara pendidikan itu anak-anak berkembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
menjadi manusia yang cerdas dan penuh inisiatif guna membangun hidupnya
sendiri di dunia modern. Hak orang tua adalah sebagai pendidik perdana utama.
Dengan demikian orang tualah yang menentukan pendidikan anak, semakin
menegaskan bahwa orang tualah sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam
kehidupan anak-anaknya. Orang tua sebagai pendidik perdana dan utama berhak
memiliki sekolah yang sesuai bagi anak-anak mereka dan berhak mengarahkan
pergaulan anak-anak dan organisasi yang dapat membantu perkembangan anak.
Hanya dengan perhatian orang tua dapat menjamin bahwa pendidikan yang
diberikan, baik di sekolah maupun di tempat lain.
3. Konsekuensi Peran Orang Tua
a. Orang Tua perlu Sadar akan Peran Utamanya
Kesadaran adalah keadaan tahu dan mengerti, bahwa orang tua memiliki
tugas dan tanggung jawab dalam pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Orang
tua sadar apa yang seharusnya ditanamkan dalam diri anak sejak dini. Orang tua
perlu tahu bahwa dalam mendidik anak tidak cukup dengan ajaran-ajaran Kristiani
saja tetapi bagaimana cara orang tua menghidupi dan menanamkan nilai-nilai
rohani yang membawa anak semakin dekat dengan Tuhan.
Orang tua perlu sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya adalah
mendidik dan mengajar anak-anaknya. Orang tua harus mampu membangkitkan
semangat belajar dalam diri anak. Orang tua perlu mendamping anak-anak dalam
mengerjakan tugas agar anak semangat. Dengan demikian orang tua perlu sadar
bahwa sore hari dan malam hari, anak-anak perlu diajak untuk berkumpul
bersama agar suasana di rumah nyaman bagi anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Orang tua sadar bahwa sebagai orang tua tidak terlepas dari
kewajiabannya, maka orang tua mengajak anak-anak untuk belajar bersama,
rekreasi bersama, ke Gereja bersama untuk mengikuti perayaan Ekaristi. Dalam
keluarga orang tua perlu mengajarkan anak dengan memberikan teladan yang
patut dicontoh demi perkembangan dan pertumbuhan anaknya. Karena anak
belajar segala sesuatu dari orang tua. Untuk itu orang tua sadar bahwa mendidik
anak penuh kasih, kedamainan, kegembiraan, menciptakan suasana tenang,
kesatuan hati antara orang tua dan anak. Mendidik anak dengan kasih, maka anak
akan tumbuh dengan baik.
b. Pengetahuan tentang Cara Mendampingi
Mildred Proctor (1981: 20) mengatakan orang yang bekerja dalam
mendidik anak harus memiliki kualitas yang tinggi. Ia harus mengasihi anak.
Perlu ditekankan bahwa kasih itu kasih yang sejati dan bukan kasih yang
sementara. Ini berarti, bahwa orang tua harus menghormati hak dan kehendak
anak selaku peribadi. Ia harus tabah, harus bersedia membiarkan anak itu
bertumbuh dalam pengertian tentang iman dan hidup kekristenan menurut saat
dan kesanggupan anak itu sendiri. Ia harus mengerti sifat anak, dan tujuan mereka
belajar, patokan kelakuan, kemampuan menunjukkan pengertian, sikap, dan
mengekspresikan pengalaman kekristenannya, berbeda untuk anak dan orang
dewasa. Seorang pemimpin mengharapkan suatu sikap dewasa dari anak. seorang
pemimpin harus sudah dewasa dalam iman dan pergaulan. Segala tindakan
pemimpinan itu sendiri lebih besar artinya bagi pendidikan dari pada ucapannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Dari pernyataan di atas, dalam mendampingi anak orang tua perlu
mempunyai cinta kasih yang sejati kepada anak-anaknya. Orang tua hendak sabar
karena dengan kesabaran orang tua dapat melayani anak-anak dengan penuh
kasih. Dengan setiap usaha apapun, jika membimbing anak tanpa kesabaran akan
menemukan hal kegagalan. Apabila orang tua memiliki sikap sabar dalam
membimbing dan membentuk tabiat anak-anaknya. Anak-anaknya lebih banyak
dituntut dengan kesabaran, orang tua yang menuntut anaknya dengan penuh
kesabaran akan berhasil dari pada membimbing. Orang tua juga harus mengerti
sifat anak dalam membimbing anak. Orang tua yang membimbing anaknya
dengan sikap yang lekas marah dan hilang kesabaran akan gagal dalam
membimbing dan menuntun anak-anaknya, tetapi orang tua yang sabar dan
pendidikannya tidak terlalu tinggi akan berhasil membimbing anak-anaknya akan
pertumbuhan dan perkembangan. Dengan demikian orang tua yang sabar dan
lemah lembut karena suara dan segala tingkah lakunya akan disenangi anak-
anaknya.
Sarumpaet (1980) menyatakan sebagai orang tua, orang tua harus
mengenal anak-anaknya, tetapi banyak juga orang yang tidak mengerti sifat anak-
anaknya dan tidak mengenal anak-anaknya. Jika orang tua ingin menyelami anak-
anaknya mereka harus bersahabat atau bergaul dengan anak-anak. Orang tua harus
membangun kerja sama dengan penuh perhatian. Orang tua patut menjadi kawan
bagi anak-anak. Orang tua harus mempelajari cinta dalam keluarga. Orang tua
harus melatih anak-anaknya untuk mempercayakan rahasia mereka serta
mencurahkan segala duka hatinya, dan percobaan mereka kepada orang tua.
Usahakan supaya anak-anak mengikat hati dengan orang tua. Namun, kadang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kadang pengaruh sekeliling akan menceraikan mereka dari orang tua. Maka
bangunlah kebiasaan anak-anak mempercayakan segala sesuatu kepada orang tua,
biarlah mereka menceritakan segala suka dan duka yang dialaminya.
Dalam mendidik anak orang tua patut berterus terang memberitahu segala
kesulitannya dan menampung suka dan duka yang dialami anaknya. Orang tua
harus menjadi teman, sahabat karena keluarga haruslah dibangun sikap saling
keterbukaan antara orang tua dan anak-anak. Sering kali orang tua mengatakan
tidak ada waktu untuk mendidik anak-anaknya bahwa tidak ada waktu untuk
mengurus keluarga karena tunututan pekerjaan. Konsekuensi sebagai orang tua
biar sesibuk apapun harus menyempatkan waktu kepada anak walaupun hanya
sebentar. Karena anak-anak adalah tanggung jawab orang tua, maka hendaknya
orang tua memberikan waktu untuk anak. Orang tua harus meluangkan waktu
kepada anak untuk makan malam bersama demi kebersamaan dalam suatu
keluarga, segala kesibukan dan kekecewaan sepanjang hari orang tua tidak
menunjukkan di depan anak-anak demi kepentingan anak dan demi
perkembangannya. Pada hari libur dan hari Minggu, orang tua dapat mengajar
beribadah, rekreasi bersama dan bermain bersama untuk membangun
kebersamaan yang erat antara orang tua dan anak-anak dan antara anak-anak
dengan anak-anak.
C. BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK OLEH SISWA-SISWI
KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN
Pendidikan adalah salah satu usaha yang terus-menerus untuk
memungkinkan manusia semakin memanusiakan dirinya. Pendidikan merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
usaha untuk membimbing manusia agar mampu menempuh hidupnya dengan
baik. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang menuju kebaikan, mengenai
manusia seutuhnya dan berlangsung seumur hidup.
Menurut Komkat KWI (20011: 9), sekolah memiliki peran penting dalam
pengembangan Pendidikan Agama Katolik karena merupakan usaha untuk
memperkuat iman ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan
nasional.
1. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
a. Perkembangan Kognitif
Piaget dalam Paul Suparno (2001: 26-100), mengelompokkan tahapan-
tahapan perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap, yaitu: tahap
sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasi (2-7 tahun), tahap operasi konkret
(umur 7-11 tahun), dan tahap operasi formal (11 tahun ke atas). Pada usia SD
kelas IV, siswa memasuki “tahap operasi konkret” dalam berpikir, suatu masa di
mana konsep yang pada masa awal kanak-kanak merupakan konsep yang samar-
samar dan tidak jelas sekarang menjadi konkret dan tertentu. Menurut Hurlock
(1980: 162), dengan masuk sekolah; dunia dan minat anak-anak bertambah luas.
Dan dengan meluasnya minat mereka bertambah pula pengertian tentang manusia
dan benda-benda yang sebelumnya kurang atau tidak berarti.
Anak menghubungkan arti baru dengan konsep lama berdasarkan apa yang
telah dipelajari setelah masuk sekolah. Di samping itu anak mendapatkan arti baru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dari media massa, terutama film, radio dan televisi. Dalam menambahkan konsep
sosial, misalnya anak mengaitkan stereotip budaya dengan orang-orang dari ras,
agama, seks, atau kelompok sosial ekonomi yang berbeda-stereotip yang semakin
besar dipelajari dari media massa.
Ketika anak membaca buku pelajaran di sekolah dan mencari keterangan
dari ensiklopedi atau sumber-sumber informasi lain, anak tidak hanya
mempelajari arti baru untuk konsep tetapi juga memperbaiki arti yang salah
berhubungan dengan konsep lama. Pengalaman sendiri juga memberikan makna
bagi konsepnya. Pengalaman sakit, misalnya, mewarnai konsep tentang penyakit.
b. Perkembangan Emosi
Emosi memainkan peran penting dalam hidup pribadi dan dalam pergaulan
sosial. Semua anak hanya mengenal emosi yang sederhana, yakni senang dan
tidak senang. Pada usia Sekolah Dasar anak cepat merasa puas. Seiring
bertambahnya umur, emosi semakin bervariasi. Pola-pola emosi pada anak usia 6-
12 tahun ialah sebagai berikut:
1) Rasa Takut
Menurut Kartini Kartono (1979: 141) rasa takut dan cemas, bukan gejala
abnormal pada anak, sebab anak secara instrinktif memang merasa takut pada hal-
hal yang belum dikenalnya, yang masih samar-samar hal-hal yang mengandung
rahasia. Rasa takut ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pengertian
anak, kurangnya rasa percaya diri, kesabaran dalam diri anak masih lemah dan
bodoh. Anak-anak yang sangat muda memang sering kali merasa takut. Terutama
merasa cemas kalau-kalau kurang kasih sayang, perhatian dan dukungan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
tua. Rasa takut dapat menyebabkan anak tidur mengigau dan bangun panik-takut,
kejang, sakit perut dan lain-lain. Rasa takut juga dan cemas sering timbul, kalau
orang tua terlalu cerewet dan menuntut dan tuntutan itu tidak sesuai dengan
kamampuan anak.
2) Kegembiraan, Keriangan dan Kesenangan
Rasa emosi ini adalah emosi yang menyenangkan. Pada umur yang lebih
muda, emosi itu disebabkan oleh fisik yang sehat, tutur kata yang bisa membantu
memperkokoh moral anak dan sebagainya. Sedangkan pada umur yang lebih tua,
penyebabnya bertambah yakni keberhasilan mencapai tujuan yang telah mereka
tetapkan untuk diri mereka sendiri dan keluarga serta keberhasilan anak-anaknya.
c. Perkembangan Moral
Piaget dalam Hurlock (2011:163), antara usia lima tahun sampai dua belas
tahun konsep anak mengenai keadilan berubah. Pengertian yang kaku dan keras
tentang benar dan salah, yang dipelajari dari orang tua, menjadi berubah dan anak
mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral
yang kaku. Misalnya, bagi anak lima tahun, berbohong selalu buruk, sedangkan
anak yang lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong tidak selalu
buruk.
Lawrence Kohlberg dalam Hurlock (1990: 80), menguraikan tahapan
moral anak, yaitu: tahap pra-konvensional (1-8 tahun), tahap konvensional (9-13
tahun) dan tahap pascakonvensional (14 tahun ke atas). Pada usia SD kelas IV,
siswa masuk dalam tahap pra-konvensional. Pada tingkat ini anak peka terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
peraturan-peraturan yang berlatar belakang budaya dan terhadap penilaian baik-
buruk, benar-salah, tetapi mengartikannya dari sudut pandang akibat-akibat fisik
suatu tindakan atau dari enak-tidaknya akibat-akibat itu. Tindakan ini dibagi
menjadi dua tahap:
Tahap 1 : Orentasi hukuman dan kepatuhan. Akibat-akibat fisik dari
tindakan menentukan baik-buruknya tindakan itu, entah apapun arti atau nilai
akibat-akibat itu bagi manusia. Anak berbuat baik dengan motivasi menghindari
hukuman. Tahap 2 : Orentasi relativis instrumenal. Tindakan benar adalah
tindakan yang ibarat alat dapat memenuhi kebutuhan sendiri atau kadang-kadang
juga memenuhi kebutuhan orang lain. Anak berbuat baik agar mendapat
hadiah/pujian dari pihak lain.
d. Perkembangan Sosial
Menurut Hurlock (1989: 250) perkembangan sosial berarti perolehan
kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Setelah anak
memasuki sekolah dan melakukan hubungan yang lebih banyak dengan anak lain
dibandingkan dengan ketika masa pra sekolah, minat pada kegiatan keluarga
berkurang. Pada saat yang sama permainan yang bersifat individual menggantikan
permainan kelompok membutuhkan sejumlah permainan, lingkungan pergaulan
anak yang lebih tua secara bertahap bertambah luas. Dengan berubahnya minat
bermain keinginan untuk bergaul dengan teman dan diterima oleh anak di luar
rumah bertambah.
Pada waktu mulai sekolah, anak memasuki usia “gang” yaitu usia pada
saat kesadaran sosial berkembang pesat. Ada empat hal yang perlu diperhatiakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
anak dalam belajar penyesuaian diri. Pertama, kesempatan yang penuh sosialisasi
adalah penting karena anak dapat belajar hidup bermasyarakat dengan orang lain
jika sebagaian waktunya digunakan seorang diri. Kedua, dalam keadaan bersama-
sama anak tidak hanya mampu berkomunikasi dengan kata-kata yang hanya dapat
dipahami oleh orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang topik yang
dapat dimengerti dan menarik bagi orang lain. Ketiga, anak akan belajar
bersosialisasi jika memiliki motivasi. Motivasi tergantung pada tingkat kepuasaan
yang diberikan aktivitas sosial pada anak. Jika mereka memperoleh kesenangan
melalui hubungan dengan orang lain maka ia akan mengulanginya, demikian juga
sebaliknya. Keempat, metode efektif dengan bimbingan adalah penting. Anak
anak mempraktekkan apa yang dilihat dan dirasa menarik baginya. Artinya anak
akan meniru orang lain yang dijadikan tujuan indentifikasi dirinya.
Melihat keempat hal yang perlu diperhatikan anak belajar penyesuaian diri
tersebut, tampak bahwa menjadi pribadi sosial merupakan hal utama yang perlu
dikembangkan. Anak menjadi anggota suatu kelompok teman sebaya yang secara
bertahap menggantikan keluarga dalam mempengaruhi tingkah laku.
e. Perkembangan Iman
Allen Shelly (1982: 41-49) mengemukakan bahwa anak sudah dapat
membedakan antara Allah dan orang tua. Mereka juga mungkin membedakan
antara Allah Bapa dan Tuhan Yesus. Pola pikir masih konkret, namun anak usia
sekolah mulai menggunakan konsep abstrak untuk menggambarkan Allah. Anak
pada usia ini mempunyai keinginan yang besar untuk belajar tentang Allah,
mereka suka memanjatkan doa-doa umum pada waktu menjelang tidur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
makan. Doa-doa mereka biasanya bersifat egosentrik, berupa permohonan kepada
Allah untuk menolong dirinya, atau berterima kasih atas orang-orang dalam hal
mereka sukai. Anak-anak usia sekolah mempunyai kemampuan mengemukakan
untuk menyerap informasi, yang mungkin menjadi berarti pada saat mereka telah
dewasa dan telah mengembangkan penuh kemampuan mereka untuk mengerti
konsep-konsep abstrak.
Perkembangan anak sekolah begitu cepat, dunia mereka semakin meluas
dari lingkungan keluarga ke lingkup sekolah, Gereja dan masyarakat, bahkan
orang-orang di negara lain. Pengertian tentang Allah sebagai pencipta, pemberi
hukum, dan sahabat melalui pengajaran, teladan orang tua, dan orang lain mulai
bertumbuh.
Fowler dalam Cremers (1995: 127-130), membagi teori perkembangan
kepercayaan/iman ke dalam tujuh kategori sebagai berikut: tahap kepercayaan
awal dan elementer (0-2 tahun), tahap kepercayaan intuitifproyektif (2-6 tahun),
tahap kepercayaan mistis-harfiah (6-11 tahun), tahap kepercayaan sintetis-
konvensional (12 sampai masa dewasa), tahap kepercayaan individuxatif-reflektif
(18 tahun dan seterusnya), tahap kepercayaan yang konjungtif (usia setengah baya
30-40 tahun), dan tahap kepercayaan yang mengacu pada universalitas.
Pada usia SD kelas IV, siswa masuk dalam tahap kepercayaan mistis
harfiah. Pada usia ini pikiran anak sekolah amat mengagumkan. Anak mulai dapat
mengungkapkan cerita-cerita dan pernyataan langsung dari arus pengalaman itu
sendiri yang mencerminkan aliran hidup spontan secara detail. Cerita sebagai
sarana perpanjangan dan penemuan diri, diartikan secara harafiah dan dirinya
belum dapat ditarik kesimpulan Allah dapat digambarkan secara antropomorpies,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
di mana Allah dibayangkan sebagai orang tua bijaksana, penuh perhatian, sabar,
seperti tokoh dalam cerita atau dongeng. Oleh karena itu anak belum mempunyai
kesadaran diri untuk berrefleksi atas cerita mengenai pengalaman hidupnya.
2. Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar
a. Pengertian Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar secara Umum
Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk
pendidikan iman dan suatu usaha untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan
nasional. Mangunwijaya (dalam Heryatno Wono Wulung, 2008: 15) menyatakan
hakikat dasar PAK sebagai komunikasi iman, bukan pengajaran agama. Ia
membedakan antara beragama atau punya agama (having religion) dengan
beriman (being religius). Agama berkaitan dengan hukum, peraturan, ritus,
kebiasaan, lambang-lambang luar, segi-segi sosiologis. Agama merupakan jalan
dan saran menuju kepenuhan dan kesejahteraan hidup, jalan manusia menuju
kesatuan dengan Tuhan.
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003, pasal 1, ayat 1, dikatakan bahwa:
Pendidikan adalah salah satu sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar proses pembelajaran secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian,
kecerdasan, aklak mulia, serta keterampilan yamh diperlukan dalam
dirinya, bangsa dan negara. Ini berarti bahwa pendidikan dipandang
sebagai pilar pembentuk manusia dan perkembangan masyarakat.
UU RI No. 20 tahun 2003, pasal 1 ayat 1 menegaskan “Pendidikan Agama
bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya atau menjadi ahli ilmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
agama”. Dari kutiapan di atas bahwa pendidikan agama memiliki peran yakni
menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan kehidupan yang bermakna, damai
dan bermartabat. Menyadari peran pendidikan agama tersebut, nilai-nilai agama
dalam kehidupan serta pribadi menjadi sebuah kebutuhan yang ditempuh dalam
pendidikan.
b. Pengertian Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar Kelas IV
KWI (2011:9) menyatakan agama memiliki peran yang amat penting
dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya
mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari
peran agama amat penting bagi kehidupan manusia maka internalisasi agama
dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh
melalui pendidikan baik pendidikan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari
pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan,
pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individual
atapun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada
akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang
aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
1) Konsili Vatikan II: “Deklarasi tentang Pendidikan Kristen”
(Gravissimum Educationis )
Deklarasi ini menyorot pendidikan sebagai pengembangan sumber daya
manusia. Untuk dasar konsep tingkat SD untuk pendidikan anak tentunya kita
dapat bertumbuh dari pandangan ini. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan
sebagai landasan dalam pendidikan yaitu:
a) Pendidikan Hak semua orang
Gravissimum Educationis art 1 mengungkapkan bahwa pendidikan adalah
hak semua orang.
Semua orang dari suku, kondisi, atau usia maupun juga, berdasarkan
martabat mereka selaku pribadi mempunyai hak yang tak dapat diganggu-
gugat atas pendidikan, yang cocok dengan tujuan maupun sifat perangai
mereka, minghindahkan perbedan jenis, serasi dengan tradisi-tradisi
kebudayaan serta para leluhur, sekaligus juga terbuka bagi persekutuan
persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain, untuk menembuhkan kesatuan
dan damai yang sejati di dunia.
Dari dokumen ini tentunya jelas bahwa pendidikan tidak terbatas pada
latar belakang saja, namun lebih pada hakekat pendidikan atau hak seseorang
sebagai pribadi yang unik dan setara di hadapan Allah, dan terbuka untuk
persekutuan bangsa-bangsa lain untuk menumbuhkan suatu perdamaian di dunia.
b) Tujuan Pendidikan
Dalam Gravissimum Educationis art 1 ditegaskan bahwa ada tujuan dasar
pendidikan yakni: “Mencapai pembinaan pribadi manusia dalam prespektif tujuan
terakhirnya demi kesejahteraan kelompok-kelompok masyarakat, mengingat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
bahwa manusia termasuk anggotanya, dan bila sudah dewasa ikut berperan
menunaikan tugas kewajibannya”. Dari dokumen ini tentunya pendidikan yang
baik itu mengarah pada pembinaan kepribadian secara umum akan berpengaruh
kepada kepentingan kelompok-kelompok masyarakat. Begitu juga Konsili Suci
menyatakan, bahwa anak-anak dan kaum remaja berhak didukung, untuk belajar
menghargai dengan suara hati yang lurus nilai-nilai moral, serta dengan lurus
nilai-nilai moral, serta dengan tulus menghayati secara pribadi, pun juga untuk
semakin sempurna mengenal serta mengasihi Allah.
2) Kurikulum Berbasis Kompetensi: Pendidikan Agama Katolik Sekolah
Dasar, KWI (2011: 9)
a) Hakikat atau pengertian Pendidikan Agama Katolik
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD, KWI (2011: 9)
hakikat Pendidikan Agama Katolik adalah:
Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana
dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan pada
siswa untuk memperteguhkan iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan Agama Katolik, dengan tetap memperhatikan
penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa apa yang diketahui
(pengetahuan, ilmu) tidak selalu membuat hidup seseorang sukses dan bermutu.
Tetapi kemampuan, keuletan dan kecekatan seseorang untuk mengembangkan dan
mengaplikasikan apa yang diketahui dalam hidup nyata akan membuat hidup
seseorang sukses dan bermutu. Demikian pula dalam kehidupan beragama. Orang
tidak akan beriman dan diselamatkan oleh apa yang ia ketahui tentang imannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tetapi oleh pergumulannya menginterprestasikan dan mengaplikasikan
pengetahuan imannya dalam hidup nyata sehari-hari. Seseorang beriman adalah
seseorang yang senantiasa berusaha melihat, menyadari dan menghayati kehadiran
Allah dalam hidupnya, dan berusaha untuk melaksanakan kehendak Allah dalam
konteks hidup nyatanya.
b) Fungsi Pendidikan Agama Katolik
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD, KWI (2011: 9)
hakikat Pendidikan Agama Katolik adalah: “Fungsi Pendidikan Agama Katolik
pada dasarnya ialah membantu siswa untuk mampu mengenal dan menyadari serta
menghayati hidupnya dalam terang iman Kristiani seperti yang diwartakan oleh
Yesus Kristus”.
Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada
optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
c) Tujuan Pendidikan Agama Katolik kelas IV
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD, KWI (2011: 10)
tujuan Pendidikan Agama Katolik adalah agar siswa memiliki kemampuan untuk
membangun hidup yang makin beriman”.
Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada
Injil Yesus Kristus, yang memiliki keperihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan
perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh
setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan.
d) Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik
Dalam proses Pendidikan Agama Katolik, bahan menjadi salah satu faktor
yang penting dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Bahan
dijadikan sarana bagi guru untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran.
Bahan pembelajaran hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa untuk mencapai
tujuan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik terdapat dalam
buku Pendidikan Agama Katolik. Buku Pendidikan Agama Katolik mengandung
4 dimensi atau aspek dari ajaran iman kita yaitu dimensi Pribadi Siswa, Yesus
Kristus, Gereja dan Kemasyarakatan:
Dalam aspek pribadi siswa dibahas tentang pemahaman diri sebagai laki-
laki dan perempuan yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan
kekurangan dalam berelasi dengan sesama serta lingkungan sekitarnya. Dalam
aspek Yesus Kristus dibahas bagaimana meneladani pribadi Yesus Kristus yang
mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah. Dalam aspek Gereja dibahas arti dan
makna Gereja, yang sebagai persekutuan murid-murid Yesus dan ajaran dipanggil
serta diutus menjadi pewarta, saksi dan pelaksana karya keselamatan Allah, serta
bagaimana mewujudkan kehidupan menggereja dan realitas hidup sehari-hari.
Aspek terakhir adalah aspek kemasyarakatan dibahas secara mendalam hidup
bersama dalam masyarakat sesuai dengan Firman/Sabda Tuhan, ajaran Yesus dan
ajaran Gereja, atas dasar keyakinan, bahwa kehadiran Yesus dan Gereja-Nya di
dunia bukan hanya untuk Gereja, tetapi untuk semua orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Dalam kehidupan beragama orang tidak akan beriman dan diselamatkan
oleh apa yang ia ketahui tentang imannya, tetapi terlebih oleh pergumulannya
dalam menginterprestasikan dan mengaplikasikan pengetahuan imannya dalam
hidup nyata sehari-hari. Seorang beriman yang sejati adalah seorang yang
senantiasa berusaha untuk melihat, menghayati kehadiran Allah dalam hidup
nyatanya, dan berusaha untuk melaksanakan kehendak Allah bagi dirinya dan
konteks hidup nyata. Oleh karena itu Pendidikan Agama Katolik di sekolah
merupakan salah satu usaha untuk memampukan peserta didik menjalani proses
pemahaman, pergumulan dan penghayatan iman dalam hidup keseharian. Dengan
demikian proses ini mengandung unsur pemahaman iman, pergumulan iman,
penghayatan iman dan hidup nyata. Proses semacam ini diharapkan semakin
memperteguh dan mendewasakan iman peserta didik.
3. Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK)
a. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010: 2) pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar
dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Winkel (1991: 35) belajar merupakan kegiatan mental yang tidak
dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati
orang itu. Bahkan, hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu
melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui
belajar. Maka, berdasarkan perilaku yang sedang disaksikan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa seseorang telah belajar.
Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan; dalam bergaul dengan
orang, dalam memegang benda dan dalam menghadapi peristiwa manusia belajar.
Namun, tidak sembarang berada di tengah-tengah lingkungan, menjamin adanya
proses belajar. Seseorang harus aktif sendiri, melibatkan diri dengan segala
pemikiran, kemauan dan perasaannya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan itu dapat
berupa suatu hasil yang baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang telah
diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil yang utama; dapat juga berupa hasil
sebagai efek sampingan. Proses belajar dapat berlangsung dengan penuh
kesadaran, dapat juga tidak demikian.
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979: 1), belajar
adalah berubah. Belajar berarti mengubah tingkah laku, mengajar orang lain
bukan berarti mengubah mereka. Menurut Winkel, belajar adalah aktivitas mental
dan psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
nilai dan sikap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Defenisi di atas mempunyai kesamaan di mana untuk belajar itu
dibutuhkan keterlibatan langsung dari si pelajar tersebut. Berdasarkan pengertian
beberapa ahli di atas maka dapat dikatakan belajar adah proses perubahan dari
belum mampu menjadi mampu, tetapi dengan jangka waktu tertentu. Perubahan
itu terlihat dari suatu hasil belajar dan yang mengakibatkan manusia berubah
secara pengetahuan, perilaku, sikap, nilai dan kebiasaan. Perubahan yang terjadi
bersifat menetap dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini sudah
kelihatan tetapi juga perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang dengan
penuh kesabaran.
b. Pengertian Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK)
Menurut Dapiyanta (2008: 57), belajar PAK ialah suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang relatif konstan dan berbekas. Belajar PAK adalah suatu proses
mempersatukan apa yang ditelah dipelajari dengan kenyataan yang dialami oleh
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Namun, belajar PAK itu belum cukup jika
tidak ada keseimbangan antara pengetahuan dan sikap serta tindakan hidup siswa
dalam mengaplikasikan imannya dalam hidup bermasyarakat. Siswa yang sudah
belajar PAK tampak secara umum dalam tiga aspek yakni pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Disadari bahwa sekolah selama
ini hanya menekankan askep kognitif semata dan mengesampingan dua aspek
yang lainnya sehingga tidak membentuk pengetahuan yang holistik bagi siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tekanan PAK pada pengetahuan lebih terkait pada jam pelajaran yang
sangat terbatas. Secara lebih rinci Dapiyanta menguraikan hal tersebut sebagai
berikut:
Dalam keseluruhan kurikulum di sekolah PAK menempati dua atau tiga
jam pelajaran per minggu. Dalam porsi seperti ini sulit diharapkan bahwa
para murid mempunyai motivasi tinggi dalam mengikuti PAK. Belum lagi
kalau memperhitungkan kepentingan mata pelajaran yang umumnya
dilihat dalam perpektif ujian nasional. Maka PAK akan mendapat bagian
perhatian lebih kecil lagi, baik dari murid, orang tua, maupun sekolah.
Pelajaran tambahan dan daya upaya sekolah, orang tua, serta murid akan
dipusatkan pada mata pelajaran yang diujikan secara nasional (Dapiyanta:
2008: 45).
Karena keterbatasan jam pelajaran PAK mudah dimengerti mengapa
internalisasi nilai-nilai keagamaan tidak terjalin secara seimbang. Dapat pula
dimengerti mengapa segi kognitif dalam PAK mendapat tekanan sama seperti
mata pelajaran yang lain. Karena selain kurangnya perhatian secara afeksi dan
pembatinan nilai, PAK di sekolah juga terkesan mengejar target kurikulum
sehingga proses pembelajaran kurang menarik. Pelajaran yang kurang menarik
mengakibatkan motivasi dan perhatian anak untuk mengikuti belajar PAK
berkurang.
Hasil belajar PAK terlihat dalam kemampuan siswa secara nyata dan
terukur, dapat berupa pengetahuan, sikap dan nilai-nilai setelah mengikuti
kegiatan belajar-mengajar. Kematangan nilai dapat dibuktikan dalam sikap dan
tindakan konkret akan membantu mereka menghayati imannya. Kebiasaan-
kebiasaan yang terbentuk berupa: nilai kejujuran, disiplin, kesederhanaan di
sekolah maka si anak dapat mewujudkan hal ini di lingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Dalam menentukan nilai hasil belajar siswa dilakukan melalui kegiatan
penilaian, dengan kata lain pengukuran hasil belajar dilakukan malalui proses
evaluasi. Jadi, evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai yang berupa huruf, kata
atau angka.
c. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Mendukung Belajar
Pendidikan Agama Katolik Siswa-Siswi Kelas IV SD Kanisisus
Wirobrajan
1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar PAK
Shalahudin (1990: 51) mengatakan bahwa siswa-siswi yang mengalami
proses belajar, agar dapat berhasil dengan tujuan yang telah dicita-citakan,
haruslah memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak sebagai berikut:
a) Faktor Eksternal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri,
baik fisik maupun mental. Faktor yang termasuk di dalamnya ialah (1) Faktor-
faktor non sosial dalam belajar misalnya: keadaan cuaca, udara, waktu (siang,
pagi, malam), tempat atau lokasi gedungnya, alat-alat yang dipakai untuk belajar,
seperti buku-buku, alat tulis, alat-alat peraga dan masih banyak hal lainnya; (b)
Faktor-faktor sosial dalam belajar misalnya: kehadiran orang lain pada waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
anak sedang belajar, sehingga perhatian tidak tidak dapat ditunjukkan kepada hal
yang dipelajari atau aktivitas belajar itu semata-mata.
b) Faktor Internal
Faktor-faktor yang termasuk di dalamnya adalah: (1) Faktor fisikologis.
Hal ini berhubungan dengan keadaan jasmani seseorang, misalnya tentang fungsi
organ-organ, susunan-susunan dan bagian-bagian yang berbeda dalam organisme
kehidupan. Faktor yang dapat mempengaruhi belajar seseorang dapat dibedakan
menjadi dua macam yakni: kondisi jasmani pada umumnya, dan keadaan fungsi-
fungsi panca indera. (2) Faktor-faktor Psikologis dalam belajar misalnya: adanya
sifat keinginan tahuan, sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan selalu
ingin maju, keinginan untuk mendapatkan rasa aman apabila menguasai pelajaran.
Faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi seseorang yang sedang belajar. Faktor-
faktor tersebut bisa mendorong dan juga menghambat seseorang yang sedang
belajar.
2) Faktor Pendukung Belajar PAK
Dalam proses belajar siswa-siswi mengharapkan dukungan yang dapat
membantu anak untuk termotivasi dalam belajar agar apa yang diharapkan dapat
tercapai dengan baik. Adapaun faktor-faktor yang mendukung belajar anak
adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
a) Suasana keluarga harus mendorong untuk belajar di rumah
Menururt Nasution (1985: 55) orang tua harus mampu menciptakan
suasana tenang, damai, nyaman dan penuh kasih sayang di dalam rumah, sehingga
memberikan dorongan belajar yang positif kepada anak. Orang tua memberikan
kesempatan yang cukup kepada anak supaya perhatian anak lebih terarah tidak
beralih kepada hal-hal yang lain. Kedamaian dan keakraban maupun kerja sama
yang searah pada anggota keluarga akan menimbulkan kegairahan belajar. Pada
saat mengerjakan tugas orag tua tidak memberikan tugas yang lain. Suasana
damai, tenang dalam keluarga sangat membantu anak dalam kegiatan belajar.
Orang tua juga mengontrol jam belajar anak. Memberikan semangat belajar dan
dukungan kepada anak. Memberi dukungan kepada anak dalam bentuk pujian.
Pujian dapat memberikan rasa bahagia kepada seseorang. Anak juga semakin
semangat dan meningkatkan minatnya belajar, supaya keberhasilan dapat tercapai
kembali. Oleh karena itu setiap anggota keluarga perlu menciptakan suasana yang
sehat dalam lingkungan dan dalam hati si anak ketika belajar.
b) Sarana pendukung belajar anak
Menurut Nasution (1985: 107-112), cara membangkitkan minat belajar
anak. Pertama, melengkapi bahan atau alat-alat keperluan anak dalam
penyelenggaraan pendidikan. Dalam hal ini orang tua perlu melengkapi bahan
atau alat-alat keperluan belajar. Kedua, memberikan makanan yang bergizi. Anak-
anak yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan makanan
yang bernilai gizi tinggi untuk memperlancar pertumbuhan jaringan-jaringan
tubuh dan otak mereka. Maka orang tua perlu memberikan makanan yang bergizi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dan berbagai macam vitamin yang dapat membantu pertumbuhan dan kecerdasan
anak. Dengan makanan yang bergizi dan berbagai vitamin membuat tubuh
menjadi sehat, dan dalam tubuh yang sehat akan terdapat jiwa yang dapat mampu
berpikir secara berdaya-guna dan berhasil guna.
D. Peran Pendampingan Orang Tua terhadap Belajar Pendidikan Agama
Katolik Siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan
Keluarga merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan anak. Dari
orang tua anak mulai dan mendapat pendidikan yang pertama dan utama, dan
mulai mengalami perhatian dan kasih sayang. Perhatian dan kasih sayang dari
orang tua ini merupakan tanda bagi anak-anak yang dikasihi Allah. Anak adalah
milik Tuhan, diserahkan sepenuhnya kepada orang tua untuk mengasuh dan
mendidik mereka, orang tua dipanggil pada suatu tanggung jawab baru. Tanggung
jawab ini harus diterima sebagai anugerah dari terindah dari Allah yang harus di
jaga dan diperlihara sesuai dengan anak seusia mereka.
1. Orang Tua Menjadi Teladan
Pendidikan yang pertama berasal dari orang tua di mana anak harus
diutamakan. Orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya dan orang tua adalah
pelaku yang pertama dan utama dalam pendidikan anak, baik pendidikan iman
maupun pendidikan intelektual. Hubungan orang tua dan anak harus terjalin
dengan baik. Orang tua sebagai teladan anak dapat membangun relasi yang dekat
dengan anak, maka hubungan orang tua dan anak menjadi satu kesatuan. Maka di
sinilah orang tua sebagai pengajaranya harus memahami pelajaran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
hendaknya menuntun anak seumur hidup yakni: pelajaran tentang sikap
penghargaan, penghormatan, pengendalian diri, sikap kejujuran dan kebersamaan.
Orang tua harus menjadi contoh yang baik karena segala sesuatu yang dilakukan
orang tua ditiru oleh anak tanpa ditanya terlebih dahulu.
2. Orang Tua sebagai Fasilitator
Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu melihat kebaikan dan
keburukan anaknya. Untuk itu orang tua hendak memperhatikan cara bergaul sang
anak, dengan siapa bergaul, bagaimana luas pergaulannya. Dengan maksud bukan
membatasi anak dalam bergaul namun diharapkan impian melihat anak sukses
mengarungi kehidupan tanpa mengalami kesalahan dalam pergaulan baik di
keluarga, sekolah dan masyarakat luar sesuai dengan kenyataan. Orang tua selalu
ada di samping anak untuk membantu anak dalam menyelesaikan segala masalah
anak, memberi pujian kepada anak atas perestasi yang diraih oleh anak dan
merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam diri anak misalnya: ulang tahun.
Orang tua sebagai fasilitator untuk membantu anak dalam bertumbuh dan
berkembang, bukan untuk menghalangi anak dalam bertumbuh dan berkembang.
3. Orang Tua Mengikuti Perkembangan anak
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting.
Apabila pendidikan dalam keluarga ini baik maka pendidikan selanjutnya
kemungkinan besar akan berhasil. Membimbing anak sangat membutuhkan
kesabaran yang tinggi bagi orang tua untuk dapat melakukan peran orang tua
dalam pendampingan. Selain itu orang tua juga mempunyai tanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
membantu perkembangan sikap, nilai, kebiasaan, dan keterampilan serta
memotivasi anak dalam belajar. Orang tua harus selalu ada di samping anak untuk
melihat perkembangan anak baik secara fisik, jamani maupun moral. Dalam
belajar Pendidikan Agama Katolik orang tua tidak hanya bekerja sendiri, tetapi
harus bekerja sama dengan guru, supaya anak-anak dapat berkembang sesuai
dengan umur dan taraf pertumbuhannya, bukan hanya menghayati hal-hal
keagamaan pada umumnya, melainkan juga dalam mengalami nilai-nilai
manusiawi yang terdapat dalam belajar Pendidikan Agama Katolik. Nilai-nilai
manusiawi misalnya: kebersamaan, saling menghormati, kemampuan unutk minta
ampun dan memberi ampun ungkapan terima kasih, mengikuti perayaan Ekaristi.
Pendidikan juga akan membantu mereka menjadi orang-orang yang bebas
sehingga mereka dapat mengambil bagian di dalam perjuangan mewujudkan
kehadiran nilai-nilai agama dan nilai-nilai manusia di tengah-tengah kehidupan
mereka.
4. Orang Tua Menjadi Saksi Iman
Peran orang tua pertama-tama adalah menjadi saksi iman, berarti lebih dari
hanya berbicara tentang agama Katolik atau memberi pengajaran tentang pelbagi
segi tentang Kristus, agama dan hidup Kristiani. Menjadi saksi iman berarti
mengarah kepada kenyataan hidup dan kebenarannya. Orang tua tidak cukup
hanya berbicara tentang iman tetapi orang tua harus memberi kesaksian hidup
yang baik bagi anak-anak. Orang tua menunjukkan hal ini lewat sikap dan
tindakan, misalnya orang tua menyuruh anak mulai aktif dalam Gereja, orang tua
harus mendampingi anak untuk ke Gereja dan sampai di gereja berdoa karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
anak dalam usia ini mulai mengungkapkan permohonan mereka kepada Allah
secara spontan. Jadi mendorong anak untuk melakukan hal itu orang tua harus
menjadi teladan. Bernad (1992: 13) dalam buku Iman Keluarga-Keluarga
Kristiani menyebutkan bahwa:
Salah satu yang tiada tara karyanya yang dapat diberikan oleh orang tua
kepada anak-anaknya adalah cinta kasih mereka satu sama lain. Jika anak-
anak menjadi besar dalam suasana cinta kasih di rumah mereka dapat
bertumbuh dan berkembang menjadi orang-orang yang utuh. Mereka dapat
dipenuhi dengan cinta kasih antara orang tua harus juga meluaskan kepada
anak-anaknya, dengan demikian mereka sungguh-sungguh saling
mencintai.
Maka di sinilah orang tua sebagai pengajarnya, mereka harus memahami
pelajaran yang hendaknya menentukan nilai seumur hidupnya yakni: pelajaran
tentang sikap penghargaan, penghormatan, pengendalian diri, sikap kejujuran dan
sikap kebenaran. Pendidikan dalam keluarga merupakan tempat yang utama
dalam pendidikan. Maka Orang tua harus menanamkan nilai-nilai yang baik
dalam diri anak yakni mendampingi belajar anak-anaknya di rumah agar mereka
terdidik dan terlatih dalam belajar. Dengan pendampingan orang tua, anak
menjadi termotivasi dan semangat dalam belajar PAK dan dapat mewujudkan
imannya dalam sikap dan tingkah laku kehidupan sehari-hari. Misalnya: anak
memiliki sikap jujur, tanggung jawab, belajar saling menghormati satu sama lain,
mempunyai sikap belas kasih, peka dan peduli pada sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian mengenai aspek
pendampingan orang tua di siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan
Yogyakarta yang meliputi metode penelitian, tempat dan waktu penelitian,
populasi dan sampel, teknik instrumen pengumpulan data, teknik pengembangan
instrumen dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif
kuantitatif. Menurut Sambas (2007: 54) metode ini menggambarkan permasalahan
yang ada dan data diperoleh dari pengamatan, dan studi pustaka. Fungsi dari
deskriptif sendiri yakni merupakan kegiatan untuk menjelaskan berbagai
karakteristik data sehingga gambaran dari data itu terungkap dengan jelas. Untuk
mendapatkan fakta atau data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka
penulis akan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok yang
akan disebarkan kepada responden, lalu akan didukung oleh metode wawancara,
studi dokumen dan kajian pustaka.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penulis melaksanakan penelitian ini pada bulan Juli hingga bulan
September 2013 di SD Kaniusus Wirobrajan Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
C. Populasi dan Sample Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas IV SD
Kanisius Wirobrajan Yogyakarta yang berjumlah 83 orang tahun akademik 2013-
2014. Sedangkan, sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
atau keadaan tertentu yang akan diteliti (Riduwan, 2010: 11). Dalam penelitian
ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik populatif. Teknik populatif
adalah menggunakan seluruh jumlah populasi yang ada sebagai sampel dalam
penelitian.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Dikarenakan bentuk permasalahan dalam penelitian ini bersifat deskriptif
atau menggambarkan, maka hanya ada satu aspek atau variabel yang akan diukur
atau digambarkan dalam penelitian ini yaitu variabel mengenai “Pendampingan
Orang tua Dalam Belajar Pendidikan Agama Katolik” yang ada di SD Kanisisus
Wirobrajan Yogyakarta.
2. Definisi Konseptual Variabel
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dipaparkan pada bab II, maka
definisi konseptual pendampingan orang tua adalah suatu usaha untuk membantu
orang lain agar dapat mengembangkan dirinya. Dengan segenap daya kekuatan
atau kecakapan ini dihasilkan dari proses belajar dan latihan secara terus menerus,
sehingga dapat menjadi orang tua yang di idam-idamkan oleh anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
3. Definisi Operasional Variabel
Pendampingan orang tua dalam belajar Pendidikan Agama Katolik adalah
suatu usaha yang meliputi tindakan sebagai berikut: menemani, menyediakan
fasilitas, informasi, nasihat, peringatan, menciptakan suasana yang penuh kasih,
motivasi, mengontrol hasil belajar anak.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan teknik
penelitian dengan penyebaran kuesioner. Dapiyanta (2008:23) menyatakan
kuesioner adalah serangkaian daftar pertanyaan atau daftar isian yang harus
dijawab atau diisi oleh responden unutk mendapat jawaban atau diisi oleh
responden untuk mendapat jawaban atan tanggapan dan informasi yang
diperlukan oleh peneliti. Kuesioner merupakan cara untuk menyampaikan
pertayaan secara tertulis pada lembaga yang telah tersedia dan harus
dikembalikan. Jenis kuesioner yang dipakai adalah kuesioner tertutup di mana
pertanyaan yang diajukan sesuai dengan pilihan jawaban. Melalui kuesioner ini
penulis akan menyediakan seperangkat pernyataan untuk diisi oleh responden,
kemudian data yang didapat akan diolah secara deskriptif.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur nilai variabel dalam
penelitian ini adalah skala likert. Skala Likert ini merupakan skala yang mengukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau
gejala sosial.
Sugiyono (2009: 135) mengatakan dalam skala Likert ini setiap nomor
itemnya memiliki 5. Dalam hal ini skala Likert di modifikasi menjadi 4
kemungkinan jawaban, yaitu Selalu (SL) dengan skor 4, Sering (SR) dengan skor
3, Kadang-kadang (KK) dengan skor 2, dan Tidak Pernah (TP) dengan skor 1.
Jadi, masing-masing item akan diskor sesuai dengan skala penilaiannya dan di
dalam analisis datanya akan diperoleh nilai maksimum untuk setiap item
penyataan adalah 4 poin dan nilai minimumnya adalah 1 poin. Berikut adalah skor
alternatif jawaban setiap itemnya;
Tabel 1. Skor alternatif jawaban variabel pengaruh Pendampingan
Orang tua Dalam Belajar PAK
Item Favorable 4 3 2 1
Item Non-faforable 1 2 3 4
Dalam penelitian ini, instrumen bersifat tertutup. Artinya, jawaban untuk
masing-masing pernyataan yang ada telah disediakan pada kolom jawaban,
sehingga responden tinggal memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai
dengan keadaan yang dilihat dan dialaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
a. Kisi-kisi Instrumen
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Pendampingan Orang tua Dalam Belajar
Pendidikan Agama Katolik, dalam bentuk Kuesioner
Aspek Indikator No.
Item
- Menemani - Hadir pada saat anak belajar 1-3
- Menyediakan
fasilitas
- Memberikan tempat belajar yang
nyaman
- Menyediakan transportasi
- Menyediakan buku Pelajar Agama
katolik
- Menyediakan Alkitab
- Menyediakan Tas
- Menyediakan alat tulis
- Menyediakan pakaian
- Menyediakan Buku Doa
- Menyediakan madah bakti
4-5
6
7
8
9
10
11
12
13
- Informasi
- Menjelaskan pelajaran Pendidikan
Agama Katolik
14-16
- Peringatan
- Menunjukkan hal-hal yang baik
- Mengingatkan hal-hal yang boleh
dilakukan
- Mananyakan apakah punya PR atau
tidak
17-23
24-26
26-29
- Teladan - Orang tua dapat memberi contoh
- Menyarankan untuk aktif kegiatan
lingkungan, wilayah dan paroki
- Menyarankan unuk ikut perayaan
Ekaristi
30-32
33-34
35
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Wawancara
Aspek & Indikator
- Menunjukkan tindakan dalam mendampingi anak dalam belajar Pendidikan
Agama Katolik
- Mampu mendampingi anak-anak dalam situasi apapun
- Mampu mengembangkan iman anak dalam kesaksian hidup mereka sehari-
hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 4. Panduan Studi Dokumen
No. Aspek Skor
Kelengkapan buku pelajaran dan alat-alat tulis
1. Mempunyai Buku
Pelajaran Agama Katolik
Sangat
memadai 4 3 2 1
Tidak
memadai
2. Mempunyai buku cerita
yang berkaitan dengan
Kitab Suci
Sangat
memadai 4 3 2 1
Tidak
memadai
3. Kitab Suci
Sangat
memadai 4 3 2 1
Tidak
memadai
4. Pulpen atau Pensil
Sangat
Memadai 4 3 2 1
Tidak
memadai
5. Buku Doa
Sangat
Memadai 4 3 2 1
Tidak
memadai
6. Rosario
Sangat
Memadai 4 3 2 1
Tidak
memadai
7. Buku nyanyian/Madah
Bakti
Sangat
Memadai
4
3 2 1 Tidak
memadai
Persiapan belajar PAK(Catatan Tertulis)
8. Buku catatan
Sangat
lengkap 4 3 2 1
Tidak
lengkap
9. Buku PR
Sangat
lengkap 4 3 2 1
Tidak
lengkap
10. Buku Latihan Soal
Sangat
lengkap 4 3 2 1
Tidak
lengkap
b. Pengembangan Instrumen
a) Uji coba terpakai
Uji coba instrumen ini berbentuk uji coba terpakai. Artinya peneliti hanya
satu kali menyebarkan instrumen kepada responden untuk dipakai dalam
mengumpulkan data penelitian. Hal ini digunakan agar data yang masuk benar-
benar murni karena pertama kali dipakai dan supaya tidak terjadi rekayasa dalam
pengambilan datanya. Butir instrumen yang sudah diisi oleh responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
selanjutnya akan diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya, lalu butir instrumen
yang tingkat validitasnya sangat rendah akan dibuang, kemudian dilakukan
analisis data untuk mendeskripsikan pendampingan orang tua dalam belajar PAK
dengan menggunakan butir instrumen yang dianggap valid.
b) Uji Validitas Instrumen
Setelah data terkumpul, penulis sebelumnya akan memasukkan data sesuai
dengan aspek-aspeknya, lalu mulai menguji tingkat validitas data yang sudah
didapat. Alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu
memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi uji validitas.
Arikunto dalam Riduwan (2010: 97) menjelaskan bahwa validitas merupakan
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesasihan suatu alat ukur.
Jika instrumen dinyatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Oleh karena itu, agar gambaran dan
kesimpulan hasil penelitian ini tidak keliru nantinya, penulis akan menguji
validitas instrumen yang telah dipakai.
Dalam uji coba terpakai menggunakan validitas butir dengan taraf
signifikansi 0,05 dengan N 81 orang, maka butir yang memiliki koefisien korelasi
lebih besar atau sama dengan 0,216 dianggap valid dan layak digunakan dalam
penelitian ini. Perhitungan uji validitas dalam penelitian ini dengan menghitung
korelasi antara masing-masing skor item pernyataan dengan skor total
menggunakan rumus teknik Korelasi Product Moment berbantuan Microsoft
Excel. Rumus manualnya sebagai berikut;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel 5. Rumus Manual Korelasi Product Moment
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi variabel x dengan variabel y
xy : hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y
x : jumlah nilai setiap item
y : jumlah nilai konstan
N : jumlah subyek penelitian
Hasil uji validitas butir pada keseluruhan aspek yang diuji dari 35 butir soal
semua butir soal nilainya lebih dari 0,216. Dengan demikian semua soal
dinyatakan valid dan layak untuk dianalisis lebih lanjut.
c) Uji Reliabilitas Instrumen
Menurut Riduwan (2010: 213), uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan
tingkat kehandalan alat pengumpul data. Sugiyono (2009: 173) Instrumen yang
reliabilitas adalah instrumen yang jika digunakan beberapa kali untuk mengukur
obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pengukuran reliabilitas
dari penelitian ini akan dilakukan dengan cara satu kali pengukuran guna mencari
reliabilitas internal dari setiap item instrumen.
NN
N
yxxy
rxy
yyxx2222
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Besar koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Jika
koefisien semakin mendekati 1,00 maka reliabilitas hasil pengukurannya sangat
tinggi. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan teknik formula
Alpha dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Rumus manualnya
adalah;
Tabel 6. Rumus Manual Realibilitas
Keterangan :
r11 = koefisien reliabilitas alpha
Si = varian responden untuk item 1
k = jumlah item
St = jumlah varian skor total
Hasil pengujian reliabilitas melalui program SPSS 16.0 for windows dapat
dilihat dari tabel berikut ini;
Tabel 7. Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
0,901 35
Dari hasil analisis terhadap 35 butir item instrumen yang valid, diketahui
nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,901 yang berarti reliabilitas soal sangat tinggi.
𝑟11 = 𝑘
𝑘 − 1 1−
∑𝑆𝑖𝑆𝑡
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
E. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2010: 207) mengatakan analisis data merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk membahas data yang dihasilkan dari penyebaran instrumen
setelah terkumpul semua. Adapun yang dilakukan dalam analisis data ini adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis respondennya, mentabulasi
data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data atas setiap
variabel yang diteliti, dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Statistik
deskriptif ini merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi Penulis menggunakan metode statistik deskriptif ini
karena sesuai dengan tujuan penulisan skripsi ini, yaitu ingin mendeskripsikan
atau menggambarkan pendampingan orang tua dalam belajar Pendidikan Agama
Katolik siswa-siswi Wirobrajan Yogyakarta.
Adapun data yang ingin diuji melalui statistik deskriptif ini meliputi
penyajian data melalui tabel, grafik, dengan memperhitungkan nilai yang sering
muncul (modus), nilai tengah (median), pengukuran tendensi sentral/rata-rata
(mean), simpang baku (standar deviasi), varian, range (rentang skor), skor
terendah (minimum), skor tertinggi (maximum), serta perhitungan persentase.
Instrumen penelitian ini didasarkan pada skala Likert dengan interval
skalanya 4 dan perhitungan jumlah skornya didasarkan pada banyaknya nomor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
item instrumen, yaitu 35 nomor item. Untuk mendapatkan skor tertinggi (Selalu)
dalam variabel ini, nilai tertingginya dikalikan dengan jumlah seluruh nomor item,
yaitu 4x35=140. Sedangkan untuk skor terendah (untuk jawaban Tidak Pernah)
dalam variabel ini, nilai terendahnya dikalikan dengan seluruh nomor item, yaitu
1x35=35.
Adapun pengolahan data dalam penelitian ini akan dimulai dengan
menyusun instrumen berdasarkan nomor item, kemudian akan dicari tingkat
validitas dan reliabilitasnya, lalu mulai dikelompokkan dan diolah sesuai dengan
data yang ingin diketahui agar bisa digunakan untuk mendeskripsikan
pendampingan orang tua dalam belajar pendidikan agama katolik siswa-siswi
Kanisius Wirobrajan.
Berikut ini adalah cara menentukan kategori variabel yang diukur, yang juga
berlaku untuk setiap aspek variabelnya:
1. Skor tertinggi yang dapat dicapai dalam variabel ini: 4x35=140
2. Skor terendah yang dicapai dalam variabel ini: 1x35=35
3. Hasil dari skor tertinggi dikurangi skor terendah: 140-35=105
4. Hasil dibagi 4 sesuai dengan skala intervalnya: 105/4=26,25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Kriteria tersebut diambil dari rumus sebagai berikut;
Tabel 8. Rumus Penentuan Kriteria
𝑺𝒎𝒂𝒌 − 𝑺𝒎𝒊𝒏𝒏
Keterangan:
Smak.= Skor Maksimal
Smin.= Skor Minimal
n= rentang skala setiap item instrumen
Tabel 9. Kriteria Interval
Kriteria Interval
Sangat Baik 113,76-140
Baik 87,6-113,75
Kurang 61,26-87,5
Sangat Kurang 35-61,25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini penulis menyajikan dan membahas hasil penelitian dengan
menganalisis semua data yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan pendampingan
orang tua dalam belajar Pendidikan Agama Katolik di SD Kanisisus Wirobrajan
Yogyakarta.
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh data mengenai
Pendampingan Orang tua dalam belajar PAK siswa-siswi Kelas IV SD Kanisus
Wirobrajan yang dideskripsikan sebagai berikut;
1. Deskripsi Data Pendampingan Orang tua
Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diperoleh gambaran tentang
pendampingan orang tua yang dideskripsikan di bawah ini.
Tabel 10: Rangkuman statistik deskripsi nilai keseluruhan
pendampingan orang tua
Statistik Nilai Keseluruhan
N Valid 81
∑ Instrumen 35
Mean 110.77
Median 114.00
Mode 117
Std. Deviation 15.766
Variance 248.557
Range 102
Minimum 35
Maximum 137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Dari tabel statistik deskripsi nilai keseluruhan pendampingan orang tua di
atas dapat dilihat N Valid 81 dengan jumlah istrumen yanng valid sebanyak 35
butir. Diketahui bahwa skor terendah (minimum) sebesar 35 dan skor tertinggi
(maximum) sebesar 137 dengan rata-rata dari pengamatan (Mean) 110.77 dan
simpang baku (Std. Deviation) sebesar 15.766. Nilai Variance sendiri sebesar
248.557 dengan nilai tengah (median) sebesar 114.00 dan nilai yang sering
muncul (mode) adalah 117 Nilai kisaran (range) yang merupakan selisih antara
nilai maksimum dengan nilai minimum sebesar 102.
Tabel 11. Kriteria Data Keseluruhan Pendampingan Orang tua
Kriteria Interval Jumlah
Responden Presentase
Sangat Baik 113,76-140 43 53,09%
Baik 87,6-113,75 34 41,97%
Kurang 61,26-87,5 3 3,71%
Sangat Kurang 35-61,25 1 1,23%
Jumlah Total Responden & Presentase 81 100%
Grafik 1. Frekuensi Nilai Keseluruhan Pendampingan Orang tua
Sangat
Baik
113,76-140
Baik 87,6-
113,75
Kurang
61,26-87,5
Sangat
Kurang 35-
61,25
Presentase 53.09% 41.97% 3.71% 1.23%
Frekuensi 43 34 3 1
05
101520253035404550
Nilai Keseluruhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Pada grafik 1 data menunjukkan nilai rata-rata (mean) dari aspek
keseluruhan pendampingan orang tua SD Kanisius Wirobrajan sebesar 110,77.
Hal ini berarti aspek keseluruhan pendampingan masuk dalam kategori sangat
baik. Siswa yang menjawab sangat baik sebanyak 43 orang (53,09%), siswa yang
menjawab baik sebanyak 34 orang (41,97%), siswa yang menjawab kurang
sebanyak 3 orang (3,71%) dan siswa yang sangat kurang sebanyak 1 orang
(1,23%). Dengan demikian data dari keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
dengan nilai rata-rata jawaban siswa SD Kanisius sebesar 110,77 adalah kategori
sangat baik.
a. Deskripsi Aspek Menemani
Dari aspek menemani dengan jumlah instrumen 3 butir dan populasi
sebanyak 81 siswa diperoleh data rata-rata (mean) 9,16 dengan simpangan baku
(Std. Deviation) sebesar 1,764. Skor tertinggi (maximum) sebesar 12 dan skor
terendah (minimum) sebesar 3, maka rentang skor (range) yang diperoleh 9. Nilai
nilai tengah (median) dari aspek menemani yang diperoleh adalah 9,00 dan nilai
yang sering muncul (mode) adalah 10.
Tabel 12. Rangkuman Statistik Aspek Menemani
Statistik Deskriptif Menemani
N Valid 81
∑ Instrumen 3
Mean 9.16
Median 9.00
Mode 10
Std. Deviation 1.764
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 13. Kriteria Aspek Menemani
Kriteria Interval Jumlah
Responden
Presentase
Sangat Bersedia 9,76-12 20 24,70%
Bersedia 7,6-9,75 48 59,26%
Kurang Bersedia 5,26-7,5 8 14,81%
Sangat Kurang Bersedia 3-5,25 1 1,23%
Jumlah Total Responden & Presentase 81 100%
Grafik 2. Frekuensi Aspek Menemani
Pada grafik 2 data menunjukkan nilai rata-rata (mean) dari aspek
keseluruhan aspek menemani SD Kanisius Wirobrajan sebesar 9,16. Hal ini
berarti aspek seluruh menemani masuk dalam kategori bersedia. Siswa yang
menjawab sangat bersedia sebanyak 20 orang (24,70%), siswa yang menjawab
Sangat
Bersedia
9,76-12
Bersedia 7,6-
9,75
Kurang
Bersedia
5,26-7,5
Sangat
Kurang
bersedia 3-
5,25
Presentase 24.70% 59.26% 14.81% 1.23%
Frekuensi 20 48 8 1
0
10
20
30
40
50
60
Aspek Menemani
Variance 3.111
Range 9
Minimum 3
Maximum 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
bersedia sebanyak 48 orang (59,26%), siswa yang menjawab kurang bersedia
sebanyak 8 orang (14,81%) dan siswa yang sangat kurang bersedia sebanyak 1
orang (1,23%). Dengan demikian data dari keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
dengan nilai rata-rata jawaban siswa-siswi SD Kanisius Wirobrajan 9,16 kategori
bersedia.
b. Deskripsi Aspek Fasilitas
Dari aspek fasilitas dengan jumlah instrumen 10 butir dan populasi
sebanyak 81 siswa diperoleh data rata-rata (mean) 33.19 dengan simpangan baku
(Std. Deviation) sebesar 5.622. Skor tertinggi (maximum) sebesar 40 dan skor
terendah (minimum) sebesar 10, maka rentang skor (range) yang diperoleh 30.
Nilai nilai tengah (median) dari aspek fasilitas yang diperoleh adalah 35,00 dan
nilai yang sering muncul (mode) adalah 35.
Tabel 14. Rangkuman Statistik Aspek Fasilitas
Statistik Deskriptif Fasilitas
N Valid 81
∑ Instrumen 10
Mean 33.19
Median 35.00
Mode 35a
Std. Deviation 5.622
Variance 31.603
Range 30
Minimum 10
Maximum 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel 15. Kriteria Aspek Fasilitas
Kriteria Interval Jumlah
Responden
Presentase
Sangat Memadai 32,6-40 51 62,96%
Memadai 26-32,5 23 28,40%
Kurang Memadai 17,6-25 6 7,41%
Tidak Memadai 10-17,5 1 1,23%
Jumlah Total Responden & Presentase 81 100%
Grafik 3. Frekuensi Aspek Fasilitas
Pada grafik 3 data menunjukkan nilai rata-rata (mean) dari aspek
keseluruhan aspek Fasilitas SD Kanisius Wirobrajan sebesar 33,19. Hal ini berarti
aspek seluruh Fasilitas masuk dalam kategori sangat memadai. Siswa yang
menjawab selalu sebanyak 51 orang (62,96%), siswa yang menjawab memadai
sebanyak 48 orang (28,40%), siswa yang menjawab kurang memadai sebanyak 6
orang (7,41%) dan siswa yang tidak memadai sebanyak 1 orang (1,23%). Dengan
demikian data dari keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dengan nilai rata-rata
jawaban siswa-siswi SD Kanisius Wirobrajan 33,19 kategori sangat memadai.
Sangat
Memadai
32,6-40
Memadai 25-
32,5
Kurang
Memadai
17,6-25
Tidak
Memadai 10-
17,5
Presentase 62.96% 28.40% 7.41% 1.23%
Frekuensi 51 23 6 1
0
10
20
30
40
50
60
Aspek Fasilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
c. Deskripsi Aspek Informasi
Dari aspek informasi dengan jumlah instrumen 3 butir dan populasi
sebanyak 81 siswa diperoleh data rata-rata (mean) 9,19 dengan simpangan baku
(Std. Deviation) sebesar 1.885. Skor tertinggi (maximum) sebesar 12 dan skor
terendah (minimum) sebesar 4, maka rentang skor (range) yang diperoleh 9. Nilai
nilai tengah (median) dari aspek informasi yang diperoleh adalah 9,00 dan nilai
yang sering muncul (mode) adalah 10.
Tabel 16. Rangkuman Statistik Aspek Informasi
Statistik Deskriptif Fasilitas
N Valid 81
∑ Instrumen 3
Mean 9.19
Median 9.00
Mode 10
Std. Deviation 1.885
Variance 3.553
Range 9
Minimum 3
Maximum 12
Tabel 17. Kriteria Aspek Informasi
Kriteria Interval Jumlah
Responden
Presentase
Sangat Mampu 9,76-12 19 23,46%
Mampu 7,6-9,75 44 54,32%
Kurang Mampu 5,76-7,5 16 19,75%
Sangat Kurang Mampu 3-5,25 2 2,47%
Jumlah Total Responden & Presentase 81 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Grafik 4. Frekuensi Aspek Informasi
Pada grafik 4 data menunjukkan nilai rata-rata (mean) dari aspek
keseluruhan aspek Informasi SD Kanisius Wirobrajan sebesar 9,19. Hal ini berarti
aspek seluruh Informasi masuk dalam kategori Mampu. Siswa yang menjawab
sangat mampu sebanyak 19 orang (23,46%), siswa yang menjawab mampu
sebanyak 44 orang (54,32%), siswa yang menjawab kurang mampu sebanyak 16
orang (19,75%) dan siswa yang sangat kurang tidak mampu sebanyak 2 orang
(2,47%). Dengan demikian data dari keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
dengan nilai rata-rata jawaban siswa-siswi SD Kanisius Wirobrajan 9,19 kategori
mampu.
Sangat
Mampu
9,76-12
Mampu 7,6-
9,75
Kurang
Mampu 5,76-
7,5
Sangat
Kurang
Mampu 3-
5,25
Presentase 23.46% 54.32% 19.75% 2.47%
Frekuensi 19 44 16 2
05
101520253035404550
Aspek Informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
d. Deskripsi Aspek Peringatan
Dari aspek peringatan dengan jumlah instrumen 13 butir dan populasi
sebanyak 81 siswa diperoleh data rata-rata (mean) 40,99 dengan simpangan baku
(Std. Deviation) sebesar 6,478. Skor tertinggi (maximum) sebesar 52 dan skor
terendah (minimum) sebesar 13, maka rentang skor (range) yang diperoleh 39.
Nilai nilai tengah (median) dari aspek peringatan yang diperoleh adalah 42,00 dan
nilai yang sering muncul (mode) adalah 43.
Tabel 18. Rangkuman Statistik Aspek Peringatan
Statistik Deskriptif Peringatan
N Valid 81
∑ Instrumen 13
Mean 40.99
Median 42.00
Mode 43
Std. Deviation 6.478
Variance 41.962
Range 39
Minimum 13
Maximum 52
Tabel 19. Kriteria Aspek Peringatan
Kriteria Interval Jumlah
Responden
Presentase
Selalu 42,26-52 34 41,98%
Sering 32,6-42,25 40 49,38%
Kadang-kadang 22,76-32,5 6 7,41%
Tidak pernah 13-22,75 1 1,23%
Jumlah Total Responden & Presentase 81 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Grafik 5. Frekuensi Aspek Peringatan
Pada grafik 5 data menunjukkan nilai rata-rata (mean) dari aspek
keseluruhan aspek Peringatan SD Kanisius Wirobrajan sebesar 40,99. Hal ini
berarti aspek seluruh Peringatan masuk dalam kategori sering. Siswa yang
menjawab selalu sebanyak 40 orang (41,98%), siswa yang menjawab sering
sebanyak 40 orang (49,38%), siswa yang menjawab kadang-kadang sebanyak 6
orang (7,41%) dan siswa yang tidak pernah sebanyak 1 orang (1,23%). Dengan
demikian data dari keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dengan nilai rata-rata
jawaban siswa-siswi SD Kanisius Wirobrajan 40,99 kategori sering.
e. Deskripsi Aspek Teladan
Dari aspek teladan dengan jumlah instrumen 6 butir dan populasi sebanyak
81 siswa diperoleh data rata-rata (mean) 18,25 dengan simpangan baku (Std.
Deviation) sebesar 4,045. Skor tertinggi (maximum) sebesar 24 dan skor terendah
Selalu
42,26-52
Sering
32,6-42,25
Kadang-
kadang
22,77-32,5
Tidak
Pernah 13-
22,76
Presentase 41.98% 49.38% 7.41% 1.23%
Frekuensi 34 40 6 1
05
1015202530354045
Aspek Peringatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
(minimum) sebesar 6, maka rentang skor (range) yang diperoleh 18. Nilai nilai
tengah (median) dari aspek teladan yang diperoleh adalah 19,00 dan nilai yang
sering muncul (mode) adalah 20.
Tabel 20. Rangkuman Statistik Aspek Teladan
Statistik Deskriptif Teladan
N Valid 81
∑ Instrumen 6
Mean 18.25
Median 19.00
Mode 20
Std. Deviation 4.045
Variance 16.363
Range 18
Minimum 6
Maximum 24
Tabel 21. Kriteria Aspek Teladan
Kriteria Interval Jumlah
Responden
Presentase
Sangat Mampu 9,6-24 35 43,21%
Mampu 16-19,5 31 38,27%
Kurang Mampu 10,6-15 12 14,82%
Sangat Kurang Mampu 6-10,5 3 3,70%
Jumlah Total Responden & Presentase 81 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Grafik 6. Frekuensi Aspek Teladan
Pada grafik 6 data menunjukkan nilai rata-rata (mean) dari aspek
keseluruhan aspek Teladan SD Kanisius Wirobrajan sebesar 18,25. Hal ini berarti
aspek seluruh Teladan masuk dalam kategori sangat mampu. Siswa yang
menjawab sangat mampu sebanyak 35 orang (43,21%), siswa yang menjawab
mampu sebanyak 31 orang (38,27%), siswa yang menjawab kurang mampu
sebanyak 12 orang (14,81%) dan siswa yang sangat kurang mampu sebanyak 3
orang (3,70%). Dengan demikian data dari keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
dengan nilai rata-rata jawaban siswa-siswi SD Kanisius Wirobrajan 18,25
kategori sangat mampu.
Sangat
Mampu 9,6-
24
Mampu 16-
19,5
Kurang
Mampu
10,6-15
Sangat
Kurang
Mampu 6-
10,5
Presentase 43.21% 38.27% 14.82% 3.70%
Frekuensi 35 31 12 3
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Aspek Teladan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
2. Hasil Wawancara Dengan Orang tua
Dalam penelitian ini, penulis juga melakuan wawancara untuk mendapatkan
informasi mengenai pendampingan orang tua dalam belajar PAK guna
mendukung dan memperkuat hasil penelitian berbentuk kuesioner yang sudah
dianalisis. Keterbatasan waktu, kesediaan orang tua penulis hanya dapat
mewawancari 7 orang tua secara langsung. Pada responden ini orang tua yang
bersedia untuk bertemu penulis ini dan aktif jika ada rapat di sekolah.
Berikut ini adalah hasil wawancara yang penulis dapatkan;
a. Bagaimana cara pendampingan Bapak/Ibu kepada anak anda?
Responden 1:
“Iya, selama ini saya memberikan perhatian khusus kepada putri saya.
Sepulang sekolah saya menanyakan ada tugas tidak? Padahal masih di atas
motor lho mbak. Saya selalu mengawasi perkembangan putri saya tanpa
saya lewatkan sendikit pun. Puji Tuhan mbak, putri saya ini, walaupun
saya tidak ada di rumah, dia belajar sendiri. Suami saya menyuruh saya
tidak bekerja untuk mendampingi putri saya. Pada awalnya sich!!! Saya
keberatan mbak.. Tapi ya mau bagaimana, istri kan harus nurut suami ya
mbak???..”
Responden 2:
“Selama saya mendampingi anak-anak kami, kami melihat pendampingan
untuk anak cowok dan cewek itu berbeda. Anak cewek itu lebih dengan
hati yang lembut namun kalau anak cowok harus sedikit keras. Anak kami
ini jika tidak didampingi tidak belajar mbak, Sumpah. Anak kami ini agak
berbeda dengan anak yang lain, jadi saya harus benar-benar mendampingi
dan saya selalu berusaha mencari buku tentang pendampingan yang cocok
untuk anak kami ini. Kami memberikan semangat untuk selalu giat belajar,
membantu kesulitan-kesulitan anak dalam mengerjakan PR dan harus
selalu ada disamping dalam belajar.”
Responden 3:
“Kalau menurut saya, apa yang telah saya lakukan dan istri saya dalam
pendampingan belajar sudah baik, karena istri saya selalu ada di samping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
anak saya dalam situasi apapun. Kami memberi kebebasan kepada kedua
anak saya tetapi juga menghindari pengaruh yang kurang baik. Seperti
perkemabangan zaman, kita harus mengikuti perkembangan itu tapi kita
jangan terbawa arus itu sendiri mbak. Kami juga sangat menyadari orang
tualah yang pertama dan utama dalam pendidik anaknya. Pendidikan iman
sejak dini menjadi pondasi buat anak ke masa depannya.”
Responden 4:
“Kami tidak mempunyai pendampingan secara khusus bagi anak kami.
Anak kami pulang sekolah di rumah neneknya. Sore kami jemput, setelah
itu baru pulang ke rumah sudah capek lalu tidur mbak. Masalah belajar
anak hanya belajar sendiri, kadang-kadang ketika ada waktu kosong kami
ada di sampingnya untuk menemani belajar. Mereka menyesuaikan jadwal
sekolah.”
Responden 5:
“Saya selalu berusaha mendampingi putri saya, walaupun tugas yang
harus saya selesaikan banyak sekali. Saya berperan ganda sebagai Bapak
dan Ibu, karena suami saya bekerja pindah-pindah terus. Saya terkadang
tersiksa mbak.... pekerjaan banyak sekali, ngurus anak juga harus saya.
Tapi saya tetap bersyukur atas putri saya titip dari Tuhan. Saya memberi
pendampingan secara khusus. Setiap kali anak belajar saya sempat kan
untuk ada di sampingnya walaupun dengan menyambi pekerjaan yang
lain.”
Responden 6:
“Kami selalu mendampingi anak kami dalam belajar PAK. Kami
mengetahui orang tualah pendidik yang pertama dan utama bagi anak-
anaknya. Pada saat anak belajar kami selalu ada, kalau kami tinggal anak
langsung tidur”
Responden 7:
“Kami selalu mendampingi anak kami dalam belajar PAK. Pada saat anak
belajar saya selalu ada. Walaupun kami agama Kristen.”
b. Apakah Bapak/Ibu menyediakan seluruh fasilitas anak yang
berhubungan dengan PAK?
Responden 1:
“Ya, saya menyediakan seluruh fasilitas untuk menunjuang proses belajar
mengajar.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Responden 2:
“Ya, saya menyediakan seluruh fasilitas untuk mendukung perkembangan
anak kami, ruang belajar juga kami sediakan karena kami sendiri
menyadari kondisi dan keadaan rumah sangat mendukung untuk semangat
anak belajar.”
Responden 3:
“Ya, kami selalu memenuhinya, karena merupakan kebutuhan utama bagi
anak-anak. Tetapi kalau ruang belajar yach!! Begini lah mbak. Anak saya
belajar di ruang yang kecil ini, hanya pakai meja lipat mbak. Ini semua
kami peroleh dengan kerja keras dan banting tulang”
Responden 4:
“Ya, kami menyediakan semuanya mbak. Hanya saya ruang belajar di
rumah jarang di pakai, karena mereka lebih sering di rumah neneknya.”
Responden 5:
“Ya, saya menyediakan seluruh fasilitas belajar putri saya, tembokpun
penuh dengan coretan dan tempelan.”
Responden 6:
“Ya, kami memenuhinya karena merupakan kebutuhan utama bagi anak-
anak dalam proses belajar. Tapi ruang belajar hanya beralaskan tikar dan
meja lipat.”
Responden 7:
“Ya, karena sangat penting dalam proses belajar mengajar.”
c. Apakah Bapak/Ibu menemukan hambatan dalam PAK?
Responden 1:
“Tidak terlalu ada hambatan dan kesulitan, namun kadang-kadang kurang
mamahami isi dari pelajaran agama katolik yang semakin lama semakin
sulit.”
Responden 2:
“ Kalau ditanya hambatan bisa dikatakan iyah, bisa juga dikatakan tidak.
Tapi kesimpulan terakhir kami masih bisa memahami sedikit-sedikit. Tapi
terkadang tidak bisa karena pelajaran Agama anak sekarang sulit dan saya
juga agak kesulitan untuk menjelaskan kembali kepada anak kami.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Responden 3:
“Terbatasanya pengetahuan kami.”
Responden 4:
“Hambatan dan kesulitan saya: menjawab soal-soal tentang Kitab Suci,
dan membagi waktu mendampingi anak dalam belajar di rumah, karena
saya dan istri saya banyak pekerjaan di kantor.”
Responden 5:
“Kita khan agama katolik mbak, jadi saya dapat memahami pelajaran putri
saya. Dengan membaca-baca buku. Sekolah ulang lagi mbak!.”
Responden 6:
“Terbatasnya pengetahuan yang saya miliki, tapi saya sebagai orang tua
banyak belajar agar dapat menelaskan kepada anak.”
Responden 7:
“Tidak terlalu ada hambatan dan kesulitan, hanya dalam pelajaran Ekaristi
kami tidak mengetahui. Tapi kami minta bantu kepada tetangga yang
agama Katolik.”
d. Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu jika anak mempunyai nilai jelek,
apakah Bapak/Ibu memberi hukuman kepada anak?
Responden 1:
“Saya tidak pernah memarahi anak, saya hanya memberi nasehat, putri
saya berusaha untuk mendapatkan nilai yang bagus. Dengan demikian
putri saya selalu belajar dengan giat, karena jika dapat nilai yang bagus,
saya memberi hadiah mbak.”
Responden 2:
“Kami tidak pernah memarahi anak kami, karena kami sadar
kemampunnya sampai di mana. Kami selalu memberi motivasi dan
dorongan untuk semakin giat belajar.”
Responden 3:
“Puji Tuhan mbak, nilai agama anak kami tidak pernah jelek, jelek banget.
Dia bisa mengikuti, nilainya selalu diatas rata-rata nilai ketuntasan.
Dengan nilai yang bagus kami juga memberi motivasi kepada anak agar
lebih rajin belajar agar nilainya lebih tinggi lagi.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Responden 4:
“Nilai anak ini pas banget sama nilai rata-rata kelas mbak. Kalau nilainya
jelek terkadang kami emosi. Saya dan istri saya sudah capek kerja dari
pagi pulang sore pulang menenukan nilai anak yang jelek. Tapi kami juga
memberi motivasi dengan cara: kalau nilai anak-anak bisa naik, saya dan
istri saya membeli hadiah yang mereka inginkan.”
Responden 5:
“Saya tidak pernah marah mbak. Karena saya tahu kemampuan putri saya.
Tapi saya tersiksa karena mertua saya yang selalu membandingkan putri
saya dengan cucunya yang lain. Tapi saya selalu juga bilang kepada putri
saya, adek tidak usaha berkecil hati. Yang penting adek belajar lebih giat
dan kalau ada kesulitan dalam belar tanya bapak/ibu guru atau orang tua.”
Responden 6:
“Kami tidak memarahi anak, tapi kami selalu mengingatkan agar anak
belajar lebih tekun supaya hasilnya lebih baik. Kami selalu menyuruh anak
untuk lebih banyak belajar dan membaca buku-buku pelajaran.”
Responden 7:
“Tidak pernah, karena marah-marah bukan jalan yang terbaik. Sebagai
orag tua harus menghargai kemapuan anak dan yang perlu dilakukan oleh
orang tua adalah memberikan semangat belajar agar nanti kedepannya
tidak mendapat nilai yang jelek.”
e. Teladan apakah yang Bapak/Ibu berikan kepada anak-anak dalam
meningkatkan iman anak?
Responden 1:
“ Iya, sebagai orang tua kami selalu berusaha memberi teladan yang baik.
Kami sebagai orang tua mengajak untuk aktif di Gereja, lingkungan. Kami
juga selalu megingatkan putri kami agar rajin berdoa dan kami pun
mengadakan doa bersama, menyuruh anak untuk mengikuti kegiatan-
kegiatan di gereja maupun kegiatan koor baik yang diadakan sekolah
maupun lingkungan.”
Responden 2:
“ Iya, sebagai orang tua kami selalu berusaha memberi teladan yang baik.
Kami sebagai orang tua mengajak anak untuk aktif di Gereja, lingkungan.
Namun PIA untuk di lingkungan tidak ada. Saya stres banget!!! Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
kami yang satu ini, berbeda dengan anak yang pertama dan sulung kami.
Anak kami yang dua diajak berdoa langsung mau, sedangkan anak yang
satu ini, jangankan berdoa mengucapkan BAPA KAMI aja mesti dipaksa
mbak. Gimana tidak stres nanti di luar di sana apa dibilang orang?. ”
Responden 3:
“Kami memang betul-betul memberi teladan yang baik bagi anak-anak
kami. Kami hanya keluarga sederhana, saya hanya buruh dan istri saya
hanya buku warung kelontong kecil. Kami betul-betul membentuk
karakter anak, selalu mengingatkan kita harus berperilaku sederhana,
menerima apa yang ada di keluarga kita. Kami juga menanamkan sejak
dini kepada anak kami, kalau hari minggu hari Tuhan. Hari minggu kami
tidak pakai untuk bekerja, warung kelontong pun tutup. Hari minggu kita
Gereja pulang Gereja rekreasi bersama. Tidak hanya orang kaya yang bisa
rekreasi mbak. Kami juga mendorong anak kami untuk ikut sembahyangan
dilingkungan, membimbing anak untuk berdoa sebelum dan sesuadah
melakukan aktivitas. Hidup hanya sekali tidak usaha di buat susah. Segala
sesuatu kita hadapi dengan semnagat dan senyuman.”
Responden 4:
“Kami selalu memberi teladan yang baik bagi anak kami. Nenek dan
kakeknya juga memberi teladan yang baik. Hari minggu adalah hari kami
bertemu anak-anak dari pagi sampai malam. Hari minggu anak-anak tidak
boleh pergi kemana-mana pun. Mereka harus pergi bersama kami. Karena
hanya hari ini kami dapat melihat perkembangan dan tingkat laku mereka,
kami juga mengajak anak untuk selalu rajin berdoa.”
Responden 5:
“Saya selalu memberi teladan, putri saya, saya tanamkan bersakit-sakit
dahulu bersenang-senang kemudian. Putri saya, emang putri satu-satunya
tapi dia mandiri sekali mbak... Dia sudah bisa membantu saya dalam
memberihkan rumah dan memasak. Kami kalau hari minggu Gerejanya
pindah-pindah, suara hati berkata ke mana, kami Gereja di situ mbak.
Kami juga mempunyai kebiasaan doa malam bersama.”
Responden 6:
“Selalu memngingatkana berdoa, mengajak anak untuk mengikuti misa,
menyuruh anak untuk mengikuti kegiatan gereja dan sekolah.”
Responden 7:
“Mengajak anak untuk rajin berdoa, menyuruh anak untuk aktif di skolah
dan di gereja.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
3. Rangkuman Keseluruhan Hasil Wawancara
Setelah memahami hasil wawancara dari ketujuh responden di atas, maka
penulis merangkum keseluruhan wawancara tersebut dengan mengelompokkan
berdasarkan aspek tindakan sebagai berikut sebagai berikut;
a. Aspek Menemani
Dari hasil wawancara dengan ketujuh responden, dapat disimpulkan
bahwa (responden 1,2,3,5,6,7) orang tua menemani anaknya dalam belajar
walaupun ada juga yang hanya kadang-kadang. Hal ini didukung dengan
kesadaran orang tua akan tugasnya dan tanggung jawabnya sebagai orang tua.
Dapat dilihat juga bagaimana orang tua berusaha untuk mencari buku untuk
mengetahui pendampingan yang seperti apa yang cocok buat anaknya.
b. Aspek Menyediakan Fasilitas
Dari hasil wawancara diperoleh, semua responden yang diwawancari
mengatakan bahwa orang tua selalu berusaha memenuhi semua kebutuhan anak
dalam proses belajar. Selain itu orang tua juga menjanjikan hadiah jika nilai
ulangan anak bagus, dan peristiwa penting seperti ulang tahun pun orang tua
selalu merayakan dan memberikan hadiah kepada anak berupa penunjang fasilitas
belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
c. Aspek Informasi
Dari hasil wawancara diperoleh, orang tua juga menemukan berbagai
hambatan dan kesulitan dalam Pendidikan Agama Katolik, di antaranya
keterbatasannya atau kurangnya pemahaman dan pengetahuan orang tua, tuntut
karier yang mengakibatkan adanya orang tua kesulitan membagi waktu untuk
berkumpul bersama setiap hari dalam mendampingi anak-anaknya dalam belajar.
d. Aspek Peringatan
Dari hasil wawancara diperoleh, orang tua tidak memarahi anak. Karena
dengan memarahi tidak menyelesaikan masalah dan akan memberi dampak yang
negatif bagi perkembangan anak. Maka orang tua memberi nasihat dan motivasi
agar anak semakin rajin belajar dan membaca buku pelajaran dan latihan agar
hasil belajar yang diperoleh lebih memuaskan.
e. Aspek Teladan
Dari hasil wawancara keluarga bahwa diperoleh, orang tua selalu memberi
teladan kepada anak-anaknya. Sebagai pendidik iman dalam keluarga, orang tua
menanamkan nilai-nilai rohani dan keperibadian kepada anak. Orang tua
mengajak anak mengikuti misa baik di Gereja maupun di lingkungan, mengikuti
koor di lingkungan dan sekolah, doa bersama, menyarankan untuk ikut misdinar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
4. Hasil Temuan Khusus Studi Dokumen
a. Gambar 1. Foto Keluarga
Responden 1 adalah salah satu keluarga yang mengabadikan foto anaknya.
Mulai anaknya berumur 7 bulan sampai saat ini. Dengan tujuan agar dapat melihat
dan menunjukkan kepada putrinya perkembangan yang dia alami mulai dari kecil
hingga sekarang.
Gambar 2. Buku pendukung untuk belajar Pendidikan Agama Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Buku adalah sumber inspirasi dan informasi. Setiap orang yang membaca
buku mendapatkan inspirasi dan berbagai informasi yang ingin ia ketahui dengan
membaca buku tersebut. Buku-buku ini juga sebagai fasilitas belajar anak untuk
berkembang dalam ranah spiritual.
Buku tersebut berjudul “Apa sih Alat alat-alat ibadat itu?, Doa-doa sebelum
menerima komuni, Doa Ananda, Doa adalah sumber kekuatan, Doa Harian
Keluarga, Kidung Misa I, Rosario”.
Gambar 3. Buku Nyanyian/Madah Bakti
Buku Nyanyian/Madah Bakti adalah salah satu sarana bagaimana anak
menggemakan suaranya dalam memuji Tuhan. Jika pergi ke Gereja, orang tua
memberi Madah Bakti/Buku Nyanyaian kepada anak, agar anak juga dapat
mengikuti nyanyian dalam perayaan Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Gambar 4, 5. Majalah Jamrud PAK
Majalah jamrud adalah buku yang wajib dimiliki oleh setiap siswa-siswi.
Pada majalah jamrud inilah siswa-siswi menjawab soal-soal dalam belajar PAK.
Dalam belajar PAK, Kitab Suci merupakan hal yang penting dan tidak dapat
terlupakan karena inti pelajaran PAK ada pada Kitab Suci.
Gambar 6. Buku Catatan PAK
Buku catatan adalah buku di mana anak menulis kembali apa yang telah
didengar. Apa yang telah di dapatkan dari penjelasan Bapak/Ibu guru. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
adaya buku catatan dapat membantu anak untuk lebih mudah belajar. Karena hasil
tulisan adalah anak sendiri yang menulis.
Gambar 7. Buku Latihan PAK
Buku latihan juga buku untuk mengerjakan soal dan melatih soal-soalnya
yang diberikan oleh Bapak/Ibu guru di sekolah maupun di rumah.
Gambar 8. Ruang Belajar Anak
Ruang belajar sangat di butuhkan oleh anak karena dengan suasana yang
kondusif dapat membangkitkan motivasi anak untuk belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Gambar 9. Jadwal Belajar Anak
Dengan adanya jadwal belajar dapat mengontrol diri anak dan juga dapat
mengingatkan anak dalam memanfaatkan waktu yang ada di mana harus belajar,
main, tidur dan sebagainya.
Gambar 10. Ruang Doa
Dengan adanya ruang doa dapat membangkitkan semangat anak untuk
berdoa. Orang tua memberi teladan kepada anak cara berdoa yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Gambar 11. Kreativitas anak dalam mengembangkan imannya dalam
Sekolah Minggu
Contoh keterampilan anak dalam memanfaatkan semua kreativitas yang ia
telah peroleh. Orang tua membiasakan agar setiap kali anak mempunyai
kreativitas harus di tempel. Gambar 14: hasil lukisan anak dan mewarnai. Dalam
menempel hal kecil, kreativitas anak mempunyai kebebasan untuk menempel di
bagian mana saja.
Gambar 12. Boneka Bunda Maria
Boneka Bunda Maria dimanfaatkan oleh anak untuk berdoa Rosario.
Boneka ini adalah hadiah ulang tahun dan di dalam kantong boneka ini ada
petunjuak untuk berdoa Rosario.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pembahasan Hasil Penelitian Pendampingan Orang Tua Dalam Belajar
Pendidikan Agama Katolik Siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius
Wirobrajan Yogyakarta Berdasarkan Data Keseluruhan
Hasil deskripsi data yang didapatkan melalui kuesioner menunjukkan
pendampingan orang tua secara keseluruhan sangat baik. Hal tersebut dapat
dilihat dari nilai rata-rata pada nilai keseluruhan dan pada setiap aspek yang
mendekati skor maksimal.
Pada nilai keseluruhan variabel pendampingan orang tua ini, Aspek yang
ingin diketahui dalam bentuk pernyataan yaitu: aspek menemani, aspek
menyediakan fasilitas, aspek informasi, aspek peringatan dan aspek teladan. Dari
data keseluruhan dapat dilihat nilai rata-ratanya 110.77. Dari 81 responden yang
menyatakan selalu dengan kriteria sangat baik sebanyak 43 orang (53,09%) dan
sebanyak 34 orang menjawab sering dengan keriteria baik (41,97%). Sedangkan
yang menjawab kadang-kadang dengan kriteria kurang sebanyak 3 orang (3,71%)
dan yang menjawab tidak pernah dengan kriteria sangat kurang sebanyak 1 orang
(1,23%). Hasil ini menunjukkan bahwa menurut anak, para orang tua ini sudah
memberi pendampingan yang baik kepada mereka.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh
karena kedudukan keluarga sangatlah penting. Orang tua mempunyai peran
penting bagi anaknya, yang tidak dapat digantikan oleh siapa pun. Oleh karena itu
orang tua harus bijaksana, menyadari dengan baik sebagai orang tua dan memberi
contoh teladan yang baik bagi anak-anaknya. Seperti kata pepatah Ki Hajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Dewantara, orang tua harus bersikap ing ngarsa sung tuladha, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani. Ing ngarsa sung tuladha, berarti orang tua
harus mampu menjadikan dirinya sebagai contoh atau panutan yang baik bagi
anak-anaknya. Ing madya mangun karsa, berati orang tua harus membangkitkan
semangat atau memberikan dorongan kepada anak-anaknya. Tut wuri handayani,
berarti orang tua harus memberi kesempatan pada anak untuk ikut berperan serta,
untuk melatih peracaya diri, namun apabila diperlukan orang tua pun siap
memberi arahan/pengarahan kepada anak-anaknya.
2. Pembahasan Hasil Penelitian Pendampingan Orang Tua Dalam Belajar
Pendidikan Agama Katolik Siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius
Wirobrajan Yogyakarta Berdasarkan Data Setiap Aspek
a. Aspek Menemani
Dalam hal menemani difokuskan untuk melihat kehadiran orang tua ketika
anak belajar PAK di rumah. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner atas aspek
menemani tersebut nilai rata-rata (mean) sebesar 9,16 dengan N 81 orang
menunjukkan bahwa ada 20 responden yang menyatakan selalu dengan kriteria
sangat bersedia (24,70%), 48 orang yang menyatakan sering dengan kategori
bersedia (59,26%), 48 orang yang menyatakan kadang-kadang dengan kategori
kurang bersedia (14,81%), dan 1 orang yang menyatakan tidak pernah dengan
kategori sangat kurang bersedia (1,23%). Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar orang tua bersedia menemani anaknya dalam belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Hasil analisis data kuesioner di atas semakin diperkuat oleh hasil
wawancara dengan beberapa orang tua yang dianggap mampu memberikan
informasi dengan mengatakan bahwa orang tua berusaha memberi pendampingan
kepada anaknya. Hal ini didukung dari kesediaan dan kesadaran orang tua,
sehingga dengan rela menemani anaknya dan membantu perkembangan anaknya.
Selain yang disebutkan di atas, para orang tua mengatakan bahwa orang
tua memberi perhatian khusus kepada anaknya dalam mendampingi dan belajar
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Ini berarti orang tua mempunyai kesadaran
dan kesediaan bagaimana menyesuaikan diri dengan anaknya mampu hadir pada
saat anaknya belajar.
Sejalan dengan dikatakan oleh Nasution bahwa orang tua harus mengenal,
menengar, memotivasi dan berjalan bersama anak-anaknya. Banyak orang tua
yang tidak mengenal sifat dari anak-anaknya. Maka orang tua sangat penting
mengenal dan mengetahui sifat anaknya dan bersedia menamani dalam situasi
apapun agar anak dapat merasakan kehadiran orang tua, sehingga orang tua
memapu menyemangati, mendorong anaknya untuk tumbuh dan berkembang.
Hasil temuan khusus dari studi dokumen berupa foto juga mendukung
hasil wawancara di atas, dimana (lih. Gbr. 1) menggambarkan bagaimana orang
tua begitu memperhatikan anaknya dengan foto anaknya dari kecil sampai saat ini,
dengan demikian orang tua juga dapat menunjukkan atau menceritakan
perkambangan anaknya dari kecil sampai pada saat ini. Tanpa pendampingan
orang tua, seseorang akan sulit untuk berkembang untuk melakukan sesuatu
dengan kegiatan yang ingin dilakukannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Dengan hasil penelitian tersebut disampaikan bahwa orang tua sudah
memahami dan menghayati perannya dalam menenami anak dalam belajar tetapi
masih perlu ditingkatkan lagi, sebab anak usia Sekolah Dasar masih
membutuhkan bantuan serta perhatian khusus dari orang tua dan lingkungan
sekitarnya.
b. Aspek Fasilitas
Dalam hal menyediakan fasilitas untuk melihat bagaimana keterampilan
orang tua dalam menyediakan seluruh fasilitas anak-anak. berdasarkan hasil
deskripsi data kuesioner atas aspek menyediakan seluruh fasilitas menunjukkan
bahwa N 81 mendapatkan nilai rata-rata (mean) 33.19 dengan 51 (62,96)
responden menjawab selalu dengan kategori sangat memadai, 23 (28,40%)
responden menjawab sering dengan kategori memadai, 6 (7,41%) responden
menjawab kadang-kadang dengan katergori kurang memadai, 1 (1,23%)
responden menjawab tidak pernah dengan kategori tidak memadai. Dari hasil
analisi dapat disimpulkan bahwa sebagai besar responden menyatakan sangat
memadai orang tua menyediakan seluruh fasilitas yang berhubungan dengan
PAK.
Hasil analisis kuesioner di atas juga didukung dengan hasil wawancara
dengan 7 orang tua bahwa orang tua menyediakan seluruh fasilitas belajar anak.
kelengkapan fasilitas belajar anak sangat di butuhkan untuk mendukung peroses
belajar mengajar. Kelengkapan alas tulis sangat dibutuhkan, karena alat tulis
penting bagi proses belajar. Anak tanpa alat tulis tidak mungkin bisa mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
proses belajar dengan baik. Nasution (1985: 34) menegaskan, apabila buku-buku
dan alat tulis yang dibutuhkan oleh anak tidak lengkap maka dapat mempengaruhi
cara belajarnya. Seorang anak tidak mungkin terus-menerus meminjam alat tulis
atau buku dari temannya. Apabila kelengkapan alat tulis anak kurang, maka akan
jadi penghalang dalam proses belajar. Maka dari situ orang tua harus benar-benar
memperhatikan sarana yang dibutuhkan oleh anak untuk menunjung proses
belajar di sekolah maupun belajar di rumah.
Hasil temuan khusus dari studi dokumen berupa foto juga mendukung
hasil wawancara di atas, di mana (lih. Gbr. 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9) menggambarkan
orang tua menyediakan seluruh fasilitas belajar dengan buku yang mereka miliki
untuk mendukung tugas mereka sebagai pelajar, serta dengan menyediakan ruang
belajar dapat meningkatkan semangat anak dalam belajar. Tanpa fasilitas yang
memadai proses belajar mengajarkan akan menemukan kendala.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dikatakan bahwa orang tua
memiliki peran dan kesadaran serta tanggung jawab orang tua dalam pendidikan
anak dengan menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan dalam proses belajar
di sekolah dan proses belajar di rumah orang tua menyediakan ruang belajar yang
nyaman dan mendukung serta memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Dengan
demikian orang tua sudah sangat memadai seluruh fasilitas belajar anak dan orang
tua juga sudah memahami dan menghayati perannya dalam belajar PAK anak di
rumah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
c. Aspek Informasi
Dalam hal memberi informasi untuk mengajari anak pelajaran PAK maka
diperoleh data berdasarkan kuesioner atas apek informasi menunjukkan bahwa
nilai N 81 orang mendapatkan nilai men 9,19. Orang yang menajwab dengan
kriteria sangat mampu ada 19 orang (23,46%), yang menjawab dengan kriteria
mampu ada 44 orang (54,32%), yang menjawab dengan kriteria kurang mampu
ada 16 orang (19,75%) dan yang menjawab sangat kurang mampu 2 (2,47%). Dari
hasil analisis dapat disimpulkan bahwa sebagai besar responden mengatakan
orang tua mampu memberikan informasi dan mengajari anak terkait dengan
pelajaran PAK.
Hasil wawancara juga sejalan dengan hasil kuesiner di atas, dimana hasil
wawancara dengan orang tua siswa mengatakan orang tua berusaha memberi
informasi kepada anak namun terkadang orang tua kurang memahami isi pelajaran
PAK yang semakin lama semakin sulit. Orang tua mengalami kesulitan dalam
menjelaskan PAK kepada anak karena terbatasnya pengetahuan orang tua. Ini
merupakan salah satu faktor penghambat anak belajar.
Nasution (1985:14) mengatakan, seorang anak yang mendapat dorongan
belajar dan nasehat dari orang tuanya dengan sendirinya di sekolah pun anak
mersa gembira dan menerima pelajaran-pelajaran dari gurunya. Sebab ia percaya,
jika nanti ia mendapat kesulitan dalam pelajarannya anak tidak akan takut patah
semangat, karena orang tua yang selalu membantunya.
Dengan demikian orang tua harus membangun kerja sama yang baik
dengan guru agar orang tua secara cepat mendapat informasi yang akan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
sampaikan kepada anak-anaknya. Dengan saling tukar informasi antara orang tua
dan guru, maka orang tua dan guru dapat mengetahui bagaimana perkembangan
anak di sekolah maupun di rumah karena perkembangan anak harus selalu
diperhatikan demi kelangsungan pendidikan yang baik bagi anak.
d. Aspek Peringatan
Dalam hal memberi peringatan kepada anak dalam hal belajar PAK.
Berdasarkan kuesioner atas apek peringatan menunjukkan bahwa nilai N valid 81
orang mendapatkan nilai rata-rata (mean) 40,99. Responden yang menjawab
dengan kritera selalu sebanyak 34 orang (41,98%), yang menjawab dengan
kriteria sering sebanyak 40 orang (49,38), yang menjawab dengan kriteria kadang-
kadang sebanyak 6 orang (7,41%) dan yang menjawab dengan tidak pernah
sebanyak 1 orang (1,23%). Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa sebagai
besar rensponden mengatakan orang tua memberi peringatan kepada anak dalam
hal menunjukkan hal yang baik, mengingatkan hal yang boleh dilakukan,
menanyakan apakah punya PR atau tidak.
Hasil wawancara juga sejalan dengan hasil kuesioner di atas, di mana hasil
wawancara dengan orang tua siswa mengatakan orang tua berusaha memberi
peringatan kepada anak. Jika nilai PAK anak kurang memuaskan orang tua tidak
memarahi anak, tetapi orang tua memberikan peringatan bahwa harus lebih rajin
belajar dengan tujuan supaya tidak terulang lagi.
Liem Hwie Nio (dalam Kartini Kartono, 1985:92) menegaskan bahwa
orang tua perlu mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar, karena dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
mengenal kesulitan-kesulitan tersebut dapat membantu usaha anak dalam
mengatasi kesulitannya dalam belajar. Untuk mengenal kesulitan-kesulitana anak
dalam belajar, orang tua dapat melakukannya dengan cara menanyakan kepada
anak apakah pelajaran PAK di sekolah sukar terima; orang tua juga perlu
menanyakan kepada guru mengenai pelajaran-pelajaran apa yang sukar di terima
anak.
Dengan demikian jika orang tua berusaha memberi peringatan kepada
anak dalam meggalami kesulitan-kesulitan anak dalam belajar PAK, berarti orang
tua berusaha menolong anak berhasil dalam proses belajar PAK. Orang tua harus
membangun kerja sama dengan sekolah, orang tua teman anaknya, anaknya, dan
lingkungan sekitar.
e. Aspek Teladan
Dalam hal aspek teladan, anak sangat memerlukan teladan dari orang tua
karena anak melakukan apa yang dilakukan orang tua tanpa di tanya terlebih
dahulu bisa di tiru atau tidak. Berdasarkan Deskripsi aspek teladan menunjukkan
bahwa nilai V valid 81 orang mendapatkan nilai rata-rata (mean) 18,25.
Responden yang menjawab selalu dengan kriteria sangat mampu sebayak 35
orang (43,21%), yang menjawab sering dengan kriteria mampu sebanyak 31 orang
(38,27%), yang menjawab kadang-kadang dengan kriteria kurang mampu 12
orang (14,82%), dan yang menjawab tidak pernah dengan kriteria sangat kurang
mampu 3 orang (3,70%). Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa sebagai
besar orang tua sangat mampu memberi teladan kepada anak-anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Hasil wawancara juga sejalan dengan hasil kuesioner di atas, di mana hasil
wawancara dengan orang tua siswa mengatakan orang tua berusaha memberi
teladan kepada anak. Teladan yang diberikan orang tua sangatlah bermacam-
macam orang tua sangat mampu memberi teladan dengan cara mendukung anak
dalam mengikuti kegiatan Gereja yang dilakukan oleh anak. Orang tua juga
memberi contoh yang baik kepada anak dalam hal bersosialisasi, dalam berdoa.
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh anak seharusnya selalu mendapat
dukungan dari orang tua mereka. Tapi terkadang anak-anak di nomor duakan oleh
orang tua, pada zaman sekarang banyak orang tua yang sibuk bekerja dan
menitipkan anak kepada keluarga. Hal ini membuat anak kurang dekat dengan
orang tua. Kegiatan Gereja harus menjadi teladan bagi anak-anak yang harus di
tunjukkan oleh orang tua. Tugas utama dan pertama mengembangkan iman
anaknya adalah keluarga. Dengan demikian keluargalah yang paling utama dan
pertama tempat mengembangkan iman.
Aktifnya dan kreatifnya orang tua sangatlah penting bagi anak-anak, jika
pendampingan keluarga selalu kreatif maka anak-anak selalu semangat dan tidak
bosan belajar di rumah. Jika orang tua tidak memberi teladan yang cukup maka
anak dan orang tua kurang kompak dan perkembangan anak terhambat. Orang tua
seharusnya banyak belajar dan membaca buku-buku untuk mendampingi anak-
anak.
Hasil temuan khusus dari studi dokumen berupa foto juga mendukung
hasil wawancara di atas, di mana (lih. Gbr. 10, 11 dan 12) menggambarkan orang
tua menyediakan ruang berdoa untuk keluarga, menempel seluruh kreatifitas anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
dalam mengikuti sekolah minggu, dan hadiah ulang tahun bagi anak yang
mendukung anak untuk semakin rajin berdoa.
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat dikatakan bahwa orang tua
memiliki peran dan kesadaran serta tanggung jawab orang tua dalam
mengembangkan iman anak-anaknya. Orang tua juga sudah menunjukkan teladan
yang baik bagi anaknya. Responden 1: memberi teladan kepada anaknya setiap
minggu ke 2 mengadakan ziarah ke Ganjuran.
Sarumpaet (1980:103) menyatakan bahwa orang tua harus menjadi contoh
yang baik bagi anak-anaknya. Segala perbuatan dan tingkah laku orang tua pun
turut ditiru anak, karena seorang anak tidak akan menayakan terlebih dahulu
kepada orang tuanya, apakah ia diizinkan untuk meniru atau tidak sesuatu
perbuatan atau tingkah laku. Anak mengangap segala sesuatu yang dilakukan
orang tuanya adalah baik untuk ditiru dan diterapkan dalam hidup. Maka orang
tua merupakan teladan untuk anak-anaknya. Orang tua jangan memberi sikap
yang malas kepada anak-anak, sekali anak mengetahui bahwa orang tuanya
pemalas, maka anak-anak pun mengambil kesempatan. Orang tua yang rajin,
menamkan bibit yang rajin dalam jiwa anak-anaknya, karena orang tua adalah
teladan yang patuh dicontoh maka orang tua harus memberi contoh yang baik.
C. Refleksi Kateketis
1. Pengertian Katekese
Kata “katekese” berasal dari kata Yunani katakeo yang berarti membuat
bergema. Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostolik “Catechesi Tradendae”
artikel 18 menyatakan bahwa: Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
muda, dan orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian
ajaran Kristus, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis,
dengan mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristus. Katekese
dapat dimaknai sebagai usaha Gereja untuk membantu umat agar berkembang
serta berkembang dalam iman serta dapat mewujudkan iman mereka dalam
kehidupan sehari-hari. Pembinaan dalam iman yang meliputi kelompok anak-
anak, kaum muda dan orang dewasa. Sedangkan bentuk-bentuk katekese
mencakup penyampaian ajaran Kristus secara organis dan sistematis. Melalui
katekese diharapkan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dapat
mengembangkan iman yang dewasa sehingga mengantar mereka untuk memasuki
kepenuhan hidup Kristus. Usaha pembinaan iman denga menyampaikan ajaran
Kristiani bagi umat meruapakan tanggung jawab Gereja yang penting.
Setyakarjana (1997:17) menyatakan Katekese adalah usaha saling
menolong terus menerus dari setiap orang untuk mengartikan dan mendalami
hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristus menuju kepada hidup
Kristiani yang dewasa. Dapat disimpulkan bahwa katekese merupakan usaha yang
dilakukan secra terus menerus oleh setiap umat menuju kehidupan iman yang
lebih dewasa. Oleh karena itu semua warga Gereja menerima katekese.
2. Tujuan Katekese
Rukiyanto (2012: 62) Tujuan utama katekese adalah membawa orang lain
dalam satu kesatuan dengan Yesus Kristus (CT 5). Dengan demikian melalui
katekese orang diharapkan dapat mengembangkan pengertian tentang misteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Kristus dan terang sabda Allah, sehingga seluruh pribadinya diresapi oleh sabda
itu. Berkat karya rahmat Allah, orang Kristiani diubah menjadi ciptaan baru dan
mereka memutuskan untuk mengikuti Kristus, belajar berpikir perintah-perintah-
Nya. Menjadi pengikut Kristus berarti menyatakan “ya” kepada Kristus, setia
mengikuti-Nya, dan mengandalkan-Nya dalam hidup sehari-hari (CT 20).
Berdasarkan PKKI II (Lalu, 2007: 12) tujuan dari katekese umat adalah
sebagai berikut:
Sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman)
antara anggota jemaat atau kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling
membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan
dihayati secara semakin sempurna. Dalam Katekese Umat tekanan terutama
diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak terlupakan.
Katekese Umat mengandaikan ada perencanaan.
Katekese adalah komunikasi iman di mana umat Allah menjadi saksi atas
karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus. Adapun isi
dari kumunikasi adalah penafsiran Kitab Suci atau tradisi Gereja maupun
pengalaman atau kesaksian hidup umat beriman. Kitab Suci sangatlah perlu
ditafsirkan supaya mendasari sikap dan tindakan hidup umat dalam perjuangan
hidup maupun dalam memaknai pengalaman hidupnya dalam terang Injil.
Pengalaman akan karya Allah yang ditemukan perlu dikomunikasikan/dibagikan
sehingga umat serta memperkaya dan mendewasakan iman umat lainnya.
Tujuan Komunikasi iman adalah:
(a) Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-
pengalaman kita sehari-hari.
(b) Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari
kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari.
(c) Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap,
mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup Kristiani kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
(d) Pula kita semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin
tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja
semesta.
(e) Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup
kita di tengah masyarakat.
Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan kepada orang tua bahwa tujuan
katekese dalam kehidupan sehari-hari begitu penting terutama orang tua dalam
mengembangkan iman anak. Di mana orang tua tidak hanya sekedar mengikuti
proses katekese tetapi orang tua diajak unutuk memahami, menghayati dan
meresapi segala pengalaman hidup sehari-hari baik suka maupun duka. Orang tua
dalam hidupnya sehari-hari juga mengalami pertobatan secara terus-menerus
kepada Allah dengan menyadari kehadiran Allah dalah hidupnya sehari-hari. Hal
ini tidak lepas dari tanggug jawab orang tua sebagai pendidik iman anak dimana
orang tua dengan cinta kasih mengembangkan perilaku iman anak untuk semakin
mengenal Kristus dan juga mewujudkan tugas di Gereja. Oleh karena itu orang
tua dituntut untuk memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup sehingga orang
tua dapat menjadi teladan dalam hidup hidup anak-anaknya. Menjadi teladan
berarti memperhatikan perkambangan iman anak.
3. Katekese sebagai Pendidikan Iman
F.X. Adisusanto ( 1995: 3-7) Katekse sebagai pendidikan iman merupakan
salah satu bentuk karya pewartaan Gereja, yang bertujuan membantu orang
beriman agar iman mereka semakin mendalam agar mereka semakin terlibat dan
dalam hidup menggereja dan masyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai
kelompok. Iman merupakan tanggapan manusia terhadap sabda Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Katekese sebagai Pendidikan iman perlu dipahami dalam arti terbatas,
merupakan dorongan dan pertolongan bagi perkembangan pribadi yang bebas
dalam usaha pemekaran eksistensi seseorang terbuka pada nilai-nilai dan mampu
mengadakan penegasan secara kritis. Katekese tidak bisa berhenti pada aspek
tertentu dari dinamika iman. Ketekese sebagai media untuk mempermudah,
menolong, menghindari rintangan dalam proses pertumbuhan sikap iman. Katekse
mendidik untuk beriman, menolong umat untuk terikat kepada Allah, yang
ditawarkan oleh Yesus dan agar umat terdorong untuk melakukan kehendak
Allah. Melalui katekese diharapkan tercitalah pembaharuan dalam diri umat
beriman Kristiani. Tujuan yang ingin dicapai oleh perkembangan kehidupan
beriman adalah kedewasaan dan kesempurnaan iman secara utuh, yakni “tingkat
pertumbuhan yang sesuai dengan Kristus” tujuan ini harus bisa dicapai selama
masih ada dunia ini.
4. Proses Perkembangan Iman dalam Katekese
Dalam katekese mengandaikan ada satu perubahan atau perkembangan
dalam diri umat. Perkembangan dan perubahan tidak terjadi dengan sendirinya
tetapi melalui proses berkesinambungan secara terus menerus sehingga iman
semakin hari semakin berkembang dan matang.
Proses perkembangan iman bertitik tolak dari pertobatan, menuju
kematangan iman dan cinta kasih (kesempurnaan Kristus) dengan melalui
perkembangan iman. Pertobatan merupakan suatu perubahan sikap. Sikap-sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
iman kristiani mencakup cara hidup, perilaku dan tindakan seseorang. Sikap
mengandung tiga aspek, antara lain: aspek kognitif (pengetahuan) yaitu
mendalami isi dan makna iman serta keyakinan iman, untuk menjamin wawasan
dan motivasi yang perlu agar dewasa dalam iman, aspek afeksi (penghayatan)
yaitu menanggapi tuntutan iman secara sadar dan personal sedangkan aspek
operatif (tindakan) yaitu berperilaku dan bertindak selaku orang Kristen
(Telaumbanua 2005: 51).
5. Fasilitator Katekese
Pendamping katekese umat juga memiliki peran yang penting dalam
proses pelaksanaan katekese. Dalam pelaksanaan katekese kunci keberhasilan
sebagian terletak pada pendamping Katekse Umat. Rumusan Katekse Umat dalam
PKKI II (Huber, 1981: 15-16) menyebutkan bahwa:
Dalam katekese menjemaat ini Pemimpin Katekese bertindak terutama
sebagai pengarah dan pemandu (fasilitator). Ia adalah pelayan yang siap
menciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah supaya
para peserta berani berbicara terbuka. Katekese Umat menerima banyak
jalur komunikasi dalam berkatekese. Tugas mengajar yang dipercayakan
kepada hierarki menjami agar seluruh kekayaan iman berkembang dengan
lurus.
Rumusan tersebut menjelaskan bahwa para pendamping berperan dalam
Katekese Umat sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator) bagi seluruh umat.
Seorang pendamping katekese umat harus selalu menghayati contoh Kristus di
dalam tengah pelayanaan.
Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostolik “Catechesi Tradendae”
artikel 67 menyatakan bahwa: Katekese dapat dilaksanakan di mana saja dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
kapan saja. Namun memenuhi keinginan banyak para Uskup, bahwa Jemaat
paroki harus menjadi penggerak utama dan tempat yang tepat sekali bagi
katekese. Paroki hendaknya menemukan kembali panggilannya, menjadi satu
keluarga, yang diliputi iklim persaudaraan dan suka menampung, sehingga disitu
mereka yang telah di baptis dan menerima Penguatan menyadari keanggotan
mereka sebagai umat Allah. Umat Paroki turut membangun diri anak-anak karena
mereka ikut bersama seluruh umat separoki mengahdiri perayaan misa hari
Minggu dan melihat orang tua dan seluruh umat menerima sakramen. Pengalaman
ini menumbuhkan dalam diri mereka benih-benih iman dan sikap beriman yang
menghargai hal-hal keagamaan.
Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostolik “Catechesi Tradendae”
artikel 68 menyatakan bahwa: Kegiatan katekese keluarga mempunyai ciri yang
dalam arti tertentu tidak tergantikan. Dengan tepat ciri itu telah digaris bawahi
oleh Gereja, khusunya oleh Konsili Vatikan II. Pembinaan iman oleh orang tua,
harus mulai sejak kanak-kanak berumur dini, sudah diberikan, bila anggota
keluarga saling memabantu berkembang dalam iman melalui kesaksian hidup
Kristen mereka, kesaksian, yang kerap kali tanpa kata-kata tetapi tetap
berlangsung dalam hidup sehari-hari menurut Injil. Oleh karena itu katekese
keluarga mendahului, mengiringi dan memperkaya semua bentuk katekese lainya.
Berdaskan pengertian katekese dan tujuan katekese di mana dalam kehidupan
sehari-hari begitu penting terutama orang tua dalam mengembangkan iman anak.
Di mana orang tua tidak hanya sekedar mengikuti proses katekese tetapi orang tua
diajak unutuk memahami, menghayati dan meresapi segala pengalaman hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
sehari-hari baik suka maupun duka. Orang tua dalam hidupnya sehari-hari juga
mengalami pertobatan secara terus-menerus kepada Allah dengan menyadari
kehadiran Allah dalah hidupnya sehari-hari. Hal ini tidak lepas dari tanggug jawab
orang tua sebagai pendidik iman anak dimana orang tua dengan cinta kasih
mengembangkan perilaku iman anak untuk semakin mengenal Kristus dan juga
mewujudkan tugas di Gereja. Oleh karena itu orang tua dituntut untuk memberi
kesaksian tentang Kristus dalam hidup sehingga orang tua dapat menjadi teladan
dalam hidup hidup anak-anaknya. Menjadi teladan berarti memperhatikan
perkambangan iman anak.
Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostolik “Catechesi Tradendae”
artikel 68 menyatakan bahwa: bersama dan sehubungan dengan keluarga, sekolah
menyelengarakan katekese beserta kemungkinan-kemungkinnya yang tak
terabaikan. Sekolah menjadi faktor yang turut mengembangkan hidup anak-anak.
sebagian waktu mereka habiskan di sekolah, di mana mereka didik dan belajar,
berkontak dengan guru dan mengenal diri dan teman sebaya dalam kelebihan dan
kekurangan.
Pendamping Katekese Umat diharapkan memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam berkatekese. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki, bukan berarti bahwa pendamping Katekese Umat harus lebih tinggi
dibandingkan umat yang didampingi. “Pemimpin Katekese Umat tidak membawa
diri sebagai pembesar, yang mengindoktrinkan bahwa; dia tidak mau memberi
kesan, seakan-akan dia yang pandai menyampaikan pengetahuan/pandangan
kepada peserta yang bodoh” (Lalu, 2007: 94).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Dengan kemampuan yang lebih, pendamping Katekese Umat dapat
membantu umat yang sedang merasa kesulitan dalam menjalani kehidupan ini.
Dengan sikap pendamping yang seperti ini, maka hubungan yang terjalin antara
pendamping dan peserta dapat menjali hubungan yang erat dan akrab.
6. Aspek Kateketis Pendampingan Orang Tua Dalam Pendidikan Agama
Katolik Siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta
Pendampingan adalah sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk
menemani seseorang untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu demi suatu
perkembangan. Dalam rangka ini pendampingan mutlak perlu, semua orang
dewasa yang menanggapi panggilan itu bertumbuh dan berkembang demi
kedewasan iman. Pendidikan iman di sini dipahami sebagai mengarahkan,
membantu seseorang dalam suasana iman menggangi panggilan Tuhan sendiri.
Dalam pendampingan orang tua dalam belajar anak, orang tua berperan
sebagai sahabat, teman dan orang tua yang membantu dan mengarahkan anak
supaya terbimbing dalam belajar dan pekembangannya. Kesedian dan
keterlibatana orang tua dalam mendampingi anak sangat membantu dalam
perkembangan anak baik dalam pendidikan dan imannya. Peran orang tua dalam
mendampingi anaknya sangat beraneka ragam dalam aspek menemani bahwa
sebagai anak merasa orang tua tidak menemani mereka dalam belajar di rumah.
Peran orang tua dalam menemani anak dalam belajar perlu dipertahankan dan
yang kurang perlu di tingkatkan karena orang tua adalah pendidik yang pertama
dan utama dan tidak dapat digantikan oleh siapapun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Aspek menyediakan fasilitas orang tua sudah berusaha menyediakan
sebagian besar fasilitas yang mendukung anak belajar PAK. Orang tua di kota dan
desa mempunyai perbedaan dalam hal ini, orang tua di kota menyediakan
sebagian besar fasilitas belajar PAK sedangkan di desa orang tua kurang
menyadari fasilitas yang mendukung balajar PAK. Bahwa dengan memenuhi
fasilitas belajar PAK anak dapat menumbuhkan motivasi anak untuk belajar dan
tidak menemukan kejenuhan dalam belajar PAK. Aspek infromasi, ketika
menjelaskaan pelajaran PAK ada juga orang tua mengalami hambatan karena
pelajaran PAK semakin lama semakin susah. Dengan demikian orang tua
sebaiknya meningkatkan pemahaman agar dapat mengikuti perkembangan arus
zaman. Aspek peringatan, orang tua memberi peringatan kepada anak hal-hal
yang boleh dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan. Dengan demikian dapat
membantu anak dan selalu setia berada disamping anak untuk memberi peringatan
dengan peringatan orang tua bertujuan agar anak semakin rajin belajar PAK dan
dapat memahami pelarajan PAK. Aspek Teladan, orang tua berkewajiban selalu
memberi teladan kepada anak. Karena semua perbuatan dan tingkah laku orang
tua dianggap anak baik dan perlu dicontoh. Tugas pertama mengembangkan iman
anak adalah orang tua. Dengan teladan yang diberikan oleh orang tua dapat
membangun interaksi yang baik antara orang tua dan anak-anaknya.
Maka pendampingan orang tua bukan terutama mendidik atau mengajar
tetapi lebih-lebih membantu, mengarahkan anak sehingga dapat membangun
kebersamaan dengan orang lain dan dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat,
sekolah dan lingkungan diamanapu mereka berada. Kebahagian juga dialami oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
anggota keluarga dalam kebersamaan dan komunikasi yang terbuka antara satu
dengan yang lainnya.
Beberapa aspek kateketis ditemukan juga dalam pendampingan orang tua
dalam belajar PAK siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta
antara lain: Unsur Keteladanan, orangtua adalah mitra Allah dalam karya
penciptaan manusia baru, maka harus menjadi pembina utama dan pertama serta
tak tergantikan, melalui kesaksian dan keteladanan hidup kristiani sejati yang
diwujudkan dengan pemberian kasih sayang yang tulus, adil. Dengan keteladan
yang diberikan orang tua maka dengan sendirinya anak mengikuti apa yang
dilakukan oleh orang tua. Unsur Dinamis, komunikasi itu tidak mungkin statis
melainkan dinamis, ada pergerakan, perkembangan, alur yang jelas setiap
komunikasi memiliki tujuan begitu juga dengan pendampingan yang diberikan
oleh orang tua kepada anaknya dinamis. Unsur Keterbukaan, dalam kominikasi
yang dilakukan oleh orang tua dan anak mestinya ada sikap terbuka sebab tidak
mungkin ada kumunikasi jika satu dengan yang lain tidak terbuka, orang tua
dengan anak harus saling terbuka begitu juga dengan guru dan orang tua harus
membangun komunikasi yang baik karena keterbukaan dapat menumbuhkan suatu
perkembangan yang baik. Semua ini membutuhkan kerja sama, dengan adanya
kerja sama maka diharapkan dapat membuahkan hasil yang baik bagi pendamping
dan yang didampingi.
Pendampingan yang diberikan orang tua kepada anaknya merupakan
bagian dari rasa orang tua mensyukuri titip Tuhan yang mengutamakan cinta
kasih bagi anak-anak. Penulis berharap, melalui tulisan ini, orang tua dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
memberi pendampingan kepada anak-anaknya dengan sepenuh hati serta selalu
setia mendampingi anak-anak dalam situasi apapun. Keluarga Nazaret adalah
teladan bagi tiap keluarga Kristiani.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang relevan berkaitan dengan
pendampingan orang tua dalam belajar PAK. Penelitian ini relevan dan
bermanfaat bagi orang tua dan sekolah secara umum. Namun demikian penulis
melihat adanya keterbatasan dari hasil penelitian antara lain:
1. Penelitan ini adalah penelitian kuantatif, dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan tentang deskripsi pendampingan orang tua dalam belajar PAK
anak. Namun ketika yang diteliti berkaitan dengan aktivitas manusia bisa jadi
ada reduksi sehingga penelitian kurang mendalam.
2. Dalam penelitian ini peneliti menyajikan instrumen tertutup artinya jawaban
sudah disedikan sehingga responden tidak terlalu leluasa untuk
mengungkapkan pendapatnya berkaitan dengan pengalaman yang
sesungguhnya tentang pendampingan orang tua dalam belajar PAK.
3. Dalam memperoleh data dengan wawancara, wawancara tersebut masih
terbatas sehingga data masih kurang sinkron walaupun datanya sudah valid.
4. Penulis mempunyai keterbatasan dalam mendapatkan informasi mengenai
dokumen berupa foto yang dapat digunakan untuk mendukung data penelitian
dikarenakan ketidaktelitian dan ketidaktahuan penulis dalam mencari serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
menggali secara detail foto-foto tersebut, serta tidak orang tua mempunyai
dokumen lengkap yang dibutuhkan.
5. Peneliti memiliki keterbatasan waktu penelitian serta situasi yang masih
kurang memungkinkan tetap menjadi suatu dukungan dan tantangan bagi
penulis untuk sungguh-sungguh.
6. Peneliti memiliki keterbatasan pengetahuan dan kemampuan membuat
pernyataan dan kuesioner yang bisa menggambarkan dan menjelaskan
tentang pendampingan orang tua dalam belajar PAK anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan menegaskan kembali beberapa hal yang perlu
ditingkatkan dan diupayakan lebih lanjut sehubungan dengan pendampingan
orang tua dalalm belajar Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas IV SD
Kanisius Wirobrajan Yogyakarta yang akan dirumuskan dalam kesimpulan dan
saran.
A. Kesimpulan
Dari hasil kajian pustaka, penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
beberapa hal berikut sebagai jawaban atas pokok permasalahan dalam skripsi ini;
1. Gambaran Pendampingan Orang tua dalam Belajar Pendidikan Agama
Katolik siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata (mean) dari aspek
keseluruhan pendampingan orang tua sebesar 110.77, menunjukkan bahwa secara
umum pendampingan orang tua di SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta dalam
kriteria sangat baik. Hal ini juga ditandai dan didukung hasil rata-rata (mean)
setiap aspek yang diteliti, di mana rata-rata (mean) aspek menemani 9.16 yang
menunjukkan bahwa para orang tua sudah mulai menerapkan pentingnya
menemani anak pada saat anak belajar Pendidikan Agama Katolik di rumah. Hal
ini sejalan dengan hasil wawancara yang didapatkan, di mana sebagian besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
responden, bahwa orang tua menemani anaknya pada saat belajar. Aspek fasilitas
mendapatkan mean 33.19. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua menyediakan
sebagian fasilitas belajar anak yang mendukung proses belajar PAK di sekolah
maupun di rumah menunjukaan dalam kriteria selalu. Hal ini sejalan dengan hasil
wawancara dengan ketujuh responden yang diwawancari mengatakan bahwa
semua orang tua menyediakan fasilitas belajar yang mendukung. Aspek informasi
sebesar 9,19. Hal ini berarti aspek seluruh informasi masuk dalam kategori sering.
Orang tua hampir selalu memberi informasi kepada anak demi perkembangan
anak dalam belajar maupun perkembangan imannya. Aspek peringatan/nasehat
mendapat rata-rata (mean) sebesar 40,99. Hal ini berarti aspek seluruh peringatan
masuk dalam kategori sering. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara bahwa
orang tua selalu memberi peringatan kepada anak-anak tentang hal-hal yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Aspek teladan SD Kanisius Wirobrajan
sebesar 18,25. Hal ini berarti aspek seluruh teladan masuk dalam kategori selalu.
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara ketujuh reponden, hampir seluruh
responden yang diwawancari mengatakan bahwa orang tua selalu memberi
teladan yang patut di teladani oleh anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari
baik di keluarga, sekolah, dan masyrakat sekitar lingkungan di mana pun anak itu
berada. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa orang tua
sudah mulai melaksanakan pentingnya pendampingan orang tua dalam belajar
anak walaupun masih ada orang tua yang kurang mendampingi anak dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan kurang mendukung orang
tua dalam pendampingan belajar Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi
kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta sebagai berikut:
Faktor yang kurang mendukung antara lain: tuntutan pekerjaan yang
mengakibatkan orang tua mengalami kesulitan membagi waktu untuk menemani
anak dalam belajar, keterbatasan atau kurangnya kemampuan orang tua dalam
belajar Pendidikan Agama Katolik yang semakin tahun semakin sulit untuk
dipahami. Untuk itu orang tua perlu selalu bersedia mendampingi anak dalam
keadaan suka dan duka demi perkembangan.
Faktor yang mendukung antara lain: Orang tua menyadari perannya
sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Pendampingan yang
diberikan dan dapat mendukung dalam Pendidikan Agama Katolik di antaranya
ialah: orang tua memberi perhatian dan kasih sayang yang begitu besar kepada
anaknya, menemani anak dalam belajar, mengarahkan, memberi teladan, memberi
peringatan yang boleh dilaksanakan dan tidak boleh dilaksanakan, melengkapi
fasilitas belajar anak, menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar anak,
memberikan motivasi, dan memberi pendampingan secara khusus. Hal yang
sangat penting dalam mendidik anak adalah perhatian dan kasih sayang orang tua.
Jika anak tanpa perhatian dan kasih sayang dari orang tua, perkembangan anak
mengalami hambatan. Orang tua yang selalu memberi perhatian dan kasih sayang
yang tulus memberikan dampak yang positif bagi perkembangan anak baik dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar di mana pun anak itu berada. Maka
orang tua memberi keteladanaan kepada anak, saat anak masih usia dini karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
apa yang dilakukan orang tua menurut anak semua baik dan bisa dicontoh
olehnya. Dengan pendampingan orang tua maka anak dapat bertumbuh dan
berkembang sesuai dengan usia mereka.
3. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran
yang diharapkan dapat berguna dalam mempertahankan atau meningkatkan
pendampingan orang tua dalalm belajar Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi
kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta sebagai berikut;
1. Orang tua perlu mempertahankan pendampingan orang tua dalam belajar
PAK bagi anak dan senantiasa memperhatikan kebutuhan anak-anak,
khususnya yang ada di SD Kanisius Wirobrajan dengan memberi
pendampingan yang dapat mendukung dan membantu dalam perkembangan
anak. Dengan semakin bersedia menjadi pendamping yang selalu setia, maka
anak-anak semakin terbantu untuk berkembang dalam pendidikan dan
perkembangan iman mereka.
2. Siswa diharapkan mau didampingi dengan mendengarkan pengarahan dari
orag tua, dan mengucap syukur kepada orang tua sebagai ungkapan terima
kasih karena orang tua selalu mendampingi anak-anak dalam situasi suka
maupun duka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
3. Sekolah perlunya menjalin relasi yang baik, membangun komunikasi yang
baik dan perlu melibatkan orang tua agar orang tua mengetahui
perkembangan anak dengan baik dalam belajar maupun pergaulannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
DAFTAR PUSTAKA
Adiwimarta, Sri Sukesi, dkk. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka 1988.
Alen Shelly, Judith. (1982). Kebutuhan Rohani Anak: Pedoman untuk Orang Tua,
Guru dan Perawat. Bandung: Kalam Hidup .
B. A. Rukiyanto, SJ, dkk. (2012). Pewartaan Di Zaman Global. Yogyakarta:
Kanisius.
Anton N., Yohanes. (2011). Is’s Easy Olah Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Skripta. Cremers, Agus. (1995). Tahapan-Tahapan Perkembangan Kepercayaan-Manurut
James w. Fowler, sebuah gagasan baru dalam Psikologi Agama.
(editor: Dr. A. Supratiknya). Yogyakarta: Kanisius.
Dapiyanta, FX. (2008). Pendidikan Agama Katolik pada Tingkat Pendidikan
Dasar. Diktat Mata Kuliah. Yogyakarta: IPPAK-USD.
____________. (2008) Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah. Diktat Mata Kuliah. Yogyakarta: IPPAK-USD.
Hartono. (2008). SPSS 16.0 Analisis Data dan Statistika Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Belajar bekerja sama dengan Zanafa.
Heryatno, F.X. (2003). Pengantar PAK Sekolah. Diktat Mata Kuliah. Yogyakarta:
IPPAK-USD .
____________. (2008). Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah.
Buku Ajar Mahasiswa IPPAK-USD. Yogyakarta: IPPAK-USD.
Hofmann, Ruedi, dkk. (1995). Bunga Rampai Pendidikan. (editor: M. Sumarno
DS). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Huber. (1981). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.
Hurlock, Elizaberth B. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Ismanto, I. (1998). Repot Kalau kita memandang anak tidak tahu apa-apa”. Dalam
Laurike Multono dalam Quo Vadis Pendidikan Agama Katolik
Sekolah Dasar. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.
Kartono Kartini. (1985). Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta: Rajawali
____________. (1979). Psikhologi Anak. Bandung: Alumni.
Konsili Vatikan II, (1993). Gravissimum Educationis, Pernyataan tentang
Pendidikan Kristiani, diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ,
Jakarta: Obor.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan
Referensi. Yogyakarta: Kanisius bekerjasama dengan penerbit
Obor.
____________. (2006). Kitab Hukum Kanonik. (Penerjemaah. Rubiyatmoko).
Jakarta: KWI bekerjasama dengan Grafika Mardi Yuana Bogor.
Komisi Kateketik KWI. (2007). Menjadi Murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik
untuk Sekolah Dasar. Yogyakarta: Kanisius.
____________. (2011). Silabus PAK Sekolah Dasar KTSP. Yogyakarta Kanisius.
Lalu, Yosef, Pr (2005). Katekse Umat. Jakarta: KWI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Mahfudh Shalahuddin. (1990). Pengantar Psikologi. Surabaya: Bina Ilmu.
Mayeroff, Milton. (1993). Mendampingi Untuk Menumbuhkan. (Penerjemaah.
Practical Theology Translation Project (PTTP) Universitas Kristen
“Duta Wacana”. Yogyakarta: Kanisius.
Nasution Tamrin (1985). Peranan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Anak. Jakarta: P. T. BPK Gunung Mulia.
Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.
S. Uyanto, Stanislaus. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sambas Ali Muhidin. (2007). Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur dalam
Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Sarumpaet, R. I (1980). Rahasia Mendidik Anak. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Setyakarjana. (1997). Arah Katekese Di Indonesia. Worship. Yogyakarta: Pusat
Kateketik.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. PT: Rineka
Cipta.
Staf Dosen IPPAK. (2006). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: IPPAK-
USD.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sutrisno Hadi. (2002). Metodologi Research 2. Yogyakarta: Andi.
Suparno Paul. (2001). Teori Perkembangan Kongnitif. Bandung: CV. Alfabeta.
Suryabrata Sumadi. (1993). Psikilogi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Syah Muhibbin. (2006). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Telaumbanua, M. (2005). Ilmu Kateketik, Hakekat, Metode dan Peserta Katekese
Gerejani. Jakarta: PT Obor.
Yohanes Paulus II. (1981). Famililiaris Consortio. Diterjemahkan oleh A.
Widyamartaya. (1994). Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern:
Amanat Apostolik. (dalam Seri Bina Keluarga). Yogyakarta:
Kanisius.
___________. (1979). Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese).
Diterjemahkan oleh R. Hardawiryana. (2006). Anjuran Apostolik
Yohanes Paulus II kepada Para Uskup, Klerus, dan Segenap Umat
Beriman tentang Katekese Masa Kini. (dalam Seri Dokumen
Gerejawi No. 28). Jakarta: Dokpen KWI.
Winkel, W. S (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo.
Wikipedia Pendidikan bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/dasar-
pendidikan, di akses pada tanggal 30 November 2013.
Wikipedia Sakramen perkawinan bahasa Indonesia.
http:/id.wikipedia.org/wiki/sakramen-perkawinan, di akses pada
tanggal 30 November 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian
Lampiran 2: Surat Izin Penelitian Kepada Orang tua Siswa-Siswi Kelas IV SD
Kanisius Wirobrajan
Lampiran 3: Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 4: Hasil Analisis Validitas
Lampiran 5: Hasil Reliabilitas
Lampiran 6: Tabel r Product Moment Pada Sig. 0,05 (Two Tail)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a
Lampiran 2: Surat lzin Peneliti*n Kepada Orlrng tua siswa-siswi kelas IV SD
Kanisius Wirobrajan
Hal : Permohonan ljin Penelitian:
Kepada Yttq ,
Ora.ng tla Sisrva-siswi Kelas fVSD Kanisius Wirobrajan
Dengan Hormat,
Yang bertandatangan dibawah ini, saya:
Nama : DeslitaAnzelinaBr TariganNIM :091124027
Semest€r :D((sembilan)
Esei Prasetyaningtyas"**#lt[,rarigan
:i:i 1 ::
Program studi : Ilmu Pendidikan Kelfiususan Pendidikan Agama Kntolig:{FKIP Universitas Sanata Dhanna.Yoglrakarta
sehubungan ."; ;:";; ;* ;;; *DESKRIp'T pENDAMp^o^*)ORANG TUA DALAM BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWIKELAS IV sD KAMSTUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA", sayamengajukan permohonanijin unark mengdakan penelitian siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui sejauh mana pendampingan orang tua dalam belajar PendidikanAgama Katolik dan melihat fasilitas anak belajar Fendidikan Agama Katolik di rumah.
Berkaitan dengan hal di atas, peneliti akan melakukan observasi di rumah. Oleh karenaitu, mohonkesediaan dari BapaMbu onrng tua murid untuk mengisi kolom kesediaan di bawahini dan dikurnpulkan paling lambat pada tanggal30 Agrrshs,20l3 kepada guru kelas,
Demikian permohonan ini saya ajukan, atas perhatian dan ijin yang diberikan pihakorang Ara saya nncngucapkan terjrna
Yogy. akarta,28 Agustus 20i3
Menyetujui;
B SD Kanisius Wirobrajan
NoNama Siswa
Narna Orag tua
Kescdiaan': Sedia / Tidak bersedia.
Alasan': ..
N1) TLDN/HP
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
IIal : Permohonan [iin Penelitian
KepadaYtb ;
Oreag 0:a Siswlr.siswi Kelas IVSD Kanisius Wirobrajan
Dengan Hormal
Yang bertandatangan dibawah ini, saya:
Nama :DeslitaAnzelinaBrTariganMM :09112402xSennester :IX(sernbilan)Program studi : Ilmu Pendidikan Kekhususan pendidikan Agama Katolik ,
. FKIP Universitas Sanata Dharma yogyakarta
sehubungan denpn penulisan slaipi yang bedudul "DEsKRIpsI PENDAMPINGANOR.ANG TUA DALAM BELAJAR PENDIDKAT'I AGI\,N4A KATOLIK SISWA-SISWIKELAS w sD KANIsrus WIROBRAJAN Y0GYAKARTA", saya mengajukan permohonanijin rurtuk nnngdakan penelitian sisrva-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan. penetitian inibertujuan untuk mengetahui sejauh mana pendampingan orang tua dalam belajar pen6idrkan---Agama Katolik dan melihat fasilitas anak belajar pendidikan Agama Katolik di rumah.
-\Be*aitan dengan ha.l di atas, peneliti dkan melakukan obsewasi di rumatu Oleh karena
itrq mohon kes€diaan dari Bapak[bu orang tua murid untuk mengisi kolom kesediaan di bawahini dandikurnpulkan paling lambat pada tanggar 30 Agustus 2013 kepada guru kelas.
Demikian permohonan ini saya ajukan, atas perhatian dan ijin yang dibeiikan pihakorerg tua saya mengucapkan terima kasih. :
Yogyakarta, 28 Agustus 2013
Menyetujui,
Wali Kelp IV A SD Kanisius Wirobrajan
nw-M.M. Sd Watryuni
Pemohon,
Jl,4+Dellita anzelina Br Tarigan
No
Nama Siswa
NamaOragtua
Kesediaan: Sedia / Tidak lenedibAl'asani
Ndi lLbn/HP.'
(3)
lt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Lampiran 3: Lembar Kuesioner Penelitian
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
A. Identitas
Nama :
Kelas :
B. Petunjuk Pengisian Instrumen
a. Bacalah masing-masing pertanyaan berikut dengan teliti. Kemudian berilah
tanda Check ( √ ) pada kolom alternatif jawaban anda pilihlah sesuai
dengan keadaanya. Misalnya:
S = Selalu
Sr = Sering
Kk = Kadang-kadang
TP = Tidak Pernah
No PERNYATAAN
ALTERNATIF
JAWABAN
4 3 2 1
S Sr Kk TP
1. Orang tua menegur jika seharian anda hanya
menonton TV dan tidak belajar √
b. Jawablah semua pertanyaan berikut dan periksalah kembali jawaban anda
sebelum di kumpulkan.
No PERNYATAAN
ALTERNATIF
JAWABAN
4 3 2 1
S Sr Kk TP
1. Orang tua ikut mendampingi anda belajar PAK di
rumah
2. Setiap anda mengalami kesulitan dalam belajar, maka
orang tua ikut membantu memecahkan kesulitan-
kesulitan yang sedang anda hadapi
3. Orang tua dengan setia hadir bersama anda dalam
situasi apapun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
4. Orang tua anda memberikan kamar belajar yang
nyaman untuk anda belajar
5. Orang tua mengusahakan suasana yang tenang,
nyaman, pada saat anda belajar
6. Orang tua selalu mengantar jemput anda setiap
kegiatan sekolah
7. Orang tua memenuhi setiap permintan anda yang
berhubungan dengan buku PAK yang disarankan
oleh bapak/ibu guru untuk dimiliki
8. Orang tua menyediakan Kitab Suci di rumah
9. Orang tua menyediakan tas yang layak pakai untuk
ke sekolah
10. Orang tua menyediakan alat tulis secukupnya
11. Orang tua menyediakan pakaian layak pakai
12. Orang tua menyediakan Madah Bakti atau buku
nyanyian
13. Orang tua menyediakan buku doa atau rosario
14. Orang tua menjelaskan hal-hal yang berkatian
dengan PAK
15. Orang tua mampu menjelaskan PAK
16. Jika ada masalah terkait dengan pelajaran PAK anda
bertanya kepada orang tua
17. Orang tua menyarankan supaya anda membentuk
kelompok belajar
18. Jika hasil ulangan PAK anda jelek maka orang tua
memberi nasehat
19. Orang tua mengingatkan waktu belajar di rumah
20. Orang tua menjanjikan hadiah jika nilai ulangan anda
memuaskan
21 Orang tua menyanyangi dan memperhatiakan anda
22. Orang tua mengingatkan anda kalau belajar harus
tenang dan fokus
23. Orang tua menyarankan untuk lebih rajin
mengerjakan soal-soal PAK agar anda menguasai
materi
24. Orang tua mengingatkan anda, jika belajar harus
mampu menciptakan suasana yang tenang dan penuh
kasih
25. Orang tua membantu anda untuk membuat jadwal
belajar di rumah
26. Orang tua mengingatkan apakah anda sudah
mengerjakan PR PAK
27. Sepulang dari sekolah orang tua menanyakan apakah
anda punya PR PAK
28. Orang tua menanyakan kepada anda apakah materi
pelajaran PAK di sekolah dapat anda pahami dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
jelas
29. Orang tua menanyakan jadwal ulangan atau jadwal
ujian PAK di sekolah
30. Orang tua memberi teladan supaya anak berminat
mengikuti kegiatan Gereja secara rutin
31. Orang tua memberi contoh Doa
32. Selama berdoa orang tua anda menunjukkan sikap
doa yang baik dan benar
33. Orang tua menyarankan supaya anda ikut Putra-putri
Altar wilayah atau paroki
34. Orang tua menyarankan anda untuk mengikuti Ret-
ret, Rekoleksi, Camping Rohani
35. Orang tua menyarankan supaya anda untuk ikut
sekolah minggu/perayaan Ekaristi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
VAR00001 81 1.00 4.00 2.4691 1.01349
VAR00002 81 1.00 4.00 3.5556 .70711
VAR00003 81 .00 4.00 3.1358 .95855
VAR00004 81 1.00 4.00 3.2963 1.00554
VAR00005 81 1.00 4.00 3.3580 .82627
VAR00006 81 1.00 4.00 3.5556 .77460
VAR00007 81 1.00 4.00 3.4444 .80623
VAR00008 81 1.00 4.00 3.0741 1.15950
VAR00009 81 1.00 4.00 3.6049 .76940
VAR00010 81 1.00 4.00 3.5679 .78959
VAR00011 81 1.00 4.00 3.6790 .77180
VAR00012 81 .00 4.00 2.7901 1.18021
VAR00013 81 1.00 4.00 2.8148 1.14139
VAR00014 81 1.00 4.00 2.9012 .90284
VAR00015 81 1.00 4.00 3.0000 .90830
VAR00016 81 1.00 4.00 3.2840 .91152
VAR00017 81 1.00 4.00 2.2716 1.10694
VAR00018 81 1.00 4.00 3.6667 .68920
VAR00019 81 1.00 4.00 3.5309 .83795
VAR00020 81 1.00 4.00 2.9630 1.03010
VAR00021 81 1.00 4.00 3.6667 .68920
VAR00022 81 1.00 4.00 3.4444 .79057
VAR00023 81 1.00 4.00 3.2346 .88419
VAR00024 81 1.00 4.00 3.3333 .85147
Lampiran 5: Reliability Statistics
Tabel . Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0,901 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
VAR00025 81 1.00 4.00 2.6914 1.18998
VAR00026 81 1.00 4.00 3.2346 .95226
VAR00027 81 1.00 4.00 3.0988 1.03205
VAR00028 81 1.00 4.00 2.6914 .95710
VAR00029 81 1.00 4.00 3.1605 .98052
VAR00030 81 1.00 4.00 3.3951 .87577
VAR00031 81 1.00 4.00 3.2593 .91894
VAR00032 81 1.00 4.00 3.5062 .85328
VAR00033 81 1.00 4.00 2.6049 1.17982
VAR00034 81 1.00 4.00 2.4815 1.11928
VAR00035 81 1.00 4.00 3.0000 1.03682
Valid N
(listwise) 81
Total Keseluruhan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 35 1 1.2 1.2 1.2
74 1 1.2 1.2 2.5
80 1 1.2 1.2 3.7
82 1 1.2 1.2 4.9
88 1 1.2 1.2 6.2
89 1 1.2 1.2 7.4
90 1 1.2 1.2 8.6
92 1 1.2 1.2 9.9
96 3 3.7 3.7 13.6
98 1 1.2 1.2 14.8
99 1 1.2 1.2 16.0
100 2 2.5 2.5 18.5
101 4 4.9 4.9 23.5
102 4 4.9 4.9 28.4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
103 3 3.7 3.7 32.1
105 3 3.7 3.7 35.8
106 2 2.5 2.5 38.3
108 1 1.2 1.2 39.5
109 3 3.7 3.7 43.2
110 1 1.2 1.2 44.4
112 2 2.5 2.5 46.9
113 1 1.2 1.2 48.1
114 2 2.5 2.5 50.6
115 2 2.5 2.5 53.1
116 3 3.7 3.7 56.8
117 6 7.4 7.4 64.2
118 3 3.7 3.7 67.9
119 4 4.9 4.9 72.8
120 4 4.9 4.9 77.8
121 1 1.2 1.2 79.0
124 2 2.5 2.5 81.5
125 4 4.9 4.9 86.4
126 2 2.5 2.5 88.9
128 2 2.5 2.5 91.4
130 2 2.5 2.5 93.8
132 1 1.2 1.2 95.1
133 1 1.2 1.2 96.3
134 1 1.2 1.2 97.5
136 1 1.2 1.2 98.8
137 1 1.2 1.2 100.0
Total 81 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
Lampiran 6: Tabel r Product Moment Pada Sig.0,05 (Two Tail)
N r N r N r N r N r N r
1 0.997 41 0.301 81 0.216 121 0.177 161 0.154 201 0.138
2 0.95 42 0.297 82 0.215 122 0.176 162 0.153 202 0.137
3 0.878 43 0.294 83 0.213 123 0.176 163 0.153 203 0.137
4 0.811 44 0.291 84 0.212 124 0.175 164 0.152 204 0.137
5 0.754 45 0.288 85 0.211 125 0.174 165 0.152 205 0.136
6 0.707 46 0.285 86 0.21 126 0.174 166 0.151 206 0.136
7 0.666 47 0.282 87 0.208 127 0.173 167 0.151 207 0.136
8 0.632 48 0.279 88 0.207 128 0.172 168 0.151 208 0.135
9 0.602 49 0.276 89 0.206 129 0.172 169 0.15 209 0.135
10 0.576 50 0.273 90 0.205 130 0.171 170 0.15 210 0.135
11 0.553 51 0.271 91 0.204 131 0.17 171 0.149 211 0.134
12 0.532 52 0.268 92 0.203 132 0.17 172 0.149 212 0.134
13 0.514 53 0.266 93 0.202 133 0.169 173 0.148 213 0.134
14 0.497 54 0.263 94 0.201 134 0.168 174 0.148 214 0.134
15 0.482 55 0.261 95 0.2 135 0.168 175 0.148 215 0.133
16 0.468 56 0.259 96 0.199 136 0.167 176 0.147 216 0.133
17 0.456 57 0.256 97 0.198 137 0.167 177 0.147 217 0.133
18 0.444 58 0.254 98 0.197 138 0.166 178 0.146 218 0.132
19 0.433 59 0.252 99 0.196 139 0.165 179 0.146 219 0.132
20 0.423 60 0.25 100 0.195 140 0.165 180 0.146 220 0.132
21 0.413 61 0.248 101 0.194 141 0.164 181 0.145 221 0.131
22 0.404 62 0.246 102 0.193 142 0.164 182 0.145 222 0.131
23 0.396 63 0.244 103 0.192 143 0.163 183 0.144 223 0.131
24 0.388 64 0.242 104 0.191 144 0.163 184 0.144 224 0.131
25 0.381 65 0.24 105 0.19 145 0.162 185 0.144 225 0.13
26 0.374 66 0.239 106 0.189 146 0.161 186 0.143 226 0.13
27 0.367 67 0.237 107 0.188 147 0.161 187 0.143 227 0.13
28 0.361 68 0.235 108 0.187 148 0.16 188 0.142 228 0.129
29 0.355 69 0.234 109 0.187 149 0.16 189 0.142 229 0.129
30 0.349 70 0.232 110 0.186 150 0.159 190 0.142 230 0.129
31 0.344 71 0.23 111 0.185 151 0.159 191 0.141 231 0.129
32 0.339 72 0.229 112 0.184 152 0.158 192 0.141 232 0.128
33 0.334 73 0.227 113 0.183 153 0.158 193 0.141 233 0.128
34 0.329 74 0.226 114 0.182 154 0.157 194 0.14 234 0.128
35 0.325 75 0.224 115 0.182 155 0.157 195 0.14 235 0.127
36 0.32 76 0.223 116 0.181 156 0.156 196 0.139 236 0.127
37 0.316 77 0.221 117 0.18 157 0.156 197 0.139 237 0.127
38 0.312 78 0.22 118 0.179 158 0.155 198 0.139 238 0.127
39 0.308 79 0.219 119 0.179 159 0.155 199 0.138 239 0.126
40 0.304 80 0.217 120 0.178 160 0.154 200 0.138 240 0.126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI