deskripsi pendampingan orang tua - PLAGIAT MERUPAKAN ...

153
DESKRIPSI PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Deslita Anzelina Br Tarigan NIM: 091124027 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of deskripsi pendampingan orang tua - PLAGIAT MERUPAKAN ...

DESKRIPSI PENDAMPINGAN ORANG TUA

DALAM BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

SISWA-SISWI KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Deslita Anzelina Br Tarigan

NIM: 091124027

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan dengan hati yang tulus dan bahagia Kepada:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberi semangat, pendampingan

dan sahabatku yang setia dalam penulisan skripsi ini.

Bapakku (K Tarigan), Mamakku (T Br Bangun),

Yang telah memberikan dukungan moral, spritual dan finansial

Abangku (P Tarigan), Adikku (D Br Tarigan dan P Br Tarigan), Edaku (S Br

Bangun), Keponakanku, Sahabatku dan Seluruh Keluargaku

telah memberi dukungan semangat untukku

serta

SD Kanisius Wirobrajan, Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

MOTTO

Non Scholae, sed Vitae Dicimus

(Belajar bukan untuk sekolah, tetapi untuk hidup)

“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti BapaMu

adalah murah hati”.

(Lukas 6:36)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “DESKRIPSI PENDAMPINGAN ORANG TUA

DALAM BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI

KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA”. Penulis

memilih judul ini dilatarbelakangi dari kesan adanya orang tua menyerahkan

sepenuhnya pendidikan kepada sekolah tanpa mau terlibat dalam mendampingi

anak dalam belajar Pendidikan Agama Katolik. Oleh karena itu, skripsi ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendampingan orang tua dalam belajar

Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan

Yogyakarta dan mengetahui faktor apa saja yang orang tua mendukung dan

kurang mendukung dalam belajar Pendidikan Agama Katolik.

Pendampingan adalah usaha untuk membantu dan menolong seseorang

untuk dapat mengembangkan dirinya secara jelas memiliki tujuan untuk

membantu mereka mendapatkan pengetahuan, informasi, kecakapan perbuatan,

perilaku hidup, sehingga dapat membangun kebersamaan dengan orang lain dan

dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat, bangsa dan dunia. Belajar PAK ialah

suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, sikap

dan keterampilan untuk mengembangkan imannya secara terencana dan

berkesinambungan. Pendampingan orang tua dalam PAK berarti membantu anak

mengembangkan imannya dalam sikap dan tingkah laku kehidupan sehari-hari

anak.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, mau menggambarkan

permasalahan yang ada yakni pendampingan orang tua dalam belajar PAK siswa-

siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta. Penelitian ini bersifat

populatif artinya seluruh anggota populasi menjadi responden. Instrumen yang

digunakan ialah kuisoner, wawancara dan studi dokumen. Dari hasil uji validitas

taraf signifikansi 5 % seluruh soal valid sebanyak 35 item. Sedangkan dari hasil

uji reliabilitas diperoleh koefisien 0,901, yang berarti reliabilitas instrumen tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata pendampingan orang

tua dalam belajar pendidikan agama katolik siswa-siswi kelas IV SD Kanisius

Wirobrajan adalah 110.77. Hal ini berarti pendampingan orang tua dalam kriteria

baik. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara menunjukkan jika orang tua

tidak mendampingi anak dalam belajar pendidikan agama katolik anak merasa

kurang mendapatkan perhatian, motivasi dan kasih sayang. Faktor yang orang tua

mendukung anaknya dalam belajar PAK karena orang tua menyadari peranannya

sebagai pendidik pertama dan utama. Faktor orang tua kurang mendukung

anaknya karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga kurangnya

waktu untuk mendampingi anak dalam belajar PAK dan orang tua mempunyai

pemahaman yang terbatas mengenai PAK karena pelajaran PAK semakin lama

semakin sulit. Maka orang tua perlu mempertahankan peran pendampingan orang

tua dalam belajar anak melalui suatu proses pendampingan secara terus menerus

dengan sarana-saran pendukung belajar pendidikan agama katolik, kegiatan-

kegiatan pendukung untuk mengembangkan iman anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

ABSTRACT

This thesis is entitled "DESCRIPTION OF PARENTAL

ASSISTANCE IN LEARNING CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION

(CRE) THE STUDENTS GRADE IV, KANISIUS ELEMENTARY

SCHOOL, WIROBRAJAN, YOGYAKARTA". The researcher has chosen

this title with the background of an impression that the students’ parents seem do

not get involved in assisting their children as they study the CRE and give that

responsibility away only to the school. Therefore, this paper aims to find out how

to assist parents to accompany their children in learning the CRE in the fourth

grade, at the Kanisius, Wirobrajan, Yogyakarta and also to find out some factors

that may influence parental support and the lack of it in learningthe CRE.

Mentoring is an attempt to assist and help a person to develop. It clearly

has a goal to help a person gain some knowledge, information, skills, attitudes,

and so on, and that will help the person to live mutually with others and therefore

can adapt more easily to the society, nation and world. Learning CRE is a mental

activity that takes place in an active interaction with the environment, which

results in changes in knowledge, attitudes and skills to develop faith which is

done in an integrated and sustainable plan. Assisting parents in helping children to

develop their faith as they are learning the CRE means that they can actually live

out that faith in daily practices and life through their attitudes and behaviors. This

research is a quantitative descriptive research, that would like to describe the

existing problems in assisting parents as they struggle to assist their children while

they are learning the CRE in grade IV, at Kanisius Elementary

School,Wirobrajan, Yogyakarta. This study is a populative study that means all

members of the population were the respondents. The instruments that were used

were questionnaires, interviews and document research. Validity of the test results

has the significant of 5 % the questioners are valid for 35 items. While the

reliability of the test results in 0.901, which means that there is a high reliability

of the instrument.

The results show that the average score of parental assistance as their

children are learning the CRE in grade IV at Kanisius Elementary

School,Wirobrajan, is 110.77. This means that parents’ assistance for their

children is good. The results of the study indicate if the parents do not assist their

children as they are learning the CRE, the children gain less attention, motivation

and affection. The factors that influence parents to support their children in

learning CRE are that the parents realize their role as the first and foremost

educator for their own children. The factors that do not support the parents to

assist their children are: the parents are too busy working and the lack of

understanding of the CRE especially now as they feel that the CRE is much more

difficult than before. The parents still need to maintain their mentoring role as

they accompany their children to learnv, however they themselves need an on-

going formation on the CRE so that they are able to accompany their children to

develop their faith as they are learning CRE.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,

karena kasih dan karunia yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul DESKRIPSI PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM

BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS IV

SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan serta dorongan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada:

1. Rm. Drs. FX. Heryatno W.W., S.J., M.Ed., selaku Kaprodi IPPAK Universitas

Sanata Dharma yang memberikan dukungan dalam seluruh proses

penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak FX. Dapiyanta, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing utama yang

selalu mendampingi, membimbing dan memotivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Rm. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku dosen penguji II yang telah berkenan

mendampingi, memberikan semangat, memeriksa dan menguji skripsi ini.

4. Bapak Drs.L.Bambang Hendarto,Y. M.Hum., selaku dosen penguji III yang

telah berkenan mendampingi dan menguji skripsi ini.

5. Segenap staf dosen dan seluruh staf karyawan prodi IPPAK Universitas

Sanata Dharma yang secara tidak langsung selalu memberikan dorongan

kepada penulis.

6. Keluarga tercinta: Bapak, Mamak, Abang, ke dua adikku, keponakanku dan

seluruh keluarga besarku yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan

bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .. ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

MOTTO. ................................................................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIANKARYA ................................................................. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

ABSTRACT ............................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xviii

DAFTAR GRAFIK................................................................................................ xix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xx

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Indentifikasi Masalah ..................................................................................... 8

C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 9

D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 9

E. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 9

F. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 10

G. Metode Penulisan .......................................................................................... 11

H. Sistematika Penulisan .................................................................................... 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 14

A. Orang tua dan tugasnya ................................................................................... 14

1. Pengertian Orang tua ............................................................................... 14

2. Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak usia SD ..................... 16

B. Pendampingan Anak ..................................................................................... 19

1. Arti Pendampingan pada Umumnya ......................................................... 19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

2. Peran Orang Tua dalam Pendampingan Anak .......................................... 21

a. Mewujudkan Cinta Kasih ................................................................ 21

b. Memberi Teladan ............................................................................. 22

c. Memotivasi Anak Belajar ................................................................. 23

d. Pendidikan Utama dan Pertama ......................................................... 24

3. Konsekuensi Peran Orang Tua ................................................................ 25

a. Orang Tua perlu Sadar akan Peran Utamanya ................................... 25

b. Pengetahuan Cara Mendampingi ..................................................... 26

C. Belajar PAK oleh siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan .................... 28

1. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar................................................. 29

a. Perkembangan Kognitif ................................................................... 29

b. Perkembangan Emosi ...................................................................... 30

c. Perkembangan Moral ....................................................................... 31

d. Perkembangan Sosial ....................................................................... 32

e. Perkembangan Iman ........................................................................ 33

2. Pokok-pokok PAK Sekolah Dasar ............................................................ 35

a. Pengertian PAK SD secara Umum .................................................. 35

b. Pengertian PAK SD Kelas IV .......................................................... 36

1) Konsili Vatikan “Deklarasi tentang Pendidikan Kristen” ........ 37

a) Pendidikan Hak Semua Orang ....................................... 37

b) Tujuan Pendidikan ........................................................ 37

2) Kurikulum Berbasis Kompetensi PAK SD ............................. 38

a) Hakikat atau pengertian PAK ........................................ 38

b) Fungsi PAK .................................................................. 39

c) Tujuan PAK .................................................................. 39

d) Ruang Lingkup PAK ..................................................... 40

3. Belajar PAK ............................................................................................. 41

a. Pengertian Belajar ........................................................................... 41

b. Pengertian Belajar PAK .................................................................. 43

c. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi dan mendukung

Belajar PAK Siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan ........... 45

1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar PAK .................... 45

a) Faktor Eksternal ............................................................ 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

b) Faktor Internal .............................................................. 45

2) Faktor Pendukung Belajar PAK ............................................. 46

a) Suasana keluarga harus mendorong untuk belajar

di rumah........................................................................ 47

b) Sarana pendukung belajar anak ..................................... 47

D. Peran Pendampingan Orang tua terhadap Belajar PAK siswa-siswi

Kelas IV SD Kanisus Wirobrajan .................................................................. 48

1. Orang Tua Menjadi Teladan ..................................................................... 48

2. Orang Tua sebagai Fasilitator ................................................................... 49

3. Orang Tua Mengikuti Perkembangan Anak .............................................. 49

4. Orang Tua Menjadi Saksi Iman ................................................................ 50

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 52

A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 52

B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 52

C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 53

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 53

1. Variabel Penelitian ................................................................................. 53

2. Definisi Konseptual Variabel ................................................................... 53

3. Definisi Operasional Variabel .................................................................. 54

4. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 54

5. Instrumen Penelitian ................................................................................. 54

a. Kisi-Kisi Instrumen ........................................................................ 56

b. Pengembangan Instrumen ............................................................... 57

a) Uji Coba Terpakai .................................................................... 57

b) Uji Validitas Instrumen ........................................................... 58

c) Uji Reliabilitas Instrumen ......................................................... 59

E. Teknik Analisis Data .................................................................................... 61

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 64

A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 64

1. Deskripsi Data Pendampingan Orang tua ................................................. 64

a. Deskripsi Aspek Menemani ............................................................... 66

b. Deskripsi Aspek Fasilitas ................................................................. 68

c. Deskripsi Aspek Informasi ................................................................ 70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

d. Deskripsi Aspek Peringatan ............................................................... 72

e. Deskripsi Aspek Teladan .................................................................. 73

2. Hasil Wawancara dengan Orang Tua ........................................................ 76

3. Rangkuman Keseluruhan Hasil Wawancara ............................................. 82

1. Aspek Menemani............................................................................... 82

2. Aspek Fasilitas .................................................................................. 82

3. Aspek Informasi ................................................................................ 83

4. Aspek Peringatan............................................................................... 83

5. Aspek Teladan ................................................................................... 83

4. Hasil Temuan Khusus Studi Dokumen ................................................... 84

B. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................................... 90

C. Refleksi Kateketis .......................................................................................... 99

1. Pengertian Katekese ................................................................................. 99

2. Tujuan Katekese ...................................................................................... 100

3. Katekese sebagai Pendidikan Iman ........................................................... 102

4. Proses Perkembangan Iman dalam Katekese ............................................ 103

5. Fasilitator Katekese .................................................................................. 104

6. Aspek Kateketis Pendampingan Orang Tua dalam belajar PAK Siswa-

siswi Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan ................................................... 107

D. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 110

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 112

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 112

B. Saran .............................................................................................................. 115

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 117

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... 119

Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................................... (1)

Lampiran 2: Surat Permohonan Izin Penelitian Kepada Orang tua .......................... (2)

Lampiran 3: Lembar Kuesioner Penelitian ............................................................. (3)

Lampiran 4: Hasil Analisis Validitas ...................................................................... (10)

Lampiran 5: Hasil Reliabilitas ............................................................................... (11)

Lampiran 6: Tabel r Product Moment Pada Sig. 0,05 (Two Tail) ............................ (14)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan dalam

Alkitab Deuterokanonika, Lembaga Biblika Indosesia, 2008.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

GE : Gravissium Educations, Pernyataan Konsili Vatikan II tentang

Pendidikan Kristen pada tanggal 28 Oktober 1965.

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II

kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang

katekese masa kini pada tanggal 16 Oktober 1979.

FC : Familiaris Consortio, Amanat Apostolik Paus Yohanes Paulus II

tentang Keluarga Kristiani Dalam Dunia Modern pada tanggal 16

November 1993.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonic), diundangkan oleh

Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 25 Januari 1983.

C. Singkatan Lain

Art : Artikel

Ay : Ayat

Bdk : Bandingkan

Dkk : Dan kawan-kawan

Gbr : Gambar

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

KV II : Konsili Vatikan II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

Kan : Kanon

KS : Kitab Suci

No : Nomor

PR : Pekerjaan Rumah

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia

PAK : Pendidikan Agama Katolik

PPL : Program Pengalaman Lapangan

Th : Tahun

TV : Televisi

SD : Sekolah Dasar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Skor Alternatif Jawaban Variabel Pengaruh

Pendampingan Orang tua dalam Belajar PAK 55

Tabel 2 : Kisi-kisi Instrumen Kuosioner 56

Tabel 3 : Kisi-kisi Instrumen Wawancara 56

Tabel 4 : Panduan Studi Dokumen 57

Tabel 5 : Rumus Manual Korelasi Product Moment 59

Tabel 6 : Rumus Manual Reliabilitas 60

Tabel 7 : Reability Statistics 60

Tabel 8 : Rumus Penentuan Kriteria 63

Tabel 9 : Kriteria Interval 63

Tabel 10 : Rangkuman Statistik Deskripsi Nilai Keseluruhan

Pendampingan Orang tua 64

Tabel 11 : Kriteria Data Keseluruhan Pendampingan Orang tua 65

Tabel 12 : Rangkuman Statistik Aspek Menemani 66

Tabel 13 : Kriteria Aspek Menemani 67

Tabel 14 : Rangkuman Statistik Aspek Fasilitas 68

Tabel 15 : Kriteria Aspek Fasilitas 69

Tabel 16 : Rangkuman Statistik Aspek Informasi 70

Tabel 17 : Kriteria Aspek Informasi 70

Tabel 18 : Rangkuman Statistik Aspek Peringatan 72

Tabel 19 : Kriteria Aspek Peringatan 72

Tabel 20 : Rangkuman Statistik Aspek Teladan 74

Tabel 21 : Kriteria Aspek Teladan 74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xix

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1 : Frekuensi Keseluruhan Pendampingan Orang tua 65

Grafik 2 : Frekuensi Aspek Menemani 67

Grafik 3 : Frekuensi Aspek Fasilitas 69

Grafik 4 : Frekuensi Aspek Informasi 71

Grafik 5 : Frekuensi Aspek Peringatan 73

Grafik 6 : Frekuensi Aspek Teladan 75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xx

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Foto Keluarga 84

Gambar 2 : Buku Pendukung Untuk Belajar PAK 84

Gambar 3 : Buku Nyanyian/Madah Bakti 85

Gambar 4 : Majalah Jamrud PAK 86

Gambar 5 : Kitab Suci 86

Gambar 6 : Buku Catatan PAK 86

Gambar 7 : Buku Latihan PAK 87

Gambar 8 : Ruang Belajar Anak 87

Gambar 9 : Jadwal Belajar Anak 88

Gambar 10 : Ruang Doa 88

Gambar 11 : Kreativitas Anak Dalam Menggembangkan

Imannya Dalam Sekolah Minggu 89

Gambar 12 : Boneka Bunda Maria 89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari pasti

mempunyai hubungan dengan peristiwa yang lain, bahwa dapat dikatakan

perbuatan yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung ada campur tangan

dari orang lain. Tanpa adanya suatu kemauan, manusia tidak dapat melakukan

suatu perbuatan. Perbuatan manusia akan menimbulkan akibat yang berbeda-beda

sesuai dengan pengaruhnya. Lingkungan keluarga atau orang tua berpengaruh

pada pertumbuhan jasmani dan rohani anak. Pendidikan di sekolah merupakan

lanjutan dan bantuan terhadap pendidikan di rumah. Orang tua tetap bertanggung

jawab atas anak-anaknya. Anak adalah anugerah yang sangat besar bagi orang tua,

orang tua rela membanting tulang demi anak-anaknya. Orang tua rela melakukan

apapun untuk anaknya baik dalam pendidikan, kesehatan, ataupun kebutuhan

pokok sehari-hari anak dan keluarga. Guru hanya menerima sebagian dari

tanggung jawab orang tua yang telah diserahkan kepadanya. Dengan demikian

betapa pentingnya pendampingan orang tua dalam belajar anak yang menjadi

tanggung jawab orang tua.

Keluarga diartikan sebagai “sanak saudara, kaum kerabat, orang seisi

rumah”. Jadi, keluarga adalah siapa saja yang tinggal di dalam lingkungan rumah

tangga (Adimiwarta, 1988: 413). Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam

masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan dan rumah adalah tempat

kita menghabiskan waktu kita dalam hidup sehari-hari, karena rumah adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

tempat berhimpunnya sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga, setiap anggota

keluarga memiliki fungsi dan peranannya masing-masing dan antara satu dengan

yang lainnya saling melengkapi. Rumah juga menjadi tempat pertama anak

memperoleh ilmu dan sekaligus tempat yang paling tepat untuk membentuk

kepribadian anak.

Pendidikan anak tidak hanya dilaksanakan di lingkungan sekolah saja,

melainkan di mana saja anak itu berada. Lingkungan pendidikan sering disebut

dengan tri pusat pendidikan. Istilah tri pusat pendidikan adalah istilah yang

digunakan oleh tokoh pendidikan Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara yang

menggambarkan lembaga atau lingkungan pendidikan yang ada di sekitar

manusia, yang mempengaruhi perilaku siswa-siswi. Ki Hajar Dewantara

membedakannya menjadi tiga dengan sebutan yakni: pendidikan keluarga,

pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat. Ketiga pendidikan ini tidak dapat

dipisahkan satu sama lain karena mempunyai kesatuan yang erat. Orang tua

memegang peranan penting dalam membentuk tumbuh kembang diri dan perilaku

anak karena orang tua dapat mengajarkan pendidikan baik yang bersifat formal

maupun non formal sebagai bekal hidup di masa depan. Apabila pendidikan orang

tua baik dalam keluarga maka pendidikan selanjutnya kemungkinan besar berhasil

dengan baik pula. Oleh sebab itu keberadaan orang tua penuh perhatian sering

menjadi kunci menuju pendidikan yang baik bagi anak-anaknya

(http://id.wikipedia.org/wiki/dasar-pendidikan).

Orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya seperti Kristus menjadi

teladan bagi umat Kristiani. Tanggung jawab pendidikan anak, pertama-tama yang

paling utama dipegang oleh orang tua. Dalam agama Kristiani, Kristuslah yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

menjadi teladan yang paling hakiki. Kristus menjadi teladan karena kemuliaan dan

keberhasilanNya dalam mewujudkan keselamatan manusia. Kristus juga

mengakui bahwa manusia adalah anak-anak-Nya yang mempunyai relasi pribadi

yang dekat, dengan harapan agar manusia dapat menyatu dengan Kristus sendiri.

Begitu juga hubungan antara orang tua dan anak. Orang tua sebagai teladan anak

dapat membangun relasi dekat dengan anak, maka hubungan anak dengan orang

tua menjadi satu kesatuan.

Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK kan 1136) dikatakan bahwa, orang

tua mempunyai kewajiban berat dan hak primer untuk sekuat tenaga

mengusahakan pendidikan anak, baik fisik, sosial, dan kultural, maupun moral

dan relegius. Dalam Gravissimum Educationis (GE) art 3 dijelaskan bahwa

bahwa orang tua sebagai penyalur kehidupan dari Allah mempunyai kewajiban

untuk mendidik anak. Gereja memberi perhatian besar terhadap masalah

pendidikan anak ini sebab pendidikan merupakan persoalan serius. Orang tua

tidak bisa lepas tangan atau lari dari tanggung jawabnya sebagai pendidik pertama

dan utama yang hampir tak tergantikan bila tidak ada walaupun dengan alasan

apapun.

Dalam mendidik anak orang tua mempunyai dua alasan kodrati yang jelas

yaitu, pertama bahwa orang tua mempunyai hak atas anaknya. Orang tua adalah

sumber kehidupan anak, orang tua bersama Tuhan menciptakan manusia baru.

Kelahiran anak bukan hanya peristiwa jasmaniah saja, tetapi merupakan buah

cinta yang terindah sehingga orang tua memeliharanya dengan sebaik-baiknya.

Dan ketika anak beranjak dewasa anak diharapkan untuk dapat memutuskan

sendiri hal-hal yang menyangkut pribadinya dan orang tua hanya memberi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

dorongan dan nasihatsaja. Kedua anak berhak atas pendidikan. Sebagai manusia

yang mempunyai derajat dan martabat yang sama, anak mempunyai hak untuk

mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tua. Bagi anak, pendidikan

merupakan suatu kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi, karena pendidikan yang

baik dari orang tua dapat membantu anak membangun dasar yang kuat untuk

kehidupan yang akan datang. Maka orang tua perlu bertanggung jawab penuh atas

pendidikan ini.

Hubungan antara orang tua dan sekolah perlu dibina dan dikembangkan

demi perkembangan anak. Kegiatan yang terjadi di sekolah perlu

dikomunikasikan kepada orang tua sehingga orang tua dapat menindaklanjuti dan

mendukung usaha sekolah. Orang tua mempunyai kesulitan dalam mendampingi

anak-anak di rumah, mendampingi anak mengerjakan pekerjaan rumah (PR).

Dalam komunikasi dengan sekolah, orang tua dapat menanyakan tingkah laku

anak di sekolah dan menanyakan apakah si anak mengerjakan PR.

Pelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan wujud dari

usaha Gereja untuk membimbing iman siswa agar mereka mampu mengenal

dirinya dan mengenal lingkungannya sesuai dengan ajaran iman Kristiani. Bagi

anak-anak yang yang masih duduk di Sekolah Dasar ini sebagai persiapan menjadi

dewasa dalam imannya.

Mudji Soetrisno dalam (Ismartono, 1998: 104) menyatakan bahwa

pelajaran agama sebaiknya dikaitkan atau dihubungkan dengan kehidupan sehari-

hari karena sesungguhnya penanaman nilai itu tempatnya bukan hanya

pengetahuan sehari-hari di rumah dan di segala macam tempat. Ia juga

menegaskan bahwa pengetahuan agama diperoleh di sekolah belum tentu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

dilakukan dalam lingkungan masyarakat maupun keluarga. Pengetahuan agama

bukan hanya hafalan saja, mengetahui saja. Pelajaran agama pertama-tama

diperoleh di tengah keluarga, tidak dalam kata-kata tetapi dalam bentuk

perbuatan. Oleh karena itu pendidikan agama sangatlah penting, di mana setiap

orang tua harus meluangkan waktunya agar waktu yang diberikan kepada anak-

anak menjadi bermakna.

Setiadi dalam (Ismartono, 1998: 131) menyatakan bahwa pendidikan iman

yang diterima anak sekedar pengetahuan di sekolah, kemudian orang tua kurang

memberi teladan dan kesempatan dialog, maka mereka akan terombang-ambing

karena tidak punya pegangan ketika menghadapi banyaknya kegiatan yang

bersifat negatif. Dengan kata lain, jika bimbingan yang diterima anak dalam

lingkungan keluarga tidak baik maka kelak hal itu dapat menjadi bekas pada

kehidupan anak pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Di lingkungan

keluarga kadang anak kurang mendapat dukungan bagi kemajuan pendidikan dan

terdapat beberapa hal yang menjadi kesulitan dalam membantu pelajaran agama

Katolik. Kesulitan yang dialami orang tua pada umumnya ialah keterbatasan

pendidikan orang tua yang mengakibatkan kurang mempunyai pengetahuan dan

pemahaman tentang Pendidikan Agama Katolik, keterbatasan orang tua ini, juga

dapat mempengaruhi pendidikan anak.

Berdasarkan hasil wawancara dari 8 orang siswa dan observasi pada saat

Program Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah Dasar Kanisius Wirobrajan

Yogyakarta yang selama semester gasal tahun pelajaran 2011-2012, penulis

melihat kenyataan banyak siswa-siswa tidak mengerjakan PR. Kenyataan ini

digambarkan sebagai berikut: siswa-siswi kelas IV termasuk siswa-siswi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

dapat dikatakan nakal, mereka tidak menganggap pelajaran agama penting. Hal ini

dapat dilihat dari respon ketika guru menyuruh anak mengumpulkan tugas atau

PR, anak banyak alasan: misalnya: tidak mengerti dengan PR, tidak tahu kalau

ada PR, tidak punya buku, dan lain-lainl. Hal ini terjadi karena anak-anak merasa

pelajaran agama kurang penting, belajar jika ada ulangan saja, belajar sambil

menonton TV dan kebanyakan anak lebih banyak untuk menonton daripada

belajar, sulit untuk mengatur waktu belajar dan sebagainya.

Ada juga orang tua yang sungguh memperhatikan perkembangan anak,

dalam kesibukan bagaimanapun selalu berusaha supaya ada waktu untuk

berkumpul bersama anak dan mendampingi anak dalam belajar. Ada keluarga lain

yang sama sekali tidak menghiraukan anak-anak apakah sudah belajar atau tidak,

bagi mereka kebersamaan tidak penting dalam keluarga, pokoknya masing-masing

sibuk dengan urusan sendiri, mau belajar atau tidak pokoknya masing-masing

mengatur sendiri.

Di sini dapat dikatakan bahwa orang tua kurang merasa bertanggung

jawab atas pendidikan anak-anak, khususnya dalam belajar bagi anak-anak. Tugas

orang tua mengontrol sejauh mana anak-anak terlibat di sekolah, orang tua juga

harus tahu sejauh mana pemahaman anak-anak tentang materi yang diberikan oleh

guru, dan orang tua harus mendampingi anak dalam belajar. Dalam keluarga

orang tua mempunyai kewajiban dan hak secara penuh atas diri anak, orang tua

hendak menanyakan pada anak pelajaran yang diberikan oleh guru, dan apa yang

telah dipahami oleh anak tentang pelajaran Pendidikan Agama Katolik, dan jika

anak masih ragu dan belum begitu memahami, maka tugas orang tua adalah

memberi penjelasan atau menjelaskan kembali kepada anak-anak melalui bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

yang dimengerti oleh anak dapat juga memberi contoh konkret yang dialami oleh

anak atau contoh dalam keluarga, supaya anak lebih memahami tentang pelajaran

agama Katolik. Dalam pelajaran agama katolik tidak cukup anak hanya tahu dan

mengahfalkan saja tetapi bagaimana anak-anak dapat menghayati dan menghidupi

imannya dalam kehidupan sehari-hari.

Perhatian orang tua terhadap anak tercermin dari adanya komunikasi yang

sehat, yaitu komunikasi dua arah antara anak dan orang tua demi terpenuhinya

kebutuhan sang anak yang dari waktu ke waktu semakin banyak dan beraneka

ragam. Sarana-sarana yang dipakai oleh orang tua dalam mendampingi anak-

anaknya, tentu saja antara orang tua yang satu dengan orang tua yang lain

berbeda. Sarana yang dapat dipakai antara lain peristiwa penting dalam kehidupan

anak-anak misalnya, merayakan ulang tahun, membeli perlengkapan sekolah dan

buku-buku yang mendukung perkembangan anak sesuai dengan keinginannya,

piknik bersama, memberi penghargaan atas prestasi belajar anak. Orang tua harus

kreatif supaya tidak menimbulkan kejenuhan dan kebosanan dalam diri anak-anak

dalam belajar. Sarana ini dapat membantu anak-anak lebih semangat dan

termotivasi dalam hidup sehari-hari. Anak lebih suka dengan hal-hal yang praktis

dan konkret yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Namun sayangnya masih

banyak anak yang tidak terbiasa mengerjakan PR di rumah dan hanya menyontek

teman di sekolah, karena orang tua kurang memberi perhatian dan semangat

kepada anak. Maka dalam kehidupan sehari-hari, kesannya masih ada orang tua

yang acuh tak acuh dalam memberi perhatian kepada perkembangan anak dan

perkembangan iman anak, mereka melempar tugas kepada sekolah dan

perkembangan iman anak kepada Gereja dan orang tua beranggapan bahwa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

penting kebutuhan material anak telah terpenuhi, soal pendidikan anak selanjutnya

tanggung jawab sekolah.

Berdasarkan hal tersebut, penulis mengambil judul “DESKRIPSI

PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM BELAJAR PENDIDIKAN

AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS IV SD KANISIUS

WIROBRAJAN YOGYAKARTA”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini

diindetifikasikan sebagai berikut:

1. Orang tua kurang menyadari akan perlunya pendampingan terhadap

pendidikan anak-anaknya khususnya Pendidikan Agama Katolik.

2. Kesibukan orang tua dalam bekerja mengakibatkan kurangnya pendampingan

dan bimbingan kepada anak sehingga anak kurang bersemangat dan terdorong

untuk aktif belajar.

3. Orang tua mempunyai keterbatasan pengetahuan terhadap dunia pendidikan

sehingga kurang memahami pelajaran agama Katolik.

4. Permasalahan dari anak, anak-anak kurang merasa penting Pendidikan

Agama Katolik, sehingga anak kurang mengikuti pelajaran dengan baik.

5. Faktor utama penyebab pendampingan orang tua dalam belajar Pendidikan

Agama Katolik.

6. Kurangnya perhatian orang tua dalam mendampingi anak-anak dalam belajar

Pendidikan Agama Katolik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

7. Pendampingan orang tua dalam belajar Pendidikan Agama Katolik.

C. PEMBATASAN MASALAH

Karena luasnya masalah dan keterbatasan penulis dalam penelitian ini

dibatasi pada pendampingan orang tua dalam belajar Pendidikan Agama Katolik

siswa-siswi kelas IV di SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta.

D. RUMUSAN PERMASALAHAN

Berdasarkan batasan masalah tersebut, permasalahan dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana pendampingan orang tua dalam belajar Pendidikan Agama

Katolik siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan?

2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan kurang mendukung orang tua

dalam pendampingan belajar Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas IV

SD Kanisius Wirobrajan?

E. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam

penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pendampingan orang tua dalam rangka belajar

Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

2. Memahami faktor-faktor yang mendukung dan kurang mendukung orang tua

dalam pendampingan belajar Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas IV

SD Kanisius Wirobrajan.

F. MANFAAT PENULISAN/PENELITIAN

1. Manfaat Praktis

Dari hasil penilitian yang dilakukan oleh penulis, diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Secara akademis, dari hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi

pengetahuan dan pengembangan ilmu yang berkaitan dengan pendampingan

orang tua nantinya akan menjadi dampak positif terhadap belajar Pendidikan

Agama Katolik anak.

b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi guru. Guru dapat

menjalin relasi dengan orang tua atau wali siswa dengan baik. Dengan

menjalin relasi dengan sebaik mungkin, guru dapat mengetahui sejauh mana

perkembangan anak di rumah. Guru juga dapat memotivasi orang tua untuk

terlibat aktif demi perkembangan anak-anaknya.

c. Bagi orang tua: Orang tua adalah pendidik utama dan pertama dalam

keluarga. Pendampingan orang tua sangat dibutuhkan oleh siswa-siswi dalam

menyelesaikan pendidikan mereka dan mencapai prestasi yang memuaskan.

Orang tua juga mendapatkan pemahaman yang cukup sebagai pendamping

dalam perkembangan belajar anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut, di antaranya:

a. Sebagai sumbangan pustaka ilmiah, khususnya dalam bidang pendidikan dan

pendampingan.

b. Sebagai bahan referensi dalam penulisan ilmiah untuk bidang pendidikan dan

pendampingan.

B. METODE PENULISAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif berdasarkan survei.

Penelitian ini bersifat ingin mengetahui, menganalisis dan menggambarkan

bagaimana pendampingan orang tua dalam belajar Pendidikan Agama Katolik

siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta dengan menggunakan

kuesioner berskala tertutup sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian

ini juga akan didukung oleh teknik wawancara dan studi dokumen, kemudian

didukung oleh studi pustaka.

C. SISTEMATIKA PENULISAN

Judul skripsi yang dipilih penulis adalah “Deskripsi Pendampingan Orang

tua dalam Belajar Pendidikan Agama Katolik Siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius

Wirobrajan Yogaykarta”, Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

penulisan ini, penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan

sebagai berikut;

Bab I: Berisi pendahuluan yang menguraikan latar belakang, rumusan

permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika

penulisan.

BAB II: Berisi tinjauan teoritis dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian pertama,

akan membahas mengenai orang tua dan tugasnya, pengertian orang tua, tanggung

jawab orang tua dalam pendidikan anak usia sekolah dasar. Kedua, akan

membahas mengenai pendampingan anak, arti pendampingan pada umumnya,

peranan orang tua dalam pendampingan anak, konsukensi peran orang tua. Ketiga,

akan membahas mengenai belajar Pendidikan Agama Katolik oleh siswa-siswi

kelas IV SD Kanisius Wirobrajan, perkembangan anak usia SD, pokok-pokok

PAK SD, kurikulum berbasis kompetensi PAK SD, belajar PAK, belajar dan

faktor-faktor yang mempengaruhi dan mendukung belajar PAK. Lalu pada bagian

ke empat akan ditarik kesimpulan mengenai, peran pendampingan orang tua

terhadap belajar PAK dari tiga pokok bahasan sebelumnya.

BAB III: Berisi metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, tempat dan

waktu penelitian, populasi dan sample penelitian, teknik dan instrumen

pengumpulan data yang meliputi aspek/variabel penelitian, definisi konseptual

variabel, definisi operasional variabel, sumber pengumpulan data, instrumen

penelitian, kisi-kisi instrumen, instrumen siap uji, panduan wawancara. Akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

dibahas juga mengenai teknik pengolahan data yang meliputi uji coba terpakai, uji

validitas instrumen, uji reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data.

BAB IV: Menyajikan hasil dan pembahasan penelitian yang meliputi hasil

penelitian berdasarkan kuesioner, wawancara dan temuan khusus melalui studi

dokumen, pembahasan hasil penelitian, refleksi kateketis dan keterbatasan

penelitian.

BAB V: Penulis akan menyampaikan kesimpulan dan saran yang membangun

bagi berbagai pihak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. ORANG TUA DAN TUGASNYA

1. Pengertian Orang tua

Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu

keluarga atau rumah tangga, yang dalam kehidupan sehari-hari disebut ayah dan

ibu. Mereka inilah yang terutama dan utama memegang dalam kelangsungan

suatu rumah tangga atau keluarga. Sedangkan anak berada dalam tanggung jawab

dan pengawasan dalam keluarga. Menurut pengertian umum orang tua adalah

seorang pria dan wanita yang melangsungkan perkembangan dan terkait janji

perkawinan yang sah dan memiliki anak. Orang tua tidak dapat dilepaskan dari

lingkungan keluarga, karena antara orang tua dan keluarga sangat erat kaitannya.

Dalam kesehariannya orang tua biasa disebut dengan kata bapak dan ibu.

Kitab Hukum Kanonik menguraikan:

Orang tua Kristiani adalah pasangan yang memiliki sebuah perjanjian

perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang dibaptis untuk

membentuk kebersamaan seluruh hidup yang mengarahkan pada

kesejahteraan suami-istri, kelahiran dan pendidikan anak, dimana

perjanjian diangkat oleh Kristus Tuhan menjadi sakramen. Kebersamaan

hidup bersama yang terbuka pada kelahiran anak membawa laki-laki dan

perempuan itu menjadi orang tua, yaitu orang tua kristiani (Kan. 1055).

Dalam uraian di atas orang tua Kristiani merupakan orang tua yang

memiliki sebuah perjanjian perkawinan. Orang yang sudah menerima sakramen

perkawinan secara Katolik tidak dapat dipisahkan oleh manusia kecuali maut yang

memisahkan. Dengan janji perkawinan yang telah diterima oleh suami maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

istri mereka diharapkan menyalurkan anugerah cinta kasih Tuhan, mempunyai

relasi yang erat dengan Allah dan menciptakan suasana kerukanan dalam

keluarga dengan suasana yang akrab dan mesra, membangun keluarga yang

bahagia, mendidik anak-anaknya menurut ajaran Injil. Dengan kebersamaan dan

kesejahteraan orang tua Kristiani Allah menghendaki orang tua berperan dan

utama dalam pendidikan anak.

Gereja Katolik mengenal Sakramen Perkawinan sebagai salah satu dari

ketujuah Sakramen. Hal ini menunjukkan bahwa perkawinan adalah suatu hal

yang luhur. Dengan adanya sakramen pernikahan secara lahiriah ada tanda yang

menyatakan bahwa Allah hadir dalam kehidupan perkawinan dan Allah menjadi

saksi cinta kasih sang suami dan istri (bdk Mal 2:14). Perkawinan dijadikan

sakramen karena kitab suci sendiri mengisyaratkan seperti menjunjung tinggi

perkawinan. Bahkan Paulus menegaskan supaya suami-istri saling mencintai

seperti Kristus mencintai umat-Nya (jemaat atau Gereja-Nya - Lih Ef 5:21-33).

Adapun janji perkawinan yaitu: Saya berjanji setia dalam untung dan malang, dan

saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup, saya bersedia menjadi

suami bagi istri dan bapak anak-anak dan begitu dengan perempuan bersedia

menjadi istri bagi suami dan menjadi ibu yang baik bagi anak-anak. Demikianlah

janji perkawinan demi Allah dan Injil suci ini. Janji perkawinan yang telah di

ucapkan dihadapan Allah Bapa, Romo dan Saksi diharapkan kedua belah pihak

menepati janji yang telah di ucapkan (http://id.wikipedia.org/wiki/sakramen-

perkawinan).

Menurut dokumen Familiaris Consortio art 40, keluarga adalah

persekutuan pendidikan yang utama tetapi bukan eksklusif satu-satunya. Semua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

pelaksanaan pendidikan itu sangat perlu, meskipun masing-masing memegang

peranannya selaras dengan tugas masing-masing.

Menurut (Adimiwarta, 1988: 413), keluarga diartikan sebagai “sanak

saudara, kaum kerabat, orang se isi rumah”. Jadi, keluarga adalah siapa saja yang

tinggal di dalam lingkungan rumah tangga. Keluarga merupakan lingkungan

terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan dan rumah

adalah tempat kita menghabiskan waktu dalam hidup sehari-hari, karena rumah

adalah tempat berhimpunnya sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga, setiap

anggota keluarga memiliki fungsi dan peranannya masing-masing dan antara satu

dengan yang lainnya saling melengkapi. Rumah juga menjadi tempat pertama

anak memperoleh ilmu dan sekaligus tempat yang paling tepat untuk membentuk

kepribadian anak.

2. Tanggung jawab Orang tua dalam Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar

Anak adalah seseorang yang masih sangat membutuhkan peran

pendampingan dan pengarahan dari orang tua/orang dewasa. Maka, orang tualah

yang sangat diharapkan oleh anak untuk memberi pendampingan dan pengarahan.

Dengan demikian dalam orang tua tidak boleh sembarangan dalam memberikan

pengarahan dan pendidikan kepada anak, karena apa yang diberikan orang tua

menjadi dasar utama oleh anak dalam mengembangkan dirinya kelak.

Menurut Familiaris Consortio art 14, anak adalah anugerah yang

berharga. Menurut rencana Allah, perkawinan merupakan landasan keluarga

sebagai persekutuan yang lebih luas, sebab lembaga perkawinan dan cinta kasih

suami-istri itu memang terarahkan pada kelahiran dan pendidikan anak-anak yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

merupakan mahkota dari lembaga itu. Pada hakikatnya cinta kasih merupakan

sebuah hadiah dan cinta kasih suami-istri.

Alkitab membicarakan bagaimana orang tua harus mendidik, mengajar dan

memelihara anaknya. Menurut pandangan orang Kristiani anak merupakan buah

kasih Allah kepada orang tua maka orang tua hendaknya mensyukuri atas

anugerah terindah Allah kepada orang tua. Terkadang orang tua untuk

mendapatkan anak bersusah payah mencarinya, menanti dengan penuh kesabaran

dan berdoa (Bdk Mzm 123: 3; Sam 1: 27; Kej 33: 5). Dengan demikian anak yang

diberikan itu haruslah diterima dengan penuh kasih sayang. Bagi orang tua

mengasihi anak-anaknya merupakan suatu hal yang wajib karena anak merupakan

manusia yang wajib disayangi orang tuanya. Hal ini tampak dalam Mzm 103: 13

“Seperti Bapa sayang kepada anak-anakNya, demikian Tuhan sayang kepada

orang-orang yang takut akan Dia”. Dan Tit 2: 4 “Dan dengan demikian mendidik

perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya”.

Selain itu orang tua berkewajiban untuk menerima dan mengasihi anak-

anaknya dan perlulah mendidik atau mengajar anak-anaknya karena ini tugas

pokok orang tua. Untuk mencapai hal tersebut orang tua perlulah mendidik

anaknya dengan kesabaran, penuh pengertian dan di mana perlu ketegasan atau

kekerasan. “Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau

menginginkan kematiannya” (Ams 19: 18). Di sini Amsal ingin menekankan

bahwa ada kalanya orang tua juga perlu bertindak keras dan juga betul-betul

mengenal anak. Dengan pendidikan yang baik maka anak akan membahagiakan

orang tua. Ams 29: 17 mengatakan: “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan

ketentraman kepadamu dan mendatangkan suka cita kepadamu”. Ams 22: 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

mengatakan: “Didiklah orang muda menuntut jalan yang patuh baginya, maka

pada masa tuanya ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Di sini jelas

Amsal mau menekankan agar orang muda atau anak-anak didiknya sesuai dengan

ajaran yang benar.

Demikianlah dasar-dasar tanggung jawab orang tua dalam pendidikan

anak yang mencakup sikap iman, ketaatan kepada ajaran Tuhan, tingkah laku atau

hubungan dengan Allah. Itulah tugas yang harus dilaksanakan oleh orang tua,

sebab Allah sendiri menghukum orang tua yang tidak mau mendidik anak-

anaknya, I Sam 3: 13 mengatakan: “ Sebab telah kuberitahukan kepadanya bahwa

Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah

diketahuinya, yakni bahwa anak-anknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak

memarahi mereka”.

Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK kan 1136) dikatakan bahwa Orang

tua mempunyai kewajiban berat dan hak primer untuk sekuat tenaga

mengusahakan pendidikan anak, baik fisik, sosial, dan kultural, maupun moral

dan religius. Dalam Gravissimum Educationis (GE) art 3, dijelaskan bahwa orang

tua sebagai penyalur kehidupan dari Allah mempunyai kewajiban untuk mendidik

anak. Gereja memberi perhatian besar terhadap masalah pendidikan anak ini sebab

pendidikan merupakan persoalan serius. Orang tua tidak bisa lepas tangan atau

lari dari tanggung jawabnya sebagai pendidik pertama dan utama yang hampir tak

tergantikan bila tidak ada walaupun dengan alasan apapun.

Dalam mendidik anak orang tua mempunyai dua alasan kodrati yang

jelas: pertama, bahwa orang tua mempunyai hak atas anaknya. Orang tua adalah

sumber kehidupan anak, orang tua bersama Tuhan menciptkan manusia baru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Kelahiran anak bukan hanya persitiwa jasmaniah saja, tetapi merupakan buah

cinta yang terindah sehingga orang tua memeliharanya dengan sebaik-baiknya.

Dan ketika anak beranjak dewasa anak diharapkan untuk dapat memutuskan

sendiri hal-hal yang menyangkut pribadinya dan orang tua hanya memberi

dorongan dan nasihatsaja. Kedua, anak berhak atas pendidikan. Sebagai manusia

yang mempunyai derajat dan martabat yang sama, anak mempunyai hak untuk

mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tua. Baik

anak, pendidikan merupakan suatu kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi, karena

pendidikan yang baik dari orang tua dapat membantu anak membangun dasar

yang kuat untuk kehidupan yang akan datang. Maka orang tua perlu bertanggung

jawab penuh atas pendidikan ini.

Mengingat tugas pendidikan orang tua kepada anak-anaknya dirasakan

cukup berat maka Gereja dan negara berusaha membantu lewat pendidikan di

sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian orang tua dapat memilih

kebebasannya untuk menyekolahkannya di lingkungan pendidikan yang ada. Di

sini bukan berarti tugas pendidikan orang tua lepas begitu saja, namun Gereja dan

negara hanya membantu menyelenggarakan pendidikan di sekolah ataupun di luar

sekolah.

B. PENDAMPINGAN ANAK

1. Arti Pendampingan pada Umumnya

Menurut Mangunwijaya (1986: 21-22), pendampingan secara umum

merupakan usaha yang dilakukan oleh pendamping terhadap orang tertentu atau

kelompok tertentu yang mengalami suatu masalah. Kegiatan pendampingan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

bertitik tolak dari sebuah keyakinan bahwa permasalahan yang dihadapi dapat

teratasi dan orang yang didampingi mempunyai potensi untuk bertumbuh dan

berkembang menjadi pribadi baik.

Menurut Mangunwijaya (1986: 26), pendampingan pada hakikatnya

bertujuan untuk membantu dan menolong seseorang untuk dapat mengembangkan

dirinya secara jelas memiliki tujuan untuk membantu mereka mendapatkan

pengetahuan, informasi, kecakapan perbuatan, perilaku hidup, sehingga dapat

membangun kebersamaan dengan orang lain dan dapat menyesuaikan diri dalam

masyarakat, bangsa dan dunia .

Dalam kegiatan pendampingan setiap pendamping harus menghargai

setiap pribadi yang didampingi dan tidak menggangap mereka sebagai orang yang

tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa. Kahadiran pendamping sebisa mungkin

membantu setiap individu yang didampingi untuk menemukan kembali harga diri,

kemampuan atau potensi yang ada dalam dirinya, sehingga orang yang

didampingi akan mencapai keutuhan hidupnya demi suatu perkembangan.

Menurut Milton Mayoret (1993: 17) memberikan arti pendampingan

adalah “menolong sang lain bertumbuh”. Berdasarkan arti tersebut pendampingan

adalah suatu usaha untuk membantu orang lain agar dapat tumbuh dan

mengembangkan dirinya seturut cara dan situasi kekhasan mereka.

Dengan demikian kata pendampingan mengandung arti adanya

keterlibatan antara kedua belah pihak, baik yang mendampingi maupun yang

didampingi. Kegiatan pendampingan selalu bertolak dari sebuah pendapat dasar

bahwa persoalan yang dihadapi dapat diatasi karena pribadi yang didampingi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

mempunyai kemampuan untuk dapat bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi

yang utuh.

2. Peranan Orang Tua dalam Pendampingan Anak

a. Mewujudkan Cinta Kasih

Keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, mereka inilah yang

bertanggung jawab atas pendidikan anak. Maka semua pihak ini harus menjalin

kerja sama yang baik dalam mendidik dan mendampingi anak untuk bertumbuh

dan berkembang. Familiaris Consortio art 37 mengatakan keluarga merupakan

lingkungan pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan diri setiap

anak. Keluarga adalah sekolah pertama dan mendasar untuk hidup bermasyarakat

sebagai persekutuan cinta kasih, keluarga menemukan pembenahan diri sebagai

hukum yang membimbingnya dan mempertumbuhkannya. Menjadi orang tua

berarti harus siap menjadi pendidik, dan siap mempunyai pengetahuan tentang

mendidik anak sehingga terwudnya cinta kasih dalam keluarga.

Peranan dasar yang ditunjukkan orang tua yaitu mewujudkan cinta kasih.

Penghargaan dan kasih sayang orang tua terhadap anak besar perannya dalam

membina jiwa anak-anak untuk belajar lebih banyak dan berkelakuan dengan

baik. Gravisimum Educationis art 3 mengatakan bahwa orang tua wajib

menciptakan lingkungan keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan

kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan

pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Orang tua harus menunjukkan

bahwa mereka mencintai anak-anaknya. Orang tua yang penuh cinta kasih akan

mudah ditiru oleh anak untuk dilakukan dalam kehidupan anak. Dalam rumah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

tangga yan rukun, anak-anak pun lebih tentram belajar. “Rumah haruslah menjadi

tempat yang paling menarik kepada anak-anak”. Oleh sebab itu orang tua harus

menciptakan suasana rumah yang penuh kasih yakni suasana rumah yang

harmonis, rukun, saling melindungi, sehingga suasana keakraban serta kehangatan

terasa antara orang tua dengan anak. Seorang anak yang selalu mendapat cinta

kasih secara cukup dari orang tua, tentu anak tersebut akan berkembang ke arah

lebih baik dengan demikian anak dapat mewujudkan cinta kasih kepada sesama di

mana pun mereka berada.

b. Memberi Teladan

Majalah Mawas Diri (1982: 28-32) menyatakan bahwa orang tua dapat

menjadi orang yang dapat memberi ganjaran yang efektif, maka orang tua perlu

memberi teladan kepada anak-anaknnya. Perlakuan orang tua hendaknya tidak

terlalu jauh dari apa yang diharapkan dari anak.

Sarumpaet (1980: 103) menyatakan bahwa orang tua harus menjadi contoh

yang baik bagi anak-anknya. Segala perbuatan dan tingkah laku orang tua pun

turut ditiru anak, karena seorang anak tidak akan menanyakan terlebih dahulu

kepada orang tuanya, apakah ia diizinkan untuk meniru atau tidak sesuatu

perbuatan atau tingkah laku. Anak menganggap segala sesuatu yang dilakukan

orang tuanya adalah baik untuk ditiru dan diterapkan dalam hidup. Maka orang

tua merupakan teladan untuk anak-anaknya. Orang tua jangan memberi sikap

yang malas kepada anak-anak, sekali anak mengetahui bahwa orang tuanya

pemalas, maka anak-anak pun mengambil kesempatan. Orang tua yang rajin,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

menamkan bibit yang rajin dalam jiwa anak-anaknya, karena orang tua adalah

teladan yang patut dicontoh maka orang tua harus memberi contoh yang baik.

Orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya seperti Kristus menjadi

teladan bagi umat Kristiani. Tanggung jawab pendidikan anak, pertama-tama yang

paling utama dipegang oleh orang tua. Dalam agama Kristiani, Kristuslah yang

menjadi teladan yang paling hakiki. Kristus menjadi teladan karena kemuliaan dan

keberhasilannya dalam mewujudkan keselamatan manusia. Kristus juga mengakui

bahwa manusia adalah anak-anak-Nya yang mempunyai relasi pribadi yang dekat,

dengan harapan agar manusia dapat menyatu dengan Kristus sendiri. Begitu juga

hubungan antara orang tua dan anak. Orang tua sebagai teladan anak dapat

membangun relasi dekat dengan anak, maka hubungan anak dengan orang tua

menjadi satu kesatuan.

c. Memotivasi Anak Belajar

Nasution (1985: 88) mengatakan bahwa orang tua yang bijaksana harus

memiliki kemampuan untuk membangkitkan kemauan belajar anak dengan tujuan

agar anak mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar di rumah maupun di

sekolah. Maka ia memaparkan sebagai berikut: melengkapi bahan atau alat-alat

keperluan anak dalam penyelengaraan pendidikannya, misalnya: menyediakan

buku-buku sekolah bagi anak-anak mereka (selain menyediakan buku bacaan,

buku hitungan, buku tulis dan buku-buku lain, serta kelengakapan alat tulis lainya

(pulpen, pensil, penggaris, dan sebagainya). Orang tua juga harus mengontrol

serta memberikan kesempatan belajar anak dengan tujuan agar anak tahu

kewajibannya sebagai seorang pelajar. Dalam menciptakan suasana yang tenang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

saat anak belajar, maka pada waktu jam anak belajar orang tua menunjukkan

peranannya dengan menciptakan suasana rumah yang tenang: misalnya tidak

menyalakan radio atau televisi pada saat anak belajar. Keterlibatan orang tua

dalam mengingatkan anak belajar, anak merasa sangat senang diperhatikan dan

didampingi pada saat belajar. Orang tua juga harus menciptakan suasana yang

tenang, nyaman, santai dan penuh cinta kasih dalam keluarga. Dengan terciptanya

suasana seperti ini maka anak merasa sangat nyaman berada di tengah-tengah

keluarganya. Teladan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya merupakan

pembentukan karakter anak sejak dini.

d. Pendidik Utama dan Pertama

Keluarga adalah tempat pertumbuhan dan perkembangan anak. Maka

orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama. Dalam dokumen

Gravissimum Educationis, khususnya dalam artikel 3 digaris bawahi pentingya

peranan dan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama

dalam keluarga yang dapat menciptakan dan hidup dalam nilai-nilai Kristiani pada

diri anak-anaknya. Orang tua telah menerima tugas dan tanggung jawab dari

Tuhan menjaga dan memelihara serta mendidik anak-anak sesuai dengan jalan

Tuhan. Oleh karena itu orang tua wajib menciptakan keluarga yang selalu dijiwai

oleh semangat cinta kasih terhadap Allah dan manusia. Situasi keluarga yang

didasari oleh semangat bakti pada Allah dan kasih sayang pada sesama menjadi

pendukung keperibadian dan pendidikan sosial bagi anak-anak.

Iman Katolik (1996: 56) menyatakan tugas orang tua adalah

memperhatikan agar melalui semua acara pendidikan itu anak-anak berkembang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

menjadi manusia yang cerdas dan penuh inisiatif guna membangun hidupnya

sendiri di dunia modern. Hak orang tua adalah sebagai pendidik perdana utama.

Dengan demikian orang tualah yang menentukan pendidikan anak, semakin

menegaskan bahwa orang tualah sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam

kehidupan anak-anaknya. Orang tua sebagai pendidik perdana dan utama berhak

memiliki sekolah yang sesuai bagi anak-anak mereka dan berhak mengarahkan

pergaulan anak-anak dan organisasi yang dapat membantu perkembangan anak.

Hanya dengan perhatian orang tua dapat menjamin bahwa pendidikan yang

diberikan, baik di sekolah maupun di tempat lain.

3. Konsekuensi Peran Orang Tua

a. Orang Tua perlu Sadar akan Peran Utamanya

Kesadaran adalah keadaan tahu dan mengerti, bahwa orang tua memiliki

tugas dan tanggung jawab dalam pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Orang

tua sadar apa yang seharusnya ditanamkan dalam diri anak sejak dini. Orang tua

perlu tahu bahwa dalam mendidik anak tidak cukup dengan ajaran-ajaran Kristiani

saja tetapi bagaimana cara orang tua menghidupi dan menanamkan nilai-nilai

rohani yang membawa anak semakin dekat dengan Tuhan.

Orang tua perlu sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya adalah

mendidik dan mengajar anak-anaknya. Orang tua harus mampu membangkitkan

semangat belajar dalam diri anak. Orang tua perlu mendamping anak-anak dalam

mengerjakan tugas agar anak semangat. Dengan demikian orang tua perlu sadar

bahwa sore hari dan malam hari, anak-anak perlu diajak untuk berkumpul

bersama agar suasana di rumah nyaman bagi anak-anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Orang tua sadar bahwa sebagai orang tua tidak terlepas dari

kewajiabannya, maka orang tua mengajak anak-anak untuk belajar bersama,

rekreasi bersama, ke Gereja bersama untuk mengikuti perayaan Ekaristi. Dalam

keluarga orang tua perlu mengajarkan anak dengan memberikan teladan yang

patut dicontoh demi perkembangan dan pertumbuhan anaknya. Karena anak

belajar segala sesuatu dari orang tua. Untuk itu orang tua sadar bahwa mendidik

anak penuh kasih, kedamainan, kegembiraan, menciptakan suasana tenang,

kesatuan hati antara orang tua dan anak. Mendidik anak dengan kasih, maka anak

akan tumbuh dengan baik.

b. Pengetahuan tentang Cara Mendampingi

Mildred Proctor (1981: 20) mengatakan orang yang bekerja dalam

mendidik anak harus memiliki kualitas yang tinggi. Ia harus mengasihi anak.

Perlu ditekankan bahwa kasih itu kasih yang sejati dan bukan kasih yang

sementara. Ini berarti, bahwa orang tua harus menghormati hak dan kehendak

anak selaku peribadi. Ia harus tabah, harus bersedia membiarkan anak itu

bertumbuh dalam pengertian tentang iman dan hidup kekristenan menurut saat

dan kesanggupan anak itu sendiri. Ia harus mengerti sifat anak, dan tujuan mereka

belajar, patokan kelakuan, kemampuan menunjukkan pengertian, sikap, dan

mengekspresikan pengalaman kekristenannya, berbeda untuk anak dan orang

dewasa. Seorang pemimpin mengharapkan suatu sikap dewasa dari anak. seorang

pemimpin harus sudah dewasa dalam iman dan pergaulan. Segala tindakan

pemimpinan itu sendiri lebih besar artinya bagi pendidikan dari pada ucapannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Dari pernyataan di atas, dalam mendampingi anak orang tua perlu

mempunyai cinta kasih yang sejati kepada anak-anaknya. Orang tua hendak sabar

karena dengan kesabaran orang tua dapat melayani anak-anak dengan penuh

kasih. Dengan setiap usaha apapun, jika membimbing anak tanpa kesabaran akan

menemukan hal kegagalan. Apabila orang tua memiliki sikap sabar dalam

membimbing dan membentuk tabiat anak-anaknya. Anak-anaknya lebih banyak

dituntut dengan kesabaran, orang tua yang menuntut anaknya dengan penuh

kesabaran akan berhasil dari pada membimbing. Orang tua juga harus mengerti

sifat anak dalam membimbing anak. Orang tua yang membimbing anaknya

dengan sikap yang lekas marah dan hilang kesabaran akan gagal dalam

membimbing dan menuntun anak-anaknya, tetapi orang tua yang sabar dan

pendidikannya tidak terlalu tinggi akan berhasil membimbing anak-anaknya akan

pertumbuhan dan perkembangan. Dengan demikian orang tua yang sabar dan

lemah lembut karena suara dan segala tingkah lakunya akan disenangi anak-

anaknya.

Sarumpaet (1980) menyatakan sebagai orang tua, orang tua harus

mengenal anak-anaknya, tetapi banyak juga orang yang tidak mengerti sifat anak-

anaknya dan tidak mengenal anak-anaknya. Jika orang tua ingin menyelami anak-

anaknya mereka harus bersahabat atau bergaul dengan anak-anak. Orang tua harus

membangun kerja sama dengan penuh perhatian. Orang tua patut menjadi kawan

bagi anak-anak. Orang tua harus mempelajari cinta dalam keluarga. Orang tua

harus melatih anak-anaknya untuk mempercayakan rahasia mereka serta

mencurahkan segala duka hatinya, dan percobaan mereka kepada orang tua.

Usahakan supaya anak-anak mengikat hati dengan orang tua. Namun, kadang-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

kadang pengaruh sekeliling akan menceraikan mereka dari orang tua. Maka

bangunlah kebiasaan anak-anak mempercayakan segala sesuatu kepada orang tua,

biarlah mereka menceritakan segala suka dan duka yang dialaminya.

Dalam mendidik anak orang tua patut berterus terang memberitahu segala

kesulitannya dan menampung suka dan duka yang dialami anaknya. Orang tua

harus menjadi teman, sahabat karena keluarga haruslah dibangun sikap saling

keterbukaan antara orang tua dan anak-anak. Sering kali orang tua mengatakan

tidak ada waktu untuk mendidik anak-anaknya bahwa tidak ada waktu untuk

mengurus keluarga karena tunututan pekerjaan. Konsekuensi sebagai orang tua

biar sesibuk apapun harus menyempatkan waktu kepada anak walaupun hanya

sebentar. Karena anak-anak adalah tanggung jawab orang tua, maka hendaknya

orang tua memberikan waktu untuk anak. Orang tua harus meluangkan waktu

kepada anak untuk makan malam bersama demi kebersamaan dalam suatu

keluarga, segala kesibukan dan kekecewaan sepanjang hari orang tua tidak

menunjukkan di depan anak-anak demi kepentingan anak dan demi

perkembangannya. Pada hari libur dan hari Minggu, orang tua dapat mengajar

beribadah, rekreasi bersama dan bermain bersama untuk membangun

kebersamaan yang erat antara orang tua dan anak-anak dan antara anak-anak

dengan anak-anak.

C. BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK OLEH SISWA-SISWI

KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN

Pendidikan adalah salah satu usaha yang terus-menerus untuk

memungkinkan manusia semakin memanusiakan dirinya. Pendidikan merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

usaha untuk membimbing manusia agar mampu menempuh hidupnya dengan

baik. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang menuju kebaikan, mengenai

manusia seutuhnya dan berlangsung seumur hidup.

Menurut Komkat KWI (20011: 9), sekolah memiliki peran penting dalam

pengembangan Pendidikan Agama Katolik karena merupakan usaha untuk

memperkuat iman ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan

memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan

kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan

nasional.

1. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

a. Perkembangan Kognitif

Piaget dalam Paul Suparno (2001: 26-100), mengelompokkan tahapan-

tahapan perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap, yaitu: tahap

sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasi (2-7 tahun), tahap operasi konkret

(umur 7-11 tahun), dan tahap operasi formal (11 tahun ke atas). Pada usia SD

kelas IV, siswa memasuki “tahap operasi konkret” dalam berpikir, suatu masa di

mana konsep yang pada masa awal kanak-kanak merupakan konsep yang samar-

samar dan tidak jelas sekarang menjadi konkret dan tertentu. Menurut Hurlock

(1980: 162), dengan masuk sekolah; dunia dan minat anak-anak bertambah luas.

Dan dengan meluasnya minat mereka bertambah pula pengertian tentang manusia

dan benda-benda yang sebelumnya kurang atau tidak berarti.

Anak menghubungkan arti baru dengan konsep lama berdasarkan apa yang

telah dipelajari setelah masuk sekolah. Di samping itu anak mendapatkan arti baru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

dari media massa, terutama film, radio dan televisi. Dalam menambahkan konsep

sosial, misalnya anak mengaitkan stereotip budaya dengan orang-orang dari ras,

agama, seks, atau kelompok sosial ekonomi yang berbeda-stereotip yang semakin

besar dipelajari dari media massa.

Ketika anak membaca buku pelajaran di sekolah dan mencari keterangan

dari ensiklopedi atau sumber-sumber informasi lain, anak tidak hanya

mempelajari arti baru untuk konsep tetapi juga memperbaiki arti yang salah

berhubungan dengan konsep lama. Pengalaman sendiri juga memberikan makna

bagi konsepnya. Pengalaman sakit, misalnya, mewarnai konsep tentang penyakit.

b. Perkembangan Emosi

Emosi memainkan peran penting dalam hidup pribadi dan dalam pergaulan

sosial. Semua anak hanya mengenal emosi yang sederhana, yakni senang dan

tidak senang. Pada usia Sekolah Dasar anak cepat merasa puas. Seiring

bertambahnya umur, emosi semakin bervariasi. Pola-pola emosi pada anak usia 6-

12 tahun ialah sebagai berikut:

1) Rasa Takut

Menurut Kartini Kartono (1979: 141) rasa takut dan cemas, bukan gejala

abnormal pada anak, sebab anak secara instrinktif memang merasa takut pada hal-

hal yang belum dikenalnya, yang masih samar-samar hal-hal yang mengandung

rahasia. Rasa takut ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pengertian

anak, kurangnya rasa percaya diri, kesabaran dalam diri anak masih lemah dan

bodoh. Anak-anak yang sangat muda memang sering kali merasa takut. Terutama

merasa cemas kalau-kalau kurang kasih sayang, perhatian dan dukungan orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

tua. Rasa takut dapat menyebabkan anak tidur mengigau dan bangun panik-takut,

kejang, sakit perut dan lain-lain. Rasa takut juga dan cemas sering timbul, kalau

orang tua terlalu cerewet dan menuntut dan tuntutan itu tidak sesuai dengan

kamampuan anak.

2) Kegembiraan, Keriangan dan Kesenangan

Rasa emosi ini adalah emosi yang menyenangkan. Pada umur yang lebih

muda, emosi itu disebabkan oleh fisik yang sehat, tutur kata yang bisa membantu

memperkokoh moral anak dan sebagainya. Sedangkan pada umur yang lebih tua,

penyebabnya bertambah yakni keberhasilan mencapai tujuan yang telah mereka

tetapkan untuk diri mereka sendiri dan keluarga serta keberhasilan anak-anaknya.

c. Perkembangan Moral

Piaget dalam Hurlock (2011:163), antara usia lima tahun sampai dua belas

tahun konsep anak mengenai keadilan berubah. Pengertian yang kaku dan keras

tentang benar dan salah, yang dipelajari dari orang tua, menjadi berubah dan anak

mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral

yang kaku. Misalnya, bagi anak lima tahun, berbohong selalu buruk, sedangkan

anak yang lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong tidak selalu

buruk.

Lawrence Kohlberg dalam Hurlock (1990: 80), menguraikan tahapan

moral anak, yaitu: tahap pra-konvensional (1-8 tahun), tahap konvensional (9-13

tahun) dan tahap pascakonvensional (14 tahun ke atas). Pada usia SD kelas IV,

siswa masuk dalam tahap pra-konvensional. Pada tingkat ini anak peka terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

peraturan-peraturan yang berlatar belakang budaya dan terhadap penilaian baik-

buruk, benar-salah, tetapi mengartikannya dari sudut pandang akibat-akibat fisik

suatu tindakan atau dari enak-tidaknya akibat-akibat itu. Tindakan ini dibagi

menjadi dua tahap:

Tahap 1 : Orentasi hukuman dan kepatuhan. Akibat-akibat fisik dari

tindakan menentukan baik-buruknya tindakan itu, entah apapun arti atau nilai

akibat-akibat itu bagi manusia. Anak berbuat baik dengan motivasi menghindari

hukuman. Tahap 2 : Orentasi relativis instrumenal. Tindakan benar adalah

tindakan yang ibarat alat dapat memenuhi kebutuhan sendiri atau kadang-kadang

juga memenuhi kebutuhan orang lain. Anak berbuat baik agar mendapat

hadiah/pujian dari pihak lain.

d. Perkembangan Sosial

Menurut Hurlock (1989: 250) perkembangan sosial berarti perolehan

kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Setelah anak

memasuki sekolah dan melakukan hubungan yang lebih banyak dengan anak lain

dibandingkan dengan ketika masa pra sekolah, minat pada kegiatan keluarga

berkurang. Pada saat yang sama permainan yang bersifat individual menggantikan

permainan kelompok membutuhkan sejumlah permainan, lingkungan pergaulan

anak yang lebih tua secara bertahap bertambah luas. Dengan berubahnya minat

bermain keinginan untuk bergaul dengan teman dan diterima oleh anak di luar

rumah bertambah.

Pada waktu mulai sekolah, anak memasuki usia “gang” yaitu usia pada

saat kesadaran sosial berkembang pesat. Ada empat hal yang perlu diperhatiakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

anak dalam belajar penyesuaian diri. Pertama, kesempatan yang penuh sosialisasi

adalah penting karena anak dapat belajar hidup bermasyarakat dengan orang lain

jika sebagaian waktunya digunakan seorang diri. Kedua, dalam keadaan bersama-

sama anak tidak hanya mampu berkomunikasi dengan kata-kata yang hanya dapat

dipahami oleh orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang topik yang

dapat dimengerti dan menarik bagi orang lain. Ketiga, anak akan belajar

bersosialisasi jika memiliki motivasi. Motivasi tergantung pada tingkat kepuasaan

yang diberikan aktivitas sosial pada anak. Jika mereka memperoleh kesenangan

melalui hubungan dengan orang lain maka ia akan mengulanginya, demikian juga

sebaliknya. Keempat, metode efektif dengan bimbingan adalah penting. Anak

anak mempraktekkan apa yang dilihat dan dirasa menarik baginya. Artinya anak

akan meniru orang lain yang dijadikan tujuan indentifikasi dirinya.

Melihat keempat hal yang perlu diperhatikan anak belajar penyesuaian diri

tersebut, tampak bahwa menjadi pribadi sosial merupakan hal utama yang perlu

dikembangkan. Anak menjadi anggota suatu kelompok teman sebaya yang secara

bertahap menggantikan keluarga dalam mempengaruhi tingkah laku.

e. Perkembangan Iman

Allen Shelly (1982: 41-49) mengemukakan bahwa anak sudah dapat

membedakan antara Allah dan orang tua. Mereka juga mungkin membedakan

antara Allah Bapa dan Tuhan Yesus. Pola pikir masih konkret, namun anak usia

sekolah mulai menggunakan konsep abstrak untuk menggambarkan Allah. Anak

pada usia ini mempunyai keinginan yang besar untuk belajar tentang Allah,

mereka suka memanjatkan doa-doa umum pada waktu menjelang tidur dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

makan. Doa-doa mereka biasanya bersifat egosentrik, berupa permohonan kepada

Allah untuk menolong dirinya, atau berterima kasih atas orang-orang dalam hal

mereka sukai. Anak-anak usia sekolah mempunyai kemampuan mengemukakan

untuk menyerap informasi, yang mungkin menjadi berarti pada saat mereka telah

dewasa dan telah mengembangkan penuh kemampuan mereka untuk mengerti

konsep-konsep abstrak.

Perkembangan anak sekolah begitu cepat, dunia mereka semakin meluas

dari lingkungan keluarga ke lingkup sekolah, Gereja dan masyarakat, bahkan

orang-orang di negara lain. Pengertian tentang Allah sebagai pencipta, pemberi

hukum, dan sahabat melalui pengajaran, teladan orang tua, dan orang lain mulai

bertumbuh.

Fowler dalam Cremers (1995: 127-130), membagi teori perkembangan

kepercayaan/iman ke dalam tujuh kategori sebagai berikut: tahap kepercayaan

awal dan elementer (0-2 tahun), tahap kepercayaan intuitifproyektif (2-6 tahun),

tahap kepercayaan mistis-harfiah (6-11 tahun), tahap kepercayaan sintetis-

konvensional (12 sampai masa dewasa), tahap kepercayaan individuxatif-reflektif

(18 tahun dan seterusnya), tahap kepercayaan yang konjungtif (usia setengah baya

30-40 tahun), dan tahap kepercayaan yang mengacu pada universalitas.

Pada usia SD kelas IV, siswa masuk dalam tahap kepercayaan mistis

harfiah. Pada usia ini pikiran anak sekolah amat mengagumkan. Anak mulai dapat

mengungkapkan cerita-cerita dan pernyataan langsung dari arus pengalaman itu

sendiri yang mencerminkan aliran hidup spontan secara detail. Cerita sebagai

sarana perpanjangan dan penemuan diri, diartikan secara harafiah dan dirinya

belum dapat ditarik kesimpulan Allah dapat digambarkan secara antropomorpies,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

di mana Allah dibayangkan sebagai orang tua bijaksana, penuh perhatian, sabar,

seperti tokoh dalam cerita atau dongeng. Oleh karena itu anak belum mempunyai

kesadaran diri untuk berrefleksi atas cerita mengenai pengalaman hidupnya.

2. Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar

a. Pengertian Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar secara Umum

Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk

pendidikan iman dan suatu usaha untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan

nasional. Mangunwijaya (dalam Heryatno Wono Wulung, 2008: 15) menyatakan

hakikat dasar PAK sebagai komunikasi iman, bukan pengajaran agama. Ia

membedakan antara beragama atau punya agama (having religion) dengan

beriman (being religius). Agama berkaitan dengan hukum, peraturan, ritus,

kebiasaan, lambang-lambang luar, segi-segi sosiologis. Agama merupakan jalan

dan saran menuju kepenuhan dan kesejahteraan hidup, jalan manusia menuju

kesatuan dengan Tuhan.

Dalam UU RI No. 20 tahun 2003, pasal 1, ayat 1, dikatakan bahwa:

Pendidikan adalah salah satu sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar proses pembelajaran secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian,

kecerdasan, aklak mulia, serta keterampilan yamh diperlukan dalam

dirinya, bangsa dan negara. Ini berarti bahwa pendidikan dipandang

sebagai pilar pembentuk manusia dan perkembangan masyarakat.

UU RI No. 20 tahun 2003, pasal 1 ayat 1 menegaskan “Pendidikan Agama

bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang

memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya atau menjadi ahli ilmu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

agama”. Dari kutiapan di atas bahwa pendidikan agama memiliki peran yakni

menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan kehidupan yang bermakna, damai

dan bermartabat. Menyadari peran pendidikan agama tersebut, nilai-nilai agama

dalam kehidupan serta pribadi menjadi sebuah kebutuhan yang ditempuh dalam

pendidikan.

b. Pengertian Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar Kelas IV

KWI (2011:9) menyatakan agama memiliki peran yang amat penting

dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya

mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari

peran agama amat penting bagi kehidupan manusia maka internalisasi agama

dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh

melalui pendidikan baik pendidikan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak

mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari

pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan,

pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individual

atapun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada

akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang

aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

1) Konsili Vatikan II: “Deklarasi tentang Pendidikan Kristen”

(Gravissimum Educationis )

Deklarasi ini menyorot pendidikan sebagai pengembangan sumber daya

manusia. Untuk dasar konsep tingkat SD untuk pendidikan anak tentunya kita

dapat bertumbuh dari pandangan ini. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan

sebagai landasan dalam pendidikan yaitu:

a) Pendidikan Hak semua orang

Gravissimum Educationis art 1 mengungkapkan bahwa pendidikan adalah

hak semua orang.

Semua orang dari suku, kondisi, atau usia maupun juga, berdasarkan

martabat mereka selaku pribadi mempunyai hak yang tak dapat diganggu-

gugat atas pendidikan, yang cocok dengan tujuan maupun sifat perangai

mereka, minghindahkan perbedan jenis, serasi dengan tradisi-tradisi

kebudayaan serta para leluhur, sekaligus juga terbuka bagi persekutuan

persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain, untuk menembuhkan kesatuan

dan damai yang sejati di dunia.

Dari dokumen ini tentunya jelas bahwa pendidikan tidak terbatas pada

latar belakang saja, namun lebih pada hakekat pendidikan atau hak seseorang

sebagai pribadi yang unik dan setara di hadapan Allah, dan terbuka untuk

persekutuan bangsa-bangsa lain untuk menumbuhkan suatu perdamaian di dunia.

b) Tujuan Pendidikan

Dalam Gravissimum Educationis art 1 ditegaskan bahwa ada tujuan dasar

pendidikan yakni: “Mencapai pembinaan pribadi manusia dalam prespektif tujuan

terakhirnya demi kesejahteraan kelompok-kelompok masyarakat, mengingat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

bahwa manusia termasuk anggotanya, dan bila sudah dewasa ikut berperan

menunaikan tugas kewajibannya”. Dari dokumen ini tentunya pendidikan yang

baik itu mengarah pada pembinaan kepribadian secara umum akan berpengaruh

kepada kepentingan kelompok-kelompok masyarakat. Begitu juga Konsili Suci

menyatakan, bahwa anak-anak dan kaum remaja berhak didukung, untuk belajar

menghargai dengan suara hati yang lurus nilai-nilai moral, serta dengan lurus

nilai-nilai moral, serta dengan tulus menghayati secara pribadi, pun juga untuk

semakin sempurna mengenal serta mengasihi Allah.

2) Kurikulum Berbasis Kompetensi: Pendidikan Agama Katolik Sekolah

Dasar, KWI (2011: 9)

a) Hakikat atau pengertian Pendidikan Agama Katolik

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD, KWI (2011: 9)

hakikat Pendidikan Agama Katolik adalah:

Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana

dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan pada

siswa untuk memperteguhkan iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa sesuai dengan Agama Katolik, dengan tetap memperhatikan

penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat

beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa apa yang diketahui

(pengetahuan, ilmu) tidak selalu membuat hidup seseorang sukses dan bermutu.

Tetapi kemampuan, keuletan dan kecekatan seseorang untuk mengembangkan dan

mengaplikasikan apa yang diketahui dalam hidup nyata akan membuat hidup

seseorang sukses dan bermutu. Demikian pula dalam kehidupan beragama. Orang

tidak akan beriman dan diselamatkan oleh apa yang ia ketahui tentang imannya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

tetapi oleh pergumulannya menginterprestasikan dan mengaplikasikan

pengetahuan imannya dalam hidup nyata sehari-hari. Seseorang beriman adalah

seseorang yang senantiasa berusaha melihat, menyadari dan menghayati kehadiran

Allah dalam hidupnya, dan berusaha untuk melaksanakan kehendak Allah dalam

konteks hidup nyatanya.

b) Fungsi Pendidikan Agama Katolik

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD, KWI (2011: 9)

hakikat Pendidikan Agama Katolik adalah: “Fungsi Pendidikan Agama Katolik

pada dasarnya ialah membantu siswa untuk mampu mengenal dan menyadari serta

menghayati hidupnya dalam terang iman Kristiani seperti yang diwartakan oleh

Yesus Kristus”.

Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada

optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya

mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

c) Tujuan Pendidikan Agama Katolik kelas IV

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD, KWI (2011: 10)

tujuan Pendidikan Agama Katolik adalah agar siswa memiliki kemampuan untuk

membangun hidup yang makin beriman”.

Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada

Injil Yesus Kristus, yang memiliki keperihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah.

Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan

perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh

setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan.

d) Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik

Dalam proses Pendidikan Agama Katolik, bahan menjadi salah satu faktor

yang penting dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Bahan

dijadikan sarana bagi guru untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran.

Bahan pembelajaran hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa untuk mencapai

tujuan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik terdapat dalam

buku Pendidikan Agama Katolik. Buku Pendidikan Agama Katolik mengandung

4 dimensi atau aspek dari ajaran iman kita yaitu dimensi Pribadi Siswa, Yesus

Kristus, Gereja dan Kemasyarakatan:

Dalam aspek pribadi siswa dibahas tentang pemahaman diri sebagai laki-

laki dan perempuan yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan

kekurangan dalam berelasi dengan sesama serta lingkungan sekitarnya. Dalam

aspek Yesus Kristus dibahas bagaimana meneladani pribadi Yesus Kristus yang

mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah. Dalam aspek Gereja dibahas arti dan

makna Gereja, yang sebagai persekutuan murid-murid Yesus dan ajaran dipanggil

serta diutus menjadi pewarta, saksi dan pelaksana karya keselamatan Allah, serta

bagaimana mewujudkan kehidupan menggereja dan realitas hidup sehari-hari.

Aspek terakhir adalah aspek kemasyarakatan dibahas secara mendalam hidup

bersama dalam masyarakat sesuai dengan Firman/Sabda Tuhan, ajaran Yesus dan

ajaran Gereja, atas dasar keyakinan, bahwa kehadiran Yesus dan Gereja-Nya di

dunia bukan hanya untuk Gereja, tetapi untuk semua orang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Dalam kehidupan beragama orang tidak akan beriman dan diselamatkan

oleh apa yang ia ketahui tentang imannya, tetapi terlebih oleh pergumulannya

dalam menginterprestasikan dan mengaplikasikan pengetahuan imannya dalam

hidup nyata sehari-hari. Seorang beriman yang sejati adalah seorang yang

senantiasa berusaha untuk melihat, menghayati kehadiran Allah dalam hidup

nyatanya, dan berusaha untuk melaksanakan kehendak Allah bagi dirinya dan

konteks hidup nyata. Oleh karena itu Pendidikan Agama Katolik di sekolah

merupakan salah satu usaha untuk memampukan peserta didik menjalani proses

pemahaman, pergumulan dan penghayatan iman dalam hidup keseharian. Dengan

demikian proses ini mengandung unsur pemahaman iman, pergumulan iman,

penghayatan iman dan hidup nyata. Proses semacam ini diharapkan semakin

memperteguh dan mendewasakan iman peserta didik.

3. Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK)

a. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010: 2) pengertian secara psikologis, belajar

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil

dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar

dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Winkel (1991: 35) belajar merupakan kegiatan mental yang tidak

dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati

orang itu. Bahkan, hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu

melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui

belajar. Maka, berdasarkan perilaku yang sedang disaksikan, dapat ditarik

kesimpulan bahwa seseorang telah belajar.

Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan; dalam bergaul dengan

orang, dalam memegang benda dan dalam menghadapi peristiwa manusia belajar.

Namun, tidak sembarang berada di tengah-tengah lingkungan, menjamin adanya

proses belajar. Seseorang harus aktif sendiri, melibatkan diri dengan segala

pemikiran, kemauan dan perasaannya. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu

bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan itu dapat

berupa suatu hasil yang baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang telah

diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil yang utama; dapat juga berupa hasil

sebagai efek sampingan. Proses belajar dapat berlangsung dengan penuh

kesadaran, dapat juga tidak demikian.

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979: 1), belajar

adalah berubah. Belajar berarti mengubah tingkah laku, mengajar orang lain

bukan berarti mengubah mereka. Menurut Winkel, belajar adalah aktivitas mental

dan psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan,

nilai dan sikap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Defenisi di atas mempunyai kesamaan di mana untuk belajar itu

dibutuhkan keterlibatan langsung dari si pelajar tersebut. Berdasarkan pengertian

beberapa ahli di atas maka dapat dikatakan belajar adah proses perubahan dari

belum mampu menjadi mampu, tetapi dengan jangka waktu tertentu. Perubahan

itu terlihat dari suatu hasil belajar dan yang mengakibatkan manusia berubah

secara pengetahuan, perilaku, sikap, nilai dan kebiasaan. Perubahan yang terjadi

bersifat menetap dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini sudah

kelihatan tetapi juga perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang dengan

penuh kesabaran.

b. Pengertian Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK)

Menurut Dapiyanta (2008: 57), belajar PAK ialah suatu aktivitas

mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan

yang relatif konstan dan berbekas. Belajar PAK adalah suatu proses

mempersatukan apa yang ditelah dipelajari dengan kenyataan yang dialami oleh

siswa dalam kehidupan sehari-hari. Namun, belajar PAK itu belum cukup jika

tidak ada keseimbangan antara pengetahuan dan sikap serta tindakan hidup siswa

dalam mengaplikasikan imannya dalam hidup bermasyarakat. Siswa yang sudah

belajar PAK tampak secara umum dalam tiga aspek yakni pengetahuan (kognitif),

sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Disadari bahwa sekolah selama

ini hanya menekankan askep kognitif semata dan mengesampingan dua aspek

yang lainnya sehingga tidak membentuk pengetahuan yang holistik bagi siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Tekanan PAK pada pengetahuan lebih terkait pada jam pelajaran yang

sangat terbatas. Secara lebih rinci Dapiyanta menguraikan hal tersebut sebagai

berikut:

Dalam keseluruhan kurikulum di sekolah PAK menempati dua atau tiga

jam pelajaran per minggu. Dalam porsi seperti ini sulit diharapkan bahwa

para murid mempunyai motivasi tinggi dalam mengikuti PAK. Belum lagi

kalau memperhitungkan kepentingan mata pelajaran yang umumnya

dilihat dalam perpektif ujian nasional. Maka PAK akan mendapat bagian

perhatian lebih kecil lagi, baik dari murid, orang tua, maupun sekolah.

Pelajaran tambahan dan daya upaya sekolah, orang tua, serta murid akan

dipusatkan pada mata pelajaran yang diujikan secara nasional (Dapiyanta:

2008: 45).

Karena keterbatasan jam pelajaran PAK mudah dimengerti mengapa

internalisasi nilai-nilai keagamaan tidak terjalin secara seimbang. Dapat pula

dimengerti mengapa segi kognitif dalam PAK mendapat tekanan sama seperti

mata pelajaran yang lain. Karena selain kurangnya perhatian secara afeksi dan

pembatinan nilai, PAK di sekolah juga terkesan mengejar target kurikulum

sehingga proses pembelajaran kurang menarik. Pelajaran yang kurang menarik

mengakibatkan motivasi dan perhatian anak untuk mengikuti belajar PAK

berkurang.

Hasil belajar PAK terlihat dalam kemampuan siswa secara nyata dan

terukur, dapat berupa pengetahuan, sikap dan nilai-nilai setelah mengikuti

kegiatan belajar-mengajar. Kematangan nilai dapat dibuktikan dalam sikap dan

tindakan konkret akan membantu mereka menghayati imannya. Kebiasaan-

kebiasaan yang terbentuk berupa: nilai kejujuran, disiplin, kesederhanaan di

sekolah maka si anak dapat mewujudkan hal ini di lingkungan sekolah, keluarga

dan masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Dalam menentukan nilai hasil belajar siswa dilakukan melalui kegiatan

penilaian, dengan kata lain pengukuran hasil belajar dilakukan malalui proses

evaluasi. Jadi, evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai yang berupa huruf, kata

atau angka.

c. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Mendukung Belajar

Pendidikan Agama Katolik Siswa-Siswi Kelas IV SD Kanisisus

Wirobrajan

1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar PAK

Shalahudin (1990: 51) mengatakan bahwa siswa-siswi yang mengalami

proses belajar, agar dapat berhasil dengan tujuan yang telah dicita-citakan,

haruslah memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak sebagai berikut:

a) Faktor Eksternal

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri,

baik fisik maupun mental. Faktor yang termasuk di dalamnya ialah (1) Faktor-

faktor non sosial dalam belajar misalnya: keadaan cuaca, udara, waktu (siang,

pagi, malam), tempat atau lokasi gedungnya, alat-alat yang dipakai untuk belajar,

seperti buku-buku, alat tulis, alat-alat peraga dan masih banyak hal lainnya; (b)

Faktor-faktor sosial dalam belajar misalnya: kehadiran orang lain pada waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

anak sedang belajar, sehingga perhatian tidak tidak dapat ditunjukkan kepada hal

yang dipelajari atau aktivitas belajar itu semata-mata.

b) Faktor Internal

Faktor-faktor yang termasuk di dalamnya adalah: (1) Faktor fisikologis.

Hal ini berhubungan dengan keadaan jasmani seseorang, misalnya tentang fungsi

organ-organ, susunan-susunan dan bagian-bagian yang berbeda dalam organisme

kehidupan. Faktor yang dapat mempengaruhi belajar seseorang dapat dibedakan

menjadi dua macam yakni: kondisi jasmani pada umumnya, dan keadaan fungsi-

fungsi panca indera. (2) Faktor-faktor Psikologis dalam belajar misalnya: adanya

sifat keinginan tahuan, sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan selalu

ingin maju, keinginan untuk mendapatkan rasa aman apabila menguasai pelajaran.

Faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi seseorang yang sedang belajar. Faktor-

faktor tersebut bisa mendorong dan juga menghambat seseorang yang sedang

belajar.

2) Faktor Pendukung Belajar PAK

Dalam proses belajar siswa-siswi mengharapkan dukungan yang dapat

membantu anak untuk termotivasi dalam belajar agar apa yang diharapkan dapat

tercapai dengan baik. Adapaun faktor-faktor yang mendukung belajar anak

adalah:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

a) Suasana keluarga harus mendorong untuk belajar di rumah

Menururt Nasution (1985: 55) orang tua harus mampu menciptakan

suasana tenang, damai, nyaman dan penuh kasih sayang di dalam rumah, sehingga

memberikan dorongan belajar yang positif kepada anak. Orang tua memberikan

kesempatan yang cukup kepada anak supaya perhatian anak lebih terarah tidak

beralih kepada hal-hal yang lain. Kedamaian dan keakraban maupun kerja sama

yang searah pada anggota keluarga akan menimbulkan kegairahan belajar. Pada

saat mengerjakan tugas orag tua tidak memberikan tugas yang lain. Suasana

damai, tenang dalam keluarga sangat membantu anak dalam kegiatan belajar.

Orang tua juga mengontrol jam belajar anak. Memberikan semangat belajar dan

dukungan kepada anak. Memberi dukungan kepada anak dalam bentuk pujian.

Pujian dapat memberikan rasa bahagia kepada seseorang. Anak juga semakin

semangat dan meningkatkan minatnya belajar, supaya keberhasilan dapat tercapai

kembali. Oleh karena itu setiap anggota keluarga perlu menciptakan suasana yang

sehat dalam lingkungan dan dalam hati si anak ketika belajar.

b) Sarana pendukung belajar anak

Menurut Nasution (1985: 107-112), cara membangkitkan minat belajar

anak. Pertama, melengkapi bahan atau alat-alat keperluan anak dalam

penyelenggaraan pendidikan. Dalam hal ini orang tua perlu melengkapi bahan

atau alat-alat keperluan belajar. Kedua, memberikan makanan yang bergizi. Anak-

anak yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan makanan

yang bernilai gizi tinggi untuk memperlancar pertumbuhan jaringan-jaringan

tubuh dan otak mereka. Maka orang tua perlu memberikan makanan yang bergizi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

dan berbagai macam vitamin yang dapat membantu pertumbuhan dan kecerdasan

anak. Dengan makanan yang bergizi dan berbagai vitamin membuat tubuh

menjadi sehat, dan dalam tubuh yang sehat akan terdapat jiwa yang dapat mampu

berpikir secara berdaya-guna dan berhasil guna.

D. Peran Pendampingan Orang Tua terhadap Belajar Pendidikan Agama

Katolik Siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan

Keluarga merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan anak. Dari

orang tua anak mulai dan mendapat pendidikan yang pertama dan utama, dan

mulai mengalami perhatian dan kasih sayang. Perhatian dan kasih sayang dari

orang tua ini merupakan tanda bagi anak-anak yang dikasihi Allah. Anak adalah

milik Tuhan, diserahkan sepenuhnya kepada orang tua untuk mengasuh dan

mendidik mereka, orang tua dipanggil pada suatu tanggung jawab baru. Tanggung

jawab ini harus diterima sebagai anugerah dari terindah dari Allah yang harus di

jaga dan diperlihara sesuai dengan anak seusia mereka.

1. Orang Tua Menjadi Teladan

Pendidikan yang pertama berasal dari orang tua di mana anak harus

diutamakan. Orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya dan orang tua adalah

pelaku yang pertama dan utama dalam pendidikan anak, baik pendidikan iman

maupun pendidikan intelektual. Hubungan orang tua dan anak harus terjalin

dengan baik. Orang tua sebagai teladan anak dapat membangun relasi yang dekat

dengan anak, maka hubungan orang tua dan anak menjadi satu kesatuan. Maka di

sinilah orang tua sebagai pengajaranya harus memahami pelajaran yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

hendaknya menuntun anak seumur hidup yakni: pelajaran tentang sikap

penghargaan, penghormatan, pengendalian diri, sikap kejujuran dan kebersamaan.

Orang tua harus menjadi contoh yang baik karena segala sesuatu yang dilakukan

orang tua ditiru oleh anak tanpa ditanya terlebih dahulu.

2. Orang Tua sebagai Fasilitator

Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu melihat kebaikan dan

keburukan anaknya. Untuk itu orang tua hendak memperhatikan cara bergaul sang

anak, dengan siapa bergaul, bagaimana luas pergaulannya. Dengan maksud bukan

membatasi anak dalam bergaul namun diharapkan impian melihat anak sukses

mengarungi kehidupan tanpa mengalami kesalahan dalam pergaulan baik di

keluarga, sekolah dan masyarakat luar sesuai dengan kenyataan. Orang tua selalu

ada di samping anak untuk membantu anak dalam menyelesaikan segala masalah

anak, memberi pujian kepada anak atas perestasi yang diraih oleh anak dan

merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam diri anak misalnya: ulang tahun.

Orang tua sebagai fasilitator untuk membantu anak dalam bertumbuh dan

berkembang, bukan untuk menghalangi anak dalam bertumbuh dan berkembang.

3. Orang Tua Mengikuti Perkembangan anak

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting.

Apabila pendidikan dalam keluarga ini baik maka pendidikan selanjutnya

kemungkinan besar akan berhasil. Membimbing anak sangat membutuhkan

kesabaran yang tinggi bagi orang tua untuk dapat melakukan peran orang tua

dalam pendampingan. Selain itu orang tua juga mempunyai tanggung jawab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

membantu perkembangan sikap, nilai, kebiasaan, dan keterampilan serta

memotivasi anak dalam belajar. Orang tua harus selalu ada di samping anak untuk

melihat perkembangan anak baik secara fisik, jamani maupun moral. Dalam

belajar Pendidikan Agama Katolik orang tua tidak hanya bekerja sendiri, tetapi

harus bekerja sama dengan guru, supaya anak-anak dapat berkembang sesuai

dengan umur dan taraf pertumbuhannya, bukan hanya menghayati hal-hal

keagamaan pada umumnya, melainkan juga dalam mengalami nilai-nilai

manusiawi yang terdapat dalam belajar Pendidikan Agama Katolik. Nilai-nilai

manusiawi misalnya: kebersamaan, saling menghormati, kemampuan unutk minta

ampun dan memberi ampun ungkapan terima kasih, mengikuti perayaan Ekaristi.

Pendidikan juga akan membantu mereka menjadi orang-orang yang bebas

sehingga mereka dapat mengambil bagian di dalam perjuangan mewujudkan

kehadiran nilai-nilai agama dan nilai-nilai manusia di tengah-tengah kehidupan

mereka.

4. Orang Tua Menjadi Saksi Iman

Peran orang tua pertama-tama adalah menjadi saksi iman, berarti lebih dari

hanya berbicara tentang agama Katolik atau memberi pengajaran tentang pelbagi

segi tentang Kristus, agama dan hidup Kristiani. Menjadi saksi iman berarti

mengarah kepada kenyataan hidup dan kebenarannya. Orang tua tidak cukup

hanya berbicara tentang iman tetapi orang tua harus memberi kesaksian hidup

yang baik bagi anak-anak. Orang tua menunjukkan hal ini lewat sikap dan

tindakan, misalnya orang tua menyuruh anak mulai aktif dalam Gereja, orang tua

harus mendampingi anak untuk ke Gereja dan sampai di gereja berdoa karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

anak dalam usia ini mulai mengungkapkan permohonan mereka kepada Allah

secara spontan. Jadi mendorong anak untuk melakukan hal itu orang tua harus

menjadi teladan. Bernad (1992: 13) dalam buku Iman Keluarga-Keluarga

Kristiani menyebutkan bahwa:

Salah satu yang tiada tara karyanya yang dapat diberikan oleh orang tua

kepada anak-anaknya adalah cinta kasih mereka satu sama lain. Jika anak-

anak menjadi besar dalam suasana cinta kasih di rumah mereka dapat

bertumbuh dan berkembang menjadi orang-orang yang utuh. Mereka dapat

dipenuhi dengan cinta kasih antara orang tua harus juga meluaskan kepada

anak-anaknya, dengan demikian mereka sungguh-sungguh saling

mencintai.

Maka di sinilah orang tua sebagai pengajarnya, mereka harus memahami

pelajaran yang hendaknya menentukan nilai seumur hidupnya yakni: pelajaran

tentang sikap penghargaan, penghormatan, pengendalian diri, sikap kejujuran dan

sikap kebenaran. Pendidikan dalam keluarga merupakan tempat yang utama

dalam pendidikan. Maka Orang tua harus menanamkan nilai-nilai yang baik

dalam diri anak yakni mendampingi belajar anak-anaknya di rumah agar mereka

terdidik dan terlatih dalam belajar. Dengan pendampingan orang tua, anak

menjadi termotivasi dan semangat dalam belajar PAK dan dapat mewujudkan

imannya dalam sikap dan tingkah laku kehidupan sehari-hari. Misalnya: anak

memiliki sikap jujur, tanggung jawab, belajar saling menghormati satu sama lain,

mempunyai sikap belas kasih, peka dan peduli pada sesama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian mengenai aspek

pendampingan orang tua di siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan

Yogyakarta yang meliputi metode penelitian, tempat dan waktu penelitian,

populasi dan sampel, teknik instrumen pengumpulan data, teknik pengembangan

instrumen dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif

kuantitatif. Menurut Sambas (2007: 54) metode ini menggambarkan permasalahan

yang ada dan data diperoleh dari pengamatan, dan studi pustaka. Fungsi dari

deskriptif sendiri yakni merupakan kegiatan untuk menjelaskan berbagai

karakteristik data sehingga gambaran dari data itu terungkap dengan jelas. Untuk

mendapatkan fakta atau data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka

penulis akan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok yang

akan disebarkan kepada responden, lalu akan didukung oleh metode wawancara,

studi dokumen dan kajian pustaka.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penulis melaksanakan penelitian ini pada bulan Juli hingga bulan

September 2013 di SD Kaniusus Wirobrajan Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

C. Populasi dan Sample Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas IV SD

Kanisius Wirobrajan Yogyakarta yang berjumlah 83 orang tahun akademik 2013-

2014. Sedangkan, sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri

atau keadaan tertentu yang akan diteliti (Riduwan, 2010: 11). Dalam penelitian

ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik populatif. Teknik populatif

adalah menggunakan seluruh jumlah populasi yang ada sebagai sampel dalam

penelitian.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Dikarenakan bentuk permasalahan dalam penelitian ini bersifat deskriptif

atau menggambarkan, maka hanya ada satu aspek atau variabel yang akan diukur

atau digambarkan dalam penelitian ini yaitu variabel mengenai “Pendampingan

Orang tua Dalam Belajar Pendidikan Agama Katolik” yang ada di SD Kanisisus

Wirobrajan Yogyakarta.

2. Definisi Konseptual Variabel

Berdasarkan kajian pustaka yang telah dipaparkan pada bab II, maka

definisi konseptual pendampingan orang tua adalah suatu usaha untuk membantu

orang lain agar dapat mengembangkan dirinya. Dengan segenap daya kekuatan

atau kecakapan ini dihasilkan dari proses belajar dan latihan secara terus menerus,

sehingga dapat menjadi orang tua yang di idam-idamkan oleh anak-anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

3. Definisi Operasional Variabel

Pendampingan orang tua dalam belajar Pendidikan Agama Katolik adalah

suatu usaha yang meliputi tindakan sebagai berikut: menemani, menyediakan

fasilitas, informasi, nasihat, peringatan, menciptakan suasana yang penuh kasih,

motivasi, mengontrol hasil belajar anak.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan teknik

penelitian dengan penyebaran kuesioner. Dapiyanta (2008:23) menyatakan

kuesioner adalah serangkaian daftar pertanyaan atau daftar isian yang harus

dijawab atau diisi oleh responden unutk mendapat jawaban atau diisi oleh

responden untuk mendapat jawaban atan tanggapan dan informasi yang

diperlukan oleh peneliti. Kuesioner merupakan cara untuk menyampaikan

pertayaan secara tertulis pada lembaga yang telah tersedia dan harus

dikembalikan. Jenis kuesioner yang dipakai adalah kuesioner tertutup di mana

pertanyaan yang diajukan sesuai dengan pilihan jawaban. Melalui kuesioner ini

penulis akan menyediakan seperangkat pernyataan untuk diisi oleh responden,

kemudian data yang didapat akan diolah secara deskriptif.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur nilai variabel dalam

penelitian ini adalah skala likert. Skala Likert ini merupakan skala yang mengukur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau

gejala sosial.

Sugiyono (2009: 135) mengatakan dalam skala Likert ini setiap nomor

itemnya memiliki 5. Dalam hal ini skala Likert di modifikasi menjadi 4

kemungkinan jawaban, yaitu Selalu (SL) dengan skor 4, Sering (SR) dengan skor

3, Kadang-kadang (KK) dengan skor 2, dan Tidak Pernah (TP) dengan skor 1.

Jadi, masing-masing item akan diskor sesuai dengan skala penilaiannya dan di

dalam analisis datanya akan diperoleh nilai maksimum untuk setiap item

penyataan adalah 4 poin dan nilai minimumnya adalah 1 poin. Berikut adalah skor

alternatif jawaban setiap itemnya;

Tabel 1. Skor alternatif jawaban variabel pengaruh Pendampingan

Orang tua Dalam Belajar PAK

Item Favorable 4 3 2 1

Item Non-faforable 1 2 3 4

Dalam penelitian ini, instrumen bersifat tertutup. Artinya, jawaban untuk

masing-masing pernyataan yang ada telah disediakan pada kolom jawaban,

sehingga responden tinggal memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai

dengan keadaan yang dilihat dan dialaminya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

a. Kisi-kisi Instrumen

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Pendampingan Orang tua Dalam Belajar

Pendidikan Agama Katolik, dalam bentuk Kuesioner

Aspek Indikator No.

Item

- Menemani - Hadir pada saat anak belajar 1-3

- Menyediakan

fasilitas

- Memberikan tempat belajar yang

nyaman

- Menyediakan transportasi

- Menyediakan buku Pelajar Agama

katolik

- Menyediakan Alkitab

- Menyediakan Tas

- Menyediakan alat tulis

- Menyediakan pakaian

- Menyediakan Buku Doa

- Menyediakan madah bakti

4-5

6

7

8

9

10

11

12

13

- Informasi

- Menjelaskan pelajaran Pendidikan

Agama Katolik

14-16

- Peringatan

- Menunjukkan hal-hal yang baik

- Mengingatkan hal-hal yang boleh

dilakukan

- Mananyakan apakah punya PR atau

tidak

17-23

24-26

26-29

- Teladan - Orang tua dapat memberi contoh

- Menyarankan untuk aktif kegiatan

lingkungan, wilayah dan paroki

- Menyarankan unuk ikut perayaan

Ekaristi

30-32

33-34

35

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Wawancara

Aspek & Indikator

- Menunjukkan tindakan dalam mendampingi anak dalam belajar Pendidikan

Agama Katolik

- Mampu mendampingi anak-anak dalam situasi apapun

- Mampu mengembangkan iman anak dalam kesaksian hidup mereka sehari-

hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Tabel 4. Panduan Studi Dokumen

No. Aspek Skor

Kelengkapan buku pelajaran dan alat-alat tulis

1. Mempunyai Buku

Pelajaran Agama Katolik

Sangat

memadai 4 3 2 1

Tidak

memadai

2. Mempunyai buku cerita

yang berkaitan dengan

Kitab Suci

Sangat

memadai 4 3 2 1

Tidak

memadai

3. Kitab Suci

Sangat

memadai 4 3 2 1

Tidak

memadai

4. Pulpen atau Pensil

Sangat

Memadai 4 3 2 1

Tidak

memadai

5. Buku Doa

Sangat

Memadai 4 3 2 1

Tidak

memadai

6. Rosario

Sangat

Memadai 4 3 2 1

Tidak

memadai

7. Buku nyanyian/Madah

Bakti

Sangat

Memadai

4

3 2 1 Tidak

memadai

Persiapan belajar PAK(Catatan Tertulis)

8. Buku catatan

Sangat

lengkap 4 3 2 1

Tidak

lengkap

9. Buku PR

Sangat

lengkap 4 3 2 1

Tidak

lengkap

10. Buku Latihan Soal

Sangat

lengkap 4 3 2 1

Tidak

lengkap

b. Pengembangan Instrumen

a) Uji coba terpakai

Uji coba instrumen ini berbentuk uji coba terpakai. Artinya peneliti hanya

satu kali menyebarkan instrumen kepada responden untuk dipakai dalam

mengumpulkan data penelitian. Hal ini digunakan agar data yang masuk benar-

benar murni karena pertama kali dipakai dan supaya tidak terjadi rekayasa dalam

pengambilan datanya. Butir instrumen yang sudah diisi oleh responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

selanjutnya akan diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya, lalu butir instrumen

yang tingkat validitasnya sangat rendah akan dibuang, kemudian dilakukan

analisis data untuk mendeskripsikan pendampingan orang tua dalam belajar PAK

dengan menggunakan butir instrumen yang dianggap valid.

b) Uji Validitas Instrumen

Setelah data terkumpul, penulis sebelumnya akan memasukkan data sesuai

dengan aspek-aspeknya, lalu mulai menguji tingkat validitas data yang sudah

didapat. Alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu

memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi uji validitas.

Arikunto dalam Riduwan (2010: 97) menjelaskan bahwa validitas merupakan

suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesasihan suatu alat ukur.

Jika instrumen dinyatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Oleh karena itu, agar gambaran dan

kesimpulan hasil penelitian ini tidak keliru nantinya, penulis akan menguji

validitas instrumen yang telah dipakai.

Dalam uji coba terpakai menggunakan validitas butir dengan taraf

signifikansi 0,05 dengan N 81 orang, maka butir yang memiliki koefisien korelasi

lebih besar atau sama dengan 0,216 dianggap valid dan layak digunakan dalam

penelitian ini. Perhitungan uji validitas dalam penelitian ini dengan menghitung

korelasi antara masing-masing skor item pernyataan dengan skor total

menggunakan rumus teknik Korelasi Product Moment berbantuan Microsoft

Excel. Rumus manualnya sebagai berikut;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Tabel 5. Rumus Manual Korelasi Product Moment

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi variabel x dengan variabel y

xy : hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y

x : jumlah nilai setiap item

y : jumlah nilai konstan

N : jumlah subyek penelitian

Hasil uji validitas butir pada keseluruhan aspek yang diuji dari 35 butir soal

semua butir soal nilainya lebih dari 0,216. Dengan demikian semua soal

dinyatakan valid dan layak untuk dianalisis lebih lanjut.

c) Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Riduwan (2010: 213), uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan

tingkat kehandalan alat pengumpul data. Sugiyono (2009: 173) Instrumen yang

reliabilitas adalah instrumen yang jika digunakan beberapa kali untuk mengukur

obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pengukuran reliabilitas

dari penelitian ini akan dilakukan dengan cara satu kali pengukuran guna mencari

reliabilitas internal dari setiap item instrumen.

NN

N

yxxy

rxy

yyxx2222

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Besar koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Jika

koefisien semakin mendekati 1,00 maka reliabilitas hasil pengukurannya sangat

tinggi. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan teknik formula

Alpha dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Rumus manualnya

adalah;

Tabel 6. Rumus Manual Realibilitas

Keterangan :

r11 = koefisien reliabilitas alpha

Si = varian responden untuk item 1

k = jumlah item

St = jumlah varian skor total

Hasil pengujian reliabilitas melalui program SPSS 16.0 for windows dapat

dilihat dari tabel berikut ini;

Tabel 7. Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

0,901 35

Dari hasil analisis terhadap 35 butir item instrumen yang valid, diketahui

nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,901 yang berarti reliabilitas soal sangat tinggi.

𝑟11 = 𝑘

𝑘 − 1 1−

∑𝑆𝑖𝑆𝑡

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

E. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2010: 207) mengatakan analisis data merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk membahas data yang dihasilkan dari penyebaran instrumen

setelah terkumpul semua. Adapun yang dilakukan dalam analisis data ini adalah

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis respondennya, mentabulasi

data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data atas setiap

variabel yang diteliti, dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan

masalah.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Statistik

deskriptif ini merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan

cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi Penulis menggunakan metode statistik deskriptif ini

karena sesuai dengan tujuan penulisan skripsi ini, yaitu ingin mendeskripsikan

atau menggambarkan pendampingan orang tua dalam belajar Pendidikan Agama

Katolik siswa-siswi Wirobrajan Yogyakarta.

Adapun data yang ingin diuji melalui statistik deskriptif ini meliputi

penyajian data melalui tabel, grafik, dengan memperhitungkan nilai yang sering

muncul (modus), nilai tengah (median), pengukuran tendensi sentral/rata-rata

(mean), simpang baku (standar deviasi), varian, range (rentang skor), skor

terendah (minimum), skor tertinggi (maximum), serta perhitungan persentase.

Instrumen penelitian ini didasarkan pada skala Likert dengan interval

skalanya 4 dan perhitungan jumlah skornya didasarkan pada banyaknya nomor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

item instrumen, yaitu 35 nomor item. Untuk mendapatkan skor tertinggi (Selalu)

dalam variabel ini, nilai tertingginya dikalikan dengan jumlah seluruh nomor item,

yaitu 4x35=140. Sedangkan untuk skor terendah (untuk jawaban Tidak Pernah)

dalam variabel ini, nilai terendahnya dikalikan dengan seluruh nomor item, yaitu

1x35=35.

Adapun pengolahan data dalam penelitian ini akan dimulai dengan

menyusun instrumen berdasarkan nomor item, kemudian akan dicari tingkat

validitas dan reliabilitasnya, lalu mulai dikelompokkan dan diolah sesuai dengan

data yang ingin diketahui agar bisa digunakan untuk mendeskripsikan

pendampingan orang tua dalam belajar pendidikan agama katolik siswa-siswi

Kanisius Wirobrajan.

Berikut ini adalah cara menentukan kategori variabel yang diukur, yang juga

berlaku untuk setiap aspek variabelnya:

1. Skor tertinggi yang dapat dicapai dalam variabel ini: 4x35=140

2. Skor terendah yang dicapai dalam variabel ini: 1x35=35

3. Hasil dari skor tertinggi dikurangi skor terendah: 140-35=105

4. Hasil dibagi 4 sesuai dengan skala intervalnya: 105/4=26,25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Kriteria tersebut diambil dari rumus sebagai berikut;

Tabel 8. Rumus Penentuan Kriteria

𝑺𝒎𝒂𝒌 − 𝑺𝒎𝒊𝒏𝒏

Keterangan:

Smak.= Skor Maksimal

Smin.= Skor Minimal

n= rentang skala setiap item instrumen

Tabel 9. Kriteria Interval

Kriteria Interval

Sangat Baik 113,76-140

Baik 87,6-113,75

Kurang 61,26-87,5

Sangat Kurang 35-61,25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini penulis menyajikan dan membahas hasil penelitian dengan

menganalisis semua data yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan pendampingan

orang tua dalam belajar Pendidikan Agama Katolik di SD Kanisisus Wirobrajan

Yogyakarta.

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh data mengenai

Pendampingan Orang tua dalam belajar PAK siswa-siswi Kelas IV SD Kanisus

Wirobrajan yang dideskripsikan sebagai berikut;

1. Deskripsi Data Pendampingan Orang tua

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diperoleh gambaran tentang

pendampingan orang tua yang dideskripsikan di bawah ini.

Tabel 10: Rangkuman statistik deskripsi nilai keseluruhan

pendampingan orang tua

Statistik Nilai Keseluruhan

N Valid 81

∑ Instrumen 35

Mean 110.77

Median 114.00

Mode 117

Std. Deviation 15.766

Variance 248.557

Range 102

Minimum 35

Maximum 137

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Dari tabel statistik deskripsi nilai keseluruhan pendampingan orang tua di

atas dapat dilihat N Valid 81 dengan jumlah istrumen yanng valid sebanyak 35

butir. Diketahui bahwa skor terendah (minimum) sebesar 35 dan skor tertinggi

(maximum) sebesar 137 dengan rata-rata dari pengamatan (Mean) 110.77 dan

simpang baku (Std. Deviation) sebesar 15.766. Nilai Variance sendiri sebesar

248.557 dengan nilai tengah (median) sebesar 114.00 dan nilai yang sering

muncul (mode) adalah 117 Nilai kisaran (range) yang merupakan selisih antara

nilai maksimum dengan nilai minimum sebesar 102.

Tabel 11. Kriteria Data Keseluruhan Pendampingan Orang tua

Kriteria Interval Jumlah

Responden Presentase

Sangat Baik 113,76-140 43 53,09%

Baik 87,6-113,75 34 41,97%

Kurang 61,26-87,5 3 3,71%

Sangat Kurang 35-61,25 1 1,23%

Jumlah Total Responden & Presentase 81 100%

Grafik 1. Frekuensi Nilai Keseluruhan Pendampingan Orang tua

Sangat

Baik

113,76-140

Baik 87,6-

113,75

Kurang

61,26-87,5

Sangat

Kurang 35-

61,25

Presentase 53.09% 41.97% 3.71% 1.23%

Frekuensi 43 34 3 1

05

101520253035404550

Nilai Keseluruhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Pada grafik 1 data menunjukkan nilai rata-rata (mean) dari aspek

keseluruhan pendampingan orang tua SD Kanisius Wirobrajan sebesar 110,77.

Hal ini berarti aspek keseluruhan pendampingan masuk dalam kategori sangat

baik. Siswa yang menjawab sangat baik sebanyak 43 orang (53,09%), siswa yang

menjawab baik sebanyak 34 orang (41,97%), siswa yang menjawab kurang

sebanyak 3 orang (3,71%) dan siswa yang sangat kurang sebanyak 1 orang

(1,23%). Dengan demikian data dari keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

dengan nilai rata-rata jawaban siswa SD Kanisius sebesar 110,77 adalah kategori

sangat baik.

a. Deskripsi Aspek Menemani

Dari aspek menemani dengan jumlah instrumen 3 butir dan populasi

sebanyak 81 siswa diperoleh data rata-rata (mean) 9,16 dengan simpangan baku

(Std. Deviation) sebesar 1,764. Skor tertinggi (maximum) sebesar 12 dan skor

terendah (minimum) sebesar 3, maka rentang skor (range) yang diperoleh 9. Nilai

nilai tengah (median) dari aspek menemani yang diperoleh adalah 9,00 dan nilai

yang sering muncul (mode) adalah 10.

Tabel 12. Rangkuman Statistik Aspek Menemani

Statistik Deskriptif Menemani

N Valid 81

∑ Instrumen 3

Mean 9.16

Median 9.00

Mode 10

Std. Deviation 1.764

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Tabel 13. Kriteria Aspek Menemani

Kriteria Interval Jumlah

Responden

Presentase

Sangat Bersedia 9,76-12 20 24,70%

Bersedia 7,6-9,75 48 59,26%

Kurang Bersedia 5,26-7,5 8 14,81%

Sangat Kurang Bersedia 3-5,25 1 1,23%

Jumlah Total Responden & Presentase 81 100%

Grafik 2. Frekuensi Aspek Menemani

Pada grafik 2 data menunjukkan nilai rata-rata (mean) dari aspek

keseluruhan aspek menemani SD Kanisius Wirobrajan sebesar 9,16. Hal ini

berarti aspek seluruh menemani masuk dalam kategori bersedia. Siswa yang

menjawab sangat bersedia sebanyak 20 orang (24,70%), siswa yang menjawab

Sangat

Bersedia

9,76-12

Bersedia 7,6-

9,75

Kurang

Bersedia

5,26-7,5

Sangat

Kurang

bersedia 3-

5,25

Presentase 24.70% 59.26% 14.81% 1.23%

Frekuensi 20 48 8 1

0

10

20

30

40

50

60

Aspek Menemani

Variance 3.111

Range 9

Minimum 3

Maximum 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

bersedia sebanyak 48 orang (59,26%), siswa yang menjawab kurang bersedia

sebanyak 8 orang (14,81%) dan siswa yang sangat kurang bersedia sebanyak 1

orang (1,23%). Dengan demikian data dari keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

dengan nilai rata-rata jawaban siswa-siswi SD Kanisius Wirobrajan 9,16 kategori

bersedia.

b. Deskripsi Aspek Fasilitas

Dari aspek fasilitas dengan jumlah instrumen 10 butir dan populasi

sebanyak 81 siswa diperoleh data rata-rata (mean) 33.19 dengan simpangan baku

(Std. Deviation) sebesar 5.622. Skor tertinggi (maximum) sebesar 40 dan skor

terendah (minimum) sebesar 10, maka rentang skor (range) yang diperoleh 30.

Nilai nilai tengah (median) dari aspek fasilitas yang diperoleh adalah 35,00 dan

nilai yang sering muncul (mode) adalah 35.

Tabel 14. Rangkuman Statistik Aspek Fasilitas

Statistik Deskriptif Fasilitas

N Valid 81

∑ Instrumen 10

Mean 33.19

Median 35.00

Mode 35a

Std. Deviation 5.622

Variance 31.603

Range 30

Minimum 10

Maximum 40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Tabel 15. Kriteria Aspek Fasilitas

Kriteria Interval Jumlah

Responden

Presentase

Sangat Memadai 32,6-40 51 62,96%

Memadai 26-32,5 23 28,40%

Kurang Memadai 17,6-25 6 7,41%

Tidak Memadai 10-17,5 1 1,23%

Jumlah Total Responden & Presentase 81 100%

Grafik 3. Frekuensi Aspek Fasilitas

Pada grafik 3 data menunjukkan nilai rata-rata (mean) dari aspek

keseluruhan aspek Fasilitas SD Kanisius Wirobrajan sebesar 33,19. Hal ini berarti

aspek seluruh Fasilitas masuk dalam kategori sangat memadai. Siswa yang

menjawab selalu sebanyak 51 orang (62,96%), siswa yang menjawab memadai

sebanyak 48 orang (28,40%), siswa yang menjawab kurang memadai sebanyak 6

orang (7,41%) dan siswa yang tidak memadai sebanyak 1 orang (1,23%). Dengan

demikian data dari keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dengan nilai rata-rata

jawaban siswa-siswi SD Kanisius Wirobrajan 33,19 kategori sangat memadai.

Sangat

Memadai

32,6-40

Memadai 25-

32,5

Kurang

Memadai

17,6-25

Tidak

Memadai 10-

17,5

Presentase 62.96% 28.40% 7.41% 1.23%

Frekuensi 51 23 6 1

0

10

20

30

40

50

60

Aspek Fasilitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

c. Deskripsi Aspek Informasi

Dari aspek informasi dengan jumlah instrumen 3 butir dan populasi

sebanyak 81 siswa diperoleh data rata-rata (mean) 9,19 dengan simpangan baku

(Std. Deviation) sebesar 1.885. Skor tertinggi (maximum) sebesar 12 dan skor

terendah (minimum) sebesar 4, maka rentang skor (range) yang diperoleh 9. Nilai

nilai tengah (median) dari aspek informasi yang diperoleh adalah 9,00 dan nilai

yang sering muncul (mode) adalah 10.

Tabel 16. Rangkuman Statistik Aspek Informasi

Statistik Deskriptif Fasilitas

N Valid 81

∑ Instrumen 3

Mean 9.19

Median 9.00

Mode 10

Std. Deviation 1.885

Variance 3.553

Range 9

Minimum 3

Maximum 12

Tabel 17. Kriteria Aspek Informasi

Kriteria Interval Jumlah

Responden

Presentase

Sangat Mampu 9,76-12 19 23,46%

Mampu 7,6-9,75 44 54,32%

Kurang Mampu 5,76-7,5 16 19,75%

Sangat Kurang Mampu 3-5,25 2 2,47%

Jumlah Total Responden & Presentase 81 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Grafik 4. Frekuensi Aspek Informasi

Pada grafik 4 data menunjukkan nilai rata-rata (mean) dari aspek

keseluruhan aspek Informasi SD Kanisius Wirobrajan sebesar 9,19. Hal ini berarti

aspek seluruh Informasi masuk dalam kategori Mampu. Siswa yang menjawab

sangat mampu sebanyak 19 orang (23,46%), siswa yang menjawab mampu

sebanyak 44 orang (54,32%), siswa yang menjawab kurang mampu sebanyak 16

orang (19,75%) dan siswa yang sangat kurang tidak mampu sebanyak 2 orang

(2,47%). Dengan demikian data dari keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

dengan nilai rata-rata jawaban siswa-siswi SD Kanisius Wirobrajan 9,19 kategori

mampu.

Sangat

Mampu

9,76-12

Mampu 7,6-

9,75

Kurang

Mampu 5,76-

7,5

Sangat

Kurang

Mampu 3-

5,25

Presentase 23.46% 54.32% 19.75% 2.47%

Frekuensi 19 44 16 2

05

101520253035404550

Aspek Informasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

d. Deskripsi Aspek Peringatan

Dari aspek peringatan dengan jumlah instrumen 13 butir dan populasi

sebanyak 81 siswa diperoleh data rata-rata (mean) 40,99 dengan simpangan baku

(Std. Deviation) sebesar 6,478. Skor tertinggi (maximum) sebesar 52 dan skor

terendah (minimum) sebesar 13, maka rentang skor (range) yang diperoleh 39.

Nilai nilai tengah (median) dari aspek peringatan yang diperoleh adalah 42,00 dan

nilai yang sering muncul (mode) adalah 43.

Tabel 18. Rangkuman Statistik Aspek Peringatan

Statistik Deskriptif Peringatan

N Valid 81

∑ Instrumen 13

Mean 40.99

Median 42.00

Mode 43

Std. Deviation 6.478

Variance 41.962

Range 39

Minimum 13

Maximum 52

Tabel 19. Kriteria Aspek Peringatan

Kriteria Interval Jumlah

Responden

Presentase

Selalu 42,26-52 34 41,98%

Sering 32,6-42,25 40 49,38%

Kadang-kadang 22,76-32,5 6 7,41%

Tidak pernah 13-22,75 1 1,23%

Jumlah Total Responden & Presentase 81 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Grafik 5. Frekuensi Aspek Peringatan

Pada grafik 5 data menunjukkan nilai rata-rata (mean) dari aspek

keseluruhan aspek Peringatan SD Kanisius Wirobrajan sebesar 40,99. Hal ini

berarti aspek seluruh Peringatan masuk dalam kategori sering. Siswa yang

menjawab selalu sebanyak 40 orang (41,98%), siswa yang menjawab sering

sebanyak 40 orang (49,38%), siswa yang menjawab kadang-kadang sebanyak 6

orang (7,41%) dan siswa yang tidak pernah sebanyak 1 orang (1,23%). Dengan

demikian data dari keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dengan nilai rata-rata

jawaban siswa-siswi SD Kanisius Wirobrajan 40,99 kategori sering.

e. Deskripsi Aspek Teladan

Dari aspek teladan dengan jumlah instrumen 6 butir dan populasi sebanyak

81 siswa diperoleh data rata-rata (mean) 18,25 dengan simpangan baku (Std.

Deviation) sebesar 4,045. Skor tertinggi (maximum) sebesar 24 dan skor terendah

Selalu

42,26-52

Sering

32,6-42,25

Kadang-

kadang

22,77-32,5

Tidak

Pernah 13-

22,76

Presentase 41.98% 49.38% 7.41% 1.23%

Frekuensi 34 40 6 1

05

1015202530354045

Aspek Peringatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

(minimum) sebesar 6, maka rentang skor (range) yang diperoleh 18. Nilai nilai

tengah (median) dari aspek teladan yang diperoleh adalah 19,00 dan nilai yang

sering muncul (mode) adalah 20.

Tabel 20. Rangkuman Statistik Aspek Teladan

Statistik Deskriptif Teladan

N Valid 81

∑ Instrumen 6

Mean 18.25

Median 19.00

Mode 20

Std. Deviation 4.045

Variance 16.363

Range 18

Minimum 6

Maximum 24

Tabel 21. Kriteria Aspek Teladan

Kriteria Interval Jumlah

Responden

Presentase

Sangat Mampu 9,6-24 35 43,21%

Mampu 16-19,5 31 38,27%

Kurang Mampu 10,6-15 12 14,82%

Sangat Kurang Mampu 6-10,5 3 3,70%

Jumlah Total Responden & Presentase 81 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Grafik 6. Frekuensi Aspek Teladan

Pada grafik 6 data menunjukkan nilai rata-rata (mean) dari aspek

keseluruhan aspek Teladan SD Kanisius Wirobrajan sebesar 18,25. Hal ini berarti

aspek seluruh Teladan masuk dalam kategori sangat mampu. Siswa yang

menjawab sangat mampu sebanyak 35 orang (43,21%), siswa yang menjawab

mampu sebanyak 31 orang (38,27%), siswa yang menjawab kurang mampu

sebanyak 12 orang (14,81%) dan siswa yang sangat kurang mampu sebanyak 3

orang (3,70%). Dengan demikian data dari keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

dengan nilai rata-rata jawaban siswa-siswi SD Kanisius Wirobrajan 18,25

kategori sangat mampu.

Sangat

Mampu 9,6-

24

Mampu 16-

19,5

Kurang

Mampu

10,6-15

Sangat

Kurang

Mampu 6-

10,5

Presentase 43.21% 38.27% 14.82% 3.70%

Frekuensi 35 31 12 3

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Aspek Teladan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

2. Hasil Wawancara Dengan Orang tua

Dalam penelitian ini, penulis juga melakuan wawancara untuk mendapatkan

informasi mengenai pendampingan orang tua dalam belajar PAK guna

mendukung dan memperkuat hasil penelitian berbentuk kuesioner yang sudah

dianalisis. Keterbatasan waktu, kesediaan orang tua penulis hanya dapat

mewawancari 7 orang tua secara langsung. Pada responden ini orang tua yang

bersedia untuk bertemu penulis ini dan aktif jika ada rapat di sekolah.

Berikut ini adalah hasil wawancara yang penulis dapatkan;

a. Bagaimana cara pendampingan Bapak/Ibu kepada anak anda?

Responden 1:

“Iya, selama ini saya memberikan perhatian khusus kepada putri saya.

Sepulang sekolah saya menanyakan ada tugas tidak? Padahal masih di atas

motor lho mbak. Saya selalu mengawasi perkembangan putri saya tanpa

saya lewatkan sendikit pun. Puji Tuhan mbak, putri saya ini, walaupun

saya tidak ada di rumah, dia belajar sendiri. Suami saya menyuruh saya

tidak bekerja untuk mendampingi putri saya. Pada awalnya sich!!! Saya

keberatan mbak.. Tapi ya mau bagaimana, istri kan harus nurut suami ya

mbak???..”

Responden 2:

“Selama saya mendampingi anak-anak kami, kami melihat pendampingan

untuk anak cowok dan cewek itu berbeda. Anak cewek itu lebih dengan

hati yang lembut namun kalau anak cowok harus sedikit keras. Anak kami

ini jika tidak didampingi tidak belajar mbak, Sumpah. Anak kami ini agak

berbeda dengan anak yang lain, jadi saya harus benar-benar mendampingi

dan saya selalu berusaha mencari buku tentang pendampingan yang cocok

untuk anak kami ini. Kami memberikan semangat untuk selalu giat belajar,

membantu kesulitan-kesulitan anak dalam mengerjakan PR dan harus

selalu ada disamping dalam belajar.”

Responden 3:

“Kalau menurut saya, apa yang telah saya lakukan dan istri saya dalam

pendampingan belajar sudah baik, karena istri saya selalu ada di samping

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

anak saya dalam situasi apapun. Kami memberi kebebasan kepada kedua

anak saya tetapi juga menghindari pengaruh yang kurang baik. Seperti

perkemabangan zaman, kita harus mengikuti perkembangan itu tapi kita

jangan terbawa arus itu sendiri mbak. Kami juga sangat menyadari orang

tualah yang pertama dan utama dalam pendidik anaknya. Pendidikan iman

sejak dini menjadi pondasi buat anak ke masa depannya.”

Responden 4:

“Kami tidak mempunyai pendampingan secara khusus bagi anak kami.

Anak kami pulang sekolah di rumah neneknya. Sore kami jemput, setelah

itu baru pulang ke rumah sudah capek lalu tidur mbak. Masalah belajar

anak hanya belajar sendiri, kadang-kadang ketika ada waktu kosong kami

ada di sampingnya untuk menemani belajar. Mereka menyesuaikan jadwal

sekolah.”

Responden 5:

“Saya selalu berusaha mendampingi putri saya, walaupun tugas yang

harus saya selesaikan banyak sekali. Saya berperan ganda sebagai Bapak

dan Ibu, karena suami saya bekerja pindah-pindah terus. Saya terkadang

tersiksa mbak.... pekerjaan banyak sekali, ngurus anak juga harus saya.

Tapi saya tetap bersyukur atas putri saya titip dari Tuhan. Saya memberi

pendampingan secara khusus. Setiap kali anak belajar saya sempat kan

untuk ada di sampingnya walaupun dengan menyambi pekerjaan yang

lain.”

Responden 6:

“Kami selalu mendampingi anak kami dalam belajar PAK. Kami

mengetahui orang tualah pendidik yang pertama dan utama bagi anak-

anaknya. Pada saat anak belajar kami selalu ada, kalau kami tinggal anak

langsung tidur”

Responden 7:

“Kami selalu mendampingi anak kami dalam belajar PAK. Pada saat anak

belajar saya selalu ada. Walaupun kami agama Kristen.”

b. Apakah Bapak/Ibu menyediakan seluruh fasilitas anak yang

berhubungan dengan PAK?

Responden 1:

“Ya, saya menyediakan seluruh fasilitas untuk menunjuang proses belajar

mengajar.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Responden 2:

“Ya, saya menyediakan seluruh fasilitas untuk mendukung perkembangan

anak kami, ruang belajar juga kami sediakan karena kami sendiri

menyadari kondisi dan keadaan rumah sangat mendukung untuk semangat

anak belajar.”

Responden 3:

“Ya, kami selalu memenuhinya, karena merupakan kebutuhan utama bagi

anak-anak. Tetapi kalau ruang belajar yach!! Begini lah mbak. Anak saya

belajar di ruang yang kecil ini, hanya pakai meja lipat mbak. Ini semua

kami peroleh dengan kerja keras dan banting tulang”

Responden 4:

“Ya, kami menyediakan semuanya mbak. Hanya saya ruang belajar di

rumah jarang di pakai, karena mereka lebih sering di rumah neneknya.”

Responden 5:

“Ya, saya menyediakan seluruh fasilitas belajar putri saya, tembokpun

penuh dengan coretan dan tempelan.”

Responden 6:

“Ya, kami memenuhinya karena merupakan kebutuhan utama bagi anak-

anak dalam proses belajar. Tapi ruang belajar hanya beralaskan tikar dan

meja lipat.”

Responden 7:

“Ya, karena sangat penting dalam proses belajar mengajar.”

c. Apakah Bapak/Ibu menemukan hambatan dalam PAK?

Responden 1:

“Tidak terlalu ada hambatan dan kesulitan, namun kadang-kadang kurang

mamahami isi dari pelajaran agama katolik yang semakin lama semakin

sulit.”

Responden 2:

“ Kalau ditanya hambatan bisa dikatakan iyah, bisa juga dikatakan tidak.

Tapi kesimpulan terakhir kami masih bisa memahami sedikit-sedikit. Tapi

terkadang tidak bisa karena pelajaran Agama anak sekarang sulit dan saya

juga agak kesulitan untuk menjelaskan kembali kepada anak kami.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Responden 3:

“Terbatasanya pengetahuan kami.”

Responden 4:

“Hambatan dan kesulitan saya: menjawab soal-soal tentang Kitab Suci,

dan membagi waktu mendampingi anak dalam belajar di rumah, karena

saya dan istri saya banyak pekerjaan di kantor.”

Responden 5:

“Kita khan agama katolik mbak, jadi saya dapat memahami pelajaran putri

saya. Dengan membaca-baca buku. Sekolah ulang lagi mbak!.”

Responden 6:

“Terbatasnya pengetahuan yang saya miliki, tapi saya sebagai orang tua

banyak belajar agar dapat menelaskan kepada anak.”

Responden 7:

“Tidak terlalu ada hambatan dan kesulitan, hanya dalam pelajaran Ekaristi

kami tidak mengetahui. Tapi kami minta bantu kepada tetangga yang

agama Katolik.”

d. Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu jika anak mempunyai nilai jelek,

apakah Bapak/Ibu memberi hukuman kepada anak?

Responden 1:

“Saya tidak pernah memarahi anak, saya hanya memberi nasehat, putri

saya berusaha untuk mendapatkan nilai yang bagus. Dengan demikian

putri saya selalu belajar dengan giat, karena jika dapat nilai yang bagus,

saya memberi hadiah mbak.”

Responden 2:

“Kami tidak pernah memarahi anak kami, karena kami sadar

kemampunnya sampai di mana. Kami selalu memberi motivasi dan

dorongan untuk semakin giat belajar.”

Responden 3:

“Puji Tuhan mbak, nilai agama anak kami tidak pernah jelek, jelek banget.

Dia bisa mengikuti, nilainya selalu diatas rata-rata nilai ketuntasan.

Dengan nilai yang bagus kami juga memberi motivasi kepada anak agar

lebih rajin belajar agar nilainya lebih tinggi lagi.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Responden 4:

“Nilai anak ini pas banget sama nilai rata-rata kelas mbak. Kalau nilainya

jelek terkadang kami emosi. Saya dan istri saya sudah capek kerja dari

pagi pulang sore pulang menenukan nilai anak yang jelek. Tapi kami juga

memberi motivasi dengan cara: kalau nilai anak-anak bisa naik, saya dan

istri saya membeli hadiah yang mereka inginkan.”

Responden 5:

“Saya tidak pernah marah mbak. Karena saya tahu kemampuan putri saya.

Tapi saya tersiksa karena mertua saya yang selalu membandingkan putri

saya dengan cucunya yang lain. Tapi saya selalu juga bilang kepada putri

saya, adek tidak usaha berkecil hati. Yang penting adek belajar lebih giat

dan kalau ada kesulitan dalam belar tanya bapak/ibu guru atau orang tua.”

Responden 6:

“Kami tidak memarahi anak, tapi kami selalu mengingatkan agar anak

belajar lebih tekun supaya hasilnya lebih baik. Kami selalu menyuruh anak

untuk lebih banyak belajar dan membaca buku-buku pelajaran.”

Responden 7:

“Tidak pernah, karena marah-marah bukan jalan yang terbaik. Sebagai

orag tua harus menghargai kemapuan anak dan yang perlu dilakukan oleh

orang tua adalah memberikan semangat belajar agar nanti kedepannya

tidak mendapat nilai yang jelek.”

e. Teladan apakah yang Bapak/Ibu berikan kepada anak-anak dalam

meningkatkan iman anak?

Responden 1:

“ Iya, sebagai orang tua kami selalu berusaha memberi teladan yang baik.

Kami sebagai orang tua mengajak untuk aktif di Gereja, lingkungan. Kami

juga selalu megingatkan putri kami agar rajin berdoa dan kami pun

mengadakan doa bersama, menyuruh anak untuk mengikuti kegiatan-

kegiatan di gereja maupun kegiatan koor baik yang diadakan sekolah

maupun lingkungan.”

Responden 2:

“ Iya, sebagai orang tua kami selalu berusaha memberi teladan yang baik.

Kami sebagai orang tua mengajak anak untuk aktif di Gereja, lingkungan.

Namun PIA untuk di lingkungan tidak ada. Saya stres banget!!! Anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

kami yang satu ini, berbeda dengan anak yang pertama dan sulung kami.

Anak kami yang dua diajak berdoa langsung mau, sedangkan anak yang

satu ini, jangankan berdoa mengucapkan BAPA KAMI aja mesti dipaksa

mbak. Gimana tidak stres nanti di luar di sana apa dibilang orang?. ”

Responden 3:

“Kami memang betul-betul memberi teladan yang baik bagi anak-anak

kami. Kami hanya keluarga sederhana, saya hanya buruh dan istri saya

hanya buku warung kelontong kecil. Kami betul-betul membentuk

karakter anak, selalu mengingatkan kita harus berperilaku sederhana,

menerima apa yang ada di keluarga kita. Kami juga menanamkan sejak

dini kepada anak kami, kalau hari minggu hari Tuhan. Hari minggu kami

tidak pakai untuk bekerja, warung kelontong pun tutup. Hari minggu kita

Gereja pulang Gereja rekreasi bersama. Tidak hanya orang kaya yang bisa

rekreasi mbak. Kami juga mendorong anak kami untuk ikut sembahyangan

dilingkungan, membimbing anak untuk berdoa sebelum dan sesuadah

melakukan aktivitas. Hidup hanya sekali tidak usaha di buat susah. Segala

sesuatu kita hadapi dengan semnagat dan senyuman.”

Responden 4:

“Kami selalu memberi teladan yang baik bagi anak kami. Nenek dan

kakeknya juga memberi teladan yang baik. Hari minggu adalah hari kami

bertemu anak-anak dari pagi sampai malam. Hari minggu anak-anak tidak

boleh pergi kemana-mana pun. Mereka harus pergi bersama kami. Karena

hanya hari ini kami dapat melihat perkembangan dan tingkat laku mereka,

kami juga mengajak anak untuk selalu rajin berdoa.”

Responden 5:

“Saya selalu memberi teladan, putri saya, saya tanamkan bersakit-sakit

dahulu bersenang-senang kemudian. Putri saya, emang putri satu-satunya

tapi dia mandiri sekali mbak... Dia sudah bisa membantu saya dalam

memberihkan rumah dan memasak. Kami kalau hari minggu Gerejanya

pindah-pindah, suara hati berkata ke mana, kami Gereja di situ mbak.

Kami juga mempunyai kebiasaan doa malam bersama.”

Responden 6:

“Selalu memngingatkana berdoa, mengajak anak untuk mengikuti misa,

menyuruh anak untuk mengikuti kegiatan gereja dan sekolah.”

Responden 7:

“Mengajak anak untuk rajin berdoa, menyuruh anak untuk aktif di skolah

dan di gereja.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

3. Rangkuman Keseluruhan Hasil Wawancara

Setelah memahami hasil wawancara dari ketujuh responden di atas, maka

penulis merangkum keseluruhan wawancara tersebut dengan mengelompokkan

berdasarkan aspek tindakan sebagai berikut sebagai berikut;

a. Aspek Menemani

Dari hasil wawancara dengan ketujuh responden, dapat disimpulkan

bahwa (responden 1,2,3,5,6,7) orang tua menemani anaknya dalam belajar

walaupun ada juga yang hanya kadang-kadang. Hal ini didukung dengan

kesadaran orang tua akan tugasnya dan tanggung jawabnya sebagai orang tua.

Dapat dilihat juga bagaimana orang tua berusaha untuk mencari buku untuk

mengetahui pendampingan yang seperti apa yang cocok buat anaknya.

b. Aspek Menyediakan Fasilitas

Dari hasil wawancara diperoleh, semua responden yang diwawancari

mengatakan bahwa orang tua selalu berusaha memenuhi semua kebutuhan anak

dalam proses belajar. Selain itu orang tua juga menjanjikan hadiah jika nilai

ulangan anak bagus, dan peristiwa penting seperti ulang tahun pun orang tua

selalu merayakan dan memberikan hadiah kepada anak berupa penunjang fasilitas

belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

c. Aspek Informasi

Dari hasil wawancara diperoleh, orang tua juga menemukan berbagai

hambatan dan kesulitan dalam Pendidikan Agama Katolik, di antaranya

keterbatasannya atau kurangnya pemahaman dan pengetahuan orang tua, tuntut

karier yang mengakibatkan adanya orang tua kesulitan membagi waktu untuk

berkumpul bersama setiap hari dalam mendampingi anak-anaknya dalam belajar.

d. Aspek Peringatan

Dari hasil wawancara diperoleh, orang tua tidak memarahi anak. Karena

dengan memarahi tidak menyelesaikan masalah dan akan memberi dampak yang

negatif bagi perkembangan anak. Maka orang tua memberi nasihat dan motivasi

agar anak semakin rajin belajar dan membaca buku pelajaran dan latihan agar

hasil belajar yang diperoleh lebih memuaskan.

e. Aspek Teladan

Dari hasil wawancara keluarga bahwa diperoleh, orang tua selalu memberi

teladan kepada anak-anaknya. Sebagai pendidik iman dalam keluarga, orang tua

menanamkan nilai-nilai rohani dan keperibadian kepada anak. Orang tua

mengajak anak mengikuti misa baik di Gereja maupun di lingkungan, mengikuti

koor di lingkungan dan sekolah, doa bersama, menyarankan untuk ikut misdinar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

4. Hasil Temuan Khusus Studi Dokumen

a. Gambar 1. Foto Keluarga

Responden 1 adalah salah satu keluarga yang mengabadikan foto anaknya.

Mulai anaknya berumur 7 bulan sampai saat ini. Dengan tujuan agar dapat melihat

dan menunjukkan kepada putrinya perkembangan yang dia alami mulai dari kecil

hingga sekarang.

Gambar 2. Buku pendukung untuk belajar Pendidikan Agama Katolik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Buku adalah sumber inspirasi dan informasi. Setiap orang yang membaca

buku mendapatkan inspirasi dan berbagai informasi yang ingin ia ketahui dengan

membaca buku tersebut. Buku-buku ini juga sebagai fasilitas belajar anak untuk

berkembang dalam ranah spiritual.

Buku tersebut berjudul “Apa sih Alat alat-alat ibadat itu?, Doa-doa sebelum

menerima komuni, Doa Ananda, Doa adalah sumber kekuatan, Doa Harian

Keluarga, Kidung Misa I, Rosario”.

Gambar 3. Buku Nyanyian/Madah Bakti

Buku Nyanyian/Madah Bakti adalah salah satu sarana bagaimana anak

menggemakan suaranya dalam memuji Tuhan. Jika pergi ke Gereja, orang tua

memberi Madah Bakti/Buku Nyanyaian kepada anak, agar anak juga dapat

mengikuti nyanyian dalam perayaan Ekaristi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Gambar 4, 5. Majalah Jamrud PAK

Majalah jamrud adalah buku yang wajib dimiliki oleh setiap siswa-siswi.

Pada majalah jamrud inilah siswa-siswi menjawab soal-soal dalam belajar PAK.

Dalam belajar PAK, Kitab Suci merupakan hal yang penting dan tidak dapat

terlupakan karena inti pelajaran PAK ada pada Kitab Suci.

Gambar 6. Buku Catatan PAK

Buku catatan adalah buku di mana anak menulis kembali apa yang telah

didengar. Apa yang telah di dapatkan dari penjelasan Bapak/Ibu guru. Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

adaya buku catatan dapat membantu anak untuk lebih mudah belajar. Karena hasil

tulisan adalah anak sendiri yang menulis.

Gambar 7. Buku Latihan PAK

Buku latihan juga buku untuk mengerjakan soal dan melatih soal-soalnya

yang diberikan oleh Bapak/Ibu guru di sekolah maupun di rumah.

Gambar 8. Ruang Belajar Anak

Ruang belajar sangat di butuhkan oleh anak karena dengan suasana yang

kondusif dapat membangkitkan motivasi anak untuk belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Gambar 9. Jadwal Belajar Anak

Dengan adanya jadwal belajar dapat mengontrol diri anak dan juga dapat

mengingatkan anak dalam memanfaatkan waktu yang ada di mana harus belajar,

main, tidur dan sebagainya.

Gambar 10. Ruang Doa

Dengan adanya ruang doa dapat membangkitkan semangat anak untuk

berdoa. Orang tua memberi teladan kepada anak cara berdoa yang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Gambar 11. Kreativitas anak dalam mengembangkan imannya dalam

Sekolah Minggu

Contoh keterampilan anak dalam memanfaatkan semua kreativitas yang ia

telah peroleh. Orang tua membiasakan agar setiap kali anak mempunyai

kreativitas harus di tempel. Gambar 14: hasil lukisan anak dan mewarnai. Dalam

menempel hal kecil, kreativitas anak mempunyai kebebasan untuk menempel di

bagian mana saja.

Gambar 12. Boneka Bunda Maria

Boneka Bunda Maria dimanfaatkan oleh anak untuk berdoa Rosario.

Boneka ini adalah hadiah ulang tahun dan di dalam kantong boneka ini ada

petunjuak untuk berdoa Rosario.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pembahasan Hasil Penelitian Pendampingan Orang Tua Dalam Belajar

Pendidikan Agama Katolik Siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius

Wirobrajan Yogyakarta Berdasarkan Data Keseluruhan

Hasil deskripsi data yang didapatkan melalui kuesioner menunjukkan

pendampingan orang tua secara keseluruhan sangat baik. Hal tersebut dapat

dilihat dari nilai rata-rata pada nilai keseluruhan dan pada setiap aspek yang

mendekati skor maksimal.

Pada nilai keseluruhan variabel pendampingan orang tua ini, Aspek yang

ingin diketahui dalam bentuk pernyataan yaitu: aspek menemani, aspek

menyediakan fasilitas, aspek informasi, aspek peringatan dan aspek teladan. Dari

data keseluruhan dapat dilihat nilai rata-ratanya 110.77. Dari 81 responden yang

menyatakan selalu dengan kriteria sangat baik sebanyak 43 orang (53,09%) dan

sebanyak 34 orang menjawab sering dengan keriteria baik (41,97%). Sedangkan

yang menjawab kadang-kadang dengan kriteria kurang sebanyak 3 orang (3,71%)

dan yang menjawab tidak pernah dengan kriteria sangat kurang sebanyak 1 orang

(1,23%). Hasil ini menunjukkan bahwa menurut anak, para orang tua ini sudah

memberi pendampingan yang baik kepada mereka.

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh

karena kedudukan keluarga sangatlah penting. Orang tua mempunyai peran

penting bagi anaknya, yang tidak dapat digantikan oleh siapa pun. Oleh karena itu

orang tua harus bijaksana, menyadari dengan baik sebagai orang tua dan memberi

contoh teladan yang baik bagi anak-anaknya. Seperti kata pepatah Ki Hajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Dewantara, orang tua harus bersikap ing ngarsa sung tuladha, ing madya

mangun karsa, tut wuri handayani. Ing ngarsa sung tuladha, berarti orang tua

harus mampu menjadikan dirinya sebagai contoh atau panutan yang baik bagi

anak-anaknya. Ing madya mangun karsa, berati orang tua harus membangkitkan

semangat atau memberikan dorongan kepada anak-anaknya. Tut wuri handayani,

berarti orang tua harus memberi kesempatan pada anak untuk ikut berperan serta,

untuk melatih peracaya diri, namun apabila diperlukan orang tua pun siap

memberi arahan/pengarahan kepada anak-anaknya.

2. Pembahasan Hasil Penelitian Pendampingan Orang Tua Dalam Belajar

Pendidikan Agama Katolik Siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius

Wirobrajan Yogyakarta Berdasarkan Data Setiap Aspek

a. Aspek Menemani

Dalam hal menemani difokuskan untuk melihat kehadiran orang tua ketika

anak belajar PAK di rumah. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner atas aspek

menemani tersebut nilai rata-rata (mean) sebesar 9,16 dengan N 81 orang

menunjukkan bahwa ada 20 responden yang menyatakan selalu dengan kriteria

sangat bersedia (24,70%), 48 orang yang menyatakan sering dengan kategori

bersedia (59,26%), 48 orang yang menyatakan kadang-kadang dengan kategori

kurang bersedia (14,81%), dan 1 orang yang menyatakan tidak pernah dengan

kategori sangat kurang bersedia (1,23%). Hal tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar orang tua bersedia menemani anaknya dalam belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Hasil analisis data kuesioner di atas semakin diperkuat oleh hasil

wawancara dengan beberapa orang tua yang dianggap mampu memberikan

informasi dengan mengatakan bahwa orang tua berusaha memberi pendampingan

kepada anaknya. Hal ini didukung dari kesediaan dan kesadaran orang tua,

sehingga dengan rela menemani anaknya dan membantu perkembangan anaknya.

Selain yang disebutkan di atas, para orang tua mengatakan bahwa orang

tua memberi perhatian khusus kepada anaknya dalam mendampingi dan belajar

maupun dalam kehidupan sehari-hari. Ini berarti orang tua mempunyai kesadaran

dan kesediaan bagaimana menyesuaikan diri dengan anaknya mampu hadir pada

saat anaknya belajar.

Sejalan dengan dikatakan oleh Nasution bahwa orang tua harus mengenal,

menengar, memotivasi dan berjalan bersama anak-anaknya. Banyak orang tua

yang tidak mengenal sifat dari anak-anaknya. Maka orang tua sangat penting

mengenal dan mengetahui sifat anaknya dan bersedia menamani dalam situasi

apapun agar anak dapat merasakan kehadiran orang tua, sehingga orang tua

memapu menyemangati, mendorong anaknya untuk tumbuh dan berkembang.

Hasil temuan khusus dari studi dokumen berupa foto juga mendukung

hasil wawancara di atas, dimana (lih. Gbr. 1) menggambarkan bagaimana orang

tua begitu memperhatikan anaknya dengan foto anaknya dari kecil sampai saat ini,

dengan demikian orang tua juga dapat menunjukkan atau menceritakan

perkambangan anaknya dari kecil sampai pada saat ini. Tanpa pendampingan

orang tua, seseorang akan sulit untuk berkembang untuk melakukan sesuatu

dengan kegiatan yang ingin dilakukannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Dengan hasil penelitian tersebut disampaikan bahwa orang tua sudah

memahami dan menghayati perannya dalam menenami anak dalam belajar tetapi

masih perlu ditingkatkan lagi, sebab anak usia Sekolah Dasar masih

membutuhkan bantuan serta perhatian khusus dari orang tua dan lingkungan

sekitarnya.

b. Aspek Fasilitas

Dalam hal menyediakan fasilitas untuk melihat bagaimana keterampilan

orang tua dalam menyediakan seluruh fasilitas anak-anak. berdasarkan hasil

deskripsi data kuesioner atas aspek menyediakan seluruh fasilitas menunjukkan

bahwa N 81 mendapatkan nilai rata-rata (mean) 33.19 dengan 51 (62,96)

responden menjawab selalu dengan kategori sangat memadai, 23 (28,40%)

responden menjawab sering dengan kategori memadai, 6 (7,41%) responden

menjawab kadang-kadang dengan katergori kurang memadai, 1 (1,23%)

responden menjawab tidak pernah dengan kategori tidak memadai. Dari hasil

analisi dapat disimpulkan bahwa sebagai besar responden menyatakan sangat

memadai orang tua menyediakan seluruh fasilitas yang berhubungan dengan

PAK.

Hasil analisis kuesioner di atas juga didukung dengan hasil wawancara

dengan 7 orang tua bahwa orang tua menyediakan seluruh fasilitas belajar anak.

kelengkapan fasilitas belajar anak sangat di butuhkan untuk mendukung peroses

belajar mengajar. Kelengkapan alas tulis sangat dibutuhkan, karena alat tulis

penting bagi proses belajar. Anak tanpa alat tulis tidak mungkin bisa mengikuti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

proses belajar dengan baik. Nasution (1985: 34) menegaskan, apabila buku-buku

dan alat tulis yang dibutuhkan oleh anak tidak lengkap maka dapat mempengaruhi

cara belajarnya. Seorang anak tidak mungkin terus-menerus meminjam alat tulis

atau buku dari temannya. Apabila kelengkapan alat tulis anak kurang, maka akan

jadi penghalang dalam proses belajar. Maka dari situ orang tua harus benar-benar

memperhatikan sarana yang dibutuhkan oleh anak untuk menunjung proses

belajar di sekolah maupun belajar di rumah.

Hasil temuan khusus dari studi dokumen berupa foto juga mendukung

hasil wawancara di atas, di mana (lih. Gbr. 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9) menggambarkan

orang tua menyediakan seluruh fasilitas belajar dengan buku yang mereka miliki

untuk mendukung tugas mereka sebagai pelajar, serta dengan menyediakan ruang

belajar dapat meningkatkan semangat anak dalam belajar. Tanpa fasilitas yang

memadai proses belajar mengajarkan akan menemukan kendala.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dikatakan bahwa orang tua

memiliki peran dan kesadaran serta tanggung jawab orang tua dalam pendidikan

anak dengan menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan dalam proses belajar

di sekolah dan proses belajar di rumah orang tua menyediakan ruang belajar yang

nyaman dan mendukung serta memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Dengan

demikian orang tua sudah sangat memadai seluruh fasilitas belajar anak dan orang

tua juga sudah memahami dan menghayati perannya dalam belajar PAK anak di

rumah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

c. Aspek Informasi

Dalam hal memberi informasi untuk mengajari anak pelajaran PAK maka

diperoleh data berdasarkan kuesioner atas apek informasi menunjukkan bahwa

nilai N 81 orang mendapatkan nilai men 9,19. Orang yang menajwab dengan

kriteria sangat mampu ada 19 orang (23,46%), yang menjawab dengan kriteria

mampu ada 44 orang (54,32%), yang menjawab dengan kriteria kurang mampu

ada 16 orang (19,75%) dan yang menjawab sangat kurang mampu 2 (2,47%). Dari

hasil analisis dapat disimpulkan bahwa sebagai besar responden mengatakan

orang tua mampu memberikan informasi dan mengajari anak terkait dengan

pelajaran PAK.

Hasil wawancara juga sejalan dengan hasil kuesiner di atas, dimana hasil

wawancara dengan orang tua siswa mengatakan orang tua berusaha memberi

informasi kepada anak namun terkadang orang tua kurang memahami isi pelajaran

PAK yang semakin lama semakin sulit. Orang tua mengalami kesulitan dalam

menjelaskan PAK kepada anak karena terbatasnya pengetahuan orang tua. Ini

merupakan salah satu faktor penghambat anak belajar.

Nasution (1985:14) mengatakan, seorang anak yang mendapat dorongan

belajar dan nasehat dari orang tuanya dengan sendirinya di sekolah pun anak

mersa gembira dan menerima pelajaran-pelajaran dari gurunya. Sebab ia percaya,

jika nanti ia mendapat kesulitan dalam pelajarannya anak tidak akan takut patah

semangat, karena orang tua yang selalu membantunya.

Dengan demikian orang tua harus membangun kerja sama yang baik

dengan guru agar orang tua secara cepat mendapat informasi yang akan di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

sampaikan kepada anak-anaknya. Dengan saling tukar informasi antara orang tua

dan guru, maka orang tua dan guru dapat mengetahui bagaimana perkembangan

anak di sekolah maupun di rumah karena perkembangan anak harus selalu

diperhatikan demi kelangsungan pendidikan yang baik bagi anak.

d. Aspek Peringatan

Dalam hal memberi peringatan kepada anak dalam hal belajar PAK.

Berdasarkan kuesioner atas apek peringatan menunjukkan bahwa nilai N valid 81

orang mendapatkan nilai rata-rata (mean) 40,99. Responden yang menjawab

dengan kritera selalu sebanyak 34 orang (41,98%), yang menjawab dengan

kriteria sering sebanyak 40 orang (49,38), yang menjawab dengan kriteria kadang-

kadang sebanyak 6 orang (7,41%) dan yang menjawab dengan tidak pernah

sebanyak 1 orang (1,23%). Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa sebagai

besar rensponden mengatakan orang tua memberi peringatan kepada anak dalam

hal menunjukkan hal yang baik, mengingatkan hal yang boleh dilakukan,

menanyakan apakah punya PR atau tidak.

Hasil wawancara juga sejalan dengan hasil kuesioner di atas, di mana hasil

wawancara dengan orang tua siswa mengatakan orang tua berusaha memberi

peringatan kepada anak. Jika nilai PAK anak kurang memuaskan orang tua tidak

memarahi anak, tetapi orang tua memberikan peringatan bahwa harus lebih rajin

belajar dengan tujuan supaya tidak terulang lagi.

Liem Hwie Nio (dalam Kartini Kartono, 1985:92) menegaskan bahwa

orang tua perlu mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar, karena dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

mengenal kesulitan-kesulitan tersebut dapat membantu usaha anak dalam

mengatasi kesulitannya dalam belajar. Untuk mengenal kesulitan-kesulitana anak

dalam belajar, orang tua dapat melakukannya dengan cara menanyakan kepada

anak apakah pelajaran PAK di sekolah sukar terima; orang tua juga perlu

menanyakan kepada guru mengenai pelajaran-pelajaran apa yang sukar di terima

anak.

Dengan demikian jika orang tua berusaha memberi peringatan kepada

anak dalam meggalami kesulitan-kesulitan anak dalam belajar PAK, berarti orang

tua berusaha menolong anak berhasil dalam proses belajar PAK. Orang tua harus

membangun kerja sama dengan sekolah, orang tua teman anaknya, anaknya, dan

lingkungan sekitar.

e. Aspek Teladan

Dalam hal aspek teladan, anak sangat memerlukan teladan dari orang tua

karena anak melakukan apa yang dilakukan orang tua tanpa di tanya terlebih

dahulu bisa di tiru atau tidak. Berdasarkan Deskripsi aspek teladan menunjukkan

bahwa nilai V valid 81 orang mendapatkan nilai rata-rata (mean) 18,25.

Responden yang menjawab selalu dengan kriteria sangat mampu sebayak 35

orang (43,21%), yang menjawab sering dengan kriteria mampu sebanyak 31 orang

(38,27%), yang menjawab kadang-kadang dengan kriteria kurang mampu 12

orang (14,82%), dan yang menjawab tidak pernah dengan kriteria sangat kurang

mampu 3 orang (3,70%). Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa sebagai

besar orang tua sangat mampu memberi teladan kepada anak-anaknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Hasil wawancara juga sejalan dengan hasil kuesioner di atas, di mana hasil

wawancara dengan orang tua siswa mengatakan orang tua berusaha memberi

teladan kepada anak. Teladan yang diberikan orang tua sangatlah bermacam-

macam orang tua sangat mampu memberi teladan dengan cara mendukung anak

dalam mengikuti kegiatan Gereja yang dilakukan oleh anak. Orang tua juga

memberi contoh yang baik kepada anak dalam hal bersosialisasi, dalam berdoa.

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh anak seharusnya selalu mendapat

dukungan dari orang tua mereka. Tapi terkadang anak-anak di nomor duakan oleh

orang tua, pada zaman sekarang banyak orang tua yang sibuk bekerja dan

menitipkan anak kepada keluarga. Hal ini membuat anak kurang dekat dengan

orang tua. Kegiatan Gereja harus menjadi teladan bagi anak-anak yang harus di

tunjukkan oleh orang tua. Tugas utama dan pertama mengembangkan iman

anaknya adalah keluarga. Dengan demikian keluargalah yang paling utama dan

pertama tempat mengembangkan iman.

Aktifnya dan kreatifnya orang tua sangatlah penting bagi anak-anak, jika

pendampingan keluarga selalu kreatif maka anak-anak selalu semangat dan tidak

bosan belajar di rumah. Jika orang tua tidak memberi teladan yang cukup maka

anak dan orang tua kurang kompak dan perkembangan anak terhambat. Orang tua

seharusnya banyak belajar dan membaca buku-buku untuk mendampingi anak-

anak.

Hasil temuan khusus dari studi dokumen berupa foto juga mendukung

hasil wawancara di atas, di mana (lih. Gbr. 10, 11 dan 12) menggambarkan orang

tua menyediakan ruang berdoa untuk keluarga, menempel seluruh kreatifitas anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

dalam mengikuti sekolah minggu, dan hadiah ulang tahun bagi anak yang

mendukung anak untuk semakin rajin berdoa.

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat dikatakan bahwa orang tua

memiliki peran dan kesadaran serta tanggung jawab orang tua dalam

mengembangkan iman anak-anaknya. Orang tua juga sudah menunjukkan teladan

yang baik bagi anaknya. Responden 1: memberi teladan kepada anaknya setiap

minggu ke 2 mengadakan ziarah ke Ganjuran.

Sarumpaet (1980:103) menyatakan bahwa orang tua harus menjadi contoh

yang baik bagi anak-anaknya. Segala perbuatan dan tingkah laku orang tua pun

turut ditiru anak, karena seorang anak tidak akan menayakan terlebih dahulu

kepada orang tuanya, apakah ia diizinkan untuk meniru atau tidak sesuatu

perbuatan atau tingkah laku. Anak mengangap segala sesuatu yang dilakukan

orang tuanya adalah baik untuk ditiru dan diterapkan dalam hidup. Maka orang

tua merupakan teladan untuk anak-anaknya. Orang tua jangan memberi sikap

yang malas kepada anak-anak, sekali anak mengetahui bahwa orang tuanya

pemalas, maka anak-anak pun mengambil kesempatan. Orang tua yang rajin,

menamkan bibit yang rajin dalam jiwa anak-anaknya, karena orang tua adalah

teladan yang patuh dicontoh maka orang tua harus memberi contoh yang baik.

C. Refleksi Kateketis

1. Pengertian Katekese

Kata “katekese” berasal dari kata Yunani katakeo yang berarti membuat

bergema. Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostolik “Catechesi Tradendae”

artikel 18 menyatakan bahwa: Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

muda, dan orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian

ajaran Kristus, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis,

dengan mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristus. Katekese

dapat dimaknai sebagai usaha Gereja untuk membantu umat agar berkembang

serta berkembang dalam iman serta dapat mewujudkan iman mereka dalam

kehidupan sehari-hari. Pembinaan dalam iman yang meliputi kelompok anak-

anak, kaum muda dan orang dewasa. Sedangkan bentuk-bentuk katekese

mencakup penyampaian ajaran Kristus secara organis dan sistematis. Melalui

katekese diharapkan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dapat

mengembangkan iman yang dewasa sehingga mengantar mereka untuk memasuki

kepenuhan hidup Kristus. Usaha pembinaan iman denga menyampaikan ajaran

Kristiani bagi umat meruapakan tanggung jawab Gereja yang penting.

Setyakarjana (1997:17) menyatakan Katekese adalah usaha saling

menolong terus menerus dari setiap orang untuk mengartikan dan mendalami

hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristus menuju kepada hidup

Kristiani yang dewasa. Dapat disimpulkan bahwa katekese merupakan usaha yang

dilakukan secra terus menerus oleh setiap umat menuju kehidupan iman yang

lebih dewasa. Oleh karena itu semua warga Gereja menerima katekese.

2. Tujuan Katekese

Rukiyanto (2012: 62) Tujuan utama katekese adalah membawa orang lain

dalam satu kesatuan dengan Yesus Kristus (CT 5). Dengan demikian melalui

katekese orang diharapkan dapat mengembangkan pengertian tentang misteri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Kristus dan terang sabda Allah, sehingga seluruh pribadinya diresapi oleh sabda

itu. Berkat karya rahmat Allah, orang Kristiani diubah menjadi ciptaan baru dan

mereka memutuskan untuk mengikuti Kristus, belajar berpikir perintah-perintah-

Nya. Menjadi pengikut Kristus berarti menyatakan “ya” kepada Kristus, setia

mengikuti-Nya, dan mengandalkan-Nya dalam hidup sehari-hari (CT 20).

Berdasarkan PKKI II (Lalu, 2007: 12) tujuan dari katekese umat adalah

sebagai berikut:

Sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman)

antara anggota jemaat atau kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling

membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan

dihayati secara semakin sempurna. Dalam Katekese Umat tekanan terutama

diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak terlupakan.

Katekese Umat mengandaikan ada perencanaan.

Katekese adalah komunikasi iman di mana umat Allah menjadi saksi atas

karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus. Adapun isi

dari kumunikasi adalah penafsiran Kitab Suci atau tradisi Gereja maupun

pengalaman atau kesaksian hidup umat beriman. Kitab Suci sangatlah perlu

ditafsirkan supaya mendasari sikap dan tindakan hidup umat dalam perjuangan

hidup maupun dalam memaknai pengalaman hidupnya dalam terang Injil.

Pengalaman akan karya Allah yang ditemukan perlu dikomunikasikan/dibagikan

sehingga umat serta memperkaya dan mendewasakan iman umat lainnya.

Tujuan Komunikasi iman adalah:

(a) Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-

pengalaman kita sehari-hari.

(b) Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari

kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari.

(c) Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap,

mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup Kristiani kita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

(d) Pula kita semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin

tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja

semesta.

(e) Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup

kita di tengah masyarakat.

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan kepada orang tua bahwa tujuan

katekese dalam kehidupan sehari-hari begitu penting terutama orang tua dalam

mengembangkan iman anak. Di mana orang tua tidak hanya sekedar mengikuti

proses katekese tetapi orang tua diajak unutuk memahami, menghayati dan

meresapi segala pengalaman hidup sehari-hari baik suka maupun duka. Orang tua

dalam hidupnya sehari-hari juga mengalami pertobatan secara terus-menerus

kepada Allah dengan menyadari kehadiran Allah dalah hidupnya sehari-hari. Hal

ini tidak lepas dari tanggug jawab orang tua sebagai pendidik iman anak dimana

orang tua dengan cinta kasih mengembangkan perilaku iman anak untuk semakin

mengenal Kristus dan juga mewujudkan tugas di Gereja. Oleh karena itu orang

tua dituntut untuk memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup sehingga orang

tua dapat menjadi teladan dalam hidup hidup anak-anaknya. Menjadi teladan

berarti memperhatikan perkambangan iman anak.

3. Katekese sebagai Pendidikan Iman

F.X. Adisusanto ( 1995: 3-7) Katekse sebagai pendidikan iman merupakan

salah satu bentuk karya pewartaan Gereja, yang bertujuan membantu orang

beriman agar iman mereka semakin mendalam agar mereka semakin terlibat dan

dalam hidup menggereja dan masyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai

kelompok. Iman merupakan tanggapan manusia terhadap sabda Allah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Katekese sebagai Pendidikan iman perlu dipahami dalam arti terbatas,

merupakan dorongan dan pertolongan bagi perkembangan pribadi yang bebas

dalam usaha pemekaran eksistensi seseorang terbuka pada nilai-nilai dan mampu

mengadakan penegasan secara kritis. Katekese tidak bisa berhenti pada aspek

tertentu dari dinamika iman. Ketekese sebagai media untuk mempermudah,

menolong, menghindari rintangan dalam proses pertumbuhan sikap iman. Katekse

mendidik untuk beriman, menolong umat untuk terikat kepada Allah, yang

ditawarkan oleh Yesus dan agar umat terdorong untuk melakukan kehendak

Allah. Melalui katekese diharapkan tercitalah pembaharuan dalam diri umat

beriman Kristiani. Tujuan yang ingin dicapai oleh perkembangan kehidupan

beriman adalah kedewasaan dan kesempurnaan iman secara utuh, yakni “tingkat

pertumbuhan yang sesuai dengan Kristus” tujuan ini harus bisa dicapai selama

masih ada dunia ini.

4. Proses Perkembangan Iman dalam Katekese

Dalam katekese mengandaikan ada satu perubahan atau perkembangan

dalam diri umat. Perkembangan dan perubahan tidak terjadi dengan sendirinya

tetapi melalui proses berkesinambungan secara terus menerus sehingga iman

semakin hari semakin berkembang dan matang.

Proses perkembangan iman bertitik tolak dari pertobatan, menuju

kematangan iman dan cinta kasih (kesempurnaan Kristus) dengan melalui

perkembangan iman. Pertobatan merupakan suatu perubahan sikap. Sikap-sikap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

iman kristiani mencakup cara hidup, perilaku dan tindakan seseorang. Sikap

mengandung tiga aspek, antara lain: aspek kognitif (pengetahuan) yaitu

mendalami isi dan makna iman serta keyakinan iman, untuk menjamin wawasan

dan motivasi yang perlu agar dewasa dalam iman, aspek afeksi (penghayatan)

yaitu menanggapi tuntutan iman secara sadar dan personal sedangkan aspek

operatif (tindakan) yaitu berperilaku dan bertindak selaku orang Kristen

(Telaumbanua 2005: 51).

5. Fasilitator Katekese

Pendamping katekese umat juga memiliki peran yang penting dalam

proses pelaksanaan katekese. Dalam pelaksanaan katekese kunci keberhasilan

sebagian terletak pada pendamping Katekse Umat. Rumusan Katekse Umat dalam

PKKI II (Huber, 1981: 15-16) menyebutkan bahwa:

Dalam katekese menjemaat ini Pemimpin Katekese bertindak terutama

sebagai pengarah dan pemandu (fasilitator). Ia adalah pelayan yang siap

menciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah supaya

para peserta berani berbicara terbuka. Katekese Umat menerima banyak

jalur komunikasi dalam berkatekese. Tugas mengajar yang dipercayakan

kepada hierarki menjami agar seluruh kekayaan iman berkembang dengan

lurus.

Rumusan tersebut menjelaskan bahwa para pendamping berperan dalam

Katekese Umat sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator) bagi seluruh umat.

Seorang pendamping katekese umat harus selalu menghayati contoh Kristus di

dalam tengah pelayanaan.

Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostolik “Catechesi Tradendae”

artikel 67 menyatakan bahwa: Katekese dapat dilaksanakan di mana saja dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

kapan saja. Namun memenuhi keinginan banyak para Uskup, bahwa Jemaat

paroki harus menjadi penggerak utama dan tempat yang tepat sekali bagi

katekese. Paroki hendaknya menemukan kembali panggilannya, menjadi satu

keluarga, yang diliputi iklim persaudaraan dan suka menampung, sehingga disitu

mereka yang telah di baptis dan menerima Penguatan menyadari keanggotan

mereka sebagai umat Allah. Umat Paroki turut membangun diri anak-anak karena

mereka ikut bersama seluruh umat separoki mengahdiri perayaan misa hari

Minggu dan melihat orang tua dan seluruh umat menerima sakramen. Pengalaman

ini menumbuhkan dalam diri mereka benih-benih iman dan sikap beriman yang

menghargai hal-hal keagamaan.

Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostolik “Catechesi Tradendae”

artikel 68 menyatakan bahwa: Kegiatan katekese keluarga mempunyai ciri yang

dalam arti tertentu tidak tergantikan. Dengan tepat ciri itu telah digaris bawahi

oleh Gereja, khusunya oleh Konsili Vatikan II. Pembinaan iman oleh orang tua,

harus mulai sejak kanak-kanak berumur dini, sudah diberikan, bila anggota

keluarga saling memabantu berkembang dalam iman melalui kesaksian hidup

Kristen mereka, kesaksian, yang kerap kali tanpa kata-kata tetapi tetap

berlangsung dalam hidup sehari-hari menurut Injil. Oleh karena itu katekese

keluarga mendahului, mengiringi dan memperkaya semua bentuk katekese lainya.

Berdaskan pengertian katekese dan tujuan katekese di mana dalam kehidupan

sehari-hari begitu penting terutama orang tua dalam mengembangkan iman anak.

Di mana orang tua tidak hanya sekedar mengikuti proses katekese tetapi orang tua

diajak unutuk memahami, menghayati dan meresapi segala pengalaman hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

sehari-hari baik suka maupun duka. Orang tua dalam hidupnya sehari-hari juga

mengalami pertobatan secara terus-menerus kepada Allah dengan menyadari

kehadiran Allah dalah hidupnya sehari-hari. Hal ini tidak lepas dari tanggug jawab

orang tua sebagai pendidik iman anak dimana orang tua dengan cinta kasih

mengembangkan perilaku iman anak untuk semakin mengenal Kristus dan juga

mewujudkan tugas di Gereja. Oleh karena itu orang tua dituntut untuk memberi

kesaksian tentang Kristus dalam hidup sehingga orang tua dapat menjadi teladan

dalam hidup hidup anak-anaknya. Menjadi teladan berarti memperhatikan

perkambangan iman anak.

Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostolik “Catechesi Tradendae”

artikel 68 menyatakan bahwa: bersama dan sehubungan dengan keluarga, sekolah

menyelengarakan katekese beserta kemungkinan-kemungkinnya yang tak

terabaikan. Sekolah menjadi faktor yang turut mengembangkan hidup anak-anak.

sebagian waktu mereka habiskan di sekolah, di mana mereka didik dan belajar,

berkontak dengan guru dan mengenal diri dan teman sebaya dalam kelebihan dan

kekurangan.

Pendamping Katekese Umat diharapkan memiliki pengetahuan dan

keterampilan dalam berkatekese. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki, bukan berarti bahwa pendamping Katekese Umat harus lebih tinggi

dibandingkan umat yang didampingi. “Pemimpin Katekese Umat tidak membawa

diri sebagai pembesar, yang mengindoktrinkan bahwa; dia tidak mau memberi

kesan, seakan-akan dia yang pandai menyampaikan pengetahuan/pandangan

kepada peserta yang bodoh” (Lalu, 2007: 94).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Dengan kemampuan yang lebih, pendamping Katekese Umat dapat

membantu umat yang sedang merasa kesulitan dalam menjalani kehidupan ini.

Dengan sikap pendamping yang seperti ini, maka hubungan yang terjalin antara

pendamping dan peserta dapat menjali hubungan yang erat dan akrab.

6. Aspek Kateketis Pendampingan Orang Tua Dalam Pendidikan Agama

Katolik Siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta

Pendampingan adalah sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk

menemani seseorang untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu demi suatu

perkembangan. Dalam rangka ini pendampingan mutlak perlu, semua orang

dewasa yang menanggapi panggilan itu bertumbuh dan berkembang demi

kedewasan iman. Pendidikan iman di sini dipahami sebagai mengarahkan,

membantu seseorang dalam suasana iman menggangi panggilan Tuhan sendiri.

Dalam pendampingan orang tua dalam belajar anak, orang tua berperan

sebagai sahabat, teman dan orang tua yang membantu dan mengarahkan anak

supaya terbimbing dalam belajar dan pekembangannya. Kesedian dan

keterlibatana orang tua dalam mendampingi anak sangat membantu dalam

perkembangan anak baik dalam pendidikan dan imannya. Peran orang tua dalam

mendampingi anaknya sangat beraneka ragam dalam aspek menemani bahwa

sebagai anak merasa orang tua tidak menemani mereka dalam belajar di rumah.

Peran orang tua dalam menemani anak dalam belajar perlu dipertahankan dan

yang kurang perlu di tingkatkan karena orang tua adalah pendidik yang pertama

dan utama dan tidak dapat digantikan oleh siapapun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Aspek menyediakan fasilitas orang tua sudah berusaha menyediakan

sebagian besar fasilitas yang mendukung anak belajar PAK. Orang tua di kota dan

desa mempunyai perbedaan dalam hal ini, orang tua di kota menyediakan

sebagian besar fasilitas belajar PAK sedangkan di desa orang tua kurang

menyadari fasilitas yang mendukung balajar PAK. Bahwa dengan memenuhi

fasilitas belajar PAK anak dapat menumbuhkan motivasi anak untuk belajar dan

tidak menemukan kejenuhan dalam belajar PAK. Aspek infromasi, ketika

menjelaskaan pelajaran PAK ada juga orang tua mengalami hambatan karena

pelajaran PAK semakin lama semakin susah. Dengan demikian orang tua

sebaiknya meningkatkan pemahaman agar dapat mengikuti perkembangan arus

zaman. Aspek peringatan, orang tua memberi peringatan kepada anak hal-hal

yang boleh dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan. Dengan demikian dapat

membantu anak dan selalu setia berada disamping anak untuk memberi peringatan

dengan peringatan orang tua bertujuan agar anak semakin rajin belajar PAK dan

dapat memahami pelarajan PAK. Aspek Teladan, orang tua berkewajiban selalu

memberi teladan kepada anak. Karena semua perbuatan dan tingkah laku orang

tua dianggap anak baik dan perlu dicontoh. Tugas pertama mengembangkan iman

anak adalah orang tua. Dengan teladan yang diberikan oleh orang tua dapat

membangun interaksi yang baik antara orang tua dan anak-anaknya.

Maka pendampingan orang tua bukan terutama mendidik atau mengajar

tetapi lebih-lebih membantu, mengarahkan anak sehingga dapat membangun

kebersamaan dengan orang lain dan dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat,

sekolah dan lingkungan diamanapu mereka berada. Kebahagian juga dialami oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

anggota keluarga dalam kebersamaan dan komunikasi yang terbuka antara satu

dengan yang lainnya.

Beberapa aspek kateketis ditemukan juga dalam pendampingan orang tua

dalam belajar PAK siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta

antara lain: Unsur Keteladanan, orangtua adalah mitra Allah dalam karya

penciptaan manusia baru, maka harus menjadi pembina utama dan pertama serta

tak tergantikan, melalui kesaksian dan keteladanan hidup kristiani sejati yang

diwujudkan dengan pemberian kasih sayang yang tulus, adil. Dengan keteladan

yang diberikan orang tua maka dengan sendirinya anak mengikuti apa yang

dilakukan oleh orang tua. Unsur Dinamis, komunikasi itu tidak mungkin statis

melainkan dinamis, ada pergerakan, perkembangan, alur yang jelas setiap

komunikasi memiliki tujuan begitu juga dengan pendampingan yang diberikan

oleh orang tua kepada anaknya dinamis. Unsur Keterbukaan, dalam kominikasi

yang dilakukan oleh orang tua dan anak mestinya ada sikap terbuka sebab tidak

mungkin ada kumunikasi jika satu dengan yang lain tidak terbuka, orang tua

dengan anak harus saling terbuka begitu juga dengan guru dan orang tua harus

membangun komunikasi yang baik karena keterbukaan dapat menumbuhkan suatu

perkembangan yang baik. Semua ini membutuhkan kerja sama, dengan adanya

kerja sama maka diharapkan dapat membuahkan hasil yang baik bagi pendamping

dan yang didampingi.

Pendampingan yang diberikan orang tua kepada anaknya merupakan

bagian dari rasa orang tua mensyukuri titip Tuhan yang mengutamakan cinta

kasih bagi anak-anak. Penulis berharap, melalui tulisan ini, orang tua dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

memberi pendampingan kepada anak-anaknya dengan sepenuh hati serta selalu

setia mendampingi anak-anak dalam situasi apapun. Keluarga Nazaret adalah

teladan bagi tiap keluarga Kristiani.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang relevan berkaitan dengan

pendampingan orang tua dalam belajar PAK. Penelitian ini relevan dan

bermanfaat bagi orang tua dan sekolah secara umum. Namun demikian penulis

melihat adanya keterbatasan dari hasil penelitian antara lain:

1. Penelitan ini adalah penelitian kuantatif, dari hasil penelitian ini dapat

disimpulkan tentang deskripsi pendampingan orang tua dalam belajar PAK

anak. Namun ketika yang diteliti berkaitan dengan aktivitas manusia bisa jadi

ada reduksi sehingga penelitian kurang mendalam.

2. Dalam penelitian ini peneliti menyajikan instrumen tertutup artinya jawaban

sudah disedikan sehingga responden tidak terlalu leluasa untuk

mengungkapkan pendapatnya berkaitan dengan pengalaman yang

sesungguhnya tentang pendampingan orang tua dalam belajar PAK.

3. Dalam memperoleh data dengan wawancara, wawancara tersebut masih

terbatas sehingga data masih kurang sinkron walaupun datanya sudah valid.

4. Penulis mempunyai keterbatasan dalam mendapatkan informasi mengenai

dokumen berupa foto yang dapat digunakan untuk mendukung data penelitian

dikarenakan ketidaktelitian dan ketidaktahuan penulis dalam mencari serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

menggali secara detail foto-foto tersebut, serta tidak orang tua mempunyai

dokumen lengkap yang dibutuhkan.

5. Peneliti memiliki keterbatasan waktu penelitian serta situasi yang masih

kurang memungkinkan tetap menjadi suatu dukungan dan tantangan bagi

penulis untuk sungguh-sungguh.

6. Peneliti memiliki keterbatasan pengetahuan dan kemampuan membuat

pernyataan dan kuesioner yang bisa menggambarkan dan menjelaskan

tentang pendampingan orang tua dalam belajar PAK anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan menegaskan kembali beberapa hal yang perlu

ditingkatkan dan diupayakan lebih lanjut sehubungan dengan pendampingan

orang tua dalalm belajar Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas IV SD

Kanisius Wirobrajan Yogyakarta yang akan dirumuskan dalam kesimpulan dan

saran.

A. Kesimpulan

Dari hasil kajian pustaka, penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan

beberapa hal berikut sebagai jawaban atas pokok permasalahan dalam skripsi ini;

1. Gambaran Pendampingan Orang tua dalam Belajar Pendidikan Agama

Katolik siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata (mean) dari aspek

keseluruhan pendampingan orang tua sebesar 110.77, menunjukkan bahwa secara

umum pendampingan orang tua di SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta dalam

kriteria sangat baik. Hal ini juga ditandai dan didukung hasil rata-rata (mean)

setiap aspek yang diteliti, di mana rata-rata (mean) aspek menemani 9.16 yang

menunjukkan bahwa para orang tua sudah mulai menerapkan pentingnya

menemani anak pada saat anak belajar Pendidikan Agama Katolik di rumah. Hal

ini sejalan dengan hasil wawancara yang didapatkan, di mana sebagian besar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

responden, bahwa orang tua menemani anaknya pada saat belajar. Aspek fasilitas

mendapatkan mean 33.19. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua menyediakan

sebagian fasilitas belajar anak yang mendukung proses belajar PAK di sekolah

maupun di rumah menunjukaan dalam kriteria selalu. Hal ini sejalan dengan hasil

wawancara dengan ketujuh responden yang diwawancari mengatakan bahwa

semua orang tua menyediakan fasilitas belajar yang mendukung. Aspek informasi

sebesar 9,19. Hal ini berarti aspek seluruh informasi masuk dalam kategori sering.

Orang tua hampir selalu memberi informasi kepada anak demi perkembangan

anak dalam belajar maupun perkembangan imannya. Aspek peringatan/nasehat

mendapat rata-rata (mean) sebesar 40,99. Hal ini berarti aspek seluruh peringatan

masuk dalam kategori sering. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara bahwa

orang tua selalu memberi peringatan kepada anak-anak tentang hal-hal yang boleh

dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Aspek teladan SD Kanisius Wirobrajan

sebesar 18,25. Hal ini berarti aspek seluruh teladan masuk dalam kategori selalu.

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara ketujuh reponden, hampir seluruh

responden yang diwawancari mengatakan bahwa orang tua selalu memberi

teladan yang patut di teladani oleh anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari

baik di keluarga, sekolah, dan masyrakat sekitar lingkungan di mana pun anak itu

berada. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa orang tua

sudah mulai melaksanakan pentingnya pendampingan orang tua dalam belajar

anak walaupun masih ada orang tua yang kurang mendampingi anak dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan kurang mendukung orang

tua dalam pendampingan belajar Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi

kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta sebagai berikut:

Faktor yang kurang mendukung antara lain: tuntutan pekerjaan yang

mengakibatkan orang tua mengalami kesulitan membagi waktu untuk menemani

anak dalam belajar, keterbatasan atau kurangnya kemampuan orang tua dalam

belajar Pendidikan Agama Katolik yang semakin tahun semakin sulit untuk

dipahami. Untuk itu orang tua perlu selalu bersedia mendampingi anak dalam

keadaan suka dan duka demi perkembangan.

Faktor yang mendukung antara lain: Orang tua menyadari perannya

sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Pendampingan yang

diberikan dan dapat mendukung dalam Pendidikan Agama Katolik di antaranya

ialah: orang tua memberi perhatian dan kasih sayang yang begitu besar kepada

anaknya, menemani anak dalam belajar, mengarahkan, memberi teladan, memberi

peringatan yang boleh dilaksanakan dan tidak boleh dilaksanakan, melengkapi

fasilitas belajar anak, menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar anak,

memberikan motivasi, dan memberi pendampingan secara khusus. Hal yang

sangat penting dalam mendidik anak adalah perhatian dan kasih sayang orang tua.

Jika anak tanpa perhatian dan kasih sayang dari orang tua, perkembangan anak

mengalami hambatan. Orang tua yang selalu memberi perhatian dan kasih sayang

yang tulus memberikan dampak yang positif bagi perkembangan anak baik dalam

keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar di mana pun anak itu berada. Maka

orang tua memberi keteladanaan kepada anak, saat anak masih usia dini karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

apa yang dilakukan orang tua menurut anak semua baik dan bisa dicontoh

olehnya. Dengan pendampingan orang tua maka anak dapat bertumbuh dan

berkembang sesuai dengan usia mereka.

3. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran

yang diharapkan dapat berguna dalam mempertahankan atau meningkatkan

pendampingan orang tua dalalm belajar Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi

kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta sebagai berikut;

1. Orang tua perlu mempertahankan pendampingan orang tua dalam belajar

PAK bagi anak dan senantiasa memperhatikan kebutuhan anak-anak,

khususnya yang ada di SD Kanisius Wirobrajan dengan memberi

pendampingan yang dapat mendukung dan membantu dalam perkembangan

anak. Dengan semakin bersedia menjadi pendamping yang selalu setia, maka

anak-anak semakin terbantu untuk berkembang dalam pendidikan dan

perkembangan iman mereka.

2. Siswa diharapkan mau didampingi dengan mendengarkan pengarahan dari

orag tua, dan mengucap syukur kepada orang tua sebagai ungkapan terima

kasih karena orang tua selalu mendampingi anak-anak dalam situasi suka

maupun duka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

3. Sekolah perlunya menjalin relasi yang baik, membangun komunikasi yang

baik dan perlu melibatkan orang tua agar orang tua mengetahui

perkembangan anak dengan baik dalam belajar maupun pergaulannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

DAFTAR PUSTAKA

Adiwimarta, Sri Sukesi, dkk. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka 1988.

Alen Shelly, Judith. (1982). Kebutuhan Rohani Anak: Pedoman untuk Orang Tua,

Guru dan Perawat. Bandung: Kalam Hidup .

B. A. Rukiyanto, SJ, dkk. (2012). Pewartaan Di Zaman Global. Yogyakarta:

Kanisius.

Anton N., Yohanes. (2011). Is’s Easy Olah Data dengan SPSS. Yogyakarta:

Skripta. Cremers, Agus. (1995). Tahapan-Tahapan Perkembangan Kepercayaan-Manurut

James w. Fowler, sebuah gagasan baru dalam Psikologi Agama.

(editor: Dr. A. Supratiknya). Yogyakarta: Kanisius.

Dapiyanta, FX. (2008). Pendidikan Agama Katolik pada Tingkat Pendidikan

Dasar. Diktat Mata Kuliah. Yogyakarta: IPPAK-USD.

____________. (2008) Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di

Sekolah. Diktat Mata Kuliah. Yogyakarta: IPPAK-USD.

Hartono. (2008). SPSS 16.0 Analisis Data dan Statistika Penelitian. Yogyakarta:

Pustaka Belajar bekerja sama dengan Zanafa.

Heryatno, F.X. (2003). Pengantar PAK Sekolah. Diktat Mata Kuliah. Yogyakarta:

IPPAK-USD .

____________. (2008). Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah.

Buku Ajar Mahasiswa IPPAK-USD. Yogyakarta: IPPAK-USD.

Hofmann, Ruedi, dkk. (1995). Bunga Rampai Pendidikan. (editor: M. Sumarno

DS). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Huber. (1981). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.

Hurlock, Elizaberth B. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Ismanto, I. (1998). Repot Kalau kita memandang anak tidak tahu apa-apa”. Dalam

Laurike Multono dalam Quo Vadis Pendidikan Agama Katolik

Sekolah Dasar. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.

Kartono Kartini. (1985). Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta: Rajawali

____________. (1979). Psikhologi Anak. Bandung: Alumni.

Konsili Vatikan II, (1993). Gravissimum Educationis, Pernyataan tentang

Pendidikan Kristiani, diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ,

Jakarta: Obor.

Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan

Referensi. Yogyakarta: Kanisius bekerjasama dengan penerbit

Obor.

____________. (2006). Kitab Hukum Kanonik. (Penerjemaah. Rubiyatmoko).

Jakarta: KWI bekerjasama dengan Grafika Mardi Yuana Bogor.

Komisi Kateketik KWI. (2007). Menjadi Murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik

untuk Sekolah Dasar. Yogyakarta: Kanisius.

____________. (2011). Silabus PAK Sekolah Dasar KTSP. Yogyakarta Kanisius.

Lalu, Yosef, Pr (2005). Katekse Umat. Jakarta: KWI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

Mahfudh Shalahuddin. (1990). Pengantar Psikologi. Surabaya: Bina Ilmu.

Mayeroff, Milton. (1993). Mendampingi Untuk Menumbuhkan. (Penerjemaah.

Practical Theology Translation Project (PTTP) Universitas Kristen

“Duta Wacana”. Yogyakarta: Kanisius.

Nasution Tamrin (1985). Peranan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi

Belajar Anak. Jakarta: P. T. BPK Gunung Mulia.

Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

S. Uyanto, Stanislaus. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Sambas Ali Muhidin. (2007). Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur dalam

Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Sarumpaet, R. I (1980). Rahasia Mendidik Anak. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Setyakarjana. (1997). Arah Katekese Di Indonesia. Worship. Yogyakarta: Pusat

Kateketik.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. PT: Rineka

Cipta.

Staf Dosen IPPAK. (2006). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: IPPAK-

USD.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno Hadi. (2002). Metodologi Research 2. Yogyakarta: Andi.

Suparno Paul. (2001). Teori Perkembangan Kongnitif. Bandung: CV. Alfabeta.

Suryabrata Sumadi. (1993). Psikilogi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Syah Muhibbin. (2006). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Telaumbanua, M. (2005). Ilmu Kateketik, Hakekat, Metode dan Peserta Katekese

Gerejani. Jakarta: PT Obor.

Yohanes Paulus II. (1981). Famililiaris Consortio. Diterjemahkan oleh A.

Widyamartaya. (1994). Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern:

Amanat Apostolik. (dalam Seri Bina Keluarga). Yogyakarta:

Kanisius.

___________. (1979). Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese).

Diterjemahkan oleh R. Hardawiryana. (2006). Anjuran Apostolik

Yohanes Paulus II kepada Para Uskup, Klerus, dan Segenap Umat

Beriman tentang Katekese Masa Kini. (dalam Seri Dokumen

Gerejawi No. 28). Jakarta: Dokpen KWI.

Winkel, W. S (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo.

Wikipedia Pendidikan bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/dasar-

pendidikan, di akses pada tanggal 30 November 2013.

Wikipedia Sakramen perkawinan bahasa Indonesia.

http:/id.wikipedia.org/wiki/sakramen-perkawinan, di akses pada

tanggal 30 November 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian

Lampiran 2: Surat Izin Penelitian Kepada Orang tua Siswa-Siswi Kelas IV SD

Kanisius Wirobrajan

Lampiran 3: Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 4: Hasil Analisis Validitas

Lampiran 5: Hasil Reliabilitas

Lampiran 6: Tabel r Product Moment Pada Sig. 0,05 (Two Tail)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a

Lampiran 2: Surat lzin Peneliti*n Kepada Orlrng tua siswa-siswi kelas IV SD

Kanisius Wirobrajan

Hal : Permohonan ljin Penelitian:

Kepada Yttq ,

Ora.ng tla Sisrva-siswi Kelas fVSD Kanisius Wirobrajan

Dengan Hormat,

Yang bertandatangan dibawah ini, saya:

Nama : DeslitaAnzelinaBr TariganNIM :091124027

Semest€r :D((sembilan)

Esei Prasetyaningtyas"**#lt[,rarigan

:i:i 1 ::

Program studi : Ilmu Pendidikan Kelfiususan Pendidikan Agama Kntolig:{FKIP Universitas Sanata Dhanna.Yoglrakarta

sehubungan ."; ;:";; ;* ;;; *DESKRIp'T pENDAMp^o^*)ORANG TUA DALAM BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWIKELAS IV sD KAMSTUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA", sayamengajukan permohonanijin unark mengdakan penelitian siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui sejauh mana pendampingan orang tua dalam belajar PendidikanAgama Katolik dan melihat fasilitas anak belajar Fendidikan Agama Katolik di rumah.

Berkaitan dengan hal di atas, peneliti akan melakukan observasi di rumah. Oleh karenaitu, mohonkesediaan dari BapaMbu onrng tua murid untuk mengisi kolom kesediaan di bawahini dan dikurnpulkan paling lambat pada tanggal30 Agrrshs,20l3 kepada guru kelas,

Demikian permohonan ini saya ajukan, atas perhatian dan ijin yang diberikan pihakorang Ara saya nncngucapkan terjrna

Yogy. akarta,28 Agustus 20i3

Menyetujui;

B SD Kanisius Wirobrajan

NoNama Siswa

Narna Orag tua

Kescdiaan': Sedia / Tidak bersedia.

Alasan': ..

N1) TLDN/HP

(2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

IIal : Permohonan [iin Penelitian

KepadaYtb ;

Oreag 0:a Siswlr.siswi Kelas IVSD Kanisius Wirobrajan

Dengan Hormal

Yang bertandatangan dibawah ini, saya:

Nama :DeslitaAnzelinaBrTariganMM :09112402xSennester :IX(sernbilan)Program studi : Ilmu Pendidikan Kekhususan pendidikan Agama Katolik ,

. FKIP Universitas Sanata Dharma yogyakarta

sehubungan denpn penulisan slaipi yang bedudul "DEsKRIpsI PENDAMPINGANOR.ANG TUA DALAM BELAJAR PENDIDKAT'I AGI\,N4A KATOLIK SISWA-SISWIKELAS w sD KANIsrus WIROBRAJAN Y0GYAKARTA", saya mengajukan permohonanijin rurtuk nnngdakan penelitian sisrva-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan. penetitian inibertujuan untuk mengetahui sejauh mana pendampingan orang tua dalam belajar pen6idrkan---Agama Katolik dan melihat fasilitas anak belajar pendidikan Agama Katolik di rumah.

-\Be*aitan dengan ha.l di atas, peneliti dkan melakukan obsewasi di rumatu Oleh karena

itrq mohon kes€diaan dari Bapak[bu orang tua murid untuk mengisi kolom kesediaan di bawahini dandikurnpulkan paling lambat pada tanggar 30 Agustus 2013 kepada guru kelas.

Demikian permohonan ini saya ajukan, atas perhatian dan ijin yang dibeiikan pihakorerg tua saya mengucapkan terima kasih. :

Yogyakarta, 28 Agustus 2013

Menyetujui,

Wali Kelp IV A SD Kanisius Wirobrajan

nw-M.M. Sd Watryuni

Pemohon,

Jl,4+Dellita anzelina Br Tarigan

No

Nama Siswa

NamaOragtua

Kesediaan: Sedia / Tidak lenedibAl'asani

Ndi lLbn/HP.'

(3)

lt

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(4)

Lampiran 3: Lembar Kuesioner Penelitian

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

A. Identitas

Nama :

Kelas :

B. Petunjuk Pengisian Instrumen

a. Bacalah masing-masing pertanyaan berikut dengan teliti. Kemudian berilah

tanda Check ( √ ) pada kolom alternatif jawaban anda pilihlah sesuai

dengan keadaanya. Misalnya:

S = Selalu

Sr = Sering

Kk = Kadang-kadang

TP = Tidak Pernah

No PERNYATAAN

ALTERNATIF

JAWABAN

4 3 2 1

S Sr Kk TP

1. Orang tua menegur jika seharian anda hanya

menonton TV dan tidak belajar √

b. Jawablah semua pertanyaan berikut dan periksalah kembali jawaban anda

sebelum di kumpulkan.

No PERNYATAAN

ALTERNATIF

JAWABAN

4 3 2 1

S Sr Kk TP

1. Orang tua ikut mendampingi anda belajar PAK di

rumah

2. Setiap anda mengalami kesulitan dalam belajar, maka

orang tua ikut membantu memecahkan kesulitan-

kesulitan yang sedang anda hadapi

3. Orang tua dengan setia hadir bersama anda dalam

situasi apapun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(5)

4. Orang tua anda memberikan kamar belajar yang

nyaman untuk anda belajar

5. Orang tua mengusahakan suasana yang tenang,

nyaman, pada saat anda belajar

6. Orang tua selalu mengantar jemput anda setiap

kegiatan sekolah

7. Orang tua memenuhi setiap permintan anda yang

berhubungan dengan buku PAK yang disarankan

oleh bapak/ibu guru untuk dimiliki

8. Orang tua menyediakan Kitab Suci di rumah

9. Orang tua menyediakan tas yang layak pakai untuk

ke sekolah

10. Orang tua menyediakan alat tulis secukupnya

11. Orang tua menyediakan pakaian layak pakai

12. Orang tua menyediakan Madah Bakti atau buku

nyanyian

13. Orang tua menyediakan buku doa atau rosario

14. Orang tua menjelaskan hal-hal yang berkatian

dengan PAK

15. Orang tua mampu menjelaskan PAK

16. Jika ada masalah terkait dengan pelajaran PAK anda

bertanya kepada orang tua

17. Orang tua menyarankan supaya anda membentuk

kelompok belajar

18. Jika hasil ulangan PAK anda jelek maka orang tua

memberi nasehat

19. Orang tua mengingatkan waktu belajar di rumah

20. Orang tua menjanjikan hadiah jika nilai ulangan anda

memuaskan

21 Orang tua menyanyangi dan memperhatiakan anda

22. Orang tua mengingatkan anda kalau belajar harus

tenang dan fokus

23. Orang tua menyarankan untuk lebih rajin

mengerjakan soal-soal PAK agar anda menguasai

materi

24. Orang tua mengingatkan anda, jika belajar harus

mampu menciptakan suasana yang tenang dan penuh

kasih

25. Orang tua membantu anda untuk membuat jadwal

belajar di rumah

26. Orang tua mengingatkan apakah anda sudah

mengerjakan PR PAK

27. Sepulang dari sekolah orang tua menanyakan apakah

anda punya PR PAK

28. Orang tua menanyakan kepada anda apakah materi

pelajaran PAK di sekolah dapat anda pahami dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(6)

jelas

29. Orang tua menanyakan jadwal ulangan atau jadwal

ujian PAK di sekolah

30. Orang tua memberi teladan supaya anak berminat

mengikuti kegiatan Gereja secara rutin

31. Orang tua memberi contoh Doa

32. Selama berdoa orang tua anda menunjukkan sikap

doa yang baik dan benar

33. Orang tua menyarankan supaya anda ikut Putra-putri

Altar wilayah atau paroki

34. Orang tua menyarankan anda untuk mengikuti Ret-

ret, Rekoleksi, Camping Rohani

35. Orang tua menyarankan supaya anda untuk ikut

sekolah minggu/perayaan Ekaristi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(11)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

VAR00001 81 1.00 4.00 2.4691 1.01349

VAR00002 81 1.00 4.00 3.5556 .70711

VAR00003 81 .00 4.00 3.1358 .95855

VAR00004 81 1.00 4.00 3.2963 1.00554

VAR00005 81 1.00 4.00 3.3580 .82627

VAR00006 81 1.00 4.00 3.5556 .77460

VAR00007 81 1.00 4.00 3.4444 .80623

VAR00008 81 1.00 4.00 3.0741 1.15950

VAR00009 81 1.00 4.00 3.6049 .76940

VAR00010 81 1.00 4.00 3.5679 .78959

VAR00011 81 1.00 4.00 3.6790 .77180

VAR00012 81 .00 4.00 2.7901 1.18021

VAR00013 81 1.00 4.00 2.8148 1.14139

VAR00014 81 1.00 4.00 2.9012 .90284

VAR00015 81 1.00 4.00 3.0000 .90830

VAR00016 81 1.00 4.00 3.2840 .91152

VAR00017 81 1.00 4.00 2.2716 1.10694

VAR00018 81 1.00 4.00 3.6667 .68920

VAR00019 81 1.00 4.00 3.5309 .83795

VAR00020 81 1.00 4.00 2.9630 1.03010

VAR00021 81 1.00 4.00 3.6667 .68920

VAR00022 81 1.00 4.00 3.4444 .79057

VAR00023 81 1.00 4.00 3.2346 .88419

VAR00024 81 1.00 4.00 3.3333 .85147

Lampiran 5: Reliability Statistics

Tabel . Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

0,901 35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(12)

VAR00025 81 1.00 4.00 2.6914 1.18998

VAR00026 81 1.00 4.00 3.2346 .95226

VAR00027 81 1.00 4.00 3.0988 1.03205

VAR00028 81 1.00 4.00 2.6914 .95710

VAR00029 81 1.00 4.00 3.1605 .98052

VAR00030 81 1.00 4.00 3.3951 .87577

VAR00031 81 1.00 4.00 3.2593 .91894

VAR00032 81 1.00 4.00 3.5062 .85328

VAR00033 81 1.00 4.00 2.6049 1.17982

VAR00034 81 1.00 4.00 2.4815 1.11928

VAR00035 81 1.00 4.00 3.0000 1.03682

Valid N

(listwise) 81

Total Keseluruhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 35 1 1.2 1.2 1.2

74 1 1.2 1.2 2.5

80 1 1.2 1.2 3.7

82 1 1.2 1.2 4.9

88 1 1.2 1.2 6.2

89 1 1.2 1.2 7.4

90 1 1.2 1.2 8.6

92 1 1.2 1.2 9.9

96 3 3.7 3.7 13.6

98 1 1.2 1.2 14.8

99 1 1.2 1.2 16.0

100 2 2.5 2.5 18.5

101 4 4.9 4.9 23.5

102 4 4.9 4.9 28.4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(13)

103 3 3.7 3.7 32.1

105 3 3.7 3.7 35.8

106 2 2.5 2.5 38.3

108 1 1.2 1.2 39.5

109 3 3.7 3.7 43.2

110 1 1.2 1.2 44.4

112 2 2.5 2.5 46.9

113 1 1.2 1.2 48.1

114 2 2.5 2.5 50.6

115 2 2.5 2.5 53.1

116 3 3.7 3.7 56.8

117 6 7.4 7.4 64.2

118 3 3.7 3.7 67.9

119 4 4.9 4.9 72.8

120 4 4.9 4.9 77.8

121 1 1.2 1.2 79.0

124 2 2.5 2.5 81.5

125 4 4.9 4.9 86.4

126 2 2.5 2.5 88.9

128 2 2.5 2.5 91.4

130 2 2.5 2.5 93.8

132 1 1.2 1.2 95.1

133 1 1.2 1.2 96.3

134 1 1.2 1.2 97.5

136 1 1.2 1.2 98.8

137 1 1.2 1.2 100.0

Total 81 100.0 100.0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(14)

Lampiran 6: Tabel r Product Moment Pada Sig.0,05 (Two Tail)

N r N r N r N r N r N r

1 0.997 41 0.301 81 0.216 121 0.177 161 0.154 201 0.138

2 0.95 42 0.297 82 0.215 122 0.176 162 0.153 202 0.137

3 0.878 43 0.294 83 0.213 123 0.176 163 0.153 203 0.137

4 0.811 44 0.291 84 0.212 124 0.175 164 0.152 204 0.137

5 0.754 45 0.288 85 0.211 125 0.174 165 0.152 205 0.136

6 0.707 46 0.285 86 0.21 126 0.174 166 0.151 206 0.136

7 0.666 47 0.282 87 0.208 127 0.173 167 0.151 207 0.136

8 0.632 48 0.279 88 0.207 128 0.172 168 0.151 208 0.135

9 0.602 49 0.276 89 0.206 129 0.172 169 0.15 209 0.135

10 0.576 50 0.273 90 0.205 130 0.171 170 0.15 210 0.135

11 0.553 51 0.271 91 0.204 131 0.17 171 0.149 211 0.134

12 0.532 52 0.268 92 0.203 132 0.17 172 0.149 212 0.134

13 0.514 53 0.266 93 0.202 133 0.169 173 0.148 213 0.134

14 0.497 54 0.263 94 0.201 134 0.168 174 0.148 214 0.134

15 0.482 55 0.261 95 0.2 135 0.168 175 0.148 215 0.133

16 0.468 56 0.259 96 0.199 136 0.167 176 0.147 216 0.133

17 0.456 57 0.256 97 0.198 137 0.167 177 0.147 217 0.133

18 0.444 58 0.254 98 0.197 138 0.166 178 0.146 218 0.132

19 0.433 59 0.252 99 0.196 139 0.165 179 0.146 219 0.132

20 0.423 60 0.25 100 0.195 140 0.165 180 0.146 220 0.132

21 0.413 61 0.248 101 0.194 141 0.164 181 0.145 221 0.131

22 0.404 62 0.246 102 0.193 142 0.164 182 0.145 222 0.131

23 0.396 63 0.244 103 0.192 143 0.163 183 0.144 223 0.131

24 0.388 64 0.242 104 0.191 144 0.163 184 0.144 224 0.131

25 0.381 65 0.24 105 0.19 145 0.162 185 0.144 225 0.13

26 0.374 66 0.239 106 0.189 146 0.161 186 0.143 226 0.13

27 0.367 67 0.237 107 0.188 147 0.161 187 0.143 227 0.13

28 0.361 68 0.235 108 0.187 148 0.16 188 0.142 228 0.129

29 0.355 69 0.234 109 0.187 149 0.16 189 0.142 229 0.129

30 0.349 70 0.232 110 0.186 150 0.159 190 0.142 230 0.129

31 0.344 71 0.23 111 0.185 151 0.159 191 0.141 231 0.129

32 0.339 72 0.229 112 0.184 152 0.158 192 0.141 232 0.128

33 0.334 73 0.227 113 0.183 153 0.158 193 0.141 233 0.128

34 0.329 74 0.226 114 0.182 154 0.157 194 0.14 234 0.128

35 0.325 75 0.224 115 0.182 155 0.157 195 0.14 235 0.127

36 0.32 76 0.223 116 0.181 156 0.156 196 0.139 236 0.127

37 0.316 77 0.221 117 0.18 157 0.156 197 0.139 237 0.127

38 0.312 78 0.22 118 0.179 158 0.155 198 0.139 238 0.127

39 0.308 79 0.219 119 0.179 159 0.155 199 0.138 239 0.126

40 0.304 80 0.217 120 0.178 160 0.154 200 0.138 240 0.126

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI