pengaruh bimbingan keberagamaan orang tua terhadap ...

98
PENGARUH BIMBINGAN KEBERAGAMAAN ORANG TUA TERHADAP MINAT SHALAT BERJAMAAH REMAJA DI MASJID Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) Oleh: HAMIDAH NIM: 109011000100 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Transcript of pengaruh bimbingan keberagamaan orang tua terhadap ...

PENGARUH BIMBINGAN KEBERAGAMAAN

ORANG TUA TERHADAP MINAT SHALAT

BERJAMAAH REMAJA DI MASJID

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh:

HAMIDAH

NIM: 109011000100

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

i

ABSTRAK

Hamidah (109011000100), “Pengaruh Bimbingan Keberagamaan Orang Tua

Terhadap Minat Shalat Berjamaah Remaja di Masjid” Skripsi Program

Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bimbingan keberagamaan

orang tua terhadap minat shalat berjamaah remaja di masjid. Penelitian ini

dilaksanakan di RW 002 Kelurahan Kramat Pela Kebayoran Baru Jakarta Selatan

pada bulan November 2012 sampai dengan Februari 2014. Metode penelitian

yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Populasi dari penelitian ini

yaitu 37 remaja laki-laki sebagai subjek peneliti. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan cara kuesioner sebanyak 30 soal, 15 soal yang

berhubungan dengan bimbingan keberagamaan orang tua, 15 soal yang

berhubungan dengan minat shalat berjamaah remaja di masjid, dengan lima

alternatif pilihan jawaban. Berdasarkan uji statistik dengan taraf signifikansi 0,05

diperoleh rhitung = 0,415> rtabel = 0,325 sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh antara bimbingan keberagamaan orang tua terhadap minat

shalat berjamaah remaja di masjid.

Kata kunci: Bimbingan Orang Tua, Minat Shalat Berjamaah Remaja

ii

ABSTRACT

Hamidah (109011000100), “Pengaruh Bimbingan Keberagamaan Orang Tua

Terhadap Minat Shalat Berjamaah Remaja di Masjid” Skripsi Study Program

of Islamic Religious Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

This research aims to determine the effect of religious guidance of parent to teenage an

interest prayers in the mosque. The research was conducted in RW 002 Kramat Pela

village, Kebayoran Baru, South Jakarta in November 2012 until February 2014. The

method used is descriptive of analysis. The population of this research is 37 teenage

boys as a research subject. The instrument used of this research is the way the

questionnaire as many as 30 questions, 15 questions relating to religious guidance

of parents, 15 questions relating to interest teenage prayers in the mosque, with

five alternative answers. Based on a statistical test with a significance level of

0.05 was obtained rhitung = 0.415> rtable = 0.325 so it can be concluded that

there are significant between religious guidance of parent to teenage an interest

prayers in the mosque.

Keywords: Parental Guidance, Prayer congregation Interests Teens

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Solawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada pembawa risalah

Allah, yaitu Nabi Muhammad Saw.

Suatu yang paling membahagiakan penulis adalah setelah sekian lama

penulis mengemban pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akhirnya

selesai juga tugas akhir yang lama belum terselesaikan. Maka dari itu, dengan

kesadaran penuh dari hati yang paling dalam penulis akui bahwa skripsi ini tidak

akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

ucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, ibu Nurlena Rifai, M.A,

Ph.D dan seluruh staf beserta seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan yang telah menyumbangkan ilmu dan masukan kepada penulis.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag.

4. Ibu Eri Rossatria Pembimbing skripsi yang sabar membimbing dan

memberi arahan dan masukan kepada penulis yang sangat berarti dan

membantu dalam penulisan skripsi.

5. Bapak Aminuddin Yakub MA, pembibmbing akademik.

6. Orang Tua H. Sukarma dan Hj. Aminah yang selalu memberikan dorongan

dan nasihat kepada penulis untuk melanjutkan skripsi yang lama

terhambat.

7. Adji Syaputra yang selalu menemani dan sangat membantu dalam

pembuatan skripsi ini yang memotivasi dan tidak pernah lupa mndoakan

penulis agar skripsi ini selesai pada waktu yang ditentukan.

8. Kawan-kawan PAI angkatan 2009 khususnya Reni Kurniawati, Faiqotul

Hikmah, Siti Hasanatul Mardiah. Yang selalu bersama-sama dengan

penulis melewati hari-hari dalam menempuh pendidikan dikampus tercinta

iv

ini. Dan tak lupa kepada Novalian yang sangat membantu dalam penulisan

tugas akhir ini dan selalu memotivasi penulis.

Akhirnya, rasa syukur dan pujian selalu penulis panjatkan kehadirat Allah,

diiringi dengan doa semoga tulisan kecil ini membawa manfaat kebaikan kepada

pembacanya dan merupakan amal jariyah bagi penulis, amin.

v

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................ 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................. 8

A. Bimbingan Keberagamaan Orang Tua ............................................... 8

1. Pengertian Bimbingan Keberagamaan .............................................. 8

2. Bentuk-bentuk Bimbingan ................................................................ 12

3. Fungsi Bimbingan ............................................................................. 13

4. Orang Tua.......................................................................................... 15

a. Pengertian Orang Tua ................................................................. 15

b. Peran Orang Tua ......................................................................... 16

c. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak.............................. 17

B. Minat Remaja Terhadap Shalat Berjamaah di Masjid ..................... 19

1. Minat ................................................................................................. 19

a. Pengertian Minat ......................................................................... 19

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat ................................... 20

2. Remaja............................................................................................... 22

a. Pengertian Remaja ...................................................................... 22

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja ....... 23

3. Shalat Berjamaah .............................................................................. 25

a. Pengertian Shalat Berjamaah ...................................................... 25

vi

b. Hukum Shalat Berjamaah ........................................................... 26

c. Manfaat Shalat Berjamaah .......................................................... 27

4. Masjid ................................................................................................ 28

a. Pengertian Masjid........................................................................ 28

b. Fungsi Masjid .............................................................................. 29

C. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 32

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................... 32

B. Metode Penelitian .................................................................................. 32

C. Populasi dan Sampel ............................................................................. 32

D. Variabel Penelitian ................................................................................ 33

E. Tekhnik Pengumpulan Data ................................................................ 33

F. Analisa Data ........................................................................................... 36

G. Hipotesis Statistik .................................................................................. 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 40

A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................. 40

B. Deskripsi Data ....................................................................................... 41

1. Bimbingan Keberagamaan Orang Tua .............................................. 41

2. Minat Shalat Berjamaah di Masjid .................................................... 49

C. Pengujian Hipotesis ............................................................................... 56

D. Hasil Penelitian ...................................................................................... 59

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 62

A. Kesimpulan ............................................................................................ 62

B. Implikasi ................................................................................................ 62

C. Saran ...................................................................................................... 63

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi angket penelitian ................................................................ 34

Tabel 3.2 Interpretasi nilai r ............................................................................. 38

Tabel 4.1 Menyuruh anak melaksankan shalat ................................................ 41

Tabel 4.2 Mengajak anak untuk shalat berjamaah ........................................... 42

Tabel 4.3 Menegur bila tidak shalat berjamaah di masjid ................................ 42

Tabel 4.4 Orang tua menyuruh anak untuk shalat ............................................ 43

Tabel 4.5 Orang tua memberi perlengkapan shalat untuk anak ....................... 44

Tabel 4.6 Mencontohkan kepada anak cara shalat dengan benar ..................... 44

Tabel 4.7 Orang tua mengajak anaknya berpuasa bersama.............................. 45

Tabel 4.8 Orang tua menasihati anaknya untuk berbuat baik .......................... 45

Tabel 4.9 Orang tua menyuruh anaknya membaca alquran ............................. 46

Tabel 4.10 Orang tua menegur apabila anaknya tidak mengaji ......................... 47

Tabel 4.11 Orang tua membangunkan anaknya untuk sahur ............................. 47

Tabel 4.12 Orang tua menegur apabila anaknya berkata tidak baik .................. 48

Tabel 4.13 Shalat berjamaah di masjid .............................................................. 48

Tabel 4.14 Melaksanakan shalat berjamaah bersama di masjid ......................... 49

Tabel 4.15 Malas shalat di masjid ...................................................................... 50

Tabel 4.16 Terpaksa berjamaah di masjid .......................................................... 50

Tabel 4.17 Merasa rugi jika tidak ke masjid ...................................................... 51

Tabel 4.18 Melaksanakan shalat berjamaah ....................................................... 51

Tabel 4.19 Melaksanakan shalat berjamaah ....................................................... 52

Tabel 4.20 Meninggalkan shalat ........................................................................ 52

Tabel 4.21 Melaksanakan shalat meskipun dalam keadaan sakit ...................... 53

Tabel 4.22 Melaksanakan shalat dalam keadaan sibuk ...................................... 54

Tabel 4.23 Melaksanakan shalat karena ajakan teman....................................... 54

Tabel 4.24 Melaksanakan shalat meskipun orang tua tidak ada di rumah ......... 55

Tabel 4.25 Tetap shalat di masjid meskipun hujan ............................................ 55

Tabel 4.26 Bersiap ke masjid sebelum azan dikumandangkan .......................... 56

viii

Tabel 4.27 Uji korelasi antara bimbingan keberagamaan orang tua dengan minat

shalat berjamaah remaja di masjid ................................................... 57

Tabel 4.28 Interpretasi data ................................................................................ 59

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya, Allah SWT menciptakan manusia semata-mata hanyalah

untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini telah dijelaskan di dalam Al-Qur‟an:

ن إلوش اال نيعبد مب خهقت انجه

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka

beribadah kepada-Ku” (Q.S. Adzariyat: 56).1

Berdasarkan ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menciptakan jin dan

manusia hanya untuk mengabdikan diri kepada-Nya. Bentuk pengabdian

seorang hamba (manusia) kepada penciptanya (Allah SWT) adalah dengan

menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Adapun salah satu bentuk pengabdian tersebut dapat diwujudkan

dengan melakukan ibadah shalat. Karena ibadah shalat merupakan salah satu

bentuk ketaatan dan kecintaan manusia kepada Allah SWT, dan ibadah shalat

juga merupakan sarana komunikasi manusia untuk mendekatkan dirinya

kepada penciptanya, yakni Allah SWT.

Didalam syariat Islam, shalat merupakan ciri khas dari umat Islam yang

membedakan dengan umat yang lain, dengan kata lain, Islam memberikan

hukuman yang lugas bagi mereka yang “melupakan” kewajiban shalat.

Apalagi jika mereka mengingkari kewajiban tersebut, mereka bisa

1 Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Pustaka Agung

Harapan, 2006), h. 756

2

dikategorikan telah keluar dari Islam (murtad), hal ini diperkuat dengan sabda

Rasulullah SAW:

د انذ صهم : إن انع عهي صهي انه ل انه عه به بزيدة قبل قبل رص

ب فقد كفز )راي انىضبئي( م انصهبة فمه تزك بيى بيىىب

“Diriwayatkan dari Ibnu Buraidah, dia berkata bahwa Rosulullah SAW

bersabda; sesungguhnya pembatas antara kita dengan mereka (orang kafir)

adalah shalat. Siapa saja yang meninggalkan shalat maka dia telah kafir.”

(H.R. an-Nasa‟i).2

Melihat pentingnya ibadah shalat bagi manusia, maka pembinaan

ibadah shalat harus dibiasakan sejak kecil dengan cara berjamaah bersama

keluarga ataupun ke masjid. Kebiasaan inilah yang harus ditanamkan dalam

lingkungan keluarga terlebih dahulu karena pada umumnya pendidikan yang

pertama kali diperoleh seorang anak berasal dari lingkungan keluarga.

Salah satu syiar yang agung adalah shalat berjamaah di masjid. Orang-

orang muslim sepakat bahwa melaksanakan shalat fardhu di masjid

merupakan salah satu ketaatan yang sangat dianjurkan dan ibadah yang paling

besar untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bahkan, shalat fardhu di masjid

dengan berjamaaah merupakan syiar yang paling besar dan paling tampak

dalam Islam.3

Masyarakat nyaris tidak memiliki kepedulian untuk berjamaah di

masjid. Padahal, dizaman Rasullullah, masjid adalah pusat pengembangan

umat. Nyaris, dihampir seluruh bidang strategis: ekonomi, sosial politik,

budaya, dan pendidikan semua tergarap dengan baik. Bahkan ketika awal Nabi

hijrah ke Madinah, masjidlah yang pertama beliau dirikan.

Dengan shalat berjamaah, muslim akan selalu bersilaturrahmi dan

berinteraksi dengan muslim lain sehingga terjalin persatuan dan kesatuan yang

lebih erat. Allah juga menyariatkan kepada umat muslim untuk berkumpul

dalam waktu-waktu tertentu. Diantaranya adalah berkumpul setiap hari pada

2Muhammad Jihad Akbar, Mukjizat Ibadah Fajar, (Jakarta: Alfabeta, 2007), cet I, h. 19

3Saleh Al-Fauzan, Fikih Sehari-hari, (Depok: Gema Insani, 2006), h. 135

3

siang dan malam hari. Seperti shalat lima waktu; lima kali dalam sehari-

semalam orang-orang muslim berkumpul di masjid untuk melaksanakannya.

Selain itu, shalat berjamaah akan memberikan nilai ibadah yang tinggi

disisi Allah karena bagi umat Islam yang mengerjakan shalat berjamaah maka

mereka akan mendapatkan pahala dua puluh tujuh kali lebih tinggi

dibandingkan shalat sendiri berdasarkan hadits Nabi di bawah ini;

به عمز ا ص قبل: عه عبد انه ل انه تزيد عه صهبة انزجم جمبعت ن رص

ق في ص صهبت في بيت عشزيه درجت صهبت (. بضعب )متفق عهي

“Dari „Abdullah bin Umar, bahwasannya Rasulullah SAW telah bersabda:

sesungguhnya orang yang shalat berjamaah itu punya nilai lebih dua puluh

tujuh derajat daripada ia shalat di rumahnya atau di pasar”. (Muttafaq

„alaih).4

Hadits tadi menunjukkan bahwa seseorang yang shalat berjamaah itu

punya nilai lebih sebanyak dua puluh tujuh derajat daripada ia shalat di

rumahnya, atau shalat di pasar sendirian. Dan kalau ia shalat berjamah baik di

rumah maupun di pasar, ia juga mendapatkan pahala yang besar tersebut.

Alasan mengapa shalat di masjid itu lebih utama daripada di rumah dan di

pasar, dan shalat di rumah itu lebih utama daripada shalat di pasar, adalah

karena pasar itu adalah tempat setan.5

Dengan tingginya pahala yang dijanjikan oleh Allah seharusnya seorang

muslim memiliki minat yang tinggi untuk melaksanakan shalat berjamaah.

Jika sejak kecil seorang anak sudah diajarkan dan dibiasakan

melakukan ibadah, tidak mengherankan apabila dewasa kelak akan terbiasa

melakukannya. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam

pendidikan Islam.

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan dan bersumber

dari al-Quran dan Hadits.6

4Ibnu Hajar Al-Asqalani Terj. A. Hassan, Bulughul-Maram, (Bandung: CV. Diponegoro,

1989), h. 217 5Syaikh Hasan Ayyub, Fiqih Ibadah, (Jakarta: PustakaAL-Kautsar, 2008), h. 351

6Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalamPersfektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2007), cet. 7, h.12

4

Imam al-Ghazali dalam bukunya Ayyuhal Walad sebagaimana yang

dikutip M. Nur Abdul Hafizh bahwa menetapkan makna tarbiyah adalah

bagaikan seorang petani yang tengah mencabut duri dan membuang tanaman

asing yang mengganggu diantara tumbuhan yang ia tanam, agar tanaman

tersebut tumbuh dan berkembang dengan baik.7

Keberhasilan pendidikan yang didapat pada diri seseorang tergantung

pada keberhasilan pendidikannya pada masa kanak-kanak. Anak adalah

generasi penerus. Dalam proses perkembangan serta pendidikan, seseorang

anak harus mendapat bimbingan dari orang tuanya. Untuk menanamkan nilai-

nilai keagamaan serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

pada diri anak, maka peran orang tua sangat menentukan.

Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang

pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan

bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya. Di dalam

keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada

usia yang masih muda, karena pada usia-usia ini anak lebih peka terhadap

pengaruh dari pendidiknya (orang tuanya dan anggota keluarga yang lain).8

Orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan bagi

anak, karena menurut agama Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah

dan suci/fitrah sedangkan dalam sekitarnya akan memberi corak warna

terhadap nilai hidup atas pendidikan agama anak didik.

Sebagaimana dalam sabda Rosulullah saw sebagai berikut:

ندمب مه د ي ن إال م ا يىصزاو أ داو اي ي عه انفطزة فأب

يمجضبو

Anak itu dilahirkan dalam keadan fitrah, maka kedua orang tuanyalah

yang dapat menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (H.R. Muslim)9

7M. Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997),

cet. 1, h. 38 8Zuhairini, et.al, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 3, h. 177

9Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 23

5

Kunci pendidikan dalam rumah tangga sebenarnya terletak pada

pendidikan rohani dalam arti pendidikan kalbu, lebih tegasnya lagi pendidikan

agama bagi anak. Mengapa kunci? Karena pendidikan agamalah yang

berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang.10

Dalam ajaran agama Islam, anak adalah amanat Allah SWT. Amanat

wajib dipertanggung jawabkan. Tanggung jawab orang tua kepada anak

tidaklah kecil.

Sebagaiman firman Allah SWT dalam al-Quran sebagai berikut:

ب انى د ق هيكم وبرا أ ا أوفضكم ا ق ب انذيه ءامى انحجبرة بيأي س

م ن انه مب أمز ب مهئكت غهبظ شداد ال يعص نعهي ن مب يؤمز يفعه

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap

apa yang diperintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan”.(Q.S.At-Tahrim:6)11

Pada masa remaja, anak memerlukan arahan yang baik dari orang tua,

disisi lain agama menjadi faktor yang paling penting dalam kehidupan

mereka. Dengan pengetahuan agama yang cukup, mereka tidak akan

terjerumus ke dalam tingkah laku negatif.

Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan

sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan

agama yang mempengaruhi mereka (besar kecil minatnya).

Apabila mereka (remaja) mengikuti pendidikan agama Islam dengan

baik dan memperhatikan dengan benar maka kematangan sikap beragama

mereka akan terlihat dalam kehidupan sehari-sehari.

10

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, ..., h. 157 11

Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, ..., h. 820

6

Namun kenyataan yang ada, masih saja dijumpai anak-anak remaja

yang belum memahami arti penting dari shalat berjamaah, dan masih ada pula

remaja-remaja yang belum mengerjakan shalat berjamaah di masjid.

Dalam kehidupan skarang ini mengalami banyak perubahan. Mulai

dari ekonomi, sosial bahkan tekhnologi. Bersamaan dengan itu muncul

sejumlah maslah sosial yang mengakibatkan timbulnya krisis keagamaan pada

remaja. Terutama masalah pelaksanaan ibadah. Mereka terbuai dengan

fasilitas-fasilitas tekhnologi yang menyebabkan mereka enggan melaksanakan

shalatnya.

Kenyataan yang terjadi pada masyarakat sekarang ialah kurangnya

intensitas bimbingan yang diberikan orang tua kepada anaknya. Hal ini

disebabkan karena orang tua terlalu memfokuskan pada bagaimana cara untuk

menghidupi anggota kelurganya dengan memenuhi kebuTuhan sandang,

pangan, dan papan. Sedangkan kebuTuhan yang bersifat membimbimbing,

memberikan perhatian sangat minim dilakukan.

Hal tersebut melatar belakangi penulis untuk mengadakan penelitian,

sehingga penulis mengambil judul “Pengaruh Bimbingan Keberagamaan

Orang Tua Terhadap Minat Shalat Berjamaah Remaja di Masjid”

B. Identifikasi Masalah

Adapun masalah yang terkait dalam penelitian ini adalah:

1. Shalat bagi anak remaja merupakan suatu beban, bukan suatu kebuTuhan

hidup.

2. Kesadaran melaksanakan shalat berjamaah di masjid masih kurang.

3. Kebanyakan para remaja tidak konsisten melaksanakan shalat lima waktu.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan untuk menghindari salah tafsir dan

luasnya permasalahan. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi

masalah di atas, maka penulis hanya membatasi pada masalah-masalah

7

berikut yaitu remaja pria, adapun remaja yang dimaksud di sini yaitu yang

beragama Islam mulai dari usia 13-20 tahun. Shalat berjamaah yang

dimaksud penulis adalah shalat magrib berjamaah di masjid di RW 002

Kelurahan Kramat Pela Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan yang

hendak dijadikan sasaran penelitian adalah apakah ada pengaruh dari

bimbingan keberagamaan orang tua terhadap minat shalat berjamaah

remaja?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana minat remaja mengikuti shalat

berjamaah di masjid di RW 002 Kramat Pela Kebayoran Baru Jakarta

Selatan.

2. Manfaat Penelitian

a. Praktisi

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan kajian lebih

lanjut dan diharapkan pula dapat bermanfaat sebagai alat

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di perguruan tinggi dan

menambah pengetahuan serta studi kepustakaan dalam bidang

pendidikan.

b. Civitas Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai daftar

bacaan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya civits

akademisi di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Bimbingan Keberagamaan Orang Tua

Sabda Rasulullah SAW mengenai bimbingan keberagamaan orang tua yaitu

ل اهلل ص. و. ي ا نابا أرقال رس ى عهي اضرب رشعء كى بانصهاة نسبع سي

ف ىيا بقرف يس ... )را احذ(عاجض ان

“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika

mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka jika menolak, sedang

umur mereka masuk sepuluh tahun. Serta pisahkanlah tempat tidur

diantara mereka” (HR. Ahmad).

Berikut penjelasan tentang bimbingan keberagamaan orang tua.

1. Pengertian Bimbingan Keberagamaan

Pengertian harfiyah bimbingan adalah menunjukkan, memberi

jalan, atau menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi

hidupnya dimasa kini, dan masa mendatang. Istilah bimbingan merupakan

9

terjemahan dari kata bahasa inggris guidance yang berasal dari kata kerja

“to guide” yang berarti menunjukkan.12

Sedangkan definisi-definisi bimbingan antara lain yang

dikemukakan oleh Mohammad Surya sebagaimana yang dikutip Hallen A

yaitu “bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus

menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar

tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengerahan

diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang

optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan”.13

W.S. Winkel menyatakan, bimbingan berarti “pemberian bantuan

kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana

dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan

hidup”.14

Selanjutnya pendapat Crow & Crow menyatakan bahwa bimbingan

adalah “bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki ataupun

perempuan yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang

memadai, kepada seseorang individu dari setiap usia untuk menolongnya

mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan

arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul

bebannya sendir”i.15

Dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

bimbingan adalah bantuan yang diberikan secara sistematis kepada

seseorang atau masyarakat agar mereka mengembangkan potensi-potensi

diri yang dimilikinya dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan

sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya.

12

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.

Golden Terayon Press, 1994), cet. Ke-5, h. 1 13

Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. Ke-1, h. 5

14 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), cet.

Ke-1, h. 7 15

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007), cet. Ke-1, h. 17

10

Kata keberagamaan ditinjau dari aspek bahasa berasal dari kata

“agama” yang berarti ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan

(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata

kaidah yg berhubungan dng pergaulan manusia dan manusia serta

lingkungannya.16

Menurut Quraisy Shihab, “agama adalah sebagai hubungan antara

makhluk dengan khaliknya, hubungan ini terwujud dalam sikap bathinnya

serta tampak pada ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula sikap

kesehariannya”.17

Menurut Harun Nasution pengertian “agama berdasarkan asal kata,

yaitu Al-din yang berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam

bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh,

utang, balasan, dan kebiasaan”.18

Secara terminologi (istilah) terdapat banyak definisi mengenai

agama karena terdapat pengertian agama dari sudut istilah ini sudah

mengandung muatan subjektivitas dari orang yang mengartikannya.

Berikut penulis mencantumkan beberapa diantaranya.

Menurut Ahmad Tafsir “agama ialah sistem kepercayaan dan

praktek yang sesuai dengan kepercayaan tersebut”.19

Hampir serupa

dengan definisi itu, Harun Nasution mendefinisikan “agama mengandung

arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud

berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai

kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indera, namun

mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia

sehari-hari”.20

16

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,

2008). 17

Quraisy Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1999), cet ke-XV, h. 210 18

Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama,(Bandung: Pustaka Setia,2008), h. 14 19

Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2009), cet. ke-17,

h. 9 20

Samsul Arifin. loc. cit

11

Sedangkan menurut Robert H. Thouless “definisi agama adalah

sikap (cara penyesuaian diri) terhadap dunia yang mencakup acuan yang

menunjukkan lingkungan lebih luas daripada lingkungan dunia fisik yang

terikat ruang dan waktu -the spatio-temporal physical world (dalam hal

ini, yang dimaksud adalah dunia spiritual)”.21

Selanjutnya, bila kata agama mendapatkan awalan ber-menjadi

“beragama” yang berarti beribadat: taat kepada agama. Kemudian bila

ditambahkan lagi ke-dan akhiran –an, menjadi “keberagamaan” yang

berarti perihal beragama.22

Dengan demikian secara kebahasaan

keberagamaan dapat dimaknai perihal ketaatan seorang individu yang

meyakini suatu ajaran agama, dan tergambar jelas dalam segenap aspek

kehidupannya, baik hubungannya dengan Tuhan, manusia, maupun

lingkungannya.

Agama ialah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan

mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan dan

permohonan, dan membentuk sikap hidup menurut atau berdasarkan

ajaran agama itu.23

Dari pengertian dan penjelasan keberagamaan diatas, dapat

disimpulkan bahwa pengertian keberagamaan adalah suatu keadaan yang

ada di dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku

yang mencerminkan kepaTuhan dan ketundukan terhadap ajaran-ajaran

agama serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya yaitu akidah, ibadah,

dan akhlakul karimah.

Dalam masyarakat Islam telah pula dikenal prinsip-prinsip

guidance and counseling yang bersumber dari firman Allah SWT serta

hadits Nabi SAW.

21

Syamsul Arifin, op. cit, h. 15-16 22

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,

2008) 23

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (JAKARTA: Rajawali Pers, 2008), h.

40

12

Di antara dasar-dasar bimbingan dan konseling dalam alquran dan

hadits Nabi SAW adalah sebagai berikut.

ج عظت انحست ان ت إن سبيم ربك بانحك ادع ى بانت ذن

أعهى’ أحس ربك إ سبيه ضم ع ’ ب تذي أعهى بان

“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang

yang mendapat petunjuk” (Q.S. An-Nahl: 125).24

Di samping ayat al-Quran di atas, terdapat pula sabda Nabi SAW

yang menjelaskan bahwa penasihatan atau konseling merupakan

kewajiban agama.

Dengan demikian, maka bimbingan dan penyuluhan agama dapat

diartikan sebagai usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang

mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut

kehidupan dimasa kini dan mendatang. Bantuan tersebut berupa

pertolongan di bidang mental spiritual. Dengan maksud agar orang yang

bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang

ada pada dirinya sendiri, melalui dorongan dari kekuatan iman, dan takwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, sasaran bimbingan dan

penyuluhan agama adalah membangkitkan daya rohaniah manusia melalui

iman, dan ketakwaan kepada Allah SWT.25

2. Bentuk-bentuk Bimbingan

Jika dilihat dari segi bidangnya, bimbingan dan konseling dapat

dibedakan menjadi beberapa macam bentuk bimbingan, antara lain:

a. Vocational Guidance

Yaitu bimbingan dalam memilih lapangan pekerjaan atau

jabatan/profesi, untuk persiapan memasuki lapangan pekerjaan

tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dalam

bidang pekerjaan.

24

Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, ..., h. 383

13

b. Educational Guidance

Yaitu bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang

tepat, mengatasi kesukaran dalam belajar, dan juga memilih

jenis/jurusan sekolah lanjutan yang sesuai.

c. Personal-social Guidance

Yaitu bimbingan dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan

dalam diri sendiri dan kesukaran-kesukaran yang timbul dalam

pergaulan sosial.

d. Mental Health Guidance

Yaitu suatu bimbingan yang bertujuan untuk menghilangkan

faktor-faktor yang menimbulkan gangguan jiwa klien. Sehingga ia

akan memperoleh ketenangan hidup ruhaniah yang sewajarnya seperti

yang diharapkan.26

e. Religious Guidance

Yaitu bimbingan dalam rangka membantu pemecahan problem

seseorang dalam kaitannya dengan masalah-masalah keagamaan,

melalui keimanan menurut agamanya.

3. Fungsi Bimbingan

Bimbingan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi Pencegahan

Dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah pada anak,

sehingga mereka terhindar dari berbagai masalah yang dapat

menghambat perkembangannya.

b. Fungsi Pemahaman

Memberikan pemahaman tentang diri anak beserta

permasalahannya dan juga lingkungannya oleh pihak-pihak yang

membantunya.

25

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, ..., h. 2 26

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, ..., h.53-58

14

c. Fungsi Penyembuhan

Memberikan bantuan kepada anak untuk mengatasi kondisi

atau keadaan yang tidak mengenakan sehingga perlu diangkat atau di

keluuarkan dari kondisi atau keadaan tersebut.

d. Fungsi pemeliharaan

Mempertahankan hal-hal positif yang ada pada diri anak, dan

menjadikannya bertambah lebih baik dan berkembang.

e. Fungsi Penyaluran

Mengenal bakat dan minat anak. Dan memberikan arahan

untuk mengembangkan potensi anak sesuai dengan bakat dan

minatnya.

f. Fungsi penyesuaian

Membantu terciptanya penyesuaian secara baik antara anak dan

linkungannya.

g. Fungsi Pengembangan

Untuk membantu anak dalam mengembangkan secara

keseluruhan potensinya agar lebih terarah.

h. Fungsi Perbaikan

Untuk memecahkan masalah yang dihadapi anak.

i. Fungsi Advokasi

Membantu anak memperoleh pembelaan atas hak dan

kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.27

Sedangkan funsi bimbingan menurut H. M. Arifin mempunyai

tiga fungsi yaitu:

1) Fungsi Pencegahan (preventif) maksudnya adalah bimbingan

berfungsi sebagai usaha pencegahan timbulnya masalah yang dapat

menghambat perkembangan pada diri seorang anak.

2) Fungsi penyaluran maksudnya adalah, bimbingan berfungsi

memberikan bantuan kepada anak, untuk mendapatkan kesempatan

menyalurkan potensi yang ada pada dirinya agar lebih

berkembang.

27Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, ..., h. 39-50

15

3) Pendorong anak untuk belajar maksudnya adalah bimbingan dapat

mendorong anak untuk menambah minat belajarnya.28

4. Orang Tua

Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak

berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah

dimulai suatu proses pendidikan.

Untuk memperjelas pengertian orang tua, berikut akan

dikemukakan pendapat para ahli.

a. Pengertian Orang Tua

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian orang tua

adalah ayah atau ibu kandung atau orang yang dianggap tua atau dituakan

(cerdik, pandai, ahli, dan sebagainya) atau orang yang dihormati dan

disegani.29

Menurut Hasbullah, “orang tua merupakan pendidik pertama,

utama dan kodrati. Dialah yang banyak memberikan pengaruh dan warna

kepribadian seorang anak”.30

Orang tua (bapak dan ibu) adalah pendidik kodrati. Mereka

pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrat ibu dan bapak diberikan

anugerah oleh Tuhan berupa naluri orang tua.31

Pria dan wanita yang berjanji dihadapan Tuhan untuk hidup

sebagai suami isteri, berarti juga bersedia memikul tanggung jawab

sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Ini berarti bahwa

pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan siap sedia untuk menjadi

orang tua.32

28

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, ..., h. 14 29

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2002), h. 802 30

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, ..., h. 22 31

Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), cet. 14, h. 294 32

Kartini kartono, Peran Keluarga Memandu Anak, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), h. 38

16

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua

adalah ayah dan ibu kandung yang mempunyai tanggung jawab secara

kodrati dalam mendidik anak.

b. Peran Orang Tua

Orang tua yaitu ibu dan ayah memegang peranan yang paling

penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak lahir

sampai anaknya dewasa segala tingkah laku dan perangai ibu dan ayahnya

selalu ditiru.

Maka dari itu orang tua mempunyai peran penting di dalam

membimbing dan mendidik putra-putrinya. Peran ibu dan ayah antara lain:

1) Peran Ibu

Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan

yang terpenting terhadap anak-anaknya. Pendidikan seorang ibu

terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat

diabaikan sama sekali. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap

anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak

anaknya dikemudian hari.

Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota

keluarga, dapat disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan

anak-anaknya adalah sebagai:

a) Sumber dan pemberi rasa kasih sayang

b) Pengasuh dan pemelihara

c) Tempat mencurahkan isi hati

d) Pengatur kehidupan dalam rumah tangga

e) Pembimbing hubungan pribadi

f) Pendidik dalam segi-segi emosional33

2) Peran Ayah

Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi

gengsinya atau prestisenya. Kegiatan seorang ayah terhadap

33

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 2011), h. 82

17

pekerjaannya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-

anaknya.

Meskipun demikian, di beberapa keluarga masih dapat kita

lihat kesalahan-kesalahan pendidikan yang diakibatkan oleh tindakan

seorang ayah. Karena sibuknya mencari nafkah, si ayah tidak ada

waktu untuk bergaul mendakati anak-anaknya.

Ditinjau dari fungsi dan tugasnya sebagai ayah, dapat

dikemukakan disini bahwa peranan ayah dalam pendidikan anak-

anaknya yang lebih dominan adalah sebagai:

a) Sumber kekuasaan di dalam keluarga

b) Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar

c) Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga

d) Pelindug terhadapa ancaman dari luar

e) Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan

f) Pendidik dalam segi-segi rasional34

c. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Keberagamaan Anak

Manusia memerlukan pemeliharaan, pengawasan, dan bimbingan

yang serasi dan sesuai agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat

berjalan secara baik dan benar.35

Seperti yang dijelaskan diatas orang tua adalah pendidik kodrati,

karena secara kodrat ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Tuhan berupa

naluri orang tua. Karena naluri ini timbul rasa kasih sayang para orang tua

kepada anaknya, hingga secara moral keduanya merasa terbeban tanggung

jawab untuk memelihara, mengawasi, melindungi, serta membimbing

keturunan mereka.

Salah satu kewajiban dan hak utama orang tua yang tak dapat

dipindahkan adalah: mendidik anak-anaknya, sebab orang tua memberikan

hidup kepada anak, maka mereka mempunyai kewajiban yang teramat

penting untuk mendidik mereka.36

Para orang tua sebagai penanggung jawab utama pendidikan agama

anak, bagaimanapun diharapkan dapat menjadikan dirinya teladan dalam

34M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, ..., h. 83

35Jalaludin, Psikologi Agama, ..., h. 293

36Kartini kartono, Peran Keluarga Memandu Anak, ..., h. 38

18

kehidupan beragama dilingkungan keluarganya. Sebab, kata Elizabeth

Nottingham, setiap individu disaat ia tumbuh menjadi dewasa memerlukan

suatu sistem nilai sebagai semacam tuntutan umum untuk (mengarahkan)

aktifitasnya dalam masyarakat dan berfungsi sebagai tujuan akhir

pengembangan kepribadiannya. Di sini Elizabeth melihat adanya peran

orang tua sebagai penentu, danhampir di semua masyarakat masih

memprioritaskan nilai-nilai keagamaan sebagai nilai yang berisi aturan-

aturan yang paling luhur. Bahkan menurutnya nilai-nilai keagamaan

merupakan landasan bagi sebagian besar nilai-nilai sosial. Makanya

pendidikan agama di rumah tangga merupakan warisan nilai yang paling

penting bagi anak-anak.37

Tanggung jawab pendidikan yang perlu di sadarkan dan dibina

oleh kedua orang tua terhadap anak menurut Hasbullah antara lain:

1) Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab merupakan

dorongan alami untuk dilaksanakan karena si anak memerlukan

makan, minum dan perawatan agar ia dapat hidup secara

berkelanjutan.

2) Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah

maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya

lingkungan yang dapatr membahayakan dirinya.

3) Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan

yang berguna bagi kehidupannya kelak sehingga bila ia telah dewasa

mampu berdiri sendiri dan membantu oranglain.

4) Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya

pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT, sebagai tujuan

akhir hidup muslim.38

الدكى عه ثهاث خصال: حب بي ا أ أدب حب آل بيت كى

ة انقرآ تال

Didklah anak-anakmu pada tiga perkara: mencintai Nabimu.

Mencintai ahli baitnya, dan membaca al-Quran. (H.R. Ath-

Thabrani)39

37

Jalaluddin, Mempersiapkan Anak Saleh, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h.

94 38

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, ..., h. 89 39

Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang: Asy-

Syifa), h. 145

19

Dalam kaitan itulah terlihat peranan pendidikan keluarga dalam

menanamkan jiwa keagamaan pada diri anak. Maka tak mengherankan

jika Rasul menekankan tanggung jawab itu pada kedua orang tuanya.40

Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk

beragama. Namun keberagamaan tersebut memerlukan bimbingan agar

dapat tumbuh dan berkembang secara benar. Untuk itu anak-anak

memerlukan tuntunan dan bimbingan, sejalan dengan tahap perkembangan

yang mereka alami. Tokoh yang paling menentukan dalam menumbuhkan

rasa keagamaan itu adalah kedua orang tuanya.41

B. Minat Remaja terhadap Shalat Berjamaah di Masjid

1. Minat

a. Pengertian minat

Dalam kegiatan apapun terutama shalat berjamaah, minat

seseorang merupakan peran yang sangat penting. Bila seseorang tidak

memiliki minat terhadap shalat apa lagi shalat berjamaah, maka sulit

diharapkan seseorang tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik

dalam shalatnya. Sebaliknya, apabila seseorang siswa tersebut beribadah

dengan minatnya sendiri tanpa diperintah, maka hasilnyapun akan baik.

Pada dasarnya, kegiatan yang dilakukan seseorang didasari oleh

kecenderungan hati atau keinginan atau bisa disebut juga minat. Minat

merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan

dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan, minat bukan saja dapat

mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang

untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu.

Pengertian minat dari segi bahasa yakni “keinginan dan perhatian

yang mengandung unsur-unsur suatu dorongan untuk berbuat sesuatu”.42

Adapun yang dimaksud dengan minat menurut Ahmad D Marimba

adalah “kecenderugan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada

40

Jalaludin, Psikologi Agama, ..., h. 294 40

Ibid., h. 70

42

Sudarsono, Kamus Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), h. 145

20

kepentingan dengan sesuatu itu.”43

Jadi dapat dikatakan bahwa, minat itu

timbul karena adanya rasa senang pada diri seseorang yang menyebabkan

selalu memperhatikan, mengingat dan melaukannya secara terus mnerus

tanpa adanya peringatan dari orang lain.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa minat

merupakan suatu kecenderungan atau keinginan yang besar yang menetap

pada diri dan hati seseorang untuk selalu memperhatikan dan mengingat

sesuatu.

Dengan minat seseorang akan memusatkan sesuatu atau

mengarahkan seluruh aktivitas fisik dn psikisnya ke arah yang diamatinya.

Minat merupakan perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan.

Dengan begitu, minat sangat menentukan sikap yang menyebabkan

seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain minat dapat

menjadi sebab dari suatu kegiatan.

Minat sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan

diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang mampu mempelajari

sesuatu, tetapi bila tidak memiliki minat atau tidak ada kehendak untuk

melakukannya, ia tidak akan memiliki rasa tanggung jawab untuk

melakukan shalat berjamaah.

Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan dapat di

katakan sangat bergantung pada kebiasaan masa kecil dan lingkungan

agamanya yang mempengaruhi besar kecil minat mereka terhadap masalah

keagamaan.44

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Sebagaimana telah diterangkan dalam pengertian bahwa minat

merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau

aktifitas. Karenanya minat biasanya diekspresikan melalui suatu

43

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1989),

cet. Ke-8, h. 79 44

Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama... h. 70

21

pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal

daripada lainnya.

Minat seseorang timbul secara tiba-tiba. Minat tersebut ada karena

pengaruh dari beberapa faktor, menurut Suhartiningsih dalam skripsinya

“Peranan Keluarga dalam Menumbuhkan Minat Remaja untuk

Melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi” faktor-faktor yang

mempengaruhi minat anak, antara lain:

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah sesuatu yang membuat anak berminat,

yang datangnya dari dalam diri. Menurut Rober dalam Muhibbin Syah

faktor internal tersebut adalah pemusatan perhatian, keingintahuan

motivasi, dan kebutuhan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah, sesuatu yang membuat anak berminat

yang datang dari luar diri, seperti: dorongan dari orang tua, dorongan

dari guru, teman bergaul, tersedianya prasarana dan sarana atau

fasilitas, dan keadaan lingkungan.

Faktor-faktor yang menimbulkan minat pada diri seseorang

terhadap sesuatu dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Faktor motif sosial

Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh

motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan,

penghargaan dari lingkungan dimana ia berada.

b. Faktor emosional

Faktor yang merupakan ukuran intensitas seseorang dalam

menaruh perhatian terhadap suatu kegiatan atau objek tertentu.

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Masa remaja menurut Stanley Hall, seorang bapak pelopor

psikologi perkembangan remaja (dalam Santrock, 1999), dianggap sebagai

22

masa topan badai dan stres, karena mereka telah memiliki keinginan bebas

untuk menentukan nasib diri sendiri. Jika terarah dengan baik, maka ia

akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi

jika tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tidak memiliki

masa depan dengan baik.45

Masa remaja adalah masa yang perlu perhatian secara serius,

karena mereka memasuki kegoncangan jiwa. Pertumbuhan jasmani

ditandai dengan perubahan pada anggota tubuhnya yang menyebabkan

kegoncangan emosi, kecemasan dan kekhawatiran.

Masa remaja juga merupakan salah satu perkembangan manusia.

Masa remaja sering dilukiskan orang sebagai salah satu masa yang penuh

gejolak, problematis, transisi, unik, gelisah, dan tidak stabil.

Menurut Zakiah Daradjat, “masa remaja adalah masa yang penuh

kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan

goyang, yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh

kebergantungan, dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.”46

Sedangkan menurut Bambang Syamsul Arifin, “masa remaja ialah

masa perubahan dan kegoncangan disegala bidang, yang dimulai dengan

perubahan jasmani yang sangat cepat, jauh dari keseimbangan dan

keserasian”.47

Remaja juga bisa diartikan sebagai masa transisi atau peralihan

dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya

perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang

tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/13-21 tahun.48

Jadi yang dimaksud dengan remaja adalah batas seorang yang

berawal dari anak-anak yang beralih ke masa dewasa, yang jauh dari

keseimbangan emosi dan mental.

45

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h.

13 46

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2009), Cet. Ke-17, h. 85 47

Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, ..., h. 72 48

Agoes dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, ..., h. 14

23

Masa remaja merupakan masa yang dalam kondisi bimbang dan

gamang, biasanya kondisi seperti ini akan mudah terpengaruh oleh

lingkungannya baik pengaruh positif maupun negatif. Jika tidak diiringi

dengan bimbingan keagamaan secara baik maka akan menjadi berbahaya

terhadap pembentukan mental/jiwa remaja tersebut.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja

Menurut pandangan Gunarsa dan Gunarsa (1991) bahwa secara

umum ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan individu (bersifat

dichotomi), yakni endogen dan exogen.

1) Faktor Endogen (nature)

Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan

fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat

heraditer yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya, misalnya: postur

tubuh (tinggi badan), bakat minat, kecerdasan, kepribadian, dan

sebagainya.49

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik

individu, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

individu yaitu ada dua hal

a) Sifat jasmaniah yang di wariskan dari orang tua. Contoh: anak

yang ayah dan ibunya bertubuh tinggi cenderung lebih lekas

menjadi tinggi daripada anak yang berasal dari orang tua yang

bertubuh pendek.

b) Kematangan. Secara sepintas, pertumbuhan fisik seolah-olah

seperti sudah direncanakan oleh faktor kematangan. Meskipun

anak itu diberi makanan yang bergizi tinggi, tetapi kalau saat

kematangan belum sampai, pertumbuhan akan tertunda.

Contoh: anak tiga bulan diberi makanan yang cukup bergizi

supaya pertumbuhan otot kakinya berkembang sehingga

mampu untuk berjalan. Ini tidak mungkin berhasil sebelum

mencapai umur lebih dari sepuluh bulan.

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar

diri anak yaitu

a) Kesehatan. Anak yang sakit-sakitan pertumbuhan fisiknya akan

terlambat

b) Makanan. Anak yang kurang gizi pertumbuhannya akan terhambat,

sebaliknya yang cukup gizi pertumbuhannya pesat.

49Agoes dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, ..., h. 14

24

c) Simulasi lingkungan. Individu yang tubuhnya sering dilatih untuk

meningkatkan percepatan pertumbuhannya akan berbeda dengan

yang tidak pernah mendapat latihan.50

2) Faktor Eksogen (nurture)

Pandangan faktor eksogen menyatakan bahwa perubahan dan

perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

berasal dari luar diri individu itu sendiri. Faktor ini diantaranya berupa

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik berupa

tersedianya sarana dan fasilitas, letak geografis, cuaca, iklim, dan

sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial ialah lingkungan dimana

seorang mengadakan relasi/interaksi dengan individu atau sekelompok

individu didalamnya. Lingkungan sosial ini dapat berupa: keluarga,

tetangga, teman, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, dan

sebagainya.51

Dalam lingkungan keluarga, salah satu aspek penting yang dapat

memengaruhi perilaku remaja adalah interaksi antar anggota keluarga.

Harmonis-tidaknya, intensif-tidaknya interaksi antar anggota keluarga

akan mempengaruhi perkembangan sosial remaja yang ada di dalam

keluarga. Gardner (1983) dalam penelitiannya menemukan bahwa

interaksi antar anggota keluarga yang tidak harmonis merupakan suatu

korelat yang potensial menjadi penghambat perkembangan soisal remaja.52

Seperti yang dijelaskan di atas, linkungan sekolah juga memiliki

potensi memudahkan atau menghambat perkembangan hubungan sosial

remaja.

Kondusif tidaknya iklim kehidupan sekolah bagi perkembangan

hubungan sosial remaja tersimpula dalam interaksi antara guru dengan

siswa, siswa dengan siswa, keteladanan perilaku guru etos keahlian atau

kualitas guru yang ditampilkan dalam melaksanakan tugas profesionalnya

sehingga dapat menjadi model bagi siswa yang tumbuh remaja. Hadir atau

tidaknya faktor-faktor tersebut secara favourable dapat mempengaruhi

perkembangan hubungan sosial remaja, meskipun disadari pula bahwa

sekolah bukanlah satu-satunya faktor penentu (Barrow & Woods, 1982)53

Sedangkan pengaruh dari lingkungan masyarakat menurut

Soetjipto Wirosardjono (1991), bentuk-bentuk perilaku sosial merupakan

50

M. Ali dan M. Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2010), cet. Ke-5, h.22 51

Agoes dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, ..., h. 14 52

M. Ali dan M. Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, ..., h. 95

25

hasil tiruan dan adaptasi dari pengaruh kenyataan sosial yang ada.

Kebudayaan kita menyimpan potensi melegitimasi anggota masyarakat

untuk menampilkan perilaku sosial yang kurang baik dengan berbagai

dalih, yang sah maupun yang tak terelakkan.54

Dengan demikian, iklim kehidupan masyarakat memberikan urutan

penting bagi variasi perkembangan hubungan sosial remaja. Apalagi,

remaja senantiasa ingin selalu sejalan dengan trend yang sedang

berkembang dalam masyarakat agar tetap selalu dipandang trendy.

3. Shalat Berjamaah

a. Pengertian Shalat Berjamah

Shalat jamaah merupakan alat untuk menumbuhkan cinta kasih

sayang diantara orang-orang yang beriman. Seluruh muslim disuatu daerah

bertemu setiap harinya untuk melaksanakan shalat. Mereka saling

mengenal secara lebih dekat dan melupakan rasa dendam.

Disebut jama‟ah, karena ijtima‟nya (berkumpulnya) orang-orang

untuk melakukan shalat dalam satu waktu dan tempat. Bila berbeda

keduanya (waktu dan tempat) atau salah satunya, maka tidak disebut

jamaah. Karena itu, shalat mengikuti imam melalui radio ataupun televisi

tidak sah, karena yang demikian itu bukan shalat jamaah.55

Sedangkan menurut Abu Zahra’ shalat berjamaah adalah shalat

bersama-sama yang dipimpin seorang imam shalat yang adil. Imam shalat

yang adil itu adalah orang yang saleh.56

Menurut Shalih shalat berjamah adalah keterikatan antara shalat

seorang makmum dan shalat seorang imam dengan syarat-syarat tertentu.57

53

Ibid., h. 97 54

M. Ali dan M. Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, ...,h. 98 55

Taudhih Al-Ahkam min Bulugh Al-Maram, Terj. Oleh Aan Anwariyah dkk., (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2010), h. 458 56

Abu Zahra’, Shalat Nabi SAW, (Bandung: Penerbit Kota Ilmu, 2001), h. 100 57

Shalih bin Ghanim as-Sadlan, Fiqih Shalat Berjamaah, (Jakarta: Pustaka as-Sunnah,

2006), h. 28

26

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa, yang dimaksud dengan

shalat berajamaah adalah shalat yang didirikan bersama-sama yang

dipimpin seorang imam.

b. Hukum Shalat Berjamaah

Ulama berselisih pendapat dalam hal hukum shalat berjamaah

diantaranya yaitu menurut Imam Hanbali shalat berjamaah itu hukumnya

wajib atas setiap individu yang mampu melaksanakannya. Tetapi jika

ditinggalkan dan ia shalat sendiri, maka ia berdosa, sedangkan shalatnya

tetap sah.

Sedangkan menurut Imamiyah, Hanafi, dan sebagian besar ulama

Syafi’i mengatakan shalat berjamaah hukumnya tidak wajib, baik fardhu

„ain atau kifayah, tetapi hanya disunnahkan dengan sunnah muakkadah.

Imamiyah mengatakan, shalat berjamaah itu dilakukan dalam

shalat-shalat yang fardhu, tidak dalam shalat sunnah kecuali dalam shalat

istisqo dan shalat dua hari Raya saja.

Sedangkan empat mazhab lainnya mengatakan bahwa shalat

berjamaah dilakukan secara mutlak, baik dalam shalat fardhun maupun

dalam sholat sunnah.58

Namun shalat berjamaah sangatlah dianjurkan, karena kita akan

memperoleh pahala yang lebih besar daripada shalat sendiri. Sebagaimana

yang disabdakan oleh Rasullullah SAW:

ا: ا ع ر رضي انه ع اب ع صه انه ل انه رس عهي

درجت )ر عشري اعت تفضم صالة انفذ بسبع اسهى قال: صالة انج

انبخار(

“Dari ibnu Umar r.a. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: Shalat

Berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh

tujuh derajat .” (H.R. Bukhori dan Muslim)59

58

Muhammad Jawad Mughniya, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: PT Lentera Basritama,

1996), h. 135

27

c. Manfaat Shalat Berjamaah

Di dalam ajaran Islam shalat dapat mencegah manusia untuk

melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang, terlarang bagi orang lain

maupun bagi dirinya sendiri sebab, dengan mendirikan shalat dapat

menjauhkan kita dari perbuatan keji dan munkar. Hal tersebut sesuai

dengan firman Allah dalam surat Al-ankabut ayat 45:

حي انيك ي انفحشاء اتم ياا ع انصهة ت اقى انصهة إ انكتب

اكبر نذكرانه انكر يعهى يا تصع انه

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-

Qura‟an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari

(perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesunggguhnya mengingat

Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang

lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.60

Adapun manfaat shalat berjamaah yang dapat dirasakan

diantaranya:

1) Menumbuhkan rasa persaudaraan diantara para jamaah

2) Mengikat tali silaturrahmi

3) Adanya rasa persatuan

4) Tolong menolong dan sifat kemasyarakatan.

Bila shalat berjamaah dilaksanakan dengan rutin, maka insya Allah

hal-hal tersebut dapat kita rasakan bagi diri sendiri dan umumnya bagi

kehidupan bermasyarakat dengan berinteraksi dengan orang lain.

4. Masjid

a. Pengertian Masjid

Kata masjid menurut bahasa merupakan isim yang diambil dari

kata sujud; bentuk dasarnya adalah sajada-yasjudu yang berarti tempat

59

Imam Nawani, Tarjamah Riyadhus Shalihin, (Surabaya: Duta Ilmu, 2003), cet. Ke-1,

Jilid 6, h. 269 60

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ..., h. 566

28

sujud atau tempat menyembah Allah SWT. bumi yang kita tempati ini

adalah masjid bagi kaum muslimin.61

Sedagnkan menurut istilah, menurut Az-Zarkasyi mendefinisikan

sebagai tempat ibadah. Selain itu, ia menduga, pemilihan kata masjid

untuk menyebut tempat shalat adalah karena sujud merupakan perbuatan

paling mulia dalam shalat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.62

Menurut Zaini Dahlan, ”masjid adalah perangkat masyarakat yang

pertama didirikan oleh Rasul SAW”.63

Masjid tidak bisa dilepaskan dari masalah shalat. Setiap orang bisa

melakukan shalat di mana saja, di rumah, di kebun, di jalan, di kendaraan,

dan di tempat lainnya kecuali di atas kuburan.

Selain itu, masjid merupakan tempat orang berkumpul dan

melakukan shalat secara berjamaah, dengan tujuan meningkatkan

solidaritas dan silaturrahmi dikalangan kaum muslimin.

Akan tetapi, makna yang terkandung didalamnya sebenarnya jauh

lebih luas daripada sekedar tempat sujud. Masjid juga bisa disebut dengan

tempat dimana para umat muslim berkumpul dan bertemu, baik pada

waktu-waktu sembahyang maupun diwaktu lainnya.

Masjid merupakan sesuatu yang sangat penting bagi umat Islam.

Masjid bagi umat Islam diibaratkan seperti air bagi ikan, ikan tidak akan

bertahan hidup lama jika dipisahkan dari air.

b. Fungsi Masjid

Masjid bukan hanya sebagai bangunan angker yang hanya

digunakan untuk tempat shalat atau iktikaf atau berbagai ibadah dalam arti

yang sempit. Masjid pada waktu itu berperan sebagai “Islamic center”

tempat membina hubungan manusia dengan Allah SWT. dan hubungan

manusia dengan manusia seperti di gelar dan di tegakkan peradilan,

61

Mohammad E. Ayub dkk., Manajemen Masjid, (Depok: Gema Insani, 2007), h. 1 62

Huri Yasin Husain, Fiqih Masjid, (jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), h. 12 63

Supardi dan Teuku Amiruddin, Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat,

(Yogyakarta: UII Press, 2001), h. vi

29

bahkan di sana pula dibicarakan perjanjian dengan tetangga non muslim.

Seperti ayat yang Allah jelaskan di bawah ini:

آ إال يا ثقف ى انذنت أي بحضربت عهي جبم يبم ي اناسانه

Kehinaan akan menimpa manusia di mana saja meraka berada

kecuali memelihara hubungan Allah dengan manusia. Q.S. Ali‟Imran:

11264

Rasulullah SAW adalah bertugas menyampaikan wahyu Allah

SWT dan sebagian beliau menerima wahyu tersebut di masjid Nabawi

sehingga ada tempat yang namnya “Babul Jibril” karena ditempat itulah

beliau menerima wahyu dari Allah SWT yang merupakan sumber segala

ilmu.65

Dalam praktek kehidupan Rasulullah SAW sangat memperhatikan

perkembangan ilmu pengetahuan dan mendorong umat Islam untuk

menguasai ilmu, jangan karena jauh dan kesulitan digunakan sebagai

alasan keterbatasan untuk tidak mencari ilmu. “tuntutlah ilmu walau

sampai kenegeri Cina” itulah motivasi yang Rosul sampaikan kepada

umatnya.

Banyak sekali petunjuk-petunjuk Rasul tentang perlunya umat

Islam menguasai ilmu pengetahuan. Karena itu mesjid sabagai pusat-pusat

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Fungsi masjid adalah:

1) Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan

diri kepada Allah SWT.

2) Masjid adalah tempat kaum muslimin ber’itikaf, membersihkan diri,

menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan

pengalaman batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara

keseimbangan jiwa dan raga serta keuTuhan kepribadian.

3) Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna

memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat.

4) Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan

kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.

64Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, ..., h. 81

65Supardi dan Teuku Amiruddin, Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat,

..., h.132

30

5) Masjid adalah tempat membina keuTuhan ikatan jamaah dan

kegotong-royongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.

6) Masjid dengan majlis taklimnya merupakan wahana untuk

meningkatkan kecerdasan dan ilmu penegtahuan muslimin

7) Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader

pemimpin umat.

8) Masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan, dan

membagikannya.

9) Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial.66

Fungsi-funsi tersebut telah diaktualisasikan dengan kegiatan

operasional yang sejalan dengan program pembangunan. Umat Islam

harus bersyukur karena saat ini masjid semakin tumbuh dan berkembang,

baik dari segi jumlahnya maupun keindahan arsitekturnya. Hal ini

menunjukkan adanya peningkatan kehidupan ekonomi umat, peningkatan

gairah, dan semaraknya kehidupan beragama.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari 2 penggalan kata, “hypo” yang artinya “di bawah”

dan “thesa” yang artinya “kebenaran”.67

Hipotesis adalah dugaan yang

kemungkinan benar atau juga kemungkinan salah setelah dilakukan penelitian

oleh penguji.

Hipotesis akan diterima jika bukti-bukti membenarkan dan akan dikelola

jika tidak benar. Penolakan dan penerimaan hipotesis tergantung pada

penyelidikan bukti-bukti yang di kumpulkan.

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Nol (Ho), yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara

keberagamaan orang tua terhadap minat shalat berjamaah remaja.

2. Hipotesis alternative (Ha), yaitu adanya pengaruh yang signifikan antara

keberagamaan orang tua terhadap minat shalat berjamaah remaja.

66

Mohammad E. Ayub dkk., Manajemen Masjid, ..., h. 8 67

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI),

(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet-13, h.71

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di R.W. 002 Kelurahan Kramat Pela

Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal

tanggal 7 November 2012 sampai dengan 17 Maret 2014.

B. Metode Penelitian

Guna menjawab pertanyaan yang di dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode Deskriptif Analisis, yaitu memparkan secara mendalam

dan secara obyektif sesuai dengan data yang digunakan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang,

peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara

terencana menjadi target kesimpulan dari hasil penelitian. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah remaja pria yang beragama Islam yang bertempat

32

tinggal di Jalan Rambay Bawah II RW 002 Kelurahan Kramat Pela Kebayoran

Baru Jakarta Selatan yang berjumlah 37 orang.

Karena jumlah populasi di bawah 100 orang, maka penulis mengambil

keseluruhan dari remaja pria di wilayah tersebut sebagai populasi.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu variabel

terikat atau independent (X) dan variabel bebas atau dependent (Y). Adapun

variabel terikat (X) adalah keberagamaan orang tua. Sedangkan variabel bebas

(Y) adalah minat shalat berjamaah remaja di masjid.

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tekhnik-tekhnik sebagai

berikut:

1. Observasi

Metode ini dilakukan dengan memperhatikan wilayah RW 002 untuk

mengamati keadaan lingkungan.

2. Wawancara

Berupa pengumpulan informasi dengan mengajukan beberapa

pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula. Dalam hal ini penulis

melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang

diteliti. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi dan dari

terwawancara (interviewer).

33

3. Angket (kuesioner)

Tekhnik angket yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara menyusun

beberapa pertanyaan secara tertulis kepada responden dan dijawab secara tertulis

pula oleh responden. Angket ini dilakukan untuk memperoleh informasi dan

diajukan kepada 37 anak remaja pria yang dijadikan sebagai sampel dan

responden hanya dengan memilih salah satu jawaban yang dianggap tepat

baginya.

Tabel 3.1

Kisi-kisi angket

Variabel

Dimensi

Variabel

Indikator Variabel

No.

Item

Jumlah

Bimbingan

keberagamaan

orang tua

(variabel X)

Motivasi

Orang tua menyuruh

anak melaksanakan

shalat

Orang tua menyuruh

anak berpuasa

Menyuruh membaca

Al-quran

Menyuruh anak

berbuat baik

Memberi hadiah

1, 2

7, 11

9

8

5,

2

2

1

1

1

34

F. Analisia Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan bentuk tabel dengan

menggunakan tekhnik deskriftif prosentase dengan rumus sebagai berikut:

Mengawasi

Menegur anak

Menghukum

3, 12

4, 10

2

2

Mencontohkan

Orang tua shalat di

masjid

Orang tua shalat

dengan cara yang

benar

15

6

1

1

Minat shalat

berjamaah

remaja di

masjid

(variabel Y)

Minat

Suka melaksanakan

shalat berjamaah di

masjid

Mendahulukan shalat

berjamaah

Berusaha untuk

shalat berjamaah di

masjid

1, 4, 5,

6, 10

8, 9,

12, 13

2, 3, 7,

10, 11

5

4

5

35

Keterangan :

P = Angka persentase yang sedang dicari persen

F = Frekuensi

N = Responden

Dalam analisis penelitian ini menggunakan rumus korelasi product

moment. Secara operasional, analisa data tersebut dilakukan melalui tahap:

1. Mencari angka korelasi dengan rumus:

Keterangan:

rxy = Angka Indeks korelasi “r” Product Moment

N = Number of Casses

∑X = Jumlah skor dalam sebaran X

∑Y = Jumlah skor dalam sebaran Y

∑XY = Jumlah hasil perkalian skor X dengan skor Y

∑X2

= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

∑Y2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

36

2. Memberikan interprestasi terhadap angka indeks korelasi “r” product

moment

a. Interprestasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokkan

perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment,

seperti dibawah ini:

Tabel 3. 2

Interpretasi nilai r

Besarnya “r”

Product

Moment (rxy)

Interprestasi

0,00 0,20 Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat

korelasi, akan tetapi korelasi itu diabaikan (dianggap

tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)

0,20 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi,

yang lemah/ rendah

0,40 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi,

yang sedang/ cukup

0,70 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi,

yang kuat/ tinggi

0,90 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi,

yang sangat kuat/ tinggi

b. Interprestasi menggunakan tabel nilai “r” product moment (rt),

dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau

degrees of freedom (df) yang rumusnya adalah:

df= N-nr

Keterangan:

37

Df = Degress of freedom

N = Number of Cases

Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan.

Untuk mencari konstribusi variabel X terhadap variabel Y penulis

menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = r2 X 100%

Keterangan:

KD = Konstribusi variabel X terhadap Y

R = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

G. Hipotesis Statistik

H0 :

H1 :

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Data Singkat Kelurahan Kramat Pela

Kelurahan Kramat Pela memiliki luas wilayah 123.80 Ha, yang

terbagi menjadi 10 Rukun Warga (RW) dan 82 Rukun Tetangga (RT). Dan

jumlah penduduk di kelurahan Kramat Pela ini sebanyak 17.795 jiwa terdiri

dari 3683 Kepala Keluarga (KK) 8515 perempuan dan 9280 laki-laki.

Agama yang dianut masyarakat kelurahan Keramat Pela ini

mayoritasnya adalah islam, sedikitnya agama lain yaitu Protestan, Katolik,

dan Budha.

2. Letak Geografis RW 002 Kelurahan Kramat Pela Kecamatan Kebayoran

Baru Jakarta Selatan

Lingkungan RW 002 merupakan salah satu dari sepuluh rukun warga

yang ada di Kelurahan Kramat Pela Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta

Selatan.

RW 002 yang dipimpin oleh Bpk. Mahmud memiliki luas wilayah +

8 Ha.

3. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh dari ketua RW 002, jumlah RT di

wilayah ini ada 9 yaitu RT 001, 002, 003, 004, 005, 006, 007, 008, 009.

Dengan jumlah Kepala Keluarga 250 orang.

39

Penduduk di wilayah RW 002 mayoritas bermata pencaharian

sebagai pedagang, supir, buruh, karyawan.

Sarana pendidikan yang ada di RW 002 menurut Bpk. Mahmud

selaku ketua Rw adalah 5 TPA (Taman Pendidikan Alquran) dan 2 PAUD

(Pendidikan Anak Usia Dini). Sedangkan sarana keagamaan di RW 002

yaitu hanya 1 masjid dan 3 musholla.

Menurut pengakuan Bpk. Mahmud selaku ketua RW 002 agama

yang dianut oleh masyarakat RW 002 adalah islam, hanya terdapat 2

keluarga yang beragamakan Katolik dan Protestan di wilayah tersebut.

B. Deskripsi Data

Data penelitian ini diperoleh dari 37 responden yang menjawab 30

butir soal. Setelah diuji validitas soal, diketahui bahwa soal yang valid

berjumlah 26 soal. Data angket yang terkumpul dari soal-soal yang valid

dipersentasikan ke dalam tabel-tabel.

1. Bimbingan Keberagamaan Orang Tua

Untuk mengetahui hasil dari setiap butir soal dapat dilihat sebagai

berikut:

Tabel 4.1

Menyuruh anak melaksanakan shalat

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

8

12

5

10

2

21,7

32,4

13,5

27

5,4

Jumlah 37 100

40

Dari tabel di atas, dapat diketahui 21,7% responden menjawab orang

tuanya sangat sering menyuruhnya untuk shalat. Sedangkan sebagian besar

(32,4%) responden menjawab sering, dan 13,5% responden menjawab orang

tuanya jarang menyuruhnya untuk shalat, 27% responden menjawab pernah

dan sedikitnya (5,4%) responden menjawab orang tuanya tidak pernah

menyuruhnya untuk shalat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang

tua sering menyuruh anaknya melaksankan shalat.

Tabel 4.2

Mengajak anak shalat berjamaah

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

6

14

6

8

3

16,2

37,9

16,2

21,6

8,1

Jumlah 37 100

Dapat dilihat bahwa 16,2% responden menjawab sangat sering,

sebagian besar (37,9%) responden menjawab sering, 16,2% menjawab jarang,

21,6% responden menjawab pernah, dan sedikitnya (8,1%) responden

menjawab tidak pernah. Hal ini dapat dikatakan bahwa orang tua mereka

sudah berupaya mengajak anaknya melaksankan shalat berjamaah di masjid

Tabel 4.3

Menegur anak bila tidak shalat berjamaah di masjid

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Sering 6 16,2

41

2

3

4

5

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

12

9

9

1

32,4

24,3

24,3

2,8

Jumlah 37 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sedikitnya (16,2%) responden

menjawab sangat sering, sebagian besar (32,4%) responden menjawab sering,

sebagian kecil (24,3%) responden menjawab jarang, sebagian kecil (24,3%)

menjawab pernah dan sedikitnya (2,8%) responden menjawab tidak pernah.

Hal ini dapat dikatakan bahwa orang tua sudah mengingatkan atau menegur

dan berupaya agar anak dapat melaksankan shalat berjamah di masjid.

Tabel 4.4

Menyuruh anak untuk shalat

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

1

9

13

13

1

2,7

24,3

35,1

35,1

2,8

Jumlah 37 100

Diketahui terdapat 2,7% responden menjawab sangat sering, sebagian

responden (24,3%) menjawab sering, sebagian besar (35,1%) responden

menjawab jarang, dan 35,1% responden menjawab pernah dan sedikitnya

(2,8%) menjawab tidak pernah. Hal ini dapat dikatakan bahwa orang tua

mereka kurang memperhatikan anaknya dalam hal menyuruh shalat.

42

Tabel 4.5

Memberikan perlengkapan shalat

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

8

12

3

14

-

21,7

32,4

8,1

37,8

-

Jumlah 37 100

Dapat di lihat bahwa 21,7% responden menjawab sangat sering, 32,4%

responden menjawab sering, sedikitnya (8,1%) responden menjawab jarang,

dan sebagian besar (37,8) responden menjawab pernah, dan tidak ada yang

menjawab tidak pernah. Hal ini membuktikan bahwa orang tua memberikan

perlengkapan shalat anak agar digunakan dengan semestinya.

Tabel 4.6

Mencontohkan cara shalat

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

6

11

7

12

1

16,2

29,7

18,9

32,4

2,8

Jumlah 37 100

Dari tabel di atas sedikitnya (16,2%) responden menjawab sangat

sering, sebagian besar (29,7%) responden menjawab sering, sedikitnya (18,9)

43

responden menjawab jarang, sebagian besar (32,4%) responden menjawab

pernah, dan sedikitnya (2,8%) responden menjawab tidak pernah. Hal ini

dapat dilihat bahwa orang tua sering mencontohkan kepada anaknya tata cara

shalat yang benar.

Tabel 4.7

Mengajak berpuasa bersama

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

20

7

1

9

-

54

18,9

2,8

24,3

-

Jumlah 37 100

Dapat di ketahui mayoritas (54%) dari responden menjawab sangat

sering. 18,9% menjawab sering, sedikitnya (2,8%) responden menjawab

jarang. Dan sisanya (24,3%) menjawab pernah dan tidak ada yang menjawab

tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang tua sangat

sering membimbing anaknya dalam hal keagamaan, salah satunya ialah

mengajak anak berpuasa bersama.

Tabel 4.8

Menasihati untuk berbuat baik

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

25

5

-

6

67,5

13,5

-

16,2

44

5 Tidak Pernah 1 2,8

Jumlah 37 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar (67,5%)

responden menjawab sangat sering, sebagian kecil (13,5%) responden

menjawab sering, dan tidak ada yang menjawab jarang, sebagian kecil

(16,2%) menjawab pernah dan sedikitnya (2,8%) responden menjawab

tidakpernah. Hal ini membuktikan bahwa orang tua mereka selalu menasihati

anaknya untuk berbuat baik kepada orang lain.

Tabel 4.9

Menyuruh membaca Alquran

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

8

13

7

8

1

21,6

35,1

18,9

21,7

2,7

Jumlah 37 100

Dapat di lihat sebanyak (21,6%) responden menjawab sangat sering,

sebagian besar (35,1%) responden menjawab sering, 18,9% responden

menjawab jarang, dan terdapat 21,7% responden menjawab pernah, sedikitnya

(2,7%) menjawab tidak pernah. Hal ini dapat membuktikan bahwa orang tua

sering menyuruh anaknya untuk mengaji atau mebaca Alquran.

45

Tabel 4.10

Menegur bila tidak mengaji

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

9

12

6

8

2

24,3

32,4

16,2

21,7

5,4

Jumlah 37 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 24,3% responden

menjawab sangat sering, sebagian besar (32,4%) responden menjawab sering,

16,2% responden menjawab jarang, dan sebanyak 21,7% menjawab pernah,

dan sedikitnya (5,4%) menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa orang tua sering menegur anaknya apabila anaknya tidak

mengaji.

Tabel 4.11

Membangunkan sahur

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

20

7

2

8

-

54

18,9

5,4

21,7

-

Jumlah 37 100

Dari tabel di atas sebagian besar (54%) responden menjawab sangat

sering, 18,9% responden menjawab sering, sedikitnya (5,4%) responden

menjawab jarang, terdapat 21,7% responden menjawab pernah dan tidak ada

46

(0%) responden menjawab tidak pernah. Hal ini dapat dilihat bahwa orang tua

selalu membangunkan anaknya sahur.

Tabel 4.12

Menegur bila berkata tidak baik

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

18

10

-

9

-

48,7

27

-

24,3

-

Jumlah 37 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (48,7%) responden

menjawab sangat sering. Sebagian besar (27%) responden menjawab sering,

dan (0%) responden menjawab jarang, sebagian kecil (24,3%) responden

menjawab pernah, dan tidak ada (0%) responden menjawab tidak pernah. Hal

ini membuktikan bahwa orang tua selalu atau sangat sering menegur anaknya

bila berkata tidak baik.

Tabel 4.13

Shalat berjamaah di masjid

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Ng

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

3

11

11

5

7

8,1

29,7

29,7

13,6

18,9

47

Jumlah 37 100

Diketahui di atas sedikitnya (8,1%) responden menjawab sangat

sering, terdapat 29,7% responden menjawab sering, dan 29,7% responden

menjawab jarang, 13,6% responden menjawab pernah, dan sisanya (18,9%)

responden menjawab tidak pernah. Hal ini dapat dikatakan orang tua mereka

shalat berjamaah di masjid meskipun ada sebagian yang kurang konsisten

melaksanakannya.

2. Minat Shalat Berjamaah di Masjid

Adapun penjelasan dari variabel selanjutnya dapat dilihat dari tabel-

tabel di bawah ini:

Tabel 4.14

Melaksanakan shalat berjamaah di masjid

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

10

14

11

2

-

27

37,8

29,8

5,4

-

Jumlah 37 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa (27%) responden menjawab

sangat sering, sebagian besar (37,8%) responden menjawab sering, dan

terdapat (29,8%) responden menjawab jarang, 5,4% responden menjawab

pernah, dan tidak ada (0%) responden menjawab tidak pernah. Dengan

demikian dapat disimpilkan bahwa responden sering melaksankan shalat

berjamaah di masjid.

48

Tabel 4.15

Malas shalat di masjid

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

21

14

2

-

-

56,8

37,8

5,4

-

-

Jumlah 37 100

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa sebagian besar (56,8%)

responden menjawab sangat sering, 37,8% responden menjawab sering, dan

terdapat (5,4%) responden menjawab jarang. Dan tidak ada (0%) responden

menjawab pernah dan tidak pernah. Hal ini membuktikan bahwa mereka

sangat rajin dan tidak malas ke masjid untuk shalat berjamaah.

Tabel 4.16

Terpaksa berjamaah di masjid

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

20

15

2

-

-

54

40,6

5,4

-

-

Jumlah 37 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar (54%) responden

menjawab sangat sering, 40,6% responden menjawab sering, dan terdapat

(5,4%) responden menjawab jarang, dan tidak ada (0%) responden yang

49

menjawab pernah dan tidak pernah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sangat

sering responden terpaksa melaksanakan shalat berjamaah di masjid.

Tabel 4.17

Merasa rugi jika tidak ke masjid

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Menjawab

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

12

19

6

-

-

32,4

51,3

16,2

-

-

Jumlah 37 100

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa terdapat (32,4%) responden

menjawab sangat sering, mayoritas (51,3%) dari responden menjawab sering,

dan 16,2% responden menjawab jarang dan tidak ada (0%) responden

menjawab pernah dan tidak pernah. Hal ini membuktikan bahwa responden

sering merasa rugi apabila tidak ke masjid untuk shalat berjamaah.

Tabel 4.18

Melaksankan shalat berjamaah

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

10

19

8

-

-

27

51,3

21,7

-

-

Jumlah 37 100

50

Diketahui bahwa terdapat (27%) responden menjawab sangat sering,

sebagian besar (51,3%) responden menjawab sering, sebagian kecil (21,7%)

responden menjawab jarang, dan tidak ada (0%) responden menjawab pernah

dan tidak pernah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden sering

melaksanakan shalat berjamaah di masjid dekat rumahnya.

Tabel 4.19

Melaksanakan shalat berjamaah

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

5

12

17

3

-

13,6

32,4

45,9

8,1

-

Jumlah 37 100

Dari tabel di atas bahwa sebagian kecil (13,6%) responden menjawab

sangat sering, sebagian besar (32,4%) responden menjawab sering, sebagian

besar (45,9%) responden menjawab jarang, sedikitnya (8,1%) responden

menjawab pernah. Hal ini dapat dikatakan bahwa anak remaja pria

melaksanakan shalat berjamaah di masjid.

Tabel 4.20

Meninggalkan shalat

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

Sangat Sering

Sering

Jarang

11

19

6

29,8

51,3

16,2

51

4

5

Pernah

Tidak Pernah

1

-

2,7

-

Jumlah 37 100

Di lihat dari tabel di atas terdapat (29,8%) responden menjawab sangat

sering, sebagian besar (51,3%) responden menjawab sering, sebagian kecil

(16,2%) responden menjawab jarang, dan sedikitnya (2,7%) responden

menjawab pernah, dan tidak ada (0%) responden yang menjawab tidak pernah.

Maka dapat disimpulkan bahwa responden sering meninggalkan shalat karena

menonton tv atau bermain.

Tabel 4.21

Melaksanakan shalat dalam keadaan sakit

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

6

16

14

1

-

16,2

43,2

37,9

2,7

-

Jumlah 37 100

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa 16,2% responden menjawab

sangat sering, sebagian besar (43,2%) responden menjawab sering, 37,9%

responden menjawab jarang, dan sedikitnya (2,7%) responden menjawab

pernah. Dapat dikatakan kebanyakan responden mendahulukan shalat

meskipun dalam keadaan sakit.

52

Tabel 4.22

Shalat dalam keadaan sibuk

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

13

11

12

1

-

35,1

29,8

32,4

2,7

-

Jumlah 37 100

Dapat dilihat bahwa sebagian besar (35,1%) responden menjawab

sangat sering, sebagian kecil (29,8%) responden menjawab sering, dan

terdapat (32,4%) responden menjawab jarang, sedikitnya (2,7%) menjawab

pernah. Dapat di simpulkan bahwa responden sangat sering melaksanakan

shalat berjamaah di masjid walaupun dalam keadaan sibuk.

Tabel 4.23

Shalat karena ajakan teman

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

5

16

11

5

-

13,5

43,2

29,7

13,6

-

Jumlah 37 100

Dapat diketahui sedikitnya (13,5%) responden menjawab sangat

sering, sebagian besar (43,2%) responden menjawab sering, sebagian besar

(29,7%) responden menjawab jarang, dan sedikitnya (13,5%) responden

53

menjawab pernah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden sering shalat

berjamaah di masjid karena ajakan teman.

Tabel 4.24

Melaksanakan shalat jika tidak ada orang tua

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

10

11

8

6

2

27

29,7

21,7

16,2

5,4

Jumlah 37 100

Dari tabel di atas bahwa terdapat (27%) responden menjawab sangat

sering, sebagian besar (29,7%) responden menjawab sering, 21,7% responden

menjawab jarang, sebagian kecil (16,2%) responden menjawab pernah, dan

sedikitnya (5,4%) responden menjawab tidak pernah. Maka dapat diambil

kesimpulan bahwa responden sering shalat berjamaah di masjid meskipun

tidak ada orang tuanya.

Tabel 4.25

Shalat di masjid meskipun hujan

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

7

13

10

5

2

18,9

35,1

27

13,6

5,4

Jumlah 37 100

54

Dari tabel di atas terdapat (18,9%) responden menjawab sangat sering,

sebagian besar (35,1%) responden menjawab sering, sebagian besar (27%)

responden menjawab jarang, dan (13,6%) responden menjawab pernah,

sedikitnya (5,4%) responden menjawab tidak pernah. Hal ini dapat dikatakan

bahwa kebanyakan responden sering melaksanakan shalat berjamaah di masjid

meskipun dalam keadaan hujan.

Tabel 4.26

Bersiap-siap kemasjid sebelum adzan

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Sering

Sering

Jarang

Pernah

Tidak Pernah

3

10

17

5

2

8,1

27

45,9

13,6

5,4

Jumlah 37 100

Dari tabel di atas bahwa 8,1% responden menjawab sangat sering,

(27%) responden menjawab sering, sebagian besar (45.9%) responden

menjawab jarang, sedikitnya (13,6%) responden menjawab pernah, dan

sisanya (5,4%) responden menjawab tidak pernah. Hal ini dapat diketahui

bahwa responden jarang sudah berada di masjid sebelum adzan

dikumandangkan.

C. Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui tingkat signifikansi hubungan antara variabel X

(bimbingan keberagamaan orang tua) dengan variabel Y (minat shalat

berjamaah remaja) maka terlebih dahulu dirumuskan Hipotesis nihil (Ho) dan

Hipotesis alternative (Ha) sebagai berikut:

55

Ho : Tidak ada pengaruh antara bimbingan keberagamaan orang tua

dengan minat shalat berjamaah remaja di masjid

Ha : Terdapat pengaruh antara bimbingan keberagamaan orang tua

dengan minat shalat berjamaah remaja di masjid

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi

product moment dengan menggunakan kriteria:

1. Tolak Ho, jika r hit<r tabel

2. Terima Ha, jika r hit>r tabel

Tebel 4.27

Uji korelasi antara bimbingan keberagamaan orang tua dengan minat

shalat berjamaah remaja di masjid

NO. X Y xy x2 y2

1 46 47 2162 2116 2209

2 37 48 1776 1369 2304

3 28 48 1344 784 2304

4 49 50 2450 2401 2500

5 37 49 1813 1369 2401

6 28 49 1372 784 2401

7 49 48 2352 2401 2304

8 43 53 2279 1849 2809

9 26 48 1248 676 2304

10 22 43 946 484 1849

11 38 46 1748 1444 2116

12 46 52 2392 2116 2704

13 56 49 2744 3136 2401

14 55 52 2860 3025 2704

15 59 50 2950 3481 2500

16 53 50 2650 2809 2500

17 57 50 2850 3249 2500

18 50 61 3050 2500 3721

19 63 53 3339 3969 2809

20 55 52 2860 3025 2704

21 46 55 2530 2116 3025

56

22 50 47 2350 2500 2209

23 38 48 1824 1444 2304

24 59 57 3363 3481 3249

25 45 48 2160 2025 2304

26 44 57 2508 1936 3249

27 56 53 2968 3136 2809

28 41 47 1927 1681 2209

29 55 48 2640 3025 2304

30 51 50 2550 2601 2500

31 52 48 2496 2704 2304

32 48 50 2400 2304 2500

33 33 53 1749 1089 2809

34 50 54 2700 2500 2916

35 32 46 1472 1024 2116

36 52 47 2444 2704 2209

37 49 51 2499 2401 2601

Total 1698 1857 85765 81658 93661

Diketahui:

N= 37 X=1698 Y=1857

XY= 85765 X2=81658 Y

2=93661

Hasil perhitungan itu akan diuji keabsahannya dengan menggunakan

rumus korelasi product moment sebagai berikut:

=

√ =

=

57

=

=

=

= 0,415

Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa korelasi antara

Bimbingan Keberagamaan Orang Tua Terhadap Minat Shalat Berjamaah

Remaja di Masjid sebesar 0,41

D. Hasil Penelitian

1. Interpretasi Data Hasil Statistik

Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel maka dilakukan

dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan indeks korelasi “r”

product moment, dengan berpedoman pada nilai interpretasi, sebagai berikut:

Tabel 4.28

Interpretasi data

Besarnya “r”

Product

Moment (rxy)

Interprestasi

0,00 0,20 Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat

korelasi, akan tetapi korelasi itu diabaikan (dianggap

tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)

0,20 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi,

yang lemah/ rendah

0,40 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi,

yang sedang/ cukup

0,70 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi,

yang kuat/ tinggi

58

0,90 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi,

yang sangat kuat/ tinggi

Dari perhitungan di atas diperoleh angka korelasi antara variabel X dan

variabel Y atau rxy adalah 0,41 berdasarkan interpretasi nilai rxy berada pada

rentangan antara 0,40-0,70 yang berarti antara variabel X (Bimbingan

Keberagamaan Orang Tua) dengan variabel Y (Minat Shalat Berjamaah

Remaja di Masjid) terdapat korelasi atau pengaruh yang sedang atau cukup.

Dengan demikian secara sederhana penulis dapat memberi interpretasi

terhadap rxy tersebut, yaitu bahwa terdapat korelasi yang positif antara

variabel X dan variabel Y dengan taraf korelasi yang sedang atau cukup.

Untuk mengetahui kebenaran atau kepalsuan dari hipotesa yang telah

diajukan sebelumnya, yaitu dengan cara membandingkan besarnya “r” yang

telah diperoleh dalam proses perhitungan atau “r” hitung dengan besarnya “r”

yang tercantum dalam table nilai “r” product moment atau “rt”, terlebih dahulu

mencari derajat kebebasannya atau df dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Df= N-nr

Df= 37-2

= 35

Dengan df sebesar 35 maka diperoleh r tabel pada taraf signifikansi

5% sebesar 0,325 dan taraf signifikansi 1% sebesar 0,418, karena rxy pada

taraf signifikansi 5% adalah lebih besar dari r tabel (0,41>0,325), maka pada

taraf signifikansi 5% Ha diterima sedangkan Ho ditolak, ini berarti terdapat

korelasi yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y.

Dari hasil konsultasi antara rxy dan r tabel maka penulis

berkesimpulan bahwa ada korelasi atau pengaruh antara Bimbingan

59

Keberagamaan Orang Tua terhadap Minat shalat Berjamaah Remaja di

Masjid.

Perhitungan Koefesien Determinasi (KD) yang penulis manfaatkan

untuk mengertahui kontribusi variabel X dan variabel Y sebagai berikut:

KD= x 100%

= x 100%

= 0.1681x100%

= 16,81%

Kesimpulan yang dapat diambil adalah Minat Shalat Berjamaah

Remaja di Masjid dipengaruhi oleh Bimbingan Keberagamaan Orang Tua

sebesar 16,81%, dan sisanya 83,19% dipengaruhi oleh faktor lain, baik intern

maupun ekstren dari anak remaja tersebut.

2. Keterkaitan Temuan dengan Teori yang Melandasi Variabel-Variabel

Penelitian

Berdasarkan konsep dan teori yang telah dikemukakan pada landasan

teori di bab II bahwasannya minat shalat berjamaah seseorang dipengaruhi

oleh berbagai faktor, baik itu faktor intern, maupun faktor ekstern. Penelitian

ini terfokus pada keterkaitan bimbingan keberagamaan orang tua yang

mempengaruhi minat shalat berjamaah remaja mendapatkan hasil yaitu adanya

pengaruh antara variabel bebas (bimbingan keberagamaan orang tua) dan

variable terikat (minat shalat berjamaah remaja).

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara bimbingan keberagamaan orang

tua terhadap minat shalat berjamaah remaja di masjid. Hal ini terlihat dari

hasil perolehan angka korelasi yang menunjukkan r hitung (rh) lebih besar

dari r tabel (rt). Sedangkan persentase kontribusi antara minat shalat

berjamaah remaja di masjid di pengaruhi oleh bimbingan keberagamaan orang

tua sebesar 16,81%, dan sisanya 83,19% dipengaruhi oleh faktor lain baik

intern maupun ekstern anak remaja tersebut.

B. Implikasi

Dikarenakan adanya pengaruh positif antara bimbingan keberagamaan

orang tua terhadap minat shalat berjamaah remaja, maka bimbingan

keagamaan orang tua terhadap minat shalat berjamaah anaknya sudah baik,

namun yang perlu ditingkatkan lagi adalah, langkah-langkah yang dilakukan

orang tua agar anaknya melaksanakan shalat berjamaah adalah dengan

memberikan penghargaan dan kesadaran tentang pentingnya shalat berjamaah

di masjid pada anak remaja pria. Dengan adanya langkah-langkah seperti itu,

orang tua dapat melihat serta memantau perkembangan ibadah dan akhlaq

anak di usia remajanya.

61

C. Saran

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap hasil penelitian, ada

beberapa saran yang dikemukakan oleh penulis:

1. Dalam membimbing anak remaja sekarang ini, hendaknya orang tua

menjalin hubungan emosional dengan baik, membangun kerja sama

dengan baik kepada anak. Mendidik dengan mengikuti zaman anak-anak

remaja sekarang. Tidak selalu keras.

2. Orang tua pula hendaknya mengetahui dengan siapa saja anak-anak

remajanya bergaul agar tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan yang

tidak baik.

3. Kepada anak remaja, taatilah perintah orang tua yang baik-baik, agar

menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya. Dan ketahuilah bahwa

shalat berjamaah di masjid memiliki pahala yang banyak.

DAFTAR PUSTAKA

A, Hallen. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Akbar, Muhammad Jihad. Mukjizat Ibadah Fajar. Jakarta: Alfabeta, 2007.

Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Bulughul-Maram. Bandung: CV. Diponegoro, 1989.

Al-Fauzan, Saleh. Fikih Sehari-hari. Depok: Gema Insani, 2006.

Ali, Muhammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

Amin, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah, 2010.

Amiruddin, Supardi dan Teuku. Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat.

Yogyakarta: UII Press, 2001.

Anwariyah, Aan dkk., Taudhih Al-Ahkam min Bulugh Al-Maram. Jakarta: Pustaka

Azzam, 2010.

Arifin, Bambang Syamsul. Psikologi Agama. Bandung: Pustaka Setia,2008.

Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: PT.

Golden Terayon Press, 1994.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI).

Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Asrori M. Ali dan M. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didi., Jakarta: Bumi

Aksara, 2010.

Ayyub, Syaikh Hasan. Fiqih Ibadah. Jakarta: Pustaka AL-Kautsar, 2008.

Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 2009.

Dariyo, Agus. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.

Departemen Agama. al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan,

2006.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa,

2008.

Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Hafizh, M. Nur Abdul. Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Bandung: Al-Bayan, 1997.

Jalaluddin. Mempersiapkan Anak Saleh. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995.

Jalaludin. Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Press, 2010.

Kartono, Kartini. Peran Keluarga Memandu Anak. Jakarta: Rajawali Press, 1992.

Marimba, Ahmad, D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. al-Ma’arif,

1989.

Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: PT Lentera Basritama,

1996.

Mohammad E. Ayub dkk. Manajemen Masjid. Depok: Gema Insani, 2007.

Nawani, Imam. Tarjamah Riyadhus Shalihin. Surabaya: Duta Ilmu, 2003.

Purwanto, M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 2011.

Shalih bin Ghanim as-Sadlan. Fiqih Shalat Berjamaah. Jakarta: Pustaka as-Sunnah,

2006.

Shihab, Quraisy. Membumikan al-Quran. Bandung: Mizan, 1999.

Sudarsono. Kamus Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2007.

Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2009.

Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007.

Ulwan, Abdullah Nashih. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Semarang: Asy-Syifa.

Yasin Husain, Huri. Fiqih Masjid. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011.

Zahra’, Abu. Shalat Nabi SAW. Bandung: Penerbit Kota Ilmu, 2001.

Zuhairini, et.al. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

-trI

No bimbingan keberagamaan orang tua (X)

TOTALRespond1, z 3 4 5 6 7 8 9 10 l_ l" 1.2 13

e n

t 2 4 3 3 2 2 5 5 3 4 5 5 3 461L 4 2 3 2 4 3 5 5 2 1, 3 2 t 373 2 3 2 2 2 z z z 4 2 1

a z 1. 284 4 4 3 2 3 4 5 5 3 3 5 J 3 49

5 t 4 2 3 z 2 5 t 4 5 5 2 t 376 z 1 4 z 2 z z z A 2 2 2 I 28

7 4 5 3 3 3 2 5 5 3 3 5 5 3 49

8 3 1. 3 5 z,|f 5 5 I

Z 5 5 5 L 439 2 2 2 2 2 2 2 2 z 2 2 2 2 2 6

10 1 1. L 2 2 2 2 2 2 2 2 2 T 22LL 2 2 2 3 4 3 z 5 T 3 5 5 t 38t2 4 2 5 2 2 z 5 5 5 3 5 4 2 46

13 5 3 2 3 5 5 5 5 5 5 5 ) 3 56

I4 5 4 5 4 2 3 5 5 4 4 5 5 4 55

I 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 59

I Oaz 4 4 3 5 - 5 5 4 4 5 A + 53

L7 4 5 A A 4 4 4 5 n 5 4 5 5 57

18 4 4 5 A 4 A? 5 5 2 4 az 5 I 50

19 5 5 5 4 5 5 ) 5 5 5 5 5 A 6320 5 3 4 3 5 3 5 5 5 4 5 5 5 55

21. 2 z 2 2 4 A 5 5 /l 4 4 5 322 3 3 2 4 5 4 4 4 4 5 4 5 3 5023 3 3 2 3 4 3 3 5 z 1. z 4 3 38z+ 5 5 4 4 4 5 5 5 ? 5 5 5 4 59

25 4 4 4 2 az 2 4 5 2 z 5 5 4 45

26 5 5 4 2 2 2 A 4 4 2 4 4 2 44

27 3 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 56

28 2 4 3 3 4 4 2 z 3 2 4 5 3 41,

29 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 5 4 4 55

30 5 4 4 3 3 A 4 4 3 4 5 4 4 5 1

3L 4 z 2 2 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5232 4 3 4 4 4 5 2 5 3 5 z 4 3 48

33 2 2 4 2 2 z 2 4 5 2 2 2 2 3334 4 4 3 3 2 4 A 5 4 4 5 4 4 5035 2 z 3 2 2 L 2 2 2 3 4 2 4 3236 4 4 3 3 4 3 5 5 4 4 5 5 3 52

37 3 4 4 z 5 3 5 5 5 3 3 2 f, 49

TOTAL 125 123 124 108 L25 r20 L49 158 130 I29 15C 1,48 109

IATA-RATI 6,6 6,5 6 ,5 5,7 6,6 6,3 7.8 8 ,3 6,8 6,8 7 q 7,8 5,7

*1I

No minat shalat ber jamaah remaja di masj id (Y)

TOTALRespond1. L 3 4 5 6 7 8 9 10 t t 1.2 13

en1. 2 5 4 ) 4 3 4 4 3 4 5 t 3 47

2 5 4 5 5 3 4 5 4 z 4 4 2 1. 48

3 4 5 4 3 4 5 ? 5 4 4 3 1. 3 48

4 4 4 5 4 4 3 4 3 5 3 2 4 5 50

5 5 5 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 49

6 4 5 5 4 3 3 5 3 4 4 4 2 3 49

7 3 4 5 3 4 4 3 3 5 3 4 3 4 48

8 5 5 5 3 5 3 5 4 5 4 2 4 3 539 4 5 4 4 4 2 4 5 3 2 2 5 4 48

10 3 4 5 4 3 3 4 4 5 2 L 3 2 431.L 2 3 5 4 4 2 5 3 4 3 4 4 3 46

12 5 5 4 4 5 5 4 4 3 5 3 2 3 52

13 3 3 4 4 4 3 5 5 4 4 2 4 4 49

t4 4 4 5 5 3 3 2 3 5 5 4 5 4 5215 4 5 4 4 5 4 5 4 3 z 3 4 3 50t o 3 4 5 5 4 3 5 2 3 4 5 3 4 50t7 4 4 5 4 5 4 4 3 4 z 4 4 3 5018 E

J 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 q 4

t v 4 5 4 4 4 5 3 3 5 3 4 5 5320 4 4 5 5 Aa 4 3 3 4 + 5 A 52

2 t 5 5 4 5 5 4 A- 5 5 + 2 4 3 55

22 3 5 5 5 4 z 4 4 3 A 3 z 3 47

23 4 5 5 4 3 3 4 3 5 5 z ? I 48

24 5 5 5 4 5 5 4 4 3 4 5 5 3 57

25 3 4 4 5 4 3 5 4 3 3 ? 4 3 48

26 4 5 5 + 4 4 5 5 4 4 5 5 3 57

27 3 5 4 5 4 3 4 3 5 3 5 4 5 5328 3 A 4 4 5 3 4 3 3 4 4 2 4 4729 3 5 5 5 3 3 3 4 4 3 J 3 2 48

30 3 4 4 3 5 4 4 3 5 3 4 5 3 5031 4 5 5 4 4 4 3 4 3 4 L 4 3 48

32 5 5 4 4 5 3 4 4 3 2 4 ? 4 5033 A 5 5 4 4 3 4 4 5 4 5 4 2 5334 5 4 5 5 3 + 5 3 4 4 4 5 3 54

35 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 4 3 1) 46

36 3 5 4 3 4 3 4 3 5 3 3 4 3 47

37 5 5 3 4 3 5 4 4 5 3 5 3 2 5 1

TOTAL 143 t67 166 L54 150 130 151 138 r47 L32 r32 t29 1L8

. 1

. 6

.FI

Fb0-)v

xo+ t rqJ cl

( s d' r H

FR0v ) ( )( t t ^0) c.,l

gFbo

(5O f r

@ o ( f jm dro

O F - !+ F-co o c.)( o os

rONs

o, f-

rO Ntr)-

N t -lo c9

l - O r \( O - ( 9of --

f\

ot@ No) (f)a

t -(O f-o) (f)c,{

s No\

<) t-o ( f )

(oN

O f -F- e.)!q

N @ F *@ (f)N

oNf

@ f r

Ir frr o o c os

r.)cI

N f - NN

o r \f - ( v )tf

( o Nx !t cf)

N\ F *r f $ ( 9\ a

I

@ t -X r ( r )io

\r-F No ) o(9^

N (f) No) cf)

C N Nc N ( 9r o o

F F -.+ c.)N

N N(f) (f)

N(o O) t-

r (f)

oN

N

N f -co (f)a

$N

f- F-Cf) CE rO

f- frN ( f )(tL

l'* tO f*o) l.* (ar yo -

r $ f ro o ) ( 9o r o

N\r ( Y ) F *

s@ @ 1 . *( o o ) ( f )o @

o, (Y) l.*( o @ ( f )

t\$

S N@ (f)

CO

, A ( f ) N; < $ c oF 5 q

(f)

Nco^

F f -1r) c.) s

I

O F *

cf)_

t - N

t

lO F-(o (f)

F I \@ o C ' )o orf)

N(oa?

@ l"-N ( f )

I F- t'-( o o c f )(f) o\l

O l'*h 9 ( " )6 v ^

rif CY) l'*( . ) ( f )

clO ) N F -(O F (f)F Cr)

N

N

cO F*o) (f)--

ro roNv

o ) N $lf)

I

(O f*@ (f)

I\roI

V t -|f) (f)(f)

O F -$ (f)e,{

scf)

t- l'*l o ( 9 (f)

tO F-r (f)

$

@N

@ t -

@-

F-

s$CA

f - Fcf) cf)

O N@ o ( f )

N @ @ F -N @ ( f )

NN N NN O C ' )

t-CO

O N6 o ( 93o -

O t o f -( 9 r c . )- - q

Ncf)

N N I ' -l - O c . )e c.)

N F -

+ ! c f )CO c.)

f.- Nl o ( f )

- E

8* sra( U - : c )g6 B',F =

C . F

ES rra(E - . :C)

83 3'-E =

N

e ' E6 ( E

( E -o oI O

I

N ^' g E

d,gi D s

- E= 6

Er aeao - : O

86 3'-E =

s

1I

s

(r) F-r Cr)o

O f -o cf)o

f-

N F -o c.)

C9f-N

lO ft( f ) o ( f )l o on s

N I \- ( 9

r o $ F -@ F * ( 9a c \ l

$ NN C f )N

(f)

N f to c )ro_

$

Iro € N

r o ( f )C9

O f -N c 9

s

I O f -N O ( f )( o oro

(r) F-o c.)

Ns

cg lrro (oN

c9O)

O O No o ( f )o- o-

r

(O lrN C 9

t-(f)

t -

I O f -( O O C O

3qtO F.-

( O O ( f )r o o!+

cO F-@ (f)

lo

:.)

I

N N I -q g r ( Y )O F -

sf l- t-r C q C o

oNo!

I

(O fro ( f )--

I

(r) F-(o (Y)(o

@ l rN ( O

( o f r) x N C f )

C D NCQ c) CT)N On

@ f *O ( O C Oo o )

r ) Nr ) ( o ( Y )N F

@ t -o) cf)

NN

I

(r) F F*r o ( f ) ( 9N F

r l'*c! co

f-

o-I

t\ O) l'*C Y ) r ( f )

a '(r^f- F-@ (f)to-

! o N<) (f)N!+

r -

O f -t o c . )@ o(o

O ) N N$ F - < 9o - \

I

r t \( 9 ( f )Cf)

rt < Y ) F *l'- (r)(oro

F C f ) NF r ( f )F t O

N(f)

O) $ l'*@ @ c f )o- (o_

S Fi i $ ( f )1 5 o -

N T \q o ( o: o Ot

t*(f)

(r) f-_ cf)ro

O) F-(f) cf)N

@O)

I

$ l r@ (f)

F$

f-(f)

N F -r + o € )@ otf

F < v ) F *l() F* €)e ( f )

t-CY) O Cr)

3 o _

F- S Nco (f)

f\s

- l -(f) cf)(f)

s

f- F l \: l ? o ( 9

E O -

O) l-( Y ) ( Y )

NI

f i - f f -l c a ( f )

N I \t\ CO\

sI

o t \$ ( f JN

oo,-- F

N

O N t N t -( 0 0 ( f )c f ) 0tf

O F ro) (f).n-

I

C f ) N

s t \!o (f)(f)

NroI

O ) N t -@ - C OF (f)

@ t rN C.)N

al'*ro coN

( o @ I \(o o) cf)

!flo

CY) f*( o ( oc9^

v c ) Nc ) c o(Y)

F t \O ( r )

CD t-$ c o

r.)N$--

c q N

s-

o) t\t o o d )o:l olir

I\@lo

O No ( f )

1r) t.-(o d)N

I

\ t t -f-s-

!+ f*

ro

E HE d ar€iO t r . :C )

fl6 3'-E =

Lr)

F HEt leao t r r Og6 3',8 =

(o

= i nX . : N ^i : 9 v E< U - l q )o o .! l r=o - O @ E Z

f.-

=EX + N ^i : 9 v EO - j O

g6 '3',8 z

F TX + N ^i : I v Er E - - l O

86 '6'F =

F1

O F -o ( f )(o

(f)

l'* F*o < ) ( f l

t

t @ l ' -o o ( f )\ - _

O F -f-.fro

O f *. + o c . )o ) orr)

S F -- o c f )

s

@ F *o ) ( f )N

F-N Nc q ( f )

ro

I

C O NC') Cf)--

N

N

€ Nt-o!

( O N F@ e c r )crl --

o r € t *( o F ( f )

i t - F -C 9 O C 9

s

O No ( f )

I\

F-(f)

o ) N

N

N

o{r Nt\ (ON

- t \o ) ( f )ol-

f-(f)

o f.-

N

o l N f rt O N ( f )N F

o F.-s ( f )cf)

Ncf)

- t \o) cf)N

@F*

I

F- l-I(f)

R

l'*(o (f)ot

F-(f)

O F *!f, cf)(f)-

@a

e t -F- Cr)@

@N

O ) @ F -( O - ( Y )-- co.

f- r t \@. cf)N

O ) N F rL O N ( 9N F

O) F-o c 9N

N

N

( o N N( o F ( r )o { a

O No ( f ).tt

@q

- f -N ( f )-

(r) f-o ( f )

F*

a

N N(f) C9

s (O F*N C 9

N

I

r o No ( f )

Ns

t _

! ) t -o ( f ) c f )N -

@ l'*N Cf)o(f)

N N T \@ e ( f )O t *

O O NO O C ' )o- o^

r

F- F*@ (f)ro_

NO)o_

@ t -o) cf)

NNo-

@ F -N ( f )o-

( f ) N

@ ( f )lr)

(f) CY) f-to cf)o{

I

@ l -

3s_(er\(0 <9--

tf)(9N

(Y) f-(9 C')o

I

tO F-@ o c f )l o o!q

C9 F.-

Na

F- O, t-co (f)-- rt_

@ r f to ( o ( f )

@ l *o ( ' )t\

o{I

<) f- O f -N O C o

lf) l'*f - ( 9

No)N

O) O) F-( O r < r )C')

CY) f-o c o

F- (O l'*x $ c o(fJ

@ t \O Cf)

Nv

N F -F ( Y )c)_

LON F *c9 (f)NN

r No) cf)c9

los--

N O f -N N ( o

s@ f -(o cf)nt

N

O ) N Ns c o ( Y )N r

Nrf (f)F-

cf)cf)

6 Nr cr)

N NC9

I

( Y ) o NN N ( 9

.it

N N( 9 ( f )--

Nrr)N

O N f ro N c f )

t- r l.-$ $ e . )Gl --

I

t - F -L O O ( f )c ? ov

O NN

fr

= =En sraa = .i-qd (5 '6"8 z

F =H + N ^i : !u vEt E - : o

86 3 '=E z

N ^v n

d,Ei t g

: Eg 9( E -o o(]-C)

N

= *x - : N ^i : !u vEo - . : c )8 6 3'--E z

= i n; . J N ^f ! u - Ed -

o o . 9 t =o_ ( ) ay z

s

F N$ o ( f )N Oro

F*

N(f)

F T \$ o ( f )N Of)

( O @ t *t \ O ) ( ' )r yo -

O N+ o ( v )t ) oq

N ( 9 f -r ( ) ( f ) ( f )N F

O F -\ o ( t )+ or)

r o N t \0.) (.)

o o )t ^ -

t) @ l'*3 ' o ( f )N F

( O € f rt\ O) (f)_- C\l

F- l'-o o ( f )r ? o\r

$ l'*

68 (ov

g Ehs o N@ N ( f )o ( o

N N: - ( r )+o^

( O @ t \r o l l ) ( v )F ( 9

tO l'*i . ) o ( f )O O\r

S N NF o ( f )a to-

N No ( f )

r.)N

E d.b q ghl() rC l.\@ N ( f )-- ot

a C ) t \: ( F ( v )

<t v-

@ ( o t \N O ) ( f )-- ot

o ) Nf ) o d )N Ov

@ F *o) cf)

t\nl

r o359 0v

p8hEo-

N N f -lf) !O COF (f)

O l'*D O ( g1 r ) O

c

F =EE tea(E tr - :O86 'H=s z

lo

F HEE A,at E - : o

86 'd'E =I

t -

, . 1

, {

' F

()

C ) C g. o c g

cq 't-l

tlD -

q JV a

al

(oN

O t -o ( o

so t \O CY)

Cf)ro

- F -o ( 9o_ f-q

O F -

rO$

* l'*o ( 9 N

O l -

COs

N t -o ( f )o

S o ) Nr o N ( oN F

sr l r

t q o ( f )N OrO

. N I \; r c ' )sf

t@

(O F-f- (9N Nq

r t -

^ t o t -l < r C OI)

O ( o t *f* - (.)r C D

@ O ) f r( o o ( f )N r

N\ f , N(o cf) N

lf) t-rf (f) (f)

N

O F -@ (f)-- $

\

O t -o ( . )

lO F-I ) O C f )

$

lro N lr

r y - -O - f -@ N ( f )N F

cf)N(f)

r l rr o ( f )

N

oO f-o ) ( f )--

r N t *N O ( f )o^ o)-

ror\--

O) l'-o) c)N

F-N

tO F*r o ( o$_

3 ) @ f *D C O ( . )N O

. + o ) Nr o N ( oo { a

rt

c?C f ) Ns ( f )

cf)

I

O , N( f ) ( ' )

t-v

O f -o cf)

@ r o F -o (o cf)( 9 O

cf)t\

C 9 FN ( f )o- Cf)

$ l ts ( f )

l'. H gh s$s

@ f -o ( f ) (f)

a?t f ) Fs ( f )o

O ) N F -o ( o c . )Co. o_

lO F-a o c r )Y Os

lf) l'*o ) o ( f )s os

(oNol

o) l'*o C f )o-

t\ l\r o o d )a ov

rJ.) Nv(.)

@ F -CD f)o

C \ N NI O ( f ) C oc'{ a

S O F r@ N c oo ( o

F * l f ) NOr l* C)( \ I O

sN r f \

( o c f ) N tO t-N ( f )

$ t -x c o c o(f) e-

N(9

Nq

r l'to ( f )

$ Nt o o d )( o os

f- st l'-6 g ? c eCD

o,lN N

R P e o\r

Nc.)

$ N

v

N(oa

ro F-N ( 9o

f.- N 1..-R P ( . Jvf

v

F t'-o o ( f )N Or.o

N Ir(0 (Y)

= =X + N ^g l u v E

A = -i'gdd '6"8 z

F Hg 9( E -

( L C )

N

N ^v i o- : c )

6 E z

= =En aeao - - : o86 3'=s =

cf)

- ' E

8fi srao t r - : o86 3'-E =

$

/II

O N( o o ( f )

Eo^ N

O No c 9 .(r

\

O F - o)N\

O l t

ro$

tO F-o cf)

(9t+

N f'r \r O F -o c )

F; x C r ) C O s

!f

( o No ( 9 t\

$ F *N c 9

+ ( o f -A, - Cr)

N$

@ t \O ( o Ir

a

N l'* o)roO t -o c.)

o ( o N$ r c Y )

C9F*

tO lr

Cf)

( ) $ l rC N C f )\ r y

o F - ( o t tx ( o6

l.*

N

( o No, cf)

r f rN O C f )$o

- F - N F - tO F-= (f) cf)

d o _

(Y) l-N Cf)$

f*aO F-

X r ( Y )O I \

' ) o c f )r 0 0

O F -o cf)

It*

@ N

c.)

N . + f -F* l\ Cf)o_ @-

vry

@ f -Cq C')--

F- F-r (f)to-

No_

I

@ l r(o cf) trr

lO f'-

s'

F- $ l'*O) l''- Cr)N O

' ) N t *' ) t - ( f )N O t-c?

N l -N C 9

slo

(') I\(o (f)Cf)

N

* l'-F * O C Q( o os

tO F-i ( r ( r )s

O l'-o cf)

I\ sro( 9 N

cf)

o$a?

O t -* c f )

C C Y ) t *D O) Cf)N O

t\(Y)

O Nr o ( oo o F*

C9

N F -N ( 9

o t \o a )c{

Nt\

t- C ( O F -o o ) ( f )N O

tO l'*; 1 F ( D(f) N

N F -N C 9

t-(fJ

O F *o ( f Jo

NNf-

t f Nt\.q

F ! + F -O) f- (Y)N O

t \ t O No, F- (f)N O

ro(f)

nl - No ( f )

' ) N I -c @ c f ) CO

co$ t *$ (f)

cf)

I

O) l'-c o ( o

$ O f . -@ N ( oa ( o

(oFo{

O) F-O r ( f )o cf)

a?

tO lr$ ( o cf)

t-(9

C) t'*N C.) $

CO

C A N$ (f)

NloN

c\ f.*(f) (f)-- .lf

s

L O No c )

( o t \sr o cr)g o\t

C9

tO t- S O) f'*l o N e . )N r

N\rO N L O N

@ o ( Y )s ov

f-v o c f )C Of)

NsO f -

N

(0 F-@ ( 9

c ' E9+ c i ^g 9o t r i Og3 3',8 =

l.()

c

F =v ig 9 )( E t ro o( L O

I

N ^v l J

dl-9i t s

=HEF S ,Ao c - : o8 6 'E'-E =

f.-

= =X ^ - N ^i : 9 v oo - : od \ o 9 r =

d O 6 E z

c

F =) i - r N ^i : ! u v E( 5 - - : o

83 3'E =

,/I

I

N F *@ (f)

N

O No ( f )c

O NO ( . )

fr

O F -o ( f )o-

O F -o cf)

Nf.-

(r) N F-l\ O C.)N

r @ N! ) F ( r )N r

t o f -r ( f )

ro , A O ) Nx ( 9m

t - N. x N ( f ):r,

N f -roN

O T \o ( f )

$

N No ( f )$

o)nO F *o ( f )N

N

$ l'*(f) cf)ro

nlO F -o ( f )o

(f)

I\lo

- f -o ( f )o_

N

q

t-(f)

O No ( 9N

(0

@ O , t *( o o ( oN

N l'*

Egc)s

F-cf)

r No cf)N

N I \$ o ( o' ) osf

o ) @ N(r) - (Oo o

N(Y)

N T \O J o ( f )o ) otir

O f *o ( 9(f)

F*r()

O ND O ( v )$ o

N(f)

o ) @ N( Y ) r ( 9a- @-

D O ) F *l c o c . )N ' -

r sf, t'*tf) cQ cr)o { a

N f -@ ( 9N

l() l*o ( f )$

s @ F -(o (f)(f)

CEro t() t-

+ P C f )rD

(o t\o) cf)

F*

o{c ( o Nsf r Cr)

O l'*(o (eN

I

O l'*o ( f )ro

N

N f -(f)

@ NF Cr)o-

O T \o ( f )

3)

l.- t\r (r)ro

o,8hEo-

r t \

o-p

aO l -o o

(f)

N F to c f )

<r

6 6 r \s ( 9 ( f )N F

@ NX r ( v )

t\N O C f )i . ) 0o

l O $ f -o N ( 9o t r y

@ No cf)

Nrf

N $ f -N l'* (v)

(fJ F-N Cf)o

$t\c)

CD I\N ( f )

sft\c?

tO l'*o ( f )(f)_

f- *Ph'n o_

rf) t\l o ( f )s

f.-N

C ? r f -N l o d )

o t \$

\

€ o ) t \( o o ( f )N

r t \, o o c 9

i o -

O) l'*

N

lr)t-F.

f-N C 9

oc\t

o O l rr c @ ( oN

o ( o f *N - ( Oa ( f ) -

( o NN C 9o{

tf

N f -o cf)N

N T \(o (f)

roc)N

\r LO l.*r,\ s cf)10

lJ) F-- C Y )

l.r) \ N l >(r)

sf

@ No) (v)

N

| r ) t \(r) o cf)K ) Os

F S N

C A O

S NH ( f )t

r N$Nlr)

F =H + N ^g 9 v E< E - : o

83 3'E =

= =x + N ^( l u v EO - : O )

86 3'-E =

F *X + N ^g !D v.( t( U - : q )o o . !1,=o - O A Y Z

N

c- ' E^ i n l

En rea( E - l O

88 3'E =9 q c i ^( : J v E

G - - : . Oo o . !2r=o _ C ) a y z

s

,{

I

j

, . I

o t \oo\

N(f)

t-CO

o t \o ( f )o

oo\

+ l - F *, x N ( o6 o -

O f *O Cf)

NI\

,A O) F-;i< r (rJ(f)

o t \c o c o

r A l o N; + < F ( r )

O NO Cf)

\

€ F -( o F ( t )N F

O No ( o

CD N l'*N O ( f )6t F-

t\ t\@ ( o

ro@o{

aNa?

$ F -N ( f )

l o No c o! o o

$

sa

(o l'*o ( f )

O F *o ( f )<)

oN\

rA F l'*i x ( f ) ( f )

O N- o ( f )s f oN

O Fs o ( o3o -

< ) No mocc\

N No ( f )co(o

a H g"h

o) t-N C Oa

sloo!

O l -o d )o

F

t\u?

F * No cf)(o

mnF N

o ) o d )(f) or.o

NO F -o ( 9

O F -- o ( f )$ o

ron

$ F -o c f jo

Cf)Cv)\

o t \O ( f )

c

F *EE S,At 5 - : O )

E6 3'-E z

to

F *X + N ^i : 9 v Eo - , : o86 E'=s z

6

I

Nomor : Un.0 1/F. 1/Y\NL}| .3 I ?.1 {*l .20 12Hal : Bimbingan Skripsi

Dengan ini dih(materi/teknis) penulisan

Nama

NIM

Jurusan

Semester

Judul Skripsi

Jakarta, 27 -12-2012

Kepada Yth.Dra. Hj. Eri Rosatria, MAPembimbing SkripsiFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif HidayatullahJakarta.

Ass alamu' alaikum wr.wb.

Masjid Di Kelurahan K

arapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbingskripsi mahasiswa:

Hamidah

10901 1000100

Pendidikan Agama Islam

VII (Tujuh)

Pengaruh Minat Remaja Terhadap Shalat Berjamaah

eramat Pela Jakarta Selatan

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal'26-1,2-2012abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judultersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungiJurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skipsi ini diharapkan selesai'dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapatdiperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wass al amu' alaikum wr.wb.

a.n. DekanKajur Pendidikan Agama Islam

M.Ag

vil

Di

Tembusan;l. Dekan FITK2. Mahasiswa ybs.

DEPARTEMEN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1 5412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen ; FITK-FR-AKD-081

Tgl. Terbit : 5 Januari 2009

No. Revisi: : 00

Hal 111

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

199803 1 002

"trI

,*]; r r r - , ii t r l l t i

KEilENTERIAN AGATAUIN JAKARTAFITKJ. F. H. '}iatd.*agEcd*fdrE4.lelda*d.

: Lh.O l/F. l/KM.0 I .3/......../20 tg: Outline/Proposal; Penrdio*ar &ir Penctitiea

fl@1"&.Lurah Kramat PelaDiKramatPela

As s alanm'at affum tw.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahw4

Jaksd4f movember20lSNoruorLamp.Hsl

Nama

}'iTLE

Jurusan

$eftoeter

Judul Slctpd

HAMIDAH

1$9$rts{t*lss

Pendi dikau fu anra Islam(PAI)

IX (Sembilan)''P[NGA,*,UII BINilSING.{N H$,BS.*,AGA.If,AAN OR,ANG TUA

Tg*g*$** lt$Irr sgr'r,rr $D*J*HA*II xgillalA Dr xAg,ItD"-adalah benat mahasiswa/i Fakultas ltmu Tarbiyah dan Kegriruan UIN Jakarta yarg sedangmefiyueun ekripei, dan akan mengadakan penolitisn (rieet) di kelurahan yang Saudarapimpin.

Urltuk itu kami mohon Saudara dapat meugizirikan mahasiswa ters€but melaksanakanpenelitian dimaksud.

nucp€r{atisldar lujarana Sauaaq &ard uery*mffiine kaBih.

I#*x*dm*ffimr*r,x*.

iknn Agama Islam

Ag't1998$3 I SS?

TahrsrL Se&an FITK?. Ptah*mr lldim gidesg Akadenlik2. L{a**ix*r3ag

FORM {FA}Tgl, Terbit : November 201?

8yluffi

,/iI

OBSERVASI

Nama RespondenJabatanHari/TanggalTempat

Bpk. MahmudKetua RW 00231 oktober 2013Kediaman Bpk. Mahmud

1. Ada berapa jumlah warga di RW 002 ini?Jawab:Kurang lebih ada sekitar l02l orang

2. Berapa jumlah KK (Kepala Keluarga) di RW 002 ini?Jawab:Ada 250 KK

3. Berapa jumlah saranapendidikan di RW 002 ini?Jawab:

Ada? PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), 5 TPA (Taman PendidikanAlquran), dan 1 TK (Taman Kanak-kanak)

4. Berapa jumlah sarana keagamaan di RW yang bapak pimpin ini?Jumlah:Hanya ada 1 masjid dan 3 mushola

5. Apakah bapak tahu klasifikasi penduduk berdasarkan pekerjaan?Jawab:

Saya tidak mengetahui secara personal, akan tetapi yang saya lihat di sekitarkebanyakan warga saya itu pedagang, buruh, supir dan karyawan. Hanya adabeberapa orang yang bekerja sebagai pegawai negri dan pensiunan.

6. Ada berapa macam agama yang adadiwilayah bapak? Apakah keseluruhanmuslim?

Jawab:

Seluruh warga di wilayah saya beragama muslim, hanya ada2kelvargayang

beragamakan kristen.

II

BERITA WAWANCARA

NamaJfuatanTanggalTempat

Bpk. KadimanPengurus Masjid13 Januai2014Masjid Nurul Huda

1. Apakah anak remaja pria di RW 002 ini banyak yang melaksankan shalatberjamaah di masjid ini?Jawab:Tidak banyak, tapi ada. Yang saya lihat hanya anak-anak remaja yangtinggal di sekitar masjid. Karena di RW 002 ini hanya ada satu masjid.Mungkin mereka shalat berjamah di mushola dekat rumah mereka.

2. Kapan biasanya anak remaja di RW 002 ini shalat berjamaah ke masjidpak?

Jawab:Ya biasanya waktu shalat jum'at, maghrib dan isya saja.

3. Apa bapak tau, kira-kira kenapa anak remaja pria di sini sedikit yangshalat berjamaah di masjid?Jawab:Kebanyakan mereka main, nongkrong-nongkrong, dll.

4. Bagaimana bapak menanggapi kenyataan yang terjadi, bahwa anak remajapria sekarang kurang berminat dalam menjalani shalat berjamaah dimasjid?Jawan:Tergantung pendidikan di rumah, kalo orang tua mereka mendidik denganbenar maka anak akan ke masjid dengan sendirinya tanpadi suruh. Tapiada juga yang memang anak nya sendiri yang bandel disuruh ke masjidmalas.

tI

No. . . . . . .

NAMA

UMUR

PETUNJUK PENGISIAN

1. Bacalah bismillah sebelum anda mengerjakan angket ini

2. Bacalah pernyataan dengan teliti sebelum menjawab

3. Diharapkan kejujuran agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai

4. Angket ini semata-mata untuk penelitian tidak ada hubungannya dengan

apapun

Berilah tanda cheklist M pada salah satu jawaban dari pernyataan dibawah ini,

yang paling sesuai dengan keadaan sebenamya.

Keterangan:

TP : Tidak Pernah

P : Pemah

J : Iarang

S : Sering

SS : Sangat Sering

A. Bimbingan Keberagamaan Orang Tua

Orang tua saya menyuruh saya untuk shalat

Orang tua saya mengajak saya untuk shalatiamaah di masiid

Orang tua saya menegur saya jika sayatidak shalat beriamaah di masiidJika saya malas shalat orang tua sayamarah dan memaksa saya untuk shalat di

Orang tua saya memberikan sayaengkapan shalat densan I

Orang tua saya mencontohkail cara shalat

vI

l Orang tua saya mengajak saya berpuasabersama

8 Orang tua saya selalu menasihati untukberbuat baik

9 Orang tua saya menyuruh saya membacaalquran

10 Orang tua saya memberikan saya hadiahjika saya shalat berjamaah di masjid setiaphari

11 Saya dimarahi orang tua saya jika sayaberbicara tidak sopan

I2 Jika saya malas mengaji orang tua sayamarah dan memaksa saya untuk mengaii

13 Orang tua saya membangunkan saya sahuragar berpuasa

t4 Orang tua saya selalu menegur saya jikaberkata tidak baik

15 Orang tua saya selalu shalat berjamaah dimasiid

B. Minat Shalat Berjamaah Remaja Di N{asj id

PernyataanSaya mengerjakan shalat berjarnaah di

Saya merasa malas mengerjakan shalatberiamaah di masiidSaya merasa terpaksa mengerjakan shalatberiamaah di masiidSaya merasa rugi jika tidak mengerjakanshalatSaya melaksanakan shalat berjamaah yangdiadakan dimasiid dekat rumahSaya selalu melaksanakan shalat beriamaah

Saya sering meng5ulur-ngulur waktu dalammelaksanakan shalat lima waktuSaya meninggalkan shalat lima waktukarna menonton tv atau bermainSaya tetap melaksankan shalat meskipundalam keadaan sakitSaya tetap melaksankan shalat bery'amaahdalam keadaan sibukSaya melaksanakan shalat beq' amaahkarena aiakan teman

t2 S aya melaksanakan shalat berjamaahkarena oerintah oranq tua

13 Jika orang tua saya tidak ada di rumah,sava tetao melaksanakan shalat beriamaah

t4 Meskioun huian sava tetap ke masiid15 Sebelum azan dikumandangkan, saya

sudah bersiao-siao untuk ke masiid

I' )

i

.

v{I

DAFTAR UJI REFERENSI

No. Daftar Referensillalaman

skripsi

Paraf

Pembimbing

I Departemen Agama, Al-Quran dan

Terjemahnya, (Jakarta: CV. Pustaka Agtmg

Harapan, 2006),h.756.

I

Muhammad Jihad Akbar, Mukjizat lbadah

Faj ar, (Jakarta: Alfabeta, 2007), h. 19.

2

/aJ Saleh Al-Fauzan, Fikih Sehari-hari,

(Depok: Gema Insani, 2006),h. 135.

2

/4 Ibnu Hajar Al-Asqalani Terj. A.

Has san, B ulu ghu I - M ar am, (B andung;

CV. Diponegoro, 1989), h.217.

aJ

5 Syaikt Hasan Ayyub, Fiqih lbadah,

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), h.

351 .

J

/6 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan

dalamP ersfektif Is lam, (Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya, 2007), cet.7,h.

12.

aJ

4 M. Nur Abdul Hafrzh, Mendidik Anak

Bersama Rasulullah, (Bandung: A1-

Bayan, 1997), cet. 1, h.38.

4

,/

8 Zuharini, et. al, F i I s afat P e n d i d i ka n

Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),

ce t . 3 , h . I77 .

4

/9 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu

Pendidikan, (Jakarta: Raj a Grafindo

4

,(

gI

I

Persada, 2006),h.22.

i 0 Ahmad Tafsir, llmu Pendidikan DalamPersfektif Islam, ..., h. 157

5/

11 Departemen Agama, Al-Quran danTeriemahnya. .... h. 820

) ,/

I2 M. Arifin, Pedoman Pelal<sanaan

Bimbingan dan Penyuluhan Agama,

(Jakarta: PT. Golden Terayon Press,

1994), cet.5, h. 1.

8

13 Hallen A, Bimbingan dan Konseling,

(Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. 1, h.

5 .

9

/

T4 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan

Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,

2010) , ce t . I , h .7 .

9

/

15 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di

Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada,2007), cet. 1, h.

T7 ,

9

/

I 6 Departemen Pendidikan Nasional,

Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Pusat Bahasa, 2008)

9

/

T] Quraisy Shihab, Membumikan Al-

Quran, (Bandung: Mizan,1999), cet ke-

xv, h. 210.

9

18 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi

Agama, (Bandung: Pustaka Setia,2008),

h. T4.

10

19 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum,

(Bandung: PT. Remaja RosdaKarya,

2009), cet. ke-17, h. 9.

10

20 Samsul Arifin. loc. Cit 10

1

JJI

I

21 Syamsul Arifin, op. cit, h. 15-16 10 A22 Muhammad Daud Ali, Pendidikan

Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,

2008), h. 40.

11

/

23 Departemen Agama, Al-Quran dan

Terj emahnya, ..., h. 383

11

// / )

24 Samsul Munir Amin, Bimbingan danKonselinp Islam.... h. I 9

t2 ' /

25 M. Arifin, Pedoman Pelal<sanaanBimbingan dan Penyuluhan Agama, ...,h . 2

T2

26 Samsul Munir Amin, Bimbingan danKons elins Is lam, .... h.53-58

L4/,

27 Tohirin, Bimbingan dan Konseling diSekolah dan Madrasah. .... h. 39-50

T4 /x28 M. Arifin, Pedoman Pelal<sanaan

Bimbingan dan Penyuluhan Agama, ..h . 14

I4 r

29 Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2002),h.756.

15

30 Hasbullah, Dasar-dasar IlmuPendidikan" .. . . h.22

l 5/

31 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta:

Rajawali Press, 2010), cet. 14,h. 294.

t5, /

32 Kartini kartono, Peran Keluarga

Memandu Anak, (Jakarta: Rajawali

Pers, 1992), h. 38.

l 5

/J J M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan

Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya, 2011),h.82.

l 6 ,/,

34 M. Ngalim Purwanto, Ilmu PendidikanTeoritis dan Praktis. .... h. 83

T7 tr35 Jalaludin, Psikologi Agama, ..., h. 293 t1 /l36 Kartini kartono, Peran Keluarga T7 L

' 1

JI

Memandu Anak. .... h. 38a n Jalaluddin, Mempersiapkan Anak Saleh,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1995) , h .94 .

L1

/^38 Hasbullah, Dasar-dasar llmu

Pendidikan,... , h.8918 I

39 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman

Pendidikan Anak dalam Islam,

(Semarang: Asy-Syifa), h. 145.

18

/40 Jalaludin, Psikologi Agama, ..., h. 294 18

4T Ib id . ,h .70 18 l e

42 Sudarsono,Kamus Konseling, (Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 1997),h.145

T9

/43 M. Alisuf Sabi, Psikologi Pendidikan,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.

84.

I9

44 Bambang Syamsul Arifin, PsikologiAgarna.. .h.70

20

45 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan

Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia,

2004),h. 13.

22

/46 Zakiah Daradjal llmu Jiwa Agama,

(Jakarta: Bulan Bintang, 2009), Cet.

Ke-l7. h. 85.

22

/47 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi

Agama, . . . , h .7222 t/

48 Agoes dariyo, Psikologi PerkembanganRemaia,... , h. 14

22 ,l49 Agoes dariyo, Psikologi Perkembangan

Remaia, . . . ,h .1423 'l

50 M. Ali dan M. Asrori, Psikologi

Remaj a : Perkembangan Peserta Didik,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet. Ke-

5 ,h .22 .

23 rt t, q

;

51 Agoes dariyo, Psikologi PerkembanganRemaia. . . . . h . 14

24 I52 M. Ali dan M. Asrori, Psikologi

Remaj a: Perkembangan Peserta Didik,. . . , h . 95

24 t53 Ibid., h. 97 24 n54 M. Ali dan M. Asrori, Psikologi

Remaj a: Perkembangan Peserta Didik,. . . . h . 98

25

/55 Taudhih Al-Ahkam min Bulugh Al-

Maram, Terj. Oleh Aan Anwariyah

dkk., (Jakarta: Pustaka Azzarn, 201 0),

h. 458.

25

56 AbuZalua', Shalat Nabi SAW,

(Bandung: Penerbit Kota Ilmu, 2001),

h. 100.

25

/57 Shalih bin Ghanim as-Sadlan, Fiqih

Shalat Berjamaah, (Jakarta: Pustaka as-

Sunnah, 2006), h.28.

25

/

58 Muhammad Jawad Mughniya, Fiqih

Lima Mazhab, (Jakarta: PT Lentera

Basritama, 1996),h. 1 35.

26

{

59 Imam Nawani, Tarjamah Riyadhus

Shalihin, (Surabaya: Duta Ilmu, 2003),

cet. Ke-1, Ji l id 6, h.269.

26

/

60 Departemen Agama, Al-Qur'an dan

Terjemahnyd, ..., h. 566

27

,'(

6 l Mohammad E. Ayub dl<k., Manajemen

Masjid, (Depok: Gema Insani, 2007),h.

1 .

28

62 Huri Yasin Husain, Fiqih Masjid,

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 201 l), h.

12.

28

, t

It'II

63 Supardi dan Teuku Amiruddin,

Manajemen Masjid dalam

P embangunan Masyarakat,

(Yogyakarta: UII Press, 2001), h. Vi.

28

/64 Departemen Agama, Al-Quran dan

Terjemahnya, .. . ,h.8I29

(

65 Supardi dan Teuku Amiruddin,Manajemen Masjid dalamPembangunan Masyarakat, ..., h.132

29

/66 Mohammad E. Ayub dl<k, Manajemen

Mas.i id,.. . , h. 830 ,t

67 Suharsimi Arikunto, P ros edur

P enelitian Suatu Pendekatan Pralaik

(Edisi Revisi VI), (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), Cet-l3, h.71.

30

Jakarta, 27 Maret2}l4

Mengetahui, DX"tt P embimbing

ll/ ^l Il l / ( ^ 4I t l v lv '

(

Dra. Hi. Eri Rossatria M.Ag

NIP. 19470117 196608 2 001

'I

' . {