A. Orang Tua dalam Pendidikan Anak, Peran, dan Metodenya

25
23 BAB II PERAN DAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK A. Orang Tua dalam Pendidikan Anak, Peran, dan Metodenya 1. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sudahnya. Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil- personilnya. 1 Peran orang tua terhadap pendidikan anak bukanlah hal yang sepele karena pendidikan adalah modal utama yang 1 Yusuf Muhammad Al-Hasan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (JAKARTA: AL-SOFWA, 2006), p.3.

Transcript of A. Orang Tua dalam Pendidikan Anak, Peran, dan Metodenya

23

BAB II

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA

DALAM PENDIDIKAN ANAK

A. Orang Tua dalam Pendidikan Anak, Peran, dan

Metodenya

1. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak

Keluarga mempunyai peranan penting dalam

pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun

non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan

anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari

anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling

kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama

dalam kehidupanya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa

tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat

membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah

sudahnya. Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar

dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan

batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan

pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil-

personilnya.1

Peran orang tua terhadap pendidikan anak bukanlah hal

yang sepele karena pendidikan adalah modal utama yang

1 Yusuf Muhammad Al-Hasan, Pendidikan Anak Dalam Islam,

(JAKARTA: AL-SOFWA, 2006), p.3.

24

harus dimiliki oleh setiap individu yang hidup agar dapat

bertahan menghadapi perkembangan zaman. Seperti saat ini

orang tua semakin menyadari pentingnya memberikan

pendidikan yang terbaik kepada anak-anak mereka sejak dini.

Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak terbukti

memberikan banyak dampak positif bagi anak. Banyak yang

mencapai kesuksesan setelah mereka menginjak usia dewasa

dan terjun ke dalam dunia sosial yang sebenarnya.

Semakin pesatnya perkembangan teknologi, juga

menggiring sedikit demi sedikit berdampak pada perubahan

budaya. Memang kemajuan filsafat, science dan teknologi

telah menghasilkan kebudayaan yang semakin maju,

Smartphone sebagai contoh dari perkembangan teknologi

yang sekarang banyak digenggam oleh anak-anak, dibalik

manfaat dati smartphone tersebut, ada sisi buruk yang dapat

merusak moral anak-anak. Hal tersebut menambah

kekhawatiran orang tua terhadap moral anak-anaknya.2

Proses tersebut dikatakan oleh Ahmad Tafsir adalah suatu

globalisasi kebudayaan. Namun, kebudayaan yang semakin

mengglobal tersebut berdampak terhadap aspek moral.

Kemorosotan akhlak tersebut terjadi pada seluruh lapisan

masyarakat. Meskipun demikian, pada lapisan remajahlah

kemerosotan itu semakin terlihat.

2 Novi Kurnia, Literasi Digital Keluarga, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2019), p.6.

25

Oleh karena itu orang tua harus lebih memperhatikan

anak-anak mereka, melihat potensi dan bakat yang ada pada

anak mereka, memberikan sarana dan prasarana untuk

mendukung proses pembelajaran mereka di sekolah serta

selalu memotivasi anak agar tetap semangat dalam belajar.

2. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Anak

Tanggung jawab adalah konsekuensi dari peran.

Karna segala sesuatu yang diperankan dalam kehidupan baik

untuk diri sendiri, maupun untuk masyarakat harus

dipertanggung jawabkan.

Pada hakikatnya, tanggung jawab pendidikan itu adalah

tanggung jawab yang besar dan penting. Sebab, pada tatanan

operasionalnya, pendidikan merupakan pemberian bimbingan,

pertolongan dan bantuan dari orang dewasa atau orang yang

bertanggung jawab atas pendidikan kepada anak yang belum

dewasa. Dewasa dari segi rohaniah dan jasmaniah di dalam

ketakwaan kepada Allah Swt.3

Belajar dari kisah Luqman dalam mendidik anak, sudah

seharusnya dan sepatutnya bagi orang tua untuk

meneladaninya dalam mendidik, agar anak menjadi generasi-

generasi yang berakhlakul karimah yang dengannya dapat

memberi kebahagiaan bagi orang tua dan berguna bagi

sesamanya serta beriman kepada Allah SWT., dalam bentuk

3 Chairinniza Graha, Keberhasilan Anak Ditangan Orangtua,

(Yogyakarta, PT Alex Media Komputindo Kelompok Gramedia, JAKARTA,

2013) p.15

26

melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala

larangan-Nya.4

Mengenai besarnya tanggung jawab dalam mendidik

anak, maka Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah telah

menyatakan, “barang siapa yang melalaikan pendidikan

anaknya, yakni dengan tidak mengajarkan hal-hal yang

bermanfaat, membiarkan mereka terlantar, maka sungguh dia

telah berbuat buruk” . Mayoritas anak yang jatuh di dalam

kerusakan tidak lain karena kesalahan orang tuanya dan

karena tidak adanya perhatian terhadap anak-anak tersebut.

Hal itu juga karena orang tua tidak mengajarkan kepada

mereka kewajiban agama dan sunnah-sunnahnya, mereka

menelantarkan anaknya sejak kecil, sehingga mereka tak

dapat memberikan manfaat kepada diri sendiri dan orang

tuanya, manakala mereka telah tua.5

3. Metode Orang tua dalam Pendidikan Anak

Dalam membimbing atau mendidik seorang anak

hendaklah orang tua menggunakan metode atau cara, agar

pendidikan yang diberikan dapat berpengaruh terhadap anak.

Adapun metode-metode pendidikan yang berpengaruh

terhadap anak menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam

4 Aam Imaduddin, Memahami Arti Perubahan, (Tasikmalaya, EDU

PUBLISHER, 2018), p.65 5 M. Darwis Hude, Pendidikan Karakter Anak Pra Akil Balig

Berbasis Al-Qur’an, (Pekalongan: PT Nasya Expanding Management, 2020)

p.273.

27

bukunya Pendidikan Anak dalam Islam adalah sebagai

berikut :

a.) Metode dengan Keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang

berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam

mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual

anak. Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik

dalam pandangan anak yang tindak tanduk dan sopan

santunnya, disadari atau tidak akan ditiru oleh mereka.

Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak

tanduknya akan senantiasa tertanam dalam kepribadian

anak. Oleh karena itu masalah keteladanan menjadi faktor

penting dalam menentukan baik buruknya anak.

b.) Metode dengan Adat Kebiasaan

Bahwa anak sejak lahir telah diciptakan dengan fitrah

tauhid yang murni, agama yang benar dam iman kepada

Allah SWT. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam

surat ar-Ruum ayat 30 yaitu :

التي فطش الىاس عليها ل يه حىيفا فطشث للاه فاقم وجهك للذ

كه اكثش الىاس ل يعلمىن يه القيم وله لك الذ ره تبذيل لخلق للاه

Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus

kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan

Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.

28

Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama

yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui.” (QS. Ar-Rum 21/30)

Berdasarkan ayat di atas, dapat diketahui bahwa anak

dilahirkan dengan naluri tauhid dan iman kepada Allah.

Dari sini tampak peranan pembiasaan, pengajaran dan

pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak

dalam menemukan tauhid yang murni, budi pekerti yang

mulia, rohani yang luhur dan etika religi yang lurus. Tidak

ada yang menyangkal, bahwa anak akan tumbuh dengan

iman yang benar, menghiaskan diri dengan etika Islam

bahkan sampai pada puncak nilai-nilai spritual yang tinggi

dan berkepribadian yang utama, jika ia hidup dengan

dibekali dua faktor pendidikan Islam yang utama dan

lingkungan yang baik. Dari pendapat di atas tampaklah

peranan orang tua terhadap remajanya adalah

membiasakan kepada anak untuk melakukan perbuatan

yang terpuji bagi pertumbuhan dan perkembangan

remajanya dalam menemukan tauhid yang murni, budi

pekerti yang mulia, rohani yang mulia dan etika relegi

yang lurus.

c.) Metode dengan Nasehat

Nasehat termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil

dalam pembentukkan akidah amal dan mempersiapkannya

29

baik secara moral, emosional maupun sosial adalah

pendidikan anak dengan petuah dan memberikan

kepadanya nasehat-nasehat karena nasehat dan petuah

memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka

mata anak-anak kesadaran dan martabat yang luhur,

menghiasi dengan akhlak yang mulia serta membekalinya

dengan prinsip-prinsip Islam.

Berdasarkan yang telah dijelaskan bahwa metode nasehat

yang diberikan orang tua terhadap remajanya sangatlah

efektif, artinya orang tua hendaklah mendidik dan

membimbing remajanya dengan memberikan nasehat-

nasehat yang baik terhadap remajanya agar remajanya

memiliki kesadaran akan hakikat sesuatu dalam hal ini

terhadap shalatnya.

d.) Metode Perhatian atau Pengawasan

Pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa

mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti

perkembangan aspek akidah dan moral anak, mengawasi

dan memperbaiki kesiapan mental dan sosial, disamping

selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan

kemamuan ilmiahnya. Berdasarkan yang telah dijelaskan

orang tua hendaklah mendidik dan membimbing anak

remajanya dengan selalu memperhatikan dan mengawasi

perkembangan dalam berbagai aspek agar anak menjadi

30

manusia yang hakiki dan membangun pondasi Islam yang

kokoh. Dalam hal ini orang tua haruslah memperhatikan

dan mengawasi shalat anak remajanya, agar mereka

senantiasa tekun melaksanakan ibadah khususnya shalat

dan ibadah-ibadah umum yang lainnya. Seperti yang telah

dijelaskan dalam surat at Tahrim ayat 6 :

ا اوفسكم واهليك مىىا قى ايها الزيه اه قىدها الىاس يه م واسا و

ما امشهم هى كت غلظ شذاد ل يعصىن للا

والحجاسة عليها مله

ويفعلىن ما يؤمشون

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah

dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya

adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah

terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan

selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-

Tahrim/28:6)

e.) Metode Hukuman

Untuk memelihara masalah tersebut, syari`at telah

meletakkan berbagai hukuman yang mencegah bahkan

setiap pelanggar dan perusak kehormatannya akan

merasakan kepedihan. Akan tetapi hukuman yang

diterapkan para pendidik di rumah, atau di sekolah

berbeda-beda dari segi jumlah dan tata caranya, tidak

31

sama dengan hukuman yang diberikan kepada orang

umum. Adapun metode-metode yang dipakai Islam dalam

upaya memberikan kepada anak :

(1.) Lemah lembut dan kasih sayang

(2.) Menjaga tabi`at anak yang salah dalam menggunakan

hukuman.

(3.) Dalam usaha pembenahan hendakanya dilakukan

secara bertahap dari yang paling ringan hingga yang

paling keras6

B. Pengertian Pendidikan Anak, Urgensi, dan Tujuan

Pendidikan Anak

1. Pengertian Pendidikan Anak

Pendidikan adalah transformasi ilmu pengetahuan,

budaya, sekaligus nilai-nilai yang berkembang pada suatu

generasi agar dapat ditransformasi kepada generasi

berikutnya. Sebelum menjelaskan pengertian pendidikan

anak, maka terlebih dahulu penulis ketengahkan tentang

pengertian pendidikan.

Secara Etimologi Istilah pendidikan dalam bahasa

Indonesia, berasal dari kata “didik dengan memberinya

awalan “pe” dan akhiran “kan”, yang mengandung arti

6 Mierza Miranti, “Metode Pendidikan Anak Dalam Islam”,

https://klastulistiwa.com/2015/04/02/8-metode-mendidik-anak-dalam-islam/.

Diakses Pada 14 Desember 2020.

32

“perbuatan” (hal, cara, dan sebagainya).7 Menurut bahasa

Yunani yaitu pendidikan berasal dari kata “paedagogie”

yang asal katanya “ paedagogia” yang berarti “pergulatan

dengan anak”. Paduan katanya “paedagogos” yang

berarti “paedos” (anak) dan “agoge” (saya

membimbing). Jelasnya bahwa “paedagogos”

menyatakan seseorang yang tuganya membimbing anak

dalam pertumbuhan agar dapat berdiri sendiri.8

Sedangkan dalam bahasa Inggris kata pendidikan

(education) berasal dari educate yang artinya mendidik

yakni, memberi peningkatan (to elict to giverceto) dan

mengembangkan (to evolve to develop).9 Menurut bahasa

Arab istilah “Pendidikan” yang sering digunakan dalam

pendidikan Islam, untuk mendefinisikan pendidikan,

yaitu: tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Namun yang paling

popular digunakan adalah kata tarbiyah. Dari kata

tarbiyah ini, Imam al-Baidlowi dalam tafsirnya “Anwar

al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil”, mengemukakan pengertian

tarbiyah sebagai menyampaikan sesuatu hingga mencapai

kesempurnaan. Selanjutnya menurut an-Nahlawi, kata

tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu: raba-yarbu yang

artinya bertambah dan berkembang, rabiya-yarba dengan

7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002),

p.1. 8 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Teoritis dan Praktik, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, cet.XIII, 2000), p.3. 9 Ramayulis, Ilmu Pendidikan ...,p.2

33

wazan (bentuk) khafiya-yakhfa yang berarti tumbuh dan

berkembang, rabba-yarubbu dengan wazan (bentuk)

madda-yamuddu yang berarti memperbaiki, mengurusi

kepentingan, mengatur, menjaga dan memperhatikan.10

Sebagaimana yang diungkapkan Ki Hajar Dewantara

sebagai bapak pendidikan Nasional Indonesia mengatakan

pendidikan adalah merupakan tuntutan didalam hidup

tumbuhnya anak-anak.11 Langeveld mengartikan

pendidikan kepada pendewasaan anak termasuk dalam

memutuskan dan mencari solusi atas persoalan-persoalan

yang menyangkut kegiatan di dalam mencapai

keinginannya sehingga secara perlahan bisa mengantarkan

anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi.12

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pengertian

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara.

10 Ramayulis, Ilmu Pendidikan ...,p.4 11

Moh. Nawafil, Landasan-landasan pendidikan, (Yogyakarta : CV

ABSOLUTE MEDIA, 2018), p.9. 12

Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, (DIY : CV BUDI

UTAMA, 2012), p.8.

34

Secara umum Pengertian Pendidikan adalah sebagai

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Secara sederhana, Pengertian pendidikan adalah proses

pembelajaran bagi peserta didik untuk dapat mengerti,

paham, dan membuat manusia lebih kritis dalam

berpikir.13

Anak merupakan seorang yang berjenis kelamin laki-

laki atau perempuan yang belum dewasa dan belum

mengalami pubertas, anak merupakan manusia kecil yang

terlahir dari pasangan suami dan isteri, anak memiliki

imajinasi tersendiri yang kadang tingkah lakunya

mengundang canda tawa.14

Anak merupakan amanat yang diberika Allah

SWT kepada setiap orang tua, yang dimana anak-anak

yang masih bersih merupakan permata yang sangat

berharga, anak umpama cerminan diri sendiri, apabila

13 Niko Ramadhani, “Pentingnya Memahami Fungsi dan Tujuan dari

Pendidikan”,https:// www. akseleran. co.id/ blog/ pendidikan -adalah/Diakses

Pada 14 Desember 2020. 14

Dikutip dari Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Anak, diakses

tanggal 5 November 2020, pukul 11.00 WIB.

35

anak dijarkan dan dibiasakan kebaikan niscaya ia akan

tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di

dunia dan akherat. Sebaliknya jika anak sering

diperlihatkan dan dibiasakan kedalam hal-hal yang

negatif, maka anak akan tumbuh dengan moral yang

buruk.15

Setiap anak mengalami kemajuan perkembangan

melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat

diperkirakan, pertumbuhan emosi dan kognitif anak

sangat bergantung kepada orang lain dalam interaksi

sosial dan anak merupakan individu yang unik yang

tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang

berbeda.16

R.A. Kosnan berpendapat bahwa “Anak-anak

yaitu manusia muda dalam umur muda dalam jiwa dan

perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk

keadaan sekitarnya”. Oleh karna itu anak-anak perlu

diperhatikan secara sungguh-sungguh. Akan tetapi,

sebagai makhluk sosial yang paling rentan dan lemah,

ironisnya anak-anak justru sering kali di tempatkan dalam

posisi yang paling di rugikan, tidak memiliki hak untuk

15

Jamaal’Abdur Rahman, Tahapan Mendidik Anak Teladan

Rasulullah SAW, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005), p. 5. 16

Selfi Liliyatul Iftitah, “Evaluasi Pembelajaran Anak Usia Dini”,

(Duta Media Publishing, November 2019), p. 19.

36

bersuara, dan bahkan mereka sering menjadi korban

tindak kekerasa dan pelanggaran terhadap hak-haknya.17

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa pengertian

tentang anak menurut peraturan perundang-undangan.

Pengertian anak menurut peraturan perundang-undangan

dapat dilihat sebagai berikut :

1. Anak Menurut UU No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan anak

Pengertian anak berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU

No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah

seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan.18

2. Anak menurut Kitab Udang –Undang Hukum

Perdata

Di jelaskan dalam Pasal 330 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata, mengatakan orang belum dewasa

adalah mereka yang belum mencapai umur 21 tahun dan

tidak lebih dahulu telah kawin. Jadi anak adalah setiap

orang yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah.

Seandainya seorang anak telah menikah sebalum umur 21

17

Dikutip dari file:///C:/Users/ummi/Downloads/BAB%20II(5).pdf,

diakses tanggal 05 november 2020, pukul 20.00 WIB. 18

Undang-undang No 23 tahun 2002 tentang perlidungan anak,

(Jakarta : Visimedia, 2007), p. 4.

37

tahun kemudian bercerai atau ditinggal mati oleh

suaminya sebelum genap umur 21 tahun, maka ia tetap

dianggap sebagai orang yang telah dewasa bukan anak-

anak.

Kebiasaan yang mengarah pada perilaku seseorang

sering kali disebut sebagai karakter. Karakter terbentuk

dari lingkungan sekitar dan cara orang tua membesarkan

anaknya, karakter bukan sifat bawaan yang menempel

sejak lahir. Karakter merupakan kualitas diri seseorang

yang pada akhirnya akan membedakan dirinya dengan

orang lain. Karakter mungkin berhubungan dengan

kepribadian, namun kepribadian merupakan bentuk etika

atau cara kita menunjukan sikap saat berhadapan dengan

orang lain.19

Dari beberapa pengertian di atas, bahwa anak adalah

manusia yang dalam pertumbuhan dan perkembangannya

dan merupakan amanah yang harus dijaga. Salah satu cara

untuk menjaga amanah tersebut, yaitu dengan jalan

memberikan pendidikan.

Kesimpulannya, menerangkan anak dididik supaya

melahirkan watak dan sifat-sifat terpuji, mengisi hati

dengan segala akhlak mahmudah dan menjauhi akhlak

19

Dikutip dari Mia Zakaria dan Dewi arumsari, “Jeli Membangun

Karakter Anak”, (https://ebooks.gramedia.com/id/buku/jeli-membangun-

karakter-anak), p. 1.

38

mazmumah. Membuat kehidupan anak lebih bermakna

dan berarti serta dapat melahirkan kecerdasan emosianal

yang tinggi. Keragaman definisi pendidikan tersebut di

atas, menggambarkan keperbedaan dimensi penekanan

terhadap pendidikan, namun demikian satu sama lain

bersifat saling melengakapi, sehingga memberikan makna

yang luas terhadap konsep pendidikan.

Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas,

bahwa anak adalah manusia yang dalam pertumbuhan dan

perkembangannya dan merupakan amanah yang harus

dijaga. Salah satu cara untuk menjaga amanah tersebut,

yaitu dengan jalan memberikan pendidikan.

Kesimpulannya, pendidikan anak dapat dipahami

sebagai proses pemberian bimbingan dan atau pendidikan

oleh seorang pendidik kepada anak didik demi

terbentuknya kedewasaan emosional, mental, cara

berfikir, maupun kedewasaan fisik bagi generasi penerus,

mulai dari anak keluar dari fase bayi hingga menjelang

pubertas.

2. Urgensi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pendidikan Anak

Berdasarkan realitas saat ini, banyak orangtua belum

memahami pentingnya layanan pendidikan yang mesti

diberikan kepada anak, masih banyak orangtua yang

bersikap semena-mena dalam mendidik tanpa mengetahui

dampak buruknya terhadap normlitas pertumbuhan dan

39

perkembangan anak. Sehingga kerusakan pola pikir anak

kebanyakan berasal dari perlakuan orangtua yang

mengabaikan dan tidak mengajarkan kebaikan dan nilai-

nilai keagamaan, sehingga setelah dewasa anak tidak

dapat menjadi pribadi yang mampu memberikan manfaat

kepada dirinya sendiri, orangtua, dan orang-orang di

lingkungan sekitarnya.20

Kondisi seperti ini merupakan tanggung jawab

bersama baik orang tua, masyarakat, maupun pemerintah.

Namun disayangkan sebagian dari pihak-pihak tertentu

bersikap acuh tak acuh, kurang peduli dengan kondisi

yang dialami oleh anak-anak muslim dewasa ini. Bila

kemorosotan moral terus berjalan akibat dari pengaruh

perkembangan zaman di abad modern yang tidak lagi bisa

dibendung, maka dikhawatirkan akan punah dan pudarnya

secercah harapan untuk dapat melakukan perbaikan.

Keharusan perbaikan ini timbul dari kesadaran diri

dalam menghadapi kenyataan yang buruk, dan pentingnya

peranan generasi dimasa yang akan datang. Sekiranya

para orang tua dan masyarakat telah menyadari hal

tersebut, tentu harus mengedepankan pendidikan anak-

anak sedini mungkin.21

20 Nina Siti Salmaniah Siregar, “Persepsi Orang Tua terhadap

Pentingnya Pendidikan bagi Anak,” Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial

Politik UMA, Vol. 01, No. 1(Tahun 2013), p.23. 21 Mardiana Syahrir, Anak Shaleh: Merencanakan, Membentuk dan

Menberdayakan, (Makassar : Alauddin University Press, 2011), pp.2-4.

40

Imam Al-Ghazali RA. Dalam risalah Ayyuhal Walad

menyatakan bahwa makna pendidikan sama seperti

pekerjaan petani, yang mencabut duru-duri dan menyiangi

rumput-rumput liar, agar tanamannya tumbuh sehat dan

mendapat hasil panen yang maksimal.22

Kemudian Ibnu

Qayyim menyatakan “Barang siapa dengan sengaja tidak

mengajarkan hal-hal yang bermanfaat kepada anaknya

dan meninggalkannya begitu saja, berarti dia telah

melakukan kejahatan besar”.23

Potensi diri dalam memberikan pendidikan kepada

anak perlu dikembangkan agar ia mempunyai sifat

keagamaan. Dengan mengembangkan potensi yang

dimiliki oleh anak didik juga penting agar anak bisa

mengendalikan diri dengan baik, sungguh hal ini sangat

diperlukan, apalagi hidup dizaman yang semakin

kompleks diera modern seperti ini

Perkembangan ilmu pengetahuan telah membawa

perubahan hampir semua aspek kehidupan manusia.

Membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan

anak tidak mungkin dilihat dari satu sisi saja, karena

masalah-masalah pendidikan sangat kompleks untuk

dibahas. Pendidikan sebenarnya berbicara tentang sebuah

22 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung

: Remaja Rosdakarya, 2014), p.4. 23 Heri Ruslan, “Anak Sebagai Amanah dan Akibat

Menelantarkannya,” htpps://m.republika.co.id/berita/mp34mc/anak-sebagai-

amanah-dan-akibat-menelentarakannya, (6 September 2020)

41

sistem yang terdidiri dari beberapa sub-sub sistem yang

didalamnya saling terkait. Menurut Pidarta (1990) sistem

adalah sebagai strategi yang menyeluruh atau rencana

yang dikomposisi oleh satu set elemen yang harmonis,

masing-masing elemen mempunyai tujuan kesendiri yang

semuanya berkaitan terurut dalam bentuk yang logis.24

Dalam pelaksanaan pendidikan dalam keluaga tidak

jarang kita dapatkan fenomena-fenomena atau

problematika yang banyak mempengaruhi pendidikan

dalam keluarga. Faktor yang mempengaruhi pendidikan

dalam keluarga (rumah tangga) yang disebabkan oleh

beberapa faktor sebagai berikut:

a. Faktor Keluarga

Orangtua sebagai pendidik dan motivator bagi anak,

faktor dari dalam diri anak yaitu faktor intelegensi,

Sebab Orangtua sebagai pendidik dan motivator yaitu

harus memberi semangat, dorongan, dan suri tauladan

yang baik kepada anak karena apabila orang tua tidak

memiliki ilmu pengetahuan yang baik tentang tata

cara mendidik, mengasuh, membimbing anak maupun

lainnya, maka pelaksanaan pendidikan dalam rumah

tangga sebagaimana yang diharapkan sulit diwujudkan

(gagal). Dalam hal ini Sunartana dalam bukunya

Masalah dan Kesulitan Belajar, menjelaskan bahwa:

24 Ahmad Syalaby, Sejarah Pendidikan Islam, terj. M.

Mukhtar Yahya dan M. Sanusi Latief, (Jakarta : Bulan Bintang, 2003), p.286.

42

”cara orang tua mendidik anaknya dapat merupakan

sebab dari kegagalan anak-anak dalam belajar”. Dari

pendapat diatas dapat dipahami bahwa pendidikan

yang diperoleh orang tua baik mengenai metode atau

cara orang tua mendidik, maupun pengetahuan lainnya

sangat mempengaruhi pelaksanaan pendidikan anak

dalam keluarga (rumah tangga) terutama dalam

membentuk sikap toleransi kepada anak.

b. Faktor Ekonomi

Keadaan ekonomi keluarga sangat mempengaruhi

pelaksanaan pendidikan anak, artinya bila ekonomi

keluarga sangat minim maka akan menuntut orang

tuanya selalu berusaha mencari nafkah. Hal ini tidak

jarang dilakukan oleh seorang ayah atau ibu.

c. Faktor Lingkungan

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soekarno dan

A. Soepardi yang menyatakan bahwa: “Makin besar

anak, makin berbeda cara ia menerima rangsang dari

luar. Ia akan aktif menerima, melihat, dan meniru

segala keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang terjadi

di rumahnya. Lingkungan pergaulan teman di luar

sekolah yang cenderung negatif juga sangat

mempengaruhi pendidikan anak. Dalam buku yang

lain menjelaskan bahwa: “pengaruh dari teman

bergaul lebih cepat masuk kedalam jiwanya dari pada

43

yang kita duga. Maka bergaul yang baik akan

berpengaruh yang baik terhadap diri anak, begitu juga

teman bergaul yang sebaliknya pasti mempengaruhi

yang bersifat buruk juga”. Oleh sebab itulah interaksi

social anak di perhatikan, dan diawasi dengan baik

terutama terhadap teman bergaulnya yang memiliki

akhlak dan moralitas yang baik.

d. Faktor Agama

Ilmu pengetahuan yang tinggi, tanpa disertai oleh

keyakinan beragama, akan gagal dalam memberikan

kebahagiaan kepada yang memilikinya. Dalam hal ini

Zakiah Daradjat dalam bukunya peranan Agama

Dalam Kesehatan Mental, menjelaskan bahwa :

“Orang-orang yang tidak mengindahkan agama,

jiwanya kosong, hatinya kasar seolah-olah ia senang

melihat orang lain menderita. Dari pendapat di atas

dapat dipahami bahwa apabila kehidupan rumah

tangga (keluarganya) tidak beragama, beragama tetapi

tidak melaksanakan ajaran agamanya dalam

kehidupan bermasyarakat sehari-hari, niscaya

kebahagiaan dan ketentraman akan sulit didapatkan

dan diwujudkan karena dengan agamalah anak akan

patuh dan taat akan perintah orang tuanya.25

25 Jito Subiyanto, Peran Keluarga, Sekolah, dam Mayarakat,

(Yogyakarta : LPPG, 2013), p.333.

44

3. Tujuan Pendidikan Anak

Tujuan pendidikan anak ialah mencerdaskan

kehidupan bangsa dan menjadikan anak menjadi manusia

seutuhnya, yaitu menjadikan anak yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan

mengembangkan potensi, baik yang berbentuk jasmaniah

maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan

harmonis dengan Allah dan alam semesta. Atas dasar

itulah hakikat pendidikan berperan mengembangkan

potensi diri semaksimal mungkin.26

Menurut Kesuma Dharma dkk, “ketika membicarakan

tujuan pendidikan karakter adalah memfasilitasi

pengetahuan dan pengembangan nilai-nilai tertentu

sehingga terwujud dalam perilaku anak”.27

Menurut

Mohammad Haitami Salim mengatakan, “tujuan

pendidikan adalah membangun kepribadian dan budi

pekerti yang luhur sebagai modal dasar dalam

berkehidupan ditengah-tengah masyarakat, baik sebagai

umat beragama, maupun dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara”.28

26 Republik Indonesia, Undang-Undang RI. No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan

Nasional, bab II pasal 3 (Jakarta : Visimedia, 2008), p.3.

28 Mohammad Haitami Salaim, Pendidikan Agama Dalam Keluarga

,(Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), p.34.

45

Dikutip oleh Abdul Mujib tujuan umum pendidikan

dalam islam adalah insan kamil yang mendekatkan diri

kepada Allah Swt dan mendapatkan kebahagiaan hidup di

dunia dan di akhirat.29

Erwati Aziz mengungkapkan

sebagai berikut. “Tujuan pendidikan adalah menyiapkan

manusia untuk beribadah kepada Allah Swt. Apapun

materi yang diajarkannya dan cara apapun yang ditempuh

untuk mengajarkannya, tujuannya hanya satu, yaitu

mengharap rido Allah Swt dan mendekatkan diri kepada-

Nya.”

Manusia mempunyai dua kecenderungan yaitu baik

dan buruk. Jika manusia mampu diarahkan kepada jalan

yang benar, maka kecenderungannya berada pada jalan

yang benar. Oleh sebab itu dibutuhkan pendidikan untuk

mengembangkan potensi manusia tersebut, artinya

manusia mampu mewariskan pendidikan yang

diterimanya, sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah/2:33,

sebagai berikut:

ا أن بأهم بأسمائهم قال ألم أقل هم بأسمائهم ف لم قال يا آدم أنبئ

ماوات والرض وأعلم ما ت بدون وما كنتم لكم إني أعلم غيب الس

تكتمون

29 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : KENCANA

PREDANA MEDIA, 2010), p.50.

46

Artinya:

“Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah

kepada mereka nama-nama benda ini". Maka

setelah diberitahukannya kepada mereka nama-

nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah

sudahKu-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya

Aku men getahui rahasia langit dan bumi dan

mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang

kamu sembunyikan?”30

Ayat tersebut membuktikan potensi yang dimiliki

manusia, yang merupakan jawaban akan kekhawatiran

malaikat terhadap manusia. Setelah pembuktian potensi

tersebut, Allah memerintahkan kepada malaikat untuk

sujud kepada adam, yaitu sejud penghormatan terhadap

potensi tersebut, malaikatpun bersujud karena kepatuhan

akan perintah Allah, dan sekaligus mengakui potensi

makhluk baru (manusia) yang diciptakan oleh Allah.

Islam memandang anak sebagai manusia yang

memiliki potensi yang harus dikembangkan, maka dari

itu, anak sebagai amanah harus dibimbing dan diarahkan

agar terbentuk pribafi yang diinginkan, sehingga tercapai

tujuan pendidikan yang selaras dengan tujuan hidup

manusia.

30 Dadin Ardiansyah, A-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : PT.

Insan Media Pustaka, 2012) p.6.

47

Dari berbagai pendapat yang dipaparkan oleh para

ahli dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan anak

karakter dalam keluarga secara khusus adalah membina

dan mengarahkan anak-anak agar memiliki karakter yang

baik atau akhlak yang terpuji. Sedangkan secara umum

bertujuan untuk menyiapkan anak agar dapat hidup

optimal dan bermanfaat, baik bagi dirinya, keluarganya,

masyarakat, maupun agama dan bangsanya.31

Menurut Abdul Mujib tujuan pendidikan dalam

islam dapat diklasifikasikan menjadi tiga dimensi, yaitu:

a. Tujuan pendidikan jasmani (al-ahdaf al-jismiyah)

mempersiapkan diri manusia sebagi pengemban tugas

kholifah dibumi, melalui ketrampilan-ketrampilan fisik.

b. Tujuan pendidikan rohani (al-ahdaf ar-ruhaniyah)

meningkatkan jiwa ketaqwaan Allah dan meneladani

akhlak-aklak Nabi Muhammad Saw.

c. Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-aqliyah)

Pengarahan intelegensi untuk menemukan kebenaran dan

sebab-sebabnya dengan mempelajari tanda-tanda

kekuasaan Allah dan menemukan pesan-pesan yang ada

didalamnya sehingga meningkatkan aqidah kepada Allah

Swt.32

31

Hanafiah Faisal, Pendidikan Luar Sekolah, (Surabaya : Usaha

Nasional, 1981), p.75. 32

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : KENCANA

PREDANA MEDIA, 2010), p.88.