A. Orang Tua dalam Pendidikan Anak, Peran, dan Metodenya
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of A. Orang Tua dalam Pendidikan Anak, Peran, dan Metodenya
23
BAB II
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA
DALAM PENDIDIKAN ANAK
A. Orang Tua dalam Pendidikan Anak, Peran, dan
Metodenya
1. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak
Keluarga mempunyai peranan penting dalam
pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun
non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan
anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari
anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling
kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama
dalam kehidupanya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa
tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat
membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah
sudahnya. Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar
dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan
batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan
pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil-
personilnya.1
Peran orang tua terhadap pendidikan anak bukanlah hal
yang sepele karena pendidikan adalah modal utama yang
1 Yusuf Muhammad Al-Hasan, Pendidikan Anak Dalam Islam,
(JAKARTA: AL-SOFWA, 2006), p.3.
24
harus dimiliki oleh setiap individu yang hidup agar dapat
bertahan menghadapi perkembangan zaman. Seperti saat ini
orang tua semakin menyadari pentingnya memberikan
pendidikan yang terbaik kepada anak-anak mereka sejak dini.
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak terbukti
memberikan banyak dampak positif bagi anak. Banyak yang
mencapai kesuksesan setelah mereka menginjak usia dewasa
dan terjun ke dalam dunia sosial yang sebenarnya.
Semakin pesatnya perkembangan teknologi, juga
menggiring sedikit demi sedikit berdampak pada perubahan
budaya. Memang kemajuan filsafat, science dan teknologi
telah menghasilkan kebudayaan yang semakin maju,
Smartphone sebagai contoh dari perkembangan teknologi
yang sekarang banyak digenggam oleh anak-anak, dibalik
manfaat dati smartphone tersebut, ada sisi buruk yang dapat
merusak moral anak-anak. Hal tersebut menambah
kekhawatiran orang tua terhadap moral anak-anaknya.2
Proses tersebut dikatakan oleh Ahmad Tafsir adalah suatu
globalisasi kebudayaan. Namun, kebudayaan yang semakin
mengglobal tersebut berdampak terhadap aspek moral.
Kemorosotan akhlak tersebut terjadi pada seluruh lapisan
masyarakat. Meskipun demikian, pada lapisan remajahlah
kemerosotan itu semakin terlihat.
2 Novi Kurnia, Literasi Digital Keluarga, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2019), p.6.
25
Oleh karena itu orang tua harus lebih memperhatikan
anak-anak mereka, melihat potensi dan bakat yang ada pada
anak mereka, memberikan sarana dan prasarana untuk
mendukung proses pembelajaran mereka di sekolah serta
selalu memotivasi anak agar tetap semangat dalam belajar.
2. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Anak
Tanggung jawab adalah konsekuensi dari peran.
Karna segala sesuatu yang diperankan dalam kehidupan baik
untuk diri sendiri, maupun untuk masyarakat harus
dipertanggung jawabkan.
Pada hakikatnya, tanggung jawab pendidikan itu adalah
tanggung jawab yang besar dan penting. Sebab, pada tatanan
operasionalnya, pendidikan merupakan pemberian bimbingan,
pertolongan dan bantuan dari orang dewasa atau orang yang
bertanggung jawab atas pendidikan kepada anak yang belum
dewasa. Dewasa dari segi rohaniah dan jasmaniah di dalam
ketakwaan kepada Allah Swt.3
Belajar dari kisah Luqman dalam mendidik anak, sudah
seharusnya dan sepatutnya bagi orang tua untuk
meneladaninya dalam mendidik, agar anak menjadi generasi-
generasi yang berakhlakul karimah yang dengannya dapat
memberi kebahagiaan bagi orang tua dan berguna bagi
sesamanya serta beriman kepada Allah SWT., dalam bentuk
3 Chairinniza Graha, Keberhasilan Anak Ditangan Orangtua,
(Yogyakarta, PT Alex Media Komputindo Kelompok Gramedia, JAKARTA,
2013) p.15
26
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.4
Mengenai besarnya tanggung jawab dalam mendidik
anak, maka Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah telah
menyatakan, “barang siapa yang melalaikan pendidikan
anaknya, yakni dengan tidak mengajarkan hal-hal yang
bermanfaat, membiarkan mereka terlantar, maka sungguh dia
telah berbuat buruk” . Mayoritas anak yang jatuh di dalam
kerusakan tidak lain karena kesalahan orang tuanya dan
karena tidak adanya perhatian terhadap anak-anak tersebut.
Hal itu juga karena orang tua tidak mengajarkan kepada
mereka kewajiban agama dan sunnah-sunnahnya, mereka
menelantarkan anaknya sejak kecil, sehingga mereka tak
dapat memberikan manfaat kepada diri sendiri dan orang
tuanya, manakala mereka telah tua.5
3. Metode Orang tua dalam Pendidikan Anak
Dalam membimbing atau mendidik seorang anak
hendaklah orang tua menggunakan metode atau cara, agar
pendidikan yang diberikan dapat berpengaruh terhadap anak.
Adapun metode-metode pendidikan yang berpengaruh
terhadap anak menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam
4 Aam Imaduddin, Memahami Arti Perubahan, (Tasikmalaya, EDU
PUBLISHER, 2018), p.65 5 M. Darwis Hude, Pendidikan Karakter Anak Pra Akil Balig
Berbasis Al-Qur’an, (Pekalongan: PT Nasya Expanding Management, 2020)
p.273.
27
bukunya Pendidikan Anak dalam Islam adalah sebagai
berikut :
a.) Metode dengan Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang
berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam
mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual
anak. Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik
dalam pandangan anak yang tindak tanduk dan sopan
santunnya, disadari atau tidak akan ditiru oleh mereka.
Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak
tanduknya akan senantiasa tertanam dalam kepribadian
anak. Oleh karena itu masalah keteladanan menjadi faktor
penting dalam menentukan baik buruknya anak.
b.) Metode dengan Adat Kebiasaan
Bahwa anak sejak lahir telah diciptakan dengan fitrah
tauhid yang murni, agama yang benar dam iman kepada
Allah SWT. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam
surat ar-Ruum ayat 30 yaitu :
التي فطش الىاس عليها ل يه حىيفا فطشث للاه فاقم وجهك للذ
كه اكثش الىاس ل يعلمىن يه القيم وله لك الذ ره تبذيل لخلق للاه
Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan
Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.
28
Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (QS. Ar-Rum 21/30)
Berdasarkan ayat di atas, dapat diketahui bahwa anak
dilahirkan dengan naluri tauhid dan iman kepada Allah.
Dari sini tampak peranan pembiasaan, pengajaran dan
pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
dalam menemukan tauhid yang murni, budi pekerti yang
mulia, rohani yang luhur dan etika religi yang lurus. Tidak
ada yang menyangkal, bahwa anak akan tumbuh dengan
iman yang benar, menghiaskan diri dengan etika Islam
bahkan sampai pada puncak nilai-nilai spritual yang tinggi
dan berkepribadian yang utama, jika ia hidup dengan
dibekali dua faktor pendidikan Islam yang utama dan
lingkungan yang baik. Dari pendapat di atas tampaklah
peranan orang tua terhadap remajanya adalah
membiasakan kepada anak untuk melakukan perbuatan
yang terpuji bagi pertumbuhan dan perkembangan
remajanya dalam menemukan tauhid yang murni, budi
pekerti yang mulia, rohani yang mulia dan etika relegi
yang lurus.
c.) Metode dengan Nasehat
Nasehat termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil
dalam pembentukkan akidah amal dan mempersiapkannya
29
baik secara moral, emosional maupun sosial adalah
pendidikan anak dengan petuah dan memberikan
kepadanya nasehat-nasehat karena nasehat dan petuah
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka
mata anak-anak kesadaran dan martabat yang luhur,
menghiasi dengan akhlak yang mulia serta membekalinya
dengan prinsip-prinsip Islam.
Berdasarkan yang telah dijelaskan bahwa metode nasehat
yang diberikan orang tua terhadap remajanya sangatlah
efektif, artinya orang tua hendaklah mendidik dan
membimbing remajanya dengan memberikan nasehat-
nasehat yang baik terhadap remajanya agar remajanya
memiliki kesadaran akan hakikat sesuatu dalam hal ini
terhadap shalatnya.
d.) Metode Perhatian atau Pengawasan
Pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa
mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti
perkembangan aspek akidah dan moral anak, mengawasi
dan memperbaiki kesiapan mental dan sosial, disamping
selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan
kemamuan ilmiahnya. Berdasarkan yang telah dijelaskan
orang tua hendaklah mendidik dan membimbing anak
remajanya dengan selalu memperhatikan dan mengawasi
perkembangan dalam berbagai aspek agar anak menjadi
30
manusia yang hakiki dan membangun pondasi Islam yang
kokoh. Dalam hal ini orang tua haruslah memperhatikan
dan mengawasi shalat anak remajanya, agar mereka
senantiasa tekun melaksanakan ibadah khususnya shalat
dan ibadah-ibadah umum yang lainnya. Seperti yang telah
dijelaskan dalam surat at Tahrim ayat 6 :
ا اوفسكم واهليك مىىا قى ايها الزيه اه قىدها الىاس يه م واسا و
ما امشهم هى كت غلظ شذاد ل يعصىن للا
والحجاسة عليها مله
ويفعلىن ما يؤمشون
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah
terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-
Tahrim/28:6)
e.) Metode Hukuman
Untuk memelihara masalah tersebut, syari`at telah
meletakkan berbagai hukuman yang mencegah bahkan
setiap pelanggar dan perusak kehormatannya akan
merasakan kepedihan. Akan tetapi hukuman yang
diterapkan para pendidik di rumah, atau di sekolah
berbeda-beda dari segi jumlah dan tata caranya, tidak
31
sama dengan hukuman yang diberikan kepada orang
umum. Adapun metode-metode yang dipakai Islam dalam
upaya memberikan kepada anak :
(1.) Lemah lembut dan kasih sayang
(2.) Menjaga tabi`at anak yang salah dalam menggunakan
hukuman.
(3.) Dalam usaha pembenahan hendakanya dilakukan
secara bertahap dari yang paling ringan hingga yang
paling keras6
B. Pengertian Pendidikan Anak, Urgensi, dan Tujuan
Pendidikan Anak
1. Pengertian Pendidikan Anak
Pendidikan adalah transformasi ilmu pengetahuan,
budaya, sekaligus nilai-nilai yang berkembang pada suatu
generasi agar dapat ditransformasi kepada generasi
berikutnya. Sebelum menjelaskan pengertian pendidikan
anak, maka terlebih dahulu penulis ketengahkan tentang
pengertian pendidikan.
Secara Etimologi Istilah pendidikan dalam bahasa
Indonesia, berasal dari kata “didik dengan memberinya
awalan “pe” dan akhiran “kan”, yang mengandung arti
6 Mierza Miranti, “Metode Pendidikan Anak Dalam Islam”,
https://klastulistiwa.com/2015/04/02/8-metode-mendidik-anak-dalam-islam/.
Diakses Pada 14 Desember 2020.
32
“perbuatan” (hal, cara, dan sebagainya).7 Menurut bahasa
Yunani yaitu pendidikan berasal dari kata “paedagogie”
yang asal katanya “ paedagogia” yang berarti “pergulatan
dengan anak”. Paduan katanya “paedagogos” yang
berarti “paedos” (anak) dan “agoge” (saya
membimbing). Jelasnya bahwa “paedagogos”
menyatakan seseorang yang tuganya membimbing anak
dalam pertumbuhan agar dapat berdiri sendiri.8
Sedangkan dalam bahasa Inggris kata pendidikan
(education) berasal dari educate yang artinya mendidik
yakni, memberi peningkatan (to elict to giverceto) dan
mengembangkan (to evolve to develop).9 Menurut bahasa
Arab istilah “Pendidikan” yang sering digunakan dalam
pendidikan Islam, untuk mendefinisikan pendidikan,
yaitu: tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Namun yang paling
popular digunakan adalah kata tarbiyah. Dari kata
tarbiyah ini, Imam al-Baidlowi dalam tafsirnya “Anwar
al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil”, mengemukakan pengertian
tarbiyah sebagai menyampaikan sesuatu hingga mencapai
kesempurnaan. Selanjutnya menurut an-Nahlawi, kata
tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu: raba-yarbu yang
artinya bertambah dan berkembang, rabiya-yarba dengan
7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002),
p.1. 8 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Teoritis dan Praktik, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, cet.XIII, 2000), p.3. 9 Ramayulis, Ilmu Pendidikan ...,p.2
33
wazan (bentuk) khafiya-yakhfa yang berarti tumbuh dan
berkembang, rabba-yarubbu dengan wazan (bentuk)
madda-yamuddu yang berarti memperbaiki, mengurusi
kepentingan, mengatur, menjaga dan memperhatikan.10
Sebagaimana yang diungkapkan Ki Hajar Dewantara
sebagai bapak pendidikan Nasional Indonesia mengatakan
pendidikan adalah merupakan tuntutan didalam hidup
tumbuhnya anak-anak.11 Langeveld mengartikan
pendidikan kepada pendewasaan anak termasuk dalam
memutuskan dan mencari solusi atas persoalan-persoalan
yang menyangkut kegiatan di dalam mencapai
keinginannya sehingga secara perlahan bisa mengantarkan
anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi.12
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pengertian
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.
10 Ramayulis, Ilmu Pendidikan ...,p.4 11
Moh. Nawafil, Landasan-landasan pendidikan, (Yogyakarta : CV
ABSOLUTE MEDIA, 2018), p.9. 12
Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, (DIY : CV BUDI
UTAMA, 2012), p.8.
34
Secara umum Pengertian Pendidikan adalah sebagai
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Secara sederhana, Pengertian pendidikan adalah proses
pembelajaran bagi peserta didik untuk dapat mengerti,
paham, dan membuat manusia lebih kritis dalam
berpikir.13
Anak merupakan seorang yang berjenis kelamin laki-
laki atau perempuan yang belum dewasa dan belum
mengalami pubertas, anak merupakan manusia kecil yang
terlahir dari pasangan suami dan isteri, anak memiliki
imajinasi tersendiri yang kadang tingkah lakunya
mengundang canda tawa.14
Anak merupakan amanat yang diberika Allah
SWT kepada setiap orang tua, yang dimana anak-anak
yang masih bersih merupakan permata yang sangat
berharga, anak umpama cerminan diri sendiri, apabila
13 Niko Ramadhani, “Pentingnya Memahami Fungsi dan Tujuan dari
Pendidikan”,https:// www. akseleran. co.id/ blog/ pendidikan -adalah/Diakses
Pada 14 Desember 2020. 14
Dikutip dari Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Anak, diakses
tanggal 5 November 2020, pukul 11.00 WIB.
35
anak dijarkan dan dibiasakan kebaikan niscaya ia akan
tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di
dunia dan akherat. Sebaliknya jika anak sering
diperlihatkan dan dibiasakan kedalam hal-hal yang
negatif, maka anak akan tumbuh dengan moral yang
buruk.15
Setiap anak mengalami kemajuan perkembangan
melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat
diperkirakan, pertumbuhan emosi dan kognitif anak
sangat bergantung kepada orang lain dalam interaksi
sosial dan anak merupakan individu yang unik yang
tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang
berbeda.16
R.A. Kosnan berpendapat bahwa “Anak-anak
yaitu manusia muda dalam umur muda dalam jiwa dan
perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk
keadaan sekitarnya”. Oleh karna itu anak-anak perlu
diperhatikan secara sungguh-sungguh. Akan tetapi,
sebagai makhluk sosial yang paling rentan dan lemah,
ironisnya anak-anak justru sering kali di tempatkan dalam
posisi yang paling di rugikan, tidak memiliki hak untuk
15
Jamaal’Abdur Rahman, Tahapan Mendidik Anak Teladan
Rasulullah SAW, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005), p. 5. 16
Selfi Liliyatul Iftitah, “Evaluasi Pembelajaran Anak Usia Dini”,
(Duta Media Publishing, November 2019), p. 19.
36
bersuara, dan bahkan mereka sering menjadi korban
tindak kekerasa dan pelanggaran terhadap hak-haknya.17
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa pengertian
tentang anak menurut peraturan perundang-undangan.
Pengertian anak menurut peraturan perundang-undangan
dapat dilihat sebagai berikut :
1. Anak Menurut UU No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan anak
Pengertian anak berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU
No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan.18
2. Anak menurut Kitab Udang –Undang Hukum
Perdata
Di jelaskan dalam Pasal 330 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata, mengatakan orang belum dewasa
adalah mereka yang belum mencapai umur 21 tahun dan
tidak lebih dahulu telah kawin. Jadi anak adalah setiap
orang yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah.
Seandainya seorang anak telah menikah sebalum umur 21
17
Dikutip dari file:///C:/Users/ummi/Downloads/BAB%20II(5).pdf,
diakses tanggal 05 november 2020, pukul 20.00 WIB. 18
Undang-undang No 23 tahun 2002 tentang perlidungan anak,
(Jakarta : Visimedia, 2007), p. 4.
37
tahun kemudian bercerai atau ditinggal mati oleh
suaminya sebelum genap umur 21 tahun, maka ia tetap
dianggap sebagai orang yang telah dewasa bukan anak-
anak.
Kebiasaan yang mengarah pada perilaku seseorang
sering kali disebut sebagai karakter. Karakter terbentuk
dari lingkungan sekitar dan cara orang tua membesarkan
anaknya, karakter bukan sifat bawaan yang menempel
sejak lahir. Karakter merupakan kualitas diri seseorang
yang pada akhirnya akan membedakan dirinya dengan
orang lain. Karakter mungkin berhubungan dengan
kepribadian, namun kepribadian merupakan bentuk etika
atau cara kita menunjukan sikap saat berhadapan dengan
orang lain.19
Dari beberapa pengertian di atas, bahwa anak adalah
manusia yang dalam pertumbuhan dan perkembangannya
dan merupakan amanah yang harus dijaga. Salah satu cara
untuk menjaga amanah tersebut, yaitu dengan jalan
memberikan pendidikan.
Kesimpulannya, menerangkan anak dididik supaya
melahirkan watak dan sifat-sifat terpuji, mengisi hati
dengan segala akhlak mahmudah dan menjauhi akhlak
19
Dikutip dari Mia Zakaria dan Dewi arumsari, “Jeli Membangun
Karakter Anak”, (https://ebooks.gramedia.com/id/buku/jeli-membangun-
karakter-anak), p. 1.
38
mazmumah. Membuat kehidupan anak lebih bermakna
dan berarti serta dapat melahirkan kecerdasan emosianal
yang tinggi. Keragaman definisi pendidikan tersebut di
atas, menggambarkan keperbedaan dimensi penekanan
terhadap pendidikan, namun demikian satu sama lain
bersifat saling melengakapi, sehingga memberikan makna
yang luas terhadap konsep pendidikan.
Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas,
bahwa anak adalah manusia yang dalam pertumbuhan dan
perkembangannya dan merupakan amanah yang harus
dijaga. Salah satu cara untuk menjaga amanah tersebut,
yaitu dengan jalan memberikan pendidikan.
Kesimpulannya, pendidikan anak dapat dipahami
sebagai proses pemberian bimbingan dan atau pendidikan
oleh seorang pendidik kepada anak didik demi
terbentuknya kedewasaan emosional, mental, cara
berfikir, maupun kedewasaan fisik bagi generasi penerus,
mulai dari anak keluar dari fase bayi hingga menjelang
pubertas.
2. Urgensi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pendidikan Anak
Berdasarkan realitas saat ini, banyak orangtua belum
memahami pentingnya layanan pendidikan yang mesti
diberikan kepada anak, masih banyak orangtua yang
bersikap semena-mena dalam mendidik tanpa mengetahui
dampak buruknya terhadap normlitas pertumbuhan dan
39
perkembangan anak. Sehingga kerusakan pola pikir anak
kebanyakan berasal dari perlakuan orangtua yang
mengabaikan dan tidak mengajarkan kebaikan dan nilai-
nilai keagamaan, sehingga setelah dewasa anak tidak
dapat menjadi pribadi yang mampu memberikan manfaat
kepada dirinya sendiri, orangtua, dan orang-orang di
lingkungan sekitarnya.20
Kondisi seperti ini merupakan tanggung jawab
bersama baik orang tua, masyarakat, maupun pemerintah.
Namun disayangkan sebagian dari pihak-pihak tertentu
bersikap acuh tak acuh, kurang peduli dengan kondisi
yang dialami oleh anak-anak muslim dewasa ini. Bila
kemorosotan moral terus berjalan akibat dari pengaruh
perkembangan zaman di abad modern yang tidak lagi bisa
dibendung, maka dikhawatirkan akan punah dan pudarnya
secercah harapan untuk dapat melakukan perbaikan.
Keharusan perbaikan ini timbul dari kesadaran diri
dalam menghadapi kenyataan yang buruk, dan pentingnya
peranan generasi dimasa yang akan datang. Sekiranya
para orang tua dan masyarakat telah menyadari hal
tersebut, tentu harus mengedepankan pendidikan anak-
anak sedini mungkin.21
20 Nina Siti Salmaniah Siregar, “Persepsi Orang Tua terhadap
Pentingnya Pendidikan bagi Anak,” Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial
Politik UMA, Vol. 01, No. 1(Tahun 2013), p.23. 21 Mardiana Syahrir, Anak Shaleh: Merencanakan, Membentuk dan
Menberdayakan, (Makassar : Alauddin University Press, 2011), pp.2-4.
40
Imam Al-Ghazali RA. Dalam risalah Ayyuhal Walad
menyatakan bahwa makna pendidikan sama seperti
pekerjaan petani, yang mencabut duru-duri dan menyiangi
rumput-rumput liar, agar tanamannya tumbuh sehat dan
mendapat hasil panen yang maksimal.22
Kemudian Ibnu
Qayyim menyatakan “Barang siapa dengan sengaja tidak
mengajarkan hal-hal yang bermanfaat kepada anaknya
dan meninggalkannya begitu saja, berarti dia telah
melakukan kejahatan besar”.23
Potensi diri dalam memberikan pendidikan kepada
anak perlu dikembangkan agar ia mempunyai sifat
keagamaan. Dengan mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh anak didik juga penting agar anak bisa
mengendalikan diri dengan baik, sungguh hal ini sangat
diperlukan, apalagi hidup dizaman yang semakin
kompleks diera modern seperti ini
Perkembangan ilmu pengetahuan telah membawa
perubahan hampir semua aspek kehidupan manusia.
Membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan
anak tidak mungkin dilihat dari satu sisi saja, karena
masalah-masalah pendidikan sangat kompleks untuk
dibahas. Pendidikan sebenarnya berbicara tentang sebuah
22 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung
: Remaja Rosdakarya, 2014), p.4. 23 Heri Ruslan, “Anak Sebagai Amanah dan Akibat
Menelantarkannya,” htpps://m.republika.co.id/berita/mp34mc/anak-sebagai-
amanah-dan-akibat-menelentarakannya, (6 September 2020)
41
sistem yang terdidiri dari beberapa sub-sub sistem yang
didalamnya saling terkait. Menurut Pidarta (1990) sistem
adalah sebagai strategi yang menyeluruh atau rencana
yang dikomposisi oleh satu set elemen yang harmonis,
masing-masing elemen mempunyai tujuan kesendiri yang
semuanya berkaitan terurut dalam bentuk yang logis.24
Dalam pelaksanaan pendidikan dalam keluaga tidak
jarang kita dapatkan fenomena-fenomena atau
problematika yang banyak mempengaruhi pendidikan
dalam keluarga. Faktor yang mempengaruhi pendidikan
dalam keluarga (rumah tangga) yang disebabkan oleh
beberapa faktor sebagai berikut:
a. Faktor Keluarga
Orangtua sebagai pendidik dan motivator bagi anak,
faktor dari dalam diri anak yaitu faktor intelegensi,
Sebab Orangtua sebagai pendidik dan motivator yaitu
harus memberi semangat, dorongan, dan suri tauladan
yang baik kepada anak karena apabila orang tua tidak
memiliki ilmu pengetahuan yang baik tentang tata
cara mendidik, mengasuh, membimbing anak maupun
lainnya, maka pelaksanaan pendidikan dalam rumah
tangga sebagaimana yang diharapkan sulit diwujudkan
(gagal). Dalam hal ini Sunartana dalam bukunya
Masalah dan Kesulitan Belajar, menjelaskan bahwa:
24 Ahmad Syalaby, Sejarah Pendidikan Islam, terj. M.
Mukhtar Yahya dan M. Sanusi Latief, (Jakarta : Bulan Bintang, 2003), p.286.
42
”cara orang tua mendidik anaknya dapat merupakan
sebab dari kegagalan anak-anak dalam belajar”. Dari
pendapat diatas dapat dipahami bahwa pendidikan
yang diperoleh orang tua baik mengenai metode atau
cara orang tua mendidik, maupun pengetahuan lainnya
sangat mempengaruhi pelaksanaan pendidikan anak
dalam keluarga (rumah tangga) terutama dalam
membentuk sikap toleransi kepada anak.
b. Faktor Ekonomi
Keadaan ekonomi keluarga sangat mempengaruhi
pelaksanaan pendidikan anak, artinya bila ekonomi
keluarga sangat minim maka akan menuntut orang
tuanya selalu berusaha mencari nafkah. Hal ini tidak
jarang dilakukan oleh seorang ayah atau ibu.
c. Faktor Lingkungan
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soekarno dan
A. Soepardi yang menyatakan bahwa: “Makin besar
anak, makin berbeda cara ia menerima rangsang dari
luar. Ia akan aktif menerima, melihat, dan meniru
segala keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang terjadi
di rumahnya. Lingkungan pergaulan teman di luar
sekolah yang cenderung negatif juga sangat
mempengaruhi pendidikan anak. Dalam buku yang
lain menjelaskan bahwa: “pengaruh dari teman
bergaul lebih cepat masuk kedalam jiwanya dari pada
43
yang kita duga. Maka bergaul yang baik akan
berpengaruh yang baik terhadap diri anak, begitu juga
teman bergaul yang sebaliknya pasti mempengaruhi
yang bersifat buruk juga”. Oleh sebab itulah interaksi
social anak di perhatikan, dan diawasi dengan baik
terutama terhadap teman bergaulnya yang memiliki
akhlak dan moralitas yang baik.
d. Faktor Agama
Ilmu pengetahuan yang tinggi, tanpa disertai oleh
keyakinan beragama, akan gagal dalam memberikan
kebahagiaan kepada yang memilikinya. Dalam hal ini
Zakiah Daradjat dalam bukunya peranan Agama
Dalam Kesehatan Mental, menjelaskan bahwa :
“Orang-orang yang tidak mengindahkan agama,
jiwanya kosong, hatinya kasar seolah-olah ia senang
melihat orang lain menderita. Dari pendapat di atas
dapat dipahami bahwa apabila kehidupan rumah
tangga (keluarganya) tidak beragama, beragama tetapi
tidak melaksanakan ajaran agamanya dalam
kehidupan bermasyarakat sehari-hari, niscaya
kebahagiaan dan ketentraman akan sulit didapatkan
dan diwujudkan karena dengan agamalah anak akan
patuh dan taat akan perintah orang tuanya.25
25 Jito Subiyanto, Peran Keluarga, Sekolah, dam Mayarakat,
(Yogyakarta : LPPG, 2013), p.333.
44
3. Tujuan Pendidikan Anak
Tujuan pendidikan anak ialah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan menjadikan anak menjadi manusia
seutuhnya, yaitu menjadikan anak yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan
mengembangkan potensi, baik yang berbentuk jasmaniah
maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan
harmonis dengan Allah dan alam semesta. Atas dasar
itulah hakikat pendidikan berperan mengembangkan
potensi diri semaksimal mungkin.26
Menurut Kesuma Dharma dkk, “ketika membicarakan
tujuan pendidikan karakter adalah memfasilitasi
pengetahuan dan pengembangan nilai-nilai tertentu
sehingga terwujud dalam perilaku anak”.27
Menurut
Mohammad Haitami Salim mengatakan, “tujuan
pendidikan adalah membangun kepribadian dan budi
pekerti yang luhur sebagai modal dasar dalam
berkehidupan ditengah-tengah masyarakat, baik sebagai
umat beragama, maupun dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara”.28
26 Republik Indonesia, Undang-Undang RI. No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bab II pasal 3 (Jakarta : Visimedia, 2008), p.3.
28 Mohammad Haitami Salaim, Pendidikan Agama Dalam Keluarga
,(Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), p.34.
45
Dikutip oleh Abdul Mujib tujuan umum pendidikan
dalam islam adalah insan kamil yang mendekatkan diri
kepada Allah Swt dan mendapatkan kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.29
Erwati Aziz mengungkapkan
sebagai berikut. “Tujuan pendidikan adalah menyiapkan
manusia untuk beribadah kepada Allah Swt. Apapun
materi yang diajarkannya dan cara apapun yang ditempuh
untuk mengajarkannya, tujuannya hanya satu, yaitu
mengharap rido Allah Swt dan mendekatkan diri kepada-
Nya.”
Manusia mempunyai dua kecenderungan yaitu baik
dan buruk. Jika manusia mampu diarahkan kepada jalan
yang benar, maka kecenderungannya berada pada jalan
yang benar. Oleh sebab itu dibutuhkan pendidikan untuk
mengembangkan potensi manusia tersebut, artinya
manusia mampu mewariskan pendidikan yang
diterimanya, sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah/2:33,
sebagai berikut:
ا أن بأهم بأسمائهم قال ألم أقل هم بأسمائهم ف لم قال يا آدم أنبئ
ماوات والرض وأعلم ما ت بدون وما كنتم لكم إني أعلم غيب الس
تكتمون
29 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : KENCANA
PREDANA MEDIA, 2010), p.50.
46
Artinya:
“Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah
kepada mereka nama-nama benda ini". Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka nama-
nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah
sudahKu-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya
Aku men getahui rahasia langit dan bumi dan
mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang
kamu sembunyikan?”30
Ayat tersebut membuktikan potensi yang dimiliki
manusia, yang merupakan jawaban akan kekhawatiran
malaikat terhadap manusia. Setelah pembuktian potensi
tersebut, Allah memerintahkan kepada malaikat untuk
sujud kepada adam, yaitu sejud penghormatan terhadap
potensi tersebut, malaikatpun bersujud karena kepatuhan
akan perintah Allah, dan sekaligus mengakui potensi
makhluk baru (manusia) yang diciptakan oleh Allah.
Islam memandang anak sebagai manusia yang
memiliki potensi yang harus dikembangkan, maka dari
itu, anak sebagai amanah harus dibimbing dan diarahkan
agar terbentuk pribafi yang diinginkan, sehingga tercapai
tujuan pendidikan yang selaras dengan tujuan hidup
manusia.
30 Dadin Ardiansyah, A-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : PT.
Insan Media Pustaka, 2012) p.6.
47
Dari berbagai pendapat yang dipaparkan oleh para
ahli dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan anak
karakter dalam keluarga secara khusus adalah membina
dan mengarahkan anak-anak agar memiliki karakter yang
baik atau akhlak yang terpuji. Sedangkan secara umum
bertujuan untuk menyiapkan anak agar dapat hidup
optimal dan bermanfaat, baik bagi dirinya, keluarganya,
masyarakat, maupun agama dan bangsanya.31
Menurut Abdul Mujib tujuan pendidikan dalam
islam dapat diklasifikasikan menjadi tiga dimensi, yaitu:
a. Tujuan pendidikan jasmani (al-ahdaf al-jismiyah)
mempersiapkan diri manusia sebagi pengemban tugas
kholifah dibumi, melalui ketrampilan-ketrampilan fisik.
b. Tujuan pendidikan rohani (al-ahdaf ar-ruhaniyah)
meningkatkan jiwa ketaqwaan Allah dan meneladani
akhlak-aklak Nabi Muhammad Saw.
c. Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-aqliyah)
Pengarahan intelegensi untuk menemukan kebenaran dan
sebab-sebabnya dengan mempelajari tanda-tanda
kekuasaan Allah dan menemukan pesan-pesan yang ada
didalamnya sehingga meningkatkan aqidah kepada Allah
Swt.32
31
Hanafiah Faisal, Pendidikan Luar Sekolah, (Surabaya : Usaha
Nasional, 1981), p.75. 32
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : KENCANA
PREDANA MEDIA, 2010), p.88.