“MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MAKAM SYEKH BURHANUDDIN SEBAGAI KAWASAN RELIGI”

43
“MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MAKAM SYEKH BURHANUDDIN SEBAGAI KAWASAN RELIGI” DESY ARYANTI, S.T., M.A. Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta Padang, Indonesia E-mail : [email protected] ----------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------- Abstrak Perkembangan suatu kota secara umum dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor utama, yaitu faktor perkembangan penduduk dan perkembangan aktifitas masyarakat kota. Faktor perkembangan penduduk timbul karena adanya pertambahan penduduk secara alami (kelahiran) ataupun pertambahan penduduk akibat adanya arus migrasi. Peningkatan jumlah penduduk kota akan mempengaruhi pola perilaku sosial, budaya dan ekonomi dari masyarakat perkotaan. Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota/daerah selalu diiringi dengan dinamika perkembangan masyarakatnya yang dapat dilihat dari perkembangan kegiatan masyarakatnya. Konsekuensi dari perkembangan tersebut akan memberikan dampak terhadap perkembangan dibidang lainnya antara lain perkembangan dibidang ekonomi, transportasi dan perkembangan fisik dari kota/daerah itu sendiri. Lingkungan Kawasan Situs Cagar Budaya Makam Syekh Burhanuddin merupakan bagian wilayah Kecamatan Ulakan Tapakis yang merupakan salah satu dari 17 (tujuh belas) kecamatan yang ada di Kabupaten Padang Pariaman dengan luas wilayah 38,85 km². Kecamatan ini terletak di pantai barat Pulau Sumatera dengan panjang garis pantai 7,5 km dan ketinggian dari permukaan laut 2,0 m DpL. Secara administrasi Kecamatan Ulakan Tapakis terdiri dari 2 (dua) nagari yaitu Nagari Ulakan dan Nagari Tapakis. Situs Cagar Budaya Makam Syekh Burhanuddin yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat tinggi sendiri terletak pada Nagari Ulakan, yang kemudian menjadi pusat perhatian setelah Syekh Burhanuddin 1

Transcript of “MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MAKAM SYEKH BURHANUDDIN SEBAGAI KAWASAN RELIGI”

“MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MAKAM SYEKH BURHANUDDIN SEBAGAIKAWASAN RELIGI”

DESY ARYANTI, S.T., M.A.Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Universitas Bung Hatta Padang, Indonesia

E-mail : [email protected]

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Abstrak

Perkembangan suatu kota secara umum dipengaruhi oleh 2 (dua)faktor utama, yaitu faktor perkembangan penduduk dan perkembanganaktifitas masyarakat kota. Faktor perkembangan penduduk timbulkarena adanya pertambahan penduduk secara alami (kelahiran)ataupun pertambahan penduduk akibat adanya arus migrasi.Peningkatan jumlah penduduk kota akan mempengaruhi pola perilakusosial, budaya dan ekonomi dari masyarakat perkotaan.

Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota/daerah selaludiiringi dengan dinamika perkembangan masyarakatnya yang dapatdilihat dari perkembangan kegiatan masyarakatnya. Konsekuensidari perkembangan tersebut akan memberikan dampak terhadapperkembangan dibidang lainnya antara lain perkembangan dibidangekonomi, transportasi dan perkembangan fisik dari kota/daerah itusendiri.

Lingkungan Kawasan Situs Cagar Budaya Makam SyekhBurhanuddin merupakan bagian wilayah Kecamatan Ulakan Tapakisyang merupakan salah satu dari 17 (tujuh belas) kecamatan yangada di Kabupaten Padang Pariaman dengan luas wilayah 38,85 km².Kecamatan ini terletak di pantai barat Pulau Sumatera denganpanjang garis pantai 7,5 km dan ketinggian dari permukaan laut2,0 m DpL.

Secara administrasi Kecamatan Ulakan Tapakis terdiri dari 2(dua) nagari yaitu Nagari Ulakan dan Nagari Tapakis. Situs CagarBudaya Makam Syekh Burhanuddin yang memiliki nilai sejarah danbudaya yang sangat tinggi sendiri terletak pada Nagari Ulakan,yang kemudian menjadi pusat perhatian setelah Syekh Burhanuddin

1

mengembangkan agama Islam serta mendirikan Surau sebagai pusatpendidikan Islam di Minangkabau pada masanya ini perludilestarikan eksistensinya.

Penelitian ini bertujuan mencarikan solusi yaitu membuatsuatu Model Pengembangan Kawasan Wisata Religi pada Makam SyekhBurhanuddin dengan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai salahsatu alternatif mata pencaharian. Dengan melibatkan partisipasimasyarakat dikawasan penelitian diharapkan juga dapat membantumeningkatkan perekonomian masyarakat.

Kata Kunci: Situs Cagar Budaya, Makam Syekh Burhanuddin, Ulakan, Pariaman,wisata

Religi, model pengembangan

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan suatu

kawasan atau kota

dipengaruhi oleh adanya

sistem kegiatan pada kota

atau kawasan tersebut.

Sistem kegiatan ini

berupa keberadaan pusat-

pusat pelayanan seperti

pusat perdagangan, pusat

permukiman, pusat

industri dan

transportasi, pusat

kebudayaan dan keagamaan

serta beragam fungsi

lainnya yang didukung

oleh pengembangan

infrastruktur dan

fasilitas penunjang

kawsan tersebut yang

menjadi penggerak

aktifitas kawasan.

Nagari Ulakan berada di

Kecamatan Ulakan Tapakis

Kabupaten Padang

Pariaman, telah lama

dikenal sebagai kawasan

2

pusat pengembangan agama

Islam di wilayah Sumatera

Barat dan sekitarnya.

Salah satu kegiatan yang

terkenal yakni ber-Syafar

(dalam Bahasa Minang

disebut basafa), berupa

kunjungan ziarah ke

Kawasan Makam Syekh

Burhanuddin sebagai Ulama

Besar Syatariah.

Kawasan Makam Syekh

Burhanuddin ini telah

ditetapkan menjadi Situs

Cagar Budaya, dan menjadi

salah satu kawasan

strategis di Kabupaten

Padang Pariaman. Kegiatan

keagamaan di kawasan ini,

telah membawa dampak yang

cukup luas pada kawasan

sekitarnya, baik berupa

berkembangnya aktifitas

ekonomi, perkembangan

permukiman dan lain

sebagainya. Namun

demikian, perkembangan

kawasan belum dibarengi

dengan kelengkapan sarana

dan prasarana dasar yang

memadai dalam mendukung

aktifitas keagamaan

maupun aktifitas wisata

yang berkembang, sehingga

potensi aktifitas yang

ada kurang dapat dilayani

dengan baik.

Disamping itu,

pengembangan kegiatan

nilai-nilai sakralitas

dan religius kawasan

belum didorong secara

optimal melalui penataan

ruang yang fokus pada

aktifitas religi sebagai

tema utama kawasan dan

aktifitas wisata/rekreasi

sebagai tema

pendukungnya. Sehingga

dengan demikian,

diperlukan adanya upaya

mengoptimalkan fungsi

3

pelayanan dan

pengembangan aktifitas

melalui penataan ruang

kawasan dalam bentuk

suatu model pengembangan

Kawasan Makam Syekh

Burhanuddin.

Untuk selanjutnya

diharapkan Kawasan Makam

Syekh Burhanuddin dapat

dikembangkan sebagai

salah satu destinasi

pariwisata khususnya

wisata religi di Pariaman

dengan melibatkan

partisipasi masyarakat

setempat, sehingga lebih

jauh dapat menjadi sumber

mata pencaharian

alternatif bagi

masyarakat setempat.

1.2 Permasalahan

Nagari Ulakan Pariaman

memiliki potensi wisata

baik itu wisata religi

dengan adanya Kawasan

Makam Syekh Burhanuddin

dan wisata pantai yang

layak untuk dikembangkan

dan sekaligus sebagai

salah satu alternatif

usaha bagi masyarakat

setempat. Permasalahannya

adalah bagaimana model

pengembangan Kawasan

Makam Syekh Burhanuddin

sebagai wisata religi

sekaligus sebagai

alternatif mata

pencaharian masyarakat

Ulakan dengan metode

partisipasi masyarakat

setempat.

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan utama dari

penelitian ini adalah

menemukan suatu model

pengembangan Kawasan

Makam Syekh Burhanuddin

sebagai kawasan wisata

4

religi dengan metode

partisipasi masyarakat

setempat.

1.3.1 Tujuan

Tujuan lain yang ingin

dicapai yaitu:

1. Untuk mengatur dan

mengarahkan

pembangunan yang akan

dilaksanakan

sehinggafungsi dan

peranan kawsan tidak

terganggu

2. Memberikan tingkat

kesesuaian lahan

kawasan dalam

penyelenggaraan fungsi

pelayanan bagi

kehidupan dan

menyelaraskan dengan

fungsi pelayanan di

kawasan sekitar

perencanaan

3. Menampilkan gambaran

tentang pengaturan

arus pergerakan dari

dan menuju ke kawasan

4. Mengarahkan

pembangunan kawasan

yang lebih tegas dalam

upaya pengendalian

pengawasan

perkembangan fisik

maupun ekonomis secara

terukur baik kualitas

maupun kuantitas

1.3.2 Sasaran

Sasaran yang ingin

dicapai antara lain :

1. Penertiban letak,

ukuran bangunan gedung

dan bukan gedung

2. Mencegah penggunaan

lahan secara tidak

tepat atau pertumbuhan

tidak terkendali dapat

dihindari pada masa

yang akan dtang

3. Memiliki zoning fungsi

yang jelas dan

5

terstruktur dalam

kawasan

1.4 Urgensi Penelitian

1.4.1 Bidang Akademik

Penelitian maupun

perencanaan suatu kawasan

misalnya masterplan suatu

kawasan sudah banyak

dilakukan orang, namun

penelitian suatu kawasan

religius dengan

melibatkan partisipasi

kelompok masyarakat belum

banyak yang dilakukan.

Penelitian ini bermaksud

untuk menemukan suatu

model pengembangan

Kawasan Makam Syekh

Burhanuddin Ulakan yang

merupakan salah satu

Situs Cagar Budaya serta

sebagai tujuan wisata

religi dan pantai sesuai

dengan potensi daerah

dengan melibatkan

partisipasi masyarakat.

Diharapkan model

pengembangan Kawasan

Makam Syekh Burhanuddin

sebagai kawasan wisata

religi yang melibatkan

peranan masyarakat ini

akan menambah model

pengembangan baru di

bidang kepariwisataan.

1.4.2 Pemerintah Daerah

Penelitian ini diharapkan

sebagai masukan bagi

Pemerintah Daerah

Kabupaten Padang Pariaman

untuk pengembangan dan

revitalisasi kawasan

wisata tradisional Makam

Syekh Burhanuddin yang

tercantum dalam RTRW

Kabupaten Padang

Pariaman. Diharapkan

model pengembangan wisata

religi ini dapat

diterapkan didaerah lain

6

yang memiliki karakter

dan potensi daerah yang

sama, sehingga pada

akhirnya dapat memberikan

kontribusi terhadap

peningkatan PAD dari

sektor pariwisata.

1.4.3 Masyarakat

Manfaat penelitian bagi

masyarakat sekitar

Kawasan Makam Syekh

Burhanuddin khususnya

adalah sebagai obyek dari

penelitian, diharapkan

masyarakat dapat memahami

bahwa daerah mereka

mempunyai potensi yang

sangat bagus sekali bukan

hanya sekedar tempat

untuk orang berziarah,

tetapi juga dapat

merupakan salah satu

alternatif usaha yang

bisa dilakukan untuk

meningkatkan pendapatan

ekonomi masyarakat

setempat. Selain itu

dapat memberikan wawasan

dan pengetahuan kepada

masyarakat pentingnya

partisipasi masyarakat

dalam pembangunan Kawasan

Makam Syekh Burhanuddin

ini, sehingga masyarakat

dapat hidup layak, aman,

tentram, dan menghargai

peninggalan yang telah

ada.

1.5 Temuan Yang Ditargetkan

Model pengembangan wisata

religi di Kawasan Makam

Syekh Burhanuddin Ulakan

dengan partisipasi

masyarakat sebagai salah

satu upaya yang dapat

dilakukan oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Padang

Pariaman untuk mewujudkan

program pembangunan

perencanaan Masterplan

Kawasan Makam Syekh

Burhanuddin Ulakan.

7

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sejarah Religi dan

Kebudayaan

Sejarah dalam arti

“subjektif” merupakan

rekonstruksi peristiwa

sejarah yakni hasil dari

penelitian yang kemudian

dituliskan. Sejarah

sebagai satu konstruksi

merupakan satu kesatuan

yang koheren (adanya

saling keterkaitan antar

unsur-unsur yang

membentuk kesatuan).

Periodisasi atau

pembabakan waktu adalah

salah satu proses

strukturasi waktu dengan

pembagian atas beberapa

babak, zaman, atau

periode berdasarkan

kriteria tertentu,

seperti ciri-ciri khas

yang ada pada periode

tertentu. Setiap unit

sejarah senantiasa

memiliki lingkup temporal

dan spasial (waktu dan

ruang). Ruang lingkup

temporal mempunyai

batasan yaitu awal

perkembangan gejala

sejarah dan akhirnya,

misalnya dalam biografi

kelahiran dan kematian

seorang tokoh.

Pada hakikatnya sejarah

dan antropologi

mempelajari objek yang

sama, yakni tiga jenis

fakta: artifact, socifact dan

mentifact.

a. Artifact sebagai benda

fisika dalah konkret

dan merupakan hasil

buatan. Artifact

menunjuk kepada proses

pembuatan yang telah

terjadi di masa

lampau.

8

b. Socifact menunjuk kepada

kejadian sosial

(interaksi antar

aktor, proses

aktifitas kolektif)

yang telah

mengkristalisasi

sebagai pranata,

lembaga, organisasi,

dan sebagainya. Untuk

memahami struktur dan

karakteristik socifact

perlu dilacak asal

usulnya, proses

pertumbuhannya sampai

wujud sekarang.

Artinya, segala

sesuatu dan keadaan

yang kita hadapi

dewasa ini tidak lain

ialah produk dari

perkembangan di masa

lampau, yakni produk

sejarah.

Nilai-nilai sejarah

dan religius ini

kemudian

diinternalisasi

kedalam konteks ruang

dan penataan Kawasan

Makam Syech

Burhanuddin, sehingga

mempertegas fungsi dan

citra kawasan sebagai

kawasan religius dan

bersejarah. Strategi

internalisasi nilai-

nilai religius dapat

dilakukan melalui

penanaman nilai

edukatif yang

kontekstual dan

pendekatan penguatan

nilai-nilai keagaman.

Menurut Koentjaraningrat

(1992) kebudayaan adalah

keseluruhan sistem

gagasan, tindakan dan

hasil karya manusia dalam

rangka kehidupan

masyarakat yang dijadikan

milik diri manusia dengan

9

belajar. Sedangkan

kebudayaan sendiri kalau

dilihat dari arti katanya

berasal dari bahasa

Sansekerta, buddahyah

yang merupakan bentuk

jamak dari kata budhi

yang berarti budi atau

akal. Dengan demikian

kebudayaan itu dapat

diartikan hal-hal yang

bersangkutan dengan budi

dan akal

(Koentjaraningrat, 1992).

Berdasarkan pengertian

kebudayaan, tentunya

kebudayaan itu sendiri

mempunyai wujud yang bisa

dilihat dan dirasakan

oleh panca indra.

Wujud kebudayaan itu

dapat dibedakan dalam

tiga hal yaitu:

a. Wujud kebudayaan

sebagai suatu

kompleks dari

ide-ide, gagasan,

nilai-nilai,

norma-norma,

peraturan dan

sebagainya.

b. Wujud kebudayaan

sebagai suatu

kompleks

aktivitas

kelakuan berpola

dari manusia

dalam masyarakat.

c. Wujud kebudayaan

sebagai benda-

benda hasil karya

manusia.

Dalam kebudayaan terdapat

unsur atau isi pokok

kebudayaan yang bersifat

universal yang berkaitan

dengan kebudayaan dan

oleh banyak ahli

merumuskan unsur-unsur

kebudayaan. Oleh

Koentjaraningrat (1992)

merumuskan tujuh unsur-

10

unsur kebudayaan dari

berbagai kerangka

kebudayaan yang

dikembangkan oleh sarjana

antropologi di seluruh

dunia.

Unsur-unsur kebudayaan

tersebut adalah :

a. Sistem religi dan

upacara keagamaan.

b. Sistem dan

organisasi

kemasyarakatan.

c. Sistem pengetahuan.

d. Bahasa.

e. Kesenian

f. Sistem mata

pencaharian hidup.

g. Sistem teknologi

dan peralatan.

Perilaku yang merupakan

wujud dari kebudayaan

secara konseptual juga

membentuk sebuah setting,

yang menjadikan perilaku

tersebut dapat

dikelompokkan sebagai

sebuah tata aturan yang

memberikan pengaruh

terhadap aspek kehidupan

masyarakat, dimana salah

satunya adalah berkaitan

dengan interaksinya

dengan lingkungan yang

dikenal dengan behavior

setting.

Behaviour setting dapat

diartikan secara

sederhana sebagai suatu

interaksi antara suatu

kegiatan dengan tempat

yang spesifik. Dengan

demikian behaviour

setting mengandung unsur-

unsur sekelompok orang

yang melakukan suatu

kegiatan, aktivitas atau

perilaku dari sekelompok

orang tersebut, dimana

kegiatan tersebut

dilakukan, serta waktu

spesifik saat kegiatan

11

tersebut dilaksanakan

(Haryadi dan Setiawan,

1995). Dengan behaviour

setting, dapat

diidentifikasikan

perilaku-perilaku yang

secara konstan atau

regular muncul pada

situasi tempat atau

setting tertentu.

Behaviour setting

kemudian dijabarkan lagi

dalam dua bentuk

(Haryadi&Setiawan, 1995)

yaitu:

1. System of setting,

adalah sistem tempat

atau diartikan

sebagai rangkaian

elemen-elemen fiscal

atau spasial yang

mempunyai hubungan

tertentu dan terkait

sehingga dipakai

untuk kegiatan

tertentu.

2. System of actifity,

adalah sistem

kegiatan yang

diartikan sebagai

suatu rangkaian

perilaku yang sengaja

dilakukan oleh satu

atau beberapa orang.

Kognisi lingkungan

sebagaimana dijelaskan

Rapopport (1977),

ditentukan oleh tiga

faktor, yakni;

organismik, environmental

dan kultural. Ketiganya

saling berinteraksi dan

mempengaruhi proses

kognisi. Bisa dikatakan,

bahwa kognisi lingkungan

tersebut merupakan

sesuatu yang abstrak atau

intangible karena berkaitan

dengan pamahaman dan

pikiran manusia dalam

memperlakukan lingkungan

dimana manusia itu

12

tinggal dan berinteraksi.

Jika dikaitkan dengan

ruang, maka kognisi

lingkungan ini dapat

diproyeksikan dalam

bentuk model spasial yang

biasa dikenal sebagai

peta mental.

Peta mental sendiri

adalah gambaran spasial

yang spesifik terhadap

suatu lingkungan,

didefinisikan sebagai

gambaran spasial yang

spesifik terhadap suatu

lingkungan dan

berpengaruh terhadap pola

perilaku seseorang

(Haryadi dan Setiawan,

1995). Warisan budaya,

menurut Davidson (1991:2)

diartikan sebagai produk

atau hasil budaya fisik

dari tradisi-tradisi yang

berbeda dan prestasi-

prestasi spiritual dalam

bentuk nilai dari masa

lalu yang menjadi elemen

pokok dalam jati diri

suatu kelompok atau

bangsa. Menurut Galla

dalam Karmadi, 2007

Warisan budaya ini

sendiri dapat berbentuk:

1. Tangible, yaitu suatu

bentuk budaya yang

bersifat benda atau

dengan kata lain

merupakan hasil

budaya fisik.

Warisan budaya fisik

(tangible heritage)

sering

diklasifikasikan

menjadi warisan

budaya tidak

bergerak (immovable

heritage) dan warisan

budaya bergerak

(movable heritage).

Warisan budaya tidak

bergerak biasanya

13

berada di tempat

terbuka dan terdiri

dari: situs, tempat-

tempat bersejarah,

bentang alam darat

maupun air, bangunan

kuno dan/atau

bersejarah, patung-

patung pahlawan.

2. Intangible, adalah

suatu bentuk budaya

yang bersifat tak

benda atau nilai

budaya dari masa

lalu. Nilai budaya

dari masa lalu

(intangible heritage)

inilah yang berasal

dari budaya-budaya

lokal yang ada di

Nusantara, meliputi:

tradisi, cerita

rakyat dan legenda,

bahasa ibu, sejarah

lisan, kreativitas

(tari, lagu, drama

pertunjukan),

kemampuan

beradaptasi dan

keunikan masyarakat

setempat.

3. Abstract, adalah

suatu produk budaya

yang bersifat

keyakinan dan norma

yang mengatur

tatanan kehidupan

suatu masyarakat dan

dijalani serta

ditaati dalam

sebagai pedoman

hidup.

II.2 Wisata dan Rekreasi

Pariwisata sudah diakui

sebagai industri terbesar

abad ini, dilihat dari

berbagai indikator,

seperti sumbangan

terhadap pendapatan dunia

dan penyerapan tenaga

kerja (Pitana dan

14

Gayatri, 2005: 54).

Pariwisata sangat dinamis

dan sangat dipengaruhi

oleh faktor ekonomi,

politik, sosial,

lingkungan dan

perkembangan teknologi

(Hall dan Page, 1999).

Menurut beberapa sumber

mengenai pengertian

pariwisata, yaitu sebagai

berikut :

a. Pariwisata adalah

keseluruhan

rangkaian kegiatan

yang berhubungan

dengan kegiatan

manusia yang

melakukan perjalanan

atau persinggahan

sementara dan tempat

tinggal, kesesuatu

atau beberapa tujuan

di luar lingkungan

tempat tinggal yang

didorong

beberapakeperluan

tanpa bermaksud

untuk mencari nafkah

tetap (BPS 1981,

1984, 1991).

b. Pariwisata menurut

E.Guyer-Freuler,

yaitu pariwisata

dalam artian modern

merupakan fenomena

dari jaman sekarang

yang didasarkan atas

kebutuhan akan

kesehatan dan

pergantian hawa yang

menimbulkan rasa

keindahan alam atau

mendapat kesenangan.

c. Pariwisata menurut

Anomius (1992)

1. Wisata adalah

kegiatan untuk

menciptakan

kembali baik

fisik maupun

psikis agar

15

dapat

berprestasi

lagi.

2. Taman rekreasi

adalah suatu

usaha yang

menyediakan

tempat dan

berbagai jenis

fasilitas untuk

memberikan

kesegaran

jasmani dan

rohani yang

mengandung

unsure hiburan,

pendidikan,

kebudayaan

sebagai usaha

pokok di suatu

kawasan

tertentu dan

dapat

dilengkapi

dengan jasa

pelayanan

makanan dan

minuman serta

akomodasi.

3. Kawasan

pariwisata

adalah kawasan

dengan luas

tertentu yang

dibangun atau

disediakan

untuk memenuhi

kebutuhan

wisatawan.

4. Usaha

pariwisata

adalah suatu

kegiatan yang

bertujuan

menyelenggaraka

n jasa

pariwisata atau

menyediakan

atau

mengusahakan

obyek dan daya

tarik wisata,

16

usaha barang

pariwisata dan

atau usaha lain

yang terkait di

bidang

tersebut.

Pariwisata dapat

dibedakan jenisnya

berdasarkan berbagai hal

misalnya berdasarkan

motif tujuan perjalanan

dan jenis pariwisata

berdasarkan obyek yang

ditawarkan. Menurut

Dalen, (1989) jika

dilihat dari motif dan

tujuan perjalanannya

pariwisata dapat

dibedakan menjadi

beberapa jenis, yaitu

sebagai berikut:

a. Pariwisata untuk

menikmati perjalanan

(pleasure tourism)

Jenis ini dilakukan

oleh mereka yang

meninggalkan tempat

tinggalnya untuk

berlibur, mencari

udara segar yang

baru, memenuhi

kehendak ingin

tahunya,

mengendorkan

ketegangan sarafnya,

melihat sesuatu yang

baru, menikmati

keindahan alam,

mengetahui hikayat

rakyat setempat,

mendapatkan

ketenangan dan

kedamaian di daerah

luar kota, atau

bahkan untuk

menikmati hiburan di

kota-kota besar dan

ikut serta dalam

keramaian pusat-

pusat wisatawan.

17

Jenis wisata ini

menyangkut banyak

unsur yang sifatnya

berbeda, karena

pengertian pleasure

berbeda kadar

pemuasnya sesuai

dengan karakter,

cita rasa, latar

belakang kehidupan

dan temperamen

masing-masing

individu.

b. Pariwisata untuk

rekreasi (recreation

tourism)

Jenis ini dilakukan

oleh mereka yang

menghendaki

pemanfaatan hari

liburnya untuk

beristirahat,

memulihkan kembali

kesegaran jasmani

dan rohaninya,

menyegarkan

kelelahannya.

Biasanya mereka

tinggal selama

mungkin di tempat-

tempat yang dianggap

benar-benar menjamin

tujuan rekreasi

tersebut. Dengan

kata lain mereka

lebih menyukai

health resort.

Termasuk dalam

kategori ini adalah

mereka yang karena

alasan kesehatan dan

kesembuhan harus

tinggal di tempat-

tempat khusus untuk

memulihkan

kesehatannya

(seperti daerah

sumber air panas,

dan lain

sebagainya).

18

c. Pariwisata untuk

kebudayaan (cultural

tourism)

Jenis ini ditandai

oleh adanya

rangkaian motivasi

seperti keinginan

untuk belajar

dipusat-pusat

pengajaran dan

riset, untuk

mempelajari adat

istiadat,

kelembagaan dan cara

hidup rakyat di

negara lain, untuk

mengunjungi monumen

bersejarah,

peninggalan

peradaban masa lalu

atau sebaliknya

untuk mengunjungi

penemuan-penemuan

besar masa kini,

pusat-pusat

kesenian, pusat-

pusat keagamaan,

atau juga untuk ikut

serta dalam

festival-festival

seni musik, teater,

tarian rakyat dan

sebagainya.

d. Pariwisata untuk

olah raga (sports

tourism)

Jenis ini dapat

dibagi ke dalam dua

kategori:

1. Big Sports Events

Yaitu

peristiwa-

peristiwa olah

raga besar

(misalnya,

Olimpiade) yang

menarik

perhatian tidak

hanya olah

ragawan

sendiri, tetapi

juga ribuan

19

penonton atau

penggemarnya.

2. Sporting Tourism of

The Practicioners

Yaitu peristiwa

olahraga bagi

mereka yang

ingin berlatih

dan

mempraktekkan

sendiri,

seperti pendaki

gunung, naik

kuda, berburu,

dan sebagainya.

e. Pariwisata untuk

usaha dagang (business

tourism)

Yaitu perjalanan

usaha dalam bentuk

professional travel

atau perjalanan

karena ada kaitannya

dengan pekerjaan

atau jabatan yang

tidak memberikan

kepada pelakunya

baik pilihan daerah

maupun pilihan waktu

perjalanan. Tersirat

tidak hanya

professional trip

yang dilakukan kaum

pengusaha atau

industrialis, tetapi

juga mencakup semua

kunjungan ke

pameran, ke

instalasi teknis

yang bahkan menarik

orang-orang di luar

profesi ini. Juga

harus diperhatikan

bahwa kaum pengusaha

tidak hanya bersikap

dan berbuat sebagai

konsumen, tetapi

dalam waktu sebebas-

bebasnya, sering

berbuat sebagai

wisatawan biasa

dalam pengertian

20

sosiologis karena

mengambil dan

memanfaatkan

keuntungan dari

atraksi yang

terdapat di negara

tersebut.

f. Pariwisata untuk

berkonvensi

(convention tourism)

Sekarang berbagai

tourist resort atau

daerah-daerah wisata

banyak yang

menawarkan diri

untuk dijadikan

tempat konferensi.

Bahkan untuk tujuan

tersebut sudah

banyak negara-negara

yang membentuk

asosiasi-asosiasi

sebagai sarana yang

dianggap penting

untuk mencapai

tingkat pengisian

kamar yang layak

pada hotel-hotel

mereka, terutama

pada musim-musim

menurunnya jumlah

wisatawan yang masuk

ke dalam negara

tersebut. Banyak

negara yang

menyadari besarnya

potensi ekonomi dari

jenis pariwisata

konferensi ini,

sehingga mereka

saling berusaha

untuk menyiapkan dan

mendirikan bangunan-

bangunan yang khusus

diperlengkapi untuk

tujuan ini atau

membangun “pusat-

pusat konferensi”

lengkap dengan

fasilitas mutakhir

yang diperlukan

untuk menjamin

21

efisiensi operasi

konferensi.

Kegiatan pariwisata

mencakup dua komponen

utama yaitu penawaran

(supply) dan permintaan

(demand). Komponen

penawaran merupakan

produk wisata yang dapat

ditawarkan, yang meliputi

obyek wisata, sarana

pariwisata, jasa

pariwisata, serta sarana

dan prasarana lingkungan.

Komponen permintaan

mencakup kegiatan serta

aspirasi wisatawan dan

masyarakat di sekitar

kawasan pariwisata.

Dengan pendekatan pangsa

pasar pariwisata dibagi

dalam empat segmen utama

yaitu :

1. Segmen Modern

Materialsitis,

perilaku pilihannya

cenderung pada sun,

sea, sex

(beachattraction), night

club dan lain-lain.

2. Segmen Modern

Idealist, perilaku

pilihannya cenderung

kepada kemegahan dan

hiburan yang lebih

bersifat

intelektual,

akademik, seni dan

budaya serta

atraksi-atraksi yang

bertemakan

pelestarian

lingkungan.

3. Segmen Tradisional

Idealist, perilaku

pilihannya lebih

pada tempat-tempat

atraksi yang

terkenal dan

monumental serta

glority pada

22

keagungan masa lalu

dan juga lingkungan

yang masih alami.

4. Segmen Tradisional

Materialistist,

perilakunya pada

tawaran karya murah

seperti belanja

elektronik, pakaian,

makanan dan

sebagainya yang

terbentuk dalam

bentuk paket wisata.

Secara teori keempat

segmen pasar itu

mempunyai orientasi nilai

yang berbeda dan

diharapkan akan mempunyai

harapan dan perilaku

pilihan yang berbeda pula

terhadap tawaran :

atraksi, akomodasi dan

fasilitas pendukung

pariwisata.

Mengembangkan

kepariwisataan disuatu

obyek wisata berarti

mengembangkan potensi

fisik pada obyek

tersebut, sehingga

fungsinya makin meningkat

sebagai obyek pariwisata

yang dapat dipasarkan. Di

setiap obyek atau lokasi

pariwisata sebetulnya ada

berbagai unsur yang

saling tergantung, yang

diperlukan agar para

wisatawan dapat menikmati

suatu pengalaman yang

memuaskan. Pariwisata

adalah wahana utama

pelestarian kebudayaan.

Pariwisata tidak

menghancurkan kebudayaan

melainkan justru

memberikan inspirasi

untuk terjadinya proses

pengayaan, konservasi,

adaptasi, rekonstruksi

dan reinterpretasi

23

(Pitana dan Gayatri,

2005).

II.2.1 Atraksi/Daya Tarik

Wisata (attraction)

Atraksi adalah penggerak

pariwisata. Tanpa atraksi

wisata, tidak ada

pariwisata, tidak

diperlukan transportasi,

tidak diperlukan

akomodasi dan pelayanan

jasa pendukung wisata.

Setiap komponen utama

perlu diteliti dan

dianalisis sebab

komponen-komponen itu

saling berkaitan dan

ketergantungan, juga ada

keterpaduan. Atraksi

adalah daya tarik

wisatawan liburan.

Atraksi yang

diidentifikasikan

(sumberdaya alam, sumber

daya manusia-budaya, dan

sebagainya) perlu

dikembangkan untuk

menjadi atraksi wisata.

Menurut pengertiannya,

atraksi mampu menarik

wisatawan yang ingin

mengunjunginya. Meliputi

jenis obyek yang akan

dijual, yang memenuhi 3

syarat antara lain (Oka

A. Yoeti, 1997,10) :

a. Apa yang dapat

dilihat (something to

see)

b. Apa yang dapat

dilakukan (something

to do)

c. Apa yang dapat

dibeli (something to

buy)

II.2.2 Wisata Ziarah

Wisata Ziarah adalah

jenis wisata yang

dikaitkan dengan agama,

kepercayaan ataupun adat

24

istiadat dalam

masyarakat. Wisata Ziarah

dilakukan baik

perseorangan atau

rombongan dengan

berkunjung ke tempat-

tempat suci, makam-makam

orang suci atau orang-

orang terkenal dan

pimpinan yang diagungkan.

Tujuanya adalah untuk

mendapatkan restu,

berkah, kebahagiaan dan

ketentraman. Jenis wisata

ini banyak dikaitkan

dengan agama, sejarah,

adat istiadat dan

kepercayaan suatu

kelompok orang ke tempat

suci, ke makam-makam

orang besar, ke bukit,

atau gunung yang

dikeramatkan dan

bersejarah (Nyoman S.

Pendit, 1989 : 41).

Ritual menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia

adalah segala bentuk

ekspresi dari pada

perasaan, pikiran, sikap

dan tindakan berdasarkan

syarat-syarat dan rukun

perbuatan atau tindakan

yang tertentu untuk

terselenggaranya

(teranjurkanya prosedur-

prosedur atau tata cara

suatu prosesi atau

upacara, merupakan suatu

seni upacara (biasanya

bersifat atau dikaitkan

dengan keyakinan dan atau

keagamaan) yang

diselenggarakan dengan

syarat dan rukun tindakan

tertentu dalam masa dan

tempat yang tertentu.

Ziarah adalah kunjungan

ke tempat yang dianggap

keramat atau mulia.

Menurut Kamus Besar

25

Bahasa Indonesia,

berziarah yaitu kunjungan

ke tempat yang dianggap

keramat atau mulia

(seperti makam) untuk

berkirim doa (Daryanto

Ss, 1997 : 1280).

Tradisi ziarah adalah

suatu kebiasaan

mengunjungi makam, entah

itu makam sanak saudara,

leluhur, maupun makam

yang dikeramatkan untuk

mengirim kembang dan

mendoakan orang yang

telah meninggal kepada

Tuhan. Hal ini merupakan

tradisi religi dari para

pendahulu yang tidak

pernah tergoyahkan oleh

berbagai paham baru.

Pemahaman mengenai

kegiatan ziarah ke

tempat-tempat suci tidak

hanya sebagai wujud

pelaksanaan ajaran agama

semata, namun sudah

menjadi budaya rutin yang

harus dilakukan dalam

kurun waktu tertentu.

Terjadi suatu trend

perjalanan ziarah dikemas

dalam suatu paket

perjalanan wisata ziarah

(pilgrim) yang dapat

membangkitkan aura ritual

keagamaan (Potensi Wisata

Kabupaten Karanganyar,

2001).

METODE PENELITIAN

III.1 Kerangka Berpikir

Kerangka pikir

penyelesaian suatu

pekerjaan merupakan

rangkaian dari pemikiran

untuk menyelesaikan

pekerjaan sesuai dengan

maksud dan tujuan

kegiatan. Kerangka pikir

ini dapat menunjukkan

gambaran metodologi

26

penyelesaian pekerjaan

secara garis besar yang

juga menunjukkan

keterkaitan antara

materi/proses satu dengan

lainnya. Sedangkan detail

metodologi pada tiap

tahapan diterangkan pada

Tahapan Pelaksanaan

Pekerjaan (sesuai dengan

kerangka pikir tersebut).

Pelaksanaan kegiatan

penelitian ini dilakukan

dengan mengidentifikasi

kebijakan-kebijakan atau

program terkait

pengembangan kawasan

secara makro, yang

bersumber dari Rencana

Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Padang

Pariaman, maupun dokumen

rencana sektoral lainnya.

Sehingga dapat

teridentifikasi arahan

rencana dan program

pengembangan terkait

kawasan pada masa yang

akan datang.

Pada tahap kedua, perlu

direview kembali dokumen

rencana pengembangan

kawasan Makam Syech

Burhanuddin yang telah

pernah disusun melalui

Pekerjaan Rencana Tindak

Penanganan Lingkungan

Permukiman Tradisional

(RTPLPT )Tahun 2010 yang

dilaksanakan oleh SNVT

Penataan Bangunan dan

Lingkungan, Dinas

Pekerjaan Umum Provinsi

Sumatera Barat. Hasil

dari kegiatan review ini

berupa simpulan terhadap

arah pengembangan yang

dapat diadopsi maupun

disesuaikan terhadap

kebutuhan penanganan

kawasan saat ini dan masa

yang akan datang.

27

Tahapan selanjutnya,

berdasarkan hasil

identifikasi lapangan dan

data-data sekunder yang

relevan, dapat dirumuskan

karakteristik kawasan,

baik secara fisik,

sosial-ekonomi maupun

kependudukan, sehingga

diperoleh karakter

kawasan yang perlu

dipertahankan maupun

ditingkatkan.

Karaktaristik fisik

kawasan, kemudian

dibandingkan dengan

potensi pengembangan

kawasan dari aspek

sejarah dan religi serta

potensi wisata ke dalam

konsep zona dan rancangan

kawasan, yang kemudian

secara keseluruhan akan

menjadi pertimbangan

dalam merumuskan

kebutuhan pengembangan

kawasan, baik dari segi

tema, pola ruang,

penanganan infrstruktur

dan lain sebagainya. Pada

tahapan akhir disusun

konsep rencangan dalam

bentuk tiga dimensi (3D),

untuk diseminasikan guna

mendapat masukan dari

stakeholder dan pihak-

pihak terlait lainnya.

Dan rumusan rancangan

serta masukan-masukan

terhadap konsep

rancangan, kemudian

menjadi dasar bagi

penyusunan model

pengembangan kawasan

dalam bentuk rancangan

tiga dimensi, video

animasi dan maket

kawasan.

28

Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian

III.2 Tahapan Pekerjaan

Berdasarkan kerangka

fikir pekerjaan,

metodologi pelaksanaan

dan tahap-tahap

penyelesaian pelaksanaan

kegiatan penelitian

terdiri dari :

1. Tahap Persiapan

Pekerjaan dan

Identifikasi Data

Awal;

2. Tahap Survai,

Kompilasi dan

Tabulasi Data;

3. Tahap Analisis

4. Tahap Perumusan

Konsepsi

Pengembangan; dan

5. Tahap

Penyempurnaan &

Finalisasi Produk

Akhir.

TAHAP PERSIAPAN

Sebelum melakukan

kegiatan penelitian perlu

persiapan untuk menyusun

langkah-langkah yang akan

dilakukan yaitu menyusun

kembali rencana kerja dan

jadwal. Selanjutnya

dilakukan persiapan untuk

melakukan survey

pengumpulan data. Antara

lain persiapan dalam

hal :

1. Tenaga dan pendukung

yang akan melakukan

survey.

29

2. Bahan-bahan survey

berupa gambar lokasi

yang telah ada.

3. Peralatan survey

seperti : camera,

theodolit, (perekam

digital), alat-alat

tulis dll.

4. Menghubungi sumber-

sumber yang akan

dimintakan data-data.

TAHAP SURVAI, KOMPILASI DAN

TABULASI DATA

Mengidentifikasi masalah

melalui observasi dan

studi literatur

berdasarkan kenyataan

yang ada. Data-data yang

diperlukan untuk

menunjang proses

perencanaan dan

pembangunan adalah :

a. Data Lapangan

Data Kualitatif

Data yang diperoleh

dari hasil survey

di lapangan dengan

metode pengamatan

langsung,

interview/

wawancara.

Data Kuantitatif

Data yang diperoleh

dari hasil

kuesioner berbentuk

rangkaian atau

kumpulan

pertanyaan. Data-

data yang

diperlukan adalah :

1. Data mengenai

kondisi fisik dan

non fisik

2. Data mengenai

kondisi perilaku

pengguna

3. Data mengenai

kondisi makam

saat sekarang

b. Data Literatur

30

Data literatur yaitu

data yang mencakup

teori-teori pendapat

para ahli dan pengamat

di bidangnya. Data-

data literatur yang

diperlukan antara lain

:

1. Data-data tentang

kawasan religi

2. Data-data tentang

permasalahan

kawasan makam dan

penanganannya.

3. Data-data tentang

perilaku dan

karakter pengguna

kawasan makam.

4. Data-data tentang

standarisasi

kawasan

makam/religi.

c. Data Pembanding

Data pembanding adalah

data yang membahas

tentang perbandingan

desain bangunan yang

telah ada dengan

desain bangunan yang

akan direncanakan.

Data-data tersebut

meliputi, antara

lain .

1. Struktur organisasi

2. Aktivitas pengguna

3. Perilaku pengguna

4. Waktu operasional

5. Fasilitas bangunan

6. Kebutuhan ruang

7. Tata ruang

Diharapkan dari

perbandingan data

tersebut dapat diambil

kekurangan dan

kelebihan sebagai

pertimbangan atau

referensi dalam

perancangan.

III.3 Metode Pendekatan

1. Menggunakan

pendekatan-

31

pendekatan yang

dapat menemukan

konteks atau

substansi kawasan

perencanaan yaitu

melalui:

a. Pendekatan

sejarah,

religious, dan

kebudayaan

b. Pendekatan

pengembangan

wisata dan

rekreasi

c. Pendekatan

zonasi ruang

d. Pendekatan

perancangan

kawasan

2. Membuat kelompok

masyarakat yang mau

berpartisipasi dalam

penelitian yaitu

masyarakat kawasan

Makam Syekh

Burhanuddin Ulakan.

3. Sosialisasi dan

desiminasi tujuan

penelitian

4. Identifikasi dan

pemetaan potensi dan

masalah fisik alami,

fisik buatan,dan

social budaya

masyarakat setempat

serta

permasalahan/kendala

-kendala yang ada di

kawasan penelitian

5. Menyusun model

pengembangan wisata

religi dengan metode

partisipasi

masyarakat.

III.4 Metode Pengumpulan

Data

Metode yang digunakan

dalam proses pengumpulan

data adalah :

a. Studi Pustaka

32

Dengan melakukan studi

data-data pustaka

sebagai landasan

teori, baik melalui

artikel, jurnal

ilmiah, buku, maupun

internet.

b. Studi Lapangan

Dengan mengadakan

penelitian langsung/

survey langsung ke

lokasi melalui

pengamatan dan

interview/ wawancara.

III.5 Metode Analisa Data

Data yang telah

didapatkan akan diolah

dan kemudian akan

menjadi alternatif

pemecahan dalam desain

bangunan, sehingga

desain akan dapat

diperbandingkan dengan

keadaan sebenarnya dan

dapat dimanfaatkan

sesuai dengan kebutuhan.

Adapun metode pendekatan

yang dilakukan adalah:

a. Keruangan/spasial

Menganalisa gejala-

gejala yang bersifat

meruang, melalui

perkembangan tata

ruang, penyebaran dan

interaksi dengan

lingkungan sekitar.

b. Deskriptif

Menganalisis keadaan

fisik wilayah

perencanaan dan daerah

sekitarnya serta

kondisi non fisik

melalui suatu uraian

dan penjelasan baik

yang bersifat

kualitatif maupun

kuantitatif dalam

bentuk tulisan maupun

penganalisaan.

c. Normatif

Metode pendekatan yang

didasarkan pada norma-

33

norma atau kaidah yang

ada untuk menilai

kondisi sekarang untuk

menentukan

pengembangan di masa

mendatang

d. Pendekatan Terpadu

Suatu pendekatan

permasalahan akan

selalu berkaitan

dengan suatu

permasalahan yang

lain, oleh karenanya

diperlukan pula adanya

pendekatan terpadu

yang mengkaitkan

beberapa faktor yang

saling mempengaruhi

adanya kesenjangan

dalam operasional

pelaksanaannya.

TAHAP ANALISIS

Analisis Perencanaan

merupakan proses analisis

yang bermaksud

mengidentifikasi,

menganalisis, memetakan

dan mengapresiasi konteks

lingkungan dan nilai lokal

dari area perencanaan dan

wilayah sekitarnya.

Komponen-komponen Analisis

meliputi :

1. Analisis Sosial

Kependudukan, yaitu

kajian yang bermaksud

melihat gambaran

kegiatan sosial-

kependudukan, dengan

memahami beberapa

aspek, antara lain

tingkat pertumbuhan

penduduk, jumlah

keluarga, kegiatan

sosial penduduk,

tradisi-budaya lokal,

perkembangan unit ruang

yang ditentukan secara

kultural-tradisional,

dan lain-lain.

34

2. Prospek Pertumbuhan

Ekonomi, yaitu kajian

yang bermaksud melihat

gambaran sector

pendorong perkembangan

ekonomi, kegiatan usaha

dan perkembangan

penggunaan tanah,

produktifitas kawasan,

kemampuan pendanaan

pemerintah daerah, dan

lain-lain.

3. Daya Dukung Fisik dan

Lingkungan; yaitu

kajian yang bermaksud

melihat kemampuan fisik

dan lingkungan, dengan

mengidentifikasi lahan-

lahan potensial bagi

pengembangan kawasan

selanjutnya. Beberapa

aspek yang harus

dipahami antara lain :

kondisi tata guna

lahan, kondisi

bentangan alam kawasan,

lokasi geografis,

sumber daya air,

status-nilai tanah,

izin lokasi,

sensitivitas/kepekaan

kawasan terhadap

bencana alam, dan lain-

lain.

4. Daya Dukung Prasarana

dan Fasilitas

Lingkungan; yaitu

kajian yang bermaksud

melihat kondisi tingkat

pelayanan sarana-

prasarana bagi

kebutuhan kegiatan

lingkungan. Beberapa

aspek yang harus

dipahami antara lain :

jenis infrastruktur,

jangkauan pelayanan,

jumlah penduduk yang

terlayani, kapasitas

pelayanan, dan lain-

lain.

35

5. Kajian Aspek

Signifikansi Historis

Kawasan; yaitu kajian

yang bermaksud

mengidentifikasi kaitan

kependudukan nilai

historis kawasan pada

konteks yang lebih

besar, misalnya sebagai

asset pelestarian pada

skala kota/regional

bahkan pada skala

nasional.

Gambar 3.2. Peta Lokasi PenelitianSumber: Hasil Survey, 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. RENCANA PERUNTUKAN LAHAN

36

4.2. RENCANA TATA BANGUNAN

KAWASAN

4. 3. RENCANA SISTEM RUANG

TERBUKA DAN TATA HIJAU

4.4. RENCANA SISTEM

PRASARANA DAN UTILITAS

LINGKUNGAN

4.5. RENCANA SISTEM

SIRKULASI DAN JALUR

PENGHUBUNG

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

37

Kawasan Makam Syekh

Burhanuddin telah

ditetapkan menjadi Situs

Cagar Budaya, dan menjadi

salah satu kawasan

strategis di Kabupaten

Padang Pariaman. Kegiatan

keagamaan di kawasan ini,

telah membawa dampak yang

cukup luas pada kawasan

sekitarnya, baik berupa

berkembangnya aktifitas

ekonomi, perkembangan

permukiman dan lain

sebagainya. Namun

demikian, perkembangan

kawasan belum dibarengi

dengan kelengkapan sarana

dan prasarana dasar yang

memadai dalam mendukung

aktifitas keagamaan

maupun aktifitas wisata

yang berkembang, sehingga

potensi aktifitas yang

ada kurang dapat dilayani

dengan baik.

Disamping itu,

pengembangan kegiatan

nilai-nilai sakralitas

dan religius kawasan

belum didorong secara

optimal melalui penataan

ruang yang fokus pada

aktifitas religi sebagai

tema utama kawasan dan

aktifitas wisata/rekreasi

sebagai tema pendukungnya

Pengaruh Surau Syekh

Burhanuddin dalam

menyebarkan ajaran agama

Islam ke pelosok-pelosok

alam Minangkabau melalui

jalur Tarekat dapat

diamati dari beberapa

hal, yang sampai saat ini

masih tetap dijaga dan

dipelihara oleh

masyarakat, antara lain:

1. Kunjungan ulama dan

pengikut Tarekat

38

Syatariah pada acara

Basafa (ber Syafar)

setiap bulan Syafar

di Makam Syekh

Burhanuddin Ulakan

Pariaman. Mereka

menghadiri acara

Basafa adalah untuk

melakukan ziarah dan

melaksanakan

pengajian Tarekat

Syatariah setelah

selesai melakukan

ibadah-ibadah

khusus, seperti

zikir, sholat Sunat

Buraha (sejenis

sholat sunat mutlak

yang dikaitkan

dengan nama Syekh

Burhanuddin dan

pahala dihadiahkan

kepadanya).

2. Ziarah dan ibadah

pada hari Selasa

sebelum dilakukan

Syafar pada hari

Rabu setelah tanggal

10 Syafar setiap

tahunnya di Surau

Tanjung Medan

sebagai tempat

pertama Syekh

Burhanuddin

menyebarkan paham

Tarekat Syatariah ke

seluruh alam

Minangkabau. Ziarah

ke Tanjung Medan ini

disebut juga

menjelang guru

(mengunjungi guru

untuk mendapatkan

keberkatan dan

kemanfaatan dari

pengajian Tarekat

Syatariah yang

sudah diketahui dan

diamalkannya).

3. Berkunjung melihat

peninggalan Syekh

Burhanuddin yang

39

berupa baju panjang,

kopiah, sorban,

serta kitab Al Quran

tulisan tangan yang

disimpan di Surau

Pondok Ketek. Bagi

pengikut ajaran

Tarekat Syatariah,

berkunjung ke Surau

Pondok Ketek ini

menjadi salah satu

tradisi yang

dilakukan saat

Basafa.

Keberhasilan Syekh

Burhanuddin menjadikan

agama Islam sebagai

identitas dan pranata

sosial orang Minang,

seperti diterimanya gelar

Tuanku, Malin, Imam,

Khatib, dan Labai sebagai

bahagian yang integral

dalam sistem adat

Minangkabau adalah

sumbangan budaya yang tak

ternilai harganya. Begitu

juga masuknya surau dan

mesjid sebagai syarat sah

berdirinya satu nagari di

Minangkabau adalah bukti

konkrit perjuangan Syekh

Burhanuddin untuk

menumbuhkan kesatuan adat

dan syarak di

Minangkabau.

Penelitian ini bertujuan

mencarikan solusi yaitu

membuat suatu Model

Pengembangan Kawasan

Wisata Religi pada Makam

Syekh Burhanuddin dengan

pemberdayaan masyarakat

setempat sebagai salah

satu alternatif mata

pencaharian. Dengan

melibatkan partisipasi

masyarakat dikawasan

penelitian, diharapkan

juga dapat membantu

40

meningkatkan perekonomian

masyarakat.

5.2. Saran

Dengan adanya kegiatan

penelitian ini dapat

menjadi salah satu

pedoman bagi Pemerintahan

Kabupaten Padang Pariaman

khususnya instansi

terkait untuk melakukan

kegiatan Penyusunan

Masterplan Kawasan Makam

Syekh Burhanuddin. Untuk

selanjutnya diharapkan

Kawasan Makam Syekh

Burhanuddin dapat

dikembangkan sebagai

salah satu destinasi

pariwisata khususnya

wisata religi di Padang

Pariaman. Selain itu

dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat

setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, 1987, Sejarahdan Masyarakat, Lintasan Historis Islamdi Indonesia,

Jakarta: Pustaka Firdaus,hal. 111-2

Azra, Azyumardi, 1994, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad 17

dan 18 , Bandung: Mizan

Azra, Azyumardi, 1999,Pendidikan Islam, Tradisi danModernisasi menuju Millenium Baru,

Jakarta: Logos WacanaIlmu

Daryanto, 1997, Kamus UmumBahasa Indonesia, Jakarta: RosdaKarya

Dobbin, Christine, 1983, Islamic Revivalism in a Changing Peasant Economic, London:

Curzon Press, hal. 119

Galla, A., 2001, Guidebook forthe Participation of Young People inHeritage Conservation,

Brisbane: Hall and JonesAdvertising

Gazalba, Sidi, 1989, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka al –Husna,

hal. 314-315

41

Haryadi dan B. Setiawan, 1995,ArsitekturLingkungan dan Perilaku;Suatu Pengantar ke Teori

Metoologi dan Aplikasi,Proyek Pengembangan PusatStudi Lingkungan, Direktorat

Jenderal PendidikanTinggi, DepartemenPendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia.

Hijjas Kasturi Associates SDN,Malaysia, 2004, StudiPengembangan Kawasan Makam

Syekh Burhanuddin Ulakan,Kabupaten Padang Pariaman

Joustra, M., Minangkabau,Overzicht van Land,Geschiedenis en Volk

Koentjaraningrat, 1992,Beberapa Pokok Antropologi Sosial,Jakarta: Din Rakyat.

Marsden, William, 2008, TheHistory of Sumatera,Terjemahan oleh Tim KomunitasBambu,

Jakarta: Komunitas Bambu

Mulyani, 1999, Surau dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, Padang: IAIN IB

Press, hal. 7

Nasroen. M.Prof., 1957, DasarFalsafah Adat Minangkabau,

Jakarta: Penerbit Pasaman,hal.

21

Paul Davidson, 1991, IsProbability Theory Relevant forUncertainty? A Post KeynesianPerspectives, The Journal ofEconomics Perspectives, Vol. 5No. 1. Pp 129-143

Pitana, I. Gede dan Gayatri,Putu G., 2005, SosiologiPariwisata, Jogyakarta: Andi.

Pendit, Nyoman, S., 1990, IlmuPariwisata: Sebuah Pengantar,Jakarta: Pradnya Paramita

PT. Rekayasa Pratama GrhayasaCiptaloka, 2010, Laporan AkhirPenataan Lingkungan

Permukiman Provinsi SumateraBarat, Rencana TindakPenanganan LingkunganPermukiman Tradisional,Kabupaten Padang Pariaman,Padang: KementerianPekerjaan Umum,Direktorat Jenderal CiptaKarya, SNVT PenataanBangunan dan LingkunganSumbar

Rapoport, A, 1997, HumanAspects of Urban Form, Oxford:Pergamon Press.

42

Samad, Duski, Drs., H., M.Ag.,2002, Syekh Burhanuddin Ulakan danIslamisasi di

Minangkabau (Syarak MandakiAdat Manurun), Jakarta: TheMinangkabau Foundation

Tjandrasasmita, Uka, 1976,Masuknya Islam ke Indonesia, dalamBuletin Yaperma, No.1,

tahun III, Februari,1976, hal. 80

Yoeti, Oka, A., 1997,Perencanaan dan PengembanganPariwisata, Jakarta: PradnyaParamita.

43