“MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MAKAM SYEKH BURHANUDDIN SEBAGAI KAWASAN RELIGI”
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of “MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MAKAM SYEKH BURHANUDDIN SEBAGAI KAWASAN RELIGI”
“MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MAKAM SYEKH BURHANUDDIN SEBAGAIKAWASAN RELIGI”
DESY ARYANTI, S.T., M.A.Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta Padang, Indonesia
E-mail : [email protected]
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Abstrak
Perkembangan suatu kota secara umum dipengaruhi oleh 2 (dua)faktor utama, yaitu faktor perkembangan penduduk dan perkembanganaktifitas masyarakat kota. Faktor perkembangan penduduk timbulkarena adanya pertambahan penduduk secara alami (kelahiran)ataupun pertambahan penduduk akibat adanya arus migrasi.Peningkatan jumlah penduduk kota akan mempengaruhi pola perilakusosial, budaya dan ekonomi dari masyarakat perkotaan.
Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota/daerah selaludiiringi dengan dinamika perkembangan masyarakatnya yang dapatdilihat dari perkembangan kegiatan masyarakatnya. Konsekuensidari perkembangan tersebut akan memberikan dampak terhadapperkembangan dibidang lainnya antara lain perkembangan dibidangekonomi, transportasi dan perkembangan fisik dari kota/daerah itusendiri.
Lingkungan Kawasan Situs Cagar Budaya Makam SyekhBurhanuddin merupakan bagian wilayah Kecamatan Ulakan Tapakisyang merupakan salah satu dari 17 (tujuh belas) kecamatan yangada di Kabupaten Padang Pariaman dengan luas wilayah 38,85 km².Kecamatan ini terletak di pantai barat Pulau Sumatera denganpanjang garis pantai 7,5 km dan ketinggian dari permukaan laut2,0 m DpL.
Secara administrasi Kecamatan Ulakan Tapakis terdiri dari 2(dua) nagari yaitu Nagari Ulakan dan Nagari Tapakis. Situs CagarBudaya Makam Syekh Burhanuddin yang memiliki nilai sejarah danbudaya yang sangat tinggi sendiri terletak pada Nagari Ulakan,yang kemudian menjadi pusat perhatian setelah Syekh Burhanuddin
1
mengembangkan agama Islam serta mendirikan Surau sebagai pusatpendidikan Islam di Minangkabau pada masanya ini perludilestarikan eksistensinya.
Penelitian ini bertujuan mencarikan solusi yaitu membuatsuatu Model Pengembangan Kawasan Wisata Religi pada Makam SyekhBurhanuddin dengan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai salahsatu alternatif mata pencaharian. Dengan melibatkan partisipasimasyarakat dikawasan penelitian diharapkan juga dapat membantumeningkatkan perekonomian masyarakat.
Kata Kunci: Situs Cagar Budaya, Makam Syekh Burhanuddin, Ulakan, Pariaman,wisata
Religi, model pengembangan
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan suatu
kawasan atau kota
dipengaruhi oleh adanya
sistem kegiatan pada kota
atau kawasan tersebut.
Sistem kegiatan ini
berupa keberadaan pusat-
pusat pelayanan seperti
pusat perdagangan, pusat
permukiman, pusat
industri dan
transportasi, pusat
kebudayaan dan keagamaan
serta beragam fungsi
lainnya yang didukung
oleh pengembangan
infrastruktur dan
fasilitas penunjang
kawsan tersebut yang
menjadi penggerak
aktifitas kawasan.
Nagari Ulakan berada di
Kecamatan Ulakan Tapakis
Kabupaten Padang
Pariaman, telah lama
dikenal sebagai kawasan
2
pusat pengembangan agama
Islam di wilayah Sumatera
Barat dan sekitarnya.
Salah satu kegiatan yang
terkenal yakni ber-Syafar
(dalam Bahasa Minang
disebut basafa), berupa
kunjungan ziarah ke
Kawasan Makam Syekh
Burhanuddin sebagai Ulama
Besar Syatariah.
Kawasan Makam Syekh
Burhanuddin ini telah
ditetapkan menjadi Situs
Cagar Budaya, dan menjadi
salah satu kawasan
strategis di Kabupaten
Padang Pariaman. Kegiatan
keagamaan di kawasan ini,
telah membawa dampak yang
cukup luas pada kawasan
sekitarnya, baik berupa
berkembangnya aktifitas
ekonomi, perkembangan
permukiman dan lain
sebagainya. Namun
demikian, perkembangan
kawasan belum dibarengi
dengan kelengkapan sarana
dan prasarana dasar yang
memadai dalam mendukung
aktifitas keagamaan
maupun aktifitas wisata
yang berkembang, sehingga
potensi aktifitas yang
ada kurang dapat dilayani
dengan baik.
Disamping itu,
pengembangan kegiatan
nilai-nilai sakralitas
dan religius kawasan
belum didorong secara
optimal melalui penataan
ruang yang fokus pada
aktifitas religi sebagai
tema utama kawasan dan
aktifitas wisata/rekreasi
sebagai tema
pendukungnya. Sehingga
dengan demikian,
diperlukan adanya upaya
mengoptimalkan fungsi
3
pelayanan dan
pengembangan aktifitas
melalui penataan ruang
kawasan dalam bentuk
suatu model pengembangan
Kawasan Makam Syekh
Burhanuddin.
Untuk selanjutnya
diharapkan Kawasan Makam
Syekh Burhanuddin dapat
dikembangkan sebagai
salah satu destinasi
pariwisata khususnya
wisata religi di Pariaman
dengan melibatkan
partisipasi masyarakat
setempat, sehingga lebih
jauh dapat menjadi sumber
mata pencaharian
alternatif bagi
masyarakat setempat.
1.2 Permasalahan
Nagari Ulakan Pariaman
memiliki potensi wisata
baik itu wisata religi
dengan adanya Kawasan
Makam Syekh Burhanuddin
dan wisata pantai yang
layak untuk dikembangkan
dan sekaligus sebagai
salah satu alternatif
usaha bagi masyarakat
setempat. Permasalahannya
adalah bagaimana model
pengembangan Kawasan
Makam Syekh Burhanuddin
sebagai wisata religi
sekaligus sebagai
alternatif mata
pencaharian masyarakat
Ulakan dengan metode
partisipasi masyarakat
setempat.
1.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan utama dari
penelitian ini adalah
menemukan suatu model
pengembangan Kawasan
Makam Syekh Burhanuddin
sebagai kawasan wisata
4
religi dengan metode
partisipasi masyarakat
setempat.
1.3.1 Tujuan
Tujuan lain yang ingin
dicapai yaitu:
1. Untuk mengatur dan
mengarahkan
pembangunan yang akan
dilaksanakan
sehinggafungsi dan
peranan kawsan tidak
terganggu
2. Memberikan tingkat
kesesuaian lahan
kawasan dalam
penyelenggaraan fungsi
pelayanan bagi
kehidupan dan
menyelaraskan dengan
fungsi pelayanan di
kawasan sekitar
perencanaan
3. Menampilkan gambaran
tentang pengaturan
arus pergerakan dari
dan menuju ke kawasan
4. Mengarahkan
pembangunan kawasan
yang lebih tegas dalam
upaya pengendalian
pengawasan
perkembangan fisik
maupun ekonomis secara
terukur baik kualitas
maupun kuantitas
1.3.2 Sasaran
Sasaran yang ingin
dicapai antara lain :
1. Penertiban letak,
ukuran bangunan gedung
dan bukan gedung
2. Mencegah penggunaan
lahan secara tidak
tepat atau pertumbuhan
tidak terkendali dapat
dihindari pada masa
yang akan dtang
3. Memiliki zoning fungsi
yang jelas dan
5
terstruktur dalam
kawasan
1.4 Urgensi Penelitian
1.4.1 Bidang Akademik
Penelitian maupun
perencanaan suatu kawasan
misalnya masterplan suatu
kawasan sudah banyak
dilakukan orang, namun
penelitian suatu kawasan
religius dengan
melibatkan partisipasi
kelompok masyarakat belum
banyak yang dilakukan.
Penelitian ini bermaksud
untuk menemukan suatu
model pengembangan
Kawasan Makam Syekh
Burhanuddin Ulakan yang
merupakan salah satu
Situs Cagar Budaya serta
sebagai tujuan wisata
religi dan pantai sesuai
dengan potensi daerah
dengan melibatkan
partisipasi masyarakat.
Diharapkan model
pengembangan Kawasan
Makam Syekh Burhanuddin
sebagai kawasan wisata
religi yang melibatkan
peranan masyarakat ini
akan menambah model
pengembangan baru di
bidang kepariwisataan.
1.4.2 Pemerintah Daerah
Penelitian ini diharapkan
sebagai masukan bagi
Pemerintah Daerah
Kabupaten Padang Pariaman
untuk pengembangan dan
revitalisasi kawasan
wisata tradisional Makam
Syekh Burhanuddin yang
tercantum dalam RTRW
Kabupaten Padang
Pariaman. Diharapkan
model pengembangan wisata
religi ini dapat
diterapkan didaerah lain
6
yang memiliki karakter
dan potensi daerah yang
sama, sehingga pada
akhirnya dapat memberikan
kontribusi terhadap
peningkatan PAD dari
sektor pariwisata.
1.4.3 Masyarakat
Manfaat penelitian bagi
masyarakat sekitar
Kawasan Makam Syekh
Burhanuddin khususnya
adalah sebagai obyek dari
penelitian, diharapkan
masyarakat dapat memahami
bahwa daerah mereka
mempunyai potensi yang
sangat bagus sekali bukan
hanya sekedar tempat
untuk orang berziarah,
tetapi juga dapat
merupakan salah satu
alternatif usaha yang
bisa dilakukan untuk
meningkatkan pendapatan
ekonomi masyarakat
setempat. Selain itu
dapat memberikan wawasan
dan pengetahuan kepada
masyarakat pentingnya
partisipasi masyarakat
dalam pembangunan Kawasan
Makam Syekh Burhanuddin
ini, sehingga masyarakat
dapat hidup layak, aman,
tentram, dan menghargai
peninggalan yang telah
ada.
1.5 Temuan Yang Ditargetkan
Model pengembangan wisata
religi di Kawasan Makam
Syekh Burhanuddin Ulakan
dengan partisipasi
masyarakat sebagai salah
satu upaya yang dapat
dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Padang
Pariaman untuk mewujudkan
program pembangunan
perencanaan Masterplan
Kawasan Makam Syekh
Burhanuddin Ulakan.
7
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sejarah Religi dan
Kebudayaan
Sejarah dalam arti
“subjektif” merupakan
rekonstruksi peristiwa
sejarah yakni hasil dari
penelitian yang kemudian
dituliskan. Sejarah
sebagai satu konstruksi
merupakan satu kesatuan
yang koheren (adanya
saling keterkaitan antar
unsur-unsur yang
membentuk kesatuan).
Periodisasi atau
pembabakan waktu adalah
salah satu proses
strukturasi waktu dengan
pembagian atas beberapa
babak, zaman, atau
periode berdasarkan
kriteria tertentu,
seperti ciri-ciri khas
yang ada pada periode
tertentu. Setiap unit
sejarah senantiasa
memiliki lingkup temporal
dan spasial (waktu dan
ruang). Ruang lingkup
temporal mempunyai
batasan yaitu awal
perkembangan gejala
sejarah dan akhirnya,
misalnya dalam biografi
kelahiran dan kematian
seorang tokoh.
Pada hakikatnya sejarah
dan antropologi
mempelajari objek yang
sama, yakni tiga jenis
fakta: artifact, socifact dan
mentifact.
a. Artifact sebagai benda
fisika dalah konkret
dan merupakan hasil
buatan. Artifact
menunjuk kepada proses
pembuatan yang telah
terjadi di masa
lampau.
8
b. Socifact menunjuk kepada
kejadian sosial
(interaksi antar
aktor, proses
aktifitas kolektif)
yang telah
mengkristalisasi
sebagai pranata,
lembaga, organisasi,
dan sebagainya. Untuk
memahami struktur dan
karakteristik socifact
perlu dilacak asal
usulnya, proses
pertumbuhannya sampai
wujud sekarang.
Artinya, segala
sesuatu dan keadaan
yang kita hadapi
dewasa ini tidak lain
ialah produk dari
perkembangan di masa
lampau, yakni produk
sejarah.
Nilai-nilai sejarah
dan religius ini
kemudian
diinternalisasi
kedalam konteks ruang
dan penataan Kawasan
Makam Syech
Burhanuddin, sehingga
mempertegas fungsi dan
citra kawasan sebagai
kawasan religius dan
bersejarah. Strategi
internalisasi nilai-
nilai religius dapat
dilakukan melalui
penanaman nilai
edukatif yang
kontekstual dan
pendekatan penguatan
nilai-nilai keagaman.
Menurut Koentjaraningrat
(1992) kebudayaan adalah
keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan
9
belajar. Sedangkan
kebudayaan sendiri kalau
dilihat dari arti katanya
berasal dari bahasa
Sansekerta, buddahyah
yang merupakan bentuk
jamak dari kata budhi
yang berarti budi atau
akal. Dengan demikian
kebudayaan itu dapat
diartikan hal-hal yang
bersangkutan dengan budi
dan akal
(Koentjaraningrat, 1992).
Berdasarkan pengertian
kebudayaan, tentunya
kebudayaan itu sendiri
mempunyai wujud yang bisa
dilihat dan dirasakan
oleh panca indra.
Wujud kebudayaan itu
dapat dibedakan dalam
tiga hal yaitu:
a. Wujud kebudayaan
sebagai suatu
kompleks dari
ide-ide, gagasan,
nilai-nilai,
norma-norma,
peraturan dan
sebagainya.
b. Wujud kebudayaan
sebagai suatu
kompleks
aktivitas
kelakuan berpola
dari manusia
dalam masyarakat.
c. Wujud kebudayaan
sebagai benda-
benda hasil karya
manusia.
Dalam kebudayaan terdapat
unsur atau isi pokok
kebudayaan yang bersifat
universal yang berkaitan
dengan kebudayaan dan
oleh banyak ahli
merumuskan unsur-unsur
kebudayaan. Oleh
Koentjaraningrat (1992)
merumuskan tujuh unsur-
10
unsur kebudayaan dari
berbagai kerangka
kebudayaan yang
dikembangkan oleh sarjana
antropologi di seluruh
dunia.
Unsur-unsur kebudayaan
tersebut adalah :
a. Sistem religi dan
upacara keagamaan.
b. Sistem dan
organisasi
kemasyarakatan.
c. Sistem pengetahuan.
d. Bahasa.
e. Kesenian
f. Sistem mata
pencaharian hidup.
g. Sistem teknologi
dan peralatan.
Perilaku yang merupakan
wujud dari kebudayaan
secara konseptual juga
membentuk sebuah setting,
yang menjadikan perilaku
tersebut dapat
dikelompokkan sebagai
sebuah tata aturan yang
memberikan pengaruh
terhadap aspek kehidupan
masyarakat, dimana salah
satunya adalah berkaitan
dengan interaksinya
dengan lingkungan yang
dikenal dengan behavior
setting.
Behaviour setting dapat
diartikan secara
sederhana sebagai suatu
interaksi antara suatu
kegiatan dengan tempat
yang spesifik. Dengan
demikian behaviour
setting mengandung unsur-
unsur sekelompok orang
yang melakukan suatu
kegiatan, aktivitas atau
perilaku dari sekelompok
orang tersebut, dimana
kegiatan tersebut
dilakukan, serta waktu
spesifik saat kegiatan
11
tersebut dilaksanakan
(Haryadi dan Setiawan,
1995). Dengan behaviour
setting, dapat
diidentifikasikan
perilaku-perilaku yang
secara konstan atau
regular muncul pada
situasi tempat atau
setting tertentu.
Behaviour setting
kemudian dijabarkan lagi
dalam dua bentuk
(Haryadi&Setiawan, 1995)
yaitu:
1. System of setting,
adalah sistem tempat
atau diartikan
sebagai rangkaian
elemen-elemen fiscal
atau spasial yang
mempunyai hubungan
tertentu dan terkait
sehingga dipakai
untuk kegiatan
tertentu.
2. System of actifity,
adalah sistem
kegiatan yang
diartikan sebagai
suatu rangkaian
perilaku yang sengaja
dilakukan oleh satu
atau beberapa orang.
Kognisi lingkungan
sebagaimana dijelaskan
Rapopport (1977),
ditentukan oleh tiga
faktor, yakni;
organismik, environmental
dan kultural. Ketiganya
saling berinteraksi dan
mempengaruhi proses
kognisi. Bisa dikatakan,
bahwa kognisi lingkungan
tersebut merupakan
sesuatu yang abstrak atau
intangible karena berkaitan
dengan pamahaman dan
pikiran manusia dalam
memperlakukan lingkungan
dimana manusia itu
12
tinggal dan berinteraksi.
Jika dikaitkan dengan
ruang, maka kognisi
lingkungan ini dapat
diproyeksikan dalam
bentuk model spasial yang
biasa dikenal sebagai
peta mental.
Peta mental sendiri
adalah gambaran spasial
yang spesifik terhadap
suatu lingkungan,
didefinisikan sebagai
gambaran spasial yang
spesifik terhadap suatu
lingkungan dan
berpengaruh terhadap pola
perilaku seseorang
(Haryadi dan Setiawan,
1995). Warisan budaya,
menurut Davidson (1991:2)
diartikan sebagai produk
atau hasil budaya fisik
dari tradisi-tradisi yang
berbeda dan prestasi-
prestasi spiritual dalam
bentuk nilai dari masa
lalu yang menjadi elemen
pokok dalam jati diri
suatu kelompok atau
bangsa. Menurut Galla
dalam Karmadi, 2007
Warisan budaya ini
sendiri dapat berbentuk:
1. Tangible, yaitu suatu
bentuk budaya yang
bersifat benda atau
dengan kata lain
merupakan hasil
budaya fisik.
Warisan budaya fisik
(tangible heritage)
sering
diklasifikasikan
menjadi warisan
budaya tidak
bergerak (immovable
heritage) dan warisan
budaya bergerak
(movable heritage).
Warisan budaya tidak
bergerak biasanya
13
berada di tempat
terbuka dan terdiri
dari: situs, tempat-
tempat bersejarah,
bentang alam darat
maupun air, bangunan
kuno dan/atau
bersejarah, patung-
patung pahlawan.
2. Intangible, adalah
suatu bentuk budaya
yang bersifat tak
benda atau nilai
budaya dari masa
lalu. Nilai budaya
dari masa lalu
(intangible heritage)
inilah yang berasal
dari budaya-budaya
lokal yang ada di
Nusantara, meliputi:
tradisi, cerita
rakyat dan legenda,
bahasa ibu, sejarah
lisan, kreativitas
(tari, lagu, drama
pertunjukan),
kemampuan
beradaptasi dan
keunikan masyarakat
setempat.
3. Abstract, adalah
suatu produk budaya
yang bersifat
keyakinan dan norma
yang mengatur
tatanan kehidupan
suatu masyarakat dan
dijalani serta
ditaati dalam
sebagai pedoman
hidup.
II.2 Wisata dan Rekreasi
Pariwisata sudah diakui
sebagai industri terbesar
abad ini, dilihat dari
berbagai indikator,
seperti sumbangan
terhadap pendapatan dunia
dan penyerapan tenaga
kerja (Pitana dan
14
Gayatri, 2005: 54).
Pariwisata sangat dinamis
dan sangat dipengaruhi
oleh faktor ekonomi,
politik, sosial,
lingkungan dan
perkembangan teknologi
(Hall dan Page, 1999).
Menurut beberapa sumber
mengenai pengertian
pariwisata, yaitu sebagai
berikut :
a. Pariwisata adalah
keseluruhan
rangkaian kegiatan
yang berhubungan
dengan kegiatan
manusia yang
melakukan perjalanan
atau persinggahan
sementara dan tempat
tinggal, kesesuatu
atau beberapa tujuan
di luar lingkungan
tempat tinggal yang
didorong
beberapakeperluan
tanpa bermaksud
untuk mencari nafkah
tetap (BPS 1981,
1984, 1991).
b. Pariwisata menurut
E.Guyer-Freuler,
yaitu pariwisata
dalam artian modern
merupakan fenomena
dari jaman sekarang
yang didasarkan atas
kebutuhan akan
kesehatan dan
pergantian hawa yang
menimbulkan rasa
keindahan alam atau
mendapat kesenangan.
c. Pariwisata menurut
Anomius (1992)
1. Wisata adalah
kegiatan untuk
menciptakan
kembali baik
fisik maupun
psikis agar
15
dapat
berprestasi
lagi.
2. Taman rekreasi
adalah suatu
usaha yang
menyediakan
tempat dan
berbagai jenis
fasilitas untuk
memberikan
kesegaran
jasmani dan
rohani yang
mengandung
unsure hiburan,
pendidikan,
kebudayaan
sebagai usaha
pokok di suatu
kawasan
tertentu dan
dapat
dilengkapi
dengan jasa
pelayanan
makanan dan
minuman serta
akomodasi.
3. Kawasan
pariwisata
adalah kawasan
dengan luas
tertentu yang
dibangun atau
disediakan
untuk memenuhi
kebutuhan
wisatawan.
4. Usaha
pariwisata
adalah suatu
kegiatan yang
bertujuan
menyelenggaraka
n jasa
pariwisata atau
menyediakan
atau
mengusahakan
obyek dan daya
tarik wisata,
16
usaha barang
pariwisata dan
atau usaha lain
yang terkait di
bidang
tersebut.
Pariwisata dapat
dibedakan jenisnya
berdasarkan berbagai hal
misalnya berdasarkan
motif tujuan perjalanan
dan jenis pariwisata
berdasarkan obyek yang
ditawarkan. Menurut
Dalen, (1989) jika
dilihat dari motif dan
tujuan perjalanannya
pariwisata dapat
dibedakan menjadi
beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut:
a. Pariwisata untuk
menikmati perjalanan
(pleasure tourism)
Jenis ini dilakukan
oleh mereka yang
meninggalkan tempat
tinggalnya untuk
berlibur, mencari
udara segar yang
baru, memenuhi
kehendak ingin
tahunya,
mengendorkan
ketegangan sarafnya,
melihat sesuatu yang
baru, menikmati
keindahan alam,
mengetahui hikayat
rakyat setempat,
mendapatkan
ketenangan dan
kedamaian di daerah
luar kota, atau
bahkan untuk
menikmati hiburan di
kota-kota besar dan
ikut serta dalam
keramaian pusat-
pusat wisatawan.
17
Jenis wisata ini
menyangkut banyak
unsur yang sifatnya
berbeda, karena
pengertian pleasure
berbeda kadar
pemuasnya sesuai
dengan karakter,
cita rasa, latar
belakang kehidupan
dan temperamen
masing-masing
individu.
b. Pariwisata untuk
rekreasi (recreation
tourism)
Jenis ini dilakukan
oleh mereka yang
menghendaki
pemanfaatan hari
liburnya untuk
beristirahat,
memulihkan kembali
kesegaran jasmani
dan rohaninya,
menyegarkan
kelelahannya.
Biasanya mereka
tinggal selama
mungkin di tempat-
tempat yang dianggap
benar-benar menjamin
tujuan rekreasi
tersebut. Dengan
kata lain mereka
lebih menyukai
health resort.
Termasuk dalam
kategori ini adalah
mereka yang karena
alasan kesehatan dan
kesembuhan harus
tinggal di tempat-
tempat khusus untuk
memulihkan
kesehatannya
(seperti daerah
sumber air panas,
dan lain
sebagainya).
18
c. Pariwisata untuk
kebudayaan (cultural
tourism)
Jenis ini ditandai
oleh adanya
rangkaian motivasi
seperti keinginan
untuk belajar
dipusat-pusat
pengajaran dan
riset, untuk
mempelajari adat
istiadat,
kelembagaan dan cara
hidup rakyat di
negara lain, untuk
mengunjungi monumen
bersejarah,
peninggalan
peradaban masa lalu
atau sebaliknya
untuk mengunjungi
penemuan-penemuan
besar masa kini,
pusat-pusat
kesenian, pusat-
pusat keagamaan,
atau juga untuk ikut
serta dalam
festival-festival
seni musik, teater,
tarian rakyat dan
sebagainya.
d. Pariwisata untuk
olah raga (sports
tourism)
Jenis ini dapat
dibagi ke dalam dua
kategori:
1. Big Sports Events
Yaitu
peristiwa-
peristiwa olah
raga besar
(misalnya,
Olimpiade) yang
menarik
perhatian tidak
hanya olah
ragawan
sendiri, tetapi
juga ribuan
19
penonton atau
penggemarnya.
2. Sporting Tourism of
The Practicioners
Yaitu peristiwa
olahraga bagi
mereka yang
ingin berlatih
dan
mempraktekkan
sendiri,
seperti pendaki
gunung, naik
kuda, berburu,
dan sebagainya.
e. Pariwisata untuk
usaha dagang (business
tourism)
Yaitu perjalanan
usaha dalam bentuk
professional travel
atau perjalanan
karena ada kaitannya
dengan pekerjaan
atau jabatan yang
tidak memberikan
kepada pelakunya
baik pilihan daerah
maupun pilihan waktu
perjalanan. Tersirat
tidak hanya
professional trip
yang dilakukan kaum
pengusaha atau
industrialis, tetapi
juga mencakup semua
kunjungan ke
pameran, ke
instalasi teknis
yang bahkan menarik
orang-orang di luar
profesi ini. Juga
harus diperhatikan
bahwa kaum pengusaha
tidak hanya bersikap
dan berbuat sebagai
konsumen, tetapi
dalam waktu sebebas-
bebasnya, sering
berbuat sebagai
wisatawan biasa
dalam pengertian
20
sosiologis karena
mengambil dan
memanfaatkan
keuntungan dari
atraksi yang
terdapat di negara
tersebut.
f. Pariwisata untuk
berkonvensi
(convention tourism)
Sekarang berbagai
tourist resort atau
daerah-daerah wisata
banyak yang
menawarkan diri
untuk dijadikan
tempat konferensi.
Bahkan untuk tujuan
tersebut sudah
banyak negara-negara
yang membentuk
asosiasi-asosiasi
sebagai sarana yang
dianggap penting
untuk mencapai
tingkat pengisian
kamar yang layak
pada hotel-hotel
mereka, terutama
pada musim-musim
menurunnya jumlah
wisatawan yang masuk
ke dalam negara
tersebut. Banyak
negara yang
menyadari besarnya
potensi ekonomi dari
jenis pariwisata
konferensi ini,
sehingga mereka
saling berusaha
untuk menyiapkan dan
mendirikan bangunan-
bangunan yang khusus
diperlengkapi untuk
tujuan ini atau
membangun “pusat-
pusat konferensi”
lengkap dengan
fasilitas mutakhir
yang diperlukan
untuk menjamin
21
efisiensi operasi
konferensi.
Kegiatan pariwisata
mencakup dua komponen
utama yaitu penawaran
(supply) dan permintaan
(demand). Komponen
penawaran merupakan
produk wisata yang dapat
ditawarkan, yang meliputi
obyek wisata, sarana
pariwisata, jasa
pariwisata, serta sarana
dan prasarana lingkungan.
Komponen permintaan
mencakup kegiatan serta
aspirasi wisatawan dan
masyarakat di sekitar
kawasan pariwisata.
Dengan pendekatan pangsa
pasar pariwisata dibagi
dalam empat segmen utama
yaitu :
1. Segmen Modern
Materialsitis,
perilaku pilihannya
cenderung pada sun,
sea, sex
(beachattraction), night
club dan lain-lain.
2. Segmen Modern
Idealist, perilaku
pilihannya cenderung
kepada kemegahan dan
hiburan yang lebih
bersifat
intelektual,
akademik, seni dan
budaya serta
atraksi-atraksi yang
bertemakan
pelestarian
lingkungan.
3. Segmen Tradisional
Idealist, perilaku
pilihannya lebih
pada tempat-tempat
atraksi yang
terkenal dan
monumental serta
glority pada
22
keagungan masa lalu
dan juga lingkungan
yang masih alami.
4. Segmen Tradisional
Materialistist,
perilakunya pada
tawaran karya murah
seperti belanja
elektronik, pakaian,
makanan dan
sebagainya yang
terbentuk dalam
bentuk paket wisata.
Secara teori keempat
segmen pasar itu
mempunyai orientasi nilai
yang berbeda dan
diharapkan akan mempunyai
harapan dan perilaku
pilihan yang berbeda pula
terhadap tawaran :
atraksi, akomodasi dan
fasilitas pendukung
pariwisata.
Mengembangkan
kepariwisataan disuatu
obyek wisata berarti
mengembangkan potensi
fisik pada obyek
tersebut, sehingga
fungsinya makin meningkat
sebagai obyek pariwisata
yang dapat dipasarkan. Di
setiap obyek atau lokasi
pariwisata sebetulnya ada
berbagai unsur yang
saling tergantung, yang
diperlukan agar para
wisatawan dapat menikmati
suatu pengalaman yang
memuaskan. Pariwisata
adalah wahana utama
pelestarian kebudayaan.
Pariwisata tidak
menghancurkan kebudayaan
melainkan justru
memberikan inspirasi
untuk terjadinya proses
pengayaan, konservasi,
adaptasi, rekonstruksi
dan reinterpretasi
23
(Pitana dan Gayatri,
2005).
II.2.1 Atraksi/Daya Tarik
Wisata (attraction)
Atraksi adalah penggerak
pariwisata. Tanpa atraksi
wisata, tidak ada
pariwisata, tidak
diperlukan transportasi,
tidak diperlukan
akomodasi dan pelayanan
jasa pendukung wisata.
Setiap komponen utama
perlu diteliti dan
dianalisis sebab
komponen-komponen itu
saling berkaitan dan
ketergantungan, juga ada
keterpaduan. Atraksi
adalah daya tarik
wisatawan liburan.
Atraksi yang
diidentifikasikan
(sumberdaya alam, sumber
daya manusia-budaya, dan
sebagainya) perlu
dikembangkan untuk
menjadi atraksi wisata.
Menurut pengertiannya,
atraksi mampu menarik
wisatawan yang ingin
mengunjunginya. Meliputi
jenis obyek yang akan
dijual, yang memenuhi 3
syarat antara lain (Oka
A. Yoeti, 1997,10) :
a. Apa yang dapat
dilihat (something to
see)
b. Apa yang dapat
dilakukan (something
to do)
c. Apa yang dapat
dibeli (something to
buy)
II.2.2 Wisata Ziarah
Wisata Ziarah adalah
jenis wisata yang
dikaitkan dengan agama,
kepercayaan ataupun adat
24
istiadat dalam
masyarakat. Wisata Ziarah
dilakukan baik
perseorangan atau
rombongan dengan
berkunjung ke tempat-
tempat suci, makam-makam
orang suci atau orang-
orang terkenal dan
pimpinan yang diagungkan.
Tujuanya adalah untuk
mendapatkan restu,
berkah, kebahagiaan dan
ketentraman. Jenis wisata
ini banyak dikaitkan
dengan agama, sejarah,
adat istiadat dan
kepercayaan suatu
kelompok orang ke tempat
suci, ke makam-makam
orang besar, ke bukit,
atau gunung yang
dikeramatkan dan
bersejarah (Nyoman S.
Pendit, 1989 : 41).
Ritual menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia
adalah segala bentuk
ekspresi dari pada
perasaan, pikiran, sikap
dan tindakan berdasarkan
syarat-syarat dan rukun
perbuatan atau tindakan
yang tertentu untuk
terselenggaranya
(teranjurkanya prosedur-
prosedur atau tata cara
suatu prosesi atau
upacara, merupakan suatu
seni upacara (biasanya
bersifat atau dikaitkan
dengan keyakinan dan atau
keagamaan) yang
diselenggarakan dengan
syarat dan rukun tindakan
tertentu dalam masa dan
tempat yang tertentu.
Ziarah adalah kunjungan
ke tempat yang dianggap
keramat atau mulia.
Menurut Kamus Besar
25
Bahasa Indonesia,
berziarah yaitu kunjungan
ke tempat yang dianggap
keramat atau mulia
(seperti makam) untuk
berkirim doa (Daryanto
Ss, 1997 : 1280).
Tradisi ziarah adalah
suatu kebiasaan
mengunjungi makam, entah
itu makam sanak saudara,
leluhur, maupun makam
yang dikeramatkan untuk
mengirim kembang dan
mendoakan orang yang
telah meninggal kepada
Tuhan. Hal ini merupakan
tradisi religi dari para
pendahulu yang tidak
pernah tergoyahkan oleh
berbagai paham baru.
Pemahaman mengenai
kegiatan ziarah ke
tempat-tempat suci tidak
hanya sebagai wujud
pelaksanaan ajaran agama
semata, namun sudah
menjadi budaya rutin yang
harus dilakukan dalam
kurun waktu tertentu.
Terjadi suatu trend
perjalanan ziarah dikemas
dalam suatu paket
perjalanan wisata ziarah
(pilgrim) yang dapat
membangkitkan aura ritual
keagamaan (Potensi Wisata
Kabupaten Karanganyar,
2001).
METODE PENELITIAN
III.1 Kerangka Berpikir
Kerangka pikir
penyelesaian suatu
pekerjaan merupakan
rangkaian dari pemikiran
untuk menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan
maksud dan tujuan
kegiatan. Kerangka pikir
ini dapat menunjukkan
gambaran metodologi
26
penyelesaian pekerjaan
secara garis besar yang
juga menunjukkan
keterkaitan antara
materi/proses satu dengan
lainnya. Sedangkan detail
metodologi pada tiap
tahapan diterangkan pada
Tahapan Pelaksanaan
Pekerjaan (sesuai dengan
kerangka pikir tersebut).
Pelaksanaan kegiatan
penelitian ini dilakukan
dengan mengidentifikasi
kebijakan-kebijakan atau
program terkait
pengembangan kawasan
secara makro, yang
bersumber dari Rencana
Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Padang
Pariaman, maupun dokumen
rencana sektoral lainnya.
Sehingga dapat
teridentifikasi arahan
rencana dan program
pengembangan terkait
kawasan pada masa yang
akan datang.
Pada tahap kedua, perlu
direview kembali dokumen
rencana pengembangan
kawasan Makam Syech
Burhanuddin yang telah
pernah disusun melalui
Pekerjaan Rencana Tindak
Penanganan Lingkungan
Permukiman Tradisional
(RTPLPT )Tahun 2010 yang
dilaksanakan oleh SNVT
Penataan Bangunan dan
Lingkungan, Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi
Sumatera Barat. Hasil
dari kegiatan review ini
berupa simpulan terhadap
arah pengembangan yang
dapat diadopsi maupun
disesuaikan terhadap
kebutuhan penanganan
kawasan saat ini dan masa
yang akan datang.
27
Tahapan selanjutnya,
berdasarkan hasil
identifikasi lapangan dan
data-data sekunder yang
relevan, dapat dirumuskan
karakteristik kawasan,
baik secara fisik,
sosial-ekonomi maupun
kependudukan, sehingga
diperoleh karakter
kawasan yang perlu
dipertahankan maupun
ditingkatkan.
Karaktaristik fisik
kawasan, kemudian
dibandingkan dengan
potensi pengembangan
kawasan dari aspek
sejarah dan religi serta
potensi wisata ke dalam
konsep zona dan rancangan
kawasan, yang kemudian
secara keseluruhan akan
menjadi pertimbangan
dalam merumuskan
kebutuhan pengembangan
kawasan, baik dari segi
tema, pola ruang,
penanganan infrstruktur
dan lain sebagainya. Pada
tahapan akhir disusun
konsep rencangan dalam
bentuk tiga dimensi (3D),
untuk diseminasikan guna
mendapat masukan dari
stakeholder dan pihak-
pihak terlait lainnya.
Dan rumusan rancangan
serta masukan-masukan
terhadap konsep
rancangan, kemudian
menjadi dasar bagi
penyusunan model
pengembangan kawasan
dalam bentuk rancangan
tiga dimensi, video
animasi dan maket
kawasan.
28
Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian
III.2 Tahapan Pekerjaan
Berdasarkan kerangka
fikir pekerjaan,
metodologi pelaksanaan
dan tahap-tahap
penyelesaian pelaksanaan
kegiatan penelitian
terdiri dari :
1. Tahap Persiapan
Pekerjaan dan
Identifikasi Data
Awal;
2. Tahap Survai,
Kompilasi dan
Tabulasi Data;
3. Tahap Analisis
4. Tahap Perumusan
Konsepsi
Pengembangan; dan
5. Tahap
Penyempurnaan &
Finalisasi Produk
Akhir.
TAHAP PERSIAPAN
Sebelum melakukan
kegiatan penelitian perlu
persiapan untuk menyusun
langkah-langkah yang akan
dilakukan yaitu menyusun
kembali rencana kerja dan
jadwal. Selanjutnya
dilakukan persiapan untuk
melakukan survey
pengumpulan data. Antara
lain persiapan dalam
hal :
1. Tenaga dan pendukung
yang akan melakukan
survey.
29
2. Bahan-bahan survey
berupa gambar lokasi
yang telah ada.
3. Peralatan survey
seperti : camera,
theodolit, (perekam
digital), alat-alat
tulis dll.
4. Menghubungi sumber-
sumber yang akan
dimintakan data-data.
TAHAP SURVAI, KOMPILASI DAN
TABULASI DATA
Mengidentifikasi masalah
melalui observasi dan
studi literatur
berdasarkan kenyataan
yang ada. Data-data yang
diperlukan untuk
menunjang proses
perencanaan dan
pembangunan adalah :
a. Data Lapangan
Data Kualitatif
Data yang diperoleh
dari hasil survey
di lapangan dengan
metode pengamatan
langsung,
interview/
wawancara.
Data Kuantitatif
Data yang diperoleh
dari hasil
kuesioner berbentuk
rangkaian atau
kumpulan
pertanyaan. Data-
data yang
diperlukan adalah :
1. Data mengenai
kondisi fisik dan
non fisik
2. Data mengenai
kondisi perilaku
pengguna
3. Data mengenai
kondisi makam
saat sekarang
b. Data Literatur
30
Data literatur yaitu
data yang mencakup
teori-teori pendapat
para ahli dan pengamat
di bidangnya. Data-
data literatur yang
diperlukan antara lain
:
1. Data-data tentang
kawasan religi
2. Data-data tentang
permasalahan
kawasan makam dan
penanganannya.
3. Data-data tentang
perilaku dan
karakter pengguna
kawasan makam.
4. Data-data tentang
standarisasi
kawasan
makam/religi.
c. Data Pembanding
Data pembanding adalah
data yang membahas
tentang perbandingan
desain bangunan yang
telah ada dengan
desain bangunan yang
akan direncanakan.
Data-data tersebut
meliputi, antara
lain .
1. Struktur organisasi
2. Aktivitas pengguna
3. Perilaku pengguna
4. Waktu operasional
5. Fasilitas bangunan
6. Kebutuhan ruang
7. Tata ruang
Diharapkan dari
perbandingan data
tersebut dapat diambil
kekurangan dan
kelebihan sebagai
pertimbangan atau
referensi dalam
perancangan.
III.3 Metode Pendekatan
1. Menggunakan
pendekatan-
31
pendekatan yang
dapat menemukan
konteks atau
substansi kawasan
perencanaan yaitu
melalui:
a. Pendekatan
sejarah,
religious, dan
kebudayaan
b. Pendekatan
pengembangan
wisata dan
rekreasi
c. Pendekatan
zonasi ruang
d. Pendekatan
perancangan
kawasan
2. Membuat kelompok
masyarakat yang mau
berpartisipasi dalam
penelitian yaitu
masyarakat kawasan
Makam Syekh
Burhanuddin Ulakan.
3. Sosialisasi dan
desiminasi tujuan
penelitian
4. Identifikasi dan
pemetaan potensi dan
masalah fisik alami,
fisik buatan,dan
social budaya
masyarakat setempat
serta
permasalahan/kendala
-kendala yang ada di
kawasan penelitian
5. Menyusun model
pengembangan wisata
religi dengan metode
partisipasi
masyarakat.
III.4 Metode Pengumpulan
Data
Metode yang digunakan
dalam proses pengumpulan
data adalah :
a. Studi Pustaka
32
Dengan melakukan studi
data-data pustaka
sebagai landasan
teori, baik melalui
artikel, jurnal
ilmiah, buku, maupun
internet.
b. Studi Lapangan
Dengan mengadakan
penelitian langsung/
survey langsung ke
lokasi melalui
pengamatan dan
interview/ wawancara.
III.5 Metode Analisa Data
Data yang telah
didapatkan akan diolah
dan kemudian akan
menjadi alternatif
pemecahan dalam desain
bangunan, sehingga
desain akan dapat
diperbandingkan dengan
keadaan sebenarnya dan
dapat dimanfaatkan
sesuai dengan kebutuhan.
Adapun metode pendekatan
yang dilakukan adalah:
a. Keruangan/spasial
Menganalisa gejala-
gejala yang bersifat
meruang, melalui
perkembangan tata
ruang, penyebaran dan
interaksi dengan
lingkungan sekitar.
b. Deskriptif
Menganalisis keadaan
fisik wilayah
perencanaan dan daerah
sekitarnya serta
kondisi non fisik
melalui suatu uraian
dan penjelasan baik
yang bersifat
kualitatif maupun
kuantitatif dalam
bentuk tulisan maupun
penganalisaan.
c. Normatif
Metode pendekatan yang
didasarkan pada norma-
33
norma atau kaidah yang
ada untuk menilai
kondisi sekarang untuk
menentukan
pengembangan di masa
mendatang
d. Pendekatan Terpadu
Suatu pendekatan
permasalahan akan
selalu berkaitan
dengan suatu
permasalahan yang
lain, oleh karenanya
diperlukan pula adanya
pendekatan terpadu
yang mengkaitkan
beberapa faktor yang
saling mempengaruhi
adanya kesenjangan
dalam operasional
pelaksanaannya.
TAHAP ANALISIS
Analisis Perencanaan
merupakan proses analisis
yang bermaksud
mengidentifikasi,
menganalisis, memetakan
dan mengapresiasi konteks
lingkungan dan nilai lokal
dari area perencanaan dan
wilayah sekitarnya.
Komponen-komponen Analisis
meliputi :
1. Analisis Sosial
Kependudukan, yaitu
kajian yang bermaksud
melihat gambaran
kegiatan sosial-
kependudukan, dengan
memahami beberapa
aspek, antara lain
tingkat pertumbuhan
penduduk, jumlah
keluarga, kegiatan
sosial penduduk,
tradisi-budaya lokal,
perkembangan unit ruang
yang ditentukan secara
kultural-tradisional,
dan lain-lain.
34
2. Prospek Pertumbuhan
Ekonomi, yaitu kajian
yang bermaksud melihat
gambaran sector
pendorong perkembangan
ekonomi, kegiatan usaha
dan perkembangan
penggunaan tanah,
produktifitas kawasan,
kemampuan pendanaan
pemerintah daerah, dan
lain-lain.
3. Daya Dukung Fisik dan
Lingkungan; yaitu
kajian yang bermaksud
melihat kemampuan fisik
dan lingkungan, dengan
mengidentifikasi lahan-
lahan potensial bagi
pengembangan kawasan
selanjutnya. Beberapa
aspek yang harus
dipahami antara lain :
kondisi tata guna
lahan, kondisi
bentangan alam kawasan,
lokasi geografis,
sumber daya air,
status-nilai tanah,
izin lokasi,
sensitivitas/kepekaan
kawasan terhadap
bencana alam, dan lain-
lain.
4. Daya Dukung Prasarana
dan Fasilitas
Lingkungan; yaitu
kajian yang bermaksud
melihat kondisi tingkat
pelayanan sarana-
prasarana bagi
kebutuhan kegiatan
lingkungan. Beberapa
aspek yang harus
dipahami antara lain :
jenis infrastruktur,
jangkauan pelayanan,
jumlah penduduk yang
terlayani, kapasitas
pelayanan, dan lain-
lain.
35
5. Kajian Aspek
Signifikansi Historis
Kawasan; yaitu kajian
yang bermaksud
mengidentifikasi kaitan
kependudukan nilai
historis kawasan pada
konteks yang lebih
besar, misalnya sebagai
asset pelestarian pada
skala kota/regional
bahkan pada skala
nasional.
Gambar 3.2. Peta Lokasi PenelitianSumber: Hasil Survey, 2014
HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. RENCANA PERUNTUKAN LAHAN
36
4.2. RENCANA TATA BANGUNAN
KAWASAN
4. 3. RENCANA SISTEM RUANG
TERBUKA DAN TATA HIJAU
4.4. RENCANA SISTEM
PRASARANA DAN UTILITAS
LINGKUNGAN
4.5. RENCANA SISTEM
SIRKULASI DAN JALUR
PENGHUBUNG
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
37
Kawasan Makam Syekh
Burhanuddin telah
ditetapkan menjadi Situs
Cagar Budaya, dan menjadi
salah satu kawasan
strategis di Kabupaten
Padang Pariaman. Kegiatan
keagamaan di kawasan ini,
telah membawa dampak yang
cukup luas pada kawasan
sekitarnya, baik berupa
berkembangnya aktifitas
ekonomi, perkembangan
permukiman dan lain
sebagainya. Namun
demikian, perkembangan
kawasan belum dibarengi
dengan kelengkapan sarana
dan prasarana dasar yang
memadai dalam mendukung
aktifitas keagamaan
maupun aktifitas wisata
yang berkembang, sehingga
potensi aktifitas yang
ada kurang dapat dilayani
dengan baik.
Disamping itu,
pengembangan kegiatan
nilai-nilai sakralitas
dan religius kawasan
belum didorong secara
optimal melalui penataan
ruang yang fokus pada
aktifitas religi sebagai
tema utama kawasan dan
aktifitas wisata/rekreasi
sebagai tema pendukungnya
Pengaruh Surau Syekh
Burhanuddin dalam
menyebarkan ajaran agama
Islam ke pelosok-pelosok
alam Minangkabau melalui
jalur Tarekat dapat
diamati dari beberapa
hal, yang sampai saat ini
masih tetap dijaga dan
dipelihara oleh
masyarakat, antara lain:
1. Kunjungan ulama dan
pengikut Tarekat
38
Syatariah pada acara
Basafa (ber Syafar)
setiap bulan Syafar
di Makam Syekh
Burhanuddin Ulakan
Pariaman. Mereka
menghadiri acara
Basafa adalah untuk
melakukan ziarah dan
melaksanakan
pengajian Tarekat
Syatariah setelah
selesai melakukan
ibadah-ibadah
khusus, seperti
zikir, sholat Sunat
Buraha (sejenis
sholat sunat mutlak
yang dikaitkan
dengan nama Syekh
Burhanuddin dan
pahala dihadiahkan
kepadanya).
2. Ziarah dan ibadah
pada hari Selasa
sebelum dilakukan
Syafar pada hari
Rabu setelah tanggal
10 Syafar setiap
tahunnya di Surau
Tanjung Medan
sebagai tempat
pertama Syekh
Burhanuddin
menyebarkan paham
Tarekat Syatariah ke
seluruh alam
Minangkabau. Ziarah
ke Tanjung Medan ini
disebut juga
menjelang guru
(mengunjungi guru
untuk mendapatkan
keberkatan dan
kemanfaatan dari
pengajian Tarekat
Syatariah yang
sudah diketahui dan
diamalkannya).
3. Berkunjung melihat
peninggalan Syekh
Burhanuddin yang
39
berupa baju panjang,
kopiah, sorban,
serta kitab Al Quran
tulisan tangan yang
disimpan di Surau
Pondok Ketek. Bagi
pengikut ajaran
Tarekat Syatariah,
berkunjung ke Surau
Pondok Ketek ini
menjadi salah satu
tradisi yang
dilakukan saat
Basafa.
Keberhasilan Syekh
Burhanuddin menjadikan
agama Islam sebagai
identitas dan pranata
sosial orang Minang,
seperti diterimanya gelar
Tuanku, Malin, Imam,
Khatib, dan Labai sebagai
bahagian yang integral
dalam sistem adat
Minangkabau adalah
sumbangan budaya yang tak
ternilai harganya. Begitu
juga masuknya surau dan
mesjid sebagai syarat sah
berdirinya satu nagari di
Minangkabau adalah bukti
konkrit perjuangan Syekh
Burhanuddin untuk
menumbuhkan kesatuan adat
dan syarak di
Minangkabau.
Penelitian ini bertujuan
mencarikan solusi yaitu
membuat suatu Model
Pengembangan Kawasan
Wisata Religi pada Makam
Syekh Burhanuddin dengan
pemberdayaan masyarakat
setempat sebagai salah
satu alternatif mata
pencaharian. Dengan
melibatkan partisipasi
masyarakat dikawasan
penelitian, diharapkan
juga dapat membantu
40
meningkatkan perekonomian
masyarakat.
5.2. Saran
Dengan adanya kegiatan
penelitian ini dapat
menjadi salah satu
pedoman bagi Pemerintahan
Kabupaten Padang Pariaman
khususnya instansi
terkait untuk melakukan
kegiatan Penyusunan
Masterplan Kawasan Makam
Syekh Burhanuddin. Untuk
selanjutnya diharapkan
Kawasan Makam Syekh
Burhanuddin dapat
dikembangkan sebagai
salah satu destinasi
pariwisata khususnya
wisata religi di Padang
Pariaman. Selain itu
dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat
setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, 1987, Sejarahdan Masyarakat, Lintasan Historis Islamdi Indonesia,
Jakarta: Pustaka Firdaus,hal. 111-2
Azra, Azyumardi, 1994, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad 17
dan 18 , Bandung: Mizan
Azra, Azyumardi, 1999,Pendidikan Islam, Tradisi danModernisasi menuju Millenium Baru,
Jakarta: Logos WacanaIlmu
Daryanto, 1997, Kamus UmumBahasa Indonesia, Jakarta: RosdaKarya
Dobbin, Christine, 1983, Islamic Revivalism in a Changing Peasant Economic, London:
Curzon Press, hal. 119
Galla, A., 2001, Guidebook forthe Participation of Young People inHeritage Conservation,
Brisbane: Hall and JonesAdvertising
Gazalba, Sidi, 1989, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka al –Husna,
hal. 314-315
41
Haryadi dan B. Setiawan, 1995,ArsitekturLingkungan dan Perilaku;Suatu Pengantar ke Teori
Metoologi dan Aplikasi,Proyek Pengembangan PusatStudi Lingkungan, Direktorat
Jenderal PendidikanTinggi, DepartemenPendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia.
Hijjas Kasturi Associates SDN,Malaysia, 2004, StudiPengembangan Kawasan Makam
Syekh Burhanuddin Ulakan,Kabupaten Padang Pariaman
Joustra, M., Minangkabau,Overzicht van Land,Geschiedenis en Volk
Koentjaraningrat, 1992,Beberapa Pokok Antropologi Sosial,Jakarta: Din Rakyat.
Marsden, William, 2008, TheHistory of Sumatera,Terjemahan oleh Tim KomunitasBambu,
Jakarta: Komunitas Bambu
Mulyani, 1999, Surau dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, Padang: IAIN IB
Press, hal. 7
Nasroen. M.Prof., 1957, DasarFalsafah Adat Minangkabau,
Jakarta: Penerbit Pasaman,hal.
21
Paul Davidson, 1991, IsProbability Theory Relevant forUncertainty? A Post KeynesianPerspectives, The Journal ofEconomics Perspectives, Vol. 5No. 1. Pp 129-143
Pitana, I. Gede dan Gayatri,Putu G., 2005, SosiologiPariwisata, Jogyakarta: Andi.
Pendit, Nyoman, S., 1990, IlmuPariwisata: Sebuah Pengantar,Jakarta: Pradnya Paramita
PT. Rekayasa Pratama GrhayasaCiptaloka, 2010, Laporan AkhirPenataan Lingkungan
Permukiman Provinsi SumateraBarat, Rencana TindakPenanganan LingkunganPermukiman Tradisional,Kabupaten Padang Pariaman,Padang: KementerianPekerjaan Umum,Direktorat Jenderal CiptaKarya, SNVT PenataanBangunan dan LingkunganSumbar
Rapoport, A, 1997, HumanAspects of Urban Form, Oxford:Pergamon Press.
42
Samad, Duski, Drs., H., M.Ag.,2002, Syekh Burhanuddin Ulakan danIslamisasi di
Minangkabau (Syarak MandakiAdat Manurun), Jakarta: TheMinangkabau Foundation
Tjandrasasmita, Uka, 1976,Masuknya Islam ke Indonesia, dalamBuletin Yaperma, No.1,
tahun III, Februari,1976, hal. 80
Yoeti, Oka, A., 1997,Perencanaan dan PengembanganPariwisata, Jakarta: PradnyaParamita.
43