EMPAT KAWASAN DESTINASI INVESTASI ACEH

9
investinaceh investinaceh investinaceh investinaceh EDISI II/2019 dpmptsp.acehprov.go.id Multiplier Effect KEK Arun Lhokseumawe Merevisi UU Penghambat Investasi Melalui Omnibus Law Tren Investasi di Aceh Tahun 2019 Lampaui Target Nasional 04 . LAPORAN UTAMA 09 . PERIZINAN 11 . REALISASI 16 . SOSOK ACEH TERBUKA UNTUK INVESTOR EMPAT KAWASAN DESTINASI INVESTASI ACEH PLT GUBERNUR ACEH BAHAS INVESTASI BERSAMA KEPALA BKPM 02 . AGENDA

Transcript of EMPAT KAWASAN DESTINASI INVESTASI ACEH

investinaceh investinacehinvestinaceh investinaceh EDISI II/2019 dpmptsp.acehprov.go.id

Multiplier Effect KEK Arun Lhokseumawe

Merevisi UU Penghambat Investasi Melalui Omnibus Law

Tren Investasi di Aceh Tahun 2019Lampaui Target Nasional

04 . LAPORAN UTAMA

09 . PERIZINAN

11 . REALISASI

16 . SOSOK

ACEH TERBUKAUNTUK INVESTOR

EMPAT KAWASAN DESTINASI INVESTASI ACEH

PLT GUBERNUR ACEH BAHAS INVESTASI BERSAMA KEPALA BKPM

02 . AGENDA

03 Edisi II/201902 Edisi II/2019

PELINDUNG: Plt Gubernur Aceh

PENGARAH: Sekretaris Daerah Aceh

PENANGGUNG JAWAB: Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP Aceh)

PEMIMPIN REDAKSI: Kepala Bidang Promosi Penanaman Modal, DPMPTSP Aceh

WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: Kepala Seksi Deregulasi, DPMPTSP Aceh

REDAKTUR PELAKSANA: Kepala Seksi Pelaksanaan Promosi Penanaman Modal, DPMPTSP Aceh

DEWAN REDAKSI: Sekretaris DPMPTSP Aceh, Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Iklim Penanaman Modal, DPMPTSP Aceh, Kepala Bidang Pengelolaan Data dan Informasi Penanaman Modal, DPMPTSP Aceh, Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan A, Kepala Seksi Pengembangan Promosi Penanaman Modal, DPMPTSP Aceh, Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Promosi Penanaman Modal, DPMPTSP Aceh

EDITOR: Muhajir Juli Ihan Nurdin

WARTAWAN: Hendra Keumala Ikhsan Pakusa Masrian Mizani Mulyadi Pasee Taufan Mustafa

TATA LETAK: Zulham Jusuf

INFOGRAFIS: Sayid M. Azzahir

Oleh Ihan Nurdin

ACEH saat ini memi-liki empat kawasan khusus peruntukan

industri. Kawasan tersebut, yaitu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun di wilayah Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara; Kawasan Industri Aceh (KIA) di Ladong, Kabupaten Aceh Besar; Kawasan Pelabu-han Bebas di Kota Sabang; dan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo di Kota Banda Aceh yang bertipe A.

Keempat kawasan dihara-pkan menjadi “passport” un-tuk masuknya arus investasi ke Aceh geliatnya mulai menunjukkan pergerakan.

Di KEK Arun misalnya, mulai dibangun pabrik pu-puk NPK yang dimotori oleh PT Pupuk Iskandar Muda. Sementara di KIA Ladong, dengan hadirnya Pusat Logistik Berikat dan Pergu-dangan Terpadu milik PT Trans Continent diharapkan menjadi “gula” bagi calon investor lain.

Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah, meyakini akan ada jalan untuk melakukan percepatan pelaksanaan KEK Arun Lhokseumawe sebagaimana diamanatkan UU Nomor 39 Tahun 2009

tentang KEK dan PP Nomor 2 Tahun 2017 tentang KEK Arun Lhokseumawe.

“Syaratnya cuma tiga, yakni komitmen, komitmen, dan komitmen,” ujarnya saat rapat Dewan Kawasan KEK Arun pada 24 Oktober 2019. Rapat itu diikuti perwakilan konsorsium badan usaha pembangunan dan pengelo-laan KEK Arun, perwakilan Lembaga Manajemen Aset Negara, dan Ketua Kadin Aceh.

Penegasan senada juga disampaikan saat ground breaking Pusat Logistik Berikat KIA Ladong pada 31 Agustus 2019 lalu, Nova meminta perusahaan milik Pemerintah Aceh saling bersinergi dengan investor. Kehadiran empat kawasan ini diharapkan menjadi kantung-kantung investasi yang menggerakkan denyut ekonomi di seluruh daerah Aceh.

Arah Pembangunan AcehKe depan, Pemerintah

Aceh fokus membangun Aceh berbasis kawasan dan rencana strategis. Hal ini tak terlepas dari posisi Aceh yang berada di kawasan Samudera Hindia sebagai ka-wasan pertumbuhan tinggi. Saat ini geo-politik, geo-ekonomi, dan geo-strategis

EMPAT KAWASAN DESTINASI INVESTASI ACEH

dunia beralih ke sana. “Aceh yang terletak di

ujung barat Indonesia ada di pintu gerbang itu. Baik dari lalu-lintas dari Asia Selatan, Timur Tengah, Eropa juga Afrika,” ujar Nova dalam rapat konsultasi regional penyusunan rancangan awal RPJMN 2020-2024 di Medan, 13 Agustus 2019.

Salah satu rencana strat-egisnya adalah menjadikan kawasan Samudera Hindia dan Andaman sebagai desti-nasi investasi dan kegiatan berbasis ekspor.

Secara kusus, Nova juga meminta pemeritah pusat

melalui kementerian terkait untuk segera membuka rute penerbangan dari Bandara SIM, Aceh Besar, ke Port Blair di Kepulauan Anda-man, India.

“Jadi dari Port Blair itu hanya satu jam (penerban-gan) ke Aceh. Sedangkan ke daratan India itu cuma tiga jam,” jelas Nova.

Oleh karena itu, ke-beradaan empat titik ka-wasan peruntukan investasi di atas sangat penting untuk pemerataan pembangunan berbasis kawasan yang dicita-citakan Pemerintah Aceh.[]

Aceh yang ter-letak di ujung barat Indonesia ada di pintu ger-bang. Baik dari la-lu-lintas dari Asia Selatan, Timur Tengah, Eropa juga Afrika.

Agenda Laporan Utama

Alhamdulillah, kami bisa menghadirkan kem-bali Tabloid Investasi

kepada pembaca sekalian. Merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi tim bisa meny-ajikan informasi terkini kepa-da masyarakat luas. Melalui informasi yang kami sajikan di sini semoga bisa member-ikan harapan-harapan baru bagi keberlanjutan tata kelola ekonomi Aceh ke depan. Hara-pannya tentu saja mewujudkan Aceh Hebat sebagaimana yang dicita-citakan oleh Gubernur Aceh.

Aceh saat ini mempunyai empat titik strategis yang tel-ah ditetapkan sebagai organ vital untuk memacu denyut nadi perekonomian Aceh. Ke-empat titik itu, yaitu Kawasan Industri Aceh Ladong, Ka-wasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe, Pelabuhan Perikanan Samudra Lampu-lo Kutaraja, serta Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Sabang.

Ditambah, saat ini juga sedang diupayakan beberapa titik sentra investasi lainnya

seperti KEK Barat Selatan, KEK Pariwisata di Simeu-lue dan Pulau Banyak, serta Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Dataran Tinggi Gayo Alas.

Namun pada edisi ini spesifik diketengahkan empat kawasan saja meliputi KIA Ladong, KEK Arun Lhokse-umawe, PPS Lampulo, dan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Sabang. Pemerin-tah Aceh melalui Dinas Pena-naman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DP-MPTSP) Aceh terus berupaya menjaring calon-calon inves-tor agar mau menanamkan modalnya di lokasi-lokasi vi-tal tersebut. Berbagai promo-si dan program-program kerja sama terus ditingkatkan.

Hidupnya empat kawasan ini akan menjadi rantai yang menggerakkan perekonomian masyarakat. Berbagai usaha mikro, kecil, dan menengah akan tumbuh. Industri lainnya seperti perhotelan, pariwisa-ta, dan sektor jasa lainnya juga tumbuh. Efek domino inilah yang diharapkan dari

hadirnya investasi di Aceh.Sejalan dengan itu, Pe-

merintah Aceh juga terus melakukan harmonisasi den-gan Pemerintah Pusat dalam menerapkan kebijakan-kebi-jakan prioritas Presiden RI. Salah satunya terkait dengan omnibus law, berupa peramp-ingan sejumlah undang-un-dang yang digantikan dengan undang-undang baru yang lebih efektif dan efisien. Hal ini untuk menyelaraskan an-tara program-program yang digagas oleh Pemerintah Aceh dengan kebijakan Pemerin-tah Pusat dalam percepatan realisasi investasi.

Dengan adanya omnibus law diharapkan membuka celah lebih lebar untuk kemu-dahan berinvestasi. Regulasi yang berbelit-belit sebagai salah satu penghambat in-vestasi diharapkan ke depan tidak ada lagi. Kolaborasi dan saling sinergi antarpihak, termasuk dukungan mas-yarakat merupakan kunci terwujudnya investasi di Aceh untuk mencapai kemakmuran bersama. Selamat membaca.[]

Alamat: Jl. Ahmad Yani, No. 39, Peunayong - Banda Aceh

Phone: +62651 23170

Email: [email protected]

Website: dpmptsp.acehprov.go.id

Denyut Nadi Perekonomian Aceh

Plt Gubernur Aceh Bahas Investasi Bersama Kepala BKPM“Sejarah meningkatkan ke-

percayaan diri kita, bahwa kita pernah jaya dan kita pernah hebat. Karena itu, tidak terlalu sulit jika kita ingin meraih kem-bali posisi tersebut. Syaratnya, hanya dengan melaksanakan sebab-sebab terwujudnya kejayaan maka sejarah akan berulang.” 

Plt Gubernur Aceh Ir. Nova Iriansyah, M.T.

Plt. Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah melakukan pertemuan dengan pemegang Saham dan Dewan Kawasan KEK Arun Lhokseumawe di Aceh, dirumah Dinas Wakil Gubernur Aceh, Kamis (24/10/2019).

Foto udara LNG PT ARUN di Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe

JAKARTA - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah membahas strategi dan kondisi terkini investasi di hadapan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, di Kantor BKPM, Jakarta Selatan, Senin, 2 Desember 2019.

Antara agenda yang dibahas dalam pertemuan tersebut terma-suk pengembangan kawasan-ka-wasan industri strategis seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe, dan Pelabu-han Perdagangan Bebas Sabang.

Nova Irianysah menegaskan bahwa Pemerintah Aceh berkomit-men mendukung penuh program kemudahan investasi yang di-canangkan oleh Pemerintah Pusat untuk tercapainya target penurunan angka kemiskinan di Aceh.

“Tentunya dalam usaha menggaet lebih banyak calon investor diperlukan kerja sama dari semua pihak, baik yang di daerah, kabupaten dan pusat,” katanya.

Nova menyatakan siap melak-sanakan perintah Presiden Jokowi dengan melanjutkan infrastruktur, membenahi sumber daya manusia, menyederhanakan birokrasi dan regulasi, serta membuat formulasi ekonomi sehingga target pemerin-tah dapat dipenuhi.

Salah satu prioritas Pemer-intah Aceh dalam menggenjot nilai investasi di daerah adalah melalui pengembangan kawasan industri, seperti Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong, Pelabuhan Perdagangan Bebas Sabang serta Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo.

Selain itu, Nova mengung-kapkan program Pemerintah Aceh alam mengembangkan Kawasan Industri Aceh di Ladong, Aceh Besar, merevitalisasi Pelabuhan Sabang, dan take over Wilayah Kerja Blok B di Aceh Utara yang pernah dikelola ExxonMobil.

Nova menegaskan Pemerintah Aceh tidak pernah memberatkan investor untuk menanamkan modalnya di Aceh dan berkomit-men dengan prinsip clean and good government.

Terkait KEK Arun Lhokse-umawe, Plt. Gubernur mene-gaskan bahwa pemerintah akan terus memperbaiki iklim investasi supaya menjadi lebih menarik kepada para calon investor, seperti permasalahan sewa lahan yang relatif pendek, yaitu selama lima tahun akan ditingkatkan menjadi 20 hingga 30 tahun.

“Karena itu, kita meminta dukungan dari BKPM untuk dapat bersama-sama menyelesaikan masalah ini, sehingga sektor KEK ini dapat berkembang dan masyarakat dapat memperoleh hasilnya,” tutur Nova.

Menanggapi hal tersebut, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, mengatakan dalam hitungan bisnis, tidak masuk akal jika kontrak hanya diberikan lima tahun kepada para tenant yang hendak berinvestasi di Aceh.

Oleh karena itu, Bahlil meminta Pemerintah Aceh melaporkan per-masalahan secara tertulis ditunjuk-kan kepada BKPM untuk kemudian nanti dipelejari dan dibicarakan dengan Kementerian Keuangan.

“Ini tidak masuk akal (kalau masa penyewaan sangat singkat), masa orang baru bangun infras-truktur dan baru jalan satu tahun perusahaannya sudah langsung perpanjangan lagi. Ini tidak ekomonis dan memberatkan para investor,” jelas Bahlil.

Bahlil berjanji akan menyele-saikan setiap masalah terhadap hal-hal yang menjadi halangan in-vestasi di Aceh. Sehingga investasi ini dapat segera selesai. “Kita selesaikan dalam minggu ini. Saya mau fokus urus Aceh, terutama untuk hal KEK,” ujarnya.[]

04 05Edisi II/2019 Edisi II/2019

Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong ditargetkan menjadi

basis industri halal di Aceh. Semangat ini sejalan dengan syariat Islam yang menjadi napas rakyat Aceh.

Direktur PT Pema, Zubir Salim, selaku pengelola kawasan tersebut menga-takan, Aceh jangan kalah dari Thailand yang sangat gencar mempromosikan industri makanan halal.

“Kita harus iri dalam kon-teks positif pada Thailand atau Korea dalam hal pro-duksi makanan halal. Aceh harus mengambil kesem-patan ini,” ujar Zubir Sahim saat ditemui Tabloid Investasi pada Senin, 25 November 2019.

Dalam industri garmen juga berpotensi menjadi peluang yang menjanjikan. Zubir mencontohkan, tur-is-turis asal Malaysia yang datang ke Aceh yang dibelan-jakan adalah produk tekstil dari Bandung. “Kenapa kita tidak buat industri tekstil di Ladong?” katanya.

Walaupun saat ini baru ada satu perusahaan yang sudah action di KIA, yaitu PT Trans Continent, ke depan kata Zubir akan ada bebera-pa perusahaan yang masuk ke KIA yakni PT Marlina Jaya. Perusahaan ini mengambil lahan seluas 5 ha dan menja-di suplier untuk Informa dan It’s Ware yang produknya

berupa perabotan rumah tangga.

Ada juga perusahaan lain yang bergerak dalam penye-diaan baja ringan untuk konstruksi seperti rool besi bangunan, atap, dan kerang-ka baja ringan.

“Saat ini Aceh selalu be-lanja ke daerah tetangga, jadi kalau diproduksi di Aceh, otomatis harganya akan lebih murah, ada satu lagi perusahaan baja di Jakarta, akan membuat distributor di Aceh, sehingga kita bisa langsung dikirim ke Ladong, dan harganya juga akan lebih murah,” katanya.

Sementara Dinas Perin-dustrian dan Perdagangan Aceh selaku pihak yang menyiapkan infrastruktur, saat ini telah selesai melaku-kan pembersihan lahan. Selanjutnya akan melakukan pembebasan sisa lahan dan pembangunan infrastruktur

pendukung lain yang ditarg-etkan tuntas pada 2021.

“Pembebasan lahan juga untuk menyiapkan infra-struktur, kemudian Dana Insenstif Daerah, dan se-dang dibangun juga gedung pemadam dalam tahun ini,” kata Plt Kepala Disperindag Aceh, Muslem.

Sementara untuk meng-gaet investor diberi ke-wenangan penuh pada PT Pema.

“Kalau industri di Ladong itu sudah mulai jalan, tenaga kerja juga terserap, itu teru-tama yang di dekat kawasan, jadi itu dalam rangka untuk menumbuhkan perekonomi-an rakyat,” jelasnya.

Sementara itu, CEO PT Trans Continent, Ismail Rasyid mengatakan selaku investor pertama yang berinvestasi di KIA Ladong, mengaku banyak kemudahan yang didapat seperti dalam mengurus izin, keringanan masa dan biaya sewa tempat, komunikasi yang lancar, dan dukungan dari masyarakat, serta dekat dengan Pelabu-han Krueng Raya.

“Kalau kita PT Trans Con-tinent sama sekali tidak ada penyertaan uang pemerintah dalam pembangunan infras-truktur, karena belum apa-apa kita sudah kucurkan dan invest miliaran uang sendiri, karena melihat situasi dan kondisi yang sangat kondusif dan prospektif,” katanya.[]

Oleh Mulyadi Pasee

KAWASAN Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe yang

berada di kawasan Lhok-seumawe dan Aceh Utara, ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2017 tentang KEK Arun Lhokseumawe.

Pengusulnya yaitu kon-sorsium yang beranggotakan PT Pertamina, PT Pelindo I, PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), dan PT Pembangunan Aceh (Pema) milik Pemerin-tah Aceh. Sebagai salah satu titik nadi kawasan investasi di Aceh, Pemerintah Aceh memberikan banyak kemu-dahan bagi calon investor di kawasan ini khususnya dalam hal pengurusan izin.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Ter-padu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh, Dr. Aulia Sofyan, mengatakan kemudahan izin yang diberikan ini merupa-kan komitmen pemerintah untuk mengembangkan kawasan tersebut.

Calon investor hanya perlu berkoordinasi dengan Badan Usaha Pembangu-nan dan Pengelola (BUPP) KEK Arun, yaitu PT Patriot Nusantara Aceh (Patna). Setelah ada rekomendasi dari PT Patna, selanjutnya tinggal mengajukan izin melalui sistem online sin-gle submission (OSS) untuk memperoleh Nomor Induk Berusaha (NIB). Sebelumnya calon investor harus memi-liki syarat-syarat sesuai sistem operasional kerja (SOP) kawasan.

“Setelah terpenuhi semua nanti diterbitkan izin den-gan batas waktu tidak lama. Itu pun tergantung calon investor yang memenuhi kelengkapan perizinan, kemudian administrator akan mengeluarkan izin dan surat keputusan (SK) kepada investor yang akan memba-ngun industri di kawasan,”

ujar Kadis, Senin, 25 Novem-ber 2019 kepada Tabloid Investasi.

Menciptakan Multiplier Effect

Salah satu perusahaan yang memanfaatkan KEK Arun adalah PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) yang mulai mengebut pembangu-nan pabrik Nitrogen Posphor dan Kalium (NPK) Chemical dengan bujet senilai Rp1 triliun. Kapasitas produksi diperkirakan mencapai 500 ribu ton per tahun nantinya.

Direktur Utama PT PIM, Husni Achmad Zaki menga-takan, pihaknya akan terus memantau progres pem-bangunan pabrik tersebut secara ketat sehingga selesai sesuai target beroperasi pada 2021.

“Kita punya target pro-gres dan punya realisasi yang difokuskan pada tiga isu utama, yaitu perenca-naan struktur, pengadaan fisik bangunan maupun ma-terial, dan konstruksi,” ujarn-ya saat dihubungi Rabu, 27 November 2019.

Husni menjelaskan, pro-duksi pupuk NPK terdiri atas tiga komponen bahan baku utama, yaitu nitrogen yang

Multiplier EffectKEK Arun Lhokseumawe

Prospek KIA Ladonguntuk Sentra Industri Halal

disuplai oleh PT PIM, serta phospor dan kalium yang bahan bakunya tidak ada di dalam negeri sehingga harus dipasok dari luar negeri seperti Yordania, Vietnam, dan Laos.

Kebutuhan pupuk NPK di Pulau Sumatera menurut Husni sangat tinggi. Dis-tribusinya nanti akan dip-ilah-pilah untuk kebutuhan perkebunan sawit, kopi, dan tanaman hortikultura lainnya yang cocok dengan pupuk tersebut. Dengan estimasi produksi 500 ribu ton per tahun, menurutnya memiliki prospek yang besar untuk ketersediaan pupuk dan dengan harga yang lebih ekonomis.

“Untuk petani tetap akan menjadi fokus utama dengan pertimbangannya PT PIM selaku produsen pupuk urea dan amoniak harus terus hidup, seperti penggunaan pada perkebunan kelapa sawit itu penggunaannya sangat besar,” katanya.

Lebih lanjut Husni menjelaskan, potensi yang paling besar distribusi pupuk ada pada perkebu-nan kopi. Ia meminta agar ada kepedulian dan edukasi mengenai pemakaian pupuk untuk tanaman kopi.

Dengan adanya industri pupuk di KEK Arun, menurut Husni bukan saja membu-ka lapangan kerja baru di pabrik NPK, tetapi juga akan menimbulkan efek berganda atau multiplier effect yang berkelanjutan. Misalnya, dengan rencana perluasan pelabuhan Krueng Geukuh oleh PT PIM, tidak hanya bisa dimanfaatkan oleh PT

PIM untuk aktivitas impor dan ekspor bahan baku pupuk atau komoditas hasil produksi. Namun juga bisa dimanfaatkan oleh pengu-saha yang bergerak pada bidang usaha lain.

Sejalan dengan per-nyataan Husni, sebelumnya PT Aceh Makmur Bersama sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pengo-lahan minyak kelapa sawit (CPO) telah melakukan ekspor perdana CPO ke India melalui Pelabuhan Krueng Geukuh pada pertengahan November 2019. Dalam kesempatan tersebut juga diresmikan Bulking Terminal Facility Pusat Logistik Beri-kat (PLB) PT Aceh Makmur Bersama.

Promosi BerkelanjutanSeiring dengan pengem-

bangan KEK Arun Lhokse-umawe, PT Patna selaku pengelola kawasan ini akan terus melakukan promosi dalam menggaet investor.

Direktur PT Patna, Mar-zuki Daham mengatakan,

Daftar calon investor yang sudah mendapatkan rekomendasi dan siap melakukan proses perizinan per triwulan III 2019:

• PT Prima Inti Media (rumah sakit)

• PT Pupuk Iskandar Muda (pengembangan pabrik NPK)

• PT AKSA (pembangkit listrik 500 MW)

• PT Korina Refenery Aceh (oil refenery)

• PT Sinergi Tangguh Alam Raya (industri pengolahan kayu lapis)

Daftar perusahaan yang telah diterbitkan izin per triwulan III tahun 2019, meliputi izin pendaft-aran penanaman modal, surat izin tempat usaha, tanda daftar perusa-haan, izin penyimpanan sementara limbah berbahaya dan beracum, izin operasional perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh, dan izin pem-buangan air limbah domestik:• PT Patriot Nusantara Aceh• PT Patriot Nusantara• PT PIM Prima Medika• PT Pupuk Iskandar Muda• PT Lafarge Cement Indonesia • PT Rantai Bahari Nusantara• Koperasi Syariah PT Pupuk

Iskandar Muda

Daftar perusahaan yang telah diterbitkan Nomir Induk Berusaha melalui OSS:• PT Patriot Nusantara Aceh• PT Pupuk Iskandar Muda• PT Ima Meukat Raya• PT Abad Jaya Abadi Sentosa• PT Bima Satria Mandiri• PT Aneka Karya Barusa• PT Rahmat Jawa Dewantara• PT Korina Refinery Aceh• PT Atjeh Sumatera Mandiri• PT Lafarge Cement Indonesia• PT Rantai Bahari Nusantara• PT Aceh Makmur Bersama

Realisasi investasi perusahaan di KEK Arun Lhokseumawe berdasar-kan Laporan Kegiatan Penanaman Modal pada Triwulan III-2019 saat ini total realisasi investasi telah mencapai angka Rp217.863.323.355 yang berasal dari tiga perusahaan yaitu:• PT Pupuk Iskandar Muda (pabrik

NPK)• PT Prima Inti Medika (rumah

sakit PIM)• PT Patriot Nusantara Aceh (jasa

pengelolaan kawasan)

terlepas dari kendala regu-lasi singkatnya masa sewa lahan untuk penyewa, dari 13 KEK yang ada di Indone-sia, KEK Arun bisa dibilang yang paling istimewa karena infrastruktur sangat lengkap.

Untuk izin sewa lahan yang dibatasi per lima tahun sekali masa sewa, sudah ada komunikasi dan perjanjian dengan LMAN untuk batas sewa minimal 30 tahun. Bahkan tak tertutup kemun-gkinan bisa hingga 50 tahun. Soal ini sudah ada perjanjian dengan LMAN dan diperkira-kan pada Desember 2019 regulasi tersebut sudah terwujud.

“Ini kita harapkan akan membuat investor semakin menaruh minatnya di KEK Arun. Ini sangat penting, artinya sudah ada kepastian bagi investor untuk berin-vestasi jangka panjang di KEK Arun,” kata Marzuki.

Untuk tahap awal kata dia, PT Patna terus melaku-kan promosi berkelanjutan agar para investor terus berdatangan. Sementara ter-kait pendapatan asli daerah (PAD) itu akan datang den-gan sendirinya bila industri di kawasan itu sudah hidup.

Untuk saat ini PT Patna sedang memaksimalkan penyediaan listrik sehingga pada 2020 pihaknya bisa menyuplai energi listrik un-tuk PT PIM dan PT Pertam-ina Hulu Energi. Jika suplai energi listrik ini sudah memadai, perusahaan itu akan menghemat gas yang dibakar mencapai 15-20 MMSCFD.

“Artinya gas tersebut bisa dijual kembali,” ujarnya.[]

Kami akan mem-perbesar pela-buhan Krueng Geukuh yang fasilitasnya selain untuk keperluan PT PIM juga bisa untuk umum.

Kalau industri di Ladong itu su-dah mulai jalan, tenaga kerja juga terserap, jadi itu dalam rangka un-tuk menumbuh-kan perekonomi-an rakyat.

Sudah ada kepas-tian bagi investor untuk berinvesta-si jangka panjang di KEK Arun.

Husni Achmad Zaki

Kepala DPMPTSP Aceh pada acara Invest ASEAN di Busan, Korea Selatan, 26 November 2019

Marzuki Daham

PERKEMBANGAN KEK ARUN LHOKSEUMAWE

Master plan KIA Ladong, Aceh Besar

Laporan UtamaLaporan Utama

07 Edisi II/201906 Edisi II/2019

Ibrahim mengatakan, capaian pelaksanaan BPKS periode Janari-Juli 2019 setidaknya sudah menyelesaikan tata kelola administratif perkan-toran sesuai dengan adminis-trasi yang berlaku.

Kemudian, terkait penyelesaian pemblokiran anggaran kegiatan dan re-view anggaran kegiatan dan review program-program kegiatan tahun anggaran 2019 telah dilakukan koor-dinasi penyelesaian bersama Ditjen Anggaran Kementeri-an Keuangan RI.

Ia menerangkan, peluang investor untuk berinvestasi di Sabang setidaknya memi-liki enam alasan, di antara-nya memiliki lokasi strate-gis, pelabuhan laut dalam, keindahan alam, aksesibil-itas, kepastian hukum, dan infrastruktur yang memadai. Sementara untuk peluang investasi, kata Razuardi, investor bisa berinvestasi di sektor pariwisata, pelabu-han, industri dan perdagan-

Oleh Ikhsan Pakusa.

DEKAN Fakultas Kelautan dan Per-ikanan Unsyiah,

Prof. Dr. Muchlisin ZA, S.Pi., M.Sc. mengatakan, Sabang telah dikenal sebagai salah satu ikon wisata bahari di Indone-sia. Oleh karena itu bila ada peluang-peluang in-vestasi harus disesuaikan dengan ikon tersebut.

“Kalaupun ingin dikembangkan sebagai sentra perikanan seper-tinya masih perlu tinjau-an lebih lanjut. Terutama dilihat dari luas wilayah dan landscape Sabang. Untuk industri besar seperti perikanan dan lainnya kurang cocok dikembangkan di Sabang. Industri besar tetap akan menghasilkan lim-bah-limbah yang mence-mari lingkungan, teruta-

ma pantai dan itu kurang cocok dikembangkan di Sabang,” jelasnya kepada Tabloid Investasi, Kamis, 28 November 2019.

Tinggal saja peran pe-merintah yang harus leb-ih dimaksimalkan dengan menyiapkan infrastruk-tur, transportasi, pengina-pan, tempat ibadah, dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Dalam hal penye-diaan fasilitas juga harus dipilah-pilah antara kebutuhan wisatawan lokal dengan mancaneg-ara. Sehingga kebutuhan

wisatawan bisa ter-penuhi secara maksimal.

“Perlu juga memper-banyak dan melanjutkan event-event unggulan baik yang sudah ada maupun yang perlu digagas tujuannya agar menarik wisatawan berkunjung ke Sabang. Untuk yang sudah berlangsung selama ini merupakan sebuah kemajuan yang sangat bagus,” katanya.

Dalam hal pengang-garan menurutnya juga harus dioptimalkan untuk memoles destina-si wisata bahari favorit tersebut. Apalagi se-jumlah titik menyelam di Sabang jadi incaran wisatawan asing selama ini. Ia mengibaratkan, Sabang ibarat gadis yang sudah molek sejak lahir. Tinggal perlu dipoles dan didandani saja.[]

Oleh Masrian Mizani

KAWASAN Sabang di ujung barat Indonesia akan menjadi ka-

wasan niaga dan wisata ter-kemuka di dunia. Visi itulah yang mendorong Badan Pen-gusahaan Kawasan Sabang (BPKS) terus memberikan kesempatan bagi siapa pun untuk berkontribusi dalam pembangunan kawasan Sabang.

Kota Sabang dan Pulo Aceh (Aceh Besar) pada 22 Desember 2000 ditetap-kan sebagai Kawasan Per-dagangan dan Pelabuhan Bebas dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000. Saat ini terdapat empat kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas di In-donesia, yaitu Batam, Sabang, Bintan, dan Karimun.

Keberadaan BPKS telah memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak khususnya bagi mas-yarakat Sabang dan Indo-nesia pada umumnya. BPKS sebagai motor penggerak ekonomi berupaya mengejar pembangunan daerah-daer-ah lainnya di Indonesia. Hal ini ditandai dengan adanya kegiatan ekspor dan impor di pelabuban bebas Sabang dan tumbuhnya usaha-usaha kecil menengah di kawasan tersebut.

Plt. Kepala BPKS, Razuardi

Enam AlasanBerinvestasidi Sabang

Memoles Si Molek di Ujung Barat Indonesia

gan, dan sektor periknan.“Sabang ini indah, ten-

tunya kita menginginkan potensi-potensi yang dimiliki Sabang dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam men-dongkrak perekonomian. Dan yang perlu kita tau, tanah-tanah (aset-aset) ini ada ske-manya sesuai dengan aturan yang tertera dalam Pemka 140 Tahun 2014 yang berisi bahwa, tanah BPKS ini boleh pinjam pakai, boleh disewa,

Razuardi Ibrahim

Muchlisin ZA

Kapal pesiar di Sabang (Foto BPKS)

Oleh Taufan Mustafa

SEBAGAI pelabuhan perikanan tipe A yang berstatus internasi-

onal, aktivitas Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaradja Lampulo terus menggeliat ke arah positif.

“Kita memiliki kawasan yang besar untuk areal in-dustri khususnya perikanan, seperti PT Lampulo Jaya Bahari, ada gudang beku (cold storage) yang dikelo-la lembaga adat laot, nanti ke depan rencananya akan dibangun lagi pabrik es oleh PT Mandiri Nusantara,” kata Kepala UPTD-PPS Kutaradja Lampulo, Oni Kandi.

Untuk mendukung aktivi-tas industri, pihaknya telah membangun infrastruk-tur yang memadai seperti sarana air bersih dan insta-lasinya, listrik, dan saat ini sedang perbaikan fasilitas fungsional seperti atap di dermaga. Sehingga kualitas ikan yang didaratkan akan terjamin dan terlindungi dari panas. Pihaknya juga se-dang melakukan pengerukan dermaga untuk jalur keluar masuk kapal ikan.

Untuk memudahkan calon investor dalam mengu-rus administrasi dan perizin-an, pihaknya sedang mengu-sahakan sistem terpadu yang terpusat di satu tempat. Jadi

bisa all in one. Diharapkan bisa terealisasi pada 2021 nanti.

Saat ini ada empat pe-rusahaan ekspor produk industri perikanan yang beroperasi di sana. Mas-ing-masing, yaitu CV Tuah Bahari via Jakarta ke Eropa, PT Nagata Prima Tuna via Aceh ke Thailand, PT Toba Surimi Indonesia via Bela-wan ke Eropa, dan PT Aceh Lampulo Jaya Bahari via Jakarta ke Eropa. Selain itu juga ada investor yang baru melakukan kesepakatan kerja sama antara Koperasi Nelayan Pintar dengan kop-erasi yang ada di Malaysia.

“Ada juga yang sedang menjajaki untuk pemban-gunan SPBN apung untuk pengisian bahan bakar non-subsidi kapal berkapasitas 30 GT ke atas,” ujarnya.

Ada juga investor yang sedang melirik PPS Lampulo, umumnya untuk lokasi tem-pat penampungan ikan ada juga yang berminat untuk memproduksi tepung ikan.

Untuk kebutuhan pokok seperti air bersih, pihaknya mampu menyediakan hingga 183 ribu kubik air per hari. Untuk IPA dan pembuangan akhir juga sudah dibangun.

“Kalau keseluruhan orerasional pelabuhan, ditargetkan akan selesai 100 persen di tahun 2022. Yang

Geliat InvestasiPPS Kutaraja Lampulo

Aceh Nomor 9, namun yang belum masuk kedalam ini, dan itu merupakan aset neg-ara, maka kita minta pihak ketiga jasa penilaian sewa, mereka yang akan mengukur angka penilaian sewa terh-adap objek aset tersebut,” katanya.

Fasilitas MemadaiPPS Lampulo memiliki

tiga jenis fasilitas, meliputi fasilitas pokok seperti lahan, dermaga, alur pelayaran, kol-am pelabuhan, dan pemecah ombak. Semuanya selesai dibangun tahun 2015. Kedua, fasilitas fungsional seperti TPI, tangki BBM, reservator, tempat perbaikan jaring, kios dan toserba, gudang pengepakan, dock-ing, rumah genset, kantor administrasi, pabrik es, cold storage, unit pengolahan limbah, dan penerang jalan. Ketiga fasilitas pendukung seperti balai pertemuan, musala, pos jaga, dan gapura.

Sementara itu, salah satu pengusaha pengepakan ikan di PPS Lampulo, Adi, men-gaku banyak kemudahan dalam menjalankan bisnis pengiriman ikan di pelabu-han itu. Selama ini Adi me-masok ikan-ikan segar dari Lampulo untuk dikirim ke Sibolga, Padang, Pekanbaru, Siantar, dan Tanjung Balai.

“Saat ini usaha kita lancar. Kita kirim sampai 20 ton sehari. Kalau semua kapal di dermaga ini ikannya dibong-kar, ikan yang bisa kita kirim mencapai seribu ton,” kata Adi.

Untuk pengepakan, ia melakukan langsung di der-maga. Sebelumnya dilakukan di gedung pelelangan ikan, tetapi karena gedung itu se-dang direhab untuk semen-tara dipindahkan.[]

ingga semua bisa mengakses melalui online.

“Maka kemudahan akan selalu diberikan kepada investor, bagi mereka yang menjadi tugas dan opsi kita, maka akan kita dampingi sampai kepada saat pen-gukuran tanah di dalam kawasan, sedangkan untuk letak secara tata ruang ka-wasan, itu mengacuk kepa-da master plan, dan untuk retribusi sewa lahan, itu juga mengacu kepada Qanun

terakhir nantinya, kita aka bangun pos pelayanan terpa-du, setelah itu maka secara operasional sudah clear. Meskipun nanti setelah itu ada penambahan lagi, seperti gedung, itu hanya pendukung,” katanya.

Saat ini pihaknya juga sedang menyusun informasi online, termasuk di seluruh lahan seluas 60 hektare, akan dipasang CCTV pada setiap sudut 40 titik, setiap petugas juga akan stand by di gedung pelayanan. Petugas akan mengetahui ikan-ikan yang didaratkan di dermaga. Setiap hari, ikan tersebut akan didata di dalam sistem informasi, seh-

Kalau keseluru-han orerasional pelabuhan, di-targetkan akan selesai 100 persen di tahun 2022.

Laporan Utama Laporan Utama

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo, Banda Aceh. (Foto Taufan Mustafa)

boleh dikerjasamakan, boleh bagi hasil, dan boleh dengan cara BOT,” jelasnya.

Saat ini, kata Razuardi, pihaknya sedang melakukan pembenahan aset lahan dan infrastruktur yang menyang-kut dengan pelabuhan, baik pelabuhan Marina, CT1 dan CT3. Kemudian, pihaknya juga melakukan pembenahan infrastruktur yang menyang-kut dengan gedung, baik yang sedang disewakan oleh Per-tamina maupun perbankan.

“Nah, yang paling banyak kita benahi adalah lahan, karena begitu orang masuk lahannya enggak jelas, sudah pasti dia tidak mau. Sebab kontrak dan apa pun jenisn-ya tetap yang diminta itu dokumen-dokumen lahan, maka itulah yang sedang kita benahi. Dan alhamdulillah dari kesepemahaman kita semua, itu sudah mampu kita benahi,” sebutnya.

Selama ini, kata Razuar-di, dengan hadirnya BPKS tersebut sudah berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat kawasan Sabang. Meskipun dirinya belum pernah mengukur berapa pendapatan masyarakat dengan hadirnya BPKS

tersebut, tapi secara tidak langsung masyarakat sudah bisa mendapatkan manfaat dari BPKS itu sendiri.

“Tentu dengan adanya kunjungan orang ke Sa-bang akan berdampak bagi masyarakat. Bulan ini saja dengan ada masuk tiga kapal pesiar, secara tidak langsung sudah berdampak kepada masyarakat, baik tukang becak, restoran, dan lainn-ya. Kalau saya perhatikan sekarang, masyarakat kita di sana sudah ada juga yang pegang dolar,” jelasnya.

Razuardi optimis jika ke depan kawasan Sabang akan maju. Tentunya kemajuan itu tidak terlepas dari peran semua pihak untuk terus mempromosikan Aceh agar investor berani berinvestasi di Aceh.

“Saya pikir untuk mem-promosikan Aceh ini mer-upakan tanggung jawab kita sebagai masyarakat Aceh. Apalagi sekarang akses informasinya juga sudah sangat mudah. Saya yakin ke depannya Sabang akan maju dan sangat berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat,” pung-kas Razuardi.[]

08 09Edisi II/2019 Edisi II/2019

ISTILAH omnibus law mendengung tak lama setelah Presiden Joko

Widodo dilantik sebagai Presiden RI untuk periode kedua pada Oktober 2019 lalu. Istilah itu pun akhirn-ya menjadi perbincangan publik dan dinilai sebagai terobosan baru dalam dunia regulasi di Indonesia.

Konsep omnibus law di-harapkan mampu menyele-saikan persoalan tumpang tindih aturan perundang-un-dangan di Indonesia. Jum-lahnya pun tak sedikit, ada 62 ribu regulasi di berbagai lembaga di Indonesia yang selama ini—diakui atau tidak—menjadi hambatan pembangunan Indonesia.

Sebagai contoh, Menteri Sofyan Djalil pernah menga-takan bahwa ketika ada usu-lan memperbaiki regulasi di bidang kehutanan, berarti yang harus direvisi adalah UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Namun, ternyata masih ada ganjalan dalam regulasi yang lain seperti UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau UU Nomor 5 Ta-hun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Revolusi di bidang hukum (omnibus law) ini dilaku-kan Presiden Jokowi untuk mempercepat laju investa-si di Indonesia. Bila iklim investasi semakin membaik otomatis akan membuka peluang kerja yang semakin besar. Hasil akhirnya tentu saja akan meminimalisir angka pengangguran dan masyarakat prasejahtera di Indonesia.

Omong-omong, apa itu omnibus law? Secara seder-hana omnibus law merupa-kan produk hukum baru be-rupa undang-undang untuk mengamandemen beberapa undang-undang sekaligus. Irlandia sebelumnya telah sukses dengan prakti ini, di mana satu undang-undang baru menggantikan 3.225 undang-undang sebelumn-ya. Pencapaian ini dianggap sebagai rekor dunia untuk praktik omnibus law.

Ahli Hukum Tata Negara dari Universitas Lambung

Mangkurat, Mirza Satria Buana PhD, seperti dilan-sir detik.com mengatakan bahwa kewenangan yang muncul dalam UU kompilasi (omnibus) ini akan relatif “aman” dari kepentingan politik. Hal itu tak terlepas dari keterlibatan dan konsol-idasi banyak pihak selama proses legislasi berlangsung.

Wacana ini mulai digulir-kan sejak tahun 2015 di periode pertama Presiden Jokowi menjabat melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Para akademisi pun mendukung rencana tersebut, dibuktikan dengan keluarnya Rekomen-dasi Jember hasil Konferensi Nasional Hukum Tata Negara ke-4 yang digelar di Jember, Jawa Timur pada November 2019.

Dua tahun setelah re-komendasi itu, Presiden Jokowi mengkonkretkan rencana tersebut dengan mengajak DPR menerbitkan

dua undang-undang besar, yaitu UU Cipta Lapangan Kerja dan UU Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. “Segala bentuk kendala regulasi harus kita sederhanakan, harus kita potong, harus kita pangkas,” ucap Jokowi dalam pidato pertamanya setelah dilantik jadi Presiden RI 2019-2024.

Dua UU tersebut merupa-kan omnibus law di mana, “Satu UU yang sekaligus merevisi beberapa UU, bahkan puluhan UU. Pulu-han UU yang menghambat penciptaan lapangan kerja langsung direvisi sekaligus. Puluhan UU yang mengham-bat pengembangan UMKM juga akan langsung direvisi,” kata Jokowi.

Untuk menyukseskan realisasinya hingga ke seluruh kabupaten/kota di Indonesia, Pemerintah Pusat dengan pemerintah provinsi tentunya harus melakukan harmonisasi dan sinkronisa-si program agar visinya bisa selaras.

Dinas Penanaman Mod-al dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh, selaku pihak yang berurusan langsung dengan kedua pro-duk hukum di atas terkait regulasi investasi sudah siap dengan adanya perubahan sistem ini.

Bahkan, menurut pen-jelasan Kepala Bidang Perencanaan dan Pengem-bangan Iklim Penanaman

Modal DPMPTSP Aceh, Marthunis, S.T., D.E.A., di tahapan internal sudah mulai didiskusikan den-gan seluruh kepala bidang. Walaupun, secara teknis perannya ada di Dewan Per-wakilan Rakyat Aceh selaku pihak yang memproduksi peraturan perundang-un-dangan di daerah dan bersa-ma eksekutif dalam hal ini Biro Hukum Setda Aceh dan SKPA terkait.

“Secara langsung dengan DPRA kita belum bicarakan, tetapi bisa jadi kita juga akan membuat omnibus qanun nantinya karena ada beberapa qanun kita yang mengatur perizinan seper-ti Qanun Minerba, Qanun Perikanan, dan Qanun Kehutanan, itu complicat-ed. Bisa jadi kita membuat omnibus qanun yang menjadi pijakan dasarnya nanti. Ini baru tahap kita diskusikan di internal, tapi sekarang kan kita bisa lakukan secara paralel,” ujarnya kepada Tabloid Investasi, Selasa, 26 November 2019.

Marthunis berharap om-nibus law yang kemungkinan nantinya menjadi produk turunan berupa omnibus qa-nun bisa semakin membuka pintu investasi di Aceh. Teru-tama dalam sektor manufak-tur dan jasa sesuai prioritas Presiden Jokowi dan priori-tas Pemerintah Aceh dalam Rencana Umum Penanaan Modal Aceh.“Walaupun

Omnibus Law

è Sebuah revolusi hukum yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dalam hal optimalisasi regulasi

Definisi

è Omnibus law adalah sebuah undang-undang yang merevisi sejumlah bahkan puluhan beleid (UU/peraturan).

Latar belakang

è Banyaknya regulasi yang tumpang tindih, antara satu regulasi dengan regulasi lainnya saling berbenturan

Output

è Penyeragaman kebijakan antara pe-merintah pusat dengan pemrintah daerah

Rencana

è Eksekutif mengajak legislatif untuk meng-gabungkan 74 UU di bidang investasi dalam dua UU: 1. UU Cipta Lapangan

Kerja 2. UU Pemberdayaan

UMKM

untuk saat ini pengusaha yang mengajukan izin paling banyak itu di sektor energi, dan perkebunan. Kita sendiri berharap industri bisa lebih banyak ke depan karena me-mang sudah kita persiapkan untuk itu seperti hadirn-ya Pelabuhan Perikanan Samudra Lampulo, Kawasan Industri Ladong di Aceh Besar, Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe di Lhokseumawe dan Aceh Utara,”ujarnya.[]

“Segala bentuk kendala harus kita

sederhanakan, harus kita potong,

harus kita pang-kas.”

Presiden Jokowi

Laporan Utama Perizinan

Merevisi UU Penghambat Investasi Melalui Omnibus Law

Marthunis

Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah saat meninjau pembangunan PLTU 3 dan 4 Nagan Raya di Desa Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya (20/11/2019). (Foto Humas Pemerintah Aceh)

11 Edisi II/201910 Edisi II/2019

SEBAGAI marketing agency-nya Pemerintah Aceh, Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Ter-padu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh terus memaksimalkan peran dan fungsinya dalam menjaring calon investor agar mau berinvestasi di Aceh. Termasuk di dalamnya sinkronisasi antara kebi-jakan di pusat dan daerah, khususnya dalam hal in-vestasi. Tujuannya agar me-kanisme pengurusan izin in-vestasi semakin mudah dan sederhana yang berdampak pada semakin tergiurnya calon investor pada Indone-sia dan Aceh khususnya.

Di periode kedua ini, Presiden Jokowi yang dilantik pada Minggu, 20 Oktober 2019 lalu bersama pasangannya Ma’ruf Amin, setidaknya memiliki lima prioritas yang menjadi dasar dalam membangun Indone-sia lima tahun ke depan.

Prioritas pertama, yak-ni pembangunan kualitas sumber daya manusia dalam menyongsong era Revolusi Industri 4.0. Dewasa ini, terampil saja belum mema-dai, SDM Indonesia ke depan juga harus melek teknologi. Kedua, memastikan ke-berlanjutan pembangunan infrastruktur yang meng-hubungkan antara kawasan produksi dengan kawasan distribusi untuk memper-mudah akses ke kawasan wisata.

Selanjutnya, prioritas ketiga Presiden Jokowi yakni menyederhanakan segala bentuk regulasi yang menja-di kendala dalam hal in-vestasi. Istilah ini dipopuler-kan dengan nama “Omnibus Law” yang diadopsi dari luar negeri dan telah terbukti efisien dalam memaksimal-kan iklim investasi.

Keempat, melakukan reformasi birokrasi be-sar-besaran. Misalnya dengan memangkas jalur atau prosedur birokrasi yang panjang dan berbel-it-belit. Begitu juga dengan tingkat eselonisasinya juga

Siap Hijrah Menuju Sistem Perizinan Online Terpadu

Tren Investasi di Aceh Tahun 2019Lampaui Target Nasional

“Melalui sistem ini tenaga fungsional di instansi terkait yang berhubungan dengan regulasi investasi akan ditempatkan langsung di DPMPTSP Aceh”

REALISASI INVESTASI ACEH PERIODE 2017 s.d 2019

REALISASI INVESTASI PMA PERIODE 2017-2019 BERDASARKAN NEGARA ASAL

REALISASI INVESTASI PMA PERIODE 2019BERDASARKAN SEKTOR USAHA

akan disederhanakan. Ter-akhir adalah transformasi ekonomi yang akan difokus-kan pada sektor manufaktur dan jasa. Tidak lagi men-gandalkan pada eksploitasi sumber daya alam seperti sebelumnya.

DPMPTSP Aceh se-bagai perpanjangan tan-gan Pemerintah Aceh tak menampik bila selama ini masih ada kendala dalam hal realisasi investasi, baik di Aceh maupun di Indo-nesia terutama terkait dengan ketersediaan lahan. Bila dibandingkan dengan beberapa negara di Asia Tenggara, Vietnam terma-suk yang disukai investor karena kemudahan keter-sediaan lahan yang ada di sana.

“Dalam hal menerjemah-kan visi misi Pak Presiden mengenai regulasi investa-si ini kita sepakat bahwa sistem perizinan antara di pusat dengan di Aceh harus sama. Oleh karena itu kita sudah mengadopsi sistem OSS yang diluncurkan oleh BKPM RI dan mulai berlaku efektif per 1 Januari 2020 nanti,” kata Kepala Bidang Perencanaan dan Pengem-bangan Iklim Penanaman Modal DPMPTSP Aceh, Mar-thunis, S.T., D.E.A. kepada Tabloid Investasi, Selasa, 27 November 2019.

Sistem OSS yang dise-

but Marthunis merupakan kepanjangan dari online sin-gle submission atau sistem perizinan online terpadu. Ini merupakan pengemban-gan sistem dalam rangka percepatan dan kemudahan berusaha dan berinvestasi

yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No-mor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Beru-saha Terintegrasi secara Elektronik. Pelatihan-pela-tihan teknis mengenai OSS juga sudah sering dilakukan di kabupaten/kota untuk mempersiapkan tenaga fungsionalnya.

Dengan adanya sistem ini kata Marthunis, akan sangat menguntungkan bagi calon investor dalam mengurus perizinan. Di mana mereka hanya perlu mengunggah dokumen melalui perangkat elektronik saja. Untuk taha-pan selanjutnya, para calon investor juga tidak perlu mendatangi banyak instan-si/kementerian terkait un-tuk mengurus rekomendasi agar perizinan keluar. Cukup melalui satu pintu saja di

Badan Koordinasi Penana-man Modal untuk tingkat nasional, dan DPMPTSP untuk level provinsi maupun kabupaten/kota. Otomatis akan sangat efisien dalam hal waktu, tenaga, maupun biaya yang dikeluarkan.

“Dengan sistem ini, para calon investor bisa submit administrasinya di pusat (BKPM), nah nanti kalau tu-juan investasinya di provinsi mana tinggal diarahkan ke provinsi yang bersangkutan,” ujarnya lagi.

Menindaklanjuti peratur-an tersebut, DPMPTSP Aceh saat ini sedang dalam masa transisi dari sistem sebel-umnya yang manual menuju sistem yang terintegrasi secara nasional.

Dengan adanya sistem ini, keluhan para pengusa-ha terkait keterlambatan terbitnya rekomendasi dari dinas teknis nantinya tidak akan terjadi. Sebab, melalui sistem ini tenaga fungsional di instansi terkait yang ber-hubungan dengan regulasi investasi akan ditempatkan langsung di DPMPTSP. “Jadi,

semua proses pengurusan izin tidak ada lagi di instansi lain, cukup di sini saja,” kata Marthunis.

Walaupun, hingga saat ini baik di pemerintah pusat maupun di Aceh belum diterapkan, tetapi di internal DPMPTSP sendiri sudah di-bahas dan sudah siap men-jalankan aturan tersebut.

Sementara terkait perso-alan lahan, yang selama ini menjadi keluhan investor adalah singkatnya masa sewa lahan milik pemerintah yang hanya lima tahun. Un-tuk harmonisasi dengan pe-merintah pusat, Pemerintah Aceh saat ini sedang meny-iapkan rancangan peraturan gubernur agar masa sewa bisa lebih panjang maksimal 30 tahun.

“Bila masa sewanya cuma lima tahun dianggap tidak menguntungkan bagi investor sehingga ini per-lu dicarikan formulasinya juga. Kita di Aceh sedang mempersiapkan pergu yang mengatur itu, jadi nanti setiap per lima tahun itu ha-nya dilakukan evaluasi saja. Kalau dalam evaluasi itu ada wanprestasi ya izinnya bisa dicabut.”

Dalam menyusun pergub tersebut, Pemerintah Aceh merujuk pada konsep yang telah dilakukan oleh Pemer-intah Provinsi Bali. Adanya kepastian regulasi menge-nai persoalan ketersediaan lahan ini diharapkan bisa melegakan para calon inves-tor yang ingin berinvestasi jangka panjang di Aceh.

“Rancangan pergub ini juga untuk menindaklanjuti aturan dari pusat terkait ke-bijakan dalam hal investasi,” kata Marthunis.

Sejalan dengan ini, Badan Koordinasi Penanaman Modal RI juga telah merilis Kamus OSS yang diterbitkan pada 11 November 2019 yang bisa diakses melalui https://oss.go.id/. Dalam kamus ini berisikan daftar pertanyaan dan jawaban yang paling sering diajukan oleh pelaku usaha dan peng-gunaan layanan lainnya.[]

Dengan adanya OSS, akan sangat menguntungkan bagi calon investor dalam mengurus perizinan.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP) Aceh mencatat tren pertumbuhan realisasi investasi selama dua tahun terakhir menunjukkan pen-capaian yang cukup positif.

Tercatat selama kurun waktu 2019 hingga pada Triwulan III, realisasi in-vestasi mencapai Rp5 triliun, melampaui dari target yang diberikan oleh Badan Koor-dinasi Penanaman Modal (BKPM) RI, yaitu sebanyak Rp4 trilliun.

Kepala DPMPTSP Aceh, Dr. Aulia Sofyan mengatakan pencapaian realisasi terse-but dihitung baru hanya sampai pada Triwulan III 2019. Sementara untuk total realisasi secara kes-eluruhan pada tahun 2019 diprediksikan akan menca-pai Rp5,5 triliun.

Menurutnya, peningka-tan realisasi investasi yang signifikan tersebut disum- bangkan oleh investasi pada sektor hotel dan restoran, listrik, gas, dan air serta sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi yang bersumber dari penanamam dalam dan luar negeri.

Menurutnya untuk Pena-naman Modal Asing (PMA) pada periode tahun 2019 berdasarkan asal negara didominasi oleh negara Per-ancis, Malaysia, Hong- kong, RRT, Afghanistan, Belgia, dan Singapura dengan total investasi sebanyak

$92.056.820, $30.005.927, $28.660.173, $6.317.286, dan $3.349.349 secara ber- urutan.

“Tren peningkatan real-isasi investasi ini menun-jukkan bahwa kepercayaan para investor terhadap iklim investasi di Aceh semakin membaik, dan kita berharap dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dapat mempertahankan citra Aceh sebagai daerah tujuan utama untuk berinvestasi di Indo-nesia,” ujarnya.

Meskipun tejadi perkembagan positif, Kepala DPMPTSP Aceh, Dr. Aulia Sofyan mengatakan pemerintah tetap akan meningkatkan pengawalan dan pembinaan terkait alur perizinan investasi yang lebih intensif sehingga dapat meningkatkan arus investasi baik dari dalam maupun luar negeri.

Kepala DPMPTSP Aceh menyampaikan bahwa perkembangan realisasi investasi dari tahun 2017 hingga tahun 2018 sempat mengalami penurunan, tapi pada tahun selanjutn-ya menunjukkan tren yang positif.

“Penurunan realisasi investasi pada periode 2017 - 2018, salah satu faktornya

No Jenis Inv2017 (Rp. Juta) 2018 (Rp. Juta) 2019 (Rp. Juta)

TW-I TW-II TW-III TW-IV Total TW-I TW-II TW-III TW-IV Total TW-I TW-II TW-III TW-IV Total 1 PMDN 647,927 516,200 66,520 450,313 1,680,961 356,053 317,761 297,811 260,920 1,232,545 1,772,744 456,013 316,349 2,545,1062 PMA 3,565 133,606 1,465 29,509 168,145 5,527 23,259 7,167 17,797 53,749 379,085 524,697 1,645,227 0 2,549,009

TOTAL 651,492 649,807 67,985 479,822 1,849,106 361,580 341,019 304,978 278,717 1,286,294 2,151,829 980,710 1,961,576 0 5,094,115

No2017 (USD) 2018 (USD) 2019 (TW I - III ) (USD)

Asal Negara Nilai Investasi Asal Negara Nilai Investasi Asal Negara Nilai Investasi1 Gabungan Negara 7,177,276 Inggris 1,546,795 Perancis 92,056,820 2 Malaysia 3,086,529 Gabungan Negara 1,459,009 Malaysia 30,005,927 3 Perancis 513,804 RRC 432,889 Hongkong, RRT 28,660,173 4 Uni Emirat Arab 113,480 Perancis 75,410 Afghanistan 6,324,851 5 Australia 90,642 Korea Selatan 43,918 Belgia 6,317,286 6 RRC 56,312 Singapura 21,535 Singapura 3,349,343

2019 (TW I - III) (USD)

Sektor Nilai Investasi

Hotel dan Restoran 92,381,208

Listrik, Gas dan Air 42,101,837

Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 19,487,061

Industri Kimia Dan Farmasi 6,324,851

Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan 6,317,286

Industri Makanan 1,599,761

Jasa Lainnya 953,886

Pertambangan 526,729

Perdagangan dan Reparasi 241,303

Industri Pembekuan Ikan -

Industri Pembekuan Ikan -

tidak lepas dari perkem-bangan investasi nasional dan kondisi ekonomi global yang juga menurun” ujarnya kepada Tabloid Investasi, pada Kamis, 28 November 2019.

Dari data Bidang Pengen-dalian Pelaksanaan Penana-man Modal, DPMPTSP Aceh, secara total realisasi investa-si untuk periode tahun 2019 diprediksikan akan menca-pai Rp 5.5 triliun, meningkat sebesar 296,03 % diband-ingkan tahun 2018.

Sementara tren pada

periode sebelumnya, yaitu pada periode 2017 hingga 2018 mengalami penurunan sebesar 30,43%.

Total realisasi investasi PMDN tahun 2019 mencapai Rp 2,5 triliun menunjukkan peningkatan sebesar 106.49 %, dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp 1,2 triliun.

Sedangkan total real-isasi investasi PMA tahun 2019 adalah sebesar Rp. 2,5 triliun, naek 4,642,40 % dibandingkan realisasi investasi PMA tahun 2018 sebesar Rp. 53.7 Miliar.

Dr. Aulia Sofyan

Total realisasi investasi PMDN tahun 2019 men-capai Rp2,545,106 triliun menunjuk-kan peningkatan sebesar 106.49%, dibandingkan tahun 2018 sebe-sar Rp1,232,545 triliun.

Komoditas kelapa sawit yang melimpah di wilayah barat selatan Aceh berpotensi diolah menjadi produk turunan

Info Perizinan Realisasi

Tampilan halaman website OSS.

12 13Edisi II/2019 Edisi II/2019

“Kawasan ini dinilai strat-egis karena menawarkan view Krueng Aceh yang memiliki nilai sejarah yang panjang”

Oleh Hendra Keumala

HUJAN baru saja mengguyur sebagian wilayah Kota Banda

Aceh saat Tabloid Investa-si menyambangi kawasan eks-terminal labi-labi di Jalan Cut Meutia Banda Aceh, Rabu siang, 27 November 2019. Kawasan yang secara admin-istrasi masuk ke Gampong Keudah, Kecamatan Bai-turrahman ini sudah lama tak lagi beroperasi. Alhasil kawasan itu terlihat tak ter-awat walaupun di sekitarnya masih ada aktivitas.

Amatan Tabloid Investa-si, sejumlah infrastruktur yang sebelumnya dibangun untuk melengkapi fasilitas terminal mulai rusak seperti tempat duduk penumpang yang tak lagi beratap. Cat temboknya mulai terkelupas dan tampak kusam. Pada malam hari, kawasan seluas 11,7 ribu meter persegi itu lebih banyak dimanfaatkan pedagang kaki lima untuk berjualan sepatu.

Tak jauh dari situ, di loka-si eks-penjara Keudah yang sebelumnya berupa tanah kosong di pojokan antara Jalan Cut Meutia dengan Jalan Tentara Pelajar, dalam sepekan terakhir mulai ra-mai karena berubah menjadi arena pasar malam. Warga berdatangan untuk menjajal aneka wanaha yang ada di sana seperti perahu naga, tong setan, dan lain-lain.

Tak lama lagi pemandan-gan itu mungkin akan segera berubah. Pasalnya, Pemer-intah Kota Banda Aceh dalam waktu dekat ini akan melakukan penandatan-ganan MoU pembangunan hotel di kawasan eks-termi-nal Keudah tersebut. Adapun investornya berasal dari negeri jiran Malaysia. Ber-dasarkan pembicaraan tahap

Menyulap Rupa Eks-Terminal Keudah seperti Twin Tower Negeri Jiran

penandatanganan kita be-harap peletakan batu perta-ma dapat kita lakukan dalam tahun ini juga,” kata Aminul-lah Usman saat diwawan-carai Tabloid Investasi pada Selasa, 26 November 2019.

Aminullah menyampaikan nantinya pembangunan direncanakan setinggi 10 lan-tai. Lantai satu hingga empat untuk mal, lima dan enam untuk hotel, di atasnya hing-ga lantai 10 berupa menara seperti menara kembar di Kuala Lumpur. Jika tidak ada kendala, akhir Desember atau awal tahun 2020 bisa dimulai pengerjaannya.

Menurut Aminullah, peluang untuk investasi di bidang bisnis dan jasa masih sangat besar di Banda Aceh. Banda Aceh sedang men-galami perkembangan yang begitu pesat di Aceh. Sektor bisnis dan jasa juga sangat menunjang industri pari-wisata yang sedang digenjot

Pemerintah Aceh.Wali kota juga meng-

harapkan jajaran pemerin-tahannya dan masyarakat agar menyambut dengan tangan terbuka setiap calon investor yang datang. Mem-berikan pelayaan dengan baik, memberi kemuda-han-kemudahan, jangan malah dipersulit karena ini akan menguntungkan Banda Aceh mulai dari menampung tenaga kerja, meningkatkan PAD, kunjungan wisatawan bertambah, dan aset Pemko juga produktif.

Aminullah menambahkan pihaknya akan terus be-rupaya melakukan perkem-bangan di bidang investasi dan terus menawarkan kepada investor agar mau berinvestasi di Banda Aceh.

Banda Aceh menurutnya merupakan kawasan yang tepat untuk melakukan investasi. Pertama, karena Banda Aceh merupakan kota

awal, rencananya lokasi itu akan disulap menyerupai Petronas Twin Tower Malay-sia. Di mana akan ada hotel dan pusat perbelanjaan modern.

Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman memasti-kan penandatanganan MoU itu akan dilakukan kedua belah pihak pada 5 Desem-ber 2019. Ini merupakan komitmen kedua belah pihak untuk merealisasikan megaproyek perdagangan dan jasa setelah sebelumnya dilakukan peninjauan lokasi pada 11 November 2019.

Adapun perusahaan yang akan melakukan investasi itu adalah Nun Utama Holdings. Kawasan ini juga dinilai strategis karena menawar-kan view Krueng Aceh yang memiliki nilai sejarah yang panjang.

“Untuk perizinan dan teknis pengelolaan tinggal kita atur nantinya, setelah

yang sedang berkembang pesat di Aceh yang banyak didatangi pengunjung.

Kedua, Banda Aceh merupakan kota yang paling aman di Indonesia dan ini juga telah mendapat peng-hargaan. Di samping itu eksekutif juga akan mem-berikan kemudahan dalam perizinan bagi para investor yang masuk, artinya tidak akan mempersulit dalam perizinan.

“Di samping itu, di Banda Aceh kita masih memiliki lokasi untuk investor, karena itu kita mempermudahkan dalam hal pembebasan tanah, kemudian sekali lagi kita harapkan dukungan masyarakat. Jadi kita akan buat kesepakatan dengan masyarakat terlebih dulu jika ingin membangun ses-uatu,” ucapnya.

Menurutnya dengan mempermudah perizinan untuk investor kemudian membuat mereka tertarik menanamkan modalnya di Banda Aceh, maka akan mampu menampung tenaga kerja. Oleh karena itu pihak-nya akan terus melakukan pembenahan dan member-ikan kenyamanan dan akan menggandeng seluruh ele-men, termasuk TNI/Polri.

Sebelumnya, pada 11 November 2019 lalu tim Nun Utama Holding telah melihat langsung lokasi tersebut. Tinjauan yang diawali den-gan audiensi kepada Wali Kota Banda Aceh itu dihadiri langsung oleh General Chair-man Nun Utama Holdings, Ahmad Moh Adnan; General Presiden Faza Al Farizi; dan General Director Zulhelmi Mairin.

Rombongan itu juga membawa sejumlah jaja-ran teknis seperti direktur teknis, kepala konstruksi, perencana kota, dan arsitek.

“Investmen ke Ban-da Aceh akan lebih cepat sepertinya karena dukun-gan penuh dari Pak Wali,” ujar General Chairman Nun Utama Holdings Ahmad Moh Adnan.[]

Banda Aceh merupakan kota yang pa-ling aman di Indonesia dan ini juga te-lah mendapat penghargaan.

Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah pada Rabu, 9 Oktober 2019 telah

mengumumkan usulan tiga daerah potensial di barat selatan Aceh kepada Pemer-intah Pusat untuk dibentuk kawasan ekonomi khusus (KEK) atau kawasan industri terpadu (KIT). Tiga daerah itu, yaitu Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, dan Nagan Raya.

Pemilihan itu berdasar-kan pertimbangan keterse-diaan dan kesesuaian lahan, dukungan sektor swasta, infrastruktur, dan lain-lain. Keseriusan itu ditunjukkan Pemerintah Aceh dengan mengirimkan surat kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Bap-penas RI agar usulan KEK tersebut bisa masuk dalam RPJMN 2019-2024.

Kepala Bappeda Aceh, Helvizar Ibrahim menjelas-kan, konsep dasar pemba-ngunan KEK adalah pem-berian insentif pada badan usaha dan pelakau usaha

yang melakukan kegiatan investasi di KEK.

“Tujuan pengembangan KEK ini untuk meningkatkan pertumbuhan, pemerata-an, dan daya saing melalui pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di luar Jawa sesuai dengan Undang-Undang 39 Tahun 2019 tentang KEK. Untuk sasaran pengembangan KEK, agar meningkatnya penanaman modal, opti-malisasi kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi,” ujarn-ya kepada Tabloid Investasi, Kamis, 28 November 2019.

Dengan begitu adanya percepatan perkembangan daerah melalui pengemban-gan pusat-pusat pertum-buhan ekonomi baru untuk keseimbangan pengemban-gan antarwilayah. Seterusn-ya, juga terwujudnya model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbu-han ekonomi yang men-

yangkut dengan industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan kerja.

“Dalam pembangunan KEK ini ada pembagian per-an, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan peran swasta. Untuk pemer-intah pusat sendiri adalah menetapkan norma standar, pedoman, dan manualnya. Kemudian memberikan in-sentif dan kemudahan, serta dukungan dalam mensin-ergikan pembangunan infra-struktur wilayah. Sementara pemerintah daerah sebagai penerima manfaat terbe-sar, harus ikut bertanggung jawab dalam penciptaaan iklim usaha yang kondusif keamanan, ketertiban dan pemberian insentif daerah. Setelah itu juga memberikan kemudahan pelayanan dan bantuan kemudahan dalam penyediaan lahan,” jelas Helvizar.

Dalam pembangunan KEK di barsela ini, kata

KEK Solusi Membangkitkan Ekonomi di Barsela

Memperkuat Koridor Ekonomi Aceh Melalui Hubungan IMT-GT

Helvizar, memiliki kriteria lokasi dan zona, yaitu sesuai dengan RTRW dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan pemprov, pemda/pemkot, terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional/dekat dengan jalur pelayaran internasional Indonesia/ter-letak pada wilayah potensial sumber daya unggalan dan mempunyai batas yang jelas. Sementara untuk zona KEK, meliputi pengolahan ekspor, logistik, industri, pengem-bangan teknologi, pari-wisata, energi dan ekonomi lainnya.

“Intinya pemerintah ingin menciptakan, memfasilitasi bagaimana adanya pusat-pu-sat pertumbuhan ekonomi baru, apa pun lokomotifnya, karena lokomatif itu akan bisa menghela pergerakan perekonomian rakyat di kawasan itu, sehingga kita menciptakan itu seban-yak-banyaknya, sepanjang potensi itu dimiliki. Kalau potensi itu ada, tugas pemer-intah sebagai katalisator,” jelasnya.

Helvizar mengatakan,

wilayah barsela memiliki potensi perkebunan kelapa sawit hingga ke Kabupaten Singkil.

“Nah, potensi apa yang ada, peluang apa yang di-mungkinkan untuk ekspor. Maka di situlah pemerintah hadir untuk mempercepat ini. Hari ini barsela sudah ada tiga yang berpacu untuk itu, sebenarnya banyak, tapi potensi yang kira-kira menurut hemat kita masuk dalam kriteria tiga besar daerah tadi. Itupun menurut klasifikasinya masing-mas-ing, ada yang KEK ada juga yang kawasan industri ter-padu,” paparnya.

Dari tiga besar tersebut, tambahnya, pemerintah hanya memfasilitasi sebagai regulator, sementara yang bergerak di lapangan para pengusaha.

“Harapan kita den-gan adanya KEK ini nanti turunan dari CPO akan tumbuh di KEK, jangan sep-erti hari ini kita masih baru sampai di tingkat CPO kelapa sawit. Dengan adanya KEK, nilai tambahnya itu bisa di sabun, mentega, minyak, lip-stik, dan lainnya,” kata dia.[]

KERJA sama segit-iga pertumbuhan ekonomi Indone-

sia-Malaysia-Thailand (IMT-GT) berpotensi besar men-jadi tujuan investasi utama di Aceh. Langkah itu terus dilakukan Pemerintah Aceh dengan meningkatkan ke-giatan pada koridor-koridor ekonomi yang telah dibentuk dalam kerja sama ini.

Kepala Seksi Pengem-bangan Promosi Penanaman Modal Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpa-du Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh, Abel Muhammad Agung, mengatakan langkah ini dilakukan untuk mem-perkuat peranan Aceh dalam kerja sama IMT-GT. Teruta-ma di sektor penerbangan untuk membuka jalur baru antara Banda Aceh-Phuket–Penang, diharapkan mampu menyumbang pertumbuhan ekonomi signifikan di sektor pariwisata.

Menurut Abel, kerja sama ini berfokus di bidang perda-gangan dan investasi.

“Memanfaatkan semak-simal mungkin potensi dan peluang yang di dapat dari kerja sama IMT GT ini untuk kepentingan Aceh, membuka konektivitas baru baik udara dan laut, termasuk mengi-rimkan petani milenial ke Thailand,” kata Abel Muham-mad Agung saat dijumpai Tabloid Investasi di ruang kerjanya, Rabu, 27 Novem-ber 2019.

Sejauh ini proyek IMT-GT yang sedang berjalan di Aceh membuka konektivitas udara baru (Sabang–Phuket–Krabi–Langkawi). Pemerin-tah Aceh telah meminta Air Asia untuk membuka jalur penerbangan baru antara Banda Aceh – Phuket (Thai-land).

Sementara Banda Aceh IMT-GT Green Cities Program, di antaranya green transport, green energy, dan green waste management. The 3rd IMT-GT Green Council Meeting memilih Aceh sebagai Ketua Green Council untuk periode 2018/2019 dan Wali Kota

banda Aceh dipilih sebagai Ketua Green Cities Mayors periode 2018–2019.

Untuk green transport, Asia Development Bank (ADB) memberikan asistensi kepada Banda Aceh untuk mengembangkan rencana yang fokus pada sistem per-parkiran dan non-motorized transport. “Saat ini, project ini sedang dalam tahapan penghimpunan data,” ujarn-ya.

Pada 2019 kegiatan terkait IMT-GT, di antaran-ya IMT-GT Marine Festival (Sabang) 27–30 April 2019 untuk meningkatkan kun-jungan turis, memberikan dampak positif bagi mas-yarakat serta memperkuat strategi bersama IMT-GT sub region di sektor pariwisata.

Begitu juga IMT-GT Cruise Business Forum yang ber-langsung pada 16 Oktober lalu, sebagai tindak lanjut dari hasil pertemuan IMT-GT ke 25 di Krabi, Thailand. Universitas Syiah Kuala dipercayakan menjadi tuan

rumah pelaksanaan work-shop kelompok Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle Network (IMT-GT Uninet) 2019 pada 5-6 Sep-tember 2019.

IMT-GT Uninet adalah kerja sama antaruniversitas di tiga negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Pertemuan yang dinamakan IMT-GT Uninet Strategic Action Plan (2017-2021) merupakan bagian dari evaluasi rencana aksi strategis yang telah dilakukan sejak tahun 2017 lalu dan upaya memperluas jaringan kerja sama pengaja-ran dan penelitian.

“Dalam forum tersebut ada penandatanganan MoU kerja sama antara anggota Uninet Indonesia dengan Fig Direct SDN BHD untuk proj-ect superfruits,” sebut Abel.

Abel menambahkan, pada pertemuan 16th Chief Minister and Governor’s Forum (CMGF) 12 Septem-ber 2019 di Krabi, Thailand, Plt. Gubernur Aceh menjadi

pimpinan delegasi RI, Pe-merintah Aceh menawarkan kerja sama baru di antaranya investasi di KIA Ladong dan KEK Arun-Lhokseumawe. Menawarkan juga kepada Provinsi Songkhla, Thailand untuk kerja sama pening-katan kapasitas bagi petani Aceh.

Sedangkan kerja sama Aceh–Andaman Nicobar yang diberi nama IMT-GT Plus Business Connectivity sebagai koridor ekonomi baru, memiliki peluang untuk menarik jumlah turis yang datang ke Aceh, meningkatkan investasi dan perdagangan, misaln-ya pemenuhan kebutuhan Andaman baik kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan pembangunan infrastruktur.

Inisiasi barunya antara lain dengan mengembang-kan konektivitas udara IMT-GT dan Andaman Nocobar (Banda Aceh-Port Blair– Phuket – Langkawi dan Kua-la Lumpur–Banda Aceh–Port Blair).[]

Investasi Investasi

Walikota Banda Aceh, Aminullah Usman menunjukkan lokasi Terminal Keudah kepada calon investor asal Malaysia

Menara Petronas di Malaysia. (Foto Getty Images)

15 Edisi II/201914 Edisi II/2019

Ketua DPRA Dahlan Jamaluddin menga-takan bila pihaknya

sangat mendukung kegia-tan investasi di Aceh. Hal itu tak terlepas dari masih rendahnya pertumbuhan ekonomi Aceh di tingkat nasional, bahkan belum mencapai angka 4%.

“Kita sangat men-dukung investor ingin menanam saham di Aceh, tapi juga harus dilibatkan dari sektor swasta hingga investa-si berjalan dengan baik nantinya. Nanti di mana ada kendala dan masalah, mari kita cari solusi untuk menun-tas ma-

salah tersebut,” kata Dahlan kepada Tabloid Investasi, Rabu, 28 November 2019.

Ia menjelaskan dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Industri Aceh, dan BPKS diharapkan dapat meningkatkan roda ekonomi masyarakat. Tak hanya itu, Pemerintah Aceh juga diminta segera mere-alisasikan KEK barsela dan KEK pariwisata.

“Ini semua harus ada yang bertanggung jawab,

tentunya pemerintah Aceh juga harus memastikan, misalkan SKPA mana yang

memastikan dan jangan dianggap ini program ke-

giatan mereka,” ujarnya.Ia menjelaskan, setelah

pembentukan Alat Kelengka-pan Dewan (AKD) pihak-

nya akan memanggil SKPA, BPMA, PT PEMA, dan BPKS untuk mendengar

KETUA Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh, Makmur Budi-

man, mengatakan bila Kadin terus melakukan terobosan dan mempromosikan Aceh untuk mendukung investasi di Aceh.

“Sejauh ini kita dorong IKM Aceh untuk ce-pat bergerak dan ham-batan-hambatan untuk IKM kita coba rekomendasikan untuk dipermudah. Maka semua itu perlu revolusi semua aspek,” ujar Makmur, Selasa, 26 November 2019.

Potensi Aceh cukup besar, sehingga mempunyai pe-luang bagi investor untuk berinvestasi besar-besa-ran di Aceh. Di antaranya, pabrik semen di Laweung, pabrik granit, pabrik minyak goreng, pabrik pakan ternak, termasuk pabrik kertas, dan banyak potensi lain.

Peran Kadin sendiri juga sangat dibutuhkan oleh pemerintah sebagai akses menjaring investor luar agar mau berinvestasi di Aceh.

“Kita melakukan per-

“Investasi Solusi Mempercepat Kemajuan Aceh”

MakmurBudiman

Dahlan Jamaluddin

Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh, Tarmi-

lin Usman, mengatakan media sebagai penyebar informasi dan kontrol sosial berperan penting dalam keberlangsungan investasi di Aceh.

“Menyangkut informasi tentang investasi, tentunya informasi-informasi yang bersifat edukasi, tidak provokatif, sehingga dengan tujuan pemerintah misalnya mengajak investor berin-vestasi di Aceh tentu mereka membutuhkan keamanan dan kenyamanan, terutama kenyamanan dalam infor-masi. Kalau informasinya simpang siur dan hoaks misalnya, kan ragu-ragu juga mereka. Maka di sini per-an media saya pikir sangat penting,” ungkap Tarmilin,

Oleh Taufan Mustafa

MELIMPAHNYA po-tensi wisata alam dan bahari di Kabu-

paten Aceh Besar membuka peluang besar bagi calon in-vestor untuk mengelolanya. Pemkab Aceh Besar menjan-jikan kemudahan perizinan investasi untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi di daerah itu.

“Secara perizinan kita dorong terus supaya mudah, supaya investasi bisa tum-buh dengan baik seperti ada pabrik jagung dari Korea, ada PT JAPFA di Seulimuem, dan KIA di Ladong,” ujar Bupati Aceh Besar Mawardi Ali, ke-pada Tabloid Investasi, Rabu

malam, 27 November 2019.Untuk investasi andalan

kata Mawardi, yang paling bagus yang memberi efek bagi masyarakat, bukan han-ya untuk PAD saja. Misalnya seperti kehadiran PT JAPFA yang membangun kawasan ayam petelur dan pabrik pengolahan jagung.

“Kalau perusahaan pen-

Bupati Janjikan KemudahanInvestasi di Aceh Besar

Dukungan Media Penting untuk Investasi Aceh

etasan telur ayam itu, bisa mengembangkan petani dan peternak, kemudian pabrik jagung juga bisa menghidup-kan para petani yang mena-nam jagung,” jelasnya.

Sementara untuk bidang pariwisata, tak hanya pantai dan alam, tetapi juga wisata sejarah seperti Tanoh Abe, Kubah Masjid Tsunami, dan situs sejarah lainnya. Belum lagi potensi wisata kuliner yang kian digemari.

“Untuk para investor yang ingin berinvestasi di Aceh Besar, akan diberikan kemudahan, selama investa-si tersebut tidak mem-berikan dampak terhadap lingkungan dan sosial,” kata Mawardi.

Banyak yang melirik Aceh Besar saat ini dan terus diberi ruang untuk mereka asalkan berdampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Banyak perusahaan vital di Aceh Besar seperti PT Solusi Bangun Andalas, bandara, dan sebagainya itu adalah investasi yang mem-beri dampak positif, terma-suk perhotelan. Ke depan di Aceh Besar akan dibangun beberapa hotel lagi, dan perusahaan tersebut sudah memberikan komitmen un-tuk membangun, baik di jalan Blang Bintang, Lambaro, dan Keutapang, itu sangat berpo-tensi untuk investasi bisnis perhotelan,” sebutnya.[]

Kamis (28/11/2019).Dalam hal ini, keterbu-

kaan informasi dari instansi pemerintah yang membidan-gi investasi juga harus ter-buka kepada pers. Sehingga masyarakat atau pengusaha bisa mendapatkan informasi yang utuh.

“Padahal masyarakat dan investor itu ingin mengeta-hui secara utuh, misalnya terkait suatu masalah atau satu item terhadap investasi yang ada di Aceh. Karena masyarakat kita di Aceh ini kan masih rentan dengan investor, apalagi kadang-kadang ada pihak-pihak yang memprovokasi, misaln-ya kalau masuk invetor maka akan menjadi beginilah, begitulah, dan lain sebagain-ya,” ujarnya.

Dalam hal-hal seperti itu media berperan penting

dalam meluruskan informasi yang bengkok.

“Misalnya kita beri con-toh seperti investor yang menanam modal di PT EMM, akhirnya jadi konflik. Itu terjadi kalau menurut saya karena tersumbatnya infor-masi yang benar. Oleh kare-nanya pemerintah dengan media dalam investasi ini harus betul-betul bermitra, enggak boleh menganggap media ini sebelah mata, apa pun ceritanya informasi be-nar itu sangat penting demi kelancaran investasi,” kata Tarmilin.

Selama ini menurutnya sudah terjalin hubungan antara media dengan pemer-intah, tetapi dinilai belum optimal. Media perlu dilibat-kan lebih intens sehingga bisa berperan aktif dalam hal pembangunan di Aceh,

khususnya yang berkaitan dengan investasi. Jadi, relasi yang dibangun tidak cukup sebatas hubungan personal insan pers.

“Semua media dan or-ganisasi pers apa saja yang ada di Aceh harus dilibatkan dan diajak, kalau betul-bet-ul kita ingin membangun Aceh. Karena media ini juga memiliki saringan, sebab tidak mungkin segala infor-masi harus diinformasikan, apalagi informasi-informasi yang dapat merugikan daer-ah. Namun demikian bukan juga berarti pemerintah bisa mengintervensi media, akan tetapi memiliki kesepaha-man dalam membangun supaya investor bisa ma-suk ke Aceh dengan aman, nyaman, tanpa ganjalan dan simpang siur informasi,” terang Tarmilin.[]

Tarmilin Usman

Investor yang menanam mo-dal di PT EMM, akhir nya jadi kon flik. Itu terjadi karena tersumbatnya informasi yang benar.

Untuk para investor yang ingin ber-investasi di Aceh Besar, akan diberikan kemudahan.

Kita dorong IKM Aceh un-tuk cepat bergerak dan hambatan-ham-batan kita coba rekomen-dasikan untuk dipermudah.

DPRA: Kalau Ada Kendala Kita Cari Solusi Bersama

program kerja ke depan.“Sesuai dengan program

Presiden Jokowi seperti dalam visi dan misi melan-jutkan infrastruktur, pem-bangunan sumber daya manusia, penyederhanaan birokrasi, dan transformasi ekonomi yang harus dilaku-kan pemerintah Aceh sesuai dengan program nasional,” katanya.

Dia menyebutkan pihakn-ya sangat mendukung presi-den Jokowi membuat sebuah konsep perundang-undangan yang disebut omnibus law.

“Karena selama ini aturan dan regulasi menjadi sebuah problem tersendiri terkait investasi, jadi presiden menginstruksikan untuk memudahkan dan penyeder-hanaan birokrasi, aturan itu sangat bermanfaat,” pung-kasnya.[]

Kita sangat mendukung investor ingin menanam sa-ham di Aceh, tapi juga ha-rus dilibatkan dari sektor swasta hingga investasi ber-jalan dengan baik nantinya.

Kadin juga sudah me-minta pemerintah untuk memprioritaskan jalan-jalan ke sentra parawisata. Selain itu juga menjadikan Aceh sebagai rute pener-bangan dengan tiket yang terjangkau.

Untuk membuka gerbang investasi di Aceh kata dia, perlu adanya kebijaksanaan dari Plt Gubernur Aceh dan semua dinas juga berpikir terkait pengembangan pariwisata yang ada di Provinsi Aceh.

“Mudah-mudahan ini suatu lompatan be-sar di samping kita juga meminta kepada pemda tingkat dua untuk mem-buat perda ekonomi kreatif sebagai benteng pertahanan resesi. Kita juga meminta

kepada Kadin tingkat dua untuk berkolaborasi den-gan pemerintah daerah dan kita juga merekomen-dasikan agar semua kepala dinas, DPRA, DPRK, Kadin dan semua asosiasi untuk membina satu UMKM di masing-masing daerah sehingga langkah-langkah untuk mengurangi angka ke-miskinan dan pengangguran lebih efektif,” saran Makmur

Budiman.Makmur juga menekank-

an pentingnya berkolaborasi untuk meyakinkan investor. Ia berharap seluruh pengu-saha Aceh, baik yang ada di Aceh maupun di luar Aceh agar sama-sama memban-tu dan ikut serta dalam mempromosikan Aceh di mancanegara sehingga Aceh menjadi target para investor untuk berinvesatsi.

“Kita selaku Kadin se-dang bicara dengan Alibaba Group untuk bisa melak-sanakan training centre di semua tingkat dua karena sekarang kita berada pada zaman yang tidak menentu, pola kerja lama, pola pro-duksi lama dan pola pe-masaran lama semua udah berubah, jadi di sini Kadin

minta untuk akses ke perbankkan

dipermudah,” harapnya.[]

temuan dengan Menteri Perikanan, Menteri Per-dagangan, dan Menteri Keuangan untuk member-ikan informasi dan memo-hon kepada pemerintah pusat untuk membuat treat-ment khusus tentang Aceh. Misalnya untuk memod-ernisasi pelabuhan-pelabu-han di Aceh supaya terjadi ekspor-impor di pelabuhan Aceh, dan kita juga minta ke pemerintah India melalui dubesnya agar setiap ke-giatan ekspor CPO ke India harus melalui pelabuhan di Aceh,” katanya.

Kemitraan Kemitraan

16 Edisi II/2019

WALI Nanggroe Aceh Paduka Yang Mulia Malik Mahmud Al Haytar mengatakan,

Aceh merupakan negeri yang aman, damai, dan terbuka untuk semua pihak. Ia sangat menyayangkan bila masih ada yang menganggap Aceh ini tidak aman.

“Ini karena pemberitaan atau informasi yang disajikan tidak seimbang dengan kenyataan di Aceh. Lebih-lebih terkait syariat Islam sehingga orang beranggapan syariat Islam itu hanya cambuk. Padahal tidak demikian. Syariat Islam tidak menghambat investasi,” ujarnya kepada Tabloid Investasi, Selasa, 26 November 2019.

Jika dibandingkan dengan daerah lain menurutnya Aceh lebih nyaman dan aman, terlebih bagi para turis yang berkunjung ke Aceh.

“Budaya kita adalah peumulia ja-mee, inilah yang harus kita rawat dan jaga. Tapi seperti saya katakan tadi, beritanya saja yang mungkin agak miring diinformasikan. Apakah mun-

gkin Aceh ini terlalu seksi karena du-lunya daerah konflik sehingga kalau ada apa-apa beritanya langsung dise-barkan keseluruh dunia?” ujarnya dengan nada bertanya.

Dalam setiap kesempatan ia sela-lu mempromosikan bahwa Aceh san-gat aman untuk berinvestasi. Den-gan terus adanya informasi positif tentang Aceh, investor tidak ragu lagi untuk ke Aceh. Bila dibandingkan dengan daerah lain terkait masalah industri, Aceh menurutnya tergolong sangat mudah, baik dari segi sewa tanah, listrik, air, dan lainnya.

“Air kita banyak, tapi bagaimana caranya untuk kita manfaatkan. Hal-hal begini yang harus ada kajian dari Pemerintah Aceh terutama dinas terkait. Di Aceh ini ada bandara, pelabuhannya juga bagus. Kita sudah ada Sabang, Krueng Raya, kemudian Lhoksemawe,” katanya.

Keberadaan Kamar Dagang dan Industri Aceh menurutnya juga ber-peran besar dalam mempromosikan Aceh.[]

ACEH TERBUKAUNTUK INVESTOR

DENGANEKSPANSI RSUZA

Mal

ik M

ahm

ud A

l Hay

tar

Sebagai proyek pertama program Kerjasama Pe-merintah dengan Badan

Usaha (KPBU) di Aceh, Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin akan mengembangkan enam center of excellent, yaitu trau-ma center, eye center, kidney center, heart center, brain cen-ter, wing executive, dan parkir

terpadu empat lantai. Pembangunan ini

dibiayai melalui skema KPBU yang dananya

berasal dari Kemen-terian Keuangan

RI. Perjanjian pelaksanaan

fasilitas dan pendampin-gan tran-

saksi pada proyek

KPBU

dengan PT Penjaminan In-frastruktur Indonesia telah dilakukan pada Rapat Pening-katan Kemandirian Fiskal Aceh Januari 2019 lalu.

Pada tahun 2021-2023 ter-us mengembangkan pelayanan dengan penambahan 750 lebih tempat tidur baru, dan 26 kamar operasi menghindari antrean operasi.

“Dan satu lagi yang fenomenal adalah pusat radio onkology, yang dibiayai dengan dana APBA, dengan skema multiyears (2019-2021). Semoga semua akan Allah mudahkan segala upaya dalam memberikan layanan yang terbaik untuk seluruh masyarakat Aceh dan luar Aceh sekalipun,” kata Direk-tur RSUZA Dr. dr. Azharuddin SpOT-(K) Spine FICS, seperti

diberitakan aceHTrend.Tahun depan RSUZA menar-

getkan mendapat akreditasi Joint Comission International (JCI) yang diterbitkan badan akreditasi nonprofit dari Amerika Serikat (USA), lemba-ga ini mendapat mandat untuk menilai standar pelayanan kesehatan tingkat dunia. Sebelumnya, RSUZA juga telah memperoleh predikat Bintang 5 (SNARS).

“Untuk menuju akreditasi internasional dari Joint Com-mision International (JCI) ini kami sudah mempersiapkan semua indikator yang menjadi syarat utama. Kita sudah Stan-dar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) yang menjadi prioritas,” kata Dr. dr. Azharud-din SpOT-(K) Spine FICS, Jumat (11/10/2019).[]

SKEMA KPBU

dr. A

zhar

uddi

nSosok