PARTAI POLITIK LOKAL DI NEGARA KESATUAN : UPAYA MEWUJUDKAN OTONOMI DAERAH DI BIDANG POLITIK
Mini jurnal - Mewujudkan Visi dan Misi Ekonomi Kreatif pada Twilite Orchestra
Transcript of Mini jurnal - Mewujudkan Visi dan Misi Ekonomi Kreatif pada Twilite Orchestra
UJIAN AKHIR SEMESTER
MATA KULIAH BISNIS INDUSTRI DAN MEDIA AUDIO
VISUAL
“Mewujudkan Visi dan Misi Ekonomi Kreatif pada
Twilite Orchestra”
Disusun oleh:
Meista Yuki Crisinta
1106082861
Industri Kreatif Penyiaran – Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Industri musik merupakan salah satu industri kreatif di
Indonesia yang selalu mengalami perkembangan hingga saat ini,
mulai dari segi konten, variasi, ataupun genre. Tidak menutup
kemungkinan juga bahwa genre dari negara lain pun ikut
meramaikan ragam musik di Indonesia. Keberagaman ini memicu
banyak pihak untuk ikut serta berkarya di dunia musik, yang
diwujudkan melalui penciptaan lagu-lagu baru, merilis ulang
lagu-lagu yang “jadul”, mengaransemen lagu, pembuatan video clip,
penyediaan label untuk proses rekaman, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, hingga saat ini industri musik di Indonesia
tetap diramaikan oleh musisi-musisi yang memiliki kreativitas
tinggi sehingga dapat menghasilkan banyak sekali karya baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Sebut saja Addie M.S.,
Erwin Gutawa, Elfa Secioria (alm.), Yovie Widyanto, dan masih
banyak lagi musisi lainnya yang telah mengharumkan nama bangsa
Indonesia sampai ke mancanegara.
Kontribusi para musisi di dalam industri musik Indonesia
tentunya tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan adanya
konser musik, launching album baru, atau debut penyanyi baru
membuat Indonesia terlihat memiliki potensi yang besar dalam
mengembangkan industri musik lokal. Perkembangan industri
musik ini menarik perhatian sektor perekonomian untuk
dijadikan sebagai sumber modal utama dalam pembangunan
nasional. Hal ini tertulis dalam Visi Misi Ekonomi Kreatif
2025 di Indonesia. Ekonomi kreatif memiliki sasaran untuk
mengembangkan sektor-sektor industri kreatif melalui
pemberdayaan sumber daya manusia yang kreatif sehingga dapat
menciptakan suatu karya yang bermanfaat bagi Indonesia, bukan
hanya di bidang musik saja, tetapi juga di bidang-bidang
kreatif lainnya.
Adanya visi dan misi ekonomi kreatif diharapkan dapat
membuat perkembangan yang signifikan terhadap industri
kreatif, khususnya industri musik. Sayangnya, dengan melihat
kenyataan yang ada bahwa masih banyak hal-hal yang perlu
dibenahi oleh pemerintah dan pihak-pihak tertentu, penerapan
ekonomi kreatif ini justru menimbulkan pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apakah visi dan misi ekonomi kreatif Indonesia sudah
sejalan dengan keadaan industri musik Indonesia yang
terdiri dari beragam jenis dan aliran?
2. Apakah pemerintah sudah cukup apresiatif terhadap karya-
karya seni di Indonesia (dalam hal ini seni musik)
beserta para senimannya?
3. Apakah infrastruktur di Indonesia sudah mencukupi dalam
memfasilitasi kegiatan-kegiatan industri musik seperti
konser dan festival musik?
Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya yang
berkaitan dengan visi dan misi ekonomi kreatif di Indonesia
bagi subsektor industri musik. Hal-hal yang dipertanyakan
tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja mengingat visi dan
misi ekonomi kreatif Indonesia sangat bergantung pada sumber
daya manusia yang kreatif dan pencitraan negara Indonesia di
mata dunia internasional.
Dalam tulisan ini saya akan membahas industri kreatif sub
sektor musik dengan topik musik orkestra dan mengambil Twilite
Orchestra sebagai isu, karena menurut saya musik orkestra
merupakan salah satu bagian dari industri musik yang bisa
membawa profit cukup tinggi bagi Indonesia. Saya akan
menganalisis dari sisi eksibisi (komersialisasi), yaitu berupa
konser ataupun program-program yang berlangsung di dalam
maupun di luar negeri. Perkembangan eksibisi Twilite Orchestra
akan saya kaitkan dengan penerapan ekonomi kreatif, dan saya
juga akan menganalisis sejauh mana visi dan misi ekonomi
kreatif dapat diterapkan pada situasi industri kreatif
subsektor musik (dalam hal ini Twilite Orchestra) hingga saat
ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Awal Mula Berdirinya Twilite Orchestra
Twilite Orchestra didirikan pada tanggal 8 Juni 1991 di bawah
pimpinan Addie M.S.. Ia menjabat sebagai direktur musik
sekaligus konduktor. Nama ‘twilite’ sendiri berasal dari momen
ketika sebuah ensemble1 yang beranggotakan 20 musisi tampil
dalam acara pribadi Indra Usmansjah Bakrie pada sore hari di
Pantai Anyer. Sejak saat itu, Addie M.S. bersama dengan Oddie
Agam dan Indra Usmansjah Bakrie mengembangkan ensemble ini
menjadi sebuah orkestra simfoni yang beranggotakan 70 musisi
dan dilengkapi dengan paduan suara bernama “Twilite Chorus”
yang beranggotakan 63 orang. Format musik yang diusung oleh
Twilite Orchestra adalah pops orchestra, di mana repertoarnya2
meliputi musik-musik opera, broadway musical, klasik, musik film
1 “ensemble”: 1. A group of musicians playing or singing together; 2. The whole; all the parts taken together.2 “repertoar”: 1 persediaan nyanyian, lakon, opera yg dimiliki seseorangatau suatu kelompok seni yg siap untuk dimainkan; 2 daftar lagu, judulsandiwara, opera, dsb yg akan disajikan oleh pemain musik, sanggarpenyanyi, dsb; 3 Ling perbendaharaan bahasa (dialek, ragam) yg dimiliki olehseseorang atau masyarakat.
(scoring), dan bahkan meliputi lagu tradisional sampai lagu pop
yang diaransemen secara simfonik3.
Twilite Orchestra memiliki visi yaitu memasyarakatkan
musik simfonik di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan mensosialisasikan musik orkestra. Visi ini
berlandaskan pada anggapan bahwa orkestra dan penontonnya
masih bersifat prestigious dan eksklusif di mata masyarakat. Oleh
karena itu, Twilite Orchestra memiliki motivasi yang kuat
untuk membuat sebuah pagelaran yang tidak hanya dapat
dinikmati oleh kalangan pejabat pemerintah atau eksekutif
perusahaan saja, tetapi juga oleh kalangan civitas academica,
siswa sekolah hingga masyarakat umum.
Pada Konser Nusa Bank di bulan Juli 1993, Indra Usmansjah
Bakrie sebagai salah satu pendiri Twilite Orchestra mengatakan
dalam sambutannya bahwa ada tiga hal yang menjadi sasaran
pencapaian Twilite Orchestra, yaitu:
1. Mengkaji ulang anggapan masyarakat bahwa orkestra adalah
“barang kolot” dan tidak dapat bersaing dengan musik
tekno yang sedang banyak digemari pada zaman modern ini.
2. Membuka halaman baru bagi dunia hiburan di Indonesia.
3. Menjadi katalis dalam menciptakan minat generasi muda
terhadap instrumen akustik.
Pops Orchestra sebagai Format Musik Terpilih
3 “simfonik” (berasal dari kata ‘simfoni’): Musik yg ditulis untuk orkeslengkap, biasanya terdiri atas empat bagian.
Pops orchestra adalah sebutan untuk orkestra besar yang
instrumentasinya sama seperti orkestra simfoni, hanya saja
dalam orkestra jenis ini turut menampilkan cuplikan musik
opera, broadway musical, serta aransemen dari musik film (scoring),
lagu-lagu pop dan tradisional secara simfonik dengan tetap
memasukkan komposisi-komposisi klasik yang populer. “Pop”
disini bukan berarti ada ketentuan tertulis maupun tidak
tertulis yang diubah dalam partitur. Istilah “pop” disini
merujuk pada pemilihan karya-karya klasik yang populer untuk
dimasukkan unsur-unsurnya ke dalam lagu yang akan dibawakan.
Cara membawakannya tetap harus mematuhi partitur asli yang
ditulis sang komponisnya.
Alasan Addie M.S. dan pendiri-pendiri lainnya memilih
format musik pops orchestra antara lain:
1. Format ini memberikan penyesuaian untuk menampilkan
konser yang mudah diterima (acceptable) oleh masyarakat
Indonesia.
2. Format pops orchestra yang sangat beragam dan fleksibel
memberikan kemudahan bagi Twilite Orchestra untuk
menjalankan visinya di Indonesia yang kondisi kehidupan
keseniannya kurang menguntungkan.
3. Memungkinkan Twilite Orchestra untuk memajukan musik
Indonesia dengan upaya pelestarian lagu-lagu perjuangan
maupun lagu daerah di Indonesia.
4. Dapat meningkatkan eksistensi dan penampilan artistik
para artis yang beraliran non-klasik.
5. Diharapkan dapat menumbuhkan minat serta apresiasi
generasi muda terhadap musik.
Twilite Orchestra di Indonesia dan Luar Negeri
Sejak Twilite Orchestra terbentuk, dukungan dan sambutan dari
berbagai pihak terus-menerus mewarnai perjalanan orkestra ini.
Segala dukungan dan sambutan memberikan inspirasi bagi mereka
untuk mengadakan berbagai macam program, baik yang bersifat
komersial maupun program-program khusus untuk sasaran
tertentu. Hal ini diwujudkan dalam rangka mencapai visi
memasyarakatkan musik orkestra dan meningkatkan apresiasi
masyarakat itu sendiri.
Salah satu program yang dibuat oleh Addie M.S. adalah
pembuatan album Simfoni Negeriku yang berisi penggubahan lagu-
lagu nasional Indonesia. Walaupun format musik pops orchestra
bukan merupakan tradisi asli Indonesia, namun Twilite
Orchestra telah membuktikan bahwa mereka mampu menghasilkan
karya-karya yang memiliki identitas bangsa Indonesia dengan
aliran pops orchestra-nya. Lagu “Indonesia Raya” ciptaan W.R.
Supratman adalah salah satu lagu wajib nasional yang terdapat
dalam album ini dengan melewati proses penggubahan. Hasil
penggubahan lagu “Indonesia Raya” diaransemen oleh Jos Cleber
dan dimainkan oleh Victorian Philharmonic Orchestra di bawah
konduktor Addie M.S.. Selain itu ada juga lagu-lagu nasional
lainnya seperti “Berkibarlah Beneraku”, “Bangun Pemudi
Pemuda”, “Indonesia Pusaka”, dan lagu nasional lainnya yang
diaransemen sedemikian rupa sehingga membuat lagu tersebut
semakin “hidup”. Gaya musik yang dibawakan juga dapat membuat
para pendengarnya merasakan semangat patriotisme bangsa
Indonesia.
Gambar 2.1 Album Cover “Simfoni Negeriku”
Upaya dan obsesi terpendam Addie M.S. untuk membangun
apresiasi musik simfonik di generasi muda diwujudkan dengan
mengadakan program-program orkestra bagi kalangan pelajar.
Berdasarkan wawancara yang saya lakukan bersama Addie M.S. via
surat elektronik, program konser Twilite Orchestra yang
ditujukan pada pelajar tersebut merupakan buah pemikiran
mereka sejak tahun 1998. Hal yang melatarbelakangi adalah
keputusasaan mereka dengan bermacam lobi yang dilakukan dengan
pemerintah mengenai pentingnya pembangunan concert hall dan orkes
simfoni pemerintah (dulu Orkes Simfoni Djakarta) namun tidak
membuahkan hasil. Akhirnya mereka sadar bahwa untuk mencapai
hal tersebut memang dibutuhkan pejabat-pejabat yang memahami
arti dan pentingnya kegiatan seni budaya dalam pembangunan
bangsa yang besar. Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka
Twilite Orchestra mengarahkan kegiatannya ke arah generasi
muda. Dari hasil wawancara kami, Addie M.S. mengungkapkan
bahwa:
“Kesimpulan itu mendorong kami untuk mengarahkan kegiatan kami ke arah
generasi muda. Kami banyak hadir di banyak SD di Jakarta mulai tahun 1998.
Tahun 2000 kami mulai berkonser di kampus-kampus di Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya, Palembang, dan lain-lain. Kami juga membuat konser
Musicademia di Istora Senayan hampir setiap tahun dengan dukungan PT.
HM Sampoerna.”
Sebagai pengembangannya, pada konser-konser tahun belakangan
ini Twilite Orchestra melibatkan kaum muda untuk
berpartisipasi melalui media sosial sebagai bentuk upaya dalam
memasyarakatkan konser orkestra simfonik secara sederhana
(casual).
Salah satu program kegiatan Twilite Orchestra yang
melibatkan generasi muda adalah Konser Kita, yaitu program
khusus yang diadakan untuk memperkenalkan musik kepada siswa-
sisiwi SD, pelajar sekolah menengah, dan mahasiswa dengan cara
melakukan konser ke sekolah-sekolah dan kampus. Selain itu ada
juga program Campus Tour, yaitu konser yang dilakukan di
kampus-kampus dan ditampilkan di hadapan civitas academica
universitas tersebut. Dengan bekal pemikiran yang lebih matang
dan dewasa, mereka yang menyaksikan program ini diharapkan
dapat mengembangkan sikap apresiatif dan wawasannya terhadap
musik simfonik di Indonesia.
Di samping program-program yang bersifat eksibitif atau
publikatif, Twilite Orchestra juga menyediakan sebuah wadah
bagi generasi muda yang ingin ikut ambil bagian dalam
memainkan musik simfonik. Twilite Youth Orchestra adalah
sebuah orkes komunitas yang terdiri dari para pelajar SD
hingga mahasiswa. Program edukasional yang dibentuk pada tahun
2004 ini digunakan sebagai media Twilite Orchestra untuk
meningkatkan apresiasi musik orkestra dan simfonik di kalangan
generasi muda.
Gambar 2.2 Penampilan Twilite Youth Orchestra dalam acara Concert
Series tahun 2011
Gambar 2.3 Latihan rutin Twilite Youth Orchestra setiap hari Minggu di
bawah konduktor Eric Awuy
Karya Twilite Orchestra tidak hanya diketahui oleh bangsa
Indonesia saja, tetapi juga oleh bangsa negara lain. Dalam
lingkup internasional, mereka telah terdaftar sebagai anggota
American Symphony Orchestra League sejak tahun 1995. Mereka juga
sering berkolaborasi dengan para artis dan musisi
internasional seperti David Foster, Richard Clayderman, Maxim,
Natalie Cole, dan masih banyak lagi. Bahkan Addie M.S. pernah
diminta untuk ikut membuat orkestrasi dalam rekaman album
Suzanne Ciani, pemusik new age Amerika yang sangat terkemuka,
bertajuk “Dream Suite”.
Pada tanggal 13 April 2007, Twilite Orchestra menggelar
konser di luar negeri yang pertama, yaitu di Malaysia, sebagai
pembukaan acara Fiesta Media Idola 3. Lalu pada tahun 2009,
mereka tampil di Hanoi dan Sydney Opera House sebagai orkes
simfoni Indonesia pertama yang melakukan konser di concert hall
tersebut sejak gedung itu dibangun.
Di tahun 2012 ini, Twilite Orchestra juga melakukan
pertunjukkan orkestra di Classic Building of Slovak National Theater,
“Hviezdoslav Square”, Bratislava, Slovakia, dalam acara “A Touch of
Harmony” pada tanggal 12 Juni. Salah satu performance yang mereka
lakukan adalah mengiringi Pavol Remenár dalam menyanyikan lagu
“Tanah Airku”. Penampilan konser ini digelar oleh KBRI
Bratislava bekerja sama dengan Teater Nasional Slovakia yang
didukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) Indonesia.
Twilite Orchestra dengan Visi Misi Ekonomi Kreatif 2025
Dalam mewujudkan visi dan misi ekonomi kreatif di
Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) telah mengambil langkah untuk “merangkul”
beberapa sektor industri musik untuk terus memajukan karya
seninya, termasuk di dalamnya adalah orkestra simfonik Twilite
Orchestra. Menurut pemaparan Addie M.S., bentuk perhatian
pemerintah yang telah dilakukan terhadap orkestra ini adalah
dengan menggelarkan konser musik di berbagai negara, seperti
Sydney, Bratislava, Hanoi, dan Berlin oleh Kemenparekraf.
Konser ini diadakan untuk memberikan citra Indonesia yang
selain kaya akan seni tradisi juga kaya akan musik simfonik
universal. Hal tersebut, suka atau tidak suka, merupakan salah
satu ukuran modernitas suatu bangsa. Tahun ini, Kemenparekraf
mensponsori seri konser musik “Twilite Orchestra dan Chorus” pertama
di Eropa dalam rangkaian acara penganugerahan HC oleh
Universitas Pertanian Nitra untuk Hatta Rajasa. Konser ini
disaksikan oleh 20 duta besar asing, pengusaha, akademisi,
pemerintahan, dan tentunya masyarakat yang ada di Slovakia.
Harsha E. Joesoef selaku duta besar Indonesia untuk Slovakia
mengatakan dalam kata sambutannya bahwa konser musik klasik
ini digelar dalam rangka mendekatkan hubungan Indonesia dengan
Slovakia dalam bidang pertukaran musisi dan budayawan. Langkah
Kemenparekraf ini juga merupakan sebuah promosi terhadap
orkestra klasik Indonesia di Eropa. Bukan hanya itu saja,
lagu-lagu nasional yang dibawakan oleh penyanyi-penyanyi dari
Indonesia dan Slovakia juga merupakan pencitraan bagi bangsa
Indonesia yang memiliki banyak lagu nasional. Selain di
Bratislava, Kemenparekraf dan Kedutaan Besar Republik
Indonesia juga mensponsori konser Twilite Orchestra di Berlin,
dengan mendapat dukungan dari Teater Nasional Slovakia, Abba
Hotel, dan Turkish Airlines. Hal tersebut membuktikan bahwa
poin kedelapan pada misi ekonomi kreatif dapat dicapai oleh
Kemenparekraf: “Penguatan citra kreatif pada produk/jasa
sebagai upaya pencitraan negara (national branding) Indonesia di
mata dunia internasional”.
Gambar 2.4 Latihan Twilite Orchestra di Classic Building of Slovak
National Theater, “Hviezdoslav Square”, Bratislava, Slovakia.
Visi ekonomi kreatif Indonesia yang berbunyi: “Bangsa
Indonesia yang berkualitas hidup dan bercitra kreatif di mata
dunia” sesuai dengan kondisi Twilite Orchestra saat ini. Di
bawah pimpinan Addie M.S., orkestra yang anggotanya memiliki
kualitas tinggi dalam hal musik tersebut mampu membawa citra
kreatif di mata dunia dengan bantuan dan dukungan dari
Kemenparekraf. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan Addie
M.S., beliau memiliki harapan agar perhatian pemerintah juga
bisa menjangkau dunia musik simfonik di Indonesia:
“Sebenarnya yang saya harapkan bukan hanya perhatian pada Twilite
Orchestra, tetapi pada dunia musik simfonik di Indonesia, dalam bentuk
pembangunan concert hall, seperti halnya di Singapura, Malaysia,
Philipina dan negara-negara lainnya.”
Pernyataan Addie tersebut berkaitan dengan misi ekonomi
kreatif pada poin ketujuh, yaitu: “Penumbuhkembangan kawasan-
kawasan kreatif di wilayah Indonesia yang potensial”. Addie
mengungkapkan bahwa concert hall atau art center lazimnya dibangun
di tengah kota. Concert hall dan art center ini dibangun bukan hanya
untuk memfasilitasi musisi-musisi Indonesia yang akan
melakukan pagelaran, tetapi juga menjadi simbol kota atau
negara yang berbudaya. Saat ini baru ada satu concert hall yang
terdapat di Jakarta, yaitu Aula Simfonia Jakarta yang terletak
di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. Akan tetapi musisi-musisi
yang ada di Indonesia tidak mungkin hanya bergantung pada satu
concert hall saja. Ini berarti Kemenparekraf masih harus berupaya
untuk mengembangkan kawasan-kawasan kreatif dan infrastruktur
bagi dunia musik dalam menciptakan simbol negara yang
berbudaya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia
(Kemenparekraf) ternyata sudah mengambil langkah yang tepat
dalam mewujudkan visi misi ekonomi kreatif di Indonesia.
Melalui konser musik Twilite Orchestra di Eropa yang diadakan
tahun 2012 ini, Kemenparekraf membuktikan bahwa sudah ada
tindakan yang dilakukan untuk membawa pencitraan bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya ke negara lain.
Pembawaan lagu-lagu nasional dalam konser tersebut juga
merupakan sebuah upaya untuk memperkenalkan lagu nasional
Indonesia ke negara lain. Bahkan penyanyi tenor asal Slovakia,
Pavol Remenár, turut menyanyikan lagu “Tanah Air” yang
diiringi oleh Twilite Orchestra di bawah konduktor Addie M.S..
Sayangnya, masih ada hal yang harus dibenahi untuk
mendukung perkembangan musik di Indonesia, khususnya untuk
musik simfonik, yaitu pembangunan concert hall atau art center
sebagai simbol negara yang berbudaya. Saat ini pembangunan
gedung-gedung tersebut masih dianggap kurang, karena diketahui
sampai saat ini hanya ada Aula Simfonia Jakarta yang terdapat
di Jakarta.
Saran
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi ekonomi kreatif di
Indonesia, sebaiknya Kemenparekraf lebih meninjau kembali
dalam penyediaan fasilitas yang mendukung perkembangan sektor
industri musik. Selain itu diharapkan juga agar pemerintah
tidak hanya memperhatikan perkembangan Twilite Orchestra
secara khusus, tetapi juga seluruh dunia musik simfonik yang
ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Perdagangan RI. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015.
Buku 1. Departemen Perdagangan RI, hal. vii-viii, 36-37.
Pangestu, ME. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025:
Rencana Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif Indonesia (2009-2015). Buku
3. Departemen Perdagangan RI, hal. 284-324.
http://www.artikata.com/arti-60077-ensemble.html
http://www.artikata.com/arti-347680-repertoar.html
http://www.artikata.com/arti-351178-simfoni.html
http://rebirthrhyme.blogspot.com/
http://arul.web.id/2011/08/07/twilite-youth-orchestra-concert-
series-2011/
http://www.thejakartapost.com/news/2009/08/14/young-passions-
rise-great-overtures.html
http://web.javajazzfestival.com/2012/artistdetail.php?
action=detail&nid=2092
http://www.pikiran-rakyat.com/node/152210
http://www.twiliteorchestra.org
http://www.antaranews.com/view/?i=1175517120&c=SBH&s=
http://www.youtube.com/watch?v=NITMT6QrKBo
http://www.antaranews.com/berita/316162/aning-daniel-twilite-
orchestra-dan-chorus-dikagumi-di-slowakia
http://www.aulasimfoniajakarta.com