pembangunan dan pembinaan hukum nasional dalam mewujudkan masyarakat sadar dan patuh hukum

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945 mengamanatkan dengan tegas bahwa Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum, tidak berdasarkan kekuasaan belaka, dan pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Penegasan ini mengandung makna bahwa di dalam negara Republik Indonesia, penyelenggaraan negara tidak boleh dan tidak akan dilakukan berdasarkan atas kekuasaan belaka. Hukum harus menjalankan fungsinya, yakni sebagai sarana untuk mendatangkan ketertiban dan kesejahteraan dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya dengan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah; dan sebagai sarana untuk membangun masyarakat Indonesia seluruhnya yang berkeadilan. Dengan menyadari arti pentingnya fungsi hukum bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka pemerintah menyelenggarakan pembangunan dan pembinaan terhadap semua unsur-unsur sistem hukum. Pembangunan hukum pada dasarnya meliputi usaha mengadakan pembaruan pada sifat dan isi dari ketentuan hukum yang berlaku dan usaha-usaha yang diarahkan bagi

Transcript of pembangunan dan pembinaan hukum nasional dalam mewujudkan masyarakat sadar dan patuh hukum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

(UUD NRI) 1945 mengamanatkan dengan tegas bahwa

Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum, tidak

berdasarkan kekuasaan belaka, dan pemerintahan berdasar

atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat

absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Penegasan

ini mengandung makna bahwa di dalam negara Republik

Indonesia, penyelenggaraan negara tidak boleh dan tidak

akan dilakukan berdasarkan atas kekuasaan belaka. Hukum

harus menjalankan fungsinya, yakni sebagai sarana untuk

mendatangkan ketertiban dan kesejahteraan dalam rangka

membangun manusia Indonesia seutuhnya dengan

keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara

kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah; dan sebagai

sarana untuk membangun masyarakat Indonesia seluruhnya

yang berkeadilan.

Dengan menyadari arti pentingnya fungsi hukum

bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

maka pemerintah menyelenggarakan pembangunan dan

pembinaan terhadap semua unsur-unsur sistem hukum.

Pembangunan hukum pada dasarnya meliputi usaha

mengadakan pembaruan pada sifat dan isi dari ketentuan

hukum yang berlaku dan usaha-usaha yang diarahkan bagi

pembentukan hukum baru yang diperlukan dalam

pembangunan masyarakat. (Satjipto Rahardjo di dalam

Abd. G. Hakim Nusantara dan Nasroen Yasabari, Beberapa

Pemikiran Pembangunan Hukum di Indonesia, Bandung :

Alumni, 1980, hlm 1.) Sasaran pembangunan dan pembinaan

hukum selain materi hukum dan lembaga hukum adalah juga

pembinaan terhadap budaya hukum dalam masyarakat.

Kesadaran akan perlunya pembangunan dan pembinaan

hukum dikarenakan berkembangnya pemikiran bahwa hukum

baru akan mulai efektif apabila masyarakat telah

mengetahui, memahami dan melaksanakan aturan hukum

secara konsisten. Bahkan kemajuan suatu negara dilihat

dari kesadaran hukum masyarakatnya. Semakin tinggi

kesadaran hukum penduduk suatu negara, akan semakin

tertib kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Sebaliknya, jika kesadaran hukum penduduk suatu negara

rendah, yang berlaku di sana adalah hukum rimba.

Indonesia adalah negara hukum. Dalam hidup di

lingkungan masyarakat tidak lepas dari aturan-aturan

yang berlaku, baik aturan yang tertulis maupun aturan

yang tidak tertulis. Aturan-aturan tersebut harus

ditaati sepenuhnya. Adanya aturan tersebut adalah agar

tercipta kemakmuran dan keadilan dalam lingkungan

masyarakat. Apabila aturan-aturan tersebut dilanggar,

akan mendapatkan sanksi yang tegas.

POLITIK HUKUM Page 2

Di negara Indonesia masih banyak orang-orang yang

melanggar hukum atau peraturan. Peraturan-peraturan

yang sudah disepakati dan ditulis ternyata masih banyak

yang dilanggar. Hal tersebut tidak hanya di kalangan

pemerintah, masyarakat, tetapi juga menyebar ke

instansi-instansi termasuk lembaga pendidikan atau

sekolah-sekolah.

Kesadaran hukum dengan hukum itu mempunyai kaitan

yang erat sekali. Kesadaran hukum merupakan faktor

dalam penemuan hukum (Lemaire, 1952; 46). Bahkan Krabbe

mengatakan bahwa sumber segala hukum adalah kesadaran

hukum (v. Apeldoorn, 1954: 9). Menurut pendapatnya maka

yang disebut hukum hanyalah yang memenuhi kesadaran

hukum kebanyakan orang, maka undang-undang yang tidak

sesuai dengan kesadaran hukum kebanyakan orang akan

kehilangan kekuatan mengikat.

Dalam hal ini, pembangunan dan pembinaan hukum

tidak hanya dilakasanakan pemerintah, namun harus ada

timbal balik dari masyarakat berupa kesadaran dan

kepatuhan terhadap hukum yang dibuat pemerintah. Atas

dasar itu, makalah ini mencoba mengkajia peran

pembangunan dan pembinaan hukum dalam mewujudkan

masyarakat yang sadar dan patuh terhadap hukum.

B. Rumusan Masalah

POLITIK HUKUM Page 3

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut.

1.Bagaimana pembangunan Hukum dalam Propenas?

2.Apa saja sektor-sektor Pembangunan Hukum?

3.Bagaimana pembinaan kesadaran dan kepatuhan hokum?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini diantaranya:

1. Untuk mengetahui pembangunan hukum dalam Propenas

2. Untuk mengetahuisektor-sektor Pembangunan Hukum

3. Untuk mengetahui pembinaan kesadaran dan

kepatuhan hukum?

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini diantaranya:

1. Dapat mengetahui pembangunan hukum dalam

Propenas

2. Dapat mengetahui sektor-sektor Pembangunan Hukum

3. Dapat mengetahui pembinaan kesadaran dan

kepatuhan hukum

E. Sistematika Penulisan

1. Lembar Judul

2. Kata Pengantar

3. Daftar Isi

POLITIK HUKUM Page 4

4. Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan, manfaat serta

sistematika penulisan makalah

5. Bab II Kajian Teori, berisi teori-teori yang

berkaitan dengan hal yang akan dibahas dalam

makalah ini

6. Bab III Permasalahan/Kasus, berisi masalah yang

berkaitan dengan pembahasan

7. Bab IV Analisis dan Pembahasan, berisi analisa

dan pembahasan terhadap permasalahan/kasus yang

diangkat.

8. Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.

9. Daftar Pustaka

POLITIK HUKUM Page 5

BAB I1

KAJIAN TEORI

A. PEMBANGUNAN HUKUM 

1. Pengertin Pembangunan Hukum

Pembangunan hukum berarti membangun suatu tata

hukum, beserta perangkat yang berkaitan dengan tegaknya

kehidupan tata hukum tersebut. Suatu tata hukum berarti

seperangkat hukum tertulis (pada umumnya) yang

dilengkapi dengan hukum tidak tertulis sehingga

membentuk suatu sistem hukum yang bulat dan berlaku

pada suatu tempat tertentu.

Pembanguan hukum nasional pada dasarnya merupakan

upaya untuk membangun suatu tatanan hukum nasional yang

berlandaskan kepada jiwa dan kepribadian bangsa. Dalam

konkritisasinya pembangunan hukum nasional itu berarti

pembentukan kaidah-kaidah hukum baru untuk mengatur

berbagai bidang kehidupan masyarakat. Pembangunan hukum

diarahkan untuk memenuhi kebutuhan hukum masyarakat

kita yang sedang membangun, mengarah dan mengantisipasi

perubahan sosial, dan mewujudkan cita-cita masyarakat

adil dan makmur.

B. PEMBINAAN KESADARAN DAN KEPATUHAN HUKUM

1. Pengertian

a. Pengertian pembinaan

POLITIK HUKUM Page 6

1) Menurut arti kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) pembianaan berasal dari “bina” atau “membina”

(kata kerja) berarti membangun, mendirikan;

mengusahakan supaya lebih baik (maju, sempurna dan

sebagainya). “Bina” (kata benda) antara lain berarti

akumulasi dan akselerasi secara bertahap dalam

tempo, intensitas. Pembina berarti orang yang

membina, alat untuk membina, membangun. Pembinaan

berarti proses, perbuatan, cara membina (negara dan

sebagainya); pembaharuan, penyempurnaan, usaha,

tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya

guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang

lebih baik.

2) Pembianaan hukum berarti pembinaan secara berencana

dan terarah untuk lebih menyempurnakan tata hukum

yang ada.

b. Pengertian kesadaran

1) Menurut Suharso dan Retnoningsih (2005: 366),

“Kesadaran adalah keinsafan; keadaan mengerti; hal

yang dirasakan atau dialami oleh seseorang“.

2) Selain itu menurut Nias   (http://niasonline.net/),

menyatakan bahwa dalam psikologi “kesadaran

didefinisikan sebagai tingkat kesiagaan individu

pada saat ini terhadap rangsangan eksternal dan

internal, artinya terhadap persitiwa-peristiwa

lingkungan dan suasana tubuh, memori dan pikiran”.

POLITIK HUKUM Page 7

c. Pengertian kepatuhan

1) Menurut tata kelola perusahaan, kepatuhan berarti

mengikuti suatu spesifikasi, standar, atau hukum

yang telah diatur dengan jelas yang biasanya

diterbitan oleh atau organisasi yang berwenang dalam

suatu bidang tertentu.

2) Menurut (Tim Penyususn Kamus Pusat Bahasa, 2002)

Kepatuhan adalah suka menurut, taat pada perintah,

aturan. Jadi kepatuhan berarti sifat patuh,

ketaatan.

d. Pengertian hukum

1) Menurut Suharso dan Retnoningsih (2005: 171),

menyatakan bahwa: “Hukum adalah peraturan yang di

buat oleh suatu kekuasaan atau adat yang dianggap

berlaku oleh dan untuk orang banyak; undang-undang,

ketentuan, kaedah, patokan; keputusan hakim.”

2) Hukum menurut Simorangkir dan Sastropranoto dalam

Kansil (1989: 38), hukum adalah peratuaran-peraturan

yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku

manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh

badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana

terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan

diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu.

3) Hukum menurut Amin dalam Kansil (1989: 38), hukum

merupakan kumpulan-kumpulan peraturan-peraturan yang

terdiri dari norma dan saksi-saksi.

POLITIK HUKUM Page 8

e. Pengertian kesadaran hukum

1) Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada

setiap manusia tentang apa hukum itu atau apa

seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari

hidup kejiwaan kita dengan mana kita membedakan

antara hukum dan tidak hukum (onrecht), antara yang

seyogyanya dilakukan dan tidak seyogyanya dilakukan

(Scholten, 1954: 166).

2) Menurut kamus Bahasa Indonesia. Kesadaran hukum

adalah pengetahuan bahawa prilaku tertentu diatur

oleh hukum sehingga ada kecendrungan untuk mematuhi

peraturan.

3) Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada

setiap manusia tentang apa hukum itu atau apa

seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari

hidup kejiwaan kita dengan mana kita membedakan

antara hukum dan tidak hukum (onrecht).

4) Menurut Suharso dan Retnoningsih, (1993: 765),

kesadaran hukum adalah:

a) Nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia

mengenai hukum yang ada.

b) Pengetahuan bahwa suatu perilaku tertentu diatur

oleh hukum.

5) Menurut Abdurrahman dalam Nurhidayat (2006 : 8),

menyatakan bahwa kesadaran hukum itu adalah tidak

lain dari pada suatu kesadaran yang ada dalam

POLITIK HUKUM Page 9

kehidupan manusia untuk selalu patuh dan taat pada

hukum.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran

Hukum dalam Masyarakat

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran

hukum. Menurut Soekanto dalam Nurhidayat, (2006: 9-11),

dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

a. Pengetahuan tentang kesadaran hukum Secara umum,

perturan-peraturan yang telah sah, maka dengan

sendirinya peraturan-peraturan tadi akan tersebar

luas dan diketahui umum. Tetapi sering kali terjadi

suatu golongan tertentu di dalam mayarakat tidak

mengetahui atau kurang mengetahui tentang ketentuan-

ketentuan hukum yang khusus bagi mereka.

b. Pengakuan terhadap ketentuan-ketentuan hukum,

Pengakuan masyarakat terhadap ketentuan-ketentuan

hukum, berati bahwa masyarakat mengetahui isi dan

kegunaan dari norma-norma hukum tertentu. Artinya

ada suatu derajat pemahaman yang tertentu terhadap

ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Namun hal

ini belum merupakan jaminan bahwa warga masyarakat

yang mengakui ketentuan-ketentuan hukum tertentu

dengan sendirinya mematuhinya, tetapi juga perlu

diakui bahwa orang-orang yang memahami suatu

ketentuan hukum adakalanya cenderung untuk

mematuhinya.

POLITIK HUKUM Page 10

c. Penghargaan terhadap ketentuan-ketentuan hukum,

Penghargaan atau sikap tehadap ketentuan-ketentuan

hukum, yaitu sampai sejauh manakah suatu tindakan

atau perbuatan yang dilarang hukum diterima oleh

sebagian besar warga masyarakat. Juga reaksi

masyarakat yang didasarkan pada sistem nilai-nilai

yang berlaku. Masyarakat mungkin menentang atau

mungkin mematuhi hukum, karena kepentingan mereka

terjamin pemenuhannya.

d. Pentaatan atau kepatuhan terhadap ketentuan-

ketentuan hukum, Salah satu tugas hukum yang penting

adalah mengatur kepentingan-kepentingan para warga

masyarakat. Kepentingan para warga masyarakat

tersebut lazimnya bersumber pada nilai-nilai yang

berlaku, yaitu anggapan tentang apa yang baik dan

apa yang harus dihindari.

e. Ketaatan masyarakat terhadap hukum, dengan demikian

sedikit banyak tergantung apakah kepentingan-

kepentingan warga masyarakat dalam bidang-bidang

tertentu dapat ditampung oleh ketentuan-ketentuan

hukum. Ada juga suatu anggapan bahwa kepatuhan hukum

disebabkan karena adanya rasa takut pada sanksi,

karena ingin memelihara hubungan baik dengan rekan-

rekan sekelompok atau pimpinan karena kepentingannya

terlindung, karena cocok dengan nilai-nilai yang

dianutnya.

POLITIK HUKUM Page 11

POLITIK HUKUM Page 12

BAB III

PERMASALAHAN

Beberapa Masalah Teknis Pembangunan Hukum

Berbica tentang pembangunan hukum tidak dapat

terlepas dari masalah teknis yang harus kita

kembangkan. Beberapa malah teknis antara lain:

1. Di bidang pembentukan hukum misalnya:

a. Pembangunan Hukum yang baik ialah yang berencana

dan tidak tergantung semata-mata pada selera

sesaat. Dalam hal ini kita berhadapan dengan

masalah program legislatif nasional yang

seyogianya jelas setiap lima tahunnya;

b. Pembentukan hukum harus baku dan jelas proses

atau prosedur yang harus di tempuh, dan dalam hal

ini kita berhadapan dengan masalah proses

legislatif nasional;

c. Rumusan hukum merupakan satu naskah tentu yang

baku pula bentuk dan susunannya dan dalam hal ini

kita berhadapan dengan masalah teknis perundang-

undangan dan bahsa hukum.

d. Jumlah produk hukum yang dapat di hasilkan oleh

lembaga pembentuk hukum menetukan pula laju

pembangunan hukum dan dalam hal ini kita

berhadapan dengan masalah beban legislatif

nasional.

POLITIK HUKUM Page 13

e. Merumuskan dalam hukum satu masalah memerlukan

“pengorganisasian” atau “pengadministrasian” yang

baik. Biasanya tergantung pada macam atau jenis

hukum, apakah mengatur pokok-pokok sehingga harus

luwes atau mengatur pelaksanaan yang terperinci.

Menggabungkan kedua hal dalam satu pengaturan

mengakibatkan hukum cepat usang atau menghambat

perkembangan sehingga perlu deregulasi, atau

menumbuhkan satu birokrasi yang negatif.

f. Sesuai dengan yang talah di uraikan bahwa hukum

harus sesuai dengan pandangan hidup bangsa dan

aspirasi masyarakat, maka perlu pembakuan tentang

lembaga penampung aspirasi rakyat seperti

misalnya lembaga dengan pendapat umum.

2. Di bidang penegakan hukum masalah teknis yang

terutama harus dikembangkan ialah antara lain,

misalnya yurisprudensi, kebijaknaan pelaksanaan

hukum, pembinaan lembaga-lembaga penegakan hukum dan

pejabatnya, pendapat sarjana sebagai hukum tidak

tertulis dan sebagainya.

3. Di bidang pelayanan hukum yang terutama ialah

penanaman jiwa pengabdian sehingga tidak menumbuhkan

ketertiban hukum biaya tinggi. Ringkasnya suatu

perinsip pelayanan masyarakat yang baik yang harus

kita kembangkan

POLITIK HUKUM Page 14

4. Di bidang pengembangan hukum menyangkut masalah

tujuan hasil dan struktur pendidikan hukum mulai

yang formal dilingkungan pendidikan jabatan.

5. Dalam bidang antar tata hukum, yang terutama masalah

persetujuan rakyat atau ratifikasi

Kesadaran Hukum Masyarakat Dewasa Ini

Akhir-akhir ini banyak terjadi pelanggaran-

pelanggaran hukum. Kalau kita mengikuti berita-

berita dalam surat kabar-surat kabar, maka boleh

dikatakan tidak ada satu hari lewat di mana tidak

dimuat berita tentang terjadinya pelanggaran-

pelanggaran hukum, baik yang berupa pelanggaran-

pelanggaran, kejahatan-kejahatan, maupun yang

berupa perbuatan melawan hukum, ingkar janji atau

penyalah gunaan hak. Berita-beria tenang penipuan,

penjambretan penodongan pembunuhan, tabrak lari dan

sebagainya setiap hari dapat kita baca di dalam

surat kabar-surat kabar. Yang menyedihkan ialah

bahwa tidak sedikit dari orang-orang yang tahu

hukum melakukannya, baik ia petugas penegak hukum

atau bukan.

Di samping pelanggaran-pelanggaran peraturan

hukum terjadi banyak penyalahgunaan hak atau

wewenang. Menggunakan haknya secara berlebihan

sehingga merugikan orang lain berarti

menyalahgunaan hak. Komersialisasi jabatan misalnya

POLITIK HUKUM Page 15

pada hakekatnya merupakan penyalahgunaan hak.

Penyalahgunaan hak banyak dilakukan oleh golongan

tertentu atau pejabat-pejabat yang merasa boleh

berbuat dan dimungkinkan dapat berbuat semaunya

sendiri karena kedudukan atau jabatannya.

Dari segi pelaksanaan hukum (law enforcement)

dapat dikatakan tidak ada ketegasan sikap dalam

menghadapi pelanggaran-pelanggaran hukum. Banyak

pelanggaran-pelanggaran hukum yang tidak diusut.

Tidak sedikit pengaduan-pengaduan dan laporan-

laporan dari masyarakat tentang terjadinya

pelanggaran-pelanggaran atau kejahatan kepada yang

berwajib tidak ditanggapi atau dilayani. Banyak

pegawai pengusut yang tidak wewenang mendeponir

perkara membiarkan perkara tidak diusut, sedangkan

perkara perdata yang bukan wewenangnya diurusinya.

Peristiwa-peristiwa tersebut di atas hampir setiap

hari kita baca di dalam surat kabar. Boleh

dikatakan tidak ada berita di dalam surat kabar

mengenai suatu daerah yang keadaannya serba teratur

tidak ada pelanggaran, tidak ada kejahatan dan

tidak pula ada sengketa.

Ditinjau dari segi jurnalistik memang

sensasilah yang dicari dalam pemberitaan, karena

sensasi menarik perhatian para pembaca dan berita

tentang pelanggaran dan peradilan selalu menarik

POLITIK HUKUM Page 16

perhatian. Ditinjau dari segi hukum, maka makin

banyaknya pemberitaan tentang pelanggaran hukum,

kejahatan atau kebatilan berarti kesadaran akan

makin banyak terjadinya ”onrecht”. Dengan makin

banyaknya pelanggaran hukum makin berkurangnya

toleransi dan sikap berhati-hati di dalam

masyarakat, penyalahgunaan hak dan sebagainya

dapatlah dikatakan bahwa kesadaran hukum masyarakat

dewasa ini menurun, yang mau tidak mau

mengakibatkan merosotnya kewibawaan pemerintah

juga. Menurunnya kesadaran hukum dalam hal ini

berarti belum cukup tinggi. Kesadaran hukum yang

rendah cenderung pada pelanggaran hukum, sedangkan

makin tinggi kesadaran hukum seseorang makin tinggi

ketaatan hukumnya. Untuk dapat mengambil langkah-

langkah guna mengatasi menurunnya kesadaran hukum

masyarakat, perlu kiranya diketahui apakah kiranya

yang dapat menjadi sebab-sebabnya.

Menurunnya kesadaran hukum masyarakat itu

merupakan gejala perubahan di dalam masyarakat:

perubahan sosial. Salah satu sebab perubahan sosial

menurut Arnold M Rose adalah kontak atau konflik

antar kebudayaan. Besarnya arus pariwisatawan yang

mengalir ke Indonesia tidak sedikit pengaruhnya

dalam merangsang perubahan-perubahan sosial.

Pengaruh film terutama film luar negeri serta

POLITIK HUKUM Page 17

televisi, majalah atau bacaan-bacaan lainnya dengan

adegan-adegan atau ceritera- ceritera yang sadistis

tidak berperikemanusiaan atau asusila mempunyai

peran penting dalam membantu menurunkan kesadaran

hukum masyarakat.

Kurang tegas dan konsekuensinya para petugas

penegak hukum terutama polisi, jaksa dan hakim

dalam menghadapi pelanggaran-pelanggaran hukum pada

umumnya merupakan peluang terjadinya pelanggaran-

pelanggaran atau kejahatan-kejahatan. Tidak adanya

atau kurangnya pengawasan pada petugas penegak

hukum merupakan perangsang menurunnya kesadaran

hukum masyarakat. Mengingat bahwa hukum adalah

perlindungan kepentingan manusia, maka menurunnya

kesadaran hukum masyarakat disebabkan karena orang

tidak melihat atau menyadari lagi bahwa hukum

melindungi kepentingannya. Soerjono Soekanto

menambahkan bahwa menurunnya kesadaran hukum

masyarakat disebabkan juga karena para pejabat

kurang menyadari akan kewajibannya untuk memelihara

hukum dan kurangnya pengertian akan tujuannya serta

fungsinya dalam pembangunan.

Menurut Soerjono Soekanto, indikator-

indikator dari kesadaran hukum sebenarnya merupakan

petunjuk yang relatif kongkrit tentang taraf

POLITIK HUKUM Page 18

kesadaran hukum. Dijelaskan lagi secara singkat

bahwa :

1. indikator pertama adalah pengetahuan hukum

Seseorang mengetahui bahwa perilaku-perilaku

tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum

yang dimaksud disini adalah hukum tertulis maupun hukum

yang tidak tertulis. Perilaku tersebut menyangkut

perilaku yang dilarang oleh hukum maupun perilaku yang

diperbolehkan oleh hukum.

2. Indikator kedua adalah pemahaman hukum

Seseorang warga masyarakat mempunyai pengetahuan

dan pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu, misalnya

adanya pengetahuan dan pemahaman yang benar dari

masyarakat tentang hakikat dan arti pentingnya UU No. 1

Tahun 1974 tentang perkawinan.

3. Indikator yang ketiga adalah sikap hukum

Seseorang mempunyai kecenderungan untuk

mengadakan penilaian tertentu terhadap hukum.

4. Indikator yang keempat adalah perilaku hukum, yaitu

dimana seseorang atau dalam suatu masyarakat

warganya mematuhi peraturan yang berlaku.

Keempat indikator tadi sekaligus menunjukkan

tingkatan-tingkatan pada kesadaran hukum tertentu di

dalam perwujudan nya. Apabila seseorang mengetahui

hukum. maka bisa dikatakan bahwa tingkat kesadarahn

hukum nya masih rendah. Tetapi jikalau seseorang atau

POLITIK HUKUM Page 19

suatu masyarakat telah berperilaku sesuai hukum, maka

tingkat kesadaran hukum nya telah tinggi.

POLITIK HUKUM Page 20

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembangunan Hukum dalam Propenas

Selama kurun waktu berlakunya Undang-undang (UU)

Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan

Nasional (PROPENAS) 2000-2004, pelaksanaan Agenda

Pembangunan Kedua yaitu mewujudkan supremasi hukum dan

pemerintahan yang baik dilaksanakan melalui 4 (empat)

program Pembangunan Bidang Hukum, yaitu Program

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; Program

Pemberdayaan Lembaga Peradilan dan Lembaga Penegak

Hukum Lainnya; Program Penuntasan Kasus Korupsi, Kolusi

dan Nepotisme serta Pelanggaran Hak Asasi Manusia; dan

Program Peningkatan Kesadaran Hukum dan Pengembangan

Budaya Hukum; dan Sub Bidang Penyelenggara Negara yang

tertuang dalam Bab Pembangunan Politik dan akan

menguraikan secara mendalam langkah-langkah mewujudkan

pemerintahan yang baik selama kurun waktu pelaksanaan

PROPENAS.

Beberapa hasil yang cukup memberikan harapan

untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap

hukum dan sebagai penjabaran dari pelaksanaan program-

program dalam PROPENAS, TAP MPR dan Program Kerja

Kabinet Gotong Royong adalah pembinaan satu atap 4

(empat) lingkungan peradilan yaitu Lingkungan Peradilan

POLITIK HUKUM Page 21

Umum, Agama, Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara,

yang kewenangan administrasi, keuangan, kepegawaian dan

organisasi yang semula dilakukan oleh Departemen

Kehakiman dan HAM beralih kepada Mahkamah Agung dan

telah mulai ditindaklanjuti dengan perubahan berbagai

undang-undang terkait dan penyerahan secara formal oleh

Menteri Kehakiman dan HAM kepada Mahkamah Agung.

1. Program-Program pembangunan

a. Program Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

1) Tujuan, Sasaran, dan Arah Kebijakan

Sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 25 Tahun

2000 tentang PROPENAS, Program Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan bertujuan untuk mendukung upaya-

upaya dalam rangka mewujudkan supremasi hukum terutama

penyempurnaan terhadap peraturan perundang-undangan

warisan kolonial dan hukum nasional yang sudah tidak

sesuai dengan perkembangan masyarakat. Adapun sasaran

program ini adalah terciptanya harmonisasi peraturan

perundang-undangan yang sesuai dengan aspirasi

masyarakat dan kebutuhan pembangunan. Sedangkan arah

kebijakan pembentukan peraturan perundang-undangan

sesuai dengan TAP MPR Nomor IV/MPR/1999 adalah (1)

Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan

terpadu dengan mengakui dan menghormati hukum agama dan

hukum adat serta memperbarui perundang-undangan warisan

kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif,

POLITIK HUKUM Page 22

termasuk ketidakadilan gender dan ketidaksesuaiannya

dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi;

(2) Melanjutkan ratifikasi konvensi internasional,

terutama yang berkaitan dengan hak asasi manusia sesuai

dengan kebutuhan dan kepentingan bangsa dalam bentuk

undang-undang; (3) Mengembangkan peraturan perundang-

undangan yang mendukung kegiatan perekonomian dalam

menghadapi era perdagangan bebas tanpa merugikan

kepentingan nasional.

2) Program Pemberdayaan Lembaga Peradilan dan

Lembaga Penegak Hukum Lainnya

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kembali

kepercayaan masyarakat terhadap peran dan citra lembaga

peradilan dan lembaga penegak hukum lainnya seperti

Kejaksaan, Kepolisian dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil

(PPNS) sebagai bagian dari upaya mewujudkan supremasi

hukum dengan dukungan hakim dan aparat penegak hukum

lainnya yang profesional, berintegritas, dan bermoral

tinggi. Adapun sasaran program ini adalah terciptanya

lembaga peradilan dan lembaga penegak hukum lainnya

yang mandiri, bebas dan pengaruh penguasa maupun pihak

lain, dengan tetap mempertahakan prinsip cepat,

sederhana dan biaya ringan. Sedangkan arah kebijakan

ditujukan dalam rangka penegakan hukum secara konsisten

untuk lebih menjamin kepastian hukum, keadilan dan

kebenaran, supremasi hukum, serta penghargaan terhadap

POLITIK HUKUM Page 23

hak asasi manusia; serta untuk mewujudkan lembaga

peradilan yang mandiri dan bebas dari pengaruh pihak

manapun juga melalui aparat penegak hukum yang

mempunyai integritas moral dan profesionalisme yang

lebih baik.

3) Program Penuntasan Kasus Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme, serta Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Program ini bertujuan untuk memulihkan kembali

kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum dan hak

asasi manusia di Indonesia. Adapun sasaran program ini

adalah terselesaikannya berbagai kasus KKN dan

pelanggaran terhadap HAM yang belum terselesaikan

secara hukum. Sedangkan arah kebijakan pada program ini

adalah merupakan upaya untuk melaksanakan arah

kebijakan pembangunan hukum yang lebih menjamin

kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, supremasi

hukum serta menghargai hak asasi manusia. Disamping itu

program ini juga bertujuan untuk menyelenggarakan

proses peradilan pada kasus KKN dan menyelesaikan

berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran hukum

dan hak asasi manusia yang belum ditangani secara

cepat, adil dan tuntas.

4) Program Peningkatan Kesadaran Hukum dan

Pengembangan Budaya Hukum

Program Peningkatan Kesadaran Hukum dan

Pengembangan Budaya Hukum bertujuan untuk meningkatkan

POLITIK HUKUM Page 24

kesadaran dan kepatuhan hukum baik masyarakat maupun

aparat penyelenggara negara secara keseluruhan dan

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap peran dan

fungsi aparat penegak hukum, serta diharapkan akan

menciptakan budaya hukum di semua lapisan masyarakat.

Adapun sasaran program ini adalah meningkatnya jumlah

masyarakat dan aparat penyelenggara negara yang sadar

terhadap hak dan kewajibannya serta semakin

meningkatnya partisipasi masyarakat dalam berbagai

proses perumusan kebijakan pembangunan. Sedangkan arah

kebijakan peningkatan Kesadaran Hukum dan Pengembangan

Budaya Hukum adalah (1) mengembangkan budaya hukum di

semua lapisan masyarakat untuk terciptanya kesadaran

dan kepatuhan hukum dalam kerangka supremasi hukum dan

tegaknya negara hukum; dan (2) meningkatkan pemahaman

dan penyadaran, serta meningkatkan perlindungan,

penghormatan, dan penegakan HAM dalam seluruh aspek

kehidupan.

B. SEKTOR PEMBANGUNAN HUKUM NASONAL

Ruang lingkup pembangunan hukum nasional dapat

dilihat dari berbagai aspek/sudut. Apabila dilihat dari

ruang lingkup hukum nasional sebagaimana dikemukakan di

atas, maka pembangunan ruang lingkup sistem hukum

nasional dapat mencakup pembangunan ”substansial”

(substansi hukum/legal substance), pembangunan

POLITIK HUKUM Page 25

”struktural” (stuktur hukum/legal structure), dan

pembangunan ”kultural” (budaya hukum/legal culture).

Kalau dilihat sebagai ”program pembangunan”, maka ruang

lingkupnya bisa disebut dengan berbagai program yang

terkait dengan bidang hukum.

Dalam Lokakarya Bangkumnas Repelita VI (1994-

1999), ketiga bidang/ ruang lingkup pembangunan SHN

pernah dirinci sebagai berikut :

1. Pembangunan ”perangkat hukum nasional” (maksudnya

bidang substansi hukum) terdiri dari 14 sektor : (1)

sektor HTN dan HAN; (2) sektor Hukum Tata Ruang; (3)

sektor Hukum Bahari (Laut); (4) sektor Hukum

Dirgantara; (5) sektor Hukum Kependudukan; (6)

sektor Hukum Lingkungan; (7) sektor Hukum Kesehatan;

(8) Hukum Kesejahteraan Sosial; (9) sektor Hukum

Teknologi dan Informatika; (10) sektor Hukum

Keluarga dan Waris; (11) sektor Hukum Ekonomi; (12)

sektor Hukum Pidana; (13) sektor Hukum Militer dan

Bela Negara; dan (14) sektor Hukum Transnasional.

2. Pembangunan ”tatanan hukum nasional” (maksudnya

bidang struktur hukum, pen.) terdiri dari 5 sektor :

(1) Sektor kelembagaan, administrasi dan manajemen

lembaga-lembaga hukum; (2) Sektor mekanisme, proses

dan prosedur; (3) sektor peningkatan koordinasi dan

kerjasama nasional; (4) sektor peningkatan kerjasama

POLITIK HUKUM Page 26

regional & internasional; dan (5) sektor

pengembangan sarana & prasarana pendukung

pembangunan hukum.

3. Pembangunan ”budaya hukum nasional” terdiri dari 5

sektor : (1) Pembinaan Filsafat Hukum dan Ilmu Hukum

Nasional; (2) Pembinaan Kesadaran hukum & perilaku

taat hukum; (3) Pengembangan/pembinaan perpustakaan,

penerbitan dan informatika hukum; (4) Pengembangan

dan pembinaan profesi hukum; (5) Pengembangan dan

pembinaan pendidikan hukum.

C. Tingkat Kesadaran Hukum Masyarakat

Tingkat Kesadaran Hukum. Menurut  Soekanto dalam

Nurhidayat (2006: 11-12), indikator-indikator dari

kesadaran hukum sebenarnya merupakan petunjuk yang

relatif kongkrit tentang taraf kesadaran hukum.

Dijelaskan lagi secara singkat bahwa :

1. Indikator pertama adalah pengetahuan hukum Seseorang

mengetahui bahwa perilaku-perilaku tertentu itu

telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum yang

dimaksud disini adalah hukum tertulis maupun hukum

yang tidak tertulis. Perilaku tersebut menyangkut

perilaku yang dilarang oleh hukum maupun perilaku

yang diperbolehkan oleh hukum.

2. Indikator kedua adalah pemahaman hukum Seseorang

pelajar mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai

aturan-aturan tertentu, misalnya adanya pengetahuan

POLITIK HUKUM Page 27

dan pemahaman yang benar dari pelajar tentang

hakikat dan arti pentingnya peraturan disekolah.

3. Indikator yang ketiga adalah sikap hukum Seseorang

mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian

tertentu terhadap hukum.

4. Indikator yang keempat adalah perilaku hukum, yaitu

dimana seseorang atau pelajar mematuhi peraturan

yang berlaku.

Keempat indikator tadi sekaligus menunjukkan pada

tingkat-tingkatan kesadaran hukum tertentu di dalam

perwujudannya. Apabila seseorang hanya mengetahui

hukum, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesadaran

hukumnya masih rendah, tetapi kalau seseorang dalam

suatu masyarakat telah berperilaku sesuai dengan hukum,

maka kesadaran hukumnya tinggi.

Sering kali diungkapkan bahwa kesadara hukum

rakyat adalah rendah sehingga diperlukan penyuluhan

hukum dari pola kadarkum sampai posdikum. Namun asumsi

ini menurut kami tidak sepenuhnya tepat, karena bangsa

yang sudah sadar bernegara sesuai dengan teori Rosseau,

kadang kesadaran hukumya cukup tinggi karena ia

mengorganisir perasaan hukumnya yaitu ukuran tentang

baik dan buruk yang perlu dihukumnya kedalam suatu

kesadaran hukum yang berpuncak pada keadaan bernegara

status sivil dengan civil right.

POLITIK HUKUM Page 28

Dengan demikian dapat kita pahami manfaat

penyuluhan hukum, penerangan hukum maupun kegiatan

pendidikan hukum nonformal lainnya. Didalam praktek

pembinaan kesadaraan hukum sebenarnya bermuara dalam

dua jalur yaitu:

a. Pembinaan kesadaran hukum berupa pembinaan etika

profesional bagi mereka yang tergabung didalam

organisasi profesi hukum.

b. Pembinaan kesadaran hukum dalam arti pemberian

pengetahuan hukum tertulis pada masyarakat luas.

Hukum asar kita menegaskan bahwa pembinaan

tersebut haruslah bersemangat asas kekeluargaan atau

integralitik indonesia dan bukan asas perseorangan atau

individualistik. Juga masalah kesadaran hukum ini masih

memerlukan pengkajian lebih lanjut, baik bentuk, isi

maupun pengembangannya dimasyarakat luas.

POLITIK HUKUM Page 29

POLITIK HUKUM Page 30

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pembanguan hukum nasional pada dasarnya merupakan

upaya untuk membangun suatu tatanan hukum

nasional yang berlandaskan kepada jiwa dan

kepribadian bangsa.

2. Pembangunan hukum nasional itu berarti

pembentukan kaidah-kaidah hukum baru untuk

mengatur berbagai bidang kehidupan masyarakat.

3. Pembangunan hukum diarahkan untuk memenuhi

kebutuhan hukum masyarakat kita yang sedang

membangun, mengarah dan mengantisipasi perubahan

sosial, dan mewujudkan cita-cita masyarakatadil

dan makmur

4. Pembangunan nasional, pembangunan hukum mempunyai

hubungan kait mengait dan interdependensi dengan

perbagai sektor pembangunan lainnya seperti

ekonomi, politik, budaya dan pertahanan keamanan.

Dengan demikian pembangunan hukum bukanlah sebuah

proses yang otonom, melainkan sebuah proses yang

heteronom. Artinya pembangunan hukum tidak bisa

dilepaskan dari sektor-sektor pembangunan

lainnya. Hubungan yang diharapkan antar berbagai

sektor pembangunan adalah hubungan yang saling

POLITIK HUKUM Page 31

menunjang dan saling menopang untuk kemajuan

masing-masing, tapi masih tetap berada dalam alur

pencapaian tujuan bersama.

5. Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada

setiap manusia tentang apa hukum itu atau apa

seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu

dari hidup kejiwaan kita dengan mana kita

membedakan antara hukum dan tidak hukum

(onrecht), antara yang seyogyanya dilakukan dan

tidak seyogyanya dilakukan

6. Ketaatan masyarakat terhadap hukum, dengan

demikian sedikit banyak tergantung apakah

kepentingan-kepentingan warga masyarakat dalam

bidang-bidang tertentu dapat ditampung oleh

ketentuan-ketentuan hukum.

B. Saran

1. Perlu berpijak pada upaya mengawal ketat, nilai-

nilai politik hukum nasional indonesia, agar

tidak bergeser dari pedoman dasar dan berpijak

pada kesadaran hukum, kesadaran batin dan nilai-

nilai moral masyarakat dan bangsa indonesia.

2. Perlu peningkatan pengkajian nilai-nilai hukum

agama guna pembangunan hukum nasional.

POLITIK HUKUM Page 32