pembangunan dan pembinaan hukum nasional dalam mewujudkan masyarakat sadar dan patuh hukum
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of pembangunan dan pembinaan hukum nasional dalam mewujudkan masyarakat sadar dan patuh hukum
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
(UUD NRI) 1945 mengamanatkan dengan tegas bahwa
Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum, tidak
berdasarkan kekuasaan belaka, dan pemerintahan berdasar
atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Penegasan
ini mengandung makna bahwa di dalam negara Republik
Indonesia, penyelenggaraan negara tidak boleh dan tidak
akan dilakukan berdasarkan atas kekuasaan belaka. Hukum
harus menjalankan fungsinya, yakni sebagai sarana untuk
mendatangkan ketertiban dan kesejahteraan dalam rangka
membangun manusia Indonesia seutuhnya dengan
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara
kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah; dan sebagai
sarana untuk membangun masyarakat Indonesia seluruhnya
yang berkeadilan.
Dengan menyadari arti pentingnya fungsi hukum
bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
maka pemerintah menyelenggarakan pembangunan dan
pembinaan terhadap semua unsur-unsur sistem hukum.
Pembangunan hukum pada dasarnya meliputi usaha
mengadakan pembaruan pada sifat dan isi dari ketentuan
hukum yang berlaku dan usaha-usaha yang diarahkan bagi
pembentukan hukum baru yang diperlukan dalam
pembangunan masyarakat. (Satjipto Rahardjo di dalam
Abd. G. Hakim Nusantara dan Nasroen Yasabari, Beberapa
Pemikiran Pembangunan Hukum di Indonesia, Bandung :
Alumni, 1980, hlm 1.) Sasaran pembangunan dan pembinaan
hukum selain materi hukum dan lembaga hukum adalah juga
pembinaan terhadap budaya hukum dalam masyarakat.
Kesadaran akan perlunya pembangunan dan pembinaan
hukum dikarenakan berkembangnya pemikiran bahwa hukum
baru akan mulai efektif apabila masyarakat telah
mengetahui, memahami dan melaksanakan aturan hukum
secara konsisten. Bahkan kemajuan suatu negara dilihat
dari kesadaran hukum masyarakatnya. Semakin tinggi
kesadaran hukum penduduk suatu negara, akan semakin
tertib kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Sebaliknya, jika kesadaran hukum penduduk suatu negara
rendah, yang berlaku di sana adalah hukum rimba.
Indonesia adalah negara hukum. Dalam hidup di
lingkungan masyarakat tidak lepas dari aturan-aturan
yang berlaku, baik aturan yang tertulis maupun aturan
yang tidak tertulis. Aturan-aturan tersebut harus
ditaati sepenuhnya. Adanya aturan tersebut adalah agar
tercipta kemakmuran dan keadilan dalam lingkungan
masyarakat. Apabila aturan-aturan tersebut dilanggar,
akan mendapatkan sanksi yang tegas.
POLITIK HUKUM Page 2
Di negara Indonesia masih banyak orang-orang yang
melanggar hukum atau peraturan. Peraturan-peraturan
yang sudah disepakati dan ditulis ternyata masih banyak
yang dilanggar. Hal tersebut tidak hanya di kalangan
pemerintah, masyarakat, tetapi juga menyebar ke
instansi-instansi termasuk lembaga pendidikan atau
sekolah-sekolah.
Kesadaran hukum dengan hukum itu mempunyai kaitan
yang erat sekali. Kesadaran hukum merupakan faktor
dalam penemuan hukum (Lemaire, 1952; 46). Bahkan Krabbe
mengatakan bahwa sumber segala hukum adalah kesadaran
hukum (v. Apeldoorn, 1954: 9). Menurut pendapatnya maka
yang disebut hukum hanyalah yang memenuhi kesadaran
hukum kebanyakan orang, maka undang-undang yang tidak
sesuai dengan kesadaran hukum kebanyakan orang akan
kehilangan kekuatan mengikat.
Dalam hal ini, pembangunan dan pembinaan hukum
tidak hanya dilakasanakan pemerintah, namun harus ada
timbal balik dari masyarakat berupa kesadaran dan
kepatuhan terhadap hukum yang dibuat pemerintah. Atas
dasar itu, makalah ini mencoba mengkajia peran
pembangunan dan pembinaan hukum dalam mewujudkan
masyarakat yang sadar dan patuh terhadap hukum.
B. Rumusan Masalah
POLITIK HUKUM Page 3
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1.Bagaimana pembangunan Hukum dalam Propenas?
2.Apa saja sektor-sektor Pembangunan Hukum?
3.Bagaimana pembinaan kesadaran dan kepatuhan hokum?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui pembangunan hukum dalam Propenas
2. Untuk mengetahuisektor-sektor Pembangunan Hukum
3. Untuk mengetahui pembinaan kesadaran dan
kepatuhan hukum?
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini diantaranya:
1. Dapat mengetahui pembangunan hukum dalam
Propenas
2. Dapat mengetahui sektor-sektor Pembangunan Hukum
3. Dapat mengetahui pembinaan kesadaran dan
kepatuhan hukum
E. Sistematika Penulisan
1. Lembar Judul
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
POLITIK HUKUM Page 4
4. Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan, manfaat serta
sistematika penulisan makalah
5. Bab II Kajian Teori, berisi teori-teori yang
berkaitan dengan hal yang akan dibahas dalam
makalah ini
6. Bab III Permasalahan/Kasus, berisi masalah yang
berkaitan dengan pembahasan
7. Bab IV Analisis dan Pembahasan, berisi analisa
dan pembahasan terhadap permasalahan/kasus yang
diangkat.
8. Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
9. Daftar Pustaka
POLITIK HUKUM Page 5
BAB I1
KAJIAN TEORI
A. PEMBANGUNAN HUKUM
1. Pengertin Pembangunan Hukum
Pembangunan hukum berarti membangun suatu tata
hukum, beserta perangkat yang berkaitan dengan tegaknya
kehidupan tata hukum tersebut. Suatu tata hukum berarti
seperangkat hukum tertulis (pada umumnya) yang
dilengkapi dengan hukum tidak tertulis sehingga
membentuk suatu sistem hukum yang bulat dan berlaku
pada suatu tempat tertentu.
Pembanguan hukum nasional pada dasarnya merupakan
upaya untuk membangun suatu tatanan hukum nasional yang
berlandaskan kepada jiwa dan kepribadian bangsa. Dalam
konkritisasinya pembangunan hukum nasional itu berarti
pembentukan kaidah-kaidah hukum baru untuk mengatur
berbagai bidang kehidupan masyarakat. Pembangunan hukum
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan hukum masyarakat
kita yang sedang membangun, mengarah dan mengantisipasi
perubahan sosial, dan mewujudkan cita-cita masyarakat
adil dan makmur.
B. PEMBINAAN KESADARAN DAN KEPATUHAN HUKUM
1. Pengertian
a. Pengertian pembinaan
POLITIK HUKUM Page 6
1) Menurut arti kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) pembianaan berasal dari “bina” atau “membina”
(kata kerja) berarti membangun, mendirikan;
mengusahakan supaya lebih baik (maju, sempurna dan
sebagainya). “Bina” (kata benda) antara lain berarti
akumulasi dan akselerasi secara bertahap dalam
tempo, intensitas. Pembina berarti orang yang
membina, alat untuk membina, membangun. Pembinaan
berarti proses, perbuatan, cara membina (negara dan
sebagainya); pembaharuan, penyempurnaan, usaha,
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya
guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang
lebih baik.
2) Pembianaan hukum berarti pembinaan secara berencana
dan terarah untuk lebih menyempurnakan tata hukum
yang ada.
b. Pengertian kesadaran
1) Menurut Suharso dan Retnoningsih (2005: 366),
“Kesadaran adalah keinsafan; keadaan mengerti; hal
yang dirasakan atau dialami oleh seseorang“.
2) Selain itu menurut Nias (http://niasonline.net/),
menyatakan bahwa dalam psikologi “kesadaran
didefinisikan sebagai tingkat kesiagaan individu
pada saat ini terhadap rangsangan eksternal dan
internal, artinya terhadap persitiwa-peristiwa
lingkungan dan suasana tubuh, memori dan pikiran”.
POLITIK HUKUM Page 7
c. Pengertian kepatuhan
1) Menurut tata kelola perusahaan, kepatuhan berarti
mengikuti suatu spesifikasi, standar, atau hukum
yang telah diatur dengan jelas yang biasanya
diterbitan oleh atau organisasi yang berwenang dalam
suatu bidang tertentu.
2) Menurut (Tim Penyususn Kamus Pusat Bahasa, 2002)
Kepatuhan adalah suka menurut, taat pada perintah,
aturan. Jadi kepatuhan berarti sifat patuh,
ketaatan.
d. Pengertian hukum
1) Menurut Suharso dan Retnoningsih (2005: 171),
menyatakan bahwa: “Hukum adalah peraturan yang di
buat oleh suatu kekuasaan atau adat yang dianggap
berlaku oleh dan untuk orang banyak; undang-undang,
ketentuan, kaedah, patokan; keputusan hakim.”
2) Hukum menurut Simorangkir dan Sastropranoto dalam
Kansil (1989: 38), hukum adalah peratuaran-peraturan
yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh
badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan
diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu.
3) Hukum menurut Amin dalam Kansil (1989: 38), hukum
merupakan kumpulan-kumpulan peraturan-peraturan yang
terdiri dari norma dan saksi-saksi.
POLITIK HUKUM Page 8
e. Pengertian kesadaran hukum
1) Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada
setiap manusia tentang apa hukum itu atau apa
seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari
hidup kejiwaan kita dengan mana kita membedakan
antara hukum dan tidak hukum (onrecht), antara yang
seyogyanya dilakukan dan tidak seyogyanya dilakukan
(Scholten, 1954: 166).
2) Menurut kamus Bahasa Indonesia. Kesadaran hukum
adalah pengetahuan bahawa prilaku tertentu diatur
oleh hukum sehingga ada kecendrungan untuk mematuhi
peraturan.
3) Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada
setiap manusia tentang apa hukum itu atau apa
seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari
hidup kejiwaan kita dengan mana kita membedakan
antara hukum dan tidak hukum (onrecht).
4) Menurut Suharso dan Retnoningsih, (1993: 765),
kesadaran hukum adalah:
a) Nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia
mengenai hukum yang ada.
b) Pengetahuan bahwa suatu perilaku tertentu diatur
oleh hukum.
5) Menurut Abdurrahman dalam Nurhidayat (2006 : 8),
menyatakan bahwa kesadaran hukum itu adalah tidak
lain dari pada suatu kesadaran yang ada dalam
POLITIK HUKUM Page 9
kehidupan manusia untuk selalu patuh dan taat pada
hukum.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran
Hukum dalam Masyarakat
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran
hukum. Menurut Soekanto dalam Nurhidayat, (2006: 9-11),
dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
a. Pengetahuan tentang kesadaran hukum Secara umum,
perturan-peraturan yang telah sah, maka dengan
sendirinya peraturan-peraturan tadi akan tersebar
luas dan diketahui umum. Tetapi sering kali terjadi
suatu golongan tertentu di dalam mayarakat tidak
mengetahui atau kurang mengetahui tentang ketentuan-
ketentuan hukum yang khusus bagi mereka.
b. Pengakuan terhadap ketentuan-ketentuan hukum,
Pengakuan masyarakat terhadap ketentuan-ketentuan
hukum, berati bahwa masyarakat mengetahui isi dan
kegunaan dari norma-norma hukum tertentu. Artinya
ada suatu derajat pemahaman yang tertentu terhadap
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Namun hal
ini belum merupakan jaminan bahwa warga masyarakat
yang mengakui ketentuan-ketentuan hukum tertentu
dengan sendirinya mematuhinya, tetapi juga perlu
diakui bahwa orang-orang yang memahami suatu
ketentuan hukum adakalanya cenderung untuk
mematuhinya.
POLITIK HUKUM Page 10
c. Penghargaan terhadap ketentuan-ketentuan hukum,
Penghargaan atau sikap tehadap ketentuan-ketentuan
hukum, yaitu sampai sejauh manakah suatu tindakan
atau perbuatan yang dilarang hukum diterima oleh
sebagian besar warga masyarakat. Juga reaksi
masyarakat yang didasarkan pada sistem nilai-nilai
yang berlaku. Masyarakat mungkin menentang atau
mungkin mematuhi hukum, karena kepentingan mereka
terjamin pemenuhannya.
d. Pentaatan atau kepatuhan terhadap ketentuan-
ketentuan hukum, Salah satu tugas hukum yang penting
adalah mengatur kepentingan-kepentingan para warga
masyarakat. Kepentingan para warga masyarakat
tersebut lazimnya bersumber pada nilai-nilai yang
berlaku, yaitu anggapan tentang apa yang baik dan
apa yang harus dihindari.
e. Ketaatan masyarakat terhadap hukum, dengan demikian
sedikit banyak tergantung apakah kepentingan-
kepentingan warga masyarakat dalam bidang-bidang
tertentu dapat ditampung oleh ketentuan-ketentuan
hukum. Ada juga suatu anggapan bahwa kepatuhan hukum
disebabkan karena adanya rasa takut pada sanksi,
karena ingin memelihara hubungan baik dengan rekan-
rekan sekelompok atau pimpinan karena kepentingannya
terlindung, karena cocok dengan nilai-nilai yang
dianutnya.
POLITIK HUKUM Page 11
BAB III
PERMASALAHAN
Beberapa Masalah Teknis Pembangunan Hukum
Berbica tentang pembangunan hukum tidak dapat
terlepas dari masalah teknis yang harus kita
kembangkan. Beberapa malah teknis antara lain:
1. Di bidang pembentukan hukum misalnya:
a. Pembangunan Hukum yang baik ialah yang berencana
dan tidak tergantung semata-mata pada selera
sesaat. Dalam hal ini kita berhadapan dengan
masalah program legislatif nasional yang
seyogianya jelas setiap lima tahunnya;
b. Pembentukan hukum harus baku dan jelas proses
atau prosedur yang harus di tempuh, dan dalam hal
ini kita berhadapan dengan masalah proses
legislatif nasional;
c. Rumusan hukum merupakan satu naskah tentu yang
baku pula bentuk dan susunannya dan dalam hal ini
kita berhadapan dengan masalah teknis perundang-
undangan dan bahsa hukum.
d. Jumlah produk hukum yang dapat di hasilkan oleh
lembaga pembentuk hukum menetukan pula laju
pembangunan hukum dan dalam hal ini kita
berhadapan dengan masalah beban legislatif
nasional.
POLITIK HUKUM Page 13
e. Merumuskan dalam hukum satu masalah memerlukan
“pengorganisasian” atau “pengadministrasian” yang
baik. Biasanya tergantung pada macam atau jenis
hukum, apakah mengatur pokok-pokok sehingga harus
luwes atau mengatur pelaksanaan yang terperinci.
Menggabungkan kedua hal dalam satu pengaturan
mengakibatkan hukum cepat usang atau menghambat
perkembangan sehingga perlu deregulasi, atau
menumbuhkan satu birokrasi yang negatif.
f. Sesuai dengan yang talah di uraikan bahwa hukum
harus sesuai dengan pandangan hidup bangsa dan
aspirasi masyarakat, maka perlu pembakuan tentang
lembaga penampung aspirasi rakyat seperti
misalnya lembaga dengan pendapat umum.
2. Di bidang penegakan hukum masalah teknis yang
terutama harus dikembangkan ialah antara lain,
misalnya yurisprudensi, kebijaknaan pelaksanaan
hukum, pembinaan lembaga-lembaga penegakan hukum dan
pejabatnya, pendapat sarjana sebagai hukum tidak
tertulis dan sebagainya.
3. Di bidang pelayanan hukum yang terutama ialah
penanaman jiwa pengabdian sehingga tidak menumbuhkan
ketertiban hukum biaya tinggi. Ringkasnya suatu
perinsip pelayanan masyarakat yang baik yang harus
kita kembangkan
POLITIK HUKUM Page 14
4. Di bidang pengembangan hukum menyangkut masalah
tujuan hasil dan struktur pendidikan hukum mulai
yang formal dilingkungan pendidikan jabatan.
5. Dalam bidang antar tata hukum, yang terutama masalah
persetujuan rakyat atau ratifikasi
Kesadaran Hukum Masyarakat Dewasa Ini
Akhir-akhir ini banyak terjadi pelanggaran-
pelanggaran hukum. Kalau kita mengikuti berita-
berita dalam surat kabar-surat kabar, maka boleh
dikatakan tidak ada satu hari lewat di mana tidak
dimuat berita tentang terjadinya pelanggaran-
pelanggaran hukum, baik yang berupa pelanggaran-
pelanggaran, kejahatan-kejahatan, maupun yang
berupa perbuatan melawan hukum, ingkar janji atau
penyalah gunaan hak. Berita-beria tenang penipuan,
penjambretan penodongan pembunuhan, tabrak lari dan
sebagainya setiap hari dapat kita baca di dalam
surat kabar-surat kabar. Yang menyedihkan ialah
bahwa tidak sedikit dari orang-orang yang tahu
hukum melakukannya, baik ia petugas penegak hukum
atau bukan.
Di samping pelanggaran-pelanggaran peraturan
hukum terjadi banyak penyalahgunaan hak atau
wewenang. Menggunakan haknya secara berlebihan
sehingga merugikan orang lain berarti
menyalahgunaan hak. Komersialisasi jabatan misalnya
POLITIK HUKUM Page 15
pada hakekatnya merupakan penyalahgunaan hak.
Penyalahgunaan hak banyak dilakukan oleh golongan
tertentu atau pejabat-pejabat yang merasa boleh
berbuat dan dimungkinkan dapat berbuat semaunya
sendiri karena kedudukan atau jabatannya.
Dari segi pelaksanaan hukum (law enforcement)
dapat dikatakan tidak ada ketegasan sikap dalam
menghadapi pelanggaran-pelanggaran hukum. Banyak
pelanggaran-pelanggaran hukum yang tidak diusut.
Tidak sedikit pengaduan-pengaduan dan laporan-
laporan dari masyarakat tentang terjadinya
pelanggaran-pelanggaran atau kejahatan kepada yang
berwajib tidak ditanggapi atau dilayani. Banyak
pegawai pengusut yang tidak wewenang mendeponir
perkara membiarkan perkara tidak diusut, sedangkan
perkara perdata yang bukan wewenangnya diurusinya.
Peristiwa-peristiwa tersebut di atas hampir setiap
hari kita baca di dalam surat kabar. Boleh
dikatakan tidak ada berita di dalam surat kabar
mengenai suatu daerah yang keadaannya serba teratur
tidak ada pelanggaran, tidak ada kejahatan dan
tidak pula ada sengketa.
Ditinjau dari segi jurnalistik memang
sensasilah yang dicari dalam pemberitaan, karena
sensasi menarik perhatian para pembaca dan berita
tentang pelanggaran dan peradilan selalu menarik
POLITIK HUKUM Page 16
perhatian. Ditinjau dari segi hukum, maka makin
banyaknya pemberitaan tentang pelanggaran hukum,
kejahatan atau kebatilan berarti kesadaran akan
makin banyak terjadinya ”onrecht”. Dengan makin
banyaknya pelanggaran hukum makin berkurangnya
toleransi dan sikap berhati-hati di dalam
masyarakat, penyalahgunaan hak dan sebagainya
dapatlah dikatakan bahwa kesadaran hukum masyarakat
dewasa ini menurun, yang mau tidak mau
mengakibatkan merosotnya kewibawaan pemerintah
juga. Menurunnya kesadaran hukum dalam hal ini
berarti belum cukup tinggi. Kesadaran hukum yang
rendah cenderung pada pelanggaran hukum, sedangkan
makin tinggi kesadaran hukum seseorang makin tinggi
ketaatan hukumnya. Untuk dapat mengambil langkah-
langkah guna mengatasi menurunnya kesadaran hukum
masyarakat, perlu kiranya diketahui apakah kiranya
yang dapat menjadi sebab-sebabnya.
Menurunnya kesadaran hukum masyarakat itu
merupakan gejala perubahan di dalam masyarakat:
perubahan sosial. Salah satu sebab perubahan sosial
menurut Arnold M Rose adalah kontak atau konflik
antar kebudayaan. Besarnya arus pariwisatawan yang
mengalir ke Indonesia tidak sedikit pengaruhnya
dalam merangsang perubahan-perubahan sosial.
Pengaruh film terutama film luar negeri serta
POLITIK HUKUM Page 17
televisi, majalah atau bacaan-bacaan lainnya dengan
adegan-adegan atau ceritera- ceritera yang sadistis
tidak berperikemanusiaan atau asusila mempunyai
peran penting dalam membantu menurunkan kesadaran
hukum masyarakat.
Kurang tegas dan konsekuensinya para petugas
penegak hukum terutama polisi, jaksa dan hakim
dalam menghadapi pelanggaran-pelanggaran hukum pada
umumnya merupakan peluang terjadinya pelanggaran-
pelanggaran atau kejahatan-kejahatan. Tidak adanya
atau kurangnya pengawasan pada petugas penegak
hukum merupakan perangsang menurunnya kesadaran
hukum masyarakat. Mengingat bahwa hukum adalah
perlindungan kepentingan manusia, maka menurunnya
kesadaran hukum masyarakat disebabkan karena orang
tidak melihat atau menyadari lagi bahwa hukum
melindungi kepentingannya. Soerjono Soekanto
menambahkan bahwa menurunnya kesadaran hukum
masyarakat disebabkan juga karena para pejabat
kurang menyadari akan kewajibannya untuk memelihara
hukum dan kurangnya pengertian akan tujuannya serta
fungsinya dalam pembangunan.
Menurut Soerjono Soekanto, indikator-
indikator dari kesadaran hukum sebenarnya merupakan
petunjuk yang relatif kongkrit tentang taraf
POLITIK HUKUM Page 18
kesadaran hukum. Dijelaskan lagi secara singkat
bahwa :
1. indikator pertama adalah pengetahuan hukum
Seseorang mengetahui bahwa perilaku-perilaku
tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum
yang dimaksud disini adalah hukum tertulis maupun hukum
yang tidak tertulis. Perilaku tersebut menyangkut
perilaku yang dilarang oleh hukum maupun perilaku yang
diperbolehkan oleh hukum.
2. Indikator kedua adalah pemahaman hukum
Seseorang warga masyarakat mempunyai pengetahuan
dan pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu, misalnya
adanya pengetahuan dan pemahaman yang benar dari
masyarakat tentang hakikat dan arti pentingnya UU No. 1
Tahun 1974 tentang perkawinan.
3. Indikator yang ketiga adalah sikap hukum
Seseorang mempunyai kecenderungan untuk
mengadakan penilaian tertentu terhadap hukum.
4. Indikator yang keempat adalah perilaku hukum, yaitu
dimana seseorang atau dalam suatu masyarakat
warganya mematuhi peraturan yang berlaku.
Keempat indikator tadi sekaligus menunjukkan
tingkatan-tingkatan pada kesadaran hukum tertentu di
dalam perwujudan nya. Apabila seseorang mengetahui
hukum. maka bisa dikatakan bahwa tingkat kesadarahn
hukum nya masih rendah. Tetapi jikalau seseorang atau
POLITIK HUKUM Page 19
suatu masyarakat telah berperilaku sesuai hukum, maka
tingkat kesadaran hukum nya telah tinggi.
POLITIK HUKUM Page 20
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembangunan Hukum dalam Propenas
Selama kurun waktu berlakunya Undang-undang (UU)
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional (PROPENAS) 2000-2004, pelaksanaan Agenda
Pembangunan Kedua yaitu mewujudkan supremasi hukum dan
pemerintahan yang baik dilaksanakan melalui 4 (empat)
program Pembangunan Bidang Hukum, yaitu Program
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; Program
Pemberdayaan Lembaga Peradilan dan Lembaga Penegak
Hukum Lainnya; Program Penuntasan Kasus Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme serta Pelanggaran Hak Asasi Manusia; dan
Program Peningkatan Kesadaran Hukum dan Pengembangan
Budaya Hukum; dan Sub Bidang Penyelenggara Negara yang
tertuang dalam Bab Pembangunan Politik dan akan
menguraikan secara mendalam langkah-langkah mewujudkan
pemerintahan yang baik selama kurun waktu pelaksanaan
PROPENAS.
Beberapa hasil yang cukup memberikan harapan
untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap
hukum dan sebagai penjabaran dari pelaksanaan program-
program dalam PROPENAS, TAP MPR dan Program Kerja
Kabinet Gotong Royong adalah pembinaan satu atap 4
(empat) lingkungan peradilan yaitu Lingkungan Peradilan
POLITIK HUKUM Page 21
Umum, Agama, Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara,
yang kewenangan administrasi, keuangan, kepegawaian dan
organisasi yang semula dilakukan oleh Departemen
Kehakiman dan HAM beralih kepada Mahkamah Agung dan
telah mulai ditindaklanjuti dengan perubahan berbagai
undang-undang terkait dan penyerahan secara formal oleh
Menteri Kehakiman dan HAM kepada Mahkamah Agung.
1. Program-Program pembangunan
a. Program Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
1) Tujuan, Sasaran, dan Arah Kebijakan
Sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 25 Tahun
2000 tentang PROPENAS, Program Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan bertujuan untuk mendukung upaya-
upaya dalam rangka mewujudkan supremasi hukum terutama
penyempurnaan terhadap peraturan perundang-undangan
warisan kolonial dan hukum nasional yang sudah tidak
sesuai dengan perkembangan masyarakat. Adapun sasaran
program ini adalah terciptanya harmonisasi peraturan
perundang-undangan yang sesuai dengan aspirasi
masyarakat dan kebutuhan pembangunan. Sedangkan arah
kebijakan pembentukan peraturan perundang-undangan
sesuai dengan TAP MPR Nomor IV/MPR/1999 adalah (1)
Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan
terpadu dengan mengakui dan menghormati hukum agama dan
hukum adat serta memperbarui perundang-undangan warisan
kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif,
POLITIK HUKUM Page 22
termasuk ketidakadilan gender dan ketidaksesuaiannya
dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi;
(2) Melanjutkan ratifikasi konvensi internasional,
terutama yang berkaitan dengan hak asasi manusia sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingan bangsa dalam bentuk
undang-undang; (3) Mengembangkan peraturan perundang-
undangan yang mendukung kegiatan perekonomian dalam
menghadapi era perdagangan bebas tanpa merugikan
kepentingan nasional.
2) Program Pemberdayaan Lembaga Peradilan dan
Lembaga Penegak Hukum Lainnya
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kembali
kepercayaan masyarakat terhadap peran dan citra lembaga
peradilan dan lembaga penegak hukum lainnya seperti
Kejaksaan, Kepolisian dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) sebagai bagian dari upaya mewujudkan supremasi
hukum dengan dukungan hakim dan aparat penegak hukum
lainnya yang profesional, berintegritas, dan bermoral
tinggi. Adapun sasaran program ini adalah terciptanya
lembaga peradilan dan lembaga penegak hukum lainnya
yang mandiri, bebas dan pengaruh penguasa maupun pihak
lain, dengan tetap mempertahakan prinsip cepat,
sederhana dan biaya ringan. Sedangkan arah kebijakan
ditujukan dalam rangka penegakan hukum secara konsisten
untuk lebih menjamin kepastian hukum, keadilan dan
kebenaran, supremasi hukum, serta penghargaan terhadap
POLITIK HUKUM Page 23
hak asasi manusia; serta untuk mewujudkan lembaga
peradilan yang mandiri dan bebas dari pengaruh pihak
manapun juga melalui aparat penegak hukum yang
mempunyai integritas moral dan profesionalisme yang
lebih baik.
3) Program Penuntasan Kasus Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme, serta Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Program ini bertujuan untuk memulihkan kembali
kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum dan hak
asasi manusia di Indonesia. Adapun sasaran program ini
adalah terselesaikannya berbagai kasus KKN dan
pelanggaran terhadap HAM yang belum terselesaikan
secara hukum. Sedangkan arah kebijakan pada program ini
adalah merupakan upaya untuk melaksanakan arah
kebijakan pembangunan hukum yang lebih menjamin
kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, supremasi
hukum serta menghargai hak asasi manusia. Disamping itu
program ini juga bertujuan untuk menyelenggarakan
proses peradilan pada kasus KKN dan menyelesaikan
berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran hukum
dan hak asasi manusia yang belum ditangani secara
cepat, adil dan tuntas.
4) Program Peningkatan Kesadaran Hukum dan
Pengembangan Budaya Hukum
Program Peningkatan Kesadaran Hukum dan
Pengembangan Budaya Hukum bertujuan untuk meningkatkan
POLITIK HUKUM Page 24
kesadaran dan kepatuhan hukum baik masyarakat maupun
aparat penyelenggara negara secara keseluruhan dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap peran dan
fungsi aparat penegak hukum, serta diharapkan akan
menciptakan budaya hukum di semua lapisan masyarakat.
Adapun sasaran program ini adalah meningkatnya jumlah
masyarakat dan aparat penyelenggara negara yang sadar
terhadap hak dan kewajibannya serta semakin
meningkatnya partisipasi masyarakat dalam berbagai
proses perumusan kebijakan pembangunan. Sedangkan arah
kebijakan peningkatan Kesadaran Hukum dan Pengembangan
Budaya Hukum adalah (1) mengembangkan budaya hukum di
semua lapisan masyarakat untuk terciptanya kesadaran
dan kepatuhan hukum dalam kerangka supremasi hukum dan
tegaknya negara hukum; dan (2) meningkatkan pemahaman
dan penyadaran, serta meningkatkan perlindungan,
penghormatan, dan penegakan HAM dalam seluruh aspek
kehidupan.
B. SEKTOR PEMBANGUNAN HUKUM NASONAL
Ruang lingkup pembangunan hukum nasional dapat
dilihat dari berbagai aspek/sudut. Apabila dilihat dari
ruang lingkup hukum nasional sebagaimana dikemukakan di
atas, maka pembangunan ruang lingkup sistem hukum
nasional dapat mencakup pembangunan ”substansial”
(substansi hukum/legal substance), pembangunan
POLITIK HUKUM Page 25
”struktural” (stuktur hukum/legal structure), dan
pembangunan ”kultural” (budaya hukum/legal culture).
Kalau dilihat sebagai ”program pembangunan”, maka ruang
lingkupnya bisa disebut dengan berbagai program yang
terkait dengan bidang hukum.
Dalam Lokakarya Bangkumnas Repelita VI (1994-
1999), ketiga bidang/ ruang lingkup pembangunan SHN
pernah dirinci sebagai berikut :
1. Pembangunan ”perangkat hukum nasional” (maksudnya
bidang substansi hukum) terdiri dari 14 sektor : (1)
sektor HTN dan HAN; (2) sektor Hukum Tata Ruang; (3)
sektor Hukum Bahari (Laut); (4) sektor Hukum
Dirgantara; (5) sektor Hukum Kependudukan; (6)
sektor Hukum Lingkungan; (7) sektor Hukum Kesehatan;
(8) Hukum Kesejahteraan Sosial; (9) sektor Hukum
Teknologi dan Informatika; (10) sektor Hukum
Keluarga dan Waris; (11) sektor Hukum Ekonomi; (12)
sektor Hukum Pidana; (13) sektor Hukum Militer dan
Bela Negara; dan (14) sektor Hukum Transnasional.
2. Pembangunan ”tatanan hukum nasional” (maksudnya
bidang struktur hukum, pen.) terdiri dari 5 sektor :
(1) Sektor kelembagaan, administrasi dan manajemen
lembaga-lembaga hukum; (2) Sektor mekanisme, proses
dan prosedur; (3) sektor peningkatan koordinasi dan
kerjasama nasional; (4) sektor peningkatan kerjasama
POLITIK HUKUM Page 26
regional & internasional; dan (5) sektor
pengembangan sarana & prasarana pendukung
pembangunan hukum.
3. Pembangunan ”budaya hukum nasional” terdiri dari 5
sektor : (1) Pembinaan Filsafat Hukum dan Ilmu Hukum
Nasional; (2) Pembinaan Kesadaran hukum & perilaku
taat hukum; (3) Pengembangan/pembinaan perpustakaan,
penerbitan dan informatika hukum; (4) Pengembangan
dan pembinaan profesi hukum; (5) Pengembangan dan
pembinaan pendidikan hukum.
C. Tingkat Kesadaran Hukum Masyarakat
Tingkat Kesadaran Hukum. Menurut Soekanto dalam
Nurhidayat (2006: 11-12), indikator-indikator dari
kesadaran hukum sebenarnya merupakan petunjuk yang
relatif kongkrit tentang taraf kesadaran hukum.
Dijelaskan lagi secara singkat bahwa :
1. Indikator pertama adalah pengetahuan hukum Seseorang
mengetahui bahwa perilaku-perilaku tertentu itu
telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum yang
dimaksud disini adalah hukum tertulis maupun hukum
yang tidak tertulis. Perilaku tersebut menyangkut
perilaku yang dilarang oleh hukum maupun perilaku
yang diperbolehkan oleh hukum.
2. Indikator kedua adalah pemahaman hukum Seseorang
pelajar mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai
aturan-aturan tertentu, misalnya adanya pengetahuan
POLITIK HUKUM Page 27
dan pemahaman yang benar dari pelajar tentang
hakikat dan arti pentingnya peraturan disekolah.
3. Indikator yang ketiga adalah sikap hukum Seseorang
mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian
tertentu terhadap hukum.
4. Indikator yang keempat adalah perilaku hukum, yaitu
dimana seseorang atau pelajar mematuhi peraturan
yang berlaku.
Keempat indikator tadi sekaligus menunjukkan pada
tingkat-tingkatan kesadaran hukum tertentu di dalam
perwujudannya. Apabila seseorang hanya mengetahui
hukum, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesadaran
hukumnya masih rendah, tetapi kalau seseorang dalam
suatu masyarakat telah berperilaku sesuai dengan hukum,
maka kesadaran hukumnya tinggi.
Sering kali diungkapkan bahwa kesadara hukum
rakyat adalah rendah sehingga diperlukan penyuluhan
hukum dari pola kadarkum sampai posdikum. Namun asumsi
ini menurut kami tidak sepenuhnya tepat, karena bangsa
yang sudah sadar bernegara sesuai dengan teori Rosseau,
kadang kesadaran hukumya cukup tinggi karena ia
mengorganisir perasaan hukumnya yaitu ukuran tentang
baik dan buruk yang perlu dihukumnya kedalam suatu
kesadaran hukum yang berpuncak pada keadaan bernegara
status sivil dengan civil right.
POLITIK HUKUM Page 28
Dengan demikian dapat kita pahami manfaat
penyuluhan hukum, penerangan hukum maupun kegiatan
pendidikan hukum nonformal lainnya. Didalam praktek
pembinaan kesadaraan hukum sebenarnya bermuara dalam
dua jalur yaitu:
a. Pembinaan kesadaran hukum berupa pembinaan etika
profesional bagi mereka yang tergabung didalam
organisasi profesi hukum.
b. Pembinaan kesadaran hukum dalam arti pemberian
pengetahuan hukum tertulis pada masyarakat luas.
Hukum asar kita menegaskan bahwa pembinaan
tersebut haruslah bersemangat asas kekeluargaan atau
integralitik indonesia dan bukan asas perseorangan atau
individualistik. Juga masalah kesadaran hukum ini masih
memerlukan pengkajian lebih lanjut, baik bentuk, isi
maupun pengembangannya dimasyarakat luas.
POLITIK HUKUM Page 29
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembanguan hukum nasional pada dasarnya merupakan
upaya untuk membangun suatu tatanan hukum
nasional yang berlandaskan kepada jiwa dan
kepribadian bangsa.
2. Pembangunan hukum nasional itu berarti
pembentukan kaidah-kaidah hukum baru untuk
mengatur berbagai bidang kehidupan masyarakat.
3. Pembangunan hukum diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan hukum masyarakat kita yang sedang
membangun, mengarah dan mengantisipasi perubahan
sosial, dan mewujudkan cita-cita masyarakatadil
dan makmur
4. Pembangunan nasional, pembangunan hukum mempunyai
hubungan kait mengait dan interdependensi dengan
perbagai sektor pembangunan lainnya seperti
ekonomi, politik, budaya dan pertahanan keamanan.
Dengan demikian pembangunan hukum bukanlah sebuah
proses yang otonom, melainkan sebuah proses yang
heteronom. Artinya pembangunan hukum tidak bisa
dilepaskan dari sektor-sektor pembangunan
lainnya. Hubungan yang diharapkan antar berbagai
sektor pembangunan adalah hubungan yang saling
POLITIK HUKUM Page 31
menunjang dan saling menopang untuk kemajuan
masing-masing, tapi masih tetap berada dalam alur
pencapaian tujuan bersama.
5. Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada
setiap manusia tentang apa hukum itu atau apa
seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu
dari hidup kejiwaan kita dengan mana kita
membedakan antara hukum dan tidak hukum
(onrecht), antara yang seyogyanya dilakukan dan
tidak seyogyanya dilakukan
6. Ketaatan masyarakat terhadap hukum, dengan
demikian sedikit banyak tergantung apakah
kepentingan-kepentingan warga masyarakat dalam
bidang-bidang tertentu dapat ditampung oleh
ketentuan-ketentuan hukum.
B. Saran
1. Perlu berpijak pada upaya mengawal ketat, nilai-
nilai politik hukum nasional indonesia, agar
tidak bergeser dari pedoman dasar dan berpijak
pada kesadaran hukum, kesadaran batin dan nilai-
nilai moral masyarakat dan bangsa indonesia.
2. Perlu peningkatan pengkajian nilai-nilai hukum
agama guna pembangunan hukum nasional.
POLITIK HUKUM Page 32