MENGHADAPI SAKSI-SAKSI YEHUWA

63
Menghadapi saksi-saksi yehuwa Teguh Hindarto INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE

Transcript of MENGHADAPI SAKSI-SAKSI YEHUWA

Menghadapi saksi-saksi yehuwa

Teguh Hindarto

INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE

2 | P a g e

PRAKATA

Secara resmi pengajaran Saksi-Saksi Yehuwa di Indonesia dilarang

melalui Surat Keputusan Jaksa Agung Nomor 129 Tahun 1976, lewat

SK itu, Jaksa Agung telah melarang kegiatan Saksi Yehuwa atau Siswa

Alkitab di seluruh wilayah Indonesia. Sebab, Saksi Yehuwa memuat

hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku,

seperti menolak salut bendera dan menolak ikut berpolitik. Ajaran yang

mereka yakini juga dianggap bertentangan dan menyimpang dari

kebijaksanaan dan politik pemerintah RI dan dianggap meresahkan

karena perilaku penyebaran agama.

Pengikut yang cukup rajin mendatangi orang-orang dari rumah ke

rumah, hal ini telah menimbulkan keresahan di kalangan umat

beragama umumnya karena praktek kunjungan-kunjungan ini

dilakukan ke rumah-rumah masyarakat yang sudah beragama. Mereka

juga melakukan antitesa terhadap beberapa aspek pemerintahan .

Pada Februari 1994 ada upaya untuk mencabut SK ini dengan

berlandaskan Pasal 29 UUD 1945, Tap MPR Nomor XVII/1998

tentang HAM, dan Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998. Pada 1 Juni

2001 SK ini kemudian dicabut. Walaupun begitu, sebenarnya sejak

tanggal 19 Juli 1996, Saksi-Saksi Yehuwa telah membuka kantor

cabang Indonesia berupa gedung yang dipergunakan sebagai tempat

pertemuan dan pusat kegiatan

Saksi-Saksi Yehuwa saat ini makin solid dan eksis dengan perubahan

status mereka. Sudah beberapa kali Saksi Yehuwa berani tampil ke

permukaan dan membuat event kebaktian kebangunan rohani al.,18

Jul 2008 07:07:26 WIB dan 09.30 - 17.00 WIB di Gedung Istora

Gelora Bung Karno Senayan Jakarta Pusat dengan penanggung jawab

3 | P a g e

acara Nico Rewowu, akan dihadiri sekitar 6.000 orang1. Demikian

pula Tanggal 14 Maret 2010 kembali diadakan KKR yang di tempat

yang sama.

Siapa dan bagaimanakah kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa? Buku ini

hendak menjawab pertanyaan di atas dengan memberikan deskripsi

historis dan deskripsi doktrinal Saksi-Saksi Yehuwa dan ditinjau

berdasarkan Kitab Suci dengan menggunakan kajian teks bahasa

Ibrani dan Yunani serta pendekatan Akar Ibrani iman Kristen.

Kiranya kajian yang dituliskan dalam buku ini memberikan wawasan

baru dalam memahami Kitab Suci dan khususnya menghadapi

berbagai isu teologis yang kerap disampaikan Saksi-Saksi Yehuwa

kepada audiensnya untuk merekrut anggota baru.

Teguh Hindarto

INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE (IJI)

1 http://www.reskrimum.metro.polri.go.id/info.php?id=2551

4 | P a g e

DAFTAR ISI

PRAKATA...................................................................................Hal 2

BAB I

PARA PENDIRI SAKSI

YEHUWA....................................................................................Hal 5

BAB II

POKOK-POKOK AJARAN SAKSI

YEHUWA....................................................................................Hal 13

BAB III

TUJUH LANGKAH INDOKTRINASI SAKSI

YEHUWA....................................................................................Hal 27

BAB IV

TANGGAPAN ATAS AJARAN SAKSI

YEHUWA....................................................................................Hal 29

BAB V

KESIMPULAN.............................................................................Hal 62

5 | P a g e

BAB I

PARA PENDIRI SAKSI YEHUWA

Mungkin Anda sering mendapat kunjungan dari beberapa orang yang

menamakan dirinya Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab atau Saksi-

Saksi Yehuwa. Mereka biasanya datang berpasangan. Membawa

sejumlah buku untuk dijual atau dibagikan secara cuma-cuma dengan

sampul buku dan isi buku yang berwarna menarik. Siapakah mereka

dan apakah isi kepercayaan mereka mencerminkan iman Kristen yang

berlandaskan Kitab Suci?

Siapakah Saksi Yehuwa itu?

Saksi-Saksi Yehuwa adalah suatu denominasi Kristen, milenarian

(cenderung pada ajaran Kerajaan 1000 Tahun Damai), restorasionis

(pemulihan) yang dahulu bernama Siswa-Siswa Alkitab hingga

pada tahun 1931. Agama ini diorganisasi secara internasional, lebih

dikenal di dunia Barat sebagai Jehovah's Witnesses, yang mencoba

mewujudkan pemulihan dari gerakan Kekristenan abad pertama yang

dilakukan oleh para pengikut Yesus Kristus. Saksi-Saksi Yehuwa

sendiri bukanlah suatu sekte, mereka tidak pernah memisahkan diri

dari gereja atau kelompok besar manapun. Wewenang tertinggi

kehidupan mereka berdasarkan hukum-hukum dan prinsip-prinsip dari

Kitab Suci atau Alkitab2.

Secara resmi pengajaran Saksi-Saksi Yehuwa di Indonesia dilarang

melalui Surat Keputusan Jaksa Agung Nomor 129 Tahun 1976, lewat

SK itu, Jaksa Agung telah melarang kegiatan Saksi Yehuwa atau Siswa

Alkitab di seluruh wilayah Indonesia. Sebab, Saksi Yehuwa memuat

2 Saksi-Saksi Yehuwa, http://id.wikipedia.org/wiki/Saksi-Saksi_Yehuwa

6 | P a g e

hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku,

seperti menolak salut bendera dan menolak ikut berpolitik. Ajaran yang

mereka yakini juga dianggap bertentangan dan menyimpang dari

kebijaksanaan dan politik pemerintah RI dan dianggap meresahkan

karena perilaku penyebaran agama. Pengikut yang cukup rajin

mendatangi orang-orang dari rumah ke rumah, hal ini telah

menimbulkan keresahan di kalangan umat beragama umumnya

karena praktek kunjungan-kunjungan ini dilakukan ke rumah-rumah

masyarakat yang sudah beragama. Mereka juga melakukan antitesa

terhadap beberapa aspek pemerintahan . Pada Februari 1994 ada

upaya untuk mencabut SK ini dengan berlandaskan Pasal 29 UUD

1945, Tap MPR Nomor XVII/1998 tentang HAM, dan Instruksi

Presiden No. 26 Tahun 1998. Pada 1 Juni 2001 SK ini kemudian

dicabut. Walaupun begitu, sebenarnya sejak tanggal 19 Juli 1996,

Saksi-Saksi Yehuwa telah membuka kantor cabang Indonesia berupa

gedung yang dipergunakan sebagai tempat pertemuan dan pusat

kegiatan3.

Para Pendiri Saksi Yehuwa

Charles Taze Russell

Lahir Tgl 16 Februari 1852 dan wafat Tgl 31 Oktober 1916. Dikenal sebagai orang Kristen Restorasi terkemuka di awal Abad XX yang memulai pelayanannya di Pittsburgh, Pennsylvania Amerika dan pendiri dari apa yang sekarang disebut Gerakan Siswa Alkitab darimana Saksi Yehuwa dan sejumlah kelompok Siswa Alkitab bermunculan setelah kematiannya.

3 Ibid

7 | P a g e

Dimulai pada bulan Juli tahun 1879 ketika dia mulai menerbitkan jurnal keagamaan bulanan dengan nama Zion's Watch Tower and Herald of Christ's Presence (Menara Pengawal Sion dan Kehadiran Bentara Kristus). Jurnal ini sekarang berubah nama The Watchtower Announcing Jehovah's Kingdom (Deklarasi Menara Pengawal dari Kerajaan Yehuwa) dan diterbitkan setengah bulan sekali. Pada tahun 1881 dia menjadi asisten pendiri Zion's Watch Tower Tract Society (Risalah Masyarakat Menara Pengawal Sion) dan pada tahun 1884 badan hukum organisasi tersebut secara resmi didaftarkan ulang kembali dimana Russel terpilih sebagai direktur. Russel banyak menuliskan artikel, buku, brosur, pamflet dan kotbah yang keseluruhannya diperkirakan ada 50.000 cetakan. Dari tahun 1886 sampai 1904 Russel menerbitkan enam volume pelajaran Kitab Suci berseri yang semula dinamakan Millennial Dawn (Permulaan Milenium) yang kemudian diberi nama baru Studies in the Scriptures (Pelajaran-pelajaran dalam Kitab Suci) yang menghabiskan hampir 20 juta copi yang telah dicetak dan disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia dalam berbagai bahasa selama hidupnya (Volume ketujuh telah dituliskan dan diterbitkan oleh Joseph Rutherford pada tahun 1917). Masyarakat Menara Pengawal (The Watch Tower Society) menyatakan secara resmi bahwa penerbitan tulisan-tulisan Russel berhenti pada tahun 1927 meskipun buku-bukunya berlanjut diterbitkan oleh beberapa kelompok independen semenjak tahun itu.

8 | P a g e

Russel adalah figur kharismatik (seorang yang memiliki karisma) namun mengklaim tidak memiliki pewahyuan khusus atau penglihatan bagi pengajarannya dan tidak memiliki otoritas khusus atas apa yang dimilikinya. Dia menyatakan bahwa dia tidak hendak mendirikan denominasi baru namun sebaliknya hany berniat mengumpulkan bersama-sama diantara mereka yang mencari kebenaran Firman Tuhan “selama masa penuaian”. Dia menuliskan bahwa “kebenaran nyata yang dibentangkan” dalam ajarannya berkaitan dengan “fakta sederhana bahwa waktu Tuhan telah datang dan jika saya tidak berbicara dan tidak ada perantara lain ditemukan maka batu-batu itu akan berteriak”. Dia melihat dirinya sendiri – dan semua orang-orang Kristen diurapi oleh Roh Kudus- sebagai “penyambung lidah Tuhan” (God's mouthpiece) dan sebagai Duta Mesias. Dalam karirnya di kemudian hari dia menerima tanpa sangkalan bahwa banyak Siswa Alkitab memandang dirinya sebagai “pelayan yang setia dan bijaksana” sebagaimana dikatakan dalam Matius 24:25 dan dia digambarkan oleh Menara Pengawal (Watch Tower), setelah kematiannya sebagai yang telah menjadi “pemimpin dari semua Tuan yang baik”.

Setelah Russel meninggal, krisis kepemimpinan mengitari direktur baru dari komunitas tersebut. Joseph Rutherford kemudian menghasilkan perpecahan gerakan secara luas. Sebanyak tiga per empat dari Siswa Alkitab yang diperkirakan berjumlah 50.000 yang telah bergabung pada tahun 1917 telah meninggalkan organisasi tersebut pada tahun 1931 dan menghasilkan formasi kelompok baru yang mempertahankan nama Siswa Alkitab (Bible Students) secara bervariasi. Mereka yang tetap mempertahankan persekutuan dengan Masyarakat Menara Pengawal (Watch Tower Society) kemudian mengadopsi nama dengan Saksi Yehuwa (Jehovah's witnesses) pada tahun 1931. Sementara itu beberapa dari antara mereka yang bertalian dengan komunitas tersebut membentuk kelompok mereka sendiri termasuk Pastoral Bible Institute (Institut Penggembalaan Alkitab) pada tahun 1918, the Layman's Home Missionary Movement

9 | P a g e

(Gerakan Pelayanan Rumah dari Golongan Awam) pada tahun 1919 serta Dawn Bible Students Association (Asosiasi Siswa Alkitab Permulaan) pada 19294.

Namun kehidupan pribadi Russel banyak berhadapan dengan sejumlah persoalan yang bertentangan dengan ajarannya sendiri. Istri Russel pernah menuntut cerai karena Russel memiliki hubungan dengan seorang wanita bernama Rose Ball. Istrinya tidak diperkenankan bercerai atas dasar perzinahan, tetapi boleh atas dasar “keangkuhan” dan “tindakan sewenang-wenang” dari pihak sang suami, yang menjadikan hidup sang istri tak tertahankan”5. Beberapa masalah lainnya adalah penangakapan Russel karena dia memindahkan hak milik harta bendanya kepada perseroan-perseroan dan lembaga-lembaga yang dikuasainya secara mutlak. Hal itu dilakukan untuk menghindarkan diri dari membayar biaya penyelesaian cerai dengan istrinya. Tidak hanya itu, salah satu surat kabar di New York pernah menuduh bahwa Russel menjual “gandum ajaib” seharga empat kali lipat dari harga pasaran. Ketika dia diperkarakan ke pengadilan dia mengakui bahwa dakwaan itu mengandung unsur-unsur kebenaran6

Joseph Franklin Rutherford

Lahir Tgl 8 November 1869 dan wafat pada Tgl 8 januari 1942 dan dikenal sebagai “Hakim” Rutherford yang merupakan direktur ketiga dari Watch Tower Bible and Tract Society dan memainkan peranan penting dalam perkembangan organisasi dan doktrin dari Saksi

4 Charles Taze Russel, http://en.wikipedia.org/wiki/Charles_Taze_Russell

5 Tim Redaksi Lembaga Literatur Baptis, Bagaimana Menghadapi Saksi Yehuwa? Bandung: Lembaga Literatur Baptis 1993, hal 13 6 Ibid.,

10 | P a g e

Yehuwa yang muncul dari gerakan Siswa Alkitab yang didirikan oleh Charles Taze Russell.

Rutherford memulai karir dalam bidang hukum, bekerja sebagai penulis cepat di pengadilan, pengacara (trial lawyer) dan jaksa penuntut. Dia mulai menaruh minat dalam doktrin dari direktur Watch Tower Society bernama Charles Taze Russell yang menuntunnya bergabung dengan gerakan Siswa Alkitab dan dibaptis pada tahun 1906.

Dia ditetapkan sebagai penasihat hukum (legas counsel) bagi Watch Tower Society pada tahun 1907 dalam perjalanannya kemudian membawa dia sebagai direktur terpilih pada tahun 1917. Awal kepemimpinannya ditandai oleh perselisihan diantara dewan direktur Watch Tower Society, dalam mana empat dari tujuh anggota dewan direktur mengecam sikap otoriter Rutherforf dan meminta dia mengurangi kekuasaanya. Hasil dari krisis kepemimpinan tersebut memisahkan komunitas Siswa Alkitab tersebut dan menyumbangkan hilangnya sepertujuh pengikut sejak 1919 sebanyak 75% pada tahun 1931. Rutherford dan enam eksekutif lainnya dari Watch Tower pernah dipenjara pada tahun 1918 setelah adanya tuntutan terhadap

11 | P a g e

penerbitan The Finished Mystery yaitu sebuah buku yang dianggap “membangkang” (seditious) karena komentar-komentar anti perangnya.

Rutherford memperkenalkan banyak perubahan di bidang organisasi dan doktrin yang menyumbangkan bentuk kepercayaan dari Saksi Yehuwa. Dia mengadakan struktur administrasi terpusat dalam gerakan Siswa Alkitab di seluruh dunia yang kemudian dia namakan sebuah Teokrasi yang menuntut semua pengikut untuk mengedarkn literatur melalui kotbah pintu ke pintu dan menyediakan laporan berkala dari aktifitas mereka. Dia juga mendirikan program pelatihan untuk berbicara di depan umum sebagai bagian dari pertemuan ibadah mingguan.

Dia menetapkan bahwa tahun 1914 sebagai saat kembalinya Mesias secara tidak nampak dan menyatakan bahwa kematian Mesias bukan di kayu salib melainkan di atas pohon. Kemudian memformulasi konsep Saksi Yehuwa mengenai Harmagedon sebagai peperangan Tuhan terhadap orang fasik dan memperkuat kepercayaan bahwa pemerintahan Kerajaan Seribu Tahun dari Mesias telah dekat. Dia memerintahkan kepada para pengikutnya agar tidak memelihara perayaan tradisional seperti Christmass (Natal) dan perayaan Ulang Tahun Kelahiran. Melarang menghormat kepada bendera atau menyanyikan lagu kebangsaan.

Dia memperkenalkan nama “Saksi Yehuwa” pada tahun 1931 dan istilah “Balai Kerajaan” sebagai rumah peribadahan pada tahun 1935. Dia telah menulis sebanyak dua puluh satu buku dan dihargai oleh Watch Tower pada tahun 1942 dengan penyebaran hampir 400 juta buku dan buklet. Meskipun terjadi pengurangan signifikan selama tahun 1920-an, secara keseluruhan anggota berkembang lebih dari

12 | P a g e

enam kali lipat pada akhir dua puluh lima tahun Rutherford menjabat sebagai direktur7.

7 Joseph Franklin Rutherford,

http://en.wikipedia.org/wiki/Joseph_Franklin_Rutherford

13 | P a g e

BAB II

POKOK-POKOK AJARAN SAKSI YEHUWA

Saya akan batasi pokok pembahasan ajaran Saksi Yehuwa dalam hal

“Nama Tuhan”, “Kristologi” (dokrin tentang Mesias), ”Soteriologi”

(doktrin tentang Keselamatan) ”Eskatologi” (doktrin tentang Akhir

Zaman), “Pneumatologi” (doktrin Roh Kudus) dan beberapa aspek

ajaran lainnya. Berikut pokok ajaran Saksi Yehuwa:

1. Ketuhanan

Saksi Yehuwa menolak istilah Tritunggal dan menolak essensi

kesetaraan Bapa, Anak, Roh Kudus sebagai personifikasi

YHWH, Firman dan Roh-Nya.

“Jadi, ke-39 buku dari Kitab-Kitab Ibrani ataupun kanon dari

ke-27 buku yang terilham dari Kitab-Kitab Yunani Kristen tidak

ada memuat ajaran yang jelas mengenai Tritunggal...Jadi bukti

dari Alkitab dan dari sejarah membuat jelas bahwa Tritunggal

tidak dikenal sepanjang zaman Alkitab dan selama beberapa

abad setelahnya...Jadi dibutuhkan waktu berabad-abad sejak

zaman Kristus bagi Tritunggal untuk dapat diterima secara luas

dalam susunan Kristen. Dan dalam semua hal tersebut, apa

yang membimbing keputusan-keputusannya? Apakah Firman

(Tuhan) atau apakah pertimbangan para pendeta dan politik?

Dalam Origin and Evolution of Religion, E.W. Hopkins

menjawab: Definisi ortodoks yang terakhir dari tritunggal

sebagian besar adalah masalah politik gereja”8

8 Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal? Pennsylvania: Watch Tower Bible And Tract Society 1989 hal 9

14 | P a g e

2. Nama Tuhan

Saksi Yehuwa memperjuangkan eksistensi nama Tuhan

bernama Yehuwa yang termuat dalam 7000 tempat di Kitab

Suci TaNaKh atau lazim disebut Perjanjian Lama oleh

Kekristenan.

“Demikian pula dengan nama (Tuhan). Tidak diketahui dengan

tepat bagaimana kata itu diucapkan, meskipun beberapa sarjana

berpikir bahwa „Yahweh‟ itu benar. Namun bentuk „Jehovah‟

(Yehuwa) telah dipakai berabad-abad dan paling luas dikenal.

Akan tetapi apakah kita seharusnya menggunakan nama

(Tuhan) meskipun kita mungkin tidak mengucapkannya dengan

tepat sebagaimana ucapan-ucapan semua? Kita menggunakan

nama-nama orang lain dalam Alkitab meskipun tidak diucapkan

dengan cara yang sama seperti dalam bahasa Ibrani asli. Misal,

nama Yesus diucapkan „Yeshua‟ dalam bahasa Ibrani. Demikian

pula sepatutnya orang menggunakan nama (Tuhan) yang

dinyatakan dalam Alkitab, tidak soal apakah kita mengucapkan

„Yahweh‟, „Yehuwa‟ atau dengan cara lain yang umum dalam

bahasa kita”9

“(Tuhan) memberi diri-Nya sebuah nama yang penuh makna.

Nama-Nya, Yehuwa, menunjukkan bahwa (Tuhan) dapat

memenuhi janji apapun yang Ia buat dan dapat melaksanakan

apapun yang telah Ia tetapkan. Nama (Tuhan) itu unik, lain

9 Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi, Pennsylvania: Watch Tower Bible And Tract Society 1991, hal 43-44

15 | P a g e

daripada yang lain. Hanya Dialah yang memiliki nama itu.

Yehuwa unik dalam banyak hal”10

3. Kristologi

Sekalipun Yesus Sang Mesias mendapat tempat terhormat

dalam pengajaran Saksi Yehuwa dan menjalankan fungsi

penebusan yang menyediakan kehidupan kekal, namun

kedudukan Yesus hanyalah mahluk ciptaan pertama yang

keberadaannya sudah terlebih dahulu ada sebelum langit dan

bumi ada dan setara dengan malaikat ciptaan Yehuwa. Dalam

derajat tertentu, Yesus disetarakan dengan Hikmat dalam Kitab

Amsal.

“Jadi sebelum dilahirkan di bumi sebagai manusia, Yesus sudah

ada di surga sebagai pribadi roh yang penuh kuasa. Ia

mempunyai tubuh yang tidak dapat dilihat manusia seperti

halnya (Tuhan)...Sebelum datang ke bumi, Yesus disebut

Firman dari (Tuhan). Gelar ini memperlihatkan bahwa di Surga

ia melayani sebagai pribadi yang berbicara mewakili Tuhan. Ia

juga disebut „Anak yang sulung‟ dari (Tuhan) maupun Anak-

Nya “yang tunggal” (Yoh 1:14; 3:16, Ibr 1:6). Ini berarti bahwa

ia diciptakan sebelum dunia semua putra rohani lainnya dari

Tuhan dan bahwa ia adalah satu-satunya yang langsung

diciptakan oleh Tuhan. Alkitab menjelaskan bahwa Putra „yang

sulung‟ ini ikut bersama Yehuwa dalam menciptakan perkara-

perkara lain (Kol 1:15-16)”11

10 Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia 2006, hal 14 11 Op.Cit., Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi, hal 58-59

16 | P a g e

“Alkitab mengajarkan bahwa Yesus hidup di surga sebelum ia

datang k‟e bumi. Mikha menubuatkan bahwa Mesias akan lahir

di Betlehem dan bahwa ia sudah ada „sejak purbakala‟ (Mik 5:2)

Yesus sendiri beberapa kali mengatakan bahwa sebelum lahir

sebagai manusia, ia hidup di surga (Yoh 3:13; 6:38,62; 17:4-5).

Sebagai mahluk roh di surga, Yesus mempunyai hubungan

istimewa dengan Yehuwa. Yesua adalah Putra yang paling

Yehuwa kasihi-dan ada alasan yang kuat untuk itu. Ia disebut

„yang sulung dari antara semua ciptaan‟, sebab ia adalah ciptaan

(Tuhan) yang pertama (Kol 1:15). Ada lagi yang membuat

Yesus menjadi Putra yang istimewa. Ia adalah „Putra satu-

satunya yang diperanakkan‟ (Yoh 3:16). Itu berarti Yesus

sajalah yang diciptakan oleh (Tuhan) sendiri. Selain itu,

Yesuslah satu-satunya yang (Tuhan) gunakan ketika ia

menciptakan semua hal lain (Kol 1:16). Selanjutnya, Yesus

disebut „Firman‟ (Yoh 1:14). Sebutan itu menunjukkan bahwa

ia berbicara mewakili (Tuhan), tentunya untuk menyampaikan

berbagai pesan dan instruksi kepada putra-putra lainnya, baik

mahluk roh maupun manusia”12

“Perhatikan betapa erat hubungan antara acuan-acuan kepada

asal usul Yesus dengan pernyataan-pernyataan yang

diungkapkan oleh „hikmat‟ kiasa dalam buku Amsal di Alkitab:

TUHAN (Yahweh, New Jerusalem Bible) telah menciptakan aku

sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang

pertama dahulu kala. Sebelum gunung-gunung tertanam dan

lebih dahulu daripada bukit-bukit, aku telah lahir; sebelum ia

12 Op.Cit., Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? Hal 40-41

17 | P a g e

membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran

yang pertama‟ (Ams 8:12,22,25,26). Meskipun istilah „hikmat‟

digunakan untuk mempersonifikasi pribadi yang (Tuhan)

ciptakan, kebanyakan sarjana setuju bahwa ini sebenarnya

adalah kata kiasan untuk Yesus sebagai mahluk roh sebelum

hidup sebagai manusia”13

4. Soteriologi

Saksi Yehuwa mengenal konsep penebusan yang dikerjakan

oleh Yesus Sang Mesias untuk menggenapi gambaran

penebusan dalam Perjanjian Lama yang diwakili oleh hewan

korban. Namun demikian Sang Penebus tersebut bukan

penebus yang Ilahi melainkan manusiawi belaka.

“Bahkan sekarang korban tebusan Yesus dapat memberi

manfaat bagi kita. Cara bagaimana? Dengan menjalankan iman

di dalamnya kita dapat menikmati kedudukan yang bersih di

hadapan (Tuhan) dan berada di bawah pemeliharaan-Nya yang

pengasih dan lembut (Why 7:9-10, 13-15). Banyak di antara

kita mungkin telah melakukan dosa-dosa luar biasa sebelum

belajar tentang (Tuhan). Bahkan sekarang kita membuat

kesalahan-kesalahan, kadang-kadang sangat serius. Akan tetapi,

kita dapat dengan leluasa meminta pengampunan dari (Tuhan)

atas dasar tebusan, dengan keyakinan bahwa Ia akan

mendengarkan kita (1 Yoh 2:1-2; 1 Kor 6:9-11). Demikian pula,

di masa-masa mendatang, tebusan kan membuka jalan bagi kita

untuk menerima karunia (Tuhan) yaitu hidup kekal dalam

sistem baru-Nya yang adil-benar (2 Ptr 3:13). Pada masa itu,

13 Op.Cit., Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal? hal 14

18 | P a g e

semua orang yang menjalankan iman dalam tebusan akan

dibebaskan sepenuhnya dari perbuadakan dosa dan kematian.

Mereka dapat mengharapkan kehidupan kekal dalam

kesempurnaan”14

“Yehuwa bertindak untuk menyelamatkan umat manusia

melalui tebusan...Bagaimana Yehuwa menyediakan tebusan? Ia

mengutus seorang putra rohani-Nya yang sempurna ke bumi.

Tetapi Yehuwa tidak mengutus sembarang malaikat. Ia

mengutus pribadi yang paling Ia kasihi, yaitu Putra Tunggal-Nya

(1 Yoh 4:9-10)”15

5. Pneumatologi

Saksi Yehuwa meyakini Roh Kudus bukanlah Roh Tuhan

melainkan hanya sekedar kekuatan seperti listrik dengan fungsi

dan tujuan yang tertentu.

“Roh Kudus yang digunakan dalam Alkitab menyatakan bahwa

ini adalah suatu kekuatan atau tenaga yang dikendalikan yang

digunakan oleh (Tuhan) Yehuwa untuk melaksanakan berbagai

maksud dan tujuan-Nya. Sampai taraf tertentu, ini dapat

disamakan dengan listrik, tenaga yang dapat digunakan untuk

melakukan beragam fungsi...Kata Yunani untuk „Roh‟ ialah

berjenis netral dan walaupun kita menggunakan kata gnti nama

pribadi dalam bahasa Inggris (He, His, Him), kebanyakan MSS

(manuskrip) Yunani menggunakan kata (bahasa Inggris) „It‟.

Jadi bila Alkitab menggunakan kata ganti nama pribadi berjenis

14 Op.Cit., Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi, hal 62-63 15 Op.Cit ., Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? Hal 50

19 | P a g e

laki-laki sehubungan dengan „parakletos‟ dalam Yohanes 16:7,

8 hal ini sesuai dengan peraturan tata bahasa, bukan

menyatakan suatu doktrin”16

6. Eskatologi

Saksi Yehuwa gemar melakukan kajian eskatologis dan tergoda

untuk selalu melakukan ramalan dan prediksi mengenai

kedatangan Yesus kedua kali dan akhir dunia, meskipun selalu

terbukti keliru.

“Kita telah belajar bahwa “zaman bangsa-bangsa” mulai pada

tahun 607 SM. Jadi dengan menghitung 2.520 tahun sejak

tahun itu, kita sampai pada tahun 1914. Pada tahun itulah

“zaman” yang ditetapkan ini berakhir. Jutaan orang yang masih

hidup mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun

1914. Pada tahun itulah “zaman” yang ditetapkan ini berakhir.

Jutaan orang yang masih hidup mengingat peristiwa-peristiwa

yang terjadi pada tahun 1914. Pada tahun itu, Perang Dunia I

memulai suatu masa kesusahan luar biasa yang telah

berlangsung sampai zaman kita. Ini berarti bahwa Kristus Yesus

mulai memerintah sebagai raja dari pemerintahan surgawi

(Tuhan) pada tahun 1914”17

16 Op.Cit., Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal? hal 21,22 17 Op.Cit., Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi, hal 141

20 | P a g e

7. Kematian

Saksi Yehuwa mempercayai bahwa kematian setara dengan

tidur panjang tanpa aktivitas dan tanpa sebuah kesadaran di

dalamnnya.

“Sekarang coba pikirkan hal ini: Bagaimanakah keadaan

Lazarus ketika ia mati selama empat hari? (Yoh 11:11-44, red)

Apakah ia ada di surga? Ia seorang yang baik. Namun Lazarus

tidak mengatakan apapun bahwa ia ada di surga, yang pasti

akan dikatakannya jika ia memang pernah ke sana. Tidak,

Lazarus benar-benar mati, seperti yang dikatakan Yesus. Maka,

mengapa Yesus mula-mula mengatakan kepada murid-

muridnya bahwa Lazarus hanya tidur? Yesus tahu bahwa

Lazarus yang mati itu tidak sadar, seperti dikatakan Alkitab:

“Orang yang mati itu tidak tahu apa-apa”. “Orang yang mati

itu...tidak sadar akan apapun” (Pengkh 9:5, terjemahan New

World Translation). Akan tetapi, orang yang hidup dapat

dibangunkan dari tidur nyenyak. Jadi Yesus ingin menunjukkan

bahwa, melalui kuasa (Tuhan) yang diberikan kepadanya,

Lazarus, sahabatnya dapat dibangunkan dari kematian. Apabila

seseorang tidur nyenyak, ia tidak ingat apa-apa. Demikian pula

halnya orang mati. Mereka tidak mempunyai perasaan sama

sekali. Mereka tidak ada lagi”18

“Yesus Kristus menggambarkan keadaan orang mati. Ketika

Lazarus, teman baiknya meninggal, Yesus memberi tahu murid-

muridnya, „Lazarus sahabat kita telah pergi beristirahat‟. Murid-

murid mengira bahwa Yesus memaksudkan Lazarus sedang

18 Op.Cit., Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi, hal 80

21 | P a g e

beristirahat atau tidur agar ia dapat sembuh. Tetapi mereka

keliru. Yesus menjelaskan, „Lazarus telah mati‟ (Yoh 11:11-14).

Perhatikan bahwa Yesus menyamakan kematian dengan

istirahat dan tidur. Lazarus tidak berada di surga ataupun di

neraka yang menyala-nyala. Ia tidak sedang bersama malaikat

atau leluhurnya. Lazarus tidak dilahirkan kembali sebagai

manusia lain. Ia sedang beristirahat dalam kematian, seolah-

olah tidur nyenyak tanpa bermimpi”19

8. Kebangkitan dari Kematian

Saksi Yehuwa mengakui adanya kebangkitan orang mati

namun bukan kebangkitan di alam roh melainkan kebangkitan

di dunia ini layaknya orang bangun dari tidur panjangnya.

Saksi Yehuwa membagi kebangkitan menjadi dua bagian,

kebangkitan pertama dimana orang yang turut ambil bagian

dalam kebangkitan pertama ini hidup di Surga sementara

kebangkitan kedua bagi mereka yang ditentukan untuk hidup di

dunia yang sudah diperbarui ini.

“Jadi setelah Kristus dibangkitkan, ke-144.000 (Why 14:1, red)

inilah yang akan dibangkitkan berikutnya. Mereka mendapat

bagian dalam „kebangkitan pertama‟ atau „kebangkitan yang

lebih awal‟ (Fil 3:11, terjemahan New World Translation).

Kapan ini terjadi? „Pada waktu kedatangan-Nya‟ (kehadiran-

Nya, New World Translation), kata Alkitab. Seperti yang telah

kita pelajari dalam pasal-pasal sebelumnya, Kristus mulai hadir

pada tahun 1914. Jadi „hari‟ untuk „kebangkitan pertama‟ dari

umat Kristen yang setia ke surga telah tiba. Pasti rasul-rasul dan

19 Op.Cit ., Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? Hal 59

22 | P a g e

umat Kristen mula-mula yang lainnya sudah dibangkitkan

kepada kehidupan surgawi (2 Tim 4:8). Akan tetapi, selama

kehadiran Kristus yang tidak kelihatan ini, ada umat Kristen

yang masih hidup yang mempunyai harapan yang sama untuk

memerintah di surga bersama Kristus. Mereka adalah sisanya,

sisa dari 144.000. kapan mereka akan dibangkitkan? Mereka

tidak perlu tidur dalam kematian, tetapi mereka akan segera

pada waktu mereka mati. Alkitab menjelaskan: Kita tidak akan

akan mati semaunya, tetapi kita semaunya akan diubah, dalam

sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab

nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan”

(1 Kor 15:51-52; 1 Tes 4:15-17)20

“Siapakah yang akan dibangkitkan? Yesus mengatakan bahwa

„semua orang dalam makam peringatan akan mendengar suara

Yesus lalu keluar‟ (Yoh 5:28-29). Demikian pula Penyingkapan

(Why) 20:13 mengatakan, „Laut menyerahkan orang-orang mati

yang ada di dalamnya dan kematian dan hades menyerahkan

orang-orang mati yang ada di dalamnya‟. Semua kuburan akan

dikosongkan. Miliaran orang yang beristirahat di sana akan

hidup kembali. Rasul paulus mengatakan, „Akan ada

kebangkitan untuk orang-orang yang adil-benar maupun yang

tidak adil-benar‟”(Kis 24:15)...Alkitab juga menyebutkan

kebangkitan lain, yaitu untuk hidup sebagai mahluk roh di

surga. Alkitab hanya mencatat satu contoh dari kebangkitan ini

yaitu kebangkitan Yesus Kristus...Yesus tahu bahwa ia tidak

lama lagi akan kembali ke surga, maka ia memberi tahu para

pengikutnya yang setia bahwa ia akan „menyiapkan tempat‟

20 Op.Cit., Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi, hal 173

23 | P a g e

bagi mereka (Yoh 14:2)...Ke-144.000 orang Kristen itu,

termasuk rasul-rasul Yesus yang setia, dibangkitkan untuk hidup

di surga. Kapan mereka dibangkitkan? Rasul Paulus menulis

bahwa hal itu akan terjadi pada masa kehadiran Kristus (1 Kor

15:23)”21

9. Mengenai Neraka & Surga

Saksi Yehuwa menolak keberadaan neraka karena Yehuwa

yang pada dasarnya Kasih tidak mungkin menyediakan tempat

sejahat itu. Saksi Yehuwa melakukan penafsiran simbolis

terhadap kata Ibrani “Sheol” atau kata Yunani “Hades” dan

kata Ibrani “Gehinom” atau kata Yunani “Gehenna” sebagai

tempat kuburan dan tempat pembakaran di Yerusalem timur.

“Jutaan orang diajar oleh agama mereka bahwa „neraka‟ adalah

suatu tempat siksaan kekal dan bahwa orang-orang jahat pergi

ke sana...Hal ini menimbulkan pertanyaan: Apakah (Tuhan)

Yang Maha Kuasa menciptakan tempat siksaan

demikian?...Dalam menyebutkan tempat yang dituju oleh umat

manusia pada waktu ia mati, Alkitab memakai kata „Sheol‟

dalam Kitab-Kitab Ibrani dan „Hades‟ dalam Kitab-Kitab

Yunani...Dalam Alkitab, disemua ayat dimana „sheol‟ muncul,

tempat itu tidak pernah dihubungkan dengan kehidupan,

kegiatan atau siksaan. Sebaliknya, sering dihubungkan dengan

kematian dan ketidakaktifan...Jadi jawabannya menjadi sangat

jelas. Misalnya, pikirkan tentang Pengkhotbah 9:10 yang

berbunyi: „Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk

dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada

21 Op.Cit ., Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? Hal 72-74

24 | P a g e

pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia

orang mati (Sheol, New World Translation), ke mana engkau

akan pergi‟. Sheol dan Hades tidak memaksudkan suatu tempat

siksaan melainkan kuburan umum umat manusia (Mzm 139:8).

Orang-orang baik maupun jahat pergi ke Sheol atau Hades”22

“Maka apa artinya Gehenna? Dalam Alkitab Ibrani, Gehenna

tak lain dari „Lembah Ben Hinom‟. Ingat, Hinom ialah nama

sebuah lembah di luar tembok-tembok Yerusalem. Di tempat

itulah orang-orang Israel mengorbankan anak-anak mereka

dalam api. Pada waktunya, Raja Yosia yang baik membuat

tempat ini menjadi tidak cocok untuk digunakan bagi praktik

yang begitu mengerikan (2 Raj 23:10). Tempat ini diubah

menjadi tempat sampah yang sangat besar...Kalau begitu apa

yang dimaksudkan dengan „lautan api‟ yang disebut di Alkitab

dalam buku Wahyu? Kata itu mempunyai arti yang sama

dengan Gehenna. Kata itu tidak berarti siksaan dalam keadaan

sadar melainkan kematian atau kebinasaan kekal. Perhatikan

bagaimana Alkitab sendiri mengatakan hal itu dalam Wahyu

20:14: “Lalu maut dan kerajaan maut (Hades, New World

Translation) itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah

kematian yang kedua: lautan api”. Ya, lautan api berarti

„kematian kedua‟. Dari dalam kematian ini tidak ada

kebangkitan. Tak dapat disangkal bahwa „lautan‟ ini adalah

lambang, karena maut dan kerajaan maut tidak dapat dibakar

secara aksara. Akan tetapi hal-hal itu dapat dan akan

dilenyapkan atau dimusnahkan”23

22 Op.Cit., Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi, hal 81-83 23 Ibid., hal 85,87

25 | P a g e

10. Hermeneutik Saksi Yehuwa

Hermeneutik adalah “suatu bagian teologi yang bersifat ilmiah

dan seni yang memperhatikan hukum tertentu bahkan

melibatkan diri penafsir sepenuhnya dengan tujuan mencari

maksud yang ingin disampaikan oleh penulis Alkitab”24. Namun

Saksi Yehuwa tidak menggunakan kaidah hermeneutik yang

lazimnya dipergunakan di sekolah-sekolah teologia. Mereka

memiliki kaidah penafsiran sendiri yang lebih menekankan

aspek simbolis (lambang). Untuk menafsirkan lambang-lambang

yang sulit mereka biasanya memiliki kelompok penafsir yang

dijuluki “hamba yang setia dan bijaksana” (faithfull and discreet

slave class)25

11. Metode Pengajaran Saksi Yehuwa

Apa yang disebut “metode” tidak lebih dari sebuah “pelajaran

buku” atau “indoktrinasi” bahkan “cuci otak”26. Mereka

biasanya membacakan keras-keras materi dalam buku terbitan

Saksi Yehuwa dan diadakan pertanyaan-pertanyaan yang

jawabannya sudah tersedia dalam buku panduan tersebut.

Kevin R. Quick seorang mantan Saksi Yehuwa yang sudah

berpaling pada Yesus Sang Mesias memberikan kesaksiannya

sbb: “Saya sering heran mengapa kami memakai metode

24 Pdt. Hasan Sutanto MTh., Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara 191, hal 3 25 Kevin R. Quick, Menyibak Tirai Saksi Yehuwa, Bandung: Lembaga Literatur Baptis 1994, hal 22 26 Ibid., hal 23-25

26 | P a g e

semacam itu. „Kalau apa yang kami pelajari adalah suatu

kebenaran‟, pikir saya, „mengapa harus cuci otak seperti ini?

Mengapa tidak berdiskusi saja secara terbuka? Mengapa

mengulang-ulang penyajian yang sama, pengajaran yang sama

tentang tema yang sama pula?‟ Saya lalu berkesimpulan bahwa

karena sebagian besar Saksi Yehuwa tidak tinggi

pendidikannya, rupanya itulah satu-satunya cara belajar yang

efektif bagi mereka”27

12. Terjemahan Kitab Suci Saksi Yehuwa

Kelompok Saksi Yehuwa atau Wacth Tower menjunjung tinggi

kitab suci terjemahan mereka sendiri dan merendahkan

terjemahan lainnya. Pada mulanya mereka menerjemahkan

kitab suci dan menerbitkannya dengan nama The New

Translation of the Christian Greek Scriptures diterbitkan oleh

New World Translation Commiittee pada tahun 1950.

Kemudian disusul dengan The New World Translation of the

Hebrew Aramaic Scriptures dalam lima jilid. Jilid pertama

selesai tahun 1953 dan jilid terakhir selesai pada tahun 196028.

Sekarang mereka menyatukan semua jilid dan dikenal dengan

nama The New Wolrd Translation.

27 Ibid., hal 24 28 Ibid., hal 27

27 | P a g e

BAB III

TUJUH LANGKAH INDOKTRINASI SAKSI YEHUWA

Saksi Yehuwa menggunakan tujuh langkah indoktrinasi atau rentetan

pengajaran dan latihan yang bertujuan menjangkau dan meyakinkan

penganut-penganut baru. Cara-cara mereka hendaknya dipelajari oleh

orang Kristen agar memahami sepenuhnya metode „penginjilan‟ yang

digunakan oleh aliran yang menyesatkan itu29. Adapun tujuh langkah

tersebut adalah sbb:

1. Menjual Bahan Cetakan

Ada banyak buku-buku kecil dan menarik serta full color yang

mempromosikan ajaran Saksi Yehuwa. Jika tahun 1970-an

menggunakan buku utama Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam

Firdaus di Bumi sekarang berganti dengan judul Apa Yang

Sebenarnya Alkitab Ajarakan? Dan masih ada majalah

Sedarlah dan brosur-brosur lainnya.

2. Kunjungan kepada Pembeli

Setelah ada pembeli literatur mereka, biasanya Saksi Yehuwa

akan menindaklanjuti dengan melakukan perkunjungan dan

tanya jawab.

3. Pelajaran di Rumah.

Jika pembeli berminat dan merespon ajaran Saksi Yehuwa,

maka akan diadakan pertemuan berkala di rumah tersebut.

29 Op.Cit., Bagaimana Menghadapi Saksi Yehuwa? Bandung: Lembaga Literatur Baptis 1993, hal 19-25

28 | P a g e

4. Pelajaran Sedaerah

Kelompok belajar ini merupakan satu kumpulan dari semua

calon anggota di daerah yang berdekatan, yaitu perhimpunan

orang-orang yang sudah lebih dahulu belajar di rumah masing-

masing.

5. Undangan ke Balai Kerajaan

Pertemuan dalam Balai Kerajaan berisikan pelajaran yang tidak

ada batasnya dan belum pernah ada satu orangpun yang

menamatkannya. Ada pelajaran berpidato dan pendalaman

Kitab Suci yang bersifat indoktrinatif dengan bekal buku-buku

panduan dari Watch Tower dan tanpa diskusi kritis.

6. Calon itu Diutus Sebagai Penjual

Setelah dirasa cukup pengetahuannya mereka akan diutus

keluar untuk menjual literatur-literatur dengan didampingi

senior dan membuat laporan atas hasil pekerjaannya tersebut.

7. Calon Dibaptiskan Dalam Teokrasi

Setelah mereka matang dan layak maka mereka akan

dibaptiskan dan masuk dalam Teokrasi. Mereka menganggap

bahwa teokrasi atau Kerajaan Tuhan itu tiada lain adalah

organisasi mereka sendiri.

29 | P a g e

BAB IV

TANGGAPAN ATAS AJARAN SAKSI YEHUWA

Patut kita akui bahwa dalam pengajaran yang disampaikan oleh Saksi

Yehuwa ada unsur-unsur kebenaran yang bersumber dalam

pengajaran Kitab Suci TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim) atau

Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru seperti kebaikan moral,

menjauhi kejahatan dan perbuatan terkutuk. Merekapun mempercayai

keberadaan Tuhan, keberadaan Yesus Sang Mesias. Namun jika dikaji

secara seksama dan mendalam ada perbedaan yang tajam antara

keyakinan Saksi Yehuwa dengan apa yang diimani oleh gereja

sepanjang abad mengenai pokok-pokok keimanan khususnya

terhadap Yesus Sang Mesias.

Tanggapan Mengenai Istilah Tritunggal

Kita sependapat dengan Saksi Yehuwa bahwa istilah “Tritunggal” tidak

terdapat dalam Kitab Suci baik TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim)

maupun Kitab Perjanjian Baru. Namun sayang Saksi Yehuwa menolak

essensi kesetaraan, kesehakikatan YHWH, Firman dan Roh (Kej 1:1-3)

yang dipersonifikasikan dalam sebutan Sang Bapa, Sang Putra dan

Sang Roh Kudus (Mat 28:19-20).

Darimanakah istilah Tritunggal? Perlukah kita menggunakan istilah

Tritunggal? Kekristenan mengungkapkan misteri relasi ontologis

(hakikat) antara Bapa, Putra dan Roh Kudus, dengan istilah Tritunggal

atau trinitas. Terminologi ini tidak tertulis dalam Kitab Suci. Istilah ini

secara historis merupakan perspektif orang beriman Abad 2 Ms.

Abad 2 Ms merupakan perpindahan titik berat pola berteologia, dari

teologia Palestina yang kontemplatif, menjadi Teologia Hellenis yang

30 | P a g e

rasionalistik dan metafisik30 Akibatnya, dibutuhkan suatu penjelasan

yang rasional kepada kaum pagan Yunani, mengenai realitas Tuhan.

Bernhard Lohse memberikan komentar, “Karena itu, sedikitpun tidak

mengherankan bahwa gereja terkadang meraba-raba dalam upayanya

memformulasikan imannya secara intelrktual dan konseptual kepada

(Tuhan) Bapa, (Yesus Sang Mesias) dan Roh Kudus”31. Sejumlah

teolog dan Bapa Gereja (Church Fathers) yang telah lebih dahulu

menggumuli persoalan relasi ontologis antara Bapa, Putra dan Roh

Kudus, adalah Yustinus martyr, Theophilus dari Anthiokhia,

Adamatinus , Origenes, Arius, Athanisius, Agustinus serta Tertulianus.

Dari sekian teolog yang merumuskan formula relasi intologis antara

Bapa, Putra dan Roh Kudus, adalah tertulianus. Beliau merumuskan

dalam bentuk ungkapan Yunani, “Mono Ousia Tress Hypostasis” atau

dalam ungkapan Latin, “Una Substantiae Tress Persona”, yang jika

diterjemahkan adalah, “Satu Keberadaan Tiga pribadi”. DR. Harun

Hadiwyono mensinyalir ada pengaruh Filsafat Platonik tentang konsep

“Divine nature” (Tabiat Ketuhanan) dalam perumusan konsep

Trinitas3233”. “Ousia” atau “Substantiae” adalah: “apa yang

membedakan satu macam atau satu rumpun dengan macam rumpun

yang lain, serta yang memberi ciri khas kepada macam atau rumpun

itu”. Contoh : „rumpun mangga berbeda dengan rumpun jambu.

30 Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, BPK 1994, hal 51

31 Ibid., hal 50 32 Apa dan Siapakah Tuhan Allah ? Jakarta: BPK Gunung Mulia 1974, hal 50-51 33 Ibid., hal 50-51

41

31 | P a g e

Rumpun manusia berbeda dengan rumpun binatang‟. Ousia (Tuhan)

adalah apa yang membedakan (Tuhan) daripada manusia”34

Hampir semua teolog mengakui bahwa istilah “Trinitas/Tritunggal”,

tidak terdapat secara literal dalam Kitab Suci. Namun essensi yang

mengarah pada pengertian tersebut memang terpampang dalam

banyak ayat. DR. Andar Tobing, mengakui kenyataan tersebut dan

mengatakan: “kita terpaksa memakai istilah Trinitas itu untuk menolak

adjaran-adjaran dan pendapat-pendapat yang salah dan bertentangan

dengan isi Alkitab. Biarpun istilah itu tidak sempurna…”35

Berdasarkan beberapa kajian diatas, maka penulis mengusulkan suatu

formula teologis untuk menggambarkan relasi ontologis Bapa, Putra

dan Roh Kudus, sbb : “Tuhan yang esa dengan tiga maha karya yaitu

mencipta dipanggil sebagai Bapa, menyelamatkan dipanggil sebagai

Putra, menghibur dalam diri orang percaya disebut Roh Kudus”.

Mengapa digunakan istilah “Keesaan Bapa, Putra, dan Roh Kudus?”

Pertama, istilah Keesaan adalah istilah yang firmaniah dan secara

literal tertulis dalam TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru. Ortodoksi

Yudaisme, sebagai akar Kekristenan mendasarkan pada “Shema

(Shema Yisrael, YHWH Eloheinu YHWH Ekhad” yang artinya,

“Dengarlah Israel, YHWH itu Tuhan kita, YHWH itu Esa”,Ul 6:4).

Rabbi Hayim Ha Levy Donin, memberikan keterangan: “The Shema is

declaration of faith, a pledge of allegiance to One God, an affirmation

of Judaism. It is the first prayer that children are taught to say”(Shema

adalah deklarasi iman, janji setia kepada satu Tuhan, sebuah

34 Ibid., hal 109-110 35 Apologetika tentang Trinitas, Jakarta: BPK Gunung Mulia 1972, hal 31

43

32 | P a g e

penegasan iman Yudaisme. Ini adalah doa pertama dari seorang anak

yang diajarkan untuk diucapkan) 36

Dalam Kitab Perjanjian Baru, Yesus kembali mengutip “Shema” (Mrk

12:29). Berulang kali, dalam suratnya, Rasul Paul mengungkapkan

sebutan Bapa, Putra, Roh Kudus bersamaan dengan kata Esa (1 Tim

1:17, 1 Tim 2:5-6, 1 Kor 8:5-6, Gal 3:20), demikian pula Rasul

Yohanes menyebutkan mengenai keesaan (Yoh 5:45) serta rasul

Yudas (Yud 1:25). Secara literal, istilah “Keesaan” adalah Firmaniah

atau Scriptural. Kedua, makna Keesaan dalam sudut pandang

Scriptural adalah bahwa orang beriman harus menyembah kepada

satu-satunya Tuhan yang benar, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus

serta bukan kepada Tuhan yang lain. Hanya Dia lah fokus ibadah (Ul

6:13), fokus kasih (Ul 11:1), fokus doa (Mzm 143:1), fokus pujian

(Mzm 66:2). Jadi, kata “Ekhad”, bukan bermakna aritmetis semata

namun bermakna metafisik. Tuhan yang mengatasi ruang dan waktu

dan yang satu-satunya berhak menerima penyembahan. Ketiga, baik

Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah sehakikat, setara dalam kekekalan.

Bapa, Putra dan Roh Kudus, keluar dari hakikat Bapa (Yoh 8:42, Yoh

15:26).

Tuhan yang Esa, yang dalam zaman hidup nabi-nabi di Perjanjian

Lama, dikenal dengan nama YHWH (Yahweh, Kel 3:15), maka dalam

Perjanjian Baru telah menyatakan diri-Nya kepada manusia (Ibr 1:3),

melalui Firman-Nya yang menjadi manusia (Yoh 1:1,14) serta

mengambil rupa manusia (Fil 2:7) yang bernama, Yesus (Mat 1:21)

serta mengajar manusia melaluii Roh-Nya yang berdiam dalam diri

orang beriman (Yoh 14:16-17).

36 To Pray As A Jew: A Guide to the Prayer Book and the Synagogue Service, Basic Books, p.144

33 | P a g e

YHWH disebut sebagai Bapa Surgawi (Yes 64:8, Mat 6:9) dan

Pencipta Langit serta Bumi (Yes 40:28, Mzm 121:1-2). Yahshua

disebut sebagai Putera Tuhan (Mat 16:16). Roh Bapa atau Roh

YHWH, disebut juga Roh Kudus atau Roh kebenaran (Yoh 14:26, Yoh

15:26).

Baik YHWH, Firman dan Roh bukanlah tiga melainkan satu. Karena

Firman dan Roh berdiam bersama dalam kekekalan bersama YHWH

(Yoh 1:1). Bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman keluar dan

datang dari hakikat Bapa (Yoh 8:42). Demikianpula Roh keluar dari

Bapa (Yoh 15:26). Bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman tidak

diciptakan, melainkan menciptakan dan menyebabkan adanya ciptaan

(Mzm 33:6, Yoh 1:3, Kol 1:16). Demikian pula Roh Kudus yang

menyebabkan semua ciptaan menjadi hidup dan bernafas (Ayub

34:14).

Bukan pula tiga pribadi melainkan satu pribadi dengan tiga karya dan

manifestasi kuasa. Mengapa satu pribadi? Bapa, Putra dan Roh Kudus

(YHWH, Firman-Nya, Roh-Nya) adalah satu pribadi dalam kekekalan,

karena yang satu tidak ada dan diadakan lebih dahulu oleh yang lain.

Kata “satu” dalam ulasan ini bukan bermakna aritmetik melainkan

ontologik, karena kita sedang membicarakan Tuhan yang mengatasi

dan berada didalam segala sesuatu yang Dia ciptakan.

Sekalipun kita seharusnya meredefinisi penggunaan istilah Tritunggal

karena memang tidak dituliskan dalam Kitab Suci dan dapat

menimbulkan biasa pemahaman mengenai jumlah Tuhan namun kita

tidak menolak essensi kesetaraan dan kesehakitan YHWH, Firman dan

Roh-Nya yang dipersonifikasikan dengan sebutan Bapa, Anak dan

Roh Kudus. Sementara Saksi Yehuwa menolak keduanya, baik istilah

sekaligus essensinya.

34 | P a g e

Tanggapan Mengenai Nama Tuhan

Kita pun sepakat dengan Saksi Yehuwa bahwa Tuhan memiliki nama.

Rujukan penting mengenai nama Tuhan terdapat dalam Keluaran 3:1-

22 pada peristiwa perjumpaan Musa dengan kehadiran Tuhan dalam

api di semak duri yang tidak membakar semak duri tersebut. Saat

Musa hendak diutus untuk membebaskan bangsa Israel keluar dari

Mesir, Musa bertanya mengenai nama Tuhan sbb: “Lalu Musa berkata

kepada Tuhan: "Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan

berkata kepada mereka: Tuhan nenek moyangmu telah mengutus aku

kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-

Nya? -- apakah yang harus kujawab kepada mereka?" (Kel 3:13). Lalu

Tuhan menjawab demikian: “Firman Tuhan kepada Musa: "AKU

ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang

Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu."(Kel 3:14).

Jawaban ini kerap disalahpahami sebagai bentuk penolakan Tuhan

menyatakan nama dan arti yang terkandung dalam nama-Nya.

Seolah-olah Tuhan hendak menyembunyikan misteri diri-Nya dengan

pernyataan tersebut sebagaimana dikatakan Stefan Leks demikian,

“Maka jelaslah ungkapan Alkitabiah ini menegaskan akan adanya

Tuhan, tetapi sebenarnya tidak memberi jawaban siapakah nama

Tuhan itu”37

Penyingkapan tabir hakikat dan nama Sang Pencipta tertulis dalam

Keluaran 3:15, "Yahweh Elohe avotekem, Elohe Avraham we Elohe

Yishaq we Elohe Yaaqov, shelakhmi aleikem, ze shemi le olam we ze

zikri le dor dor" (Yahweh Tuhan nenek moyangmu Tuhan Abraham,

Tuhan Ishak dan Tuhan Yakub Telah mengutus aku kepadamu Inilah

37 Menuju Tanah Terjanji, Nusa Indah Ende Flores, 1978, hal 30

35 | P a g e

nama-Ku untuk selamanya Dan inilah pengingat-Ku turun temurun).

Perhatikan frasa Ibrani Keluaran 3:15 sbb:

יעקב ואלהי יצחק אלהי אברהם אלהי אבתיכם אלהי יהוה דר׃ לדר זכרי וזה לעלם זה־ׁשמי אליכם ׁשלחני

Frasa “zeh shemi leolam” (inilah nama-Ku Yang Kekal), menunjuk kepada nama “Yahweh”. Ada yang berpendapat, bahwa “Yahweh” adalah kata kerja imperfek orang ketiga tunggal. Ini pendapat yang keliru. Sekalipun akar kata “Yahweh” adalah “hayah”, sehingga “Yahweh” bermakna “Dia Ada”. Namun bentuk kata kerja orang ketiga tunggal dari “hayah” adalah “yihyeh”. Adapun “Yahweh” adalah nama dari Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub. Makna nama Yahweh sendiri adalah “YANG SENANTIASA ADA, HADIR, BERBUAT, BERKARYA, BERTINDAK”. Keluaran 3:14 menyingkapkan “sifat dan keberadaan” Sang Pencipta, melalui bentuk kata kerja imperfek orang pertama tunggal, “Ehyeh”. Sementara Keluaran 3:15 menyingkapkan bahwa nama Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub bernama Yahweh. Nama ini bukan hasil penelitian Musa atau penjelajahan Musa dalam dunia esoteris sehingga berhasil mendapatkan nama Sang Pencipta, melainkan penyingkapan nama Sang Pencipta adalah INISIATIF Sang Pencipta sendiri, untuk memperkenalkan jati diri-Nya pada Musa dan Yisrael. Berbeda dengan agama-agama yang menamakan berbagai gejala alam (angin, hujan, badai, panas, dll) menjadi nama tuhan mereka, maka Yudaisme dan Kekristenan, berangkat dari keyakinan bahwa Tuhan telah memperkenalkan nama pribadi-Nya, karena Dia berkehendak untuk dikenal oleh umat-Nya. Pada Abad I Ms pelarangan pengucapan nama Yahweh di tempat umum menjadi suatu ketetapan dikalangan Yudaisme di Yerusalem. Setiap mereka mengucapkan nama Yahweh, mereka akan mengganti dengan bentuk euphemisme (penghalusan) al. Shamayim (langit),

36 | P a g e

Adonai (tuan), ha Kadosh (yang kudus). Sebagaimana tercatat dalam literatur Yahudi pra Mesias, yaitu Misnah sbb: “…di tempat suci, seseorang mengucapkan Sang Nama sebagaimana tertulis, namun di luar tempat itu, harus dengan bentuk euphemisme”38. Setelah penghancuran Yerusalem pada tahun 70 Ms, mazhab Yahudi Farisi melarang penggunaan nama itu. Berdasarkan “halakha” (keputusan rabinik), mereka menyatakan bahwa nama itu “tersembunyi”39 dan “harus dirahasiakan”40. Setidaknya semua orang Yahudi tahu bahwa Yahweh adalah nama Tuhan dan tidak dilupakan sama sekali. Dan literatur modern merekam peristiwa tersebut dan memberikan deskripsi sbb: New World Encyclopedia: “In Judaism, pronunciation of the

Tetragrammaton is taboo. Usually, Adonai ("the Lord") is used as a

substitute in prayers or readings from the Torah. When used in

everyday speaking the Tetragrammaton is often replaced by HaShem

("the Name"). According to rabbinic tradition, the name was

pronounced by the high priest on Yom Kippur, the only day when the

Holy of Holies of the Temple would be entered. With the destruction of

the Second Temple in the year 70 C.E., this use also vanished,

explaining the loss of the correct pronunciation.” (Dalam Yudaisme,

pengucapan Tetragrammaton adalah terlarang. Biasanya kata Adonai

dipergunakan sebagai pengganti dalam doa-doa atau pembacaan dari

Kitab Torah. Ketika dipergunakan dalam percakapan harian maka

Tetragrammaton terkadang diganti dengan Ha Shem [Sang Nama].

Menurut tradisi rabinik nama tersebut diucapkan oleh Imam Besar saat

38 Misnah Sotah 7:6; Berakhot Sotah 38b; Misnah Tamid 7:2 39 Berakhot Pesakh 50ª 40 Berakhot Kiddush 71ª

37 | P a g e

perayaan Yom Kipur hanya satu hari saat imam memasuki ruang

Maha Suci)

Jewish Encyclopedia menuliskan: “About 300 B.C., therefore, the

word "Yhwh" was not pronounced in its original form. For several

reasons Jacob ("Im Namen Gottes," p. 167) assigns the "disuse of the

word 'Yhwh' and the substitution of 'Adonai' to the later decades of the

Babylonian exile." (Sekitar tahun 300 SM, kata YHWH tidak pernah

diucapkan dalam bentuk aslinya. Oleh karena beberapa alasan maka

Yakub menetapkan penghindaran kata YHWH dan memberikan

sebutan pengganti Adonai pada dekade berikutnya setelah

pembuangan Babilonia)

Jewish Encylopedia: “Rabbinical Literatur-the name Yahweh is

considered the name proper” (Literatur rabinik menyatakan bahwa

nama Yahweh dianggap sebagai nama yang tepat)

Seventh Day Adventist Bible Commentary : “And the name

above all other that was looked upon as the name of God was

Yahweh” (Dan nama di atas segala yang layak disebut sebagai nama

Tuhan adalah Yahweh)

The Encylopedia Judaica: “The true pronounciation of the name

YHWH was never lost. Several Greek writers of the Christian Church

testify that name was pronounced Yahweh” (pengucapan yang benar

nama YHWH tidak pernah dilupakan. Beberapa penulis Yunani awal

dari gereja Kristen bersaksi bahwa nama tersebut diucapkan Yahweh)

Unger’s Bible Dictionary: “Yahweh, the Hebrew tetragrammaton

(YHWH) traditionally pronounced Jehovah is now known to be

correctly vocalized to be correctly vocalized Yahweh” (Yahweh, bentuk

38 | P a g e

tetragrammaton [YHWH] secara tradisional diucapkan Jehovah

sekarang lebih dikenal dengan tepat sebagai Yahweh)

Encylopedia Britanica menyatakan sbb: “Early Christian writers

such as Clement of Alexandria in the 2nd century, had used the form

Yahweh, thus this pronunciation of the Tetragrammaton was never

really lost. Greek transcription also indicated that YHWH should be

pronounced Yahweh” (Penulis Kristen awal seperti Klement dari

Alexandria di Abad 2 M telah mempergunakan bentuk nama Yahweh

sehingga pengucapan dari Tetragrammaton ini tidak pernah hilang.

Tulisan Yunani juga mengindikasikan bahwa YHWH seharusnya

diucapkan Yahweh)

Eerdman’s Bible Dictionary (1979, p.478): “The pronunciation

Yahweh is indicated by transliterations of the name into Greek in early

Christian literature, in the form IAOUE (Clement of Alexandria) or

IABE (Theodoret, by this time Gk “b” had the pronunciation of

“v”)...Strictly speaking, Yahweh is the only name of God. In Genesis

wherever the word sem (name) is associated with the divine being that

name is YAHWEH” (Pengucapan nama Yahweh diindikasikan dengan

pemindahan tulisan dalam nama Yunani dalam literatur Kristen awal

dalam bentuk IAOUE (Klemen dari Alexandria) atau IABE (Theodoret,

pada zaman itu bentuk huruf Yunani „b‟ diucapkan „v‟)...pada

hakikatnya, Yahweh adalah nama Tuhan. Dalam Kitab Kejadian

dimanapun kata Ibrani „shem‟ selalu dihubungkan dengan keberadaan

ilahi yang bernama Yahweh).

Nama Tuhan bernama Yahweh terbentang dari Kitab Kejadian hingga

Maleaki sebanyak kurang lebih 7000 tempat. Dalam naskah Peshitta

Aramaik Perjanjian Baru nama YHWH muncul dalam bentuk Mar-Ya

yang merupakan bentuk singkat dari Tuan Yahweh. Namun mengapa

39 | P a g e

nama YHWH tidak muncul dalam naskah Kitab Perjanjian Baru

berbahasa Yunani dan bahasa-bahasa di dunia ini?

Sejak adanya keputusan rabinik paska pembuangan dari Babilonia

sebagaimana diinformasikan sebelumnya maka nama YHWH akhirnya

tidak disebutkan dalam percakapan umum dan diganti dengan Adonai.

Namun dalam doa pribadi atau saat Imam Besar melayankan doa di

hari raya Yom Kippur (Pendamaian) di Bait Suci maka nama Yahweh

diucapkan. Sekalipun mereka menghindari pengucapan nama Yahweh

di hadapan umum namun naskah Kitab Suci dalam bahasa Ibrani

tetap menuliskan nama tersebut. Ini terbukti dari naskah Ibrani

Masoretik yang memiliki tanda baca sebagai bentuk salinan paska

pembuangan Babilonia dan naskah Laut Mati yang ditulis dalam

bentuk Paleo Ibrani tanpa tanda baca tetap menuliskan nama YHWH

dalam bagian-bagian teks Kitab Suci TaNaKh.

Ketika ada kebutuhan untuk menerjemahkan Kitab TaNaKh ke dalam

bahasa Yunani di Alexandria Mesir untuk memenuhi kebutuhan orang-

orang Yahudi yang sudah tidak fasih berbicara dalam bahasa Ibrani,

maka diputuskan bahwa pengucapan nama YHWH tidak dituliskan

melainkan ditulis berdasarkan sebutan yang sudah lazim yaitu Adonai

yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani Kurios. Kitab ini bernama

Septuaginta yang konon disusun oleh 70 sarjana Kitab Suci Yahudi

dengan sponsor dari Kaisar Ptolemaus Philadhelpus.

Untuk pertama kalinya nama YHWH disalin dalam bentuk nama

pengganti Kurios dalam bahasa Yunani. Langkah ini kemudian

diadaptasi oleh para penyalin Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa

Yunani dengan mengutip Kitab Septuaginta untuk berbagai nubuatan

dalam TaNaKh dan nama Kurios pun disematkan dalam terjemahan

Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani.

40 | P a g e

Berangkat dari data sejarah tersebut maka ketika Kitab Suci TaNaKh

dan Perjanjian Baru diterjemahkan dalam berbagai bahasa maka

nama YHWH yang telah ditulis dengan Kurios dalam bahasa Yunani,

kemudian diterjemahkan menjadi Heer (Belanda), Lord (Inggris),

Senior (Spanyol), Domini (Latin), Rabb (Arab).

Di Indonesia yang mayoritas mempergunakan terjemahan Lembaga

Alkitab Indonesia, nama YHWH dapat ditemukan dalam bentuk

TUHAN dan ALLAH dalam huruf kapital seluruhnya. Contoh:

“Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan

kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung”

(Yes 42:8).

“Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan ALLAH

telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?" (Am 3:8)

Lembaga Alkitab Indonesia memberikan keterangan pada kamus

bagian akhir terjemahan Kitab Suci mengenai TUHAN sbb: “Nama

(Tuhan) Israel”

Dengan menggunakan alur penjelasan dan penelitian bahasa sumber

maka setiap kita membaca teks terjemahan Kitab Perjanjian Lama

maka setiap tulisan TUHAN dan ALLAH seharusnya dibaca dengan

YHWH atau YAHWEH. Demikian pula jika kita menemukan kutipan

Perjanjian Lama dalam Kitab Perjanjian Baru hasil terjemahan

Lembaga Alkitab Indonesia, selayaknya nama YHWH diucapkan.

Contoh:

“Tetapi Yang Mahatinggi tidak diam di dalam apa yang dibuat oleh

tangan manusia, seperti yang dikatakan oleh nabi: Langit adalah

takhta-Ku, dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku. Rumah apakah yang

41 | P a g e

akan kamu dirikan bagi-Ku, demikian firman Tuhan, tempat apakah

yang akan menjadi perhentian-Ku? Bukankah tangan-Ku sendiri yang

membuat semuanya ini? (Kis 7:48-50).

Dalam urgensi penggunaan nama Tuhan kita sepakat dengan misi dan

perjuangan Saksi Yehuwa namun dalam hal pronunsiasi yang tepat

dari nama Tuhan kita tidak sepakat. Pengucapan “Jehovah” tidak

memenuhi kaidah bahasa Ibrani karena huruf Ibrani tidak mengenal

huruf “J”. Sementara pengucapan “Yehuwah” lebih dipengaruhi oleh

tanda baca yang dibuat oleh ahli Masoretik terhadap empat huruf

Ibrani YHWH (יהוה) yaitu menyematkan tanda baca “shewa” (e, taling)

“patakh” (a) yang seharusnya terbaca “Yehwah” sehingga menjadi

“Yehuwa”. Pemberian tanda baca pada empat huruf YHWH

sebenarnya bukan memberikan petunjuk mengenai pengucapan

namanya yang tepat melainkan hanya untuk menghindarkan agar

umat tidak mengucapkan nama itu sebagaimana kebiasaan pada

waktu itu paska pembuangan Babilonia dimana nama YHWH tidak

diucapkan di hadapan umum.

Tanggapan Mengenai Kristologi

Pemahaman Saksi Yehuwa terhadap Yesus Sang Mesias lebih

menggemakan kembali pandangan bidat gereja bernama Arius. Arius

adalah presbiter di Alexandria. Dia adalah murid dari Lucian yang

merupakan murid dari Paul dari Samosata yang mengajarkan konsep

Adopsionisme. Konsep Adopsionisme mengajarkan bahwa Logos atau

Akal Tuhan berdiam dalam diri Yesus sebagaimana pernah berdiam

dalam diri para nabi seperti Musa. Ketika Yesus disalibkan dan bangkit,

Paul mengajarkan bahwa Tuhan Sang Bapa mengadopsi Yesus dan

memberikan dia status keilahian. Pandangan Paul dari Samosata

berpengaruh pada Arius yang mengajarkan bahwa Sang Bapa tidak

42 | P a g e

memiliki permulaan sementara Sang Putra (Logos) memiliki

permulaan karena dia adalah ciptaan41. Konsep bahwa Yesus yang

merupakan Sang Logos atau Sang Firman adalah ciptaan bergema

kembali dalam ajaran Saksi Yehuwa. Kristologi Saksi Yehuwa

menyangkal keilahian Yesus dan menganggap Yesus hanya manusia

belaka tanpa keilahian. Kita akan mengurai kesalahan berpikir Saksi

Yehuwa mengenai hakikat Sang Firman.

Kita akan memfokuskan pada pengkajian Yohanes 1:1-18. Yohanes 1:

1 dibuka dengan kalimat, “en arkhe en ho Logos, (Westcott and Hort

New Testament) “bereshit haya ha Davar, (Hebrew New Testament).

Apa arti pernyataan tersebut? Logos, dalam arti filsafatnya sudah lama

di pakai sebelum penggunaannya di dalam Kitab Yohanes, baik dalam

konteks pemikiran Yunani maupun Mesir bahkan pemikir Yahudi

bernama Philo42.

Heraklitus (500 SM) mula-mula menggunakan istilah Logos.

Menurutnya, dunia selalu mengalami perubahan. Daya penggerak

perubahan tersebut adalah Logos. Logos adalah pikiran yang benar

dan bersifat kekal Anaxagoras (400 SM) beranggapan bahwa Logos

adalah jiwa manusia yang menjadi pengantara antara Tuhan dan

manusia. Logos berdiam di dalam dunia. Philo (20 SM-20 Ms) seorang

Yahudi Alexandria menyatakan bahwa Logos adalah akal tuhan yang

menjadi pengantara antara Tuhan dan manusia. Logos tidak

berkepribadian dan Logos tidak dapat berubah menjadi manusia.

41 Harry R. Boer, A Short History of the Early Church, Michigan: William B. Erdmans Publishing 1976, p. 113-114 42 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I, BPK Gunung Mulia, 1993, hal 363

2

43 | P a g e

Pendapat beberapa ahli mengenai penggunaan kata Logos dalam

Kitab Perjanjian Baru sbb: “Rasul Yohanes tanpa ragu-ragu memakai

kata Logos sebagai sarana untuk memperkenalkan Tuhan Yesus.

Tetapi Logos yang di maksudkan oleh Yohanes tidak sama dengan

Logos yang di artikan oleh orang lain”43. Selanjutnya Purnawan

menambahkan, “Rasul Yohanes telah menyimak suasana pikiran

zamannya, mengambil istilah yang umum di pakai dan tumpuan

harapan orang sesamanya, serta memberi arti baru yang lebih dalam

sesuai dengan ilham Roh Kudus kepadanya”44. Penggunaan Logos

dalam Injil Yohanes di karenakan istilah itu sudah di kenal dalam

lingkungan Yahudi dan Yunani, namun penggunaan Logos harus di

mengerti latar belakangnya dalam penyataan Tuhan dalam Perjanjian

Lama45.

Jika ditinjau dari sudut pandang Hebraik atau akar Semitik naskah

Yunani, maka kata Logos memiliki akar Semitiknya yang berasal dari

penggunaan kata Davar. DR. David Stern mengulas sbb: “The

language echoes the first sentence of Genesis…thus the TaNaKh lays

the groundwork for Yochanan‟s statement that the Word was with God

and was God‟s”46(bahasa tersebut menggemakan kalimat pertama dari

Kitab Kejadian…sehingga TaNaKh meletakkan dasar bagi pernyataan

Yohanes bahwa Sang Firman bersama Tuhan dan Firman adalah

Tuhan).

43 Apologetika Abad Pertama dalam Buletin “Sahabat Gembala”, Bandung, 1992, h.58 44 Ibid., 45 STT I-3, Batu, Malang, Jatim, 1993, hal 13

46 DR. David Stern. Jewish New Testament Commentary, Clarksville: JNTP 1992, p.153

44 | P a g e

Apa yang dikatakan Yohanes mengenai Sang Firman?

“Dia bersama Tuhan” (ay 1). Artinya, sang Firman berdiam dan sehakikat dengan Tuhan YHWH. Kata yang di terjemahkan “bersama dengan” adalah “pros”. Marcus Doods memberikan komentar mengenai penggunaan kata pros sbb : “pros, implies not merely existence alongside with but personal intercourse” (kata pros menunjukkan bukan hanya berada di samping melainkan sebuah hubungan pribadi)47

“Dia adalah Tuhan” (ay 1).

Artinya, sang Firman adalah manifestasi, ekspresi dari pikiran dan kehendak Tuhan. Dia adalah daya Kreatif, Daya Cipta yang menciptakan sesuatu menjadi ada dan bukan ciptaan. Dengan kalimat ini hendak ditegaskan bahwa Sang Firman bukan ciptaan yang menyebabkan terciptanya segala sesuatu.

“Dia menjadikan segala sesuatu” (ay 3).

Artinya, dari segala yang ada dan hidup, Sang Firmanlah yang menyebabkan adanya sesuatu. Dalam Kitab Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14 ,20, 24, 26, 29, di tegaskan bahwa Firman “menjadikan segala sesuatu”, sebagaimana ungkapan “yehi wa yehi” (jadilah ada maka jadilah ada). Ungkapan tersebut sejajar dengan istilah Qur‟an, “kun fa yakun”.

“Dia kekal” (ay 4).

Artinya, Dia tidak akan mengalami kemusnahan atau eksistensi yang temporal. Dia adalah eternal. Pernyataan ini tersirat di balik istilah Yunani “zoe” atau Ibrani “khay” yang bermakna “kehidupan yang berkualitas kekekalan”.

47 The Exspositor‟s Greek Testament, Vol I, p. 684

4

45 | P a g e

Penjelasan Yohanes menggemakan kembali hakikat Sang Firman dalam TaNaKh sbb:

Firman adalah Daya Cipta Tuhan “bi devar YHWH shamaym naasyu, ube ruakh piw, kal

tsevaam” (Mzm 33:6) yang artinya, “Oleh Firman YHWH langit

telah di buat dan oleh nafas dari mulut-Nya, terbentuklah

semua tentara-Nya” (Mzm 33:6). Dalam Sefer Beresyit atau

Kitab Kejadian, sebanyak 9 kali istilah “Amar” (Firman) di

hubungkan dengan terjadinya ciptaan. Di tuliskan, “wayomer

Elohim, „yehi wa yehi‟, artinya, “jadi maka jadilah”.

Firman adalah Utusan Tuhan “yislakh devaru we yirpaem…” (Mzm 107:20) artinya, “Dia

mengutus Firman-Nya dan di sembuhkannya mereka” (Mzm

107:20)

Firman adalah Pelaksana Kehendak Tuhan “ken yihye devari asher yetse mipiy. Lo yashuv elay reqam. Ki

imasha et asher khapatsti we hitsliyakh asher shelakhtiw” (Yes

55:11) yang artinya, “demikianlah Dia, Firman-Ku yang keluar

dari mulut-Ku tidak akan kembali kepada-Ku dengan

kehampaan namun Dia akan melaksanakan dengan sempurna

apa yang Aku inginkan dan akan memperoleh tujuan-Nya

sebagaimana Aku mengutus-Nya” (Yes 55:11).

Firman adalah Kehendak Tuhan yang di komunikasikan pada para nabi-Nya “wa yomer et YHWH el YesaYah..” (Yes 38:4) “Maka

berfirmanlah YHWH kepada Yesaya..” (Yes 38:4).

Dari penjelasan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa

secara hakikat Yesus Sang Mesias adalah Ilahi karena Dia adalah Sang

46 | P a g e

Firman. Firman tidak diciptakan melainkan menjadi perantara

terjadinya ciptaan. Jika Firman diciptakan maka dengan apa Firman

itu diciptakan? Yesus bukan hanya Ilahi namun Dia sepenuhnya

Manusiwi karena Sang Firman telah menjadi manusia Yesus

sebagaimana dikatakan dalam Yohanes 1:14, “Firman itu telah

menjadi daging dan di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-

Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Putra

Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”.

Apa arti Sang Firman menjadi manusia? Bahwa Sang Firman BENAR-

BENAR atau SEUTUHNYA menjadi manusia, takluk kepada tabiat

alamiah kemanusiaan (lapar, haus, sedih, takut, marah, mati). Apa

yang membedakan kemanusiaan Yesus dengan kemanusiaan pada

umumnya?

Yesus tidak berdosa, karena Dia dilahirkan bukan dari benih manusia melainkan Sang Firman yang menjadi manusia melalui kuasa Roh Kudus dengan meminjam rahim Miryam (Ibr 4:15)

Yesus berkuasa atas maut (1 Kor 15:26) Apakah karena Sang Firman itu adalah Tuhan, maka dapatkah dikatakan bahwa YHWH yang menjadi manusia? Sekalipun Firman adalah Tuhan, bukan berarti yang menjadi manusia adalah YHWH. Mengapa? Karena Sang Firman adalah Daya Cipta YHWH. Dia sehakikat dan setara serta melekat dalam kekekalan bersama YHWH dan Roh-Nya (Kej 1:1-3). Sang Firman bukan keberadaan yang berbeda dengan YHWH namun juga bukan keberadaan yang sama begitu saja dengan YHWH. Meminjam terminologi Islam mengenai Tuhan dengan Sifat-Nya, digambarkan dengan istilah “Dzat” dan “Sifat”. Persamaan dalam bahasa Greeknya, “Ousia” dan “Hupostasis”. Ahmad Daudy dalam “Allah dan Manusia dalam Konsepsi Syekh Nuruddin Ar Raniry menjelaskan, “…qadimatun azaliyyatun, laisat hiya dzat wa laa hiya ghaairuhha” (sama-sama

6

47 | P a g e

kadim, azali, tidak sama dengan Dzat Tuhan tetapi juga tidak berbeda dengan-Nya)48 Yang menjadi manusia adalah Sang Firman (Sifat Tuhan) bukan YHWH itu sendiri (Dzat Tuhan). Pemahaman di atas diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman dalam menalar Tuhan. Dengan penjelasan di atas, kita dapat memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap kasus-kasus berikut:

Yesus berdoa kepada Bapa-Nya (Mat 26:36-46) Yesus berseru melepas nyawa-Nya kepada Bapa-Nya (Mat

27:45-46) Yesus di baptis di sungai Yordan dan ada realitas Bapa yang

hadir dalam wujud suara, ada realitas Roh Kudus yang hadir dalam wujud burung merpati (Mat 3:13-17)

Peristiwa di atas dapat dijelaskan bahwa Yesus sebagai perwujudan

Sang Firman (Sifat Tuhan), sepenuhnya, seutuhnya sebagai manusia

yang berdoa kepada YHWH, Bapa-Nya yang berseru menyerahkan

nyawa-Nya kepada Bapa-Nya, yang diteguhkan Keputraan-Nya oleh

Bapa-Nya (Dzat Tuhan). Hampir semua buku kajian khususnya dari

kaum Muslim, lebih menekankan sifat antropologis (kemanusiaan) dari

Yesus, khususnya ketika mengutip dan membahas ayat-ayat di atas

dan sejenisnya. Mereka gagal melihat sifat Keilahian dan memfokuskan

diri pada sifat kemanusiaan dan menggunakan sifat kemanusiaan

Yesus untuk menolak, menyangkal sifat Ketuhanan Yesus sebagai

Sang Firman Tuhan.

48 Bambang Noorsena, SH., Menuju Dialog Teologis Kristen Islam, Yogyakarta: ANDI Offset, 2001, hal 24

48 | P a g e

Bagaimana memahami Yohanes 14:9 yang menyatakan, “ho eorakos

eme eoraken ton patera” (WHO) “haroe Oti roe et ha Av” (HNT),

“barangsiapa melihat Aku telah melihat Bapa?” Perkataan Mesias ini

tidak memaksudkan bahwa diri-Nya adalah Sang Bapa, melainkan

Yahshua secara ontologis memiliki kesetaraan, kesehakikatan dengan

Sang Bapa. Wujud kemanusiaan Yesus mengekspresikan

kebagaimanaan Sang Bapa yang tidak nampak, melalui ajaran dan

perilaku Yesus yang berlandaskan kasih, sehingga barangsiapa yang

telah melihat Yesus, baik perkataan dan perilaku-Nya, secara tidak

langsung telah melihat Bapa. Namun bukan berarti Yesus adalah Sang

Bapa itu sendiri. Penjelasan ini dikuatkan dengan perkataan Yesus

selanjutnya, “ego en toi patri kai ho pater en emoi estin” (WHO) “Ani

ba Av we ha Av bi”, (HNT), “Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam

Aku” (Yoh 14:10).

Yohanes 8:42 memberikan penegasan mengenai kesehakikatan dan

kesetaraan serta kemelekatan Sang Firman dan Sang Bapa, hingga

dalam konteks sejarah penyelamatan, Sang Firman keluar dari Sang

Bapa, “ego gar ek tou Theo” (WHO) “meet Elohim yatsati” (HNT).

“keluar-Nya” Sang Firman dari Tuhan menunjukkan ada pembedaan

antara Tuhan dan Sang Firman. Maka menyamakan begitu saja bahwa

Firman menjadi manusia berarti YHWH menjadi manusia adalah

kesalahan dalam menalar hubungan antara Dzat, Ousia, Essensi

Tuhan dengan Sifat, Hupostasis, Energi Tuhan.

Sehubungan dengan bunyi teks Kitab Yohanes naskah Yunani, “kai

Theos en ho Logos” (Yoh 1:1) ada beberapa terjemahan yang berbeda

sesuai dengan asumsi masing-masing penerjemah. Dalam The New

Testament in An Improved Version di terjemahkan demikian :

“dan Firman itu adalah suatu (tuhan)”, 1808. Sementara The

Emphatic Diaglot menerjemahkan, “dan suatu (tuhan) Firman itu”,

42

49 | P a g e

1864. Lalu La Bible du Centenaire L’Evangile selon Jean

menerjemakan, “dan Firman itu adalah suatu pribadi tuhan”, 1928.

Dan akhirnya The Bible An Ammerican Translation

menerjemahkan, “dan Firman itu tuhan”, 1935.49 Saksi Yehuwa kerap

mempersoalkan akurasi terjemahan ini dan menjadikannya titik

berangkat untuk mengecilkan status keilahian Yesus sebagai Sang

Firman.

Mengapa beberapa terjemahan di atas berbeda dengan terjemahan

pada umumnya (dan Firman itu adalah Tuhan)? Donald Guthrie

membahas kesalahpahaman banyak orang terhadap frasa naskah

Yokhanan berbahasa Greek, sbb : “Dalam Yohanes 1:1 dalam bahasa

Yunani, kata Theos tidak mempunyai kata sandang, hal ini telah

menyesatkan banyak orang yang berpikir bahwa pengertian yang

benar dari pernyataan itu ialah, „Firman itu adalah seorang tuhan‟,

tetapi secara tata bahasa pengertian itu tidak dapat di pertahankan,

karena kata Theos merupakan predikat. Tidak dapat di ragukan bahwa

Yokhanan bermaksud agar para pembacanya mengerti bahwa Firman

itu memiliki sifat (Ketuhanan), tetapi ia tidak bermaksud bahwa Firman

dan Tuhan merupakan istilah yang sama artinya, karena pernyataan

sebelumnya dengan jelas membedakan keduannya. Seharusnya

pernyataan ini berarti bahwa walaupun Firman itu adalah Tuhan,

namun pengertian tentang (Ketuhanan) mencakup lebih dari

Firman…dengan beberapa kata ia telah memberi kesan mengenai

sikap dan kedudukan Ketuhanan dari Firman yang selalu bersama-

sama dengan (Tuhan)50

49 Op.Cit., Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal ? hal 27 50 Op. Cit., Teologi Perjanjian Baru I, hal 371

50 | P a g e

Terhadap Istilah “Permulaan Dari Ciptaan Tuhan”

Dalam Kitab Wahyu 3:14 dikatakan: "Dan tuliskanlah kepada malaikat

jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan

benar, permulaan dari ciptaan Tuhan:…” Dalam naskah Yunani

dituliskan “he arkhe tes ktiseos tou Theou”. Sekalipun terjemahan

Lembaga Alkitab Indonesia tidak terlalu keliru, namun dapat

menimbulkan konotasi bahwa Yesus adalah ciptaan Tuhan. Padahal

Yesus adalah perwujudan Firman Tuhan dan Firman tidak diciptakan

melainkan menciptakan (Mzm 33:6; Yoh 1:3). Yesus dilahirkan namun

tidak diciptakan. Istilah arkhe mengandung pengertian “permulaan

dari segala sesuatu” (Yoh 1:1). Namun disisi lain dapat pula bermakna

“pengatur, penguasa, pemerintah” (Rm 8:38). Kata arkhe dalam

Wahyu 3:14, setara dengan Wahyu 21:6 dan Wahyu 22:13. Kata

arkhe dihubungkan dengan kekekalan sebagai Alef dan Taw atau Alfa

dan Omega. Yesus adalah “Yang Memulai” dan “Yang Mengakhiri”.

DR. David Stern menerjemahkan, “…The Ruler of God‟s creation”51

sementara Rabbi Moshe Yoseph Koniuchowsky The menerjemahkan,

“…the first cause of all the creation of YHWH52. Sementara Young‟s

Literal Translation, 1901 menerjemahkan dengan, “…the chief of the

creation of God;...”53 Dengan terjemahan di atas, hendak menunjuk

pada hakikat Yesus sebagai “pengatur”, “penguasa”, “permulaan yang

menciptakan” dalam konteks sebagai Sang Firman.

51 Op.Cit., Jewish New Testament, JNTP, 1989 52 Restoration Scriptures, North Mami Beach Florida: YATI Publishing, 2005 53 BibleWorks LLC Version 6.0. 005, 2003

51 | P a g e

Tanggapan Terhadap Istilah “Yang Sulung Dari Ciptaan

Tuhan”

Dalam Kolose 1:15 dikatakan: “Ia adalah gambar Tuhan yang tidak

kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan”.

Terjemahan ini menimbulkan kesan bahwa Yesus adalah ciptaan yang

paling utama. Dalam teks Yunani dikatakan: “prototokos paseos

ktiseos”. Kata prototokos memiliki makna secara literal berarti “anak

sulung” (Luk 2:7; Ibr 11:28), namun secara simbolis bermakna “sifat

kekekalan Yesus sebagai Putra Tuhan” (Ibr 1:6). DR. David Stern

menerjemahkan dengan, “Supreme over all creation”54. Dalam

komentarnya mengenai Kolose 1:15 DR. David Stern menjelaskan:

“The Messiah is the firstborn of a new humanity through being the first

to be resurrected from the dead; this is clearly the sense of

“prototokos” in v.18. But this sense does not fit here because of what

follows in vv.16-17, even though it is consistent with the preceding

allusion to Adam. If one chooses, „firstborn of‟ instead of „supreme

over‟, the phrase, „firstborn of all creation‟ does not mean that Yeshua

was the first created being but speaks of the eternal sonship”55 (Mesias

adalah yang sulung dari manusia baru, melalui yang sulung yang

mengalami kebangkitan dari kematian; inilah makna sesungguhnya

dari kata prototokos dalam ayat 18. Namun makna ini tidak ditopang

pada ayat ini, dikarenakan diikuti oleh ayat selanjutnya yaitu 16-17,

meskipun ini terlihat konsisten dengan kiasan mengenai Adam. Jika

seseorang memilih menerjemahkan dengan “yang sulung” daripada

“yang menguasai”, maka frase “yang sulung dari semua ciptaan”,

54 Op.Cit., Jewish New Testament 55 Jewish New Testament Commentary, p. 603-604

52 | P a g e

janganlah dimaknai bahwa Yesus adalah yang pertama diciptakan,

namun mengenai Kekekalan Sang Putra)

Dengan demikian, sekalipun diterjemahkan dengan “yang sulung dari

segala yang diciptakan”, bukan bermakna bahwa Dia adalah ciptaan,

melainkan dijelaskan dalam ayat 16-17 sbb: “karena di dalam Dialah

telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di

bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana,

maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu

diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala

sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia”.

Tanggapan Mengenai Yesus setara dengan Hikmat yang

diciptakan dalam Amsal 8:22

Kalangan Saksi-saksi Yehuwa menggunakan Amsal 8:22-31 sebagai

pernyataan bahwa Yesus adalah ciptaan, dengan suatu konklusi

bahwa Yesus bukan Tuhan yang menciptakan. Yesus setara dengan

Hikmat yang diciptakan YHWH.

LAI Terjemahan Baru (TB), TUHAN telah menciptakan aku

sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya

yang pertama-tama dahulu kala

King James Version (KJV), The LORD possessed me in the

beginning of his way, before his works of old.

Jewish Publication Society Tanakh (JPST), The LORD made

me as the beginning of His way, the first of His works of old.

Biblia Hebraica Stuttgartensia (BHS) YHWH QANANI RESYIT

DARKO QEDEM MIFALAV ME'AZ

53 | P a g e

Septuagint (LXX), Kurios ektisen me arkhên hodôn autou eis

erga autou

Terjemahan "telah menciptakan aku" dari kata Ibrani קנני - Qanani itu

tidak tepat karena kata "menciptakan" biasanya menggunakan kata

Ibrani ברא - Bara atau עׂשה - Asah. Kata Ibrani Qanah cenderung

berarti "membeli" atau "memiliki (posses)". Perhatikan perbandingan

ayat berikut:

Pengkhotbah 2:7

“Aku membeli budak-budak laki-laki dan perempuan, dan ada

budak-budak yang lahir di rumahku; aku mempunyai juga

banyak sapi dan kambing domba melebihi siapapun yang

pernah hidup di Yerusalem sebelum aku” (LAI TB)

“I got me servants and maidens, and had servants born in my

house; also I had great possessions of great and small cattle

above all that were in Jerusalem before me” (KJV)

“Qaniti avadim usyefakhot uveney vayit hayah li gam miqneh

vaqar vatson harbeh hayah mikol syehayu lefanay birusyalaim”

(Biblia Hebraica Stuttgartensia - BHS)

Yesaya 1:3

“Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai

mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku

tidak memahaminya” (LAI TB)

“The ox knoweth his owner, and the ass his master's crib: but

Israel doth not know, my people doth not consider” (KJV)

54 | P a g e

“Ya‟da syor qonehu wakhamor evus be‟alay Yisrael lo yada

ami lo hitbonan” (Biblia Hebraica Stuttgartensia - BHS)

Zakharia 13:5

“Tetapi masing-masing akan berkata: Aku ini bukan seorang

nabi, melainkan seorang pengusaha tanah, sebab tanah adalah

harta kepunyaanku sejak kecil” (LAI TB)

“But he shall say, I am no prophet, I am an husbandman; for

man taught me to keep cattle from my youth” (KJV)

“Weamar lo navi anoki isy oved adamah anoki ki adam

hiqnani mine‟uray” (Biblia Hebraica Stuttgartensia - BHS)

Dari segi konteks perikop, Kitab Amsal 8:1-22 tidak membicarakan

nubuat mengenai Mesias melainkan Hikmat sebagai perantara

terjadinya segala sesuatu dan barangsiapa yang mengejar dan

mendapatkan Hikmat maka dia akan memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupannya. Jadi ayat ini

tidak menunjuk kepada Yesus Sang Mesias.

1. Tanggapan Mengenai Soteriologi

Sekalipun Saksi Yehuwa mengakui karya Penebusan Yesus

Sang Mesias, namun tetap saja memandang bahwa karya

penebusan itu dilakukan oleh Yesus yang manusiawi belaka

tanpa mengakui keilahian Yesus sebagai Sang Firman. Nilai

penting kemanusiaan Yesus bagi penebusan bahwasanya Dia

mewakili manusia yang ditebusnya. Nilai penting keilahian

Yesus bagi penebusan bahwasanya Dia mewakili Tuhan Sang

Bapa yang menerima penebusan. Bagaimana Yesus akan

menjalankan karya penebusan dan menjadi perantara antara

55 | P a g e

manusia dengan Tuhan jika Yesus hanya memiliki salah satu

aspek dalam dirinya yaitu kemanusiaannya belaka?

2. Tanggapan Mengenai Pneumatologi

Adalah kekeliruan besar jika menganggap Roh Kudus yang

adalah Roh YHWH sendiri sebagai tenaga aktif Tuhan semata-

mata. Pernyataan ini menempatkan Roh Kudus - sebagaimana

Sang Firman – hanya sebatas mahluk ciptaan Tuhan belaka.

Jika Roh Kudus yang adalah Roh YHWH adalah ciptaan

belaka, bagaimana Roh YHWH mampu memberikan

kehidupan sebagaimana dikatakan dalam Ayub 33:4 sbb: “Roh

Tuhan telah membuat aku, dan nafas Yang Mahakuasa

membuat aku hidup”? Jika Roh Kudus atau Roh YHWH adalah

ciptaan bagaimana mungkin Roh Kudus “keluar dan datang

dari Bapa” sebagaimana dikatakan dalam Yohanes 15:26,

“Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu

Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang

Aku?”

Sekalipun dipergunakan kata ganti εκεινος (ekeinos) yang

secara hurufiah artinya “itu” namun berdasarkan konteksnya

kata ini menunjuk pada kata ganti jenis kelamin maskulin

singular (laki-laki tunggal) sehingga semua terjemahan bahasa

Inggris menerjemahkannya dengan “He” dan bukan “It”

sebagaimana anggapan Saksi Yehuwa. Kita lihat perbandingan

ayat ini dalam beberapa terjemahan bahasa Inggris sbb:

“And when the Comforter may come, whom I will send to you

from the Father -- the Spirit of truth, who from the Father doth

come forth, he will testify of me” (Joh 15:26 YLT)

56 | P a g e

“But when the Comforter is come, whom I will send unto you

from the Father, even the Spirit of truth, which proceedeth from

the Father, he shall testify of me” (Joh 15:26 KJV)

"When the Counselor comes, whom I will send you from the

Father- the Spirit of Truth, who keeps going out from the

Father- he will testify on my behalf” (Joh 15:26 CJB)

3. Tanggapan Mengenai Eskatologi

Saksi Yehuwa mempertahankan kebiasaan pemimpinnya

dalam hal ini Russel yang gemar melakukan prediksi dan

ramalan mengenai kapan Yesus akan datang ke dunia untuk

menghakimi dan kapan akhir zaman terjadi sebagaimana

dikatakan: “Sebenarnya Saksi-Saksi Yehuwa telah terpaksa

berkali-kali mengubah „penjelasan‟ mereka mengenai dunia dan

akhirat. Mula-mula Pdt. Russel, pendiri bidat ini meramalkan

kesudahan dunia pada tahun 1874. Kemudian ia menghitung

lagi dan menentukan tahun 1914. Lantas menyusul tahun 1918,

1920 1925, 1975 dan akhir-akhir ini 1975. Menurut seorang

sarjana Kristen yang banyak menyelidiki doktrin Saksi-Saksi

Yehuwa, mereka telah memilih 1992 sebagai „tahun kesudahan‟

yang berikutnya, setelah nubuat-nubuat mereka yang lama itu

semuanya sudah meleset”56. Prinsip dasar hermeneutik yang

sehat mengenai penafsiran akhir zaman, seharusnya

meletakkan peringatan Yesus Sang Mesias berikut ini sebagai

yang utama yaitu: “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak

seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan

56 Op.Cit., Bagaimana Menghadapi Saksi Yehuwa? Bandung: Lembaga Literatur Baptis 1993, Hal 77

57 | P a g e

Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri." (Mat 24:36). Yesus hanya

memerintahkan kepada kita untuk memperhatikan tanda-tanda

akhir zaman dan kedatanganya yang kedua kali. Ketika para

muridnya bertanya: “Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun,

datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap

sendirian dengan Dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami,

bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu

dan tanda kesudahan dunia?" (Mat 24:3). Berangkat dari

pertanyaan itu Yesus Sang Mesias memberikan penjabaran

panjang lebar dari Matius 24:4-35 dan ditutup dengan ayat 36

di atas dimana Dia sendiri tidak memberitahukan kepastian

tanggal atau hari kedatangannya. Yesus hanya meminta kita

semua untuk berjaga dan waspada sebagaimana dikatakan:

“Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari

mana Tuhanmu datang. Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah

tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang,

sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan

rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap

sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu

duga” (Mat 24:42-44).

Meramal dan memastikan hari dan tanggal berakhirnya zaman

dan datangnya Yesus yang kedua kali untuk menghakimi dunia

ini selain akan menemui kegagalan yang menyesatkan, maka

mereka yang melakukannya telah memperlakukan diri mereka

seolah-olah lebih tahu dari Yesus Sang Mesias.

4. Tanggapan Mengenai Kematian dan Kebangkitan

Memang benar bahwa manusia yang mengalami kematian

“tidak memiliki kekuatan” (lo yekhelash), “tidak bangkit dari

58 | P a g e

kematian” (lo yaqum), “tidak terjaga” (lo yaqishu), “tidak

bangun dari tidurnya” (lo ye‟oru) (Ayb 14:10-12, 14). Namun

menafsirkan kata Ibrani Sheol dan kata Yunani Hades dengan

“kuburan” adalah kesalahan yang fatal. Kuburan tidak identik

dengan dunia orang mati. Secara kebahasaan, kata kuburan

dipergunakan kata Ibrani קבר (Qavar) dan diterjemahkan dalam

naskah Septuaginta dengan ταφὴν (taphen) sebagaimana

muncul dalam beberapa ayat sbb:

“Dan dikuburkan-Nyalah (wayiqbor)dia di suatu lembah di

tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang

tahu kuburnya sampai hari ini” (Ul 34:6)

“Yakub mendirikan tugu di atas kuburnya (qevuratah); itulah

tugu kubur Rahel sampai sekarang” (Kej 35:20)

“Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakan kepada mereka:

Beginilah firman Tuan YHWH: Sungguh, Aku membuka

kubur-kuburmu (qivroteykem) dan membangkitkan kamu, hai

umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku akan membawa kamu ke

tanah Israel” (Yekhz 37:12)

Jika kita berbicara “dunia” tentu saja kita memiliki pemahaman

akan adanya suatu aktifitas. Jika kita mendengar istilah “dunia

kerja” maka itu bermakna suatu aktifitas lika lika dalam

pekerjaan. Jika kita mendengar istilah “dunia keilmuan” maka

itu bermakna suatu seluk beluk dalam keilmuan. Maka ketika

kita mendengar istilah “dunia orang mati” (Ibr: Sheol/Yun:

Hades) maka kita tentu saja memaknai suatu kehidupan di

alam yang berbeda dengan kita. Kitab Suci memang tidak

memberikan informasi aktifitas apa saja yang ada dalam dunia

59 | P a g e

orang mati. Namun kisah pengemis dan orang kaya yang

disampaikan oleh Yesus untuk memberikan gambaran

mengenai kebangkitan orang mati dalam Lukas 16:19-31

mematahkan khayalan Saksi Yehuwa yang menyangkal adanya

kehidupan dalam dunia orang mati. Kita perhatikan kisah

tersebut sbb:

"Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain

halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada

seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan

borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin

menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja

orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat

boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa

oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu

juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita

sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh

dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu

ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah

Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam

air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat

kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata:

Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik

sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk.

Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.

Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang

jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau

pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari

situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu:

Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau

60 | P a g e

menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang

saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-

sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat

penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka

kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan

kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika

ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada

mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika

mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi,

mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang

yang bangkit dari antara orang mati."

5. Tanggapan Mengenai Neraka

Saksi Yehuwa nampaknya takut akan keberadaan Neraka

sehingga harus menghapus makna literal akan keberadaan

neraka dalam terjemahan dan penafsiran mereka. Secara literal

kata Ibrani Gehinom atau kata Yunani Gehenna menunjuk

pada suatu lokasi pembuangan sampah dimana ada api yang

membakar sampah-sampah tersebut di Yerusalem Timur.

Namun kata Gehinom atau Gehenna bukan bermakna simbolik

melainkan suatu tempat dan keadaan yang akan dialami secara

nyata bagi mereka yang menberontak dan menyangkal Tuhan

dan Firman-Nya sebagaimana dikatakan: “

“Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan

dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan

matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang

telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah

menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke

dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang” (ten

61 | P a g e

limenen tou puros ten kaiomenes kaiomenen en tooi theiooi,

Why 19:20)

“dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam

lautan api dan belerang (Ten limenen tou puros kai theiou

opou), yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka

disiksa siang malam sampai selama-lamanya” (Why 20:10)

“Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya,

orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal,

tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan

semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di

dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang (ten

limene te kaiomene puri kai theiooi) inilah kematian yang

kedua." (Why 21:8)

62 | P a g e

BAB V

KESIMPULAN

Dari pengkajian ajaran dan analisis kritis terhadap sejumlah teks dan

ayat yang dijadikan landasan ajaran dan penafsiran Saksi-Saksi

Yehuwa, dapat dibuktikan bahwa semua penafsiran mereka tentang

aspek-aspek teologi Kristen seperti Kristologi, Pneumatologi, Eskatologi

dan doktrin-doktrin utama Kekristenan telah menyimpang dari maksud

yang tertulis dalam Kitab Suci. Rasul Paul mengingatkan kepada

Jemaat Korintus sbb: “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang

memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan,

atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah

kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima” (2

Kor 11:4). Frasa allon Iesoun atau “Yesus yang lain” dan he pneuma

heteron atau “Injil yang lain” serta he Euanggelion heteron atau “roh

yang lain”, mengingatkan kita akan kewaspdaan akan adanya bidat

dan penyesat yang menyimpangkan berita Injil yang telah disampaikan

dari mulut para rasul yang kemudian dituliskan dalam Kitab Injil serta

surat-surat rasuli.

Berita Injil mengakui bahwa Yesus Sang Mesias adalah sepenuhnya

Ilahi dan Manusiawi. Yesus bukan ciptaan yang lebih rendah dari

Tuhan. Yesus adalah Firman Tuhan yang menjadi manusia. Dia

adalah sumber dan perantara terjadinya ciptaan.

Berita Injil mengakui bahwa Bapa, Anak, Roh Kudus adalah setara,

sehakikat, sederajat dalam kekekalan sebagai personifikasi dari

YHWH, Firman dan Roh-Nya yang kekal. Sekalipun kita tidak

menyebut dengan Tritunggal namun bukan berarti keberadaan

kesehakikatan Bapa Anak Roh ditolak

63 | P a g e

Berita Injil mengakui bahwa Roh Kudus datang dari YHWH Sang

Bapa dan bukan ciptaan yang lebih rendah dari Tuhan. Roh Kudus

adalah Roh yang menghidupkan dan menyertai orang beriman sampai

Yesus Sang Msias datang kembali.

Berita Injil mengakui bahwa kematian bukan semata-mata tidur

panjang tanpa aktifitas. Ada aktifitas yang tidak diberitakan secara

gamblang dalam Kitab Suci. Orang benar (tsadiq) dan orang fasik

(reshaim) dipisahkan keberadaannya di dunia alam kematian. Yang

satu di Firdaus dan yang satu di Hades.

Berita Injil mengakui bahwa neraka sebagaimana sorga adalah ada

dan nyata. Sebagaimana sorga mewakili suatu tempat yang penuh

kemuliaan dan keindahan demikianlah neraka sebuah tempat

kehinaan dan mengerikan tempat hukuman dan upah orang fasik.

Marilah kita hadapi Saksi-Saksi Yehuwa dengan kasih dan argumentasi

yang baik supaya mereka kembali kepada Sang Gembala Agung

pemimpin domba-domba Mesias yaitu Yahshua ha Mashiakh atau

Yesus Sang Mesias. Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang

kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling

suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. Marilah kita amalkan pesan

rasuli berikut: “Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Tuhan sambil

menantikan rahmat Junjungan Agung kita, Yesus Sang Mesias, untuk

hidup yang kekal.Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang

ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari

api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada

orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan

oleh keinginan-keinginan dosa” (Yud 1:21-23)