Media Mempengaruhi Politik Masyarakat
Transcript of Media Mempengaruhi Politik Masyarakat
MEDIA MASSA MEMPENGARUHI POLITIK MASYARAKAT
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah SosiologiKomunikasi
Dosen Pengampu : Dra. Marfu’ah Sri Sanityastuti, M.Si
Oleh :
Putri Arindah Trihapsari 12730011
Adnan Bayu Damarjati 1273002x
Wachid Abdulloh 12730029
Aida Lathifah 12730041
Pertiwi Madayanti 12730042
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI PRODI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
1
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2014
MEDIA MASSA MEMPENGARUHI POLITIK MASYARAKAT
A. Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi berkembang demikian pesat, termasuk juga
perkembangan media massa sebagai unsur utama dalam
komunikasi massa. Berkat perkembangannya, media massa
menjadi salah satu unsur penting dalam kegiatan
penyampaian dan penyebarluasan pesan dari komunikator dan
komunikan. Media massa sendiri merupakan saluran, sarana,
wadah atau suatu alat yang dipakai untuk menjalankan
proses komunikasi massa. Komunikasi massa disini
diartikan sebagai komunikasi yang diorientasikan kepada
orang banyak atau dalam hal ini adalah masyarakat.
Informasi yang telah diberikan oleh media kepada
masyarakat tidak hanya sebagai angin lalu belaka, tapi akan
menjadi suatu pengetahuan baru bagi masyarakat, bahkan
sampai pada level mempengaruhi masyarakat. Media
mempunyai peran penting dalam kehidupan masyarakat,
mengingat media yang salah satu tujuannya merupakan
sebagai penyampai berbagai informasi apapun kepada
2
masyarakat. Peran komunikasi yang dimiliki media inilah
yang akan dapat menentukan atau memberikan pemahaman
lebih akan suatu hal atau fenomena sosial tertentu yang
berkembang dalam masyarakat tersebut.
Kehidupan manusia yang serba modern saat ini
menjadikan manusia tidak dapat lepas dari media massa.
Dapat dikatakan bahwa hampir seluruh masyarakat di
Indonesia sudah mengenal bahkan memiliki akses yang
sangat luas terhadap media massa, termasuk juga dalam
kehidupan politik bangsa ini. Sekarang ini, di satu sisi,
politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), di
sisi lain peristiwa politik, tingkah laku dan pernyataan
para aktor politik, sekalipun bersifat rutin, selalu
mempunyai nilai berita sehingga banyak diliput oleh media
massa (Hill, 1995)1.
Berbicara mengenai peran media massa yang sangat
penting dalam dunia politik maupun dalam masyarakat, tak
jarang media massa mampu memberikan pengaruh terhadap
dunia politik termasuk di dalamnya budaya dan partisipasi
politik di Indonesia. Dimana media massa saat ini
seringkali dijadikan “kendaraan” bagi partai-partai
politik maupun caleg untuk sekedar pencitraan ataupun
ingin dipandang lebih oleh masyarakat. Hubungan antara1 Hamad, Ibnu. Konstruski Realitas Politik dalam Media Massa.. Sumber :http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/77/73
3
media massa dengan politik dapat dikatakan sebagai satu
kesatuan yang mungkin tidak bisa dipisahkan, dalam artian
antara dunia politik dan media massa akan selalu ada
hubungan satu sama lain yang saling membutuhkan dan
saling mempengaruhi.
Media dapat dengan mudah mempengaruhi khalayaknya
melalui tayangan, maupun pemberitaan yang dimuatnya.
Menjelang pemilu 9 April 2014 kemarin dapat dijadikan
bukti bahwa media dan politik saling berhubungan dan
saling memepengaruhi. Ditambah lagi dengan banyaknya
media massa yang kini di miliki oleh elite-elite yang
juga berkiprah di dunia politik semakin menambah ramai
politik dan media Indonesia. Melalui media massa partai
politik maupun perseorangan seperti calon legislatif dan
calon presiden dapat dengan mudah mempersuasi konstituen
dan voters (pemilih) dalam rangka mencapai tujuan,
memperoleh dukungan dan mendapatkan simpati masyarakat
dengan cara menanamkan pengaruh bahkan menggiring
masyarakat agar memberikan suara kepadanya.
Kegiatan politik seperti kampanye masa kini adalah
kampanye yang dilakukan melalui berbagai macam media
massa baik media cetak maupun elektronik. Media massa
mampu menciptakan popularitas melalui manipulasi
realitas, bahkan media mampu menciptakan sebuah kondisi
4
nyata menjadi lebih nyata (hiper reality). Melalui media massa
pula, sikap, proses budaya politik ataupun partisipasi
politik masyarakat akan dapat sangat mudah untuk
dipengaruhi.
B. Media Massa Mempengaruhi Politik Masyarakat
Semakin pesatnya laju kemajuan teknologi memberikan
jalan baru bagi dunia perpolitikan di seluruh negara,
termasuk di Indonesia. Melalui media massa, komunikator
politik berusaha mentransmisikan berbagai macam pesan
dengan berbagai maksud dan tujuannya masing-masing. Media
atau biasa disebut sebagai industri citra adalah alat
propaganda paling mutakhir di era digital saat ini2.
Cangara (2009) menyebutkan bahwa propaganda merupakan
suatu kegiatan komunikasi yang erat kaitannya dengan
persuasi3. Melalui media massa pula, proses budaya
politik atau partisipasi politik akan dapat sangat
dipengaruhi.
Media massa yang juga merupakan medium utama dalam
komunikasi massa mampu menjangkau khalayak yang tersebar
2 Putra, Dedi Kurniasyah. 2012. Media dan Poltik : Menemukan relasi antara dimensi simbiosis mutualisme media dan politik.. Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm.93 Cangara, Hafied. 2009. Komunikai Politik : Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 332
5
luas di berbagai tempat dalam waktu serempak atau
bersamaan dengan pesan yang sama dan bersifat universal
(umum) utamanya media massa elektronik seperti radio dan
televisi. Penyampaian pesan seperti kampanye politik,
sosialisasi politik, dan publisitas disebut-sebut
sebagai transaksi komunkator politik yang banyak
dilakukan melalui media massa. Hal ini memberikan
keuntungan tambahan bagi patai politik maupun calon
legislatif pada massa-massa kampanye pemilihan umum
seperti yang terjadi pada tahun 2014 ini. Dapat dikatan
bahwa hampir tidak ada partai maupun caleg di Indonesia
yang tidak menggunakan media massa sebagai political branding
ataupun personal branding yang pada akhirnya memunculkan
simpati dan dukungan dari masyarakat.
Menjelang pemilu 2014, media massa menjadi semakin
ramai dengan pemberitaan-pemberitaan politik. Perananan
media dalam menyambut pemilu 2014 memberikan pengaruh
terhadap elektabilitas tokoh, seperti calon presiden
maupun calon legislatif yang nantinya didaulat untuk
mejadi wakil rakyat di pemerintahan. Pemberitaan-
pemberitaan di media massa ini kemudian memberikan
pengaruh terhadap pandangan (kognisi) masyarakat
mengenai individu atau kelompok tertentu yang
memanfaatkan media massa apakah memiliki kredibilitas
6
dan komptensi. Peliputan media terhadap kegiatan bakal
calon presiden tersebut nantinya akan menjadi masukan
dan referensi bagi pemilih untuk memberikan penilaian.
Ditambah lagi pemberitaan yang disajikan di media massa
berisi kebaikan-kebaikan calon yang bisa dikatakan hanya
sekedar pencitraan belaka.
Media massa secara otomatis membantu peningkatan
elektabilitas dalam ritual politik (Pemilihan Umum).
Media massa punya kecenderungan menayangkan pemberitaan
politik yang masih akan didominasi oleh pemberitaan dan
tayangan mengenai kampanye politik untuk mendulang suara
atau membangun kekuatan politik yang diorientasikan pada
kekuasaan. Media juga dianggap mampu menciptakan
popularitas. Popularitas disebut-sebut sebagai cikal
bakal elektabilitas yang kemudian mendukung ikatan
antara media dan politik. Kedua hal tersebut sulit untuk
dipisahkan terlebih lagi Indonesia merupakan negara
demokrasi. Jika dilihat dari perspektif media politik,
seorang politisi akan sangat terbantu dengan hadirnya
media massa. Hubungan antara media massa dengan politik
dapat dikatakan sebagai satu kesatuan yang mungkin tidak
bisa dipisahkan. Dalam artian antara dunia politik dan
media massa akan selalu ada hubungan satu sama lain yang
saling membutuhkan dan mempengaruhi.
7
Masyarakat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam
sistem pemerintahan demokrasi diberikan hak dalam memilih
wakilnya. Seperti pada saat pemilu, dalam menentukan
keputusan politik, masyarakat akan selalu membutuhkan
referensi sebagai bahan pertimbangannya. Berdasarkan
kajian psikologi, norma dan pengaruh interpersonal
memberikan pengaruh terhadap sikap seseorang. Hal ini
jugalah yang kemudian dimanfaatkan oleh media ketika
melakukan kegiatan propaganda. Melalui berita-berita yang
disiarkan, media secara tidak langsung telah memberikan
referensi kepada masyarakat untuk mempengaruhi keputusan
politiknya. Semakin sering berita tersebut diberikan,
maka akan semakin besar pengaruh yang akan didapatkan
oleh masyarakat4.
Cara-cara media massa dalam menyampaikan peliputan dan
pemberitaan terkait peristiwa-peristiwa politik dapat
mempengaruhi persepsi atau pandangan masyarakat mengeani
isu-isu perkembangan politik. Hal ini dapat menimbulkan
pembentukan opini publik atau pendapat umum yakni dalam
upaya membangun sikap dan tindakan masyarakat mengenai
isu-isu politik yang berkembang tersebut dianggap
sebagai masalah politik. Fungsi media massa sesungguhnya4 Pengaruh Media Massa Terhadap Perilalu Politik Masyarakat. Sumber:http://humas-virtual.blogspot.com/2013/01/pengaruh-media-massa-terhadap-perilaku.html.
8
terdiri dari empat aspek yaitu menginformasi, mendidik,
menghibur dan mempengaruhi. Namun, sekarang ini fungsi
yang paling nampak dari media massa saat aktivitas
politik semakin meningkat adalah fungsi mempengaruhi. Di
mana media massa dapat mempengaruhi khalayak baik dari
proses kogntif, afektif hingga konatif atau behavior.
Seperti yang telah disebutkan diawal bahwa media massa
memiliki kekuatan besar dalam pembentukan opini publik
dan alat propaganda, media massa juga menanamkan pesan
tertentu melalui informasi-informasi yang penyajiannya
seringkali disetting terlebih dulu. Dengan media massa
orang bisa mencitrakan dirinya, menaikkan pamor tokoh
tertentu, media pendongkrak popularitas atau bahkan
menjatuhkan figur lawan. Media massa sendiri memiliki
berbagai peran, salah satunya ialah dalam mempengaruhi
sikap dan perilaku seseorang maupun kelompok. Dapat
dikatakan perananan media massa dalam membentuk
pandangan masyarakat tentang politik sangatlah vital.
Media banyak mempengaruhi pandangan masyarakat dalam
proses pembentukan opini atau sudut pandangnya. Media
massa dapat dikatakan merupakan senjata yang ampuh
bagi perebutan citra (image)5. Media massa mempunyai
5 “Opini Publik, Propaganda dan Media Massa”
http://cuappapcuap.blogspot.com/2013/10/opini-publik-propaganda-dan-
9
perananan yang sangat penting sebagai sarana sosialisasi
tentang politik terlebih lagi pemilu kepada khalayak
umum. Pemberitaan di berbagai media mengenai kasus-kasus
yang terjadi dengan elite-elite politik tertentu dan
berbagai aktivitas yang dilakukan yang mereka sebut pro
rakyat dapat memberikan pengaruh pemilihan kepada
masyarakat.
Media mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam
pembentukan kognisi seseorang. Media memberikan
informasi dan pengetahuan yang pada akhirnya dapat
membentuk persepsi. Persepsi mempengaruhi sikap dan
perilaku seseorang. Berbagai pemberitaan media
memberikan masukan kepada kognisi individu dan kognisi
akan membentuk sikap. Pengaruh media massa kuat pada
masyarakat modern. Pasalnya masyarakat modern justru
adalah orang-orang yang lebih banyak bersinggungan
dengan media massa dan online sehingga arus informasi
tentang dunia dari media massa yang diperoleh pun lebih
banyak. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa media massa
juga mampu mempengaruhi masyarakat awam yang mereka
masih mudah dipengaruhi dengan pencitraan-pencitraan
yang di tampilkan partai politik maupun caleg lewat
media massa.
media-massa.html
10
Selain mempengaruhi aspek kognisi, efek kehadiran
media massa bukan saja menghilangkan perasaan, tetapi
juga menumbuhkan perasaaan tertentu6. Media massa kini
berperanan cukup penting dalam memengaruhi masyarakat
bagi pembentukan opini publik yang amat diharapkan bagi
pelaku politik praktis di negeri ini untuk berhasil
memenangkan kontestasi politik7. Media yang memiliki
andil besar dalam memberikan pengaruh adalah media
audiovisual (televisi). Televisi mampu memberikan pengaruh
terhadap komunikan (pemilih atau voters) dengan sifatnya
yang audiovisual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partai
politik menyadari televisi masih menjadi media yang
paling efektif di dalam proses penyampaian pesan politik
terlebih dalam hal pencitraan8. Dengan kelebihannya yang
mampu menyajikan tayangan audiovisual dibanding media
lainnya, media televisi-lah yang lebih banyak diakses
oleh masyarakat Indonesia dewasa ini. Namun bukan
berarti bahwa media lain seperti radio, surat kabar,
6 Rakhmat, Jalaludin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, hlm. 2207 “Media Massa Mempengaruhi Opini Publik”. Sumber: http://rektor.uin-
malang.ac.id/8 Rahmat Edi Irawan, dkk. Peliputan Media Televisi dalam Pencitraan
Prtai Politik Menjelang Pemilu 2014.
http://marcomm.binus.ac.id/lecturers-journals
11
baliho, spanduk, poster dan media-media lainnya tidak
memberikan dampak dan pengaruh terhadap masyarakat.
Media massa saat ini memang tidak bisa dilepaskan dari
manuver kapital. Media massa juga kerap kali menjadi
tidak netral dan memihak. Dalam artian bahwa media massa
dengan ideologinya masing-masing membawa kepentingan
pihak-pihak tertentu sehingga independensinya patut
untuk dipertanyakan kembali. Melalui konten seperti
iklan politik, berita-berita politik, media massa
menyusupkan kepentingan pihak-pihak tertentu dalam upaya
memperoleh dukungan dan simpati publik. Informasi yang
disajikan secara terus menerus, berulang dan terus
berulang bahkan melebihi aturan mampu mempengaruhi sikap
masyarakat. Hal ini sejalan dengan teori komunikasi
massa, Agenda Setting, yang menganggap bahwa media massa
melalui pemberitaan yang terfokus dan berulang-ulang
pada issue tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan
memiliki pengaruh terhadap pendapat umum9. Orang akan
cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan
media massa terhadap isu-isu yang berbeda. Media
memiliki agenda ataupun tujuan tertentu dengan tayangan
ataupun pembteritaan-pemberitaan tertentu sesuai dengan9 Putra, Dedi Kurniasyah. 2012. Media dan Poltik : Menemukan relasi antara dimensi simbiosis mutualisme media dan politik.. Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm.9
12
ideologinya. Teori lain yang dapat digunakan untuk
melihat efek dari media massa adalah teori jarum suntik
(Hypodermic Theory) yang berpendapat bahwa khalayak sama
sekali tidak memiliki kekuatan untuk menolak informasi
setelah ditembakkan melalui media komunikasi. Khalayak
terelena seperti kemasukan obat bius melalui jarum
suntik sehingga tidak bisa memiliki alternatif untuk
pilihan lainnya, kecuali apa yang disiarkan oleh media10.
Khalayak dianggap pasif sehingga khalayak mudah sekali
dipengaruhi oleh media massa.
Dapat dilihat bahwa media massa di Indoensia saat ini
sebagian besar dimonopoli oleh orang-orang tertentu.
Sebut saja Hary Tanoesoedibjo yang pemilik sekaligus
menjabat sebagai CEO MNC Group, Surya Paloh dengan Metro
TV-nya, Aburizal Bakrie dengan TV One dan ANTV, Trans TV
dan Trans|7 dimiliki oleh Chairul Tanjung yang
belakangan diketahui juga terlibat dalam dunia politik
dan masih banyak politisi lain yang juga menduduki
jabatan sebagai pemilik media massa di Indonesia baik
media cetak maupun elektronik. Keadaan semacam ini tak
pelak menjadikan media massa sebagai alat propaganda
mereka dalam rangka political branding dan pencitraan politik
10 Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik : Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta:Raja Grafindo Persada. Hlm. 119.
13
partai maupun personal, bahkan menyerang lawan
politiknya demi mendapatkan dukungan masyarakat. Tanpa
perlu mengeluarkan biaya mahal, mereka dengan mudah
melakukan manuver politik melalui media massa miliknya.
Peningkatan akses terhadap media tersebut pada
akhirnya akan berimplikasi terhadap peningkatan
kepercayaan khalayak terhadap pesan-pesan yang
disampaikan media. Pada masa kampanye politik, para
marketing politik termasuk kandidat politik lebih banyak
berhubungan dengan masyarakat melalui media massa.
Selain jangkauannya sangat luas, pengguna jasa media
massa tidak harus menemui masyarakat dari satu tempat ke
tempat yang lainnya11.
Sebut saja Partai Nasional Demokrat (NasDem) yang
merupakan partai muda yang baru terbentuk tahun 2011
lalu dan baru pertama kaali mengikuti pemilu mampu
mendulang suara sekitar 7% dan menempatkan diri pada
posisi tengah (7) dari 12 partai peserta pemilu
mengalahkan PBB, PPP dan PKS yang notabene adalah partai
senior di dunia perpolitikan Indonesia. Pencapaian ini
11 Putra, Dedi Kurniasyah. 2012. Media dan Politik: Menemukan antara Dimensi Relasi
Simbiosis Mutualisme Media dan Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
14
tidak lepas dari gencarnya iklan dan pemberitaan politik
yang dilakukan di media massa terutama di Metro TV.
Akses ke media massa yang mudah menjadikan upaya-upaya
pencapaian tujuan dilakukan tanpa perlu bersusah payah.
Cara-cara demikian dapat dikatakan berhasil mempengaruhi
masyarakat hingga memberikan suara mereka kepada Partai
NasDem.
Terkadang media massa juga menampilkan porsi
pemberitaan yang kurang berimbang di media masssa juga
ditunjukkan oleh MNC Group yang terdiri dari MNC TV, RCTI
dan Global TV yang selalu memberikan porsi yang lebih
terhadap pemberitaan WIN-HT (Wiranto-Hary Tanoesoedibjo)
maupun Partai Hanura yang menaungi pasangan tersebut.
Kebanyakan media massa saat ini yang dikuasai oleh
elite-elite politik selalu memberikan liputan atau
pemberitaan yang “baik-baik” terhadap orang-orang atau
kelompok tertentu. Iklan Politik yang disajikan dengan
intensitas yang cukup tinggi sangat mampu mempengaruhi
masyarakat. Terlebih lagi kebanyakan iklan politik
berisi pencitraan dan bahkan tak jarang berisikan
propaganda dan serangan-serangan terhadap lawan.
Tayangan iklan politik yang ada sekarang diraasa tidak
memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Iklan
politi di televisi sekarang seperti menjual diri dan
15
tidak untuk kepentingan publik, bahkan sebagai
propaganda.
Secara umum, menurut Putra (2012), pemasangan iklan
setidaknya dapat mendongkrak popularitas subjek. Iklan
membangun sikap awareness publik terhadap yang dilakukan.
Dari sosok yang tidak atau kurang terkenal menjadi
terkenal, sebut saja Prabowo Subijanto. Pada mulanya ia
bukanlah sosok tokoh terkenal di Indonesia. Derasnya
iklan politik di media massa membuat sebagian khalayak
bingung dalam menentukan pilihan, para pemilih kian jeli
dengan politik transaksional dalam arti positif.
Media massa juga kerap tampil dengan cara mengangkat
sebuah isu seolah-olah penting untuk dimunculkan sebagai
opini publik. Media massa melakukan setting berita untuk
diwacanakan penting, yang akhirnya bisa mempengaruhi
masyarakat dan sependapat, dengan mudah saja mengikuti
dan menyetujui apa yang disampaikan dalam media massa.
Media massa membuat penting isu-isu yang diangkat
walaupun tak sepenuhnya dibutuhkan oleh masyarakat.
Dengan demikian masyarakat seolah membutuhkan pesan dan
informasi yang pada akhirnya mengubah pemikiran dan
bahkan kebudayaan dalam masyarakat tersebut.
16
Di Indonesia, pemutaran film “G 30 S/PKI” setiap
tanggal 30 September jaman Orde Baru diyakini sukses
menanamkan paham bahwa PKI adalah partai paling kejam
dan sadis yang aksinya patut dikejam. Film ini merupakan
alat propaganda pemerintah era Soeharto yang menanamkan
rasa ketakutan pada publik akan kekejaman komunis. Di
Amerika Serikat, kampanye Perang Melawan Terorisme di
Afghanistan pasca peristiwa World Trade Center (WTC) dan
Pentagon tanggal 11 September 2001, gencar dilakukan
dengan tujuan menggulingkan kekuasaan taliban yang
dituduh melindungi Al-Qaeda. Kampanye salah satunya
sebagai upaya untuk menangkap Osama bin Laden itu
dihembuskan dengan aksi propaganda lewat media massa
global yang dapat berpengaruh secara internasional,
seperti CNN, NBC, FOX, VOA, dan lain-lain. Dengan pesan
yang disetting sedemikian rupa, dimana media-media
tersebut menguatkan berita bahwa penggerak terorisme
adalah orang-orang Timur Tengah12.
Pengaruh media massa terhadap politik masyarakat tentu
tidak sapat disamakan antara satu orang dengan orang
lainnya. Sebagian orang sudah meulai kritis dan jeli
bahkan saking jelinya terkadang mereka justru memilih
golput. Sebagian lagi masih mudah untuk
12 h
17
dipengaruhi.Tidak semua masyarakat Indonesia mampu
berfikir cerdas dan rasional. Kembali lagi pada latar
belakang masyarakat tersebut. Masyarakat kelas menengah
kebawah dapat diakatan sebagai sasaran empuk partai
politik maupaun caleg dalam mencari dukungan dan simpati
masyarakat. Pemberitaan politik yang di muat di media
massa yang menampilkan figure merakyat, senang turun
langsung ke masyarakat (blusukan) yang sudah lama sekali
dirindukan masyarakat adalah salah satu strategi politik
yang dapat dikatakan berhasil membentuk opini publik dan
mempengaruhi politik masyarakat, baik dari segi budaya,
sikap dan partisipasi politiknya. Artinya pengaruh yang
dihasilkan dapat berupa pengaruh positif maupun pengaruh
negatif.
Menjelang Pemilihan Umum 9 April 2014 lalu, aktivitas
politik di Indonesia meningkat tajam. Media massa lebih
banyak digunakan sebagai ajang pencitraan dan pencarian
popularitas semata bukan untuk mendidik. Terlebih lagi
sejak tanggal 16 Maret dimana kampanye terbuka dimulai.
Masing-masing partai politik dan caleg berlomba
memperoleh dukungan dan suara masyarakat dengan berbagai
trik pencitraan dan pencarian popularitas. Kampanye
politik melalui media massa semakin gencar dan besar-
besaran dilakukan melalui media massa. Namun sangat
18
disayangkan, waktu kampanye yang hanya berlangsung
selama dua minggu ini, oleg media massa justru lebih
banyak digunakan untuk memberitakan hal-hal yang kurang
mendidik masyarakat. Pemberitaan di media massa terkait
pemilihan umum lebih gencar memberitakan calon presiden
ketimbang pemilihan legislatif yang sudah di depan mata
dan seakan pemilu hanya sekedar ceremonial saja.
Seharusnya media massa memberikan pendidikan politik,
memperkenalkan calon-calon legislatif kepada masyarakat,
bukannya ikuta bersaing dan mementingkan pihak-pihak
tertentu saja sehingga masyarakat tidak sekedar “membeli
kucing dalam karung.” Sungguh peliputan ini bukan
sesuatu yang baik bagi pendidikan politiik kita malah
terkesan dunia politik praktis di negeri ini
disejajarkabn dengan dunia selebirti-entertaimen yang
banyak menayangkan kegiatan-kegiatan berisfat
popularitas semata ketimbang bersifat edukasi. Mereka
yang belum cukup matang dalam memahami sosok pemimpin
dan kepemimpinan mungkin bisa saja “terjebak” atau
terperangkap oleh skenario besar media massa untuk
memenangkan kandidat tertentu13.
13 “Media Massa Mempengaruhi Opini Publik”. Sumber: http://rektor.uin-malang.ac.id/
19
Karakteristik yang dimiliki media massa menjadi sangat
beresiko untuk dijadikan alat propaganda, karena bisa
jadi pesan-pesan yang disampaikan media massa hanyalah
hasil konstruksi dari pemiliki kepentingan-kepentingan
tertentu dan sama sekali tidak mewakili persepsi
masyarakat secara keseluruhan. Meskipun Harold Lasswell
mengatakan bahwa politik tidak bisa dipisahkan dari
pengertian kekuasaan dan manipulasi yang dilakukan oleh
para elit penguasa atau counter elite, namun alangkah
baiknya jika media massa bukan dijadikan alat untuk
mempengaruhi semata bahkan menggiring oan sikap pini
dmasyarakat untuk memberikan suaranya kepada partai,
golongan atau orang tertentu. Sudah semestinya pers
sebagai pilar ke-empat demokrasi melalui media massa
menyajikan tayangan-tayangan dan pemberitaan yang
mengedukasi dan memberikan informasi positif masyarakat,
bukan bersaing untuk mendapatkan kekuasaan dan
kepercayaan masyarakata dengan mempengaruhi masyarakat
melalui media massa.
Tak diragukan lagi, media menempati peran yang
sangat strategis dalam menyampaikan pesan-pesan politik
terhadap khalayak. Karena tidak membutuhkan waktu yang
panjang untuk sekedar memperkenalkan agenda-agendanya
bahkan bisa merubah pilihan sebelumnya tentu dengan
20
strategi yang dimiliki media secara terus-menerus dapat
mempengaruhi khalayak. Dari berbagai media yang
digunakan, tentu ada kelebihan dan kelemahannya, begitu
juga mengandung pengaruh positif dan negatif terhadap
khalyak.
C. Kesimpulan
D. Daftar Pustaka
Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan
Strategi.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi: Manipulasi Media,
Kekerasan dan Pornografi.Yogyakarta: Kanisius.
Putra, Dedi Kurniasyah. 2012. Media dan Politik:
Menemukan antara Dimensi Relasi Simbiosis Mutualisme Media dan
Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rakhamt, Jalaludin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
21