Media Mempengaruhi Politik Masyarakat

21
MEDIA MASSA MEMPENGARUHI POLITIK MASYARAKAT Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Dra. Marfu’ah Sri Sanityastuti, M.Si Oleh : Putri Arindah Trihapsari 12730011 Adnan Bayu Damarjati 1273002x Wachid Abdulloh 12730029 Aida Lathifah 12730041 Pertiwi Madayanti 12730042 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI PRODI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA 1

Transcript of Media Mempengaruhi Politik Masyarakat

MEDIA MASSA MEMPENGARUHI POLITIK MASYARAKAT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah SosiologiKomunikasi

Dosen Pengampu : Dra. Marfu’ah Sri Sanityastuti, M.Si

Oleh :

Putri Arindah Trihapsari 12730011

Adnan Bayu Damarjati 1273002x

Wachid Abdulloh 12730029

Aida Lathifah 12730041

Pertiwi Madayanti 12730042

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

1

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2014

MEDIA MASSA MEMPENGARUHI POLITIK MASYARAKAT

A. Latar Belakang

Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi berkembang demikian pesat, termasuk juga

perkembangan media massa sebagai unsur utama dalam

komunikasi massa. Berkat perkembangannya, media massa

menjadi salah satu unsur penting dalam kegiatan

penyampaian dan penyebarluasan pesan dari komunikator dan

komunikan. Media massa sendiri merupakan saluran, sarana,

wadah atau suatu alat yang dipakai untuk menjalankan

proses komunikasi massa. Komunikasi massa disini

diartikan sebagai komunikasi yang diorientasikan kepada

orang banyak atau dalam hal ini adalah masyarakat.

Informasi yang telah diberikan oleh media kepada

masyarakat tidak hanya sebagai angin lalu belaka, tapi akan

menjadi suatu pengetahuan baru bagi masyarakat, bahkan

sampai pada level mempengaruhi masyarakat. Media

mempunyai peran penting dalam kehidupan masyarakat,

mengingat media yang salah satu tujuannya merupakan

sebagai penyampai berbagai informasi apapun kepada

2

masyarakat. Peran komunikasi yang dimiliki media inilah

yang akan dapat menentukan atau memberikan pemahaman

lebih akan suatu hal atau fenomena sosial tertentu yang

berkembang dalam masyarakat tersebut.

Kehidupan manusia yang serba modern saat ini

menjadikan manusia tidak dapat lepas dari media massa.

Dapat dikatakan bahwa hampir seluruh masyarakat di

Indonesia sudah mengenal bahkan memiliki akses yang

sangat luas terhadap media massa, termasuk juga dalam

kehidupan politik bangsa ini. Sekarang ini, di satu sisi,

politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), di

sisi lain peristiwa politik, tingkah laku dan pernyataan

para aktor politik, sekalipun bersifat rutin, selalu

mempunyai nilai berita sehingga banyak diliput oleh media

massa (Hill, 1995)1.

Berbicara mengenai peran media massa yang sangat

penting dalam dunia politik maupun dalam masyarakat, tak

jarang media massa mampu memberikan pengaruh terhadap

dunia politik termasuk di dalamnya budaya dan partisipasi

politik di Indonesia. Dimana media massa saat ini

seringkali dijadikan “kendaraan” bagi partai-partai

politik maupun caleg untuk sekedar pencitraan ataupun

ingin dipandang lebih oleh masyarakat. Hubungan antara1 Hamad, Ibnu. Konstruski Realitas Politik dalam Media Massa.. Sumber :http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/77/73

3

media massa dengan politik dapat dikatakan sebagai satu

kesatuan yang mungkin tidak bisa dipisahkan, dalam artian

antara dunia politik dan media massa akan selalu ada

hubungan satu sama lain yang saling membutuhkan dan

saling mempengaruhi.

Media dapat dengan mudah mempengaruhi khalayaknya

melalui tayangan, maupun pemberitaan yang dimuatnya.

Menjelang pemilu 9 April 2014 kemarin dapat dijadikan

bukti bahwa media dan politik saling berhubungan dan

saling memepengaruhi. Ditambah lagi dengan banyaknya

media massa yang kini di miliki oleh elite-elite yang

juga berkiprah di dunia politik semakin menambah ramai

politik dan media Indonesia. Melalui media massa partai

politik maupun perseorangan seperti calon legislatif dan

calon presiden dapat dengan mudah mempersuasi konstituen

dan voters (pemilih) dalam rangka mencapai tujuan,

memperoleh dukungan dan mendapatkan simpati masyarakat

dengan cara menanamkan pengaruh bahkan menggiring

masyarakat agar memberikan suara kepadanya.

Kegiatan politik seperti kampanye masa kini adalah

kampanye yang dilakukan melalui berbagai macam media

massa baik media cetak maupun elektronik. Media massa

mampu menciptakan popularitas melalui manipulasi

realitas, bahkan media mampu menciptakan sebuah kondisi

4

nyata menjadi lebih nyata (hiper reality). Melalui media massa

pula, sikap, proses budaya politik ataupun partisipasi

politik masyarakat akan dapat sangat mudah untuk

dipengaruhi.

B. Media Massa Mempengaruhi Politik Masyarakat

Semakin pesatnya laju kemajuan teknologi memberikan

jalan baru bagi dunia perpolitikan di seluruh negara,

termasuk di Indonesia. Melalui media massa, komunikator

politik berusaha mentransmisikan berbagai macam pesan

dengan berbagai maksud dan tujuannya masing-masing. Media

atau biasa disebut sebagai industri citra adalah alat

propaganda paling mutakhir di era digital saat ini2.

Cangara (2009) menyebutkan bahwa propaganda merupakan

suatu kegiatan komunikasi yang erat kaitannya dengan

persuasi3. Melalui media massa pula, proses budaya

politik atau partisipasi politik akan dapat sangat

dipengaruhi.

Media massa yang juga merupakan medium utama dalam

komunikasi massa mampu menjangkau khalayak yang tersebar

2 Putra, Dedi Kurniasyah. 2012. Media dan Poltik : Menemukan relasi antara dimensi simbiosis mutualisme media dan politik.. Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm.93 Cangara, Hafied. 2009. Komunikai Politik : Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 332

5

luas di berbagai tempat dalam waktu serempak atau

bersamaan dengan pesan yang sama dan bersifat universal

(umum) utamanya media massa elektronik seperti radio dan

televisi. Penyampaian pesan seperti kampanye politik,

sosialisasi politik, dan publisitas disebut-sebut

sebagai transaksi komunkator politik yang banyak

dilakukan melalui media massa. Hal ini memberikan

keuntungan tambahan bagi patai politik maupun calon

legislatif pada massa-massa kampanye pemilihan umum

seperti yang terjadi pada tahun 2014 ini. Dapat dikatan

bahwa hampir tidak ada partai maupun caleg di Indonesia

yang tidak menggunakan media massa sebagai political branding

ataupun personal branding yang pada akhirnya memunculkan

simpati dan dukungan dari masyarakat.

Menjelang pemilu 2014, media massa menjadi semakin

ramai dengan pemberitaan-pemberitaan politik. Perananan

media dalam menyambut pemilu 2014 memberikan pengaruh

terhadap elektabilitas tokoh, seperti calon presiden

maupun calon legislatif yang nantinya didaulat untuk

mejadi wakil rakyat di pemerintahan. Pemberitaan-

pemberitaan di media massa ini kemudian memberikan

pengaruh terhadap pandangan (kognisi) masyarakat

mengenai individu atau kelompok tertentu yang

memanfaatkan media massa apakah memiliki kredibilitas

6

dan komptensi. Peliputan media terhadap kegiatan bakal

calon presiden tersebut nantinya akan menjadi masukan

dan referensi bagi pemilih untuk memberikan penilaian.

Ditambah lagi pemberitaan yang disajikan di media massa

berisi kebaikan-kebaikan calon yang bisa dikatakan hanya

sekedar pencitraan belaka.

Media massa secara otomatis membantu peningkatan

elektabilitas dalam ritual politik (Pemilihan Umum).

Media massa punya kecenderungan menayangkan pemberitaan

politik yang masih akan didominasi oleh pemberitaan dan

tayangan mengenai kampanye politik untuk mendulang suara

atau membangun kekuatan politik yang diorientasikan pada

kekuasaan. Media juga dianggap mampu menciptakan

popularitas. Popularitas disebut-sebut sebagai cikal

bakal elektabilitas yang kemudian mendukung ikatan

antara media dan politik. Kedua hal tersebut sulit untuk

dipisahkan terlebih lagi Indonesia merupakan negara

demokrasi. Jika dilihat dari perspektif media politik,

seorang politisi akan sangat terbantu dengan hadirnya

media massa. Hubungan antara media massa dengan politik

dapat dikatakan sebagai satu kesatuan yang mungkin tidak

bisa dipisahkan. Dalam artian antara dunia politik dan

media massa akan selalu ada hubungan satu sama lain yang

saling membutuhkan dan mempengaruhi.

7

Masyarakat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam

sistem pemerintahan demokrasi diberikan hak dalam memilih

wakilnya. Seperti pada saat pemilu, dalam menentukan

keputusan politik, masyarakat akan selalu membutuhkan

referensi sebagai bahan pertimbangannya. Berdasarkan

kajian psikologi, norma dan pengaruh interpersonal

memberikan pengaruh terhadap sikap seseorang. Hal ini

jugalah yang kemudian dimanfaatkan oleh media ketika

melakukan kegiatan propaganda. Melalui berita-berita yang

disiarkan, media secara tidak langsung telah memberikan

referensi kepada masyarakat untuk mempengaruhi keputusan

politiknya. Semakin sering berita tersebut diberikan,

maka akan semakin besar pengaruh yang akan didapatkan

oleh masyarakat4.

Cara-cara media massa dalam menyampaikan peliputan dan

pemberitaan terkait peristiwa-peristiwa politik dapat

mempengaruhi persepsi atau pandangan masyarakat mengeani

isu-isu perkembangan politik. Hal ini dapat menimbulkan

pembentukan opini publik atau pendapat umum yakni dalam

upaya membangun sikap dan tindakan masyarakat mengenai

isu-isu politik yang berkembang tersebut dianggap

sebagai masalah politik. Fungsi media massa sesungguhnya4 Pengaruh Media Massa Terhadap Perilalu Politik Masyarakat. Sumber:http://humas-virtual.blogspot.com/2013/01/pengaruh-media-massa-terhadap-perilaku.html.

8

terdiri dari empat aspek yaitu menginformasi, mendidik,

menghibur dan mempengaruhi. Namun, sekarang ini fungsi

yang paling nampak dari media massa saat aktivitas

politik semakin meningkat adalah fungsi mempengaruhi. Di

mana media massa dapat mempengaruhi khalayak baik dari

proses kogntif, afektif hingga konatif atau behavior.

Seperti yang telah disebutkan diawal bahwa media massa

memiliki kekuatan besar dalam pembentukan opini publik

dan alat propaganda, media massa juga menanamkan pesan

tertentu melalui informasi-informasi yang penyajiannya

seringkali disetting terlebih dulu. Dengan media massa

orang bisa mencitrakan dirinya, menaikkan pamor tokoh

tertentu, media pendongkrak popularitas atau bahkan

menjatuhkan figur lawan. Media massa sendiri memiliki

berbagai peran, salah satunya ialah dalam mempengaruhi

sikap dan perilaku seseorang maupun kelompok. Dapat

dikatakan perananan media massa dalam membentuk

pandangan masyarakat tentang politik sangatlah vital.

Media banyak mempengaruhi pandangan masyarakat dalam

proses pembentukan opini atau sudut pandangnya. Media

massa dapat dikatakan merupakan senjata yang ampuh

bagi perebutan citra (image)5. Media massa mempunyai

5 “Opini Publik, Propaganda dan Media Massa”

http://cuappapcuap.blogspot.com/2013/10/opini-publik-propaganda-dan-

9

perananan yang sangat penting sebagai sarana sosialisasi

tentang politik terlebih lagi pemilu kepada khalayak

umum. Pemberitaan di berbagai media mengenai kasus-kasus

yang terjadi dengan elite-elite politik tertentu dan

berbagai aktivitas yang dilakukan yang mereka sebut pro

rakyat dapat memberikan pengaruh pemilihan kepada

masyarakat.

Media mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam

pembentukan kognisi seseorang. Media memberikan

informasi dan pengetahuan yang pada akhirnya dapat

membentuk persepsi. Persepsi mempengaruhi sikap dan

perilaku seseorang. Berbagai pemberitaan media

memberikan masukan kepada kognisi individu dan kognisi

akan membentuk sikap. Pengaruh media massa kuat pada

masyarakat modern. Pasalnya masyarakat modern justru

adalah orang-orang yang lebih banyak bersinggungan

dengan media massa dan online sehingga arus informasi

tentang dunia dari media massa yang diperoleh pun lebih

banyak. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa media massa

juga mampu mempengaruhi masyarakat awam yang mereka

masih mudah dipengaruhi dengan pencitraan-pencitraan

yang di tampilkan partai politik maupun caleg lewat

media massa.

media-massa.html

10

Selain mempengaruhi aspek kognisi, efek kehadiran

media massa bukan saja menghilangkan perasaan, tetapi

juga menumbuhkan perasaaan tertentu6. Media massa kini

berperanan cukup penting dalam memengaruhi masyarakat

bagi pembentukan opini publik yang amat diharapkan bagi

pelaku politik praktis di negeri ini untuk berhasil

memenangkan kontestasi politik7. Media yang memiliki

andil besar dalam memberikan pengaruh adalah media

audiovisual (televisi). Televisi mampu memberikan pengaruh

terhadap komunikan (pemilih atau voters) dengan sifatnya

yang audiovisual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partai

politik menyadari televisi masih menjadi media yang

paling efektif di dalam proses penyampaian pesan politik

terlebih dalam hal pencitraan8. Dengan kelebihannya yang

mampu menyajikan tayangan audiovisual dibanding media

lainnya, media televisi-lah yang lebih banyak diakses

oleh masyarakat Indonesia dewasa ini. Namun bukan

berarti bahwa media lain seperti radio, surat kabar,

6 Rakhmat, Jalaludin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja

Rosdakarya, hlm. 2207 “Media Massa Mempengaruhi Opini Publik”. Sumber: http://rektor.uin-

malang.ac.id/8 Rahmat Edi Irawan, dkk. Peliputan Media Televisi dalam Pencitraan

Prtai Politik Menjelang Pemilu 2014.

http://marcomm.binus.ac.id/lecturers-journals

11

baliho, spanduk, poster dan media-media lainnya tidak

memberikan dampak dan pengaruh terhadap masyarakat.

Media massa saat ini memang tidak bisa dilepaskan dari

manuver kapital. Media massa juga kerap kali menjadi

tidak netral dan memihak. Dalam artian bahwa media massa

dengan ideologinya masing-masing membawa kepentingan

pihak-pihak tertentu sehingga independensinya patut

untuk dipertanyakan kembali. Melalui konten seperti

iklan politik, berita-berita politik, media massa

menyusupkan kepentingan pihak-pihak tertentu dalam upaya

memperoleh dukungan dan simpati publik. Informasi yang

disajikan secara terus menerus, berulang dan terus

berulang bahkan melebihi aturan mampu mempengaruhi sikap

masyarakat. Hal ini sejalan dengan teori komunikasi

massa, Agenda Setting, yang menganggap bahwa media massa

melalui pemberitaan yang terfokus dan berulang-ulang

pada issue tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan

memiliki pengaruh terhadap pendapat umum9. Orang akan

cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan

media massa terhadap isu-isu yang berbeda. Media

memiliki agenda ataupun tujuan tertentu dengan tayangan

ataupun pembteritaan-pemberitaan tertentu sesuai dengan9 Putra, Dedi Kurniasyah. 2012. Media dan Poltik : Menemukan relasi antara dimensi simbiosis mutualisme media dan politik.. Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm.9

12

ideologinya. Teori lain yang dapat digunakan untuk

melihat efek dari media massa adalah teori jarum suntik

(Hypodermic Theory) yang berpendapat bahwa khalayak sama

sekali tidak memiliki kekuatan untuk menolak informasi

setelah ditembakkan melalui media komunikasi. Khalayak

terelena seperti kemasukan obat bius melalui jarum

suntik sehingga tidak bisa memiliki alternatif untuk

pilihan lainnya, kecuali apa yang disiarkan oleh media10.

Khalayak dianggap pasif sehingga khalayak mudah sekali

dipengaruhi oleh media massa.

Dapat dilihat bahwa media massa di Indoensia saat ini

sebagian besar dimonopoli oleh orang-orang tertentu.

Sebut saja Hary Tanoesoedibjo yang pemilik sekaligus

menjabat sebagai CEO MNC Group, Surya Paloh dengan Metro

TV-nya, Aburizal Bakrie dengan TV One dan ANTV, Trans TV

dan Trans|7 dimiliki oleh Chairul Tanjung yang

belakangan diketahui juga terlibat dalam dunia politik

dan masih banyak politisi lain yang juga menduduki

jabatan sebagai pemilik media massa di Indonesia baik

media cetak maupun elektronik. Keadaan semacam ini tak

pelak menjadikan media massa sebagai alat propaganda

mereka dalam rangka political branding dan pencitraan politik

10 Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik : Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta:Raja Grafindo Persada. Hlm. 119.

13

partai maupun personal, bahkan menyerang lawan

politiknya demi mendapatkan dukungan masyarakat. Tanpa

perlu mengeluarkan biaya mahal, mereka dengan mudah

melakukan manuver politik melalui media massa miliknya.

Peningkatan akses terhadap media tersebut pada

akhirnya akan berimplikasi terhadap peningkatan

kepercayaan khalayak terhadap pesan-pesan yang

disampaikan media. Pada masa kampanye politik, para

marketing politik termasuk kandidat politik lebih banyak

berhubungan dengan masyarakat melalui media massa.

Selain jangkauannya sangat luas, pengguna jasa media

massa tidak harus menemui masyarakat dari satu tempat ke

tempat yang lainnya11.

Sebut saja Partai Nasional Demokrat (NasDem) yang

merupakan partai muda yang baru terbentuk tahun 2011

lalu dan baru pertama kaali mengikuti pemilu mampu

mendulang suara sekitar 7% dan menempatkan diri pada

posisi tengah (7) dari 12 partai peserta pemilu

mengalahkan PBB, PPP dan PKS yang notabene adalah partai

senior di dunia perpolitikan Indonesia. Pencapaian ini

11 Putra, Dedi Kurniasyah. 2012. Media dan Politik: Menemukan antara Dimensi Relasi

Simbiosis Mutualisme Media dan Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

14

tidak lepas dari gencarnya iklan dan pemberitaan politik

yang dilakukan di media massa terutama di Metro TV.

Akses ke media massa yang mudah menjadikan upaya-upaya

pencapaian tujuan dilakukan tanpa perlu bersusah payah.

Cara-cara demikian dapat dikatakan berhasil mempengaruhi

masyarakat hingga memberikan suara mereka kepada Partai

NasDem.

Terkadang media massa juga menampilkan porsi

pemberitaan yang kurang berimbang di media masssa juga

ditunjukkan oleh MNC Group yang terdiri dari MNC TV, RCTI

dan Global TV yang selalu memberikan porsi yang lebih

terhadap pemberitaan WIN-HT (Wiranto-Hary Tanoesoedibjo)

maupun Partai Hanura yang menaungi pasangan tersebut.

Kebanyakan media massa saat ini yang dikuasai oleh

elite-elite politik selalu memberikan liputan atau

pemberitaan yang “baik-baik” terhadap orang-orang atau

kelompok tertentu. Iklan Politik yang disajikan dengan

intensitas yang cukup tinggi sangat mampu mempengaruhi

masyarakat. Terlebih lagi kebanyakan iklan politik

berisi pencitraan dan bahkan tak jarang berisikan

propaganda dan serangan-serangan terhadap lawan.

Tayangan iklan politik yang ada sekarang diraasa tidak

memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Iklan

politi di televisi sekarang seperti menjual diri dan

15

tidak untuk kepentingan publik, bahkan sebagai

propaganda.

Secara umum, menurut Putra (2012), pemasangan iklan

setidaknya dapat mendongkrak popularitas subjek. Iklan

membangun sikap awareness publik terhadap yang dilakukan.

Dari sosok yang tidak atau kurang terkenal menjadi

terkenal, sebut saja Prabowo Subijanto. Pada mulanya ia

bukanlah sosok tokoh terkenal di Indonesia. Derasnya

iklan politik di media massa membuat sebagian khalayak

bingung dalam menentukan pilihan, para pemilih kian jeli

dengan politik transaksional dalam arti positif.

Media massa juga kerap tampil dengan cara mengangkat

sebuah isu seolah-olah penting untuk dimunculkan sebagai

opini publik. Media massa melakukan setting berita untuk

diwacanakan penting, yang akhirnya bisa mempengaruhi

masyarakat dan sependapat, dengan mudah saja mengikuti

dan menyetujui apa yang disampaikan dalam media massa.

Media massa membuat penting isu-isu yang diangkat

walaupun tak sepenuhnya dibutuhkan oleh masyarakat.

Dengan demikian masyarakat seolah membutuhkan pesan dan

informasi yang pada akhirnya mengubah pemikiran dan

bahkan kebudayaan dalam masyarakat tersebut.

16

Di Indonesia, pemutaran film “G 30 S/PKI” setiap

tanggal 30 September jaman Orde Baru diyakini sukses

menanamkan paham bahwa PKI adalah partai paling kejam

dan sadis yang aksinya patut dikejam. Film ini merupakan

alat propaganda pemerintah era Soeharto yang menanamkan

rasa ketakutan pada publik akan kekejaman komunis. Di

Amerika Serikat, kampanye Perang Melawan Terorisme di

Afghanistan pasca peristiwa World Trade Center (WTC) dan

Pentagon tanggal 11 September 2001, gencar dilakukan

dengan tujuan menggulingkan kekuasaan taliban yang

dituduh melindungi Al-Qaeda. Kampanye salah satunya

sebagai upaya untuk menangkap Osama bin Laden itu

dihembuskan dengan aksi propaganda lewat media massa

global yang dapat berpengaruh secara internasional,

seperti CNN, NBC, FOX, VOA, dan lain-lain. Dengan pesan

yang disetting sedemikian rupa, dimana media-media

tersebut menguatkan berita bahwa penggerak terorisme

adalah orang-orang Timur Tengah12.

Pengaruh media massa terhadap politik masyarakat tentu

tidak sapat disamakan antara satu orang dengan orang

lainnya. Sebagian orang sudah meulai kritis dan jeli

bahkan saking jelinya terkadang mereka justru memilih

golput. Sebagian lagi masih mudah untuk

12 h

17

dipengaruhi.Tidak semua masyarakat Indonesia mampu

berfikir cerdas dan rasional. Kembali lagi pada latar

belakang masyarakat tersebut. Masyarakat kelas menengah

kebawah dapat diakatan sebagai sasaran empuk partai

politik maupaun caleg dalam mencari dukungan dan simpati

masyarakat. Pemberitaan politik yang di muat di media

massa yang menampilkan figure merakyat, senang turun

langsung ke masyarakat (blusukan) yang sudah lama sekali

dirindukan masyarakat adalah salah satu strategi politik

yang dapat dikatakan berhasil membentuk opini publik dan

mempengaruhi politik masyarakat, baik dari segi budaya,

sikap dan partisipasi politiknya. Artinya pengaruh yang

dihasilkan dapat berupa pengaruh positif maupun pengaruh

negatif.

Menjelang Pemilihan Umum 9 April 2014 lalu, aktivitas

politik di Indonesia meningkat tajam. Media massa lebih

banyak digunakan sebagai ajang pencitraan dan pencarian

popularitas semata bukan untuk mendidik. Terlebih lagi

sejak tanggal 16 Maret dimana kampanye terbuka dimulai.

Masing-masing partai politik dan caleg berlomba

memperoleh dukungan dan suara masyarakat dengan berbagai

trik pencitraan dan pencarian popularitas. Kampanye

politik melalui media massa semakin gencar dan besar-

besaran dilakukan melalui media massa. Namun sangat

18

disayangkan, waktu kampanye yang hanya berlangsung

selama dua minggu ini, oleg media massa justru lebih

banyak digunakan untuk memberitakan hal-hal yang kurang

mendidik masyarakat. Pemberitaan di media massa terkait

pemilihan umum lebih gencar memberitakan calon presiden

ketimbang pemilihan legislatif yang sudah di depan mata

dan seakan pemilu hanya sekedar ceremonial saja.

Seharusnya media massa memberikan pendidikan politik,

memperkenalkan calon-calon legislatif kepada masyarakat,

bukannya ikuta bersaing dan mementingkan pihak-pihak

tertentu saja sehingga masyarakat tidak sekedar “membeli

kucing dalam karung.” Sungguh peliputan ini bukan

sesuatu yang baik bagi pendidikan politiik kita malah

terkesan dunia politik praktis di negeri ini

disejajarkabn dengan dunia selebirti-entertaimen yang

banyak menayangkan kegiatan-kegiatan berisfat

popularitas semata ketimbang bersifat edukasi. Mereka

yang belum cukup matang dalam memahami sosok pemimpin

dan kepemimpinan mungkin bisa saja “terjebak” atau

terperangkap oleh skenario besar media massa untuk

memenangkan kandidat tertentu13.

13 “Media Massa Mempengaruhi Opini Publik”. Sumber: http://rektor.uin-malang.ac.id/

19

Karakteristik yang dimiliki media massa menjadi sangat

beresiko untuk dijadikan alat propaganda, karena bisa

jadi pesan-pesan yang disampaikan media massa hanyalah

hasil konstruksi dari pemiliki kepentingan-kepentingan

tertentu dan sama sekali tidak mewakili persepsi

masyarakat secara keseluruhan. Meskipun Harold Lasswell

mengatakan bahwa politik tidak bisa dipisahkan dari

pengertian kekuasaan dan manipulasi yang dilakukan oleh

para elit penguasa atau counter elite, namun alangkah

baiknya jika media massa bukan dijadikan alat untuk

mempengaruhi semata bahkan menggiring oan sikap pini

dmasyarakat untuk memberikan suaranya kepada partai,

golongan atau orang tertentu. Sudah semestinya pers

sebagai pilar ke-empat demokrasi melalui media massa

menyajikan tayangan-tayangan dan pemberitaan yang

mengedukasi dan memberikan informasi positif masyarakat,

bukan bersaing untuk mendapatkan kekuasaan dan

kepercayaan masyarakata dengan mempengaruhi masyarakat

melalui media massa.

Tak diragukan lagi, media menempati peran yang

sangat strategis dalam menyampaikan pesan-pesan politik

terhadap khalayak. Karena tidak membutuhkan waktu yang

panjang untuk sekedar memperkenalkan agenda-agendanya

bahkan bisa merubah pilihan sebelumnya tentu dengan

20

strategi yang dimiliki media secara terus-menerus dapat

mempengaruhi khalayak. Dari berbagai media yang

digunakan, tentu ada kelebihan dan kelemahannya, begitu

juga mengandung pengaruh positif dan negatif terhadap

khalyak.

C. Kesimpulan

D. Daftar Pustaka

Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan

Strategi.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi: Manipulasi Media,

Kekerasan dan Pornografi.Yogyakarta: Kanisius.

Putra, Dedi Kurniasyah. 2012. Media dan Politik:

Menemukan antara Dimensi Relasi Simbiosis Mutualisme Media dan

Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rakhamt, Jalaludin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

21