JURNAL FAKTOR YG MEMPENGARUHI NPM
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of JURNAL FAKTOR YG MEMPENGARUHI NPM
APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1
1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
PADA BURSA EFEK INDONESIA
Abdul Kadir
Sthefanie Barceleona Phang
Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Banjarmasin
Jalan Brigjend H. Hasan Basry No. 9-11 Kayu Tangi Banjarmasin
Abstrak: The Company was founded with the aim of increasing the value of a
company that can provide prosperity for owners or shareholders. In analyzing and
assessing the financial position and the potential or the progress of the company, there
are several factors that need to be considered one of the most important is
profitability, which is one of the financial ratios used to measure the gains or profits
derived by an enterprise. Samples taken by the company are manufacturing
companies, amounting to 17 companies. The study was a quantitative study with
descriptive methods of analysis and involves six variables consisting of a bound
variable (dependent) and five independent variables (independent). Independent
variables are: current ratio, working capital turnover, receivable turnover, sales
growth and the debt ratio, while the dependent variable is the net profit margin
(NPM). Based on the calculation of financial ratios of 17 companies listed on the
Indonesia Stock Exchange, the authors hypothesized that the five independent
variables simultaneously and partially affect the dependent variable. Testing the
hypothesis in this study using the F test and t test α = 0.05. Acquisition results of
analysis were processed using SPSS version 17 for Windows. After doing some
testing, the results showed that all five variable current ratio, working capital
turnover, receivable turnover, sales growth and debt ratio,simultaneously influence
the net profit margin (NPM). While partially, only the variable sales growth (sales
growth) which affects the net profit margin (NPM). This should be a consideration for
companies that want to increase the amount of corporate profits.
Kata Kunci: profitabilitas, net profit margin, perusahaan manufaktur
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan alat yang
sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-
hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan (Munawir, 2004, 31). Mereka
yang mempunyai kepentingan terhadap per-
kembangan suatu perusahaan sangatlah perlu
untuk mengetahui kondisi keuangan perusa-
haan tersebut, dan kondisi keuangan suatu pe-
rusahaan akan dapat diketahui dari laporan ke-
uangan perusahaan yang bersangkutan. Dalam
menganalisa dan menilai posisi keuangan dan
potensi atau kemajuan-kemajuan perusahaan,
terdapat beberapa faktor yang perlu diperhati-
kan salah satunya yang terpenting adalah pro-
fitabilitas.
Profitabilitas adalah kemampuan perusa-
haan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva, maupun modal
sendiri. Jumlah laba bersih sering dibanding-
kan dengan ukuran kegiatan atau kondisi ke-
uangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekui-
tas pemegang saham. Besarnya laba juga digu-
nakan untuk menilai kinerja perusahaan.
Perusahaan didirikan dengan tujuan me-
ningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat
memberikan kemakmuran bagi pemilik atau
para pemegang saham (Siallagan dan Mach-
JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI
2
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG
TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA
Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang
foedz, 2006). Salah satu upaya untuk men-
capai tujuannya, perusahaan selalu berusaha
memaksimalkan labanya. Dalam mencapai tu-
juannya itu banyak terjadi perubahan-peruba-
han organisatoris. Dengan bertambah besarnya
perusahaan, maka perusahaan berkembang un-
tuk dapat mengikuti dan memenuhi kebutuhan
pasar yang berubah-ubah dan bersaing untuk
memperoleh manajemen berkemampuan ter-
baik. Kondisi finansial dan perkembangan pe-
rusahaan yang sehat akan mencerminkan efi-
siensi dalam kinerja perusahaan menjadi tun-
tutan utama untuk bisa bersaing dengan peru-
sahaan lainnya. Dengan perkembangannya
teknologi dan semakin meningkatnya spesia-
lisasi dalam perusahaan, semakin banyak pe-
rusahaan-perusahaan yang menjadi besar di-
mana faktor produksi modal mempunyai arti
yang penting.
Analisis rasio sangat bermanfaat bagi
manajemen untuk perencanaan dan pengeva-
luasian prestasi atau kinerja (performance) pe-
rusahaan, sedangkan bagi para kreditor dapat
digunakan untuk memperkirakan potensi ri-
siko yang akan dihadapi dikaitkan dengan ada-
nya jaminan kelangsunagn pembayaran bunga
dan pengembalian pokok pnjaman. Analisis
rasio juga bermanfaat bagi para investor dalam
mengevaluasi nilai saham dan adanya jaminan
atas keamanan dana yang akan ditanamkan pa-
da suatu perusahaan. Dengan demikian, ana-
lisis rasio keuangan dapat diterapkan atau di-
gunakan pada setiap model analisis, baik mo-
del yang digunakan manajemen untuk peng-
ambilan keputusan jangka pendek maupun
jangka panjang, peningkatan efisiensi dan
efektivitas operasi, serta untuk mengevaluasi
dan meningkatkan kinerja.
Untuk melakukan analisis rasio keuang-
an diperlukan perhitungan-perhitungan rasio
keuangan yang mencerminkan aspek-aspek
keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas
angka-angka yang ada dalam neraca saja, da-
lam laba rugi saja, atau pada neraca dan laba
rugi. Aspek-aspek yang dinilai biasanya dikla-
sifikasikan menjadi aspek likuiditas, aspek ak-
tivitas, aspek leverage, dan aspek profitabi-
litas.
Aspek-aspek tersebut menjadi sangat
penting untuk diketahui mengingat keadaan
perekonomian sekarang yang masih dilanda
krisis memuat perusahaan lebih menekankan
tujuan pada efisiensi, bukan lagi laba yang
menjadi tujuan utama sehingga pada saat se-
karang banyak sekali perusahaan yang mela-
kukan pembenahan manajemen termasuk me-
lakukan pemutusan hubungan kerja dalam
rangka melakukan efisiensi tersebut.
Aspek likuiditas terdiri dari current ra-
tio, cash ratio, acid test ratio, (Munawir,
2004, 72). Dalam penelitian ini, rasio yang di-
gunakan adalah current ratio. Rasio likuiditas
menggambarkan kemampuan perusahaan un-
tuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek-
nya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui
sumber informasi tentang modal kerja yaitu
pos-pos aset lancar dan hutang lancar.
Menurut Subramanyam (2010) jika peru-
sahaan memutuskan menetapkan modal kerja
dalam jumlah yang besar, kemungkinan ting-
kat likuiditas akan terjaga namun kesempatan
untuk memperoleh laba yang besar akan me-
nurun yang pada akhirnya berdampak pada
menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika
perusahaan ingin memaksimalkan profitabili-
tas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat
likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas,
maka makin baiklah posisi perusahaan di mata
kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan
yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat
membayar kewajibannya tepat pada waktunya.
Di lain pihak ditinjau dari segi sudut peme-
gang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu
menguntungkan karena berpeluang menimbul-
kan dana-dana yang menganggur yang sebe-
narnya dapat digunakan untuk berinvestasi da-
lam proyek-proyek yang menguntungkan pe-
rusahaan. Sehingga untuk mengetahui tingkat
likuiditas serta seberapa besar modal kerja
yang dialokasikan perusahaan untuk operasi
perusahaan, dapat digunakan rasio lancar atau
yang lebih dikenal dengan current ratio.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang
manufaktur memerlukan perhatian yang lebih
terhadap pengelolaan aktiva lancarnya agar le-
bih efisien. Hal ini karena proporsi aktiva lan-
car perusahaan manufaktur biasanya lebih dari
separuh total aktivanya. Tingkat aktiva lancar
yang berlebih dapat dengan mudah membuat
perusahaan merealisasi pengembalian atas in-
APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1
3
vestasi yang rendah. Akan tetapi, perusahaan
dengan jumlah aktiva lancar yang terlalu se-
dikit dapat mengalami kekurangan dan kesu-
litan dalam mempertahankan operasi yang lan-
car (Van Horne dan Wachowicz, 2009).
Aspek aktivitas terdiri dari inventory
turnover, receivable turnover, total asset turn-
over, dan working capital turnover. Inventory
turnover adalah rasio yang menunjukkan be-
rapa cepat perputaran persediaan dalam siklus
produksi normal. Semakin besar rasio ini se-
makin baik karena dianggap bahwa kegiatan
penjualan berjalan cepat, sehingga untuk
menghasilkan laba menjadi lebih baik. Berarti
semakin cepat perputaran persediaan akan
berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Re-
ceivable turnover adalah rasio yang menun-
jukkan ukuran efektivitas pengelolaan piutang.
Semakin cepat perputaran piutang, semakin
efektif perusahaan dalam mengelola piutang-
nya. Hal ini menunjukkan bahwa semkin cepat
perputaran piutang akan berpengaruh positif
terhadap profitabilitas. Assets turnover adalah
rasio yang menunjukkan perputaran total aset
diukur dari volume penjualan dengan kata lain
seberapa jauh kemampuan semua asset men-
ciptakan penjualan. Semakin cepat perputaran
aset, semakin efektif perusahaan dalam peng-
gunaan asetnya, dan akan berpengaruh positif
terhadap profitabilitas. Working capital turn-
over adalah rasio yang menunjukan hubungan
antara modal kerja dengan penjualan akan me-
nunjukan banyaknya penjualan yang dapat di-
peroleh perusahaan (dalam jumlah rupiah) un-
tuk tiap rupiah modal kerja (Munawir, 2002).
Diantara beberapa rasio yang masuk dalam pe-
nilaian kinerja aktivitas perusahaan, penelitian
ini memilih rasio working capital turnover ka-
rena menunjukkan hubungan modal kerja ke-
seluruhan dengan jumlah laba bersih yang di-
peroleh perusahaan.
Pembiayaan dengan utang atau leverage
keuangan menurut Brigham dan Houston
(2006) memiliki tiga implikasi penting, yaitu:
Pertama, jika investasi oleh pemegang saham
tidak mencukupi, maka perusahaan dapat tetap
beroperasi dengan cara berhutang dan dengan
begitu para pemegang saham masih tetap me-
miliki pengendalian atas perusahaan walaupun
dengan investasi yang terbatas. Kedua, kredi-
tur melihat ekuitas atau dana yang disetor pe-
milik untuk memberikan marjin pengaman, se-
hingga jika pemegang saham hanya memberi-
kan sebagian kecil dari total pembiayaan, ma-
ka risiko perusahaan sebagian besar ada pada
kreditur. Ketiga, Jika perusahaan memperoleh
pengembalian yang lebih besar atas investasi
yang dibiayai dengan dana pinjaman diban-
ding pembayaran bunga, maka pengembalian
atas modal pemilik akan lebih besar. Semen-
tara itu Sawir (2001) menyebutkan bahwa le-
verage dapat digunakan untuk meningkatkan
hasil pengembalian pemegang saham, tetapi
dengan risiko akan meningkatkan kerugian
pada masa-masa suram. Jika perusahaan
menggunakan lebih banyak hutang dibanding
modal sendiri maka tingkat solvabilitas akan
menurun karena beban bunga yang harus di-
tanggung juga meningkat. Hal ini akan ber-
dampak terhadap menurunnya profitabilitas.
Dalam penelitian ini, debt ratio dipilih sebagai
salah satu variable independen, karena rasio
ini paling umum digunakan untuk mewakili
rasio leverage atau yang juga sering disebut
rasio solvabilitas.
Setelah menentukan variabel-variabel in-
dependen, penulis memutuskan net profit mar-
gin (NPM) sebagai alat untuk mengukur profi-
tablitas perusahaan. Rasio ini mengukur profi-
tabilitas operasi perusahaan relatif terhadap
penjualan dan menuntut analisis mendapatkan
pemahaman atas profitabilitas suatu perusaha-
an (Subramanyam, 2010, 152). Dengan me-
ngetahui margin laba bersih, maka perusahaan
dapat menganalisis pengembalian aset operasi
bersih. Net profit margin menggambarkan
tingkat pengembalian dari perusahaan pada
suatu industri yang juga merupakan metode
yang berguna untuk membandingkan dan me-
nganalisis profitabilitas perusahaan.
Dalam penelitian ini, penulis mengambil
sampel perusahaan manufaktur yang bergerak
di bidang pengolahan bahan kimia dan peru-
sahaan manufaktur yang bergerak di bidang
farmasi. Walaupun sama-sama perusahaan
manufaktur, namun karakteristik kedua jenis
usaha tersebut berbeda. Begitu pula halnya de-
ngan kemampuan perusahaan ini dalam meng-
hasilkan laba, serta faktor-faktor yang mempe-
JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI
4
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG
TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA
Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang
ngaruhi besar margin laba bersih net laba
margin (NPM) perusahaan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitan dengan
judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempe-
ngaruhi Net Laba Margin Perusahaan Manu-
faktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indo-
nesia.
Dari latar belakang di atas, maka peru-
musan masalah dalam penelitian ini dapat di-
rumuskan sebagai berikut: (1) Apakah rasio li-
kuiditas, rasio aktivitas, pertumbuhan penjual-
an, dan leverage secara simultan berpengaruh
terhadap net profit margin perusahaan manu-
faktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indo-
nesia?; dan (2) Apakah rasio likuiditas, rasio
aktivitas, pertumbuhan penjualan, dan leve-
rage secara parsial berpengaruh terhadap net
profit margin perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?
Kerangka Pemikiran
Model regresi berganda dalam penelitian
ini menggunakan dua pendekatan untuk meng-
uji hipotesis yaitu uji F (uji simultan) dan uji t
(uji parsial). Sedangkan kerangka konseptual
dalam penelitian ini dapat digambarkan pada
gambar 1.
Berdasarkan kerangka pemikiran pada
gamabr 1, untuk memprediksi variabel depen-
den (NPM) yaitu kemampuan perusahaan un-
tuk menghasilkan laba bersih dari total pen-
jualan, maka diperlukan beberapa variabel in-
dependen yang meliputi rasio likuiditas, rasio
aktivitas, dan rasio leverage. Adapun rasio li-
kuiditas yang digunakan untuk memprediksi
NPM dalam penelitian ini adalah current
ratio.
Menurut Subramanyam (2010) jika peru-
sahaan memutuskan menetapkan modal kerja
dalam jumlah yang besar, kemungkinan ting-
kat likuiditas akan terjaga namun kesempatan
untuk memperoleh laba yang besar akan me-
nurun yang pada akhirnya berdampak pada
menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika
perusahaan ingin memaksimalkan profitabili-
tas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat
likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas,
maka makin baiklah posisi perusahaan di mata
kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan
yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat
membayar kewajibannya tepat pada waktunya.
Di lain pihak ditinjau dari segi sudut peme-
gang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu
menguntungkan karena berpeluang menimbul-
kan dana-dana yang menganggur yang sebe-
narnya dapat digunakan untuk berinvestasi da-
lam proyek-proyek yang menguntungkan pe-
rusahaan. Sehingga untuk mengetahui tingkat
likuiditas serta seberapa besar modal kerja
yang dialokasikan perusahaan untuk operasi
perusahaan, dapat digunakan rasio lancar atau
yang lebih dikenal dengan current ratio.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Current Ratio (X1)
Receivable Turnover (X3)
Debt Ratio (X5)
Sales Growth (X4)
Working Capital Turnover
(X2)
Net Profit Margin (NPM)
APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1
5
Rasio aktivitas yang digunakan untuk
memprediksi net profit margin dalam peneliti-
an ini adalah receivable turnover dan working
capital turnover. Rasio receivable turnover di-
gunakan untuk memperkirakan berapa kali da-
lam satu periode tertentu jumlah arus kas ma-
suk ke perusahaan yang diperoleh dari piu-
tang. Rasio working capital turnover menun-
jukkan kemampuan modal kerja berputar da-
lam suatu periode siklis kas dari perusahaan.
Rasio aktivitas menurut Raharjaputra (2009,
202) adalah rasio yang mengukur seberapa
efektif perusahaan menghasilkan laba dalam
penjualan. Jadi, semakin cepat perputaran ra-
sio-rasio aktivitas ini akan berpengaruh positif
terhadap NPM.
Rasio leverage yang digunakan untuk
memprediksi NPM alam penelitian ini adalah
debt ratio. Penggunaan debt ratio karena rasio
ini mampu mengukur jumlah persentase dari
jumlah dana yang diberikan oleh kreditur be-
rupa utang terhadap asset perusahaan. Rasio
le-verage menurut Raharjaputra (2009, 200)
ada-lah rasio untuk mengukur sejauh mana
peru-sahaan mendanai usahanya dengan
memban-dingkan antar dana sendiri yang telah
disetor-kan dengan jumlah pinjaman dari para
kredi-tur. Jadi, semakin tinggi rasio leverage
maka akan memberikan konsekuensi beban
bunga tetap sehingga akan memberikan
pengaruh ne-gatif terhadap NPM.
Sedangkan alasan penulis menggunakan
net profit margin sebagai variable terikat ada-
lah karena rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba bersih
dari total penjualan yang dilakukan oleh peru-
sahaan, juga memberikan gambaran tentang
keuntungan yang dicapai dan akan dibagikan
kepada para pemegang saham pada periode
tertentu (Munawir, 2004, 84).
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan,
tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran di-
atas, maka dapat diajukan hipotesis kerja seba-
gai berikut:
H1: Current ratio, receivable turnover,
working capital turnover, sales growth,
dan debt ratio berpengaruh secara simul-
tan terhadap net profit margin industri
manufaktur yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia.
H2: Current ratio, receivable turnover,
working capital turnover, sales growth,
dan debt ratio berpengaruh secara parsial
terhadap net profit margin industri ma-
nufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantita-
tif dengan metode deskriptif analisis, yaitu
metode yang berupaya menggambarkan keja-
dian sesungguhnya di lapangan atau mengum-
pulkan informasi mengenai status suatu gejala
yang ada sesuai dengan keadaan yang sebenar-
nya, menyajikan, menganalisis dan merumus-
kan kesimpulan.
Penelitian ini melibatkan enam variabel
yang terdiri atas satu variable terikat (depen-
den) dan lima variabel bebas (independen).
Variabel bebas tersebut adalah: current ratio,
working capital turnover, receivable turnover,
sales growth dan debt ratio, sedangkan va-
riabel terikatnya adalah Net Profit Margin
(NPM).
Jenis dan Sumber Data Peneltian
Penyusunan penelitian ini menggunakan
data sekunder kuantitatif perusahaan dalam
bentuk laporan keuangan tahunan yang diper-
oleh dengan cara mengunduh laporan keuang-
an perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek In-
donesia (BEI) dari tahun 2007 sampai dengan
tahun 2009 dari situs: http//www.idx.co.id.
Populasi dan Teknik Pengambailan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah se-
mua perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Pemilihan perusahaan
manufaktur karena perusahaan ini memiliki
rasio profitabilitas (ROA) yang tinggi, hal ini
berarti perusahaan dalam memperoleh profita-
bilitas yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh
banyak faktor.
Sedangkan pemilihan periode 2007 s.d.
2009 sebagai sampel karena dapat menggam-
barkan kondisi yang relatif baru di pasar mo-
dal Indonesia, selain itu penulis juga memper-
timbangkan ketersediaan laporan keuangan
JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI
6
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG
TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA
Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang
yang lengkap. Dengan menggunakan sampel
yang relatif baru dan rentang tahun penelitian
yang panjang, diharapkan hasil penelitian akan
lebih relevan untuk memahami kondisi yang
aktual di Indonesia. Sesuai dengan publikasi
Indonesian Capital Market Directory (ICMD),
jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun
2010 adalah sebanyak 176 perusahaan yang
merupakan jumlah populasi dalam penelitian
ini.
Adapun teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah metode purposive
sampling jenis judgement sampling yaitu sam-
pel dipilih dengan menggunakan pertimbang-
an tertentu yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian atau masalah penelitian yang di-
kembangkan. Kriteria-kriteria yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu: (1) Perusahaan ma-
nufaktur go public yang bergerak di bidang
produksi bahan kimia dan farmasi di Bursa
Efek Indonesia; (2) Perusahaan manufaktur
yang menerbitkan laporan keuangan secara
lengkap selama periode 2007 s.d. 2009; dan
(3) Ketersediaan data yang cukup dari enam
variabel yang diteliti. Berdasarkan kriteria
tersebut, maka jumlah sampel yang diambil
dalam penelitian ini berjumlah 17 perusahaan.
Pada tabel 1 disajikan daftar perusahaan ma-
nufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indo-
nesia.
Tabel 1. Jumlah Sampel Perusahaan Manu-
faktur yang Terdaftar di BEI
No
. Nama Perusahaan Sampel
1 PT AKR Corporindo Tbk.
2 PT Budi Acid Jaya Tbk.
3 PT Colorpak Indonesia Tbk.
4 PT Eterindo Wahanatama Tbk.
5 PT Lautan Luas Tbk.
6 PT Asia Pacific Fibers Tbk.
7 PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk.
8 PT Unggul Indah Cahaya Tbk.
9 PT Darya-Varia Laboratoria Tbk.
10 PT Indofarma Tbk.
11 PT Kimia Farma Tbk.
12 PT Kalbe Farma Tbk.
13 PT Merck Tbk.
14 PT Pyridam Farma Tbk.
15 PT Schering Plough Indonesia Tbk.
16 PT Taisho Pharmaceutical Indonesia
Tbk.
17 PT Tempo Scan Pacific Tbk.
Sumber: data diolah, 2012
Variabel Penelitian dan Definisi Operasio-
nal
Operasional variabel diperlukan untuk
menentukan jenis, indikator, serta skala dari
variabel-variabel yang terkait dalam peneli-
tian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat
bantu statistik dapat dilakukan secara benar
sesuai dengan judul penelitian mengenai anali-
sis faktor-faktor yang mempengaruhi net pro-
fit margin perusahaan manufaktur, maka va-
riabel-variabel yang terkait dalam penelitian
ini adalah: (1) Variabel independen (X) yakni
sebagai salah satu yang mempengaruhi varia-
bel dependen atau biasanya disebut variabel
independen disini adalah current ratio (CR),
receivable turnover (RTO), working capital
turnover (WCT), sales growth (SG), dan debt
ratio (DR); dan (2) Variabel dependen (Y) di-
sini yaitu net profit margin (NPM).
Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengambilan dan
pengumpulan data dengan memanfaatkan me-
dia elektronik untuk mendapatkan data perusa-
haan yang akan diteliti dan dianalisis pada
Bursa Efek Indonesia.
Tenik Analisis Data
1. Model Regresi
Dalam analisis regresi, selain mengukur
kekuatan hubungan antara dua variabel atau
lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara
variabel dependen dengan variable indepen-
den. Variabel dependen diasumsikan ran-
dom/stokastik, yang berarti mempunyai distri-
busi probabilistic. Variabel independen/bebas
diasumsikan memiliki nilai tetap (dalam peng-
ambilan sampel yang berulang). Teknik esti-
masi variabel dependen yang melandasi anali-
sis regresi disebut Ordinary Least Squares
(pangkat kuadrat terkecil biasa). Inti metode
OLS adalah mengestimasi suatu garis regresi
dengan jalan meminimalkan jumlah kuadrat
APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1
7
kesalahan setiap observasi terhadap garis
tersebut (Ghozali, 2006, 82).
Y = α + β1CR + β2WCT + β3RTO + β4SG +
β5Lev + e
Keterangan:
Y = profitabilitas (NPM)
α = konstanta
β1-β5 = koefisien parameter
CR = current ratio
WCT = working capital turnover (perputaran
modal kerja)
RTO = receivable turnover
SG = sales growth
Lev = leverage
e = kesalahan pengganggu (disturban-
ce’s error)
2. Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan ada-
nya korelasi antar variabel bebas (indepen-
den). Model regresi yang baik seharusnya ti-
dak terjadi korelasi di antara variabel indepen-
den. Jika variabel independen saling berkore-
lasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogo-
nal.
Variabel ortogonal adalah variabel inde-
penden yang nilai korelasi antar sesame varia-
bel independen sama dengan nol. Untuk men-
deteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di
dalam model regresi adalah sebagai berikut:
(a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu esti-
masi model regresi empiris sangat tinggi, te-
tapi secara individual variabel-variabel inde-
penden banyak yang tidak signifikan mempe-
ngaruhi variabel dependen; (b) Menganalisis
matrik korelasi variabel-variabel independen.
Jika antar variable independen ada korelasi
yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90),
maka hal ini merupakan indikasi adanya mul-
tikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebab-
kan karena adanya efek kombinasi dua atau
lebih variabel independen; dan (c) Multikolo-
nieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai toleran-
ce dan lawannya (2) variance inflation factor
(VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel independen manakah yang dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Dalam pe-
ngertian sederhana setiap variabel independen
menjadi variabel dependen (terikat) dan dire-
gres terhadap variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel inde-
penden yang terpilih yang tidak dijealaskan
oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai to-
lerance yang rendah sama dengan VIF yang
tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cuttoff
yang umum dipakai untuk menunjukkan ada-
nya multikolonieritas adalah nilai tolerance <
0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Setiap
peneliti harus menetukan tingkat kolonieritas
yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai
tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonie-
ritas 0,95. Walaupun multikolonieritas dapat
dideteksi dengan nilai tolerance dan VIF, teta-
pi kita masih tetap tidak mengetahui variabel-
variabel independen mana sajakah yang paling
berkolerasi.
Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2006, 95) uji autokore-
lasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesa-
lahan pengganggu pada periode t dengan kesa-
lahan pengganggu pada periode t-1 (sebelum-
nya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Autokorelasi mun-
cul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah
ini timbul karena residual (kesalahan peng-
ganggu) tidak bebas dari satu observasi ke ob-
servasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada
data runtut waktu (time series) karena “gang-
guan” pada seseorang individu/kelompok cen-
derung mempengaruhi “gangguan” pada
individu/kelompok yang sama pada periode
berikutnya. Pada data crossection (silang wak-
tu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi
karena “gangguan” pada observasi yang ber-
beda berasal dari individu/kelompok yang ber-
beda. Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi
autokorelasi. Dalam penelitian ini, uji yang di-
gunakan ada atau tidaknya autokorelasi Run-
test. Runtest sebagai bagian dari statistik non
parametrik dapat digunakan untuk menguji
apakah antar residual terdapat korelasi yang
tinggi. Run test digunakan untuk melihat apa-
kah data residual terjadi secara random atau
JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI
8
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG
TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA
Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang
tidak. Jika hasil tes menunjukkan tingkat sig-
nifikansi di atas 0,05 maka antar residual tidak
terdapat hubungan korelasi sehingga dapat di-
katakan bahwa residual adalah acak atau ran-
dom (tidak terdapat autokorelasi) (Ghozali,
2006).
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan mengu-
ji apakah dalam model regresi terjadi ketidak-
samaan variance dari residual satu penga-
matan ke pengamatan yang lain. Jika variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homos-
kedastisitas atau tidak terjadi heteroskedas-
tisitas. Kebanyakan data crossection mengan-
dung situasi heteroskedatisitas karena data ini
menghimpun data yang mewakili berbagai
ukuran (kecil, sedang, dan besar).
Dalam penelitian ini, uji yang digunakan
untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroske-
dastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED di mana sumbu y adalah
y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah
residual (y prediksi –y sesungguhnya) yang te-
lah distudentized. Dasar analisisnya adalah se-
bagai berikut: (1) Jika ada pola tertentu, seper-
ti titik-titik yang ada membentuk pola ter-tentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemu-
dian menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas; dan (2) Jika tidak
ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar
di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu y,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Gho-
zali, 2006).
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel peng-
ganggu atau residual memiliki distribusi nor-
mal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual meng-
ikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini di-
langgar maka uji statistik menjadi tidak valid
untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara un-
tuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik
atau uji statistik (Ghozali, 2006).
Apabila menggunakan grafik, normalitas
umumnya dideteksi dengan melihat tabel his-
togram. Namun demikian, dengan hanya me-
lihat tabel histogram bisa menyesatkan, khu-
susnya untuk jumlah sampel yang kecil. Me-
tode yang lebih handal adalah dengan melihat
normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari data sesungguhnya
dengan distribusi kumulatif dari distribusi nor-
mal. Dasar pengambilan dengan menggunakan
normal probability plot adalah sebagai beri-
kut; (1) Jika data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi meme-
nuhi asumsi normalitas; dan (2) Jika data me-
nyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau garis his-
togram tidak menunjukkan pola distribusi nor-
mal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas (Ghozali, 2006).
Uji normalitas dengan grafik dapat me-
nyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual
kelihatan normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disam-
ping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik.
Uji statistik yang dapat digunakan untuk me-
nguji normalitas residual adalah uji statistik
non-parametik Kolgomorov-Smirnov (K-S).
Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal
HA : Data residual tidak berdistribusi normal
Menilai Goodness of Fit Suatu Model
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam
menaksir nilai aktual dapat diukur dari
goodness of fit-nya. Secara statistik, setidak-
nya ini dapat diukur dari nilai koefisien deter-
minasi, nilai statistik F dan nilai statistik t.
Perhitungan statistik disebut signifikan secara
statistik apabila nilai uji statistiknya berada
dalam daerah kritis (daerah di mana Ho
ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan
bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah
di mana Ho diterima (Ghozali, 2006).
APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1
9
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel depen-
den. Nilai koefisien determinasi antara nol dan
satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelas-
kan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-va-
riabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variabel dependen. Secara umum koefisien de-
terminasi untuk data silang (cros section) rela-
tif rendah karena adanya variasi yang besar
antara masing-masing pengamatan, sedangkan
untuk data runtut waktu (time series) biasanya
mempunyai nilai koefisien determinasi yang
tinggi.
Satu hal yang perlu dicatat adalah masa-
lah regresi lancung (spurious regression). In-
sukindro (Ghozali, 2007) menekankan bahwa
koefisien determinasi hanyalah salah satu dan
bukan satu-satunya kriteria memilih model
yang baik. Alasannya bila suatu estimasi re-
gresi linear menghasilkan koefisien determi-
nasi yang tinggi, tetapi tidak konsisten dengan
teori ekonomika yang dipilih oleh peneliti,
atau tidak lolos dari uji asumsi klasik, maka
model tersebut bukanlah model penaksir yang
baik dan seharusnya tidak dipilih menjadi
model empirik.
Kelemahan mendasar penggunaan koefi-
sien determinasi adalah bias terhadap jumlah
variabel independen yang dimasukkan ke da-
lam model. Setiap tambahan satu variabel in-
dependen, maka R2 pasti meningkat tidak per-
duli apakah variabel tersebut berpengaruh se-
cara signifikan terhadap variabel dependen.
Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan
untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada
saat mengevaluasi mana model regresi yang
terbaik. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2
dapat naik atau turun apabila satu variabel
independen ditambahkan ke dalam model.
Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat
bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki
harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris
didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai
adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara ma-
tematis jika nilai R2 = 1, maka Adjusted R2 =
R2 +1 sedangkan jika nilai R2 = 0, maka ad-
justed; R2 = (1 – k)/(n – k). jika k>1, maka
adjusted R2 akan bernilai negatif.
3. Pengujian Hipotesis
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji signifikansi F pada dasarnya menun-
jukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis
nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah se-
mua parameter dalam model sama dengan nol,
atau: H0 : b1 = b2 = …. = bk = 0; artinya,
apakah semua variabel independen bukan me-
rupakan penjelas yang signifikan terhadap va-
riabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha)
tidak semua parameter secara simultan sama
dengan nol, atau: Ha : b1 ≠ b2 ≠ ….≠ bk ≠ 0;
artinya semua variabel independen secara
simultan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen. Untuk menguji
hipotesis ini digunakan statistik F dengan kri-
teria pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Quick look: bila nilai F lebih besar dari
pada 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat
kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita
menerima hipotesis alternatif, yang me-
nyatakan bahwa semua variabel indepen-
den secara serentak dan signifikan mem-
pengaruhi variabel dependen.
2. Membandingkan nilai F hasil perhitungan
dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F
hitung lebih besar daripada nilai F tabel,
maka H0 ditolak dan menerima Ha.
Uji Signifikansi Parameter individual (Uji Sta-
tistik t)
Uji statistik t pada dsarnya menun-
jukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Hipo-
tesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apa-
kah suatu parameter (bi) sama dengan nol,
atau: Ho : bi = 0; artinya adalah apakah suatu
variabel independen bukan merupakan pen-
jelas yang signifikan terhadap variabel depen-
den. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter
suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:
HA : bi ≠ 0; artinya variabel tersebut meru-
JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI
10
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG
TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA
Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang
pakan penjelas yang signifikan terhadap varia-
bel dependen. Cara melakukan uji t adalah se-
bagai berikut:
1. Quick look: bila jumlah degree of freedom
(df) adalah 20 atau lebih, dan derajat ke-
percayaan sebesar 5%, maka Ho yang me-
nyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t le-
bih besar dari 2 (dalam nilai absolut). De-
ngan kata lain kita menerima hipotesis al-
ternatif, yang menyatakan bahwa suatu va-
riabel independen secara individual mem-
pengaruhi variabel dependen.
2. Membandingkan nilai statistik t dengan ti-
tik kritis menurut tabel. Apabila nilai sta-
tistik t hasil perhitungan lebih tinggi di-
bandingkan nilai t tabel, kita menerima hi-
potesis alternatif yang menyatakan bahwa
suatu variabel independen secara indivi-
dual mempengaruhi variabel dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Uji mutikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan ada-
nya korelasi antar variabel bebas (indepen-
den). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi antara variabel bebas
(Ghozali, 2006). Deteksi terhadap ada tidak-
nya multikolinieritas yaitu; (1) melihat nilai R
square (R2) dan melihat pengaruh variabel-va-
riabel bebas terhadap variabel terikat secara
individu, jika nilai R square (R2) yang diha-
silkan oleh suatu estimasi model regresi empi-
ris itu tinggi, tetapi secara individu variabel-
variabel bebas banyak yang tidak signifikan
mempengaruhi variabel terikat maka terjadi
gejala multikolinieritas, (2) menganalisis ma-
trik korelasi variabel-variabel independen, jika
antar variabel bebas ada korelasi yang cukup
tinggi (umumnya di atas 0,90%), maka hal ini
merupakan indikasi adanya multikolinieritas,
(3) melihat nilai tolerance dan nilai variance
inflation factor (VIF), suatu model regresi
yang bebas dari masalah multikolinieritas apa-
bila mempunyai nilai toleransi tidak krang dari
0,11 dan nlai VIF tidak lebih dari 10.
Oleh karena nilai R2 tidak begitu tinggi
yaitu hanya 0,636 dan secara individual hanya
tiga variabel yang tidak signifikan mempe-
ngaruhi variabel dependen (NPM) sehingga
dapat dikatakan modal regresi yang digunakan
dalam penelitian ini tidak terjadi gejala mul-
tikolinieritas.
Tabel 2 menunjukkan bahwa variable
CR mempunyai korelasi paling tinggi dengan
variabel DR sebesar 0,592 atau 59,2%, korela-
si ini masih di bawah 90% maka dapat dikata-
kan tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 2. Koefisien Korelasi antar Variabel Bebas
Model DR WCT RTO SG CR
1 Correlations DR 1,000 0,136 0,131 0,098 0,592
WCT 0,136 1,000 -0,033 -0,068 0,182
RTO 0,131 -0,033 1,000 0,064 0,115
SG 0,098 -0,068 0,064 1,000 0,078
CR 0,592 0,182 0,115 0,078 1,000
Covariances DR 0,002 6,031 5,706 0,000 0,000
WCT 6,031 1,066 -3,446 -7,199 3,075
RTO 5,706 -3,446 0,000 6,613 1,909
SG 0,000 -7,199 6,613 0,011 0,000
CR 0,000 3,075 1,909 0,000 0,000
a. Dependent Variable: NPM
Sumber: Data diolah, 2012
APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1
11
Tabel 3. Variance Inflation Factor
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
CR 0,636 1,572
WCT 0,955 1,047
RTO 0,975 1,025
SG 0,980 1,020
DR 0,642 1,559
a. Dependent Variable: NPM
Sumber: Data diolah, 2012.
Hasil perhitungan nilai tolerance pada ta-
bel 2 menunjukkan nilai tolerance di atas 0,10
dan nilai variance inflation factor (VIF) me-
nunjukkan tidak ada satu variabel bebas me-
miliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi, dapat di-
simpulkan bahwa hasil penelitian ini tidak ada
gejala mutikolonieritas antar variabel bebas
model regresi.
2. Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi ada tidaknya autoko-
relasi digunakan Durbin Watson Test. Apabila
nilai DW terletak di atas batas atas maka tidak
ada autokorelasi. Dari hasil uji DW, diperoleh
nilai DW Test sebesar 2,268 (lihat tabel 4).
Bila nilai DW terletak antara batas atas upper
bound (du) dan (4-du) maka koefisien auto-
korelasi sama dengan 0, berarti tidak terdapat
autokorelasi (Ghozali, 2006, 61).
Tabel 4. Hasil Uji Durbin Watson Test
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 0,524a 0,274 0,194 0,14959 2,268
a. Predictors: (Constant), DR, WCT, RTO, SG, CR
b. Dependent Variable: NPM
Sumber: Data diolah, 2012.
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dapat dideteksi de-
ngan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variablel terikat (ZPRED) dengan residualnya
(SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedas-
tisitas dapat dilakukan dengan melihat ada ti-
daknya pola tertentu dan grafik scatterplot an-
tara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi, sumbu X ada-
lah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya)
yang telah di studentized.
Sumber: data diolah, 2012
Gambar 2. Grafik scatterplot
Berdasarkan grafik scatterplots di atas
ini terlihat titik-titik menyebar secara acak ser-
ta tersebar baik di atas maupun di bawah ang-
ka 0 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi, sehingga model regresi layak
dipakai untuk memprediksi kinerja keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia berdasarkan pengaruh
variabel bebas yaitu current ratio, working
capital turnover, receivable turnover, sales
growth, dan debt ratio.
4. Uji Normalitas
Uji normalitas ditampilkan pada gambar
3. Berdasarkan gambar 3 dapat terlihat tampil-
an grafik histogram yang menunjukkan pola
distribusi yang mendekati normal. Grafik ini
menunjukkan bahwa model regresi layak di-
pakai karena memenuhi asumsi normalitas.
Sumber: data diolah, 2012.
Gambar 3. Diagram Histogram
JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI
12
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG
TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA
Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang
Pengujian Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam
menaksir nilai aktual dapat diukur dari Good-
ness of fit-nya. Secara statistik dapat diukur
dari Adjusted (R²), nilai statistik F dan nilai
statistik t. Pengujian hipótesis ditunjukkan de-
ngan menggunakan uji F dan uji t.
1. Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2)
yang ditunjukkan dengan Adjusted R2
dari mo-
del regresi yang digunakan untuk mengetahui
indeks kinerja intellectual capital yang dapat
dijelaskan oleh variabel bebasnya.
Tabel 5. Koefisien Determinasi
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 0,524a 0,274 0,194 0,14959 2,268
a. Predictors: (Constant), DR, WCT, RTO, SG, CR
b. Dependent Variable: NPM
Sumber: data diolah, 2012.
Berdasarkan pada tabel 5 menunjukkan
bahwa koefisien determinasi (Adjusted R2) se-
besar (0,194), hal ini berarti hanya 19,4%
variasi NPM dapat dijelaskan oleh variasi ke-
lima variabel independen DR, WCT, RTO,
SG, dan CR. Sedangkan sisanya (100% -
19,4% = 80,6%) variabel dijelaskan oleh se-
bab-sebab yang lain di luar model. Standard
error of estimate (SEE) sebesar 0,14959. Ma-
kin kecil nilai SEE akan membuat model re-
gresi semakin tepat dalam memprediksi varia-
bel dependen.
2. Uji Simultan (Uji F)
Uji F pada dasarnya menunjukkan apa-
kah terdapat hubungan yang signifikan antara
variabel independen secara bersama-sama (si-
multan) dengan variabel dependen. Sejauhma-
na hubungan keempat variabel independen
tersebut secara simultan dengan variabel de-
penden dapat diukur dari nilai Fhitung. Pada
dasarnya nilai F diturunkan dari tabel
ANOVA (analysis of variance). yang dapat
dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Uji Simultan (Uji F) ANOVAb
Sumber : data diolah (2012)
Dari uji ANOVA atau F test pada tabel 6
didapat nilai Fhitung 3,400 dengan probabilitas
0,011. Karena probabilitas jauh lebih kecil
dari 0,05 maka model regresi dapat digu-
nakan untuk memprediksi NPM, atau dapat di-
katakan bahwa variabel independen DR,
WCT, RTO, SG, dan CR secara bersama-sama
berpengaruh terhadap NPM.
3. Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Untuk pengujian hipotesis kedua dilaku-
kan dengan menggunakan uji t. Uji t pada da-
sarnya menunjukan seberapa jauh satu varia-
bel independen secara individual menerangkan
variabel dependen. Nilai thitung didalam analisis
regresi digunakan untuk melihat secara parsial
sejauh mana pengaruh masing-masing variabel
independen dengan variabel dependen. Berda-
sarkan pengujian dengan menggunakan alat
analisis regresi linear berganda diperoleh hasil
yang dapat dilihat pada tabel 7.
Berdasarkan ringkasan hasil perhitungan
pada tabel 7 menunjukkan bahwa variabel CR,
WCT, RTO, dan DR memiliki tingkat signifi-
kansi lebih besar dari 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa variabel independen
SG mempengaruhi NPM dengan persamaan
matematis:
NPM = 0,085 + 0,029CR + 0,000WCT –
0,015RTO + 0,236SG – 0,035DR
Dari persamaan di atas dapat dijelaskan seba-
gai berikut:
a. Pengujian dengan menggunakan persama-
an regresi linear berganda, hasilnya me-
nunjukkan bahwa variabel CR tidak signi-
fikan. Koefisien tersebut mengindikasikan
tidak adanya pengaruh CR terhadap Net
profit margin. Hal ini dapat dilihat pada
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 0,380 5 0,076 3,400 0,011a
Residual 1,007 45 0,022
Total 1,387 50
a. Predictors: (Constant), DR, WCT, RTO, SG, CR
b. Dependent Variable: NPM
APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1
13
Tabel 7. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Sumber : data sekunder yang diolah, 2012
nilai koefisien sebesar 0,029 dengan nilai
signifikansinya sebesar 0,080 lebih besar
dari α = 0.05 dan nilai thitung sebesar
1,794. Berdasarkan hasil pengujian regresi
berganda secara individual dapat disimpul-
kan bahwa hipotesis kedua yang menyata-
kan bahwa secara parsial variabel current
ratio mempengaruhi net profit margin
(NPM) pada industri manufaktur di Bursa
Efek Indonesia ditolak.
b. Pengujian dengan menggunakan persama-
an regresi linear berganda, hasilnya me-
nunjukkan bahwa variabel WCT tidak
signifikan. Koefisien tersebut mengindi-
kasikan tidak adanya pengaruh WCT ter-
hadap net profit margin. Hal ini dapat di-
lihat pada nilai koefisien sebesar 0,000
dengan nilai signifikansinya sebesar 0,809
lebih besar dari α = 0.05 dan nilai thitung
sebesar -0,243. Berdasarkan hasil peng-
ujian regresi berganda secara individual
dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua
yang menyatakan bahwa secara parsial
variabel working capital turnover mem-
pengaruhi net profit margin (NPM) pada
industri manufaktur di Bursa Efek Indo-
nesia ditolak.
c. Pengujian dengan menggunakan persama-
an regresi linear berganda, hasilnya me-
nunjukkan bahwa variabel RTO tidak sig-
nifikan. Koefisien tersebut mengindikasi-
kan tidak adanya pengaruh RTO terhadap
net profit margin. Hal ini dapat dilihat pa-
da nilai koefisien sebesar -0,015 dengan
nilai signifikansinya sebesar 0,140 lebih
besar dari α = 0.05 dan nilai thitung sebesar
-1,503. Berdasarkan hasil pengujian re-
gresi berganda secara individual dapat di-
simpulkan bahwa hipotesis kedua yang
menyatakan bahwas ecara parsial variabel
receivable turnover mempengaruhi net
profit margin (NPM) pada industri manu-
faktur di Bursa Efek Indonesia ditolak.
d. Pengujian dengan menggunakan persama-
an regresi linear berganda, hasilnya me-
nunjukkan bahwa variabel SG signifikan.
Koefisien tersebut mengindikasikan ada-
nya pengaruh SG terhadap net profit mar-
gin. Hal ini dapat dilihat pada nilai koe-
fisien sebesar 0,236 dengan nilai signifi-
kansinya sebesar 0,026 lebih kecil dari α
= 0.05 dan nilai t hitung sebesar 2,302.
Berdasarkan hasil pengujian regresi ber-
ganda secara individual dapat disimpulkan
bahwa hipotesis kedua yang menyatakan
bahwa secara parsial variabel sales growth
mempengaruhi net profit margin (NPM)
pada industri manufaktur di Bursa Efek di-
terima
Pengujian dengan menggunakan persa-
maan regresi linear berganda, hasilnya menun-
jukkan bahwa variabel DR tidak signifikan.
Koefisien tersebut mengindikasikan tidak ada-
nya pengaruh DR terhadap net profit margin.
Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien se-
besar -0,035 dengan nilai signifikansinya se-
besar 0,416 lebih besar dari α = 0.05 dan nilai
thitung sebesar -0,821. Berdasarkan hasil peng-
ujian regresi berganda secara individual dapat
disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang me-
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Beta
1 (Constant) 0,085 0,096 0,885 0,381
CR 0,029 0,016 0,286 1,794 0,080
WCT 0,000 0,001 -0,032 -0,243 0,809
RTO -0,015 0,010 -0,193 -1,503 0,140
SG 0,236 0,102 0,295 2,302 0,026
DR -0,035 0,043 -0,130 -0,821 0,416
JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI
14
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG
TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA
Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang
nyatakan bahwa secara parsial variable debt
ratio mempengaruhi net profit margin (NPM)
pada industri manufaktur di Bursa efek Indo-
nesia ditolak.
Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini menguji pengaruh current
ratio, working capital turnover, receivable
turnover, sales growth, dan debt ratio terha-
dap Net Profit Margin yang dibagi dalam 2
(dua) kali pengujian. Pengujian pertama dila-
kukan untuk menguji pengaruh current ratio,
working capital turnover, receivable turnover,
sales growth, dan debt ratio secara simultan
terhadap net profit margin perusahaan. Se-
dangkan pengujian kedua dilakukan untuk
menguji pengaruh variabel current ratio,
working capital turnover, receivable turnover,
sales growth, dan debt ratio secara parsial ter-
hadap net profit margin perusahaan Berdasar-
kan pada pengujian empiris yang telah dila-
kukan terhadap beberapa hipotesis dalam pe-
nelitian, hasilnya menunjukkan bahwa tidak
semua variabel independen diatas berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Dari hasil pengujian hipotesis 1 menun-
jukan bahwa secara simultan current ratio,
working capital turnover, receivable turnover,
sales growth, dan debt ratio berpengaruh sig-
nifikan terhadap net profit margin (NPM). Ra-
sio likuiditas, aktivitas, dan leverage mem-
pengaruhi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih atas total penjualan.
Faktor-faktor ini saling berkaitan erat dan ti-
dak dapat dipisahkan, sehingga kelima varia-
bel yang mewakili masing-masing kelompok
rasio memiliki pengaruh yang signifikan ter-
hadap net profit margin.
Kemudian dari hasil pengujian hipotesis
2 menunjukkan bahwa secara parsial tidak se-
mua variabel independen yang dipilih memi-
liki pengaruh secara signifikan terhadap net
profit margin. Berkut dijelaskan uraian ma-
sing-masing variabel:
1. Current Ratio
Variabel current ratio tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap net profit
margin (NPM) pada industry manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan besarnya
nilai rata-rata current ratio pada 17 perusahaan
manufaktur dalam 3 tahun terakhir memberi-
kan arti bahwa industri manufaktur di Bursa
Efek Indonesia telah mampu menjamin hu-
tang jangka pendeknya dengan aset lancar
(modal kerja), dengan kata lain perusahaan
mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya
selama satu periode yang sedang berjalan. Ja-
di, kemampuan rata-rata perusahaan manufak-
tur di Bursa Efek Indonesia dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya sudah cukup
baik, namun faktor ini tidak mempengaruhi
profitabilitas perusahaan secara langsung.
2. Working Capital Turnover
Variabel working capital turnover tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terha-
dap tingkat net profit margin (NPM) pada in-
dustri manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil rata-rata r, industri manu-
faktur di Bursa Efek Indonesia terlihat bahwa
perputaran modal kerja (aset - lancar hutang
lancar) cukup efektif walaupun telah terjadi
peningkatan dalam 3 tahun periode penelitian.
Dengan kata lain, kemampuan rata-rata modal
kerja berputar dalam suatu periode siklis kas
dari industri manufaktur di Bursa Efek Indo-
nesia masih belum maksimal sehingga harus
diperhatikan oleh perusahaan agar dapat me-
ningkatkan kinerja perusahaan.
3. Receivable Turnover
Variabel receivable turnover tidak mem-
punyai pengaruh signifikan terhadap net profit
margin (NPM) pada industri manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil rata-
rata r, industri manufaktur di Bursa Efek Indo-
nesia terlihat bahwa perputaran piutang cukup
efektif. Dengan kata lain, kemampuan rata-ra-
ta piutang berputar dalam suatu periode siklis
kas dari industri manufaktur di Bursa Efek In-
donesia masih belum maksimal sehingga ha-
rus diperhatikan oleh perusahaan agar dapat
meningkatkan kinerja perusahaan.
4. Sales Growth
Variabel sales growth mempunyai peng-
aruh yang signifikan terhadap tingkat net pro-
fit margin (NPM) pada industri manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan pening-
katan jumlah penjualan yang dilakukan peru-
sahaan memberikan makna bahwa perusahaan
dapat memaksimalkan kemampuannya dalam
menghasilkan laba, sehingga perusahaan ke
APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1
15
depannya akan menerima pengembalian inves-
tasi dalam jumlah besar, atau dalam hal ini
memperoleh laba bersih dalam jumlah besar
pula apabila perusahaan mampu meningkatkan
total penjualan.
5. Debt Ratio
Variabel debt ratio tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat net
profit margin (NPM) pada industri manufaktur
di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan nilai
rata-rata debt ratio memberikan makna bahwa
perusahaan mampu menjamin hutangnya de-
ngan total aset yang dimiliki oleh perusahaan
karena berada di bawah 100%, sehingga peru-
sahaan ke depannya tidak akan mengalami ke-
sulitan. Jadi, kemampuan rata-rata perusahaan
dalam memenuhi hutangnya adalah sudah cu-
kup baik, namun faktor ini tidak mempeng-
aruhi profitabilitas secara langsung/signifikan.
PENUTUP
Simpulan
Hasil pengujian secara simultan bahwa
variabel bebas current ratio, working capital
turnover, receivable turnover, sales growth,
dan debt ratio berpengaruh terhadap net profit
margin (NPM) pada industri manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Variabel bebas tersebut
mampu menjelaskan variabel terikat sebesar
19,4% atau dengan kata lain variasi nilai va-
riabel terikat (NPM) ditentukan oleh variasi
nilai variabel bebas sebesar 19,4%, sedangkan
sisanya sebesar 80,6% dijelaskan atau di-
pengaruhi oleh variabel lain yang tidak ter-
masuk dalam model ini.
Secara parsial variabel current ratio ti-
dak mempengaruhi net profit margin (NPM)
pada industri manufaktur di Bursa Efek Indo-
nesia dimana probabilitas signifikansi untuk
current ratio sebesar 0,080 jauh diatas 0,05
sehingga hipotesis kedua ditolak.
Secara parsial variabel working capital
turnover tidak mempengaruhi net profit mar-
gin (NPM) pada industri manufaktur di Bursa
Efek Indonesia, dimana probabilitas signifi-
kansi untuk working capital turnover sebesar
0,809 jauh di atas 0,05 sehingga hipotesis ke-
dua ditolak.
Secara parsial variabel receivable turn-
over tidak mempengaruhi net profit margin
(NPM) pada industri manufaktur di Bursa
Efek Indonesia, dimana probabilitas signifi-
kansi untuk receivable turnover sebesar 0,140
jauh diatas 0,05 sehingga hipotesis kedua di-
tolak.
Secara parsial variabel sales growth
mempengaruhi net profit margin (NPM) pada
industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia
dimana probabilitas signifikansi untuk sales
growth sebesar 0,026 dibawah 0,05 sehingga
hipotesis kedua diterima.
Secara parsial variabel debt ratio tidak
mempengaruhi net profit margin (NPM) pada
industri manufaktur di Bursa efek Indonesia,
dimana probabilitas signifikansi untuk debt
ratio sebesar 0,416 jauh diatas 0,05 sehingga
hipotesis kedua ditolak.
Saran
Hendaknya para investor dan calon in-
vestor potensial terlebih dahulu melakukan
analisis terhadap faktor-faktor yang mem-
pengaruhi net profit margin (NPM) khususnya
current ratio (CR) dan sales growth (SG) se-
belum menanamkan modal/investasi di sector
industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia
sehingga hasil analisis ini dapat dijadikan da-
sar atau bahan pertimbangan dalamm meng-
ambil keputusan investasi yang tepat.
Bagi peneliti selanjutnya, penulis meng-
anjurkan supaya sampel penelitian dan varia-
bel independen diperbanyak dan metode pene-
litian yang dipakai lebih akurat. Sehingga ha-
sil penelitian dapat mengungkapkan secara le-
bih akurat besar pengaruh variabel independen
tersebut mempengaruhi net profit margin pe-
rusahaan.
Penulis juga menyarankan untuk pene-
litian selanjutnya sebaiknya menggunakan va-
riabel independen yang berhubungan langsung
dengan penjualan, seperti harga pokok pen-
jualan, biaya, dan persediaan, sehingga dapat
diketahui seberapa besar pos-pos tersebut
mempengaruhi besar laba bersih yang diper-
oleh perusahaan.
JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI
16
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG
TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA
Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert, 1997, Buku Pintar Pasar Modal
Indonesia, Mediasoft Indonesia Jakarta.
Baridwan, Zaki, 2010. Intermediate Accoun-
ting. Edisi Kedelapan. Cetakan Ketiga.
BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Brigham, Eugene F and Joel F. Houston,
2006. Dasar-dasar Manajemen Keuang-
an, alih bahasa Ali Akbar Yulianto, Bu-
ku satu, Edisi sepuluh, Salemba Empat,
Jakarta.
Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multi-
variate dengan Program SPSS, Edisi
Keempat. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Harahap, Sofyan S., 1994. Teori Akuntansi
Laporan Keuangan. Edisi Kesatu. Ce-
takan Pertama. Bumi Aksara, Jakarta.
Hanafi, M. Marnduh dan Halim, Abdul, 2000.
Analisa Laporan Keuangan. Liberty,
Yogyakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007. Standar
Akuntansi Keuangan per 1 September
2007. Salemba Empat, Jakarta.
Komarudin, 1994. Ensiklopedia Manajemen.
Edisi 2. Bumi Aksara, Jakarta.
Munawir, S., 2004. Analisa Laporan Keuang-
an. Liberty, Yogyakarta.
Rahardjo, Budi, 2001. Akuntansi Keuangan
untuk Manajer dan Non Keuangan. An-
di, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang 1995. Dasar-dasar Pembe-
lajaran Perusahaan. Edisi 4. Yayasan
Badan Penerbit Gajah Mada, Yogya-
karta.
Siallagan, Hamonangan dan Machfoedz,
Mas’ud, 2006. Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai
Perusahaan. Simposium Nasional Akun-
tansi IX, Padang.
Sawir, Agnes, 2001. Analisis Kinerja Keuang-
an dan Perencanaan Keuangan Peru-
sahaan. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Sutrisno, 2001. Manajemen Keuangan, Teori,
Konsep dan Aplikasi. Ekonisia, Yogya-
karta.
Tunggal, Amin Widjaya, 1995. Kamus Bisnis
dan Manajemen. Rineka Cipta, Jakarta.
Van Horne, James C & John M. Wachowicz,
JR., 2009. Prinsip–prinsip Manajemen
Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.
Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Peru-
sahaan. Bayu Media Publishing, Jakar-
ta.