JURNAL FAKTOR YG MEMPENGARUHI NPM

16
APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA Abdul Kadir Sthefanie Barceleona Phang Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Banjarmasin Jalan Brigjend H. Hasan Basry No. 9-11 Kayu Tangi Banjarmasin Abstrak: The Company was founded with the aim of increasing the value of a company that can provide prosperity for owners or shareholders. In analyzing and assessing the financial position and the potential or the progress of the company, there are several factors that need to be considered one of the most important is profitability, which is one of the financial ratios used to measure the gains or profits derived by an enterprise. Samples taken by the company are manufacturing companies, amounting to 17 companies. The study was a quantitative study with descriptive methods of analysis and involves six variables consisting of a bound variable (dependent) and five independent variables (independent). Independent variables are: current ratio, working capital turnover, receivable turnover, sales growth and the debt ratio, while the dependent variable is the net profit margin (NPM). Based on the calculation of financial ratios of 17 companies listed on the Indonesia Stock Exchange, the authors hypothesized that the five independent variables simultaneously and partially affect the dependent variable. Testing the hypothesis in this study using the F test and t test α = 0.05. Acquisition results of analysis were processed using SPSS version 17 for Windows. After doing some testing, the results showed that all five variable current ratio, working capital turnover, receivable turnover, sales growth and debt ratio,simultaneously influence the net profit margin (NPM). While partially, only the variable sales growth (sales growth) which affects the net profit margin (NPM). This should be a consideration for companies that want to increase the amount of corporate profits. Kata Kunci: profitabilitas, net profit margin, perusahaan manufaktur PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil- hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2004, 31). Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap per- kembangan suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusa- haan tersebut, dan kondisi keuangan suatu pe- rusahaan akan dapat diketahui dari laporan ke- uangan perusahaan yang bersangkutan. Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan-kemajuan perusahaan, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhati- kan salah satunya yang terpenting adalah pro- fitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusa- haan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Jumlah laba bersih sering dibanding- kan dengan ukuran kegiatan atau kondisi ke- uangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekui- tas pemegang saham. Besarnya laba juga digu- nakan untuk menilai kinerja perusahaan. Perusahaan didirikan dengan tujuan me- ningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat memberikan kemakmuran bagi pemilik atau para pemegang saham (Siallagan dan Mach-

Transcript of JURNAL FAKTOR YG MEMPENGARUHI NPM

APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1

1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

PADA BURSA EFEK INDONESIA

Abdul Kadir

Sthefanie Barceleona Phang

Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Banjarmasin

Jalan Brigjend H. Hasan Basry No. 9-11 Kayu Tangi Banjarmasin

Abstrak: The Company was founded with the aim of increasing the value of a

company that can provide prosperity for owners or shareholders. In analyzing and

assessing the financial position and the potential or the progress of the company, there

are several factors that need to be considered one of the most important is

profitability, which is one of the financial ratios used to measure the gains or profits

derived by an enterprise. Samples taken by the company are manufacturing

companies, amounting to 17 companies. The study was a quantitative study with

descriptive methods of analysis and involves six variables consisting of a bound

variable (dependent) and five independent variables (independent). Independent

variables are: current ratio, working capital turnover, receivable turnover, sales

growth and the debt ratio, while the dependent variable is the net profit margin

(NPM). Based on the calculation of financial ratios of 17 companies listed on the

Indonesia Stock Exchange, the authors hypothesized that the five independent

variables simultaneously and partially affect the dependent variable. Testing the

hypothesis in this study using the F test and t test α = 0.05. Acquisition results of

analysis were processed using SPSS version 17 for Windows. After doing some

testing, the results showed that all five variable current ratio, working capital

turnover, receivable turnover, sales growth and debt ratio,simultaneously influence

the net profit margin (NPM). While partially, only the variable sales growth (sales

growth) which affects the net profit margin (NPM). This should be a consideration for

companies that want to increase the amount of corporate profits.

Kata Kunci: profitabilitas, net profit margin, perusahaan manufaktur

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan alat yang

sangat penting untuk memperoleh informasi

sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-

hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang

bersangkutan (Munawir, 2004, 31). Mereka

yang mempunyai kepentingan terhadap per-

kembangan suatu perusahaan sangatlah perlu

untuk mengetahui kondisi keuangan perusa-

haan tersebut, dan kondisi keuangan suatu pe-

rusahaan akan dapat diketahui dari laporan ke-

uangan perusahaan yang bersangkutan. Dalam

menganalisa dan menilai posisi keuangan dan

potensi atau kemajuan-kemajuan perusahaan,

terdapat beberapa faktor yang perlu diperhati-

kan salah satunya yang terpenting adalah pro-

fitabilitas.

Profitabilitas adalah kemampuan perusa-

haan memperoleh laba dalam hubungannya

dengan penjualan, total aktiva, maupun modal

sendiri. Jumlah laba bersih sering dibanding-

kan dengan ukuran kegiatan atau kondisi ke-

uangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekui-

tas pemegang saham. Besarnya laba juga digu-

nakan untuk menilai kinerja perusahaan.

Perusahaan didirikan dengan tujuan me-

ningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat

memberikan kemakmuran bagi pemilik atau

para pemegang saham (Siallagan dan Mach-

JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

2

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG

TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA

Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang

foedz, 2006). Salah satu upaya untuk men-

capai tujuannya, perusahaan selalu berusaha

memaksimalkan labanya. Dalam mencapai tu-

juannya itu banyak terjadi perubahan-peruba-

han organisatoris. Dengan bertambah besarnya

perusahaan, maka perusahaan berkembang un-

tuk dapat mengikuti dan memenuhi kebutuhan

pasar yang berubah-ubah dan bersaing untuk

memperoleh manajemen berkemampuan ter-

baik. Kondisi finansial dan perkembangan pe-

rusahaan yang sehat akan mencerminkan efi-

siensi dalam kinerja perusahaan menjadi tun-

tutan utama untuk bisa bersaing dengan peru-

sahaan lainnya. Dengan perkembangannya

teknologi dan semakin meningkatnya spesia-

lisasi dalam perusahaan, semakin banyak pe-

rusahaan-perusahaan yang menjadi besar di-

mana faktor produksi modal mempunyai arti

yang penting.

Analisis rasio sangat bermanfaat bagi

manajemen untuk perencanaan dan pengeva-

luasian prestasi atau kinerja (performance) pe-

rusahaan, sedangkan bagi para kreditor dapat

digunakan untuk memperkirakan potensi ri-

siko yang akan dihadapi dikaitkan dengan ada-

nya jaminan kelangsunagn pembayaran bunga

dan pengembalian pokok pnjaman. Analisis

rasio juga bermanfaat bagi para investor dalam

mengevaluasi nilai saham dan adanya jaminan

atas keamanan dana yang akan ditanamkan pa-

da suatu perusahaan. Dengan demikian, ana-

lisis rasio keuangan dapat diterapkan atau di-

gunakan pada setiap model analisis, baik mo-

del yang digunakan manajemen untuk peng-

ambilan keputusan jangka pendek maupun

jangka panjang, peningkatan efisiensi dan

efektivitas operasi, serta untuk mengevaluasi

dan meningkatkan kinerja.

Untuk melakukan analisis rasio keuang-

an diperlukan perhitungan-perhitungan rasio

keuangan yang mencerminkan aspek-aspek

keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas

angka-angka yang ada dalam neraca saja, da-

lam laba rugi saja, atau pada neraca dan laba

rugi. Aspek-aspek yang dinilai biasanya dikla-

sifikasikan menjadi aspek likuiditas, aspek ak-

tivitas, aspek leverage, dan aspek profitabi-

litas.

Aspek-aspek tersebut menjadi sangat

penting untuk diketahui mengingat keadaan

perekonomian sekarang yang masih dilanda

krisis memuat perusahaan lebih menekankan

tujuan pada efisiensi, bukan lagi laba yang

menjadi tujuan utama sehingga pada saat se-

karang banyak sekali perusahaan yang mela-

kukan pembenahan manajemen termasuk me-

lakukan pemutusan hubungan kerja dalam

rangka melakukan efisiensi tersebut.

Aspek likuiditas terdiri dari current ra-

tio, cash ratio, acid test ratio, (Munawir,

2004, 72). Dalam penelitian ini, rasio yang di-

gunakan adalah current ratio. Rasio likuiditas

menggambarkan kemampuan perusahaan un-

tuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek-

nya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui

sumber informasi tentang modal kerja yaitu

pos-pos aset lancar dan hutang lancar.

Menurut Subramanyam (2010) jika peru-

sahaan memutuskan menetapkan modal kerja

dalam jumlah yang besar, kemungkinan ting-

kat likuiditas akan terjaga namun kesempatan

untuk memperoleh laba yang besar akan me-

nurun yang pada akhirnya berdampak pada

menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika

perusahaan ingin memaksimalkan profitabili-

tas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat

likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas,

maka makin baiklah posisi perusahaan di mata

kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan

yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat

membayar kewajibannya tepat pada waktunya.

Di lain pihak ditinjau dari segi sudut peme-

gang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu

menguntungkan karena berpeluang menimbul-

kan dana-dana yang menganggur yang sebe-

narnya dapat digunakan untuk berinvestasi da-

lam proyek-proyek yang menguntungkan pe-

rusahaan. Sehingga untuk mengetahui tingkat

likuiditas serta seberapa besar modal kerja

yang dialokasikan perusahaan untuk operasi

perusahaan, dapat digunakan rasio lancar atau

yang lebih dikenal dengan current ratio.

Perusahaan yang bergerak dalam bidang

manufaktur memerlukan perhatian yang lebih

terhadap pengelolaan aktiva lancarnya agar le-

bih efisien. Hal ini karena proporsi aktiva lan-

car perusahaan manufaktur biasanya lebih dari

separuh total aktivanya. Tingkat aktiva lancar

yang berlebih dapat dengan mudah membuat

perusahaan merealisasi pengembalian atas in-

APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1

3

vestasi yang rendah. Akan tetapi, perusahaan

dengan jumlah aktiva lancar yang terlalu se-

dikit dapat mengalami kekurangan dan kesu-

litan dalam mempertahankan operasi yang lan-

car (Van Horne dan Wachowicz, 2009).

Aspek aktivitas terdiri dari inventory

turnover, receivable turnover, total asset turn-

over, dan working capital turnover. Inventory

turnover adalah rasio yang menunjukkan be-

rapa cepat perputaran persediaan dalam siklus

produksi normal. Semakin besar rasio ini se-

makin baik karena dianggap bahwa kegiatan

penjualan berjalan cepat, sehingga untuk

menghasilkan laba menjadi lebih baik. Berarti

semakin cepat perputaran persediaan akan

berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Re-

ceivable turnover adalah rasio yang menun-

jukkan ukuran efektivitas pengelolaan piutang.

Semakin cepat perputaran piutang, semakin

efektif perusahaan dalam mengelola piutang-

nya. Hal ini menunjukkan bahwa semkin cepat

perputaran piutang akan berpengaruh positif

terhadap profitabilitas. Assets turnover adalah

rasio yang menunjukkan perputaran total aset

diukur dari volume penjualan dengan kata lain

seberapa jauh kemampuan semua asset men-

ciptakan penjualan. Semakin cepat perputaran

aset, semakin efektif perusahaan dalam peng-

gunaan asetnya, dan akan berpengaruh positif

terhadap profitabilitas. Working capital turn-

over adalah rasio yang menunjukan hubungan

antara modal kerja dengan penjualan akan me-

nunjukan banyaknya penjualan yang dapat di-

peroleh perusahaan (dalam jumlah rupiah) un-

tuk tiap rupiah modal kerja (Munawir, 2002).

Diantara beberapa rasio yang masuk dalam pe-

nilaian kinerja aktivitas perusahaan, penelitian

ini memilih rasio working capital turnover ka-

rena menunjukkan hubungan modal kerja ke-

seluruhan dengan jumlah laba bersih yang di-

peroleh perusahaan.

Pembiayaan dengan utang atau leverage

keuangan menurut Brigham dan Houston

(2006) memiliki tiga implikasi penting, yaitu:

Pertama, jika investasi oleh pemegang saham

tidak mencukupi, maka perusahaan dapat tetap

beroperasi dengan cara berhutang dan dengan

begitu para pemegang saham masih tetap me-

miliki pengendalian atas perusahaan walaupun

dengan investasi yang terbatas. Kedua, kredi-

tur melihat ekuitas atau dana yang disetor pe-

milik untuk memberikan marjin pengaman, se-

hingga jika pemegang saham hanya memberi-

kan sebagian kecil dari total pembiayaan, ma-

ka risiko perusahaan sebagian besar ada pada

kreditur. Ketiga, Jika perusahaan memperoleh

pengembalian yang lebih besar atas investasi

yang dibiayai dengan dana pinjaman diban-

ding pembayaran bunga, maka pengembalian

atas modal pemilik akan lebih besar. Semen-

tara itu Sawir (2001) menyebutkan bahwa le-

verage dapat digunakan untuk meningkatkan

hasil pengembalian pemegang saham, tetapi

dengan risiko akan meningkatkan kerugian

pada masa-masa suram. Jika perusahaan

menggunakan lebih banyak hutang dibanding

modal sendiri maka tingkat solvabilitas akan

menurun karena beban bunga yang harus di-

tanggung juga meningkat. Hal ini akan ber-

dampak terhadap menurunnya profitabilitas.

Dalam penelitian ini, debt ratio dipilih sebagai

salah satu variable independen, karena rasio

ini paling umum digunakan untuk mewakili

rasio leverage atau yang juga sering disebut

rasio solvabilitas.

Setelah menentukan variabel-variabel in-

dependen, penulis memutuskan net profit mar-

gin (NPM) sebagai alat untuk mengukur profi-

tablitas perusahaan. Rasio ini mengukur profi-

tabilitas operasi perusahaan relatif terhadap

penjualan dan menuntut analisis mendapatkan

pemahaman atas profitabilitas suatu perusaha-

an (Subramanyam, 2010, 152). Dengan me-

ngetahui margin laba bersih, maka perusahaan

dapat menganalisis pengembalian aset operasi

bersih. Net profit margin menggambarkan

tingkat pengembalian dari perusahaan pada

suatu industri yang juga merupakan metode

yang berguna untuk membandingkan dan me-

nganalisis profitabilitas perusahaan.

Dalam penelitian ini, penulis mengambil

sampel perusahaan manufaktur yang bergerak

di bidang pengolahan bahan kimia dan peru-

sahaan manufaktur yang bergerak di bidang

farmasi. Walaupun sama-sama perusahaan

manufaktur, namun karakteristik kedua jenis

usaha tersebut berbeda. Begitu pula halnya de-

ngan kemampuan perusahaan ini dalam meng-

hasilkan laba, serta faktor-faktor yang mempe-

JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

4

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG

TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA

Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang

ngaruhi besar margin laba bersih net laba

margin (NPM) perusahaan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitan dengan

judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempe-

ngaruhi Net Laba Margin Perusahaan Manu-

faktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indo-

nesia.

Dari latar belakang di atas, maka peru-

musan masalah dalam penelitian ini dapat di-

rumuskan sebagai berikut: (1) Apakah rasio li-

kuiditas, rasio aktivitas, pertumbuhan penjual-

an, dan leverage secara simultan berpengaruh

terhadap net profit margin perusahaan manu-

faktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indo-

nesia?; dan (2) Apakah rasio likuiditas, rasio

aktivitas, pertumbuhan penjualan, dan leve-

rage secara parsial berpengaruh terhadap net

profit margin perusahaan manufaktur yang

terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?

Kerangka Pemikiran

Model regresi berganda dalam penelitian

ini menggunakan dua pendekatan untuk meng-

uji hipotesis yaitu uji F (uji simultan) dan uji t

(uji parsial). Sedangkan kerangka konseptual

dalam penelitian ini dapat digambarkan pada

gambar 1.

Berdasarkan kerangka pemikiran pada

gamabr 1, untuk memprediksi variabel depen-

den (NPM) yaitu kemampuan perusahaan un-

tuk menghasilkan laba bersih dari total pen-

jualan, maka diperlukan beberapa variabel in-

dependen yang meliputi rasio likuiditas, rasio

aktivitas, dan rasio leverage. Adapun rasio li-

kuiditas yang digunakan untuk memprediksi

NPM dalam penelitian ini adalah current

ratio.

Menurut Subramanyam (2010) jika peru-

sahaan memutuskan menetapkan modal kerja

dalam jumlah yang besar, kemungkinan ting-

kat likuiditas akan terjaga namun kesempatan

untuk memperoleh laba yang besar akan me-

nurun yang pada akhirnya berdampak pada

menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika

perusahaan ingin memaksimalkan profitabili-

tas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat

likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas,

maka makin baiklah posisi perusahaan di mata

kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan

yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat

membayar kewajibannya tepat pada waktunya.

Di lain pihak ditinjau dari segi sudut peme-

gang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu

menguntungkan karena berpeluang menimbul-

kan dana-dana yang menganggur yang sebe-

narnya dapat digunakan untuk berinvestasi da-

lam proyek-proyek yang menguntungkan pe-

rusahaan. Sehingga untuk mengetahui tingkat

likuiditas serta seberapa besar modal kerja

yang dialokasikan perusahaan untuk operasi

perusahaan, dapat digunakan rasio lancar atau

yang lebih dikenal dengan current ratio.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Current Ratio (X1)

Receivable Turnover (X3)

Debt Ratio (X5)

Sales Growth (X4)

Working Capital Turnover

(X2)

Net Profit Margin (NPM)

APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1

5

Rasio aktivitas yang digunakan untuk

memprediksi net profit margin dalam peneliti-

an ini adalah receivable turnover dan working

capital turnover. Rasio receivable turnover di-

gunakan untuk memperkirakan berapa kali da-

lam satu periode tertentu jumlah arus kas ma-

suk ke perusahaan yang diperoleh dari piu-

tang. Rasio working capital turnover menun-

jukkan kemampuan modal kerja berputar da-

lam suatu periode siklis kas dari perusahaan.

Rasio aktivitas menurut Raharjaputra (2009,

202) adalah rasio yang mengukur seberapa

efektif perusahaan menghasilkan laba dalam

penjualan. Jadi, semakin cepat perputaran ra-

sio-rasio aktivitas ini akan berpengaruh positif

terhadap NPM.

Rasio leverage yang digunakan untuk

memprediksi NPM alam penelitian ini adalah

debt ratio. Penggunaan debt ratio karena rasio

ini mampu mengukur jumlah persentase dari

jumlah dana yang diberikan oleh kreditur be-

rupa utang terhadap asset perusahaan. Rasio

le-verage menurut Raharjaputra (2009, 200)

ada-lah rasio untuk mengukur sejauh mana

peru-sahaan mendanai usahanya dengan

memban-dingkan antar dana sendiri yang telah

disetor-kan dengan jumlah pinjaman dari para

kredi-tur. Jadi, semakin tinggi rasio leverage

maka akan memberikan konsekuensi beban

bunga tetap sehingga akan memberikan

pengaruh ne-gatif terhadap NPM.

Sedangkan alasan penulis menggunakan

net profit margin sebagai variable terikat ada-

lah karena rasio ini menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba bersih

dari total penjualan yang dilakukan oleh peru-

sahaan, juga memberikan gambaran tentang

keuntungan yang dicapai dan akan dibagikan

kepada para pemegang saham pada periode

tertentu (Munawir, 2004, 84).

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan,

tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran di-

atas, maka dapat diajukan hipotesis kerja seba-

gai berikut:

H1: Current ratio, receivable turnover,

working capital turnover, sales growth,

dan debt ratio berpengaruh secara simul-

tan terhadap net profit margin industri

manufaktur yang terdaftar pada Bursa

Efek Indonesia.

H2: Current ratio, receivable turnover,

working capital turnover, sales growth,

dan debt ratio berpengaruh secara parsial

terhadap net profit margin industri ma-

nufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantita-

tif dengan metode deskriptif analisis, yaitu

metode yang berupaya menggambarkan keja-

dian sesungguhnya di lapangan atau mengum-

pulkan informasi mengenai status suatu gejala

yang ada sesuai dengan keadaan yang sebenar-

nya, menyajikan, menganalisis dan merumus-

kan kesimpulan.

Penelitian ini melibatkan enam variabel

yang terdiri atas satu variable terikat (depen-

den) dan lima variabel bebas (independen).

Variabel bebas tersebut adalah: current ratio,

working capital turnover, receivable turnover,

sales growth dan debt ratio, sedangkan va-

riabel terikatnya adalah Net Profit Margin

(NPM).

Jenis dan Sumber Data Peneltian

Penyusunan penelitian ini menggunakan

data sekunder kuantitatif perusahaan dalam

bentuk laporan keuangan tahunan yang diper-

oleh dengan cara mengunduh laporan keuang-

an perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek In-

donesia (BEI) dari tahun 2007 sampai dengan

tahun 2009 dari situs: http//www.idx.co.id.

Populasi dan Teknik Pengambailan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah se-

mua perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Pemilihan perusahaan

manufaktur karena perusahaan ini memiliki

rasio profitabilitas (ROA) yang tinggi, hal ini

berarti perusahaan dalam memperoleh profita-

bilitas yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh

banyak faktor.

Sedangkan pemilihan periode 2007 s.d.

2009 sebagai sampel karena dapat menggam-

barkan kondisi yang relatif baru di pasar mo-

dal Indonesia, selain itu penulis juga memper-

timbangkan ketersediaan laporan keuangan

JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

6

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG

TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA

Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang

yang lengkap. Dengan menggunakan sampel

yang relatif baru dan rentang tahun penelitian

yang panjang, diharapkan hasil penelitian akan

lebih relevan untuk memahami kondisi yang

aktual di Indonesia. Sesuai dengan publikasi

Indonesian Capital Market Directory (ICMD),

jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun

2010 adalah sebanyak 176 perusahaan yang

merupakan jumlah populasi dalam penelitian

ini.

Adapun teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah metode purposive

sampling jenis judgement sampling yaitu sam-

pel dipilih dengan menggunakan pertimbang-

an tertentu yang disesuaikan dengan tujuan

penelitian atau masalah penelitian yang di-

kembangkan. Kriteria-kriteria yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu: (1) Perusahaan ma-

nufaktur go public yang bergerak di bidang

produksi bahan kimia dan farmasi di Bursa

Efek Indonesia; (2) Perusahaan manufaktur

yang menerbitkan laporan keuangan secara

lengkap selama periode 2007 s.d. 2009; dan

(3) Ketersediaan data yang cukup dari enam

variabel yang diteliti. Berdasarkan kriteria

tersebut, maka jumlah sampel yang diambil

dalam penelitian ini berjumlah 17 perusahaan.

Pada tabel 1 disajikan daftar perusahaan ma-

nufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indo-

nesia.

Tabel 1. Jumlah Sampel Perusahaan Manu-

faktur yang Terdaftar di BEI

No

. Nama Perusahaan Sampel

1 PT AKR Corporindo Tbk.

2 PT Budi Acid Jaya Tbk.

3 PT Colorpak Indonesia Tbk.

4 PT Eterindo Wahanatama Tbk.

5 PT Lautan Luas Tbk.

6 PT Asia Pacific Fibers Tbk.

7 PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk.

8 PT Unggul Indah Cahaya Tbk.

9 PT Darya-Varia Laboratoria Tbk.

10 PT Indofarma Tbk.

11 PT Kimia Farma Tbk.

12 PT Kalbe Farma Tbk.

13 PT Merck Tbk.

14 PT Pyridam Farma Tbk.

15 PT Schering Plough Indonesia Tbk.

16 PT Taisho Pharmaceutical Indonesia

Tbk.

17 PT Tempo Scan Pacific Tbk.

Sumber: data diolah, 2012

Variabel Penelitian dan Definisi Operasio-

nal

Operasional variabel diperlukan untuk

menentukan jenis, indikator, serta skala dari

variabel-variabel yang terkait dalam peneli-

tian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat

bantu statistik dapat dilakukan secara benar

sesuai dengan judul penelitian mengenai anali-

sis faktor-faktor yang mempengaruhi net pro-

fit margin perusahaan manufaktur, maka va-

riabel-variabel yang terkait dalam penelitian

ini adalah: (1) Variabel independen (X) yakni

sebagai salah satu yang mempengaruhi varia-

bel dependen atau biasanya disebut variabel

independen disini adalah current ratio (CR),

receivable turnover (RTO), working capital

turnover (WCT), sales growth (SG), dan debt

ratio (DR); dan (2) Variabel dependen (Y) di-

sini yaitu net profit margin (NPM).

Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengambilan dan

pengumpulan data dengan memanfaatkan me-

dia elektronik untuk mendapatkan data perusa-

haan yang akan diteliti dan dianalisis pada

Bursa Efek Indonesia.

Tenik Analisis Data

1. Model Regresi

Dalam analisis regresi, selain mengukur

kekuatan hubungan antara dua variabel atau

lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara

variabel dependen dengan variable indepen-

den. Variabel dependen diasumsikan ran-

dom/stokastik, yang berarti mempunyai distri-

busi probabilistic. Variabel independen/bebas

diasumsikan memiliki nilai tetap (dalam peng-

ambilan sampel yang berulang). Teknik esti-

masi variabel dependen yang melandasi anali-

sis regresi disebut Ordinary Least Squares

(pangkat kuadrat terkecil biasa). Inti metode

OLS adalah mengestimasi suatu garis regresi

dengan jalan meminimalkan jumlah kuadrat

APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1

7

kesalahan setiap observasi terhadap garis

tersebut (Ghozali, 2006, 82).

Y = α + β1CR + β2WCT + β3RTO + β4SG +

β5Lev + e

Keterangan:

Y = profitabilitas (NPM)

α = konstanta

β1-β5 = koefisien parameter

CR = current ratio

WCT = working capital turnover (perputaran

modal kerja)

RTO = receivable turnover

SG = sales growth

Lev = leverage

e = kesalahan pengganggu (disturban-

ce’s error)

2. Uji Asumsi Klasik

Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan ada-

nya korelasi antar variabel bebas (indepen-

den). Model regresi yang baik seharusnya ti-

dak terjadi korelasi di antara variabel indepen-

den. Jika variabel independen saling berkore-

lasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogo-

nal.

Variabel ortogonal adalah variabel inde-

penden yang nilai korelasi antar sesame varia-

bel independen sama dengan nol. Untuk men-

deteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di

dalam model regresi adalah sebagai berikut:

(a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu esti-

masi model regresi empiris sangat tinggi, te-

tapi secara individual variabel-variabel inde-

penden banyak yang tidak signifikan mempe-

ngaruhi variabel dependen; (b) Menganalisis

matrik korelasi variabel-variabel independen.

Jika antar variable independen ada korelasi

yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90),

maka hal ini merupakan indikasi adanya mul-

tikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebab-

kan karena adanya efek kombinasi dua atau

lebih variabel independen; dan (c) Multikolo-

nieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai toleran-

ce dan lawannya (2) variance inflation factor

(VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap

variabel independen manakah yang dijelaskan

oleh variabel independen lainnya. Dalam pe-

ngertian sederhana setiap variabel independen

menjadi variabel dependen (terikat) dan dire-

gres terhadap variabel independen lainnya.

Tolerance mengukur variabilitas variabel inde-

penden yang terpilih yang tidak dijealaskan

oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai to-

lerance yang rendah sama dengan VIF yang

tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cuttoff

yang umum dipakai untuk menunjukkan ada-

nya multikolonieritas adalah nilai tolerance <

0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Setiap

peneliti harus menetukan tingkat kolonieritas

yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai

tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonie-

ritas 0,95. Walaupun multikolonieritas dapat

dideteksi dengan nilai tolerance dan VIF, teta-

pi kita masih tetap tidak mengetahui variabel-

variabel independen mana sajakah yang paling

berkolerasi.

Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2006, 95) uji autokore-

lasi bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi linear ada korelasi antara kesa-

lahan pengganggu pada periode t dengan kesa-

lahan pengganggu pada periode t-1 (sebelum-

nya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

ada problem autokorelasi. Autokorelasi mun-

cul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah

ini timbul karena residual (kesalahan peng-

ganggu) tidak bebas dari satu observasi ke ob-

servasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada

data runtut waktu (time series) karena “gang-

guan” pada seseorang individu/kelompok cen-

derung mempengaruhi “gangguan” pada

individu/kelompok yang sama pada periode

berikutnya. Pada data crossection (silang wak-

tu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi

karena “gangguan” pada observasi yang ber-

beda berasal dari individu/kelompok yang ber-

beda. Model regresi yang baik adalah regresi

yang bebas dari autokorelasi.

Ada beberapa cara untuk mendeteksi

autokorelasi. Dalam penelitian ini, uji yang di-

gunakan ada atau tidaknya autokorelasi Run-

test. Runtest sebagai bagian dari statistik non

parametrik dapat digunakan untuk menguji

apakah antar residual terdapat korelasi yang

tinggi. Run test digunakan untuk melihat apa-

kah data residual terjadi secara random atau

JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

8

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG

TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA

Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang

tidak. Jika hasil tes menunjukkan tingkat sig-

nifikansi di atas 0,05 maka antar residual tidak

terdapat hubungan korelasi sehingga dapat di-

katakan bahwa residual adalah acak atau ran-

dom (tidak terdapat autokorelasi) (Ghozali,

2006).

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan mengu-

ji apakah dalam model regresi terjadi ketidak-

samaan variance dari residual satu penga-

matan ke pengamatan yang lain. Jika variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas

dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homos-

kedastisitas atau tidak terjadi heteroskedas-

tisitas. Kebanyakan data crossection mengan-

dung situasi heteroskedatisitas karena data ini

menghimpun data yang mewakili berbagai

ukuran (kecil, sedang, dan besar).

Dalam penelitian ini, uji yang digunakan

untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroske-

dastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot antara

SRESID dan ZPRED di mana sumbu y adalah

y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah

residual (y prediksi –y sesungguhnya) yang te-

lah distudentized. Dasar analisisnya adalah se-

bagai berikut: (1) Jika ada pola tertentu, seper-

ti titik-titik yang ada membentuk pola ter-tentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemu-

dian menyempit), maka mengindikasikan telah

terjadi heteroskedastisitas; dan (2) Jika tidak

ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar

di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu y,

maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Gho-

zali, 2006).

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel peng-

ganggu atau residual memiliki distribusi nor-

mal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F

mengasumsikan bahwa nilai residual meng-

ikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini di-

langgar maka uji statistik menjadi tidak valid

untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara un-

tuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik

atau uji statistik (Ghozali, 2006).

Apabila menggunakan grafik, normalitas

umumnya dideteksi dengan melihat tabel his-

togram. Namun demikian, dengan hanya me-

lihat tabel histogram bisa menyesatkan, khu-

susnya untuk jumlah sampel yang kecil. Me-

tode yang lebih handal adalah dengan melihat

normal probability plot yang membandingkan

distribusi kumulatif dari data sesungguhnya

dengan distribusi kumulatif dari distribusi nor-

mal. Dasar pengambilan dengan menggunakan

normal probability plot adalah sebagai beri-

kut; (1) Jika data menyebar di sekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histogramnya menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi meme-

nuhi asumsi normalitas; dan (2) Jika data me-

nyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak

mengikuti arah garis diagonal atau garis his-

togram tidak menunjukkan pola distribusi nor-

mal, maka model regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas (Ghozali, 2006).

Uji normalitas dengan grafik dapat me-

nyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual

kelihatan normal, padahal secara statistik bisa

sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disam-

ping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik.

Uji statistik yang dapat digunakan untuk me-

nguji normalitas residual adalah uji statistik

non-parametik Kolgomorov-Smirnov (K-S).

Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal

HA : Data residual tidak berdistribusi normal

Menilai Goodness of Fit Suatu Model

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam

menaksir nilai aktual dapat diukur dari

goodness of fit-nya. Secara statistik, setidak-

nya ini dapat diukur dari nilai koefisien deter-

minasi, nilai statistik F dan nilai statistik t.

Perhitungan statistik disebut signifikan secara

statistik apabila nilai uji statistiknya berada

dalam daerah kritis (daerah di mana Ho

ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan

bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah

di mana Ho diterima (Ghozali, 2006).

APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1

9

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel depen-

den. Nilai koefisien determinasi antara nol dan

satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelas-

kan variasi variabel dependen amat terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-va-

riabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variabel dependen. Secara umum koefisien de-

terminasi untuk data silang (cros section) rela-

tif rendah karena adanya variasi yang besar

antara masing-masing pengamatan, sedangkan

untuk data runtut waktu (time series) biasanya

mempunyai nilai koefisien determinasi yang

tinggi.

Satu hal yang perlu dicatat adalah masa-

lah regresi lancung (spurious regression). In-

sukindro (Ghozali, 2007) menekankan bahwa

koefisien determinasi hanyalah salah satu dan

bukan satu-satunya kriteria memilih model

yang baik. Alasannya bila suatu estimasi re-

gresi linear menghasilkan koefisien determi-

nasi yang tinggi, tetapi tidak konsisten dengan

teori ekonomika yang dipilih oleh peneliti,

atau tidak lolos dari uji asumsi klasik, maka

model tersebut bukanlah model penaksir yang

baik dan seharusnya tidak dipilih menjadi

model empirik.

Kelemahan mendasar penggunaan koefi-

sien determinasi adalah bias terhadap jumlah

variabel independen yang dimasukkan ke da-

lam model. Setiap tambahan satu variabel in-

dependen, maka R2 pasti meningkat tidak per-

duli apakah variabel tersebut berpengaruh se-

cara signifikan terhadap variabel dependen.

Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan

untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada

saat mengevaluasi mana model regresi yang

terbaik. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2

dapat naik atau turun apabila satu variabel

independen ditambahkan ke dalam model.

Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat

bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki

harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris

didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai

adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara ma-

tematis jika nilai R2 = 1, maka Adjusted R2 =

R2 +1 sedangkan jika nilai R2 = 0, maka ad-

justed; R2 = (1 – k)/(n – k). jika k>1, maka

adjusted R2 akan bernilai negatif.

3. Pengujian Hipotesis

Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji signifikansi F pada dasarnya menun-

jukkan apakah semua variabel independen

atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis

nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah se-

mua parameter dalam model sama dengan nol,

atau: H0 : b1 = b2 = …. = bk = 0; artinya,

apakah semua variabel independen bukan me-

rupakan penjelas yang signifikan terhadap va-

riabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha)

tidak semua parameter secara simultan sama

dengan nol, atau: Ha : b1 ≠ b2 ≠ ….≠ bk ≠ 0;

artinya semua variabel independen secara

simultan merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen. Untuk menguji

hipotesis ini digunakan statistik F dengan kri-

teria pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Quick look: bila nilai F lebih besar dari

pada 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat

kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita

menerima hipotesis alternatif, yang me-

nyatakan bahwa semua variabel indepen-

den secara serentak dan signifikan mem-

pengaruhi variabel dependen.

2. Membandingkan nilai F hasil perhitungan

dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F

hitung lebih besar daripada nilai F tabel,

maka H0 ditolak dan menerima Ha.

Uji Signifikansi Parameter individual (Uji Sta-

tistik t)

Uji statistik t pada dsarnya menun-

jukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Hipo-

tesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apa-

kah suatu parameter (bi) sama dengan nol,

atau: Ho : bi = 0; artinya adalah apakah suatu

variabel independen bukan merupakan pen-

jelas yang signifikan terhadap variabel depen-

den. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter

suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:

HA : bi ≠ 0; artinya variabel tersebut meru-

JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

10

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG

TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA

Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang

pakan penjelas yang signifikan terhadap varia-

bel dependen. Cara melakukan uji t adalah se-

bagai berikut:

1. Quick look: bila jumlah degree of freedom

(df) adalah 20 atau lebih, dan derajat ke-

percayaan sebesar 5%, maka Ho yang me-

nyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t le-

bih besar dari 2 (dalam nilai absolut). De-

ngan kata lain kita menerima hipotesis al-

ternatif, yang menyatakan bahwa suatu va-

riabel independen secara individual mem-

pengaruhi variabel dependen.

2. Membandingkan nilai statistik t dengan ti-

tik kritis menurut tabel. Apabila nilai sta-

tistik t hasil perhitungan lebih tinggi di-

bandingkan nilai t tabel, kita menerima hi-

potesis alternatif yang menyatakan bahwa

suatu variabel independen secara indivi-

dual mempengaruhi variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinieritas

Uji mutikolinieritas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan ada-

nya korelasi antar variabel bebas (indepen-

den). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi antara variabel bebas

(Ghozali, 2006). Deteksi terhadap ada tidak-

nya multikolinieritas yaitu; (1) melihat nilai R

square (R2) dan melihat pengaruh variabel-va-

riabel bebas terhadap variabel terikat secara

individu, jika nilai R square (R2) yang diha-

silkan oleh suatu estimasi model regresi empi-

ris itu tinggi, tetapi secara individu variabel-

variabel bebas banyak yang tidak signifikan

mempengaruhi variabel terikat maka terjadi

gejala multikolinieritas, (2) menganalisis ma-

trik korelasi variabel-variabel independen, jika

antar variabel bebas ada korelasi yang cukup

tinggi (umumnya di atas 0,90%), maka hal ini

merupakan indikasi adanya multikolinieritas,

(3) melihat nilai tolerance dan nilai variance

inflation factor (VIF), suatu model regresi

yang bebas dari masalah multikolinieritas apa-

bila mempunyai nilai toleransi tidak krang dari

0,11 dan nlai VIF tidak lebih dari 10.

Oleh karena nilai R2 tidak begitu tinggi

yaitu hanya 0,636 dan secara individual hanya

tiga variabel yang tidak signifikan mempe-

ngaruhi variabel dependen (NPM) sehingga

dapat dikatakan modal regresi yang digunakan

dalam penelitian ini tidak terjadi gejala mul-

tikolinieritas.

Tabel 2 menunjukkan bahwa variable

CR mempunyai korelasi paling tinggi dengan

variabel DR sebesar 0,592 atau 59,2%, korela-

si ini masih di bawah 90% maka dapat dikata-

kan tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 2. Koefisien Korelasi antar Variabel Bebas

Model DR WCT RTO SG CR

1 Correlations DR 1,000 0,136 0,131 0,098 0,592

WCT 0,136 1,000 -0,033 -0,068 0,182

RTO 0,131 -0,033 1,000 0,064 0,115

SG 0,098 -0,068 0,064 1,000 0,078

CR 0,592 0,182 0,115 0,078 1,000

Covariances DR 0,002 6,031 5,706 0,000 0,000

WCT 6,031 1,066 -3,446 -7,199 3,075

RTO 5,706 -3,446 0,000 6,613 1,909

SG 0,000 -7,199 6,613 0,011 0,000

CR 0,000 3,075 1,909 0,000 0,000

a. Dependent Variable: NPM

Sumber: Data diolah, 2012

APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1

11

Tabel 3. Variance Inflation Factor

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

CR 0,636 1,572

WCT 0,955 1,047

RTO 0,975 1,025

SG 0,980 1,020

DR 0,642 1,559

a. Dependent Variable: NPM

Sumber: Data diolah, 2012.

Hasil perhitungan nilai tolerance pada ta-

bel 2 menunjukkan nilai tolerance di atas 0,10

dan nilai variance inflation factor (VIF) me-

nunjukkan tidak ada satu variabel bebas me-

miliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi, dapat di-

simpulkan bahwa hasil penelitian ini tidak ada

gejala mutikolonieritas antar variabel bebas

model regresi.

2. Uji Autokorelasi

Untuk mendeteksi ada tidaknya autoko-

relasi digunakan Durbin Watson Test. Apabila

nilai DW terletak di atas batas atas maka tidak

ada autokorelasi. Dari hasil uji DW, diperoleh

nilai DW Test sebesar 2,268 (lihat tabel 4).

Bila nilai DW terletak antara batas atas upper

bound (du) dan (4-du) maka koefisien auto-

korelasi sama dengan 0, berarti tidak terdapat

autokorelasi (Ghozali, 2006, 61).

Tabel 4. Hasil Uji Durbin Watson Test

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Durbin-

Watson

1 0,524a 0,274 0,194 0,14959 2,268

a. Predictors: (Constant), DR, WCT, RTO, SG, CR

b. Dependent Variable: NPM

Sumber: Data diolah, 2012.

3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dapat dideteksi de-

ngan melihat grafik plot antara nilai prediksi

variablel terikat (ZPRED) dengan residualnya

(SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedas-

tisitas dapat dilakukan dengan melihat ada ti-

daknya pola tertentu dan grafik scatterplot an-

tara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y

adalah Y yang telah diprediksi, sumbu X ada-

lah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya)

yang telah di studentized.

Sumber: data diolah, 2012

Gambar 2. Grafik scatterplot

Berdasarkan grafik scatterplots di atas

ini terlihat titik-titik menyebar secara acak ser-

ta tersebar baik di atas maupun di bawah ang-

ka 0 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada

model regresi, sehingga model regresi layak

dipakai untuk memprediksi kinerja keuangan

perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia berdasarkan pengaruh

variabel bebas yaitu current ratio, working

capital turnover, receivable turnover, sales

growth, dan debt ratio.

4. Uji Normalitas

Uji normalitas ditampilkan pada gambar

3. Berdasarkan gambar 3 dapat terlihat tampil-

an grafik histogram yang menunjukkan pola

distribusi yang mendekati normal. Grafik ini

menunjukkan bahwa model regresi layak di-

pakai karena memenuhi asumsi normalitas.

Sumber: data diolah, 2012.

Gambar 3. Diagram Histogram

JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG

TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA

Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang

Pengujian Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam

menaksir nilai aktual dapat diukur dari Good-

ness of fit-nya. Secara statistik dapat diukur

dari Adjusted (R²), nilai statistik F dan nilai

statistik t. Pengujian hipótesis ditunjukkan de-

ngan menggunakan uji F dan uji t.

1. Koefisien Determinasi

Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2)

yang ditunjukkan dengan Adjusted R2

dari mo-

del regresi yang digunakan untuk mengetahui

indeks kinerja intellectual capital yang dapat

dijelaskan oleh variabel bebasnya.

Tabel 5. Koefisien Determinasi

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Durbin-

Watson

1 0,524a 0,274 0,194 0,14959 2,268

a. Predictors: (Constant), DR, WCT, RTO, SG, CR

b. Dependent Variable: NPM

Sumber: data diolah, 2012.

Berdasarkan pada tabel 5 menunjukkan

bahwa koefisien determinasi (Adjusted R2) se-

besar (0,194), hal ini berarti hanya 19,4%

variasi NPM dapat dijelaskan oleh variasi ke-

lima variabel independen DR, WCT, RTO,

SG, dan CR. Sedangkan sisanya (100% -

19,4% = 80,6%) variabel dijelaskan oleh se-

bab-sebab yang lain di luar model. Standard

error of estimate (SEE) sebesar 0,14959. Ma-

kin kecil nilai SEE akan membuat model re-

gresi semakin tepat dalam memprediksi varia-

bel dependen.

2. Uji Simultan (Uji F)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apa-

kah terdapat hubungan yang signifikan antara

variabel independen secara bersama-sama (si-

multan) dengan variabel dependen. Sejauhma-

na hubungan keempat variabel independen

tersebut secara simultan dengan variabel de-

penden dapat diukur dari nilai Fhitung. Pada

dasarnya nilai F diturunkan dari tabel

ANOVA (analysis of variance). yang dapat

dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Uji Simultan (Uji F) ANOVAb

Sumber : data diolah (2012)

Dari uji ANOVA atau F test pada tabel 6

didapat nilai Fhitung 3,400 dengan probabilitas

0,011. Karena probabilitas jauh lebih kecil

dari 0,05 maka model regresi dapat digu-

nakan untuk memprediksi NPM, atau dapat di-

katakan bahwa variabel independen DR,

WCT, RTO, SG, dan CR secara bersama-sama

berpengaruh terhadap NPM.

3. Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Untuk pengujian hipotesis kedua dilaku-

kan dengan menggunakan uji t. Uji t pada da-

sarnya menunjukan seberapa jauh satu varia-

bel independen secara individual menerangkan

variabel dependen. Nilai thitung didalam analisis

regresi digunakan untuk melihat secara parsial

sejauh mana pengaruh masing-masing variabel

independen dengan variabel dependen. Berda-

sarkan pengujian dengan menggunakan alat

analisis regresi linear berganda diperoleh hasil

yang dapat dilihat pada tabel 7.

Berdasarkan ringkasan hasil perhitungan

pada tabel 7 menunjukkan bahwa variabel CR,

WCT, RTO, dan DR memiliki tingkat signifi-

kansi lebih besar dari 0,05. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa variabel independen

SG mempengaruhi NPM dengan persamaan

matematis:

NPM = 0,085 + 0,029CR + 0,000WCT –

0,015RTO + 0,236SG – 0,035DR

Dari persamaan di atas dapat dijelaskan seba-

gai berikut:

a. Pengujian dengan menggunakan persama-

an regresi linear berganda, hasilnya me-

nunjukkan bahwa variabel CR tidak signi-

fikan. Koefisien tersebut mengindikasikan

tidak adanya pengaruh CR terhadap Net

profit margin. Hal ini dapat dilihat pada

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 0,380 5 0,076 3,400 0,011a

Residual 1,007 45 0,022

Total 1,387 50

a. Predictors: (Constant), DR, WCT, RTO, SG, CR

b. Dependent Variable: NPM

APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1

13

Tabel 7. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Sumber : data sekunder yang diolah, 2012

nilai koefisien sebesar 0,029 dengan nilai

signifikansinya sebesar 0,080 lebih besar

dari α = 0.05 dan nilai thitung sebesar

1,794. Berdasarkan hasil pengujian regresi

berganda secara individual dapat disimpul-

kan bahwa hipotesis kedua yang menyata-

kan bahwa secara parsial variabel current

ratio mempengaruhi net profit margin

(NPM) pada industri manufaktur di Bursa

Efek Indonesia ditolak.

b. Pengujian dengan menggunakan persama-

an regresi linear berganda, hasilnya me-

nunjukkan bahwa variabel WCT tidak

signifikan. Koefisien tersebut mengindi-

kasikan tidak adanya pengaruh WCT ter-

hadap net profit margin. Hal ini dapat di-

lihat pada nilai koefisien sebesar 0,000

dengan nilai signifikansinya sebesar 0,809

lebih besar dari α = 0.05 dan nilai thitung

sebesar -0,243. Berdasarkan hasil peng-

ujian regresi berganda secara individual

dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua

yang menyatakan bahwa secara parsial

variabel working capital turnover mem-

pengaruhi net profit margin (NPM) pada

industri manufaktur di Bursa Efek Indo-

nesia ditolak.

c. Pengujian dengan menggunakan persama-

an regresi linear berganda, hasilnya me-

nunjukkan bahwa variabel RTO tidak sig-

nifikan. Koefisien tersebut mengindikasi-

kan tidak adanya pengaruh RTO terhadap

net profit margin. Hal ini dapat dilihat pa-

da nilai koefisien sebesar -0,015 dengan

nilai signifikansinya sebesar 0,140 lebih

besar dari α = 0.05 dan nilai thitung sebesar

-1,503. Berdasarkan hasil pengujian re-

gresi berganda secara individual dapat di-

simpulkan bahwa hipotesis kedua yang

menyatakan bahwas ecara parsial variabel

receivable turnover mempengaruhi net

profit margin (NPM) pada industri manu-

faktur di Bursa Efek Indonesia ditolak.

d. Pengujian dengan menggunakan persama-

an regresi linear berganda, hasilnya me-

nunjukkan bahwa variabel SG signifikan.

Koefisien tersebut mengindikasikan ada-

nya pengaruh SG terhadap net profit mar-

gin. Hal ini dapat dilihat pada nilai koe-

fisien sebesar 0,236 dengan nilai signifi-

kansinya sebesar 0,026 lebih kecil dari α

= 0.05 dan nilai t hitung sebesar 2,302.

Berdasarkan hasil pengujian regresi ber-

ganda secara individual dapat disimpulkan

bahwa hipotesis kedua yang menyatakan

bahwa secara parsial variabel sales growth

mempengaruhi net profit margin (NPM)

pada industri manufaktur di Bursa Efek di-

terima

Pengujian dengan menggunakan persa-

maan regresi linear berganda, hasilnya menun-

jukkan bahwa variabel DR tidak signifikan.

Koefisien tersebut mengindikasikan tidak ada-

nya pengaruh DR terhadap net profit margin.

Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien se-

besar -0,035 dengan nilai signifikansinya se-

besar 0,416 lebih besar dari α = 0.05 dan nilai

thitung sebesar -0,821. Berdasarkan hasil peng-

ujian regresi berganda secara individual dapat

disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang me-

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Beta

1 (Constant) 0,085 0,096 0,885 0,381

CR 0,029 0,016 0,286 1,794 0,080

WCT 0,000 0,001 -0,032 -0,243 0,809

RTO -0,015 0,010 -0,193 -1,503 0,140

SG 0,236 0,102 0,295 2,302 0,026

DR -0,035 0,043 -0,130 -0,821 0,416

JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG

TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA

Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang

nyatakan bahwa secara parsial variable debt

ratio mempengaruhi net profit margin (NPM)

pada industri manufaktur di Bursa efek Indo-

nesia ditolak.

Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini menguji pengaruh current

ratio, working capital turnover, receivable

turnover, sales growth, dan debt ratio terha-

dap Net Profit Margin yang dibagi dalam 2

(dua) kali pengujian. Pengujian pertama dila-

kukan untuk menguji pengaruh current ratio,

working capital turnover, receivable turnover,

sales growth, dan debt ratio secara simultan

terhadap net profit margin perusahaan. Se-

dangkan pengujian kedua dilakukan untuk

menguji pengaruh variabel current ratio,

working capital turnover, receivable turnover,

sales growth, dan debt ratio secara parsial ter-

hadap net profit margin perusahaan Berdasar-

kan pada pengujian empiris yang telah dila-

kukan terhadap beberapa hipotesis dalam pe-

nelitian, hasilnya menunjukkan bahwa tidak

semua variabel independen diatas berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Dari hasil pengujian hipotesis 1 menun-

jukan bahwa secara simultan current ratio,

working capital turnover, receivable turnover,

sales growth, dan debt ratio berpengaruh sig-

nifikan terhadap net profit margin (NPM). Ra-

sio likuiditas, aktivitas, dan leverage mem-

pengaruhi kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih atas total penjualan.

Faktor-faktor ini saling berkaitan erat dan ti-

dak dapat dipisahkan, sehingga kelima varia-

bel yang mewakili masing-masing kelompok

rasio memiliki pengaruh yang signifikan ter-

hadap net profit margin.

Kemudian dari hasil pengujian hipotesis

2 menunjukkan bahwa secara parsial tidak se-

mua variabel independen yang dipilih memi-

liki pengaruh secara signifikan terhadap net

profit margin. Berkut dijelaskan uraian ma-

sing-masing variabel:

1. Current Ratio

Variabel current ratio tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap net profit

margin (NPM) pada industry manufaktur di

Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan besarnya

nilai rata-rata current ratio pada 17 perusahaan

manufaktur dalam 3 tahun terakhir memberi-

kan arti bahwa industri manufaktur di Bursa

Efek Indonesia telah mampu menjamin hu-

tang jangka pendeknya dengan aset lancar

(modal kerja), dengan kata lain perusahaan

mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya

selama satu periode yang sedang berjalan. Ja-

di, kemampuan rata-rata perusahaan manufak-

tur di Bursa Efek Indonesia dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya sudah cukup

baik, namun faktor ini tidak mempengaruhi

profitabilitas perusahaan secara langsung.

2. Working Capital Turnover

Variabel working capital turnover tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terha-

dap tingkat net profit margin (NPM) pada in-

dustri manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan hasil rata-rata r, industri manu-

faktur di Bursa Efek Indonesia terlihat bahwa

perputaran modal kerja (aset - lancar hutang

lancar) cukup efektif walaupun telah terjadi

peningkatan dalam 3 tahun periode penelitian.

Dengan kata lain, kemampuan rata-rata modal

kerja berputar dalam suatu periode siklis kas

dari industri manufaktur di Bursa Efek Indo-

nesia masih belum maksimal sehingga harus

diperhatikan oleh perusahaan agar dapat me-

ningkatkan kinerja perusahaan.

3. Receivable Turnover

Variabel receivable turnover tidak mem-

punyai pengaruh signifikan terhadap net profit

margin (NPM) pada industri manufaktur di

Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil rata-

rata r, industri manufaktur di Bursa Efek Indo-

nesia terlihat bahwa perputaran piutang cukup

efektif. Dengan kata lain, kemampuan rata-ra-

ta piutang berputar dalam suatu periode siklis

kas dari industri manufaktur di Bursa Efek In-

donesia masih belum maksimal sehingga ha-

rus diperhatikan oleh perusahaan agar dapat

meningkatkan kinerja perusahaan.

4. Sales Growth

Variabel sales growth mempunyai peng-

aruh yang signifikan terhadap tingkat net pro-

fit margin (NPM) pada industri manufaktur di

Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan pening-

katan jumlah penjualan yang dilakukan peru-

sahaan memberikan makna bahwa perusahaan

dapat memaksimalkan kemampuannya dalam

menghasilkan laba, sehingga perusahaan ke

APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1

15

depannya akan menerima pengembalian inves-

tasi dalam jumlah besar, atau dalam hal ini

memperoleh laba bersih dalam jumlah besar

pula apabila perusahaan mampu meningkatkan

total penjualan.

5. Debt Ratio

Variabel debt ratio tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap tingkat net

profit margin (NPM) pada industri manufaktur

di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan nilai

rata-rata debt ratio memberikan makna bahwa

perusahaan mampu menjamin hutangnya de-

ngan total aset yang dimiliki oleh perusahaan

karena berada di bawah 100%, sehingga peru-

sahaan ke depannya tidak akan mengalami ke-

sulitan. Jadi, kemampuan rata-rata perusahaan

dalam memenuhi hutangnya adalah sudah cu-

kup baik, namun faktor ini tidak mempeng-

aruhi profitabilitas secara langsung/signifikan.

PENUTUP

Simpulan

Hasil pengujian secara simultan bahwa

variabel bebas current ratio, working capital

turnover, receivable turnover, sales growth,

dan debt ratio berpengaruh terhadap net profit

margin (NPM) pada industri manufaktur di

Bursa Efek Indonesia. Variabel bebas tersebut

mampu menjelaskan variabel terikat sebesar

19,4% atau dengan kata lain variasi nilai va-

riabel terikat (NPM) ditentukan oleh variasi

nilai variabel bebas sebesar 19,4%, sedangkan

sisanya sebesar 80,6% dijelaskan atau di-

pengaruhi oleh variabel lain yang tidak ter-

masuk dalam model ini.

Secara parsial variabel current ratio ti-

dak mempengaruhi net profit margin (NPM)

pada industri manufaktur di Bursa Efek Indo-

nesia dimana probabilitas signifikansi untuk

current ratio sebesar 0,080 jauh diatas 0,05

sehingga hipotesis kedua ditolak.

Secara parsial variabel working capital

turnover tidak mempengaruhi net profit mar-

gin (NPM) pada industri manufaktur di Bursa

Efek Indonesia, dimana probabilitas signifi-

kansi untuk working capital turnover sebesar

0,809 jauh di atas 0,05 sehingga hipotesis ke-

dua ditolak.

Secara parsial variabel receivable turn-

over tidak mempengaruhi net profit margin

(NPM) pada industri manufaktur di Bursa

Efek Indonesia, dimana probabilitas signifi-

kansi untuk receivable turnover sebesar 0,140

jauh diatas 0,05 sehingga hipotesis kedua di-

tolak.

Secara parsial variabel sales growth

mempengaruhi net profit margin (NPM) pada

industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia

dimana probabilitas signifikansi untuk sales

growth sebesar 0,026 dibawah 0,05 sehingga

hipotesis kedua diterima.

Secara parsial variabel debt ratio tidak

mempengaruhi net profit margin (NPM) pada

industri manufaktur di Bursa efek Indonesia,

dimana probabilitas signifikansi untuk debt

ratio sebesar 0,416 jauh diatas 0,05 sehingga

hipotesis kedua ditolak.

Saran

Hendaknya para investor dan calon in-

vestor potensial terlebih dahulu melakukan

analisis terhadap faktor-faktor yang mem-

pengaruhi net profit margin (NPM) khususnya

current ratio (CR) dan sales growth (SG) se-

belum menanamkan modal/investasi di sector

industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia

sehingga hasil analisis ini dapat dijadikan da-

sar atau bahan pertimbangan dalamm meng-

ambil keputusan investasi yang tepat.

Bagi peneliti selanjutnya, penulis meng-

anjurkan supaya sampel penelitian dan varia-

bel independen diperbanyak dan metode pene-

litian yang dipakai lebih akurat. Sehingga ha-

sil penelitian dapat mengungkapkan secara le-

bih akurat besar pengaruh variabel independen

tersebut mempengaruhi net profit margin pe-

rusahaan.

Penulis juga menyarankan untuk pene-

litian selanjutnya sebaiknya menggunakan va-

riabel independen yang berhubungan langsung

dengan penjualan, seperti harga pokok pen-

jualan, biaya, dan persediaan, sehingga dapat

diketahui seberapa besar pos-pos tersebut

mempengaruhi besar laba bersih yang diper-

oleh perusahaan.

JURNAL MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NET PROFIT MARGIN PERUSAHAAN MENUFAKTUR YANG

TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA

Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robert, 1997, Buku Pintar Pasar Modal

Indonesia, Mediasoft Indonesia Jakarta.

Baridwan, Zaki, 2010. Intermediate Accoun-

ting. Edisi Kedelapan. Cetakan Ketiga.

BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Brigham, Eugene F and Joel F. Houston,

2006. Dasar-dasar Manajemen Keuang-

an, alih bahasa Ali Akbar Yulianto, Bu-

ku satu, Edisi sepuluh, Salemba Empat,

Jakarta.

Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multi-

variate dengan Program SPSS, Edisi

Keempat. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, Semarang.

Harahap, Sofyan S., 1994. Teori Akuntansi

Laporan Keuangan. Edisi Kesatu. Ce-

takan Pertama. Bumi Aksara, Jakarta.

Hanafi, M. Marnduh dan Halim, Abdul, 2000.

Analisa Laporan Keuangan. Liberty,

Yogyakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007. Standar

Akuntansi Keuangan per 1 September

2007. Salemba Empat, Jakarta.

Komarudin, 1994. Ensiklopedia Manajemen.

Edisi 2. Bumi Aksara, Jakarta.

Munawir, S., 2004. Analisa Laporan Keuang-

an. Liberty, Yogyakarta.

Rahardjo, Budi, 2001. Akuntansi Keuangan

untuk Manajer dan Non Keuangan. An-

di, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang 1995. Dasar-dasar Pembe-

lajaran Perusahaan. Edisi 4. Yayasan

Badan Penerbit Gajah Mada, Yogya-

karta.

Siallagan, Hamonangan dan Machfoedz,

Mas’ud, 2006. Mekanisme Corporate

Governance, Kualitas Laba dan Nilai

Perusahaan. Simposium Nasional Akun-

tansi IX, Padang.

Sawir, Agnes, 2001. Analisis Kinerja Keuang-

an dan Perencanaan Keuangan Peru-

sahaan. PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Sutrisno, 2001. Manajemen Keuangan, Teori,

Konsep dan Aplikasi. Ekonisia, Yogya-

karta.

Tunggal, Amin Widjaya, 1995. Kamus Bisnis

dan Manajemen. Rineka Cipta, Jakarta.

Van Horne, James C & John M. Wachowicz,

JR., 2009. Prinsip–prinsip Manajemen

Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.

Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Peru-

sahaan. Bayu Media Publishing, Jakar-

ta.