A fully integrated low-power CMOS power amplifier for biomedical applications
MAKALAH POWER AMPLIFIER
Transcript of MAKALAH POWER AMPLIFIER
MAKALAH TEKNIK AUDIO VIDEO
PENGUAT AUDIO (AUDIO AMPLIFIER)
Disusun oleh:
Miftahul Hoir (125514013)
Adam Fatchur R. (125514231)
M. Ari afrizal (135514053)
Hanif Mutiarasti (135514062)
Kelas : Elkom A - 2012
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa. Berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik
Audio Video. Terima kasih kepada semua komponen yang telah membantu
dalam proses menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dan manfaat bagi kita semua agar dapat
dijadikan sebagai referensi pada perkembangan berikutnya.
Akhirnya kepada Allah jualah penulis mohon taufik
hidayah, semoga usaha kami ini mendapat manfaat yang baik.Serta
mendapat ridho dari Allah SWT.Amin ya rabbal alamin.
Terima kasih
Teknik Audio Video : Penguat AudioII
Surabaya, 17 Maret
2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................II
DAFTAR ISI .................................................III
BAB I PENDAHULUAN
a. LATAR BELAKANG ..................................1
b. TUJUAN ..........................................4
c. RUMUSAN MASALAH..................................4
BAB II PEMBAHASAN
a. DEFINISI PENGUAT AUDIO (AMPLIFIER) ..............5
b. CARA KERJA AUDIO AMPLIFIER.......................5
Teknik Audio Video : Penguat AudioIII
c. KLASIFIKASI PENGUAT AKHIR .......................7
d. TEKNOLOGI AUDIO .................................24
BAB III PENUTUP
a. SIMPULAN ........................................36
b. DAFTAR PUSTAKA ..................................37
Teknik Audio Video : Penguat AudioIV
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada sistem audio, spektrum frekuensi dapat dibagi menjadi
tiga wilayah, yaitu bass, middle, dan treble. Untuk keperluan
tertentu, ketiga wilayah nada tersebut diatur sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan karakteristik ruangan atau sesuai dengan
keinginan si pendengar musik. Sebuah pengatur nada biasanya
ditambahkan untuk melengkapi penguat audio sehingga didapatkan
respon frekuensi seperti yang diinginkan. Pengatur nada tersebut
berfungsi untuk memperbesar (boost) atau memperlemah (cut)
sinyal-sinyal audio pada frekuensi tertentu. Pengatur nada aktif
dibuat menggunakan filter yang diberi penguat dengan umpan balik
negatif.
Pada sistem kontrol, pengertian umpan balik berarti
pengembalian hasil dari keluaran kepada masukan dari suatu
sistem. Konsep umpan balik ini sangat penting dalam teori sistem
kontrol karena akan menentukan karakteristik dan mempengaruhi
kestabilan dari sistem kontrol tersebut. Sistem audio dapat
dipandang sebagai sebuah sistem kontrol yang juga memiliki
parameter-parameter seperti gain, frequency response, dan lain-
lain. Pada sistem audio, terdapat fenomena natural feedback
dimana sinyal suara yang dikeluarkan dari speaker akan masuk
Teknik Audio Video : Penguat Audio1
kembali ke dalam sistem dan mempengaruhi karakteristik dan
performa dari sistem tersebut. Ada banyak sistem kontrol umpan
balik yang dirancang supaya acoustic feedback yang muncul di
dalam sistem bisa dimanfaatkan untuk memperoleh respon tertentu
dari sistem. Untuk menghasilkan nada rendah, tersedia loud-
speaker khusus yang disebut sebagai woofer. Beberapa penguat
audio dilengkapi dengan penguat khusus untuk frekuensi rendah ini
karena konstruksi dari diafragma woofer itu sendiri yang cukup
tebal disamping ukuran coil dari loud-speaker woofer yang juga
tergolong besar sehingga diperlukan daya lebih untuk menggerakkan
diafragma tersebut hingga dihasilkan bunyi nada rendah yang cukup
keras.
Pada umumnya loud-speaker tipe wooferini hanya menghasilkan
suara dengan frekuensi rendah di atas 100 Hz. Jika hendak
memperkuat suara dengan frekuensi dibawah 100 Hz, biasanya
digunakan loud-speaker tipe subwoofer.
Ada dua fenomena yang sering terjadi, yaitu kotak yang disediakan
untuk subwoofer ini menjadi sedemikian besar atau sistem penguat
untuk subwoofer menjadi sangat kompleks dan berlebihan. Keduanya
disebabkan karena tanggapan frekuensi rendah yang dihasilkan
belum seperti yang diinginkan. Hal ini terjadi karena pada
kebanyakan sistem penguat subwoofer, sinyal umpan balik diambil
sebelum loud-speaker subwoofer. Sedangkan loud-speaker subwoofer
itu sendiri juga memiliki karakteristik yang akan mempengaruhi
Teknik Audio Video : Penguat Audio2
tanggapan frekuensi suara yang akan dihasilkan. Pada makalah ini
akan disajikan salah satu implementasi teori umpan balik pada
sistem audio.
Umpan balik yang diberikan pada amplifier diperoleh dari
sinyal akustik yang diubah menjadi sinyal listrik menggunakan
sebuah transducer. Makalah ini disusun dengan urutan sebagai
berikut. Di bagian awal akan dijelaskan teori dasar dari sistem
berumpan balik dan respon filter yang diharapkan. Kemudian
dilanjutkan dengan perencanaan dan implementasi sistem. Di bagian
akhir akan disajikan hasil-hasil pengujian dan ditutup dengan
kesimpulan.
Umpan Balik (Feedback)
Secara umum, skema dasar sebuah sistem penguat berumpan balik
dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Sistem amplifier dengan umpan balik
Jika sinyal yang masuk sebelum komparator disebut sebagai
Xs, perbedaan sinyal antara sinyal yang masuk sebelum
komparator dan sinyal terumpan balik ke masukan disebut sebagaiTeknik Audio Video : Penguat Audio
3
Xd (sinyal selisih), sinyal umpan balik disebut sebagai Xf, dan
sinyal keluaran disebut sebagai Xo, maka hubungan dari keempat
sinyal tersebut dinyatakan sebagai berikut.
Xd = Xi = Xs – Xf ..............................(1)
dimana:
Xf = B x Xo .......................................(2)
Xo = A x Xi ........................................(3)
Dengan mensubstitusikan persamaan 1 yaitu :
Xd = Xi = Xs - Xf disubstitusikan dengan Xf = B x Xo, didapat
penguatan dari umpan balik sebesar:
AB ≡ Xo / Xs ≡ BA / 1+.......................(4)
D (desensitifitas) atau perbedaan balik antara penguat dengan
umpan balik didefinisikan:
D = 1+ AB ........................................(5)
Impedansi dari penguat umpan balik dapat dicari menggunakan:
ZiB = Zi x (1 + BA) = Zi x D .............(6)
ZoB = Zo / 1 + BA ..............................(7)
dimana:
ZiB = Impedansi masukan umpan balik.
Teknik Audio Video : Penguat Audio4
ZoB = Impedansi keluaran umpan balik.
Untuk menghitung penguatan umpan baliknya di-gunakan rumus:
................(8)
Jika│AB│<│A│, maka umpan-balik dikatakan nega-tif, atau
degeneratif. Jika AB│> │A│, maka umpan-balik dikatakan positif,
atau regeneratif. Pada umpan balik negatif, sinyal yang
dihasilkan mengalami perbedaan sudut fasa dengan sinyal
masukannya. Pada umpan balik positif, sinyal output sefasa
dengan sinyal inputnya.
Berdasarkan konfigurasi penguat dengan umpan baliknya, dikenal
ada empat macam konfigurasi umpan balik: series input-series
output (SISO), series-input parallel output (SIPO), parallel
input-series output(PISO), dan parallel input-parallel
output(PIPO).
Pada umpan balik negatif, memang terjadi penurunan pada
penguatan tegangannya (persamaan 4). Tetapi, karakteristik
positif yang dihasilkan adalah impedansi input yang lebih
tinggi (sehingga mengurangi efek pembebanan sumber sinyal),
tanggapan frekuensi yang lebih baik (dengan bandwidth dikalikan
penguatan total yang selalu konstan), serta penguatan yang
lebih stabil (lebih kebal terhadap pengaruh perubahan
Teknik Audio Video : Penguat Audio5
eksternal). Sedangkan pada umpan balik positif, penguat akan
cenderung mengalami osilasi. Itu sebabnya kebanyakan umpan
balik positif digunakan sebagai osilator. Pada beberapa sistem,
umpan balik positif ini tidak diinginkan keberadaannya. Contoh-
nya pada sistem amplifier yang kurang dikontrol dengan baik,
jika sebuah loudspeaker dipasang berhadapan langsung dengan
microphone, seringkali terdengar noise dengan frekuensi
tertentu.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
pengertian tentang “Amplifier” serta mengetahui lebih banyak
tentang klasifikasi penguat audio.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi penguat audio (amplifier)?
2. Bagaimana cara kerja pada penguat audio?
3. Sebutkan klasifikasi tentang penguat audio (amplifier)!
Teknik Audio Video : Penguat Audio6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Penguat Audio (Amplifier)
Penguat audio (amplifier) secara harfiah diartikan dengan
memperbesar dan menguatkan sinyal input. Tetapi yang sebenarnya
terjadi adalah, sinyal input di replika (copied) dan kemudian di
reka kembali (re-produced) menjadi sinyal yang lebih besar dan
lebih kuat. Dari sinilah muncul istilah fidelitas (fidelity) yang
berarti seberapa mirip bentuk sinyal keluaran hasil replika
terhadap sinyal masukan. Ada kalanya sinyal input dalam
prosesnya kemudian terdistorsi karena berbagai sebab, sehingga
bentuk sinyal keluarannya menjadi cacat.
Sistem penguat dikatakan memiliki fidelitas yang tinggi (high
fidelity), jika sistem tersebut mampu menghasilkan sinyal
keluaran yang bentuknya persis sama dengan sinyal input. Hanya
level tegangan atau amplituda saja yang telah diperbesar dan
dikuatkan. Di sisi lain, efisiensi juga harus diperhatikan.
Efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi dari penguat itu yang
dinyatakan dengan besaran persentasi dari power output
dibandingkan dengan power input. Sistem penguat dikatakan
memiliki tingkat efisiensi tinggi (100 %) jika tidak ada rugi-
rugi pada proses penguatannya yang terbuang menjadi panas.
Teknik Audio Video : Penguat Audio7
B. Cara Kerja Penguat Audio
Audio Amplifier adalah sebuah alat yang berfungsi memperkuat
sinyal audio dari sumber-sumber sinyal yang masih kecil sehingga
dapat menggetarkan membran speaker dengan level tertentu sesuai
kebutuhan.
Gambar 2. Blok Audio Amplifier
a. Input Sinyal
Input sinyal dapat berasal dari beberapa sumber, antara
lain dari CD/DVD Player, Tape, Radio AM/FM, Microphone, MP3
Player, Ipod, dll. Masing-masing sumber sinyal tersebut
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Bagian Input sinyal
harus mampu mengadaptasi sinyal sinyal tersebut sehingga sama
pada saat dimasukkan ke penguat awal/ penguat depan (pre-amp).
b. Penguat Awal / Penguat Depan (Pre-amp)
Teknik Audio Video : Penguat Audio8
Penguat depan berfungsi sebagai penyangga dan penyesuai
level dari masing-masing sinyal input sebelum dimasukkan ke
pengatur nada. Hal ini bertujuan agar saat proses pengaturan
nada tidak terjadi kesalahan karena pembebanan/loading. Penguat
depan harus mempunyai karakteristik penyangga/buffer dan
berdesah rendah.
c. Pengatur Nada (Tone Control)
Pengatur nada bertujuan menyamakan (equalize) suara yang
dihasilkan pada speaker agar sesuai dengan aslinya (Hi-Fi).
Pengatur nada minimal mempunyai pengaturan untuk nada rendah
dan nada tinggi. Selain itu ada juga jenis pengatur nada yang
mempunyai banyak kanal pengaturan pada frekuensi tertentu yang
biasa disebut dengan Rangkaian Equalizer. Prinsip dasar
pengaturan nada diperoleh dengan mengatur nilai R/C resonator
pada rangkaian filter.
d. Penguat Akhir (Power Amplifier)
Penguat Akhir adalah rangkaian penguat daya yang bertujuan
memperkuat sinyal dari pengatur nada agar bisa menggetarkan
membran speaker. Penguat akhir biasanya menggunakan konfigurasi
penguat kelas B atau kelas AB. Syarat utama sebuah penguat
akhir adalah impedansi output yang rendah antara 4-16 ohm) dan
efisiensi yang tinggi. Karena kerja dari penguat akhir sangat
Teknik Audio Video : Penguat Audio9
berat maka biasanya akan timbul panas dan dibutuhkan sebuah
plat pendingin untuk mencegah kerusakan komponen transistor
penguat akhir karena terlalu panas.
e. Speaker
Speaker berfungsi mengubah sinyal listrik menjadi sinyal
suara. Semakin besar daya sebuah speaker biasanya semakin besar
pula bentuk fisiknya. Secara umum speaker terbagi menjadi tiga,
yaitu Woofer (bass), Squaker (middle), dan tweeter (high).
Impedansi speaker antara 4 ohm, 8 ohm dan 16 ohm. Saat ini ada
juga speaker yang disebut dengan subwoofer, yaitu speaker yang
mampu mereproduksi sinyal audio dengan frekuensi yang sangat
rendah dibawah woofer.
f. Power Supply
Power Supply merupakan rangkaian pencatu daya untuk semua
rangkaian. Secara umum power supply mengeluarkan dua jenis
output, yaitu output teregulasi dan tidak teregulasi. Output
teregulasi dipakai untuk rangkaian pengatur nada dan penguat
awal, sementara rangkaian power supply tidak teregulasi dipakai
untuk rangkaian power amplifier.
C. Klasifikasi Penguat akhir
Teknik Audio Video : Penguat Audio10
a. Po-amp System OTL
OTL (Output TransformerLess) adalah system audio po-amp
yang tidak menerapkan transformator impedansi di jalur keluaran
(output) nya, akan tetapi menerapkan kondensator kopel untuk
melimpahkan sinyal audio kepada speaker. System ini
memperbaharui system OT dan mempunyai keunggulan dalam hal
tanggapan frekwensinya. Perangkat system Hi-fi (high fidelity)
generasi awal dibuat dengan amplifier system ini. System ini
menjadi system yang paling populer dan paling banyak digunakan
dalam keperluan daya audio kecil. Banyak perusahaan pembuat
parts elektronik mengeluarkan produk-produk IC audio dengan
system OTL, baik untuk keperluan mono amplifier ataupun untuk
keperluan stereo amplifier dengan daya output yang bervariasi.
Rancangan po-amp OTL menggunakan Supply tegangan tunggal
dan besar tegangan supply bisa sangat bervariasi, mulai dari 3V
hingga 80V. Biasanya semakin besar tegangan supply maka
semakin besar pula daya audio yang mampu dihasilkannya. Dalam
masalah efisiensi, system ini masih di bawah system OT karena
system OTL umumnya beroperasi dalam klas “AB”.
Di dalam po-amp system OTL transistor-transistor driver
selalu komplementer (berpasangan), yaitu yang satu transistor
NPN dan satunya lagi transistor PNP di mana kedua transistor
yang berbeda jenis ini mempunyai karakteristik yang sama dalam
hal VCE max, hFE, dan lain-lainnya. Untuk po-amp dengan daya
yang lebih besar, dilengkapi dengan transistor-transistor akhirTeknik Audio Video : Penguat Audio
11
(transistor power) yang bisa merupakan dua transistor yang
komplementer pula (NPN dan PNP berpasangan) namun bisa juga
hanya dua transistor yang sejenis.
Titik tegangan tengah dalam po-amp OTL Untuk memahami
system OTL lebih lanjut, perhatikanlah gambar rangkaian
berikut.
Gambar 3. Rangkaian Po-Amp OTL
Pada gambar tampak po-amp OTL 4,5W yang diambil dari sebuah
radio-tape mobil keluaran lama. Titik X adalah titik di mana di
situ terdapat tegangan DC sebesar kira-kira setengah dari
tegangan supply (Vcc). Dalam skema ini karena tegangan supply-
nya 12V maka pada titik X tegangannya sekitar 6V. Ini adalah
salah satu ciri dari penguat OTL, yaitu mempunyai tegangan
Teknik Audio Video : Penguat Audio12
setengah dari tegangan supply di titik X. Karena itu ketidak
beresan sebuah po-amp OTL biasanya bisa diketahui dari titik X
ini, misalnya tegangannya mendekati nol atau terlalu besar
hingga mendekati tegangan supply.
Pada titik X ini dipasang kondensator bernilai besar (C5)
untuk meng-kopel/melewatkan sinyal audio yang berbentuk AC
kompleks yang telah dikuatkan oleh po-amp kepada speaker.
Tegangan di titik X ditentukan oleh besarnya arus kolektor (Ic)
T2, sedangkan arus kolektor T2 ini adalah sebesar hFE kali arus
yang diambil oleh basis (Ib) T2.
Dengan tulisan didefinisikan : Ic = hFE x Ib. Semakin besar
Ic akan semakin kecil tegangan di titik X, atau semakin besar
Ib akan semakin kecil tegangan di titik X karena Ib yang
membesar akan membesarkan Ic pula. Arus basis T2 dipasok
melalui resistor VR1. Dengan VR1 yang berbentuk variable
(trimpot) maka tegangan di titik X bisa ditetapkan dengan
pengaturan VR1 (disetel-setel sehingga tegangan di titik X
kira-kira 6V dari ground). VR1 juga menyelenggarakan unpan
balik negatif yang menentukan faktor penguatan sinyal secara
keseluruhan.
Arus stasioner bagi transistor daya
Setiap po-amp baik dalam klas A, klas B atau klas AB selalu
mempersyaratkan adanya arus stasioner (arus bias) bagi
transistor-transistor dayanya. Dalam po-amp OTL seperti contohTeknik Audio Video : Penguat Audio
13
di atas, arus stasioner ditentukan oleh besarnya tegangan di
antara kedua basis transistor T3 dan T4. Tegangan itu juga
adalah tegangan D1 bersama dengan R6. Karena itu besar
resistansi R6 ikut mempengaruhi arus stasioner. Ada kalanya R6
berbentuk trimpot sehingga arus stasioner bisa ditetapkan
dengan menyetel-nyetel trimpot ini. D1 berperan sebagai sensor
panas karena sifat dioda yang merosot tegangan maju-nya (Vfd)
apabila terkena panas pada suhu-suhu tertentu. Dioda ini
ditempatkan dekat dengan T3 dan T4. Apabila T3 dan T4 menjadi
semakin panas hingga batas tertentu, D1 akan mengadopsi panas
ini sehingga tegangan maju dioda mulai merosot. Akibatnya
tegangan di antara kedua basis T3 dan T4 juga akan sedikit
turun sehingga arus stasioner kedua transistor menjadi
diturunkan juga. Karena setelan arus stasioner jadi mengecil,
konsumsi arus T3 dan T4 ketika menguatkan sinyal juga akan
mengecil. Dengan demikian terjadi stabilisasi agar transistor-
transistor daya tidak mengalami panas yang berlebihan yang bisa
mengakibatkan kerusakan.
Penguatan sinyal audio di dalam system OTL
T1 adalah transistor penguat penyangga yang memberikan
sinyal audio dari kolektornya melalui kondensator kopel C2Teknik Audio Video : Penguat Audio
14
kepada basis transistor T2. Sinyal yang telah dikuatkan lalu
muncul di kolektornya T2. Sinyal ini kemudian dikuatkan lagi
oleh transistor T3 dan T4 yang merupakan dua transistor
komplementer. Dalam skema di atas kedua transistor ini
berperan sebagai driver sekaligus juga sebagai transistor daya
(transistor akhir).
T3 dan T4 bekerja bergantian namun setiap transistor menangani
setengah putaran lebih sedikit dari gelombang sinyal audio
(bandingkan dengan system OT yang setiap transistor dayanya
menangani setengah gelombang saja). T3 menangani belahan
positif dan T4 menangani belahan yang negatifnya.
Setiap lebih dari setengah putaran gelombang yang telah
dikuatkan oleh T3 dan T4 maka ia akan muncul di titik X saling
mengisi sebagai perubahan-perubahan tegangan sesuai dengan
bentuk sinyal audionya. Perubahan-perubahan tegangan di titik X
ini akan utuh berbentuk seperti sinyal AC audio sebagaimana
bentuk sinyal audio yang dimasukkan ke jalur input po-amp,
namun dengan amplitudo yang sudah jauh lebih besar karena telah
dikuatkan. Sinyal ini kemudian dikopel/dilewatkan oleh
kondensator C5 untuk diberikan kepada speaker.
Setengah tegangan supply di titik X yang merupakan tegangan DC
tidak terhubung singkat ke speaker oleh C5, karena sebagaimana
telah diketahui bahwa sifat kondensator adalah meluluskan
(melewatkan) tegangan-tegangan AC sedangkan terhadap tegangan
Teknik Audio Video : Penguat Audio15
DC ia menyekat atau tidak meluluskan (tentang ini lihat dalam :
Pengenalan Parts/Komponen elektronik – Kondensator).
Adapun R11 berperan sebagai pengumpan balik positif dari
jalur keluaran ke emitor T1. Umpan balik ini memperbaiki
tanggapan frekwensi po-amp secara keseluruhan. Ada kalanya
untai umpan balik terdiri dari resistor-resistor dan
kondensator yang memperbaiki tanggapan frekwensi pada range
tertentu yang diinginkan. C3 yang dipasang antara basis dan
kolektor T2 berfungsi sebagai high-cut bagi frekwensi-frekwensi
tinggi di atas frekwensi audio. Kondensator ini harus selalu
ada karena jika ditiadakan akan menyebabkan ketidak-stabilan
po-amp karena cenderung berosilasi pada frekwensi tinggi.
Jika ini terjadi akibatnya adalah kerusakan pada transistor-
transistor daya karena terbebani lebih.
Nilai kapasitansi C3 harus diperhitungkan dengan tepat
sesuai kondisi kerja po-amp. Jika terlalu kecil dikhawatirkan
rentan terjadi osilasi, dan jika terlalu besar akan berefek
ikut teredamnya frekwensi-frekwensi tinggi audio. Daya keluaran
(power output) sebuah po-amp OTL bisa diperkirakan dengan
pendekatan :
Po = Vx² / 1,4RL
Po adalah daya keluaran (power output) dalam Watt
Vx adalah setengah tegangan supply efektif, dalam VoltTeknik Audio Video : Penguat Audio
16
RL adalah impedansi speaker, dalam Ohm.
Yang dimaksud setengah tegangan supply efektif untuk Vx
adalah setengah tegangan supply terukur ketika po-amp menarik
arus untuk mengeluarkan daya maksimal. Jadi, yang dimaksud di
sini bukanlah setengah dari tegangan maksimum (Vmax). Untuk
mudahnya, besar tegangan supply efektif bisa dirujuk kepada
besar tegangan AC sekunder dari trafo power supply. Jika
tegangan dari trafo power supply yang digunakan adalah 32V,
maka tegangan efektif adalah kira-kira tidak jauh dari itu atau
secara praktis bisa dikatakan sama. Maka setengah tegangannya
adalah 16V.
Dalam prakteknya, Po akan mengalami penurunan dengan faktor
pembagi 1,45 dikarenakan adanya kerugian-kerugian di dalam
proses penguatan po-amp untuk menghasilkan daya maksimal.
Contoh hitungan :
Sebuah po-amp OTL dengan tegangan supply tertulis (Vmax)
sebesar 85V. Berapakah daya maksimalnya jika dibebani speaker
berimpedansi 8 Ohm?
Tergangan efektif = Vmax / 1,41 = 60V, berarti Vx = 30V
Po = 900 / 11,2 = 80W
Dalam prakteknya, Po maksimal adalah : 80 / 1,45 = 55,4W.
Teknik Audio Video : Penguat Audio17
Gambar 4. Po-Amp sistem OTL
Gambar (a) di atas
adalah contoh sebuah
po-amp OTL dari IC.
Perhatikanlah titik X
yang selalu terhubung
dengan kaki positif
kondensator kopel ke
speaker (C4).
C3 dan R1 dipasang
untuk mencegah
terjadinya osilasi po-
amp ketika bekerja
menguatkan frekwensi-
frekwensi audio.
Pada gambar (b) di
atas diperlihatkan
contoh lain skema
rangkaian po-amp OTL
dengan daya yang lebih
besar (16W). Pola rangkaian serupa dengan contoh po-amp
bertransistor sebelumnya, hanya saja sedikit lebih kompleks.
Transistor daya (transistor akhir) menggunakan jenis yang
sama, yaitu NPN D313. Driver adalah komplementer, yaitu MPS
3569 (NPN) dan MPS 4355 (PNP). Penyetelan tegangan tengah diTeknik Audio Video : Penguat Audio
18
titik X dilakukan oleh VR 50k, sedangkan arus stasioner
ditentukan oleh besarnya resistor yang diseri dengan dioda D
(pada gambar besarnya 270 Ohm).Umpan balik positif dilakukan
oleh untaian resistor 100k, 10k dan kondensator 473.
b. Power Amplifier system OCL
Keterbatasan po-amp system OTL salah satunya adalah
sulitnya untuk dikembangkan sebagai penguat “super-power”
(berdaya sangat besar). Hal ini disebabkan karena menerapkan
supply tegangan tunggal dan juga karena selalu ada keperluan
terhadap kondensator kopel kepada speaker yang harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Jika tegangan supply semakin
ditinggikan, maka kondensator kopel ini harus mampu bertahan
terhadap tegangan yang tinggi pula. Begitu juga kondensator
perata (smoothing condensator) pada rangkaian power supply-nya.
Po-amp system OCL (Output CapacitorLess) memperbaiki
kelemahan ini. Ia adalah system power amplifier yang tidak
lagi menerapkan kondensator kopel di jalan output-nya.
Transfer sinyal audio dari output kepada speaker dimungkinkan
tanpa menggunakan kondensator adalah dengan menerapkan supply
tegangan terbelah (split power supply). Perhatikanlah gambar
berikut :
Teknik Audio Video : Penguat Audio19
Gambar 5. Po-amp OCL
Gambar di
samping adalah
contoh sebuah
po-amp system
OCL 20W.
Po-amp ini
memerlukan dua
polaritas
tegangan supply,
yaitu polaritas
- (negatif) dan
polaritas + (positif). Jadi, dengan demikian ada tiga sambungan
dari power supply, yaitu sambungan - (negatif), sambungan +
(positif) dan sambungan ground (0 Volt).
Titik X adalah titik tengah di antara tegangan supply + dan
-. Berbeda dengan system OTL
di mana pada titik tengah ini
terdapat tegangan DC setengah
dari tegangan supplynya, pada system OCL di titik tengah X ini
tidak ada tegangan DC, atau bertegangan nol Volt terhadap
ground. Itulah sebabnya bisa langsung disambungkan ke speaker
tanpa memerlukan kondensator kopel.
Teknik Audio Video : Penguat Audio20
Ini menjadi ciri khas po-amp OCL, di mana pada titik
tengahnya (sambungan ke speaker) tidak terdapat tegangan DC
(pengukuran dalam keadaan tanpa sinyal input). Ketidak beresan
sebuah po-amp OCL juga bisa dilihat langsung dari sini, yaitu
apabila pada titik tengahnya terdapat tegangan DC, entah
berpotential negatif ataupun positif terhadap ground.
Sebuah po-amp OCL biasa didahului dengan sebuah penguat
differential di bagian inputnya. Pada gambar di atas T1 dan T2
membentuk sebuah penguat differential, sehingga dengan demikian
terdapat dua jalur input, yaitu jalur input melalui basis T1
dan jalur input melalui basis T2. Emitor kedua transistor ini
saling terhubung secara langsung yang menyebabkan satu
transistor dengan transistor yang lainnya menjadi saling
pengaruh-mempengaruhi. Basis T1 merupakan non-inverting input
(jalur masukan yang tidak menjungkirkan), sedangkan basis T2
merupakan inverting input (jalur masukan yang menjungkirkan).
Sinyal audio dimasukkan melalui non-inverting input dan
dikuatkan oleh po-amp sehingga muncul di jalur keluaran/output
(titik X) dengan fase yang sama. Sinyal audio yang telah
dikuatkan ini kemudian sebagian diumpan balikkan lagi ke
inverting input melalui R4. Efeknya adalah berkurangnya
penguatan T1 dan juga penguatan po-amp secara keseluruhan.
Jadi, melalui R4 ini diselenggarakan umpan balik negatif.
Semakin besar level umpan balik maka akan semakin kecil faktor
penguatan.Teknik Audio Video : Penguat Audio
21
Akan tetapi apabila level umpan balik semakin dikecilkan
untuk mendapatkan faktor penguatan yang sangat besar, ini akan
beresiko menjadi labilnya po-amp dan bisa menyebabkan osilasi.
Karena itu umpan balik ini diperhitungkan sedemikian rupa
sehingga po-amp tetap mempunyai penguatan yang besar namun
terbebas dari kecenderungan labil.
Level umpan balik ditentukan oleh nilai resistansi R4 dan R3.
R4 biasanya bernilai sama dengan R2 (resistor-resistor basis).
Semakin besar nilai resistor-resistor ini maka akan semakin
besar faktor penguatan. Jika dikecilkan maka akan semakin
mengecil pula faktor penguatan.
Namun R3 yang semakin kecil justeru akan memperbesar
penguatan. Jika R3 diperbesar maka akan mengecilkan faktor
penguatan. Demikianlah keadaan-keadaannya dalam penguat
differential.
T3 adalah sumber arus bagi emitor T1 dan T2. Arus yang
dipasok oleh T3 untuk emitor T1 dan T2 besarnya adalah tetap
karena adanya D1 dan D2 pada basisnya. Peran sumber arus ini
dalam banyak rancangan kadang hanyalah sebuah resistor. Namun
dengan diterapkannya sumber arus menggunakan transistor,
keuntungannya adalah bagi sinyal-sinyal AC audio ia menjadi
perlawanan yang cukup besar (hingga bilangan Mega Ohm) dan ini
menjadikan lebih baiknya state pengaruh-mempengaruhi antara T1
dan T2 sebagai sebuah kesatuan penguat differential.
Teknik Audio Video : Penguat Audio22
Gambar 6. Po-amp OCL dengan IC
Sebagaimana po-amp OTL, pendekatan untuk mengetahui besar
daya keluaran maksimum adalah :
Po = Vx² / 1,4RL
Po adalah daya keluaran (Power output) dalam Watt
Vx adalah setengah tegangan supply efektif, dalam Volt
RL adalah impedansi speaker dalam Ohm.
Yang dimaksud setengah tegangan supply efektif untuk Vx
adalah setengah tegangan dari supply positif dan negatif ketika
po-amp menarik arus untuk mengeluarkan daya maksimal. Jadi,
yang dimaksud di sini bukanlah setengah dari tegangan supply
maksimum (Vmax). Untuk mudahnya, besar tegangan supply efektif
bisa dirujuk kepada besar tegangan AC sekunder dari trafo power
supply. Jika tegangan dari trafo power supply yang digunakan
adalah 2x25V (CT), maka tegangan efektif adalah kira-kira tidak
jauh dari itu, yakni 50V. Maka setengah tegangannya adalah
25V.
Dalam
prakteknya, Po
mengalami
penurunan dengan
faktor pembagi
1,45 dikarenakanTeknik Audio Video : Penguat Audio
23
adanya kerugian-kerugian di dalam proses penguatan po-amp untuk
menghasilkan daya maksimal. Mengenai bagian-bagian lainnya dari
Po-amp OCL ini, sepertinya tidak perlu dijelaskan lagi di sini
karena pada prinsipnya memang tidak jauh berbeda dengan apa
yang ada pada Po-amp OTL.
pada gambar tampak contoh sebuah po-amp OCL yang
menggunakan IC. Po-amp ini sempat populer sebagai amplifier
speaker aktif di banyak rancangan. Dalam gambar hanya
diperlihatkan satu kanal, untuk versi stereo adalah dua kali
dari itu.
Dengan gambar yang diperlihatkan, po-amp ini bisa langsung
difungsikan sebagai amplifier audio untuk PC (Personal
Computer) berdaya besar. Meskipun tanpa ada fasilitas
pengaturan nada (tone control), akan tetapi hasilnya tetap
cukup baik karena fungsi pengaturan nada pada PC sebenarnya
telah tersedia di dalam program media playernya.
Perhatikanlah bahwa fungsi R1 dan R3 adalah sama dengan R2 dan
R4 pada skema po-amp OCL bertransistor sebelumnya. Umpan balik
negatif diselenggarakan oleh R3, R2 dan C2.
D1 dan D2 dipasang hanyalah sebagai protektor saja, tidak
mempengaruhi kinerja IC dalam menguatkan sinyal audio. R4 dan
C5 berfungsi untuk mencegah terjadinya osilasi ketika po-amp
bekerja menguatkan frekwensi-frekwensi audio.
Teknik Audio Video : Penguat Audio24
c. Power amplifier system BTL BTL adalah singkatan dari Bridge TransformerLess, yaitu system
power amplifier yang menerapkan system jembatan dan meniadakan
peran transformator impedansi di dalam melimpahkan daya
outputnya kepada speaker.
Prinsip po-amp BTL
Apabila pada dua buah penghantar yang pada masing-masingnya
terdapat tegangan AC sebesar Vx terhadap ground (jalur 0 Volt)
namun satu sama lain saling berlawanan fasa 180 derajat, maka
besar tegangan AC di antara
kedua penghantar itu adalah
sebesar 2Vx.
Jika pada penghantar 1
ada tegangan ac sebesar 3V
terhadap ground (0V), dan
pada penghantar 2 juga ada
tegangan ac sebesar 3V
terhadap ground namun berlawanan fasa dengan tegangan pada
penghantar 1, maka di antara penghantar 1 dan penghantar 2
terdapat tegangan ac sebesar 6V.
Teknik Audio Video : Penguat Audio25
Gambar 7. Po-amp BTL
Gambar 8. Po-amp BTL
Perhatikan gambar di atas. Ketika pada penghantar 1
tegangan ac sedang mengayun ke arah positif, pada penghantar 2
tegangan mengayun ke arah negatif.
Inilah yang dimaksud berlawanan fasa 180
derajat, yaitu bertolak belakang.
Apabila tegangan-tegangan AC itu adalah dua sinyal audio
yang dihasilkan oleh dua power amplifier, maka di antara kedua
output power amplifier itu terdapat sinyal audio dengan level
tegangan yang dua kali lipat besarnya. Karena tegangannya
menjadi dua kali lipat, maka daya keluaran pun menjadi berlipat
ganda juga karena sebagaimana telah diketahui bahwa daya adalah
perkalian antara tegangan dengan arus.
Dua power amplifier yang bisa diaktifkan sebagai po-amp BTL
adalah po-amp system OTL ataupun po-amp system OCL. Kedua po-
amp haruslah kembar, yaitu masing-masingnya mempunyai
karakteristik yang benar-benar sama. Jika tidak, maka akan
terjadi kepincangan dan akan menghasilkan cacat audio yang
cukup besar.
Mengkonfigurasikan dua po-
amp menjadi po-amp BTL biasanya
dilakukan dengan membalik fasa
sinyal masukan untuk diumpankan
kepada salah satu po-amp. LihatTeknik Audio Video : Penguat Audio
26
gambar di samping, pada po-amp A1 sinyal masukan diumpankan ke
jalan masuk non-inverting (yang tak menjungkirkan) sehingga
sinyal keluaran akan sefasa dengan sinyal masukan.
Pada po-amp A2 sinyal masukan diumpankan kepada jalan masuk
inverting (yang menjungkirkan) sehingga sinyal keluarannya akan
berbeda fasa (terbalik) dengan sinyal masukan. Hasilnya adalah
di antara keluaran kedua po-amp (out1 dan out2) terdapat sinyal
keluaran yang saling berlawanan fasa.
Daya keluaran po-amp BTL
Telah diulas dalam tulisan sebelumnya tentang pendekatan
untuk mengetahui besarnya daya keluaran sebuah po-amp OTL atau
OCL berdasarkan tinggi tegangan supply dan impedansi speaker
yang dibebankan kepadanya. Ketika dua po-amp OTL atau OCL
dirangkai sebagai penguat BTL, daya yang dihasilkan akan lebih
besar sekitar 3,5 kali lipat.
Pendekatan untuk mengetahui besarnya daya yang dihasilkan po-
amp BTL adalah :
Po = (2Vx)² / 1,4RL
Di mana Po adalah daya keluaran (power output), Vx adalah
setengah tegangan supply efektif, dan RL adalah impedansi
speaker. Dengan adanya kerugian-kerugian maka hasil aktualnya
masih harus dibagi lagi dengan faktor 1,45. Apa yang didapatkan
dari perhitungan di atas bukan suatu yang mutlak, akan tetapi
hanyalah pendekatan secara umum untuk mengetahui seberapa besarTeknik Audio Video : Penguat Audio
27
Gambar 9. Po-amp BTL
daya yang “mungkin” bisa dihasilkan dengan besar tegangan
supply sedemikian. Akan tetapi pada akhirnya faktor rancangan
po-amp merupakan hal yang sangat menentukan besarnya daya
keluaran yang dihasilkan.
Beberapa contoh power amplifier BTL
Berikut adalah beberapa
contoh po-amp BTL dengan
sedikit penjelasannya.
Gambar (a) di samping
adalah rangkaian po-amp BTL
dari dua buah IC po-amp OTL
TDA2003. Rangkaian ini
diadopsi dari salah satu
audio mobil lama merk Sony,
daya keluarannya sekitar 15W.
Sinyal audio diumpankan
ke jalan masuk non-inverting
IC pertama (pin 1),
keluarannya akan sefasa
dengan sinyal input. R2
menyelenggarakan umpan balik
negatif (umpan balik yang
melemahkan) yang diberikan
kepada jalan masuk invertingTeknik Audio Video : Penguat Audio
28
(pin 2) melalui C2. R2 bersama-sama dengan R1 akan menentukan
faktor penguatan po-amp secara keseluruhan. Karena itu nilai
R2 dan R1 ditentukan sedemikian rupa agar penguatan sesuai
dengan yang diinginkan.
Pada IC kedua jalan masuk non-inverting (pin 1) diground-kan.
Input sinyal audio diambil oleh jalan masuk invertingnya (pin
2) dari titik “a” (lihat gambar), karena pada titik “a” ini
terdapat sinyal audio dari keluaran IC pertama karena adanya
umpan balik negatif lewat R2. Hasilnya, pada keluaran IC kedua
terdapat sinyal audio yang berlawanan fasa dengan yang
dikeluarkan oleh IC pertama.
Besar tegangan sinyal keluaran dari IC kedua haruslah sama
besar dengan besar tegangan sinyal keluaran IC pertama agar
bisa dicapai pelimpahan daya yang maksimal kepada speaker.
Maka R6 dan R5 yang menjadi penentu faktor penguatan bagi IC
kedua ditetapkan nilainya sedemikian rupa.
Pada gambar rangkaian di atas tidak terlihat adanya kondensator
kopel pada jalan keluaran setiap IC, padahal padanya terdapat
tegangan DC setengah dari tegangan supply. Namun karena
speaker disambungkan kepada kedua jalan keluaran IC (tidak ada
sambungan speaker ke ground), maka kondensator kopel yang
bersifat menyekat tegangan DC tidak diperlukan. Antara pin 4
IC pertama dan pin 4 IC kedua terdapat tegangan DC sebesar nol
Volt.
Teknik Audio Video : Penguat Audio29
Gambar (b) di atas memperlihatkan rangkaian po-amp BTL yang
dibangun oleh IC po-amp stereo LA 4440. Rangkaian diadopsi dari
datasheet IC yang bersangkutan, daya keluaran maksimal yang
dihasilkan adalah 19W pada tegangan supply efektif 15V dengan
beban 4 Ohm.
Input non inverting penguat kedua diground-kan, sedangkan
masukan sinyal audio bagi penguat kedua diambil oleh input
invertingnya dari input inverting penguat pertama, sebab di
sini terdapat sinyal audio dari keluaran penguat pertama karena
adanya resistor internal yang menyelenggarakan umpan balik
negatif bagi penguat pertama. Bandingkanlah dengan ulasan
sebelumnya tentang titik “a”.
Pada gambar (c) di atas adalah contoh rangkaian BTL dari
dua buah po-amp OCL. Di sini tidak disertakan detil nilai-
nilai komponennya, hanya pola rangkaiannya saja. Perhatikanlah
bahwa input po-amp kedua diground-kan dan input sinyal audio
bagi po-amp kedua diambil dari jalur keluaran (output) po-amp
pertama melalui Rz. Sinyal audio ini lalu dimasukkan ke input
inverting penguat kedua. Dalam konfigurasi BTL yang dibangun
dari dua po-amp OCL, biasanya nilai Rz ditetapkan sama dengan
nilai Rx1 dan Rx2.
Secara umum, rangkaian BTL dari dua po-amp OCL merupakan
rangkaian po-amp yang mampu mengeluarkan daya yang paling besar
dengan kwalitas yang tetap terjaga dibandingkan pola-polaTeknik Audio Video : Penguat Audio
30
rangkaian yang lainnya.Hal yang mungkin kurang disukai orang
ketika membangun rangkaian BTL berdaya besar adalah karena
kritisnya terhadap kemungkinan terjadinya osilasi. Dua buah
po-amp OCL yang nampak bekerja normal-normal saja ketika dalam
konfigurasi stereo, ketika dirangkai sebagai satu penguat BTL
ternyata banyak mengalami masalah. Merangkai sebuah penguat BTL
memang memerlukan pelajaran dari pengalaman-pengalaman yang
tersendiri, tidak semudah merangkai penguat-penguat biasa.
D. TEKNOLOGI AUDIO
DOLBY
Dolby Digital merupakan teknologi untuk
menghasilkan suara surround digital. Teknologi ini biasanya
digunakan dalam pemrosesan dan pembentukkan data audio untuk
film-film di bioskop atau film-film pada media kepingan
seperti DVD. Dolby Digital dikembangkan oleh Dolby
Laboratories.
Untuk mengoptimalkan teknologi Dolby Digital, dibutuhkan
minimal 5 speaker full range dan 1 speaker low-frequency
(subwoofer). Konfigurasi ini disebut sebagai konfigurasi 6-
channel.
Awalnya disebut Dolby Stereo Digital sampai tahun 1994.
Kecuali untuk Dolby TrueHD, kompresi audio lossy. Penggunaan
pertama dari Dolby Digital untuk memberikan suara digital di
Teknik Audio Video : Penguat Audio31
bioskop dari cetakan film 35mm. Sekarang juga digunakan untuk
aplikasi lain seperti siaran TV, DVD, Blu-ray dan konsol game.
Bagaimana cara kerja DOLBY NOISE REDUCTION
Pengurangan Dolby noise adalah bentuk preemphasis dinamis
yang digunakan selama perekaman, ditambah bentuk deemphasis
dinamis yang digunakan selama pemutaran, yang bekerja sama
secara erat untuk meningkatkan rasio signal-to-noise.
Sementara Dolby A beroperasi di seluruh spektrum, sistem lain
secara khusus menekankan rentang frekuensi terdengar di mana
rekaman desis latar belakang, sebuah artefak dari proses
rekaman yang mirip dengan white noise, yang paling terlihat
(biasanya di atas 1 kHz, atau dua oktaf di atas Tengah C).
The Dolby preemphasis meningkatkan tingkat rekaman sinyal
audio lebih tenang pada frekuensi yang lebih tinggi selama
perekaman, efektif menekan rentang dinamis yang bagian dari
sinyal, sehingga suara lebih tenang di atas 1 kHz menerima
dorongan proporsional lebih besar. Sebagai rekaman itu
direkam, amplitudo relatif dari sinyal di atas 1 kHz digunakan
untuk menentukan berapa banyak pra-penekanan untuk menerapkan
- sinyal tingkat rendah didorong oleh 10 dB (Dolby B) atau 20
Teknik Audio Video : Penguat Audio32
dB (Dolby C). Sebagai sinyal meningkat amplitudo, kurang dan
kurang pra-penekanan diterapkan sampai pada "tingkat Dolby" (0
VU), tidak ada modifikasi sinyal dilakukan.
Suara demikian direkam pada tingkat lebih tinggi secara
keseluruhan pada pita relatif terhadap tingkat kebisingan
keseluruhan rekaman, membutuhkan formulasi tape untuk
melestarikan sinyal ini khusus direkam tanpa distorsi. Pada
pemutaran, proses yang berlawanan diterapkan (deemphasis),
berdasarkan komponen sinyal relatif di atas 1 kHz. Jadi
sebagai bagian ini sinyal penurunan amplitudo, frekuensi yang
lebih tinggi semakin lebih tajam dilemahkan, yang juga
menyaring konstan kebisingan latar belakang pada pita kapan
dan di mana itu akan menjadi yang paling nyata.
Dua (pra dan de-penekanan) proses dimaksudkan untuk
membatalkan satu sama lain sejauh program aktual yang tercatat
yang bersangkutan. Hanya de-penekanan diterapkan pada sinyal
yang masuk dan kebisingan selama pemutaran. Setelah pemutaran
de-penekanan selesai, suara jelas dalam sinyal output
berkurang, dan proses ini tidak harus menghasilkan efek nyata
pada pendengar (selain mengurangi kebisingan tentu saja).
Pemutaran tanpa pengurangan kebisingan menghasilkan suara
terasa lebih cerah, namun.
Teknik Audio Video : Penguat Audio33
Kalibrasi sirkuit perekaman dan pemutaran karena itu
penting untuk reproduksi yang setia dari isi program asli, dan
ini mudah diimbangi dengan kualitas rekaman yang buruk,
rekaman kotor / kepala playback, atau menggunakan yang tidak
pantas tingkat Bias / frekuensi untuk formulasi tape, serta
kecepatan tape, saat merekam atau duplikasi. Hal ini dapat
memanifestasikan dirinya sebagai teredam terdengar pemutaran,
atau "bernapas" dari tingkat kebisingan sebagai sinyal
bervariasi.
Pada beberapa peralatan konsumen high end, Dolby kontrol
kalibrasi termasuk: untuk merekam, nada referensi di tingkat
Dolby dapat direkam untuk tingkat pemutaran kalibrasi yang
akurat pada transportasi lain; di pemutaran, nada mencatat
sama harus menghasilkan output yang sama, seperti yang
ditunjukkan oleh logo Dolby menandai pada 0 VU di VU meter
(s). (Dalam peralatan konsumen Dolby Tingkat didefinisikan
sebagai 200nWb / m;. Kaset kalibrasi yang tersedia untuk
membantu pengaturan tingkat yang benar) Untuk akurat off-the-
rekaman pemantauan selama perekaman pada 3-kepala deck, kedua
proses harus digunakan sekaligus, dan sirkuit disediakan untuk
mencapai hal ini dipasarkan di bawah rubrik "Double Dolby".
Teknik Audio Video : Penguat Audio34
Jenis teknologi DOLBY :
DOLBY A
Dolby A adalah sistem perusahaan pertama pengurangan
kebisingan, disajikan pada tahun 1966. Hal itu dimaksudkan
untuk digunakan di studio rekaman profesional, di mana ia
menjadi biasa, mendapatkan penerimaan luas pada saat yang sama
yang multitrack recording menjadi standar. Sinyal input dibagi
menjadi pita frekuensi oleh empat filter dengan 12 dB per
oktaf lereng, dengan frekuensi cutoff (3 dB turun poin)
sebagai berikut: low-pass pada 80 Hz; band-pass dari 80 Hz
sampai 3 kHz; a-pass tinggi dari 3 kHz; dan satu lagi tinggi-
pass pada 9 kHz. (The susun kontribusi dari dua band high-pass
memungkinkan pengurangan kebisingan yang lebih besar dalam
frekuensi atas.) Rangkaian compander memiliki ambang -40 dB,
Teknik Audio Video : Penguat Audio35
dengan perbandingan 2: 1 untuk kompresi / ekspansi 10 dB. Hal
ini memberikan sekitar 10 dB noise reduction meningkat menjadi
kemungkinan 15 dB pada 15 kHz, menurut artikel yang ditulis
oleh Ray Dolby di JAES (Oktober 1967) dan Audio (Juni / Juli
1968).
Seperti dengan "B" sistem, pencocokan yang benar dari
kompresi dan ekspansi proses penting. Kalibrasi ekspansi
(decoding) Unit untuk pita magnetik menggunakan tingkat fluks
185 nwb / m, yang merupakan level yang digunakan pada kaset
kalibrasi industri seperti dari Ampex; ini diatur ke 0 VU di
pemutaran tape recorder dan Dolby Tingkat pada unit
pengurangan kebisingan. Dalam catatan (kompresi atau encoding)
modus nada karakteristik (Dolby Tone) yang dihasilkan di dalam
unit pengurangan kebisingan diatur ke 0 VU di tape recorder
dan 185 nwb / m pada pita.
Dolby A juga melihat beberapa digunakan sebagai metode
pengurangan kebisingan dalam suara optik untuk gambar gerak.
DOLBY B
Dolby B dikembangkan setelah Dolby A dan disajikan pada
tahun 1968, sebagai sistem Band sliding tunggal menyediakan
sekitar 9 dB noise reduction (A-weighted), terutama untuk
kaset. Itu jauh lebih sederhana dari Dolby A dan karena ituTeknik Audio Video : Penguat Audio
36
jauh lebih murah untuk menerapkan dalam produk konsumen.
Rekaman Dolby B dapat diterima ketika diputar ulang pada
peralatan yang tidak memiliki sebuah decoder Dolby B, seperti
pemutar kaset paling murah. Namun, Dolby B memberikan
pengurangan kebisingan kurang efektif daripada Dolby A,
umumnya dengan faktor lebih dari 3 dB.
Dari pertengahan 1970-an, Dolby B menjadi standar pada
kaset musik rekaman komersial terlepas dari fakta bahwa
beberapa peralatan low-end tidak memiliki decoding sirkuit,
meskipun memungkinkan untuk pemutaran diterima pada peralatan
tersebut. Kebanyakan kaset pra-rekaman menggunakan varian ini.
DOLBY FM
Pada awal 1970-an, beberapa diharapkan Dolby NR menjadi
normal dalam siaran radio FM dan beberapa tuner dan amplifier
yang diproduksi dengan sirkuit decoding. Pada tahun 1971 WFMT
mulai mengirimkan program dengan Dolby NR, dan segera sekitar
17 stasiun siaran dengan pengurangan kebisingan, tetapi pada
tahun 1974 itu sudah menurun Dolby FM didasarkan pada Dolby
B., tetapi digunakan dimodifikasi 25 mikrodetik pra-penekanan
waktu yang konstan dan frekuensi selektif pengaturan
companding untuk mengurangi kebisingan.
Teknik Audio Video : Penguat Audio37
Sebuah sistem yang sama bernama Tinggi Com FM diuji di
Jerman antara Juli 1979 dan Desember 1981 oleh IRT. Hal ini
didasarkan pada sistem compander broadband Telefunken Tinggi
Com, tetapi tidak pernah diperkenalkan secara komersial pada
siaran FM
DOLBY C
Dolby C diperkenalkan pada tahun 1980. Ini menyediakan
sekitar 15 dB noise reduction (A-tertimbang). Hal ini dibangun
dengan menggabungkan efek dari dua sistem Dolby B bersama
dengan ekspansi ke frekuensi yang lebih rendah. Rekaman yang
dihasilkan terdengar jauh lebih buruk ketika diputar ulang
pada peralatan yang tidak memiliki Dolby C pengurangan
kebisingan. Beberapa kekerasan ini dapat diatasi dengan
menggunakan Dolby B pada pemutaran. Dolby C pertama kali
muncul di deck kaset akhir yang lebih tinggi pada 1980-an.
Pertama yang tersedia secara komersial dek kaset dengan Dolby
C adalah 6150C NAD, yang datang ke pasar di ca. 1981. Ini juga
digunakan pada peralatan video profesional untuk track audio
dari format kaset video Betacam dan Umatic SP.
DOLBY SR
The Dolby SR (Spectral Recording) sistem, yang
diperkenalkan pada tahun 1986, kedua sistem pengurangan
kebisingan profesional perusahaan. Ini adalah pendekatanTeknik Audio Video : Penguat Audio
38
pengurangan kebisingan jauh lebih agresif daripada Dolby A. Ia
mencoba untuk memaksimalkan sinyal yang terekam setiap saat
menggunakan serangkaian kompleks filter yang berubah sesuai
dengan sinyal input. Akibatnya, Dolby SR jauh lebih mahal
untuk diterapkan daripada Dolby B atau C, tetapi Dolby SR
mampu menyediakan hingga 25 dB pengurangan kebisingan dalam
rentang frekuensi tinggi. Hal ini hanya ditemukan pada
peralatan rekaman profesional.
Dalam industri film, sejauh menyangkut distribusi cetakan
film, Dolby A dan tanda SR mengacu pada Dolby Surround yang
tidak hanya metode pengurangan kebisingan, tetapi yang lebih
penting mengkodekan dua saluran audio tambahan pada soundtrack
optik standar, memberikan kiri, tengah, kanan, dan surround.
Cetakan SR yang cukup baik kompatibel dengan peralatan
Dolby A tua. The Dolby SR-D menandai mengacu pada kedua analog
Dolby SR dan digital soundtrack Dolby Digital pada satu cetak.
DOLBY S
Dolby S diperkenalkan pada tahun 1989. Hal itu dimaksudkan
bahwa Dolby S akan menjadi standar pada kaset musik pra-
rekaman komersial dalam banyak cara yang sama bahwa Dolby B
telah di tahun 1970-an, tapi itu datang ke pasar ketikaTeknik Audio Video : Penguat Audio
39
Compact Cassette sedang digantikan oleh Compact Disc sebagai
format musik pasar massal yang dominan. Dolby Labs mengklaim
bahwa sebagian besar anggota masyarakat umum tidak bisa
membedakan antara suara CD dan kaset Dolby S dikodekan. Dolby
S hanya muncul di high-end peralatan audio dan tidak pernah
digunakan secara luas.
Dolby S jauh lebih tahan terhadap pemutaran masalah yang
disebabkan oleh suara dari mekanisme transportasi rekaman dari
Dolby C. Demikian juga, Dolby S juga diklaim memiliki
kompatibilitas pemutaran dengan Dolby B dalam rekaman Dolby S
bisa dimainkan kembali pada yang lebih tua Dolby peralatan B
dengan beberapa keuntungan yang direalisasikan. Hal ini pada
dasarnya adalah menebang versi Dolby SR dan menggunakan banyak
teknik pengurangan kebisingan yang sama. Dolby S mampu 10 dB
noise reduction pada frekuensi rendah dan hingga 24 dB noise
reduction pada frekuensi tinggi.
DOLBY HX PRO
Dolby HX-Pro diciptakan pada tahun 1980 dan dipatenkan pada
tahun 1981 (EP 0046410) oleh Jørgen Selmer Jensen dari Bang &
Olufsen. B & O segera berlisensi HX-Pro untuk Dolby
Laboratories, menetapkan masa prioritas beberapa tahun untuk
digunakan dalam produk konsumen, untuk melindungi mereka
sendiri Beocord 9000 kaset tape deck.Teknik Audio Video : Penguat Audio
40
Pita magnetik secara inheren non-linear di alam karena
hysteresis dari bahan magnetik. Jika sinyal analog yang
direkam langsung ke pita magnetik, reproduksinya akan sangat
terdistorsi karena ini non-linearitas.
Untuk mengatasi hal ini, sinyal frekuensi tinggi, yang
dikenal sebagai bias dicampur dengan sinyal rekaman, yang
"mendorong" amplop sinyal ke daerah linier.
Jika sinyal audio mengandung konten frekuensi tinggi yang
kuat, khususnya dari instrumen perkusi seperti topi tinggi,
ini menambah bias konstan menyebabkan kejenuhan magnetik pada
pita. Dolby HX Pro secara otomatis mengurangi sinyal bias
dengan adanya sinyal frekuensi tinggi yang kuat, sehingga
memungkinkan untuk merekam pada tingkat sinyal yang lebih
tinggi, yang mengarah ke nama: HX = Headroom ekstensi.
HX-Pro hanya berlaku selama perekaman; sinyal ditingkatkan
untuk rasio kebisingan tersedia tidak peduli tape deck rekaman
itu diputar kembali, dan karena itu HX-Pro bukanlah sistem
pengurangan kebisingan, dalam cara yang sama seperti Dolby A,
B & C.
Teknik Audio Video : Penguat Audio41
Dolby Stereo Optical Playback In The Cinema
Sebuah Dolby Digital soundhead dengan scanner CCD yang
dipasang ke proyektor, kemudian akan membaca informasi
digital ini.
Dolby Pro Logic II
Sistem ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari Dolby
Pro Logic (yang dikenal juga dengan Dolby Pro Logic I).Teknik Audio Video : Penguat Audio
42
Bedanya, sistem Dolby Pro Logic II dapat men-decode 5 kanal
surround (left, right, center, left surround dan right
surround) dari rekaman stereo. Lima kanal surround dapat di
decode dari 2 kanal stereo apa saja dan tidak tergantung
apakah rekaman ini telah di encode dengan format Dolby
Surround apa tidak. Suara surround yang dihasilkan adalah
suara surround stereo.
SDDS (SONY DINAMIC DIGITAL SOUND)
Sistem SDDS [ Sony Dinamic Digital Sound] dari Sony ini
memiliki 6 atau 8 kanal suara [right,left right center,center,left
center,sub woofer,right surround dan left surround],beberapa film layar
lebar menggunakan format SDDS terutama film-film produksi Sony
Entertainment. Reader dan decoder khusus untuk ini di
tambahkan pada proyektor pemutar film.
Teknik Audio Video : Penguat Audio43
Format SDDS sampai saat ini secara eksklusif hanya ada untuk
film bioskop saja dan belum di adopsi untuk konsumen
rumahTentu saja hingga kini SDDS belum di support banyak pemutar DVD
Home Theater.
Pengujian power rating RMS
Musik adalah gelombang sinusoidal yang frekuensi dan besar
tengangannya tidak konstan melainkan naik turun sesuai dengan
alunan musiknya. Tegangan ini bisa negatif dan bisa juga
positif. Standard pengukuran spesifikasi rating daya keluaran
sistem audio adalah dengan menginjeksi sinyal sinusoidal pada
inputnya. Dengan menggunakan frekuensi pada rentang 20 Hz – 20
KHz. Ini adalah rentang frekuensi suara yang dapat didengar
oleh manusia. Beberapa pabrikan melakukan test hanya pada
frekuensi 1 KHz saja. Pengukuran yang lebih fair adalah dengan
menginputkan sinyal pink noise yaitu sinyal gabungan dari banyak
frekuensi pada rentang 20Hz – 20kHz. Lalu volume suara
dinaikkan sampai terjadi cacat distorsi pada gelombang
keluarannya. Cacat distorsi ini dikenal dengan sebutan THD
(Total Harmonic Distorsion) yaitu sampai terjadinya clipping pada
puncak gelombang keluar yang dihasilkan. Gambaran gelombang
ini mudah diketahui dengan menggunakan osiloskop. Batasan
Teknik Audio Video : Penguat Audio44
inilah yang menjadi acuan batas maksimum dari power yang dapat
dihasilkan oleh suatu sistem audio.
Cacat distorsi atau clipping dapat disebabkan oleh batasan
dari sistem penguat (amplifier), batasan komponen dan juga
batasan dari sistem power supply. Batasan power supply menjadi
penting, sebab ini merupakan sumber energi dari suara yang
dihasilkan. Jika volume suara makin menggelegar tentu saja
diperlukan power supply yang stabil untuk mencapainya. Jika
sudah diketahui sampai dimana tegangan keluar maksimum, maka
akan diketahui berapa nilai tegangan puncak (peak) yang dapat
dihasilkan tanpa cacat (atau hampir cacat). Karena gelombang
sinus naik turun, tentu tidak dengan serta merta nilai
tegangan peak yang diambil untuk menghitung nilai power rating
sistem audio tersebut. Melainkan dengan menggunakan nilai
tegangan RMS (Root Mean Square). Kalau diterjemahkan ini adalah
tegangan rata-rata akar kuadrat yaitu representasi tegangan DC
dari sinyal AC (sinusoidal). Tengangan sinusoidal ini secara
matematis adalah Vt=Vp sin (wt), Vp adalah tegangan puncak dan
w = 2pf . Dengan pendekatan rumus integral sinus kuadrat
diperoleh tegangan rata-rata VRMS = Vp/Ö2 atau kira-kira
= 0.707 Vp. Dengan demikian power atau daya dapat dihitung
dengan PRMS = (VRMS)2/R. Beberapa pabrikan masih mentolerir besar
distorsi 1 % – 10 %. Standard pengujian yang benar akan
mencantumkan nilai atau rentang frekuensi uji dan besar nilai
toleran distorsi. Misalnya dengan mencantumkan padaTeknik Audio Video : Penguat Audio
45
spesifikasi teknisnya 50 W RMS 1% THD atau 65 W RMS 10% THD
plus dengan catatan pada frekuensi berapa hasil uji dilakukan.
Power rating PMPO
Musik pada kenyataannya bukanlah gelombang sinusoidal yang
konstan. Melainkan gabungan dari beberapa harmonisasi
gelombang yang terkadang keras dan terkadang pelan. Dalam satu
alunan musik barangkali hanya 40% yang keras. Dengan asumsi
demikian, maka tentu power supply dari sistem audio yang
bersangkutan akan masih mampu mensuplay arus lebih besar.
Sistem akan masih dapat memberikan tegangan peak yang lebih
tinggi dan halhasil adalah penunjukkan power yang lebih besar.
Dari sinilah muncul istilah PMPO (Peak Music Power Output).
Pabrikan bisa saja mengasumsikan persentasi sinyal musik
secara berlainan misalnya hanya 10% – 20 %. Bahkan yang sangat
ekstreem adalah lebih kecil dari 1 %, serta pengujiannya
dilakukan dengan menggunakan sinyal input yang berupa sinyal
kejut hanya beberapa milisecond saja. Dengan cara ini tentu
saja sistem dengan penguatannya yang maksimum akan mampu
menghasilkan tegangan peak yang sangat tinggi tanpa cacat
distorsi. Tegangan ini dapat mencapai misalnya 63 VAC, yang
jika dihitung powernya adalah P = 632/8, kira-kira = 500 PMPO.
Tentu saja keadaan ideal ini tidak akan tercapai pada kondisi
sebenarnya. Pengukuran PMPO bukanlah suatu standard industri
Teknik Audio Video : Penguat Audio46
atau dengan kata lain tidak ada standard pengukuran yang baku.
Istilah ini menurut hemat penulis adalah bahasa iklan untuk
keperluan komersial. Tujuannya agar sistem terlihat lebih
garang dan tentu saja dapat mendongkrak penjualan yang lebih
banyak. Untuk itu sebagai konsumen pembeli, harus kritis dan
teliti. Misalnya jika disebutkan power sistem audio incaran
tertulis 4500 W PMPO. Kalau diteliti mungkin ini total
penjumlahan untuk 5 kanal yaitu kanal depan kiri dan kanan,
kanal belakang kiri dan kanan serta satu kanal sub woofer.
Teknik Audio Video : Penguat Audio47
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Penguat audio (amplifier) adalah, sinyal input di replika (copied)
dan kemudian di reka kembali (re-produced) menjadi sinyal yang
lebih besar dan lebih kuat. Sedangkan beberapa perangkat yang
berpengaruh terhadap penguat audio adalah sebagai berikut:
a. Input Sinyal
b. Penguat Awal/Penguat Depan (Pre-amp)
c. Pengatur Nada (Tone Control)
d. Penguat Akhir (Power Amplifier)
e. Speaker
f. Power Supply
Macam-macam penguat akhir tiga diantaranya adalah OTL, OCL, dan
BTL.
OTL (Output TransformerLess) adalah system audio po-amp yang
tidak menerapkan transformator impedansi di jalur keluaran (output)
nya, akan tetapi menerapkan kondensator kopel untuk melimpahkan
sinyal audio kepada speaker.
Teknik Audio Video : Penguat Audio48
Po-amp system OCL (Output CapacitorLess) adalah system power
amplifier yang tidak lagi menerapkan kondensator kopel di jalan
output-nya dengan menerapkan supply tegangan terbelah (split power
supply).
BTL adalah singkatan dari Bridge TransformerLess, yaitu system
power amplifier yang menerapkan system jembatan dan meniadakan
peran transformator impedansi di dalam melimpahkan daya outputnya
kepada speaker.
Teknnologi dolby ternyata ada dolby a, dolby b, bolby sr,
dolby hx pro dolby fm, dolby s, dolby c dengan mempunyai fungsi
yang berbeda dan setiap teknologi memiliki kelebihan dan
kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Katsuhiko Ogata. ìModern control engineering, 4th edition.
Upper Saddle River, 2002.
Robert Boylestad, Louis Cashelsky. ìElectronic Devices and
Circuit Theory, 8th edition. Prentice Hall Inc., 2002.
Teknik Audio Video : Penguat Audio49
Roland E. Thomas. The Analysis and Design of Linear Circuits,
5th edition. John Wiley & Sons Inc., 2006.
Robert F. Coughlin, Frederick Driscoll. Opera-tional Amplifier
and Linear Integrated Circuit, 6nd edition. Prentice Hall Inc.,
2000.
James Boyk, Gerald Jay Sussman. Small-Signal Distortion in
Feedback Amplifiers for Audio.
Eberhard Hansler and Gerhard Schmidt. Acoustic Echo and Noise
Control. John Wiley & Sons Inc, 2004.
Johan L. Nielsen, U. Peter Svensson. Perfor-mance of some time-
varying systems in control of acoustic feedback. The Journal of
The Acoustical Society of America, 1999.
Jan Scheuing, Bin Yang. Frequency shifting for acoustic
feedback reduction. European DSP Education and Research
Symposium (EDERS) 2006, M¸nchen, April 2006.
www.its.caltech.edu/~musiclab/feedback-paper-acrobat.pdf,
diakses pada tanggal 15 Maret 2015.
www.sandielektronik.com/2014/06/tekhnik-audio-power-amplifier-
btl.html, diakses pada 20 maret 2015
Teknik Audio Video : Penguat Audio50
http://teknologi.inilah.com/read/detail/2145560/mengenal-
teknologi-dolby-digital/16268/dolby-sr diakses pasa 30 maret
2015
Teknik Audio Video : Penguat Audio51