LSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

133
LSAFAT PENDIDIKAN ISLAM A. IDENTITAS BUKU JUDUL BUKU : Filsafat Pendidikan Islam NAMA PENGARANG : Drs. Muhammad As- said, M.Pd.I TAHUN TERBIT : 2011 KOTA TERBIT : Yogyakarta

Transcript of LSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

LSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

A.    IDENTITAS

BUKU

JUDUL

BUKU            

          :

Filsafat

Pendidikan

Islam

NAMA

PENGARANG       

  : Drs.

Muhammad As-

said, M.Pd.I

TAHUN

TERBIT          

         : 2011

KOTA

TERBIT          

            :

Yogyakarta

PENERBIT        

                    

: Mitra Pustaka

B.     PROBLEMATIKA

1.      Bagaimana

objek material

dan objek

formal

filsafat?

2.      Bagaimana

peranan

filsafat

pendidikan

Islam dalam

pendidikan?

3.      Bagaimanakahcara membentuk kepribadian islam?

4.      Apa faktor

penyebab

kemunduran ilmu

pengetahuan dan

pemikiran Islam

pada abad XIII-

XVIII?

5.      Bagaimana

aliran filsafat

pendidikan

dapat menopang

ilmu

pengetahuan?

6.      Hal apa saja

yang

menyebabkan

kemunduran

dunia

pengetahuan

umat Islam ?

C.    SUBSTANSI

BAB I

ARTI, DASAR DAN

TUJUAN FILSAFAT

PENDIDIKAN

ISLAM SERTA

METODE

PEMBELAJARANNYA

A. Arti

Filsafat

Pendidikan

Islam

1. Pengertian

Filsafat

    Pengertian

filsafat

menurut aslinya

adalah “cinta

terhadap

kebijaksanaan

“. Filsafat

berarti ilmu

yang paling

umum yang

nengandung

usaha mencari

kebijaksanaan

dan cinta

kebijaksanaan.

Para filosof

Islam

mengemukakan

perkataan

“hikmah “ untuk

“ kebijaksanaan

“ atau sophia .

Hikmah yaitu

mengetahui

pelaksanaan

pengetahuan dan

dapat

melaksanakannya

.

   Prof.Dr.

Omar Mohammad

Al Toumy Al

Syaibani

mengemukakan

lima unsur dari

hikmah yaitu :

universal,

pandangan yang

luas, cerdik,

pandangan

secara merenung

dan mengetahui

pelaksanaan

pengetahuan itu

atau

pengetahuan

yang disertai

dengan tindakan

yang baik.

2. Objek

Materia dan

Objek Forma

Filsafat

Menurut

Muhammad Nor

Syam mengenai

objek material

dan forma

filsafat, yaitu

sebagai

berikut:

1. Objek

materia :

sebagai sesuatu

yang ada dan

mungkin

ada,baik

material

konkrit, phisis

maupun  yang

non material

abstrak,

psikis.

2. Objek

forma :menyelid

iki segala

sesuatu itu

guna mengerti

hakikatnya

sedalam-

dalamnya.

3.

Filsafat

Pendidikan

   Salah satu

permasalahan

filsafat dan

pendidikan

adalah

mengenai  arti

dan tujuan

manusia, yakni

arti dan tujuan

kehidupan

manusia. Setiap

filsafat

mengenai

kehidupan,

sepanjang

tujuan akhir

kehidupan

manusia,

tentunya

mempunyai

implikasi  atau

akibat dan

memberikan

landasan bagi

suatu filsafat

pendidikan .

Jadi dapat

dijelaskan ,

bahwa hakikat

pendidikan

merupakan

pemikiran yang

berlandaskan

pada filsafat

pemdidikan.

Atau seperti

yang

dikemukakan

oleh Ahmad

D.Marimba :

“Filsafat

pendidikan

merupakan sutu

pemikiran

mendalam yang

sistematis

tentang masalah

pendidikan”.

4. Fungsi

Filsafat

Pendidikan

a. sebagai

kerangka atau

landasan dasr

bagi pendidikan

( teoritis)

b. sebagai

penunjang bagi

pemecahan

berbagai

problematika

dalam

pendidikan

( praktis)

B. Dasar dan

Tujuan Filsafat

Pendidikan

Islam

1. Dasar

Filsafat

Pendidikan

Islam

   Dasar

filsafat

pendidikan

islam

diperlukan

untuk

memperoleh

siknifikasi

atau

kepentingan

sekaligus

menuju

tercapainya

tujuan-tujuan

yang

islami.jelas

tidak sama

dengan ajaran

islam mengacu

pada sumber-

sumber yang

khas islami

yaitu:

  Al-qur’an dan

Sunnah Nabi

  Qiyas syar’i

  Ijma’ yang sah

  Ijtihad dan

tafsir yang

benar

2.      Tujuan

Filsafat

Pendidikan

islam

           

Dapat

dijelaskan

bahwa filsafat

pendidikan

islam mengacu

pada landasan

pendidikan

islam mengacu

pada landasan

pendidikan

islam mengacu

pada landasan

pendidikan

islam di

samping

penjelasan –

penjelasan dan

membantu

menjelaskan

berbagai

masalah

pendidikan .Beg

itu juga untuk

memperbaiki

pembaharuan

pelaksanaan

pendidikan

serta prinsip

dan metode

mengajar yang

mencakup

evaluasi ,bimbi

ngan dan

penyuluhan.

3.      Pendidikan

Islam

           

Pendidikan

islam adalah 

pendidikan

islami,pendidik

an yang

mempunyai

karakteristik

dan sifat

islaman yakni

pendidikan yang

didirikan dan

dikembangkan di

atas dasar

ajaran

islam.Peradaban

islam itu

sendiri harus

bertumpu pada

kebenaran dan

keadilan,yang

berlawanan

dengan

kebatilan dan

kedzaliman,

sehingga tidak

mungkin terjadi

eksploitasi

manusia

terhadap

manusia.

           

Pendidikan

dalam

pengertian

Islam tidak

mungkin

dipahami secara

sempit, yang

hanya diartikan

pemindahan

pengetahuan

dari satu

generasi kepada

generasi

berikutnya.

4.      Filsafat

Pendidikan

Islam

a. Pemikiran-

pemikiran yang

dijadikan

landasan atau

asas

pendidikan,

berdasarkan

norma-norma

Islam menuju

terbentuknya

kepribadian

Islami

b. Pemikiran-

pemikiran yang

diperlukan guna

memberikan

penjelasan-

penjelasan

untuk membantu

memecahkan

masalah dalam

pendidikan

Islam.

c. Perenungan-

perenungan

mengenai apa

sesungguhnya

pendidikan

Islam .

5.      Metode-

Metode Yang

Dipergunakan

a.Metode

Historis, yaitu

cara

mempelajari

filsafat dengan

sejarah

perkembangannya

.

b. Metode

Sistematis,

yaitu dengan

cara

memperhatikan

isi .

BAB II

PERANAN

FILSAFAT

PENDIDIKAN

ISLAM

DALAM

PENDIDIKAN DAN

KEISTIMEWAANNYA

A.    Peranan

Filsafat

Pendidikan

Islam

           

Peranan

filsafat dalam

pengembanagn

ilmu

pengetahuan

jelas bahwa

filsafat

merupakan

kerangka dasar

bagi segala

ilmu

pengetahuan.

           

Filsafat

pendidikan

merupakan dasar

ilmu yang

memberikan

jawaban

terhadap

berbagai

pertanyaan yang

timbul dalam

lapangan

pendidikan.

Filsafat

Pendidikan

Islam sebagai

bagian atau sub

dari suatu

sistem yang

bulat dan

terpadu apakah

dari sistem

pendiddikan

Islam, ataukah

dari Filsafat

Islam, sudah

tentu memegang

dan berperanan

pada sistem

dimana Filsafat

Pendidikan

Islam menjadi

komponen atau

bagiannya.

           

Filsafat

pendidikan

Islam mempunyai

peranan dalam

mengembangkan

pengetahuan

atau ilmu yang

menjadi

induknya itu.

Karena filsafat

pendidikan

Islam merupakan

bagian dari

filsafat Islam,

maka ia

berperan untuk

memperkaya

filsafat Islam

dengan konsep-

konsep

pandangan

filosofis dalam

bidang

pendidikan,

khususnya dalam

bidang

kependidikan

Islam.

           

Jadi, peranan

filsafat

pendidikan

Islam mengacu

pada:

-          Arah

pengembangan

konsep-konsep

filosofis dari

pendidikan

Islam, yang

secara pasti

akan

menghasilkan

teori-teori

baru dalam ilmu

pendidikan

Islam.

-          Ke arah

perbaikan dan

pembahasan

kembali

terhadap

pelaksanaan

pendidikan

Islam yang ada.

B.     Keistimewaan

Filsafat

Pendidikan

Islam

           

Filsafat

Pendidikan

Islam mempunyai

berbagai

keistimewaan

yang amat

esensial. Kalau

filsafat

berusaha

mengkaji

pangkal segala

hal sampai ke

ujungnya,

begitu juga

mengkaji

hubungan dan

kaitan antara

manusia dan

pencipta jagat

raya, maka

filsafat

Alqur’an

meliputi semua

itu secara

meyakinkan.

Jikalau

pendidikan

berusaha

melihat

individu dan

pertumbuhannya

pada manusia

ini saja, maka

Alqur’an

menyajikan

konsepsi

pendidikan bagi

makhluk

seluruhnya

termasuk

manusia.

Alqur’an

menyebutkan

tentang

tumbuhnya

makhluk denagn

manusia, dan

juga tentang

sifat-sifat

manusia.

           

Filsafat

Pendidikan yang

disandarkan

pada Alqur’an

bersifat

menyeluruh dan

terpadu

sebagaimana ia

juga mengandung

prinsip-prinsip

berikut:

1.      Berdasarkan

paham ketuhanan

      Filsafat

Pendidikan

Islam bersumber

dari wahyu

Tuhan, hali ini

berarti bahwa

pendidikan

Islam tujuan

akhirnya adalah

terpeliharanya

hubungan antara

hamba dengan

Tuhan secara

baik, tujuan

kehidupan

manusia tidak

lain adalah

menuju ridho

Ilahi.

2.      Berwawasan

luas, lengkap,

dan sempurna

      Filsafat

Pendidikan

Islam,

pembahasannya

luas sekali,

meliputi semua

aspek

kehidupan,

sejarah, kurun

waktu dan alam

semesta.

Filsafat

pendidikan yang

bersumber dari

Alqur’an

meneropong

semua aspek

yang ada pada

manusia sebagai

makhluk lain

yang diciptakan

Khaliqnya.

3.      Bersifat

harmonis

(berkesinambung

an)

      Filsafat

Pendidikan

Islam

memberikan

segala sesuatu

yang harmonis

bagi kehidupan

manusia; adanya

keseimbangan

jasmani dan

roahni,

material dan

spiritual,

individu dan

masyarakat,

antara

kemantapan dan

gerak

perubahan.

      Dapat

dikatakan bahwa

Filsafat

Pendidikan

Islam menurut

Alqur’an

berkesinambunga

n, lurus,

bersikap adil

terhadap semua

sudut yang

paling

menunjang,

sehingga

manusia dapat

hidup sesuia

dengan

fitrahnya,

dimana tidak

menonjolkan

salah satu

aspek secara

menyolok dengan

mengorbankan

aspek lainnya.

4.      Mapan serta

menerima

inovasi

      Mapan

disini

diartikan

sebagai sifat-

sifat, kaidah

pokok yang

kekal tidak

berubah, tetapi

dalam kerangka

umum ia juga

dapat menerima

inovasi atau

pembaharuan

yang sesuai

dengan situasi

dan kondisi

yang ada dalam

masyarakat.

5.      Terbuka bagi

segala

pengalaman

manusia yang

baik

      Filsafat

Pendidikan

Islam haruslah

bersifat

terbuka

terhadap segala

pengalamn

kemanusiaan

yang baik,

sebab hikmah

itu merupakan

barang yang

hilang dari

tangan orang

Mukmin, dan ia

akan

mengambilnya

dimana benda

itu ditemukan

kembali.

6.      Pemikirannya

lurus dan

hasilnya

terukur dan

manfaatnya

dapat dirasakan

dalam hidup dan

kehidupan.

C.    Manfaat

Mempelajari

Filsafat dan

Filsafat

Pendidikan

1.      Manfaat

mempelajari

Filsafat

a.       Hidup dan

kehidupan

selalu

bergerak, baik

kearah positif

maupun negatif,

dan selalu

menyeret

manusia.

b.      Tiap pribadi

punya pandangan

hidup atau

filsafat hidup

sendiri yang

menentukan

perilakunya.

c.       Setiap

individu punya

hak kebebasan

untuk

menentukan

pandangan hidup

yang ia pilih.

d.      Perlu

memahami

tentang

filsafat,

bagaimanapun

tingkat

kemampuan yang

ada.

2.      Manfaat

mempelajari

Filsafat

Pendidikan

a.       Memberi

kesempatan

untuk melatih

diri mengadakan

perenungan

mendalam.

b.      Terbuka

untuk memahami

secara mendalam

terhadap

problema

essensial.

c.       Melatih

berpikir kritis

dan reflektif

dalam

penyelesaian

berbagai

problema hidup

terutama

problem

pendidikan.

d.      Selalu

berusaha

meninjau

kembali

pandangan

dasar-dasar

pendidikan yang

selama ini

dianggap benar

dengan

kenyataan baru

yang berbeda

dan mungkin

bertolak

belakang.

e.       Adanya

kenyataan

terdapat

keragaman

banyaknya

aliran filsafat

pendidikan,

dalam

pengertian

berapa

banyaknya

pandangan

tentang dasar-

dasar dan

tujuan

pendidikan.

BAB III

KEPRIBADIAN

ISLAM DAN CARA

– CARA

PEMBENTUKANNYA

A.           

Pengertian

“Kepribadian”

    

Kepribadian

berasal dari

kata “pribadi”

yang berarti

diri sendiri,

atau

perseorangan.

Sedangkan dalam

bahasa inggris

digunakan

istilah

personality,

yang berarti

kumpulan

kualitas

jasmani,

rohani, dan

susila yang

membedakan

seseorang

dengan orang

lain.

B.           

Kepribadian

Islam

     Seseorang

yang islam

disebut muslim.

Seorang muslim

adalah orang

atau seseorang

yang

menyerahkan

dirinya secara

sungguh –

sungguh kepada

Allah. Jadi,

dapat

dijelaskan

bahwa “wujud

pribadi muslim”

itu adalah

manusia yang

mengabdikan

dirinya kepada

Allah, tunduk

dan patuh serta

ikhlas dalam

amal

perbuatannya,

karena iman

kepada-Nya.

Pola sesorang

yang beriman

kepada Tuhan,

selain berbuat

kebajikan yang

diperintahkan

adalah

membentuk

keselarasan dan

keterpaduan

antara faktor 

iman, islam dan

ikhsan.

C.           

Pendidikan dan

Pencapaian

Tujuan

Pendidikan

Islam

     Pendidikan

secara umum

dapat

dirumuskan

sebagai

pemberian upaya

bimbingan, agar

anak berkembang

semaksimal

mungkindalam

aspek

kehidupan.

Seperti: fisik,

mental, atau

agama,

internasional,

sosial,

kesenian,

ekonomi,

politik,

intelektual,

budaya, dan

nasional.

Dengan demkian

pendidikan

mempunyai dasar

yang berkaitan

dengan

kepribadian

manusia.

     Jadi

pengembgan

aspek itu harus

ditata secara

harmonis,

artinya: harus

diperhatikan

dahulu nilai

dari masing –

masing aspek,

sesuai dengan

bakat dan

keadaan anak.

Akan tetapi

juga harus

disadari, bahwa

meskipun

bagaimana kita

mengusahakan

setiap aspek

dapat

berkembang

secara optimal

dan tidak bisa

dilaksanakan

secara serentak

dan sempurna.

Dalam hal ini,

upaya

pendidikan

agama dan

susila inilah

terletak harga

– harga atau

harkat manusia

yang hakiki,

karena setiap

manusia

mempunyai hak

dan kesempatan

yang sama,

yidak ada

diskriminasi

antara yang

bsatudengan

yang

lainnya.    Dan

hakikat tujuan

hidup manusia

adalah

mengabdika

dirinya kepada

Tuhan, dengan

penyerahan

mutlak.

D.           

Setrategi

Pembentukan

Kepribadian

Islam

Cara membentuk

kepribadian

islam diambil

langkah yang

bijaksana.

Ada  3 tahapan

dalam kebijakan

yang diambil,

antara lain:

      Pembinaan

kader pendidik

      Praktek

lapangan

      Pencapaian

tujuan

Adapun selain

langkah –

langkah di

atas, maka

setrategi

pembentukan

kepribadian

islam disusun

dalam langkah

berikut,

a.    Penerus

tugas

membimbing umat

setelah

meninggalnya

Rasulullah

diteruskan oleh

pengikut

sahabat yang

diterima oleh

pewaris para

Nabi.

b.   Para

pendidik sudah

menghadapi tiga

bidang tugas

pendidikan

sekaligus,yaitu

pendidikan

keluarga,

pendidikan

lewat media

pendidikan

formal, dan

pendidikan

lingkungan

masyarakat.

BAB IV

PERGOLAKAN

, PERKEMBANGAN

DAN PEMBAHARUAN

PEMIKIRAN DALAM

FILSAFAT

PENDIDIKAN

ISLAM

A.    Pergolakan

dan

Perkembangan

Pemikiran/Filsa

fat Pendidikan

Islam

Dalam

perkembangan

filsafat Islam

yang bercorak

tradisional,

dikenal

periode-periode

Mutakallimin

(700-900),

periode

filsafat Islam

(850-1200).

Masing-masing

periode ini

mempunyai

karakteristikny

a sendiri. Pada

periode

Mutakallimi,

pemikirannya

didasarkan bagi

kepentingan

pembahasan

teologis

(aslinya dalam

ilmu keislaman:

“Tauhid” yang

berarti

pengetahuan

yentang hakikat

dan kebenaran

ruhaniah,

kemudian

dibatasi hanya

pada ilmu

dialektika

(Ilmu Kalam).

1.      Periode

Mutakallimin

(700-900)

Munculnya

aliran-aliran

Ilmu Kalam,

diakibatkan

oleh peraturan

politik yang

runyam dalam

Islam, yaitu

pertentangan

yang diiringi

dengan

peperangan

antara Khalifah

Ali dengan

Mu’awiyah Ibn

Abi Sofyan.

Pengikut yang

setia kepada

Ali disebut

“Syi’ah”,

sedangkan

golongan yang

meninggakan Ali

disebut

“Khawarij”.

Tetapi masing-

masing aliran

tersebut

mempunyai

ajaran-ajaran

tersendiri.

Dalam masa yang

penuh gejolak

pergolakan

ini,muncul lagi

aliran lain

yaitu,aliran

“Murji’ah”,

yang mempunyai

pendapat adanya

takdir yang

berdiri di

belakang

kekejaman

Khalifah

Umayyah,

membunuh orang

misalnya, maka

aliran

Qadariyah

antithesanya,

Qadariyah

membatasi qadar

tersebut,

seperti Tuhan

Maha Adil

(Tuhan

menghukum yang

bersalah dan

member pahala

terhadap orang

yang berbuat

kebajikan,

paham tersebut

mempunyai

dampak positif

dalam

pendidikan,

sebab akan

mendorong

manusia menjadi

aktif

menggeluti

permasalahan

hidupnya.

          

Bertolak

belakang dengan

paham Qadariyah

adalah pendapat

Jabariyah.

Menurutnya,

manusia adalah

“Majbur” dalam

perbuatannya,

segala gerak-

gerik manusia

merupakan

paksaan Tuhan,

tidak ada

sedikitpun

kekuasaan

manusia dalam

hal itu.

Pandangan

tersebut

mengundang

implikasi yang

negative

terhadap

pendidikan,

yaitu

menjadikan

manusia pasif,

senantiasa

tidak akan

berusaha

memecahkan

berbagai

problema hidup.

          

Berlainan

dengan semua

aliran

tersebut, yang

lahir karena

pergolakan

politik, maka

sebagian orang

berpendapat

bahwa aliran

Mutakallimin

yang pertama

lahir dalam

Islam adalah

Muktazilah yang

diakui sebagai

ideology Negara

(Mazhat resmi).

2.      Periode

Filsafat Islam

Periode

ini merupakan

masa-masa

keemasan bagi

kemajuan ilmu

pengetahuan dan

pemikiran

Islam. Bagi

filosof Islam,

di sampng

keyakinan

agama, Akal

adalah alat

yang daoat

digunakan untuk

mencari

kebenaran. Bagi

mereka tujuan

pendidikan

adalah

mengembangkan

daya rasional

ini secra

maksimal. Pada

periode ini,

pergolakan

pemikiran dalam

Islam terus

bergejolak,

penetapan dari

fuqaha bahwa

taklif hanya

berlaku pada

yang berakal

sehat saja,

menunjukkan

adanya usaha

pendidikan kea

rah pembentukan

dan

pengembangan

akal pikiran,

mampu

bertanggung

jawab

melaksanakan

hukum itu

3.      Masa-masa

Kemunduran

( abad XIII-

XVIII)

Pada masa

ini, ijtihad

dalam bidang

ilmiah hamper

tidak ditemukan

lagi. Umumnya,

umat Islam

cenderung untuk

bertaklid saja

pada berbagai

pendapat ulama

sebelumnya. Pda

permasalahan

fiqh, mereka

bertaqlid pada

imam-imam

madzhab empat

(Hanafi,

Maliki,

Syafi’I, &

Hanbali), dan

lebih

berorientasikan

pada terikat-

tarikat Sufi

(cenderung pada

kehidupan

rohani atau

lebih

mengutamakan

aspek kehidupan

rohani serta

adanya pendapat

di kalangan

bangsa-bangsa

yang mayoritas

islam yang

tadinya

terjajah di

bawah kekuasaan

kolonialis-

imperalis

Barat, dimana

alam pikiran

mereka telah

diracuni

kepercayaan,

bahwa

perjuangan

politik adalah

tabu bagi

ulama, bagi

seorang Sufi

atau pemimpin

tarekat.

B.     Pembaharuan

Pemikiran /

Filsafat

Pendidikan

Islam

1.      Berorientasi

pada pemikiran

Islam yang

murni

      Mujaddid

yang pertama

dan berhasil

menghidupkan

semangat

berijtihad

dalam pemikiran

keagamaan dalam

Islam adalah

Mohammad Ibn

Abd al-Wahab

(1703-1787),

pendiri gerakan

Wahabi di Saudi

Arabia. Ijtihad

beliau benar-

benar

disandarkan

pada dasar-

dasar Islam

sejati. Sama

sekali tidak

berasal dari

pengaruh 

pemikiran di

luarnya. Hal

ini sesuai

dengan

semboyan:

“Kembali kepada

Al-Qur’an dan

Sunnah Nabi”

2.      Berorientasi

pada

pengembanagn

kehidupan

social dan

pandangan

masyarakat

setempat

      Tokohnya

adalah Sayyid

Jamaluddin al-

Afgani (1838-

1898), seorang

politikus yang

lahir di

Afganistan.

Beliau adalah

mujaddid yang

kedua setelah

Mohammad Ibn

Abd al-Wahab

yang mengadakan

koreksi

terhadap

pemikiran yang

tradisional

ortodoks dalam

Islam, yang

juga merupakan

tokoh yang

menganjurkan

pertama kali

gerakan

pembaharuan

pengetahuan

duniawi

menandngikemaju

an Barat.

Beliau juga

pemimpin Islam

yang pertama

kali

meneriakkan

secara lantang

suara

pembaharuan

pemikiran

keagamaan dalam

segenap aspek

ilmu

pengetahuan,

politik,

ekonomi,

social,

kesenian, dan

kebudayaan

secara

menyeluruh.

      Di Mesir

beliau

mengumandangkan

seruan

pembangunan

pemikiran

keagamaan dan

berpartisipasi

menyebarkan

semangat

kebangunan

bangsa Mesir.

Bersama

muridnya,

Mohammad Abduh

di Paris,

beliau bersama-

sama

menerbitkan

majalah yang

menyuarakan

pembaharuan

pemikiran

Islam:

“Al-‘Urwah al-

Wutsqa”, yang

kemudian

penyebarannya

dilarang di

berbagai negeri

jajahan

Inggris. Buku

beliau yag

terkenal

adalah: Al-

Raddu Ala al-

Dahriyah,

isinya mengecam

paham

materialis

Barat.

3.      Berdasarkan

dan brorientasi

pada Dunia

Barat

      Gerakan

ini di Mesir

dilaksanakan

oleh Mohammad

Ali Pasya di

Turki oleh

gerakan Turki

Muda dipimpin

oleh Mustafa

Kemal Atturk,

yang merupakan

tokoh

revolusioner,

masa mudanya ia

mempelajari

ajaran-ajaran

Dhiya Cuk Elp

atau Gea Gokalp

(1875-1924)

tokoh

Nasionalis

Turki. Elp

berusaha

mendirikan

organisasi

berdasarkan

nasionalisme

Turki, dimana

Islam tidak

menjadi factor

yang penting .

     

Pendidikan

agama

dilarangnya,

pusat-pusat

kegiatan

pendidikan

islam ditutup,

dilarangnya

memakai hijab,

diperintahkanny

a supaya wanita

tidak memakai

cadar, dan ko-

edukasi dalam

pendidikan.

Penggunaan

huruf Arab

digantinya

dengan huruf

latin. Seperti

inilah

pembaharuan

pemikiran yang

dilaksanakan

oleh Mustafa

Kemal Attaturk.

Pemikiran yang

jelas-jelas

banyak

pertentangan

dengan

pemikiran

Islami. Mustafa

Kemal mengganti

Islam dengan

agama yang

dianut bangsa

Turki dengan

“Tuhan Baru”

yakni peradaban

Barat. Kata

“Peradaban” ini

selalu

disebarkannya

ke seantero

Turki, dengan

semangat dan

keyakinan yang

penuh.

Sayangnya,

pembaharuan

yang

dicanangkannya

itu, tidak lain

adalah “Upaya”

atau “proses”

penerapan

kultur Barat

terhadap bangsa

Turki, seperti

yang dikenal

dengan istilah

“Westernisasi”,

menurut

pendapatnya

Islam merupakan

biang keladi

kehancuran

Turki di masa

lampau, yang

telah bersalah

terhadap Turki.

Begitu bangga

dengan

peradaban

Barat, sehingga

dia

menganjurkan

rakyatnya :

“Kita harus

memakai pakaian

bangsa-bangsa

maju yang

beradab, kita

buktikan kepada

dunia bahwa

kita adalah

suatu bangsa

yang besar dan

maju. Kita

ingin maju

mengikuti topan

dan aliran

masa”.

BAB V

ALIRAN-ALIRAN

FILSAFAT

PENDIDIKAN

1.      Aliran

Essensialisme

Brucher

menegaskan,

bahwa jiwa dari

Filsafat

Pendidikan

adalah

Essensialisme,

dapat

ditelusuri dari

Essensialisme

itu sendiri.

Essensialisme

memandang bahwa

pendidikan

harus berpijak

pada nilai-

nilai yang

memiliki

kejelasan dan

tahan lama,

yang memberikan

kestabilan dan

nilai-nilai

terpilih yang

mempunyai tata

yang jelas.

Seorang anak

harus

mempelajari

nilai-nilai

itu. Dalam

kurikulum

tradisional

nilai-nilai

pokok

pendidikan

dapat ditemukan

dalam mata

pelajaran

kesusateraan,

matematika,

agama, sejarah,

eksakta, dan

lainnya, yang

kesemuanya

bersifat

universal,

sehingga bebas

dari ikatan

temporal dan

teritorial,

tidak ada

alasan untuk

tidak

dikembangkan

dalam

pendidikan atau

dalam

pengembangan

kurikulum masa

kini.

Memperhatikan

semua penegasan

tersebut ada

kecenderungan

bahwa kurikulum

yang

dikembangkan

oleh aliran

Essensialisme

adalah

kurikulum yang

bersifat

akademis

(Academic

Curriculum).

Namun bagi

kebanyakan

tokoh

Essensialisme,

nilai-nilai

pokok dalam

pendidikan yang

sebenarnya ada

dalam Agama.

2.      Aliran

Perennialisme

Perenniali

sme adalah

aliran filsafat

yang berpegang

pada nilai-

nilai dan/atau

norma-norma

yang bersifat

kekal. Sehingga

dari

pengertian,

menurut

pendapat

Hamdani Ali

dalam bukunya

Filsafat

Pendidikan,

aliran

Perennialisme

sebagai

pendukung dari

aliran

Essensialisme.

Perennialisme

memandang

penting peranan

pendidikan,

dalam proses

mengembalikan

keadaan manusia

zaman modern

ini ke dalam

kehidupan masa

lampau

tersebut.

Bukanlah untuk

nostalgia,

melainkan sikap

yang sifatnya

positif,

melainkan

membanggakan

kesuksesan dan

memulihkan

kepercayaan

pada nilai-

nilai asasi

abad silam,

yang sangat

diperlukan bagi

kehidupan abad

modern. Menurut

Perennialisme

bahwa mencari

dan menemukan

arah tujuan

yang jelas

merupakan tugas

yang utama dari

filsafat,

khususnya

filsafat

pendidikan.

Sebuah

kebijakan yang

sangat menarik

dalam

pengembangan

kurikulum di

St. John’s

College, dalam

pembelajaran

eksakta ia

terjun langsung

dalam kegiatan

eksperimen

(percobaan),

sebagaimana

dahulu para

intelektual

agung lakukan,

seperti,

Galileo,

Kepler, Boyl,

dan lain-lain.

Mereka akan

menyerap

langsung

kejeniusan para

tokoh

intelektual

dunia yang

jenius itu,

lewat

berhubungan

langsung dengan

karya-karya

mereka. Cara

berhubungan

demikian, dapat

melatih para

mahasiswa untuk

berpikir besar

seperti tokoh-

tokoh

intelektual

itu.

3.      Aliran

Progressivisme

Menurut

Brubacher,

kemajuan atau

Progressive

merupakan

sesuatu yang

bersifat

alamiah, dan

berarti

perubahan.

Perubahan

memberi arti

sesuatu yang

baru. Sesuatu

yang baru harus

benar-benar

berupa

kenyataan dan

bukan sekedar

pemahaman

terhadap

realita yang

sesungguhnya,

sebelumnya

memang sudah

memang sudah

demikian.

Dalam

pengembangan

kurikulum,

aliran

Progressivisme

lebih

memperhatikan

peserta didik

sebagai subjek

pendidikan,

sehingga

bersifat

fleksibel dan

humanistic yang

juga mudah

menyesuaikan

dengan

teknologi yang

berkembang

pesat.

4.      Aliran

Rekonstruksioni

sme

Rekonstruk

sionisme ingin

merombak tata

susunan lama

dan membangun

tata susunan

hidup

kebudayaann

yang sama

sekali baru,

melalui lembaga

dan proses

pendidikan. Ada

sedikit

kesulitan

barang kali,

untuk

mengetahui

pengembangan

kurikulum dari

aliran

Rekonstruksioni

sme. Satu hal

yang jelas,

mereka mengarah

pada kurikulum

teknologis,

tetapi aspek

humanistik

nempaknya

didasarkan pada

ajaran Kristen

dan mengearah

pada penekanan

teknologi dan

seni modern.

Mungkin

perpaduan

antara

akademik,

humanisme, dan

teknologi.

BAB VI

PROBLEMATI

KA PENGEMBANGAN

PEMIKIRAN

PENDIDIKAN

ISLAM

A.    Istilah Dan

Konsep

Pendidikan

Islam

           

Dunia

pendidikan

Islam

mengetengahkan

berbagai

istilah yang

dipergunakan

untuk

pengertian

pendidkan dan

pengajaran.Maks

um Muhtar dalam

bukunya

Madrasah,sejarah

dan

perkembangannya 

  membahas

pendapat dan

perbedaan

pendapat di

kalangan pakar

pendidikan

Islam dalam

penggunaan kata

yang tepat dan

mewakili makna

pendidikan

Islam. Alasan

yang digunakan

untuk

penggunaan

istilah atau

term tarbiyah ,

didasarkan pada

kenyataan bahwa

Al-Qur’an dan

al-Hadist, 

menggunakan

juga berbagai

derivasi yang

dapat dikaitkan

dengan kata 

tarbiyah.

           

Muhammad al-

Naquib Al-Attas

menegaskan

bahwa

penggunaan

kata  tarbiyah

dan berbagai

bentuk

derivasinya

yang meluber ke

berbagai

spesies

tersebut tidak

cocok digunakan

untuk makna

pendidikan

Islam.

Menurutnya

“pendidikan 

dalam arti

Islam adalah

sesuatu yang 

khusus hanya

untuk manusia “

.Syed Muhammad

Al-Naquib Al-

Attas secara

kritis melihat

bahwa

penggunaan

istilah tarbiyah

untuk pemaknaan

pendidikan

Islam merupakan

suatu pemahaman

yang gegabah

dan terlalu

dipaksakan.

Pengertian yang

terkandung

dalam istilah

itu tidak

mewakili

hakikat dan

proses

pendidikan

Islam yang

sepenuhnya.

Karena itu

menurut

keyakinannya

istilah

tarbiyah   tidak

tepat digunakan

untuk

megartikan

pendidikan

Islam.

           

Penggunaan

istilah “

rabbani “dalam

Al-Qur’an yang

berhubungan

dengan

keilmuan, maka

Syed Muhammad

al-Naquib

memberikan

penjelasan

bahwa

konotasinya

cenderung

kepada

pemilikan

pengetahuan

bukan proses

penamaan

pengetahuan.

Istilah lain

yang digunakan

untuk

menunjukkan

aktivitas

pendidikan

Islam adalah

ta’lim . Dalam

sejarah

pendidikan

Islam , term

al-mu’allim

telah digunakan

untuk istilah

pendidik pada

jenjang

tertentu.

Cakupan yang

terkandung

dalam istilah

ta’lim lebih

luas dari yang

tercakup dalam

tarbiyah , yang 

terbatas  pada

pendidikan dan

pengajaran pada

masa awal atau

masa bayi.

Istilah ta’lim

diartikan

sebagi proses

menanam

pengetahuan ,

pemahaman,

pengertian

tanggung jawab

dan amanah.

           

Syed Muhammad 

Al-Naquib

menyatakn bahwa

istilah ta’lim

lebih cenderung

pada aktivitas

pengajaran,

bahkan lebih

jauh

dikatakannya

bahwa aspek

kognitif yang

dijangkaunya

tidak

memberikan

posisi

pengenalan

secara mendasar

atau tahqiq.

Pengenalan dan

pengakuan ,

yang secara 

berangsur-

angsur

ditanamkan di

dalam manusia

tentang tempat-

tempat yang

tepat dari

segala sesuatu

di dalam

tatanan

penciptaan

sedemikian

rupa, sehingga

membimbing ke

arah pengenalan

dan pengakuan

tempat Tuhan

yang tepat di

dalam tatanan

wujud dan

keperiadaan.

Definisi di

atas , menjadi

lebih ringkas

manakala Al-

Attas

menghubungkan 

“tatanan dan

kebijakan ilahi

“ dengan konsep

kunci yang

dikemukakannya

dengan istilah

adab , yang

mengenalkan

dirinya

sebagai 

“sesuatu “di

dalam ilmu,

yang merupakan

pengetahuan

yang didambakan

untuk dicapai

dalam tujuan

pendidikan.

           

Pendidikan

Islam adalah

proses yang

mengarahkan

manusia kepada

kehidupan yang

baik dan yang

menyangkut

derajat

kemanusiaannya

sesuai dengan

kemamapuan

dasar ( fitrah)

dan kemampuan

ajarannya

(pengaruh dari

luar ). Seorang

pendidik tidak

dituntut untuk

mencetak anak

didiknya

menjadi orang

ini dan orang

itu, tetapi

cukup dengan

menumbuhkan dan

mengembangkan

potensi

dasarnya serta

kecenderunganny

a terhadap

sesuatu yang

diminati sesuai

dengan

kemampuan dan

bakat yang

tersedia.

B.    

Karakteristik

dan Prinsip-

Prinsip

Pendidikan

Islam

1.

Karakteristik

Pendidikan

Islam

        

Masyarakat

muslim hidup

dan

kehidupannya

terkait dengan

aqidah dan

kebudayaan

sendiri yang

khas. Dengan

demikian, maka

konsep dasar

pendidikan

Islam pun mesti

bertumpu pada

unsur-unsur

utama yang

menjadi

landasan yang

paling

fundamental,

yaitu aqidah

tauhid.

Keterkaitan

pendidikan

Islam dengan

ajaran Tauhid,

adalah karena

sejatinya

ajaran tauhid

dibangun di

atas fitrah

kejadian

manusia

sendiri.

Keterkaitan

lainnya adalh

pemahaman yang

didasarkan pada

dokumen

sejarah, dimana

momen kehadiran

Islam itu

sendiri yang

berhadapan

dengan

kenyataan

sosial yang

menistakan

martabat

manusia dan

peradaban yang

jauh atau

bertolak

belakang dengan

ajaran Tauhid.

Karakteristik

pendidikan

Islam pada

dasarnya

mewujudkan

ajaran-ajaran

Islam yang

relevan dalam

sebuah

paradigma yang

dapat dibedakan

dengan

karakteristik

pendidikan

selain Islam.

Prinsip-Prinsip

pendidikan

Islam sebagai

berikut :

a.       Pendidikan

Islam

didasarkan pada

pengembangan

aqidah tauhid

b.      Pendidikan

Islam adalah

pendidikan

manusia

seutuhnya

c.       Pendidikan

Islam membangun

aktivitas kerja

d.      Pendidikan

Islam merupakan

pendidikan yang

terbuka

e.       Pendidikan

Islam

melestarikan

dan

mengembangkan

keseimbangan .

C.    Dikotomi

Pendidikan

Islam

Dikotomi

merupakan 

“pemisahan

dalam dua

kelompok yang

tidak sepaham“.

Dikotomi dalam

pendidikan

Islam,

nampaknya

bersumber dari

pandangan

formisme,

artinya segala

aspek kehidupan

dipandang

dengan sangat

dangkal, yaitu

segala sesuatu

hanya dilihat

dari dua sisi

yang berlawanan

dan kata

kuncinya adalah

dikotomi atau

deskrit .

Pandangan

dikotomis dalam

pendidikan

Islam

diperparah lagi

oleh adanya

pengaruh budaya

dan kebijakan

pendidikan

bangsa-bangsa

Barat yang

menjajah negeri

Islam. Upaya

pengembangan

pendidikan

Islam harus

menuju pada

integritas

antara ilmu

agama dan ilmu

umum, sehingga

tidak

melahirkan

jurang pemisah

antara ilmu

agama dan ilmu

bukan agama,

sebab dalam

pandangan

seorang muslim,

ilmu

pengetahuan

adalah satu

yaitu bersumber

dari Allah SWT.

D.    Pendidikan

Islam di Bawah

Bayangan Konsep

Pendidikan

Barat

Hancurnya

peradaban Islam

ditandai dengan

jatuhnya kota

Baghdad ke

tangan tentara

Mongol di bawah

pimpinan Hulagu

Khan pada tahun

656 H / 1258 M.

Ada beberapa

kendala dalam

melaksanakan

ijtihad

tersebut :

1. Pertentangan

antara gerakan

Rasionalis

dengan kalangan

Ortodoks Islam.

2. Timbulnya

kebiasaan

kalangan Sufi

yang berangsur-

angsur

berkembang di

bawah pengaruh

aliran atau

paham di luar

Islam.

3. Ditutupnya

pintu ijtihad

oleh kalangan

fuqaha

Ortodoks,

karena khawatir

akan terjadi 

perpecahan yang

lebih besar

dalam kondisi

keterpurukan

politik negara.

Dampak

yang

mengemukakan

dalam

masyarakat

Islam adalah

pemujaan palsu

pada kejayaan

masa lalu dan

kebangkitan

kembali yang

direkayasa

sedemikian

rupa, sehingga

tidak mungkin

dapat mengobati

keterpurukan

yang makin

menjadi-jadi.

Dampak yang

lebih khusus,

bisa dilihat  

dalam

pengembangan

pendidikan

dalam dunia

Islam, yang

kurang

mengharagai

pengembangan

ilmu-ilmu non

agama, yang

akhirnya

mengakibatkan

dikotomi dalam

pengembanagan

keilmuan Islam.

Kejayaan dunia

Islam yang

ditopang

olehkemajuan

keilmuan dunia

Islam tersebut,

akhirnya

menjadi

terbalik

setelah

terjadinya “

pemalsuan “

terhadap hak-

hak perorangan

untuk

mengembangkan

pemikiran-

pemikiran

bebas. Sikap

mengistimewakan

ilmu-ilmu

agama, bisa

diberi arti

memencilkan

ilmu-ilmu agama

dari ilmu-ilmu

yang lain.

Kenyataan pahit

memang

dirasakan oleh

umat Islam

hampir di

seluruh belahan

dunia. Ada

upaya

pembaharuan

dalam dunia

Islam dengan

tujuan “ Li ‘izzatil

Islam Wal Muslimin

Peradaban

Barat modern

yang begitu

perkasa, angkuh

dan kokoh,

dapat

diibaratkan

sebagai pohon

yang tinggi dan

besar dengan

daun-daun yang

lebat, dengan

akar-akarnya

yang tertancap

denagan kuat

bumi sekarang

ini, membayangi

pohon-pohon

yang lebih

kecil di

bawahnya.

Katakanlah di

antara pohon

yang berada di

bawah

bayangannya

adalah

peradaban Islam

sementara ini.

BAB VII

PENDIDIKAN

ISLAM DAN SUB

SISTEM

PENDIDIKAN

ISLAM

A.    Pendidikan

Islam Sebagai

Sistem

Pendidikan Yang

Integral

           

Pendidikan

Islam sebagai

satu system

pendidikan,

tentu saja

mepunyai

unsure-unsur

atau bagian

atau sub system

yang satu sama

lain

berintegrasi,

dan saling

mendukung untuk

mencapai satu

tujuan yang

sama.

Meskipun sub

system itu

mempunyai

fungsi,

komponen,

prinsip-prinsip

dan mungkin

juga dinamika

serta mekanisme

masing-masing,

satu sama lain

saling

berkaitan

membentuk

keterpaduan

atau satu

totalitas yang

utuh.

           

Sub-sub sistem

pendidikan

Islam,

baikdilihat

dari

pengembangan

ilmu islam

tradisional,

maupun yang

terintegralisas

i dalam

pengembangan

sistem

pendidikan

Islam non-

tradisional dan

seterusnya

dalam hal sama-

sama didasarkan

pada sumber-

sumber ajaran

Islam yang

sejati, yakni

Alqur’an, 

Hadits dan

Ijtihad, pasti

mengarah kepada

keterpaduan

untuk memproses

manusia menjadi

manusia yang

didasarkan pada

ajaran Islam

serta

memberikan

rahmat bagi

semesta alam.

B.     Dasar dan

Tujuan

Pendidikan

Islam

1.      Dasar

Pendidikan

Islam

      Ajaran

Islam merupakan

pengembangan

dari agama atau

ajaran agama

Islam. Sumber

utamanya sama,

yaitu Alqur’an

dan Hadits,

tetapi untuk

ajaran Islam

ada sumber

pengembanagan,

yaitu ra’yu

atau akal

pikiran

manusia.

Alqur’an

merupakan

sumber nilai

yang absolut

atau mutlak,

sehingga secara

esensial tidak

mengalami

perubahan,

walaupun

interpretasinya

mungkin

mengalami

perubahan,

sesuai dengan

konteks zaman,

keadaan dan

tempat.

Hadits

merupakan

sumber kedua

agama dan

ajaran Islam

sesuatu yang

ditulis dalam

Alqur’an,

dijelaskan dan

dirinci lebih

lanjut oleh

Rasulullah

dengan sunnah

beliau, karena

itu, sunnah

Rasul yang

terdapat dalam

Hadits

merupakan

penafsiran

serta

penjelasan

otentik (sah,

dapat dipercaya

sepenuhnya).

Al-Ijtihad

merupakan

sumber ketiga

disebut dengan

istilah Arra’yu

adalah usaha

yang sungguh-

sungguh yang

dilakukan oleh

seseorang atau

beberapa orang

yang mempunyai

ilmu

pengetahuan dan

pengalaman

2.      Tujuan

Pendidikan

Islam

      Setiap

tindakan atau

aktivitas,

sebenarnya

terkait, atau

berorientasi

pada tujuan

atau rencana

yang telah

ditetapkan.

Selanjutnya,

dengan

berorientasi

pada tujuan,

dapat diketahui

bahwa tujuan

dapat berfungsi

sebagai standar

untuk

mengakhiri

usaha, serta

mengarahkan

usaha yang

dilalui dan

merupakan titik

pangkal untuk

mencapai

tujuan-tujuan

lain.

Disamping  itu

tujuan-tujuan

dapat membatasi

ruang gerak

usaha agar

kegiatan dapat

terfokus pada

sesuatu yang

dicita-citakan.

Dalam Al-Qur’an

juga

menjelaskan

tujuan

pendidikan

islam dalam

empat aspek,

yaitu :

1.      Aspek akidah

2.      Aspek

pembersihan

atau pelurusan

tingkah laku

3.      Aspek

penyiapan tata

piker dan

pemberian

pengetahuan

yang islami

4.      Aspek

pemersiapan

keterampilan

kerja

BAB VIII

TOKOH-TOKOH DAN

BEBERAPA

PEMIKIRAN

PEMBAHARUAN

DALAM

PENDIDIKAN

ISLAM

A.    Waliyullah Ad

Dimawi dan

Pemikirannya

Waliyullah

Ad Dimawi

adalah seorang

tokoh yang

sangat

dikagumi,

disebabkan oleh

pemikirannya

yang bersih dan

jernih, bebas

dari pamrih

atau maksud-

maksud

keduniaan

lainnya. Beliau

memelopori

pendobrakan

terhadap alam

pemikiran

taklid dan

fanatisme yang

sudah berakar-

akar kuat di

masyarakat

Islam India

ketika hidup di

masa yang penuh

kezaliman, di

bawah penguasa

Mughal.

Beberapa aspek

pemikiran

Waliyullah Ad

Dimawi meliputi

beberapa bidang

diantaranya

bidang politik

dan

intelektual.

1.      Bidang

politik

Beliau bersikap

non koperatif,

artinya beliau

tidak mau

bekerjasama

dengan pihak

penjajah.

Beliau

menghendaki

perombakan

mental di

kalangan umat

Islam, bersiap

menghadapi

perubahan zaman

baru, yakni

zaman monarki

berganti zaman

kedaulatan

rakyat.

2.      Menafsirkan

Al-Qur’an dan

memelopori

Gerakan Ahlul

Hadits

Waliyullah

menterjemahkan

Al-Qur’an ke

dalam bahasa

Parsi,

sekaligus

dengan tafsir

(komentar)nya.

Beliau juga

memelopori

pembentukan

aliran

pemikiran baru,

yakni “Ahlul

Hadits” , yakni

aliran yang

menolak taklid

kepada fuqoha,

dengan

berpediman

secara langsung

dari Hadits

dalam soal

hukum Islam.

3.      Tentang

Persatuan Umat

Beliau berusaha

mencari sesuatu

kesatuan paham

yang dapat

mempersatukan

umat Islam

seperti yang

dikehendaki

oleh Rasulullah

SAW. Yaitu

suatu badan

yang anggota-

anggotanya

kompak saling

menguatkan,

yang diilhami

oleh gagasan

kerohanian.

4.      Islam

sebagai Gerakan

Sosial

Ia membangun

konsepsinya

tentang Islam

atas sendi

cita-cita utam,

bukan atas

dasar

keuntungan

pribadi. Dalam

berbagai

tulisannya,

Islam menjadi

gerakan sosial

dan agama yang

timbul dari

hajat manusia

yang wajar.

B.     Sir Sayid

Ahmad Khan

Pendiri Aligarh

University

Sayid Ahmad

Khan lahir di

Kota Delhi pada

tanggal 17

Oktober 1817,

dibesarkan di

lingkungan

keluarga yang

berpakaian maju

dan punya latar

belakang

pendidikan

agama yang

baik. Ada

keterangan

bahwa beliau

berasal dari

keturunan

Husein cucu

Nabi, melalui

Fatimah dan

Ali.

Gagasan

pemikiran Sayid

Ahmad Khan

terdiri dari

berbagai aspek,

yakni:

a.       Pemikiran

Agama

1)      Teologi :

Sayid Ahmad

Khan percaya

pada kebebasan

dan kemerdekaan

manusia dalam

menentukan

kehendak dan

melakukan

perbuatan (free

will and free

act).

2)       Sumber-

sumber ajaran

Islam:

-          Hadits

yang benar-

benar cocok

dengan Al-

Qur’an

-          Hadits

yang

menjelaskan Al-

Qur’an

-          Hadits

yang berisi

perintah-

perintah yang

tak disebut

dalam Al-Qur’an

b.      Pengembangan

Pendidikan

Menurutnya

pendidikan

adalah satu-

satunya jalan

bagi umat Islam

untuk mencapai

kemajuan.

C.    Iqbal dan

Konsep

Individualitas

Mohammad Iqbal

lahir di

Sialkot,

Punjab, 22

Februari 1873,

dari keluarga

yang nenek

moyangnya

berasal dari

Kasymir.

Setamat dari

sekolah di

Sialkot,

melanjutkan

pelarian ke

Lahore. Oleh

gurunya,

Maulana Mir

Hasan ia

mendapat

dorongan

semangat untuk

maju. Guru

inilah yang

turut membentuk

jiwanya dengan

ajaran-ajaran

agama.