LSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of LSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
LSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A. IDENTITAS
BUKU
JUDUL
BUKU
:
Filsafat
Pendidikan
Islam
NAMA
PENGARANG
: Drs.
Muhammad As-
said, M.Pd.I
TAHUN
TERBIT
: 2011
KOTA
TERBIT
:
Yogyakarta
PENERBIT
: Mitra Pustaka
B. PROBLEMATIKA
1. Bagaimana
objek material
dan objek
formal
filsafat?
2. Bagaimana
peranan
filsafat
pendidikan
Islam dalam
pendidikan?
3. Bagaimanakahcara membentuk kepribadian islam?
4. Apa faktor
penyebab
kemunduran ilmu
pengetahuan dan
pemikiran Islam
pada abad XIII-
XVIII?
5. Bagaimana
aliran filsafat
pendidikan
dapat menopang
ilmu
pengetahuan?
6. Hal apa saja
yang
menyebabkan
kemunduran
dunia
pengetahuan
umat Islam ?
C. SUBSTANSI
BAB I
ARTI, DASAR DAN
TUJUAN FILSAFAT
PENDIDIKAN
ISLAM SERTA
METODE
PEMBELAJARANNYA
A. Arti
Filsafat
Pendidikan
Islam
1. Pengertian
Filsafat
Pengertian
filsafat
menurut aslinya
adalah “cinta
terhadap
kebijaksanaan
“. Filsafat
berarti ilmu
yang paling
umum yang
nengandung
usaha mencari
kebijaksanaan
dan cinta
kebijaksanaan.
Para filosof
Islam
mengemukakan
perkataan
“hikmah “ untuk
“ kebijaksanaan
“ atau sophia .
Hikmah yaitu
mengetahui
pelaksanaan
pengetahuan dan
dapat
melaksanakannya
.
Prof.Dr.
Omar Mohammad
Al Toumy Al
Syaibani
mengemukakan
lima unsur dari
hikmah yaitu :
universal,
pandangan yang
luas, cerdik,
pandangan
secara merenung
dan mengetahui
pelaksanaan
pengetahuan itu
atau
pengetahuan
yang disertai
dengan tindakan
yang baik.
2. Objek
Materia dan
Objek Forma
Filsafat
Menurut
Muhammad Nor
Syam mengenai
objek material
dan forma
filsafat, yaitu
sebagai
berikut:
1. Objek
materia :
sebagai sesuatu
yang ada dan
mungkin
ada,baik
material
konkrit, phisis
maupun yang
non material
abstrak,
psikis.
2. Objek
forma :menyelid
iki segala
sesuatu itu
guna mengerti
hakikatnya
sedalam-
dalamnya.
3.
Filsafat
Pendidikan
Salah satu
permasalahan
filsafat dan
pendidikan
adalah
mengenai arti
dan tujuan
manusia, yakni
arti dan tujuan
kehidupan
manusia. Setiap
filsafat
mengenai
kehidupan,
sepanjang
tujuan akhir
kehidupan
manusia,
tentunya
mempunyai
implikasi atau
akibat dan
memberikan
landasan bagi
suatu filsafat
pendidikan .
Jadi dapat
dijelaskan ,
bahwa hakikat
pendidikan
merupakan
pemikiran yang
berlandaskan
pada filsafat
pemdidikan.
Atau seperti
yang
dikemukakan
oleh Ahmad
D.Marimba :
“Filsafat
pendidikan
merupakan sutu
pemikiran
mendalam yang
sistematis
tentang masalah
pendidikan”.
4. Fungsi
Filsafat
Pendidikan
a. sebagai
kerangka atau
landasan dasr
bagi pendidikan
( teoritis)
b. sebagai
penunjang bagi
pemecahan
berbagai
problematika
dalam
pendidikan
( praktis)
B. Dasar dan
Tujuan Filsafat
Pendidikan
Islam
1. Dasar
Filsafat
Pendidikan
Islam
Dasar
filsafat
pendidikan
islam
diperlukan
untuk
memperoleh
siknifikasi
atau
kepentingan
sekaligus
menuju
tercapainya
tujuan-tujuan
yang
islami.jelas
tidak sama
dengan ajaran
islam mengacu
pada sumber-
sumber yang
khas islami
yaitu:
Al-qur’an dan
Sunnah Nabi
Qiyas syar’i
Ijma’ yang sah
Ijtihad dan
tafsir yang
benar
2. Tujuan
Filsafat
Pendidikan
islam
Dapat
dijelaskan
bahwa filsafat
pendidikan
islam mengacu
pada landasan
pendidikan
islam mengacu
pada landasan
pendidikan
islam mengacu
pada landasan
pendidikan
islam di
samping
penjelasan –
penjelasan dan
membantu
menjelaskan
berbagai
masalah
pendidikan .Beg
itu juga untuk
memperbaiki
pembaharuan
pelaksanaan
pendidikan
serta prinsip
dan metode
mengajar yang
mencakup
evaluasi ,bimbi
ngan dan
penyuluhan.
3. Pendidikan
Islam
Pendidikan
islam adalah
pendidikan
islami,pendidik
an yang
mempunyai
karakteristik
dan sifat
islaman yakni
pendidikan yang
didirikan dan
dikembangkan di
atas dasar
ajaran
islam.Peradaban
islam itu
sendiri harus
bertumpu pada
kebenaran dan
keadilan,yang
berlawanan
dengan
kebatilan dan
kedzaliman,
sehingga tidak
mungkin terjadi
eksploitasi
manusia
terhadap
manusia.
Pendidikan
dalam
pengertian
Islam tidak
mungkin
dipahami secara
sempit, yang
hanya diartikan
pemindahan
pengetahuan
dari satu
generasi kepada
generasi
berikutnya.
4. Filsafat
Pendidikan
Islam
a. Pemikiran-
pemikiran yang
dijadikan
landasan atau
asas
pendidikan,
berdasarkan
norma-norma
Islam menuju
terbentuknya
kepribadian
Islami
b. Pemikiran-
pemikiran yang
diperlukan guna
memberikan
penjelasan-
penjelasan
untuk membantu
memecahkan
masalah dalam
pendidikan
Islam.
c. Perenungan-
perenungan
mengenai apa
sesungguhnya
pendidikan
Islam .
5. Metode-
Metode Yang
Dipergunakan
a.Metode
Historis, yaitu
cara
mempelajari
filsafat dengan
sejarah
perkembangannya
.
b. Metode
Sistematis,
yaitu dengan
cara
memperhatikan
isi .
BAB II
PERANAN
FILSAFAT
PENDIDIKAN
ISLAM
DALAM
PENDIDIKAN DAN
KEISTIMEWAANNYA
A. Peranan
Filsafat
Pendidikan
Islam
Peranan
filsafat dalam
pengembanagn
ilmu
pengetahuan
jelas bahwa
filsafat
merupakan
kerangka dasar
bagi segala
ilmu
pengetahuan.
Filsafat
pendidikan
merupakan dasar
ilmu yang
memberikan
jawaban
terhadap
berbagai
pertanyaan yang
timbul dalam
lapangan
pendidikan.
Filsafat
Pendidikan
Islam sebagai
bagian atau sub
dari suatu
sistem yang
bulat dan
terpadu apakah
dari sistem
pendiddikan
Islam, ataukah
dari Filsafat
Islam, sudah
tentu memegang
dan berperanan
pada sistem
dimana Filsafat
Pendidikan
Islam menjadi
komponen atau
bagiannya.
Filsafat
pendidikan
Islam mempunyai
peranan dalam
mengembangkan
pengetahuan
atau ilmu yang
menjadi
induknya itu.
Karena filsafat
pendidikan
Islam merupakan
bagian dari
filsafat Islam,
maka ia
berperan untuk
memperkaya
filsafat Islam
dengan konsep-
konsep
pandangan
filosofis dalam
bidang
pendidikan,
khususnya dalam
bidang
kependidikan
Islam.
Jadi, peranan
filsafat
pendidikan
Islam mengacu
pada:
- Arah
pengembangan
konsep-konsep
filosofis dari
pendidikan
Islam, yang
secara pasti
akan
menghasilkan
teori-teori
baru dalam ilmu
pendidikan
Islam.
- Ke arah
perbaikan dan
pembahasan
kembali
terhadap
pelaksanaan
pendidikan
Islam yang ada.
B. Keistimewaan
Filsafat
Pendidikan
Islam
Filsafat
Pendidikan
Islam mempunyai
berbagai
keistimewaan
yang amat
esensial. Kalau
filsafat
berusaha
mengkaji
pangkal segala
hal sampai ke
ujungnya,
begitu juga
mengkaji
hubungan dan
kaitan antara
manusia dan
pencipta jagat
raya, maka
filsafat
Alqur’an
meliputi semua
itu secara
meyakinkan.
Jikalau
pendidikan
berusaha
melihat
individu dan
pertumbuhannya
pada manusia
ini saja, maka
Alqur’an
menyajikan
konsepsi
pendidikan bagi
makhluk
seluruhnya
termasuk
manusia.
Alqur’an
menyebutkan
tentang
tumbuhnya
makhluk denagn
manusia, dan
juga tentang
sifat-sifat
manusia.
Filsafat
Pendidikan yang
disandarkan
pada Alqur’an
bersifat
menyeluruh dan
terpadu
sebagaimana ia
juga mengandung
prinsip-prinsip
berikut:
1. Berdasarkan
paham ketuhanan
Filsafat
Pendidikan
Islam bersumber
dari wahyu
Tuhan, hali ini
berarti bahwa
pendidikan
Islam tujuan
akhirnya adalah
terpeliharanya
hubungan antara
hamba dengan
Tuhan secara
baik, tujuan
kehidupan
manusia tidak
lain adalah
menuju ridho
Ilahi.
2. Berwawasan
luas, lengkap,
dan sempurna
Filsafat
Pendidikan
Islam,
pembahasannya
luas sekali,
meliputi semua
aspek
kehidupan,
sejarah, kurun
waktu dan alam
semesta.
Filsafat
pendidikan yang
bersumber dari
Alqur’an
meneropong
semua aspek
yang ada pada
manusia sebagai
makhluk lain
yang diciptakan
Khaliqnya.
3. Bersifat
harmonis
(berkesinambung
an)
Filsafat
Pendidikan
Islam
memberikan
segala sesuatu
yang harmonis
bagi kehidupan
manusia; adanya
keseimbangan
jasmani dan
roahni,
material dan
spiritual,
individu dan
masyarakat,
antara
kemantapan dan
gerak
perubahan.
Dapat
dikatakan bahwa
Filsafat
Pendidikan
Islam menurut
Alqur’an
berkesinambunga
n, lurus,
bersikap adil
terhadap semua
sudut yang
paling
menunjang,
sehingga
manusia dapat
hidup sesuia
dengan
fitrahnya,
dimana tidak
menonjolkan
salah satu
aspek secara
menyolok dengan
mengorbankan
aspek lainnya.
4. Mapan serta
menerima
inovasi
Mapan
disini
diartikan
sebagai sifat-
sifat, kaidah
pokok yang
kekal tidak
berubah, tetapi
dalam kerangka
umum ia juga
dapat menerima
inovasi atau
pembaharuan
yang sesuai
dengan situasi
dan kondisi
yang ada dalam
masyarakat.
5. Terbuka bagi
segala
pengalaman
manusia yang
baik
Filsafat
Pendidikan
Islam haruslah
bersifat
terbuka
terhadap segala
pengalamn
kemanusiaan
yang baik,
sebab hikmah
itu merupakan
barang yang
hilang dari
tangan orang
Mukmin, dan ia
akan
mengambilnya
dimana benda
itu ditemukan
kembali.
6. Pemikirannya
lurus dan
hasilnya
terukur dan
manfaatnya
dapat dirasakan
dalam hidup dan
kehidupan.
C. Manfaat
Mempelajari
Filsafat dan
Filsafat
Pendidikan
1. Manfaat
mempelajari
Filsafat
a. Hidup dan
kehidupan
selalu
bergerak, baik
kearah positif
maupun negatif,
dan selalu
menyeret
manusia.
b. Tiap pribadi
punya pandangan
hidup atau
filsafat hidup
sendiri yang
menentukan
perilakunya.
c. Setiap
individu punya
hak kebebasan
untuk
menentukan
pandangan hidup
yang ia pilih.
d. Perlu
memahami
tentang
filsafat,
bagaimanapun
tingkat
kemampuan yang
ada.
2. Manfaat
mempelajari
Filsafat
Pendidikan
a. Memberi
kesempatan
untuk melatih
diri mengadakan
perenungan
mendalam.
b. Terbuka
untuk memahami
secara mendalam
terhadap
problema
essensial.
c. Melatih
berpikir kritis
dan reflektif
dalam
penyelesaian
berbagai
problema hidup
terutama
problem
pendidikan.
d. Selalu
berusaha
meninjau
kembali
pandangan
dasar-dasar
pendidikan yang
selama ini
dianggap benar
dengan
kenyataan baru
yang berbeda
dan mungkin
bertolak
belakang.
e. Adanya
kenyataan
terdapat
keragaman
banyaknya
aliran filsafat
pendidikan,
dalam
pengertian
berapa
banyaknya
pandangan
tentang dasar-
dasar dan
tujuan
pendidikan.
BAB III
KEPRIBADIAN
ISLAM DAN CARA
– CARA
PEMBENTUKANNYA
A.
Pengertian
“Kepribadian”
Kepribadian
berasal dari
kata “pribadi”
yang berarti
diri sendiri,
atau
perseorangan.
Sedangkan dalam
bahasa inggris
digunakan
istilah
personality,
yang berarti
kumpulan
kualitas
jasmani,
rohani, dan
susila yang
membedakan
seseorang
dengan orang
lain.
B.
Kepribadian
Islam
Seseorang
yang islam
disebut muslim.
Seorang muslim
adalah orang
atau seseorang
yang
menyerahkan
dirinya secara
sungguh –
sungguh kepada
Allah. Jadi,
dapat
dijelaskan
bahwa “wujud
pribadi muslim”
itu adalah
manusia yang
mengabdikan
dirinya kepada
Allah, tunduk
dan patuh serta
ikhlas dalam
amal
perbuatannya,
karena iman
kepada-Nya.
Pola sesorang
yang beriman
kepada Tuhan,
selain berbuat
kebajikan yang
diperintahkan
adalah
membentuk
keselarasan dan
keterpaduan
antara faktor
iman, islam dan
ikhsan.
C.
Pendidikan dan
Pencapaian
Tujuan
Pendidikan
Islam
Pendidikan
secara umum
dapat
dirumuskan
sebagai
pemberian upaya
bimbingan, agar
anak berkembang
semaksimal
mungkindalam
aspek
kehidupan.
Seperti: fisik,
mental, atau
agama,
internasional,
sosial,
kesenian,
ekonomi,
politik,
intelektual,
budaya, dan
nasional.
Dengan demkian
pendidikan
mempunyai dasar
yang berkaitan
dengan
kepribadian
manusia.
Jadi
pengembgan
aspek itu harus
ditata secara
harmonis,
artinya: harus
diperhatikan
dahulu nilai
dari masing –
masing aspek,
sesuai dengan
bakat dan
keadaan anak.
Akan tetapi
juga harus
disadari, bahwa
meskipun
bagaimana kita
mengusahakan
setiap aspek
dapat
berkembang
secara optimal
dan tidak bisa
dilaksanakan
secara serentak
dan sempurna.
Dalam hal ini,
upaya
pendidikan
agama dan
susila inilah
terletak harga
– harga atau
harkat manusia
yang hakiki,
karena setiap
manusia
mempunyai hak
dan kesempatan
yang sama,
yidak ada
diskriminasi
antara yang
bsatudengan
yang
lainnya. Dan
hakikat tujuan
hidup manusia
adalah
mengabdika
dirinya kepada
Tuhan, dengan
penyerahan
mutlak.
D.
Setrategi
Pembentukan
Kepribadian
Islam
Cara membentuk
kepribadian
islam diambil
langkah yang
bijaksana.
Ada 3 tahapan
dalam kebijakan
yang diambil,
antara lain:
Pembinaan
kader pendidik
Praktek
lapangan
Pencapaian
tujuan
Adapun selain
langkah –
langkah di
atas, maka
setrategi
pembentukan
kepribadian
islam disusun
dalam langkah
berikut,
a. Penerus
tugas
membimbing umat
setelah
meninggalnya
Rasulullah
diteruskan oleh
pengikut
sahabat yang
diterima oleh
pewaris para
Nabi.
b. Para
pendidik sudah
menghadapi tiga
bidang tugas
pendidikan
sekaligus,yaitu
pendidikan
keluarga,
pendidikan
lewat media
pendidikan
formal, dan
pendidikan
lingkungan
masyarakat.
BAB IV
PERGOLAKAN
, PERKEMBANGAN
DAN PEMBAHARUAN
PEMIKIRAN DALAM
FILSAFAT
PENDIDIKAN
ISLAM
A. Pergolakan
dan
Perkembangan
Pemikiran/Filsa
fat Pendidikan
Islam
Dalam
perkembangan
filsafat Islam
yang bercorak
tradisional,
dikenal
periode-periode
Mutakallimin
(700-900),
periode
filsafat Islam
(850-1200).
Masing-masing
periode ini
mempunyai
karakteristikny
a sendiri. Pada
periode
Mutakallimi,
pemikirannya
didasarkan bagi
kepentingan
pembahasan
teologis
(aslinya dalam
ilmu keislaman:
“Tauhid” yang
berarti
pengetahuan
yentang hakikat
dan kebenaran
ruhaniah,
kemudian
dibatasi hanya
pada ilmu
dialektika
(Ilmu Kalam).
1. Periode
Mutakallimin
(700-900)
Munculnya
aliran-aliran
Ilmu Kalam,
diakibatkan
oleh peraturan
politik yang
runyam dalam
Islam, yaitu
pertentangan
yang diiringi
dengan
peperangan
antara Khalifah
Ali dengan
Mu’awiyah Ibn
Abi Sofyan.
Pengikut yang
setia kepada
Ali disebut
“Syi’ah”,
sedangkan
golongan yang
meninggakan Ali
disebut
“Khawarij”.
Tetapi masing-
masing aliran
tersebut
mempunyai
ajaran-ajaran
tersendiri.
Dalam masa yang
penuh gejolak
pergolakan
ini,muncul lagi
aliran lain
yaitu,aliran
“Murji’ah”,
yang mempunyai
pendapat adanya
takdir yang
berdiri di
belakang
kekejaman
Khalifah
Umayyah,
membunuh orang
misalnya, maka
aliran
Qadariyah
antithesanya,
Qadariyah
membatasi qadar
tersebut,
seperti Tuhan
Maha Adil
(Tuhan
menghukum yang
bersalah dan
member pahala
terhadap orang
yang berbuat
kebajikan,
paham tersebut
mempunyai
dampak positif
dalam
pendidikan,
sebab akan
mendorong
manusia menjadi
aktif
menggeluti
permasalahan
hidupnya.
Bertolak
belakang dengan
paham Qadariyah
adalah pendapat
Jabariyah.
Menurutnya,
manusia adalah
“Majbur” dalam
perbuatannya,
segala gerak-
gerik manusia
merupakan
paksaan Tuhan,
tidak ada
sedikitpun
kekuasaan
manusia dalam
hal itu.
Pandangan
tersebut
mengundang
implikasi yang
negative
terhadap
pendidikan,
yaitu
menjadikan
manusia pasif,
senantiasa
tidak akan
berusaha
memecahkan
berbagai
problema hidup.
Berlainan
dengan semua
aliran
tersebut, yang
lahir karena
pergolakan
politik, maka
sebagian orang
berpendapat
bahwa aliran
Mutakallimin
yang pertama
lahir dalam
Islam adalah
Muktazilah yang
diakui sebagai
ideology Negara
(Mazhat resmi).
2. Periode
Filsafat Islam
Periode
ini merupakan
masa-masa
keemasan bagi
kemajuan ilmu
pengetahuan dan
pemikiran
Islam. Bagi
filosof Islam,
di sampng
keyakinan
agama, Akal
adalah alat
yang daoat
digunakan untuk
mencari
kebenaran. Bagi
mereka tujuan
pendidikan
adalah
mengembangkan
daya rasional
ini secra
maksimal. Pada
periode ini,
pergolakan
pemikiran dalam
Islam terus
bergejolak,
penetapan dari
fuqaha bahwa
taklif hanya
berlaku pada
yang berakal
sehat saja,
menunjukkan
adanya usaha
pendidikan kea
rah pembentukan
dan
pengembangan
akal pikiran,
mampu
bertanggung
jawab
melaksanakan
hukum itu
3. Masa-masa
Kemunduran
( abad XIII-
XVIII)
Pada masa
ini, ijtihad
dalam bidang
ilmiah hamper
tidak ditemukan
lagi. Umumnya,
umat Islam
cenderung untuk
bertaklid saja
pada berbagai
pendapat ulama
sebelumnya. Pda
permasalahan
fiqh, mereka
bertaqlid pada
imam-imam
madzhab empat
(Hanafi,
Maliki,
Syafi’I, &
Hanbali), dan
lebih
berorientasikan
pada terikat-
tarikat Sufi
(cenderung pada
kehidupan
rohani atau
lebih
mengutamakan
aspek kehidupan
rohani serta
adanya pendapat
di kalangan
bangsa-bangsa
yang mayoritas
islam yang
tadinya
terjajah di
bawah kekuasaan
kolonialis-
imperalis
Barat, dimana
alam pikiran
mereka telah
diracuni
kepercayaan,
bahwa
perjuangan
politik adalah
tabu bagi
ulama, bagi
seorang Sufi
atau pemimpin
tarekat.
B. Pembaharuan
Pemikiran /
Filsafat
Pendidikan
Islam
1. Berorientasi
pada pemikiran
Islam yang
murni
Mujaddid
yang pertama
dan berhasil
menghidupkan
semangat
berijtihad
dalam pemikiran
keagamaan dalam
Islam adalah
Mohammad Ibn
Abd al-Wahab
(1703-1787),
pendiri gerakan
Wahabi di Saudi
Arabia. Ijtihad
beliau benar-
benar
disandarkan
pada dasar-
dasar Islam
sejati. Sama
sekali tidak
berasal dari
pengaruh
pemikiran di
luarnya. Hal
ini sesuai
dengan
semboyan:
“Kembali kepada
Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi”
2. Berorientasi
pada
pengembanagn
kehidupan
social dan
pandangan
masyarakat
setempat
Tokohnya
adalah Sayyid
Jamaluddin al-
Afgani (1838-
1898), seorang
politikus yang
lahir di
Afganistan.
Beliau adalah
mujaddid yang
kedua setelah
Mohammad Ibn
Abd al-Wahab
yang mengadakan
koreksi
terhadap
pemikiran yang
tradisional
ortodoks dalam
Islam, yang
juga merupakan
tokoh yang
menganjurkan
pertama kali
gerakan
pembaharuan
pengetahuan
duniawi
menandngikemaju
an Barat.
Beliau juga
pemimpin Islam
yang pertama
kali
meneriakkan
secara lantang
suara
pembaharuan
pemikiran
keagamaan dalam
segenap aspek
ilmu
pengetahuan,
politik,
ekonomi,
social,
kesenian, dan
kebudayaan
secara
menyeluruh.
Di Mesir
beliau
mengumandangkan
seruan
pembangunan
pemikiran
keagamaan dan
berpartisipasi
menyebarkan
semangat
kebangunan
bangsa Mesir.
Bersama
muridnya,
Mohammad Abduh
di Paris,
beliau bersama-
sama
menerbitkan
majalah yang
menyuarakan
pembaharuan
pemikiran
Islam:
“Al-‘Urwah al-
Wutsqa”, yang
kemudian
penyebarannya
dilarang di
berbagai negeri
jajahan
Inggris. Buku
beliau yag
terkenal
adalah: Al-
Raddu Ala al-
Dahriyah,
isinya mengecam
paham
materialis
Barat.
3. Berdasarkan
dan brorientasi
pada Dunia
Barat
Gerakan
ini di Mesir
dilaksanakan
oleh Mohammad
Ali Pasya di
Turki oleh
gerakan Turki
Muda dipimpin
oleh Mustafa
Kemal Atturk,
yang merupakan
tokoh
revolusioner,
masa mudanya ia
mempelajari
ajaran-ajaran
Dhiya Cuk Elp
atau Gea Gokalp
(1875-1924)
tokoh
Nasionalis
Turki. Elp
berusaha
mendirikan
organisasi
berdasarkan
nasionalisme
Turki, dimana
Islam tidak
menjadi factor
yang penting .
Pendidikan
agama
dilarangnya,
pusat-pusat
kegiatan
pendidikan
islam ditutup,
dilarangnya
memakai hijab,
diperintahkanny
a supaya wanita
tidak memakai
cadar, dan ko-
edukasi dalam
pendidikan.
Penggunaan
huruf Arab
digantinya
dengan huruf
latin. Seperti
inilah
pembaharuan
pemikiran yang
dilaksanakan
oleh Mustafa
Kemal Attaturk.
Pemikiran yang
jelas-jelas
banyak
pertentangan
dengan
pemikiran
Islami. Mustafa
Kemal mengganti
Islam dengan
agama yang
dianut bangsa
Turki dengan
“Tuhan Baru”
yakni peradaban
Barat. Kata
“Peradaban” ini
selalu
disebarkannya
ke seantero
Turki, dengan
semangat dan
keyakinan yang
penuh.
Sayangnya,
pembaharuan
yang
dicanangkannya
itu, tidak lain
adalah “Upaya”
atau “proses”
penerapan
kultur Barat
terhadap bangsa
Turki, seperti
yang dikenal
dengan istilah
“Westernisasi”,
menurut
pendapatnya
Islam merupakan
biang keladi
kehancuran
Turki di masa
lampau, yang
telah bersalah
terhadap Turki.
Begitu bangga
dengan
peradaban
Barat, sehingga
dia
menganjurkan
rakyatnya :
“Kita harus
memakai pakaian
bangsa-bangsa
maju yang
beradab, kita
buktikan kepada
dunia bahwa
kita adalah
suatu bangsa
yang besar dan
maju. Kita
ingin maju
mengikuti topan
dan aliran
masa”.
BAB V
ALIRAN-ALIRAN
FILSAFAT
PENDIDIKAN
1. Aliran
Essensialisme
Brucher
menegaskan,
bahwa jiwa dari
Filsafat
Pendidikan
adalah
Essensialisme,
dapat
ditelusuri dari
Essensialisme
itu sendiri.
Essensialisme
memandang bahwa
pendidikan
harus berpijak
pada nilai-
nilai yang
memiliki
kejelasan dan
tahan lama,
yang memberikan
kestabilan dan
nilai-nilai
terpilih yang
mempunyai tata
yang jelas.
Seorang anak
harus
mempelajari
nilai-nilai
itu. Dalam
kurikulum
tradisional
nilai-nilai
pokok
pendidikan
dapat ditemukan
dalam mata
pelajaran
kesusateraan,
matematika,
agama, sejarah,
eksakta, dan
lainnya, yang
kesemuanya
bersifat
universal,
sehingga bebas
dari ikatan
temporal dan
teritorial,
tidak ada
alasan untuk
tidak
dikembangkan
dalam
pendidikan atau
dalam
pengembangan
kurikulum masa
kini.
Memperhatikan
semua penegasan
tersebut ada
kecenderungan
bahwa kurikulum
yang
dikembangkan
oleh aliran
Essensialisme
adalah
kurikulum yang
bersifat
akademis
(Academic
Curriculum).
Namun bagi
kebanyakan
tokoh
Essensialisme,
nilai-nilai
pokok dalam
pendidikan yang
sebenarnya ada
dalam Agama.
2. Aliran
Perennialisme
Perenniali
sme adalah
aliran filsafat
yang berpegang
pada nilai-
nilai dan/atau
norma-norma
yang bersifat
kekal. Sehingga
dari
pengertian,
menurut
pendapat
Hamdani Ali
dalam bukunya
Filsafat
Pendidikan,
aliran
Perennialisme
sebagai
pendukung dari
aliran
Essensialisme.
Perennialisme
memandang
penting peranan
pendidikan,
dalam proses
mengembalikan
keadaan manusia
zaman modern
ini ke dalam
kehidupan masa
lampau
tersebut.
Bukanlah untuk
nostalgia,
melainkan sikap
yang sifatnya
positif,
melainkan
membanggakan
kesuksesan dan
memulihkan
kepercayaan
pada nilai-
nilai asasi
abad silam,
yang sangat
diperlukan bagi
kehidupan abad
modern. Menurut
Perennialisme
bahwa mencari
dan menemukan
arah tujuan
yang jelas
merupakan tugas
yang utama dari
filsafat,
khususnya
filsafat
pendidikan.
Sebuah
kebijakan yang
sangat menarik
dalam
pengembangan
kurikulum di
St. John’s
College, dalam
pembelajaran
eksakta ia
terjun langsung
dalam kegiatan
eksperimen
(percobaan),
sebagaimana
dahulu para
intelektual
agung lakukan,
seperti,
Galileo,
Kepler, Boyl,
dan lain-lain.
Mereka akan
menyerap
langsung
kejeniusan para
tokoh
intelektual
dunia yang
jenius itu,
lewat
berhubungan
langsung dengan
karya-karya
mereka. Cara
berhubungan
demikian, dapat
melatih para
mahasiswa untuk
berpikir besar
seperti tokoh-
tokoh
intelektual
itu.
3. Aliran
Progressivisme
Menurut
Brubacher,
kemajuan atau
Progressive
merupakan
sesuatu yang
bersifat
alamiah, dan
berarti
perubahan.
Perubahan
memberi arti
sesuatu yang
baru. Sesuatu
yang baru harus
benar-benar
berupa
kenyataan dan
bukan sekedar
pemahaman
terhadap
realita yang
sesungguhnya,
sebelumnya
memang sudah
memang sudah
demikian.
Dalam
pengembangan
kurikulum,
aliran
Progressivisme
lebih
memperhatikan
peserta didik
sebagai subjek
pendidikan,
sehingga
bersifat
fleksibel dan
humanistic yang
juga mudah
menyesuaikan
dengan
teknologi yang
berkembang
pesat.
4. Aliran
Rekonstruksioni
sme
Rekonstruk
sionisme ingin
merombak tata
susunan lama
dan membangun
tata susunan
hidup
kebudayaann
yang sama
sekali baru,
melalui lembaga
dan proses
pendidikan. Ada
sedikit
kesulitan
barang kali,
untuk
mengetahui
pengembangan
kurikulum dari
aliran
Rekonstruksioni
sme. Satu hal
yang jelas,
mereka mengarah
pada kurikulum
teknologis,
tetapi aspek
humanistik
nempaknya
didasarkan pada
ajaran Kristen
dan mengearah
pada penekanan
teknologi dan
seni modern.
Mungkin
perpaduan
antara
akademik,
humanisme, dan
teknologi.
BAB VI
PROBLEMATI
KA PENGEMBANGAN
PEMIKIRAN
PENDIDIKAN
ISLAM
A. Istilah Dan
Konsep
Pendidikan
Islam
Dunia
pendidikan
Islam
mengetengahkan
berbagai
istilah yang
dipergunakan
untuk
pengertian
pendidkan dan
pengajaran.Maks
um Muhtar dalam
bukunya
Madrasah,sejarah
dan
perkembangannya
membahas
pendapat dan
perbedaan
pendapat di
kalangan pakar
pendidikan
Islam dalam
penggunaan kata
yang tepat dan
mewakili makna
pendidikan
Islam. Alasan
yang digunakan
untuk
penggunaan
istilah atau
term tarbiyah ,
didasarkan pada
kenyataan bahwa
Al-Qur’an dan
al-Hadist,
menggunakan
juga berbagai
derivasi yang
dapat dikaitkan
dengan kata
tarbiyah.
Muhammad al-
Naquib Al-Attas
menegaskan
bahwa
penggunaan
kata tarbiyah
dan berbagai
bentuk
derivasinya
yang meluber ke
berbagai
spesies
tersebut tidak
cocok digunakan
untuk makna
pendidikan
Islam.
Menurutnya
“pendidikan
dalam arti
Islam adalah
sesuatu yang
khusus hanya
untuk manusia “
.Syed Muhammad
Al-Naquib Al-
Attas secara
kritis melihat
bahwa
penggunaan
istilah tarbiyah
untuk pemaknaan
pendidikan
Islam merupakan
suatu pemahaman
yang gegabah
dan terlalu
dipaksakan.
Pengertian yang
terkandung
dalam istilah
itu tidak
mewakili
hakikat dan
proses
pendidikan
Islam yang
sepenuhnya.
Karena itu
menurut
keyakinannya
istilah
tarbiyah tidak
tepat digunakan
untuk
megartikan
pendidikan
Islam.
Penggunaan
istilah “
rabbani “dalam
Al-Qur’an yang
berhubungan
dengan
keilmuan, maka
Syed Muhammad
al-Naquib
memberikan
penjelasan
bahwa
konotasinya
cenderung
kepada
pemilikan
pengetahuan
bukan proses
penamaan
pengetahuan.
Istilah lain
yang digunakan
untuk
menunjukkan
aktivitas
pendidikan
Islam adalah
ta’lim . Dalam
sejarah
pendidikan
Islam , term
al-mu’allim
telah digunakan
untuk istilah
pendidik pada
jenjang
tertentu.
Cakupan yang
terkandung
dalam istilah
ta’lim lebih
luas dari yang
tercakup dalam
tarbiyah , yang
terbatas pada
pendidikan dan
pengajaran pada
masa awal atau
masa bayi.
Istilah ta’lim
diartikan
sebagi proses
menanam
pengetahuan ,
pemahaman,
pengertian
tanggung jawab
dan amanah.
Syed Muhammad
Al-Naquib
menyatakn bahwa
istilah ta’lim
lebih cenderung
pada aktivitas
pengajaran,
bahkan lebih
jauh
dikatakannya
bahwa aspek
kognitif yang
dijangkaunya
tidak
memberikan
posisi
pengenalan
secara mendasar
atau tahqiq.
Pengenalan dan
pengakuan ,
yang secara
berangsur-
angsur
ditanamkan di
dalam manusia
tentang tempat-
tempat yang
tepat dari
segala sesuatu
di dalam
tatanan
penciptaan
sedemikian
rupa, sehingga
membimbing ke
arah pengenalan
dan pengakuan
tempat Tuhan
yang tepat di
dalam tatanan
wujud dan
keperiadaan.
Definisi di
atas , menjadi
lebih ringkas
manakala Al-
Attas
menghubungkan
“tatanan dan
kebijakan ilahi
“ dengan konsep
kunci yang
dikemukakannya
dengan istilah
adab , yang
mengenalkan
dirinya
sebagai
“sesuatu “di
dalam ilmu,
yang merupakan
pengetahuan
yang didambakan
untuk dicapai
dalam tujuan
pendidikan.
Pendidikan
Islam adalah
proses yang
mengarahkan
manusia kepada
kehidupan yang
baik dan yang
menyangkut
derajat
kemanusiaannya
sesuai dengan
kemamapuan
dasar ( fitrah)
dan kemampuan
ajarannya
(pengaruh dari
luar ). Seorang
pendidik tidak
dituntut untuk
mencetak anak
didiknya
menjadi orang
ini dan orang
itu, tetapi
cukup dengan
menumbuhkan dan
mengembangkan
potensi
dasarnya serta
kecenderunganny
a terhadap
sesuatu yang
diminati sesuai
dengan
kemampuan dan
bakat yang
tersedia.
B.
Karakteristik
dan Prinsip-
Prinsip
Pendidikan
Islam
1.
Karakteristik
Pendidikan
Islam
Masyarakat
muslim hidup
dan
kehidupannya
terkait dengan
aqidah dan
kebudayaan
sendiri yang
khas. Dengan
demikian, maka
konsep dasar
pendidikan
Islam pun mesti
bertumpu pada
unsur-unsur
utama yang
menjadi
landasan yang
paling
fundamental,
yaitu aqidah
tauhid.
Keterkaitan
pendidikan
Islam dengan
ajaran Tauhid,
adalah karena
sejatinya
ajaran tauhid
dibangun di
atas fitrah
kejadian
manusia
sendiri.
Keterkaitan
lainnya adalh
pemahaman yang
didasarkan pada
dokumen
sejarah, dimana
momen kehadiran
Islam itu
sendiri yang
berhadapan
dengan
kenyataan
sosial yang
menistakan
martabat
manusia dan
peradaban yang
jauh atau
bertolak
belakang dengan
ajaran Tauhid.
Karakteristik
pendidikan
Islam pada
dasarnya
mewujudkan
ajaran-ajaran
Islam yang
relevan dalam
sebuah
paradigma yang
dapat dibedakan
dengan
karakteristik
pendidikan
selain Islam.
Prinsip-Prinsip
pendidikan
Islam sebagai
berikut :
a. Pendidikan
Islam
didasarkan pada
pengembangan
aqidah tauhid
b. Pendidikan
Islam adalah
pendidikan
manusia
seutuhnya
c. Pendidikan
Islam membangun
aktivitas kerja
d. Pendidikan
Islam merupakan
pendidikan yang
terbuka
e. Pendidikan
Islam
melestarikan
dan
mengembangkan
keseimbangan .
C. Dikotomi
Pendidikan
Islam
Dikotomi
merupakan
“pemisahan
dalam dua
kelompok yang
tidak sepaham“.
Dikotomi dalam
pendidikan
Islam,
nampaknya
bersumber dari
pandangan
formisme,
artinya segala
aspek kehidupan
dipandang
dengan sangat
dangkal, yaitu
segala sesuatu
hanya dilihat
dari dua sisi
yang berlawanan
dan kata
kuncinya adalah
dikotomi atau
deskrit .
Pandangan
dikotomis dalam
pendidikan
Islam
diperparah lagi
oleh adanya
pengaruh budaya
dan kebijakan
pendidikan
bangsa-bangsa
Barat yang
menjajah negeri
Islam. Upaya
pengembangan
pendidikan
Islam harus
menuju pada
integritas
antara ilmu
agama dan ilmu
umum, sehingga
tidak
melahirkan
jurang pemisah
antara ilmu
agama dan ilmu
bukan agama,
sebab dalam
pandangan
seorang muslim,
ilmu
pengetahuan
adalah satu
yaitu bersumber
dari Allah SWT.
D. Pendidikan
Islam di Bawah
Bayangan Konsep
Pendidikan
Barat
Hancurnya
peradaban Islam
ditandai dengan
jatuhnya kota
Baghdad ke
tangan tentara
Mongol di bawah
pimpinan Hulagu
Khan pada tahun
656 H / 1258 M.
Ada beberapa
kendala dalam
melaksanakan
ijtihad
tersebut :
1. Pertentangan
antara gerakan
Rasionalis
dengan kalangan
Ortodoks Islam.
2. Timbulnya
kebiasaan
kalangan Sufi
yang berangsur-
angsur
berkembang di
bawah pengaruh
aliran atau
paham di luar
Islam.
3. Ditutupnya
pintu ijtihad
oleh kalangan
fuqaha
Ortodoks,
karena khawatir
akan terjadi
perpecahan yang
lebih besar
dalam kondisi
keterpurukan
politik negara.
Dampak
yang
mengemukakan
dalam
masyarakat
Islam adalah
pemujaan palsu
pada kejayaan
masa lalu dan
kebangkitan
kembali yang
direkayasa
sedemikian
rupa, sehingga
tidak mungkin
dapat mengobati
keterpurukan
yang makin
menjadi-jadi.
Dampak yang
lebih khusus,
bisa dilihat
dalam
pengembangan
pendidikan
dalam dunia
Islam, yang
kurang
mengharagai
pengembangan
ilmu-ilmu non
agama, yang
akhirnya
mengakibatkan
dikotomi dalam
pengembanagan
keilmuan Islam.
Kejayaan dunia
Islam yang
ditopang
olehkemajuan
keilmuan dunia
Islam tersebut,
akhirnya
menjadi
terbalik
setelah
terjadinya “
pemalsuan “
terhadap hak-
hak perorangan
untuk
mengembangkan
pemikiran-
pemikiran
bebas. Sikap
mengistimewakan
ilmu-ilmu
agama, bisa
diberi arti
memencilkan
ilmu-ilmu agama
dari ilmu-ilmu
yang lain.
Kenyataan pahit
memang
dirasakan oleh
umat Islam
hampir di
seluruh belahan
dunia. Ada
upaya
pembaharuan
dalam dunia
Islam dengan
tujuan “ Li ‘izzatil
Islam Wal Muslimin
“
Peradaban
Barat modern
yang begitu
perkasa, angkuh
dan kokoh,
dapat
diibaratkan
sebagai pohon
yang tinggi dan
besar dengan
daun-daun yang
lebat, dengan
akar-akarnya
yang tertancap
denagan kuat
bumi sekarang
ini, membayangi
pohon-pohon
yang lebih
kecil di
bawahnya.
Katakanlah di
antara pohon
yang berada di
bawah
bayangannya
adalah
peradaban Islam
sementara ini.
BAB VII
PENDIDIKAN
ISLAM DAN SUB
SISTEM
PENDIDIKAN
ISLAM
A. Pendidikan
Islam Sebagai
Sistem
Pendidikan Yang
Integral
Pendidikan
Islam sebagai
satu system
pendidikan,
tentu saja
mepunyai
unsure-unsur
atau bagian
atau sub system
yang satu sama
lain
berintegrasi,
dan saling
mendukung untuk
mencapai satu
tujuan yang
sama.
Meskipun sub
system itu
mempunyai
fungsi,
komponen,
prinsip-prinsip
dan mungkin
juga dinamika
serta mekanisme
masing-masing,
satu sama lain
saling
berkaitan
membentuk
keterpaduan
atau satu
totalitas yang
utuh.
Sub-sub sistem
pendidikan
Islam,
baikdilihat
dari
pengembangan
ilmu islam
tradisional,
maupun yang
terintegralisas
i dalam
pengembangan
sistem
pendidikan
Islam non-
tradisional dan
seterusnya
dalam hal sama-
sama didasarkan
pada sumber-
sumber ajaran
Islam yang
sejati, yakni
Alqur’an,
Hadits dan
Ijtihad, pasti
mengarah kepada
keterpaduan
untuk memproses
manusia menjadi
manusia yang
didasarkan pada
ajaran Islam
serta
memberikan
rahmat bagi
semesta alam.
B. Dasar dan
Tujuan
Pendidikan
Islam
1. Dasar
Pendidikan
Islam
Ajaran
Islam merupakan
pengembangan
dari agama atau
ajaran agama
Islam. Sumber
utamanya sama,
yaitu Alqur’an
dan Hadits,
tetapi untuk
ajaran Islam
ada sumber
pengembanagan,
yaitu ra’yu
atau akal
pikiran
manusia.
Alqur’an
merupakan
sumber nilai
yang absolut
atau mutlak,
sehingga secara
esensial tidak
mengalami
perubahan,
walaupun
interpretasinya
mungkin
mengalami
perubahan,
sesuai dengan
konteks zaman,
keadaan dan
tempat.
Hadits
merupakan
sumber kedua
agama dan
ajaran Islam
sesuatu yang
ditulis dalam
Alqur’an,
dijelaskan dan
dirinci lebih
lanjut oleh
Rasulullah
dengan sunnah
beliau, karena
itu, sunnah
Rasul yang
terdapat dalam
Hadits
merupakan
penafsiran
serta
penjelasan
otentik (sah,
dapat dipercaya
sepenuhnya).
Al-Ijtihad
merupakan
sumber ketiga
disebut dengan
istilah Arra’yu
adalah usaha
yang sungguh-
sungguh yang
dilakukan oleh
seseorang atau
beberapa orang
yang mempunyai
ilmu
pengetahuan dan
pengalaman
2. Tujuan
Pendidikan
Islam
Setiap
tindakan atau
aktivitas,
sebenarnya
terkait, atau
berorientasi
pada tujuan
atau rencana
yang telah
ditetapkan.
Selanjutnya,
dengan
berorientasi
pada tujuan,
dapat diketahui
bahwa tujuan
dapat berfungsi
sebagai standar
untuk
mengakhiri
usaha, serta
mengarahkan
usaha yang
dilalui dan
merupakan titik
pangkal untuk
mencapai
tujuan-tujuan
lain.
Disamping itu
tujuan-tujuan
dapat membatasi
ruang gerak
usaha agar
kegiatan dapat
terfokus pada
sesuatu yang
dicita-citakan.
Dalam Al-Qur’an
juga
menjelaskan
tujuan
pendidikan
islam dalam
empat aspek,
yaitu :
1. Aspek akidah
2. Aspek
pembersihan
atau pelurusan
tingkah laku
3. Aspek
penyiapan tata
piker dan
pemberian
pengetahuan
yang islami
4. Aspek
pemersiapan
keterampilan
kerja
BAB VIII
TOKOH-TOKOH DAN
BEBERAPA
PEMIKIRAN
PEMBAHARUAN
DALAM
PENDIDIKAN
ISLAM
A. Waliyullah Ad
Dimawi dan
Pemikirannya
Waliyullah
Ad Dimawi
adalah seorang
tokoh yang
sangat
dikagumi,
disebabkan oleh
pemikirannya
yang bersih dan
jernih, bebas
dari pamrih
atau maksud-
maksud
keduniaan
lainnya. Beliau
memelopori
pendobrakan
terhadap alam
pemikiran
taklid dan
fanatisme yang
sudah berakar-
akar kuat di
masyarakat
Islam India
ketika hidup di
masa yang penuh
kezaliman, di
bawah penguasa
Mughal.
Beberapa aspek
pemikiran
Waliyullah Ad
Dimawi meliputi
beberapa bidang
diantaranya
bidang politik
dan
intelektual.
1. Bidang
politik
Beliau bersikap
non koperatif,
artinya beliau
tidak mau
bekerjasama
dengan pihak
penjajah.
Beliau
menghendaki
perombakan
mental di
kalangan umat
Islam, bersiap
menghadapi
perubahan zaman
baru, yakni
zaman monarki
berganti zaman
kedaulatan
rakyat.
2. Menafsirkan
Al-Qur’an dan
memelopori
Gerakan Ahlul
Hadits
Waliyullah
menterjemahkan
Al-Qur’an ke
dalam bahasa
Parsi,
sekaligus
dengan tafsir
(komentar)nya.
Beliau juga
memelopori
pembentukan
aliran
pemikiran baru,
yakni “Ahlul
Hadits” , yakni
aliran yang
menolak taklid
kepada fuqoha,
dengan
berpediman
secara langsung
dari Hadits
dalam soal
hukum Islam.
3. Tentang
Persatuan Umat
Beliau berusaha
mencari sesuatu
kesatuan paham
yang dapat
mempersatukan
umat Islam
seperti yang
dikehendaki
oleh Rasulullah
SAW. Yaitu
suatu badan
yang anggota-
anggotanya
kompak saling
menguatkan,
yang diilhami
oleh gagasan
kerohanian.
4. Islam
sebagai Gerakan
Sosial
Ia membangun
konsepsinya
tentang Islam
atas sendi
cita-cita utam,
bukan atas
dasar
keuntungan
pribadi. Dalam
berbagai
tulisannya,
Islam menjadi
gerakan sosial
dan agama yang
timbul dari
hajat manusia
yang wajar.
B. Sir Sayid
Ahmad Khan
Pendiri Aligarh
University
Sayid Ahmad
Khan lahir di
Kota Delhi pada
tanggal 17
Oktober 1817,
dibesarkan di
lingkungan
keluarga yang
berpakaian maju
dan punya latar
belakang
pendidikan
agama yang
baik. Ada
keterangan
bahwa beliau
berasal dari
keturunan
Husein cucu
Nabi, melalui
Fatimah dan
Ali.
Gagasan
pemikiran Sayid
Ahmad Khan
terdiri dari
berbagai aspek,
yakni:
a. Pemikiran
Agama
1) Teologi :
Sayid Ahmad
Khan percaya
pada kebebasan
dan kemerdekaan
manusia dalam
menentukan
kehendak dan
melakukan
perbuatan (free
will and free
act).
2) Sumber-
sumber ajaran
Islam:
- Hadits
yang benar-
benar cocok
dengan Al-
Qur’an
- Hadits
yang
menjelaskan Al-
Qur’an
- Hadits
yang berisi
perintah-
perintah yang
tak disebut
dalam Al-Qur’an
b. Pengembangan
Pendidikan
Menurutnya
pendidikan
adalah satu-
satunya jalan
bagi umat Islam
untuk mencapai
kemajuan.
C. Iqbal dan
Konsep
Individualitas
Mohammad Iqbal
lahir di
Sialkot,
Punjab, 22
Februari 1873,
dari keluarga
yang nenek
moyangnya
berasal dari
Kasymir.
Setamat dari
sekolah di
Sialkot,
melanjutkan
pelarian ke
Lahore. Oleh
gurunya,
Maulana Mir
Hasan ia
mendapat