Laporan Tahunan Direktorat Budidaya Serealia Tahun 2013

161

Transcript of Laporan Tahunan Direktorat Budidaya Serealia Tahun 2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia i

KATA PENGANTAR

Sebagai salah satu unit kerja Eselon II di lingkup Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan, Direktorat Budidaya Serealia sesuai Tupoksinya pada tahun 2013 telah

melakukan berbagai kegiatan untuk mendukung tercapainya sasaran program dan

kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Laporan Tahunan ini berisi laporan

pelaksanaan program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Budidaya

Serealia maupun yang merupakan hasil koordinasi dengan seluruh stake holders

baik pusat maupun daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) selama tahun 2013.

Dengan tersusunnya laporan tahunan ini diharapkan dapat memberikan informasi

tentang perkembangan di bidang Budidaya Serealia, diharapkan laporan ini dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan pengembangan

Budidaya Serealia pada masa yang akan datang.

Kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam pelaksanaan Tupoksi

Kegiatan Direktorat Budidaya Serealia selama Tahun 2013 disampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Jakarta, Januari 2014

Direktur Budidaya Serealia ,

Ir. Fathan A. Rasyid, M.Ag NIP 195805161982031016

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia ii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i DAFTAR ISI …………………………………………………………. ii DAFTAR TABEL …………………………………………………………. Iv DAFTAR GRAFIK …………………………………………………………. vi DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………. vii I. PENDAHULUAN …………………………………………………………. 1 II. TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) DIREKTORAT BUDIDAYA

SEREALIA ……………………………………………………………………. 3

III. PELAKSANAAN PROGRAM

1. Padi ................................................................................. 19

2. Jagung …………………………………………………………. 34

3. Serealia Lainnya …………………………………………………………. 48

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Pelaksanaan SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013 …………………… 53

2. Penyusunan Program Dan Rencana Kerja……………………………….. 58

3. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Produksi serealia

dan Pedoman Teknis SL-PTT………………………………………………. 58

4. Sosialisasi dan Bimbingan Kawasan Pertumbuhan, Pengembangan

dan Pemantapan Produksi Padi Irigasi dan Rawa Pelaksanaan

SL-PTT………………………………………………………………………… 59

5. Bimbingan, Pengawalan dan Pendampingan SL-PTT Padi THLK ……. 60

6. Monitoring dan Evaluasi SL-PTT Padi THLK …………………………….. 62

7. Bimbingan, Pengawalan dan Pendampingan Pengembangan

Kawasan SL-PTT Jagung ………………………………………………….. 64

8. Bimbingan, Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi

Irigasi dan Rawa Mendukung P2BN…. …………………………………… 65

9. Monitoring Evaluasi Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi

Irigasi dan Rawa Mendukung P2BN……………………………………….. 68

10. Kemitraan Pengembangan Serealia Lain ……….………………………. 70

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia iii

11. Pengembangan Padi Hibrida ………………………………………………. 74

12. Pengembangan Padi Rawa ……………………………………………… 76

13. Bimbingan, Pengawalan dan Monev Optimalisasi Jagung …………….. 77

14. Identifikasi Pengembangan Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering ……. 79

15. Bimbingan, Pengawalan, dan Pendampingan Pengembangan

Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering …………………………………….. 82

16. Gerakan Tanam dan Panen Serealia ……………………………….……… 83

a. Gerakan Tanam Perdana Padi …………………………………………. 83

1) Gerakan Tanam Padi di Kabupaten Sumbawa – NTB …………….. 83

2) Gerakan Tanam Padi di Kota Mataram …………………………….. 85

b. Gerakan Percepatan Tanam dan panen ……………………………….. 86

1) Acara Panen Raya Padi Bersama Presiden RI dan

Ibu Hj. Ani Yudhoyono : Panen Raya Padi dan Dialog dengan

Petani di Kabupaten Karawang ........................................................ 86

2) Panen Jagung di Kabupaten Serang, Banten ................................... 88

17. Pertemuan – Pertemuan

a. Optimalisasi Pemantapan Lahan Kering dan Tadah Hujan

Mendukung Peningkatan Produksi Padi Nasional ………………… 91

b. Optimalisasi Peningkatan Produksi Padi Rawa Sebagai

Penyangga Produksi Beras Nasional ………………………………… 95

c. Rakor Tanaman Pangan (Regional III) Kalimantan Selatan …….. 99

d. Rakor Sosialisasi P2BN …………………………………………………. 104

e. Pertemuan Kemitraan Jagung ………………………………………… 106

f. Pertemuan Focus Group Discussion (FGD) Jagung ……………….. 109

g. Evaluasi Pengembangan Serealia Lain …………………………… 115

h. Pertemuan Koordinasi Upaya Peningkatan Produksi

Melalui Pengembangan Padi Hibrida ……………………………….. 117

V. KEGIATAN KETATAUSAHAAN ………………………………………………. 121

1. Urusan Kepegawaian ………………………………. 121

2. Urusan Persuratan ………………………………. 124

3. Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan ………………………………. 124

4. Urusan Pelaporan ………………………………. 125

5. Pelaksanaan DIPA Pusat TA 2011 ………………………………. 126

IV. PENUTUP ………………………………………………………………….. 127

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia iv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Pencapaian Produksi Padi Berdasarkan ARAM II

Tahun 2013 ………………………………..………………………………….. 20

2. Perkembangan Peningkatan Produksi Padi Tahun 2013 .......................... 21

3. Peringkat Penyumbang Peningkatan Produksi Padi

Tahun 2012 dan 2013 ................................................................................ 22

4. Urutan Peningkatan Produksi Padi Tahun 2013

dibanding Tahun 2012 ................................................................................ 23

5. Urutan Penyumbang Peningkatan Produksi Tahun 2013 ........................ 24

6. Perkiraan Ketersediaan dan Konsumsi Beras Tahun 2013 ........................ 25

7. Perkembangan Luas Panen Padi Tahun 2012 – 2013 ................................ 27

8. Peringkat Luas Panen Padi Tahun 2012 dan 2013 ................................... 28

9. Produktivitas Padi Tahun 2013 ................................................................... 29

10. Peringkat Produktivitas Padi Tahun 2012 dan 2013 ................................... 30

11. Realisasi Luas Tanam Padi MT.2012/2013, MT dan

MT.2013 Nasional ................................................................................. 31

12. Perbandingan Realisasi Tanam MT. 2012/2013 dengan Rerata 5 Tahun

Sebelumnya, MT.2011/2012 dan Sasaran 2012/2013.................................. 32

13. Perbandingan Realisasi Tanam Padi Tahun 2013 dengan Rerata

5 Tahun Sebelumnya, MT 2012 dan Sasaran MT.2013................................ 33

14. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung

Menurut Subround Tahun 2011 – 2013 ...................................................... 35

15. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung

Tahun Menurut Wilayah 2011 – 2013 .. ....................................................... 36

16. Perkembangan Kondisi Produksi Jagung Di Provinsi Sentra

Tahun 2009 - 2013 ……………………………………………………………… 37

17. Kondisi Produksi Jagung di Provinsi Sentra Berdasarkan ATAP 2012

dibanding ARAM II Tahun 2013 …………………….…...………………….. 37

18. Perkembangan Peringkat Produksi Jagung ARAM II 2013 dibanding

ATAP 2012 …………….………………………………………………….…… 38

19. Urutan Peringkat Produksi Jagung Tahun 2013 per Provinsi ................... 40

20. Perkembangan Luas Panen Jagung Tahun 2011 – 2013 ……………….. 41

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia v

21. Perkembangan Luas Panen Jagung Tahun 2011 – 2013 …………………. 42

22. Sebaran Produktivitas Jagung Tahun 2013 (ARAM II) ……………………. 43

23. Perkembangan Produktivitas Jagung Berdasarkan

ATAP 2012 Dan ARAM II 2013 ................................................................. 44

24. Realisasi Luas Tanam Jagung MT. 2012/2013 dan MT. 2013 .................. 46

25. Perbandingan Luas Tanam Jagung MT. 2012/2013 dan MT. 2013

Terhadap Realisasi Rata2 Lima Tahun, MT. 2011/2012

& MT.2012, dan Sasaran MT. 2012/2013 …………………………………... 47

26. Pengembangan Komoditi Serealia Lain Tahun 2013 …………………….. 50

27. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi

Komoditas Serealia Lain Tahun 2013 ……………………………………… 51

28. Pelaksanaan Pengembangan DEM Area Komoditas Serealia Lain

Tahun 2013 …………………………………………………………………….. 52

29. Sasaran Areal SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013

Setelah Penghematan Anggaran ……………………………………………. 53

30. Sasaran dan Realisasi Tanam, Panen, Produktivitas, dan

Produksi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013……………………………. 54

31. Perbandingan Produktivitas SL-PTT terhadap Sasaran

dan Non SL Tahun 2013 ……………………………................................... 55

32. Peningkatan Produktivitas Jagung Tahun 2013 …………………………… 64

33. Rencana Tanam dan Sasaran Produksi ……………………………………... 114

34. Distribusi Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan ……………………. 121

35. Pembayaran Gaji Pegawai Direktorat Budidaya Serealia Tahun 2013 …. 124

36. Realisasi Anggaran Direktorat Budidaya Serealia Tahun 2013

Sampai dengan 31 Desember 2013 ......................................................... 126

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia vi

DAFTAR GRAFIK

Halaman

1. Produksi Padi Tahun 2010 – 2013 ........................................................... 19

2. Pola Panen Padi Tahun 2011 – 2013 ....................................................... 20

3. Perkiraan Sebaran Produksi Padi/Beras Tahun 2013

(Berdasarkan ARAM II BPS) .......................................................... 26

4. Realisasi Luas Tanam Padi MT. 2012/2013 dan MT. 2013 Nasional……… 32

5. Perbandingan Realisasi Tanam MT. 2012/2013 dengan Rerata 5 Tahun

sebelumnya, MT. 2011/2012 dan Sasaran 2012/2013 …………………… 33

6. Perbandingan Realisasi Tanam MT. 2013 dengan Rerata 5 tahun

sebelumnya, MT 2012 dan Sasaran MT. 2013 ……………………………… 34

7. Perbandingan Luas Tanam Jagung MT. 2012/2013 dan

MT. 2013 Terhadap Realisasi Rata2 Lima Tahun,

MT. 2011/2012 & MT.2012, dan Sasaran MT. 2012/2013 ………………… 48

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia vii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perkembangan Luas Panen Padi Tahun 2011 - 2013

2. Perkembangan Produktivitas Padi Tahun 2011 dan 2013

3. Perbandingan Peringkat Luas Panen Padi Tahun 2012 dan 2013

4. Perbandingan Peringkat Produksi Padi tahun 2012 - 2013

5. Peringkat Produktivitas Padi Tahun 2012 – 2013

6. Perbandingan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung ARAM II 2013

dengan ATAP 2012

7. Peringkat Penyumbang Peningkatan Produksi Jagung Tahun 2012 dan 2013

8. Sebaran Produktivitas Jagung Tahun 2013

9. Foto-foto Kegiatan Direktorat Budidaya Serealia Tahun 2013

10. Rekapitulasi Realisasi Anggaran Direktorat Budidaya Serealia per Unit Kerja

sampai dengan 31 Desember 2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 1

I. PENDAHULUAN

Direktorat Budidaya Serealia, merupakan salah satu Direktorat di lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, yang secara tupoksi membidangi komoditas padi, jagung dan serealia lain, utamanya gandum dan sorgum. Masing-masing komoditas memegang peranan yang sangat strategis dalam mendukung upaya melanjutkan swasembada pangan menuju ke kemandirian secara nasional.

Padi/beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, karena beras merupakan makanan pokok bangsa Indonesia dan menopang kehidupan lebih dari 60% petani di Indonesia. Berdasarkan data BPS, beras merupakan komoditas penyumbang inflasi yang cukup besar dalam tahun 2013. Selain itu komoditas beras telah menjadi komoditas politis yang ketersediaanya selalu menjadi sorotan publik, dijadikan indikator kinerja pemerintah dalam penyediaan pangan.

Produksi beras pada tahun 2013 berdasarkan data dan perhitungan yang ada sampai saat ini, secara nasional masih menyukupi kebutuhan dalam negeri dan bahkan surplus sebesar 6,949 juta ton setara beras. Kondisi tersebut sesuai dengan kondisi di lapangan, yaitu BULOG tidak mengalami kesulitan mendapatkan beras untuk dijadikan Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Pengadaan beras oleh BULOG sampai dengan Oktober 2013 mencapai 3,4 juta ton dari sasaran sebesar 3,6 juta ton.

Jagung merupakan komoditas strategis kedua setelah padi yang diharapkan akan terus berswasembada pada tahun 2013 sebagaimana padi/beras. Jagung merupakan bahan baku utama (52%) dalam pembuatan pakan ternak khususnya ayam ras. Di beberapa wilayah di Indonesia (Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, NTT), jagung (jagung putih) merupakan bahan makanan pokok setelah beras. Selain itu jagung digunakan untuk bahan baku industri lain seperti, minyak jagung, tepung jagung (maizena), digunakan langsung untuk pakan ternak (ayam, bebek, burung dara) serta industri makanan lainnya (bihun, emping jagung, campuran kopi, marning, dll). Sebagaimana beras, berdasarkan data dan perhitungan yang ada kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan ternak yang + 6 juta ton dalam setahun mampu dipenuhi, namun sampai akhir Desember 2013 diperkirakan impor jagung telah mencapai 1 juta ton. Banyak hal yang mengakibatkan kondisi tersebut terjadi antara lain mulai dari sebaran panen yang tidak merata sepanjang tahun, mutu yang belum sesuai standart yang diminta pabrik pakan, sampai harga yang juga cukup tinggi selama tahun 2013.

Gandum dan sorgum, merupakan komoditas yang diharapkan mampu dipacu pengembangannya dalam rangka mensubtitusi gandum impor, dimana volume impor terus meningkat. Dalam pengembangan gandum dan sorgum pada tahun 2013 banyak terkendala oleh iklim yang basah sepanjang tahun, serta faktor teknis yang lain seperti langkanya benih yang bermutu.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 2

Kebijakan umum yang ditempuh untuk mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2013 tersebut adalah : a) Swasembada pangan berkelanjutan secara Nasional bukan wilayah (pulau/prop/kab/kota); b) Pemberian Subsidi sarana produksi (benih dan Pupuk); c) Perlindungan terhadap harga melalui penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk padi ; d) Fasilitasi pembiayaan, bantuan benih, pupuk dan peralatan pra dan pasca panen; e) Meningkatkan pembinaan dan pendampingan petani/lelompoktani dalam rangka peningkatan produktivitas dan produksi serealia; f) untuk sorgum dan gandum dilakukan demfarm di lokasi yang cocok.

Sejalan dengan kebijakan tersebut serta dengan mempertimbangkan potensi dan kendala serta peluang yang ada, strategi dalam peningkatan produksi tanaman pangan ditempuh melalui: a) akselerasi peningkatan produktivitas , b) perluasan areal tanam (PAT), c) pengamanan produksi, d) penguatan kelembagaan dan pembiayaan.

Operasionalisasi dari strategi tersebut dilaksanakan melalui 2 fokus kegiatan yaitu a) Pembinaan umum terhadap areal pertanaman yang ada melalui kegiatan gerakan, dem-plot/dem-area, penyuluhan, dengan materi optimalisasi penerapan teknologi, pengendalian OPT, banjir & kekeringan, penguatan kelembagaan kelompok tani, peningkatan IP dan teknologi budidaya lainnya; b) Fokus pembinaan budidaya melalui penerapan pola Sekolah Lapang (SL) untuk peningkatan produktivitas komoditas padi, jagung di wilayah tertentu. Dengan pola ini diharapkan terbina kawasan-kawasan andalan untuk komoditas tanaman pangan padi, dan jagung.

Pada tahun 2013 luas SL-PTT Padi adalah 4.625.000 ha, yang di alokasikan pada kawasan pertumbuhan (padi pasang surut, padi rawa, padi lebak, padi lahan kering dan padi sawah) seluas 297.900 ha, kawasan pengembangan (padi sawah, padi hibrida, dan padi lahan kering) seluas 589.700 ha dan kawasan pemantapan (padi sawah dan padi lahan kering) seluas 3.737.400 ha. Sedangkan SL-PTT Jagung seluas 260.000 ha di alokasikan pada kawasan pertumbuhan (jagung hibrida dan jagung komposit) seluas 54.700 ha, kawasan pengembangan (jagung hibrida) seluas 170.300 ha dan kawasan pemantapan (jagung hibrida) seluas 35.000 ha.

Namun pada bulan Mei 2013 ada kebijakan penghematan anggaran maka dilakukan pengurangan anggaran BANSOS yang berakibat terhadap pengurangan sasaran areal SL-PTT. SL-PTT Padi setelah penghematan untuk kawasan pertumbuhan seluas 289.275 ha, kawasan pengembangan seluas 504.450 ha dan kawasan pemantapan seluas 3.591.900 ha. Sedangkan SL-PTT Jagung seluas 235.380 ha di alokasikan pada kawasan pertumbuhan 48.350 ha, kawasan pengembangan seluas 157.030 ha dan kawasan pemantapan seluas 30.000 ha.

Untuk mendukung pencapaian sasaran program dilakukan berbagai kegiatan lain selama tahun 2013 sesuai dengan Tupoksi. Kegiatan-kegiatan tersebut baik yang didanai melalui APBN, APBD maupun dari berbagai sumber lain di luar Kementerian Pertanian.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 3

II. TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) DIREKTORAT BUDIDAYA SEREALIA

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 299/Kpts/OT.140/7/2005 tanggal 25 Juli 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, Direktorat Budidaya Serealia mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya serealia. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Budidaya Serealia menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung dan serealia lainnya.

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung dan serealia lainnya.

c. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lainnya.

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lainnya.

e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.

Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 341/Kpts/OT.140/9/2005 tanggal 8 September 2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Petanian, Direktorat Budidaya Serealia terdiri dari :

1. Subdirektorat Padi Irigasi dan Rawa

2. Subdirektorat Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering

3. Subdirektorat Jagung

4. Subdirektorat Serealia Lainnya

5. Subbagian Tata Usaha

Uraian tugas masing-masing Subdirektorat adalah sebagai berikut :

1. Subdirektorat Padi Irigasi dan Rawa

Subdirektorat Padi Irigasi dan Rawa mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi irigasi dan rawa. Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat Padi Irigasi dan Rawa, menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa;

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 4

c. Penyiapan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang budidaya padi irigasi dan rawa;

d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi irigasi dan rawa.

Subdirektorat Padi Irigasi dan Rawa terdiri dari :

- Seksi Padi irigasi

- Seksi Padi Rawa

1) Seksi Padi Irigasi

Seksi Padi Irigasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi irigasi.

Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah :

a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang padi irigasi, yang kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data dan informasi bahan penyusunan kebijakan budidaya padi irigasi;

- menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi;

- menyiapkan bahan-bahan koordinasi dengan instansi terkait;

- menyajikan konsep koordinasi dengan instansi terkait.

b. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan, yang kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan budidaya padi irigasi;

- menyiapkan bahan pelaksanaan kebijakan budidaya padi irigasi;

- menyusun bahan pelaksanaan kebijakan budidaya padi irigasi.

c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, criteria dan prosedur, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis di bidang budidaya padi irigasi;

- menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur di bidang budidaya padi irigasi;

- menyiapkan bahan penyusunan peningkatan mutu di bidang budidaya padi irigasi;

- menyiapkan bahan penyusunan data base di bidang budidaya padi irigasi;

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 5

- menyiapkan bahan penyusunan pengembangan di bidang budidaya padi irigasi berdaya saing dan jenis unggul.

d. Melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis di bidang budidaya padi irigasi, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan penyusunan pemberian bimbingan teknis di bidang budidaya padi irigasi.

- menyiapkan bahan penyusunan peningkatan mutu di bidang budidaya padi irigasi;

- menyiapkan bahan penyusunan data base di bidang budidaya padi irigasi;

- menyiapkan bahan penyusunan pengembangan di bidang budidaya padi irigasi berdaya saing dan penguatan kelembagaan.

e. Melakukan penyiapan bahan pemberian evaluasi teknis, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan penyusunan evaluasi di bidang budidaya padi irigasi;

- menyiapkan bahan penyusunan teknis di bidang budidaya padi irigasi;

- menyiapkan bahan penyusunan peningkatan mutu di bidang budidaya padi irigasi;

- menyiapkan bahan penyusunan data base di bidang budidaya padi irigasi;

- menyiapkan bahan penyusunan pengembangan di bidang budidaya padi irigasi berdaya saing dan penguatan kelembagaan.

2) Seksi Padi Rawa

Seksi Padi Rawa mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi rawa.

Rincian tugas pekerjan tersebut adalah :

a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi rawa, yang kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data dan informasi bahan penyusunan kebijakan budidaya padi rawa;

- menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi rawa;

- menyiapkan bahan-bahan koordinasi dengan instansi terkait;

- menyajikan konsep koordinasi dengan instansi terkait.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 6

b. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan yang kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan budidaya padi rawa;

- mengolah, menganalisis data dan informasi pelaksanaan kebijakan budidaya padi rawa;

- menyajikan konsep pelaksanaan kebijakan budidaya padi rawa.

c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan dan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang budidaya padi rawa yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis dibidang budidaya padi rawa;

- menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur di bidang budidaya padi rawa;

- menyiapkan bahan penyusunan identifikasi usaha tani lahan pasang surut di bidang budidaya padi rawa;

- menyiapkan bahan penyusunan teknologi spesifikasi di bidang budidaya padi rawa;

- menyiapkan bahan penyusunan kerangka acuan pengamatan pola produksi di bidang budidaya padi rawa;

- menyiapkan bahan penyusunan peningkatan indeks pertanaman pada berbagai tipe lahan dan perluasan areal baru;

- menyiapkan bahan penyusunan pendayagunaan lahan untuk mendukung produksi padi rawa;

d. Melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan penyusunan pemberian bimbingan teknis, di bidang budidaya padi rawa;

- menyiapkan bahan penyusunan uji coba teknologi baru yang meningkatkan produksi secara kwalitas dan kwantitas di bidang budidaya padi rawa;

- menyiapkan bahan penyusunan teknologi spesifik lahan yang berhubungan dengan peningkatan di bidang budidaya padi rawa;

- menyiapkan bahan penyusunan pola pertanaman melalui demontrasi di bidang budidaya padi rawa.

e. Melakukan penyiapan bahan pemberian evaluasi, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan penyusunan evaluasi di bidang budidaya padi rawa;

- menyiapkan bahan penyusunan teknis dibidang budidaya padi rawa;

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 7

- menyiapkan bahan penyusunan peningkatan penerapan teknologi baru pada petani dalam rangka penyusunan pola pertanaman dan peningkatan indeks pertanaman di bidang budidaya padi rawa;

- menyiapkan bahan penyusunan spesifikasi lokasi untuk peningkatan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas di bidang budidaya padi rawa;

- menyiapkan bahan penyusunan pola pertanaman sesuai dengan hasil teknologi baru di bidang budidaya padi rawa berdaya saing dan penguatan kelembagaan.

2. Subdirektorat Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering

Subdirektorat Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi tadah hujan dan lahan kering. Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering, menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi tadah hujan dan lahan kering.

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya padi tadah hujan dan lahan kering.

c. Penyiapan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang budidaya padi tadah hujan dan lahan kering.

d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya tadah hujan dan lahan kering.

Subdirektorat Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering teridiri dari :

- Seksi Padi Tadah Hujan

- Seksi Padi Lahan Kering

1) Seksi Padi Tadah Hujan

Seksi Padi Tadah Hujan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi tadah hujan.

Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah :

a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi tadah hujan, yang kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data informai bahan penyusunan kebijakan budidaya padi tadah hujan;

- menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi tadah hujan;

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 8

- melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan stake holders;

- menyajikan konsep kebijakan budidaya padi tadah hujan.

b. Melakukan penyiapan bahan kebijakan, yang kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data dan informasi bahan kebijakan budidaya padi tadah hujan;

- mengolah dan menganalisa data dan informasi kebijakan budidaya padi tadah hujan;

- menyajikan konsep kebijakan budidaya padi tadah hujan.

c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan standar, norma, pedoman kriteria, dan prosedur yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis dibidang budidaya padi tadah hujan;

- menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur di bidang budidaya padi tadah hujan;

- menyiapkan bahan penyusunan penerapan teknologi di bidang budidaya padi tadah hujan;

- penyiapkan bahan penyususunan pengelelolaan dibidang budidaya padi tadah hujan;

- penyiapkan bahan penyusunan pengembangan di bidang padi tadah hujan.

d. Melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan penyusunan bimbingan teknis di bidang budidaya padi tadah hujan;

- menyiapkan bahan peningkatan mutu di bidang budidaya padi tadah hujan;

- menyusun data base di bidang budidaya padi tadah hujan;

- menyiapkan bahan pengembangan di bidang budidaya padi tadah hujan berdaya saing dan penguatan kelembagaan.

e. Melakukan penyiapan bahan evaluasi, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan evaluasi di bidang budidaya padi tadah hujan;

- menyiapkan bahan teknis di bidang budidaya padi tadah hujan;

- menyiapkan bahan peningkatan mutu di bidang budidaya padi tadah hujan;

- menyiapkan bahan inventarisasi dan identifikasi di bidang budidaya padi tadah hujan;

- menyiapkan bahan penyusunan analisis pelaporan di bidang budidaya padi tadah hujan.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 9

2) Seksi Padi Lahan Kering

Seksi Padi Lahan Kering mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi lahan kering.

Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah :

a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan dibidang budidaya padi lahan kering yang kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data dan informasi bahan penyusunan kebijakan budidaya padi lahan kering;

- menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi lahan kering;

- melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan stake holders untuk menyusun kebijakan;

- menyajikan konsep kebijakan budidaya padi lahan kering.

b. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan, yang kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan budidaya padi lahan kering;

- mengolah dan menganalisis data dan informasi pelaksanaan kebijakan budidaya padi lahan kering;

- menyajikan konsep pelaksanaan kebijakan budidaya padi lahan kering.

c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan kebijakan teknis di bidang budidaya padi lahan kering;

- menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur, di bidang budidaya padi lahan kering;

- menyiapkan bahan teknologi spesifikasi di bidang budidaya padi lahan kering;

- menyiapkan bahan penerapan teknologi di bidang budidaya padi lahan kering;

- menyiapkan bahan pengelolaan di bidang budidaya padi lahan kering.

d. Melakukan penyiapkan bahan bimbingan teknis, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan penyusunan bimbingan teknis di bidang budidaya padi lahan kering;

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 10

- menyiapkan bahan penyusunan uji coba teknologi baru yang meningkatkan produksi secara kwalitas dan kwantitas di bidang budidaya padi lahan kering;

- menyiapkan bahan monitoring terhadap perkembangan teknologi di bidang budidaya padi lahan kering;

- menyiapkan bahan konsultasi pola tanam di bidang budidaya padi lahan kering.

e. Melakukan penyiapan bahan evaluasi, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan evaluasi di bidang budidaya padi lahan kering;

- menyiapkan bahan teknis di bidang budidaya pada lahan kering;

- menyiapkan bahan penyusunan inventarisasi dan identifikasi di bidang budidaya pada lahan kering;

- menyiapkan bahan penyusunan analisis terhadap di bidang budidaya padi lahan kering;

- menyiapkan bahan penyusunan laporan hasil pola tanam di bidang budidaya padi lahan kering.

3. Subdirektorat Jagung.

Subdirektorat Jagung mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya jagung. Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat Jagung, menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya jagung.

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya jagung.

c. Penyiapan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya jagung.

d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya jagung.

Subdirektorat Jagung terdiri dari :

- Seksi Intensifikasi Jagung

- Seksi Pengembangan Jagung

1) Seksi Intensifikasi Jagung

Seksi Intensifikasi Jagung mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang intensifikasi budidaya jagung.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 11

Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah :

a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang intensifikasi budidaya jagung , kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data dan informasi intensifikasi budidaya jagung;

- menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di bidang intensifikasi budidaya jagung;

- menyajikan konsep rancangan kebijakan di bidang intensifikasi budidaya jagung.

b. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan, yang kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan intensifikasi budidaya jagung;

- menganalisis data dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan intensifikasi budidaya agung;

- menyajikan konsep pelaksanaan kebijakan intensifikasi budidaya jagung.

c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang intensifikasi budidaya jagung, yang kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data dan informasi pelaksanaan di bidang intensifikasi budidaya jagung;

- menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis di bidang intensifikasi budidaya jagung;

- menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur dibidang intensifikasi budidaya jagung;

- menyiapkan bahan penyusunan kerjasama dengan pihak terkait dalam penerapan di bidang intensifikasi budidaya jagung;

- konsultasi dan koordinasi kelembagaan teknis dengan intansi terkait untuk pengembangan budidaya jagung;

- menyiapkan bahan penyusunan pengelolaan budidaya jagung;

- menyiapkan bahan penyusunan rumusan kebijakan manajemen produksi usaha tani di bidang intensifikasi budidaya jagung.

d. Melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan penyusunan pemberian bimbingan teknis di bidang intensifikasi budidaya jagung;

- menyiapkan bahan penyusunan peningkatan mutu di bidang intensifikasi budidaya jagung;

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 12

- menyiapkan bahan penyusunan monitoring dan konsultasi pelaksanaan kegiatan di bidang intensifikasi budidaya jagung;

- menyiapkan bahan penyusunan pembinaan dan pemantauan penerapan teknologi di bidang intensifikasi budidaya jagung;

- menyiapkan bahan penyusunan pengelolaan intensifikasi budidaya jagung serta bimbingan penguatan kelembagaan.

e. Melakukan penyiapan bahan evaluasi, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan evaluasi penyusunan di bidang intensifikasi budidaya jagung;

- menyiapkan bahan evaluasi penyusunan pengembangan intensifikasi budidaya jagung;

- menyiapkan bahan evaluasi penyusunan peningkatan mutu di bidang intensifikasi budidaya jagung.

2) Seksi Pengembangan Jagung

Seksi Pengembangan Jagung mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan budidaya jagung.

Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah :

a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang pengembangan budidaya jagung yang kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data dan informasi rencana pengembangan budidaya jagung;

- menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di bidang pengembangan budidaya jagung;

- menyajikan konsep rancangan kebijakan pengembangan budidaya jagung.

b. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan yang kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan pengembangan budidaya jagung;

- mengolah dan menganalisis data dan informasi pelaksanaan kebijakan pengembangan budidaya jagung;

- menyajikan konsep pelaksanaan kebijakan pengembangan budidaya jagung.

c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang pengembangan budidaya jagung, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan budidaya jagung;

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 13

- menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur di bidang pengembangan budidaya jagung;

- menyiapkan bahan penyusunan identifikasi dan pengumpulan data serta spesifikasi di bidang pengembangan budidaya jagung;

- menyiapkan bahan penyusunan penerapan teknologi di bidang pengembangan budidaya jagung;

- menyiapkan bahan penyusunan pengelolaan daerah/ lokasi di bidang pengembangan budidaya jagung;

- konsultasi teknis anjuran di bidang pengembangan budidaya jagung.

d. Melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan penyusunan pemberian bimbingan teknis di bidang pengembangan budidaya jagung;

- menyiapkan bahan penyusunan identifikasi teknologi pola tanam di bidang pengembangan budidaya jagung;

- menyiapkan bahan penyusunan uji coba teknologi baru untuk meningkatkan produksi secara kualitas dan kuantitas di bidang pengembangan budidaya jagung;

- menyiapkan bahan penyusunan teknologi spesifikasi lokasi yang berhubungan dengan peningkatan pola tanam di bidang pengembangan budidaya jagung;

- menyiapkan bahan penyusunan sosialisasi teknologi peningkatan produksi secara kwalitas dan kwantitas di bidang pengembangan budidaya jagung.

e. Melakukan penyiapan bahan evaluasi teknis yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan evaluasi penyusunan di bidang pengembangan budidaya jagung;

- menyiapkan bahan evaluasi penyusunan teknis di bidang pengembangan budidaya jagun;

- menyiapkan bahan evaluasi penyusunan penerapan teknologi baru dan peningkatan indeks pertanaman di bidang pengembangan budidaya jagung;

- menyiapkan bahan evaluasi penyusunan anjuran teknologi yang sesuai dengan daerah / lokasi yang dapat meningkatkan produksi di bidang pengembangan budidaya jagung.

4. Subdirektorat Serealia Lainnya.

Subdirektorat Serealia Lainnya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 14

evaluasi di bidang budidaya serealia lainnya. Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat Serealia lainnya, menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya serealia lainnya.

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya serealia lainnya.

c. Penyiapan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya serealia lainnya.

d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya serealia lainnya.

Subdirektorat Serealia Lainnya terdiri dari :

- Seksi Intensifikasi Serealia Lainnya

- Seksi Pengembangan Serealia Lainnya

1) Seksi Intensifikasi Serealia Lainnya

Seksi Intensifikasi Serealia Lainnya mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya.

Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah :

a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya, yang kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data dan informasi intensifikasi budidaya serealia lainnya;

- menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di intensifikasi budidaya serealia lainnya;

- menyajikan konsep pelaksanaan kebijakan di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya;

b. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan, yang kegiatannya meliputi :

- pengumpulan data dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan intensifikasi budidaya serealia lainnya;

- menganalisis data dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan intensifikasi budidaya serealia lainnya;

- menyajikan konsep pelaksanaan kebijakan intensifikasi budidaya serealia lainnya.

c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya yang kegiatannya meliputi :

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 15

- menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan peningkatan mutu di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan data base di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan pengembangan di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya.

d. Melakukan penyiapan bahan pemberian bimbangan teknis, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan penyusunan pemberian bimbingan teknis di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan peningkatan mutu di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan penyebarluasan teknologi di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan pembinaan dan pemantauan penerapan teknologi di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan pengelolaan budidaya serealia lainnya serta bimbingan penguatan kelembagaan.

e. Melakukan penyiapan bahan evaluasi yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan evaluasi penyusunan di bidang budidya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan teknis di bidang intensifikasi serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan peningkatan mutu di bidang intensifikasi serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan data base di bidang intensifikasi serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan pengembangan komoditi tanaman serealia lainnya berdaya saing dan jenis unggul.

2) Seksi Pengembangan Serealia Lainnya

Seksi Pengembangan Serealia Lainnya mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosdur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya.

Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah :

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 16

a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebjakan di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya, yang kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data dan informasi rencana pengembangan budidaya serealia lainnya;

- menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya serealia lainnya;

- menyajikan konsep rancangan kebijakan pengembangan budidaya serealia lainnya.

b. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan, yang kegiatannya meliputi :

- mengumpulkan data dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan pengembangan budidaya serealia lainnya;

- mengolah dan menganalisis data dan informasi pelaksanaan kebijakan pengembangan budidaya serealia lainnya;

- menyajikan konsep pelaksanaan kebijakan pengembangan budidaya serealia lainnya.

c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan identifikasi dan pengumpulan data serta spesifikasi di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan penerapan teknologi di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan pengelolaan daerah/lokasi di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya.

d. Melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan penyusunan pemberian bimbingan teknis di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan penyebarluasan teknologi di bidang budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan penyusunan monitoring dibidang pengembangan budidaya serealia lainnya;

- konsultasi pola tanam di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya.

e. Melakukan penyiapan bahan evaluasi, yang kegiatannya meliputi :

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 17

- menyiapkan bahan evaluasi penyusunan di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan evaluasi penyusunan teknis di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan evaluasi penyusunan inventarisasi dan identifikasi di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya;

- menyiapkan bahan evaluasi penyusunan analisa di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya.

5. Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, dan surat menyurat, serta kearsipan direktorat.

Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah :

a. Melakukan urusan kepegawaian, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan rencana kebutuhan, pengembangan, mutasi, pensiun dan kesejahteraan pegawai;

- menyiapkan bahan usulan kenaikan pangkat dan gaji berkala;

- menyiapkan bahan usulan pengurusan Kartu Taspen, ASKES, KARPEG, KARIS/KARSU;

- menyiapkan bahan dan mengevaluasi daftar hadir;

- menyiapkan bahan dan memproses daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3);

- memproses pemberian cuti pegawai dan ijin yang berkaitan dengan kepegawaian;

- menyiapkan bahan penyusunan rencana pengembangan pegawai yang meliputi usulan peserta diklat, ujian dinas, penerimaan penghargaan, tanda jasa dan peningkatan kemampuan dan keterampilan pegawai;

- menyiapkan bahan usulan penyelesaian kasus kepegawaian;

- menyiapkan bahan penyusunan Daftar Urut Kepangkatan (DUK);

- menyiapkan bahan perubahan status pegawai yang meliputi perkawinan, kelahiran, perceraian dan kematian;

- mengumpulkan data dan mengolah Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG).

b. Melakukan urusan keuangan direktorat, yang kegiatannya meliputi :

- menyiapkan bahan usulan anggaran;

- menyiapkan bahan daftar gaji dan lembur pegawai;

- menyiapkan bahan laporan tentang kerugian Negara.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 18

c. Melakukan urusan perlengkapan direktorat, yang kegiatannya meluputi :

- menyiapkan bahan rencana kebutuhan barang dan jasa;

- mengelola barang milik/kekayaan negara;

- menyiapkan bahan usulan penghapusan barang-barang dan inventaris milik/kekayaan negara;

- menyiapkan laporan barang triwulan dan tahunan, inventaris barang pada Unit Pemakai Barang (UPB);

- menghimpun, mengolah dan menyajikan data perlengkapan dalam data base Sistem Informasi Manajemen Perlengkapan (SIMPAP).

d. Melakukan urusan rumah tangga direktorat, yang kegiatannya meliputi :

- melakukan pengaturan penggunaan, dan pembiayaan pemeliharaan kendaraan dinas;

- menyiapkan usulan pemeliharaan gedung kantor, dan halaman/ kebun/taman;

- menyiapkan rencana kebutuhan peralatan kantor dan ATK;

- melakukan pengaturan tata ruang, kebersihan, ketertiban dan keamanan kantor;

- melakukan penyelenggaraan rapat-rapat, penerimaan tamu dan pelayanan tata usaha pimpinan;

- melakukan urusan pengaturan pemakaian listrik, air, telepon dan sarana komunikasi lainnya.

e. Melakukan urusan surat menyurat dan kearsipan direktorat, yang kegiatannya meliputi :

- melakukan urusan surat masuk yang meliputi pengambilan, penerimaan, penyortiran, pengagendaan dan penyampaian surat ke unit kerja yang berwenang;

- melakukan urusan surat keluar baik langsung maupun melalui pos yang meliputi pengagendaan dan pengiriman ke alamat yang dituju;

- melakukan pengiriman dan penerimaan berita melalui email, e-form, telekomunikasi dan faximile;

- melakukan urusan pengetikan dan penggandaan surat, naskah dan dokumen;

- melakukan pengarsipan surat-surat, dokumen dan laporan;

- menyiapkan bahan laporan bidang ketatausahaan.

f. Melaksanakan penyusunan laporan direktorat, yang kegiatannya meliputi:

- mengumpulkan bahan laporan bulanan, tahunan dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (LAKIP);

- menyajikan konsep laporan bulanan, tahunan, dan LAKIP.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 19

III. PELAKSANAAN PROGRAM

1. Padi

a. Produksi Padi Tahun 2013

Produksi padi tahun 2013 (ARAM II) diperkirakan sebesar 70,866 juta ton gabah Kering Giling (GKG), mengalami peningkatan sebanyak 1,810 juta ton (2,62%) dibandingkan tahun 2012. Peningkatan produksi padi tahun 2013 tersebut diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 871 ribu ton, dan di luar Jawa sebesar 939 ribu ton. Peningkatan produksi terjadi karena peningkatan luas panen seluas 324 ribu hektar (2,41%) dan produkivitas sebesar 0,10 ku/ha (0,19%). Produksi padi berdasarkan ARAM II dapat dilihat pada tabel berikut :

Grafik 1. Produksi Padi Tahun 2010 - 2013

Perkiraan kenaikan produksi padi tahun 2013 yang relative besar terdapat

di Provinsi Jawa Barat, Sumatera Selatan, Lampung, NTB, Banten, Aceh

dan Kalimantan Barat. Sementara itu, perkiraan penurunan produksi padi

tahun 2013 yang relative besar terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa

Timur, Sumatera Utara, DI Yogyakarta, dan Riau.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 20

Grafik 2. Pola Panen Padi Tahun 2011 - 2013

Tabel 1. Pencapaian Produksi Padi Berdasarkan ARAM II Tahun 2013

(1) (3) (4) (5) Absolut % Absolut %

1. Luas Panen (Ha) 13.445.524 13.859.419 13.769.913 324.389 102,41 (89.506) 99,35

a. Januari - April ( SR I) 6.231.959 6.493.557 6.265.938 33.979 100,55 (227.619) 96,49

b. Mei - Agustus ( SR II) 4.622.122 4.523.563 4.503.460 (118.662) 97,43 (20.103) 99,56

c. Sept - Des. ( SR III) 2.591.443 2.842.299 3.000.515 409.072 115,79 158.216 105,57

2. Produktivitas (Ku/Ha) 51,36 52,00 51,46 0,10 100,19 (0,54) 98,96

a. Januari - April ( SR I) 51,56 52,36 51,66 0,10 100,19 (0,70) 98,67

b. Mei - Agustus ( SR II) 50,93 52,13 50,93 - 100,00 (1,20) 97,70

c. Sept - Des. ( SR III) 51,64 50,96 51,86 0,22 100,43 0,90 101,76

3. Produksi (Ton GKG) 69.056.126 72.063.735 70.866.571 1.810.445 102,62 (1.197.164) 98,34

a. Januari - April ( SR I) 32.132.657 33.998.406 32.368.753 236.096 100,73 (1.629.653) 95,21

b. Mei - Agustus ( SR II) 23.540.426 23.580.770 22.937.581 (602.845) 97,44 (643.189) 97,27

c. Sept - Des. ( SR III) 13.383.043 14.484.559 15.560.237 2.177.194 116,27 1.075.678 107,43

(2)

(5) : (4)

ANALISIS

ARAM II 2013Perbandingan ARAM II'13 thd

ATAP'12

Perbandingan ARAM II'13 thd

Sasaran'13No Uraian ATAP 2012 SASARAN 2013

(5) : (3)

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 21

Jika dibandingkan dengan sasaran, produksi padi tahun 2013 belum mencapai sasaran masih kurang 1,197 juta ha atau baru mencapai 98,34%, begitu juga dengan produktivitas masih di bawah sasaran hanya mencapai 98,96% atau kurang 0,54 ku/ha, dan luas panen juga belum hanya mencapai sasaran masih kurang 89.506 ha atau baru mencapai 99,35%.

Tabel 2. Perkembangan Peningkatan produksi Padi Tahun 2013

Absolut % Absolut %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

A. Luas Panen (000 ha)

- Jawa 6.165 6.185 6.445 20 0,32 260 4,20

- Luar Jawa 7.038 7.260 7.324 222 3,15 64 0,88

- Indonesia 13.203 13.445 13.769 242 1,83 324 2,41

B. Produktivitas (ku/ha)

- Jawa 55,81 59,05 58,02 3,24 5,81 (1,03) -1,74

- Luar Jawa 44,54 44,81 45,69 0,27 0,61 0,88 1,96

- Indonesia 49,80 51,36 51,46 1,56 3,13 0,10 0,19

C. Produksi (000 ton)

- Jawa 34.404 36.526 37.397 2.122 6,17 871 2,38

- Luar Jawa 31.352 32.529 33.468 1.177 3,75 939 2,89

- Indonesia 65.756 69.056 70.866 3.300 5,02 1.810 2,62

ARAM II

2013

UraianNo

Perkembangan

2011 -2012 2012-2013

Tahun

ATAP

2011ATAP 2012

Bila dilihat dari peran Jawa dan Luar Jawa terhadap produksi nasional, maka tahun 2013 pulau jawa menyumbang produksi 37,397 juta ton (52,77%) dan luar Jawa menyumbang 33,468 juta ton (47,23%). Tahun 2012 peran pulau jawa menyumbang produksi padi sebesar 52,89% luar pulau jawa menyumbang produksi sebesar 47,11% sedangkan tahun 2011 pulau jawa menyumbang produksi 53,32% dan luar jawa menyumbang produksi 47,68% maka peran pulau dari tahun 2011 – 2013 mengalami kenaikan begitu juga dengan peran luar jawa juga mengalami kenaikan.

Urutan penyumbang produksi padi tahun 2013 lima besar provinsi adalah seperti pada Tabel 3 di bawah ini. Pada tahun 2013 Jawa Timur menjadi peringkat 1, diikuti provinsi Jawa Barat sebagai peringkat 2, Provinsi Jawa Tengah peringkat 3, Provinsi Sulawesi Selatan peringkat ke 4 dan peringkat ke 5 diduduki provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2012 penyumbang produksi padi sama seperti pada tahun 2013 ini. Data peringkat penyumbang produksi padi tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 22

Tabel 3. Peringkat Penyumbang Peningkatan Produksi Padi Tahun 2012 dan 2013

Produksi padi tahun 2013 meningkat 2,62% dibanding produksi padi tahun 2012, peningkatan produksi ini merupakan sumbangan dari 6 provinsi yang mengalami peningkatan produksi lebih dari 10 %. Sedangkan provinsi yang pencapaian produksinya antara 5-10% terdapat di 9 provinsi, produksinya dibawah 5% terdapat di 18 provinsi. Peningkatan produksi di atas 10% dari

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 23

tahun 2013 terdapat 6 provinsi yaitu Maluku, Papua, Gorontalo, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Barat dan Aceh. Peningkatan produksi 5 % sampai dengan <10 % hanya 9 Provinsi yaitu Jambi, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Kepulauan Riau dan Kalimantan Tengah. Peningkatan produksi di bawah 5% terdapat di 18 Propinsi. Data secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Urutan Peningkatan Produksi Padi Tahun 2013 dibanding Tahun 2012

Peningkatan produksi padi tahun 2013 sebesar 1,810 juta ton, terjadi karena peningkatan produksi di 24 provinsi, sedangkan provinsi yang mengalami penurunan hanya di 9 provinsi. Provinsi yang menyumbang produksi padi lebih dari 100 ribu ha terdapat di 6 Provinsi yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Banten dan Kalimantan

2012 2013 2012 2013

1 Maluku 84.271 113.178 34,30 18 Nusa Tenggara Timur 698.566 725.507 3,86

2 Kep. Bangka Belitung 22.395 29.087 29,88 19 Lampung 3.101.455 3.218.232 3,77

3 Papua 138.032 172.196 24,75 20 Nusa Tenggara Barat 2.114.231 2.161.442 2,23

4 Gorontalo 245.786 291.248 18,50 21 Kalimantan Timur 561.959 573.382 2,03

5 Kalimantan Barat 1.300.100 1.514.654 16,50 22 Sulawesi Tengah 1.024.316 1.033.241 0,87

6 Aceh 1.788.738 1.968.474 10,05 23 Jawa Tengah 10.232.934 10.295.494 0,61

7 Banten 1.865.893 2.046.832 9,70 24 Sumatera Barat 2.368.390 2.373.806 0,23

8 J a m b i 625.164 685.681 9,68 25 Jawa Timur 12.198.707 12.144.973 (0,44)

9 Sumatera Selatan 3.295.247 3.593.463 9,05 26 B a l i 865.553 857.157 (0,97)

10 Sulawesi Tenggara 516.291 562.078 8,87 27 Sumatera Utara 3.715.514 3.664.588 (1,37)

11 Maluku Utara 65.686 71.002 8,09 28 Sulawesi Selatan 5.003.011 4.911.567 (1,83)

12 Bengkulu 581.910 626.176 7,61 29 Kalimantan Selatan 2.086.221 1.990.788 (4,57)

13 Jawa Barat 11.271.861 12.009.422 6,54 30 DI Yogyakarta 946.224 891.137 (5,82)

14 Kepulauan Riau 1.323 1.396 5,52 31 DKI Jakarta 11.044 10.141 (8,18)

15 Kalimantan Tengah 755.507 793.576 5,04 32 Papua Barat 30.245 26.280 (13,11)

16 Sulawesi Utara 615.062 641.236 4,26 33 R i a u 512.152 440.131 (14,06)

17 Sulawesi Barat 412.338 429.006 4,04 69.056.126 70.866.571 2,62

Produksi (Ton) Peningkata

n (%)

INDONESIA

No ProvinsiProduksi (Ton) Peningkatan

(%)No Provinsi

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 24

Barat. Sedangkan Provinsi Kepulauan Riau penyumbang terkecil produksi padi nasional hanya sebesar 1.396 ton GKG sementara 9 provinsi turun dari pencapaian tahun 2012. Urutan penyumbang peningkatan produksi padi pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Urutan Penyumbang Peningkatan Produksi Tahun 2013

1 Jawa Barat 737.561 18 Sulawesi Barat 16.668

2 Sumatera Selatan 298.216 19 Kalimantan Timur 11.423

3 Kalimantan Barat 214.554 20 Sulawesi Tengah 8.925

4 Banten 180.939 21 Kepulauan Bangka Belitung 6.692

5 Aceh 179.736 22 Sumatera Barat 5.416

6 Lampung 116.777 23 Maluku Utara 5.316

7 Jawa Tengah 62.560 24 Kepulauan Riau 73

8 J a m b i 60.517 25 DKI Jakarta (903)

9 Nusa Tenggara Barat 47.211 26 Papua Barat (3.965)

10 Sulawesi Tenggara 45.787 27 B a l i (8.396)

11 Gorontalo 45.462 28 Sumatera Utara (50.926)

12 Bengkulu 44.266 29 Jawa Timur (53.734)

13 Kalimantan Tengah 38.069 30 DI Yogyakarta (55.087)

14 Papua 34.164 31 R i a u (72.021)

15 Maluku 28.907 32 Sulawesi Selatan (91.444)

16 Nusa Tenggara Timur 26.941 33 Kalimantan Selatan (95.433)

17 Sulawesi Utara 26.174 1.810.445

No ProvinsiPeningkatan

(Ton)No Provinsi

Peningkatan

(Ton)

INDONESIA

Dengan perhitungan konversi gabah ke beras tersedia 62,74% (BKP), maka pada tahun 2013 tersedia beras sejumlah 41,215 juta ton. Bila jumlah penduduk tahun 2013 sejumlah 247,390 juta juta jiwa, tingkat konsumsi per kapita per tahun 132,98 Kg per Kapita/Tahun, maka diperlukan beras sejumlah 34,266 juta ton. Dengan demikian pada tahun 2013 diperkirakan

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 25

surplus sebesar 6,949 juta ton beras. Perhitungan secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Perkiraan Ketersediaan dan Konsumsi Beras Tahun 2013

Keterangan

a. Jumlah penduduk tumbuh 1,49% per tahun (247.390.000 jiwa)

b. Konsumsi per kapita tahun 2013 = 132.98 Kg per Kapita / thn

c. Konversi GKG menjadi beras tersedia untuk konsumsi manusia 56,22%

Walaupun secara nasional pada tahun 2013 diperkiraan surplus beras sebesar 6,949 juta ton, namun apabila dilihat sebaran produksi per bulan selama tahun 2013 terdapat 4 bulan defisit (produksi pada bulan yang bersangkutan dibawah kebutuhan rata-ratanya) dan 8 bulan suplus produksi (produksi pada bulan yang bersangkutan diatas kebutuhan rata-ratanya), bulan defisit dan bulan surplus sebagai beirkut:

- Bulan-bulan defisit selama tahun 2013 adalah: Januari 357 ribu ton, Oktober 485 ribu ton, Nopember 1,064 juta ton dan Desember 953 ribu ton beras. Bulan-bulan defisit tersebut merupakan awal atau pada masa-masa puncak musim tanam.

Jan Februari Maret April Mei Juni Juli Agts Sept Okt Nop Des

1. Produksi (GKG) 70.866.571 4.240.277 8.315.559 12.063.824 7.749.093 4.922.665 5.652.112 6.349.601 6.013.203 5.383.945 4.012.092 2.983.538 3.180.661

2. Konsumsi Gabah : 5.173.260 309.540 607.036 880.659 565.684 359.355 412.604 463.521 438.964 393.028 292.883 217.798 232.188

- Kebutuhan Benih/Bibit ( 0,9 % ) 637.799 38.162 74.840 108.574 69.742 44.304 50.869 57.146 54.119 48.456 36.109 26.852 28.626

- Kebutuhan Untuk Pakan (0,44% ) 311.813 18.657 36.588 53.081 34.096 21.660 24.869 27.938 26.458 23.689 17.653 13.128 13.995

- Bahan baku industri bukan makanan (0,56%) 396.853 23.746 46.567 67.557 43.395 27.567 31.652 35.558 33.674 30.150 22.468 16.708 17.812

- Tercecer ( 5,4% ) 3.826.795 228.975 449.040 651.446 418.451 265.824 305.214 342.878 324.713 290.733 216.653 161.111 171.756

3. Gabah Tersedia ( 1-2) 65.693.311 3.930.736 7.708.524 11.183.165 7.183.409 4.563.311 5.239.508 5.886.080 5.574.239 4.990.917 3.719.209 2.765.740 2.948.473

4. Beras Tersedia (GKG ke Beras 62,74%) 41.215.984 2.466.144 4.836.328 7.016.318 4.506.871 2.863.021 3.287.267 3.692.927 3.497.278 3.131.302 2.333.432 1.735.225 1.849.872

5. Konsumsi Beras 34.266.425 2.823.284 2.902.211 2.974.804 2.891.240 2.836.500 2.850.627 2.864.136 2.857.620 2.845.433 2.818.864 2.798.944 2.802.762

- Konsumsi Langsung (penduduk x tingkat konsumsi) 32.893.933 2.741.161 2.741.161 2.741.161 2.741.161 2.741.161 2.741.161 2.741.161 2.741.161 2.741.161 2.741.161 2.741.161 2.741.161

- Pakan ternak/unggas (0,17%) 70.067 4.192 8.222 11.928 7.662 4.867 5.588 6.278 5.945 5.323 3.967 2.950 3.145

- Industri bukan makanan (0,66%) 272.025 16.277 31.920 46.308 29.745 18.896 21.696 24.373 23.082 20.667 15.401 11.452 12.209

- Susut/tercecer ( 2,5%) 1.030.400 61.654 120.908 175.408 112.672 71.576 82.182 92.323 87.432 78.283 58.336 43.381 46.247

6 Surplus/Defisit ( 4-5) 6.949.558 (357.140) 1.934.117 4.041.513 1.615.631 26.521 436.640 828.791 639.657 285.868 (485.433) (1.063.719) (952.890)

1.576.977 5.618.490 7.234.122 7.260.643 7.697.283 8.526.074 9.165.731 9.451.600 8.966.167 7.902.448 6.949.558

No. Uraian JumlahSebaran Produksi dan Kebutuhan Bulanan Tahun 2013 (Dalam Ton)

Akumulasi

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 26

- Bulan-bulan surplus selama tahun 2013 adalah: Februari 1,934 juta ton, Maret 4,041 juta ton, April 1,615 juta ton, Mei 26 ribu ton, Juni 437 ribu ton, Juli 829 ribu ton, Agustus 639 ribu ton dan bulan September 286 ribu ton setara beras.

- Puncak produksi pada tahun 2013 terjadi pada bulan Pebruari, Maret, April dengan jumlah produksi 9,058 juta ton GKG dan produksi terendah pada bulan Mei dengan produksi 26 ribu ton GKG.

Grafik 3. Perkiraan Sebaran Produksi Padi/Beras Tahun 2013

(Berdasarkan ARAM II BPS)

b. Luas Panen Padi Tahun 2013

Luas Panen padi pada tahun 2013 secara nasional meningkat 324 ribu ha atau (2,41%) dari luas panen pada tahun 2012. Peningkatan luas panen ini terjadi di 22 provinsi dengan peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 27

Jawa Timur yaitu seluas 97.634 ha, sedangkan penurunan luas terendah terjadi di Provinsi Sumatera Utara seluas 35.195 ha.

Bila kita lihat per pulau, maka di pulau Sumatera terjadi peningkatan luas panen sebesar 16.871 ha (0,48%), Jawa mengalami peningkatan seluas 259.915 ha (4,20%), Bali dan Nusa Tenggara meningkat 25.414 ha (3,28%), Kalimantan meningkat seluas 21.872 ha (1,66%), Sulawesi menurun 7.354 ha (0,46%) dan Maluku dan Papua juga meningkat 7.670 ha (9,22%) dari tahun 2012. Data perkembagan luas panen padi tahun 2011 – 2013 pada tabel berikut :

Tabel 7. Perkembangan Luas Panen Padi Tahun 2011 - 2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 28

Peringkat luas panen padi tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Peringkat Luas Panen Padi Tahun 2012 dan 2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 29

c. Produktivitas Padi Tahun 2013

Produktivitas rata-rata nasional tahun 2013 meningkat 0,10 ku/ha (0,19%) dari pencapaian produktivitas tahun 2012. Namun demikian bila kita lihat secara lebih rinci, terdapat 7 provinsi yang mengalami penurunan produktivitas. Peningkatan produktivitas tertinggi terjadi di provinsi Papua (6,97 ku/ha), Gorontalo (3,69 ku/ha), Sumsel (2,38 Ku/ha), kepulauan Riau (2,20 ku/ha) dan Maluku (2, 19 Ku/Ha);. Penurunan produktivitas tertinggi terjadi di Provinsi D.I. Yogyakarta (4,17 Ku/Ha), Jawa Timur (2,46 Ku/Ha), NTT (1,81 Ku/Ha) Sulawesi Barat (1,58 Ku/Ha), Bali (0,57 Ku/Ha) dan Kepulauan Bangka Belitung (O,06 Ku/Ha). Data produktivitas padi tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Produktivitas Padi Tahun 2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 30

Peringkat produktivitas tahun 2013 mengalami perubahan bila dibandingkan dengan peringkat produktivitas tahun 2012. Pada tahun 2013 Jawa Barat menjadi peringkat pertama sebesar 59,56 ku/ha dalam peningkatan produktivitas, diikuti Provinsi Jawa Timur sebagai peringat kedua dengan produktivitas sebesar 59,26 ku/ha, diikuti DKI Jakarta sebagai peringkat ketiga dengan produktivitas sebesar 59,10 ku/ha. Pada tahun 2012 ini Jawa Timur menduduki peringkat kedua dengan produktivitas 61,74 ku/ha dibawah Provinsi D.I. Yogyakarta yang menjadi peringkat pertama dengan produktivitas sebesar 61,88 ku/ha sedangkan Provinsi Jawa Barat menjadi peringkat ketiga dengan produktivitas 58,74 ku/ha. Data peringkat produktivitas padi tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10. Peringkat Produktivitas Padi Tahun 2012 dan 2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 31

d. Realisasi Luas Tanam MT. 2012/2013 dan MT. 2013

- Realisasi luas tanam padi MT 2012/2013 (Oktober 2012- Maret 2013) dan MT 2013 (April – September 2013) mencapai 13,952 juta ha.

- Bila dibandingkan dengan realisasi tanam rata-rata lima (5) tahun sebelumnya seluas 12,950 juta ha, realisasi tanam tersebut mencapai 107,74% (1,001 juta ha)

- Bila dibandingkan dengan realisasi tanam tahun lalu MT 2011/2012 dan MT 2012 seluas 13,413 juta ha, realisasi tanam tersebut mencapai 104,02% (539 ribu ha)

- Bila dibandingkan dengan sasaran tanam MT 2012/2013 dan MT 2013 seluas 14,307 jutaha, realisasi tanam tersebut baru mencapai 97,52.% masih kekurangan 354 ribu ha

- Bila dibandingkan dengan realisasi tanam padi tahun lalu, pada bulan Nopember 2012, Pebruari, Maret, Juli, Agustus dan September 2013 (6 bulan) terjadi penurunan luas tanam, pada periode yang sama. Sedang pada bulan2 lainnya terjadi peningkatan luas tanam.

- Bila dibandingkan dengan realisasi tanam rata-rata lima (5) tahun sebelumnya, pada bulan Pebruari, Maret, Juli, Agustus dan September 2013 terjadi penurunan luas tanam, pada periode yang sama. Pada bulan2 lainnya terjadi peningkatan luas tanam.

Tabel 11. Realisasi Luas Tanam Padi MT. 2012/2013 dan MT. 2013 Nasional

Rata2 Lima

Tahun

Sebelumnya

Realiasi

MT' 11/12 dan

MT' 12

Sasaran

MT'12/13 dan

MT'13

Realiasi

MT' 12/13 dan

MT' 13

(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) % Selisih (Ha) % Selisih (Ha) % Selisih (Ha)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(6):(3) (8)=(6):(3) (9)=(6):(4) (10)=(6):(4) (11)=(6):(5) (12)=(6):(5)

1 Oktober 812.339 813.398 885.414 855.556 105,32 43.217 105,18 42.158 96,63 (29.858)

2 Nopember 1.539.192 1.705.275 1.779.216 1.656.551 107,62 117.359 97,14 (48.724) 93,11 (122.665)

3 Desember 2.112.315 2.418.949 2.500.811 2.467.265 116,80 354.950 102,00 48.316 98,66 (33.546)

4 Januari 1.507.944 1.481.520 1.560.846 1.546.180 102,54 38.236 104,36 64.660 99,06 (14.666)

5 Pebruari 867.683 770.054 850.434 728.895 84,00 (138.788) 94,66 (41.159) 85,71 (121.539)

6 Maret 989.845 1.008.942 1.079.944 926.373 93,59 (63.472) 91,82 (82.569) 85,78 (153.571)

7.829.318 8.198.138 8.656.665 8.180.820 104,49 351.502 99,79 (17.318) 94,50 (475.845)

7 April 1.215.111 1.364.204 1.396.936 1.394.743 114,78 179.632 102,24 30.539 99,84 (2.193)

8 Mei 1.206.016 1.201.883 1.358.374 1.402.220 116,27 196.204 116,67 200.337 103,23 43.846

9 Juni 914.674 920.391 977.962 1.048.975 114,68 134.301 113,97 128.584 107,26 71.013

10 Juli 658.901 691.025 749.223 751.979 114,13 93.078 108,82 60.954 100,37 2.756

11 Agustus 525.250 474.962 486.459 539.634 102,74 14.384 113,62 64.672 110,93 53.175

12 September 601.575 562.754 681.428 634.320 105,44 32.745 112,72 71.566 93,09 (47.108)

5.121.527 5.215.219 5.650.382 5.771.871 112,70 650.344 110,67 556.652 102,15 121.489

12.950.845 13.413.357 14.307.047 13.952.691 107,74 1.001.846 104,02 539.334 97,52 (354.356) Okt-Sept

Luas Tanam Padi

Realiasi MT'12/13 dan

MT'13 Thd Rata2 5

Tahun

Realiasi MT'12/13 dan

MT'13 Thd Tahun lalu

Realiasi MT'12/13 dan

MT'13 Thd Sasaran

Analisis

Apr-Sept

Okt-Mart

No Bulan

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 32

Grafik 4. Realisasi Luas Tanam Padi MT. 2012/2013 dan MT. 2013 Nasional

1) Realisasi Tanam MT. 2012/2013

Realisasi tanam padi MT.2012/2013 (Oktober-Maret) mencapai 8,180 juta Ha jika dibandingkan dengan realisasi tanam MT. 2011/2012 seluas 8,198 juta ha, maka realisasi Tanam MT. 2012/203 lebih rendah 17.318 Ha (99,79%), Jika dibandingkan rerata 5 tahun sebelumnya lebih tinggi 351.502 ha (104,49%), sedangkan jika dibandingkan dengan sasaran MT. 2012/2013 masih kurang 475 ribu ha atau hanya mencapai (94,50%).

Tabel 12. Perbandingan Realisasi Tanam MT. 2012/2013 dengan Rerata 5 Tahun sebelumnya, MT. 2011/2012 dan Sasaran MT. 2012/2013

Rata2 Lima

Tahun

Sebelumnya

Realiasi MT'

2011/2012

Sasaran MT.

2012/2013

Realiasi

MT. 2012/2013

(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) % Selisih (Ha) % Selisih (Ha) % Selisih (Ha)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(6):(3) (8)=(6):(3) (9)=(6):(4) (10)=(6):(4) (11)=(6):(5) (12)=(6):(5)

1 Oktober 812.339 813.398 885.414 855.556 105,32 43.217 105,18 42.158 96,63 (29.858)

2 Nopember 1.539.192 1.705.275 1.779.216 1.656.551 107,62 117.359 97,14 (48.724) 93,11 (122.665)

3 Desember 2.112.315 2.418.949 2.500.811 2.467.265 116,80 354.950 102,00 48.316 98,66 (33.546)

4 Januari 1.507.944 1.481.520 1.560.846 1.546.180 102,54 38.236 104,36 64.660 99,06 (14.666)

5 Pebruari 867.683 770.054 850.434 728.895 84,00 (138.788) 94,66 (41.159) 85,71 (121.539)

6 Maret 989.845 1.008.942 1.079.944 926.373 93,59 (63.472) 91,82 (82.569) 85,78 (153.571)

7.829.318 8.198.138 8.656.665 8.180.820 104,49 351.502 99,79 (17.318) 94,50 (475.845) Okt-Mart

No Bulan

Luas Tanam Padi Analisis

Realiasi MT. 2012/2013

Thd Rata2 5 Tahun

Realiasi MT. 2012/2013

Thd Tahun lalu

Realiasi MT. 2012/2013

Thd Sasaran

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 33

Grafik 5. Perbandingan Realisasi Tanam MT. 2012/2013 dengan Rerata 5 Tahun sebelumnya, MT. 2011/2012 dan Sasaran 2012/2013

2) Realisasi Tanam MT. 2013 Realisasi tanam padi MT. 2013 (April – September) mencapai 5,771 juta

ha juta ha, realisasi tersebut lebih tinggi 556 ha (110,67%), jika

dibandingkan dengan realisasi tanam MT. 2012. Jika dibandingkan

Rerata 5 tahun sebelumnya realisasi MT. 2013 lebih tinggi 650 ribu ha

(.112,70%), jika dibandingkan dengan sasaran tanam MT. 2013 realisasi

luas tanam MT. 2013 sudah mencapai 102,15% atau meningkat 121 ribu

ha. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 13. Perbandingan Realisasi Tanam MT. 2013 dengan Rerata 5 tahun sebelumnya, MT 2012 dan Sasaran MT. 2013

Rata2 Lima Tahun

Sebelumnya

Realiasi MT.

2012

Sasaran MT.

2013

Realiasi MT.

2013

(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) % Selisih (Ha) % Selisih (Ha) % Selisih (Ha)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(6):(3) (8)=(6):(3) (9)=(6):(4) (10)=(6):(4) (11)=(6):(5) (12)=(6):(5)

1 April 1.215.111 1.364.204 1.396.936 1.394.743 114,78 179.632 102,24 30.539 99,84 (2.193)

2 Mei 1.206.016 1.201.883 1.358.374 1.402.220 116,27 196.204 116,67 200.337 103,23 43.846

3 Juni 914.674 920.391 977.962 1.048.975 114,68 134.301 113,97 128.584 107,26 71.013

4 Juli 658.901 691.025 749.223 751.979 114,13 93.078 108,82 60.954 100,37 2.756

5 Agustus 525.250 474.962 486.459 539.634 102,74 14.384 113,62 64.672 110,93 53.175

6 Septmber 601.575 562.754 681.428 634.320 105,44 32.745 112,72 71.566 93,09 (47.108)

5.121.527 5.215.219 5.650.382 5.771.871 112,70 650.344 110,67 556.652 102,15 121.489

Analisis

Realiasi MT. 2013 Thd

Rata2 5 Tahun

Realiasi MT. 2013 Thd

Tahun lalu

Realiasi MT.2013 Thd

Sasaran

Apr-Sept

No Bulan

Luas Tanam Padi

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 34

Grafik 6. Perbandingan Realisasi Tanam MT. 2013 dengan Rerata 5 tahun sebelumnya, MT 2012 dan Sasaran MT. 2013

2. Jagung

a. Produksi Jagung Tahun 2013

Produksi jagung tahun 2013 berdasarkan data Angka Ramalan (ARAM) II

Badan Pusat Statistik (BPS) diperkirakan sebesar 18,510 juta ton pipilan

kering, menurun sebanyak 876 ratus ton (4,52%) dibandingkan tahun 2012.

Penurunan produksi jagung tahun 2013 tersebut diperkirakan terjadi di

Jawa sebesar 0,53 juta ton dan di luar Jawa sebesar 0,35 juta ton.

Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen

seluas 100,24 ribu ha (2,53%) dan produktivitas sebesar 1,00 ku/ha

(2,04%). Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas jagung

berdasarkan subround tahun 2011-2013 selengkapnya dapat dilihat pada

tabel berikut :

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 35

Tabel 14. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Menurut Subround Tahun 2011 – 2013

(1) (3) (4) (5) Absolut % Absolut %

1. Luas Panen (Ha) 3.957.595 4.038.231 3.857.359 (100.236) (2,53) (180.872) 95,52

a. Januari - April ( SR I) 2.082.468 1.952.196 1.938.782 (143.686) (6,90) (13.414) 99,31

b. Mei - Agustus ( SR II) 1.131.263 1.238.280 1.087.128 (44.135) (3,90) (151.152) 87,79

c. Sept - Des. ( SR III) 743.864 847.756 831.449 87.585 11,77 (16.307) 98,08

2. Produktivitas (Ku/Ha) 48,99 49,11 47,99 (1,00) (2,04) (1,12) 97,72

a. Januari - April ( SR I) 46,33 48,12 44,52 (1,81) (3,90) (3,60) 92,52

b. Mei - Agustus ( SR II) 48,71 51,25 48,69 (0,02) (0,04) (2,56) 95,01

c. Sept - Des. ( SR III) 56,85 48,26 55,14 (1,70) (3,00) 6,89 114,27

3. Produksi (Ton PK) 19.387.022 19.831.047 18.510.435 (876.587) (4,52) (1.320.612) 93,34

a. Januari - April ( SR I) 9.647.950 9.394.204 8.632.237 (1.015.713) (10,53) (761.967) 91,89

b. Mei - Agustus ( SR II) 5.510.474 6.345.920 5.293.371 (217.103) (3,94) (1.052.549) 83,41

c. Sept - Des. ( SR III) 4.228.598 4.090.923 4.584.827 356.229 8,42 493.904 112,07

(2)

Perbandingan ARAM II'13

Thd ATAP'12

Perbandingan ARAM II'13

Thd Sasaran'13

ANALISIS

No Uraian ATAP 2012 SASARAN 2013 ARAM II 2013

(5) : (3) (5) : (4)

Keterangan: Kualitas produksi jagung adalah pipilan kering

Perkiraan penurunan produksi jagung tahun 2013 yang relatif besar terjadi

di Provinsi Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta,

dan Lampung. Sementara itu, perkiraan peningkatan produksi jagung tahun

2013 yang relatif besar terjadi di Provinsi Jawa Barat, Nusa Tenggara

Timur, Sumatera Selatan, Gorontalo, dan Sumatera Barat.

Penurunan produksi jagung tahun 2013 sebesar 876.587 ton (4,52%)

terjadi pada subround Januari-April dan subround Mei-Agustus masing-

masing sebesar 1,015 juta ton (10,53%) dan 217.103 ton (3,94%).

Sementara itu, pada subround September-Desember, produksi jagung

diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 356.229 ton (8,42%)

dibandingkan dengan produksi pada subround yang sama tahun 2012.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 36

Tabel 15. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung Menurut Wilayah Tahun 2011- 2013

Keterangan: Kualitas produksi jagung adalah pipilan kering

Bila dilihat dari peran Jawa dan Luar Jawa terhadap produksi jagung

nasional, maka tahun 2013 pulau jawa menyumbang 10,18 juta ton (55,00%)

dan luar Jawa 8,32 juta ton (44,99%). Peran pulau Jawa tahun 2012 sebesar

(55,25%) serta tahun 2011 sebesar (53,65%) maka ada kecenderungan

peran pulau jawa turun, sedangkan luar jawa naik.

Kondisi pertanaman jagung per pulau dapat digambarkan sebagai berikut:

Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar dalam produksi jagung

Indonesia yaitu mencapai (55%), Pulau Sumatera (20,09%), Pulau Sulawesi

(15%), Pulau Bali, NTB dan NTT 7,53%, Pulau Kalimantan (1,52%) dan

Papua dan Maluku (0,26%).

Pulau Jawa sebagai penyumbang produksi jagung terbesar di Indonesia

diwakili oleh 3 provinsi sebagai provinsi sentra jagung, yaitu Provinsi Jawa

Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat; dengan prosentase kontribusi produksi

jagung di daerah sentra di Pulau Jawa sebesar (97,21%) terhadap total

produksi jagung di Pulau Jawa; sedangkan terhadap produksi jagung

nasional, tiga provinsi sentra di Pulau Jawa ini berkontribusi sebesar

(53,47%).

Pulau Sumatera diwakili oleh 3 provinsi sentra, yaitu Provinsi Sumatera

Utara, Sumatera Barat, dan Lampung. Kontribusi ketiga provinsi sentra

terhadap produksi jagung Pulau Sumatera sebesar (87,01%); sedangkan

kontribusi tiga provinsi sentra tersebut terhadap produksi jagung nasional

sebesar (17,48%). Pulau Sulawesi diwakili oleh 3 provinsi sentra, yaitu

Provinsi Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi Utara dengan kontribusi

terhadap Pulau Sulawesi sebesar (88,55%) dan kontribusinya terhadap

Absolut % Absolut %(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

a. Luas Panen (Ha)

- Jawa 1.945.744 2.011.339 1.963.476 65.595 3,37 (47.863) (2,38)

- Luar Jawa 1.918.948 1.946.256 1.893.883 27.308 1,42 (52.373) (2,69)

- Indonesia 3.864.692 3.957.595 3.857.359 92.903 2,40 (100.236) (2,53)

b. Produktivitas (Ku/Ha)

- Jawa 48,65 53,26 51,85 4,60 9,46 (1,41) (2,64)

- Luar Jawa 42,61 44,57 43,98 1,96 4,61 (0,59) (1,33)

- Indonesia 45,65 48,99 47,99 3,33 7,30 (1,00) (2,04)

c. Produksi (Ton)

- Jawa 9.466.866 10.712.017 10.180.989 1.245.151 13,15 (531.028) (4,96)

- Luar Jawa 8.176.384 8.675.005 8.329.446 498.621 6,10 (345.559) (3,98)

- Indonesia 17.643.250 19.387.022 18.510.435 1.743.772 9,88 (876.587) (4,52)

Uraian 2011 20122013

(ARAM II)

Perkembangan

2011-2012 2012-2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 37

produksi jagung nasional sebesar (13,81%). Sedangkan Pulau Bali dan

Nusa Tenggara diwakili oleh 2 provinsi yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat

dan Nusa Tenggara Timur dengan kontribusi terhadap Pulau Bali dan Nusa

Tenggara sebesar (95,84%); sedangkan kontribusi terhadap produksi jagung

nasional sebesar (7,22%).

Tabel 16. Perkembangan Kondisi Produksi Jagung di Provinsi Sentra, 2009-

2013

Keterangan: Tahun 2013 (ARAM II)

Tabel 17. Kondisi Perkembangan Produksi Jagung di Provinsi Sentra

Berdasarkan ATAP 2012 Dan ARAM II 2013

2009 2010 2011 2012 2013

1 Sumatera Utara 1.166.548 1.377.718 1.294.645 1.347.124 984.453

2 Sumatera Barat 404.795 354.262 471.849 495.497 525.205

3 Lampung 2.067.710 2.126.571 1.817.906 1.760.275 1.725.727

4 Jawa Barat 787.599 923.962 945.104 1.028.653 1.113.088

5 Jawa Tengah 3.057.845 3.058.710 2.772.575 3.041.630 3.042.420

6 Jawa Timur 5.266.720 5.587.318 5.443.705 6.295.301 5.741.833

7 Nusa Tenggara Barat 308.863 249.005 456.915 642.674 624.445

8 Nusa Tenggara Timur 638.899 653.620 524.638 629.386 711.278

9 Kalimantan Barat 166.833 168.273 160.819 170.123 161.632

10 Sulawesi Utara 450.989 446.144 438.504 440.308 439.263

11 Gorontalo 569.110 679.167 605.782 644.754 677.249

12 Sulawesi Selatan 1.395.742 1.343.044 1.420.154 1.515.329 1.440.003

Sentra 16.281.653 16.967.794 16.352.596 18.011.054 17.186.596

Nasional 17.629.748 18.327.636 17.643.250 19.387.022 18.510.435

Prosentase 92,35 92,58 92,68 92,90 92,85

ProduksiNo. Provinsi

Prod

1 Sumatera Utara 1.347.124 6,95 984.453 5,32

2 Sumatera Barat 495.497 2,56 525.205 2,84

3 Lampung 1.760.275 9,08 1.725.727 9,32

3.602.896 18,58 3.235.385 17,48

4 Jawa Barat 1.028.653 5,31 1.113.088 6,01

5 Jawa Tengah 3.041.630 15,69 3.042.420 16,44

6 Jawa Timur 6.295.301 32,47 5.741.833 31,02

10.365.584 53,47 9.897.341 53,47

7 Nusa Tenggara Barat 642.674 3,31 624.445 3,37

8 Nusa Tenggara Timur 629.386 3,25 711.278 3,84

1.272.060 6,56 1.335.723 7,22

9 Kalimantan Barat 170.123 0,88 161.632 0,87

170.123 0,88 161.632 0,87

10 Sulawesi Utara 440.308 2,27 439.263 2,37

11 Gorontalo 644.754 3,33 677.249 3,66

12 Sulawesi Selatan 1.515.329 7,82 1.440.003 7,78

2.600.391 13,41 2.556.515 13,81

18.011.054 92,90 17.186.596 92,85

1.375.968 7,10 1.323.839 7,15

19.387.022 100,00 18.510.435 100,00

Total Sentra Sulawesi

Total Sentra

Provinsi lainnya

Indonesia

%

Total Sentra Sumatera

Total Sentra Jawa

Total Sentra Nusa Tenggara

Total Sentra Kalimantan

No. Provinsi ATAP 2012 % ARAM II 2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 38

Data diatas menunjukkan bahwa, sejak tahun 2009-2013 kontribusi produksi

jagung daerah sentra berfluktuasi. Pada tahun 2009 kontribusinya sebesar

92,35%, tahun 2010 sebesar 92,58%, tahun 2011 92,68%, tahun 2012

92,90, dan tahun 2013 (ARAM II) sebesar 92,85%.

Daerah sentra jagung di Indonesia terdapat di 12 provinsi dari 5 pulau yaitu,

Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi. Produksi

dari provinsi-provinsi sentra tersebut berkontribusi sebesar 92,85% dari

seluruh produksi jagung nasional tahun 2013 (ARAM II).

Peringkat produsen jagung selama beberapa tahun tidak banyak berubah.

Berdasarkan ARAM II 2013 dibanding ATAP 2012, Sumatera Barat dan

Gorontalo serta Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur mengalami

perubahan urutan peringkat produksi. Kondisi tersebut dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 18. Perkembangan Peringkat Produksi Jagung ARAM II 2013

dibandingkan ATAP 2012

Kontribusi % Kontribusi %

1 Jawa Timur 6.295.301 32,47 1 Jawa Timur 5.741.833 31,02

2 Jawa Tengah 3.041.630 15,69 2 Jawa Tengah 3.042.420 16,44

3 Lampung 1.760.275 9,08 3 Lampung 1.725.727 9,32

4 Sulawesi Selatan 1.515.329 7,82 4 Sulawesi Selatan 1.440.003 7,78

5 Sumatera Utara 1.347.124 6,95 5 Jawa Barat 1.113.088 6,01

6 Jawa Barat 1.028.653 5,31 6 Sumatera Utara 984.453 5,32

7 Gorontalo 644.754 3,33 7 Nusa Tenggara Timur 711.278 3,84

8 Nusa Tenggara Barat 642.674 3,31 8 Gorontalo 677.249 3,66

9 Nusa Tenggara Timur 629.386 3,25 9 Nusa Tenggara Barat 624.445 3,37

10 Sumatera Barat 495.497 2,56 10 Sumatera Barat 525.205 2,84

11 Sulawesi Utara 440.308 2,27 11 Sulawesi Utara 439.263 2,37

12 D I Yogyakarta 336.608 1,74 12 D I Yogyakarta 271.751 1,47

13 Kalimantan Barat 170.123 0,88 13 Aceh 186.761 1,01

14 Aceh 167.285 0,86 14 Kalimantan Barat 161.632 0,87

15 Sulawesi Tengah 141.649 0,73 15 Sumatera Selatan 147.499 0,80

16 Sulawesi Barat 122.554 0,63 16 Sulawesi Tengah 140.304 0,76

17 Sumatera Selatan 112.917 0,58 17 Sulawesi Barat 121.232 0,65

18 Kalimantan Selatan 112.066 0,58 18 Kalimantan Selatan 104.402 0,56

19 Bengkulu 103.771 0,54 19 Bengkulu 90.769 0,49

20 Sulawesi Tenggara 78.447 0,40 20 Sulawesi Tenggara 69.137 0,37

21 B A L I 61.873 0,32 21 B A L I 57.954 0,31

22 Riau 31.433 0,16 22 Riau 30.185 0,16

23 Jambi 25.571 0,13 23 Maluku Utara 27.146 0,15

24 Maluku Utara 25.543 0,13 24 Jambi 26.038 0,14

25 Maluku 18.281 0,09 25 Maluku 12.315 0,07

26 Kalimantan Timur 9.940 0,05 26 Banten 11.897 0,06

27 Banten 9.819 0,05 27 Kalimantan Timur 8.492 0,05

28 Kalimantan Tengah 7.947 0,04 28 Kalimantan Tengah 7.283 0,04

29 Papua 6.393 0,03 29 Papua 7.085 0,04

30 Papua Barat 2.049 0,01 30 Papua Barat 1.710 0,01

31 Kep. Bangka Belitung 967 0,00 31 Kep. Bangka Belitung 1.061 0,01

32 Kepulauan Riau 849 0,00 32 Kepulauan Riau 818 0,00

33 D K I Jakarta 6 0,00 33 D K I Jakarta - -

19.387.022 100,00 18.510.435 100,00

Produksi 2013 (Ton)

TOTAL TOTAL

Produksi 2012 (Ton)Provinsi No. No. Provinsi

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 39

Dalam urutan peringkat produsen jagung terjadi perubahan peringkat di 13

provinsi dari 33 provinsi. Provinsi Jawa Timur masih tetap menduduki

peringkat pertama dalam produksi jagung nasional, yaitu sebesar 5.741.833

ton pipilan kering (PK) dengan kontribusi 31,02%. Disusul kemudian oleh

Provinsi Jawa Tengah, Lampung, dan Sulawesi Selatan.

Provinsi Jawa Barat bertukar posisi peringkat dari peringkat keenam di tahun

2012 naik menjadi peringkat kelima dengan kontribusi sebesar 6,01%,

menggeser Provinsi Sumatera Utara yang kontribusinya di tahun 2013

sebesar 5,32%. Provinsi Nusa Tenggara Timur dari peringkat kesembilan di

tahun 2012 dengan kontribusi sebesar 3,25% (629.386 ton) naik menjadi

peringkat ketujuh di tahun 2013 kontribusi sebesar 3,84% (711.278 ton).

Untuk provinsi lainnya yaitu, provinsi Sumatera Barat, Sulawesi Utara, DI

Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Bengkulu, Sulawesi Tenggara, Bali, Riau,

Maluku, Kalimantan Tengah, Papua, Papua Barat, Bangka Belitung, Kep.

Riau, dan DKI masih menduduki peringkat yang sama pada ATAP 2012.

Produksi jagung tahun 2013 menurun 4,52% dibanding produksi jagung

tahun 2012. Bila dirinci per provinsi diketahui bahwa:

a) Terdapat 21 provinsi yang mengalami penurunan produksi jagung yaitu,

Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Bengkulu, Lampung, DKI, DI

Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan

Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi

Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku,

dan Papua Barat.

b) Terdapat 9 provinsi yang mengalami peningkatan luas panen yaitu,

Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jawa

Barat, Banten, NTT, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.

Urutan peringkat produksi jagung tahun 2013 per provinsi dapat dilihat pada tabel berikut :

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 40

Tabel 19. Urutan Peringkat Produksi Jagung Tahun 2013 per Provinsi

b. Luas Panen Jagung Tahun 2013

Luas Panen jagung pada tahun 2013 secara nasional menurun 100,24

ribu ha atau (2,53%) dari luas panen pada tahun 2012. Penurunan luas

panen ini terjadi di 24 provinsi dengan penurunan tertinggi terjadi di

Provinsi Jawa Timur yaitu seluas 40 ribu ha, sedangkan penurunan luas

panen terendah terjadi di Provinsi DKI Jakarta seluas 3 ha.

Bila kita lihat per pulau, maka di pulau Sumatera terjadi penurunan luas

panen sebesar 51 ribu ha (6,47%), Jawa mengalami penurunan seluas 47

ribu ha (2,38%), Bali dan Nusa Tenggara meningkat 15 ribu ha (4,04%),

Kalimantan mengalami penurunan seluas 4,6 ribu ha 6,35%), Sulawesi

menurun 9,3 ribu ha (1,39%) dan Maluku dan Papua juga menurun 2,4

ribu ha (11,80%) dari tahun 2012.

Bila dirinci per provinsi, diketahui bahwa:

a) Terdapat 24 provinsi yang mengalami penurunan luas panen yaitu,

Provinsi Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung,

DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB,

Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan

Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi

Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

b) Terdapat 9 provinsi yang mengalami peningkatan luas panen yaitu,

Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,

Jawa Barat, Banten, NTT, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.

Peringkat Peringkat

(%) (%)

1 Sumatera Selatan 30,63 18 Kepulauan Riau (3,65)

2 Banten 21,16 19 Riau (3,97)

3 Nusa Tenggara Timur 13,01 20 Sulawesi Selatan (4,97)

4 Aceh 11,64 21 Kalimantan Barat (4,99)

5 Papua 10,82 22 bali (6,33)

6 Kepulauan Bangka Belitung 9,72 23 Kalimantan Selatan (6,84)

7 Jawa Barat 8,21 24 Kalimantan Tengah (8,36)

8 Maluku Utara 6,28 25 Jawa Timur (8,79)

9 Sumatera Barat 6,00 26 Sulawesi Tenggara (11,87)

10 Gorontalo 5,04 27 Bengkulu (12,53)

11 Jambi 1,83 28 Kalimantan Timur (14,57)

12 Jawa Tengah 0,03 29 Papua Barat (16,54)

13 Sulawesi Utara (0,24) 30 DI Yogyakarta (19,27)

14 Sulawesi Tengah (0,95) 31 Sumatera Utara (26,92)

15 Sulawesi Barat (1,08) 32 Maluku (32,63)

16 Lampung (1,96) 33 DKI Jakarta (100,00)

17 Nusa Tenggara Barat (2,84) (4,52)

No. Provinsi No. Provinsi

INDONESIA

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 41

Tabel 20. Perkembangan Luas Panen Jagung Tahun 2011 – 2013

ATAP 2011 ATAP 2012 ARAM II'13 Absolut % Absolut %

1 Aceh 41.853 43.675 45.404 1.822 4,35 1.729 3,96 ↑

2 Sumatera Utara 255.291 243.098 210.769 (12.193) (4,78) (32.329) (13,30) ↓

3 Sumatera Barat 71.116 75.657 77.624 4.541 6,39 1.967 2,60 ↑

4 Riau 14.139 13.284 12.688 (855) (6,05) (596) (4,49) ↓

5 Kepulauan Riau 434 390 351 (44) (10,14) (39) (10) ↓

6 Jambi 6.706 6.587 6.555 (119) (1,77) (32) (0,49) ↓

7 Sumatera Selatan 32.965 28.617 31.403 (4.348) (13,19) 2.786 9,74 ↑

8 Kep. Bangka Belitung 277 268 308 (9) (3,25) 40 14,93 ↑

9 Bengkulu 22.215 22.653 18.672 438 1,97 (3.981) (17,57) ↓

10 Lampung 380.917 360.264 339.308 (20.653) (5,42) (20.956) (5,82) ↓

SUMATERA 825.913 794.493 743.082 (31.420) (3,80) (51.411) (6,47) ↓

11 D K I Jakarta 12 3 - (9) (75) (3) (100) ↓

12 Jawa Barat 147.152 148.601 154.627 1.449 0,98 6.026 4,06 ↑

13 Banten 4.600 3.074 3.540 (1.526) (33,17) 466 15,16 ↑

14 Jawa Tengah 520.149 553.372 544.161 33.223 6,39 (9.211) (1,66) ↓

15 D I Yogyakarta 69.768 73.766 69.034 3.998 5,73 (4.732) (6,41) ↓

16 Jawa Timur 1.204.063 1.232.523 1.192.114 28.460 2,36 (40.409) (3,28) ↓

JAWA 1.945.744 2.011.339 1.963.476 65.595 3,37 (47.863) (2,38) ↓

17 B A L I 22.739 21.008 18.526 (1.731) (7,61) (2.482) (11,81) ↓

18 Nusa Tenggara Barat 89.307 117.030 110.050 27.723 31,04 (6.980) (5,96) ↓

19 Nusa Tenggara Timur 246.893 245.323 270.269 (1.570) (0,64) 24.946 10,17 ↑

BALI+NUSA TENGGARA 358.939 383.361 398.845 24.422 6,80 15.484 4,04 ↑

20 Kalimantan Barat 45.593 44.642 42.466 (951) (2,09) (2.176) (4,87) ↓

21 Kalimantan Tengah 3.195 2.752 2.495 (443) (13,87) (257) (9,34) ↓

22 Kalimantan Selatan 19.487 21.723 20.116 2.236 11,47 (1.607) (7,40) ↓

23 Kalimantan Timur 2.965 4.104 3.495 1.139 38,41 (609) (14,84) ↓

KALIMANTAN 71.240 73.221 68.572 1.981 2,78 (4.649) (6,35) ↓

24 Sulawesi Utara 119.850 120.272 120.036 422 0,35 (236) (0,20) ↓

25 Gorontalo 135.754 135.543 140.460 (211) (0,16) 4.917 3,63 ↑

26 Sulawesi Tengah 41.218 37.418 34.919 (3.800) (9,22) (2.499) (6,68) ↓

27 Sulawesi Selatan 297.126 325.329 315.621 28.203 9,49 (9.708) (2,98) ↓

28 Sulawesi Barat 17.372 25.141 26.700 7.769 44,72 1.559 6,20 ↑

29 Sulawesi Tenggara 28.892 30.884 27.485 1.992 6,89 (3.399) (11,01) ↓

SULAWESI 640.212 674.587 665.221 34.375 5,37 (9.366) (1,39) ↓

30 Maluku 4.808 4.768 3.401 (40) (0,83) (1.367) (28,67) ↓

31 Maluku Utara 12.733 11.074 10.735 (1.659) (13,03) (339) (3,06) ↓

32 Papua 3.825 3.553 3.027 (272) (7,11) (526) (14,80) ↓

33 Papua Barat 1.278 1.199 1.000 (79) (6,18) (199) (16,60) ↓

MALUKU+PAPUA 22.644 20.594 18.163 (2.050) (9,05) (2.431) (11,80) ↓

3.864.692 3.957.595 3.857.359 92.903 2,40 (100.236) (2,53) ↓

Naik/Turun

INDONESIA

No. Provinsi Luas Panen (Ha)

2012-2011 2013-2012

Perkembangan

Bila dibandingkan dengan ATAP 2012, Luas Panen ARAM II 2013

mengalami penurunan seluas 100,24 ribu hektar (2,53%)

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 42

Tabel 21. Perkembangan Luas Panen Jagung Tahun 2011 – 2013Peringkat Luas Panen Jagung Tahun 2012 dan 2013

Kontribusi % Kontribusi %

1 Jawa Timur 1.232.523 31,14 1.192.114 30,90

2 Jawa Tengah 553.372 13,98 544.161 14,11

3 Lampung 360.264 9,10 339.308 8,80

4 Sulawesi Selatan 325.329 8,22 315.621 8,18

5 Nusa Tenggara Timur 245.323 6,20 270.269 7,01

6 Sumatera Utara 243.098 6,14 210.769 5,46

7 Jawa Barat 148.601 3,75 154.627 4,01

8 Gorontalo 135.543 3,42 140.460 3,64

9 Sulawesi Utara 120.272 3,04 120.036 3,11

10 Nusa Tenggara Barat 117.030 2,96 110.050 2,85

11 Sumatera Barat 75.657 1,91 77.624 2,01

12 D I Yogyakarta 73.766 1,86 69.034 1,79

13 Kalimantan Barat 44.642 1,13 45.404 1,18

14 Aceh 43.675 1,10 42.466 1,10

15 Sulawesi Tengah 37.418 0,95 34.919 0,91

16 Sulawesi Tenggara 30.884 0,78 31.403 0,81

17 Sumatera Selatan 28.617 0,72 27.485 0,71

18 Sulawesi Barat 25.141 0,64 26.700 0,69

19 Bengkulu 22.653 0,57 20.116 0,52

20 Kalimantan Selatan 21.723 0,55 18.672 0,48

21 B A L I 21.008 0,53 18.526 0,48

22 Riau 13.284 0,34 12.688 0,33

23 Maluku Utara 11.074 0,28 10.735 0,28

24 Jambi 6.587 0,17 6.555 0,17

25 Maluku 4.768 0,12 3.540 0,09

26 Kalimantan Timur 4.104 0,10 3.495 0,09

27 Papua 3.553 0,09 3.401 0,09

28 Banten 3.074 0,08 3.027 0,08

29 Kalimantan Tengah 2.752 0,07 2.495 0,06

30 Papua Barat 1.199 0,03 1.000 0,03

31 Kepulauan Riau 390 0,01 351 0,01

32 Kep. Bangka Belitung 268 0,01 308 0,01

33 D K I Jakarta 3 0,00 - 0,00

INDONESIA 3.957.595 100,00 3.857.359 100,00

ProvinsiLuas Panen 2012 (Ha) Luas Panen 2013 (Ha)

No.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 43

c. Produktivitas Jagung Tahun 2013

Rata-rata Produktivitas jagung nasional tahun 2013 mengalami penurunan

sebesar 1,00 Ku/ha (2,04%) dari pencapaian produktivitas tahun 2012.

Produktivitas jagung tertinggi dicapai Provinsi Jawa Barat sebesar 71,99

ku/ha, disusul Sumatera Barat 67,66 ku/ha, Nusa Tenggara Barat 56,74

ku/ha, sementara produktivitas jagung terendah dijumpai di Papua Barat

dengan produktivitas hanya mencapai sebesar 17,10 ku/ha.

Dari pencapaian produktivitas tahun 2013, terdapat 6 provinsi dengan

produktivitas di atas 5,00 ku/ha, 9 provinsi dengan produktivitas 4,00 –

4,99 ku/ha, 8 provinsi dengan produktivitas 3,00 – 3,99 ku/ha; dan sisanya

9 provinsi dengan produktivitas jagung dibawah 3,00 ku/ha.

Perkembangan Produktivitas jagung tahun 2012 – 2013 dan sebaran

produktivitas jagung tahun 2012 lebih rinci dapat kita lihat pada tabel

berikut :

Tabel 22. Sebaran Produktivitas Jagung Tahun 2013 (ARAM II)

1 > 5 6 1.245.886 32,30

2 4,00 - 4,99 9 2.016.062 52,27

3 3,00 - 3,99 8 263.866 6,84

4 2,00 - 2,99 8 330.545 8,57

5 < 2 1 1.000 0,03

32 3.857.359 100,00

No.Produktivitas

(Ku/Ha)

Luas Panen

(Ha)

Peran

(%)

Jumlah

Provinsi

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 44

Tabel 23. Perkembangan Produktivitas Jagung Berdasarkan ATAP 2012 Dan ARAM II 2013

% Naik/Turun

1 Aceh 38,30 41,13 7,39 ↑

2 Sumatera Utara 55,41 46,71 (15,71) ↓

3 Sumatera Barat 65,49 67,66 3,31 ↑

4 Riau 23,66 23,79 0,54 ↑

5 Kepulauan Riau 21,77 23,30 7,05 ↑

6 Jambi 38,82 39,72 2,32 ↑

7 Sumatera Selatan 39,46 46,97 19,04 ↑

8 Kep. Bangka Belitung 36,08 34,45 (4,53) ↓

9 Bengkulu 45,81 48,61 6,12 ↑

10 Lampung 48,86 50,86 4,09 ↑

11 D K I Jakarta 20,00 - (100) ↓

12 Jawa Barat 69,22 71,99 3,99 ↑

13 Banten 31,94 33,61 5,21 ↑

14 Jawa Tengah 54,97 55,91 1,72 ↑

15 D I Yogyakarta 45,63 39,36 (13,73) ↓

16 Jawa Timur 51,08 48,17 (5,70) ↓

17 B A L I 29,45 31,28 6,21 ↑

18 Nusa Tenggara Barat 54,92 56,74 3,33 ↑

19 Nusa Tenggara Timur 25,66 26,32 2,58 ↑

20 Kalimantan Barat 38,11 38,06 (0,12) ↓

21 Kalimantan Tengah 28,88 29,19 1,08 ↑

22 Kalimantan Selatan 51,59 51,90 0,60 ↑

23 Kalimantan Timur 24,22 24,30 0,32 ↑

24 Sulawesi Utara 36,61 36,59 (0,04) ↓

25 Gorontalo 47,57 48,22 1,36 ↑

26 Sulawesi Tengah 37,86 40,18 6,14 ↑

27 Sulawesi Selatan 46,58 45,62 (2,05) ↓

28 Sulawesi Barat 48,75 45,41 (6,85) ↓

29 Sulawesi Tenggara 25,40 25,15 (0,97) ↓

30 Maluku 38,34 36,21 (5,56) ↓

31 Maluku Utara 23,07 25,29 9,63 ↑

32 Papua 17,99 23,41 30,08 ↑

33 Papua Barat 17,09 17,10 0,06 ↑

48,99 47,99 (2,04) ↓

Pertumbuhan

INDONESIA

ProvinsiNo.ARAM II

2013

ATAP

2012

Bila dibandingkan dengan ATAP 2012, Produktivitas ARAM II 2013 Menurun Sebesar 1,00 Ku/Ha (2,04%)

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 45

Peringkat produktivitas jagung tahun 2013 mengalami perubahan bila

dibandingkan dengan peringkat produktivitas tahun 2012. Pada tahun

2012 Jawa Barat menjadi peringkat pertama sebesar 69,22 ku/ha dalam

peningkatan produktivitas, diikuti Provinsi Sumatera Barat sebesar 65,49

ku/ha, Sumatera Utara di peringkat ketiga sebesar 55,41 ku/ha. Pada

tahun 2013 Jawa Barat masih berada diperingkat 1 dengan produktivitas

71,99 ku/ha, Provinsi Sumatera Barat di tahun 2013 masih menduduki

peringkat yang sama di tahun 2012 sebesar 67,66 ku/ha, Provinsi Nusa

Tenggara Barat menggeser Provinsi Sumatera Utara yang menduduki

peringkat ke 3 dengan produktivitas 56,74 ku/ha.

d. Realisasi Luas Tanam Jagung MT. 2012/2013 Dan MT. 2013

Realisasi luas tanam jagung MT. 2012/2013 (Oktober 2012-Maret 2013)

di Indonesia sebesar 2.591.526 ha atau baru mencapai 93,56 % dari

target yang ditetapkan sebesar 2.769.940 ha.

Secara umum capaian target tanam MT. 2012/2013 (Oktober 2012-Maret

2013) dari 33 provinsi hanya 8 provinsi yang telah mencapai target tanam

yaitu Provinsi Aceh sebesar 27.604 ha atau 108,75% dari target sebesar

25.383 ha, Riau dengan realisasi tanam sebesar 8.119 ha atau dengan

capaian 125,89% dari target sebesar 6.450 ha, Sumatera Selatan dengan

realisasi tanam sebesar 19.138 ha dengan capaian target 148,64% dari

target sebesar 12.875 ha, Jawa Barat realisasi tanam sebesar 136.657

atau dengan capaian target sebesar 109,43% dari target sebesar 124.855

ha, Nusa Tenggara Timur realisasi tanam 224.902 ha atau dengan

capaian target sebesar 105,83% dari target sebesar 212.514 ha,

Kalimantan Timur realisasi tanam sebesar 4.198 ha capaian target

sebesar 162,83% dari target sebesar 2.578 ha, Sulawesi Tengah dengan

realisasi tanam sebesar 22.256 ha atau dengan capaian target sebesar

112,95% dari target sebesar 19.704 ha, dan Provinsi Sulawesi Barat

dengan realisasi tanam sebesar 15.841 ha atau dengan capaian target

sebesar 113,09% dari target 14.008 ha.

Sementara 24 provinsi lainnya belum mencapai target tanam yang

ditetapkan dengan kisaran capaian antara 45,16% hingga 91,81%.

Capaian target tanam terendah di Provinsi Kep. Bangka Belitung yaitu

sebesar 45,16% atau realisasi tanam hanya sebesar 485 ha dari target

sebesar 1.074 ha.

Capaian realisasi luas tanam MT. 2013 (April-September) sebesar

1.368.034 ha atau baru mencapai 92,38% dari target yang ditetapkan

sebesar 1.480.873 ha. Dari 33 provinsi baru 7 provinsi yang telah

mencapai target yaitu Provinsi Sumatera Barat dengan realisasi tanam

sebesar 49.211 ha atau dengan capaian target sebesar 124,89% dari

target sebesar 39.404 ha, Kepulauan Riau realisasi tanam seluas 272 ha

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 46

atau dengan capaian sebesar 109,49% dari target sebesar 248 ha,

Lampung realisasi tanam sebesar 125.833 ha atau dengan capaian target

sebesar 131,10% dari target sebesar 95.982 ha, Jawa Barat realisasi

tanam sebesar 40.343 ha dengan capaian target sebesar 101,02% dari

target sebesar 39.940 ha, DI Yogyakarta realisasi tanam sebesar 16.217

ha dengan capaian target sebesar 128,87% dari target sebesar 12.584

ha, Jawa Timur realisasi tanam sebesar 416.640 ha dengan capaian

target sebesar 100,69% dari target sebesar 413.997 ha, dan Provinsi

Sulawesi barat dengan realisasi tanam sebesar 15.891 ha atau dengan

capaian sebesar 132,58% dari target sebesar 11.986 ha.

Tabel 24. Realisasi Luas Tanam Jagung MT. 2012/2013 dan MT. 2013

Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi

1 Aceh 25.383 27.604 108,75 25.489 20.179 79,17

2 Sumatera Utara 125.625 115.542 91,97 142.645 111.655 78,27

3 Sumatera Barat 37.546 34.381 91,57 39.404 49.211 124,89

4 Riau 6.450 8.119 125,89 9.297 5.190 55,82

5 Kepulauan Riau 282 257 91,27 248 272 109,49

6 Jambi 3.752 2.334 62,21 7.730 5.227 67,62

7 Sumatera Selatan 12.875 19.138 148,64 17.625 15.240 86,47

8 Kep. Bangka Belitung 1.074 485 45,16 1.786 331 18,53

9 Bengkulu 14.497 10.599 73,11 16.946 11.999 70,81

10 Lampung 284.933 232.891 81,74 95.982 125.833 131,10

11 D K I Jakarta 10 - - 10 - 0,00

12 Jawa Barat 124.885 136.657 109,43 39.940 40.348 101,02

13 Banten 5.671 5.207 91,81 4.019 2.188 54,45

14 Jawa Tengah 372.552 365.116 98,00 217.612 184.048 84,58

15 D I Yogyakarta 65.416 60.845 93,01 12.584 16.217 128,87

16 Jawa Timur 881.345 812.474 92,19 413.771 416.640 100,69

17 B A L I 20.483 18.760 91,59 4.668 3.554 76,14

18 Nusa Tenggara Barat 94.658 90.755 95,88 31.872 23.087 72,44

19 Nusa Tenggara Timur 212.514 224.902 105,83 42.116 25.371 60,24

20 Kalimantan Barat 24.636 23.301 94,58 23.864 22.278 93,36

21 Kalimantan Tengah 2.641 2.045 77,43 2.710 1.717 63,37

22 Kalimantan Selatan 15.018 14.213 94,64 8.522 7.487 87,86

23 Kalimantan Timur 2.578 4.198 162,83 3.797 2.862 75,38

24 Sulawesi Utara 62.378 43.374 69,53 68.142 61.136 89,72

25 Gorontalo 82.661 72.758 88,02 64.327 53.667 83,43

26 Sulawesi Tengah 19.704 22.256 112,95 27.331 16.769 61,36

27 Sulawesi Selatan 215.411 190.030 88,22 122.889 114.069 92,82

28 Sulawesi Barat 14.008 15.841 113,09 11.986 15.891 132,58

29 Sulawesi Tenggara 24.855 23.672 95,24 8.645 8.442 97,65

30 Maluku 5.963 5.030 84,36 4.767 1.018 21,36

31 Maluku Utara 6.322 5.725 90,55 7.182 3.513 48,92

32 Papua 2.270 2.063 90,90 1.962 1.710 87,14

33 Papua Barat 1.543 954 61,81 1.007 885 87,92

2.769.940 2.591.526 93,56 1.480.873 1.368.034 92,38

%

MT.2012/2013 (Okt'12-

Mar'13)MT.2013 (Apr-Sept)

Indonesia

ProvinsiNo. %

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 47

Bila dibandingkan dengan realisasi tanam rata-rata lima tahun

sebelumnya, pada bulan Oktober 2012 - Maret 2013 dan April 2013-

September 2013 terjadi penurunan luas tanam, pada periode yang sama,

sedangkan pada bulan Agustus terjadi peningkatan luas tanam mencapai

103,51% (6.943 ha).

Bila dibandingkan dengan realisasi tanam tahun lalu MT. 2011/2012 dan

MT. 2012 terjadi peningkatan luas tanam periode yang sama pada bulan

Desember 2012, Juli 2013, Agustus 2013 dan September 2013.

Sedangkan pada bulan-bulan lainnya luas tanam mengalami penurunan.

Bila dibandingkan dengan sasaran tanam jagung MT. 2012/2013 dan MT.

2013 seluas 4.250.813 ha realisasi tanam tersebut baru mencapai 93,15%

atau masih kekurangan 291 ribu ha.

Tabel 25. Perbandingan Luas Tanam Jagung MT. 2012/2013 dan MT. 2013 Terhadap Realisasi Rata2 Lima Tahun, MT. 2011/2012 & MT.2012, dan Sasaran MT. 2012/2013

Rata2 lima

tahun

sebelumnya

Realisasi

MT '11/'12 dan

MT '12

Sasaran

MT '12/'13

dan MT '13

Realisasi MT

'12/'13 dan MT '13

Ha Ha Ha Ha % Selisih (Ha) % Selisih (Ha) % Selisih (Ha)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(6):(3) (8)=(6)-(3) (9)=(6):(4) (10)=(6)-(4) (11)=(6):(5) (11)=(6)-(5)

1. Oktober 423.620 319.045 299.047 306.821 72,43 (116.799) 96,17 (12.224) 102,60 7.774

2. Nopember 895.942 1.004.258 806.240 871.888 97,32 (24.054) 86,82 (132.370) 108,14 65.648

3. Desember 583.888 430.630 656.377 582.517 99,77 (1.371) 135,27 151.887 88,75 (73.860)

4. Januari 282.145 318.309 293.323 268.813 95,27 (13.332) 84,45 (49.496) 91,64 (24.510)

5. Februari 260.194 292.301 293.788 250.365 96,22 (9.829) 85,65 (41.936) 85,22 (43.423)

6. Maret 340.655 318.381 421.166 311.122 91,33 (29.533) 97,72 (7.259) 73,87 (110.044)

2.786.444 2.682.924 2.769.940 2.591.526 93,00 (194.918) 96,59 (91.398) 93,56 (178.414)

7. April 308.397 281.684 314.915 294.190 95,39 (14.207) 104,44 12.506 93,42 (20.725)

8. Mei 272.372 266.316 273.583 251.646 92,39 (20.726) 94,49 (14.670) 91,98 (21.937)

9. Juni 236.859 233.139 242.276 229.830 97,03 (7.029) 98,58 (3.309) 94,86 (12.446)

10. Juli 239.918 226.176 231.756 229.809 95,79 (10.109) 101,61 3.633 99,16 (1.947)

11. Agustus 195.116 170.239 206.616 201.959 103,51 6.843 118,63 31.720 97,75 (4.657)

12. Sept 182.136 139.305 211.727 160.600 88,18 (21.536) 115,29 21.295 75,85 (51.127)

1.434.797 1.316.859 1.480.873 1.368.034 95,35 (66.763) 103,89 51.175 92,38 (112.839)

4.221.241 3.999.783 4.250.813 3.959.560 93,80 (261.681) 98,99 (40.223) 93,15 (291.253)

Okt- Maret

April - Sept

Jumlah

No. Bulan

Luas Tanam Jagung Analisis

Realisasi MT. '12/'13 dan

MT'13 Thd. Rata2 5

Tahun

Realisasi MT. '12/'13 dan

MT'13 Thd. Realisasi

Tahun lalu

Realisasi MT. '12/'13 dan

MT'13 Thd. Sasaran

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 48

Grafik 7. Perbandingan Luas Tanam MT 2012/2013 & MT 2013 Terhadap MT. 2011/2012 & MT 2012 dan Sasaran MT 2012/2013 & MT 2013

3. Serealia Lainnya

Tanaman serealia lain khususnya sorgum mempunyai keunggulan komparatif

yaitu tahan kekeringan dan dapat tumbuh dengan baik dalam kondisi sumber

air terbatas, selain itu juga kaya akan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh dan

dikonsumsi dalam bentuk nasi atau bubur maupun diolah menjadi tepung

sebagai bahan baku pembuatan aneka makanan. Tanaman sorgum

mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia terutama dalam

memanfaatkan lahan kering maupun lahan marginal yang potensi lahannya

masih cukup luas. Sehingga melalui dukungan APBN tahun 2013 di fokuskan

hanya pada fasilitasi kemitraan.

Pelaksanaan kegiatan serealia lain tahun 2013 dialokasikan kegiatan fisik

berupa bantuan pertemuan fasilitasi kemitraan (dekon), namun kegiatan dem

farm melalui dana APBN pengembangan komoditas serealia lain sudah

ditiadakan, sehingga diharapkan daerah dapat mengembangkannya melalui

dana APBD I dan II serta pengusaha lokal.

Program pengembangan serealia lain (sorgum, gandum, jewawut dan hotong)

tahun 2013 dilaksanakan dalam rangka mendukung diversifikasi pangan,

didalam upaya pengembangan konsumsi beras 5% selama 5 tahun sehingga

diharapkan dapat mengurangi tekanan permintaan akan beras sebagai

makanan pokok serta memanfaatkan lahan-lahan yang belum diusahakan

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

Okt-Mart Apr-Sept Okt-SeptRerata 5 Thn Sebelumnya 2.786.444 1.434.799 4.221.243

Real MT. 2011/2012 & MT. 2012 2.682.924 1.316.859 3.999.783

Real MT. 2012/2013 & MT. 2013 2.591.526 1.368.034 3.959.560

Sas MT 2012/2013 & MT. 2013 2.769.940 1.480.873 4.250.813

( .0

00

Ha

)

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 49

(lahan marginal) dan lahan yang diusahakan tetapi tanaman lain tidak dapat

tumbuh dengan baik karena terbatasnya air.

Untuk mendukung keberhasilan pengembangan komoditas serealia lain

diperlukan dukungan seluruh instansi terkait baik pusat maupun daerah

mengingat komoditas ini masih belum berkembang secara maksimal di

lapangan.

Dalam upaya pengembangan komoditas serealia lain, pada tahun 2013 telah

dilakukan upaya – upaya antara lain:

a. Upaya Ekstensifikasi dan sosialisasi pada daerah baru

Peluang pengembangan komoditas serealia lain diupayakan pada

daerah–daerah bukaan baru, lahan kering maupun lahan marginal yang

dilakukan oleh pemerintah, pengusaha swasta, maupun petani lokal.

b. Pembinaan dan Pengembangan Daerah Sentra

Pembinaan dan Pengembangan daerah sentra dilakukan di lahan milik

petani, yang sudah terbiasa melakukan budidaya komoditas serealia lain

secara baik. Upaya pengembangan ini dilakukan dengan meningkatkan

perluasan areal tanam menuju usahatani yang memenuhi skala ekonomi.

Selain itu juga dilakukan sosialisasi pola kemitraan bagi petani untuk

mendukung pemasaran hasil produksinya. Khusus untuk daerah sentra

seperti provinsi Nusa Tenggara Timur, provinsi Sulawesi Selatan, provinsi

Nusa Tenggara Barat adalah merupakan salah satu daerah sumber

penangkaran benih yang perlu ditingkatkan.

c. Pengembangan pola kemitraan di daerah sentra produksi

Pengembangan pola kemitraan di sentra produksi merupakan upaya

pengembangan usahatani yang memenuhi skala ekonomi sehingga

memungkinkan tumbuh dan berkembangnya sistem dan usaha agribisnis

melalui pola kemitraan yang berkelanjutan.

Pengembangan pola kemitraan sentra produksi ini dilakukan dengan

pendekatan :

- Fasilitasi kemitraan di sentra produksi berskala ekonomis berbasis

kabupaten andalan seperti provinsi Nusa Tenggara Timur, provinsi Nusa

Tenggara Barat, provinsi Sulawesi Selatan, provinsi Jawa Barat, provinsi

Jawa Tengah, provinsi Banten dan provinsi Maluku.

- Pemantapan peran pengusaha lokal melalui pertemuan fasilitasi

kemitraan di provinsi (dana Dekon).

- Kegiatan yang dikembangkan dalam subsistem budidaya dalam sentra

produksi perlu dipadukan dengan subsistem lainnya seperti penyediaan

benih oleh Balitser, pengelolaan kelompok tani di pedesaan, pemasaran

oleh Bogasari dan lain–lain sehingga tercipta keterpaduan dan

keharmonisan pengembangan agribisnis secara utuh di tingkat petani

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 50

d. Penguatan kelembagaan

Strategi pengembangan komoditas serealia lain melalui penguatan

kelembagaan yang meliputi kegiatan fasilitasi pertemuan kemitraan

dengan:

- Kelompok tani / Gapoktan

- Penangkar benih (BPSB), diupayakan dilakukan oleh pengusaha swasta

untuk mendukung salah satu usaha dalam pengembangan komoditas

serealia lain yaitu penyediaan benih yang terbatas sehingga perlu

adanya pemberdayaan penangkar benih melalui dukungan dana APBD

dan kemitraan usaha untuk penyiapan kebutuhan benih

- Peran Asosiasi pengguna tepung seperti PT. Bogasari, pengusaha lokal

dan pemerhati sorgum perlu ditingkatkan untuk mendukung

pengembangan serealia lain dan terwujudnya diversifikasi pangan

- Peningkatan pengembangan budidaya, pengolahan dan pemasaran

seperti PT. Batan Teknologi (Persero) dan PT. I-pasar.

- Pembiayaan usaha tani melalui KKPE serta kemitraan dengan

stakeholder dilakukan seoptimal mungkin untuk mendukung

keberhasilan pengembangan komoditas serealia lain.

Adapun skenario pengembangan komoditas serealia lain tahun 2013 dapat

dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 26. Pengembangan Komoditas Serealia Lain Tahun 2013

No Komoditas Pengembangan

(Ha) Kemitraan

(Ha)

Swadaya Masyarakat

(Ha)

Revolving APBN (Ha)

Total (Ha)

1 Gandum 102 - - 154 256

2 Sorgum 525 20,000* 1,050 - 2,518

3 Hotong 20 - 30 - 50

4 Jewawut 10 - 40 - 50

Catatan :*BUMN

Upaya pencapaian sasaran adalah sebagai berikut :

a. Areal Pengembangan

Areal pengembangan merupakan upaya pengembangan usahatani yang

memenuhi skala ekonomi sehingga memungkinkan tumbuh dan

berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berkelanjutan. Areal

pengembangan ini dikembangkan dalam subsistem usahatani on-farm

yang dipadukan dengan subsistem lainnya, terutama subsistem hilir yakni

pasca panen, pemasaran dan kemitraan. Areal pertanaman tahun lalu

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 51

melalui Dem Area dana sumber dari APBD, Swasta dan swadaya

diharapkan dapat melaksanakan penanaman komoditas serealia lain

kembali sehingga dapat menjadi areal pengembangan, sehingga

pertanaman tidak terputus (berkelanjutan)

b. Swadaya Petani

Peningkatan produksi komoditas serealia lain gandum dan sorgum terus

meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan khususnya dengan

adanya perubahan iklim global mengakibatkan sistim pola tanam gandum

di Amerika dan Eropa menurun, sehingga harga gandum di pasaran dunia

meningkat. Oleh karena itu peran petani Indonesia berpeluang besar untuk

meningkatkan produksinya. Dengan demikian akan meningkatkan daya

tarik petani untuk menanam secara swadaya. Demikian juga komoditas

hotong dan jewawut telah dibudidayakan secara intensif dibeberapa daerah

dan sudah menjadi konsumsi pangan lokal dan meningkat dari tahun

ketahun seperti komoditas hotong sudah lama dikenal dan dibudidayakan

di Pulau Buru, Maluku dan menjadi sumber karbohidrat alternatif. Jewawut

di provinsi Sulawesi Barat merupakan komoditas strategis kawasan lahan

kering beriklim kering untuk mendukung ketahanan pangan lokal.

c. Pola Kemitraan

Untuk meningkatkan produksi dan produktivitas serealia lain khususnya

gandum dan sorgum sudah berjalan dengan baik yang didukung oleh

Kementerian BUMN dan Kementerian Koordinasi Perekonomian. Pada

tahun 2013 ini sudah dilakukan pengembangan sorgum seluas 400 Ha di

Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur, sedangkan Kementerian

Koordinator Perekonomian sudah melakukan kerjasama dengan Perguruan

Tinggi (Universitas Andalas) dalam rangka persiapan pencanangan

pertanaman gandum Indonesia pada tahun 2014. Saat ini yang sudah

berjalan dengan baik adalah PT. Batan Teknologi, PT. Bogasari, PT.

Berdikari, PT. Sarrotama, PT. Semen Tonasa, dan PT. Bosowa.

Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas

Serealia Lain Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 27. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi

Komoditas Serealia Lain Tahun 2013

No Komoditas

L.Tanam L. Panen Produktivitas Produksi

(Ha) (Ha) (Ku/ha) (Ton)

1 Gandum 250 240 20.00 480

2 Sorgum 20,000 95% 2,0 2,160

3 Hotong 50 48 10.00 48

4 Jewawut 50 48 10.00 48

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 52

Tabel 28. Pelaksanaan Pengembangan DEM Area Komoditas Serealia Lain Tahun 2013

GANDUM SORGUM HOTONG

1 Aceh Bener Meriah Timang Gajah 6 Univ. Andalas

2 Sumbar Solok Selatan Pauh Duo Alam Pauh Duo 6 Univ. Andalas

Agam Baso Koto Tinggi

50 Kota Luak Mungo

Tanah Datar X Koto Koto Laweh

3 Bengkulu Rejang Lebong Curup Air Bangis 6 Univ. Andalas

Selupu Rejang Sumber Urip

4 Banten

5 Jabar Sukabumi Sukaraja Suka Mekar 6 Univ. Andalas

Kab. Bandung

6 Jateng Banjarnegara Batur Sumber Rejo 6 Univ. Andalas

Wanayasa Sibebek

Banjarnegara 60 APBD I

Demak 20 APBD I

Wonogiri 40 APBD I

7 DIY Bantul 300 swadaya

Gunung Kidul 500 swadaya

8 Jatim Pasuruan Tosari Ngadiwono 10 APBD I

Tosari Tosari

Tosari Podokoyo

Lumajang 5 FFD APBD I

Probolinggo 5 FFD APBD I

Lamongan 5 FFD APBD I

Bangkalan 5 FFD APBD I

Sampang 5 FFD APBD I

Banyuwangi 1.000 Kemen BUMN

9 Sulsel Sinjai Sinjai Gunung Perak 6 Univ. Andalas

Sinjai Arabika

Sidrap 50 Kemen BUMN

Maros

Toraja Utara

Enrekang

Gowa

10 NTB Bima 3 APBD II

11 NTT

TTS Batu Putih 10 KADIN

Belu 1.500 Kemen BUMN

Rotendao 200 APBD II

12 Maluku Buru 50 APBD II

13 KALSEL Tanah Laut 10 Kemen BUMN

106 3.658 50 JUMLAH

NO PROVINSI KABUPATEN SUMBER DANADEM FARM (Ha)

KECAMATANDESA /

NAGARI

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 53

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Pelaksanaan SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013

Kegiatan SL-PTT padi difokuskan kedalam 3 kawasan yaitu Kawasan

pertumbuhan, kawasan pengembangan dan kawasan pemantapan.

Pelaksanaan SL-PTT Padi dan Jagung 2013 mengacu pada Pedoman

Teknis SL-PTT Padi dan Jagung Tahun Anggaran 2013 yang merupakan

lampiran dari Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor.

6/HK.310/C/1/2013 ditetapkan pada tanggal 25 Januari 2013. Pada bulan

Mei 2013 ada kebijakan penghematan anggaran maka dilakukan

pengurangan anggaran bansos yang berakibat terhadap pengurangan

sasaran areal SL-PTT. Sasaran areal tanam SL-PTT setelah penghematan

secara rinci sebagai berikut :

Tabel 29. Sasaran Areal SL-PTT Padi dan Jagung 2013 setelah

Penghematan Anggaran

PAGU AWAL PAGU AKHIRPAGU

PENGHEMATAN

I Kawasan SL-PTT Padi

a. Kawasan Pertumbuhan 297.900 289.275 8.625

- Padi Inbrida Sawah 61.800 61.300 500

- Padi Inbrida Pasang Surut 96.000 93.600 2.400

- Padi Inbrida Rawa Lebak 26.000 26.000 -

- Padi Inbrida Lahan Kering 114.100 108.375 5.725

b. Kawasan Pengembangan 589.700 504.450 85.250

- Padi Inbrida Sawah 272.500 269.025 3.475

- Padi Hibrida 200.000 128.000 72.000

- Padi Inbrida Lahan Kering 117.200 107.425 9.775

c. Kawasan Pemantapan 3.737.400 3.591.900 145.500

- Padi Inbrida Sawah 3.417.000 3.295.675 121.325

- Padi Inbrida Lahan Kering 320.400 296.225 24.175

4.625.000 4.385.625 239.375

II Kawasan SL-PTT Jagung

a. Kawasan Pertumbuhan 54.700 48.350 6.350

- Jagung Hibrida 9.000 7.000 2.000

- Jagung Komposit 45.700 41.350 4.350

b. Kawasan Pengembangan 170.300 157.030 13.270

- Jagung Hibrida 170.300 157.030 13.270

c. Kawasan Pemantapan 35.000 30.000 5.000

- Jagung Hibrida 35.000 30.000 5.000

260.000 235.380 24.620

No Uraian

Areal (Ha)

Jumlah Kawasan SL-PTT Padi

Jumlah Kawasan SL-PTT Jagung

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 54

Realisasi pelaksanaan SL-PTT Padi dan Jagung tahun 2013 berdasarkan

laporan yang masuk sampai dengan akhir Desember 2013 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 30. Sasaran dan Realisasi Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013

1 PADI TANAM (HA) 4.385.625 3.728.725 85,02

PANEN (HA) 4.233.885 942.000 22,25

PRODUKTIVITAS (KU/HA) 55,21 59,31 107,43

PRODUKSI (TON) 23.375.265 5.587.148 23,90

2 JAGUNG TANAM (HA) 235.380 196.213 83,36

PANEN (HA) 223.611 36.384 16,27

PRODUKTIVITAS (KU/HA) 65,00 61,45 0,95

PRODUKSI (TON) 1.453.471 223.595 15,38

Ket : Data realisasi yang tersaji merupakan hasil laporan daerah yang masuk sampai dengan 31 Desember

REALISASI PERSENNO KOMODITI URAIAN SASARAN

Realisasi tanam SL-PTT padi seluas 3.728.725 ha atau mencapai 85,02%

dari sasaran 4.385.625 Ha dan realisasi panen 942.000 ha, dengan

produktivitas sebesar 59,31 ku/ha dan produksi sebesar 5.587.148 ton.

Realisasi tanam SL-PTT padi tersebut meliputi :

- Realisasi tanam padi sawah inbrida seluas 3.119.941 ha atau mencapai

80,95% dari sasaran 3.626.000 ha dan realisasi panen 617.803 ha,

dengan produktivitas sebesar 58 ku/ha dan produksi sebesar 4.863.099

ton.

- Realisasi tanam padi hibrida sebesar 106.562 ha atau mencapai 83,25%

dari sasaran seluas 128.000 ha, sedangkan realisasi panen sebesar

2.387 ha dengan produktivitas 56 ku/ha dan produksi sebesar 13.335 ton.

- Realisasi tanam padi pasang surut sebesar 74.128 ha atau mencapai

79,20% dari sasaran seluas 93.600 ha, sedangkan realisasi panen

sebesar 30.044 ha dengan produktivitas 36,05 ku/ha dan produksi

sebesar 108.324 ton.

- Realisasi tanam padi lebak sebesar 21.505 ha atau mencapai 82,71% dari

sasaran seluas 26.000 ha, sedangkan realisasi panen sebesar 14.676 ha

dengan produktivitas 55,52 ku/ha dan produksi sebesar 81.489 ton.

- Realisasi tanam padi lahan kering sebesar 406.589 ha atau 79,41% dari

sasaran seluas 512.025 ha, realisasi panen seluas 15.448 ha dengan

produktivitas sebesar 30,84 ku/ha dan produksi sebesar 47.648 ton.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 55

Realisasi tanam SL-PTT Jagung seluas 196.213 ha atau mencapai 83,36%

dari sasaran 235.380 Ha dan realisasi panen 36.384 ha, dengan

produktivitas sebesar 61,45 ku/ha dan produksi sebesar 223.595 ton.

Realisasi tanam SL-PTT Jagung tersebut meliputi :

- Realisasi tanam jagung hibrida seluas 159.315 ha atau mencapai 82,11%

dari sasaran 194.030 ha dan realisasi panen 34.613 ha, dengan

produktivitas sebesar 62,50 ku/ha dan produksi sebesar 216.323 ton.

- Realisasi tanam jagung komposit sebesar 36.898 ha atau mencapai 89,23

% dari sasaran seluas 41.350 ha, sedangkan realisasi panen sebesar

1.771 ha dengan produktivitas 41,06 ku/ha dan produksi sebesar 7.272

ton.

Produktivitas Padi melalui SLPTT jika dibandingkan dengan sasaran

mencapai 107,43%, Realisasi panen SL-PTT Padi 2013 keadaan sampai

dengan Januari 2013 rata-rata masih dibawah sasaran, hal ini dikarenakan

data laporan realisasi panen dari daerah yang diterima sampai dengan akhir

Desember masih sangat rendah +22,5% dari total areal tanam, pelaksanaan

SLPTT 2013 sebagian besar mengalami mundur tanam karena

keterlambatan penyediaan benih subsidi. Hal ini menyebabkan data panen

belum semuanya dilaporkan dan data belum dapat mewakili realisasi secara

nasional. Sedangkan jika dibandingkan dengan produktivitas non SL

semuanya berada diatas rata-rata produktivitas non SL, dengan kisaran

114,90 %.

Produktivitas Jagung melalui SL-PTT jika dibandingkan dengan sasaran

mencapai 94,54%, Realisasi panen SL-PTT Jagung 2013 keadaan sampai

dengan Januari 2013 rata-rata masih dibawah sasaran, hal ini dikarenakan

data laporan realisasi panen dari daerah yang diterima sampai dengan akhir

Desember masih sangat rendah +16,27% dari total areal tanam,

pelaksanaan SLPTT 2013 sebagian besar mengalami mundur tanam karena

keterlambatan penyediaan benih subsidi. Hal ini menyebabkan data panen

belum semuanya dilaporkan dan data belum dapat mewakili realisasi secara

nasional. Sedangkan jika dibandingkan dengan produktivitas non SL

semuanya berada diatas rata-rata produktivitas non SL, dengan kisaran

128,05 %.

Tabel 31. PerbandinganProduktivitas SLPTT Terhadap Sasaran dan Non SL Tahun 2012

Sasaran Realisasi Non SL (4) thd (3) (4) thd (5)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Padi 55,21 59,13 51,46 107,10 114,90

2 Jagung 65,00 61,45 47,99 94,54 128,05

Produktivitas (Ku/ha)No. Komoditi

Perbandingan (%)

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 56

Masalah dan upaya penanganan pelaksanaan SL-PTT padi tadah hujan dan

lahan kering adalah sebagai berikut :

a. Pelaksanaan SL-PTT padi tahun 2013 ditemukan beberapa kendala

diantaranya :

- Beberapa daerah ada yang masih sulit menerapkan sistem kawasan

karena keterbatasan areal maupun kondisi sosial budaya.

- Beberapa daerah ada yang mengalami kesulitan dalam penentuan

CP/CL berbasis kawasan dikarenakan pola kawasan merupakan pola

baru yang diterapkan pada kegiatan SL-PTT tahun 2013 sehingga

petugas di daerah perlu waktu untuk mempelajari lagi pola baru selama

proses penentuan CP/CL.

- Terlambatnya administrasi mengenai subsidi benih sehingga beberapa

daerah ada yang terhambat proses penentuan CP/CL dan ada pula

yang mengalami perubahan jadwal tanam.

- Masa transisi penyediaan benih dari sebelumnya bantuan gratis/BLBU

menjadi benih bersubsidi mengakibatkan ada beberapa petani

pelaksana yang belum siap dengan sistem benih bersubsidi sehingga

membatalkan ikut serta dalam kegiatan.

- Kondisi perubahan iklim tahun 2013 mengakibatkan

perubahan/pergeseran jadwal dan pola tanam.

- Masih banyak daerah yang belum menindaklanjuti Pedoman umum

(pusat) dengan Petunjuk Pelaksanaan (provinsi) dan Petunjuk Teknis

(kabupaten/kota).

- Terjadinya bencana alam (banjir) di beberapa daerah menyebabkan

mundur tanam.

- Varietas benih yang diinginkan petani tidak seluruhnya tersedia di

pelaksana subsidi, yakni pihak PT.SHS dan PT. Pertani.

- Mundurnya pelaksanaan benih subsidi menyebabkan petani harus

menyiapkan benih secara swadaya, namun beberapa petani tidak

sanggup membeli benih di pasar bebas karena harga yang tinggi.

- Rusaknya sebagian jaringan irigasi di beberapa daerah.

- Kabupaten pelaksana menunggu terbitnya DIPA hasil revisi

penghematan dan revisi penyesuaian AKUN.

- Masih banyak pihak dinas daerah yang masih belum berani mengambil

kebijakan benih swadaya ketika benih subsidi tidak tersedia. Hal ini

dikarenakan kekhawatiran resiko yang timbul dari kebijakan yang

diambil.

- Ada beberapa daerah yang kesulitan untuk mendapatkan rekomendasi

dari BPTP setempat dalam hal penggunaan benih unggul swadaya

ketika benih subsidi tidak tersedia.

- Proses transfer teknologi PTT belum optimal di lapangan, terutama

dalam pelaksanaan sistem jajar legowo pada budidaya SL-PTT padi

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 57

tadah hujan dan lahan kering, beberapa petani belum siap menerapkan

sistem jajar legowo karena bagi beberapa petani sistem jajar legowo

dapat menimbulkan tambahan biaya pada proses tanam meskipun

petani sudah mengetahui manfaat sistem jajar tanam legowo.

- Beberapa daerah ada juga yang terhambat dalam proses administrasi

pembuatan rekening di bank.

- Di beberapa daerah ada yang masih kekurangan petugas pemandu

lapang dalam mengawal kegitan SL-PTT.

b. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala di atas

diantaranya adalah:

- Daerah pelaksana kegiatan SL-PTT harus menindaklanjuti Pedoman

Pelaksanaan SL-PTT dari pusat dalam Petunjuk Pelaksanaan di

provinsi dan Petunjuk Teknis di kabupaten/kota sehingga hambatan-

hambatan teknis yang muncul di daerah pelaksana dapat diselesaikan

sesuai spesifik lokasi setempat.

- Diterbitkan surat dari Direktur Jenderal Tanaman Pangan No.

32/TU.210/C/06/2013 tanggal 7 Juni 2013 untuk mengantisipasi

sekaligus menjadi solusi permasalahan yang muncul terkait subsidi

benih yang salah satu isinya mengenai diperbolehkannya penggunaan

benih unggul (good seed) secara swadaya pada areal SL-PTT yang

pengadaannya dapat diperoleh melalui pertukaran antar petani atau

menggunakan produksi sendiri.

- Pihak penyedia benih diharapkan dapat menyediakan benih sesuai

permintaan petani dan tepat waktu.

- Perlunya keberanian untuk mengambil kebijakan yang cepat dan tepat

baik di tingkat pusat dan daerah sehingga pelaksanaan kegiatan SL-

PTT dapat berjalan dengan baik.

- Pelaksanaan Permentan 45 tahun 2011 tentang Tata Hubungan Kerja

antara Kelembagaan dan Teknis, Peneliti dan Pengembangan dan

Penyuluhan Pertanian dalam mendukung P2BN perlu ditingkatkan

sehingga masalah yang muncul dalam kegiatan SL-PTT yang

menyangkut kelembagaan terkait dapat diselesaikan. Hal ini penting

karena SL-PTT sebagai bagian dari upaya dalam mendukung

peningkatan produksi beras nasional.

- Pendampingan teknologi dari BPTP perlu ditingkatkan dan perlunya

pendampingan dalam penguatan manajemen kelompok tani serta

adanya pembinaan pasca SL-PTT sehingga menambah nilai bagi

pertani.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 58

2. Penyusunan Program dan Rencana Kerja Direktorat Budidaya Serealia

Dalam melaksanakan pembangunan tanaman pangan dalam era otonomi

daerah diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antar instansi terkait mulai dari

tingkat pusat hingga tingkat daerah. Koordinasi tersebut diperlukan untuk

meningkatkan kinerja pemerintah agar lebih efisien, efektif dan sinergis

dalam memberikan pelayanan publik.

Untuk mengoperasionalkan pembangunan tanaman pangan, dilakukan

melalui pola gerakan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan

pembangunan tanaman pangan. Keterlibatan dan peran serta seluruh

pemangku kepentingan mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan pembangunan diharapkan berdampak terhadap peningkatan

kinerja pembangunan tanaman pangan.

Program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan TA.2013 khususnya

padi, jagung, sorgum dan gandum merupakan rangkaian fasilitasi tumbuh

dan berkembangnya usahatani di bidang tanaman serealia yang mampu

menghasilkan produk yang memiliki daya saing dan nilai tambah yang tinggi,

sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan

masyarakat.

Sehubungan hal tersebut perlu fasilitasi untuk menyamakan persepsi dan

langkah-langkah yang perlu dilakukan terhadap tercapainya sasaran

produksi yang telah disepakati dalam upaya terwujudnya keberhasilan

ketahanan pangan nasional. Fasilitasi pendanaan melalui APBN dilakukan

melalui dana dekonsentrasi provinsi dan dana tugas pembantuan kabupaten

dan provinsi.

3. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Produksi Serealia dan

Pedoman Teknis SL-PTT

Sasaran produksi padi tahun 2013 sebesar 72.063.735 ton GKG dan

sasaran produksi jagung sebesar 19.831.047 ton PK, diupayakan dapat

dicapai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Karena itu diperlukan

upaya peningkatan produksi yang luar biasa untuk mencapai sasaran

tersebut. Berbagai upaya peningkatan produksi dan produktivitas telah

dilaksanakan melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu

(SL-PTT). Pelaksanaan SL-PTT sebagai pendekatan pembangunan

tanaman pangan khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi

dan jagung nasional telah terbukti, namun kedepan dengan tantangan yang

lebih beragam maka perlu penyempurnaan dan peningkatan kualitas.

Agar upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung melalui kegiatan

SL-PTT tahun 2013 dapat tercapai, maka perlu untuk menyusun Pedoman

Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) sebagai

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 59

acuan bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan tersebut

di lapangan.

Dengan adanya pedoman teknis ini, semua pihak terkait akan berkontribusi

secara positif sehingga akhirnya kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan

yang berkontribusi terhadap pencapaian sasaran produksi padi dan jagung.

Mengingat tingginya keberagaman kondisi di masing-masing daerah dan

kemampuan adopsi inovasi, maka pedoman teknis ini diharapkan dijabarkan

oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi spesifik lokasi

dalam bentuk Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lapangan agar lebih

operasional sesuai kebutuhan di lapangan dan tidak multitafsir sedangkan

Dinas Pertanian Provinsi menjabarkan dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan,

sehingga kegiatan tersebut dapat dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran.

4. Sosialisasi dan Bimbingan Kawasan Pertumbuhan, Pengembangan dan

Pemantapan Produksi Padi Irigasi dan Rawa Pelaksanaan SL-PTT

Upaya peningkatan produksi melalui penerapan Sekolah Lapangan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) akan difokuskan melalui pola

pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan

kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan jumlah

paket bantuan sebagai instrumen stimulan, serta dukungan pendampingan

dan pengawalan.

Kawasan pertumbuhan merupakan daerah yang tingkat produktivitasnya

masih di bawah rata-rata produktivitas provinsi (daerah-daerah sub-optimal),

kawasan pengembangan merupakan daerah yang tingkat produktivitasnya

samadengan rata-rata produktivitas provinsi, sedangkan kawasan

pemantapan adalah daerah yang tingkat produktivitasnya di atas rata-rata

produktivitas provinsi dan atau nasional.

Luas SL-PTT Padi tahun 2013 adalah 4.625.000 ha, yang dialokasikan pada

kawasan pertumbuhan (padi pasang surut, padi rawa lebak, padi lahan

kering dan padi sawah) seluas 297.900 ha, kawasan pengembangan (padi

sawah, padi hibrida dan padi lahan kering) seluas 589.700 ha dan luas

kawasan pemantapan (padi sawah dan padi lahan kering) seluas 3.737.400

ha.

Dengan pelaksanaan SL-PTT berbasis kawasan petani/kelompok tani dapat

belajar langsung di lapangan melalui pembelajaran dan penghayatan

langsung (mengalami), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan

menerapkan (melakukan/mengalami kembali), menghadapi dan

memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan

mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi dan pada akhirnya dapat

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 60

memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktivitas dan produksi

padi tahun 2013.

Realisasi pelaksanaan SL-PTT tahun 2013 yang berbasis kawasan hanya

dapat dilakukan seluruhnya di Provinsi Bali, sedangkan provinsi-provinsi

yang lain masih belum dapat direalisasikan seluruhnya,rata-rata realisasi

pelaksanaan secara keseluruhan adalah 53,18%.

Banyak sekali kendala-kendala di lapangan dalam pelaksanaan SL-PTT

berbasis kawasan, antara lain penentuan kawasan yang memiliki kriteria

sesuai yang ada pada pedoman umum sangat sulit dilakukan, petani belum

mengetahui secara pasti arti, manfaat dan bagaiman SL-PTT kawasan

tersebut, kelompok tani lebih memilih melaksanaakan program lain apabila

hanya mendapatkan bantuan SL-PTT kawasan pemantapan, pelaksanaan

SL-PTT tidak dapat dilaksanakan dalam satu hamparan.

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala yang ada di

lapangan adalah dengan melakukan pertemuan secara rutin untuk

sosialisasi pelaksanaan program SL-PTT berbasis kawasan, hal ini dapat

memberikan persepsi yang sama kepada semua pihak, baik dinas provinsi,

dinas kabupaten dan petugas yang ada di lapangan. Penentuan kawasan

dilakukan dengan konsulidasi semua pihak, sehingga nantinya akan

didapatkan wilayah yang paling tepat dan optimal. Perlu diadakan kajian

tentang pembagian wilayah berdasarkan produktivitas, ataupun yang lain

sehingga nantinya apabila ada program lain akan dapat diletakkan di wilayah

yang tepat.

5. Bimbingan, Pengawalan dan Pendampingan SL-PTT Padi THLK

Laju pertambahan penduduk di Indonesia masih cukup tinggi sehingga

Indonesia membutuhkan tambahan ketersediaan pangan. Pada tahun 2013,

sasaran produksi padi sebesar 72,06 juta ton GKG atau meningkat 6,25 %

dibanding sasaran produksi tahun sebelumnya sebesar 67,82 ton GKG.

Dalam hal ini diperlukan upaya peningkatan produksi yang luar biasa untuk

mencapai sasaran tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan untuk

peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan yakni dengan

mengintegrasikan usahatani padi antar sektor dan antar wilayah. Oleh

karena itu, pada tahun 2013 upaya peningkatan produksi melalui penerapan

Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) akan

difokuskan melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan

dengan pendekatan kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir,

peningkatan jumlah paket bantuan sebagai instrumen stimulan, serta

dukungan pendampingan dan pengawalan. fasilitasi tersebut diharapkan

pelaksanaan SL-PTT berbasis kawasan skala luas dapat terlaksana dengan

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 61

baik dan tepat sasaran sehingga dapat memberikan sumbangan terhadap

peningkatan produktivitas dan produksi tahun 2013.

Sasaran SL-PTT Padi tahun 2013 adalah 4.385.625 ha, yang dialokasikan

pada kawasan pertumbuhan (padi inbrida sawah, padi inbrida pasang surut,

padi inbrida rawa lebak dan padi lahan kering) seluas 289.275 ha, kawasan

pengembangan (padi inbrida sawah, padi hibrida dan padi lahan kering)

seluas 504.450 ha dan kawasan pemantapan (padi inbrida sawah dan padi

lahan kering) seluas 3.591.900 ha.

Luas dalam satu kawasan SL-PTT padi lahan kering sebesar 1.000 ha. Pada

setiap 25 ha SL dalam kawasan seluas 1.000 ha akan terdapat 1 unit

laboratorium lapangan (LL) seluas 1 ha. Pada areal LL baik pada kawasan

pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan mendapat bantuan saprodi

dalam bentuk Belanja Sosial (Bansos) dengan mekanisme transfer langsung

ke kelompoktani dalam bentuk uang sesuai dengan pedoman serta

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Guna mengawal kegiatan SL-PTT padi ini perlu dilakukan bimbingan

/pembinaan dan pendampingan yang dilaksanakan secara periodik mulai

dari persiapan sampai dengan panen dan berjenjang mulai dari pusat,

provinsi, kabupaten dan kecamatan serta desa. Dalam hal ini, pusat

melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan pelaksanaan SL-PTT di

provinsi dan kabupaten. Provinsi melakukan koordinasi, supervisi,

pembinaan dan pengawalan pelaksanaan SL-PTT di kabupaten. Kabupaten

melakukan koordinasi dan pembinaan pelaksanaan SL-PTT di tingkat

lapangan/kelompoktani pelaksana SL-PTT, melakukan pendampingan

kelompoktani pelaksana SL-PTT dalam menerapkan paket teknologi spesifik

lokasi dan membantu kelancaran distribusi bantuan SL-PTT dan lainnya.

Pendampingan dan pengawalan SL-PTT perlu mengedepankan teknologi

spesifik lokasi yang sinergisitas, yakni teknologi yang mengutamakan

peningkatan produktivitas dan pengurangan kehilangan hasil serta

pendekatan teknologi yang memperhatikan sub ekosistem setempat.

Adapun dalam pelaksanaan bimbingan ini dapat berupa bimbingan dalam

hal penyusunan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis kegiatan SL-PTT

di tingkat provinsi dan kabupaten. Sosialisasi kegiatan SL-PTT baik di tingkat

provinsi maupun di tingkat kabupaten. Bimbingan dalam penentuan calon

petani dan calon lokasi pelaksana kegiatan SL-PTT. Bimbingan juga

dilaksanakan dalam hal penyusunan Rencana Usaha Kelompok dan

rekening kelompok tani pelaksana serta dalam hal proses administrasi

keuangan, bimbingan ini terutama dilakukan di tingkat daerah karena

langsung bersentuhan dengan pelaksana kegiatan SL-PTT. Bimbingan juga

dilaksanakan pada saat pelaksanaan tanam, pemeliharaan dan panen.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 62

Sasaran jumlah pelaksana SL-PTT padi lahan kering di kawasan

pertumbuhan terdiri atas 13 provinsi dan 83 kabupaten. Jumlah pelaksana

SL-PTT padi lahan kering di kawasan pengembangan terdiri atas 8 provinsi

dan 60 kabupaten sedangkan di kawasan pemantapan terdiri atas 13

provinsi dan 113 kabupaten. Kegiatan bimbingan ke daerah pelaksana SL-

PTT padi lahan kering pada tahun 2013 dilakukan ke beberapa lokasi

diantaranya ke Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Bengkulu, Sumatera Selatan,

Jambi, Jawa Tengah, Lampung, Jawa Barat, Banten, Bali, Nusa Tenggara

Barat dan Gorontalo.

6. Monitoring dan Evaluasi SL-PTT Padi THLK

Lokasi SL-PTT padi tadah hujan tersebar pada lokasi kegiatan SL-PTT padi

sawah baik di kawasan pertumbuhan, pengembangan maupun pemantapan.

Sedangkan kegiatan SL-PTT padi lahan kering pada tahun 2013 ditargetkan

pada areal seluas 512.025 ha yang terbagi dalam tiga kawasan yakni 108.375 ha

di kawasan pertumbuhan yang dilaksanakan pada 13 provinsi dan 83 kabupaten,

107.425 ha di kawasan pengembangan yang dilaksanakan pada 8 provinsi dan 60

kabupaten dan 296.225 ha di kawasan pemantapan yang dilaksanakan pada 13

provinsi dan 113 kabupaten.

Kegiatan monitoring SL-PTT padi 2013 dilakukan mulai dari persiapan

sampai dengan panen. Monitoring ini dilakukan guna mengetahui

perkembangan pelaksanaan kegiatan SL-PTT beserta dampaknya di

lapangan. Hasil monitoring ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk

pelaporan. Berdasarkan Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan Jagung Tahun

2013, evaluasi SL-PTT meliputi: komponen kegiatan pelaksanaan SL-PTT,

tingkat pencapaian areal dan hasil, kenaikan produksi di lokasi Sl-PTT dan

penerapan komponen teknologi PTT. Selain itu monitoring juga dilakukan

untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan kegiatan SL-PTT sehingga

dapat dicarikan penyelesaian dari kendala-kendala yang dihadapi.

Monitoring ini secara kontinyu terus dilakukan baik melalui media

telekomunikasi maupun dengan terjun langsung ke beberapa lokasi

pelaksana kegiatan SL-PTT padi 2013. Beberapa lokasi pelaksana SL-PTT

padi tadah hujan dan lahan kering 2013 yang dilakukan monitoring langsung

adalah Provinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat, Banten, Sulawesi Utara,

Sulawesi Tenggara dan Papua. Dari kegiatan monitoring ini diharapkan

kontribusi dari kegiatan SL-PTT dapat terukur.

Untuk memenuhi pencapaian penggunaan PTT dasar dan pilihan maka

kegiatan SL-PTT padi tadah hujan dan lahan kering ini mendapat dukungan

sarana produksi di lokasi Laboratorium Lapang (LL) baik di kawasan

pertumbuhan, pengembangan maupun pemantapan. Dukungan saprodi itu

juga diberikan pada lokasi SL di luar LL di kawasan pertumbuhan dan

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 63

pengembangan, kecuali di kawasan pemantapan. Adapun jenis sarana

produksi dan dosis yang digunakan pada areal SL dan LL disesuaikan

dengan kondisi spesifik lokasi setempat yang dapat dikonsultasikan dengan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di masing-masing daerah. Selain itu

penyediaan benih unggul bermutu dilakukan melalui mekaninse subsidi dan

bilamana benih subsidi tidak tesedia dapat dipenuhi melalui swadaya

ataupun sumber lainnya. Penerapan sistem jajar tanam legowo pada

budidaya padi di lokasi SL-PTT masih beragam. Dari sasaran SL-PTT padi

2013 sebesar 4.385.625 ha realisasi tanam SL-PTT padi 2013 telah

mencapai 3.728.725 (85,02%) dengan realisasi panen mencapai 823.270 ha

(19,43%) dan produksi mencapai 4.925.624 ton GKG dengan produktivitas

mencapai 59,83 ku/ha.

Kendala yang ditemui pada pelaksanaan padi tadah hujan dan lahan kering

2013 diantaranya dalam penggunaan benih unggul bermutu karena

telambatnya kebijakan subsidi benih yang menimbulkan ketersdiaan benih

subsidi di lokasi kegiatan SL-PTT terlambat. Kondisi ini mendorong petani

untuk menyediakan benis secara swadaya, namun di beberapa daerah ada

yang kesulitan mendapatkan benih unggul secara swadaya, adapula yang

terhambat dalam proses persetujuan dari BPTP daerah setempat untuk

penggunaan benih unggul swadaya, beberapa dinas pertanian juga ada

yang masih belum berani mengambil kebijakan benih swadaya ketika benih

subsidi tidak tersedia. Hal ini dikarenakan kekhawatiran resiko yang timbul

dari kebijakan yang diambil meskipun telah diterbitkan surat dari Direktur

Jenderal Tanaman Pangan No. 32/TU.210/C/06/2013 tanggal 7 Juni 2013

yang salah satu isinya mengenai diperbolehkannya penggunaan benih

unggul (good seed) secara swadaya pada areal SL-PTT yang

pengadaannya dapat diperoleh melalui pertukaran antar petani atau

menggunakan produksi sendiri. Dalam pelaksanaan sistem jajar legowo

pada budidaya SL-PTT padi tadah hujan dan lahan kering belum optimal

karena beberapa petani belum siap menerapkan sistem jajar legowo karena

bagi beberapa petani sistem jajar legowo dapat menimbulkan tambahan

biaya pada proses tanam meskipun petani sudah mengetahui manfaat

sistem jajar legowo. Beberapa daerah ada juga yang terhambat dalam

proses administrasi pembuatan rekening di bank. Hambatan lain juga

ditemui pada penentuan sistem kawasan untuk calon petani dan calon lokasi

pelaksana SL-PTT, beberapa daerah ada yang masih sulit menerapkan

sistem kawasan karena keterbatasan areal maupun kondisi sosial budaya.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 64

7. Bimbingan, Pengawalan, dan Pendampingan Pengembangan Kawasan

SL-PTT Jagung

Tahun 2013 sasaran produksi jagung sebesar 19.831.047 ton pipilan kering (PK). Fokus utama upaya pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2013 adalah peningkatan produktivitas melalui SLPTT berbasis kawasan seluas 260 ribu ha. Sedangkan di luar SLPTT dilakukan melalui upaya peningkatan produktivitas produksi pada kawasan areal tanam seluas 3,61 juta ha dan perluasan areal tanam seluas 379,20 ribu ha. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 32. Peningkatan Produktivitas Jagung Tahun 2013

No UraianLuas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas

(Ku/Ha)

Produksi

(Ton PK)

1 Peningkatan Produktivitas 450.000 427.500 114 2.491.936

a. SLPTT 260.000 247.000 65 1605500

b. Swasta 190.000 180.500 49,11 886436

2 Perluasan Areal 379.200 360.240 98 1.769.139

a.Optimalisasi dengan Dukungan subsidi 285.700 271.415 49,11 1332919

b. Cadangan Benih Nasional (CBN) 93.500 88.825 49,11 436220

3 Pengamanan Produksi 70.190 66.681 100 333.403

a. Pengamanan OPT 35.000 33.250 50 166250

b. Pengamanan Susut Hasil 35.190 33.431 50 167153

4 Swadaya Murni Petani 3.351.423 3.183.852 47,86 15236570

4.250.813 4.038.273 360 19.831.048 Jumlah

Fokus utama peningkatan produktivitas jagung melalui SLPTT berbasis

kawasan adalah upaya pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2013

yang difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas jagung di kawasan

areal tanam seluas 260 ribu Ha yang terdiridari :

a. Kawasan Pertumbuhan seluas 54.700 Ha

- Jagung hibrida seluas 9.000 ha yang dialokasikan di 9 Kabupaten/Kota

pada 9 Kabupaten /kota pada 5 provinsi

- Jagung komposit seluas 45.700 hayang dialokasikan di 60

Kabupaten/kota pada 13 Provinsi

b. Kawasan Pengembangan seluas 170.300Ha

Jagung hibrida seluas 170.300 ha yang dialokasikan di148 Kabupaten

/Kota pada 23 Provinsi

c. Kawasan Pemantapan seluas 35.000 Ha

Jagung hibrida seluas 35.000 ha yang dialokasikan di 31 Kabupaten/Kota

pada10 provinsi.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 65

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan SLPTT 2013 dilakukan di 28 Provinsi

yaitu Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Lampung,

Sumatera Selatan, Jawa Timur, NTT, Jawa Barat,Jawa Tengah, Jawa Timur,

DIY, NTB, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat,

Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua

Barat, Banten.

Dari kunjungan yang dilakukan ke daerah didapat beberapa permasalahan

diantaranya:

a. Pelaksanaan SLPTT jagung tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan

jadwal tanam yang sudah ditetapkan, hal ini disebabkan penyediaan

benih bersubsidi tidak tersedia saat petani membutuhkan sehingga petani

melakukan pegeseran petanam.

b. Benihyang disediakan (benih bersubsidi) tidak sesuai dengan keinginan

petani, sehinga beberapa daerah yang menolak melaksanaan SLPTT

jagung namun beberapa daerah tetap melaksanakan kgiatan SLPTT

dengan menggunakan benih swadaya

c. Pelaksanaan SLPTT terlambat disebabkan juga karena revisi CPCL yang

berubah.

d. Karena petani sudah terbiasa mendapat BLBU dengan program benih

bersubsidi ini menyebabkan petani menolak melaksanakan kegiatan

SLPTT ini seperti di kabupaten Gayo Lues, Gunung Kidul

e. Dari 33 Provinsi, yang tidak mendapat alokasi SLPTT ada 3 provinsi yaitu

DKI, Bali, Kep. Riau. Sedangkan provinsi yang mendapat penghematan

adalah Riau dan Babel. Total Kabupaten yang semula mendapat alokasi

SLPTT adalah 205 Kabupaten, yang mendapat penghematan 12

kabupaten sehingga ada 193 (94,14%) kabupaten yang melaksanakan

kegiatan SLPTT.

f. Dari laporan pelaksanaan SLPTT secara Nasional, pelaksanaan SLPTT

hanya 83,26% ( 195.988 ha) dari total 260.000 ha.

8. Bimbingan, Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi Irigasi dan

Rawa Mendukung P2BN

a. Pembinaan Rawa

Lahan rawa mempunyai peluang yang cukup besar untuk ditingkatkan

produksinya dengan catatan bila kendala dan permasalahannya dapat

diidentifikasi dan dipecahkan sesuai dengan spesifikasi lokasi yang

bersangkutan.Hal ini disebabkan oleh rapuhnya lahan dan berbagai

masalah fisiko-kimia tanah dan air, terutama adanya zat beracun dan

tingginya tingkat kemasaman tanah. Kekeliruan dalam menentukan

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 66

langkah dan teknologi yang kurang memperhatikan karakteristik

wilayahnya, reklamasi dan pengembangan pertanian yang sudah

dilaksanakan pada lahan tersebut akan menghasilkan lahan tidur dan

rusaknya lingkungan. Pengalaman membuktikan bahwa dengan

pengelolaan lahan rawa yang tepat berupa penerapan teknologi spesifik

lokasi yang benar, akan dapat meningkatkan produksi padi rawa sehingga

dapat menyangga produksi beras nasional.

Permasalahan-permasalahan yang terjadi dilapagan adalah kurangnya

sarana dan prasarana pendukung (jalan usahatani, saluran air, dll),

tenaga kerja, kualitas sumberdaya manusia, dan lain-lain.Oleh karena itu

kegiatan ini perlu didukung dengan sarana dan parasarana penunjang

agar pengembangan padi di lahan pasang surut dan lebak dapat berjalan

dengan baik. Pola pembiayaan yang diterapkan untuk pengembangan

padi di lahan pasang surut dan lebak dilakukan melalui pembiayaan yang

bersinergi antara pusat dan daerah baik APBD Propinsi maupun

Daerah.Permasalahan teknis yang ada adalah adanya beberapa hal yang

belum terpantau seperti tidak semua daerah yang mempunyai data yang

akurat mengenai realisasi tanam dan panen padi rawa pasang surut dan

lebak.Hal ini disebabkan karena data yang masuk tidak dibedakan

berdasarkan tipologi lahan, hanya melaporkan realisasi tanam padi

sehingga menyulitkan menentukan realisasi tanam padi rawa.

Upaya optimalisasi pemanfaatan lahan rawa sebagai daerah penyangga

produksi beras nasional dapat terlaksana tentunya diperlukan adanya

kerjasama yang baik dan terpadu, koordinasi yang efektif, sinkronisasi

dan komunikasi antara instansi terkait serta jalinan kerjasama yang perlu

dibangun dengan masyarakat pelaku bisnis mulai dari tingkat pusat

hingga tingkat daerah. Dengan adanya upaya tersebut,akan tercipta

langkah dan gerak yang serasi atas berbagai upaya yang akan diterapkan

oleh pemerintah pusat bersama dengan pemerintah daerah.

b. Pembinaan Padi Hibrida

pengembangan padi hibrida merupakan suatu pendekatan inovatif dalam

upaya meningkatkan efisiensi usahatani padi sawah melalui penerapan

komponen teknologi yang memiliki efek sinergestik, dan petani

berpartisipasi mulai dari perencanaan sampai pengembangan. melalui

pendekatan PTT serta memperhatikan penerapan teknologi dengan

kesesuaian sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Teknologi

intensifikasi padi sawah di suatu wilayah dapat berbeda dengan wilayah

lain, bergantung pada masalah yang akan diatasi (demand driven

technology). Paket teknologi spesifik lokasi (sebagai tambahan dari

komponen teknologi PTT) ditentukan bersama-sama petani melalui

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 67

analisis kebutuhan teknologi (need assessment) atau pendekatan

pemahaman pedesaan secara partisipatif (participatory rural appraisal).

pengembangan padi hibrida merupakan pendekatan yang dapat

terdesiminasi lebih cepat ke tingkat petani, tahun 2013 pengembangan

padi hibrida melalui program SL-PTT demfarm padi hibrida sebesar

200.000 ha. Kegiatan Sekolah Lapang (SL) di tingkat lapang, hal ini

dimaksudkan agar petani dapat melihat sekaligus membandingkan antara

usahatani yang dikelola dengan pendekatan PTT dengan usahatani yang

biasa mereka lakukan. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dilakukan

kegiatan pembinaan pengembangan padi hibrida ke provinsi-provinsi

antara lain sebagai berikut: NAD, Sumatera Utara, Sumatera Selatan,

Jambi, Riau, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY,

Banten, Jawa Timur, NTB, NTT, Sulawesi Utara ,Sulawesi Tengah,

Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,

Kalimantan Timur.

beberapa hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan bimbingan

pertanaman padi hibrida adalah : 1) Kurangnya tenaga penyuluhan di

tingkat lapang yang sangat dibutuhkan oleh petani; 2) Petani tidak

menggunakan pupuk sesuai anjuran; 3) mahalnya harga benih padi

hibrida; 4) Belum menerapkan teknologi spesifik lokasi sesuai anjuran

setempat terutama belum menerapkan teknologi PTT padi hibrida; 5)

kurang efisiensi dalam penggunaan air irigasi; Dinas Pertanian di Provinsi

maupun di Kabupaten belum menyusun laporan pengembangan padi

hibrida di wilayah masing-masing untuk disampaikan ke Pusat/Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan, sehingga sulit bagi pemerintah pusat untuk

melakukan evaluasi dan penyusunan perencanaan yang lebih baik di

tahun mendatang dalam pengembangan padi hibrida; Belum tersedianya

peta lokasi pengembangan padi hibrida karena terbatasnya data dan

informasi dari daerah.

Bimbingan yang lebih intensif baik dari petugas lapangan, penyuluh

pertanian dan koordinasi dengan instansi terkait perlu terus ditingkatkan.

Upaya yang harus dilakukan dalam pembinaan pengembangan padi

hibrida serta dalam upaya peningkatan produktivitas padi antara lain : 1)

Ketersediaan sarana produksi, seperti pupuk, bibit maupun pestisida yang

terus dijaga termasuk harga dari sarana tersebut. Ketersediaan tersebut

mencakup prinsip 6 tepat, yaitu tepat waktu, mutu, jenis, jumlah, tempat

maupun harga, 2) Memanfaatkan air secara optimal, untuk itu penentuan

serta pengaturan pola tanam menjadi sangat penting, 3) Meningkatkan

secara intensif diseminasi informasi tentang cara berusahatani padi

hibrida yang efisien, antara lain melalui demonstrasi penerapan teknologi

pemupukan berimbang, penggantian varietas, atau dengan sekolah

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 68

lapang pada lahan LL di setiap lokasi dengan menerapkan teknologi

anjuran yang melaksanakan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan

Sumberdaya Terpadu (PTT).

9. Monitoring Evaluasi Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi

Irigasi dan Rawa Mendukung P2BN

Berdasarkan Angka Ramalan II BPS tahun 2013, produksi padi mencapai

70.867 juta ton GKG, dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 sebesar

69,056 juta juta ton GKG meningkat 1,811 juta ton GKG atau 2,62%.

Sedangkan bila dibandingkan dengan sasaran produksi tersebut mencapai

98,34% atau masih terdapat kekurangan 1,197 juta ton GKG.

Upaya mengejar kekurangan sasaran produksi tahun 2013 adalah

mengamankan pertanaman yang akan dipanen pada periode September -

Desember 2013. Berdasarkan angka realisasi tanam periode Juni-

September dan akan dipanen pada Bulan September-Desember adalah

seluas 2.902 juta ha. Dibandingkan dengan realisasi tahun lalu pada periode

yang sama sebesar 2.649 juta ha, berarti terdapat peningkatan sebesar

0.253 juta ha (9,55%). Peningkatan luas tanam ini merupakan salah satu

dampak dari musim kemarau tahun 2013 yang relative basah serta harga

gabah/beras yang menguntungkan bagi petani sehingga petani bersemangat

untuk menanam padi.

Adapun upaya yang dilakukan untuk mengamankan pertanaman yang

dipanen pada periode September – Desember 2013 adalah meningkatkan

pengamatan dan peringatan dini padi pada daerah yang rawan banjir

maupun serangan hama penyakit. Upaya lainnya adalah memobilisasi

alat/mesin panen serta upaya menurunkan tingkat kehilangan hasil

optimis bahwa produksi bisa naik melalui penerapan teknologi yang optimal,

seperti penerapan teknologi tanam jajar legowo ditambah dengan

penggunaan benih unggul yang bersertifikat, penggunaan pupuk anorganik

berimbang serta pupuk organik. Apabila semuanya dapat diterapkan

dengan baik, serta dikawal dan dilakukan pengamatan dengan baik, maka

diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi. SL-PTT yang dikembangkan

beberapa tahun terakhir sudah banyak meningkatkan hasil, bahkan

mencapai tujuh hingga delapan ton per hektar.

Membangun pertanian khusunya mengejar target poduksi yang telah

ditetapkan berupa surplus 10 juta ton padi tahun 2014 perlu upaya yang

bertahap dan berkesinambungan, disamping masih ada target tambahan

produksi dari tahun sebelumnya, kita juga dituntut untuk mempertahankan

produksi yang telah dicapai pada tahun yang lalu. Oleh karena itu dukungan

dari semua pihak terkait akan menjadi suatu keharusan.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 69

Upaya yang telah dilakukan tekait pencapaian target produksi yang telah

ditetapkan tentunya telah banyak, misalnya pelaksanaan Sekolah Lapangan

Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) yang ditagetkan

seluas 4.625 juta ha, dukungan gerakan peningkatan produksi pangan

berbasis korporasi (GP3K) dengan target areal seluas 3.200.000 ha dan

dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negra (BUMN). Upaya lainnya adalah

menjalin kerjasama dengan TNI khusunya dalam hal percepatan pengolahan

lahan pertanian, pengendalian hama dan penyakit, perbaikan irigasi,

pembuatan jalan saha tani serta dukungan pengamanan penyaluran pupuk

bersubsidi

Berdasarkan skenario pencapai produksi padi yang telah disusun dalam

Road Map Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Menuju Surplus

Beras 10 Juta Ton Pada Tahun 2014, maka pada tahun 2013 ini ditetapkan

target produksi padi sebanyak 72,06 juta ton gabah kering giling (GKG) naik

sekitar 5% dibandingkan tahun 2012 sebanyak 68,96 juta ton GKG. Produksi

tersebut bisa tercapai dengan syarat, luas tanam padi mencapai 14,59 juta

hektar (ha) dan luas panen minimal 14,08 juta ha dengan produktivitas

sebesar 5,12 ton/ha, serta alih fungsi lahan sawah dapat dicegah.

Permasalahan yang masih terjadi dalam pelaksanaan pertanaman adalah,

banyaknya jaringan irigasi yang mengalami kerusakan, masih rendahnya

tingkat penggunaan benih bermutu serta penerapan secara utuh komponen

anjuran dalam pelaksanaan SL-PTT, pengelolaan pasca panen yang masih

mengandalkan cara-cara tradisional,biaya produksi yang terus meningkat

dan belum efisiennya kegiatan usahatani, keterbatasan akses petani

terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usaha tani, lemahnya

kapasitas dan kelembagaan petani, rendahnya kesadaran masyarakat

terhadap konservasi lahan

Upaya yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan adalah

Perbaikan, pemeliharaan, dan peningkatan infrastruktur pendukung produksi

pertanian seperti sistem irigasi untuk meningkatkan frekuensi tanam dan

produktifitas lahan; meningkatkan penggunaan benih unggul bersertifikat;

meningkatkan areal tanam dengan teknologi tanam sistem legowo;

memberikan bimbingan dan pengertian kepada petani untuk memiliki

komitmen yang tinggi dan tetap melestarikan keberadaan lahan pertanian

(sawah); pemantapan rencana tata ruang wilayah, penataan, pengelolaan

dan pemanfaatan sumber daya lahan pangan; revitalisasi peran koperasi

dalam pengadaan dan penyaluran input dan pemasaran hasil pertanian.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 70

10. Kemitraan Pengembangan Serealia Lain

Pertemuan Kemitraan Pengembangan Komoditas Serealia Lain di Hotel The

Banua, Makassar pada tanggal 4 – 6 April 2013. Pertemuan dibuka oleh

Direktur Budidaya Serealia, mewakili Direktur Jenderal Tanaman Pangan,

dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan, perwakilan

dari: instansi terkait di pusat dan daerah, Kemenko Perekonomian, Kepala

Dinas Pertanian Provinsi dan Kepala DinasPertanian Kabupaten dan

Perguruan Tinggi (Universitas Andalas Padang dan Universitas Hasanudin

Makasar). Narasumber terdiri dari; Prof. Dr. Irfan Sulistiyah (Universitas

Andalas Padang), Ibu Endah Megawati(Kepala Bidang Diversifikasi dan

Konsumsi Pangan, Kemenko Perekonomian), Dr.Ir.Sungkono (Peneliti

Sorgum Universitas Negeri Lampung/Konsultan PT. Berdikari), Prof. Dr. Ir.

Hendig Winarno, MSc. (Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional /BATAN) dan

Prof. Dr, Ir.Soeranto Human, MSc (Peneliti sorgum BATAN ), DR. Ir. Amin

Nur, MSi (Peneliti dari Balitser Maros) dan pelaku usaha yang bergerak

dalam agribisnis sorgum dan gandum.

Dengan memperhatikan arahan Direktur Budidaya Serealia,Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan, sambutan Kepala Dinas Pertanian Provinsi

Sulawesi Selatan, presentasi dari para narasumber serta hasil diskusi, maka

dilaporkan sebagai berikut :

a. Ketergantungan sumber pangan pokok masyarakat Indonesia terhadap

beras masih sangat tinggi, padahal pengganti (substitusi) sumber

karbohidrat masih sangat banyak antara lain sorgum dan gandum. Sudah

saatnya sumber pangan alternatif tersebut mendapat perhatian serius dari

pemerintah pusat dan daerah, baik dari aspek ketersediaannya

(produksi),pengembangan dan pemasarannya. Dengan berkembangnya

komoditas tersebut diharapkan ketergantungan terhadap beras sebagai

sumber bahan pangan pokok menjadi berkurang, sehingga beban

peningkatan produksi beras menjadi lebih ringan, serta upaya penurunan

konsumsi beras nasional 1,5 %/tahun dan penurunan import gandum

tercapai.

b. Volume dan nilai impor gandum terus meningkat baik dari segi nilai

maupun volume. Pada tahun 2011, nilai impor gandum telah mencapai

USD 2.470 dengan volume 6.236 juta ton, ini menempatkan Indonesia

sebagai pengimpor gandum peringkat ketiga terbesar di dunia. Mengingat

makin besarnya devisa yang dikeluarkan oleh negara maka dirasa perlu

mengurangi ketergantungan terhadap terigu impor. Salah satu upaya

untuk menekan volume impor terigu adalah mengembangkan gandum

dalam negeri dan sorgum sebagai bahan baku tepung.

c. Pemerintah dan pelaku usaha perlu mengupayakan ketersediaan bahan

baku berbasis tepung dari dalam negeri, antara lain melalui

pengembangan komoditas sorgum dan gandum, untuk mengantisipasi

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 71

apabila terjadi pengaruh iklim global dunia atau permasalahan

politik/embargo yang dapat menggagalkan import gandum.

d. Mengingat sudah banyak penelitian oleh Perguruan Tinggi dan Litbang

mengenai teknologi budidaya gandum yang dihasilkan, maka hal yang

perlu diperhatikan dalam keberhasilan pengembangan dan peningkatan

produksi gandum dan sorgum adalah: diperlukan arah dan konsep yang

jelas serta tergantung dari komitmen dan peran aktif instansi terkait di

pusat dan di daerah, serta kesiapan saprodi, teknologi budidaya/benih

bermutu dan pasca panen, jaminan penampung hasil/pasar dan peran

serta pelaku usaha dalam kemitraan.

e. Perlu dirumuskan program kebijakan yang jelas dalam pengembangan

sorgum sesuai dengan tanggungjawab/tupoksi masing-masing instansi di

pusat dan di daerah mulai dari hulu (saprodi), on farm (teknologi budidaya

dan benih bermutu), dan hilir/(alat pasca panen dan penampungan

hasil/pemasaran). Pengembangan sorgum ke depan dapat dilakukan

melalui pendekatan kawasan, yaitu dibentuknya sentra/ kampung-

kampung gandum atau kampung sorgum di masing-masing daerah

sentra.

f. Pengembangan sorgum melalui program kemitraan PKBL (Program

Kemitraan dan Bina Lingkungan) telah dilakukan oleh Kementerian

BUMN, melalui kegiatan GP3K di beberapa kabupaten, untuk itu

koordinasi dengan Kementerian BUMN dan Dinas Pertanian di daerah

perlu terus ditingkatkan.

g. Sesuai dengan Statement Menko Perekonomian pada saat

penganugerahan gelar Honoris Causa oleh Universitas Pertanian Nitra

tanggal 12 Juni 2012 di Slovakia yang menyatakan bahwa: perlu suatu

gerakan yang meluas, dalam upaya pengembangan gandum di Indonesia

yang didukung oleh seluruh pemangku kepentingan, untuk itu Bapak

Hatta Rajasa telah menetapkan “Tahun Pencanangan Produksi Gandum”,

yang akan diimplementasikan pada tahun 2014. Diharapkan ada

kerjasama penelitian di bidang pengembangan gandum antar universitas

sehingga terjadi perubahan yang berarti di Indonesia dalam penurunan

konsumsi beras dan diversifikasi beras ke gandum yang berasal dari

gandum dalam negeri/lokal secara bertahap.

h. Kemenko Perekonomian pada intinya mendukung pengembangan

gandum di Indonesia, oleh karena itu untuk dalam upaya penentuan

langkah kebijakan pengembangan gandum kedepan, saat ini sedang

dilakukan identifikasi uji multilokasi di beberapa daerah sampel seperti;

Kec. Tosari Jawa Timur, Sukabumi,Jawa Barat, Padang,Sumatera Barat

dan Makassar, Sulawesi Selatan)

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 72

i. Kendala-kendala yang hadapi dalam mengembangkan gandum adalah;

1).Belum tersedianya varietas unggul yang cocok untuk dataran rendah

(<500 m d.p.l) dan sedang (500-00 m) karena masih dalam tahapan uji

multilokasi, Ketersediaan benih sebar terbatas, oleh karenanya benih

sumber yang diproduksi Balitsereal perlu dikembangkan lebih lanjut oleh

produsen/penangkar benih ke kelas berikutnya, 2). Teknologi budidaya

dan pasca panen belum sepenuhnya dikuasai petani, 3). Nilai usahatani

gandum yang masih kalah bersaing dengan tanaman lain, 4). Belum

adanya pasar yang menampung hasil panen, 5). Terbatasnya tenaga

lapangan/penyuluh yang menguasai budidaya gandum, 6). Masih kurang

berkembangnya pola kemitraan antara pengusaha dan petani.

j. Permasalahan pengembangan sorgum adalah : a) Belum adanya jaminan

harga yang layak yang dapat menguntungkan petani; b) Belum adanya

jaminan pasar yang dapat menampung hasil panen petani, serta c) Belum

berkelanjutannya kemitraan yang dapat mendukung tersedianya saprodi

dan jaminan penampungan hasil dan jaminan pemasaran.

k. Diperlukan dukungan dan koordinasi yang lebih intensif dengan instansi

terkait lintas Kementerian/Lembaga baik di Pusat maupun di daerah

(Provinsi dan Kabupaten/kota) melalui; sosialisasi, demontrasi farm

(demfarm), seminar, pameran, ketersediaan benih bermutu melalui

dukungan Balitser Maros, BATAN, Biotrop, Perguruan Tinggi, Balai Benih,

Penangkaran benih, serta mendorong pelaku usaha untuk

menumbuhkembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan.

l. Sorgum sebagai bahan pakan sudah terbukti dapat meningkatkan

berat/bobot badan sapi, berdasarkan hasil penelitian laboratorium IPB

Bogor bahwa terdapat Penambahan berat karkas sapi rata-rata 1.0

kg/hari bila mengkonsumsi pakan sorgum, sehingga permintaan sorgum

sebagai bahan baku pakan terutama di pulau Jawa sudah mulai

meningkat. Namun Masyarakat belum banyak mengembangkan karena

belum mengetahui khasiat sorgum dan nutrisi sorgum, baik untuk pakan

maupun sebagai pangan alternatif, sehingga masih diperlukan sosialisasi

dan promosi yang lebih intensif oleh berbagai instansi terkait.

m. Dalam upaya menciptakan varietas gandum berumur genjah, tanaman

pendek, malai panjang dengan biji besar, kandungan gluten rendah dan

berproduksi tinggi maka BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) sedang

melakukan uji multilokasi terhadap galur mutan Sorgum ZH 30 yang diberi

nama varietas PAHAT (Pangan Sehat). Uji multi lokasi dialokasikan di

Banyuangi (Jawa Timur) yang dilaksanakan oleh PTP XII, di Kabupaten

Dompu, NTB (oleh PT. Samirana), di Kabupaten Tanah Laut, Kalsel (oleh

PT. Trinity Bioenergy), di Kab. Sukabumi, Jawa Barat (oleh BIOTROP)

dan di Citayam, Bogor (oleh BATAN).

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 73

n. Sebagai tindaklanjut dari hasil pertemuan di Hotel The Banua ini, masih

diperlukan pembahasan tentang perencanaan/program dan kebijakan

yang perlu diambil dalam pengembangan sorgum dan gandum untuk

tahun 2014, dengan mengundang instansi terkait di pusat dan daerah

dan para pelaku usaha, sehingga dapat dirumuskan langkah konkrit dan

tanggungjawab masing-masing instansi untuk perencanaan program dan

kebijakan pengembangan dan kemitraan sorgum dan gandum tahun

2014.

o. Tindaklanjut hasil pertemuan di Makasar juga akan dilaksanakan di 9

provinsi sentra sorgum dan gandum dalam bentuk fasilitasi pertemuan

kemitraan di masing-masing provinsi yang sifatnya lebih teknis dengan

mengundang para pelaku usaha yang terkait , instansi terkait di masing-

masing provinsi (Dinas Perdagangan, Dinas Perindustrian, Dinas

Koperasi dan UKM, Dinas Peternakan,dll) serta perwakilan dari kelompok

tani.

p. Perencanaan pengembangan komoditas serealia lain (sorgum dan

gandum) melalui demfarm dan melalui kegiatan fasilitasi pertemuan

kemitraan tahun 2014, telah dirancang oleh Direktorat Budidaya

Serealia,Ditjen Tanaman Pangan dan pengembangan komoditas tersebut

juga pada tahun 2014 mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah

sentra (Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten) dalam

bentuk demfarm sorgum dan gandum.

q. Arah dan kebijakan pengembangan komoditas serealia lain (sorgum dan

gandum) adalah: diarahkan pada lahan marjinal dan lahan yang tidak

dimanfaatkan, sehingga tidak mengganggu pertanaman komoditas utama

(padi, jagung dan kedelai), Direktorat Budidaya Serealia, Ditjen Tanaman

Pangan serta Dinas Pertanian berfungsi sebagai fasilitator, mediator dan

melakukan pengawalan, pembinaan, monitoring dalam pengembangan

komoditas serealia lain dan program kemitraan dengan pelaku usaha agar

berjalan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, dan

mendukung swasembada pangan (padi, jagung dan kedelai), karena akan

mengurangi konsumsi beras nasional dan mengangkat komoditas

unggulan lokal daerah (sorgum).

r. Tingginya minat daerah dalam mengembangan sorgum dan gandum pada

tahun 2013 diwujudkan oleh Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian

Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten) dalam bentuk

Demfarm melalui dukungan dana APBD I dan APBD II di daerah sentra

antara lain di Provinsi ; Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Sulawesi Selatan, NTB, NTT,

Kalimantan Selatan, dan Maluku.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 74

s. Perbanyakan benih sorgum dan gandum yang dilakukan Balitser Maros

disesuaikan dengan kebutuhan/permintaan dan adanya jaminan pasar,

sehingga benih yang di hasilkan tidak over produksi atau tidak ada

pembeli, oleh karenanya permintaan benih dari swasta/instansi terkait

agar direncanakan minimal 6 bulan sebelumnya. Benih Sumber (kelas

BS) sorgum yang ada di Balitser masih dapat diperbanyak/diturunkan lagi

menjadi kelas benih sebar (BR) oleh penangkar atau Balai Benih binaan

Dinas Pertanian di masing-masing provinsi untuk memenuhi

permintaanbenih dari swasta dan instansi terkait pada tahun 2014.

t. PT. Mitra Balai Industri (MBI) yang berlokasi di Jalan raya Gunung sindur-

Puspitek sebagai pusat pelatihan teknologi sarana pasca panen sorgum

yang berkedudukan di Tanggerang sejak tahun 2012 sampai dengan

sekarang telah melaksanakan program integrasi sapi dengan sorgum

yang bermitra dengan koperasi/gapoktanak binaan PT. MBI. Untuk

pengembangan sorgum tahun mendatang PT. MBI siap membantu

pemerintah dari aspek pelatihan pasca panen. melalui praktek/pelatihan

pasca panen sorgum menggunakan alat chopper pencacah batang /

daun - pakan hijauan, mesin perontok biji sorgum, dan mesin penepung

biji sorgum yang telah diproduksi di PT. MBI.

u. Penanganan pasca panen sorgum dan gandum lebih spesifik

dibandingkan dengan padi dan jagung, karenanya penanganan pasca

panen sorgum dan gandum agar tidak hanya dilakukan oleh petani akan

tetapi dapat diambil alih oleh industri kecil dan menengah, sehingga

hasilnya lebih profesional.

Dari hasil pertemuan tersebut diharapkan lebih terjalin koordinasi dan

komunikasi yang lebih intensif dalam hal pengembangan komoditas serealia

lain antara instansi terkait di pusat dan di daerah serta para pelaku usaha

yang terkait dengan pengembangan sorgum dan gandum.

11. Pengembangan Padi Hibrida

Salah satu upaya peningkatan produksi dan produktivitas tahun 2013

difokuskan pada upaya peningkatan produktivitas melalui penerapan

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumber daya Terpadu (SL-PTT)

padi hibrida, Penerapan SL-PTT diharapkan mampu mengatasi

kesenjangan antara produktivitas yang dicapai ditingkat petani dibanding

potensi produktivitas yang semestinya maupun hasil – hasil demonstrasi plot

di tingkat lapangan. SL-PTT adalah tempat belajar bagi petani/ kelompoktani

sekaligus sebagai percontohan bagi kawasan sekitarnya, dalam mengadopsi

paket teknologi budidaya yang bersifat spesifik lokalitas.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 75

Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola sumberdaya yang

tersedia secara terpadu dalam melakukan budidaya dilahan usahataninya

berdasarkan spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta

mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi

tanaman pangan nasional. Namun demikian wilayah diluar SL-PTT harus

tetap dilakukan pembinaan sehingga produksi dan produktivitas tetap dapat

meningkat.

Pada tahun 2013, secara nasional SL-PTT untuk komoditi padi hibrida

dilakukan di 200.000 ha dengan rincian 192.000Ha SL dan 8.000 Ha LL

yang dilaksanakan di 13 Provinsi 120 kabupaten/kota.

Upaya dalam rangka identifikasi potensi pengembangan padi hibrida di

Provinsi – Provinsi antara lain Aceh, Sumatera Utara, , Sumatera Selatan,

Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Jambi, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,

D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT Kalimantan Barat, Kalimantan

Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan

Sulawesi Selatan, telah dilaksanakan dengan baik, tetapi masih ditemukan

beberapa hambatan dan permasalahan dalam upaya peningkatan

produktivitas padi antara lain :

- Pupuk sulit diperoleh, sehingga dikhawatirkan petani tidak dapat

menggunakan pupuk sesuai anjuran

- Belum menerapkan teknologi spesifik lokasi sesuai anjuran setempat

terutama belum menerapkan teknologi PTT padi hibrida;

- Rusaknya beberapa jaringan irigasi.

- Ketersediaan benih padi hibrida yang sesuai varietasnya dengan

keinginan petani jumlahnya masih terbatas, dikios sarana produksi belum

dijual secara massal,

- Harga benih relatif mahal mengakibatkan petani/kelompoktani masih

enggan untuk melakukan budidaya padi hibrida apabila tanpa bantuan

benih dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun provinsi ataupun

kabupaten,

- Selain harga benih, juga perawatan yang intensif sehingga memerlukan

biaya yang besar untuk tenaga kerja dan penggunaan pestisida

mengingat padi hibrida sangat rentan terhadap hama penyakit,

- Pada umumnya tingkat produktivitas padi hibrida lebih tinggi sekitar 20 –

25 % apabila dibandingkan dengan provitas padi non hibrida, selisih

produksi ini belum mampu menutupi kelebihan biaya yang dikeluarkan

petani dalam berusahatani,

- Butiran gabah padi hibrida lebih rapuh dan berkapur apabila dibandingkan

dengan padi non hibrida sehingga harga gabah menjadi lebih murah,

- Keterbatasan kemampuan petani/kelompoktani dalam usahatani padi

hibrida, diperlukan ketrampilan dalam penerapan PTT pada padi hibrida.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 76

- Dinas Pertanian di Provinsi maupun di Kabupaten belum menyusun

laporan pengembangan padi hibrida di wilayah masing-masing untuk

disampaikan ke Pusat/Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, sehingga

sulit bagi pemerintah pusat untuk melakukan evaluasi dan penyusunan

perencanaan yang lebih baik di tahun mendatang dalam pengembangan

padi hibrida.

- Belum tersedianya peta lokasi pengembangan padi hibrida karena

terbatasnya data dan informasi dari daerah.

Upaya yang harus dilakukan dalam identifikasi potensi pengembangan padi

hibrida dalam upaya peningkatan produktivitas padi antara lain : 1)

Ketersediaan sarana produksi, seperti pupuk, bibit maupun pestisida yang

terus dijaga termasuk harga dari sarana tersebut. Ketersediaan tersebut

mencakup prinsip 6 tepat, yaitu tepat waktu, mutu, jenis, jumlah, tempat

maupun harga, 2) Memanfaatkan air secara optimal, untuk itu penentuan

serta pengaturan pola tanam menjadi sangat penting, 3) Meningkatkan

secara intensif diseminasi informasi tentang cara berusahatani padi hibrida

yang efisien, antara lain melalui demonstrasi penerapan teknologi

pemupukan berimbang, penggantian varietas, atau dengan sekolah lapang

pada lahan LL di setiap lokasi dengan menerapkan teknologi anjuran yang

melaksanakan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya

Terpadu (PTT).

12. Pengembangan Padi Rawa

Luas lahan rawa di Indonesia diperkirakan mencapai 33.393.570 hektar yang

terdiri dari 20.096.800 hektar (60,20 %) lahan pasang surut dan 13.296.770

hektar (39,80 %) lahan rawa lebak. Dari luasan tersebut, total lahan rawa

yang dikembangkan pemerintah adalah 1.8 juta hektar yang terdiri dari

1.452.569 hektar lahan pasang surut dan 347.431 hektar lahan rawa non-

pasang surut (Dit. Rawa dan Pantai, Departemen PU, 2009). Sampai

dengan tahun 2012 terjadi peningkatan pemanfaatan lahan rawa (reklamasi)

yaitu sekitar 5,4 juta Ha, terdiri dari 4,1 juta Ha lahan pasang surut dan 1,3

juta Ha lahan lebak (Balittra, 2012).

Kendala yang dihadapi dalam mengembangkan lahan rawa adalah

rendahnya produktivitas tanaman pangan di lahan rawa yang disebabkan

oleh terbatasnya jaringan tata air mikro, jenis tanah, tipe luapan air, teknik

budidaya dan kondisi sosial ekonomi petani yang belum baik.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan padi rawa antara lain:

a. Untuk lahan pasang surut yang berjenis Tanah Potensial Sulfat Masam

(PSM)masalah yang dihadapi adalah Pyrit dan intrusi air asin di saat

musim kemarau (curah hujan rendah),sedangkan lahan pasang surut

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 77

yang berjenis Tanah Gambut permasalahannya adanya keasaman tanah

(ph rendah) sehingga pertumbuhan tanaman tidak optimal.

b. Untuk lahan pasang surut yang berjenis Tanah Aluvial masalah yang

dihadapi adalah:

- Air sulit masuk ke lahan, kecuali saat pasang besar (type luapan B)

sehingga dalam faktanya air masih mengandalkan curah hujan.

- Masih kurangnya infrastruktur pengairan terutama pintu air, dan yang

sudah ada sebagian sudah tidak berfungsi baik sehingga tidak bisa

dilakukan pengaturan air sesuai kebutuhan.

Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan pengembangan

padi rawa antara lain:

a. Untuk mengatasi kendala intrusi air asin dan pyrit telah dibangun tanggul

banjir terutama di wilayah – wilayah endemis intrusi, sedangkan untuk

mengatasi pyrit terutama saat musim kemarau diberikan pompa air di

wilayah endemis kekeringan, untuk mengatasi kendala keasaman tanah di

lahan gambut, telah di bangun Tata Air Mikro, saluran drainase dan

anjuran teknologi penggunaan Amelioran seperti dolomit, abu untuk

meningkatkan ph tanah.

b. Meningkatkan koordinasi dengan Dinas PU dalam menginventarisasi

keberfungsian infrastruktur pengairan, serta menentukan prioritas

pembangunan serta perbaikan terutama di wilayah sentra produksi.

Peningkatan produksi padi di lahan rawa baik pasang surut maupun lebak

melalui peningkatan intensitas tanam dua kali setahun sangat

memungkinkan untuk ditingkatkan. Apalagi ditunjang dengan pengelolaan

teknik budidaya yang sesuai dengan kondisi daerah masing-masing dan

dukungan pemerintah yang intensif.

13. Pembinaan, Pengawalan dan Monev Optimalisasi Jagung

Saat ini kebutuhan jagung di Indonesia terus meningkat setiap tahun sejalan

dengan peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan pangan dan pakan ternak

serta kebutuhan lainnya. Pertumbuhan permintaan jagung dalam negeri

selama tiga tahun tahun terakhir (2010-2012) menunjukkan pertumbuhan

sebesar 3,37% per tahun.

Indonesia mempunyai potensi sangat besar dalam meningkatkan produksi

maupun produktivitas jagung. Lahan yang tersedia untuk budidaya jagung

sangat luas, persyaratan agroklimat sederhana, teknologinya sudah tersedia,

sehingga prospek keuntungan bagi pembudidayanya cukup besar. Apabila

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 78

kelebihan hasil, artinya daya serap dalam negeri kecil, peluang ekspor

sangat terbuka.

Peningkatan produksi jagung dalam rangka memenuhi kebutuhan jagung

dalam negeri dilakukan dengan berbagai upaya antara lain melalui (1)

Peningkatan produktivitas (penerapan teknologi tepat guna spesifik lokasi);

(2) Penggunaan varietas unggul bermutu; (3) Perluasan areal tanam; (4)

Penerapan PTT; (5) Pengamanan produksi; (6) Penanganan pasca panen;

(7) Dukungan penelitian dan penyuluhan dan (8) Menjalin kemitraan dengan

stakeholders untuk penguatan modal, bantuan sarana produksi, penanganan

pasca panen, pemasaran hasil serta dukungan peraturan dan perundangan.

Produksi jagung tahun 2013 (ARAM II) menurun sebanyak 0,88 juta ton

(4,52%) dibandingkan ATAP 2012 dan belum mencapai sasaran produksi

jagung yang ditetapkan. Berdasarkan data ARAM II BPS 2013, produksi

jagung nasional mencapai 18,51 juta ton pipilan kering sementara sasaran

produksi jagung nasional tahun 2013 adalan sebesar 19,83 juta ton pipilan

kering sehingga masih kekurangan 1,32 juta ton.

Untuk mendukung upaya pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2013

sebesar 19,83 juta ton pipilan kering, pemerintah berupaya mendorong

perluasan areal tanam jagung dengan menggunakan benih unggul hibrida.

Sasaran produksi jagung pada tahun 2013 sebesar 19,83 juta ton PK sangat

tergantung pada beberapa faktor, antara lain benih bermutu dan bersertifikat,

pupuk yang tersedia sesuai dengan jumlah, kebutuhan dan waktu yang tepat

pada saat pertanaman dan ketersediaan air yang cukup untuk mendukung

perkembangan tanaman jagung. Faktor lain yang tak kalah penting adalah

penanganan panen dan pasca panen serta jaminan pasar bagi petani.

Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, iklim sangat berperan penting

dalam menentukan keberhasilan produksi jagung.

Dalam upaya mempertahankan swasembada jagung kita mempunyai

banyak tantangan, namun di sisi lain kita juga mempunyai banyak peluang.

Tantangan yang harus kita hadapi antara lain adalah : 1) Kebutuhan yang

terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk (terkait erat

dengan kebutuhan untuk pakan ternak); 2) Produksi jagung yang tidak

merata sepanjang tahun (musiman); 3) Jagung masih dijadikan

alternatif/tanaman kedua setelah (secondary crop) dan 70% ditanam di

lahan kering; 4) Puncak panen terjadi pada musim penghujan; 5) Belum

adanya jaminan harga dll. Sedang peluang yang ada antara lain;1)

Produktivitas rata-rata nasional yang dicapai sampai saat masih dibawah

potensinya; 2) Tanaman jagung relatif lebih sedikit hama dan penyakitnya; 3)

Swasta sudah banyak berperan aktif dalam pengembangan khususnya

industri benih dan pemasaran hasil; 4) Tersedia teknologi budidaya yang

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 79

mudah diadopsi oleh petani; 5) Harga relatif menguntungkan dan 6)

Banyaknya dukungan dari pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota)

dalam pengembangan jagung. Serta 7) Masih terbukanya peluang perluasan

areal di lahan-lahan perhutani, kehutanan (HTI), perkebunan dan lahan

kering lainnya.

Beberapa permasalahan yang dijumpai dalam pengembangan jagung di

antaranya adalah;

a. Fluktuasi produksi dan harga, penanganan pascapanen pada saat panen

raya dan alsin prosessing dan pengolahannya (dryer dan corn sheller)

termasuk silo, masih terbatas sehingga berpengaruh terhadap kualitas

hasil, terbatasnya modal usahatani, dan kemitraan usaha belum

berkembang.

b. Peran petugas lapangan sangat diperlukan untuk mendampingi petani

dalam penerapan teknologi.

c. Peralatan pasca panen masih perlu ditingkatkan untuk menjaga kualitas

jagung agar tetap baik, mengingat pasca panen curah hujan masih cukup

tinggi.

d. Perlu penetapan harga jagung di tingkat regional/provinsi agar harga

jagung stabil dan jika harga turun pemerintah daerah dapat menampung

melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) contohnya Provinsi Gorontalo

dan Lampung.

e. Perlu adanya suatu gerakan untuk pengembangan jagung di daerah-

daerah yang mempunyai potensi untuk pengembangan melalui jajaran

pemangku kepentingan dibidang jagung

14. Identifikasi Pengembangan Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering

Kontribusi produksi padi lahan kering terhadap produksi padi nasional masih

kecil, yaitu 3.867.726 ton GKG atau sekitar 5,46% dengan luas tanam rata-

rata 1.21 juta ha. Jika dibandingkan dengan luas lahan kering yang cocok

untuk pertanaman padi ladang (17.321.146 ha), pemanfaatan lahan kering

untuk pertanaman padi ladang baru mencapai 7,06%. Dari tingkat

produktivitas, produktivitas padi ladang baru mencapai 33,59 ku/ha

sedangkan potensi produktivitas berdasarkan hasil penelitian dari Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian berkisar 60 ku/ha.

Potensi lahan sawah tadah hujan juga cukup besar, yaitu 2.111.161 ha. Dari

luas lahan sawah tersebut sekitar 74,29% masih IP 100. Namun dalam

perhitungan BPS, luas tanam padi sawah tadah hujan termasuk ke dalam

luas tanam padi sawah. Berdasarkan hasil penelitian dari Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian potensi produktivitas berkisar 35 – 45 ku/ha

sedangkan potensi hasinya mencapai 80 ku/ha.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 80

Dilihat dari potensi pengembangan padi sawah tadah hujan dan lahan

kering, peluang pengembangannya cukup besar. Tetapi terdapat juga

banyak permasalahan pengembangan padi sawah tadah hujan dan lahan

kering. Untuk mengetahui peluang pengembangan padi sawah tadah hujan

dan lahan kering dilakukan kegiatan identifikasi pengembangan padi sawah

tadah hujan dan lahan kering.

Dari hasil identifikasi pengembangan padi sawah tadah hujan dan lahan

kering di 12 provinsi adalah sebagai berikut:

a. Potensi pengembangan padi lahan kering berupa peningkatan IP,

perluasan areal tanam pada lahan perkebunan dan kehutanan dan

potensi pengembangan padi sawah tadah hujan berupa peningkatan IP

b. Potensi peningkatan produktivitas padi sawah tadah hujan dan lahan

kering melalui pendekatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (SL-PTT) yang dicapai dengan cara sinergitas komponen

teknologi seperti perbaikan mutu benih dan penggantian varietas unggul,

pemupukan berimbang, pengendalian organisme pengganggu tanaman

OPT dan pengelolaan air serta penggunaan pupuk organik, penekanan

kehilangan hasil pada saat panen dan pasca panen.

c. Kondisi lahan kering dan pertanaman padi lahan kering beragam:

1) Tingkat kesuburan tanah: subur – tidak subur

2) Topografi: datar – miring/bergelombang

3) Ketinggian tempat: dataran rendah – dataran tinggi

4) Tingkat kemasaman tanah tinggi

5) Sistem tanam

- Monokultur

- Tumpang sari dengan tanaman palawija

- Sebagai tanaman sela di areal tanaman tahunan

6) Kondisi iklim/curah hujan: daerah basah - kering

7) Kondisi sosial ekonomi petani

8) Aksesibilitas lahan: mudah – sangat sulit

d. Permasalahan pengembangan padi sawah tadah hujan dan lahan kering

di lapangan adalah:

Benih

- Penyaluran benih bantuan tidak tepat waktu

- Penyediaan benih berkualitas masih kurang

Pupuk:

- Penggunaan pupuk tidak sesuai dengan kondisi lahan

Alsintan:

- Kurangnya alat panen dan pasca panen

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 81

- kelangkaan BBM (solar) yang menghambat penggunaan alsintan

(pengolahan tanah, panen maupun pasca panen)

- kelangkaan BBM (solar) yang menghambat penggunaan alsintan

(pengolahan tanah, panen maupun pasca panen)

Pengairan:

- Saluran irigasi banyak yang rusak

- Ketersediaan air masih kurang

- Fasilitas penyediaan air kurang

Teknologi:

- Petani belum menerapkan teknologi spesifik lokasi yang dianjurkan

Lahan:

- Alih fungsi lahan

- Kandungan hara organic cenderung menurun

SDM

- Tidak terjadi regenerasi petani

- Kurangnya buruhtani

- Petugas pertanian di lapangan semakin berkurang (Penyuluh, KCD,

Mantri tani, POPT, PBT)

Iklim:

- Iklim tidak menentu/sulit diramal/diperkirakan

- Cuaca Ekstrim

Harga:

- Harga turun saat panen, terutama pada musim hujan

- Persaingan komoditas

Transportasi:

- Biaya transportasi mahal

Kelembagaan:

- Kelembagaan penyuluh belum optimal

- Kelembagaan petani sulit berkembang

Modal:

- Modal usahatani kurang

Infrastruktur:

- Infrastruktur kurang memadai

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 82

Kegiatan identifikasi pengembangan padi sawah tadah hujan dan lahan

kering juga berupa penyusunan poster informasi teknologi padi tadah

hujan dan lahan kering

15. Bimbingan, Pengawalan dan Pendampingan Pengembangan Padi

Tadah Hujan dan Lahan Kering

Sasaran padi lahan kering tahun 2013 adalah:

- Luas tanam: 1.213.533 ha

- Luas panen: 1.155.746 ha

- Produktivitas: 34,62 ku/ha

- Produksi: 4.000.803 ton GKG

Strategi pencapaian sasaran produksi padi lahan kering tahun 2013 adalah:

- Peningkatan produktivitas

Peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui penerapan teknologi

padi lahan kering, yaitu pengolahan lahan, penggunaan varietas unggul

bersertifikat, pemupukan berimbang dan pemupukan organik,

pengendalian OPT secara terpadu, penanganan panen dan pasca panen.

- Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan

Perluasan areal tanam pengembangan padi lahan kering dapat dilakukan

pada lahan kering yang sudah ada (peningkatan IP), pengembangan

areal bukaan baru/peremajaan perkebunan dan kehutanan. Pengelolaan

lahan kering diperlukan terutama pada lahan yang berlereng atau dataran

tinggi untuk konservasi lahan kering yang rentan mengalami erosi.

- Pengamanan Produksi

Pengamanan produksi padi lahan kering penting. Pertanaman padi lahan

kering rentan terhadap perubahan iklim dan serangan OPT.

- Penyempurnaan Manajemen

Penyempurnaan manajemen dilakukan terhadap manajemen yang sudah

berjalan agar program yang telah direncanakan dapat berjalan lebih baik.

Penyempurnaan manajemen dapat berupa dukungan kebijakan, regulasi,

penyempurnaan manajemen teknis, dan penyempurnaan data dan

informasi.

Upaya pencapaian sasaran produksi padi lahan kering tahun 2013

Upaya pencapaian sasaran produksi padi lahan kering tahun 2013 difokuskan pada peningkatan produktivitas padi lahan kering melalui peningkatan kualitas SL-PTT Padi Lahan Kering berbasis pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan seluas 551.700 ha.

- Kawasan Pertumbuhan: 114.100 ha

- Kawasan Pengembangan: 117.200 ha

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 83

- Kawasan Pemantapan: 320.400 ha

Sedangkan diluar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi melalui

pembinaan, pengawalan, pendampingan, dan bimbingan terkoordinasi dan

terintegrasi dengan memanfaatkan benih bersubsidi/non subsidi, atau

sumber lainnya, pupuk bersubsidi, GP3K, optimasi lahan seluas 661.833 ha.

Dalam pencapaian sasaran produksi tahun 2014 melalui strategi dan upaya

yang dilakukan serta sosialisasinya dilakukan kegiatan bimbingan,

pendampingan, dan pengawalan pengembangan padi tadah hujan dan lahan

kering. Kegiatan bimbingan, pendampingan, dan pengawalan

pengembangan padi tadah hujan dan lahan kering yang dilakukan berupa:

- Bimbingan, pendampingan, dan pengawalan ke 12 provinsi yang dikunjungi

- Penyusunan Buku Pengembangan Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering Berbasis Kawasan

- Penyusunan Poster Informasi Perkembangan Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering

- Penyusunan Buku Database Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering Tahun 2013

16. Gerakan Tanam dan Panen Perdana

a. Gerakan Tanam Perdana Padi

1) Gerakan Tanam Padi di Kabupaten Sumbawa- NTB

Dalam rangka meningkatkan produksi padi, telah dilaksanakan

Gerakan Tanam Padi di Pulau Sumbawa bertempat di Gapotan Kokar

Maras Desa Leseng Kecamatan Moyohulu Kabupaten Sumbawa

Provinsi Nusa Tenggara Barat, Selasa (04/06/2013). Hadir pada acara

tersebut Wakil Bupati Sumbawa, Dirjen Tanaman Pangan (diwakili

Kasubdit Padi Irigasi dan Wawa), Danrem 162, Dinas Pertanian

Provinsi NTB, Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa, Bapeluh

Kabupaten Sumbawa, BPTP NTB, PPL, perwakilan Gapoktan dan

Poktan di Kabupaten Sumbawa, dan para petani setempat.

Acara diawali dengan tanam padi secara seremonial oleh Wakil Bupati,

Dirjen Tanaman Pangan (diwakili Kasubdit Padi IRA), Danrem, dan

Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Dalam

sambutan Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTB diwakili Ir. H. Budi

Subagyo, MM, menekankan bahwa komoditas padi, jagung, dan

kedelai tetap menjadi tulang punggung ketahanan pangan di Provinsi

Nusa Tenggara Barat. Tahun 2012 produksi padi NTB sebesar

2.114.231 ton, jagung 642.674 ton atau masing-masing terealisasi

100,4 % untuk tanaman padi dan pada komoditas jagung 135,24 %.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 84

Tahun 2012 Sumbawa merupakan kabupaten yang paling besar

kontribusinya terhadap produksi jagung di NTB. Upaya peningkatan

produksi tanaman pangan terus dilakukan untuk mempertahankan

swasembada pangan di NTB, salah satunya adalah memasyarakatkan

teknologi usahatani seperti kegiatan SLPTT. Hasil gerakan tanam

dapat dilaporkan senagai berikut :

- Prediksi BPS produksi padi dan jagung NTB tahun 2013 menurun,

salah satu langkah untuk mencegah penurunan produksi pangan

khususnya padi dan jagung perlu percepatan tanam secara

serentak, dan membangun kerjasama dengan TNI dan Polri seperti

yang sedang dilaksanakan saat ini.

- Wakil Bupati Sumabawa Drs. Arassy Mulkan dalam sambutannya

menekankan bahwa petani harus bisa menikmati harga yang sesuai,

dan biar tidak terjadi gejolak harga, maka BULOG harus sigap dan

memahami situasi diwilayah kerjanya. Produksi padi Kabupaten

Sumbawa sebesar 460.000 ton. Sumbangan komoditi padi

Kabupaten Sumbawa kepada NTB sebesar 40 % atau sekitar 186

ribu ton GKG. Sumbangan Sumbawa ke NTB bisa di tingkatkan

menjadi 50% bila ada percepatan tanam, pemanfaatan air dan

penggunaan teknologi, seperti semai di luar lahan. Kita harus buat

zona, berapa yang bisa ditanami padi, dan jagung. Penyediaan

pupuk yang terbatas sangat mengganggu peningkatan produksi.

Subsidi pupuk sangat perlu di tambah kuotanya, karena lebih

strategis di banding dengan dengan subsidi benih, karena benih

bisa di sediakan oleh petani sendiri.

- Dalam sambutannya Direktur Jenderal Tanaman Pangan yang

diwakili oleh Kasubdit Padi Irigasi dan Rawa Ir. Warsitohadi

menyampaikan bahwa, beras merupakan komoditas sangat

strategis. Negara-negara maju sudah berinvestasi di luar negaranya

untuk ketahanan pangan. Saat ini 4 cara dalam meningkatkan

produksi padi di Indonesia; yaitu peningkatan produktifitas,

perluasan areal tanam, pengurangan konsumsi beras, dan perbaikan

manajemen. Gerakan percepatan tanam serentak yang sedang kita

lakukan saat ini adalah salah satu model perbaikan menajemen

usahatani. Dengan pemahaman di bidang pertanian yang sangat di

kuasai oleh Wakil Bupati Sumbawa, kedepan Sumbawa akan lebih

berperan dalam pengamanan pangan di NTB

- Acara diakhiri dengan temu wicara yang di pandu oleh Kepala BPTP

NTB Dr. Dwi Praptomo S, MS. Beberapa permasalahan yang di

angkat dalam sesi diskusi adalah penyediaan pupuk, perbaikan

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 85

insfrastruktur usahatani, peningkatan kapasitas penyuluh, perbaikan

teknologi budidaya tanaman pangan. Semua pertanyaan di tanggapi

oleh narasumber dengan jawaban yang cukup memuaskan.

2) Gerakan Tanam Padi di Kota Mataram

Gerakan tanam padi di kota mataram pada tanggal 28 Desember 2013

dihadiri oleh Walikota Mataram H. Ahyar Abduh bersama lima orang lain

diantaranya Komandan Kodim 1606 Djarot Suharso, S.IP dan Direktur

Budidaya Serealia Kementerian Pertanian Ir.H. Fathan A. Rasyid, M.Ag

turun langsung ke sawah untuk melakukan penanaman padi secara

bersama menandai dimulainya Gerakan Tanam Padi Serempak dan

Percepatan Tanam di Kota Mataram. Penanaman benih padi hibrida

berkualitas unggul ini dilaksanakan di lahan milik Kelompok Tani Tegal

Jaya Kelurahan Selagalas Kecamatan Sandubaya Kota Mataram.

Usai penanaman padi bersama, Walikota beserta Dandim 1606 Lombok

Barat melaksanakan penandatanganan Kesepakatan Bersama antara

Pemerintah Kota Mataram dengan Kodim 1606 Lombok Barat.

Menyepakati kerjasama antara kedua belah pihak dalam rangka

mensinergikan potensi, tugas, fungsi, dan kewenangan untuk saling

membantu dan mendukung dalam mewujudkan Ketahanan Pangan

Nasional, serta mendukung tercapainya target Peningkatan Produksi

Beras Nasional (P2BN) menuju surplus beras 10 juta ton dan

pencapaian swasembada kedelai tahun 2014.

Kerjasama kedua belah pihak ini menurut Direktur Budidaya Serealia

yang turut hadir menyaksikan penandatanganannya, merupakan

kelanjutan dari kerjasama yang juga telah disepakati oleh Menteri

Pertanian Dr. Ir. Suswono, MMA dan Panglima TNI Agus Suhartono

pada tanggal 13 April 2012 lalu. Kemitraan antar dua lembaga ini penting

mengingat tantangan yang ada, dimana persaingan dengan negara lain

dan keinginan dunia luar untuk menjadikan Indonesia sebagai pasar

internasional menjadi tantangan terbesar yang harus dihadapi secara

bersama-sama. Hasil gerakan tanam padi dapat dilaporkan sebagai

berikut :

- Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan satu dari 10 provinsi

penghasil beras tertinggi di Indonesia. Sebanyak 3,05% stok beras

nasional merupakan kontribusi dari provinsi Nusa Tenggara Barat,

termasuk diantaranya dari Kota Mataram. Tanpa komitmen penuh dari

pihak-pihak terkait, produksi beras di Kota Mataram terancam akan

terus menurun mengingat laju alih fungsi lahan pertanian di Kota

Mataram yang mencapai 30 ha/tahun. Kota Mataram diharapkan

dapat terus mempertahankan lahan pertanian yang ada dan

menjadikannya lahan pertanian berkelanjutan. "Bagaimana membuat

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 86

Kota Mataram menjadi kota yang unik untuk ecotourism, kota tapi

tetap memiliki sawah seperti di negara Taiwan.

- upaya menjaga ketahanan pangan di Kota Mataram. Berbagai strategi

dan rencana aksi telah diterapkan dalam upaya peningkatan capaian

ketahanan pangan di Kota Mataram. Dan dengan dijadikannya Kota

Mataram sebagai daerah tempat dimulainya Gerakan Tanam padi

Serempak dan Percepatan Tanam di Nusa Tenggara Barat, Walikota

menganggapnya sebagai sebuah kepercayaan yang harus ditindak

lanjuti dengan komitmen tinggi

- Dukungan pada kegiatan pertanian di Kota Mataram dengan

menjanjikan alokasi dana bagi pengadaan bantuan alat-alat pertanian

serta pembinaan bagi seluruh kelompok tani yang ada di Kota

Mataram. Dan rencana mengaitkan program pengolahan sampah

organik di Kota Mataram untuk membantu memenuhi penyediaan

pupuk bagi para petani.

b. Gerakan Percepatan Tanam /Panen Serealia

1) Acara Panen Raya Padi Bersama Presiden RI dan Ibu Hj. Ani Yudhoyono : Panen Raya Padi dan Dialog dengan Petani di Kabupaten Karawang Panen Raya Padi musim tanam 2013 dilaksanakan pada tanggal 16 april 2013 di Desa Gempol Wetan, Karawang dilakukan oleh Presiden RI beserta Ibu Ani Bambang Yudhoyono, bersama beberapa Menteri diantaranya Mensesneg Sudi Silalahi, Seskab Dipo Alam, Menteri Pertanian Suswono, Menteri Perikanan dan Kelautan Sharif Cicip Sutarjo, Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan, Menteri BUMN Dahlan Iskan. Lokasi panen di Dusun Jeruk Simer, Desa Rawa Gempol Wetan, Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada areal seluas 400 ha. Varietas yang ditanam adalah Mikongga dan rata rata ubinan sebesar 91,1 ku/ha. Setelah melaksanakan panen, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rombongan menyempatkan diri berdialog dengan para petani. Dalam temu wicara dengan beberapa kelompok tani, terungkap beberapa permasalahan yang masih menjadi kendala dalam pengembangan budidaya pertanian, antara lain: masalah sertifikasi lahan yang belum dimiliki oleh padi petani, masih belum meratanya pemberian program LDPM (Lembaga Distribusi Pangan Mandiri), masih banyak petani yang memerlukan bantuan alat panen (power threser dan alat pengolah pupuk organik serta saat ini kabupaten Karawang belum mempunyai pasar beras yang representative (terminal agribisnis). Semua pertanyaan tersebut dijawab dan akan ditindak lanjuti, misalnya untuk setifikat lahan, segera menghubungi Kantor BPN dengan program Prona (program nasional agraria), sedangkan yang lainnya akan diberikan dalam program tahun 2013, melalui pengadaan alat

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 87

pasca panen. Sedangkan untuk terminal agribisnis yang akan digunakan sebagai pasar beras, perlu penjajakan yang lebih dalam agar mendapat azas manfaat. Hasil gerakan panen raya dapat dilaporkan sebagai berikut :

- Kabupaten Karawang, yang memiliki luas wilayah 1.753,27 km,

mempunyai potensi pengembangan areal untuk pertanian, karena

dilalui oleh sungai Citarum dan sungai Cilamaya serta terdapat 3

saluran irigasi yang besar yaitu saluran induk tarum utara, saluran

induk tarum tengah dan saluran induk tarum barat yang

dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak dan pembangkit

tenaga listrik.

- Kabupaten Karawang merupakan daerah lumbung padi di Jawa

Barat dan salah satu wilayah yang dapat memberikan konstribusi

kebutuhan beras nasional, dimana setiap tahunnya mampu

memproduksi beras sebanyak 784.000 ton beras.

- Dengan potensi sawah seluas 97.529 ha, perencanaan

pembangunan pertanian ke depan harus dilandasi optimasi

sumberdaya yang dicirikan dengan keterpaduan kegiatan, lokasi,

pembiayaan maupun fokus komoditas. Namun disadari sampai saat

ini belum tersedia model dan metoda yang bersifat komprehensif

bagi daerah dalam menyusun rancang bangun perwilayahan dan

pengembangan kawasan produksi komoditas strategis

dan komoditas unggulan nasional. Peraturan Menteri Pertanian No

41/permentan/OT.140/9/2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan

Peruntukan Pertanian masih bersifat umum bagi semua komoditas

pertanian dan dimaksudkan sebagai dasar dalam

penetapanrekomendasi kawasan pertanian pada RT, RW daerah.

- Pendekatan pengembangan kawasan di rancang untuk

meningkatkan efektivitas kegiatan, efisiensi anggaran dan

mendorong keberlanjutan kawasan komoditas unggulan. Sentra

pertanian diartikan sebagai bagian dari kawasan yang memiliki ciri

tertentu didalamnya terdapat kegiatan produksi suatu jenis produk

pertanian unggulan. Adapun kawasan pertanian adalah gabungan

dari sentra- sentra pertanian yang terkait secara fungsional baik

dalam faktor sumber daya alam, sosial budaya,maupun infrastruktur,

sehingga memenuhi batasan luasan minimal skala efektivitas

manejemen pembangunan wilayah.

- Kawasan pertanian yang akan dikembangkan adalah kawasan yang

berada di lokasi kabupaten/kota dan ditetapkan oleh Bupati/walikota

yang dicirikan dengan : a) memiliki kontribusi produksi yang

signifikan atau berpotensi tinggi terhadap produksi kabupaten/kota;

b) difasilitasi oleh APBD Kabupaten/Kota dan didukung oleh APBN

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 88

sebagai pendamping serta dapat didukung oleh APBD Provinsi; c)

mengembangkan komoditas unggulan kabupaten/kota, komoditas

unggulan provinsi dan atau komoditas 40 unggulan nasional. Secara

garis besar implementasi pengembangan kawasan dapat dibagi

dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan, dengan

membentuk tim untuk setiap tingkatan

(pusat/provinsi/kabupaten/kota), dan mempunyai tugas dan

kewenangan antara lain : a) melakukan sosialisasi ke aparat teknis

dan pemangku kepentingkan di tingkatan masing-masing, b)

melakukan koordinasi pada kegiatan peningkatan kapasitas aparat

teknis dan penyuluh pertanian; c) menyusun rencana aksi disetiap

tingkatan denganmengacu kepada master plan yang telah disusun di

masing-masing tingkatan; d) melakukan koordinasi di setiap

tingkatan dan e) melakukan pemantauan dan pelaporan

pengembangan kawasan yang menjadi wilayah kerja nilai tambah,

- Maksud dan tujuan pengembangan kawasan pertanian adalah

mendukung tercapainya Empat Target Sukses Kementerian

pertanian antara lain : a) pencapaian swasembada dan swasembada

berkelanjutan; b) peningkatan diversifikasi pangan; c) peningkatan

nilai tambah, daya saing dan ekspor, serta d) peningkatan

kesejahteraan petani.Pada tahun 2012, produksi padi mencapai

1.446.406 ton gkp merupakan hasil panen dari lahan sawah seluas

193.997 ha, produktivitas 74,56 ku/ha dan lahan kering (padi gogo)

seluas 1.660 ha dengan produktivitas 39,01 ku/ha

2) Panen Jagung

Panen perdana jagung pipilan kering program SL-PTT Jagung Hibrida

Kabupaten Serang Tahun Anggaran 2013 yang dilaksanakan pada

tanggal 31 Agustus 2013 di Kabupaten Serang di Desa Padasuka

Kecamatan Petir Kabupaten Serang, dapat kami laporkan kegiatan

tersebut sebagai berikut :

a) Lokasi Panen Perdana Jagung Pipilan Kering oleh Ibu Wakil Bupati

Kabupaten Serang berada di Kelompok Tani Harapan Sejahtera 5

Kampung Bojong Nangka Desa Padasuka Kecamatan Petir

Kabupaten Serang, Banten. Panen jagung ini merupakan program

dari kegiatan SL-PTT Jagung Hibrida Kabupaten Serang Tahun

Anggaran 2013.

b) Acara tersebut dihadiri oleh undangan antara lain: mewakili Direktur

Budidaya Serealia (Subdit Padi Irigasi dan Subdit Jagung); Lingkup

Provinsi Banten (Kadis Pertanian dan Peternakan dan Lingkup Dinas

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 89

Pertanian Provinsi; Kepala BPTP Provinsi ); Lingkup Kabupaten

Serang (Kepala BPPKP; Kepala BPPD; Camat Petir; Danramil Kec.

Petir; Kapolsek Kec. Petir; Kebid lingkup Dinas Pertanian,

Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan; Kepala UPTD Pertanian

Kecamatan se Kabupaten Serang; KTNA Kabupaten dan KTNA

Kecamatan Petir; Kepala Desa se Kecamatan Petir serta Ketua

Kelompoktani pelaksana SL-PTT se Kecamatan Petir). Pengusaha

swasta yang diundang dalam panen ini (PT. Charoen Pokphand; PT.

Malindo; PT. Wonokoyo; Jaya Kusuma) namun tidak ada yang

menghadiri undangan.

c) Dalam acara panen perdana jagung pipilan kering terdapat sambut-

sambutan antara lain :

- Dilaporkan bahwa kegiatan panen perdana jagung pipilan di

Kecamatan Petir berada dilokasi pelaksanaan SL-PTT tahun

anggaran 2013 yang dilaksanakan dengan pola pendekatan

kawasan dan spesifik lokasi.

- Produksi rata-rata jagung pipilan kering Kabupaten Serang

mencapai 3 ton/ha, dan untuk Kecamatan Petir telah mencapai

5,7 ton/ha pipilan kering dan di atas rata-rata produksi nasional (5

ton/ha).

- Kecamatan Petir diharapkan dapat berkembang jadi petani

penghasil jagung pipilan di kabupaten Serang dan Kabupaten

Serang kedepan sebagai penghasil jagung pipilan kering Provinsi

Banten.

d) Sambutan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten :

- Disampaikan bahwa yang disoroti saat ini adalah masalah harga

pangan baik cabe, daging dan kedelai, dimana harga pangan ini

sangat dipengaruhi oleh harga pasar. Sementara ini yang

dibawah kendali pemerintah baru hanya beras.

- Harga jagung pipilan saat ini Rp.3.300/kg, bilamana produksi rata-

rata 5 ton/ha dan dengan modal Rp.5 juta/ha, maka petani sudah

bisa mendapatkan uang sebesar Rp.10 juta.

- Kendala saat ini adalah dari kultur budaya dimana belum adanya

cadangan jagung pipilan untuk pangan. Untuk pertanaman

jagung, benih banyak tersedia dan diharapkan di Kabupaten

Serang menjadi daerah sentra penghasil jagung setiap tahun.

e) Sambutan Perwakilan Direktur Budidaya Serealia yang disampaikan

oleh Kasi Subdit jagung:

- Diantaranya disampaikan bahwasanya terdapat 12 pabrik pakan

ternak dimana kebutuhan dari pabrik pakan ternak tersebut 7

juta/tahun. Enam dari pabrik pakan ternak tersebut berada di

Provinsi Banten.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 90

- Dengan pengembangan jagung d daerah Kabupaten Serang dan

Provinsi Banten, dapat diharapkan dapat memenuhi suplay

kebutuhan jagung dalam negeri.

- Pemerintah terus mendorong untuk terus dapat berswasembada

jagung dalam negeri,diantaranya dengan memberikan subsidi

harga benih, walapun harga subsidi tersebut tidak menjangkau

untuk benih yang diinginkan oleh petani, diantaranya dengan

benih jagung Bisi 2 petani telah dapat melakukan pembelian benih

dengan swadaya.

- Kedepan pemerintah akan terus mendorong agar petani dapat

mandiri sehingga tidak lagi ketergantungan pada bantuan dari

pemerintah.

f) Sambutan Ibu Wakil Bupati Kabupaten Serang (Hj. Ratu Tatu

Chasanah) :

- Lebih jauh disampaikan oleh Ibu Wakil Bupati bahwa potensi

terbesar ada pada masyarakat. Ibu Wakil Bupati sangat

menyayangkan ketidakhadiran pengusaha dalam acara panen

jagung pipilan.

- Untuk pengembangan jagung diwilayah Kabupaten Serang, Ibu

Wakil Bupati akan melakukan invetarisir lahan-lahan tidur yang

dikuasai perusahaan untuk dapat digunakan pengembangan

tanaman jagung.

- Jumlah pabrik pakan ternak Provinsi Banten merupakan nomor 2

di Indonesia, untuk urusan pasar akan ditangani oleh pemerintah

daerah, dan kabupaten Serang punya potensi untuk jagung.

- Ibu wakil Bupati pada kesempatan tersebut mengajak semua

kelompoktani Kecamatan Petir dan Kabupaten Serang untuk terus

mengembangkan tanaman jagung diwilayah kabupateng Serang

dan Provinsi Banten.

g) Acara temu wicara dengan kelompoktani kecamatan Petir dan

Kabupaten Serang, pertanyaan dari petani antara lain adalah :

- Masalah air, dimana irigasi Tanjung Genap airnya sudah

berkurang.

- Permasalahan dan kendala kurangnya kepemilikan traktor dan

alat pemipil jagung yang dimiliki petani serta pemasaran hasil.

h) Dari pertanyaan dan permasalahan yang disampaikan oleh

kelompoktani, Ibu wakil Bupati antara lain memberikan solusi :

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 91

- Untuk kebutuhan akan air pemerintah daerah bersama dengan

Dinas PU akan turun bersama kelapangan dan yang mungkin

dalam waktu cepat akan diatasi dengan pompa air.

- Untuk kebutuhan traktor, dan alat pengering serta kebutuhan

efektinya akan dianggarkan di Provinsi, Kabupaten dan oleh

Dewan.

- Adapun untuk pasar sangat terbuka, hanya perlu koordinasi dan

MOU pasar dan petani, untuk itu Dewan dan Dinas akan

mengundang pihak pabrik pakan.

i) Lebih lanjut Ketua Dewan DPRD Kabupaten Serang menambahkan

antara lain :

- Untuk pasar, pihak Dewan akan memanggil pihak pabrik pakan.

- Untuk anggaran, DPRD Kabupaten Serang akan mendukung

untuk pembangunan prasarana dan sarana Kabupaten serang.

- Komitmen ini untuk mewujudkan kesejahteraan petani.

17. Pertemuan – Pertemuan a. Optimalisasi Pemantapan Lahan Kering dan Tadah Hujan

Mendukung Peningkatan Produksi Padi Nasional

Pertemuan Workshop Optimalisasi Pemantapan Lahan Kering Dan Tadah

Hujan Mendukung Peningkatan Produksi Padi Nasional Tahun 2013

dilaksanakan di Swiss Belhotel Bay View - Bali dari tanggal 7 – 9

November 2013. Pertemuan ini dihadiri oleh Kepala Bidang Produksi

Tanaman Pangan Provinsi, Kepala BPTP, dan Kabupaten terpilih dari 17

(tujuh belas) provinsi (Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,

Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, D. I. Yogyakarta, Jawa Timur,

Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,

Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur)

sentra produksi padi ladang serta Kepala Bidang seluruh Kabupaten

Provinsi Bali.

Adapun tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mengetahui sejauhmana

upaya pemanfaatan lahan kering dan tadah hujan untuk budidaya padi di

masing-masing wilayah kerja peserta dalam mendukung peningkatan

produksi padi nasional sedangkan sasaran yang diharapkan dari

pertemuan ini, adalah 1) Teridentifikasinya langkah-langkah inovasi dan

teknologi baru dari masing-masing daerah dalam optimalisasi lahan kering

dan tadah hujan dalam upaya peningkatan produksi padi lahan kering dan

sawah tadah hujan; dan 2). Terangkumnya beberapa permasalahan dan

upaya penyelesaian peningkatan produksi padi lahan kering dan sawah

tadah hujan dalam mendukung peningkatan produksi padi nasional.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 92

Hasil Workshop Optimalisasi Pemantapan Lahan Kering dan Tadah Hujan

Mendukung Produksi Padi Nasional dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Dalam rangka pencapaian surplus beras 10 juta ton tahun 2014 telah

ditetapkan sasaran produksi tahun 2014 sebesar 76,09 juta ton GKG.

Pencapaian produksi padi (ARAM II 2013) sebesar 70.866.571 ton

GKG sehingga masih kekurangan produksi produksi sekitar 5 juta ton.

Sementara penyusutan lahan sawah akibat alih fungsi lahan akan

mempengaruhi kemampuan pencapaian sasaran produksi padi

nasional.

b) Lahan kering dan sawah tadah hujan menjadi alternatif pengadaan

pangan masa depan. Untuk itu, kontribusi padi lahan kering dan tadah

hujan sebagai salah satu penyumbang produksi padi harus dapat

ditingkatkan.

c) Potensi pengembangan padi lahan kering dan sawah tadah hujan

menurut Badan Litbang Pertanian (BB Padi) cukup luas, yaitu:

1) Potensi areal pertanaman padi lahan kering menurut Badan Litbang

Pertanian (BB Padi) cukup luas dan belum optimal pemanfaatannya,

yaitu:

- Potensi areal yang belum dibuka (Sumatera, Kalimantan dan

Papua): 5,3 juta ha

- Potesi area di wilayah perkebunan dan kehutanan: 2,4 juta ha

- Lahan tidur (Alang-alang): 9,5 juta ha

2) Daerah pengembangan padi lahan kering

- Daerah datar/bantaran sungai

- Perbukitan daerah aliran sungai (DAS)

- Lahan perkebunan dan kehutanan (Hutan Tanaman Industri =

HTI)

3) Potensi lahan sawah tadah hujan seluas 2,022 juta ha atau 24% dari

luas areal sawah. Sebagian besar tersebar di Pulau Jawa,

Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

4) Potensi hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Badan Litbang

Pertanian, produktivitas yang dihasilkan mencapai 5 – 6 ton/ha

sedangkan produktivitas padi lahan kering (ARAM II 2013) baru

mencapai 33,59 ku/ha. Berdasarkan penggunaan varietas (data

BPS, 2011), pertanaman padi lahan kering baru menggunakan 59%

varietas hibrida/unggul dan 41% masih menggunakan varietas lokal.

d) ARAM II 2013 (BPS), luas panen padi ladang seluas 1.151.274 ha

dengan produktivitas 33,59 ku/ha dan menghasilkan produksi padi

sebesar 3.866.745 ton GKG.

e) Kontribusi produksi padi lahan kering terhadap produksi padi nasional

baru mencapai 5,46% dan masih dapat ditingkatkan dengan peluang

yang ada.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 93

f) Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan padi lahan kering

dan tadah hujan adalah:

- Iklim yang tidak menentu dan kekurangan sumber air

- Kesuburan tanah rendah

- Kurang tersedia varietas unggul spesifik lokasi

- Rentan terhadap OPT seperti Blas, Busuk Pelepah, dan Bercak

Coklat

- Produktivitas rendah

- Data peta pengembangan lahan kering dan tadah hujan belum

tersedia

g) Berdasarkan potensi dan pencapaian produksi padi lahan kering dan

tadah hujan, peluang peningkatan produksi padi lahan kering dan tadah

hujan masih cukup besar, baik melalui pengembangan areal

pertanaman maupun peningkatan produktivitas.

- Potensi lahan kering dan tadah hujan masih cukup luas

- Ketersediaan teknologi budidaya padi lahan kering dan tadah hujan

melalui PTT

- Sikap dan pengetahuan petani yang masih dapat dikembangkan

- Ketersediaan sumber genetik (varietas unggul) spesifik lokasi

h) Upaya terobosan peningkatan produksi padi lahan kering dan tadah

hujan melalui peningkatan kuantitas dan kualitas SL-PTT dengan

pendampingan dan pengawalan BPTP dan PPL serta dukungan dari

Pemerintah Daerah dalam pengembangan padi lahan kering.

i) Upaya penyediaan benih bermutu:

- Mengembangkan penangkar benih di wilayah-wilayah pertanaman

padi lahan kering dan tadah hujan dan menyediakan sertifikasi

gratis.

- Mengembangkan “Community Seed Bank (CSB)”, yaitu melatih

petani/kelompok tani untuk memproduksi benih guna memenuhi

kebutuhannya.

j) Penyajian data yang akurat sangat dibutuhkan sebagai dasar suatu

perencanaan, alat pengendalian, dan dasar evaluasi dalam

pengembangan padi lahan kering dan tadah hujan. Data sebagai

bahan pengambilan keputusan/kebijakan . Jika salah penyajian data –

Salah perencanaan – Salah kebijakan

k) Solar Ray merupakan terobosan upaya peningkatan luas tanam padi

sawah tadah hujan dalam penyediaan/penyaluran air ke lahan dengan

biaya murah. Cara kerjanya menggunakan batere kering untuk

menaikkan air ke bak penampungan dan disalurkan ke petak-petak

lahan.

l) Pengembangan padi lahan kering di Kabupaten Aceh Timur sudah

mencapai luasan 7.000 ha dengan potensi 14.464 ha (48,40%).

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 94

Keberhasilan pengembangan padi lahan kering didukung oleh

kemauan petani, peran penyuluh dalam mentransfer teknologi, dan dan

dukungan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Timur.

m) Kabupaten Gunung Kidul mempunyai luas lahan kering terluas di

Provinsi D. I. Yogyakarta (98%) dan berkontribusi lebih dari 30%

terhadap total produksi padi Provinsi D. I. Yogyakarta. Provitas padi

lahan kering mencapai 48,44 ku/ha GKG lebih tinggi dari provitas padi

lahan kering Provinsi D. I. Yogyakarta (47,92 ku/ha) dan nasional

(33,22 ku/ha). Dengan terobosan penanaman padi hibrida di lahan

kering, provitas dapat dicapai 9 – 10 ton/ha GKG. Telah diuji coba di

Wonosari, Paliyan, Semanu. Daerah lahan kering yang cocok untuk

padi hibrida adalah daerah lahan kering cekungan atau lahan kering

basah. Padi hibrida di lahan kering tahan penyakit dibanding padi

inbrida. Perkembangan padi hibrida di Gunung Kidul telah mencapai

luas tanam 2.103 ha (tahun 2012) di lahan kering dan akan terus

dikembangkan.

n) Pengembangan padi lahan kering di Kabupaten Manggarai Barat

melalui optimasi lahan kering sebagai sumber kesejahteraan petani

dan keluarganya. Upaya peningkatan produktivitas padi lahan kering

yang masih rendah dilakukan melalui:

- Rapat berkala Instansi terkait melibatkan unsur Pemerintah, TNI-

Polri, Mitra Pupuk dan Pestisida, LSM, PPL, dan Kontak Tani

- Pengembangan padi lahan kering varietas unggul lokal “WOJA

LAKA “

- Demplot penangkaran padi lahan kering varietas Situbagendit

- Optimasi lahan kering komoditi padi ladang (tumpang sari,

monokultur)

- Melakukan Gerakan Tanam untuk memaksimalkan pemanfaatan

lahan sawah dan lahan kering

- Penguatan Kelembagaan Petani

- Mengoptimalkan penggunaan traktor roda empat untuk mengolah

lahan kering seluas-luasnya

- Menggunakan rekomendasi hasil kajian teknologi untuk

mengembangkan daerah sentra produksi

o) Kunci keberhasilan dalam pengembangan padi lahan kering dan tadah

hujan adalah: 1) Niat yang tulus dari seluruh stake holders, 2) pola

gerakan dari tingkat pusat sampai lapangan, 3) karena sasaran luar

biasa maka selayaknya upaya dan dukungannya juga luar biasa, 4)

kecepatan pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah, dan

5) komitmen dari seluruh stakeholders.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 95

b. Optimalisasi Peningkatan Produksi Padi Rawa Sebagai Penyangga Produksi Beras Nasional

Lahan rawa yang merupakan lahan marginal dan rapuh,

pengembangannya memerlukan perencanaan dan penanganan yang

cermat dengan mempertimbangkan kondisi biofisik lahan, kondisi sosial

ekonomi masyarakat dan ketersediaan teknologi. Dalam jangka pendek

proritas utama pengembangan lahan rawa diarahkan pada lahan yang

sudah dibuka dan masih produktif, dengan fokus kegiatan pada perbaikan

tata air dan kondisi tanah, budidaya tanaman, pencegahan hama/penyakit

dan penguatan kelembagaan desa.

Lahan rawa mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai

lumbung pangan masa depan. Luas lahan rawa yang ada di Indonesia

adalah 33,4 juta hektar, sedangkan yang sesuai untuk pertanian seluas

9,5 juta hektar.Sampai dengan saat ini luas lahan yang sudah direklamasi

adalah 5,4 juta ha (4,1 juta hektar lahan pasang surut dan 1,3 juta hektar

lahan lebak), data yang didapatkan sampai dengan saat ini di 9 provinsi

sentra pertanaman padi rawa mencapai 1,5 juta hektar (837 ribu ha lahan

pasang surut dan 669 ribu hektar lahan lebak). Pendekatan yang bisa

dilakukan adalah peningkatan produktivitas lahan dan tanaman,

peningkatan IP pada lahan yang sudah diusahakan (existing),

ekstensifikasi lahan yang sudah direklamasi, dan ekstensifikasi lahan

lebak pada kondisi El-Nino.

Masih terbuka peluang pengembangan lahan rawa sebagai daerah

penyangga produksi beras nasional, dimana teknologi hasil penelitian dan

pengembangan pertanian cukup tersedia, baik dari teknologi penyiapan

lahan, benih maupun tata cara pengamanan terhadap hama dan penyakit.

Permasalahan yang sering muncul dalam budidaya padi di lahan rawa

adalah (a) Lahan masam dengan kandungan racun pirit akibat

pengeringan yang berlebihan; (b) Tata kelola air yang kurang memadai

sehingga menghambat introduksi teknologi; (c) Keterbatasan tenaga kerja

dan modal usaha; (c) Hama dan penyakit karena kurang terpeliharanya

lingkungan; (d) Keterbatasan kelembagaan pendukung penyaluran input

produksi; (e) Modal/kredit, pemasaran dan sosial; (f) Kualitas produk

rendah sehingga harga produk di tingkat petani rendah terutama pada

saat panen raya; (g) Akses sulit sehingga biaya transportasi menjadi

mahal.

Pertemuan Optimalisasi Peningkatan Produksi Padi di Lahan Rawa

Sebagai Penyangga Produksi Beras Nasional dilaksanakan pada tanggal

26 – 28 Maret 2013 di Banjarbaru Kalimantan Selatan, peserta pertemuan

9 Provinsi sentra Pengembangan Padi Rawa dan 34 Kabupaten terpilih,

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 96

narasumber dari pertemuan ini antara lain : Balai Penelitian Pertanian

Lahan Rawa (Balitrawa Kalsel), Balai Penelitian Padi Sukamandi, Pusat

Penyuluhan Pertanian, Direktorat Budidaya Serealia, Direktorat

Perlindungan Tanaman, dan Direktorat Perbenihan. Setelah

memperhatikan arahan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, paparan

narasumber, hasil diskusi, serta workshop, dihasilkan beberapa rumusan

sebagai berikut :

a) Lahan rawa mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai

lumbung pangan masa depan. Luas lahan rawa yang ada di Indonesia

adalah 33,4 juta hektar, sedangkan yang sesuai untuk pertanian seluas

9,5 juta hektar. Sampai dengan saat ini luas lahan yang sudah

direklamasi adalah 5,4 juta hektar (4,1 juta hektar lahan pasang surut

dan 1,3 juta hektar lahan lebak), data yang didapatkan sampai dengan

saat ini di 9 provinsi sentra pertanaman padi rawa mencapai 1,5 juta

hektar (837 ribu ha lahan pasang surut dan 669 ribu hektar lahan

lebak). Pendekatan yang bisa dilakukan adalah peningkatan

produktivitas lahan dan tanaman, peningkatan IP pada lahan yang

sudah diusahakan (existing), ekstensifikasi lahan yang sudah

direklamasi, dan ekstensifikasi lahan lebak pada kondisi El-Nino.

b) Arah Kebijakan peningkatan produksi padi ke depan adalah

menjadikan lahan rawa (pasang surut dan lebak) sebagai salah satu

sumber utama pertumbuhan peningkatan produksi padi melalui

pendekatan teknologi tepat guna serta spesifik lokasi. Untuk itu,

diperlukan dukungan tersedianya sarana produksi di lokasi lahan rawa

(benih, pupuk, ameliorant, pestisida, dll).

c) Masih terbuka peluang pengembangan lahan rawa sebagai daerah

penyangga produksi beras nasional, dimana teknologi hasil penelitian

dan pengembangan pertanian cukup tersedia, baik dari teknologi

penyiapan lahan, benih maupun tata cara pengamanan terhadap hama

dan penyakit.

d) Permasalahan yang sering muncul dalam budidaya padi di lahan rawa

adalah (a) Lahan masam dengan kandungan racun pirit akibat

pengeringan yang berlebihan; (b) Tata kelola air yang kurang memadai

sehingga menghambat introduksi teknologi; (c) Keterbatasan tenaga

kerja dan modal usaha; (c) Hama dan penyakit karena kurang

terpeliharanya lingkungan; (d) Keterbatasan kelembagaan pendukung

penyaluran input produksi; (e) Modal/kredit, pemasaran dan sosial; (f)

Kualitas produk rendah sehingga harga produk di tingkat petani rendah

terutama pada saat panen raya; (g) Akses sulit sehingga biaya

transportasi menjadi mahal.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 97

e) Guna mempercepat pengembangan pertanian di lahan rawa, maka

perlu dilakukan berbagai upaya seperti pengembangan infrastruktur

seperti jalan, jaringan/tata air makro maupun mikro, penguatan

kelembagaan seperti penyuluhan, sarana produksi. Pemasaran serta

pengawalan teknologi spesifik lokasi. Perlu disadari bersama

bahwasanya lahan rawa di setiap daerah mempunyai karakteristik yang

berbeda, sehingga teknologi yang ada harus disesuaikan dengan

spesifik lokasi dari wilayah masing-masing.

f) Arah kebijakan direktorat budidaya serealia dalam mendukung

optimalisasi peningkatan produktivitas padi lahan rawa adalah

menjadikan lahan rawa (pasang surut & lebak) sebagai sentra

pengembangan dan kantong penyangga produksi padi, melalui

pendekatan kawasan, rekayasa sosial, design infrastruktur dan

teknologi tepat guna serta spesifik lokasi. Tujuan yang akan dicapai

adalah a) meningkatkan luas panen, produksi dan produktivitas di

lahan rawa dalam rangka mendukung ketahanan pangan, b)

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di lahan rawa

g) Teknologi percepatan lahan rawa didasarkan pada permasalahan

fisiko-kimia yang terjadi yaitu pH tanah dan air yang rendah, elemen

toksik yang tinggi, kesuburan rendah dan fluktuasi air/banjir.

Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan pengelolaan sumberdaya

terpadu yang meliputi perbaikan lahan dan tanaman yang toleran,

sehingga nantinya terjadi peningkatan hasil tanaman. Dukungan

teknologi mengacu pada 6 Komponen Teknologi PTT yang diterapkan

secara bersama, yaitu:

- Varietas unggul, sesuai karakteristik wilayah dan keinginan petani

- Benih bermutu (murni dan daya kecambah tinggi)

- Tata air mikro yang intensif

- Jumlah bibit 1 – 3 batang per lubang tanam, tanam dengan sistem

jajar legowo 2:1 atau 4:1, atau tabela

- Pemberian urea granul/tablet dosis 200 kg/ha. Pemupukan P dan K

berdasar PUTS, ameliorasi: 1-2 t/ha kapur pertanian

- Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT), khususnya

tikus, blas, penggerek batang, keongmas dan orong-orong

h) Dukungan perbenihan memberikan kontribusi yang sangat penting bagi

peningkatan produktivitas padi di lahan rawa. Kebijakan perbenihan

saat ini mengarah pada:

- Pengembangan dan menyebarkan benih varietas unggul

bersertifikat

- Peningkatan produksi dan distribusi benih

- Peningkatan pengawasan mutu dan sertifikasi benih

- Pengoptimalan kelembagaan perbenihan

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 98

Langkah operasional yang dilakukan adalah pemantapan produksi

benih sumber, optimalisasi pengawasan mutu dan sertifikasi benih,

pemberdayaan penangkaran benih dan peningkatan penggunaan benih

bersertifikat.

i) Sasaran pengamanan produksi tahun 2013 adalah penurunan

serangan OPT dan DPI di bawah 3% dari total luas tanam atau

menjamin 97% areal tanaman aman dari serangan OPT/DPI. SOP

(Standard Operating Procedure) pengamanan produksi dari serangan

OPT/DPI adalah perencanaan penanganan OPT/DPI (sebelum tanam),

gerakan pengendalian OPT/DPI (gerakan spot stop), monitoring dan

evaluasi, penanganan difokuskan di daerah sentra produksi, GP3K dan

derah sentra padi hibrida, peningkatan peran SDM petani melalui

pemberdayaan petani sebagai ujung tombak pengendalian OPT.

j) Penyuluh mempunyai peran yang sangat besar untuk mewujudkan

pencapaian target pembangunan pertanian. Dengan bimbingan dan

pendampingan yang dilakukan oleh penyuluh diharapkan petani

menjadi lebih berkualitas, andal serta berkemampuan manajerial,

kewirausahaan dan organisasi bisnis sehingga mampu membangun

usaha tani yang berdaya saing dan berkelanjutan. Peran penyuluh

dalam upaya peningkatan produktivitas padi rawa adalah

- Menginventarisasi Luas Lahan Rawa.

- Menginventarisasi Kemungkinan Pengembangan Rawa.

- Menginventarisasi CPCL Diareal Rawa

- Bimbingan dalam peningkatan IP 100 menjadi IP 180 melalui

penanaman varietas lokal dan varietas unggul.

- Bimbingan bagi pemanfaatan lahan terlantar guna menambah luas

areal tanam di rawa.

- Bimbingan dalam peningkatan produktivitas dengan inovasi spesifik

rawa.

k) Agar daerah rawa mampu menjadi daerah penyangga produksi beras

nasional dan berkontribusi terhadap produksi 10 juta ton tahun 2014,

perlu adanya:

- Pengelolaan lahan, hara, air yang tepat merupakan kunci utama

keberhasilan pengelolaan lahan rawa.

- Ketersediaan benih padi untuk daerah rawa yang dibutuhkan.

(Varietas Inpara 1, 2, 3, 4, dan 6 toleran keracunan besi di lahan

pasang surut. Varietas Inpara 3, 4 dan 5 toleran rendaman di lahan

lebak).

- Dukungan alat mekanisasi, pengganti tenaga kerja yang minim

- Peningkatan pegendalian OPT utama padi

- Perbaikan infrastruktur (jaringan pengairan jalan maupun jalan

usahatani) yang memadai.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 99

l) Dalam jangka panjang agar kontribusi lahan rawa dalam mendukung

ketahanan nasional meningkat, maka diperlukan:

- Pembangunan infrastruktur, jalan usaha tani, jaringan tata air

- Dukungan perbenihan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan di

masing-masing wilayah seperti 6 tepat

- Desiminasi, sosialisasi teknologi budidaya padi lahan rawa

- Mekanisasi pertanian

- Komitmen seluruh stakeholder

c. Rapat Koordinasi Tanaman Pangan (Regional III) Kalimantan Selatan

Pertemuan koordinasi peningkatan produksi tanaman pangan regional III

dilaksanakan di Hotel Banjarmasin Internasional (HBI) Kalimantan

Selatan, pada tanggal 21-23 Februari 2013. Pertemuan dibuka secara

resmi oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan yang diwakili oleh Direktur

Budidaya Serealia, dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi

Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, Direktorat Aneka Kacang

dan Umbi, Direktorat Pasca Panen, Direktorat Perbenihan dan Direktorat

Perlindungan. Peserta pertemuan terdiri dari Dinas Pertanian Provinsi dan

Kabupaten, Badan Koordinasi Penyuluhan, dan Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian yang berasal dari Provinsi D.I.Yogjakarta, Jawa

Tegah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan

Kalimantan Selatan. Peserta yang hadir sebanyak 205 orang peserta dari

target undangan sebanyak 140 orang peserta.

Dari arahan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, paparan nara sumber, diskusi dan workshop dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Pemantapan Pencapaian Produksi Tanaman Pangan Tahun 2013.

Pencapaian produksi tanaman pangan merupakan akumulasi dari

berbagai upaya yang dilakukan oleh seluruh pemangku tanaman

pangan. Untuk itu diperlukan niat yang tulus dari seluruh pemangku

kepentingan, pola gerakan yang sama mulai tingkat pusat sampai

lapangan, upaya dan dukungan yang luar biasa, kecepatan

pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah dan komitmen

seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkannya.

2) Dalam rangka pencapaian surplus produksi beras 10 juta ton pada

Tahun 2014, pelestarian swasembada jagung, dan pencapaian

swasembada kedelai Tahun 2014, serta peningkatan produksi tanaman

pangan lainnya, maka sasaran produksi tanaman pangan nasional

Tahun 2013 telah ditetapkan sebagai berikut : padi sebesar 72,06 juta

ton GKG, jagung sebesar 19,83 juta ton pipilan kering, kedelai sebesar

1,50 juta ton biji kering, kacang tanah 1,20 juta ton polong kering,

kacang hijau 0,41 juta ton polong kering; ubi kayu 26,30 juta ton umbi

basah dan ubi jalar sebesar 2,45 juta ton umbi basah.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 100

3) Untuk mencapai sasaran tersebut di atas diperlukan upaya-upaya

terobosan untuk peningkatan produksi antara lain dengan: percepatan

tanam, penggunaan dan penggantian benih varietas unggul berpotensi

produksi tinggi untuk peningkatan produktivitas, inventarisasi lahan

untuk perluasan areal tanam, pengamanan produksi dari serangan

OPT dengan prinsip “SPOT STOP”, pengamanan dari dampak

perubahan iklim, menekan susut hasil serta melakukan koordinasi

dengan stakeholders terkait dalam penyiapan sarana produksi (benih

dan pupuk) tepat waktu tanam sesuai dengan waktu setempat, dan

pengawalan proses budidaya oleh penyuluh, dan peneliti serta aparat

(Babinsa, Camat, Kades).

4) Fokus kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan pada Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan dilakukan melalui penerapan Pola Sekolah

Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) berbasis kawasan,

meliputi padi inbrida seluas 3,875 juta ha, padi hibrida 200 ribu ha,

padi lahan kering 550 ribu ha, jagung hibrida 214 ribu ha, jagung

komposit 46 ribu ha dan kedelai 455 ribu ha, serta SLPTT

pengembangan kedelai 110 ribu ha.

5) Dalam upaya untuk mencapai sasaran produksi tanaman pangan

Tahun 2013 melalui SL-PTT, dilakukan dengan ketentuan sebagai

berikut :

- Pelaksanaan SL-PTT Tahun 2013 dilaksanakan melalui pendekatan

kawasan, yaitu kawasan pertumbuhan, kawasan pengembangan,

dan kawasan pemantapan, terintegrasi dari hulu sampai hilir,

peningkatan jumlah paket bantuan sebagai stimulant, serta

dukungan pendampingan dan pengawalan.

- Untuk SL-PTT yang akan tanam sampai dengan Maret 2013, karena

dasar hukum penggunaan subsidi benih belum selesai (PMK belum

diterbitkan), maka SL-PTT dapat menggunakan benih unggul

bermutu berproduktivitas tinggi dari sumber lain atau swadaya

petani, namun harus disetujui oleh Kepala Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota.

- Keberhasilan pelaksanaan SL-PTT sangat ditentukan oleh

koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di semua tingkatan antara

dinas teknis penyedia dan penyebar teknologi serta Pemerintah

Daerah serta dukungan pendanaan yang bersumber dari Pemerintah

Provinsi/Kabupaten/Kota. Sesuai Permentan Nomor : 45/Permentan

/OT.140/8/2011 tentang Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan

Teknis, Penelitian dan Pengembangan, dan Penyuluhan Pertanian

Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN),

maka setiap Kabupaten/Kota harus mengaktifkan posko P2BN

sebagai sarana koordinasi antar pemangku kepentingan.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 101

- Untuk percepatan pelaksanaan kegiatan di lapangan, maka seluruh

instrument program yang telah ada baik dalam DIPA Dekonsentrasi

dan DIPA Tugas Pembantuan segera dilaksanakan. Hal ini

dimaksudkan agar penyerapan anggaran Bantuan Sosial kegiatan

SL-PTT dan kegiatan lainnya sesuai dengan target pada triwulan I

yaitu dapat menyerap dana sebesar 25 % sesuai arahan Menteri

Pertanian.

- Diantara komponen teknologi yang harus diadopsi dalam SL-PTT

pada Tahun 2013 adalah peningkatan populasi tanaman melalui

sistem jajar legowo (JARWO) baik pada tanaman padi maupun

jagung.

- Tingkatkan koodinasi dan komunikasi dengan BPS Tingkat

Kabupaten/Kota dan Provinsi guna memastikan seluruh areal

tanam/panen telah terakomodir dalam laporan BPS.

- Pahami Pedoman Teknis SL-PTT dan jabarkan ke dalam Petunjuk

Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis sesuai kondisi daerah masang-

masing (spesifik lokasi) agar dapat diimplementasikan dengan baik,

tepat waktu dan tepat sasaran.

6) Pelaksanaan program dan kegiatan tanaman pangan tahun 2013 harus

lebih baik dibanding tahun - tahun sebelumnya. Untuk 3 (tiga) hal yang

perlu mendapat perhatian adalah a) Pencapaian program, dengan

memperhatikan jenjang kewenangan mulai dari Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota; b) Penggunaan anggaran yang terkelola denga baik

dalam rangka Pencapai target produksi dan c) Petanggung jawaban

anggaran dan kinerja sasaran produksi. Hasil Workshop Pertemuan

Regional III Tanaman Pangan dapat dilaporkan sebagai berikut :

1) Produksi Padi Tahun 2013

Sasaran produksi padi nasional Tahun 2013 sebesar 72.125.115 ton.

Wilayah regional III (enam provinsi) awalnya ditargetkan dapat

berkontribusi sebesar 26.871.153 ton terhadap sasaran produksi

nasional sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh

masing-masing provinsi dengan Direktur Jenderal Tanaman Pangan,

namun hasil workshop lebih besar, yaitu 27.217.335 ton (101,29%)

terdiri dari :

- Provinsi D.I.Yogjakarta sanggup mencapai sasaran produksi

sebesar 888.073 ton atau 102,30% dari yang ditetapkan secara

nasional;

- Provinsi Jawa Tengah sanggup mencapai sasaran produksi sebesar

10.234.909 ton (100%) dari yang ditetapkan secara nasional ;

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 102

- Provinsi Kalimantan Timur sanggup mencapai sasaran produksi

sebesar 648.915 ton (109,06%)dari yang ditetapkan secara nasional

;

- Provinsi Kalimantan Selatan sanggup mencapai sasaran produksi

sebesar 2.132.079 ton atau 100,22% dari yang ditetapkan secara

nasional;

- ProvinsiJawa Timur sanggup mencapai sasaran produksi sebesar

12.566.297 ton atau 102,18% dari yang ditetapkan secara nasional;

dan

- Provinsi Kalimantan Tengah sanggup mencapai sasaran produksi

sebesar 747.061 ton (100%) dari yang ditetapkan secara nasional.

2) Produksi Jagung Tahun 2013

Sasaran nasional produksi Jagung Tahun 2013 sebesar 20.482.501

ton. Wilayah regional III (enam provinsi) ditargetkan dapat berkontribusi

sebesar 10.045.614 ton dari total sasaran nasional sesuai dengan

kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, namun hasil workshop lebih besar

yaitu 10.070.080 ton (100,24%) terdiri dari :

- Provinsi D.I.Yogjakarta sanggup mencapai sasaran produksi

sebesar 335.079 ton (100%) dari yang ditetapkan secara nasional;

- Provinsi Jawa Tengah sanggup mencapai sasaran produksi sebesar

3.013.163 ton (100%) dari yang ditetapkan secara nasional;

- Provinsi Kalimantan Timur sanggup mencapai sasaran produksi

sebesar 15.591 ton (124,70)%) dari yang ditetapkan secara

nasional;

- Provinsi Kalimantan Selatan sanggup mencapai sasaran produksi

sebesar 117.953 ton atau 100,77% dari yang ditetapkan secara

nasional;

- Provinsi Jawa Timur sanggup mencapai sasaran produksi sebesar

6.568.448 ton atau 100,25% dari sasaran nasional dan

- Provinsi Kalimantan Tengah sanggup mencapai sasaran produksi

sebesar 19.846 ton (126,61%) dari yang ditetapkan secara nasional.

3) Produksi Kedelai Tahun 2013

Sasaran nasional produksi kedelai Tahun 2013 sebesar

1.500.000ton.Wilayah regional III (enam provinsi) ini dapat

berkontribusi sebesar 849.539 ton sesuai dengan kesepakatan yang

telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan Direktur Jenderal

Tanaman Pangan, sedangkan hasil workshop lebih rendah yaitu

sebesar 681.035 ton (80,17%) terdiri dari :

- Provinsi DI.Yogjakarta sanggup mencapai sasaran produksi sebesar

38.580 ton atau 100% dari yang ditetapkan secara nasional;

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 103

- Provinsi Jawa Tengah sanggup mencapai sasaran produksi sebesar

139.342 ton atau 100% dari yang ditetapkan secara nasional;

- Provinsi Kalimantan Timur sanggup mencapai sasaran produksi

sebesar 4.663 ton (118,26%) dari yang ditetapkan secara nasional;

- Provinsi Kalimantan Selatan sanggup mencapai sasaran produksi

sebesar 5.234 ton atau 115,94% dari yang ditetapkan secara

nasional;

- Provinsi Jawa Timur sanggup mencapai sasaran produksi sebesar

490.059 ton atau 77,72% dari yang ditetapkan secara nasional; dan

- Provinsi Kalimantan Tengah sanggup mencapai sasaran produksi

sebesar 3.148 ton atau 125,32% dari yang tidak ditetapkan secara

nasional.

4) Untuk produksi kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar

tahun 2013, hasil workshop lebih rendah dibandingkan hasil yang

disepakati. Ini terjadi untuk seluruh provinsi. Produksi kacang tanah

hanya 73,26% dari kesepakatan, kacang hijau 89,46% dari

kesepakatan, ubi kayu 76,85% dari kesepatan dan ubi jalar 94,64%

dari kesepakatan.

5) Sasaran tanam SL-PTT Padi inbrida dan Padi hibrida pada tiga

kawasan tahun 2013 di 6 (enam) provinsi mencapai 990.175 ha. Dari

luasan tersebut direncanakan akan ditanam pada bulan Maret-

September sebesar 713.426 ha (72,05%) dan dan bulan Oktober-

Desember sebesar 276.748 ha (27,95%).

6) Sasaran tanam SL-PTT Jagung Komposit dan Jagung pada tiga

kawasan tahun 2013 di 6 (enam) provinsi mencapai 70.078 ha. Dari

luasan tersebut direncanakan akan ditanam pada bulan Maret-

September sebesar 50.304 ha (71,78%) dan dan bulan Oktober-

Desember sebesar 19.774 ha (28,22%).

7) Sasaran tanam SL-PTT Kedelai pada tiga kawasan tahun 2013 di 6

(enam) provinsi mencapai 221.420 ha. Dari luasan tersebut

direncanakan akan ditanam pada bulan Maret-September sebesar

161.565 ha (76,42%) dan dan bulan Oktober-Desember sebesar

49.855 ha (23,58%).

Bagi Kabupaten/Kota yang belum menyelesaikan skenario produksi

tanaman pangan (7 komoditas), CPCL, ketersediaan dan kebutuhan

alsintan pasca panen, daftar usulan pembelian benih bersubsidi dan

rencana alokasi kegiatan penangkar benih tahun 2013 diharapkan dikirim

paling lambat pada tanggal 5 Maret 2013 ke Direktorat Budidaya Serealia,

Email: [email protected].

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 104

d. Rakor Sosialisasi P2BN Rakor Sosialisasi dilaksanakan di Aston Hotel Cengkareng pada tanggal

18 – 20 April 2013, dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian 33 Provinsi dan

Asisten Daerah II (yang membidangi Ekonomi) Sekda Provinsi dan

instansi terkait lainnya. Rapat Koordinasi bertujuan untuk mencari

penyelesaian permasalahan dan kendala yang menghambat upaya

pencapaian swasembada berkelanjutan serta langkah-langkah terobosan

untuk mencapai produksi sesuai target yang telah disepakati. Hasil Rapat

Koordinasi dapat dilaporkan sebagai berikut :

1) Evaluasi Kinerja Pencapaian Sasaran dan Kegiatan 2013

Berdasarkan laporan yang telah masuk realisasi luas tanam pada MT.

2012/2013 (Oktober - Maret)

a) Padi

- Realisasi tanam MT.2012/2013 (Oktober-Maret) mencapai

8.159.495 Ha, Bila dibandingkan dengan rata2 lima (5) tahun

sebelumnya seluas 8.020.902 Ha, meningkat 138.593 Ha

(101,73%).

- Bila dibandingkan dengan realisasi tahun lalu pada periode yang

sama MT. 2011/2012 terjadi penurunan seluas 40.058 Ha (baru

99,51%).

- Bila dibandingkan dengan sasaran tanam MT. 2012/2013 pada

periode yang sama masih kekurangan seluas 497.170 Ha (baru

94,26%).

b) Jagung

- Realisasi tanam jagung MT 2012/2013 (Okt 2011-Maret 2012)

mencapai 2.543.959 ha. Bila dibandingkan dengan realisasi tanam

rata2 lima (5) tahun sebelumnya seluas 2.831.924 ha, realisasi

tanam tersebut menurun 287.965 ha (baru 89,83%).

- Bila dibandingkan dengan realisasi tanam tahun lalu MT 2011/2012

seluas 2.682.924 ha, realisasi tanam tersebut menurun 138.965 ha

(baru 94,82%).

- Bila dibandingkan dengan sasaran tanam MT 2012/2013 seluas

2.769.940 ha, realisasi tanam tersebut kurang 225.981 ha (baru

91,84% ),

c) Kedelai

- Realisasi tanam MT.2012/2013 (Oktober 2012 – Maret 2013)

mencapai 278.174 Ha,

- Bila dibandingkan dengan rata2 5 tahun sebelumnya terjadi

penurunan seluas 32.898 Ha ( baru 89,42%) dari 311.072 Ha.

- Bila dibandingkan dengan realisasi tahun lalu pada periode yang

sama terjadi peningkatan 22.924 Ha (108,98%).

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 105

- Bila dibandingkan dengan sasaran tanam MT. 2012/2013 baru

mencapai 60,98%, masih kekurangan seluas 178.000 Ha, semua

sasaran bulanan belum tercapai.

2) Untuk mencapai sasaran produksi padi 2014 diperlukan tambah tanam

seluas 1,5 juta ha. Bila tambahan seluas tanam 1,5 juta ha tidak dapat

dicapai, maka untuk mencapai mencapai sasaran produksi 2014 harus

melalui strategi peningkatan produktivitas. Untuk mencapai strategi

tersebut, upaya-upaya berikut ini tetap harus dilaksanakan yaitu antara

lain:

- Mengurangi atau meminimalisasi luas serangan OPT dan DPI tidak

melebihi 800 ribu ha per tahun (OPT 300.000 ha dan DPI 500.000

ha)

- Melakukan pengawalan di daerah daerah endemis OPT dan DPI yang

lebih baik dan lebih ketat

- Menekan kehilangan hasil melalui penanganan panen dan pasca

panen (dampak kegiatan ini juga harus diperhitungkan oleh BPS

dalam penetapan statistik produksi)

- Memanfaatkan skema kredit dan pembiayaan yang tersedia untuk

mengisi keterbatasan APBN dan APBD.

- Menetapkan Reward system sebagai penghargaan kepada daerah

yang berhasilmencapai prestasi dan manajemen pengelolaan

produksi yang baik (sesuai sasaran yang ditetapkan)

3) Untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan 2013 agar menindaklanjuti

surat Direktur Jenderal Tanaman Pangan No : 251/TU.210/C/04/2013

dengan : Tetap melaksanakan SL-PTT dengan menggunakan benih

swadaya tanpa menunggu benih bersubsidi, dan Segera memproses

dan mentransfer dana Bansos ke rekening kelompok tani mengacu

jadwal tanam yang telah disepakati.

4) Mengingat penyerapan anggaran dekonsentrasi masih rendah sekitar

5,4% dan dana tugas perbantuan baru mencapai 7,2 % maka perlu

segera mengambil langkah-langkah atau upaya dalam meningkatkan

penyerapan anggaran.

5) Sistim pelaporan P2BN secara berjenjang dari Kabupaten ke Provinsi,

dan dari Provinsi ke Pusat harus dilaksanakan secara rutin tiap bulan.

i. Dukungan Prasarana Irigasi Dan Sumber Daya Air

- Untuk mendukung pencapaian sasaran surplus 10 juta ton beras tahun

2014 secara berkelanjutan perlu dilakukan upaya upaya cepat hasil

(Quick Yielding) seperti pembangunan tampungan – tampungan air

skala kecil, embung, lumbung-lumbung air, dan long storage, dilengkapi

dengan pompa untuk irigasi, konsep re-use dengan cara membangun

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 106

tabat pada saluran-saluran drainase, pemanfaatan air umumnya

dilakukan dengan metode pompanisasi serta optimalisasi pemanfaatan

lahan rawa, khususnya pada daerah-daerah dengan produktifitas tinggi.

- Perlu dilakukan upaya khusus untuk perbaikan 51,25 % prasarana irigasi

masih mengalami kerusakan, karena menggangu upaya peningkatan

produktivitas padi.

- Perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap kebijakan pedelegasian

kewenangan pengelolaan irigasi karena dalam praktek kabupaten/kota

tidak memiliki kemampuan melaksanakan kewenangan tersebut

- Perlu dilakukan sinkronisasi dalam kegiatan rehabilitasi saluran primer

dan sekunder yang dilaksanakan kementerian PU dan saluran tersier

yang dilaksanakan kementerian pertanian.

- Untuk memaksimalkan hasil dan dampak, pemilihan lokasi untuk

program pencetakan sawah harus mempertimbangkan faktor

ketersedian air

- Perlu komitmen dalam pengelolaan sumberdaya air di kawasan Pantura

Jawa Barat karena road map peningkatan produktivitas dan index

pertanaman (IP) sering dilanggar oleh Ditjen PSP dan Ditjen SDA.

- Untuk mempermudah koordinasi pelaksanaan kegiatan, diusulkan agar

petugas penyuluh lapangan (PPL) dikembalikan dibawah Dinas

Pertanian.

- Agar terjadi sinkronisasi yang optimal, Pemerintah Daerah (melalui

Asisten Daerah/ASDA Provinsi) diharapkan dapat mengkoordinasikan

kelembagaan yang terkait dan berperan dalam pelaksanaan P2BN

antara lain BPTP, Bakorluh/Bapeluh dan Dinas.

- Dari program Transmigrasi dalam mendukung ketahanan pangan akan

dilaksanakan kegiatan pengembangan tanaman pangan di pemukiman

transmigrasi/kawasan transmigrasi di 12 provinsi seluas 122.000 ha

dengan tambahan produksi ± 336.000 ton.

ii. Analisis Prakiraan Iklim Dan Rancangan Kalender Tanam (KATAM) 2013

- Berdasarkan Analisis Prakiraan Iklim dan Kalender Tanam April -

September 2013 dan Oktober 2013- Maret 2014 diperkirakan periode

kemarau akan berjalan normal. Secara umum awal musim kemarau

2013 akan jatuh pada bulan Mei dan Juni. Pada Dasarian I April 2013,

hanya 7,9% daerah Indonesia yang sudah memasuki musim kemarau.

- Dari analisis Kalender Tanam terpadu, pada Musim Tanam (MT) II 2013

dengan awal tanam Maret-Mei 213 masih akan terdapat potensi luas

tanam padi sebesar 5.265.062 ha, jagung 2.683.270 ha, dan kedelai

48.641 ha.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 107

- Sementara, pada musim tanam (MT) II (musim kemarau) dengan awal

tanam bulan Agustus-September 2013 seluas 2.760.691 ha.

- Berdasarkan analisis potensi luas tanam tersebut maka diperkirakan

sasaran produksi padi dan jagung akan dapat dipenuhi sedangkan

sasaran produksi kedelai diperkirakan tidak tercapai karena

keterbatasan lahan.

e. Pertemuan Kemitraan Jagung

Dalam rangka mendorong pengembangan jagung berbasis kemitraan,

Direktorat Budidaya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,

Kementerian Pertanian telah menyelenggarakan Pertemuan Kemitraan

Jagung dengan tema “Peluang Investasi Agribisnis Jagung Berbasis

Kemitraan”. Dari pertemuan tersebut diharapkan terciptanya kemitraan

yang saling menguntungkan antara petani/kelompok tani dengan

pengusaha di bidang agribisnis jagung. Memperhatikan arahan Direktur

Jenderal Tanaman Pangan, paparan narasumber dan diskusi yang

berkembang, maka dapat dirumuskan beberapa hal sebagai berikut:

a) Pertemuan Kemitraan Jagung diselenggarakan pada tanggal 19-21

Juni 2013 di Hotel The Santosa Senggigi, Lombok Barat. Pertemuan

kemitraan dibuka oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan arahan

dari Gubernur NTB, dan dengan narasumber dari Kepala Bappeda

NTB, PT. Japfa Comfeed, Kadistan Jambi, PT. Rajawali Corpora,

Kadistan Aceh, Ketua MAJ Provinsi NTB, Direktur iPASAR, Bupati

Berau, dan Kadis Perindag NTB. Pertemuan Kemitraan Jagung dihadiri

perwakilan dinas pertanian provinsi dan kabupaten sentra jagung,

swasta, DJN, Masyarakat Agribisnis Indonesia NTB, BPIJ Gorontalo,

dan stake holders lainnya.

b) Peluang investasi agribisnis jagung di Provinsi NTB sangat prospektif,

dengan dukungan ketersediaan lahan yang masih cukup luas sekitar

400.000 ha dan cenderung adanya peningkatan luas tanam dan

produksi jagung di wilayah tersebut.

c) Momentum peningkatan luas tanam dan produksi jagung di Provinsi

Nusa Tenggara Barat harus diselamatkan dengan menyelesaikan

permasalahan transportasi yang masih menjadi kendala. Diusulkan

pemerintah daerah NTB untuk membenahi sarana transportasi antara

lain: membangun sarana jalan yang mampu dilewati truk pengangkut

container dengan bobot hingga 22 ton, modernisasi pelabuhan untuk

mempercepat waktu loading dan unloading kapal lebih cepat (baik

untuk kapal curah maupun kapal container).

d) Gagasan pemerintah daerah untuk mengundang industri membangun

pabrik pakan ternak di NTB perlu segera direalisasikan dengan langkah

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 108

konkret oleh pemerintah daerah dengan menyediakan lokasi yang

tepat.

e) Industri sangat mengharapkan pemerintah daerah dalam rangka PIJAR

tidak sekedar pada peningkatan produksi, tetapi juga pada aspek

pasca panen (dryer) serta transportasi dan pemerintah daerah harus

lebih kreatif mendorong dan memfasilitasi pengembangan agribisnis

jagung di NTB.

f) Provinsi Jambi mengundang investor untuk masuk wilayah Provinsi

Jambi dalam pengembangan jagung, dan salah satunya menawarkan

peluang investasi agribisnis jagung dengan pola pengembangan inti-

plasma, dengan luas lahan inti 396 ha di Kab. Bungo (ex. unit

pengolahan benih kedelai bantuan MEE) dan pemerintah daerah serta

pusat akan mengembangkan plasma hingga 2.500 ha di kawasan

sekitarnya.

g) Dalam kegiatan investasi pihak swasta meminta dukungan dari

pemerintah daerah berupa insentif lahan sebagai HGU, teknologi,

pembinaan petani plasma dan pembenahan infrastruktur yang

memadai.

h) Sejumlah daerah menginginkan adanya investasi pembangunan pabrik

pakan ternak (feed mill) di daerah sentra jagung agar dapat menekan

biaya angkut dan kendala transportasi. Untuk menjamin

keberlangsungan produksi dan keuntungan pabrik pakan, diperlukan

minimum skala ekomomi dengan konsumsi 20 ribu ton per bulan.

i) Provinsi Aceh mengembangkan 13 kawasan pengembangan jagung

dengan dukungan APBA berupa biaya usaha tani, gudang dan

infrastruktur. Pemerintah daerah Aceh juga akan menyiapkan jaminan

5 persen terhadap kredit yang disalurkan kepada petani atau

pengusaha jagung. Sampai sekarang potensi lahan untuk

pengembangan jagung di Provinsi Aceh seluas 526.939 ha, yang

sudah termanfaatkan 49.429 ha atau baru 9,4 persen, dengan wilayah

potensi pengembangan terluas di Kab. Aceh Timur, Bireun, Aceh Barat

Daya dan Aceh Selatan.

j) Bagi petani diperlukan sistem informasi pasar jagung yang terbuka dan

jaminan harga sehingga mendapatkan kepastian pasar.

k) Kabupaten Berau menawarkan lahan untuk investor jagung, namun

pemberian HGU lahan akan diatur secara bertahap, tidak sekaligus

besar tetapi disesuaikan dengan kemajuan realisasi investasi.

Kabupaten Berau juga mengundang industri benih untuk memperluas

pangsa pasarnya mengingat permintaan dan luas tanam jagung terus

meningkat. Untuk mengembangkan jagung di Berau perlu diawali

dengan pengembangan kelembagaan.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 109

l) PT. Bank BRI menyediakan berbagai skema pembiayaan yang bisa

dimanfaatkan untuk pengembangan agribisnis jagung. BRI memerlukan

mitra kerja di lapangan yang berperan sebagai channeling KKPE.

m) PT. Rajawali Corpora berkomitmen untuk mengoptimalkan SDA yang

ada khususnya bidang pertanian tanaman pangan baik sektor pra

panen maupun pasca panen. PT. Rajawali Corpora telah melakukan uji

coba produksi jagung di Merauke, namun banyak ditemui

permasalahan, seperti: keasaman tanah, OPT, terbatasnya sarana

produksi, biaya tenaga kerja tinggi, sulit tenaga kerja, jauhnya tempat

pemasaran hasil.

f. Pertemuan Focus Group Discussion (FGD) Jagung a) FGD Jagung Tanggal 2 April 2013 Dalam rangka Meningkatkan Kualitas Jagung Hasil Panen Petani Direktorat Budidaya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian menyelenggarakan “Focus Group Discussion (FGD)” dilaksanakan di Hotel Horizon, Bogor. Hasil pertemuan dapat dilaporkan sebagai berikut : 1) Focus Group Discussion (FGD) diselenggarakan pada tanggal 2 April

2013 di Hotel Horison Bogor. FGD dibuka oleh Direktur Budidaya

Serealia dengan narasumber dari GPMT, Fakultas Teknologi Pertanian

IPB, BPOM dan Gapoktan Mukti Tani Kabupaten Garut. FGD dihadiri

oleh perwakilan Esselon 1 Lingkup Kementerian Pertanian, Dinas

Pertanian Provinsi dan Kabupaten sentra jagung, DJN, Pengusaha

Agribisnis Jagung, Pengusaha Industri Benih Jagung, Kelompok Tani

dan stake holders lainnya.

2) Produksi jagung dalam negeri saat ini mencapai 19,8 juta ton, relatif

cukup untuk memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri yang sebagian

besar digunakan untuk bahan baku pakan ternak dengan rata-rata

kebutuhan 600 ribu ton per bulan, namun demikian dari aspek

kualitasnya masih belum sepenuhnya memenuhi standar kualitas yang

diinginkan, khususnya masalah kadar air yang masih tinggi serta

kandungan aflatoksin.

3) Produksi jagung di Indonesia bersifat musiman dengan puncak

produksi pada bulan Februari-April, pasar utama jagung adalah industri

pakan ternak dan industri peternakan lokal sehingga harga dipengaruhi

oleh volume pembelian industri pakan dan kapasitas industri pakan

ternak. Industri pakan ternak memerlukan jagung dengan kualitas

tertentu, sedangkan di tingkat petani, pasca panen pendukung kualitas

hasil panen petani belum berkembang. Saat ini petani memanen

jagung pada kadar air rata-rata 20-30%, sementara puncak panen

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 110

terjadi pada musim hujan sehingga penanganan pasca panen

(pengeringan) tidak maksimal.

4) Perlu adanya sinergitas antar pemangku kepentingan (pemerintah,

pengusaha/swasta dan petani) dalam meningkatkan kualitas jagung

hasil panen petani.

5) Hasil panen jagung petani belum bisa memenuhi standar kualitas yang

ditetapkan oleh pabrik pakan dan standar yang ditetapkan oleh SNI.

Hal ini dikarenakan SNI baru bisa diterapkan jika teknologi dapat

diintroduksi petani.

6) Perlu standar penetapan kualitas jagung secara nasional sehingga

tidak terjadinya perbedaan dalam penetapan standar kualitas antara

pabrik pakan ternak/GPMT dan SNI. Kadar maksimum aflatoksin yang

tercantum pada SNI jagung untuk pakan ternak sebesar 100 – 150 ppb,

sedangkan kadar aflatoksin pada jagung yang aman dikonsumsi adalah

sebesar 20 ppb, agar tidak membahayakan bagi kehidupan manusia.

7) Mengingat pengujian aflatoksin yang membutuhkan waktu cukup lama,

maka di tingkat petani dapat dilakukan dengan indikator kadar air.

8) Beberapa permasalahan yang terkait dengan kualitas panen jagung di

petani antara lain;

- Petani tidak melakukan pasca panen sehingga kadar air di tingkat

petani tinggi berkisar 25 – 35% yang akan berakibat pada rendahnya

nilai jual jagung tersebut ke pabrik pakan.

- Permasalahan yang terjadi tidak hanya pada produksi, tetapi juga

pada distribusi, panjangnya mata rantai perdagangan

mengakibatkan pengumpul lebih menikmati keuntungan.

9) Hal yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hasil panen jagung

petani yaitu,

- Perlu campur tangan dinas setempat, dalam hal ketersediaan benih

unggul dan pupuk,

- perlu pendampingan/bimbingan teknis di lapangan,

- perlu dukungan petugas penyuluh lapangan, perusahaan benih, dan

perguruan tinggi fakultas pertanian setempat,

- perlu kampanye penyadaran petani untuk menghasilkan jagung yang

berkualitas, misalnya dengan menunda panen terlalu muda (minimal

jagung dipanen umur 4 bulan),

- Petani/Gapoktan perlu dibantu/disubsidi fasilitas pasca panen

(seperti : alat pemipil, alat pengecek kadar air, lantai jemur, terpal,

alat pengering, gudang),

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 111

- Subsidi perlu dikaji ulang agar bisa langsung memperbaiki kualitas

hasil petani.

- Perlu penguatan modal petani/gapoktan.

- Perlu dukungan bagi petani agar bisa mengadopsi teknologi pasca

panen sehingga kualitas jagung hasil panen petani memenuhi

Standar Nasional Indonesia (SNI)

10) Tujuh faktor dalam produksi dengan produktivitas tinggi antara lain :a)

Iklim b) Nitrogen c) Benih d) Rotasi Tanaman e) Populasi Tanaman f)

Pengolahan tanah g) Zat Pengatur Tumbuh. Penanganan

pascapanen tidak meningkatkan kualitas hasil panen jagung hanya

mempertahankan kualitas hasil panen jagung.

11) Penanganan pasca panen tidak meningkatkan kualitas hasil panen

jagung, hanya mempertahankan kualitas hasil panen jagung.

12) Untuk bantuan benih jagung disarankan agar benih unggul yang

dapat berproduksi dengan baik dan mempunyai sifat kelobot tertutup

pada saat panen sehingga air tidak mudah masuk.

b) FGD Jagung Tanggal 21 Oktober 2013 Dalam rangka Akselerasi Pengembangan Kawasan Jagung di tujuh Provinsi (Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur), Direktorat Budidaya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian menyelenggarakan “Focus Group Discussion (FGD)” di Bogor. FGD dibuka oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan dihadiri oleh Direktur Pembiayaan, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kepala Dinas Pertanian tujuh provinsi dan kabupaten pelaksana, Dewan Jagung Nasional, Pengusaha Agribisnis Jagung, Pengusaha Industri Benih Jagung, Perbankan dan stakeholders lainnya. Beberapa pokok hasil dari FGD dapat dilaporkan sebagai berikut : a) Direktur Jenderal Tanaman Pangan dalam arahannya menyadarkan

bahwa seluruh komponen yang diperlukan untuk pengembangan

agribisnis jagung di Indonesia sebenarnya sudah tersedia, tetapi masih

belum terpadu pengelolaannya. Di sektor hulu, industri benih jagung

hibrida sudah sangat maju pesat, di sektor on farm budidaya jagung

juga sudah dikuasai oleh petani Indonesia, sedang di sektor hilir

pemasaran jagung sangat terbuka luas khususnya dengan besarnya

kapasitas industri peternakan unggas. Sehingga sangat disayangkan

jika sampai saat ini Indonesia masih mengimpor jagung sampai sekitar

dua juta ton. Devisa yang terbuang dari impor jagung ini mencapai

enam trilyun rupiah.

b) Direktur Jenderal Tanaman Pangan juga menekankan bahwa

mengingat dana pemerintah (APBN) yang terbatas maka

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 112

pengembangan agribisnis jagung lebih mengutamakan peran swasta

dan pembiayaan non APBN. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat

jagung merupakan komoditas dengan nilai ekonomi yang tinggi.

c) Secara umum, minat pemerintah daerah dan petani untuk

mengembangkan jagung sangat besar. Namun, keterbatasan sumber

pembiayaan dan farm-market connectivity, tata niaga dari kebun

dengan pasar masih menjadi kendala. Sehingga upaya pengembangan

kawasan jagung di tujuh provinsi ini masih belum optimal.

d) Menyikapi dua kendala utama tersebut FGD berhasil menyepakati dua

model rencana usaha dan kemitraan yang bisa dijalankan, yaitu melalui

pembiayaan oleh perbankan melalui KKPE dan melalui sistem kontrak

farming. Pola pembiayaan melalui KKPE dalam prakteknya perlu

dilengkapi dengan jaminan/collateral atau pihak ketiga sebagai

penjamin (avalis). Ketentuan penyediaan jaminan atau avalis ini

menjadi kendala implementasi/penyaluran KKPE. Pola kedua melalui

sistem kontrak farming pada dasarnya lebih menguntungkan karena

segala sarana produksi disediakan oleh pihak ketiga namun dengan

ketentuan hasil produk dibeli oleh pihak ketiga dengan harga yang

disepakati. Resiko dari model ini adalah jika petani ingkar janji terhadap

ketentuan menjual hasil ke pihak ketiga penyedia sarana produksi.

Tetapi pola ini memudahkan petani dari kewajiban menyediakan

agunan sebagaimana pada pola 1.

e) Rencana pengembangan agribisnis jagung di tujuh provinsi tersebut

diuraikan sebagai berikut :

- Aceh: pengembangan jagung di Aceh akan mengambil pola

pembiayaan dengan KKPE. Dalam kaitan ini PT iPasar akan menjadi

avalis sekaligus off taker dari hasil produksi. Dalam hal ini, maka

BRI diminta segera merealisasikan janji penyaluran KKPE dengan

menugaskan Pimpinan Cabang BRI setempat untuk berkoordinasi

dengan Dinas Pertanian Provinsi dan empat kabupaten pelaksana.

- Jawa Timur: Kegiatan akselerasi agribisnis jagung Jawa Timur

difokuskan di Madura. Di Madura sudah disepakati kerjasama antara

petani dengan industri benih (PT Dupont) dan avalis. Namun,

sementara ini belum diperoleh kerjasama dengan pihak ketiga yang

akan menjadi off taker.

- Sulawesi Utara: Kegiatan pengembangan kawasan agribisnis jagung

Sulawesi Utara difokuskan untuk mencukupi kebutuhan lokal yang

cukup tinggi. Pengembangan jagung di Sulawesi Utara rencananya

akan didukung oleh Bank Indonesia melalui program kerjasama

dengan lembaga keagamaan sebagai avalis. Namun, sampai

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 113

sekarang sejak pembahasan pada bulan Mei/Juni realisasi program

belum terlaksana secara optimal.

- Sulawesi Tengah: Pengembangan jagung di Sulawesi Tengah

dilaksanakan melalui program “GERBANG JAGUNG SULAWESI

TENGAH” Gerakan Pengembangan Jagung Sulawesi Tengah.

Gerbang jagung telah menjalin kemitraan dengan industri pakan

ternak (PT Japfa Comfeed) dengan dukungan pembiayaan dari

KKPE.

- Sulawesi Tenggara: Pengembangan jagung di Sulawesi Tenggara

difokuskan di Kabupaten Muna dan Buton dimotori oleh APINDO

Sulawesi Tenggara dengan mendapat dukungan pembiayaan dari

KKPE BRI. Saat ini APINDO juga sudah menandatangani MOU

dengan GPMT sebagai off taker.

- Nusa Tenggara Barat: pengembangan jagung di NTB difokuskan di

pulau Sumbawa khususnya di Kabupaten Sumbawa dan Dompu.

Karena produksi sudah cukup meningkat tajam, fokus NTB lebih

pada perbaikan konektivitas dan memudahkan pemasaran sehingga

harga di tingkat petani lebih optimal.

- Nusa Tenggara Timur: pengembangan jagung di NTT diarahkan

untuk mencapai surplus produksi jagung. Selama ini, produksi

jagung NTT untuk memenuhi kebutuhan pangan dan belum ada

yang diperdagangkan keluar daerah. Diharapkan dalam waktu dekat

jagung NTT bisa dipasarkan keluar daerah sehingga bisa menjadi

sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat.

f) FGD menyepakati rencana implementasi pertanaman periode

November – Desember dengan sasaran produksi sebesar 2,5 juta ton.

Dalam kaitan ini, iPasar sudah bersedia menjadi off taker hasil produksi

jika tidak ada pihak lain yang mampu menyerap keseluruhan produksi.

Rincian rencana tanam dan sasaran produksi sebagai berikut :

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 114

Tabel 33. Recana Tanam dan Sasaran Produksi No. Provinsi Sasaran Produksi

(ton)

Rencana Tanam

Nov-Des (Ha)

Persentase Pola yang

diharapkan

1. Aceh 250.000 30.000 60% KKPE

2. Jatim 450.000 27.000 30% KKPE, avalis, produsen benih

3. Sulut 300.000 24.000 40% Kredit BI

4. Sulteng 300.000 18.000 30% KKPE

5. Sultra 240.000 10.000 21% KKPE dan GPMT sebagai off taker

6. NTT 100.000 12.000 60% GPMT sebagai off taker

7. NTB 600.000 60.000 50%

g) Sejumlah pemangku kepentingan juga tertarik dan berminat untuk

berpartisipasi pada pengembangan agribisnis jagung di tujuh provinsi

ini. Pemangku kepentingan tersebut antara lain:

- Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB)-BLU Kementerian

Koperasi dan UKM tertarik dan bersedia memberikan pinjaman

hingga satu milyar rupiah tanpa agunan kepada

Gapoktan/Koperasi/UKM.

- Bank Andara, yaitu sebuah bank yang mengkhususkan pada

pembiayaan sektor pertanian juga bisa menyediakan sumber dana

murah untuk agribisnis jagung

- PISAGRO siap memberikan pelatihan bagi petani dan penyuluh di

tujuh provinsi mengenai Good Agriculture Practice (GAP) budidaya

jagung.

- Industri Benih Jagung Hibrida siap memberikan pendampingan

teknologi bagi para petani yang menanam jagung produksi mereka.

Sebagai tindak lanjut dari FGD, sejumlah pemangku kepentingan telah

menyepakati dan berkomitmen antara lain sebagai berikut :

1) Bank BRI akan mengirimkan instruksi kepada Pimpinan Cabang BRI

di provinsi/kabupaten terkait untuk berkomunikasi Dinas Pertanian

guna mempercepat penyaluran kredit KKPE.

2) APINDO Sulawesi tenggara akan segera merealisasikan MOU

dengan GPMT selaku off-taker dan melengkapi administrasi

penyaluran KKPE dengan BRI Sulawesi Tenggara.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 115

3) iPasar dan GPMT akan melakukan koordinasi guna implemetai

sebagai avalis dan offtaker jagung di tujuh provinsi.

4) Di tingkat lapangan, Dinas pertanian akan melakukan tindak lanjut

antara lain:

- Melakukan rapat koordinasi di tingkat provinsi dengan

mengundang seluruh pemangku kepentingan yang bergerak

dibidang jagung.

- Membentuk tim yang diketuai oleh gubernur/bupati sebagai

penanggung jawab kegiatan di masing-masing wilayah dengan

melibatkan pemangku kepentingan lainnya (dari hulu sampai hilir).

- Menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dan

Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) di masing-masing wilayah

yang didampingi oleh PPL.

- Melakukan pengawalan, pendampingan dan melakukan langkah

cepat jika terjadi permasalahan di lapangan.

h) Pada akhirnya, semua peserta FGD mengharapkan semua pihak untuk

berkomitmen guna mewujudkan peningkatan produksi dan

pengembangan agribisnis jagung di tujuh provinsi ini.

g. Evaluasi Pengembangan Serealia Lain

Pertemuan evaluasi pengembangan serealia lain di Hotel Lombok Raya,

Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 25 – 27 September 2013.

Pertemuan Evaluasi dibuka oleh Direktur Budidaya Serealia mewakili

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, dan dihadiri oleh Kepala Dinas

Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat, para pakar gandum/sorgum

sebagai nara sumber, perwakilan dari instansi terkait baik pusat maupun

daerah antara lain; Kemenko Bidang Perekonomian, Perguruan Tinggi

(Universitas Andalas), Universitas Mataram, Direktorat Perbenihan,

Direktorat Pasca Panen, Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros, PT.

BATAN Teknologi (Persero), Perwakilan dari Dinas Pertanian Tanaman

Pangan 10 Provinsi Sentra gandum dan sorgum, dan Dinas Pertanian

Kabupaten daerah pengembangan sorgum dan gandum. Hasil pertemuan

evaluasi dapat dilaporkan sebagai berikut :

1) Saat ini terdapat potensi lahan kering untuk pengembangan komoditas

gandum dan sorgum. Dalam pengembangannya diperlukan identifikasi

dan verifikasi oleh masing-masing daerah sentra dalam hal ini di 10

provinsi agar tidak mengganggu lahan pertanaman padi, jagung dan

kedelai.

2) Diharapkan pada setiap 10 provinsi sentra pengembangan gandum

dan sorgum, agar segera menyediakan minimal 1.000 ha untuk

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 116

pengembangan, dan diminta segera untuk menyusun CPCL dan

Roadmap Rencana Aksi Pengembangan Gandum dan Sorgum untuk 5

tahun kedepan dan dirinci perkabupaten.

3) Impor gandum sampai saat ini sudah mencapai 7 juta ton per tahun,

kedepannya diharapkan paling tidak dapat mensubtitusi impor sebesar

5% selama 5 tahun (2014 – 2018) atau sekitar 350.000 ton (175.000

ha). Oleh sebab itu perlu dukungan dari berbagai pihak baik

pemerintah Pusat, Provinsi, dan Daerah (Kabupaten), Stakeholder dan

Swasta serta Instansi Terkaitnya.

4) Pihak swasta / pengusaha pada dasarnya selalu siap mengopkup hasil

panen petani, tentu saja dengan syarat memenuhi kualitas dan

kuantitas serta produksi yang berkelanjutan.

5) Pengembangan gandum dan sorgum diharapkan dapat berkembang

melalui pola kemitraan yang pendanaannya dapat didukung oleh

semua sumber pendanaan baik dari pusat dan daerah serta

stakeholder/swasta.

6) Dari hasil rapat disepakati untuk rencana pilot program pengembangan

Gandum dilakukan di 4 Provinsi yaitu Sumatera Barat (Solok), Jawa

Tengah dan Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Sedangkan untuk

Sorgum dilakukan di Provinsi NTT.

7) Pengembangan komoditas serealia lain (sorgum dan gandum)

diarahkan pada lahan marjinal dan lahan yang tidak dimanfaatkan,

sehingga tidak mengganggu pertanaman komoditas utama (padi,

jagung dan kedelai). Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

Direktorat Budidaya Serealia, Ditjen Tanaman Pangan,

Kementerian/Lembaga/instansi terkait serta Dinas Pertanian Provinsi

dan Kabupaten berkewajiban untuk memberikan fasilitasi, mediasi dan

melakukan pengawalan, pembinaan, serta monitoring terhadap kegitan

pengembangan komoditas tersebut.

8) Pengembangan agribisnis sorgum dan gandum ke depan diharapkan

dapat menunjang percepatan diversifikasi pangan, untuk itu diperlukan

sosialisasi dan promosi dari instansi terkait di pusat dan daerah untuk

menarik investor.

9) Permasalahan pengembangan sorgum dan gandum antara lain; a)

Belum adanya jaminan harga yang layak yang menguntungkan petani,

harga sorgum di tingkat petani masih rendah dan margin keuntungan

pedagang pengumpul masih lebih besar dari petani; b) Belum adanya

jaminan pasar yang berkelanjutan yang dapat menampung hasil panen

petani, serta c) Belum tersedianya alat penyosoh, alat penepung, alat

pengayak tepung dan gudang penyimpanan yang memenuhi syarat.

Dalam rangka pengembangn gandum dan sorgum diperlukan

penguatan kelembagaan (kelompok tani, gapoktan, koptan, asosiasi).

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 117

h. Pertemuan Koordinasi Upaya Peningkatan Produksi Melalui Pengembangan Padi Hibrida

Salah satu upaya pencapai sasaran produksi padi tahun 2013 yaitu

melalui SL-PTT, untuk tahun 2013 ini SL-PTT padi seluas 4,625 juta ha

yang di bagi menjadi 3 kawasan yaitu kawasan pertumbuhan,

pengembangan dan pemantapan. Kebijakan pengembangan padi hibrida

tahun 2013 merupakan kelanjutan dari kegiatan tahun 2012 dan tetap

terfokus pada kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (SL-PTT) dan Subsidi BenihUnggul.

SL-PTT Padi Hibrida tahun 2013 dilaksanakan pada kawasan seluas

200.000 hektar dengan melibatkan 20.000 kelompoktani di 13 provinsi

dan 120 kabupaten/kota. Fasilitasi yang diberikan melalui kegiatan SL-

PTT adalah benih padi hibrida 15 kg/ha untuk kawasan seluas 10 ha per

unit SL-PTT dan bantuan pupuk (urea, NPK, organik) yang disesuaikan

degan rekomendasi spesifik lokasi) untuk areal Laboratorium Lapangan

(LL) seluas 1 ha pada setiap unit SL-PTT.

Sedangkan untuk benih padi hibrida diberikan melalui Subsidi Benih

dengan luas 200.000 ha tersebar di 13 provinsi dan 120 kabupaten,

dengan fasilitasi subsidi benih sebesar 91% yang diberikan Pemerintah ke

PT. Sang Hyang Seri dan PT. Pertani.

Permasalahan yang sekaligus merupakan tantangan yang dihadapi dalam

pengembangan padi hibrida di Indonesia di tingkat lapangan adalah : 1)

Tidak semua wilayah di Indonesia cocok untuk budidaya padi hibrida

karena budidaya padi hibrida memerlukan beberapa persyaratan antara

lain yaitu : wilayah irigasi teknis, air irigasi terjamin, bukan daerah

endemis Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), petani maju yang

mau dan mampu mengadadopsi teknologi baru; 2) Belum banyak tersedia

varietas padi hibrida yang memenuhi selera (rasa) masyarakat Indonesia,

sehingga hal ini terkadang menjadi salah satu penyebab sulitnya

memasarkan hasil produksi padi/beras hibrida, karena rasanya belum

sesuai selera pasar. Kalaupun dibeli oleh pedagang dihargai dengan

harga yang lebih rendah dibandingkan dengan padi/beras non hibrida; 3)

Pada umumnya varietas padi hibrida yang beredar di pasaran Indonesia,

masih rentan terhadap serangan OPT, khususnya wereng batang coklat

(WBC), tungro; 4) Harga benih padi hibrida dipandang relatif lebih mahal

dibandingkan dengan benih padi Inbrida, dan harus membeli lagi bila

mau bertanam lagi karena belum dapat diproduksi sendiri oleh petani; 5)

Padi hibrida memerlukan pemupukan yang tepat dan sesuai dengan

kebutuhannya, sementara pada umumnya petani Indonesia lemah modal,

dan skala usaha kecil. Sehingga banyak terjadi bertanaman padi hibrida

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 118

namun tidak dipupuk sesuai dengan kebutuhannya, makaproduktivitas

tidak optimal; 6) Karena merupakan teknologi baru, maka diperlukan

pendampingan dan pengawalan yang ketat, oleh petugas lapangan, agar

hasilnya optimal, sementara jumlah petugas lapangan (PPL, Pengamat

OPT, Peneliti dan petugas lain) masih terbatas .

Oleh karena itu untuk memperbaiki SL-PTT padi hibrida dalam rangka

pengembangan padi hibrida perlu diusulkan.

1) Paket bantuan harus lengkap (bukan hanya benih) untuk semua

peserta SL-PTT (bukan hanya di Laboratorium Lapangan)

2) Bantuan benih merupakan varietas hibrida yang mempunyai rasa

sesuai dengan selera masyarakat sehingga disukai.

3) Diperlukan jaminan pembelian dengan harga yang menguntungkan

petani, sehingga petani bersemangat untuk bertanam.

4) Penetapan lokasi SL dan petani peserta harus lebih ketat, harus sesuai

dengan persyaratan yang ditetapkan.

Menyikapi kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan

produksi tanaman pangan, dan sebagai wujud nyata keberpihakan

pemerintah kepada para petani, maka pemerintah pada Tahun 2013 ini

masih tetap memberikan fasilitasi maupun bantuan serta bimbingan

antara lain : (a) bantuan sarana produksi (di luar benih ) pada areal SL-

PTT padi, jagung, kedelai maupun pada areal non SL-PTT serta

cadangan benih nasional untuk yang terkena musibah; (b) penyediaan

subsidi untuk benih, pupuk Urea, SP-36/Superphos, ZA, NPK dan organik;

(c) biaya operasional untuk kegiatan penyuluhan dan pendampingan bagi

para Peneliti, Penyuluh Pertanian, POPT, Pengawas Benih; (d) bantuan

peralatan pra dan pasca panen seperti traktor, pompa air, thresher, dll; (e)

perbaikan jaringan irigasi desa, jalan usaha tani, tata air mikro dll; (f)

pengamanan produksi melalui penerapan dan pengembangan

Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penguatan brigade proteksi

tanaman, Sekolah Lapangan Iklim; (g) penguatan modal petani melalui

fasilitasi dana KKP-E, KUR.

Mengingat tantangan dan permasalahan yang dihadapi di lapangan yang

begitu beragam, di era otonomi daerah, maka diperlukan keterlibatan

yang lebih besar lagi dari pemerintah Provinsi sebagai wakil pemerintah

Pusat, serta Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab pada tingkat

kabupaten/kota serta lapangan.

Dalam pertemuan Koordinasi Upaya Peningkatan Produksi Melalui

Pengembangan Padi Hibrida yang dilaksanakan di D.I Yogyakarta, pada

tanggal 1 - 3 oktober 2013 hadir Kabid Produksi Dinas Pertanian di 13

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 119

provinsi, Kabid Produksi Dinas Pertanian Kabupaten terpilih, Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan (Sekditjentan TP, Direktorat Budidaya

Serealia, Direktorat Perbenihan, Direktorat Perlindungan dan Direktorat

Pascapanen), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Kepala

BB Tanaman Padi), Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

(Kepala Pusat Penyuluh Pertanian), sedangkan narasumber yang

memberikan materi di kegiatan tersebut adalah Direktur Budidaya

Serealia TP, Kepala Dinas Pertanian DIY, Kepala BBP Tanaman Padi –

Prof Baehaki, Dr. Satoto, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Kadis

pertanian Sumbar - padi salibu, Kadis pertanian Kalbar – padi polibag,

Soemitro - pranata mangsa, Kadis pertanian Gunung Kidul - DIY, Prof

Soemarno. Langkah-langkah operasional yang dapat dilaksanakan atau

diterapkan di lapangan dalam pengembangan budidaya padi hibrida

adalah :

1) Pengalaman sukses Dinas Pertanian Kab Gunung Kidul Prov D.I.

Yogyakarta dalam pengembangan padi hibrida

- Latar belakang yang melandasi terlaksananya pertanaman padi

hibrida

- Pilihan varietas padi hibrida yang menjadi pokok utama dalam

pengembangan padi hibrida

- Kegiatan yang mendukung daerah Gunung Kidul menjadi lahan

pertanian yang dapat diandalkan dalam pengembangan padi hibrida

- Kiat-kiat khusus yang dapat dijadikan contoh bagi daerah rawa di

luar Kab Gunung Kidul Prov D.I. Yogyakarta

2) Sistem Padi Salibu di Kab Tanah Datar (Dinas Pertanian Kab. Tanah

Datar, Provinsi Sumatra Barat)

- Nilai lebih dan tata cara budidaya tanam padi sistem Salibu

- Strategi dan langkah apayang akan dilaksanakan dalam upaya

meningkatkan produksi padi melalui sistem padi Salibu.

3) Sistem Tanam Padi Polibag ( Kadis Provinsi Kalimantan Barat)

- Landasan yang menjadi dasar pengembangan tanam padi system

polibag

- Kelebihan dan kekurangan pengembangan tanam padi system

polibag

- Nilai tambah dan keuntungan yang didapatkan petani dalam

pengembangan padi system polibag

- Dukungan peningkatan produksi padi bagi pencapaian surplus 10

juta ton beras

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 120

4) Sistem Pranata mangsa, tanam Januari, panen April produksi lebih

tinggi dibanding tanam di luar bulan tersebut (Dr. Soemitro

Arintadisastra)

- Latar belakang ilmiah yang melandasi tanam Januari berpotensi

memberikan hasil lebih baik

- Teknologi yang diaplikasikan

- Ukuran tingkat keberhasilan pola tanam tersebut bila diterapkan di

tempat lain

5) Hasil Pengembangan Teknologi Budidaya Padi Hibrida (Dr. Satoto / Dr.

Sumarno)

- Kebijakan pengembangan padi hibrida sebagai penyumbang

produksi beras nasional

- Strategi dan langkah yang telah dilakukan dalam pengembangan

padi hibrida

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 121

V. KEGIATAN KETATAUSAHAAN

1. Urusan Kepegawaian

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja pegawai di lingkungan Direktorat Budidaya Serealia adalah memberikan pelayanan administrasi kepegawaian yang cepat dan akurat. Pelayanan tersebut meliputi: kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, pensiun, Taspen, Karpeg, Askes dan lain-lain.

a. Jumlah pegawai Tahun 2013 Jumlah pegawai Direktorat Budidaya Serealia keadaan sampai dengan Desember 2013 sebanyak 79 orang, terdiri dari : Pegawai Negeri Sipil (PNS) 68 orang, dan tenaga Honorer 11 orang, dengan rincian berdasarkan golongan sebagai berikut: - Golongan IV : 10 - Golongan III : 44 - Golongan II : 15 - Golongan I : 2 - Tenaga Honorer : 11 Jumlah : 79

Distribusi pegawai pada masing-masing unit kerja (Subdirektorat dan Subbag Tata Usaha) sebagai berikut :

Tabel 34. Distribusi Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan

Honorer

IV III II I

1 Direktur 1 - - - - 1

2 Subdit IRA 1 8 2 - - 11

3 Subdit THLK 2 4 3 - - 9

4 Subdit Jagung 2 9 2 1 - 14

5 Subdit Serla 3 6 - 1 - 10

6 Subbag TU 1 14 8 11 34

Total 10 41 15 2 11 79

GolonganNo. Unit Kerja Jumlah

b. Kenaikan Pangkat

Kenaikan pangkat pegawai dilaksanakan dua kali setiap tahun yaitu pada bulan April dan Oktober. Pada tahun 2013 jumlah pegawai yang mengalami kenaikan pangkat sebanyak 7 orang dan seluruhnya pada periode April – Oktober 2013, yaitu :

Periode April 2013 sebanyak 8 orang :

1) Listyo Hendril Gol. III/c ke Gol. III/d 2) Endes Tri Hastuti, SH Gol. III/c ke Gol. III/d 3) Mustika Gusnia Sari, S. TP Gol. III/b ke Gol. III/c 4) Erisca Novriana Ametasn, S. TP Gol. III/b ke Gol. III/c

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 122

5) Khodratin Fatonah, SP Gol. III/a ke Gol. III/b 6) Ricky Ruhimat, S. TP Gol. III/a ke Gol. III/b 7) Arnen Sri Gemala, SP Gol. III/a ke Gol. III/b 8) Boy Frihardi, SE Gol. III/a ke Gol. III/b Periode Oktober 2013, sebanyak 7 orang : 1) Ir. Wasitohadi Gol. IV/a ke Gol. IV/b 2) Tri Ernawati, S Soc Gol. III/b ke Gol. III/c 3) Achmad Yusuf, S. TP Gol. III/b ke Gol.IIII/c 4) Budi Tukus Widodo, AMd Gol. II/d ke Gol. III/a 5) Deny Mulya Gol. II/a ke Gol II/a 6) Zaenal Gol. II/a ke Gol II/b 7) Warsan Gol. I/d ke Gol. II/a

c. Kenaikan gaji berkala

Kenaikan gaji berkala diusulkan setiap bulan sepanjang tahun mengacu pada kenaikan gaji berkala terakhir. Pada tahun 2013 telah selesai kenaikan gaji berkala yang telah diusulkan sebanyak 38 orang terdiri dari Gol. IV 4 orang, Gol. III 20 orang, Gol. II 12 orang dan Gol. I 1 orang, dengan rincian per bulan sebagai berikut :

Periode Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Jml

8 3 4 6 3 - - 1 2 1 - 10 38

d. Pensiun

Jumlah pegawai yang telah mencapai purna tugas pada tahun 2013sebanyak 1 orang yaitu :

- Agus Salim ( Meninggal Dunia) TMT 5 April 2013

e. Mutasi Pegawai Tahun 2013 Mutasi pegawai adalah hal yang biasa dilakukan dilingkungan PNS baik yang menyangkut penggantian pejabat maupun rotasi pegawai. Pada tahun 2013 mutasi dilingkungan Direktorat Budidaya Serelia terdiri dari : - Mutasi Tambahan Sebanyak 12 Orang, atas nama :

Ir. Mesalina, MM Kepala Seksi Serealia Lain Subdit Serealia Lain

- Mutasi Kurang Sebanyak 1 Orang, atas nama : Richenly Nanholy, SP, M. Si Kepala Seksi Pengembangan Keelai

Subdit Kedelai, Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 123

f. Pengadaan Pegawai

Pada tahun 2013 Direktorat Budidaya Serealia Tenaga Kontrak sebanyak 11 orang, yaitu atas nama :

1) Liana Dwi Septiningrum, SE 2) Lady Intan Melvinasari, SP 3) Deddy Zulkarnaen 4) Ilham 5) Krisna Saraswati 6) Retno Handayani 7) Harry Wicaksono 8) Zulkarnaen 9) Watchurohman

10) Mahyudin 11) Hasmawi

g. Pembuatan Kartu KARPEG dan TASPEN

Kartu Pegawai (KARPEG) merupakan identitas harus dimiliki oleh masing-masing PNS sedangkan TASPEN adalah sebagai asuransi pensiun tabungan hari tua bagi pegawai yang diberikan apabila pegawai telah di angkat sebagai PNS (100%). Pada tahun 2013 dari Direktorat Budidaya Serealia mengusulkan pembuatan KARPEG dan TASPEN.

h. Permasalahan

Permasalahan dibidang Kepegawaian adalah Up dating data pegawai ke dalam Program Sistim Managemen Kepegawaian (SIMPEG) khususnya bagi pegawai yang mengikuti Seminar/Lokakarya dan tidak melaporkan hasilnya ke Subbagian Tata Usaha, Kedepan kepada pegawai yang mengikuti Diklat Seminar/Lokakarya hasilnya segera disampaikan ke Subbagian Tata Usaha. Selain itu dipandang perlu adanya penambahan pegawai baru mengingat adanya pegawai yang pensiun pada tahun 2014dan tahun 2015 yang akan datang.

i. Pengurusan Gaji

Selama tahun 2013 telah diselesaikan pengurusan gaji pegawai periode Januari – Desember sebesar Rp. 2.879.607.000,- (Dua Milyar Delapan Ratus Tujuh Puluh Sembilan Juta Enam Ratus Tujuh Ribu Rupiah), dengan rincian per bulan sebagai berikut :

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 124

Tabel 35. Pembayaran Gaji Pegawai Direktorat Budidaya Serealia Tahun 2013

No. Bulan Jumlah PNS Jumlah Gaji

1 Januari 68 213.847.500

2 Februari 68 214.775.100

3 Maret 68 214.649.400

4 April 68 207.707.200

5 Mei 68 212.495.100

6 Juni 69 225.602.600

7 Gaji ke 13 69 225.602.600

8 Juli 69 227.134.100

9 Agustus 69 227.134.100

10 September 69 227.210.400

11 Oktober 68 227.816.300

12 Nopember 70 227.816.300

13 Desember 70 227.816.300

TOTAL 2.879.607.000

2. Urusan Persuratan

Tugas Urusan Persuratan meliputi regristasi surat-surat masuk, surat-surat keluar, pengiriman dan penerimaan berita serta perpustakaan. Pada tahun 2013 kegiatan Urusan Persuratan adalah sebagai berikut :

- Surat yang masuk pada tahun 2013 adalah 3.373 eksemplar terdiri dari surat biasa, undangan, laporan, SK, notulen rapat dan proposal.

- Surat keluar sebanyak 556 nomor, pengiriman surat keluar melalui pos, titipan kilat, faximile dan diantar langsung.

- Perpustakaan menerima buku, majalah dan leaflet yang diterima dari instansi lain. Peminjam buku-buku di perpustakaan belum banyak walaupun telah diinformasikan koleksi buku-buku baru di perpustakaan secara berkala.

- Publikasi yang diterbitkan oleh Direktorat Budidaya Serealia berupa buku, booklet, leaflet brosur dan poster.

- Mengirim SK P2BN ke intern, ekstern dan kantor pos

3. Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan

Kegiatan Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan pada umumnya melaksanakan tugas-tugas meliputi perencanaan dan pelayanan penggunaan sarana dan prasarana kantor, melaksanakan kebersihan kantor, keamanan, pemeliharaan barang-barang inventaris kantor, pemeliharaan/perawatan kendaraan dinas. Pada tahun 2013 kegiatan Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan sebagai berikut :

- Pelaksanaan renovasi ruang rapat berkoordinasi dengan Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

- Perbaikan instalasi listrik gedung Direktorat Budidaya Serealia

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 125

- Pemeliharaan/perbaikan AC di setiap ruangan.

- Pemeliharaan/perbaikan sarana penunjang kantor berupa komputer, printer dan telepon.

- Perbaikan pompa air dan instalasinya

- Pemeliharaan kendaraan dinas roda 2 sebanyak 22 unit berupa service berkala, penggantian spare part, pengadaan kendaraan dinas roda dua 2 unit, dan pengadaan bahan bakar.

- Pemeliharaan kendaraan dinas roda 4 sebanyak 6 unit berupa perpanjangan STNK, service dan perbaikan serta pengadaan bahan bakar.

- Pengamanan kantor dilaksanakan oleh 3 orang Satpam secara bergiliran siang dan malam hari yang disentralkan di Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

- Kebersihan kantor Direktorat Budidaya Serealia untuk area luar ruang dan kamar mandi menggunakan jasa cleaning service, sedangkan petugas kebersihan di dalam ruangan kerja tidak ada. Tenaga pramuutus yang dimiliki Dirketorat Budidaya Serealia sebanyak 4 orang dirasa masih kurang untuk membersihkan 19 ruangan, 1 ruang rapat, karena petugas kebersihan tersebut bertugas pula sebagai tenaga administrasi pada unit kerja yang bersangkutan.

- Pengadaan perlengkapan dan inventaris kantor pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:

PC Unit : 9 unit

Note Book : 11 unit

External/ Portable Hardisk : 6 unit

Kamera Digital : 1 unit

LCD Projector/ Infokus : 1 unit

Printer Laserjet P 1002 : 14 unit

Printer (Peralatan Personal) : 2 unit

LCD Monitor Samsung : 2 unit

AC Split : 3 unit

Lemari Arsip : 5 unit

CCTV : 1 unit

Sice : 4 unit

Televisi : 5 unit

Scaner : 1 Paket

4. Urusan Pelaporan

Urusan Pelaporan merupakan Sekretariat Tim Pelaporan Direktorat Budidaya Serealia bertugas memproses (finalisasi, penggandaan, penjilidan) dan pengiriman laporan-laporan baik yang bersifat reguler maupun insidentil yang disusun oleh Tim Pelaporan Direktorat Budidaya Serealia. Pada tahun 2013 kegiatan Urusan Pelaporan adalah:

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 126

- Laporan Bulanan Direktorat Budidaya Serealia (Januari-Desember 2013)

- Laporan Bahan Rapim Departemen Pertanian dari Direktorat Budidaya Serealia.

- Laporan triwulan Direktorat Budidaya Serealia 2013.

- Laporan Bulanan Kegiatan Menteri Pertanian yang berkaitan dengan Direktorat Budidaya Serealia.

- Laporan Tahunan 2013 Direktorat Budidaya Serealia.

- Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Budidaya Serealia Tahun 2013 (LAKIP)

5. Pelaksanaan DIPA Pusat TA 2012

Direktorat Budidaya Serealia pada tahun anggaran 2013 mendapat alokasi anggaran melalui Program Ketahanan Pangan sebesar Rp. 10.379.993.000,-. Realisasi penyerapan anggaran sampai dengan 31 Desember 2013 sebesar Rp 8.133.644.787,- atau 78,36%, sisa anggaran sebesar Rp 2.246.348.213,- atau 21,64%. Realisasi anggaran Direktorat Budidaya Serealia Tahun 2012 per unit kerja sampai dengan 31 Desember 2013 seperti pada tabel berikut :

Tabel 36. Realisasi Anggaran Direktorat Budidaya Serealia Tahun 2013 Sampai dengan 31 Desember 2013

Rp % Rp %

1 Subdit Padi IRA 2.317.588.000 1.811.855.875 78,18 505.732.125 21,82

2 Subdit THLK 1.220.908.000 956.587.650 78,35 264.320.350 21,65

3 Subdit Jagung 1.420.165.000 1.254.524.420 88,34 165.640.580 11,66

4 Subdit Serla 802.421.000 780.515.400 97,27 21.905.600 2,73

5 Subbag TU 1.041.144.000 977.950.585 93,93 63.193.415 6,07

6 Koorpro 2.153.244.000 1.668.139.732 77,47 485.104.268 22,53

7 Korlap 289.372.000 226.072.850 78,13 63.299.150 21,87

8 Posko P2BN 1.135.151.000 457.998.275 40,35 677.152.725 59,65

Total 10.379.993.000 8.133.644.787 78,36 2.246.348.213 21,64

No Anggaran (Rp) Realisasi Sisa

Unit Kerja

Data secara rinci per mata anggaran dan per kegiatan Tahun 2013 dapat dilihat pada lampiran.

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia 127

IV. PENUTUP

Berdasarkan hasil pengukuran, evaluasi dan analisis terhadap akuntabilitas

kinerja Direktorat Budidaya Serealia tahun 2013, realisasi pelaksanaan kegiatan

SL-PTT padi dan jagung dibandingkan dengan sasaran untuk SL-PTT Padi Non

Hibrida mencapai 96,00%, SL-PTT Padi Hibirda 96,64%, SL-PTT Padi Lahan

Kering 91,17%, dan SL-PTT Jagung Hibrida 98,52%.

Produktivitas SLPTT jika dibandingkan dengan sasaran untuk padi non hibrida

mencapai 106,06%, padi hibrida 108,47%, padi lahan kering 102,31% dan

jagung hibrida 81,51%. Sedangkan jika dibandingkan dengan produktivitas non

SL semuanya berada diatas rata-rata produktivitas non SL dengan kisaran

105%-136%.

Produksi padi tahun 2013 berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) III Badan Pusat

Statistik (BPS) diperkirakan mencapai 70,866 juta ton Gabah Kering Giling

(GKG). Meningkat sebesar 1,81 juta ton GKG (2,62%) bila dibandingkan dengan

pencapaian produksi tahun 2012 sebesar 69,056 juta ton GKG. Bila

dibandingkan dengan sasaran tahun 2013 sebesar 72,063 juta ton GKG, maka

ARAM III 2013 baru mencapai 98,34%. Peurunan produksi padi tahun 2013

sebesar 1,197 juta ton GKG, dikarenakan terjadinya penurunan luas panen

sebesar 89 ribu ha (0,65%) dan penurunan produktivitas sebesar 0,54 ku/ha

atau (1,05%) dari tahun 2012. Dengan perhitungan konversi gabah ke beras

tersedia 62,74% (BKP), maka pada tahun 2013 tersedia beras sejumlah 41,215

juta ton. Bila jumlah penduduk tahun 2013 sejumlah 247,390 juta juta jiwa,

tingkat konsumsi per kapita per tahun 132,98 Kg per Kapita/Tahun, maka

diperlukan beras sejumlah 34,266 juta ton. Dengan demikian pada tahun 2013

diperkirakan surplus sebesar 6,949 juta ton beras

Produksi jagung tahun 2013 berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) III Badan

Pusat Statistik (BPS), diprediksi mencapai 18.510.435 ton pipilan kering (PK).

Produksi ini menurun sebesar 876.587 ton PK (7,47%) dibandingkan produksi

jagung tahun 2012 sebesar 19.387.022 ton PK. Penurunan produksi yang terjadi

pada tahun 2013 dikarenakan terjadinya penurunan luas panen sebesar 100,236

ha (2,53%) dan penurunan produktivitas sebesar 1,00 ku/ha (2,04%).

Program pengembangan serealia lainnya (gandum dan sorgum) tahun 2013

dilaksanakan dalam rangka mendukung diversifikasi pangan, dan mengurangi

konsumsi beras sebagai makanan pokok serta memanfaatkan lahan-lahan yang

belum diusahakan (lahan marginal) dan lahan yang diusahakan tetapi tanaman

lain tidak bisa tumbuh dengan baik karena kurangnya air, sehingga lahan dapat

dimanfaatkan secara optimal. Tujuan dari pengembangan serealia lainnya untuk

jangka panjang adalah mewujudkan desa mandiri pangan dan energi.

Laporan Tahunan 2014

Direktorat Budidaya Serealia ix

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia

Lampiran 1

Perkembangan Luas Panen Padi Tahun 2011 - 2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia

Lampiran 2

Perkembangan Produktivitas Padi Tahun 2011– 2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia

Lampiran 3

Perbandingan Peringkat Luas Panen Padi Tahun 2012 dan 2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia

Lampiran 4

Perbandingan Peringkat Produksi Padi tahun 2012 - 2013

2012 2013 2012 2013

1 Maluku 84.271 113.178 34,30 18 Nusa Tenggara Timur 698.566 725.507 3,86

2 Kep. Bangka Belitung 22.395 29.087 29,88 19 Lampung 3.101.455 3.218.232 3,77

3 Papua 138.032 172.196 24,75 20 Nusa Tenggara Barat 2.114.231 2.161.442 2,23

4 Gorontalo 245.786 291.248 18,50 21 Kalimantan Timur 561.959 573.382 2,03

5 Kalimantan Barat 1.300.100 1.514.654 16,50 22 Sulawesi Tengah 1.024.316 1.033.241 0,87

6 Aceh 1.788.738 1.968.474 10,05 23 Jawa Tengah 10.232.934 10.295.494 0,61

7 Banten 1.865.893 2.046.832 9,70 24 Sumatera Barat 2.368.390 2.373.806 0,23

8 J a m b i 625.164 685.681 9,68 25 Jawa Timur 12.198.707 12.144.973 (0,44)

9 Sumatera Selatan 3.295.247 3.593.463 9,05 26 B a l i 865.553 857.157 (0,97)

10 Sulawesi Tenggara 516.291 562.078 8,87 27 Sumatera Utara 3.715.514 3.664.588 (1,37)

11 Maluku Utara 65.686 71.002 8,09 28 Sulawesi Selatan 5.003.011 4.911.567 (1,83)

12 Bengkulu 581.910 626.176 7,61 29 Kalimantan Selatan 2.086.221 1.990.788 (4,57)

13 Jawa Barat 11.271.861 12.009.422 6,54 30 DI Yogyakarta 946.224 891.137 (5,82)

14 Kepulauan Riau 1.323 1.396 5,52 31 DKI Jakarta 11.044 10.141 (8,18)

15 Kalimantan Tengah 755.507 793.576 5,04 32 Papua Barat 30.245 26.280 (13,11)

16 Sulawesi Utara 615.062 641.236 4,26 33 R i a u 512.152 440.131 (14,06)

17 Sulawesi Barat 412.338 429.006 4,04 69.056.126 70.866.571 2,62

Produksi (Ton) Peningkatan

(%)

INDONESIA

No ProvinsiProduksi (Ton) Peningkatan

(%)No Provinsi

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia

Lampiran 5

Peringkat Produktivitas Padi Tahun 2012 dan 2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia

Lampiran 6

Perbandingan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung

ARAM II 2013 dengan ATAP 2012

ATAP'12 ARAM II'13 ATAP'12 ARAM II'13 ATAP'12 ARAM II'13

1 Aceh 43.675 45.404 1.729 3,96 38,30 41,13 2,83 7,39 167.285 186.761 19.476 11,64

2 Sumatera Utara 243.098 210.769 (32.329) (13,30) 55,41 46,71 (8,71) (15,71) 1.347.124 984.453 (362.671) (26,92)

3 Sumatera Barat 75.657 77.624 1.967 2,60 65,49 67,66 2,17 3,31 495.497 525.205 29.708 6,00

4 Riau 13.284 12.688 (596) (4,49) 23,66 23,79 0,13 0,54 31.433 30.185 (1.248) (3,97)

5 Kepulauan Riau 390 351 (39) (10,00) 21,77 23,30 1,54 7,05 849 818 (31) (3,65)

6 Jambi 6.587 6.555 (32) (0,49) 38,82 39,72 0,90 2,32 25.571 26.038 467 1,83

7 Sumatera Selatan 28.617 31.403 2.786 9,74 39,46 46,97 7,51 19,04 112.917 147.499 34.582 30,63

8 Kep. Bangka Belitung 268 308 40 14,93 36,08 34,45 (1,63) (4,53) 967 1.061 94 9,72

9 Bengkulu 22.653 18.672 (3.981) (17,57) 45,81 48,61 2,80 6,12 103.771 90.769 (13.002) (12,53)

10 Lampung 360.264 339.308 (20.956) (5,82) 48,86 50,86 2,00 4,09 1.760.275 1.725.727 (34.548) (1,96)

794.493 743.082 (51.411) (6,47) 50,92 50,04 (0,88) (1,73) 4.045.689 3.718.516 (327.173) (8,09)

11 D K I Jakarta 3 - (3) (100,00) 20,00 - (20,00) - 6 - (6) (100,00)

12 Jawa Barat 148.601 154.627 6.026 4,06 69,22 71,99 2,76 3,99 1.028.653 1.113.088 84.435 8,21

13 Banten 3.074 3.540 466 15,16 31,94 33,61 1,67 5,21 9.819 11.897 2.078 21,16

14 Jawa Tengah 553.372 544.161 (9.211) (1,66) 54,97 55,91 0,94 1,72 3.041.630 3.042.420 790 0,03

15 D I Yogyakarta 73.766 69.034 (4.732) (6,41) 45,63 39,36 (6,27) (13,73) 336.608 271.751 (64.857) (19,27)

16 Jawa Timur 1.232.523 1.192.114 (40.409) (3,28) 51,08 48,17 (2,91) (5,70) 6.295.301 5.741.833 (553.468) (8,79)

2.011.339 1.963.476 (47.863) (2,38) 53,26 51,85 (1,41) (2,64) 10.712.017 10.180.989 (531.028) (4,96)

17 B A L I 21.008 18.526 (2.482) (11,81) 29,45 31,28 1,83 6,21 61.873 57.954 (3.919) (6,33)

18 Nusa Tenggara Barat 117.030 110.050 (6.980) (5,96) 54,92 56,74 1,83 3,33 642.674 624.445 (18.229) (2,84)

19 Nusa Tenggara Timur 245.323 270.269 24.946 10,17 25,66 26,32 0,66 2,58 629.386 711.278 81.892 13,01

383.361 398.845 15.484 4,04 34,80 34,94 0,15 0,42 1.333.933 1.393.677 59.744 4,48

20 Kalimantan Barat 44.642 42.466 (2.176) (4,87) 38,11 38,06 (0,05) (0,12) 170.123 161.632 (8.491) (4,99)

21 Kalimantan Tengah 2.752 2.495 (257) (9,34) 28,88 29,19 0,31 1,08 7.947 7.283 (664) (8,36)

22 Kalimantan Selatan 21.723 20.116 (1.607) (7,40) 51,59 51,90 0,31 0,60 112.066 104.402 (7.664) (6,84)

23 Kalimantan Timur 4.104 3.495 (609) (14,84) 24,22 24,30 0,08 0,32 9.940 8.492 (1.448) (14,57)

73.221 68.572 (4.649) (6,35) 40,98 41,10 0,11 0,28 300.076 281.809 (18.267) (6,09)

24 Sulawesi Utara 120.272 120.036 (236) (0,20) 36,61 36,59 (0,02) (0,04) 440.308 439.263 (1.045) (0,24)

25 Gorontalo 135.543 140.460 4.917 3,63 47,57 48,22 0,65 1,36 644.754 677.249 32.495 5,04

26 Sulawesi Tengah 37.418 34.919 (2.499) (6,68) 37,86 40,18 2,32 6,14 141.649 140.304 (1.345) (0,95)

27 Sulawesi Selatan 325.329 315.621 (9.708) (2,98) 46,58 45,62 (0,95) (2,05) 1.515.329 1.440.003 (75.326) (4,97)

28 Sulawesi Barat 25.141 26.700 1.559 6,20 48,75 45,41 (3,34) (6,85) 122.554 121.232 (1.322) (1,08)

29 Sulawesi Tenggara 30.884 27.485 (3.399) (11,01) 25,40 25,15 (0,25) (0,97) 78.447 69.137 (9.310) (11,87)

674.587 665.221 (9.366) (1,39) 43,63 43,40 (0,23) (0,52) 2.943.041 2.887.188 (55.853) (1,90)

30 Maluku 4.768 3.401 (1.367) (28,67) 38,34 36,21 (2,13) (5,56) 18.281 12.315 (5.966) (32,63)

31 Maluku Utara 11.074 10.735 (339) (3,06) 23,07 25,29 2,22 9,63 25.543 27.146 1.603 6,28

32 Papua 3.553 3.027 (526) (14,80) 17,99 23,41 5,41 30,08 6.393 7.085 692 10,82

33 Papua Barat 1.199 1.000 (199) (16,60) 17,09 17,10 0,01 0,06 2.049 1.710 (339) (16,54)

20.594 18.163 (2.431) (11,80) 25,38 26,57 1,19 4,69 52.266 48.256 (4.010) (7,67)

1.946.256 1.893.883 (52.373) (2,69) 44,57 43,98 (0,59) (1,33) 8.675.005 8.329.446 (345.559) (3,98)

3.957.595 3.857.359 (100.236) (2,53) 48,99 47,99 (1,00) (2,04) 19.387.022 18.510.435 (876.587) (4,52)

No. Provinsi Luas Panen (ha)

Abs % Produktivitas (ku/ha)

Abs % Produksi (ton)

SULAWESI

MALUKU + PAPUA

LUAR JAWA

INDONESIA

Abs %

SUMATERA

JAWA

BALI + NUSA TENGGARA

KALIMANTAN

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia

Lampiran 7

Peringkat Penyumbang Peningkatan Produksi Jagung Tahun 2012 dan 2013

Kontribusi % Kontribusi %

1 Jawa Timur 6.295.301 32,47 1 Jawa Timur 5.741.833 31,02

2 Jawa Tengah 3.041.630 15,69 2 Jawa Tengah 3.042.420 16,44

3 Lampung 1.760.275 9,08 3 Lampung 1.725.727 9,32

4 Sulawesi Selatan 1.515.329 7,82 4 Sulawesi Selatan 1.440.003 7,78

5 Sumatera Utara 1.347.124 6,95 5 Jawa Barat 1.113.088 6,01

6 Jawa Barat 1.028.653 5,31 6 Sumatera Utara 984.453 5,32

7 Gorontalo 644.754 3,33 7 Nusa Tenggara Timur 711.278 3,84

8 Nusa Tenggara Barat 642.674 3,31 8 Gorontalo 677.249 3,66

9 Nusa Tenggara Timur 629.386 3,25 9 Nusa Tenggara Barat 624.445 3,37

10 Sumatera Barat 495.497 2,56 10 Sumatera Barat 525.205 2,84

11 Sulawesi Utara 440.308 2,27 11 Sulawesi Utara 439.263 2,37

12 D I Yogyakarta 336.608 1,74 12 D I Yogyakarta 271.751 1,47

13 Kalimantan Barat 170.123 0,88 13 Aceh 186.761 1,01

14 Aceh 167.285 0,86 14 Kalimantan Barat 161.632 0,87

15 Sulawesi Tengah 141.649 0,73 15 Sumatera Selatan 147.499 0,80

16 Sulawesi Barat 122.554 0,63 16 Sulawesi Tengah 140.304 0,76

17 Sumatera Selatan 112.917 0,58 17 Sulawesi Barat 121.232 0,65

18 Kalimantan Selatan 112.066 0,58 18 Kalimantan Selatan 104.402 0,56

19 Bengkulu 103.771 0,54 19 Bengkulu 90.769 0,49

20 Sulawesi Tenggara 78.447 0,40 20 Sulawesi Tenggara 69.137 0,37

21 B A L I 61.873 0,32 21 B A L I 57.954 0,31

22 Riau 31.433 0,16 22 Riau 30.185 0,16

23 Jambi 25.571 0,13 23 Maluku Utara 27.146 0,15

24 Maluku Utara 25.543 0,13 24 Jambi 26.038 0,14

25 Maluku 18.281 0,09 25 Maluku 12.315 0,07

26 Kalimantan Timur 9.940 0,05 26 Banten 11.897 0,06

27 Banten 9.819 0,05 27 Kalimantan Timur 8.492 0,05

28 Kalimantan Tengah 7.947 0,04 28 Kalimantan Tengah 7.283 0,04

29 Papua 6.393 0,03 29 Papua 7.085 0,04

30 Papua Barat 2.049 0,01 30 Papua Barat 1.710 0,01

31 Kep. Bangka Belitung 967 0,00 31 Kep. Bangka Belitung 1.061 0,01

32 Kepulauan Riau 849 0,00 32 Kepulauan Riau 818 0,00

33 D K I Jakarta 6 0,00 33 D K I Jakarta - -

19.387.022 100,00 18.510.435 100,00 TOTAL TOTAL

Produksi 2012 (Ton)Provinsi No. No. Provinsi

Produksi 2013 (Ton)

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia

Lampiran 8

Sebaran Produktivitas Jagung Tahun 2013

1 > 5 6 1.245.886 32,30

2 4,00 - 4,99 9 2.016.062 52,27

3 3,00 - 3,99 8 263.866 6,84

4 2,00 - 2,99 8 330.545 8,57

5 < 2 1 1.000 0,03

32 3.857.359 100,00

No.Produktivitas

(Ku/Ha)

Luas Panen

(Ha)

Peran

(%)

Jumlah

Provinsi

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia

Lampiran 9

FOTO- FOTO KEGIATAN DIREKTORAT BUDIDAYA SEREALIA TAHUN 2013

Panen Raya Padi Tahun 2013 Oleh Presiden RI Karawang, 16 April 2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia

Gerakan Tanam Padi Tahun 2013 Pulau Sumbawa( NTB), 3 – 4 Juni 2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia

Panen Jagung Pipilan Kering Dalam Program SL-PTT Kabupaten Serang, 31 agustus 2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia

Panen Raya Padi Sawah Lembor Manggarai Barat (NTT), 10 – 13 Oktober 2013

Laporan Tahunan 2013

Direktorat Budidaya Serealia

Gerakan Tanam Padi Serempak dan Percepatan Tanam Mataram, 28 Desember 2013