LAPORAN PRAKTIKUM UJI KUALITATIF PROTEIN METODE PENGENDAPAN ALKOHOL
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM UJI KUALITATIF PROTEIN METODE PENGENDAPAN ALKOHOL
UJI KUALITATIF PROTEIN METODE ALKOHOL
OLEH
NAMA : HASRAH
NIM : G31113005
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : DEWI SARTIKA
MONOARFA
LABORATORIUM KIMIA ANALISA DAN PENGAWASAN MUTU PANGANPROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Protein merupakan zat yang sangat penting bagi tubuh
manusia karena berfungsi sebagai bahan bakar bagi tubuh
apabila keperluan energi dalam tubuh tidak terpenuhi oleh
senyawa organik lain seperti karbohidrat dan lemak. Di
samping itu, protein juga berfungsi sebagai zat pengatur
proses dalam tubuh. Protein mengatur keseimbangan cairan
dalam jaringan dan pembuluh darah.
Setiap bahan pangan mengandung kadar protein yang
berbeda-beda tergantung pada jenis bahan pangan tersebut.
Terdapat beberapa bahan pangan yang mengandung kadar protein
yang tinggi dan bahan pangan yang mengandung kadar protein
yang rendah. Untuk mengetahui apakah bahan pangan tersebut
mengandung protein serta berapa jumlah protein yang dikandung
bahan pangan tersebut dilakukan pengujian kadar protein
terhadap suatu bahan.
Pengujian kadar protein suatu bahan pangan, dapat
dilakukan dengan dua pengujian. Salah satunya adalah dengan
uji kualitatif protein yang berguna untuk mengidentifikasi
ada atau tidaknya protein. Pengujian kualitatif ini dapat
dilakukan dengan berbagai metode salah satunya dengan
pengendapan alkohol. Untuk mengetahui kandungan protein pada
suatu bahan pangan, maka dilakukanlah praktikum ini dengan
menggunakan metode pengendapan alkohol.
I.2. Tujuan dan Kegunaan
Praktikum uji kualitatif protein ini dilakukan untuk
memperoleh tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui prinsip pengujian protein dengan metode
pengendapan alkohol.
2. Untuk mengetahui kandungan protein berdasarkan uji
kualitatif
Kegunaan yang dapat diperoleh dari praktikum uji
kualitatif kandungan protein ini selain dari untuk mengetahui
prinsip dari pengujian kadar protein dengan menggunakan
metode pengendapan alkohol, praktikum ini berguna sebagai
dasar pengetahuan praktikan mengenai uji kualitatif protein
agar kedepannya saat praktikan ingin melakukan suatu
penelitian, praktikan sudah mampu mengaplikasikan bagaimana
cara melakukan uji kualitatif protein terhadap suatu bahan
pangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Telur Ayam Kampung
Telur ayam kampung merupakan salah satu bahan makanan
yang dihasilkan dari ternak ayam kampung. Berbentuk bulat
sampai lonjong dengan berat yang relative lebih kecil dari
telur ayam negeri yaitu sekitar 36-37 gram setiap butirnya
dengan warna cangkang/kulitnya putih. Cangkang/kulit telur
ayam kampung berwarna lebih terang, sedangkan kuning telurnya
berwarna lebih kuning (kuning keemasan/orange) bila
dibandingkan dengan telur ayam negeri (Septiani, 2014).
Telur Ayam Kampung mengandung energi sebesar 196 kkal,
protein 13 gram, karbohidrat 0,8 gram, lemak 15,3 gram,
kalsium 67 miligram, fosfor 334 miligram, dan
zat besi 3,3 miligram. Selain itu di dalam telur ayam kampung
juga terkandung vitamin A sebanyak 213 IU, vitamin B1 0,31
mg. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap
100 gr Telur Ayam Kampung, dengan jumlah yang dapat dimakan
sebanyak 87 % (Anonim, 2012).
II.2. Susu Murni
Susu murni adalah cairan yang disekresikan oleh kelenjar
ambing, berfungsi utama sebagai nutrisi yang kompleks untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi manusia atau hewan yang
baru lahir karena zat gizi yang dikandung sangat lengkap
dengan perbandingan sempurna seperti karbohidrat, lemak susu,
protein dari asam amino, mineral, dan vitamin. Komposisi susu
terdiri dariair (87.20%), protein (3.50%), lemak (3.70%),
abu (0.70%), bahan kering (12.80%), dan laktosa (4.90).
Karbohidrat susu sapi terdiri dari laktosa yaitu 5% dan
hampir konsisten pada semua breed sapi. Protein susu
sebagian besar terdiri dari kasein yaitu 8085%, jika pH susu
menurun menjadi 4.6 maka kasein akan berubah menjadi lapisan
endapan, bagian cairan endapan tersebut disebut whey.
Kandungan lemak pada susu yaitu 3.5-5% dan bervariasi pada
setiap breed serta sebagian besar terdiri dari trigliserida
(Jay, 2005).
II.3. Telur Puyuh
Bentuk telur puyuh adalah bulat telur menyerupai bentuk
telur ayam. Ukurannya jauh lebih kecil yaitu 8-11 gram/butir
atau seperlima dari telur ayam ras. Kulit atau cangkang telur
puyuh adalah tipis, dan berwarna campuran berbagai macam.
Biasanya berlatar belakang warna putih sampai krem dengan
bercak-bercak cokelat, hitam, biru
atau campuran dari warna-warna itu. Perbandingan cangkang
dan isinya termasuk
besar yaitu 20,7%. Perbandingan bagian kuning dan putih telur
mirip dengan telur
ayam ras (Anonim, 2012).
Kandungan gizi per 100 gram telur puyuh menurut database
United States Department of Agriculture adalah sebagai
berikut:
Tabel 09. Kandungan gizi per 100 gram telur puyuhZat gizi Komposisi
Energi (kkal) 158Protein (g) 13,05Total lemak (g) 11,09Karbohidrat (g) 0,41Kalsium/Ca (mg) 64Bes/Fe (mg) 3,65Magnesium/Mg (mg) 13Fosfor/P (mg) 226Kalium/K (mg) 132Natrium/Na (mg) 141Seng/Zn (mg) 1,47Tembaga/Cu (mg) 0,062Mangan/Mn (mg) 0,038Selenium/Se (mkg) 32,0Thiamin (mg) 0,069Riboflavin (mg) 0,478Vitamin B6 (mg) 0,143
Kolin (mg) 263,4Vitamin B12 (mkg) 1,58Vitamin A (IU) 543Vitamin E (mg) 1,08Vitamin K (mkg) 0,3Kolesterol (mg) 844Lutein+zeaksantin(mkg)
369
Sumber: USDA, 2007.
II.4. Susu Kedalai
Susu Kedelai adalah bahan makanan serta minuman yang
biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Susu Kedelai
mengandung energi sebesar 41 kkal, protein 3,5 gr,
karbohidrat 5 gr, lemak 2,5 gr, kalsium 50 mg, fosfor 45 mg,
dan zat besi 1 mg. Selain itu di dalam Susu Kedelai juga
terkandung vitamin A sebanyak 200 IU, vitamin B1 0,08 mg
dan vitamin C 2 mg. Hasil tersebut didapat dari melakukan
penelitian terhadap 100 gr Susu Kedelai, dengan jumlah yang
dapat dimakan sebanyak 100 % (Organisasi, 2012).
II.5. Bonggol nanas
Pada umumnya buah nanas memiliki bagian-bagian yang
bersifat buangan, bagian-bagian tersebut antara lain daun,
kulit luar, mata dan hati (bonggol). Pada bagian kulit
merupakan bagian terluar, memiliki tekstur yang tidak rata,
dan banyak terdapat duri
kecil pada permukaannya. Bagian mata memiliki bentuk yang
agak rata dan banyak terdapat lubang-lubang kecil menyerupai
mata. Bagian terakhir yang juga merupakan bahan buangan
adalah bonggol yaitu bagian tengah dari buah nanas, memiliki
bentuk memanjang sepanjangbuah nanas, memiliki tekstur yang
agak keras dan rasanya agak manis (Tahir, 2008).
Menurut Wirakusumah (2000), kandungan gizi dalam 100
gram buah nanas adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Kandungan gizi dalam 100 gram buah nanas.NO Komposisi Jumlah1 Kalori (kal) 50,002 Protein ( g ) 0,403 Lemak ( g ) 0,204 Karbohidrat (g) 13,005 Kalsium (mg) 19,006 Fosfor (mg) 9,007 Serat (g) 0,408 Besi (g) 0,209 Vitamin A (IU) 20,0010 Vitamin B1 (mg) 0,0811 Vitamin B2 (mg) 0,0412 Vitamin C (mg) 20,0013 Niacin (g) 0,20
Sumber : Wirakusumah, 2000.
II.6. Protein
Protein merupakan polimer alami yang terdiri atas
sejumlah unit asam amino
yang berikatan satu dengan lainnya melalui ikatan peptida.
Protein berbeda
dengan makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein
berperan penting
dalam pembentukan biomolekul dibandingkan sumber energi.
Keistimewaan lain
dari protein adalah strukturnya yang mengandung senyawa lain
selain C, H, O, N seperti S, P, dan Fe (Rachmaniar 1996).
Sebagian besar molekul protein menampakkan aktifitas
biloginya pada kisaran pH dan suhu tertentu.Pada PH dan suhu
tinggi maka protein glogular mengalami perubahan fisik yang
dinamakan denaturasi.Salah satu sifat yang tampak adalah
kelarutan yang menurun. Pembentukan gumpalan putih pada
bagian telur yang putih merupakan salah satu contoh proses
denaturasi. Struktur primer protein diatas tidak mengalami
perubahan. secara umum denaturasi adalah peristiwa
penyimpanan dari sifat alamiah senyawa yang
bersangkutan,dalam hal ini adalah protein.Telah diketahui
bahwa kemantapan struktur sekunder pada protein terletak pada
keutuhan ikatan H antara C = O dan – NH-.
Putusnya ikatan tersebut dapat menyebabkan protein yang
bersangkutan mengalami denaturasi (Soeharsono: 48).
Menurut Anonim (2011) terjadinya denaturasi pada protein
ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor dibawah ini:
a. Pengaruh pemanasan : Pemberian panas pada pengolahan
protein harus memperhatikan pemanasan yang menyebabkan
protein terdenaturasi. Protein yang dipanaskan di atas
800OC umumnya akan mengalami denaturasi.
b. Pengaruh asam : Adanya ion H+ menyebabkan sebagian
jembatan atau ikatan peptida putus. Ion H+ akan bereaksi
dengan gugus COO– membentuk COOH sedangkan sisanya (asam)
akan berikatan dengan gugus amino membentuk ikatan,
sehingga apabila larutan peptida dalam keadaan isoelektris
diberi asam akan menyebabkan bertambahnya gugus bermuatan
yang membentuk afinitas terhadap air dan kelarutan air
meningkat meskipun meskipun tidak selamanya begitu.
c. Pengaruh basa : Penambahan basa misalnya KOH atau NaOH
dapat menyebabkan denaturasi. Hal ini karena terjadi
pemecahan ikatan peptida baik sebagian atau keseluruhan.
Ion OH akan bereaksi dengan gugus amino.
d. Pengaruh garam : Kation dan anion akan memecah ikatan
peptida. Pemberian NaCl dalam jumlah kecil akan
meningkatkan kelarutan protein dan sebaliknya akan
mengendapkan protein jika penambahan berlebihan.
Sifat Protein menurut Yazid (2006) adalah sebagai
berikut:
1. Denaturasi
Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-
pengaruh fisik dari zat kimia, maka mudah mengalami perubahan
bentuk. Perubahan atau modifikasi pada struktur molekul
protein disebut dengan denaturasi. Hal-hal yang menyebabkan
terjadinya denaturasi adalah panas, pH, tekanan, aliran
listrik, dan adanya bahan kimia seperti urea, alkohol, dan
sabun. Temperatur merupakan titik tengah dari proses
denaturasi yang disebut dengan melting temperature (Tm) yang pada
umumnya protein mempunyai nilai Tm
kurang dari 100ºC, apabila diatas suhu Tm, maka protein akan
mengalami denaturasi. Protein yang mengalami denaturasi akan
menurunkan aktivitas biologinya dan berkurang kelarutannya,
sehingga mudah mengendap.
2. Ion zwiter dan pH isoelektrik
Larutan asam amino dalam air mempunyai muatan positif
maupun negatif sehingga asam amino disebut ion zwiter. Setiap
jenis protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang
disebut pH isoelektrik berkisar 4-4,5. Pada pH isoelektrik
molekul protein mempunyai muatan positif dan negatif yang
sama, sehingga saling menetralkan atau bermuatan nol. Pada
titik isoelektrik, protein akan mengalami pengendapan
(koagulasi) paling cepat
3. Sifat amfoter
Sifat ini timbul karena adanya gugus amino (-NH2) yang
bersifat basa dan gugus karboksil (-COOH) yang bersifat asam
yang terdapat pada molekul protein pada ujung-ujung
rantainya, maka dengan larutan asam atau pH rendah, gugus
amino pada protein akan bereaksi dengan ion H+, sehingga
protein bermuatan positif, sebaliknya dalam larutan basa
gugus karboksilat bereaksi dengan ion OH-, sehingga protein
bersifat negatif. Adanya muatan pada molekul protein
menyebabkan protein bergerak dibawah pengaruh medan listrik.
Berdasarkan kelarutannya dalam air atau pelarut lain,
protein digolongkan atas beberapa golongan (Winarno, 1991),
yaitu:
1. Albumin: larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas.
Contohnya adalah ovalbamin (dalam telur), seralbumin
(dalam serum), laktalbumin (dalam susu).
2. Skleroprotein: tidak larut dalam pelarut encer, baik
larutan garam, asam, basa, dan alkohol. Contohnya kolagen
(pada tulang rawan), miosin (pada otot), keratin (pada
rambut).
3. Globulin: tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas.
Larut dalam larutan garam encer, dan dapat mengendap dalam
larutan garam konsentrasi tinggi (salting out). Contohnya
adalah miosinogen (dalam otot), ovoglobulin (dalam kuning
telur), legumin (dalam kacang-kacangan).
4. Glutelin: tidak larut dalam pelarut netral, tetapi larut
dalam asam atau basa encer. Contonya adalah glutelin
(dalam gandum), orizenin (dalam beras).
5. Prolamin (gliadin): larut dalam alkohol 70-80% dan tidak
larut dalam air maupun alkohol absolut. Contohnya adalah
prolamin (dalam gandum), gliadin (dalam jagung), zein
(dalam jagung).
6. Protamin: larut dalam air dan tidak terkoagulasi dalam
panas.
7. Histon: larut dalam air dan tidak larut dalam amonia
encer, dapat mengendap dalam pelarut protein lainnya, dan
apabila terkoagulasi oleh panas dapat larut kembali dalam
asam encer. Contohnya adalah globin (dalam hemoglobin).
II.7. Uji Protein Metode Pengendapan Alkohol
Pengendapan protein dilakukan dengan denaturasi protein.
Denaturasi dapat dilakukan akibat adanya perubahan pH,
temperature, dan penambahan senyawa kimia. Penambahan pelarut
organik akan menggantikan beberapa molekul air di sekitar
daerah hidrofob dari permukaan protein yang berasosiasi
dengan protein sehingga menurunkan konsentrasi air dalam
larutan. Dengan demikian kelarutan protein akan menurun dan
memungkinkan terjadinya pengendapan (Muslim,
2010).Penentuan protein metode pengendapan alkohol adalah
kompetisi pembentukan antara protein-air dengan alkohol-
air.Alkohol dapat mengendapkan protein karena gugus
fungsional dari alkohol lebih kuat mengikat air sehingga
kelarutan protein dalam ar berkurang. Pada protein
ujung C asam amino yang terbuka dapat bereaksi dengan alkohol
dalam suasana asam membentuk senyawa protein ester.
Pembentukan ester ini ditunjukan oleh adanya endapan yang
terbentuk (Rismaka, 2009).
II.8. NaOH (Natrium Hidroksida)
Natrium hidroksida dikenal sebagai soda kaustik, soda
api, atau sodium hidroksida adalah sejenis basa logam
kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa
Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida
membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke
dalam air. NaOH digunakan di berbagai macam bidang industri,
kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur
kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia
dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh
50% yang biasa disebut larutan Sorensen (Anonim, 2014).
Penambahan NaOH ke dalam larutan protein menyebabkan pH
larutan di atas pH isoelektrik sehingga kelarutan protein
dalam air meningkat dan larutan tetap bening. Ketika
ditambahkan dengan etanol, larutan tetap bening. Hal ini
terjadi karena molekul-molekul protein yang kelarutanya telah
meningkat akibat penambahan basa tidak kalah bersaing dengan
gugus –OH dari etanol untuk mengikat air, sehingga molekul
protein tidak mengendap dan larutan tetap bening (Fredrica,
2012).
II.9. HCl (Asam Klorida)
Larutan asam klorida atau yang biasa kita kenal dengan
larutan HCl dalam air, adalah cairan kimia yang sangat
korosif dan berbau menyengat. HCl termasuk bahan kimia
berbahaya atau B3. Di dalam tubuh HCl diproduksi dalam perut
dan secara alami
membantu menghancurkan bahan makanan yang masuk ke dalam
usus. Asam klorida digunakan pada industri logam untuk
menghilangkan karat atau kerak besi oksida dari besi
atau baja (Anonim, 2009).
Penambahan larutan HCl ini menyebabkan larutan protein
mengendap. Mengendapnya larutan protein ini disebabkan karena
setelah ditambahkan dengan larutan HCl, pH larutan protein
berada di bawah titik isoelektrik. Pada keadaan ini kelarutan
protein berada pada titik minimumnya, sehingga dengan
penambahan asam kuat membuat larutan protein semakin cepat
mengendap karena kelarutannya dalam air sangat berkurang.
Ketika ditambahkan dengan etanol, larutan protein semakin
banyak yang mengendap. Hal ini terjadi karena gugus –OH dari
etanol lebih mudah terhidrasi daripada molekul protein,
sehingga kelarutan protein dalam air berkurang (Tarsana,
2010).
II.10. Alkohol
Alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu
hidrogennya diganti oleh rantai atau cincin hidrokarbon.
Sifat fisis alkohol, alkohol mempunyai titik didih yang
tinggi dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C nya
sama. Hal ini disebabkan antara molekul alkohol membentuk
ikatan hidrogen. Rumus umum alkohol R – OH, dengan R adalah
suatu alkil baik alifatis maupun siklik. Dalam alkohol,
semakin banyak cabang semakin rendah titik didihnya.
Sedangkan dalam air, metanol, etanol, propanol mudah larut
dan hanya butanol yang sedikit larut. Alkohol dapat berupa
cairan encer dan mudah bercampur dengan air dalam segala
perbandingan (Brady, 1999).
Pengendapan protein dengan alkohol adalah kompetisi
pembentukan ikatan antara protein-air dengan alkohol-air.
Alkohol dapat mengendapkan protein karena gugus fungsional
dari alkohol lebih kuat mengikat air melalui pembentukan
ikatan hidrogen dibandingkan dengan molekul protein sehingga
kelarutan protein dalam air berkurang. Alkohol juga mampu
merusak ikatan hidrogen di antara gugus amida yang terdapat
dalam struktur sekunder protein sehingga protein kehilangan
air (terhidratasi) dan akhirnya mengendap (Awan, 2012).
Pada uji pengendapan oleh alkohol, hanya tabung-tabung
yang mengandung asam (ber-pH rendah) yang menunjukkan
pengendapan protein. Pada protein, ujung C asam amino yang
terbuka dapat bereaksi dengan alkohol dalam suasana asam
membentuk senyawa protein ester. Pembentukan ester ini
ditunjukkan oleh adanya endapan
yang terbentuk. Protein akan terdenaturasi atau mengendap
bila berada pada titik isolistriknya, yaitu pH dimana jumlah
muatan positif sama dengan jumlah muatan negatifnya (Diya,
2012).
Pengendapan protein penting dalam rangka memisahkan
protein dari larutan. Penambahan asam atau basa mengakibatkan
perubahan pH sehingga ikatan-ikatan ionik menjadi terputus.
Putusnya ikatan-ikatan ionik tersebut menjadikan albumin
kehilangan daya larutnya. Selain itu, putusnya ikatan ionik
juga mengakibatkan hilangnya daya ikat air atau (Water
Holding Capacity) protein, dari akibat-akibat tersebut maka
protein akan terpisah dari pelarutnya (mengendap) (Busyro,
2011).
Protein juga ada yang bersifat amfoter, artinya protein
tersebut dapat bereaksi dalam asam maupun basa. Dalam asam
akan bersifat basa dan sebaliknya dalam basa
akan bersifat asam. Jika putih telur diuji dengan uji
pengeruh asam dan basa kuat,
maka beberapa asam akan membentuk gumpalan dan ada yang
membentuk
endapan (Marzuki, 2012).
II.11. Buffer
Buffer adalah larutan yang digunakan untuk
mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah
selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan
penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan
pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat. Penambahan buffer
asetat pada suatu asam kuat atau basa kuat menyebabkan
timbulnya endapan. Endapan yang terbentuk mengindikasikan
terjadinya denaturasi protein. Denaturasi ini disebabkan
karena buffer asetat sangat kuat mempertahankan pHnya pada pH
4 sehingga dapat merusak keseimbangan switer ion ke kondisi
asam di bawah titik isoelektrik. Perubahan struktur yang
diakibatkan proses denaturasi adalah perubahan konfigurasi
protein α-heliks menjadi memanjang. Hal ini disebabkan karena
rusaknya ikatan hidrogen dan ikatan nonpolar yang terjadi
pada struktur berlipat dari protein (Setyowuri, 2010).
Pada uji pengendapan protein oleh alkohol endapan yang
paling banyak dihasilkan oleh buffer asetat, buffer asetat
menghasilkan endapan yang paling banyak karena memiliki pH
4,7 yang sama dengan pH isolistrik albumin (4,55-4,90). pH
isolistrik merupakan kondisi dimana muatan positif dan
negatifnya sama banyak. Dalam larutan asam (pH rendah), gugus
amino bereaksi dengan H+, sehingga protein bermuatan
positif. Sebaliknya, dalam larutan basa (pH tinggi) molekul
protein akan bereaksi sebagai
asam atau bermuatan negatif. Pada pH isolistrik muatan gugus
amino dan karboksil bebas akan saling menetralkan sehingga
molekul bermuatan nol (Winarno, 2002).
III. METODE PRAKTIKUM
III.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium tentang Uji Kadar
Protein
Metode Pengendapan Alkohol dilaksanakan pada hari Rabu, 05
November 2014,
pukul 08.00-12.00 WITA di Laboratorium Kimia Analisa dan
Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi
Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
III.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut:
- tabung reaksi
- pipet volume
- wadah
- rak tabung reaksi
- batang pengaduk
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut:
- telur ayam kampung - alumunium foil
- telur puyuh - larutan HCl 0,2 M
- susu murni - larutan NaOH 0,2 M
- susu kedelai - larutan buffer pH
4
- bonggol nanas - alkohol 96%
III.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja praktikum uji kualitatif proteini ini
adalah sebagai berikut:
1. Bahan disiapkan, kemudian disiapkan pula 3 tabung reaksi,
dimana:
a. Tabung reaksi 1 : dimaksukkan 1 mL putih telur + 1 Ml
HCl 0,2 M
b. Tabung reaksi 1 : dimaksukkan 1 mL putih telur + 1 Ml
NaOH 0,2 M
c. Tabung reaksi 1 : dimaksukkan 1 mL putih telur + 1 Ml
buffer pH 4
2. Diamati perubahan yang terjadi
3. Setiap tabung reaksi yang telah ditambahkan dengan larutan
HCl 0,2 M, NaOH 0,2 M, dan buffer pH 4 masing-masing
ditambahkan dengan 1 mL alkohol 96%.
4. Diamati perubahan yang terjadi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Hasil yang diperolah dari praktikum Uji Kualitatif
Protein adalah sebagai berikut:
Tabel 11. Hasil pengamatan uji kualitatif protein
No Bahan (+) HCl (+) NaOH(+)
BufferpH 4
1 telur ayam kampung Mengendap Menggumpal Mengendap
2 susu murni endapansedikit
tidakberubah
Endapan banyak
3 telur puyuh endapansedikit
Tidak adaendapan
endapanbanyak
4 susu kedelai agak keruh Tidakberubah
Endapan sedikit
5 bonggol nanas agak keruh sedikitendapan
agakkeruh
Sumber: Data primer praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium,
2014.
Tabel 12. Hasil pengamatan uji kualitatif protein penambahanalkohol
No Bahan HCl +alkohol
NaOH +alkohol
Buffer +
alkohol
1 telur ayam kampung Mengendap Menggumpal Endapan
banyak
2 susu murni EndapanBertambah
Tidakberubah
Endapanbertamah
3 telur puyuhendapanputih &
menggumpalmenggumpal
endapanputih
seutuhnya
4 susu kedelai EndapanSedikit
Tidakberubah
Endapanbanyak
5 bonggol nanas EndapanSedikti
endapanbertambah
Terbentukendapan
Sumber: Data primer praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium,
2014.
IV.2. Pembahasan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah telur
ayam kampung.
Telur ayam kampung merupakan bahan makanan yang dihasilkan
dari ternak ayam kampung dan merupakan makanan dengan yang
menjadi sumber protein dengan
jenis protein yaitu albumin. Protein yang terkandung dalam
tiap 100 gr telur ayam
adalah 13 gr, karbohidrat 0,8 gr, lemak 15,3 gr dan kalsium
67 mg. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim (2012) yang
menyatakan bahwa telur Ayam Kampung mengandung energi sebesar
196 kilokalori, protein 13 gr, karbohidrat 0,8 gr, lemak 15,3
gr, kalsium 67 mg, fosfor 334 mg, dan zat besi 3,3 mg.
Telur ayam kampung diambil putihnya sebanyak 1 mL dan
ditambahkan dengan larutan HCl 0,2 M, dari perlakuan
tersebut, terjadi pengendapan. Pengendapan disebabkan karena
sifat asam dari HCl yang pH nya rendah (dibawah titik
isoelektrik) mengubah pH pada albumin sehingga ikatan-ikatan
ioniknya putus dan menjadikan albumin berada pada titik
minimumnya (titik terendah dalam dimana kelarutan protein
berkurang) sehingga membuat protein terpisah dari pelarutnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Busyro (2011) yang
menyatakan bahwa penambahan asam atau basa mengakibatkan
perubahan pH sehingga ikatan-ikatan ionik menjadi terputus.
Putusnya ikatan-ikatan ionik tersebut menjadikan albumin
kehilangan daya larutnya. Selain itu, putusnya ikatan ionik
juga mengakibatkan hilangnya daya ikat air atau (Water
Holding Capacity) protein, dari akibat-akibat tersebut maka
protein akan terpisah dari pelarutnya (mengendap) dan
didukung oleh pernyataan Tarsana (2010) bahwa, mengendapnya
larutan protein ini disebabkan karena setelah ditambahkan
dengan larutan HCl, pH larutan protein berada di bawah titik
isoelektrik.
Telur ayam kampung yang telah ditambahkan dengan HCl 0,2
M ditambahkan alkohol 96% dan hasilnya ialah adanya endapan
dan gumpalan. Endapan pada penambahan alkohol ini lebih
banyak Hal ini disebabkan karena larutan HCl yang bersifat
asam bereaksi dengan alkohol. Pada uji pengendapan alkohol,
larutan yang bersifat asam menunjukkan adanya pengendapan
protein karena ujung C asam amino terbuka sehingga dapat
bereaksi dengan alkohol dalam suasana asam dan akan membentuk
senyawa protein ester. Pembentukan ester ditunjukkan dari
terbentuknya endapan. Hal ini sesuai dengan Pernyataan Diya
(2012) yang menyatakan bahwa hanya tabung-tabung yang
mengandung asam (ber-pH rendah) yang menunjukkan pengendapan
protein. Pada protein, ujung C asam amino yang terbuka dapat
bereaksi dengan alkohol dalam suasana asam membentuk senyawa
protein ester. Pembentukan ester ini ditunjukkan oleh adanya
endapan yang terbentuk.
NaOH merupakan larutan yang bersifat basa. Pada
praktikum ini, telur ayam kampung sebanyak 1 mL yang yang
telah dimasukkan kedalam tabung reaksi ditambahkan dengan
larutan NaOH 0,2 M sebanyak 1 mL. Penambahan NaOH ini
bereaksi dengan adanya penggumpalan. Penggumpalan ini terjadi
karena NaOH yang merupakan larutan basa dengan pH di atas pH
isoelektrik albumin. Pada keadaan ini, basa memutuskan
jembatan garam pada struktur tersier protein dan terjadi
pemecahan ikatan peptida sehingga ion OH bereaksi dengan
gugus amino dengan terjadi penggumpalan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Anonim (2011) yang menyatakan bahawa
penambahan
basa misalnya KOH atau NaOH dapat menyebabkan denaturasi. Hal
ini karena terjadi pemecahan ikatan peptida baik sebagian
atau keseluruhan. Ion OH akan bereaksi dengan gugus amino.
Telur ayam kampung sebanyak 1 mL yang yang telah
dimasukkan
ke dalam tabung reaksi, ditambah dengan 1 mL larutan NaOH 0,2
M dan kemudian ditambah dengan 1 mL alkohol 96% bereaksi
dengan adanya gumpalan dan tidak
ada endapan. Hal ini disebabkan karena reagen yang mengandung
asam lah yang
akan menunjukkan adanya pengendapan protein dimana NaOH ini
merupakan reagen
yang bersifat basa. Dan pada keadaan ini, molekul-molekul
protein yang kelarutanya
telah meningkat akibat penambahan basa bersaing dengan gugus
OH dari etanol untuk mengikat air tapi gugus OH dari NaOH
lebih kuat dari gugus OH etanol sehingga
pada kondusi basa alkohol tidak akan mengendapkan protein.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Diya (2012) yang menyatakan
bahwa pada uji pengendapan oleh alkohol, hanya tabung-tabung
yang mengandung asam (ber-pH rendah) yang menunjukkan
pengendapan protein dan didukung oleh pernyataan Fredrica
(2012) bahwa Penambahan NaOH ke dalam larutan protein
menyebabkan pH larutan di atas pH isoelektrik sehingga
kelarutan protein dalam air meningkat dan larutan tetap
bening. Ketika ditambahkan dengan etanol, larutan tetap
bening. Hal ini terjadi karena molekul-molekul protein yang
kelarutanya telah meningkat akibat penambahan basa tidak
kalah bersaing dengan gugus –OH dari etanol untuk mengikat
air, sehingga molekul protein tidak mengendap dan larutan
tetap bening.
Telur ayam yang diambil sebanyak 1 mL ditambahkan dengan
larutan buffer pH 4, pada saat ditambahkan terjadi endapan.
Endapan disebabkan karena pH buffer yang digunakan berada
pada titik isoelektrik protein yaitu pada pH 4-4,5 dimana
pada pH tersebut, molekul protein mempunyai muatan positif
dan negatif yang sama dan saling menetralkan sehingga
mengalami pengendapan dengan cepat. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Yazid (2006) yang menyatakan bahwa Setiap jenis
protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang disebut pH
isoelektrik berkisar 4-4,5. Pada pH isoelektrik molekul
protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama,
sehingga saling menetralkan atau bermuatan nol. Pada titik
isoelektrik, protein akan mengalami pengendapan (koagulasi)
paling cepat.
Larutan putih telur yang telah ditetesi dengan buffer pH
4, ditambahkan dengan alkohol. Dari penambahan alkohol,
terjadi pengendapan namun endapan yang didapatkan lebih
banyak. Dari semua larutan yang ditambahkan dengan alkohol,
larutan buffer pH 4 adalah yang paling banyak endapannya
karena pH nya berada pada titik isoelektrik albumin. Dimana
pada keadaan ini pH isolistrik muatan gugus amino dan
karboksil bebas akan saling menetralkan sehingga molekul
bermuatan nol dan membentuk endapan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Winarno (2002) yang menyatakan bahwa pada uji
pengendapan protein oleh alkohol endapan yang paling banyak
dihasilkan oleh buffer asetat, buffer asetat menghasilkan
endapan yang paling banyak karena memiliki pH 4,7 yang sama
dengan pH isolistrik albumin (4,55-4,90). pH isolistrik
merupakan kondisi dimana muatan positif dan negatifnya sama
banyak. Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi
dengan H+, sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya,
dalam larutan
basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi sebagai asam
atau bermuatan negatif. Pada pH isolistrik muatan gugus amino
dan karboksil bebas akan saling menetralkan sehingga molekul
bermuatan nol
V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum uji kualitatif
protein ini adalah sebagai berikut:
1. Prinsip uji kualitatif kadar protein dengan metode
pengendapan alkohol adalah Pengendapan dengan alkohol
menyebabkan penurunan kelarutan protein akibat penambahan
pelarut organik.
2. Berdasarkan uji kualitatif kandungan protein pada beberapa
bahan, telur puyuh adalah yang paling banyak mengandung
protein karena dari tiga larutan yang dicampurkan endapan
paling banyak terdapat pada putih telur puyuh.
V.2. Saran
Saran untuk para praktikan dalam melaksanakan praktikum
uji kualitatif protein dengan menggunakan metode pengendepan
alkohol adalah agar praktikan melakukan praktikum secara
hati-hati dan teliti agar tidak terjadi kesalahan saat
praktikum dan hasil yang didapat benar-benar akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Denaturasi Protein .http://bajilfarmasiumi.blogspot.com/2011/10/protein.html . Diakses tanggal 2 Desember 2014. Makassar
Anonim, 2012. Telur.http://www.ut.ac.id/html/suplemen/pang4313/telur.htm.Diakses pada tanggal 9 November 2014. Makassar.
Anonim. 2012. Isi Kandungan Gizi Telur AyamKampung.http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-telur-ayam-kampung-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html
Awan, Edy. 2012. Identifikasi Protein pada Albumin Telur.http://www.scribd.com/doc/90149445/Identifikasi-Protein-Pada- Albumin-Telur. Diakses pada tanggal 10 November2014. Makassar.
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta.
Buckle,K.A.,1987. Ilmu Pangan. Universitas IndonesiaPress.Jakarta.
Busyro. 2011. Laporan 5(Protein).http://muzhoffarbusyro.wordpress.com/teknologi-industri-pangan/laporan-praktikum-mikrobiologi-pangan-i/laporan-praktikum-kimia-pangan/laporan-5-protein/.Diakses pada tanggal 9 November 2014. Makassar.
Diya. 2012. Pembahasan Identifikasi Protein.http://www.scribd.com/doc/83477349/Pembahasan-Identifikasi- Protein. Diakses padatanggal 9 November 2014. Makassar.
Fredrica, Debrina. 2012. Biokimia: Protein. http://bio-protein.blogspot.com/2012/12/nama-debrina-fredrica-npm-211111166_9.html.Diakses pada hari Rabu tanggal 18 November 2014.Makassar
Hadiyanti, Meilina Rizky. 2011. Analisis Protein. http://mel-rizky.blogspot.com/2011/11/analisis-protein.html. Diakses pada tanggal 17Oktober 2012. Makassar.
Marzuki, Latifah Zahro. 2012. Laporan Praktikum KimiaAnalisa Kualitatif Protein Dalam Putih Telur Itik.http://latifahzahrohmarzuki.blogspot.com/. Diakses padatanggal 10 November 2014. Makassar.
Muslim, Wahyuew. 2010. Resipitasi Plasma Protein Untuk UjiFarmakokinetik.http://farmasi07itb.wordpress.com/2010/03/13/presipitasi-plasmaprotein-untuk-uji-farmakokinetik/. Diakses padatanggal 10 November 2014. Makassar.
Rismaka. 2009. Uji Kualitatif Protein dan AsamAmino.http://www.rismaka.net/2009/06/uji-kualitatif-protein-dan- asam-amino.html.Diakses pada tanggal 8 November 2014. Makassar.
Sudaryani, T. 1996. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.Tahir, Iqmal, Sri Sumarsih, Shinta Dwi Astuti. 2008. Kajian
Penggunaan Limbah Buah Nenas Lokal (Ananas Comosus, L)Sebagai Bahan Baku Pembuatan Nata. Makalah Seminar NasionalKimia XVIII, Jurusan Kimia FMIPA UGM.