LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF UNIVERSITAS ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF UNIVERSITAS ...
LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF
UNIVERSITAS NASIONAL
UJI BEBERAPA PARAMETER BAKU MUTU FORMULA SIRUP
SARI BUAH WORTEL (Daucus Carota L) dan TOMAT
(Solanum lycopersicum) UNTUK MENINGKATKAN NILAI
TAMBAH KOMODITAS LOKAL
TIM PENELITI :
IR. FARIDA, MM
IR. YENISBAR, M.Si
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NASIONAL
2021
DIBIAYAI OLEH UNIVERSITAS NASIONAL
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Uji Beberapa Parameter Baku Mutu Formula Sirup Sari Buah Wortel
(Daucus Carota L) Dan Tomat (Solanum Lycopersicum) untuk
Meningkatkan Nilai Tambah Komoditas Lokal
1. Ketua Tim Peneliti
Nama : FARIDA
NID : 0101920387
Jabatan/Golongan : Lektor
Jurusan/Fakultas : Agroteknologi/Pertanian
Perguruan Tinggi : Universitas Nasional
Bidang Keahlian : Agribisnis
Alamat Kantor/Telpon/Faks/e-mail : Jalan Sawo Manila, No 61, Pejaten
Pasar Minggu Jakarta Selatan
Alamat Rumah/Telpon/Faks/e-mail : Pondok Bambu Kuning Blok F1/23
Bojong Gede,Bogor
08129018661/[email protected]
2. Anggota Tim Pengusul
Nama Anggota/Bidang Keahlian :Ir. Yenisbar, M.Si / Agroteknologi
3. Jangka waktu Pelaksanaan : 1 (satu) tahun
8. Biaya Total : Rp. 15.000.000,-
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Ir. I.G.S. Sukartono, M.Agr
NID. 0103890273
Jakarta, Agustus 2021
Ketua Tim Pelaksana
Ir. F a r i d a, MM
NID. 0101920387
Menyetujui
Wakil Rektor Bidang PPMK
Prof. DR. Dra. Ernawati Sinaga, MS. Apt
NIP. 19550731 198103 2 001
iii
ABSTRAKS
Desa Citeko merupakan desa potensial penghasil wotel di Cisarua, desa ini telah
mampu memperoduksi benih jenis lokal yang memiliki kualitas baik dengan ciri-ciri
warna wortel lebih merah, tidak bercabang, lebih lurus dan panjang. Pengolahan wortel
menjadi sirup memiliki prospek yang cerah karena rasanya khas dan penampilan warna
alami dari wortel sangat menarik. Usaha pengolahan wortel menjadi sirup sari buah
sudah lama dilakukan namun usaha ini belum berkembang karena teknologi yang
digunakan masih sederhana dan pemasaran yang masih terbatas sehingga sirup sari buah
wortel dan tomat yang dihasilkan belum standar dengan kualitas yang rendah dan tidak
stabil secara kontinu. Penelitian ini bertujuan untuk mencari formula sirup sari buah
wortel dan tomat yang tepat dengan konsentrasi gula yang sesuai dengan keinginan
konsumen. Formula terbaik akan dianalisis parameter baku mutu sirup sari wortel dan
tomat terhadap kadar air, kadar karbohidrat, kadar vitamin A , kadar vitamin E, dan
kadar vitamin C, kadar serat dan total padatan terlarut. Hasil ini diharapkan bisa
didiseminasikan pada kelompok usaha sirup wortel untuk meningkatkan kualitas
produk yang dihasilkan. Sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan volume
produksi produk. Penelitian ini akan menghasilkan target luaran sebagai berikut adalah
produk sirup wortel dengan kualitas unggul baik dari segi rasa dan kejernihan sirup.
Key word : sirup, wortel, tomat, nilai tambah
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah
dan ridhoNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini
dengan judul : Uji Beberapa Parameter Baku Mutu Formula Sirup Sari Buah Wortel
(Daucus Carota L) Dan Tomat (Solanum Lycopersicum) Untuk Meningkatkan
Nilai Tambah Komoditas Lokal.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Dra. Ernawati Sinaga, MS, Apt. selaku Warek Bidang PPM UNAS,
atas dukungan moril dan materil dan kemudahan yang diberikan sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.
2. Ir. Tri Waluyo, M.Agr, selalu Kepala Biro PPM UNAS atas dukungan baik
moril maupun meteriil dan kemudahan yang telah diberikan sehingga laporan
ini dapat kami selesaikan.
3. Ir. IGS Sukartono M.Agr, selaku Dekan Fakultas Pertanian atas segala
dukungan yang telah diberikan selama ini.
4. Teman-teman sejawat atas kerjasama yang baik sehingga proses penyelesaian
laporan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dapat diselesaikan dengan
baik.
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas bantuannya
baik langsung maupun tidak langsung sehingga proposal ini dapat kami
selesaikan dengan baik
Semoga proposal penelitian dapat disetujui dan dibiayai dari dana
penelitian Universitas Nasional. Mengingat penelitian sirup sari buah wortel
sangat diperlukan untuk membantu Gapoktan Bunga Wortel di Desa Citeko dalam
mencari formula yang tepat dari hasil olahan wortel.
Jakarta, September 2021
Ketua Peneliti
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................ ii
ABSTRAKS .................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................................iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar belakang .................................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................................ 4
1.4. Urgensi Penelitian .............................................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 6
2.1. Wortel (Daucus carota L.) .................................................................................. 6
2.2. Tomat (Solanum Lycopersicum) ........................................................................ 8
2.3. Formulasi Sirup dan Proses Pembuatannya ...................................................... 11
2.4. Faktor-Faktor Penting dalam Pembuatan Sirup ................................................ 13
2.4.1. Gula .......................................................................................................... 14
2.4.2. Pewarna ........................................................................................................ 15
III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 16
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................... 16
3.2. Bahan dan Alat ................................................................................................. 16
3.3. Metode Penelitian ............................................................................................. 16
3.3.1. Penelitian Pendahuluan ............................................................................ 17
3.3.2. Pelaksanaan Penelitian Pendahuluan ........................................................ 17
3.3.3. Penelitian Utama ...................................................................................... 18
3.4. Analisis Data .................................................................................................... 20
3.4.1. Analisis Kimia .......................................................................................... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 23
4.1. Sifat Fisikokimia Sirup Sari Wortel dan Tomat ................................................ 23
4.1.1. Total Padatan Terlarut .............................................................................. 23
4.1.2. Kadar β-karoten ....................................................................................... 25
4.1.3. Kadar Gula Total ...................................................................................... 26
4.1.4. pH Sirup Sari Wortel dan Tomat .............................................................. 28
4.1.5. Kadar Vitamin C Sirup Sari Wortel dan Tomat ...................................... 29
vi
4.2. Tingka Kesukaan Sirup Sari Wortel dan Tomat ............................................... 30
4.2.1. Warna Sirup Wortel dan Tomat ................................................................ 30
4.2.2. Aroma Sirup Wortel dan Tomat ............................................................... 31
4.2.3. Rasa Sirup Wortel dan Tomat.................................................................. 32
4.2.4. Total Kesukaan Sirup Wortel dan Tomat ............................................... 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 33
5.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 33
5.2. Saran ................................................................................................................ 33
VI. ANGGARAN BIAYA PENELITIAN .............................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 35
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Wortel (Daucus carrota L) dan tomat (Solanum Lycopersicum) adalah
sayuran dengan julukan asupan sehat bergizi sempurna, memiliki tektur dengan
kandungan utama air dan karbohidrat (Febrihantana, W. 2014). Wortel dan tomat
ttermasuk dalam deretan makanan dengan indeks glikemik rendah dan tidak
menyebabkan gula darah melonjak. Jenis sayuran merupakan penyumbang vitamin
A yang sangat potensial untuk menjaga kesehatan mata, selain itu kandungan
antioksidan berfungsi sebagai penangkal radikal bebas penyebab kanker.
Mengkonsumsi wortel secara tertatur dapat meningkatkan kekebalan tubuh,
menurunkan kadar kolesterol serta dapat mencegah risiko kanker (Kumalaningsih,
S. 2006).
Wortel dan tomat merupakan sayuran memiliki sifat mudah rusak hanya
mampu bertahan beberapa hari jika penyimpanan kurang bagus maka akan terjadi
pembusukan. Sayuran dengan kadar air yang tinggi mudah terserang jamur yang
mengakibatkan terjadinya percepatan pembusukan. Pada saat-saat tertentu terjadi
over produksi yang mengakibatkan terjadinya penurunan harga sehingga petani
mengalami kerugian karena tidak mampu menutup biaya produksi. Upaya untuk
mengurangi kerugian para petani di Desa Citeko secara berkelompok telah
melakukan inovasi-inovasi untuk mengolah wortel menjadi beberapa jenis produk,
dodol, kerupuk dan sirup. Pengolahan wortel menjadi sirup merupakan alternatif
bentuk produk dari wortel yang memiliki daya simpan yang lebih lama dibanding
sayuran segar dan harga jual bisa lebih tinggi. Pengolahan wortel menjadi produk
lain merupakan alternatif usaha bagi petani melalui diversifikasi produk olahan, hal
ini tentu memberi nilai tambah pada produk olahan wortel. Pengolahan wortel
menjadi sirup memiliki prospek yang cerah karena rasanya khas dan penampilan
warna alami dari wortel sangat menarik. Kelompok tani desa Citeko dan kelompok
wanita tani Citeko telah merintis usaha pengolahan makanan berbahan baku wortel.
Wortel dan tomat memiliki persamaan dan perbedaan dalam hal kandungan
phytokimia yang dominan. Tomat dikenal kaya akan alpha-tocopherol, vitamin C
2
dan lycophene yang baik untuk antikanker sedangkan wortel mengandung serat
yang tinggi, karotenoid, anthocyanin dan kombinasi unik dari tiga flavonoid.
Campuran tomat dan wortel yang akan dijadikan bahan baku sirup sari buah
memberikan efek yang saling melengkapi sehingga manfaat bagi tubuh akan lebih
baik. Oleh karena itu mengonsumsi rutin sayur dan buah dengan jenis yang beragam
akan membantu melengkapi nutrisi yang dibutuhkan tubuh sehingga akan
menyehatkan seluruh organ tubuh dan menjaga vitalitas. Diharapkan sirup sari
buah wortel dan tomat ini akan memberikan manfaat wortel dan tomat secara enak
dan praktis, dimana sirup sari buah ini akan diolah dari buah segar dan asli tanpa
menggunakan pengawet dan pemanis buatan karena diproses dengan teknologi
UHT (Ultra High Temperatur).
Sirup wortel dapat dijadikan minuman kesehatan melalui proses
pengolahan yang terstandarisasi sehingga produk memiliki nilai tambah. Untuk
saat ini sirup diproduksi sesuai pesanan dari instansi pemerintah maupun swasta.
Hasil pengamatan dan diskusi dengan kelompok tani terdapat beberapa hal yang
perlu dilakukan pembenahan yang menyangkut aspek teknis dan non teknis
(manajemen). Permasalahan yang teridentifikasi di lapangan, mitra belum memiliki
standar untuk penetapan rasa dan penampilan produk sirup yang dapat menarik
minat konsumen. Selain itu kemasan yang kurang menarik karena menggunakan
botol-botol bekas kemasan produk lain. Faktor lainnya ruang pengolahan yang
belum tertata dengan baik untuk mencegah terjadinya kontaminasi jamur terhadap
produk olahan. Pengelolaan usaha membutuhkan kerjasama diantara anggota
kelompok mulai dari proses produksi, pengepakan hingga akhirnya pemasarannya.
Pembagian tugas yang jelas pada bagian-bagian produksi dan pemasaran untuk
menjamin layanan yang berkelanjutan bagi konsumen. Promosi selama ini hanya
dilakukan dari mulut ke mulut, perlu dilakukan upaya perluasan pasar untuk
meningkatkan volume penjualan produk sirup wortel. Oleh karena itu sangat
diperlukan penelitian yang menghasilkan formula yang tepat pada proses
pengolahan sirup sari buah wortel dan pada label bisa dicantumkan uji para meter
mutu yang akan dilakukan pada penelitian ini. Hasil penelitian diharapkan mampu
mendorong kelompok usaha sirup wortel untuk meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan, meningkatkan volume produksi, dan melakukan promosi agar lebih
3
dikenal dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat usaha di
Desa Citeko, Cisarua Bogor.
1.2. Perumusan Masalah
Ketersediaan wortel dan tomat sepanjang tahun dapat berimplikasi negatif
bagi petani wortel dan tomat yang tidak dapat memasarkannya. Resiko pada saat
pemasaran tetap menjadi suatu kendala bagi para petani dalam menjual hasil
panennya. Tidak sedikit para petani yang harus kehilangan sebagian
penghasilannya, akibat wortel dan tomat yang telah dipanennya tidak dapat terserap
oleh pasar. Pengolahan sirup sari buah wortel dan tomat dapat meningkatkan nilai
tambah dari komoditas yang diolah. Dengan pengolahan wortel dan tomat menjadi
sirup diharapkan dapat mengurangi resiko buah yang dipanen menjadi busuk akibat
tidak terjual, sehingga para petani dapat mendapatkan jaminan pendapatan yang
lebih baik dari hasil panennya.
Buah wortel dan tomat dapat dijadikan pilihan buat asuhan yang
dikomsumsi secara rutin untuk menjaga kesehatan tubuh. Oleh karena itu wortel
dan tomat bisa menjadi pilihan asupan yang dikonsumsi rutin untuk menjaga
kesehatan tubuh. Sebab selain dibuat sayur, tomat dan wortel juga bisa menjadi jus
atau sirup sari buah yang nikmat dan praktis untuk dikonsumsi. Wortel dan tomat
memiliki banyak manfaat karena vitamin yang terkandung di dalamnya.
Wortel mengandung provitamin A atau sering disebut betakaroten yang berperan
menjaga kesehatan mata, jantung, dan kulit. Sementara tomat yang mengandung
lycopene (vitamin E) yang baik untuk kesehatan kulit dan vitamin C berperan
menjaga daya tahan tubuh hingga menghancurkan radikal bebas dalam tubuh.
Produk sirup sari buah wortel yang akan diproduksi haruslah diolah dengan
standarisasi yang terukur sehingga dapat menghasilkan sirup sari buah wortel yang
dengan mutu sirup yang optimal dan kekentalan yang stabil. Kestabilan sirup
wortel dan tomat dapat dicapai jika dalam proses pembuatan digunakan zat
penstabil seperti CMC, gelatin atau gun Arab. Dalam rangka memperoleh sirup
sari buah yang memiliki kelarutan yang stabil, memiliki penampakan sirup yang
baik dan rasa yang enak, diperlukan penelitian yang menghasilkan formula sirup
yang tepat dengan rasa yang disenangi konsumen
4
Berdasarkan uraian diatas wortel dan tomat yang dijadikan bahan baku siru
sari buah karena dinilai memiliki prospek yang bagus untuk pengembangan industri
pengolahan sirup sari buah. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan formula
sirup sari buah wortel dan tomat yang sesuai dengan keinginan konsumen
Pemanfaatan wortel dan tomat sebagai bahan baku sirup diharapkan akan
meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut. Beberapa komponen kimia yang
bisa menyebabkan flavor yang tidak disukai, dapat diatasi dengan formula yang
tepat antara sari buah wortel dan tomat sehingga rasa dan bau yang kurang enak
dari kedua bahan baku ini bisa saling menutupi untuk menghasilkan rasa, aroma
dan kualitas yang baik.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan dua tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui interaksi formula sari buah wortel dan tomat dengan
konsentrasi gula terhadap mutu sirup sari buah wortel dan tomat.
2. Mengetahui pengaruh sari buah terhadap mutu sirup sari buah wortel dan
tomat.
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi gula yang tepat dalam proses
pengolahan sehingga menghasilkan sirup sari buah wortel dan tomat yang
memenuhi standar SNI sirup.
1.4. Urgensi Penelitian
Urgensi penelitian ini adalah dalam rangka meningkatkan nilai tambah
komoditi wortel dan tomat, sehingga diharapkan hasil penelitian ini nantinya
bisa didiseminasi kepada petani petani yang berada pada sentra produksi
wortel dan tomat. Formula sirup sari buah wortel dan tomat yang dihasilkan
merupakan kualitas sirup unngu yang sesuai dengan standar SNI sirup dengan
rasa, aroma yang sesuai dengan keinginan konsumen. Selama ini produk sirup
yang dihasilkan belum optimalnya sehingga belum dapat mempromosikan
produknya secara lugas bahwa produk yang dibuat punya keunggulan yang
unik dan bermanfaat untuk kesehatan. Solusinya dengan memperbaiki formula
dan komposisi bahan tambahan pada proses produksi sirup wortel. Hasil
penelitian sebelumnya menyatakan bahwa komposisi 60 % gula dan lama
5
pengendapan 12 jam menghasilkan mutu sirup yang jernih dan rasa yang
paling disukai konsumen.
Wortel dan tomat memiliki persamaan dan perbedaan dalam hal
kandungan phytokimia yang dominan. Tomat dikenal kaya akan alpha-
tocopherol, vitamin C dan lycophene yang baik untuk antikanker sedangkan
wortel mengandung serat yang tinggi, karotenoid, anthocyanin dan kombinasi
unik dari tiga flavonoid. Campuran tomat dan wortel yang akan dijadikan
bahan baku sirup sari buah memberikan efek yang saling melengkapi sehingga
manfaat bagi tubuh akan lebih baik. Oleh karena itu mengonsumsi rutin sayur
dan buah dengan jenis yang beragam akan membantu melengkapi nutrisi yang
dibutuhkan tubuh sehingga akan menyehatkan seluruh organ tubuh dan
menjaga vitalitas. Diharapkan sirup sari buah wortel dan tomat ini akan
memberikan manfaat wortel dan tomat secara enak dan praktis, dimana sirup
sari buah ini akan diolah dari buah segar dan asli tanpa menggunakan pengawet
dan pemanis buatan karena diproses dengan teknologi UHT (Ultra High
Temperatur).
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Wortel (Daucus carota L.)
Wortel merupakan tanaman yang sangat bermanfaat karena banyak
mengandung betakaroten. Semakin orange warnanya, maka semakin tinggi pula
kandungan betakarotennya. Pemanenan wortel harus dilakukan secara hati-hati agar
tidak terjadi luka pada umbinya. Luka akan menyebabkan masuknya bakteri, antara
lain bakteri kelompok Leuconostoc yang cepat sekali tumbuh dan menguraikan
gula yang ada dalam wortel yang akan diubah menjadi dextran yaitu senyawa
berbentuk lendir sehingga wortel tidak layak untuk dikonsumsi
(Kumalaningsih,2006).
Wortel termasuk jenis tanaman sayuran umbi semusim berbentuk perdu
(semak) yang tumbuh tegak dengan ketinggian antara 30-100 cm atau lebih,
tergantung jenis atau varietasnya. Wortel digolongkan sebagai tanaman semusim
karena hanya berproduksi satu kali dan kemudian mati. Tanaman wortel berumur
pendek, yakni berkisar antara 70-120 hari, tergantung pada varietasnya (Cahyono,
2002). Wortel yang dipanen lebih awal masih berwarna jingga muda karena
kandungan karotennya belum banyak. Jika wortel dipanen terlalu tua, warnanya
akan berubah menjadi jingga tua dan umbinya berserabut. Perkembangan warna
berlangsung dengan cepat bila wortel ditanam pada daerah yang bersuhu 15-20 oC.
Tanaman wortel berasal dari daerah yang beriklim sedang (subtropis).
Tanaman ini berasal dari daratan Asia, selanjutnya menyebar luas ke Eropa hingga
ke dataran Afrika dan Amerika hingga ke seluruh dunia. Penyebaran wortel di
berbagai wilayah yang ada di Indonesia menyebabkan wortel memiliki sebutan
yang berbedabeda di setiap daerah. Misalnya sebutan wortel untuk daerah Sunda
adalah bortol; wertel; wortel untuk daerah Jawa; dan wortel untuk Madura.
Sedangkan di kalangan internasional wortel dikenal dengan nama carrot
(Cahyono,2002). Komposisi Gizi dan Manfaat Wortel Adapun komposisi zat gizi
wortel tiap 100 gram bahan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
7
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Wortel tiap 100 gram Bahan
Komponen Zat Gizi Jumlah Satuan
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Serat
Kalsium
Posfor
Besi
Natrium
Vitamin A
Tiamin
Riboflavin
Niasin
Vitamin C
Air
kalori
g
g
g
mg
mg
mg
mg
mg
SI
mg
mg
mg
mg
g
36,0
1,0
0,6
7,9
1,0
45,0
74,0
1,0
70,0
7125
0,04
0,04
1,0
18,0
89,9
Badan Standardisasi Nasional. 2008.
Wortel terkenal sebagai vitamin A. Selain itu, wortel juga mengandung mineral
kalsium (Ca), fosfor (P), dan kalium (K) serta merupakan sumber serat yang baik
untuk tubuh. Dalam tiap 100 gr bahan terkandung energi sebesar 42 kalori
(Febrihantana, W. 2014).
Wortel kaya akan zat antioksidan betakaroten, mampu mencegah radikal
bebas menjadi kanker. Wortel dapat menurunkan resiko kanker prostat pada lelaki.
Mengkonsumsi secara rutin wortel dapat mengurangi keganasan dari radikal bebas.
Sebaiknya tidak mengkonsumsi terlalu berlebihan karena akan menyebabkan kulit
menjadi kuning. Wortel selain dikonsumsi segar dapat pula dikukus terlebih dahulu
kemudian dikonsumsi. Wortel adalah salah satu sumber makanan detoksifikasi
yang mempunyai kemampuan untuk mengatur ketidakseimbangan dalam tubuh.
Sayuran banyak mengandung betakaroten yang merupakan prekursor vitamin A.
Wortel sebagai sumber vitamin A berfungsi untuk membantu proses penglihatan.
Wortel segar mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, serat, abu, nutrisi
anti kanker, gula alamiah (fruktosa, sukrosa, dekstrosa, laktosa, dan maltosa),
pektin, glutanion, mineral (kalsium, fosfor, besi dan natrium), vitamin
(betakarotein, B1 dan C) serta asparagine. Betakaroten merupakan anti oksidan
yang menjaga kesehatan dan menghambat proses penuaan. Selain itu betakaroten
bisa mencegah dan menekan pertumbuhan sel kanker serta melindungi asam lemak
8
tidak jenuh ganda dari proses oksidasi. Jika tubuh memerlukan vitamin A maka
betakaroten di hati akan diubah menjadi vitamin A. Fungsi vitamin A bisa
mencegah buta senja, mempercepat penyembuhan luka dan mempersingkat
lamanya sakit campak. Sebuah wortel ukuran sedang mengandung sekitar 12000 SI
betakaroten. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa dengan mengkonsumsi wortel
yang dikukus sebentar akan memperbesar penyerapan betakaroten
(Kumalaningsih,2006).
Selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan pengobatan, umbi wortel
juga dapat digunakan untuk keperluan kosmetik, yakni untuk merawat kecantikan
wajah dan kulit, menyuburkan rambut, dan lain-lain. Karoten dalam umbi wortel
bermanfaat untuk menjaga kelembaban kulit, dan memperlambat timbulnya
kerutan pada wajah, sehingga wajah selalu tampak berseri (Cahyono,2002).
2.2. Tomat (Solanum Lycopersicum)
Tanaman tomat merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai
ekonomi tinggi. Tomat merupakan komoditas sayuran yang sangat penting dalam
menunjang ketersediaan pangan dan kecukupan gizi masyarakat. Tomat banyak
digemari orang karena rasanya enak, segar dan sedikit asam serta mengandung
banyak vitamin A, C dan sedikit vitamin B (Winarno, F.G. 2008).
Tanaman tomat adalah tumbuhan setahun, berbentuk perdu atau semak dan
termasuk kedalam golongan tanaman berbunga (Angiospermae). Buahnya
berwarna merah merekah, rasanya manis agak kemasam-masaman. Tomat banyak
mengandung vitamin dan mineral. Sebenarnya tanaman tomat memang bersifat
racun karena mengandung Lycopersicin. Akan tetapi, kadar racunnya rendah dan
akan hilang dengan sendirinya apabila buah telah tua atau matang. Barangkali
karena racun ini pulalah tomat yang masih muda terasa getir dan berbau tidak enak.
Tomat merupakan salah satu tanaman sayuran yang dapat tumbuh di seluruh dunia.
Tomat layak menyandang julukan sebagai komoditas multi manfaat yang
komersial. Sebagian masyarakat menggunakan buah tomat untuk terapi pengobatan
karena mengandung karotin yang berfungsi sebagai pembentuk provitamin A dan
lycoppen yang mampu mencegah kanker (Mizrahi, Y., E. Et al, 2002).
9
Berdasarkan bentuk, tandan, ketebalan daging, dan kandungan airnya ada
17 varietas tomat. Masing masing varietas mempunyai berbagai variasi seperti
bentuk buah tomat bervariasi, ada yang bulat, bulat seperti apel, bulat pipih, dan
ada yang seperti bola lampu. Berdasarkan bentuk atau penampilan buah tomat
maka tomat digolongkan atas :
a. Tomat Ceri Bentuknya buahnya kecil-kecil, sebesar kelereng. Buahnya
merah dan rasanya cukup manis. Sekarang sering ditanam secara hidroponik. Para
ahli botani memperkirakan varietas ini merupakan “nenek moyangnya” varietas
yang ada sekarang.
b. Tomat Biasa bentuk buahnya bulat pipih dan mempunyai alur-alur yang
jelas di dekat tangkainya serta lebih lunak. Jenis tomat ini lebih cocok ditanam di
dataran rendah.
c. Tomat Apel Bentuk buahnya bulat, kokoh, dan agak keras seperti buah
apel atau pir. Jenis ini lebih cocok ditanam di dataran tinggi.
d. Tomat Kentang Bentuk buahnya bulat, besar-besar, dan agak padat.
e. Tomat Keriting Varietas ini disebut tomat keriting karena daunnya
keriting seperti terserang penyakit virus keriting. Tomat keriting sering juga disebut
tomat gondola atau tipe roma. Umumnya bentuk buahnya agak lonjong, keras, dan
memiliki kulit yang tebal sehingga tahan dalam pengangkutan jarak jauh.
Tomat mengandung nutrisi seperti vitamin A, vitamin C, patasium, fosfor,
magnesium dan kalsium, disamping itu tomat juga mengandung antioksidan yang
dapat mengurangi serangan penyakit kanker (Febrihantana, W. 2014). Tanaman
tomat sudah dikenal sebagai tanaman sayuran yang paling tinggi tingkat
penggunaannya. Tomat layak menyandang julukan sebagai komoditas multi
manfaat yang komersial. Sebagian masyarakat menggunakan buah tomat untuk
terapi pengobatan karena mengandung karotin yang berfungsi sebagai pembentuk
provitamin A dan lycoppen yang mampu mencegah kanker (Santi, 2006). Tomat
merupakan salah satu jenis buah yang sangat bermanfaat bagi manusia. Tomat
memiliki cita rasa yang lezat dan memiliki komposisi zat pada tomat yang cukup
lengkap dan baik. Komposisi zat pada tomat cukup menonjol dari komposisi
tersebut adalah vitamin A dan C.
10
Tomat seperti halnya dengan sayuran dan buah-buahan lainnya, dapat
diolah menjadi berbagai macam produk makanan. Komposisi zat gizi buah tomat
dalam 100 gram adalah protein (1 gr), karbohidrat (4,2 gr), lemak (0,3 gr), kalsium
(5 mg), fosfor (27 mg),zat besi (0,5 mg), vitamin A (karoten) 1500 SI, vitamin B
(tiamin) 60 ug, vitamin C 40 mg. Vitamin-vitamin yang terkandung pada tomat
tersebut sangat diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan kesehatan. Vitamin C
berguna untuk mencegah sariawan, memelihara kesehatan gigi dan gusi, serta
melindungi dari penyakit lain yang disebabkan oleh kekurangan vitamin C. Bahkan
penelitian di Amerika Serikat menunjukkan, tomat bisa dimanfaatkan sebagai
pencegah kanker, terutama kanker prostat, jika disantap secara teratur sebanyak 5
buah tiap minggunya. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata tomat mempunyai nilai
gizi yang cukup tinggi sebagaimana ditunjukkan oleh tabel berikut ini.
Tabel 2. Nilai Gizi Setiap 100 Gram Buah Tomat
Kandungan Gizi Jumlah
Air
Protein
Lemak
Karbohidrat
Serat
Abu
Kalori
Kapur
Fospor
Besi
VitaminA
Vitamin B1
Vitamin B2
Niacin
Vitamin C
0,3 g
1 g
0,1 g
4 g
0,6 g
1 g
21 kal
15 mg
30 mg
0,4 mg
100 IU
50 µg
40 µg
0,7 mg
25 mg
Goel, R.K. 2005
Tomat juga mempunyai kandungan senyawa fenolat. Senyawa fenolat,
khususnya kelompok flavonoids diketahui memiliki sifat sebagai antioksidan yang
berperan sebagai anti kanker, anti mikrobia dan memiliki sifat melindungi terhadap
penyakit jantung (Febrihantana, W. 2014). Bagaimana senyawa ini dapat berperan
sebagai anti oksidan menjadi bahan kajian yang berkembang dewasa ini. Kelompok
senyawa asam fenolat terdiri dari dua kelompok besar yakni asam hidrobenzoat dan
asam hidrosinamat. Termasuk dalam kelompok ini adalah asam firulat, asam dan
11
asam kumarat, yang secara alami jumlahnya sangat kecil dalam tanaman, juga asam
d-kuinat (dquinic acid) yang terdapat pada apel.
Kerusakan buah tomat dapat menyebabkan penurunan kualitas dan nilai
ekonomi komoditas buah tersebut. Buah-buahan lebih disukai untuk dikonsumsi
dalam keadaan segar, sehingga telah diupayakan dengan berbagai cara untuk
mempertahankan kesegaran buah-buahan tersebut sehingga setelah dipanen buah
tersebut bisa bertahan dalam waktu yang lebih lama (Qauliyah, 2008). Tomat
termasuk buah klimaterik, yaitu buah yang mengalami kenaikan respirasi setelah
dipanen sehingga dapat matang sempurna setelah dipanen. Komponen tertinggi dari
buah tomat adalah air (26 - 93%). Selama proses pematangan pada buah akan
terjadi antara lain peningkatan respirasi, kadar gula reduksi dan kadar air,
sedangkan tingkat keasaman turun, dan tekstur buah menjadi lunak. Buah tomat
setelah matang sempurna akan cepat menjadi rusak yakni setelah 3-4 hari
penyimpanan pada suhu kamar sehingga tanpa adanya penanganan khusus umur
simpan buah tomat sangat singkat.
2.3. Formulasi Sirup dan Proses Pembuatannya
Sirup adalah larutan gula pekat (sakarosa) dan atau gula inversi lainnya
dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang diizinkan oleh
(SNI.01-35441994). Menurut Hidayat (2005), untuk menambah kelezatan, aroma
dan kesedapan, dapat ditambahkan zat penambah rasa seperti sari buah, asam sitrat
dan zat warna. Menurut Satuhu (2003) berdasarkan bahan baku utama sirup
dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu : sirup esens, sirup glukosa, dan sirup buah-
buahan.
Sirup buah-buahan rasa dan aromanya ditentukan oleh bahan dasarnya
yakni buah segar. Sirup buah-buahan dibuat dengan memasak gula dan sari buah
yang telah disaring, sampai gula dapat terlarut sempurna dan mendidih. Beberapa
bahan seperti asam sitrat dan zat pewarna makanan dapat ditambahkan untuk
menambah rasa asam dan membuat penampilan produk menjadi lebih menarik.
Selanjutnya, sirup yang sudah masak dikemas dengan botol yang bersih dan steril.
Setelah proses pengemasan, produk sirup disterilisasi kembali untuk
menghindarkan cemaran mikroorganisme demikian pula untuk buah-buahan
12
lainnya (Khurniyati, M.I. 2015). Sirup tidak dapat langsung dikonsumsi. Hal ini
dikarenakan sirup memiliki rasa yang sangat manis dan kental. Sirup memiliki
kandungan gula sampai 55 %, hal ini pula yang membedakan sirup dari sari buah
(Santosa, 2005). Pada umumnya sirup dikonsumsi dengan menambahkan sejumlah
air dan es yang dapat menimbulkan rasa yang lebih dingin dan segar.
Buah yang akan diolah menjadi sirup harus dipilih yang matang optimal dan
sehat. Buah yang matang penuh diperlukan agar aroma sirup buah kuat dan enak
rasanya. Buah yang sudah disortir dicuci dengan air bersih. Buah kemudian
dipotong atau diiris menjadi dua bagian atau empat bagian, diperas dan disaring
diambil sari buahnya. Dalam pemerasan dapat menggunakan tangan atau pengepres
atau pemeras buah-buahan. Sari buah yang terbentuk disaring, kemudian dimasak
dengan gula, sirup yang telah masak kemudian dimasukkan dalam botol yang steril.
Selanjutnya botol ditutup rapat. Untuk membunuh penyakit dilakukan sterilisasi,
botol direbus atau dikukus dan produk disterilisasi kembali selama 15 - 30 menit
Syarat mutu sirup berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada Tabel 3.
Table 3. Syarat Mutu Sirup (SNI 01-3746-1995)
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan
1.1. Aroma
1.2. Rasa
-
-
Normal
Normal
2. Gula
(dihitung sebagai sakarosa)
% (b/b)
Min 65
3. Bahan Tambahan Makanan
3.1. Pemanis buatan
3.2. Pewarna Tambahan dan
Pengawet
-
-
Tidak boleh ada
Sesuai Peraturan No.
722/MEN.KES/PER/IX/1998
4. Cemaran Logam
4.1. Timbal (Pb)
4.2. Tembaga (Cu)
4.3. Seng (Zn)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks 1.0
Maks 10
Maks 25
5. Cemaran Arsen (As) Mg/kg Maks 0.5
6. Cemaran mikroba
6.1. Angka lempeng total
6.2. Caliform
6.3. Escherichia coli
6.4. Salmonella
6.5. Staphylococcus aureus
6.6. Vibrio cholerae
6.7. Kapang
6.8. Khamir
koloni/ml
koloni/ml
koloni/ml
koloni/25 ml
koloni/ml
koloni/ml
koloni/ml
koloni/ml
Maks 5 x 10²
Maks 20
< 3
Negatif
0
Negatif
Maks 50
Maks 50
13
Pada umumya proses pengolahan sirup terdiri dari tiga tahap, yaitu
persiapan bahan, pemasakan dan pengisian atau pengemasan sirup dalam wadah
kedap udara. Proses pembuatan sirup memerlukan kontrol yang baik. Hal ini
disebabkan karena pemasakan yang kurang tepat akan mempengaruhi daya simpan.
Secara umum buah yang akan diolah menjadi sirup harus dipilih yang matang
optimal dan sehat. Buah yang matang penuh diperlukan agar aroma sirup buah kuat
dan enak rasanya. Buah yang cacat mengandung mikroba tidak baik untuk diolah
menjadi sirup.
Proses pembuatan sirup secara umum adalah sebagai berikut, buah yang
telah disortir, dikupas atau dipotong dan dibersihkan, dihancurkan atau diperas baik
menggunakan blender atau alat ekstraktor buah-buahan. Kemudian sari buah yang
terbentuk disaring dengan kain saring atau saringan dan kemudian dimasak dengan
gula sampai mendidih atau sedikit kental. Sebelum sari buah dicampurkan dalam
larutan air gula, air gula harus didinginkan terlebih dahulu karena akan
mempengaruhi keawetan produk (Rukmana, 2003).
Setelah pemasakan sirup selesai, dimasukan ke dalam botol bening yang
bersih dan steril. Pemasukan sirup ke dalam botol sebaiknya dilakukan dengan
cepat agar tidak dimasuki mikroba. Sirup dapat tahan dalam jangka waktu yang
relatif lama apaila dikemas dengan baik. Kemasan yang umum digunakan untuk
wadah sirup adalah botol yang terbuat dari kaca dan bertutup rapat. Pengisian sirup
ke dalam botol dapat dilakukan dengan disterilisasi kembali yaitu sirup dalam botol
direbus atau dikukus kembali sebentar pada suhu sedang.
2.4. Faktor-Faktor Penting dalam Pembuatan Sirup
Selain wortel dan tomat bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan
sirup yaitu gula, asam sitrat, CMC dan air mineral. Penggunaan bahan tersebut
berguna untuk menyempurnakan proses, penyempurnaan penampakan produk jadi
dan daya awet selama penyimpanan. Komposisi buah dan bahan-bahan yang akan
digunakan dalam pengolahan harus tepat sehingga dapat dihasilkan produk akhir
dengan mutu yang baik.
14
2.4.1. Gula
Gula menjadi indikator mutu dalam pengawetan dan pembuatan aneka
ragam produk-produk makanan. Beberapa diantaranya yang biasa dijumpai
termasuk selai, jeli, marmalade, sari buah pekat, sirup buah-buahan, buah-buahan
bergula, umbi dan kulit, buah-buahan beku dalam sirup, acar manis, susu kental
manis, madu buatan, dan lain sebagainya. Gula mampu memberi stabilitas
mikroorganisme pada suatu produk makanan jika diberikan dalam kosentrasi yang
cukup (diatas 50% padatan terlarut biasanya dibutuhkan), ini pun umum bagi gula
untuk dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pengawetan bahan pangan.
Gula pasir merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan sirup
wortel dan tomat. Tujuan penambahan gula dalam pembuatan sirup adalah untuk
memperoleh daya awet tanpa mempengaruhi penampakan yang keruh dan flavor
yang ideal, karena gula adalah berfungsi sebagai pengawet. Pada konsentrasi gula
tinggi, larutan gula dapat mencegah pertumbuhan bakteri, ragi dan kapang.
Mekanismenya, gula menyebabkan dehidrasi sel mikroba sehingga sel mengalami
plasmolisis dan terhambat siklus perkembangbiakannya. Dalam pembuatan sirup,
teknik pengawetan dikombinasikan pula dengan tingkat keasaman yang rendah dan
penambahan bahan kimia seperti asam sitrat. Gula pasir yang digunakan dapat
berupa gula pasir lokal maupun gula pasir impor. Gula pasir lokal umumnya
memiliki kristal yang kuning kecoklatan dan kadar sukrosanya sekitar 96% – 99%,
sedangkan gula pasir impor yang umumnya berupa gula yang telah dimurnikan
(refined sugar) umumnya mempunyai kristal yang putih, kadar sukrosanya sekitar
88% – 90% dan tingkat kemurniannya lebih tinggi. Gula pasir lokal pada umumnya
masih seperti gula pasir kasar yang mengandung kotoran-kotoran yang
menyebabkan sulitnya proses penyaringan dan penghilangan warna. Melalui
proses penyaringan, kotoran-kotoran dapat terjerat dan sirup yang jernih dapat
dilewatkan. Kotoran-kotoran pada sirup dapat menyebabkan penyimpangan bau,
rasa dan penampakan sirup.
Menurut Almatsier (2009), aspek terpenting dalam penggunaan bahan
pemanis dalam minuman adalah untuk memberikan rasa manis dan memberikan
nilai kalori terhadap minuman tersebut. Disamping itu, bahan pemanis juga
berfungsi dalam memberikan bentuk dan rasa pada mutu minuman yang dihasilkan.
15
2.4.2. Pewarna
Bahan pewarna secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu benda
berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Bahan
pewarna pada umumnya memiliki bentuk cair dan larut di air. Pada berbagai situasi,
proses pewarnaan menggunakan pelumatan bahan pewarna dari tanaman untuk
meningkatkan kemampuan menempel bahan pewarna. Bahan pewarna dan pigmen
terlihat berwarna karena menyerap panjang gelombang tertentu dari cahaya.
Berlawanan dengan bahan pewarna, pigmen pada umumnya tidak dapat larut, dan
tidak memiliki afinitas terhadap substrat. Bahan pewarna dapat diperoleh dari
hewan, tumbuhan, atau mineral. Pewarna yang diperoleh dari bahan-bahan ini tidak
memerlukan proses pengolahan yang rumit. Sampai sejauh ini, sumber utama bahan
pewarna adalah tumbuhan, khususnya akar-akaran, daun, beri – berian, kayu dan
kulit kayu.
Pewarna alami adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari
tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah digunakan
sejak dulu, seperti annato sebagai sumber warna kuning alamiah bagi berbagai jenis
makanan begitu juga karoten dan klorofil yang umumnya dianggap lebih aman dari
pada zat warna sintetis. Pewarna alami dan pewarna identik alami tergolong dalam
”uncertified color additives” karena tidak memerlukan sertifikat kemurnian
kimiawi. Keterbatasan pewarna alami adalah seringkali memberikan rasa dan flavor
khas yang tidak diinginkan, konsentrasi pigmen rendah, stabilitas pigmen rendah,
keseragaman warna kurang baik dan spektrum warna tidak seluas pewarna sintetik.
Pewarna sintetik mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami,
yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil,
lebih murah dan mudah didapat di toko-toko penyedia bahan kimia pangan, di kota
besar dan tersedia pula di pasar-pasar kota kecil dan di desa (Qauliyah, 2008).
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Universitas Nasional Jln
Bambu Kuning, Gedung Pusat Laboratorium Universitas Nasional, Jakarta
Selatan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Mei 2021.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam pembuatan sirup sari buah wortel dan tomat
adalah wortel, tomat, gula pasir putih (gulaku), jeruk nipis dan air mineral. Wortel
dan tomat yang digunakan diperoleh dari pasar buah di pasar Induk Kramat Jati.
Jakarta. Wortel dan tomat yang digunakan memiliki tingkat kematangan buah yang
kurang lebih sama, yaitu kulit buah berwarna orange tua untuk wortel dan tomat
berwarna kemerah merahan.
Alat yang digunakan adalah blender, gelas piala atau toples, pisau, talenan,
saringan, botol gelas, panci, pengaduk kayu, sendok, kompor gas, tutup/sumbat
botol, timbangan kilo gram, timbangan analitik, pH meter, labu ukur, dan
termometer.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan perlakuan dimana variabel pertama
adalah sari buah yang terdiri atas 4 taraf sari buah yaitu taraf 1 atau A1 (100 % sari
wortel dengan 0 % sari tomat), taraf 2 atau A2 (75 % sari wortel dengan 25 % sari
tomat) dan taraf 3 atau A3 (50 % sari wortel dengan 50 % sari tomat) dan taraf 4
atau A4 (25 % sari wortel dengan 75 % sari tomat) konsentrasi gula yaitu G1( 60
%) dan G2 (65 %) sedangkan kadar gula dan lama pengendapan yang dihasilkan
17
pada penelitian pendahuluan sebagai dasar dalam memodifikasi perlakuan yang
akan diteliti.
3.3.1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui kosentrasi gula
yang tepat dan lama pengendapan yang akan digunakan pada penelitian utama.
Hasil dari penelitian pendahuluan ini akan digunakan sebagai acuan pada
penelitiaan utama. Konsentrasi gula merupakan salah satu hal yang penting dalam
pembuatan sirup untuk menghasilkan kekentalan yang tepat, rasa yang enak dan
warna yang menarik (tidak keruh), yang sesuai dengan sirup. Perlakuan kosentrasi
gula yang digunakan pada penelitain pendahuluan adalah 50%, 60%, 70% gula.
3.3.2. Pelaksanaan Penelitian Pendahuluan
Proses pembuatan sirup wortel dan tomat dimulai dengan cara sortasi
wortel untuk memperoleh bahan baku yang berkualitas baik. Buah yang
digunakan dalam proses pembuatan sirup buah adalah buah yang segar agar
khasiat gizinya dapat diperoleh secara maksimal. Selain itu, sebaiknya dipilih
buah yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu matang. Kondisi buah yang
terlalu muda menghasilkan rasa asam dan tajam sedangkan buah yang terlalu
matang memiliki tekstur yang lunak dan aroma menyengat. Proses
selanjutnya adalah penimbangan, buah ditimbang sesuai dengan kebutuhan
penelitian, dan dilakukan trimming, proses trimming merupakan proses
penghilangan bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti penghilangan
biji, dan kulit buah. Selanjutnya, dilakukan proses pencucian buah agar buah
bersih dari kotoran yang menempel.
Proses selanjutnya adalah blanching. Jenis blanching yang digunakan
adalah steam blanching yang merupakan proses pemasukkan bahan pangan
ke dalam uap air yang mendidih dalam waktu yang singkat. Blanching
bermanfaat untuk mematikan bakteri dan mendeaktivasi enzim yang
menyebabkan pembusukan. Blanching pada tomat dilakukan pada suhu 70
°C selama 15 menit dan pada wortel dilakukan pada suhu 100 °C selama 15
menit. Selanjutnya dilakukan proses pemotongan buah guna memudahkan
proses penghancuran. Proses penghancuran dilakukan dengan memasukkan
18
potongan buah ke dalam blender selama kurang lebih 1 menit hingga
diperoleh bubur buah. Kemudian dilakukan proses pengenceran dengan
menambahkan air pada bubur buah dengan proporsi 1:1.
Proses berikutnya adalah penyaringan dengan menggunakan kain saring.
Penyaringan bertujuan untuk memisahkan ampas dari sirup buah. Sehingga akan
diperoleh filtrat sari buah tomat dan sari wortel yang akan dikombinasikan untuk
mengahasilkan sirup buah dengan proporsi yang sesuai dengan rancangan
penelitian dan dilakukan penambahan gula sebanyak 60%. Untuk setiap perlakuan
dibutuhkan volume sebanyak 400 mL. Terdapat 2 faktor perlakuan yaitu proporsi
sirup buah dan variasi konsentrasigula yang ditambahkan. Terdapat 4 variasi sirup
sari buah antara sari wortel dan tomat yaitu perlakuan A1 = ratio sari wortel dan
sari tomat (100 : 0) , A2 = rasio sari wortel dan sari tomat (75 : 25) A3 = rasio
sari wortel dan sari tomat (50 : 50) dan A4= rasio sari wortel dan sari tomat ( 25:
75). Parameter kedua adalah konsentrasi gula (G) yaitu G1 = 60 % dan G2 = 65
%. Jumlah semua perlakuan yaitu sebanyak 8 unit perlakuan. Proses selanjutnya
adalah proses pasteurisasi yang dilakukan pada suhu 85 °C selama ± 20 menit.
Proses pasteurisasi bertujuan untuk membunuh mikroba patogen dan mikroba
pembusuk serta untuk inaktivasi enzim.
Pembuatan sirup dilaksanakan dengan cara sebagai berikut, mula-mula
wortel dan tomat dicuci bersih, kemudian wortel dikupas kulitnya, kemudian kedua
jenis bahan baku ini di blender dan dihasilkan sari buah wortel dan tomat. Sari
buah disaring, air dan gula direbus sampai larut dan mendidih, diaduk-aduk sampai
gulanya semua larut, aduk sampai tercampur rata. Kemudian larutan gula diangkat
dan dididnginkan. Setelah larutan gula dingin, barulah dibuat formula sari buah
sesuai dengan perlakukan yang akan diteliti, kemudian diaduk sampai tercampur
rata dan kemudian sirup diisikan dalam botol yang steril, ditutup rapat dan
disterilisasi kembali salama 10 menit.
3.3.3. Penelitian Utama
Penelitian utama merupakan kelanjutan dari penelitian pendahuluan. Hasil-
hasil yang diperoleh pada penelitian pendahuluan dijadikan dasar pada penelitian
utama. Pada penelitian utama diterapkan empat taraf formula sari buah tomat dan
wortel dan 2 taraf konsentrasi gula yaitu 60 % dan 65 %. Perlakuan tersebut
19
merupakan pengembangan dari hasil penelitian pendahuluan. Diagra alir penelitian
utama dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alir Pelaksanaan Pembuatan Sirup Wortel
Rancangan Percobaan
Bahan Baku Sirup
Pengupasan Pencucian Pencucian
Pemotongan Perebusan Penimbangan Penimbangan
Pemblenderan Sari Wortel dan Sari Tomat Bubur Wortel dan Tomat
Sirup Wortel
20
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) factorial dengan tiga kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian
ini adalah perbedaan rasio sari wortel dan sari tomat, ada delapan kombinasi
perlakuan dengan tiga kali ulangan, yaitu Parameter pertama ada empat kombinasi
dari sari buah A1 = ratio sari wortel dan sari tomat (100 : 0) , A2 = rasio sari wortel
dan sari tomat (75 : 25) A3 = rasio sari wortel dan sari tomat (50 : 50) dan A4=
rasio sari wortel dan sari tomat ( 25: 75). Parameter kedua adalah konsentrasi gula
(G) yaitu G1 = 60 % dan G2 = 65 %.
Parameter yang diuji dalam penelitian ini adalah total padatan terlarut, pH,
kadar β-karoten, kadar Vitamin C dan kadar gula total. Selain itu juga dilakukan
Uji Organoleptik meliputi warna, aroma, rasa dan tingkat kesukaan total terhadap
sirup sari buah wortel dan tomat.
3.4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari semua parameter penelitian dianalisis secara
statistik mengunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Apabila Fhitung ≥ Ftabel
maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada
taraf 5%. Variabel yang diamati adalah total padatan terlarut, pH, kadar β-karoten,
kadar Vitamin C dan kadar gula total. Selain itu juga dilakukan uji organoleptik
terhadap warna, aroma, rasa, tekstur dan kesukaan total pada sirup.
3.4.1. Analisis Kimia
1. Analisis β-karoten Metode Ektraksi denngan U-HPLC
Metode ekstraksi yang aman dari bahan pelarut kimia mutlak diperlukan. Untuk
mengetahui kandungan β-karoten dalam wortel, lebih dahulu dilakukan
penghalusan dengan blender, kemudian sari difilter /dipisahkan dari ampasnya.
Sari yangdiperleh ditambahkan garam kalsium kemudian disentrifus 3000 rpm 15
menit. Pelet dipisahkan dari larutannya, diuapkan hingga kering, Diukur pada
panjang gelombang 450-460. Pelet sebagai garam kalsium betakaroten dianalisa
dengan U-HPLC. Pelet selanjutkan diukur pada panjang gelombang 460.
ditetapkan kadarnya secara kromatografi cair kinerja tinggi menggunakan kolom
C18 dan fase gerak kloroform–metanol (95:5) dengan laju alir 1 ml/menit pada
panjang gelombang 460 nm.
21
2. Analisis Total Padatan Terlarut (TPT)
Total padatan terlarut diukur dengan alat hand refraktometer. Sebanyak 1 gram
bubur tomat dan wortel yang sudah bersih dimasukkan dalam gelas beaker
kemudian diambil satu tetes sampel dan diteteskan pada prisma refraktometer yang
telah dikalibrasi dengan akuades steril. Arahkan refraktometer ke sumber cahaya.
Nilai yang terbaca menunjukkan besarnya total padatan terlarut pada sampel dalam
derajat satuan Brix.
3. Penentuan Kadar Vitamin C dengan Asam Metaposfat
Larutan Asam Metaposfat : Dilarutkan 60 mg HPO3 dalam 900 ml aquadest tanpa
dipanasi, larutan diencerkan dengan aquades menjadi 1000 ml (larutan 6%). Lalu
larutan disimpan dalam pendingin. Metafosfat dpt terhidrolisis menjadi orto fosfat
H3PO4, karenanya harus dibuat baru setiap minggu. Encerkan 500 ml lart tsb
menjadi 1000 ml lart 3%.
Standar vit C : Dilarutkan 100 mg vit.C dalam laruatn 3% metafosfat sampai
volume 500 ml, setiap 5ml larutan ini berisi 1 mg vit.C.
Prosedur : masukkan sample dan larutan 3% metafosfat dengan jumlah setara
antara 200-300 g ke dalam blender dihaluskan sampai homogen. Dipindahkan
10-30 g slurry ke labu ukur 100 ml ditambahkan dengan larutan metafosfat 3%
sampai tanda saring → di pipet 10ml filtrat dan dimasukkan dlm 50 ml Erlenmeyer
→ segera dititar dng lart dye standar sampai warna pink bertahan 15 detik. Hitung
kadar vit.C dng rumus sbb:
mg vit. C per 100gr = (W1 + W2)/(W1 + W3) x V1/V2 x 100(V x F)
4. Uji Organoleptik
Penilaian organoleptik dalam penelitian ini mengacu pada penilaian
organoleptik menurut Rahayu (1994) dalam Santosa (2005). Penilai atau disebut
panelis dalam pengujian ini termasuk kedalam panelis semi terlatih sejumlah 20
orang dimana semua panelis sebelumnya sudah diberikan penjelasan secukupnya
untuk mengetahui atribut-atribut mutu sirup yang akan dinilai, kemudian diberi
sampel untuk dicicipi.
Uji organoleptik yang digunakan adalah uji kesukaan (hedonik)
menyangkut penilaian penelis akan produk tersebut, penelis menyatakan tentang
kesukaan atau ketidaksukaannya dengan skala hedonik dari produk yang disajikan.
22
Penelis diminta mengamati setiap setiap contoh dan menuliskan kesan yang
diperoleh pada formulir pengujian organoleptik yang telah disediakan.
Uji organoleptik dilakukan dengan uji kesukaan terhadap, aroma, rasa dan
tekstur terhadap sirup sari buah wortel dan tomat. Uji kesukaan (hedonik)
dilakukan dengan skala numerik 1 sampai 5 (1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka,
3 = cukup suka, 4 = suka, dan 5 = sangat suka).
Prosedur yang digunakan pada pengujian organoleptik sebagai berikut.
1. Sirup sari buah wortel dan tomat disajikan didalam gelas yang sudah diencerkan
dengan konsentrasi yang sama dan ditambahkan es batu
2. Sirup sari buah wortel dan tomat diberi kode, selanjutnya disebut dengan
sampel yang kemudian disajikan pada tempat uji organoleptik.
3. Sampel disajikan kepada masing – masing panelis dengan kertas penilaian.
4. Sebelum panelis melakukan pengisian formulir penilaian, dilakukan penjelasan
tentang cara penilaian organoleptik pada sampel
5. Selama pengisian formulir oleh panelis, penilaian seorang panelis diamati agar
jangan sampai terpengaruh oleh penilaian panelis lain.
6. Penilaian dilakukan menurut uji kesukaan (hedonik) dengan skala numerik
Road Map Penelitian
2017
IbmUsaha KerupukWortel
2018
Pendampingandan PengembanganUsaha Kerupukwortel
2019
PelatihanPengolahanPangan berbasiswortel (sirup dan
dodol)
2020
Pengembangan Usaha UMKM Sirup Wortel
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan baku sirup yang digunakan dalam penelitian ini adalah sari buah
wortel dan sari buah tomat. Perlakuan dalam penelitian ini adalah perbedaan rasio
sari wortel dan sari tomat, ada delapan kombinasi perlakuan dengan tiga kali
ulangan.
4.1. Sifat Fisikokimia Sirup Sari Wortel dan Tomat
4.1.1. Total Padatan Terlarut
Analisis total padatan terlarut bertujuan mengukur jumlah zat padat yang
larut dalam air. Komponen yang terkandung dalam buah terdiri atas komponen-
komponen yang larut air seperti glukosa, fruktosa, sukrosa dan pektin. Interaksi
antara ratio sari wortel dan tomat terhadap Total padatan terlarut pada sirup sari
wortel dan tomat dapat dilihat pada table 4 dan Gambar 1.
Tabel 4. Interaksi Ratio Sirup Sari Wortel dan Tomat dengan Konsentrasi
Gula Terhadap Total Padatan Terlarut (Brix)
Ratio Sari Wortel dan
Tomat
( % )
Konsentrasi Gula (%)
G1 (60 %) G2 (65 %)
A1 (100 : 0 ) 72,30b 72,42b
A2 (75 : 25 ) 73,41c 73,72c
A3 (50 : 50 ) 70,12a 70,31a
A4 (25 : 75 ) 69,93a 70,04a
Ket. : huruf yang sama di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (P > 0.05).
Nilai total padatan terlarut meningkat kemudian semakin turun dengan
meningkatnya konsentrasi penambahan tomat diatas 25%. Penyebab penurunan
nilai TPT pada sirup sari wortel dan tomat adalah penurunan jumlah daging buah
wortel dan juga diduga karena peningkatan jumlah buah tomat. Daging buah wortel
mengandung banyak sukrosa sehingga penurunan jumlah daging buah wortel
dalam formulasi sirup akan menurunkan nilai TPT.
24
Gambar 1. Interaksi Ratio Sirup Sari Wortel dan Tomat dengan Konsentrasi
Gula Terhadap Total Padatan Terlarut (Brix)
Nilai total padatan terlarut meningkat kemudian semakin turun dengan
meningkatnya konsentrasi penambahan tomat diatas 25%. Penyebab penurunan
nilai TPT pada sirup sari wortel dan tomat adalah penurunan jumlah daging buah
wortel dan juga diduga karena peningkatan jumlah buah tomat. Daging buah wortel
mengandung banyak sukrosa sehingga penurunan jumlah daging buah wortel
dalam formulasi sirup akan menurunkan nilai TPT. Pada refraktometer, nilai indeks
bias setara dengan total padatan terlarut yang dihitung sebagai konsentrasi sukrosa
(BSN, 2008) dan dinyatakan dengan satuan Brix sukrosa.. Meskipun terjadi
penurunan jumlah albedo wortel yang menjadi sumber pektin, dengan peningkatan
jumlah tomat (sumber pektin) yang ditambahkan pada sirup menyebabkan kadar
pektin berada dibatas optimalnya sehingga mempersulit kelarutan. Hidrokoloid
seperti pektin dan karaginan mempunyai kemampuan mengikat air dalam jumlah
besar. Seharusnya, dengan penurunan jumlah pektin dalam sirup dapat
meningkatkan nilai TPT karena komponen yang larut dalam air meningkat. Namun
hasil penelitian yang menyatakan sebaliknya menunjukkan bahwa selain dari
wortel pektin dalam sirup bersumber dari buah tomat. Analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa penambahan tomat tidak selalu memberikan pengaruh yang
nyata terhadap nilai total padatan terlarut sirup sari wortel dan tomat. Selanjutnya
penambahan konsentrasi gula berpengaruh secara nyata terhadap nilai TPT pada
setiap ratio sirup sari wortel dan tomat.
68
69
70
71
72
73
74
A1 A2 A3 A4
Total Padatan Terlarut
G1 G12
25
Penambahan CMC sebayak 0,2 % pada setiap perlakuan dalam penelitian
ini menyebabkan total padatan terlarut semakin meningkat karena CMC
merupakan salah satu penstabil yang memiliki kemampuan untuk mengikat gula,
air, asam asam organik dan komponen-komponen lain sehingga menjadi lebih
stabil. Jika semua komponen seperti air, gula, asam-asam organik dan
komponen-komponen lain terikat dengan baik maka padatan terlarutnya akan lebih
tinggi (Sulastri, 2008). Semakin banyak partikel yang terikat bahan penstabil maka
total padatan yang terlarut juga akan semakin meningkat. Adanya bahan penstabil
maka partikel yang tersuspensi akan terperangkap dalam sistem tersebut dan tidak
mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi (Fitriyaningtyas, S.I., dan T.D.
Widyaningsih., 2015.).
4.1.2. Kadar β-karoten
Nilai rata-rata kadar beta-karoten sirup wortel terlihat pada tabel 5 dan
gambar 2. . Pada tabel 5 ditunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi gula tidak
mempengaruhi kandungan beta-karoten sirup wortel karena sumber beta karoten
adalah dari bubur wortel yang menjadi bahan baku dari sirup wortel. Perebusan
pada proses pembuatan sirup wortel bisa menyebabkan terjadinya kerusakan beta-
karoten akibat suhu tinggi. Selama perebusan terjadi perubahan warna beta-karoten
akibat reaksi isomerisasi cis-trans, oksidasi membentuk epoxy karotenoid dan
apokarotenal (Rakhmawati,R., dan Yunianta., 2015).
Tabel 5. Interaksi Ratio Sirup Sari Wortel dan Tomat dengan Konsentrasi
Gula Terhadap Kadar β-karoten (ppm).
Ratio Sari Wortel dan
Tomat
( % )
Konsentrasi Gula (%)
G1 (60 %) G2 (65 %)
A1 (100 : 0 ) 5,82c 5,68c
A2 (75 : 25 ) 5,01c 5,12c
A3 (50 : 50 ) 4,37b 4.25b
A4 (25 : 75 ) 3,54a 3,47a
Ket. : huruf yang sama di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (P > 0.05).
Pada table 5 terlihat bahwa penambahan konsentrasi gula tidak berpengaruh
terhadap peningkatan kadar beta karoten, sedangkan semakin meningkatnya ratio
sari wortel berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar beta karoten. Hasil
26
penelitian Fitri et al., (2017) menunjukkan bahwa kondisi pemasakan dengan
tekanan menghasilkan level retensi beta-karoten dan nilai vitamin A yang lebih
rendah dibanding sebelum pemasakan. Hal ini bisa terjadi pada sirup wortel yang
diteliti karena proses pembuatannya melalui proses perebusan selama 20 menit.
Gambar 2. Interaksi Ratio Sirup Sari Wortel dan Tomat dengan Konsentrasi
Gula Terhadap Kadar β-karoten (ppm).
4.1.3. Kadar Gula Total
Hasil analisis gula total sirup buah dengan proporsi sari buah wortel dengan sari
tomat dapat dilihat pada tabel 6 dan gambar 3.
Tabel 6. Interaksi Ratio Sirup Sari Wortel dan Tomat dengan Konsentrasi
Gula Terhadap Kadar Gula Total (%) Sirup Wortel dan Tomat
Ratio Sari Wortel dan
Tomat
( % )
Konsentrasi Gula (%)
G1 (60 %) G2 (65 %)
A1 (100 : 0 ) 69,32a 71,12b
A2 (75 : 25 ) 69,39a 70,99b
A3 (50 : 50 ) 69,33a 71,14b
A4 (25 : 75 ) 69,21a 71,23b
Ket. : huruf yang sama di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (P > 0.05).
Hasil uji stastistik menunjukkan bahwa Interaksi sari buah wortel dengan
sari tomat tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan gula total pada sirup buah.
0
1
2
3
4
5
6
A1 A2 A3 A4
KADAR BETA-KAROTEN
G1 G2
27
Hal ini dikarenakan hasil statistik menunjukkan signifikansi (P>0,05) untuk
masing-masing perlakuan terhadap gula total sirup buah. Menurut SNI 01-3544-
1994 tentang sirup buah, kadar gula minimal pada sirup buah yakni sebesar 65%.
Seluruh perlakuan pada sirup buah ini telah memenuhi syarat SNI karena berdasar
dapat dilihat pada table 4. Bahwa nilai gula total pada sirup buah berkisar antara
69,21 % - 71,23 %.
Gambar 3. Interaksi Ratio Sirup Sari Wortel dan Tomat dengan Konsentrasi
Gula Terhadap Kadar Gula Total (%).
Penelitian Susanti (2016) rata-rata gula total pada sirup buah dengan
proporsi buah naga merah dengan salak dan jenis penstabil yaitu berkisar antara
73,33%-74,66% lebih tinggi dibandingkan dengan kadar gula total yang dihasilkan
dalam penelitian ini. Namun hal ini dipengaruhi oleh bahan baku dan bahan
penstabil yang ditambahkan hal ini sesuai dengan penelitian Fitri et al., (2017)
perbedaan nilai gula total disebabkan oleh perbedaan bahan baku dan bahan
tambahan yang digunakan pada pembuatan sirup. Namun proporsi sari buah naga
merah dengan sari wortel tidak memberikan perbedaan secara nyata, hal ini
dikarenakan kandungan gula total lebih dipengaruhi oleh penambahan gula dari
luar. Semakin banyak konsentrasi gula yang ditambahkan maka akan meningkatkan
total gula yang ada, karena larutan gula yang ada merupakan larutan gula yang
terdiri dari sebagian besar sukrosa dan beberapa komponen non sukrosa, sehingga
dengan penambahan gula dari luar maka dengan sendirinya akan bertambah bagian
68
68,5
69
69,5
70
70,5
71
71,5
A1 A2 A3 A4
KADAR GULA TOTAL (%)
G1 G2
28
sukrosanya, sehingga nilai total gula pada sirup tamarillo semakin tinggi (Pratama
et al., 2011).
4.1.4. pH Sirup Sari Wortel dan Tomat
Hasil analisis pH interaksi sirup buah dengan ratio sari wortel dengan sari tomat
dapat dilihat pada Tabel 7 dan gambar 4.
Tabel 7. Interaksi Ratio Sirup Sari Wortel dan Tomat dengan Konsentrasi
Gula Terhadap pH Sirup Wortel dan Tomat
Ratio Sari Wortel dan
Tomat
( % )
Konsentrasi Gula (%)
G1 (60 %) G2 (65 %)
A1 (100 : 0 ) 4,21a 4,19a
A2 (75 : 25 ) 3,96a 3,87a
A3 (50 : 50 ) 3,71a 3,79a
A4 (25 : 75 ) 3,69a 3,65a
Ket. : huruf yang sama di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (P > 0.05).
Penambahan sari tomat sebanyak 75% menurunkan nilai pH secara nyata
walaupun tidak berpengaruh secara signifikan. Hal tersebut kemungkinan
disebabkan nilai pH wortel segar sebesar 5,07 yang lebih tinggi dari nilai pH buah
tomat segar sebesar 3,52.
Gambar 4. Interaksi Ratio Sirup Sari Wortel dan Tomat dengan Konsentrasi
Gula Terhadap pH Sirup Wortel dan Tomat
3,2
3,4
3,6
3,8
4
4,2
4,4
A1 A2 A3 A4
pH SIRUP WORTEL DAN TOMAT
G1 G2
29
Interaksi antara konsentrasi gula dan ratio sari wortel dengan sari tomat
tidak ada interaksi, sedangkan pengaruh tungga ratio sari wortel dan tomat
berpengaruh terhadap pH sirup wortel dan tomat. Semakin besar konsentrasi sari
tomat dibanding sari wortel yang digunakan maka pH sirup buah akan semakin
rendah. Sari wortel yang diuji tanpa penambahan asam sitrat dan natrium benzoat
menunjukkan pH 5,9 ( Triastuti et al., (2013). Pada penelitian ini terbukti bahwa
semakin banyak penambahan sari tomat maka pH sirup wortel yang dihasilkan
akan menurun sesuai penelitian Triastuti et al., (2013) bahwa dengan penambahan
buah pencampur sirsak pada sari wortel pH sari wortel akan menurun. Sirup wortel
dan tomat yang dihasilkan pada penelitian ini pH nya berkisar antara 3,25 – 4,21.
Bearti kombinasi wortel dan tomat sangat baik di kombinasikan sehingga pH sirup
wortel dan tomat yang dihasilkan sesuai dengan kualitas dari SNI 01-3719-1995
tentang sirup sari buah pH nya maksimal 4, sehingga semua perlakuan pada
penelitian ini sudah memenuhi SNI sirup sari buah kecuali yang perlakuan A1
yang bahan bakunya 100 % sari buah wortel.
4.1.5. Kadar Vitamin C Sirup Sari Wortel dan Tomat
Hasil uji stastistik menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara ratio sari wortel
dan sari tomat dengan konsentrasi gula terhadap kandungan vitamin C pada sirup
wortel dan tomat. Hal ini dikarenakan hasil statistik menunjukkan signifikansi
(P>0,05) untuk masing-masing perlakuan terhadap vitamin C sirup.
Tabel 8. Interaksi Ratio Sirup Sari Wortel dan Tomat dengan Konsentrasi
Gula Terhadap Kadar Vitamin C Sirup Wortel dan Tomat
Ratio Sari Wortel dan
Tomat
( % )
Konsentrasi Gula (%)
G1 (60 %) G2 (65 %)
A1 (100 : 0 ) 5,91a 5,93a
A2 (75 : 25 ) 5,95a 6,12a
A3 (50 : 50 ) 6,03a 6,37a
A4 (25 : 75 ) 6,11a 6,39a
Ket. : huruf yang sama di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (P > 0.05).
Pada tabel 8 ditunjukan bahwa tidak ada interaksi antara kedua perlakuan
pada penelitian ini. Namun semakin tinggi konsentrasi gula yang ditambahkan
30
maka vitamin C yang yang ada di dalam sirup akan meningkat namun tidak berbeda
nyata secara statistik. Menurut Puteri et al., (2015), meningkatnya kadar gula pada
sirup wortel dan tomat akan menyebabkan bahan-bahan semakin stabil dan vitamin
C yang mudah larut dalam air dapat diikat sehingga kerusakan vitamin C akan
semakin kecil. Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa ratio sari wortel
dengan sari tomat tidak berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C.
4.2. Tingka Kesukaan Sirup Sari Wortel dan Tomat
Uji tingkat kesukaan sirup wortel dan tomat dilakukan dengan uji hedonik
untuk menentukan kesukaan panelis pada sirup. Adapun parameter yang digunakan
meliputi warna, rasa, aroma dan kesukaan keseluruhan secara total. Skala yang
digunakan untuk uji tingkat kesukaan pada sirup yaitu 1-5, 1 menyatakan ‘sangat
tidak suka’ dan 5 menyatakan ‘sangat suka’. Tabel 9 menunjukkan skor tingkat
kesukaan sirup wortel dan tomat .
Tabel 9. Interaksi anatar Ratip Sari Buah dengan Konsentrasi Gula Terhadap
Skor Rata rata Uji Hedonik Warna, Aroma, Rasa dan Kesukaan
Keseluruhan Terhadap Sirup Wortel dan Tomat
Perlakuan Warna Aroma Rasa Keseluruhan
A1G1
A1G2
A2G1
A2G2
A3G1
A3G2
A4G1
A4G2
4, 04a
4,12a
4,12a
4,18a
4,52b
4,48b
4,12a
4,24a
3,12a
3,18a
4,12b
4,04b
4,36c
4,48c
4,18b
4,20b
3,20a
3,12a
4,12b
4,02b
4,48c
4, 40c
4,20b
4,12b
3,45a
3,47a
4,12b
4,08b
4,45c
4,45c
4,17b
4,17b
Ket. : huruf yang sama di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (P > 0.05).
4.2.1. Warna Sirup Wortel dan Tomat
Hasil uji statistik pada table 9 dan gambar 5 menunjukkan bahwa warna
sirup wortel dan tomat dengan ratio sari wortel dan sari tomat yang berbeda
warnanya tetap disukai oleh panelis. Hal ini dikarenakan hasil statistik
menunjukkan signifikansi (P<0,05) untuk perlakuan A2G1 dan A2G2 terhadap
warna sirup wortel dan tomat. Terlihat skor warna sirup untuk semua kombinasi
perlakuan nilainya diatas 4, berarti semua warna yang ada pada kombinasi
perlakuan katagorinya skornya dari suka sampai sangat suka. Warna dari produk
31
sirup umumnya akan mengikuti dari warna alami buah yang digunakan pada
pembuatan sirup. Seperti halnya sirup dari campuran sari wortel dengan sari tomat
yang keduanya memiliki tekstur warna yang menarik. Warna merah tersebut
dihasilkan dari warna sari tomat yang memiliki warna merah yang di hasilkan dari
senyawa antosianin. Antosianin merupakan pigmen yang larut dalam air,
menghasilkan warna dari merah sampai biru (Hidayah 2013). Hal ini yang
mempengaruhi warna yang timbul pada sirup buah, sehingga panelis dapat
melihatnya dan menilainya dengan baik.
Gambar 5. Interaksi antar Ratip Sari Buah dengan Konsentrasi Gula Terhadap Skor
Rata rata Uji Hedonik Warna, Aroma, Rasa dan Kesukaan Keseluruhan
Terhadap Sirup Wortel dan Tomat
4.2.2. Aroma Sirup Wortel dan Tomat
Nilai rata-rata uji hedonik aroma sirup wortel dapat dilihat pada tabel 9 dan
gambar 5. Nilai rata-rata aroma sirup wortel yang dihasilkan berkisar antara 3.12
– 4,20 atau skor dengan katagori suka sampai sangat suka. Nilai tertinggi
diperoleh dari perlakuan ratio sari woretl dan tomat 50 % : 50 % dimana pada ratio
ini bau langu dari wortel sudah tidak tercium dan aroma sirupnya sudah sangat
disukai panelis dimana aroma khas wortel masih dapat dipertahankan.
A1G1 A1G2 A2G1 A2G2 A3G1 A3G2 A4G1 A4G2
0
4,12 4,12 4,184,52 4,48
4,12 4,24
3,12 3,18
4,12 4,044,36 4,48
4,18 4,2
3,2 3,12
4,12 4,02
4,48
0
4,2 4,12
UJI HEDONIC SIRUP WORTEL DAN TOMAT
Warna Aroma Rasa
32
4.2.3. Rasa Sirup Wortel dan Tomat
Hasil uji statistik pada tabel 9 menunjukkan ada interaksi perlakuan
terhada rasa sirup wortel dan tomat. Hal ini dikarenakan hasil statistik
menunjukkan signifikansi (P<0,05) untuk masing-masing perlakuan terhadap rasa
sirup wortel dan tomat. Rata rata skor kesukaan panelis terhadap rasa sirup buah
naga yaitu 3,12 – 4,48 dimana skor ini merupakan katagori dari rasa suka sampai
sangat suka untuk semua perlakuan. Skor tertinggi atau rasa sirup wortel paling
sangat disukai adalah sirup dengan ratio 50 % sari wortel dan 50 % sari tomat.
Sedangkan konsentrasi gula tidak berpengaruh terhapa rasa dari sirup wortel.
Rasa yang dominan pada sirup dari campuran sari wortel dengan sari tomat
yaitu rasa manis dari gula, karena penambahan gula dalam konsentrasi tinggi yaitu
60% dan 65 %. Menurut Fitriyono (2010) menyatakan bahwa sukrosa merupakan
senyawa kimia yang memiliki rasa manis, berwarna putih dan larut dalam air.
Fungsi utama sukrosa sebagai pemanis mengandung peranan yang penting karena
dapat meningkatkan penerimaan rasa dari suatu makanan atau minuman.
4.2.4. Total Kesukaan Sirup Wortel dan Tomat
Pada tabel 9 terlihat tidak ada pengaruh interaksi antara perlakuan ratio
sari buah dengan konsentrasi gula terhadap total kesukaan sirup wortel dengan
penambahan sari tomat. Pengaruh ini terlihat dimana ratio A3 dengan konsentarsi
gula G1 mempunyai skor yang sama terhadap tingkat kesukaan panelis pada
perlakuan ratio A3 dengan konsentrasi gula G2. Jadi terlihat disini bahwa pengaruh
tunggal ratio sari buah berpengaruh nyata terhadap skor tingkat kesukaan sirup.
Rerata skor kesukaan panelis terhadap keseluruhan parameter pengamatan sirup
wortel adalah yaitu 3,45 – 4,45. Skor tingkat kesukaan keseluruhan yang
tertinggi adalah pada perlakuan A3G1 dan A3G2 yaitu pada perlakuan ratio sari
wortel berbanding sari tomat = 50 % : 50 %. Sedangkan skor tingkat kesukaan
keseluruhan yang terendah pada perlakuan A1G1 dan A1G2 dimana perlakuan ini
hanya menggunakan sari wortel 100 % tanpa penambahan sari tomat
33
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Interaksi formula sari buah wortel dan tomat dengan konsentrasi gula
terhadap mutu sirup sari buah wortel dan tomat yang mempunyai mutu
terbaik adalah formula ratio sari wartel dan sari tomat 50 % : 50 % dengan
konsentrasi gula 60 %.
2. Pengaruh sari buah wortel terhadap mutu sirup adalah penambahan sari
wortel meningkatkan kadar beta- karoten sirup, sedangkan penambahan sari
tomat menurunkan pH sirup sehingga memenuhi SNi sirup dimana pH
memenuhi standar tersebut maksimal 4,0.
3. Penambahan gula pada dosis 60 % sudah memenuhi standar SNI sirup
dengan kadar gula minimal 65 %.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untu meneliti lebih dalam terhadap
beberapa bahan tambahan yang bisa menghilaag bau langu dari wortel yang
kita aadikan bahan baku sirup
34
VI. ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
No. Jenis Kegiatan Biaya
1. Pembelian Bahan Baku dan Bahan
Tambahan Pembuatan Sirup
1.500.000
2. Sewa Alat, Tempat dan Transportasi 500.000
3. Uji Organoleptik 24 Formula (snack dan
Aqua responden) 20 orang
600.000
4. Analisis Vitamin C , total padatan terlarut
dan beta-karoten 18 sampel
5.400.000
5. Analisis pH, kadar Air, dan kadar gula total 4.500.000
6. Pelaporan 500.000
7. Publikasi pada Jurnal Nasional Terakreditasi 2.000.000
Total Biaya 15.000.000
Terbilang : Lima belas Juta Rupiah
35
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Amiruddin, C. 2013. Pembuatan Tepung Wortel (Daucus carota L.) dengan
Variasi Suhu Pengering. Skripsi Universitas Hasanuddin. Makassar
Badan Standardisasi Nasional. 2008. Standar Nasional Indonesia No 3746 :
2008 tentang Selai Buah. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta
Cahyono, B. 2002. Wortel Teknik Budidaya dan Analisa Usaha Tani. Kanisius.
Yogyakarta
Febrihantana, W. 2014. Pengaruh Penambahan Sari Wortel Sebagai Fortifikasi Produk Yogurt Ditinjau Dari Nilai pH, Total Asam Tertitrasi, Total
Bakteri Asam Laktat, Viskositas Dan Total Karoten. Fapet.ub.ac.id.
Akses 21 Februari 2016
Fitriyaningtyas, S.I., dan T.D. Widyaningsih., 2015. Pengaruh Penggunaan
Lesitin dan CMC terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik Margarin
Sari Apel Manalagi (Malus sylfertris Mill) Tersuplementasi Minyak Kacang
Tanah. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.226-236.
Goel, R.K. 1995. Technology of Food Products : Small Business Publications.
New Delhi. Hylocereus polyrhizus and Selenicereus spp. Annals of Botany
93 : 469-472
Hanafiah, Kemas. Ali. 2000. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi.
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang.
Hidayat, Dania. 2005. Minuman Berkarbonasi dari Buah Segar. Trubus
Agrisarana.
Khurniyati, M.I. 2015. Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat dan Kondisi
Pasteurisasi (Suhu dan Waktu) Terhadap Karakteristik Minuman Sari Apel
Berbagai Varietas. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(2): 523-529
Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan Alami Penangkal Radikal Bebas. Trubus
Agisarana
Mizrahi, Y., E. Raveh, E. Yossov, A. Nerd and J. Ben-Asher, 2002. New Fruit
Crops With High Water Use Efficiency. In: Issues innew crops and new
uses. J. Janick and A.Whipkey (eds.). ASHA Press, Alexandria,VA. P 216
– 222.
36
Qauliyah, 2008. Pembuatan Sirup Dengan Aneka Warna. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Pratama, S.B., Susinggih W., dan Arie F., 2011. Studi Pembuatan Sirup
Tamarillo (Kajian Perbandingan Buah dan Konsentrasi Gula). Jurnal
Industria Vol 1 No 3 hal 181 – 194
Rakhmawati,R., dan Yunianta., 2015. Pengaruh Proporsi Buah:Air dan Lama
Pemanasan terhadap Aktivitas Antioksidan Sari Buah Kedondong
(Spondias dulcis). Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1682-
1693.
Santosa, F. 2005. Studi Proses Pengolahan Sirup dan Fruit Stick Jeruk Nipis.
Skripsi Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Sarwono. 2001. Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis. Agro Media Pustaka. Jakarta
Satuhu, S. 2003. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya, Jakarta
SNI. 1995. Sirup Buah. Departemen Perindustrian. SNI 01-3746-1995. Badan
Standarilisasi Nasional. Jakarta
Sulastri., 2008. Pengaruh Jumlah Santan dan Lama Penyimpanan Beku
Terhadap Viabilitas Lactobacillus acidophilus dalam Es Krim Nabati
Probiotik. Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi. 2 (6) : 1-1
Susanty, A dan Eldha S., 2017. Pengaruh Masa Simpan Buah terhadap
Kualitas Sari Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus). Jurnal Riset
Teknologi Industri. Vol. 11 No. 2.
Triastuti, I., Fibra N., dan Otik N., 2013. Kajian Produksi Minuman
Campuran Sari Wortel dengan Berbagai Buah. Jurnal Teknologi
Industri dan Hasil Pertanian Vol. 18 No.2.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. M-Brio Press. Bogor