laporan fruit leather
-
Upload
ricaangelina2ymail -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of laporan fruit leather
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUAH DAN SAYUR
ACARA 2FRUIT LEATHER
Penanggung Jawab :Mira Pertiwi NIM A1M011041
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buah-buahan merupakan komoditi yang mudah rusak
dan sering kali jumlah nya sangat melimpah terutama
saat musim panen raya. Dalam kondisi tersebut buah
tersedia secara berlebihan sehingga diperlukan
alternatif untuk memanfaatkannya. Salah satu alternatif
tersebut ialah menjadikan buah sebagai produk olahan
Pengolahan ini bertujuan selain untuk memperpanjang
masa simpan, juga untuk meningkatkan rasa yang lebih
enak dan bernilai ekonomis tinggi. Buah-buahan umumnya
dibuat menjadi produk olahan seperti jam, jelly, puree,
sari buah, buah kaleng, manisan kering atau basah.
Salah satu jenis produk buah-buahan yang kering selain
manisan adalah fruit leather.
Fruit leather merupakan bubur daging buah yang
dikeringkan sampai kadar air sekitar 20%, sehingga
berbentuk lembaran tipis yang dapat digulung (Suyitno,
2005). Fruit Leather adalah salah satu makanan kudapan
(snack food) yang dibuat dari buah-buahan, berbentuk
lembaran tipis dengan konsistensi dan rasa yang khas
tergantung dari jenis buah yang digunakan (Suyitno,
2005)
Bahan baku fruit leather dapat berasal dari berbagai
jenis buah-buahan tropis ataupun subtropis dengan
kandungan serat yang cukup tinggi seperti pisang,
pepaya, mangga, nenas, jambu biji, apel, nangka, peach
dan sebagainya. Bahan yang tak kalah penting dalam
pembuatan fruit leather adalah gula. Gula merupakan komponen
penting yang akan mempengaruhi mutu fruit leather yang akan
dihasilkan.
Fruit leather memiliki daya simpan sampai 12 bulan,
bila di simpan pada kondisi penyimpanan yang sesuai. Di
Indonesia, fruit leather masih belum diproduksi secara
komersial. Meski proses pembuatan nya tidak begitu
sulit, namun fruit leather belum banyak di kenal orang.
Oleh sebab itu, perlunya di lakukan praktikum pembuatan
fruit leather bagi mahasiswa ilmu dan teknologi pangan agar
kelak dapat membantu pengaplikasian nya di masyarakat.
Praktikum kali ini, di lakuakan pembuatan fruit leather
dari berbagai kombinasi buah buahan, yaitu labu kuning
dengan pepaya dan labu kuning dengan nenas.
B. Tujuan
Mengetahui cara pembuatan fruit leather
Mengetahui pengaruh kombinasi berbagai jenis buah
terhadap sifat sensoris fruit leather
Mengetahui pengaruh penambahan maltodekstrin
terhadap sifat sensoris fruit leather
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Labu Kuning
Labu kuning (Curcubita moschata) merupakan salah satu
komoditas pertanian yang memiliki banyak kelebihan
dibandingkan komoditas lain. Labu kuning merupakan
jenis sayuran buah yang memiliki daya awet tinggi,
mempunyai aroma dan citarasa yang khas serta sumber
vitamin A karena kaya akan karoten selain zat – zat
gizi lainya seperti karbohodrat, protein, mineral dan
vitamin. Pemanfaatan komoditas ini di Indonesia masih
sangat terbatas yaitu sebagai sayuran, atau diolah
menjadi kolak atau dodol. Di negara maju, pemanfaatan
labu kuning lebih luas pada berbagai produk seperti
selai, jelly, bakery dan produk kalengan (Yuliani dkk,
2005).
Buah C. moschata berukuran besar, keras kulitnya,
cenderung berbentuk lonjong. Daging buahnya lunak
dengan rasa mulai dari tawar sampai manis. Tangkai buah
keras, bersudut, membesar di bagian dekat buah, dan
"tenggelam" ke dalam buah. C. moschatamencakup
kebanyakan waluh yang dikenal orang.
Labu Kuning
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucurbita
Spesies : Curcubita moschata
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Waluh
B. Nanas
Nanas, nenas, atau ananas (Ananas comosus (L.)
Merr.) adalah sejenis tumbuhan tropis yang berasal
dari Brasil, Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini
termasuk dalam familia nanas-nanasan
(Famili Bromeliaceae). Perawakan (habitus) tumbuhannya
rendah, herba (menahun) dengan 30 atau lebih daun yang
panjang, berujung tajam, tersusun dalam bentuk roset
mengelilingi batang yang tebal.
Kerajaan : Plantae
(tidak termasuk)Monocots
(tidak termasuk)Commelinids
Ordo :Poales
Famili :Bromeliaceae
Upafamili :Bromelioideae
Genus :Ananas
Spesies :A. comosus
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Nanas
Nanas merupakan sumber mangan yang baik serta
mengandung sejumlah besar vitamin C dan vitamin B1.
Nanas mengandung enzim bromelain proteolitik yang
memecah protein, Jus nanas dengan demikian dapat
digunakan sebagai bumbu dan oelunak daging. Enzim
dalam nanas mentah dapat mengganggu penyususnan
beberapa makanan, seperti jeli atau makanan penutup
lain yang berbasis gelatin.
Nanas memiliki kadar air 85,3 g/100 g bahan dan
kandungan pektin 0,06-0,16 g/100 g bahan. Kandungan
pektin yang cukup besar ini memungkinkan nanas menjadi
bahan dasar dalam poembuatan produk berasis
gelatinisasi pektin.
C. Pepaya
Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan
yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian
utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar luas dan
banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil
buahnya. C. papaya adalah satu-satunya jenis
dalamgenus Carica.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk)
Eudicots
(tidak termasuk)
Rosids
Ordo: Brassicales
Famili: Caricaceae
Genus: Carica
Spesies: C. papaya
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pepaya
Kandungan gizi pepaya
Kandungan Gizi Jumlah
Air 89,7 g
Fosfor 12 mg
Fe 1,7 mg
Hidrat arang 12,2 mg
Kalori 46 kal
Kalsium 23 mg
Protein 0,5 mg
Vitamin A 365 SI
Vitamin C 78 mg
Pengambilan pektin dari buah pepaya dengan
pengendap minuman beralkohol didapatkan bahwa
kandungan pektin pada pepaya adalah senilai 4.18% atau
setiap 100 gram pepaya terdapat 4.18 gram pektin
(Anonim, 2011)
D. Fruit Leather
Fruit leather adalah jenis makanan yang berasal
dari daging buah yang telah di hancurkan dan
dikeringkan. Pengeringan bisa dilakukan dengan
penjemuran atau bisa juga menggunakan pemanasan melalui
lampu yang memiliki suhu panas 50 – 60 derajat celsius.
Fruit leather memiliki daya simpan sampai 12 bulan,
bila di simpan dalam keadaan yang baik (Nuri, 2009).
Fruit Leather adalah salah satu makanan kudapan (snack
food) yang dibuat dari buah-buahan, berbentuk lembaran
tipis dengan konsistensi dan rasa yang khas tergantung
dari jenis buah yang digunakan. Produk ini bukan
berasal dari kulit buah. Namun, dari daging buah-
buahan, umumnya buah-buahan tropis, yang dibuburkan,
lalu diolah hingga membentuk lembaran tipis dengan
tekstur yang plastis, rasanya manis tetapi masih
memiliki cita rasa khas buah yang digunakan (Safitri,
2011).
Kriteria yang diharapkan dari fruit leather adalah
warnanya yang menarik,teksturnya yang sedikit liat dan
kompak, serta memiliki plastisitas yang baik sehingga
dapat digulung (tidak mudah patah). Untuk menghasilkan
fruit leather dengan kriteria tersebut maka ditambahkan gum
arab sebagai penstabil yang diharapkan dapat
memperbaiki plastisitas dari fruit leather tersebut. Selain
itu dilakukan penambahan gula sebagai aplikasi
pengawetan produk (Historiarsih, 2010)
Fruit leather merupakan produk makanan berbentuk
lembaran tipis dengan ketebalan 2–3 mm, kadar air 10 –
25 %, yang mempunyai konsistensi dan cita rasa khas
suatu jenis buah. Buah-buahan yang baik digunakan
sebagai bahan baku pembuatan fruit leather adalah yang
mempunyai kandungan serat tinggi. Fruit leather adalah
sejenis manisan kering yang dapat dijadikan sebagai
bentuk olahan komersial dalam skala industri dengan
cara yang sangat mudah, yaitu menghancurkan buah
menjadi puree dan mengeringkannya (Raab & Oehler,
2000).
Menurut Delden (2011), fruit leather merupakan hasil
olahan kering buah-buahan, kenyal dan beraroma. Fruit
leather tinggi serat dan karbohidrat dan secara alami
rendah lemak. Ketika air dihilangkan dari buah selama
proses pengeringan, gula yang tersisa, asam, vitamin
dan mineral menjadi konsentrat di bagian padat yang
tersisa dari buah, menjadikan fruit leather camilan
bergizi.
Menurut Raab dan Oehler (2000), Banyak buah-buahan
yang cocok untuk dibuat menjadi fruit leather, termasuk
apel, aprikot, pisang, buah beri, ceri, anggur, jeruk,
pir, nanas, plum, stroberi, jeruk, dan tomat. Kombinasi
buah memungkinkan timbulnya berbagai kombinasi rasa.
Misalnya, rhubarb tart menyatu dengan baik dengan
stroberi manis. Kombinasi yang sangat baik lainnya
adalah pir dengan aprikot dan pisang dengan stawberry.
Jenis buah yang dapat diolah menjadi produk fruit
leather sebaiknya mempunyai kandungan serat tinggi,
berkadar air tidak terlalu tinggi, tingkat kematangan
yang cukup, dan mengandung gula yang cukup tinggi.
Buah yang dijadikan ppruduk fruit leather tidak harus
terlalu masak, karena jika terlalu masak maka tekstur
buah akan lembek. Buah yang kurang tua atau masih
mentah akan menghasilkan produk leather yang kurang
manis dan keras (Anonim, 2012).
Bahan bahan tambahan dalam pembuatan Fruit Leather :
Gula
Gula adalah suatu istilah umum yang sering diartikan
bagi setiap karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis,
tetap dalam industri pangan biasanya digunakan untuk
menyatakan sukrosa, gula yang diperoleh dari bit atau
tebu(Buckle et al., 1987).
Gula terlibat dalam pengawetan dan pembuat aneka
ragam produk-produk makanan. Walaupun gula sendiri
mampu untuk memberi stabilitas mikroorganisme pada
suatu produk makanan jika diberikan dalam konsentrasi
yang cukup (di atas 70% padatan terlarut biasanya
dibutuhkan), ini pun umum bagi gula untuk dipakai
sebagai salah satu kombinasi dari teknik pengawetan
bahan pangan. Kadar gula yang tinggi bersama dengan
kadar asam yang tinggi (pH rendah), perlakuan dengan
pasteurisasi secara pemanasan, penyimpanan pada suhu
rendah, dehidrasi dan bahan-bahan pengawet kimia
merupakan teknik-teknik pengawetan pangan yang penting
(Buckle et al., 1987).
Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang
ditemukan pada daun dan buah tumbuhan
genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan
bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan
sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman
ringan (Wikipedia, 2013)
Penggunaan utama Asam Sitrat saat ini adalah
sebagai zat pemberi cita rasa dan pengawet makanan dan
minuman, terutama minuman ringan. Kode Asam Sitrat
sebagai zat aditif makanan (E number) adalah E330
(hasibuan, 2010).
Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagaisenyawa
antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di dalam
mitokondria, yang penting dalam metabolisme makhluk
hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat
pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan
(Wikipedia, 2013).
Bahan Penstabil (Stabilizer)
Bahan Penstabil, (stabilisator), dalam suatu
pengertian yang luas, bahan ini merupakan bahan
pengental, bahan pembuat gel dan juga emulgator (bahan
pengemulsi) (Denffer, 2008).
Pada pembuatan friut lether, seringkali digunakan
maltodekstrin sebagai bahan penstabil. Maltodekstrin
didefinisikan sebagai produk hidrolisis pati yang
mengandung unit α-D-glukosa yang sebagian besar terikat
melalui ikatan 1,4 glikosidik dengan DE kurang dari 20.
Rumus umum maltodekstrin adalah [(C6H10O5)nH2O)]
Maltodektrin sangat banyak aplikasinya. Seperti halnya
pati maltodekstrin merupakan bahan pengental sekaligus
dapat sebagai emulsifier. Kelebihan maltodekstrin
adalah bahan tersebut dapat dengan mudah melarut pada
air dingin (Yeti, 2009).
Menurut Kusbiantoro dkk (2005), bahan penstabil
yang umum di gunakan yaitu gum arab, CMC (carboxymetil
celulose), karagenan, natrium alginat dan pektin.
Menurut Broto (1990) dalam Kusbiantoro dkk (2005),
pemberian bahan penstabil agar dan CMC dapat
memperbaiki warna, rasa, dan konsistensi sari buah
sawo.
CMC memiliki kemampuan mengikat air yang besar
mudah larut dalam adonan eskrim dan harganya lebih
murah. Sedangkan gum arabic, banyak digunakan sebagai
penstabil makanan pencuci mulut seperti es krim ices
dan sherbet karena kemampuanya mencegah pembentukan
kristal es yang lebih besar dengan cara mengikat
sejumlah air, sehingga memperbaiki tekstur produk akhir
(Arbukcle dan Marshall, 1996 dalam Kusbiantoro dkk
2005).
Pektin merupakan gelling, thickening, dan stabilisation agent
yang berfungsi memberi tekstur gel pada produk pangan
berbasis buah – buahan seperti jam, jelly, juice buah dan
galled milk product. Pektin harus larut sempurna untuk
menghindari pembentukan gel heterogen. Pektin biasa di
gunakan pada pembuatan marmalade dan jelly. Gel akan
terbentuk pada kondisi pH 2,8 – 3,5 dan 58 – 75 %
sukrosa serta pektin < 1 %. Pektin juga di guakan pada
pembuatan minuman dan ice cream (Anonim, 2012).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan
Pepaya
Nenas
Labu Kuning
Maltodekstrin
Gula
Glukosa
Air
Asam sitrat
Alat
Timbangan
Pisau
Air (25 %), gula (20%), glukosa (2%), asam sitrat (1%)
maltodekstrin (0 dan 1%)
Labu kuning / Pepaya Labu kuning / Nenas
Dikupas dan di sortasi Dikupas dan di sortasi
Hot water blanching 20 menit Steam blanching 20 menit
Penimbangan bahan (Labu kuning : pepaya ) / ( labu kuning : nenas) 100 gram (70:30)
dihancurkan
Dihamparkan di atas loyang
Loyang
Blender
Sendok pengaduk
Panci kukus
Kompor
Cabinet dryer
B. Prosedur Praktikum
Diamati : warna, tekstur, aroma, rasa
Steam blanching 3 menit
Dikeringkan di kabinet (60oC, 18 jam)
Dipotong potong
B. Pembahasan
Pembuatan fruit leather pada praktikum kali ini di
lakukan dengan menggunakan 2 faktor yaitu jenis buah
dan konsentrasi maltodekstrin. Jenis buah terdiri dari
dua faktor yaitu campuran labu kuning : nanas (70 g :
30 g) dan campuran pepaya : nanas (70 g : 30 g).
Konsentrasi maltodekstrin terdiri dari dua faktor
yaitu 0 persen dan 1 persen. Secara keseluruhan
terdapat empat perlakuan yang di gunakan dalam
pembuatan fruit leather ini, yaitu (1) labu kuning : nanas
(70 g : 30 g), konsentrasi maltodektrin 0 %, (2) labu
kuning : nanas (70 g : 30 g), konsentrasi maltodektrin
1 %, (3) pepaya : nanas (70 g : 30 g), konsentrasi
maltodektrin 0 %, dan (4) pepaya : nanas (70 g : 30 g),
konsentrasi maltodektrin 1 %.
Pada proses pembuatan fruit leather di beri tambahan
air (25 %), gula (20%), fruktosa (2%), asam sitrat (1%)
maltodekstrin (0 dan 1%). Penambahan air selain
sebagai pelarut, juga bertujuan untuk membantu proses
gelatinisasi pektin.
Penambahan gula diperlukan selain sebagai cita
rasa, memperbaiki tekstur dan sebagai pengawet alami,
gula juga turut berperan dalam pembentukan gel pektin.
gula memiliki daya larut yang tinggi juga dapat
mengikat air sehingga suspensi menjadi kental (Riwan,
2008). Fruktosa berfungsi untuk mencegah pengkristalan.
Sebagai gula invert, glukosa dan fruktosa tidak dapat
berbentuk kristal karena sifat kelarutanya sangat besar
(Winarno, 1997).
Asam sitrat berfungsi sebagai pemberi rasa asam,
pencegah kristalisasi gel, dan penjernih gel yang
dhasilkan. Asam sitrat juga dapat memberikan kekuatan
gel yang tinggi, dapat menghambat pencoklatan
enzimatis, menurunkan after taste yang tidak
diinginkan, serta mempertahankan kemanisan. Asam sitrat
berfungsi menurunkan pH. Pada pH tertentu, dihasilkan
gel yang halus dan pembentukan gel yang lebih cepat
(Anonim, 2012) .
.
Sedangkan maltodekstrin di gunakan sebagai
penstabil. Menurut Tranggono dan Sutardi (1989),
penggunaan bahan penstabil pada produk leather adalah
untuk memadatkan, membentuk suspensi, dan juga sebagai
penstabil emulsi. Bahan penstabil akan meningkatkan
viskositas sehingga menghalangi bergabungnya beberapa
kristal menjadi kristal yang besar. Tekstur yang halus
juga akan terbentuk karena kemampuan bahan penstabil
untuk mengikat air bebas dalam jumlah besar.
Proses pembuatan fruit leather melalui suatu tahap
yang amat penting yaitu pengeringan. Pengeringan
adalah suatu usaha pengawetan dengan cara menurunkan
aktifitas air (Aw) produk melalui penghilangan air yang
dikandung produk dengan proses penguapan, sehingga
mikroorganisme tidak bisa tumbuh berkembang
(http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/). Akibat dari
hilang nya air selama pengeringan, menyebabkan produk
mengalami susut bobot yang cukup tinggi. Susut bobot
tertinggi terjadi pada fruit leather kelompok I (perlakuan
1) yang mencapai 83 % dari berat semula. Berat bahan
awal perlakuan 1 yaitu 100 gram, mengalami penurunan
menjadi 16,5 gram setelah proses pengeringan. Susut
bobot yang dialami perlakuan lain rata rata 74 – 77%.
Semakin besar susut bobot, maka rendemen produk
tersebut semakin kecil. Rendemen merupakan hasil
perbandingan antara berat produk akhir dengan berat
bahan semula sebelum mengalami proses pengolahan.
Fruit leather yang di hasilkan dari keempat perlakuan
di atas selanjutnya di uji dengan uji organoleptik
menggunakan 15 orang panelis semi terlatih. Menurut
Ebook pangan (2006) uji organoleptik adalah pengujian
yang menggunakan indera manusia untuk mengukur tekstur,
penampakan, aroma dan flavor produk pangan. Penerimaan
konsumen terhadap suatu produk diawali dengan
penilaiannya terhadap penampakan, flavor dan tekstur.
Oleh karena pada akhirnya yang dituju adalah penerimaan
konsumen, maka uji organoleptik yang menggunakan
panelis (pencicip yang telah terlatih) dianggap yang
paling peka dan karenanya sering digunakan dalam
menilai mutu berbagai jenis makanan untuk mengukur daya
simpannya atau dengan kata lain untuk menentukan
tanggal kadaluwarsa makanan. Menurut Hubeis (2008),
mutu sensori bahan pangan adalah ciri karakteristik
bahan pangan yang dimunculkan oleh satu atau kombinasi
dari dua atau lebih sifat-sifat yang dapat dikenali
dengan menggunakan pancaindra manusia.
Pengujian di lakukan dengan menggunakan uji skoring
terhadap parameter warna, aroma, rasa, dan tekstur
menggunakan 5 tingkatan skoring.
Pengaruh jenis buah dan konsentrasi maltodekstrin
terhadap warna fruit leather.
Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat
tergantung pada beberapa faktor diantaranya citarasa,
warna dan nilai gizinya. Tetapi faktor warna tampil
lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan
(Winarno, 1997)
Warna merupakan hasil pengamatan dengan
penglihatan yang dapat membedakan antara satu warna
dengan warna lainnya, cerah, buram, bening, dan
sebagainya (Faula, 2009).
Secara umum warna fruit leather yang di hasilkan pada
semua perlakuan berwarna kecoklatan. Menurut Anonim
(2007), dalam prosesnya dimana apabila suhu
pengeringanya tinggi, maka akan menyebabkan fruit leather
menjadi browning atau berwarna cokelat yang diakibatkan
oleh terurainya gula pereduksi dan gugus asam amino
pada saat proses pengeringan atau pemanasan.
Uji sensoris terhadap warna dilakukan terhadap
tingkat kemengkilatan fruit leather yang di hasilkan.
Skala skoring yang di gunakan yaitu (1) tidak
mengkilap, (2) sedikit mengkilap,(3) agak mengkilap,
(4) mengkilap, dan (5) sangat mengkilap.
Hasil terbaik di peroleh pada pembuatan fruit leather
dengan perlakuan 1 yaitu campuran labu kuning (70 g),
nanas (30 g) dan maltodekstrin 0 %. Nilai rata rata
yang di peroleh perlakuan ini yaitu 3,33 mengungguli
perlakuan lainya. Hal ini menunjukan bahwa fruit leather
dengan perlakuan 1 memiliki kenampakan yang lebih
mengkilap di banding fruit leather dengan perlakuan lainya.
Seharusnya, fruit leather yang di beri tambahan
maltodekstrin memiliki kenampakan yang lebih mengkilap
dibandingkan fruit leather tanpa maltodekstrin. Selain
untuk menstabilkan gel yang mempengaruhi tekstur produk
akhir, maltodekstrin juga mempengaruhi kenampakan fruit
leather menjadi lebih mengkilap. Namun, pada hasil
praktikum ini fruit leather tanpa maltodekstrin justru
memiliki kenampakan yang lebih mengkilap. Ketidak
valid-an ini mungkin disebabkan karena kurang telitinya
praktikan dalam melaksanakan praktikum.
Pengaruh jenis buah dan konsentrasi maltodekstrin
terhadap aroma fruit leather.
Aroma merupakan salah satu faktor penting bagi
konsumen dalam memilih produk yang disuka. Winarno
(1997), menyatakan bahwa dalam banyak hal, kelezatan
makanan detentukan oleh aroma atau bau makanan
tersebut.
Uji sensoris terhadap aroma fruit leather dilakukan
terhadap tingkat kekuatan aroma fruit leather yang di
hasilkan. Skala skoring yang di gunakan yaitu (1)
tidak kuat, (2) sedikit kuat,(3) agak kuat, (4) kuat,
dan (5) sangat kuat.
Hasil terbaik di peroleh pada perlakuan 3 yaitu
fruit leather yang dibuat dengan campuran pepaya (70 g),
nanas (30 g) dan maltodekstrin 0 %, dengan nilai 2,43.
Perbedaan aroma yang di hasilkan antara setiap
perlakuan tergantung pada jenis buah yang di gunakan.
Menurut Muchtadi (1992), jenis buah dan sayuran
memiliki aroma, warna, rasa, dan kekerasan yang berbeda
– beda. Perbedaan tersebut dapat di lihat dari tingkat
kematangan buah dan sayuran.
Aroma fruit leather juga di pengaruhi oleh reaksi
maillard yang terjadi selama pengeringan. Reaksi maillard
merupakan reaksi antara gula pereduksi (reducing sugar)
dengan gugus amina primer yang akan memberikan pengaruh
positif dan negatif, salah satu pengaruh positifnya
yaitu terhadap sifat sensori pangan seperti aroma, rasa
dan warna (NS Palupi, dkk, 2007).
Pengaruh jenis buah dan konsentrasi maltodekstrin
terhadap rasa fruit leather.
Daya terima terhadap suatu makanan ditentukan oleh
rangsangan yang timbul oleh makanan melalui pancaindera
penglihatan, penciuman, pencicipan, dan pendengaran.
Namun demikian faktor utama yang akhirnya mempengaruhi
daya terima terhadap makanan adalah rangsangan citarasa
yang ditimbulkan oleh makanan. Oleh karena itu, penting
sekali dilakukan penilaian citarasa untuk menjajaki
daya penerimaan konsumen (Soekarno 1985).
Uji sensoris terhadap rasa dilakukan terhadap
tingkat keenakan fruit leather yang di hasilkan. Skala
skoring yang di gunakan yaitu (1) tidak enak, (2)
sedikit enak, (3) agak enak, (4) enak, dan (5) sangat
enak.
Berdasarkan hasil pengujian organoleptik terhadap
rasa fruit leather, nilai terbaik diperoleh fruit leather yang
di buat dengan menggunakan perlakuan 3 yaitu pepaya
(70 g), nanas (30 g), dan maltodekstrin 0 %. Nilai
yang di berikan panelis kepada fruit leather yaitu 3,23
menunjukkan fruit leather dengan perlakuan 3 memberikan
cita rasa yang paling disukai panelis dibanding fruit
leather lainya.
Perbedaan rasa yang dihasilkan tergantung dari
jenis buah dan tingkat kematangan buah yang digunakan.
Setiap buah tentu memiliki rasa yang berbeda beda.
Tingkat kematangan buah juga berpengaruh terhadap rasa
produk akhir. Menurut Anonim (2012), buah yang kurang
tua atau masih mentah akan menghasilkan produk fruit
leather yang kurang manis dan keras. Pada umumnya rasa
manis berhubungan erat dengan rasa yang lebih enak.
Pengaruh jenis buah dan konsentrasi maltodekstrin
terhadap tekstur fruit leather.
Tekstur (“konsistensi”) adalah hasil pengamatan
yang berupa sifat lunak, liat, keras, halus, kasar, dan
sebagainya (Faula, 2009). Pengujian tekstur makanan
merupakan upaya penemuan parameter tekstur yang tepat
yang harus menjadi atribut mutu makanan yang
bersangkutan, kemudian menentukan istilah populer yang
paling sesuai dalam kategori parameter tersebut
disertai dengan tambahan keterangan untuk menyatakan
tingkatannya (Hardiman,1991).
Uji sensoris terhadap tekstur dilakukan terhadap
tingkat elastisitas fruit leather yang di hasilkan. Skala
skoring yang di gunakan yaitu (1) tidak elastis, (2)
sedikit elastis, (3) agak elastis, (4) elastis, dan (5)
sangat elastis.
Berdasarkan hasil uji sensoris terhadap tekstur
fruit leather menggunakan 15 orang panelis, di dapatkan
hasil terbaik pada perlakuan 4 yaitu fruit leather yang di
buat dari Pepaya (70 g), nanas (30 g) dan maltodekstrin
1 % dengan rata rata nilai yang di peroleh yaitu 3,33
menandakan fruit leather ini cukup elastis dibanding fruit
leather dengan ketiga perlakuan lainnya. Salah satu
faktor ynag mempengaruhi tekstur fruit leather adalah
tingkat kematangan buah. Menurut anonim (2012), buah
yang dijadikan produk leather tidak harus terlalu masak
karena jika terlalu masak maka tekstur buah akan
lembek. Buah yang kurang tua atau masih mentah akan
menghasilkan produk leather yang kurang manis dan keras
sehingga kurang elastis.
Tekstur pada fruit leather juga di pengaruhi oleh
penggunaan maltodekstrin. Maltodekstrin merupakan salah
satu jenis bahan pengganti lemak berbasis karbohidrat
yang dapat diaplikasikan pada produk frozen dessert seperti
es krim, yang berfungsi membentuk padatan, meningkatkan
viskositas, tekstur, dan kekentalan (Yeti. 2009).
Maltodekstrin dapat memperbaiki karakteristik tekstur
produk. Penggunaan maltodekstrin ditujukan untuk
meningkatkan kekuatan gel dan stabilitas koloid gel
(Astuti, 2010). Pada pembuatan fruit leather yang berbasis
peristiwa gelatinisasi pektin, penambahan maltodekstrin
akan membuat gel menjadi lebih stabil yang mempengaruhi
tekstur produk akhir. Sehingga, fruit leather dengan
penambahan maltodekstrin akan memiliki tekstur yang
lebih elastis di banding fruit leather lainya.
Penambahan maltodekstrin seharusnya mampu membuat
tekstur fruit leather menjadi lebih elastis, namun pada
praktikum kali ini, tingkat elastisitas terbaik justru
diperoleh pada perlakuan tanpa menggunakan
maltodekstrin, hal ini dapat di sebabkan karena tingkat
kematangan buah buah pada perlakuan 3 mungkin lebih
cocok untuk pembuatan fruit leather dibanding buah pada
perlakuan lainya, atau dapat juga disebabkan karena
human error seperti kurangnya ketelitian saat melakukan
praktikum, atau kondisi panelis saat pelaksaan
pengujian organoleptik yang menyababkan ketidaksesuaian
hasil dengan sumber pustaka.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum, penggunaan jenis buah dan konsentrasi
maltodekstrin yang berbeda memberikan pengaruh terhadap
sifat sensoris (warna, aroma, rasa, dan tekstur) fruit
leather yang dihasilkan. Warna terbaik (paling
mengkilap) diperoleh pada perlakuan 1 yaitu campuran
labu kuning (70 g), nanas (30 g) dan maltodekstrin 0 %
dengan nilai 3,33. Aroma (paling kuat) terbaik di
peroleh pada perlakuan 3 yaitu fruit leather yang dibuat
dengan campuran pepaya (70 g), nanas (30 g) dan
maltodekstrin 0 %, dengan nilai 2,43. Rasa terbaik
(paling enak) di peroleh pada perlakuan 3 yaitu fruit
leather yang dibuat dengan campuran pepaya (70 g), nanas
(30 g) dan maltodekstrin 0 %, dengan nilai 3,23 .
Tekstur tebaik (paling elastis) di peroleh pada
perlakuan 4 yaitu fruit leather yang di buat dari Pepaya
(70 g), nanas (30 g) dan maltodekstrin 1 % dengan nilai
3,33.
B. Saran
Pelaksanaan praktikum harus lebih hati hati lagi,
dan sesuai dengan prosedur yang ada, begitu pun dengan
proses pengujian organoleptik, sebaiknya di laksanakan
pada kondisi yang baik dan menggunakan panelis yang
sekiranya paham, agar hasil yang di dapatkan lebih
maksimal.