Laporan Field Trip Karang Sambung

28
2013 Universitas Indonesia 6/21/2013 Laporan Field Trip Karang Sambung Anandi Prayoga Ramadhan Andini Dian Pertiwi Fajri Akbar Fitria Indra Kurniawan Wahyu Noor Ichwan

Transcript of Laporan Field Trip Karang Sambung

2013

Universitas

Indonesia

6/21/2013

Laporan Field TripKarang Sambung

Anandi Prayoga Ramadhan

Andini Dian Pertiwi

Fajri Akbar

Fitria

Indra Kurniawan

Wahyu Noor Ichwan

Laporan Field Trip Karang Sambung

KATA PENGANTAR

Penyusunan laporan ini dilakukan untuk memberikan gambaran

dan deskripsi kegiatan elama di Karang Sambung. Terutama pada

bagian observasi dan pengukuran-pengukuran yang menggunakan

metode-metode geofisika ataupun metode-metode geologi.

Diharapkan juga laporan field trip ini dapat menjadi pedoman bagi

para mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan di Karang Sambung di

tahun berikutnya. Pedoman pembuatan laporan ini adalah buku

panduan Geologi Lapangan Untuk Geofisika yang disusun oleh

Dosen- dosen Geofisika Universitas Indonesia. Karang Sambung

merupakan suatu daerah di Jawa Tengah tepatnya di kecamatan

Karang Sambung, kota Kebumen. Daerah ini berbeda dari daerah

lainnya karena memiliki kompleksitas geologi terbesar di Asia

Tenggara, sehingga daerah ini banyak dikunjungi oleh mahasiswa

dari berbagai universitas, termasuk Universitas Indonesia program

studi Geofisika untuk mendapatkan ilmu geologi dari bentang alam

di Karang Sambung.

Sejatinya pembelajaran Geofisika dan Geologi membutuhkan

pengalaman langsung di lapangan dengan menerapkan metode

Geofisika dan mengamati objek Geologi secara langsung sehingga

ilmu yang telah didapatkan di kelas dapat diterapkan. Untuk

memenuhi hal tersebut, mak Himpunan Mahasiswa Geofisika

Universitas Indonesia melakukan kegiatan field trip Karangsambung

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang Sambung2013. Kegiatan field trip ini dilakukan pada tanggal 14-22 juni

2013, kegitan ini sangat didukung dengan adanya bimbingan dari

Dosen Geofisika Universitas Indonesia dan karyawan dari Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Namun ada beberapa hal yang

menghambat kelancaran kegiatan ini diantaranya adalah pengaruh

cuaca buruk atau hujan.

Dengan adanya kegiatan kuliah lapangan ini, kami dapat memahami

teori di bangku kuliah dengan baik. Untuk itu kami mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing, bapak

Kris Hendardjo dan bapak Mustoto Moehadi yang setia membimbing

selama kegiatan field trip ini berlangsung.

Karang Sambung, 21 Juni 2013

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Geofisika merupakan ilmu yang berhubungan erat dengan ilmu

geologi. Sebagai mahasiswa geofisika, pengetahuan yang mendalam

mengenai geologi merupakan sebuah keharusan karena kedua ilmu ini

saling bersinergi. Untuk mendalami ilmu geologi, kami mahasiswa

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang SambungUniversitas Indonesia melakukan kuliah lapangan di Karang Sambung

yang mana tempat ini adalah lokasi favorit para mahasiswa

geofisika Universitas Indonesia karena Karang Sambung memiliki

karakteristik geologi yang paling lengkap di Indonesia.

Karang Sambung merupakan salah satu kota di Kebumen. Kawasan

dengan luas 300 km2 ini merupakan salah satu “kampus alam”

terbaik dalam pengembangan ilmu geosciences sendiri. Karang

Sambung memiliki kelebihan, diantaranya memiliki singkapan

formasi batuan yang unik dan terlengkap. Singkapan batuan di

Karang Sambung merupakan kompleks melange sehingga di daerah ini

terdapat bermacam-macam batuan baik batuan beku, batuan sedimen,

dan batuan metamorf. Singkapan dasar samudera pun terlihat jelas

di kawasan ini memberikan gambaran proses terbentuknya pulau

Jawa, maka tempat ini merupakan tempat yang cocok dalam

pengembangan ilmu baik untuk mahasiswa maupun sebagai sumber data

terbaru yang mampu mengungkapkan hal lain mengenai kawasan

tersebut.

Laporan ini dibuat hanya untuk mencakup kegiatan di hari

terakhir saja. Kelompok kami, yaitu kelompok 5 diberi tugas untuk

membuat peta contour tertutup. Peta contour tertutup yang kami

buat adalah peta contour tertutup sengkedan di suatu sawah sekitar

Karang Sambung. Metode yang kami gunakan pada pembuatan peta

contour tertutup ini adalah metode yang menggunakan kompas

geologi. Selain itu pada laporan ini akan disinggung sedikit

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang Sambungmengenai interpretasi mengenai data geolistrik yang kami lakukan

diderah Watu Randa.

1.2 Tujuan

Melatih mahasiswa untuk membuat peta topografi lintasan

tertutup

Membiasakan mahasiswa untuk menggunakan kompas geologi

Mahasiwa mampu mendeskripsikan peta topografi lintasan

tertutup yang dibuat

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang Sambung

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Kompas Geologi

Dalam melakukan pengamatan di lapangan digunakan kompas

geologi yang berfungsi . untuk menentukan arah, posisi suatu

tempat, besar kemiringan dan posisi batuan, horisontal. Adapun

kompas yang digunakan dalam pengamatan ini adalah kompas jenis

Brunton. Penentuan arah yang dimaksud disini adalah arah dari

titik tempat pengamat berdiri, ke tempat yang dibidik atau yang

dituju. Titik tersebut dapat berupa puncak bukit atau obyek

geografi yang lain, atau rambu yang sengaja dipasang, misalnya

untuk rencana lintasan. Untuk mendapatkan hasil pembacaan yang

baik, dianjurkan mengikuti tahapan sebagai berikut :

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang Sambung1. Kompas dipegang dengan tangan kiri setinggi pinggang (Gambar

2.8a)

2. Kompas dibuat horisontal (dengan bantuan "bull's eye"-

dipertahankan demikian selama pengamatan. 

3. Cermin diatur, terbuka kurang lebih 135° menghadap ke depan.

Sighting- arm dibuka horisontal dengan peep sight ditegakkan

Gambar 2.1)

4. Badan diputar sedemikian rupa sehingga titik atau benda yang

dimaksud tampak pada cermin dan berimpit dengan ujung pembidik

dan garis tengah pada cermin. Untuk mempermudah prosedur ini,

yang diputar tidak hanya tangan dengan kompas, akan tetapi

seluruh badan.

5. Baca jarum utara kompas, setelah jarum tidak bergerak.

Gambar 2.1.1

Cara membidik dan membaca arah dengan kompas

Membaca arah dapat juga dilakukan dengan memegang dan menempatkan

kompas pada posisi pandangan mata (Gambar 2.2). Kompas dipegang

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang Sambunghorisontal dengan cermin dilipat 45° dan menghadap ke mata

(Gambar 2.9b). Arah yang ditunjukkan jarum dapat dibaca melalui

cermin. Karena tangan penunjuk: arah terbalik (menghadap kita),

maka yang dibaca adalah ujung selatan jarum kompas. Yang mana

dari kedua cara ini yang paling baik adalah tergantung dari

kebiasaan kita dan keadaan medan.

Gambar 2.1.2 Cara membidik dengan melihat obyek secara langsung

2.2 Geomorfologi Banjar Sari

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, daerah Banjar Sari

kecamatan Karang Sambung terletak diantara 2 gunung yaitu Gunung

Paras dan Gunung Brujul. Apabila diamati daerah Banjar Sari

memiliki vegetasi yang sama dengan puncak dari kedua gunung

seperti ditemukannya pohon pinus, namun di daerah sekitar

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang Sambungpengamatan memiliki vegetasi yang berbeda dengan ditemukannya

pohon kelapa, pisang, dan lain - lain. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kemungkinan Gunung Paras dan Gunung Brujil pada

dahulunya merupakan satu gunung

yang terhubung oleh antiklin tetapi tererosi akibat adanya gaya

endogen sehingga terpisah dan daerah Banjar Sari berada diantara

kedua gunung tersebut.

Daerah Banjar Sari merupakan pertemuan dari 2 formasi batuan

yaitu formasi Karang Sambung dan Totogan. Daerah pengamatan kami

berada di sebelah kanan sungai dari formasi Totogan, yaitu daerah

persawahan atau sengkedan ntuk dibuat contour dari daerah

tersebut. Dibawahnya terdapat lapisan batuan lempung yang

merupakan formasi Karang Sambung dan diatasya terdapat breksi

vulkanik. Awalnya hanya terdiri dari lempung saja namun batuan

vulkanik pecah – pecah dan terbawa oleh arus sehingga

mengendapkan diatas batuan lempung (sedimentasi).

Berdasarkan hasil observasi daerah Banjar Sari memiliki

batuan yang halus berwarna merah dan berwarna putih. Apabila

dijilat batuan tersebut akan menempel di lidah yang menandakan

batuan ini merupakan btuan sedimen piroklastik yang berasal dari

abu gunung vulkanik (tuff) yang kemudian mengendap dan terjadi

sedimentasi. Batu ini brwarna merah akibat teroksidasi, sedangkan

batuan yang belum teroksidasi berwarna putih.

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang Sambung

2.3 Stratigrafi Regional Banjar Sari

Stratigrafi daerah Banjarsari dan sekitarnya yang merupakan

bagian dari

cekungan Banyumas umumnya terdiri dari batuan sedimen yang

termasuk kedalam beberapa formasi batuan, yakni :

Formasi Halang (Tmph) : Batupasir andesit ,konglomerat tufaan

dan napal bersisipan batupasir di atas bidang perlapisan

batupasir terdapat bekas bekas cacing Foramnifera kecil

menunjukan umur Miosen Akhir di lembar sebelahnya hingga

Pliosen Tebal sekitar 800m.

Anggota Batugamping Formasi Tapak : Lensa-lensa batugamping tak

berlapis berwarna kelabu kekuningan.

Formasi Tapak (Tpt) : Batupasir berbutir kasar berwarna

kehijauan dan konglomerat setempat breksi andesit di bagian

atas terdiri dari batupasir gampingan dan napal berwarna

hijau mengandung kepingan moluska Tebal sekitar 500m.

Batuan hasil Gunung api Tak Teruraikan (Qvs) : Breksi gunung

api, lava dan tufa. Penyebarannya membentuk suatu dataran

dan perbukitan

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang Sambung Lava G.Slamet (Qvls) : lava andesit ,berongga,terutama di

lereng Timur.

Endapan Lahar Gunung Slamet (Qls) : Lahar dengan bongkahan

batuan gunungapi

bersusunan andesit – basalt, bergaris tengah 10 – 50 cm,

dihasilkan oleh Gunung

Slamet Tua pada Kala Holosen. Sebarannya meliputi daerah

datar.

Aluvium (Qa) : kerikil,pasir ,lanau dan lempung sebagai endapan

sungai dan

pantai.Tanda-tanda titik –titik menunjukkan undak

sungai.Tebal hingga 150 m.

Berdasarkan peta geologi Purwokerto-Tegal dengan urutan

stratigrafi yang terlihat

dari kenampakan kolom stratigrafi oleh sumber Pusat Peneltian Dan

Pengembangan Geologi 1996 (Djuri,dkk,1996) maka cakupan formasi

batuan yang ada pada daerah penelitian meliputi formasi lava

G.Slamet (Qvls), lahar G.Slamet (Qls), dan formasi Tapak (Tpt).

2.4 Struktur Geologi Banjar Sari

Struktur geologi yang dijumpai diantaranya adalah lipatan, sesar,

dan kekar. Pada umumnya struktur tersebut dijumpai pada batuan

yang berumur Kapur hingga Pleosen. Di beberapa tempat struktur

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang Sambunglipatan dan sesar tercermin dan tampak jelas pada bentuk bentang

alamnya seperti yang terdapat di Karang Sambung. Di tempat lain

bentuk struktur hanya dapat diketahui dari pola bentuk sebaran

batuan atau ditafsirkan dari pengukuran lapisan di lapangan.

Struktur geologi sebagai akibat dari aktivitas tektonik yang

terjadi di Pulau Jawa sangat dipengaruhi oleh subduksi lempeng

Indo-Australia ke bawah lempeng Mikro Sunda.

Berdasarkan berbagai macam data (data foto udara, penelitian

lapangan, citra satelit, data magnetik, data gaya berat, data

seismik, dan data pemboran migas) dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya di pulau Jawa ada 3 (tiga) arah/pola kelurusan struktur

dominan dari yang berumur tua sampai muda yaitu pola Meratus,

pola Sunda, dan pola Jawa.

Arah yang pertama adalah arah Timurlaut-Baratdaya (NE-SW) yang

disebut dengan Pola Meratus. Pola struktur dengan arah Meratus

ini merupakan pola dominan yang berkembang di Pulau Jawa

(Pulunggono dan Martodjojo, 1994) terbentuk pada 80 sampai 53

juta tahun yang lalu (Kapur Akhir-Eosen Awal).

Arah yang kedua adalah pola struktur yang dijabarkan oleh sesar-

sesar yang berarah utara-selatan. Arah ini diwakili oleh sesar-

sesar yang membatasi Cekungan Asri, Cekungan Sunda, dan Cekungan

Arjuna. Pola ini disebut dengan Pola Sunda. Pola Sunda berarah

utara- selatan (N-S) terbentuk 53 sampai 32 juta tahun yang lalu

(Eosen Awal-Oligosen Awal).

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang SambungArah yang ketiga adalah arah barat-timur yang umumnya dominan

berada di dataran Pulau Jawa dan dinamakan dengan Pola Jawa. Pola

Jawa berarah barat-timur (E-W) terbentuk sejak 32 juta tahun yang

lalu dan diwakili oleh sesar-sesar naik seperti Baribis dan

sesar-sesar di dalam Zona Bogor (Van Bemmelen, 1949op.cit.

Pulunggono dan Martodjojo, 1994).

Sujanto (1975) membuat peta pola struktur Jawa Tengah berdasarkan

interpretasi Foto ERTS-1 menyatakan bahwa pola umum struktur

sesar di Jawa Tengah adalah barat laut- tenggara dan timur laut-

barat daya dan beberapa pola struktur sesar mempunyai arah barat-

timur.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengukuran Topografi Di Daerah Banjar Sari

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang SambungPengukuran topografi dilakukan di daerah terasering

persawahan di daerah banjar sari. Tempat tersebut terletak di

sebelah selatan sungai banjarsari.

Gambar 3.1.1

Penampakan daerah survey topografi daerah banjar sari

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang SambungGambar di atas merupakan penampakan daerah survey. Secara

umum, daerah tersebut memiliki kontur cenderung ke bawah.

Perbedaan ketinggian daerahnya dibatasi oleh pematang sawah.

Survey dimulai dengan mengatur inklinasi pada kompas geologi

ke sudut nol, melakukan kalibrasi ketinggian antara pengukur dan

model pengukuran untuk mendapatkan titik acuan nol pada model

pengukuran. Pengukuran dimulai dari sebuah titik yang dianggap

sebagai titik awal pengukuran dan titik referensi ketinggian nol.

Kemudian diteruskan ke daerah yang memiliki perbedaan ketinggian

dari titik pengamatan. Pengukuran arah dan ketinggian dilakukan

menggunakan kompas. Kesulitan yang dihadapi selama melakukan

pengukuran adalah perbedaan ketinggian yang cukup besar antar

titik pengukuran dan terdapat sawah penduduk yang sedang masa

tanam yang menyebabkan pengukuran jarak dengan langkah kurang

efektif.

Setelah melakukan pengukuran ketinggian dan arah, dilakukan

pengukuran jarak lintasan. Karena keterbatasan alat, pengukuran

jarak dilakukan menggunakan langkah kaki. Pengukur jarak harus

berusaha menjaga agar lebar langkahnya relatif tetap.

Pengukuran lintasan dilakukan dengan mengikuti pematang

sawah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari rusaknya padi dan

untuk mendapat pola daerah yang semirip mungkin dengan daerah

yang sebenarnya. Secara teori, hal tersebut mungkin dilakukan.

Namun, pematang sawah di daerah tersebut memilki banyak tikungan.

Apabila dilakukan pengukuran di setiap titik, akan banyak data

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang Sambungyang diperoleh dan memakan waktu yang lama. Pengukuran tersebut

menggunakan konsep batas waktu. Oleh karena itu, lintasan dipilih

seefisien mungkin dengan mengabaikan belokan yang tidak terlalu

tajam. Gambar berikut menggambarkan lintasan yang ditempuh saat

melakukan pengukuran.

Gambar 3.1.2

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang SambungLintasan pengukuran topografi daerah Banjar Sari

Garis biru menunjukkan lintasan yang ditempuh. Pengukuran

dilakukan di daerah dengan tanda bulat biru sebagai titik pengukuran

awal. Pada masing-masing titik dilakukan tiga kali pengukuran. Hal

tersebut dilakukan agar data yang diterima semakin mendekati

kebenaran. Ketiga data yang diperoleh kemudian dirata-rata untuk

kemudian digunakan untuk menggambar peta kontur. Berikut ini merupakan

data pengukuran yang diperoleh

No

.

Lintas

an

Jarak

(langk

ah)

Arah

Ketingg

ian

Relatif

(cm)1 1 – 2 11 N 126

E

175 cm

2 2 – 3 10 N 253

E

123 cm

3 3 – 4 7 N 225

E

95 cm

4 4 – 5 3,5 N 185

E

92 cm

5 5 – 6 10 N 141

E

206 cm

6 6 – 7 38 N 125

E

190 cm

7 7 – 8 10 N 105

E

200 cm

8 8 – 9 16 N 135 220 cm

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang SambungE

9 9 – 1 78 N 324

E

190 cm

Tabel 3.1.1

Data pengukuran topografi daerah Banjar Sari

Data di atas kemudian di plot.

Gambar 3.1.3

Polygon pengukuran sebelum dikoreksi

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang SambungGambar tersebut menunjukkan plot data awal. Terdapat

penyimpangan antar titik akhir dan awal pengukuran. Kemudian peta

di atas dikoreksi menggunakan koreksi garis. Di antara titik awal

dan akhir pengukuran ditarik garis lurus. Kemudian garis tersebut

dibagi sejumlah titik pengukuran. Kemudian, masing-masing titik

ditarik garis baru yang menyimpang searah penyimpangan dan

berjarak dengan n adalah urutan lintasan seperti gambar dibawah

ini

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang SambungDan setelah dilakukan koreksi diatas maka didapatkan hasil

berikut ini:

Gambar 3.1.4

Polygon pengukuran setelah dikoreksi

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang Sambung

3.2 Interpretasi Data Geolistrik Daerah Watu Randa

Gambar di atas merupakan grafik resistivitas yang terbentuk

dari pengukuran metode geolistrik. Resistivitas daerah di sebelah

kiri cenderung tinggi dan berangsur menurun.Dari data tersebut

dapat diketahui mana formasi waturanda dan formasi panasogan.

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang SambungFormasi waturanda secara umum terdiri dari batuan sedimen

dengan matriks pasir. Batuan pasir memilki resistivitas di antara

lima ohmmeter hingga seribu ohmmeter. JIka dibandingkan dengan

gambar di atas, formasi waturanda berada di bagian kiri karena

pada bagian tersebut memilki resistivitasyang lumayan tinggi

yaitu lebih dari lima ratus ohmmeter.

Selanjutnya formasi panasogan terdiri dari batuan lempung.

Lempung memiliki resistivitas yang lebih kecil dari yang jauh

lebih kecil dari batu pasir. Formasi tersebut terdapat di sebelah

kiri. Resistivitas yang sebelah kanan terlalu besar untuk jenis

batuan lempung. Sehingga kesimpulannya bagian kanan adalah

formasi panasogan, kemudian formasi waturanda berada di wilayah

kanan.

Daerah di bagian bawah yang memilki resistivitas rendah

kemungkinan meruapakan daerah resapan air. Karena itu,

resistivitas yang terukur kecil.

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang Sambung

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Untuk membuat topografi lintasan tertutup perlu dilakukan

pengukuran diantaranya pengukuran sudut, arah danpengukuran

tinggi. Pengukuran dilkukan di lokasi terasering yang sangat

undulatif. Titik-titik yang diukur untuk dijadikan polygon

tertutup ada 9 titik.

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang Sambung2. Kompas geologi digunakan untuk menentukan arah, posisi

suatu tempat, besar kemiringan dan posisi batuan,

horizontal.

3. Peta lintasan tertutup yang dibuat adalah lintasan di daerah

Banjar Sari tepatnya di bagian terasering. Pengukuran

dilakukan sebanyak 9 titik. Pada saat dilakukan pembuatan

peta lintasan, polygon yang didapatkan tidak tertutup,

sehingga perlu dilakukan koreksi disetiap titik dengan cara

menarik titik awal dengan titik terakhir. Kemudian jarak

antara titik yang tidak tertutup dibagi dengan banyaknya

jumlah titik pengukuran, dan setiap titik selanjutnya

dikurang satu.

4.2 Saran

Agar pelaksanaan kuliah lapangan ini efektif dan berjalan

lancar , maka diharapkan untuk peserta field trip untuk memahami

dan mempelajari modul panduan terlebih dahulu.

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang Sambung

ANGGOTA KELOMPOK

1. Nama : Anandi Prayoga Ramadhan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Maret 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Single

Hobby : Olah raga dan DJ-ing

E-Mail : [email protected]

Twitter : @anandi23

No. Hp : +6281380164708

Alamat : Jln. SD. Inpres, No. 65

2. Nama : Andini Dian Pertiwi

Tempat Tanggal Lahir : Padang Panjang, 21 Maret 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Single

Hobby : Menari dan menyanyi

E-Mail : [email protected]

Twitter : @DiniDianPertiwi

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang SambungNo. Hp : +6285760744337

Alamat : Jl. St. Syahrir no. 32 RT 04,

Silaing Bawah,

Padang Panjang

3. Nama : Fajri Akbar

Tempat Tanggal Lahir : Padangpanjang , 18 Januari 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Single

Hobby : Travelling, shopping

E-Mail : [email protected]

Twitter : @fajriakbaar

No. Hp : 081213331256

Alamat : Jl. Syekh M. Jamil no 37 RT 14,

Koto Panjang,

Padangpanjang, Sumbar

4. Nama : Fitria

Tempat Tanggal Lahir : Tanjung Jati, 20 Maret 1992

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang SambungJenis Kelamin :Perempuan

Status : Single

Hobby :Menulis dan listening musics

E-Mail :[email protected]

Twitter :@fitriaRFS

No. Hp :+6281267431204

Alamat : tj.Jati kec guguak 50 kota -Sumbar

5. Nama : Indra Kurniawan

Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 21 Oktober 1991

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Single

Hobby : Membaca dan travelling

E-Mail : [email protected]

Twitter : @ndoroindro

No. Hp : 08567254654

Alamat : Jl. Kasuari B 123 RT 02/09

Komplek Masnaga,

Bekasi

Universitas Indonesia

Laporan Field Trip Karang Sambung

6. Nama : Wahyu Noor Ichwan

Tempat Tanggal Lahir : Pati, 2 Mei 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Single

Hobby : Puzzle, browsing, melawak

E-Mail : [email protected]

Twitter : @wakiju

No. Hp : 081806311934

Alamat : Jl. Raya Tayu Puncel Km 12,

Desa Kembang RT

04/03, Pati

Universitas Indonesia