2013
Universitas
Indonesia
6/21/2013
Laporan Field TripKarang Sambung
Anandi Prayoga Ramadhan
Andini Dian Pertiwi
Fajri Akbar
Fitria
Indra Kurniawan
Wahyu Noor Ichwan
Laporan Field Trip Karang Sambung
KATA PENGANTAR
Penyusunan laporan ini dilakukan untuk memberikan gambaran
dan deskripsi kegiatan elama di Karang Sambung. Terutama pada
bagian observasi dan pengukuran-pengukuran yang menggunakan
metode-metode geofisika ataupun metode-metode geologi.
Diharapkan juga laporan field trip ini dapat menjadi pedoman bagi
para mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan di Karang Sambung di
tahun berikutnya. Pedoman pembuatan laporan ini adalah buku
panduan Geologi Lapangan Untuk Geofisika yang disusun oleh
Dosen- dosen Geofisika Universitas Indonesia. Karang Sambung
merupakan suatu daerah di Jawa Tengah tepatnya di kecamatan
Karang Sambung, kota Kebumen. Daerah ini berbeda dari daerah
lainnya karena memiliki kompleksitas geologi terbesar di Asia
Tenggara, sehingga daerah ini banyak dikunjungi oleh mahasiswa
dari berbagai universitas, termasuk Universitas Indonesia program
studi Geofisika untuk mendapatkan ilmu geologi dari bentang alam
di Karang Sambung.
Sejatinya pembelajaran Geofisika dan Geologi membutuhkan
pengalaman langsung di lapangan dengan menerapkan metode
Geofisika dan mengamati objek Geologi secara langsung sehingga
ilmu yang telah didapatkan di kelas dapat diterapkan. Untuk
memenuhi hal tersebut, mak Himpunan Mahasiswa Geofisika
Universitas Indonesia melakukan kegiatan field trip Karangsambung
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang Sambung2013. Kegiatan field trip ini dilakukan pada tanggal 14-22 juni
2013, kegitan ini sangat didukung dengan adanya bimbingan dari
Dosen Geofisika Universitas Indonesia dan karyawan dari Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Namun ada beberapa hal yang
menghambat kelancaran kegiatan ini diantaranya adalah pengaruh
cuaca buruk atau hujan.
Dengan adanya kegiatan kuliah lapangan ini, kami dapat memahami
teori di bangku kuliah dengan baik. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing, bapak
Kris Hendardjo dan bapak Mustoto Moehadi yang setia membimbing
selama kegiatan field trip ini berlangsung.
Karang Sambung, 21 Juni 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Geofisika merupakan ilmu yang berhubungan erat dengan ilmu
geologi. Sebagai mahasiswa geofisika, pengetahuan yang mendalam
mengenai geologi merupakan sebuah keharusan karena kedua ilmu ini
saling bersinergi. Untuk mendalami ilmu geologi, kami mahasiswa
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang SambungUniversitas Indonesia melakukan kuliah lapangan di Karang Sambung
yang mana tempat ini adalah lokasi favorit para mahasiswa
geofisika Universitas Indonesia karena Karang Sambung memiliki
karakteristik geologi yang paling lengkap di Indonesia.
Karang Sambung merupakan salah satu kota di Kebumen. Kawasan
dengan luas 300 km2 ini merupakan salah satu “kampus alam”
terbaik dalam pengembangan ilmu geosciences sendiri. Karang
Sambung memiliki kelebihan, diantaranya memiliki singkapan
formasi batuan yang unik dan terlengkap. Singkapan batuan di
Karang Sambung merupakan kompleks melange sehingga di daerah ini
terdapat bermacam-macam batuan baik batuan beku, batuan sedimen,
dan batuan metamorf. Singkapan dasar samudera pun terlihat jelas
di kawasan ini memberikan gambaran proses terbentuknya pulau
Jawa, maka tempat ini merupakan tempat yang cocok dalam
pengembangan ilmu baik untuk mahasiswa maupun sebagai sumber data
terbaru yang mampu mengungkapkan hal lain mengenai kawasan
tersebut.
Laporan ini dibuat hanya untuk mencakup kegiatan di hari
terakhir saja. Kelompok kami, yaitu kelompok 5 diberi tugas untuk
membuat peta contour tertutup. Peta contour tertutup yang kami
buat adalah peta contour tertutup sengkedan di suatu sawah sekitar
Karang Sambung. Metode yang kami gunakan pada pembuatan peta
contour tertutup ini adalah metode yang menggunakan kompas
geologi. Selain itu pada laporan ini akan disinggung sedikit
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang Sambungmengenai interpretasi mengenai data geolistrik yang kami lakukan
diderah Watu Randa.
1.2 Tujuan
Melatih mahasiswa untuk membuat peta topografi lintasan
tertutup
Membiasakan mahasiswa untuk menggunakan kompas geologi
Mahasiwa mampu mendeskripsikan peta topografi lintasan
tertutup yang dibuat
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang Sambung
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Kompas Geologi
Dalam melakukan pengamatan di lapangan digunakan kompas
geologi yang berfungsi . untuk menentukan arah, posisi suatu
tempat, besar kemiringan dan posisi batuan, horisontal. Adapun
kompas yang digunakan dalam pengamatan ini adalah kompas jenis
Brunton. Penentuan arah yang dimaksud disini adalah arah dari
titik tempat pengamat berdiri, ke tempat yang dibidik atau yang
dituju. Titik tersebut dapat berupa puncak bukit atau obyek
geografi yang lain, atau rambu yang sengaja dipasang, misalnya
untuk rencana lintasan. Untuk mendapatkan hasil pembacaan yang
baik, dianjurkan mengikuti tahapan sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang Sambung1. Kompas dipegang dengan tangan kiri setinggi pinggang (Gambar
2.8a)
2. Kompas dibuat horisontal (dengan bantuan "bull's eye"-
dipertahankan demikian selama pengamatan.
3. Cermin diatur, terbuka kurang lebih 135° menghadap ke depan.
Sighting- arm dibuka horisontal dengan peep sight ditegakkan
Gambar 2.1)
4. Badan diputar sedemikian rupa sehingga titik atau benda yang
dimaksud tampak pada cermin dan berimpit dengan ujung pembidik
dan garis tengah pada cermin. Untuk mempermudah prosedur ini,
yang diputar tidak hanya tangan dengan kompas, akan tetapi
seluruh badan.
5. Baca jarum utara kompas, setelah jarum tidak bergerak.
Gambar 2.1.1
Cara membidik dan membaca arah dengan kompas
Membaca arah dapat juga dilakukan dengan memegang dan menempatkan
kompas pada posisi pandangan mata (Gambar 2.2). Kompas dipegang
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang Sambunghorisontal dengan cermin dilipat 45° dan menghadap ke mata
(Gambar 2.9b). Arah yang ditunjukkan jarum dapat dibaca melalui
cermin. Karena tangan penunjuk: arah terbalik (menghadap kita),
maka yang dibaca adalah ujung selatan jarum kompas. Yang mana
dari kedua cara ini yang paling baik adalah tergantung dari
kebiasaan kita dan keadaan medan.
Gambar 2.1.2 Cara membidik dengan melihat obyek secara langsung
2.2 Geomorfologi Banjar Sari
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, daerah Banjar Sari
kecamatan Karang Sambung terletak diantara 2 gunung yaitu Gunung
Paras dan Gunung Brujul. Apabila diamati daerah Banjar Sari
memiliki vegetasi yang sama dengan puncak dari kedua gunung
seperti ditemukannya pohon pinus, namun di daerah sekitar
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang Sambungpengamatan memiliki vegetasi yang berbeda dengan ditemukannya
pohon kelapa, pisang, dan lain - lain. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kemungkinan Gunung Paras dan Gunung Brujil pada
dahulunya merupakan satu gunung
yang terhubung oleh antiklin tetapi tererosi akibat adanya gaya
endogen sehingga terpisah dan daerah Banjar Sari berada diantara
kedua gunung tersebut.
Daerah Banjar Sari merupakan pertemuan dari 2 formasi batuan
yaitu formasi Karang Sambung dan Totogan. Daerah pengamatan kami
berada di sebelah kanan sungai dari formasi Totogan, yaitu daerah
persawahan atau sengkedan ntuk dibuat contour dari daerah
tersebut. Dibawahnya terdapat lapisan batuan lempung yang
merupakan formasi Karang Sambung dan diatasya terdapat breksi
vulkanik. Awalnya hanya terdiri dari lempung saja namun batuan
vulkanik pecah – pecah dan terbawa oleh arus sehingga
mengendapkan diatas batuan lempung (sedimentasi).
Berdasarkan hasil observasi daerah Banjar Sari memiliki
batuan yang halus berwarna merah dan berwarna putih. Apabila
dijilat batuan tersebut akan menempel di lidah yang menandakan
batuan ini merupakan btuan sedimen piroklastik yang berasal dari
abu gunung vulkanik (tuff) yang kemudian mengendap dan terjadi
sedimentasi. Batu ini brwarna merah akibat teroksidasi, sedangkan
batuan yang belum teroksidasi berwarna putih.
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang Sambung
2.3 Stratigrafi Regional Banjar Sari
Stratigrafi daerah Banjarsari dan sekitarnya yang merupakan
bagian dari
cekungan Banyumas umumnya terdiri dari batuan sedimen yang
termasuk kedalam beberapa formasi batuan, yakni :
Formasi Halang (Tmph) : Batupasir andesit ,konglomerat tufaan
dan napal bersisipan batupasir di atas bidang perlapisan
batupasir terdapat bekas bekas cacing Foramnifera kecil
menunjukan umur Miosen Akhir di lembar sebelahnya hingga
Pliosen Tebal sekitar 800m.
Anggota Batugamping Formasi Tapak : Lensa-lensa batugamping tak
berlapis berwarna kelabu kekuningan.
Formasi Tapak (Tpt) : Batupasir berbutir kasar berwarna
kehijauan dan konglomerat setempat breksi andesit di bagian
atas terdiri dari batupasir gampingan dan napal berwarna
hijau mengandung kepingan moluska Tebal sekitar 500m.
Batuan hasil Gunung api Tak Teruraikan (Qvs) : Breksi gunung
api, lava dan tufa. Penyebarannya membentuk suatu dataran
dan perbukitan
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang Sambung Lava G.Slamet (Qvls) : lava andesit ,berongga,terutama di
lereng Timur.
Endapan Lahar Gunung Slamet (Qls) : Lahar dengan bongkahan
batuan gunungapi
bersusunan andesit – basalt, bergaris tengah 10 – 50 cm,
dihasilkan oleh Gunung
Slamet Tua pada Kala Holosen. Sebarannya meliputi daerah
datar.
Aluvium (Qa) : kerikil,pasir ,lanau dan lempung sebagai endapan
sungai dan
pantai.Tanda-tanda titik –titik menunjukkan undak
sungai.Tebal hingga 150 m.
Berdasarkan peta geologi Purwokerto-Tegal dengan urutan
stratigrafi yang terlihat
dari kenampakan kolom stratigrafi oleh sumber Pusat Peneltian Dan
Pengembangan Geologi 1996 (Djuri,dkk,1996) maka cakupan formasi
batuan yang ada pada daerah penelitian meliputi formasi lava
G.Slamet (Qvls), lahar G.Slamet (Qls), dan formasi Tapak (Tpt).
2.4 Struktur Geologi Banjar Sari
Struktur geologi yang dijumpai diantaranya adalah lipatan, sesar,
dan kekar. Pada umumnya struktur tersebut dijumpai pada batuan
yang berumur Kapur hingga Pleosen. Di beberapa tempat struktur
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang Sambunglipatan dan sesar tercermin dan tampak jelas pada bentuk bentang
alamnya seperti yang terdapat di Karang Sambung. Di tempat lain
bentuk struktur hanya dapat diketahui dari pola bentuk sebaran
batuan atau ditafsirkan dari pengukuran lapisan di lapangan.
Struktur geologi sebagai akibat dari aktivitas tektonik yang
terjadi di Pulau Jawa sangat dipengaruhi oleh subduksi lempeng
Indo-Australia ke bawah lempeng Mikro Sunda.
Berdasarkan berbagai macam data (data foto udara, penelitian
lapangan, citra satelit, data magnetik, data gaya berat, data
seismik, dan data pemboran migas) dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya di pulau Jawa ada 3 (tiga) arah/pola kelurusan struktur
dominan dari yang berumur tua sampai muda yaitu pola Meratus,
pola Sunda, dan pola Jawa.
Arah yang pertama adalah arah Timurlaut-Baratdaya (NE-SW) yang
disebut dengan Pola Meratus. Pola struktur dengan arah Meratus
ini merupakan pola dominan yang berkembang di Pulau Jawa
(Pulunggono dan Martodjojo, 1994) terbentuk pada 80 sampai 53
juta tahun yang lalu (Kapur Akhir-Eosen Awal).
Arah yang kedua adalah pola struktur yang dijabarkan oleh sesar-
sesar yang berarah utara-selatan. Arah ini diwakili oleh sesar-
sesar yang membatasi Cekungan Asri, Cekungan Sunda, dan Cekungan
Arjuna. Pola ini disebut dengan Pola Sunda. Pola Sunda berarah
utara- selatan (N-S) terbentuk 53 sampai 32 juta tahun yang lalu
(Eosen Awal-Oligosen Awal).
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang SambungArah yang ketiga adalah arah barat-timur yang umumnya dominan
berada di dataran Pulau Jawa dan dinamakan dengan Pola Jawa. Pola
Jawa berarah barat-timur (E-W) terbentuk sejak 32 juta tahun yang
lalu dan diwakili oleh sesar-sesar naik seperti Baribis dan
sesar-sesar di dalam Zona Bogor (Van Bemmelen, 1949op.cit.
Pulunggono dan Martodjojo, 1994).
Sujanto (1975) membuat peta pola struktur Jawa Tengah berdasarkan
interpretasi Foto ERTS-1 menyatakan bahwa pola umum struktur
sesar di Jawa Tengah adalah barat laut- tenggara dan timur laut-
barat daya dan beberapa pola struktur sesar mempunyai arah barat-
timur.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengukuran Topografi Di Daerah Banjar Sari
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang SambungPengukuran topografi dilakukan di daerah terasering
persawahan di daerah banjar sari. Tempat tersebut terletak di
sebelah selatan sungai banjarsari.
Gambar 3.1.1
Penampakan daerah survey topografi daerah banjar sari
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang SambungGambar di atas merupakan penampakan daerah survey. Secara
umum, daerah tersebut memiliki kontur cenderung ke bawah.
Perbedaan ketinggian daerahnya dibatasi oleh pematang sawah.
Survey dimulai dengan mengatur inklinasi pada kompas geologi
ke sudut nol, melakukan kalibrasi ketinggian antara pengukur dan
model pengukuran untuk mendapatkan titik acuan nol pada model
pengukuran. Pengukuran dimulai dari sebuah titik yang dianggap
sebagai titik awal pengukuran dan titik referensi ketinggian nol.
Kemudian diteruskan ke daerah yang memiliki perbedaan ketinggian
dari titik pengamatan. Pengukuran arah dan ketinggian dilakukan
menggunakan kompas. Kesulitan yang dihadapi selama melakukan
pengukuran adalah perbedaan ketinggian yang cukup besar antar
titik pengukuran dan terdapat sawah penduduk yang sedang masa
tanam yang menyebabkan pengukuran jarak dengan langkah kurang
efektif.
Setelah melakukan pengukuran ketinggian dan arah, dilakukan
pengukuran jarak lintasan. Karena keterbatasan alat, pengukuran
jarak dilakukan menggunakan langkah kaki. Pengukur jarak harus
berusaha menjaga agar lebar langkahnya relatif tetap.
Pengukuran lintasan dilakukan dengan mengikuti pematang
sawah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari rusaknya padi dan
untuk mendapat pola daerah yang semirip mungkin dengan daerah
yang sebenarnya. Secara teori, hal tersebut mungkin dilakukan.
Namun, pematang sawah di daerah tersebut memilki banyak tikungan.
Apabila dilakukan pengukuran di setiap titik, akan banyak data
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang Sambungyang diperoleh dan memakan waktu yang lama. Pengukuran tersebut
menggunakan konsep batas waktu. Oleh karena itu, lintasan dipilih
seefisien mungkin dengan mengabaikan belokan yang tidak terlalu
tajam. Gambar berikut menggambarkan lintasan yang ditempuh saat
melakukan pengukuran.
Gambar 3.1.2
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang SambungLintasan pengukuran topografi daerah Banjar Sari
Garis biru menunjukkan lintasan yang ditempuh. Pengukuran
dilakukan di daerah dengan tanda bulat biru sebagai titik pengukuran
awal. Pada masing-masing titik dilakukan tiga kali pengukuran. Hal
tersebut dilakukan agar data yang diterima semakin mendekati
kebenaran. Ketiga data yang diperoleh kemudian dirata-rata untuk
kemudian digunakan untuk menggambar peta kontur. Berikut ini merupakan
data pengukuran yang diperoleh
No
.
Lintas
an
Jarak
(langk
ah)
Arah
Ketingg
ian
Relatif
(cm)1 1 – 2 11 N 126
E
175 cm
2 2 – 3 10 N 253
E
123 cm
3 3 – 4 7 N 225
E
95 cm
4 4 – 5 3,5 N 185
E
92 cm
5 5 – 6 10 N 141
E
206 cm
6 6 – 7 38 N 125
E
190 cm
7 7 – 8 10 N 105
E
200 cm
8 8 – 9 16 N 135 220 cm
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang SambungE
9 9 – 1 78 N 324
E
190 cm
Tabel 3.1.1
Data pengukuran topografi daerah Banjar Sari
Data di atas kemudian di plot.
Gambar 3.1.3
Polygon pengukuran sebelum dikoreksi
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang SambungGambar tersebut menunjukkan plot data awal. Terdapat
penyimpangan antar titik akhir dan awal pengukuran. Kemudian peta
di atas dikoreksi menggunakan koreksi garis. Di antara titik awal
dan akhir pengukuran ditarik garis lurus. Kemudian garis tersebut
dibagi sejumlah titik pengukuran. Kemudian, masing-masing titik
ditarik garis baru yang menyimpang searah penyimpangan dan
berjarak dengan n adalah urutan lintasan seperti gambar dibawah
ini
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang SambungDan setelah dilakukan koreksi diatas maka didapatkan hasil
berikut ini:
Gambar 3.1.4
Polygon pengukuran setelah dikoreksi
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang Sambung
3.2 Interpretasi Data Geolistrik Daerah Watu Randa
Gambar di atas merupakan grafik resistivitas yang terbentuk
dari pengukuran metode geolistrik. Resistivitas daerah di sebelah
kiri cenderung tinggi dan berangsur menurun.Dari data tersebut
dapat diketahui mana formasi waturanda dan formasi panasogan.
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang SambungFormasi waturanda secara umum terdiri dari batuan sedimen
dengan matriks pasir. Batuan pasir memilki resistivitas di antara
lima ohmmeter hingga seribu ohmmeter. JIka dibandingkan dengan
gambar di atas, formasi waturanda berada di bagian kiri karena
pada bagian tersebut memilki resistivitasyang lumayan tinggi
yaitu lebih dari lima ratus ohmmeter.
Selanjutnya formasi panasogan terdiri dari batuan lempung.
Lempung memiliki resistivitas yang lebih kecil dari yang jauh
lebih kecil dari batu pasir. Formasi tersebut terdapat di sebelah
kiri. Resistivitas yang sebelah kanan terlalu besar untuk jenis
batuan lempung. Sehingga kesimpulannya bagian kanan adalah
formasi panasogan, kemudian formasi waturanda berada di wilayah
kanan.
Daerah di bagian bawah yang memilki resistivitas rendah
kemungkinan meruapakan daerah resapan air. Karena itu,
resistivitas yang terukur kecil.
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang Sambung
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Untuk membuat topografi lintasan tertutup perlu dilakukan
pengukuran diantaranya pengukuran sudut, arah danpengukuran
tinggi. Pengukuran dilkukan di lokasi terasering yang sangat
undulatif. Titik-titik yang diukur untuk dijadikan polygon
tertutup ada 9 titik.
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang Sambung2. Kompas geologi digunakan untuk menentukan arah, posisi
suatu tempat, besar kemiringan dan posisi batuan,
horizontal.
3. Peta lintasan tertutup yang dibuat adalah lintasan di daerah
Banjar Sari tepatnya di bagian terasering. Pengukuran
dilakukan sebanyak 9 titik. Pada saat dilakukan pembuatan
peta lintasan, polygon yang didapatkan tidak tertutup,
sehingga perlu dilakukan koreksi disetiap titik dengan cara
menarik titik awal dengan titik terakhir. Kemudian jarak
antara titik yang tidak tertutup dibagi dengan banyaknya
jumlah titik pengukuran, dan setiap titik selanjutnya
dikurang satu.
4.2 Saran
Agar pelaksanaan kuliah lapangan ini efektif dan berjalan
lancar , maka diharapkan untuk peserta field trip untuk memahami
dan mempelajari modul panduan terlebih dahulu.
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang Sambung
ANGGOTA KELOMPOK
1. Nama : Anandi Prayoga Ramadhan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Maret 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Single
Hobby : Olah raga dan DJ-ing
E-Mail : [email protected]
Twitter : @anandi23
No. Hp : +6281380164708
Alamat : Jln. SD. Inpres, No. 65
2. Nama : Andini Dian Pertiwi
Tempat Tanggal Lahir : Padang Panjang, 21 Maret 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Single
Hobby : Menari dan menyanyi
E-Mail : [email protected]
Twitter : @DiniDianPertiwi
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang SambungNo. Hp : +6285760744337
Alamat : Jl. St. Syahrir no. 32 RT 04,
Silaing Bawah,
Padang Panjang
3. Nama : Fajri Akbar
Tempat Tanggal Lahir : Padangpanjang , 18 Januari 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Single
Hobby : Travelling, shopping
E-Mail : [email protected]
Twitter : @fajriakbaar
No. Hp : 081213331256
Alamat : Jl. Syekh M. Jamil no 37 RT 14,
Koto Panjang,
Padangpanjang, Sumbar
4. Nama : Fitria
Tempat Tanggal Lahir : Tanjung Jati, 20 Maret 1992
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang SambungJenis Kelamin :Perempuan
Status : Single
Hobby :Menulis dan listening musics
E-Mail :[email protected]
Twitter :@fitriaRFS
No. Hp :+6281267431204
Alamat : tj.Jati kec guguak 50 kota -Sumbar
5. Nama : Indra Kurniawan
Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 21 Oktober 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Single
Hobby : Membaca dan travelling
E-Mail : [email protected]
Twitter : @ndoroindro
No. Hp : 08567254654
Alamat : Jl. Kasuari B 123 RT 02/09
Komplek Masnaga,
Bekasi
Universitas Indonesia
Laporan Field Trip Karang Sambung
6. Nama : Wahyu Noor Ichwan
Tempat Tanggal Lahir : Pati, 2 Mei 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Single
Hobby : Puzzle, browsing, melawak
E-Mail : [email protected]
Twitter : @wakiju
No. Hp : 081806311934
Alamat : Jl. Raya Tayu Puncel Km 12,
Desa Kembang RT
04/03, Pati
Universitas Indonesia
Top Related