Laporan Besar B Indo
-
Upload
ubrawijaya -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Laporan Besar B Indo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelangkaan dan keterpurukan kedelai buatan Indonesia
yang terjadi akhir – akhir ini telah menjadi suatu budaya
atau suatu hal yang tidak bisa dirubah dan hanya bisa
diturunkan dari generasi ke generasi. Dengan fenomena
diatas hal ini sangat meresahkan dan mencengangkan bagi
produsen pangan di Indonesisa, yang mana Indonesia adalah
negara yang kaya akan pulau dengan hasil alam yang sangat
berlimpah.
Tetapi mengapa kedelai hasil dari negara kita kurang
berkembang dan bahkan mungkin sudah tidak diminati publik
pribumi sendiri. Perlu kita tahu bahwa kedelai hasil negara
kita memiliki kandungan serat yang tinggi dengan kisaran
nilai 56,70 %. Hal ini sangat merugikan konsumen, karena
kandungan serat yang tinggi berbanding lurus dengan
kandunagn lemak pada kedelai tersebut.
Dari penjelasan diatas menjadikan kedelai local atau
buatan Indonesia sudah tidak lagi diminati oleh publik, hal
ini jelas para konsumen khususnya publik Indonesia lebih
beralih ke kedelai hasil impor negara lain dengan harapan
mendapatkan kandungan yang sedikit tetapi memiliki
kandungan protein yang tinggi.
Apabila diibiarkan berlarut – larut maka seperti yang
terjadi saat ini, masyarakat Indonesia tidak bisa
dilepaskan dari kedelai impor atau dapat disimpulkan bahwa
masyarakat Indonesia skarang sudah memiliki ketergantungan
dengan kedelai dari local. Hal ini akan berimbas pada
factor ekonomi masyarakat Indonesia, dimana mereka harus
membayar lebih untuk mendapatkan kedelai impor yang
memiliki kandungan protein yang tinggi.
Dibandingkan denga kedelai impor kandungan serat yang
terdapat pada kedelai impor juga tidak begitu memiliki
perbedaan yang signifikan dengan kisaran nilai 55,99 %.
Meski memiliki kandungan serat yang tidak terlalu berbeda
masarakat Indonesia tetap memilih dan tidak berpaling dari
kedelai impor. Selain memeiliki pengaruh yang buruk
terhadap konsumen, produsen-produsen tahu dan tempe serta
produsen olahan pangan yang menjadikan kedelai sebagai
bahan dasar olahan mereka pun juga tidak luput dari
pengeruh negative fenomena ini.
Salah satu cara untuk menyiasati ketergantungan adalah
dengan cara memanfaatkan rekasyasa genetika antara kacang
komak putih dengan kacang komak coklat tua yang
menghasilkan kandungan serat yang rendah tetapi memiliki
kandungan protein yang tinggi. Dengan hasil rekayasa
genetika tersebut tanaman kacang komak sudah dapat
beradaptasi dengan lingkungan yang ada di Indonesia seperti
Malang, Probolinggo selain itu hasil rekayasa genetikan
tersebut juga dapat dijadikan solusi ketergantungan akan
kedelai impor yang selama ini sudah mendarah daging di
masyarakat Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara mendapatkan benih unggul tanaman kacang
komak
b. Bagaimana cara membudidayakan tanaman kacang komak di
Indonesia
c. Bagaimana olahan serta nilai tambah kacang komak
terhadap kebutuhan pangan di Indonesia
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui cara mendapatkan benih unggul tanaman
kacang komak
b. Untuk mengetahui cara budidaya tanaman kacang komak di
Indonesia
c. Untuk mengetahui olahan serta nilai tambah kacang komak
terhadap kebutuhan pangan di Indonesia
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Karya ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan kepada penulis terhadap perkembangan kacang
komak di Indonesia. Selain itu, penulisan karya ilmiah
ini diharapkan dapat mengembangkan kreativitas dan
wawasan penulis.
2. Bagi petani
Petani diharapkan dapat memperoleh pengetahuan
mengenai potensi yang dimiliki oleh tanaman kacang komak.
Petani pun diharapkan dapat membudidayakan tanaman kacang
komak dengan baik untuk menambah produktivitas kacang
komak.
3. Bagi pemerintah
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi pemerintah dalam menemukan alternatif kacang
kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe.
4. Bagi masyarakat umum
Karya tulis ini diharapakan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat luas mengenai tanaman kacang komak,
kandungan – kandungan yang dimiliki kacang komak serta
potensi yang dimiliki kacang komak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kacang Komak
Kacang komak (Lablab purpureus (L.) Sweet) merupakan tanaman
yang tumbuh di daerah tropis dan berasal dari Asia yang
kemudian dibawa ke Afrika. Kacang komak (Lablab purpureus (L.)
Sweet) diklasifikasikan ke dalam subkelas Rosidae, ordo
Fabales, famili Fabaceae dan genus Lablab adans. Kacang
komak memiliki bunga yang berwarna ungu atau putih.
(Allendan Allen, 1981)
Kacang komak dibudidayakan di daerah tropik dan
subtropik, terutama India, Asia Tenggara, Mesir, dan Sudan.
Kacang komak diketahui memiliki varietas yang berbeda di
berbagai tempat di dunia, sehingga namanya bermacam-macam
seperti Dolichos lablab, Country bean, Dolichos bean, Lablab vulgaris,
Lubia bean, Lablab niger, Hierba de Conejo, Frijol jacinto, Poroto
japones, India butter bean, dan lain-lain.
(Murphy dan Colucci, 1999)
Gambar 1. Visualisasi Tanaman Kacang Komak (Lablab purpureus
(L.) Sweet)
Di Asia Tenggara, kacang komak populer sebagai sayuran
polong muda atau digunakan dalam sayur kari. Biji muda
kacang komak yang masih hijau dimakan setelah direbus atau
disangrai. Daun, pucuk, dan perbungaan kacang komak
dimanfaatkan sebagai kacang-kacangan, dan sebagai “dhal”
(Maesen dan Somaatmadja, 1993). Di beberapa daerah di
Indonesia seperti di Bondowoso, Situbondo, dan Probolinggo,
kacang komak sering digunakan sebagai campuran nasi beras.
Kacang komak berpotensi menggantikan sebagian atau seluruh
kacang kedelai pada pembuatan produk pangan berbasis kacang
kedelai. Tempe, tauco, kecap, tepung komposit, makanan
bayi, dan konsentrat protein adalah produk yang dapat
dihasilkan dari kacang komak
(Utomo et al., 1999)
Gambar 2. Kacang Komak (Lablab purpureus (L.) Sweet)
Dari segi kandungan gizi, protein pada kedelai masih
lebih tinggi. Namun kacang komak justru mempunyai kelebihan
karena terbukti mampu menurunkan berat badan, kolesterol
darah, dan kadar gula darah. Karena kacang komak memiliki
antioksidan cukup tinggi dan 10 kali lipat asam askorbat
(vitamin C).
(Hartoyo A., 2008)
Kandungan protein polong muda, biji dan hijauan tanaman
kacang komak masing-masing adalah 11,5%; 24,9% dan 41,2%,
sedangkan kandungan nutrisi dan energi dalam setiap 100 g
bahan adalah 9,6 g air; 25 g protein; 0,8 g lemak; 60,1 g
karbohidrat; 1,4 g serat; 3,2 g abu, dan energi sebesar 335
kal. Kandungan nutrisi tersebut membuat kacang komak
merupakan salah satu bahan pangan yang potensial untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Kandungan lemak yang
rendah memiliki keuntungan tersendiri dalam penyediaan menu
rendah lemak dan rendah kolestrol.
(Trustinah dan Kasno, 2002)
Kacang komak diyakini dapat membantu dalam usaha
mengatasi kekurangan protein, karena kacang komak mempunyai
nilai gizi yang cukup tinggi, berupa protein, lemak, zat-
zat gizi lainnya dan komposisi asam amino yang baik. Kadar
protein kacang komak sebesar 21,5% dengan susunan asam
amino yang mendekati pola protein kedelai.
(Martoyuwono, 1984)
Nilai gizi kacang komak menempati urutan ketiga setelah
kacang tanah dan kedelai. Kandungan lemak dan serat biji
kacang komak terendah di antara kacang-kacangan yang banyak
ditanam di Indonesia. Hal tersebut membuat kacang komak
berpotensi menggantikan sebagian atau seluruh bahan baku
pangan, misalnya kedelai. Tempe, tauco, kecap, tepung
komposit, makanan bayi, dan konsentrat protein adalah
produk yang dapat dihasilkan dari kacang komak.
(Utomo dkk, 1991)
Tabel 1. Komposisi Kimia Kacang Komak Dibandingkan Kacang
Kedelai (per 100 g Berat Basah)
Komponen Kacang Komak
(g)
Kacang
Kedelai (g)Air 12,1 12,7Energi (kal) 334,0 381,0Protein 21,5 40,0Lemak 1,2 16,7
Karbohidrat 61,4 24,9Serat 6,9 3,2Abu 3,8 5,3
(Kay, 1979)
Protein pada kacang-kacangan dapat digolongkan dengan
beberapa cara. Berdasarkan sumbernya, protein kacang-
kacangan termasuk protein biji yang terbagi menjadi protein
embrio dan protein endosperm. Berdasarkan kelarutan,
kacang-kacangan dan biji-bijian dikelompokkan menjadi empat
macam (fraksi) protein yaitu albumin, globulin, glutelin,
dan prolamin. Albumin adalah protein yang larut dalam air
dan garam encer serta dapat terkoagulasi karena panas.
Globulin adalah protein yang tidak larut air tetapi larut
dalam garam encer dan juga terkoagulasi bila dipanaskan.
Glutein adalah protein yang tidak larut dalam semua pelarut
yang netral, tetapi larut dalam asam dan basa yang sangat
encer. Prolamin adalah protein yang tidak larut dalam air
tetapi larut dalam etanol 70-80%. Penggolongan protein
tersebut termasuk jenis protein sederhana yaitu protein
yang bila dihidrolisis hanya menghasilkan asam amino-α.
Berdasarkan golongan protein konjugasi, protein kacang-
kacangan termasuk anak golongan glikoprotein karena bila
terhidrolisis menghasilkan karbohidrat sebagai gugus
prostetik selain asam amino. Berdasarkan fungsi atau sifat
fisiologinya, protein kacang-kacangan yang dimasukkan dalam
anak golongan glikoprotein dikelompokkan lagi menjadi
protein simpanan.
(Robinson, 1995)
2.2 Taksonomi dan Morfologi Kacang Komak
Komak tergolong tumbuhan biji berkeping dua yang
merupakan salah satu anggota dari famili Leguminosae, sub
familia papilionoidae, genus Dolichos dan spesies Dholichos
lablab (L) dan Dolichos lignosus. Kacang komak merupakan tanaman
tahunan merumpun atau memenjat, berbentuk agak perdu, agak
tegak, atau menjalar dengan panjang batang utama antara 1,5
hingga 6 meter, bercabang, berbulu, seringkali dipelihara
sebagai tanaman semusin, memiliki akar tunggang yang tumbuh
baik beserta banyak akar lateral dan akar adventif yang
berkembang dengan baik pula.
Daun berselang-seling, beranak daun tiga, anak daun
bundar telur melebar dengan ukuran 5-15cm x 4-15cm,
berpinggiran rata setengah gundul atau berbulu halus. Bunga
berbentuk tandan di ketiak, berbunga banyak, gagang bunga
panjangnya 4-23cm, sering memipih atau tidak berbulu,
rachis panjangnya 2-24cm, bunga 1-5 kuntum muncul bersama
dari benjolan pada rachis, tangkai bunga pendek, bersegi
empat, berbulu jarang-jarang, bung putih, merah jambu,
merah atau lembayung, benang sari 2 tukal (9+1), bakal buah
duduk, panjangnya 100mm, berbulu halus, tangkai putik
melengkung mendadak, panjangnya 8mm, kepala putik tumpul,
berkelenjar.
Polong bervariasi bentuk dan warnanya, pipih, mengembung
dengan ukuran 5-20cm x 1-5cm, lurus atau bengkok, umumnya
berisi 3-6 butir, biji yang bundar telur dengan warna dan
ukuran yang bervariasi. massa biji berkisar antara 20-50
gram/100biji dengan warna putih, coklat, ungu, hitam.
2.3 Strategi dan Pola Pertumbuhan Kacang Komak
Kacang komak sangat mudah hidup di Indonesia karena
mempunyai daya adaptasi yang tinggi dengan masukan (input)
yang rendah sampai sedang dan dapat menghasilkan produksi
yang relatif tinggi, terlebih jika menerapkan strategi dan
pola pertumbuhan yang tepat.
a. Jarak tanam
Penanaman kacang komak monokultur biasa menggunakan
alur bajak dengan kebutuhan benih 90-125 kg/ha, atau
intensif dengan tugal dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm
(1 biji/lubang) atau 40cm x 20 cm (2 biji/lubang).
Penanaman tumpang sari atau tumpang gilir ditanam
disela-sela tanaman jagung sesuai dengan jarak tanam
jagung. populasi optimal 125.000 pohon/ha, dengan hasil
1,2 t/ha pada pertanaman monokultur dan 0,91t/ha pada
penanaman tumpangsari dengan jagung, peningkatan
populasi menjadi 250.000 tanaman/ha dapat menurunkan
hasil biji komak 15%.
Tabel 1. Hasil komak pada dua tingkat populasi dalam
monokultur dan tumpangsari.
Perlakuan Hasil (ton/ha)monokult Tumpang
ur sariPopulasi 125.000
tanaman/ha
40cmx20cm, 1 biji/
lubang
1,17 0,91
Populasi 250.000
tanaman/ha
40x20cm, 2biji/lubang
1,00 0,70
Supriyatin et al.
(1993)
Table 2. Hasil kacang komak pada beberapa cara
budidaya
Perlakuan Hasil
Tanaman/HaL1: tanah diolah dan disiang 0,40 aL2: tanah diolah dan
disiang+pengendalianOPT
0,64 b
L3: : tanah diolah dan
disiang+pengendalian
OPT+pupuk 40-90-90kg Urea-
TSP-KCL/ha
0,74 c
Sumber:Utomo (1991)
b. Pengendalian Hama Penyakit dan Pemupukan
Bila dilakukan pengendalian hama penyakit dapat
meningkatkan hasil sebesar 60% dan bila disertai dengan
pemupukan dapat meningkat 75%. Pemupukan anjuran hingga
takaran 45 kg urea + 90 kg TSP + 90 kg. Hama yang
meyerang tanaman ini adalah ulat grayak, hama pengisap
polong.
c. Pengairan
Kacang komak mampu berproduksi hingga 0,8t/ha hanya
dengan pengairan pada saat tanam. Apabila tanaman diairi
1 kali pada saat tanam produksi mencapai 0,71 t/ha, dan
akan meningkat 0,78 t/ha bila diairi 2 kali, yaitu saat
tanam dan umur 1 bulan.
Table 4. Hasil komak pada dua cara pengairan
Cara pengairan Hasil (t/ha)(*)
Diari pada saat tanam 0,71
Diari pada saat tanam dan umur
satu bulan
0,78
Keterangan : (*) nyata pada batas peluang 10%
Sumber : Trustinah (1995)
Tabel 5. Hasil Komak Pada Dua Cara Pemangkasan
Perlakuan Hasil
(t/ha)Tanpa pemangkasan 0,75
Dipangkas umur 2 dan 2,5
bulan
0,67
Sumber : Trustinah (1995)
Hal ini disebabkan periode perkecambahan merupakan
periode kritis kacang komak terhadap kekeringan, setelah
akarnya tumbuh, komak dapat memanfaatkan kelengasan
tanah yang tersedia (Kay, 1979). Meskipun tahan terhadap
kekeringan, kacang komak juga memiliki respon yang baik
terhadap meningkatnya kelembaban tanah. Hal ini terlihat
dengan peningkatan hasil biji bila diairi pada umur satu
bulan.
·
d. Pemangkasan
Pemangkasan pada kacang komak biasa dilakukan sebelum
pembungaan yang bertujuan untuk merangsang pembungaan
dan pertumbuhan polong. Pemangkasan sulur dan pucuk pada
umur 2 dan 2,5 bulan pada keadaan kering (diairi saat
tanam saja) ataupun diairi dua kali (diairi saat tanam
dan umur satu bulan) berpengaruh negatif terhadap hasil
biji (tabel 5).
2.3 Kacang Komak Berperan sebagai Antidiabetes
Riset yang dilakukan peneliti Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB Dr Arif
Hartoyo menyatakan bahwa kacang komak (Lablab purpureus (L.)
Sweet) bermanfaat sebagai antidiabetes. “Isolat protein
kacang komak juga mempunyai sifat fungsional seperti
antioksidan, antikolesterol, dan antiobesitas,” katanya,
Jumat (3/8). Menurut beliau, dari hasil penelitian
menunjukkan mencit yang terkena diabetes dan kolesterol
tinggi kemudian diberi isolat kacang komak kondisi sel
beta-nya sama dengan mencit normal, sementara mencit yang
menderita diabetes dan kolesterol tinggi sel beta-nya tidak
tampak, katanya. Ia mengatakan, hal itu karena isolat
kacang komak menstimulasi peningkatan jumlah sel beta
pankreas, sekresi insulin, dan menghambat kerusakan sel
beta pankreas sehingga jumlah insulin meningkat yang
menyebabkan glukosa darah turun. Jumlah insulin meningkat,
katanya, juga menghambat sintesis VLDL (very low density
lipoprotein) meningkatkan aktivitas reseptor LDL (low
density lipoprotein) yang menyebabkan kolesterol turun.
“Dengan hasil penelitian ini kacang komak sangat bagus
untuk penderita diabetes melitus, karena bisa menurunkan
kadar glukosa darah,” katanya.
(Setyorini, 2008)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan Genetik Kacang Komak
Dewasa ini khususnya di Negara Indonesia sedang mengalami
kesulitan dalam penyediaan kedelai dalam usaha pemenuhan
kebutuhan terhadap bahan baku sumber protein. Namun,
beberapa waktu terakhir ini terdapat beberapa penemuan atau
penelitian mengenai kacang yang mempunyai nilai atau
kandungan gizi yang hampir meyerupai dengan kacang kedelai
yaitu kacang komak yang keberadaannya belum diketahui
banyak orang. Kacang komak yang ditemukan di Indonesia ini
ada dua macam dan terdapat beberapa varietas yang telah
berkembang di masyarakat. Melalui rekayasa genetika atau
persilangan dari beberapa varietas kacang komak, dapat
dihasilkan sebuah varietas dengan kandungan gizi antara
lain memiliki kandungan protein yang tinggi serta kandungan
lemak yang rendah.
Kacang komak yang dikembangkan di Balai Penelitian
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang antara lain
varietas DL-40 dan DL-58. Kedua varietas ini tidak
banyak memiliki perbedaan selain wama dari bunga
dan bijinya. DL-40 kulit bijinya berwama putih
sedangkan DL-58 kulit bijinya berwarna coklat tua.
Kacang komak varietas DL-40 disilangkan dengan DL-58 :
DL-40 x DL-58
Biji berwarna putih x biji berwarna coklat tua
Biji berwarna coklat muda
Dari hasil persilangan kandungan kacang komak yang
dihasilkan dapat memiliki kandungan lemak rendah dan
protein yang tinggi. Protein yang dihasilkan sekitar 22
hingga 23% protein urutan ke tiga dari kacang tanah dan
kacang kedelai
(Martuyuono, 1984).
Tabel 1. Komposisi kimia kacang komak (setiap 100
g berat basah)
KOMPONEN KANDUNGAN
Air (g) 12.1Energi (kal) 334Protein (g) 21.5Lemak (g) 1.2Karbohidrat (g) 61.4Serat (g) 6.89Abu (g) 3.8
Sumber: Duke (1983)
Tabel 2. Komposisi asam amino dari kacang komak
Asam amino mg/g N Asam amino mg/g N
Isoleosin 256 Tirosin 197Leusin 436 Treonin 207Lisin 366 Alanin 266Metionin 36 Valin 294Sistein 57 Arginin 393Fenilalanin 299 Histidin 186Asam
aspartat
727 Asam Glutamat 978
Glisin 240 Prolin 288
Sumber: Key (1979)
Kacang komak (Lablab purpureus (L.) Sweet) kering
umumnya mengandung protein sebesar 21.5 gram per 100
gram ( Tabel 1). Protein utama kacang komak adalah
globulin, yaitu dolichosin (Duke 1983; Kay 1979).
Menurut Thanh dan Shibasaki (1976) fraksi protein
globulin dapat diseparasi menjadi fraksi 7S dan 11S.
Menurut Kinsella (1979), protein komak dapat
diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat sedimentasinya.
Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi protein kedelai
menurut sifat-sifat sedimentasinya
FRAKSI PERSENTASI KOMPONEN UTAMA
2S 3 Antitripsin, Sitokom7S 35 Lipoxygenase, amilase,
glubolin11S 52 Glubolin15S 5 Polimer
Kadar dari kandungan kacang komak bebas lemak diukur
menggunakan metode fraksinasi glubolin dan hasilnya adalah
28.95% dan 26.78% untuk DL-40 dan DL-58. Berdasarkan
literatur yang diperoleh, hasil-hasil penelitian tentang
globulin kedelai 7S dan l1S menunjukkan bahwa keduanya
memiliki sifat-sifat fungsional yang berbeda. Kedua
fraksi ini akan sangat menentukan sifat-sifat
fungsional protein komak.
Fraksi protein globulin 7S dan 11S dapat dipisahkan dari
ekstrak protein kacang komak bebas lemak berdasarkan
perbedaan kelarutannya (titik isoelektrik), karena
pada titik isoelektrik tersebut protein paling
mudah mengendap.
(Thanh dan Shibasaki,1976)
Tepung kacang komak dan kacang kedelai diukur
menggunakan metode Kjeldahl dengan dua kali
pengulangan. Hasil pengukuran Kjeldahl protein tepung
kacang komak dan kacang kedelai bebas lemak adalah 28.95%
dan 26.78% untuk OL-40 dan DL-58, sedangkan kadar protein
tepung kacang kedelai bebas lemak adalah 55.99%
untuk kedelai impor dan 56.70% untuk kedelai lokal (Tabel
7).
Tabel 7. Kadar protein tepung kacang komak dan
tepung kacang kedelai bebas lemak.
Sampel Kadar Protein
DL-40 28,95 %DL-58 26,78 %Kedelai import 55,99%Kedelai lokal 56,70%
Fraksinasi protein globulin 7S dan l1S dengan metode
Thanh dan Shibasaki (1976) sebagai metode I dan
modifikasi dengan penyirnpanan 1 malam sebagai metode II.
Fraksi protein globulin 7S dan 11S dapat dipisahkan dari
ekstrak protein kacang komak bebas lemak berdasarkan
perbedaan kelarutannya (titik isoelektrik), karena
pada titik isoelektrik tersebut protein paling
mudah mengendap (Thanh dan Shibasaki,1976).
Fraksinasi globulin 7S dan 11S dilakukan
berdasarkan perbedaan kelarutan pada larutan buffer
T1;S.Tepung kacang kornak bebas lemak diekstrak dengan
0.03 M buffer Tris He1 (pH 8.0). Dengan rnenepatkan pH
ekstrak buffer Tris dari tepung kacang komak bebas lemak
pada pH 6.4 akan mengendapkan protein globulin 11S.
Sedangkan globulin 7S dipisahkan dari whey protein dengan
pengendapan pada pH 4.8. Globulin 11S yang didapat
lalu dipekatkan dengan menggunakan centrifugal
concentrator sedangkan globulin 7S yang didapat
dikeringbekukan.
Modifikasi metode, yaitu penyimpanan selama 1
malam, yang dilakukan menghasilkan kenaikan rendemen
pada fraksi globulin llS dan fraksi globulin 7S. Pada
globulin 7S terjadi peningkatan sebesar 0.39% - 34,48%
sedangkan globulin lIS terjadi peningkatan antara 27.77%
- 5584.l8%. Hal ini disebabkan karena penyimpanan 1 malam
dilakukan setelah ekstrak tepung kacang komak ditepatkan
pH nya pada 6,4, yaitu titik isoelektrik fraksi globulin
lIS.
Salah satu sifat fungsional kacang komak yang diduga
sebagai sifat yang dominan adalah sifat gelasi. Gelasi
merupakan salah satu sifat protein yang berkaitan dengan
penarikan air dari lingkungan oleh molekul-molekul
protein. Sifat gelasi berfungsi untuk pembentukan dan
pengendapan matriks protein, serta berguna untuk
pembuatan produk daging, tahu, dan keju.
(Widowati, et al., 1998)
Selain itu Saio et a1.(1969) menyatakan bahwa fraksi
protein utama yang berperan dalam pembentukan tahu adalah
globulin 7S dan globulin 11S. Menurut Wolf (1978), gel
yang berasal dari penggumpalan fraksi globulin 11S
bersifat lebih keras dibandingkan fraksi globulin 7S. Dari
hasil fraksi globulin 7S dan 11S dapat diduga bahwa daya
gelasi kacang komak tidak sebaik kacang kedelai karena
jumlah globulin yang dikandung lebih banyak daripada
jumlah globulin kedelai. Disarankan kacang komak
digunakan sebagai pengganti sebagian jumlah kedelai
yang akan dipakai untuk mendapatkan suatu produk karena
kacang komak tidak membentuk gel sebaik kedelai.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa
tahu yang dibuat dari kacang komak teksturnya lebih lunak
dibandingkan dengan kacang yang lainnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil dari persilangan kacang komak
varietas DL-40 dan DL-58 adalah kacang komak yang memiliki
kandungan kadar lemak yang rendah, serat yang rendah dan
protein yang tinggi.
Dengan adanya rekayasa genetik melalui persilangan antara
dua varietas tanaman kacang komak ini, kota Malang telah
memperoleh benih baru untuk tanaman kacang komak yang lebih
baik atau lebih unggul dan dapat dijadikan sebagai salah
satu benih unggul untuk tanaman kacang komak yang nantinya
akan dapat dikembangkan di kota – kota lain di Indonesia.
3.2 Teknik Budidaya Kacang Komak
Di Indonesia budidaya kacang komak memiliki potensi yang
cukup besar, hal ini dilihat dari syarat tumbuh tanaman
kacang komak yang sesuai dengan iklim atau keadaan yang ada
di Indonesia. Dalam budidayanya, kacang komak dapat dibuat
dengan cara membuat pola tanam bedeng permanen. Kacang
komak yang awalnya tumbuh di India ini diketahui telah
dapat tumbuh di Indonesia yaitu di Probolinggo dan juga di
NTB. Sesuai dengan literatur yang didapatkan, kacang komak
ini dapat tumbuh di daerah tropis dan juga subtropis.
Sampai saat ini, kacang komak ini belum mendapatkan
perhatian banyak orang namun sebenarnya kandungan yang
terdapat dalam kacang komak ini sangat baik untuk
dimanfaatkan, hal itu dapat dilihat dari kandungan protein
yang tinggi, kandungan lemak yang rendah serta memiliki
kandungan serat yang rendah.
Dalam pengembangan produktivitas kacang komak di
Indonesia ini, dapat melalui bebarapa cara salah satunya
yaitu dengan membuat pola tanam tumpang sari atau bisa juga
dikenal dengan bedeng permanen khususnya pada daerah tropis
seperti Indonesia. Pada bedeng permanen ini terdapat
beberapa tanaman yang bisa diterapkan di antaranya pada
tanaman sorgum, padi, kedelai dan juga kacang – kacangan.
Dengan penerapan cara bercocok tanam menggunakan pola
bedeng permanen ini, dapat mengurangi ketergantungan petani
terhadap berbagai masalah seperti pendanaan dan iklim serta
memperbaiki jumlah dan kualitas gizi yang dihasilkan. Pola
bedeng permanen ini merupakan suatu pola tanam dimana
terdapat dua atau lebih jenis tanaman dalam satu lahan,
seperti terdapat tanaman tegalan dan juga padi sawah dalam
suatu lahan. Sistem ini dibangun dengan cara menggali tanah
dan menumpukkannya di atas bagian lahan yang tidak tergali
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu bedeng. Padi
ditempatkan pada bagian lahan yang digali, sedangkan
tanaman tegalan ditanam pada bedeng. Dalam hal ini, kacang
komak dapat diterapkan pada pola tanam bedeng permanen ini
yaitu dijadikan sebagai tanaman tumpang sari pada tanaman
yang lain.
Di daerah tropis kering musim hujan terlalu pendek dan
tidak menentu sehingga dapat mengakibatkan gagal panen pada
tanaman padi, namun tidak sama halnya dengan kacak komak.
Kacang komak dapat tumbuh pada lingkungan dengan curah
hujan yang rendah, sehingga jika kacang komak ditanam
secara tumpang sari dengan padi, itu akan dapat menambah
nilai produksi bagi petani. Tanaman kacang-kacangan (legum)
dapat ditanam dengan pola pergiliran dengan padi pada
bedeng. Tanaman legum menambah nitrogen kedalam tanah, jadi
ketergantungan petani pada pupuk buatan dapat berkurang.
Untuk beberapa kota di Indonesia yang memiliki curah
hujan sedikit tinggi, seperti kota bogor dan malang, teknik
budidaya kacang komak ini bisa dilakukan dengan penyediaan
green house pada kota tersebut. Green house tersebut dibuat
dengan beberapa ketentuan yang mendukung untuk tumbuh
kembang tanaman kacang komak ini, seperti penyediaan media
tanam berupa tanah yang memiliki kadar air yang relatif
rendah, suhu green house yang tidak memasuki kategori
rendah serta control pengairan / irigasi yang dilakukan
hanya beberapa kali sesuai kebutuhan tanaman kacang komak
ini. Tanah dengan tingkat kadar air yang dibutuhkannya
dapat dilihat dari kandungan bahan organik tanah, porositas
tanah, struktur tanah, serta tekstur tanah. Dengan
menciptakan lingkungan tumbuh seperti ini diharapkan
tanaman kacang komak dapat tumbuh dengan baik di daerah
yang memiliki intensitas curah hujan relatif tinggi.
3.3 Pengolahan Kacang Komak
Budidaya tanaman kacang komak yang baik dapat memberi
keuntungan terhadap para petani, terlebih jika hasil
budidaya kacang komak ini dapat dijadikan suatu produk
olahan. Menurut Hartoyo yang dikutip oleh Radar Bogor
(2008) produktivitas kacang komak berkisar 6 sampai 10 ton
per hektar, jauh lebih tinggi dibandingkan kedelai yang
rata-rata hanya 1,3 ton per hektar sehingga kacang komak
dapat diproduksi di dalam negeri dengan jumlah yang lebih
besar dari pada kedelai dan berpotensi untuk menjadi
alternatif pengganti kedelai. Produk olahan kacang komak
yang utama yaitu untuk pembuatan tempe dan tahu guna untuk
menggantikan peran kedelai pada kandungan tempe dan tahu.
Selain sebagai bahan baku tempe dan tahu dengan kandungan
gizi yang baik ini, kacang komak juga dapat diolah menjadi
beberapa olahan lain seperti campuran untuk makanan bayi,
yogurt, susu dan lain sebagainya. Salah satunya kacang
komak juga dapat di olah menjadi tepung, yang mana nilai
tambah kacang komak ini dapat lebih ditingkatkan melalui
pengolahan menjadi tepung. Pencampuran kacang komak 30%
pada ubi kayu dapat meningkatkan kandungan protein menjadi
8%, yaitu mendekati kandungan protein pada beras yaitu
sekitar 8,6%. Perbaikan gizi pada masyarakat yang banyak
mengkonsumsi ubi kayu atau jagung dapat dilakukan dengan
cara ini. Kandungan protein yang rendah pada ubi kayu dapat
ditingkatkan dengan membuat tepung komposit dari berbagai
bahan seperti kacang komak. Tepung komposit merupakan
produk strategis, karena dari tepung komposit itu dapat
dibuat aneka macam produk seperti kue basah, kue kering
serta lauk pauk.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Kacang komak dapat digunakan sebagai alternatif kacang
kedelai dengan kandungan gizi yang tidak jauh berbeda.
b. Kacang komak dapat tumbuh dengan baik di Indonesia yang
memiliki iklim tropis dan pada sembarang jenis tanah
dengan syarat memiliki draenase yang baik, dari permukaan
laut hingga ketinggian 2100 m.
c. Kacang tanah yang berupa varietas unggul dengan kandungan
gizi yang lebih baik dapat diperoleh dengan rekayasa
genetik yaitu melalui persilangan antara dua varietas
kacang komak.
d. Pengolahan kacang komak dapat meningkatkan nilai tambah
kacang komak itu sendiri, seperti pada olahan tepung
komposit.
4.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari pembahasan mengenai
“Pengembangan Varietas Kacang Komak sebagai Alternatif
Kacang Kedelai” adalah sebagai berikut :
a. Perlunya pengenalan dan sosialisasi mengenai kacang komak
dan kandungan gizinya kepada masyrakat luas.
b. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai teknik budidaya
tanaman kacang komak ini melalui beberapa penyuluhan
petani.
c. Perlunya dukungan dari pemerintah dalam mensosialisasikan
tanaman kacang komak ini.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, O. N. and E. K. Allen. 1981. The Leguminosae. The University of WisconsinPress. Wisconsin.
Duke, J. A. 1983. Medicago sativa L. http://www.hort.purdue.edu/newcrop.html. [6April 2006].
Murphy AM, Colucci PE. 1999. A Tropical Forage Solution to
Poor Quality Ruminant Diets : A review of Lablab