Laporan Besar B Indo

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan dan keterpurukan kedelai buatan Indonesia yang terjadi akhir – akhir ini telah menjadi suatu budaya atau suatu hal yang tidak bisa dirubah dan hanya bisa diturunkan dari generasi ke generasi. Dengan fenomena diatas hal ini sangat meresahkan dan mencengangkan bagi produsen pangan di Indonesisa, yang mana Indonesia adalah negara yang kaya akan pulau dengan hasil alam yang sangat berlimpah. Tetapi mengapa kedelai hasil dari negara kita kurang berkembang dan bahkan mungkin sudah tidak diminati publik pribumi sendiri. Perlu kita tahu bahwa kedelai hasil negara kita memiliki kandungan serat yang tinggi dengan kisaran nilai 56,70 %. Hal ini sangat merugikan konsumen, karena kandungan serat yang tinggi berbanding lurus dengan kandunagn lemak pada kedelai tersebut. Dari penjelasan diatas menjadikan kedelai local atau buatan Indonesia sudah tidak lagi diminati oleh publik, hal ini jelas para konsumen khususnya publik Indonesia lebih beralih ke kedelai hasil impor negara lain dengan harapan mendapatkan kandungan yang sedikit tetapi memiliki kandungan protein yang tinggi. Apabila diibiarkan berlarut – larut maka seperti yang terjadi saat ini, masyarakat Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kedelai impor atau dapat disimpulkan bahwa

Transcript of Laporan Besar B Indo

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelangkaan dan keterpurukan kedelai buatan Indonesia

yang terjadi akhir – akhir ini telah menjadi suatu budaya

atau suatu hal yang tidak bisa dirubah dan hanya bisa

diturunkan dari generasi ke generasi. Dengan fenomena

diatas hal ini sangat meresahkan dan mencengangkan bagi

produsen pangan di Indonesisa, yang mana Indonesia adalah

negara yang kaya akan pulau dengan hasil alam yang sangat

berlimpah.

Tetapi mengapa kedelai hasil dari negara kita kurang

berkembang dan bahkan mungkin sudah tidak diminati publik

pribumi sendiri. Perlu kita tahu bahwa kedelai hasil negara

kita memiliki kandungan serat yang tinggi dengan kisaran

nilai 56,70 %. Hal ini sangat merugikan konsumen, karena

kandungan serat yang tinggi berbanding lurus dengan

kandunagn lemak pada kedelai tersebut.

Dari penjelasan diatas menjadikan kedelai local atau

buatan Indonesia sudah tidak lagi diminati oleh publik, hal

ini jelas para konsumen khususnya publik Indonesia lebih

beralih ke kedelai hasil impor negara lain dengan harapan

mendapatkan kandungan yang sedikit tetapi memiliki

kandungan protein yang tinggi.

Apabila diibiarkan berlarut – larut maka seperti yang

terjadi saat ini, masyarakat Indonesia tidak bisa

dilepaskan dari kedelai impor atau dapat disimpulkan bahwa

masyarakat Indonesia skarang sudah memiliki ketergantungan

dengan kedelai dari local. Hal ini akan berimbas pada

factor ekonomi masyarakat Indonesia, dimana mereka harus

membayar lebih untuk mendapatkan kedelai impor yang

memiliki kandungan protein yang tinggi.

Dibandingkan denga kedelai impor kandungan serat yang

terdapat pada kedelai impor juga tidak begitu memiliki

perbedaan yang signifikan dengan kisaran nilai 55,99 %.

Meski memiliki kandungan serat yang tidak terlalu berbeda

masarakat Indonesia tetap memilih dan tidak berpaling dari

kedelai impor. Selain memeiliki pengaruh yang buruk

terhadap konsumen, produsen-produsen tahu dan tempe serta

produsen olahan pangan yang menjadikan kedelai sebagai

bahan dasar olahan mereka pun juga tidak luput dari

pengeruh negative fenomena ini.

Salah satu cara untuk menyiasati ketergantungan adalah

dengan cara memanfaatkan rekasyasa genetika antara kacang

komak putih dengan kacang komak coklat tua yang

menghasilkan kandungan serat yang rendah tetapi memiliki

kandungan protein yang tinggi. Dengan hasil rekayasa

genetika tersebut tanaman kacang komak sudah dapat

beradaptasi dengan lingkungan yang ada di Indonesia seperti

Malang, Probolinggo selain itu hasil rekayasa genetikan

tersebut juga dapat dijadikan solusi ketergantungan akan

kedelai impor yang selama ini sudah mendarah daging di

masyarakat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana cara mendapatkan benih unggul tanaman kacang

komak

b. Bagaimana cara membudidayakan tanaman kacang komak di

Indonesia

c. Bagaimana olahan serta nilai tambah kacang komak

terhadap kebutuhan pangan di Indonesia

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui cara mendapatkan benih unggul tanaman

kacang komak

b. Untuk mengetahui cara budidaya tanaman kacang komak di

Indonesia

c. Untuk mengetahui olahan serta nilai tambah kacang komak

terhadap kebutuhan pangan di Indonesia

1.4 Manfaat

1. Bagi penulis

Karya ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan kepada penulis terhadap perkembangan kacang

komak di Indonesia. Selain itu, penulisan karya ilmiah

ini diharapkan dapat mengembangkan kreativitas dan

wawasan penulis.

2. Bagi petani

Petani diharapkan dapat memperoleh pengetahuan

mengenai potensi yang dimiliki oleh tanaman kacang komak.

Petani pun diharapkan dapat membudidayakan tanaman kacang

komak dengan baik untuk menambah produktivitas kacang

komak.

3. Bagi pemerintah

Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan

masukan bagi pemerintah dalam menemukan alternatif kacang

kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe.

4. Bagi masyarakat umum

Karya tulis ini diharapakan dapat memberikan informasi

kepada masyarakat luas mengenai tanaman kacang komak,

kandungan – kandungan yang dimiliki kacang komak serta

potensi yang dimiliki kacang komak.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kacang Komak

Kacang komak (Lablab purpureus (L.) Sweet) merupakan tanaman

yang tumbuh di daerah tropis dan berasal dari Asia yang

kemudian dibawa ke Afrika. Kacang komak (Lablab purpureus (L.)

Sweet) diklasifikasikan ke dalam subkelas Rosidae, ordo

Fabales, famili Fabaceae dan genus Lablab adans. Kacang

komak memiliki bunga yang berwarna ungu atau putih.

(Allendan Allen, 1981)

Kacang komak dibudidayakan di daerah tropik dan

subtropik, terutama India, Asia Tenggara, Mesir, dan Sudan.

Kacang komak diketahui memiliki varietas yang berbeda di

berbagai tempat di dunia, sehingga namanya bermacam-macam

seperti Dolichos lablab, Country bean, Dolichos bean, Lablab vulgaris,

Lubia bean, Lablab niger, Hierba de Conejo, Frijol jacinto, Poroto

japones, India butter bean, dan lain-lain.

(Murphy dan Colucci, 1999)

Gambar 1. Visualisasi Tanaman Kacang Komak (Lablab purpureus

(L.) Sweet)

Di Asia Tenggara, kacang komak populer sebagai sayuran

polong muda atau digunakan dalam sayur kari. Biji muda

kacang komak yang masih hijau dimakan setelah direbus atau

disangrai. Daun, pucuk, dan perbungaan kacang komak

dimanfaatkan sebagai kacang-kacangan, dan sebagai “dhal”

(Maesen dan Somaatmadja, 1993). Di beberapa daerah di

Indonesia seperti di Bondowoso, Situbondo, dan Probolinggo,

kacang komak sering digunakan sebagai campuran nasi beras.

Kacang komak berpotensi menggantikan sebagian atau seluruh

kacang kedelai pada pembuatan produk pangan berbasis kacang

kedelai. Tempe, tauco, kecap, tepung komposit, makanan

bayi, dan konsentrat protein adalah produk yang dapat

dihasilkan dari kacang komak

(Utomo et al., 1999)

Gambar 2. Kacang Komak (Lablab purpureus (L.) Sweet)

Dari segi kandungan gizi, protein pada kedelai masih

lebih tinggi. Namun kacang komak justru mempunyai kelebihan

karena terbukti mampu menurunkan berat badan, kolesterol

darah, dan kadar gula darah. Karena kacang komak memiliki

antioksidan cukup tinggi dan 10 kali lipat asam askorbat

(vitamin C).

(Hartoyo A., 2008)

Kandungan protein polong muda, biji dan hijauan tanaman

kacang komak masing-masing adalah 11,5%; 24,9% dan 41,2%,

sedangkan kandungan nutrisi dan energi dalam setiap 100 g

bahan adalah 9,6 g air; 25 g protein; 0,8 g lemak; 60,1 g

karbohidrat; 1,4 g serat; 3,2 g abu, dan energi sebesar 335

kal. Kandungan nutrisi tersebut membuat kacang komak

merupakan salah satu bahan pangan yang potensial untuk

memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Kandungan lemak yang

rendah memiliki keuntungan tersendiri dalam penyediaan menu

rendah lemak dan rendah kolestrol.

(Trustinah dan Kasno, 2002)

Kacang komak diyakini dapat membantu dalam usaha

mengatasi kekurangan protein, karena kacang komak mempunyai

nilai gizi yang cukup tinggi, berupa protein, lemak, zat-

zat gizi lainnya dan komposisi asam amino yang baik. Kadar

protein kacang komak sebesar 21,5% dengan susunan asam

amino yang mendekati pola protein kedelai.

(Martoyuwono, 1984)

Nilai gizi kacang komak menempati urutan ketiga setelah

kacang tanah dan kedelai. Kandungan lemak dan serat biji

kacang komak terendah di antara kacang-kacangan yang banyak

ditanam di Indonesia. Hal tersebut membuat kacang komak

berpotensi menggantikan sebagian atau seluruh bahan baku

pangan, misalnya kedelai. Tempe, tauco, kecap, tepung

komposit, makanan bayi, dan konsentrat protein adalah

produk yang dapat dihasilkan dari kacang komak.

(Utomo dkk, 1991)

Tabel 1. Komposisi Kimia Kacang Komak Dibandingkan Kacang

Kedelai (per 100 g Berat Basah)

Komponen Kacang Komak

(g)

Kacang

Kedelai (g)Air 12,1 12,7Energi (kal) 334,0 381,0Protein 21,5 40,0Lemak 1,2 16,7

Karbohidrat 61,4 24,9Serat 6,9 3,2Abu 3,8 5,3

(Kay, 1979)

Protein pada kacang-kacangan dapat digolongkan dengan

beberapa cara. Berdasarkan sumbernya, protein kacang-

kacangan termasuk protein biji yang terbagi menjadi protein

embrio dan protein endosperm. Berdasarkan kelarutan,

kacang-kacangan dan biji-bijian dikelompokkan menjadi empat

macam (fraksi) protein yaitu albumin, globulin, glutelin,

dan prolamin. Albumin adalah protein yang larut dalam air

dan garam encer serta dapat terkoagulasi karena panas.

Globulin adalah protein yang tidak larut air tetapi larut

dalam garam encer dan juga terkoagulasi bila dipanaskan.

Glutein adalah protein yang tidak larut dalam semua pelarut

yang netral, tetapi larut dalam asam dan basa yang sangat

encer. Prolamin adalah protein yang tidak larut dalam air

tetapi larut dalam etanol 70-80%. Penggolongan protein

tersebut termasuk jenis protein sederhana yaitu protein

yang bila dihidrolisis hanya menghasilkan asam amino-α.

Berdasarkan golongan protein konjugasi, protein kacang-

kacangan termasuk anak golongan glikoprotein karena bila

terhidrolisis menghasilkan karbohidrat sebagai gugus

prostetik selain asam amino. Berdasarkan fungsi atau sifat

fisiologinya, protein kacang-kacangan yang dimasukkan dalam

anak golongan glikoprotein dikelompokkan lagi menjadi

protein simpanan.

(Robinson, 1995)

2.2 Taksonomi dan Morfologi Kacang Komak

Komak tergolong tumbuhan biji berkeping dua yang

merupakan salah satu anggota dari famili Leguminosae, sub

familia papilionoidae, genus Dolichos dan spesies Dholichos

lablab (L) dan Dolichos lignosus. Kacang komak merupakan tanaman

tahunan merumpun atau memenjat, berbentuk agak perdu, agak

tegak, atau menjalar dengan panjang batang utama antara 1,5

hingga 6 meter, bercabang, berbulu, seringkali dipelihara

sebagai tanaman semusin, memiliki akar tunggang yang tumbuh

baik beserta banyak akar lateral dan akar adventif yang

berkembang dengan baik pula.

Daun berselang-seling, beranak daun tiga, anak daun

bundar telur melebar dengan ukuran 5-15cm x 4-15cm,

berpinggiran rata setengah gundul atau berbulu halus. Bunga

berbentuk tandan di ketiak, berbunga banyak, gagang bunga

panjangnya 4-23cm, sering memipih atau tidak berbulu,

rachis panjangnya 2-24cm, bunga 1-5 kuntum muncul bersama

dari benjolan pada rachis, tangkai bunga pendek, bersegi

empat, berbulu jarang-jarang, bung putih, merah jambu,

merah atau lembayung, benang sari 2 tukal (9+1), bakal buah

duduk, panjangnya 100mm, berbulu halus, tangkai putik

melengkung mendadak, panjangnya 8mm, kepala putik tumpul,

berkelenjar.

Polong bervariasi bentuk dan warnanya, pipih, mengembung

dengan ukuran 5-20cm x 1-5cm, lurus atau bengkok, umumnya

berisi 3-6 butir, biji yang bundar telur dengan warna dan

ukuran yang bervariasi. massa biji berkisar antara 20-50

gram/100biji dengan warna putih, coklat, ungu, hitam.

2.3 Strategi dan Pola Pertumbuhan Kacang Komak

Kacang komak sangat mudah hidup di Indonesia karena

mempunyai daya adaptasi yang tinggi dengan masukan (input)

yang rendah sampai sedang dan dapat menghasilkan produksi

yang relatif tinggi, terlebih jika menerapkan strategi dan

pola pertumbuhan yang tepat.

a. Jarak tanam

Penanaman kacang komak monokultur biasa menggunakan

alur bajak dengan kebutuhan benih 90-125 kg/ha, atau

intensif dengan tugal dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm

(1 biji/lubang) atau 40cm x 20 cm (2 biji/lubang).

Penanaman tumpang sari atau tumpang gilir ditanam

disela-sela tanaman jagung sesuai dengan jarak tanam

jagung. populasi optimal 125.000 pohon/ha, dengan hasil

1,2 t/ha pada pertanaman monokultur dan 0,91t/ha pada

penanaman tumpangsari dengan jagung, peningkatan

populasi menjadi 250.000 tanaman/ha dapat menurunkan

hasil biji komak 15%.

Tabel 1. Hasil komak pada dua tingkat populasi dalam

monokultur dan tumpangsari.

Perlakuan Hasil (ton/ha)monokult Tumpang

ur sariPopulasi 125.000

tanaman/ha

40cmx20cm, 1 biji/

lubang

1,17 0,91

Populasi 250.000

tanaman/ha

40x20cm, 2biji/lubang

1,00 0,70

Supriyatin et al.

(1993)

Table 2. Hasil kacang komak pada beberapa cara

budidaya

Perlakuan Hasil

Tanaman/HaL1: tanah diolah dan disiang 0,40 aL2: tanah diolah dan

disiang+pengendalianOPT

0,64 b

L3: : tanah diolah dan

disiang+pengendalian

OPT+pupuk 40-90-90kg Urea-

TSP-KCL/ha

0,74 c

Sumber:Utomo (1991)

b. Pengendalian Hama Penyakit dan Pemupukan

Bila dilakukan pengendalian hama penyakit dapat

meningkatkan hasil sebesar 60% dan bila disertai dengan

pemupukan dapat meningkat 75%. Pemupukan anjuran hingga

takaran 45 kg urea + 90 kg TSP + 90 kg. Hama yang

meyerang tanaman ini adalah ulat grayak, hama pengisap

polong.

c. Pengairan

Kacang komak mampu berproduksi hingga 0,8t/ha hanya

dengan pengairan pada saat tanam. Apabila tanaman diairi

1 kali pada saat tanam produksi mencapai 0,71 t/ha, dan

akan meningkat 0,78 t/ha bila diairi 2 kali, yaitu saat

tanam dan umur 1 bulan.

Table 4. Hasil komak pada dua cara pengairan

Cara pengairan Hasil (t/ha)(*)

Diari pada saat tanam 0,71

Diari pada saat tanam dan umur

satu bulan

0,78

 Keterangan : (*) nyata pada batas peluang 10%

Sumber : Trustinah (1995)

Tabel 5. Hasil Komak Pada Dua Cara Pemangkasan

Perlakuan Hasil

(t/ha)Tanpa pemangkasan 0,75

Dipangkas umur 2 dan 2,5

bulan

0,67

Sumber : Trustinah (1995)

Hal ini disebabkan periode perkecambahan merupakan

periode kritis kacang komak terhadap kekeringan, setelah

akarnya tumbuh, komak dapat memanfaatkan kelengasan

tanah yang tersedia (Kay, 1979). Meskipun tahan terhadap

kekeringan, kacang komak juga memiliki respon yang baik

terhadap meningkatnya kelembaban tanah. Hal ini terlihat

dengan peningkatan hasil biji bila diairi pada umur satu

bulan.

·        

d. Pemangkasan

Pemangkasan pada kacang komak biasa dilakukan sebelum

pembungaan yang bertujuan untuk merangsang pembungaan

dan pertumbuhan polong. Pemangkasan sulur dan pucuk pada

umur 2 dan 2,5 bulan pada keadaan kering (diairi saat

tanam saja) ataupun diairi dua kali (diairi saat tanam

dan umur satu bulan) berpengaruh negatif terhadap hasil

biji (tabel 5).

2.3 Kacang Komak Berperan sebagai Antidiabetes

Riset yang dilakukan peneliti Departemen Ilmu dan

Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB Dr Arif

Hartoyo menyatakan bahwa kacang komak (Lablab purpureus (L.)

Sweet) bermanfaat sebagai antidiabetes. “Isolat protein

kacang komak juga mempunyai sifat fungsional seperti

antioksidan, antikolesterol, dan antiobesitas,” katanya,

Jumat (3/8). Menurut beliau, dari hasil penelitian

menunjukkan mencit yang terkena diabetes dan kolesterol

tinggi kemudian diberi isolat kacang komak kondisi sel

beta-nya sama dengan mencit normal, sementara mencit yang

menderita diabetes dan kolesterol tinggi sel beta-nya tidak

tampak, katanya. Ia mengatakan, hal itu karena isolat

kacang komak menstimulasi peningkatan jumlah sel beta

pankreas, sekresi insulin, dan menghambat kerusakan sel

beta pankreas sehingga jumlah insulin meningkat yang

menyebabkan glukosa darah turun. Jumlah insulin meningkat,

katanya, juga menghambat sintesis VLDL (very low density

lipoprotein) meningkatkan aktivitas reseptor LDL (low

density lipoprotein) yang menyebabkan kolesterol turun.

“Dengan hasil penelitian ini kacang komak sangat bagus

untuk penderita diabetes melitus, karena bisa menurunkan

kadar glukosa darah,” katanya.

(Setyorini, 2008)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Genetik Kacang Komak

Dewasa ini khususnya di Negara Indonesia sedang mengalami

kesulitan dalam penyediaan kedelai dalam usaha pemenuhan

kebutuhan terhadap bahan baku sumber protein. Namun,

beberapa waktu terakhir ini terdapat beberapa penemuan atau

penelitian mengenai kacang yang mempunyai nilai atau

kandungan gizi yang hampir meyerupai dengan kacang kedelai

yaitu kacang komak yang keberadaannya belum diketahui

banyak orang. Kacang komak yang ditemukan di Indonesia ini

ada dua macam dan terdapat beberapa varietas yang telah

berkembang di masyarakat. Melalui rekayasa genetika atau

persilangan dari beberapa varietas kacang komak, dapat

dihasilkan sebuah varietas dengan kandungan gizi antara

lain memiliki kandungan protein yang tinggi serta kandungan

lemak yang rendah.

Kacang komak yang dikembangkan di Balai Penelitian

Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang antara lain

varietas DL-40 dan DL-58. Kedua varietas ini tidak

banyak memiliki perbedaan selain wama dari bunga

dan bijinya. DL-40 kulit bijinya berwama putih

sedangkan DL-58 kulit bijinya berwarna coklat tua.

Kacang komak varietas DL-40 disilangkan dengan DL-58 :

DL-40 x DL-58

Biji berwarna putih x biji berwarna coklat tua

Biji berwarna coklat muda

Dari hasil persilangan kandungan kacang komak yang

dihasilkan dapat memiliki kandungan lemak rendah dan

protein yang tinggi. Protein yang dihasilkan sekitar 22

hingga 23% protein urutan ke tiga dari kacang tanah dan

kacang kedelai

(Martuyuono, 1984).

Tabel 1. Komposisi kimia kacang komak (setiap 100

g berat basah)

KOMPONEN KANDUNGAN

Air (g) 12.1Energi (kal) 334Protein (g) 21.5Lemak (g) 1.2Karbohidrat (g) 61.4Serat (g) 6.89Abu (g) 3.8

Sumber: Duke (1983)

Tabel 2. Komposisi asam amino dari kacang komak

Asam amino mg/g N Asam amino mg/g N

Isoleosin 256 Tirosin 197Leusin 436 Treonin 207Lisin 366 Alanin 266Metionin 36 Valin 294Sistein 57 Arginin 393Fenilalanin 299 Histidin 186Asam

aspartat

727 Asam Glutamat 978

Glisin 240 Prolin 288

Sumber: Key (1979)

Kacang komak (Lablab purpureus (L.) Sweet) kering

umumnya mengandung protein sebesar 21.5 gram per 100

gram ( Tabel 1). Protein utama kacang komak adalah

globulin, yaitu dolichosin (Duke 1983; Kay 1979).

Menurut Thanh dan Shibasaki (1976) fraksi protein

globulin dapat diseparasi menjadi fraksi 7S dan 11S.

Menurut Kinsella (1979), protein komak dapat

diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat sedimentasinya.

Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi protein kedelai

menurut sifat-sifat sedimentasinya

FRAKSI PERSENTASI KOMPONEN UTAMA

2S 3 Antitripsin, Sitokom7S 35 Lipoxygenase, amilase,

glubolin11S 52 Glubolin15S 5 Polimer

Kadar dari kandungan kacang komak bebas lemak diukur

menggunakan metode fraksinasi glubolin dan hasilnya adalah

28.95% dan 26.78% untuk DL-40 dan DL-58. Berdasarkan

literatur yang diperoleh, hasil-hasil penelitian tentang

globulin kedelai 7S dan l1S menunjukkan bahwa keduanya

memiliki sifat-sifat fungsional yang berbeda. Kedua

fraksi ini akan sangat menentukan sifat-sifat

fungsional protein komak.

Fraksi protein globulin 7S dan 11S dapat dipisahkan dari

ekstrak protein kacang komak bebas lemak berdasarkan

perbedaan kelarutannya (titik isoelektrik), karena

pada titik isoelektrik tersebut protein paling

mudah mengendap.

(Thanh dan Shibasaki,1976)

Tepung kacang komak dan kacang kedelai diukur

menggunakan metode Kjeldahl dengan dua kali

pengulangan. Hasil pengukuran Kjeldahl protein tepung

kacang komak dan kacang kedelai bebas lemak adalah 28.95%

dan 26.78% untuk OL-40 dan DL-58, sedangkan kadar protein

tepung kacang kedelai bebas lemak adalah 55.99%

untuk kedelai impor dan 56.70% untuk kedelai lokal (Tabel

7).

Tabel 7. Kadar protein tepung kacang komak dan

tepung kacang kedelai bebas lemak.

Sampel Kadar Protein

DL-40 28,95 %DL-58 26,78 %Kedelai import 55,99%Kedelai lokal 56,70%

Fraksinasi protein globulin 7S dan l1S dengan metode

Thanh dan Shibasaki (1976) sebagai metode I dan

modifikasi dengan penyirnpanan 1 malam sebagai metode II.

Fraksi protein globulin 7S dan 11S dapat dipisahkan dari

ekstrak protein kacang komak bebas lemak berdasarkan

perbedaan kelarutannya (titik isoelektrik), karena

pada titik isoelektrik tersebut protein paling

mudah mengendap (Thanh dan Shibasaki,1976).

Fraksinasi globulin 7S dan 11S dilakukan

berdasarkan perbedaan kelarutan pada larutan buffer

T1;S.Tepung kacang kornak bebas lemak diekstrak dengan

0.03 M buffer Tris He1 (pH 8.0). Dengan rnenepatkan pH

ekstrak buffer Tris dari tepung kacang komak bebas lemak

pada pH 6.4 akan mengendapkan protein globulin 11S.

Sedangkan globulin 7S dipisahkan dari whey protein dengan

pengendapan pada pH 4.8. Globulin 11S yang didapat

lalu dipekatkan dengan menggunakan centrifugal

concentrator sedangkan globulin 7S yang didapat

dikeringbekukan.

Modifikasi metode, yaitu penyimpanan selama 1

malam, yang dilakukan menghasilkan kenaikan rendemen

pada fraksi globulin llS dan fraksi globulin 7S. Pada

globulin 7S terjadi peningkatan sebesar 0.39% - 34,48%

sedangkan globulin lIS terjadi peningkatan antara 27.77%

- 5584.l8%. Hal ini disebabkan karena penyimpanan 1 malam

dilakukan setelah ekstrak tepung kacang komak ditepatkan

pH nya pada 6,4, yaitu titik isoelektrik fraksi globulin

lIS.

Salah satu sifat fungsional kacang komak yang diduga

sebagai sifat yang dominan adalah sifat gelasi. Gelasi

merupakan salah satu sifat protein yang berkaitan dengan

penarikan air dari lingkungan oleh molekul-molekul

protein. Sifat gelasi berfungsi untuk pembentukan dan

pengendapan matriks protein, serta berguna untuk

pembuatan produk daging, tahu, dan keju.

(Widowati, et al., 1998)

Selain itu Saio et a1.(1969) menyatakan bahwa fraksi

protein utama yang berperan dalam pembentukan tahu adalah

globulin 7S dan globulin 11S. Menurut Wolf (1978), gel

yang berasal dari penggumpalan fraksi globulin 11S

bersifat lebih keras dibandingkan fraksi globulin 7S. Dari

hasil fraksi globulin 7S dan 11S dapat diduga bahwa daya

gelasi kacang komak tidak sebaik kacang kedelai karena

jumlah globulin yang dikandung lebih banyak daripada

jumlah globulin kedelai. Disarankan kacang komak

digunakan sebagai pengganti sebagian jumlah kedelai

yang akan dipakai untuk mendapatkan suatu produk karena

kacang komak tidak membentuk gel sebaik kedelai.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa

tahu yang dibuat dari kacang komak teksturnya lebih lunak

dibandingkan dengan kacang yang lainnya. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa hasil dari persilangan kacang komak

varietas DL-40 dan DL-58 adalah kacang komak yang memiliki

kandungan kadar lemak yang rendah, serat yang rendah dan

protein yang tinggi.

Dengan adanya rekayasa genetik melalui persilangan antara

dua varietas tanaman kacang komak ini, kota Malang telah

memperoleh benih baru untuk tanaman kacang komak yang lebih

baik atau lebih unggul dan dapat dijadikan sebagai salah

satu benih unggul untuk tanaman kacang komak yang nantinya

akan dapat dikembangkan di kota – kota lain di Indonesia.

3.2 Teknik Budidaya Kacang Komak

Di Indonesia budidaya kacang komak memiliki potensi yang

cukup besar, hal ini dilihat dari syarat tumbuh tanaman

kacang komak yang sesuai dengan iklim atau keadaan yang ada

di Indonesia. Dalam budidayanya, kacang komak dapat dibuat

dengan cara membuat pola tanam bedeng permanen. Kacang

komak yang awalnya tumbuh di India ini diketahui telah

dapat tumbuh di Indonesia yaitu di Probolinggo dan juga di

NTB. Sesuai dengan literatur yang didapatkan, kacang komak

ini dapat tumbuh di daerah tropis dan juga subtropis.

Sampai saat ini, kacang komak ini belum mendapatkan

perhatian banyak orang namun sebenarnya kandungan yang

terdapat dalam kacang komak ini sangat baik untuk

dimanfaatkan, hal itu dapat dilihat dari kandungan protein

yang tinggi, kandungan lemak yang rendah serta memiliki

kandungan serat yang rendah.

Dalam pengembangan produktivitas kacang komak di

Indonesia ini, dapat melalui bebarapa cara salah satunya

yaitu dengan membuat pola tanam tumpang sari atau bisa juga

dikenal dengan bedeng permanen khususnya pada daerah tropis

seperti Indonesia. Pada bedeng permanen ini terdapat

beberapa tanaman yang bisa diterapkan di antaranya pada

tanaman sorgum, padi, kedelai dan juga kacang – kacangan.

Dengan penerapan cara bercocok tanam menggunakan pola

bedeng permanen ini, dapat mengurangi ketergantungan petani

terhadap berbagai masalah seperti pendanaan dan iklim serta

memperbaiki jumlah dan kualitas gizi yang dihasilkan. Pola

bedeng permanen ini merupakan suatu pola tanam dimana

terdapat dua atau lebih jenis tanaman dalam satu lahan,

seperti terdapat tanaman tegalan dan juga padi sawah dalam

suatu lahan. Sistem ini dibangun dengan cara menggali tanah

dan menumpukkannya di atas bagian lahan yang tidak tergali

sedemikian rupa sehingga membentuk suatu bedeng. Padi

ditempatkan pada bagian lahan yang digali, sedangkan

tanaman tegalan ditanam pada bedeng. Dalam hal ini, kacang

komak dapat diterapkan pada pola tanam bedeng permanen ini

yaitu dijadikan sebagai tanaman tumpang sari pada tanaman

yang lain.

Di daerah tropis kering musim hujan terlalu pendek dan

tidak menentu sehingga dapat mengakibatkan gagal panen pada

tanaman padi, namun tidak sama halnya dengan kacak komak.

Kacang komak dapat tumbuh pada lingkungan dengan curah

hujan yang rendah, sehingga jika kacang komak ditanam

secara tumpang sari dengan padi, itu akan dapat menambah

nilai produksi bagi petani. Tanaman kacang-kacangan (legum)

dapat ditanam dengan pola pergiliran dengan padi pada

bedeng. Tanaman legum menambah nitrogen kedalam tanah, jadi

ketergantungan petani pada pupuk buatan dapat berkurang.

Untuk beberapa kota di Indonesia yang memiliki curah

hujan sedikit tinggi, seperti kota bogor dan malang, teknik

budidaya kacang komak ini bisa dilakukan dengan penyediaan

green house pada kota tersebut. Green house tersebut dibuat

dengan beberapa ketentuan yang mendukung untuk tumbuh

kembang tanaman kacang komak ini, seperti penyediaan media

tanam berupa tanah yang memiliki kadar air yang relatif

rendah, suhu green house yang tidak memasuki kategori

rendah serta control pengairan / irigasi yang dilakukan

hanya beberapa kali sesuai kebutuhan tanaman kacang komak

ini. Tanah dengan tingkat kadar air yang dibutuhkannya

dapat dilihat dari kandungan bahan organik tanah, porositas

tanah, struktur tanah, serta tekstur tanah. Dengan

menciptakan lingkungan tumbuh seperti ini diharapkan

tanaman kacang komak dapat tumbuh dengan baik di daerah

yang memiliki intensitas curah hujan relatif tinggi.

3.3 Pengolahan Kacang Komak

Budidaya tanaman kacang komak yang baik dapat memberi

keuntungan terhadap para petani, terlebih jika hasil

budidaya kacang komak ini dapat dijadikan suatu produk

olahan. Menurut Hartoyo yang dikutip oleh Radar Bogor

(2008) produktivitas kacang komak berkisar 6 sampai 10 ton

per hektar, jauh lebih tinggi dibandingkan kedelai yang

rata-rata hanya 1,3 ton per hektar sehingga kacang komak

dapat diproduksi di dalam negeri dengan jumlah yang lebih

besar dari pada kedelai dan berpotensi untuk menjadi

alternatif pengganti kedelai. Produk olahan kacang komak

yang utama yaitu untuk pembuatan tempe dan tahu guna untuk

menggantikan peran kedelai pada kandungan tempe dan tahu.

Selain sebagai bahan baku tempe dan tahu dengan kandungan

gizi yang baik ini, kacang komak juga dapat diolah menjadi

beberapa olahan lain seperti campuran untuk makanan bayi,

yogurt, susu dan lain sebagainya. Salah satunya kacang

komak juga dapat di olah menjadi tepung, yang mana nilai

tambah kacang komak ini dapat lebih ditingkatkan melalui

pengolahan menjadi tepung. Pencampuran kacang komak 30%

pada ubi kayu dapat meningkatkan kandungan protein menjadi

8%, yaitu mendekati kandungan protein pada beras yaitu

sekitar 8,6%. Perbaikan gizi pada masyarakat yang banyak

mengkonsumsi ubi kayu atau jagung dapat dilakukan dengan

cara ini. Kandungan protein yang rendah pada ubi kayu dapat

ditingkatkan dengan membuat tepung komposit dari berbagai

bahan seperti kacang komak. Tepung komposit merupakan

produk strategis, karena dari tepung komposit itu dapat

dibuat aneka macam produk seperti kue basah, kue kering

serta lauk pauk.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Kacang komak dapat digunakan sebagai alternatif kacang

kedelai dengan kandungan gizi yang tidak jauh berbeda.

b. Kacang komak dapat tumbuh dengan baik di Indonesia yang

memiliki iklim tropis dan pada sembarang jenis tanah

dengan syarat memiliki draenase yang baik, dari permukaan

laut hingga ketinggian 2100 m.

c. Kacang tanah yang berupa varietas unggul dengan kandungan

gizi yang lebih baik dapat diperoleh dengan rekayasa

genetik yaitu melalui persilangan antara dua varietas

kacang komak.

d. Pengolahan kacang komak dapat meningkatkan nilai tambah

kacang komak itu sendiri, seperti pada olahan tepung

komposit.

4.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan dari pembahasan mengenai

“Pengembangan Varietas Kacang Komak sebagai Alternatif

Kacang Kedelai” adalah sebagai berikut :

a. Perlunya pengenalan dan sosialisasi mengenai kacang komak

dan kandungan gizinya kepada masyrakat luas.

b. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai teknik budidaya

tanaman kacang komak ini melalui beberapa penyuluhan

petani.

c. Perlunya dukungan dari pemerintah dalam mensosialisasikan

tanaman kacang komak ini.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, O. N. and E. K. Allen. 1981. The Leguminosae. The University of WisconsinPress. Wisconsin.

Duke, J. A. 1983. Medicago sativa L. http://www.hort.purdue.edu/newcrop.html. [6April 2006].

Murphy AM, Colucci PE. 1999. A Tropical Forage Solution to

Poor Quality Ruminant Diets : A review of Lablab