Laporan Bacaan Buku “Membaca Sastra” Karya Melani Budianta Dkk Bab III Prosa dan Bab V Catatan...

29
LAPORAN BACAAN BUKU MEMBACA SASTRAKARYA MELANI BUDIANTA DKK BAB IIIPROSA DAN BAB V CATATAN UNTUK PENGAJAR Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Hasanuddin WS, M.Hum. ALVI FITRI RAHAYU 2014/ 14174044 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2015

Transcript of Laporan Bacaan Buku “Membaca Sastra” Karya Melani Budianta Dkk Bab III Prosa dan Bab V Catatan...

LAPORAN BACAAN

BUKU “MEMBACA SASTRA” KARYA

MELANI BUDIANTA DKK

BAB IIIPROSA DAN BAB V CATATAN UNTUK PENGAJAR

Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Hasanuddin WS, M.Hum.

ALVI FITRI RAHAYU

2014/ 14174044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2015

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan bacaan dari

buku Membaca SastraMelani Budianta, dkk. Bab III dengan judul “Prosa” dan

Bab V “Catatan Untuk Pengajar,” yang dibandingkan dengan buku Fiksi Populer:

Metode dan Kajian karya Ida Rochani Adi dan buku Prosedur Analisis Fiksi

karya Muhardi, M.S. dan Hasanuddin WS. Penulisan laporan bacaan buku ini

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sastra Terapan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Hasanuddin WS, M.Hum.

selaku dosen pengampu mata kuliah Sastra Terapan yang telah memberikan

bimbingan dan arahan yang sangat berharga dalam penulisan laporan bacaan buku

ini. Terima kasih juga kepada teman-teman angkatan 2014Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pascasarjana Univeritas Negeri Padang

yang telah memberikan motivasi.

Upaya maksimal telah penulis lakukan dalam penyelesaian laporan bacaan

ini, namun sebagai manusia penulis tidak luput dari kesalahan. Kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan laporan bacaan

ini sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga laporan bacaan ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua.Amin.

Padang, 01Maret 2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Identitas Buku .................................................................................. 1

B. Identitas Buku Pembanding Pertama .............................................. 3

C. Identitas Buku Pembanding Kedua ................................................. 5

BAB II LAPORAN BAGIAN BUKU .......................................................... 8

A. Hakikat Prosa ................................................................................. 8

B. Unsur-unsur Prosa: Tokoh, Latar, Alur.......................................... 8

C. Struktur Penceritaan/Penuturan ...................................................... 9

D. Catatan untuk Pengajar .................................................................. 10

1. Catatan untuk Pengajar Sastra ................................................. 10

a. Pengertian Sastra ................................................................ 10

b. Sastra ItuApa? .................................................................... 11

c. Sastra: Antara Konvensi dan Inovasi ................................. 11

d. Fungsi Sastra ...................................................................... 11

e. Produksi dan Reproduksi Sastra......................................... 12

2. Catatan untuk Pengajar Puisi ..................................................... 12

a. Puisi Itu Apa? ...................................................................... 12

b. Unsur-Unsur Pembangun Puisi ........................................... 12

c. Aneka Ragam Puisi ............................................................. 13

3. Catatan untuk Pengajar Prosa .................................................... 13

a. Struktur Narasi ..................................................................... 14

b. Unsur-unsur Prosa ............................................................... 14

c. Struktur Penceritaan/Penutur ............................................... 15

4. Catatan untuk Pengajar Drama .................................................. 15

a. Hakikat Drama ..................................................................... 15

b. Karakteristik, Elemen Drama, dan Sarana Dramatik .......... 15

c. Pengkategorian Drama ........................................................ 16

iii

BAB III KOMENTAR PENULIS................................................................. 17

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 23

A. Pandangan dan Manfaat ................................................................. 23

B. Kritik dan Saran ............................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Identitas Buku

Identitas buku yang dilaporkan terdiri atas judul buku, nama pengarang,

tahun terbit, kota terbit, cetakan, desain cover, tebal buku, nomor ISBN, gambaran

kulit luar, dan garis besar isi buku. Berikut identitas buku secara rinci.

1. Judul buku : Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastrauntuk

Perguruan Tinggi

2. Pengarang : Melani Budianta, Ida Sundari Husen, Manneke

Budiman, dan Ibnu Wahyudi

3. Tahun terbit : 2003

4. Kota penerbit : Magelang

5. Penerbit : Indonesia Tera

6. Cetakan : cetakan kedua

7. Desain Cover : W. Ida Lazarti

8. Tebal buku : 254 dan i-ix

9. Nomor ISBN : 979-9375-84-3

10. Kulit luar

Buku yang dilaporkan ini adalah buku kopian. Buku kopian ini didominasi

oleh warna hijau. Pada kanan atas kulit luar buku ini terdapat nama-nama

penyusun buku, yaitu Melani Budianta, Ida Sundari Husen, Manneke Budiman,

dan Ibnu Wahyudi. Gambar latar belakang pada kulit luar ini sudah tidak jelas dan

buram. Judul buku Membaca Sastra terletak pada bagian tengah dan agak ke

bawah kulit luar buku ini.

11. Garis besar isi buku

Buku ini terdiri atas beberapa bagian, diantaranya kata pengantar, daftar

isi, bagian buku terdiri atas lima bab, daftar pustaka, daftar istilah, lampiran, dan

biodata penulis. Lampiran berisi karya sastra berbentuk prosa, yaitu Robohnya

Surau Kami karya A.A. Navis, Clara karya Seno Gumira Ajidarma, Surat Kepada

Anak-anak yang Memilih untuk Diam dalam Kepatuhan karya Karlina Leksono

2

Supelli, Tanah Sang Raksasa karya Dwianto Setyawan, dan drama satu babak

Pakaian dan Kepalsuan karya Achdiat K. Mihardja. Buku ini ditulis untuk

menjelaskan sastra dan pengajaran sastra kepada mahasiswa, dan tenaga pendidik

guna menambah wawasan tentang sastra dan pengajaran sastra.

Buku ini terdiri dari 5 bab, yang membahas tentang sastra. Bab pertama

dalam buku ini berjudul “Sastra”, terdiri dari empat sub bab yaitu, sub bab

pertama membahas”Sastra Itu Apa?”. Sub babini terdiri dari sub bab pengantar,

konsep dan definisi, kegiatan dan tugas. Sub bab kedua membahas “ Sastra: Antar

Konvensi dan Inovasi”, yang terdiri dari sub bab penggantar, konsep dan definisi,

kegiatan dan tugas. Sub bab ketiga membahas “Fungsi Sastra”, yang terdiri dari

sub bab pengantar, konsep dan definisi, kegiatan dan tugas. Sub bab keempat

membahas “Produksi dan ReproduksiSastra”,terdiri dari sub bab pengantar,

konsep dan definisi, kegiatan dan tugas.

Bab kedua dalam buku ini berjudul “Puisi”, terdiri dari tiga sub bab. Sub

bab pertama membahas tentang “Puisi Itu Apa?”, yang terdiri dari sub bab

pengantar, konsep dan definisi, kegiatan dan tugas. Sub bab kedua menjelaskan

tentang “Unsur-unsur Pembangun Puisi”, yang terdiri dari sub bab pengantar,

konsep dan definisi, kegiatan dan tugas. Sub bab ketiga membahas tentang

“Aneka Ragam Puisi”, yang terdiri dari sub bab pengantar, konsep dan definisi,

kegiatan dan tugas.

Bab ketiga dalam buku ini berjudul “Prosa”, yang terdiri dari tiga sub

bab.Sub bab pertama menjelaskan “Prosa: Struktur Narasi”, terdiri dari sub bab

pengantar, konsep dan definisi, kegiatan dan tugas. Sub bab kedua menjelaskan

“Unsur-unsur Prosa: Tokoh, Latar, dan Alur”, terdiri dari sub bab pengantar,

konsep dan definisi, kegiatan dan tugas. Sub bab ketiga menjelaskan “Struktur

Penceritaan/Penuturan”, terdiri dari sub bab pengantar, konsep dan definisi,

kegiatan dan tugas.

Bab empat dalam buku ini berjudul “Drama”, terdiri dari tiga sub bab.

Sub bab pertama “Hakikat Drama”, terdiri dari sub bab pengantar, konsep dan

definisi, sejarah ringkas drama, kegiatan dan tugas. Sub bab kedua “Karakteristik,

Elemen Drama, dan Sarana Dramatik”, terdiri dari sub bab pengantar, konsep dan

3

definisi, elemen drama, sasaran dramatik, kegiatan dan tugas. Sub bab ketiga

“Pengkategorian Drama” terdiri dari sub bab pengantar, konsep dan definisi,

kegiatan dan tugas.

Bab kelima dalam buku ini menjelaskan “Catatan untuk Pengajar”, terdiri

dari empat sub bab. Sub bab pertama menjelaskan “Catatan untuk Pengajar

Sastra”, terdiri dari sub bab pengantar, konsep dan definisi, kegiatan dan tugas.

Sub bab kedua menjelaskan “Catatan untuk Pengajar Puisi”, terdiri dari sub bab

pengantar, konsep dan definisi, kegiatan dan tugas. Sub bab ketiga menjelaskan

“Catatan untuk Pengajar Prosa”, terdiri dari sub bab pengantar, konsep dan

definisi, kegiatan dan tugas. Sub bab keempat menjelsakan “Catatan untuk

Pengajar Drama”, terdiri dari sub bab pengantar, konsep dan definisi, kegiatan dan

tugas.

Referensi yang digunakan pengarang dalam menulis buku ini terdiri dari

74 referensi. Dalam buku ini pengarang juga membuat daftar istilah. Istilah yang

dijelaskan pengarang sesuai dengan fokus kajian yang di bahas pada buku

tersebut. Pada lampiran terdapat lima contoh cerpen,yaitu cerpen yang berjudul

Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis, Clara oleh Seno Gumira Ajidarma, Surat

Kepada Anak-anak Yang Memilih untuk Diam dalam Kepatuhan oleh Karlina

Leksono-Supelli, dan Tanah Sang Raksasa oleh Dwianto Setyawan. Selanjutnya

pengarang melampirkan drama satu babak yang berjudul Pakaian dan Kepalsuan

oleh Achdiat K. Mihardja.Pada lampiran terakhir terdapat biodata masing-masing

penulis.Dalam laporan bacaan karangan Budianta, Melani ini, penulis hanya

melaporkan Bab IV dan Bab V, yaitu tentang drama dan catatan untuk pengajar.

B. Identitas Buku Pembanding Pertama

Identitas buku pembanding pertama yang dilaporkan terdiri atas judul

buku, nama pengarang, tahun terbit, kota terbit, cetakan, desain cover, tebal buku,

nomor ISBN, gambaran kulit luar, dan garis besar isi buku. Berikut identitas buku

secara rinci.

1. Judul buku : Fiksi Populer : Teori dan Metode Kajian

2. Pengarang : Ida Rochani Adi

4

3. Tahun terbit : 2011

4. Kota penerbit : Yogyakarta

5. Penerbit : Pustaka Pelajar

6. Cetakan : cetakan pertama

7. Desain cover : Digi art Jogja

8. Tebal buku : v-ix + 265 hal.

9. Nomor ISBN : 978-602-9033-55-7

10. Kulit luar

Buku Fiksi Populer : Teori dan Metode Kajian karangan Ida Rochani Adi

ini didominasi oleh warna hitam. Pada bagian tengah kulit luar buku ini terdapat

namapenulis buku, yaitu Ida Rochani Adi. Judul buku Fiksi Populer : Teori dan

Metode Kajianterletak pada bagian tengah bawah kulit luar buku ini.Pada kulit

luar buku ini latarnyabergambar pulpen dan gambar buku berwarna putih. Pada

bagian kiri bawah terdapat nama penerbit buku, yaitu Pustaka Pelajar.Pada bagian

belakang kulit luar buku dijelaskan tujuan buku Fiksi Populer : Teori dan Metode

Kajian dihadirkan oleh penulis dan sedikit tentang riwayat pendidikan penulis.

11. Garis besar isi buku

Buku ini terdiri atas beberapa bagian, diantaranya kata pengantar, daftar

isi, bagian buku terdiri atas delapan bab, daftar pustaka, dan indeks.Buku ini

ditulis khususnya ditujukan kepada mahasiswa atau siapapun yang tertarik pada

budaya dan sastra populer untuk dapat memahami cara fiksi populer

diapresiasikan dunia akademik karena sampai sekarang masih sedikit buku-buku

yang khusus membahas teori dan metode penelitian fiksi populer.

Bab pertama pada buku pembanding ini menjelaskan tentang

“Pendahuluan”. Pada bab kedua penulis menjelaskan tentang “Budaya Populer,

Sastra Populer dan Fiksi Populer”, yang terdiri dari dua sub bab yaitu, Budaya dan

Budaya Populer dan Sastra, Sastra Populer, dan Fiksi Populer. Pada bab ketiga

penulis membahas “Memahami Novel dan Film Naratif Populer”, yang terdiri dari

tiga sub bab yaitu, Proses Produksi Novel Populer, Fiksi Populer dan Unsur

Ceritanya, dan Film Naratif. Pada bab empat penulis membahas “Antara Selera

dan Nilai”,yang terdiri dari empat sub bab yaitu, Selera Masyarakat dan Fiksi

5

Popler, Pengekspresian Nilai dan Perubahan Masyarakat, Refleksi Selera dalam

Pembentukan Genre, Formula Pemenuhan Selera, dan Selera dan Pencitraan

Maskulinitas dan Feminitas. Pada bab lima penulis membahas “Fiksi Populer dan

Teori-teori Interdisipliner”, yang terdiri dari empat sub judul yaitu, Fiksi Populer

dan Budaya, Fiksi Populer dan Strukturalisme, Teori semiotika dan Fiksi Populer,

dan Postrukturalisme dan Fiksi Populer. Pada bab enam penulis membahas

“Pembaca, Penonton, dan Fiksi Populer”, yang terdiri dari tiga sub judul, yaitu

Teori Reader-Response atau Aesthetic Response, Teori Resepsi, dan Teori

Psikoanalisis dan Penelitian Fiksi Populer. Pada bab tujuh penulis membahas

“Fiksi Populer dan Teori Genre”, yang terdiri dari dua sub bab, yaitu Genre,

Formula, dan Arketipe, dan Antara Mitos dan Genre. Pada bab delapan penulis

membahas “Metode dan Pendekatan”, yang terdiri dari tiga sub bab yaitu,

Merumuskan Tujuan Penelitian, Metodologi, Metode, dan Pendekatan dan pada

sub bab yang terakhir membahas Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.Referensi

yang digunakan pengarang dalam menulis buku Fiksi Populer : Teori dan Metode

Kajianini terdiri dari 160 referensi.

C. Identitas Buku Pembanding ke Dua

Identitas buku pembanding kedua yang dilaporkan terdiri atas judul buku,

nama pengarang, tahun terbit, kota terbit, desain sampul, cetakan, tebal buku,

nomor ISBN, gambaran kulit luar, dan garis besar isi buku. Berikut identitas buku

secara rinci.

1. Judul buku : Prosedur Analisis Fiksi

2. Pengarang : Drs. Muhardi, M.S. dan Drs. Hasanuddin WS

3. Tahun terbit : 1992

4. Kota penerbit : Padang

5. Penerbit : IKIP Padang Press

6. Pencetak : Bintang Jaya Offset

7. Cetakan : Cetakan pertama

8. Desain Sampul : Hasanuddin WS

9. Tebal buku : i-iii + 119 hal.

6

10. Nomor Seri : HUM - 001

11. Kulit luar

Buku Prosedur Analisis Fiksikarangan Muhardi dan Hasanuddin ini

adalah buku fotokopian didominasi oleh coklat. Pada bagian atas kulit luar buku

ini terdapat namapenulis buku, yaitu Muhardi, M.S. dan Hasanuddin WS. Judul

buku Prosedur Analisis Fiksiterletak pada bagian tengah atas kulit luar buku

ini.Pada kulit luar buku ini terdapat gambar yang berbentuk seperti tiga buah

lingkaran yang terlihat seperti abstrak.

12. Garis besar isi buku

Buku ini terdiri atas beberapa bagian, diantaranyakata pengantar, daftar isi,

bagian buku terdiri atas lima bab, dan daftar pustaka. Buku Prosedur Analisis

Fiksi ini merupakan buku perdana yang diterbitkan oleh IKIP Press. Buku ini

memaparkan prosedur konseptual yang diringi dengan tahapan kerja sistematis

dalam menganalisis karya sastra terutama karya fiksi. Pada buku ini dijelaskan

cara menganalisis cerpen, sehingga sangat berguna bagi mahasiswa sastra maupun

pengajar sastra.

Bab pertama pada buku pembanding ini menjelaskan tentang “Hakikat

Fiksi”, yang terdiri dari empat sub bab yaitu,Pengertian Fiksi, Genre Fiksi, Fungsi

Fiksi, dan Otonomi Fiksi. Bab duamembahas tentang “Unsur-unsur Fiksi”, yang

terdiri dari enam sub bab yaitu, penokohan, Peristiwa dan Alur, Latar, Sudut

Pandang, Gaya Bahasa, dan Tema dan Amanat. Bab tiga membahas tentang

“Pendekatan Objektif dalam Analisis Fiksi”, yang terdiri atas empat sub bab

yaitu, Pendekatan Analisis Fiksi, Pendekatan Objektif, Prinsip Umum Pendekatan

Objektif, dan Prinsip Terapan Pendekatan Objektif. Bab empatmembahas tentang

“Pentahapan Kerja Pendekatan Objektif Melalui Jalur Alur”, yang terdiri dari

enam sub bab, yaitu Inventarisasi Satuan Peristiwa, Identifikasi Satuan Peristiwa,

Interpretai Permasalahan, Pembuktian Permasalahan, Penyimpulan Permasalahan,

dan Pelaporan Hasil Analisis. Bab limamembahas“Sikap dan Perlakuan

Masyarakat Terhadap Orang Gila”, yang terdiri dari enam sub bab, yaitu Latar

Belakang Masalah, Permasalahan Utama, Permasalahan Sampingan, Jalan Keluar

7

Masalah, Efek Samping Permasalahan, dan Kesimpulan. Referensi yang

digunakan pengarang dalam menulis buku drama ini terdiri dari 36 referensi.

Adapun dari ketiga buku yang dilaporkan ini, secara umum buku yang

dilaporkan ini memiliki beberapa manfaat. Pertama, bagi peneliti sendiri bisa

menambah ilmu pengetahuan dan wawasan terhadap sastra, terutama pengetahuan

tentang fiksi. Kedua, sebagai pedoman bagi guru-guru, dosensebagai bahan

pengajaran sastra. Ketiga, bermanfaat bagi mahasiswa yang akan mengambil mata

kuliah sastra dan bagi mahasiswa yang akan melalukan penelitian tentang sastra.

8

BAB II

LAPORAN BAGIAN BUKU

Pada buku yang berjudul Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra

untuk Perguruan Tinggi Karangan Budianta, dkk. yang disusun oleh Ibnu

Wahyudi yang akan dilaporkan adalah bab III tentang Prosa dan bab V catatan

pengajar.

A. Hakikat Prosa: Struktur Narasi

Prosa narasi merupakan semua teks/karya rekaan yang tidak berbentuk

dialog, yang isinya dapat merupakan kisah sejarah atau sederetan peristiwa.

Adapun yang termasuk prosa narasi adalah roman/novel, cerita pendek, dongeng,

catatan harian, (oto)biografi, anekdot, lelucon, roman dalam bentuk surat

menyurat (epistoler), cerita fantastik maupun realistik. Prosa narasi bukanlah

monopoli karya sastra, tetapi ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya

warta berita, laporan dalam surat kabar atau lewat televisi, berita acara, ataupun

sas-sus (Luxemburg dkk., 1984). Dengan membaca sinopsis karya sastra,

pembaca bisa mengetahui siapa tokohnya, apa yang terjadi, bagaimana terjadinya,

di mana, kapan, dan bagaimana penyelesaiannya, namun tidak dapat memperoleh

apa yang disebut dengan kenikmatanmembaca karya sastra, tidak dapat merasakan

keharuan dari diksi dan cara pengungkapan khas oleh masing-maing pengarang.

B. Unsur-Unsur Prosa: Tokoh, Latar, Alur

Dalam suatu karya narasi terdapat unsur-unsur penting dan unsur-unsur

kurang penting atau tidak penting. Unsur-unsur penting akan membangun cerita,

sedangkan unsur-unsur yang tidak/kurang penting diperlukan sebagai unsur

pendukung, ilustrasi, deskripsi atau sekadar untuk memperpanjang. Dengan

diambilnya nama Si Lugu sebagai judul dongeng Voltaire, pembaca tentu telah

menduga bahwa tokoh Si Lugu mempunyai posisi penting dalam karya itu. Tentu

saja untuk menetapkannya anda harus mengganti terlebih dahulu, apakah tokoh

tersebut banyak terlibat dalam jalannya cerita atau apakah sebagai frekuensi

penampilnnya lebih dari tokoh-tokoh lain.

9

Menurut definisinya, tokoh adalah individu rekaan yang mengalami

peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990).

Di samping tokoh utama (protagonis), ada jenis tokoh lain yang terpenting, yaitu

tokoh lawan (antagonis) yang diciptakan untuk mengimbangi tokoh utama.

Konflik di antara tokoh itulah yang menggerakkan cerita. Selain itu ada tokoh

yang fungsinya hanya melengkapi disebut tokohbawahan.

Selain tokoh, dalam narasi ada juga latar yakni segala keterangan

mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra.

Deskripsi latar dapat bersifat fisik, realistis, dokumenter, dapat pula berupa

deskripsi perasaan. Latar adalah lingkungan yang dapat berfungsi sebagai

metonomia, metafora, atau ekspresi tokohnya (Wallek dan Warren, 1989).

Namun, unsur yang juga sangat penting adalah lakuan atau peristiwa, yang

membentuk kerangka cerita (alur utama). Rangkaian peristiwa direka dan dijalin

dengan seksama dalam membentuk alur yang menggerakkan jalannya cerita

melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian (Sudjiman, 1990).Peristiwa yang

penting dalam adalah yang memiliki hubungan sebab akibat (fungsi utama) dan

membentuk kerangka cerita.

C. Struktur Penceritaan/Penuturan

Pada bab ini bertujuan agar mahasiswa memahami aspek tuturan dan

penuturan, terutama masalah teknik sudut pandang, dan bahwa peristiwa-

peristiwa yang membentuk dunia fiksi dikemukakan menurut sudut pandang

tertentu atau akan dikemukakan dengan cara tertentu. Suatu narasi dikisahkan oleh

seseorang kepada pendengar dan dibaca oleh pembaca. Dalam narasi, pencerita

sering menyebut diri “aku” atau “saya”(pencerita akuan).Pencerita akuan adalah

tokoh dalam ceritanya tetapi tidak selalu tokoh utama. Namun seringkali mengacu

pada tokoh-tokoh dengan kata ganti orang ketiga, dia atau ia. Pencerita diaan

berada di luar cerita (eksternal). Ia hanya menyampaikan suatu kisahan, tetapi

tidak terlibat di dalamnya.

Dalam menyampaikan kisahannya, pencerita selalu mengambil posisi dan

bercerita menurut suatu sudut pandang (point of view, point of vue). Jika ia

10

“berada” dalam cerita sebagai tokoh (pencerita akuan internal), pandangannya

terbatas pada apa yang dapat diketahui oleh seorang tokoh. Namun, jika ia berada

di luar (pencerita diaan, eksternal), pengarang dapat menjadi pengarang yang

mahatahu yakni pencerita yang mengetahui maksud dan pikiran semua tokoh

serta semua yang mereka lakukan. Semua tokoh dipandang dari dalam (fokalisasi

intern).

D. Catatan untuk Pengajar

Pada bab lima dalam buku ini membahas tentang catatan untuk pengajar.

Catatan untuk pengajar dijelaskan dalam 4 bab, yaitu bab pertama catatan untuk

pengajar sastra, catatan untuk pengajar puisi, catatan untuk pengajar prosa, dan

bab keempat catatan untuk pengajar drama.

1. Catatan untuk Pengajar Sastra

Pada sub bab catatan untuk pengajar sastra terdapat 5 sub bab seperti yang

telah penulis uraikan di atas, yaitu pengertian sastra, sastra itu apa, sastra: antara

konvensi dan Inovasi, fungsi sastra, serta produksi dan reproduksi sastra.

a. Pengertian Sastra

Pada bagian ini tidak menjelaskan pengertian dari sastra, tetapi

menjelaskan tujuan instruksionaldiajarkannya sastra kepada mahasiswa agar

mahasiswa mampu mengenali dan memahami kekasan karya sastra dibandingkan

dengan produk-produk budaya lainnya, termasuk fungsi, proses penciptaannya,

yang dibangun atas konvensi dan inovasi serta penyebaran dalam masyarakat.

Agar tujuan itu tercapai dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu pertama,

membandingkan karya ilmiah (science) dengan karya sastra sebagai seni. Kedua,

menjelaskan bahwa dikotomi sastra bukanlah merupakan harga mati dan melihat

unsur-unsur dalam karya sastra, Ketiga, menjelaskan apa-apa saja yang

membangun karya satra dan menjelaskan fungsi sastra dalam sejarah dan fungsi

sastra yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Bagian penutup pembelajaran

tentang sastra dapat dilakukan dengan membahas sastra sebagai kegiatan produksi

dan reproduksi yang melibatkan bermacam-macam pelaku.

11

b. Sastra Itu Apa?

Pengarang menjelaskan teknik yang menarik untuk memahami karya

sastra pengajar dapat melakukan pembelajaran dengan cara membandingkan

karya sastra dengan karya ilmiah, seperti yang telah pernah dilakukan oleh Muray

Krieger (dalam Adam, 1969: 87-91). Pada sub bab ini menjelaskan kegiatan yang

dilakukan pengajar di kelas. Dalam merumuskan definisi apa itu sastra pengajar

tidak harus berceramah dengan sejumlah definisi, tetapi dengan memberikan

karya sastra yang harus dialami mahasiswa. Dari pengalaman bersastra tersebut,

mahasiswa dapat menyimpulkan sendiri apa itu sastra.

Kegiatan yang dapat dilakukan pengajar agar kegiatan di kelas

menyenangkan mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok yang terbagi dalam dua

tahap. Pada tahap pertama mahasiswa ditugaskan memahami karya sastra dan

karya ilmiah secara berkelompok. Kegiatan kedua setelah memahami karya sastra

dan karya ilmiah siswa dapat menjelaskan perbedaan kedua karya itu. Dengan

demikian mahasiswa bisa memahami dan membedakan dengan sendiri karya satra

dengan karya ilmiah dengan melihat contoh-contoh yang telah mereka baca.

c. Sastra: Antara Konvensi dan Inovasi

Pada sub bab sebelumnya mahasiswa telah membandingkan karya sastra

dengan karya ilmiah. Pada sub bab ini guru menjelaskan bahwa batasan-batasan

antar kedua karya itu tidak bersifat kaku dan lugas. Pengajar dapat menjelaskan

banyak unsur sastra yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dari situ

barulah pengajar masuk pada masalah konversi dalam sastra dan menjelasan

bahwa batasan-batasan sastra merupakan konvensi dari masyarakat. Untuk lebih

memperdalam pemahaman penjelasan ini dapat dikaitkan dengan contoh-contoh

karya sastra yang telah ada. Contoh-contoh itu dipakai untuk melihat konvensi itu

terus direvisi melalui inovasi pengarang.

d. Fungsi Sastra

Untuk memahami fungsi sastra pengajar dapat memakai konsep Horatius,

dulce et utile. Pengajar mengajak mahasiswa untuk melihat kegunaan sastra dalam

kehidupan sehari-hari, seperti penggunaan puisi sebagai alat untuk menyatakan

perasaan (cinta, marah, benci, dan semacamnya). Pengajardapat membahas sastra

sebagai media komunikasi yang melibatkan tiga komponen, yaitu pengarang

12

sebagai pengirim pesan, karya sastra sebagai pesan itu sendiri, dan penerimaan

pesan yaitu pembaca karya sastra mampu pembaca yang tersirat dalam teks atau

yang dibanyangkan oleh pengarangnya. Mahasiswa diajak melihat fungsi sastra

berubah dari zaman ke zaman sesuai dengan kondisi dan kepentingan masyarakat

pendukung.

e. Produksi dan Reproduksi Sastra

Untuk memahami produksi dan reproduksi sastra pengajar dapat memakai

acuan sosiologi sastra. Dalam proses penciptaan dan penyebaran karya sastra

guru dapat mengaitkan satu proses dengan proses yang lainnya. Sebagai

contohnya pengaruh reproduksi pembaca terhadap penulisan ulang teks atau

perubahan edisi teks, atau kontribusi pengedit dalam mengubah naskah. Hal itu

merupakan salah satu hubungan pembaca dengan pengarang.

2. Catatan untuk Pengajar Puisi

Pada sub bab catatan untuk pengajar puisi terdiri dari 3 sub bab,

yaitupengertian puisi, unsur-unsur pembangun puisi, dananeka ragam puisi.

a. Puisi itu Apa?

Mahasiswa dengan spontan memberi contoh-contoh puisi yang

berhubungan dengan teori ini, sehingga mahasiswa dapat memahami gambaran

umum tentang puisi. Pengajar membantu mempertajam dan memoles pengamatan

mahasiswa dari contoh-contoh yang telah mereka berikan dengan cara

memutarkan lagu-lagu yang bernuansa puitis.

Pada tahap awal ini pengajar tidak dianjurkan membahas puisi secara

teknis, karena pembahasan puisi secara teknis akan dibahas selanjutnya. Pada

tahap ini yang penting dilakukan guru adalah membuat mahasiswa sadar akan

unsur-unsur kepuitisan puisi dan mengetahui apa fungsinya. Mahasiswa juga

harus memahami bahwa unsur-unsur puitis tidak hanya ada pada puisi tetapi juga

ada dalam kehidupan sehari-hari.

b. Unsur-Unsur Pembangun Puisi

Pada bagian ini pengarang menjelaskan apa-apa saja yang dilakukan oleh

pengajar terkait unsur-unsur pembangun puisi. Pengajar dapat menjelaskan gaya

13

bahasa yang sering digunakan dalam pembuatan puisi, penjelasannya disertai

contoh dan ilustrasi untuk memperkuat pemahaman mahasiswa. Tidak semua

unsur puitis ada dalam penjelasan sebelumnya. Ada gaya bahasa lain yang belum

pengarang jelaskan seperti onomatopoeia, yakni citraan yang berasal dari bunyi

objektif yang dicitrakannya atau ironi. Selain itu pengajar harus rajin melihat

daftar istilah yang dapat membantu siswa.

Dalam teori yang telah dijelaskan sebelumnya dalam tahap ini terdapat

tokoh-tokoh puisi dari periode yang berbeda, pengajar tidak perlu mengahabiskan

banyak waktu untuk membahas bagian ini, penjelasan yang pengajar berikan

terfokus pada fungsi puitis. Definisi yang bersifat nonintrinsik diberikan untuk

mengingat bahwa puisi itu dibentuk bukan hanya dari segi intrinsik saja tetapi

juga nonintrinsik.

c. Aneka Ragam Puisi

Dunia begitu kaya dengan keragaman puisi yang ada sejak zaman dahulu,

bahkan banyak pula ragam puisi yang telah hilang atau tidak lagi digunakan. Pada

bagian ini tidak dicantumkan gerakan puisi yang pernah terjadi dan pengaruhnya

cukup besar. Misalnya gerakan puisi mbeling dan gerakan puisi bebas di

Indonesia, surrealisme di Prancis, atau ragam puisi tertentu yang lahir akibat

pengaruh zaman yang sangat kuat, seperti puisi religius di Inggris pada masa

Puritan. Apabila pengajar merasa perlu menyampaikan hal tersebut, maka

diperlukan sumber lain.

Pengajar ditugaskan menjelaskan jenis-jenis puisi lain yang tidak ada

dijelaskan pada buku yang dipegang mahasiswa. Informasi tentang jenis-jenis

puisi itu bisa pengajar dapatkan dari sumber-sumber lain yang perlu pengajar

ingatkan kepada mahasiswa segala kategori yang digunakan tidak boleh

diterapkan secara kaku karena terdapat banyak persimpangan dan tumpang tindih

di antara kategori itu.

3. Catatan untuk Pengajar Prosa

Pada bab catatan untuk pengajar prosa terdapat 3 sub bab, yaitu sub bab

struktur narasi, sub bab unsur-unsur prosa, dan sub bab struktur

penceritaan/penuturan.

14

a. Sruktur Narasi

Pada bagian ini pengarang menjelaskan tugas yang harus dilakukan

pengajar agar mahasiswanya memahami narasi. Pertama pengajar dapat

membahas perbedaan narasi dengan puisi. Narasi mencakup karya tulis yang tidak

berbentuk dialog. Setelah itu memberikan penjelasan kepada mahaiswa bahwa

kebiasaan mahasiswa yang hanya membaca karya sastra dengan membaca

ringkasannya tidak dapat menggambarkan keindahan karya sastra secara

keseluruhan, tidak mengungkapkan gaya penulis dan diksi yang digunakan antar

pengarang yang berbeda dan tidak mampu menumbuhkan kesan mendalam dan

merangsang renungan. Itu membuktikan hal itu pengajar mengajak mahasiswa

membandingkan karya sastra yang hanya berupa ringkasan dengan karya sastra

yang lengkap.

Pengajar tidak dilarang menyebutkan pengarang atau pakar teori sastra

atau menyinggung genre atau aliran penulisan karya sastra, tetapi hanya sepintas

yang terpenting disini mahasiswa menyadari dan dapat membedakan unsur-unsur

terpenting dan tidak penting yang membangun karya sastra. Pengajar dan siswa

membahas secara bersama-sama unsur yang membangun sebuah novel, yang

novelnya telah ditentukan oleh pengajar.

b. Unsur-Unsur Prosa

Pada bagian ini dijelaskan sebelum memberikan konsep dan definisi,

hendaknya pengajar menanyakan pada mahasiswa unsur-unsur yang terdapat

dalam narasi atau dogeng SiLugu karya Voltaire yang telah dibaca pada

pertemuan sebelumnya. Setelah mahasiswa menyebutkan barulah pengajar

menjelaskan teori yang berhubungan dengan unsur-unsur pembentuk prosa, mulai

dari tokoh, latar, dan alur secara lengkap dan terperinci. Pada pembahasan

ringkasan cerita mahasiswa telah memahami bahwa unsur yang terpenting adalah

lakuan atau peristiwa yang membentuk kerangka cerita. Pada sub bab ini

dijelaskan bahwa tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa.

Adapun jenis-jenis tokoh yaitu tokohandalan/ utama (protagonis), tokoh lawan

(antagonis). Latar pada narasi meliputi keterangan waktu, ruang, dan

suasana.Mahasiswa juga harus memahami jenis alur yang terpenting, yaitu alur

utama dan alur bawahan.

15

c. Struktur Penceritaan/Penutur

Pada bagian ini pengajar perlu menjelaskan kepada mahasiswa tentang

perbedaan antara pengarang/penulis dengan pencerita atau juru kisah. Sudut

pandang apa yang digunakan oleh pengarang dalam bercerita, apakah sudut

pandang orang pertama yang mengguanakan kata aku, atau sudut pandang orang

ketika yang manggunakan kata dia. Meskipun narasi diceritakan menggunakan

tokoh “aku”, bukan berarti harus disangkut-pautkan dengan kehidupan pengarang,

terkadang tokoh aku yang dimaksud adalah hasil imajinatif pengarang

berdasarkan hasil pengamatannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Catatan untuk Pengajar Drama

Pada bab catatan untuk pengajar drama terdiri dari 3 sub bab, yaitu sub

bab hakikat drama, karakteristik, elemen drama, dan sarana dramatik, dan

pengkategorian drama.

a. Hakikat Drama

Sebelumnya terlebih dahulu pengajar mencari tahu pemahaman

mahasiswa tentang drama dan teater. Jika jawaban mahasiswa melenceng, maka

tugas pengajar meluruskannya tetapi jika jawaban mahasiswa sudah mendekati

pengajar bertugas menguatkan dengan memperlihatkan contoh-contoh. Agar

pemahaman mahasiswa semakin kuat pengajar dapat memperlihatkan contoh

drama yang telah dipentaskan dan drama yang belum dipentaskan. Bertolak dari

contoh itu melalui diskusi dapat diketahui penyebab drama menjadi popular dan

penyebab drama hanya sebatas drama baca saja.

b. Karakteristik, Elemen Drama, dan Sarana Dramatik

Pada bagian sub ini sebelum pengajar masuk pada materi selanjutnya

alangkah baiknya pengajar memberikan kuis tekait dengan materi yang telah

dipelajari minggu lalu. Setelah itu baru dimulai dengan materi baru. Pembicaan

dapat dimulai dengan menjelasakan bahwa pementasan drama tidak selamanya

berasal drama naskah yang siap dipentaskan, tetapi pementasan drama juga bisa

terinsprirasi dari pusi, cerpen, novel, bahkan ada dari lagu. Untuk menguatkan

pendapat itu pengajar dapat melihatkan contoh-contoh yang terkait dengan

16

penjelasannya. Setelah itu pengajar meminta siswa menjelaskan pementasan

drama yang diambil dari novel, puisi, cerpen ataupun lagu yang pernah mereka

tonton. Ketepatan contoh dalam kasus bukan hal terpenting yang lebih penting

adalah keberanian untuk mengungkapkan pendapat.

Penjelasan yang berkenaan dengan elemen-elemen drama, pengajar dapat

mengingatkan kembali elemen yang ada dalam prosa. Pengajar dapat menjelaskan

perbedaan yang esensial antara elemen drama dengan eleman prosa. Pengajar juga

menjelaskan sarana dramatik yang sangat berperan dalam sebuah drama yang

memperlihatkan keunikannya.

c. Pengkategorian Drama

Pada bagian ini pengajar dapat mengulang masalah drama baca dan drama

pentas. Perbedaan kedua drama itu bukan persoalan drama itu sendiri, tetapi juga

bersangkut pada kesempatan. Dengan kata lain menyangkut kondisi gedung

kesenian, tradisi penonton, serta dana yang diperlukan untuk latihan dan

pementasan juga berperan penting terhadap itu. Selain itu pengajar juga

menjelaskan dialog dalam drama juga mempersoalkan yang berhubungan dengan

dengan tingkat pendidikan, status sosial. Selain itu darma juga banyak

memperlihatkan penyajian dengan bahasa yang tertata. Penjelasan terakhir barulah

pengajar masuk pada pengkategorian drama yang bertumpu pada alur dan tema.

Ada 5 jenis kategori drama, yaitu tragedi, komedi, tragikomedi, melodrama, dan

farce.

17

BAB IV

KOMENTAR PENULIS

Setelah membaca dan membandingkan ketiga buku yang telah penulis

baca, yaitu Membaca Sastra oleh Melani Budianta dkk., Fiksi Populer: Teori dan

Metode Kajianoleh Ida Rochani Adi., dan Prosedur Analisis Fiksioleh Muhardi,

M.S. dan Hasanuddin WS, maka menurut penulis ketiga buku tersebut adalah baik

digunakan untuk menambah wawasan tentang prosa dan sebagai penunjang

pengajaran prosa untuk tenaga pengajar baik guru maupun dosen. Penulis

mengambil buku Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian dan Prosedur Analisis

Fiksi sebagai buku pembanding karena kedua buku tersebut membahas karangan

fiksi yang merupakan bagian dari prosa.

Pada laporan bacaan dari tiga buku ini, yaitu MembacaSastra oleh Melani

Budianta dkk., Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajianoleh Ida Rochani Adi.,

dan Prosedur Analisis Fiksioleh Muhardi, M.S. dan Hasanuddin WS, maka unsur

pembanding yang dibandingkan dari ketiga buku tersebut yaitu, hakekat prosa

atau fiksi, genre prosa atau fiksi, fungsi prosa atau fiksi, unsur intrinsik prosa atau

fiksi, unsur ekstrinsik prosa, catatan pengajar, metode dan pendekatan dalam

penelitian prosa, contoh teks prosa, dan contoh penelitian prosa. Unsur-unsur

tersebut sebaiknya ada dalam karya sastra karena pengetahuan mengenai unsur-

unsur tersebut harus diketahui oleh mahasiswa yang mempelajari sastra dan para

pengajar sastra.

Hakikat prosa atau fiksi adalah hal yang paling penting pertama kali

diperkenalkan kepada pembaca sebelum masuk pada pembahasan prosa atau fiksi

lebih jauh lagi karena pembaca harus faham terlebih dahulu apa itu prosa. Pada

buku Membaca Sastra dijelaskan bahwa prosa narasi merupakan semua

teks/karya rekaan yang tidak berbentuk dialog, yang isinya dapat merupakan kisah

sejarah atau sederetan peristiwa. Pada buku Fiksi Populer:Teori dan Kajian

Metode tidak dijelaskan hakikat prosa, tapi hanya dijelaskan hakikat fiksi, yaitu

cerita yang tidak berdasarkan kejadian sebenarnya.Selanjutnya pada buku

Prosedur Analisis Fiksijugahanya menjelaskan hakikat fiksi, yaitu rekaan, hayalan

18

atau pikiran semata.Jadi prosa atau fiksi adalah cerita berupa teks/karya yang

bersifat imajinatif yang tidak berupa dialog.

Genre sastra perlu dijelaskan kepada pembaca, agar pembaca bisa

membedakan dan mengelompokkan bgian-bagian prosa.Genre prosa atau fiksi

pada buku membaca sastra yang termasuk prosa narasi adalah roman/novel, cerita

pendek, dongeng, catatan harian, (oto)biografi, anekdot, lelucon, roman dalam

bentuk surat menyurat (epistoler), cerita fantastik maupun realistik. Prosa narasi

tersebut dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya warta berita,

laporan dalam surat kabar atau lewat televisi, berita acara, ataupun sas-sus

(Luxemburg dkk., 1984).Pada buku Fiksi Populer: Teori dan Kajian dijelaskan

genre prosa yang terdiri dari fiktif dan non fiktif. Prosa fiktif terbagi lagi pada

fiksi cannon atau fiksi populer.Genre prosa ditentukan oleh selera pembaca atau

penonton yang selalu berubah-ubah. Selanjutnya pada buku Prosedur Analisis

Fiksi dijelaskan bahwa genre sastra antara lain cerpen, roman, novel, cerbung, dan

drama, namun dilihat dari hakekat strukturnya karya sastra hanya terdiri dari

cerpen, novel, dan drama.

Fungsi sastra perlu dipaparkan agar pembaca tidak hanya menganggap

karya sastra sebagai hiburan belaka, tetapi dapat menerapkan nilai-nilai yang

terkandung dalam karya sastra.Pada buku Membaca Sastra ini tidak ada

dijelaskan fungsi fiksi.Pada buku Fiksi Populer: Metode dan Kajian tidak

dijelaskan pada bab khusus tentang fungsi sastra, namun dapat disimpulkan

bahwa sastra berfungsi sebagai hiburan. Pada buku Prosedur Analisis Fiksi

dijelaskan fungsi fiksi adalah untuk merangsang pembaca untuk mengenali,

menghayati, menganalisis, dan merumuskan nilai-nilai kemanusiaan yang

berkembang dalam diri sebagai motivasi dan stabilisasi kepribadian dan perilaku..

Dalam buku Membaca Sastra dijelaskan bahwa unsur-unsur prosa adalah

tokoh, latar tempat dan waktu serta alur.Unsur-unsur penting akan membangun

cerita, sedangkan unsur-unsur yang tidak/kurang penting diperlukan sebagai unsur

pendukung, ilustrasi, deskripsi atau sekadar untuk memperpanjang cerita.Dalam

buku Fiksi Populer: Metode dan Kajiandijelaskan unsur instrinsik fiksiadalah

unsur pembangun fiksi yaitu, tema dalam novel, penokohan dalam novel, latar

19

atau setting, suasana.Pada buku Prosedur Analisis Fiksi dijelaskan unsur intrinsik

fiksi. Unsur intrinik fiksi terbagi atas dua, yaitu unsur utama dan unsur penunjang.

Unsur utama yaitu tema dan amanat, permasalahan-permasalahn, penokohan,

latar, dan alur. Unsur penunjang, antara lain sudut pandang, bahasa, dan agama.

Kemudian unsur-unsur yang membangun fiksi dijelaskan pada setiap sub bab

yaitu, penokohan, peristiwa dan alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, serta

tema dan amanat.

Pada buku Membaca Sastra tidak dijelaskanunsurekstrinsik dari prosa,

tetapi hanya menjelaskan unsur-unsur prosa yang terdiri dari tokoh, latar tempat

dan waktu serta alur. Pada buku Fiksi Populer: Metode dan Kajianjugatidak

dijelaskan secara detail unsur ekstrinsik fiksi. Selanjutnya pada buku Prosedur

Analisis Fiksi dijelaskan bahwa unsur ekstrinsik fiksi yang utama adalah

pengarang, pengaruh luar lainnya yang mempengaruhi unsur penciptaan misalnya,

sensivitas atau kepekaan pengarang, pandangan hidup pengarang, dan realitas

objektif yang meliputi norma-norma, ideologi, tata nilai, konvensi budaya, dan

konvensi budaya.

Catatan pengajar perlu dihadirkan pada buku sastra, karena berguna bagi

calon pengajar maupun pengajar itu sendiri. Pada buku Membaca Sastradijelaskan

catatan untuk pengajar, baik itu sastra, prosa, puisi, dan drama, sehingga

mahasiswa calon guru, guru maupun dosen bisa mengaplikasikan strategi yang

telah dijelaskan pada buku ini. Pada buku Fiksi Populer: Metode dan Kajian dan

Prosedur Analisis Fiksi tidak ada dijelaskan tentang catatan pengajar.

Pada buku Membaca Sastra tidak ada dijelaskan metode ataupun

pendekatan-pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian sastra. Pada buku

Fiksi Populer: Metode dan Kajian dijelaskan metode dan pendekatan dalam

penelitian sastra. Metode yang dipakai dalam terdiri atas kualitatif, kuantitatif, dan

gabungan dari kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan dalam penelitian yang dipakai

mengimplikasikan bagaimana memahami hakikat fiksi populer, bagaimana

peneliti memandang fiksi sehingga dapat memahaminya. Adapun pendekatan

dalam penelitian sastra diantaranya pendekatan ekspresif, mimesis, psikologis,

historis, dan sebagainya. Selanjutnya pada buku Prosedur Analisis Fiksi hanya

20

dijelaskan satu jenis pendekatan dalam penelitian sastra yaitu pendekatan objektif,

namun penjelasan serta tahapan kerja pendekatan objektif ini dijelaskan secara

lengkap dan jelas sehingga dapat dimengerti oleh pembaca bagaimana melaporkan

analisis prosa terutama cerpen.

Pada buku Membaca Sastra pada lampiran, banyak diberikan contoh

prosa, diantaranya Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis, Clara karya Seno

Gumira Ajidarma, Surat Kepada Anak-anak yang Memilih untuk Diam dalam

Kepatuhan karya Karlina Leksono Supelli, Tanah Sang Raksasa karya Dwianto

Setyawan. Pada buku Fiksi Populer: Metode dan Kajian tidak ada diberikan

contoh prosa. Tetapi hanya dipaparkan pada penjelasan di paragraf judul-judul

novel populer. Selanjutnya pada Prosedur Analisis Fiksi diberikan satu contoh

teks prosa, yaitu “Saat Orang Berterus Terang” karya Wildan Yatim, serta pada

bab lainnya juga dipaparkan judul-judul prosa lainnya.

Contoh penelitian prosa perlu disajikan agar mahasiswa mengerti

membuat laporan penelitian prosa dan pengajar juga faham menjelaskan

bagaimana mengajarkan cara melaporkan hasil penelitian prosa. Pada buku

membaca Sastra dan Fiksi Populer: Metode dan Kajian tidak ada dijelaskan

contoh prosa. Sementara, pada buku Prosedur Analisis Fiksi dijelaskan contoh

pelaporan hasil analisis cerpen “Saat Orang Berterus Terang” karya Wildan

Yatim.

Berdasarkan kesimpulan penulis setelah membaca dan membandingkan

ketiga buku yang dilaporkan, yaitu Membaca Sastra oleh Melani Budianta dkk.,

Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajianoleh Ida Rochani Adi., dan Prosedur

Analisis Fiksioleh Muhardi, M.S. dan Hasanuddin WS, adalah baik dijadikan

sebagai referensi untuk menambah wawasan. Masing-masing buku memiliki

kelebihan masing-masing. Penulis akan memaparkan kelebihan dari masing-

masing buku tersebut dalam tabel berikut ini.

21

Unsur yang

Dibandingkan

Membaca Sastra Fiksi Populer: Teori

dan Metode Kajian

Prosedur Analisis Fiksi

1. Hakekat

Prosa atau

Fiksi

Pada hal. 77 dijelaskan

bahwa prosa narasi

merupakan semua

teks/karya rekaan yang

tidak berbentuk dialog,

yang isinya dapat

merupakan kisah sejarah

atau sederetan peristiwa.

Pada buku ini tidak

dijelaskan hakikat

prosa, tapi hanya

dijelaskan kakikat fiksi,

yaitu cerita yang tidak

berdasarkan kejadian

sebenarnya.

Pada buku ini juga tidak

menjelaskan hakikat prosa,

tapi hanya dijelaskan

hakikat fiksi, yaitu rekaan,

hayalan atau pikiran

semata.

2. Genre Prosa

atau Fiksi

Pada hal 77 dijelaskan

yang termasuk prosa

narasi adalah

roman/novel, cerita

pendek, dongeng, catatan

harian, (oto)biografi,

anekdot, lelucon, roman

dalam bentuk surat

menyurat (epistoler),

cerita fantastik maupun

realistik.

Pada hal. 196

dijelaskan genre prosa

yang terdiri dari fiktif

dan non fiktif. Prosa

fiktif terbagi lagi pada

fiksi cannon atau fiksi

populer. Genre prosa

ditentukan oleh selera

pembaca atau penonton

yang selalu berubah-

ubah.

Pada hal. 8 dijelaskan

bahwa fiksi mengandalkan

kekuatan imajinasi. Genre

sastra lainnya seperti

cerpen, roman, novel,

cerbung, dan drama.

Dilihat dari hakekatnya

karya sastra hanya terdiri

dari cerpen, novel, dan

drama.

3. Fungsi

Prosa atau

fiksi

Pada buku ini tidak ada

dijelaskan fungsi fiksi.

Pada buku ini tidak

dijelaskan fungsi

prosa,hanya

menjelaskan sastra

berfungsi sebagai

hiburan.

Pada hal. 15 disimpulkan

bahwa fungsi fiksi adalah

untuk merangsang

pembaca untuk mengenali,

menghayati, menganalisis,

dan merumuskan nilai-

nilai kemanusiaan yang

berkembang dalam diri

sebagai motivasi dan

stabilisasi kepribadian dan

perilaku.

4. Unsur

Instrinsik

Prosa atau

Fiksi

Pada hal. 85 dijelakan

unsur-unsur prosa, yaitu

tokoh, latar, alur.

Pada hal. 36

dijelaskanunsur

pembangun fiksi pada

setiap sub bab yaitu,

tema dalam novel,

penokohan dalam

novel, latar atau

setting, suasana.

Pada hal. 20 buku ini

dijelaskan unsur intrinsik

fiksi yang terbagi atas dua,

yaitu unsur utama dan

unsur penunjang. Unsur

utama yaitu tema dan

amanat, permasalahan-

permasalahn, penokohan,

latar, dan alur. Unsur

penunjang, antara lain

sudut pandang, bahasa, dan

agama.

5. Unsur

Ekstrinsik

Prosa

Pada buku ini tidak

dijelaskan secara

eksplisit tentang unsur

ekstrinsik prosa.

Pada buku ini tidak

dijelaskan secara detail

unsur ekstrinsik fiksi.

Pada hal. 20 dijelaskan

unsur ekstrinsik fiksi

utama adalah pengarang,

pengaruh luar lainnya yang

mempengaruhi unsur

penciptaan misalnya,

sensivitas atau kepekaan

pengarang, pandangan

hidup pengarang, dan

realitas objektif yang

meliputi norma-norma,

22

ideologi, tata nilai,

konvensi budaya, dan

konvensi budaya.

6. Catatan

Pengajar

Pada hal 119 jelaskan

catatan untuk pengajar,

baik itu sastra, prosa,

puisi, dan drama. Catatan

untuk pengajar prosa

terdapat pada hal. 144

Pada buku ini tidak ada

dijelakan catatan untuk

pengajar.

Pada buku ini tidak ada

dijelakan catatan untuk

pengajar.

7. Metode dan

Pendekatan

dalam

Penelitian

Prosa

Pada buku ini tidak ada

dijelakan metode untuk

penelitian, tetapi hanya

dijelaskan metode untuk

pegajaran sastra.

Pada hal. 219

dijelaskan metode dan

pendekatan dalam

penelitian sastra terdiri

atas kualitatif,

kuantitatif, dan

gabungan dari

kualitatif dan

kuantitatif. Pendekatan

dalam penelitian

mengimplikasikan

bagaimana peneliti

memahami fiksi.

Pendekatan dalam

penelitian sastra

diantaranya pendekatan

ekspresif, mimesis,

psikologis, historis, dan

sebagainya.

Pada buku ini, hanya

menjelaskan satu jenis

pendekatan dalam

penelitian sastra yaitu

pendekatan objektif,

namun penjelasan serta

tahapan kerja pendekatan

objektif ini dijelaskan

secara lengkap dan jelas.

8. Contoh

Prosa

Pada lampiran, banyak

diberikan contoh prosa,

diantaranya Robohnya

Surau Kami karya A.A.

Navis, Clara karya Seno

Gumira Ajidarma, Surat

Kepada Anak-anak yang

Memilih untuk Diam

dalam Kepatuhan karya

Karlina Leksono Supelli,

Tanah Sang Raksasa

karya Dwianto

Setyawan.

Pada buku ini tidak ada

diberikan contoh prosa.

Tetapi hanya judul

novelyang dipaparkan

pada penjelasan di

paragraf,.

Pada buku ini diberkan

satu contoh prosa, yaitu

“Saat Orang Berterus

Terang” karya Wildan

Yatim.

9. Contoh

laporan

hasil

Penelitian

Prosa

Pada buku ini tidak ada

dijelaskan contoh

laporan hasil penelitian

prosa.

Pada buku ini tidak ada

dijelaskan contoh

laporan hasil penelitian

prosa.

Pada buku ini dijelaskan

contoh pelaporan hasil

analisis cerpen “Saat

Orang Berterus Terang”

karya Wildan Yatim.

23

BAB V

PENUTUP

A. Pandangan Penulis dan Manfaat

Pandangan penulis tentang buku yang dilaporkansetelah membaca buku

yang ketiga buku yang dilaporkan ini penulis merasa bertambah wawasan penulis

tentang sastra, puisi, dramaterutamaprosa.Ketiga buku tersebut sama-sama baik

digunakan dan saling menunjang sebagai bahan referensi bagi mahasiswa, guru,

dosen, maupun pengajar sanggar untuk mempertajam pengetahuan tentang

prosa.Secara umum ketiga buku tersebut sudah menggunakan bahasa yang baik

serta komunikatif sehingga mudah dipahami oleh pembaca.

Pada ketiga buku tersebut mempunyai kelebihannya masing-masing.Pada

buku Membaca Sastra karangan Melani Budianta dijelaskan catatan untuk

pengajar prosa, sehingga dapat menambah wawasan para pengajar maupun bagi

mahasiswa yang akan jadi calon pengajar tentang materi prosa khususnya.Dengan

demikian, mereka dapatmengaplikasikan teknik pengajaran yang ada pada buku

tersebut. Selanjutnya pengajar juga dapat memanfaatkan contoh teks prosa yang

ada pada lampiran sebagai media pembelajaran sastra.

Pada buku pembanding Fiksi Populer: Metode dan Kajian karangan Ida

Rochani Adi memiliki kelebihan dalam penjelasan metode dan pendekatan yang

digunakan dalam meneliti sastra. Banyak pendekatan yang bisa digunakan dalam

penelitian sastra, seperti pendekatan ekspresif, mimesis, psikologis, historis, dan

sebagainya.Buku ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswa yang ingin

meneliti sastra, serta bagi pengajar yang akan mengajarkan metode maupun

pendekatan sastra.

Pada buku Prosedur Analisis Fiksi karangan Muhardi M.S. dan

Hasanuddin WS, memiliki kelebihan dalam menjelaskan pendekatan objektif

dalam penelitian sastra yang disertai beserta contoh analisis cerpen “Saat Orang

Berterus-terang,” karya Wildan Yatim. Dengan adanya contoh tersebut, kita bisa

melihat bagaimana cara menganalisis cerpen berdasarkan pendekatan objektif.

Berdasarkan contoh yang ada kita dapat lebih memahami cara menulis laporan

24

analisis cerpen.Buku ini bisa dimanfaatkan sebagai referensi untuk penelitian

sastra serta bagi pengajar sastra yang ingin mengajarkan penelitian sastra.

B. Kritik dan Saran

Menurut pengamatan setelah membaca ketiga buku tersebut, materi di

dalam ketiga buku tersebut memiliki beberapa kelebihan dan masih terdapat

beberapa kekurangan materi yang dirasa perlu dalam pembahasan prosa.Jika

ketiga buku tersebut digunakan pengajar, maka semakin banyakwawasan sastra

yang dimiliki pengajar.Demikian juga bagi mahasiswa agar bertambah wawasan

mengenai sastra khususnya prosa.

Dari ketiga buku yang dibaca, yaitu buku Membaca Sastra, Fiksi Populer:

Metode dan Kajian, serta Prosedur Analisis Fiksi, terdapat beberapa kekurangan

dari buku tersebut yang sudah dijabarkan pada tabel yang ada di komentar.

Sebaiknya penulis bisa menambahkan unsur-unsur yang dibandingkan yang ada

pada tabel jika tidak terdapat pada buku sebagai penyempurnaan buku. Untuk

buku Membaca Sastra sebaiknya penulis lebih memperhatikan tata cara penulisan

yang benar, sebaiknya memberi penomoran judul dan sub judul dengan tepat.

DAFTAR RUJUKAN

Adi, Ida Rochani. 2011. Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Budianta, Melani, dkk. 2003. Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra

untuk Perpengajaran Tinggi). Magelang: Indonesia Tera.

Muhardi dan Hasanuddin WS. 2009. Prosedur Analisis Fiksi. Padang: IKIP Press.