Lapkas Rehab Medik
Transcript of Lapkas Rehab Medik
BAB I
PENDAHULUAN
Low back pain adalah suatu sindrom klinik yang
ditandai dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan
lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian
bawah dan sekitarnya.l Low back pain merupakan keluhan
yang sering dijumpai di tempat praktek sehari-hari, dan
diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri
punggung, paling kurang sekali semasa hidupnya.2 Di
Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 15% orang
dewasa mengeluh nyeri punggung bagian bawah atau nyeri
yang bertahan hampir dua minggu. Nyeri punggung bagian
bawah telah diidentifikasi oleh Pan American Health
Organization (PAHO) di antara tiga masalah kesehatan
pekerjaan yang dikenal pasti oleh World Health Organization
(WHO). Keluhan nyeri punggung merupakan keluhan kedua
setelah nyeri kepala. Di Amerika Serikat lebih dari 80%
penduduk mengeluh nyeri punggung bagian bawah dan biaya
yang dikeluarkan tiap tahun untuk pengobatan berkisar
75 juta dolar Amerika.3 Data epidemiologi mengenai low
back pain di lndonesia diperkirakan 40% penduduk
Provinsi Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah
menderita low back pain, prevalensi pada laki-laki l8,2%
dan pada wanita l3,6%. Insiden berdasarkan kunjungan
pasien ke beberapa rumah sakit di lndonesia berkisar
antara 3-17%.1 Di kota Manado sendiri tepatnya di Poli
1
Kesehatan Fisik Dan Rehabilitasi RSUP Prof. Dr. R.D.
Kandou pada tahun 2012, low back pain menjadi insiden
terbanyak pertama dengan prevalensi 24%.
Low back pain adalah nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bagian bawah, dapat merupakan nyeri lokal
(inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya.
Nyeri yang berasal dari punggung bagian bawah dapat
menjalar ke daerah lain atau sebaliknya yang berasal
dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah
(referred pain). Walaupun nyeri punggung bagian bawah
jarang fatal, namun nyeri yang dirasakan menyebabkan
pasien mengalami disabilitas yaitu keterbatasan
fungsional dalam aktifitas sehari-hari dan banyak
kehilangan jam kerja terutama pada usia produktif,
sehingga merupakan alasan terbanyak dalam mencari
pengobatan.2 Tulang punggung menerima beban lebih besar
sebagai konsekuensi tugasnya untuk menjaga posisi tegak
tubuh, dan beban ini akan lebih banyak terkonsentrasi
di bagian bawah dari tulang punggung tersebut. Sehingga
dengan demikian, walaupun etiologi low back pain dapat
bervariasi dari yang paling ringan (misalnya kelelahan
otot) sampai yang paling berat (misalnya tumor ganas)
tetapi sebagian besar low back pain pada masyarakat
adalah akibat adanya faktor mekanik yang tidak
menguntungkan tulang punggung bagian bawah dalam
fungsinya untuk menjaga posisi tegak tubuh (statika)
2
maupun dalam fungsinya selama pergerakan tubuh
(dinamika).1
Penyebab yang mendasari keluhan nyeri punggung
bawah bermacam-macam, salah satu diantaranya adalah
hernia nukleus pulposus (HNP). Hernia nukleus pulposus
mempunyai karakteristik berupa protusi dari annulus
fibrosus beserta nukleus pulposus yang ada didalamnya
ke dalam kanalis vertebralis. Hernia nukleus pulposus
dapat terjadi di semua diskus intervertebra, namun yang
paling sering terjadi di segmen lombosakral pada diskus
intervertebra L4-5 dan L5-Sl sekitar l0% sisanya
terjadi di diskus intervertebra segmen L3-4. Penyebab
lain yang menyebabkan low back pain yaitu oleh mekanik
kronik paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang
jelek, yaitu sikap tubuh yang membungkuk ke depan,
kepala menunduk, perut membuncit dan dada kempes
mendatar. Sikap tubuh yang demikian mendorong titik
berat badan (TBB) tergeser ke arah depan sebagai
kompensasi agar keseimbangan tubuh tetap terjaga.
Disamping akibat sikap tubuh yang jelek, pergeseran TBB
ke arah depan terlihat juga pada wanita-wanita yang
gemar memakai sepatu dengan tumit tinggi.2,4
Gejala yang dialami biasanya berupa nyeri di
punggung ataupun di sekitar ektremitas bawah yang
biasanya bersifat terus-menerus ataupun hanya timbul
pada posisi tertentu serta juga sering diikuti dengan
kekakuan dan keterbatasan dalam melakukan gerakan.5
3
Nyeri punggung bawah atau low back pain dapat disebabkan
oleh banyak kondisi. Faktor yang sering adalah penuaan,
trauma, infeksi, ataupun tumor. Diagnosis banding dapat
dipersempit dengan melihat adanya nyeri pada tungkai
bawah atau tidak.6
Berikut ini akan dibahas suatu tinjauan pustaka
dan laporan kasus tentang rehabilitasi medik pada
pasien low back pain.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINSI
Low back pain adalah sindrom klinik yang ditandai
dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan lain yang
tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah dan
sekitarnya. Low back pain atau nyeri punggung bagian
bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal
yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Untuk dapat memahami bagaimana rasa nyeri timbul
pada low back pain maka harus dipahami anatomi dan
fisiologi tulang belakang pada umumnya dan tulang
lumbosakral pada khususnya.1
1. Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-
unit fungsional yang terdiri dari:
a. Segmen anterior, yang berfungsi sebagai penyangga
beban, dibentuk oleh korpus vertebra yang
dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh diskus
intervertebra. Struktur ini masih diperkuat oleh
ligamen longitudinal posterior dan ligamen
longitudinal anterior. Ligamen longitudinal
posterior mempunyai arti penting dalam
patofisiologi penyakit justru karena bentuknya
5
yang unik. Sejak dari oksiput, ligamen ini
menutup seluruh permukaan belakang diskus
intervertebra. Mulai L1 ligamen ini menyempit,
hingga pada daerah L5-S1 lebar ligamen hanya
tinggal separuh asalnya. Dengan demikian pada
daerah ini terdapat daerah lemah, yakni bagian
posterolateral kanan dan kiri diskus
intervertebra, daerah tak terlindung oleh ligamen
longitudinal posterior. Akan nyata terlihat,
bahwa tingkat L5-S1 merupakan daerah paling
rawan.
Gambar 1. Segmen Anterior Kolumna Vertebrata8
b. Segmen posterior, bagian ini dibentuk oleh arkus,
prosesus transversus dan prosesus spinosus. Satu
dengan yang lainya dihubungkan oleh sepasang
artikulasi dan diperkuat oleh ligamen serta otot.
Ditinjau dari sudut kinetika tubuh (di luar
kepala dan leher), maka akan tampak bahwa gerakan
yang paling banyak dilakukan tubuh ialah fleksi,
kemudian ekstensi. Dalam kenyataannya gerakan
6
fleksi-ekstensi merupakan tugas persendian daerah
lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini
dimungkinkan oleh bentuk dan letak bidang sendi
yang sagital. Lain halnya dengan bidang sendi
daerah torakal yang terletak frontal, bidang
sendi ini hanya memungkinkan gerakan rotasi dan
sedikit latero-fleksi.1
Anterior column posterior column
Gambar 2. Segmen Anterior Dan Posterior Columna
Vertebralis9
2. Diskus Intervertebra
Struktur lain yang tidak kalah penting
peranannya dalam persoalan low back pain adalah
diskus intervertebra. Disamping berfungsi sebagai
penyangga beban, diskus intervertebra berfungsi
pula sebagai peredam kejut. Diskus intervertebra
dibentuk oleh anulus fibrosus yang merupakan
anyaman serat-serat fibroelastik hingga membentuk
struktur mirip gentong. Tepi atas dan bawah
gentong melekat pada “end plate” vertebra
sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar
7
vertebra. Rongga ini berisi nukleus pulposus
suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak
mengandung air. Menjelang usia dekade kedua,
mulailah terjadi perubahan-perubahan, baik
menyangkut nukleus pulposus maupun anulus
fibrosus. Pada beberapa tempat serat-serat
fibroelastik terputus, sebagian rusak, dan
sebagian diganti jaringan ikat. Proses ini akan
berlangsung secara kontinu hingga dalam anulus
terbentuk rongga-rongga.1
Gambar 3 Diskus Intervertebra9
C. EPIDEMIOLOGI
Low back pain atau nyeri punggung bagian bawah di
Indonesia merupakan masalah kesehatan yang nyata. Kira-
kira 80% penduduk seumur hidupnya pernah sekali
merasakan nyeri punggung bagian bawah. Pada setiap saat
lebih dari l0% penduduk menderita nyeri punggung bagian
bawah. Insidensi nyeri punggung bagian bawah di
beberapa negara berkembang lebih kurang l5-20% dari
total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri
8
punggung bagian bawah akut maupun kronik termasuk tipe
benigna. Penelitian kelompok studi nyeri Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) pada bulan
Mei 2002 menunjukkan jumlah pasien nyeri punggung
bagian bawah sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri.
Studi populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia
ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan l3,6% pada
wanita. Rumah sakit di Jakarta, Yogyakarta dan Semarang
insidensinya sekitar 5,4-5,8%. Frekuensi terbanyak pada
usia 45-65 tahun. Dalam penelitian multisenter di 14
rumah sakit pendidikan di Indonesia yang dilakukan oleh
kelompok studi nyeri PERDOSSI pada bulan Mei 2002
menunjukkan jumlah pasien nyeri sebanyak 4456 orang
(25% dari total kunjungan), dimana 1598 orang (35,86%)
merupakan pasien nyeri kepala dan 819 orang (18,37%)
adalah pasien nyeri punggung bawah. Keluhan low back pain
ini ternyata menempati urutan kedua tersering setelah
nyeri kepala. Dari data mengenai pasien yang berobat ke
poliklinik neurologi menunjukkan bahwa jumlah pasien
diatas usia 40 tahun yang datang dengan keluhan low back
pain ternyata jumlahnya cukup banyak.10
Di Amerika Serikat lebih dari 80% penduduk pernah
mengeluh low back pain dan di negara kita sendiri
diperkirakan jumlahnya lebih banyak lagi. Nyeri
punggung bagian bawah merupakan 1 dari l0 penyakit
terbanyak di Amerika Serikat dengan angka prevalensi
berkisar antara 7,6-37%. Puncak insidensi nyeri
9
punggung bawah adalah pada usia 45-60 tahun. Pada 45%
pasien dewasa tua, nyeri punggung bawah dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari dan mengganggu tidur
pasien. Sebagian besar pasien (75%) akan mencari
pertolongan medis, dan 25% diantaranya perlu dirawat
inap untuk evaluasi lebih lanjut.10 Di Kota Manado
sendiri tepatnya di Poli Kesehatan Fisik dan
Rehabilitasi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou pada tahun
2012, low back pain menjadi insiden terbanyak pertama
dengan prevalensi 24%.
D. ETIOLOGI
Dalam klinik, low back pain (LBP) dibagi menjadi 4
kelompok:
1. LBP oleh faktor mekanik
a. LBP oleh mekanik akut
Biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan
secara mendadak melampaui batas kemampuan sendi
dan otot (range of motion) atau melakukan sesuatu
untuk jangka waktu terlampau lama.1
b. LBP oleh mekanik kronik (menahun)
Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang
jelek yaitu sikap tubuh yang membungkuk ke depan,
kepala menunduk, perut membuncit dan dada kempes
mendatar. Sikap tubuh yang demikian tentunya akan
mendorong titik berat badan (TBB) tergeser ke
arah depan sebagai kompensasi agar keseimbangan
10
tubuh tetap terjaga. Disamping akibat sikap tubuh
yang jelek, pergeseran TBB ke arah depan terlihat
juga pada wanita-wanita yang gemar memakai sepatu
dengan tumit tinggi.1
2. LBP oleh faktor organik1
a. LBP osteogenik
i. Radang
ii. Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab
utama low back pain. Pada orang yang tidak biasa
melakukan pekerjaan otot atau melakukan
aktivitas dengan beban yang berat, dapat
menderita nyeri pungggung bagian bawah yang
akut. Gerakan bagian punggung yang kurang baik
dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang
tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan
terjadinya trauma punggung sehingga
menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung
dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka
waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang
berat memerlukan pertolongan medis agar tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.2
iii.Keganasan
iv. Kongenital
b. LBP diskogenik
Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus
intervertebra. Bentuk yang sering dijumpai ialah:
11
i. Spondilosis
Adalah suatu proses degenerasi progresif
diskus intervertebra.1 Keadaan ini menimbulkan
nyeri yang berasal dari dua macam sumber:
a) Osteoarthritis
b) Radikulitis jebakan, radiks terjebak dalam
perjalanannya melewati foramen
intervertebra yang menyempit. Sebenarnya
nyeri tidak bersumber pada tekanan radiks
secara langsung, melainkan dari tekanan
sarung duramater yang mengakibatkan iskemik
dan inflamasi.
ii. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Hernia nukleus pulposus (HNP) yaitu
keluarnya nukleus pulposus dari diskus
intervertebra melalui robekan annulus fibrosus
keluar ke arah belakang/dorsal menekan medulla
spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan
saraf spinalis sehingga menimbulkan gangguan.2
Nukleus pulposus adalah gel viskus yang
terdiri dari proteoglikan yang mengandung
kadar air yang tinggi. Nukleus pulposus
memiliki fungsi menahan beban sekaligus
sebagai bantalan. Dengan bertambahnya usia
kemampuan nukleus pulposus menahan air sangat
berkurang sehingga diskus intervertebra
12
mengerut, terjadi penurunan vaskularisasi
sehingga diskus intervertebra menjadi kurang
elastis. Pada diskus intervertebra yang sehat,
nukleus pulposus akan mendistribusikan beban
secara merata ke segala arah, namun nukleus
pulposus yang mengerut akan mendistribusikan
beban secara asimetris, akibatnya dapat
terjadi cedera atau robekan pada anulus
fibrosus.2
Hernia nukleus pulposus (HNP) paling
sering terjadi pada pria dewasa, dengan
insiden puncak pada dekade ke-4 dan ke-5.
Kelainan ini lebih banyak terjadi pada
individu dengan pekerjaan, yang banyak
membungkuk dan mengangkat.2
Manifestasi klinik HNP adalah sebagai berikut:
a) Ischialgia. Nyeri dirasakan mulai dari
pinggang menjalar ke bokong, paha, belakang
tumit, dan telapak kaki. Nyeri bersifat
tajam, seperti terbakar, dan berdenyut
sampai ke bawah lutut. lschialgia
merupakan nyeri yang terasa sepanjang
perjalanan nervus ischiadicus sampai ke
tungkai, pada tes provokasi percobaan
laseque didapatkan hasil positif.1,2
b) Dapat ditemukan defisit neurologi berupa
hipestesia tumit dan lateral kaki. Refleks
13
tendon tumit merendah. Dapat timbul juga
gejala kesemutan atau rasa baal.1,2
c) Nyeri bertambah dengan batuk bersin
mengangkat benda berat membungkuk akibat
bertambahnya tekanan intratekal, pada tes
provokasi dengan cara percobaan valsava
ditemukan hasil yang positif.1,2
iii.Spondilitis ankilosa
Biasanya dimulai dari sendi sakroiliaka,
lalu menjalar ke atas daerah leher. Gejala
permulaan bersifat ringan, sering hanya berupa
kaku. Keluhan terutama dirasakan pada waktu
pagi bangun tidur, membaik setelah melakukan
pergerakan. Khas ditemukan gambaran ruas-ruas
bambu (bamboo spine) pada pemeriksaan
radiologik.1
c. LBP neurogenik.
i. Neoplasma
ii. Arakhnoiditis
iii.Stenosis kanal
3. Nyeri Rujukan
4. Nyeri Psikogenik
E. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko terjadinya low back pain adalah usia,
kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan
psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis
14
mayor, obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang
berhubungan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam
waktu lama duduk, atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh
kerja yang statik), mengangkat dan membawa beban yang
berat, menarik beban, membungkuk serta kehamilan.11
F. GAMBARAN KLINIK
Pada umumnya low back pain terjadi pada pasien berusia
dekade kedua. Keluhan nyeri dapat menjalar dan tidak
menjalar. Pada tahap yang lebih ringan, nyeri biasanya
hanya di sekitar daerah pinggang dan tidak menjalar,
bisa juga dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau
hanya pegal pada otot pinggang. Pada tahap yang lain,
nyeri dirasakan dari daerah pinggang dapat menjalar ke
arah leher ataupun ke arah bokong, paha belakang tumit
dan telapak kaki. Jika nyeri menjalar ke arah daerah
leher, dapat dipikirkan adanya spondilitis ankilosa,
terlebih jika nyeri terutama dirasakan pada waktu
bangun pagi dan menghilang saat melakukan pergerakan.
Jika nyeri menjalar ke arah bokong, paha belakang,
tumit hingga telapak kaki, maka dapat dipikirkan adanya
gejala iskias yang khas pada penderita hernia nukleus
pulposus.3,8
G. DIAGNOSIS
15
Pendekatan diagnostik dimulai dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik umum dan khusus, serta pemeriksaan
penunjang.
1. Anamnesis: 4
a. Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak?
b. Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik
tertentu? Apa pekerjaan sehari-hari? Adakah suatu
trauma?
c. Dimana letak nyeri? (sebaiknya pasien sendiri
yang disuruh menunjukkan dimana letak nyerinya).
Ada tidak penjalaran?
d. Bagaimana sifat nyeri? Apakah nyeri bertambah
pada sikap tubuh tertentu? Apakah betambah pada
kegiatan tertentu?
e. Apakah nyeri berkurang pada waktu istirahat?
2. Pemeriksaan fisik: 9
a. Inspeksi
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk.
Inspeksi daerah punggung, perhatikan lurus tidaknya
tulang belakang, lordosis, kiphosis, gibus,
deformitas, ada tidak jalur spasme otot
paravertebral.
b. Palpasi
Palpasi sepanjang kolumna vertebralis (ada
tidaknya nyeri tekan pada salah satu prosessus
16
spinosus, atau gibus/deformitas kecil dapat teraba
pada palpasi atau adanya spasme otot para
vertebral).
c. Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan
apakah kasus nyeri punggung bawah adalah benar
karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang
lain.
3. Pemeriksaan motorik:
Apakah ada kelumpuhan, atrofi, fasikulasi.
Kalau ada kelumpuhan segmen mana yang terganggu.
4. Tes-tes Provokasi11
a. Tes Laseque (straight leg raising)
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan
sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus akan
tertarik. Bila nyeri punggung dikarenakan
iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan
pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari
pantat sampai ujung kaki.
Gambar 4. Test Laseque12
b. Tes Bragard
17
Modifikasi yang lebih sensitif dari tes
laseque. Caranya sama seperti tes laseque dengan
ditambah dorsofleksi kaki. Bila nyeri punggung
dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan
dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini,
mulai dari pantat sampai ujung kaki.
Gambar 6. Tes Bragard 14
c. Tes Sicard
Sama seperti tes laseque namun ditambah
dorsofleksi dari ibu jari kaki. Bila nyeri
punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka
nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan
saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.
d. Tes Patrick
Pada tes ini pasien berbaring, tumit dari
salah satu kaki diletakkan pada sendi lutut
tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan
penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi
keluar. Bila timbul rasa nyeri, maka hal ini
berarti ada suatu sebab yang non neurologik
18
misalnya coxitis. Tes ini dilakukan pada kedua
kaki.
Gambar 5. Tes Patrick13
e. Tes Kontra Patrick
Tes kontra patrick dilakukan saat pasien
tidur terlentang, sama halnya dengan melakukan
tes patrick akan tetapi kaki dirotasi kedalam
(internal). Tangan pemeriksa memegang
pergelangan kaki dan bagian lateral dari lutut.
Setelah itu lakukan penekanan pada sendi lutut
ke rotasi dalam. Apabila nyeri timbul (+)
menunjukkan sumber nyeri di sacroiliaka.
f. Tes Valsalva
Pasien disuruh menutup mulut dan hidung
kemudian meniup sekuat-kuatnya. Hasil positif
pada hernia nukleus pulposus (HNP).
19
Gambar 7. Tes Valsava 15
5. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa macam metode diagnostik yang dapat
dipakai untuk memastikan penyebab low back pain1:
a. Foto polos tulang belakang khususnya daerah
lumbosakral yang bermanfaat untuk diagnostik faktor
mekanik, osteogenik, dan sebagian diskogenik.
b. Pemeriksaan elektromiografi, merupakan diagnosis
pasti untuk membuktikan adanya keterlibatan radiks
pada kasus-kasus tertentu.
c. Pemeriksaan mieolografi (untuk indikasi tertentu)
H. PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penanganan low back pain terdiri dari:
1. Obat-obatan
Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan,
untuk mengurangi nyeri tanpa menghiraukan penyebab
dasar low back pain. Obat yang diberikan berupa
golongan analgetik dimana golongan ini terdiri dari
analgetik antipiretik dan analgetik narkotik. Yang
umum digunakan analgetik antipiretik yang bekerja
menghambat sintesa dan pelepasan endogenous pain
20
substance sehingga mencegah sensitisasi reseptor
nyeri. Disamping itu dikenal pula obat yang
mempunyai potensi anti-inflamasi disamping
analgetik misalnya pirasolon dan derivat-derivat
asam organik lainya dikenal sebagai non steroidal anti-
inflamatory drugs (NSAID). Selain itu juga dapat
digunakan tranquilizer minor yang bekerja sentral
menurunkan respon terhadap rangsangan nyeri.
Disamping itu untuk mengurangi kegelisahan dan
untuk relaksasi otot.1
2. Program Rehabilitasi Medik
a. Low back pain oleh faktor mekanik akut
Tirah baring total disertai pemanasan
setempat seperti infra merah, kompres air
hangat, bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5
hari.1
b. Low back pain oleh faktor mekanik kronis
Pada keadaan ini hiperlordosis mendasari
patofisiologis nyeri. Karena itu tatalaksana
ditujukan pada latihan-latihan untuk
menghilangkan hiperlordosis tersebut.1
Tujuan pemberian latihan, yaitu1:
i. Mengurangi hiperlordosis/memperbaiki postur
tubuh
21
ii. Membiasakan diri untuk melakukan gerakan-
gerakan yang sesuai dengan biomekanik tulang
punggung.
Prinsip pemberian latihan, yaitu1:
i. Latihan penguatan dinding perut otot gluteus
maksimus
ii. Latihan peregangan otot yang memendek,
terutama otot punggung dan hamstring
Teknik latihan1:
i. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan
lutut dalam keadaan fleksi. Dengan kekuatan otot
perut, tekan pinggang hingga menempel dasar.
Kemudian angkat pinggul keatas sementara posisi
pinggang tetap dipertahankan melekat pada dasar.
Hal ini dimungkinkan oleh kontraksi otot gluteus
maksimus.
ii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul
dan lutut dalam keadaan fleksi. Dengan kedua
belah tangan di dada angkatlah kepala dan bahu
hingga dagu menempel di dada.
iii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul
dan lutut dalam keadaan fleksi. Tarik salah satu
lutut ke arah perut sambil mengangkat kepala dan
bahu seolah-olah hendak mencium lutut. Lakukan
bergantian dengan tungkai satunya.
iv. Sama seperti latihan sebelumnya tetapi
dilakukan pada dua lutut sekaligus.
22
v. Berdiri membelakangi dinding dengan jarak kurang
lebih 15 cm dari dinding. Tekan pinggang kearah
dinding hingga tidak lagi ada celah antara
pinggang dan dinding.
3. Tindakan operatif1:
a. Kegagalan konservatif (kekambuhan sering
terjadi).
b. Adanya gangguan neurologis yang progresif
kelemahan otot.
23
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. JT
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sawangan, Airmadidi
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Kristen
Tangal Pemeriksaan : 20 Oktober 2014
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Nyeri punggung bawah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri punggung bawah dirasakan sejak ± 4 bulan
yang lalu. Nyeri bertambah berat sejak 2 minggu
terakhir setelah berjalan dan berdiri lama di
kegiatan Organisasi. Nyeri bersifat hilang timbul
dan dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri tidak
menjalar ke anggota tubuh lain hanya bersifat
setempat yaitu pada punggung bagian bawah. Nyeri
dirasakan jika berjalan jauh, beridiri lama, dan
saat duduk lama. Pada saat nyeri timbul, pasien,
mengoleskan minyak tawon, dan nyeri berkurang. Nyeri
24
tidak bertambah saat batuk, bersin atau mengejan.
Rasa kesemutan, pada tungkai tidak dirasakan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Hipertensi terkontrol dengan obat telmisartan 80
mg
b. Asam Urat mendapat pengobatan allopurinol 300 mg
c. Diabetes Melitus terkontrol dengan Metformin 500
mg + Gliquidone 30 mg
d. Kolesterol terkontrol dengan simvastatin 10 mg
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Hanya penderita yang menderita sakit seperti ini.
5. Riwayat Kebiasaan
Penderita tidur menggunakan kasur yang lembek
(spon). Setiap hari selama 10 jam penderita harus
menjaga tokonya dengan lebih banyak posisi duduk.
Kursi yang digunakan adalah kursi plastik dengan
punggung kursi miring ke belakang, dan penderita
lebih sering duduk dengan punggung tubuh tidak
bersandar pada punggung kursi. Kadang penderita
harus membantu dalam mengambil atau mengangkat
barang-barang berat, seperti beras 10 kg, tabung gas
3 kg. Penderita biasa memakai sepatu hak tinggi
semenjak usia 20 tahun dengan tinggi ± 7 cm, dan
diganti ± 3 cm, pada 3 bulan terakhir.
25
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita bekerja sebagai wiraswasta. Rumah 1
lantai tanpa anak tangga, penderita tinggal bersama
suami dan 3 anak di rumah. Water closed (WC) yang
digunakan adalah WC duduk. Sumber air adalah sumur
bor atau pompa. Biaya pengobatan ditanggung oleh
ASKES dan biaya sehari-hari cukup. Suami penderita
adalah pensiunan PNS.
7. Riwayat Psikologis
Penderita merasa cemas dengan nyeri yang
dirasakan, karena mengganggu aktivitas kehidupan
sehari-hari dan pekerjaannya. Karena nyeri yang
dirasakan penderita tidak dapat bekerja lama dan
berat.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Tanggal 20 oktober 2014
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5
Tanda vital : Tekanan darah =
120/80 mmHg
Nadi = 80 kali/menit
Napas = 20 kali/menit
26
Suhu badan = 36,5OC
Visual Analogue Scale (VAS) = 4
0 10
Berat bada : 88 kgTinggi badan : 160 cm
Indeks massa tubuh : 31.25 (obese II)
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera
ikterik (-),
pupil bulat isokor Ø 3 mm kiri =
kanan,
refleks cahaya langsung (+/+),
refleks cahaya tidak langsung (+/+)
Leher : Trakhea letak tengah,
pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks : Simetris kiri = kanan, retraksi (-)
Cor : Suara I-II normal, bising (-)
Pulmo : Suara pernapasan vesikuler,
ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Cembung, lemas, bising usus (+)
normal, nyeri tekan (-)
Hepar/Lien : Tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-)
2. Status Lokalis
Regio Lumbosakral
Inspeksi : rubor (-), edema (-), alignment
vertebra baik
27
Palpasi : spasme otot (+) regio lumbosakral dan
nyeri tekan (+) pada vertebra L5-S1, kalor
(-)
3. Status Motorik dan Sensorik
Ket: L2: fleksor panggul (muskulus iliopsoas)L3 : Ekstensor lutut (m. quadrisep)L4 : Dorsofleksi pergelangan kaki ( m.
tibialis anterior)L5 : ekstensor jari kaki II ( ekstensor
halucis Longus)S1 : fleksi pergelangan kaki (m.
gastrocnemius, soleus)
4. Lingkup Gerak SendiLGS Trunkus Hasil
PemeriksaanNormal
28
NO Segmen Kekuatan ototD S
1. L2 5 52. L3 5 53. L4 5 54 L5 5 55 S1 5 5
NO Segmen SensibilitasD S
1. L2 2 22. L3 2 23. L4 2 24 L5 2 25 S1 2 2
Fleksi 0O – 80O 0O – 80O
Ekstensi 0O – 45O 0O – 45O
Lateral Banding D/S 0O – 45O 0O – 45O
Rotasi D/S 0O – 60O 0O – 60O
LGS Hip Dekstra Sinistra NormalFleksi – Ekstensi 110O – 0 –
30O110O – 0 –
30O120O–0–30O
Abduksi – Adduksi 45O – 0 –35O
45O – 0 –35O
45O-0-35O
Internal Rotasi – Eksternal Rotasi
45O – 0 –45O
45O – 0 –45O
45O-0-45O
5. Tes ProvokasiTEST Dekstra Sinistra
Lasegue - -Braggard - -Sicard - -Patrick - -
Kontra Patrick - -
6. Pemeriksaan Penunjang
Gambar 8. X-ray foto Lumbosacral AP/Lat7. Resume
29
Pasien perempuan usia 53 tahun, dengan keluhan
utama nyeri punggung bawah sejak ± 4 bulan,
bertambah berat sejak 2 minggu terakhir. Nyeri
hilang timbul seperti ditusuk-tusuk, tidak
menjalar. Nyeri bertambah jika berjalan jauh,
berdiri lama, dan saat duduk lama, berkurang jika
pasien tidur terlentang, tidak bertambah saat
batuk, bersin, dan mengejan. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan tanda vital dalam batas normal, VAS 4,
IMT 31,25 (obese II), spasme otot dan nyeri tekan
regio lumbosakral (+) L4-S1.
8. Diagnosis
Diagnosis Klinis : Low Back Pain
Diagnosis Topis :M. Paravertebralis lumbosacral L4-
S1
Diagnosis Etiologi : Mekanik kronik, dan
Degeneratif
Diagnosis Fungsional :
a. Impairment : Nyeri punggung bagian bawah, spasme
otot-otot regio lumbosakral L4-S1
b. Disability : Gangguan Aktifitas kehidupan
sehari-hari (AKS) (perubahan posisi
bangun tidur, duduk lama) dan
pekerjaan (mengangkat barang,
mencuci piring).
c. Handicap : (-)
30
9. Problem Rehabilitasi
- Nyeri punggung bawah. (VAS =4)
- Spasme otot regio lumbosakral. (L4-S1)
- Gangguan aktifitas kehidupan sehari-hari dan
pekerjaan.
- Cemas terhadap kondisinya.
10. Program Pengobatan : Asam mefenamat jika nyeri
11. Program Rehabilitasi Medik
Fisioterapi
Evaluasi: spasme muskulus paravertebra Lumbal L4-
S1
Program: - Micro Wave Diathermi regio Lumbosacral
- Massage regio lumbosacral
- Proper back positioning
- Back exercise
Okupasi Terapi
Evaluasi: -Nyeri Punggung bawah (VAS 4)
- Gangguan aktivitas kehidupan sehari seperti
mencuci piring, baju.
Program: - Edukasi
- Latihan proper back mechanism.
Ortotik Prostetik
31
Evaluasi: - Nyeri punggung bawah (VAS 4).
- Gangguan aktivitas sehari seperti duduk
lama
Program: LSO (Lumbosacral orthose) saat ini belum
diperlukan.
Psikologi
Evaluasi: Penderita merasa cemas dengan kondisinya.
Program: Dukungan mental pada penderita dan edukasi
untuk melakukan proper back
Sosial Medik
Evaluasi:
Menilai kasur yang digunakan dan kursi.
Menilai cara penderita menggangkat dan membawa
barang.
Program:
Edukasi penderita untuk menggunakan kasur yang
padat dan datar.
Edukasi penderita untuk menggunakan kursi dengan
punggung kursi berbentuk huruf S.
Edukasi penderita cara mengangkat dan membawa
barang tanpa menimbulkan nyeri dengan proper back
mechanism
Edukasi
Waktu beraktivitas:
32
Dianjurkan pada saat beraktivitas penderita
jangan dulu mengangkat barang terlalu berat.
Waktu berdiri:
Bila berdiri dalam waktu lama, selingilah dengan
periode duduk sebentar.
Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan
membungkuk, tetapi jongkoklah pada lutut.
Waktu berjalan:
Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan
jangan tergesa-gesa.
Waktu duduk:
Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk,
lutut lebih rendah dari paha.
Bila duduk seluruh punggung sebanyak mungkin
kontak dengan punggung kursi.
Waktu tidur:
Sebaiknya menggunakan alas yang padat.
Saat akan bangun tidur, posisi tubuh menyamping
dan angkat tubuh anda dengan tangan, lutut
ditekuk disamping tempat tidur sehingga kaki
menyentuh lantai, bangunlah dengan menggunakan
kekuatan kaki.
33
Gambar 9. Posisi tidur dan cara bangun tidur16
Gambar 10. Posisi duduk dan cara mengambil barang16
Gambar 11. Posisi memakai kaos kaki dan menggosok gigi16
Gambar 12. Posisi duduk membaca dan bekerja16
34
Gambar 13. posisi naik dan turun mobil16
Gambar 14.Posisi mengabil barang dilaci16
Gambar 15. Posisi memakai komputer16
35
Gambar 16. Hip Flexors dan Hamstrings17
Gambar 17. Prop Up on Elbows dan pelvic Tilt17
Gambar 18. Lumbar Rotation dan Cat & Camel17
36
Gambar 19. Single Knee to Chest dan Tail Wag17
PROGNOSIS
Quo ad vitam :dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Sengkey L, Angliadi LS, Gessal J, Mogi TI. Diktatilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi. Manado: FKUNSRAT; 2006. h.79-90
2. Anonim. Low back pain. Diakses tanggal 21 oktober2014.. Diunduh dari: http://www.repository.usu.ac.id
3. Negrini N, Zaina F, Somano H, Atanasio T, TrevisanC. Rehabilitation of lumbar spine disorder. Edisike-5. Lippincolt; 2010. p.186
4. Giuffre. The prevalence of low back pain in theeldery: a systematic review of the literature.Diakses tanggal 21 oktober 2014. Diunduh dari :http://journals.lww.com
5. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Edisi ke-2.Yogyakarta: Gajah mada University Press; 2010.
6. Sjamsuhidrajad G. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2.Jakarta: EGC; 2004. h.756-763
7. Cooper PG. Low back pain. Columbia: McKesson HealthSolution LLC; 2004.
8. Anonim. Anatomi dan fisiologi tulang belakang.Diakses tanggal 21 oktober 2014. Diunduh dari:http://rsop.co.id/orthopaedi/anatomi-dan-fisiologi-tulang-belakang-bagian-1
9. Anonim. Struktur tulang belakang, sakit pinggang danskiatika. Diakses tanggal 21 oktober 2014. Diunduhdari:http://ortotik-prostetik.blogspot.com/2013/07/struktur-tulang-belakang-sakit-pinggang.html
10. Yasin MM, Agung K, Sustini F, Andreani S, RochmanF. Hubungan antara karakteristik antropometrik
38
kebiasaan, status psikososiati, dan gambaranradiografis responden dengan kejadian spandilogenielow back pain. Diakses tanggal 9 Desember 2013.Diunduh dari: joumal.unair.ac.id
11. Furnama S. Low back pain. Diakses tanggal 21oktober 2014.. Diunduh darihttp://repository.maranatha.ed/..,/3/l04l-chapterl.pdf
12. Miguel AJ. Dor lombar – como previnir. Diaksestanggal 21 oktober 2014.. Diunduh dari:http://www.medicinageriatrica.com.br/tag/sinal-de-laseque
13. Anonim. Physical therapy management of hip OA.Diakses tanggal 21 oktober 2014.. Diunduh dari :http://morphopedics.wikidot.com/physical-therapy-management-of-hip-oa
14. Anonim. Test di bragard. Diakses tanggal 21oktober 2014.. Diunduh dari :http://dottoraus.blogspot.com/2009/07/test-di-bragard.html
15. Anonim. The valsava manuver. Diakses tanggal 21oktober 2014.. Dinduh dari:http://fervorate.tumblr.com/post/408007205
16. Proper body mechanics. Piedmont. Atlanta. Diaksestanggal 21 Oktober 2014. www.piedmont.org
17. Low back pain. Physical therapy. Diakses tanggal21 oktober 2014. https://uhs.berkeley.edu/
39