Lamun di Indonesia

47
MAKALAH EKOLOGI PESISIR DAN LAUT “JENIS-JENIS LAMUN DI INDONESIA” OLEH Nama : Christin H. Bonnu NIM : 1106052006 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN T EKNIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA 2014 1

Transcript of Lamun di Indonesia

MAKALAH EKOLOGI PESISIR DAN LAUT“JENIS-JENIS LAMUN DI INDONESIA”

OLEHNama : Christin H. Bonnu

NIM : 1106052006

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS SAINS DAN T EKNIKUNIVERSITAS NUSA CENDANA

2014

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangLaut merupakan penyimpan kekayaan ekosistem terbesar.

Brbagai ekosistem yang ada di laut merupakan ekosistem

produktif yang menunjang kehidupan makhluk hidup lain. Di

antara semua ekosistem yang ada, ekosistem lamun merupakan

salah satu ekosistem di laut  dangkal yang paling produktif

(Bengen, 2001). Di samping itu ekosistem lamun mempunyai

peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan

jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian

diketahui  bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut

dangkal sebagai berikut sebagai produsen primer, mempunyai

tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan

dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti

ekosistem terumbu karang, sebagai habitat biota dan sebagai

penangkap sedimen serta sebagai pendaur zat hara.

Pengetahuan yang memadai mengenai komponen ekosistem

ini merupakan langkah awal bagi kaum akademik untuk

melakukan pelestarian terhadap ekosistem penting ini. Oleh

2

karena itu, makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu

sumber belajar yang tepat bagi kaum akademik maupun

masyarakat yang ingin melestarikan ekosistem lamun.

B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagaiberikut.1. Bagaimanakah ciri morfologi lamun?2. Bagaimanakah ciri anatomi lamun?3. Bagaimanakah ekologi lamun? 4. Bagaimanakah reproduksi lamun?5. Bagaimanakah pola persebaran lamun?6. Bagaimanakah klasifikasi lamun yang ada di

Indonesia?7. Bagaimanakah strategi pengelolaan lamun?

C. TujuanAdapun tujuan yang akan dicapai adalah sebagai berikut.1. Mengetahui ciri morfologi lamun.2. Mengetahui ciri anatomi lamun.3. Mengetahui ekologi lamun.4. Mengetahui cara reproduksi lamun.5. Mengetahui pola persebaran lamun.6. Mengetahui klasifikasi lamun yang ada di Indonesia.7. Mengetahui strategi pengelolaan lamun.

D. Manfaat1. Sebagai sumber belajar bagi kaum akkademik.

3

2. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai lamunyang ada di Indonesia.

4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga(Angiospermae) yang memiliki dan memiliki rhizoma, daun, dan akarsejati yang mampu hidup terendam di dalam laut. Lamun beradaptasisecara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atauhidup terbenam di dalam air, beberapa ahli juga mendefinisikanlamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam airlaut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiakdengan biji dan tunas.

Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenaljuga istilah padang lamun (Seagrass bed) yaitu  hamparan vegetasilamun yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal, terbentukdari satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang.Lamun umumnya membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yangmasih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagipertumbuhannya. Lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih,dengan sirkulasi air yang baik. Air yang bersirkulasi diperlukanuntuk menghantarkan zat-zat hara dan oksigen, serta mengangkuthasil metabolisme lamun ke luar daerah padang lamun. Hampir semuatipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai dari substratberlumpur sampai berbatu. Namun padang lamun yang luas lebihsering ditemukan di substrat lumpur-berpasir yang tebal antarahutan rawa mangrove dan terumbu karang. Sedangkan sistem(organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri dari komponenbiotik dan abiotik disebut Ekosistem Lamun (Seagrass ecosystem).Habitat tempat hidup lamun adalah perairan dangkal agak berpasirdan sering juga dijumpai di terumbu karang.

1. Morfologi Lamun

5

Bentuk vegetatif lamun memperlihatkan karakter tingkatkeseragaman yang tinggi. Hampir semua genera memiliki rhizomayang sudah berkembang dengan baik dan bentuk daun yang memanjang(linear) atau berbentuk sangat panjang seperti ikat pinggang(belt), kecuali jenis Halophila memiliki bentuk lonjong. Berbagaibentuk pertumbuhan tersebut mempunyai kaitan dengan perbedaanekologik lamun (den Hartog, 1977). Menjadi tumbuhan yang memilikipembuluh, lamun juga memiliki struktur dan fungsi yang samadengan tumbuhan darat yaitu rumput. Berbeda dengan rumput laut(marinealga/seaweeds), lamun memiliki akar sejati, daun, pembuluhinternal yang merupakan sistem yang menyalurkan nutrien, air, dangas.

Berbeda dengan rumput laut (seaweeds), lamun memiliki akar sejati, daun dan pembuluh internal yang merupakan sistem yang menyalurkan nutrien, air dan gas (Kawaroe 2009). Lamun memiliki bentuk tanaman yang sama seperti halnya rumput di daratan, yang mempunyai bagian-bagian tanaman seperti rimpang yang menjalar, tunas tegak, seludang/pelepah daun, helaian daun, bunga dan buah.Lamun memiliki perbedaan yang sangat nyata dalam struktur akarnya, yang sering dipakai pemberian namanya (Kiswara 2004). Rhizoma atau rimpang merupakan batang yang merayap mendatar dan terbenam, serta berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga. Dengan rimpang inilah lamun dapat menancap dengan kokoh pada substrat. Rimpang juga digunakan untuk menyimpan cadangan makanan. Genot et al. (1994) in Kumoro (2007) mengemukakan pentingnya persediaan karbohidrat dalam rimpang dan kandungan klorofil untuk keberhasilan transplantasi lamun. Secara teori, lamun yang memiliki rimpang lebih panjang akan lebih mampu bertahan dibandingkan lamun yang memiliki rimpang lebih pendek jika ditransplantasi.

6

(Dobo,2009)

Akar

Terdapat perbedaan morfologi dan anatomi akar yang jelasantara jenis lamun yang dapat digunakan untuk taksonomi. Akarpada beberapa spesies seperti Halophila dan Halodule memilikikarakteristik tipis (fragile), seperti rambut, diameter kecil,sedangkan spesies Thalassodendron memiliki akar yang kuat danberkayu dengan sel epidermal. Jika dibandingkan dengan tumbuhandarat, akar dan akar rambut lamun tidak berkembang dengan baik.Namun, beberapa penelitian memperlihatkan bahwa akar dan rhizomalamun memiliki fungsi yang sama dengan tumbuhan darat.

Akar-akar halus yang tumbuh di bawah permukaan rhizoma, danmemiliki adaptasi khusus (contoh : aerenchyma, sel epidermal)

7

terhadap lingkungan perairan. Semua akar memiliki pusat steleyang dikelilingi oleh endodermis. Stele mengandung phloem(jaringan transport nutrien) dan xylem (jaringan yang menyalurkanair) yang sangat tipis. Karena akar lamun tidak berkembang baikuntuk menyalurkan air maka dapat dikatakan bahwa lamun tidakberperan penting dalam penyaluran air.

Patriquin (1972) menjelaskan bahwa lamun mampu untukmenyerap nutrien dari dalam substrat (interstitial) melaluisistem akar-rhizoma. Selanjutnya, fiksasi nitrogen yang dilakukanoleh bakteri heterotropik di dalam rhizosper Halophila ovalis,Enhalus acoroides, Syringodium isoetifolium dan Thalassiahemprichii cukup tinggi lebih dari 40 mg N.m-2.day-1. Kolonibakteri yang ditemukan di lamun memiliki peran yang penting dalampenyerapan nitrogen dan penyaluran nutrien oleh akar. Fiksasinitrogen merupakan proses yang penting karena nitrogen merupakanunsur dasar yang penting dalam metabolisme untuk menyusunstruktur komponen sel.

Lamun sering ditemukan di perairan dangkal daerah pasangsurut yang memiliki substrat lumpur berpasir dan kaya akan bahanorganik. Pada daerah yang terlindung dengan sirkulasi air rendah(arus dan gelombang) dan merupakan kondisi yang kurangmenguntungkan (temperatur tinggi, anoxia, terbuka terhadap udara,dll) seringkali mendukung perkembangan lamun. Kondisi anoksik disedimen merupakan hal yang menyebabkan penumpukan posfor yangsiap untuk diserap oleh akar lamun dan selanjutnya disalurkan kebagian tumbuhan yang membutuhkan untuk pertumbuhan.

Diantara banyak fungsi, akar lamun merupakan tempatmenyimpan oksigen untuk proses fotosintesis yang dialirkan darilapisan epidermal daun melalui difusi sepanjang sistem lakunal(udara) yang berliku-liku. Sebagian besar oksigen yang disimpandi akar dan rhizoma digunakan untuk metabolisme dasar selkortikal dan epidermis seperti yang dilakukan oleh mikroflora dirhizospher. Beberapa lamun diketahui mengeluarkan oksigen melaluiakarnya (Halophila ovalis) sedangkan spesies lain (Thallassia

8

testudinum) terlihat menjadi lebih baik pada kondisi anoksik.Larkum et al (1989) menekankan bahwa transport oksigen ke akarmengalami penurunan tergantung kebutuhan metabolisme selepidermal akar dan mikroflora yang berasosiasi. Melalui sistemakar dan rhizoma, lamun dapat memodifikasi sedimen di sekitarnyamelalui transpor oksigen dan kandungan kimia lain. Kondisi inijuga dapat menjelaskan jika lamun dapat memodifikasi sistemlakunal berdasarkan tingkat anoksia di sedimen. Dengan demikianpengeluaran oksigen ke sedimen merupakan fungsi daridetoksifikasi yang sama dengan yang dilakukan oleh tumbuhandarat. Kemampuan ini merupakan adaptasi untuk kondisi anoksikyang sering ditemukan pada substrat yang memiliki sedimen liatatau lumpur. Karena akar lamun merupakan tempat untuk melakukanmetabolisme aktif (respirasi) maka konnsentrasi CO2 di jaringanakar relatif tinggi.

Rhizoma dan Batang

Semua lamun memiliki lebih atau kurang rhizoma yang utamanyaadalah herbaceous, walaupun pada Thallasodendron ciliatum(percabangan simpodial) yang memiliki rhizoma berkayu yangmemungkinkan spesies ini hidup pada habitat karang yangbervariasi dimana spesies lain tidak bisa hidup. Kemampuannyauntuk tumbuh pada substrat yang keras menjadikan T. Ciliatummemiliki energi yang kuat dan dapat hidup berkoloni disepanjanghamparan terumbu karang di pantai selatan Bali, yang merupakanperairan yang terbuka terhadap laut Indian yang memilikigelombang yang kuat.

Struktur rhizoma dan batang lamun memiliki variasi yangsangat tinggi tergantung dari susunan saluran di dalam stele.Rhizoma, bersama sama dengan akar, menancapkan tumbuhan ke dalamsubstrat. Rhizoma seringkali terbenam di dalam substrat yangdapat meluas secara ekstensif dan memiliki peran yang utama padareproduksi secara vegetatif. Dan reproduksi yang dilakukan secara

9

vegetatif merupakan hal yang lebih penting daripada reproduksidengan pembibitan karena lebih menguntungkan untuk penyebaranlamun. Rhizoma merupakan 60-80% biomas lamun.

Daun

Seperti semua tumbuhan monokotil, daun lamun diproduksi darimeristem basal yang terletak pada potongan rhizoma danpercabangannya. Meskipun memiliki bentuk umum yang hampir sama,spesies lamun memiliki morfologi khusus dan bentuk anatomi yangmemiliki nilai taksonomi yang sangat tinggi. Beberapa bentukmorfologi sangat mudah terlihat yaitu bentuk daun, bentuk puncakdaun, keberadaan atau ketiadaan ligula. Contohnya adalah puncakdaun Cymodocea serrulata berbentuk lingkaran dan berserat,sedangkan C. Rotundata datar dan halus. Daun lamun terdiri daridua bagian yang berbeda yaitu pelepah dan daun. Pelepah daunmenutupi rhizoma yang baru tumbuh dan melindungi daun muda.Tetapi genus Halophila yang memiliki bentuk daun petiolate tidakmemiliki pelepah.

Anatomi yang khas dari daun lamun adalah ketiadaan stomatadan keberadaan kutikel yang tipis. Kutikel daun yang tipis tidakdapat menahan pergerakan ion dan difusi karbon sehingga daundapat menyerap nutrien langsung dari air laut. Air laut merupakansumber bikarbonat bagi tumbuh-tumbuhan untuk penggunaan karboninorganik dalam proses fotosintesis.

Daun menyerap hara langsung dari periran sekitarnya,mempunyai rongga untuk mengapung agar dapat berdiri tegak di air,tapi tidak banyak mengandung serat seperti tumbuhan rumput didarat (Hutomo,1997). Sebagian besar lamun berumah dua,artinyadalam satu tumbuhan hanya ada jantan saja atau betina saja.Sistempembiakannya bersifat khas karena melalui penyerbukan dalam air(Nontji, 1993).

10

2. AnatomiLamun memiliki akar sejati, daun, danbatang (rhizoma) yang

merupakan sistem yang menyalurkan nutrien, air dan gas. Akar padatumbuhan lamun tidak berfungsi dalam pengambilan air, sepertitanaman tingkat tinggi lainnya, namun sebagai tempat menyimpanoksigen untuk proses fotosintesis yang dialirkandari lapisanepidermis daun melalui difusi dalam rongga udara. Rhizoma ialahbagian dari tubuh tumbuhan yang mengarah ke atas. Rhizoma besertadengan akar menancapkan tubuh ke dalam substrat.Rhizomaseringkali terbenam di dalam substratyang meluas secara ekstensifdan memiliki peranpada reproduksi vegetatif.Daun lamun memilikirongga udara yangberfungsi untuk menjaga tubuhnya agar tetapmengapung di dalam air. Daun lamun memiliki ciri khusus yaitutidak memiliki stomata dan keberadaan kutikula yang tipis.Kutikula daun yang tipis tidak dapat menahan pergerakan ion dandifusi karbon, sehingga daun dapat menyerap nutrien langsung dariair laut. Air laut merupakan sumber bikarbonat bagi tumbuhanuntuk penggunaan karbon anorganik dalam proses fotosintesis.

Penelitian mengenai salah satu lamun (S. isoetifolium)mendeskripsikan anatominya seperti berikut. Akar dari S. isoetifoliummemiliki struktur anatomi yang hampir sama dengan akar padatumbuhan air pada umumnya. Lapisan luarnyaialah lapisanepidermis, yang ditunjukkan dengan selapis sel yang susunanselnya rapat yang memiliki diameter 41,4 μm. Beberapa selepidermis menonjol dalam bentuk rambut akar uniseluler yangtubular disebut trikhoblast. Di bawah lapisan epidermis terdapatlapisan eksodermis yang ditunjukkandengan selapis sel berbentukbulat yang berpenebalan pada luar dan samping sel.

11

Di bawah lapisan eksodermis terdapat lapisan korteks, yangditunjukkan dengan adanyabeberapa lapisan parenkim yang tersusunrapatsatu sama lain, selnya berbentuk lonjong dan berukuranbesar. Di bawah lapisan korteks terdapat lapisan endodermis yangditunjukkan dengan adanya selapis sel berbentuk bulat yangmemiliki penebalan di sekeliling sel. Di bawah lapisan endodermisterdapat berkas pembuluh utama yang ditandai dengan sel berbentukagak membulat yang terletak secara radial, yaitu letak xylemberada di dalam floem dan memilikidiameter 175,95μm.

Batang dari S. isoetifolium memiliki struktur anatomi yanghampir sama dengan batang pada tumbuhan air pada umumnya. Lapisanluarnya ialah lapisan epidermis, yang ditunjukkan dengan selapissel yang susunan selnya rapat yang memiliki diameter 41,4μm yangditunjukkan dengan banyaknya lapisan sel berbentuk lonjong. Dibagian epidermis terdapat litosit yang tidak memiliki penebalandinding. S. isoetifolium  bagian epidermis dengan perbesaran 100x10.

12

Di bawah lapisan epidermis terdapat korteks yang ditunjukkandengan adanyabeberapa lapisan sel yang tersusun rapat satu samalain yang merupakan sel-sel parenkim,selnya berbentuk polyhedraldan berukuran besar. Di bagian korteks juga terdapatberkaspembuluh kecil yang menyebar yangditunjukkan dengan adanyasel yang berbentuk membulat yang mempunyai tipe konsentrisamfikribal, yaitu xylem berada di bagian dalam dan floem dibagian luar dan memiliki diameter103,5 μm. Di antara korteks danberkas pembuluh batang terdapat jaringan yang terdiri atas banyakaerenkim dan ruang antar sel sehingga membentuk suatu jaring-jaring, yang ditunjukkan dengan adanya beberapa susunan selaerenkim yang rapat satu sama lain.

Di bawah lapisan korteks terdapat berkas pembuluh yangterdiri atas berkas xylem dan berkas floem. Berkas floem berupakumpulan sel-sel hidup yang tidak berlignin danberkas xylemberupa sel-sel kosong berbentuk bulat dengan dinding tebal

13

berlignin. Berkas xylem dan floem tersebut terletakkonsentris.Berkas pengangkut ini disebut konsentris amfikribal,karena letak xylem berada di dalam sedangkan floem berada di luardan memiliki diameter 269,1 μm. Daun dari S. isoetifolium menunjukkan anatomi yang hampir samadengan anatomi daun tumbuhan air pada umumnya. Pada bagian luarterlihat adanya lapisan kutikula yang tipis. Di bawah kutikulaterdapat lapisan epidermis, yang ditunjukkan dengan banyaknyalapisan sel parenkim yang kaya akan kloroplas dan disebutklorenkim.  Susunan selnya rapat satu sama lain membentuk bangunan padattanpa ruang antar sel, bentuknya memanjang vertikal,permukaandinding atasnya tampak berlekuk dan berdinding tipis. Epidermismempunyai diameter berukuran 51,75μm.Di bawah lapisan epidermis terdapat jaringan mesofil yangditunjukkan dengan adanya beberapa lapisan sel parenkim(klorenkim), selnya berbentuk polyhedral yang berukuran besar. Dibagian tengah jaringan mesofil juga terdapat berkas pembuluhkecil yang menyebar, sebanyak delapan. Di antara mesofil danberkas pembuluh daunterdapat jaringan yang terdiri atasbanyakaerenkim dan ruang antar sel sehinggamembentuk suatujaring-jaring yang terdiri atas 6 ruang antarsel yangditunjukkandengan adanya beberapa susunan sel aerenkimmembentukbangunan padat dengan 6 ruang antarsel. Di dalam ruang antarseltersebut berisi kloroplas.

Di bawah lapisan mesofil terdapat berkas pembuluh daun yangterdiri atas berkas xylem dan berkas floem. Berkas floem berupakumpulan sel-sel hidup yang tidak berlignin dan berkas xylemberupa sel-sel kosong berbentuk bulat dengan dinding tebalberlignin,yang memiliki diameter berukuran 165,6 μm.Berkas xylemdan floem tersebut terletak secara konsentris. Berkas pengangkutini disebut konsentris amfikribal karena floem dikelilingi olehxylem.

14

3. EkologiLamun dapat berhasil hidup di laut karena mampu hidup di

media air asin, mampu berfungsi normal dalam keadan terbenam,mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik, mampu berbiakgeneratif dalam keadaan terbenam, dan mampu berkompetisi denganorganisme lain dalam keadaan kondisi stabil ataupun tidak stabilpada lingkungan laut (Philips & Menez 1988).

Syarat dasar habitat lamun adalah perairan dangkal, memilikisubstrat yang lunak dan perairan yang cerah. Syarat lainnyaadalah adanya sirkulasi air yang membawa pergi sisa-sisametabolisme. Selanjutnya, di beberapa daerah padang lamun dapattumbuh namun tidak dapat berkembang dengan baik karena tidakterlindung pada saat air surut (Dahuri et al. 1997). Lamun dapattumbuh pada empat tipe substrat yaitu rataan terumbu, paparanterumbu, teluk dangkal yang didominasi oleh pasir hitamterigenous dan pantai intertidal datar yang didominasi olehlumpur halus (Erftemeijer 1993). Lamun juga dapat ditemukan padadaerah subtidal dengan kedalaman 40 m bahkan hingga 90 m selamamasih ada sinar matahari (den Hartog 1977).

15

Lamun merupakan tumbuhan yang beradaptasi penuh untuk dapathidup di lingkungan laut. Eksistensi lamun di laut merupakanhasil dari beberapa adaptasi yang dilakukan termasuk toleransiterhadap salinitas yang tinggi, kemampuan untuk menancapkan akardi substrat sebagai jangkar, dan juga kemampuan untuk tumbuh danmelakukan reproduksi pada saat terbenam. Lamun juga memilikikarakteristik tidak memiliki stomata, mempertahankan kutikel yangtipis, perkembangan shrizogenous pada sistem lakunar dankeberadaan diafragma pada sistem lakunar. Salah satu hal yangpaling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalah hidrophilusyaitu kemampuannya untuk melakukan polinasi di bawah air.

a. KecerahanLamun membutuhkan intensitas cahaya untuk berfotosintesis. Halini menyebabkan sulitnya lamun tumbuh di perairan yang lebihdalam. Intensitas cahaya untuk laju fotosintesis lamunditunjukkan dengan peningkataan suhu dari 29–35°C untukZostera marina, 30°C untuk Cymidoceae nodosa dan 25–30°C untukPosidonia oceanica (Anonim,2009).

b. Suhu Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang palingberpengaruh terhadap ekosistem lamun. Suhu juga menjadi faktorpembatas bagi pertumbuhan dan distribusi lamun. Perubahan suhumempengaruhi metabolisme, penyerapan unsur hara dankelangsungan hidup. Pada kisaran suhu 25 - 30°C fotosintesisbersih akan meningkat dengan meningkatnya suhu. Respirasilamun meningkat dengan meningkatnya suhu, kisaran 5 - 35°C.produktivitas lamun meningkat dengan meningkatnya suhu, padakisaran suhu 10 - 35 °C lamun dan organisme lainnya untuktumbuh dan berkembang. Serasah daun lamun ini merupakan sumberbahan organik yang penting bagi perairan tropis yang dikenalmiskin akan unsur hara. Kematian massal dari daun lamun, yangberguguran atau lepas saat surut terendah, akan memicu lamununtuk segera menumbuhkan daun yang baru. Dengan demikian, suhu

16

berperan penting dalam regenerasi lamun. Suhu memilikipengaruh yang besar terhadap komunitas makrozoobentos saatsurut rendah. Paparan cahaya matahari di permukaan substratyang terekspose akan meningkatkan suhu lingkungan. Hewanbentos (epifauna) seperti bulu babi akan bereaksi mencariperlindungan dengan bergerak menuju kolam-kolam kecil yangmasih terisi air atau bersembunyi di balik bongkahan batukarang. Jenis bulu babi Tripneustes gratilla akan membungkuspermukaan tubuhnya yang berduri pendek dengan serasah dan daunlamun. Jenis kerang akan menutup cangkangnya lebih rapat.Spesies infauna akan membenamkan diri lebih dalam di bawahpermukaan substrat.

c. SalinitasLamun diketahui memiliki kisaran toleransi yang besar terhadapsalinitas. Perubahan gradien salinitas umumnya terjadi didaerah estuaria atau muara sungai yang menjadi tempatbertemunya air tawar dengan air laut. Toleransi lamun terhadapsalinitas bervariasi antar jenis dan umur. Lamun yang tuadapat menoleransi fluktuasi salinitas yang besar, namun denganwaktu toleransi yang singkat. Kisaran optimum untukpertumbuhan Thalassia dilaporkan dari salinitas 24-35permill . Salinitas berpengaruh terhadap produktivitas,kerapatan, dan lebar daun. Untuk makrozoobentos, salinitasyang terlalu tinggi dapat mempengaruhi tekanan osmosis dalamsel dan menghambat proses fisiologis.

d. KekeruhanKekeruhan mempengaruhi kehidupan lamun karena dapatmenghalangi penetrasi cahaya yang dibutuhkan untukberfotosintesis. Kekeruhan secara tidak langsung dapatmempengaruhi kehidupan lamun karena dapat menghalangipenetrasi cahaya yang sibutuhkan oleh lamun untukberfotosintesis masuk ke dalam air. Kekeruhan dapat disebabkanoleh adanya partikel-partikel tersuspensi, baik oleh partikel-

17

partikel hidup seperti plankton maupun partikel-partikel matiseperti bahan-bahan organik, sedimen dan sebagainya.

e. Kedalaman Kedalaman perairan dapat membatasi distribusi lamun secaravertikal. Lamun tumbuh di zona intertidal hingga mencapaikedalaman 30 m. kedalaman perairan juga berpengaruh terhadapkerapatan dan pertumbuhan lamun.

f. NutrienDinamika nutrien memegang peranan kunci pada ekosistem padanglamun dan ekosistem lainnya. Ketersediaan nutrien menjadifektor pembatas pertumbuhan, kelimpahan dan morfologi lamunpada perairan yang jernih (Hutomo 1997). Unsur N dan P sedimen berada dalam bentuk terlarut di airantara, terjerap/dapat dipertukarkan dan terikat. Hanya bentukterlarut dan dapat dipertukarkan yang dapat dimanfeatkan olehlamun (Udy dan Dennison 1996). Dhambahkan bahwa kapasitassedimen kalsium karbonat dalam menyerap fosfat sangatdipengaruhi oleh ukuran sedimen, dimana sedimen hahismempunyai kapasitas penyerapan yang paling tinggi.

g. SubstratLamun dapat ditemukan pada berbagai karakteristik substrat.

Di Indonesia padang lamun dikelompokkan ke dalam enam kategoriberdasarkan karakteristik tipe substratnya, yaitu lamun yanghidup di substrat lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran,puing karang dan batu karang (Kiswara 1997). Sedangkan dikepulauan Spermonde Makassar, Erftemeijer (1993) menemukan lamuntumbuh pada rataan terumbu dan paparan terumbu yang didominasioleh sedimen karbonat (pecahan karang dan pasir koral halus),teluk dangkal yang didominasi oleh pasir hitam terrigenous danpantai intertidal datar yang didominasi oleh lumpur halusterrigenous. Selanjutnya Noor (1993) melaporkan adanya perbedaanpenting antara komunitas lamun dalam lingkungan sedimen karbonat

18

dan sedimen terrigen dalam hal struktur, kerapatan, morfologidan biomassa.

Tipe substrat juga mempengaruhi standing crop lamun (Zieman1986). Selain itu rasio biomassa di atas dan dibawah substratsangat bervariasi antar jenis substrat. Pada Thalassia, rasiobertambah dari 1 : 3 pada lumpur halus menjadi 1 : 5 pada lumpurdan 1 : 7 pada pasir kasar.

Kehadiran padang lamun di perairan dangkal sangat pentingkarena perannya sebagai produser primer, pendaur ulang zat hara,tempat berpijah dan mencari makan berbagai biota bentik dan ikan,stabilisator dasar, penangkap sedimen dan penahan erosi (Kikuchi& Peres 1977). Sebagai produser primer, lamun memfiksasi sejumlahkarbon organik dan sebagian memasuki rantai makanan di laut.Kandungan bahan organik di lamun yang tinggi berasal dari serasahdaun lamun. Sebagai habitat biota, lamun memberikan perlindunganbagi beberapa jenis biota baik yang menempel di daun, berada diatas akar dan rhizoma, maupun pada sedimen dasar sehinggaterlindung dari predator (Fortes 1990). Sebagai sumber makanan,biota yang menghuni padang lamun dapat memakan tumbuhan lamunsecara langsung (direct grazing) maupun melalui jalur detritus (Woodet al. 1969, diacu dalam Philips & Menez 1988). McRoy danHelfferich (1980) melaporkan bahwa salah satu avertebrata yangmemakan daun lamun secara langsung adalah bulu babi, sedangkandari kelompok vertebrata yaitu beberapa ikan (Scaridae,Acanthuridae), penyu dan duyung, sedangkan bebek dan angsa memakanlamun ketika lamun tersebut muncul pada surut terendah.

Terdapat lima hal pokok dari ekosistem lamun dalam kaitannyasebagai penyusun suatu habitat yaitu:

1) lamun membentuk vegetasi lebat di bawah permukaan air danmenyediakan lapisan dasar yang ada bagi organisme penggali danepifit,

2) vegetasi yang lebat tersebut menenangkan gerakan air yangditimbulkan oleh arus dan gelombang,

19

3) dengan keadaan hidrodinamik yang tenang, mineral danpartikel organik dalam air dengan mudah dapat mengendap di dasarperairan, dimana endapan dari serasah lamun yang membusuk danpartikel organik lainnya membentuk suatu lingkungan yang sesuaibagi kehidupan mikroorganisme dan hewan bentik lainnya,

4) daun-daun lamun mereduksi cahaya yang berlebihan sehinggamenjadi teduh dan melindungi organisme yang ada di bawahnya,

5) berdasarkan penyebab di atas, maka padang lamun merupakanhabitat yang baik bagi juvenil dan nekton bahari berukuran keciluntuk mendapatkan tempat berlindung dan mencari makanan.

4. ReproduksiReproduksi lamun dapat dilakukan secara aseksual dan seksual.

Reproduksi aseksual terjadi dengan terbentuknya stolon,sedangkan reproduksi seksual terjadi dengan terbentuknyahydrophilus (penyerbukan terjadi melalui air). Tunas berdaunyang tegak dan tangkai-tangkai yang merayap pada lamun efektifsebagai alat berbiak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan lautlainnya, lamun dapat berbunga, berbuah dan menghasilkan biji.

Lamun melakukan reproduksi pada saat terbenam. Salah satu halyang paling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalahhidrophilus yaitu kemampuannya untuk melakukan polinasi di bawahair. Lamun memiliki dua bentuk pembungaan, yakni monoecious(dimana bunga jantan dan betina berada pada satu individu) dandioecious (dimana jantan dan betina berada pada individu yangberbeda). Meskipun lamun adalah tanaman berbunga dan menghasilkanbiji melalui reproduksi seksual, modus utama adalah reproduksiaseksual, melalui perpanjangan dari bagian bawah tanah, beruparhizome.

20

5. Penyebaran Lamun

Padang lamun dapat ditemukan di sebagian besar perairanpulau dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu sepertiPulau Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan.Secara ekologis ekosistem lamun di Taman Nasional Laut KepulauanSeribu merupakan habitat, tempat mencari makan dan berkembangbiak berbagai jenis ikan, udang, teripang, cumi-cumi serta biotalaut lainnya. Di perairan sebelah barat Pulau Kaliage Kecildijumpai jenis cumi-cumi meletakkan telur-telurnya di daun-daunlamun sampai menetas padang lamun di sebelah barat. Di sampingitu, keberadaan padang lamun di TNKPS dapat menstabilkan substratdasar, daun-daun lamun akan menangkap sedimen dan mengendapkannyake dasar sehingga perairan menjadi jernih. Padang lamun dapatditemukan di sebagian besar perairan pulau dalam kawasan TamanNasional Laut Kepulauan Seribu seperti Pulau Pramuka, PulauPanggang, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan.

Hingga kini, tercatat kurang lebih 12 jenis lamun dijumpaidi perairan Indonesia yang termasuk dalam 7 genus dan 2 famili.Famili Hydrocharitaceae terdiri dari Enhalus acoroides, Thalassiahemprichii, Halophila ovalis, dan H. minor sedangkan familiPotamogetonaceae terdiri dari Syringodium isoetifolium, Cymodocearotundata, C. serrulata, Halodule pinifolia, H. uninervis, dan Thalassodendron

21

ciliatum (Nontji, 1993; Azkab 2006). Dari 12 genus lamun yangdijumpai di seluruh perairan dunia, 7 genus antaranya yakniEnhalus, Halophila, Thalassia, Cymodoceae, Halodule, Syringodium, danThalassodendron tersebar di perairan tropis, sedangkan 5 genuslainnya yakni Zostera, Heterozostera, Phyllospadix, Posidonia danAmphibolis merupakan penghuni perairan subtropis (den Hartog 1970).

Komunitas lamun biasanya terdapat dalam area yang luas danrapat. Secara umum, terdapat tiga tipe vegetasi padang lamun,yaitu: 1) padang lamun vegetasi tunggal (monospecific seagrass beds),dimana hanya terdapat satu jenis lamun, 2) padang lamun yangterdiri dari dua atau tiga jenis, tipe ini lebih sering dijumpaidibanding tipe vegetasi tunggal, dan 3) padang lamun vegetasicampuran (mixed seagrass beds), umumnya terdiri dari E. acoroides, T.hemprichii, C. Rotundata, C. serrulata, S. isoetifolium, Halodule uninervis danHalophila ovalis (Brouns & Heijs 1991; Tomascik et al. 1997). Padanglamun di perairan Indonesia umumnya termasuk padang lamunvegetasi campuran (Nienhuis et al. 1989). Penyebaran lamun diIndonesia meliputi perairan Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan,Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara serta Irian Jaya (Fortes, 1990;Tomascik et al. 1997). Dari 12 jenis lamun yang terdapat diperairan Indonesia, hanya Halophila spinulosa yang belum dijumpai diKepulauan Maluku (Kuriandewa 1998a). Hingga kini, terdapat 8jenis lamun yakni Enhalus acoroides, Thallasia hemprichii, Halophila ovalis,Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Syringodiumisoetifolium, dan Thalassodendron ciliatum yang dijumpai di KepulauanBanda (David et al. 2002).

Zonasi lamun secara vertikal sebagai berikut:1. Zona intertidal, dicirikan oleh tumbuhan pionir yang

didominasi oleh Halophila ovalis,  Cymodocea rotundata danHolodule pinifolia.

2. Zona intertidal bawah, didominasi oleh Thalassodendronciliatum.  Komunitas lamun biasanya ada dalam area yang luas danrapat. Secara umum komunitas  lamun dibagi menjadi 3

22

asosiasi spesies sehingga membentuk suatu zonasi lamun(Brouns  dan Heijs, 1991), yaitu: Padang lamun monospesifik (monospesifik seagrass beds).

Hanya terdiri dari 1 spesies     saja. Akan tetapikeberadaannya hanya bersifat temporal dan biasanyaterjadi pada phase pertengahan sebelum menjadikomunitas yang stabil (padang lamun campuran).

Asosiasi 2 atau 3 spesies ini merupakan komunitaslamun yang terdiri dari 2 sampai 3     spesies saja.Dan lebih sering dijumpai dibandingkan padang lamunmonospesifik.

Padang lamun campuran (mixed seagrass beds). Padanglamun campuran umumnya terdiri dari sedikitnya 4 dari 7spesies berikut: Cymodocea rotundata, Cymodocea  serrulata,Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis,Syringodium isoetifolium, dan Thalassia hemprichii. Tetapi padanglamun campuran ini, dalam kerangka strukturkomunitasnya, selalu terdapat asosiasi spesies Enhalusacoroides dengan Thalassia hemprichii (sebagai spesies lamunyang dominan), dengan    kemelimpahan lebih dibandingspesies lamun yang lain.

6. Klasifikasi

Pada sistem klasifikasi, lamun berada pada Sub kelasMonocotyledoneae, kelas Angiospermae. Dari 4 famili lamun yangdiketahui, 2 berada di perairan yaitu Hydrocharitaceae danCymodoceae. Famili Hydrocharitaceae dominan merupakan lamun yangtumbuh di air tawar sedangkan 3 famili lain merupakan lamun yangtumbuh di laut. Klasifikasi tumbuhan lamun yang terdapat diIndonesia menurut Philip dan Menez (1988) adalah sebagaiberikut :

23

Divisi: Anthophyta Subkelas: Monocotyledoneae Ordo: Helobiae Famili: Hydrocharitaceae Genus: Enhalus Genus: Thalassia Genus: Halophila Famili: Patamogetonaceae

Genus: Cymodoceae Genus: Halodule Genus: Syringodium Genus: Thalassodendron

Den HARTOG (1970) dalam Azkab (2001) menemukan jenis barudari marga Zostera yang ditemukan di Washington, disebut Z. nana Roth(Z. noltii Hornem), i.e. Z. americana den Hartog. Sedangkan deskripsijenis dari Z. americana dan Z. noltii dianggap telah terjadi tumpangtindih dari bagian-bagian tanaman pada kedua jenis lamuntersebut. PHILLIPS & SHAW (1976) dalam Azkab (2001) telahmelakukan penelitian pada beberapa koleksi vegetatif danreproduktif pada marga Zostera di perairan Washington, dan padalamun marga Zostera tersebut telah ditemukan retinakula yangmerupakan salah satu ciri untuk mengindentifikasi jenis Z. noltiidan Z. americana. Tetapi PHILLIPS & SHAW (1976) telah menyimpulkanbahwa jenis-jenis lamun dari marga Zostera yang ditemukan diperairan Washington adalah Z. noltii, sedangkan jenis lamun Z.americana masih diperdebatkan keabsahannya.

Sejarah menunjukkan bahwa ahli taksonomi tanaman telahmenggunakan morfologi flora sebagai dasar untuk pemisahan jenistanaman berpembuluh. Biasanya, struktur flora digunakan sebagaiperbandingan untuk bagian vegetatif dari tanaman. Masalahnya padalamun adalah pada beberapa jenis lamun, pembungaannya jarang atau

24

tidak sama sekali (Den HARTOG 1970 dalam Azkab,2001). Jadipenggunaan karakter vegetatif dalam taksonomi telah lamaberkembang. Dalam kasus Halodule, reproduksi seksual belumdiketahui sampai tahun 1974, setelah itu telah ditemukan bungasecara konsiten di Texas (PHILLIPS et al. 1974 dalam Azkab,2001).

Di seluruh dunia diperkirakan terdapat sebanyak 52 jenislamun.Beberapa jenis lamun dari kawasan Asia (Fortes, 1990) Syringodiumisoetifolium (lamun alat suntik), Thalassodendron ciliatum (lamun kayu), Halovilaovalis (lamun sendok), Halophila decipiens (lamun sendok tak berurat), Enhalusacoroides (lamun tropika), Cymodocea rotundata (lamun berujung bulat),Halodule uninervis (lamun serabut, varietas daun lebar), Halodule uninervis(lamun seabut, varietas daun sempit), Halophila minor (lamun sendukkecil), Halophila spinulosa (lamun senduk dasar keriting), Cymodocea serrulata(lamun bergigi), Thalassia hemprichii (lamun dugong). Di Indonesiaterdapat sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili:

1. Hydrocharitaceae, dan 2. Potamogetonaceae

Jenis yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, antaralain: Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodoceaserrulata, dan Thallassodendron ciliatum. Padang lamun merupakanekosistem yang tinggi produktivitas organiknya, dengankeanekaragaman biota yang juga cukup tinggi. Pada ekosistem inihidup beraneka ragam biota laut (Gambar 17), seperti ikan,krustasea, moluska (Pinna sp., Lambis sp., Strombus sp.), Ekinodermata(Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp., Archaster sp., Linckia sp.), dancacing Polikaeta.

Jenis-jenis lamun yang ada di Indonesia adaalah sebagaiberikut.

1. Cymodocea rotundata

25

Klasifikasi:

Kingdom : Plantae Divisi : Antophyta Class : Angiospermae Order : Helobiae Family : Potamogetonaceae Genus : Cymodocea Species : Cymodocea rotundata

Cymodocea rotundata Terdapat di daerah intertidal,umumnya dijumpai di daerah intertidal didekat hutanmangrove. Ciri – ciri morfologi dari Cymodocea rotundataadalah :Tepi daun halus atau licin, tidak bergerigi, akarpada tiap nodus terdiri dari 2 – 3 helai, akar tidakbercabang tidak punya rambut akar, tulang daun sejajar danjumlah tulang daun pada selembar daun adalah + 9 – 15 buah,lebar daun dari samping ke samping + 4 mm, jarak antarnodus + 1 cm, tiap nodus hanya ada satu tegakan tiaptegakan terdiri dari 3 – 4 helai daun (Nybakken, 1992).

2. Cymodocea serrulata

26

Klasifikasi:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Order : Potamogetonales

Family : Cymodoceaceae

Genus : Cymodocea

Species : Cymodocea serrulata

Cymodocea serrulata ; Terdapat di daerah intertidal, umumnyadijumpai di daerah intertidal didekat hutan mangrove. Ciri –ciri morfologi dari Cymodocea serrulata adalah : Tepi daunbergerigi / seperti gergaji, akar tiap nodus banyak danbercabang, tulang daun sejajar, lebar daun dari samping kesamping + 1 cm, jarak antar nodus + 2 cm, jumlah tulang daunpada sehelai daun antara 13 – 17 buah, tiap nodus hanya adasatu tegakan, Satu tegakan terdiri dari 2 – 3 helai daun(Moriaty, 1989).

3. Enhalus acoroides

27

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae Divisi :Magnoliophyta Kelas :Liliopsida Bangsa :Hydrocharitales Suku :Hydrocharitaceae Marga :Enhalus Jenis : Enhalus acoroides Steud

Tumbuhan ini memiliki rhizoma yang ditumbuhi oleh rambut-rambut padat dan kaku dengan lebar lebih dari 1,5 cm, memilikiakar yang banyak dan bercabang dengan panjang antara 10 – 20 cmdan lebar 3 – 5 mm. Daun dari tumbuhan ini dapat mencapai 30 –150 cm dengan lebar 1,25 – 1,75 cm (Philips dan Menez1988 dalamLatuconsina, 2002). Menurut Thomascik et al (1997),akar E. acoroides dapat mencapai panjang lebih dari 50 cm sehinggadapat menancap secara kuat pada substrat.

28

4. Halophila decipiens

Klasifikasi:

Kingdom : Plantae Divisi : Antophyta Class : Angiospermae Ordo : Helobiae Family : Potamogetonaceae Genus : Halophila Species : Halophila decipiens

Halodule pinifolia, H. decipiens, H. minor, H. Ovalis ; Pertumbuhannyacepat, dan merupakan jenis pionir. Umum dijumpai padasubstrat berlumpur, dapat merupakan jenis yang dominan didaerah intertidal dan mampu tumbuh sampai kedalaman 25meter. Tulang daun tidak lebih dari 3-Ujung daun membulat,ujung seperti gergaji.

29

5. Halophila minor

Klasifikasi:

Kingdom : Plantae Divisi : Antophyta Class : Angiospermae Ordo : Helobiae Family : Potamogetonaceae Genus : Halophila Species : Halophila minor

Halophila Minor ; Pertumbuhannya cepat, dan merupakan jenispionir. Umum dijumpai pada substrat berlumpur, dap1zat

30

merupakan jenis yang dominan di daerah intertidal dan mamputumbuh sampai kedalaman 25 meter.

6. Halophila ovalis

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Liliopsida

Order : Alismatales

Family : Hydrocharitaceae

Genus : Halophila

Species : Halophila ovalis

Pertumbuhan lamun ini cepat, dan merupakan jenis pionir.Umum dijumpai pada substrat berlumpur, dapat merupakan jenis yangdominan di daerah intertidal dan mampu tumbuh sampai kedalaman 25meter. Ciri – ciri morfologi dari Halophila ovalis adalah : Tiapnodus terdiri dari 2 tegakan, mempunyai akar tunggal di tiapnodus, tulang daun menyirip dan berjumlah + 10 – 25 pasang, jarakantar nodus + 1,5 cm, panjang helai daun + 10 – 40 mm, panjangtangkai daun yaitu + 3 cm (Romimohtarto, 2001).

31

7. Halodule pinifolia

Klasifikasi:

Kingdom : Plantae Divisi : Antophyta Class : Angiospermae Ordo : Helobiae Family : Potamogetonaceae Genus : Halodule Species : Halodule pinifolia

Halodule pinifolia ; Pertumbuhannya cepat, dan merupakan jenispionir. Umum dijumpai pada substrat berlumpur, dapat merupakanjenis yang dominan di daerah intertidal dan mampu tumbuh sampaikedalaman 25 meter. Ciri-ciri Tulang daun tidak lebih dari 3-Ujung daun membulat, ujung seperti gergaji.

8. Halophila spinulosa

32

Klasifikasi:

Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Class : Liliopsida Ordo : Hydrocharitales Family : Hydrocharitaceae Genus : Halophila Species : Halophila spinulosa

Halodule spinulosa ; Membentuk padang lamun jenis tunggal padarataan terumbu karang yang sudah rusak.

9. Halodule uninervis

33

Klasifikasi:

Kingdom : Plantae Divisi : Antophyta Class : Angiospermae Ordo : Helobiae Family : Potamogetonaceae Genus : Halodule Species : Halodule pinifolia

Halodule univervis Membentuk padang lamun jenis tunggal padarataan terumbu karang yang sudah rusak. Ciri – ciri morfologidari Halodule uninervis adalah : Tiap nodus hanya terdiri dari satutegakan, tiap tangkai daun terdiri dari 1 sampai 2 helai daun,tiap nodus berakar tunggal dan banyak, tidak bercabang,rimpangnya berbuku – buku, jarak antar nodus + 2 cm.

34

10. Syringdium isoetifolium

Klasifikasi:Kingdom : Plantae Divisi : Antophyta Class : Angiospermae Ordo : Helobiae Family : Potamogetonaceae Genus : Syringodium Species : Syringodium isoetifolium

Syringodinium isoetifolium ; Umum di jumpai didaaerah subtidaldangkal dan berlumpur.

11. Thalassodendron ciliatum

35

Klasifikasi:

Kingdom : Plantae Divisi : Magnolyophyta Class : Liliopsida Ordo : Helobiae Family : Potamogetonaceae Genus : Thalassodendron Species : Thalassodendron ciliatum

Thalassodendron ciliatum ; Sering mendominasi daerah subtidal danberasosiasi dengan terumbu karang.Ciri-ciri : Jumlah akar 1-5dengan tebal 0,5-2.

12. Thalassia hemprichii

36

Klasifikasi :Kingdom: Plantae    Divisi : Spermatophyta         Class: Liliopsida                Order: Alismatales                     Family:Hydrocharitaceae                           Genus: Thalassia .                Spesies :Thalassia hemprichii

Helaian daun berbentuk pita, terdapat spuluh sampai tujuhbelas tulang-tulang daun yang membujur, pada helaian daunterdapat ruji-ruji hitam yang pendek, ujung dauunya membulat,tidak terdapat ligula, tumbuh didaerah substrat berpasir danberlumpur, dan kadang-kadang di terumbu karang.

7. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Padang Lamun

Pelestarian ekosistem padang lamun merupakan suatu usahayang sangat kompleks untuk dilaksanakan, karena kegitantersebut sangat membutuhkan sifat akomodatif terhadap segenappihak baik yang berada sekitar kawasan maupun di luar kawasan.Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan demi memenuhi kebutuhandari berbagai kepentingan. Namun demikian, sifat akomodatif

37

ini akan lebih dirasakan manfaatnya bilamana keberpihakankepada masyarakat yang sangat rentan terhadap sumberdaya alam  diberikan porsi yang lebih besar.

Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah menjadikanmasyarakat sebagai  komponen utama penggerak pelestarian arealpadang lamun. Oleh karena itu, persepsi masyarakat terhadapkeberadaan ekosistem pesisir perlu untuk diarahkan kepada carapandang masyarakat akan pentingnya sumberdaya alam persisir(Bengen, 2001).

Salah satu strategi penting yang saat ini sedang banyakdibicarakan orang dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam,termasuk ekosistem padang lamun adalah pengelolaan berbasismasyakarakat (Community Based Management). Raharjo (1996)mengemukakan  bahwa pengeloaan berbasis masyarakat mengandungarti keterlibatan langsung masyarakat dalam mengelolasumberdaya alam di suatu kawasan.. Dalam konteks ini pulaperlu diperhatikan  mengenai karakteristik lokal darimasayakarakat di suatu kawasan. Sering dikatakan bahwa salahsatu faktor penyebab kerusakan sumber daya alam pesisir adalahdekstrusi masayakarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Olehkarena itu, dalam strategi ini perlu dicari alternatif matapencaharian yang tujuannya adalah untuk mangurangi tekanan terhadap sumberdaya pesisir termasuk lamun di kawasantersebut.

a.    Pengelolaan Berwawasan LingkunganDalam perencanaan pembangunan pada suatu sistem ekologi

pesisir dan laut yang berimplikasi pada perencanaanpemanfaatan sumberdaya alam, perlu diperhatikan kaidah-kaidahekologis yang berlaku untuk mengurangi akibat-akibat negatifyang merugikan bagi kelangsungan pembangunan itu sendirisecara menyeluruh.Perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alampesisir dan laut perlu dipertimbangkan secara cermat dan

38

terpadu dalam setiap perencanaan pembangunan, agar dapatdicapai suatu pengembangan lingkungan hidup di pesisir danlaut dalam lingkungan pembangunan.

b.    Pengelolaan Berbasis MasyarakatMenurut definisi, pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat

adalah suatu strategi untuk mencapai pembangunan yangberpusat pada manusia, dimanan pusat pengambilan keputusanmengenai pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan di suatudaerah terletak atau berada di tangan organisasi-organisasidalam masyarakat di daerah tersebut (Carter, 1996).Pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat (community-basemanagement) dapat didefinisikan sebagai proses pemberianwewenang, tanggung jawab, dan kesempatan kepada masyarakatuntuk mengelola sumberdaya lautnya, dengan terlebih dahulumendefinisikan kebutuhan, keinginan, dan tujuan sertaaspirasinya (Nikijuluw, 2002; Dahuri, 2003).Pengelolaan berbasis masyarakat yang dimaksudkan di sini

adalah co-management (pengelolaan bersama), yakni pengelolaanyang dilakukan oleh masyarakat bersama-sama dengan pemerintahsetempat, yang bertujuan untuk melibatkan masyarakat lokalsecara aktif dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan suatupengelolaan.Pengelolaan berbasis masyarakat berawal daripemahaman bahwa masyarakat mempunyai kemampuan untukmemperbaiki kualitas hidupnya sendiri dan mampu mengelolasumberdaya mereka dengan baik, sehingga yang dibutuhkanhanyalah dukungan untuk mengelola dan menyadarkan masyarakatdalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secaraberkelanjutan untuk memenuhi kebutuhannya.Kegiatanpengelolaan berbasis masyarakat saat ini menunjukkan bahwamasyarakat masih membutuhkan dukungan dan persetujuan daripemerintah setempat dalam hal pengambilan keputusan.Demikianpula dalam pelaksanaan suatu kegiatan, dukungan pemerintahmasih memegang peranan penting dalam memberikan pengarahan,

39

bantuan teknis, dan merestui kegiatan yang sudah disepakatibersama. Sebaliknya, bila tidak ada dukungan partisipasimasyarakat terhadap program yang sudah direncanakan olehpemerintah, maka hasilnya tidak akan optimal. Oleh karenaitu, keterlibatan masyarakat dan pemerintah setempat secarabersama-sama sangatlah penting sejak awal kegiatan.Konsep pengelolaan yang mampu menampung banyak kepentingan,

baik kepentingan masyarakat maupun kepentingan penggunalainnya adalah konsep Cooperative Management (Pomeroy danWilliams, 1994).Dalam konsep Cooperative Management, ada duapendekatan utama yaitu pengelolaan yang dilakukan olehpemerintah (goverment centralized management) dan pengelolaan yangdilakukan oleh masyarakat (community based management). Dalamkonsep ini masyarakat lokal merupakan partner pentingbersama-sama dengan pemerintah dan stakeholders lainnya dalampengelolaan sumberdaya alam di suatu kawasan. Masyarakatlokal merupakan salah satu kunci dari pengelolaan sumberdayaalam, sehingga praktek-praktek pengelolaan sumberdaya alamyang masih dilakukan oleh masyarakat lokal secara langsungmenjadi bibit dari penerapan konsep tersebut.Tidak adapengelolaan sumberdaya alam yang berhasil dengan baik tanpamengikutsertakan masyarakat lokal sebagai pengguna darisumberdaya alam tersebut.Menurut Dahuri (2003) mengatakan bahwa ada dua komponen

penting keberhasilan pengelolaan berbasis masyarakat, yaitu:(1) konsensus yang jelas dari tiga pelaku utama, yaitupemerintah, masyarakat pesisir, dan peneliti (sosial,ekonomi, dan sumberdaya), dan (2) pemahaman yang mendalamdari masing-masing pelaku utama akan peran dan tanggungjawabnya dalam mengimplementasikan program pengelolaanberbasis masyarakat.Konsep pengelolaan berbasis masyarakat memiliki beberapa

aspek positif (Carter, 1996), yaitu: (1) mampu mendorongtimbulnya pemerataan dalam pemanfaatan sumberdaya alam, (2)

40

mampu merefleksi kebutuhan-kebutuhan masyarakat lokal yangspesifik, (3) ampu meningkatkan efisiensi secara ekologis danteknis, (4) responsif dan adaptif terhadap perubahan kondisisosial dan lingkungan lokal, (5) mampu meningkatkan manfaatlokal bagi seluruh anggota masyarakat yang ada, (6) mampumenumbuhkan stabilitas dan komitmen, dan (7) masyarakat lokaltermotivasi untuk mengelola secara berkelanjutan.Pengelolaan ekosistem padang lamun pada dasarnya adalah

suatu proses pengontrolan tindakan manusia agar pemanfaatansumberdaya alam dapat dilakukan secara bijaksana denganmengindahkan kaidah kelestarian lingkungan. Apabila dilihatpermasalahan pemanfaatan sumberdaya ekosistem padang lamunyang menyangkut berbagai sektor, maka pengelolaan sumberdayapadang lamun tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, tetapiharus dilakukan secara terpadu oleh beberapa instansiterkait. Kegagalan pengelolaan sumberdaya ekosistem padanglamun ini, pada umumnya disebabkan oleh masyarakat pesisirtidak pernah dilibatkan, mereka cenderung hanya dijadikansebagai obyek dan tidak pernah sebagai subyek dalam program-program pembangunan di wilayahnya. Sebagai akibatnya merekacenderung menjadi masa bodoh atau kesadaran dan partisipasimereka terhadap permasalahan lingkungan di sekitarnya menjadisangat rendah. Agar pengelolaan sumberdaya ekosistem padanglamun ini tidak mengalami kegagalan, maka masyarakat pesisirharus dilibatkan.

Dalam pengelolaan ekosistem padang lamun berbasis masyarakatini, yang dimaksud dengan masyarakat adalah semua komponenyang terlibat baik secara langsung maupun tak langsung dalampemanfaatan dan pengelolaan ekosistem padang lamun,diantaranya adalah masyarakat lokal, LSM, swasta, PerguruanTinggi dan kalangan peneliti lainnya. Pengelolaan sumberdayaekosistem padang lamun berbasis masyarakt dapat diartikansebagai suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang

41

berpusat pada masyarakat dan dilakukan secara terpadu denganmemperhatikan aspek ekonomi dan ekologi. Dalam kontekspengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun berbasismasyarakat, kedua komponen masyarakat dan pemerintah sama-sama diberdayakan, sehingga tidak ada ketimpangan dalampelaksanaannya.

Pengelolaan berbasis masyarakat harus mampu memecahkan duapersoalan utama, yaitu: (1) masalah sumberdaya hayati(misalnya, tangkap lebih, penggunaan alat tangkap yang tidakramah lingkungan, kerusakan ekosistem dan konflik antaranelayan tradisional dan industri perikanan modern), dan (2)masalah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan sumberdayahayati laut (misalnya, berkurangnya daerah padang lamunsebagai daerah pembesaran sumberdaya perikanan, penurunankualitas air, pencemaran).

c.   Pendekatan Kebijakan

Perumusan kebijaksanaan pengelolaan ekosistem padang lamunmemerlukan suatu pendekatan yang dapat diterapkan secaraoptimal dan berkelanjutan melalui pendekatan keterpaduan.Pendekatan kebijakan ini mengacu kepada pendekatanpengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu, yaitupengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasalingkungan yang ada di wilayah pesisir. Hal ini dapatdilakukan dengan cara penilaian menyeluruh, menentukan tujuandan sasaran pemanfaatan, serta merencanakan kegiatanpembangunan. Pengelolaan ekosistem padang lamun secaraterpadu mencakup empat aspek, yaitu: (1) keterpaduanwilayah/ekologis; (2) keterpaduan sektoral; (3) keterpaduandisiplin ilmu; dan (4) keterpaduan stakeholders (pemakai).

d. Rehabilitasi Padang Lamun

42

Merujuk pada kenyataan bahwa padang lamun mendapat tekanangangguaun utama dari aktivitas manusia maka untukmerehabilitasinya dapat dilakukan melalui dua pendekatan:yakni ; 1) Rehabiltasi lunak (soft Rehabilitation), dan 2)rehabilitasi keras (Hard Rehabilitation)a)       Rehabilitasi lunak

Rehabilitasi   lunak   lebih menekankan padapengendalian perilaku manusia.Rehabilitasi lunak mencakuphal-hal sebagai berikut:1)      Kebijakan  dan strategi pengelolaan.  Dalam pengelolaan

lingkungan diperlukan kebijakan dan strategi yan jelasuntuk menjadi acuan pelaksanaan oleh para pemangkukepentingan ( stake holdes).

2)      Penyadaran masyarakat (Public    awareness). Penyadaranmasyarakat dapa dilaksanakan dengan berbagai pendekatan.

3)      Pendidikan. Pendidikan mengenai lingkungan termasukpentingnya melestarikan lingkungan padang lamun.Pendidikan dapat disampaikan lewat jalan pendidikanformal dan non-formal.

4)      Pengembangan riset.Riset diperlukan untukmendapatkaninformasi yang akurat untuk mendasari pengambilanKeputusan dalam pengelolaan lingkungan.

5)      Mata pencaharian yang alternatif. Perlu dikembangkanberbagai kegiatan untuk mengembangkan mata pencarianalternatif yang ramah lingkungan yang  dapat dapatmeningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yangsejahtera akan lebih mudah diajak untuk menghargai danmelindungi lingkungan.

6)      Pengikut      sertaan            masyarakat.Pertisipasi masyrakat dalam berbagai kegiatan lingkunganapat memberi motivasi yang lebih kuat dan lebih menjaminkeberlanjutanya.Kegiaan bersih pantai dan pengelolaansampah misalnya merupakan bagian dari kegiatan ini.

43

7)     Pengembangan   Daerah   Pelindungan   Padang   Lamun   (segrass   sanctuary)berbasis masyarakat. Daerah perlidungan padang lamunmerupakan bank sumberdaya yang dapat lebih menjaminketersediaan sumberdaya ikan dalam jangka panjang. 

8)      Peraturan perundangan.Pengembangan peraturanperundangan perlu dikembangkan dan dilaksanakan dengantidak meninggalkan kepentingan masyarakatluas.Keberadaan hukum adat, serta kebiasaan masyarakatlokal perlu dihargai dan dikembangkan.

9)      Penegakan huku secara konsisten. Segala peraturanperundangan tidak akan ada dimankan bila tidak adaditegakan secara konsisten. Lembaga-lembaga yang terkaitdengan penegakan hukum perlu diperkuat, termasuklembaga-lembaga adat.

b)     Rehabilitasi Keras

Rehabiltasi keras menyangkut kegiatan langsungperbaikan lingkungan dilapangan.Ini dapat dilaksanakanmisalnya dengan rehabilitasi lingkungan atau dengantransplantasi lamun dilingkungan yang perludirehabilitasi.Kegiatan transplantasi lamun di Indonesiabelum berkembang luas.Berbagai percobaan transplantasilamun telah dilaksanakanoleh Pusat Penelitian OseanografiLIPIyang masih dalam taraf awal. Pengembangan transplantasilamun telah dilaksanakan diluar negeri dengan berbagaitingkat keberhasilan, (Himnasurai Untama, 2012).

44

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanDari telaah pustaka yang telah dibahas, dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut.1. Lamun memiliki morfologi yang mirip dengan tumbuhan

darat, yaitu mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yan gmerayap yang efektif untuk berkembang biak, berbunga, berbuah dan menghasilkan biji, dan memiliki akar serabut yang kokoh.

2. Lamun memiliki sistem internal yang kompleks untuk mengangkut gas dan zat-zat hara.

45

3. Karakteristik ekologi yang mempengaruhi penyebaran lamun adalah suhu, salinitas, kekeruhan, kedalaman, nutrien dan substrat.

4. Lamun bereproduksi dengan cara generatif, yaitu menghasilkan biji (berbunga).

5. Perbedaan penyebaran dan persen cover setiap spesies lamun dipengaruhi oleh  karakteristik ekologi masing-masing spesies berbeda.

6. Jenis lamun yang ada di dunia terdiri dari 4 famili dengan 52 spesies, tetapi yang ada di Indonesia hanya 2famili, 12 spesies yaitu : Syringodium isoetifolium, Thalassodendron ciliatum,Halovila ovalis,Halophila decipiens,Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis,Halodule uninervis, Halophila minor, Halophila spinulosa, Cymodocea serrulata, dan Thalassia hemprichii.

7. Strategi pengelolaan sumber daya padang lamun dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, yaitu pendekatan berbasis lingkungan, masyarakat, kebijakan dan rehabilitasi padang lamun.

B. SaranEkosistem lamun yang ada di Indonesia seharusnya dijaga

kelestariannya agar dapat mendukung kehidupan makhluk hiduplainnya, termasuk manusia. Oleh karena itu, disarankankepada setiap pembaca agar dapat memelihara ekosistem lamunyang ditemui dan menyebarkan informasi kegunaan lamun agardapat diketahui bersama dan dijaga bersama kelestariannya.

46

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009.Karakteristik Ekologi Lamun.http://Web.Ipb.Ac.Id/~Dedi_S.Didownload pada 26 Mei 2014

Arifbayuadi, 2010. Pengelolaan Ekosistem Lamun. Word Press.com

Azkab.2000.Struktur Dan Fungsi Pada Komunitas Lamun. Oseana, Volume XXV,Nomor 3, 2000.Diakses pada 22 Mei 2014

----.2001. Fenologi Dan Taksonomi Lamun.Oseana, Volume XXVI, Nomor 1,2001.Diakses pada 22 Mei 2014

Dobo,J.2009.Tipologi Komunitas Lamun Kaitannya Dengan Populasi Bulu Babi DiPulau Hatta,

Kepulauan Banda, Maluku.Bogor.IPB. Diakses pada 22 mei 2014

Kiswara,dkk.1985.Habitat Dan Sebaran Geografik Lamun.Oseana Volume XNo.1. Diakses pada 22 Mei 2014

Frasiandini, dkk.2012.Struktur Morfologi dan Anatomi Syringodium isoetifoliumdi Pantai Kondang Merak Malang.LenteraBio Vol. 1 No. 2 Mei 2012.Diakses pada 27 Mei 2014

47