Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar Mangrove Avicennia marina di Perairan Teluk Kendari Heavy...

11
38 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar Mangrove Avicennia marina di Perairan Teluk Kendari Heavy Metal Acumulattion of Lead (Pb) of Mangrove Avicennia marina Roots in Kendari Bay Deri *) , Emiyarti **) dan La Ode Alirman Afu ***) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tridharma Kendari 93232 e-mail : * [email protected], ** [email protected] dan *** [email protected] Abstrak Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2012 dengan tujuan untuk mengetahui kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar mangrove jenis A. marina di perairan Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan secara purposive sampling berdasarkan lokasi atau daerah yang memiliki jenis mangrove A. marina. Parameter yang diukur meliputi parameter fisika yakni suhu, parameter kimia yaitu salinitas dan pH dan sampel air, sementara pada parameter biologi yaitu akar mangrove A. marina. Analisis logam Timbal (Pb) dilakukan di Laboratorium Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometric). Hasil pengukuran parameter fisika-kimia perairan dari ke tiga stasiun nilai suhu tertinggi terdapat di stasiun I dengan kisaran 24-28 0 C dan suhu terendah terdapat di stasiun III dengan kisaran 22-24 0 C. Kisaran salinitas tertinggi berada di stasiun III yaitu 5-12 ppt, diikuti dengan stasiun II dan I berturut-turut 3-10 ppt dan 3-9 ppt. Untuk pH hasil penelitian menunjukkan bahwa kisaran nilai dari tiap stasiun tidak jauh berbeda dimana berturut-turut stasiun I yaitu 6 stasiun II yaitu 5-7, dan stasiun III berkisar antara 3-6. Selanjutnya kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar A. marina dari ke tiga stasiun menunjukkan bahwa kisaran tertinggi berada pada stasiun III yaitu 0,007-0,023 mg/L, kemudian pada stasiun II dengan kisaran 0,005-0,013 mg/L dan kadar logam berat Timbal (Pb) terendah terdapat di stasiun I dengan kisaran 0,005-0,010 mg/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar logam berat Timbal Pb pada akar A. marina telah melewati ambang batas baku mutu air laut untuk biota laut yang ditetapkan oleh Kepmen LH No. 51 tahun 2004 yaitu 0,008 mg/L. Kata Kunci : Mangrove, Avicennia marina, logam timbal (Pb) Abstract Heavy metal accumulation of Lead (Pb) in mangrove Avicennia marina roots in Kendari bay was examined from May-June 2012. Purposive sampling was selected to determine sampling stations. Several phisyco-chemical parameters (temperature, salinity, pH, level of Pb) and biology (roots of A. marina) were analyzed. Pb examination was conducted in Laboratory of Health of Makassar, South Sulawesi using Atomic Absorption Spectrophotometric (AAS). Results showed that the highest temperature was monitored in station I and the lowest was in station III ranging 24-28 0 C and 22-24 0 C respectively. The highest salinity level was found in station III that reached 5-12 ppt, followed by station II and I namely 3-10 ppt and 3-9 ppt. Moreover, pH analysis showed that there was significantly difference in which station I was 6, station II was 5-7 and station III was 3-6. Meanwhile, the highest level of Pb observal in A. marina roots was in station III reaching 0,007-0,023 mg/L followed by station II ranged 0,0050,013 mg/L and station I with the range of 0,0050,010 mg/L. The study revealed the level of Pb in A. marina roots exceeded the determined standard 0,008 mg/L based on Decree of Ministry of Environment No. 51 2004 to support marine biota. Key words: Mangrove, Avicennia marina, metal lead (Pb) Pendahuluan Upaya pemanfaatan wilayah pesisir hingga saat ini telah menunjukkan peningkatan yang tinggi dalam rangka menunjang ekonomi negara dan kesejahteraan masyarakat. Upaya- upaya pemanfaatan ini diantaranya melalui kegiatan pencucian kendaraan bermotor, perdagangan, pemukiman, pembuangan sampah, jasa transportasi laut dan industri. Dilain pihak, telah disadari bahwa beberapa daerah pesisir telah menunjukkan adanya gejala kerusakan lingkungan sebagai akibat dari aktivitas manusia dalam upaya pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir. Perairan pesisir merupakan salah satu dari lingkungan perairan yang banyak mendapat pengaruh dari buangan limbah, baik yang berasal dari daratan maupun di laut lepas. Kenyataannya perairan pesisir dalam menampung dan mengurai Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. 01 No. 01 (3848) ISSN : 2303-3959

Transcript of Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar Mangrove Avicennia marina di Perairan Teluk Kendari Heavy...

38 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar Mangrove Avicennia marina

di Perairan Teluk Kendari

Heavy Metal Acumulattion of Lead (Pb) of Mangrove Avicennia marina Roots

in Kendari Bay

Deri *)

, Emiyarti **)

dan La Ode Alirman Afu ***)

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK Universitas Haluoleo

Kampus Hijau Bumi Tridharma Kendari 93232 e-mail :

* [email protected],

** [email protected] dan

***[email protected]

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2012 dengan tujuan untuk mengetahui kadar logam berat

Timbal (Pb) pada akar mangrove jenis A. marina di perairan Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara. Penentuan

stasiun pengamatan dilakukan secara purposive sampling berdasarkan lokasi atau daerah yang memiliki jenis

mangrove A. marina. Parameter yang diukur meliputi parameter fisika yakni suhu, parameter kimia yaitu

salinitas dan pH dan sampel air, sementara pada parameter biologi yaitu akar mangrove A. marina.

Analisis logam Timbal (Pb) dilakukan di Laboratorium Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar,

Provinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometric). Hasil

pengukuran parameter fisika-kimia perairan dari ke tiga stasiun nilai suhu tertinggi terdapat di stasiun I dengan

kisaran 24-280C dan suhu terendah terdapat di stasiun III dengan kisaran 22-24

0C. Kisaran salinitas tertinggi

berada di stasiun III yaitu 5-12 ppt, diikuti dengan stasiun II dan I berturut-turut 3-10 ppt dan 3-9 ppt. Untuk pH

hasil penelitian menunjukkan bahwa kisaran nilai dari tiap stasiun tidak jauh berbeda dimana berturut-turut

stasiun I yaitu 6 stasiun II yaitu 5-7, dan stasiun III berkisar antara 3-6. Selanjutnya kadar logam berat Timbal

(Pb) pada akar A. marina dari ke tiga stasiun menunjukkan bahwa kisaran tertinggi berada pada stasiun III yaitu

0,007-0,023 mg/L, kemudian pada stasiun II dengan kisaran 0,005-0,013 mg/L dan kadar logam berat Timbal

(Pb) terendah terdapat di stasiun I dengan kisaran 0,005-0,010 mg/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar

logam berat Timbal Pb pada akar A. marina telah melewati ambang batas baku mutu air laut untuk biota laut

yang ditetapkan oleh Kepmen LH No. 51 tahun 2004 yaitu 0,008 mg/L.

Kata Kunci : Mangrove, Avicennia marina, logam timbal (Pb)

Abstract

Heavy metal accumulation of Lead (Pb) in mangrove Avicennia marina roots in Kendari bay was examined from

May-June 2012. Purposive sampling was selected to determine sampling stations. Several phisyco-chemical

parameters (temperature, salinity, pH, level of Pb) and biology (roots of A. marina) were analyzed. Pb

examination was conducted in Laboratory of Health of Makassar, South Sulawesi using Atomic Absorption

Spectrophotometric (AAS). Results showed that the highest temperature was monitored in station I and the

lowest was in station III ranging 24-280C and 22-24

0C respectively. The highest salinity level was found in

station III that reached 5-12 ppt, followed by station II and I namely 3-10 ppt and 3-9 ppt. Moreover, pH analysis

showed that there was significantly difference in which station I was 6, station II was 5-7 and station III was 3-6.

Meanwhile, the highest level of Pb observal in A. marina roots was in station III reaching 0,007-0,023 mg/L

followed by station II ranged 0,005–0,013 mg/L and station I with the range of 0,005–0,010 mg/L. The study

revealed the level of Pb in A. marina roots exceeded the determined standard 0,008 mg/L based on Decree of

Ministry of Environment No. 51 2004 to support marine biota.

Key words: Mangrove, Avicennia marina, metal lead (Pb)

Pendahuluan

Upaya pemanfaatan wilayah pesisir

hingga saat ini telah menunjukkan peningkatan

yang tinggi dalam rangka menunjang ekonomi

negara dan kesejahteraan masyarakat. Upaya-

upaya pemanfaatan ini diantaranya melalui

kegiatan pencucian kendaraan bermotor,

perdagangan, pemukiman, pembuangan sampah,

jasa transportasi laut dan industri. Dilain pihak,

telah disadari bahwa beberapa daerah pesisir

telah menunjukkan adanya gejala kerusakan

lingkungan sebagai akibat dari aktivitas manusia

dalam upaya pemanfaatan sumberdaya wilayah

pesisir.

Perairan pesisir merupakan salah satu

dari lingkungan perairan yang banyak mendapat

pengaruh dari buangan limbah, baik yang berasal

dari daratan maupun di laut lepas. Kenyataannya

perairan pesisir dalam menampung dan mengurai

Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. 01 No. 01 (38– 48) ISSN : 2303-3959

39 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

limbah yang terbatas menimbulkan

penumpukkan limbah yang lambat laun

menimbulkan pencemaran.

Berkaitan dengan tingkat pencemaran di

wilayah perairan khususnya di beberapa kawasan

pesisir di Indonesia, sehingga dianggap perlu

untuk melihat keterkaitan faktor penyebab

timbulnya dampak terhadap kawasan tersebut.

Salah satu kawasan pesisir di Indonesia adalah

Teluk Kendari yang terletak di Provinsi Sulawesi

Tenggara.

Teluk Kendari merupakan salah satu

kawasan yang berdekatan dengan pusat kegiatan

masyarakat. Kondisi seperti ini akan

menyebabkan terjadinya ancaman di sekitar

teluk. Salah satu sumber pencemaran yang

berasal dari aktivitas penduduk adalah

dihasilkannya limbah logam berat seperti Timbal

(Pb), Tembaga (Cu), Raksa (Hg), Besi (Fe),

Mangan (Mn), Seng (Zn), Kromium (Cr), dan

Nikel (Ni) yang mungkin saja telah ada disana.

Keberadaan kadar logam berat yang

terlarut baik pada air laut, maupun sedimen

sangat tergantung pada baik buruknya kondisi

perairan tersebut. Semakin tinggi aktivitas yang

terjadi disekitar perairan baik di darat maupun

areal pantainya maka kadar logam berat dapat

meningkat pula.

Timbal (Pb) merupakan salah satu logam

berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan

manusia serta merupakan unsur logam berat yang

tidak dapat terurai oleh proses alam (Zhang., et

al, 2007). Putra (2002) menambahkan, secara

alamiah, Pb dapat masuk ke dalam badan

perairan melalui pengkristalan diudara dengan

bantuan air hujan, melalui proses modifikasi dari

batuan mineral akibat hempasan gelombang dan

angin. Pb yang masuk ke dalam badan perairan

merupakan dampak dari aktivitas kehidupan

manusia. Diantaranya adalah air buangan

(limbah) dari industri yang berkaitan dengan Pb.

Mangrove merupakan salah satu

ekosistem pesisir yang mempunyai peranan

penting di estuari. Ekosistem mangrove memiliki

tingkat produktivitas paling tinggi dibandingkan

dengan ekosistem lainnya. Secara ekologis

mangrove memiliki banyak fungsi sebagai

penghasil sejumlah detritus, perangkap sedimen,

pelindung pantai dari hempasan gelombang air

laut serta penyerap logam berat dan pestisidan

yang menvemari laut.

Panjaitan (2009), mengemukakan

bahwa mangrove memiliki kemampuan dalam

menyerap bahan-bahan organik dan non

organik dari lingkungannya kedalam tubuh

melalui membran sel. Proses ini merupakan

bentuk adaptasi mangrove terhadap kondisi

lingkungan yang ekstrim. Amin (2001),

menambahkan melalui akarnya, vegetasi ini

dapat menyerap logam-logam berat yang terdapat

pada sedimen maupun kolom air.

Satu diantara beberapa spesies mangrove

yang memiliki kemampuan menyerap logam

berat adalah Api-api (Avicennia marina).

Rohmawati (2007), mengemukakan bahwa

pohon A. marina memiliki upaya

penanggulangan materi toksik lain diantaranya

dengan melemahkan efek racun melalui

pengenceran (dilusi), yaitu dengan menyimpan

banyak air untuk mengencerkan konsentrasi

logam berat dalam jaringan tubuhnya sehingga

mengurangi toksisitas logam tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, telah

dilakukan penelitian tentang Kadar Logam Berat

Timbal (Pb) pada Akar Mangrove A. marina di

Perairan Teluk Kendari.

Meningkatnya berbagai kegiatan

pembangunan berupa, pelabuhan, transportasi

darat, pertanian, pemukiman, pelayaran dan

penangkapan ikan di kawasan Teluk Kendari

di duga dapat mempengaruhi kualitas

perairannya. Limbah-limbah yang berasal dari

aktivitas manusia dan kegiatan-kegiatan

pembangunan tersebut dapat mencemari

ekosistem mangrove khususnya mangrove jenis

A. marina yang berada di Teluk Kendari.

Berdasarkan beberapa permasalahan

yang ada maka peneliti bermaksud mengkaji

kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar

mangrove A. marina di perairan Teluk Kendari.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui kadar logam berat Timbal (Pb)

pada akar mangrove jenis A. marina di perairan

Teluk Kendari.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan informasi bagi peneliti mengenai

kemampuan mangrove jenis A. marina dalam

meyerap logam berat, dapat memberikan

gambaran dan informasi kepada masyarakat Kota

Kendari tentang kondisi perairan Teluk Kendari

dan dapat dijadikan acuan bagi pemerintah dalam

melestarikan ekosistem mangrove jenis A.

marina dalam mengantisipasi terjadinya

pencemaran logam berat di perairan Teluk

Kendari.

40 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Mei sampai Juni 2012 bertempat di perairan

Teluk Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Analisis logam berat dan kualitas air

dilakukan di laboratorium Balai Besar

Laboratorium Kesehatan Makassar, Provinsi

Sulawesi Selatan dengan menggunakan AAS

(Atomic Absorption Spectrophotometric).

Alat dan bahan yang digunakan adalah

sebagai berikut :

Tabel 1. Alat-alat yang digunakan

No Alat Satuan Kegunaan Keterangan

1 Thermometer 0C Suhu Secara Exitu

2 Handrefraktometer ppt Salinitas Secara Exitu

3 pH meter - pH air Secara Exitu

4 Botol sampel mg/L Sampel air Pb Secara Exitu

5 Pisau/parang - Akar Avicennia marina Secara Exitu

Bahan yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu larutan Asam Sulfat (H2SO4-) yang

digunakan sebagai pengawet sampel air.

Kegiatan survei pendahuluan dilakukan

untuk mengetahui gambaran umum lokasi

penelitian berupa keberadaan mangrove jenis

Avicennia marina di lokasi tersebut, sehingga

lebih mudah untuk menetukan stasiun

pengamatan.

Penentuan stasiun penelitian dilakukan

secara purposive sampling, yaitu stasiun

penelitian ditentukan berdasarkan lokasi atau

daerah yang memiliki jenis mangrove A. marina,

penentuan stasiun pengambilan sampel di

dasarkan pada karakteristik lingkungan sekitar

Teluk Kendari yang dibagi ke dalam 3 stasiun

pengamatan dengan karakteristik sebagai berikut:

I. Stasiun I berada di Kelurahan Korumba

yang merupakan daerah aliran Sungai

Wanggu (03058’00.2” LS-122

033’01.2” BT)

II. Stasiun II berada di Kelurahan

Lahundape yang berada di sekitar

Swisbell Hotel (03058’08.5” LS-

122033’01.2” BT)

III. Stasiun III berada di Kelurahan Tipulu

yang merupakan daerah yang

berhubungan langsung dengan perairan

Teluk Kendari (03058’48.9” LS-

122031’49.4” BT).

Pada setiap stasiun tersebut dilakukan

pengambilan sampel yang meliputi parameter

kualitas air. Gambar lokasi penelitian tersaji pada

Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

41 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air adalah untuk

mengukur kualitas air berupa suhu, salinitas dan

pH. Pengukuran dan pengamatan dilakukan

secara langsung dengan melakukan 3 kali

ulangan pada setiap stasiun pengamatan.

Kadar logam berat Timbal (Pb) pada

akar dapat diketahui dengan mengambil

sampel akar mangrove A. marina dengan ukuran

diameter batang berkisar 25-30 cm, tinggi

berkisar 3-5 m. Sampel akar yang diambil dari 3

titik pengambilan dikeringkan selama beberapa

minggu untuk menghilangkan kadar airnya.

Kemudian sampel akar dihaluskan dengan

menggunakan blender, sedangkan untuk air dapat

langsung dianalisis.

Sampel akar ditimbang sebanyak 5 gr

kemudian dimasukkan ke dalam tanur pada suhu

450-5000C (pengabuan) selama ± 1 jam. Setelah

proses pengabuan selesai selanjutnya sampel akar

tersebut dilarutkan dengan menambahkan 10 ml

HNO3. Kemudian ditambahkan akuades sampai

volume menjadi 50 ml.

Larutan tersebut dipanaskan dengan

hot plate sampai mendidih dan volume berkurang

30 ml. Bila belum terjadi kabut ulangi

penambahan HNO3 sebanyak 20 ml pada larutan

tersebut, kemudian dipanaskan kembali hingga

terjadi kabut.

Setelah terjadi kabut tambahkan kembali

larutan dengan akuades sehingga volume sampel

menjadi 50 ml, lalu diendapkan. Larutan yang

telah diendapakan disaring fasa airnya dengan

kertas saring. Larutan yang diperoleh siap

dianalisis dengan menggunakan AAS (Atomic

Absorption Spectrophotometric).

Untuk mengetahui kadar logam berat

Timbal (Pb) pada air dapat diketahui dengan

mengambil air dengan menggunakan botol

sampel, dari setiap stasiun pengamatan dengan 3

kali ulangan.

Sampel air laut di ukur 100 ml, kemudian

di tambahkan 10 ml HNO3 pekat. Panaskan

dalam hot plate sampai volume berkurang 30

ml. Tambahkan kembali larutan dengan akuades

sampai volume menjadi 100 ml, kemudian di

endapkan. Larutan yang telah diendapkan

disaring frasa airnya dengan kertas saring.

Larutan yang diperoleh siap dianalisis dengan

menggunakan AAS (Atomic Absorption

Spectrophotometric).

Logam Timbal (Pb) ditimbang

sebanyak 1 g. Kemudian dilarutkan dengan

akuades dalam labu takar 1000 ml. Larutan

tersebut mengandung 1000 ppm yang dinamakan

larutan induk. Sebanyak 10 ml dari larutan

induk dipipet lalu dimasukkan ke dalam labu

takar 100 ml kemudian ditambahkan akuades

sampai garis tanda akhir. Larutan yang diperoleh

mengandung kosentrasi 100 ppm. Dari larutan

100 ppm. Dari larutan 100 ppm dipipet sebanyak

10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu takar

100 ml kemudian ditambahkan akuades sampai

garis tanda akhir untuk mendapatkan larutan

dengan kosentrasi 10 ppm. Dibuat larutan dengan

kosentrasi 10 ppm sebanyak 5 ulangan untuk

mempermudah larutan standar berikutnya.

Untuk mendapatkan larutan standar

dengan kosentrasi 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ppm,

berturut-turut di pipet sebanyak 2 ml, 4 ml, 6 ml,

8 ml dan 10 ml dari larutan 10 ppm lalu masing-

masing dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml

kamudian ditambahkan akuades sampai garis

tanda akhir.

Alat AAS diset terlebih dahulu,

kemudian dikaliberasikan dengan kurva standar

dari logam Pb dengan kosentrasi 0,2; 0,4; 0,6;

0,8; dan 1 ppm. Diukur absorbansi atau

kosentrasi masing-masing sampel.

Analisis Data

Untuk mengetahui kosentrasi logam

berat yang sebenarnya digunakan rumus

Hutagalung dan Permana (1994) pada persamaan

(1) berikut:

K. sebenarnya =K AAS x V. p

W. s

Dimana :

K. sebenarnya = Konsentrasi sebenarnya (mg/kg)

K AAS = Konsentrasi Atomic Absorption

Spectrophotometric (mg/L)

V.p = Volume pelarut (L)

W.s = Berat Sampel (mg)

Data yang diperoleh dari hasil

perhitungan selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif. Analisis

deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau

menggambarkan kadar logam berat Timbal (Pb)

pada akar mangrove A. marina.

Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara umum perairan Teluk Kendari

terlindungi oleh daratan kota kendari. Luas

perairan ini diperkirakan ±10,84 km2 dengan

bentuk pantai yang berbentuk huruf U yang

menyempit dan menghadap Laut Banda. Pada

bagian depan mulut teluk terdapat pulau kecil

Bungkutoko yang menjadikan bentuk perairan

Teluk Kendari tertutup (Focil Indonesia, 2008).

42 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

Secara gegografis Perairan Teluk

Kendari di kelilingi oleh daratan Kota Kendari

sebagai ibu kota Propinsi Sulawesi Tenggara

yang terletak diantara 3057’50”-3

059’30” LS dan

122031’50”-122

036’30” BT (Pemda Kota

Kendari, 2000). Ditinjau dari segi administratif,

teluk kendari mempunyai batasan wilayah

sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan

Kendari dan Kendari Barat;

Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau

Bungkutoko;

Sebelah Selatan berbatasan dengan

Kecamatan Poasia dan Abeli;

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan

Mandonga dan Kambu.

Kawasan Kota Kendari banyak dilalui

sungai-sungai yang sebagian besar bermuara di

perairan Teluk kendari, diantaranya Sungai

Wanggu dan Sungai Kambu yang umumnya

mengalir sepanjang tahun dengan debit aliran

diperkirakan lebih dari 3 m3/detik (BAPPEDA

Tingkat I Sulawesi Tenggara dan Universitas

Haluoleo 1998 dalam Alirman, 2005).

2. Kondisi Lingkungan Perairan (Suhu Air, Salinitas dan pH Air)

a. Suhu Air

Kisaran nilai suhu dari tiap stasiun pengamatan di perairan Teluk Kendari dapat dilihat pada

Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Suhu pada setiap stasiun pengamatan

Kisaran nilai suhu tertinggi terdapat di

stasiun I dengan kisaran 24-280C selanjutnya

stasiun II dengan kisaran 23-250C dan suhu

terendah terdapat di stasiun III dengan kisaran

22-240C.

b. Salinitas

Kisaran nilai salinitas dari tiap stasiun pengamatan di perairan Teluk Kendari dapat di liat

pada gambar 3 berikut:

Gambar 3. Salinitas pada setiap stasiun pengamatan

0

5

10

15

20

25

30

I II III

Su

hu

(0C

)

Stasiun Pengamatan

Sub Stasiun 1

Sub Stasiun 2

Sub Stasiun 3

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III

Sal

init

as (

ppt)

Stasiun Pengamatan

Sub Stasiun 1

Sub Stasiun 2

Sub Stasiun 3

43 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

c. pH Air

Kisaran Nilai pH dari tiap stasiun pengamatan di perairan Teluk Kendari dapat di lihat pada

Gambar 4 berikut:

Gambar 4. pH pada setiap stasiun pengamatan

Kisaran nilai pH dari tiap stasiun tidak

jauh berbeda dimana berturut-turut stasiun I yaitu

6 stasiun II yaitu 5-7, dan stasiun III berkisar

antara 3-6.

3. Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Air

Berdsarkan hasil analisa data tentang kadar

logam berat Pb pada air di sekitar area mangrove

A. marina di peroleh hasil yang berbeda-beda

antara ketiga stasiun. Gambar 5 menunjukkan

kisaran kadar logam berat Timbal (Pb) pada air.

Gambar 5. Kadar logam berat timbal (Pb) pada air

Kadar logam berat Timbal (Pb) di air

pada stasiun III lebih tinggi dengan kisaran nilai

0,001x10-3

-0,092x10-3

mg/L di bandingkan

stasiun I dan II dengan kisaran berturut-turut

0,001x10-3

-0,001x10-3

mg/L dan 0,001x10-3

-

0,052x10-3

mg/L.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III

pH

Air

Stasiun Pengamatan

Sub Stasiun 1

Sub Stasiun 2

Sub Stasiun 3

0.000

0.010

0.020

0.030

0.040

0.050

0.060

0.070

0.080

0.090

0.100

I II III

Tim

bal

(Pb)

dal

am

air

(m

g/l

x 1

000)

Stasiun Pengamatan

Sub Stasiun 1

Sub Stasiun 2

Sub Stasiun 3

44 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

4. Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar Avicennia marina

Berdasarkan hasil pengukuran kadar

logam berat Timbal (Pb) pada akar A. marina

dengan menggunakan metode AAS menunjukkan

bahwa dari tiap stasiun memiliki kadar logam

berat yang berbeda. Untuk lebih jelasnya hasil

pengukuran ketiga stasiun disajikan pada

Gambar 6.

Kadar logam berat Timbal (Pb) pada

akar mangrove A. marina dari ke tiga stasiun

menunjukkan bahwa kisaran tertinggi berada

pada stasiun III yaitu 0,007-0,023 mg/L,

kemudian pada stasiun II dengan kisaran 0,005-

0,013 mg/L dan kandungan logam berat Timbal

(Pb) terendah terdapat di stasiun I dengan kisaran

0,005-0,010 mg/L.

Gambar 6. Kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar A. marina

Pembahasan

1. Kondisi Lingkungan Perairan (Suhu Air,

Salinitas, dan pH Air)

a. Suhu Air

Mukhtasor (2007), mengemukakan suhu

merupakan salah satu parameter untuk

mempelajari transportasi dan penyebaran polutan

yang masuk ke lingkungan laut. Sementara

menurut Effendi (2000), berpendapat bahwa suhu

suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang

(latitude), ketinggian dari permukaan laut

(altitude), waktu dalam satu hari, sirkulasi udara,

penutupan awan, dan aliran serta kedalaman dari

badan air.

Perubahan suhu berpengaruh terhadapa

proses, fisika, kimia dan biologi badan air.

Berdasarkan Gambar 2 Perbedaan suhu air pada

tiap stasiun diakibatkan adanya perbedaan

intensitas cahaya yang mengenai air ataupun di

sebabkan karena jumlah vegetasi tutupan

mangrove. Pada stasiun I tampak bahwa jumlah

vegetasi mangrove lebih sedikit dibandingkan

dengan stasiun II dan III. Selain itu tingginya

suhu di stasiun I dipengaruhi oleh waktu

pengambilan sampel dimana dilakukanyang

dilakukan pada siang hari.

Suhu merupakan salah satu parameter

untuk mempelajari transportasi dan penyebaran

polutan yang masuk ke lingkungan laut.

Mukhtasor (2007), menyatakan bahwa biasanya

suhu air laut berkisar antara -2 sampai 300C.

Sedangkan kisaran suhu yang baik bagi

kehidupan organisme adalah 18-300C.

Berdasarkan hal tersebut, maka suhu perairan di

lokasi penelitian digolongkan masih baik serta

dapat mendukung kehidupan organisme yang

hidup di dalamnya.

b. Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi dari

total ion yang terdapat di perairan Boyd (1988)

dalam Effendi (2000). Berdasarkan Gambar 3

kisaran salinitas tertinggi berada di stasiun III

yaitu 5-12 ppt, hal ini disebabkan karena stasiun

ini berada di Teluk Kendari sehingga masukkan

air laut lebih besar di bandingkan dengan air

tawar. Mukhtasor (2007), salinitas bertambah di

permukaan laut karena evaporasi dan

percampuran yang disebabkan oleh arus maupun

oleh upwelling, sehingga air akan menjadi lebih

kental. Sementara kisaran nilai salinitas terendah

berada di stasiun I yaitu 3-9 ppt karena stasiun ini

berada di kawasan perairan Sungai Wanggu.

Burzynski and Zurek (2007) menambahkan nilai

salinitas pada perairan pesisir sangat dipengaruhi

oleh masukkan air tawar dari sungai.

Hutagalung (1991) dalam Mukhtasor

(2007), mengemukakan bahwa nilai salinitas

perairan laut dapat mempengaruhi faktor

konsentrasi logam berat yang mencemari

lingkungan laut, dimana penurunan salinitas pada

perairan dapat menyebabkan tingkat

0.000

0.005

0.010

0.015

0.020

0.025

I II III

Tim

bal

(Pb)

pad

a ak

ar (

mg/l

)

Stasiun Pengamatan

Sub Stasiun 1

Sub Stasiun 2

Sub Stasiun 3

45 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

bioakumulasi logam berat pada organisme

semakin meningkat.

c. pH Air

Kisaran pH air 6-8 masih dikatakan

normal, sedangkan pH air tercemar seperti

air buangan berbeda-beda tergantung jenis air

buangannya. Perubahan keasaman pada air

buangan, baik kearah alkali (pH diatas 7)

maupun ke arah asam (pH dibawah 7), akan

sangat mengganggu kehidupan didalam perairan

tersebut. Nilai pH suatu perairan menggambarkan

keseimbangan antara asam dan basa dalam air

dan yang diukur adalah konsentrasi ion hidrogen.

Berdasarkan Gambar 4, hasil penelitian

menunjukkan bahwa kisaran nilai pH dari tiap

stasiun tidak jauh berbeda dimana berturut-turut

stasiun I yaitu 6 stasiun II yaitu 5-7, dan stasiun

III berkisar antara 3-6. Secara umum nilai pH di

setiap stasiun tidak jauh berbeda yang

menunjukkan bahwa perairan tersebut bersifat

asam. Hal ini disebabkan karena stasiun

penelitian sebagian besar adalah daerah rawa

yang memiliki nilai derajat keasaman yang

rendah yang kemungkinan dipengaruhi oleh

banyaknya bahan organik yang meningkatkan

proses penguraian. Yan, et al., (2010)

mengemukakan bahwa penurunan pH akan

menyebabkan toksisitas logam berat menjadi

semakin besar dimana sebagian besar biota

akuatik sensitif terhadap perubahan yang sangat

mempengaruhi proses biokimiawi perairan.

Namun secara umum pengukuran nilai derajat

keasaman berdasarkan Kepmen LH NO. 51 tahun

2004, ke tiga stasiun penelitian tersebut masih

mendukung kehidupan organisme perairan di

sekitarnya.

2. Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Air

Sumber timbal bisa berasal dari

kenderaan yang menggunakan bahan bakar

bertimbal dan juga dari biji logam hasil

pertambangan, peleburan, pabrik pembuatan

timbal atau recycling industri, debu, tanah, cat,

mainan, perhiasan, air minum, permen, keramik,

obat tradisional dan kosmetik (Marchand, et al.,

2011).

Pencemaran laut terjadi karena laut

menerima zat-zat pencemar baik yang merupakan

zat padat maupun cair terutama yang dibawa oleh

sungai sebagai tempat yang paling mudah

membuang limbah yang akhirnya bermuara di

laut. Banyaknya zat pencemar yang masuk ke

laut telah melampaui daya dukungnya sehingga

laut menjadi sangat kotor dan tercemar

(MacFarlane, et al., 2000).

Effendi (2000), menyatakan bahan

pencemar memasuki badan air melalui berbagai

cara seperti pembuangan limbah oleh industri,

pertanian, domestik dan perkotaan, dan lain-lain.

Palar (2004) dalam Rohmawati (2007), juga

menjelaskan logam-logam lingkungan perairan

umumnya berada dalam bentuk ion. Ion-ion

tersebut ada yang berupa ion bebas, pasangan ion

organik, ion-ion kompleks dan bentuk-bentuk ion

lainnya. Umumnya logam-logam yang terdapat

dalam tanah dan perairan dalam bentuk

persenyawaan, seperti senyawa hidroksida,

senyawa oksida, senyawa karbonat dan senyawa

sulfida. Senyawa-senyawa itu sangat mudah larut

dalam air.

Berdasarkan Gambar 5, hasil analisa

data tentang kadar logam berat Pb pada air

di sekitar area mangrove A. marina dengan

menggunakan metode AAS di peroleh hasil

bahwa kadar logam berat Timbal (Pb) di air pada

stasiun III lebih tinggi dengan kisaran nilai

0,001x10-3

-0,092x10-3

mg/L di bandingkan

stasiun I dan II dengan kisaran berturut-turut

0,001x10-3

-0,001x10-3

mg/L dan 0,001x10-3

-

0,052x10-3

mg/L.

Hasil analisis menunjukkan bahwa

stasiun III lebih banyak menerima masukkan

limbah yang mengandung Pb. Hal ini di

pengaruhi oleh aktivitas perkapalan berupa

sarana transportasi dan jalur pengangkutan

barang, aktivitas pemukiman juga mempengaruhi

jumlah kadar logam berat di lingkungan perairan

Teluk Kendari. Umumnya kandungan logam

yang terukur di setiap stasiun cenderung seragam

dengan variasi konsentrasi yang relatif kecil.

Emiyarti (2004), mengemukakan bahwa

hal tersebut di sebabkan oleh tipe perairan di

daerah penelitian adalah semi tertutup yang

terlindung oleh Pulau Bungkutoko sehingga

sirkulasi air yang terjadi secara vertikal akan

mendistribusikan unsur logam berat secara

merata di perairan.

Berdasarkan kisaran nilai yang di

dapatkan dari tiap stasiun selama penelitian bila

dibandingkan dengan baku mutu yang telah

ditetapkan Kempen LH No. 51 Tahun 2004 baku

mutu logam berat Timbal (Pb) untuk air laut

yaitu sebesar 0,005 mg/L dapat dinyatakan

bahwa perairan tersebut masih berada di bawah

ambang batas dan masih mendukung kehidupan

organisme perairan.

3. Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada

Akar Avicennia marina

Hutan mangrove merupakan komunitas

vegetasi pantai tropis dan subtropis, yang

didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove

46 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

yang mampu tumbuh dan berkembang pada

daerah pasang surut pantai berlumpur

(Thampanya, et al., 2002).

Secara alami Pb di perairan bersumber

dari partikel udara berupa asap kendaraan yang

dibawa hujan dan secara non alami akibat

aktivitas manusia berupa buangan limbah cair

dan padat yang memungkinkan terlapisnya

pneumatophora dengan sampah yang akan

mengakibatkan kematian pohon-pohon

mangrove (Blackmore, 2000 dalam Joyeux, et

al., 2004).

Mulyadi (2009), mengemukakan secara

umum mangrove yang tumbuh di ujung sungai

besar berperan sebagai penampungan terakhir

bagi limbah dari aktivitas perkotaan yang

terbawa aliran sungai. Limbah padat dan cair

yang terlarut dalam air sungai terbawa arus

menuju muara sungai dan laut lepas. Area

hutan mangrove akan menjadi daerah

penumpukan limbah, terutama jika polutan yang

masuk ke dalam lingkungan estuari melampaui

kemampuan pemurnian alami oleh air. Mangrove

alami berperan efektif dalam melindungi pantai

dari tekanan alam dan erosi.

Logam berat yang masuk ke dalam

lingkungan perairan akan mengalami

pengendapan, pengenceran dan dispersi,

kemudian diserap oleh organisme yang hidup di

perairan tersebut (Defew, et al., 2004).

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan di ketahui bahwa tumbuhan

A. marina mampu mengakumulasi logam berat

Timbal (Pb) pada bagian akar. Amin (2001),

mengemukakan bahwa logam-logam akan

terserap oleh akar bersama-sama dengan

nutrien lain yang kemudian di edarkan ke

bagian lain. Menurut Fitter (1991), dua sifat

penyerapan ion oleh tumbuhan adalah: 1)

Faktor konsentrasi, kemampuan tumbuhan dalam

mengakumulasi ion sampai tingkat konsentrasi

tertentu, bahkan dapat mencapai beberapa tingkat

lebih besar dari konsentrasi ion dalam

mediumnya; 2) Perbedaan kuantitatif akan

kebutuhan hara yang berbeda pada tiap jenis

tumbuhan.

Secara umum, logam berat untuk

pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan

dibagi menjadi dua yaitu logam esensial dan non

esensial. Cu dan Zn merupakan logam yang

termasuk esensial, sedangkan Pb merupakan

logam non esensial bagi tumbuhan (Yoon, et al.,

2006).

Hasil pengukuran kadar logam berat

Timbal (Pb) pada akar mangrove A. marina dari

ke tiga stasiun menunjukkan bahwa kisaran

tertinggi berada pada stasiun III yaitu 0,007-

0,023 mg/L, kemudian pada stasiun II dengan

kisaran 0,005-0,013 mg/L dan kandungan logam

berat Timbal (Pb) terendah terdapat di stasiun I

dengan kisaran 0,005-0,010 mg/L.

Pada stasiun III dan II kadar Pb lebih

tinggi dibandingkan dengan kedua stasiun I. Hal

ini disebabkan karena pada stasiun ini

dipengaruhi oleh aktivitas Teluk Kendari berupa

pelabuhan, industri, aktivitas pemukiman yang

menjadi sumber adanya logam berat Timbal (Pb)

di akar mangrove, disamping itu kondisi perairan

teluk yang semi tertutup menyebabkan seluruh

aktivitas daratan akan bermuara ke arah pantai.

Pohon api-api (A. marina) memiliki akar

yang tumbuh dengan jarak teratur secara vertikal

dari akar horizontal yang terbenam di dalam

tanah (Alongi, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan dapat diketahui bahwa jumlah kadar

logam berat Timbal (Pb) di akar dan kolom air

menunjukkan perbedaan yang signifikan dimana

jumlah akumulasi logam berat Timbal (Pb) pada

akar mangrove A. marina lebih besar di

bandingkan pada air yang berada di sekitar area

mangrove. Dalam hal ini dapat di nyatakan

bahwa tumbuhan A. marina mempunyai

kemampuan dalam menyerap materi toksik di

lingkungan. MacFarlane, et al., (2000), mangrove

merupakan tumbuhan tingkat tinggi di kawasan

pantai yang dapat berfungsi untuk menyerap

bahan-bahan organik dan non-organik sehingga

dapat dijadikan bioindikator logam berat. Hal ini

di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Rohmawati (2007), menjelaskan bahwa

tumbuhan A. marina mampu mengakumulasi

logam berat. Begitu pula penelitian yang

dilakukan oleh Amin (2001), juga menjelaskan

bahwa tumbuhan A. marina juga mampu

mengakumulasi logam berat Cu dan Pb pada

bagian organ akar, dan juga mampu

mengakumulasi dibagian daun, baik daun muda

maupun daun tua.

Berdasarkan Kepmen LH No. 51 tahun

2004 kisaran nilai yang di dapatkan selama

penelitian diketahui bahwa pencemaran logam

berat Timbal Pb termasuk tingkat pencemaran

polusi berat karena kandungan logam berat Pb

telah melebihi ambang batas kandungan logam

berat alamiah di perairan laut yaitu 0,008 mg/L.

Menurut Darmono (2001) dalam Rohmawati

(2007), suatu perairan dikatakan memiliki

tingkat polusi berat jika kandungan logam berat

dalam air dan organisme yang hidup di

dalamnya cukup tinggi. Pada tingkat polusi

sedang, kandungan logam berat dalam air dan

biota yang hidup di dalamnya berada dalam batas

marjinal. Sedangkan pada tingkat nonpolusi,

47 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

kandungan logam berat dalam air dan organisme

yang hidup di dalamnya sangat rendah, bahkan

tidak terdeteksi.

Simpulan

1. Kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar

Avicennia marina di setiap stasiun penelitian

secara umum telah melewati ambang batas

baku mutu yang ditetapkan oleh Kepmen LH

No. 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut

untuk biota laut yaitu 0,008 mg/l.

2. Mangrove A. marina mampu mengakumulasi

logam berat Timbal (Pb) sehingga dapat

dijadikan sebagai indikator pencemaran

logam berat Timbal (Pb).

Persantunan

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada Pembimbing I Emiyarti, S.Pi, M.Si dan

Pembimbing II La Ode Alirman Afu, S.Pd, M.Si

serta Kepala Laboratorium Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Ruslaeni, M.Si, M.Pi atas

bantuannya dalam menyusun dan melakukan

analisis sampel penelitian.

Daftar Pustaka

Alirman, A. 2005. Pengaruh Limbah Organik

Terhadap Kualitas Perairan Teluk

Kendari Sulawesi Tenggara. Tesis

Magister. Sekolah Pascasarjana. Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 111 hal.

Alongi, D. M. 2008. Mangrove forests:

Resilience, Protection from Tsunamis,

and Responses to Global Climate

Change. Estuarine, Coastal and Shelf

Science 76: 1-13

Amin, B. 2001. Akumulasi dan Distribusi

Logam Berat Pb Dan Cu pada

Mangrove Avicennia marina di

Perairan Pantai Dumai, Riau, 85 hal.

Burzynski, M., Zurek, A., 2007. Effects of

copper and cadmium on photosynthesis

in cucumber cotyledons. Photosynthetica

45, 239–244.

Defew, L. H.., M.M. James, and M.G. Hector.

2004. An Assessment of Metal

Contamination in Mangrove Sediments

and Leaves from Punta Mala Bay, Pacific

Panama. Marine Pollution Bulletin. 50:

547-552.

Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air. Jurusan

Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.

IPB. Bogor, 258 hal.

Emiyarti. 2004. Karakteristik Fisika Kimia

Substrat dan Hubungannya dengan

Struktur Komunitas Makrozoobentos di

Perairan Teluk Kendari. Tesis Pasca

Sarjana. IPB. Bogor.

Fitter, A.H dan Hay, R.K.M. 1991. Fisiologi

Lingkungan Tanaman. Gajah Mada

Universitas Press. Yogyakarta, 286 hal.

Focil Indonesia-Lestari. 2008. Cida Jaringan

Guru PKLH Kota Kendari. Sulawesi

Tenggara. 2-4p.

Joyeux, J.C., E. A. C. Filho, and C. De Jesus.

2004. Trash Metal Contamination in

Estusrine Fishes from Vitoria Bay, ES,

Brazil. Brazilian Archieves of Biology

and Technology, 47 (5) : 765-774.

MacFarlane, G.R., M.D. Burchett. 2000. Cellular

Distribution of Copper, Lead and Zinc in

the Grey Mangrove, Avicennia marina

(Forsk.) Vierh. Aquatic Botany 68: 45–

59.

Marchand, C., M. Allenbach, E. Lallier-Vergès,

2011. Relationships between heavy

metals distribution and organic matter

cycling in mangrove sediments

(Conception Bay, New Caledonia).

Geoderma, 160: 444–456.

Mukhtasor, 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut.

Pradnya Paramita. Jakarta, 322 hal.

Mulyadi, E., Laksmono. R., Aprianti. D., 2009.

Fungsi Mangrove Sebagai Pengendali

Pencemar Logam Berat. Jurnal Ilmiah

Teknik Lingkungan, 1:33-40.

Palar, H., 1994. Pencemaran dan Toksikologi

Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta, 289

hal.

Panjaitan, G. Y., 2009. Akumulasi Logam Berat

Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada

Pohon Avicennia marina Di Hutan

Mangrove. Skripsi. Departemen

Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara. Medan. 58

hal.

Putra, K. G. D., 2002. Petunjuk Teknis

Pemantauan Kualitas Air. Undayana

University Press. Denpasar, 275 hal.

Rohmawati, 2007. Daya Akumulasi Tumbuhan

Avicennia marina Terhadap Logam

Berat (Cu, Cd, Hg) Di Pantai Kenjeran

Surabaya. Skripsi Jurusan Biologi

Fakultas Sains Dan Biologi. Universitas

Islam Negeri Malang. 53 hal.

Thampanya, U., J. E. Vermaat., J. Terrados.

2002. The Effect of Increasing Sediment

Accretion on the Seedlings of Three

Common Thai Mangrove Species.

Aquatic Botany, 74: 315–325

Yan, Z. Z., L. Ke, N. F. Y. Tam. 2010. Lead

Stress in Seedlings of Avicennia marina,

48 Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

a Common Mangrove Species in South

China, with and without Cotyledons.

Aquatic Botany, 92: 112–118

Yoon, J., C. Xinde, Z. Qixing , and L.Q. Ma.

2006. Accumulation of Pb, Cu, and Zn in

Native Plants Growing on a

Contaminated Florida Site. Science of the

Total Environment: 456-464.

Zhang, F.Q., Wang, Y.S., Lou, Z.P., Dong, J.D.,

2007. Effect of heavy metal stress on

antioxidative enzymes and lipid

peroxidation in leaves and roots of two

mangrove plant seedlings (Kandelia

candel and Bruguiera gymnorrhiza).

Chemosphere 67, 44–50.