Jenis-jenis Moluska Dilindungi di Indonesia

11
$,#Eim$ Wmtf#rnffi HHHIW ffi*sffi*r.4Tffihtfi*] ffiffi#ffi

Transcript of Jenis-jenis Moluska Dilindungi di Indonesia

$,#Eim$Wmtf#rnffi HHHIW ffi*sffi*r.4 Tffihtfi*] ffiffi#ffi

Oseana, Volume XXXY Nomor 4, Tahun 2009 :25-33 ISSN 0216_1877

DILINDUNGIBEBERAPA JENIS MOLUSKA YANGDI INDONESIA

Oleh

UcuYanuArbil)

ABSTRACT

soME PROTECTED MOLLUSCS SPECIES rN INDONESIA. Twelve mollusc specieshave got protection status under some legislation in Indonesia. Recently, their existences inIndonesian waters are progressively dfficuk to befound. Brief descriptions of those molluscsare given in this article.

PEI'{DAIIULUAI{

Indonesia merupakan negara kepulauanyang disebut sebagaikey ofmarine area, centerof marine biocliversity dan disebut juga theheart of coral triangle (WAI-LACE et a1.,2000;HOEKSEMA, 2009). Ekosistem terumbu karatrgmerupakan ekosistem. yang memilikikeanekaragaman spesies tertinggi, bahkanmelebihi produktifitas ekosistem hutan tropis.Kombinasi ekosistem mangrove, padang lamundan terumbu karang mendukung beribu-ribujenis organisme dari berbagai takson yanghidup berasosiasi di dalamnya (EKMAN, 1953).

Moluska merupakan salah satu kelorrpokbiota laut yang dapat dengan mudah ditemukandi Indonesia (GRASSLE & MACIOLEK , t99Z).Banyak di antarajenis moluska tersebut memilikinilai ekonomis dan nilai konservasi yang sangattinggi, mulai dari sebagai bahan makanan,komoditas industri, biota koleksi, cindera mata,sanpai bahan bioaktifuntuk industri farmasi dan

kosmetik. Namun keberadaan moluska di alamsemakin terancam, karena adanya tekananlingkungan yang semakin berat. Beberapa jenismoluska semakin sulit ditemukan di perairanIndonesia, bahkan jenis-jenis tertentu telahmenghilang di perairan Indonesia bagian barat.

Tingginya nilai ekonomi beberapa jenismoluska menyebabkan tekanan terhadapkeberadaannya terus meningkat. Beberapa jenishampir punah karena pengambilan besar-besaran (over exploitation), maupun akibatkerusakan habi tat (PASARIBU, lggg).Berdasarkan kenyataan ini, pemerintahIndonesia segera tanggap denganmengeluarkan beberapa perundang-undangansebagai upaya pelestarian sumber dayahayati,diantaranya menetapkan beberapa jenis moluskasebagai hewan yang dilindungi. Ketentuaninternasional juga telah menetapkan beberapajenis moluska tersebut dalam katesoriendangered dan tercantum dalam Red 6ataBook. Pengawasan bagi perdagangannya

Ir UPT Loka Konservasi Biota Laut-LIPI, Bitung

25

dicantumkan dalam Apendiks II CITES vaneartinya dapat dimanfaatkan dengan kuota ataidibatasi.

Tulisan ini merupakan sebuah tinjauan(review) yang dirangkum dari berbagai sumber,namun jumlahnya masih terbatas. penulismencoba memberikan informasi mengenai jenis_jenis molusk a yangmendapat status diliniuneioleh perundang-undangan yang dikeluarka-noleh pemerintah Republik Indonesia besertajenis-jenis perundang-undangannya, denganharapan dapat menjadi tambahan informasi b-aeimasyarakat secara luas.

PEi\ETAPAN JEMSJEIIIS MOLUSKADALA]VI PERT]IIDAI\IGTIIIDANGAI\I

Terdapat beberapa perundang_undanganyang berlaku saat ini yang menetapkan 12 jenismoluska sebagai biota yang dilindungi. fanngtidak terdapat dua buah perundang_unaanganyang dengan jelas mengenai penetapan statustersebut. Perundang-undangan tersebut adalahUndang-undang No. 5 Tahun 1990 tentanpKonservasi Sumber Daya Alam Hayati daiPeraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7Tahun 1999 tentang pengawetan JenisTumbuhan dan Satwa. Kedua jenis perundang_undangan .tersebut juga diduiung ole-hperundang-undangan lainnya.

Berdasarkan Undang_undang No. 5Tahun 1990, dijelaskan bahwa konservasisumber daya alam hayati mengusahakanperlindungan sistem penyangga kehidupan,pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhandan satwa beserta ekosistemnya, sertapemanfaatan secara lestari sumber daya alamhayati dan ekosistemnya. Di dalam undang_undang ini disebutkan secara jelas jenis_jenismoluska yang termasuk dalambiota dilindungi.Halini juga didukung oleh peraturan lara yuitoUndang-undang No. 23 Tahun 1997 tentanePengelolaan Lingkungan Hidup. Sebagalcontoh, yang dilakukan LIpI selain melala*ankegiatan budidaya, juga melakukan pengaw€tan

biola laut. Jadi, penetapan kawasan lindungpada dasarnya bukan merupakan satu_satunyaupaya pelestarian sumber daya hayati.

Upaya pelestarian jenis_jenis satwadengan jelas telah dituangkan dalam pp No. 7Tahun 1999. Isinya antara lain, perlunyapenetapan status perlindungan bagi suatukawasan untuk biota dikelola lesertahabitatnya, kemudian dipelihara dandikembangbiakkan. pengelolaan bisa bersifat msitu (di dalam habitat aslinya) maupun ex situ(di luar habitat aslinya). Dalam peraturantersebut disebutkan, biota tertentu lavakmendapat status dilindungi jika populasinyakecil, adanya fenomena penumnan populasi dialam yang sangat drastis serta penyebarannyayang terbatas (endemik). Dalamperkembangannya, ada kemungkinan terjadiperubahan status. Perubahan status terseburditetapkan dengan kepgrtusan menteri sebagaiotoritas manajemen (Departemen Kehutananatau Departemen Kelautan dan perikanan)setelah mendapatkan pertimbangan dari otoritaskeilrnuan(LIPD.

Biota dilindungi bukan berarti secaramutlak tidak dapat dimanfaatkan masyaraka!baik perorangan, organisasi berbadan hukumkope rasi maupun lembaga konservasi .Masyarakat dapat memanfaatkan biotadilindungi dengan cara penangkaran ataubudidaya setelah mendapat ijin tertulis dari pihakberwenang. Hal ini didasarkan peraturanPemerintah No. 8 Tahun 1999 tentangPemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa LiaiHasil dari penangkaran dapat diperdagangkan,yaitu dari generasi kedua dan generasiberikutnya. Namrm kennrrnian genetik dari biotayang dibudidayakan harus dijaga sampaigenerasi pertama, dan generasi_generasi hasilbudidaya tidak dapat dilepaskan kembali kealam

Jenis-jenis moluska yang dilindungiperundang-undangan Indonesia luga masukdalam daftar Apendiks CITES. CITES

26

ditandatangani tanggal 3 Maret 1973 diWashington dan telah disahkan oleh pemerintahIndonesia melalui Keputusan Presiden No. 43Tahun 1978. StatusApendiks tr CITES harusnyamenjadi harapan terpeliharanya jenis-jenismoluska tersebut. Status Apendiks IImensyaratkan pemanfaatan spesies hanya bolehdari hasil penangkaran, dimana l0% dari hasilpenangkaran wajib dilepasliarkan ke alam.Namun terdapat kendala, yaitu kerusakanhabitat dan lemahnya penegakan aturan, bahkanketidaktahuan masyarakat akan status darispesies tersebut. Perhatian akan status moluskasemakin baik, walaupun belum membuahkanhasil positif. Eksploitasi berlebihan di alam masihmenjadi ancarnan keberadaan spesies di alam.Bukan tidak mungkinjika akan semakin banyakjenis moluska lainnya yang akan masuk daftar'terancam punah' dari IUCN dan ke dalam daftar

Apendiks CITES. Berikut ini adalah j enis-j enismoluska yang dil indungi, berdasarkanperundangan-undangan di Indonesia.

BEBERAPA JENIS MOLUSKA YANGDILIIIDT]NGI

Berdasarkan beberapa jenis undang-undang di Indonesia, terdapat dua belas jenismoluska yang mendapatkan status dilindungi.Keduabelas jenis tersebut terdiri dari tujuh jenisdalam satu suku dari kelas Peleclpoda, empatjenis dalam empat suku dari kelas

-Gastropoia,

serta satu jenis dalam satu suku dari kelasCephalopoda. Masing-masing jenis akandiuraikan secara singkat dalam tulisan ini.Bagian-bagian tubuh dan istilah umum yangdipakai dalam tulisan ini ditampilkan padaGambar l.

l!66t dqts

d@l-*/X'l \5 mw

F-b/ \j*\, {il ) '*

*'l* ----Ycqr ldEh

b&dmI&

general anatomy fo bivalyes

Gambar I . Morfologi umum dari Pelecypoda dan Gastropoda (CARpENTER & NIEM, l99g)

*!{dtet

ffi0Gnbhsndl||@iFffiof a$d

n

A. Suku Tfidacnidae (Pelecypoda)

Suku Tridacnidae dikenal sebagai kima,terdiri dari delapan jenis dalam dua marga, yaituTridacna dan Hippopus. Tujuh diantaranyadapat ditemukan di Indonesia (LUCAS, 1988).Kima memiliki nilai ekonomis trnggi, karenadaging dan cangkangnya dimanfaatkan untukberbagai kepentingan (ROMIMOHTARTO dkk.,1987). Masyarakat Amerika dan Eropamenggemari biota ini karena mantelnya yangberwama-wami (KNOP, I 966).

a. Hippopus hippopus (Linnaeus, 1758)(Horse's Ifoof Clam, Bear Paw Clam,$rawberry Clam atau Kima tapakkuda atauKimapasir)

Hippopus hippopus memiliki cangkangyang tebal dan keras, dengan engsel yangberbentuk segitiga dan bergerigi, terdapatbercak-bercak kemerahan di bagian permukaan,dan ukuran panjang dewasa mencapai panjang45 cm Hippopus mulai memasuki usia dewasasetelah empat tahun, yang bisa menghasilkan20-61 juta telur dalam sekali memijah (KNOP,1966). Habitatnya adalah di daerah intertidalsampai kedalaman 30 meter di daerah terumbukarang kawasan Indo-Pasifik tropis.

b Hippopas porcelanus Rosewater, 1982(China Clam atau Kima China)

Hippopus porcellanus memilikihubungan kekerabatannya dengan 1L hippopusdan terdapat banyak persamaan (KNOP, I 966).Cangkang jenis ini tidak seberat dan tidakmempunyai garis radial yang jelas seperti 1Lhippopus. Perbedaannya, dil ihat daricangkangnya yang lebih halus dan lebih tipis(ROSEWATER, I 965). Perbedaan antara keduajenis Hippoprzs ini adalah pada bukaan, dimanaH. porcellanus terdapat tentakel di daerahpinggir yang tidak terdapat pada H. hippopus.Jenis ini hidup pada daerah berpasir padaterumbu karang.

c. Tridacna crocea Lamarck, 1819 (CrocosClam, Safron colored-Giant Clam atauKimakunai).

Jenis ini merupakan kima terkecil, denganpanjang cangkang hanya sekitar 15 cm yangmengebor ke karang hingga tepi atascangkangnya (LUCAS, 1988). Prosespengeboran menggunakan c o rr aguration yangmembuat cangkangnya terlihat seperti kikir.Selain cara mekanik seperti itu, juga secara kimia,yaitu asam organik yang diproduksi byssalorif ice yang dapat melarutkan substrat,sehingga memudahkanpenetrasi (KNOP, I 966).Habitat jenis kima ini adalah daerah intertidalyang terdapat terumbu karang (LUCAS, 1988;KNOP,1966).

d Tridacna derass (Riiding, 1798)(Southern-Giant Clam atau Kima selatan)

Tritlacna rterasa memiliki cangkangtebal dengan permukaan relatif halus danterdapat 6-7 lipatan vertikal, yang membedakandengan T giga s. Sisik tidak terlihat dengan jelas.Bukaan pada byssal sempit dan incurrentsiphon memiliki tentakel. Termasuk jenis kimayang berukuran besar, dengan pertumbuhanrelatif cepat, dan ukuran hingga mencapai 60cm (KNOP, 1966). Habitatnya pada substratberpasir, patahan karang atau karang mati didaerah intertidal yang terdapat terumbu karanghingga kedalaman sekitar I 0 meter.

e. Tridacna glgas (Linnaeus, 1758) (GreatClamatauKima raksasa)

Tridacna gigas merupakan jenis kimaterbesar, dengan panjang cangkang dapat lebihdari satu meter dan berat 200 kg. Bagian atascangkangnya memanjang dan berbentuksegitiga. T. gigas mempunyai banyakpersamaan dengan T. deras a. Perbedaannya, Zgigas tidak dapat menutup cangkangnyadengan sempurna dan selalu ada celah diantarakedua cangkang, sehingga mantel selalu terlihat(KNOP, 1966). Habitat dari T. gigas adalah

n

daerah terumbu kar.ang hingga kedalaman 20meter(KNOP, 1966).

f. Triducns maximu (Riiding, 179g)(Largest-Claw mussel atau Kima kecil)

Tridacna mqxima berukuran identikdengan T squamosa, tetapi secara umum lebihkecil. Bedanya, T maximatidak simetris, tetapimemanjang (sinonim Z elongate) (KI.lOp, 1966).Sisik-sisiknya rapat dan mempunyai lubangbys s.al yang lebih panjang dibanding engselnya,sehingga cangkang tidak simetois pada bagianumbo. T. maxima juga mengebor subsiratmenggunakan filamen-filam en bys s al sepertipada T. crocea (KNOP, 1966), bedanya Z

rya-xima tidak mampu mengebor hingga cukupdalam seperti T. crocea.

g. Tridacna squamoso Lamarck, l gl g (ScatyClanr, Fluted-Giant Clam atau Kima sisik)

Kata squamosa berasal dari bahasaYunani yaitu squama yang berarti sisik (KNOp1966). Jenis ini memiliki cangkang berukuranbesar dengan sisik-sisik dapat dilihatlehs karenaukurannya yang relatif besar tetapi jarang_l11ang, dan cangkang dapat mencapal fan;ang40 cm. Jenis ini hidup menempel pada ,uUrt uidengan menggunakan fi lament byssal.Habitatnya adalah di daerah terumbu karang,terutama dari marga Acropora baik yang hidup,rnaupnn yang mati pada daerah intertidal hinggakedalaman I 8 meter (KNOp, I 966).

B. Suku Ranellidae (Gastropoda)

Suku Ranellidae, sebelumnya bernamaCymatiidae, memiliki cangkang keras, ukuransedang sampai besar dengan bentuk bervariasi.Jenis-jenis moluska dari suku ini hidup di daerahintertidal terumbu karang, yang memakanberbagai macam invertebrata, karena umumnvabersifat kamivora (LAXTON, t 97 t ; HENMNGet aI.,1993). Sebagian besar anggota dari sukuini memiliki nilai ekonomis yang tinggi, selaindagingnya sebagai sumber protein,

cangkangnya sejak jaman dahulu dimanfaatkansebagai alat musik rnaupun hiasan.

a. Chsronia tritonis (Linnaeus, 175S)(Thumpet Tliton atau Triton terompet)

Charonia tritonis memiliki bentukseperti terompet, sehingga disebut keongterompet dengan panjang mencapai 50 cm. Jeniskeong ini memakanberbagai jenis moluska danekhinodermata, termasuk jenis beracun(McCLANAHAN, 2002), dan sebagai satu_satunya pemangsa bintang laut berduri dewasa(Acanthaster planci).Keong terompet ini hidupdi daerah intertidal sampai kedalaman yang

11sih terdapat terumbu karang. Karenakeindahan motifnya, keong ini biasadimanfaatkan sebagai barang koleksi danhiasan, dan juga seringkali arlaaikan sebagaisumber protein oleh masyarakat Indonesia.

C. Suku Cassidae (Gastropoda)Anggota suku Cassidae (keong helm)

berukuran sedang sampai besar, aun aiIndonesia terdapat sekitar 60jenis, yang hidupdi daerah intertidal sampai kedalaman 106 meterpada habitat berpasir. Keong_keong dari sukuini lebih aktif pada malam hari (nokturnal) untukberburu ekhinodermata, terutama jenis bju babi,dengan memanfaatkan sekresi asam dan radulayluk menanskap mangsa (ABBOTT, 196g).Sebagian anggota suku ini memiliki nilaiekonomis tinggi, terutama yangmemiliki ukuranyang relatifbesar, yaitu sebagai sumber protein,hiasan dan kerajinan serta koleksi.

a- C-assis cornuto (Linnaeus, l75g) (HornedHelmet atau Kepala kambing)

Cassis cornuta merupakan jenisterbesar dari suku Cassidae, dengan ok runpanjang dewasa bisa lebih dari 35 cm, yangmemiliki cangkang keras dan tebal, dan bagiaipunggung memiliki 5 sampai 7 tonjolan besar,serta bibir luar tebal dan gigi-giginya besar. Jeniskeong in i memakan berbagai jenis

D

ekhinodermata, terutama bulu babi (ABBOTT,

1 968). Di beberapa tempat di Indonesia, daging

keong ini biasanya dijadikan sumber protein,

sedangkan cangkangnya dibuat terompet,

hiasan meja atau bahan koleksi. Keong ini hidup

di daerah intertidal yang terdapat terumbu

karang dengan air jemih dan memiliki substrat

berupa pasir putih, terutama pada daerah tubir'

D. Suku Trochidae (GastroPoda)

Suku Trochidae memiliki anggota hingga

ratusan jenis dimana sebaran utamanya adalah

di perairan tropis, dengan bentuk, ukuran,

habitat dan makanan yang bervariasi

(HICKMAN & McLEAN, 1990). Sebagian dari

anggotanya memiliki bagian dalam cangkang

yang berwarna-warni dan dimanfaatkan sebagai

bahan pembuat kancing baju. Selain itu, banyak

diantaranya juga merupakan moluska yang

umum untuk dikonsumsi dagingnya' terutama

yang memiliki ukuran relatif besar.

a. Trochus niloticus Linnaeus, 1758 (Top

Shell atau Susu bundar atau Lola)

Trochus niloticus telah dikenal sejak

dahulu oleh masyarakat nelayan Indonesia

karena memiliki nilai ekonomis yang cukup

tinggi, karena di samping dagingnya dapat

dimakan, cangkangnya selain sebagai bahan

baku pembuatan kancing baju dan perhiasan,

juga sebagai media perangsang pembentukan

mutiara pada budidaya kerang mutiara. Keong

ini memiliki cangkang berbentuk kerucut,

dengan diameter mencapai l6 cm yang

merupakan jenis terbesar dari suku Trochidae

(JANSEN, I 996). Jenis keong ini biasanya hidup

di antara patahan karang, karang mati dan celah

karang pada terurribu karang daerah intertidal

sampai subtidal dangkal dan aktif pada malam

hari (noktumal).

E. Suku Tirrbinidae (GastroPoda)

Suku Turbinidae ditemukan di perairan

hangat dekat terumbu karang, memiliki sebaran

paling luas di seluruh dunia. Suku ini dibagi

menjadi sembilan subsuku,dimana terdapat

empat subsuku terbesar, yaitu Lioti inae,

Phasianellinae, Tricoliinae dan Turbininae

(HICKMAN & McLEAN, 1990)' Subsuku

Turbininae merupakan jumlah terbesar dari suku

Turbinidae dengan ukuran yang bervariasi

(YAMAGUCHI, 1988). Jenis-jenis dari sukujni

kebanyakan hidup di daerah perairan dangkal

pada ekosistem terurribu karang.

u Turbo marmotatasLinnaeus, 1758 (Green

Shell, Turban Shell atau Siput hijau atau

Batu laga)

Turbo marmoratus hiduP di rataan

terumbu dengan aliran airjernih secara konstan

sampai kedalaman 20 meter' Jenis ini bersifat

nokturnal dan menyrkai gugusan karang mati

dimana terdapat milao dan malroalga melimpah'

Di beberapa tempat di Indonesia, terutama di

Indonesia timur, dagingnya seringkali dimakan,

dan cangkangnya dimanfaatkan sebagai

perangsang pembentukan mutiara, perhiasan,

kerajinan tangan, serta bahan baku industri cat

dan kosmetik. T. marmoralus merupakan jenis

terbesar dari suku Turbinidae, dengan diamet€r

mencapai 20 cm dan berat 2 kg (YAMAGUCHI'

1988).

F. Suku Nautilidae (CePhaloPoda)

Suku Nautilidae berbeda dengan suku-

suku lain dari kelas Cephalopoda secara umum'

Perbedaannya adalah pada ada atau tidaknya

cangkang. Suku Nautilidae memiliki cangkang

luar yang berfungsi sebagai pelindung tubuh

dan alat keseimbangan saat berenang'

Keseimbangan diatur dengan mekanisme

osmotik berdasarkan mekanisme melawan

tekanan hidrostatik dengan batas kedalaman

sekitar 300 meter (SAUNDERS &'WARD' I 987)'

30

Anggota dari suku ini merupakan predator ikankecil, udang-udangan dan krustasea lain yangditangkap menggunakan tentakel. Habitat darisuku ini adalahhanya dapat ditemukan di daerahterumbu karang wilayah Indo-Pasifik(SALINDERS,1987).

a. Naatilus pompill ias Linnaeus, 1758(Pearly-Chambered Nautili atau Nautilusberongga)

Nautilus pompilliusln&tp di dekat dasarhingga kedalaman 500 meter di ekosistemterumbu karang, tetapi naik mendekatipermukaan pada malamhari. Cangkang jenis inidapat mencapai panjang 20 cm dan matangdewasa pada umur 15 sampai 20 tahun. Fosiltertua yang pernah ditemukan berusia 550 jutatahun, dan sampai sekarang jenis ini masih tetap

eksis, sehingga disebut fosil hidup. N.pompilius ditemukan di daerah terumbu karangwilayah Indo-Pasifik (DYBAS, 1994).

Penegakan terhadap berbagai jenisundang-undang yang telah dibuat dengantujuan untuk melindungi keduabelas jenismoluska tersebut (Gambar 2) sepertinyamerupakanupaya yang serrukin diperlukan. Halini mengingat bahwa populasi dari keduabelasjenis moluska dilindungi tersebut semakinmenurun di alam, bahkan beberapa jenisdiantaranya diduga telah mengalami keplnalandi perairan Indonesia bagian barat (USHER,1984). Budidaya dan konservasi tampaknyamerupakan upaya nyata untuk menjagakelestarian keduabelas jenis moluska dilindungitersebut.

Garnbar2. Jenis-jenis moluska dilindungi di Indonesia (foto pribadi)

3r

DAFTARPUSTAKA

---- Keputusan Presiden Republik IndonesiaNo. 43 Tahun 1978 tentang pengesahan

CITES.---- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No. 7 Tahun 1999 tentang pengawetan

Jenis Tumbuhan dan Satwa.

---- Perahran Pemerintah Republik IndonesiaNo. 8 Tahun 1999 tentang pemanfaatan

Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.

---- Undang-rurdang No 5 Tahun 1990 tentangKonservasi Sumber Daya Alam Hayati.

Undang-undang No. 23 Tahun 1997tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

ABBOTT, R.T. 1968. The Helmet Shells of theWorld. Part l. Indo-Pacific Mollusca 2(9):7-201.

CARPENTER, K.E. and V.H. NIEM I 998. I'lOSp ecies I den tifi cation Guide for Fis heryPurposes: The Living Marine Resourcesof the Western Central Pacific Volume ISeaweeds, Corals, Bivalves andGastropods. Food and AgricultureOrganization of the United Nations,Rome:686pp

DYBAS, C. 1994. Crossing a Squid and aSeashell. Sea Frontiers 54: 22-23.

EKMAN, S. 1953. Zoogeography of the Sea.Sidgwick & Jackson, London: 417 pp.

GRASSLE, J.F. andNJ. MACIOLEK l992.DeepSea Species Richness: Regional andLokal Diversity Estimates fromQuantitive Bottom Samples. AmericanN aturalis t, 139 (2) : 3 13 -3 41.

HENNINQ P., R. THOMAS and J. HEMMEN1993. Ranellidae & Personidae of theWor I d. YerlagChrista Hernnren, Gemany:263pp.

HICKMAN, C.S. and J.H. McLEAN 1990.Systematic revision and supragenericclassifi cation of Trochacean gastropods.Natural History Museum of Los AngelesCounty, Science Series 35: l-169.

HOEKSEMA, B.W 2009. West-East Variationin the Indonesian Reef Coral Fauna:Lines of Divis ion or Zones ofTransition?. Proceeding World OceanConverence, Manado, May I l-15, 2009:1-10.

JANSEN, P. 1996. The Family Trochidae(Mollusca: Gastropoda) in the SidneyMetropolitan Area and Adjacent Coast.Australian ZoologistYol.2g (l-2): 49-51 .

KNOP, D. 1996. Giant Clams,ACornprehensiveGuide to the Identification and Care ofTridacnid Clams. Dahne Verlag GmbH,Ettlingen: 251pp.

LAXTON, J.H. 1971. Feeding in someAustralasian Cymatiidae (Gastropoda:Prosobranchia') Zool. Jour the LinneanSociety 50: l-9.

LUCAS, J.S. 1988. Giant Clams; Description,Distribution and Live History. In: GiantClam in Asia and The pacific. (J.W.COPLAND and J.S. LUCAS eds.).Monograph 9. ACIAR MonographSeries, Canberr a: 2l -32.

McCLANAIIAN, T.R.2002. The Effects ofTime,Habitat and Fisheries Management onKenyan Coral-Reef-Associated

9

Gastropods. Eeol. Applic. Vol. 12 (5):t4u_149s.

PASARIBU, B.P. 1988. Status of Giant Clams inIndonesia. 1z: Monograph 9 (J.W.COPLAND and J.S. LUCASeds.).ACIAR Monograph Seies (l),Canberra:44-46.

ROMIMOHTARTO, K., P. SIANIPAR dANL.M.c. PANGGABEAN 1987. Kima:Biologi, Sumberdaya danKelestariannya, Seri Sumber DayaAlamNo. 138. P3O-UpI, Jakartra: l- 34.

ROSEWATER, J. 1965. The FamilyTridacnidaein The Indo pacific. Indo_pacificMollusca: Vol I No.6. TheDepartrnentofMollusca: Academy of Natural Scienceof Philadelphia, permsilvan ia: 3 47 - 396.

SAUNDERS, W.B. 1987. The species ofNautilus..In: Nautilus. The Biology andPaleobiology of a Living Fossil. W.B.Saunders and N.H. Landman (eds.).Plenum Press, Newyork: 632 pp.

SAUNDERS, W.B. and p.D. WARD 1987.Ecology, distribution and populationcharacteristic s of Nautilus. p. 137 _162.In: Naut i lus. The Biology andPaleobiology of a Living Fossil. W.B.SAUNDERS and N.H. LANDMAN(eds.). Plenumpress, Newyork 632 pp.

USHER, G.F. 1984. Coral Reef Invertebrates inIndonesia their Exploitation andConservation Needs. Rep. IUCN/WII/FProject 1988, Bogorly: l00pp.

WALLACE, C.C., G. PAULAY, B.W.HOEKSEMA, D.R. BELLWOOD. P.A.HUTCHINGs, p.H. BARBER and M.ERDMANN2000. Natue and Orieins ofUnique High Diversity Reef Far.riras inthe Bay of Tomini, Central Sulawesi: TheUltimate ..Centre of Diversitv"?.Proceeding gh International Coral ReefSymposium, Bali, Indonesia 23_27October, vol. l: 185-192.

YAMAGUCHI, M. 1988. Biologyofthe GreenSnail (Turbo marmoralzs) and ItsResources Management. Workshop onPacific Inshore Fishery Resources, NewCaledonia: 9 pp.

JJ

DAFTAR ISI

ELIYA NURUL KHASANAH. Adsorpsi logam berat...........

NOVA MUJIONO. Spesimen t ipe Cephalopada dari perairanIndonesia....

ANA SETYASTUTI. Biologi dan Ekologi Bintang Laut MahkotaDtni, (Acanthaster planci) .......

UCU YANU ARBI. Beberapa jenis moluska yang dilindungi diIndonesia

DEWI SURINATI. Upwelling dan efeknya terhadap perairanlaut . . . . . . . . . . . . .

I7

25

35

43