Implementasi Neo-Vernakular Sunda Pada Terminal Bus ...

9
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur © Jurusan Arsitektur Itenas | No.1 | Vol. III ISSN: Januari 2017 Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur 1 Implementasi Neo-Vernakular Sunda Pada Terminal Bus Terpadu Leuwipanjang Prayitno Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas, Bandung Email: [email protected] ABSTRAK Transportasi adalah kegiatan perpindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain.[1]Manfaat transportasi yaitu salah satunya berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Transportasi selain memiliki manfaat juga menjadi masalah bagi kota kota besar di Indonesia yaitu kemacetan Solusi untuk mengurangi kemacetan adalah menggunakan transportasi umum seperti bus, kendaraan angkuta kota, taksi, kereta api, dan lain lainnya Dalam melakukan perpindahan tempat dengan menggunakan kendaraan umum perlu sebuah tempat atau wadah untuk mengatur kenaikan dan keberangkatan bus yaitu terminal. Terminal bus Leuwipanjang merupakan salah satu akses yang sering digunakan wisatawan lokal atau pun mancanega untuk memasuki wilayah Kota Bandung. Sehingga terminal selain berfungsi sebagai tempat atau wadah yang menaikan dan menurunkan penumpang menjadikan terminal sebagai media pengenalan budaya lokal malalui berarsitektur. Dalam kondisi sekarang terminal masih kurang sebagai penunjang fasilitas transportasi. Terutama terlihat pada desain bangunan terminal saat ini kurang menarik. Penunjang prasaranan dan saranan Terminal Leuwipanjang perlu melakukan redesain menggunakan konsep arsitektur Neo-Vernakular Sunda menjadi salah satu media pengenalan dan melestarikan budaya lokal dalam berarsitektur. Arsitektur Neo-vernakular adalah arsitektur yang berusaha mengangkat nilai lokalitas yang ada di suatu tempat dengan menggabungkan unsur kearifan lokal dengan unsur sosial, sejarah, dan agama namun tetap dengan perkembangan arsitektur yang baru. Konsep Rumah Adat Sunda yang diterapkan pada elemen atap, fasade,dan plaza Terminal Leuwipanjang. Melalu perencanaan zona, atap capit gunting dan ornament kangkungan yang akan di terapkan pada bangunan. Tujuan menerapkan konsep Neo-Vernakular Sunda ini selain dapat mengedukasi masyarakat juga menjadi media pelestarian budaya. Kata kunci: Terminal, Terminal Bus, Leuwipanjang, Neo Vernakular Sunda ABSTRACT Transportation is the activity of moving passengers and goods from one place to another.[1] The benefits of transportation are one of which plays an important role in economic growth and population. Transportation besides having benefits is also a problem for big cities in Indonesia, namely congestion. The solution to reduce congestion is to use public transportation such as buses, city transportation vehicles, taxis, trains, etc. In moving places using public transportation, a place or container to regulate the increase and departure of the bus, namely the terminal. The Leuwipanjang bus terminal is one of the access that is often used by local or foreign tourists to enter the city of Bandung. So that the terminal besides functioning as a place or container that raises and lowers passengers makes the terminal as a medium to introduce local culture through architecture. Under current conditions the terminal is still lacking as a support for transportation facilities. Especially seen in the design of terminal buildings at this time is less attractive. Leuwipanjang Terminal's supporting infrastructure and facilities need to redesign using the concept of Neo-Vernacular Sundanese architecture to become one of the media for introducing and preserving local culture in architecture. Neo-vernacular architecture is an architecture that seeks to elevate the value of locality in a place by combining elements of local wisdom with social, historical, and religious elements but still with the development of new architecture. The concept of the Sundanese traditional house is applied to the roof elements, facade, and Terminal Leuwipanjang Plaza. Through zoning planning, the roof of scissor claws and the ornamentation of watercress will be applied to the building. The purpose of applying the Sundanese Neo-Vernacular concept in addition to educating the public is also to become a media for cultural preservation. Keywords: Terminal, Bus Terminal, Leuwipanjang, Neo-Vernacular sundanese.

Transcript of Implementasi Neo-Vernakular Sunda Pada Terminal Bus ...

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur © Jurusan Arsitektur Itenas | No.1 | Vol. III

ISSN: Januari 2017

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 1

Implementasi Neo-Vernakular Sunda Pada Terminal Bus

Terpadu Leuwipanjang

Prayitno Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas, Bandung

Email: [email protected]

ABSTRAK

Transportasi adalah kegiatan perpindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain.[1]Manfaat

transportasi yaitu salah satunya berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Transportasi

selain memiliki manfaat juga menjadi masalah bagi kota – kota besar di Indonesia yaitu kemacetan Solusi untuk

mengurangi kemacetan adalah menggunakan transportasi umum seperti bus, kendaraan angkuta kota, taksi,

kereta api, dan lain – lainnya Dalam melakukan perpindahan tempat dengan menggunakan kendaraan umum

perlu sebuah tempat atau wadah untuk mengatur kenaikan dan keberangkatan bus yaitu terminal. Terminal bus

Leuwipanjang merupakan salah satu akses yang sering digunakan wisatawan lokal atau pun mancanega untuk

memasuki wilayah Kota Bandung. Sehingga terminal selain berfungsi sebagai tempat atau wadah yang

menaikan dan menurunkan penumpang menjadikan terminal sebagai media pengenalan budaya lokal malalui

berarsitektur. Dalam kondisi sekarang terminal masih kurang sebagai penunjang fasilitas transportasi.

Terutama terlihat pada desain bangunan terminal saat ini kurang menarik. Penunjang prasaranan dan saranan

Terminal Leuwipanjang perlu melakukan redesain menggunakan konsep arsitektur Neo-Vernakular Sunda

menjadi salah satu media pengenalan dan melestarikan budaya lokal dalam berarsitektur.

Arsitektur Neo-vernakular adalah arsitektur yang berusaha mengangkat nilai lokalitas yang ada di suatu tempat

dengan menggabungkan unsur kearifan lokal dengan unsur sosial, sejarah, dan agama namun tetap dengan

perkembangan arsitektur yang baru. Konsep Rumah Adat Sunda yang diterapkan pada elemen atap, fasade,dan

plaza Terminal Leuwipanjang. Melalu perencanaan zona, atap capit gunting dan ornament kangkungan yang

akan di terapkan pada bangunan. Tujuan menerapkan konsep Neo-Vernakular Sunda ini selain dapat

mengedukasi masyarakat juga menjadi media pelestarian budaya.

Kata kunci: Terminal, Terminal Bus, Leuwipanjang, Neo Vernakular Sunda

ABSTRACT

Transportation is the activity of moving passengers and goods from one place to another.[1] The benefits of

transportation are one of which plays an important role in economic growth and population. Transportation

besides having benefits is also a problem for big cities in Indonesia, namely congestion. The solution to reduce

congestion is to use public transportation such as buses, city transportation vehicles, taxis, trains, etc. In moving

places using public transportation, a place or container to regulate the increase and departure of the bus,

namely the terminal. The Leuwipanjang bus terminal is one of the access that is often used by local or foreign

tourists to enter the city of Bandung. So that the terminal besides functioning as a place or container that raises

and lowers passengers makes the terminal as a medium to introduce local culture through architecture. Under

current conditions the terminal is still lacking as a support for transportation facilities. Especially seen in the

design of terminal buildings at this time is less attractive. Leuwipanjang Terminal's supporting infrastructure

and facilities need to redesign using the concept of Neo-Vernacular Sundanese architecture to become one of the

media for introducing and preserving local culture in architecture.

Neo-vernacular architecture is an architecture that seeks to elevate the value of locality in a place by combining

elements of local wisdom with social, historical, and religious elements but still with the development of new

architecture. The concept of the Sundanese traditional house is applied to the roof elements, facade, and

Terminal Leuwipanjang Plaza. Through zoning planning, the roof of scissor claws and the ornamentation of

watercress will be applied to the building. The purpose of applying the Sundanese Neo-Vernacular concept in

addition to educating the public is also to become a media for cultural preservation.

Keywords: Terminal, Bus Terminal, Leuwipanjang, Neo-Vernacular sundanese.

Prayitno

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 2

1. PENDAHULUAN

Perkembangan ekonomi dan pertumbuhan penduduk di Kota Bandung mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Dalam menunjang kegiatan tersebut transportasi sangatlah dibutuhkan. Terminal bus

Leuwipanjang merupakan salah satu akses yang sering digunakan penduduk dan wisatawan untuk

memasuki wilayah Kota Bandung. Sehingga terminal berfungsi sebagai tempat atau wadah yang

menaikan dan menurunkan penumpan. Terminal Leuwipanjang saat ini belum menggambarkan

konsep Bandung Smart City mengenai perencanaan transportasi atau TOD.

Transit Oriented Development merupakan perencanaan mengenai transportasi di Bandung. Untuk

mengembangkan TOD juga dilakukan pembangunan fasilitas campuran, seperti pembangunan

perumahan, perkantoran, perdagangan, dan/atau fasilitas lainnya yang diintegrasikan ke dalam

lingkungan ramah pejalan kaki dan terletak dalam jarak setengah mil dari lokasi transportasi publik

yang berkualitas. Perancangan terminal Leuwipanjang saat ini belum menggambarkan TOD. Namun

dari desain terminal juga belum mencerminkan budaya lokal. Jadi, terminal saat ini perlu melakukan

redesain dari segi sistem maupun desain bangunan. Dalam redesain menggunakan Konsep Neo-

Vernakular untuk mencerminkan budaya lokal.

Arsitektur Neo-vernakular adalah arsitektur yang berusaha mengangkat nilai lokalitas yang ada di

suatu tempat dengan menggabungkan unsur kearifan lokal dengan unsur sosial, sejarah, dan agama

namun tetap dengan perkembangan arsitektur yang baru. Konsep Rumah Adat Sunda yang diterapkan

pada bangunan Terminal Leuwipanjan. Atap capit gunting dan ornament kangkungan yang akan di

terapkan pada bangunan. Penerapan tema diterapkan pada pembagian zona, elemen atap, fasade

terdapat pada main entrance, dan landscape. Tujuan menerapkan konsep Neo-Vernakular Sunda ini

selain dapat mengedukasi juga menjadi media pelestarian budaya.

2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN

Perancangan terminal dengan tema “Neo Vernakular Sunda”. Tema yang dimaksud adalah

menerapkan unsur budaya sunda sebagai elemen arsitektural namun tidak meninggalkan kesan

modern. Tema tersebut adalah penggabungan Arsitektur tradisional dan Arsitektur Modern atau

disebut sebagai Arsitektur Neo-vernakular. Arsitektur Neo-vernakular adalah arsitektur yang berusaha

mengangkat nilai lokalitas yang ada di suatu tempat dengan menggabungkan unsur kearifan lokal

dengan unsur sosial, sejarah, dan agama namun tetap dengan perkembangan arsitektur yang baru.

Menurut Deddy Erdiono dalam Jurnal Sabua Vol. 3, No.3:32-39, November 2011 berjudul Arsitektur

‘Modern’ (Neo) Vernacular di Indonesia, menyatakan bahwa ada empat model pendekatan yang harus

diperhatikan terkait dengan bentuk dan makna dalam merancang dan memodernisir bangunan

tradisional dalam konteks kekini- an, yaitu kecenderungan terjadinya perubahan- perubahan dengan

paradigm[3], yaitu:

1. Bentuk dan maknanya tetap.

2. Bentuk tetap dengan makna baru.

3. Bentuk baru dengan makna tetap.

4. Bentuk dan maknanya baru.

Jadi, dari pendekata (c) bentuk baru dengan makna tetap, Penampilan bentukan arsitektur Neo-

Vernacular dapat menghadirkan bentuk baru dalam pengertian unsur-unsur lama yang diperbaharui.

Penerapan unsur lokal pada bangunan terminal itu sendiri adalah bentuk rumah adat sunda serta

ornament pada budaya sunda.rumah adat sunda pada umumnya berbentuk panggun tetapi yang

membedakan dari atap serta ornamennya namun tidak semua rumah adat sunda memiliki ornament

Implementasi Neo Vernakular Sunda Pada Terminal Bus Terpadu Leuwipanjang

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 3

3. HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Rancangan Arsitektur

Dalam proses merancangan sebuah bangunan perlu melakukan analisa tapak dan bangunan. Analisa

tapak meliputi sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki dan pembagian zona pada tapak. Pada analisa

bangunan meliputi gubahan massa dan konsep fasade yang disesuaikan dengan tema. Berikut ulasan

mengenai rancangan pada Terminal Leuwipanjang.

3.1.1 Gubahan Massa

Pada perancangan Terminal Leuwipanjang memiliki gubahan massa yang disesuaikan dengan tema

dan fungsi sebagai berikut :

1. Bentuk dasar bangunan berbentuk persegi panjang bentuk tersebut diadaptasi dari bentuk rumah

adat sunda. Selain itu juga bentuk persegi ini di dapat dari konsep ungkapan bahasa sunda yaitu

“hirup kudu masagi” yang bermakna tentang manusia. Masagi berasal dari pasagi yang memiliki

arti persegi makna persegi itu sendiri manusia memiliki perkataan, tindakan, dan perbuatan.

2. Pada bagian sisi gubahan massa terdapat aditif yang berbentuk persegi panjang yang berfungsi

sebagai penghubung antar bangunan massa lainnya.

3. Kemudian pada massa bangunan di berikan akses berupa sky bridge

4. Pada bagian massa bangunan utama di berikan innercourt yang berfungsi sebagai sumber cahaya

alami dan udara alami.

2 1 3

4

Gambar 3.1 Gubahan Massa

Bagan 2.1 Keterpaduan Teoritik Aspek Bentuk dan Makna Arsitektur

Dalam Konteks Pengaruh Luar

Sumber : Purnama Salura

Prayitno

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 4

3.1.2 Zoning Luar Bangunan Dan Dalam Bangunan

Terminal Leuwipanjang ini terbagi dalam 3 zona yaitu : publik, semi public, dan privat. dengan

menggunakan konsep sunda pembagian zona pada Terminal Leuwipanjang menerapkan dari rumah

adat sunda. Zona diterapkan pada tapak dan bangunan. (lihat gambar 3.3 s/d 3.4) Rumah adat sunda

ada beberapa elemen yang selalu ada antara lain sebagai berikut : Tepas (publik), tengah imah &

pangkeng (semi publik), dan pawon (privet).[2] (lihat gambar 3.2)

Keterangan : : Banguan Kedatangan Bus AKDP

: Peron Kedatangan Bus AKDP

: Bangunan Utama

: Area Service & Loding Dock

: Parkir Kendaraan Mobil & Motor

: Peron Bus AKDP

: Pengendapan Bus AKDP

: Bangunan Angkutan Kota

: Peron Bus Damri, Angkot , & Elf

Gambar 3.3 Zona Makro Pada Site Terminal

Keterangan : : Publik

:

Semi

Publik

:

Privat

: Semi Publik : Privat

Gambar 3.2 Zona Pada Rumah Adat Sunda

Sumber: Purmana Salura

Tepas Zona Publik

Tengah Imah Zona Semi Publik

Pawong Zona privat

Pangkeng

Zona Semi Publik

Gambar 3.4 Zona Mikro Pada Site Terminal

Implementasi Neo Vernakular Sunda Pada Terminal Bus Terpadu Leuwipanjang

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 5

3.1.3 Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan Kaki

Sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki diluar bangunan bersifat liner. (lihat gambar 3.9 s/d gambar

3.10). Sirkulasi didalam bangunan bersifat linear yang berawalan pada main entrance dan dengan view

langsung menghadap innercourt dan peron bus.(lihat gambar 11 s/d gambar 16) Selain itu juga

innercourt sebagai titik temu.

Gambar 3.9 Sirkulas Pejalan Kaki diluar Bangunan

Gambar 3.8 Sirkulasi Kendaraan diluar Bangunan

Gambar 3.5 Zona Ruang

Dalam Lantai 1

Gambar 3.6 Zona Ruang

Dalam Lantai 2

Gambar 3.7 Zona Ruang

Dalam Lantai 3

Keterangan : : Publik

: Semi Publik

: Privat

: Service

Prayitno

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 6

3.1.4 Konsep Fasade dan Penerapan Tema

Tema yang diterapkan pada bangunan adalah Neo-Vernakular Sunda. Tema yang akan diterapkan dari

konsep sunda adalah atap capit gunting dan ornament kangkungan. (lihat gambar 3.16 & gambar

3.18) Ornament kangkungan akan diterapkan pada main entrance yang berfungsi sebagai secondry

skin dan sebagai vocal point. (lihat gambar 3.19) Penerapan Ornamen pada main entrance diataptasi

dari rumah adat sunda. (lihat gambar 3.17) Penerapan tersebut bermakna penyambutan untuk

memasuki rumah. [4] Selain itu juga terdapat kisi – kisi dengan di susun dengan pola anyaman dinding

pada rumah adat sunda.

Gambar 3.10 Sirkulasi Bangunan Utama

Lantai 1

Gambar 3.11 Sirkulasi Bangunan Utama

Lantai 2

Gambar 3.12 Sirkulasi Bangunan Utama

Lantai 3 Gambar 3.13 Sirkulasi Bangunan Angkutan Kota

Lantai 1

Gambar 3.14 Sirkulasi Bangunan Angkutan Kota

Lantai 2

Gambar 3.15 Sirkulasi Bangunan Kedatangan Bus AKDP

Lantai 1

Implementasi Neo Vernakular Sunda Pada Terminal Bus Terpadu Leuwipanjang

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 7

3.2 Rancangan Struktur

Struktur yang digunakan pada rancangan bangunan ini adalah sistem rangka. Modul yang digunakan

pada rancangan bangunan terminal ini adalah 8,1 m x 6,0 m. Modul tersebut digunakan karena

bedasarkan ukuran tenant. Kolom berukuran 50 x 50 cm dan balok induk berukuran 50 x 70 cm. (lihat

gambar 3.23) Kolom, balok, dan plat lantai mengunakan berbahan beton dengan sistem cast in site.

Penggunaan berbahan beton berdasarkan tema. Untuk pondasi menggunakan pondasi sumuran dengan

diameter 110 cm. (lihat gambar 3.23) Rangka atap menggunakan sistem truss dengan kemiringan

atap 30° dan menggunakan bahan baja siku. (lihat gambar 3.22)

Gambar 3.20 Tampak Samping Bangunan Terminal Gambar 3.19 Tampak Depan Bangunan Terminal

Gambar 3.21 Bahan Pada Penerapan Tema

Gambar 3.16 Rumah Adat Sunda

Atap Capit Gunting

Sumber: Hendi dan Hafizh

Gambar 3.17 Penerapan Ornamen

Pada Rumah Adat Sunda

Sumber: Hendi dan Hafizh

Gambar 3.18 Ornamen

Kangkungan Khas Sunda

Sumber: Muanas, Dasum

Prayitno

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 8

3.3 Perspektif Eksterior dan Interior

Pada perancangan Terminal Leuwipanjang ini terdapat plaza dengan pola kangkungan yang diadaptasi

dari ornament sunda yaitu ornament kangkungan plaza terletak di main entrance bangunan. (lihat

gambar 3.24) dan pola tersebut diterapkan di side entrance terdapat pedestrian untuk menuju

bangunan utama dengan pola kangkungan. (lihat gambar 3.25)

Gambar 3.22 Detail Atap

Gambar 3.24 Perspektif Bird Eye Eksterior

Gambar 3.26 Perspektif Human Eksterior

(Main entrace) Gambar 3.25 Perspektif Human Eksterior

Gambar 3.23 Detail Ponasi, Kolom, & Balok

Implementasi Neo Vernakular Sunda Pada Terminal Bus Terpadu Leuwipanjang

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 9

5. SIMPULAN

Budaya memiliki merupakan hal yang tak terpisahkan bagi masyarakat atau sebuah kelompok yang

akan di wariskan generasi ke generasi dan budaya sebagai identitas sebuah kelompok atau wilayah

tertentu. Budaya sebagai identitas karena setiap budaya memiliki kekhasan dan unikan tersendiri.

Sehingga penting menjaga dan melestarikan budaya setempat. Dalam melestraikan budaya lokal atau

budaya setempat dengan banyak cara salah satunya melestarikan dalam berarsitektur. Dalam

berarsitektur bangunan menjadi media pengenalan dan pelestarian budaya lokal. Neo-Vernakular

merupakan beberapa konsep yang mengangkat kearifan lokal namun tetap dengan tapilan modern

sehingga tetap bisa mengikuti zaman.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Hadihardaja, Joetata. 1998, Sistem Transportasi, Jakarta: Gunadarma

[2] Salura, Purnama. 2015, Sundanes Architecture, Bandung: PT. Remaja Rosadakarya Bandung

[3] Erdiono, Deddy. 2011, Arsitektur ‘Moder’ (Neo) Vernakular di Indonesia, Jurnal Sabua,Vol 3

no 3, 32-39

[4] Anwar, Hendi. 2013, Rumah Etnik Sunda, Bogor: Griya Kreasi

[5] Muanas, Dasum. 1984, Arsitetur Tradisional Jawa Barat, Jakarta: Direktorat Jendral

Kebudayaan 1998

Gambar 3.29 Interior Foodcourt Gambar 3.30 Interior R. Tunggu

Keberangkatan Bus AKDP

Gambar 3.29 Interior Foodcourt Gambar 3.30 Interior R. Tunggu

Keberangkatan Bus AKDP