HUKUM PERDATA
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of HUKUM PERDATA
MAKALAH ASPEK HUKUMDALAM EKONOMI
“ HUKUM PASAR MODAL ”
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang berbentuk
makalah ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
banginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan
sahabatnya yang selalu eksis membantu perjuangan beliau dalam
menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Penyusunan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas
dari “Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi”. Dalam penulisan
makalah ini, tentu banyak pihak yang telah memberikan bantuan
baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada hingga kepada:
1. Dosen Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi.
2. Rekan-rekan Mahasiswa yang telah banyak memberikan
masukan untuk makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua
pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulisdan para pembaca pada umumnya.
Mamuju,15 Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………….…………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………..…………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH…………………………………….. 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN…………………………………………….. 2
C. PERMASALAHAN……………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………. 3
A. SEJARAH HUKUM PASAR MODAL…………………..………….. 3
B. PENGERTIAN HUKUM PASAR MODAL…..……………………… 8
C. PENGEMBANGAN DARI PERMASALAHAN.……............ 9
D. LEMBAGA YANG TERLIBAT DI PASAR MODAL…..…………… 11
BAB III PENUTUP………………………………………………………………. 16
A. KESIMPULAN………………………………………………………… 16
B. SARAN………………………………………………………………… 16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu indikator keberhasilan suatu negara dalam
pembangunan adalahbergairahnya sektor usaha. Kemajuan pada sektor
usaha dengan sendirinyamemerlukan dana investasi yang cukup besar
dalam rangka melakukanpengembangan-pengembangan usaha. Pasar
modal adalah salah satu alternatif atau sarana dalam memobilisasi
dana masyarakat serta sekaligus sebagai sarana investasi bagi
pemilik modal.
· Menurut Munir Fuady, pasar modal adalah“Suatu pasar dan
dana-dana jangka panjang baik utang maupun modal
sendiridiperdagangkan. Danadana jangka panjang yang merupakan
utang biasanyaberbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang
biasanya berbentuk saham”
· I Nyoman Tjager menyebutkan bahwa“Pasar Modal disamping
sebagai sumber pembiayaan dunia usaha juga merupakan
wahanainvestasi bagi masyarakat pemodal, sehingga melalui pasar
modal potensi dankreasi masyarakat dapat dikerahkan dan
dikembangkan menjadi suatu kekuatan yang nyata bagi peningkatan
kemakmuran rakyat untuk mewujudkan masyarakat indonesia yang adildan
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”
Pasar modal adalah industri yang sangat dinamis, atraktif,
selalu berubahdan mempunyai interdepedensi yang sedemikian tinggi
dengan sektor jasakeuangan lainnya di tingkat domestik, regional
maupun global. Karakteristik tersebut membawa konsekuensi
terhadap perlunya regulator yang independen serta siap
menghadapi dinamika dari perubahan tersebut.
Garis-garis BesarHaluan Negara (GBHN) tahun 1999-2004
menyebutkan bahwa untuk menciptakan industri pasar modal yang
efektif dan efisien perlu dibentuk suatulembaga independen yang
mengawasi kegiatan di bidang pasar modal.
Selain itu,berdasarkan Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Nomor
23 Tahun 1999sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 3
Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, disebutkan bahwa pengawasan
industri pasar modal dilakukan oleh lembaga pengawas sektor jasa
keuangan.Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal,pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari Pasar
Modal dilakukan oleh BAPEPAM yang bertujuan untuk mewujudkan
kegiatan pasar modal yang teratur,wajar dan efisien serta
melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.
Kemudian dalam Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor
606/KMK.01./2005tanggal 30 Desember 2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan PengawasPasar Modal dan Lembaga Keuangan,
organisasi unit eselon I Badan PengawasPasar Modal (Bapepam) dan
unit eselon I Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan(DJLK)
digabungkan menjadi satu organisasi unit eselon I, yaitu menjadi
BadanPengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK).
Penggabungan kedua badan/lembaga tersebut dimaksudkan agar
lebih efektif dan efisien dalammenjalankan regulasi sektor
keuangan, disamping dalam kerangka mengikutiperkembangan dunia
pasar modal yang semakin cepat dan atraktif.Dari uraian tersebut,
maka menarik untuk dikaji mengenai kedudukan danwewenang Bapepam-
LK sebagai badan otoritas di bidang pasar modal danlembaga
keuangan.
B. PERMASALAHAN
1. Bagaimanakah perkembangan bursa efek di Indonesia?
2. Apakah fungsi bursa efek di Indonesia?
3. Produk apa saja yang ada di pasar modal yang menjadi tujuan
para investor dan perusahaan untuk bertransaksi?
C. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami bagaimana perkembangan
pasar modal di Indonesia
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami fungsi adanya pasar modal
di Indonesia
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami produk apa saja yang ada di
pasar modal
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH HUKUM PASAR MODAL
Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan Vereneging voor den
Effectenhandel pada tahun 1939, transaksi efek telah berlangsung
sejak 1880 namun dilakukan tanpa organisasi resmi sehingga
catatan tentang transaksi tersebut tidak lengkap. Pada tahun 1878
terbentuk perusahaan untuk perdagangan komuitas dan sekuritas,
yakti Dunlop & Koff, cikal bakal PT. Perdanas.
Tahun 1892, perusahaan perkebunan Cultuur Maatschappij
Goalpara di Batavia mengeluarkan prospektus penjualan 400 saham
dengan harga 500 gulden per saham. Empat tahun berikutnya (1896),
harian Het Centrum dari Djoejacarta juga mengeluarkan prospektus
penjualan saham senilai 105 ribu gulden dengan harga perdana 100
gulden per saham. Tetapi, tidak ada keterangan apakah saham
tersebut diperjualbelikan. Menurut perkiraan, yang
diperjualbelikan adalah saham yang listing di bursa Amsterdam
tetapi investornya berada di Batavia, Surabaya dan Semarang.
Dapat dikatakan bahwa ini adalah periode permulaan sejarah pasra
modal Indonesia.
Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai
membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai
salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah
dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari
orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat
jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi.
Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu
mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan persiapan, maka
akhirnya Amsterdamse Effectenbueurs mendirikan cabang yang terletak
di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912, yang menjadi
penyelenggara adalah Vereniging voor de Effectenhandel dan langsung
memulai perdagangan. Di tingkat Asia, bursa Batavia ini merupakan
yang keempat tertua terbentuk setelah Bombay (1830),
HongKong(1847), dan Tokyo (1878). Pada saat awal terdapat 13
anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop & Kolf; Fa.
Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa.
A.W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa.
Wiekert & V.D. Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden;
Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders.
Pada awalnya bursa ini memperjualbelikan saham dan obligasi
perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia,
obligasi yang diterbitkan pemerintah (propinsi dan kotapraja),
sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan
oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan
Belanda lainnya.
Meskipun pada tahun 1914 bursa di Batavia sempat ditutup
karena adanya Perang Dunia I, namun dibuka kembali pada tahun
1918. Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat
sehingga menarik masyarakat kota lainnya. Untuk menampung minat
tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1
Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan bursa. Anggota bursa di
Surabaya waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman &
Steup, Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster.
Sedangkan anggota bursa di Semarang waktu itu adalah : Fa. Dunlop
& Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monad & Co, Fa. Companien &
Co, serta Fa. P.H. Soeters & Co.
Hal ini dikarenakan keadaan pasar modal waktu itu cukup
menggembirakan yang terlihat dari nilai efek yang tercatat yang
mencapai NIF 1,4 milyar (jika di indeks dengan harga beras yang
disubsidi pada tahun 1982, nilainya adalah + Rp. 7 triliun) yang
berasal dari 250 macam efek.
Periode menggembirakan ini tidak berlangsung lama karena
dihadapkan pada resesi ekonomi tahun 1929 dan pecahnya Perang
Dunia II (PD II). Keadaan yang semakin memburuk membuat Bursa
Efek Surabaya dan Semarang ditutup terlebih dahulu. Kemudian pada
10 Mei 1940 disusul oleh Bursa Efek Jakarta. Selanjutnya baru
pada tanggal 3 Juni 1952, Bursa Efek Jakarta dibuka kembali.
Operasional bursa pada waktu itu dilakukan oleh PPUE
(Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek) yang beranggotakan bank
negara, bank swasta dan para pialang efek. Pada tanggal 26
September 1952 dikeluarkan Undang-undang No 15 Tahun 1952 sebagai
Undang-Undang Darurat yang kemudian ditetapkan sebagai Undang-
Undang Bursa.
Namun kondisi pasar modal nasional memburuk kembali karena
adanya nasionalisasi perusahaan asing, sengketa Irian Barat
dengan Belanda, dan tingginya inflasi pada akhir pemerintahan
Orde Lama yang mencapai 650 %. Hal ini menyebabklan tingkat
kepercayaan masyarakat kepada pasar modal merosot tajam, dan
dengan sendirinya Bursa Efek Jakarta tutup kembali.
Baru pada Orde Baru kebijakan ekonomi tidak lagi melancarkan
konfrontasi terhadap modal asing. Pemerintah lebih terbuka
terhadap modal luar negeri guna pembangunan eknomi yang
berkelanjutan. Beberapa hal yang dilakukan adalah pertama,
mengeluarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang
pendirian Pasar Modal, membentuk Badan Pembina Pasar Modal, serta
membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Yang kedua ialah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1976 tentang
penetapan PT Danareksa sebagai BUMN pertama yang melakukan go
public dengan penyertaan modal negara Republik Indonesia sebanyak
Rp. 50 miliar. Yang ketiga adalah memberikan keringan perpajakan
kepada perusahaan yang go public dan kepada pembeli saham atau
bukti penyertaan modal.
Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 s/d 1987 mengalami
kelesuan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada
perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan dana dari bursa efek.
Tersendatnya perkembangan pasar modal selama periode itu
disebabkan oleh beberapa masalah antara lain mengenai prosedur
emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan
fluktuasi harga saham dan lain sebagainya. PT. Semen Cibinong
merupakan perusahaan pertama yang dicatat dalam saham BEJ.
Baru setelah pemerintah melakukan deregulasi pada periode awal
1987, gairah di pasar modal kembali meningkat. Deregulasi yang
pada intinya adalah melakukan penyederhanaan dan merangsang minat
perusahaan untuk masuk ke bursa serta menyediakan kemudahan-
kemudahan bagi investor. Kebijakan ini dikenal dengan tiga paket
yakni Paket Kebijaksanaan Desember 1987, Paket Kebijaksanaan
Oktober 1988, dan Paket Kebijaksanaan Desember 1988.
Paket Kebijaksanaan Desember 1987 atau yang lebih dikenal
dengan Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses
emisi saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya
dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek.
Kebijakan ini juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di
bursa efek dan memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi
emiten yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.
Kemudian Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 atau disingkat Pakto
88 ditujukan pada sektor perbankkan, namun mempunyai dampak
terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang
ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan pajak atas
bunga deposito. Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap
perkembangan pasar modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan
ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang sama antara sektor
perbankan dan sektor pasar modal.
Yang ketiga adalah Paket Kebijaksanaan Desember 1988 atau
Pakdes 88 yang pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh
pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk
menyelenggarakan bursa.Hal ini memudahkan investor yang berada di
luar Jakarta.
Di samping ketiga paket kebijakan ini terdapat pula peraturan
mengenai dibukanya izin bagi investor asing untuk membeli saham
di bursa Indonesia yang dituangkan dalam Keputusan Menteri
Keuangan No. 1055/KMK.013/1989. Investor asing diberikan
kesempatan untuk memiliki saham sampai batas maksimum 49% di
pasar perdana, maupun 49 % saham yang tercatat di bursa efek dan
bursa paralel. Setelah itu disusul dengan dikeluarkannya
Keputusan Menteri Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 yang diubah lagi
dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 1199/KMK.010/1991. Dalam
keputusan ini dijelaskna bahwa tugas Bapepam yang semula juga
bertindak sebagai penyelenggara bursa, maka hanya menjadi badan
regulator. Selain itu pemerintah juga membentuk lembaga baru
seperti Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kliring dan
Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), reksadana, serta manajer
Investasi.
Keadaan setelah kebijakan deregulasi itu dikeluarkan benar-
benar berbeda. Pasar modal menjadi sesuatu yang menggemparkan,
karena investasi di bursa efek berkembang sangat pesat. Banyak
perusahaan antri untuk dapat masuk bursa. Para investor domestik
juga ramai-ramai ikut bermain di bursa saham. Selama tahun 1989
tercatat 37 perusahaan go public dan sahamnya tercatat (listed)
di Bursa Efek Jakarta. Sedemikian banyaknya perusahaan yang
mencari dana melalui pasar modal, sehingga masyarakat luas pun
berbondong-bondong untuk menjadi investor. Perkembangan ini
berlanjut dengan swastanisasi bursa, yakni berdirinya PT. Bursa
Efek Surabaya, serta pada tanggal 13 Juli 1992 berdiri PT. Bursa
Efek Jakarta yang menggantikan peran Bapepam sebagai pelaksana
bursa.
Akibat dari perubahan yang menggembirakan ini adalah semakin
tumbuhnya rasa kepercayaan investor terhadap keberadaan pasar
modal Indonesia. Hal ini ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan
mengeluarkan peraturan berupa Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 yang
berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996. Undang-undang ini
dilengkapi dengan peraturan organiknya, yakni Peraturan
Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di
Bidang Pasar Modal, serta Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1995
tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.
Tahun 1995, mulai diberlakukan sistem JATS (Jakarta Automatic
Trading System). Suatu system perdagangan di lantai bursa yang
secara otomatis me-match kan antara harga jual dan beli saham.
Sebelum diberlakukannya JATS, transaksi dilakukan secara manual.
Misalnya dengan menggunakan “papan tulis” sebagai papan untuk
memasukkan harga jual dan beli saham. Perdagangan saham berubah
menjadi scripless trading, yaitu perdagangan saham tanpa warkat
(bukti fisik kepemilikkan saham)Lalu dengan seiring kemajuan
teknologi, bursa kini menggunakan sistem Remote Trading, yaitu
sistem perdagangan jarak jauh.
Pada tanggal 22 Juli 1995, BES merger dengan Indonesian
Parallel Stock Exchange (IPSX), sehingga sejak itu Indonesia
hanya memiliki dua bursa efek: BES dan BEJ.
Pada tanggal 19 September 1996, BES mengeluarkan
sistem Surabaya Market information and Automated Remote Trading (S-MART)
yang menjadi Sebuah sistem perdagangan yang komprehensif,
terintegrasi dan luas remote yang menyediakan informasi real time
dari transaksi yang dilakukan melalui BES.
Pada tahun 1997, krisis ekonomi melanda negara-negara Asia,
khususnya Thailand, Filipina, Hong
Kong,Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan Cina,
termasuk Indonesia. Akibatnya, terjadi penurunan nilai mata uang
asing terhadap nilai dolar.
Bursa Efek Jakarta melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya
pada akhir 2007 dan pada awal 2008 berubah nama menjadi Bursa
Efek Indonesia.
Dari regulasi yang dikeluarkan periode ini mempunyai ciri khas
yakni, diberikannya kewenangan yang cukup besar dan luas kepada
Bapepam selaku badan pengawas. Amanat yang diberikan dalam UU
Pasar Modal secara tegas menyebutkan bahwa Bapepam dapat
melakukan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan jika terjadi
kejahatan di pasar modal.
B. PENGERTIAN HUKUM PASAR MODAL
Hukum Pasar Modal adalah Hukum yang mengatur segala segi yang
berkenaan/berkaitan dengan kekuatan pasar modal. Sedangkan Pasar
Modal (Capital Market) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek perusahaa publik yang
berkaitan denga efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek.
Dasar Hukum Kegiatan Pasar Modal yaitu :
· UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
· PP 45 Tahun 1995 tentang penyelenggaraan kegiatan
dibidang PM,
· PP 46 Tahun 1996 tentang tata cara pemeriksaan dibidang
PM,
· KMK 645/KMK.010/1995 tentang pencabutan KMK
1548/KM.013/1990 tentang PM sebagai mana diubah terakhir dengan
KMK 284/KMK.010/1995,
· KMK 646/KMK.010/1995 tentang pemilikan saham atau unit
penyertaan reksa dana oleh pemodal asing,
· KMK 647/KMK.010/1995 tentang pembatasan pemilik saham
perusahaan efek oleh pemodal asing dicabut dengan KMK
467/KMK.010/1997 > 85%,
· KMK 455/KMK.010/1997 tentang pembelian saham oleh pemodal
asing melalui PM > 100%,
· KMK 90/KMK.010/2001 tentang pemilikan saham perusahaan
efek oleh pemodal asing > 99% (perusahaan efek asing),
· Kep. Ketua Bapepam,
· Kep. atau peraturan yang dikeluarkan oleh bursa efek
(Self Regulatory Body). Bursa efek punya wewenang untuk mengatur
diri sendiri.
Target atau Sasaran Yuridis Hukum Pasar Modal antara lain:
1. Keterbukaan informasi,
2. Professionalisme dan tanggung jawab pelaku pasar modal,
3. Pasar yang tertib dan modern,
4. Efisiensi dan kewajaran,
5. Perlindungan investor.
Kejahatan dan Pelanggaran di Bidang Pasar Modal
1. Jenis tindak pidana di bidang pasar modal yaitu:
a. Penipuan. (Pasal 378 KUHP & Pasal 90 UUPM.
b. Manipulasi Pasar. (Pasal 91, 92 dan 93 UUPM).
2. Jenis Manipulasi Pasar seperti:
a. Marking the close,
b. Painting the tape,
c. Pembentukan harga berkaitan dengan marger, konsilidasi, atau
akuisisi,
d. Cornering the market,
e. Pools,
f. Wash Sales,
g. Insider Tradi.
3. Sanksi
a. Sanksi Administratif (PP No. 45 Tahun 1995),
b. Sanksi Perdata Pasal 1365, UUPM Pasal 111 & UU Perseroan
Terbatas),
c. Sanksi Pidana (UUPM Pasal 103-110).
C. PENGEMBANGAN DARI PERMASALAHAN
Di Indonesia, Pasar Modal terdiri atas lembaga-lembaga sebagai
berikut:
1. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).
2. Bursa efek, saat ini ada dua: Bursa Efek Jakarta dan Bursa
Efek Surabaya namun sejak akhir 2007, Bursa Efek Surabaya melebur
ke Bursa Efek Jakarta sehingga menjadi Bursa Efek Indonesia
(BEI).
3. Perusahaan efek.
4. Lembaga Kliring dan Penjaminan, saat ini dilakukan oleh PT.
Kliring Penjaminan Efek Indonesia (PT. KPEI).
5. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, saat ini dilakukan oleh
PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (PT. KSEI).
Dalam kaitannya dengan pasar modal ini, ada tiga aspek yang
harus diperhatikan, yaitu barang dan jasa yang diperdagangkan,
mekanisme yang digunakan dan pelaku pasar.
Pertama, Barang yang diperdagangkan adalah efek dan obligasi.
Dalam bahasa Inggeris, Efek disebut security, yaitu surat
berharga yang bernilai serta dapat diperdagangkan. Efek dapat
dikategorikan sebagai hutang dan ekuitas sebagaimana obligasi dan
saham. Perusahaan atapun lembaga yang menerbitkan efek disebut
Penerbit Efek. Efek tesebut dapat terdiri dari surat pengakuan
hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, unit
penyertaan kontrak investasi kolektif (seperti misalnya
reksadana, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari
efek). Kualifikasi dari suatu efek adalah berbeda-beda sesuai
dengan aturan di masing-masing negara.
Efek dapat berupa sertifikat atau dapat berupa pencatatan
elektronis yang bersifat: (1) Sertifikat atas unjuk, dimana
pemilik yang berhak atas efek tersebut adalah sipembawa (pemegang
efek); (2) Sertifikat atas nama, dimana pemilik efek pemilik yang
berhak atas efek tersebut adalah yang namanya tercatat pada
daftar yang dipegang oleh penerbit atau biro pencatatan efek.
Dalam hal ini, semua bentuk efek dan obligasi yang perjual
belikan di pasar modal tidak terlepas dari dua hal, yaitu riba
dan sekuritas yang tidak ditopang dengan uang kertas (fiat money)
yang bestandar emas dan perak. Dengan begitu, nilai efek dan
obligasi yang diperdagangkan pasti akan mengalami fluktuasi. Dari
aspek ini, efek dan obligasi tersebut hukumnya jelas haram.
Karena faktor riba dan sekuritasnya yang haram.
Dalil keharamannya adalah dalil keharaman riba, sebagaimana
yang dinyatakan di dalam al-Qur’an:
ا﴿ ب�� م الر� ر ع وح ي� ب� ال ل اهلل ح �﴾وا
“Allah telah menghalalkan jual-beli, dan mengharamkan riba.”
(Q.s. al-Baqarah [02]: 275)
Juga dalil tentang penetapan emas dan perak sebagai mata uang
dan standar mata uang. Antara lain, Islam melarang menimbun emas
dan perak, padahal keduanya merupakan harta yang halal dimiliki.
Islam juga mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang tetap,
seperti dalam kasus diyat, kadar pencurian, dan sebagainya. Islam
menjadikan emas dan perak sebagai alat hitung baik terhadap
barang maupun jasa, seperti Dinar, Dirham, Mitsqal, Qirath dan
Daniq. Islam mewajibkan zakat uang dalam bentuk emas dan perak,
dengan nishab emas dan perak. Islam juga menetapkan, bahwa hukum
pertukaran dalam transaksi keuangan adalah dengan menggunakan
emas dan perak. Semuanya ini membuktikan, bahwa emas dan perak
adalah mata uang, dan ditetapkan oleh Islam sebagai standar mata
uang, baik uang kertas maupun kertas berharga yang lainnya.
Kedua, mekanisme (sistem) yang digunakan di bursa dan pasar
modal, yaitu jual-beli saham, obligasi dan komoditi tanpa adanya
syarat serah-terima komuditi yang bersangkutan, bahkan bisa
diperjualbelikan berkali-kali, tanpa harus mengalihkan komoditi
tersebut dari tangan pemiliknya yang asli, adalah sistem yang
batil dan menimbulkan masalah, bukan sistem yang bisa
menyelesaikan masalah, dimana naik dan turunnya transaksi terjadi
tanpa proses serah terima, bahkan tanpa adanya komiditi yang
bersangkutan.. Semuanya itu memicu terjadinya spekulasi dan
goncangan di pasar. Mekanisme (sistem) seperti ini jelas
melanggar ketentuan syariah, dimana ketentuan serah-terima, dan
kepemilikan barang sebelum transaksi jual-beli, tidak pernah ada.
D. LEMBAGA YANG TERLIBAT DI PASAR MODA L
1. BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal)
Tugas Badan Pengawas Pasar Modal menurut Keppres No. 53 Tahun
1990 tentang Pasar Modal adalah :
a. Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga efek
dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur dan efisien
serta melindungi kepentingan pemodal masyarakat umum.
b. Melaksanakan pembinaan dan pengawas terhadap lembaga-lembaga
berikut:
1. Bursa efek.
2. Lembaga kliring, penyelesaian dan penyimpanan.
3. Reksa dana.
4. Perusahaan efek dan perorangan
c. Memberi pendapat kepada Menteri Keuangan mengenai pasar modal
Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal wajib menetapkan
ketentuan bagi terjaminnya pelaksanaan efek secara ertib dan
wajar dalam rangka melindungi pemodal dan masyarakat berupa:
1) Keterbukaan informasi tentang transaksi efek di bursa efek
oleh semua perusahaan efek dan semua pihak. Ketentuan ini wajib
memuat persyaratan kererbukaan kepada Ketua Bapepam dan
masyarakat tentang semua transaksi efek oleh semua pemegang saham
utama dan orang dalam serta pihak terasosiasikan dengannya.
2) Penyimpanan catatan dan laporan yang diberikan oleh pihak
telah memperoleh izin usaha, izin perorangan, persetujuan atau
pendaftaran profesi.
3) Penjatahan efek, dalam hal terdapat kelebihan jumlah
permintaan pada suatu penawaran umum. Ketentuan ini tidak
mengharuskn diadakannya penerbitan sertifikat dalam jumlah yang
kurang dari jumlah standar yang berlaku dalam perdagangan efek
pada suatu bursa efek.
Bapepam dipimpin oleh seorag ketua yang tugas pokoknya adalah
memimpin Bapepam sesuaidengan kebijaksanaan yang telah digariskan
oleh pemerintah dan membina aparatur Bapepam agar berdaya guna
dan berhasil guna. Disamping itu Ketua Bapepam bertugas membuat
ketentuan pelaksanaan teknis di bidang pasar modal secara
fungsional menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan serta berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku.
2. Lembaga Penunjang Pasar Perdana
a. Penjamin Emisi Efek
Tugas penjamin efek antara lain adalah sebagai berikut:
1) Memberikan nasihat mengenai jenis efek yang sebaiknya
dikeluarkan, harga yang wajar dan jangka waktu efek (obligasi dan
sekuritas kredit).
2) Dalam mengajukan pernyataan pendaftaran emisi efek, membantu
menyelesaikan tugas adinistrasi yang berhubungan dengan pengisian
dokumen pernyataan pendaftaran emisi efek, penyusunan prospektus
merancang spesimen efek dan mendampingi emiten selama proses
evaluasi.
3) Mengatur penyelenggaraan emisi (pendistribusian efek dan
menyiapkan sarana-sarana penunjang).
b. Akuntan Publik
Tugas akuntan publik antara lain adalah sebagai berikut:
1) Melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan dan
memberikan pendapatya.
2) Memeriksa pembukuan apakah sudah sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan ketentuan-ketentuan Bapepam.
3) Memberikan petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukuan yang baik
apabila diperlukan.
c. Konsultan Hukum
Tugas konsultan hukum adalah meneliti aspek-aspek hukum emiten
dan memberikan pendapat dari sisi hukum tentang keadaan dan
keabsahan usaha emiten, yang meliputi anggaran dasar, izin usaha,
bukti kepemilikan atas kekayaaan emiten, perikatan yang dilakukan
oleh emiten dengan pihak ketiga, serta gugatan dalam perkara
perdata dan pidana.
d. Notaris
Notaris bertugas membuat berita acara RUPS, membuat konsep akta
perubahan anggaran dasar dan menyiapkan naskah perjanjian dalam
rangka emisi efek.
e. Agen Penjual
Agen penjual ini umumnya terdiri dari perusahaan pialang
(broker/dealer) yang bertugas melayani investor yang akan memesan
efek, melaksanakan pengembalian uang pesanan dan menyerahkan
sertifikat efek kepada pemesan.
d. Perusahaan Penilai
Perusahaan penilai diperlukan apabila perusahaan emiten akan
melakukan penilaian kembali aktivanya. Penilaian tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui beberapa beesarnya nilai wajar
aktiva perusahaan sebagai dasar dalam melakukan emisi melalui
pasar modal.
3. Lembaga Penunjang dalam Emisi Obligasi
Dalam emisi obligasi, disamping lembaga penunjang untuk emisi
saham juga dikenal lembaga sebagai berikut:
a) Wali Amanat (Trustee)
Tugas wali amanat antara lain:
· Menganalisis kemampuan dan kredibilitas emiten.
· Melakukan penilaian terhadap sebagian atau seluruh harta
kekayaan emiten yang diterima olehnya sebagai jaminan.
· Memberikan nasihat yang diperhitungkan oleh emiten.
· Melakukan pengawasan terhadap pelunasan pinjaman pokok
beserta bunganya yang harus dilakukan oleh emiten tepat pada
waktunya.
· Melaksanankan tugas selaku agen utama pembayaran.
· Mengikuti secara terus-menerus perkembangan pengelolaan
perusahaan emiten.
· Membuat perjanjian perwaliamanatan dengan pihak emiten.
· Memanggil Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO), apabila
diperlukan.
b) Penanggung (Guarantor)
Penanggung bertanggungjawab atas dipenuhinya pembayaran
pinjaman pokok obligasi beserta bunganya dari emiten kepada para
pemengang obligasi tepat pada waktunya, apabila emiten tidak
memenuhi kewajibannya.
c) Agen Pembayar (Paying Agent)
Agen pembayar bertugas membayar bunga obligasi yang biasanya
dilakukukan setiap dua kali setahun dan pelunasan pada saat
obligasi telah jatuh tempo.
4. Lembaga Penunjang Pasar Sekunder
Lembaga penunjang pasar sekunder merupakan lembaga yang
menyediakan jasa-jasa dalam pelaksanaan transaksi jual beli di
bursa. Lembaga penunjang terdiri dari antara lain :
a) Pedagang Efek
Di samping melakukan jual beli efek untuk diri sendiri,
pedangang efek juga berfungsi untuk menciptakan pasar bagi efek
tertentu dan menjaga keseimbangan harga serta memelihara
likuiditas efek dengan cara membeli dan menjual efek tertentu di
pasar sekunder.
b) Perantara Perdagangan Efek (Broker)
Broker bertugas menerima order jual dan order beli investor
untuk kemudian ditawarkan di bursa efek. Atas jasa keperantaraan
ini broker mengenakan fee kepada investor.
c) Perusahaan Efek
Perusahaan efek atau perusahaan sekuritas (sekurities company)
dapat menjalankan saru atau beberapa kegiatan, baik sebagai
penjamin emisi efek (underwriter) , peranraa pedagang efek,
manajer investasi atau penasihat investasi.
d) Biro Administrasi Efek
Biro Administrasi Efek yaitu pihak yang berdasarkan kontrak
dengan emiten secara teratur menyediakan jasa-jasa melaksanakan
pembukuan, transfer dan pencatatan, pembayaran dividen,
pembagaian hak opsi, emisi sertifikat, atau laporan tahunan untuk
emiten.
e) Reksa Dana (Mutual Fund)
Reksadana meripakan perusahaan yang kegiatannya mengelola dana-
dana investor yang pada umumnya diinvestasikan dalam bentuk
instrumen pasar modal atau pasar uang oleh manajer investasi.
Atas dana yang dikelola tersebut diterbitkan unit saham atau
sertifikat sebagai bukti keikutsertaan investor pada perusahaan
reksadana.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yaitu :
· Hukum Pasar Modal adalah Hukum yang mengatur segala segi
yang berkenaan/berkaitan dengan kekuatan pasar modal.
· Target atau Sasaran Yuridis Hukum Pasar Modal yaitu,
Keterbukaan informasi, Professionalisme dan tanggung jawab pelaku
pasar modal, Pasar yang tertib dan modern, Efisiensi dan
kewajaran, dan Perlindungan investor.
· semua bentuk efek dan obligasi yang perjual belikan di
pasar modal tidak terlepas dari dua hal, yaitu riba dan sekuritas
yang tidak ditopang dengan uang kertas (fiat money) yang
bestandar emas dan perak. Dengan begitu, nilai efek dan obligasi
yang diperdagangkan pasti akan mengalami fluktuasi. Dari aspek
ini, efek dan obligasi tersebut hukumnya jelas haram. Karena
faktor riba dan sekuritasnya yang haram.
· Dalil keharamannya adalah dalil keharaman riba, sebagaimana
yang dinyatakan di dalam al-Qur’an:
ا﴿ ب�� م الر� ر ع وح ي� ب� ال ل اهلل ح �﴾وا
Artinya, “Allah telah menghalalkan jual-beli, dan mengharamkan
riba.” (Q.s. al-Baqarah [02]: 275)
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu pembaca
untuk memperoleh informasi mengenai Hukum Pasar Modal. Namun kami
sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan bantuan pembaca
untuk membantu kami dalam pembuatan makalah selanjutnya dengan
memberikan saran. Terima kasih atas perhatiannya, kami tunggu
saran dari pembaca.