HUKUM PERDATA

27
MAKALAH ASPEK HUKUMDALAM EKONOMI “ HUKUM PASAR MODAL ” KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang berbentuk makalah ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada banginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu eksis membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini. Penyusunan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dari “Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi”. Dalam penulisan makalah ini, tentu banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada hingga kepada: 1. Dosen Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi. 2. Rekan-rekan Mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

Transcript of HUKUM PERDATA

MAKALAH ASPEK HUKUMDALAM EKONOMI

                                         “ HUKUM PASAR MODAL ”

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha

Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang berbentuk

makalah ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

banginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan

sahabatnya yang selalu eksis membantu perjuangan beliau dalam

menegakkan Dinullah di muka bumi ini.

Penyusunan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas

dari “Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi”. Dalam penulisan

makalah ini, tentu banyak pihak yang telah memberikan bantuan

baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada hingga kepada:

1.    Dosen Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi.

2.    Rekan-rekan Mahasiswa yang telah banyak memberikan

masukan untuk makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua

pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan

dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

khususnya bagi penulisdan para pembaca pada umumnya.

Mamuju,15 Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………….…………………………………. i

DAFTAR ISI………………………………………..…………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1

A.     LATAR BELAKANG MASALAH…………………………………….. 1

B.     MAKSUD DAN TUJUAN…………………………………………….. 2

C.     PERMASALAHAN……………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………. 3

A.     SEJARAH HUKUM PASAR MODAL…………………..………….. 3

B.     PENGERTIAN HUKUM PASAR MODAL…..……………………… 8

C.     PENGEMBANGAN DARI PERMASALAHAN.……............ 9

D.     LEMBAGA YANG TERLIBAT DI PASAR MODAL…..…………… 11

BAB III PENUTUP………………………………………………………………. 16

A.     KESIMPULAN………………………………………………………… 16

B.     SARAN………………………………………………………………… 16

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. iii

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu indikator keberhasilan suatu negara dalam

pembangunan adalahbergairahnya sektor usaha. Kemajuan pada sektor

usaha dengan sendirinyamemerlukan dana investasi yang cukup besar

dalam rangka melakukanpengembangan-pengembangan usaha. Pasar

modal adalah salah satu alternatif atau sarana dalam memobilisasi

dana masyarakat serta sekaligus sebagai sarana investasi bagi

pemilik modal.

·         Menurut Munir Fuady, pasar modal adalah“Suatu pasar dan

dana-dana jangka panjang baik utang maupun modal

sendiridiperdagangkan. Danadana jangka panjang yang merupakan

utang biasanyaberbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang

biasanya berbentuk  saham”

·         I Nyoman Tjager menyebutkan bahwa“Pasar Modal disamping

sebagai sumber pembiayaan dunia usaha juga merupakan

wahanainvestasi bagi masyarakat pemodal, sehingga melalui pasar

modal potensi dankreasi masyarakat dapat dikerahkan dan

dikembangkan menjadi suatu kekuatan yang nyata bagi peningkatan

kemakmuran rakyat untuk mewujudkan masyarakat indonesia yang adildan

makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”

Pasar modal adalah industri yang sangat dinamis, atraktif,

selalu berubahdan mempunyai interdepedensi yang sedemikian tinggi

dengan sektor jasakeuangan lainnya di tingkat domestik, regional

maupun global. Karakteristik tersebut membawa konsekuensi

terhadap perlunya regulator yang independen  serta siap

menghadapi dinamika dari perubahan tersebut.

Garis-garis BesarHaluan Negara (GBHN) tahun 1999-2004

menyebutkan bahwa untuk menciptakan industri pasar modal yang

efektif dan efisien perlu dibentuk suatulembaga independen yang

mengawasi kegiatan di bidang pasar modal.

Selain itu,berdasarkan Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Nomor

23 Tahun 1999sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 3

Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, disebutkan bahwa pengawasan

industri pasar modal dilakukan oleh lembaga pengawas sektor jasa

keuangan.Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal,pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari Pasar

Modal dilakukan oleh BAPEPAM yang bertujuan untuk mewujudkan

kegiatan pasar modal yang teratur,wajar dan efisien serta

melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.

Kemudian dalam Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor

606/KMK.01./2005tanggal 30 Desember 2005 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Badan PengawasPasar Modal dan Lembaga Keuangan,

organisasi unit eselon I Badan PengawasPasar Modal (Bapepam) dan

unit eselon I Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan(DJLK)

digabungkan menjadi satu organisasi unit eselon I, yaitu menjadi

BadanPengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK).

Penggabungan kedua badan/lembaga tersebut dimaksudkan agar

lebih efektif dan efisien dalammenjalankan regulasi sektor

keuangan, disamping dalam kerangka mengikutiperkembangan dunia

pasar modal yang semakin cepat dan atraktif.Dari uraian tersebut,

maka menarik untuk dikaji mengenai kedudukan danwewenang Bapepam-

LK sebagai badan otoritas di bidang pasar modal danlembaga

keuangan.

B.    PERMASALAHAN

1.    Bagaimanakah perkembangan bursa efek di Indonesia?

2.    Apakah fungsi bursa efek di Indonesia?

3.    Produk apa saja yang ada di pasar modal yang menjadi tujuan

para investor dan perusahaan untuk bertransaksi?

C.   MAKSUD DAN TUJUAN

1.    Mahasiswa mengetahui dan memahami bagaimana perkembangan

pasar modal di Indonesia

2.    Mahasiswa mengetahui dan memahami fungsi adanya pasar modal

di Indonesia

3.    Mahasiswa mengetahui dan memahami produk apa saja yang ada di

pasar modal

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    SEJARAH HUKUM PASAR MODAL

Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan Vereneging voor den

Effectenhandel pada tahun 1939, transaksi efek telah berlangsung

sejak 1880 namun dilakukan tanpa organisasi resmi sehingga

catatan tentang transaksi tersebut tidak lengkap. Pada tahun 1878

terbentuk perusahaan untuk perdagangan komuitas dan sekuritas,

yakti Dunlop & Koff, cikal bakal PT. Perdanas.

Tahun 1892, perusahaan perkebunan Cultuur Maatschappij

Goalpara di Batavia mengeluarkan prospektus penjualan 400 saham

dengan harga 500 gulden per saham. Empat tahun berikutnya (1896),

harian Het Centrum dari Djoejacarta juga mengeluarkan prospektus

penjualan saham senilai 105 ribu gulden dengan harga perdana 100

gulden per saham. Tetapi, tidak ada keterangan apakah saham

tersebut diperjualbelikan. Menurut perkiraan, yang

diperjualbelikan adalah saham yang listing di bursa Amsterdam

tetapi investornya berada di Batavia, Surabaya dan Semarang.

Dapat dikatakan bahwa ini adalah periode permulaan sejarah pasra

modal Indonesia.

Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai

membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai

salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah

dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari

orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat

jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi.

Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu

mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan persiapan, maka

akhirnya Amsterdamse Effectenbueurs mendirikan cabang yang terletak

di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912, yang menjadi

penyelenggara adalah Vereniging voor de Effectenhandel dan langsung

memulai perdagangan. Di tingkat Asia, bursa Batavia ini merupakan

yang keempat tertua terbentuk setelah Bombay (1830),

HongKong(1847), dan Tokyo (1878). Pada saat awal terdapat 13

anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop & Kolf; Fa.

Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa.

A.W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa.

Wiekert & V.D. Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden;

Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders.

Pada awalnya bursa ini memperjualbelikan saham dan obligasi

perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia,

obligasi yang diterbitkan pemerintah (propinsi dan kotapraja),

sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan

oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan

Belanda lainnya.

Meskipun pada tahun 1914 bursa di Batavia sempat ditutup

karena adanya Perang Dunia I, namun dibuka kembali pada tahun

1918. Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat

sehingga menarik masyarakat kota lainnya. Untuk menampung minat

tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1

Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan bursa. Anggota bursa di

Surabaya waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman &

Steup, Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster.

Sedangkan anggota bursa di Semarang waktu itu adalah : Fa. Dunlop

& Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monad & Co, Fa. Companien &

Co, serta Fa. P.H. Soeters & Co.

Hal ini dikarenakan keadaan pasar modal waktu itu cukup

menggembirakan yang terlihat dari nilai efek yang tercatat yang

mencapai NIF 1,4 milyar (jika di indeks dengan harga beras yang

disubsidi pada tahun 1982, nilainya adalah + Rp. 7 triliun) yang

berasal dari 250 macam efek.

Periode menggembirakan ini tidak berlangsung lama karena

dihadapkan pada resesi ekonomi tahun 1929 dan pecahnya Perang

Dunia II (PD II). Keadaan yang semakin memburuk membuat Bursa

Efek Surabaya dan Semarang ditutup terlebih dahulu. Kemudian pada

10 Mei 1940 disusul oleh Bursa Efek Jakarta. Selanjutnya baru

pada tanggal 3 Juni 1952, Bursa Efek Jakarta dibuka kembali.

Operasional bursa pada waktu itu dilakukan oleh PPUE

(Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek) yang beranggotakan bank

negara, bank swasta dan para pialang efek. Pada tanggal 26

September 1952 dikeluarkan Undang-undang No 15 Tahun 1952 sebagai

Undang-Undang Darurat yang kemudian ditetapkan sebagai Undang-

Undang Bursa.

Namun kondisi pasar modal nasional memburuk kembali karena

adanya nasionalisasi perusahaan asing, sengketa Irian Barat

dengan Belanda, dan tingginya inflasi pada akhir pemerintahan

Orde Lama yang mencapai 650 %. Hal ini menyebabklan tingkat

kepercayaan masyarakat kepada pasar modal merosot tajam, dan

dengan sendirinya Bursa Efek Jakarta tutup kembali.

Baru pada Orde Baru kebijakan ekonomi tidak lagi melancarkan

konfrontasi terhadap modal asing. Pemerintah lebih terbuka

terhadap modal luar negeri guna pembangunan eknomi yang

berkelanjutan. Beberapa hal yang dilakukan adalah pertama,

mengeluarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang

pendirian Pasar Modal, membentuk Badan Pembina Pasar Modal, serta

membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Yang kedua ialah

mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1976 tentang

penetapan PT Danareksa sebagai BUMN pertama yang melakukan go

public dengan penyertaan modal negara Republik Indonesia sebanyak

Rp. 50 miliar. Yang ketiga adalah memberikan keringan perpajakan

kepada perusahaan yang go public dan kepada pembeli saham atau

bukti penyertaan modal.

Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 s/d 1987 mengalami

kelesuan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada

perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan dana dari bursa efek.

Tersendatnya perkembangan pasar modal selama periode itu

disebabkan oleh beberapa masalah antara lain mengenai prosedur

emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan

fluktuasi harga saham dan lain sebagainya. PT. Semen Cibinong

merupakan perusahaan pertama yang dicatat dalam saham BEJ.

Baru setelah pemerintah melakukan deregulasi pada periode awal

1987, gairah di pasar modal kembali meningkat. Deregulasi yang

pada intinya adalah melakukan penyederhanaan dan merangsang minat

perusahaan untuk masuk ke bursa serta menyediakan kemudahan-

kemudahan bagi investor. Kebijakan ini dikenal dengan tiga paket

yakni Paket Kebijaksanaan Desember 1987, Paket Kebijaksanaan

Oktober 1988, dan Paket Kebijaksanaan Desember 1988.

Paket Kebijaksanaan Desember 1987 atau yang lebih dikenal

dengan Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses

emisi saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya

dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek.

Kebijakan ini juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di

bursa efek dan memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi

emiten yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.

Kemudian Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 atau disingkat Pakto

88 ditujukan pada sektor perbankkan, namun mempunyai dampak

terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang

ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan pajak atas

bunga deposito. Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap

perkembangan pasar modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan

ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang sama antara sektor

perbankan dan sektor pasar modal.

Yang ketiga adalah Paket Kebijaksanaan Desember 1988 atau

Pakdes 88 yang pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh

pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk

menyelenggarakan bursa.Hal ini memudahkan investor yang berada di

luar Jakarta.

Di samping ketiga paket kebijakan ini terdapat pula peraturan

mengenai dibukanya izin bagi investor asing untuk membeli saham

di bursa Indonesia yang dituangkan dalam Keputusan Menteri

Keuangan No. 1055/KMK.013/1989. Investor asing diberikan

kesempatan untuk memiliki saham sampai batas maksimum 49% di

pasar perdana, maupun 49 % saham yang tercatat di bursa efek dan

bursa paralel. Setelah itu disusul dengan dikeluarkannya

Keputusan Menteri Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 yang diubah lagi

dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 1199/KMK.010/1991. Dalam

keputusan ini dijelaskna bahwa tugas Bapepam yang semula juga

bertindak sebagai penyelenggara bursa, maka hanya menjadi badan

regulator. Selain itu pemerintah juga membentuk lembaga baru

seperti Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kliring dan

Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), reksadana, serta manajer

Investasi.

Keadaan setelah kebijakan deregulasi itu dikeluarkan benar-

benar berbeda. Pasar modal menjadi sesuatu yang menggemparkan,

karena investasi di bursa efek berkembang sangat pesat. Banyak

perusahaan antri untuk dapat masuk bursa. Para investor domestik

juga ramai-ramai ikut bermain di bursa saham. Selama tahun 1989

tercatat 37 perusahaan go public dan sahamnya tercatat (listed)

di Bursa Efek Jakarta. Sedemikian banyaknya perusahaan yang

mencari dana melalui pasar modal, sehingga masyarakat luas pun

berbondong-bondong untuk menjadi investor. Perkembangan ini

berlanjut dengan swastanisasi bursa, yakni berdirinya PT. Bursa

Efek Surabaya, serta pada tanggal 13 Juli 1992 berdiri PT. Bursa

Efek Jakarta yang menggantikan peran Bapepam sebagai pelaksana

bursa.

Akibat dari perubahan yang menggembirakan ini adalah semakin

tumbuhnya rasa kepercayaan investor terhadap keberadaan pasar

modal Indonesia. Hal ini ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan

mengeluarkan peraturan berupa Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 yang

berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996. Undang-undang ini

dilengkapi dengan peraturan organiknya, yakni Peraturan

Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di

Bidang Pasar Modal, serta Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1995

tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.

Tahun 1995, mulai diberlakukan sistem JATS (Jakarta Automatic

Trading System). Suatu system perdagangan di lantai bursa yang

secara otomatis me-match kan antara harga jual dan beli saham.

Sebelum diberlakukannya JATS, transaksi dilakukan secara manual.

Misalnya dengan menggunakan “papan tulis” sebagai papan untuk

memasukkan harga jual dan beli saham. Perdagangan saham berubah

menjadi scripless trading, yaitu perdagangan saham tanpa warkat

(bukti fisik kepemilikkan saham)Lalu dengan seiring kemajuan

teknologi, bursa kini menggunakan sistem Remote Trading, yaitu

sistem perdagangan jarak jauh.

Pada tanggal 22 Juli 1995, BES merger dengan Indonesian

Parallel Stock Exchange (IPSX), sehingga sejak itu Indonesia

hanya memiliki dua bursa efek: BES dan BEJ.

Pada tanggal 19 September 1996, BES mengeluarkan

sistem Surabaya Market information and Automated Remote Trading (S-MART)

yang menjadi Sebuah sistem perdagangan yang komprehensif,

terintegrasi dan luas remote yang menyediakan informasi real time

dari transaksi yang dilakukan melalui BES.

Pada tahun 1997, krisis ekonomi melanda negara-negara Asia,

khususnya Thailand, Filipina, Hong

Kong,Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan Cina,

termasuk Indonesia. Akibatnya, terjadi penurunan nilai mata uang

asing terhadap nilai dolar.

Bursa Efek Jakarta melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya

pada akhir 2007 dan pada awal 2008 berubah nama menjadi Bursa

Efek Indonesia.

Dari regulasi yang dikeluarkan periode ini mempunyai ciri khas

yakni, diberikannya kewenangan yang cukup besar dan luas kepada

Bapepam selaku badan pengawas. Amanat yang diberikan dalam UU

Pasar Modal secara tegas menyebutkan bahwa Bapepam dapat

melakukan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan jika terjadi

kejahatan di pasar modal.

B.    PENGERTIAN HUKUM PASAR MODAL

Hukum Pasar Modal adalah Hukum yang mengatur segala segi yang

berkenaan/berkaitan dengan kekuatan pasar modal. Sedangkan Pasar

Modal (Capital Market) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan

penawaran umum dan perdagangan efek perusahaa publik yang

berkaitan denga efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan

profesi yang berkaitan dengan efek.

Dasar Hukum Kegiatan Pasar Modal yaitu :

·         UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,

·         PP 45 Tahun 1995 tentang penyelenggaraan kegiatan

dibidang PM,

·         PP 46 Tahun 1996 tentang tata cara pemeriksaan dibidang

PM,

·         KMK 645/KMK.010/1995 tentang pencabutan KMK

1548/KM.013/1990 tentang PM sebagai mana diubah terakhir dengan

KMK 284/KMK.010/1995,

·         KMK 646/KMK.010/1995 tentang pemilikan saham atau unit

penyertaan reksa dana oleh pemodal asing,

·         KMK 647/KMK.010/1995 tentang pembatasan pemilik saham

perusahaan efek oleh pemodal asing dicabut dengan KMK

467/KMK.010/1997 > 85%,

·         KMK 455/KMK.010/1997 tentang pembelian saham oleh pemodal

asing melalui PM > 100%,

·         KMK 90/KMK.010/2001 tentang pemilikan saham perusahaan

efek oleh pemodal asing > 99% (perusahaan efek asing),

·         Kep. Ketua Bapepam,

·         Kep. atau peraturan yang dikeluarkan oleh bursa efek

(Self Regulatory Body). Bursa efek punya wewenang untuk mengatur

diri sendiri.

Target atau Sasaran Yuridis Hukum Pasar Modal antara lain:

1.    Keterbukaan informasi,

2.    Professionalisme dan tanggung jawab pelaku pasar modal,

3.    Pasar yang tertib dan modern,

4.    Efisiensi dan kewajaran,

5.    Perlindungan investor.

Kejahatan dan Pelanggaran di Bidang Pasar Modal

1.    Jenis tindak pidana di bidang pasar modal yaitu:

a.    Penipuan. (Pasal 378 KUHP & Pasal 90 UUPM.

b.    Manipulasi Pasar. (Pasal 91, 92 dan 93 UUPM).

2.    Jenis Manipulasi Pasar seperti:

a.    Marking the close,

b.    Painting the tape,

c.    Pembentukan harga berkaitan dengan marger, konsilidasi, atau

akuisisi,

d.    Cornering the market,

e.    Pools,

f.     Wash Sales,

g.    Insider Tradi.

3.    Sanksi

a.    Sanksi Administratif (PP No. 45 Tahun 1995),

b.    Sanksi Perdata Pasal 1365, UUPM Pasal 111 & UU Perseroan

Terbatas),

c.    Sanksi Pidana (UUPM Pasal 103-110).

C.   PENGEMBANGAN DARI PERMASALAHAN

Di Indonesia, Pasar Modal terdiri atas lembaga-lembaga sebagai

berikut:

1.    Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).

2.    Bursa efek, saat ini ada dua: Bursa Efek Jakarta dan Bursa

Efek Surabaya namun sejak akhir 2007, Bursa Efek Surabaya melebur

ke Bursa Efek Jakarta sehingga menjadi Bursa Efek Indonesia

(BEI).

3.    Perusahaan efek.

4.    Lembaga Kliring dan Penjaminan, saat ini dilakukan oleh PT.

Kliring Penjaminan Efek Indonesia (PT. KPEI).

5.    Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, saat ini dilakukan oleh

PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (PT. KSEI).

Dalam kaitannya dengan pasar modal ini, ada tiga aspek yang

harus diperhatikan, yaitu barang dan jasa yang diperdagangkan,

mekanisme yang digunakan dan pelaku pasar.

Pertama, Barang yang diperdagangkan adalah efek dan obligasi.

Dalam bahasa Inggeris, Efek disebut security, yaitu surat

berharga yang bernilai serta dapat diperdagangkan. Efek dapat

dikategorikan sebagai hutang dan ekuitas sebagaimana obligasi dan

saham. Perusahaan atapun lembaga yang menerbitkan efek disebut

Penerbit Efek. Efek tesebut dapat terdiri dari surat pengakuan

hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, unit

penyertaan kontrak investasi kolektif (seperti misalnya

reksadana, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari

efek). Kualifikasi dari suatu efek adalah berbeda-beda sesuai

dengan aturan di masing-masing negara.

Efek dapat berupa sertifikat atau dapat berupa pencatatan

elektronis yang bersifat: (1) Sertifikat atas unjuk, dimana

pemilik yang berhak atas efek tersebut adalah sipembawa (pemegang

efek); (2) Sertifikat atas nama, dimana pemilik efek pemilik yang

berhak atas efek tersebut adalah yang namanya tercatat pada

daftar yang dipegang oleh penerbit atau biro pencatatan efek.

Dalam hal ini, semua bentuk efek dan obligasi yang perjual

belikan di pasar modal tidak terlepas dari dua hal, yaitu riba

dan sekuritas yang tidak ditopang dengan uang kertas (fiat money)

yang bestandar emas dan perak. Dengan begitu, nilai efek dan

obligasi yang diperdagangkan pasti akan mengalami fluktuasi. Dari

aspek ini, efek dan obligasi tersebut hukumnya jelas haram.

Karena faktor riba dan sekuritasnya yang haram.

Dalil keharamannya adalah dalil keharaman riba, sebagaimana

yang dinyatakan di dalam al-Qur’an:

ا﴿ ب�� م الر� ر ع وح ي� ب� ال ل اهلل ح �﴾وا

“Allah telah menghalalkan jual-beli, dan mengharamkan riba.”

(Q.s. al-Baqarah [02]: 275)

Juga dalil tentang penetapan emas dan perak sebagai mata uang

dan standar mata uang. Antara lain, Islam melarang menimbun emas

dan perak, padahal keduanya merupakan harta yang halal dimiliki.

Islam juga mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang tetap,

seperti dalam kasus diyat, kadar pencurian, dan sebagainya. Islam

menjadikan emas dan perak sebagai alat hitung baik terhadap

barang maupun jasa, seperti Dinar, Dirham, Mitsqal, Qirath dan

Daniq. Islam mewajibkan zakat uang dalam bentuk emas dan perak,

dengan nishab emas dan perak. Islam juga menetapkan, bahwa hukum

pertukaran dalam transaksi keuangan adalah dengan menggunakan

emas dan perak. Semuanya ini membuktikan, bahwa emas dan perak

adalah mata uang, dan ditetapkan oleh Islam sebagai standar mata

uang, baik uang kertas maupun kertas berharga yang lainnya.

Kedua, mekanisme (sistem) yang digunakan di bursa dan pasar

modal, yaitu jual-beli saham, obligasi dan komoditi tanpa adanya

syarat serah-terima komuditi yang bersangkutan, bahkan bisa

diperjualbelikan berkali-kali, tanpa harus mengalihkan komoditi

tersebut dari tangan pemiliknya yang asli, adalah sistem yang

batil dan menimbulkan masalah, bukan sistem yang bisa

menyelesaikan masalah, dimana naik dan turunnya transaksi terjadi

tanpa proses serah terima, bahkan tanpa adanya komiditi yang

bersangkutan.. Semuanya itu memicu terjadinya spekulasi dan

goncangan di pasar. Mekanisme (sistem) seperti ini jelas

melanggar ketentuan syariah, dimana ketentuan serah-terima, dan

kepemilikan barang sebelum transaksi jual-beli, tidak pernah ada.

D.     LEMBAGA YANG TERLIBAT DI PASAR MODA L

1.   BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal)

Tugas Badan Pengawas Pasar Modal menurut Keppres No. 53 Tahun

1990 tentang Pasar Modal adalah :

a.   Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga efek

dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur dan efisien

serta melindungi kepentingan pemodal masyarakat umum.

b.   Melaksanakan pembinaan dan pengawas terhadap lembaga-lembaga

berikut:

1.   Bursa efek.

2.   Lembaga kliring, penyelesaian dan penyimpanan.

3.   Reksa dana.

4.   Perusahaan efek dan perorangan

c.   Memberi pendapat kepada Menteri Keuangan mengenai pasar modal

Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal wajib menetapkan

ketentuan bagi terjaminnya pelaksanaan efek secara ertib dan

wajar dalam rangka melindungi pemodal dan masyarakat berupa:

1)  Keterbukaan informasi tentang transaksi efek di bursa efek

oleh semua perusahaan efek dan semua pihak. Ketentuan ini wajib

memuat persyaratan kererbukaan kepada Ketua Bapepam dan

masyarakat tentang semua transaksi efek oleh semua pemegang saham

utama dan orang dalam serta pihak terasosiasikan dengannya.

2)  Penyimpanan catatan dan laporan yang diberikan oleh pihak

telah memperoleh izin usaha, izin perorangan, persetujuan atau

pendaftaran profesi.

3)  Penjatahan efek, dalam hal terdapat kelebihan jumlah

permintaan pada suatu penawaran umum. Ketentuan ini tidak

mengharuskn diadakannya penerbitan sertifikat dalam jumlah yang

kurang dari jumlah standar yang berlaku dalam perdagangan efek

pada suatu bursa efek.

Bapepam dipimpin oleh seorag ketua yang tugas pokoknya adalah

memimpin Bapepam sesuaidengan kebijaksanaan yang telah digariskan

oleh pemerintah dan membina aparatur Bapepam agar berdaya guna

dan berhasil guna. Disamping itu Ketua Bapepam bertugas membuat

ketentuan pelaksanaan teknis di bidang pasar modal secara

fungsional menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan kebijakan yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan serta berdasarkan peraturan

perundangan yang berlaku.

2.   Lembaga Penunjang Pasar Perdana

a.   Penjamin Emisi Efek

Tugas penjamin efek antara lain adalah sebagai berikut:

1)  Memberikan nasihat mengenai jenis efek yang sebaiknya

dikeluarkan, harga yang wajar dan jangka waktu efek (obligasi dan

sekuritas kredit).

2)  Dalam mengajukan pernyataan pendaftaran emisi efek, membantu

menyelesaikan tugas adinistrasi yang berhubungan dengan pengisian

dokumen pernyataan pendaftaran emisi efek, penyusunan prospektus

merancang spesimen efek dan mendampingi emiten selama proses

evaluasi.

3)  Mengatur penyelenggaraan emisi (pendistribusian efek dan

menyiapkan sarana-sarana penunjang).

b.   Akuntan Publik

Tugas akuntan publik antara lain adalah sebagai berikut:

1)   Melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan dan

memberikan pendapatya.

2)    Memeriksa pembukuan apakah sudah sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum dan ketentuan-ketentuan Bapepam.

3)    Memberikan petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukuan yang baik

apabila diperlukan.

c.   Konsultan Hukum

Tugas konsultan hukum adalah meneliti aspek-aspek hukum emiten

dan memberikan pendapat dari sisi hukum tentang keadaan dan

keabsahan usaha emiten, yang meliputi anggaran dasar, izin usaha,

bukti kepemilikan atas kekayaaan emiten, perikatan yang dilakukan

oleh emiten dengan pihak ketiga, serta gugatan dalam perkara

perdata dan pidana.

d.   Notaris

Notaris bertugas membuat berita acara RUPS, membuat konsep akta

perubahan anggaran dasar dan menyiapkan naskah perjanjian dalam

rangka emisi efek.

e.   Agen Penjual

Agen penjual ini umumnya terdiri dari perusahaan pialang

(broker/dealer) yang bertugas melayani investor yang akan memesan

efek, melaksanakan pengembalian uang pesanan dan menyerahkan

sertifikat efek kepada pemesan.

d.   Perusahaan Penilai

Perusahaan penilai diperlukan apabila perusahaan emiten akan

melakukan penilaian kembali aktivanya. Penilaian tersebut

dimaksudkan untuk mengetahui beberapa beesarnya nilai wajar

aktiva perusahaan sebagai dasar dalam melakukan emisi melalui

pasar modal.

3.   Lembaga Penunjang dalam Emisi Obligasi

Dalam emisi obligasi, disamping lembaga penunjang untuk emisi

saham juga dikenal lembaga sebagai berikut:

a)  Wali Amanat (Trustee)

Tugas wali amanat antara lain:

·      Menganalisis kemampuan dan kredibilitas emiten.

·      Melakukan penilaian terhadap sebagian atau seluruh harta

kekayaan emiten yang diterima olehnya sebagai jaminan.

·      Memberikan nasihat yang diperhitungkan oleh emiten.

·      Melakukan pengawasan terhadap pelunasan pinjaman pokok

beserta bunganya yang harus dilakukan oleh emiten tepat pada

waktunya.

·      Melaksanankan tugas selaku agen utama pembayaran.

·      Mengikuti secara terus-menerus perkembangan pengelolaan

perusahaan emiten.

·      Membuat perjanjian perwaliamanatan dengan pihak emiten.

·      Memanggil Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO), apabila

diperlukan.

b)  Penanggung (Guarantor)

Penanggung bertanggungjawab atas dipenuhinya pembayaran

pinjaman pokok obligasi beserta bunganya dari emiten kepada para

pemengang obligasi tepat pada waktunya, apabila emiten tidak

memenuhi kewajibannya.

c)  Agen Pembayar (Paying Agent)

Agen pembayar bertugas membayar bunga obligasi yang biasanya

dilakukukan setiap dua kali setahun dan pelunasan pada saat

obligasi telah jatuh tempo.

4.   Lembaga Penunjang Pasar Sekunder

Lembaga penunjang pasar sekunder merupakan lembaga yang

menyediakan jasa-jasa dalam pelaksanaan transaksi jual beli di

bursa. Lembaga penunjang terdiri dari antara lain :

a)   Pedagang Efek

Di samping melakukan jual beli efek untuk diri sendiri,

pedangang efek juga berfungsi untuk menciptakan pasar bagi efek

tertentu dan menjaga keseimbangan harga serta memelihara

likuiditas efek dengan cara membeli dan menjual efek tertentu di

pasar sekunder.

b)  Perantara Perdagangan Efek (Broker)

Broker bertugas menerima order jual dan order beli investor

untuk kemudian ditawarkan di bursa efek. Atas jasa keperantaraan

ini broker mengenakan fee kepada investor.

c)  Perusahaan Efek

Perusahaan efek atau perusahaan sekuritas (sekurities company)

dapat menjalankan saru atau beberapa kegiatan, baik sebagai

penjamin emisi efek (underwriter) , peranraa pedagang efek,

manajer investasi atau penasihat investasi.

d)  Biro Administrasi Efek

Biro Administrasi Efek yaitu pihak yang berdasarkan kontrak

dengan emiten secara teratur menyediakan jasa-jasa melaksanakan

pembukuan, transfer dan pencatatan, pembayaran dividen,

pembagaian hak opsi, emisi sertifikat, atau laporan tahunan untuk

emiten.

e)  Reksa Dana (Mutual Fund)

Reksadana meripakan perusahaan yang kegiatannya mengelola dana-

dana investor yang pada umumnya diinvestasikan dalam bentuk

instrumen pasar modal atau pasar uang oleh manajer investasi.

Atas dana yang dikelola tersebut diterbitkan unit saham atau

sertifikat sebagai bukti keikutsertaan investor pada perusahaan

reksadana.

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yaitu :

·      Hukum Pasar Modal adalah Hukum yang mengatur segala segi

yang berkenaan/berkaitan dengan kekuatan pasar modal.

·      Target atau Sasaran Yuridis Hukum Pasar Modal yaitu,

Keterbukaan informasi, Professionalisme dan tanggung jawab pelaku

pasar modal, Pasar yang tertib dan modern, Efisiensi dan

kewajaran, dan Perlindungan investor.

·      semua bentuk efek dan obligasi yang perjual belikan di

pasar modal tidak terlepas dari dua hal, yaitu riba dan sekuritas

yang tidak ditopang dengan uang kertas (fiat money) yang

bestandar emas dan perak. Dengan begitu, nilai efek dan obligasi

yang diperdagangkan pasti akan mengalami fluktuasi. Dari aspek

ini, efek dan obligasi tersebut hukumnya jelas haram. Karena

faktor riba dan sekuritasnya yang haram.

·      Dalil keharamannya adalah dalil keharaman riba, sebagaimana

yang dinyatakan di dalam al-Qur’an:

ا﴿ ب�� م الر� ر ع وح ي� ب� ال ل اهلل ح �﴾وا

Artinya, “Allah telah menghalalkan jual-beli, dan mengharamkan

riba.” (Q.s. al-Baqarah [02]: 275)

B.    SARAN

Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu pembaca

untuk memperoleh informasi mengenai Hukum Pasar Modal. Namun kami

sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-

kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan bantuan pembaca

untuk membantu kami dalam pembuatan makalah selanjutnya dengan

memberikan saran. Terima kasih atas perhatiannya, kami tunggu

saran dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

·      Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso. 2006. Bank dan

Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Salemba Empat.

·      http://www.google.com/pasar modal.

·      http://www.google.com/pasar modal syariah.

·      Hukum Dlm Ekonomi (Edisi II_Rev) Oleh Advendi S & Elsi

Kartika S.