hasil penelitian kajian ketersediaan sarana sosial ekonomi ...

127
45 HASIL PENELITIAN KAJIAN KETERSEDIAAN SARANA SOSIAL EKONOMI PERKOTAAN DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN IBU KOTA KABUPATEN KOLAKA UTARA Oleh : S A M S I R P1300 205 008 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERKOTAAN

Transcript of hasil penelitian kajian ketersediaan sarana sosial ekonomi ...

45

HASIL PENELITIAN

KAJIAN KETERSEDIAAN SARANA SOSIAL EKONOMI PERKOTAAN DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN

IBU KOTA KABUPATEN KOLAKA UTARA

Oleh :

S A M S I R

P1300 205 008

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERKOTAAN

46

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2010

TESIS

KAJIAN KETERSEDIAAN SARANA SOSIAL EKONOMI PERKOTAAN DALAM MENUJANG PENGEMBANGAN

IBUKOTA KABUPATEN KOLAKA UTARA

Disusun dan diajukan oleh

S A M S I R Nomor Pokok P1300.205.008

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis Pada tanggal 19 Nopember 2008

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui Komisi Penasihat,

Dr . Ir. Ria Wikantari, M.Arch. Prof. Dr. Ir. Mary Selintung, M.Sc.

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana Manajemen Perkotaan, Universitas Hasanuddin, Prof. Ir. Bambang Heryanto, M.Sc. Ph.D Prof. Dr. dr. A. Razak Thaha, M.Sc.

47

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas berkat dan

karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan Tesis dengan judul

Kajian Ketersediaan Sarana Perkotaan Dalam Menunjang

Pengembangan Ibu Kota Kabupaten Kolaka Utara, sebagai salah satu

syarat unuk meperoleh gelar Magister Program Pascasarjana Universitas

Hasanuddin Makassar Program Studi Manajemen Perkotaan.

Pada kesempatan ini sekiranya penulis berkesempatan untuk

mengucapan terimah kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Ria Wikantari M.Arch. selaku pembimbing I, Ibu Prof. Dr. Ir.

Mary Selintung, M.Sc. selaku pembimbing II yang telah memberi

arahan dan bimbingan sehingga selesainya penyusunan Tesis ini.

2. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program Studi Manajemen Perkotaan

serta karyawan (i) Pascasarjana Universitas Hasanuddin, atas segala

bimbingan, didikan dan bantuannya selama penulis menuntut ilmu di

bangku perkuliahan.

3. Pihak istansi pemerintah Kabupaten Kolaka Utara yang telah

memberikan bantuan selama proses penyusunan Tesis ini.

4. Rekan-rekan Mahasiswa (The Geng MAP 05) Program Studi

Manajemen Perkotaan Angkatan 2005 Program Pascasarjana

Universitas Hasanuddin Dan teman-taman HIPPERMAKU Kolaka

Utara yang telah banyak membantu dan kerjasamanya. Kompak selalu

sobatku.

Secara khusus penulis ucapakan terima kasih yang tulus dan sedalam-

dalamnya kepada Ayah dan Ibu, Saudara-saudaraku dan Fadilku yang

48

senantiasa mendoakan dan memberikan segalanya. Untukmu yang selalu

menemaniku Shmilyku, thanks for you are my inspiration. Kepada semua

pihak yang telah membantu dan tidak sempat penulis sebutkan, terima

kasih atas bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT memberikan

balasan atas segalanya.

Makassar, 28 September 2010

Penulis

ABSTRAK

SAMSIR, Kajian Ketersediaan Sarana Sosial Ekonomi Perkotaan Dalam Menujang Pengembangan Ibukota Kabupaten Kolaka Utara ( dibimbing oleh Ria Wikantari dan Mary Selintung ). Penelitian ini bertujuan untuk menidetifikasi ketersediaan sarana sosial ekonomi perkotaan yang ada saat ini dalam mendukung pengembangan Ibukota Kabupaten Kolaka Utara hingga 20 tahun mendatang serta merumuskan strategi yang dapat ditempuh oleh pemerintah Kabupaten Kolaka Utara dalam mewujudkan alokasi ketersediaan sarana sosial ekonomi perkotaan. Penelitian ini menggunakan metode survey langsung kelapangan guna memperoleh data-data yang terkait dengan ketersediaan sarana sosial ekonomi perkotaan yang diuraikan secara deskriptif kuantitati maupun kualitatif. Ditinjau dari aspek penduduk pendukung ketersediaan sarana sosial ekonomi perkotaan di kecamatan Lasusua belum mendukung kebutuhan pengembangan Ibukota kabupaten Kolaka Utara hingga 20 tahun mendatang diakibatkan oleh berbagai permasalahan perkotaan yang komplit dimana pada dasarnya penyediaan pengelolaan sarana dan prasarana perkotaan merupakan tanggung jawab pemerintah sebagai mana tercantum di dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987, tentang penyerahan prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial harus diserahkan dan dikuasai oleh pemerintah Strategi yang dapat ditempuh oleh pemerintah Kabupaten Kolaka Utara khususnya Kecamatan Lasusua, berupa melibatkan semua lapisan masyarakat dalam upaya swakelola pembangunan sarana peribadatan, pendidikan, kesehatan dan lain - lain yang didukung secara Finansial oleh pemerintah kabupaten. Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara juga perlu untuk mengambil inisiatif dalam menentukan pusat pengembangan wilayah yang baru dengan fasilitas yang memadai untuk mendukung akseslerasi pembangunan kabupaten serta konsep penyebaran titik-titik pertumbuhan baru dengan melakukan pemerataan pembangunan dengan mengembangkan konsep kawasan cepat tumbuh dan kawasan andalan kabupaten maupun pengembangan kawasan sentra produksi.

49

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR………………………………………………………..

i

DAFTAR ISI ..........................................................................................

ii

DAFTAR TABEL ..................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................

............................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

50

A. Latar Belakang

.......................................................................... . 1

B. Rumusan Masalah ...........................................

........................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .............................................

........................................................................... 6

D. Kegunaan Penelitian .......................................

........................................................................... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ...............................

........................................................................... 7

F. Sistematika Pembahasan ................................

........................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Sarana Perkotaan.............................................

................................................................... 9

B. Sarana Perkotaan Menunjang Fungsi Kota ...

................................................................... 11

C. Tujuan Pengembangan Kota dan Fungsi Utama

Kota ...........................................................

................................................................... 13

1. Tempat Tinggal (Wisma)........................................................

17

2. Tempat Kerja (Karya).............................................................

18

51

3. Fungsi Lalu Lintas (Marga).....................................................

18

4. Fungsi Rekreasi (Suka)..........................................................

19

D. Penentuan Lokasi Kegiatan Di Daerah

Perkotaan ................. ............................... 19

1. Lokasi Tempat Tinggal ........................................................

20

2. Lokasi Perkantoran ... .........................................................

20

3. Lokasi Industri .....................................................................

21

4. Lokasi Perdagangan ...........................................................

22

52

E. Penentuan Kebutuhan Sarana Sosial

Ekonomi

di Kawasan Permukiman

.......................................................... .................

............................................................................ 23

F. Standar Perencanaan Sarana Sosial Ekonomi

Berdasarkan

Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan

Kota Departemen Pekerjaan Umum Tahun

1987.................... ............................................... 24

1. Sarana Pendidikan ................................................................

24

2. Sarana Kesehatan ................................................................

27

3. Sarana Perdagangan ............................................................

28

4. Sarana Peribadatan ..............................................................

29

5. Sarana Pemerintahan ...........................................................

30

6. Sarana Olah Raga dan Rekreasi ..........................................

30

53

G. Penelitian Terkait

.................................................................... .......

........................................................................... 32

H. Kerangka Pikir

........................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .........................................................................

................................................................................................... 36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................

................................................................................................... 36

C. Jenis dan Sumber Data............................................................

................................................................................................... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... . .

................................................................................................... 38

E. Teknik Analisa Data ................................................................ .

................................................................................................... 38

F. Defenisi Operasional .................................................................

................................................................................................... 43

G. Variabel Penelitian .....................................................................

................................................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. G

ambaran Umum Kab. Kolaka Utara................................... 45

1. Letak Geografis dan Administrasi....................................... 45

2. Kependudukan................................................................... 47

a) L

aju Pertumbuhan Penduduk....................................... 47

b) J

umlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin......... 48

54

B. G

ambaran Umum Kota Lasusua.......................................... 49

1. Aspek Fisik Dasar Kota Lasusua....................................... 49

a) Letak Geografis………………………………………….. 49

b) Topografi dan Kelerengan……………………………… 50

c) Geografi dan Jenis Tanah……………………………… 51

d) Hidrologi........................................................................ 51

e) Penggunaan Lahan....................................................... 56

2. Kependudukan.................................................................... 58

a. Perkembangan Jumlah Penduduk................................ 58

b. Distribusi dan Tingkat Kepadatan Penduduk............... 59

c. Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 60

3. Sarana Perkotaan................................................................ 61

a. Sarana Sosial Ekonomi.................................................

61

1) Sarana Pemerintahan............................................ 61

2) Sarana Perdagangan............................................. 62

3) Sarana Peribadatan............................................... 63

4) Sarana Pendidikan................................................ 63

5) Sarana Kesehatan................................................. 64

6) Sarana Olahraga................................................... 65

C. A

nalisis Fisik Dasar……………………………………………. 66

1. Kondisi Geomorfologi………………………………………. 72

2. Kondisi Fisiografi dan Topografi Wilayah………………… 73

a. Kondisi Kemiringan Lahan/Kelerengan (Slope)……. 73

b. Klimatologi………………….………………………….... 74

c. Hidrologi dan Oceanografi…………………………….. 75

3. Kondisi Geologi……………………………………………… 79

a. Satuan Geologi………………………………………….. 79

b. Struktur Geologi…………………………………………. 80

55

4. Kondisi Tanah………………………………………………. 81

D. A

nalisis Kependudukan……………………………………… 82

a. Laju dan Pertumbuhan Penduduk………………………. 82

b. Karakteristik Sosial Budaya dan Dinamika Soaial

Masyarakat.84

1) Masyarakat Terbuka…………………………………….. 85

2) Masyarakat Transisi…………………………………….. 85

3) Masyarakat Tradisional…………………………………. 85

E. K

ebutuhan Ruang Fasilitas Sosial Ekonomi Perkotaan… 87

1. Fasilitas Pendidikan........................................................... 87

a. Sarana Pendidikan TK…………………………………. 88

b. Sarana Pendidikan SD……………………………….... 88

c. Sarana Pendidikan SLTP………………………………. 89

d. Sarana Pendidikan SLTA………………………………. 90

2. Fasilitas Kesehatan…………………………………………. 90

3. Fasilitas Peribadatan………………………………………... 92

4. Fasilitas Perdagangan....................................................... 93

5. Sarana Olahraga............................................................... 95

F. A

nalisi SWOT Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sosial

Ekonomi Perkotaan Di Kecamatan Lasusua………..……. 98

1. F

aktor Internal………………………………………………. 99

a. Kekuatan (Strengths)…………………………………… 99

b. Kelemahan (Weaknesses)……………………………..

100

2. F

aktor Eksternal……………………………………………..

56

100

3. P

eluang (Opportunities)……………………………………

100

4. A

ncaman (Thereats)………………………………………..

101

S

trategi dan Implementasi……………….....................

104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………………………………………………………….

107

B. Saran…………………………………………………………………

109

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

57

Tabel 1 : Kebutuhan Sarana Pendidikan Berdasrkan Penduduk Pendukung ........................................................................ 26

Tabel 2 : Standar Kebutuhan Sarana Kesehatan Berdasarkan Penduduk Pendukung ....................................................... 27

Tabel 3 : Kebutuhan Sarana Perdagangan Berdasarkan Penduduk

Pendukung .......................................................................... 29

Tabel 4 : Kerangka Pikir……………………………………………….. 35 Tabel 5 : SWOT…………………………………………………………

442

Tabel 6 : Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2002 - 2006…………... 48 Tabel 7 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kabupaten Kolaka Utara, Tahun 2006……………………. 49 Tabel 8 : Topografi dan Kemiringan Lereng di Kota Lasusua.......... 50 Tabel 9 : Pola Penggunaan Lahan di Kota Lasususa Tahun 2006…………………………………………………. 56 Tabel 10 : Jumlah dan Pekembangan Penduduk di Kota Lasusua Tahun 2002-2006…………………………………………… 59 Tabel 11 : Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatannya dirinci Per Keluarahan, Tahun 2006…………………….... 60 Tabel 12 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kota Lasusua, Tahun 2006…………………………….. 61 Tabel 13 : Jenis Sarana Perdagangan dan Jasa di Kota Lasusua, Tahun 2006……………………………. 62 Tabel 14 : Jumlah Sarana Peribadatan di Kota Lasusua, Tahun 2006…………………………..... 63 Tabel 15 : Jumlah dan Jenis Sarana Pendidikan di Kota Lasusua, Tahun 2006……………………………. 64 Tabel 16 : Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Lasusua Tahun 2007………………………………………………… 65 Tabel 17 : Kemiringan Lahan di Kabupaten Kolaka Utara…………. 74

58

Tabel 18 : Sebaran Sungai Di Kabupaten Kolaka Utara……………. 76 Tabel 19 : Jenis Tanah Dan Luasannya Di Kabupaten Kolaka Utara………………………………………………… 81 Tabel 20 : Proyeksi Jumlah Penduduk di Ke Lasusua Tahun 2006-2026………………………………………….. 84 Tabel 21 : Rekapitulasi Kebutuhan Ruang untuk Semua Jenis Sarana di Kecamatan Lasusua Tahun 2026.................... 97 Tabel 22 : 4.5 Matriks (SWOT) Keterkaitan faktor Internal dan faktor Eksternal………………………………………

103

59

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerangka Pikir ......................................................................... 35

Gambar 2 : Peta Administrasi Kecamatan Lasusua ................................... 48

Gambar 3 : Peta Distribusi Kepadatan Penduduk...................................... 54

Gambar 4 : Peta Eksisting Penyebaran Fasilitas ....................................... 60

Gambar 5 : Peta Analisis Sebaran Penduduk ............................................ 76

Gambar 6 : Peta Pemenuhan Pemenuhan Fasilitas Kesehatan ................ 93

Gambar 7 : Peta Pemenuhan Pemenuhan Fasilitas Pendidikan ............... 94

Gambar 8 : Peta Pemenuhan Pemenuhan Fasilitas Perdagangan............ 95

Gambar 10 : Pemenuhan Pemenuhan Fasilitas Peribadatan dan

Fasiliutas Lainnya ................................................................... 96

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya kota di Indonesia adalah merupakan

perkembangan dari suatu desa. Didalam suatu kota dimungkinkan untuk

60

adanya suatu lingkungan yang beranekaragam kegiatan dengan berbagai

aktivitas kota serta sarana dan prasarana yang mendukungnya.

Kota adalah pusat dari kegiatan ekonomi, pemerintahan, politik,

dan sosial sehingga perkembangan disegala bidang seperti pembangunan

sarana dan prasarana kota, yaitu bangunan-bangunan yang mempunyai

fungsi-fungsi tertentu dan juga pembangunan manusianya yang tinggal

dikota.

Penduduk yang bekerja pada daerah perkotaan memiliki

klasifikasi berdasarkan aktivitas pekerjaannya masing-masing, dimana

mata pencaharian penduduk didomiasi oleh kegiatan non pertanian,

sebagian besar merupakan kegiatan sektor jasa atau sektor tersier

(perdagangan, transportasi, keuangan, perbankan, pendidikan, kesehatan

dan jasa lainnya), sektor pengolahan atau sektor sekunder (industri dan

manufaktur), serta pola hubungan lainnya antar individu dalam

masyarakat dapat dikatakan lebih bersifat rasional, ekonomis dan

individualistis. Koestoer, Dkk. (2001:31).

Perkembangan jumlah penduduk pada daerah perkotaan yang

disertai dengan peningkatan arus urbanisasi membawa perubahan besar

pada kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan papan beserta

fasilitas penunjangnya. Kebutuhan dasar tersebut terus meningkat secara

alamiah seiring kompleksitasnya kebutuhan hidup bermasyarakat, seperti

kebutuhan untuk aktivitas sosial, aktivitas ekonomi, dan aktivitas

pelayanan umum. Dari fenomena tersebut menuntut pula pembangunan

61

sarana dan prasarana di daerah perkotaan sebagai pengejewantahan

menjaga kelangsungan hidup masyarakat di daerah perkotaan dalam

rangka menuju kota berkelanjutan (sustainable cities).

Menurut Jayadinata, (1999:31) bahwa dalam meningkatkan

perkembangan kegiatan sosial dan ekonomi, sarana dan prasarana

merupakan hal yang penting. Pembangunan tidak dapat berjalan dengan

lancar jika sarana dan prasarana tidak baik. Jadi prasarana dapat

dianggap sebagai faktor potensial dalam menentukkan masa depan dari

perkembangan suatu wilayah perkotaan dan perdesaan. Untuk itu

perhatian sejak dini dalam hal pemenuhan kebutuhan sarana dan

prasarana merupakan suatu hal yang tidak bisa ditawar lagi

pembangunannya baik dari segi pembangunan kuantitas sarana dan

prasarana yang ada maupun kualitas pelayanannya.

Dalam menunjang aktifitas penduduk didaerah perkotaan tersebut,

maka ketersediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu indikator

utama dalam mendukung aktifitas dari kota itu sendiri, selain itu juga

ketersediaan dari sarana dan prasarana tersebut juga dapat mendukung

aktifitas penduduk yang akan melakukan aktifitasnya baik itu di bidang

sosial maupun di bidang ekonomi. Upaya ini dilakukan agar tercapai

kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan peluang-peluang dan

sumber daya yang ada secara optimal, efisien, sinergis, dan sustainable

dengan cara menggerakkan kegiatan-kegiatan ekonomi, penciptaan iklim

kondusif, dengan penyediaan sarana-prasarananya, tanpa mengabaikan

62

perlindungan terhadap lingkungan. Di samping itu, pendekatan ini

memungkinkan pengembangan suatu sektor tertentu sebagai leading

sector (unggulan/prioritas) di suatu wilayah dengan didukung sektor-sektor

lainnya secara sinergis sehingga tercapai manfaat yang optimal.

Menurut Jayadinata, (1999:154) Perkembangan fisik kota

sebaiknya diarahkan ke lahan yang tidak potensial lagi, hal ini

dilakukan untuk mencapai efesiensi pembangunan dan menjaga

keseimbangan ekosistem lingkungan fisik suatu perkotaan, serta

untuk meningkatkan pemanfaatan, lahan mutu, dan penggunaan

lahan untuk kepentingan penempatan suatu atau beberapa

kegiatan fungsional sehingga dapat memnuhi kebutuhan dan

kegitan usaha secara optimal ditinjau dari segi sosial, ekonomi,

sosial budaya, fisik dan secara hukum.

Dalam UU No. 26 Tahun 2007 serta PP No. 25 Tahun 2000

disebutkan bahwa pengembangan dan pengelolaan prasarana dan sarana

perkotaan merupakan tanggung jawab pemerintah otonom. Dengan

demikian, pemerintah pusat memiliki pergeseran kepentingan sehingga

diharapkan dapat memfasilitasi kebijakan pengembangan nasional.

Meskipun begitu, kebutuhan untuk kebijakan pengembangan masih juga

diperlukan mengingat antara satu daerah dan daerah lainnya tetap harus

saling belajar dan mengembangkan diri secara bersama-sama.

Kolaka Utara merupakan kabupaten termuda di Provinsi

Sulawesi Tenggara yang merupakan wilayah pemakaran dari Kabupaten

63

Kolaka terletak ujung utara dan berbatasan langsung dengan wilayah

daratan Provinsi Sulawesi Selatan, dengan memiliki luas wilayah

keseluruhan yaitu ± 15.767,67 km2 yang terdiri dari 13 kecamatan.

Ibukota Kolaka Utara memiliki peranan dalam memberikan

pelayanan dan penyediaan sarana perkotaan bagi pemenuhan

kebutuhan masyarakat kota itu sendiri. Bagi Ibukota Kolaka Utara,

penentuan pusat-pusat kegiatan dan fungsinya didasarkan pada

hal-hal yang mencakup peningkatan intensitas pembangunan

bagi fungsi yang telah ada saat ini dan telah berkembang,

utamanya untuk mengantisipasi perkembangan kota di masa

datang, terlebih lagi dalam rangka mengefektifkan fungsi-fungsi

kota yang cenderung berkembang dengan tidak teratur. Selain itu

fasilitas sarana perkotaan nantinya diharapkan dapat berdaya dan

berhasil guna dalam pencapaian sasaran yang diharapkan. Hal ini

dapat terjadi disebabkan berkembangnya jumlah penduduk yang

semakin mengarah ke wilayah kota hingga dapat dipastikan akan

mempengaruhi tuntutan masyarakat dalam peningkatan

kebutuhan pelayanan.

Kenyataan menunjukan bahwa di Ibukota Kolaka Utara khususnya

mengenai ketersediaan sarana perkotaan berupa sarana pendidikan,

kesehatan, peribadatan, perdagangan, perkantoran, pemakamam serta

sarana olahraga dan rekreasi, saat ini masih sangat terbatas, hal ini dapat

dilihat dari masih banyaknya sarana perkotaan khususnya untuk

64

perkantoran yang masih menempati dan menggunakan fasilitas

perumahan penduduk sebagai sarana perkantoran itu sendiri, serta

terjadinya penggabungan antara dinas yang satu dengan dinas-dinas

yang lain dalam satu bangunan. Disisi lain keberadaan fasilitas

pemerintahan daerah sebagai pusat pemerintahan Kolaka Utara saat ini

masih menempati ruang Kantor Kecamatan, sedangkan untuk Kantor

Kecamatan masih memanfaatkan perumahan penduduk.

Berangkat dari hal tersebut diatas, maka untuk mengantisipasi

perkembangan Ibukota Kolaka Utara khususnya ketersediaan sarana

perkotaan untuk tahun mendatang, maka diperlukan suatu kajian

penelitian tentang sarana perkotaan yang hasilnya diharapakan dapat

memberikan gambaran untuk pengembangan Ibukota Kolaka Utara itu

sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut

diatas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan yang terjadi di

lokasi penelitian yaitu :

1. Bagaimana ketersediaan sarana sosial ekonomi perkotaan yang ada

saat ini dalam mendukung kebutuhan pengembangan Ibukota

Kolaka Utara hingga 20 tahun mendatang.

2. Bagaimana strategi yang ditempuh oleh pemerintah daerah dalam

upaya memenuhi ketersediaan sarana sosial ekonomi perkotaan.

65

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan

tersebut maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengindentifikasi ketersediaan sarana sosial ekonomi

perkotaan yang ada saat ini dalam mendukung pengembangan

Ibukota Kabupaten Kolaka Utara.

2. Untuk merumuskan strategi yang dapat ditempuh dalam

mewujudkan alokasi ketersediaan sarana sosial ekonomi

perkotaan.

D. Kegunaan Penelitian

Sedangkan kegunaan yang ingin dicapai dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi

pemerintah Kabupaten Kolaka Utara dalam pembangunan/

pengembangan kota.

Memberikan gambaran terhadap kebutuhan sarana perkotaan

20 tahun akan datang seiring dengan perkembangan penduduk

Ibukota Kabupaten Kolaka Utara (Kecamatan Lasusua)

Sebagai bahan kajian dan informasi bagi calon peneliti

selanjutnya terutama peneliti masalah sarana perkotaan Ibukota

Kabupaten pemekaran.

66

E. Lingkup Penelitian

Lingkup pembahasan dalam penelitian ini, meliputi wilayah Kecamatan

Lasusua sebagai Ibukota Kabupaten Kolaka Utara dalam hal ini di

fokuskan pada desa dan kelurahan meliputi Kelurahan Lasusua, Desa

Sulaho, Desa Totallang, Desa Pitulua, Desa Rantelimbong, Desa Tojabi,

Desa Watuliu, Desa Ponggiha, Desa Ujung Tobaku, Desa Katoi, Desa

Simbula, Desa Maruge dan Desa Lanipa-nipa.

F. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini dapat

diuraikan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang, rumusan

masalah, maksud dan kegunaan penelitian, ruang lingkup

penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II Tinjauan Pustaka, menjelaskan tantang teori-teori yang terkait

masalah sarana perkotaan, yaitu diantaranya sarana perkotaan,

sarana perkotaan menunjang fungsi kota, tujuan pengembangan

kota dan fungsi utama kota, penentuan lokasi kegiatan di daerah

perkotaan, penentuan kebutuhan sarana di kawasan

permukiman serta penyediaan sarana dan prasarana

permukiman, standar perencanaan sarana sosial ekonomi

berdasarkan petunjuk perencanaan kawasan perumahan kota

67

depatemen pekerjaan umum tahun 1987, penelitian yang Terkait

dan kerangka pikir.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sarana Perkotaan

Pengertian sarana dalam kamus tata ruang yang bersifat umum

dipakai untuk menunjuk kepada suatu unsur penting dalam aset

pemerintah atau pemberian jasa pelayanan pada umumnya; jaringan

dan/atau bangunan-bangunan yang memberikan pelayanan dengan

fungsi tertentu kepada masyarakat maupun perorangan berupa

kemudahan kehidupan masyarakat dan pemerintah; menunjang

kebutuhan masyarakat; diperkotaan lebih kompleks (rumit) dan diluar kota

lebih langka; misalnya bangunan-bangunan kesehatan, sosial,

peribadatan, pendidikan, dan pemerintahan.

Menurut Jayadinata (1999:31) sarana adalah alat pembantu

dalam prasarana. Sarana umumnya merupakan bangunan-bangunan

maupun sebidang tanah yang mana berfungsi langsung dalam

memberikan jasa atau dampak langsung terhadap aktivitas sosial atau

ekonomi kepada masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan sarana

menurut Koestoer (1997:36) yaitu fasilitas sosial yang terdiri dari

bangunan-bangunan dan lapangan terbuka yang dibutuhkan oleh

masyarakat, meliputi fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas

perbelanjaan-niaga, fasilitas pemerintahan-pelayanan umum, fasilitas

68

peribadatan, fasilitas rekreasi-kebudayaan, fasilitas olah raga dan

lapangan terbuka.

Dari beberapa pengertian sarana tersebut di atas, sarana

merupakan wadah yang berfungsi memberikan pelayanan sosial dan

ekonomi bagi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup secara

layak. Untuk itu pembangunan sarana kaitannya dalam meningkatkan

kualitas hidup masyarakat harus mempertimbangkan proporsi yang efektif

antara jumlah populasi pendukung dengan kuantitas sarana yang ada,

dapat terjangkau (aksesbilitas), kualitas pelayanan, karakteristik sosial dan

ekonomi masyarakat, serta pelibatan secara holistik komponen

perencanaan.

Kelengkapan sarana dan prasarana permukiman di

Indonesia diatur dalam peraturan Menteri Pekerja Umum Nomor

07/KPS/1986 tentang Pedoman Pembangunan Rumah Sederhana

Tidak Bersusun, secara garis besar, kelangkapan sarana dan

prasarana tersebut didasarkan kepada jumlah penduduk minimum.

Asumsi yang digunakan antara lain bahwa lingkungan permukiman

terkecil terdiri atas 50 unit rumah (KK) dengan luas lahan 1 hektar,

setiap KK beranggotakan 5 orang.

Pada dasarnya penyediaan pengelolaan sarana dan

prasarana diatas merupakan tanggung jawab pemerintah sebagai

mana tercantum di dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1

Tahun 1987, tentang penyerahan prasarana lingkungan, utilitas umum

69

dan fasilitas sosial harus diserahkan dan dikuasai oleh pemerintah

antara lain :

1. Prasarana lingkungan, meliputi jalan, jembatan, tempat parkir, saluran

pembuangan air limbah dan hujan.

2. Utilitas umum, yang meliputi terminal angkutan, fasilitas/fasilitas

kebersihan/pembuangan sampah.

3. Sarana Perkotaan, yang meliputi fasilitas pendidikan, fasilitas

kesehatan, fasilitas perkantoran, fasilitas peribadatan, fasilitas

perdagangan, fasilitas industri, pemakaman dan fasilitas olahraga &

rekreasi.

B. Sarana Perkotaan Menunjang Fungsi Kota

Sarana Perkotaan merupakan bagian dari suatu sistem

pembangunan perkotaan yang harus dipertimbangkan dalam upaya

meningkatkan produktifitas kota serta memelihara sustainabilitas kota

dimana proses ini menjadi tanggung jawab Departemen Pekerjaan Umum.

Dalam proses tersebut dilakukan penyusunan rencana tata ruang yang

strategis yang nantinya menjadi pedoman mengenai bentuk dan fungsi

kota di masa depan, selanjutnya dilakukan penentuan kebutuhan

pelayanan kota untuk seluruh penduduk perkotaan, adapun penempatan

lokasi kebutuhan prasarana dan sarana tersebut ditentukan oleh bentuk

dan fungsi kota.

Kota ditinjau secara fisik juga berisikan struktur atau bangunan

yang lain yang bukan berupa bangunan gedung, yaitu : jembatan, gorong-

70

gorong, saluran irigasi dan pengendali banjir, jaringan utilitas umum,

gardu-gardu listrik, fasilitas pengolahan limbah, bak-bak penampungan,

penggilingan minyak, dan berbagai instalasi lain yang tidak lazim disebut

sebagai bangunan, karena struktur atau bangunan tidak sebagaimana

bangunan umumnya dalam hal menutupi tanah yang ada di bawahnya.

Struktur-struktur yang bukan berupa bangunan juga memiliki fungsi yang

penting bagi sebuah kota, sebagaimana pentingnya bangunan gedung.

Seperti telah terjadi pada banyak negara berkembang yang lain,

pada tahun 1970-an Indonesia telah mengalami pertambahan penduduk

perkotaan yang pesat. Bersamaan dengan itu, meningkat pula tingkat

pelayanan perkotaan yang diharapkan mampu melayani kebutuhan

masyarakat, pemerintah telah menetapkan untuk menyalurkan sebagian

pendapatan tersebut untuk mengejar ketinggalan dalam penyediaan

prasarana dan sarana perkotaan, meskipun pendekatan ini dapat dengan

cepat meningkatkan penyediaan prasarana dan sarana kota.

Pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah perkotaan di Indonesia

dalam dasawarsa terakhir, telah diikuti dengan serangkaian program

investasi perkotaan.

Suatu kegiatan perencanaan penggunaan tanah dilaksanakan

oleh komisi perencanaan kota beserta staf, dimana rencana-rencana yang

disusun oleh departemen pelaksana dikelompokkan ke dalam setiap

sistem prasarana dan sarana kota atau sistem pelayanan. Secara terpisah

maupun bersama-sama, sistem prasarana dan sarana pelayanan tersebut

71

berpengaruh sangat besar pada bentuk keruangan, karakter fisik, dan

kondisi sosio-ekonomi kota. Dengan pengertian yang berbeda maupun

pengertian yang lain, departemen dan dinas-dinas pelaksana

merencanakan kota sesuai dengan tanggung jawab masing-masing, yaitu

berkaitan dengan penyediaan sistem pelayanan. Di dalam melaksanakan

tugas tersebut, departemen dan dinas-dinas pelaksana menentukan

bentuk kota dan masa depannya dengan menggunakan sebanyak

mungkin cara sesuai dengan kegiatan masing-masing yang harus

dilaksanakan. Sebuah model fisik bagi sebuah kota baru dapat dibuat

untuk menunjukkan secara sepintas lalu keadaan eksisting (yang ada saat

ini) dan yang diusulkan, sistem prasarana fisik, dan unsur-unsur

lingkungan lainnya.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa sarana

dalam menunjang fungsi kota merupakan salah satu indikator sangat

berpengaruh, ini dapat dilihat dari suatu kota yang telah dilengkapi dengan

ketersediaan sarana, maka kota tersebut dapat memenuhi atau

menunjang aktivitas dari penduduk kotanya.

2.1. Tujuan Pengembangan Kota dan Fungsi Utama Kota

Tujuan pengembangan kota adalah pembangunan kota itu sendiri

dalam arti bahwa kondisi kota menjadi lebih baik disegala sektor yang

meliputi sektor jasa, industri dan pertanian (paling tidak pengelolaan hasil

pertanian) dan di segi penerimaan masyarakat atau di segi pengeluaran

72

konsumsi, investasi dan pemerintah daerah serta ekspor impornya (net

export). Selanjutnya diharapkan agar kegiatan perekonomian kota itu

membuka kesempatan kerja lebih banyak, sehingga tercapailah

kemerataan di segala bidang dalam kehidupan kota. Disamping tujuan

diatas ada tujuan lain dari pengembangan kota, yaitu agar kegiatan kota

dan daerah sekitarnya itu seimbang. Dengan perkataan lain kota

hendaknya berkembang dalam fungsinya sebagai tempat pelayanan

warga kota dan daerah sekitarnya.

Untuk pencapaian tujuan-tujuan tersebut tentu saja perlu diadakan

evaluasi tentang kekuatan serta kelemahan kota, baik itu sektor swasta

maupun pemerintah dalam segi-segi atau aspek lahan, lokasi,

kesempatan kerja, permukiman, angkutan kota, keuangan dan lain-lain.

Hal-hal yang positif kiranya akan dapat membantu memperlancar

tercapainya tujuan-tujuan, karena orang tinggal memusatkan perhatian

pada kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang kurang atau

negatif terlebih dahulu.

Dengan melihat pada keadaan dan situasi lingkungan, baik itu

intern maupun ekstern kota, dapatlah ditentukan posisi kota. Yang

dimaksud lingkungan disini ialah situasi politik, ekonomi, sosial, budaya,

agama, teknologi, pertahanan dan keamanan di dalam kota maupun

daerah di luar kota baik sekarang maupun yang akan datang. Dengan

demikian dapatlah ditentukan seberapa besar celah/kesenjangan/”gap”

73

yang perlu diisi dengan tindakan-tindakan positif, yaitu paling tidak

mendekatkan situasi sekarang dengan tujuan yang ingin dicapai.

Dalam pedoman perencanaan lingkungan permukiman kota

yang disusun oleh Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah Direktorat

Penyelidikan Masalah Bangunan (1979 : 1-5) dinyatakan unsur ruang

suatu kota yang pada hakektnya akan mempunyai fungsi primer dan

sekunder adalah terdiri dari unsur ruang pokok dan unsur ruang

penunjang. Dimana pada kawasan primer akan terkait pada

kepentingan sebagai simpul jasa dan distribusi, sedangkan ruang

penunjang berupa sarana dan prasarana pendukung berbagai

lingkungan yang diperlukan dalam peranannya sebagai fungsi primer.

Pada hakekatnya, sebelum terjadi revolusi industri yang

mendorong perkembangan kota agar dapat meningkatkan konsepsi

lingkungan tempat kediaman, yang lebih dikenal dengan konsep

Garden City-nya Ebeeneser Howard, pada zaman Neolithic dan zaman

Romawi kuno, konsep lingkungan tempat kediaman sebenarnya sudah

mengalami kemajuan dengan mengikuti konsep-konsep yang lebih

sistematis dan mempunyai nilai-nilai budaya yang bermutu. Pada

zaman ini kekuasaan raja sudah mulai ada sehingga kota

direncanakan untuk difungsikan sebagai tempat pemujaan kepada

raja/ penguasa. Selain itu penguasa juga berfungsi sebagai pemuka

agama sehingga menyebabkan fungsi kota juga sebagai tempat

pemujaan berhala.

74

Fungsi dasar suatu kota adalah untuk menghasilkan

penghasilan yang cukup melalui produk barang dan jasa, guna

mendukung kehidupan penduduknya dan untuk kelangsungan kota itu

sendiri. Branch (1995 : 71). Sedangkan menurut Sinulingga (1999 : 51-

52) sebuah kota berfungsi sebagai pusat pengembangan (Growth

Center) dari wilayah pengaruhnya (hinterland).

Fungsi suatu kota tergantung pada suatu ukuran, oleh karena

itu fungsi kota menurut Daxiadis terbagi dalam 2 (dua) kelas atau rank

(tingkatan). Kelas A terdiri dari settlement (pemukiman), village

(kampung), hamlet ( dusun/ desa), town (kota), dan city (kota besar).

Sedang fungsi kota yang termasuk kelas B adalah merupakan

penggabungan fungsi-fungsi kota yang terdapat di kelas A, sehingga

pada kelas B fungsi kotanya merupakan pusat utama. Pada dasarnya

kota berfungsi sebagai tempat pelayanan, pemasaran, kegiatan

industri, peribadatan, pendidikan, dan sebagainya.

Selain dari pada itu fungsi utama kota sebagai pusat pelayanan, juga merupakan pusat suatu wilayah, jadi suatu kota dapat berfungsi sebagai penyelenggara dan penyedia jasa bagi sekitarnya, beberapa kota tertentu di Indonesia sudah menampakkan fungsi yang jelas, tetapi sebagian besar belum demikian.

Menurut Christaller, pusat-pusat pelayanan cenderung tersebar di dalam suatu wilayah menurut pola berbentuk heksagon (segi enam). Kondisi seperti ini akan nyata dengan jelas di wilayah yang mempunyai 2 syarat; (1) topografi yang seragam, sehingga tidak ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh dari lereng dan pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur angkutan, (2) kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak menghasilkan padi-padian, kayu dan batu bara.

75

Bila kondisi suatu kota mempunyai kedua syarat seperti di atas maka akan menyebabkan berkembangnya tiga hal yaitu:

1. Ajang jasa (ajang niaga) akan berkembang secara wajar di seluruh

wilayah.

2. Kawasan-kawasan berbentuk lingkaran yang saling berbatasan akan

mempunyai bagian-bagian yang bertumpang tindih atau bagian yang

senjang.

3. Dalam wilayah akan berkembang ajang niaga dalam pola heksagon.

Salah satu dusun akan tumbuh makin besar menjadi kampung, karena dusun itu mempunyai kegiatan tertentu. Karena perkembangan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kota-kota umumnya timbul sebagai akibat perkembangan potensi wilayah. Hal ini dikarenakan wilayah mempunyai surplus produksi pertanian sehingga terjadi spesialisasi mata pencaharian, sebagian penduduk tidak perlu bekerja sebagai petani tetapi dapat melakukan keahlian lain. Pada perkembangan selanjutnya kota-kota dapat tumbuh dikarenakan perdagangan, industri, pertambangan dan sebagainya.

Dalam kehidupan masyarakat perkotaan yang dinamis, maka sebuah kota harus mempunyai sekurang kurangnya 4 (empat) fungsi utama. Adisasmita (1999: 10-16), yaitu:

1. Tempat Tinggal (Wisma)

Perumahan (papan) merupakan salah satu kebutuhan pokok

manusia disamping kebutuhan makanan (pangan) dan kebutuhan pakaian

(sandang).

Perumahan sangat penting pula artinya dalam meningkatkan

stabilitas sosial, dinamika dan produktifitas kerja. Pertumbuhan penduduk

kota yang sangat pesat akan meningkatkan kebutuhan terhadap

perumahan yang semakin besar pula. Pemenuhan kebutuhan perumahan

dalam kenyataanya banyak mengalami hambatan, disebabkan karena

76

rendahnya kemampuan ekonomi sebagian besar penduduk dan tingginya

biaya pembangunan perumahan.

2. Tempat Kerja (Karya)

Kota sebagai pusat kegiatan dapat ditandai dengan terjadinya

aglomerasi industri dan arus urbanisasi. Kegiatan tersebut meliputi

kegiatan-kegiatan dibidang pemerintahan, perindustrian, perdagangan,

perbankan, perhubungan, pendidikan, kesehatan, sosial budaya,

keagamaan dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut makin

berkembang, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, untuk itu

perlu diberikan perhatian dan pengelolaan yang wajar serta memadai,

agar pertumbuhan dan perkembangan kota dapat berlangsung secara

wajar.

3. Fungsi Lalu Lintas (Marga)

Permukiman penduduk yan terpusat di daerah perkotaan

menimbulkan kebutuhan akan sarana dan prasarana transportasi yang

digunakan untuk melayani angkutan penduduk. Secara teoritis permintaan

akan jasa transportasi adalah bersifat turunan (derived demand).

Perencanaan umum dalam daerah perkotaan diharapkan dapat

membantu pertumbuhan kota yang lebih baik dan lebih serasi. Lokasi

kegiatan-kegiatan ekonomi akan dapat diatur dan disesuaikan dengan

lokasi perumahan yang dihubungkan melalui jalur angkutan kota yang

tepat.

77

4. Fungsi Rekreasi (Suka)

Prestasi kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya tingkat

pendidikan, pendapatan, kesehatan, perumahan, kebiasaan dan

rekreasi. Dengan cukup tersedianya lokasi rekreasi diharapkan

penduduk di daerah perkotaan dapat menyegarkann kembali keadaan

jasmani dan rohaninya, serta menimbulkan semangat dan menambah

gairah kerja, yang selanjutnya diharapkan produktifitas kerja dapat

ditingkatkan.

Fasilitas rekreasi yang disediakan seyogyanya dapat

memenuhi cita rasa dan keinginan penduduk kota secara luas, yang

berarti dapat dinikmati oleh sebagian besar golongan umur yang

mempunyai berbagai kegemaran.

C. Penentuan Lokasi Kegiatan Di Daerah Perkotaan

Menurut Adisasmita (1999: 40) analisa lokasi berbagai jenis

kegiatan di kawasan perkotaan dan struktur spasial kota tidak dapat

dilepaskan dari masalah pentingnya penghematan eksteren (external

economies) dan penghematan aglomerasi (aglomeration economies)

serta biaya transportasi.

Penghematan eksteren meliputi kemudahan untuk pasar

tenaga kerja, manfaat yang diperoleh dari kontak pribadi dan

penyediaan jasa perdagangan, kemudahan dalam hal potensi

78

penduduk dan pasar, faktor lingkungan dan pengaruh daerah

sekitarnya, sedangkan penghematan aglomerasi meliputi skala

ekonomi pada perusahaan atau tingkat industri.

1. Lokasi Tempat Tinggal

Pemilihan lokasi untuk perumahan sangat penting untuk

diperhatikan, dimana daerah kota yang digunakan untuk perumahan

merupakan bagian terbesar. Menurut Adisasmita (1999: 41-42) ada

dua jenis model lokasi rumah tangga, yaitu :

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan utama dalam penentuan

suatu lokasi adalah biaya perjalanan ke tempat pekerjaan, hal ini

berarti penentuan lokasi permukiman berpedoman pada

minimalisasi biaya perjalanan atau lebih mengacu kepada faktor

ekonomi.

Pendekatan yang kedua terdiri dari teori-teori yang menekankan

pemilihan lokasi rumah, pemilihan daerah dan pemilihan lingkungan

sebagai penentu utama lokasi permukiman.

2. Lokasi Perkantoran

Lokasi perkantoran pada umumnya berada pada pusat kota.

Suatu peningkatan besarnya kota diasosiasikan dalam suatu

peningkatan yang lebih besar dalam tata ruang kantor. Hal ini

79

disebabkan karena kota besar melaksanakan sejuamlah fungsi yang

regional, nasional dan internasional, dan sebagian lagi karena sektor-

sektor jasa pada umumnya serta lapangan kerja perkantoran pada

khususnya berkembang pula. Lokasi pada pusat kota memberikan

manfaat penghematan eksteren. Penghematan ini merupakan

penghematan yang sangat penting bagi berbagai macam jenis kantor,

profesi perbankan maupun asuransi.

3. Lokasi Industri

Lokasi kegiatan industri, diputuskan atau ditetapkan

berdasarkan berbagai macam orientasi. Ada yang berorientasi energi,

ada yang berorientasi kepada pasaran, ada yang kepada bahan

mentah, ada pula yang berorientasi kepada kemajuan teknologi. Dasar

orientasi keputusan tersebut terutama ditekankan kepada biaya

transportasi yang rendah.

Mengenai lokasi industri ini, Weber dalam Sumaatmaja (1988:

129) membedakan antara biaya transportasi bahan mentah dari

sumber bahan mentah ke lokasi produksi, dan biaya tranportasi

pemasaran komoditi dari tempat produksi ke tempat penjualan.

Sedangkan (Apple, 1990: 522 ; Djojodipuro, 1992 : 31 ; Smith, 1970 :

45-46) mengatakan bahwa faktor-faktor penentu suatu lokasi industri

antara lain ; (1) Lahan dan atributnya, (2) Kapital/modal, (3) Bahan

mentah dan penguasaan pasar, (4) Tenaga kerja, (5) Pasar dan

80

harga, (6) Transportasi dan biaya angkutan, (7) Aglomerasi dan

ekonomi eksternal, (8) Kebijakan dan perencanaan, (9) Kontak

personal.

4. Lokasi Perdagangan

Besar dan macam fasilitas pertokoan pada suatu lokasi tertentu

merupakan daya tarik yang penting. Aglomerasi “shopping centre”

adalah lebih efisien karena biaya perjalanan dan waktu bagi para

pembeli dan langganan dapat diminimalkan. Sedangkan toko yang

menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari memilih lokasinya

mendekati pembeli langganannya. Ada gejala bahwa suatu toko yang

ada sekarang pindah dari pusat kota dan lebih suka berkelompok

mendekati toko-toko di daerah pertokoan pada sub-urban meskipun

mendekati saingan-saingannya.

Faktor yang mendorong desentraslisasi, yaitu :

Kongnesti lalulintas sebagai suatu fungsi kepadatan yang

memerlukan waktu perjalanan di daerah pusat kota.

Adanya kecenderungan yang semakin meningkat bahwa

perumahan dan permukiman terkonsentrasi pada daerah sub-

urban. Desentralisasi tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki

potensi pasar di luar pusat kota.

81

Dengan demikian lokasi penetuan kegiatan di daerah

perkotaan, setidaknya memperhatikan faktor-faktor yang menjadi

pertimbangan dari lokasi tersebut, dimana salah satu faktor tersebut

meliputi tingkat kemudahan atau keterjangkauan, faktor lingkungan

dan pengaruh terhadap daerah sekitarnya.

D. Penentuan Kebutuhan Sarana Sosial Ekonomi

di Kawasan Permukiman

Penentuan lokasi serta kebutuhan sarana disini dimaksudkan

bahwa dalam melihat tingkat ketersediaan sarana dapat menunjang

kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat dengan skala pelayanan yang

mempunyai akses secara menyeluruh (komperhensif) untuk suatu

lingkungan. Disamping itu agar keberadaan fungsi bukan sesuatu yang

mubazir dalam skala prioritas kebutuhan atau menimbulkan kesenjangan

sosial dalam masyarakat.

Dalam kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi terdapat suatu

istilah, yaitu ambang (theshold), yang berarti jumlah minimal penduduk

untuk menunjang supaya suatu fungsi tertentu dapat berjalan lancar.

Misalnya suatu macam prasarana yang lebih tinggi fungsinya, atau yang

diperlukan oleh jumlah penduduk yang besar jumlahnya (pasar, sekolah

menengah dan sebagainya), harus terletak di wilayah yang jangkauan

82

pelayanannya yang lebih luas, yaitu: bukan di desa tetapi di kecamatan.

Jayadinata (1999:34).

Penyelenggaraan sarana sosial dan umum dimaksudkan guna

memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kualitas

kehidupan yang layak. Sarana sosial dan umum ini terdiri dari bangunan-

bangunan dan lapangan terbuka yang dibutuhkan masyarakat, yang

meliputi antara lain: sarana pendidikan, kesehatan, perbelanjaan-niaga,

pemerintahan-pelayanan umum, peribadatan, rekreasi-kebudayaan,

olahraga dan lapangan terbuka.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam

penentuan kebutuhan sarana di kawasan pemukiman, diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada di kawasan tersebut, baik itu

kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi dengan tingkat pelayanan

mudah dijangkau oleh masyarakat.

E. Standar Perencanaan Sarana Sosial Ekonomi Berdasarkan

Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota

Departemen Pekerjaan Umum Tahun 1992

1. Sarana Pendidikan

Dalam upaya memberikan pelayanan kepada masyarakat,

khususnya dalam kaitan dengan peningkatan sumber daya kualitas

manusia, maka dibutuhkan jenis sarana pendidikan. Hal ini dapat

diselenggarakan sesuai dengan besarnya kelompok komunitas dalam

masyarakat. Dalam merencanakan fasilitas ini, titik tolaknya bermula dari

83

tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Sehubungan dengan ini, maka

ruang belajar diciptakan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pihak

siswa dapat mengembangkan daya citra, pengetahuan dan keterampilan

serta sikap secara memadai. Dengan dasar ini dapat ditentukan

perencanaan awal mengenai jumlah siswa yang memerlukan pelayanan

sarana ini dan berapa daya tampung yang efektif dan efisien.

Fasiltas pendidikan yang mungkin dapat terluput adalah mulai

dari tingkatan taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah lanjutan. Fasiltas

TK paling tidak dapat dibangun 3 ruang kelas berdasarkan standar,

masing-masing dapat menampung sekitar 30-40 murid tiap kelas.

Lokasinya dapat dipilih disekitar kelompok penduduk yang dekat dengan

taman atau tempat bermain anak-anak, puskesmas dan warung, sehingga

dapat terbentuk suatu unit kesatuan aktivitas antara anak, sekolah dan

lingkungannya. Pada umumnya, untuk sekolah TK pihak swastalah yang

senantiasa mengambil inisiatif.

Bagi lingkungan permukiman yang mempunyai jumlah penduduk

sekitar 1.600 jiwa selain sarana TK, juga dibutuhkan sarana untuk sekolah

dasar. Sarana ini diperuntukkan bagi anak-anak usia sekolah 6 - 12 tahun,

jumlah ruang minimum yang dibutuhkan adalah 6 ruang. Radius

pencapaian sekitar 100 meter dari daerah yang dilayaninya, dengan letak

yang masih di tengah-tengah kelompok penduduk, sedapat mungkin

lokasinya tidak ada penyeberangan jalan penghubung atau jalan poros

lingkungan.

84

Bagi lingkungan pemukiman baru wilayah desakota yang

mempunyai jumlah penduduk sekitar 4.800 jiwa, diperlukan pula sekolah

tingkat lanjutan, yaitu pertama dan atas. Untuk masing-masing tingkat

dibutuhkan 6 ruang kelas dan beberapa ruang tambahan. Jarak

jangkauan minimum ke lokasi antara 500 hingga 1000 meter, hal ini

disesuaikan dengan kemampuan tingkat jangkauan seseorang, sehingga

diharapkan seorang anak tidak terlalu lelah pada saat sampai di

sekolahnya. Lokasinya tidak selalu harus di pusat lingkungan. Kedua

sekolah lanjutan ini dapat disatukan letaknya, jika memungkinan, guna

penghematan “ruang”. Kalau ditinjau dari segi efektivitas dan efisiensi

maka selain penggabungan dalam pemanfaatan sekolah-sekolah tersebut

juga dapat dipakai pagi dan sore hari.

Pada umumnya berbagai lokasi pemukiman baru agak terlambat

dalam penyediaan fasilitas pendidikan semacam itu. Namun, dilihat dari

ketersediaan lahan, tampaknya penyediaan ruang bagi pemebangunan

sarana sekolah telah disiapkan. Hal ini mungkin terkait pula dengan

kesempatan yang diberikan oleh administrasi sektoral, sebagai contoh:

kaitan perizinan dengan Depdikbud, dan lain-lain, dan juga kebutuhan dari

lingkungan setempat terhadap pembangunan sarana tersebut, karena

tidak sedikit para penghuni yang cenderung menyekolahkan putra-

putrinya di sekolah-sekolah yang terpandang, walaupun jauh letaknya dari

tempat tersebut. Jadi pembangunan di bidang ini pun tergantung pula dari

keinginan masyarakat setempat. Pada beberapa lokasi kebutuhan sekolah

85

dasar hingga sekolah menengah umum dikaitkan dengan program

pemerintah.

Tabel 1. Standar Kebutuhan Sarana Pendidikan Berdasrkan Penduduk Pendukung

No

Jenis Penduduk pendukun

g

Luas laha

n

Radius

1 Taman kanak-Kanak

(2 Kelas @ 35-40 Murid)

1000 1200 M

2

500 M

2 Sekolah Dasar (6 Kelas @ 40 Murid)

1.600 3600 M

2

1000 M

3 SLTP (6

Kelas @30

murid)

4800 2700 M

2

1000 M

4 SLTA (6

Kelas @ 30 Murid)

1 SLP 6000 M

2

1000 M

Sumber : Standar Dept. PU Tahun 1987.

2. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan untuk daerah pemukiman dapat berupa

puskesmas pembantu, puskesmas, Apotek, rumah bersalin dan tempat

praktek dokter. Kebutuhan sarana-sarana ini disesuaikan dengan kondisi

86

jumlah penduduk daerah setempat. Jika suatu daerah telah mencapai

jumlah penduduk sekitar 6.000 jiwa, maka dibutuhkan sarana kesehatan

semacam puskesmas pembantu. Jika jumlah penduduk sekitar 30.000

jiwa, maka dibutuhkan puskesmas. Sebuah puskesmas membawahi 5

puskesmas pembantu. Sarana rumah bersalin dan apotik dibutuhkan di

daerah yang berpenduduk sekitar 10.000 orang.

Penyelenggaraan tempat praktek dokter sifatnya dapat

berdasarkan atas inisiatif pribadi. Tempat tersebut dapat bersatu dengan

rumah pribadi dan dapat pula terpisah. Para dokter umumnya memiliki

status sosial yang relatif terpandang, sehingga sering dijumpai mereka

tinggal di daerah yang baik, tetapi bukan tidak mungkin mereka berpraktek

di daerah perumahan sederhana. Lokasi puskesmas pada umumnya di

lokasi perumahan rakyat, sedangkan kompleks-kompleks elite, seperti di

Pondok indah dan Bintaro, berdiri klinik-klinik swasta.

Tabel 2. Standar Kebutuhan Sarana Kesehatan Berdasarkan Penduduk Pendukung

No

Jenis Penduduk pendukun

g

Luas lahan

Radius

1 Balai

Pengobatan 3.000

300 M2

1000 M

2 BKIA dan Rumah Bersalin

10.000 1.600 M2

2000 M

3 Puskesmas

30.000 1.200 M2

2000 M

4 Rumah Sakit

Wilayah 240.000 8,64

Ha --

5 Tempat Praktek Dokter

5.000 Bersatu dgn rumah

1500 M

6 Apotik 10.000 350 M

2 --

Sumber : Standar Dept. PU Tahun 1987.

87

3. Sarana Perdagangan

Ada beberapa macam sarana perdagangan, antara lain:

pertokoan, pusat perbelanjaan lingkungan dan pusat perbelanjaan dan

niaga yang berskala kecamatan. Bagi suatu lingkungan yang

berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan penyelenggaraan saran perbelanjaan

dan pertokoan sebagai tempat perbelanjaan kebutuhan sehari-hari. Sering

juga dijumpai warung atau toko kecil di daerah tersebut, yang bersifat

informal; artinya toko tersebut terdapat disuatu rumah huni yang bukan

ruko. Walaupun toko tersebut kecil, tetapi karena dapat mencukupi

kebutuhan masyarakat sehari-hari daerah setempat, maka

keberadaannya tetap dihargai dan diperlukan oleh masyarakat. Selain itu,

bisa juga terjadi rumah huni yang merangkap fungsi sebagai rumah

makan, artinya sebagian dari bangunan rumahnya digunakan sebagai

jasa usaha makanan. Keadaan ini benyak dijumpai di daerah perumahan

semi dan nonelite. Dengan perkataan lain, pada pemukiman baru yang

nonelite terjadi kecenderungan perkembangannya sektor informal yang

seringkali menggangu aspek estetika daerah setempat.

Bagi suatu lingkungan pemukiman yang mempunyai penduduk

pendukung sampai dengan 30.000 orang disediakan sarana perbelanjaan

lingkungan. Sifatnya lebih lengkap daripada pertokoan, jadi di samping

pertokoan juga terdapat pasar, bengkel-bengkel reparasi kecil. Di

beberapa lokasi perumahan kelompok menengah dijumpai pasar

swalayan mini yang didirikan oleh swasta.

88

Selain itu, bagi lingkungan yang berpenduduk sekitar 120.000

orang dibutuhkan fasilitas pertokoan yang lebih besar, yaitu pusat

perbelanjaan dan niaga berskala kecamatan. Jenis sarana ini tidak saja

melayani keperluan sehari-hari tetapi juga dilengkapi oleh sarana niaga

yang lebih luas, seperti: bank, industri berunit produksi dan tempat

hiburan. Pasar-pasar swalayan besar seperti yang sedang menjamur

merupakan bagian dari penyediaan sarana perbelanjaan dan niaga.

Letaknya di sekitar pengkalan transpor umum.

Tabel 3. Standar Kebutuhan Sarana Perdagangan Berdasarkan Penduduk

Pendukung

No

Jenis Penduduk pendukun

g

Luas Laha

n

Radius

1 Warung 250 100 M

2

500 m

2 Pertokoan 2.500 1200 M

2

1000 m

3 Pasar 30.000 13.500 M

2

1000 m

4 Pusat perbelajaan

120.000 36.000 M2

--

Sumber : Standar Dept. PU Tahun 1987.

4. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan guna mengisi

kebutuhan rohani. Penyelenggaraan tempat peribadatan ditentukan

dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena suatu

lingkungan perumahan baru kadangkala masyarakatnya mempunyai

agama yang berbeda-beda, maka kepastian tentang jenis dan jumlah

sarana peribadatan yang akan dibangun baru dapat ditentukan setelah

89

lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu terlebih dahulu.

Jadi pendekatan perencanaan yang dilakukan adalah berdasarkan

perkiraan populasi dan jenis agama serta kepercayaan, kemudian

direncanakan lokasi tanah dan lokasi bangunan peribadatan secara

terencana dan hikmah keagamaan. Pada umumnya tempat peribadatan

ini dibangun atas inisiatif penghuni setempat yang dibantu oleh developer,

khususnya dalam penyediaan lahan.

5. Sarana Pemerintahan (Perkantoran)

Dalam rangka usaha memberikan pelayanan kepada

masyarakat yang bersifat umum, maka dibutuhkan fasilitas pemerintahan

dan pelayanan umum. Dasar pendekatannya adalah untuk melayani

setiap unit administrasi pemerintahan, baik informal (RT, RW) maupun

formal (kelurahan, kecamatan) sesuai dengan tingkatannya. Secara umum

terdapat 3 (tiga) tingkatan: tingkat RW, kelurahan dan kecamatan. Tingkat

RW meliputi sekitar 500 warga dan menyediakan antara lain: pos hansip,

balai pertemuan, telepon umum, parkir umum, dan kakus umum. Tingkat

kelurahan meliputi sekitar 6.000 orang, disertai penyediaan yang lebih

lengkap dari tingkat pertama; fasilitas tambahannya antara lain: kantor

kelurahan, pos polisi, kantor pos pembantu dan pos pemadam kebakaran,

tingkat kecamatan meliputi sekitar 24.000 orang dan disertai tambahan

fasilitas: kantor kecamatan, kantor telepon cabang dan gardu listrik

beberapa perangkat ini tampaknya menambah beban masyarakat

(pemukiman) seperti hansip, pos-pos keamanan dan sebagainya.

90

6. Sarana Olahraga/Open Space dan Rekreasi

Sarana umum lainya yaitu sarana rekreasi dan budaya,

disediakan kepada masyarakat, sesuai dengan kondisi dan situasi

pemukiman masyarakat yang dilayaninya. Dapat dibedakan ke dalam 2

(dua) kelompok. Kelompok pertama meliputi 6.000 keluarga, setingkat

dengan kelurahan, perlu disediakan sebuah gedung serbaguna,

sedangkan kelompok kedua meliputi 24.000 keluarga, setingkat dengan

kecamatan, dan perlu disediakan sebuah fasilitas gelanggang remaja. Hal

ini sangat langka ditemui pada lokasi-lokasi untuk kelompok menengah.

Sehubungan dengan kesegaran jasmani masyarakat di suatu

daerah pemukiman, maka dibutuhkan pelayanan olah raga dan lapangan.

Sarana ini fungsinya selain sebagai kesegaran lingkungan juga dapat

berfungsi sebagai taman dan tempat bermain anak-anak. Secara umum,

dapat dibedakan menjadi empat kelompok. Kelompok pertama meliputi

sekitar 250 jiwa, setingkat dengan RT. Sebagai lingkungan kecil perlu

disediakan taman atau tempat bermain anak-anak. Kelompok kedua

meliputi sekitar 500 keluarga, setingkat RW. Pada lingkungan kelompok ini

perlu disediakan lapangan terbuka, yang dapat digunakan sebagai tempat

olah raga bulutangkis, volley dan lain-lain. Kelompok ketiga meliputi

sekitar 6.000 keluarga, setingkat kelurahan. Penyediaan sarana ini dapat

digunakan untuk aktivitas pertandingan olah raga, apel, dan lain-lain.

Kelompok keempat meliputi sekitar 24.000 keluarga, setingkat kecamatan.

Penyediaan sarana terbuka merupakan suatu kesatuan antara taman,

91

tempat bermain dan lapangan olah raga, yang mengelompok dengan

lingkungan sekolah. Pada lokasi kelompok menengah dan bawah,

kegiatan ini pun tergantung pada inisiatif penghuni untuk menfaatkan

lahan kosong di sekitar kompleks.

Di beberapa daerah, penyediaan sarana ini telah ada dan cukup

memadai. Masyarakat setempat menggunakan sarana ini secara teratur,

umumnya setiap sore hari, di mana lapangan tenis yang tersedia selalu

padat digunakan. Taman-taman kecil di sekitar pemukiman juga dapat

dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat setempat, terutama oleh

anak-anak, untuk bermain. Menurut Koestoer Hendro Raldi. (1997:136).

Jadi jelas secara keseluruhan bahwa penyelenggaraan jenis,

macam dan besaran sarana-sarana ini dapat disesuaikan dengan kondisi

daerah setempat, terutama terhadap jumlah penduduk lokal. Sarana

sosial yang ada diharapkan dapat mengantar pada pembauran, artinya

bukan penduduk daerah perumahan setempat saja yang dapat menikmati

sarana tersebut, melainkan juga penduduk daerah sekitar, termasuk juga

penduduk daerah belakang. Dengan demikian, penyediaan ini dapat

digunakan oleh beberapa lingkungan perumahan secara bersama. Di

beberapa lokasi masih terlihat bahwa pembangunan dan pengembangan

utilitas umum terjadi kesenjangan, sedangkan dipihak lain para penghuni

kompleks harus bersedia membayar biaya-biaya sosial tambahan.

92

F. Penelitian Yang Terkait

Berdasarkan penelitian yang terkait sebelumnya, khususnya

mengenai sarana sosial ekonomi perkotaan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Andi Ambaru Keteng (2003) dalam penelitiannya yang berjudul

Ketersediaan Sarana Pendidikan Dasar Terhadap Kebutuhan Anak

Usia Sekolah Di Kabupaten Wajo. Penelitian tersebut bertujuan untuk

mengidentifikasi ketersediaan sarana pendidikan dasar berdasarkan

kebutuhan anak usia sekolah dan mengidentifikasi penyebaran sarana

pendidikan dasar terhadap kebutuhan anak usia sekolah di Kabupaten

Wajo sebagai berilut :

a. Berdasarkan hasil perhitungan indikator pengembangan sekolah,

jumlah sarana pendidikan SD yang ada saat ini dengan yang

dibutuhkan telah mencukupi dan telah melebihi dari jumlah yang

dibutuhkan dan untuk sarana Pendidikan SLTP jumlah sekolah

yang ada masih perlu penambahan.

b. Penyebaran SD dan SLTP secara linear mengikuti pola jalan

sehingga kapasitas SD yang tersedia lebih besar dari pada jumlah

kebutuhan penduduk. Secara umum radius pelayanan SLTP telah

mencakup wilayah Kabupaten Wajo.

2. Mansur Gessa (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Ketersediaan

Prasarana Lingkungan Permukiman Kumuh dan Dampak Sosial

Ekonominya di Kelurahan Buloa dan Tello Kota Makassar. Penelitian

93

ini bertujuan untuk mengidentifikasi ketersediaan prasarana lingkungan

Permukiman yang terdapat pada Kelurahan Buloa dan Tello Kota

Makassar sebagai berikut:

a. Bahwa ketersediaan prasarana lingkungan setelah dibangun

beberapa jenis prasarana melalui proyek peningkatan kualitas

lingkungan (PKL), ternyata masih tergolong rendah dan

ketersediaannya masih belum memberikan tingkat pelayanan yang

optimal.

b. Bahwa perubahan perilaku masyarakat sebelum dan sesudah

terlaksananya program penataan lingkungan pemukiman di

Kelurahan Buloa tidak menunjukan perubahan yang signifikan,

sehingga perubahan tersebut masih dalam kategori rendah baik

dari segi sosial maupun ekonominya.

c. Kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Buloa setelah

dilakukan penataan prasarana lingkungan permukiman, tidak

menunjukan perbedaan yang berarti dengan kondisi di Kelurahan

Tello.

Kondisi Eksisting Sarana Sosial Ekonomi Perkotaan

Kondisi sarana sosial ekonomi perkotaan saat ini masih sangat terbatas meliputi sarana pemerintahan, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana pelayanan umum, dan sarana perekonomian. Sehingga untuk menunjang pengembangan Ibukota Kolaka Utara belum berjalan dengan baik.

Tinjauan Teoritis

A. Pengertian-pengertian sarana dan prasarana

B. Sarana & Prasarana Menunjang Fungsi Kota

C. Penentuan Lokasi Kegiatan di Daerah Perkotaan

D. Penentuan akan kebutuhan saran di kawasan permukiman

E. Penyediaan sarana & prasarana permukiman

F. Standar Perencanaan Sarana Sosial Ekonomi

Sarana Sosial

1. Pendidikan - STK - SD - SLTP - SLTA

2. Kesehatan - Balai pengobatan - BKIA / RS Bersalin - Puskesmas - Rumah Sakit Wilayah - Pustu - Tempat Praktek Dokter - Apotik

3. Fasilitas Umum - Peribadatan

Sarana Ekonomi

1. Pedagangan - Warung/Kios - Pertokoan - Pasar

2. Jasa - Terminal

Angkungtan - Kantor pos - Kantor Telepon - Kantor Bank

94

Gambar 1 : Kerangka Pikir

BAB III Metodologi Penelitian, menjelaskan tantang Jenis penelitian,

lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, jenis dan

95

sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,

variabel penelitian dan defenisi operasional.

BAB IV Hasil dan Pembahasan, menjelaskan tentang analisis

ketersediaan sarana sosial ekonomi perkotaan yang ada saat ini

dalam mendukung pengembangan Ibukota Kabupaten Kolaka

Utara. Mengkaji tantangan dan peluang pemerintah Kabupaten

Kolaka Utara dalam mewujudkan alokasi sarana sosial ekonomi

perkotaan.

BAB V Kesimpulan dan Saran, menjelaskan tentang simpulan dari

hasil-hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Sedangkan

saran-saran yang dikemukakan memuat saran-saran kepada

pemerintah Kabupaten Kolaka Utara untuk menindaklanjutinya

dalam bentuk penyediaan fasilitas sosial ekonomi secara

menyeluruh dan merata sesuai dengan alokasi dan kebutuhan

masyarakat kabupaten kolaka utara.

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM KOTA LASUSUA

1. Aspek Fisik Dasar Kecamatan Lasusua

a) Letak Geografis

96

Wilayah Kota Lasusua merupakan salah satu Kecamatan di

Kabupaten Kolaka Utara yaitu melintang dari utara ke selatan kira-kira

20 LS dan membujur dari Barat ke Timur antara 90 BT – 160 BT.

Dengan luas wilayah adalah 370,31 Km2. Dengan batas-batas

administrasi sebagai berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan Kecaamatan Kodeoha.

Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Lambai.

Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Bone.

Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Mowewe

Kabupaten Kolaka.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2 yaitu peta

administrasi Kecamatan Lasusua.

b) Topografi dan Kelerengan

Wilayah administrasi Kota Lasusua sebagian besar merupakan

pegunungan dan bukit yang memanjang dari utara ke selatan di pesisir

Pantai Teluk Bone. Dataran rendah berada pada ketinggian rata-rata 2

– 25 meter dari permukaan laut, sedangkan daerah lereng kaki bukit

yang mengililingi Kota Lasusua berada pada ketinggian antara 25 –

500 meter dari permukaan laut yang berlahan dari permukaan laut

mulai curam dan membentuk bukit di sebelah utara dan selatan kota.

Sedangkan kemiringan lereng pada wilayah penelitian berdasarkan

data yang diperoleh terbagi atas empat yaitu kemiringan 0 – 8%, 8 –

97

25%, 25 – 40% Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 dan

gambar 3 yaitu peta kemiringan lereng :

Tabel 5 : Topografi dan Kemiringan Lereng di Kota Lasusua

No Kelas Kelerengan (%) Luas Lahan

(Km2) Persentase (%)

1.

2.

3.

0 - 8

8 – 25

25 – 40

154,76

104,21

111,34

58

22

10

Jumlah 370,31 100

Sumber : Kantor BPN Kabupaten Kolaka Utara, Tahun 2006

c) Geologi dan Jenis Tanah

Pada umumnya struktur geologi di Kota Lasusua didominasi

oleh jenis batuan terdiri dari jenis batuan Alluvial antara lain lanau,

kerikil, kerakal dan jenis batuan gamping koral yang merupakan

terumbu berwarna putih, keras dan berongga yang terangkat oleh

proses tektonik holoson membentuk undak-undak pantai serta jenis

batuan basal yang tergolong batuan vulkanik proses endogen dan

eksogen pengubahan bentuk asli morfologi volkan menjadi perbukitan.

Sedangkan jenis tanah berdasarkan hasil studi menunjukkan

bahwa di Kota Lasusua di jumpai jenis tanah berupa Alluvial, kompleks

litosol dan, kompleks mediteran.

d) Hidrologi

98

Kota Lasusua terdapat satu sungai yaitu sungai Lasusua yang

bermuara di Teluk Bone. Sedangkan sumber air bersih yang

dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari antara lain minum, mencuci,

dan mandi pada umumnya sudah terlayani oleh perusahan air minum

(PDAM) namun ada sebagian penduduk masih menggunakan air

sumur akan tetapi hanya terbatas untuk mencuci dan mandi.

45

Peta administrasi Kec. Lasusua

48

e) Penggunaan Lahan

Berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa penggunaan

lahan di Kota Lasusua terdiri dari permukiman, fasilitas pelayanan

sosial, perkebunan, hutan, dan lahan kosong. Peruntukan lahan

didominasi oleh lahan perkebunan penduduk yaitu dengan luas 187,50

Km2 atau 50,05%, sedangkan penggunaan lahan yang paling kecil

adalah lahan lain-lain yaitu sekitar 22,25Km2 atau 0.89 % dari total luas

penggunaan lahan 370,71 Km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 6 yaitu Pola penggunaan lahan :

Tabel 6 : Pola Penggunaan Lahan di Kota Lasususa, Tahun 2006

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Km2) Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Permukiman Fasilitas Pelayanan Perkebunan Hutan Lahan Kosong Lain-lain

49,45 34,79

187,50 49,85 26,47 22,25

15,74 13,46 50,05 10,05

9,89 0,89

Jumlah

370,31

100

Sumber : Kantor Kecamatan Lasusua, Tahun 2006

2. Kependudukan

Penduduk pada hakekatnya selain objek juga sebagai subjek

dari pembangunan. Selaku makhluk sosial yang selalu berkembang

secara dinamis sesuai sifat dan karakteristiknya ibarat organisme

yang berubah-ubah menurut sifat, waktu, tempat dan keadaan

penduduk dalam melangsungkan kehidupan yang sarat dengan

problem hidup serta tuntutan kebutuhan yang serba kompleks

49

membutuhkan ruang. Konsekwensi ini menyebabkan ruang

mengalami perkembangan ibarat suatu organ pula.

a) Perkembangan Jumlah Penduduk

Perkembangan jumlah penduduk di Kota Lasusua dari tahun

ketahun cenderung memperlihatkan karakteristik yang terus

meningkat, hal ini menandakan struktur perkembangan setiap waktu

secara terus meningkat dengan rata-rata perkembangan jumlah

penduduk 9,16 %. Pada tahun 2002 jumlah penduduk sebanyak

14.127 jiwa, sedangkan dalam jangka waktu lima tahun yaitu sampai

tahun 2006 terjadi peningkatan sebanyak 7.644 jiwa dengan jumlah

penduduk 21.771 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk yang paling

menonjol adalah dari tahun 2004-2005 yaitu dengan pertambahan

sebanyak 2585 jiwa. Lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 7 :

Tabel 7 : Jumlah dan Pekembangan Penduduk di Kota Lasusua Tahun 2002-2006

No. Tahun Jumlah Penduduk

(Jiwa) Pertambahan

(Jiwa) Persentase

(%)

1. 2002 14.127 - -

2. 2003 16.048 1921 13,59

3. 2004 17.441 1393 8,68 4. 2005 20.026 2585 14,82 5. 2006 21.771 1745 8,71

Rata-rata Perkembangan Penduduk 45,8

Sumber : Kantor Kecamatan Lasusua, Tahun 2006

b) Distribusi dan Tingkat Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk di Kota Lasusua bervariasi karena

penduduk Kota Lasusua tersebar pada 13 kelurahan. Konsentrasi

50

penduduk di Kota Lasusua tidak merata melainkan terpusat, terutama

pada pusat-pusat aktifitas. Kondisi tersebut sangat dipengaruhi

dengan terpusatnya fasilitas perkotaan pada kawasan tertentu

terutama di Kelurahan Lasusua dengan jumlah penduduk yang paling

tinggi yaitu sebesar 10.243 jiwa dan yang paling rendah di Kelurahan

Sulaho yaitu sebesar 511 jiwa, sehingga kecenderungan masyarakat

kota untuk memanfaatkan kemudahan-kemudahan dengan mendekati

fasilitas sosial ekonomi yang ada akibatnya beban pusat Kota

Lasusua semakin meningkat. Jumlah dan persebaran penduduk Kota

Lasusua dapat dilihat pada tabel 8 :

Tabel 8 : Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatannyan dirinci Per Keluarahan, Tahun 2006

No. Kelurahan Luas (Km2)

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Sulaho

Totallang

Pitulua

Rantelimbong

Tojabi

Lasusua

Watuliwu

Ponggiha

Ujung Tobaku

Katoi

Simbula

Maruge

Lanipa-nipa

12,30

125,89

10,40

52,20

27,00

5,20

20,20

21,29

30,00

24,37

8,76

12,61

20,90

511

1676

1115

2827

2527

4310

2142

1131

945

1413

868

1595

702

41,54

13,31

107,2

54,12

93,59

828,84

106,03

53,12

31,8

57,98

99,09

126,49

33,58

Jumlah 371,12 21.771 58,79 Sumber :Kantor Kecamatan Lasusuai, Tahun 2006

51

c) Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Penduduk Kota Lasusua menurut mata pencaharian bervariasi,

sebagai ciri utama suatu ibukota kabupaten dengan jumlah penduduk

sebagai pusat pemerintahan maka jumlah penduduk terbesar

berdasarkan mata pencaharian adalah petani yaitu sebanyak 7.805

jiwa diikuti oleh sektor perdagangan sebanyak 1.058 jiwa dan Pegawai

Negeri Sipil sebanyak 910 jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah

pada sektor jasa sebanyak180 jiwa. Lebih jelasnya jumlah penduduk

berdasarkan mata pencaharian dirinci menurut kelurahan di Kota

Lasusua tahun 2006 dapat dilihat pada tabel 9 :

Tabel 9 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kota Lasusua,Tahun 2006

No Kelurahan Petani PNS Pedagang Nelayan Jasa Lain-lain

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Sulaho

Totallang

Pitulua

Rantelimbong

Tojabi

Lasusua

Watuliwu

Ponggiha

Ujung Tobaku

Katoi

Simbula

Maruge

Lanipa-nipa

257

865

445

515

882

727

942

431

754

713

568

795

356

14

25

40

37

167

189

145

137

54

49

15

21

17

7

132

19

147

169

197

122

154

29

17

23

29

13

47

12

53

25

31

29

17

21

17

42

37

34

67

2

5

7

12

17

28

21

34

6

19

8

15

6

4

27

21

17

32

57

41

25

10

15

9

14

7

Jumlah 7.805 910 1.058 432 180 279

Sumber : Kantor Kecamatan Lasusua, Tahun 2007

52

d) Persebaran Penduduk

Persebaran penduduk di kecamatan lasusua pada tahun 2002

sebagaimana disajikan pada tabel berikut tidak banyak mengalami

perubahan disbanding tahun 2006 dimana dari sejumlah 13 kelurahan

ternta kelurahan lasusua, rantelimbong, dan kelurahan tojabi jumlah

penduduknya masing-masing menyerap 20,97 (lasusua) 13,43

(rantelimbong) tojabi sebesar 11,80.

Sementara jumlah penduduk yang terendah adalah kelurahan

sulaho 2,28 dan kelurahan Lanipa-nipa 3,48. Lebih jelasnya mengenai

persebaran penduduk dapat dilihat pada table dan peta persebaran

penduduk kecamatan lasusua berikut:

Tabel 10 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kota Lasusua,Tahun 2006

No. Kelurahan Tahun Data (jiwa) Penduduk

(%) 2002 2003 2004 2005 2006

I II III IV V VI VII VIII 1 Sulaho 331 376 398 419 518 2,28

2 Totallang .022 .130 .256 .511 1.676 7,38

3 Pitulua 878 928 965 1.110 1.115 5,59

4 Rantelimbong 1.941 2.277 2.366 2.601 2.827 13,43

5 Tojabi 1.800 1.966 2.000 2.254 2.527 11,80

6 Lasusua 3.010 3.421 3.789 4.218 4.310 20,97

7 Watuliwu 1.217 1.411 1.685 2.008 2.142 9,47

8 Ponggiha 711 800 836 1.004 1.131 5,01

9 Ujung Tobaku 512 600 695 812 945 3,99

10 Katoi 908 1.002 1.120 1.300 1.413 6,42

11 Simbula 411 565 610 712 870 3,54

12 Maruge 877 988 1.100 1.380 1.595 6,64

13 Lanipa-nipa 509 584 621 697 702 3,48

Jumlah Penduduk 14.127 16.048 17.441 20.026 21.771 100,00

: Kantor Kecamatan Lasusua, Tahun 2006

45

Peta Distribusi Kepadatan Penduduk

55

3. Sarana Sosial Ekonomi Perkotaan

Sarana kota meliputi sarana pemerintahan, sarana perdagangan,

sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan sarana peribadatan serta

perumahan.

a) Sarana Pemerintahan

Fasilitas pemerintahan/perkantoran yang terdapat di Kota

Lasusua terdiri dari perkantoran pemerintah meliputi : Kantor Bupati,

Kantor DPRD, Kantor Bappeda, Kantor BPS, Koramil, Pos Polisi,

Kantor Dinas Kesehatan, Kantor Dinas PU, Kantor Pos, Kantor Camat

Lasusua, Kantor DEPAG, Kantor Kepolisian dan Kantor-kantor

kelurahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7 yaitu Peta

Sarana Pemerintahan.

b) Sarana Perdagangan

Jenis kegiatan pada sektor perdagangan di Kota Lasusua antara

lain, sektor perdagangan yang ada di Kota Lasusua terdiri atas pasar

yang berada di pusat kota, pertokoan yang banyak tumbuh di

sepanjang jalan poros (Jalan Tomakkeda), warung dan kios.

Sedangkan kelompok jasa di Kota Lasusua terdiri dari koperasi,

bengkel, asuransi, pos dan bank. Aktifitas perekonomian di wilayah

studi yang sangat menonjol adalah pada sektor perdagangan dan jasa.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 11 :

56

Tabel 11 : Jenis Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kota Lasusua, Tahun 2006

No Kelurahan

Jenis Usaha

Pasar Kios Toko Rumah Makan

Restoran Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10

11

12

13

Sulaho

Totallang

Pitulua

Rantelimbong

Tojabi

Lasusua

Watuliwu

Ponggiha

Ujung Tobaku

Katoi

Simbula

Maruge

Lanipa-nipa

-

-

-

-

-

1

-

-

-

-

1

-

-

4

7

5

6

9

25

14

13

6

4

8

7

5

-

4

1

3

2

17

9

5

4

2

4

3

1

-

3

-

2

7

23

3

5

2

9

4

-

-

-

1

-

-

-

3

-

1

-

-

-

-

-

4

15

6

11

18

69

26

24

12

15

17

10

6

Jumlah 2 113 55 58 5 233

Sumber : Kantor Kecamatan, Tahun 2006

c) Sarana Peribadatan

Penduduk di Kota Lasusua umumnya beragama islam dengan

jumlah fasilitas sebanyak 24 Masjid dan 14 unit Mushallah yang terbagi

di tiga belas kelurahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12

:

57

Tabel 12 : Jumlah Fasilitas Peribadatan Di Kota Lasusua, Tahun 2006

No Kelurahan Jenis Peribadatan

Mesjid Mushallah Gereja Jumlah (Unit)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10

11

12

13

Sulaho

Totallang

Pitulua

Rantelimbong

Tojabi

Lasusua

Watuliwu

Ponggiha

Ujung Tobaku

Katoi

Simbula

Maruge

Lanipa-nipa

1

1

1

3

2

3

2

3

1

2

1

2

2

1

1

1

1

1

2

1

1

1

1

1

1

1

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

2

2

2

4

3

5

3

4

2

3

2

3

3

Jumlah 24 14 - 38

Sumber :Kecamatan Lasusuai Dalam Angka, Tahun 2006

d) Sarana Pendidikan

Fasilitas Pendidikan yang terdapat di Kota Lasusua untuk

kegiatan proses belajar dan mengajar terdiri atas TK, SD, SLTP dan

SLTA dan Perguruan Tinggi, dengan jumlah masing-masing adalah TK

20 unit, SD/sederajat 18 unit , SLTP/sederajat 3 unit, SMU/sederajat 3

unit, dan Perguruan Tinggi 2 unit. Jelasnya dapat dilihat pada tabel 13 :

58

Tabel 13 : Jumlah dan Jenis Fasilitas Pendidikan di Kota Lasusua, Tahun 2006

No Kelurahan

Fasilitas Pendidikan

TK SD/

Madrasah SLTP/

Sanawiyah SMU/ Aliah

Perguruan Tinggi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10

11

12

13

Sulaho

Totallang

Pitulua

Rantelimbong

Tojabi

Lasusua

Watuliwu

Ponggiha

Ujung Tobaku

Katoi

Simbula

Maruge

Lanipa-nipa

1

2

1

2

2

4

1

2

1

1

1

1

1

1

1

1

2

2

3

1

2

1

1

1

1

1

-

-

-

-

-

2

-

-

-

1

-

-

-

-

-

-

-

-

2

-

-

-

-

-

1

-

-

-

-

-

-

2

-

-

-

-

-

-

-

Jumlah 20 18 3 3 2

Sumber : Kecamatan Lasusua Dalam Angka, Tahun 2006

e) Sarana Kesehatan

Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat tidak terlepas

dari ketersediaan fasilitas kesehatan. Jenis fasilitas kesehatan di Kota

Lasusua terdiri atas rumah sakit, puskesmas pembantu dan posyandu

dengan jumlah masing-masing jenis fasilitas dapat dilihat pada tabel 14

:

59

Tabel 14 : Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Lasusua Tahun 2007

No Kelurahan

Jenis Fasilitas

Jumlah Rumah Sakit

Puskesmas Posyandu Balai

Pengobatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10

11

12

13

Sulaho

Totallang

Pitulua

Rantelimbong

Tojabi

Lasusua

Watuliwu

Ponggiha

Ujung Tobaku

Katoi

Simbula

Maruge

Lanipa-nipa

-

-

-

-

1

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

-

-

-

-

-

-

-

1

3

2

3

3

4

3

3

2

2

2

2

2

-

-

-

-

-

2

-

-

-

-

-

-

-

1

3

2

3

4

7

3

3

2

2

2

2

20

Jumlah 1 1 32 2 36

Sumber : Kecamatan Lasusua Dalam Angka, Tahun 2006

f) Sarana Olahraga

Untuk membentuk masyarakat yang sehat dan terciptanya

lingkungan yang sehat serta berwawasan lingkungan adalah dengan

tersedianya fasilitas olahraga dan ruang terbuka bagi seruh masyarakat

sebagai tempat berolahraga dan tempat bermain.

Jenis fasilitas olahraga yang terdapat di Kota Lasusua antara lain

lapangan sepak bola yang berjumlah 9 unit yang masing-masing

terdapat di 9 Kelurahan/ Desa sedangkan lapangan volly berjumlah 13

unit yang tersebar pada semua keluarahan, dan lapangan bulu tangkis

5 unit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4 yaitu peta

sebaran fasilitas :

45

Peta sebaran fasilitas

61

B. KARAKTERISTIK WILAYAH KECAMATAN LASUSUA SEBAGAI

IBUKOTA KABUPATEN KOLAKA UTARA

1. FISIK DASAR

a) Geomorfologi

Kondisi Geomorfologi Kabupaten Kolaka Utara tidak jauh

berbeda dengan kondisi Geomorfologi Sulawesi Tenggara, bentuk

dan relief permukaan sangat tergantung dari jenis bautan dan proses

pelapukan yang terjadi dalam suatu daerah. kondisi unsur geografis

terbesar dan menonjol di daerah Kabupaten Kolaka Utara termasuk

Kecamatan Lasusua mencakup:

a. Relief yang paling tinggi adalah gunung, tercatat beberapa gunung

di wilayah ini yaitu.: Gunung Mengkoka (2.790 m) merupakan

gunung yang tertinggi di wilayah Selatan yang berada pada jalur

Pegunungan Mengkoku memanjang dari Barat Laut - Tenggara,

Gunung Tangkelemboke (1.782 m) berada di bagian Tengah

sebelah Timur juga berada pada jalur Pegunungan Tangkelemboke

yang memanjang dari Barat Laut Tenggara, Gunung Bululingke

(1.209 m) dan Gunung Bulu Eamea (1.109 m) yang berada di jalur

Pegunungan Verbeek juga memanjang dari Barat Laut - Tenggara.

b. Sungai-sungai yang bergerak dari relief topografi yang paling tinggi

ke relief topografi yang paling rendah yaitu paparan laut, di sebelah

Timur Sulawesi Tenggara dan berbagai sungai lainnya yang

mengalir ke Barat dan Selatan bermuara di Teluk Bone.

62

c. Wilayah pantai sebagai relief yang paling rendah, dimana diketahui

bahwa sepanjang wilayah Barat Kabupaten Kolaka Utara

merupakan garis pantai yang memanjang Utara.-.Selatan sebagai

bagian dari tepi daratan Teluk Bone.

Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.1. Administrasi Kab.

Kolaka Utara

b) Fisiografi Dan Topografi

Secara fisiografi Kabupaten Kolaka Utara dibentuk oleh 3 (tiga)

jalur pegunungan yang meliputi :

1. Pegunungan Verbeek yang berada di sebelah Utara dan

memanjang dari Barat Laut – Tenggara bergerak dari Sulawesi

Tengah - Sulawesi Selatan - sampai perbatasan Sulawesi

Selatan dan Sulawesi Tenggara.

2. Pegunungan Tangkelemboke yang berada pada bagian Tengah

Kabupaten Kolaka Utara dan menerus ke Kabupaten Kolaka

dan Kabupaten Kolaka, juga berarah Barat Laut Tenggara.

3. Pegunungan Mengkoka/Mekongga pada bagian Selatan dari

Kabupaten Kolaka Utara, yang juga berarah Barat Laut -

Tenggara dan menerus sampai Kabupaten Kolaka.

Secara topografi Kabupaten Kolaka Utara berada pada elevasi 0 -

2.790 meter diatas permukaan air laut dengan tingkat variasi topografi

yang akan diuraikan secara rinci di dalam satuan geomorfologinya dimulai

63

dari pesisir, dataran pantai, landai - bergelombang, perbukitan, sampai

kepada pegunungan seperti yang telah diuraikan diatas. Maka kondisi

topografi semacam ini akan menjadi kendala tersendiri atau menjadi

parameter/variabel penentu bagi kegiatan pengembangan wilayah

kawasan budidaya selanjutnya secara antropogenik.

1) Klimatologi

Kabupaten Kolaka Utara sebagaimana daerah-daerah lainnya di

wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) adalah beriklim tropis, dan

hanya dikenal adanya 2 (dua) musim yakni; musim kemarau dan

musim hujan. Keadaan musim ini sangat dipengaruhi oleh arus angin

yang bertiup diatas wilayah ini.

Musim hujan terjadi pada bulan November - Maret, yang

disebabkan oleh pengaruh angin yang bertiup dari Benua Asia dan

Samudera Pasifik setelah melewati beberapa lautan banyak

mengandung uap air dan jatuh di wilayah ini. Sedangkan pada musim

pancaroba terjadi di bulan April, disebabkan oleh arah angin dan

kecepatan angin yang tidak menentu, sehingga curah hujan tidak

merata, hal ini merupakan musim peralihan antara musim hujan dan

musim kemarau. Adapun musim kemarau terjadi sekitar bulan Mei –

Oktber, karena disebabkan oleh pengaruh angin yang bertiup dari arah

Timur (Benua Australia), dimana hampir tidak mengandung uap air.

Data klimatologi lainnya berupa; suhu udara rata-rata adalah sebesar

64

27O C dengan variasi terendah (23O C) dan maksimum tertinggi (32O

C), tekanan udara rata-rata (1.009,06 mbar), kelembaban relatif udara

rata-rata (83%), kecepatan angin berjalan normal 8 meter/detik, dan

curah hujan (3.125 mm) dan terendah dari curah hujan didaerah

(1.379 mm).

2) Hidrogeologi

Tinjauan kondisi keairan yang ada merupakan salah satu bagian

penting yang perlu mendapat perhatian khusus, mengingat hal ini

sangat besar pengaruhnya terhadap pengembangan wilayah

perencanaan yang merupakan daerah pergunungan, pelembahan dan

daerah pesisir pantai (Teluk Bone). Tinjauan yang dilakukan dalam hal

ini dibedakan atas keadaan hidrogeologi dan oceanografi.

1. Hidrogeologi

Tinjauan keadaan hidrogeologi di wilayah perencanaan

(Kabupaten Kolaka Utara), meliputi kondisi air permukaan dan air

tanah, yaitu sebagai berikut :

1) Air permukaan merupakan air lapisan permukaan atau “surface

run off ” dari hasil curah hujan yang jatuh pada wilayah tangkapan

hujan atau “cathchment area ” yang mengalir melalui Daerah

Aliran Sungai (DAS). Berdasarkan wilayah DASnya, maka

Kabupaten Kolaka Utara dapat dibagi menjadi 2 (dua) DAS, yang

65

mengalir ke arah Danau Towuti yang dipengaruhi oleh

Pegunungan Verbeek dan Pegunungan Tangkelemboke dan yang

mengalir ke arah Teluk Bone yang sangat bervariasi dan masih

dapat dikelompokkan menurut subDAS-subDASnya masing-

masing.

2) Demikian halnya untuk pola aliran sungai di Kabupaten Kolaka

Utara ini secara umum juga terbagi 2 (dua) kelompok yakni yang

mengalir dari Timur ke arah Barat (ke Teluk Bone) dan yang

mengalir dari Selatan/Tenggara ke arah Utara/Timur Laut ke

Danau Towuti. Sehingga tampak bahwa penarikan batas

Kabupaten Kolaka Utara dengan Kabupaten Kolaka dan

Kabupaten Kolaka sendiri merupakan batas alam yaitu

“Morphological Water Devided ” atau batas pemisah air secara

geomorfologi. Beberapa sungai yang terdapat di wilayah Kolaka

Utara dan tersebar di beberapa kecamatan dapat dimanfaatkan

untuk kepentingan pertanian (irigasi), pengembangan energi

(listrik), perikanan dan rumah tangga. Sebaran sungai-sungai

dimaksud seperti ditunjukkan pada Tabel : 4.2 Sebaran Sungai di

Kabupaten Kolaka Utara sedangkan gambaran hidrologi

ditunjukkan pada Gambar : 4.3 Peta Hidrologi Kabupaten Kolaka

Utara

3) Air tanah di Kabupaten Kolaka Utara dapat dibagi kedalam 4

(empat) kelompok, yaitu.:

66

a. Kondisi air tanah pada wilayah dataran dengan batuan

akuifer terdiri dari alluvial, kerikil, batu pasir, dan

konglomerat berupa akuifer air tanah bebas dengan

produktivitas sedang, maka air tanah bebas antara 0,5 - 10

meter dengan debit air tanah dari sumur penduduk lebih

kecil dari 5 liter/detik.

b. Kondisi air tanah pada wilayah bergelombang dengan

batuan akuifer berupa batuan sedimen dan batuan

metamorfosa sangat sulit menemukan air tanah khususnya

pada batuan metamorf kecuali pada batu gamping berupa

sungai-sungai bawah tanah.

c. Kondisi air tanah pada wilayah perbukitan dengan batuan

akuifer terdiri atas dominasi batuan metamorfosa dan sedikit

batuan sedimen, sehingga keterdapatan air tanah menjadi

semakin sulit dan langka.

d. Kondisi air tanah pada wilayah pegunungan dengan kondisi

geologi disusun hampir semuanya oleh batuan metamorfosa,

sehingga keberadaan akuifer air tanah adalah sangat

langka, kecuali beberapa mata air yang menjadi hulu dari

berbagai sungai besar yang mengalir di daerah ini.

67

c) Geologi

Tinjauan kondisi geologi di wilayah perencanaan, dalam hal ini

dilihat berdasarkan satuan geomorfologi, satuan batuan pembentuk,

dan struktur geologi-nya.

a. Satuan Geomorfologi

Berdasarkan peta geologi Kabupaten Kolaka Utara dan

sekitarnya, maka wilayah ini dapat dibagi ke dalam beberapa

satuan geomorfologinya secara genetik dan parametris, yakni :

a) Satuan Geomorfologi Lipat - Patahan yang meliputi hampir 80%

dari seluruh wilayah Kabupaten Kolaka Utara.

b) Satuan Morfologi Perbukitan Karst yang tersebar di sebelah

Selatan (dominan), di sebelah Barat memanjang ke arah Utara

serta secara spot-spot di bagian Tengah Kabupaten Kolaka

Utara mencakup sekitar 15%.

c) Satuan Dataran Pantai dan Alluvial sekitar 5% yang memanjang

mengikuti pantai Teluk Bone dan lembah sungai yang ada.

b. Struktur Geologi

Patahan Geologi yang dominan di Kabupaten Kolaka Utara

dipengaruhi oleh Sesar Palu Koro yang merupakan kelanjutan

Sesar Sorong yang melibatkan Kerak Samudera Pasifik. Adapun

68

beberapa pola arah kelurusan sesar/patahan di Kabupaten Kolaka

Utara dapat dikelompokkan menjadi :

a) Arah Barat Laut Tenggara merupakan arah dari pola

pergerakan Sesar Palu Koro yang membentuk Danau Towuti,

Danau Matano dan Danau Poso di sebelah Utara.

Kemudian di bawahnya berkembang Sesar Lasolo pada arah

yang sama melewati bagian Tengah Kabupaten Kolaka Utara,

kemudian menjadi titik intensif di bagian Selatan.

b) Arah Timur Laut – Barat Daya yang berkembang tidak

seintensif arah Barat Laut.–.Tenggara, tampak merupakan orde

selanjutnya kerena memotong arah Barat Laut – Tenggara,

juga berkembang luas di sebelah Utara dan pantai Barat

mendekati Teluk Bone.

Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka bagian Utara dari

Kabupaten Kolaka Utara merupakan wilayah rawan gempa dan

pergerakan tanah dibandingkan dengan bagian Selatan-nya yang

relatif lebih stabil.

d) Kondisi Tanah

Pembentukan tanah di suatu daerah sangat ditentukan oleh

batuan induk serta faktor lingkungan yang mempengaruhi proses

pembentukannya, seperti iklim, organisme, relief permukaan bumi dan

waktu.

69

Berdasarkan faktor-faktor lingkungan tersebut, ternyata jenis

tanah di wilayah Kabupaten Kolaka Utara ini didominasi oleh jenis

tanah Alluvial (sekitar 33% dari total luas daratan), yang menempati

areal-areal dataran rendah dengan manifestasi berupa daerah rawa-

rawa dan daerah sepanjang aliran sungai, daerah lembah. Jenis tanah

ini asam dan miskin akan unsur hara, namun cukup baik untuk

pertanian tanaman lahan basah dan lahan kering, antara lain seperti

untuk tanaman padi, kelapa, kopi, coklat, karet dan sagu. Jenis tanah

yang luasannya terkecil berupa jenis tanah Podsolik coklat kelabu

yakni hanya 9%.

70

C. ANALISIS KEPENDUDUKAN

a. Laju dan Pertambuhunan Penduduk

Untuk kepentingan perencanaan, pengetahuan pergerakan

penduduk tidak dapat diabaikan, karena hal ini erat kaitannya dengan

pemusatan penduduk di suatu wilayah/daerah atau kota dalam hubungan

kapasitas atau daya tampung ruang/lahan yang tersedia, dimana jika

suatu wilayah/daerah atau kota mempunyai kesempatan kerja yang baik,

maka penduduk akan bergerak ke sana.

Uraian di atas merupakan gambaran bahwa pada hakekatnya

penduduk merupakan subyek sekaligus obyek dalam pembangunan.

Tumbuh dan berkembangnya wilayah atau kota adalah akibat perilaku

dan kegiatan penduduk. Oleh karena itu perencanaan dan pengarahan

pengembangan fasilitas dan prasarana pelayanan mutlak dilakukan dalam

rangka memenuhi kebutuhan penduduk berdasarkan kebutuhan-

kebutuhan yang timbul dari kondisi karakteristiknya.

Pengetahuan mengenai karakteristik penduduk sangat penting

artinya dalam perencanaan dan akan banyak berperan dalam membantu

memecahkan permasalahan/ persoalan yang mendasar dari suatu

wilayah, termasuk wilayah perencanaan dalam hal ini Kecamatan

Lasusua.

Analisis Sosial kependududkan diarahkan untuk menghimpun

informasi yang berkaitan dengan penilaian apakah suber daya manusia

yang ada pada suatu Kecamatan merupakan suatu potensi ataukah

71

masalah bagi usaha-usaha peningkatan produktivitas kecamatan dan

membandingkan dengan tingkat perkembangan relatif dari kecamatan

yang ada pada suatu wilayah.

Perkembangan jumlah penduduk pada suatu daerah yang dari waktu

ke waktu semakin bertambah, merupakan modal utama dalam

pembangunan daerah itu sendiri. Namun apabila perkembangan jumlah

penduduk itu sendiri tidak diimbangi dengan pengendalian yang

terencana, bisa jadi penduduk akan berkembang tanpa batas dan

kebutuhan akan sarana akan semakin meningkat.

Kecamatan Lasusua diprediksi masih akan mengalami pertumbuhan

penduduk yang tinggi, mengingat bahwa wilayah ini memiliki potensi

sumberdaya alam yang cukup bagus yang masih belum tergarap secara

optimal dan juga merupakan Ibukota Kabupaten Kolaka Utara.

Proyekis jumlah penduduk dalam analisis tata ruang dimaksudkan

untuk memberikan gambaran atau mengetahui seberapa besar pengaruh

ruang yang timbul akibat kegiatan atau aktifitas manusia dimasa yang

akan datang. Disadari bahwa kegiatan pembangunan tanpa

mempertimbangkan aspek kependudukan selaku objek dan subjek

pembangunan tantu perencanaan tersebut tidak akan optimal.

Pertumbuhan penduduk atau naik turunnya presentase jumlah penduduk

suatu wilayah tiap tahunnya sangat tergantung dari pola dan

pergerakan/pergeseran penduduk di daearah tersebut. Pola dan

pergerkan penduduk ini sangat penting artinya dan perlu diketahui dalam

72

perencanaan karena sangat berperan dalam membantu memecahkan

permasalahan/persoalan yang mendasar dari suatu wilayah. Akan tetapi

data ini sulit diperoleh karena tidak tersedi data kuantitatif yang tercatat

secara kontinyu dan priodik. Untuk itu dalam perhitungan proyeksi jumlah

penduduk pada masa yang akan datang hanya didasarkan pada angka

laju pertumbuhan secara alamia saja, yaitu angka kenyataan (actual

change).

Penduduk di Kabupaten Kolaka Utara dilihat dari etnis yang

mendiaminya, dominan dari Suku/etnis Bugis sekitar 68,9%, kemudian

Suku/etnis Tolaki sekitar 14,8% (sebagai suku Asli), selebihnya suku-suku

lainnya seperti suku Toraja, Luwu, Makassar, Jawa dan lainnya.

Percampuran antar berbagai suku dengan pemahaman yang beragam

tentang adat dan budaya, akan dapat menjadi suatu kekuatan yang besar

dalam menunjang program-program pembangunan, apabila dapat

disinergikan dengan baik. Namun demikian, dengan cukup beragamnya

suku/etnis yang ada dapat menjadi suatu faktor penghambat dalam aspek

pembangunan, bila tidak disikapi dengan arif dan bijaksana

Penggunaan analisis pertumbuhan penduduk ini bertujuan

mengetahui berapa besar pertumbuhan penduduk pada masa yang akan

datang. Analisis ini akan memproyeksikan jumlah penduduk 20 tahun

kedepan (2006-2026), dengan tahun dasar 2006. untuk lebih jelasnya

mengenai jumlah penduduk di Kecamatan Lasusua pada tahun proyeksi

(20 tahun kedepan), maka dapat dilihat pada tabel 20 sebagai berikut :

45

Tabel 15 : Proyeksi Jumlah Penduduk di Kota Lasusua Tahun 2007-2011

Sumber :

Kantor Kecamatan Lasusua Kantor BPS Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2006

46

Tabel 16 : Proyeksi Jumlah Penduduk di Kota Lasusua Tahun 2012-2016

Sumber :

Kantor Kecamatan Lasusua Kantor BPS Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2006

47

Tabel 17 : Proyeksi Jumlah Penduduk di Kota Lasusua Tahun 2017-2021

Sumber :

Kantor Kecamatan Lasusua Kantor BPS Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2006

48

Tabel 18 : Proyeksi Jumlah Penduduk di Kota Lasusua Tahun 2022-2026

Sumber :

Kantor Kecamatan Lasusua Kantor BPS Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2006

49

Peta analisis sebaran penduduk

77

D. Analisis kebutuhan ruang sarana

Sosial dan ekonomi perkotaan

Perhitungan kebutuhan ruang Sarana di Kecamatan Lasusua

Kabupaten Kolaka Utara di titik beratkan pada kebutuhan sosial ekonomi

masyarakat berdasarkan jumlah penduduk yang harus dilayani pada

Tahun 2026 dengan proyeksi kebutuhan berdasarkan daya tampung

penduduk pada tahun Proyeksi 2026. Perencanaan kebutuhan fasilitas

sosial ekonomi, berpedoman pada standar-standar yang terdapat dalam

buku Perencanaan Lingkungan Permukiman Kota Departemen

Permukiman dan Prasarana wilayah Tahun 1987. selengkapnya dapat

dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Sarana Pendidikan

Dalam buku tipologi kabupaten dijelaskan suatu daerah dinilai

status pendidikan penduduknya tinggi apabila proporsi penduduk usia

10 tahun keatas yang berpendidikan SLTP keatas mencapai minimal

40 %.

Penyediaan fasilitas pendidikan di Kecamatan Lasusua

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan

kebutuhan pendidikan. Adapun jenis fasilitas tersebut terdiri dari

Taman Kanak-kanak (STK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

Fakta dilapangan memperlihatkan bahwa fasilitas

pendidikan/sisitem pendidikan di Kota Lasusua belum memadai

78

sehingga perlu penataan pada masa yang akan datang. Terkait

dengan kondisi tersebut diatas dan seiring semakin bertambahnya

jumlah usia sekolah pada masa yang akan datang mengharuskan

penambahan jumlah failitas pendidikan pula. Fasilitas yang masih

perlu penambahan adalah mulai dari jenjang SLTP sampai SMU.

Metode pendekatan yang digunakan dalam proyeksi ini adalah kriteria

dan standarisasi dari departemen Pekerjaan umum 1987 dan

mengajaki berdasarkan standar Direktorat jenderal Tata Perkotaan

dan Perdesaan (DTKTD) sebagai berikut :

a. Sarana Pendidikan TK

Sekolah Taman Kanak-Kanak merupakan sarana pendidikan pra

sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak berusia 4 - 6 tahun,

karena itu lokasi penempatannya erat hubungannya dengan lokasi

permukiman yang ada di Kecamatan Lasusua.

Berdasarkan standar dari Departemen Pekerjaan Umum, 1 STK

minimal didukung oleh 1.000 jiwa. Dari hasil analisis bahwa jumlah

kebutuhan untuk fasilitas tersebut di Kecamatan Lasusua sebanyak 38

unit dengan luas lahan yang dibutuhkan adalah 7.200m2 (0,72 Ha).

Untuk masing-masing unit fasilitas ini. Eksisting sarana pendidikan

Taman Kanak-kanak berdasarkan data tahun 2006 adalah sebanyak

20 unit, jadi untuk akhir tahun perencanaan dibutuhkan penambahan

sebanyak 45 unit.

79

Sarana pendidikan Taman Kanak-kanak, sampai akhir tahun

proyeksi diperlukan penambahan jumlah kebutuhan fasilitas, hal ini

dimaksudkan karena pertambahan penduduk pada usia sekolah tidak

berbanding dengan penyediaan fasilitas Sekolah taman kanak-kanak

terutama untuk anak-akak yang berusia 4-6 tahun.

b. Sarana Pendidikan SD

Untuk suatu lingkungan permukiman yang mempunyai kelompok

penduduk 1.600 jiwa, disamping fasilitas STK yang tersedia, juga

perlu disediakan fasilitas pendidikan SD yang peruntukkan bagi anak

berusia 6 - 12 tahun. Jumlah kebutuhan dari sarana ini di Kecamatan

Lasusua hingga akhir tahun 2026 sebanyak 24 unit dengan luas

lahan yang dibutuhkan 10.800 m2 (1.08 Ha). Berdasarkan kondisi

eksisting tahun 2006, fasilitas Sekolah Dasar terdapat 18 unit

sehingga akhir tahun perencanaan (2026) perlu penambahan 23 unit

Sekolah Dasar.

Pencapaian sumberdaya manusia potensial di wilayah

perencanaan pada masa mendatang, perlu dikembangkan sarana

pendidikan yang memadai. Peningkatan prasarana sumberdaya

manusia ini diwujudkan dengan pengembangan pelayanan fasilitas

pendidikan. Pelayanan fasilitas pendidikan Sekolah dasar adalah

merupakan sarana pendidikan yang mencetak dan membentuk watak

anak-anak didik untuk menempuh pendidikan yang akan dijenjanginya

pada masa yang akan datang. Berdasarkan argumen ini maka

80

diperlukan penambahan unit fasilitas untuk menyeimbangkan antara

jumlah penduduk usia sekolah dengan ketersediaan sarana prasarana

sekolah dasar di Kota lasusua, penycapaian dan penyebaran sarana

ini perlu mendapat perhatian agar terjadi pemerataan.

c. Sarana Pendidikan SLTP

Jumlah sarana SLTP yang dibutuhkan di Kecamatan Lasusua

hingga akhir tahun 2026 adalah sebanyak 8 unit dengan luas yang

dibutuhkan 2.700 m2 (0,27 Ha). Berdasarkan kondisi eksisting tahun

2006, fasilitas Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sudah

terdapat 3 (tiga) unit sehingga akhir tahun proyeksi 2026, perlu

melakukan penambahan sebanyak 5 unit lagi untuk menutupi

kekurangan fasilitas Pendidikan dari jumlah penduduk yang ada pada

tahun proyeksi.

Sarana Pendidikan menengah ini cenderung berkembang di kota

Lasusua yang saat ini telah berjumlah 3 unit, penambahan fasilitas ini

harus proporsi dengan sekolah lanjutan atas, asumsi yang sering

digunakan adalah bila terdapat 1 unit SLTP di daerah tersebut maka

diharuskan untuk memiliki pendidikan lanjutan atas. Sampai tahun

2026 orientasi pelayanan lebih diprioritaskan untuk skala pelayanan

kota dan daerah-daerah hiterlandnya karena kecenderungan

perkembangan kota lasusua lebih dominan berkembangan dengan

pesat dibandingkan dengan kota hiterlandnya yang ada di kabupaten

Kolaka Utara.

81

d. Sarana Pendidikan SLTA

Untuk fasilitas SLTA adalah kelanjutan dari SLTP dimana setiap

satu unit SLTP sebaiknya dilayani oleh 1 SLTA yang terdiri dari 6

kelas minimum penduduk yang dapat mendukung 1 fasilitas ini adalah

4.800 penduduk sama dengan standar minimum penduduk untuk

fasilitas SLTP, Adapun jenis fasilitas tersebut berada pada wilayah

kecamatan. Dengan demikian Fasilitas SLTA di Kecamatan Lasusua

untuk akhir tahun tahun 2026 dibutuhkan 4 Unit SLTA., oleh karena itu

perlu penambahan 1 Unit SLTA Karena Kondisi eksisting tahun 2006

Jumlah SLTA di Kecamatan Lasusua adalah berjumlah 3 unit. Dengan

luas lahan yang dibutuhkan 0.27 Ha.

Sarana pendidikan SLTA merupakan sarana yang hanya

membutuhkan pendambahan sebanyak 1 unit sampai akhir tahun

perencanaan, hal ini dimaksudkan karena berdasarkan asumsi bahwa

setiap 1 unit SLTA minimal dilayani oleh 4.800 penduduk. Sementara

total jumlah penduduk sampai akhir tahun 2026 adalah sebanyak

125,708 Jiwa berarti selayaknya kota Lasusua memiliki 4 unit Sarana

SLTA untuk tahun proyeksi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 19

:

82

Tabel 19 : Analisa Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Berdasarkan Penduduk Pendukung Kecamatan Lasusua Tahun 2026

Sumber : Kantor Kecamatan Lasusua Hasil Analisa dan Survey Tahun 2006

2. Sarana Kesehatan

Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama untuk

memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Pada dasarnya sehat

merupakan hak asasi manusia. Setiap penduduk berhak untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan. Salah satu kewajiban pemerintah

adalah menyediakan fasilitas dan pelayanan kesehatan yang bermutu

serta terjangkau. Dalam Sistem Kesehatan ada beberapa Subsistem

Upaya Kesehatan terdiri dari Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)

diselenggarakan secara berjenjang dari strata I (Rumah sakit Umum

Dearah), II (Puskesmas) dan III (Balai Kesehatan Masyarakat) dengan

83

pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan

kesehatan masyarakat di Kabupaten Kolaka Utara, maka fasilitas

kesehatan diarahakan pada penyediaan dan peningkatan fasilitas

penujang kesehatan dasar dengan menghadirkan Rumah Sakit Umum

Daerah di Kabupaten Kolaka Utara yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan dasar di dalam dan luar di wilayah kerja

Kabupaten Kolaka Utara.

Untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan masyarakat

yang ada di daerah-daerah yang tidak terlayani oleh Puskesmas,

maka dibutuhkan sarana pelayanan kesehatan masyarakat strata tiga

yang mempunyai wilayah kerja. Sarana pelayanan kesehatan

masyarakat strata tiga ini disebut Balai Kesehatan Masyarakat

(Balkesmas). Yang dapat menyebar pada daerah-daerah yang ada di

Kabupaten Kolaka Utara.

Fasilitas kesehatan yang perlu disediakan hingga akhir tahun

2026 adalah sebagai berikut :

1. Rumah sakit sebagai manifestasi dari keberadaan Kecamatan

Lasusua sebagai Ibukota Kabupaten Kolaka sebanyak 1 unit.

2. Puskesmas saat ini berdasarkan kondisi eksisting yang ada

berjumlah 2 unit, berdasarkan perhitungan analisis untuk tahun

2026 dibutuhkan 4 unit puskesmas, jadi diperlukan penambahan

84

sebanyak 2 unit puskesmas untuk yang dapat menopang

pertumbuhan jumlah penduduk pada tahun proyeksi.

3. Puskesmas Pembantu (Pustu), TPD, PPD/BKIA, dan apotik yang

merupakan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan baik oleh

pemerintah setempat maupun dari pihak swasta.

4. Berdasarkan kondisi di Kecamatan Lasusua saat ini, dengan

melihat jenis fasilitas kesehatan yang ada terdapat berupa

Puskesmas Pembantu 6 Unit, dan praktek dokter sebanyak 2 unit.

Untuk tahun 2026 yang merupakan tahun proyeksi diperlukan

penambahan Balai Pengobatan 11 unit untuk dapat melayani

masyarakat Kecamatan Lasusua tahun mendatang.

Tabel 20 : Analisa Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Penduduk Pendukung Kecamatan Lasusua Tahun 2026

Sumber : Kantor Kecamatan Lasusua Hasil Analisa dan survey Tahun 2006

Keterangan :

RS : Rumah Sakit PKS : Puskesmas PSY : Posyandu BPB : Balai Pengobatan RSW : Rumah sakit Wilayah

85

3. Sarana Peribadatan

Keberadaan fasilitas peribadatan yang cukup bagi pemeluk

agama pada suatu wilayah merupakan salah satu cerminan tingginya

tingkat ketaqwaan ummat beragama didaearah tersebut. Berdasarkan

data fasilitas pelayanan peribadatan Kota Lasusua Tahun 2006

tercatat 24 Masjid, dan 14 unit langgar. Dengan melihat jumlah

fasilitas yang ada saat ini secara kumulatif sudah mencukupi, namun

seiring pertabahan jumlah penduduk pada 20 (dua puluh) tahun

mendatang (2026) dan berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan

ruang kelihatannya memerlukan penambahan. Kebutuhan akan

fasilitas peribadatan pada suatu wilayah sangat tergantung pada jenis

dan kondisi setempat. Hal-hal yang dimaksud adalah Agama yang

dianut penduduk setempat, Struktur penduduk menurut umur dan jenis

kelamin, Pola dan tata cara pelaksanaan masing-masing pemeluk

agama dan Peraturan tata bangunan yang berlaku di daerah setempat

Untuk lebih mengetahui jumlah kebutuhan ruang fasilitas peribadatan

di Kota Lasusua pada masa yang akan datang menggunakan standar

umum sebagai berikut :

- Mesjid

Luas lantai bruto setiap jamaah seluas 1,2 m2

Luas lahan bruto setiap fasilitas tergantung aturan daerah

setempat

Penduduk pendukung :

86

1 unit langgar dengan kelompok penduduk 2.500 jiwa

1 unit mesjid lingkungan dengan kelompok penduduk

30.000 jiwa

1 unit mesjid kecamatan dengan kelompok penduduk

120.000 jiwa

1 unit mesjid tingkat kota dengan kelompok penduduk

1.000.000 jiwa

- Kristen

Luas lantai bruto setiap jamaah seluas 1,2 m2

Luas lahan bruto setiap fasilitas tergantung aturan daerah

setempat

Berdasarkan perhitungan Kebutuhan ruang bagi fasilitas

peribadatan bagi masyarakat di Kota Lasusua untuk tahun

perencanaan maka dibutuhkan pemabahan 1 unit Masjid, 4 mussolah,

dan 50 unit langgar yang masing-masing tersebar diseluruh wilayah

Kecamatan Lasusua.

Sarana peribadatan berupa masjid dan langgar tersebar merata

di setiap unit lingkungan. Pengembangan kedua fasilitas ini

selanjutnya diarahkan tetap berada di kawasan permukiman dengan

skala pelayanan kawasan, karena sebagian besar pengembangannya

berasal dari swadaya masyarakat. Pemanfaatan lahannya pun

disesuaikan dengan keinginan penduduk setempat untuk menetukan

lokasi pembangunannya (tanah waqaf).

87

Tabel 21 : Analisa Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Berdasarkan Penduduk Pendukung Kecamatan Lasusua Tahun 2026

Sumber : Hasil Analisa dan Survey Tahun 2006

4. Sarana Perdagangan

Sarana perdagangan merupakan urat nadi dalam sisitem proses

perekonomian daerah. Keberadaan fasilitas perdagangan yang

memedai dan tersebar pada sub wilayah khususnya pasar akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada daerah tersebut serta

dapat merangsang tumbuhnya sektor-sektor kegiatan usaha. Fasilitas

perdagangan yang terdapat di Kota Lasusua sampai tahun 2006

berupa pasar umum/ grosir, pertokoan, warung dan kios yang

terserbar di seluru sub wilayah. Berdasarkan hasil perhitungan dengan

menggunakan pendekatan jumlah penduduk terlayani dan luas lahan

untuk tiap jenis fasilitas perdagangan untuk 20 (dua puluh) tahun

mendatang (2026) disimpulakan bahwa masih perluh penambahan

dan perluasan fasilitas. Kriteria perencanaan adalah sebagai berikut :

88

I. Perbelajaan Niaga/Pasar

- Penduduk Pendukung : 20.000 Jiwa

- Luas Lahan : 36.000 m2

- Lokasi : Berada dalam pusat kegiatan

perdagangan / pusat kecamatan dan

mempunyai pangkalan transportasi umum

II. Pasar lingkungan

- Penduduk Pendukung : 30.000 Jiwa atau setingkat jumlah penduduk

kota dan kecamatan

- Luas Lahan : 13.500 m2

- Lokasi : Pada jalan utama lingkungan dan

mengelompok

III. Pertokoan

- Penduduk Pendukung : 1.500 Penduduk

- Luas Lahan : 1.200 m2 dengan building coverage 40 %

- Lokasi : Berada dalam pusat kegiatan perdagangan

/pusat lingkungan

IV. Kios/Warung

- Penduduk Pendukung : 250 penduduk

- Luas Lahan : 100 m2

- Lokasi : Pusat lingkungan yang muda dicapai radius

500 meter.

89

Kondisi eksisting tahun 2006 Kecamatan Lasusua memiliki 2 unit

pasar. Yang pelayanannya untuk seluruh masyarakat Kec. Lasusua.

Warung/ kios berjumlah 58 unit, Toko yang ada sebanyak 58 unit

yang menjual semua keperluan masyarakat yang tersebar disetiap

wilayah Kecamatan Lasusua. Sehingga Berdasarkan hasil analisis

untuk Fasilitas perdagangan untuk akhir tahun 2026 ada penambahan

untuk fasilitas perdagangan untuk melayani kebutuhan masyarakat

maka diperlukan :

1. Pusat perbelanjaan : skala penduduk 20.000 jiwa sebanyak 1

unit

2. Pasar lingkungan: diperlukan penambahan sebanyak 2 unit

3. Pertokoan tidak ada penambahan

4. Warung/kios : diperlukan penambahan sebanyak 146 unit.

Tabel 22 : Analisa Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Berdasarkan Penduduk

Pendukung Kecamatan Lasusua Tahun 2026

Sumber : Hasil Analisa dan Survey Tahun 2006

90

5. Sarana Olah Raga dan Open Space

Fasilitas olah raga dan open spase merupakan bangunan/lokasi

yang digunakan untuk kegiatan kesenian, budaya, dan olah raga.

Fasilitas jenis ini meliputi gedung serba guna (setingkat perdesaan),

gedung kesenian (setingkat kecamatan), perpustakaan kecamatan,

dan komplek lapangan olah raga (setingkat kecamatan), gelanggang

olah raga.

Fasilitas ini merupakan kawasan hijau bagi lingkungan

perumahan yang mempunyai fungsi sebagai elemen-elemen pengikat

lingkungan. Besaran ini tergantung pada jumlah penduduk yang harus

dilayaninya, Untuk setiap 2.500 jiwa diperlukan sekurang-kurangnya

satu daerah terbuka disamping daerah-daerah lainnya yang telah ada

pada setiap kelompok 250 jiwa. Daerah terbuka ini selain berupa

taman dapat juga dipergunakan untuk aktivitas olah raga. Kondisi

Eksisting tahun 2006 telah memiliki 3 Lapangan Lapangan Sepak

bola yang tersebar di kelurahan yang ada dalam wilayah administratif

Kecamatan Lasusua. sehingga pada akhir tahun proyeksi (Tahun

2026) pemenuhan kebutuhan sarana rekreasi dan olah raga perlu

mendapat penambahan Taman untuk pelayan 2.500 Jiwa.

91

Tabel 23 : Analisa Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Berdasarkan Penduduk Pendukung Kecamatan Lasusua Tahun 2026

Sumber : Hasil Analisa dan Survey Tahun 2006

Untuk lebih jelasnya kebutuhan ruang fasilitas untuk semua jenis

fasilitas di Kecamatan Lasusua dapat dilihat pada tabel 24 berikut ini:

92

Tabel 24 : Rekapitulasi Kebutuhan Ruang Untuk Semua Jenis Sarana Sosial Ekonomi Perkotaan Di Kecamatan Lasusua Tahun 2026

93

Peta rencana pemenuhan fasilitas kesehatan

94

Peta rencana pemenuhan fasilitas pendidikan

95

Peta rencana pemenuhan fasilitas pardagangan

96

Peta rencana pemenuhan fasilitas peribadatan dan fasilitas lainnya

102

E. ANALISA KEMAMPUAN PERKEMBANGAN WILAYAH

KECAMATAN LASUSUA

Dilakukan dengan pencermatan terhadap lingkungan internal sesuai

dengan hasil survey di lokasi penelitian yang menghasilkan kemungkinan

sebagai aspek penentu dalam memilih hal-hal utama sebagai Pertimbangan

untuk melakukan pembangunan di wilayah penelitian, meliputi:

- Kebutuhan akan penambahan dan peningkatan fasilitas sosial ekonomi

sangat diharapkan oleh masyarakat.

- Sebagai pusat pertumbuhan wilayah, simpul pelayanan dan distribusi

barang/jasa bagi wilayah kecamatan yang berada di Kabupaten Kolaka

Utara.

- Sebagai kabupaten Baru yang sementara menentukan identitas dan citra

kabupatennya untuk dapat bersaing dan membangun kotanya setara

atau sesuai dengan Kabupaten induknya dengan potensi dan aset

daerah yang dimilikinya.

- Minimnya kelengkapan sarana sosial ekonomi baik dari segi kuantitas

manupun kualitas saat ini dengan mempertimbangkan hasil proyeksi

kebutuhan fasilitas pada tahun mendatang.

- Keterbatasan fasilitas prasarana dan sarana penunjang kehidupan di

Kabupaten Kolaka Utara

- Sebagian besar wilayah Kabupaten Kolaka Utara merupakan kawasan

lindung yaitu sebesar 49,82% dari luas lahan secara keseluruhan.

103

Dengan keterbatasan lahan landai. Untuk itu diperlukan efisiensi lahan

dalam penempatan fasilitas sarana sosial ekonomi.

- Jumlah penduduk Kabupaten Kolaka Utara relatif sedikit (102.438 jiwa)

dengan luas wilayah 3.391,62 Km2 dan kepadatan penduduk 30

jiwa/Km2, dan Kemampuan sumberdaya manusia di Kabupaten Kolaka

Utara sangat terbatas.

- Supporting dari pemerintah Provinsi dalam upaya mewujudkan program

BAHTERAMAS yang dicanangkan oleh pemerintah provinsi menjadi

sangat terbuka karena diprioritaskan bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat Kabupaten-Kabupaten yang baru dimekarkan termasuk

didalamnya Kabupaten Kolaka Uatara, dan Bantuan dari pemerintah

pusat melalui Dana Alokasi Umum untuk peningkatan pembangunan di

Kabupaten Kolaka Utara.

- Keberadaan jalur Jalan Lintas Timur Trans Sulawesi yang

menghubungkan kota-kota di Sulawesi Tenggara dan kota-kota lainnya di

Sulawesi yang melintasi Kota Lasusua, memiliki pengaruh yang sangat

menentukan dalam keberhasilan pembangunan Kabupaten Kolaka Utara

dimasa yang akan datang.

- Faktor topografi dan kemiringan lereng yang lebih dominan berada pada

kemiringan diatas 25%, menyebabkan kendala dalam pembangunan

fasilitas sosial ekonomi perkotaan.

104

- Sebagai kabupaten yang berada di dataran tinggi, Kabupaten Kolaka

Utara juga menghadapi permasalahan banjir hampir di seluruh

kecamatan, yang terjadi karena banyaknya penebangan hutan dan

kerusakan lingkungan lainnya.

- Kabupaten Kolaka utara berdasarkan kondisi geomorfologinya berada

pada Geomorfologi lipat-Patahan yang meliputi hampir 80% dari seluruh

wilayah Kabupaten Kolaka Utara. pergerakan Sesar Palu Koro Kemudian

di bawahnya berkembang Sesar Lasolo pada arah yang sama.

Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka bagian Utara dari Kabupaten

Kolaka Utara merupakan wilayah rawan gempa dan pergerakan tanah

F. ANALISIS SWOT PEMENUHAN KEBUTUHAN SARANA SOSIAL

EKONOMI PERKOTAAN DI KECAMATAN LASUSUA.

Analisis ini Untuk merumuskan strategi dalam upaya memenuhi

Ketersediaan Sarana sosial ekonomi perkotaan. Strategi yang tepat

didasarkan pada kemampuan menemukenali diri dan lingkungannya,

sehingga strategi dapat terwujud dari kekuatan yang dimilikinya dan peluang

yang dihadapinya.

Strategi yang tepat didasarkan pada kemampuan menemukenali diri

dan lingkungannya, sehingga strategi benar-benar dapat terwujud dari

kekuatan yang dimilikinya dan peluang yang dihadapinya. Kegiatan yang

paling penting dalam proses analisis SWOT adalah memahami seluruh

105

informasi dalam suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa

yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang harus segera

dilakukan untuk memecahkan masalah.

1. Faktor Eksternal

Dilakukan dengan pencermatan internal lokasi penelitian sesuai dengan

hasil pembahasan sebelumnya yang menghasilkan peluang dan

ancaman sebagai berkut:

Tabel 24 : Faktor-Faktor Strategi Eksternal Ketersediaan Sarana Perkotaan Ibukota Kabupaten Kolaka Utara (EFAS)

Sumber : Hasil Analisa dan Survey Tahun 2006

106

2. Faktor Internal

Faktor internal dilakukan dengan pencermatan (scanning) terhadap

lingkungan internal lokasi penelitian yang menghasilkan kekuatan dan

kelemahan sebagi berikut:

Tabel 25 : Faktor-Faktor Strategi Internal Ketersediaan Sarana Perkotaan Ibukota Kabupaten Kolaka Utara (IFAS)

Sumber : Hasil Analisa dan Survey Tahun 2006

107

3. Uraian Masing-Masing Faktor

a) Peluang (Oportunies)

Peningkatan kualitas pendidikan

Upaya lain penigkatan kualitas pendidikan dilakukan dengan

meningkatkan kenyamanan suasana belajar mengajar maupun

kemandirian pengelolaan pendidikan. Salah satu di antaranya dengan

Program Sekolah Berwawasan Lingkungan dan Berbudaya Hidup

Sehat (SBLBHS), atau Gerakan Terpadu Sekolah Bersih dan Rindang.

Selaras dengan otonomi, ada pula daerah yang menerapkan

desentralisasi pelayanan pendidikan kepada SMP dan SMA. Peluang

untuk menmpatkan hal ini terhadap pembangunan daerah Kabupaten

Kolaka Utara khusunya wilayah penelitian Kecamatan Lasusua

menjadi terbuka lebar jika sebelumnya telah melakukan pembenahan

di bidang sarana dan prasarana pendidikan lebih awal.

Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Sejauh ini langkah-langkah dan terobosan yang dilakukan pemerintah

Kabupaten Kolaka Utara, masih terlalu jauh dari harapan masyarakat

Kabupaten Kolaka Utara, terutama pelayanan kesehatan terhadap

masyarakat miskin”, dari berbagai keluhan yang disampaikan

masyarakat Kabupaten Kolaka Utara tentang buruknya pelayanan

kesehatan di daerah ini (survey Lokasi), Kabupaten Kolaka Utara perlu

108

melakukan pengkajian dan kebijakan baru dari aspek live service dan

tentunya sarana prasarana kesehatan menjadi hal pokok dan utama

sejalan dengan pembangunan Kabupaten Kolaka Utara sebagai

kabupaten yang baru mekar.

Pembangunan Ekonomi Wilayah

Meskipun Kabupaten Kolaka Utara memiliki potensi sumber daya alam

melimpah, keberadaannya kurang diminati investor, salah satu

penyebabnya adalah kurangnya sarana dan prasarana perkotaan yang

memadai, untuk mendukung lancarnya perputaran ekonomi di wilayah

penelitian. pengembangan sarana dan prasarana perkotaan bertujuan

meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui kenyamanan dalam

melakukan aktifitas ekonomi sehingga mendorong peningkatan

investasi yang akan mempunyai dampak tambahan.

Selain itu, penambahan sarana perekonomian mengakibatkan

terjadinya peningkatan lapangan kerja, pendapatan masyarakat,

pertumbuhan ekonomi serta menciptakan pemerataan pembangunan

untuk tercapainya kemajuan yang sepadan di seluruh wilayah dan

menyeimbangkan pengembangan pembangunan ekonomi wilayah

diwilayah penelitian.

109

Pembangunan SDM dibidang Olahraga dan Kepemudaan

Salah satu peluang yang dapat diciptakan dengan mendorong

pembangunan sarana dan prasarana perkotaan di Kecamatan

Lasusua sebagai Ibukota Kabupaten Kolaka Utara adalah

pembangunan Sumber Daya Manusia menuju ke masyarakatat

(pemuda) yang berprestasi dibidang olah raga.

Dari hasil pengamatan di wilayah penelitian menunjukan bahwa

sumber daya manusia di bidang tertentu khusunya bidang olahraga

relatif masih lemah sebagai akibat ketergantungan pada sarana dan

prasarana olahraga yang dibiayai oleh pemerintah makin menurun dan

hanya terdapat dibeberapa lokasi tertentu tanpa melihat standar

kelayakan yang ada.

Berkompetisi dengan kabupaten lainnya di Sulawesi Tenggara

Pengembangan fasilitas perkotaan di kecamatan Lasusua akan

memberikan peluang kepada kabupaten itu sendiri (Kolaka Utara)

untuk mendapatkan beberapa reward dari pemerintah provinsi maupun

pemerintah pusat dalam hal pengembangan perkotaan khususnya

dibidang pendidikan dan kesehatan.

110

b) Ancaman (Thereats)

Pola Penyebaran Penduduk

Pola penyebaran penduduk yang tidak merata di kecamatan lasusua

memberikan suatu permasalahan yang cukup rumit bagi

pembangunan fasilitas perkotaan sebagai akibat dari luas wilayah

dan jumlah penduduk juga terjadi ketimpangan yang signifikan

Aksesibilitas

Sulitnya pencapain terhadap berbagai fasilitas social diakibatkan

dukungan transportasi yang tidak memadai sebagai akibat dari

pembangunan jalan-jalan yang belum mencapai pusat-pusat aktifitas

masyarakat Kecamatan Lasusua

SDM (Sumber Daya Manusia)

sumber daya manusia di wilayah kecamatan Lasusua relatif masih

lemah khususnya partisipasi dalam pembangunan wilayah yang

telah dicanangkan oleh pemerintah setempat

Kondisi Wilayah (Topografi dan Geomorfologi)

Kondisi Wilayah bentuk lahan perbukitan denudasional dan

lerengkaki perbukitan merupakan daerah yang berpotensi

mengalami erosi, maka perlu dijaga kelestariannya dengan cara

dikonservasi baik secara vegetatif maupun secara mekanik dengan

tujuan untuk mengurangi erosi dan bahaya banjir di daerah dataran

111

antara perbukitan dan dataran aluvial pantai. Daerah yang perlu

dikonservasi terutama pada daerah yang memiliki kemiringan lereng

> 45%. Selain itu juga wilayah Kecamatan Lasusua berada pada

garis patahan palu koro yang menjadikannya rentan akan gempa

dan bencana alam lainnya, juga memberikan pertimbangan

tersendiri dalam pengelolaan sarana perkotaan di wilayah penelitian.

Pelayanan Sarana

Sebagai akibat kurangnya daya dukung dari aspek sumber daya

manusia maka proyeksi kedepan mengenai profesionalisme

pelayanan di kecamatan lasusua akan menurun, mengakibatkan

pelayanan social tidak maksimal

c) Kekuatan (Strengths)

Dukungan Ekonomi Wilayah (Kabupaten)

Kabupaten Kolaka Utara merupakan Kabupaten yang menghasilkan

PDRB tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara, selain itu daerah ini

bergerak di bidang pertanian juga merupakan daerah yang bergerak

dibidang pertambangan.

Program BAHTERAMAS

Salah satu program pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu

memberikan bantuan kepada daerah-daerah yang baru dimekarkan

dengan memberikan bantuan kepada Kelurahan/Desa.

112

Kebutuhan penambahan, peningkatan fasilitas sosial ekonomi oleh

masyarakat

Sebagai pusat pertumbuhan wilayah

Sebagai ibukota kabupaten maka Kecamatan Lasusua merupakan

Kawasan Strategis, yang memiliki prinsip-prinsip dasar dalam

pengembangan wilayah yakni Sebagai growth center dimana

pengembangan wilayah tidak hanya bersifat internal wilayah, namun

harus diperhatikan sebaran atau pengaruh (spred effect)

pertumbuhan yang dapat ditimbulkan bagi wilayah sekitarnya.

Kota Orde I, II, dan III

Kota Lasusua ditetapkan sebagi Kota orde I dengan arahan

pengembangan kegitan utama yaitu : 1). Pusat Pemerintahan

Kabupaten, 2). Pusat Pendidikan, 3). Pusat Kesehatan, 4). Pusat

Permukiman, 5). Pusat Jasa pendukung kegiatan pemerintahan

sedangkan Kota dengan orde II dan III dikhuskan untuk pusat

pelayanan pemerintahan kecamatan. (Rencana Tata Ruang

Kabupaten Kolaka Utara)

d) Kelemahan (Weaknesses)

Rekayasa Tekhnologi

Dalam pengembangan fasilitas social perkotaan di Kecamatan

Lasusua di proyeksikan membutuhkan berbagai macam rekayasa

113

tekhnologi baik dari segi fisik bangunan maupun wilayah

pengembangan

Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan Penduduk yang tidak terpusat menjadi kelemahan

yang umum dijumpai diberbagai wilayah khususnya daerah

Sulawesi, sehingga menjadi suatu kendala dalam system

pembangunan sarana dan prasarana yang konsentris namun

membutuhkan banyak ruang sedangkan kurang dari segi penduduk

pendukung

Kondisi Kelembagaan

Kondisi kelembagaan yang tidak memadai dari segi pelayanan

public karena sumber daya Fasilitas dan sumber daya manusia

yang relative sangat kurang

Kurangnya Masyarakat yang bergerak di sektor jasa

Sektor jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis

dalam pembangunan wilayah, mengingat sektor jasa Konstruksi

menghasilkan produk akhir berupa bangunan baik yang berupa

sarana maupun prasarana yang berfungsi mendukung

pertumbuhan dan perkembangan berbagai sektor. Sektor jasa

perdagangan inipun sangat mendukung menumbuhkembangkan

berbagai produk, baik berupa barang maupun jasa, sehingga baik

114

secara langsung maupun tidak langsung ikut mendukung

berkembangnya pembangunan sarana dan prasarana di

Kecamatan Lasusua

Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, pemerintah dan

pihak swasta, maupun antara pemerintah kota dan pemerintah

Propinsi tidak terjalin harmonis karena adanya system

kelembagaan individual sehingga membatasi koordinasi antar

pemerintah maupun pihak lainnya dan juga terhadap system

pengembangan fasilitas sosial yang terjadi tumpang tindih

mengakibatkan pemborosan dalam pengadaan fasilitas perkotaan

baik dari segi sarana maupun prasarana perkotaan

Setelah didapatkan faktor internal dan eksternal maka selanjutnya

sebelum perencanaan strategis dikembangkan maka perlu manganalisa

hubungan antara funsi-fungsi manajemen wilayah Ibukota Kabupaten Kolaka

Utara dengan melihat struktur wilayah lokasi penelitian dan sumber daya

wilayah penilitian (Kecamatan Lasusua).

a) Struktur Wilayah Kecamatan Lasusua

Keberadaan jalur Jalan Lintas Timur Trans Sulawesi yang

menghubungkan kota-kota di Sulawesi Tenggara dan kota-kota lainnya di

Sulawesi yang melintasi Kota Lasusua, memiliki pengaruh yang sangat

menentukan dalam keberhasilan pembangunan Kabupaten Kolaka Utara

115

dimasa yang akan datang, dan faktor topografi dan kemiringan lereng

yang lebih dominan berada pada kemiringan diatas 25%, menyebabkan

kendala dalam pembangunan fasilitas sosial ekonomi perkotaan. Secara

umum Kabupaten Kolaka Utara juga menghadapi permasalahan banjir

hampir di seluruh kecamatan, yang terjadi karena banyaknya penebangan

hutan dan kerusakan lingkungan lainnya.

b) Sumber Daya Kecamatan Lasusua

Sumber daya disini tidak hanya berupa asset seperti orang, uang dan

fasilitas tapi juga berupa konsep dan prosedur teknis yang biasa

digunakan di wilayah penelitian seperti; Kota Lasusua ditetapkan sebagi

Kota orde I dengan arahan pengembangan kegitan utama yaitu : 1) Pusat

Pemerintahan Kabupaten, 2) Pusat Pendidikan, 3) Pusat Kesehatan, 4)

Pusat Permukiman, 5) Pusat Jasa pendukung kegiatan pemerintahan

sedangkan Kota dengan orde II dan III dikhuskan untuk pusat pelayanan

pemerintahan kecamatan (RTRW Kabupaten Kolaka Utara 2005-2015)

4. Matrik Profil Kompetitif

Digunakan untuk mengetahui posisi relative strategi pemenuhan

kebutuhan sarana sosial dan ekonomi kecamatan lasusua sebagai

Ibukota kabupaten Kolaka Utara yang dianalisis. Kondisi yang menjadi

non prioritas dan prioritas subjek diberikan rating yang berbeda dan

tergantung pada hasil Pengamatan pada lokasi Penelitian. Nilai rating

116

dimulai dari 1 lemah 2 sedikit lebih lemah 3 sedikit lebih kuat dan 4

merupakan subyek prioritas utama.

Selanjutnya untuk masing-masing faktor-faktor strategis dikalikan dengan

nilai bobot dari variable (Pengamatan Lokasi) sebagai berikut:

Tabel 27 : Matrik Profil Kompetitif Faktor Strategis Sarana Perkotaan Ibukota Kabupaten Kolaka Utara

Sumber : Hasil Analisa dan Survey Tahun 2006

Berdasarkan tabel tersebut diatas terlihat bahwa pengelolaan sarana dan

prasarana guna memenuhi kebutuhan sarana Perkotaan Ibukota

kabupaten Kolaka Utara dititik beratkan pada Aspek ekonomi dengan nilai

pour (memiliki rating 4) diikuti dengan rating 3 yakni rekayasa tekhnologi

117

pada pembangunan sarana dan prasarana serta bagaimana mengelola

kebijakan-kebijakan pembangunan di wilayah penelitian. Selanjutnya

tentang bagaimana mengelola program-program sosial dan aspek

Pelayanan mutu dan kuaalitas sarana dan prasarana yang sudah ada

maupun yang akan direncanakan, dan yang terakhir adalah merupakan

manajemen alternative dengan nilai rating 1 yakni; Tentang bagaimana

mengantisipasi pola penyebaran penduduk, migrasi penduduk sehingga

mampu memenuhi standar-standar perencanaan Fasilitas dan utilitas

perkotaan maupun standar perencanaan wilayah perkotaan dan

perdesaan.

5. Matrik TOWS atau SWOT

Selanjutnya penulis menggunakan matriks SWOT. Matrik SWOT,

yakni matrik yang menginteraksikan faktor strategis internal dan

eksternal. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana

peluang dan ancaman (eksternal) yang dihadapi dapat disesuaikan

dengan kekuatan dan kelemahan (internal) yang dimiliki (Freddy

Rangkuti, dalam Diklat Spama 2000). Selengkapnya dapat dilihat pada

tabel 28 :

118

Tabel 28 : Matrik analisis S.W.O.T. Kajian Ketersediaan Sarana perkotaan Ibukota kabupaten kolaka utara

Sumber : Hasil Analisa dan Survey Tahun 2006

119

Selanjutnya dengan menggunakan faktor strategis Eksternal maupun

internal sebagaimana telah dijelaskan dalam tabel 28 dapat dirumuskan yang

bagi pemerintah Kabupaten Kolaka Utara dalam upaya memenuhi

ketersediaan sarana sosial ekonomi perkotaan sebagai berikut :

Strategi Dan Implementasi

CBA (Cost Benevit Analisis) pada tingkat kecamatan untuk

menggunakan sumber daya secara lebih efektif dan efisien dalam

pembangunan sarana dan prasarana perkotaan

Menggunakan tenaga profesional dalam bidang perencanaan dan

tekhnis dan operasional pembangunan perkotaan secara kontinu

Melakukan realokasi sumber daya pegawai, (tour of duty) yang

berkemampuan dan berprestasi akan diberikan peluang untuk

dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi

Kerjasama antara pihak pemerintah kecamatan, pengembang,

kontraktor, dan real estate dalam upaya pembinaan dan

pengembangan pemukiman dan perumahan

Promosi wilayah sebagai pusat pertumbuhan Kabupaten Kolaka

Utara dan sebagai kota Orde I, II, dan III sesuai dengan RTRW

kabupaten

Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui sub sektor

perdagangan dan jasa

Melibatkan semua lapisan masyarakat dalam upaya swakelola

pembangunan prasarana peribadatan, pendidikan, kesehatan dll.

yang didukung secara finansial oleh pemerintah kabupaten

120

Menentukan wilayah-wilayah stragis dengan batas-batas

administratif yang jelas secara profesional, yang ditegaskan

kedalam PERDA mengenai sentral-sentral pembangunan kawasan

di kecamatan Lasusua.

Pelatihan-pelatihan secara kontinu mengenai sistem kelembagaan

dan pelayanan mutu

Pembangunan sarana perkotaan, terutama untuk menunjang

kelancaran aktifitas masyarakat

121

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Ditinjau dari aspek penduduk pendukung maka ketersediaan sarana sosial

ekonomi perkotaan di kecamatan Lasusua belum sepenuhnya

mendukung kebutuhan akan pengembangan Ibukota Kolaka Utara hingga

20 tahun mendatang di akibatkan oleh berbagai permasalahan perkotaan

seperti; Pola penyebaran penduduk yang tidak merata, Sulitnya pencapain

terhadap berbagai fasilitas social diakibatkan dukungan transportasi yang

tidak memadai sebagai akibat dari pembangunan jalan-jalan yang belum

mencapai pusat-pusat aktifitas masyarakat kecamatan Lasusua, dan

permasalahan sumber daya manusia yang memberikan efek terhadap

Pelayanan sosial di kecamatan Lasusua.

2. Strategi – strategi yang diharapkan dapat ditempuh oleh pemerintah

Kabupaten Kolaka Utara khususnya yang berada dalam lingkup

administratif kecamatan Lasusua, berupa melibatkan semua lapisan

masyarakat dalam upaya swakelola pembangunan prasarana

peribadatan, pendidikan, kesehatan dan lain lain yang didukung secara

Finansial oleh pemerintah kabupaten sehingga terwujudnya interaksi

sosial yang mendukung pengembangan fasilitas sosial di kecamatan

Lasusua.

B. SARAN

122

1. Sebagai kabupaten yang baru dimekarkan tentunya memiliki

keterbatasan sarana kebutuhan sosial ekonomi, untuk itu disarankan

kepada pemerintah Kabupaten Kolaka Utara untuk menindaklanjutinya

dalam bentuk penyediaan fasilitas sosial ekonomi secara menyeluruh dan

merata sesuai kebutuhan masyarakat.

2. Disarankan kepada pemerintah Kabupaten Kolaka Utara untuk

mengambil inisiatif untuk menentukan pusat-pusat pengembangan

wilayah yang baru dengan fasilitas yang memadai untuk mendukung

akseslerasi pembangunan kabupaten serta konsep penyebaran titik-titik

pertumbuhan baru dengan melakukan pemerataan pembangunan

dengan mengembangkan konsep kawasan cepat tumbuh dan kawasan

andalan kabupaten maupun pengembangan kawasan sentra produksi.

3. Pemerintah kabupaten perlu untuk menentukan wilayah-wilayah stragis

dengan batas-batas administratif yang jelas secara profesional, yang

ditegaskan kedalam PERDA mengenai sentral-sentral pembangunan

kawasan di kecamatan Lasusua sebelum pembangunan sarana dan

parasarana lebih dikembangkan.

4. Berbagai rumusan strategi yang telah diungkapkan dapat terlaksana

dengan baik apabila didukung oleh semua element kota mulai pemerintah

kabupaten, dan sinergi antar pemerintah/instansi, lembaga swadaya,

swasta, dan masyarakat.

123

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Raharjo, 2005. Pembangunan Ekonomi Perkotaan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Amien Mappajantji, 1992. Tipologi Kabupaten, Direktorat Permukiman dan Perumahan Departemen Pekerjaan Umum Kerjasama dengan Lembaga Penelitian Unhas, Ujung Pandang.

Andi Amburu Keteng, 2004. Ketersediaan Sarana Pendidikan Dasar Terhadap Kebutuhan Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Wajo, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Pascasarjana UNHAS

Badan Pusat Statistik Kab. Kolaka Utara, 2007. Kabupaten Kolaka Utara Dalam Angka.

Branch, Melville C. 1996. Perencanaan Kota Komprehensif (Pengantar dan Penjelasan), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Budihardjo, 1998. Sejumlah Masalah Permukiman Kota, Alumni Bandung

Direktoral Jenderal Cipta Karya, Depertemen Pekerjaan Umum dan Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia Jakarta , 1998. Kamus Tata Ruang. Jakarta

Hadi Sabari Yunus, 2005. Manajemen Kota, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Jayadinata, J. T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan & Wilayah. Penerbit ITB Bandung, Bandung.

Mansur Gessa, 2005. Ketersediaan Prasarana Lingkungan Pemukiman Kumuh & Dampak Sosial Ekonominya Di Kelurahan Buloa Kota Makasar, Manajemen Perkotaan Pascasarjana UNHAS.

Rukmana, D. W. Nana. Dkk, 1997 Manajemen Pembangunan Prasarana Perkotaan, LP3ES, Jakarta.

Robert J. Kodoatie. 2003. Pengantar Manajemen Infrastruktur, Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Standar Perencanaan, 1997. Departemen Pekerjaan Umum, Diterbitkan Oleh Yayasan Badan Penerbit PU.

Warpani, 1980, Analisis Kota dan Daerah ITB, Bandung.

124