FARIDA MA'RUF 2020 - Universitas Muhammadiyah Makassar

116
PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER SIKAP SOSIAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 1 KASSI KEC. BALOCCI KAB. PANGKEP The Role of Teachers in Develoving Social Attitude Character in Mathematics at SDN 1 Kassi Students of Balocci Pangkep Regency Tesis Oleh: FARIDA MA’RUF Nomor Induk Mahasiswa : 105.06.02.006.17 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2020

Transcript of FARIDA MA'RUF 2020 - Universitas Muhammadiyah Makassar

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER SIKAP SOSIAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 1 KASSI KEC. BALOCCI KAB. PANGKEP

The Role of Teachers in Develoving Social Attitude Character in Mathematics at SDN 1 Kassi Students

of Balocci Pangkep Regency

Tesis

Oleh:

FARIDA MA’RUF Nomor Induk Mahasiswa : 105.06.02.006.17

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2020

i

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER

SIKAP SOSIAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 1 KASSI

KEC. BALOCCI KAB. PANGKEP

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Magister

Program Studi Magister Pendidikan Dasar

Disusun dan Diajukan oleh

FARIDA MA’RUF Nomor Induk Mahasiswa : 105.06.02.006.17

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

ii

iii

iv

v

ABSTRAK

Farida ma’ruf, 2020. Peran Guru Dalam Mengembangkan Karakter sikap Sosial Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Kassi Kec. Balocci Kab. Pangkep. Dibimbing oleh Agustan dan Idawati.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran guru dalam perubahan karakter sikap sosial pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Sekolah dasar Negeri 1 Kassi Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

analisis kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru kelas 5 di SD Negeri 1 Kassi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam meneliti yaitu metode pengamatan (observasi), dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Analisis data kualitatif dibangun dengan kata – kata dari hasil wawancara atau observasi langsung terhadap data yang dibutuhkan untuk dideskripsikan dan dirangkum. Analisis data kualitatif dilakukan dengan melihat tahapan – tahapan yaitu membiasakan diri dengan data melalui tinjauan pustaka membaca mendengar, transkrip wawancara dari alat perekam, pengaturan dan indeks data yang telah diidentifikasi, anonim dari data yang sensitif, coding. Data yang sudah dianalisis direkap dalam lembar rekam data sehingga dapat diketahui frekuensi sikap dari siswa dalam proses pembelajaran matematika. Adapun uji keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi waktu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap sosial yang

dikembangkan di SDN 1 Kassi kecamatan Balocci pada sikap sosial pada pembelajaran matematika yaitu: jujur, disiplin, percaya diri, tanggung jawab, santun dan peduli. peran guru dalam menembangkan sikap sosial dalam pembelajaran matematika yaitu guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator, fasilitator, dan evaluator.

Kata Kunci: Peran Guru, karakter, sikap sosial

vi

vii

MOTTO

Tidak ada hal yang sia – sia dalam belajar karena ilmu

akan bermanfaat pada waktunya

Jangan mundur sebelum melangkah, setelah melangkah

jalani dengan cara terbaik yang kita bisa lakukan

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah,

rahmat, hidayat serta taufiqnya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Tak

lupa kita kirimkan salam dan salawat kepada junjungan Nabi Muhammad

SAW sebagai uswatun hasanah. Nabi yang senantiasa telah

mengantarkan ummatnya dari alam yang gelap gulita ke alam yang terang

benderang, semoga dapat memberikan inspirasi dalam setiap langkah

hidup manusia, terutama menyadarkan manusia atas sikap serta akhlak

mereka.

Tesis ini tidak akan mungkin tersusun tanpa arahan serta bantuan

dari pihak-pihak lain baik yang bersifat materil maupun immateriil. Oleh

karena itu, disadari bahwa kemampuan penyusun tidak seberapa dalam

menyelesaikan tesis ini. Bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak

sehingga tesis ini dapat terselesaikan tepat waktu. Maka dari itu, Ucapan

terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis haturkan kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar bapak Prof. Dr. H. Ambo

Asse, M. Ag.

2. Direktur Program Pascasarjana bapak Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag

ix

3. Bapak Dr. Agustan S. M.Pd sebagai pembimbing 1 yang senantiasa

selalu meluangkan waktunya untuk kami selama proses

pembimbingan.

4. Ibu Dr. Idawati M.Pd selaku pembimbing ke 2 yang tak bosan-

bosannya memeriksa dan memberikan masukan yang bersifat positif

kepada tesis yang kami susun.

5. Ibu Ketua Program Studi Magister Pendidikan Dasar, Ibu

Hj.Sulfasyah,S.Pd.,M.A.,Ph.D. yang senantiasa memberikan support,

motivasi serta bimbingan dan semangat yang tak henti-hentinya

kepada kami agar sekiranya bisa segera menyeleseikan studi pada

Program Pascasarjana Dikdas Unismuh dengan baik.

6. Kedua orangtua yang senantiasa selalu mendoakan setiap langkah

kami, yang senantiasa memberikan support dan motivasi untuk

menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

7. Suami tercinta, Adrie Wiranata yang dengan sepenuh hati selalu siap

siaga mengantar dan menemani selama proses pembimbingan.

8. Anak- anakku, Syauqiyatunnida, Kairunnasymi Al-zahra dan Afif

Ahwalussaid yang telah sabar dan mengerti akan kesibukan

orangtuanya dalam menuntut ilmu, mudah-mudahan kelak anak –

anakku bisa mendapatkan ilmu yang lebih banyak lagi dan bisa

bersekolah setinggi – tingginya di perguruan tinggi yang lebih baik dan

mencapai cita – citanya kelak. Aamiin...

x

9. Teman – teman seperjuangan, tempat berbagi, tempat untuk berbagi

keluh kesah yang senantiasa selalu memberikan masukan, motivasi

serta dukungan moril sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

10. Semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian tesis ini, baik

secara materil maupun inmateril yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas

segala amal perbuatan dan kebaikan semua pihak. Penulis berharap

semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pangkajene Kepulauan, April 2019

Penulis,

Farida ma’ruf

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ . ii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI…………………………………………. iii

HALAMAN KEASLIAN TESIS .................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................. v

ABSTRACK ................................................................................................ vi

MOTTO ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Fokus Masalah ............................................................................. 8

C. Tujun Penelitian ............................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10

A. Tinjauan Teori dan Konsep........................................................... 10

B. Hasil Penelitian Relevan .................................................................... 37

C. Kerangka Pikir .............................................................................. 40

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 42

A. Pendekatan Penelitian .................................................................. 42

B. Lokasi dan waktu Penelitian ......................................................... 42

C. Unit Analisis dan penentuan Informan .......................................... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 44

E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 44

F. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................... 46

xii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………………. 48

A. Deskripsi Karakteristik dan Objek Penelitian ...................................... 48

B. Paparan Dimensi Penelitian ............................................................... 50

C. Pembahasan ...................................................................................... 60

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 67

A. Simpulan ............................................................................................ 67

B. Saran .................................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 69

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 72

LAMPIRAN................................................................................................ 74

xiii

DAFTAR TABEL Tabel Teks Halaman 2.1 Komponen karakter…………………………………….. 34 4.1 Jumlah peserta didik SDN 1 Kassi……………………. 48

xiv

DAFTAR GAMBAR

Tabel Teks Halaman

2.1 kerangka pikir penelitian………..............................................42

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 SURAT IZIN PENELITIAN ............................................................. 75 LAMPIRAN 2 LEMBAR VALIDASI PENELITIAN ................................................. 76 LAMPIRAN 3

KISI – KISI OBSERVASI GURU .................................................... 80

LAMPIRAN 4 KISI – KISI WAWANCARA GURU ................................................. 81

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA GURU ................................................ 82 LAMPIRAN 6 PEDOMAN OBSERVASI GURU KELAS ...................................... 83 LAMPIRAN 7 TRANSKRIP WAWANCARA GURU KELAS V .............................. 86 LAMPIRAN 8 TRANSKRIP WAWANCARA KEPALA SEKOLAH ......................... 92 LAMPIRAN 9 TRANSKRIP WAWANCARA SISWA ............................................. 94 LAMPIRAN 10 DOKUMENTASI KEGIATAN .......................................................... 96

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang–undang RI No 20 tahun 2003, tentang Undang-undang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyatakan bahwa di antara tujuan

pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk

memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Pesan dari Undang–

Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 bertujuan agar

pendidikan tidak hanya membentuk insan yang pintar, namun juga

berkepribadian. Dengan demikian nantinya akan lahir generasi muda

berkarakter dengan berilmu serta berkepribadian yang bernapaskan nilai–

nilai luhur agama dan Pancasila.

Peran pendidikan sangat menentukan dalam upaya

mempersiapkan generasi muda sebagai penerus pembangunan bangsa.

Pendidikan menjadi tolak ukur generasi muda yang akan membawa

kemajuan dan perkembangan bagi bangsa. Menanamkan karakter pada

setiap individu untuk sadar bagaimana pentingnya pendidikan yang

menjadi modal untuk kemajuan bangsa dimana di dalam individu harus

sadar arti pentingnya pendidikan. Untuk itu dalam diri individu harus

mempunyai motivasi untuk maju di dunia pendidikan.

Guru merupakan ujung tombak dalam meningkatkan kualitas

pendidikan, dimana guru akan melakukan interaksi langsung dengan

2

peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas. Melalui proses

belajar dan mengajar inilah berawalnya kualitas pendidikan. Artinya,

secara keseluruhan kualitas pendidikan berawal dari kualitas

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di ruang kelas.

Guru merupakan salah satu tenaga pendidik yang mempunyai

peran sebagai faktor penentu keberhasilan tujuan dan mutu pendidikan,

karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, untuk

memberikan bimbingan yang muaranya akan menghasilkan lulusan yang

diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional.

Undang – undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa” kompetensi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional

yang diperoleh melalui pendidikan profesi.”

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pemahaman

terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, bertindak sesuai norma

sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak

sesuai dengan norma, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlak mulia.

3

Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi

kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang

menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan

metodologi keilmuannya.

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi

dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan,

orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Berkomunikasi

secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga

kependidikan orang tua dan masyarakat.

Guru memiliki peran memfasilitasi siswa-siswi untuk belajar

secara maksimal dengan mempergunakan berbagai strategi, metode,

media, dan sumber belajar. Dalam proses pembelajaran siswa sebagai

titik sentral, siswa yang lebih aktif, mencari dan memecah permasalahan

belajar, guru membantu kesulitan siswa yang mendapat kendala,

kesulitan dalam memahami, dan memecah permasalahan.

Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang

memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik, menciptakan

lingkungan belajar yang menyenangkan. Dalam hal ini murid tidak

dipandang sebagai objek pembelajaran, tetapi ia adalah subjek

pembelajaran itu sendiri, dan bahkan guru harus siap terbuka untuk

mengalami pembelajaran bersama.

Melalui kegiatan sehari-hari di sekolah siswa dapat melihat

4

bagaimana interaksi antara guru ke guru, dan guru ke siswa. Secara

tidak langsung siswa akan mencontoh dan menerapkan dalam

aktivitasnya pada saat siswa ke guru atau siswa ke siswa.

Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk sosial atau makhluk

bermasyarakat, selain itu juga diberikan akal pikiran yang berkembang

serta dapat dikembangkan. Dalam diri manusia ada dorongan dan

kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, oleh karena

itu manusia akan selalu bermasyarkat dalam kehidupannya. Manusia

sebagai makhluk individu dan sosial akan menampilkan tingkah laku

tertentu. Hasil tingkah laku yang muncul merupakan peristiwa saling

mempengaruhi, sehingga menimbulkan sikap sosial tetentu yang akan

mewarnai pola interaksi tingkah laku setiap individu.

Sikap sosial dalam hal ini yang muncul pada siswa sangat

dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Lingkungan tersebut berupa

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Apabila lingkungan sosial

yang dimaksud memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap

perkembangan anak secara positif, maka anak akan dapat mencapai

perkembangan sosial secara matang (Danim, 2011). Namun sebaliknya,

apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif, maka sikap sosial anak

cenderung menampilkan perilaku yang menyimpang. Untuk itu,

pengembangan sikap sosial anak di sekolah sangat penting dilakukan

untuk mematangkan mereka.

Sikap merupakan kesadaran merupakan perilaku yang dimiliki

5

tertanam sejak dini yang memiliki pandangan persoalan dalam

pendidikan. Sikap tidak dapat diungkapkan dengan kata–kata oleh

seseorang tetapi hanya bias diperhatikan oleh orang tersebut. Ahmadi

(2007) ”menyebutkan bahwa sikap sosial adalah kesadaran individu yang

menentukan perbuatan nyata dan berulang–ulang terhadap obyek

sosial”. Sikap sosial ini tidak dinyatakan oleh seseorang tetapi

diperhatikan oleh orang–orang sekelompoknya.

Sikap sosial bagi siswa sangatlah penting, karena kehidupan

sehari-hari dipengaruhi oleh sikap, baik sikap terhadap diri kita maupun

sikap kita terhadap orang lain. Hal yang dapat dimanfaatkan pengalaman

kita sehari-hari sebagai dasar untuk menilai sikap kita. Pada saat menilai,

kita berusaha memperbaiki sikap kita menjadi sikap yang positif secara

terus menerus. Sikap sosial mengacu pada menghargai dan menghayati

perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong),

santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

Di sekolah, guru memiliki peran penting dalam mengembangkan

sikap sosial siswa. Ketika berada di dalam kelas, guru memegang

peranan penting dalam mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang

ingin dicapai, termasuk pengembangan karakter sikap sosialnya dalam

mata pelajaran matematika.

Berdasarkan pengamatan yang terjadi di sekolah saat ini,

karakter sikap sosial siswa sudah mulai ditanamkan oleh guru. Sikap-

6

sikap yang dimaksud adalah sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,

santun dan percaya diri. Sebagai contoh, para siswa selalu

mengucapkan salam kepada guru atau tamu yang hadir di kelas mereka.

Namun masih ada beberapa siswa yang mempunyai karakter kurang

baik, misalnya saat berbicara dengan temannya di kelas masih

menggunakan kata-kata kasar.

Nabi memerintahkan orang tua untuk menyuruh anaknya shalat

sejak usia 7 tahun dan memukulnya sampai usia 10 tahun jika belum

melakukan ibadah shalat. Hadis yang menindikasikan tentang persoalan

tersebut adalah sebagai berikut:

عليه لة إذا بلغ سبع سنين وإذا قال النبي صلى للا بي بالص وسلم مروا الص بلغ عشر سنين فاضربوه عليها

Artinya: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perintahkanlah anak kecil untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah apabila tidak melaksanakannya". (HR. Abu Daud).

Berdasarkan hadis di atas, dapat dipahami bahwa kepriban anak

dapat ditumbuhkan melalui pembiasaan dan tidak terbentuk secara instan.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,

dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,

dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,

budaya, dan adat istiadat.

Peranan guru dalam pengembangan karakter yang dilakukan di

sekolah dimulai sebelum guru memasuki pembelajaran, guru selalu

7

mengajak siswa memeriksa kebersihan yang ada di sekitar. Kemudian

pada saat guru mengawali pembelajaran, guru mengucapkan salam dan

berdoa, serta menanyakan kabar/keadaan siswa.

Nilai–nilai karakter yang dapat dikembangkan dalam mata

pelajaran matematika adalah nilai-nilai positif yang tidak terlepas dari

hakikat matematika itu sendiri. Matematika merupakan ilmu deduktif

karena dalam proses mencari kebenaran harus dibuktikan dengan

menggeneralisasi sifat, teorema, atau dalil setelah dibuktikan secara

deduktif.

Nilai karakter yang akan dikembangkan melalui pembelajaran

matematika adalah : 1) kedisiplinan. 2) jujur. 3) tanggung jawab. 4).

santun. 5) peduli. 6) Percaya diri. Dengan demikian kegiatan

pembelajaran matematika tidak hanya menekankan pada pencapaian

kompetensi saja akan tetapi lebih dari itu dapat menumbuhkan

pembentukan pribadi/karakter peserta didik. Berdasarkan nilai karakter

tersebut maka akan di lihat sejauh mana peranan guru dalam

mengembangkan karakter sikap sosial siswa dalam pembelajaran

matematika di kelas.

Selama ini, penelitian yang telah dilakukan terkait karakter hanya

diimplementasikan dalam pembelajaran matematika, serta pendidikan

karakter dalam pembelajaran matematika, belum ada yang melihat

secara langsung peranan guru dalam mengembangkan karakter sikap

sosial siswa pada pelajaran matematika.

8

Berdasarkan uraian masalah di atas maka penulis tertarik

melalukan penelitian terkait bagaimana mengembangkan karakter sikap

sosial yang berjudul “Peran Guru dalam Mengembangkan Karakter

Sikap Sosial pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Sekolah Dasar

Negeri 1 kassi Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep”.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang masalah di atas,

maka penelitian ini di fokuskan pada: “ Bagaimana peran guru dalam

mengembangkan karakter sikap sosial pada mata pelajaran matematika

siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Kassi?”.

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah ”Untuk menganalisis peran guru dalam perubahan karakter sikap

sosial siswa”.

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi tentang peranan guru terhadap karakter

sikap sosial pada mata pelajaran matematika siswa Sekolah Dasar Negeri

1 Kassi.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis

sendiri maupun bagi para pembaca atau pihak-pihak yang

berkepentingan. Sedangkan manfaat secara praktisnya yaitu:

9

1. Bagi Siswa

Berkembangnya karakter sikap sosial yang lebih baik .

2. Bagi Guru atau Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam

memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran yang kreatif dan

inovatif. Sehingga dengan adanya penelitian ini, diharapkan peneliti

sebagai guru juga bagi guru-guru lainnya dapat memiliki pemahaman

dan pengetahuan serta keterampilan dalam mengetahui dan

mengembangkan karakter sikap sosial siswa di sekolah dasar.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk meningkatkan

komitmen sekolah dalam meningkatkan kualitas peserta didik dalam

hal peranan guru tentang karakter sikap sosial peserta didik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori dan Konsep 1. Peran dan Fungsi Guru dalam Pembelajaran

1.1 Peranan

Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status)

(soekanto, 2009). Apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan

suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah

untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-

pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya”.

Menurut Livinson dalam Soekanto (2009) menyebutkan bahwa

peranan mencakup tiga hal, yaitu :

a. Peranan meliputi norma-norma yang diungkapkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini

merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing

seseorang dalam kehidupan masyarakat.

b. Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan oleh

individu masyarakat sebagai individu.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting

sebagai struktur sosial masyarakat.

11

Menurut Narwoko dan Bagong (2011) peranan dapat membimbing

seseorang dalam berperilaku, karena fungsi peran sendiri adalah

sebagai berikut:

a. Memberi arah pada proses sosialisasi.

b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan

pengetahuan.

c. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat.

d. Menghidupkan sistem pengendali dan kontrol, sehingga dapat

melestarikan kehidupan masyarakat.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa peranan merupakan penilaian sejauh mana fungsi utama yang

dilakukan seseorang, tugas, dan pola perilaku yang diharapkan dapat

dilakukan oleh seseorang atau bagian akibat status atau kedudukan

yang melekat padanya, dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang

ditetapkan.

Pembelajaran diperlukan adanya usaha dari guru untuk

mengoptimalkan peran dan fungsinya. Peranan guru akan senantiasa

menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai

interaksinya, baik dengan siswa, sesama guru maupun dengan staf

sekolah atau bahkan dengan kepala sekolah. Dari berbagai kegiatan

interaksi, maka kegiatan pembelajaran dapat dipandang sebagai sentral

bagi peranannya, mengingat disadari atau tidak bahwa sebagian waktu

dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk penggarapan pembelajaran

12

di dalam kelas dan berinteraksi dengan siswa. Beberapa peran dan

fungsi guru menurut Zen (2010) sehubungan dengan tugasnya selaku

pengajar dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Sebagai Informator

Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi

lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

dalam pada itu berlaku teori komunikasi: teori stimulus – respon, teori

dissonance – reduction dan teori – pendekatan fungsional.

b) Sebagai Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus,

workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang

berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan

sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi

dalam belajar pada diri siswa.

c) Sebagai Motivator

Peranan guru sebagai motivator, penting artinya dalam rangka

meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa.

Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta

reinforcemen untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan

swadaya, sehingga akan terjadi dinamika di dalam pembelajaran.

d) Sebagai Pengarah

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol.

Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan

13

siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

e) Sebagai Inisiator

Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam belajar. Sudah

barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh

oleh anak didiknya.

f) Sebagai Transmiter

Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar

kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

g) Sebagai Fasilitator

Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan

fasilitas atau kemudahan dalam pembelajaran, misalnya saja dengan

menciptakan suasan kegiatan yang sedemikian rupa, serasi dengan

perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan

berlangsung secara efektif.

h) Sebagai Mediator

Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam

kegiatan belajar siswa, misalnya menengahi atau memberikan jalan ke

luar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga diartikan

penyedian media, bagaimana cara memakai dan mengorganisasi

penggunaan media.

1.2 Pengertian Guru

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada

14

anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang

melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di

lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di rumah, dan di

tempat lainnya.

Menurut Ametembun dalam Djamarah (2010) bahwa “guru adalah

semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap

pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di

sekolah maupun di luar sekolah”.

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan

dosen dikemukakan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.

Menurut Hamzah (2007) “guru merupakan orang dewasa yang

secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan

membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru ialah yang memiliki

kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata

dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya

dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses

pendidikan”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa guru

merupakan seseorang yang memiliki jabatan atau profesi yang memiliki

keahlian khusus dalam merancang program pembelajaran serta mampu

15

menata dan mengelola kelas dan memiliki pengetahuan, pemahaman

untuk diberikan kepada anak didiknya. Guru bertanggung jawab untuk

membimbing dan membina anak didik.

1.3 Pengertian Peranan Guru

Peran guru sangatlah penting dalam kemajuan pendidikan. Guru

merupakan salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran

sebagai faktor penentu keberhasilan tujuan dan mutu pendidikan. Tugas

yang diemban seorang guru tidaklah mudah. Oleh karena itu, guru harus

mengerti dan paham tentang hakikat sejati seorang guru.

Menurut Soekanto (2009) “peranan (role) merupakan proses

dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu

peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk

kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan

karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya”.

Menurut Wrighmant dalam Prihatin (2008) peranan guru adalah

untuk menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang

dilakukan dalam situasi tertentu serta hubungan dengan kemajuan

perubahan tingkah laku dan perkembangan peserta didik dan menjadi

tujuan.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

peranan guru merupakan seseorang yang dalam melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang guru yang

16

memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

1.4 Tugas Guru

Guru merupakan salah satu komponen di sekolah menempati

profesi yang penting dalam proses belajar mengajar. Kunci keberhasilan

sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah ada di tangan

guru. Guru mempunyai peranan dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan siswanya,pengetahuan, keterampilan, kecerdasan dan

sikap serta pandangan hidup siswa.

Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen Undang-Undang RI

Nomor 14 Tahun 2005 bab 2 pasal 4 seorang guru memiliki tugas

sebagai berikut:

a) Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah seorang pendidik yang menjadi tokoh dan panutan

bagi peserta didik dan lingkungannya. Maka seorang guru itu harus

mempunyai standar kualitas pribadi yang baik bertanggung jawab

terhadap tindakannya dalam proses pembelajaran di sekolah, berani

mengambil keputusan berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi.

b) Guru Sebagai Pelajar

Di dalam tugasnya seorang guru membantu peserta didik dalam

meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Maka seorang guru harus mengikuti perkembangan teknologi agar apa

17

yang di bawakan seorang guru pengajarannya tidak jadul.

c) Guru Sebagai Pembimbing

Sebagai pembimbing seorang guru dan siswa di harapkan ada

kerja sama yang baik dalam merumuskan tujuan secara jelas dalam

proses pembelajaran.

d) Guru Sebagai Pengarah

Seorang guru di harapkan dapat mengarahkan peserta didiknya

dalam memecahkan persoalan yang telah di hadapinya dan bisa

mengarahkan kepada jalan yang benar apabila mengalami persoalan

yang negatif yang telah menimpa dirinya.

e) Guru Sebagai Pelatih

Mengarahkan keterampilan-keterampilan pada peserta didik dalam

membentuk kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-masing

dari peserta didik.

f) Guru Sebagai Penilai

Penilaian merupakan proses penetapan kualitas hasil

belajar/proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan

pembelajaran peserta didik yang meliputi tiga tahap yaitu : persiapan,

pelaksanaan dan tindak lanjut.

2. Tinjauan Pengertian Sikap

Sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil

interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat

dinamis. Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya

18

sikap dapat mengalami perubahan.

Menurut Sheriff dalam Azwar (2010) bahwa sikap dapat berubah

karena kondisi dan pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil dari belajar

sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap

senantiasa akan berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan

dengan objek tertentu. Mengenai definisi tentang sikap banyak ahli yang

mengemukakannya sesuai dengan sudut pandang masing-masing.

Menurut Saifuddin (2012) Sikap sebagai predisposisi emosional

yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek.

Sikap merupakan variabel lain yang mendasari, mengarahkan, dan

mempengaruhi perilaku.

Menurut Bertens (2007) Sikap tidak identik dengan respon dalam

bentuk perilaku, tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat

disimpulkan dengan konsistensi perilaku yang dapat diamati. Secara

operasional sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau

tindakan yang merupakan respon reaksi dari sikapnya terhadap objek,

baik berupa orang, peristiwa atau situasi.

Menurut Saifuddin (2012) Sumber dari sikap bersifat kultural,

familiar dan personal. Artinya, jika kita cenderung beranggapan bahwa

sikap-sikap itu akan berlaku dalam suatu kebudayaan tertentu, selaku

tempat individu dibesarkan. Jadi ada semacam sikap kolektif yang

menjadi stereotipe sikap kelompok budaya masyarakat tertentu.

Sebagian besar dari sikap ini berlangsung dari generasi ke generasi di

19

dalam struktur keluarga.

Akan tetapi beberapa langkah dari individu juga berkembang

selaku orang dewasa berdasarkan pengalaman individu itu sendiri. Para

ahli psikologi sosial bahkan percaya, bahwa sumber-sumber penting dari

sikap individu adalah propaganda dan sugesti dari penguasa,

pengusaha, lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga lainnya yang

secara sengaja diprogramkan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku

individu.

Sikap merupakan salah satu aspek psikologi individu yang sangat

penting karena sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku

sehingga akan banyak mewarnai perilaku seseorang. Sikap setiap orang

berbeda atau bervariasi, baik kualitas maupun jenisnya sehingga perilaku

manusia menjadi bervariasi. Pentingnya aspek sikap dalam kehidupan

individu mendorong para psikolog untuk mengembangkan teknik dan

instrumen mengukur sikap individu, kelompok, maupun massa untuk

mengukur pendapat umum sebagai dasar penaksiran dan penilaian

sikap.

2.1 Upaya Pengembangan Sikap

Menurut Qomaruzzaman (2012) “Remaja yang tumbuh dan

berkembang dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang

penuh rasa aman secara psikologis, pola interaksi yang demokratis, pola

asuh bina kasih dan religius dapat diharapkan berkembang menjadi

remaja yang memiliki budi luhur, moralitas tinggi serta sikap dan perilaku

20

terpuji. Sebaliknya individu yang tumbuh dan berkembang dengan

kondisi psikologis yang penuh dengan konflik, pola interaksi yang tidak

jelas, pola asuh yang tidak berimbang dan kurang religius maka harapan

agar anak dan remaja tumbuh dan berkembang menjadi individu yang

memiliki nilai-nilai luhur, moralitas tinggi dan sikap perilaku terpuji

menjadi diragukan”.

1. Lingkungan Keluarga

Suatu sistem sosial yang paling awal bawah dan penting berusaha

menumbuhkembangkan sistem nilai, moral, dan sikap kepada anak

adalah keluarga, didorong oleh keinginan dan harapan orang tua yang

cukup kuat agar anaknya tumbuh dan berkembang menjadi individu yang

memiliki dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, mampu membedakan

yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang boleh dan

yang tidak boleh dilakukan, serta memiliki sikap dan perilaku yang terpuji

sesuai dengan harapan orang tua, masyarakat sekitar dan agama.

2. Lingkungan Sekolah

Upaya pengembangan nilai, moral dan sikap juga diharapkan

dapat dikembangkan secara efektif dilingkungan sekolah. Di sekolah ada

bidang studi PPKn, pendidikan agama, etika dan budi pekerti yang

emplisit dalam setiap bidang studi yang diajarkan. Ada serangkaian

penelitian menarik yang dilakukan oleh Blatt dalam Musbikin (2013) hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa upaya pedagogis yang lebih terbatas

untuk merangsang proses perkembangan moral dapat juga memiliki

21

dampak yang berarti pada anak. Prosedur diskusi moral yang digunakan

oleh Blatt yaitu prosedur pertama, kurikulum pendidikan moral

dipusatkan pada suatu rangkaian dilema moral yang didiskusikan

bersama-sama antara siswa dan guru. Prosedur kedua, menimbulkan

diskusi antara para murid pada dua tahap perkembangan moral yang

berdekatan.

Implikasi bagi pendidikan dari hasil-hasil penelitian Blatt (2013) itu

adalah bahwa guru harus secara serius membantu para siswa untuk

mempertimbangkan berbagai konflik moral yang akan terjadi

sesungguhnya, memikirkan cara pertimbangan yang digunakan dalam

menyelesaikan konflik moral, melihat ketidakkonsistenan dalam cara

berfikirnya dan menemukan jalan untuk mengatasinya.

3. Lingkungan Masyarakat

Menurut Ali (2006), “sikap adalah aspek-aspek yang berkembang

pada diri individu melalui interaksi antara aktivitas internal dan pengaruh

stimulus eksternal”. Pada awalnya seorang anak belum memiliki nilai-

nilai dan pengetahuan nilai moral tertentu atau apa yang dipandang baik

dan buruk oleh suatu kelompok sosialnya. Selanjutnya, dalam

berinteraksi dengan lingkungan, anak mulai belajar mengenai aspek

berbagai kehidupan yang berkaitan dengan moral dan sikap. Dalam

konteks ini lingkungan merupakan hal yang besar pengaruhnya terhadap

perkembangan moral dan sikap individu

Menurut Ali (2006), “faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

22

sikap individu meliputi aspek psikologis, sosial, budaya dan fisik

kebendaan baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat”.

Remaja yang tumbuh dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat yang penuh rasa aman secara psikologis, pola interaksi yang

demokratis, pola asuh bina kasih dan religius dapat diharapkan menjadi

remaja yang berbudi luhur, moralitas tinggi, serta sikap dan perilaku yang

terpuji. Sebaliknya, individu yang tumbuh dan berkembang dalam kondisi

psikologis yang penuh konflik, pola interaksi yang tidak jelas, pola asuh

yang tidak berimbang dan kurang religius, maka harapan agar anak dan

remaja tumbuh dan berkembang menjadi individu-individu yang memiliki

nilai-nilai luhur, moralitas tinggi dan sikap perilaku terpuji yang diragukan.

2.2 Kompononen Sikap

Sikap merupakan salah satu aspek yang akan membentuk pola

berpikir tertentu pada setiap individu. Pola pikir ini akan mempengaruhi

sikap kegiatan yang akan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap

akan membentuk suatu perilaku seseorang dalam memberikan penilaian

terhadap objek-objek tertentu serta memberikan arahan pada tindakan

selanjutnya.

Menurut Winarti (2007) sikap terdiri dari 3 komponen pokok,yaitu :

a. Keyakinan (Aspek Kognitif)

Komponen yang berisikan apa yang diyakini dan apa yang

dipikirkan orang mengenai suatu objek sikap. Apa yang dipikirkan dan

diyakini tersebut belum tentu benar. Aspek keyakinan yang positif akan

23

menumbuhkan sikap positif, sedangkan aspek negatif akan

menumbuhkan sikap negatif terhadap objek sikap.

b. Perasaan (Aspek Afektif)

Perasaan senang atau tidak senang adalah komponen yang

penting dalam pembentukan sikap. Menurut para ahli mengatakan,

bahwa sikap itu semata-mata refleksi dari perasaan senang atau

perasaan tidak senang terhadap objek sikap.

c. Perilaku (Aspek Konatif)

Bila orang menyenangi suatu objek, maka ada kecenderungan

orang akan mendekati objek tersebut dan sebaliknya.Berdasarkan uraian

diatas dapat diartikan bahwa sikap mempunyai tiga komponen yaitu

komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Komponen

kognitif merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,

pandangan, keyakinan, terhadap suatu objek. Komponen afektif adalah

komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang

terhadap objek sikap. Sedangkan komponen konatif merupakan

komponen berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap

objek sikap.

2.3 Fungsi Sikap

Sikap yang sudah berkembang pada diri seseorang akan

cenderung dipertahankan dan sulit sekali diubah, karena mengubah

sikap yang sudah menjadi perilaku seseorang berarti akan mengadakan

penyesuaian baru terhadap objek situasi yang dihadapi. Selain memiliki

24

komponen sikap juga memiliki fungsi-fungsinya, menurut Katz dalam

Walgito (2003), terdapat empat fungsi sikap, antara lain:

1. Fungsi Instrumental, atau fungsi peyesuaian, atau fungsi manfaat.

Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana-tujuan. Sikap merupakan

sarana untuk mencapai tujuan. Orang memandang sampai sejauh

mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai alat

dalam rangka pencapaian tujuan.

2. Fungsi Pertahanan Ego

Merupakan sikap yang diambil seseorang demi untuk

mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang

pada waktu orang yang besangkutan terancam keadaan dirinya atau

egonya.

3. Fungsi Ekspresi Nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu

untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan

mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat

menunjukan keadaaan dirinya.

4. Fungsi Pengetahuan.

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan

pengalaman-pengalamannya, untuk memperoleh pengetahuan.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

fungsi sikap adalah sebagai salah satu sarana pengambilan keputusan

untuk mencapai suatu tujuan dengan disetiap individu yang sudah

25

memiliki ego akan dirinya, Pada dasarnya setiap masing-masing individu

telah memiliki nilai-nilai yang dianggap positif ataupun negatif, nilai-nilai

tersebut akan mereka aplikasikan dalam kehidupannya dan

menjadikannya suatu pengalaman.

2.4 Ciri-ciri Sikap

Sikap mempunyai segi-segi perbedaan dengan pendorong-

pendorong lain yang ada dalam diri manusia. Oleh karena itu, untuk

membedakan sikap dengan pendorong-pendorong lain, diuraikan

mengenai cir-ciri sikap menurut Walgito (2003) mengemukakan sebagai

berikut:

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir.

Manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu

terhadap suatu objek. Karena sikap tidak dibawa sejak individu

dilahirkan, ini berarti bahwa sikap itu terbentuk dalam perkembangan

individu yang bersangkutan. Oleh karena sikap itu terbentuk atau

dibentuk, maka sikap itu dapat diubah.

b. Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap.

Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan

objek-objek tertentu, yaitu melalui proses persepsi terhadap objek

tersebut. Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan

objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu

terhadap objek tersebut.

26

c. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi dapat juga tertuju

pada sekumpulan objek-objek.

Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif pada seseorang,

orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukan

sikap yang negatif pula pada kelompok dimana seseorang tersebut

tergabung didalamnya.

d. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

Sikap akan lama bertahan pada diri seseorang apabila telah

terbentuk dan telah menjadi nilai dalam kehidupan seseorang. Sikap

ini akan sulit berubah, dan kalaupun dapat berubah memerlukan

waktu yang relatif lama. Tetapi sebaliknya bila sikap itu belum begitu

mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap tersebut secara

relatif tidak bertahan lama, dan sikap tersebut akan mudah berubah.

e. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi.

Sikap terhadap suatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan

tertentu yang dapat bersifat positif tetapi juga dapat bersifat negatif

terhadap objek tersebut. Selain itu sikap, sikap mempunyai daya

dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek

yang dihadapinya.

Sikap tidak dibawa sejak lahir, ini berarti seseorang pada waktu

dilahirkan belum memiliki sikap tertentu. Sikap tertentu dalam proses

perkembangan individu bersangkutan. Oleh karena itu maka sikap dapat

berubah-ubah dan dapat dipelajari. Sikap senantiasa terarah terhadap

27

suatu objek, oleh karena itu sikap selalu terbentuk dan dipelajari dalam

hubungannya dengan objek.

3. Pengertian Sikap Sosial

Berdasarkan Permendikbud No 24 Tahun 2016 yang mengatur

tentang Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu

sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang

beriman dan bertakwa,dan sikap sosial yang terkait dengan

pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis,

dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari

menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan

sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya

mewujudkan harmoni kehidupan. Kompetensi sikap sosial mengacu

pada KI-2: Yaitu menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri,

dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam

dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

Sikap sosial perlu ditanamkan pada siswa di sekolah karena siswa

menghabiskan sebagian waktunya di sekolah. Untuk dapat membentuk

kepribadian siswa agar memiliki sikap sosial yang lebih baik tidak lepas

dari peran guru. Di tangan para gurulah terletak kemungkinan berhasil

atau tidaknya pencapaian tujuan proses pembelajaran dan pembentukan

sikap kepribadian anak.

Menurut kurikulum 2013 dapat dijelaskan aspek sikap sosial adalah

28

sebagai berikut:

a. Jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan dan pekerjaan

b. Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan.

c. Tanggung Jawab yaitu sikap dan perilaku peserta didik untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang

Maha Esa.

d. Santun yaitu perilaku hormat pada orang lain dengan bahasa yang

baik.

e. Peduli yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan

kepada orang lain atau masyarakat yang membutuhkan.

f. Percaya Diri yaitu suatu keyakinan atas kemampuannya sendiri

untuk melakukan kegiatan atau tindakan.

Masing–masing aspek dan indikator yang dapat dikembangkan

oleh sekolah sebagai berikut :

a. Jujur

1) Tidak mau berbohong atau mencontek

2) Mengejakan sendiri tugas yang diberikan guru, tanpa menjiplak

tugas orang lain

3) Mengerjakan soal penilaian tanpa mencontek

29

4) Mengatakan dengan sesungguhnya apa yang terjadi atau yang

dialaminya dalam kehidupan sehari–hari

5) Mau mengakui kesalahan atau kekeliruan

6) Mengembalikan barang yang dipinjam atau ditemukan

7) Mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang diyakininya,

walaupun berbeda dengan pendapat teman

8) Mengemukakan ketidaknyamanan belajar yang dirasakannya di

sekolah

9) Membuat laporan kegiatan kelas secara terbuka (transparan)

b. Disiplin

1) Mengikuti peraturan yang ada di sekolah

2) Tertib dalam melaksanakan proses belajar mengajar

3) Hadir di sekolah tepat waktu

4) Masuk kelas tepat waktu

5) Memakai pakaian seragam lengkap dan rapi

6) Tertib mentaati peratuaran sekolah

7) Melaksanakan piket kebersihan kelas

8) Mengumpulkan tugas/pekerjaan rumah tepat waktu

9) Mengerjakan tugas/pekerjaan rumah dengan baik

10) Membagi waktu belajar dan bermain dengan baik

11) Mengambil dan mengembalikan peralatan belajar pada

tempatnya

12) Tidak pernah terlambat masuk kelas

30

c. Tanggung jawab

1) Menyelesaikan tugas yang diberikan

2) Mengakui kesalahan

3) Melaksanakan tugas yang menjadi kewajibannya di kelas seperti

piket kebersihan

4) Melaksanakan peraturan sekolah dengan baik

5) Mengejakan tugas/pekerjaan rumah sekolah dengan baik

6) Mengumpulkan tugas/pekerjaan tepat waktu

7) Mengakui kesalahan, tidak melemparkan kesalahan kepada

teman

8) Berpatisipasi dalam kegiatan sosial di sekolah

9) Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam

kelompok di kelas/sekolah

10) Membuat laporan setelah selesai melakukan kegiatan

d. Santun

1) Menghormati orang lain dan menghormati cara bicara yang tepat

2) Menghormati guru, pegawai sekolah, penjaga kebun, dan orang

yang lebih tua

3) Berbicara atau bertutur kata halus tidak kasar

4) Berpakaian rapi dan pantas

5) Dapat mengendalikan emosi dalam menghadapi masalah, tidak

marah–marah

6) Mengucapkan salam ketika bertemu guru, teman, dan orang-

31

orang di sekolah

7) Menunjukkan wajah ramah, bersahabat, dan tidak cemberut

8) Mengucapkan terima kasih apabila menerima bantuan dalam

bentuk jasa atau barang dari orang lain.

e. Peduli

1) Ingin tahu dan ingin membantu teman yang kesulitan dalam

pembelajaran, perhatian kepada orang lain

2) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial di sekolah, misalnya

mengumpulkan sumbangan untuk membantu yang sakit atau

kemalangan

3) Meminjamkan alat kepada teman yang tidak membawa/memiliki

4) Menolong teman yang mengalami kesulitan

5) Menjaga keasrian, keindahan, dan kebersihan lingkungan

sekolah

6) Melerai teman yang berselisih (bertengkar)

7) Menjenguk teman atau guru yang sakit

8) Menunjukkan perhatian terhadap kebersihan kelas dan

lingkungan sekolah

f. Percaya diri

1) Berani tampil di depan kelas

2) Berani mengemukakan pendapat

3) Berani mencoba hal baru

4) Mengemukakan pendapat terhadap topik atau masalah

32

5) Mengajukan diri menjadi ketua kelas atau pengurus kelas lainnya

6) Menajukan diri untuk mengerjakan tugas atau soal di papan tulis

7) Mencoba hal–hal baru yang bermanfaat

8) Mengungkapkan kritikan membangun terhadap karya orang lain

9) Memberikan argument yang kuat untuk mempertahankan

pendapat.

4. Program penguatan pendidikan karakter (PPK) dalam

membentuk sikap sosial peserta didik

Pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter (PPK)

merupakan program yang saat ini sedang dilaksanakan pemerintah

kepada seluruh sekolah di Indonesia. Menurut kemendikbud (2016),

penguatan pendidikan karakter adalah untuk memperkuat karakter siswa

melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga dengan

dukungan perlibatan publik dan kerjasama antar sekolah, keluarga, dan

masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi

Mental (GNMR)”.

Melalui program–programnya di sekolah, PPK menyisipkan lima

nilai karakter utama yang harus dimiliki oleh peserta didik yaitu:

1) Religius

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan

ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan

agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan

33

ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan

pemeluk agama lain.

2) Nasionalis

Nilai karakter Nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan

berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan

penghargaaan yang tinggi terhadap Bahasa, lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi dan politik bangsa, menempatkan kepentingan

bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

3) Mandiri

Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak

tergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga,

pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita–cita.

4) Gotong royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai

semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan

bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi

bantuan/pertolongan pada orang–orang yang membutuhkan.

5) Intergritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku

yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang

selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,

memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai–nilai kemanusiaan dan

moral (integritas moral).

34

Sikap sosial adalah pembentukan karakter pada anak didik, maka

kita harus mencontoh karakter Nabi Muhammad SAW yang memiliki

karakter yang sempurna, sebagaimana firman Allah SWT. Dalam QS.al –

Qalam/68: 4

وان لڪ ❷ ما انت بـنعمة رب ك بمجنون ❶ والقلم وما يسطرون ن ❹وانك لعلى خلق عظيم ❸ لجرا غير ممنون

Artinya:

Nun. Demi pena dan apa yang tuliskan, (1) dengan karunia Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah orang gila.(2) Dan sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.(3) Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.(4)

Kemudian dalam hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam

bersabda,“Tanda orang munafik ada tiga; apabila berbicara ia berdusta,

apabila berjanji ia ingkar, dan apabila diberi amanat (dipercaya) ia

berkhianat.” (HR. Bukhori).

Berdasarkan ayat dan hadist di atas, dapat dipahami bahwa karakter

merupakan ciri khas yang melekat pada diri seseorang, sifat batin

manusia yang mempengaruhi perbuatan dan tindakannya.

Menurut Lickona (2013), komponen-komponen karakter yang baik

adalah :

35

Tabel 2.1 Komponen Karakter

No. Komponen Indikator

1. Moral Knowing (pengetahuan Moral)

g) Tidak mau berbohong atau mencontek

h) Mau mengakui kesalahan atau kekeliruan

i) Mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang diyakininya walaupun berbeda dengan pendapat teman

j) Mengemukakan ketidaknyamanan belajar yang dirasakannya di sekolah

k) Mengembalikan barang yang dipinjam atau ditemukan

2. Moral feeling (perasaan moral)

a) Mengakui kesalahan, tidak melemparkan kesalahan kepada teman

b) Menolong teman yang mengalami kesulitan

c) Menghormati orang lain dan menghormati cara bicara yang tepat

d) Dapat mengendalikan emosi dalam menghadapi masalah

e) Berbicara atau bertutur kata halus tidak kasar

3. Moral action (Tindakan moral)

a) Berani tampil di depan kelas b) Berani mengemukakan pendapat c) Berani mencoba hal baru d) Mengikuti peraturan yang ada di

sekolah

(Di adaptasi/dimodifikasi dari Lickona 2013)

Dari beberapa pendapat di atas, maka peneliti berpendapat bahwa

karakter merupakan wujud tingkah laku dan moral berdasarkan nilai-nilai

dalam sikap dan perilaku yang memiki hubungan dengan lingkungan

berdasarkan dengan norma yang ada dalam masyarakat.

36

5. Integrasi Nilai – nilai pendidikan karakter sosial pada

pembelajaran matematika

Mengintegrasikan nilai – nilai karakter pada setiap mata pelajaran

dengan tujuan untuk menanamkan nilai – nilai pada peserta didik akan

pentingnya pendidikan karakter, sehingga diharapkan setiap peserta

didik mampu menginternalisasikan nilai – nilai itu ke dalam tingkah laku

sehari – hari melalui proses pembelajaran.

Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan

peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga

dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli,

dan menginternalisasi nilai – nilai dan menjadikannya perilaku.

Nilai – nilai karakter sosial yang dikembangkan dalam

pembelajaran matematika tetap harus berlandaskan pada nilai – nilai

universal. Melalui kegiatan pembelajaran ini, guru dapat

mengembangkan nilai – nilai karakter seperti disiplin, jujur,

tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri.

Berbagai upaya dapat dilakukan oleh guru matematika untuk

mengembangkan nilai – nilai karakter tersebut. Guru harus dapat

menciptakan suasana belajar yang mendukung terlaksananya

pendidikan karakter, salah satunya adalah dengan pembelajaran siswa

aktif.

Melalui pembelajaran siswa aktif diharapkan berkembangnya nilai

nilai karakter seperti disiplin, jujur, tanggungjawab, santun, peduli, dan

37

percaya diri. Penanaman karakter ini dilakukan secara terus menerus

sehingga diharapkan menjadi suatu kebiasaan.

B. Hasil Penelitian Relevan

1. Dalam penelitian Endah Asmarawati, dkk (2016) yang berjudul proses

integrasi sikap sosial dan spiritual dalam pembelajaran matematika

pada siswa kelas VII SMP Negeri di kecamatan Purwodadi hasil

penelitiannya menunjukkan kesulitan yang dialami guru saat proses

integrasi sikap sosial adalah guru kesulitan dalam mengembangkan

sikap sosial yang tepat untuk siswa sesuai dengan kebutuhan siswa

tersebut. Hal ini dipandang sulit dilakukan mengingat karakter setiap

siswa itu berbeda-beda.

2. Sementara penelitian Ida Ayu Dewi Virani, dkk (2016) yang berjudul

deskripsi sikap sosial pada siswa kelas IV SD Negeri 4 penarukan

kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng, hasil penelitiannya

menunjukkan Pendidikan karakter untuk menghasilkan siswa yang

berkarakter telah dilakukan, mulai dari anak sekolah tingkat dasar

hingga menengah atas. Pendekatan awal ke pihak sekolah sama

sekali tidak mengalami hambatan. Semua sekolah menyambut baik

kegiatan ini dan memberi kesempatan kepada tim untuk melaksanakan

pelatihan serta ikut membantu sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Para siswa begitu berkonsentrasi, khidmat dan sangat memperhatikan

materi yang diberikan serta mampu merespon secara positif.

3. Penelitian Puspa Dianti (2014) yang berjudul Integrasi Pendidikan

38

Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Untuk

mengembangkan karakter siswa, hasilnya penelitiannya menunjukkan

bahwa bentuk evaluasi atau penilaian yang dilakukan dalam

pembelajaran PKn belum begitu baik karena ketika pembelajaran di

kelas, peneliti melihat bahwa guru tidak menggunakan teknik penilaian

yang beragam. Guru hanya melakukan penilaian berupa penilaian

terhadap tugas siswa dalam bentuk tertulis, selanjutnya guru juga

melakukan penilaian dengan memberikan pertanyaan langsung

kepada siswa di akhir pelajaran yang menurut peneliti hanya sebatas

pada pengukuran kognitif saja, selanjutnya guru sudah melakukan

penilaian terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran. Namun,

belum dilakukan secara terus-menerus.

4. Penelitian Rahimi dan Hosseini (2015) yang berjudul “The role of

teachers’ classroom discipline in their teaching effectiveness and

students’ language learning motivation and achievement: A path

method” hasil penelitiannya menunjukkan strategi guru digunakan

untuk mendisiplinkan kelakuan siswa dalam bahasa Inggris sebagai

kelas bahasa asing diselidiki. hubungan antara strategi ini dan

efektivitas pengajaran guru, dan motivasi belajar siswa dan prestasi

dicari. Akhirnya, hubungan antar itu akan terjadi dimodelkan

menggunakan serangkaian jalur dan diuji secara statistik untuk

menemukan prediktor motivasi dan prestasi.

39

5. Penelitian VB Salakhova Et Al (2016) yang berjudul “Features of Social

Attitudes and Value Orientations of Youths and Adolescents Prone to

Auto-Aggressive Behavior”, hasil penelitiannya menunjukkan hasil

yang signifikan dengan menggunakan karakteristik student.

6. Sementara penelitian Maryono (2015) yang berjudul “The

Implementation Of Character Education Policy At Junior High Schools

And Islamic Junior High Schools In Pacitan”, hasil penelitiannya

menginformasikan bahwa kontribusi anggota dan komite sekolah harus

optimal; sehingga tujuan pendidikan karakter bisa tercapai.

Implementasi moral harus tercermin dalam subjek yang runcing atau

dengan pendekatan komprehensif, sehingga tujuan dapat dicapai

secara efektif.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu terletak

pada objek penelitian dan mata pelajarannya. Peneliti terdahulu meneliti

tentang pendidikan karakter dalam pembelajaran PKn untuk

mengembangkan karakter siswa dan penelitian tentang deskripsi sikap

sosial pada siswa kelas IV SD, sedangkan penelitian ini meneliti tentang

peran guru dalam mengembangkan karakter sikap sosial pada mata

pelajaran matematika.

Dari beberapa hasil penelitian di atas, maka peneliti dapat

menyimpulkan dan berpendapat bahwa pentingnya penelitian peran guru

dalam mengembangkan karakter sikap sosial ini di lanjutkan di SD Negeri

1 Kassi dengan melihat beberapa permasalahan yang ada dilapangan.

40

Beberapa pendapat di atas merupakan acuan bagi peneliti untuk

melanjutkan penelitian ini agar nantinya karakter sikap sosial bisa terus

dikembangkan di sekolah.

. C. Kerangka Pikir

Berdasarkan rumusan masalah, latar belakang dan tujuan maka

peneliti merumuskan bahwa peran guru merupakan peran seseorang

dalam melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya sebagai seorang guru yang memiliki tugas yaitu mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur

formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Perubahan sikap sosial siswa adalah proses tahapan siswa menuju

perilaku yang lebih baik sesuai dengan standar moral yang berlaku.

Adapun proses berkembangnya perubahan sikap siswa yang baik dapat

dilihat jika siswa tersebut memiliki perkembangan emosi yang baik,

bahasa yang baik dan memiliki hubungan sosial yang baik.

Maka peneliti membuat penelitian ini dengan pertama-tama

berdasarkan kurikulum 2013 yang diterapkan di sekolah yang selanjutnya

melihat karakter sikap sosial siswa di sekolah sehingga diperoleh hasil

penelitian yang mendeskripsikan peran guru dalam mengembangkan

karakter sikap sosial pada mata pelajaran matematika siswa Sekolah

Dasar Negeri 1 Kassi kecamatan Balocci kabupaten Pangkep.

41

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Kurikulum 2013

Penguatan pendidikan karakter (PPK)

Peran guru dalam mengembangkan karakter sikap

sosial pada mata pelajaran matematika

Moral Knowing (pengetahuan Moral)

Moral Action (Tindakan Moral)

Integrasi dalam mata pelajaran

matematika

Moral feeling (Perasaan Moral)

Sikap sosial yang berkarakter

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian

kualitatif bersifat induktif, yaitu pengembangan konsep yang didasarkan

atas dasar yang ada, mengikuti desain penelitian yang fleksibel sesuai

dengan konteknya. Desain dimaksud tidak kaku sifatnya sehingga

memberi peluang kepada peneliti untuk menyesuaikan diri dengan

konteks yang ada dilapangan.

Oleh sebab itu penelitian ini sangat tepat untuk menjelaskan

peranan guru terhadap pengembangan karakter sikap sosial pada mata

pelajaran matematika siswa kelas 5 di SD Negeri 1 Kassi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Kassi Kecamatan

Balocci, Kabupaten Pangkep pada semester genap tahun ajaran

2019/2020.

C. Unit Analisis dan Penentuan Informan

1. Unit Analisis

Menurut Suprayogo dan Tobroni (2001), unit analisis adalah

43

sesuatu yang berkaitan dengan fokus/komponen yang diteliti. Unit analisis

suatu penelitian dapat berupa individu, kelompok, organisasi, benda, dan

waktu tertentu sesuai dengan fokus permasalahannya, unit analisis yang

berupa lembaga atau organisasi dapat berupa organisasi dalam skala

kecil/terbatas. Dengan mempertimbangkan hal di atas dan membatasi

penelitian maka unit analisis dalam penelitian ini ditentukan dengan

sengaja (purposive) yang akan dilakukan Sekolah Dasar Negeri 1 Kassi ,

Kecamatan Balocci, Kelurahan Kassi Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan.

Adapun beberapa alasan yang menjadi dasar pemilihan lokasi

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Unit sekolah tersebut adalah unit dimana peneliti menemukan

fenomena yang terjadi.

2. Peneliti adalah seorang guru kelas yang mengajar di unit sekolah

tersebut

2. Penentuan Informan

Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik

purposive sampling, di mana pemilihan dilakukan secara sengaja

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan

tujuan penelitian. Adapun kriteria dan informan yang ditunjuk atau dipilih

dalam penelitian ini adalah guru yang mengetahui pendidikan karakter

secara mendalam dan mau bekerjasama serta guru yang mengajar di

kelas tinggi.

44

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam meneliti yaitu

metode pengamatan (observasi), dan wawancara . Pada metode

pengamatan, peneliti menggunakan tiga jenis metode yaitu pertama

metode pengamatan tanpa peran serta yaitu pengamat hanya melakukan

satu fungsi yaitu mengadakan pengamatan, kedua pengamatan terbuka

diketahui oleh subjek. Para subjek dengan sukarela memberikan

kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang

terjadi,dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati hal yang

dilakukan oleh subjek (informan), dan ketiga pengamatan tak terstruktur

yaitu pengamatan didasarkan dalam situasi yang alamiah yang

dikehendaki oleh peneliti.

Pada teknik wawancara peneliti menggunakan pendekatan

interpretatif dan teknik pendekatan wawancara kualitatif.

E. Teknik Analisis Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa pengamatan

langsung observasi dan wawancara. Analisis data kualitatif dibangun

dengan kata-kata dari hasil wawancara dan observasi langsung terhadap

data yang dibutuhkan untuk dideskripsikan dan dirangkum.

Analisis data kualitatif dilakukan dengan melihat tahapan-tahapan

yaitu membiasakan diri dengan data melalui tinjauan pustaka membaca

mendengar dan lain-lain, transkrip wawancara dari alat perekam,

pengaturan dan indeks data yang telah diidentifikasi, anonim dari data

45

yang sensitif , coding, identifikasi tema, pengkodian ulang pengembangan

kategori, eksplorasi hubungan antara kategori, pengulangan tema dan

kategori, membangun teori dan menggabungkan pengetahuan yang

sebelumnya, pengujian data dengan teori lain, penulisan laporan termasuk

dari data asli jika tepat seperti kutipan dari wawancara.

Data yang sudah dianalisis selanjutnya direkap dalam lembar

rekam data sehingga dapat diketahui frekuensi sikap dari siswa ataupun

guru dalam proses pembelajaran matematika di SD Negeri 1 Kassi

kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep.

Hasil data yang diperoleh dari observasi dan wawancara

merupakan hasil yang tidak berbentuk skor sehingga teknik analisis data

yang digunakan yaitu dengan :

1. Data Reduksi (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum,memilih hal – hal yang pokok,

memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya

dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya mendisplaykan data.

Melalui penyajian data, maka data terorganisasikan, tersusun pada

pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Penyajian

46

data bias dilkukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, flowchart, dan sejenisnya

3. Conclucion Drwing/verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti –

bukti yang kuat yang mendudkung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal, didukung oleh bukti – bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka ksimpulan yang

dikemukakan merupakan keesimpulan yang kredibel.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Proses pengecekan keabsahan temuan dimaksudkan untuk

memberikan gambaran mengenai kebenaran data yang peneliti temukan

di lapangan. Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya,

selain digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada

penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan

sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian

kualitatif (Moleong, 2007).

Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan

sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji

keabsahan data yang peneliti gunakan adalah triangulasi.

Wiersma (1986) mengemukakan bahwa triangulasi dalam pengujian

47

kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2007).

Pada penelitian ini, untuk memperoleh data yang absah, maka

digunakan triangulasi waktu. peneliti memilih triangulasi waktu karena

waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Dan pengambilan data

harus disesuaikan dengan kondisi narasumber

Pengambilan data dapat dilakukan dengan pengecekan dan

wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang

berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan

secara berulang – ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya

(Sugiyono, 2007).

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Karakteristik Objek Penelitian

1. Profil SDN 1 Kassi

SDN 1 Kassi merupakan salah satu sekolah negeri yang ada di

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang berdiri sejak tahun 1960.

Beralamat di jalan Poros Tonasa 1 Kassi Kecamatan Balocci

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, SDN 1 Kassi terletak di jalan

poros Tonasa 1. Warga di sekitar SDN 1 Kassi merupakan

masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Jumlah peserta didik SDN 1 Kassi sebanyak 170 orang terdiri

dari 90 laki-laki dan 80 perempuan. Kelas 1 memiliki peserta didik

sebanyak 38 orang, kelas II sebanyak 19 orang, kelas III sebanyak 31

orang, kelas IV sebanyak 31 orang, kelas V sebanyak 21 orang dan

kelas VI sebanyak 30 orang. Fasilitas yang dimiliki SDN 1 Kassi terdiri

dari 9 ruang kelas, 1 Ruang guru, 1 kantor, 1 Ruang UKS dan 1

gedung perpustakaan. Adapun jumlah guru sebanyak 8 orang dan

tenaga kependidikan sebanyak 3 orang.

Untuk lebih jelasnya dapat dilhat dalam bentuk tabel di bawah

ini:

49

Tabel 4.1 Jumlah peserta didik SDN 1 Kassi

No. uraian L P total

1. Kelas 1 18 orang 20 0rang 38 orang

2. Kelas 2 9 orang 10 orang 19 orang

3. Kelas 3 19 orang 12 orang 31 orang

4. Kelas 4 20 orang 11 orang 31 orang

5. Kelas 5 6 orang 15 orang 21 orang

6. Kelas 6 18 orang 12 orang 30 orang

(sumber: Dapodikdasmen SDN 1 Kassi 2019)

2. Profil Guru kelas V

Guru kelas V saat ini merupakan salah satu guru senior yang

ada di SDN 1 Kassi, beliau mengajar kurang lebih 20 tahun di

Sekolah tersebut, saat ini pangkat dan golongan beliau yaitu IVb

beliau adalah seorang guru yang tutur kata dan perilakunya yang

sopan dan terpuji, terlihat dari banyaknya siswa yang begitu akrab

dan sering menyapa beliau ketika kami sedang berbincang di luar

kelas.

Ruang kelas V tempat ibu HS mengajar terlihat begitu

menyenangkan pengaturan tempat duduk dan pajangan serta

hiasan di dalam kelas begitu menarik perhatian, sehingga dapat

membuat siswa merasa betah untuk belajar di dalamnya. Jika

50

dilihat dari ruang kelas yang tempati ibu HS, dapat di simpulkan

bahwa dia orangnya cukup pandai dalam mengatur ruang kelas.

B. Paparan Dimensi Hasil Penelitian

1. Sikap Sosial yang di kembangkan di kelas V SDN 1 Kassi Kec.

Balocci

Sikap sosial siswa kelas V SDN 1 Kassi sudah dikembangkan

oleh guru dalam pembelajaran matematika. Seperti yang dilakukan

salah satu guru kelas selaku guru kelas V yang berinisial HS. Beliau

menilai sikap sosial siswa ketika kegiatan pembelajaran kemudian

dideskripsikan.

HS mengatakan terkait sikap sosial yang dikembangkan di

kelas V berdasarkan kutipan wawancara berikut:

P: “Sikap sosial apa saja yang dikembangkan di kelas ini bu?”

HS:”Yang pertama adalah kejujuran, percaya diri, kemudian tanggung jawab.”

P:”Apakah hanya sikap itu saja bu?”

HS:” Sebenarnya bukan hanya itu saja dan tidak mesti tiga itu. Bisa yang lain juga. Tapi kalo saya yang lebih saya utamakan yang tiga itu. Kalau mata pelajaran PKn semua sikap sosial dilibatkan. Sekarang ini di kurikulum 2013 selain PKn dan agama, tematik dan mapel lain tidak diwajibkan. Tetapi guru harus menggunakannya.”

Untuk memperoleh data yang absah, maka dilakukan

wawancara ke dua pada waktu yang berbeda. Berdasarkan hasil

wawancara diperoleh jawaban yang didasarkan pada kutipan

wawancara berikut:

51

P:”Sikap sosial apa saja yang dikembangkan di kelas V ini bu?”

HS:”Kalau di kelas ini yang saya utamakan itu kejujuran, percaya diri, dan tanggung jawab.”

P:”Mengapa hanya sikap itu saja bu?”

HS:”sebenarnya tidak harus itu saja, cuma kalau saya lebih mengutamakan yang tiga itu, karena kalau ketiga itu sudah baik maka sikap yang lain insyaAllah akan ikut baik pula.”

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara 1 dan 2 dapat

diketahui bahwa sikap sosial yang dikembangkan di kelas V pada

pembelajaran matematika sebagai berikut:

a. Jujur

Peneliti mewawancarai Ibu AM selaku kepala sekolah di SDN 1

Kassi terkait sikap sosial yang dikembangkan di SDN 1 Kassi, beliau

mengatakan bahwa:

“Kalau di SDN 1 Kassi ini sikap sosial yang dikembangkan itu mulai dari sikap jujur karena jika siswa itu memiliki sikap kejujuran yang tinggi maka sikap – sikap yang lain itu akan baik juga, apalagi ini kan siswa SD jadi sikap sosial siswa harus ditanamkan sejak awal terutama ya kejujuran itu sendiri, baik bersikap jujur ketika ulangan ataupun mengerjakan soal – soal yang diberikan guru dengan tidak mencontek atau menjiplak hasil pekerjaan temannya”.

Dari hasil observasi, peneliti menemukan tidak ada siswa yang

mencontek ketika mengerjakan soal penilaian (worksheet) dan

ulangan harian. Untuk memperkuat pernyataan ini peneliti juga

mengobservasi siswa secara langsung ketika melakukan Penilaian

Akhir Semester (PAS) pada 10-14 Desember 2019 ditemukan bahwa

52

siswa mengerjakan soal PAS dengan kemampuan sendiri, tidak

melihat ke kanan atau kiri temannya.

Peneliti juga mencari tahu lebih dalam dengan mewawancarai

beberapa siswa kelas V SDN 1 Kassi sebagai berikut:

Peneliti : “Apakah kamu pernah melihat jawaban teman ketika sedang mengerjakan soal ulangan harian matematika?”

AMH : “pernah kayaknya.” SYN : “pernah kayaknya satu kali tapi sdh lama” KRJ : “tidak.” ZAR : “Pernah.” Peneliti : “Kenapa?” AMH : “karena saya tidak tau jawabannya.” SYN : “karena pelajaran matematika susah sekali apalagi

ulanganki.” KRJ : “karena saya percaya dengan jawabanku, baru ibu

guru nasuruhki jujur mengerjakan sendiri.” ZAR : “susah jawabannya apalagi materi operasi bilangan

akar dan pangkat.”

Dari hasil wawancara dengan siswa ternyata tidak sesuai

dengan hasil observasi peneliti. Masih ada siswa yang mencontek

ketika mengerjakan soal ulangan harian walaupun itu Cuma sebagian

kecil siswa yang melakukannya.

b. Disiplin

Setiap hari siswa memakai seragam sekolah sesuai dengan

peraturan yang ada di sekolah. Seperti pada hari Senin dengan

seragam Merah Putih beberapa siswa laki – laki tidak memakai atribut

seperti topi dan dasi. Begitupun saat belajar mata pelajaran

matematika, siswa terlihat tepat waktu dalam mengumpulkan hasil

pekerjaan yang diberikan guru.

53

c. Tanggung jawab

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa seluruh siswa dapat

menyelesaikan tugas sekolah ataupun tugas rumah dengan baik.

Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan terkait sikap

tanggung jawab dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:

Peneliti :” Apakah kamu selalu menyelesaikan tugas yang diberikan ibu guru?”

AMH :”iya selalu” Peneliti :”Tugas apa yang biasa diberikan ibu guru, dan

bagaimana cara pengumpulannya?” SYN :”Tugas matematika, biasa disuruh kumpul sama

ketua kelompok, terus ketua kelompok yang serahkan ke ibu guru”.

Salah satu sikap tanggung jawab seperti inilah yang

dikembangkan oleh guru kelas V di SDN 1 Kassi melalui pemberian

tugas yang kemudian diberikan tanggungjawab kepada ketua

kelompok untuk mengumpulkan tugas – tugas anggota kelompoknya.

d. Santun

Berdasarkan penemuan peneliti di lapangan siswa dapat

mendengarkan dan menyimak guru atau teman yang sedang berbicara

di depan kelas, kemudian menanggapi.

Peneliti juga mewawancarai siswa terkait cara siswa

menghormati orang lain yaitu mendengarkan guru atau teman yang

sedang berbicara atau sedang menjelaskan di depan kelas dengan

alasan agar mengerti, agar pintar dan dapat mengerjakan soal-soal.

Temuan lain penelitian di lapangan dari sikap santun yang

dikembangkan terlihat pada saat siswa di suruh maju ke depan kelas

54

untuk mengerjakan soal yang diberikan guru, terlihat siswa yang lain

memperhatikan dan tidak membuly temannya yang tidak mampu

mengerjakan soal di papan tulis.

Untuk memperkuat pernyataan tersebut, peneliti juga bertanya

kepada siswa.

Peneliti :”apakah kamu berbicara dengan baik kepada guru dan temanmu?”.

AMH :”iya berbicara baik dan sopan”. SYN :”jelas” Peneliti :”Apakah ibu guru suka marah – marah dan biasa

berbicara kasar sama kalian?” AMH :”Tidak, ibu guru berbicara pada kami itu lemah

lembut”. SYN :”Tidak, karena ibu guru sifatnya baik selalu menasihati

kami bila kami berbuat salah”. Peneliti :”Pelajaran matematika itukan biasanya sukar, apakah

ibu guru jengkel kalau kalian susah mengerti materi yang disampaikan?”

AMH :”ibu guru tidak marah, malah pelajarannya diulang – ulang sampai kami paham”.

SYN :”Tidak marah, ibu akan menjelaskan kembali yang tidak dimengerti”.

Dapat disimpulkan, mayoritas siswa dapat berbicara dengan

baik terhadap guru dan teman karena melihat guru juga baik dalam

berbicara kepada mereka. Pada dasarnya mereka tahu bagaimana

cara bersikap sopan terhadap orang lain.

e. Peduli

Selanjutnya ibu AM selaku kepala sekolah mengatakan sikap

sosial lain yang dikembangkan di SDN 1 Kassi, sebagai berikut:

“Peduli yang diajarkan di sekolah ini itu menyangkut peduli kepada sesama, terutama di lingkungan sekolah siswa diajarkan bagaimana mereka membantu teman yang kesulitan dalam belajar ataupun butuh bantuan pinjaman alat tulis”.

55

f. Percaya diri

Sikap percaya diri juga merupakan sikap yang dikembangkan

di SDN 1 Kassi, seperti penuturan Bu HS selaku guru kelas V pada

wawancara berikut:

“percaya diri itu merupakan salah satu sikap sosial yang mana orang yang punya percaya diri yang tinggi tidak merasa gampang panik bila mendapat masalah, misalnya siswa yang ditugaskan untuk mengerjakan soal matematika didepan kelas, kemudian dia tidak mampu menyelesaikannya tepat waktu tetapi dia tidak akan terpengaruh dengan ejekan temannya dia mampu mengatasi tetap mengerjakan dengan tenang”.

Dari hasil temuan penelitian, percaya diri dikembangkan ketika

pembelajaran yaitu siswa yang berani tampil di depan kelas untuk

menjelaskan dan mengemukakan pendapat. Ada siswa yang memiliki

alasan agar mendapat nilai, walaupun masih ada juga siswa yang

belum berani tampil didepan teman - temannya.

2. Peran guru dalam mengembangkan sikap sosial siswa pada

pembelajaran matematika

Berikut ini akan dipaparkan secara jelas hasil analisis transkrip

wawancara dan observasi peneliti terhadap informan atau

narasumber terkait peran guru dalam mengembangkan karakter sikap

sosial pada mata pelajaran matematika.

Dalam kaitannya dengan cara mengembangkan sikap sosial,

HS selaku guru kelas V memaparkan berdasarkan kutipan wawancara

sebagai berikut:

P:”Bagaimana cara ibu menghadapi sikap siswa saat pembelajaran matematika di kelas ini?”

56

HS:” sebelum saya mulai mengajar saya memberitahu siswa

untuk fokus dalam menerima materi pelajaran ini, karena pelajaran matematika itu termasuk mata pelajaran yang sulit, apalagi kalau kalian kurang memperhatikan penjelasan ibu”.

Selanjutnya HS mengungkapkan terkait cara mengembangkan

sikap jujur siswa kelas V, sebagai berikut:

P:”Bagaimana cara ibu mengembangkan sikap sosial dalam pembelajaran matematika?”

HS:” Kejujuran atau bahasa bugisnya malempu yang biasa

saya sampaikan sama siswa karena di sini bahasa sehari – hari mereka itu bugis jadi saya harus mengenalkan mereka apa itu jujur dalam arti bugis supaya mereka lebih paham, nah kejujuran itu dari awalnya memang sudah saya terapkan didalam kesepakatan yang telah dibuat, ibu ingin saat nanti ibu memberikan soal ulangan atau tugas – tugas kepada kalian, kalian harus jujur dalam mengerjakannya, tidak boleh mencontek pekerjaan teman harus berusaha sendiri dalam menjawabnya”.

Dari kutipan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

kejujuran merupakan sikap yang harus diutamakan dalam

mengembangkan karakter sikap sosial siswa pada pembelajaran

matematika.

Berikut akan diulas mengenai peran guru dalam

mengembangkan sikap sosial siswa pada pembelajaran matematika:

a. Sebagai Demonstrator Dari hasil temuan di lapangan, sikap terpuji yang nampak pada

guru yaitu guru memulai dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu,

guru berpakaian rapi, sopan dan islami, guru berbicara dengan

bahasa yang baik, tidak kasar. Guru membiasakan menjawab salam

57

ketika siswa mengucapkan salam. Guru membimbing siswa untuk

selalu berdo’a sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.

Peneliti juga menemukan bahwa guru menunjukkan cara agar

setiap materi pelajaran dapat dipahami dan dihayati oleh setiap siswa

dengan mengaitkan keadaan yang ada dilingkungan sekitar atau hal-

hal yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. guru sangat

memperhatikan keadaan siswa yang belum memahami materi operasi

bilangan akar dan pangkat yang sedang dibahas. Materi yang belum

dipahami siswa, dijelaskan kembali dengan baik oleh guru.

b. Sebagai Pengelola Kelas

HS mengatakan terkait peran guru sebagai pengelola kelas

seperti pada kutipan wawancara berikut ini:

P:”Dalam pembelajaran matematika apa yang ibu lakukan sebelum ibu mengajar ke siswa?”

HS:”sebelum saya memulai pembelajaran di kelas saya itu

terlebih dahulu liat kondisi kelas seperti apa kondisinya, apalagi ini kita mau belajar matematika jadi suasana atau kondisi kelas dapat mempengaruhi kelanjutan pembelajaran. Biasanya Saya bertanya pagi hari dia melakukan apa, setelah bangun tidur apa yang dilakukan di rumah sampai dia pergi ke sekolah.”

P:”bagaimana ibu mengatur dan menata tempat duduk siswa?” HS:”Kadang juga tempat duduknya saya buat berkelompok,

atau anggota kelompok saya gilir setiap seminggu sekali, begitupun dalam memimpin doa sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan secara bergilir.”

Dari hasil temuan penelitian kegiatan pembelajaran dipimpin

oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan

58

waktu pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan serta

seluruh siswa dapat dikondisikan dengan baik. Guru mengatur tempat

duduk secara berkelompok, pengaturan anggota kelompok digilir

setiap seminggu sekali..

Pengelolaan kelas juga dilakukan oleh guru dengan

memelihara lingkungan fisik kelas. Seperti yang dikatakan oleh Bu HS

dalam kutipan wawancara sebagai berikut:

P:”Bagaimana cara ibu memelihara lingkungan fisik kelas ini bu?” HS:” Setiap hari, siswa kelas V saya perintahkan harus bekerja

bakti, pokoknya tidak boleh ada sampah yang terlihat. Terus setiap anggota kelompok yang bertugas harus bertanggung jawab sesuai dengan tugasnya masing - masing.”

Kegiatan memelihara lingkungan fisik kelas dilakukan dengan

melihat situasi dan kondisi kelas, serta waktu yang guru luangkan

untuk siswa bekerja bakti membersihkan kelas.

c. Sebagai Mediator

Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang

cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan

alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar- mengajar.

Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan merupakan dasar

yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan

bagian integral demi keberhasilannya proses pendidikan.

Guru dapat mengaitkan materi volume bangun ruang dalam

sub pelajaran operasi bilangan akar dan pangkat dalam kehidupan

dengan menunjukkan media bangun ruang yang ada disekitar mereka.

59

d. Sebagai fasilitator

Sebagai fasilitator, Guru menyediakan seluruh perangkat

pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai (seperti silabus,

kurikulum, RPP, bahan evaluasi, dan penilaian). Seperti yang

dikatakan Bu HS berikut ini:

“iya, di awal sebelum pembelajaran dimulai semua perangkat

pembelajaran harus siap, terutama RPP dan penilaian karena

itu yang akan digunakan saat proses pembelajaran.”

Hal lain yang ditemukan dalam penelitian dilapangan yaitu guru

tidak bertindak sewenang-wenang. Ketika guru membutuhkan

bantuan, guru meminta tolong kepada siswa dan ketika terjadi suatu

masalah pada siswa guru tidak langsung menghakimi melainkan guru

mencari bukti dan kebenarannya dari kesalahan yang dilakukan siswa

dengan mengkonfirmasi kepada siswa yang bersangkutan.sesuai

dengan apa yang dikatakan oleh Bu HS:

“tidak semua saya tindaki, saya pasti akan mencari tahu dulu ada apa sebenarnya. Cari sebabnya dulu, alasannya. Jika masalahnya cukup berat maka saya juga panggil orang tuanya untuk membicarakan dengan kepala sekolah.”

e. sebagai pendidik

Guru sebagai pendidik harus menjadi teladan dimulai dari

pakaian yang dikenakan oleh guru selalu rapi, perkataan dan ucapan

guru selalu baik, menghargai para siswanya.

Siswa yang melakukan kesalahan atau hal yang kurang baik

selalu dinasihati oleh guru. Guru tidak pernah memberikan hukuman

60

bagi siswa yang tidak menghargai orang lain dan bagi siswa yang

sikapnya belum baik, melainkan nasihat-nasihat yang memotivasi

peserta didik untuk lebih baik lagi. Peserta didik seringkali diberi tahu

oleh guru bahwa ia tidak boleh melakukan hal-hal negatif, harus lebih

mawas diri, serta harus lebih mengendalikan emosi

f. sebagai evaluator

Guru selalu melakukan penilaian berupa tes yaitu melakukan

ulangan harian dan penilaian semester. Penilaian non tes berupa

penilaian sikap dan catatan sholat siswa.

Dalam menilai dan mengembangkan sikap sosial tidak hanya

dapat dilakukan oleh guru didalam pembelajaran tetapi dapat juga

dilakukan diluar pembelajaran. Tidak hanya guru, seluruh civitas

akademik yang menjadi bagian dari sekolah sangat berpengaruh untuk

mengembangkan sikap sosial siswa di sekolah tersebut.

C. Pembahasan

1. Sikap Sosial yang di kembangkan di kelas V SDN 1 Kassi Kec.

Balocci

Adapun sikap sosial yang dikembangkan dan peran guru dalam

mengembangkan sikap sosial pada mata pelajaran matematika

sebagai hasil deskripsi data di SDN 1 Kassi sebagai berikut:

a. Jujur

Peran guru dalam mengembangkan sikap jujur dengan

memberikan motivasi dan arahan bahwa sikap jujur yang diartikan

61

dalam Bahasa bugis yaitu malempu, sehingga tertanam di dalam diri

siswa bahwa malempu itu perbuatan terpuji yang dibuktikan pada saat

ulangan matematika peserta didik tidak mencontek hasil pekerjaan

temannya, dan tidak mengambil barang yang bukan miliknya.

b. Disiplin

Sikap disiplin yang dikembangkan di kelas V yaitu siswa wajib

memakai seragam yang telah ditentukan, merapikan peralatan belajar

pada tempatnya di ruang kelas. Guru kelas V rutin mengingatkan

siswa untuk selalu mengutamakan sikap disiplin setiap pembukaan

kegiatan pembelajaran dan juga disiplin dalam hal mengumpulkan

tugas – tugas matematika yang diberikan guru dengan tepat waktu.

c. Tanggung Jawab

Sikap tanggung jawab yang dikembangkan di SDN 1 Kassi,

Guru kelas V pada khususnya yaitu selalu memotivasi siswa untuk

bertanggung jawab, seperti menyelesaikan tugas sekolah ataupun

tugas rumah dengan baik, dengan memberikan tanggungjawab

kepada para ketua kelompok untuk mengumpulkan tugas – tugas

temannya. Penulis menyimpulkan bahwa siswa sudah bisa

bertanggung jawab dengan baik terhadap tugas yang dibebankan.

d. Santun

Sikap santun yang dikembangkan yaitu siswa dapat

mendengarkan dan menyimak guru sedang berbicara di depan kelas,

kemudian bila ingin menyela pembicaraan atau ingin bertanya kepada

62

guru selalu diawali dengan kata tabe bu. Guru kelas V selalu menegur

dan menasihati siswa yang kurang santun seperti bila berjalan atau

lewat di depan guru membiasakan budaya patabe begitupun jika lewat

di depan teman – temannya yang sedang berkumpul. Guru juga

mencontohkan sikap santun seperti menjawab salam, berbicara

dengan bahasa yang baik.

e. Peduli

Dari hasil deskripsi data, sikap peduli yang dikembangkan

kelas V SDN 1 Kassi yaitu membimbing siswa untuk peduli terhadap

teman seperti meminjamkan atau memberikan alat kepada temannya

yang tidak membawa/memiliki, menolong teman yang kesulitan dalam

memahami materi pelajaran.

f. Percaya Diri

Sikap percaya yang dikembangkan guru kelas V di SDN 1

Kassi yaitu ketika pembelajaan siswa diberi motivasi agar berani tampil

di depan kelas dan berani mengemukakan pendapat.

Perbedaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian terdahulu

yaitu, peneliti terdahulu mengembangkan karakter siswa itu melalui

evaluasi atau penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran

pada semua mata pelajaran. Sedangkan pada penelitian ini sikap

sosial yang dikembangkan guru kelas V SDN 1 Kassi lebih

memfokuskan pada mata pelajaran matematika khususnya materi

bangun ruang pada sub pelajaran operasi bilangan akar dan pangkat.

63

2. Peran guru dalam mengembangkan sikap sosial siswa pada

pembelajaran matematika

a. Sebagai Demonstrator

Sebagai demonstrator, segala sesuatu yang dilakukan oleh

guru akan menjadi panutan bagi siswa. Dari deskripsi data, guru kelas

SDN 1 Kasi sudah melakukan perannya sebagai demonstrator yakni,

selalu berpakain sopan, memulai dan mengakhiri pembelajaran

dengan tepat waktu, membimbing siswa untuk membaca doa sebelum

dan sesudah melakukan pekerjaan, menjawab salam, sehingga

mengembangkan sikap disiplin dan sikap santun dalam diri siswa.

Guru juga mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata

sehingga mengembangkan sikap siswa untuk menghargai orang yang

sedang berbicara di depan kelas.

b. Sebagai Pengelola Kelas

Guru adalah sosok yang mengarahkan siswa untuk terus mau

belajar hingga terjadi perubahan dalam diri siswa. Sebagai pengelola

kelas, guru kelas V SDN 1 Kassi sudah menjalankan perannya yakni,

mengatur tempat duduk siswa setiap seminggu sekali menjadi

kelompok belajar, menentukan siswa yang memimpin berdoa

berdasakan absen sehingga mengembangkan sikap percaya diri

siswa dalam berbuat kebaikan. Guru kelas V SDN 1 Kassi memimpin

kegiatan pembelajaran sesuai dengan jadwal, materi dan tujuan

pembelajaran yang dicapai sehingga mengembangkan sikap disiplin

64

siswa untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Dalam mengelola kelas

guru tematik juga melibatkan siswa untuk melaksanakan kebersihan

kelas dan merapikan alat belajar yang sudah tidak digunakan

sehingga mengembangkan sikap tanggung jawab siswa dalam

belajar.

c. Sebagai Mediator

Guru kelas V SDN 1 Kassi sudah menjalankan perannya

sebagai mediator, yaitu menyediakan media pembelajaran berupa

LCD dan proyektor, guru kelas V melibatkan siswa untuk

menggunakan media pembelajaran sehingga mengembangkan rasa

percaya diri siswa untuk mencoba hal yang belum pernah dilakukan

dan rasa tanggung jawab siswa untuk merapikan dan menjaga media

tersebut dengan baik.

d. Sebagai Fasilitator

Guru sebagai fasilitator memiliki kewajiban untuk memfasilitasi

kegiatan belajar mengajar. Sebagaimana yang dilakukan guru kelas V

SDN 1 Kassi, sudah menjalankan perannya sebagai fasilitator yakni,

membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) semester

genap, menyiapkan worksheet sebagai bahan evaluasi dan latihan

siswa terhadap pemahaman pada pembelajaran tersebut. Sehingga

guru kelas V SDN 1 Kassi mempunyai target untuk mencapai sikap

sosial siswa yang akan dikembangkan seperti sikap disiplin dalam

mengerjakan worksheet. Guru kelas V tidak bertindak sewenang-

65

wenang dalam menghakimi siswa sehingga mengembangkan sikap

kejujuran siswa ketika melakukan kesalahan. Siswa menjadi lebih

terbuka untuk mengakui kesalahan.

h. Sebagai Pendidik

Guru adalah sosok yang memiliki kewajiban untuk mendidik

siswa dengan ilmu yang telah dimilikinya agar siswa memiliki pribadi

yang baik. Berdasarkan hasil observasi, guru kelas V sudah

menjalankan perannya sebagai pendidik yaitu, memakai pakaian

selalu rapi, perkataan dan ucapan guru selalu baik, menghargai para

siswanya. Sehingga mengembangkan sikap santun siswa. Guru tidak

bertindak sewenang-wenang kepada siswa, peserta didik seringkali

diberi tahu oleh guru bahwa ia tidak boleh melakukan hal-hal negatif,

harus lebih mawas diri, serta harus lebih mengendalikan emosi.

Sering kali selain menasihati siswa, guru mengingatkan siswa untuk

berwudhu dan mengingatkan siswa untuk mengucapkan istighfar

ketika melakukan kesalahan dan hal yang tidak baik sehingga

mengembangkan sikap tanggung jawab siswa terhadap masalah yang

dilakukan.

i. Sebagai Evaluator

Guru sebagai evaluator mampu melakukan penilaian terhadap

siswa baik penilaian tes, maupun non tes. Guru kelas V di SDN 1

Kassi sudah menjalankan perannya sebagai evaluator yaitu, guru

memberikan penilaian harian berupa worksheet dan mengawasi siswa

66

ketika melaksanakan Penilaian Tengah Semester (PTS). Guru juga

melakukan penilaian terhadap sikap sosial siswa ketika pembelajaran

berlangsung. Hal ini dapat mengembangkan sikap jujur siswa dalam

bertindak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan analisis penelitian, maka disimpulkan

sebagai berikut:

peran guru dalam mengembangkan sikap sosial pada pembelajaran

matematika yaitu: (a) Guru sebagai demonstrator, guru dalam memulai

dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu, menunjukkan cara berpakaian

rapi, sopan dan islami, berbicara dengan baik, menjawab salam,

membimbing siswa untuk berdoa, serta menunjukkan cara agar setiap

materi yang diajarkan dapat dipahami siswa. Peran tersebut

mengembangkan sikap sosial siswa terutama disiplin dan santun. (b)Guru

sebagai pengelola kelas, guru mengatur tempat duduk siswa, mengatur

jadwal siswa dalam memimpin doa. Peran tersebut mengembangkan

sikap percaya diri. (c) Sebagai pengelola kelas guru juga melibatkan siswa

dalam kegiatan kebersihan atau piket kelas sehingga mengembangkan

sikap tanggung jawab. (d) Guru sebagai fasilitator, guru juga memfasilitasi

kebutuhan siswa dan tidak bertindak sewenang-wenang. Peran tersebut

mengembangkan sikap jujur.(e) Guru sebagai komunikator guru

memberikan informasi yang memunculkan rasa keingintahuan siswa

68

sehingga mengembangkan sikap percaya diri terutama dalam

mengemukakan pendapat.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka disampaikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi sekolah, perlu memaksimalkan dukungan dan keterlibatan

pemangku kepentingan turut berpartisipasi secara aktif dalam

pengembangan program pendidikan karakter terkait pengembangan

sikap sosial siswa.

2. Bagi guru, memberikan inovasi – inovasi dengan berbagai kegiatan

dan aktivitas yang bisa mengembangkan sikap sosial siswa sesuai

dengan sikap yang dikembangkan oleh Kemendikbud untuk lebih

ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2006. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Abdulsyani. 2007. Sosiologi Sistematika, Teori, dan Terapan. Jakarta. PT Bumi Aksara.

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2010. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka. Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta. Rineka Cipta.

Asmaranti, Endah, dkk. 2016. Proses integrase sikap sosial dan spiritual dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VII SMP Negeri di kecamatan Purwodadi. Jurnal Elektronik pembelajaran Matematika. ISSN:2339-1685, Vol.4,No.1.

Ayu, Ida, dkk. Deskripsi sikap sosial pada siswa kelas VI SD Negeri 4

Penarukan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. E- Jurnal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Jurusan PGSD Vol:4 No.1

Bimo, Walgito. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta

Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia.

Djamarah, Syaiful Bahri, 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV.

Alfabeta Dianti,Puspa. 2014. Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran

pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mengembangkan Karakter Siswa. JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, volume 23,No.1

Hamzah. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Herimanto dan Winarno. 2012. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:

Bumi Aksara.

70

Lickona, Thomas. 2013. Educating for Character: How Our Schools Can

Teach Respect and Responsibility. Jakarta: Bumi Aksara

Musbikin, U. 2013. Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja (Solusi Mencegah Tawuran Pelajar, Siswa Bolos Sekolah hingga Minum-Minuman Keras dan Penyalahgunaan Narkoba). 2013. Riau: Zanafa Publishing.

Maryono. 2015. The Implementation Of Character Education Polycy At Junior High Schools And Islamic Junior High Schools In Pacitan. International Journal of Education and Research. Vol. 3 No. 5

Narwoko dan Suyanto, Bagong. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan. Jakarta. Kencana.

Permendikbud No 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013. Jakarta.

Permendikbud.

Prihatin, Eka. 2008. Guru sebagai fasilotator. Karsa Mandiri Persada.

Bandung

Qomaruzzaman, B dan Kurnia A. 2012. Membangun Budaya Sekolah.

Bandung: Remaja Rosdakarya. Rahimi. Hosseini. 2015. The Role of Teacher’ classroom discipline in their

teaching effectiveness and students’ language learning motivation and achievement: A path method. Iranian Journal of Language Teaching Research 3 (1)

Saifuddin. 2012. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Belajar. Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Edisi Baru

Rajawali Pers.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Bandung. Alvabeta.CV.

Salakhova,VB. 2016. Features of Social Attitudes and Value Orientations

of Youths and Adolescents Prone to Auto-Aggressive Behavior. Inernational Journal Of Environmental & Science Education ISSN: 2016, Vol.11, No.16

71

Undang-undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Surakarta.CV. ITA.

Winarti, Euis. 2007. Pengembangan Kepribadian, Jakarta: Graha ilmu

Zen. 2010. Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.

72

Riwayat Hidup

farida ma’ruf, lahir di Pangkajene pada tanggal 20

Desember 1981. Penulis pertama kali menempuh

pendidikan di SDN 25 Taraweang Kabba pada tahun

1989 dan tamat pada tahun 1994.

Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di MTs.

Muhammadiyah Sibatua Pangkep dan menyelesaikan pendidikannya

pada tahun 1997 pada tahun yang sama penuli melanjutkan

pendidikan di SMKN 1 Bungoro Pangkep dan lulus pada Tahun 2000.

Di tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di bangku kuliah

S1 di Universitas Negeri Makassar jurusan Pendidikan Ekonomi Prodi

Akuntansi selama kurang lebih 4 tahun dan berhasil meraih gelar

S.Pd pada tahun 2004. Pada tahun 2008 penulis berhasil lulus

menjadi PNS setelah mengikuti seleksi penerimaan Pegawai Negeri

Sipil di daerah Kabupaten Pangkep dalam golongan III / A dan

terhitung mulai tanggal 01 Januari 2008 di unit kerja SD Negeri 36

Biring Ere Kec. Minasatene dan pada tahun 2013 mengajukan mutasi

Ke SDN 1 Kassi Kec. Balocci Kab. Pangkep. Pada tahun yang sama

tahun 2013 penulis kembali mengambil pendidikan S1 ke dua jurusan

PGSD S1 di Universitas Negeri makassar. Penulis berhasil

menyelesaikan pendidikan dan meraih gelar S.Pd di tahun 2015.

Setelah vakum beberapa tahun karena ingin berkonsentrasi di

73

sekolah sebagai tenaga pengajar. Kembali penulis melanjutkan

pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Makassar dengan jurusan Pendidikan Dasar di tahun 2017 dan

tercatat sebagai Alumni Program Pascasarjana di tahun 2020 dan

berhasil meraih gelar M,Pd. Senang, bangga, dan haru serta rasa

syukur yang tak terhingga bisa melanjutkan pendidikan di Universitas

Muhammadiyah Makassar yang merupakan salah satu Universitas

terbaik di kota Makassar yang menghasilkan lulusan– lulusan

berkualitas.

74

LAMPIRAN

-

LAMPIRAN

75

LAMPIRAN 1

SURAT IZIN PENELITIAN

76

LAMPIRAN 2

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER SIKAP

SOSIAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SEKOLAH

DASAR

NEGERI 1 KASSI KEC. BALOCCI KAB. PANGKEP

FARIDA MA’RUF 105.06.02.006.17

LEMBAR VALIDASI PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER SIKAP

SOSIAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SEKOLAH

DASAR NEGERI 1 KASSI KEC. BALOCCI KAB. PANGKEP

Kepada yth

Bapak/Ibu validator

Dalam rangka penyelesaian tugas akhir, saya sangat mengharapkan

partisipasii Bapak/Ibu dalam memberi saran terhadap instrument penilaian

yang saya kembangkan dalam rangka penelitian “Peran Guru Dalam

Mengembangkan Karakter Sikap Sosial Pada Mata Pelajaran

Matematika Siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Kassi Kec. Balocci Kab.

Pangkep”

77

A. Petunjuk Dalam rangka menyusun Tesis berjudul “Peranan Guru Dalam

Mengembangkan Karakter Sikap Sosial Pada Mata Pelajaran

Matematika Siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Kassi Kec. Balocci Kab.

Pangkep”, maka mahasiswa:

Nama : Farida Ma’ruf

NIM : 105.06.02.006.17

Program Studi : Magister Pendidikan Dasar

Mengembangkan perangkat instrumen Pedoman Wawancara dan

Observasi, sebagai salah salah satu instrumen penelitian.

Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan penilaian terhadap instrumen tersebut dengan menggunakan lembar validasi ini.

Untuk memudahkan revisi atau penyempurnaan instrumen Pedoman Wawancara, dan Observasi, dimohon kesediaan Bapak/Ibu Validator untuk menuliskan saran-saran perbaikannya pada bagian akhir lembar ini

atau langsung menuliskannya pada bagian yang akan diperbaiki.

Atas bantuan bapak/Ibu mengisi lembar penilaian ini diucapkan

banyak terimakasih.

Pangkajene, Oktober 2019

Mahasiswa,

Farida Ma’ruf

78

B. PEDOMAN OBSERVASI DAN PEDOMAN WAWANCARA

Nama Validator : Dr. Rukli, M.Pd., M.Cs. Pekerjaan : Dosen Unismuh Makassar Bidang Keahlian : Evaluasi pendidikan dan IT Petunjuk:

1. Berdasarkan pendapat Bapak/Ibu, berilah checlist (v) pada kolom yang sesuai dengan kriteria.

2. Mohon menulislah kesimpulan pada tempat yang tersedia dengan memilih salah satu kategori yang sesuai.

3. Jika ada yang perlu dikomentari, tuliskan pada tempat yang tersedia.

No Elemen yang Divalidasi Kriteria

LD LDR TLD

1. Format pedoman observasi dan pedoman wawancara

v

2. Kesesuaian petunjuk penilaian pada pedoman observasi dan pedoman wawancara

v

3. Kejelasan huruf

v

4. Istilah yang digunakan tepat dan mudah dipahami

v

5. Cukup aspek-aspek pedoman observasi, pedoman wawancara dan instrument dokumentasi

v

6.

Kesesuaian pedoman dengan indikator pelaksanaan Gerakan Literasi sekolah

v

Untuk kesimpulan diharapkan diisikan kode di bawah ini agar dapat diketahui kelayakan lembar validasi pedoman observasi dan pedoman wawancara Keterangan: LD = Layak Digunakan LDR = Layak Digunakan Dengan Revisi TLD = Tidak Layak Digunakan

79

C. Saran-saran :

Mohon Bapak/ibu untuk meniliskan butir-butir revisi berikut atau

langsung menuliskannya pada bagian instrumen yang direvisi

1. Terkait wawancara. Indikator yang telah ditetapkan kurang layak

dijadikan indicator ttg peranan guru dalam mengembangkan karakter

sikap social

2. pada mata pelajaran matematika jadi perlu direvisi namun

pertanyaan terkait wawancara justru lebih tepat. Jadi tidak konsisten

sehingga perlu direvisi

3. Terrkait observasi Indikator perlu ditinjau ulang kaitan peranan guru

dalam mengembangkan karakter sikap sosial.

4. Baiknya satu dimensi bisa lebih satu indicator apalagi terkait objek

yang mau ditanyakan kurang riil.

5. Bedakan antara pedoman dan pertanyaan. Tidak ada pedoman

wawancara yang ada adalah pertanyaan saja sehingga perlu ditambah

pedomannya terkait apa yang perlu diperhatikaan sebelum, saat,

setelah wawancara atau observasi.

Makkassar,26Oktober 2019

Penilai,

(Dr. Rukli, M.Pd., M.Cs.)

80

LAMPIRAN 3

Kisi – kisi observasi Guru

No Kegiatan Dimensi Indikator

1.

Mengamati peran guru dalam

mengembangkan karakter sikap sosial siswa

pada pembelajaran matematika

Peran guru sebagai

demonstrator

1. Guru menunjukkan cara agar

setiap materi pelajaran bias lebih

dipahami dan dihayati oleh setiap

siswa

2. Guru menujukkan sikap terpuji

dalam kehidupan

Peran guru sebagai pengelola kelas

1. Guru mampu memimpin kegiatan

pembelajaran yang efesien dan

efektif

2. Guru memelihara lingkungan fisik

kelas

Peran guru

sebagai meditor

1. Guru menyediakan media

pembelajaran

Peran guru sebagai

fasilitator

1. Guru menyediakan seluruh

perangkat pembelajaran sebelum

pembelajaran dimulai (seperti

silabus, RPP, bahan evaluasi dan

penilaian)

Peran guru sebagai

komunikator

1. Guru menyampaikan materi

pelajaran dengan jelas

2. Guru memberikan informasi

penting

Peran guru sebagai

motivator

1. Guru memberikan motivasi siwa

dengan cara memberikan pujian

atau hadiah

Peran guru sebagai inspirator

1. Guru memberikan inspirasi

kepada peserta didik

Peran guru sebagai pendidik

1. Guru menjadi contoh atau

teladan yang baik

2. Guru memberikan nasihat yang

baik

Peran guru sebagai evaluator

1. Guru melakukan penilaian baik

berupa tes maupun non tes

81

LAMPIRAN 4

KISI – KISI WAWANCARA GURU

NO. Indikator Sumber

Data Pertanyaan

1. Peran guru dalam

pembelajaran Guru kelas 1. Peran guru sebagai

manajer dan organisator

2. Peran guru sebagai

fasilitator

3. Peran guru sebagai

konselor

4. Peran guru sebagai

demonstrator

5. Peran guru sebagai

mediator

6. Peran guru sebagai

komuniator

7. Peran guru sebagai

motivator

8. Peran guru sebagai

inspirator

9. Peran guru sebagi pendidik

10.Peran guru sebagai

evaluator

82

LAMPIRAN 5

1. Pedoman Wawancara Guru

A. Identitas Diri

1. Kode : G1

2. Jabatan : Guru Kelas

B. Daftar Pertanyaan

1. Di kelas V ibu sudah berapa lama mengajar?

2. Di kelas ini apakah ibu menilai sikap sosial siswa?

3. Kapan penilaian sikap sosial dilakukan?

4. Bagaimana karakter sikap sosial siswa kelas siswa kelas V dalam

pembelajaran matematika?

5. Apakah ibu setiap hari melakukan penilaian sikap?

6. Bagaimana cara ibu menanamkan sikap jujur dalam pembelajaran

matematika?

7. Sikap sosial apa saja yang di kembangkan di kelas ini?

8. Bagaimana cara ibu mengembangkan sikap sosial dalam

pembelajaran matematika

9. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat ibu

dalam mengembangkan karakter sikap sosial siswa?

10. Dalam pembelajaran matematika apa yang ibu lakukan sebelum

mengajar ke siswa?

11. Kalau membuat silabus dan RPP itu ibu biasanya bikinnya kapan?

12. Bagaimana ibu memberi motivasi siswa dalam kegiatan belajar

agar siswa terus semangat dan mau berusaha untuk lebih baik

dalam belajar sehingga sikap sosial tersebut berkembang?

83

LAMPIRAN 6

2. PEDOMAN OBSERVASI GURU KELAS

Nama Mahasiswa : Farida Ma’ruf

Tempat Observasi : SDN 1 KASSI Kec. Balocci

Tanggal :

Dalam pengamatan (observasi ) yang dilakukan adalah mengamati peran

guru pada pembelajaran Matematika di kelas V SDN 1 Kassi kec. Balocci

denga cara di checklist (√) dan aspek yang diamati meliputi :

A. Tujuan : untuk memperoleh informasi dan data

mengenai peran guru pada pembelajaran

matematika di kelas V SDN 1 Kassi

B. Aspek yang dimati :

No. Aspek yang

diamati

Terlihat Belum

Terlihat

keterangan

1 Guru menunjukkan cara agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa

Kegiatan pembelajaran dipimpin oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan keadaan lingkungan atau hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

2 Guru menunjukkan sikap terpuji dalam kehidupan

memulai dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu, guru berpakaian rapi, sopan dan islami, guru berbicara dengan bahasa yang baik, tidak kasar. Guru membiasakan menjawab salam ketika siswa mengucapkan salam. Guru membimbing siswa untuk selalu berdo‟a sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.

84

3

4.

Guru mampu memimpin kegiatan pembelajaran yang efisien dan efektif Guru memelihara lingkungan fisik kelas

Waktu pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan serta seluruh siswa dapat dikondisikan dengan baik. Guru mengkondidiskan siswa dengan tertib dengan memberikan ice breaking kepada siswa. Terlihat pada ruangan kelas yang tertata dengan baik dan rapi. Dalam memelihara lingkungan fisik kelas, guru melibatkan siswa untuk membersihkan kelas sesuai dengan jadwal piket dan kegiatan Jum‟at bersih sebelum pembelajaran dimulai

5 Guru menyediakan media pembelajaran

Guru menyediakan media untuk siswa jika dibutuhkan pada materi tertentu

6 Guru menyediakan seluruh perangkat pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai (seperti silabus, kurikulum, RPP, bahan evaluasi, dan penilaian)

Guru menyediakan seluruh perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP dan penilaian diawal semester dan diarsipkan dalam 1 bundel.

7 Guru menyampaikan materi pelajaran dengan jelas

Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.

85

8 Guru memberikan informasi penting

Guru selalu memberikan informasi penting yang berkaitan dengan kegiatan di sekolah.

9 Guru memotivasi siswa dengan cara memberikan pujian atau hadiah

Guru memberi pujian atau hadiah kepada siswa yang berani tampil di depan kelas. Dan memacu dengan memberi semangat siswa yang belum berani tampil di depan kelas hingga akhirnya berani untuk tampil di depan kelas.

10 Guru memberikan inspirasi kepada peserta didik

Guru memberitahu kepada siswa manfaat belajar untuk masa depan. Memberikan cerita yang menarik dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

11 Guru menjadi contoh atau teladan yang baik

Pakaian yang dikenakan oleh guru selalu rapi, perkataan dan ucapan guru selalu baik, menghargai para siswanya.

12 Guru memberikan nasihat yang baik

Guru selalu memberikan nasihat kepada Siswa yang melakukan kesalahan atau hal yang kurang baik. Oleh guru, siswa diminta untuk mengucapkan istighfar.

13 Guru melakukan penilaian baik berupa tes maupun non tes

Guru melakukan penilaian tes yaitu ulangan harian dan penilaian semester. Penilaian non tes berupa penilaian sikap dan catatan sholat siswa.

86

LAMPIRAN 7 TRANSKRIP WAWANCARA

GURU KELAS V SDN 1 KASSI KEC. BALOCCI

Nama Informan : ST. HASMAH, S.Pd

Hari/Tanggal : Senin, 11 November 2019

Tempat : Kelas V SDN 1 Kassi

Peneliti : “Assalamu‟alaikum Bu hasmah”

Bu HS : “Wa‟alaikumussalam”

Peneliti : “Bisa meluangkan waktunya sebentar bu?

Bu HS : “oh iya silahkan”

Peneliti : “Terus kalau di kelas V ibu sudah berapa lama

mengajar?”

Bu HS : “2 tahun”

Peneliti : “Di kelas ini apakah ibu menilai sikap sosial siswa?”

Bu HS : “Ya”

Peneliti : “Kapan penilaian sikap sosial dilakukan?”

Bu HS : “Ketika kegiatan pembelajaran”

Peneliti : “Bagaimana karakter sikap sosial siswa kelas V SDN 1

Kassi?”

Bu HS : “ya siswa di SDN 1 kassi Khususnya kelas V sudah mulai

baik karena dari pembiasaan – pembiasaan yang selalu

say terapkan”

Peneliti : “Berarti setiap hari ibu melakukan penilaian sikap ya bu?”

87

Bu HS : “Iya.”

Peneliti : “Kemudian bagaimana cara ibu menanamkan sikap jujur

dalam pembelajaran matematika?”

Bu HS :” saya tekankan pada saat mengerjakan soal – soal

ulangan tidak boleh mencontek, harus jujur mengejakan

sendiri.”

Peneliti : “Kemudian Sikap sosial apa saja yang dikembangkan di

kelas ini?”

Bu HS : “Yang pertama adalah kejujuran, terus percaya diri terus

tanggung jawab itu yang utama.”

Peneliti : “Mengapa hanya sikap itu saja bu?”

Bu HS : “Sebenarnya tidak itu saja dan tidak harus tiga itu. Boleh

dan bisa yang lain juga. Cuma kalo saya yang lebih

diutamakan yang tiga tersebut. Justru kalau mata pelajaran

PKn semua sikap sosial dilibatkan. Sekarang ini di kurikulum

2013 selain PKn dan agama, tematik dan mapel lain tidak

diwajibkan. Tetapi guru harus menggunakannya.”

Peneliti : “Bagaimana cara ibu mengembangkan sikap sosial dalam

pembelajaran matematika?”

Bu HS : “kejujuran atau bahasa bugisnya malempu yang biasa saya

sampaikan sama siswa karena di sini Bahasa sehari – hari

mereka itu bugis jadi saya harus mengenalkan mereka apa

itu jujur dalam arti bugis supaya mereka lebih paham, nah

88

kejujuran itu dari awalnya memang sudah saya terapkan

didalam kesepakatan yang telah dibuat, ibu ingin saat nanti

ibu memberikan soal ulangan atau tugas – tugas kepada

kalian, kalian harus jujur dalam mengerjakannya, tidak boleh

mencontek pekerjaan teman harus berusaha sendiri dalam

menjawabnya”.

Peneliti : “faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat

ibu dalam mengembangkan karakter sikap sosial siswa ?”

Bu HS : “Penghambatnya ini kan dari kelas 1 ke kelas 2, pasti

mereka harus sering diberitahu setiap hari, setiap waktu, itu

saja penghambatnya. Tapi kalau kita mulai itu awal-awal

mungkin ya karena kita memang harus agak capek tapi

pokoknya kalau lama – lama pasti sudah terbiasa.”

Peneliti : “Kalau pendukungnya apa bu?”

Bu HS : “Pendukungnya ya bantuan orang tua supaya lebih

meperhatikan anaknya . Apa yang saya terapkan ke siswa

saya ungkapkan ke orang tuanya.”

Peneliti :”Dalam pembelajaran matematika apa yang ibu lakukan

sebelum ibu mengajar ke siswa?”

Bu HS :”sebelum saya memulai pembelajaran di kelas saya itu

terlebih dahulu liat kondisi kelas seperti apa kondisinya,

apalagi ini kita mau belajar matematika jadi suasana atau

kondisi kelas dapat mempengaruhi kelanjutan pembelajaran.

89

Biasanya Saya bertanya pagi hari dia melakukan apa, setelah

bangun tidur apa yang dilakukan di rumah sampai dia pergi

ke sekolah.”

Peneliti : “Kalau membuat silabus dan RPP itu biasanya ibu bikinnya `

kapan?”

Bu HS : “sebelum pembelajaran dimulai. Contoh kemarin semester

genap, sebelum semester genap ya di hari libur itu

sebelumnya kita harus membuat silabus kan kita ada tim

sesama guru kelas.”

Peneliti : “Jika ada siswa yang menyampaikan keluh kesahnya dalam

hal belajar, apakah ibu selalu mendengarkan dan bagaimana

ibu menanggapinya?”

Bu HS : “Iyaa pasti.... Malah saya suka pancing. Saya coba cari tahu

kenapa kamu hari ini lemas, kurang semangat.”

Peneliti : “Bagaimana ibu memberi motivasi siswa dalam kegiatan

belajar agar siswa terus semangat dan mau berusaha untuk

lebih baik dalam belajar sehingga sikap sosial tersebut

berkembang?”

Bu HS : “Awalnya saya cari tahu dulu, kamu semalam melakukan

apa? belajar atau tidak terus tadi pagi kamu ke sekolah

keinginan siapa, kamu atau orang tuanya, khawatirnya kan

maunya anak ke sekolah takut karena orang tua, gitu.. itu

yang saya cari tahu. Yasudah sekarang kamu mau apa mau

90

ke sekolah tujuan kamu mau apa, saya tanya dulu, dia bilang

mau belajar, supaya apa? Pintar, jadi pintar tidak kalo kamu

belajarnya seperti ini? Dia cari tahu.”

Peneliti : “Apakah siswa pernah memunculkan ide kreatifnya?”

Bu HS : “iya Banyak”.

Peneliti : “Contohnya apa tuh bu?

Bu HS : “Biasanya kalo saya lagi menjelaskan itu ada beberapa anak

yang tanpa kita sadari dia sudah tahu jawabannya. Terkadang

diluar dugaan kita”.

Peneliti : “Bagaimana cara ibu memelihara lingkungan fisik kelas ini

bu?”

Bu HS : Setiap hari, siswa kelas V saya perintahkan harus bekerja

bakti, pokoknya tidak boleh ada sampah yang terlihat. Terus

setiap anggota kelompok yang bertugas harus bertanggung

jawab sesuai dengan tugasnya masing - masing.”

Peneliti : “Bagaimana ibu mengatur dan menata tempat duduk siswa?”

Bu HS :”Kadang juga tempat duduknya saya buat berkelompok, atau

anggota kelompok saya gilir setiap seminggu sekali, begitupun

dalam memimpin doa sebelum dan sesudah pembelajaran

dilakukan secara bergilir.”

Peneliti : “Selain melakukan penilaian sikap yang merupakan penilaian

non tes, apakah ibu melakukan penilaian berupa tes? Kapan

dilaksanakan?”

91

Bu HS : “Setiap hari worksheet pasti ada. Mau satu atau dua

worksheet. Tp penilaian harian satu tema kalau KDnya sudah

tuntas semua.”

Peneliti : “Terimakasih Bu”

Bu HS : “sama – sama “

92

LAMPIRAN 8

TRANSKRIP WAWANCARA

KEPALA SEKOLAH SDN 1 KASSI

Nama Informan : HJ. ANDI MAHFIAH K. S.Pd

Hari/Tanggal : Rabu, 13 November 2019

Tempat : Ruang guru SDN 1 Kassi

___________________________________________________________

Peneliti : “Assalamu‟alaikum Bu.”

Bu AM : “Yaa Wa‟alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakaatuh.”

Peneliti : “Saya Farida Ma’ruf saya sedang mengadakan penelitian di

sekolah ibu,saya ingin bertanya bu sudah berapa lama ibu

menjadi kepala sekolah di sekolah ini?”.

Bu AM : “kalau di sekolah ini Saya dari tahun 2017. Saya pindahan dari

sekolah sebelah.”

Peneliti : “Menurut ibu secara umum bagaimana sikap sosial yang

dikembangkan di SDN 1 Kassi ini?”

Bu AM :“Kalau di SDN 1 Kassi ini sikap sosial yang dikembangkan itu

mulai dari sikap jujur karena jika siswa itu memiliki sikap

kejujuran yang tinggi maka sikap – sikap yang lain itu akan baik

juga, apalagi ini kan siswa SD jadi sikap sosial siswa harus

ditanamkan sejak awal terutama ya kejujuran itu sendiri, baik

bersikap jujur ketika ulangan ataupun mengerjakan soal – soal

93

yang diberikan guru dengan tidak mencontek atau menjiplak

hasil pekerjaan temannya”.

Peneliti :”seperti apa sikap peduli yang dikembangkan di SDN 1 Kassi?”

Bu Am :” Peduli yang diajarkan di sekolah ini itu menyangkut peduli

kepada sesama, terutama di lingkungan sekolah siswa diajarkan

bagaimana mereka membantu teman yang kesulitan dalam

belajar ataupun butuh bantuan pinjaman alat tulis”.

Peneliti :”bagaimana pengimplemetasian peran guru dalam

mengembangka sikap sosial?”

Bu Am :”kalu implementsinya itu semua guru, baik wali kelas maupun

guru mapel itu ikut menggerakkan implementasi dari sikap

sosial ini contohnya semua guru mengajarkan siswa untuk

menghargai orang yang berbicara baik itu teman aau guru

ketika sedang belajar, tidak menertawakan temannya yang tidak

mampu mengerjakan tugas di depan kelas karena akan

menjatuhkan rasa percaya diri siswa, melaksanakan tanggung

jawab yang diberikan oleh guru.

Peneliti :”Terima kasih banyak Bu, Assalamalikum warahmatullahi

wabarakatuh”.

Bu Am :”Iya sama – sama, waalaikumsalam warahmatullahi

wabarakatuh”.

94

LAMPIRAN 9

TRANSKRIP WAWANCARA

SISWA KELAS V SDN 1 KASSI

Nama Informan : Amilatul Khairiyyah, Syauqiyatunnida, Zahrah

Kelas : V

Hari/Tanggal : Kamis, 16 november 2019

Tempat : SDN 1 Kassi

___________________________________________________________

Peneliti : “Apakah kamu pernah melihat jawaban teman ketika sedang

mengerjakan soal ulangan harian matematika?”

AMH : “pernah kayaknya.”

SYN : “pernah kayaknya satu kali tapi sdh lama”

KRJ : “tidak.”

ZAR : “Pernah.”

Peneliti : “Kenapa?”

AMH : “karena saya tidak tau jawabannya.”

SYN : “karena pelajaran matematika susah sekali apalagi

ulanganki.”

KRJ : “karena saya percaya dengan jawabanku, baru ibu guru

nasuruhki jujur mengerjakan sendiri.”

ZAR : “susah jawabannya apalagi materi operasi bilangan akar dan

pangkat.”

95

Peneliti :” Apakah kamu selalu menyelesaikan tugas yang diberikan ibu

guru?”

AMH :”iya selalu”

Peneliti :”Tugas apa yang biasa diberikan ibu guru, dan bagaimana

cara pengumpulannya?”

SYN :”Tugas matematika, biasa disuruh kumpul sama ketua

kelompok, terus ketua kelompok yang serahkan ke ibu guru”.

Peneliti :”apakah kamu berbicara dengan baik kepada guru dan

temanmu?”.

AMH :”iya berbicara baik dan sopan”.

SYN :”jelas”

Peneliti :”Apakah ibu guru suka marah – marah dan biasa berbicara

kasar sama kalian?”

AMH :”Tidak, ibu guru berbicara pada kami itu lemah lembut”.

SYN :”Tidak, karena ibu guru sifatnya baik selalu menasihati kami

bila kami berbuat salah”.

Peneliti :”Pelajaran matematika itukan biasanya sukar, apakah ibu guru

jengkel kalau kalian susah mengerti materi yang disampaikan?”

AMH :”ibu guru tidak marah, malah pelajarannya diulang – ulang

sampai kami paham”.

SYN :”Tidak marah, ibu akan menjelaskan kembali yang tidak

dimengerti”.

Peneliti :”oh iya terimakasih ya dek”

96

LAMPIRAN 10

Dokumentasi Kegiatan Wawancara dengan Guru Kelas V Tempat : Ruang kelas V Kegiatan wawancara dengan guru kelas V Tempat : Ruang guru

97

Kegiatan saat mengerjakan ulangan harian

Wawancara dengan siswa kelas V

Tempat : di luar ruangan

Wawancara dengan siswa kelas V Tempat : di luar ruangan

98

Wawancara dengan siswa Tempat : halaman sekolah

Wawancara dengan Kepala Sekolah Tempat : Ruang Guru

Wawancara dengan Kepala Sekolah Tempat : Ruang Guru

99