PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU
Ekonomi islam pada masa daulah bani umayyah dan abbasiyah
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Ekonomi islam pada masa daulah bani umayyah dan abbasiyah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian ekonomi Islam sebagai studi ilmu
pengetahuan modern baru muncul pada tahun 1970-an,
tetapi pemikiran tentang ekonomi Islam telah muncul
sejak Islam diturunkan melalui Nabi Muhammad Saw yang
kemudian dilanjutkan pada masa kepemimpinan kulafaur
Rasyidin. Saat itulah Islam mulai memberi pengaruh
kepada dunia, karena para khalifah sudah melakukan
perluasan wilayah keluar daerah Arab. Setelah masa
Kulafaur Rasyidin muncullah daulah Bani Umayyah dan
Abbasiyah.
Berdasarkan catatan sejarah, Islam mengalami
kemajuan yang sangat pesat saat kepemimpinan bani
Umayyah dan Abbasiyah. Sehigga peradaban Islam
memberi pengaruh yang besar ke pada dunia saat itu.
Para sejarawan menyebut saat itu dengan “The Golden
Age”. Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat di
berbagai bidang peradaban, ilmu pengetahuan, politik
dan pemerintahan, sains dan teknolgi Termasuk di
bidang Ekonomi.
Berangkat dari uraian tersebut di atas, yang
menyatakan bahwa pada masa Umayyah dan Abbasiyah
1
mengalami kemajuan di beberapa bidang peradaban, maka
di makalah ini akan disajikan sedikit tentang masa
daulah Umayyah dan Abbasiyah yang menitik beratkan
pada pemikiran-pemikiran ekonominya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa dan Bagaimana Daulah Umayyah dan Abbasiyah ?
2. Bagaimana Praktek dan Pemikiran Ekonomi pada
masa Daulah Umayyah dan Abbasiyah? C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah adalah:
1. Untuk mengetahui sekilas mengenai Bani Umayyah
dan Abbasiyah.
2. Untuk mengetahui praktek dan pemikiran ekonomi
pada masa Bani Umayyah dan Abbasiyah.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang penulis lakukan dalam
pembuatan makalah ini adalah dengan menggunakan
kajian pustaka, yaitu mengambil bahan - bahan kajian
dari beberapa literatur – literatur, serta sumber
dari internet yang dianggap cocok dan mempunyai
2
kaitan dengan praktek dan Pemikiran Ekonomi Masa
Umayyah Umayyah Abbasiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Daulah Umayah dan Abbasiyah
1. Daulah Umayyah
3
Sejarah berdirinya Daulah Umayyah berasal dari
nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi Manaf, yaitu
salah seorang dari pemimpin kabilah Quraisy pada
zaman jahiliyah. Bani Umayyah baru masuk agama Islam
setelah mereka tidak menemukan jalan lain selain
memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad berserta
beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar percaya
terhadap kerasulan dan kepemimpinan yang menyerbu
masuk ke dalam kota Makkah. Memasuki tahun ke 40
H/660 M, banyak sekali pertikaian politik dikalangan
ummat Islam, puncaknya adalah ketika terbunuhnya
Khalifah Ali bin Abi Thalib oleh Ibnu Muljam. Setelah
khalifah terbunuh, kaum muslimin diwilayah Iraq
mengangkat al-Hasan putra tertua Ali sebagai khalifah
yang sah. Sementara itu Mu’awiyah sebagi gubernur
propinsi Suriah (Damaskus) juga menobatkan dirinya
sebagai Khalifah.1
Namun karena Hasan ternyata lemah sementara
Mu’awiyah bin Abi Sufyan bertambah kuat, maka Hasan
bin Ali menyerahkan pemerintahannya kepada mu’awiyyah
bin abi sufyan.Mu'awiyah sebagai pendiri dinasti
Umayyah adalah putra Abu Sufyan, seorang pemuka
Quraisy yang menjadi musuh Nabi Muhammad saw.
1
http://sejarahperadabanislam77.blogspot.com/2013/05/sejarah-dinasti-umayyah.html, Rabu, 01 Mei 2013
4
Mu'awiyah dan keluarga keturunan Bani Umayyah memeluk
Islam pada saat terjadi penaklukan kota Makkah. Nabi
pernah mengangkatnya sebagai sekretaris pribadi dan
Nabi berkenan menikahi saudaranya yang perempuan yang
bernama Umi Habibah. Karier politik Mu'awiyah mulai
meningkat pada masa pemerintahan Umar Ibn Khattab.
Setelah kematian Yazid Ibn Abu Sufyan pada peperangan
Yarmuk, Mu'awiyah diangkat menjadi kepala di sebuah
kota di Syria. Karena keberhasilan kepemimpinannya,
tidak lama kemudian dia diangkat menjadi gubernur
Syria oleh khalifah Umar. Mu'awiyah selama menjabat
sebagai gubernur Syria, giat melancarkan perluasan
wilayah kekuasaan Islam sampai perbatasan wilayah
kekuasaan Bizantine.Pada masa pemerintahan khalifah
Ali Ibn Abu Thalib, Mu'awiyah terlibat konflik dengan
khalifah Ali untuk mempertahankan kedudukannya
sebagai gubernur Syria.Sejak saat itu Mu'awiyah mulai
berambisi untuk menjadi khalifah dengan mendirikan
dinasti Umayyah. Setelah menurunkan Hasan Ibn Ali,
Mu'awiyah menjadi penguasa seluruh imperium Islam,dan
menaklukan Afrika Utara merupakan peristiwa penting
dan bersejarah selama masa kekuasaannya.2
Daulat Bani Umayyah yang berdiri sejak tahun 660
Masehi sampai dengan tahun 750 Masehi (lebih kurang
2 http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Umayyah.html, Sabtu 05 november 2012
5
90 tahun) yang dipimpin 14 orang Khalifat dan 5 orang
diantaranya merupakan Khalifah yang memiliki
kelebihan tersendiri.
Daulah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus,
telah diperintah oleh 14 orang khalifah. Namun
diantara khalifah-khalifah tersebut, yang paling
menonjol adalah : Muawiyah bin Abi Sufyan, Abdul
Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Umar bin
Abdul Aziz dan Hisyam bin Abdul Malik.
Masa kepemimpinan Bani Umayyah berakhir pada
tahun 132 H. Ini terjadi setelah Marwan bin Muhammad
mengalami kekalahan dalam Perang Zab, melawan pasukan
yang dipimpin Abu Abbas as-Saffah dari Bani
Abbasiyah. Sejak saat itu kekhilafahan beralih ke
Bani Abbasiyah.
2. Daulah Abbasiyah
Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi
banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan
bernegara, terjadi kekeliruan-kekeliruan dan
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah
dan para pembesar negara lainnya sehingga terjadilah
pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam,
termasuk salah satunya pengucilan yang dilakukan Bani
Umaiyah terhadap kaum mawali yang menyebabkan ketidak
6
puasan dalam diri mereka dan akhirnya terjadi banyak
kerusuhan.
Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan
kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz
(717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan
toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah.
Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas
oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas.
Pada awalnya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas
menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan
pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi
pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan
II, pertentangan ini semakin memuncak dan akhirnya
pada tahun 750, Abu al-Abbas al-Saffah berhasil
meruntuhkan Daulah Umayyah dan kemudian dilantik
sebagai khalifah.
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas
yang sekaligus dianggap sebagai pendiri Bani Abbas,
menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah yang
berarti Sang Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah
Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan
meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di
bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai
system politik.
7
Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang
Persia yang merasa bosan terhadap bani Umayyah di
dalam masalah sosial dan pilitik diskriminas.
Khalifah-khalifah Abbasiyah yang memakai gelar
”Imam”, pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk
menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah
mencontoh tradisi Umayyah di dalam mengumumkan lebih
dari satu putra mahkota raja.
Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari
Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya Baghdad
dibangun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan
merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga
Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia
pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan
kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti
Abbasiyah mencapai masa kejayaan.
Masa kepemimpinan Bani Abbasiyah berlangsung
selama kurang lebih 783 tahun. Khalifah pertamanya
adalah Abu Abbas as-Saffah dan yang terakhir adalah
al-Mutawakkil ‘Alallah. Masa kepemimpinan Bani
Abbasiyah dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu
periode Kekhilafahan Abbasiyah yang berpusat di Irak
dan yang berpusat di Mesir.
Dinamakan khalifah Abbasiyah karena para pendiri
dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas,
8
paman Nabi Muhammad saw. Dinasti Abbasiyah didirikan
oleh Abdullah al-Suffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang, dari tahun 132-565 H
(750-1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
Berdasarkan pola pemerintahan, para sejarawan
biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah
menjadi tiga periode, yaitu:3
1. Periode pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M).
Kekuasaan pada periode ini berada di tangan para
khalifah.
2. Periode kedua (232 H/847 M – 590 H/1194 M). Pada
periode ini kekuasaan hilang dari tangan para
khalifah berpindah kepada kaum Turki (232-234 H),
golongan Bani Buwaim (334-447 H), dan golongan Bani
Saljuq (447-590 H).
3. Periode ketiga (590 H/1194 M – 656 H/1258 M),
pada periode ini kekuasaan berada kembali di tangan
para khalifah, tetapi hanya di Baghdad dan kawasan-
kawasan sekitarnya.
Pada periode pertama, pemerintahan Bani
Abbasiyah mencapai masa keemasannya. Secara politis,
3 Ahmad Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam : Imperium Turki Usmani, (Jakarta: Kalam Mulia, 1988), h. 2
9
para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama
sekaligus. Di sisi lain kemakmuran masyarakat
mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil
menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan
ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun, setelah periode
ini berakhir, pemerintahan Bani Abbasiyah mulai
menurun dalam bidang politik meskipun filsafat dan
ilmu pengetahuan berkembang.
B. Kegiatan Perekonomian dan Pekiran Ekonomi Pada
Masa Kekhalifahan Bani Umayyah dan Abbasiyah
1. Perekonomian Pada Masa Kekhalifahan Bani
Umayyah
Pada masa pra-Islam, uang Romawi dan Persia
digunakan di Hijaz, di samping beberapa uang perak
Himyar yang bergambar burung hantu Attic. Umar,
Muawiyah, dan para khalifah terdahulu lainya merasa
cukup dengan mata uang asing yang beredar, dan
mungkin pada beberapa kasus, terdapat kutipan ayat Al
Quran tetentu pada koin-koin itu. Sejumlah uang emas
dan perak pernah dicetak sebelumnya pada masa Abd Al
Malik, tetapi cetakan itu hanyalah tiruan dari mata
uang Bizantium dan Persia. Pada tahun 695, Abd Al
10
Malik mencetak dinar emas dan dirham perak yang murni
hasil karya orang Arab.4
Di samping membuat uang Islam, dan melakukan
arabisasi administrasi keeajaan, Abd Al Malik juga
mengembangkan sistem layanan pos, dengan menggunakan
kuda antara Damaskus dan ibukota provinsi lainya.
Layanan itu dirancang, terutama untuk memenuhi
kebutuhan transportasi para pejabat pemerintahan dan
persoalan surat-menyurat mereka. Semua kepala pos
bertugas untuk mencatat dan mengirimkan kepada
khalifah semua peristiwa penting yang terjadi di
wilayah mereka masing-masing.
Dalam kaitanya dengan perubahan mata uang, kita
perlu memperhatikan pembaruan sistem keuangan dan
administrasi yang terjadi pada masa ini. Pada
dasarnya, tidak ada seorang muslim pun, dari bangsa
mana pun, yang dibebani membayar pajak, selain zakat
ataupun santunan untuk orang miskin, meskipun pada
praktikya, hak-hak istimewa sering diberikan kepada
segelintir orang Islam-Arab. Bersadarkan teori itu,
banyak orang yang baru masuk Islam, terutama dari
Irak dan Khursan, mulai meninggalkan desa tempat
mereka berkerja sebagai petani, dan pergi ke kota-
4 Philip K. Hitti, History of the Arab: Rujukan Induk dan Paling Otoritatif Tentang Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta , 2013) h. 271
11
kota, dengan harapan bisa bergabung menjadi prajurit
mawali. Fenomena ini akhirnya menyebabkan kerugian
ganda bagi perbendaharaan kerajaan. Hal tersebut
karena setelah masuk Islam, pendapatan pajak sangat
berkurang, dan setelah menjadi prajurit, mereka
berhak mendapatkan subsidi. Al Hajj kemudian membuat
kebijakan penting untuk mengembalikan orang-orang ke
ladang-ladang mereka, dan kembali mewajibkan mereka
membayar pajak tanah dan pajak kepala. Ia bahkan
mengharuskan orang-orang Arab yang menguasai tanah di
wilayah wajib pajak untuk membayar pajak tanah.5
Setelah Daulah Umawiyah berhasil menguasai
wilayah yang cukup luas maka lalu lintas perdagangan
mendapat jaminan yang layak. Lalu lintas darat
melalui jalan Sutera kr Tiongkok guna memperlancar
perdagangan sutera, keramik, obat-obatan dan
wewangian. Perkembangan perdagangan itu telah
mendorong meningkatnya kemakmuran bagi Daulah
Umawiyah Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada
jaman Bani Umayyah terbukti berjaya membawa kemajuan
kepada rakyatnya yaitu:
• Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi
tumpuan terhadap pembangunan sektor pertanian,
5 Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010) h. 125.
12
beliau telah memperkenalkan sistem pengairan bagi
tujuan meningkatkan hasil pertanian.
• Dalam bidang industri pembuatan khususnya kraf
tangan telah menjadi nadi pertumbuhan ekonomi bagi
Umayyah.
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, kebijakan
ekonomi banyak dibentuk berdasarkan ijtihad para
fuqoha dan ulama sebagai konsekuensi semakin jauhnya
rentang waktu (lebih kurang satu abad) antara zaman
kehidupan Rasulullah saw dan masa pemerintahan
tersebut.
Beberapa tradisi dan praktek yang di lakukan oleh
Bani Umayyah pada masa daulah al-Islam, yaitu:6
1. Ketika diangkat menjadi Khalifah, Umar bin Abdul
Aziz mengumpulkan rakyat dan mengumumkan serta
menyerahkan seluruh harta kekayaan pribadi dan
keluarganya yang diperoleh secara tidak wajar
kepada baitul maal, seperti; tanah-tanah
perkebunan di Maroko, berbagai tunjangan yang di
Yamamah, Mukaedes, Jabal Al Wars, Yaman dan
Fadak, hingga cincin berlian pemberian Al Walid.
2. Selama berkuasa beliau juga tidak mengambil
sesuatupun dari baitul maal, termasuk pendapatan
Fai yang telah menjadi haknya.6 http://www.plusnetwork.com/?sp=chv&q=tradisi%20dan%20praktek%20pada%20masa%20ummayah
13
3. Memprioritaskan pembangunan dalam negeri.
Menurutnya, memperbaiki dan meningkatkan
kesejahteraan negeri-negeri Islam adalah lebih
baik daripada menambah perluasan wilayah. Dalam
rangka ini pula, ia menjaga hubungan baik dengan
pihak oposisi dan memberikan hak kebebasan
beribadah kepada penganut agama lain.
4. Dalam melakukan berbagai kebijakannya, Khalifah
Umar bin Abdul Aziz lebih bersifat melindungi
dan meningkatkan taraf hidup masyarakat secara
keseluruhan.
5. Menghapus pajak terhadap kaum muslimin,
mengurangi beban pajak kaum Nasrani, membuat
aturan takaran dan timbangan, membasmi cukai dan
kerja paksa,
6. Memperbaiki tanah pertanian, menggali sumur-
sumur, pembangunan jalan-jalan, pembuatan
tempat-tempat penginapan musafir, dan menyantuni
fakir miskin. Berbagai kebijakan ini berhasil
meningkatkan taraf hidup masyarakat secara
keseluruhan hingga tidak ada lagi yang mau
menerima zakat.
7. Menetapkan gaji pejabat sebesar 300 dinar dan
dilarang pejabat tersebut melakukan kerja
sampingan. Selain itu pajak yang dikenakan
14
kepada non-muslim hanya berlaku kepada tiga
profesi, yaitu pedagang, petani, dan tuan tanah.
2. Pemikiran Ekonomi Masa Bani Umayyah
Dari perspektif Sejarah Peradaban Islam,
pemerintahan Bani Umayyah disebut sebagai masa
keemasan pencapaian kejayaan pemerintahan Islam.
Meskipun masa pemerintahannya tidak cukup satu abad
(90-91 tahun), tetapi berbagai kemajuan yang dicapai
selama pemerintahan ini dapat dikatakan sangat luar
biasa termasuk ke dalamnya adalah kesuksesan dalam
perluasan wilayah pemerintahan Islam dan jumlah
penduduk yang masuk Agama Islam. Sebaliknya,
disamping dicap sebagai pemerintahan yang membidani
lahirnya pemerintahan monarchie heredetis (kerajaan
turun temurun) juga seperti disebut oleh Dr. Muhammad
Quthb, bahwa pada masa kekhalifahan Umayyah telah
terjadi kemunduran Islam, sehingga pada saat
berakhirnya masa pemerintahaan ini muncul anggapan
bahwa Islam akan hilang dari permukaan bumi.
Dibandingkan dengan bidang-bidang keilmuan lain,
sumbangan pemerintahan kekhalifahan Bani Umayyah di
bidang ekonomi memang tidak begitu monumental, karena
pada zaman pemerintahan ini, pemikiran-pemikiran
ekonomi lahir bukan berasal dari ekonom murni
15
intelektual muslim, tetapi berasal dari hasil
interpretasi kalangan ilmuan lintas-disiplin yang
berlatar belakang fiqh, Tasawuf, filsafat, sosiologi,
dan politik. Namun demikian, terdapat beberapa
sumbangan pemikiran mereka terhadap kemajuan ekonomi
Islam, di antaranya adalah perbaikan terhadap konsep
pelaksanaan transaksi salam, murabaha, dan muzara’ah,
serta kehadiran Kitab al Kharaj yang ditulis oleh Abu
Yusuf yang hidup pada masa pemerintahan khalifah
Hasyim secara eksklusif membahas tentang
kebijaksanaan ekonomi, dipandang sebagai sumbangan
pemikiran-pemikiran ekonomi yang cukup berharga.
Perbaikan sistem politik negara pada masa Bani
Umayyah dilakukan dengan pembentukan lembaga-lembaga
pemerintahan.hal itu banyak membawa pengaruh positif
bagi kehidupan masyarakat terutama dengan dibentuknya
Lembaga Keuangan Negara (Nizam Mal), yang tugasnya
adalah sbb :
1. Mengatur gaji tentara dan pegawai negara
2. Mengatur biaya tata usaha negara
3. Megatur biaya pembangunan sarana pertanian,
seperti penggalian terusan dan perbaikan sarana
irigasi
4. Mengatur biaya untuk orang-orang hukuman dan
tawanan perang
16
5. Mengatur biaya untuk perlengkapan perang
6. Mengatur hadiah untuk ulama dan satrawan negara
Dengan adanya lembaga keuangan tersebut
pemerintah mempu membangun panti untuk orang jompo,
dan anak yatim. Selain itu dibangun sarana-sarana
umum, seperti masjid, jalan, dan saluran air.
Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada jaman
Bani Umayyah terbukti berjaya membawa kemajuan kepada
rakyatnya diantara lain :
Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi
tumpuan terhadap pembangunan sektor pertanian,
beliau telah memperkenalkan sistem pengairan
bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian.
Dalam bidang industri pembuatan khususnya
kraftangan telah menjadi nadi pertumbuhan
ekonomi bagi Umayyah.
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, kebijakan
ekonomi banyak dibentuk berdasarkan ijtihad para
fuqoha dan ulama sebagai konsekuensi semakin jauhnya
rentang waktu (lebih kurang satu abad) antara zaman
kehidupan Rasulullah saw dan masa pemerintahan
tersebut.
17
Berikut ini adalah beberapa pokok fikiran
Khalifah, fuqoha dan ulama pada masa kekhalifahan
Bani Umayyah yang dapat di identikasi:7
a. Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan
Sumbangan Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan
1. Mampu membangun sebuah masyarakat muslim yang
tertata rapi,
2. Oleh para sejarawan, beliau disebut sebagai
orang Islam pertama yang membangun kantor
catatan negara dan layanan pos (al-barid)
3. Membangun Pasukan Suriah menjadi kekuatan
militer Islam yang terorganisir dan disiplin
tinggi
4. Mencetak mata uang, mengembangkan birokrasi
seperti fungsi pengumpulan pajak dan
administrasi politik.
5. Mengembangkan jabatan qadi (hakim) sebagai
jabatan professional.
6. Menerapkan kebijakan pemberian gaji tetap kepada
para tentara
b. Khalifah Abdul Malik bin Marwan
7 Euis Amalia, Tradisi dan Praktek Ekonomi Masa Daulah Umawiyah, ( Depok: Gramata Publishing, 2010), h. 101-104
18
1. Mengembangkan pemikiran yang serius terhadap
penerbitan dan pengaturan uang dalam masyarakat
Islam, sebagai bentuk upaya penolakan atas
permintaan pihak Romawi agar Khalifah Abdul
Malik bin Marwan menghapuskan kalimat
Bismillahirahmanirrahim dari mata uang yang
berlaku pada saat itu. Dan selanjutnya, pada
tahun 74 H/659 M beliau mencetak mata uang Islam
tersendiri yang mencantumkan kalimat
Bismillahirahmanirrahim dan mendistribusikan
keseluruh wilayah Islam serta melarang pemakaian
mata uang lain
2. Menjatuhkan hukuman ta’zir kepada mereka yang
mencetak mata uang di luar percetakan Negara.
3. Melakukan berbagai pembenahan administrasi
pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab
sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan
Islam.
c. Khalifah Umar bin Abdul Aziz
1. Ketika diangkat menjadi Khalifah, Umar bin Abdul
Aziz mengumpulkan rakyat dan mengumumkan serta
menyerahkan seluruh harta kekayaan pribadi dan
keluarganya yang diperoleh secara tidak wajar
kepada baitul maal, seperti; tanah-tanah
perkebunan di Maroko, berbagai tunjangan yang di
19
Yamamah, Mukaedes, Jabal Al Wars, Yaman dan
Fadak, hingga cincin berlian pemberian Al Walid.
2. Selama berkuasa beliau juga tidak mengambil
sesuatupun dari baitul maal, termasuk pendapatan
Fai yang telah menjadi haknya.
3. Memprioritaskan pembangunan dalam negeri.
Menurutnya, memperbaiki dan meningkatkan
kesejahteraan negeri-negeri Islam adalah lebih
baik daripada menambah perluasan wilayah. Dalam
rangka ini pula, ia menjaga hubungan baik dengan
pihak oposisi dan memberikan hak kebebasan
beribadah kepada penganut agama lain.
4. Dalam melakukan berbagai kebijakannya, Khalifah
Umar bin Abdul Aziz lebih bersifat melindungi
dan meningkatkan taraf hidup masyarakat secara
keseluruhan.
5. Menghapus pajak terhadap kaum muslimin,
mengurangi beban pajak kaum Nasrani, membuat
aturan takaran dan timbangan, membasmi cukai dan
kerja paksa,
6. Memperbaiki tanah pertanian, menggali sumur-
sumur, pembangunan jalan-jalan, pembuatan
tempat-tempat penginapan musafir, dan menyantuni
fakir miskin. Berbagai kebijakan ini berhasil
meningkatkan taraf hidup masyarakat secara
20
keseluruhan hingga tidak ada lagi yang mau
menerima zakat.
7. Menetapkan gaji pejabat sebesar 300 dinar dan
dilarang pejabat tersebut melakukan kerja
sampingan. Selain itu pajak yang dikenakan
kepada non-muslim hanya berlaku kepada tiga
profesi, yaitu pedagang, petani, dan tuan tanah.
8. Dalam bidang pertanian Khalifah Umar bin Abdul
Aziz melarang penjualan tanah garapan agar tidak
ada penguasaan lahan. Ia memerintahkan amirnya
untuk memanfaatkan semaksimal mungkin lahan yang
ada. Dalam menetapkan sewa tanah, khalifah
menerapkan prinsip keadilan dan kemurahan hati.
Ia melarang memungut sewa terhadap tanah yang
tidak subur dan jika tanah itu subur,
pengambilan sewa harus memperhatikan tingkat
kesejahteraan hidup petani yang bersangkutan.
9. Menerapkan kebijakan otonomi daerah. Setiap
wilayah Islam mempunyai wewenang untuk mengelola
zakat dan pajak secara sendiri-sendiri dan tidak
mengharuskan menyerahkan upeti kepada pemerintah
pusat. Bahkan sebaliknya pemerintah pusat akan
memberikan bantuan subsidi kepada wilayah Islam
yang pendapatan zakat dan pajaknya tidak
memadai. Dan juga memberlakukan sistim subsidi
21
antar wilayah, dari yang surplus ke yang
pendapatannya kurang.
10. Dalam menerapkan Negara yang adil dan
makmur, Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjadikan
jaminan social sebagai landasan pokok. Khalifah
juga membuka jalur perdagangan bebas, baik
didarat maupun dilaut, sebagai upaya peningkatan
taraf kehidupan masyarakat. Pemerintah menghapus
bea masuk dan menyediakan berbagai bahan
kebutuhan sebanyak mungkin dengan harga yang
terjangkau.
11. Pada masa-masa pemerintahannya, sumber-
sumber pemasukan Negara berasal dari zakat,
hasil rampasan perang, pajak penghasilan
pertanian, dan hasil pemberian lapangan kerja
produktif kepada masyarakat luas.
12. Yang paling menonjol pada masa ini adalah,
kembalinya syariat Islam dengan semua ketinggian
dan kesempurnaannya untuk mewarnai seluruh aspek
kehidupan.
Selain pemikiran berasal dari para khalifah
seperti tersebut di atas, pada masa Daulah Bani
Umayyah banyak juga dijumpai pemikir-pemikir ekonomi
22
yang berasal dari kalangan ulama, fuqaha dan filsuf,
di antaranya adalah:8
a. Zaid bin Ali (80-120/699-738)
Zaid bin Ali adalah cucu dari Imam Hussein,
merupakan ahli fiqih terkenal di Madinah. Pemikiran
dan pandangan Zaid seperti yang dikemukakan Abu Zahra
adalah membolehkan penjualan suatu komoditi secara
kredit dengan harga yang lebih tinggi dari harga
tunai dengan alasan sebagai berikut:
1) Penjualan secara kredit dengan harga lebih
tinggi daripada harga tunai merupakan salah satu
bentuk transaksi yang sah dan dapat dibenarkan
selama transaksi tersebut dilandasi oleh prinsip
saling ridha antar kedua belah pihak
2) Pada umunya, keuntungan yang diperoleh para
pedagang dari penjualan seecara kredit merupakan
murni bagian dari sebuah perniagaan dan tidak
termasuk riba.
3) Penjualan secara kredit merupakan salah satu
bentuk promosi sekaligus respon terhadap
permintaan pasar. Dengan demikian, bentuk
penjualan seperti ini bukan suatu tindakan di
luar kebutuhan.
8 http://sejarahagamaislamdidunia.blogspot.com
23
4) Keuntungan yang diperoleh dari penjualan kredit
merupakan suatu bentuk kompensasi atas kemudahan
yang diperoleh seseorang dalam membeli suatu
barang tanpa harus membayar secara tunai.
5) Harga penjualan kredit, tidak semata merta
mengindikasikan bahwa harga yang lebih tinggi
selalu berkaitan dengan waktu. Harga jual kredit
dapat pula ditetapkan lebih rendah dari harga
beli, dengan tujuan untuk menghabis persediaan
barang dan memperoleh uang tunai karena khawatir
harga pasar akan jatuh di masa datang.
b. Abu Hanifa (80-150/699-767)
Abu Hanifa dikenal sebagai seorang fuqoha dan
seorang pedagang di pusat aktivitas perdagangan dan
perekonomian- Kufa. Sumbangan beliau dalam masalah
ekonomi adalah sebagai berikut:
1) Memberi koreksi dan penyempurnaan terhadap aqad
transaksi Salam yang popular pada masa itu.
Salam adalah kontrak penjualan suatu barang
dalam hal mana harga atas barang dibayar tunai
pada saat kontrak (aqad) sedangkan barangnya
diserahkan dikemudian hari. Abu Hanifa menemukan
banyak sekali kekaburan di sekitar kontrak Salam
tersebut, yang dapat mengarah pada perselisihan.
Untuk menghindari perselisihan tersebut, Abu
24
Hanifa memasukkan ke dalam aqad tersebut apa-apa
yang harus diketahui dan dinyatakan secara
jelas. Misalnya, tentang jenis komoditi, mutu,
dan kuantitas serta tangggal dan tempat
pengiriman barang. Di dalam aqad juga mesti
dimasukkan persyaratan bahwa komoditas yang
diperjual belikan harus tersedia di pasar selama
periode antara tanggal aqad dan tanggal
penyerahan barang, sehingga kedua belah pihak
sama-sama mengetahui bahwa penyerahan barang
dapat dilaksanakan sesuai aqad.
2) Abu Hanifa, sebagai seorang pedagang, Abu Hanifa
memberikan sumbangan tentang aturan-aturan yang
menjamin pelaksanaan permainan yang adil dalam
transaksi murabaha dan transaksi lain yang
sejenis. Memberi sumbangan tentang pelaksanaan
praktek dagang lain yang berlandaskan norma-
norma Islam.
3) Mempunyai perhatian terhadap kaum yang lemah,
pemberlakuan zakat atas perhiasan dan
membebaskan pemilik harta yang dililit hutang
yang tidak sanggup menebusnya dari kewajiban
membayar zakat.
4) Tidak membolehkan pembagian hasil panen
(muzaraah) dalam kasus tanah yang tidak
25
menghasilkan guna melindungi penggarap yang
umumnya adalah orang lemah.
c. Al Awza‘i (88-157/707-774)
Abdul Rahman Al Awza’i berasal dari Beirut, yang
hidup sejaman dengan Abu Hanifa. Beliau juga pendiri
sekolah hukum walaupun tidak bertahan lama
1) Awza’i cenderung membenarkan kebebasan dalam
kontrak dan memfasilitasi orang-orang dalam
transaksi mereka.
2) Memberlakukan sistem bagi-hasil pertanian
(muzaraah) karena system ini di butuhkan seperti
halnya dia membolehkan bagi hasil keuntungan
(Mudharabah). Dalam hal ini, modal di pinjamkan
boleh dalam bentuk tunai atau natura yang
ditolak oleh beberapa ahli hukum lainnya.
3) Menggunakan pendekatan yang lebih fleksibel
dalam kontrak Salam .
d. Imam Malik bin Anas (93 – 197H / 712 -795M)
Hidup semasa pemerintahan Khalifah Bani Umayyah
yang dimulai pada masa pemerintahaan. Beliau berhasil
menerbitkan Kitab al-Muwatta, sebuah kitab hadist
bergaya fiqh atau kita fiqh bergaya Hadist. Pokok-
pokok fikiran Imam Malik bin Anas tentang ekonomi
adalah sebagai berikut:
26
1) Bahwa, Penguasa mempunyai tanggungjawab untuk
mensejahterakan rakyat, memenuhi kebutuhan
rakyat sepertihalnya yang juga dilakukan oleh
Umar Bin Khatab.
2) Menerapkan prinsip/azas al-Maslahah, al-
Mursalah. Al-Maslahah dapat diartikan sebagai
azas manfaat (benefit), kegunaan (utility),
yakni sesuatu yang memberi manfaat baik kepada
individu maupun kepada masyarakat banyak .
Sedangkan prinsip al-Maslahah dapat diartikan
sebagai prinsip kebebasan, tidak terbatas, atau
tidak terikat. Dengan pendekatan kedua azas ini,
Imam Malik bin Anas, mengakui, bahwa pemerintah
Islam memiliki hak untuk memungut pajak, bila
diperlukan melebihi dari jumlah yang ditetapkan
secara khusu dalam syari’ah.
3. Perekonomian dan Perdagangan Masa Bani
Abbasiyah.
Sejak zaman Abbasiyah, walaupun masih di lakukan
secara perorangan. Perbankan mulai berkembang pesat
ketika beredar banyak jenis mata uang pada zaman itu
sehingga perlu keahlian khusus untuk membedakan
antara satu mata uang dan mata uang lainnya. Ini
diperlukan karena setiap mata uang mempunyai
27
kandungan logam mulia yang berlainan sehingga
mempunyai nilai yang yang berbeda pula. Orang yang
mempunyai keahlian khusus ini disebut naqid, sarraf, dan
jihbiz.9
Kemajuan praktek perbankan pada zaman itu
ditandai dengan beredarnya sakk (cek) dengan luas
sebagai media pembayaran.
Zaman abbasiyyah selain terkenal dengan kemajuan
peradabannya, juga merupakan periode ketika para
kepala pemerintahan mulai bergelimang kemewahan.
Bahkan, Ibnu Khaldun yang mengklaim bahwa orang
Abbasiyah tidak bergelimang dengan kehidupan mewah,
mengakui bahwa pesta pernikahan Al-Ma`mun dirayakan
dengan bertaburkan berbagai hiasan dari emas dan
batu-batu berharga. Menurut Al-Mas`udi, Al-Mu`taazz
(866-869), khalifah dinasti Abbasiyah ke-13 adalah
khalifah pertama yang melapisi baju zirahnya dengan
emas, dan menunggang kuda dengan pelana dari emas,
sementara para khalifah sebelumnya biasanya hanya
menggunakan bju zirah dan pelana berhias perak.10
Pada masa Dinasti Abbasiyah pengembangan
industri rumah tangga berkembang pesat dan maju.
Industri kerajinan tangan menjamur diberbagai pelosok
9 Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer,(Jakarata: Gema Insani Press, 2001), h. 63
10 Boedi Abdullah, Op. Cit, h. 141
28
kerajaan. Daerah Asia Barat menjadi pusat industri
karpet, sutera, kapas, dan kain wol, satin, dan
brokat (dibaj), sofa (dari bahasa Arab, Suffah) dan
kain pembungkus bantal, juga perlengkapan dapur dan
rumah tangga lainnya. Mesin penganyam Persia dan Irak
membuat karpet dan kain berkualitas tinggi. Ibu Al-
Musta’in memiliki sehelai karpet yang dipesan khusus
seharga 130 juta dirham dengan corak berbagai jenis
burung dan emas yang dihiasi batu rubi dan batu-
batuan indah lainnya.
Sejak masa khalifah kedua Abbasiyah, Al-Manshur,
sumber Arab paling awal yang menyinggung tentang
hubungan maritim Arab dan Persia dengan India dan
Cina berasal dari laporan perjalanan Sulaiman At-
Tajir dan para pedagang muslim lainnya pada aba ke-3
Hijriah. Tulang punggung perdagangan ini adal sutra,
kontribus terbesar orang Cina kepada dunia Barat.
Biasanya, jalur yang disebut “jalan sutra”,
menyusuri Samarkand dan Turkistan Cina.
Barang-barang dagangan biasanya diangkut secara
estafet; hanya sedikti khalifah yang menempuh sendiri
perjalanan sejauh itu. Di sebelah barat, para
pedagang Islam telah mencapai Maroko dan Spanyol.
Pada masa Abbasiyah, orang-orang justru mampu
29
mengimpor barang dagangan, seperti rempah-rempah,
kapur barus, dan sutra.11
Peran penting ekonomi sangat di sadari oleh para
khalifah Dinasti Abbasiyah dalam menentukan maju
mundurnya suatu negara. Oleh karena ini, mereka
memberikan perhatian khusus pada pengembangan sektor
ini, terutama periode pertama Dinasti Abbasiyah .
upaya kearah kemajuan ini sebenarnya sudah di mulai
sejak masa pemerintahan al-Mansur. Yaitu dengan di
pindahkannya pusat pemerintahan ke baghdad tiga tahun
setelah dia di lantik menjadi khalifah.
Dijadikannya kota baghdad sebagai pusat kendali
pemerintahan itu mempunyai arti tersendiri bagi
perkembangan dan kemajuan di bidang ekonomi. Baghdad
merupakan sebuah kota yang terletak didaerah yang
sangat strategis bagi perniagaan dan perdagangan.
Sungi tigris bisa dilayari sampai kota ini. Begitu
juga terdapat jalur pelayaran ke sungai eufrat yang
cukup dekat. Sehingga barang-barang dagangan dan
perniagaan dapat diangkut menghilir sungai eufratdan
tigris dengan menggunakan perahu-perahu kecil. Di
samping itu, yang terpenting ialah tedapatnya jalan
nyaman dan aman dari semua jurusan. Akhirnya Baghdad
menjadi daerah sangat ramai, karena disamping sebagai
11Ibid, h. 138
30
ibu kota kerajaan juga sebagai kota niaga yang cukup
marak pada masa itu. Dari situlah negara akan dapat
devisa yang sangat besar jumlahnya.
Selain itu faktor pertambahan jumlah penduduk
juga merupakan suatu faktor turut meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, dimana semakin pesat pertumbuhan
penduduk, maka semakin besar dan banyak pula faktor
permintaan pasar (demand). Hal ini pada gilirannya
memicu produktivitas ekonomi yang tinggi.
Adapun komoditi yang menjadi primadona pada masa
itu adalah bahan pakaian atau tekstil yang menjadi
konsumsi pasar asia dan eropa. Sehingga industri di
bidang penenunan seperti kain, bahan-bahan sandang
lainnya dan karpet berkembang pesat. Bahan-bahan
utama yang digunakan dalam industri ini adalah kapas,
sutra dan wol. Industri lain yang juga berkembang
pesat adalah pecah belah, keramik dan parfum.
Disamping itu berkembang juga industri kertas yang di
bawa ke Samarkand oleh para tawanan perang Cina tahun
751 M. di Samarkan inilah produksi dan ekspor kertas
dimulai. Hal ini rupanya mendorong pemerintah pada
masa Harun al-Rasyid lewat wazirnya Yahya ibn Barmak
mendirikan pabrik kertas pertama di Baghdad sekitar
tahun 800 M. salah satu bukti manuskrip Arab tertua
yang ditulis diatas kertas yang ditemukan adalah
31
manuskrip tentang hadis yang berjudul Gharib al-Hadis
karya Abu Ubayd al-Qasim ibn Sallam (w. 837 M) yang
dicetak bulan Dzulqa’dah 252 H (13 November – 12
Desember 866), disimpan di perpustakaan Leiden.
Komoditas lain yang berorientasi komersial
selain, logam, kertas, tekstil, pecah belah, hasil
laut dan obat-obatan adalah budak-budak. Mereka
setelah dibeli oleh tuannya dipekerjakan seperti di
ladang pertanian, perkebunan dan pabrik. Namun bagi
pemerintah, budak-budak direkrut sebagai anggota
militer demi pertahanan negara.
Sebagai alat tukar, para pelaku pasar
menggunakan mata uang dinar (emas) dan dirham
(perak). Penggunaan mata uang ini secara ekstensif
mendorong tumbuhnya perbankan. Hal ini disebabkan
para pelaku ekonomi yang melakukan perjalanan jauh,
sangat beresiko jika membawa kepingan-kepingan tunai
uang tadi. Sehingga bagi para pedagang yang melakukan
perjalanan digunakanlah sistem yang dalam perbankan
modern disebut Cek, yang waktu itu dinamakan Shakk.
Dengan adanya sistem ini pembiayaan menjadi
fleksibel. Artinya uang bisa didepositokan di satu
bank di tempat tertentu, kemudian bisa ditarik atau
dicairkan lewat cek di bank yang lain. Dan cek hanya
bisa dikeluarkn oleh pejabat yang berwenang yaitu
32
bank. Lebih jauh bank pada masa ini kejayaan Islam
juga sudah memberikan kredit bagi usaha-usaha
perdagangan dan industri. Selain itu bank juga sudah
menjalankan fungsi sebagai Currency Exchange
(penukaran mata uang).
Pada masa pemerintah Daulah Abbasiyah juga,
sistem perekonomian pun dibangun dengan menggunakan
sistem ekonomi pertanian, peindustrian dan
perdagangan.
a. Perkembangan Perdagangan dan Industri
Ekonomi imperium Abbasiyah paling dominan
digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai
macam industri seperti kain linen di mesir, sutra
dari syiria dan irak, kertas dari samarkand, serta
berbagai produk pertanian seperti gandum dari mesir
dan kurma dari iraq. Hasil-hasil industri dan
pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah
kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan
ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu,
perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang
ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan
perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain
merupakan hal yang sangat penting. Secara bersamaan
33
dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di
Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga
hubungan Perdagangan antara keduanya menambah
semaraknya kegiatan perdagangan dunia.
Permulaan masa kepemimpinan Bani Abbassiyah,
perbendaharaan negara penuh dan berlimpah-limpah,
Uang masuk lebih banyak dari pada pengeluaran. Yang
menjadi Khalifah adalah Mansyur. Dia betul-betul
telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi ekonomi
dan kewangan negara. Dia mencontohi Khalifah Umar bin
Khattab dalam menguatkan Islam.
Dan keberhasilan kehidupan ekonomi maka berhasil
pula dalam :
1. Pertanian, Khalifah membela dan menghormati kaum
tani, bahkan meringankan pajak hasil bumi
mereka, dan ada beberapa yang dihapuskan sama
sekali.
2. Perindustrian, Khalifah menganjurkan untuk
beramai-ramai membangun berbagai industri,
sehingga terkenallah beberapa kota dan industri-
industrinya.
3. Perdagangan, Segala usaha ditempuh untuk
memajukan perdagangan seperti:
a. Membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di
jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang.
34
b. Membangun armada-armada dagang.
c. Membangun armada : untuk melindungi parta-
partai negara dari serangan bajak laut.
Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di
bidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang
politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani
Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang
masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Baitul-
Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar
diperoleh antara lain dari al-Kharaj, semacam pajak
hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran,
pendapatan negara menurun sementara pengeluaran
meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara
itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah
kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang
mengganggu perekonomian rakyat. diperingannya pajak
dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan
diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan
pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh
kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah.
jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat
melakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil
menyebabkan perekonomian negara morat-marit.
Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah
35
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan sebelumya, dapat diambil
kesimpulan bahwa masa pemerintahan Bani Umayyah
memberikan sumbangsih terhadap pemikiran ekonomi
islam yakni perbaikan terhadap konsep pelaksanaan
transaksi salam, murabaha, dan muzara’ah, serta
kehadiran Kitab al Kharaj yang ditulis oleh Abu Yusuf
yang hidup pada masa pemerintahan khalifah Hasyim ,
sementara Sejak zaman Abbasiyah, walaupun masih di
lakukan secara perorangan perbankan mulai berkembang
pesat ketika beredar banyak jenis mata uang pada
zaman itu serta hingga perlu keahlian khusus untuk
membedakan antara satu mata uang dan mata uang
lainnya serta kemajuan di bidang perdagangan dan
industri.
37