Ekonomi islam pada masa daulah bani umayyah dan abbasiyah

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian ekonomi Islam sebagai studi ilmu pengetahuan modern baru muncul pada tahun 1970-an, tetapi pemikiran tentang ekonomi Islam telah muncul sejak Islam diturunkan melalui Nabi Muhammad Saw yang kemudian dilanjutkan pada masa kepemimpinan kulafaur Rasyidin. Saat itulah Islam mulai memberi pengaruh kepada dunia, karena para khalifah sudah melakukan perluasan wilayah keluar daerah Arab. Setelah masa Kulafaur Rasyidin muncullah daulah Bani Umayyah dan Abbasiyah. Berdasarkan catatan sejarah, Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat saat kepemimpinan bani Umayyah dan Abbasiyah. Sehigga peradaban Islam memberi pengaruh yang besar ke pada dunia saat itu. Para sejarawan menyebut saat itu dengan “The Golden Age”. Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang peradaban, ilmu pengetahuan, politik dan pemerintahan, sains dan teknolgi Termasuk di bidang Ekonomi. Berangkat dari uraian tersebut di atas, yang menyatakan bahwa pada masa Umayyah dan Abbasiyah 1

Transcript of Ekonomi islam pada masa daulah bani umayyah dan abbasiyah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kajian ekonomi Islam sebagai studi ilmu

pengetahuan modern baru muncul pada tahun 1970-an,

tetapi pemikiran tentang ekonomi Islam telah muncul

sejak Islam diturunkan melalui Nabi Muhammad Saw yang

kemudian dilanjutkan pada masa kepemimpinan kulafaur

Rasyidin. Saat itulah Islam mulai memberi pengaruh

kepada dunia, karena para khalifah sudah melakukan

perluasan wilayah keluar daerah Arab. Setelah masa

Kulafaur Rasyidin muncullah daulah Bani Umayyah dan

Abbasiyah.

Berdasarkan catatan sejarah, Islam mengalami

kemajuan yang sangat pesat saat kepemimpinan bani

Umayyah dan Abbasiyah. Sehigga peradaban Islam

memberi pengaruh yang besar ke pada dunia saat itu.

Para sejarawan menyebut saat itu dengan “The Golden

Age”. Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat di

berbagai bidang peradaban, ilmu pengetahuan, politik

dan pemerintahan, sains dan teknolgi Termasuk di

bidang Ekonomi.

Berangkat dari uraian tersebut di atas, yang

menyatakan bahwa pada masa Umayyah dan Abbasiyah

1

mengalami kemajuan di beberapa bidang peradaban, maka

di makalah ini akan disajikan sedikit tentang masa

daulah Umayyah dan Abbasiyah yang menitik beratkan

pada pemikiran-pemikiran ekonominya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1. Apa dan Bagaimana Daulah Umayyah dan Abbasiyah ?

2. Bagaimana Praktek dan Pemikiran Ekonomi pada

masa Daulah Umayyah dan Abbasiyah? C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain

untuk memenuhi tugas mata kuliah adalah:

1. Untuk mengetahui sekilas mengenai Bani Umayyah

dan Abbasiyah.

2. Untuk mengetahui praktek dan pemikiran ekonomi

pada masa Bani Umayyah dan Abbasiyah.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan yang penulis lakukan dalam

pembuatan makalah ini adalah dengan menggunakan

kajian pustaka, yaitu mengambil bahan - bahan kajian

dari beberapa literatur – literatur, serta sumber

dari internet yang dianggap cocok dan mempunyai

2

kaitan dengan praktek dan Pemikiran Ekonomi Masa

Umayyah Umayyah Abbasiyah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Daulah Umayah dan Abbasiyah

1. Daulah Umayyah

3

Sejarah berdirinya Daulah Umayyah berasal dari

nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi Manaf, yaitu

salah seorang dari pemimpin kabilah Quraisy pada

zaman jahiliyah. Bani Umayyah baru masuk agama Islam

setelah mereka tidak menemukan jalan lain selain

memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad berserta

beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar percaya

terhadap kerasulan dan kepemimpinan yang menyerbu

masuk ke dalam kota Makkah. Memasuki tahun ke 40

H/660 M, banyak sekali pertikaian politik dikalangan

ummat Islam, puncaknya adalah ketika terbunuhnya

Khalifah Ali bin Abi Thalib oleh Ibnu Muljam. Setelah

khalifah terbunuh, kaum muslimin diwilayah Iraq

mengangkat al-Hasan putra tertua Ali sebagai khalifah

yang sah. Sementara itu Mu’awiyah sebagi gubernur

propinsi Suriah (Damaskus) juga menobatkan dirinya

sebagai Khalifah.1

Namun karena Hasan ternyata lemah sementara

Mu’awiyah bin Abi Sufyan bertambah kuat, maka Hasan

bin Ali menyerahkan pemerintahannya kepada mu’awiyyah

bin abi sufyan.Mu'awiyah sebagai pendiri dinasti

Umayyah adalah putra Abu Sufyan, seorang pemuka

Quraisy yang menjadi musuh Nabi Muhammad saw.

1

http://sejarahperadabanislam77.blogspot.com/2013/05/sejarah-dinasti-umayyah.html, Rabu, 01 Mei 2013

4

Mu'awiyah dan keluarga keturunan Bani Umayyah memeluk

Islam pada saat terjadi penaklukan kota Makkah. Nabi

pernah mengangkatnya sebagai sekretaris pribadi dan

Nabi berkenan menikahi saudaranya yang perempuan yang

bernama Umi Habibah. Karier politik Mu'awiyah mulai

meningkat pada masa pemerintahan Umar Ibn Khattab.

Setelah kematian Yazid Ibn Abu Sufyan pada peperangan

Yarmuk, Mu'awiyah diangkat menjadi kepala di sebuah

kota di Syria. Karena keberhasilan kepemimpinannya,

tidak lama kemudian dia diangkat menjadi gubernur

Syria oleh khalifah Umar. Mu'awiyah selama menjabat

sebagai gubernur Syria, giat melancarkan perluasan

wilayah kekuasaan Islam sampai perbatasan wilayah

kekuasaan Bizantine.Pada masa pemerintahan khalifah

Ali Ibn Abu Thalib, Mu'awiyah terlibat konflik dengan

khalifah Ali untuk mempertahankan kedudukannya

sebagai gubernur Syria.Sejak saat itu Mu'awiyah mulai

berambisi untuk menjadi khalifah dengan mendirikan

dinasti Umayyah. Setelah menurunkan Hasan Ibn Ali,

Mu'awiyah menjadi penguasa seluruh imperium Islam,dan

menaklukan Afrika Utara merupakan peristiwa penting

dan bersejarah selama masa kekuasaannya.2

Daulat Bani Umayyah yang berdiri sejak tahun 660

Masehi sampai dengan tahun 750 Masehi (lebih kurang

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Umayyah.html, Sabtu 05 november 2012

5

90 tahun) yang dipimpin 14 orang Khalifat dan 5 orang

diantaranya merupakan Khalifah yang memiliki

kelebihan tersendiri.

Daulah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus,

telah diperintah oleh 14 orang khalifah. Namun

diantara khalifah-khalifah tersebut, yang paling

menonjol adalah : Muawiyah bin Abi Sufyan, Abdul

Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Umar bin

Abdul Aziz dan Hisyam bin Abdul Malik.

Masa kepemimpinan Bani Umayyah berakhir pada

tahun 132 H. Ini terjadi setelah Marwan bin Muhammad

mengalami kekalahan dalam Perang Zab, melawan pasukan

yang dipimpin Abu Abbas as-Saffah dari Bani

Abbasiyah. Sejak saat itu kekhilafahan beralih ke

Bani Abbasiyah.

2. Daulah Abbasiyah

Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi

banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan

bernegara, terjadi kekeliruan-kekeliruan dan

kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah

dan para pembesar negara lainnya sehingga terjadilah

pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam,

termasuk salah satunya pengucilan yang dilakukan Bani

Umaiyah terhadap kaum mawali yang menyebabkan ketidak

6

puasan dalam diri mereka dan akhirnya terjadi banyak

kerusuhan.

Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan

kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz

(717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan

toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah.

Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas

oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas.

Pada awalnya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas

menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan

pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi

pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan

II, pertentangan ini semakin memuncak dan akhirnya

pada tahun 750, Abu al-Abbas al-Saffah berhasil

meruntuhkan Daulah Umayyah dan kemudian dilantik

sebagai khalifah.

Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas

yang sekaligus dianggap sebagai pendiri Bani Abbas,

menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah yang

berarti Sang Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah

Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan

meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di

bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai

system politik.

7

Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang

Persia yang merasa bosan terhadap bani Umayyah di

dalam masalah sosial dan pilitik diskriminas.

Khalifah-khalifah Abbasiyah yang memakai gelar

”Imam”, pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk

menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah

mencontoh tradisi Umayyah di dalam mengumumkan lebih

dari satu putra mahkota raja.

Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari

Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya Baghdad

dibangun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan

merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga

Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia

pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan

kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti

Abbasiyah mencapai masa kejayaan.

Masa kepemimpinan Bani Abbasiyah berlangsung

selama kurang lebih 783 tahun. Khalifah pertamanya

adalah Abu Abbas as-Saffah dan yang terakhir adalah

al-Mutawakkil ‘Alallah. Masa kepemimpinan Bani

Abbasiyah dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu

periode Kekhilafahan Abbasiyah yang berpusat di Irak

dan yang berpusat di Mesir.

Dinamakan khalifah Abbasiyah karena para pendiri

dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas,

8

paman Nabi Muhammad saw. Dinasti Abbasiyah didirikan

oleh Abdullah al-Suffah ibn Muhammad ibn Ali ibn

Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam

rentang waktu yang panjang, dari tahun 132-565 H

(750-1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola

pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai

dengan perubahan politik, sosial dan budaya.

Berdasarkan pola pemerintahan, para sejarawan

biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah

menjadi tiga periode, yaitu:3

1.     Periode pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M).

Kekuasaan pada periode ini berada di tangan para

khalifah.

2.     Periode kedua (232 H/847 M – 590 H/1194 M). Pada

periode ini kekuasaan hilang dari tangan para

khalifah berpindah kepada kaum Turki (232-234 H),

golongan Bani Buwaim (334-447 H), dan golongan Bani

Saljuq (447-590 H).

3.     Periode ketiga (590 H/1194 M – 656 H/1258 M),

pada periode ini kekuasaan berada kembali di tangan

para khalifah, tetapi hanya di Baghdad dan kawasan-

kawasan sekitarnya.

Pada periode pertama, pemerintahan Bani

Abbasiyah mencapai masa keemasannya. Secara politis,

3 Ahmad Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam : Imperium Turki Usmani, (Jakarta: Kalam Mulia, 1988), h. 2

9

para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan

merupakan pusat kekuasaan politik dan agama

sekaligus. Di sisi lain kemakmuran masyarakat

mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil

menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan

ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun, setelah periode

ini berakhir, pemerintahan Bani Abbasiyah mulai

menurun dalam bidang politik meskipun filsafat dan

ilmu pengetahuan berkembang.

B. Kegiatan Perekonomian dan Pekiran Ekonomi Pada

Masa Kekhalifahan Bani Umayyah dan Abbasiyah

1. Perekonomian Pada Masa Kekhalifahan Bani

Umayyah

Pada masa pra-Islam, uang Romawi dan Persia

digunakan di Hijaz, di samping beberapa uang perak

Himyar yang bergambar burung hantu Attic. Umar,

Muawiyah, dan para khalifah terdahulu lainya merasa

cukup dengan mata uang asing yang beredar, dan

mungkin pada beberapa kasus, terdapat kutipan ayat Al

Quran tetentu pada koin-koin itu. Sejumlah uang emas

dan perak pernah dicetak sebelumnya pada masa Abd Al

Malik, tetapi cetakan itu hanyalah tiruan dari mata

uang Bizantium dan Persia. Pada tahun 695, Abd Al

10

Malik mencetak dinar emas dan dirham perak yang murni

hasil karya orang Arab.4

Di samping membuat uang Islam, dan melakukan

arabisasi administrasi keeajaan, Abd Al Malik juga

mengembangkan sistem layanan pos, dengan menggunakan

kuda antara Damaskus dan ibukota provinsi lainya.

Layanan itu dirancang, terutama untuk memenuhi

kebutuhan transportasi para pejabat pemerintahan dan

persoalan surat-menyurat mereka. Semua kepala pos

bertugas untuk mencatat dan mengirimkan kepada

khalifah semua peristiwa penting yang terjadi di

wilayah mereka masing-masing.

Dalam kaitanya dengan perubahan mata uang, kita

perlu memperhatikan pembaruan sistem keuangan dan

administrasi yang terjadi pada masa ini. Pada

dasarnya, tidak ada seorang muslim pun, dari bangsa

mana pun, yang dibebani membayar pajak, selain zakat

ataupun santunan untuk orang miskin, meskipun pada

praktikya, hak-hak istimewa sering diberikan kepada

segelintir orang Islam-Arab. Bersadarkan teori itu,

banyak orang yang baru masuk Islam, terutama dari

Irak dan Khursan, mulai meninggalkan desa tempat

mereka berkerja sebagai petani, dan pergi ke kota-

4 Philip K. Hitti, History of the Arab: Rujukan Induk dan Paling Otoritatif Tentang Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta , 2013) h. 271

11

kota, dengan harapan bisa bergabung menjadi prajurit

mawali. Fenomena ini akhirnya menyebabkan kerugian

ganda bagi perbendaharaan kerajaan. Hal tersebut

karena setelah masuk Islam, pendapatan pajak sangat

berkurang, dan setelah menjadi prajurit, mereka

berhak mendapatkan subsidi. Al Hajj kemudian membuat

kebijakan penting untuk mengembalikan orang-orang ke

ladang-ladang mereka, dan kembali mewajibkan mereka

membayar pajak tanah dan pajak kepala. Ia bahkan

mengharuskan orang-orang Arab yang menguasai tanah di

wilayah wajib pajak untuk membayar pajak tanah.5

Setelah Daulah Umawiyah berhasil menguasai

wilayah yang cukup luas maka lalu lintas perdagangan

mendapat jaminan yang layak. Lalu lintas darat

melalui jalan Sutera kr Tiongkok guna memperlancar

perdagangan sutera, keramik, obat-obatan dan

wewangian. Perkembangan perdagangan itu telah

mendorong meningkatnya kemakmuran bagi Daulah

Umawiyah Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada

jaman Bani Umayyah terbukti berjaya membawa kemajuan

kepada rakyatnya yaitu:

• Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi

tumpuan terhadap pembangunan sektor pertanian,

5 Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010) h. 125.

12

beliau telah memperkenalkan sistem pengairan bagi

tujuan meningkatkan hasil pertanian.

• Dalam bidang industri pembuatan khususnya kraf

tangan telah menjadi nadi pertumbuhan ekonomi bagi

Umayyah.

Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, kebijakan

ekonomi banyak dibentuk berdasarkan ijtihad para

fuqoha dan ulama sebagai konsekuensi semakin jauhnya

rentang waktu (lebih kurang satu abad) antara zaman

kehidupan Rasulullah saw dan masa pemerintahan

tersebut.

Beberapa tradisi dan praktek yang di lakukan oleh

Bani Umayyah pada masa daulah al-Islam, yaitu:6

1. Ketika diangkat menjadi Khalifah, Umar bin Abdul

Aziz mengumpulkan rakyat dan mengumumkan serta

menyerahkan seluruh harta kekayaan pribadi dan

keluarganya yang diperoleh secara tidak wajar

kepada baitul maal, seperti; tanah-tanah

perkebunan di Maroko, berbagai tunjangan yang di

Yamamah, Mukaedes, Jabal Al Wars, Yaman dan

Fadak, hingga cincin berlian pemberian Al Walid.

2. Selama berkuasa beliau juga tidak mengambil

sesuatupun dari baitul maal, termasuk pendapatan

Fai yang telah menjadi haknya.6 http://www.plusnetwork.com/?sp=chv&q=tradisi%20dan%20praktek%20pada%20masa%20ummayah

13

3. Memprioritaskan pembangunan dalam negeri.

Menurutnya, memperbaiki dan meningkatkan

kesejahteraan negeri-negeri Islam adalah lebih

baik daripada menambah perluasan wilayah. Dalam

rangka ini pula, ia menjaga hubungan baik dengan

pihak oposisi dan memberikan hak kebebasan

beribadah kepada penganut agama lain.

4. Dalam melakukan berbagai kebijakannya, Khalifah

Umar bin Abdul Aziz lebih bersifat melindungi

dan meningkatkan taraf hidup masyarakat secara

keseluruhan.

5. Menghapus pajak terhadap kaum muslimin,

mengurangi beban pajak kaum Nasrani, membuat

aturan takaran dan timbangan, membasmi cukai dan

kerja paksa,

6. Memperbaiki tanah pertanian, menggali sumur-

sumur, pembangunan jalan-jalan, pembuatan

tempat-tempat penginapan musafir, dan menyantuni

fakir miskin. Berbagai kebijakan ini berhasil

meningkatkan taraf hidup masyarakat secara

keseluruhan hingga tidak ada lagi yang mau

menerima zakat.

7. Menetapkan gaji pejabat sebesar 300 dinar dan

dilarang pejabat tersebut melakukan kerja

sampingan. Selain itu pajak yang dikenakan

14

kepada non-muslim hanya berlaku kepada tiga

profesi, yaitu pedagang, petani, dan tuan tanah.

2. Pemikiran Ekonomi Masa Bani Umayyah

Dari perspektif Sejarah Peradaban Islam,

pemerintahan Bani Umayyah disebut sebagai masa

keemasan pencapaian kejayaan pemerintahan Islam.

Meskipun masa pemerintahannya tidak cukup satu abad

(90-91 tahun), tetapi berbagai kemajuan yang dicapai

selama pemerintahan ini dapat dikatakan sangat luar

biasa termasuk ke dalamnya adalah kesuksesan dalam

perluasan wilayah pemerintahan Islam dan jumlah

penduduk yang masuk Agama Islam. Sebaliknya,

disamping dicap sebagai pemerintahan yang membidani

lahirnya pemerintahan monarchie heredetis (kerajaan

turun temurun) juga seperti disebut oleh Dr. Muhammad

Quthb, bahwa pada masa kekhalifahan Umayyah telah

terjadi kemunduran Islam, sehingga pada saat

berakhirnya masa pemerintahaan ini muncul anggapan

bahwa Islam akan hilang dari permukaan bumi.

Dibandingkan dengan bidang-bidang keilmuan lain,

sumbangan pemerintahan kekhalifahan Bani Umayyah di

bidang ekonomi memang tidak begitu monumental, karena

pada zaman pemerintahan ini, pemikiran-pemikiran

ekonomi lahir bukan berasal dari ekonom murni

15

intelektual muslim, tetapi berasal dari hasil

interpretasi kalangan ilmuan lintas-disiplin yang

berlatar belakang fiqh, Tasawuf, filsafat, sosiologi,

dan politik. Namun demikian, terdapat beberapa

sumbangan pemikiran mereka terhadap kemajuan ekonomi

Islam, di antaranya adalah perbaikan terhadap konsep

pelaksanaan transaksi salam, murabaha, dan muzara’ah,

serta kehadiran Kitab al Kharaj yang ditulis oleh Abu

Yusuf yang hidup pada masa pemerintahan khalifah

Hasyim secara eksklusif membahas tentang

kebijaksanaan ekonomi, dipandang sebagai sumbangan

pemikiran-pemikiran ekonomi yang cukup berharga.

Perbaikan sistem politik negara pada masa Bani

Umayyah dilakukan dengan pembentukan lembaga-lembaga

pemerintahan.hal itu banyak membawa pengaruh positif

bagi kehidupan masyarakat terutama dengan dibentuknya

Lembaga Keuangan Negara (Nizam Mal), yang tugasnya

adalah sbb :

1. Mengatur gaji tentara dan pegawai negara

2. Mengatur biaya tata usaha negara

3. Megatur biaya pembangunan sarana pertanian,

seperti penggalian terusan dan perbaikan sarana

irigasi

4. Mengatur biaya untuk orang-orang hukuman dan

tawanan perang

16

5. Mengatur biaya untuk perlengkapan perang

6. Mengatur hadiah untuk ulama dan satrawan negara

Dengan adanya lembaga keuangan tersebut

pemerintah mempu membangun panti untuk orang jompo,

dan anak yatim. Selain itu dibangun sarana-sarana

umum, seperti masjid, jalan, dan saluran air.

Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada jaman

Bani Umayyah terbukti berjaya membawa kemajuan kepada

rakyatnya diantara lain :

Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi

tumpuan terhadap pembangunan sektor pertanian,

beliau telah memperkenalkan sistem pengairan

bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian.

Dalam bidang industri pembuatan khususnya

kraftangan telah menjadi nadi pertumbuhan

ekonomi bagi Umayyah.

Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, kebijakan

ekonomi banyak dibentuk berdasarkan ijtihad para

fuqoha dan ulama sebagai konsekuensi semakin jauhnya

rentang waktu (lebih kurang satu abad) antara zaman

kehidupan Rasulullah saw dan masa pemerintahan

tersebut.

17

Berikut ini adalah beberapa pokok fikiran

Khalifah, fuqoha dan ulama pada masa kekhalifahan

Bani Umayyah yang dapat di identikasi:7

a. Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan

Sumbangan Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan

1. Mampu membangun sebuah masyarakat muslim yang

tertata rapi,

2. Oleh para sejarawan, beliau disebut sebagai

orang Islam pertama yang membangun kantor

catatan negara dan layanan pos (al-barid)

3. Membangun Pasukan Suriah menjadi kekuatan

militer Islam yang terorganisir dan disiplin

tinggi

4. Mencetak mata uang, mengembangkan birokrasi

seperti fungsi pengumpulan pajak dan

administrasi politik.

5. Mengembangkan jabatan qadi (hakim) sebagai

jabatan professional.

6. Menerapkan kebijakan pemberian gaji tetap kepada

para tentara

b. Khalifah Abdul Malik bin Marwan

7 Euis Amalia, Tradisi dan Praktek Ekonomi Masa Daulah Umawiyah, ( Depok: Gramata Publishing, 2010), h. 101-104

18

1. Mengembangkan pemikiran yang serius terhadap

penerbitan dan pengaturan uang dalam masyarakat

Islam, sebagai bentuk upaya penolakan atas

permintaan pihak Romawi agar Khalifah Abdul

Malik bin Marwan menghapuskan kalimat

Bismillahirahmanirrahim dari mata uang yang

berlaku pada saat itu. Dan selanjutnya, pada

tahun 74 H/659 M beliau mencetak mata uang Islam

tersendiri yang mencantumkan kalimat

Bismillahirahmanirrahim dan mendistribusikan

keseluruh wilayah Islam serta melarang pemakaian

mata uang lain

2. Menjatuhkan hukuman ta’zir kepada mereka yang

mencetak mata uang di luar percetakan Negara.

3. Melakukan berbagai pembenahan administrasi

pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab

sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan

Islam.

c. Khalifah Umar bin Abdul Aziz

1. Ketika diangkat menjadi Khalifah, Umar bin Abdul

Aziz mengumpulkan rakyat dan mengumumkan serta

menyerahkan seluruh harta kekayaan pribadi dan

keluarganya yang diperoleh secara tidak wajar

kepada baitul maal, seperti; tanah-tanah

perkebunan di Maroko, berbagai tunjangan yang di

19

Yamamah, Mukaedes, Jabal Al Wars, Yaman dan

Fadak, hingga cincin berlian pemberian Al Walid.

2. Selama berkuasa beliau juga tidak mengambil

sesuatupun dari baitul maal, termasuk pendapatan

Fai yang telah menjadi haknya.

3. Memprioritaskan pembangunan dalam negeri.

Menurutnya, memperbaiki dan meningkatkan

kesejahteraan negeri-negeri Islam adalah lebih

baik daripada menambah perluasan wilayah. Dalam

rangka ini pula, ia menjaga hubungan baik dengan

pihak oposisi dan memberikan hak kebebasan

beribadah kepada penganut agama lain.

4. Dalam melakukan berbagai kebijakannya, Khalifah

Umar bin Abdul Aziz lebih bersifat melindungi

dan meningkatkan taraf hidup masyarakat secara

keseluruhan.

5. Menghapus pajak terhadap kaum muslimin,

mengurangi beban pajak kaum Nasrani, membuat

aturan takaran dan timbangan, membasmi cukai dan

kerja paksa,

6. Memperbaiki tanah pertanian, menggali sumur-

sumur, pembangunan jalan-jalan, pembuatan

tempat-tempat penginapan musafir, dan menyantuni

fakir miskin. Berbagai kebijakan ini berhasil

meningkatkan taraf hidup masyarakat secara

20

keseluruhan hingga tidak ada lagi yang mau

menerima zakat.

7. Menetapkan gaji pejabat sebesar 300 dinar dan

dilarang pejabat tersebut melakukan kerja

sampingan. Selain itu pajak yang dikenakan

kepada non-muslim hanya berlaku kepada tiga

profesi, yaitu pedagang, petani, dan tuan tanah.

8. Dalam bidang pertanian Khalifah Umar bin Abdul

Aziz melarang penjualan tanah garapan agar tidak

ada penguasaan lahan. Ia memerintahkan amirnya

untuk memanfaatkan semaksimal mungkin lahan yang

ada. Dalam menetapkan sewa tanah, khalifah

menerapkan prinsip keadilan dan kemurahan hati.

Ia melarang memungut sewa terhadap tanah yang

tidak subur dan jika tanah itu subur,

pengambilan sewa harus memperhatikan tingkat

kesejahteraan hidup petani yang bersangkutan.

9. Menerapkan kebijakan otonomi daerah. Setiap

wilayah Islam mempunyai wewenang untuk mengelola

zakat dan pajak secara sendiri-sendiri dan tidak

mengharuskan menyerahkan upeti kepada pemerintah

pusat. Bahkan sebaliknya pemerintah pusat akan

memberikan bantuan subsidi kepada wilayah Islam

yang pendapatan zakat dan pajaknya tidak

memadai. Dan juga memberlakukan sistim subsidi

21

antar wilayah, dari yang surplus ke yang

pendapatannya kurang.

10. Dalam menerapkan Negara yang adil dan

makmur, Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjadikan

jaminan social sebagai landasan pokok. Khalifah

juga membuka jalur perdagangan bebas, baik

didarat maupun dilaut, sebagai upaya peningkatan

taraf kehidupan masyarakat. Pemerintah menghapus

bea masuk dan menyediakan berbagai bahan

kebutuhan sebanyak mungkin dengan harga yang

terjangkau.

11. Pada masa-masa pemerintahannya, sumber-

sumber pemasukan Negara berasal dari zakat,

hasil rampasan perang, pajak penghasilan

pertanian, dan hasil pemberian lapangan kerja

produktif kepada masyarakat luas.

12. Yang paling menonjol pada masa ini adalah,

kembalinya syariat Islam dengan semua ketinggian

dan kesempurnaannya untuk mewarnai seluruh aspek

kehidupan.

Selain pemikiran berasal dari para khalifah

seperti tersebut di atas, pada masa Daulah Bani

Umayyah banyak juga dijumpai pemikir-pemikir ekonomi

22

yang berasal dari kalangan ulama, fuqaha dan filsuf,

di antaranya adalah:8

a. Zaid bin Ali (80-120/699-738)

Zaid bin Ali adalah cucu dari Imam Hussein,

merupakan ahli fiqih terkenal di Madinah. Pemikiran

dan pandangan Zaid seperti yang dikemukakan Abu Zahra

adalah membolehkan penjualan suatu komoditi secara

kredit dengan harga yang lebih tinggi dari harga

tunai dengan alasan sebagai berikut:

1) Penjualan secara kredit dengan harga lebih

tinggi daripada harga tunai merupakan salah satu

bentuk transaksi yang sah dan dapat dibenarkan

selama transaksi tersebut dilandasi oleh prinsip

saling ridha antar kedua belah pihak

2) Pada umunya, keuntungan yang diperoleh para

pedagang dari penjualan seecara kredit merupakan

murni bagian dari sebuah perniagaan dan tidak

termasuk riba.

3) Penjualan secara kredit merupakan salah satu

bentuk promosi sekaligus respon terhadap

permintaan pasar. Dengan demikian, bentuk

penjualan seperti ini bukan suatu tindakan di

luar kebutuhan.

8 http://sejarahagamaislamdidunia.blogspot.com

23

4) Keuntungan yang diperoleh dari penjualan kredit

merupakan suatu bentuk kompensasi atas kemudahan

yang diperoleh seseorang dalam membeli suatu

barang tanpa harus membayar secara tunai.

5) Harga penjualan kredit, tidak semata merta

mengindikasikan bahwa harga yang lebih tinggi

selalu berkaitan dengan waktu. Harga jual kredit

dapat pula ditetapkan lebih rendah dari harga

beli, dengan tujuan untuk menghabis persediaan

barang dan memperoleh uang tunai karena khawatir

harga pasar akan jatuh di masa datang.

b. Abu Hanifa (80-150/699-767)

Abu Hanifa dikenal sebagai seorang fuqoha dan

seorang pedagang di pusat aktivitas perdagangan dan

perekonomian- Kufa. Sumbangan beliau dalam masalah

ekonomi adalah sebagai berikut:

1) Memberi koreksi dan penyempurnaan terhadap aqad

transaksi Salam yang popular pada masa itu.

Salam adalah kontrak penjualan suatu barang

dalam hal mana harga atas barang dibayar tunai

pada saat kontrak (aqad) sedangkan barangnya

diserahkan dikemudian hari. Abu Hanifa menemukan

banyak sekali kekaburan di sekitar kontrak Salam

tersebut, yang dapat mengarah pada perselisihan.

Untuk menghindari perselisihan tersebut, Abu

24

Hanifa memasukkan ke dalam aqad tersebut apa-apa

yang harus diketahui dan dinyatakan secara

jelas. Misalnya, tentang jenis komoditi, mutu,

dan kuantitas serta tangggal dan tempat

pengiriman barang. Di dalam aqad juga mesti

dimasukkan persyaratan bahwa komoditas yang

diperjual belikan harus tersedia di pasar selama

periode antara tanggal aqad dan tanggal

penyerahan barang, sehingga kedua belah pihak

sama-sama mengetahui bahwa penyerahan barang

dapat dilaksanakan sesuai aqad.

2) Abu Hanifa, sebagai seorang pedagang, Abu Hanifa

memberikan sumbangan tentang aturan-aturan yang

menjamin pelaksanaan permainan yang adil dalam

transaksi murabaha dan transaksi lain yang

sejenis. Memberi sumbangan tentang pelaksanaan

praktek dagang lain yang berlandaskan norma-

norma Islam.

3) Mempunyai perhatian terhadap kaum yang lemah,

pemberlakuan zakat atas perhiasan dan

membebaskan pemilik harta yang dililit hutang

yang tidak sanggup menebusnya dari kewajiban

membayar zakat.

4) Tidak membolehkan pembagian hasil panen

(muzaraah) dalam kasus tanah yang tidak

25

menghasilkan guna melindungi penggarap yang

umumnya adalah orang lemah.

c. Al Awza‘i (88-157/707-774)

Abdul Rahman Al Awza’i berasal dari Beirut, yang

hidup sejaman dengan Abu Hanifa. Beliau juga pendiri

sekolah hukum walaupun tidak bertahan lama

1) Awza’i cenderung membenarkan kebebasan dalam

kontrak dan memfasilitasi orang-orang dalam

transaksi mereka.

2) Memberlakukan sistem bagi-hasil pertanian

(muzaraah) karena system ini di butuhkan seperti

halnya dia membolehkan bagi hasil keuntungan

(Mudharabah). Dalam hal ini, modal di pinjamkan

boleh dalam bentuk tunai atau natura yang

ditolak oleh beberapa ahli hukum lainnya.

3) Menggunakan pendekatan yang lebih fleksibel

dalam kontrak Salam .

d. Imam Malik bin Anas (93 – 197H / 712 -795M)

Hidup semasa pemerintahan Khalifah Bani Umayyah

yang dimulai pada masa pemerintahaan. Beliau berhasil

menerbitkan Kitab al-Muwatta, sebuah kitab hadist

bergaya fiqh atau kita fiqh bergaya Hadist. Pokok-

pokok fikiran Imam Malik bin Anas tentang ekonomi

adalah sebagai berikut:

26

1) Bahwa, Penguasa mempunyai tanggungjawab untuk

mensejahterakan rakyat, memenuhi kebutuhan

rakyat sepertihalnya yang juga dilakukan oleh

Umar Bin Khatab.

2) Menerapkan prinsip/azas al-Maslahah, al-

Mursalah. Al-Maslahah dapat diartikan sebagai

azas manfaat (benefit), kegunaan (utility),

yakni sesuatu yang memberi manfaat baik kepada

individu maupun kepada masyarakat banyak .

Sedangkan prinsip al-Maslahah dapat diartikan

sebagai prinsip kebebasan, tidak terbatas, atau

tidak terikat. Dengan pendekatan kedua azas ini,

Imam Malik bin Anas, mengakui, bahwa pemerintah

Islam memiliki hak untuk memungut pajak, bila

diperlukan melebihi dari jumlah yang ditetapkan

secara khusu dalam syari’ah.

3. Perekonomian dan Perdagangan Masa Bani

Abbasiyah.

Sejak zaman Abbasiyah, walaupun masih di lakukan

secara perorangan. Perbankan mulai berkembang pesat

ketika beredar banyak jenis mata uang pada zaman itu

sehingga perlu keahlian khusus untuk membedakan

antara satu mata uang dan mata uang lainnya. Ini

diperlukan karena setiap mata uang mempunyai

27

kandungan logam mulia yang berlainan sehingga

mempunyai nilai yang yang berbeda pula. Orang yang

mempunyai keahlian khusus ini disebut naqid, sarraf, dan

jihbiz.9

Kemajuan praktek perbankan pada zaman itu

ditandai dengan beredarnya sakk (cek) dengan luas

sebagai media pembayaran.

Zaman abbasiyyah selain terkenal dengan kemajuan

peradabannya, juga merupakan periode ketika para

kepala pemerintahan mulai bergelimang kemewahan.

Bahkan, Ibnu Khaldun yang mengklaim bahwa orang

Abbasiyah tidak bergelimang dengan kehidupan mewah,

mengakui bahwa pesta pernikahan Al-Ma`mun dirayakan

dengan bertaburkan berbagai hiasan dari emas dan

batu-batu berharga. Menurut Al-Mas`udi, Al-Mu`taazz

(866-869), khalifah dinasti Abbasiyah ke-13 adalah

khalifah pertama yang melapisi baju zirahnya dengan

emas, dan menunggang kuda dengan pelana dari emas,

sementara para khalifah sebelumnya biasanya hanya

menggunakan bju zirah dan pelana berhias perak.10

Pada masa Dinasti Abbasiyah pengembangan

industri rumah tangga berkembang pesat dan maju.

Industri kerajinan tangan menjamur diberbagai pelosok

9 Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer,(Jakarata: Gema Insani Press, 2001), h. 63

10 Boedi Abdullah, Op. Cit, h. 141

28

kerajaan. Daerah Asia Barat menjadi pusat industri

karpet, sutera, kapas, dan kain wol, satin, dan

brokat (dibaj), sofa (dari bahasa Arab, Suffah) dan

kain pembungkus bantal, juga perlengkapan dapur dan

rumah tangga lainnya. Mesin penganyam Persia dan Irak

membuat karpet dan kain berkualitas tinggi. Ibu Al-

Musta’in memiliki sehelai karpet yang dipesan khusus

seharga 130 juta dirham dengan corak berbagai jenis

burung dan emas yang dihiasi batu rubi dan batu-

batuan indah lainnya.

Sejak masa khalifah kedua Abbasiyah, Al-Manshur,

sumber Arab paling awal yang menyinggung tentang

hubungan maritim Arab dan Persia dengan India dan

Cina berasal dari laporan perjalanan Sulaiman At-

Tajir dan para pedagang muslim lainnya pada aba ke-3

Hijriah. Tulang punggung perdagangan ini adal sutra,

kontribus terbesar orang Cina kepada dunia Barat.

Biasanya, jalur yang disebut “jalan sutra”,

menyusuri Samarkand dan Turkistan Cina.

Barang-barang dagangan biasanya diangkut secara

estafet; hanya sedikti khalifah yang menempuh sendiri

perjalanan sejauh itu. Di sebelah barat, para

pedagang Islam telah mencapai Maroko dan Spanyol.

Pada masa Abbasiyah, orang-orang justru mampu

29

mengimpor barang dagangan, seperti rempah-rempah,

kapur barus, dan sutra.11

Peran penting ekonomi sangat di sadari oleh para

khalifah Dinasti Abbasiyah dalam menentukan maju

mundurnya suatu negara. Oleh karena ini, mereka

memberikan perhatian khusus pada pengembangan sektor

ini, terutama periode pertama Dinasti Abbasiyah .

upaya kearah kemajuan ini sebenarnya sudah di mulai

sejak masa pemerintahan al-Mansur. Yaitu dengan di

pindahkannya pusat pemerintahan ke baghdad tiga tahun

setelah dia di lantik menjadi khalifah.

Dijadikannya kota baghdad sebagai pusat kendali

pemerintahan itu mempunyai arti tersendiri bagi

perkembangan dan kemajuan di bidang ekonomi. Baghdad

merupakan sebuah kota yang terletak didaerah yang

sangat strategis bagi perniagaan dan perdagangan.

Sungi tigris bisa dilayari sampai kota ini. Begitu

juga terdapat jalur pelayaran ke sungai eufrat yang

cukup dekat. Sehingga barang-barang dagangan dan

perniagaan dapat diangkut menghilir sungai eufratdan

tigris dengan menggunakan perahu-perahu kecil. Di

samping itu, yang terpenting ialah tedapatnya jalan

nyaman dan aman dari semua jurusan. Akhirnya Baghdad

menjadi daerah sangat ramai, karena disamping sebagai

11Ibid, h. 138

30

ibu kota kerajaan juga sebagai kota niaga yang cukup

marak pada masa itu. Dari situlah negara akan dapat

devisa yang sangat besar jumlahnya.

Selain itu faktor pertambahan jumlah penduduk

juga merupakan suatu faktor turut meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, dimana semakin pesat pertumbuhan

penduduk, maka semakin besar dan banyak pula faktor

permintaan pasar (demand). Hal ini pada gilirannya

memicu produktivitas ekonomi yang tinggi.

Adapun komoditi yang menjadi primadona pada masa

itu adalah bahan pakaian atau tekstil yang menjadi

konsumsi pasar asia dan eropa. Sehingga industri di

bidang penenunan seperti kain, bahan-bahan sandang

lainnya dan karpet berkembang pesat. Bahan-bahan

utama yang digunakan dalam industri ini adalah kapas,

sutra dan wol. Industri lain yang juga berkembang

pesat adalah pecah belah, keramik dan parfum.

Disamping itu berkembang juga industri kertas yang di

bawa ke Samarkand oleh para tawanan perang Cina tahun

751 M. di Samarkan inilah produksi dan ekspor kertas

dimulai. Hal ini rupanya mendorong pemerintah pada

masa Harun al-Rasyid lewat wazirnya Yahya ibn Barmak

mendirikan pabrik kertas pertama di Baghdad sekitar

tahun 800 M. salah satu bukti manuskrip Arab tertua

yang ditulis diatas kertas yang ditemukan adalah

31

manuskrip tentang hadis yang berjudul Gharib al-Hadis

karya Abu Ubayd al-Qasim ibn Sallam (w. 837 M) yang

dicetak bulan Dzulqa’dah 252 H (13 November – 12

Desember 866), disimpan di perpustakaan Leiden.

Komoditas lain yang berorientasi komersial

selain, logam, kertas, tekstil, pecah belah, hasil

laut dan obat-obatan adalah budak-budak. Mereka

setelah dibeli oleh tuannya dipekerjakan seperti di

ladang pertanian, perkebunan dan pabrik. Namun bagi

pemerintah, budak-budak direkrut sebagai anggota

militer demi pertahanan negara.

Sebagai alat tukar, para pelaku pasar

menggunakan mata uang dinar (emas) dan dirham

(perak). Penggunaan mata uang ini secara ekstensif

mendorong tumbuhnya perbankan. Hal ini disebabkan

para pelaku ekonomi yang melakukan perjalanan jauh,

sangat beresiko jika membawa kepingan-kepingan tunai

uang tadi. Sehingga bagi para pedagang yang melakukan

perjalanan digunakanlah sistem yang dalam perbankan

modern disebut Cek, yang waktu itu dinamakan Shakk.

Dengan adanya sistem ini pembiayaan menjadi

fleksibel. Artinya uang bisa didepositokan di satu

bank di tempat tertentu, kemudian bisa ditarik atau

dicairkan lewat cek di bank yang lain. Dan cek hanya

bisa dikeluarkn oleh pejabat yang berwenang yaitu

32

bank. Lebih jauh bank pada masa ini kejayaan Islam

juga sudah memberikan kredit bagi usaha-usaha

perdagangan dan industri. Selain itu bank juga sudah

menjalankan fungsi sebagai Currency Exchange

(penukaran mata uang).

Pada masa pemerintah Daulah Abbasiyah juga,

sistem perekonomian pun dibangun dengan menggunakan

sistem ekonomi pertanian, peindustrian dan

perdagangan.

a. Perkembangan Perdagangan dan Industri

Ekonomi imperium Abbasiyah paling dominan

digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai

macam industri seperti kain linen di mesir, sutra

dari syiria dan irak, kertas dari samarkand, serta

berbagai produk pertanian seperti gandum dari mesir

dan kurma dari iraq. Hasil-hasil industri dan

pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah

kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain.

Karena industralisasi yang muncul di perkotaan

ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu,

perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang

ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan

perekonomian Abbasiyah.

Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain

merupakan hal yang sangat penting. Secara bersamaan

33

dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di

Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga

hubungan Perdagangan antara keduanya menambah

semaraknya kegiatan perdagangan dunia.

Permulaan masa kepemimpinan Bani Abbassiyah,

perbendaharaan negara penuh dan berlimpah-limpah,

Uang masuk lebih banyak dari pada pengeluaran. Yang

menjadi Khalifah adalah Mansyur. Dia betul-betul

telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi ekonomi

dan kewangan negara. Dia mencontohi Khalifah Umar bin

Khattab dalam menguatkan Islam.

Dan keberhasilan kehidupan ekonomi maka berhasil

pula dalam :

1. Pertanian, Khalifah membela dan menghormati kaum

tani, bahkan meringankan pajak hasil bumi

mereka, dan ada beberapa yang dihapuskan sama

sekali.

2. Perindustrian, Khalifah menganjurkan untuk

beramai-ramai membangun berbagai industri,

sehingga terkenallah beberapa kota dan industri-

industrinya.

3. Perdagangan, Segala usaha ditempuh untuk

memajukan perdagangan seperti:

a. Membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di

jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang.

34

b. Membangun armada-armada dagang.

c. Membangun armada : untuk melindungi parta-

partai negara dari serangan bajak laut.

Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di

bidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang

politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani

Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang

masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Baitul-

Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar

diperoleh antara lain dari al-Kharaj, semacam pajak

hasil bumi.

Setelah khilafah memasuki periode kemunduran,

pendapatan negara menurun sementara pengeluaran

meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara

itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah

kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang

mengganggu perekonomian rakyat. diperingannya pajak

dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan

diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan

pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh

kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah.

jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat

melakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil

menyebabkan perekonomian negara morat-marit.

Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah

35

kekuatan politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini

saling berkaitan dan tak terpisahkan.

36

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan sebelumya, dapat diambil

kesimpulan bahwa masa pemerintahan Bani Umayyah

memberikan sumbangsih terhadap pemikiran ekonomi

islam yakni perbaikan terhadap konsep pelaksanaan

transaksi salam, murabaha, dan muzara’ah, serta

kehadiran Kitab al Kharaj yang ditulis oleh Abu Yusuf

yang hidup pada masa pemerintahan khalifah Hasyim ,

sementara Sejak zaman Abbasiyah, walaupun masih di

lakukan secara perorangan perbankan mulai berkembang

pesat ketika beredar banyak jenis mata uang pada

zaman itu serta hingga perlu keahlian khusus untuk

membedakan antara satu mata uang dan mata uang

lainnya serta kemajuan di bidang perdagangan dan

industri.

37