DT+GLAUKOMA+KEIKO+POPO
Transcript of DT+GLAUKOMA+KEIKO+POPO
DISKUSI TOPIK
GLAUKOMA
Disusun oleh :
Faradila Keiko
Reiva Wisdharilla MD
Narasumber
Dr. Virna D Oktariana SpM
MODUL PRAKTIK KLINIK MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
2013
Pendahuluan
Glaukoma adalah neuropati optik yang dikarateristikkan dengan
optic disk cupping dan kehilangan lapang pdanang yang biasanya
diasosiasikan dengan peningkatan tekanan intraokular. Pada
mayoritas kasus, glaukoma tidak berhubungan dengan penyakit
okular lainnya (glaukoma primer). Sekitar 60 juta orang
menderita glaukoma di seluruh dunia.
Fisiologi Aqueous Humor
Tekanan intraokular ditentukan oleh produksi aqueous dan
tahanan aliran keluar aqueous. Aqueous merupakan cairan jernih
yang mengisi kamera okuli anterior dan posterior. Volumenya
sebanyak sekitar 250 mikroliter dan produksinya sekitar 2,5
mikroliter/menit. Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi
dibandingkan plasma. Komposisinya mirip dengan plasma tetapi
konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi,
dan konsentrasi protein, urea, dan glukosa lebih rendah.
Aqueous diproduksi badan siliaris. Ultrafiltrat plasma
diproduksi pada stroma prosesus siliaris, kemudian
dimodifikasi dengan sekresi epitel prosesus siliaris. Memasuki
kamera okuli posterior, aqueous melewati pupil menuju kamera
okuli anterior kemudian ke trabecular meshwork pada sudut kamera
okuli anterior dimana terjadi pertukaran komponen dengan darah
di iris.
Trabecular meshwork terdiri atas kolagen dan jaringan elastin yang
dilapisi sel trabekular yang membentuk filter dengan ukuran
pori yang semakin mengecil ketika mendekati kanal Schlemm.
Kontraksi muskulus siliaris melalui insersinya pada trabecular
meshwork memperbesar ukuran pori sehingga meningkatkan drainase
aqueous. Jalan menuju kanal Schlemm tergantung dari formasi
siklik kanal transelular pada lapisan endotel. Kanal eferen
dari kanal Schlemm menyalurkan cairan ke vena. Sebagian
aqueous melewati muskulus siliaris dan melalui sklera (aliran
uveoskleral).
Tahanan aliran keluar aqueous dari kamera okuli anterior
adalah lapisan endotel pada kanal Schlemm dan sebagian
trabecular meshwork. Tekanan pada jaringan vena di episklera
menentukan tekanan intraokular minimal yang dapat dicapai
dengan terapi medis.
Gambar 1. Aliran aqueous humor
Patofisiologi Glaukoma
Mekanisme yang paling berkontribusi dalam kehilangan visual
pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion retina yang
menyebabkan penipisan lapisan nervus dan nuklear dalam pada
retina dan hilangnya akson pada nervus optikus. Optic disc
mengalami atrofi dan optic cup membesar. Iris dan korpus
siliaris juga mengalami atrofi, dan prosesus siliaris
mengalami degenerasi hialin.
Efek peningkatan tekanan intraokular dipengaruhi waktu dan
besarnya peningkatan tekanan. Pada glaukoma sudut tertutup
akut, tekanan intraokular mencapai 60-80 mm Hg, menyebabkan
kerusakan iskemik akut pada iris dengan edema kornea dan
kerusakan nervus optikus. Pada glaukoma sudut terbuka primer,
tekanan intraokular biasanya tidak meningkat di atas 30 mm Hg
dan kerusakan sel ganglion retina terjadi pada jangka waktu
yang lama (beberapa tahun).
Glaukoma Primer
Glaukoma Sudut Terbuka Primer (POAG)
Definisi
Glaukoma merupakan suatu neuropati optik yang ditandai dengan
penggaungan diskus optikus (cupping), penurunan lapang pandang
serta berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okular.
Glaukoma kronik sering disebut juga dengan glaukoma simpleks
ataupun glaukoma primer sudut terbuka (POAG). 1,4
Glaukoma kronik atau glaukoma primer sudut terbuka
biasanya mengenai kedua mata (bilateral) tetapi tidak selalu
simetris, yaitu dimana proses perjalanan penyakit tidak sama
pada kedua mata. Karakteristik dari glaukoma primer sudut
terbuka antara lain: 4
Onset saat dewasa
TIO >21mmHg
Ada gambaran sudut terbuka
Ada kerusakan papil nervus optikus glaukomatosa
Gangguan lapang pandang
Epidemiologi
Glaukoma primer sudut terbuka merupakan kasus glaukoma yang
paling umum dan paling sering, yaitu mencakup sebanyak 90%
kasus dari semua kasus glaukoma secara umum. Sebanyak 0,4-0,7%
orang diatas usia 40 tahun dan 4,7% orang berusia diatas 75
tahun diperkirakan menderita glaukoma primer sudut terbuka.
Penyakit ini juga 4 kali lebih banyak dan 6 kali lebih agresif
pada orang kulit hitam dibandingkan orang kulit putih. Selain
itu dikatakan juga memiliki tendensi genetik yang kuat,
sehingga orang yang berisiko harus menjalani skrining rutin. 1
Faktor Risiko1,4
Penyakit glaukoma dikatakan memiliki beberapa faktor risiko
antara lain faktor usia, glaukoma primer sudut terbuka lebih
sering terjadi pada pasien usia tua, dimana sebagian besar
kasus terjadi pada usia di atas 65 tahun. Sehingga diagnosis
glaukoma primer sudut terbuka jarang diberikan pada pasien
dibawah usia 40 tahun. Faktor lain yang terkait yaitu faktor
ras kulit hitam dimana penyakit ini lebih banyak ditemukan,
lebih berat dan dapat terjadi pada usia lebih muda. Riwayat
keluarga juga merupakan faktor risiko, karena glaukoma primer
sudut terbuka sering diwariskan dan kemungkinan besar terkait
dengan multifaktorial. Risiko tinggi terdapat pada pasien
dengan kerabat dekat yang menderita glaukoma. Dikatakan risiko
meningkat dua kali lipat jika salah satu orang tua menderita
glaukoma dan meningkat menjadi empat kali lipat pada pasien
dengan saudara sedarah yang menderita glaukoma primer sudut
terbuka. 4 Miopia juga memiliki kaitan khusus dengan
peningkatan insiden terjadinya galukoma dan lebih rentan
terjadi kerusakan akibat glaukoma. 4
Patogenesis
Pada glaukoma kronik, adanya peningkatan TIO dapat disebabkan
karena beberapa hal antara lain terjadinya obstruksi
trabekular, adanya kehilangan sel endotel trabekular,
kehilangan kemampuan densitas trabekular dan menyempitnya
kanal Schlemm, kehilangan vakuola di dinding endotel kanal
schlemm, gangguan aktivitas fagositik, gangguan metabolisme
KS, disfungsi kontrol adrenergik, dan proses imunologik
abnormal. Dikatakan bahwa fitur patologis utama dari POAG
adalah degenerasi trabecular meshwork di mana terdapat deposit
ekstraseluler di dalamnya serta terdeposit juga di bawah
lapisan endotel kanal Schlemm. 1,5
Pada Juvenile-POAG, patofisiologi nonfamilialnya terkait
oleh proses mutasi pada gen myocilin di kromosom 1.Sedangkan
patofisiologi familial terjadi secara herediter. Oleh karena
itu, pada kasus ini, onset glaukoma yang terjadi ialah pada
usia dini.
POAG sendiri ditandai dengan sudut bilik mata depan yang
lebar, adanya hambatan aliran humor aqueous mungkin terdapat
pada trabekulum, kanal Schlemm, maupun pleksus vena di daerah
intrasklera. Hal ini dibuktikan dengan pemeriksaan patologi
anatomi dimana terjadi proses degenerasi dari trabekulum dan
kanal schlemn. Dapat juga nampak penebalan serta sklerosis
dari serat trabekulum, vakuol dalam endotel, dan endotel yang
hiperseluler, yang menutupi trabekulum dan kanal schlemn.
Beberapa pendapat mengemukakan bahwa proses penuaan memegang
peranan dalam proses sklerosis ini, yang dipercepat bila mata
tersebut mempunyai bakat glaukoma, yaitu pada pasien dengan
kerabat dekat yang menderita glaukoma. 1,4,5
Pada POAG, peningkatan TIO mendahului perubahan diskus
optik dan pengeluhatan dalam jangka waktu bulanan hingga
tahunan. Terdapat asosiasi yang jelas antara tingkat TIO dan
keparahan laju penurunan visus, namun hal ini sangat
bervariasi antar-individu. Beberapa mata dapat menoleransi
peningtkatan TIO tanpa adanya perubahan simptomatik (hipertensi
okular), namun beberapa bisa saja mengalami gejala glaukomatosa
dengan TIO yang ”normal” (low-tension glaucoma). Akan tetapi,
peningkatan TIO yang lebih tinggi terasosiasi dengan penurunan
lapang pandang yang lebih luas. Saat terdapat penurunan LP
glaukomatosa saat pemeriksaan pertama, terdapat risiko sangat
besar untuk progresi. Karena TIO merupakan faktor risiko yang
dapat dimodifikasi, hal tersebut tetap menjadi fokus terapi.
Setiap reduksi 1 mmHg TIO, terdapat penurunan risiko progresi
glaukoma sebesar 10%. Apabila terdapat perubahan visus atau
diskus optik yang ekstensif, sangat direkomendasikan untuk
menurunkan TIO sebanyak mungkin, kalau bisa < 15 mmHg.1
Mekanisme utama penurunan penglihatan adalah dengan
terjadinya atrofi sel ganglion difus yang ditandai dengan
penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina
serta berkurangnya jumlah sel akson di saraf optikus. Beberapa
postulat telah diajukan untuk menerangkan terjadinya proses
tersebut. Tatapi hingga kini hanya ada dua postulat yang dapat
menjelaskan proses ini secara lengkap yaitu: 4
1) Teori iskemik: gangguan pembuluh darah kapiler akson nervus
optikus, memainkan peranan penting pada patogenesis
kerusakan akibat glaukoma. Mekanime yang terjadi:
a) Hilangnya pembuluh darah
b) Perubahan aliran darah kapiler
c) Perubahan yang mempengaruhi penghantaran nutrisi ataupun
pembuangan produk metabolit dari akson
d) Kegagalan pengaturan aliran darah
e) Penghantaran substansi vasoaktif yang bersifat merusak ke
dalam pembuluh darah saraf optikus.
2) Teori mekanik langsung menjelaskan bahwa peningkatan tekanan
intraokuler yang bersifat kronik merusak saraf retina secara
langsung pada saat saraf tersebut melewati lamina kribosa.
Kenaikan tekanan intraokuler memicu kolapsnya serta
perubahan pada lempeng laminar serta perubahan susunan kanal
aksonal, serta menyebabkan penekanan secara langsung pada
serat saraf dan juga menyebabkan gangguan aliran darah serta
penurunan hantaran nutrien kepada akson pada papil saraf
optikus.
Tampilan klinis
1) Gejala
Perjalanan penyakit basanya lampat dan sering kali tidak
menimbulkan keluhan pada pasien. Galukoma primer sudut
terbuka ini baru menimbulkan gejala jika sudah timbul
penurunan lapang pandang yang nyata. Hal ini disebabkan
karena penurunan lapang pandang dimulai dari daerah nasal
yang biasanya sulit dideteksi karena terdapat kompensasi
dari mata sisi sebelahnya. Walaupun penyakit ini terjadi
secara bilateral, progresi yang terjadi sering tidak
simetris. Kadang-kadanga pasien dengan tekanan intra orbita
yang tinggi dapat mengeluhkan sakit kepala, sakit mata dan
bahkan adanya gambaran halo/pelangi disekitar lampu. 4
Pada beberapa pasien dapat juga ditemukan adanya riwayat
penyakit mata seperti mata merah, gangguan lapang pandang
(terdapat halo), sakit kepala, katarak, uveitis, retinopati
diabetik, oklusi vaskular dan trauma, riwayat penyakit
dahulu seperti operasi pada mata, riwayat penggunaan obat
seperti antihipertensi atau steroid topikal. Selain itu
kecurigaan kearah glaukoma perlu dipertimbangkan pada pasien
dengan faktor risiko seperti riwayat peningkatan TIO, usia,
ras afro-amerika, riwayat keluarga menderita glaukoma,
miopi, penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, migrain,
hipertensi, vasospasme. 5
2) Tanda
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada pasien yang
dicurigai menderita glaucoma primer sudut terbuka antara
lain pemeriksaan visus (terutama telah diketahui visus
sebelumnya), pemeriksaan pupil untuk melihat refleks cahaya
langsung dan tak langsung, pemeriksaan Marcus Gunn pupil
(defek pupil aferen relatif). 5 Pemeriksaan gonioskopi yang
menunjukkan sudut terbuka tanpa adanya tanda-tanda galukoma
sekunder. Perimetri digunakan untuk memeriksa lapang pandang
perifer dan sentral yang bertujuan untuk mendeteksi
hilangnya lapang pandang misalnya layar tangent, perimetri
Goldmann dan perimetri otomatis berbantu komputer. 1
Pemeriksaan yang penting dalam mendiagnosis galukoma
adalah pemeriksaan peningkatan tekanan intra-orbita.
Pemeriskaan yang dilakukan dengan tonometri (tonometri
digital, Schiotz, aplanasi Goldmann). Beberapa hal perlu
diingat yaitu adanya variasi diurnal yang menyebabkan
fluktuasi tekanan intra orbita, sehingga perlunya dilakukan
pemeriksaan pada beberapa waktu yang berbeda dalam sehari.
Adanaya perbedaan tekanan sebesar 5 mmHg antara kedua mata
harus meningkatkan kecurigaan kearah galukoma. 4 Penilaian
diskus optikus juga penting dilakukan pada pasien galukoma,
yang dapat ditemukan antara lain tanda penggaungan yang khas
yaitu pinggir papil bagian temporal menipis, adanya
ekskavasi melebar dan mendalam tergaung, tampak bagian
pembuluh darah di tengah papil tak jelas, tampak pembuluh
darah seolah-olah menggantung di pinggir dan terdorong ke
arah nasal , dan jika tekanan cukup tinggi akan terlihat
pulsasi arteri. 5
Diagnosis
Diagnosis POAG ditegakkan apabila terdapat diskus optik
glaukomatosa atau perubahan LP yang terasosiasi dengan
peningkatan TIO, dengan bilik mata depan yang terbuka (tampak
normal), serta tidak terdapat alasan lain yang berkontribusi
dalam peningkatan TIO. Setidaknya 1/3 pasien dengan POAG
memiliki TIO normal saat pemeriksaan pertama, oleh karena itu
tonometri berulang harus dilakukan sebelum diagnosis dapat
ditegakkan.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan glaukoma berujuan untuk
mempertahankan fungsi visual dengan mengendalikan tekanan
intraokuler dan dengan begitu akan mencegah atau menunda
kerusakan saraf optik yang lebih lanjut. Pemberian
penatalaksanaan secara dini dapat meminimalisasi terjadinya
gangguan penglihatan. Penurunan tekanan intraokular dapat
mencegah terjadinya kerusakan pada nervus optikus. 1,4,5
1) Penatalaksanaan medikamentosa1,4,5
Penatalaksanaan medikamentosa dibagi berdasarkan cara
kerjanya dalam menghambat produksi aqueus humor, fasilitasi
aliran aqueus, reduksi volume vitreus serta miotik,
midriatik dan siklopegik. 1 Obat-obatan yang digunakan antara
lain:
Beta-blockers: bekerja dengan menurunkan produksi
aqueous humor, contohnya Timolol, Betaxolol, dan
Carteolol.
Agonis alpha: bekerja dengan menurunkan produksi
cairan sekaligus meningkatkan aliran keluar aqueous
humor contohnya Brimonidine dan Apraclonidine.
Analog prostaglandin /prostamide: contohnya
Latanaprost 0,005% bekerja dengan meningkatkan
aliran keluar aqueous humor melalui non-conventional
(uveo-scleral) outflow pathway.
Ihibitor karbonik anhidrase : contohnya
Acetazolamide, Dorzolamide dan Brinzolamide. Bekerja
dengan menurunkan produksi aqueous humor
Agonis kolinergik: contohnya pilokarpin. Bekerja
dengan meningkatkan aliran keluar aqueous humor
melalui conventional outflow pathway
Obat-obatan lain seperti epinefrin (meningkatkan
outflow dan menurunkan produksi aqueus humor)
Agen hiperosmotik untuk menurunkan volume badan
vitreus seperti gliserol, isosorbid, urea, dan
manitol.
2) Penatalaksanaan bedah1,4,5
Pada umumnya operasi ditangguhkan selama mungkin dan baru
dilakukan bila terjadi beberapa keadaan antara lain:
– TIO tak dapat dipertahankan di bawah 22 mmHg
– Lapang pandangan yang terus mengecil
– Pada pasien yang tidak dapat dipercaya
pengobatannya
– Tidak mampu membeli obat untuk seumur hidup
– Tak tersedia obat-obatan yang diperlukan
Teknik bedah yang dilakukan adalah dengan iridotomi perifer,
trabekuloplasti serta bedah untuk drainase (prosedur
trabekulektomi). Jika semua usaha bedah tersebut gagal
dilakukan prosedur siklodestruktif untuk menghancurkan badan
silier. Prosedur siklodestruktif antara lain dengan
krioterapi, diatermi, ultrasonik frekuensi tinggi dan dengan
termal neodynium. 1
Pemeriksaan skrining
Masalah utama dalam mendeteksi glaukoma primer sudut terbuka
adalah tidak adanya gejala yang terjadi sampai penyakit sudah
lanjut. 1 Pemeriksaan skrining sebaiknya dilakukan pada
populasi risiko tinggi (misalnya ras Afrika-Amerika), pada
orang lanjut usia, pada pasien asimptomatik berusia 40 tahun
atau lebih muda dan lebih sering pada yang berusia lebih
lanjut. Pemeriksaan skrining sebaiknya dilakukan pada pasien
dengan riwayat keluarga setiap dua tahun pada usia diatas 40
tahun dan setiap tahun setelah usia 50 tahun. 4
Pemeriksaan skrining yang dianjurkan adalah pemeriksaan
tekanan intraokular (tekanan >21 mmHg), pemeriksaan
oftalmoskop (CD rasio vertikal >0,4), dan pemeriksaan lapang
pandang. 4
Prognosis
Tanpa tatalaksana yang adekuat, POAG dapat berprogresi terus
hingga menjadi kebutaan total. Apabila obat drop antiglaukoma
dapat mengontrol TIO pada mata yang belum mengalami keruakan
glaukomatosa yang ekstensif, maka prognosisnya bagus (walaupun
masih ada kemungkinan penurunan visus). Saat terdeteksi dini,
kebanyakan pasien glaukoma dapat tertatalaksana secara
medikamentosa dengan baik. Trabekulektomi adalah pilihan yang
bagus untuk pasien yang telah mengalami progresi glaukoma
walaupun telah mendapat terapi medikamentosa.1
Glaukoma Tekanan Normal
Sebagian kecil pasien dengan kelainan glaukomatosa pada dikus
optikus atau lapang pandang memiliki tekanan intraokular yang
tetap dibawah 21 mmHg. Patogenesisnya adalah kepekaan yang
abnormal terhadap tekanan intraokular karena kelainan vaskular
atau mekanis pada kepala saraf optikus. Keadaan ini mungkin
saja terkait genetik; dengan abnormalitas pada gen optineurin
di kromosom 10. Perdarahan diskus lebih sering dijumpai pada
tekanan normal dibandingkan dengan glaukoma sudut terbuka
primer, dan hal ini menandakan kerusakan lapangan pandang.1
Pada pasien dengan glaukoma normoTIO, sekitar 60% memiliki
penurunan isus progresif, sehingga hal tersebut mengarahkan
pada kemungkinan adanya kejadian iskemik akut pada
patogenesisnya. Penurunan TIO yag bermanfaat dapat dicapai
dengan pembedahan drainase dengan antimetabolit. Telah
digunakan CCB sistemik untuk tatalaksana basis vaskular dari
kondisi ini telah banyak digunakan, walaupun benefit dari
intervensi ini masih belum jelas sepenuhnya.1
Hipertensi Okular
Hipertensi okular adalah peningkatan TIO tanda abnormalitas
diskus atau lapang pandang, dan lebih prevalen dari POAG.
Sekitar 1-2%-nya diperkirakan akan berprogresi menjadi
glaukoma. Risikonya akan meningkat dengan peningkatan TIO,
usia, optic disc cupping, riwayat keluarga, myopia, DM, dan penyakit
kardiovaskular. Perkembangan menjadi perdarahan diskus pada
pasien dengan HO juga mengindikasikan risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami glaukoma. Pasien dengan HO adalah tersangka
glaukoma dan harus menjalani monitoring reguler (1-2 kali per
tahun) untuk pemeriksaan TIO, diskus optik, dan LP.
Glaukoma sudut tertutup akut primer (PCAG)
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, glaukoma sudut tertutup akut primer
terjadi pada 1-40 per 1000 orang, hal ini juga dipengaruhi
oleh ras. Penyakit ini terjadi pada 1 per 1000 orang
Kaukasian, sedangkan pada ras Asia lebih sering yaitu 1 per
100 orang dan pada ras Eskimo 1 per 100 orang. Glaukoma jenis
ini lebih banyak terjadi pada perempuan. Pada usia 60-70
tahun, risiko untuk menderita glaukoma jenis ini meningkat.2
Patofisiologi
Pada glaukoma sudut tertutup primer, terjadi aposisi dari iris
dan lensa yang menyebabkan kontak antara iris dan lensa,
disebut sebagai blokade pupil. Blokade pupil ini akan
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular di kamera okuli
posterior sehingga akan menyebabkan iris menempel pada kornea
di bagian perifer dan struktur iris terdorong ke depan,
keadaan ini disebut iris bombe.2 Glaukoma akut primer terjadi
apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan sumbatan sudut
kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini akan menyumbat
aliran humor aqueous dan tekanan intraokular akan meningkat
dengan cepat. Keadaan ini akan menimbulkan nyeri hebat,
kemerahan, dan penglihatan yang kabur. Glaukoma sudut tertutup
terjadi pada mata yang sudah mengalami penyempitan anatomik
sudut kamera anterior (terutama dijumpai pada hipermetropi).
Serangan akut biasanya terjadi pasien usia tua seiring dengan
pembesaran kristalin lensa yang berkaitan dengan proses
penuaan.1
Gejala dan tanda klinis
Glaukoma sudut tertutup akut primer ditandai oleh adanya
gejala kekaburan penglihatan mendadak yang disertai dengan
nyeri hebat, rasa pegal di sekitar mata, mata merah, melihat
lingkaran-lingkaran berwarna seperti pelangi di sekitar sinar
lampu (halo), mual dan muntah.1,2 Selain itu perlu ditanyakan
faktor presipitasi serangan akut seperti pemakaian obat yang
berfungsi melebarkan pupil (simpatomimetik, antikolinergik),
berdiam lama di tempat yang kurang terang atau gelap dan
berhubungan dengan emosional.2
Pada pemeriksaan oftalmologi dapat ditemukan injeksi
silier yang lebih hebat di dekat limbus kornea-skleral dan
berkurang ke arah forniks; pembuluh darah tidak bergerak
dengan konjungtiva; mid-dilatasi pupil dan tidak bereaksi
terhadap sinar; kornea tampak edema dan keruh; dan kamera
okuli anterior yang sempit. Pada pemeriksaan tekanan
intraokular meningkat, visus sangat turun hingga 1/300, lapang
pandang menyempit dan kamera okuli anterior sempit pada
gonioskopi.1,2,3
Diagnosis banding
Diagnosis banding glaukoma sudut tertutup akut adalah iritis
akut dan konjungtivitis akut. Dari gejala dan tanda klinis,
penyakit ini dapat dibedakan.
Pada iritis akut nyeri dapat ringan sampai hebat; pupil
miosis dengan reaksi cahaya lambat atau hilang; injeksi silier
yang dalam; kornea biasanya jernih, tidak edema; onset
serangan bersifat perlahan; visus turun sedikit; tekanan
intraokular normal; di kamera anterior tampak sel-sel.1,3
Pada konjungtivitis akut nyeri bersifat membakar dan
gatal; injeksi konjungtiva yaitu lebih jelas di forniks dan
berkurang ke arah limbus, pembuluh superfisial bergerak dengan
konjungtiva; pupil normal; kornea jernih dan normal; sekresi
pus; serangan perlahan; visus dan tekanan intraokular
normal.1,3
Tatalaksana
Glaukoma sudut tertutup akut merupakan keadaan kedaruratan
oftalmologik. Terapi pada awalnya ditujukan untuk menurunkan
tekanan intraokular secepatnya. Obat-obatan yang dapat dipilih
adalah:1,2
Acetazolamide IV atau oral : 500 mg dilanjutkan 4x250
mg/hari
Bekerja sebagai inhibitor karbonik anhidrase yang dapat
menekan produksi humor aqueous. Tidak boleh diberikan
dalam jangka waktu yang lama karena memiliki banyak efek
samping sistemik.
Solutio Glycerin 50% : 4 x 100-150 cc/hari
Merupakan agen hiperosmotik yang berfungsi menurunkan
volume vitreus.
Penghambat beta adrenergik topikal, dapat dipilih timolol
maleat 0,25% dan 0,5% atau betaxolol 0,25% dan 0,5% dan
lainnya. Obat ini berfungsi untuk menurunkan produksi
humor aqueous.
Kemudian dapat diberikan pilocarpin 4% secara intensif
misal 1 tetes tiap 15 menit selama 1-2 jam. Pilocarpin
merupakan golongan parasimpatomimetik yang berfungsi
meningkatkan aliran humor aqueous melalui jalinan
trabekular karena kontraksi otot-otot silier.
Tetes mata steroid dapat diberikan untuk mengurangi
rekasi inflamasi sehingga mengurangi terjadinya kerusakan
iris dan jaringan trabekular lebih lanjut.
Kadang perlu ditambahkan obat analgesik dan antiemetik.
Setelah tekanan intraokular dapat dikontrol, harus dilakukan
iridektomi perifer untuk membentuk hubungan permanen antara
kamera okuli anterior dan posterior sehingga kekambuhan iris
bombe dapat dicegah. Hal ini paling sering dilakukan dengan
neodinium:YAG laser. Iridektomi perifer secara bedah
diindikasikan apabila terapi laser tidak berhasil. Prosedur
alternatif bila sebagian besar sudut bilik mata depan masih
tertutup dapat dipilih operasi trabekulektomi. Pada sebagian
besar kasus, dilakukan iridotomi dengan laser untuk mata
sebelahnya sebagai profilaksis.1
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada glaukoma sudut
tertutup akut adalah penurunan tajam penglihatan yang
permanen, serangan berulang, serangan pada mata sebelahnya,
dan oklusi arteri dan vena sentral.2
Glaukoma sudut tertutup subakut
Glaukoma jenis ini memiliki faktor etiologi yang sama dengan
jenis akut kecuali bahwa peningkatan tekanan intraokularnya
berlangsung singkat dan rekuren. Episode penutupan sudut
membaik secara spontan namun terjadi akumulasi kerusakan pada
sudut kamera anterior berupa pembentukan sinekia anterior
perifer. Kadang-kadang penutupan sudut subakut berkembang
menjadi penutupan akut.1
Dari anamnesis didapatkan riwayat serangan nyeri
unilateral yang berulang, mata merah, penglihatan kabur dan
halo. Serangan sering terjadi pada malam hari dan sembuh dalam
semalam. Pada pemeriksaan oftalmologi di antara serangan,
hanya akn didapatkan penyempitan sudut kamera anterior. Terapi
serupa dengan terapi untuk glaukoma sudut tertutup primer.1
Glaukoma sudut terbuka primer
Glaukoma sudut terbuka primer adalah glaukoma yang paling
terjadi pada 90% glaukoma pada dewasa. Sinsiden meningkat pada
umur 40 tahun dan semakin meningkat sesuai umur dan mencapai
puncaknya pada umur 60-70 tahun. Terdapat predisposisi pada
penykit ini, sepertiga dari penderita glaukoma sudut terbuka
primer memiliki kerabat dengan penyakit yang sama.
Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer
adalah proses degeneratif di jalinan trabekular, termasuk
pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalinan dan dibawah
lapisan endotel kanal Sclhemm. Akibatnya adalah penurunan
drainase aqueous humor yang menyebabkan peningkatan tekanan
intra okular.
Peningkatan tekanan intraokular mendahului kelainan diskus
optikus lapang pandang selama bertahun-tahun. Tekanan
intraokuler yang meningkat akan menimbulkan penekana pada
nervus optikus sehingga akan menimbulkan neuropati kompresi.
Walaupun terdapat hubungan kuat natara tekanan intraokuler
dengan neuropati, tetapi efek neuropati terhadap tekenanan
intraokuler pada masing-masing individu berbeda.
Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka primer
masih diperdebatkan. Teori-teori utama memperkirakan adanya
perubahan-perubahan elem penunjang struktural akibat tekanan
intraokular di saraf optik setinggi lamina kribosa atau
pembuluh yang menperdarahi kepala/ujung saraf optikus.
Glaukoma sudut terbuka primer menyebabkan pengecilan lapangan
pandang bilateral progresif asimtomatik yang timbul perlahan
dan sering tidak terdeteksi sampai terjadi penecilan lapangan
pandang yang ekstensif.
Gejala yang ditimbulkan pada glaukoma jenis ini juga tidak
spesifik. Gejala yang ditimbulkan antara lain sakit kepala,
rasa panas di sekitar mata, atau penurunan ketajaman
penglihatan yang sering diasumsikan sebagai kelainan refraksi.
Tekanan intraokular yang lebih tinggi saat pertama kali
diperiksa berkaitan dengan penurunan lapang pandang yang lebih
luas. Karena merupakan satu-satunya faktor yang dapat diobati,
maka tekanan intraokular menjadi fokus terapi pada penderita
glaukoma jenis ini. Terdapat bukti kuat bahwa kerusakan saraf
optikus dan pengecilan lapang pandang.
Pengobatan dimulai dengan obat tetes mata penghamabta
adrenergik beta atau epinerfirn untuk mwngontrol tekana
intraokuler yang berlebih. Bila pengobatan topikal tekanan
intra okuler belum terkontrol, maka mungkin diperlukan
trabekuloplasti dengan laser. Tindakan bedah drainase adalah
tindakan bedah cadangan. Pasien harus dididik untuk memahami
bahwa pengobatan glaukoma sudut terbuka primer adalah suatu
proses seumur hidup dan penilaian ulang teratur oleh ahli
oftalmologi sangat penting.
Tanpa pengobatan, glaukoma sudut terbuka dapat berkembang
secara perlahan sehingga akhirnya menimbulkan kebutaan total.
Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder pada dislokasi lensa
Lensa kristalina dapat mengalami dislokasi akibat trauma atau
secara spontan, misalnya sindrom Marfan. Dislokasi anterior
dapat menimbulkan sumbatan pada bukaan pupil yang akan
menyebabkan iris bombe dan penutupan sudut. Dislokasi
posterior ke dalam korpus viterum juga berkaitan dengan
glaukoma namun mekanismenya belum jelas. Pada dislokasi
anterior, terapi definitif adalah dengan ekstraksi lensa
setelah tekanan intraokular terkontrol secara dengan medikasi.
Pada dislokasi posterior, lensa biasanya dibiarkan dan
glaukoma diobati sebagai glaukoma sudut terbuka primer.1
Glaukoma fakolitik
Sebagian katarak stadium lanjut dapat mengalami kebocoran
kapsul lensa anterior, sehingga protein-protein lensa yang
mencair masuk ke kamera anterior. Jalinan trabekular menjadi
edematosa dan tersumbat oleh protein-protein lensa dan
menimbulkan peningkatan mendadak tekanan intraokular.
Ekstraksi lensa adalah terapi definitif setelah tekanan
intraokular terkontrol dengan medikasi termasuk steroid
topikal intensif.1
Glaukoma sekunder pada uveitis
Pada uveitis, tekanan intraokular biasanya lebih rendah dari
normal karena kopus siliar mengalami peradangan sehingga
kurang berfungsi dengan baik. Tetapi dapat terjadi peningkatan
tekanan intraokular melalui mekanisme antara lain sumbatan
pada jalinan trabekular oleh sel-sel radang dari kamera
anterior yang disertai edema sekunder atau kadang-kadang
terlibat dalam proses peradangan spesifik pada trabekula
(trabekulitis).
Uveitis kronik atau rekuren akan menyebabkan gangguan permanen
trabekula, sinekia anterior perifer dan neovaskularisasi
sudut, semuanya ini dapat menyebabkan glaukoma sekunder.
Seklusi pupil akibat sinekia posterior 3600 menyebabkan iris
bombe dan glaukoma sudut tertutup akut.1
Terapi ditujukan untuk mengontrol uveitis dan terapi
glaukoma sesuai keadaan. Miotik dihindari karena dapat
meningkatkan kemungkinan pembentukan sinekia posterior.
Penutupan sudut akut akibat penutupan pupil dapat dipulihkan
dengan midriasis intensif. Tetapi sering memerlukan iridektomi
perifer dengan laser atau iridektomi bedah. Setiap uveitis
dengan kecenderungan pembentukan sinekia posterior harus
diterapi dengan midriatikum sewaktu uveitis aktif untuk
mengurangi risiko penutupan pupil.1
Glaukoma sekunder akibat trauma
Cedera kontusio bola mata dapat disertai peningkatan tekanan
intraokular akibat perdarahan ke kamera anterior (hifema).
Darah bebas menyumbat jalinan trabekular, hal ini akan
menyebabkan gangguan aliran humor aqueous dan terjadi
peningkatan tekanan intraokular. Laserasi akibat kontusio pada
segmen anterior diikuti hilangnya kamera anterior. Jika kamera
tidak segera dibentuk kembali maka akan terbentuk sinekia
aterior perifer dan menyebabkan penutupan sudut yang
ireversibel.1,3
Glaukoma pasca bedah intraokular
Glaukoma sumbatan siliaris (Glaukoma maligna) dapat terjadi
pasca tindakan bedah intraokular. Tindakan bedah pada mata
yang mengalami peningkatan teknan intraokular yang mencolok
dan penutupan sudut dapat menyebabkan glaukoma jenis ini.
Segera setelah pembedahan, tekanan intraokular meningkat hebat
dan lensa terdorong ke depan akibat penimbunan humor aqueous
di badan vitreus. Terapi terdiri dari siklopegik, midriatik,
penekan produksi humor aqueous dan obat hiperosmotik. Mungkin
diperlukan sklerotomi posterior, vitrektomi atau ekstraksi
lensa.1
Pemeriksaan penunjang untuk menilai glaukoma secara klinis
Semua pasien yang dicurigai glaukoma perlu mendapat
pemeriksaan visus, funduskopi, pemeriksaan tekanan intra
okular, lup dengan sentolop (slitlamp), gonioskopi dan
pemeriksaan lapang pandang. Pemeriksaan visus, funduskopi dan
slitlamp bertujuan mencari kelainan morfologi untuk
menyingkirkan diagnosis banding serta mencari seberapa jauh
penurunan penglihatan yang terjadi. Pemeriksaan sisanya akan
dibahas lebih lanjut di bawah ini.
Pemeriksaan TIO
Bola mata merupakan suatu kompartemen tertutup dengan
sirkulasi humor aqueous yang konstan. Cairan ini
mempertahankan bentuk dan tekanan relatif merata di dalam bola
mata. Tekanan karena cairan ini dapat diukur dan nilai yang
dianggap dalam batas normal adalah di antara 10-24 mmHg. Satu
hasil pemeriksaan normal tidak mengeksklusi glaukoma. Pada
glaukoma sudut terbuka primer, 25% individu yang terkena
menunjukkan tekanan intraokular yang normal pada pengukuran.
Hanya dengan terdapatnyua hasil pengukuran berupa peningkatan
tekanan intrakranial saja juga tidak dapat mendiagnosis
glaukoma sudut terbuka primer karena dibutuhkan bukti lain
untuk diagnosis seperti perubahan lapang pdanang dan
glaucomatous optic disk. 1
Sebenarnya pada glukoma, nilai batas normal adalah nilai
tekanan yang tidak akan menimbulkan jejas glaukomatosa pada
papil optik. Artinya ada mata yang cenderung rentan dan
cenderung tahan pada suatu nilai tekanan bola mata tertentu.
Angka 10-24 mmHg adalah nilai tekanan bola mata yang
didapatkan pada sebaran populasi yang tidak menampakkan
gambaran jejas glaukomatosa. Ada banyak hal yang mempengaruhi
TIO seseorang, yaitu genetik, umur, kesalahan refraksi, dan
etnis. 1
Alat untuk mengukur TIO disebut dengan tonometer. Ada banyak
macam tonometer, namun semua bekerja dengan membandingkan
deformasi bola mata dengan gaya yang menyebabkan deformasi
tersebut. Tonometer dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
tonometer indentasi dan applanasi. 1
Tonometer indentasi mengukur besarnya indentasi kornea yang
dihasilkan oleh beban atau gaya yang telah disiapkan. Makin
lunak mata, makin besar lekukan dan sebaliknya. Berbeda
dengan tonometer indentasi, tonometer aplanasi mengubah bentuk
kornea menjadi ‘rata’ dan mengukur beban yang diperlukan untuk
mencapai kondisi ‘rata’ tersebut. Pada TIO rendah, lebih
sedikit beban tonometer yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi
‘rata’ yang diinginkan. Ketebalan kornea mempengaruhi
keakuratan pengukuran, dimana kornea yang tebal meningkatkan
pembacaan tekanan intraokular. Contoh tonometer antara lain
Goldmann, Perkins, Tini-Pen, serta Schiotz.1
P emeriksaan Gonioskopi
Gonioskopi adalah teknik untuk memeriksa struktur sudut bilik
mata depan. Sudut bilik mata depan dapat diperkirakan dengan
melihat iluminasi oblik menggunakan penlight, namun lebih baik
digunakan gonioskopi yang dapat memberikan visualisasi
langsung struktur-struktur yang membentuk sudut tersebut
(pertemuan kornea perifer dan iris, di antaranya terdapat
trabecular meshwork). Apabila hanya dapat dilihat Schwalbe’s line
atau sebagian kecil trabecular meshwork mendanakan bahwa sudut
sempit. Apabila Schwalbe’s line tidak dapat dilihat mendanakan
bahwa sudut tertutup.1
Dalam tata laksana glaukoma, penting untuk mengetahui
klasifikasi glaukoma, apakah sudut terbuka atau sudut
tertutup. Jika hanya menggunakan slitlamp, sudut bilik mata
depan tidak bisa diukur. Ini berkaitan dengan sudut kritis.
Ketika cahaya datang dari suatu medium masuk ke medium lain
yang lebih rendah indeks refraksinya, sudut pantul cahaya akan
lebih besar daripada sudut datang. Ketika sudut pantul sama
dengan 90o, maka sudut datang mencapai besar sudut kritis.
Ketika sudut datang melebihi sudut kritis, cahaya akan
dipantulkan kembali ke medium pertama. Sudut kritis kornea-
udara sekitar 46o. Sudut datang dari sudut bilik mata depan
melebihi sudut kritis ini, maka cahaya akan dipantulkan
kembali ke kornea, dan akibatnya sudut bilik mata depan tidak
terlihat.
Penilaian diskus optikus (optic disk) 1
Diskus optikus memiliki depresi pada bagian sentral (optic cup)
yang ukurannya bergantung pada serat-serat yang membentuk
nervus optikus, relatif terhadap ukuran pembukaan sklera yang
harus dilewati. Glaucomatous optic atrophy menyebabkan hilangnya
substansi diskus sehingga terdapat perbesaran optic disk cup, dan
area di sekitar cup menjadi pucat. Pada glaukoma, bisa
terdapat perbesaran konsentrik diskus optikus atau cupping
superior dan inferior dengan notching fokal di pinggir diskus
optikus. Diskus optikus juga bertambah dalam dan terdapat
gambaran bean pot cup.
Cup-disk ratio dapat menentukan ukuran diskus optikus pada pasien
glaukoma. Rasio tersebut merupakan perbdaningan ukuran cup
terhadap diameter diskus optikus. Pada hilangnya lapang
pdanang atau meningkatnya tekanan intraokular, cup-disk ratio
melebihi 0,5 atau terdapat asimetri signifikan antara kedua
mata, sehingga merupakan pendana kuat glaucomatous atrophy.
Penentuan cup-disk ratio dilakukan dengan oftalmoskopi direk.
Selain itu bisa terdapat Hoyt’s sign, yaitu kerusakan neuron pada
glaukoma berupa atropi sarah-saraf retina yang merupakan awal
dari perubahan diskus optikus.
Gambar. Glacoumatous cupping1
Pemeriksaan Lapang Pandang
Untuk melakukan penapisan awal glaukoma, bisa dilakukan dengan
cara tes konfrontasi. Pasien duduk di depan pemeriksa dengan
jarak 1 meter. Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan sedang
mata kiri ditutup. Pemeriksan memperlihatkan beberapa jarinya
di perifer salah satu dari keempat kuadran. Pada keadaan
normal, lapang pandang pasien dan pemeriksa harus sama.
Kesalahan pada satu/lebih kuadran yang konsisten menunjukkan
adanya defisiensi dalam kuadran tersebut.
Hilangnya lapang pandang pada glaukoma meliputi 30 derajat
sentral lapang pandang , dimulai dari perifer nasal. Lapang
pandang perifer temporal dan sentral 5-10 derajat terkena
lebih akhir. Pengukuran lapang pandang dapat menggunakan
perimeter. Gangguan lapang pandang tidak terdeteksi sampai
kehilangan 40% ganglion retina.1
Penatalaksanaan Glaukoma secara umum
Pemberian penatalaksanaan secara dini dapat meminimalisasi
terjadinya gangguan penglihatan. Penurunan tekanan intraokular
dapat mencegah terjadinya kerusakan pada nervus optikus. 1,4,5
1. Medikamentosa
a. Penyekat beta (Supresi produksi aqueous)
Berfungsi menurunkan TIO melalui penurunan tekanan vena
episklera sehingga pengeluaran humor aqueous melalui
uveoskleral menjadi lebih mudah. Efek samping sistemik yang
terjadi antara lain bronkospasme, bradikardi, hipotensi,
hipoglikemi, merasa letih, pusing mual, muntah dan lain
laPenatalaksanaan pada pasien dengan glaukoma berujuan untuk
mempertahankan fungsi visual dengan mengendalikan tekanan
intraokuler dan dengan begitu akan mencegah atau menunda
kerusakan saraf optik yang lebih lanjut. in.
Agen beta adrenergic blocker topikal paling sering digunakan
untuk terapi glaukoma, dapat digunakan sendiri atau
dikombinasikan dengan agen lain. Solusi timolol maleate
0.25% dan 0.5%, betaxolol 0.25% dan 0.5%, levobunolol 0.25%
dan 0.5%, metipranolol 0.3%, dan carteolol 1% merupakan
contoh-contoh preparasi yang digunakan. Kontraindikasinya
adalah penyakit obstruksi jalan napas kronik seperti asma
dan gangguan konduksi jantung.
Apraclonidine (solusi 0,5% dan 1%) merupakan agonis beta-2
adenergik yang menurunkan produksi aqueous humor.
Brimonidine (solusi 0,2%) merupakan agonis alfa adrenergik
yang menghambat produksi aqueous dan meningkatkan aliran
keluar aqueous. Dorzolamide hydrochloride (solusi 2%) dan
brinzolamide 1% merupakan carbonic anhydrase inhibitors topikal
yang biasanya merupakan terapi tambahan.
Pemakaian penyekat beta dengan pilokarpin 2x sehari
memberikan efek yang lebih baik, sedangkan penggunakan
penyekat beta dengan simpatomimetik hasilnya tidak begitu
memuaskan kecuali jika digunakan penyekat beta yang
kardioselektif (betaxolol). Penyekat beta dapat digunakan
untuk glaukoma tipe apapun dan merupakan lini pertama untuk
glaukoma sudut terbuka.
b. Simpatomimetik (Fasilitasi aliran keluar aqueous)
Bekerja menurunkan TIO dengan cara meningkatkan pengeluaran
aqueous dan menghambat produksi aqueous. Obat ini merupakan
lini pertama bagi glaukoma sudut terbuka yang mempunyai
kontraindikasi dengan pemberian penyekat beta.
Simpatomimetik paling sering digunakan pada glaukoma
sekunder akan tetapi karena mempunyai efek midriatikum tidak
boleh digunakan pada mata dengan sudut yang sempit.
Agen parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar aqueous
dengan kontraksi muskulus siliaris. Contoh obatnya antara
lain pilocarpine (solusi 0.5-6% atau gel 4%), carbachol
(0,75-3%). Agen antikolinesterasi ireversibel mencakup
demecarium bromide, 0.125% dan 0.25%, dan echothiophate
iodide, 0.03–0.25%. Agen ini dapat mempotensiasi
succinylcholine yang diberikan selama anestesi. Seluruh agen
parasimpatomimetik membuat miosis dengan penurunan visus,
terutama pasien dengan katarak, serta spasme akomodatif.
Efek samping lokalnya antara lain rasa seperti disengat,
injeksi kojungtiva berulang, blefarokonjungtivitis alergi,
obstruksi duktus nasolakrimalis, dan midriasis. Perparat
yang ada antara lain adrenalin dan depriverin.
c. Miotikum, midriatikum, sikloplegi
Konstriksi pupil merupakan tatalaksana glaukoma primer sudut
terbuka, sementara dilatasi pupil merupakan tatalaksana
glaukoma sudut tertutup sekunder terhadap iris bombé yang
disebabkan synechiae posterior. Siklopegik seperti
cyclopentolate dan atropine) digunakan untuk merelaksasi
muskulus siliaris dan mengencangkan aparatus zonular untuk
memundurkan lensa.
Tekanan Intraokular glaukoma sudut terbuka diturunkan dengan
cara mengiduksi otot longitudinal dari badan siliar,
mengakibatkan skleral spur tertarik dan hal ini menyebabkan
terjadinya perubahan dari trabekulum sehingga aliran aqueous
menjadi lebih lancar. Karena miotikum tidak mempengaruhi
produksi aqueous, sehingga obat ini tidak dapat digunakan
pada glaukoma sekunder yang mengalami obstruksi pada
pengeluaran aqueous.
Pada glaukoma sudut tertutup tekanan intraokular diturunkan
karena terjadi kontraksi dari pupil sehingga iris perifer
tertarik dari trabekulum. Efek samping yang dapat terjadi
antara lain miosis sehingga pasien terkadang mengalami
kesulitan melihat pada malam hari, spasme akomodasi yang
mengakibatkan pasien menjadi agak miopia, ablasi retina,
meningkatkan permeabilitas blood-aqueous barrier sehingga
protein, fibril dan sel-sel dapat masuk ke dalam humor
aqueous. Preparat yang ada antara lain pilocarpine dan
carbachol.
d. Inhibitor karbonik anhidrase (Supresi produksi aqueous)
Carbonic anhydrase inhibitor sistemik seperti acetazolamide,
dichlorphenamide, dan methazolamide digunakan pada glaukoma
kronik bila terapi topikal tidak efektif dan pada glaukoma
akut ketika tekanan intraokular yang sangat tinggi perlu
segera dikontrol. Obat golongan ini dapat mensupresi
produksi aqueous sebanyak 40-60%.
Obat ini tidak diberikan secara topikal melainkan secara
sistemik. Penurunan TIO dengan cara penghambatan langsung
enzim karbonik anhidrase. Beberapa efek samping yang dapat
terjadi antara lain gejala malaise kompleks yang terdiri
dari kombinasi dari letih, lesu, depresi, berat badan yang
turun dan menurunnya libido, gejala gastrointestinal bahkan
terkadang dapat menyebabkan batu ginjal dan sindrom stevens-
johnson.
e. Agen hiperosmotik (Reduksi volume vitreus)
Proses psenurunan TIO dengan cara meningkatkan osmolaritas
darah menjadi hipertonik sehingga tercipta gradien
osmolaritas antara darah dan vitreus, yang akhirnya
menyebabkan terjadinya penarikan cairan dari vitreus ke
dalam darah. Obat ini berguna jika ternyata dibutuhkan
penurunan TIO sementara yang tidak berhasil dengan cara
lainnya seperti pada pasien glaukoma sudut tertutup. Selain
itu agen hiperosmotik juga berguna untuk menurunkan tekanan
intraokuler sesaat sebelum dilakukan operasi dimana TIO
sangat tinggi. Contohnya adalah glycerin oral (glycerol), 1
mL/kg (solusi 50%) serta isosorbide oral dan urea atau
manitol intravena.
Efek samping obat ini antara lain overload kardiovaskuler,
retensi urin, sakit kepala, dan mual. Preparat yang tersedia
dalam bentuk oral adalah glycerol dan isosorbide sedangkan
dalam bentuk preparat intravena adalah mannitol.
f. Analog prostaglandin (Fasilitasi aliran keluar aqueous)
Analog prostaglandin seperti solusi bimatoprost 0.003%,
latanoprost 0.005%, dan travoprost 0.004%, dan unoprostone
0.15% meningkatkan aliran keluar uveoskleral aqueous. Agen
in efektif sebagai terapi lini pertama. Epinefrin 0.25–2%
meningkatkan aliran keluar aqueous dan menurunkan
produksinya.
2. Terapi Bedah
Pada umumnya operasi ditangguhkan selama mungkin dan baru
dilakukan bila terjadi beberapa keadaan antara lain:
– TIO tak dapat dipertahankan di bawah 22 mmHg
– Lapang pandangan yang terus mengecil
– Pada pasien yang tidak dapat dipercaya
pengobatannya
– Tidak mampu membeli obat untuk seumur hidup
– Tak tersedia obat-obatan yang diperlukan
a. Trabekuloplasti Laser1
Laser yang membakar trabecular meshwork dan kanal Schlemm
memfasilitasi aliran keluar aqueous. Teknik ini
diaplikasikan pada glaukoma sudut terbuka. Reduksi tekanan
yang terjadi membuat berkurangnya terapi obat-obatan serta
tertundanya operasi glaukoma. Trabeculoplasti laser dapat
digunakan sebagai terapi inisial glaukoma sudut terbuka
primer.
Indikasi :
- glaukoma sudut terbuka dengan TIO yang masih belum
terkontrol setelah pemberian terapi medikamentosa
yang maksimal
- terapi primer pada pasien dengan kepatuhan terhadap
pengobatan medikamentosanya rendah.
- Untuk glaukoma sudut terbuka bersamaan dengan
dilakukannya bedah darinase dimana diperlukan
penurunan TIO yang lebih lanjut.
- Sebeum ekstrasi katarak pada pasien glaukoma sudut
terbuka dengan kontrol yang buruk.
Kontraindikasi :
- sudut tertutup atau sangat sempit
- edema kornea yang menutupi pandangan sehingga sudut
tidak dapat dinilai.
- Glaukoma lanjut dan progresif cepat dengan kepatuhan
medikamentosa yang buruk.
- Inflamasi intraokular atau terdapat darah pada bilik
mata depan
- Usia kurang dari 25 tahun.
b. Iridektomi, Iridotomi perifer, dan Iridoplasti
Blok pupil pada glaukoma sudut tertutup ditatalaksana dengan
cara membuat komunikasi antara kamera okuli anterior dan
posterior yang menghilangkan perbedaan tekanan di antara
keduanya. Laser iridotomi perifer paling baik dilakukan
dengan neodimium: laser YAG. Alternatifnya adalah argon laser
peripheral iridoplasty (ALPI). Cincin laser membakar iris perifer
sehingga mengkontraksikan stroma iris, membuka kamera okuli
anterior secara mekanis. 1,2
Indikasi :
- Glaukoma sudut tertutup
- Mata yang lain dimana mata yang satu telah tersetang
glaukoma akut.
- Sudut sempit
- Penutupan sudut sekunder dengan blok pupil.
- Glaukoma sudut terbuka dengan susut yang sempit.
Kontraindikasi :
- edema kornea
- bilik mata depan yang dangkal.
c. Bedah drainase1
Operasi dapat lebih banyak menurunkan tekanan intraokular
dibandingkan medikasi dan laser. Trabekulektomi merupakan
prosedur yang paling sering dilakukan untuk mem-bypass kanal
drainase normal, membuat akses langsung dari kamera okuli
anterior ke jaringan subkonjungkiva dan orbital serta ruang
sub-Tenon.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah fibrosis pada jaringan
episkleral yang dapat menutup jalur drainase yang baru.
Apabila trabekulektomi tidak efektif, dapat dilakukan
implantasi tabung silikon sebagai jalur permanen aliran
keluar aqueous.
Jenis operasi lain yaitu viskokanalostmi dan sklerektomi
dalam dengan implan kolagen, serta goniotomi untuk
menatalaksana glaukoma kongenital dimana obstruksi drainase
aqueous terdapat pada bagian dalam trabecular meshwork.
Gambar. Trabekulektomi4
d. Prosedur siklodestruktif1,2,3
Tekanan intraokular diturunkan dengan cara merusak epitel
sekterorik dari badan silier. Kegagalan tatalaksana medis
dan operasi pada glaukoma lanjut dapat menjadi pertimbangan
untuk dilakukannya destruksi badan siliaris dengan laser
atau operasi untuk mengontrol tekanan intraokular. Metode
yang dapat digunakan yaitu krioterapi, diatermi, thermal mode
neodymium:YAG laser, atau laser diode.
Daftar Pustaka
1. Vaughan D. and Riordan-Eva P. Glaucoma. In: Vaughan D,
Asbury T, Riordan-Eva P, editors. General ophtalmology.
15th edition. USA: Appleton and Lange; 1999. p. 200-14.
2. Darkeh AK. Acute angle closure glaucoma. Last updated 2
Mei 2006. Diunduh dari www.emedicine.com. Diakses pada
tanggal 26 Agustus 2007.
3. Ilyas S. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak.
Dalam: Ilyas S, editor. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. hal. 167-72.
4. Kanksi JJ. Glaucoma. In: Kanski JJ, editor. Clinical
ophtalmology a systemic approach. 4th edition. Oxford:
Butterworth Heinemann; 2000. p. 206-9.
5. Ilyas S. Penglihatan turun perlahan tanpa mata merah.
Dalam: Ilyas S, editor. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. hal. 212-17.