Contoh Indikator Pembanguan Daerah

38
INDIKATOR PEMBANGUNAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KAMPUNG SUKARISI RW 06 Diperuntukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan Disusun Oleh : Pipin Sodikin NMP. 13.110.0028 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YASA ANGGANA GARUT 1

Transcript of Contoh Indikator Pembanguan Daerah

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

DI KAMPUNG SUKARISI RW 06

Diperuntukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Ekonomi Pembangunan

Disusun Oleh :

Pipin Sodikin NMP.

13.110.0028

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YASA ANGGANA GARUT

1

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan

makalah dengan judul ”Indikator Pembangunan Dan Tingkat

Kesejahteraan Di Kampung Sukarisi Rw 06” ini tepat pada

waktunya. Pada dasarnya makalah ini diselesaikan untuk

memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada

sumber-sumber informasi yang telah membantu penulis dalam

penyelesaian makalah ini. Penulis juga berharap kepada

pembaca agar memberikan kritik ataupun saran terhadap

makalah ini untuk perbaikan makalah ini selanjutnya.

Garut, Maret 2014

Penulis

2

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULIAN 1

1. Latar Belakang 1

1.1. Indicator Ekonomi

2

1.2. Indicator Non Ekonomi

2

2. Tujuan

3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1. Makna Pembanguan

4

2. Proses Pembangunan

6

3. Indikatro Pembanguan

7

4

3.1. Indikatro Ekonomi

8

3.2. Indikatro non Ekonomi

9

3.3. Indikatro Campuran

11

BAB III PEMBAHASAN

13

1. Gambaran Umum Kampung Sukarisi Rw 06

13

2. Pembangunan di Kampung Sukarisi Rw. 06

14

3. Indicator Pembanguan Kampung Sukarisi Rw. 06

15

3.1. Pendapattan Masyarakat

15

3.2. Pendidikam Masyarakat

15

3.3. Fasilitas Pendidikan

16

3.4. Perumahan

16

3.5. Tempat Ibadah

16

5

3.6. Keamanan

16

3.7. Table Indikator Pembangunan Kampung Sukarisi Rw 06

17

3.8. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kampung Sukarisi

Rw 06. 18

BAB IV KESIMPULAN 20

REFERENSI 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan mempunyai pengertian dinamis, maka tidak boleh

dilihat dari konsep yang statis. Pembangunan juga mengandung

orientasi dan kegiatan yang tanpa akhir. Proses pembangunan

merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan

menunjukkan terjadinya suatu proses maju berdasarkan

kekuatan sendiri, tergantung kepada manusia dan struktur

6

sosialnya. Pembangunan tidak bersifat top-down, tetapi

tergantung dengan “innerwill”, proses emansipasi diri.

Dengan demikian, partisipasi aktif dan kreatif dalam proses

pembangunan hanya mungkin bila terjadi karena proses

pendewasaan. 

Masyarakat yang terbelakang masih sangat tradisional sekali.

Mereka masih terikat dengan nilai-nilai asli dan juga masih

memiliki kerinduan untuk memelihara nilai-nilai tersebut.

Biasanya selalu dikaitkan dengan kebudayaan atau adat

istiadat lokal. Dalam masyarakat yang tradsional tidak

memberikan peluang cukup untuk terjadinya perubahan-

perubahan serta tumbuhnya kekuatan-kekuatan pembaharuan

dalam masyarakat. Yang menyebabkan hal tersebut sangat

kompleks sekali, seperti: kolonialisme dan feodalisme.

Kondisi keterbelakangan juga dapat dilihat dari bidang

ekonomi dan pendidikan. Penyebab utama untuk hal ini adalah

adanya keterbatasan yang amat parah dalam pendapatan, modal

dan ketrampilan. Hal tersebut juga menyebabkan kemiskinan

masyarakat yang berkepanjangan. Di Indonesia, hal itu

disebabkan karena penyebaran penduduk yang tidak merata dan

tingkat urbanisasi yang sangat tinggi. Tingkat pendapatan

buruh tani di pedesaan yang sangat rendah dan upah buruh di

masyarakat industri yang belum mencapai UMR. Gulungtikarnya

perusahaan-perusahaan besar telah menyebabkan angka

pengangguran yang sangat tinggi. Ditambah lagi dengan

7

oportunisme di kalangan elit politik, telah menyebabkan

ketidak stabilan di bidang politik. Hal-hal ini telah

menyebabkan terpuruknya ekonomi rakyat dan mempercepat

pemerataan kemiskinan masyarakat Indonesia. Untuk perubahan

sosial-ekonomi dibutuhkan aparatur negara yang bersih dan

pendidikan masyarakat yang memadai. 

Meningkat atau tidaknya pembangunan ekonomi ditentukan oleh

beberapa indicator yang sangat berperan penting dalam

pembanguna ekonomi suatu Negara yaitu ;

1.1 Indikator Ekonomi 

1.1.1 Negara berpenghasilan rendah

 (Low-income economies) adalah kelompok Negara-negara

dengan GNI per kapita kurang atau sama dengan US$ 745

pada tahun 2001.

1.1.2 Negara berpenghasilan menengah

 (Middle-income economies) adalah kelompok Negara-

negara dengan GNI per kapita lebih dari US$ 745 namun

kurang dari US$ 8.626 pada tahun 2001

1.1.3 Negara berpenghasilan tinggi 

(High-income economies) adalah kelompok Negara-negara

dengan GNI per kapita US$ 9.206 atau lebih pada tahun

2001

1.2.  Indikator Non ekonomi

8

HDI (Human Development Index) dan PQLI (Physical Quality

Life Index) atau indeks mutu hidup.

1.2.1 Indikator Sosial sebagai alternatif indicator

pembangunan

GNP per kapita sebagai ukuran tingkat kesejahteraan

mempunyai banyak kelemahan. Kelemahan umum yang sering

dikemukakan adalah tingkat memasukkan produksi yang

tidak melalui pasar seperti dalam perekonomian

subsisten, jasa ibu rumah tangga, transaksi barang

bekas, kerusakan lingkungan, dan masalah distribusi

pendapatan. Akibatnya bermunculan upaya untuk

memperbaiki maupun menciptakan indicator lain sebagai

pelengkap ataupun alternatif dari indicator kemakmuran

yang tradisional.

1.2.2 Indeks Mutu Hidup (PQLI)

Physical Quality Life Index (PQLI), yang lazim

diterjemahkan sebagai indeks Mutu Hidup (IMH). PQLI

merupakan indeks komposit (gabungan) dari 3 indikator

yaitu :

·     Harapan hidup pada usia satu tahun

·     Angka kematian

·     Tingkat melek huruf.

Untuk masing-masing indicator, kinerja ekonomi suatu

Negara dinayatakan dalam skala 1 hingga 100, di mana 1

9

merupakan kinerja terjelek, sedang 100 adalah kinerj

terbaik.

1.2.3 Human Development Index (HDI)

Seperti halnya PQLI, HDI mencoba merangking semua

Negara dalam skala 0 (sebagai tingkatan pembangunan

manusia yang terendah) hingga 1 (Pembangunan manusia

yang tertinggi) berdasarkan atas 2 tujuan atau produk

pembangunan , yaitu

·     Usia panjang yang diukur dengan tingkat harapan

hidup

·     Pengetahuan yang diukur dengan rata-rata

tertimbang dari jumlah orang.

Mengingat sangat pentingya pembanguna ekonomi dalam suatu

masyarakat, maka penulis akan menguraikan pembanguna ekonomi

itu sendiri dalam ruang lingkup yang lebih kecil, yaitu

menganalis indikator pembangunan ekonomi dan tingkat

kesejahteraan masyarakat di Kp. Sukarisi Rw. 06 dengan

mengambil sampel dari lingkuman masyarakat langusung, karena

dengan demikian akan diketahui secara nyata bentuk ataupun

hasil dari pembangunan itu sendiri serta hasil yang didapat

akan berpengaruh besar terhadap tingkat kesejahteraan

masyarakat itu sendiri.

2. Tujuan

10

2.1 Untuk menggambarkan proses pembangunan di Kp.

Sukarisi Rw. 06

2.2 Menjelaskan indicator ekonomi dan indicator sosial

serta indicator lainnya yang telah dicapai di Kp. Sukarisi

Rw. 06

2.3 Menjelaskan tingkat kesejahteraan masyarakat Kp.

Sukarisi Rw. 06

11

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Makna Pembangunan

Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan

yang terus menerus pada Gross Domestic Product atau Produk

Domestik Bruto suatu negara. Untuk daerah, makna

pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan -

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu provinsi,

kabupaten, atau kota (Kuncoro, 2004). Namun, muncul

kemudian sebuah alternatif definisi pembangunan ekonomi

menekankan pada peningkatan income per capita (pendapatan per

kapita). Definisi ini menekankan pada kemampuan suatu

negara untuk meningkatkan output yang dapat melebihi

pertumbuhan penduduk. Definisi pembangunan tradisional

sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah struktur

suatu negara atau sering kita kenal dengan industrialisasi.

Kontribusi mulai digantikan dengan kontribusi industri.

Definisi yang cenderung melihat segi kuantitatif

pembangunan ini dipandang perlu menengok indikator-

indikator sosial yang ada (Kuncoro, 2004).

Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang

berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional.Pertanyaan

beranjak dari benarkah semua indikator ekonomi memberikan

gambaran kemakmuran. Beberapa ekonom modern mulai

12

mengedepankan dethronement of GNP (penurunan tahta

pertumbuhan ekonomi), pengentasan garis kemiskinan,

pengangguran, distribusi pendapatan yang semakin timpang,

dan penurunan tingkat pengangguran yang ada. Teriakan para

ekonom ini membawa perubahan dalam paradigma pembangunan

menyoroti bahwa pembangunan harus dilihat sebagai suatu

proses yang multidimensional (Kuncoro, 2003). 

Beberapa ahli menganjurkan bahwa pembangunan suatu

daerah haruslah mencakup tiga inti nilai (Kuncoro, 2000;

Todaro, 2000):

1. Ketahanan (Sustenance): kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan pokok (pangan, papan, kesehatan, dan

proteksi) untuk mempertahankan hidup.

2.  Harga diri (Self Esteem): pembangunan haruslah

memanusiakan orang. Dalam arti luas pembangunan suatu

daerah haruslah meningkatkan kebanggaan sebagai

manusia yang berada di daerah itu.

3. Freedom from servitude: kebebasan bagi setiap individu

suatu negara untuk berpikir, berkembang, berperilaku, dan

berusaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Selanjutnya, dari evolusi makna pembangunan tersebut

mengakibatkan terjadinya pergeseran makna pembangunan.

Menurut Kuncoro (2004), pada akhir dasawarsa 1960-an,

banyak negara berkembang mulai menyadari bahwa

13

“pertumbuhan ekonomi” (economic growth) tidak identik

dengan “pembangunan ekonomi” (economic

development).Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, setidaknya

melampaui negara-negara maju pada tahap awal pembangunan

mereka, memang dapat dicapai namun dibarengi dengan

masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan di

pedesaan, distribusi pendapatan yang timpang, dan

ketidakseimbangan struktural (Sjahrir, 1986). Ini pula

agaknya yang memperkuat keyakinan bahwa pertumbuhan

ekonomi merupakan syarat yang diperlukan (necessary)

tetapi tidak mencukupi (sufficient)bagi proses pembangunan

(Esmara, 1986, Meier, 1989 dalam Kuncoro, 2004).

Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi

barang dan jasa secara nasional, sedang pembangunan

berdimensi lebih luas dari sekedar peningkatan

pertumbuhan ekonomi.

Inilah yang menandai dimulainya masa pengkajian ulang

tentang arti pembangunan. Myrdal (1968 dalam Kuncoro, 2004),

misalnya mengartikan pembangunan sebagai pergerakan ke atas

dari seluruh sistem sosial. Ada pula yang menekankan

pentingnya pertumbuhan dengan perubahan (growth with change),

terutama perubahan nilai-nilai dan kelembagaan. Dengan kata

lain, pembangunan ekonomi tidak lagi memuja GNP sebagai

14

sasaran pembangunan, namun lebih memusatkan perhatian pada

kualitas dari proses pembangunan.

2. Proses Pembangunan

Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional

dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial

dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi

menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur

ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau

pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan

jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional

semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan

menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan

pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi.

Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian

kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap

sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan,

perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi

dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan

transformasi budaya sering dikaitkan,  antara lain, dengan

bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping

adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat,

seperti perubahan dan spiritualisme ke

materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang

15

tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan

tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek

kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik,

yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro

(commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah

adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan

diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para para

ahli, pembangunan adalah sumua proses perubahan yang

dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana.

(Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). Dengan

semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat yang

menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi

pun tidak lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan industri,

melainkan telah merambah ke seluruh aspek yang dapat

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena dalam proses

modernisasi itu terjadi suatu proses perubahan yang

mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen pembangunan

menganggapnya sebagai suatu proses pembangunan di mana

terjadi proses perubahan dari kehidupan tradisional menjadi

modern, yang pada awal mulanya ditandai dengan adanya

penggunaan alat-alat modern, menggantikan alat-alat yang

tradisional.

16

Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

termasuk ilmu-ilmu sosial, para Ahli manajemen pembangunan

terus berupaya untuk menggali konsep-konsep pembangunan se-

cara ilmiah. Secara sederhana pembangunan sering diartikan

sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih

baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah

peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang

mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan.

Seiring dengan perkembangannya hingga saat ini belum

ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi

tersebut. Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa

harus memisahkan secara tegas batasannya, Siagian (1983)

dalam bukunya Administrasi Pembangunan mengemukakan,

“Pembangunan sebagai suatu perubahan, mewujudkan suatu

kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih

baik dari kondisi sekarang, sedangkan pembangunan sebagai

suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk

terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif

dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam

pembangunan.”

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya

pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam

arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya

pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat

17

adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa

pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan

(improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu

komunitas masyarakat.

3. Indicator Pembangunan

Indikator merupakan sumber informasi yang sistematik serta

obyektif yang hamper setiap hari beberapa surat kabar

menulis statistic yang baru dikeluarkan oleh pemerintah.

Indicator adalah sebuah instrument yang menunjukkan

keterkaitan berbagai hal. Pemerintah misalnya, secara

regular mensurvei rumah tangga ataupun perusahaan untuk

mempelajari aktivitas dan dampak kegiatan mereka terhadap

kesejahteraannya. Tanpa adanya indicator-indikator ini, pola

atau gejala yang sedang terjadi serta pengaruhnya akan sulit

diketahui secara pasti. Indikator yang diperoleh secara

survey oleh pemerintah ataupun lembaga yang berkepentingan

digunakan sebagai tolak ukur untuk mengawasi dan merumuskan

suatu kebijakan. Dapat disimpulkan bahwa indicator

pembangunan ekonomi adalah suatu instrument untuk mengetahui

derajat pembangunan yang dilakukan oleh suatu Negara yang

meliputi beberapa aspek. Indikator-Indikator kunci

pembangunan secara garis besar pada dasarnya dapat

diklasifikasikan menjadi :

3.1 Indikator Ekonomi 

18

Pendapatan per kapita seringkali digunakan pula sebagai

indicator pembangunan selain untuk membedakan tingkat

kemajuan ekonomi antara Negara-negara nmaju dengan Negara

sedang berkembang. Pendapatan per kapita selain dapat

memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan

masyarakat di berbagai Negara juga dapat menggambarkan

perubahan corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat

yang sudah terjadi di antara berbagai Negara.

Melalui indikator pendapatan perkapita ini Bank Dunia (2003)

mengklasifikasikan negara menjadi tiga golongan, yaitu :

1. Negara berpenghasilan rendah (low-income economies)

Negara-negara ini memiliki Pendapatan perkapita Kurang

atau sama dengan US$ 745 pada tahun 2001.

2.   Negara berpenghasilan menengah (middle-income economies)

Kelompok Negara ini memiliki Pendapatan perkapita lebih

dari US$ 745 namun kurang dari US$ 8.626 pada tahun 2001.

kelompok Negara ini dibagi menjadi :

1)      Negara berpenghasilan menengah papan bawah

(lower-middle-income economies)dengan GDP perkapita antara

US$ 746 sampai US$2.975.

2)       Negara berpenghasilan menengah papan atas

(upper-middle-income economies) dengan GDP perkapita antara

US$2.976 sampai US$ 9.025.

Namun pada umumnya, Negara sedang berkembang (NSB)

memiliki karakteristik yang relative sama yaitu :

19

a. Tingkat kehidupan rendah dengan ciri penghasilan

rendah, ketimpangan distribusi pendapatan

tinggi, rendahnya tingkat kesehatan dan

pendidikan.

b. Tingkat produktivitasnya rendah

c. Pertumbuhan penduduk dan beban ketergantungannya

tinggi

d. Tingkat pengangguran dan setengah mengganggunya

tinggi dan cenderung meningkat.

e. Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan

ekspor produk primer demikian signifikan.

f. Dominan, tergantung, dan rentan dalam hubungan

internasional.

3.   Negara berpenghasilan tinggi (high- income economies)

Negara di dalam kelompok ini mempunyai GDP perkapita

sebesar US$ 9.206 atau lebih pada tahun 2001.

Dalam metode Purchasing Power Parity dikenal dua versi yaitu

versi absolut dan versi relatif (Kuncoro, 2001: bab

10).Versi absolut menjelaskan bahwa kurs spot ditentukan

oleh harga relative dari sejumlah barang yang sama

(ditunjukkan oleh indeks harga).Sedangkan, versi relatif

mengatakan bahwa persentase perubahan kurs nominal akan sama

dengan perbedaan inflasi di antara kedua Negara

3.2 Indikator Non Ekonomi

20

Indikator ini merupakan indicator yang diambil dari beberapa

hal pokok yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Sama

halnya dengan indicator sebelumnya, Indikator memiliki

beberapa macam-macam sub- Indikator. Berikut ini adalah

uraiannya.

3.2.1 Indikator Sosial

Ahli Pembangunan Ekonomi yang bernama Beckerman membedakan

berbagai penelitian tentang cara-cara membandingkan

tingkat kesejahteraan dalam 3 kelompok. Kelompok pertama,

merupakan suatu usaha untuk membandingkan tingkat

kesejahteraan yang terjadi dalam masyarakat yang ada di

dalam dua atau beberapa Negara dengan cara memperbaiki

pelaksanaan dalam perhitungan pendapatan nasional biasa.

Usaha ini dipelopori oleh Colin Clark yang selanjutnya

disempurnakan oleh Gilbert dan Kravis. Kelompok kedua,

dengan usaha membuat penyesuaian dalam pendapatan

masyarakat yang dibandingkan dengan melihat pertimbangan

perbedaan tingkat harga disetiap Negara. Kelompok ketiga,

adalah usaha untuk membuat perbandingan tingkat

kesejahteraan dari setiap Negara berdasarkan pada data

yang tidak bersifat moneter seperti, jumlah kendaraan

bermotor, konsumsi minyak, jumlah penduduk yang mengenyam

pendidikan, dan usaha ini dipelopori oleh tokoh yang

bernama Bennet.

21

Dengan cara-cara diatas memiliki kelemahan pada Negara

sedang berkembang. Pada dasarnya Negara berkembang tidak

memiliki data-data tentang cara-cara diatas. Sehingga

Beckerman mengemukakan lagi cara yang lain dalam

membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat di berbagai

Negara yaitu dengan menggunakan data yang bukan bersifat

moneter untuk menentukkan indeks kesejahteraan masyarakat

disetiap Negara. Cara ini sering disebut dengan Indikator

Non-Moneter Disederhanakan. Untuk itu, berikut adalah data

yang dapat digunakan untuk memperoleh indikator tersebut.

a.       Jumlah konsumsi baja dalam satu tahun (kg)

b.      Jumlah konsumsi semen dalam satu tahun dikalikan

10 (ton)

c.       Jumlah surat dalam negeri dalam satu tahun.

d.      Jumlah persediaan pesawat radio dikalikan 10.

e.       Jumlah persediaan telpon dikalikan 10.

f.       Jumlah persediaan berbagai jenis kendaraan.

g.      Jumlah konsumsi daging dalam satu tahun (kg).

3.2.2 Indeks Kualitas Hidup dan Indeks Pembangunan

Manusia

Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat, ada

sebuah indeks gabungan yang dikenal dengan Physical

Quality of Line Index (PQLI) danIndeks Kualitas Hidup

(IKH). Indeks ini diperkenalkan oleh Morris D. Morris.

22

Indeks Kulaitas Hidup (IKH) terdiri dari 3 indikator

yakni, tingkat harapan hidup, angka kematian, dan tingkat

melek huruf. Sejak tahun 1990, United Netions for

Development Program (UNDP) mengembangkan indeks yang

sering dikenal dengan istilah Indeks Pembangunan Manusia

(HDI). Sedangkan indicator yang digunakan untu mengukur

indeks ini adalah :

1.      Tingkat harapan hidup.

2.      Tingkat melek huruf masyarakat.

3.      Pendapatan riil perkapita berdasarkan daya beli

masing-masing Negara.

Indeks HDI ini besarannya antara 0 sampai dengan 1,0.

Apabila angka indeks yang diperoleh dari suatu Negara

mendekati 1, maka HDI di Negara tersebut semakin tinggi.

Sedangkan, apabila angka indeks mendekati 0, maka Negara

tersebut memiliki indeks pembangunan manusia yang rendah.

3.3 Indikator Campuran

3.3.1  Pendidikan

Pendidikan adalah suatu indicator yang digunakan dalam

mengukur pembangunan ekonomi suatu Negara. Pada umumnya,

dalam Negara maju tingkat pendidikan rata-rata tinggi

dengan TPAK dari tahun ketahun selalu meningkat. Negara

maju sangat memperhatikan tingkat pendidikan para

penduduknya. Berbeda dengan Negara sedang berkembang,

pendidikan di NSB masih rendah jika dibandingkan Negara

23

maju. Terbukti tingkat melek huruf dan TPAk serta angka

partisipasi sekolah masih rendah. Sehingga, dari

perbandingan tersebut, indicator yang dapat diukur dalam

pendidikan yakni ; tingkat pendidikan, tingkat melek

huruf, dan tingkat partisipasi pendidikan.

3.3.2 Kesehatan

Kesehatan merupakan hak asasi yang harus dipenuhi demi

keberlangsungannya kehidupan bermasyarakat. Indikator

tingkat kesehatan dapat dilihat dari rata-rata hari sakit

dan ketersediaannya fasilitas kesehatan. Ketika

terpenuhinya pembangunan ekonomi berupa kesejahteraan

dalam bidang kesehatan, dapat dilihat dari beberapa

indikasi berupa tingkat mortalitas yang rendah, angka

pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan angka harapan hidup

yang tinggi.

3.3.3 Perumahan

Rumah merupakan kebutuhan primer yang harus terpenuhi oleh

masing-masing penduduk.  Indicator perumahan yang sesuai

dengan tujuan kesejahteraan penduduk yakni sumber air

bersih dan listrik, sanitasi, dan mutu rumah tinggal.

3.3.4 Angkatan Kerja

Penduduk yang dikatakan angkatan kerja adalah orang yang

telah berumur 15-64 tahun. Angkatan kerja ini juga dibagi

lagi menjadi dua yakni bekerja dan sedang mencari

pekerjaan (Menganggur). Indikator yang dapat digunakan

24

untuk mengukur kesejahteraan angkatan kerja adalah,

partisipasi tenaga kerja, jumlah jam kerja, sumber

penghasilan utama, dan status pekerjaan.

3.3.5 KB dan Fertilitas

Indikator yang dapat digunakan yakni, penggunaan asi,

tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan pada

kelahiran, dan penggunaan alat kontrasepsi.

3.3.6 Kriminalitas

Pada dasarnya Negara maju memiliki tingkat kriminalitas

yang rendah, hal ini disebabkan sudah lengkapnya alat

keamanan Negara yang digunakan oleh Negara tersebut.  Hal

ini berbeda dengan keadaan di Negara sedang berkembang. Di

NSB, banyak terjadi kriminalitas yang disebabkan beberapa

factor seperti adanya cultural shock, ketidak mampuan

dalam memenuhi kebutuhan, dan adanya kepentingan dari

suatu pihan. Indicator kriminalitas itu sendiri

diantaranya adalah, jumlah pencurian per tahun, jumlah

pembunuhan per tahun, dan jumlah pemerkosaan per tahun.

3.3.7 Akses Media Massa

Akses media bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi

dalam masyarakat itu sendiri. Indikatornya antara lain :

jumlah surat kabar, jumlah radio, dan jumlah televisi.

25

BAB III

PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Kampung Sukarisi Rw. 06

Kampung Sukarisi terletak di Desa Sukalaksana Kecamatan

Banyuresmi Kabupaten Garut. Kampung sukarisi sendiri terbagi

menjadi 3 Rt dengan penduduk berjumlah sekitar 500 jiwa.

Untuk menuju Kampung sukarisi bisa di tempuh melalui jalan

jalur Garut - Bandung, atau melalui jalur menuju Situ

Bagendit Banyuresmi, jalur yang ditempuh dari pusat kota

menuju kampung sukarisi bisa ditempuh dengan waktu sekitar 1

jam perjalanan. Kampung sukarisi tidak terlalu jauh menuju

akses pusat kota karena menuju akses kota bisa ditempuh

menuju dua jalur alternative yaitu dengan jalur menuju jalan

raya Warungpeuteuy atau jalur jalan menuju tempat wisata

situ bagendit.

Pada umumnya struktur geografis kampung Sukarisi berada

didaerah pesawahan sekaligus perkebunan, dengan lahan

pesawahan yang luas serta lahan perkebunanpun memiliki

ukuran yang sama luasnya, dengan demikian perekonomian yang

diambil oleh penduduk kampung Sukarisi bergerak disektor

pertanian. Sector pertanian menjadi sumber utama pendapatan

bagi para penduduk kampung sukarisi. Selain sector pertanian

yang menjadi sumber pendapatan masyarakat, dari sebagian

masyaraktnya yang memiliki bisnis tersendiri ( Home Industry

26

), dengan demikian hal seperti ini bisa membantu menambah

penghasilan bagi masyarakt kampung sukarisi.

Untuk struktur demografi sendiri, kampung sukarisi memiliki

100 lebih kepala keluarga yang menetap, yang kebanyakan

berpenghasilan dari sector pertanian, akan tetapi ada juga

yang berprofesi sebagai guru ataupun wiraswasta. Selain yang

menetap di kampung sukarisi, banyak juga penduduk yang

merantau keberbagai kota dan kebanyakan dari mereka adalah

para pemuda yang mencari kerja, hal ini mengakibatkan

sedikitnya para pemuda yang menetap di kampung. Dikampung

sukarisi memiliki kebiasaan yang selalu dilakukan bersama

(gotong royong) yang pada umumnya selalu dilakukan pada hari

jumat. Pada hari jumat itu para peduduk selalu melakukan

kegiatan-kegitan seperti bersih-bersih dillingkungan rumah,

lingkunagn madrasah, ataupun sekolah, memperbaiki bangunan

umum sampai menjelang solat jumat. Hal ini dilakukan supaya

kebudayan yang dianggap baik bisa terus tumbuh terpelihara

dilingkungan masyarakat itu sendiri dan budaya tradisional

masih melekat pada para penduduknya. Lingkungan sosial

budaya yang masih terpelihara memberi nilai positif, sikap

toleran kepada setiap individu menjadi prioritas utama bagi

masyarakat kampung sukarisi.

27

Akan tetapi, disamping kebudayan yang masih terpelihara

kampung sukarisi masih bisa disebut sebagai kampung yang

masih terbelakng, hal ini bisa dilihat dari infrastruktur

kampung sukarisi sendiri, jalan yang sudah semakin rusak

menjadi hal utama yang menjadi permasalahn, jalan yang

berlubang bisa mengakibatkan terjadinya sesuatu yang tidak

diinginkan, selokan yang ada dipinggir jalan sudah tak cukup

untuk menampung air dikala hujan datang, akibatnya air yang

meluap seringkali memenuhi jalan ditambah lagi tak adanya

lampu penerang jalan yang semakin menambah buruk.

2. Pembangunan di Kampung Sukarisi Rw. 06

Pembanguan merupakan suatu bentuk nyata bagi suatu Negara

atau daerah untuk melakukan perubahan dari segala aspek

salah satunya disektor ekonomi. Suatu daerah dikatakan maju

jikalau daerah tersebut mampu melakukan pembanguna secara

berkala dengan baik dan tepat sasaran, pengelolan yang baik,

pengalokasian sumber-sumber daya yang tepat sasaran akan

mendorong daerah tersebut kepada dasar yang lebih baik lagi.

Akan tetapi tak semua daerah mampu melakukan pembanguna

dengan baik, kurangnya kesadaran akan hal perubahan lebih

baik sangat minim dikalangan masyarakat.

Seperti halnya di kampung Sukarisi Rw 06 pembanguan belum

merata, hal ini dapat dilihat dari akses jalan yang kurang

baik, sepanjang jalan yang menghubungkan antar kampung pun

28

tidak sepenuhnya layak dari batas normal, rumah - rumamh

warga yang masih semi permane, fasilitas umum yang terbatas,

serta kegiatan ekonomi yang masih bersifat tradisional

menunjukan bahwa pembangunan dikampung sukarisi masih

tergolong rendah. Proses pembanguan yang dilakukan terkadang

memakan waktu yang cukup lama, kuranya kesadaran ataupun

pemahaman masyarakat tentang arti pentingnya pembanguan

serta pemikiran yang masih tradisional menjadi alasan bagi

masyarakat sehingga menghambat proses pembangunan itu

sendiri, pada akhirnya pembangunan hanya menjadi PR jangka

panjang masyakat kampung sukarisi Rw 06.

3. Indicator Pembanguan Kampung Sukarisi Rw. 06

Ada beberapa indicator yang menjadi barometer pembanguan di

kampung Sukarisi Rw 06 yaitu ;

3.1. Pendapatan Masyarakat

3.1.1. Pertanian

Sebagai masyarakat yang sebagian besar berpenghasilan dari

hasil pertanian, hal ini tak dapat ditentukan dengan pasti

seberapa besar penghasilan yang diperoleh, karena hasil

yang ada ditentukan oleh baik buruknya pengolahan lahan

pertanian, selain itu factor cuaca sangat berpengaruh

besar akan hasil pertanian itu sendiri. Dikampung sukarisi

pengolahan lahan pertanian sudah mengalami perubahan dari

29

awalnya menggunakan pengolahan tradisional tapi sekarang

sudah memanfaatkan teknologi.

3.1.2. Pegawai Negri Sipil (PNS)

Selain pertanian ada juga sebagian kecil dari masyarakt

kampung Sukarisi Rw 06 yang berprofesi sebagai pegawai

negri sipil, tingkat pendapatan masyarakat yang berprofesi

sebagai pegawai negri sipil sudah tergolong diatas rata-

rata.

3.1.3. Wiraswasta

Disamping bertani, masyarakat kampung sukarisi pun ada

yang membuka usaha sendiri yaitu membuka usaha pembuatan

sepatu. Usaha pembuatan sepatu, selain memberikan kepuasan

kepada pemiliknya juga memberikan kesempatan lapangan

kerja bagi masyarakat kampung sukarisi. Dari usaha inilah

kebutuhan akan lapangan pekerjaan terpenuhi. Terkadang

apabila sedang musimnya persepakbolaan, permintaan akan

kebutuhan sepatu sepak bola menjadi meningkat, sehingga

produksi pun terus bertambah.

3.2. Pendidikan Masyarakat

Pada umumnya masyarkat yang telah berkeluarga hanya sebatas

lulusan SMP, hal ini menunjukan bahwa latar pendidikan

formal masyarakat setempat sangatlah rendah, mereka

berpendapat asal dapat berhitung dan membaca yang lainnya

tak jadi soal, pemikiran tradisional masih melekat pada

masyarakat kampung sukarisi.

30

Akan tetapi untuk saat sekarang, pemikiran tradisional para

kepala keluarga lambat laun sudah mulai memudar, dengan

adanya fasilitas pendidikan seperti sekolah yang semakin

mudah untuk dijangkau hal ini jadikan kesempatan oleh mereka

untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai mencapai perguruan

tinggi. Dengan begitu kesadaran masyarakan akan pentingnya

sekolah sudah mulai muncul.

3.3. Fasilitas Pendidikan

Untuk fasilitas pendidikan yang terdapat di kampong sukarisi

cukup memadai, yaitu dengan adanya sekolah dasar dan sekolah

menengah pertama. Hal ini semakin mempermudah bagi masyakat

untuk menyekolahkan anak-anaknya, dengan demikian program

pemerintah yang mewajibkan wajib belajar 9 tahun akan sangat

mudah terleasasikan.

3.4. Perumahan

Bangunan rumah yang terdapat di kampong sukarisi sangatlah

bervariasi jikalo dtinjau dari segi kelayakannya, ada yang

cenderung memiliki banguna rumah layangknya perumahan kota

ada juga yang belum layak huni. Hal ini sangat nampak jelas

bahwa kemampuan masyarakt untuk memiliki rumah standar layak

huni belum merata untuk kampong sukarisi sendiri.

3.5. Tempat Ibadah

Sebagai masyarakat yang keseluruhannya beragama islam,

dikampung sukarisi Rw 06 memiliki 3 mesjid dengan satu

mesjid utama yang ada di pertengahan kampong serta sebagai

31

pusat kampong. Dimesjid ini sering dilakukan pengajian rutin

setiap minggunya. Di mesjin ini juga sering digunakan

sebagai tepat musyawarah untuk kepentingan umum.

3.6. Keamanan

Untuk keamanan sendiri kampong sukarisi bisa dikategorikan

sebagai kampong yang aman karena beberapa tahun kebelakang

belum pernah terjadinya suatu perkara yang sampai

berhubungan dengan pihak berwajib, meskipun demikian

penjagaan keamanan selalu dilakukan setiap harinya yaitu

dengan adanya kegiatan ronda.

32

3.7. Table Indikator Pembangunan Kampung Sukarisi Rw 06

Table Indikator Pembangunan Kampung Sukarisi Rw 06

NoIndicator

Pembangunan

KriteriaKeterangan

Buruk Ideal Target1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Harapan Hidup

Masyarakt

Angka Melek Huruf

Pendapatan

Masyarakat

- Pertanian

- PNS

- Wiraswasta

Pendidikan

Masyarakat

Fasilitas

Pendidikan

- SD

- SMP

- SMA

Tempat Perbelanjaan

Home Industry

Perumahan

Sarana peribadahan

Keamanan

Kesehatan

25

Tahun

0

1.000.

000

1.500.

000

1.300.

000

0

0

0

0

0

0

1

0

85

Tahun

100

3.000.0

00

3.400.0

00

3.500.0

00

15

1

1

0

20

1

3

4

60

Tahun

100

2.300.0

00

2.300.0

00

2.400.0

00

12

1

1

1

10

1

3

3

75 Tahun

93.8 %

2.000.000

2.700.000

2.000.000

12 Tahun

Baik

Baik

Buruk

13 Warung

1 Home

Industry

Layak huni

3 Mesjid

Sangat aman

1 Mantri

Tidak ada

Buruk

33

16 - Mantri

Akses Informasi

Infrastruktur Jalan

Angkatan kerja

Keluarga Berencana

Posiyandu

0 2 1

Tinggi

Terlaksana

1 Posiyandu

34

3.8. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kampung Sukarisi

Rw 06.

Dalam ilmu ekonomi tingkat kesejahteraan masyarakat diukur

dari pencapaian Human Development Index (HDI), atau yang

lebih dikenal dengan nama Indeks Pembanguan Manusia (IPM),

begitupun untuk mengukur tingkat kesejahteraan kampung

sukarisi Rw. 06 menggunakan metode perhitungan IPM.

Setelah dilakukan survey secara langsung diperoleh data -

data sebagai mana tercantum dalam table indicator Pembanguan

Kampung sukarisi Rw. 06,

Keterangan Data

Indeks Harapan Hidup (IHH)

Indeks Melek Huruf (IMH)

Rata Lama Sekolah (RLS)

Rata Pendapatan

75 Tahun

93.8 %

12 Tahun

Rp. 2.230.000

Dari data diatas dapat ditentukan IPM sebangai berikut;

1. IHA = (75 - 25) : (85 - 25) x 100 = 83.4%

2. IMH = (93.8 - 0) : (100 - 0) x 100 = 93.8%

3. RLS = (12 - 0) : (16- 0) x 100 = 80%

4. IDB = (2.230.000 - 1.267.000) : (3.300.000 -

1.267.000) x 100 = 97.4%

5. IP = (93.8 x 2/3) + (80 x 1/3)

35

= 612.54 + 26.67 = 89.21%

6. IPM = (83.4 + 89.21 + 97.4) : 3

= 90%

Catatn : peroleh IPMTinggi : IPM lebih dari 80,0 Menengah Atas : IPM antara 66,0 – 79,9 Menengah Bawah : IPM antara 50,0 – 65,9 Rendah : IPM kurang dari 50,0

Setelah dilakukan perhitungan diatas dengan data - data yang

terdapat pada tabel Indikator Pembangunan kampung sukarisi

Rw 06 dapat diketahui Indeks Pembangunan Masyarakat sebesar

90%. Indeks Pembanguna Masyarakat dikampung Sukarisi Rw 06

tergolong sangat tinggi yaitu 90%.

Aka tetapi pada nyatanya Indeks Pembanguanan Masyarakat

bukanlah hasil final untuk mengukur kesejahteraan masyarak

itu sendiri senyatanya ukuran sejahtera itu hanya soal

pendapat semata. IPM kampung sukarisi sebesar 90% hanyalah

perhitungan berdasarkan data - data yang tersedia dan hal

ini sangat berbanding terbalik dengan data yang ada

dilapangan, proses pembanguan dikampung sukarisi tergolong

cukup lamban.

36

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Proses pembangunan yang dilakukan dikampung sukarisi

Rw 06 tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat

dari infrastruktur jalan dikampung Sukarisi yang

kurang terawatt, sehingga proses pembangunan yang

adapun seakan menjadi PR jangka panjang.

Indicator pembangunan yang telah dicapai oleh kampung

sukarisi Rw 06 yaitu sector pertanian yang semakin

meningkat, sadarnnya akan kepedulian terhadap

pendidikan, serta tumbuhnya kegiatan berwirausaha.

Ditinjau dari Indeks Pembangunan Masyarakat, tingkat

kesejahteraan masyarakat menunjukan angka yang sangat

tinggi yaitu mencapai 90%. Angka ini menunjukan

pembangunan di kampung sukarisi sangat lah baik, akan

tetapi data yang ada tidak sesuai dengan apa yang ada

dilapangan. Indeks Pembangunan Masyarakat bukanlah

hasil final untuk menentukan Tingkat kesejahteraan

masyarakat.

37

REFERENSI

http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/08/rumus-untuk-menghitung-ipm-indeks.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi

http://dwiefa.blogspot.com/2011/10/indikator-pembangunan-ekonomi.html

http://ppmkp.bppsdmp.deptan.go.id/index.php/artikel/kepemimpinan-dan-manajemen/

75-indikator-keberhasilan-pembangunan

http://www.academia.edu/4318434/

Pembangunan_Ekonomi_dan_Ekonomi_Pembangunan

38